estimasi durasi proyek pembangunan terminal …konteks.id/p/11-mk-17.pdf · grab dredger dan/atau...

12
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 MK - 157 ESTIMASI DURASI PROYEK PEMBANGUNAN TERMINAL PETIKEMAS KALIBARU Dian Setyowati 1 dan Muhamad Abduh 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132, Indonesia Email: [email protected] 2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132, Indonesia Email: [email protected] ABSTRAK Indonesia saat ini banyak melaksanakan proyek infrastruktur skala besar seperti pelabuhan, terminal, jalan tol, perumahan rakyat dan bangunan industri. Salah satu proyek infrastruktur skala besar yang dimiliki oleh Indonesia yaitu proyek pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru Utara Tahap 1 Proyek yang direncanakan memakan waktu 50 bulan, serta memiliki 3 terminal petikemas yang akan dibangun. Jangka waktu pelaksanaan akan dibagi menjadi tiga tahap, yakni pekerjaan tahap 1 ditetapkan selama 20 bulan, pekerjaan tahap 2 selama 27 bulan dan pekerjaan tahap 3 ditetapkan selama 50 bulan. PT. PP sebagai kontraktor utama telah memulai kegiatan konstruksi sejak awal 2012 dan menurut kontrak berakhir pada tahun 2016 untuk tahap pertamanya. Akan tetapi pada bulan Juni 2016 proyek ini baru mencapai progres sebesar 67,347%. Untuk mengetahui apakah proyek dapat menyelesaikan target 50 bulan untuk durasi penyelesaian proyek maka akan dilakukan estimasi durasi dengan bantuan simulasi. Setelah mengetahui lama durasi penyelesaian proyek akan dibuat usulan perbaikan agar penyelesaian proyek mendekati durasi dari kontrak yang ada. Simulasi akan dilakukan menggunakan pemodelan CYCLONE yang akan di running pada program komputer yaitu COST. Kata kunci: Estimasi durasi, Simulasi, Produktivitas. 1. PENDAHULUAN Sektor konstruksi menjadi hal yang penting dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Kontraktor lokal dapat berpartisipasi dalam proyek-proyek pengembangan infrastruktur skala besar seperti pelabuhan, terminal, jalan tol, sarana telekomunikasi, irigasi, drainase, perumahan rakyat, dan bangunan industri. Bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, kebutuhan akan infrastruktur dasar juga masih sangat besar. Saat ini Indonesia banyak melaksanakan proyek-proyek infrastruktur skala besar seperti pelabuhan, bandar udara, kereta cepat, dan jalan tol. Proyek skala besar tentu saja memiliki tingkat kompleksitas dan resiko yang besar. Ketika proyek menjadi besar atau kompleks, maka proyek menjadi lebih sulit untuk dikelola menggunakan teknik yang biasa digunakan dalam proyek pada umumnya seperti gedung. Teknik simulasi menjadi sangat efektif dalam domain ini untuk memberikan peralatan yang diperlukan untuk merancang dan menganalisis proses konstruksi terlepas dari kompleksitas atau ukurannya (AbouRizk, 2010). Salah satu proyek infrastruktur skala besar yang dimiliki oleh Indonesia yaitu proyek pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru Utara Tahap 1 Pelabuhan Tanjung Priok mendapatkan perhatian bagi industri konstruksi. Proyek yang direncanakan memakan waktu 50 bulan ini memilik tiga terminal petikemas yang akan dibangun. Jangka waktu pelaksanaan akan dibagi menjadi tiga tahap, yakni pekerjaan tahap 1 ditetapkan selama 20 bulan, pekerjaan tahap 2 selama 27 bulan dan pekerjaan tahap 3 ditetapkan selama 50 bulan. PT. PP sebagai kontraktor utama ini telah memulai kegiatan konstruksi sejak awal 2012 dan menurut kontrak berakhir pada tahun 2016 untuk tahap pertamanya. Akan tetapi pihak kontraktor memprediksi proyek ini akan mengalami keterlambatan. Kompleksitas dari proyek pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru ini sangat tidak memungkinkan melakukan estimasi durasi secara manual. Dan dalam pelaksanaannya pula ditemukan pekerjaan yang bersifat berulang, sehingga diperlukan suatu alat bantu yang mempermudah proses estimasi yaitu dengan menggunakan teknik simulasi. Menurut AbouRizk (2010), simulasi dapat dengan mudah dilakukan dengan mengetahui karakteristik dari operasi yang dimodelkan dan metode kerja telah diketahui secara jelas. Hal ini akan menghemat waktu dan lebih spesifik dalam menjelaskan penggunaan sumber daya untuk melakukan estimasi durasi dibandingkan teknik yang lainnya seperti PERT/CPM.

