estimasi teknis dan ekonomis anoda korban kapal …repository.ppns.ac.id/2252/1/0216030018 - muhamad...

102
i TUGAS AKHIR (602502A) ESTIMASI TEKNIS DAN EKONOMIS ANODA KORBAN KAPAL LANDING CRAFT UTILITY (LCU) 1500 DWT MUHAMAD ODI AKBAR NRP. 0216030018 DOSEN PEMBIMBING MUKHLIS, ST., MT. PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK BANGUNAN KAPAL JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    TUGAS AKHIR (602502A)

    ESTIMASI TEKNIS DAN EKONOMIS ANODA

    KORBAN KAPAL LANDING CRAFT UTILITY (LCU)

    1500 DWT

    MUHAMAD ODI AKBAR

    NRP. 0216030018

    DOSEN PEMBIMBING

    MUKHLIS, ST., MT.

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK BANGUNAN KAPAL JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019

  • i

    TUGAS AKHIR (602502A)

    ESTIMASI TEKNIS DAN EKONOMIS ANODA

    KORBAN KAPAL LANDING CRAFT UTILITY (LCU)

    1500 DWT

    MUHAMAD ODI AKBAR

    NRP. 0216030018

    DOSEN PEMBIMBING

    MUKHLIS, ST., MT.

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK BANGUNAN KAPAL JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019

  • ii

  • iii

  • iv

    (HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)

  • v

    (HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dan juga Shalawat

    serta salam selalu untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena

    rahmat dan karuniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas

    akhir ini tepat pada waktunya dengan judul:

    “ESTIMASI TEKNIS DAN EKONOMIS ANODA

    KORBAN KAPAL LANDING CRAFT UTILITY (LCU)

    1500 DWT”

    Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi syarat

    memperoleh gelar Ahli Madya (AmD) dan juga salah satu kurikulum yang

    ada di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

    Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis mendapatkan

    dukungan, bantuan, bimbingan, pengalaman, dukungan dan kerja sama yang

    baik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima

    kasih kepada:

    1. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., MRINA selaku Direktur Politeknik

    Perkapalan Negeri Surabaya.

    2. Bapak Ruddianto, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan

    Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

    3. Bapak Ir. Hariyanto Soeroso, M.T., selaku Ketua Prodi Teknik

    Bangunan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

    4. Bapak Mukhlis, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah

    banyak membantu dan memberi nasehat dalam penyelesaian Tugas

    Akhir ini.

    5. Bapak Denny Oktavina Radianto, S.Pd., M.Pd., selaku Koordinator

    Tugas Akhir.

    6. Bapak dan Ibu Dosen serta staff Politeknik Perkapalan Negeri

    Surabaya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

  • vii

    7. Kedua orang tua serta keluarga yang selalu memberikan semangat, doa

    dan dukungannya.

    8. Pegawai PT. Daya Radar Utama unit Lamongan selaku pembimbing

    OJT yang selalu memberi arahan, ilmu dan masukan.

    9. Teman-teman Teknik Bangunan Kapal angkatan 2016 yang selalu

    menyemangati dan menemani.

    10. Serta pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

    Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, penulis berusaha

    semaksimal mungkin mengerjakan sebaik-baiknya. Namun penulis

    menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya.

    Untuk itu penulis memohon saran dan kritik yang membangun diterima

    dengan senang hati guna kesempurnaan laporan ini.

    Akhirnya penulis senantiasa berharap bahwa apa yang ada dalam

    laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri, dan bagi

    pembaca pada umumnya.

    Surabaya,

    Penulis

  • viii

    ESTIMASI TEKNIS DAN EKONOMIS ANODA KORBAN

    KAPAL LANDING CRAFT UTILITY (LCU) 1500 DWT

    Muhamad Odi Akbar

    ABSTRAK

    Korosi pada kapal adalah menjadi hal yang bisa pada galangan. Sehingga biaya

    yang dikeluarkan untuk penanggulangan korosi sangat besar perlu dilakukannya

    pengendalian dengan metode Sacrifice Anode Cathodic Protection (SACP). Dalam tugas

    akhir ini yang digunakan adalah zinc anode dan aluminium anode. Hal pertama yang

    dilakukan adalah mengetahui luas area yang akan diproteksi pada kapal Landing Craft

    Utility (LCU) 1500 DWT. Setelah itu mendesain secara teknis sistem proteksi katodik

    yang seusai klasifikasi dari Dnv-Rp-B401 kemudian diketahui perbandingan antara zinc

    anoda dan aluminium anoda. Dalam perhitungan ini diperoleh hasil area lambung kapal

    yang akan diproteksi pada kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500 DWT adalah

    sebesar 1617,30 m2., dengan kebutuhan zinc anode sebanyak 95 batang dengan berat

    perbatang sebesar 9,5 kg dan bisa melindungi area sebesar 12,7 m2, sehingga total

    berat secara keseluruhan sebesar 891 kg. Sedangkan kebutuhan aluminium anode

    sebanyak 50 kg dengan berat perbatang 4 kg dan bisa melindungi area sebesar 21,7

    m2, sehingga berat total aluminium anoda sebesar 200 kg. sehingga diperoleh

    biaya zinc anode sebesar Rp 56.810.000,00, sedangkan aluminium anode sebesar

    Rp Rp 12.400.000,00. Berdasarkan perbandingan biaya antara zinc anode dan

    aluminium anode, bahwa aluminium anode lebih ekonomis 74% dibandingkan

    zinc anode.

    Kata kunci : Sacrofice Anode Cathodic Protection (SACP), proteksi katodik, zinc

    anode, aluminium anode.

  • ix

    (HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)

  • x

    TECHNICAL AND FINANCIAL ESTIMATION OF SHIP

    ANODE VICTIMS OF LANDING CRAFT UTILITY (LCU) 1500

    DWT

    Muhamad Odi Akbar

    ABSTRACT

    Corrosion to ship can be in shipyard. Expenditures for protection issued

    for corrosion prevention need to be greatly improved by the Sacrifice Anode

    Cathodic Protection (SACP) method. In this final project the zinc anode and

    aluminum anode are used. The first thing to do is to study the large area to be

    protected on a 1500 DWT Landing Craft Utility (LCU) ship. After that the official

    design of the cathodic protection system after the classification of Dnv-Rp-B401

    was then classified as between zinc anode and aluminum anode. In this calculation,

    the result of the hull area to be protected on a Landing Craft Utility (LCU) 1500

    DWT is 1617.30 m2. With 95 anode zinc needs with a stem weight of 9.5 kg and

    can be increased by an area of 12 , 7 m2, so that the total weight of the whole is 891

    kg. While the anode aluminum needs as much as 50 kg with a weight of 4 kg per

    stem and can maintain an area of 21.7 m2, so that the total weight of anode

    aluminum is 200 kg. So that the anode zinc costs Rp 56,810,000.00, while the

    aluminum anode is Rp 12,400,000.00. Based on the cost between zinc anode and

    aluminum anode, aluminum anode is 74% more economical than zinc anode.

    Keywords: Sacrifice Anode Cathodic Protection (SACP), cathodic protection

    anode, zinc, aluminum anode.

  • xi

    (HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ‘ ........................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ..................... Error! Bookmark not defined.

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .......... Error! Bookmark not defined.

    ABSTRAK .................................................................................................. viii

    ABSTRAK ..................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii

    BAB 1 ............................................................................................................ 1

    PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

    1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 2

    1.3 Tujuan .................................................................................................. 2

    1.4 Manfaat ................................................................................................ 3

    1.5 Batasan Masalah .................................................................................. 3

    BAB 2 ............................................................................................................ 5

    TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5

    2.1 Korosi Air Laut .................................................................................... 5

    2.2 Korosi ................................................................................................... 8

    2.3 Macam-Macam korosi pada Kapal Baja .............................................. 9

  • xiii

    2.4 Jenis – jenis Korosi yang Terjadi Pada Pipa .........................................9

    2.5 Mekanisme Proteksi Katodik ..............................................................15

    2.6 Jenis inhtibitor dan jenis mekanisme kerjanya ...................................18

    2.7 Pengendalian Korosi Air Laut ............................................................24

    2.8 Katodik Proteksi ................................................................................26

    2.9 Desain Proteksi Katodik ....................................................................31

    2.9.1 Perhitungan Luas Permukaan Kapal ..........................................33

    2.9.2 Perhitungan Faktor Breakdown Coating ....................................34

    2.9.3 Perhitungan Kebutuhan Arus Proteksi ......................................34

    2.9.4 Perhitungan Teknis dan Ekonomis Zinc anode dan Aluminium

    Anode .........................................................................................35

    BAB 3 ...........................................................................................................37

    METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................37

    3.1 Diagram alir penelitian .......................................................................37

    3.2 Tinjuan Pustaka ..................................................................................38

    3.3 Pengumpulan data ...............................................................................38

    3.3.1 Data ukuran utama kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500

    DWT ..........................................................................................38

    3.3.2 Perhitungan Luas Area lambung Kapal Landing Craft Utility

    (LCU 1500 DWT .......................................................................38

    3.3.3 Perhitungan Faktor Breakdown Coating ....................................39

  • xiv

    3.3.4 Perhitungan Kebutuhan Arus Proteksi ...................................... 39

    3.3.5 Perhitungan Teknis dan Ekonomis Zinc Anode dan Aluminium

    Anode ......................................................................................... 39

    3.4 Pengolahan data ................................................................................. 39

    BAB 4 .......................................................................................................... 41

    HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 41

    4.1 Data Utama Kapal ............................................................................. 41

    4.2 Perhitungan Luas Permukaan Kapal .................................................. 42

    4.3 Desain Teknis Kebutuhan Zinc Anode ............................................... 42

    4.4 Desain Teknis Kebutuhan Aluminium Anode .................................... 47

    BAB 5 .......................................................................................................... 55

    KESIMPULAN ........................................................................................ 55

    5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 55

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 57

    LAMPIRAN ................................................................................................ 59

  • xv

    (HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel.2.1.Unsur pokok dalam media air laut (Benjamin D, 2006) ................ 6

    Tabel 2.6.1 memperlihatkan konsentrasi kritis dari NaCl dan Na2SO4

    selaku ........................................................................................................... 19

    Tabel 2.6.2 Konsentrasi kritis NaCl dan Na2SO4 selaku depasivator pada

    inhibitor Na2CrO4 dan NaNO2 bagi logam besi ........................................ 20

    Tabel 2.6.3 pengaruh katalis Co (3,4-Toluen diamine) 2Cl2 terhadap laju

    reaksi pengikatan O2 oleh hidrasin .............................................................. 23

    Tabel 2.6.4 penggunaan katalis senyawa aryl amina selaku katalis bagi

    hidrasin sebagai oxygen scavenger bagi air untuk boiler ............................ 23

    Tabel 2.7.1 Anoda korban seng aplikasi dalam media air laut .................... 27

    Tabel 2.7.2 Anoda korban seng aplikasi dalam media air laut .................... 28

    Tabel 2.7.3. Standar kimia alloy magnesium .............................................. 30

    Tabel 2.8.1 Jenis Anoda dengan Resistivitas Lingkungan .......................... 33

    Tabel 4. 1 Pembagian letak zinc anode ....................................................... 46

    Tabel 4.2 Harga Zinc Anode........................................................................ 47

    Tabel 4. 3 Pembagian letak zinc anode ....................................................... 51

    Tabel 4.4 Harga Aluminium Anode ............................................................ 52

    Tabel 4.5 Tabel perbandingan biaya anatara zinc anode dan aluminium

    anode ............................................................................................................ 53

  • xvii

    HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.4.2 Pitting Corrosion ............................................................................... 10

    Gambar 2.4.3 Errosion Corrosion ............................................................................ 11

    Gambar 2.4.4 Galvanic Corrosion ........................................................................... 12

    Gambar 2.4.5 Stress Corrosion ................................................................................ 12

    Gambar 2.4.6 Crevice Corrosion ............................................................................. 13

    Gambar 2.4.7 Korosi Mikrobiologi .......................................................................... 14

    Gambar 2.4.8 Fatigue Corrosion .............................................................................. 15

    Gambar 2.5.1 Prinsip kerja sistem proteksi katodik ................................................ 16

    Gambar 2.5.2 Korosi dari zinc dan besi didalam asam klorida ............................... 17

    Gambar 2.7.1 Proses Coating ................................................................................... 25

    Gambar 2.7.2 Pemakaian Zinc Anode ..................................................................... 25

    Gambar 2.8 Instalasi ICCP ....................................................................................... 29

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ....................................................................... 37

    Gambar 4. 1 Kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500 DWT.................................. 41

  • xix

    (HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Kapal merupakan sarana penting dalam perkembangan ekonomi diberbagai negara.

