epistemologi kitab tafsi

48
EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI<R MIN WAH}Y AL-QUR’A<N KARYA MUHAMMAD HUSAIN FAD}LULLAH Oleh: PARLUHUTAN SIREGAR NIM: 1420510039 TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Humaniora YOGYAKARTA 2016

Upload: ngolien

Post on 17-Mar-2019

259 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI<R MIN WAH}Y AL-QUR’A<N

KARYA MUHAMMAD HUSAIN FAD}LULLAH

Oleh:

PARLUHUTAN SIREGAR

NIM: 1420510039

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Magister Humaniora

YOGYAKARTA

2016

Page 2: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI
Page 3: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI
Page 4: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI
Page 5: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI
Page 6: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI
Page 7: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI
Page 8: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI
Page 9: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

viii

ABSTRAK

Perkembangan tafsir al-Qur’an akan senantiasa berkorespondensi dengan

perkembangan realitas yang melatarinya. Dari masa ke masa, selalu ada

pembaharuan epistemologis dalam kajian tersebut, mulai dari fase formatif

sampai munculnya era reformatif. Dalam hal ini, keterkaitan antara penafsir

sebagai pengarang (author) di satu sisi, dengan teks yang menjadi buah karyanya,

di sisi lain menjadi signifikan untuk diperbincangkan. Salah satu kecenderungan

mutakhir dalam hal ini adalah orientasi pergerakan (haraki>) dalam tafsir al-

Qur’an. Salah satu eksponen yang representatif adalah Muhammad Husain

Fadlullah yang disebut-sebut sebagai mentor spiritual gerakan Hizbullah di

Libanon. Tesis ini mengkaji tentang epistemologi kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n karya Muhammad Husain Fadlullah. Setidaknya ada tiga alasan

fundamental yang melatar belakangi kajian ini. Pertama, Husain Fadlullah

dikenal sebagai salah satu ulama Syi’ah yang memiliki kepedulian tinggi

terhadap kajian al-Qur’an. Kedua, dia adalah seorang reformis yang mempunyai

sensitivitas tinggi terhadap realitas sosial. Ketiga, sejarah kehidupannya yang

banyak dihabiskan dalam bidang pergerakan dan politik di Libanon yang menjadi

faktor penting dalam membentuk corak dan karakter pemikiran tafsirnya.

Acuan pembahasan ini fokus pada epistemologi Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n

karya H}usain Fadlulla>h. Fokus masalah yang menjadi basis dari penelitian ini

adalah terkait latar historis kepengarangan kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n dan

penelusuran aspek epistemologis di dalamnya. Penelitian ini menggunakan

pendekatan filsafat ilmu dan teori epistemologi tafsir dengan menerapkan

metode induktif. Sumber primer penelitian ini adalah Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n. Sedangkan sumber skundernya adalah karya-karya yang mempunyai

relevansi dengan penelitian ini.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n terlahir dari seorang tokoh pergerakan dalam konteks sosial-politik yang sangat

kompleks. Pada gilirannya hal tersebut berimplikasi kepada bangunan

epistemologis dalam kitab tersebut. Fadlullah mempunyai pandangan

fundamental bahwa al-Qur’an merupakan kitab dakwah sekaligus sumber

pergerakan. Hakikat dan tujuan penafsiran menurut Husein Fadlullah adalah

harus mengacu pada upaya untuk ‚menghidupkan‛ makna-makna al-Qur’an

sebagai sumber pergerakan manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan

kehidupan yang menanti. Oleh karena itu, menurutnya seorang mufassir tidak

lagi menjadikan al-Qur’an sebagai wahyu yang ‚mati‛, tetapi harus melihat teks

al-Qur’an sebagai sesuatu yang ‚hidup‛ yang harus ditafsirkan sesuai kebutuhan

zaman. Adapun sumber penafsiran Husain Fadlullah yang tertuang dalam Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n terdiri dari al-Qur’an, hadis, pendapat ulama (syi’ah dan

non syi’ah), akal, dan realitas. Dalam metode tafsir, Fadlullah menerapkan

metode analisis (tah}li>li) dengan kecendrungan (ittija>h) haraki>. Selain itu,

Fadlullah juga meyakini beberapa aspek validitas dalam bangunan

epistemologinya.

Page 10: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/ 1987 dan 0543b/U/1987, tanggal 22

Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ة

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ز

ش

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

Alîf

ba'

ta'

s\a’

jim

h}a

kha

dal

z\al

ra'

zai

sin

syin

s}ad

d}ad

t}a’

z}a’

‘ain

gain

fa’

qaf

tidak dilambangkan

b

t

ś

j

kh

d

ż

r

z

s

sy

g

f

q

tidak dilambangkan

be

te

es (dengan titik di atas)

je

ha (dengan titik di bawah)

ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas)

er

zet

es

es dan ye

es (dengan titik di bawah)

de (dengan titik di bawah)

te (dengan titik di bawah)

zet (dengan titik di bawah)

koma terbalik di atas

ge

ef

qi

Page 11: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

x

B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap

عدة

Ditulis

Ditulis

muta‘aqqidi>n

‘iddah

C. Ta’ marbût ah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h

حكة

عهة

ditulis

ditulis

h}ikmah

‘illah

(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah

terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya,

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah,

maka ditulis h.

’<Ditulis Kara>mah al-auliya األونيبء كساية

3. Bila ta’ marbûtah hidup atau dengan harakat, fath ah, kasrah dan ḍammah

ditulis t atau h.

Ditulis zaka>tul fit}ri انفطس شكبة

D. Vokal pendek

ك

ل

و

و

هـ

ء

ي

kaf

lam

mim

nun

wawu

ha’

hamzah

ya’

k

l

m

n

w

h

Y

ka

el

em

en

w

ha

apostrof

ye

Page 12: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

xi

___

فعم

___

ذكس

___

يرهت

fath ah

kasrah

ḍammah

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

A

fa’ala

i

żukira

u

yażhabu

E. Vokal panjang

1

2

3

4

fath ah + alif

جبههية

fath ah + ya’ mati

تسى

kasrah + ya’ mati

كـسيى

dammah + wawu mati

فسوض

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

a>

ja>hiliyyah

a>

tansâ

i>

karîm

u>

furu>d

F. Vokal rangkap

1

2

fathah + ya’ mati

ثيكى

fathah + wawu mati

قول

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ai

bainakum

au

qaul

G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

أأتى

أعدت

شكستى نئ

ditulis

ditulis

ditulis

a’antum

u‘iddat

la’in syakartum

H. Kata sandang alif + lam

1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf ‚l‛.

Page 13: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

xii

انقسآ

نقيبسا

ditulis

ditulis

al-Qur’a>n

al-Qiya>s

2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya.

انسآء

انشس

ditulis

ditulis

as-Sama>’

asy-Syams

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

Ditulis menurut penulisannya.

أ

Ditulis

Ditulis

z}awi> al-furu>d

ahl as-sunnah

Page 14: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

xiii

KATA PENGANTAR

.

Alh}amdulilla>h, segala puji bagi Allah SWT yang telah menurunkan al-

Qur’an sebagai petunjuk kepada kebenaran. Salawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan buat baginda nabi Muhammad saw.

Berkat rahmat Allah, penulis, dengan segala keterbatasan, akhirnya

mampu menyelesaikan penulisan tesis ini. Tentunya, penulisan tesis ini tidak

terlepas dari ulur tangan berbagai pihak. Karenanya, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada Ibu dan Bapak yang telah berjuang dengan penuh

kesabaran mendidik penulis dan tak henti-hentinya mendoakan penulis agar

menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Semoga Allah senantiasa

mencurahkan kasih sayang-Nya.