Upload: lamhanh

Post on 02-Mar-2019

250 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017

MK - 157

ESTIMASI DURASI PROYEK PEMBANGUNAN TERMINAL PETIKEMAS

KALIBARU

Dian Setyowati1 dan Muhamad Abduh2

1Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132, Indonesia

Email: [email protected] 2Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Indonesia saat ini banyak melaksanakan proyek infrastruktur skala besar seperti pelabuhan,

terminal, jalan tol, perumahan rakyat dan bangunan industri. Salah satu proyek infrastruktur skala

besar yang dimiliki oleh Indonesia yaitu proyek pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru Utara

Tahap 1 Proyek yang direncanakan memakan waktu 50 bulan, serta memiliki 3 terminal petikemas

yang akan dibangun. Jangka waktu pelaksanaan akan dibagi menjadi tiga tahap, yakni pekerjaan

tahap 1 ditetapkan selama 20 bulan, pekerjaan tahap 2 selama 27 bulan dan pekerjaan tahap 3

ditetapkan selama 50 bulan. PT. PP sebagai kontraktor utama telah memulai kegiatan konstruksi

sejak awal 2012 dan menurut kontrak berakhir pada tahun 2016 untuk tahap pertamanya. Akan

tetapi pada bulan Juni 2016 proyek ini baru mencapai progres sebesar 67,347%. Untuk mengetahui

apakah proyek dapat menyelesaikan target 50 bulan untuk durasi penyelesaian proyek maka akan

dilakukan estimasi durasi dengan bantuan simulasi. Setelah mengetahui lama durasi penyelesaian

proyek akan dibuat usulan perbaikan agar penyelesaian proyek mendekati durasi dari kontrak yang

ada. Simulasi akan dilakukan menggunakan pemodelan CYCLONE yang akan dirunning pada

program komputer yaitu COST.

Kata kunci: Estimasi durasi, Simulasi, Produktivitas.

1. PENDAHULUAN

Sektor konstruksi menjadi hal yang penting dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Kontraktor lokal

dapat berpartisipasi dalam proyek-proyek pengembangan infrastruktur skala besar seperti pelabuhan, terminal, jalan

tol, sarana telekomunikasi, irigasi, drainase, perumahan rakyat, dan bangunan industri. Bagi negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia, kebutuhan akan infrastruktur dasar juga masih sangat besar.

Saat ini Indonesia banyak melaksanakan proyek-proyek infrastruktur skala besar seperti pelabuhan, bandar udara,

kereta cepat, dan jalan tol. Proyek skala besar tentu saja memiliki tingkat kompleksitas dan resiko yang besar.

Ketika proyek menjadi besar atau kompleks, maka proyek menjadi lebih sulit untuk dikelola menggunakan teknik

yang biasa digunakan dalam proyek pada umumnya seperti gedung. Teknik simulasi menjadi sangat efektif dalam

domain ini untuk memberikan peralatan yang diperlukan untuk merancang dan menganalisis proses konstruksi

terlepas dari kompleksitas atau ukurannya (AbouRizk, 2010).

Salah satu proyek infrastruktur skala besar yang dimiliki oleh Indonesia yaitu proyek pembangunan Terminal

Petikemas Kalibaru Utara Tahap 1 Pelabuhan Tanjung Priok mendapatkan perhatian bagi industri konstruksi.

Proyek yang direncanakan memakan waktu 50 bulan ini memilik tiga terminal petikemas yang akan dibangun.

