enzim rayen

27
LAPORAN PRAKTIKUM PROYEK TUMBUHAN (BI-2204) AKTIVITAS ENZIM DAN KARAKTERISASI PIGMEN TUMBUHAN Tanggal praktikum: 3 Maret 2015 Tanggal pengumpulan: 12 Maret 2015 Disusun oleh: Muhammad Hizrian Irda 10613018 Kelompok 10 Asisten: Khoirunnisa Istiqomah 10611051 PROGRAM STUDI BIOLOGI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Upload: muhizrida

Post on 19-Nov-2015

261 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

laporan supertum

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM PROYEK TUMBUHAN (BI-2204)

AKTIVITAS ENZIM DAN KARAKTERISASI PIGMEN TUMBUHAN

Tanggal praktikum: 3 Maret 2015Tanggal pengumpulan: 12 Maret 2015

Disusun oleh:Muhammad Hizrian Irda10613018Kelompok 10

Asisten:Khoirunnisa Istiqomah10611051

PROGRAM STUDI BIOLOGISEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATIINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNGBANDUNG2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangEnzim adalah suatu biokatalisator dalam suatu reaksi kimia di dalam hewan dan tumbuhan. Kerja enzim sangat bergantung pada pH dan suhu lingkungannya, dimana suhu yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi, sedangkan pH yang terlalu ekstrim akan merusak bentuk enzim. Enzim sangat berperan penting dalam kehidupan dan banyak hal yang menentukan kinerja enzim dalam reaksi biologis, sehingga menentukan pengaruh suhu pada aktivitas enzim serta menentukan aktivitas enzim secara kuantitatif perlu untuk dilakukan.Pada tumbuhan terdapat beberapa jenis pigmen dengan fungsi yang berbeda-beda. Klorofil berfungsi dalam proses fotosintesis dan beberapa pigmen berfungsi sebagai sarana pertahanan diri tumbuhan dan juga antioksidan seperti antosianin. Pigmen ini tidak hanya berguna bagi tumbuhan, tetapi juga sangat berguna bagi manusia, baik itu dari bidang kesehatan maupun produksi, sehingga mempelajari karakter pigmen tumbuhan sangat perlu unutk dilakukan

1.2 TujuanPada percobaan pengamatan aktivitas enzim amilase pada tumbuhan kacang hijau, kacang merah dan kedelai serta karakteristik pigmen tumbuhan bayam merah dan bayam hijau bertujuan untuk:1. Menentukan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amylase2. Menentukan persentase pati yang terurai dengan metode Bernfeld3. Menentukan nilai absorbansi setiap ekstrak4. Menentukan karakteristik pigmen secara kualitatif dalam jaringan tumbuhan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis5. Menentukan nilai Rf pigmen tumbuhan pada masing-masing objek dengan metode Kromatografi Lapis Tipis

1.3 HipotesisHipotesis pada percobaan ini adalah sebagai berikut : 1. Suhu yang rendah membuat aktivitas enzim lembat, sedangkan jika terlalu tinggi menyebabkan enzim terdenaturasi2. Persentase pati yang terurai adalah 100%3. Pada 1 bagian tumbuhan terdapat lebih dari 1 pigmen.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enzim Enzim merupakan suatu biokatalisator untuk mengkatalisis reaksi biokimia sehingga reaksi metabolisme menjadi lebih cepat tanpa mempengaruhi keseimbangan reaksi dan bisa menurunkan energy aktivasi dari reaksi tersebut. Selain itu, enzim juga dapat meningkatkan fraksi molekul dalam kumpulan molekul tertentu untuk lebih cepat bereaksi per satuan waktu dibandingkan dengan keadaan tanpa katalisator (Wiradikusumah, 1989). Pelekatan subtrat kepada sisi aktif enzim dapat terjadi melalui dua cara, yaitu lock and key dan induced fit.

