enhanced geothermal system, solusi untuk krisis energi negeri

3
ENHANCED GEOTHERMAL SYSTEM, SOLUSI MENGATASI KRISIS ENERGI NEGERI Panas bumi selama ini dimanfaatkan untuk pembangkit listrik yang masih terbatas pada sumber-sumber yang dikategorikan ideal atau high-grade hydrothermal system, dengan kata lain hanya dapat di eksploitasi dengan tersedianya heat source, air dan permeabilitas yang memungkinkan adanya ekstraksi energi dengan kedalaman yang relatif dangkal atau kurang dari 2.500 m. Meningkatnya kebutuhan energi dunia ditambah lagi dengan semakin tingginya kesadaran akan kebersihan dan keselamatan lingkungan, membuat panas bumi memiliki masa depan yang cerah. Program EGS ( enhanced geothermal systems ) yang sedang di kembangkan dan di lakukan uji coba di beberapa Negara dunia, serta proyek pengembangan EGS terbesar di dunia pada pusat tenaga listrik yang sedang dikembangkan di Cooper Basin, Australia yang memiliki potensi sebesar 5000- 10.000MW misalnya, adalah beberapa macam program besar-besaran untuk menjadikan geothermal sebagai salah satu primadona pembangkit listrik pada tahun 2050 akan datang. Definisi EGS sendiri meliputi semua sumber panasbumi yang saat ini belum dieksploitasi secara komersial dan membutuhkan rangsangan serta penyempurnaan teknologi lebih lanjut. Dengan kata lain EGS ini merupakan reservoir yang direncanakan untuk dapat mengekstrak panas dari sumber panas bumi yang tidak produktif termasuk sumber hidro-termal yang memiliki permeabilitas rendah dan yang selama ini dianggap tidak produktif dengan berbagai metode dan peralatan yang dapat meningkatkan perpindahan energi dari permeabilitas reservoir atau menyediakan fluida tambahan/baru yang dapat mentrasfer panas. Pengkondisian reservoir untuk sumber panas bumi yang memiliki permeabilitas rendah dilakukan dengan cara menciptakan retakan (fracture) dalam volume yang luas yang sehingga memungkinkan transfer panas yang lebih besar dan efektif. Teknologi konversi juga telah ditingkatkan untuk mendapatkan transfer panas yang lebih efisien.

