erni juwita - rama.binahusada.ac.id:81
TRANSCRIPT
1
ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN
INFEKSI PLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2020
ERNI JUWITA
18.13101.10.19
PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
2
ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN
INFEKSI PLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2020
Tesis ini diajukan sebagai
Salah satu syarat memperoleh gelar
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
ERNI JUWITA
18.13101.10.19
PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
3
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
Tesis 25 Agustus 2020
Erni Juwita
Analisis Kepatuhan Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Plebitis Pada Pasien
Di Rs.Muhammadiyah Palembang Tahun 2020 (xi+67 halaman, 16 tabel, 2 gambar, 25 lampiran
Survei yang dilakukan WHO terhadap55 Rumah Sakit di 14 negara
menunjukkan 8,7% dari rumah sakit tersebut terdapat pasien dengan infeksi
nosokomial.Selain itu survey mengatakan bahwa 1,4 juta orang seluruh dunia
menderita infeksi akibat perawatan di rumah sakit.Undang Undang Nomor 44 tentang
rumah sakit menyatakan bahwa “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh
keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit”. Segala
bentuk pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada pasiennya bertujuan agar pasien
segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila
dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya
risiko yang sebenarnya dapat dicegah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran kepatuhan kebersihan tangan pada petugas perawat terhadap kejadian
plebitis diruang rawat inap Rs.Muhammadiyah Palembang.Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 20 juli s/d 10 agustus tahun 2020.Desain penelitian ini adalah cross
Sectional.Populasi dan sampel penelitian ini berjumlah 72 orang.pengambilan sampel
menggunakan total populasi. Uji statistik dengan menggunakan chi square dan
regresi logistik berganda dengan tingkat kemaknaan (α=0.05). Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa ada hubungan hubungan pendidikan (p=0,002),
pelatihan(p=0.003), masakerja(p=0,001), supervisi kepala ruangan (p=0,000).Pada
analisis multivariat diperoleh variabel paling dominan yaitu pelatihan.Simpulan dari
penelitian ini ada hubungan antara pendidikan, pelatihan, masa kerja, supervisi kepala
ruangan ter hadap pengendalian plebitis. Memberikan informasi kepada
Managemen Rumah Sakit tentang pengaruh dari hubungan antara pendidikan,
pelatiahan, masa kerja, supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat terhadap
kejadian plebitis diruang rawat inap RS.Muhammadiyah Palembang.
Kata kunci : Kepatuhan, Perawat, Pencegahan, Infeksi, Plebitis.
Daftar Pustaka : 23 ( 2009- 2019)
iii
4
ABSTRACT
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCS
BINA HUSADA PALEMBANG
PUBLIC HEALTH POSTGRADUATE PROGRAM
Tesis 25 Agustus 2020
Erni Juwita
ANALYSIS OF NURSE MANAGEMENT IN PREVENTING INFECTION IN PATIENTS AT
MUHAMMADIYAH PALEMBANG. (xi+67 Page, 16 table, 2 picture, 25 lampiran
The WHO survey conducted on 55 hospitals in 14 countries showed that
8.7% of these hospitals had patients with nosocomial infections. In addition, the
survey said that 1.4 million people worldwide suffer from infections due to
hospitalization. Law No. 44 on The hospital states that "Every patient has the right to
obtain safety and security during his treatment in the hospital". All forms of services
provided by the hospital to its patients aim to make the patient recover from his
illness immediately and be healthy again, so that it cannot be tolerated if in hospital
treatment the patient becomes more suffering as a result of risks that could have been
prevented. This study aims to determine the description of the compliance of hand
hygiene among nurses to the incidence of phlebitis in the inpatient room of Rs.
Muhammadiyah Palembang. This research was conducted from 20 July to 10 August
2020. The design of this study was cross sectional. The population and sample of this
study totaled 72 people. sampling using the total population. Statistical test using chi
square and multiple logistic regression with significance level (α = 0.05). The results
of this study indicate that there is a relationship between education (p = 0.002),
training (p = 0.003), work cooking (p = 0.001), supervision of the head of the room
(p = 0.000). In the multivariate analysis the most dominant variable is training. In
this study, there is a relationship between education, training, years of service,
supervision of the head of the room towards controlling phlebitis. Providing
information to hospital management about the influence of the relationship between
education, training, tenure, supervision of the head of the room with nurses'
compliance with the incidence of phlebitis in the inpatient room of Muhammadiyah
Hospital, Palembang.
Keywords : Compliance, Nurse, Prevention, Infection, Phlebitis.
Bibliography : 23 ( 2009- 2019)
iv
5
v
6
vi
7
8
RIWAYAT HIDUP PENULIS
NAMA : ERNI JUWITA
TTL : PALEMBANG, 20 MARET 1983
JENIS KELAMIN : PERAEMPUAN
ANAK : PERTAMA DARI 5 BERSAUDARA
AGAMA : ISLAM
ALAMAT : JL. BUNGARAN 1 RT 1 NO 42 KERTAPATI 8
ULU PALEMBANG 30252
NAMA ORANG TUA
AYAH : H. ASNAWI MANSYUR ( ALM)
IBU : HJ. YUNANI LANGGA
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SD NEGERI 207 PALEMBANG
2. SMP NEGERI TAHUN 1999
3. SMA YKPP 1 TAHUN 2002
4. D3 KEPERAWATAN SAPTA KARYA 2005
5. S1 STIKES BINA HUSADA 2013
vii
9
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO
MEMPERSEMBAHKAN KEPADA :
1. Kepada orang tua ku umak ( hj. Yunani langga ) papa ( H. Asnawi. M ( ALM )
yang senan tiasa selalu mendoakanku.
2. Untuk Suami ( hendra haryono ) anak- anak ( putri, caca, athiya dan aliea ) yang
selalu mendukungku
3. Adik – adiku selalu mendoakanku.
Motto :
“ Berusahalah sampai kamu bisa, orang bisa kenapa kita, tidak bisa”
viii
10
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat,nikmat
dan pertolongan-Nya Penulisan Tesis dapat diselesaikan, dengan judul “Analisis
Kepatuhan Perawat. Dalam Pencegahan Infeksi Plebitis Pada Pasien Di Rs.
Muhammadiyah Palembang Tahun 2020
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada ;
1. Ibu Dr. Nani Sari Murni, SKM, M.Kes. Selaku Ketua Prodi PPSKM STIK Bina
Husada Palembang.
2. Pembimbing 1: Prof.Dr.Lilis Suryanti, S.Pd, M.Si
3. Pembimbing 2 : Dr.dr.Chairil Zaman.M.Sc
4. Penguji 1 : Prof.Dr.Supli Effendi Rahim, M.sc
5. Penguji 2 : Dr.Erma Gustina, ST, M.Kes
6. Ibu Dian dan ibu Hamyatri yang selalu membatu kami
7. Orang Tua, Suami, Anak tercinta yang telah memotivasi besar sehingga
Peneliti dapat menyelesaikan Residensi ini.
8. Seluruh Staf Sekretariat Prodi PPSKM STIK Bina Husada
9. Seluruh Teman-teman di Rumah Sakit muhammadiyah palembang yang sudah
ikut membantu penulis dalam menyelesaikan Residensi ini
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari memiliki banyak
kekurangan dan keterbatasan.Semoga Allah SWT membalas kebaikan kepada
semua pihak yang telah membantu penyelasaian penulisan Residensi ini dan mudah
mudahan Residensi ini bermanfaat bagi penulis, RS. Muhammadiyah
Palembang dan bagi pembaca yang ada peminatan. Amin ya Robbalalamin.
Palembang, 25 agustus 2020
penulis
ix
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ....................................................... ii
ABSTRAK .............................................................................................................. iii
ABSTRACT ............................................................................................................ vi
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. v
PANITIA SIDANG UJIAN .................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ..................................................... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 8
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................10
1.6. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Literatur ....................................................................................12
2.2. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................................34
BAB III. METODE PENELITIAN
x
12
3.1. Desain Penelitian ..................................................................................37
3.2. Populasi dan sampel .............................................................................38
3.3. Kerangka Konsep .................................................................................39
3.4. Variabel dan Definisi Operasional .........................................................40
3.5 Hipotesis Penelitian ...............................................................................41
3.6. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian ...................................42
3.7. Pengumpulan Dan Manajemen Data .....................................................43
3.8 Teknik Analisis Data ..............................................................................44
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1Gambaran Umum Obyek Penelitian ........................................................46
4.2. Gambaran Ruang Lingkup Peneliti .......................................................47
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..........................................................................................65
5.2. Saran ....................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Angka kejadian phlebitis 6 bulan terakhir ................................................ 6
3.4 Definisi Operasional ................................................................................ 40
4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pendidikan ..................... 40
4.2 Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelatihan
kerja ......................................................................................................... 49
4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut masa kerja ................................ 50
4.2.2 Distribusi Frekuensi Supervisi Kepala Ruangan ........................................ 50
4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pencegahan Plebitis .................. 52
4.2.2Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan
Phlebitis 1 ................................................................................................. 53
4.2.2 Hubungan Pelatihan dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan
Phlebitis 2 ................................................................................................. 47
4.2.2 Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan
Phlebitis 3 ................................................................................................. 54
4.2.2Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan Phlebitis 55
4.2.2 Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Kepatuhan Perawat
terhadap Pencegahan Phlebitis .................................................................. 56
4.2.3 Hasil Seleksi Bivariat antara Variabel Independen dengan kepatuhan
perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah
Palembang ................................................................................................ 58
4.3 Hasil Akhir Pemodelan Regresi Logistik Variabel Independen dengan
kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien diruang rawat
inap RS.Muhammadiyah Palembang ............................................................... 52
xii
14
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 39
xiii
15
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat keterangan selesai penelitian
2. Lembar Kuesioner
3. Lembar pengolahan data secara komputerisasi dengan program SPSS
4. Lembar tabulasi data
xiv
16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Survei yang dilakukan WHO terhadap 55 Rumah Sakit di 14 negara
menunjukkan 8,7% dari rumah sakit tersebut terdapat pasien dengan infeksi
nosokomial.Selain itu survey mengatakan bahwa 1,4 juta orang seluruh dunia
menderita infeksi akibat perawatan di rumah sakit (WHO 2002).
Undang Undang Nomor 44 tentang rumah sakit menyatakan bahwa “Setiap
pasien mempunyai hak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di rumah sakit” (Tunggal, 2010). Segala bentuk pelayanan yang
diberikan rumah sakit kepada pasiennya bertujuan agar pasien segera sembuh dari
sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di
rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya risiko yang
sebenarnya dapat dicegah.
Sasaran pembangunan kesehatan adalah peningkatan jumlah dan mutu tenaga
kesehatan agar mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang terus
berkembang.Salah satu upaya pembangunan kesehatan peningkatan mutu, cakupan
dan efisiensi melalui perilaku penerapan dan penyempurnaan standar pelayanan,
standar tenaga, standar peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen
rumah sakit. karena pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, perawat memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan
17
kualitas pelayanan dan citra rumah sakit, karena 90% pelayanan kesehatan rumah
sakit diberikan oleh perawat pembangunan kesehatan diarahkan kepada
peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung
dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi
sejak pembuahan dalam kandungan sampai umur lanjut (GBHN, 1999).
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pencegahan HAIs di
rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.Kebijakan itu tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/III/2007 tentang Pedoman Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Selain itu Keputusan Menkes Nomor
381/Menkes/III/2007 mengenai Pedoman Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan dan PMK no 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. .Saat ini angka kejadian HAIstelah
dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit.Izin operasional sebuah
rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian HAIs.(Darmadi, 2008).
Cara paling ampuh untuk mencegah terjadinya HAIs adalah dengan
menjalankan Universal Precautian yang salah satunya adalah dengan mencuci tangan
pada setiap penanganan pasien di rumah sakit.Sebuah penelitian mengungkapkan
bahwa dengan mencuci tangan dapat menurunkan 20% - 40% kejadian HAIs.Namun
pelaksanaan cuci tangan itu sendiri belum mendapat respon yang maksimal. Di
negara berkembang, kegagalan dalam pelaksanaan cuci tangan sering dipicu oleh
keterbatasan dana untuk mengadakan fasilitas cuci tangan. Namun ketika sudah ada
18
dana, kendala berikutnya yang sebenarnya paling memprihatinkan adalah kurangnya
kepatuhan untuk mentaati prosedur. Studi di Amerika Serikat menunjukkan tingkat
kepatuhan perawat melakukan cuci tangan masih sekitar 50% dan di Australia masih
sekitar 65%.Hal ini bisa menjadi tantangan yang cukup besar bagi tim pengendali
infeksi rumah sakit untuk mempromosikan program cuci tangan ini. (Perdalin,2010).
Plebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme
yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit diikuti
dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang- kurangnya 2x24 jam dan
kejadian Plebitis menjadi indikator mutu pelayanan minimal rumah sakit dengan
standar kejadian ≤1,5% (Depkes RI, 2008). Plebitis didefinisikan sebagai
peradangan pada dinding pembuluh darah balik atau vena, Darmadi ( 2008).
Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit sangat
penting dilakukan karena kejadian infeksi nosokomial menggambarkan mutu
pelayanan rumah sakit. Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan
dan pengendalian infeksi, kegiatannya meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pembinaan, pendidikan dan pelatihan monitoring dan evaluasi (Depkes RI 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2008). Jumlah populasi adalah
256 orang perawat. Jumlah keseluruhan sampel adalah 51 orang, terdiri dari S1
Keperawatan 7 orang, D III 37 orang, dan SPK 7 orang. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa pendidikan perawat di RSDM Surakarta sebagian besar
19
adalah D III (72,5%), dan hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar
perawat (68,6%) telah melaksanakan protap pemasangan infus dengan baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Graysolely, Depok (2015)
diketahui pada responden hasil penelitian menunjukkan terdapat Rancangan
penelitian inimenggunakan pendekatan quasy experiment dengan metode pre test-
post test designs with comparison group. Sampel dalam penelitian adalah 32 perawat
pelaksana untuk kelompok intervensi dan 38 perawat pelaksana untuk kelompok
kontrol. perbedaan pengetahuan dan kepatuhan kebersihan tangan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol setelah pelatihan kebersihan tangan (p< 0,001, CI
pengetahuan= 2,061; 3,541, CI kepatuhan= 6,792; 10,929).Pelatihan kebersihan
tangan perlu dilakukan berkesinambungan.
