erving gofman

4
Biografi Erving Goffman lahir di Mannville, Alberta, Canada, 11 Juni1922. Meraih gelar Bachelor of Arts (B.A) tahun 1945, gelar Master of Arts tahun 1949 dan gelar Philosophy Doctor (Ph.D) tahun 1953. Tahun1958 meraih gelar Guru Besar, tahun 1970 diangkat menjadi anggota Committee for Study of Incarceration. Dan tepat di tahun 1977 ia memperoleh penghargaan Guggenheim. Meninggal pada tahun 1982,setelah sempat menjabat sebagai Presiden dari American Sociological Association dari tahun 1981-1982. Karya-karya Erving Goffman sangat dipengaruhi oleh George Herbert Mead yang memfokuskan pandangannya pada The Self. Misalnya, The Presentation of self in everyday life (1955), merupakan pandangan Goffman yang menjelaskan mengenai proses dan makna dari apa yang disebut sebagai interaksi (antar manusia). Dengan mengambil konsep mengenai kesadarandiri dan The Self Mead, Goffman kembali memunculkan teori peran sebagai dasar teori Dramaturgi. Goffman mengambil pengandaian kehidupan individu sebagai panggung sandiwara, lengkap dengan setting panggung dan akting yang dilakukan oleh individu sebagai aktor kehidupan. Asumsi-Asumsi Teori Dramaturgi Tori Dramaturgi Erving Goffman tertuang dalam bukunya yang berjudul “The Presentation of Self in Everyday Life (1959)” dan “Encounters; Two Studies of Sociology of Interaction (1961)”. Goffman tidak berupaya menitikberatkan pada struktur sosial, melainkan pada interaksi tatap muka atau kehadiran bersama (Co-presence). Menurutnya interaksi tatap muka itu dibatasinya sebagai individu yang saling memperngaruhi indakan-tindakan mereka satu sama lain ketika masing-masing berhadapan secara fisik. Secara lebih rinci, teori Dramaturgi Goffman tersebut dapat dikemukakan sebaga berikut (Supardan, 2011:158): 1. Dalam suatu situasi sosial, seluruh kegiatan dari partisipan tertentu disebut sebagai suatu penampilan (performence), sedangkan orang-orang lain yang terlibat dalam situasi tersebut disebut sebagai pengamat atau partisipan lainnya.

Upload: winininot

Post on 03-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: Erving Gofman

Biografi

Erving Goffman lahir di Mannville, Alberta, Canada, 11 Juni1922. Meraih gelar Bachelor of

Arts (B.A) tahun 1945, gelar Master of Arts tahun 1949 dan gelar Philosophy Doctor (Ph.D)

tahun 1953. Tahun1958 meraih gelar Guru Besar, tahun 1970 diangkat menjadi anggota

Committee for Study of Incarceration. Dan tepat di tahun 1977 ia memperoleh penghargaan

Guggenheim. Meninggal pada tahun 1982,setelah sempat menjabat sebagai Presiden dari

American Sociological Association dari tahun 1981-1982.

Karya-karya Erving Goffman sangat dipengaruhi oleh George Herbert Mead yang

memfokuskan pandangannya pada The Self. Misalnya, The Presentation of self in everyday

life (1955), merupakan pandangan Goffman yang menjelaskan mengenai proses dan makna

dari apa yang disebut sebagai interaksi (antar manusia). Dengan mengambil konsep mengenai

kesadarandiri dan The Self Mead, Goffman kembali memunculkan teori peran sebagai dasar

teori Dramaturgi. Goffman mengambil pengandaian kehidupan individu sebagai panggung

sandiwara, lengkap dengan setting panggung dan akting yang dilakukan oleh individu sebagai

aktor kehidupan.

Asumsi-Asumsi Teori Dramaturgi            Tori Dramaturgi Erving Goffman tertuang dalam bukunya yang berjudul “The Presentation of Self in Everyday Life (1959)” dan “Encounters; Two Studies of Sociology of Interaction (1961)”. Goffman tidak berupaya menitikberatkan pada struktur sosial, melainkan pada interaksi tatap muka atau kehadiran bersama (Co-presence). Menurutnya interaksi tatap muka itu dibatasinya sebagai individu yang saling memperngaruhi indakan-tindakan mereka satu sama lain ketika masing-masing berhadapan secara fisik. Secara lebih rinci, teori Dramaturgi Goffman tersebut dapat dikemukakan sebaga berikut (Supardan, 2011:158):

1. Dalam suatu situasi sosial, seluruh kegiatan dari partisipan tertentu disebut sebagai suatu penampilan (performence), sedangkan orang-orang lain yang terlibat dalam situasi tersebut disebut sebagai pengamat atau partisipan lainnya.

2. Para aktor adalah mereka yang melakukan tinakan tindakan atau penampilan rutin. Yang dimaksud tindakan rutin (routine) disini menurut Goffman dalam Dadang Supardan, 2011 yaitu membatasi sebagai pola tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya, terungkap pada saat melakukan pertunjukan dan yang uga dapat dilakukan maupun diungkapkan pada kesempatan lain.

3. Individu dapat menyajikan suatu pertunjukan (show) bagi orang lain, tetapi kesan (impression) pelaku terhadap pertunjukan tersebut dapat berbeda-beda. Seseorang dapat bertindak sangat meyakinkan atas tindakan yang diperlihatkannya, walaupun sesungguhnya perilaku sehari-harinya tidaklah mencerminkan tindakan yang demikian.

