erni juwita - rama.binahusada.ac.id:81

111
ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI PLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2020 ERNI JUWITA 18.13101.10.19 PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG 2020

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

1

ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN

INFEKSI PLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2020

ERNI JUWITA

18.13101.10.19

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA

PALEMBANG

2020

Page 2: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

2

ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN

INFEKSI PLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2020

Tesis ini diajukan sebagai

Salah satu syarat memperoleh gelar

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

ERNI JUWITA

18.13101.10.19

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA

PALEMBANG

2020

Page 3: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

3

ABSTRAK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Tesis 25 Agustus 2020

Erni Juwita

Analisis Kepatuhan Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Plebitis Pada Pasien

Di Rs.Muhammadiyah Palembang Tahun 2020 (xi+67 halaman, 16 tabel, 2 gambar, 25 lampiran

Survei yang dilakukan WHO terhadap55 Rumah Sakit di 14 negara

menunjukkan 8,7% dari rumah sakit tersebut terdapat pasien dengan infeksi

nosokomial.Selain itu survey mengatakan bahwa 1,4 juta orang seluruh dunia

menderita infeksi akibat perawatan di rumah sakit.Undang Undang Nomor 44 tentang

rumah sakit menyatakan bahwa “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh

keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit”. Segala

bentuk pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada pasiennya bertujuan agar pasien

segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila

dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya

risiko yang sebenarnya dapat dicegah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran kepatuhan kebersihan tangan pada petugas perawat terhadap kejadian

plebitis diruang rawat inap Rs.Muhammadiyah Palembang.Penelitian ini dilakukan

pada tanggal 20 juli s/d 10 agustus tahun 2020.Desain penelitian ini adalah cross

Sectional.Populasi dan sampel penelitian ini berjumlah 72 orang.pengambilan sampel

menggunakan total populasi. Uji statistik dengan menggunakan chi square dan

regresi logistik berganda dengan tingkat kemaknaan (α=0.05). Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa ada hubungan hubungan pendidikan (p=0,002),

pelatihan(p=0.003), masakerja(p=0,001), supervisi kepala ruangan (p=0,000).Pada

analisis multivariat diperoleh variabel paling dominan yaitu pelatihan.Simpulan dari

penelitian ini ada hubungan antara pendidikan, pelatihan, masa kerja, supervisi kepala

ruangan ter hadap pengendalian plebitis. Memberikan informasi kepada

Managemen Rumah Sakit tentang pengaruh dari hubungan antara pendidikan,

pelatiahan, masa kerja, supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat terhadap

kejadian plebitis diruang rawat inap RS.Muhammadiyah Palembang.

Kata kunci : Kepatuhan, Perawat, Pencegahan, Infeksi, Plebitis.

Daftar Pustaka : 23 ( 2009- 2019)

iii

Page 4: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

4

ABSTRACT

INSTITUTE OF HEALTH SCIENCS

BINA HUSADA PALEMBANG

PUBLIC HEALTH POSTGRADUATE PROGRAM

Tesis 25 Agustus 2020

Erni Juwita

ANALYSIS OF NURSE MANAGEMENT IN PREVENTING INFECTION IN PATIENTS AT

MUHAMMADIYAH PALEMBANG. (xi+67 Page, 16 table, 2 picture, 25 lampiran

The WHO survey conducted on 55 hospitals in 14 countries showed that

8.7% of these hospitals had patients with nosocomial infections. In addition, the

survey said that 1.4 million people worldwide suffer from infections due to

hospitalization. Law No. 44 on The hospital states that "Every patient has the right to

obtain safety and security during his treatment in the hospital". All forms of services

provided by the hospital to its patients aim to make the patient recover from his

illness immediately and be healthy again, so that it cannot be tolerated if in hospital

treatment the patient becomes more suffering as a result of risks that could have been

prevented. This study aims to determine the description of the compliance of hand

hygiene among nurses to the incidence of phlebitis in the inpatient room of Rs.

Muhammadiyah Palembang. This research was conducted from 20 July to 10 August

2020. The design of this study was cross sectional. The population and sample of this

study totaled 72 people. sampling using the total population. Statistical test using chi

square and multiple logistic regression with significance level (α = 0.05). The results

of this study indicate that there is a relationship between education (p = 0.002),

training (p = 0.003), work cooking (p = 0.001), supervision of the head of the room

(p = 0.000). In the multivariate analysis the most dominant variable is training. In

this study, there is a relationship between education, training, years of service,

supervision of the head of the room towards controlling phlebitis. Providing

information to hospital management about the influence of the relationship between

education, training, tenure, supervision of the head of the room with nurses'

compliance with the incidence of phlebitis in the inpatient room of Muhammadiyah

Hospital, Palembang.

Keywords : Compliance, Nurse, Prevention, Infection, Phlebitis.

Bibliography : 23 ( 2009- 2019)

iv

Page 5: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

5

v

Page 6: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

6

vi

Page 7: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

7

Page 8: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

8

RIWAYAT HIDUP PENULIS

NAMA : ERNI JUWITA

TTL : PALEMBANG, 20 MARET 1983

JENIS KELAMIN : PERAEMPUAN

ANAK : PERTAMA DARI 5 BERSAUDARA

AGAMA : ISLAM

ALAMAT : JL. BUNGARAN 1 RT 1 NO 42 KERTAPATI 8

ULU PALEMBANG 30252

NAMA ORANG TUA

AYAH : H. ASNAWI MANSYUR ( ALM)

IBU : HJ. YUNANI LANGGA

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. SD NEGERI 207 PALEMBANG

2. SMP NEGERI TAHUN 1999

3. SMA YKPP 1 TAHUN 2002

4. D3 KEPERAWATAN SAPTA KARYA 2005

5. S1 STIKES BINA HUSADA 2013

vii

Page 9: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

9

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO

MEMPERSEMBAHKAN KEPADA :

1. Kepada orang tua ku umak ( hj. Yunani langga ) papa ( H. Asnawi. M ( ALM )

yang senan tiasa selalu mendoakanku.

2. Untuk Suami ( hendra haryono ) anak- anak ( putri, caca, athiya dan aliea ) yang

selalu mendukungku

3. Adik – adiku selalu mendoakanku.

Motto :

“ Berusahalah sampai kamu bisa, orang bisa kenapa kita, tidak bisa”

viii

Page 10: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

10

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat,nikmat

dan pertolongan-Nya Penulisan Tesis dapat diselesaikan, dengan judul “Analisis

Kepatuhan Perawat. Dalam Pencegahan Infeksi Plebitis Pada Pasien Di Rs.

Muhammadiyah Palembang Tahun 2020

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada ;

1. Ibu Dr. Nani Sari Murni, SKM, M.Kes. Selaku Ketua Prodi PPSKM STIK Bina

Husada Palembang.

2. Pembimbing 1: Prof.Dr.Lilis Suryanti, S.Pd, M.Si

3. Pembimbing 2 : Dr.dr.Chairil Zaman.M.Sc

4. Penguji 1 : Prof.Dr.Supli Effendi Rahim, M.sc

5. Penguji 2 : Dr.Erma Gustina, ST, M.Kes

6. Ibu Dian dan ibu Hamyatri yang selalu membatu kami

7. Orang Tua, Suami, Anak tercinta yang telah memotivasi besar sehingga

Peneliti dapat menyelesaikan Residensi ini.

8. Seluruh Staf Sekretariat Prodi PPSKM STIK Bina Husada

9. Seluruh Teman-teman di Rumah Sakit muhammadiyah palembang yang sudah

ikut membantu penulis dalam menyelesaikan Residensi ini

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari memiliki banyak

kekurangan dan keterbatasan.Semoga Allah SWT membalas kebaikan kepada

semua pihak yang telah membantu penyelasaian penulisan Residensi ini dan mudah

mudahan Residensi ini bermanfaat bagi penulis, RS. Muhammadiyah

Palembang dan bagi pembaca yang ada peminatan. Amin ya Robbalalamin.

Palembang, 25 agustus 2020

penulis

ix

Page 11: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

11

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ....................................................... ii

ABSTRAK .............................................................................................................. iii

ABSTRACT ............................................................................................................ vi

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. v

PANITIA SIDANG UJIAN .................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ..................................................... viii

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 7

1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 8

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................10

1.6. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Literatur ....................................................................................12

2.2. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................................34

BAB III. METODE PENELITIAN

x

Page 12: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

12

3.1. Desain Penelitian ..................................................................................37

3.2. Populasi dan sampel .............................................................................38

3.3. Kerangka Konsep .................................................................................39

3.4. Variabel dan Definisi Operasional .........................................................40

3.5 Hipotesis Penelitian ...............................................................................41

3.6. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian ...................................42

3.7. Pengumpulan Dan Manajemen Data .....................................................43

3.8 Teknik Analisis Data ..............................................................................44

BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Obyek Penelitian ........................................................46

4.2. Gambaran Ruang Lingkup Peneliti .......................................................47

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ..........................................................................................65

5.2. Saran ....................................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

Page 13: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

13

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Angka kejadian phlebitis 6 bulan terakhir ................................................ 6

3.4 Definisi Operasional ................................................................................ 40

4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pendidikan ..................... 40

4.2 Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelatihan

kerja ......................................................................................................... 49

4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut masa kerja ................................ 50

4.2.2 Distribusi Frekuensi Supervisi Kepala Ruangan ........................................ 50

4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pencegahan Plebitis .................. 52

4.2.2Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan

Phlebitis 1 ................................................................................................. 53

4.2.2 Hubungan Pelatihan dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan

Phlebitis 2 ................................................................................................. 47

4.2.2 Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan

Phlebitis 3 ................................................................................................. 54

4.2.2Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan Phlebitis 55

4.2.2 Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Kepatuhan Perawat

terhadap Pencegahan Phlebitis .................................................................. 56

4.2.3 Hasil Seleksi Bivariat antara Variabel Independen dengan kepatuhan

perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah

Palembang ................................................................................................ 58

4.3 Hasil Akhir Pemodelan Regresi Logistik Variabel Independen dengan

kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien diruang rawat

inap RS.Muhammadiyah Palembang ............................................................... 52

xii

Page 14: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

14

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 39

xiii

Page 15: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat keterangan selesai penelitian

2. Lembar Kuesioner

3. Lembar pengolahan data secara komputerisasi dengan program SPSS

4. Lembar tabulasi data

xiv

Page 16: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Survei yang dilakukan WHO terhadap 55 Rumah Sakit di 14 negara

menunjukkan 8,7% dari rumah sakit tersebut terdapat pasien dengan infeksi

nosokomial.Selain itu survey mengatakan bahwa 1,4 juta orang seluruh dunia

menderita infeksi akibat perawatan di rumah sakit (WHO 2002).

Undang Undang Nomor 44 tentang rumah sakit menyatakan bahwa “Setiap

pasien mempunyai hak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama

dalam perawatan di rumah sakit” (Tunggal, 2010). Segala bentuk pelayanan yang

diberikan rumah sakit kepada pasiennya bertujuan agar pasien segera sembuh dari

sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di

rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya risiko yang

sebenarnya dapat dicegah.

Sasaran pembangunan kesehatan adalah peningkatan jumlah dan mutu tenaga

kesehatan agar mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang terus

berkembang.Salah satu upaya pembangunan kesehatan peningkatan mutu, cakupan

dan efisiensi melalui perilaku penerapan dan penyempurnaan standar pelayanan,

standar tenaga, standar peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen

rumah sakit. karena pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari

pelayanan kesehatan, perawat memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan

Page 17: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

17

kualitas pelayanan dan citra rumah sakit, karena 90% pelayanan kesehatan rumah

sakit diberikan oleh perawat pembangunan kesehatan diarahkan kepada

peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung

dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya

peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi

sejak pembuahan dalam kandungan sampai umur lanjut (GBHN, 1999).

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pencegahan HAIs di

rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.Kebijakan itu tertuang dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/III/2007 tentang Pedoman Pengendalian

Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Selain itu Keputusan Menkes Nomor

381/Menkes/III/2007 mengenai Pedoman Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan

Fasilitas Kesehatan dan PMK no 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pengendalian

Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. .Saat ini angka kejadian HAIstelah

dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit.Izin operasional sebuah

rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian HAIs.(Darmadi, 2008).

Cara paling ampuh untuk mencegah terjadinya HAIs adalah dengan

menjalankan Universal Precautian yang salah satunya adalah dengan mencuci tangan

pada setiap penanganan pasien di rumah sakit.Sebuah penelitian mengungkapkan

bahwa dengan mencuci tangan dapat menurunkan 20% - 40% kejadian HAIs.Namun

pelaksanaan cuci tangan itu sendiri belum mendapat respon yang maksimal. Di

negara berkembang, kegagalan dalam pelaksanaan cuci tangan sering dipicu oleh

keterbatasan dana untuk mengadakan fasilitas cuci tangan. Namun ketika sudah ada

Page 18: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

18

dana, kendala berikutnya yang sebenarnya paling memprihatinkan adalah kurangnya

kepatuhan untuk mentaati prosedur. Studi di Amerika Serikat menunjukkan tingkat

kepatuhan perawat melakukan cuci tangan masih sekitar 50% dan di Australia masih

sekitar 65%.Hal ini bisa menjadi tantangan yang cukup besar bagi tim pengendali

infeksi rumah sakit untuk mempromosikan program cuci tangan ini. (Perdalin,2010).

Plebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme

yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit diikuti

dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang- kurangnya 2x24 jam dan

kejadian Plebitis menjadi indikator mutu pelayanan minimal rumah sakit dengan

standar kejadian ≤1,5% (Depkes RI, 2008). Plebitis didefinisikan sebagai

peradangan pada dinding pembuluh darah balik atau vena, Darmadi ( 2008).

Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit sangat

penting dilakukan karena kejadian infeksi nosokomial menggambarkan mutu

pelayanan rumah sakit. Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di

rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan

dan pengendalian infeksi, kegiatannya meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pembinaan, pendidikan dan pelatihan monitoring dan evaluasi (Depkes RI 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2008). Jumlah populasi adalah

256 orang perawat. Jumlah keseluruhan sampel adalah 51 orang, terdiri dari S1

Keperawatan 7 orang, D III 37 orang, dan SPK 7 orang. Hasil penelitian

memperlihatkan bahwa pendidikan perawat di RSDM Surakarta sebagian besar

Page 19: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

19

adalah D III (72,5%), dan hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar

perawat (68,6%) telah melaksanakan protap pemasangan infus dengan baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Graysolely, Depok (2015)

diketahui pada responden hasil penelitian menunjukkan terdapat Rancangan

penelitian inimenggunakan pendekatan quasy experiment dengan metode pre test-

post test designs with comparison group. Sampel dalam penelitian adalah 32 perawat

pelaksana untuk kelompok intervensi dan 38 perawat pelaksana untuk kelompok

kontrol. perbedaan pengetahuan dan kepatuhan kebersihan tangan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol setelah pelatihan kebersihan tangan (p< 0,001, CI

pengetahuan= 2,061; 3,541, CI kepatuhan= 6,792; 10,929).Pelatihan kebersihan

tangan perlu dilakukan berkesinambungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Naim Setyobudi, Surakarta (2013). Penelitian

ini dilakukan dengan metode kuantitatif observasional dengan pendekatan cross

sectional. Total populasi 69 perawat sampel 41 perawat dengan teknik proportional

random sampling. Instrumen penelitian kuesioner pengetahuan, ceklist kepatuhan,

dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan teknik regresi logistik dan

korelasi. Hasilnya ada hubungan pengetahuan perawat terhadap kepatuhan

pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,411 p = 0,008), tidak ada hubungan masa kerja

perawat terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,024 p = 0,079),

nilai R2 = 0,313, artinya 31,3% variasi perubahan kepatuhan perawat dipengaruhi

oleh variabel pengetahuan dan masa kerja. Simpulan : Ada hubungan yang signifikan.

Page 20: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

20

Penelitian yang dilakukan oleh lilis Pohayani, 2018.Rancangan penelitian yang

digunakan Survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional, sampel penelitian

sebanyak 53 perawat pelaksana, pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi.

Hasil penelitian 45 orang (84,9%) kepatuhan kebersihan cuci tangan perawat

pelaksana belum sesuai SOP dan 8 orang perawat (15,1) sesuai SOP. Sebanyak 34

orang perawat pelaksana (64,2%) mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala

ruangan adalah otoriter/Autokratis, sedangkan 17 orang perawat (32,1%)

mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah demokratis dan 2

orang perawat pelaksana (3,8%) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan kepala

ruangan termasuk laissez faire/liberal. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,02,

berarti pada alpha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara

persepsi perawat pelaksana gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan kinerja

perawat pelaksana.

Data dari Komite PPI Rumah Sakit Umum Daerah OI masih terdapat

kejadian HAIs yaitu data hasil survei data plebitis adalah rata-rata 14,7‰ pada

Maret–Desember 2019 untuk jumlah kasus 229 orang (Komite PPI, RSUD OI tahun

2019).

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang adalah Amal Usaha Persyarikatan

Muhammadiyah yang diresmikan tanggal 10 Dzulhijjah 1417 H / 18 April 1997 oleh

Gubernur Propinsi Sumatera Selatan (Bapak H. Ramli Hasan Basri) bersama Ketua

PP Muhammadiyah (Prof.Dr.Amien Rais) merupakan satu satunya amal usaha

dibawah langsung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) SumSel

Page 21: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

21

Tabel. 1

Angka kejadian Plebitis 6 bulan terakhir

RS.Muhammadiyah Palembang 2019

RUANGAN

PhLEBITIS TAHUN 2019

Mei juni

J

juLi AGS Sept okt

rata-

rata

Ahmad

Dahlan 0,10% 0,30%

0

,20% 0,30%

0,20% 0,60%

0

,21%

Dari data 6 bulan terakhir, laporan hasil surveilans oleh Komite PPI RS.

Muhammadiyah Palembang, terlihat angka kejadian plebitis masih tidak terlalu

tinggi diruang rawat inap Ahmad Dahlan, peneliti mengambil data pada bulan

oktober dengan 641 pasien yang terpasang infus angka kejadian yaitu 0,60%

berada dibawah angka standar minimum ≤1,5%, sesuai dengan pedoman. (Depkes

2008).

Kejadian Plebitis ditemukan ruang rawat inap Ahmad Dahlan mempunyai

angka Plebitis yang tidak melebihi angka standar minimal, tapi masih sangat

menghawatirkan karena masih adanya angka kejadian infeksi. Plebitis yang

ditandai daerah bengkak, kemerahan, panas dan nyeri pada kulit sekitar tempat

kateter intravaskular dipasang (kulit bagian luar). Jika Plebitis disertai dengan

Page 22: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

22

tanda-tanda infeksi lain seperti demam dan pus yang keluar dari tempat tususkan,ini

digolongkan sebagai infeksi klinis bagian luar.(LindaTietjen, Debora Bossemeyer,

Noel McIntosh 2004).

Untuk pengendalian kejadian infeksi HAIs, Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang mempunyai komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah

Sakit. Komite PPI mempunyai kegiatan-kegiatan pencegahan dan pengendalian

infeksi yang terprogram tersebut dapat berupa pelatihan ataupun pengawasan

langsung ke setiap ruang perawatan. Apabila kejadian infeksi ini terus berulang maka

image rumah sakit akan jelek dan selanjutnya pasien akan enggan datang berobat ke

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang pada akhirnya akan menurunkan

BOR (Bed OccupotionalRate) rumah sakit. Apabila BOR rumah sakit menurun terus

kita tahu apa yang akan terjadi, rumah sakit bisa tutup, tidak bisa beroperasional lagi

karena dana yang tidak cukup dan berdampak akan dilakukan PHK (Pemutusan

Hubungan Kerja) dan akhirnya menambah jumlah pengangguran.

Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian yang terkait dengan Analisa Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan

Infeksi Plebitis Pada Pasien Di Rs. Muhammadiyah Palembang Tahun 2020

1.2 Rumusan Masalah

1. Munculnya kejadian infeksi yang terus berulang merupakan ancaman

keselamatan bagi pasien dan pemberi pelayanan kesehatan yang berada di rumah

sakit, yang selanjutnya berdampak terhadap buruknya citra rumah

sakit.Kepatuhan dalam menjaga kebersihan tangan telah terbukti sebagai upaya

Page 23: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

23

pengendalian infeksi sekaligus sebagai proteksi diri petugas di rumah sakit belum

sepenuhnya dilakukan dengan baik.

2. Kurangnya kepatuhan petugas perawat dalam melakukan kebersihan tangan

belum sepenuhnya berjalan dengan baik.

3. Kesadaran petugas perawat untuk melakukan universal precaution masih kurang

misalnya kesadaran dari petugas perawat dalam melakukan cuci tangan yang

dapat menyebabkan terjadinya perpindahan microorganisme dari manusia

kemanusia atau benda lain.

4. Masih Kurangnya pelatihan yang diterimna oleh perawat tentang kepatuhan

kebersihan tangan. peneliti melakukan penelitian tentang terkait dengan

Kepatuhan Kebersihan Tangan Pada Petugas Perawat Terhadap Kejadian

Infeksi Plebitis diruang Rawat Inap Rs.Muhammadiyah Palembang.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Adakah hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang ?

2. Adakah hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang ?

3. Adakah hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang ?

4. Adakah hubungan antara sikap perawat dengan kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang.?

Page 24: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

24

5. Adakah hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat

terhadap pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang?

6. variabel apakah yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan perawat

terhadap pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.Muhammadiyah Palembang ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui gambaran kepatuhan kebersihan tangan pada petugas

perawat terhadap kejadian plebitis di ruang rawat inap Rs.Muhammadiyah

Palembang.

2 Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik demografi tenaga perawat

di ruang rawat inap Rs.Muhammadiyah Palembang.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis pada pasien diruang rawat inap Rs.Muhammadiyah

Palembang.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan perawat

terhadap pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang.

4. Untuk mengetahui hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan perawat

terhadap pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang

5. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat

terhadap pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang

Page 25: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

25

6. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang

7. Untuk mengetahui hubungan antara supervisikepala ruangan dengan

kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien Rs.

Muhammadiyah Palembang

8. Untuk menganalisa variabel yang paling dominan berhubungan dengan

kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.

Muhammadiyah Palembang.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Institusi Rumah Sakit

a. Memberikan informasi kepada seluruh sumber daya manusia pada unit

pelayanan di rumah sakit tentang karakteristik perawat pelaksan dalam

pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.

b. Informasi kepada Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi memberikan

gambaran hal-hal yang mempengaruhi pencegahan kejadian plebitis di ruang

rawat inap rumah sakit Muhammadiyah Palembang.

c. Memberikan informasi kepada Managemen Rumah Sakit tentang pengaruh

dari hubungan antara pendidikan, pelatiahan, masa kerja, supervisi kepala ruangan

dengan kepatuhan perawat terhadap kejadian plebitis diruang rawat inap

RS.Muhammadiyah Palembang.

2. Manfaat bagi ilmu keperawatan

Page 26: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

26

Memberikan informasi bagi dunia pelayanan kesehatan khususnya bidang

keperawatan bagaimana pengaruh hubungan antara pendidikan, pelatiahan, masa

kerja, supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat terhadap kejadian

plebitis diruang rawat inap RS.Muhammadiyah Palembang.

3. Manfaat bagi peneliti

Untuk menambah pengalaman melakukan penelitian dan sebagai gambaran nyata

yang dapat dimanfaatkan untuk evaluasi keefektifan program pencegahan HAIs

rumah sakit khususnya tentang Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi

Plebitis.Sebagai referensi di perpustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti

yang mempunyai peminatan di bidang Administrasi Kebijakan kesehatan

khususnya yang ingin melakukan penelitian tentang Analisa Kepatuhan Perawat

dalam Pencegahan Infeksi Plebitis Diruang Rawat Inap Rs.Muhammadiyah

Palembang.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Saya akan meneliti Analisa Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi

Plebitis Diruang Rawat Inap Rs.Muhammadiyah Palembang., karena masih

adanya angka kejadian infeksi plebitis akibat ketidak patuhan petugas perawat dan

juga dengan alasan rumah sakit tempat peneliti bekerja.Waktu penelitian

dilakukan selama 3minggu pada tanggal 20 juli s/d 10 agustus tahun 2020.

Page 27: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Literatur

2.11 Kejadian Plebitis di Ruang Rawat Inap

2.1.1.1 Plebitis

Plebitis adalah salah satu bentuk infeksi nosokomial yang sering muncul

dirumah sakit yaitu merupakan peradangan pada dinding vena akibat terapi cairan

intravena, yang ditandai dengan nyeri, kemerahan, teraba lunak, pembengkakan pada

lokasi penusukan jarum infus.

Plebitis merupakan infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh pasien

yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit diikuti dengan manifestasi klinis yang

muncul sekurang-kurangnya 2x24jam. Plebitis didefinisikan sebagai peradangan

pada dinding pembuluh darah balik atau vena.Kejadian plebitis menjadi indicator

mutu pelayanan minimal rumah sakit dengan standar ≤1,5% ( Depkes 2008).

Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia

maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena.

Berdasarkan derajat keparahan, Plebitis dapat diklasifikasikan menjadi 4

derajat phlebitis yaitu derajat1 ditandai dengan eritema dengan atau tanpa rasa sakit.

Plebitis, derajat2 ditandai dengan sakit, eritema, edema dengan atau ada garis. Lurus

tetapi tidak mengikuti garis pembuluh darah.plebitis derajat 3 ditandai dengan sakit,

Page 28: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

28

eritema, edema dengan atau ada garis lurus mengikuti garis pembuluh darah plebitis

derajat4 ditandai dengan ditemukannya semua tanda- tanda plebitis.

Plebitis dapat menyebabkan trombus yang selanjutnya menjadi trombo

plebitis, perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika

thrombus terlepas dan kemudian diangkutke aliran darah dan masuk jantung maka

dapat menimbulkan seperti katup bola yang menyumbat atrio ventikular secara

mendadak dan menimbulkan kematian, hal ini menjadikan plebitis sebagai salah

satu permasalahan yang penting untuk dibahas di samping plebitis juga sering

ditemukan dalam proses keperawatan. Faktor factor yang menyebabkan terjadinya

plebitis adalah factor kimia seperti jenis cairan obat yang digunakan, kecepatan

aliran infus serta bahan kateter, factor mekanik yaitu terjadi ketika vena trauma oleh

kontak fisik, trauma fisik tersebut bias ditimbulkan oleh ukuran kateter dan lokasi

penusukan yang tidak sesuai dengan adanya kolonisasi bakteri.

Selain ketiga factor diatas mengemukakan bahwa factor lain seperti usia,

status gizi, penyakit yang mendasari dan jenis kelamin berpengaruh terhadap

kejadian plebitis.Usia dan status gizi berpegaruh dikarenakan pertahanan tubuh

seseorang terhadap infeksi dapat berubah sesuai usia. Salah satu upaya untuk

menekan kejadian phlebitis tersebut adalah dengan melakukan manajemen yangbaik

pada saat pemasangan intravena line atau infus.

Selain itu tingkat pendidikan, keterampilan serta sikap perawat juga

mempunyai peran yang sangat penting dalam terjadinya kejadian plebitis.Perawat

didalam pemberi layanan dirumah sakit wajib menjaga kesehatan dan keselamatan

Page 29: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

29

dirinya juga orang lain yang dimaksud disini adalah klien serta bertanggung jawab

sebagai pelaksana kebijakan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dimana

perawat bertugas.

2.1.1.2 Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit,

dinyatakan bahwa, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Ruang pasien rawat inap yaitu ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan

dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24

jam.Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama

sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh

pihak rumah sakit kepada pasiennya.

2.1.1.3 Pendidikan

Pendidikan pengetahuan adalah bagian dari proses koqnitif seseorang yang

dapat ditingkat kan melalui tingakat pendidikan. Hal ini diperkuat oleh Winslowetal

dalam CHSRF and FCRSS 2005, yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara

pendidikan keperawatan dengan kebutuhan pasien. Selanjutnya dalam meningkatkan

keselamatan pasien, perawat harus meningkatkan pendidikan dan kesempatan

pelatihan untuk semua aspek keperawatan.

Pengetahuan perawat tentang pemasangan dan perawatan infus menjadi

faktor yang penting dalam pencegahan komplikasi plebitis dan ketidaknyamanan

Page 30: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

30

pasien. Kurangnya pengetahuan perawat tentang prinsip dan prosedur pemasangan

infus akan menimbulkan ketidakpatuhan dalam pelaksanaan tindakan sesuai prosedur

sehingga meningkatkan risiko kesalahan yang mengakibatkan komplikasi dan

ketidaknyamanan.

Menurut (Wayunah et al., 2013), tingkat pengetahuan perawat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja. Menurut

hasil penelitian (Wayunah et al., 2013) , perawat yang berpendidikan S1 sebanyak

90,9% memiliki pengetahuan baik; perawat dengan pengalaman >7,5 tahun memiliki

pengetahuan lebih baik dibanding yang punya pengalaman <7,5 tahun; dan

berdasarkan umur, perawat yang berumur >31 tahun memiliki pengetahuan baik

dibandingkan dengan perawat yang beumur <31 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tingkat pendidikan tinggi, usia matang

serta pengalaman yang luas tidak menjamin seorang perawat terampil dalam terapi

infus tanpa melakukan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan penge- tahuannya. Oleh

karena itu, perawat senantiasa untuk meningkatkan pengetahuan- nya, terutama hasil

evidence based sehingga di- harapkan perawat mampu menerapkan prosedur pemasangan

dan perawatan infus dengan baik.