    Hampir 95% negara didunia menggunakan kapal sebagai alat transportasi untuk

    mengangkut muatan dari suatu pulau ke pulau lainya. Hal ini sangat menguntungkan

    karena dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. Walaupun sekarang banyak

    ditemukan sistem transportasi yang lebih modern akan tetapi kapal tetap dipilih karena

    mampu mengangkut muatan dengan jumlah yang lebih besar dan biaya yang lebih murah

    dibanding alat transportasi lainnya.

    Kapal yang menjadi alat transportasi laut, tentunya sangat rentan terkena ancaman

    bahaya oleh faktor alam maupun faktor lainnya. Oleh karena itu kapal harus mempunyai

    struktur dan komponen-komponen yang tangguh dalam mengahadapi berbagai ancaman

    yang ada. Proses yang dapat mendegradasikan ketangguhan kapal adalah korosi. Korosi

    uniform ini mampu mengurangi dimensi, sementara korosi lokal mampu menaikkan

    konsentrasi tegangan pada material.

    Korosi atau yang biasa disebut karat merupakan peristiwa kerusakan atau penurunan

    kualitas bahan logam akibat bereaksi dengan lingkungan sekitar. Dengan adanya ancaman

    korosi maka diperlukan rencana pada awal pembangunan kapal untuk melindungi bagian

    kapal yang tercelup air laut dari korosi. Meskipun korosi tidak dapat dicegah, setidaknya

    laju korosi dapat dikendalikan dengan metode cleaning, coating atau painting, sistem

    proteksi katodik atau kombinasi dari ketiga anoda tersebut. Sistem proteksi katodik adalah

    pengendalian laju korosi yang dihasilkan oleh polarisasi katodik permukaan logam yang

    terkorosi (Marshall, 1984).

    Dalam tugas akhir ini, sistem proteksi katodik yang saya gunakan adalah metode

    anoda korban (Sacrificial Anode Cathodic Protection). Dalam tugas akhir kalini metode

    yang digunakan adalah metoda anoda korban karena penggunaan dan perawatannya yang lebih

    murah. Jenis anoda yng digunakan yaitu zinc anode dan Aluminium Anode.

    Secara umum korosi dapat digolongkan berdasarkan rupanya, keseragaman atau

    keserbanekaannya, baik secara mikroskopis maupun makroskopis. Dua jenis mekanisma

    utama dari korosi adalah berdasarkan reaksi kimia secara langsung, dan reaksi

    elektrokimia. Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga medium basah. Sebagai

  • 2

    contoh korosi yang berlangsung didalam medium kering adalah penyerangan logam besi

    oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (S02).

    Didalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara

    terlokalisasi. Contoh korosi seragam didalam medium basah adalah apabila besi

    terendam didalam larutan asam klorida (HCl). Korosi didalam medium basah

    yang terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan rupa makroskopis,

    misalnya peristiwa korosi galvani sistim besi - seng, korosi erosi, korosi retakan,

    korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi pelumeran, sedangkan rupa

    yang mikroskopis dihasilkan misalnya oleh korosi tegangan, korosi patahan, dan

    korosi antar butir. Dengan demikian, apabila didalam usaha pencegahan korosi dilakukan

    melalui penggunaan inhibitor korosi, maka mekanisma dari jenis-jenis korosi diatas

    sangatlah penting artinya (Indra Surya Dalimunthe, 2004).

    Pada pembangunan kapal Landing Craft Utility 1500 DWT di PT. Daya Radar

    Utama unit Lamongan, galangan perlu mempertimbangkan pemilihan jenis anoda yang

    akan digunakan dalam proteksi katodik kapal. Pemilihan bahan untuk proteksi katodik

    juga harus diperhitungkan karena akan berpengaruh pada penggunaan maupun ketahanan

    anoda yang akan digunakan. Hal tersebut yang melandasi penulis untuk melakukan

    “Estimasi Anoda Korban”. Dimana penggunaan logam ini dilakukan melihat dari sektor

    perairan yang akan diarungi kapal tersebut dan juga penggunaan secara teknis maupun ekonomis.

    1.2 Perumusan Masalah

    Dari latar belakang dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana kondisi area lambung kapal yang akan diproteksi pada kapal Landing

    Craft Utility (LCU) 1500 DWT ?

    2. Bagaimana desain proteksi katodik untuk lambung kapal Landing Craft Utility

    (LCU) 1500 DWT ?

    3. Bagaimana perbandingan ekonomi anoda Zinc dan anoda Aluminium untuk

    sistem proteksi lambung kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500 DWT ?

    1.3 Tujuan

    Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui kondisi area lambung kapal yang akan diproteksi pada kapal

    Landing Craft Utility (LCU) 1500 DWT

  • 3

    2. Untuk mengetahui desain proteksi katodik untuk almbung kapal Landing

    Craft Utility (LCU) 1500 DWT

    3. Untuk mengetahui perbandingan ekonomi anoda Zinc dan anoda

    Aluminium untuk sistem proteksi lambung kapal Landing Craft Utility

    (LCU) 1500 DWT

    1.4 Manfaat

    Manfaat yang diperoleh dari penulisan tugas akhir ini adalah :

    1. Bagi mahasiswa, penulisan ini memberikan manfaat bagaimana cara

    menghitung kebutuhan anoda pada sistem proteksi katodik di lambung

    kapal

    2. Bagi PT. Daya Radar Utama unit Lamongan, penulisan ini menjadi

    salah satu efisiensi penggunaan perusahaan dalam pemakaian anoda

    korban

    1.5 Batasan Masalah

    Batasan dari tugas akhir ini adalah :

    1. Kapal yang diamati adalah kapal Landing Craft Untility (LCU) 1500

    DWT yang sedang di bangun di PT. Daya Radar Utama unit Lamongan.

    2. Perhitungan yang digunakan sesuai dengan standar Dnv.

    3. Jenis anoda yang digunakan adalah Zinc dan Aluminium.

    4. Hanya menghitung kebutuhan pengadaan anoda tidak menghitung

    kebutuhan jam orang.

    5. Umur dari anoda direncanakan selama 3 tahun

  • 4

    (HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)

  • 5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Korosi Air Laut

    Pada tugas akhir kali ini yang dibahas pertama kali adalah korosi yang

    tercelup air laut. Mengenai korosi air laut akan dibahas dari teori beberapa ahli.

    Berikut ini adalah pemaparan teori-teori tentang kosori yang disebabkan air laut.

    Bumi ini sebagian besar terdiri dari lautan. Hampir 2/3 bagian bumi terdiri

    dari lautan. Dengan kondisi geografis yang berupa lautan maka banyak sekali

    industri yang berkaitan dengan sistem kelautan seperti perkapalan, pengeboran

    lepas pantai dan konstruksi bangunan khusus untuk daerah pantai. Air laut

    merupakan salah satu elektrolit yang paling bagus sehingga lingkungan ini banyak

    menimbulkan masalah korosi jika ditempatkan logam korosif. (S,Heri 2003,II:28).

    Hal ini karena air laut memiliki beberapa faktor yang bersifat meningkatkan

    oksidasi. Faktor tersebut diantaranya kandungan garam, kecepatan media,

    temperatur dan unsur biologi.

    Seperti yang kita ketahui bahwa laut sangat kaya akan berbagai macam unsur-

    unsur yang kemungkinan dapat menyebabkan korosi. Jika ditinjau dari komposisi

    air laut, secara umum unsur-unsur yang ada pada air laut dinyatakan dalam ppm

    (parst of million). Komposisi air laut adalah sebagai berikut : chloride ( 19.345

    ppm), sodium (10.752 ppm), sulfate (2.701 ppm), magnesium (1.295 ppm), calcium

    (0.416 ppm), potassium (0.390 ppm), bicarbonate (0.145 ppm), bromide (0.027

    ppm), stronsium (0.013 ppm), fluoride (0.001 ppm), dan lainnya (kurang dari 0.001

    ppm). (Munasir & Surabaya, 2017).

    Korosi yang terjadi dilingkungan air laut di dorong oleh faktor-faktor :

    kadar gas dalam air laut (aerosols), hujan (rain), embun (dew), kondensasi

    (condensation) dan tingkat kelembaban (humidity) serta resistivitas. Secara

    alami lingkungan air laut mengandung ion khlorida (chloride ions) dengan

    10 kombinasi tingginya penguapan (moisture), unsur yang terkandung dalam air

  • 6

    laut dapat dilihat dalam Tabel.2.1 dan persentasi oksigen terkandung yang

    juga turut memperparah korosi karena air laut. Korosi pada air laut sangat

    tergantung pada(Sasono, 2010) :

    a. Kadar khlorida

    b. pH

    c. Kadar Oksigen

    d. Temperatur

    Anion Part/Million Equevalents per

    Million

    Part per Million

    per unit

    Chlorinity

    Chloride, Cl- 18.980,00 535,30 998,90

    Sulfate, SO42- 2.649,00 55,10 139,40

    Bicarbonete,

    HCO3- 139,70 2,30 7,35

    Bromine, Br- 64,60 0,80 3,40

    Fluoride,F- 1,30 0,10 0,07

    Boric Acid,

    H3BO3 26,00 - 1,37

    Total 593,60

    Cation Part/Million Equevalents per

    Million

    Part per Million

    per unit

    Chlorinity

    Sodium, Na+ 10.556,10 159,00 555,60

    Magnesium, MG2+ 1.272,00 104,60 66,95

    Calcium, Ca2+ 400,10 20,00 21,06

    Potassium, K+ 380,00 9,70 20,00

    Strotium, Sr2+ 13,30 0,30 0,70

    Total 593,60

    Tabel.2.1.Unsur pokok dalam media air laut (Benjamin D, 2006) (Sumber : https://jurnal.poltekba.ac.id/index.php/jst/article/download/31/26)

    Air laut merupakan lingkungan yang korosif untuk besi dan baja, terutama

    karena resistivitas air laut sangat rendah (+ 25 Ohm–cm) dibandingkan

    11 resistivitas air tawar ( + 4000 Ohm–cm ). Proses korosi air laut merupakan

    proses elektrokimia. Faktor –faktor yang mendorong korosi pelat baja dalam

    media air laut adalah :

    https://jurnal.poltekba.ac.id/index.php/jst/article/download/31/26

  • 7

    a. Sifat air laut (kimia-fisika dan biologis)

    b. Sifat logam (pengaruh susunan kimia dan mill scale )

    a. Sifat kimia – fisika air laut

    Kandungan garam yang terlarut dalam air laut dan temperatur sangat

    menentukan penghantaran listrik pada air laut, yang merupakan salah satu

    faktor mempercepat terjadinya proses korosi. Pada kadar garam yang sama,

    kenaikan temperatur air laut menyebabkan daya hantar listrik air laut

    meningkat, sedangkan pada temperatur air laut yang sama dengan kadar garam

    yang meningkat menyebabkan hantaran listrik air laut naik.

    b. Sifat biologis air laut

    Pengaruh fouling (pengotoran lambung kapal akibat melekatnya hewan

    dan tumbuhan laut) akan menimbulkan korosi pada pelat lambung kapal. Proses

    korosi terjadi saat melekatnya mikro organisme bersel satu pada lambung kapal

    dengan bantuan cat sebagai zat perekatnya, sehingga terdapat lapisan yang

    mudah mengelupas. Pada lapisan yang mengelupas akan timbul benih-benih

    hewan laut dan tumbuhan laut yang akan terus berkembang biak.