Gambar 2.1 Pengaruh enzim terhadap energi aktivasi reaksi(Nelson & Cox, 2004)Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuaannya menurunkan G (Segel, 1975).:1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang keadaan transisi terstabilisasi (contohnya mengubah bentuk substrat menjadi konformasi keadaan transisi ketika ia terikat dengan enzim.)2. Menurunkan energi keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan menciptakan lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan dengan keadaan transisi.3. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat sementara waktu untuk membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.4. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini melibatkan destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya terhadap katalis relatif kecil.

Gambar 2.1 Energi Transisi Enzim(Nelson, 2004).Menurut Taiz & Zeiger (2002), enzim bekerja secara spesifik dan pada lingkungan yang mendukung kerja enzim. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah:a. SuhuSuhu yang terlalu tinggi akan membuat suatu enzim terdenaturasi dan suhu yang terlalu rendah akan membuat kinerja enzim tidak maksimum (Taiz & Zeiger, 2002).

Gambar 2.2 Kurva pengaruh suhu terhadap kinerja enzim(Taiz & Zeiger, 2002)b. pHpH yang terlalu ekstrim akan merusak sisi aktif enzim, hal ini menyebabkan substrat tidak dapat membentuk komleks substrat-enzim dan kinerja enzim akan melambat dan berhenti (gambar 2.3). Setiap enzim memiliki rentang pH yang berbeda-beda (Taiz & Zeiger, 2002).

Gambar 2.3 Kurva pengaruh pH terhadap kinerja enzim(Taiz & Zeiger, 2002)c. Inhibitor dan aktivatorInhibitor adalah molekul protein yang akan melekat pada enzim sehingga membuat substrat tidak dapat melekat pada enzim. Inhibitor kompetitif akan menyerang enzim tepat pada sisi aktif enzim tersebut, sedangkan inhibitor non kompetitif akan melekat pada sisi lain dari enzim yang kemudian akan merubah bentuk enzim tersebut sehingga sisi aktif enzim tidak dapat dikenali oleh substrat. Aktivator adalah senyawa yang menginduksi aktifnya suatu enzim dan meningkatkan kerja enzim (Taiz & Zeiger, 2002).d. Konsentrasi substrat dan enzimKonsentrasi substrat yang tinggi akan membuat enzim bekerja lebih lama karena semakin banyak substrat yang harus dibentuk, sedangkan jika konsentrasi substrat sedikit maka kinerja enzim akan semakin cepat. Kalau konsentrasi enzim yang tinggi maka kinerja enzim akan cepat dan jika konsentrasi enzim nya rendah maka kinerja enzim juga akan lebih lambat. (Nelson & Cox, 2004).

2.2 Enzim amilase Amilase merupakan kelompok enzim yang berguna dalam pemutusan ikatan glikosida yang terdapat pada molekul amilum. Hasil hidrolisis molekul amilum adalah molekul-molekul yang lebih kecil seperti maltosa, dekstrin dan terutama molekul glukosa sebagai unit terkecil (Reddy et al., 2003). Amilase dihasilkan oleh berbagai jenis organisma hidup, mulai dari tumbuhan, hewan, manusia, tumbuhan, bahkan pada mikroorganisma seperti bakteri dan fungi. Enzim amilase memiliki nama asli diastase dan pertama kali ditemukan dan diisolasi oleh Anselme Payen pada tahun 1833. Seiring denganpenemuan-penemuan baru di bidang penelitian kelompok enzim amilase yang dapat mendegradasi amilum dan senyawa polisakarida lainnya juga semakin bertambah jumlahnya. Enzim amilase berfungsi juga untuk memecah tepung (pati) menjadi glukosa yang berguna pada proses perkecambahan tanaman. Enzim ini akan memecah pati menjadi monosakarida yaitu glukosa (French, 1981).

2.3 Uji kualitatif keberadaan enzim amilase menggunakan Prinsip uji kualitatif untuk mengetahui keberadaan enzim amilase adalah dengan menguji amilosa atau pati dengan menggunakan iodin. Pati akan memberikan hasil positif pada uji menggunakan reagen lugol. Enzim amilase berfungsi untuk mengubah zat pati menjadi glukosa, dan glukosa akan memberikan hasil yang negatif terhadap reagen lugol (Elmhurts, 2003) . Jika pada suatu larutan tertentu yang terdiri dari pati dan menunjukkan hasil positif terhadap lugol, lalu diberi enzim amilase dan diuji kembali dan menghasilkan hasil negatif, maka enzim amilase telah bekerja mengubah pati menjadi glukosa. Reaksi positif pada reaksi lugol mengasilkan warna biru kehitaman yang merupakan warna ion iodin (gambar 2.5).