2.1.1.5 Pelatihan

Pelatihan merupakan sebuah proses yang mengajarkan pengetahuan dan

keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu

melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.

Page 31: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

31

Biasanya pelatihan merujuk pada pengembangan ketrampilan bekerja yang dapat

digunakan dengan segera.Pengembangan menurut pendapat Jan Bella dalam adalah

sama degan pendidikan dan pelatihan.

Disamping menambah ilmu pengetahuan, pelatihan PPI diadakan salah

satunya bertujuan untuk mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang dapat

ditularkan diantara pasien, staf, tenaga professional kesehatan, tenaga kontrak,

tenaga suka rela, mahasiswa dan pengunjung Rumah Sakit, menurut Agus Marwoto

Bady, HariKusnanto, Dwi Handono 2007,ada hubungan antarapelatihan/ pemahaman

dengan kinerja SDM Perawat dalam pengendalian infeksi diRumah sakit.

Dalam upaya penerapan akreditasi JCI keberadaan unit/bagian pelatihan

di Rumah Sakit memegang peranan penting, bahkan kegiatan dan program pelatihan

menjadi prasyarat yang harus dipenuhi, seperti disebutkan dalam salah satu

standar dalam akreditasi JCI, yaitu standar GLD (Governance, Leadership and

Direction)yang menyebutkan bahwa; kepala departemen menyediakan orientasi

dan pelatihan untuk semua staf mengenai tugas dan tanggung jawab mereka kepada

departemen atau instalasi dimana mereka ditugaskan.

Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengetahuan serta keterampilan

mengenai Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dirumah sakit dan pelayanan

kesehatan lainnya biasanya didapatkan dari pelatihan.Perawat harus memahami

penyebab terjadinya infeksi, bagaimana cara penularannya, memperhatikan teknik

aseptik, melakukan kebersihan tangan yang benar, memakai alat pelindung diri

dalam bekerja dan mengerti dengan teknis dan operasional dalam melakukan

Page 32: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

32

tindakan dalam pelayanan kepada pasien seperti cara melakukan pemasangan infus,

penusukan jarum infus pada pasien, monitor aliran cairan infus, melihat tanda

tanda terjadinya peradangan akibat luka jarum infus dan bagaimana mana

penanganannya.

2.1.1.4 Masa kerja

Kinerja individu perawat dipengaruhi oleh 3 variabel yaitu variabel individu,

variabel organisasi dan variable psikologis.Variabel individu, terdiri dari

kemampuan, keterampilan, pengetahuan, demografi dan latar belakang

keluarga.Variabel psikologi terdiri dari persepsi, sikap, motivasi, kepribadiaan dan

belajar.Sedangkan, variable organisasi terdiri dari sum berdaya, imbalan, beban

kerja, struktur, supervisi dan kepemimpinan.

2.1.1.5. Kepatuhan Cuci Tangan

Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang bersangkutan

untuk mentaati atau mematuhi sesuatu. Kepatuhan adalah sifat patuh, suka menurut,

taat pada perintah, aturan, berdisiplin (Departemen Pendidikan Nasional,

2003).Kepatuhan adalah ketaatan menerima instruksi, koreksi, penyediaan dan

perlindungan dari pimpinan.(Oak 1992), perilaku yang disiplin merupakan perilaku

yang taat dan patuh dalam peraturan.Pittet dkk mendapatkan angka persentase

kepatuhan mencuci tangan sebanyak 48%, angka kepatuhan ini lebih tinggi pada

perawat dibanding pada dokter.

Page 33: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

33

Kepatuhan mencuci tangan dapat diperbaiki dengan mengurangi hambatan

hambatan yang ada, serta dalam mempromosikan kepatuhan mencuci tangan,

menetapkan peraturan - peraturan khusus seperti jangan memakai kuku palsu, atau

perhiasan tangan yang dapat menyebarkan infeksi.Mencuci tangan adalah cara yang

paling sederhana dan merupakan tindakan utama dalam pengendalian infeksi

nosokomial, tetapi kepatuhan dalam melaksanakannya sangat sulit mungkin

dikarenakan iritasi kulit, sarana yang kurang, adanya sarung tangan, terlalu sibuk,

tidak ada kesadaran untuk kebersihan tangan.(Dep IKA FKUI 2005)

Pada standar akreditasi rumah sakit tentang kebersihan tangan, teknik barier

dan bahan-bahan desinfeksi merupakan instrumen mendasar bagi pencegahan dan

pengendalian infeksi yang benar.Rumah sakit mengidentifikasi situasi dimana

masker, pelindung mata, gaun atau sarung tangan diperlukan dan melakukan

pelatihan penggunaannya secara tepat dan benar. Sabun, desinfektan dan handuk

atau pengering lainnya tersedia dilokasi dimana prosedur cuci tangan dan

desinfektan dipersyaratkan. Pedoman handhygiene diadopsi oleh Rumah Sakit dan

ditempel di area yang tepat, dan staf diedukasi untuk prosedur yang benar tentang

cuci tangan desinfeksi permukaan (Darmadi2008).

a). Momen mencuci tangan menurut WHO

1.Sebelum kontak dengan pasien

2.Sebelum prosedur bersih / aseptik)

3.Setelahter papar/risiko cairan tubuh pasien

4.Setelah berkontak dengan pasien

Page 34: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

34

5.Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.

Gambar 1.Momen mencuci tangan

b). Langkah-langkah mencuci tangan (WHO)

WHO pada tahun 2009 mengeluarkan pesan kesehatan untuk mencuci

tangan dengan 6 langkah.Bisa dilihat pada gambar untuk lebih jelasnya.

1. Basahi kedua telapak tangan dengan air mengalir, lalu tekan sabun

ketelapak tangan usap kedua telapak tangan.

2. Gosok masing-masing pungung tangan secara bergantian.

3. Jari jemari saling masuk untuk membersihkan sela-sela jari.

4. Gosok ujung jari (buku-buku) dengan mengatupkan jari tangan kanan terus

gosokan ketelapak tangan kiri bergantian.

5. Gosok dan putar ibu jari secara bergantian.

6. Gosok kan ujung kuku pada telapak tangan secara bergantian.

Page 35: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

35

Gambar 2. Langkah-langkah mencuci tangan

c). Cairan Cuci Tangan

Staf rumah sakit dapat mencuci tangan dengan menggunakan larutan cuci

tangan anti septic sebelum memeriksa pasien dan larutan pembilas sebelum

memegang pasien lain. Jenis cairan Chlorhexidine gluconate, providone iodine dan

alkohol merupakan desinfektan yang cukup baik sebagai antiseptik. Sabun dan

deterjen produk pembersih (berbentuk batangan cair, selebaran, atau bubuk)

yang menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu membuang kotoran,

debu dan mikroorganisme sementara dari kedua belah tangan.Sabun biasa

membutuhkan friksi (penggosokan) untuk membuang mikroorganisme secara

mekanik, sedangkan sabun antiseptik juga membunuh atau menghambat

Page 36: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

36

pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme.Larutan penggosok antiseptic berbasis

alcohol tanpa air atau penggosok antiseptik.Penggosok tangan antiseptic beraksi cepat

yang tidak harus menggunakan air, dapat menghilangkan flora sementara dan

mengurangi mikroorganisme tetapserta melindungi kulit.Sebagian besar mengandung

alcohol 60-90%, emolien, dan sering ditambahkan antiseptik lain (misalnya

khlorheksidin glukonat 2-4%)yang mempunyai aksi sisa/residual. Karena penggosok

antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, apa bila kedua tangan

terlihat kotor atau terkontaminasi darah atau cairan tubuh, maka pertama tama harus

dilakukan cuci tangan dengan sabun dan air.

d). Metode mencuci tangan/macam–macam cara cuci tangan.

1. Cuci tangan, bertujuan menghilangkan tanah dan transient microorganise metode

pencucian dengan memakai sabun selama 40–60 detik.

2. Anti septik, bertujuan menghilangkan dan menghancurkan bakteri atau kuman

metodenya dengan memakai sabun yang bersifat antimikroba atau alcohol

based handrub selama minimal 20-30 detik.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa mencuci tangan adalah cara yang

paling sederhana dan merupakan tindakan utama dalam pengendalian infeksi

nosokomial, tetapi kepatuhan dalam melaksanakannya sulit terlaksana, banyak faktor

yang dapat menyababkan kepatuhan cuci tangan ini tidak dilakukan misalkan iritasi

kulit, sarana dan peralatan cuci tangan yang kurang. Dalam melakukan cuci tangan

yang benar sesuai standar perawat harus paham tujuan melakukan cuci tangan, kapan

harus mencuci tangan, tahap tahap dalam melakukan cuci tangan sebelum

Page 37: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

37

melakukan kontak kepada pasien, macam macam metode cuci tangan dan teknik cuci

tangan sesuai serta sarana yang dibutuhkan sesuai standar mencuci tangan menurut

WHO tahun 2009.

2.1.1.7 Kepala Ruangan

1. Supervisi

Supervisi adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil

pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahannya sesuai dengan rencana, perintah,

tujuan/kebijakan yang telah ditentukan. Selain itu Swansburg 1999 juga

mendefinisikan supervise sebagai segala usaha untuk mengetahui dan menilai

kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas, dimana dalam

pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu menghargai potensi

tiap individu, mengembangkan potensi tiap individu, dan menerima tiap perbedaan.

Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan directing dalam fungsi

manajemen. Pada suatu saat supervisor akan memerlukan bantuan dalam mengambil

keputusan melalui pengamalan dalam tugas untuk menemukan metoda yang lebih

baik guna melaksankan pendelegasian tugas dalam kelompok kerja, tentu memerlukan

dukungan dari anggota kelompok yang tersulit dari tugas ini adalah bagai mana

membuat bawahan mengerjakan pekerjaan dengan suka hati tidak karena terpaksa

atau diawasi secara ketat.

Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan

keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena masalah masalah yang terjadi di

Page 38: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

38

unit keperawatan tidak seluruhnya dapat diketahui oleh, Oecha yontheblog

Manajemen Keperawatan Supervisi html 2011 keperawatan melalui informasi yang

diberikan oleh staf keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan

supervise keperawatan.Walaupun supervisi rmemperhatikan kondisid an hasil kerja,

tetapi perhatian utama ialah manusianya, untuk ituharusmengenal tiap individu dan

mampu merangsang agar tiap pelaksana mau meningkatkan diri.Salah satu tujuan

utamadari supervise adalah orientasi, latihan dan bimbingan individu, berdasarkan

kebutuhan individu dan mengarah pada pemanfaatan kemampuan dan pengembangan

ketrampilan yang baru. Supervisi keperawatan mempunyai pengertian yang sangat

luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada

perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam

mencapai tujuan asuhan keperawatan.Kegiatan supervise semacam ini merupakan

dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan, perkembangan keahlian

dan kecakapan perawat. Selain itu,supervisi juga diartikan sebagai pengamatan atau

pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin

(Suyanto, 2008). Dalam pelaksanaan supervisi, supervisi rmembuat suatu keputusan

tentang suatu pekerjaan yang akan dilaksanakan, kemudian siapa yang akan

melaksanakan.Untuk itu supervisor perlu memberikan penjelasan dalam bentuk

arahan kepada para pelaksana.

Apabila supervisi langsung adalah dilakukan secara langsung kepada obyek

yang disupervisi, akan diperoleh banyak manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut;

Page 39: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

39

dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja, peningkatan ini erat kaitannya dengan

peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan serta makin terbinanya

hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, maka sama artinya bahwa tujuan

organisasi telah tercapai dengan baik. Agar supervisi dapat dijalankan dengan baik

maka seorang suprvisor harus memahami prinsip-prinsip supervisi dalam

keperawatan sebagai berikut, Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang

sedang berlangsung, cara supervisi ini ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta

mencegah dan memperbaiki kesalahan yang terjadi. Supervisi Tidak Langsung

dilakukan melalui laporan tertulis, seperti laporan pasien dan catatan asuhan

keperawatan dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan laporan lisan seperti

saat timbang terima dan ronde keperawatan. Pada supervise tidak langsung dapat

terjadi kesenjangan fakta, karena supervisor tidak melihat langsung kejadian

dilapangan. Oleh karena itu agar masalah dapat diselesaikan, perlu klarifikasi dan

umpan balik dari supervisor dan staf.

2. Prinsip Supervisi

Prinsip-prinsip harus memenuhi syaratan antara lain:

1).Didasarkan hubungan profesional bukan hubungan pribadi.

2).Kegiatan yang harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif memberikan

perasaan aman pada perawat pelaksanadan harus mampu membentuk suasana

kerja yang demokratis.

Page 40: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

40

3).Dilakukan secara obyektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri(self

evaluation).

4).Bersifat progresif, inotativ dan fleksibel serta dapat mengembang kanpotensi atau

kelebihan masing-masing orang yang terlibat.

5).Bersifat konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan

kebutuhan

6).Dapat meningkatkan kinerja bawahan dan kepuasan kerja perawat dalam

peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

3.Supervisi yang efektif

Ciri-ciri supervise efektif yang dilakukan oleh seorang pimpinan adalah:

a).Delegasi

Seorang manajer, supervisor atau pimpinan unit, harus bias membawahi timnya

ke target yang telah ditetapkan.Dengan keterbatasan waktu dan tenaga, akan lebih

efektif jika kita mendelegasikan sebagian tugas- tugas, terutama yang bersifat teknis

lapangan kepada anak buah.Jadi tugas- tugas lapangan lainnya perlu didelegasikan

kepada bawahan.Dalam breakdown target ini di harapkan harus SMART (Specific,

Measurable, Agree, Realistic, Timelimit).Target dan rencana harus disampaikan

secara spesifik, anggota tim jelas dan gambling pada level dibawahnya, Spesifik

misalnya rencana asuhan keperawatan sudah harus terdokumentasi dalam waktu 20

menit sejak pasien masuk ruang rawat inap. Measurable artinya harus punya formula

yang jelas untuk menghitung pencapaian, biasanya dalam bentuk satuan yang dapat

diukur seperti produktivitas dalam satuan persen.Agree yang dimaksud bahwa target

Page 41: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

41

dan rencana tersebut disepakati oleh pembuat target dan penerima target, disinilah

terjadi transaksi yang sangat alot antara supervisor dan staff.Realistic, supervisor

harus mampu meyakinkan bawahan bahwa mereka mampu mencapainya dan mereka

akan mendapat bimbingan dari supervisor. Time limit berartiada target waktu

selesai.Supervisor juga harus mampu memberikan pengarahan tentang strategi

pencapaian. Supervisor harus mampu berkomunikasi dengan bawahannya untuk

memastikan bahwa sasaran dan penugasan telah dipahami dengan baik.

b).Keseimbangan.