    Mikroorganisme yang menempel di lambung kapal menimbulkan

    pertukaran zat yang menghasilkan zat-zat agresif seperti : NH4OH, CO2, H2S

    dan atom-atom yang agresif, selanjutnya akibat reaksi elektrokimia

    terbentuklah gas oksigen. Gas oksigen dengan proses chlorophile akan

    membentuk sulfit dan sulfat yang menghasilkan zat yang berpengaruh terhadap

    terjadinya korosi air laut.

    Korosi air laut merupakan satu masalah korosi yang sangat rumit karena dari

    air laut sendiri mengandung elektrolit yang sangat bagus. Dibalik kandungan

    elektolit ada kandungan garam yang tinggi, ini juga factor yang tinggi dalam

    penyebab korosi. Faktor lain laut laut bersifat meningkatkan oksidasi.

  • 8

    2.2 Korosi

    Dalam dunia pembangunan kapal, tidak pernah terlepas dari masalah korosi.

    Seiring berjalannya waktu material logam akan mengalami korosi yang diakibatkan

    kontak langsung dengan udara. Untuk mengendalikan korosi yang terjadi pada

    kapal maka digunakanlah metode anoda korban. Dibawah penejelasan tentang

    korosi oleh beberapa ahli.

    Korosi didefinisikan sebagai penghancuran paksa zat seperti logam dan

    bahan bangunan mineral media sekitarnya, yang biasanya cair (agen korosif). Ini

    biasanya dimulai pada permukaan dan disebabkan oleh kimia dan dalam kasus

    logam, reaksi elektrokimia. Kehancuran kemudian dapat menyebar ke bagian

    dalam materi. Organisme juga dapat berkontribusi pada korosi bahan bangunan.

    selain itu juga dapat diartikan sebagai penurunan mutu logam

    yang disebabkan oleh reaksi elektrokimia antara logam dengan lingkungan

    sekitarnya (Afandi, Arief, & Amiadji, 2015).

    Korosi adalah bentuk kerusakan material akibat adanya reaksi kimia antara

    logam atau alloy dengan lingkungannya. Pada dasarnya reaksi korosi memerlukan

    4 (empat) faktor yaitu anoda sebagai tempat terjadinya oksidasi, katoda sebagai

    tempat terjadinya reduksi, elektrolit sebagai media penghantar listrik dan adanya

    hubungan antara anoda dan katoda (DAEROBI, 2012).

    Korosi adalah proses degradasi / deteorisasi / perusakan material yang

    disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan sekitarnya. Ada pengertian dari pakar

    lain, yaitu :

    1. Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan material

    2. Korosi adalah kebalikan dari metalurgi ekstraktif

    3. Korosi adalah system thermodinamika logam dengan lingkungan ( udara, air,

    tanah ), yang berusaha mencapai kesetimbangan.(Utomo, 2009)

    Korosi adalah pelepasan elektron elektron positif atau pengurangan

    komposisi pada logam yang disebabkan alam disekitarnya. Penurunan komposisi

    atau ketangguhan dari logam bisa disimpulkan dalam teori elektrokimia.

    Penanggulangan korosi/ perlambatan laju korosi bisa dikendalikan oleh metode-

  • 9

    metode yang ada.

    2.3 Macam-Macam korosi pada Kapal Baja

    korosi kapal baja bisa di simpulkan bahwa penyebab utamnya adalah air laut.

    sekian banyak macamnya ada 5 macam korosi pada kapal baja yang dijelaskan oleh

    edi, satria, & huda. Korosi kapal baja dapat dibedakan menjadi menjadi 5 jenis yaitu

    korosi merata, pelobangan, korosi tegangan, korosi erosi dan korosi celah (Edi

    Septe, Satria, & Huda, 2015).

    a) Korosi Merata atau uniform corrosion adalah seluruh permukaan pelat

    terserang korosi biasanya pada bagian pelat yang berada diatas garis air.

    b) Korosi Pelobangan (pitting corrosion), pada permukaan pelat

    terjadi lobang yang semakin lama akan bertambah dalam dan akhirnya dapat

    menembus pelat kapal.

    c) Korosi Tegangan (stress corrosion), korosi pada bagian pelat yang

    memikul beban besar.

    d) Korosi Erosi (errosion corrosion), korosi yang terjadi pada material

    yang menerima tumbukan partikel cairan yang mengalir dengan kecepatan

    tinggi.

    e) Korosi Celah (crevice corrosion), korosi yang terjadi pada celah,

    daerah jepitan, sambungan dan daerah yang ditutupi binatang.

    2.4 Jenis – jenis Korosi yang Terjadi Pada Pipa

    1. Uniform attack ( korosi seragam )

    Gambar.2.4.1 Korosi Seragam pada pipa ballast

    (Sumber : https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421)

    https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421

  • 10

    Adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia

    karena pH air yang rendah dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam

    makin menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen.

    Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara Diberi lapis lindung yang

    mengandung inhibitor seperti gemuk.

    a. Untuk lambung kapal diberi proteksi katodik

    b. Pemeliharaan material yang tepat

    c. Untuk jangka pemakain yang lebih panjang diberi logam berpaduan

    tembaga 0,4%

    2. Pitting corrosion ( korosi sumur )

    Adalah korosi yang disebabkan karena komposisi logam yang tidak

    homogen yang dimana pada daerah batas timbul korosi yang berbentuk sumur.

    Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :

    a. Pilih bahan yang homogen

    b. Diberikan inhibitor

    c. Diberikan coating dari zat agresif

    Gambar 2.4.2 Pitting Corrosion

    (Sumber : https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421)

    3. Errosion Corrosion ( korosi erosi )

    Korosi yang terjadi karena keausan dan menimbulkan bagian – bagian yang

    https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421

  • 11

    tajam dan kasar, bagian – bagian inilah yang mudah terjadi korosi dan juga

    diakibatkan karena fluida yang sangat deras dan dapat mengkikis pelindung pada

    logam. Korosi ini biasanya terjadi pada pipa dan propeller. Korosi jenis ini dapat

    dicegah dengan cara :

    a. Pilih bahan yang homogen

    b. Diberi coating dari zat agresif

    c. Diberikan inhibitor

    d. Hindari aliran fluida yang terlalu deras

    Gambar 2.4.3 Errosion Corrosion

    (Sumber : https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421)

    4. Galvaniscorrosion (korosi galvanis )

    Korosi yang terjadi karena adanya 2 logam yang berbeda dalam satu

    elektrolit sehingga logam yang lebih anodic akan terkorosi. Korosi ini dapat

    dicegah dengan cara :

    a. Beri isolator yang cukup tebal hingga tidak ada aliran elektolit

    b. Pasang proteksi katodik

    c. Penambahan anti korosi inhibitor pada cairan

    https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421

  • 12

    Gambar 2.4.4 Galvanic Corrosion

    (Sumber : https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421)

    5. Stress corrosion (korosi tegangan )

    Terjadi karena butiran logam yang berubah bentuk yang diakibatkan karena

    logam mengalami perlakuan khusus ( seperti diregang, ditekuk dll.) sehingga

    butiran menjadi tegang dan butiran ini sangat mudah bereaksi dengan

    lingkungan. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :

    a. Diberiinhibitor

    b. Apabila ada logam yang mengalami stress maka logam harus

    direlaksasi.

    Gambar 2.4.5 Stress Corrosion

    (Sumber : https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421)

    https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421

  • 13

    6. Crevice corrosion ( korosi celah )

    Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain

    diantaranya ada celah yang dapat menahan kotoran dan air sehingga kosentrasi

    O2 pada mulut kaya disbanding pada bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih

    anodic dan bagian mulut jadi katodik Korosi ini dapat dicegah dengan cara :

    a. Isolator

    b. Dikeringkan bagian yang basah

    c. Dibersihkan kotoran yang ada

    Gambar 2.4.6 Crevice Corrosion

    (Sumber : https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421)

    7. Korosi mikrobiologi

    Korosi yang terjadi karena mikroba Mikroorganisme yang mempengaruhi

    korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung

    jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju

    korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan

    dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam

    bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm.

    Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk

    lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.

    Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :

    a. Memilih logam yang tepat untuk suatu lingkungan dengan kondisi-

    https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421

  • 14

    Kondisinya

    b. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlindung dari

    Lingkungannya

    c. Memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif Perlindungan secara

    elektrokimia dengan anoda korban atau arus tandingan.

    d. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air,lumpur dan zat

    korosif lainnya.

    Gambar 2.4.7 Korosi Mikrobiologi

    (Sumber : https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421)

    8. Fatigue corrosion ( korosi lelah )

    Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus yang terus

    berulang sehingga semakin lama logam akan mengalami patah karena terjadi

    kelelahan logam. Korosi ini biasanya terjadi pada turbin uap, pengeboran

    minyak dan propeller kapal. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :

    a. Menggunakan inhibitor

    b. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat korosi.

    c. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat korosi.

    https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421

  • 15

    Gambar 2.4.8 Fatigue Corrosion

    (Sumber : https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421)

    2.5 Mekanisme Proteksi Katodik

    Pada dasarnya proteksi katodik merupakan control korosi secara elektrokimia

    dimana reaksi oksida pada sel galvanis dipusatkan di daerah anoda dan menekan

    proses korosi pada daerah katoda dalam sel yang sama. Dengan demikian, teknologi

    ini sebenarnya merupakan gabungan yang terbentuk dari unsur-unsur elektrokimia,

    listrik dan pengetahuan tentang bahan. Unsur elektrokimia mencakup dasar-dasar

    proses terjadinya reaksi korosi, sedangkan unsur kelistrikan mencakup konsep

    dasar perilaku obyek yang diproteksi dan lingkungannya jika arus listrik dialirkan.

    Untuk mendapatkan gambaran konsep dasar tentang proses korosi dan aplikasi

    proteksi katodik secara teoritis.