Penelitian yang dilakukan oleh Naim Setyobudi, Surakarta (2013). Penelitian
ini dilakukan dengan metode kuantitatif observasional dengan pendekatan cross
sectional. Total populasi 69 perawat sampel 41 perawat dengan teknik proportional
random sampling. Instrumen penelitian kuesioner pengetahuan, ceklist kepatuhan,
dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan teknik regresi logistik dan
korelasi. Hasilnya ada hubungan pengetahuan perawat terhadap kepatuhan
pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,411 p = 0,008), tidak ada hubungan masa kerja
perawat terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,024 p = 0,079),
nilai R2 = 0,313, artinya 31,3% variasi perubahan kepatuhan perawat dipengaruhi
oleh variabel pengetahuan dan masa kerja. Simpulan : Ada hubungan yang signifikan.
20
Penelitian yang dilakukan oleh lilis Pohayani, 2018.Rancangan penelitian yang
digunakan Survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional, sampel penelitian
sebanyak 53 perawat pelaksana, pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi.
Hasil penelitian 45 orang (84,9%) kepatuhan kebersihan cuci tangan perawat
pelaksana belum sesuai SOP dan 8 orang perawat (15,1) sesuai SOP. Sebanyak 34
orang perawat pelaksana (64,2%) mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala
ruangan adalah otoriter/Autokratis, sedangkan 17 orang perawat (32,1%)
mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah demokratis dan 2
orang perawat pelaksana (3,8%) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan kepala
ruangan termasuk laissez faire/liberal. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,02,
berarti pada alpha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara
persepsi perawat pelaksana gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan kinerja
perawat pelaksana.
Data dari Komite PPI Rumah Sakit Umum Daerah OI masih terdapat
kejadian HAIs yaitu data hasil survei data plebitis adalah rata-rata 14,7‰ pada
Maret–Desember 2019 untuk jumlah kasus 229 orang (Komite PPI, RSUD OI tahun
2019).
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang adalah Amal Usaha Persyarikatan
Muhammadiyah yang diresmikan tanggal 10 Dzulhijjah 1417 H / 18 April 1997 oleh
Gubernur Propinsi Sumatera Selatan (Bapak H. Ramli Hasan Basri) bersama Ketua
PP Muhammadiyah (Prof.Dr.Amien Rais) merupakan satu satunya amal usaha
dibawah langsung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) SumSel
21
Tabel. 1
Angka kejadian Plebitis 6 bulan terakhir
RS.Muhammadiyah Palembang 2019
RUANGAN
PhLEBITIS TAHUN 2019
Mei juni
J
juLi AGS Sept okt
rata-
rata
Ahmad
Dahlan 0,10% 0,30%
0
,20% 0,30%
0,20% 0,60%
0
,21%
Dari data 6 bulan terakhir, laporan hasil surveilans oleh Komite PPI RS.
Muhammadiyah Palembang, terlihat angka kejadian plebitis masih tidak terlalu
tinggi diruang rawat inap Ahmad Dahlan, peneliti mengambil data pada bulan
oktober dengan 641 pasien yang terpasang infus angka kejadian yaitu 0,60%
berada dibawah angka standar minimum ≤1,5%, sesuai dengan pedoman. (Depkes
2008).
Kejadian Plebitis ditemukan ruang rawat inap Ahmad Dahlan mempunyai
angka Plebitis yang tidak melebihi angka standar minimal, tapi masih sangat
menghawatirkan karena masih adanya angka kejadian infeksi. Plebitis yang
ditandai daerah bengkak, kemerahan, panas dan nyeri pada kulit sekitar tempat
kateter intravaskular dipasang (kulit bagian luar). Jika Plebitis disertai dengan
22
tanda-tanda infeksi lain seperti demam dan pus yang keluar dari tempat tususkan,ini
digolongkan sebagai infeksi klinis bagian luar.(LindaTietjen, Debora Bossemeyer,
Noel McIntosh 2004).
Untuk pengendalian kejadian infeksi HAIs, Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang mempunyai komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah
Sakit. Komite PPI mempunyai kegiatan-kegiatan pencegahan dan pengendalian
infeksi yang terprogram tersebut dapat berupa pelatihan ataupun pengawasan
langsung ke setiap ruang perawatan. Apabila kejadian infeksi ini terus berulang maka
image rumah sakit akan jelek dan selanjutnya pasien akan enggan datang berobat ke
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang pada akhirnya akan menurunkan
BOR (Bed OccupotionalRate) rumah sakit. Apabila BOR rumah sakit menurun terus
kita tahu apa yang akan terjadi, rumah sakit bisa tutup, tidak bisa beroperasional lagi
karena dana yang tidak cukup dan berdampak akan dilakukan PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja) dan akhirnya menambah jumlah pengangguran.
Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian yang terkait dengan Analisa Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan
Infeksi Plebitis Pada Pasien Di Rs. Muhammadiyah Palembang Tahun 2020
1.2 Rumusan Masalah
1. Munculnya kejadian infeksi yang terus berulang merupakan ancaman
keselamatan bagi pasien dan pemberi pelayanan kesehatan yang berada di rumah
sakit, yang selanjutnya berdampak terhadap buruknya citra rumah
sakit.Kepatuhan dalam menjaga kebersihan tangan telah terbukti sebagai upaya
23
pengendalian infeksi sekaligus sebagai proteksi diri petugas di rumah sakit belum
sepenuhnya dilakukan dengan baik.
2. Kurangnya kepatuhan petugas perawat dalam melakukan kebersihan tangan
belum sepenuhnya berjalan dengan baik.
3. Kesadaran petugas perawat untuk melakukan universal precaution masih kurang
misalnya kesadaran dari petugas perawat dalam melakukan cuci tangan yang
dapat menyebabkan terjadinya perpindahan microorganisme dari manusia
kemanusia atau benda lain.
4. Masih Kurangnya pelatihan yang diterimna oleh perawat tentang kepatuhan
kebersihan tangan. peneliti melakukan penelitian tentang terkait dengan
Kepatuhan Kebersihan Tangan Pada Petugas Perawat Terhadap Kejadian
Infeksi Plebitis diruang Rawat Inap Rs.Muhammadiyah Palembang.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Adakah hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang ?
2. Adakah hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang ?
3. Adakah hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang ?
4. Adakah hubungan antara sikap perawat dengan kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang.?
24
5. Adakah hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat
terhadap pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang?
6. variabel apakah yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan perawat
terhadap pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.Muhammadiyah Palembang ?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui gambaran kepatuhan kebersihan tangan pada petugas
perawat terhadap kejadian plebitis di ruang rawat inap Rs.Muhammadiyah
Palembang.
2 Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik demografi tenaga perawat
di ruang rawat inap Rs.Muhammadiyah Palembang.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis pada pasien diruang rawat inap Rs.Muhammadiyah
Palembang.
3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan perawat
terhadap pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang.
4. Untuk mengetahui hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan perawat
terhadap pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang
5. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat
terhadap pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang
25
6. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang
7. Untuk mengetahui hubungan antara supervisikepala ruangan dengan
kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien Rs.
Muhammadiyah Palembang
8. Untuk menganalisa variabel yang paling dominan berhubungan dengan
kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.
Muhammadiyah Palembang.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Institusi Rumah Sakit
a. Memberikan informasi kepada seluruh sumber daya manusia pada unit
pelayanan di rumah sakit tentang karakteristik perawat pelaksan dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
b. Informasi kepada Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi memberikan
gambaran hal-hal yang mempengaruhi pencegahan kejadian plebitis di ruang
rawat inap rumah sakit Muhammadiyah Palembang.
c. Memberikan informasi kepada Managemen Rumah Sakit tentang pengaruh
dari hubungan antara pendidikan, pelatiahan, masa kerja, supervisi kepala ruangan
dengan kepatuhan perawat terhadap kejadian plebitis diruang rawat inap
RS.Muhammadiyah Palembang.
2. Manfaat bagi ilmu keperawatan
26
Memberikan informasi bagi dunia pelayanan kesehatan khususnya bidang
keperawatan bagaimana pengaruh hubungan antara pendidikan, pelatiahan, masa
kerja, supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat terhadap kejadian
plebitis diruang rawat inap RS.Muhammadiyah Palembang.
3. Manfaat bagi peneliti
Untuk menambah pengalaman melakukan penelitian dan sebagai gambaran nyata
yang dapat dimanfaatkan untuk evaluasi keefektifan program pencegahan HAIs
rumah sakit khususnya tentang Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi
Plebitis.Sebagai referensi di perpustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti
yang mempunyai peminatan di bidang Administrasi Kebijakan kesehatan
khususnya yang ingin melakukan penelitian tentang Analisa Kepatuhan Perawat
dalam Pencegahan Infeksi Plebitis Diruang Rawat Inap Rs.Muhammadiyah
Palembang.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Saya akan meneliti Analisa Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi
Plebitis Diruang Rawat Inap Rs.Muhammadiyah Palembang., karena masih
adanya angka kejadian infeksi plebitis akibat ketidak patuhan petugas perawat dan
juga dengan alasan rumah sakit tempat peneliti bekerja.Waktu penelitian
dilakukan selama 3minggu pada tanggal 20 juli s/d 10 agustus tahun 2020.
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Literatur
2.11 Kejadian Plebitis di Ruang Rawat Inap
2.1.1.1 Plebitis
Plebitis adalah salah satu bentuk infeksi nosokomial yang sering muncul
dirumah sakit yaitu merupakan peradangan pada dinding vena akibat terapi cairan
intravena, yang ditandai dengan nyeri, kemerahan, teraba lunak, pembengkakan pada
lokasi penusukan jarum infus.
Plebitis merupakan infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh pasien
yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit diikuti dengan manifestasi klinis yang
muncul sekurang-kurangnya 2x24jam. Plebitis didefinisikan sebagai peradangan
pada dinding pembuluh darah balik atau vena.Kejadian plebitis menjadi indicator
mutu pelayanan minimal rumah sakit dengan standar ≤1,5% ( Depkes 2008).
Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia
maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena.
Berdasarkan derajat keparahan, Plebitis dapat diklasifikasikan menjadi 4
derajat phlebitis yaitu derajat1 ditandai dengan eritema dengan atau tanpa rasa sakit.
Plebitis, derajat2 ditandai dengan sakit, eritema, edema dengan atau ada garis. Lurus
tetapi tidak mengikuti garis pembuluh darah.plebitis derajat 3 ditandai dengan sakit,
28
eritema, edema dengan atau ada garis lurus mengikuti garis pembuluh darah plebitis
derajat4 ditandai dengan ditemukannya semua tanda- tanda plebitis.
Plebitis dapat menyebabkan trombus yang selanjutnya menjadi trombo
plebitis, perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika
thrombus terlepas dan kemudian diangkutke aliran darah dan masuk jantung maka
dapat menimbulkan seperti katup bola yang menyumbat atrio ventikular secara
mendadak dan menimbulkan kematian, hal ini menjadikan plebitis sebagai salah
satu permasalahan yang penting untuk dibahas di samping plebitis juga sering
ditemukan dalam proses keperawatan. Faktor factor yang menyebabkan terjadinya
plebitis adalah factor kimia seperti jenis cairan obat yang digunakan, kecepatan
aliran infus serta bahan kateter, factor mekanik yaitu terjadi ketika vena trauma oleh
kontak fisik, trauma fisik tersebut bias ditimbulkan oleh ukuran kateter dan lokasi
penusukan yang tidak sesuai dengan adanya kolonisasi bakteri.
Selain ketiga factor diatas mengemukakan bahwa factor lain seperti usia,
status gizi, penyakit yang mendasari dan jenis kelamin berpengaruh terhadap
kejadian plebitis.Usia dan status gizi berpegaruh dikarenakan pertahanan tubuh
seseorang terhadap infeksi dapat berubah sesuai usia. Salah satu upaya untuk
menekan kejadian phlebitis tersebut adalah dengan melakukan manajemen yangbaik
pada saat pemasangan intravena line atau infus.
Selain itu tingkat pendidikan, keterampilan serta sikap perawat juga
mempunyai peran yang sangat penting dalam terjadinya kejadian plebitis.Perawat
didalam pemberi layanan dirumah sakit wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
29
dirinya juga orang lain yang dimaksud disini adalah klien serta bertanggung jawab
sebagai pelaksana kebijakan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dimana
perawat bertugas.
2.1.1.2 Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
dinyatakan bahwa, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Ruang pasien rawat inap yaitu ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan
dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24
jam.Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama
sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh
pihak rumah sakit kepada pasiennya.
2.1.1.3 Pendidikan
Pendidikan pengetahuan adalah bagian dari proses koqnitif seseorang yang
dapat ditingkat kan melalui tingakat pendidikan. Hal ini diperkuat oleh Winslowetal
dalam CHSRF and FCRSS 2005, yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara
pendidikan keperawatan dengan kebutuhan pasien. Selanjutnya dalam meningkatkan
keselamatan pasien, perawat harus meningkatkan pendidikan dan kesempatan
pelatihan untuk semua aspek keperawatan.
Pengetahuan perawat tentang pemasangan dan perawatan infus menjadi
faktor yang penting dalam pencegahan komplikasi plebitis dan ketidaknyamanan
30
pasien. Kurangnya pengetahuan perawat tentang prinsip dan prosedur pemasangan
infus akan menimbulkan ketidakpatuhan dalam pelaksanaan tindakan sesuai prosedur
sehingga meningkatkan risiko kesalahan yang mengakibatkan komplikasi dan
ketidaknyamanan.
Menurut (Wayunah et al., 2013), tingkat pengetahuan perawat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja. Menurut
hasil penelitian (Wayunah et al., 2013) , perawat yang berpendidikan S1 sebanyak
90,9% memiliki pengetahuan baik; perawat dengan pengalaman >7,5 tahun memiliki
pengetahuan lebih baik dibanding yang punya pengalaman <7,5 tahun; dan
berdasarkan umur, perawat yang berumur >31 tahun memiliki pengetahuan baik
dibandingkan dengan perawat yang beumur <31 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tingkat pendidikan tinggi, usia matang
serta pengalaman yang luas tidak menjamin seorang perawat terampil dalam terapi
infus tanpa melakukan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan penge- tahuannya. Oleh
karena itu, perawat senantiasa untuk meningkatkan pengetahuan- nya, terutama hasil
evidence based sehingga di- harapkan perawat mampu menerapkan prosedur pemasangan
dan perawatan infus dengan baik.
