epidemiologi gizi

19
EPIDEMIOLOGI GIZI I. Pengantar Epidemiologi Gizi 1. Pengertian Epidemiologi Gizi adalah ilmu yang mempelajari sebaran, besar, dan determinan masalah gizi dan penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi, serta penerapannya dalam kebijakan dan program pangan dan gizi untuk mencapai kesehatan penduduk yang lebih baik. (Albiner, 2010) Epidemiologi gizi adalah penerapan eknik epidemiologi dalam upaya memahami penyebab (kausa) penyakit di dalam populasi yang terpajan dengan satu atau lebih faktor gizi yang diyakini sangat penting. (Gibney, 2008). Sebagian besar epidemiologi gizi difokuskan kepada upaya menjelaskan penyebab penyakit kronis, khususnya penyakit jantung dan kanker. 2. Tujuan Epidemiologi bertujuan untuk: (Gibney, 2008) - Menguraikan distribusi, pola, dan luas penyakit pada populasi manusia - Memahami mengapa penyakit lebih sering terjadi pada sebagian kelompok atau orang dibandingkan lainnya (menjelaskan etiologi penyakit) - Membeikan informasi yang diperlukan untuk mengelola dan merencanakan pelayanan bagi pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit. II. Insidensi dan atau prevalensi masalah obesitas Status Gizi Anak

Upload: ghina-nur-jannah

Post on 24-Sep-2015

330 views

Category:

Documents


75 download

DESCRIPTION

Gizi

TRANSCRIPT

EPIDEMIOLOGI GIZII. Pengantar Epidemiologi Gizi 1. PengertianEpidemiologiGiziadalah ilmu yang mempelajari sebaran, besar, dan determinan masalah gizi dan penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi, serta penerapannya dalam kebijakan dan program pangan dan gizi untuk mencapai kesehatan penduduk yang lebih baik. (Albiner, 2010) Epidemiologi gizi adalah penerapan eknik epidemiologi dalam upaya memahami penyebab (kausa) penyakit di dalam populasi yang terpajan dengan satu atau lebih faktor gizi yang diyakini sangat penting. (Gibney, 2008). Sebagian besar epidemiologi gizi difokuskan kepada upaya menjelaskan penyebab penyakit kronis, khususnya penyakit jantung dan kanker. 2. Tujuan Epidemiologi bertujuan untuk: (Gibney, 2008) Menguraikan distribusi, pola, dan luas penyakit pada populasi manusia Memahami mengapa penyakit lebih sering terjadi pada sebagian kelompok atau orang dibandingkan lainnya (menjelaskan etiologi penyakit) Membeikan informasi yang diperlukan untuk mengelola dan merencanakan pelayanan bagi pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit. II. Insidensi dan atau prevalensi masalah obesitasStatus Gizi AnakKlasifikasi indikator IMT/U: Sangat kurus : Zscore< -3,0 Kurus : Zscore -3,0 s/d < -2,0 Normal : Zscore-2,0 s/d 1,0 Gemuk : Zscore> 1,0 s/d 2,0 Obesitas : Zscore> 2,0Kecenderungan prevalensi status gizi anak balita tahun 2007- 2013

Gambar 16.4 menyajikan kecenderungan prevalensi status gizi anak balita menurut ketiga indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi sangat pendek turun 0,8 persen dari tahun 2007, tetapi prevalensi pendek naik 1,2 persen dari tahun 2007. Prevalensi sangat kurus turun 0,9 persen tahun 2007. Prevalensi kurus turun 0,6 persen dari tahun 2007. Prevalensi gemuk turun 2,1 persen dari tahun 2010 dan turun 0,3 persen dari tahun 2007.Status gizi anak balita berdasarkan gabungan indikator TB/U dan BB/TB

Gambar 16.5. menyajikan kecenderungan prevalensi status gizi gabungan indikator TB/U dan BB/TB secara nasional. Berdasarkan Riskesdas 2007, 2010 dan 2013 terlihat adanya kecenderungan bertambahnya prevalensi anak balita pendek-kurus, bertambahnya anak balita pendek-normal (2,1%) dan normal-gemuk (0,3%) dari tahun 2010. Sebaliknya, ada kecenderungan penurunan prevalensi pendek-gemuk (0,8 %), normal-kurus (1,5 %) dan normal-normal (0,5 %) dari tahun 2010.Pravalensi Gemuk dan obes umur 5-12 tahun