Jangka waktu pelaksanaan akan dibagi menjadi tiga tahap, yakni pekerjaan tahap 1 ditetapkan selama 20 bulan,

pekerjaan tahap 2 selama 27 bulan dan pekerjaan tahap 3 ditetapkan selama 50 bulan. PT. PP sebagai kontraktor

utama ini telah memulai kegiatan konstruksi sejak awal 2012 dan menurut kontrak berakhir pada tahun 2016 untuk

tahap pertamanya. Akan tetapi pihak kontraktor memprediksi proyek ini akan mengalami keterlambatan.

Kompleksitas dari proyek pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru ini sangat tidak memungkinkan melakukan

estimasi durasi secara manual. Dan dalam pelaksanaannya pula ditemukan pekerjaan yang bersifat berulang,

sehingga diperlukan suatu alat bantu yang mempermudah proses estimasi yaitu dengan menggunakan teknik

simulasi. Menurut AbouRizk (2010), simulasi dapat dengan mudah dilakukan dengan mengetahui karakteristik dari

operasi yang dimodelkan dan metode kerja telah diketahui secara jelas. Hal ini akan menghemat waktu dan lebih

spesifik dalam menjelaskan penggunaan sumber daya untuk melakukan estimasi durasi dibandingkan teknik yang

lainnya seperti PERT/CPM.

MK - 158

2. REKLAMASI

Reklamasi adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih

kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa,

di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, ataupun di danau (Permen PU NO.40/PRT/M/2007). Umumnya,

reklamasi perairan dibagi menjadi dua macam. Pertama, reklamasi yang menempel atau menyatu dengan garis

pantai dan yang kedua, reklamasi lahan yang terpisah dari pantai daratan induk. Sistem pengembangan yang

diterapkan juga merupakan hal yang penting dalam proyek reklamasi.

3. PEMODELAN UNTUK SIMULASI DI KONSTRUKSI

Simulasi penting dalam melakukan estimasi terhadap produktivitas suatu operasi konstruksi dan kinerja dari proyek.

Penjadwalan proyek dimodelkan dengan membangun hubungan antara kegiatan, yang pada gilirannya

diformulasikan dengan menggunakan operasi konstruksi. Maka kegiatan konstruksi terdiri dari operasi individu dan

saling berhubungan untuk menggambarkan sebuah proyek. (Halpin dan Riggs,1992)

Memprediksi durasi proyek konstruksi telah menarik berbagai upaya penelitian, tetapi sebagian besar upaya ini

mengasumsikan durasi proyek konstruksi. Selain itu, analisis regresi biasanya digunakan untuk perkiraan durasi

proyek. Bromilow (1969) mengusulkan model empiris pertama untuk peramalan durasi konstruksi berdasarkan data

dari ratusan proyek konstruksi yang dikumpulkan di Australia.

CYCLONE adalah singkatan Cyclic Operations Network. Ini adalah bahasa pemodelan simulasi yang pertama kali

diusulkan oleh Daniel Halpin setelah menyadari kekurangan bahwa metode sederhana seperti Critical Path Method

(CPM) dan Program Evaluation and Review Technique (PERT) memiliki keterbatasan dalam menganalisis operasi

siklik. Pada CYCLONE terdiri dari lima unsur pemodelan (Queue, Combi, Normal, Function dan Counter), serta

body dan panah. Hal ini bermanfaat untuk dicatat bahwa entitas ini tidak membawa atribut dengan diri mereka

sendiri (Simphony.net Development Team, 2011).

Dalam pemodelan CYCLONE sumber daya dimodelkan dalam flow unit. Flow unit bergerak dari satu status ke

status yang lain, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pemodelan durasi dalam CYCLONE berada pada

NORMAL dan COMBI karena terkait dengan tertahannya flow unit pada suatu work task tertentu. Work task akan

saling terkait satu dengan lainnya, baik secara parallel maupun seri, sehingga gabungan durasi work task dapat

menghasilkan durasi operasi. Keberadaan pemodelan durasi dapat menghasilkan indikator operasi seperti

produktivitas, waktu tunggu, dan lainnya.

