energy nusantara - januari 2015

88

Upload: lullaby-summer

Post on 26-Dec-2015

312 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Majalah ENERGY NUSANTARA terbit setiap awal bulan dengan segmentasi pembaca khusus di lingkungan bisnis minyak, gas bumi, mineral, dan pertambangan. Kami juga memiliki pembaca tetap di lingkungan Istana Presiden, Istana Wapres, Kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan, anggota DPR RI, Para Gubernur, Para Bupati/Walikota, Dinas ESDM Provinsi maupun Kabupaten/Kota, pengamat energi, serta mahasiswa perguruan tinggi yang memiliki minat di bidang energi.

TRANSCRIPT

Page 1: Energy Nusantara - Januari 2015
Page 2: Energy Nusantara - Januari 2015

sugih energy

Page 3: Energy Nusantara - Januari 2015
Page 4: Energy Nusantara - Januari 2015

4 EnErgY nusantara | Januari 2015

energyN u s a N t a r a

Pemimpin Umum: Joi Surya DharmaPemimpin Perusahaan: Benny Nafariza

Pemimpin Redaksi: Sri Widodo Soetardjowijono

Dewan PakarMontty Giriana, PhD

Ir. Sjarief S. Kusumanegara

Sidang RedaksiJoi Surya DharmaBenny Nafariza

Sri Widodo SoetardjowijonoSjarief K. Kusumanegara

AminuddinAde Iman Santoso

Redaktur Pelaksana: Wahid Bagaskara

Staf RedaksiSudungan Pamahar

Ian Alle WidagdoRega Indra AdipranaMuhammad Ridwan

FotograferSarwono

Desain VisualAdrian Putra

Redaktur BahasaNiken Kusumo Winahyu

Dokumentasi & RisetSofyan

DistribusiAgus Sugiarto

Koresponden Luar Negeri: Rizal Rahman (Singapura), Heru Rishardana (Houston,

USA), Sylvia Jananto (Washington DC), Indra Linggi (Abu Dhabi, UAE), Widhy (Perth, Australia), Prie Supriyanto

(Duisburg, Germany)

Alamat Redaksi dan Marketing: Indonesia Stock Exchange Building, Tower II 17th Fl

Jl. Jend Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, Indonesia website: www.energynusantara.com, email: [email protected]

Alamat Sirkulasi, dan Distribusi:Jl. Darmajaya Pejaten No. 59, Pasar Minggu, Jakarta

Selatan 12520, telp. (021) 7900005, faks. (021) 7988441 website: www.energynusantara.com

email: [email protected]

Diterbitkan oleh PT Indonesia Energi Nusantara

Rekening Bank atas nama PT Indonesia Energi Nusantara

Bank Mandiri IDR 070-00-0682034-9Bank Mandiri USD: 070-00-0682035-6.

Bank Address KCP Jakarta Gedung Bidakara 07002

Wartawan ENERGY NUSANTARA menjunjung tinggi kode etik jurnalistik. Dilarang keras menerima imbalan

dari narasumber.

Majalah ENERGY NUSANTARA terbit setiap awal bulan dengan segmentasi pembaca khusus di lingkungan bisnis minyak, gas bumi, mineral, dan pertambangan. Kami juga memiliki pembaca tetap di lingkungan Istana Presiden, Istana Wapres, Kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan, anggota DPR RI, Para Gubernur, Para Bupati/Walikota, Dinas ESDM Provinsi maupun Kabupaten/Kota, pengamat energi, serta mahasiswa perguruan tinggi yang memiliki minat di bidang energi.

Majalah ENERGY NUSANTARA memiliki oplah lebih dari 5.000 eksemplar yang tersebar di semua kalangan pebisnis energi, praktisi energi, dan perusahaan energi lokal, nasional, maupun internasional. Kami memiliki jaringan khusus ENERGY NUSANTARA yang anggotanya saat ini mencapai 30.000 anggota. Sangat efektif untuk memasarkan berbagai macam produk.

Bagi pembaca yang belum berlangganan tetap, bisa mendapatkan Majalah ENERGY NUSANTARA di Toko Buku Gramedia, Toko Buku Gunung Agung, Toko Buku Kharisma, seluruh jaringan Super Market Giant, Indomaret, Alfamart, Carefour, 7 Eleven, dan drug strore hotel-hotel di Jabotabek.

Selain terbit dalam bentuk majalah, ENERGY NUSANTARA juga hadir dalam versi online yang terbit setiap saat dengan alamat www.energynusantara.com, bisa diunduh di scoop, wayang, dan my perpus.

Sosioeconomic StatusA+ Class IDR 40 million upward : 25 %A Class IDR 20 million upward : 50 %B+ Class IDR 10 million upward : 25 %

Age25 - 35 Years Old : 20 %35 – 45 Years Old : 60 %Age 45 Years Old upward : 20 %

ProfessionTop Management/ Leaders : 35 %Managers : 35 %Officers / Executives : 10 %Others (Enterpreneurs, Government) : 20 %

EducationMagister / Doctorate : 40 %Bacheloor : 50 %Academy : 10 %

GenderMale : 75 %Female : 25 %

CirculationJabodetabek : 40 %Java : 20 %Sumatra : 10 %Borneo : 10 %Sulawesi : 10 %Eastern Indonesia : 10 %

ProfilEnergy NusantaraMagazine

4 EnErgY nusantara | Januari 2015

Page 5: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 5

energyN u s a N t a r a

Nama :

No.Identitas :

Alamat Kantor/Rumah :

Kode Pos :

Telefon :

Email :

Berlangganan:

Harga majalah Rp 50.000 per eksemplar.

Untuk berlangganan selama 3 bulan Rp 150.000,-

Untuk berlangganan selama 6 bulan: Rp 250.000,-

Untuk berlangganan 12 bulan: Rp 500.000,-

Setiap pelanggan majalah mendapatkan fasilitas akses

ke www.energynusantara.com, mengunduh data di

dalamnya, termasuk Majalah ENERGY NUSANTARA versi

PDF.

Pembayaran bisa dengan transfer ke

PT Indonesia Energi Nusantara,

Bank Mandiri IDR 070-00-0682034-9

Bank Mandiri USD: 070-00-0682035-6.

Bank Address KCP Jakarta Gedung Bidakara 07002

Majalah dikirim setelah kami menerima bukti pembayaran

yang bisa difaksimili ke (021) 7888441 atau diemail ke

[email protected].

TARIF IKLANNo. Advertising Freq Size Rate1. Display (inner page) 1 20 cm x 26,5 cm Rp 30.000.0002. Advertorial (inner page) 1 20 cm x 26,5 cm Rp 32.000.0003. Cover 2 1 20 cm x 26,5 cm Rp 35.000.0004. Cover 3 1 20 cm x 26,5 cm Rp 32.500.0005. Cover 4 1 20 cm x 26,5 cm Rp 35.000.0006. DPS (Double Page Spread) 1 2 x 20 x 26,5 cm Rp 50.000.0007. DCS (Double Centre Spread) 1 2 x 20 x 26,5 cm Rp 55.000.0008. GFC (Gate Folder Cover) 1 2 x 20 x 26,5 cm Rp 60.000.0009. GFC ( Gate Folder Cover) 1 20 x 26,5 cm Rp 90.000.000

PAKET IKLANPaket Emas Rp 400.000.000,- • Iklandisplaycoverbelakangselama6bulan• Bonus:Pemuatanberita korporasipadaportalwww.energynusantara.comselama12

bulan• Bonus:PemuatanberitakorporasidiMajalahENERGYNUSANTARAselama12bulan• Bonus:Pemuatanlogodiportalwww.energynusantara.comselama12bulan

Paket Perak Rp 200.000.000,- • Iklandisplaycoverdepanbagiandalamselama6bulan• Bonus: Pemuatan berita korporasi pada portal www.energynusantara.com selama 6

bulan• Bonus:PemuatanberitakorporasidiMajalahENERGYNUSANTARAselama6bulan• Bonus:Pemuatanlogodihalamanportalwww.energynusantara.comselama6bulan

Paket Perunggu Rp 100.000.000,- • Iklandisplaycoverbelakangbagiandalamselama4bulan• Bonus: Pemuatan berita korporasi pada portal www.energynusantara.com selama 4

bulan• Bonus:Pemuatanlogodihalamanportalwww.energynusantara.comselama4bulan

Paket Khusus Rp 75.000.000,-• WawancarakhususdenganBapakuntukditampilkandalamrubrikProfil• Bonus:IklandisplaydihalamandalamMajalahENERGYNUSANTARAselama3bulan

Paket Hemat Rp 50.000.000,- • IklandisplaydihalamandalamMajalahENERYNUSANTARAselama3bulan• Bonus:Pemuatanberitakorporasipadaportalwww.energynusantara.comselama3

bulan• Bonus:Pemuatanlogodihalamanportalwww.energynusantara.comselama3

bulan

Formulir Berlangganan

Tarif Iklan

EnErgY nusantara | Januari 2015 5

Page 6: Energy Nusantara - Januari 2015

6 EnErgY nusantara | Januari 2015

Dilema Perpanjangan Kontrak Migas HARI-HARI YANG MENEGANGKAN

1 6 / l A P o R A N u t A M A

DALAm wAKTu SEKITAR LImA TAhuN mENDATANG, mASA KoNTRAK PENGELoLAAN PuLuhAN bLoK mIGAS AKAN bERAKhIR. PEmERINTAh muSTI TRANSPARAN DALAm mENGELuARKAN KEbIjAKAN bERKAITAN DENGAN PERPANjANGAN KoNTRAK ITu. juGA TAK PERLu RAGu-RAGu uNTuK mENyERAhKAN bLoK ITu KEPADA PERuSAhAAN SwASTA NASIoNAL ATAu bumD yANG TELAh TERbuKTI mEmILIKI KEmAmPuAN.

14 /NAsIoNAlAmbIL ALIh bLoK mAhAKAm,PERTAmINA DIbERI wAKTu TIGA buLANBlok Mahakam merupakan ujian pertama Presiden Jokowi di sektor energi. Ladang migas yang dikelola sejak zaman Soeharto ini masuk dalam daftar blok migas yang wajib diputuskan di era pemerintahan Kabinet Kerja. Pertamina diberi waktu tiga bulan merevisi proposalnya.

24 /REGulAsITAK SEmuDAh KoNTRAK RumAhPemerintah telah memperpanjnag 4 wilayah kerja pertambangan. Sisanya masih was-was.

26 /MINYAKmEmuTuS mATA RANTAI PENCuRI mINyAKSudah banyak cara dilakukan untuk menghentikan aksi pencurian minyak alias illegal tapping. Nyatanya, modus pencurian minyak juga kian berkembang. Kurangnya disiplin aparat keamanan disinyalir menjadi alasan kuat mengapa perbuatan melawan hukum itu seolah menjadi tradisi.

28 /GAsPRoyEK KALIjA,buKAN SEKADAR mENCARI uNTuNG Roda pembangunan pipa gas Kalimantan-Jawa (Kalija) yang didapuk sebagai proyek ambisius PT Perusahaan Gas Negara terus melaju. Percepatan konversi BBM ke BBG mulai menunjukkan titik cerah.