Secara nasional masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Sebanyak 15 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan DKI Jakarta. Pravalensi Gemuk dan obesitas umur 13-15 tahun

Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen sangat gemuk (obesitas). Sebanyak 13 provinsi dengan prevalensi gemuk diatas nasional, yaitu Jawa Timur, Kepulauan Riau, DKI, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Bali, Kalimantan Timur, Lampung, Sulawesi Utara dan PapuaPravalensi Gemuk dan obes umur 16-18 tahun

Prevalensi gemuk pada remaja umur 16 18 tahun sebanyak 7,3 persen yang terdiri dari 5,7 persen gemuk dan 1,6 persen obesitas. Provinsi dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta (4,2%) dan terendah adalah Sulawesi Barat (0,6%). Lima belas provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Kalimantan Tengah, Papua, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Gorontalo, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan DKI Jakarta.

Status Gizi DewasaBatasan IMT yang digunakan untuk menilai status gizi penduduk dewasa adalah sebagai berikut: Kategori kurus IMT < 18,5 Kategori normal IMT 18,5 - 18 tahun

Gambar 16.18 menyajikan kecenderungan prevalensi obesitas penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun) di masing-masing provinsi tahun 2007, 2010 dan 2013. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013, prevalensi terendah di Nusa Tenggara Timur (9,8%) dan tertinggi di provinsi Sulawesi Utara (34,7%). Enam belas provinsi dengan prevalensi diatas prevalensi nasional, yaitu Aceh, Riau, Sulawesi Tengah, Bangka Belitung, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Papua Barat, Bali, Kalimantan Timur, Papua, DKI Jakarta dan Sulawesi Utara.Prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) pada tahun 2013

Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1 persen dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 persen dari tahun 2010 (15,5%). Prevalensi obesitas terendah di Nusa Tenggara Timur (5,6%), dan prevalensi obesitas tertinggi di provinsi Sulawesi Sulawesi Utara (19,5%). Tiga belas provinsi dengan prevalensi obesitas di atas prevalensi nasional, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Aceh, Papua Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, Maluku Utara, DKI Jakarta, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Gorontalo dan Sulawesi Utara. III. Pengertian obesitasObesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak berlebihan dengan ambang batas IMT/U > 2 Standar Deviasi (WHO, 2005). Ditinjau dari segi klinis, obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya. (Waspadji, 2003)Ditinjau dari segi ilmu gizi, obesitas adalah penimbunan trigliserida yang berlebihan di jaringan-jaringan lemak tubuh. Menurut Bray, jumlah lemak tubuh manusia (pada orang dewasa muda) yang normal pada laki-laki 15-18% berat badan, sedangkan pada wanita 20-25% berat badan. Seseorang dikatakan obesitas bila 25% berat badan seorang laki-laki terdapat lemak dan pada wanita lemak tubuhnya berjumlah 30%. (Waspadji, 2003)

IV. Penyebab obesitasPenyelidikan menunjukkan bahwa kegemukan pada orang dewasa sebenarnya mulai dibentuk pada permulaan kehidupan dimana terjadi interaksi antara faktor genetik dan cara pemberian makanan yang akan merangsang pertumbuhan sel-sel lemak yang lebih banyak dalam berbagai jaringan lemak. Mekanisme dasar terjadinya kegemukan adalah masukan kalori yang melebihi pemakaian kalori untuk memelihara dan pemulihan kesehatan yang berlangsung cukup lama, Akibat kelebihan kalori tersebut akan disimpan di dalam jaringan lemak, yang lama kelamaan akan mengakibatkan kegemukan. Ketidakseimbangan antara masukan kalori dan pemakaian dapat disebabkan banyak faktor antara lain : (Waspadji, 2003; Ratu, 2011)a. Kurangnya aktivitas fisik (hidup santai)Pada umumnya seseorang yang gemuk kurang aktif daripada seseorang dengan berat badan normal. kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian maupun latihan fisik terstruktur. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak masa anak sampai lansia akan mempengaruhi kesehatan seumur hidup.b. Meningkatnya konsumsi zat gizi tertentu, terutama zat gizi yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara berlebihan. Perubahan pola makan dan aktivitas fisik ini berakibat kepada semakin banyaknya penduduk yang mengalami masalah overweight dan obesitas (Almatsier, 2006).c. Kelaian GenAnak yang gemuk biasanya salah satu atau kedua orangtuanya gemuk. Apakah kegemukan ini selalu diturunkan sebagai bawaan dari orang tuanya atau karena kebiasaan makan yang berlebihan yang ditiru anaknya atau faktor lingkungan belum diketahui secara pasti. d. Penyebab obesitas dinilai sebagai multikausal dan sangat multidimensional karena tidak hanya terjadi pada golongan sosio-ekonomi tinggi, tetapi juga sering terdapat pada sosio-ekonomi menengah hingga menengah ke bawah. Obesitas dipengaruhi oleh faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor genetik.e. Kelaian dari sel lemak itu sendiriKelainan metabolisme dan kelainan sel lemak pada seseorang dapat menimbulkan kegemukan.