4. PEMODELAN SIMULASI

Informasi Umum Proyek

Pertumbuhan dari lalu lintas petikemas di pelabuhan Tanjung Priok dalam waktu 10 tahun (1999-2009) rata-rata

sebesar 5%. Di sisi lain, pengoperasian pelabuhan Tanjung Priok sekarang telah menjadi pelabuhan di Indonesia

yang dapat menerima dan melayani kapal dengan kapasitas 6.000 TUE’s. Sedangkan, pelabuhan besar lainnya di

dunia dapat menerima dan melayani kapal dengan kapasitas 15.000 – 18.000 TEU’s. Kondisi sekarang, kapal

dengan klasifikasi kapasitas yang lebih besar tidak dapat masuk dan dilayani di pelabuhan Indonesia. Struktur

organisasi proyek digambarkan ada diagram berikut ini:

Gambar 1. Struktur organisasi proyek New Priok (Sumber: PT.PP, 2013)

MK - 159

Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sesuai Surat Perjanjian Pemborongan

terdiri atas:

a. Pekerjaan Tahap 1A1 (0-450 meter) terdiri dari:

1) Dermaga 1A sepanjang 450 meter (0-450 meter)

2) Container yard 1A (di belakang dermaga 0-450 meter)

3) Jalan akses

4) Pembongkaran breakwater eksisting timur dan jetty Medco

Ditetapkan selama 27 bulan terhitung sejak berita acara serah terima lokasi/lapangan.

b. Pekerjaan Tahap 1A2 (451-850 meter) terdiri dari:

1) Dermaga 1A sepanjang 450 meter (0-450 meter)

2) Container yard sepanjang 400 meter (541-850 meter)

3) Mekanika/elektrikal tahap 1A dan jalan akses

Ditetapkan selama 34 bulan terhitung sejak berita acara serah terima lokasi/lapangan.

c. Pekerjaan Tahap 1B terdiri dari:

1) Pekerjaan dermaga 1B

2) Pekerjaan breakwater disposal A

3) Pekerjaan breakwater disposal B

4) Pekerjaan breakwater container yard 1B

5) Pekerjaan pengerukan dan reklamasi

6) Pekerjaan mekanikal dan elektrikal 1B

Pemodelan Operasi

Dalam simulasi ini sebelum durasi dari studi kasus dari tiap task yang ada, dibuat dahulu model dari operasi-operasi

yang akan disimulasikan kemudian. Operasi yang dimodelkan adalah operasi penting yang biasanya menjadi

penyusun suatu proses pekerjaan reklamasi dimana operasi ini pasti selalu ada dalam pembangunan yang

menggunakan pekerjaan reklamasi apapun. Adapun model operasi penting yang menjadi penyusun dari keseluruhan

proyek ini terdiri dari:

1. Operasi Pengerukan

2. Operasi Pembuatan Sand Bund

3. Operasi Instalasi PVD

4. Operasi Penyemprotan Lumpur

Setelah pemodelan operasi dan durasi dibuat maka kemudian dibuat suatu pemodelan proyek yang mana dibuat dua

buah model proyek yang berbeda karakteristik antara suatu model dengan yang lainnya.

Operasi Pengerukan

Proyek ini terdiri dari pengerukan parit untuk dermaga 1A dan 1B dengan grab dredger dan pengerukan cekungan

dengan cutter suction dredger dan trailing suction hopper dredger. Tanah keras akan dikeruk dengan mengunakan

grab dredger dan/atau backhoe dredger kemudian disimpan di area reklamasi dermaga 1B (terminal kontainer)

sedangkan material lebih lembut akan dibuang di area disposal A dan B. Kolam alur dan cekungan akan diperdalam

oleh trailing hopper suction dredger.

A. Operasi Pengerukan Menggunakan TSHD

TSHD ‘Vox Maxima’ merupakan alat keruk yang dapat melakukan proses pengerukan tanpa harus diam disatu titik

tertentu. Alat ini tidak memiliki angkur dan kabel, tetapi bergerak dengan bebas, yang sangat penting jika area

proyek dekat dengan pelabuhan. Kekurangan dari alat ini jika dilihat dari segi ekonomi tidak cukup baik.