Penulis juga ucapkan terimaksih kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad

Machasin, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Begitu juga kepada Bapak Prof. Dr. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., selaku

Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selanjutnya

kepada Ibu Rof’ah, M.A., Ph.D. dan Bapak Ahmad Rafiq, M.Ag., Ph.D., selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies (IIS)

Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Selanjutnya penulis menghaturkan apresiasi yang tinggi kepada Bapak

Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A., selaku pembimbing tesis penulis. Di tengah

padatnya kegiatan dan kesibukannya menahkodai Pasca Sarjana Ushuluddin,

Page 15: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI
Page 16: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

NOTA DINAS................................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii

ABSTRAKSI................................................................................................... xv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................. 6

D. Telaah Pustaka.......................................................................... 7

E. Kerangka Teori......................................................................... 10

F. Metode Penelitian..................................................................... 15

G. Sistematika Pembahasan .......................................................... 20

BAB II : EPISTEMOLOGI TAFSIR: POSISI DAN SIGNIFIKANSI

A. Pengertian Epistemologi Tafsir................................................ 22

1. Pengertian Dasar Epistemologi.......................................... 22

2. Pengertian Epistemologi Tafsir.......................................... 28

Page 17: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

B. Sejarah Perkembangan Epistemologi Tafsir............................. 30

C. Signifikansi Kajian Epistemologi Tafsir................................... 35

BAB III : HUSAIN FADLULLAH DAN TAFSI<R MIN WAH{YI AL-QUR’A<N

A. Setting-Biografis Husain Fad}lullah .......................................... 39

1. Kelahiran dan Nasab Husain Fad}lullah………………. 39

2. Pendidikan dan Kiprah Intelektual……………………. 42

B. Kondisi Sosio-Politik ............................................................... 53

1. Perang Saudara. ............................................................ 53

2. Invansi Israel dan Campur Tangan Suriah.................... 57

3. Koneksi dengan Hizbulla{>h…………………………… 63

C. Kiprah Sosial Husain Fad}lullah. .............................................. 65

D. Karya-Karya Husain Fadlullah ……………………………… 69

E. Mengenal Tafsi>r Min Wah}yi Al-Qur’an………………………. 72

1. Sejarah Penulisan…………………………………… . 72

2. Sistematika Penyajian ................................................... 74

BAB IV : EPISTEMOLOGI TAFSI<R MIN WAH{YI AL-QUR’A<N

A. Sumber Material Tafsir............................................................. 78

1. Teks Al-Qur’an............................................................... 79

2. Teks Hadis dan Sirah Nabi ............................................ 83

3. Tokoh Ulama Syi’ah ..................................................... 85

4. Tokoh Ulama Non Syi’ah.............................................. 86

5. Konteks atau Realitas Masyarakat.................................. 87

6. Akal atau Ijtihad.......................................................... . 89

Page 18: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

B. Metodologi dan Prinsip Penafsiran.......................................... 90

1. Hakikat dan Tujuan Penafsiran .....................................

90

2. Prinsip dan Metode Penafsiran……………… ................... 93

a. Kehujjahan Makna Literal al-Qur’an (H{ujjiyya>t al-

Z}awa>hir) …………………………............................ .. 95

b. Prinsip Kontekstualisasi Penafsiran………………… 97

c. Konsep Ayat Mutasyabiha>t………………………… 99

d. Makna Z}a>hir dan Ba>tin……………………………. 100

C. Validitas Penafsiran.............................................................. .... 114

1. Teori Koherensi (The Coherence Theory)…………...... 115

2. Teori Korespondensi (The Corresspondence Theory)..... 117

3. Teori Paradigmatik (The Pragmatic Theory) ………….. 119

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 123

B. Saran-saran ............................................................................... 125

DAFTAR PUSTAKA

CURRICULUM VITAE

Page 19: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika Islam berhadapan dengan gelombang modernitas sejak abad ke-18

M., gerakan pembaharuan yang diusung oleh tokoh-tokoh modernis Islam

menemukan momentumnya. Mereka meyakini dan menerima Islam sebagai

ajaran yang bersifat universal, berlaku sebagai petunjuk bagi umat manusia

sepanjang zaman. Dalam hal ini, mereka berusaha menegaskan kebutuhan untuk

melakukan pembaharuan dan reinterpretasi warisan khazanah Islam dalam

konteks kekinian sebagai jawaban atas tantangan terhadap hegemoni peradaban

barat baik dalam sistem politik maupun kultur ilmiah.1

Sejak itu, agenda pembaharuan Islam mulai digencarkan sampai saat ini,

terutama dalam bidang intelektual dan gerakan politik. Diranah pergerakan

politik, nasionalisme Arab juga turut menjadi wacana utama dalam agenda

pembebasan dari kolonialisme barat. Hamid Enayat mengatakan bahwa

semenjak akhir abad ke-18 M., para elit muslim secara intens mulai mencurahkan

perhatiannya dalam menulis aspek-aspek politik dalam diskursus tersendiri. Hal

tersebut disebabkan oleh ‚trauma‛ kolonialisme Eropa baik dalam aspek

militarisme, politik, ekonomi dan kultural.2

Dalam hal ini, wacana politik Islam telah menjadi salah satu pusat

perhatian utama yang berkembang secara eksponensial. Pada saat yang sama,

1Lihat John L. Esposito, Islam dan Politik, (Bandung: Bulan-Bintang, 1984), hlm. 84.

2Bassam Tibi, Arab Nationalism; Between Islam and The Nation-State, (London:

MacMillan Press Ltd. 1997), hlm. 226.

Page 20: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

2

wacana ‚Islamisme‛ – meminjam bahasa Bassam Tibi – juga melahirkan gerakan

politik bernuansa agama (religionized politic) berikut wacana teoritis yang

dibawanya. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam setiap gerakan

tersebut, terdapat arsitek intelektual yang mengokohkan landasan teoritis. Dalam

konteks inilah persinggungan antara al-Qur’an sebagai ‚teks pertama‛ umat

Islam, dengan pergerakan politik Islam menemukan momentumnya, dengan

landasan bahwa al-Qur’an pada mulanya diturunkan sebagai ‚pedoman‛

pergerakan dakwah Rasulullah. Dalam konteks studi al-Qur’an, persinggungan

ini pada gilirannya telah memunculkan sebuah orientasi pergerakan (al-ittija>h al-

h}araki> )3 dalam tafsir yang mulai populer sejak awal abad ke-20 M.4

Salah satu penafsir kontemporer yang merepresentasikan orientasi ini

adalah Ayatullah Sayyid Muhammad H}usain Fadlulla>h (1935-2010), tokoh

pergerakan dari Libanon, yang disebut-sebut sebagai salah satu ‚mentor

spiritual‛ Hizbulla >h dan ‚tokoh yang membidani lahirnya para Islamis Libanon‛

(the godfather of many Lebanese Islamists). Ia merupakan salah satu arsitek

intelektual terpenting dalam pergerakan politik Islam kontemporer. Salah satu

magnum opus-nya, kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n, merupakan eksponen tafsir

dengan kecenderungan pergerakan (h}araki>). Kitab setebal 24 jilid tersebut

3Menurut Abdul Fattah al-Khalidi, orientasi haraki> atau al-da’awy dalam tafsir adalah

sebuah kecenderungan yang menitik beratkan kepada dakwah, pergerakan, pendidikan,

pemurnian, dan perjuangan yang mengajak kaum muslimin untuk melakukan pergerakan

berdasarkan al-Qur’an. Contoh tafsir model ini adalah tafsir Fi Zila>l al-Qur’a>n karya Sayyid Qutb

dan al-Asa>s fi> al-Tafsi>r karya Sa’id Hawa. Lihat S}ala>h ‘Abdul Fatta>h} al-Kha>lidi, Ta’ri>f al-Da>risi>n fi> Mana>hij al-Mufassiri>n, (Damaskus: Da>r al-Qalam, 2008), hlm. 568.

4Haziyah Hussin dan Sohirin M. Solihin, ‚al-Manha>j al-H}araki> bayna al-As}a>lat wa al-

Tajdi>d ‛ dalam Al-Bayan Journal, Vol. 10, No. 2, Desember, 2012, hlm. 69.

Page 21: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

3

merupakan tafsir al-Qur’an lengkap 30 juz yang dikumpulkan dari bahan ceramah

dan kajian rutin tafsir al-Qur’an yang ia adakan bersama murid muridnya.

Berbicara masalah penafsiran, problem utamanya adalah bagaimana

memberi makna sebuah teks masa lalu yang kita baca di masa sekarang. Apakah

seorang mufassir hanya sekedar mengulang makna-makna masa lalu ketika teks

itu muncul atau sebenarnya ia juga diberi hak bahkan dituntut kreatif

memproduksi makna-makna baru dari al-Qur’an sesuai dengan tantangan dan

kebutuhan zamannya. Dalam hal ini, persoalan epistemologi dan metodologi

yang digunakan seorang mufassir menjadi penting untuk dipahami. Metodologi

tafsir berarti membicarakan tentang seperangkat teori, konsep dan prosedur yang

digunakan oleh seorang mufassir dalam memproduksi ayat-ayat al-Qur’an.

Terkait hal ini, Mustaqim mengatakan bahwa dari masa ke masa selalu ada

pembaharuan epistemologi dalam kajian tafsir al-Qur’an, mulai fase formatif

sampai munculnya era reformatif. 5

Kajian epistemologi berusaha mengungkap sistem keilmuan yang

digunakan seorang mufassir ketika melakukan penafsiran, dan bagaimana sejarah

dan kondisi sosio-kultural berpengaruh dalam tafsirnya. Dalam konteks ini, studi

tentang epistemologi Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n karya Husain Fadlulah penting

dilakukan untuk mengungkap bangunan epistemologi kitabnya, mengingat

Fadlullah adalah seorang tokoh pergerakan yang hidup dalam kondisi sosial-

politik yang sangat kompleks. Hal ini, mengasumsikan bahwa keterlibatan

Fadlullah dalam gerakan politik akan berimplikasi terhadap pandangan

5 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta: LkiS Group, 2011),

hlm. X.