Page 7: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 7

3 6 / P R o f I l

7 2 / j A l A N - j A l A N

10/ ENERGY uPDAtE32/ MINERbA34/ ENERGI tERbARuKAN42/ KoloM64/ EvEN66/ NuKlIR68/ lAPoRAN KHusus76/ KoRPoRAt78/ KoMuNItAs80/ lINGKuNGAN82/ EquIPMENt84/ INovAsI

QATAR, NEGERI DoNGENG 1001 mALAm

Qatar negara kecil produsen minyak dan gas yang mampu mengoptimalkan kekayaan alamnya secara nyata.

sugihartoKomisaris Utama

Pt Pertamina

daftar isi

energyN u s a N t a r a

Page 8: Energy Nusantara - Januari 2015

8 EnErgY nusantara | Januari 2015

Resolusi apa yang akan dilakukan pada 2015?  Pertanyaan seperti ini kerap muncul di awal tahun, juga seperti sekarang ini. Tentu mudah sekali untuk menjawabnya. Apalagi kalau asal menjawab. Yang sulit adalah merealisasikannya.

Tahun 2015 merupakan tahun istimewa bagi keluarga besar Energy Nusantara, karena pada awal tahun ini, edisi perdana Majalah Energy Nusantara diluncurkan.

Entah ini bisa “dikategorikan” resolusi atau bukan, yang pasti kami menerbitkan majalah ini setelah melalui pemikiran yang panjang. Energy Nusantara sendiri awalnya hanya sebuah

komunitas yang peduli energi. Kegiatannya pun hanya sebatas “nongkrong” di kafe, diskusi, dan temu kangen. Tapi, dalam perkembangannya, Energy Nusantara ternyata menjelma menjadi komunitas yang solid dan sarat gagasan.

Dari gagasan itulah Energy Nusantara kemudian melahirkan divisi-divisi yang kini terdiri dari Dvisi even, Konsultan, dan Training. Dan yang terbaru kini Energy Nusantara menerbitkan sebuah majalah dengan nama Majalah Energy Nusantara -yang kini Anda pegang. Ini berarti, telah bertambah lagi satu divisi.

Tentu muncul pertanyaan, apa kelebihan  Majalah Energy Nusantara mengingat sudah ada puluhan media sejenis yang terbit lebih awal. Ya, reformasi memang telah membuat munculnya ribuan media baru, termasuk majalah yang berkaitan dengan masalah energy dan sejenisnya. Data Dewan Pers menunjukkan pada 2013 terdapat 1. 329 media cetak, 2.258 radio dan televisi. Angka ini belum termasuk media online, media internal, media komunitas, dan blogger. Kini begitu mudahnya masyarakat mengakses informasi kapan saja dan di mana saja. Ya, apa hebatnya kehadiran Majalah Energy Nusantara?

Tentu saja kami berani mengatakan majalah ini memiliki kelebihan. Majalah ini dikelola oleh para jurnalis profesional dan didukung oleh para pakar energi. Majalah ini hadir menyuarakan kepentingan bangsa dan rakyat se-Indonesia, independen, tidak berafiliasi kepada kepentingan tertentu, dan tidak menghamba kepada politik tertentu.

Majalah Energy Nusantara berisi tulisan analisis dan opini para pakar  di samping tentu saja berita-berita terkini mengenai energi.  Tidak hanya minyak dan gas, tapi mencakup juga mineral, batubara, energi terbarukan, hingga alat dan jasa pendukung sektor energi. 

Untuk penyajiannya kami mengembangkan jurnalisme positif dan berbaik sangka, namun tidak menghilangkan daya kritis, menjauhi berita bohong, provokatif, atau juga fitnah. Kami ingin membantu bangsa ini menciptakan ketahanan energi, mewujudkan kemandirian energi, dan merealisasikan kedaulatan energi.

Majalah ini kelak akan tersebar di seluruh Indonesia melalui toko buku, agen, stakeholder pemerintah, serta 30.000 jaringan Energy Nusantara yang sudah terbentuk terlebih dahulu. Majalah ini juga tersedia dalam bentuk scoop, dmag, dan wayang.

Kami berharap majalah yang akan terbit pada tiap awal bulan ini bisa mengobati dahaga informasi Anda, para pembaca. Tak hanya di seantero Nusantara, tapi juga dunia.

Mengapa energy nusantara?

editorial

Page 9: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 9

IKLAN

Page 10: Energy Nusantara - Januari 2015

10 EnErgY nusantara | Januari 2015

nergy updatePEmERINTAh TETAP SubSIDI SoLARPEMERINTAH akhirnya mengumumkan kebijakan subsidi tetap BBM Rp1.000 per liter yang berlaku mulai 1 Januari 2015. Kendati begitu, subsidi hanya berlaku untuk BBM jenis solar. Formula harga solar nantinya akan ditetapkan sesuai dengan harga dasar ditambah pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB), dan dikurangi subsidi Rp1.000.

Harga dasar merupakan rata-rata harga indeks pasar dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dengan kurs beli Bank Indonesia periode tanggal 25 sampai 24 bulan sebelumnya.

Dengan kebijakan itu, harga solar hingga sebulan ke depan menjadi Rp7.250 dari saat ini Rp7.500 per liter. Harga yang lebih murah itu merupakan implikasi dari perlemahan harga minyak dunia beberapa bulan terakhir.

Sedangkan premium dipastikan tidak lagi diberikan subsidi. Meskipun demikian, harga premium tetap lebih rendah menjadi Rp7.600 dari

saat ini Rp8.500 per liter. Kebijakan itu diumumkan Menteri ESDM Sudirman Said dalam konferensi pers di kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (31/12/2014). Sudirman mengatakan penentuan harga BBM tetap di tangan pemerintah. “Tidak ada niat untuk menyerahkan ke mekanisme pasar,” katanya. Harga tersebut ditetapkan atas dasar harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price) US$60 per barel dan nilai tukar Rp12.380 per dolar AS. /en

GENjoT SERAPAN bATubARA INDuSTRI LoKALKEMENTERIAN ESDM berharap sektor industri mampu menyerap alokasi batubara secara maksimum sepanjang 2015. Harapan ini mencuat seiring rendahnya serapan batubara pada 2014. Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM R. Sukhyar mengatakan, realisasi serapan dari alokasi batubara domestik (domestic market obligation /DMO) hingga akhir 2014 hanya 76 juta ton, meleset dari target seharusnya sebesar 95,55 juta ton. Dari angka itu, sebanyak 85% dialokasikan untuk kebutuhan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), sedangkan sisanya sebesar 15% dialokasikan untuk sektor industri.

Dia menjelaskan, adanya selisih sekitar 19,55 juta ton dari target serapan domestik dipicu adanya perkiraan berlebih (overestimated) saat penyusunan alokasi domestik. Dalam proses penyusunan itu, Ditjen Mineral dan Batubara (Minerba) memberikan alokasi berdasarkan kebutuhan pelaku usaha domestik. “Untuk itu, sektor industri harus menyerap lebih banyak pada 2015 agar DMO 2015 bisa tercapai,” katanya, Rabu (31/12/2014).

Untuk menghindari adanya perkiraan berlebih, pihaknya

menurunkan angka DMO dari seharusnya 110 juta ton menjadi hanya 92 juta ton. Dari angka itu, alokasi terbesar tetap diberikan kepada BUMN listrik dengan porsi 85% atau sekitar 78,2 juta ton, sementara sisanya sebesar 15% atau sekitar 13,8 juta ton dialokasikan untuk sektor industri.

Selain menurunkan angka DMO 2015, Ditjen Minerba juga melakukan perubahan cara menghitung kebutuhan yakni dengan pemberian alokasi berdasarkan nilai kalorinya.

Pelaku usaha juga meminta batu bara dengan nilai kalori 4000 kkal sehingga Ditjen Minerba akan memberikan alokasinya.“Saya harap, sektor industri bisa memenuhi alokasi itu dengan mencapai komitmen yang telah disepakati,” ujarnya. Sayangnya, pemerintah telah memutuskan menaikkan produksi batu bara pada 2015 menjadi 460 juta ton dari angka yang telah ditetapkan APBN 2015 sebesar 425 juta ton. Dengan adanya penurunan DMO itu, kuota ekspor bagi komoditas itu pada 2015 akan meningkat dari 360 juta ton menjadi 378 juta ton. /en

2015, Dbh mIGAS bojoNEGoRo mELoRoTPEMERINTAH Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyebutkan besaran dana bagi hasil (DBH) Migas 2015 yang bisa diterima daerahnya maksimal Rp1,3 triliun. Jumlah itu lebih rendah ketimbang perolehan yang ditetapkan pemerintah Rp2,6 triliun. “DBH migas daerah kami yang ditetapkan Pemerintah di dalam APBN 2015 sebesar Rp2,6 triliun sulit bisa direalisasikan,” kata Kepala Dinas Pendapatan Daerah Pemkab Bojonegoro Herry Sudjarwo di Bojonegoro, Selasa (30/12/2014).

Menurut Herry, DBH Migas sebesar Rp2,6 triliun sulit terealiasi karena faktor menurunnya harga minyak dunia yang belum ada tanda-tanda akan naik, juga besarnya produksi miyak di daerahnya. Ia menyebutkan, pemerintah menetapkan DBH migas 2015, dengan asumsi harga minyak dunia mencapai 105 dolar Amerika Serikat/barel. Padahal, lanjut dia, saat ini harga minyak dunia terus menurun, hanya sekitar US$55 per barel.

Selain itu, Pemerintah juga menentukan produksi minyak di Bojonegoro, mencapai 195.000 barel/hari, baik yang dihasilkan dari produksi minyak Blok Cepu dan Lapangan Sukowati. “Produksi minyak di daerah kami sulit bisa mencapai 195.000 barel/hari, pada 2015,” paparnya.

Oleh karena itu, Pemkab tidak berani memasang target perolehan DBH migas di dalam APBD 2015, sama dengan yang ditetapkan Pemeritah di dalam APBN 2015, sebesar Rp2,6 triliun. “Kalau kita tetapkan di dalam APBD 2015 sama dengan yang ada di dalam APBN 2015 bisa menimbulkan masalah dalam APBD,” katanya.

Bahkan, Pemkab akan mengalami gagal bayar, sebab besarnya penerimaan DBH migas sesuai yang ditetapkan Pemerintah sulit bisa terealisasi. Pemkab di dalam APBD 2015 hanya memasang perolehan DBH migas sebesar Rp1,025 triliun. “Penetapan perolehan DBH migas Rp1,3 triliun akan kita tentukan di dalam APBD Perubahan,” ucapnya.

Sesuai data, saat ini produksi minyak Blok Cepu rata-rata sekitar 40.000 barel/hari dan produksi minyak lapangan Sukowati, yang dikelola Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java (PPEJ), rata-rata sekitar 24.300 barel/hari. “Kalau kami boleh mengusulkan, sebaiknya produksi minyak di Bojonegoro tidak perlu ditingkatkan, bahkan kalau perlu diperkecil, dengan pertimbangan adanya penurunan harga minyak dunia,” paparnya. /en

sarwono/en

istimewa

Page 11: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 11

Page 12: Energy Nusantara - Januari 2015

12 EnErgY nusantara | Januari 2015

PEmERINTAh SEbAIKNyA FoKuS bENAhI KELISTRIKANPUSAT Studi Hukum Energi dan Pertambangan meminta pemerintah jangan melupakan sektor kelistrikan pada 2015. Peneliti Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep) Ilham Putuhena mengatakan, kenaikan tarif listrik perlu menjadi perhatian pemerintah karena mulai Juli 2014 pemerintah telah menaikkan tarif tenaga listrik secara berkala setiap dua bulan sekali.

Bahkan, per 1 Januari 2015, masyarakat mendapatkan hadiah tahun baru berupa kenaikan lagi tarif listrik. “Kenaikan tarif listrik yang dibebankan kepada masyarakat seharusnya bisa dihindari jika inefisiensi di sektor hulu listrik dapat di atasi. Oleh karena itu, pemerintah harus fokus memperbaiki tata kelola di sektor pembangkit listrik,” katanya, Senin (29/12/2014).