MK - 160

Gambar 2. Tahapan operasi pengerukan menggunakan TSHD

B. Operasi Pengerukan Menggunakan CSD

Cutter suction dredger ‘Athena’ akan digunakan untuk membantu operasi pengerukan pada proyek ini. CSD

cenderung tidak memiliki banyak kesulitan dalam pengoperasiannya pada proyek ini dikarenakan dasar laut kalibaru

yang cukup dalam. Pada umumnya, CSD mempunyai kelebihan jika profil dari daerah yang dikeruk telah jelas. Alat

ini hampir bisa mengeruk semua jenis tanah yang ada, meskipun tergantung kekuatan mesin yang diinstal. Selain

itu, alat ini memiliki kekurangan saat bekerja pada lepas pantai yang memiliki gelombang yang besar.

Gambar 3. Tahapan operasi pengerukan menggunakan CSD

C. Operasi Pengerukan Menggunakan Grab Dredger

Pada proyek ini, grab dredger ‘dione’ akan digunakan, alat ini dapat mengeruk tanah yang lunak hingga keras akan

tetapi tingkat produktivitas yang dimiliki cukup rendah. Alat ini membutuhkan waktu yang lebih lama jika

dibandingkan dengan alat keruk yang lain. Dua buah split barge akan membantu dione selama proses pengerukkan

untuk membawa material yang telah dikeruk menuju area timbunan. Split barge ini hanya mampu menimbun hingga

elevasi -1 mLWS.

Gambar 4. Tahapan operasi pengerukan menggunakan grab dredger

Operasi South Sandbund

Pengerjaan operasi ini disesuaikan dengan metode kerja yang akan dilakukan kontraktor di lapangan. Sebuah TSHD

akan digunakan untuk mengalirkan pasir ke area pembuatan sand bund. TSHD yang dipakai yaitu HAM 130 dengan

produktivitas sebesar 300.000 m3/minggu dan kapasitas hopper sebesar 13.000 m3. Material yang berada di TSHD

akan dipompa menggunakan pipa yang disambungkan ke spray pontoon. Untuk kedalam -1,00 mLWS spray

pontoon digunakan untuk membuat platform pada dasar laut. Jika kedalaman timbunan pasir telah mencapai -1,00

mLWS maka pipa pada spray pontoon dilepas dan pipa utama akan disambungkan dengan 2 pipa (shore pipeline)

yang akan mengalirkan pasir di atas platform yang telah dibuat.

Gambar 5. Tahapan operasi pembuatan south sand bund

MK - 161

Operasi Instalasi PVD

Instalasi PVD dilaksanakan oleh subkon spesialis yaitu PT. Geostructure Dynamics. Operasi instalasi PVD akan

terdapat 6 tahapan dalam pelaksanaannya, tahapan ini disesuaikan dengan metode kerja yang akan dilakukan

kontraktor di lapangan. Tiap subzona menggunakan 1 hidrolic rig untuk melakukan instalasi PVD. Terdapat 464

titik akan dipasang pada tiap-tiap subzona tersebut.

Gambar 6. Tahapan operasi instalasi PVD

Operasi Penyemprotan Lumpur

Operasi ini diawali dengan menyambungkan noozle CSD ke rubber pipeline. Selanjutnya rubber pipeline ini akan

disambungkan ke 5 shore pipeline yang akan menghubungkan ke area reklamasi. Setelah terpasang lumpur akan

disemprotkan dan diangkut oleh truck untuk diratakan ke area yang lebih jauh. Setelah lumpur yang diangkut oleh

truck sampai, maka excavator, bulldozer dan wheelloader akan bekerja meratakan material lumpur yang diangkut.

Gambar 7. Tahapan operasi penyemprotan lumpur

Pemodelan Proyek

Pemodelan proyek New Priok yang dilakukan pada penelitian ini hanya dilakukan pada pekerjaan pengerukan dan

reklamasi. Hal ini dikarenakan item pekerjaan ini merupakan jalur kritis proyek yang dimulai dari awal proyek

hingga proyek selesai (50 bulan). Terdapat 11 operasi untuk pekerjaan ini, keseluruhan operasi akan dimodelkan dan

kemudian dilakukan simulasi.