Page 22: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

4

fundamentalnya terhadap al-Qur’an. Demikian halnya metodologi penafsiran

yang dibangunnya juga akan dipengaruhi oleh latar belakangnya sebagai tokoh

pergerakan Islam di Libanon.

Pada sisi yang lain, perkembangan tafsir al-Qur’an akan senantiasa

berkorespondensi dengan realitas yang melatarinya. Terkait hal ini, Amin al-

Khu>li dalam Mana>hij at-Tajdi>d menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan, konteks

sosial-politik, dan aktivitas penafsir merupakan variabel yang mewarnai dan

mempengaruhi praktek penafsiran Al-Qur’an.6 Pandangan ini mengarahkan pada

satu konsep bahwa penafsiran Al-Qur’an tidak bisa dilepaskan dari basis sosial-

politik, asal-usul, geneologi keilmuan serta paradigma yang dianut oleh seorang

penafsir.

Lebih lanjut Hans-Georg Gadamer secara sistematis juga menguraikan

tentang bagaimana unsur-unsur yang menjadi dasar sebuah penafsiran dilakukan

dengan baik. Menurut Gadamer, penafsiran teks selalu melalui empat elemen

utama, yaitu keterpengaruhan sejarah, adanya pra pemahaman penafsir, fusi

antara horizon teks dan horizon pembaca. Setelah proses memahami,

menafsirkan, seorang penafsir menurutnya mestinya ‚menerapkan‛ pesan-pesan

atau ajaran-ajaran pada masa ketika teks kitab suci itu ditafsirkan ke dalam

konteks kekinian. Dalam konteks ini, Gadamer berpendapat bahwa pesan yang

6Amin al-Khuli, Mana>hij at-Tajdi>d Fi> an-Nahwi wa al-Bala>gah wa at-Tafsi>r wa al-Ada>b

(t.k.:Dar al-Ma’rifah, 1961), hlm. 296-297.

Page 23: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

5

harus diaplikasikan pada masa kini, ketika penafsiran dilakukan, bukan makna

literal teks, tetapi meaning sense (‚makna yang berarti‛).7

Asumsi lain yang dibangun ketika meneliti sebuah tafsir adalah bahwa

hasil penafsiran merupakan anak kandung zamannya yang tentunya tidak terlepas

dari kondisi sosial yang berkembang pada masanya. Dengan kata lain munculnya

sebuah tafsir merupakan suatu desakan realitas sosial untuk mendialogkannya

dengan teks Al-Qur’an . Disamping itu, latar belakang, kecendrungan, motivasi,

keilmuan, dan lingkungan yang dalam bahasa Gadamer disebut dengan

peleburan Cakrawala (Fusion of Horizon )8 penafsir juga sangat mempengaruhi

metode serta hasil sebuah penafsirannya. Dalam konteks ini, pelacakan terhadap

visi dan orientasi penafsiran yang dilakukan oleh Muh}ammad H}usain Fad}lulla>h

dalam kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n tentu menarik dan penting untuk diteliti.

Berangkat dari beberapa asumsi diatas, penelitian ini secara khusus

menelusuri aspek-aspek epistemologis dalam kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n

mencakup pelacakan sumber, metodologi dan validitas penafsiran. Pada

gilirannya hal tersebut juga akan bersinggungan dengan hermeneutika al-Qur’an

dalam perspektif Husain Fadlullah dan beberapa latar utama yang menjadi

landasannya.

7Hans-Georg Gadamer, Truth and Method, diterjemahkan dan disunting ke dalam bahasa

inggiris oleh Joel Weinsheimer dan Donal G. Marshal (london:Continuum, 2006), hlm. 8-31. 8Hermeneutika Gadamer atau yang sering disebut dengan hermenutika filosofis ini

mengandung setidaknya empat teori, yaitu Efective Historical Awareness (kesadaran akan

sejarah), Pre Understanding (pra pemahaman), Fusion of Horizon (peleburan Cakrawala), dan

Aplication (teori penerapan). Lihat, Alim Roswantoro, ‚Hermeneutika Eksistensial:kajian atas

pemikiran Heideger dan Gadamer serta imflikasinya terhadap pengembangan studi Islam‛, dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Esensia, Vol. 4, No. I, januari, 2003, hlm. 72.

Page 24: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

pokok persoalan yang akan dicarikan jawabannya dalam kajian ini yaitu:

1. Bagaimana setting-historis Husain Fadlullah dan Tafsi>r min Wah}y al-

Qur’a>n ?

2. Bagaimana konstruksi epistemologi kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

dan mengungkap epistemologi kitab Tafsi>r min Wahy al-Qur’a>n karya

Muhammad Hus}ain Fad}h}lulla>hyang mencakup hakikat penafsiran, sumber yang

digunakan dalam penafsiran, metode dan prinsip dalam menafsirkan berikut tolak

ukur kebenaran (validitas) penafsirannya. Disamping itu juga, penelitian ini

bermaksud membuktikan bahwa setiap penafsiran Al-Qur’an , metode penafsiran

dan tolak ukur kebenaran tafsir sangat dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan,

pandangan hidup mufassi>r, dan tujuan penafsiran itu sendiri.

Adapun manfaat dari penelitian ini diupayakan dapat menjawab beberapa

kegalauan akademik sebagai berikut:

1. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberi pemahaman serta pengetahuan

tentang hakikat penafsiran menurut Muhammad Husain Fad}lullah dalam

kitab Tafsi>r min Wah}yi Al-Qur’a>n, selanjutnya bisa dijadikan sebagai

landasan teoritis dalam paradigma penafsiran.

2. Bangunan dasar keilmuan seseorang merupakan cerminan bagaimana

individu berbicara terhadap objek (teks maupun realita), maka melalui

Page 25: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

7

penelitian ini, bisa diketahui bangunan epistemologi kitab Tafsi>r min Wahy

al-Qur’a>n yang meliputi sumber, metode dan validitas pengetahuan. Semua

itu merupakan unsur terpenting dalam bangunan sistem pemikiran tafsir.

Dengan mengetahui epistemologi kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n kita

mampu memetakan dan selanjutnya mengembangkan konstruki pemikiran

tafsir di era kontemporer ini.

3. Hasil kajian ini dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam kajian tafsir

secara umum sebagai kekayaan khazanah pemikiran Islam, khususnya

dalam studi Al-Qur’an dan tafsir.

D. Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka merupakan hal yang sangat penting dilakukan sebelum

melakukan penelitian terhadap sebuah objek. Hal ini dimaksudkan agar sebuah

penelitian terhindar dari bentuk daur ulang, plagiasi serta duplikasi.9 Maka

sebelum lebih jauh melangkah penulis telah melakukan penelusuran terhadap

berbagai karya yang mengkaji dan membahas tentang epistemologi Tafsi>r min

Wahy al-Qur’a>n karya Muhammad Husain Fad{lulla>h.

Sejauh penelusuran yang penulis lakukan, belum ditemukan sebuah karya

penelitian yang secara khusus membahas tentang epistemologi Tafsi>r min Wah}y

al-Qur’a>n karya Muhammad Husain Fadh{lulla>h. Hal ini mungkin, dikarenakan

beliau lebih dikenal sebagai sosok tokoh dalam bidang politik Islam (Islamisis)

ketimbang sebagai seorang mufassir. Namun demikian, terdapat beberapa karya

9Amin Abdullah dkk, Metode Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner,

(Yogayakarta: Kurnia Kalam semesta, 2006), hlm. 10.

Page 26: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

8

yang membahas tentang personalitas dan pemikiran-pemikiran Husain Fadh}lulla>h

diluar kajiannya tentang Al-Qur’an dan tafsir.