V. Kelompok yang beresiko terhadap obesitas (Ratu, 2011)Faktor risiko utama yang menyebabkan obesitas adalah faktor perilaku yaitu pola makan yang tidak sehat ditambah dengan konsumsi serat (buah dan sayur) tidak mecukupi, fisik yang tidak aktif, dan merokok.1. Obesitas pada usia anak akan meningkatkan risiko obesitas pada saat dewasa. 2. Jika obesitas terjadi pada anak sebelum usia 5-7 tahun, maka risiko obesitas dapat terjadi pada saat tumbuh dewasa. Anak obesitas biasanya berasal dari keluarga yang juga obesitas.3. Masalah gizi banyak dialami oleh golongan rawan gizi yang memerlukan kecukupan zat gizi untuk pertumbuhan. Kelompok anak hingga remaja awal (sekitar 10-14 tahun) merupakan kelompok usia yang berisiko mengalami masalah gizi baik masalah gizi kurang maupun gizi lebih.

VI. Dampak obesitas (Jeffry, 2014) 1. Kematian DiniMenurut seorang peneliti dari CDC atau Centers for Disease Control menyatakan bahwa, sekitar 300.000 kasus kematian per tahun di Amerika diperkirakan terjadi berhubungan dengan obesitas. Orang yang mengalami berat badan berlebih akan memiliki 50 hingga 100% peningkatan resiko kematian secara dini jika dibandingkan dengan orangorang yang memiliki berat badan yang sehat.2. Penyakit jantungResiko berbagai penyakit seperti serangan jantung, gagal jantung kongestif, kematian secara mendadak, angina, maupun nyeri dada, umumnya akan meningkat pada orang yang mengalami obesitas. Obesitas juga berhubungan dengan tekanan darah tinggi, kadar trigliserida atau lemak jahat yang tinggi serta penurunan kolesterol baik3. StrokePenyempitan pembuluh darah atau aterosklerosis, yang dapat menyebabkan pembekuan darah merupakan suatu kondisi yang umumnya mengawali kasus serangan stroke. Munculnya aterosklerosis dipicu oleh hipertensi, kolesterol tinggi, merokok, serta kurang berolahraga. Obesitas juga berkaitan dengan diet atau pola makan yang tinggi akan lemak, meningkatnya tekanan darah, serta kurangnya berolahraga. Maka, obesitas saat ini dianggap sebagai faktor resiko sekunder yang sangat penting dari terjadinya penyakit stroke.4. Diabetes Tipe 2Naiknya berat badan walaupun hanya sebesar 5 hingga 10 kg dari kisaran berat badan yang sehat, akan meningkatkan seseorang terserang diabetes tipe 2 sebesar dua kali lipatjika dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami berat badan. Sekitar lebih dari 80% pengidap diabetes diketahui memiliki kelebihan berat badan.5. Kanker.Obesitas berkaitan dengan meningkatnya resiko beberapa jenis penyakit kanker, termasuk kanker endometrium atau kanker lapisan rahim, kanker usus besar, kandung empedu, prostat, ginjal, serta kanker payudara pasca menopause. Wanita yang mengalami peningkatan dalam berat badan lebih dari 10 lg saat dari umur 18 tahun hingga umur paruh baya akan meningkatkan resiko terserang kanker payudara pasca menopause sebesar dua kali lipat, jika dibandingkan dengan wanita yang berat badannya tetap dalam keadaan stabil.6. Perlemakan hati.Penyebab utama dari penyakit perlemakan hati non alkoholik ialah resistensi hormon insulin, sebuah gangguan metabolisme dimana selsel mejadi tidak peka terhadap efek insulin. Salah satu faktor resiko yang sangat umum terjadinya resistensi hormon insulin adalah obesitas, terutama obesitas sentral. Dalam studi telah menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara derajat kerusakan hati dengan obesitas.7. Penyakit kandung empedu.Orang yang mengalami obesitas akan memiliki resiko batu empedu tiga kali lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya tetap stabil. Umunya wanita lebih banyak terserang jika dbandingkan dengan pria. Semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi juga resiko terserang batu kandung empedu ini. Umumnya menyerang pada seseorang yang umurnya diatas 40 tahun.8. Ganguan pernapasanDisebut juga dengan nama obstructive sleep apnea atau gangguan