Pada model proyek ini tiap operasi dianggap sebagai worktask yang memiliki durasi keseluruhan dari operasi-

operasi yang ada dan kemudian disimulasikan sehingga hasil dari suatu model proyek adalah waktu keseluruhan

proyek pada tiap siklusnya.

5. HASIL DAN ANALISIS SIMULASI

Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai hasil dari simulasi operasi dan proyek yang telah dilakukan.

Hasil Simulasi

Hasil Simulasi Operasi

Hasil simulasi operasi yang dilakukan akan berupa nilai produktivitas, waktu idle masing-masing resource, total

durasi, dan biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing operasi.

A. Operasi Pengerukan

1. TSHD

Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana

simulasi dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi

terbaik dengan waste yang sudah semakin kecil. Dari simulasi didapatkan nilai produktivitas sebesar 0,085

hopper/jam.

MK - 162

2. CSD

Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana

simulasi dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi

terbaik dengan waste yang sudah semakin kecil.

3. Grab Dredger

Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana

simulasi dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi

terbaik dengan waste yang sudah semakin kecil. Dari simulasi didapatkan nilai produktivitas sebesar 0,0047

barge/menit.

B. Operasi South Sandbund

Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana simulasi

dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi terbaik dengan waste yang

sudah semakin kecil. Dari simulasi didapatkan nilai produktivitas sebesar 0,024 hopper/jam.

C. Operasi Instalasi PVD

Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana simulasi

dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi terbaik dengan waste yang

sudah semakin kecil. Dari simulasi didapatkan nilai produktivitas sebesar 0,0057 roll/menit.

D. Operasi Penyemprotan Lumpur

Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana simulasi

dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi terbaik dengan waste yang

sudah semakin kecil. Dari simulasi didapatkan nilai produktivitas sebesar 0,224 hopper/jam.

Hasil Simulasi Proyek

Prosedur simulasi proyek hampir sama dengan simulasi operasi pada poin IV.4.1, hanya yang membedakan adalah

durasi yang dipakai untuk diolah pada program COST. Simulasi untuk proyek akan dirunning sebanyak 100 kali

untuk mendapatkan hasil yang stabil. Setelah dirunning didapatkan output dari durasi proyek tiap siklusnya seperti

yang dapat dilihat pada Gambar 6.7 ini.

Pada tabel 6.1 dibawah dapat dilihat range 75,5 – 76,25 menduduki peringkat pertama probabilitas dengan frekuensi

35 dari 100 buah sampel. Ini menunjukkan bahwa kemungkinan proyek dapat diselesaikan antara 75,5 hingga 76,25

bulan adalah sebesar 35%.

MK - 163

Analisis Hasil Simulasi

Tingkat Produktivitas

Tingkat produktivitas yang didapatkan setelah melakukan simulasi pada masing-masing operasi dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Nilai produktivitas operasi hasil simulasi

Operasi Produktivitas Satuan

TSHD 0,085 TSHD Hopper/jam

CSD 0,114 CSD Hopper/jam

GRAB 0,282 Barge/jam

Sand

Bund 0,024 CSD Hopper/jam

PVD 0,342 Roll/jam

Fill Mud 0,227 TSHD Hopper/jam

Estimasi Durasi Penyelesaian Proyek

Salah satu keputusan yang paling penting yang dibuat oleh kontraktor yaitu pemilihan peralatan konstruksi. Di luar

proyek konstruksi sederhana, sejumlah besar kegiatan memerlukan peralatan. Peralatan ini baik dapat dibeli oleh

kontraktor atau disewa untuk proyek tertentu. Keputusan untuk pemilihan jenis tertentu dari peralatan mungkin

merupakan hasil dari proses optimasi atau mungkin hanya didasarkan pada kenyataan bahwa kontraktor sudah

memiliki peralatan tertentu yang harus dimanfaatkan. Keputusan ini harus diantisipasi atau dibuat oleh estimator,

dalam banyak kasus, untuk memperkirakan biaya yang diharapkan untuk peralatan pada proyek yang diestimasi.