Menurutnya, perlu ada kebijakan revolusioner untuk mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan. Misalnya, mewajibkan gedung-gedung pemerintah menggunakan listrik yang bersumber dari matahari. “Jika ini bisa diwujudkan pasti akan bisa mempercepat pengembangan energi baru dan terbarukan,” ujarnya. /en

RPP mIGAS ACEh hAmPIR FINALMENTERI ESDM Sudirman Said mengatakan proses penyelesaian penerbitan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Aceh sudah mendekati final. “Proses menyelesaikan RPP Migas itu sudah mendekati final dan mudah-mudahan segera tuntas,” katanya di Banda Aceh, Sabtu (27/12/2014).

Menurut Sudirman, di tingkat teknis yang merupakan tugas Kementerian ESDM sudah selesai, namun di level kebijakan terkait RPP migas tersebut ada di Kemenko Ekonomi. “Tadi pagi saya menelpon Pak Sofyan Djalil (Menko Ekonomi) untuk memastikan sudah dimana dokumen RPP migas itu, Mudah-mudah dalam waktu dekat dengan Presiden sudah bisa ditandatangani,” katanya.

Sementara itu, Gubernur Aceh Zaini Abdullah pihaknya merasa senang karena masalah RPP migas tersebut sudah mendekati final. “Alhamdulillah, masalah RPP migas ini hanya tinggal ketuk palu. Perdebatan antara Aceh dan Jakarta sudah selesai. Kita tinggal menunggu momentum pengesahannya,” katanya.

Gubernur menjelaskan, masalah pengelolaan migas menjadi penting dibahas karena hal tersebut berkaitan dengan amanat Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA).

Dalam UUPA, Zaini menjelaskan bahwa salah satu bagian penting dalam sistem bagi hasil sumber daya alam antara Pusat dan daerah (Aceh). “Begitu pentingnya sehingga masalah migas perlu dibahas dalam satu peraturan sendiri sebagai turunan UUPA,” katanya. Selama ini, setiap tahun Aceh mendapat

kompensasi dari sistem bagi hasil migas, tapi tidak pernah tahu berapa banyak sebenarnya hasil migas yang tereksploitasi dari perut bumi provinsi ini. /en

IPA TuNjuK CRAIG STEwART GANTIKAN LuKmAN mAhFoEDzINDONESIA Petroleum Association (IPA) punya nahkoda baru. Craig Stewart dari Salamander Energy ditunjuk sebagai Presiden IPA periode 2015 menggantikan Lukman Mahfoedz. Selain Stewart, rapat umum tahunan IPA juga menunjuk 12 anggota dewan direksi lainnya.

Anggota dewan direksi tersebut adalah Herry Wibiksana dari AWE (North Madura) NZ Ltd, Christina Verchere dari BP Asia Pacific, Charles Taylor dari Chevron Indonesia Company, Erec Isaacson ConocoPhillips Indonesia, Sammy Hamzah dari Ephindo Energy Pte, Jon M. Gibbs dari ExxonMobil Oil Indonesia Inc, Shunichiro Sugaya dari Inpex Corporation, Lukman Mahfoedz dari Medco Energi Internasional, Roberto Lorato dari Premier Oil Indonesia, Tenny Wibowo dari PT Pertamina (Persero), Marjolijn Wajong dari Santos (Sampang) Pte, Hardy Pramono dari Total E&P Indonesie.

Direktur Eksekutif IPA, Dipnala Tanzil, di Jakarta, akhir tahun lalu mengatakan, Dewan Direksi IPA untuk 2015 mulai bertugas per 10 Desember 2014. Tugas mereka adalah mendorong kemajuan pengembangan industri hulu migas Indonesia bersama para pemangku kepentingan utama lainnya. Selain itu, IPA juga mengimbau pemerintah untuk menerapkan terobosan kebijakan yang akan meningkatkan investasi hulu migas di Indonesia. /en

bELANjA moDAL ELNuSA RP 600 mILIAR PADA 2015PT Elnusa Tbk (ELSA) menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 600 miliar pada 2015. Jumlah tersebut meningkat 39,53 persen jika dibandingkan dengan dana capex tahun ini sebesar Rp 430 miliar.

Direktur Utama Elnusa, Syamsurizal Munaf, usai Public Expose di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (19/12/2014) mengatakan, perolehan dana capex sebesar 70 persen didapatkan perseroan dari pinjaman perbankan, sedangkan sisanya masih didatangkan dari kas internal. Adapun dana capex tersebut akan digunakan untuk oil services, jasa seismic.

Capex Elnusa tahun 2014 yang sebesar Rp 430 miliar sudah terserap sebesar Rp281 miliar per kuartal III-2014. Dana capex tersebut banyak digunakan untuk oil services. /en

nergy update

sarwono/en

istimewa

Page 13: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 13

Page 14: Energy Nusantara - Januari 2015

14 EnErgY nusantara | Januari 2015

Ambil Alih blok MahakamPertamina Diberi Waktu tiga bulan

Oleh Sudungan Pamahar

BloK MAHAKAM MERuPAKAN ujiAN PERtAMA PRESidEN joKowi di SEKtoR ENERgi. lAdANg MigAS yANg diKElolA

SEjAK zAMAN SoEHARto iNi MASuK dAlAM dAFtAR BloK MigAS yANg wAjiB diPutuSKAN di ERA PEMERiNtAHAN KABiNEt KERjA. PERtAMiNA diBERi wAKtu tigA BulAN

MEREviSi PRoPoSAlNyA.

Diskusi soal siapa yang bakal mengelola Blok Mahakam pada 2017 nanti telah jamak digelar. Kalangan pengamat juga sudah teramat banyak mengumbar pernyataan pro kontra. Pejabat pemerintah pun begitu. Sayang, hingga

periode SBY sebagai presiden berakhir, nasib Blok Mahakam belum juga diputuskan. Kini, setelah pergantian rezim, banyak pihak berharap agar nasib kontrak Blok Mahakam segera diputuskan. Namun, lagi-lagi, pemerintahan Jokowi rupanya masih ragu-ragu. Dalam mekanisme peralihan blok migas di Kalimantan Timur itu, pemerintah seakan tetap menginginkan keberadaan Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation.

Sikap mendua hati terlihat dari pernyataan Kepala Unit

/nasional

Pengendali Kinerja Kementerian ESDM, Widyawan Prawiraatmadja. “Syaratnya mereka (Pertamina) harus menjadi operator dan (hanya) mayoritas. Kalau Pertamina memang mau 100 persen, nanti kami tantang apakah kemauan mereka bisa lebih menguntungkan negara atau tidak?” ujarnya di Jakarta, Senin (8/12). Pemerintah juga meminta perusahaan migas pelat merah ini menerapkan asas keadilan dalam pengelolaan blok Mahakam. Menurut Widyawan, asas keadilan diambil dengan mempertimbangkan kontribusi Total dan Inpex yang sudah mengelola lebih dari 46 tahun blok Mahakam.

Di samping itu, Kementerian ESDM juga tengah mengkaji besaran bagi hasil atas produksi blok yang akan habis kontrak pada 2017 tersebut. Widyawan mengatakan, Pertamina tak akan mendapat porsi bagi hasil sebesar 40 persen seperti halnya pengalihan sejumlah blok yang habis kontrak sesuai dengan peraturan yang ada. “PSC Pertamina (di Mahakam) belum tentu 60-40. Di beberapa kasus Pertamina hanya dapat 85-15 seperti blok yang dikelola Pertamina EP. Tapi kita tunggu pengajuan proposal dari Pertamina,” tuturnya.

Bagaimana sikap Pertamina? Beberapa waktu lalu, Pertamina diketahui sudah kembali mengajukan kesiapannya untuk mengelola 100

istimewa

Page 15: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 15

“Saya sudah dengan Pak Dwi (Dirut Pertamina) dan beliau siap menyediakan. Jadi, kalau masih ada pertanyaan (teknologi dan SDM) Pertamina sanggup atau tidak, saya pikir pertanyaan itu melecehkan rakyat Indonesia. Karena yang saya tahu orang Indonesia itu jago-jago,” ujar Syamsu.

Penegasan ini berangkat dari keberhasilan Pertamina yang terbukti dapat meningkatkan produksi Blok ONWJ dan WMO setelah kedua blok tersebut diberikan pemerintah ke anak usaha Pertamina. Untuk itu, Syamsu pun meminta pemerintah segera memutuskan besaran hak partisipasi blok Mahakam. “Semakin cepat pemerintah putuskan, saya rasa akan semakin baik. Tapi saya mengapresiasi pemerintah yang sudah berikan green light ke Pertamina untuk Blok Mahakam.”

Di lain pihak, Total juga masih berharap bisa mendapat sebagian hak partisipasi (participating interest/PI) pengelolaan Blok Mahakam. Kendati demikian, Total menyadari keputusan sepenuhnya berada di tangan pemerintah. “Kami sadar kalau Total itu hanya investor dan tamu. Kami yakin pemerintah akan menerapkan asas fairness dalam pengelolaan blok Mahakam ke depan,” kata Vice President For Legal and External Relation Total, Nourman Djumiril.

Pada Februari 2013 silam, Total sudah mengajukan sejumlah mekanisme kerjasama ke pemerintah dan Pertamina terkait pengelolaan blok Mahakam. Pada skema tersebut, Total menawarkan adanya masa transisi selama lima tahun dari 2017 sampai 2022. Adapun dalam masa transisi, Total meminta pemerintah agar tetap memberikan PI sebesar 30 persen untuk Total dan Inpex. “Proposal kemarin itukan tujuannya untuk bekerja sama demi menjaga produksi agar tidak turun. Sempat juga ada wacana swap dengan lapangan di luar negeri yang dikelola Total, tapi semuanya dikembalikan ke pemerintah sekarang,” tambah Nurman.

Ngototnya Total dan Inpex untuk tetap mendapat PI di blok Mahakam memang cukup masuk akal dari sisi bisnis. Pasalnya, blok ini masih mengandung cadangan migas sebesar 6 trillion cubic feet (tcf) sampai 8 tcf. Dengan produksi saat ini di kisaran 1.700 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) dan kondensat sekitar 67 ribu barel per hari (bph), artinya masih ada potensi produksi mencapai belasan tahun.

Pengamat energi dari Indonesia Resources Studies (Iress), Marwan Batubara, meyakini Total dan Inpex masih mencari cara untuk mendapatkan hak partisipasi di Blok Mahakam. “Saya ingat betul beberapa tahun lalu mantan Dirut Pertamina Ari Soemarno sempat mengatakan kalau Pertamina tidak mampu mengelola Blok Mahakam. Saya pikir pandangan ini akan terbawa ke adiknya, yakni Rini Soemarno, dan Menteri Sudirman,” ujarnya. Marwan mendesak pemerintah agar memberi ketegasan mengenai besaran hak partisipasi blok Mahakam yang diserahkan kepada Pertamina. “Kalaupun kontrak sudah habis, ya sudah. Berikan ketegasan ke Pertamina dong. Toh mereka sudah siap untuk mengelola 100 persen Blok Mahakam,” katanya.