Gambar 2.5 Reaksi Iodin(Elmhurts, 2003)

2.4 Uji kuantitatif enzim amilase menggunakan metode BernfeldMetode bernfeld adalah metode untuk mengetahui aktivitas enzim dengan kemampuannya untuk mengurangi zat 3,5-dinitrosalicylic acid. Aktivitas tersebut ditandai dengan perubahan daya absorbansi pada panjang gelombang 580 nm (Bernfeld, 1955). Uji ini menggunakan dua perlakuan yaitu kontrol dan sampel. Perlakuan kontrol adalah larutan yang diatur sehingga tidak ada terjadi aktivitas enzim dengan menambahkan zat inhibitor sebelum enzim bekerja dan perlakuan sampel adalah perlakuan yang diatur sehingga terhadap aktivitas enzim. Dari dua perlakuan tersebut, ditentukan perbedaan absorbansinya.

2.5 Pigmen tumbuhanPada umumnya pigmen terbentuk dari molekul hidrokarbon, tetapi ada beberapa pigmen yang memiliki atom lain seperti nitrogen, logam dan yang lainnya. Pigmen pada tumbuhan bergam jenisnya. Klorofil (berwarna hijau) yang berfungsi sebagai akseptor fotosintesis. Karotenoid (berwarna jingga) yang berfungsi sebagai akseptor antena fotosintesis yang berfungsi dalam mengurangi energi foton sehingga tidak merusak klorofil. Selain itu karotenoid dapat berfungsi sebagai antioksidan dan juga dapat diubah menjadi vitamin esensial. Antosianin (berwarna ungu) yang berfungsi sebagai antioksidan (Tranggono, 1990). Pigmen pada tumbuhan terbagi kedalam 4 kelompok yaitu klorofil, karoteniod, flavonoid, dan betalains (Taiz & Zeiger, 2002).Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang banyak terdapat pada organ daun dan berfungsi dalam proses fotosintesis, karotenoid senyawa yang terdiri dari karoten dan Xantofil yang memiliki warna kuning hingga merah. Flavonoid adalah pigmen yang banyak terdapat pada lemon dan memberikan warna kuning, merah hingga ungu. Falovonoid terdiri dari antoxianin, aurone, chalcones, flavonols, proantosianidin. Beberapa jenis flavonoid bersifat antioksidan sehingga banyak digunakan dalam bidang kesehatan (Devies, 2004).

2.6 Kromatografi Lapis Tipis serta perhitungan RfKromatografi adalah metode analisis yang digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasikan, dan menentukan komponen kimia dalam suatu campuran. Metode kromatografi ada 2 yaitu: column chromatography dan planar chromatography. Kromatografi planar memilki contoh seperti, kromatografi lapisan tipis (TLC), kromatografi kertas (PC), dan elektrokromatografi. Kromatografi merupakan cara pemisahan campuran ke dalam komponen-komponennya berdasarkan kecepatan migrasitiap-tiap komponennya melalui medium stasioner (fasa diam) di bawah pengaruh fasa gerak. Fase gerak pada metode kromatografi kertas bergerak melewati fase diam karena pengaruh kapilaritas, gravitasi, atau terkadang karena pengaruh potensial listrik (Bruner, 1985).Kromatografi lapis tipis memiliki mekanisme yang tidak jauh berbeda dengan kromatografi kertas. Kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan kecepatan dan ketajaman daya adsorbsinya. Lempengan tipis yang digunakan biasanya berupa aluminium sebagai fase stasioner dan gel silika sebagai adsorbannya. Teknik kromatografi lapis tipis menggunakan suatu adsorben yang disalutkan pada suatu lempeng kaca sebagai fase stasionernya. Mekanisme penempatan sampel sama seperti pada kromatografi kertas (Bruner, 1985).Nilai Rf ditentukan dengan cara yang sama seperti pada kromatografi kertas. Kromatografi pemisahan menggunakan prinsip kompetisi stasioner antara fase cair dan fase gerak. Contoh dari kromatografi pemisahan adalah HPLC. Kromatografi tersebut lengkap dan modern. Umumnya metode ini dicirikan oleh efisiensi kolom yang rendah dan pemisahan yang lama. Prosedur pemisahannya dengan memperhatikan fase cair yang lambat melewati kolom karena gravitasi. Kromatografi pertukaran ion menggunakan prinsip kompetisi antara fase resin penukar ion dengan fase gerak cair. Contoh dari kromatografi pertukaran ion adalah Ion Exchange Chromatography. Pemisahan ion-ion dilakukan dengan memisahkan anion dankation. Pemisahan dilakukan oleh anion exchanger dan kation exchanger. Kromatografi penyerapan menggunakan prinsip kompetisi antara matriks polimer dan fase gerak cair. Contoh dari kromatografi penyerapan adalah Gel Permeationchromatography. Proses pemisahan molekul-molekunya berdasarkan ukuran darimolekul-molekul tersebut (Bruner, 1985).