2.1.1.5 Pelatihan
Pelatihan merupakan sebuah proses yang mengajarkan pengetahuan dan
keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.
31
Biasanya pelatihan merujuk pada pengembangan ketrampilan bekerja yang dapat
digunakan dengan segera.Pengembangan menurut pendapat Jan Bella dalam adalah
sama degan pendidikan dan pelatihan.
Disamping menambah ilmu pengetahuan, pelatihan PPI diadakan salah
satunya bertujuan untuk mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang dapat
ditularkan diantara pasien, staf, tenaga professional kesehatan, tenaga kontrak,
tenaga suka rela, mahasiswa dan pengunjung Rumah Sakit, menurut Agus Marwoto
Bady, HariKusnanto, Dwi Handono 2007,ada hubungan antarapelatihan/ pemahaman
dengan kinerja SDM Perawat dalam pengendalian infeksi diRumah sakit.
Dalam upaya penerapan akreditasi JCI keberadaan unit/bagian pelatihan
di Rumah Sakit memegang peranan penting, bahkan kegiatan dan program pelatihan
menjadi prasyarat yang harus dipenuhi, seperti disebutkan dalam salah satu
standar dalam akreditasi JCI, yaitu standar GLD (Governance, Leadership and
Direction)yang menyebutkan bahwa; kepala departemen menyediakan orientasi
dan pelatihan untuk semua staf mengenai tugas dan tanggung jawab mereka kepada
departemen atau instalasi dimana mereka ditugaskan.
Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengetahuan serta keterampilan
mengenai Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dirumah sakit dan pelayanan
kesehatan lainnya biasanya didapatkan dari pelatihan.Perawat harus memahami
penyebab terjadinya infeksi, bagaimana cara penularannya, memperhatikan teknik
aseptik, melakukan kebersihan tangan yang benar, memakai alat pelindung diri
dalam bekerja dan mengerti dengan teknis dan operasional dalam melakukan
32
tindakan dalam pelayanan kepada pasien seperti cara melakukan pemasangan infus,
penusukan jarum infus pada pasien, monitor aliran cairan infus, melihat tanda
tanda terjadinya peradangan akibat luka jarum infus dan bagaimana mana
penanganannya.
2.1.1.4 Masa kerja
Kinerja individu perawat dipengaruhi oleh 3 variabel yaitu variabel individu,
variabel organisasi dan variable psikologis.Variabel individu, terdiri dari
kemampuan, keterampilan, pengetahuan, demografi dan latar belakang
keluarga.Variabel psikologi terdiri dari persepsi, sikap, motivasi, kepribadiaan dan
belajar.Sedangkan, variable organisasi terdiri dari sum berdaya, imbalan, beban
kerja, struktur, supervisi dan kepemimpinan.
2.1.1.5. Kepatuhan Cuci Tangan
Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang bersangkutan
untuk mentaati atau mematuhi sesuatu. Kepatuhan adalah sifat patuh, suka menurut,
taat pada perintah, aturan, berdisiplin (Departemen Pendidikan Nasional,
2003).Kepatuhan adalah ketaatan menerima instruksi, koreksi, penyediaan dan
perlindungan dari pimpinan.(Oak 1992), perilaku yang disiplin merupakan perilaku
yang taat dan patuh dalam peraturan.Pittet dkk mendapatkan angka persentase
kepatuhan mencuci tangan sebanyak 48%, angka kepatuhan ini lebih tinggi pada
perawat dibanding pada dokter.
33
Kepatuhan mencuci tangan dapat diperbaiki dengan mengurangi hambatan
hambatan yang ada, serta dalam mempromosikan kepatuhan mencuci tangan,
menetapkan peraturan - peraturan khusus seperti jangan memakai kuku palsu, atau
perhiasan tangan yang dapat menyebarkan infeksi.Mencuci tangan adalah cara yang
paling sederhana dan merupakan tindakan utama dalam pengendalian infeksi
nosokomial, tetapi kepatuhan dalam melaksanakannya sangat sulit mungkin
dikarenakan iritasi kulit, sarana yang kurang, adanya sarung tangan, terlalu sibuk,
tidak ada kesadaran untuk kebersihan tangan.(Dep IKA FKUI 2005)
Pada standar akreditasi rumah sakit tentang kebersihan tangan, teknik barier
dan bahan-bahan desinfeksi merupakan instrumen mendasar bagi pencegahan dan
pengendalian infeksi yang benar.Rumah sakit mengidentifikasi situasi dimana
masker, pelindung mata, gaun atau sarung tangan diperlukan dan melakukan
pelatihan penggunaannya secara tepat dan benar. Sabun, desinfektan dan handuk
atau pengering lainnya tersedia dilokasi dimana prosedur cuci tangan dan
desinfektan dipersyaratkan. Pedoman handhygiene diadopsi oleh Rumah Sakit dan
ditempel di area yang tepat, dan staf diedukasi untuk prosedur yang benar tentang
cuci tangan desinfeksi permukaan (Darmadi2008).
a). Momen mencuci tangan menurut WHO
1.Sebelum kontak dengan pasien
2.Sebelum prosedur bersih / aseptik)
3.Setelahter papar/risiko cairan tubuh pasien
4.Setelah berkontak dengan pasien
34
5.Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.
Gambar 1.Momen mencuci tangan
b). Langkah-langkah mencuci tangan (WHO)
WHO pada tahun 2009 mengeluarkan pesan kesehatan untuk mencuci
tangan dengan 6 langkah.Bisa dilihat pada gambar untuk lebih jelasnya.
1. Basahi kedua telapak tangan dengan air mengalir, lalu tekan sabun
ketelapak tangan usap kedua telapak tangan.
2. Gosok masing-masing pungung tangan secara bergantian.
3. Jari jemari saling masuk untuk membersihkan sela-sela jari.
4. Gosok ujung jari (buku-buku) dengan mengatupkan jari tangan kanan terus
gosokan ketelapak tangan kiri bergantian.
5. Gosok dan putar ibu jari secara bergantian.
6. Gosok kan ujung kuku pada telapak tangan secara bergantian.
35
Gambar 2. Langkah-langkah mencuci tangan
c). Cairan Cuci Tangan
Staf rumah sakit dapat mencuci tangan dengan menggunakan larutan cuci
tangan anti septic sebelum memeriksa pasien dan larutan pembilas sebelum
memegang pasien lain. Jenis cairan Chlorhexidine gluconate, providone iodine dan
alkohol merupakan desinfektan yang cukup baik sebagai antiseptik. Sabun dan
deterjen produk pembersih (berbentuk batangan cair, selebaran, atau bubuk)
yang menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu membuang kotoran,
debu dan mikroorganisme sementara dari kedua belah tangan.Sabun biasa
membutuhkan friksi (penggosokan) untuk membuang mikroorganisme secara
mekanik, sedangkan sabun antiseptik juga membunuh atau menghambat
36
pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme.Larutan penggosok antiseptic berbasis
alcohol tanpa air atau penggosok antiseptik.Penggosok tangan antiseptic beraksi cepat
yang tidak harus menggunakan air, dapat menghilangkan flora sementara dan
mengurangi mikroorganisme tetapserta melindungi kulit.Sebagian besar mengandung
alcohol 60-90%, emolien, dan sering ditambahkan antiseptik lain (misalnya
khlorheksidin glukonat 2-4%)yang mempunyai aksi sisa/residual. Karena penggosok
antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, apa bila kedua tangan
terlihat kotor atau terkontaminasi darah atau cairan tubuh, maka pertama tama harus
dilakukan cuci tangan dengan sabun dan air.
d). Metode mencuci tangan/macam–macam cara cuci tangan.
1. Cuci tangan, bertujuan menghilangkan tanah dan transient microorganise metode
pencucian dengan memakai sabun selama 40–60 detik.
2. Anti septik, bertujuan menghilangkan dan menghancurkan bakteri atau kuman
metodenya dengan memakai sabun yang bersifat antimikroba atau alcohol
based handrub selama minimal 20-30 detik.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa mencuci tangan adalah cara yang
paling sederhana dan merupakan tindakan utama dalam pengendalian infeksi
nosokomial, tetapi kepatuhan dalam melaksanakannya sulit terlaksana, banyak faktor
yang dapat menyababkan kepatuhan cuci tangan ini tidak dilakukan misalkan iritasi
kulit, sarana dan peralatan cuci tangan yang kurang. Dalam melakukan cuci tangan
yang benar sesuai standar perawat harus paham tujuan melakukan cuci tangan, kapan
harus mencuci tangan, tahap tahap dalam melakukan cuci tangan sebelum
37
melakukan kontak kepada pasien, macam macam metode cuci tangan dan teknik cuci
tangan sesuai serta sarana yang dibutuhkan sesuai standar mencuci tangan menurut
WHO tahun 2009.
2.1.1.7 Kepala Ruangan
1. Supervisi
Supervisi adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahannya sesuai dengan rencana, perintah,
tujuan/kebijakan yang telah ditentukan. Selain itu Swansburg 1999 juga
mendefinisikan supervise sebagai segala usaha untuk mengetahui dan menilai
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas, dimana dalam
pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu menghargai potensi
tiap individu, mengembangkan potensi tiap individu, dan menerima tiap perbedaan.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan directing dalam fungsi
manajemen. Pada suatu saat supervisor akan memerlukan bantuan dalam mengambil
keputusan melalui pengamalan dalam tugas untuk menemukan metoda yang lebih
baik guna melaksankan pendelegasian tugas dalam kelompok kerja, tentu memerlukan
dukungan dari anggota kelompok yang tersulit dari tugas ini adalah bagai mana
membuat bawahan mengerjakan pekerjaan dengan suka hati tidak karena terpaksa
atau diawasi secara ketat.
Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan
keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena masalah masalah yang terjadi di
38
unit keperawatan tidak seluruhnya dapat diketahui oleh, Oecha yontheblog
Manajemen Keperawatan Supervisi html 2011 keperawatan melalui informasi yang
diberikan oleh staf keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan
supervise keperawatan.Walaupun supervisi rmemperhatikan kondisid an hasil kerja,
tetapi perhatian utama ialah manusianya, untuk ituharusmengenal tiap individu dan
mampu merangsang agar tiap pelaksana mau meningkatkan diri.Salah satu tujuan
utamadari supervise adalah orientasi, latihan dan bimbingan individu, berdasarkan
kebutuhan individu dan mengarah pada pemanfaatan kemampuan dan pengembangan
ketrampilan yang baru. Supervisi keperawatan mempunyai pengertian yang sangat
luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada
perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan.Kegiatan supervise semacam ini merupakan
dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan, perkembangan keahlian
dan kecakapan perawat. Selain itu,supervisi juga diartikan sebagai pengamatan atau
pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin
(Suyanto, 2008). Dalam pelaksanaan supervisi, supervisi rmembuat suatu keputusan
tentang suatu pekerjaan yang akan dilaksanakan, kemudian siapa yang akan
melaksanakan.Untuk itu supervisor perlu memberikan penjelasan dalam bentuk
arahan kepada para pelaksana.
Apabila supervisi langsung adalah dilakukan secara langsung kepada obyek
yang disupervisi, akan diperoleh banyak manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut;
39
dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja, peningkatan ini erat kaitannya dengan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan serta makin terbinanya
hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, maka sama artinya bahwa tujuan
organisasi telah tercapai dengan baik. Agar supervisi dapat dijalankan dengan baik
maka seorang suprvisor harus memahami prinsip-prinsip supervisi dalam
keperawatan sebagai berikut, Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang
sedang berlangsung, cara supervisi ini ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta
mencegah dan memperbaiki kesalahan yang terjadi. Supervisi Tidak Langsung
dilakukan melalui laporan tertulis, seperti laporan pasien dan catatan asuhan
keperawatan dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan laporan lisan seperti
saat timbang terima dan ronde keperawatan. Pada supervise tidak langsung dapat
terjadi kesenjangan fakta, karena supervisor tidak melihat langsung kejadian
dilapangan. Oleh karena itu agar masalah dapat diselesaikan, perlu klarifikasi dan
umpan balik dari supervisor dan staf.
2. Prinsip Supervisi
Prinsip-prinsip harus memenuhi syaratan antara lain:
1).Didasarkan hubungan profesional bukan hubungan pribadi.
2).Kegiatan yang harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif memberikan
perasaan aman pada perawat pelaksanadan harus mampu membentuk suasana
kerja yang demokratis.
40
3).Dilakukan secara obyektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri(self
evaluation).
4).Bersifat progresif, inotativ dan fleksibel serta dapat mengembang kanpotensi atau
kelebihan masing-masing orang yang terlibat.
5).Bersifat konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan
kebutuhan
6).Dapat meningkatkan kinerja bawahan dan kepuasan kerja perawat dalam
peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
3.Supervisi yang efektif
Ciri-ciri supervise efektif yang dilakukan oleh seorang pimpinan adalah:
a).Delegasi
Seorang manajer, supervisor atau pimpinan unit, harus bias membawahi timnya
ke target yang telah ditetapkan.Dengan keterbatasan waktu dan tenaga, akan lebih
efektif jika kita mendelegasikan sebagian tugas- tugas, terutama yang bersifat teknis
lapangan kepada anak buah.Jadi tugas- tugas lapangan lainnya perlu didelegasikan
kepada bawahan.Dalam breakdown target ini di harapkan harus SMART (Specific,
Measurable, Agree, Realistic, Timelimit).Target dan rencana harus disampaikan
secara spesifik, anggota tim jelas dan gambling pada level dibawahnya, Spesifik
misalnya rencana asuhan keperawatan sudah harus terdokumentasi dalam waktu 20
menit sejak pasien masuk ruang rawat inap. Measurable artinya harus punya formula
yang jelas untuk menghitung pencapaian, biasanya dalam bentuk satuan yang dapat
diukur seperti produktivitas dalam satuan persen.Agree yang dimaksud bahwa target
41
dan rencana tersebut disepakati oleh pembuat target dan penerima target, disinilah
terjadi transaksi yang sangat alot antara supervisor dan staff.Realistic, supervisor
harus mampu meyakinkan bawahan bahwa mereka mampu mencapainya dan mereka
akan mendapat bimbingan dari supervisor. Time limit berartiada target waktu
selesai.Supervisor juga harus mampu memberikan pengarahan tentang strategi
pencapaian. Supervisor harus mampu berkomunikasi dengan bawahannya untuk
memastikan bahwa sasaran dan penugasan telah dipahami dengan baik.
b).Keseimbangan.