Seorang pimpinan diberikan otoritas untuk mengambil keputusan dan

memberikan tugas kepada orang-orang dibawah tanggung jawabnya.Otoritas ini

harus digunakan dengan tepat artinya manajer atau supervisor harus

menyeimbangkan penggunaan otoritas tersebut. Ia perlu tahu kapan harus

menggunakan otoritas ini dan kapan harus menahan diri dan membiarkan anak buah

bekerja dengan mengoptimalkan kreativitas mereka.Keseimbangan juga mengacu

pada sikap yang diam oleh seorang pemimpin, kapan harus bersikap tegas, dan kapan

harus member kesempatan pada anak buah untuk menyampaikan pendapat.

c).Contoh.3

”Exampleis the bestpolicy”. Mungkin prinsipinilah yang penting utuk

diterapkan dalam melakukan tindakan supervisi.Sering kali kata-kata saja kurang

efektif sulit untuk dimengerti, maka dalam kondisi seperti ini tindakan yang paling

tepat adalah dengan memberikan contoh konkret bagaimana bersikap dan bagaimana

melakukan suatu tugas. Kepala ruangan sebagai seorang supervisor juga harus

Page 42: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

42

menyadari bahwa anak buah akan melihat dan mengamati tingkah laku pimpinan

mereka sebagai pedoman tingkah laku di tempat kerja. Jadi jika pimpinan atau

supervisor menginginkan anak buah untuk disiplin dalam waktu, sang pimpinanpun

harus memperlihatkan contoh konkret dalam menerapkan disiplin waktu, misalnya

tidak dating terlambat, menyelesaikan tugas sesuai deadline atau jika mungkin

sebelum deadline.

d). Jembatan

Seorang supervisor pimpinan merupakan jembatan antara staf yang mereka

pimpin dengan manajemen diatasnya.Jadi ia harus bisa menyampaikan keinginan,

usulan karyawan pada pihak manajemen sebaliknya, ia pun harus bisa menyampaikan

visi dan misi yang telah ditetapkan, serta keputusan-keputusan lain yang telah dibuat

oleh manajemen puncak untuk diketahui oleh para karyawan yang menjadi anggota

timnya. Kondisi seperti ini sering memojokkan sang supervisor, baik dari segi

karyawan maupun manajemen di atasnya.Untuk itu, manajer atau supervisor harus

bisa menerapkan prinsip keseimbangan dalam bersikap dan mengambil keputusan

agar adil dan bias menemukan kepentingan staf dan juga pimpinan atau manajemen

puncak.

e).Komunikasi.

Ciri lain yang sangat penting dalam melakukan supervise efektif adalah

kemampuan beromunikasi disini bukanlah komunikasi satu arah ( memberikan tugas-

tugas saja) tetapi yang terlebih utama adalah komunikasi multi arah, yang juga

mencakup kemampuan mendengarkan keluhan, masukan dan pertanyaan dari

Page 43: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

43

karyawan.Dalam mengkomunikasikan tugas- tugas, supervisor perlu menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti oleh orang yang harus melaksanakan tugas tersebut,

bahasa yang sejajar dengan kemampuan dan cara berpikir anak buah.

f). Menindak lanjuti dan Memberikan umpan balik.

Setelah melakukan penugasan, supervisor juga harus menindak lanjuti

penugasan , tindak lanjuti ini hendaknya dilakukan secara teratur dan terjadwal Pada

saat menindak lanjuti supervisor dapat berkomunikasi dua arah dan memberikan

saran atau inisiatif terhadap suatu langkah peningkatan atau perbaikan.

4.Persepsi

Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia yang didefinisikan

sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji

dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau data. Dari definisi

tersebut dapat diketahui bahwa terjadinya persepsi pada seseorang melalui

serangkaian proses yang bertahap. Seseorang memberikan reaksi atau tanggapan

sesuai dengan persepsi dirinya terhadap dunianya dari pada kondisi-kondisi obyektif

dimana mereka sebenarnya berada. Seseorang hanya bias menggunakan sebagian

kecil rangsangan kesadaran (sensorystimuli) yang adapada suatu peristiwa dan

bagian ini diinterprestasikan sesuai dengan harapan nilai-nilai serta

keyakinannya.Persepsi sebagai proses yang melibatkan mental dan kemampuan

kognitif sehingga memungkinkan seseorang dapat melakukan interprestasi dan

memahami segala sesuatu yang ada disekelilingnya.Dengan demikian pemahaman

Page 44: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

44

terhadap suatu obyek dalam proses ini merupakan fungsi yang utama.Karena

pemahaman merupakan yang utama dalam persepsi maka kadang kala apa yang

dipersepsikan bias berbeda dari realitasnya.Dari pengertian-pengertian tersebut

diketahui bahwa nilai subyektivitas seseorang sangat dominan dalam

mempersepsikan sesuatu, sehingga sering kali asumsi-asumsi tentang persepsi orang

lain adalah salah yang disebabkan asumsi-asumsi yang tidak lengkap. Demikian pula

yang terjadi pada suatu organisasi, dimana bawahan dapat saja keliru

mempersepsikan atasannya atau sebaliknya atasan keliru mempersepsikan

bawahannya.Persepsi merupakan proses kognitif yang komplek yang dapat

memberikan gambaran yang unik tentang dunia yang sangat berbeda dengan

realitasnya.Persepsi seseorang bias berbeda satu sama lainnya, karena ada factor

yang mempengaruhinya. Kepatuhan yang dapat mempengaruhi penafsiran seseorang

terhadap rangsangan atau data perceptual adalah dimensikonteks. Pareek Perilaku

Organisasic etakan IIPT Pustaka Binaman Presindojakarta 1984.

a).Konteks antar pribadi

Dimaksudkan bahwa hubungan yang terjalin antara penerima rangsangan

dengan orang lain dalam suatu keadaan tertentu, akan mempengaruhi penafsiran atas

petunjuk-petunjuk yang diterimanya.Jika sebelumnya diantara mereka sudah terjalin

hubungan antar pribadiyang cukup harmonis dan menyenangkan, maka diantara

mereka juga cenderung akan mempersepsikan sama seperti dirinya sendiri, sedang

bila hubungan kurang harmonis diantara mereka maka, diantara mereka juga akan

cenderung memandangnya sebagai sesuatu yang berbeda.

Page 45: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

45

b).Konteks latar belakang yang lain

Dimaksudkan bahwa orang yang telah dikenal atau orang yang tidak dikenal

terlebih dahulu, mempunyai pengaruh yang berlainan terhadap persepsi seseorang.

Fakta dan informasi yang diberikan orang-orang yang sudah dikenal lebih dapat

dipercaya dan cenderung ditanggapi dengan lebih baik.Namun sebaliknya, sering

kali hal tersebut dianggap remeh dan dipandang dengan sebelah mata oleh orang lain

yang belum dikenal, sehingga persepsi terhadap fakta dan informasi yang diberikan

pun bisa keliru.

c).Konteks keorganisasian

Konteks keorganisasian yang dimaksud adalah suasana kerja atau tempat

kerja dimana seorang berada.Suasana kerja yang bersahabat, ramah dan

menyenangkan mengakibatkan persepsiatas perilaku orang yang dikaitkan dengan

tujuan organisasi lebih tepat. Sehingga menciptakan suatu organisasi dengan suasana

kerja yang ramah dan menyenangkan sangat penting dan perlu diupayakan, karena

persepsi orang-orang terhadap tujuan organisasi akan lebih baik, akibatnya setiap

usaha untuk mewujudkan tujuan organisasi akan lebih mudah tercapai.

5.Kepala Ruangan /Atasan

Kepala ruangan adalah seorang perawat professional yang diberi wewenang dan

tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan disatu ruang rawat

yang tugas pokoknya mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan

keperawatan diwilayah tanggung jawabnya. Kepala ruangan sebagaimana bertingkat

Page 46: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

46

bawah memliki fungsi manajemen dalam area dan lingkup yang menjadi tanggung

jawabnya Supervisi keperawatan merupakan salah satu fungsi pengarahan yang

harus dilakukan seorang kepala ruagan yang dapat dipergunakan sebagai upaya

menjamin kualitas tindakan keperawatan.Kegiatan penjaminan kualitas perawatan

dapat dilakukan kepala ruangan melalui kegiatan supervisi kepada ketua tim dan

perawat pelaksana.Mekanisme pengawasan efektif dilakukaan secara

berjenjang.Kepalaruangan sebagai manajer asuhan keperawatan harus dapat

menjamin pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan

pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan Kegiatan penjaminan kualitas

asuhan kepada pasien dapat dilakukan melalui kegiatan supervise berjenjang

kepada staf.Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan

kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan

kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan

kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan Berbagai metode pemberian

asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien

dan kategori pendidikan serta pengalaman staf diunit yang bersangkutan. Adapun

fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston sebagai berikut:

1).Perencanaan: dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan,

dan peraturan-peraturan: membuat perencanaan jangka pendek dan jangka

panjang untuk mencapai visi, misi, tujuan, organisasi dan menetapkan biaya–

biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.

Page 47: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

47

2).Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan

perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien

yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta

melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta

wewengan dengan tepat.

3).Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekrutmen, interview, mencari,

dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf.

4).Pengarahan: mencakup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia

seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi,

dan memfasilitasi kolaborasi.

5).Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan

etika aspek legal, dan pengawasan professional.Seorang manajer dalam

mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari–sehari akan bergerak dalam

berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan

lain–lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa variable persepsi supervise atasan dari

uraian diatas, adalah tentang persepsi seseorang/perawat pelaksana yang

memberikan reaksi atau tanggapan sesuai persepsi dirinya terhadap atasan dalam

kondisi-kondisi obyektif dimana mereka sebenarnya berada, penafsiran perawa

terhadap peranserta atasan dalam memberi motivasi dan melakukan pengawasan

terhadap perawat dalam melaksanakan pencegahan pengendalian infeksi, dalam

hal ini terhadap kepala ruangan yang fungsinya sebagai supervisor.Supervisi

kepala ruangan /atasan menjadi satu variabel yang diteliti, apakah ada pengaruh

Page 48: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

48

terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi nosiokomial dengan kejadian

plebitis yang dilakukan oleh perawat pelaksana pada ruang rawat inap.

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh supriyanto (2008). Jumlah populasi adalah 256

orang perawat. Jumlah keseluruhan sampel adalah 51 orang, terdiri dari S1

Keperawatan 7 orang, D III 37 orang, dan SPK 7 orang.. Hasil penelitian

menunjukkan: (1) Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pendidikan perawat di

RSDM Surakarta sebagian besar adalah D III (72,5%), (2) Hasil penelitian

memperlihatkan bahwa sebagian besar perawat (68,6%) telah melaksanakan protap

pemasangan infus dengan baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Graysolely, depok (2015) diketahui

pada responden hasil penelitian menunjukkan terdapat Rancangan penelitian

inimenggunakan pendekatan quasy experiment dengan metode pre test-post test

designs with comparison group. Sampel dalam penelitian adalah 32 perawat

pelaksana untuk kelompok intervensi dan 38 perawat pelaksana untuk kelompok

kontrol. perbedaan pengetahuan dan kepatuhan kebersihan tangan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol setelah pelatihan kebersihan tangan (p< 0,001, CI

pengetahuan= 2,061; 3,541, CI kepatuhan= 6,792; 10,929).Pelatihan kebersihan

tangan perlu dilakukan berkesinambungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Naim setyobudi, surakarta (2013). Penelitian

ini dilakukan dengan metode kuantitatif observasional dengan pendekatan cross

sectional. Total populasi 69 perawat sampel 41 perawat dengan teknik proportional

Page 49: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

49

random sampling. Instrumen penelitian kuesioner pengetahuan, ceklist kepatuhan,

dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan teknik regresi logistik dan

korelasi. Hasil : (1) ada hubungan pengetahuan perawat terhadap kepatuhan

pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,411 p = 0,008), (2) tidak ada hubungan masa

kerja perawat terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,024 p =

0,079), (3) nilai R2 = 0,313, artinya 31,3% variasi perubahan kepatuhan perawat

dipengaruhi oleh variabel pengetahuan dan masa kerja. Simpulan : Ada hubungan

yang signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh lilis rohayani, 2018.Rancangan penelitian yang

digunakan Survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional, sampel penelitian

sebanyak 53 perawat pelaksana, pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi.

Hasil penelitian 45 orang (84,9%) kepatuhan kebersihan cuci tangan perawat

pelaksana belum sesuai SOP dan 8 orang perawat (15,1) sesuai SOP. Sebanyak 34

orang perawat pelaksana (64,2%) mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala

ruangan adalah otoriter/Autokratis, sedangkan 17 orang perawat (32,1%)

mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah demokratis dan 2

orang perawat pelaksana (3,8%) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan kepala

ruangan termasuk laissez faire/liberal. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,02,

berarti pada alpha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara

persepsi perawat pelaksana gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan kinerja

perawat pelaksana

Page 50: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

50

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang disusun sehingga dapat

menuntun peneliti untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan penelitian

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian korelasi descriptif

(descriptive correlational) dengan pendekatan cross sectional dimana variable

dependen dilakukan pengukuran sekaligus dalam waktu bersamaan.

Polit dan Hugler 1999 megatakan bahwa keuntungan utama desain penelitian

crossectional adalah praktis, ekonomis dan mudah dilaksanakan. Sedangkan

kelemahan karena penelitian hanya dilakukan dalam sewaktu sering memberikan

hasil yang kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya karena manusia bersifat

dinamis dan dapat berubah sewaktu waktu. Peneliti menggunakan pendekatan cros

sectional karena penelitian ini bertujuan mengidentifikasi ada tidaknya hubungan

variable independen dengan variable dependen dalam satu kali pengukuran.

Pengukuran variable dependen kejadian plebitis dilakukan secara bersamaan dengan

pengukuran variable independent untuk melihat hubungan antara pendidikan dengan

kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.

Muhammadiyah Palembang.