pernapasan saat tidur, lebih umum terjadi pada seseorang yang mengalami kelebihan berat badan. Obesitas dikaitkan dengan meningkatnya resiko penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis berat, besiktas sindrom hipoventilasiserta insufisiensi pernapasan.9. ArtritisGangguan pada muskuloskeletal, termasuk osteoarthritis, jauh lebih sering terjadi pada orang yang mengalami obesitas, terutama pada orang yang didiagnosis mengalami obesitas kronis. Studi kesehatan menunjukkan bahwa obesitas adalah pediktor yang sangat kuat untuk gejala osteoarthritis, terutama pada bagian lutut. Resiko osteoartritis akan meningkat setiap kenaikan 1 kg berat badan.10. Ibu hamil dan bayiObesitas memberikan dampak yang buruk pada kesehatan, baik ibu maupun bayi yang baru lahir, baik selama serta setelah kehamilan. Obesitas di saat hamil akan berkaitan dengan resiko kematian yang lebih tinggi mabik pada ibu maupun pada bayinya. Hal seperti ini juga dapat menimbulkan resiko tekanan darah tinggi pada sang ibu, sebesar 10 kali lipat. Obesitas di masa kehamilan juga sangat berhubungan dengan peningkatan resiko bayi yang terlahir cacat seperti spina bifida atau sebuah bentuk kelainan pada tulang belakang. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitasyang terjadi setelah melahirkan termasuk resiko yang lebih tinggi terhadap luka maupun infeksi endometrium, endometritis serta infeksi pada saluran kemih.11. Dampak psikologis serta sosialDampak emosional mungkin salah satu bagian yang sangat menyakitkan Dampak emosional mungkin salah satu bagian yang sangat menyakitkan bagi orang yang mengalami obesitas. Masyarakat saat ini lebih menekankan pada penampilan fisik yang identik dengan langsing, terutama bagi para wanita. Hal ini akan membuat orang yang mengalami obesitas menjadi merasa tidak menarik.12. Mengurangi derajat kesehatanSemakin bertambahnya berat badan maka dapat mengurangi derajat kesehatan seseorang. Jadi, dengan cara mengurangi berat badan hingga 10% saja, akan dapat mengurangi kemungkinan akan terserang penyakit stroke serta penyakit jantung. Dengan menurunkan berat badan dapat menurunkan resiko penyakit jantung dengan cara memperbaiki kerja jantung anda, tekanan darah anda, kadar kolesterol darah serta trigliserida dalam tubuh anda. Dalam studi telah menujukkan bawah dengan cara mengurangi berat badan 5 hingga 10 kg berat badan anda bila anda mengalami obesitas akan dapat meningkatkan derajat kesehatan anda.Berikut ini merupakan penjelasan lengkap tentang pengaruhobesitasterhadap berbagai aspek kesehatan pada diri seseorang: 1. Yang pertamaadalah penjelasan penting bahwa obesitas berperan penting dalam menurunkan kinerja otak secara drastis. Yang perlu dipahami adalah obesitas membuat daya ingat seseorang jauh lebih rendah daripada mereka dengan tubuh proporsional. Ketika daya ingat mendapat masalah, daya tangkap atau kecerdasan seseorang secara otomatis turut mendapatkan masalah. Kabar baiknya adalah fenomena ini masih dapat diperbaiki dengan dilakukannya proses penurunan berat badan. Seiring dengan berkurangnya berat badan seseorang, peredaran darah akan semakin lancar yang berpengaruh pula pada lancarnya jalan oksigen menuju otak yang memicunya untuk bekerja dan berfungsi lebih baik. 2. Pengaruh obesitasyang keduaberfokus pada wanita yang ingin segera mendapatkan keturunan. Pasalnya, menurut hasil riset dari Academic Medical Center di Amsterdam, kelebihan berat badan berpengaruh besar pada kematangan sel telur. Akibatnya wanita yang menderita obesitas dikatakan lebih sulit untuk hamil karena akan mendapatkan lebih banyak kesulitan pada proses pembuahan. Kemungkinan hamil secara alami oleh wanita dengan BMI (body mass index) sebesar 30 yang berlebih menurun sebesar dua puluh enam persen. Persentase tersebut dapat meningkat seiring dengan semakin besar pula jumlah BMI yang dimiliki oleh seorang