    Pada gambar 2.5.1 menunjukan ada dua buah logam besi dan zinc yang

    terpisah dan dicelupkan ke dalam suatu elektrolit. Kedua logam tersebut akan

    terkorosi dan kedua reaksi korosi (oksidasi) diseimbangkan dengan reaksi reduksi

    yang sama, dimana pada kedua kasus tersebut terjadi pembebasan gas hidrogen.

    Kejadian akan berbeda jika kedua logam tersebut dihubungkan satu sama lain

    secara elektris seperti terlihat pada Gambar 2(b). disini reaksi korosi dipusatkan

    pada elektroda zinc (anode) dan hampir semua reaksi reduksi dipusatkan pada

    elektroda besi (katoda). Reaksi anoda zinc pada rangkaian Gambar 2(b) akan lebih

    cepat dari pada rangkaian (a). Pada waktu yang bersamaan, korosi pada besi akan

    berhenti. Dengan kata lain anoda zinc telah dikorbankan untuk memproteksi besi.

    https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421

  • 16

    Pada aplikasi di lapangan , struktur yang dilindungi akan diusahakan menjadi

    lebih katoda dibandingkan dengan bahan lain yang dikorbankan untuk terkorosi.

    Proses ini dilakukan dengan cara mengalirkan arus searah dari sumber lain melalui

    elektrolit ke permukaan pipa dan menghindari adanya arus yang meninggalkan

    pipa. Jika jumlah arus yang dialirkan diatur dengan baik, maka akan mencegah

    mengalirnya arus korosi yang keluar dari daerah anoda dipermukaan pipa dan arus

    akan mengalir dalam pipa pada daerah tersebut. Sehingga permukaan pipa tersebut

    akan menjadi bersifat katodik, dengan demikian maka proteksi menjadi lengkap.

    Untuk jelasnya, prinsip kerja proteksi katodik dapat dilihat pada Gambar 2.5.1

    Gambar 2.5.1 Prinsip kerja sistem proteksi katodik

    (Sumber: https://beeothers.wordpress.com/2014/11/11/proteksi-

    katodik/)

    Pada gambar tersebut tampak bahwa arus mengalir ke pipa pada daerah dimana

    sebelumnya sebagai anoda. Driving voltage system proteksi katodik harus lebih

    besar dari pada driving voltage sel korosi yang sedang berlangsung. Supaya sistem

    proteksi katodik bekerja, harus ada arus yang mengalir dari groundbed. Selama

    terjadinya aliran arus ke tanah, maka material groundbed akan menjadi subjek

    korosi. Oleh karena kegunaan groundbed untuk mengeluarkan arus, maka

    sebaiknya menggunakan bahan yang laju konsumsinya lebih rendah dari pada

    pipanya itu sendiri. Atau secara termodinamika, potensial pipa / struktur yang

    diproteksi dibuat menjadi imun yaitu pada -850 mV (CSE).

    https://beeothers.wordpress.com/2014/11/11/proteksi-katodik/https://beeothers.wordpress.com/2014/11/11/proteksi-katodik/https://beeothers.files.wordpress.com/2014/11/614e4-3.png

  • 17

    1. Mekanisme Korosi

    Gambar 2.5.2 Korosi dari zinc dan besi didalam asam klorida

    (Sumber : www.corrosionsource.com)

    Kedua logam diatas zinc dan besi akan mengalami korosi karena kedua logam

    tersebut mengalami reaksi oksidasi dan diseimbangkan dengan reaksi reduksi gas

    hidrogen.

    Pada gambar diatas reaksi korosi (oksidasi) terpusatkan pada elektroda zinc

    (anode) karena zinc lebih reaktif terhadap lingkungan daripada besi dan hampir

    Fe –> Fe2+ + 2e– Reaksi oksidasi

    2H+ + 2e––> H2 Reaksi reduksi

    2H+ + Fe –> Fe2+ + H2

    ReaType

    equation here.ksi

    net

    Zn –> Zn2+ + 2e– Reaksi oksidasi

    2H+ + 2e– –> H2 Reaksi reduksi

    2H+ + Zn –> Zn2+ + H2

    Reaksi net

    Fe –> Fe2+ + 2e– Reaksi oksidasi

    2H+ + 2e––> H2 Reaksi reduksi

    2H+ + Fe –> Fe2+ + H2

    http://www.corrosionsource.com/

  • 18

    semua reaksi reduksi dipusatkan pada besi (LASRYZA,2014).

    2.6 Jenis inhtibitor dan jenis mekanisme kerjanya

    1. Inhibitor memasifkan anoda

    Salah satu contoh inhibitor yang memasifkan anoda adalah senyawa-

    senyawa kromat, misalnya Na2C2O4 =. Salah satu reaksi redoks yang terjadi

    dengan logam besi adalah: (Indra Surya Dalimunthe, 2004)

    Oksidasi : 2 Fe + 2 H2O ----------- Fe2O3 + 6 H+ + 6e

    Reduksi : 2 CrO4 = + 10 H+ + 6e -------- Cr2O3 + 5 H2O

    red-oks : 1 Fe + 2 CrO4= + 2 H+ ------- Fe2O3 + Cr2O3 + 3 H2O

    Padatan atau endapan Fe2O3 dan Cr203 inilah yang kemudian bertindak

    sebagai pelindung bagi logamnya. Lapisan endapan tipis saja, namun cukup

    efektif untuk melindungi permukaan logam yang lemah dari serangan zat-zat

    agresif. Untuk ini diperlukan kontinuitas pembentukan lapisan endapan

    mengingat lapisan tersebut bisa lepas yang disebabkan oleh adanya arus larutan.

    Berbagai data penelitian dengan berbagai kondisi percobaan menganggap bahwa

    Cr(III) nampak dominan pada spesimen yang didukung oleh pembentukan lapisan

    udara, sementara itu Cr(IV) teramati di daerah luar dari spesimen pengamatan

    yang didukung oleh suatu lapisan pelindung yang mengandung Cr(III). Ini

    menunjukkan bahwa reduksi Cr(IV) menjadi Cr(III) pada permukaan spesimen.

    Secara keseluruhan tebal lapisan yang terdiri dari spesimen kromium dan

    aluminium memperlihatkan lapisan dalam bentuk

    Hasil penelitian dengan menggunakan teknik pendar fluor dari adsorpsi

    sinar x memperlihatkan disagregasi lapisan yang mengandung Cr(IV) sebanding

    dengan pertumbuhan Cr203 yang mengisi celah-celah lapisan anodik (dalam hal ini

    Al203)diatas permukaan logam Al. Cara yang sudah lazim tentang studi

    pembentukan lapisan pasif pada permukaan logam akibat reaksi antar muka logam

    dengan inhibitor dapat menggunakan diagram potensial - pH dan secara kinetik

    dengan menggunakan kurva polarisasi. Inhibitor jenis Cr04 = dan N02- cukup

  • 19

    banyak digunakan untuk perlindungan logam besi dam aluminium terhadap

    berbagai medium korosif. Namun dari studi teoritis maupun eksperimentil, kedua

    jenis inhibitir tersebut kurang baik digunakan dalam medium yang mengandung

    H2S dan Cl-. Dengan adanya H2S, sebagian dari Cr04= bereaksi dengan H2S yang

    menghasilkan belerang.

    Nampaknya Cr203 yang terbentuk tidak dapat terikat kuat pada logamnya.

    Sedangkan pada medium Cl-, terjadi kompetisi reaksi dengan logamnya. Misalnya

    ion klorida dapat membentuk kompleks terlarut dengan senyawa Fe (III) yang ada

    pada permukaan logam besi, sehingga lapisan pelindung Cr2O3 - Fe203 sukar

    dipertahankan keberadaannya. Tabel 1 berikut ini merupakan rangkuman tentang

    penggunaan inhibitor kromat untuk melindungi beberapa jenis logam dalam

    berbagai lingkungan korosif. Tabel 2.6.1 (dari berbagai Iiteratur). Konsentrasi

    efektif dari inhibitir kromat.

    Tabel 2.6.1 memperlihatkan konsentrasi kritis dari NaCl dan Na2SO4 selaku

    depasivator pada penggunaan Na2CrO4 dan NaNO3 selaku inhibitor korosi logam besi.

    (sumber: http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-indra3.pdf)

    LOGAM LINGKUNGAN INHIBITOR

    Al

    HNO3 10%

    H3PO4

    H2PO 20%

    H3PO4 pekat

    Etanol panas

    NaCl 3-5%

    Na-trikloroasetat 50%

    Tetrahidrofuran, alk

    alkali, kromat 0,1%

    alkali, kromat 0,1%

    Na2CrO4 0,5%

    Na2CrO4 5%

    K2Cr2O7

    Na2CrO4 1%

    Na2Cr2O7 0,5%

    Na2CrO4 0,3%

    Cu Tetrahidrofuran, alk Na2CrO4 0,3%

    Baja Na – trikloroasetat 50%

    Tetrahidrofuran, alk

    Na2Cr2O7 0,5%

    Na2CrO4 0,3%

    http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-indra3.pdf

  • 20

    Inhibitor Konsentrasi

    (ppm)

    Konsentrasi kritis (ppm)

    NaCl Na2SO4

    Na2CrO4 200

    500

    12

    30

    55

    120

    NaNO2

    50

    100

    500

    210

    460

    200

    20

    55

    450

    Tabel 2.6.2 Konsentrasi kritis NaCl dan Na2SO4 selaku depasivator pada inhibitor

    Na2CrO4 dan NaNO2 bagi logam besi

    (sumber: http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-indra3.pdf)

    Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apabila konsentrasi inhibitor jenis ini tidak

    mencukupi, malahan dapat menyebabkan peningkatan kecepatan korosi logam. Bila lapisan

    pasif yang terbentuk tidak mencukupi untuk menutupi permukaan logam, maka bagian

    yang tidak tertutupi akan terkorosi dengan cepat. Akibatnya akan terbentuk permukaan

    anoda yang sempit dan permukaan katoda yang jauh luas, sehingga terjadilah korosi

    setempat dengan bentuk sumuran-sumuran. Contoh senyawa lain dari inhibitor pasivasi

    anodik adalah phosfat (PO4-3), tungstat (Wo4-2) dan molibdat (MoO4-2), yang oleh

    karena tidak bersifat oksidator maka reaksinya dengan logamnya memerlukan kehadiran

    oksigen.

    2. Inhibitor memasifkan katoda.

    Dua reaksi uatama yang umum terjadi pada katoda diadalam medium air, yaitu

    reaksi pembentukan hidrogen dari proton:

    2 H+ + 2 e ---------- H2

    dan reaksi reduksi gas oksigen dalam suasana asam

    O2 + 4 H+ + 4 e ----- 2 H2O

    Karena bagi suatu sal korosi, reaksi reduksi oksidasi terbentuk oleh pasangan reaksi

    reduksi dan reaksi oksidasi dengan kecepatan yang sama, maka apabila reaksi reduksi (pada

    katoda) dihambat akan menghambat pula reaksi oksidasi (pada anoda). Inilah yang menjadi

    pedoman pertama di dalam usaha menghambat korosi logam dalam medium air atau

    medium asam. Hal yang kedua adalah melalui penutupan permukaan katoda oleh suatu

    senyawa kimia tertentu baik yang dihasilkan oleh suatu reaksi kimia atau melalui

  • 21

    pengaturan kondisi larutan,misalnya pH. Secara umum terdapat 3 jenis inhibutor yang

    mempasifkan katoda, yaitu jenis racun katoda, jenis inhibutor mengendap pada katoda dan

    jenis penangkap oksigen. Inhibutor racun katoda pada dasarnya berperan mengganggu

    rekasi katoda. Pada kasus pembentukan gas hidrogen, reaksi diawali yang teradsorpsi pada

    permukaan katoda.