Page 51: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

51

3. 2 Populasi dan Sampel

Pengambilan sampel penelitian untuk perawat yang bertugas di ruang rawat

inap Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang ditentukan melalui Proportio nate

Stratified Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi

secara acak dan berstrata secara proporsional dan berdasarkan ruangan dimana

perawat berada. Di ruangan yang menjadi sample penelitian berdasarkan angka

kejadian phlebitis yang cukup tinggi.

a) Populasi: Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti,

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana ruang rawat inap

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang berjumlah 72 orang pada 4 ruang rawat

inap.

b) Sampel: Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

berdasarkan survey awal peneliti dimana pada 4 ruangan ini angka oleh populasi

penelitian, Arikunto (2006) menyebutkan bahwa untuk memperoleh sampel yang

representatif, pengambilan sampel ditentukan secara seimbang dengan banyaknya

subjek dalam masing-masing wilayah Penentuan jumlah sampel berdasarkan

proposrsi perawat pelaksana dimasing-masing ruang perawatan dalam hal ini

sampel diambil seluruh perawat pada 4 ruang rawat inap dimana seluruh perawat

melakukan pemasangan infus kepada pasien.Jadi sampel yang diambil adalah

total sampling pada 4 ruang rawat inap yaitu Ahmad Dahlan A, Ahmad Dahlan B,

Ruang Isolasi A & B.Perkiraan populasi dan jumlah sampel penelitian di 4 ruang

Page 52: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

52

perawatan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang berjumlah 72 orang

pengambilan sampel di 4 ruangan rawat plebitis cukup tinggi pada 6 bulan

terakhir walaupun masih masih dalam angka standar minimal yang ditetapkan

depkes sehingga peneliti mengambil 4 ruang ini sebagai sample penelitian.

Pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan non random sampling

dan menggunakan teknik purposive sampling dimana sampel dipilih berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu (Nurjanah Dewi dalam Sugiono 2010).

3.3. Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan landasan Fikir peneliti dalam melaksanakan

penelitian, aspek yang diteliti pada penelitian ini adalah kepatuhan perawat

terhadap penyebab kejadian infeksi plebitis diruang rawat inap rumah sakit

muhammadiyah palembang. Variabel dalam penelitian ini terdiri:

1. Variabel terikat ( dependen ) kepatuhan perawat terhadap Pencegahan

plebitis.

2. Variabel bebas( independen), pendidikan, pelatiahan, masa kerja, sikap,

supervisi kepala ruangan.

Gambar 3.Variabel penelitian

Variabel independen varaibel dependen

1. pendididkan

2. pelatihan

3. masa kerja

4. sikap

5. supervisi kepala

ruanagn

Kepatuhan perawat

terhadap Pencegahan

plebitis

Page 53: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

1

3.4 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Variabel

dependen

Kepatuhan

Perawat

Hubungan

kepatuhan

perawat

Wawancara

Observasi

Kuisioner 1. Patuh

2. Tidak patuh

Ordinal

1. Variabel

Independen

pendididkan

Pendidikan

reponden

Observasi kuisonetr 1.D3

2.S1Keperawatn

3. Ners

Ordinal

2. Pelatihan

Keterampilan

responden

observasi Kuisioner 1.Pernah

2.Tidak pernah

Ordinal

3. Masa kerja

Lama kerja

responden

observasi Kuisioner 1.< 5 tahun

2..> 5 Tahun

Ordinal

4. Sikap Kapasitas

responden

obserpasi kuisioner 1.Pernah

2. tidak pernah

Ordinal

5. Supervisi

Kepala

Ruanagn

Pegarahan

kepala ruangan

observasi Kuisioner 1.pernah

2.tidak pernah

Ordinal

Page 54: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

2

3.5. Hipotesis Penelitian

Dari analisa kepatuhan yang mempengaruhi kejadian phlebitis yang

telah diuraikan diatas dapat dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang.

2. Ada hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang.

3. Ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang

4. Ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah Palembang

5. Ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan

perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien Rs. Muhammadiyah

Palembang

3.6. Pengukuran dan pengamatan variablel penelitian

Menurut Polit dan Back (2004) setiap instrumen penelitian perlu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hal ini sangat penting dalam penelitian

karena kesimpulan penelitian hanya dapat dipercaya bila alat pegukurnya

akurat dan obyektif. Uji validitas data dialakukan kepada 72 perawat diruang

rawat inap dengan menyebarkan kuesioner.Uji validitas dan reliabilitas

sebelum melaksanakan penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas

kuesioner melalui uji coba kuesioner. Validitas adalah keadaan yang

menggambarkan tingkat instrument yang bersangkutan mampu mengukur apa

yang akan diukur. Reliabilitas adalah instrument yang bila digunakan

Page 55: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

3

beberapa kali untuk mengukur subyek yang sama akan menghasilkan hasil

yang sama.

Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu baru

diikuti oleh reliabilitas dengan bantuan komputer /spss.Bila ada bukti yang

tidak valid, maka butir tersebut dibuang dan butir yang valid secara

bersamaan diukur reliabilitasnya.Uji coba kuesioner dilakukan terhadap 72

orang responden yaitu perawat pelaksana diruang rawat inap Rumah

Sakit Muhammadiyah Palembang yang kondisinya mempunyai persamaan

atau setara.Uji validitas menggunakan validitasi yaitu dengan melihat apakah

alat ukur telah memuat pertanyaan atau pertanyaan yang relevan dengan

materi yang akan diteliti, pengujian validitas dengn mengukur korelasi tiap

item (skor )dengan skor total. Kriteria yang digunakan untuk pengukuran

validitas adalah nilai p≤0,05.

Pengolahan dan Analisa Data

a).Pemeriksaan data (editing), peneliti melakukan pengecekan isian

kustioner yang telah diserahkan responden setiap hari selama penelitian.

b).Pembuatan kode (Coding): Peneliti melakukan pengkodean terhadap data

yang masuk dan sudah dikumpulkan.

c).Entry: Prosesentry data dari kuesioner kepaket program computer sehingga

dapat dilakukan analisia.

d).Cleaning: Pengecekan kembali data yang dientri.

Page 56: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

4

3.7 Pengumpulan dan Manajemen Data

3.7.1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner

kuesioner sebagai data primer dan data sekunder kejadian phlebitis pada

catatan rekam medik, serta lembar observasi kejadian phlebitis dan laporan

kejadian panitia infeksi nosokomial Rumah Sakit, Kuesioner terdiri dari

kuesioner karakteristik, pendidikan, pelatihan, masa kerja, kemampuan,

supervisi kepala ruangan.

1.Data primer

Kuesioner pengetahuan perawat terdiri dari bagian bagian pemahaman

perawat tentang infeksi nosokomial, pengetahuan perawat tentang

karakteristik sikap Jumlah pertanyaan setelah dilakukan uji validitas

berjumlah 10 soal dengan pilihan jawaban patuh dan tidak patuh, apabila

jawaban benar diberi nilai (1) sedangkan kalau salah diberi nilai (0).Kuesioner

pendidikan, pelatihan, masa kerja, terdiri dari 10 pernyataan perawat dalam

melakukan kepatuhan melaksanakan tugas diruang rawat inap.Kuesioner

sikap terdiri dari 10 pernyataan perawat dalam melakukan kepatuhan

melaksanakan tugas diruang rawat inap.Kuesioner supervisi, terdiri dari 10

pernyataan perawat tentang persepsinya terhadap kepala ruangan dalam

melakukan fungsi pengawasan pengendalian pembinaan pelaksnanaan

pelayanan diruang rawat ianap kepada perawat pelaksana.

Page 57: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

5

2.Data sekunder

Lembar Dokumentasi

Merupakan dokumen data pasien yang dipasang infus diruang rawat

inap yang dicatat dalam medical record pasien pada instalasi rekam medik

rumah sakit, berisi tentang identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur,

alamat, no rekammedik, dan diagnose medis oleh dokter, dan dokumentasi

tindakan saat pemasangan, nama perawat yang melakukan insersi/

memasang infuse dan ukuran alat IV yang digunakan, lokasi pemasangan

infus, cairan/obat yang diberikan, tanggal penggantian infuse.Selain itu juga

terdapat dokumentasi tanda phlebitis yang merupakan dokumen hasil

observasi tanda phlebitis. Data yang didapat adalah adanya salah satu tanda

tanda phlebitis pada pasien yang dipasang infus yang disebut kejadian

phlebitis.Tanda phlebitis yang ditemukan merupakan data kejadian phlebitis

pasien yang dipasang infus.

3.8. Teknik Analisis Data

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat

untuk menggunakan distribusi frekuensi memperoleh gambaran frekuensi dari

variable yang diteliti berupa nilai frekuensi presentase.Analisa univariat dalam

penelitian ini memuat tentang variabel pengetahuan perawat tentang

pendidikan, pelatihan, masa kerja, sikap, supervisi kepala ruangan. variabel

terikatnya kejadian flebitis di rungan rawat inap.

Analisa Bivariat yaitu memakai uji kuadrad Chi Square dasar dari uji

Chi Square membandingkan frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang

diharapkan dan untuk melihat ada tidaknya hubungan masing masing variable

Page 58: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

6

yaitu pengetahuan perawat tentang pendidikan, pelatihan, masa kerja, sikap,

supervisi kepala ruangan, dengan kejadian flebitis diruang rawat inap.Analisa

multivariat menggunakan analisa uji regresi logistik yang sebenarnya sama

dengan analisis regresi berganda, hanya variable terikatnya merupakan

variable dummy (0 dan 1) memiliki 2 nilai, keadaan ini disebut juga (binary

logistic regression) karena pada variable respon yaitu kejadian plebitis, ada 2

kategori, terjadinya plebitis nilai-= 1 dan tidak ada terjadinya plebitis nilai=0

Regresi logistik menghasilkan rasio peluang yang dinyatakan dengan

transformasi fungsi logaritma (log), dengan demikian fungsi transformasi log

atau pun ln diperlukan untuk p-value, dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa logit (p) merupakan log dari peluang (odd sratio) atau likelihoodratio

dengan kemungkin antar besar nilai peluang adalah 1.

Page 59: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

7

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini menyajikan hasil terkait dengan Analisa Kepatuhan Perawat

terhadap Pencegahan Infeksi Plebitis Pada Pasien di Rs.Muhammadiyah

Palembang Tahun 2020.Penelitian ini dilakukan kepada 72 responden secara

profesional di 4 unit ruang rawat inap, dimana peneliti mengumpulkan seluruh

responden di ruangan rawat inap Rs.Muhammadiyah Palembang.Berkoordinasi

dengan kepala keperawatan dan jajaran fungsional maksud tujuan penelitian

kepada perawat yang ada diruangan dan membagikan kuisioner sesuai sampel

yang dibutuhkan.

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang adalah Amal Usaha Persyarikatan

Muhammadiyah yang diresmikan tanggal 10 Dzulhijjah 1417 H / 18 April

1997 oleh Gubernur Propinsi Sumatera Selatan (Bapak H. Ramli Hasan Basri)

bersama Ketua PP Muhammadiyah (Prof.Dr.Amien Rais) merupakan satu

satunya amal usaha dibawah langsung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah

(PWM) SumSel.

Laporan hasil surveilans oleh Komite PPI RS.Muhammadiyah Palembang,

terlihat angka kejadian plebitis masih tidak terlalu tinggi diruang rawat inap

Ahmad Dahlan, peneliti mengambil data pada bulan oktober dengan 641

pasien yang terpasang infus dengan angka kejadian yaitu 0,60% berada

dibawah angka standar minimum ≤1,5%, sesuai dengan pedoman.(Depkes

2008), walaupun masih dibawah standar minimum tetap saja masih adanya

infeksi yang terjadi secara terus menurus.

Page 60: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

8

Untuk mendukung pelaksanaan program Pengendalian Infeksi Nosokomial

serta kepentingan organisasi dilingkungan Rumah sakit Muhammadiyah

Palembang maka dengan keputusan Direktur ditetapkan Komite Pencegahan

dan Pengendalian tahun 2016.Tujuan pembentukan Komite PPI adalah

melindungi pasien, keluarga, pengunjung dan petugas kesehatan yang ada

dirumah sakit. Adapun tugas Komite PPI diantaranya adalah:

1. Membantu direktur dalam menetapkan kebijakan dan prosedur kerja yang

mencakup kegiatan dalam bidang pengendalian infeksi dirumah sakit.

2. Membantu direktur dalam metode, cara identifikasi infeksi nosokomial dan

pelaksanaan surveilans serta mengevaluasi kelayakan kegiatan dan hasil

surveilans.

3. Menyusun prosedur dan upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi

nosokomial dengan menetapkan kewaspadaan universal.

4. Menyusun prosedur pemilihan danpenilaian kelayakan bahan alat yang

berhubungan dengan upaya pengendalian infeksi.

4.1.1 Gambaran ruang lingkup

penelitian

Ruangan Ahmad dahlan adalah ruangan yang terbagi 4 ruangan yaitu

Ahmad dahlan A, Ahmad Dahlan B, Ruang isolasi A dan Isolasi B.Jumlah

perawat yang ada diahmad dahlan ada 72 orang, kepala ruangan ada 1

orang, Pj shif 16, katim 4 orang, pelaksana 51 orang bekerja pagi, siang,

malam.Dengan jumlah tempat tidur 124 bed. Tingkat Pendidikan Skep.Ns

5,5 % , Skep 4,1%, D3 90%.Sudah 80 % perawat mengikuti pelatihan, lama

kerja perawat diruang rawat inap <5 tahun sekitar 76%, lebih >10 tahun

Page 61: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

9

sekitar 23%.Status kepegawaian perawat yang tetap sekitar 90%, status

kepegawaian yang kontrak sekitar 9%.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1.AnalisisUnivariat

Analisa ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang distribusi

responden menurut semua variabel penelitian, baik variabel dependen

(Kepatuhan perawat terhadap Pencegahan plebitis) maupun variabel

independen ( pendidikan, pelatihan, masa kerja, sikap dan supervisi kepala

ruangan) yang dikumpulkan dalam tabel dan teks seperti dibawah ini:

4.2.1.1.Karakteristik Responden Pendidikan

Dalam penelitian ini, ada tiga kategori pendidikan yaitu D3

Keperawatan, S1 Keperawatan dan Ners.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Pendidikan

Status Pendidikan n %

D3 Keperawatan 65 90.3

S1 Keperawatan 3 4.2

Ners 4 5.6

Total 72 100

Berdasarkan table 1diatas, diketahui rata-rata responden memiliki status

pendidikan terakhir yaitu D3 Keperawatan sebanyak 65 responden (90.3%), S1

Keperawatan sebanyak 3 responden ( 4,2 %) dan ners 4 responden ( 5,6%).

Page 62: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

10

4.2.1.2. Karakteristik Responden Pelatihan

Dalam penelitian ini, ada dua kategori pelatihan kerja yaitu pernah dan

tidak pernah.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelatihan kerja

Pelatihan n %

Pernah 60 83.3

Tidak Pernah 12 16.7

Total 72 100

Berdasarkan tabel 2, diketahui rata-rata responden pernah melakukan pelatihan

kerja yaitu sebanyak 60 responden (83.3%), dan yang tidak pernah melakukan

sebanyak 12 responden ( 16,7%).