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Alat dan BahanAlat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini terdapat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Alat dan BahanAlatBahan

Tabung reaksiPlat tetesPengangas airMortar dan aluCorong gelasSpektrofotometer UV/VisBejanaPinsetKLTGelas kapilerLarutan patiLarutan KI/I2Enzim amilaseLarutan buffer posfat ph 5,6Dietil eter : air (1:1)Kecambah Kacang Hajau, Kacang Merah, dan kedelaiSodium posfat buffet 0,05 M pH = 7Asam kloridaH2OAlkohol 96%AsetonDaun bayam merah dan hijauBungaKertas saring Whatman No. 1 (3 x 10)

3.2 Metodologi3.2.1Uji kualitatif pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilasePenangas air yang suhunya 450 C, suhu kamar dan yang diisi es disiapkan. Tiga buah tabung reaksi diisi larutan enzim sebanyak 2-5 mL dan masing-masing disimpan pada penangas air yang suhunya berbeda. Tiga tabung reaksi yang lain diisi 2-5 mL larutan pati dan 2-5 mL larutan dapar fosfat pH 5,6 yang selanjutnya masing-masing dimasukkan pada 3 penangas diatas. Kemudian tabung reaksi tadi didiamkan dalam penangas air untuk beberapa menit sampai suhunya sama dengan suhu air dalam penangas tersebut. Apabila suhunya sudah sama, masukkan 1 mL larutan enzim kedalam tabung larutan pati dan kocok sampai homogen. Lalu semua tabung diteteskan larutan KI/I2 di dalam plat tetes.

3.2.2Uji aktivitas enzim Amilase secara kuantitatif (metode Bernfeld)Ekstrak enzim yang digunakan berasal dari kecambah kacang hijau, kecambah kacang merah dan kecambah kacang kedelai.Tujuh buah tabung reaksi (beri nomor 1-7) disiapkan. Keudian aktivitas amilase diluji dengan mencampur 0,5 mL ekstrak enzim; 0,5 mL 0,05 M sodium phosphate buffer pH 7,0 dan 1,0 mL 1% pati. Pada tabung 1, 3 dan 5, campuran ketiga larutan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang, kemudian reaksi dihentikan dengan penambahan 3,5 mL 1 N HCl. Pada tabung reaksi 2, 4 dan 6, sebelum ektrak enzim dimasukkan, dilakukan penambahan HCl. Tabung reaksi 7 digunakan sebagai blanko, dengan dicampurkan 0,5 mL ekstrak enzim; 0,5 mL 0,05 M sodium phosphate buffer pH 7,0 dan 1 mL H2O sebagai pengganti pati. Pati dideteksi dengan menambahkan 0,5 mL larutan iodin. Sampel kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 580 nm