    H+ + e H (ads)

    Atau

    H3O+ + e H (ads) + H2O

    Selanjutnya

    2H (ads) H2 (g)

    Inhibitor harus berperan menghambat kedua tahap reaksi diatas terutama reaksi

    yang pertama, misaInya berdasarkan diagram arus –potensial (voltamogram) reaksi

    pembentukan hidrogen dari asamnya, maka untuk memperkecil arus katodik dapat dengan

    menurunkan tegangan lebih katodiknya. Yang patut dipertimbangkan adalah bila inhibutor

    hanya menghambat reaksi kedua saja, maka akan terjadi penumpukan atom hidrogen pads

    permukaan katoda. Atomatom tersebut dapat terpenetrasi ke dalam kisi logam – dan

    mengakibatkan timbulnya kerapuhan akibat hidrogen. Senyawa sulfida (S=) dan selenida

    (Se=) mungkin dapat digunakan, karena dapat terserap pada permukaan katoda. Namun

    sayang sekali pada umumnya senyawa-senyawa itu mempunyai kelarutan yang rendah di

    dalam air atau suasana asam. Selain itu dapat pula mengendapkan berbagai logam,

    disamping sifat racunnya. Senyawa arsenat, bismutat dan antimonat dapat pula digunakan,

    yang melalui reaksi tertentu (misal reaksi kondensasi) dapat tereduksi menghasilkan

    produk yang mengendap pada katoda. Biasanya reaksi tersebut berlangsung pada pH relatif

    rendah. Inhibutor jenis kedua adalah yang dapat diendapkan pada katoda.

    Cukup banyak senyawa-senyawa yang dengan pengaturan pH larutan

    dapat membentuk suatu endapan, misalnya garam-garam logam transisi akan mengendap

    sebagai hidroksidanya pada pH tinggi yang lazim digunakan adalah ZnSO4 yang

    terhidrolisis

    ZnSO + 2 H2O Zn(OH)2(S) + H2S04

    pH larutan harus tetap tinggi mengingat harus menetralisir asam yang berbentuk.

  • 22

    Cara sederhana lainnya adalah pembentukan karbonat dari logam

    alkali tanah (CaC03' Bac03' atau MgC03) melalui reaksi Ca(HC03)2 + Ca(OH)2 -

    2 cac03(S) + 2 H2O atau apabila diperkirakan sudah ada senyawa sebagai alkali

    tanah (CaCo3, BaCO3, atau MgCO3) melalui reaksi

    Ca (HCO3)2 + Ca (OH)2 2 CaCO3 (s) + 2 H2O

    Atau apablia diperkirakan sudah ada senyawa sebagai bikarbonatnya, dapat

    melalui pemasan

    Ca (HCO3)2 pemanasan CaCO3 (s) + H2O + CO2 (g)

    Perhitungan yang teliti dapat dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang baik

    berdasarkan data Ksp' tetapan keasaman, dan tetapan kestabilan dari berbagai

    spesi yang ada dalam sistem itu. Jenis inhibutor yang mempasifisi katodik lainnya

    adalah didasarkan pada kerjanya yang mengikat oksigen terlarut (oxygen

    scavenger).

    Hidrasin (H2H4) merupakan senyawa yang paling banyak digunakan, yang

    reaksinya dengan oksigen adalah

    N2H4 + O2(g) N2(g) + 2 H2O

    Sayang sekali reaksi ini sangat lambat, walaupun pada pemanasan sampai suhu

    60°C. Untuk mempercepat reaksi, diperlukan katalisator, misalnya garam garam dari

    Co(II), Mn(II) atau Cu(II), dan pada akhir-akhir ini banyak digunakan senyawasenyawa

    organologam. Organologam dihasilkan akibat reaksi pembentukan senyawa khelat antara

    ion logam dengan suatu ligan tertentu, misal senyawa Co(3,4 - toluen diamine)2Cl2. Tabel

    2.6.3 berikut ini menunjukkan peningkatan lajut ikat dari hidrasin terhadap oksigen dengan

    adanya katalis tersebut.

  • 23

    Waktu

    0 3 5 7 10

    Hidrasin dengan katalis Co (3,4-Toluen

    diamine) 2Cl2Hidrasin tanpa katalis

    7,4

    8,7

    4,6

    7,4

    2,4

    6,8

    0,7

    6,4

    0,3

    6

    Tabel 2.6.3 pengaruh katalis Co (3,4-Toluen diamine) 2Cl2 terhadap laju reaksi pengikatan O2

    oleh hidrasin

    (sumber: http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-indra3.pdf)

    Angka banding jumlah senyawa kompleks terhadap senyawa hidrasin adalah

    antara 0,002 - 0,04 bagian senyawa kompleks terhadap 1 bagian senyawa

    hidrasin. Di samping katalis garam-garam logam transisi atau senyawa kompleks

    organologam, dapat pula digunakan senyawa senyawa organik jenis aryl amina.

    Tabel 4 di bawah ini menunjukkan efektifitas beberapa jenis senyawa aryl amina

    sebagai katalis bagi hidrazin selaku oxygen scavenger. Studi dilakukan dalam

    kondisi 150 ppm hidrasin, pH = 10, pada suhu 25°C, sebagai oxygen scavenger

    dalam air untuk keperluan boiler.

    Senyawa aryl amina 3 ppm % O2 yang hilang

    5 menit 10 menit

    o-phenylen diamina

    p-phenylen diamina

    2,3 –Toluen diamine

    2,6 – Toluen diamine

    n-animo benzoteifluorida

    1-animo-2 napthol-4 sulfanic

    acid

    hidrasin tanpa katalis

    (sebagai control)

    44

    84

    55

    75

    62

    65

    25

    82

    95

    92

    95

    95

    95

    50

    Tabel 2.6.4 penggunaan katalis senyawa aryl amina selaku katalis bagi hidrasin sebagai oxygen

    scavenger bagi air untuk boiler (sumber: http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-indra3.pdf)

  • 24

    Di samping hidrasin masih banyak lagi senyawa-senyawa yang dapat digunakan

    sebagai oxygen scavenger, misalnya Na2S03, hidroksil amin HCl, N,N-diethyl

    hydroxylamin, gas S02, dan sebagainya.

    3. Inhibutor Ohmik dan Inhibutor Pengendapan

    Sebagai akibat lain daripada penggunaan inhibitor pembentuk lapisan pada katoda

    maupun anoda adalah semakin bertambahnya tahanan daripada rangkaian elektrolit.

    Lapisan yang dianggap memberikan kenaikan tahanan yang memadai biasanya mencapai

    ketebalan beberapa mikroinchi. Bila lapisan terjadi secara selektif pada daerah anoda, maka

    potensial korosi akan bergeser kearah harga yang lebih positif, dan sebaliknya potensial

    korosi akan bergeser ke arah yang lebih negatif bilamana lapisan terjadi pada daerah katoda.

    Jenis inhibitor pengendapan yang banyak digunakan adalah natrium silikat dan berbagai

    senyawa fosfat yang pada umumnya baik digunakan untuk melindungi baja.

    2.7 Pengendalian Korosi Air Laut

    Pengendalian korosi air laut dibagi menjadi 2 yaitu coating dan zinc anode.

    Pengendalian sendiri tidak akan menghindarkan dari korosi tetapi mengendalikan korosi

    tersebut. Coating mengandung anti korosi dan ini lapisan utama yang mencegah korosi,

    zinc anode adalah anoda yang mengendalikan laju korosi pada plat kapal itu sendiri

    (Munasir & Surabaya, 2017).

    1. Pelapisan (coating)

    Metode pelapisan atau coating adalah suatu upaya mengendalikan korosi dengan

    menerapkan suatu lapisan pada permukaan logam besi. Misalnya dengan pengecatan atau

    penyepuhan logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah.

    Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap lapisan film

    permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi lebih lanjut.

    Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir) akan tetapi seng tidak

    membentuk lapisan oksida seperti pada krom dan timah, meliakan berkarbondemi besi.

    Ada dua cara pelapisan yaitu :

    a) Pelapisan dengan bahan logam. Pada pelapisan dengan bahan logam, dapat

    digunakan bahan-bahan logam yang lebih inert maupun yang kurang inert sebagai

    bahan pelapis. Pemakaian kedua macam bahan tersebut mempunyai kelebihan dan

    kekurangan masing-masing.

    b) Pelapisan dengan bahan non logam. Yaitu dengan pelapis berbahan dasar organik

  • 25

    seperti cat polimer dan pelapis berbahan dasar anorganik. Aplikasi pengecatan dapat

    dilihat pada Gambar 2.7.1

    Gambar 2.7.1 Proses Coating

    (Sumber :PT. Daya Radar Utama unit Lamongan)

    1. Pengunaan Zinc Anode

    Oleh karena itu, dalam rangka pengendalian korosi kita perlu mengenal lingkungan

    beserta sifat-sifatnya, macam-macam logam yang dipakai serta daya tahan terhadap

    lingkungannya dan peristiwa serta bentuk-bentuk korosi yang diperkirakan akan terjadi,

    tetapi faktor ekonomi dalam tiap pengendalian korosi merupakan faktor yang paling

    menentukn. Salah satu pemasangan anoda pada kapal dapat dilihat pada gambar 2.7.2

    dibawah ini.

    Gambar 2.7.2 Pemakaian Zinc Anode

    (Sumber :PT. Daya Radar Utama Unit Lamongan)

  • 26

    2.8 Katodik Proteksi

    Proteksi Katodik (Cathodic Protection) adalah teknik yang digunakan untuk

    mengendalikan karat (korosi) pada logam dengan cara menjadikan permukaan logam

    tersebut sebagai katode dari sel elektrokimia. Proteksi katodik merupakan cara yang efektif

    dalam mencegah stress corrosion cracking (retak karena korosi), dengan cara membalikkan

    arah arus korosi untuk mengembalikan elektron-elektron yang mengurai dari logam

    tertentu, yang bersifat kebal atau imun sehingga proses korosi pada logam dapat dikurangi

    atau ditiadakan (tidak sampai hilang). Sistem proteksi katodik biasanya digunakan untuk

    melindungi baja, jalur pipa, tangki, tiang pancang, kapal, anjungan lepas pantai, dan casing

    (selubung) sumur minyak di darat (RAHARTRI SERPONG, 2017).

    A. Sacrifice Anode Cathodic Protection (SACP)

    Proteksi katodik dengan sistem anoda tumbal dapat dijelaskan dengan prinsip sel

    galvanik. Dalam suatuk sel galvanic, bagian anoda adalah pihak yang terkorosi sedangkan

    katoda tidak terkorosi. Dalam proteksi katodik dengan metode anoda tumbal logam yang

    diproteksi diatur agar berperan sebagai katoda. Sejauh ini proteksi katodik banyak

    digunakan untuk mengendalikan korosi pada pipa minyak, lambung kapal, anjungan

    pengeboran lepas pantai, pipa gas serta pipa air dibawah tanah.Kesemuanya dilindungi

    dari serangan korosi di salah satu lingkungan alami yang sehingga kerusakan pada sistem

    ini akan berakibat fatal terhadap kinerja sistem proteksi.

    a) Macam-macam anoda

    Anoda yang biasa dipakai untuk sistem SACP adalah zinc anode dan

    aluminium anode.