Seorang pimpinan diberikan otoritas untuk mengambil keputusan dan
memberikan tugas kepada orang-orang dibawah tanggung jawabnya.Otoritas ini
harus digunakan dengan tepat artinya manajer atau supervisor harus
menyeimbangkan penggunaan otoritas tersebut. Ia perlu tahu kapan harus
menggunakan otoritas ini dan kapan harus menahan diri dan membiarkan anak buah
bekerja dengan mengoptimalkan kreativitas mereka.Keseimbangan juga mengacu
pada sikap yang diam oleh seorang pemimpin, kapan harus bersikap tegas, dan kapan
harus member kesempatan pada anak buah untuk menyampaikan pendapat.
c).Contoh.3
”Exampleis the bestpolicy”. Mungkin prinsipinilah yang penting utuk
diterapkan dalam melakukan tindakan supervisi.Sering kali kata-kata saja kurang
efektif sulit untuk dimengerti, maka dalam kondisi seperti ini tindakan yang paling
tepat adalah dengan memberikan contoh konkret bagaimana bersikap dan bagaimana
melakukan suatu tugas. Kepala ruangan sebagai seorang supervisor juga harus
42
menyadari bahwa anak buah akan melihat dan mengamati tingkah laku pimpinan
mereka sebagai pedoman tingkah laku di tempat kerja. Jadi jika pimpinan atau
supervisor menginginkan anak buah untuk disiplin dalam waktu, sang pimpinanpun
harus memperlihatkan contoh konkret dalam menerapkan disiplin waktu, misalnya
tidak dating terlambat, menyelesaikan tugas sesuai deadline atau jika mungkin
sebelum deadline.
d). Jembatan
Seorang supervisor pimpinan merupakan jembatan antara staf yang mereka
pimpin dengan manajemen diatasnya.Jadi ia harus bisa menyampaikan keinginan,
usulan karyawan pada pihak manajemen sebaliknya, ia pun harus bisa menyampaikan
visi dan misi yang telah ditetapkan, serta keputusan-keputusan lain yang telah dibuat
oleh manajemen puncak untuk diketahui oleh para karyawan yang menjadi anggota
timnya. Kondisi seperti ini sering memojokkan sang supervisor, baik dari segi
karyawan maupun manajemen di atasnya.Untuk itu, manajer atau supervisor harus
bisa menerapkan prinsip keseimbangan dalam bersikap dan mengambil keputusan
agar adil dan bias menemukan kepentingan staf dan juga pimpinan atau manajemen
puncak.
e).Komunikasi.
Ciri lain yang sangat penting dalam melakukan supervise efektif adalah
kemampuan beromunikasi disini bukanlah komunikasi satu arah ( memberikan tugas-
tugas saja) tetapi yang terlebih utama adalah komunikasi multi arah, yang juga
mencakup kemampuan mendengarkan keluhan, masukan dan pertanyaan dari
43
karyawan.Dalam mengkomunikasikan tugas- tugas, supervisor perlu menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh orang yang harus melaksanakan tugas tersebut,
bahasa yang sejajar dengan kemampuan dan cara berpikir anak buah.
f). Menindak lanjuti dan Memberikan umpan balik.
Setelah melakukan penugasan, supervisor juga harus menindak lanjuti
penugasan , tindak lanjuti ini hendaknya dilakukan secara teratur dan terjadwal Pada
saat menindak lanjuti supervisor dapat berkomunikasi dua arah dan memberikan
saran atau inisiatif terhadap suatu langkah peningkatan atau perbaikan.
4.Persepsi
Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia yang didefinisikan
sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji
dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau data. Dari definisi
tersebut dapat diketahui bahwa terjadinya persepsi pada seseorang melalui
serangkaian proses yang bertahap. Seseorang memberikan reaksi atau tanggapan
sesuai dengan persepsi dirinya terhadap dunianya dari pada kondisi-kondisi obyektif
dimana mereka sebenarnya berada. Seseorang hanya bias menggunakan sebagian
kecil rangsangan kesadaran (sensorystimuli) yang adapada suatu peristiwa dan
bagian ini diinterprestasikan sesuai dengan harapan nilai-nilai serta
keyakinannya.Persepsi sebagai proses yang melibatkan mental dan kemampuan
kognitif sehingga memungkinkan seseorang dapat melakukan interprestasi dan
memahami segala sesuatu yang ada disekelilingnya.Dengan demikian pemahaman
44
terhadap suatu obyek dalam proses ini merupakan fungsi yang utama.Karena
pemahaman merupakan yang utama dalam persepsi maka kadang kala apa yang
dipersepsikan bias berbeda dari realitasnya.Dari pengertian-pengertian tersebut
diketahui bahwa nilai subyektivitas seseorang sangat dominan dalam
mempersepsikan sesuatu, sehingga sering kali asumsi-asumsi tentang persepsi orang
lain adalah salah yang disebabkan asumsi-asumsi yang tidak lengkap. Demikian pula
yang terjadi pada suatu organisasi, dimana bawahan dapat saja keliru
mempersepsikan atasannya atau sebaliknya atasan keliru mempersepsikan
bawahannya.Persepsi merupakan proses kognitif yang komplek yang dapat
memberikan gambaran yang unik tentang dunia yang sangat berbeda dengan
realitasnya.Persepsi seseorang bias berbeda satu sama lainnya, karena ada factor
yang mempengaruhinya. Kepatuhan yang dapat mempengaruhi penafsiran seseorang
terhadap rangsangan atau data perceptual adalah dimensikonteks. Pareek Perilaku
Organisasic etakan IIPT Pustaka Binaman Presindojakarta 1984.
a).Konteks antar pribadi
Dimaksudkan bahwa hubungan yang terjalin antara penerima rangsangan
dengan orang lain dalam suatu keadaan tertentu, akan mempengaruhi penafsiran atas
petunjuk-petunjuk yang diterimanya.Jika sebelumnya diantara mereka sudah terjalin
hubungan antar pribadiyang cukup harmonis dan menyenangkan, maka diantara
mereka juga cenderung akan mempersepsikan sama seperti dirinya sendiri, sedang
bila hubungan kurang harmonis diantara mereka maka, diantara mereka juga akan
cenderung memandangnya sebagai sesuatu yang berbeda.
45
b).Konteks latar belakang yang lain
Dimaksudkan bahwa orang yang telah dikenal atau orang yang tidak dikenal
terlebih dahulu, mempunyai pengaruh yang berlainan terhadap persepsi seseorang.
Fakta dan informasi yang diberikan orang-orang yang sudah dikenal lebih dapat
dipercaya dan cenderung ditanggapi dengan lebih baik.Namun sebaliknya, sering
kali hal tersebut dianggap remeh dan dipandang dengan sebelah mata oleh orang lain
yang belum dikenal, sehingga persepsi terhadap fakta dan informasi yang diberikan
pun bisa keliru.
c).Konteks keorganisasian
Konteks keorganisasian yang dimaksud adalah suasana kerja atau tempat
kerja dimana seorang berada.Suasana kerja yang bersahabat, ramah dan
menyenangkan mengakibatkan persepsiatas perilaku orang yang dikaitkan dengan
tujuan organisasi lebih tepat. Sehingga menciptakan suatu organisasi dengan suasana
kerja yang ramah dan menyenangkan sangat penting dan perlu diupayakan, karena
persepsi orang-orang terhadap tujuan organisasi akan lebih baik, akibatnya setiap
usaha untuk mewujudkan tujuan organisasi akan lebih mudah tercapai.
5.Kepala Ruangan /Atasan
Kepala ruangan adalah seorang perawat professional yang diberi wewenang dan
tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan disatu ruang rawat
yang tugas pokoknya mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan
keperawatan diwilayah tanggung jawabnya. Kepala ruangan sebagaimana bertingkat
46
bawah memliki fungsi manajemen dalam area dan lingkup yang menjadi tanggung
jawabnya Supervisi keperawatan merupakan salah satu fungsi pengarahan yang
harus dilakukan seorang kepala ruagan yang dapat dipergunakan sebagai upaya
menjamin kualitas tindakan keperawatan.Kegiatan penjaminan kualitas perawatan
dapat dilakukan kepala ruangan melalui kegiatan supervisi kepada ketua tim dan
perawat pelaksana.Mekanisme pengawasan efektif dilakukaan secara
berjenjang.Kepalaruangan sebagai manajer asuhan keperawatan harus dapat
menjamin pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan
pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan Kegiatan penjaminan kualitas
asuhan kepada pasien dapat dilakukan melalui kegiatan supervise berjenjang
kepada staf.Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan
kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan
kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan
kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan Berbagai metode pemberian
asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien
dan kategori pendidikan serta pengalaman staf diunit yang bersangkutan. Adapun
fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston sebagai berikut:
1).Perencanaan: dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan,
dan peraturan-peraturan: membuat perencanaan jangka pendek dan jangka
panjang untuk mencapai visi, misi, tujuan, organisasi dan menetapkan biaya–
biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
47
2).Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta
melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta
wewengan dengan tepat.
3).Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekrutmen, interview, mencari,
dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf.
4).Pengarahan: mencakup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia
seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi,
dan memfasilitasi kolaborasi.
5).Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan
etika aspek legal, dan pengawasan professional.Seorang manajer dalam
mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari–sehari akan bergerak dalam
berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan
lain–lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa variable persepsi supervise atasan dari
uraian diatas, adalah tentang persepsi seseorang/perawat pelaksana yang
memberikan reaksi atau tanggapan sesuai persepsi dirinya terhadap atasan dalam
kondisi-kondisi obyektif dimana mereka sebenarnya berada, penafsiran perawa
terhadap peranserta atasan dalam memberi motivasi dan melakukan pengawasan
terhadap perawat dalam melaksanakan pencegahan pengendalian infeksi, dalam
hal ini terhadap kepala ruangan yang fungsinya sebagai supervisor.Supervisi
kepala ruangan /atasan menjadi satu variabel yang diteliti, apakah ada pengaruh
48
terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi nosiokomial dengan kejadian
plebitis yang dilakukan oleh perawat pelaksana pada ruang rawat inap.
2.2 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh supriyanto (2008). Jumlah populasi adalah 256
orang perawat. Jumlah keseluruhan sampel adalah 51 orang, terdiri dari S1
Keperawatan 7 orang, D III 37 orang, dan SPK 7 orang.. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pendidikan perawat di
RSDM Surakarta sebagian besar adalah D III (72,5%), (2) Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa sebagian besar perawat (68,6%) telah melaksanakan protap
pemasangan infus dengan baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Graysolely, depok (2015) diketahui
pada responden hasil penelitian menunjukkan terdapat Rancangan penelitian
inimenggunakan pendekatan quasy experiment dengan metode pre test-post test
designs with comparison group. Sampel dalam penelitian adalah 32 perawat
pelaksana untuk kelompok intervensi dan 38 perawat pelaksana untuk kelompok
kontrol. perbedaan pengetahuan dan kepatuhan kebersihan tangan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol setelah pelatihan kebersihan tangan (p< 0,001, CI
pengetahuan= 2,061; 3,541, CI kepatuhan= 6,792; 10,929).Pelatihan kebersihan
tangan perlu dilakukan berkesinambungan.
Penelitian yang dilakukan oleh Naim setyobudi, surakarta (2013). Penelitian
ini dilakukan dengan metode kuantitatif observasional dengan pendekatan cross
sectional. Total populasi 69 perawat sampel 41 perawat dengan teknik proportional
49
random sampling. Instrumen penelitian kuesioner pengetahuan, ceklist kepatuhan,
dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan teknik regresi logistik dan
korelasi. Hasil : (1) ada hubungan pengetahuan perawat terhadap kepatuhan
pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,411 p = 0,008), (2) tidak ada hubungan masa
kerja perawat terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,024 p =
0,079), (3) nilai R2 = 0,313, artinya 31,3% variasi perubahan kepatuhan perawat
dipengaruhi oleh variabel pengetahuan dan masa kerja. Simpulan : Ada hubungan
yang signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh lilis rohayani, 2018.Rancangan penelitian yang
digunakan Survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional, sampel penelitian
sebanyak 53 perawat pelaksana, pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi.
Hasil penelitian 45 orang (84,9%) kepatuhan kebersihan cuci tangan perawat
pelaksana belum sesuai SOP dan 8 orang perawat (15,1) sesuai SOP. Sebanyak 34
orang perawat pelaksana (64,2%) mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala
ruangan adalah otoriter/Autokratis, sedangkan 17 orang perawat (32,1%)
mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah demokratis dan 2
orang perawat pelaksana (3,8%) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan kepala
ruangan termasuk laissez faire/liberal. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,02,
berarti pada alpha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara
persepsi perawat pelaksana gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan kinerja
perawat pelaksana
50
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang disusun sehingga dapat
menuntun peneliti untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan penelitian
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian korelasi descriptif
(descriptive correlational) dengan pendekatan cross sectional dimana variable
dependen dilakukan pengukuran sekaligus dalam waktu bersamaan.
Polit dan Hugler 1999 megatakan bahwa keuntungan utama desain penelitian
crossectional adalah praktis, ekonomis dan mudah dilaksanakan. Sedangkan
kelemahan karena penelitian hanya dilakukan dalam sewaktu sering memberikan
hasil yang kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya karena manusia bersifat
dinamis dan dapat berubah sewaktu waktu. Peneliti menggunakan pendekatan cros
sectional karena penelitian ini bertujuan mengidentifikasi ada tidaknya hubungan
variable independen dengan variable dependen dalam satu kali pengukuran.
Pengukuran variable dependen kejadian plebitis dilakukan secara bersamaan dengan
pengukuran variable independent untuk melihat hubungan antara pendidikan dengan
kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.