4.2.1.3. Karakteristik Responden Masa Kerja

Dalam penelitian ini, ada dua kategori lama kerja yaitu <5 tahun dan

>10tahun bekerja:

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut masa kerja

Lama Kerja n %

<5 tahun 55 76.4

>10 tahun 17 23.6

Total 72 100

Page 63: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

11

Berdasarkan tabel 3, diketahui rata-rata responden memiliki status lama kerja

yaitu <5 tahun sebanyak 55 responden (76.4%), dan >10 tahun sebanyak 17

responden ( 23,6%)

4.2.1.4. Distribusi Frekuensi Sikap

Dalam penelitian ini, ada dua kategori siakp yaitu patuh dan tidak

patuh

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Supervisi Kepala Ruangan

Sikap

Penerapan Cuci Tangan

Patuh Tidakpatuh

N % N %

Ya 41 70.7 5 35.7

Tidak 17 29.3 9 64.3

Total 58 100 14 100

Berdasarkan tabel 4, diketahui rata-rata sikap melakukan penerapan kepatuhan

cuci tangan yaitu sebanyak 58% responden (82,2%), dan supervisi yang tidak

pernah melakukan sebanyak 14 responden ( 17,2%).

Page 64: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

12

4.2.1.5. Distribusi Frekuensi Supervisi Kepala Ruangan

Dalam penelitian ini, ada dua kategori supervisi kepala ruangan yaitu

pernah dan tidak pernah.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Supervisi Kepala Ruangan

Supervisi Kepala

Ruangan

Penerapan Cuci Tangan

Patuh Tidakpatuh

N % N %

Pernah 48 82.8 5 35.7

Tidak Pernah 10 17.2 9 64.3

Total 58 100 14 100

Berdasarkan tabel 5, diketahui rata-rata supervisi kepala ruangan pernah

melakukan penerapan kepatuhan cuci tangan yaitu sebanyak 58 responden

(82,2%), dan supervisi yang tidak pernah melakukan sebanyak 14 responden (

17,2%).

4.2.1.6. Distribusi Frekuensi Perawat Terhadap Pencegahan Plebitis

Dalam penelitian ini, pencegahan phlebitis adalah dengan melihat

kebiasaan perawat dalam patuh dan tidak patuh mencuci tangan.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pencegahan Plebitis

Cuci tangan n %

Patuh 58 80.6

Tidak Patuh 14 19.4

Total 72 100

Page 65: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

13

Berdasarkan table 5, diketahui rata-rata responden patuh terhadap cuci

tangan yaitu sebanyak 58 responden (80.6%). Sedangkan yang tidak patuh

sebanyak 14 responden ( 19,4 %).

4.2.2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat untuk melihat apakah ada hubungan

/pengaruh/perbedaan antara variabel devenden terhadap variabel indevenden

pada penelitian ini menjadi variabel devenden adalah pendidikan, pelatihan,

masa kerja, sikap dan supervisi kepala ruangan.Berdasarkan hasil uji statistik

diperoleh hasil ada hubungan bermakna antara variabel pendidikan, pelatihan,

masa kerja, sikap dan supervisi kepala ruangan.

Adapun uji statistik secara rinci dapat dilihat pada uraian berikut:

4.2.2.1. Hubungan Pendidikan Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap

Pencegahan Plebitis Pada Pasien Di Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang

Tabel 1

Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan

Phlebitis

PENDIDIKAN

PENERAPAN CUCI TANGAN

p-value

OR

PATUH TIDAKPATUH

n % n %

D3 KEPERAWATAN 51 87.93 14 100

0.002

7,526

S1 KEPERAWATAN 3 5.2 0 0

NERS 4 6.9 0 0

TOTAL 58 100 14 100

Hasil hal ini menujukan menunjukkan ada hubungan antara tingkat

pendidikan dengan kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada

Page 66: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

14

pasien di RS.Muhammadiyah Palembang. Dari hasil analisis juga diperoleh

nilai QR = 7,526 artinya responden dengan pendidikan S1 keperawatan yang

patuh dalam penerapan cuci tangan mempunyai resiko penularan 7,5 kali

lebih cepat dari pada responden D3 keperawatan yang lebih patuh terhadap

pencegahan plebitis.

4.2.2.2. Hubungan Pelatihan Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap

Pencegahan Phlebitis Pada Pasien Di RS. Muhammadiyah

Palembang.

Tabel 2

Hubungan Pelatihan dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan

Phlebitis

PELATIHAN

PENERAPAN CUCI TANGAN

p-value

Odds

ratio PATUH TIDAKPATUH

n % n %

PERNAH 52 89.7 8 57.1

0.003

6500 TIDAK PERNAH 6 10.3 6 42.9

TOTAL 58 100 18 100

hal ini menujukan menunjukkan ada hubungan antara tingkat pelatihan

dengan kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien diRS.

Muhammadiyah Palembang. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR = 6500

artinya responden yang tidak pernah mengikuti pelatiahn dalam penerapan

cuci tangan mempunyai resiko penularan 6500 untuk tidak patuh terhadap

pencegahan plebitis dibanding responden yang mengikuti pelatihan cuci

tangan.

Page 67: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

15

4.2.2.3. Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat terhadap

pencegahan phlebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah

Palembang.

Tabel 3

Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan

Phlebitis

MASA KERJA

PENERAPAN CUCI TANGAN

p-value

OR

PATUH TIDAKPATUH

n % n %

<5 TAHUN 42 72.4 13 92.9

0.001

8,918 >10 TAHUN 16 27.6 1 7.1

TOTAL 58 100 14 100

hal ini menujukan menunjukkan ada hubungan antara masa kerja dengan

kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis Pada pasien di Rs

Muhammadiyah Palembang.Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR = 8,918

artinya responden yang masa kerjanya > 10 yang tidak patuh dalam

penerapan cuci tangan terhadap pencegahan plebitis mempunyai resiko

penularan 8,9 kali lebih berisiko dari pada responden dengan masa kerja < 5

tahun terhadap penerapan cuci tangan untuk pencegahan plebitis.

Page 68: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

16

4.2.2.4. Hubungan Sikap Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap

Pencegahan Phlebitis Pada Pasien Di RS. Muhammadiyah

Palembang.

Tabel 4

Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pencegahan Phlebitis

SIKAP

PENERAPAN CUCI TANGAN

p-value

OR

PATUH TIDAKPATUH

n % n %

YA 41 70.7 5 35.7

0.014

4,341 TIDAK 17 29.3 9 64.3

TOTAL 58 100 14 100

Hal ini menujukan menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap dengan

kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien

diRS.Muhammadiyah Palembang.

4.2.2.5. Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kepatuhan

Perawat Terhadap Pencegahan Phlebitis Pada Pasien Di

RS.Muhammadiyah Palembang.

Tabel 5

Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Kepatuhan Perawat terhadap

Pencegahan Phlebitis

SUPERVISI

KEPALA

RUANGAN

PENERAPAN CUCI TANGAN

p-value

OR

PATUH TIDAKPATUH

n % n %

PERNAH 48 82.8 5 35.7

0.000

8,640 TIDAK PERNAH 10 17.2 9 64.3

Total 58 100 14 100

Page 69: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

17

Hal ini menunjukkan ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan

kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien di RS

Muhammadiyah Palembang.Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 8,640

artinya responden dengan hubungan supervisi kepala ruangan yang tidak

pernah patuh terhadap penerapan cuci tangan terhadap pencegahan plebitis

mempunyai resiko penularan 8,6 kali lebih berisiko dari pada responden

dengan hubungan supervisi kepala ruangan terhadap penerapan cuci tangan

untuk pencegahan plebitis.

4.2.3. Analisa Multivariat

4.2.3.1.Pemilihan variabel kandidat model

Analisa multivariat adalah untuk menganalisa pengaruh variabel

indevenden dengan variabel devenden.analisa yang digunakan adalah regresi

logistik ganda dengan tingkat kepercayaan 95%, yang mana secara tahap

variabel yang tidak berpengaruh akan dikeluarkan dari analisa yang akan

dilakukan.Sebelum melakukan analisa multivariat ditentukan dahulu mana

yang masuk model melalui analisis bivariat dengan regresi logistik

sederhana.Pemilihan kandidat dilakukan dengan memilih variabel yang

memiliki nilai p-value < 0,25.Berdasarkan analisa bivariat yang telah

dilakukan. Adapun variabel nilai p-value < 0,25 seperti tabel dibawah ini.:

Hasil analisis regresi logistik

Page 70: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

18

Tabel .1

Hasil Seleksi Bivariat antara Variabel Independen dengan kepatuhan

perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah

Palembang Tahun 2020

No Variabel p- Value

1. pendidikan 0,002

2. Pelatihan 0,003

3. Masa Kerja 0,001

4. Sikap 0,014

5. Supervisi kepala ruangan 0,000

Sumber: Hasil Penelitian Erni 2020

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil analisis kandidat model multivariat dengan

nilai p value < 0,25 yaitu variabel pendidikan (0,002) pelatihan (0,003), masa

kerja (0,001) sikap (0,014 ) dan supervisi kepala ruangan( 0,000). Setelah itu

diperoleh hasil akhir pemodelan multivariat pada tabel berikut:

Tabel .2

Hasil Akhir Pemodelan Regresi Logistik Variabel Independen dengan

kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien di

ruang rawat inap RS.Muhammadiyah Palembang

Tahun 2020

No Variabel Beta Nilai p OR 95% CI

1. Pendidikan -17,649 0,999 0,000 0,000

2. Pelatihan 1,545 0,039 4,690 1,080-20,365

3. Masa Kerja -267 0,817 0,765 0,079- 7,416

4, Supervisi

kepala ruangan -19,009 0,999 0,000 0,000

Konstan 34,009

Sumber: Hasil Penelitian Erni 2020

Berdasarkan tabel.2 diperoleh hasil analisis multivariat variabel yang

paling dominan berhubungan dengan kepatuhan perawat terhadap pencegahan

plebitis pada pasien diruang rawat inap Rs.Muhammadiyah Palembang adalah

Page 71: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

19

variabel pelatihan dengan nilai p = 0,039 < α (0,05) .

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan Pendidikan Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap

Pencegahan Plebitis Pada Pasien Dirumah Sakit Muhammadiyah

Palembang

Hasil uji chi square didapat p- value 0,001 < 0,005, hal ini

menujukan menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan

kepatuhan perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien

diRS.Muhammadiyah Palembang. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR =

7,526 artinya responden dengan pendidikan S1 keperawatan yang patuh dalam

penerapan cuci tangan mempunyai resiko penularan 7,5 kali lebih cepat dari

pada responden D3 keperawatan yang lebih patuh terhadap pencegahan

plebitis.

Menurut (Wayunah et al., 2013), tingkat pengetahuan perawat

dipengaruhi oleh pendidikan. Menurut hasil penelitian (Wayunah et al., 2013),

perawat yang berpendidikan S1 sebanyak 90,9% memiliki pengetahuan baik

perawat dengan pengalaman >7,5 tahun memiliki pengetahuan lebih baik

dibanding yang punya pengalaman <7,5 tahun; dan berdasarkan umur perawat

yang berumur >31 tahun memiliki pengetahuan baik dibandingkan dengan

perawat yang beumur <31 tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh supriyanto (2008). Jumlah populasi

adalah 256 orang perawat. Jumlah keseluruhan sampel adalah 51 orang, terdiri

dari S1 Keperawatan 7 orang, D III 37 orang, dan SPK 7 orang.. Hasil

penelitian menunjukkan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pendidikan

Page 72: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

20

perawat di RSDM Surakarta sebagian besar adalah D III (72,5%). Hasil

penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar perawat (68,6%) telah

melaksanakan protap pemasangan infus dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, maka peneliti

berasumsi bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan

perawat terhadap pencegahan Phlebitis. dikarenakan semakin lama perawat

bekerja dirumah semakin patuh terhadap tindakan mencuci tangan untuk

mencegah terjadinya infeksi.

4.3.2 Hubungan Pelatihan dengan Kepatuhan Perawat terhadap

pencegahan phlebitis pada pasien diRS. Muhammadiyah

Palembang.

Hasil uji chi square didapat p- value 0,003 < 0,005, hal ini menujukan

menunjukkan ada hubungan antara tingkat pelatihan dengan kepatuhan

perawat terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien di Rs Muhammadiyah

Palembang. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR = 6500 artinya

responden yang tidak pernah mengikuti pelatiahn dalam penerapan cuci

tangan mempunyai resiko penularan 6,5 kali lebih cepat dari pada responden

yang pernah mengikuti pelatihan terhadap penerapan cuci tangan untuk

pencegahan plebitis.

Pelatihan merupakan sebuah proses yang mengajarkan pengetahuan

dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu

melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan

standar. Pelatihan PPI diadakan salah satunya bertujuan untuk

mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang dapat ditularkan diantara

Page 73: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

21

pasien, staf, tenaga professional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga suka rela,

mahasiswa dan pengunjung Rumah Sakit, menurut Agus Marwoto Bady,

HariKusnanto, Dwi Handono 2007

Penelitian yang dilakukan oleh Graysolely, Depok (2015) diketahui pada

responden hasil penelitian menunjukkan terdapat Rancangan penelitian

inimenggunakan pendekatan quasy experiment dengan metode pre test-post

test designs with comparison group. Sampel dalam penelitian adalah 32

perawat pelaksana untuk kelompok intervensi dan 38 perawat pelaksana untuk

kelompok kontrol. perbedaan pengetahuan dan kepatuhan kebersihan tangan

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah pelatihan

kebersihan tangan (p< 0,001, CI pengetahuan= 2,061; 3,541, CI kepatuhan=

6,792; 10,929).Pelatihan kebersihan tangan perlu dilakukan berkesinambungan.

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, maka peneliti

berasumsi bahwa ada hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan perawat

terhadap pencegahan Phlebitis.

4.3.3.Hubungan Masa Kerja Dengan Kepatuhan Perawat Terhadap

Pencegahan Phlebitis Pada Pasien Di RS. Muhammadiyah

Palembang.