Blok Mahakam dikelola perusahaan migas asal Perancis, Total E&P Indonesie dengan kepemilikan hak partisipasi 50%. Sementara, sisanya dikuasai Inpex Corporation asal Jepang. Kontrak kerja sama Mahakam dengan Total akan berakhir pada 2017 setelah berjalan 50 tahun. Kontrak pertama diteken 31 Maret 1967 dengan jangka waktu selama 30 tahun. Pada 31 Maret 1997 diperpanjang lagi selama 20 tahun dan akan berakhir 30 Maret 2017. /en

persen blok Mahakam. Bahkan, Pertamina sudah melakukan pertemuan dengan Total untuk membuka data room. Pertamina diminta menyempurnakan proposalnya dalam waktu tiga bulan. Bahkan, Menteri ESDM Sudirman Said, meminta agar Februari 2015, laporan kesiapan Pertamina sudah harus sampai di atas mejanya. “Yang pusing sekarang Pak Naryanto, harus menekan Pertamina untuk memperbaiki proposalnya,” kata sumber ENERGY NUSANTARA di Total EP.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menyatakan kesanggupannya menyediakan anggaran investasi sebesar US$ 2,5 miliar, setara dengan nilai investasi yang dikeluarkan Total dan Inpex untuk mengelola blok Mahakam tiap tahunnya.

sarwono/en

Page 16: Energy Nusantara - Januari 2015

16 EnErgY nusantara | Januari 2015

DIlEMA PERPANjANGAN KoNtRAK MIGAs

HARI-HARIYANG MENEGANGKAN

dAlAM wAKtu SEKitAR liMA tAHuN MENdAtANg MASA KoNtRAK PENgElolAAN PuluHAN BloK MigAS AKAN BERAKHiR. PEMERiNtAH MESti tRANSPARAN dAlAM

MENgEluARKAN KEBijAKAN BERKAitAN dENgAN PERPANjANgAN KoNtRAK itu. PEMERiNtAH tAK PERlu

RAgu-RAgu uNtuK MENyERAHKAN BloK itu KEPAdA PERuSAHAAN SwAStA NASioNAl AtAu BuMd yANg tElAH

tERBuKti MEMiliKi KEMAMPuAN.

Oleh Sri WidOdO SOetardjOWijOnO

/laporan utama

16 EnErgY nusantara | Januari 2015

Page 17: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 17

KEGUSARAN itu tumpah di Ruang Ulos, Hotel Four Seasion, Jakarta Selatan. Malam itu, sekitar 100-an perwakilan dari sejumlah

kontraktor migas ambil bagian dalam diskusi bertajuk “Dinner Talk Exploring The Right Scheme of PSC Block Extension to Strengthen National Oil and Gas Industries.” Digagas Energy Nusantara - sebuah komunitas yang memiliki jaringan terluas di Indonesia - pada Kamis, 20 November 2014, lalu diskusi ini menghangat ketika pembicaraan mulai menyentuh perihal perpanjangan kontrak eksplorasi migas yang segera berakhir pada lima atau sepuluh tahun mendatang.

Sejumlah pembicara menunjuk ketidakjelasan perihal perpanjangan itu bisa berdampak negatif. Tidak hanya bagi kontraktor - perusahaan pemilik konsesi - tetapi juga bagi pemerintah sendiri. “Karena ini pada intinya menyangkut kepentingan nasional, menyangkut ketersediaan migas,” kata Presiden Direktur PT Sugih Energy, Andika Anindyaguna

Pernyataan yang dilontarkan oleh Andhika memang tak main-main. Dari sisi jumlah, perusahaan yang pada lima

tahun mendatang selesai kontrak blok migasnya cukup banyak, tak kurang dari 30-an perusahaan. Dari sisi eksplorasi sumbangan migas perusahaan tersebut terhadap produksi minyak nasional terhitung cukup besar, yakni sekitar 635 ribu liter barel per hari. Jumlah ini adalah 72,5 persen dari total kapasitas produksi nasional pada 2013. Artinya, blok-blok migas tersebut memiliki peran dalam menyumbang anggaran pendapatan dan belanja negara.

Target Pemerintahan Susio Bambang Yudhoyono menuntaskan masalah perpanjangan kontrak migas sebelum dirinya lengser memang meleset. Akibatnya, bisa dikatakan perpanjangan kontrak migas ini kini “terkatung-kantung.” “Pemerintah tak punya rencana jelas dalam memutuskan blok-blok migas yang kontraknya segera berakhir,” kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia, Faisal Yusra. Menurut dia, ketidakjelasan ini perlu diwaspadai karena akan berpengaruh terhadap pasokan energi nasional. “Indonesia akan terus menghadapi masalah energi yang sama jika perpanjangan kontrak migas tidak diputuskan secara adil dan transparan,” katanya.

Ketidakjelasan dalam memutuskan perpanjangan kontrak migas juga mengundang keprihatinan Ketua Komisi VII DPR, Kardaya Warnika. Menurut Kardaya, kondisi tersebut akan berdampak pada iklim investasi yang buruk. Kardaya mengingatkan, sebelum diperpanjang harus dipertimbangkan tujuan perpanjangan kontrak, antara lain demi kemakmuran rakyat. “Perpanjangan adalah kebijakan pemerintah. Maka kebijakan pemerintah jangan zigzag. Prinsip dasar dalam bisnis energi adalah tidak boleh ada kebijakan yang zigzag. Kalau zigzag akibatnya masyarakat, industri, dan pasar menjadi bingung,” ujarnya.

Presiden Indonesia Petroleum Association (IPA), Lukman Mahfoedz, menyatakan salah satu tantangan perusahaan migas saat ini adalah terkait masalah hukum, yakni status kontrak. “Jika kepastian ini tidak ada maka kemudian tidak ada investasi sehingga produksi minyak turun,” kata Lukman usai pertemuan tahunan IPA di Jakarta beberapa waktu lalu.

Sejumlah blok migas yang masa kontraknya akan berakhir itu antara lain: blok Gebang dengan operator JOB Pertamina-Costa (2015), blok Mahakam

SUASANADISkUSIDINNERTAlkPERPANjANGANMASAkoNTRAk sarwono/en

Page 18: Energy Nusantara - Januari 2015

18 EnErgY nusantara | Januari 2015

dengan operator Total E&P Indonesie (2017), Offshore North West Java (2017), dan blok Tuban  (2018). Selain itu, ada blok Bula yang operatornya Kalrez Petroleum, Seram Non Bula (Citic), Pendopo dan Raja (Pertamina-Golden Spike) dan Jambi Merang yang berakhir pada 2019 mendatang. (Lihat Daftar Lengkap Blok Migas yang akan berakhir 2015-2025)

Sama seperti Faisal, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies, Marwan Batubara, juga meminta pemerintah terbuka dalam menangani masalah perpanjangan kontrak blok-blok tersebut. Marwan bahkan meminta publik mewaspadai dan mengkritisi kebijakan pemerintah terkait kontrak migas. “Karena bukan tidak mungkin kontrak-kontrak ini akan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk memperkaya diri sendiri,” ujarnya.

Persoalan “perpanjangan masa kontrak” kini memang menjadi masalah hangat yang dibicarakan oleh kalangan perusahaan migas swasta, terutama yang kini masa kontraknya sudah “di ujung tahun.” Masa kontrak, sesuai ketentetuan tahap pertama adalah 30 tahun, kemudian bisa diperpanjang 20 tahun lagi sehingga kini ada yang masa kontraknya menjelang lima puluh tahun.

Sesuai aturan, setelah masa kontrak itu selesai maka blok-blok migas yang sebelumnya dikuasai perusahaan swasta nasional atau pun perusahaan asing musti dikembalikan ke negara, kemudian “menyerahkannya” ke Pertamina. Nah, kini kekhawatiran yang mencuat adalah blok-blok migas itu kemudian diambil alih oleh Pertamina. Karena itulah, sejumlah praktisi migas menekankan perlunya dibuat aturan yang jelas perihal perpanjangan kontrak migas ini. “Saya tekankan perpanjangan kontrak migas harus transparan, terbuka,” kata Suyitno Padmosukismo, Excekutif Board of Bimasena The Minars and Energy Society. Menurut Suyitno, transparansi itu penting demi tercapainya kedaulatan atau kemandirian migas yang diidamkan dan selama ini selalu didengung-dengungkan.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Naryanto Wagimin, menegaskan bahwa semua kontrak migas diatur agar sesuai dengan mekanisme dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. “Nanti kontrak-kontrak itu akan ditindaklanjuti sesuai dengan undang-undang dan aturan yang ada di Indonesia, katanya. Dia berjanji akan mengusahakan perpanjangan kontrak tidak bertele-tele. Naryanto bahkan kemudian memberi contoh soal posisi pemerintah dalam masalah kontrak migas di negara Timur Tengah. “Jika kontrak habis, kembali ke perusahaan gas nasional (NOC),” katanya.

Pemerintah sendiri kini tengah menggodok

daftar Blok Migas yang Berakhir pada 2015-2024-----------------------------------------------------------------------------------------------------------tahun Nama Blok operator-----------------------------------------------------------------------------------------------------------2015 Gebang(Sumut) joBPertamina–EMP

2017 oNWj(jabar) Pertamina Attaka(kaltim) Inpex lematang(Sumsel) Medco Mahakam(kaltim) TotalEP

2018 BlokB(Sumut) Exxon Eastkalimantan Chevron NSoExtension Exxon ogankomering joBPertamina-Talisman SouthEastSumatera CNooC

Tengah TotalEP Tuban joBPertamina-PetroChinaEast Sanga-Sanga Vico

2019 PendopoRaja joBPertamina-GoldenSpike Seram Citic Resourses jambiMerang joBPertamina-Talisman Bula kalrez

2020 Brantas lapindoBrantasjambiB ConocokepalaBurung PetroChinaMakassarStrait ChevronSalawati joBPertamina-PetroChina

2021 Rokan ChevronSelatPanjang PetroSelatBentuSegat EnergiMegaPersada.

2022 CoastalPlainPekanbaru BoBBumiSiakPusakaSengkang EnergiEquityTarakan Medco

Tungkal MontD’oroil

2023 Rimau Medcokoridor Conocojabung PetroChina

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Sumber: Pusat Data ENERGY NUSANTARA, diolah dari SKK Migas

Dalam10tahunmendatangada32blokyangberakhirmasakontraknya.Secaraakumulasi,produksi32bloktersebutmencakup72,5% dariproduksimigasnasional.

/laporan utama

Page 19: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 19

aturan soal perpanjangan kontrak tersebut. Aturan tersebut akan dituangkan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Hanya saja, kendati sudah digodok sejak beberapa bulan silam, aturan itu hingga kini belum rampung.

Salah satu blok yang kontraknya tak diperpanjang dan kini sedang diwacanakan diambil alih Pertamina adalah Blok Mahakam. Terletak di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur, sebelumnya, selama 50 tahun PT Total memegang konsensi atas blok tersebut. Pertamina sendiri hingga kini belum menentukan langkah bagaimana mengelola blok ini, yakni, apakah seratus persen akan dikelola Pertamina, apakah bekerja sama dengan Total namun dengan saham mayoritas dimiliki Pertamina, atau dengan pola pembagian dengan bentuk lain.

Andhika Anindyaguna menunjuk, Pemerintah – atau juga Pertamina - mesti percaya bahwa perusahaan swasta memiliki kemampuan untuk mengelola blok-blok migas seperti halnya Pertamina. “Kemampuan perusahaan migas nasional dalam pengelolaan migas tak perlu diragukan lagi,” katanya. Dengan meletakkan kepercayaan semacam itu, Pemerintah, ujar Andhika, tak perlu ragu untuk tetap meneruskan penguasaan blok minyak kepada

perusahaan swasta. “Tentu saja dalam hal ini adalah perusahaan swasta nasional yang sudah memiliki klasifikasi dan layak mengelola blok migas,” katanya.