    1. Zinc anode

    Zinc dianggap sebagai bahan yang dapat diandalkan, tetapi tidak cocok

    untuk digunakan pada suhu yang lebih tinggi, karena cenderung untuk pasif

    (tegangan elektroda standar menjadi kurang negatif); jika hal ini terjadi, arus

    listrik mungkin berhenti mengalir dan anoda berhenti bekerja. Perairan indonesia

    bisa dibilang di bawah suhu tinggi dan cocok menggunakan anoda ini, oleh

    karena itu secara ekonomis resiko yang ditimbulkan dari harga yang lebih tinggi

    dari aluminium anode tetapi kinerjanya maksimal.

    Zinc adalah jenis bahan yang telah digunakan untuk anoda sejak tahun

    1824. Zinc Anode terbuat dari bahan zinc dengan kemurnian 99.995%, dan

    menghasilkan kapasitas arus sebesar 780 ampere jam (Ah) per kg. Kapasitas zinc

  • 27

    anode tidak terpengaruh oleh kepadatan arus. Cocok digunakan sebagai

    perlindungan katodik untuk pipa dan dalam air atau rawa dengan ketahanan arus

    100 ohm per cm. Dimana susunan komponen aluminium anode dapat dilihat

    pada Tabel 2.7.1

    Element Kl-Zn1 KI-Zn2

    Al 0,10-0,50 ≤ 0,10

    Cd 0,025-0,07 ≤ 0,004

    Cu ≤ 0,005 ≤ 0,005

    Fe ≤ 0,005 ≤ 0,0014

    Pb ≤ 0,006 ≤ 0,006

    Zn > 99,22 ≥ 99,88

    Potential (T=20°C) -1,03V Ag/AgCl/See -1,03 V Ag/AgCl/See

    Qᶢ (T=20°C) 780 Ah/kg 780 Ah/kg

    Efficiency (T=20°C) 95%

    Tabel 2.7.1 Anoda korban seng aplikasi dalam media air laut

    (sumber: BKI,2014)

    2. Aluminium anode

    Aluminium anode memiliki kinerja elektrokimia yang tinggi karena dibuat

    dari logam aluminium dengan kemurnian yang tinggi yang dihomogenkan dalam

    tungku peleburan skala besar. Unsur lain yang ditambahkan dalam berbagai tipe

    anoda aluminium karena dalam keadaan normal, aluminium murni sangat tidak

    bisa diandalkan sebagai anoda korban dikarenakan aluminium memproduksi

    lapisan oksida yang kemudian membungkus logam tersebut ketika masih diudara

    bebas. Oleh karena itu secara ekonomis anoda ini tidak bisa dijadikan solusi

    pengganti dari anoda seng.

    Aluminium anode memiliki kapasitas arus 2600 Ah/kg di lingkungan air laut

    dengan resistivitas 25 Ohm-cm dan -1100mV potensial sehubung dengan

    Ag/AgCl. Aluminium memiliki beberapa keunggulan, seperti bobot yang lebih

    ringan, dan kapasitas elektron yang jauh lebih tinggi dari seng. Namun, perilaku

    elektrokimia aluminium yang cenderung sangat mudah teroksidasi (tak seperti

    halnya seng), dan akan pasif pada konsentrasi ion klorida di bawah 1.446 ppm (1

  • 28

    ppm = 1 part per million / 1 per 1 juta). Oleh karena itu, penggunaan aluminium

    sebagai anoda korban hanya dilakukan pada bagian-bagian tertentu dari struktur

    suatu kapal. Dimana susunan komponen aluminium anode dapat dilihat pada

    Tabel 2.7.2

    Ti - - 0,01-0,05

    In 0,01-0,03 - 0,01-0,05

    Sn - 0,05-0,15 -

    Other El ≤ 0,10 ≤ 0,10 ≤ 0,10

    Al Residue Residue Residue

    Potential

    (T=20°C)

    -1,05V

    Ag/AgCl/See

    -1,05V

    Ag/AgCl/See

    -1,05V

    Ag/AgCl/See

    Qᶢ (T=20°C) 2000 Ah/kg 2000 Ah/kg 2700 Ah/kg

    Efficiency

    (T=20°C) 95%

    Tabel 2.7.2 Anoda korban seng aplikasi dalam media air laut

    (sumber: BKI,2014)

    B. Impressed Current Cathodic Protection (ICCP)

    Dalam perencanaan sistem proteksi katodik dengan metode ICCP pada kapal,

    terdapat beberapa hal yang mutlak diperhatikan sehingga perencanaan yang dilakukan

    dapat tepat sasaran yaitu meminimalisir terjadinya korosi pada permukaan kapal yang

    dilindungi, diantaranya adalah :

    a) Kondisi struktur lingkungan yang dilindungi

    b) Kondisi lingkungan operasional

    c) Peralatan yang digunakan

    Tujuan ICCP ini adalah meminimalisir pengkaratan atau korosi yang terjadi pada

    logam yang tercelup dalam air. Perlindungan korosi pada lambung terbuka dan tempat

    tempat yang tersembunyi semacam sea-chest, umumnya dilakukan pada tingkat tertentu saja

    kecuali pada pembuatan perencanaan instalasi khusus. Perlindungan badan kapal dengan

    metode ICCP yaitu metode perlindungan dengan memberikan elektron pada badan kapal

    dengan bantuan sumber arus listrik dari luar.

  • 29

    Elektron yang diberikan pada material berasal dari anoda permanen yang

    terbuat dari logam. Prinsip dasar sistem ICCP adalah memberikan potensial lebih

    negatif, sehingga logam akan berpindah ke zona kekebalan. Perbedaan antara zona

    korosi dengan zona kekebalan semata – mata hanya berpijak pada definisi saja,

    tetapi dalam kenyataannya meskipun logam berada pada zona kekebalan, korosi

    masih berlangsung dengan laju yang lebih rendah. Semakin negatif potensial yang

    diberikan maka akan memperlambat reaksi anodik, sebaliknya reaksi katodik akan

    semakin cepat, akibatnya logam akan menjadi lebih katodik. Gambar Sistem ICCP

    dapat dilihat digambar 2.8 dibawah.

    Gambar 2.8 Instalasi ICCP (Sumber: Bureau Veritas)

    Proteksi katodik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan

    menggunakan anoda korban (sacrificial anode) dan impress current (ICCP).

    Proteksi katodik dengan anoda korban terjadi saat sebuah logam dihubungkan

    dengan logam yang lebih reaktif (anoda). Hubungan ini mengarah pada

    rangkaian galvanik. Untuk memindahkan korosi secara efektif dari struktur

    logam, material anoda harus mempunyai beda potensial cukup besar untuk

    menghasilkan arus listrik (Sudjasta et al., 2018).

  • 30

    Gambar 5 Proteksi katodik dengan anoda korban

    (sumber: https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/BinaTeknika/article/download/1422/pdf.)

    Penggunaan proteksi katodik secara efektif akan menyediakan proteksi yang baik pada

    seluruh area permukaan material. Kombinasi coating dan proteksi katodik akan

    memberikan pilihan yang lebih ekonomis dan efektif untuk memproteksi material pada

    lingkungan tanah dan air laut.

    1. Magnesium

    Anoda magnesium biasanya digunakan untuk proteksi katodik pada lingkungan

    tanah. Terdapat dua buah alloy magnesium yang umum digunakan pada proteksi

    katodik yaitu High-Potential Magnesium dan H-1.

    Tabel 2.7.3. Standar kimia alloy magnesium

    (sumber: https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/BinaTeknika/article/download/1422/pdf.)

    https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/BinaTeknika/article/download/1422/pdfhttps://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/BinaTeknika/article/download/1422/pdf

  • 31

    2. Seng

    Anoda seng digunakan untuk proteksi katodik pada lingkungan tanah yang

    memiliki resistivitas rendah, beberapa kondisi air seperti air laut, air payau dan

    air tawar. Berikut ini merupakan table komposisi anoda seng untuk penggunaan

    pada lingkungan air laut.

    Tabel 2.7.4 Komposisi anoda seng untuk lingkungan air laut

    (sumber: https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/BinaTeknika/article/download/1422/pdf.)

    3. Aluminium

    Anoda aluminium digunakan pada lingkungan air laut dan beberapa kondisi

    air tawar. Aluminium memiliki umur yang lebih panjang jika dibandingkan dengan

    magnesium. Aluminium juga memiliki arus dan karakteristik berat yang lebih baik

    jika dibandingkan dengan seng. Dalam pembuatannya aluminium biasanya

    dicampur dengan mercuri, antimoni, indium, tin.

    2.9 Desain Proteksi Katodik

    Prinsip dari proteksi katodik (Cathodic Protection) adalah menyediakan

    elektron untuk struktur logam yang akan dilindungi. Teori yang mendasari adalah

    jika arus mengalir dari kutub positif ke kutub negatif (teori listrik konvensional)

    struktur akan terlindungi jika arus masuk dari elektrode. Kebalikannya laju korosi

    akan meningkat jika arus masuk melalui logam ke electrode (RAHARTRI 2017).

    Sistem proteksi katodik banyak digunakan untuk memproteksi struktur

    baja yang berada di dalam tanah dan lingkungan air laut, dan sedikit digunakan

    (pada kondisi tertentu) untuk penempatan baja dalam air tawar. Dalam banyak

    https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/BinaTeknika/article/download/1422/pdf

  • 32

    kasus, penerapan proteksi katodik sering dikombinasikan dengan coating.

    Tujuannya adalah Analisis Kebutuhan Pemasangan Zink Anode untuk melindungi

    baja pada saat coating mengalami kerusakan. Pada saat ini, penerapan sistem

    proteksi katodik telah meningkat secara cepat dengan banyaknya penerapan di

    area eksplorasi serta produksi minyak dan gas yang berada di offshore. Metode

    proteksi ini merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk memproteksi

    bagian material yang terendam oleh air, terutama air laut (Sudjasta et al., 2018).

    Proteksi katodik metode anoda zink dapat dilakukan dengan

    menghubungkan anoda zink terhadap material yang akan diproteksi. Material

    yang akan diproteksi diatur agar berperan sebagai katoda dalam suatu sel korosi

    dan pasangan yang dihubungkan adalah logam lain yang memiliki potensial yang

    lebih negatif sehingga berperan sebagai anoda. Elektron akan mengalir dari anoda

    ke katoda melalui kabel penghubung sehingga terjadi penerimaan elektron di

    katoda. Dengan adanya penerimaan elektron tersebut, katoda mengalami reaksi

    reduksi dan terproteksi dari proses korosi. Berikut adalah lebihan penerapan

    sistem proteksi katodik metode anoda zink (Sudjasta et al., 2018).

    a) Pemasangan relatif mudah dan murah.

    b) Tidak membutuhkan sumber energi listrik dari luar.

    c) Distribusi arus merata.

    d) Cocok untuk daerah berstruktur padat.

    e) Tidak membutuhkan biaya operasional.

    f) Perawatan mudah.

    g) Resiko overprotection rendah.