Sedikit dari karya ilmiah yang mengkaji pemikiran tentang Husain

Fad}lullah adalah karya Nizar Muhammad Jaudah, al-Fikr as-Siya>sy ‘inda Seyyed

Muhammad Hus}ain Fad{h}lulla>h . Dalam buku tersebut Muhammad Jaudah

membagi tema pembahasan kedalam beberapa bagian, bagian pertama membahas

tentang biografi dan karir intelektual Husain Fadh{lulla>h . Bagian kedua, tentang

sistem otoritas kepemimpinan menurut Husain Fadh{lulla>h . Bagian ketiga, sistem

partai menurut Husain Fadh}lulla>h dan bagian keempat, tentang relasi muslim

dengan Negara Islam (Islamic State).10

Karya lain yang membahas tentang pemikiran Muhammad Husain

Fad}lullah adalah buku ‚Harakiya>t at-Ta>rikh ar-Risa>liyi Fi Fikr Sayyid Husain

Fadh}lulla>h karya Husain Mansyur.11

Buku ini mengkaji lima pokok persoalan

terkait dinamika sejarah kerasulan menurut Husain Fad{lulla>h . Bagian pertama

Husain Mansyur membahas tentang studi Husain Fadhlulla>h mengenai sejarah

kerasulan (Ta>rikh ar-Risa>liy). Bagian kedua, tentang risalah ketuhanan antara

sarana dan tujuan (ar-Risa>lah al-Ila>hiyah Baina al-Go>yah wa al-Wasi>lah). Bagian

ketiga, mengkaji tentang keperibadian nabi: jiwa manusia yang terkait dengan

dimensi gaib ketuhanan (Syakhsi>yah an-Nabawiyah Ru>h Insa>niyah

Murtabathatun bi al-Ghaib). Bagian keempat, penjelasan tentang pergerakan

10Nizar Muhammad Jaudah, al-Fikr as-Siyasy `Inda Seyyed Muhammad Husain

Fad}h}lulla>h (Beirut: Sirkah ad-Dar as-Salam, 2011) ,hlm. 310-312. 11

Husain Mansyur, Harakiyat at-Tarikh ar-Risaliyi Fi Fikr Sayyid Husain Fad}h}lulla>h

(Lebanon: al-Markaz al-Islami as-Saqafi, 2011), hlm.1-4.

Page 27: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

9

agama didalam realitas manusia (Harakiya>t ad-Di>n Fi> al-Waqi’ al-Insa>niyah).

Bagian terakhir tentang sikap-sikap yang akan menghambat dakwah (akhlakiya>t

al-Mu’aridina li Da’wah). 12

Penulis juga menemukan sebuah kajian dalam bentuk Antologi tentang

pemikiran Husain Fad}lullah yang berjudul ‚as-Saha>dah Qira>’at Fi> Fikr al-Faqihi

Sayyed Muhammad Husain Fad{lulla>h ‛. Buku ini berisi beberapa tanggapan dan

testimoni terkait pemikiran Husain Fad}lullah dalam berbagai bidang diantaranya:

pemikiran Husain Fad}lullah tentang persatuan Islam (al-Wihda al-Isla>miyah),

Isu-isu Pelestina (al-Qa>diyah al-Falistiniyah), otoritas akal pikiran (Siyada>t al-

‘Aqli), kinerja akal pikiran (Fi’aliya>t al-‘Aql), dan pemikiran Husain Fad}lullah

tentang pembaharuan (at-Tajdi>d).13

Salah satu kajian yang bisa dikatakan mirip sekaligus yang menjadi

inspirasi penelitian ini adalah buku yang ditulis oleh Husain Ja’far Al-Hadar yang

berjudul ‚ Isla>m Mazha>b Fad{lulla>h ‛.14

Dalam buku ini dijelaskan beberapa hal

terkait dengan Husain Fad}lullah seperti biografinya, kiprah intelektual dan

sosialnya, gagasan-gagasan pemikirannya baik dalam bidang hukum maupun

politik. Disamping itu, buku ini juga menyinggung sedikit tentang posisinya

sebagai seorang mufassir dan reformer dalam hukum Islam. Akan tetapi, dalam

buku Islam ‚mazhab‛ Fad}lullah ini, tidak ditemukan rincian pemikiran Fad}lullah

yang secara khusus seperti dalam ilmu kalam (teologi), filsafat, ekonomi, politik,

12

Husain Mansyur, Harakiya>t al-Tari>kh ar-Risaliyi Fi Fikr Sayyid Husain Fad}h}lulla>h.....,hlm. 15, 45, 65, 93, dan 115.

13Muhammad Salim al-Awwa, dkk, Al-Saha>dah Qira’a>t Fi Fikr al-Faqihi Sayyed

Muhammad Husain Fad}h}lulla>h (Markaz al-Islami as-Saqafi, 2001), hlm. 6. 14

Husain Ja’far Al-Hadar, Islam Mazhab Fad}h}lulla>h (Bandung: Mizania, 2011), hlm. 7-

10.

Page 28: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

10

sejarah, fikih, dan tafsir itu sendiri. Sehingga masih perlu dilakukan penelitian

lanjut untuk melihat lebih dalam tentang pemikiran Fad}lullah dibidang Al-

Qur’an lebih khusus mengkaji epistemologi tafsirnya. Meskipun demikian, buku

ini telah membuka kran penelitian bagi penulis untuk melakukan penelusuran

lebih jauh tentang Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n.

Oleh karena itu, sepanjang penelusuran kepustakaan yang penulis

lakukan, maka epistemologi Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n karya Husain Fad}lullah

memang belum dibahas dan dikaji secara komprehensif, terlebih terkait

persoalan-persoalan sebagaimana yang telah digariskan penulis dalam rumusan

masalah diatas.

E. Kerangka Teoritik

Dalam sebuah penelitian ilmiah, kerangka teori sangat diperlukan antara

lain untuk membantu memecahkan dan mengidentifikasi masalah yang hendak

diteliti. Selain itu, kerangka teori juga dipakai untuk memperlihatkan ukuran-

ukuran atau krateria yang dijadikan dasar untuk membuktikan sesuatu.15

Teori

yang digunakan sebagai pijakan dalam penelitian ini adalah teori epistemologi

dan tafsir.

Secara bahasa (etimologis), epistemologi berasal dari bahasa yunani yaitu

episteme (pengetahuan, ilmu pengetahuan) dan logos (pengetahuan, informasi).

Epistemologi secara bahasa bisa dikatakan sebagai pengetahuan tentang

pengetahuan (theori of knowledge).16

Atau bisa dikatakan bahwa epistemology

account the branch of philosophy which concerned problems of nature, limit, and

15Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer........, hlm. 20.

16Lorenz Bagus, Kamus Filsafat, Cet. Ke-3 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002),

hlm. 212.

Page 29: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

11

validity of knowledge and belief.17 Sebagai lawan dari epistemologi adalah doxa

yang berarti percaya atau percaya begitu saja tanpa ada usaha pembuktian yang

jelas.18

Adapun menurut istilah (terminologi), epistemologi atau teori

pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup

pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya, serta

pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.19

Dalam bahasa yang lain, epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang

menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan.20

Dalam bidang epistemologi, ada tiga hal pertanyaan pokok yang harus

dijawab dan diselesaikan. Pertama, apa sumber pengetahuan itu? Darimana

pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahui? Ini adalah

persoalan tentang ‚asal-muasal‛ pengetahuan. Kedua, apakah watak pengetahuan

itu? Apakah ada didunia yang benar-benar diluar pikiran kita, dan kalau ada,

apakah kita dapat mengetahuinya? Ini adalah persoalan reality. Ketiga, apakah

pengetahuan kita itu benar (valid)? Bagaimana kita dapat membedakan yang

17

Wooky Anthony Douglas, “Epistemolgy” dalam Encylopedia Britannica, Jilid VIII

(hicago: William Benton Publisher, 1972), hlm. 650. 18

William James Earle, Introduction to Philosophy, (New York-Toronto: Mc. Graw hill

Inc., 1992), hlm. 21. 19

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Cet. Ke-2 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm

148. 20

Louis O Kattsoff, Pengantar Filsafat terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2004), hlm. 74. Lihat juga, Amin Abdullah, “Aspek Epistemologi Islam” dalam Musa

Asy`ari dkk, Filsafat Islam; Kajian Ontologi, Epistemologi, Aksiologis, Historis, Prospektif,

(Yogyakarta: LESFI 1992), hlm. 28.

Page 30: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

12

benar dari yang salah. Ini adalah soal tentang mengkaji kebenaran atau

verifikasi.21

Salah satu filosof yang mengawali pembicaraan tentang epistemologi

adalah plato. Ketika itu, meski belum menggunakan istilah epitemologi, plato

mulai membicarakan tentang apa sebenarnya pengetahuan sesungguhnya yang

dapat dicapai oleh manusia. Pembicaraan tersebut dia tuliskan dalam karyanya ‚

Republik‛ dan Theatetus‛, dalam tulisannya tersebut, dia menggambarkan

tentang teori pengetahuan yang lengkap baik jenis objek, alat untuk

memperolehnya maupun bentuk jenis pengetahuan serta nilai kebenaran yang

dikandung oleh pengetahuan itu.22

sedangkan term epistemologi itu sendiri mulai

dipopulerkan pertama kali oleh J.F. Fereire (1864) yang bermaksud untuk

membedakan antara dua cabang filsafat yaitu epistemologi dan ontologi.23

Mengingat kajian epistemologi itu telah mengalami perkembangan, maka

untuk lebih fokus dalam mengamati struktur bangunan keilmuan yang ada pada

islam, maka penulis memilih teori yang digunakan dalam kajian ini adalah

konstruksi epistemologi yang diformulasikan oleh Abed al-Jabiri dan Abdul

Mustaqim.