Dia menunjuk sejumlah aspek yang mesti dipertimbangkan pemerintah jika menunjuk sebuah kontraktor yang layak untuk berpartisipasi mengelola blok migas. Aspek tersebut menyangkut soal technical, operation, financial and human resouces. Ini menjadi klasifikasi utama bagi perusahaan-perusahaan yang ingin berpartisipasi mengelola. “Kalau perusahaannya baru dibentuk, dan belum ada track record-nya tentu sulit untuk mengelola blok yang produksinya 20.000 atau 50.000 barel per hari,” katanya. Karena itu pula, ujar Andhika, pemerintah harus cepat membuat aturan yang di dalamnya memerinci klasifikasi perusahaan yang layak mengelola sebuah blok migas.

Yang dikhawatirkan para pengusaha swasta nasional antara lain ketidakjelasan waktu pemberitahuan perpanjangan – atau tak diperpanjang - diberikan, juga mengapa perpanjangan kontrak tak diberikan kepada mereka lagi. Menurut Andhika, pemberitahuan ini penting karena ini juga berkaitan dengan persoalan investasi yang dibenamkan oleh perusahaan pengelolaan blok migas. Jika perusahaan itu tak mendapat informasi dan kemudian tidak melakukan

investasi apa pun atas blok tersebut dan blok itu diambil alih pemerintah, maka yang rugi pemerintah sendiri. “Karena investasi itu berkaitan erat dengan minyak yang dihasilkan blok tersebut,” katanya.

Medco Energi memiliki pengalaman yang bisa disebut “tak enak” perihal masalah perpanjangan kontrak ini. Suatu ketika, perusahaan milik Arifin Panigoro itu akan menutup salah satu sumur minyak mereka. Waktu penutupan sudah disiapkan, yakni pukul 18.00. Tapi, beberapa saat akan dilakukan penutupan, datang pemberitahuan yang menyatakan bahwa pengelolaan blok tersebut diperpanjang. “Jadi, walaupun kami sangat senang, tapi di balik itu sulit sekali untuk meneruskan operasi dalam keadaan seperti itu,” kata Presiden Direktur PT Medco E & P Indonesia, Frilla Berlini Yaman.

Menurut Frilla, sebenarnya pemberitahuan bukan dilakukan beberapa saat sebelum penutupan. Pemberitahun disetujuinya perpanjangan kontrak idealnya dilakukan lima tahun sebelumnya. “Karena investasi dan cara kita mengelola resource itu sangat penting untuk kelangsungannya,” kata Frilla.

Andhika sepakat dengan pendapat Frilla. Menurut Wakil Ketua Kadin Jakarta itu, pemberitahuan perihal diperpanjang

Page 20: Energy Nusantara - Januari 2015

20 EnErgY nusantara | Januari 2015

“Jika begitu turun di-handover, maka menaikkannya tidak semua mempertahankan produksinya,” kata Andhika

Soal waktu pemberitahuan perpanjangan – atau tidak diperpanjang - itu, anggota Ketua Komisi VII DPR, Kardaya Warnika, sependapat dengan Frilla, yakni minimal lima tahun sebelum kontrak berakhir. “Perpanjangan kontrak harus disiapkan lima tahun sebelum masa kontrak habis. Kalau mendadak bisa menjadi bencana,” katanya.

Tak hanya perusahaan swasta nasional yang yakin bisa mengelola blok migas. Direktur Utama Petrogas Jatim Utama Cendana, Hadi Ismoyo, menegaskan bahwa pihaknya sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) juga memiliki kemampuan serupa. Hadi meminta Pemerintah, dalam hal ini Pertamina, mempertimbangkan BUMD yang memiliki kemampuan mengelola sumur minyak. “Kami sudah punya bukti. Sejak 2009 kami sudah diakui sebagai keluarga besar blok Cepu,” kata Hadi Ismoyo optimis.

Hadi mengritik kerapnya kecurigaan yang diarahkan ke BUMD karena perusahaan ini dinilai tak

memiliki modal. “Banyak sekali yang menuduh, mulai dari tuduhan antek asing hingga antek politik,” katanya. Ia meminta dalam hal demikian harus dilihat kasus per kasus. Kementerian Energi, ujarnya, bisa menyeleksi BUMD dengan melihat apakah BUMD tersebut finance capability atau technical capability. “BUMD harus bisa menunjukkan bahwa dia memiliki kemampuan finansial, bukan sekadar kaki-tangan politisi. Dia harus bisa menunjukkan bahwa orang-orang di BUMD adalah orang-orang profesional yang memiliki kemampuan teknis, bukan orang-orang yang sekadar dekat dengan Bupati atau Gubernur,” katanya. BUMD yang memiliki kemampuan ujarnya, layak diberi kesempatan sebagai kontraktor, mendapat kontrak pengelolaan sebuah blok migas.

Bagi Pertamina sendiri, semua aturan soal masa berlakunya perjanjian kontrak, jelas sudah diatur di dalam sejumlah peraturan yang ada. Menurut Dennie Tampubolon, Senior Vice President Upstream Business Development PT Pertamina Persero, karena yang menandatangi kontrak-kontrak adalah Pertamina,

SudiRMAN SAid, MENTERIESDM

atau tidak diperpanjang kontrak harus diberikan jauh-jauh hari. Dia menunjuk minimal waktu dua tahun. “Ada masa transisi jika yang melanjutkan bukan perusahaan yang sama,” katanya. Menurut dia, jika tak melalui masa transisi maka berbahaya.

/laporan utama

Status wk di indonesia

263Wk

100Wk>3Tahun39Wk

144Wk

100Wk

53Wk53%

47Wk47%

100Wk

Wkberum

ur>3tah

un

44Wk

144Wk

Eks.Migaskonv.

nWkEksplorasiMigaskonvensionalnWkEksploitasinWkProsesTerminasi

nWktelahmemenuhikomitmenPastinWkbelummemenuhikomitmenPasti

nWkberumur>3tahunnWkberumur<3tahun

Kedepannya agar lebih selektif dalammemilih KKKS agar dapat menjaga performance WK dan meningkatkan kegiatan eksplorasi...

80Wk

sarwono/en

Page 21: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 21

maka wajar setelah selesai kontrak blok dikembalikan ke Pertamina.

Menurut Dennie, sebenarnya bukanlah hal luar biasa berakhirnya suatu kontrak kerja sama dalam pengelolaan blok migas yang selama ini memakai skema PSC (production sharing contract). “Ini konsekuensi logis kontrak kerja sama. Sebuah kontrak kerja sama tentu mempunyai jangka waktu berlaku,” katanya. Menurutnya, masalah ini menjadi “ramai” karena lima tahun mendatang ada sekitar 20-an perusahaan yang kontrak pengelolaan migas-nya dengan Pertamina berakhir.

Dennie menegaskan, saat menandatangani kontrak KKS setiap investor jelas sudah tahu bahwa dia akan diberi hak mengelola dan untuk itu ia akan mendapat imbalan dari bagi hasil dan sebagainya hingga akhir masa kontrak. “Karena itu, saya agak kurang paham dengan pemikiran atau terminologi yang muncul perihal ketidakpastian masa kontrak yang berakhir,” katanya. Karena, ujarnya, saat kontraktor menandatangani kontrak PSC, sudah sangat pasti akan berakhir setelah tiga puluh tahun.

Andai pun terjadi pergantian pengelola atau operator setelah masa kontrak berakhir, kata Dennie, itu juga

hal yang wajar. “Ini bagian dari siklus pengelolaan migas di Indonesia,” ujarnya. Menurut dia, kunci dari semua ini adalah waktu yang tepat untuk memutuskan bagaimana masa depan kontrak itu. Ia menunjuk “waktu” dua atau tiga tahun, kendati kenyataannya Pertamina juga pernah mengambil alih operasi pengelolaan migas dengan masa transisi hanya enam bulan.

Suyitno Patmosukismo tak keberatan dengan pernyataan Dennie. Hanya dia menegaskan bahwa aturan pelaksanaan dari pasca habis masa kontrak harus jelas. Dan ini yang belum ada. “Sekarang ini, masalah perpanjangan kontraklah yang menjadi prioritas utama yang harus diselesaikan oleh pemerintah,” katanya. Menurut dia, Sekretariat Jenderal Energi dan Sumber Daya Mineral kini memang tengah menyusun draf Peraturan Menteri mengenai perpanjangan masa kontrak. Namun, ujarnya, tidak ada kriteria yang jelas perihal masalah ini. “Dalam pelaksanaannya pasti nanti tidak transparan karena tidak jelas,” katanya.

Suyitno bercerita, bahwa beberapa waktu lalu ia bertemu dengan Menteri ESDM Sudirman Said. Kepada Pak Menteri ia sampaikan sejumlah persoalan migas nasional. Dari masalah bagaimana meningkatkan kemandirian

migas hingga bagaimana mendorong iklim investasi yang sehat di bidang ini. Kepada Sudirman ia menekankan bahwa perpanjangan kontrak migas harus dilakukan dengan jelas. “Membangun industri migas nasional yang tangguh itu tidak hanya membangun Pertamina yang besar. Tidak hanya membangun Pertamina sebagai world class oil company, tetapi juga harus mengikutkan swasta-swasta nasional karena inilah yang disebut sebagai industri migas,” kaya Suyitno.

Menteri ESDM Sudirman Said menjanjikan akan segera mengeluarkan keputusan kelanjutan pengelolaan blok-blok migas yang akan segera berakhir akan terbaik bagi negara. “Terbaik di sini bukan berarti harus diberikan semua kepada Pertamina, tapi soal ‘value added’-nya, bagaimana,” katanya usai meninjau Pusat Pengendalian BBM PT Pertamina (Persero) di Jakarta.

Lalu, mesti pula dipertimbangkan faktor risiko dan kemampuan perusahaan nasional secara keseluruhan, tidak hanya Pertamina. “Kita harus memikirkan ‘Indonesia incorporated’ yakni semua perusahaan nasional harus diberi ruang yang baik untuk tumbuh bersama-sama demi kepentingan nasional,” katanya. /en

Perlu Simplifikasi Perizinan

*PROSES: Survey Exploration, Development, Produksi, dan Pasca operasi

Diterbitkan oleh seluruh instansi/ daerah

Diterbitkan yang diterbitkan oleh KESDM

1. Proses perizinan sebanyak 343 buah (versi SKK Migas)*2. Jenis perizinannya ebanyak 85 buah3. Dikeluarkan 17 instansi

1. Proses perizinan sebanyak 52 buah (versi SKK Migas)*2. Jenis perizinannya sebanyak 85 buah

Page 22: Energy Nusantara - Januari 2015

22 EnErgY nusantara | Januari 2015

/laporan utama

APAKAH MENuRut ANdA PRoSES PERPANjANgAN KoNtRAK MigAS SAAt iNi tRANSPARAN ?

APAKAH BuMN PERlu diBERiKAN HAK iStiMEwA dAlAM PERPANjANgAN KoNtRAK KKKS (MiSAlNyA RigHt to

MAtcH, FiRSt RigHt oF REFuSAl) ?

APAKAH oPERAtoR SElANjutNyA uNtuK KoNtRAK MigAS yANg AKAN BERAKHiR PERlu ditENtuKAN liMA tAHuN

SEBEluM KoNtRAK BERAKHiR ?

APAKAH PEMERiNtAH SudAH cEPAt dAlAM MENENtuKAN oPERAtoR KoNtRAK MigAS yANg AKAN BERAKHiR ?