Muhammadiyah Palembang.
51
3. 2 Populasi dan Sampel
Pengambilan sampel penelitian untuk perawat yang bertugas di ruang rawat
inap Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang ditentukan melalui Proportio nate
Stratified Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi
secara acak dan berstrata secara proporsional dan berdasarkan ruangan dimana
perawat berada. Di ruangan yang menjadi sample penelitian berdasarkan angka
kejadian phlebitis yang cukup tinggi.
a) Populasi: Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti,
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana ruang rawat inap
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang berjumlah 72 orang pada 4 ruang rawat
inap.
b) Sampel: Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
berdasarkan survey awal peneliti dimana pada 4 ruangan ini angka oleh populasi
penelitian, Arikunto (2006) menyebutkan bahwa untuk memperoleh sampel yang
representatif, pengambilan sampel ditentukan secara seimbang dengan banyaknya
subjek dalam masing-masing wilayah Penentuan jumlah sampel berdasarkan
proposrsi perawat pelaksana dimasing-masing ruang perawatan dalam hal ini
sampel diambil seluruh perawat pada 4 ruang rawat inap dimana seluruh perawat
melakukan pemasangan infus kepada pasien.Jadi sampel yang diambil adalah
total sampling pada 4 ruang rawat inap yaitu Ahmad Dahlan A, Ahmad Dahlan B,
Ruang Isolasi A & B.Perkiraan populasi dan jumlah sampel penelitian di 4 ruang
52
perawatan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang berjumlah 72 orang
pengambilan sampel di 4 ruangan rawat plebitis cukup tinggi pada 6 bulan
terakhir walaupun masih masih dalam angka standar minimal yang ditetapkan
depkes sehingga peneliti mengambil 4 ruang ini sebagai sample penelitian.
Pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan non random sampling
dan menggunakan teknik purposive sampling dimana sampel dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu (Nurjanah Dewi dalam Sugiono 2010).
3.3. Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan landasan Fikir peneliti dalam melaksanakan
penelitian, aspek yang diteliti pada penelitian ini adalah kepatuhan perawat
terhadap penyebab kejadian infeksi plebitis diruang rawat inap rumah sakit
muhammadiyah palembang. Variabel dalam penelitian ini terdiri:
1. Variabel terikat ( dependen ) kepatuhan perawat terhadap Pencegahan
plebitis.
2. Variabel bebas( independen), pendidikan, pelatiahan, masa kerja, sikap,
supervisi kepala ruangan.
Gambar 3.Variabel penelitian
Variabel independen varaibel dependen
1. pendididkan
2. pelatihan
3. masa kerja
4. sikap
5. supervisi kepala
ruanagn
Kepatuhan perawat
terhadap Pencegahan
plebitis
1
3.4 Definisi Operasional
NO Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Variabel
dependen
Kepatuhan
Perawat
Hubungan
kepatuhan
perawat
Wawancara
Observasi
Kuisioner 1. Patuh
2. Tidak patuh
Ordinal
1. Variabel
Independen
pendididkan
Pendidikan
reponden
Observasi kuisonetr 1.D3
2.S1Keperawatn
3. Ners
Ordinal
2. Pelatihan
Keterampilan
responden
observasi Kuisioner 1.Pernah
2.Tidak pernah
Ordinal
3. Masa kerja
Lama kerja
responden
observasi Kuisioner 1.< 5 tahun
2..> 5 Tahun
Ordinal
4. Sikap Kapasitas
responden
obserpasi kuisioner 1.Pernah
2. tidak pernah
Ordinal
5. Supervisi
Kepala
Ruanagn
Pegarahan
kepala ruangan
observasi Kuisioner 1.pernah
2.tidak pernah
Ordinal
2
3.5. Hipotesis Penelitian
Dari analisa kepatuhan yang mempengaruhi kejadian phlebitis yang
telah diuraikan diatas dapat dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang.
2. Ada hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang.
3. Ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang
4. Ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang
5. Ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan
perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah
Palembang
3.6. Pengukuran dan pengamatan variablel penelitian
Menurut Polit dan Back (2004) setiap instrumen penelitian perlu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hal ini sangat penting dalam penelitian
karena kesimpulan penelitian hanya dapat dipercaya bila alat pegukurnya
akurat dan obyektif. Uji validitas data dialakukan kepada 72 perawat diruang
rawat inap dengan menyebarkan kuesioner.Uji validitas dan reliabilitas
sebelum melaksanakan penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas
kuesioner melalui uji coba kuesioner. Validitas adalah keadaan yang
menggambarkan tingkat instrument yang bersangkutan mampu mengukur apa
yang akan diukur. Reliabilitas adalah instrument yang bila digunakan
3
beberapa kali untuk mengukur subyek yang sama akan menghasilkan hasil
yang sama.
Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu baru
diikuti oleh reliabilitas dengan bantuan komputer /spss.Bila ada bukti yang
tidak valid, maka butir tersebut dibuang dan butir yang valid secara
bersamaan diukur reliabilitasnya.Uji coba kuesioner dilakukan terhadap 72
orang responden yaitu perawat pelaksana diruang rawat inap Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang yang kondisinya mempunyai persamaan
atau setara.Uji validitas menggunakan validitasi yaitu dengan melihat apakah
alat ukur telah memuat pertanyaan atau pertanyaan yang relevan dengan
materi yang akan diteliti, pengujian validitas dengn mengukur korelasi tiap
item (skor )dengan skor total. Kriteria yang digunakan untuk pengukuran
validitas adalah nilai p≤0,05.
Pengolahan dan Analisa Data
a).Pemeriksaan data (editing), peneliti melakukan pengecekan isian
kustioner yang telah diserahkan responden setiap hari selama penelitian.
b).Pembuatan kode (Coding): Peneliti melakukan pengkodean terhadap data
yang masuk dan sudah dikumpulkan.
c).Entry: Prosesentry data dari kuesioner kepaket program computer sehingga
dapat dilakukan analisia.
d).Cleaning: Pengecekan kembali data yang dientri.
4
3.7 Pengumpulan dan Manajemen Data
3.7.1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
kuesioner sebagai data primer dan data sekunder kejadian phlebitis pada
catatan rekam medik, serta lembar observasi kejadian phlebitis dan laporan
kejadian panitia infeksi nosokomial Rumah Sakit, Kuesioner terdiri dari
kuesioner karakteristik, pendidikan, pelatihan, masa kerja, kemampuan,
supervisi kepala ruangan.
1.Data primer
Kuesioner pengetahuan perawat terdiri dari bagian bagian pemahaman
perawat tentang infeksi nosokomial, pengetahuan perawat tentang
karakteristik sikap Jumlah pertanyaan setelah dilakukan uji validitas
berjumlah 10 soal dengan pilihan jawaban patuh dan tidak patuh, apabila
jawaban benar diberi nilai (1) sedangkan kalau salah diberi nilai (0).Kuesioner
pendidikan, pelatihan, masa kerja, terdiri dari 10 pernyataan perawat dalam
melakukan kepatuhan melaksanakan tugas diruang rawat inap.Kuesioner
sikap terdiri dari 10 pernyataan perawat dalam melakukan kepatuhan
melaksanakan tugas diruang rawat inap.Kuesioner supervisi, terdiri dari 10
pernyataan perawat tentang persepsinya terhadap kepala ruangan dalam
melakukan fungsi pengawasan pengendalian pembinaan pelaksnanaan
pelayanan diruang rawat ianap kepada perawat pelaksana.
5
2.Data sekunder
Lembar Dokumentasi
Merupakan dokumen data pasien yang dipasang infus diruang rawat
inap yang dicatat dalam medical record pasien pada instalasi rekam medik
rumah sakit, berisi tentang identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur,
alamat, no rekammedik, dan diagnose medis oleh dokter, dan dokumentasi
tindakan saat pemasangan, nama perawat yang melakukan insersi/
memasang infuse dan ukuran alat IV yang digunakan, lokasi pemasangan
infus, cairan/obat yang diberikan, tanggal penggantian infuse.Selain itu juga
terdapat dokumentasi tanda phlebitis yang merupakan dokumen hasil
observasi tanda phlebitis. Data yang didapat adalah adanya salah satu tanda
tanda phlebitis pada pasien yang dipasang infus yang disebut kejadian
phlebitis.Tanda phlebitis yang ditemukan merupakan data kejadian phlebitis
pasien yang dipasang infus.
3.8. Teknik Analisis Data
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat
untuk menggunakan distribusi frekuensi memperoleh gambaran frekuensi dari
variable yang diteliti berupa nilai frekuensi presentase.Analisa univariat dalam
penelitian ini memuat tentang variabel pengetahuan perawat tentang
pendidikan, pelatihan, masa kerja, sikap, supervisi kepala ruangan. variabel
terikatnya kejadian flebitis di rungan rawat inap.
Analisa Bivariat yaitu memakai uji kuadrad Chi Square dasar dari uji
Chi Square membandingkan frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan dan untuk melihat ada tidaknya hubungan masing masing variable
6
yaitu pengetahuan perawat tentang pendidikan, pelatihan, masa kerja, sikap,
supervisi kepala ruangan, dengan kejadian flebitis diruang rawat inap.Analisa
multivariat menggunakan analisa uji regresi logistik yang sebenarnya sama
dengan analisis regresi berganda, hanya variable terikatnya merupakan
variable dummy (0 dan 1) memiliki 2 nilai, keadaan ini disebut juga (binary
logistic regression) karena pada variable respon yaitu kejadian plebitis, ada 2
kategori, terjadinya plebitis nilai-= 1 dan tidak ada terjadinya plebitis nilai=0
Regresi logistik menghasilkan rasio peluang yang dinyatakan dengan
transformasi fungsi logaritma (log), dengan demikian fungsi transformasi log
atau pun ln diperlukan untuk p-value, dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa logit (p) merupakan log dari peluang (odd sratio) atau likelihoodratio
dengan kemungkin antar besar nilai peluang adalah 1.
7
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini menyajikan hasil terkait dengan Analisa Kepatuhan Perawat
terhadap Pencegahan Infeksi Plebitis Pada Pasien di Rs.Muhammadiyah
Palembang Tahun 2020.Penelitian ini dilakukan kepada 72 responden secara
profesional di 4 unit ruang rawat inap, dimana peneliti mengumpulkan seluruh
responden di ruangan rawat inap Rs.Muhammadiyah Palembang.Berkoordinasi
dengan kepala keperawatan dan jajaran fungsional maksud tujuan penelitian
kepada perawat yang ada diruangan dan membagikan kuisioner sesuai sampel
yang dibutuhkan.
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang adalah Amal Usaha Persyarikatan
Muhammadiyah yang diresmikan tanggal 10 Dzulhijjah 1417 H / 18 April
1997 oleh Gubernur Propinsi Sumatera Selatan (Bapak H. Ramli Hasan Basri)
bersama Ketua PP Muhammadiyah (Prof.Dr.Amien Rais) merupakan satu
satunya amal usaha dibawah langsung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
(PWM) SumSel.
Laporan hasil surveilans oleh Komite PPI RS.Muhammadiyah Palembang,
terlihat angka kejadian plebitis masih tidak terlalu tinggi diruang rawat inap
Ahmad Dahlan, peneliti mengambil data pada bulan oktober dengan 641
pasien yang terpasang infus dengan angka kejadian yaitu 0,60% berada
dibawah angka standar minimum ≤1,5%, sesuai dengan pedoman.(Depkes
2008), walaupun masih dibawah standar minimum tetap saja masih adanya
infeksi yang terjadi secara terus menurus.
8
Untuk mendukung pelaksanaan program Pengendalian Infeksi Nosokomial
serta kepentingan organisasi dilingkungan Rumah sakit Muhammadiyah
Palembang maka dengan keputusan Direktur ditetapkan Komite Pencegahan
dan Pengendalian tahun 2016.Tujuan pembentukan Komite PPI adalah
melindungi pasien, keluarga, pengunjung dan petugas kesehatan yang ada
dirumah sakit. Adapun tugas Komite PPI diantaranya adalah:
1. Membantu direktur dalam menetapkan kebijakan dan prosedur kerja yang
mencakup kegiatan dalam bidang pengendalian infeksi dirumah sakit.
2. Membantu direktur dalam metode, cara identifikasi infeksi nosokomial dan
pelaksanaan surveilans serta mengevaluasi kelayakan kegiatan dan hasil
surveilans.
3. Menyusun prosedur dan upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi
nosokomial dengan menetapkan kewaspadaan universal.
4. Menyusun prosedur pemilihan danpenilaian kelayakan bahan alat yang
berhubungan dengan upaya pengendalian infeksi.
4.1.1 Gambaran ruang lingkup
penelitian
Ruangan Ahmad dahlan adalah ruangan yang terbagi 4 ruangan yaitu
Ahmad dahlan A, Ahmad Dahlan B, Ruang isolasi A dan Isolasi B.Jumlah
perawat yang ada diahmad dahlan ada 72 orang, kepala ruangan ada 1
orang, Pj shif 16, katim 4 orang, pelaksana 51 orang bekerja pagi, siang,
malam.Dengan jumlah tempat tidur 124 bed. Tingkat Pendidikan Skep.Ns
5,5 % , Skep 4,1%, D3 90%.Sudah 80 % perawat mengikuti pelatihan, lama
kerja perawat diruang rawat inap <5 tahun sekitar 76%, lebih >10 tahun
9
sekitar 23%.Status kepegawaian perawat yang tetap sekitar 90%, status
kepegawaian yang kontrak sekitar 9%.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1.AnalisisUnivariat
Analisa ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang distribusi
responden menurut semua variabel penelitian, baik variabel dependen
(Kepatuhan perawat terhadap Pencegahan plebitis) maupun variabel
independen ( pendidikan, pelatihan, masa kerja, sikap dan supervisi kepala
ruangan) yang dikumpulkan dalam tabel dan teks seperti dibawah ini:
4.2.1.1.Karakteristik Responden Pendidikan
Dalam penelitian ini, ada tiga kategori pendidikan yaitu D3
Keperawatan, S1 Keperawatan dan Ners.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pendidikan
Status Pendidikan n %
D3 Keperawatan 65 90.3
S1 Keperawatan 3 4.2
Ners 4 5.6
Total 72 100
Berdasarkan table 1diatas, diketahui rata-rata responden memiliki status
pendidikan terakhir yaitu D3 Keperawatan sebanyak 65 responden (90.3%), S1
Keperawatan sebanyak 3 responden ( 4,2 %) dan ners 4 responden ( 5,6%).