21

Harold H. Titus, dkk., Persoalan-Persoalan Filsafat, terj. H.M Rasjidi (Jakarta: Bulan

Bintang, 1984), hlm. 187. Bandingkan dengan Tim Penulis Rosda, Kamus Filsafat, Cet. Ke-1

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), hlm 96. 22

Abbas Hamami Mintaredja, Teori-teori Epistemologi Common Sense, (Yogyakarta:

Paradigma, 2003), hlm. 8. 23

Ibid, hlm. 9. Area pembahasan filsafat ilmu pada dasarnya meliputi tiga aspek utama,

yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi merupakan seperangkat teori filsafat yang

membahas tentang “ yang ada”, adapun epistemologi membahas tentang hakikat pengetahuan itu,

baik dari sumber, metode, dan verivikasi kebenaran pengetahuan, sedangkan aksiologi merupakan

seperangkat teori filsafat yang membahas tentang nilai dari sebuah ilmu. Kebernialaian sebuah

ilmu itu bisa dilihat dari aspek kebenaran ilmiahnya dan paradigmatiknya (kegunaan). Lihat,

Noeng Muhadjir, filsafat Ilmu Telaah sistematis Fungsional Komparatif, (Yogayakarta: Rake

Sarasin, 1998), hlm. 52.

Page 31: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

13

Kajian epistemologi yang digagas oleh Abed al-Jabiri mengahasilkan tiga

klasifikasi besar dalam bangunan keilmuan Islam. Pertama, nalar baya>ni, yaitu

konstruksi epistemologi yang berdasarkan keilmuannya pada asal (pokok) yang

berupa teks keagamaan, baik secara langsung maupun tidak dan selalu berpijak

pada riwayat. Dan karena menjadikan nas sebagai sumber pengetahuan, maka

yang menonjol dalam epistemologi baya>ni> ini adalah tradisi memahami dan

memperjelas teks. Yakni mengerahkan segala potensi akal untuk upaya

pemahaman dan pembenaran terhadap rujukan utamanya, yaitu teks.

Kedua, nalar ‘irfa>ni. Nalar ini sangat lekat dengan praktik para sufi yang

menggeluti dunia batiniyah atau tasawuf. Dalam nalar ini, sumber pengetahuan

didapati dari pengalaman seseorang dengan melakukan riya>dah batiniyyah (olah

jiwa). Sehingga hasil pengetahuan yang didapatkan berupa ilha>m, kasya>f, ’iyan

dan isyra>q. Dan pengetahuan tersebut tidak didapatkan melalui akal (oleh pikir)

dan naql dengan berbagai metodenya. Akan tetapi pengetahuan tersebut

didapatkan secara intuitif karena kedekatan dirinya dengan Tuhan-nya.

Ketiga, nalar burha>ni. Jika dibandingkan dengan kedua bangunan

epistemologi diatas baya>ni, dan ‘ifani, maka burha>ni lebih bersandar pada

kekuatan natural manusia berupa indra, pengalaman dan akal didalam mencapai

pengetahuan. Sehingga dalam nalar burhani, akal mempunyai independensi yang

kuat dengan tidak bersandar pada teks, namun lebih mengedepankan aspek

realitas yang ada didepan mata.24

24

Muhammad Abid al-Jabiriy, Bunya>h al-`Aql al-’Arabiy, Cet. Ke-3 (Beirut: Markaz

Dirasat al-Wihdah al-’Arabiyah, 1990), hlm. 374-375.

Page 32: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

14

Dari ulasan epistemologi Islam model Abed al-Jabiri diatas, penulis

kemudian mengaitkan dengan epistemologi tafsir. Kata tafsir (تفسير ) berasal dari

bahasa Arab yang berarti al-idhahah (menerangkan) dan al-tabyin

(menjelaskan). Asal-usul kata tafsir bisa berasal dari kata al-Fasr atau al-

Tafsarah. Kata al-Fasr sendiri berarti bisa bermakna al-Kasyf (menyingkap) dan

al-iz}h}ar (menampakkan). Sedangkan kata al-Tafsarah merupakan istilah untuk

sesuatu yang diperiksa oleh seorang dokter dari pasiennya.25

Dalam kajian dunia tafsir dan ‘ulu>m Al-Qur’a>n , tafsir secara istilahi

memiliki beberapa defenisi. Misalnya tafsir didefenisikan dengan ilmu yang bisa

digunakan untuk menemukan pemahaman atas kitabullah yang diturunkan

kepada nabi Muhammad saw.,untuk menjelaskan makna-maknanya, menetapkan

hukum-hukumnya dan hikmah-hikmanya.26

Hal ini dapat menggunakan

perangkat lugh}ah, ilmu nah}wu, sorof, ilmu baya>n, usu>l fiqh, dan ilmu qiraah,

serta membutuhkan pengetahuan tentang ilmu asbab an-Nuzul dan na>sk al-

Mansu>kh}.27

Dengan demikian, epistemologi tafsir yang penulis maksud dalam

penelitian ini ialah konsep teori pengetahuan tentang sumber asal tafsir, metode

tafsir, dan tolak ukur kebenaran (validitas) tafsir, dalam posisi tafsir sebagai

25

Ibn Mandz}u>r, lisa>n al-‘Arab, ditahqiq oleh Amir Ahmad Haidar, cet. Ke-2, jilid V

(Beirut: Da>r al-Kutu>b al-‘Ilmiah, 2009), hlm. 64-65. Lihat juga al-Zarkasyi, al-Burha>n Fi ’Ulu>m Al-Qur’a>n, ditahqiq oleh Ahmad Ali, (Kairo: Dar al-Hadis, 2006), hlm. 415-416. Juga: al-

Suyuthiy, al-Itqa>n Fi ‘Ulu>m Al-Qur`’a>n, (Beirut: Da>r al-Fikr, 2008), hlm.545. juga: al-Zarqa>ni,

Mana>hil al-‘Irfa>n Fi> Ulu>m Al-Qur’a>n, ditahqiq oleh Ahmad Ali, jilid II (Kairo: Dar al-Hadis,

2001), hlm. 7. 26

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),

hlm. 66. 27

Pendapat ini dikeluarkan oleh Al-Zarkasih, al-Burha>n Fi> Ulu>m Al-Qur’a>n, sebagaimana

dikutip oleh as-Suyuthi dalam al-Itqa>n. Hlm. 16.

Page 33: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

15

suatu ilmu (perangkat) dan proses (metode) hingga sebagai suatu keterangan

(hasil dari produk penafsiran).

Abdul Mustaqim dalam karyanya ‚Epistemologi Tafsir‛

mengklasifikasikan tiga bentuk epistemologi tafsir. Pertama, era formatif

berbasis nalar quasi kritis yang menekankan model tafsi>r bi al-riwa>yah yang

kental dengan nalar baya>ni. Ciri khas era ini adalah kurangnya aspek kritisisme

terhadap hasil penafsiran. Sehingga tujuan penafsiran hanya sekedar memahami

makna, belum sampai pada magza. Kedua, tafsir era afirmatif dengan nalar

ideologis. Pada era ini sumber-sumber penafsiran yang dominan adalah

penggunaan akal (tafsi>r bir-ra’yi), bahkan penggunaan akal lebih dominan

daripada Al-Qur’an dan hadis. akibatnya tujuan penafsiran terkadang bersifat

ideologis, sektarian, atomistik dan repetitif. Ketiga, tafsir era reformatif dengan

nalar kritis. Diera ini, yakni era modern, sumber penafsiran mencakup akal dan

realitas. Keduanya saling berdialektika secara sirkular dan fungsional. Pedekatan

yang digunakan bersifat interdisipliner, mulai dari tematik, hermeneutik, hingga

linguistik. Sehingga penafsiran seperti ini mempunyai tujuan menangkap ruh Al-

Qur’an untuk transformasi sosial.28

F. Metode Penelitian

Setiap penelitian ilmiah, aspek metodologis menempati bagian yang

sangat penting. penelitian tersebut dituntut untuk menggunakan metode yang

jelas. Karena dengan menggunakan seperangkat metode, peneliti dapat fokus dan

terarah pada penelitian yang baik.

28

Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, (yogyakarta:Lkis, 2010), hlm. 34-

84.