Gambar 8. Grafik output durasi operasi tiap siklus

MK - 164

Gambar 9. Grafik output durasi proyek tiap siklus

MK - 165

Gambar 10. CPM Proyek New Priok (Dredging-Reklamasi)

Gambar 11. Model CYCLONE Proyek New Priok (Dredging-Reklamas

MK - 166

A. Estimasi Durasi Operasi

Nilai produktivitas yang telah didapatkan setelah melakukan simulasi, perhitungan durasi dapat dilakukan dengan

membagi besaran volume dengan nilai produktivitas masing-masing operasi. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat

pada Gambar 12. di bawah.

B. Estimasi Durasi Proyek

Durasi proyek telah yang telah ditetapkan sesuai kontrak addendum II adalah selama 50 bulan. Setelah melakukan

simulasi pada tingkat proyek durasi proyek berubah menjadi 74 bulan. Sehingga kemungkinan keterlambatan dari

proyek ini diprediksi selama 24 bulan (2 tahun). Proyek yang semula harus selesai seluruh item pekerjaannya pada

bulan November 2016 ini, kemungkinan baru dapat diselesaikan pada November 2018 jika tingkat produktivitas di

lapangan sesuai dengan produktivitas yang telah disimulasikan

Gambar 12. Grafik perbandingan durasi masing-

masing operasi

Gambar 13. Grafik perbandingan nilai produktivitas

alat

Perbaikan Model Simulasi

Dalam melakukan usulan perbaikan pada suatu model simulasi hal paling umum dilakukan adalah analisis

sensitivitas. Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang akan terjadi terhadap

performansi sistem yang dimodelkan, jika dilakukan perubahan-perubahan terhadap jumlah alokasi sumberdaya.

Atau dengan kata lain dengan analisis sensitivitas, dapat terlihat seberapa sensitif model terhadap perubahan jumlah

sumberdaya. Dengan melakukan analisis sensitivitas, dapat membantu dalam penentuan keputusan untuk menambah

atau mengurangi performansi sistem. Proses analisis sensitivitas ini dilakukan dengan cara menjalankan berulang

kali model, sambil mengubah jumlah sumberdaya yang merupakan variabel kontrol manajemen.

Akan tetapi pada proyek ini produktivitas sangat dipengaruhi alat utama seperti TSHD, CSD dan grab dredger.

Ketiga alat tersebut memerlukan biaya yang sangat mahal jika dilakukan penambahan alatnya. Hanya grab dredger

yang memungkinkan ditambah jumlahnya, tetapi penambahan jumlah grab dredger tidak akan mempercepat durasi

penyelesaian proyek secara keseluruhan. Perbaikan yang dapat diterapkan pada pemodelan proyek New Priok yaitu:

1. Melakukan perubahan urutan pekerjaan.

Pada kasus ini hal yang dilakukan adalah dengan mendahulukan operasi yang dilalui oleh jalur kritis seperti operasi-

operasi dari pekerjaan reklamasi. Jika dibandingkan dengan operasi pengerukan yang memiliki float maka sebaiknya

operasi pembuatan south sand bund dapat dimulai pertama kali setelah operasi pembuatan breakwater telah selesai

dilakukan. Hal ini dapat dilakukan karena baik operasi pengerukan dan pembuatan south sand bund sama-sama

menggunakan TSHD. Sehingga tidak ada batasan dalam perubahan urutan kedua operasi tersebut. Dengan

perubahan urutan pekerjaan tersebut durasi operasi akan lebih cepat.

Sama seperti melakukan simulasi proyek yang telah dilakukan sebelumnya, simulasi perbaikan proyek ini akan

dilakukan dengan membuat CPM dari proyek terlebih dahulu. Setelah CPM telah dibuat maka CPM akan diubah

menjadi model CYCLONE yang digunakan sebagai input dari simulasi. Untuk input durasi tetap sama seperti input

pada simulasi proyek sebelumnya. Jika skenario perubahan tersebut disimulasikan ulang maka waktu penyelesaian

proyek akan berkurang 5 bulan menjadi 69 bulan.