3.2.3Karakterisasi pigmen dalam daun dan bunga dengan SpektofotometerDaun bayam hijau dan merah ditimbang masing-masing 1 g. Masing-masing bahan digerus dengan mortar. Gerusan direndam dalam 5 mL alkohol 96% selama 30 menit. Alkohol diambahkan sampai volume 10 mL. Ekstrak tersebut disaring dengan corong gelas (yang telah disumbat kapas pada lehernya) sehingga diperoleh ekstrak alkohol daun dan bunga

3.2.4Karakterisasi pigmen dalam tumbuhan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)Absorbansi ekstrak-ekstrak yang telah disiapkan tadi diukur pada panjang gelombang () 400 700 nm dengan UV/VIS Spektrofotometer. Pengukuran tadi digambarkan pada kertas grafik l , sehingga diperoleh spektrum absorpsi. Serapan maksimum dapat ditentukan pada setiap ekstrak (larutan pigmen tersebut)

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji aktivitas enzim amilase4.1.1 Uji kualitatif pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilaseTabel 4.1 Perlakuan suhu terhadap enzimPerlakuanFoto

Suhu 45

Gambar 4.1 Suhu 45(Dokumentasi Pribadi)

Suhu Kamar

Gambar 4.2 Suhu Kamar(Dokumentasi Pribadi)

Suhu Dingin

Gambar 4.3 Suhu Dingin(Dokumentasi Pribadi)

Pada percobaan ini dilakukan tiga perlakuan yaitu pada suhu dingin mendekati 00C, suhu ruang (sekitar 270C) dan suhu 450C. Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi semua reaksi kimia, termasuk reaksi enzim. Setiap enzim hanya dapat bekerja pada rentang suhu yang berbeda-beda. Setelah melewati suhu optimumnya, kinerja enzim akan melambat (gambar 2.2) akibat enzim mengalami denaturasi karena enzim merupakan protein yang akan terdenaturasi saat suhu terlalu tinggi (Taiz & Zeiger, 2002). Hasil perobaan terdapat pada Tabel 4.1, terlihat bahwa pada perlakuan 450C, warna larutan menujukkan warna yang lebih terang dibandingkan perlakuan lainnya hal ini sesuia karena suhu optimal 500C-600C (Sebayang, 2005)

4.1.2 Hasil pengamatan secara kuantitatifTabel 4.1 Uji Aktivitas EnzimTreatment NumberEktstrak enzimAbsorbance (A)X-Y = Z% Starch Lost (100 * Z/X)

1Kacang hijauY1 = 1,1560,75765,48

2Kacang hijauX1 = 1,913

3Kacang merahY2 = 1,2830,31933,09

4Kacang merahX2 = 0,864

5Kacang kedelaiY3 = 1,2170,0342,82

6Kacang kedelaiX3 = 1,183

7Blanko0

Pada tabung 1, 3, 5 merupaka perlakuan yang diatur agar enzim dapat bekerja. Penambahan inhibitor yaitu HCl dilakukan setelah enzim telah bereaksi dengan pati selama 15 menit sehingga konsentrasi pati menurun dari semula. Sedangkan pada tabung 2,4,6 penambahan HCl dilakukan diawal sebelum penambahan enzim dan pati, sehingga enzim tidak dapat bereaksi dengan pati hal ini menyebabkan pati tidak ada yang diubah menjadi glukosa sehingga menyebabkan konsentrasi pati setelah reaksi sama dengan sebelum reaksi. Perbedaan reaksi pati sesudah reaksi antara tabung 1 dan 2 merupakan jumlah pati yang telah berhasil diubah menjadi glukosa oleh amilase (aktivitas amilase). Dari hasil pada tabel 4.1 di simpulkan bahwa aktivitas amilase dari tertinggi adalah kacang hijau, kacang kedelai dan kacang merah. Perbedaan aktivitas dapat disebabkan dari pengaruh konsentrasi enzim amilase pada setiap ekstrak yang berbeda-beda, karena perlakuan dilakukan pada suhu, pH, konsentari inhibitor dan konsentrasi substrat yang sama (Taiz & Zeiger, 2002)

4.2 Karakteristik pigmen tumbuhan4.2.1 Karakteristik pigmen dalam daun dan bunga dengan spektrofotometer EkstrakAbsorbansi pada