Page 34: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

16

Metode yang dimakasud disini dapat diartikan sebagai suatu cara yang

ditempuh untuk mengerjakan sesuatu (way of doing anything) agar sampai pada

suatu tujuan.29

Metodologi dalam setiap penelitian harus dipertimbangkan dari

dua aspek. Pertama, aspek penelitian itu sendiri yang mencakup pengumpulan

data, cara beserta tekhnik dan prosedur yang akan ditempuh. Kedua, aspek

metode analisis data yang melibatkan pendekatan (teori) sebagai alat analisis

data penelitian.30

Dengan demikian, metode dan prosedur yang digunakan dalam penelitian

tesis ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jenis dan sifat Penelitian

Penelitian ini dapat dikategorikan kedalam jenis penelitian

kepustakaan (library research), karena objek material penelitian ini adalah

kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n Karya Muh}ammad Husain Fad}lulla>h.

Dalam hal ini, penulis akan menelusuri berbagai data yang terkait dengan

tema penelitian, baik yang berasal dari sumber utama (primary sources)

maupun sumber pendukung (secondary source).

2. Metode Pengumpulan dan Pengelolaan Data

Pengumpulan dan pengelolaan data yang dimaksud disini adalah

metode atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian melalui prosedur yang sistematik dan standar.

Adapun yang dimaksudkan dengan data dalam penelitian adalah semua

29

A.S Hornbay, Oxford Advanced Learners Dictionary Of Current English (tp: Oxford

University Press 1963), hlm. 533. 30

Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1997),

hlm.7.

Page 35: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

17

bahan keterangan atau imformasi mengenai suatu gejala atau penomena

yang ada kaitannya dengan riset.31

Untuk mendapatkan data yang

dimaksud diperlukan suatu metode yang efektif dan efesien dalam artian

metode tersebut harus praktis, dan tepat dengan objek penelitian.

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui

jalan dokumentatif atas naskah-naskah yang terkait dengan obyek

penelitian. Adapun data-data yang menyangkut pemikiran metodologi

tafsir al-Qur’an ditelusuri dari karya Syekh Muhammad Husain Fad}lullah

sebagai sumber primer. Karya Syekh Muhammad Husain Fad}lullah yang

dimaksud adalah ‚Tafsi>r Min Wah}yi al-Qur’a>n‛. Sedangkan data yang

berkaitan dengan analisis dilacak dari literatur penulisan yang ada

kaitannya dengan penelitian.

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan metode

Qualitative Data Analysis (QDA), meliputi data reduction, data display

dan data conclusion: drawing/verifying.32 Langkah awal dimulai dengan

pengumpulan data (data collection). Data atau informasi yang berhasil

dikumpulkan dari proses penelitian kemudian dideskripsikan. Selanjutnya

dilakukan reduksi data (data reduction), yaitu proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data, serta

memfokuskan pada hal-hal penting sejumlah data yang telah diperoleh,

sekaligus mencari polanya. Selanjutnya dilakukan penyajian data (data

31

Tatang M, Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1995), hlm.

3. 32

Ambo Upe dan Amsid, Asas-asas Multiple Research (Yogyakarta: Tiara Wacana,

2010), hlm 125.

Page 36: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

18

display) dalam bentuk uraian singkat, hubungan antara kategori dan bagan.

Terakhir dilakukan penarikan kesimpulan (conclusion) dari penelitian yang

dilakukan.

3. Analisis Data

Adapun metode yang digunakan dalam menganalisa data yang telah

diperoleh dari penelitian pustaka adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan historis-filosofis. Pendekatan historis digunakan untuk

mendeskripsikan secara kritis segala yang berkaitan dengan latar belakang

kultur, pendidikan dan sosial intelektual yang melingkupi kehidupan Syekh

Muhammad Husain Fad{lulla>h , sehingga dapat diketahui faktor sosio-

historis yang membingkai Syekh Muhammad Husain Fad}lullah terutama

yang menjadi inspirasi bagi rumusan metode penafsiran al-Qur’an.

Sedangkan pendekatan filosofis digunakan untuk melakukan telaah atas

bangunan epistemologi Syekh Muhammad Husain Fad}lullah dalam

menafsirkan al-Qur’an.

Penulisan ini dilakukan dan ditulis dengan menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut: pertama, mengumpulkan data-data dan

menyeleksinya, khususnya karya-karya Syekh Muhammad Husain

Fad}lullah serta karya-karya yang lain terkait dengan persoalan

epistemologi penafsiran. kedua, mengkaji data tersebut secara

komprehensif, mendeskripsikan sesuai dengan elemen yang tekait dengan

Page 37: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

19

aspek-aspek epistemologi dan kemudian dianalisis dengan metode

deskriftif, menjelaskan bagaimana konstruksi epistemologi tafsi r dari tokoh

tersebut. Ketiga, membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai dari jawaban

rumusan masalah.

b. Deskriptif - Analisis

Disamping itu penelitian ini juga bersifat deskriptif-analisis yaitu

metode pembahasan dengan cara memaparkan permasalahan dengan analisa

serta memberikan penjelasan serta mendalam mengenai sebuah data33

.

Penelitian yang menuturkan, menganalisis dan mengkritik, yang

pelaksanaannya tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi

meliputi analisis dan interpretasi data.34

Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan atau memaparkan hal-

hal yag berkaitan dengan epistemologi tafsi r Muhammad Husain Fad}lullah

beserta dengan contoh-contoh penafsiran al-Qur’an berkaitan dengan

pembahasan epistemologi tersebut. Setelah itu materi-materi tersebut akan

dianalisis dalam kerangka epistemologis sehingga dapatlah diketahui

hakikat dan prinsip penyusunannya, sumber, metode, langkah penafsiran,

dan validitas penafsiran.

33

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik

(Bandung: Transito, 1980) hlm 139-140. 34Ibid, hlm, 45. Bandingkan dengan Winarno Surahkmad, Pengantar Pendekatan Ilmiah:

Tehnik dan Metode, (Bandung: Ternito, 1982), hlm. 139.

Page 38: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

20

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan ini, maka penulis membagi alur

kajiannya kedalam 5 bab.

Bab I berisi pendahuluan. Didalamnya mencakup pembahasan terkait

arah dan acuan penulisan tesis yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritis, dan

metodologi penelitian yang meliputi: data, sumber data, serta teknik

pengumpulan data dan analisis data, kemudian sistematika pembahasan

sebagai bagian terakhir. Bab ini sangat penting untuk mengetahui kerangka

penulisan, serta menjadi acuan untuk penulisan pada bab-bab selanjutnya.

Bab II, merupakan tinjauan umum tentang epistemologi yang meliputi:

pengertian umum epistemologi, epistemologi tafsir, sejarah perkembangan

epistemologi tafsir dari klasik hingga modren kontemporer dan signifikansi

kajian epistemologi. Bab ini sebenarnya bisa disebut juga sebagai kerangka

teori sebelum masuk pembahasan mengenai epistemologi kitab Tafsi>r min

Wah}y al-Qur’a>n.

Bab III, membicarakan tentang biografi Muhammad Husain Fad{lulla>h ,

bagaimana potret kehidupan, pendidikan dan karir akademik, serta karya-

karya intelektualnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan faktor-faktor

yang mempengaruhi penafsirannya, sebab bagaimanapun ide selalu based on

historical fact, maka mengungkap biografi dan konteks historisitasnya

menjadi sebuah keniscayaan dalam penelitian ini. Dalam bab tiga ini juga

Page 39: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

21

akan dijelaskan seputar kitab kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n yang meliputi:

latar belakang penulisan, sistematika dan corak penafsiran.

Bab IV, merupakan pembahasan inti dari penelitian, yaitu telaah

terhadap epitemologi kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n yang meliputi

pembahasan tentang tujuan dan hakikat penafsiran Al-Qur’an menurut

Husain Fadlulla>h. Upaya ini dilakukan untuk mengetahui seluk beluk

pemikiran Muhammad Husain Fad}lullah tentang diskursus Al-Qur’an dan

tafsir. Selain itu dalam bab ini juga akan dijelaskan tentang epistemologi kitab

Tafsi>r min Wahy al-Qur’a>n yang meliputi tentang pembahasan sumber,

metode dan validitas penafsiran.

Terakhir Bab V berupa penutup yang berisi kesimpulan yang merupakan

jawaban atas pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah sebelumnya

dan diakhiri saran-saran konstruktif bagi penelitian lebih lanjut.

Page 40: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

123

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telaah epistemologi atas kitab Tafsi>r min Wah}y Al-Qur’a>n setidaknya

menghasilkan suatu benang merah yang sekaligus menjadi hasil penelitian dan

kesimpulan dari riset ini.