10
4.2.1.2. Karakteristik Responden Pelatihan
Dalam penelitian ini, ada dua kategori pelatihan kerja yaitu pernah dan
tidak pernah.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelatihan kerja
Pelatihan n %
Pernah 60 83.3
Tidak Pernah 12 16.7
Total 72 100
Berdasarkan tabel 2, diketahui rata-rata responden pernah melakukan pelatihan
kerja yaitu sebanyak 60 responden (83.3%), dan yang tidak pernah melakukan
sebanyak 12 responden ( 16,7%).
4.2.1.3. Karakteristik Responden Masa Kerja
Dalam penelitian ini, ada dua kategori lama kerja yaitu <5 tahun dan
>10tahun bekerja:
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut masa kerja
Lama Kerja n %
<5 tahun 55 76.4
>10 tahun 17 23.6
Total 72 100
11
Berdasarkan tabel 3, diketahui rata-rata responden memiliki status lama kerja
yaitu <5 tahun sebanyak 55 responden (76.4%), dan >10 tahun sebanyak 17
responden ( 23,6%)
4.2.1.4. Distribusi Frekuensi Sikap
Dalam penelitian ini, ada dua kategori siakp yaitu patuh dan tidak
patuh
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Supervisi Kepala Ruangan
Sikap
Penerapan Cuci Tangan
Patuh Tidakpatuh
N % N %
Ya 41 70.7 5 35.7
Tidak 17 29.3 9 64.3
Total 58 100 14 100
Berdasarkan tabel 4, diketahui rata-rata sikap melakukan penerapan kepatuhan
cuci tangan yaitu sebanyak 58% responden (82,2%), dan supervisi yang tidak
pernah melakukan sebanyak 14 responden ( 17,2%).
12
4.2.1.5. Distribusi Frekuensi Supervisi Kepala Ruangan
Dalam penelitian ini, ada dua kategori supervisi kepala ruangan yaitu
pernah dan tidak pernah.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Supervisi Kepala Ruangan
Supervisi Kepala
Ruangan
Penerapan Cuci Tangan
Patuh Tidakpatuh
N % N %
Pernah 48 82.8 5 35.7
Tidak Pernah 10 17.2 9 64.3
Total 58 100 14 100
Berdasarkan tabel 5, diketahui rata-rata supervisi kepala ruangan pernah
melakukan penerapan kepatuhan cuci tangan yaitu sebanyak 58 responden
(82,2%), dan supervisi yang tidak pernah melakukan sebanyak 14 responden (
17,2%).
4.2.1.6. Distribusi Frekuensi Perawat Terhadap Pencegahan Plebitis
Dalam penelitian ini, pencegahan phlebitis adalah dengan melihat
kebiasaan perawat dalam patuh dan tidak patuh mencuci tangan.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pencegahan Plebitis
Cuci tangan n %
Patuh 58 80.6
Tidak Patuh 14 19.4
Total 72 100
13
Berdasarkan table 5, diketahui rata-rata responden patuh terhadap cuci
tangan yaitu sebanyak 58 responden (80.6%). Sedangkan yang tidak patuh
sebanyak 14 responden ( 19,4 %).
4.2.2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat untuk melihat apakah ada hubungan
/pengaruh/perbedaan antara variabel devenden terhadap variabel indevenden
pada penelitian ini menjadi variabel devenden adalah pendidikan, pelatihan,
masa kerja, sikap dan supervisi kepala ruangan.Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh hasil ada hubungan bermakna antara variabel pendidikan, pelatihan,
masa kerja, sikap dan supervisi kepala ruangan.
Adapun uji statistik secara rinci dapat dilihat pada uraian berikut:
4.2.2.1. Hubungan Pendidikan Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap
Pencegahan Plebitis Pada Pasien Di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
Tabel 1
Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan
Phlebitis
PENDIDIKAN
PENERAPAN CUCI TANGAN
p-value
OR
PATUH TIDAKPATUH
n % n %
D3 KEPERAWATAN 51 87.93 14 100
0.002
7,526
S1 KEPERAWATAN 3 5.2 0 0
NERS 4 6.9 0 0
TOTAL 58 100 14 100
Hasil hal ini menujukan menunjukkan ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada
14
pasien di RS.Muhammadiyah Palembang. Dari hasil analisis juga diperoleh
nilai QR = 7,526 artinya responden dengan pendidikan S1 keperawatan yang
patuh dalam penerapan cuci tangan mempunyai resiko penularan 7,5 kali
lebih cepat dari pada responden D3 keperawatan yang lebih patuh terhadap
pencegahan plebitis.
4.2.2.2. Hubungan Pelatihan Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap
Pencegahan Phlebitis Pada Pasien Di RS. Muhammadiyah
Palembang.
Tabel 2
Hubungan Pelatihan dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan
Phlebitis
PELATIHAN
PENERAPAN CUCI TANGAN
p-value
Odds
ratio PATUH TIDAKPATUH
n % n %
PERNAH 52 89.7 8 57.1
0.003
6500 TIDAK PERNAH 6 10.3 6 42.9
TOTAL 58 100 18 100
hal ini menujukan menunjukkan ada hubungan antara tingkat pelatihan
dengan kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien diRS.
Muhammadiyah Palembang. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR = 6500
artinya responden yang tidak pernah mengikuti pelatiahn dalam penerapan
cuci tangan mempunyai resiko penularan 6500 untuk tidak patuh terhadap
pencegahan plebitis dibanding responden yang mengikuti pelatihan cuci
tangan.
15
4.2.2.3. Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat terhadap
pencegahan phlebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah
Palembang.
Tabel 3
Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan
Phlebitis
MASA KERJA
PENERAPAN CUCI TANGAN
p-value
OR
PATUH TIDAKPATUH
n % n %
<5 TAHUN 42 72.4 13 92.9
0.001
8,918 >10 TAHUN 16 27.6 1 7.1
TOTAL 58 100 14 100
hal ini menujukan menunjukkan ada hubungan antara masa kerja dengan
kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis Pada pasien di Rs
Muhammadiyah Palembang.Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR = 8,918
artinya responden yang masa kerjanya > 10 yang tidak patuh dalam
penerapan cuci tangan terhadap pencegahan plebitis mempunyai resiko
penularan 8,9 kali lebih berisiko dari pada responden dengan masa kerja < 5
tahun terhadap penerapan cuci tangan untuk pencegahan plebitis.
16
4.2.2.4. Hubungan Sikap Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap
Pencegahan Phlebitis Pada Pasien Di RS. Muhammadiyah
Palembang.
Tabel 4
Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan Phlebitis
SIKAP
PENERAPAN CUCI TANGAN
p-value
OR
PATUH TIDAKPATUH
n % n %
YA 41 70.7 5 35.7
0.014
4,341 TIDAK 17 29.3 9 64.3
TOTAL 58 100 14 100
Hal ini menujukan menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap dengan
kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien
diRS.Muhammadiyah Palembang.
4.2.2.5. Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kepatuhan
Perawat Terhadap Pencegahan Phlebitis Pada Pasien Di
RS.Muhammadiyah Palembang.
Tabel 5
Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Kepatuhan Perawat terhadap
Pencegahan Phlebitis
SUPERVISI
KEPALA
RUANGAN
PENERAPAN CUCI TANGAN
p-value
OR
PATUH TIDAKPATUH
n % n %
PERNAH 48 82.8 5 35.7
0.000
8,640 TIDAK PERNAH 10 17.2 9 64.3
Total 58 100 14 100
17
Hal ini menunjukkan ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan
kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien di RS
Muhammadiyah Palembang.Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 8,640
artinya responden dengan hubungan supervisi kepala ruangan yang tidak
pernah patuh terhadap penerapan cuci tangan terhadap pencegahan plebitis
mempunyai resiko penularan 8,6 kali lebih berisiko dari pada responden
dengan hubungan supervisi kepala ruangan terhadap penerapan cuci tangan
untuk pencegahan plebitis.
4.2.3. Analisa Multivariat
4.2.3.1.Pemilihan variabel kandidat model
Analisa multivariat adalah untuk menganalisa pengaruh variabel
indevenden dengan variabel devenden.analisa yang digunakan adalah regresi
logistik ganda dengan tingkat kepercayaan 95%, yang mana secara tahap
variabel yang tidak berpengaruh akan dikeluarkan dari analisa yang akan
dilakukan.Sebelum melakukan analisa multivariat ditentukan dahulu mana
yang masuk model melalui analisis bivariat dengan regresi logistik
sederhana.Pemilihan kandidat dilakukan dengan memilih variabel yang
memiliki nilai p-value < 0,25.Berdasarkan analisa bivariat yang telah
dilakukan. Adapun variabel nilai p-value < 0,25 seperti tabel dibawah ini.:
Hasil analisis regresi logistik
18
Tabel .1
Hasil Seleksi Bivariat antara Variabel Independen dengan kepatuhan
perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah
Palembang Tahun 2020
No Variabel p- Value
1. pendidikan 0,002
2. Pelatihan 0,003
3. Masa Kerja 0,001
4. Sikap 0,014
5. Supervisi kepala ruangan 0,000
Sumber: Hasil Penelitian Erni 2020
Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil analisis kandidat model multivariat dengan
nilai p value < 0,25 yaitu variabel pendidikan (0,002) pelatihan (0,003), masa
kerja (0,001) sikap (0,014 ) dan supervisi kepala ruangan( 0,000). Setelah itu
diperoleh hasil akhir pemodelan multivariat pada tabel berikut:
Tabel .2
Hasil Akhir Pemodelan Regresi Logistik Variabel Independen dengan
kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien di
ruang rawat inap RS.Muhammadiyah Palembang
Tahun 2020
No Variabel Beta Nilai p OR 95% CI
1. Pendidikan -17,649 0,999 0,000 0,000
2. Pelatihan 1,545 0,039 4,690 1,080-20,365
3. Masa Kerja -267 0,817 0,765 0,079- 7,416
4, Supervisi
kepala ruangan -19,009 0,999 0,000 0,000
Konstan 34,009
Sumber: Hasil Penelitian Erni 2020
Berdasarkan tabel.2 diperoleh hasil analisis multivariat variabel yang
paling dominan berhubungan dengan kepatuhan perawat terhadap pencegahan
plebitis pada pasien diruang rawat inap Rs.Muhammadiyah Palembang adalah
19
variabel pelatihan dengan nilai p = 0,039 < α (0,05) .
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hubungan Pendidikan Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap
Pencegahan Plebitis Pada Pasien Dirumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
Hasil uji chi square didapat p- value 0,001 < 0,005, hal ini
menujukan menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien
diRS.Muhammadiyah Palembang. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR =
7,526 artinya responden dengan pendidikan S1 keperawatan yang patuh dalam
penerapan cuci tangan mempunyai resiko penularan 7,5 kali lebih cepat dari
pada responden D3 keperawatan yang lebih patuh terhadap pencegahan
plebitis.
Menurut (Wayunah et al., 2013), tingkat pengetahuan perawat
dipengaruhi oleh pendidikan. Menurut hasil penelitian (Wayunah et al., 2013),
perawat yang berpendidikan S1 sebanyak 90,9% memiliki pengetahuan baik
perawat dengan pengalaman >7,5 tahun memiliki pengetahuan lebih baik
dibanding yang punya pengalaman <7,5 tahun; dan berdasarkan umur perawat
yang berumur >31 tahun memiliki pengetahuan baik dibandingkan dengan
perawat yang beumur <31 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh supriyanto (2008). Jumlah populasi
adalah 256 orang perawat. Jumlah keseluruhan sampel adalah 51 orang, terdiri
dari S1 Keperawatan 7 orang, D III 37 orang, dan SPK 7 orang.. Hasil
penelitian menunjukkan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pendidikan
20
perawat di RSDM Surakarta sebagian besar adalah D III (72,5%). Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar perawat (68,6%) telah
melaksanakan protap pemasangan infus dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, maka peneliti
berasumsi bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan
perawat terhadap pencegahan Phlebitis. dikarenakan semakin lama perawat
bekerja dirumah semakin patuh terhadap tindakan mencuci tangan untuk
mencegah terjadinya infeksi.
4.3.2 Hubungan Pelatihan dengan Kepatuhan Perawat terhadap
pencegahan phlebitis pada pasien diRS. Muhammadiyah
Palembang.
Hasil uji chi square didapat p- value 0,003 < 0,005, hal ini menujukan
menunjukkan ada hubungan antara tingkat pelatihan dengan kepatuhan
perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien di Rs Muhammadiyah
Palembang. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR = 6500 artinya
responden yang tidak pernah mengikuti pelatiahn dalam penerapan cuci
tangan mempunyai resiko penularan 6,5 kali lebih cepat dari pada responden
yang pernah mengikuti pelatihan terhadap penerapan cuci tangan untuk
pencegahan plebitis.
Pelatihan merupakan sebuah proses yang mengajarkan pengetahuan
dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan
standar. Pelatihan PPI diadakan salah satunya bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang dapat ditularkan diantara
21
pasien, staf, tenaga professional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga suka rela,
mahasiswa dan pengunjung Rumah Sakit, menurut Agus Marwoto Bady,
HariKusnanto, Dwi Handono 2007
Penelitian yang dilakukan oleh Graysolely, Depok (2015) diketahui pada
responden hasil penelitian menunjukkan terdapat Rancangan penelitian
inimenggunakan pendekatan quasy experiment dengan metode pre test-post
test designs with comparison group. Sampel dalam penelitian adalah 32
perawat pelaksana untuk kelompok intervensi dan 38 perawat pelaksana untuk
kelompok kontrol. perbedaan pengetahuan dan kepatuhan kebersihan tangan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah pelatihan
kebersihan tangan (p< 0,001, CI pengetahuan= 2,061; 3,541, CI kepatuhan=
6,792; 10,929).Pelatihan kebersihan tangan perlu dilakukan berkesinambungan.
Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, maka peneliti
berasumsi bahwa ada hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan perawat
terhadap pencegahan Phlebitis.