4. Karena itulah perlu dibedakan antara panggung depan (front region) atau panggung belakang (back stage). Panggung depan adalah bagian penampilan individu yang

Page 2: Erving Gofman

secara teratur berfungsi sebagai metode umum untuk tampil di depan publik sebagai sosok yang ideal.

5. Sedangkan pada panggung belakang, terdapat sejenis “masyarakat rahasia” yang tidak sepenuhnya dapat dilihat di atas permukaan. Dalam hal ini tidak mustahil bahwa tradisi dan karakter pelaku sangat berbeda dengan apa yang dipentaskan di depan. Dengan demikian ada kesenjangan peranaan walaupun maupun keterikatan peranan maupun role embracement (Supardan, 2011:158).

KRITIK TERHADAP DRAMATURGIDramarturgi hanya dapat berlaku di institusi total

             Institusi total maksudnya adalah institusi yang memiliki karakter dihambakan oleh sebagian kehidupan atau keseluruhan kehidupan dari individual yang terkait dengan institusi tersebut, dimana individu ini berlaku sebagai sub-ordinat yang mana sangat tergantung kepada organisasi dan orang yang berwenang atasnya. Ciri-ciri institusi total antara lain dikendalikan oleh kekuasan (hegemoni) dan memiliki hierarki yang jelas.  Contohnya, sekolah asrama yang masih menganut paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), kamp konsentrasi (barak militer), institusi pendidikan, penjara, pusat rehabilitasi (termasuk didalamnya rumah sakit jiwa, biara, institusi pemerintah, dan lainnya.  Dramaturgi dianggap dapat berperan baik pada instansi-instansi yang menuntut pengabdian tinggi dan tidak menghendaki adanya “pemberontakan”. Karena di dalam institusi-institusi ini peran-peran sosial akan lebih mudah untuk diidentifikasi. Orang akan lebih memahami skenario semacam apa yang ingin dimainkan.   Bahkan beberapa ahli percaya bahwa teori ini harus dibuktikan dahulu sebelum diaplikasikan. 

 Menihilkan “kemasyarakatan”            Teori ini juga dianggap tidak mendukung pemahaman bahwa dalam tujuan sosiologi ada satu kata yang seharusnya diperhitungkan, yakni kekuatan “kemasyarakatan”. Bahwa tuntutan peran individual menimbulkan clash bila berhadapan dengan peran kemasyarakatan. Ini yang sebaiknya dapat disinkronkan.  

 Dianggap condong kepada Positifisme               Dramaturgi dianggap terlalu condong kepada positifisme[4]. Penganut paham ini menyatakan adanya kesamaan antara ilmu sosial dan ilmu alam, yakni aturan. Aturan adalah pakem yang mengatur dunia sehingga tindakan nyelenehatau tidak dapat dijelaskan secara logis merupakan hal yang tidak patut.  

ANALISA DRAMATURGIDramaturgis masuk dalam Perspektif Obyektif               Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena teori ini cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah). Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku natural, mengikuti alur. Misalnya, pada kasus Kekerasan pada Rumah

Page 3: Erving Gofman

Tangga (“KDRT”), saat perilaku kekerasan itu hendak terjadi, korban sebenarnya memiliki pilihan, berserah diri atau melakukan perlawanan. Bila ia memberontak maka konsekuensinya adalah ini dan bila ia pasrah maka akibatnya seperti itu. Proses subyektif ini akan beralih menjadi obyektif saat ia menjalani peran yang dipilihnya tersebut. Misalnya yang ia ambil adalah pasrah karena ia takut kalau ia melarikan diri konsekuensinya lebih parah, atau ia merasa terlalu tergantung kepada tersangka dan mengkhawatirkan nasih anaknya bila ia melawan. Maka, setelah itu ia akan menjalani perannya sebagai korban. Secara naluriah ia akan menutupi bagian tubuhnya yang mungkin menjadi sasaran kekerasan. Atau ia berusaha untuk menutupi telinganya untuk melindungi mental dan psikologisnya. Itulah mengapa dramaturgi di sebut memiliki muatan objektif. Karena pelakunya, menjalankan perannya secara natural, alamiah mengetahui langkah-langkah yang harus dijalani.

 Pendekatan Keilmuan Little John – Pendekatan Scientific (ilmiah – empiris)

Seperti telah dijabarkan diatas, Dramaturgis merupakan teori yang mempelajari  proses dari perilaku dan bukan hasil dari perilaku. Ini merupakan asas dasar dari penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan scientifik. Obyektifitas yang digunakan disini adalah karena institusi tempat dramaturgi berperan adalah memang institusi yang terukur dan membutuhkan peran-peran yang sesuai dengan semangat institusi tersebut. Institusi ini kemudian yang diklaim sebagai institusi total sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya. Bahwa hasil dari peranan itu sesungguhnya, bila proses (rumusnya) dijalankan sesuai dengan standar observasi dan konsistensi maka bentuk akhirnya adalah sama. Contohnya, bila seorang pengajar mempraktekkan cara mengajar sesuai dengantemplate perguruan tinggi maka kualitas keluaran perguruan tinggi tersebut akan menghasilkan kualitas yang bisa dikatakan relatif sama. Atau untuk contoh front liner hotel diatas, bila front liner dapat memainkan skenario penyambutan tamu manajemen hotel, niscaya tamu akan merasa dihargai, dihormati, senang dan bersedia untuk datang menginap kembali di hotel tersebut.