    Namun metode ini juga mempunyai beberapa kekurangan sebagai berikut:

    a) Keluaran arus terbatas.

    b) Tidak efektif bila resistivitas elektrolit tinggi.

    c) Tidak cocok untuk struktur besar yang perlu arus proteksi besar.

    Sistem proteksi katodik anoda zink biasanya diterapkan pada

    perlindungan tangki dalam tanah, jaringan pipa dalam tanah, jaringan kabel listrik

    dan komunikasi dalam tanah, tangki air panas dan struktur kapal laut.

  • 33

    Jenis anoda zink dan karakteristiknya Penentuan material yang digunakan

    sebagai anoda zink dilakukan berdasarkan kemampuan material tersebut dalam

    menurunkan potensial logam yang diproteksi mencapai daerah imun dengan cara

    membanjiri struktur dengan arus searah melalui lingkungan. Faktor lainnya yaitu

    biayanya murah, mampu dibentuk sesuai ukuran, dan dapat terkorosi secara merata.

    Anoda zink yang biasa digunakan adalah magnesium (Mg), seng (Zn), dan

    aluminium (Al).

    Anoda

    Resistivitas

    Lingkungan

    (ohm/cm)

    Aluminium (Al) < 150

    Seng (Zn) 150 - 500

    Magnesium (Mg) > 500

    Tabel 2.8.1 Jenis Anoda dengan Resistivitas Lingkungan

    (Sumber: Teknik Pengendalian Korosi)

    2.9.1 Perhitungan Luas Permukaan Kapal

    Tahap awal perhitungan dimulai dengan mengetahui ukuran utama dari

    kapal Lanidng Craft Utility (LCU) 1500 DWT, untuk itu digunakan data ukuran

    utama kapal LCU sebagai kapal yang akan di perhitungkan. Setelah ukuran

    utama kapal diketahui, maka selanjutnya dilakukan perhitungan luasan lambung

    kapal yang tercelup air/ WSA (BKI, 2016).

    Perhitungan luas pelat lambung kapal yang akan diproteksi

    WSA = LWL (cb x B) + (1,7 x T)

    Keterangan :

    WSA : Watted Surface Area

    Cb : Coefisien Block

    B : Lebar Kapal

    T : Tinggi Sarat Kapal

  • 34

    2.9.2 Perhitungan Faktor Breakdown Coating

    Langkah selanjutnya adalah menentukan factor breakdown coating, yang

    menunjukkan hambatan arus karena pengaplikasian lapisan insulasi elektrik pada

    kapal laut. Jika fc = 0, maka lapisan tersebut memiliki hambatan 100%, dan

    membuat kemampuan mengalirnya arus menjadi 0, sebaliknya jika fc = 1, berarti

    lapisan pelindung tidak memiliki hambatan arus sama sekali (Veritas, 2007).

    Faktor breakdown coating dapat dihitung menggunakan persamaan di

    bawah ini :

    fc = (a + b) x 𝑡𝑐

    2

    (Veritas, 2007)

    Keterangan :

    fc = Faktor breakdown coating.

    tc = Umur desain coating (tahun).

    a dan b = Konstanta coating.

    Dengan :

    tc = 3 tahun

    a = 0,02

    b = 0,015

    2.9.3 Perhitungan Kebutuhan Arus Proteksi

    Kebutuhan arus proteksi pada sistem katodik proteksi dihitung untuk

    mempertahankan proteksi selama umur desain yang diharapkan. Untuk arus

    proteksi ini juga tergantung dari factor Breakdon Coating yang

    direncanakan(Veritas, 2007). Berikut perhitungan kebutuhan arus proteksi rata –

    rata yang dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini :

    Ic = Ac x ic x fc

    (Veritas, 2007)

    Keterangan :

    Ic = Kebutuhan arus proteksi (A).

  • 35

    Ac = Luasan yang diproteksi (m2).

    ic = Arus densitas rata-rata (A/m2)

    fc = Faktor breakdown coating.

    2.9.4 Perhitungan Teknis dan Ekonomis Zinc anode dan Aluminium Anode

    1. Teknis

    Perhitungan kebutuhan anoda dipengaruhi oleh beberapa faktor salah

    satunya adalah lamanya periode perlindungan. Untuk lamanya periode

    perlindungan disesuikan dengan waktu pengedokan kapal dimana kapal

    direncanakan melakukan docking pada 2 tahun berikutnya. Data-data yang

    dibutuhkan dalam perhitungan kebutuhan Zinc Anode dan Aluminium Anode

    secara teknis dan ekonomis yang sesuai standar BKI atau aturan yang ada,

    perhitungan kebutuhan zinc anode yang sesuai standar BKI seperti persamaan

    adalah sebagai berikut

    Perhitungan masa anoda korban

    Dimana :

    𝑀 =𝐼𝐶 𝑥 𝑇 𝑥 8760

    𝜇 𝑥 𝜀 …(kg)

    Keterangan :

    M = Berat anoda korban Zinc Anode (kg)

    Ic = Kebutuhan arus proteksi (Ampere)

    T = Umur proteksi (tahun), T = 3 Tahun ( Peraturan BKI)

    µ = Faktor guna anoda korban, = 0,85

    Ԑ = Electrochemical efficiency (Ah/kg), = 700 untuk Zn

    = 2700 untuk Al

    Js =Current Density =( 0,02 A/m2)

  • 36

    2. Ekonomis

    1. Zinc Anode

    Zinc anode dengan dimensi 300 x 150 x 30 mm dengan berat 9,5 kg yang

    weld type. Harga zinc anode untuk setiap kilogramnya sebesar Rp 57.000,00.

    a. Harga perbatang = berat satuan x harga perkilogram

    b. Total harga yang dibutuhkan = harga per batang x jumlah anoda

    2. Aluminium Anode

    Aluminium anode dengan dimensi 300 x 150 x 30 mm dengan berat

    4 kg yang welded type. Harga aluminium anode untuk setiap kilogramnya

    sebesar Rp 52.000,00 dan jumlah aluminium anode yang dibutuhkan sebanyak

    43 batang. Maka harga yang harus dikeluarkan adalah :

    a. Harga perbatang = berat satuan x harga perkilogram

    b. Total harga yang dibutuhkan = harga per batang x jumlah anoda

  • 37

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Diagram alir penelitian

    Proses pengerjaan tugas akhir ini dapat digambarkan seperti flowchart

    pada Gambar 3.1

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

    .

    Tinjauan Pustaka

    Pengumpulan Data

    Kesimpulan

    Selesai

    Identifikasi Area

    yang Diproteksi

    Perbandingan Ekonomi

    Anoda Seng dan Anoda

    Aluminium

    Mulai

    Desain Teknis Katodik

    Proteksi

    Hasil dan Pembahasan

  • 38

    3.2 Tinjuan Pustaka

    Pada tahap ini dicari permasalahan yang ada saat proses pembangunan

    kapal, sekaligus menjadi tujuan dari tugas akhir ini. Pada tugas akhir ini

    permasalahan yang didapatkan yaitu mengenai pemilihan anoda dalam sistem

    proteksi katodik pada kapal LCU 1500 DWT.

    Tahap ini dilakukan agar penulisan dan memakai metode pada tugas akhir

    ini sesuai dengan aturan-aturan yang ada agar perhitungan kebutuhan dan

    penggunaan anoda tidak ada kekeliruan. Selain itu dilakukan wawancara lapangan

    guna menunjang materi pada tugas akhir ini.

    3.3 Pengumpulan data

    Tahap ini adalah proses pengumpulan semua data penunjang dari objek yang

    diamati. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur dan wawancara

    dilapangan. Data-data yang dibutuhkan yaitu :

    3.3.1 Data ukuran utama kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500 DWT

    Dalam tugas akhir kali ini kapal yang digunakan adalah kapal Landing

    Craft Utility (LCU) 1500 DWT milik TNI angkatan darat yang dibangun di

    PT. Daya Radar Utama unit Lamongan .Dengan ukuran utama kapal sebagai

    berikut :

    1 LOA : 99.20 m

    2 LWL : 94.69 m

    3 LBP : 91.95 m

    4 Tinggi (H) : 7.80 m

    5 Sarat (T) : 3 m

    6 V : 14 knots

    7 Cb : 0.731

    3.3.2 Perhitungan Luas Area lambung Kapal Landing Craft Utility (LCU)

    1500 DWT

    Perhitungan ini cukup mudah karena perhitungan ini hanya memerlukan

    data utama kapal dan ketentuan dari BKI. Oleh karna itu perhitungan ini sudah

  • 39

    sangat umum diterapkan di dunia perkapalan. Untuk are yang dicakup dalam

    proteksi katodik ini adalah area yang tercelup air atau biasa disebut Wetted

    Surface Area (WSA).

    3.3.3 Perhitungan Faktor Breakdown Coating

    Menentukan factor breakdown coating, yang menunjukkan hambatan arus

    karena pengaplikasian lapisan insulasi elektrik pada kapal laut. Jika fc = 0, maka

    lapisan tersebut memiliki hambatan 100%, dan membuat kemampuan

    mengalirnya arus menjadi 0, sebaliknya jika fc = 1, berarti lapisan pelindung tidak

    memiliki hambatan arus sama sekali.

    3.3.4 Perhitungan Kebutuhan Arus Proteksi

    Perhitungan ini meliputi luas area yang akan dilindungi oleh anoda yang

    digunakan. Arus proteksi ini sangat penting untuk lanjutan perhitungan katodik

    proteksi dalam segi teknis dan segi ekonomis. Arus ini adalah aliran elektrik yang

    terdapat pada lambung kapal.

    3.3.5 Perhitungan Teknis dan Ekonomis Zinc Anode dan Aluminium Anode

    Perhitungan anoda dari segi teknis maupun segi ekonomis memang menjadi

    topik dalam tugas akhir kali ini. Segi teknis dimulai dari perhitungan area sampai

    kebutuhan arus. Segi ekonomis lebih simple dari segi teknis karena perhitungan

    ini hanya menjumlah anoda dengan harga yang sudah ditentukan.

    3.4 Pengolahan data

    Untuk menjawab rumusan masalah yang ada dilakukan pengumpulan data,

    setelah semua data diperolah maka akan diolah sesuai dengan metode yang tepat.