Hasil uji chi square didapat p- value 0,001 < 0,005, hal ini menujukan

menunjukkan ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat

terhadap pencegahan Phlebitis di ruang rawat inap Rs Muhammadiyah

Palembang.Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR = 8,918 artinya

responden yang masa kerjanya > 10 yang tidak patuh dalam penerapan cuci

tangan terhadap pencegahan plebitis mempunyai resiko penularan 8,9 kali

Page 74: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

22

lebih berisiko dari pada responden dengan masa kerja < 5 tahun terhadap

penerapan cuci tangan untuk pencegahan plebitis

Safitri, Anita dan Eko, 2017.Lama kerja adalah jumlah waktu terpajan

faktor risiko. Lama kerja dapat dilihat sebagai menit-menit dari jam kerja/hari

pekerja terpajan risiko. Lama kerja juga dapat dilihat sebagai pajanan/tahun

faktor risiko atau karakteristik pekerjaan berdasarkan faktor risikonya.Menurut

(Wayunah et al., 2013), Kinerja individu perawat dipengaruhi oleh 3 variabel

yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variable psikologis.Variabel

individu, terdiri dari kemampuan, keterampilan, pengetahuan, demografi dan

latar belakang keluarga.Variabel psikologi terdiri dari persepsi, sikap, motivasi,

kepribadiaan dan belajar.Sedangkan, variable organisasi terdiri dari sum

berdaya, imbalan, beban kerja, struktur, supervisi dan kepemimpinan.

Penelitian yang dilakukan oleh Naim setyobudi, surakarta (2013).

Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif observasional dengan

pendekatan cross sectional. Total populasi 69 perawat sampel 41 perawat

dengan teknik proportional random sampling. Instrumen penelitian kuesioner

pengetahuan, ceklist kepatuhan, dan dokumentasi. Analisis data penelitian

menggunakan teknik regresi logistik dan korelasi. Hasil ada hubungan

pengetahuan perawat terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial (r =

0,411 p = 0,008), tidak ada hubungan masa kerja perawat terhadap kepatuhan

pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,024 p = 0,079), nilai R2 = 0,313, artinya

31,3% variasi perubahan kepatuhan perawat dipengaruhi oleh variabel

pengetahuan dan masa kerja. Simpulan : Ada hubungan yang signifikan.

Page 75: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

23

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, maka peneliti

berasumsi bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat

terhadap pencegahan Phlebitis.

4.3.4 Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kepatuhan Perawat

Terhadap Pencegahan Phlebitis Pada Pasien Dirs.

Muhammadiyah Palembang.

Hasil uji chi square didapat p-value 0,000<0,005, hal ini menunjukkan

ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat

terhadap pencegahan Phlebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah

Palembang.Dari hasil analisis juga diperoleh nilai QR = 8,640 artinya

responden dengan hubungan supervisi kepala ruangan yang tidak pernah

patuh terhadap penerapan cuci tangan terhadap pencegahan plebitis

mempunyai resiko penularan 8,6 kali lebih berisiko dari pada responden

dengan hubungan supervisi kepala ruangan terhadap penerapan cuci tangan

untuk pencegahan plebitis.

Swansburg 1999, mendefinisikan supervisi sebagai segala usaha untuk

mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan

tugas, dimana dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

yaitu menghargai potensi tiap individu, mengembangkan potensi tiap individu,

dan menerima tiap perbedaan. Kepala ruangan adalah seorang perawat

professional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan mengelola

kegiatan pelayanan perawatan disatu ruang rawat yang tugas pokoknya

mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan diwilayah

tanggung jawabnya.

Page 76: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

24

Penelitian yang dilakukan oleh lilis rohayani, 2018.Rancangan

penelitian yang digunakan Survei deskriptif dengan pendekatan cross

sectional, sampel penelitian sebanyak 53 perawat pelaksana, pengumpulan

data dengan kuesioner dan observasi. Hasil penelitian 45 orang (84,9%)

kepatuhan kebersihan cuci tangan perawat pelaksana belum sesuai SOP dan 8

orang perawat (15,1) sesuai SOP. Sebanyak 34 orang perawat pelaksana

(64,2%) mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah

otoriter/Autokratis, sedangkan 17 orang perawat (32,1%) mempersepsikan

gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah demokratis dan 2 orang perawat

pelaksana (3,8%) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan kepala ruangan

termasuk laissez faire/liberal. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,02,

berarti pada alpha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan

antara persepsi perawat pelaksana gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan

kinerja perawat pelaksana.

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, maka peneliti

berasumsi bahwa ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan

kepatuhan perawat terhadap pencegahan Plebitis Pada pasien di Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang.

Page 77: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat di

simpulkan sebagai berikut:

1. Distribusi frekuensi berdasarkan univariat responden memiliki status

pendidikan terakhir yaitu D3 Keperawatan sebanyak 65 responden (90.3%),

S1 Keperawatan sebanyak 3 responden ( 4,2 %) dan ners 4 responden (

5,6%), pelatihan 60 responden (83.3%), dan yang tidak pernah melakukan

sebanyak 12 responden ( 16,7%), responden memiliki status lama kerja

yaitu <5 tahun sebanyak 55 responden (76.4%), dan >10 tahun sebanyak 17

responden ( 23,6%).Sikap 58% responden (82,2%), dan supervisi yang tidak

pernah melakukan sebanyak 14 responden ( 17,2%).

2. Ada hubungan antara pendidikan dengan dengan kepatuhan perawat

terhadap pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah

Palembang tahun 2020.

3. Ada hubungan antara pelatihan dengan dengan kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah Palembang tahun

2020.

4. Tidak ada hubungan antara sikap perawat dengan dengan kepatuhan

perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah

Palembang tahun 2020.

Page 78: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

26

5. Ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah Palembang tahun

2020.

6. Ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan dengan kepatuhan

perawat terhadap pencegahan plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah

Palembang tahun 2020.

7. Bila variabel indevenden diuji secara bersama-sama maka variabel pelatihan

yang merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan tingkat

kepatuhan perawat dalam pencegahan plebitis pada pasien diRumah Sakit

Muhammadiyah Palembang.

5.2. Saran

1. Manfaat bagi Institusi Rumah Sakit :

a. Memberikan diklat pelatihan kepada staf yang belum mendapatkan

pelatihan pengetahuan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi.

b. Bagi perawat yang masih memiliki pendidikan rendah, agar rumah sakit

dapat memberikan Studi pendidikan bagi stafnya.

c. Memberikan hadiah kepada staf rumah sakit yang masa kerjanya sudah

lama

d. Informasi kepada Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

memberikan gambaran hal-hal yang mempengaruhi pencegahan

kejadian plebitis di ruang rawat inap rumah sakit Muhammadiyah

Palembang.

e. Memberikan informasi kepada Managemen Rumah Sakit tentang

pengaruh dari hubungan antara pendidikan, pelatiahan, masa kerja,

Page 79: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

27

supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat terhadap kejadian

plebitis pada pasien di RS.Muhammadiyah Palembang.

2. Manfaat bagi ilmu keperawatan

a. Memberikan informasi bagi dunia pelayanan kesehatan khususnya bidang

keperawatan bagaimana pengaruh hubungan antara pendidikan, pelatiahan,

masa kerja, supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat terhadap

kejadian plebitis diruang rawat inap RS.Muhammadiyah Palembang

b. Manfaat bagi peneliti

Untuk menambah pengalaman melakukan penelitian dan sebagai gambaran

nyata yang dapat dimanfaatkan untuk evaluasi keefektifan program

pencegahan HAIs rumah sakit khususnya tentang Kepatuhan Perawat dalam

Pencegahan Infeksi Plebitis.Sebagai referensi di perpustakaan yang dapat

digunakan oleh peneliti yang mempunyai peminatan di bidang

Administrasi Kebijakan kesehatan khususnya yang ingin melakukan

penelitian tentang Analisa Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi

Plebitis Diruang Rawat Inap Rs.Muhammadiyah Palembang.

Page 80: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

28

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization,”The WHO Recommended Classification of

Pesticides byHazard and Guidelines to Classification.’ World Health

Organization 2009, Geneva.

http://www.jitimes.com.fj/story.aspx?id=141776

WHO, 2009 Word alliance of patient safety and , WHO Guidelines on

hand hygiene in health care advanced draft Asummary cleans

hands,www.who.int/patient safety,2011

PMK NO 27 Tahun 2017, Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi

fasyankes

Ariyani 2009. Analisis Pengetahuan dan Motivasi Perawat yang

mempengaruhi sikap mendukung penerapan program patien safety di

instalasi Perawatan intensif RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Darmadi (2008), Infeksi Nosokomial problematika dan pengendaliannya,

salemba Indonesia .

Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UI RSUP Ciptomangunkusumo,2005

Update in Neonatal Infection combined in larson EL APIC guideline for

handwashing and hand antisepsis in health care setting .AM J Infect

Control 1995

Depkes RI Ilmu Kesehatan Anak FK UI RSUP Ciptomangunkusumo”

Update in Neonatal Infections “ ed I 2005

Page 81: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

29

Gybson J,L 1997, Organisasi, Perilaku, Struktur proses , Jakarta Erlangga.

Heripurwanto (1999), Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan

,Buku kedokteran Salmba Medika.

Hasibuan S. P 2007 Manajemen Sumber Daya Manusia ED revisi Jakarta

Bumi Aksara .

Linda T, Debora B, Noel Mc. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk

Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia ( Permenkes no 1691/ Menkes/

Per.VIII/2011 tentang Keselamatan pasien Rumah Sakit.

Dep Ilmu Kesehatan Anak FK UI RSUP Ciptomangunkusumo,2005

Update in Neonatal Infection combined in larson EL APIC

guideline for handwashing and hand antisepsis in health care

setting .AM J Infect Control 1995

Nursalam Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik

Keperawatan Profesional Salemba Medika, tahun 2011.

Standar Akreditasi Rumah Sakit 2011, Kementrian Kesehatan

Republik

Indonesia , Sararan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SKP).

Sudaryanto A, 2008 , Model-model supervisi Keperawatan Klinik Berita

Ilmu keperawatan ISSN vol I( http // www.scribd.com /

doc/ 74363356/ managemen-atma)

Wenze lR, Brewer,T, Butzler JP, “Infection Control in the

Hospital”second ed 2002 .

Page 82: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

30

Wayunah et al., pengaruh perawat tentang terapi infus mempengaruhi

kejadian plebitis dan kenyamanan pasien. Fakultas ilmu keperawatan :

universitas indonesia 2013.

Widiyanto, depok 2012 tentang pengaruh pelatihan supervisi terhadap

penerapan klinis kepala ruangan.

Efi trianiza, jakarta 2013 tentang faktor-faktor penyebab plebitis diruang rawat

inap RS.Cengkareng.

Yunita Puspa Sari, Jurnal Unimus.Ac.Id tentang hubungan pengetahuan sikap

dengan praktek perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial diruang

rawat inap.

Supriyanto, surakarta 2008 tentang hubungan tingkat pendidikan perawat

dengan kepatuhan penerapan prosedur tetap pemasangan infus diruang

rawat inap RSPM Surakarta.

Page 83: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

31

KUSIONER PENELITIAN

Terdiri Dari Bagian: Pendidikan(A), Pelatihan (A), Masa Kerja (A), Supervisi

Kepala Ruangan/Atasan (B), Kemapuan (C )

Bagan (A): Pendidikan, Pelatihan, masa Kerja

Ketentuan : Anda diminta untuk mengisi data dibawah ini dengan memberikan

tanda (X) pada pilihan yang tersedia.Data ini hanya digunakan hanya untuk

kepentingan dalam menganalisa Penelitian.Kerahasiaan terjamin.

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

4. Apakah Pendidikan Terakhir anda ?

1. D3

2. S1 Keperawatan

3. Ners

5. Berapa lama anda bekerja dirumah Sakit Muhammadiyah Palembang ?

1.< 5 Tahun

2. > 10 tahun

6. Mulai tahun berapakah anda bekerja dirumah sakit ?

1. Dari tahun 1997 s/d tahun 2008

2. Dari tahun 2009 s/d tahun 2020

7. Apa jabatan anda di Ruangan sekarang ?

1. karu ( kepala Ruangan )

2. Katim ( kepala tim )

3. PJS ( penanggung jawab shif )

4. Pelaksana

8. Apakah anda pernah mengikuti Pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh

rumah Sakit ?

1. Pernah

2. Tidak pernah

9. Apakah status kepegawaian anda saat ini di Rumah Sakit?

1. Tetap

2. Kontrak

Page 84: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

32

Bagan ( B ) : Supervisi Kepala Ruangan/Atasan.

Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda ( Ѵ ) pada tanda berikut

tentang kepala ruangan atau atasan anda saat ini :

1. Pernah 2. Tidak pernah

No Pertanyaan

Jawaban

Pernah Tidak

pernah

1. Kepala ruangan memberikan motivasi kepada perawat

atas Kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis

diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah Palembang

2. Kepala ruangan melakukan pembinaan untuk bekerja

sesuai standar dalam Kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.

Muhammadiyah

3. Kepala ruangan melakukan pengawasan rutin terhadap

kinerja perawat dalam Kepatuhan perawat terhadap

pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.

Muhammadiyah

4. Kepala ruangan melakukan pengendalian dalam

Kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis

diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah

5. Kepala ruangan memonitor kinerja perawat dalam

Kepatuhan perawat terhadap pencegahan plebitis

diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah

6. Kepala ruangan melakukan evaluasi terhadap kinerja

perawat dalam Kepatuhan perawat terhadap pencegahan

plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah

7. Kepala ruangan melakukan tindakan perbaikan untuk

mengurangi kesalahan yang terjadi terhadap

pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.

Muhammadiyah

8. Kepala ruangan memberi pujian/penghargaan terhadap

kinerja perawat yang bekerja dengan baik

9. Kepala ruangan memberi sanksi terhadap kinerja

perawat Kepatuhan perawat terhadap pencegahan

plebitis diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah

diruang rawat inap Rs. Muhammadiyah

10. Kepala ruangan memberitahu hasil laporan audit dan

membahasnya secara rutin dalam Kepatuhan perawat

terhadap pencegahan plebitis diruang rawat inap Rs.

Muhammadiyah

Page 85: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

33

Bagan ( C ) : Sikap

Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda ( Ѵ ) pada tanda berikut

tentang Sikap anda saat ini :

1. Ya 2. Tidak

No Pertanyaan

Jawaban

Ya Tidak

1. Sebelum memasang infus Saya melakukan

cuci tangan

2. Setelah cuci tangan, tangan saya keringkan

dengan menggunakan tissue

3. Saya cuci tangan setelah kontak dengan benda

benda lain disekitar pasien

4. Saya melakukan Pemasang infus dengan teknik

aseptik

5. Sebelum memasang infus saya memberi tahu

terlebih dahulu kepada pasien tindakan yang

saya lakukan

6. Saya melakukan kebersihan tangan sesuai SPO

yang berlaku

7. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien saya

tidak langsung cuci tangan

8. Mencuci tangan dengan menggunakan air

mengalir sangat merepotkan

9. Saya tidak perlu cuci tangan apa bila saya sudah

memakai sarung tangan

10. Saya mengecek infus pasien setiap hari jika sdh 4

infus di pindahkan/ diganti.