4.3.3.Hubungan Masa Kerja Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap
Pencegahan Phlebitis Pada Pasien Di RS. Muhammadiyah
Palembang.
Hasil uji chi square didapat p- value 0,001 < 0,005, hal ini menujukan
menunjukkan ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat
terhadap pencegahan Phlebitis di ruang rawat inap Rs Muhammadiyah
Palembang.Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR = 8,918 artinya
responden yang masa kerjanya > 10 yang tidak patuh dalam penerapan cuci
tangan terhadap pencegahan plebitis mempunyai resiko penularan 8,9 kali
22
lebih berisiko dari pada responden dengan masa kerja < 5 tahun terhadap
penerapan cuci tangan untuk pencegahan plebitis
Safitri, Anita dan Eko, 2017.Lama kerja adalah jumlah waktu terpajan
faktor risiko. Lama kerja dapat dilihat sebagai menit-menit dari jam kerja/hari
pekerja terpajan risiko. Lama kerja juga dapat dilihat sebagai pajanan/tahun
faktor risiko atau karakteristik pekerjaan berdasarkan faktor risikonya.Menurut
(Wayunah et al., 2013), Kinerja individu perawat dipengaruhi oleh 3 variabel
yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variable psikologis.Variabel
individu, terdiri dari kemampuan, keterampilan, pengetahuan, demografi dan
latar belakang keluarga.Variabel psikologi terdiri dari persepsi, sikap, motivasi,
kepribadiaan dan belajar.Sedangkan, variable organisasi terdiri dari sum
berdaya, imbalan, beban kerja, struktur, supervisi dan kepemimpinan.
Penelitian yang dilakukan oleh Naim setyobudi, surakarta (2013).
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif observasional dengan
pendekatan cross sectional. Total populasi 69 perawat sampel 41 perawat
dengan teknik proportional random sampling. Instrumen penelitian kuesioner
pengetahuan, ceklist kepatuhan, dan dokumentasi. Analisis data penelitian
menggunakan teknik regresi logistik dan korelasi. Hasil ada hubungan
pengetahuan perawat terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial (r =
0,411 p = 0,008), tidak ada hubungan masa kerja perawat terhadap kepatuhan
pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,024 p = 0,079), nilai R2 = 0,313, artinya
31,3% variasi perubahan kepatuhan perawat dipengaruhi oleh variabel
pengetahuan dan masa kerja. Simpulan : Ada hubungan yang signifikan.
23
Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, maka peneliti
berasumsi bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat
terhadap pencegahan Phlebitis.
4.3.4 Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kepatuhan Perawat
Terhadap Pencegahan Phlebitis Pada Pasien Dirs.
Muhammadiyah Palembang.
Hasil uji chi square didapat p-value 0,000<0,005, hal ini menunjukkan
ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat
terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah
Palembang.Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR = 8,640 artinya
responden dengan hubungan supervisi kepala ruangan yang tidak pernah
patuh terhadap penerapan cuci tangan terhadap pencegahan plebitis
mempunyai resiko penularan 8,6 kali lebih berisiko dari pada responden
dengan hubungan supervisi kepala ruangan terhadap penerapan cuci tangan
untuk pencegahan plebitis.
Swansburg 1999, mendefinisikan supervisi sebagai segala usaha untuk
mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan
tugas, dimana dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu menghargai potensi tiap individu, mengembangkan potensi tiap individu,
dan menerima tiap perbedaan. Kepala ruangan adalah seorang perawat
professional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan mengelola
kegiatan pelayanan perawatan disatu ruang rawat yang tugas pokoknya
mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan diwilayah
tanggung jawabnya.
24
Penelitian yang dilakukan oleh lilis rohayani, 2018.Rancangan
penelitian yang digunakan Survei deskriptif dengan pendekatan cross
sectional, sampel penelitian sebanyak 53 perawat pelaksana, pengumpulan
data dengan kuesioner dan observasi. Hasil penelitian 45 orang (84,9%)
kepatuhan kebersihan cuci tangan perawat pelaksana belum sesuai SOP dan 8
orang perawat (15,1) sesuai SOP. Sebanyak 34 orang perawat pelaksana
(64,2%) mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah
otoriter/Autokratis, sedangkan 17 orang perawat (32,1%) mempersepsikan
gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah demokratis dan 2 orang perawat
pelaksana (3,8%) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan kepala ruangan
termasuk laissez faire/liberal. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,02,
berarti pada alpha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
antara persepsi perawat pelaksana gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan
kinerja perawat pelaksana.
Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, maka peneliti
berasumsi bahwa ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan
kepatuhan perawat terhadap pencegahan Plebitis Pada pasien di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat di
simpulkan sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi berdasarkan univariat responden memiliki status
pendidikan terakhir yaitu D3 Keperawatan sebanyak 65 responden (90.3%),
S1 Keperawatan sebanyak 3 responden ( 4,2 %) dan ners 4 responden (
5,6%), pelatihan 60 responden (83.3%), dan yang tidak pernah melakukan
sebanyak 12 responden ( 16,7%), responden memiliki status lama kerja
yaitu <5 tahun sebanyak 55 responden (76.4%), dan >10 tahun sebanyak 17
responden ( 23,6%).Sikap 58% responden (82,2%), dan supervisi yang tidak
pernah melakukan sebanyak 14 responden ( 17,2%).
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan dengan kepatuhan perawat
terhadap pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah
Palembang tahun 2020.
3. Ada hubungan antara pelatihan dengan dengan kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah Palembang tahun
2020.
4. Tidak ada hubungan antara sikap perawat dengan dengan kepatuhan
perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah
Palembang tahun 2020.
26
5. Ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah Palembang tahun
2020.
6. Ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan dengan kepatuhan
perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah
Palembang tahun 2020.
7. Bila variabel indevenden diuji secara bersama-sama maka variabel pelatihan
yang merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan tingkat
kepatuhan perawat dalam pencegahan plebitis pada pasien diRumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
5.2. Saran
1. Manfaat bagi Institusi Rumah Sakit :
a. Memberikan diklat pelatihan kepada staf yang belum mendapatkan
pelatihan pengetahuan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi.
b. Bagi perawat yang masih memiliki pendidikan rendah, agar rumah sakit
dapat memberikan Studi pendidikan bagi stafnya.
c. Memberikan hadiah kepada staf rumah sakit yang masa kerjanya sudah
lama
d. Informasi kepada Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
memberikan gambaran hal-hal yang mempengaruhi pencegahan
kejadian plebitis di ruang rawat inap rumah sakit Muhammadiyah
Palembang.
e. Memberikan informasi kepada Managemen Rumah Sakit tentang
pengaruh dari hubungan antara pendidikan, pelatiahan, masa kerja,
27
supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat terhadap kejadian
plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah Palembang.
2. Manfaat bagi ilmu keperawatan
a. Memberikan informasi bagi dunia pelayanan kesehatan khususnya bidang
keperawatan bagaimana pengaruh hubungan antara pendidikan, pelatiahan,
masa kerja, supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat terhadap
kejadian plebitis diruang rawat inap RS.Muhammadiyah Palembang
b. Manfaat bagi peneliti
Untuk menambah pengalaman melakukan penelitian dan sebagai gambaran
nyata yang dapat dimanfaatkan untuk evaluasi keefektifan program
pencegahan HAIs rumah sakit khususnya tentang Kepatuhan Perawat dalam
Pencegahan Infeksi Plebitis.Sebagai referensi di perpustakaan yang dapat
digunakan oleh peneliti yang mempunyai peminatan di bidang
Administrasi Kebijakan kesehatan khususnya yang ingin melakukan
penelitian tentang Analisa Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi
Plebitis Diruang Rawat Inap Rs.Muhammadiyah Palembang.
28
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization,”The WHO Recommended Classification of
Pesticides byHazard and Guidelines to Classification.’ World Health
Organization 2009, Geneva.
http://www.jitimes.com.fj/story.aspx?id=141776
WHO, 2009 Word alliance of patient safety and , WHO Guidelines on
hand hygiene in health care advanced draft Asummary cleans
hands,www.who.int/patient safety,2011
PMK NO 27 Tahun 2017, Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
fasyankes
Ariyani 2009. Analisis Pengetahuan dan Motivasi Perawat yang
mempengaruhi sikap mendukung penerapan program patien safety di
instalasi Perawatan intensif RSUD Dr Moewardi Surakarta.
Darmadi (2008), Infeksi Nosokomial problematika dan pengendaliannya,
salemba Indonesia .
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UI RSUP Ciptomangunkusumo,2005
Update in Neonatal Infection combined in larson EL APIC guideline for
handwashing and hand antisepsis in health care setting .AM J Infect
Control 1995
Depkes RI Ilmu Kesehatan Anak FK UI RSUP Ciptomangunkusumo”
Update in Neonatal Infections “ ed I 2005
29
Gybson J,L 1997, Organisasi, Perilaku, Struktur proses , Jakarta Erlangga.
Heripurwanto (1999), Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan
,Buku kedokteran Salmba Medika.
Hasibuan S. P 2007 Manajemen Sumber Daya Manusia ED revisi Jakarta
Bumi Aksara .
Linda T, Debora B, Noel Mc. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia ( Permenkes no 1691/ Menkes/
Per.VIII/2011 tentang Keselamatan pasien Rumah Sakit.
Dep Ilmu Kesehatan Anak FK UI RSUP Ciptomangunkusumo,2005
Update in Neonatal Infection combined in larson EL APIC
guideline for handwashing and hand antisepsis in health care
setting .AM J Infect Control 1995
Nursalam Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Salemba Medika, tahun 2011.
Standar Akreditasi Rumah Sakit 2011, Kementrian Kesehatan
Republik
Indonesia , Sararan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SKP).
Sudaryanto A, 2008 , Model-model supervisi Keperawatan Klinik Berita
Ilmu keperawatan ISSN vol I( http // www.scribd.com /
doc/ 74363356/ managemen-atma)
Wenze lR, Brewer,T, Butzler JP, “Infection Control in the
Hospital”second ed 2002 .
30
Wayunah et al., pengaruh perawat tentang terapi infus mempengaruhi
kejadian plebitis dan kenyamanan pasien. Fakultas ilmu keperawatan :
universitas indonesia 2013.
Widiyanto, depok 2012 tentang pengaruh pelatihan supervisi terhadap
penerapan klinis kepala ruangan.
Efi trianiza, jakarta 2013 tentang faktor-faktor penyebab plebitis diruang rawat
inap RS.Cengkareng.
Yunita Puspa Sari, Jurnal Unimus.Ac.Id tentang hubungan pengetahuan sikap
dengan praktek perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial diruang
rawat inap.
Supriyanto, surakarta 2008 tentang hubungan tingkat pendidikan perawat
dengan kepatuhan penerapan prosedur tetap pemasangan infus diruang
rawat inap RSPM Surakarta.
31
KUSIONER PENELITIAN
Terdiri Dari Bagian: Pendidikan(A), Pelatihan (A), Masa Kerja (A), Supervisi
Kepala Ruangan/Atasan (B), Kemapuan (C )
Bagan (A): Pendidikan, Pelatihan, masa Kerja
Ketentuan : Anda diminta untuk mengisi data dibawah ini dengan memberikan
tanda (X) pada pilihan yang tersedia.Data ini hanya digunakan hanya untuk
kepentingan dalam menganalisa Penelitian.Kerahasiaan terjamin.
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
4. Apakah Pendidikan Terakhir anda ?
1. D3
2. S1 Keperawatan
3. Ners
5. Berapa lama anda bekerja dirumah Sakit Muhammadiyah Palembang ?
1.< 5 Tahun
2. > 10 tahun
6. Mulai tahun berapakah anda bekerja dirumah sakit ?
1. Dari tahun 1997 s/d tahun 2008
2. Dari tahun 2009 s/d tahun 2020
7. Apa jabatan anda di Ruangan sekarang ?
1. karu ( kepala Ruangan )
2. Katim ( kepala tim )
3. PJS ( penanggung jawab shif )
4. Pelaksana
8. Apakah anda pernah mengikuti Pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh
rumah Sakit ?
1. Pernah
2. Tidak pernah
9. Apakah status kepegawaian anda saat ini di Rumah Sakit?
1. Tetap
2. Kontrak
32
Bagan ( B ) : Supervisi Kepala Ruangan/Atasan.
Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda ( Ѵ ) pada tanda berikut
tentang kepala ruangan atau atasan anda saat ini :
1. Pernah 2. Tidak pernah
No Pertanyaan
Jawaban
Pernah Tidak
pernah
1. Kepala ruangan memberikan motivasi kepada perawat
atas Kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis
diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang
2. Kepala ruangan melakukan pembinaan untuk bekerja
sesuai standar dalam Kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.
Muhammadiyah
3. Kepala ruangan melakukan pengawasan rutin terhadap
kinerja perawat dalam Kepatuhan perawat terhadap
pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.
Muhammadiyah
4. Kepala ruangan melakukan pengendalian dalam
Kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis
diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah
5. Kepala ruangan memonitor kinerja perawat dalam
Kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis
diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah
6. Kepala ruangan melakukan evaluasi terhadap kinerja
perawat dalam Kepatuhan perawat terhadap pencegahan
plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah
7. Kepala ruangan melakukan tindakan perbaikan untuk
mengurangi kesalahan yang terjadi terhadap
pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.
Muhammadiyah
8. Kepala ruangan memberi pujian/penghargaan terhadap
kinerja perawat yang bekerja dengan baik
9. Kepala ruangan memberi sanksi terhadap kinerja
perawat Kepatuhan perawat terhadap pencegahan
plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah
diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah
10. Kepala ruangan memberitahu hasil laporan audit dan
membahasnya secara rutin dalam Kepatuhan perawat
terhadap pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.
Muhammadiyah
33
Bagan ( C ) : Sikap
Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda ( Ѵ ) pada tanda berikut
tentang Sikap anda saat ini :
1. Ya 2. Tidak
No Pertanyaan
Jawaban
Ya Tidak
1. Sebelum memasang infus Saya melakukan
cuci tangan
2. Setelah cuci tangan, tangan saya keringkan
dengan menggunakan tissue
3. Saya cuci tangan setelah kontak dengan benda
benda lain disekitar pasien
4. Saya melakukan Pemasang infus dengan teknik
aseptik
5. Sebelum memasang infus saya memberi tahu
terlebih dahulu kepada pasien tindakan yang
saya lakukan
6. Saya melakukan kebersihan tangan sesuai SPO
yang berlaku
7. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien saya
tidak langsung cuci tangan
8. Mencuci tangan dengan menggunakan air
mengalir sangat merepotkan
9. Saya tidak perlu cuci tangan apa bila saya sudah
memakai sarung tangan
10. Saya mengecek infus pasien setiap hari jika sdh 4
infus di pindahkan/ diganti.