IYA 6 13%TIDAk 40 87%IYA 6 13%TIDAk 40 87%

IYA 40 87%TIDAk 6 13%IYA 40 87%TIDAk 6 13%

IYA 5 11%TIDAk 41 89%IYA 5 11%TIDAk 41 89%

IYA 42 91%TIDAk 4 9%IYA 42 91%TIDAk 4 9%

swasta Nasional Menyatakan Mampu, juga Pertamina

Pemerintahan baru Indonesia yang dipimpin Presiden Jokowi sudah saatnya memberikan kesempatan kepada perusahaan migas nasional

untuk berpartisipasi dalam pengelolaan blok migas di tanah air. Tradisi yang kerap mempercayakan pengelolaan blok migas kepada perusahaan migas asing kini waktunya direvisi.

Ya, pemerintah patut mempertimbangkan agar kesempatan berpartisipasi tidak hanya diberikan kepada Pertamina, tapi juga kepada Perusahaan Migas Swasta Nasional yang mempunyai kredibilitas dan rekam jejak yang jelas. Kini, setidaknya terdapat 32 kontrak blok migas yang akan berakhir dalam lima tahun ke depan. Empat blok di antaranya sudah diputuskan untuk diperpanjang oleh pengelola sebelumnya.

“Tuntutan” agar permintaan pemerintah memperhatikan perusahaan migas swasta ini disuarakan puluhan praktisi dan pengusaha migas dalam acara “Dinner Talk Exploring The Right Scheme of PSC Block Extension to Strengthen National Oil and Gas Industries, yang dihelat Energy Nusantara, Indonesia Leading Network di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tampil dalam diskusi itu, antara lain, Dennie Tampubolon, Senior Vice President (SVP) Upstream Business Development PT Pertamina (Persero); Andhika Anindyaguna atau lebih dikenal dengan “Bagoes”, Presiden Direktur PT

Sugih Energy; Frila Berlini Yaman, Presiden Direktur PT Medco E&P Indonesia; Suyitno Padmosukismo, Executive Board BIMASENA The Mines and Energy Society; serta Hadi Ismoyo, Direktur PT Petrogas Jatim Utama Cendana, BUMD Jawa Timur untuk Cepu Block. Peserta diskusi yang hadir berjumlah sekitar 100 orang Pimpinan Perusahaan Migas (KKKS, Engineering, Kontraktor, EPC, Services), Pemerintah (SKK Migas ESDM, Kemenko), Akademisi dan Asosiasi. “Perusahaan nasional ingin diberikan kesempatan yang sama dalam hal pengelolaan blok migas, baik Pertamina maupun perusahaan swasta nasional. Kepercayaan yang diberikan itu semata-mata demi kepentingan nasional,” ujar Andhika Anindyaguna, CEO Sugih Energy.

Andhika memaparkan bahwa pengelolaan perpanjangan kontrak migas harus ditangani kasus per kasus dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang tidak selalu sama di setiap blok migas yang akan diperpanjang. Karenanya, perpanjangan kontrak blok migas harus diputuskan dalam 5 tahun sebelum berakhirnya kontrak blok migas tersebut agar tidak menghambat tingkat produksi migas, kegiatan eksplorasi dan investasi.

Menurut Andhika, partisipasi BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta migas nasional ditentukan di awal proses perpanjangan kontrak migas yang akan berakhir, dengan mempertimbangkan kapasitas dan kapabilitas masing-masing

pihak agar dapat bersinergi untuk menciptakan industri hulu migas nasional yang tangguh. Andhika juga mewanti-wanti agar pemerintah menghindari pihak-pihak yang hanya menjadi pemburu rente di industri migas.

SementaraPresiden Indonesia Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz, mengatakan bahwa salah satu tantangan perusahaan migas saat ini memang masalah hukum, yakni status kontrak dalam pengelolaan blok migas. Menurut Lukman, pemerintah harus memutuskan diperpanjang atau tidaknya kontrak dalam rentang waktu yang cukup bagi KKKS untuk menyiapkan investasi di sebuah blok atau lapangan minyak.

Sebelumnya, pada Jumat 24

Page 23: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 23

APAKAH diPERluKAN KRitERiA SwAStA NASioNAl uNtuK MENjARiNg PiHAK SwAStA NASioNAl yANg BENAR-BENAR

BERKuAlitAS yANg tidAK HANyA SEBAgAi BRoKER ?

KAlAu ANdA MENjAwAB “iyA”, APAKAH KKKS ASiNg PERlu BEKERjASAMA dENgAN PiHAK NASioNAl/ SwAStA

NASioNAl ?

APAKAH PERANAN PiHAK SwAStA NASioNAl jugA PERlu diBERiKAN HAK iStiMEwA SEPERti BuMN ENERgi ?

APAKAH KEtERliBAtAN KKKS ASiNg SAAt iNi MASiH diPERluKAN dAlAM PERPANjANgAN KoNtRAK KKKS ?

APAKAH SAAt iNi PENguASAAN tEKNologi BuMN ENERgi AtAu SwAStA NASioNAl SudAH cuKuP utK

MENgoPERASiKAN KoNtRAK KKKS yANg AKAN HABiS ?

APAKAH SAAt iNi BuMN ENERgi (PERtAMiNA) SudAH SiAP uNtuK MENgAMBil AliH SEluRuH KoNtRAK KKKS yANg

AKAN HABiS ?

IYA 46 100%TIDAk 0 0%IYA 46 100%TIDAk 0 0%

IYA 27 59%TIDAk 19 41%IYA 27 59%TIDAk 19 41%

IYA 29 63%TIDAk 17 37%IYA 29 63%TIDAk 17 37%

IYA 29 63%TIDAk 17 37%IYA 29 63%TIDAk 17 37%

IYA 38 83%TIDAk 8 17%IYA 38 83%TIDAk 8 17%

IYA 24 52%TIDAk 22 48%IYA 24 52%TIDAk 22 48%

Oktober 2014, sekitar 50-an pemangku kepentingan migas di tanah air menggelar acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Mencari Bentuk Perpanjangan Kontrak Migas Yang Adil dan Transparan” di Ikat Room, Hotel Four Seasons, Jakarta Selatan. Pada acara terebut, para pemangku kepentingan mengajukan usulan kepada pemerintah agar Pemerintah segera membuat Peraturan Menteri (Permen) yang mengatur ketentuan perpanjangan kontrak migas yang adil dan transparan.

FGD itu sendiri kemudian menghasilkan lima kesimpulan penting: pertama, produksi migas nasional Indonesia saat ini sebagian besar dihasilkan dari blok-blok migas yang akan berakhir jangka waktu kontrak kerja samanya (KKS). Kedua, kontraktor migas memerlukan kepastian hukum untuk

melanjutkan investasi di blok migas yang mendekati masa akhir kontrak atau masih dalam tahap proses perpanjangan kontrak. Ketiga, untuk mengakhiri ketidakpastian tersebut, pemerintah perlu segera membuat peraturan perpanjangan kontrak yang adil dan transparan dengan mempertimbangkan peranan dan kapasitas dari entitas BUMN, BUMD, Perusahaan Migas Swasta Nasional, dan Perusahaan Asing. Regulasi ini diharapkan dapat membuat entitas-entitas tersebut bersinergi dengan baik sesuai dengan kemampuannya untuk mencapai Ketahanan Energi Nasional serta pertumbuhan industri migas nasional.

Keempat, sejalan dengan kebijakan Kementrian ESDM di sektor migas untuk mencapai target 50% pelaksana kegiatan usaha hulu migas pada 2025 adalah perusahaan migas nasional,

maka diperlukan langkah nyata Pemerintah dari sekarang. Pemerintah patut mempertimbangkan agar kesempatan berpartisipasi tidak hanya diberikan kepada Pertamina, tetapi juga kepada Perusahaan Migas Swasta Nasional yang mempunyai kredibilitas dan rekam jejak yang jelas. Kelima untuk memperkuat Ketahanan Energi Nasional diperlukan BUMN Energi dan Perusahaan Migas Swasta Nasional yang kuat serta perusahaan Migas asing yang tetap diperlukan sesuai dengan kemampuannya.

Para pemangku kepentingan juga menekankan, persoalan perpanjangan kontrak migas harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, transparan, dan tidak boleh dicampuri urusan politik. Tujuan ini semua adalah agar produksi migas nasional bisa maksimal. /en

Page 24: Energy Nusantara - Januari 2015

24 EnErgY nusantara | Januari 2015

Menjelang berakhirnya perpanjangan kontrak migas di Indonesia, banyak bermunculan pendapat tentang siapa yang akan melanjutkan pengelolaan

blok tersebut. Pihak swasta nasional merasa berhak, karena selama ini telah banyak memberikan kontribusi dalam pengusahaan minyak dan gas nasional. Pertamina juga merasa lebih berhak, karena undang-undang memerintahkan kepada BUMN. Pertamina khawatir jika perpanjangan diberikan kepada swasta maka akan terjadi privatisasi sektor migas.

Seperti apa pandangan Pertamina tentang perpanjangan blok migas yang akan segera berakhir, berikut penuturan Ali Mundakir, Vice President Corporate Communication PT Pertamina Persero kepada Sri Widodo Soetardjowijono dari Majalah ENERGY NUSANTARA usai acara Pertamina Energy Outlook di Jakarta, 04 Desember 2014.

bagaimana sikap Pertamina terhadap perpanjangan kontrak migas?

Kembalikan kepada peraturan perundang-undangan saja. Pertamina punya hak untuk meminta blok-blok itu. Tapi, Pertamina akan mengkaji blok–blok itu seperti apa.

bagaimana menyikapi harapan swasta agar mereka dilibatkan dalam perpanjangan blok migas?

Ali Mundakir, vice President Corporate CommunicationPt Pertamina (Persero)

“Negara tidak boleh Memberikan Privilege Kepada orang Per orang”

Pertamina tetap akan memperhatikan techno ekonomi-nya dan nilai strategis dari blok itu. Selama nilai ekonominya menarik dan memiliki nilai strategis bagi Pertamina, kita akan ajukan. Kita memang punya hak dan itu dijamin oleh Undang-Undang.

bagaimana kalau pemerintah melibatkan swasta?

Ya, kita tergantung pemerintah juga, karena mereka yang akan memutuskan. Pemerintah pasti akan melihat, mana yang bakal bisa menguntungkan buat negara.

untuk blok mahakam apakah Pertamina melihat masih ada nilai strategis?

Blok Mahakam sudah beroperasi selama 50 tahun. Pertamina melihat di situ memiliki nilai strategis, karena masa depan migas kita mungkin di offshore. Pertamina sudah mempersiapkan diri membeli ONWJ (Offshore West Java), membeli WMO (West Madura Offshore). Kita memang sedang membangun kapabilitas nasional. Itu contoh strategis, makanya kita melihat Blok Mahakam sebagai contoh sangat stretagis bagi pembangunan Pertamina sebagai NOC (National Oil Company).

Apakah Pertamina memang meminta agar blok-blok yang expire itu kembali ke Pertamina?

Harus BUMN dong. bukankah swasta nasional

juga mampu?

Swasta nasional, misalnya jatuh ke A, B, C, atau D apa kriterianya? Okelah mampu, tetapi di belakangnya siapa yang punya, yang punya kan private. Negara tidak boleh memberikan privilege kepada orang per orang. Privilege harus jatuh kepada perusahaan negara. Jangan sampai salah. Saya melihat ada wacana mau mengembangkan itu. Negara sama sekali tidak boleh memberikan privilege kepada swasta nasional, karena di balik swasta nasional itu adalah orang per orang. Maka privilege itu harus jatuh kepada BUMN dan BUMN itu pemiliknya adalah negara.