400425450475500525550575600625650675700

Daun Hijau3.3613.4373.4443.3081.3630.8880.2140.3170.4721.0381.6681.8310.295

Bunga Merah3.5583.6093.5340.1510.090.080.02420.1790.1260.1730.1580.1490.122

Bunga Ungu0.9890.360.2460.150.340.50.0460.0330.0420.0330.0340.0310.022

Bunga Kuning3.4823.6273.1040.9420.1910.0780.0370.0420.0460.0940.1050.1080.065

Grafik 4.2.1 Karakteristik pigmen dalam daun dan bunga dengan spektrofotometerBerdasarkan Tabel 4.2.1 dan Gambar 4.2.1 yang memiliki absorbansi tertinggi adalah warna hijau pada saat 450 nm, warna ungu pada saat 400 nm serta pada saat panjang gelombang 425 nm terjadi di warna merah dan kuning. Hal ini terjadi karena pada satu warna yang terlihat oleh mata manusia yang dihasilkan oleh bagian tumbuhan bisa saja memiliki pigmen warna pada tumbuhan yang beragam sehingga dapat memunculkan perspektif baru. Menurut Taiz & Zeiger (2002), absorbsi maksimum pada panjang gelombang 450 nm terjadi pada klorofil. Dangan demikian, pada warna daun menjadi hijau mengandung pigmen klorofil sebagai pigmen warnanya. Selain itu pada warna merah dan kuning pada bunga memiliki nilai absorbansi tertinggi pada panjang gelombang 425 nm disebabkan adanya pigmen beta karoten yang terkandung dalam warna ini. Hal ini sesuai dengan Gambar 4.2.1 yang menyatakan nilai absorbansi tertinggi pada pigmen karoten saat panjang gelomabng 425-475 nm. Sedangkan pada warna ungu yang terjadi adalah kesalahann data. Menurut Campbell (2008), warna yang terpancar adalah hasil pemantulan suatu gelombang tampak, sedangkan yang ada pada tabel 4.2.1 adalah gelombang dengan lambda 400 nm memiliki nilai absorbansi yag paling tinggi. Bila dilihat pada panjang gelombang 400 nm merupakan gelombang ungu yang seharusnya dipantulkan (memiliki nilai absorbansi paling rendah) tetapi data menunjukan hasil yang berbeda. Hal ini terjadi akibat kesalahan dalam pengenceran sehingga kandungan pigmen yang terlarut dalam larutan aseton (Taiz & Zeiger, 2002).

Gambar 4.2 Absorbansi Cahaya Tampak pada Pigmen Tumbuhan(Taiz&Zeiger, 2002)

4.2.2 Karakteristik pigmen dalam jaringan tumbuhan dengan KLT

Rf =

Rf Hijau tua = = 0,3375Rf Hijau muda = = 1Rf Kuning = = 0,75

Gambar 4.2 Hasil KLT(Dokumentasi Pribadi, 2015)

Kromatografi lapis tipis cara untuk memisahkan senyawa-senyawa dari satu campuran, pada kromatografi lapis tipis pada percobaan ini memisahkan pigmen-pigmen dari ekstrak warna tumbuhan. Senyawa yang telah terpisah terlihat sebagai lapisan-lapisan pada permukaan KLT dan masing masing lapisan memiliki nilai Rf yang berbeda. Nilai Rf menunjukan letak masing masing lapisan (senyawa). Terbentuknya lapisan dengan nilai Rf yang berbeda disebabkan oleh daya elusi pada eluen yang bervariasi sesuai dengan kepolaran eluen. Nilai Rf menunjukan kepolaran senyawa. Dari hasil pengujian ini dapat dihitung nilai Rf dari setiap lapisan yang terbentuk. Lapisan yang berwarna hijau tua memiliki nilai Rf 0,3375, lapisan yang berwarna kuning memiliki nilai Rf 0,75 dan lapisan yang berwarna hijau muda memiliki nilai Rf 1. Menurut Budji (2010), nilai Rf yang rendah menunjukan bahwa senyawa tersebut bersifat polar sedangkan senyawa yang bersifat nonpolar nilai Rf yang tinggi. Pigmen hijau bersifat nonpolar karena memiliki nilai Rf yang tinggi serta karena eluen yang digunakan adalah senyawa aseton yang bersifat nonpolar.