Pertama, kitab Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a >n merupakan sebuah karya

yang lahir dari seorang tokoh pergerakan dengan latar sosial-politik yang

cukup kompleks. Dilatari dengan berbagai even politik seperti perang sipil

Libanon, kontroversi dengan Israel, Husain Fadlulla>h lahir sebagai tokoh

pergerakan Islam yang memiliki berbagai kiprah dalam kancah politik,

terutama dalam konteks negara Libanon. Di sisi internal, negara dengan

kompleksitas kelompok dan sekte religius tersebut (Kristen, Islam Sunni,

Islam Syi’ah, dan sebagainya) berusaha mencari jati diri politiknya dari masa

ke masa. Secara eksternal, negara tersebut juga menuai konflik dengan Israel.

Hal tersebut pada gilirannya juga melahirkan banyaknya organisasi Islam

seperti Hizbullah. Dalam situasi semacam inilah H}usain Fadlulla>h muncul

sebagai salah seorang tokoh pergerakan Islam yang repersentatif dengan karya

tafsirnya Tafsi>r min Wah{y al-Qur’a>n.

Kedua, segala hal yang berkaitan dengan setting historis Husain

Fad}lullah tersebut pada akhirnya berimplikasi kepada epistemologi tafsir yang

dibangun dalam kitabnya Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n. Pertama-tama, ia

Page 41: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

124

memiliki pandangan bahwa Al-Qur’a>n adalah sumber pergerakan. Ia

merupakan kaidah asasi umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Baik

aspek teoritis/konsep, hukum legal, metode/pedoman, sarana, maupun tujuan.

Menurutnya, Al-Qur’an diwahyukan untuk merubah sebuah peradaban menuju

kualitas yang lebih baik. Oleh karenanya, tafsir al-Qur’an tidak hanya berhenti

dalam pergulatan linguistik semata dan maknanya tidak semestinya dikurung

dalam tataran logos belaka. Melainkan maknanya harus ditransfer (bergerak)

dari logos menuju praksis. Pada titik, Fad}lulla>h sampai pada kesimpulan

bahwa hakikat penafsiran adalah salah satu upaya untuk ‚menghidupkan‛

makna-makna al-Qur’an sebagi sumber pergerakan manusia dalam

menghadapi persoalan-persoalan kehidupan yang menanti.

Di samping itu, sumber utama pengetahuan Tafsir Husain Fad}lullah

adalah Al-Qur’an. Baginya, Al-Qur’an merupakan rujukan utama dalam

rancang keilmuan umat Islam. Fadlullah dalam hal ini, menjadikan Al-Qur’an

sebagai timbangan yang pertama dalam setiap penetapan hukum. Sementara

hadis, akal, realitas dan pendapat ulama merupakan sumber yang bersifat

skunder dalam penafsirannya. Dalam aspek metodologi penafsiran, Husain

Fadlullah menerapkan langkah-langkah metode tahlili (analisis) dengan

menggunakan pendekatan kontekstual. Metode ini berupaya menjelaskan

makna ayat Al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan

ayat-ayat dan surah-surah Al-Qur’an sebagaimana yang tercantum dalam

Mushaf Usmani. Sementara dilihat dari segi corak, Fad}lullah menawarkan

penafsiran corak yang cenderung haraki>, sebuah model baru dalam corak tafsir

Page 42: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

125

Al-Qur’an. Pembacaan al-Qur’an dengan haraki> menurut Fad}lullah dapat

mengajak umat Islam untuk senantiasa ‚menghidupkan‛ al-Qur’an sebagai

sumber dan landasan dasar dalam semua pergerakan di kehidupan sehari-hari.

Adapun mengenai validitas penafsiran. Fadlullah menggunakan tiga teori

yaitu koherensi, korespondensi, dan pragmatis baik secara teoritis maupun

aplikatif.

B. Saran-saran

Penelitian tentu tidak akan berhenti pada satu karya saja, karena suatu

penelitian akan selalu berkembang dengan berbagai sudut pandang yang

berbeda-beda. Bahkan objek sebuah penelitian, masih membuka ruang untuk

diteliti kembali dengan teori yang berbeda. Tulisan ini, hanya mengkaji pada

sumber, metode, dan validitas penafsiran dari karya Muhammad Husain

Fad}lullah dengan judul Tafsir> min Wah{y Al-Qur’a>n. Sementara karya

Fad}lullah masih terbuka dengan penelitian-penelitian yang lainnya. Misalnya

pengamatan terhadap kandungan isi tafsir, baik itu yang terkait isu gender,

pluralisme dan isu-isu kontemporer lainnya.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari sisi metodologi maupun dari sisi isi. Untuk itu, demi

tercapainya penelitian yang baik dan berkualitas, penulis sangat

mengharapakan saran dan kritikan yang membangun dari segenap para

pembaca, khususnya bagi mereka yang menekuni kajian tafsir al-Qur’an.

Page 43: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

126

DAFTAR PUSTAKA

Abadzari, Abdurrahim, Al-Ima>m Mu>sa Shad}r, ter. Salman Parisi, cet. ke-1,

Bandung: Citra PO, 2007.s

Abdullah, Amin, ‚Aspek Epistemologi filsafat Islam‛ dalam Irma Fatimah (ed.), filsafat Islam, Kajian Ontologis, Epistemologis, Aksiologis, Historis, Prospektif, Yogayakarta: LESFI, 1992.

_______, Metode Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner, Yogayakarta:

Kurnia Kalam semesta, 2006.

Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Ahmad Rif’a >t Sayyed, Denyut Perlawanan dan Rahasia Kekuatan Hizbullah, terj.

Rafi Usmani, Bandung: IIMaN, 2006.

Alaga, Joseph, Hizbullah’s Identity Construction, Amsterdam: Amsterdam

University Press, 2011.

Al-Awwa, Muhammad Salim dkk. As-Sahadah Qira’a>t Fi Fikr al-Faqihi Sayyed Muhammad Husain Fadlullah, Markaz al-Islami as-Saqafi, 2001.

Ambo Upe dan Amsid, Asas-asas Multiple Research, Yogyakarta: Tiara Wacana,

2010.

Arifin, Tatang M, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1995.

Bagus, Loren, Kamus Filsafat, cet. Ke-3, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2002.

Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005.

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Cet. Ke-2, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Al-Banna, Jamal, Tafsi>r al-Qur’a>n Baina al-Quda>ma wa al-Muhadditsi>n, Kairo:

Da>r Syuruq, 2008.

Carre’, Olivier, Muhammad Husain Fad}}lulla>h: Citrah Ulama-Mujahid, dalam

pengantar ‚Islam dan Logika Kekuatan‛ Bandung: Mizan, 1995.

Douglas, Wooky Anthony, ‚Epistemolgy‛ dalam Encylopedia Britannica, Jilid

VIII, Chicago: William Benton Publisher, 1972.

Page 44: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

127

Earle, William James. Introduction to Philosophy, (New York-Toronto: Mc.

Graw hill Inc., 1992.

Esposito, John L. Islam dan Politik. Bandung: Bulan-Bintang. 1984.

Fadlullah, Muhammad Husain, Uslu>b al-Da’wah fi>> > al-Qur’a>n, Beirut: Da>r al-

Mala>k, 1986.

_______, Al-Isla>m al-Mantiq al-Quwwah, terj. Muhammad Afif dan Abdul

Adiem, t.tp. : Da>r al-Islamiyah, 1979.

_______, Dunya> al-Mar’ah, terj. Muhammad Abdul Qadir Alkaf, Beirut: Da>r al-

Mala>k, 1997.

_______, Tafsi>r min Wah}yi Al-Qur’a>n, juz 1, Beirut: Da>r al-Mala>k, 1998.

_______, Tafsi>r min Wah}yi Al-Qur’a>n, Juz 2, Beirut: Da>r al-Mala>k, 1998.

_______, Tafsi>r min Wah}yi Al-Qur’a>n, Juz 3, Beirut: Da>r al-Mala>k, 1998.

_______, Tafsi>r min Wah}yi Al-Qur’a>n, Juz 7, Beirut: Da>r al-Mala>k, 1998.

_______, Tafsi>r min Wah}yi Al-Qur’a>n, Juz 8, Beirut: Da>r al-Mala>k, 1998.

_______, Uslu>b al-Da’wah fi>> al-Qur’a>n, terj. Tarmana Ahmad Qasim, Beirut:

Da>r al-Mala>k, 1986.

_______, Tafsi>r min Wah}y al-Qur’a>n. Beirut: Dar al-Malak. 1998.

Farid, Fuad Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat: Barat dan Islam, Yogyakarta: IRCiSoD, 2012.