Page 86: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

34

ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI

PLEBITIS PADA PASIEN DIRUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH

PALEMBANG 2020

NO Pendidikan_4 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

1 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

2 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

3 NERS 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

4 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

5 S1 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

6 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

7 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

8 NERS 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

9 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

10 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

11 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

12 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1

13 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

14 D3 KEPERAWATAN 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1

15 NERS 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

16 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

17 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

18 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1

19 S1 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

20 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

21 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

22 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1

23 D3 KEPERAWATAN 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1

24 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

25 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1

26 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

27 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1

28 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

29 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

30 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1

31 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

32 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

33 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

34 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1

35 S1 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

36 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

37 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

38 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

Page 87: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

35

39 D3 KEPERAWATAN 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1

40 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

41 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2

42 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

43 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1

44 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

45 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2

46 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

47 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1

48 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

49 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1

50 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

51 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

52 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1

53 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1

54 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

55 D3 KEPERAWATAN 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1

56 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

57 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1

58 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

59 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1

60 NERS 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

61 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

62 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1

63 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

64 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

65 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

66 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1

67 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

68 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

69 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1

70 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

71 D3 KEPERAWATAN 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1

72 D3 KEPERAWATAN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

Page 88: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

36

OUTPUT SPPS Analisis Univariat

1. Pendidikan

Pendidikan_4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

D3 KEPERAWATAN 65 90,3 90,3 90,3

S1 KEPERAWATAN 3 4,2 4,2 94,4

NERS 4 5,6 5,6 100,0

Total 72 100,0 100,0

2. Lama Kerja

MasaKerja_5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<5 TAHUN 55 76,4 76,4 76,4

>10 TAHUN 17 23,6 23,6 100,0

Total 72 100,0 100,0

3. Awal Kerja

AwalKerja_6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1997 s/d 2008 40 55,6 55,6 55,6

2009 s/d 2020 32 44,4 44,4 100,0

Total 72 100,0 100,0

4. Pelatihan

Pelatihan_8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

PERNAH 60 83,3 83,3 83,3

TIDAK PERNAH 12 16,7 16,7 100,0

Total 72 100,0 100,0

5. Status Kepegawaian

SttsKepegawaian_9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

TETAP 65 90,3 90,3 90,3

KONTRAK 7 9,7 9,7 100,0

Total 72 100,0 100,0

6. Bagan B ( Supervisi Kepala Ruangan/ Atasan )

P1

Page 89: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

37

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

PERNAH 2 2,8 2,8 2,8

TIDAK PERNAH 70 97,2 97,2 100,0

Total 72 100,0 100,0

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid PERNAH 72 100,0 100,0 100,0

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

PERNAH 70 97,2 97,2 97,2

TIDAK PERNAH 2 2,8 2,8 100,0

Total 72 100,0 100,0

P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

PERNAH 71 98,6 98,6 98,6

TIDAK PERNAH 1 1,4 1,4 100,0

Total 72 100,0 100,0

P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid PERNAH 72 100,0 100,0 100,0

P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

PERNAH 65 90,3 90,3 90,3

TIDAK PERNAH 7 9,7 9,7 100,0

Total 72 100,0 100,0

Page 90: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

38

P7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

PERNAH 60 83,3 83,3 83,3

TIDAK PERNAH 12 16,7 16,7 100,0

Total 72 100,0 100,0

P8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

PERNAH 50 69,4 69,4 69,4

TIDAK PERNAH 22 30,6 30,6 100,0

Total 72 100,0 100,0

P9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

PERNAH 5 6,9 6,9 6,9

TIDAK PERNAH 67 93,1 93,1 100,0

Total 72 100,0 100,0

P10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

PERNAH 60 83,3 83,3 83,3

TIDAK PERNAH 12 16,7 16,7 100,0

Total 72 100,0 100,0

7. Bagan C (Sikap)

P1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid YA 62 86,1 86,1 86,1

TIDAK 10 13,9 13,9 100,0

Page 91: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

39

Total 72 100,0 100,0

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

YA 50 69,4 69,4 69,4

TIDAK 22 30,6 30,6 100,0

Total 72 100,0 100,0

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

YA 70 97,2 97,2 97,2

TIDAK 2 2,8 2,8 100,0

Total 72 100,0 100,0

P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

YA 71 98,6 98,6 98,6

TIDAK 1 1,4 1,4 100,0

Total 72 100,0 100,0

P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

YA 71 98,6 98,6 98,6

TIDAK 1 1,4 1,4 100,0

Total 72 100,0 100,0

P6

Page 92: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

40

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid YA 72 100,0 100,0 100,0

P7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid TIDAK 72 100,0 100,0 100,0

P8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid TIDAK 72 100,0 100,0 100,0

P9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid TIDAK 72 100,0 100,0 100,0

P10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

YA 70 97,2 97,2 97,2

TIDAK 2 2,8 2,8 100,0

Total 72 100,0 100,0

8. Kepatuhan Perawat Pencegahan Plebitis

CuciTangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Patuh 58 80,6 80,6 80,6

Tidak Patuh 14 19,4 19,4 100,0

Total 72 100,0 100,0

Page 93: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

41

CROSSTABS /TABLES=SikapTotal BY CuciTangan

/FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK

/CELLS=COUNT EXPECTED ROW /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet1] C:\Users\SAMSUNG\Downloads\spps bagan 3.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

SikapTotal * CuciTangan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%

SikapTotal * CuciTangan Crosstabulation

CuciTangan

Patuh Tidak patuh Total

SikapTotal YA Count 41 5 46

Expected Count 37.1 8.9 46.0

% within SikapTotal 89.1% 10.9% 100.0%

TIDAK Count 17 9 26

Expected Count 20.9 5.1 26.0

% within SikapTotal 65.4% 34.6% 100.0%

Total Count 58 14 72

Expected Count 58.0 14.0 72.0

% within SikapTotal 80.6% 19.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.980a 1 .014

Continuity Correctionb 4.560 1 .033

Page 94: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

42

Likelihood Ratio 5.765 1 .016

Fisher's Exact Test .027 .018

Linear-by-Linear Association 5.897 1 .015

N of Valid Cases 72

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,06.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for SikapTotal

(YA / TIDAK)

4.341 1.268 14.864

For cohort CuciTangan =

Patuh

1.363 1.013 1.835

For cohort CuciTangan =

Tidak patuh

.314 .118 .838

N of Valid Cases 72

TotalSupervisi * CuciTangan

Crosstab

CuciTangan

Patuh Tidak Patuh Total

TotalSupervisi PERNAH Count 48 5 53

Expected Count 42.7 10.3 53.0

% within TotalSupervisi 90.6% 9.4% 100.0%

TIDAK

PERNAH

Count 10 9 19

Expected Count 15.3 3.7 19.0

% within TotalSupervisi 52.6% 47.4% 100.0%

Total Count 58 14 72

Expected Count 58.0 14.0 72.0

% within TotalSupervisi 80.6% 19.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Page 95: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

43

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 12.849a 1 .000

Continuity Correctionb 10.541 1 .001

Likelihood Ratio 11.527 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 12.671 1 .000

N of Valid Cases 72

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,69.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for TotalSupervisi

(PERNAH / TIDAK PERNAH)

8.640 2.383 31.329

For cohort CuciTangan =

Patuh

1.721 1.113 2.659

For cohort CuciTangan =

Tidak Patuh

.199 .076 .520

N of Valid Cases 72

Pelatihan * CuciTangan

Crosstab

CuciTangan

Patuh Tidak Patuh Total

Pelatihan PERNAH Count 52 8 60

Expected Count 48.3 11.7 60.0

% within Pelatihan 86.7% 13.3% 100.0%

TIDAK PERNAH Count 6 6 12

Expected Count 9.7 2.3 12.0

% within Pelatihan 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 58 14 72

Page 96: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

44

Expected Count 58.0 14.0 72.0

% within Pelatihan 80.6% 19.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8.583a 1 .003

Continuity Correctionb 6.402 1 .011

Likelihood Ratio 7.178 1 .007

Fisher's Exact Test .009 .009

Linear-by-Linear Association 8.464 1 .004

N of Valid Cases 72

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pelatihan

(PERNAH / TIDAK PERNAH)

6.500 1.678 25.185

For cohort CuciTangan =

Patuh

1.733 .976 3.079

For cohort CuciTangan =

Tidak Patuh

.267 .113 .629

N of Valid Cases 72

Page 97: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

45

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES kepatuhan /METHOD=ENTER

pendidikan pelatihan masa_kerja sikap supervisi_kepala /PRINT=CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Notes

Output Created 16-Aug-2020 12:55:12

Comments

Input Data C:\Users\SAMSUNG\Documents\Input

Multivariat Yuk erni.sav

Active Dataset DataSet5

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

72

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing

Syntax LOGISTIC REGRESSION VARIABLES

kepatuhan

/METHOD=ENTER pendidikan

pelatihan masa_kerja sikap

supervisi_kepala

/PRINT=CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10)

ITERATE(20) CUT(0.5).

Resources Processor Time 0:00:00.031

Elapsed Time 0:00:00.032

[DataSet5] C:\Users\SAMSUNG\Documents\Input Multivariat Yuk erni.sav

Page 98: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

46

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 72 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 72 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 72 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Patuh 0

Tidak Patuh 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Kepatuhan

Patuh Tidak Patuh

Percentage

Correct

Step 0 Kepatuhan Patuh 58 0 100.0

Tidak Patuh 14 0 .0

Overall Percentage 80.6

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -1.421 .298 22.785 1 .000 .241

Page 99: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

47

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables pendidikan 1.686 1 .194

pelatihan 8.583 1 .003

masa_kerja 2.613 1 .106

sikap .008 1 .931

supervisi_kepala 2.803 1 .094

Overall Statistics 10.388 5 .065

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 11.862 5 .037

Block 11.862 5 .037

Model 11.862 5 .037

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 59.073a .152 .242

a. Estimation terminated at iteration number 20 because

maximum iterations has been reached. Final solution cannot

be found.

Classification Tablea

Observed

Predicted

Kepatuhan

Patuh Tidak Patuh

Percentage

Correct

Step 1 Kepatuhan Patuh 57 1 98.3

Tidak Patuh 13 1 7.1

Overall Percentage 80.6

Page 100: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

48

Classification Tablea

Observed

Predicted

Kepatuhan

Patuh Tidak Patuh

Percentage

Correct

Step 1 Kepatuhan Patuh 57 1 98.3

Tidak Patuh 13 1 7.1

Overall Percentage 80.6

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a pendidikan -17.649 9779.134 .000 1 .999 .000

pelatihan 1.545 .749 4.254 1 .039 4.690

masa_kerja -.267 1.159 .053 1 .817 .765

sikap -.078 .696 .013 1 .911 .925

supervisi_kepala -19.040 11763.783 .000 1 .999 .000

Constant 34.009 15297.651 .000 1 .998 5.886E14

a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, pelatihan, masa_kerja, sikap, supervisi_kepala.

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a pendidikan .000 .

pelatihan 1.080 20.365

masa_kerja .079 7.416

sikap .236 3.620

supervisi_kepala .000 .

Page 101: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

49

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a pendidikan .000 .

pelatihan 1.080 20.365

masa_kerja .079 7.416

sikap .236 3.620

supervisi_kepala .000 .

a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, pelatihan,

masa_kerja, sikap, supervisi_kepala.

INTERPRETASI

Langkah pertama lakukan seleksi kandidat variabel terlebih dahulu.

Lihat di tabel variabel in the equation pada metode enter. Dari hasil tabel

diatas didapatkan nilai “sig” yang < 0,25 hanya variabel pelatihan,

sehingga variabel pelatihan layak untuk masuk kedalam model

multivariat.

Page 102: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

50

DATASET ACTIVATE DataSet5. DATASET CLOSE DataSet10. LOGISTIC

REGRESSION VARIABLES kepatuhan /METHOD=ENTER pelatihan

/PRINT=CI(95) /CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20)

CUT(0.5).

Logistic Regression

Notes

Output Created 16-Aug-2020 12:57:52

Comments

Input Data C:\Users\SAMSUNG\Documents\Input

Multivariat Yuk erni.sav

Active Dataset DataSet5

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

72

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing

Syntax LOGISTIC REGRESSION VARIABLES

kepatuhan

/METHOD=ENTER pelatihan

/PRINT=CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10)

ITERATE(20) CUT(0.5).

Resources Processor Time 0:00:00.031

Elapsed Time 0:00:00.031

[DataSet5] C:\Users\SAMSUNG\Documents\Input Multivariat Yuk erni.sav

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 72 100.0

Missing Cases 0 .0

Page 103: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

51

Total 72 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 72 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Patuh 0

Tidak Patuh 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Kepatuhan

Patuh Tidak Patuh

Percentage

Correct

Step 0 Kepatuhan Patuh 58 0 100.0

Tidak Patuh 14 0 .0

Overall Percentage 80.6

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -1.421 .298 22.785 1 .000 .241

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables pelatihan 8.583 1 .003

Overall Statistics 8.583 1 .003

Page 104: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

52

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 7.178 1 .007

Block 7.178 1 .007

Model 7.178 1 .007

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 63.756a .095 .151

a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

Kepatuhan

Patuh Tidak Patuh

Percentage

Correct

Step 1 Kepatuhan Patuh 52 6 89.7

Tidak Patuh 8 6 42.9

Overall Percentage 80.6

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a pelatihan 1.872 .691 7.336 1 .007 6.500

Constant -3.744 .954 15.396 1 .000 .024

Page 105: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

53

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a pelatihan 1.872 .691 7.336 1 .007 6.500

Constant -3.744 .954 15.396 1 .000 .024

a. Variable(s) entered on step 1: pelatihan.

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a pelatihan 1.678 25.185

a. Variable(s) entered on step 1: pelatihan.

INTERPRETASI

Setelah melakukan seleksi kandidat variabel. Didapatkan variabel

pelatihan yang memenuhi syarat. Maka disimpulkan dari keseluruhan

variabel yang diduga mempengaruhi kepatuhan cuci tangan terdapat satu

subvariabel yang paling berpengaruh yaitu pelatihan dengan p value 0,007

< 0,05, nilai OR terbesar yang diperoleh yaitu 6,500 artinya pelatiahan

yang dimiliki mempunyai peluang 6,500 kali mempengaruhi kepatuhan

cuci tangan.

Page 106: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

54

DOKUMENTASI

Page 107: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

55

Page 108: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

56

Page 109: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

57

Page 110: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

58

Page 111: ERNI JUWITA - rama.binahusada.ac.id:81

59