MK - 167

2. Luasan zona kerja diperkecil

Penetapan zona kerja yang harus diperkecil sehingga waktu tunggu antar operasi tidak terlalu lama. Dalam

pemodelan yang telah dilakukan zona yang terlalu besar membuat operasi yang akan menjadi ancestor menunggu

terlalu lama. Sebagai contoh, operasi instalasi PVD akan dimulai jika 1 zona south sand bund telah siap pada elevasi

+2,50 mLWS. Dalam kasus ini operasi PVD harus menunggu dua hingga bulan untuk selesainya satu zona tersebut.

Jika zona lebih kecil sangat memungkinkan waktu tunggu operasi berkurang.

6. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini :

1. Pemodelan dan simulasi yang dimulai dari tingkat task kemudian digabungkan menjadi operasi dan kemudian

dilanjutkan ke tingkat yang lebih besar lagi yakni proyek, dapat dilakukan pada penilitian ini. Pemodelan durasi

operasi pada penelitian ini menggunakan durasi yang didapat dari wawancara dan pengamatan. Sedangkan untuk

pemodelan level proyek, sebanyak 4 operasi (operasi yang dilakukan pengamatan) menggunakan data hasil

simulasi operasi yang telah dilakukan dan 7 operasi (operasi yang tidak dilakukan pengamatan) menggunakan

durasi deterministik.

2. Hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa proyek New Priok akan selesai dalam waktu 76 bulan. Jika

dibandingkan dengan durasi yang ada pada kontrak (50 bulan) maka proyek ini akan mundur 26 bulan hingga

seluruh proses konstruksi akan selesai pada bulan Januari 2018.

3. Perbaikan terhadap model simulasi dilakukan untuk mendapatkan optimasi durasi penyelesaian proyek. Pada

penelitian ini usulan perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengubah urutan pekerjaan. Dengan perubahan

urutan operasi pengerukan menggunakan TSHD dan operasi pembuatan south sandbund durasi dapat

dipersingkat hingga 5 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

AbouRizk, S. (2010): Role of simulation in construction engineering and management. J. Constr. Eng. Manage.,

136(10), 1140-1153

AbouRizk, S. M. dan Mohamed, Y. (2000): SIMPHONY—An integrated environment for construction simulation.

Proc., 2000 Winter Simulation Conf., Society for Computer Simulation International, San Diego, 1907–1914.

AbouRizk, S., Hajjar D. (1998): A framework for applying simulation in the construction industry. Can J. Civ. Eng.,

25(3), 604-617

AbouRizk, S. dan Halpin D., (1990): Probabilistic simulation studies for repetitive construction proces. J. Constr.

Eng. Manage., 116(4): 575-594

AbouRizk, S., Halpin D., Mohamed Y. dan Hermann U. (2011): Research in modeling and simulation for improving

construction engineering operations. J. Constr. Eng. Manage., 137(10), 843-852

Adji, Hadjar Seti dan Karmawan, Pande Ketut Gd. (2016): Proyek pembangunan terminal petikemas di kalibaru

utara tahap 1 pelabuhan tanjung priok. PT.PP (Persero) Tbk. Jakarta.

Alkoc, E. dan Erbatur, F. (1997): Productivity improvement in concreting operations through simulation models.

Build. Res. Inf., 25 2 , 82–91.

Amellonando, A. (2013): Alternatives of dredging method based on interpretation of soil investigation in the north

kalibaru project. Final Project. Hanzehogeschool Groningen

Win, Bo Myint dan Choa Victor. (2004): Reclamation and ground improvement. Thomson Learning. Singapore.

Bromilow, F. J. (1969): Contract time performance expexctations and reality. Build. Forum, 1(3), 70–80.

Halpin, D. W. (1990): MicroCYCLONE user’s manual, Div. of Construction Engineering and Management, Purdue

Univ., West Lafayette, Ind.

Halpin, D. W. (1997): CYCLONE: Method for modeling of job site process. J. Constr. Div. 103(3), 489-499.

Halpin, D. W. dan Riggs, L. S. (1992): Planning and analysis of construction operations. Wiley, New York.

Halpin, D. W. dan Woodhead, R.(1992): Design of construction and process construction. Wiley, New York.

MK - 168