Privilege itu ada di mana?Ada di PP 35 tahun 2004.

Pertamina dapat meminta blok-blok yang akan berakhir masa kontraknya.

Pengertiannya “dapat” ya, bukan “harus”?

Ya, terserah mengartikannya. Dapat itu artinya ya boleh. Siapa lagi yang bisa untuk menjamin pasokan BBM di seluruh Indonesia. Coba sampeyan sebutkan, bisa gak. Tidak ada, Anda sendiri bisa menjawab. Siapa yang diharapkan pemerintah yang bisa menjamin distribusi BBM di seluruh wilayah Indonesia. Mengapa tidak diberikan ke Pertamina.

Soal mahakam, sejauh mana pembicaraan dengan Total?

Seharusnya tanya ke pemerintah. Yang jelas Pertamina

/laporan utama

sarwono/en

Page 25: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 25

sudah mengajukan surat sejak tahun 2008. Terakhir November 2014, kami menegaskan kembali soal kesiapan Pertamina untuk mengelola Blok Mahakam. Sampai sekarang memang belum ada kepastian dari pemerintah, baru berupa sinyal dari kementerian ESDM. Dan itu hanya pernyataan lisan saja.

jadi yang dilakukan Pertamina selama ini hanya menyatakan kesiapan saja ya. Tidak menyertakan, apa langkah-langkah yang akan dilakukan Pertamina sehingga pemerintah punya bayangan lengkap tentang tahapan yang akan dilakukan Pertamina?

Itu pertanyaan dari siapa itu. Itu kritik dari siapa? Saya pingin tahu siapa yang kritik. Yang mengkritik itu tahu tentang migas tidak. Orang boleh kritik tetapi dengan pengetahuan. Untuk menyusun proposal itu perlu data. Data itu, kalau tidak ada izin dari pemerintah, tidak akan bisa kita akses. Yang punya akses adalah Total, pemegang WK, dan SKK Migas. Pertamina, walupun BUMN, kami tidak bisa mengakses itu. Untuk membuat itu harus ada data dong. Pertamina itu SDM-nya lulusan terbaik ITB, UGM. Untuk menyusun POD suatu lapangan itu butuh investasi, kalau datanya ada. Nah, masalahnya akses datanya tidak ada, kecuali ada perintah dari pemerintah.

jadi pemerintah belum menunjuk Pertamina sampai hari ini?

Belum, tetapi sudah memberi sinyal. Dua minggu lalu pemerintah sudah mengizinkan mengakses data room. Data room itu, kita bisa minta data-data yang diperlukan untuk menyusun proposal itu. Dan kita akan menyusun dalam tiga bulan proposal seperti yang anda kritik tadi.

Ketika sudah diambil alih, bagaimana nasib karyawan Total?

Kita sudah punya preseden yaitu PHE ONWJ dari BP ke Pertamina semua. Demikian juga PHE WMO dari Kodeco ke Pertamina semua. Tentu Pertamina dengan sangat terbuka dan senang hati bahwa teman-teman yang saat ini mengelola Blok Mahakam bisa bergabung di bawah manajemen Pertamina. Berkarya untuk bangsa dan negara di bawah merah putih. Tidak ada PHK. Kita jamin. Silahkan tanya ke PHE ONWJ dan WMO. Kita sangat senang kalau karyawan Total bergabung di bawah manajemen Pertamina, termasuk direksi. Teman-teman dari BP dan Kodeco sekarang justru mendapatkan eksposure yang lebih luas.

Apakah Pertamina berani menjamin bahwa setelah dipegang Pertamina tidak terjadi penurunan produksi?

Makanya masa transisi itu penting. Kalau bisa Pertamina masuk sebelum tahun 2017. Yang bisa kita buktikan, ONWJ dari produksi 22 ribu sekarang naik menjadi 42 ribu. /en

sarwono/en

Page 26: Energy Nusantara - Januari 2015

26 EnErgY nusantara | Januari 2015

Oleh alle ian WidagdO

/regulasi

Pertimbangan teknis, kemampuan memproduksi, ekonomis, dan kecukupan modal adalah penyebab utama pemerintah dalam menentukan kontrak kerja sama (KKS) wilayah kerja

(WK) minyak dan gas (migas) di Indonesia. “Kalau sudah diputusin tentu sudah melewati

diskusi panjang, baik diskusi di SKK Migas

tak semudah Kontrak Rumah

PEMERiNtAH tElAH MEMPERPANjNAg 4 wilAyAH KERjA PERtAMBANgAN. SiSANyA MASiH wAS-wAS.

maupun Dirjen Migas,”kata Saleh Abdurrahman, Kepala Pusat Komunikasi Kementerian ESDM, berkait dengan percepatan keluarnya keputusan Kementerian ESDM tentang kontrak kerja sama empat wilayah kerja migas, yaitu Wilayah Kerja Pase, Kampar, JOB Gebang, dan ONWJ kepada Majalah ENERGY NUSANTARA, Kamis (11/12/2014) di Jakarta.

Semua pertimbangan tersebut, ungkap Saleh, tidak mungkin atas dasar subjektivitas. “Enggak mungkin pertimbangannya subjektif. Pasti ada pertimbangan-pertimbangan teknis maupun ekonomis sehingga kita berani memberikan kontrak wilayah kerja. “Kita pun memprioritaskan BUMN atau BUMD terlebih dulu,”tegas Saleh.

Seperti diketahui, Menteri ESDM Sudirman Said menjelaskan terdapat sekitar 19 blok migas yang menunggu keputusan kontrak kerja. Ada blok yang sudah lewat atau berakhir masa kontraknya, ada pula blok yang baru akan berakhir dua hingga tiga tahun lagi.

Terkait kontrak itu, telah dilakukan review oleh Kepala Unit Pengendalian Kinerja Kementerian ESDM, Widyawan Prawiraatmadja, bekerja sama dengan SKK Migas. Dalam pengambilan keputusan kontrak migas, imbuhnya, terdapat empat prinsip utama, yaitu Pertama, memperhatikan kepentingan negara di mana harus menjaga

istimewa

Page 27: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 27

kelangsungan dan kelancaran produksi. “Tidak boleh ada gangguan, penurunan, karena kita sadar produksi, lifting, ini sesuatu yang mesti kita jaga,” kata Sudirman.

Kedua, menjaga fairness atau keadilan bagi pemilik wilayah kerja, pengelola dan stakeholder. Ketiga, penyederhanaan, kejelasan dan transparan. Keempat, me-review kinerja atau prestasi selama ini. Pemerintah ingin memberikan asas meritokrasi yaitu pihak yang berprestasi diberi kesempatan, sementara jika sebaliknya, diberikan konsekuensi.

Mengenai keempat wilayah kerja yang telah diputuskan, untuk WK Pase, pengelolaannya diserahkan kepada BUMD Aceh, yaitu PT Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA). BUMD ini telah melakukan beauty contest untuk mencari mitra kerjanya dan terpilihlah operator eksisting, yaitu PT Triangle Pase. Blok Pase akan habis masa kontraknya pada 2015, dari operator sebelumnya Triangle Pace. Kontrak baru akan berlaku maksimal 20 tahun ke depan.

Terkait penyerahan wilayah kerja ini, Gubernur Aceh menyambut suka cita. “Kami mendengar berita yang sungguh-sungguh menggembirakan, di mana persoalan ini telah lama ditunggu-tunggu oleh masyarakat Aceh,” ujar Gubernur Aceh H. Zaini Abdullah. Kendati demikian, menurut sumber Majalah Energy Nusantara, hingga Senin (15/12/2014) proses penyerahan blok Pase belum final untuk BUMD Aceh. “Belum ada SK nya,”ujar sumber tersebut kepada Majalah Energy Nusantara, Senin pagi (15/12/2014) di Jakarta.

Sementara itu, Ketua Tim Pengendalian Kinerja Kementerian ESDM Widyawan Prawiraatmadja, menjelaskan bahwa, pihaknya juga memutuskan kepastian kelanjutan tiga blok lain. Yakni, Blok Kampar, Blok Gebang, dan Blok Offshore Northwest Java (ONWJ). Blok Kampar, Riau, sebelumnya ditangani Medco E&P. WK tersebut akhirnya diserahkan kepada PT Pertamina (Persero) dengan masa transisi sampai Desember 2015.

Untuk Blok Gebang, pihaknya menyerahkan hak pengelolaan kepada PT Energi Mega Persada (EMP). Sebab, pengelola saat ini, Pertamina dan Costa International Grup, tidak mengajukan permohonan perpanjangan kepada pemerintah. ‘’Masa berakhir kontrak adalah 2015. EMP ditunjuk menjadi pengelola kerja definitif sehingga ada kepastian investasi. Tidak perlu menunggu kontrak wilayah kerja habis,’’ jelas Widyawan.

Terakhir, pihaknya memutuskan untuk mengembalikan Blok ONWJ kepada Pertamina. Dalam perpanjangan itu pun, pemerintah memberikan syarat agar komposisi saham partisipasi (PI/participating interest) lebih besar. Saat ini saham Blok ONWJ terdiri atas 53,25 persen milik PHE; EMP (36,72 persen); Talisman Resources (5,02 persen); dan Risco Energy (5 persen).

Widhyawan mengatakan keempat blok tersebut akan diperpanjang dengan jangka waktu 20 tahun. Keputusan ini sesuai dengan Pasal 14 Undang-Undang nomor 22/2001 tentang Migas, yakni Badan Usaha dapat mengajukan perpanjangan jangka waktu Kontrak Kerja Sama paling lama 20 tahun.

Menanggapi persoalan pemberian wilayah kerja migas, Umar Said, pengamat perminyakan, mengutarakan menjadi kewenangan pemerintah apakah akan memberikan, memperpanjang hingga memutus masa kontrak suatu wilayah kerja migas. “Umumnya, ketika blok migas habis kontraknya maka pemerintah tidak memperpanjang masa kontrak blok tersebut, bukan diputus oleh pemerintah,”kata Umar Said kepada Energy Nusatara, Kamis (11/12/2014) di Jakarta. Namun, bila ada blok yang diputus masa kontraknya, lanjut Umar Said, biasanya dia tidak melaksanakan komitmen perjanjiannya.

Sementara untuk blok yang sudah berproduksi, imbuh Umar Said, hal tersebut mustahil diputus masa kontraknya. “Dia tidak melaksanakan mungkin bukan salahnya dia,”kata Umar Said. Salahnya siapa? “Mungkin karena diganjal oleh Bupati/Pemda setempat. Coba sebutkan Kepala Daerah mana yang tidak menghambat proses produksi migas. Dan berapa banyak Bupati yang ditangkap KPK,” tanya Umar Said.

Seperti diketahui, sepanjang tahun 2014, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan terminasi terhadap 20 wilayah kerja migas. Pencabutan izin pengelolaan

20 WK ini karena kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) dinilai tidak melaksanakan kewajiban sesuai dengan Plant Of Development (POD).

“Ada juga yang sudah melakukan eksplorasi, namun periodenya sudah terlanjur habis,” ujar Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi, Kamis (11/12)di Jakarta, Selain itu, ada beberapa KKKS yang melakukan kegiatan, namun tidak membuahkan hasil eksplorasinya, sehingga WK dikembalikan kepada pemerintah.