Upload: m-arif-fadilah

Post on 08-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Artikel, Energi

TRANSCRIPT

ENHANCED GEOTHERMAL SYSTEM, SOLUSI MENGATASI KRISIS ENERGI NEGERI

Panas bumi selama ini dimanfaatkan untuk pembangkit listrik yang masih terbatas pada sumber-sumber yang dikategorikan ideal atauhigh-grade hydrothermal system, dengan kata lain hanya dapat di eksploitasi dengan tersedianya heat source, air dan permeabilitas yang memungkinkan adanya ekstraksi energi dengan kedalaman yang relatif dangkal atau kurang dari 2.500 m. Meningkatnya kebutuhan energi dunia ditambah lagi dengan semakintingginya kesadaran akan kebersihan dan keselamatan lingkungan, membuat panas bumi memiliki masa depan yang cerah. Program EGS (enhanced geothermal systems) yang sedang di kembangkan dan di lakukan uji coba di beberapa Negara dunia, serta proyek pengembangan EGS terbesar di dunia pada pusat tenaga listrik yang sedang dikembangkan di Cooper Basin, Australia yang memiliki potensi sebesar 5000-10.000MW misalnya, adalah beberapa macam program besar-besaran untuk menjadikan geothermal sebagai salah satu primadona pembangkit listrik pada tahun 2050 akan datang.Definisi EGS sendiri meliputi semua sumber panasbumi yang saat ini belum dieksploitasi secara komersial dan membutuhkan rangsangan serta penyempurnaan teknologi lebih lanjut. Dengan kata lain EGS ini merupakan reservoir yang direncanakan untuk dapat mengekstrak panas dari sumber panas bumi yang tidak produktif termasuk sumber hidro-termal yang memiliki permeabilitas rendah dan yang selama ini dianggap tidak produktif dengan berbagai metode dan peralatan yang dapat meningkatkan perpindahan energi dari permeabilitas reservoir atau menyediakan fluida tambahan/baru yang dapat mentrasfer panas. Pengkondisian reservoir untuk sumber panas bumi yang memiliki permeabilitas rendah dilakukan dengan cara menciptakan retakan (fracture) dalam volume yang luas yang sehingga memungkinkan transfer panas yang lebih besar dan efektif. Teknologi konversi juga telah ditingkatkan untuk mendapatkan transfer panas yang lebih efisien. Dengan EGS, energi panas bumi dapat dieksploitasi pada lokasi yang saat ini dianggap tidak potensial. Hal ini dilakukan antara lain dengan dengan melakukan penyempurnaan teknologi pengeboran, pengkondisian reservoir serta penyempurnaan teknologi konversi. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan pemerintah Perancis dan Selandia Baru, terdapat kurang lebih 256 prospek geothermal yang ada di Indonesia. Yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, serta di sebelah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Dapat dilihat bahwa hampir seluruh daerah di Indonesia terdapat potensi geothermal. Bahkan menurut studi Pusat Sumber Daya Geologi, sistem panas bumi dapat hadir di Pulau Kalimantan walaupun tidak memiliki fenomena gunung api. Seperti yang ditunjukkan dengan kehadiran manifestasi air panas dengan temperatur cukup tinggi di daerah Bulungan, Kalimantan Timur dengan air panas sajau (temperatur) yang memiliki peluang akan adanya potensi panas bumi yang besar. Jadi, bukan hal yang mustahil EGS dapat diterapkan di wilayah Indonesia untuk memenuhi sekaligus mengatasi dampak kebutuhan energi saat ini dan di masa yang akan datang.Data dari Outlook Energi Indonesia 2013 memperkirakan bahwa pertumbuhan rata-rata kebutuhan energi Indonesia sebesar 4,7% per tahun (2011-2030), naik dari dekade sebelumnya yang hanya tumbuh rata-rata 3% per tahun. Hal ini tentunya menjadi konsentrasi penuh pemerintah terbukti dengan adanya Komitmen pemerintah yang mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2006 yang menargetkan penggunaan energi terbarukan minimal 17% di 2025. sedangkan geothermal yang sudah dilakukan pengembangan baru 1.343 Mw dengan konsumsi baru 5% atau 8 GWe dari potensi 29 GWe. Kebijakan lain dari pemerintah ialah subsidi energi, berupa subsidi BBM dan listrik. Subsidi ini membantu perekonomian masyarakat yang kurang mampu. Namun sayanganya kebijakan subsidi ini memiliki kelemahan, yaitu tidak tepat sasaran dan kuota subsidi yang membengkak. Permasalahan tersebut membuat anggaran belanja pemerintah banyak dialokasikan untuk belanja subsidi yang seharusnya bisa dialokasikan untuk bidang yang lainnya. Maka dari itu diharapkan dengan pemanfaatan energi geothermal secara maksimal di Indonesia, dana subsidi dapat dialokasikan untuk infrastruktur.Permasalahan ini sangat penting bagi Indonesia, mengingat besarnya potensi panas bumi di negeri kita yang saat ini diperkirakan mencapai 29 GWe atau setara dengan 40% sumberdaya panasbumi dunia dan ini baru meliputi potensi panas bumi konvensional. Dengan teknologi EGS potensi tersebut sangat mungkin ditingkatkan menjadi 5 kali lipat, atau lebih dari 100 GWe. Katakanlah, hingga 25 tahun yang akan datang 50% dari potensi tersebut bisa dimanfaatkan, maka pada 2030 diperkirakan energi panas bumi mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan listrik Indonesia. Jika hal ini berhasil diwujudkan, dan dengan dukungan pengembangan sumber daya energi terbarukan yang lain, maka jaminan ketersediaan sumber energi listrik yang berkesinambungan bagi Indonesia akan teratasi.Muhammad Arif FadilahTeknik Perminyakan,Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.