BAB VKESIMPULAN

5.1 Kesimpulan1. Suhu yang terlalu tinggi membuat enzim terdenaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah membuat kerja enzim tidak maksimal.2. Pati yang terurai pada kacang hijau adalah 99%, pada kacang merah adalah 25% dan pada kacang kedelai adalah 55%.3. Nilai absorbansi maksimum pada daun hijau pada = 450 nm, bunga ungu pada = 400 nm, bunga merah pada = 425 nm, bunga kuning pada = 425 nm.4. Karakteristik pigmen yang ada dalam tumbuhan adalah antosianin dan klorofil.5. - Rf pigmen hijau tua = 0,3775- Rf pigmen hijau muda = 1-Rf pigmen kuning = 0,755.2 Saran1. Pada praktikum selanjutnya sebaiknya dipersiapan presentase dari kacang yang akan digunakan agar pada saat pengujian dengan spektofotemer tidak terlalu kental dan tidak harus ada pengenceran beberapa kali karena itu membuang waktu banyak.2. Dipersiapkan tabung reaksi dan gelas reaksi yang lebih jangan sampai kekurangan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Aiyer, P. V. 2005. Amylases And Their Applications. African Journal of Biotechnology.4(13):125-1529.Bernfeld, P. 1955. Amylases in Methods in Enzymiologi 1. New York. Academic Press.Bruner, F. 1985. The Science of Chromatography. United States: Elsevier Publishing CompanyBudji, Risco G.2010. Skrining Senyawa Antibakteri Dari Caulerpa Racemosa Var. Macrophysa dan C.Sertulariooidies (Gmelin) Howe Asal Perairan Lae Lae Makassar. Universitas Hasanudin MakassarCampbell, N. A., Reece, J. B., Taylor, M. R. 2009. Biology. San Fransisco: Benjamin CummingsDavies, Kevin. 2004. Plant Pigments and Their Manipulation. Kanada. CRC Press LLCElmhurst.2003. Starch-Iodine. (online) http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook/548starchiodine.htmlDiakses pada tanggal 11 Maret 2015Freanch, D. 1981. Amilases : Enzymatic Mechanisms. Basic Life Sci. 18:151-182Hagihara H, Igarashi K & Hayashi Y. 2001. Novel -Amylase That is Highly Resistant to Chelating Reagents and Chemical Oxidants from the Alkaliphilic Bacillus Isolate KSM-K38. Applied and Environmental Microbiology. 67(4): 1744-1750.Lilie, R.D., Fulmer, H. M. 1954. Histopathologic technique and practical histochemistry Ed 2. New York: Mac Graw-HillNelson, D. L., Cox, M. M. 2004. Lehninger Principle of Biochemistry 4th Ed. Madison:University of WisconsinPalmer, T. 1985. Understanding Enzyme. Ellishorwood PublisherReddy, N. S., Nimmagadda, A., Rao, K. R. 2003. An Overview Of Themicrobial -Amylase Family. African Journal of Biotechnology. 2(12): 645-648.Sebayang, Firman. 2005. Isolasi dan Pengujian Aktivitas Enzim -amilas dari Aspergillus nigerdengan Menggunakan MediaCampuran Onggok dan Dedak Jurnal KomunikasiPenelitian. 17(5): 81-88.Segel, F.H. 1975. Enzyme Kinetics. New York : WilleyTaiz, Lincoln & Zeiger, Eduardo.2002. PalntPhysiology, 3rd edition. Shauer Assiciates.Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia Teknologi Pascapanen dan Gizi Yogyakarta: PAUPangan dan Gizi UGMWiradikusumah, M. 1989. Biokimia : protein, Enzim dan Asam Nukleat. Bandung : ITB.Page, D. S. 1989. Prinsip-pirnsip Biokimia Ed. 2. Jakarta: Erlangga