    Pada tugas akhir ini pengolahan data dilakukan dengan :

    1. Menghitung luasan Watted Surface Area (WSA) kapal Landing Craft Utility

    (LCU) 1500 DWT

    2. Menghitung kebutuhan Faktor Breakdown Coating kapal Landing Craft

    Utility (LCU) 1500 DWT

    3. Menghitung kebutuhan arus proteksi kapal Landing Craft Utility (LCU)

    1500 DWT

  • 40

    4. Menghitung kebutuhan anoda seng dan anoda aluminium kapal Landing

    Craft Utility (LCU) 1500 DWT

    5. Menghitung anoda seng dan anoda aluminium berdasarkan segi ekonomis

    kapal Landing Craft Utility ( LCU) 1500 DWT

  • 41

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data Utama Kapal

    Dalam tugas akhir kali ini kapal yang digunakan adalah kapal

    Landing Craft Utility 1500 DWT milik TNI angkatan darat yang dibangun

    di PT. Daya Radar Utama unit Lamongan seperti gambar 4.1. Dengan ukuran

    utama kapal sebagai berikut :

    LOA : 99.20 m

    LWL : 94.69 m

    LBP : 91.95 m

    Lebar (B) : 16,40 m

    Tinggi (H) : 7.80 m

    Sarat (T) : 3 m

    V : 14 knots

    Cb : 0.731

    Gambar 4. 1 Kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500 DWT

  • 42

    4.2 Perhitungan Luas Permukaan Kapal

    Tahap awal perhitungan dimulai dengan mengetahui ukuran utama dari kapal

    tanker, untuk itu digunakan data ukuran utama kapal LCU sebagai kapal yang akan

    di perhitungkan. Setelah ukuran utama kapal diketahui, maka selanjutnya dilakukan

    perhitungan luasan lambung kapal yang tercelup air/ WSA dengan menggunakan

    rumus dari data yang telah diperoleh :

    Perhitungan luas pelat lambung kapal yang akan diproteksi

    WSA = LWL (cb x B) + (1,7 x T)

    = 94,69 (0,731 x 16,40) + (1,7 x 3)

    = 1617,30 m2

    4.3 Desain Teknis Kebutuhan Zinc Anode

    1. Perhitungan Faktor Breakdown Coating

    Langkah selanjutnya adalah menentukan factor breakdown coating, yang

    menunjukkan hambatan arus karena pengaplikasian lapisan insulasi elektrik

    pada kapal tanker. Jika fc = 0, maka lapisan tersebut memiliki hambatan 100%,

    dan membuat kemampuan mengalirnya arus menjadi 0, sebaliknya jika fc = 1,

    berarti lapisan pelindung tidak memiliki hambatan arus sama sekali.

    Faktor breakdown coating dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah

    ini :

    fc = (a + b) x tc

    Keterangan :

    fc = Faktor breakdown coating.

    tc = Umur desain coating (tahun).

    a dan b = Konstanta coating.

    Dengan :

    tc = 3 tahun

    a = 0,02

    b = 0,015

    Sehingga :

    fc = (a + b) x tc

  • 43

    = (0,02 + 0,015) x 3

    = 0,035 x 3

    = 0,105

    2. Perhitungan Kebutuhan Arus Proteksi

    Kebutuhan arus proteksi pada sistem katodik proteksi dihitung untuk

    mempertahankan proteksi selama umur desain yang diharapkan. Berikut

    perhitungan kebutuhan arus proteksi rata – rata yang dihitung dengan

    menggunakan persamaan di bawah ini:

    Ic = Ac x ic x fc

    Keterangan :

    Ic = Kebutuhan arus proteksi (A).

    Ac = Luasan yang diproteksi (m2).

    ic = Arus densitas arus rata-rata (A/m2)

    fc = Faktor breakdown coating.

    Dengan :

    Ac = 1617,30 m2

    ic = 0,100 A/m2

    fc = 0,035

    Sehingga :

    Ic = Ac x ic x fc

    = 1617,30 x 0,100 x 0,105

    = 16,98 A

    3. Perhitungan kebutuhan zinc anode

    Perhitungan kebutuhan anoda dipengaruhi oleh beberapa faktor salah

    satunya adalah lamanya periode perlindungan. Untuk lamanya periode

    perlindungan disesuikan dengan waktu pengedokan kapal dimana kapal

    direncanakan melakukan docking pada 2 tahun berikutnya. Data-data yang

    dibutuhkan dalam perhitungan kebutuhan zinc anode yang sesuai standar BKI

    sebagai berikut :

    𝑴 =𝑰𝑪 𝒙 𝑻 𝒙 𝟖𝟕𝟔𝟎

    𝝁 𝒙 𝜺 …(kg)

  • 44

    Keterangan :

    M = Berat anoda korban Zinc Anode (kg)

    Ic = Kebutuhan arus proteksi (Ampere)

    T = Umur proteksi (tahun), T = 3 Tahun ( Peraturan BKI)

    µ = Faktor guna anoda korban, = 0,85

    Ԑ = Electrochemical efficiency (Ah/kg), = 700 untuk Zn

    Js =Current Density =( 0,02 A/m2)

    Jadi perhitungan masssa anoda total :

    𝑀 =16,98 𝑥 3 𝑥 8760

    0,85 𝑥 700

    =446234,4

    595

    = 749,97 kg

    Dengan kapasitas anoda :

    𝑥 =𝑗𝑠. 𝑇

    𝜇

    = 0,02A/m2 . 26280 𝑗𝑎𝑚

    700(Ah/kg)

    = 0,75kg/m2

    = 7.5 kg/ 10 m2

    4. Perhitungan jumlah zinc anoda yang digunakan :

    𝑁 =M

    Mal

    Keterangan :

    N = Jumlah anoda yang dibutuhkan.

    M = Massa total anoda (kg).

    Mal = Massa bersih 1 buah Zinc Anode (kg)

  • 45

    Dengan :

    M = 749,97 kg

    Mal = 9,5 kg

    Sehingga :

    N =749,97

    9,5

    = 78,94 buah

    Penambahan anoda korban 20 % untuk tempat – tempat kritis dan sebagai

    factor keamanan, sehingga jumlah total anoda korban yang dipasang adalah :

    N = 94,7

    = 95 Buah

    5. Penempatan pembagian anoda

    1. Penempatan Zinc anode

    Kebutuhan Ziinc anode untuk kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500

    DWT adalah 95 batang. Selanjutnya untuk peletakan Aluminium anode

    disesuaikan dengan radius proteksi dari Zinc anode sendiri sebesar 12,7 m2

    untuk 9,5 kg anode. Berdasarkan pembagian Zinc anode dapat dilihat pada

    Tabel 4.1 :

  • 46

    Perencanaan Pembagian Zinc Anode

    No Lokasi Jumlah Berat Total Berat

    1 Sea Chest Kiri 4 9,5 Kg 38 Kg

    2 Sea Chest Kanan 4 9,5 Kg 38 Kg

    3 Kemudi Kiri 4 9,5 Kg 38 Kg

    4 Kemudi Kanan 4 9,5 Kg 38 Kg

    5 Skeg 6 9,5 Kg 57 Kg

    6 Sirip Bilga Kiri 5 9,5 Kg 47,5 Kg

    7 Sirip Bilga Kanan 5 9,5 Kg 47,5 Kg

    8 Bilga Kiri 20 9,5 Kg 95 Kg

    9 Bilga Kanan 20 9,5 Kg 95 Kg

    10 Plat Dasar Kiri 11 9,5 Kg 208 Kg

    11 Plat Dasar Kanan 11 9,5 Kg 208 Kg

    Total 94 891 Kg

    Tabel 4. 1 Pembagian letak zinc anode

  • 47

    Tabel 4.2 Harga Zinc Anode

    a. Harga perbatang = berat satuan x harga perkilogram

    = 9,5 kg x Rp.62.000,00

    = Rp.598.000,00

    b. Total harga yang dibutuhkan = harga per batang x jumlah anoda

    = Rp.598.000,00 x 95 Buah

    = Rp.56.810.000,00

    4.4 Desain Teknis Kebutuhan Aluminium Anode

    1. Perhitungan Faktor Breakdown Coating

    Langkah selanjutnya adalah menentukan factor breakdown coating, yang

    menunjukkan hambatan arus karena pengaplikasian lapisan insulasi elektrik

    pada kapal tanker. Jika fc = 0, maka lapisan tersebut memiliki hambatan 100%,

  • 48

    dan membuat kemampuan mengalirnya arus menjadi 0, sebaliknya jika fc = 1,

    berarti lapisan pelindung tidak memiliki hambatan arus sama sekali.

    Faktor breakdown coating dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah

    ini :

    fc = (a + b) x tc

    Keterangan :

    fc = Faktor breakdown coating.

    tc = Umur desain coating (tahun).

    a dan b = Konstanta coating.

    Dengan :

    tc = 3 tahun

    a = 0,02

    b = 0,015

    Sehingga :

    fc = (a + b) x tc

    = (0,02 + 0,015) x 3

    = 0,035 x 3

    = 0,105

    2. Perhitungan Kebutuhan Arus Proteksi

    Kebutuhan arus proteksi pada sistem katodik proteksi dihitung untuk

    mempertahankan proteksi selama umur desain yang diharapkan. Berikut

    perhitungan kebutuhan arus proteksi rata – rata yang dihitung dengan

    menggunakan persamaan di bawah ini:

    Ic = Ac x ic x fc

    Keterangan :

    Ic = Kebutuhan arus proteksi (A).

    Ac = Luasan yang diproteksi (m2).

    ic = Arus densitas arus rata-rata (A/m2)

    fc = Faktor breakdown coating.

    Dengan :

    Ac = 1617,30 m2

    ic = 0,100 A/m2

  • 49

    fc = 0,035

    Sehingga :

    Ic = Ac x ic x fc

    = 1617,30 x 0,100 x 0,105

    = 16,98 A

    3. Perhitungan kebutuhan Aluminium Anode

    Perhitungan kebutuhan anoda dipengaruhi oleh beberapa faktor salah

    satunya adalah lamanya periode perlindungan. Untuk lamanya periode

    perlindungan disesuikan dengan waktu pengedokan kapal dimana kapal

    direncanakan melakukan docking pada 2 tahun berikutnya. Data-data yang

    dibutuhkan dalam perhitungan kebutuhan zinc anode yang sesuai standar BKI

    adalah sebagai berikut :

    𝑴 =𝑰𝑪 𝒙 𝑻 𝒙 𝟖𝟕𝟔𝟎

    𝝁 𝒙 𝜺 …(kg)

    Keterangan :

    M = Berat anoda korban Zinc Anode (kg)

    Ic = Kebutuhan arus proteksi (Ampere)

    T = Umur proteksi (tahun), T = 3 Tahun ( Peraturan BKI)

    µ = Faktor guna anoda korban, = 0,85

    Ԑ = Electrochemical efficiency (Ah/kg), = 2700 untuk Al

    Js =Current Density =( 0,02 A/m2)

    Jadi perhitungan masssa anoda total :

    𝑀 =16,98 𝑥 3 𝑥 8760

    0,85 𝑥 2700

    =446234,4

    2295

    = 165.27 kg

    Dengan kapasitas anoda :

    𝑥 =𝑗𝑠. 𝑇

    𝜇

  • 50

    = 0,02A/m2 . 26280 𝑗𝑎𝑚

    2700(Ah/kg)

    = 0,19 kg/m2

    = 1.9 kg/ 10 m2

    4. Perhitungan jumlah Aluminium anoda yang digunakan :

    𝑁 =M

    Mal

    Keterangan :

    N = Jumlah anoda yang dibutuhkan.

    M = Massa total anoda (kg).

    Mal = Massa bersih 1 buah Zinc Anode (kg)

    Dengan :

    M = 165,27 kg

    Mal = 4 kg

    Sehingga :

    N =165,27

    4

    = 41,31 Buah

    Penambahan anoda korban 20 % untuk tempat – tempat kritis dan sebagai

    factor keamanan, sehingga jumlah total anoda korban yang dipasang adalah :

    N = 49,572

    = 50 Buah

    5. Penempatan pembagian anoda

    1. Penempatan Aluminium anode

    Kebutuhan Aluminium anode untuk kapal Landing Craft Utility (LCU