Fattah al-Khalidi, Abdul. Ta’rif al-Da>risi>n fi> Mana>hij al-Mufassirin, Damaskus:

Dar al-Qalam, 2008.

Fautanu, Idzam, Filsafat Ilmu, Jakarta: Referensi, 2012.

Al-Farmawi Abu Hayy, al-Bida>yah Fi> Tafsi>r Maudu>’i, terj. Suryan A. Jamrah

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1994.

Gadamer, Hans-Georg. Truth and Method, diterjemahkan dan disunting ke dalam

bahasa inggris oleh Joel Weinsheimer dan Donal G. Marshal,

london:Continuum, 2006.

Hanafi, Hassan, Hermeneutika al-Qur’an, terj. Yudian Wahyudi, (Yogyakarta:

Nawesea Press, 2010.

Page 45: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

128

Al-Hadar, Husain Ja’far, Islam Mazhab Fad}h}lullah, cet. ke-1, Bandung: Mizania,

2011.

Haziyah Hussin dan Sohirin M. Solihin, ‚al-Manhaj al-Haraki> Bayna al-Asalat

wa al-Tajdi>d ‛ dalam Al-Bayan Journal, Vol. 10, No. 2, Desember, 2012.

Hornbay, A.S . Oxford Advanced Learners Dictionary Of Current English (tp:

Oxford University Press 1963), hlm. 533.

Husni, Salim, Dira>sat Fi al-Fikr al-Haraki> li Sayyid Husain Fad}h}lulla>h,

Beirut:Dar al-Malak, 1995.

Al-Jabiri, Muhammad Abid. Bunyah al-‘Aql al-’Arabiy, Cet. Ke-3, Beirut:

Markaz Dirasat al-Wihdah al-‘Arabiyah, 1990.

Jaudat, Nizar Muhammad. al-Fikr al-Siya>si ‘Inda Sayyid Muhammad Husseyn

Fadlullah. Najaf: Markaz Ibn Idris al-Hilly. 2011.

Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta:

Tiara Wacana, 2004.

Kattsoff, Louis O., Elements Of Philosophy, terj. Soejono Soemargono,

Yogayakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004.

Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia,

1997.

Al-Khuli, Amin. Mana>hij At-Tajdi>d Fi An-Nahwi wa Al-Bala>gah wa At-Tafsi>r wa Al-Ada>b, t.k.:Dar al-Ma`rifah, 1961.

_______, Amin, Dira>sat Isla>miyyah, Kairo: Maktabah Da>r Kutu>b al-Misriyyah,

1996.

Al-Kindi, Wafa Kadzim Madi, ‚As-Sayyid Muhammad Husain Fadlulla>h

Haya>tihi> Wa Mawa>qifihi Min al-Qadiya>ti al-Libanoniyah‛, Dalam Majalah

Markaz Ba>bil li ad-Dira>sah al-Insa>niyah, t.th.

Mandzur, Ibn, Lisa>n al-‘Arab, ditahqiq oleh Amir Ahmad Haidar, cet. Ke-2, jilid

V Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2009.

Mandzur, Ibn. lisan al-Arab, ditahqiq oleh Amir Ahmad Haidar, cet. Ke-2, jilid

V, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2009.

Mansyur, Husain. Harakiya>t at-Ta>rikh ar-Risaliyi Fi Fikr Sayyid Husain Fadlulla>h, Libanon: al-Markaz al-Islami as-Saqafi, 2011.

Page 46: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

129

Manzūr, Ibn, Lisa>n al-‘Arab, Beirūt: Dār Ihya’ al-Turats, 1999.

Mintaredja, Abbas Hamami, Teori-Teori Epistemologi Common Sense,

Yogyakarta: Paradigma, 2003.

Mintaredja, Abbas Hamami. Teori-Teori Epistemologi Common Sense,

Yogyakarta: Paradigma, 2003.

MS, Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Filsafat, Yogyakarta:

Paradigma, 2005.

MSF, Jaques Vauger, Epistemologi, Yogyakarta: Fak. Filsafat UGM, 1970.

Muhadjir, Noeng, filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komparatif, Yogayakarta: Rake Sarasin, 1998.

Muhammad Amin, Miska, Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, Jakarta: UI-PRESS, 1983.

Muhammad Husain Fad}lullah, Dunya> al-Mar’ah, ter. Muhammad Abdul Qadir

Alkaf, Jakarta: Lentera, 2000.

Muslih, Mohammad, Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar, 2004.

Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2013.

Mustaqim, Abdul, Epistemologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta: LkiS Group,

2010.

Mustaqim, Abdul, Pergeseran Epistemologi Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008.

Nasr, Vali, The Syiah Revival, terj. M. Ide Murteza, Jakarta: 2007.

Qassem, Naim, Hizbullah The Story From Within, ter. Ruslani, cet. ke-1,

Jakarta: Ufuk Press, 2008.

Rahtikawati, Yayan dan Dadan Rusmana, Metodologi Tafsir Al-Qur’an ,

Bandung: Pustaka Setia, 2013.

Roswantoro, Alim. ‚Hermeneutika Eksistensial:kajian atas pemikiran Heideger

dan Gadamer serta implikasinya terhadap pengembangan studi Islam‛,

dalam junal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Esensia, Vol. 4, No. I, januari, 2003.

Page 47: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

130

Samsuddin, Syahiron, Beberapa Tema Reformasi Dalam Islam, Book Review,

dalam Al-Jami‘ah, Vol. 44, No.2, 2006.

Sudarminta, Epistemologi Dasar:Pengantar Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta:

Kanisius, 2002.

Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian ilmiah Dasar, Metode dan Teknik,

Bandung: Transito, 1980.

Syamsuddin, Sahiron ‚Relasi Antara Tafsir dan Realitas Kehidupan‛ dalam kata

pengantar Al-Qur’an dan Isu-Isu Kontemporer , Yogyakarta: aLSAQ Press,

2011.

Al-S}aba>g, Muhammad Lut}fy, Lamah}a>t fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n wa Ittija>ha>t al-Tafsir, Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1990.

Al-Suyuthiy, al-Itqan Fi `Ulum al-Quran, Beirut: Dar al-Fikr, 2008.

Tibi, Bassam. Arab Nationalism; Between Islam and The Nation-State. London:

MacMillan Press Ltd. 1997

Tim Penulis Rosda, Kamus Filsafat, Cet. Ke-1, Bandung: Remaja Rosda Karya,

1995.

Titus, Harold H. dkk., Persoalan-Persoalan Filsafat, terj. H.M Rasjidi, Jakarta:

Bulan Bintang, 1984.

Zubaedi., dkk, Filsafat Barat: Dari Logika Baru Rene Deskartes hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2007..

Al-Zarqa>ni, Muhammad ‘Abdul ‘Azhim, Mana>hil al-’Irfa>n Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n,

Juz II, Mesir: Mustafa Bab al-Halabi, t.t.

Al-Zarkasyi, al-Burhan Fi `Ulum al-Qur`an, ditahqiq oleh Ahmad Ali, Kairo: Dar

al-Hadis, 2006.

Sumber dari Website:

A Journey of Life and Giving‛, dalam www.bayyenat.org website resmi

Hussseyn Fad}h}lulla>h, diakses 16 November 2015.

Page 48: EPISTEMOLOGI KITAB TAFSI

131

BIODATA PENULIS

A. Data Pribadi

Nama : Parluhutan Siregar

Tempat tanggal lahir : Mangaledang Lama, 26 Januari 1991

Alamat :Desa Mangaledang Lama, Kec. Portibi, Kab.

Padang Lawas Utara, Sumatera Utara

Orang Tua :

- Ayah : Ali Barron Siregar

- Ibu : Yusnasari Harahap

Saudara/i : Jamiluddin Siregar, Yunan Syukri Siregar, Ulfah

Khoiriyah Siregar, Khotmil Walid Siregar, Siti

Fadhilah Siregar, dan Hamid Ashari Siregar.

No. HP : 081321761260

B. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal :

3. SDN Mangaledang Lama, Sumatera Utara

4. MTS Thoiyibah Islamiyah Hutaraja

5. MA Thoiyibah Islamiyah Hutaraja

6. IAIN Sultan Syarif Kasyim Riau

Pengalaman Organisasi :

1. Ketua Osis tahun 2009-2010

2. Sekretaris HMJ TH UIN SUSKA Riau Tahun 2011-2012

3. BEM Ushuluddin UIN SUSKA RIAU Tahun 2012-2013

4. BLM UIN SUSKA RIAU Tahun 2013-2014

5. LDK AL-KARAMAH UIN SUSKA RIAU 2012-2013

6. Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis se- Indonesia

tahun 2012-2013

7. IKMP UIN SUKA Yogyakarta tahun 2014-2015