34
ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI
PLEBITIS PADA PASIEN DIRUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
PALEMBANG 2020
NO Pendidikan_4 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
2 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
3 NERS 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
4 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
5 S1 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
6 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
7 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
8 NERS 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
9 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
10 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
11 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
12 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1
13 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
14 D3 KEPERAWATAN 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1
15 NERS 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
16 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
17 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
18 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1
19 S1 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
20 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
21 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
22 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1
23 D3 KEPERAWATAN 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1
24 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
25 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1
26 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
27 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1
28 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
29 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
30 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1
31 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
32 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
33 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
34 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1
35 S1 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
36 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
37 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
38 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
35
39 D3 KEPERAWATAN 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1
40 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
41 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2
42 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
43 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1
44 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
45 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2
46 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
47 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1
48 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
49 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1
50 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
51 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
52 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1
53 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1
54 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
55 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1
56 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
57 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1
58 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
59 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1
60 NERS 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
61 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
62 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1
63 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
64 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
65 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
66 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1
67 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
68 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
69 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1
70 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
71 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1
72 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
36
OUTPUT SPPS Analisis Univariat
1. Pendidikan
Pendidikan_4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
D3 KEPERAWATAN 65 90,3 90,3 90,3
S1 KEPERAWATAN 3 4,2 4,2 94,4
NERS 4 5,6 5,6 100,0
Total 72 100,0 100,0
2. Lama Kerja
MasaKerja_5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
<5 TAHUN 55 76,4 76,4 76,4
>10 TAHUN 17 23,6 23,6 100,0
Total 72 100,0 100,0
3. Awal Kerja
AwalKerja_6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1997 s/d 2008 40 55,6 55,6 55,6
2009 s/d 2020 32 44,4 44,4 100,0
Total 72 100,0 100,0
4. Pelatihan
Pelatihan_8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
PERNAH 60 83,3 83,3 83,3
TIDAK PERNAH 12 16,7 16,7 100,0
Total 72 100,0 100,0
5. Status Kepegawaian
SttsKepegawaian_9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
TETAP 65 90,3 90,3 90,3
KONTRAK 7 9,7 9,7 100,0
Total 72 100,0 100,0
6. Bagan B ( Supervisi Kepala Ruangan/ Atasan )
P1
37
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
PERNAH 2 2,8 2,8 2,8
TIDAK PERNAH 70 97,2 97,2 100,0
Total 72 100,0 100,0
P2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid PERNAH 72 100,0 100,0 100,0
P3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
PERNAH 70 97,2 97,2 97,2
TIDAK PERNAH 2 2,8 2,8 100,0
Total 72 100,0 100,0
P4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
PERNAH 71 98,6 98,6 98,6
TIDAK PERNAH 1 1,4 1,4 100,0
Total 72 100,0 100,0
P5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid PERNAH 72 100,0 100,0 100,0
P6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
PERNAH 65 90,3 90,3 90,3
TIDAK PERNAH 7 9,7 9,7 100,0
Total 72 100,0 100,0
38
P7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
PERNAH 60 83,3 83,3 83,3
TIDAK PERNAH 12 16,7 16,7 100,0
Total 72 100,0 100,0
P8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
PERNAH 50 69,4 69,4 69,4
TIDAK PERNAH 22 30,6 30,6 100,0
Total 72 100,0 100,0
P9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
PERNAH 5 6,9 6,9 6,9
TIDAK PERNAH 67 93,1 93,1 100,0
Total 72 100,0 100,0
P10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
PERNAH 60 83,3 83,3 83,3
TIDAK PERNAH 12 16,7 16,7 100,0
Total 72 100,0 100,0
7. Bagan C (Sikap)
P1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid YA 62 86,1 86,1 86,1
TIDAK 10 13,9 13,9 100,0
39
Total 72 100,0 100,0
P2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
YA 50 69,4 69,4 69,4
TIDAK 22 30,6 30,6 100,0
Total 72 100,0 100,0
P3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
YA 70 97,2 97,2 97,2
TIDAK 2 2,8 2,8 100,0
Total 72 100,0 100,0
P4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
YA 71 98,6 98,6 98,6
TIDAK 1 1,4 1,4 100,0
Total 72 100,0 100,0
P5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
YA 71 98,6 98,6 98,6
TIDAK 1 1,4 1,4 100,0
Total 72 100,0 100,0
P6
40
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid YA 72 100,0 100,0 100,0
P7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid TIDAK 72 100,0 100,0 100,0
P8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid TIDAK 72 100,0 100,0 100,0
P9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid TIDAK 72 100,0 100,0 100,0
P10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
YA 70 97,2 97,2 97,2
TIDAK 2 2,8 2,8 100,0
Total 72 100,0 100,0
8. Kepatuhan Perawat Pencegahan Plebitis
CuciTangan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Patuh 58 80,6 80,6 80,6
Tidak Patuh 14 19,4 19,4 100,0
Total 72 100,0 100,0
41
CROSSTABS /TABLES=SikapTotal BY CuciTangan
/FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
[DataSet1] C:\Users\SAMSUNG\Downloads\spps bagan 3.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
SikapTotal * CuciTangan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
SikapTotal * CuciTangan Crosstabulation
CuciTangan
Patuh Tidak patuh Total
SikapTotal YA Count 41 5 46
Expected Count 37.1 8.9 46.0
% within SikapTotal 89.1% 10.9% 100.0%
TIDAK Count 17 9 26
Expected Count 20.9 5.1 26.0
% within SikapTotal 65.4% 34.6% 100.0%
Total Count 58 14 72
Expected Count 58.0 14.0 72.0
% within SikapTotal 80.6% 19.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.980a 1 .014
Continuity Correctionb 4.560 1 .033
42
Likelihood Ratio 5.765 1 .016
Fisher's Exact Test .027 .018
Linear-by-Linear Association 5.897 1 .015
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,06.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for SikapTotal
(YA / TIDAK)
4.341 1.268 14.864
For cohort CuciTangan =
Patuh
1.363 1.013 1.835
For cohort CuciTangan =
Tidak patuh
.314 .118 .838
N of Valid Cases 72
TotalSupervisi * CuciTangan
Crosstab
CuciTangan
Patuh Tidak Patuh Total
TotalSupervisi PERNAH Count 48 5 53
Expected Count 42.7 10.3 53.0
% within TotalSupervisi 90.6% 9.4% 100.0%
TIDAK
PERNAH
Count 10 9 19
Expected Count 15.3 3.7 19.0
% within TotalSupervisi 52.6% 47.4% 100.0%
Total Count 58 14 72
Expected Count 58.0 14.0 72.0
% within TotalSupervisi 80.6% 19.4% 100.0%
Chi-Square Tests
43
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 12.849a 1 .000
Continuity Correctionb 10.541 1 .001
Likelihood Ratio 11.527 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 12.671 1 .000
N of Valid Cases 72
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,69.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for TotalSupervisi
(PERNAH / TIDAK PERNAH)
8.640 2.383 31.329
For cohort CuciTangan =
Patuh
1.721 1.113 2.659
For cohort CuciTangan =
Tidak Patuh
.199 .076 .520
N of Valid Cases 72
Pelatihan * CuciTangan
Crosstab
CuciTangan
Patuh Tidak Patuh Total
Pelatihan PERNAH Count 52 8 60
Expected Count 48.3 11.7 60.0
% within Pelatihan 86.7% 13.3% 100.0%
TIDAK PERNAH Count 6 6 12
Expected Count 9.7 2.3 12.0
% within Pelatihan 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 58 14 72
44
Expected Count 58.0 14.0 72.0
% within Pelatihan 80.6% 19.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8.583a 1 .003
Continuity Correctionb 6.402 1 .011
Likelihood Ratio 7.178 1 .007
Fisher's Exact Test .009 .009
Linear-by-Linear Association 8.464 1 .004
N of Valid Cases 72
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pelatihan
(PERNAH / TIDAK PERNAH)
6.500 1.678 25.185
For cohort CuciTangan =
Patuh
1.733 .976 3.079
For cohort CuciTangan =
Tidak Patuh
.267 .113 .629
N of Valid Cases 72
45
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES kepatuhan /METHOD=ENTER
pendidikan pelatihan masa_kerja sikap supervisi_kepala /PRINT=CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).
Logistic Regression
Notes
Output Created 16-Aug-2020 12:55:12
Comments
Input Data C:\Users\SAMSUNG\Documents\Input
Multivariat Yuk erni.sav
Active Dataset DataSet5
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
72
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing
Syntax LOGISTIC REGRESSION VARIABLES
kepatuhan
/METHOD=ENTER pendidikan
pelatihan masa_kerja sikap
supervisi_kepala
/PRINT=CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10)
ITERATE(20) CUT(0.5).
Resources Processor Time 0:00:00.031
Elapsed Time 0:00:00.032
[DataSet5] C:\Users\SAMSUNG\Documents\Input Multivariat Yuk erni.sav
46
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 72 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 72 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 72 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Patuh 0
Tidak Patuh 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh
Percentage
Correct
Step 0 Kepatuhan Patuh 58 0 100.0
Tidak Patuh 14 0 .0
Overall Percentage 80.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.421 .298 22.785 1 .000 .241
47
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables pendidikan 1.686 1 .194
pelatihan 8.583 1 .003
masa_kerja 2.613 1 .106
sikap .008 1 .931
supervisi_kepala 2.803 1 .094
Overall Statistics 10.388 5 .065
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 11.862 5 .037
Block 11.862 5 .037
Model 11.862 5 .037
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 59.073a .152 .242
a. Estimation terminated at iteration number 20 because
maximum iterations has been reached. Final solution cannot
be found.
Classification Tablea
Observed
Predicted
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh
Percentage
Correct
Step 1 Kepatuhan Patuh 57 1 98.3
Tidak Patuh 13 1 7.1
Overall Percentage 80.6
48
Classification Tablea
Observed
Predicted
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh
Percentage
Correct
Step 1 Kepatuhan Patuh 57 1 98.3
Tidak Patuh 13 1 7.1
Overall Percentage 80.6
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a pendidikan -17.649 9779.134 .000 1 .999 .000
pelatihan 1.545 .749 4.254 1 .039 4.690
masa_kerja -.267 1.159 .053 1 .817 .765
sikap -.078 .696 .013 1 .911 .925
supervisi_kepala -19.040 11763.783 .000 1 .999 .000
Constant 34.009 15297.651 .000 1 .998 5.886E14
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, pelatihan, masa_kerja, sikap, supervisi_kepala.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a pendidikan .000 .
pelatihan 1.080 20.365
masa_kerja .079 7.416
sikap .236 3.620
supervisi_kepala .000 .
49
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a pendidikan .000 .
pelatihan 1.080 20.365
masa_kerja .079 7.416
sikap .236 3.620
supervisi_kepala .000 .
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, pelatihan,
masa_kerja, sikap, supervisi_kepala.
INTERPRETASI
Langkah pertama lakukan seleksi kandidat variabel terlebih dahulu.
Lihat di tabel variabel in the equation pada metode enter. Dari hasil tabel
diatas didapatkan nilai “sig” yang < 0,25 hanya variabel pelatihan,
sehingga variabel pelatihan layak untuk masuk kedalam model
multivariat.
50
DATASET ACTIVATE DataSet5. DATASET CLOSE DataSet10. LOGISTIC
REGRESSION VARIABLES kepatuhan /METHOD=ENTER pelatihan
/PRINT=CI(95) /CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20)
CUT(0.5).
Logistic Regression
Notes
Output Created 16-Aug-2020 12:57:52
Comments
Input Data C:\Users\SAMSUNG\Documents\Input
Multivariat Yuk erni.sav
Active Dataset DataSet5
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
72
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing
Syntax LOGISTIC REGRESSION VARIABLES
kepatuhan
/METHOD=ENTER pelatihan
/PRINT=CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10)
ITERATE(20) CUT(0.5).
Resources Processor Time 0:00:00.031
Elapsed Time 0:00:00.031
[DataSet5] C:\Users\SAMSUNG\Documents\Input Multivariat Yuk erni.sav
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 72 100.0
Missing Cases 0 .0
51
Total 72 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 72 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Patuh 0
Tidak Patuh 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh
Percentage
Correct
Step 0 Kepatuhan Patuh 58 0 100.0
Tidak Patuh 14 0 .0
Overall Percentage 80.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.421 .298 22.785 1 .000 .241
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables pelatihan 8.583 1 .003
Overall Statistics 8.583 1 .003
52
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 7.178 1 .007
Block 7.178 1 .007
Model 7.178 1 .007
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 63.756a .095 .151
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea
Observed
Predicted
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh
Percentage
Correct
Step 1 Kepatuhan Patuh 52 6 89.7
Tidak Patuh 8 6 42.9
Overall Percentage 80.6
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a pelatihan 1.872 .691 7.336 1 .007 6.500
Constant -3.744 .954 15.396 1 .000 .024
53
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a pelatihan 1.872 .691 7.336 1 .007 6.500
Constant -3.744 .954 15.396 1 .000 .024
a. Variable(s) entered on step 1: pelatihan.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a pelatihan 1.678 25.185
a. Variable(s) entered on step 1: pelatihan.
INTERPRETASI
Setelah melakukan seleksi kandidat variabel. Didapatkan variabel
pelatihan yang memenuhi syarat. Maka disimpulkan dari keseluruhan
variabel yang diduga mempengaruhi kepatuhan cuci tangan terdapat satu
subvariabel yang paling berpengaruh yaitu pelatihan dengan p value 0,007
< 0,05, nilai OR terbesar yang diperoleh yaitu 6,500 artinya pelatiahan
yang dimiliki mempunyai peluang 6,500 kali mempengaruhi kepatuhan
cuci tangan.
54
DOKUMENTASI
55
56
57
58
59