wanita.Obesitas digambarkan sebagai salah satu penyebab menurunnya produktivitas kerja seseorang. Dapat dibayangkan secara sederhana bahwa seseorang dengan tumpukan lemak berlebih akan lebih sulit untuk menggerakkan tubuh mereka. Oleh karena itu, mereka akan lebih mudah merasa lelah dan kualitas kerja mereka juga tidak akan maksimal. Pasalnya, produktivitas merupakan salah satu daya jual paling penting pada diri seseorang yang mengandalkan karir mereka sebagai tumpuan hidup karena produktivitas kerja yang tinggi secara otomatis meningkatkan daya saing. Mereka yang bertahan adalah mereka yang mampu bersaing dalam kompetisi dunia kerja, obesitas adalah salah satu perusaknya.VII. Upaya penanggulangan yang sudah dilakukan pemerintahKebijakan yang telah diambil pemerintah Indonesia dalam mengatasimasalah gizi adalah 1. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalamRangka Seribu Hari Pertama Kehidupan disingkat menjadi Gerakan 1000 HPK, (KementerianKesejahteraan Rakyat RI, 2013)Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan merupakan upaya untuk memperkuatkomitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya penanganan gizi sejak seribuhari pertama kehidupan dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Salah satu upaya pemerintah adalah lewat program yang disebut Program 1.000 hari Pertama untuk Negeri yang akan dilaksanakan di enam provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. (Tribunnews.com; Eko Sutriyanto)2. Revitalisasi Posyandu Atasi Masalah GiziPosyandu relevan mengatasi masalah gizi. Bisa dibayangkan berapa balita Indonesia akan terhindar dari masalah gizi jika Posyandu benar-benar dimanfaatkan. Masyarakat perkotaan yang mempunyai kemampuan ekonomi cukup tentu memilih dokter. Sebaliknya masyarakat pedesaan masih mempercayai pengobatan melalui posyandu dan jadi pilihan. (Tribunnews.com; Eko Sutriyanto)Posyandu dimulai terutama untuk melayani balita (imunisasi, timbang berat badan) dan orang lanjut usia (Posyandu Lansia), dan lahir melalui suatu Surat Keputusan Bersama antara Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri), Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Ketua Tim Penggerak (TP) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan dicanangkan pada sekitar tahun 1986. Legitimasi keberadaan Posyandu ini diperkuat kembali melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tertanggal 13 Juni 2001 yang antara lain berisikan "Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu" yang antara lain meminta diaktifkannya kembali Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL) Posyandu di semua tingkatan administrasi pemerintahan. (Tribunnews.com; Eko Sutriyanto)3. Deteksi Dini Obesitas Pada Anak dan Remaja Dengan Teknologi Heart Smart KidsDeteksi dini terhadap timbulnya dampak penyakit yang lebih luas melalui pengkajian dengan menggunakan aplikasi teknologi yang saat ini sudah dikembangkan di negara maju yaitu Heart Smart Kids.

VIII. Ide kreatif yang diusulkan untuk mengatasi obesitas

DAFTAR PUSTAKALaseduw, Jeffry. Penyakit Yang Muncul Karena Obesitas | Nectura Juice. (Availabe at http://www.necturajuice.com/penyakit-yang-muncul-karena-obesitas/ pada tanggal 16-12-2014 pukul 17:03)Michael J. Gibney, Shirley AA Beresford, dan John M Kearney. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Revitalisasi Posyandu Atasi Masalah Gizi (Available at http://www.tribunnews.com/kesehatan/2012/02/17/revitalisasi-posyandu-atasi-masalah-gizi Pada tanggal 16-12-2012 pada tanggal 16-12-2012 pukul 18.39)Sartika , Ratu Ayu Dewi, 2011. FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DI INDONESIA. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Siagan, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Erlangga. Waspadji, Sarwono dan Slamet Suyono.2003.Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi.Jakarta: FKUI