Untuk itu, pemerintah berencana akan mendorong peningkatan eksplorasi migas melalui program insentif seperti pengahapusan pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di masa eksplorasi serta melakukan pemangkasan perizinan migas. “Pemerintah juga akan memperpanjang periode survei WK yang selama ini menjadi salah satu penghambat kegiatan eksplorasi,”katanya. /en

ABduRRAHMAN SAlEH sarwono/en

Page 28: Energy Nusantara - Januari 2015

28 EnErgY nusantara | Januari 2015

SudAH BANyAK cARA dilAKuKAN uNtuK MENgHENtiKAN AKSi PENcuRiAN MiNyAK AliAS illegal tapping. NyAtANyA, ModuS PENcuRiAN MiNyAK jugA

KiAN BERKEMBANg. KuRANgNyA diSiPliN APARAt KEAMANAN diSiNyAliR MENjAdi AlASAN KuAt MENgAPA PERBuAtAN MElAwAN HuKuM itu SEolAH

MENjAdi tRAdiSi.

Oleh Sudungan Pamahar

/minyak

Memutus Mata Rantai Pencuri Minyak

PT Pertamina EP yang beroperasi di Sumatera Selatan adalah salah satu

perusahaan yang langganan disasar para pencuri minyak. Bahkan, jumlahnya kian hari kian menjadi-jadi. Padahal, aparat keamanan perusahaan bersama Kepolisian dan TNI telah berungkali meringkus dan menjebloskan para tersangka pencurian ke jeruji penjara. Toh, pencurian tetap saja terjadi. Terkini,

enam orang pencuri dibekuk tim keamanan saat sedang beroperasi di daerah sungai Ogan Ilir yang merupakan wilayah operasi PT Pertamina EP, Adera Field pada Minggu (23/11). Dari tangan para tersangka, petugas mengamankan barang bukti berupa kapal tongkang yang dimodifikasi yang diduga untuk menampung minyak hasil curian serta berbagai alat untuk melakukan illegal tapping lain. “Diperkirakan kapal tersebut bisa memuat 5.000-8.000 liter minyak

mentah. Ditemukan juga selang-selang yang digunakan untuk menyalurkan minyak tersebut,” ungkap Public Relation Manager PT Pertamina EP, Muhammad Baron.

Masih di Sumatera Selatan, perusahaan asal Amerika, PT Conocophillips Indonesia, juga dibuat kewalahan oleh gerombolan pencuri minyak. Joang Laksanto, Vice President Development and Relation PT Conocophillips, mengatakan bahwa, pihaknya acapkali menemukan perbuatan percobaan pencurian minyak dengan modus pemotongan pipa distribusi. Menurutnya, ladang migas yang ada seperti di Kabupaten Musi Banyuasin sangat rawan sasaran pelaku pencurian

istimewa

Page 29: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 29

sindikat perdagangan minyak mentah. Buktinya, pada Juni lalu di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin diketahu terjadi dua kali kasus illegal tapping.

Di antaranya, terjadi awal Juni 2014 di jalur pipa minyak mentah Tempino-Plaju, warga Desa Babat di Kecamatan Babat Supat menemukan rembesan minyak mentah. Setelah ditelusuri ditemukan adanya upaya pencurian minyak dengan cara membocorkan pipa distribusi yang ditanam dalam kedalaman dua meter. Pencurian tersebut terjadi pada pipa minyak di km 107.300. Di lokasi petugas menemukan klem yang digunakan untuk membocorkan pipa berikut alat berat serta mobil vakum untuk mengambil minyak yang tercecer.

Kemudian, pada awal Juli 2014, aparat polisi dari Batang Hari Leko menggrebek lokasi lokasi penyulingan minyak illegal drilling yang ada di daerah itu. Pelaku berhasil kabur saat polisi mendatangi lokasi penyulingan. Di lokasi penyulingan yang ada di Desa Pinggap, aparat polisi juga menyita empat mesin penyulingan yang sedang beroperasi, berikut selang minyak.

Wakil Direktur Pengamanan Objek Vital Nasional Badan Pemelihara Keamanan Polisi Komisaris Besar Budi Purwoto juga mengakui bahwa Sumatera Selatan merupakan daerah yang paling rawan pencurian minyak. Ia menyebutkan, jalur pipa Pertamina yang melintasi Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Muba, Sumatera Selatan, merupakan lokasi yang paling rentan. “Lebih dari 500 kasus pencurian minyak mentah sejak 2009 sampai 2013 yang mengakibatkan shut down pengompaan lebih dari 50 kali,” kata Budi di Jakarta, Oktober lalu.

Budi menambahkan, polisi kesulitan menjaga pipa Pertamina sepanjang 165 kilometer itu. Terbatasnya jumlah personel menyebabkan polisi tak bisa mengawasi pipa yang tertanam di hutan dan semak belukar. Jauhnya lokasi penyaluran minyak dari pipa ke kendaraan pengangkut dan medan yang berat juga menyulitkan aparat melakukan penangkapan. Meski begitu, sambung Budi, kepolisian telah memproses 22 kasus pada

2010; 30 kasus tahun 2011; 90 kasus tahun 2012, dan 34 kasus tahun 2013. Tahun ini, kepolisian masih mencatat kasus yang masuk. “Datanya ada di Bareskrim bagian Sumbagsel. Perkiraan saya antara 5 sampai 10-an orang yang ditangkap di tahun ini,” katanya.

Akibat beking AparatSudah menjadi rahasia umum

bahwa, bebasnya para pencuri minyak tidak terlepas dari adanya perlindungan aparat keamanan. Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan bahwa, Tim Reformasi Tata Kelola Migas bisa memberikan rekomendasi yang tepat untuk penyelesaian masalah tersebut. Ia berharap di era transparansi yang dijanjikan Presiden Joko Widodo, oknum TNI dan Polri yang terlibat kejahatan ini mendapat hukuman lebih berat. “Praktik ini jelas merugikan negara dan juga mengancam keselamatan warga sekitar, apalagi dilakukan oknum TNI Polri,” kata dia dalam penjelasan persnya, Rabu (26/11).

Praktik pencurian minyak ini, menurut Komaidi, bukan tidak diketahui aparat. Modus dan cara bergerak para pelaku kejahatan ini mestinya mudah diikuti dan diselesaikan. Beruntung, Tim Reformasi Tata Kelola Migas berjanji akan membongkar kasus pencurian minyak yang diduga melibatkan oknum aparat TNI dan Polri. Apalagi, praktik pencurian minyak ini telah merugikan negara hingga ratusan miliar rupiah setiap tahun.

Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri, bertekad akan membongkar praktik pencurian minyak, terutama di Sumatera Selatan, yang merugikan negara. Menurutnya, selama ini praktik pencurian minyak tidak diberantas karena tidak ada niat. “Memangnya kutu, tidak bisa dilihat,” kata dia. Faisal menjanjikan akan mengungkap pencurian minyak dengan dugaan keterlibatan oknum aparat TNI dan Polri. Bahkan, pihaknya akan membongkar praktik pencurian minyak yang lebih parah lagi.

Di pihak lain, Joang Laksanto, Vice President Development and Relation

PT Conocophillips, juga mengharapkan bantuan dari media massa untuk terus memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai bahaya dampak dan kerugian negara akibat pencurian minyak mentah. “Pencurian minyak mentah dengan cara memotong pipa distribusi seperti yang selama ini ditemukan di Kabupaten Musi Banyuasin, dapat menimbulkan ledakan dan kebakaran yang bisa mengancam keselamatan jiwa pelaku dan masyarakat di sekitar lokasi pencurian. Ditambah tercemarnya lingkungan akibat tumpahan minyak mentah,” kata Joang.

Public Relation Manager PT Pertamina EP, Muhammad Baron, juga berharap senada. Ia menegaskan pentingnya peran serta masyarakat untuk saling membantu dalam menjaga dan memastikan minyak agar jangan sampai dicuri untuk kepentingan beberapa golongan.

“Kami serius menangani hal ini, bersama pihak aparat Polri dan TNI, kami akan menindak tegas semua pelaku yang terlibat. Minyak adalah milik negara, bukan milik pencuri. Kami himbau agar masyarakat yang mengetahui hal-hal yang mencurigakan di sekitar wilayah tempat tinggal mereka mohon dapat segera menginformasikan kepada kami agar dapat segera ditindaklanjuti. /en

FAiSAl BASRi,kETUATIMREfoRMASITATAkElolAMIGASsarwono/en

Page 30: Energy Nusantara - Januari 2015

30 EnErgY nusantara | Januari 2015

RodA PEMBANguNAN PiPA gAS KAliMANtAN-jAwA (KAlijA) yANg didAPuK SEBAgAi PRoyEK AMBiSiuS Pt PERuSAHAAN gAS NEgARA tERuS MElAju. PERcEPAtAN KoNvERSi BBM KE

BBg MulAi MENuNjuKKAN titiK cERAH.

Semarang, Jumat, 14 Maret 2014, suara sirene terdengar meraung-raung ketika Susilo Bambang Yudhoyono secara simbolis meresmikan proyek pembangunan pipa gas Kalimantan-

Jawa. Saat itu, SBY masih menyandang status Presiden Republik Indonesia. SBY seolah melunasi utangnya ketika pipa Kalija akhirnya dimulai setelah mangkrak sejak 2006. Pemerintah menyebut, pembangunan infrastruktur gas terintegrasi di Jawa Tengah perlu dipercepat mengingat wilayah ini belum mendapat aliran gas secara maksimal. Dengan adanya infrastruktur dan pasokan gas, sektor industri dan ekonomi Jawa Tengah akan tumbuh lebih cepat dengan tingkat daya saing yang semakin kuat.

Delapan bulan berselang, PGN sebagai empunya proyek bersama PT Bakrie And Brothers kembali menyuntikkan dana sebesar USD 250 juta kepada PT Kalimantan Jawa Gas, perusahaan bentukan PGN dan Bakrie. Dana ini akan diberikan

Oleh Sudungan Pamahar

/gas

PRoYEK KAlIjAbukan sekadar

Mencari untung

Page 31: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 31

dalam bentuk pinjaman melalui anak usaha perseroan, PT Permata Graha. Direncanakan, dana tersebut akan dipakai untuk pembangunan proyek jaringan pipa transmisi Kalimantan-Jawa Tahap I (Kepodang-Tambak Lorok). Pipa ini memiliki panjang sekitar 200 kilometer dengan kapasitas angkut 200 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Juru Bicara PGN Ridha Ababil mengatakan suntikan dana kepada proyek Kalija merupakan komitmen yang tertuang dalam Facility Agreement pada 11 November 2014. Pihaknya berharap rencana tersebut dapat segera terealisasi, kendati masih harus menunggu negosiasi dan perkembangan proyek lanjutan. Direncanakan, pembangunan fisik pipa gas akan dimulai pada April 2015. Di pihak lain, suntikan dana itu rupanya menimbulkan desas-desus yang kurang sedap di tubuh PGN. Konon, suntikan dana itu telah menguras kas perusahaan, sehingga dipersepsikan merugi.

Namun, gosip itu dibantah tegas Ridha Ababil. Menurutnya, hitung-hitungan pasca pengguyuran dana segar itu hingga kini belum dirampungkan. Dengan demikian, isu yang menyebutkan proyek Kalija merugi adalah asumsi keliru. “Rugi dari mana, ini semua lagi dihitung,” tandas Ridha kepada ENERGY NUSANTARA, Rabu (23/12). Ridha menjelaskan, sebagai unit bisnis, PGN sudah tentu mengupayakan agar proyek Kalija tidak mengalami kerugian. “Kalau rugi bisa dimarahi pemerintah. Namanya bisnis tentu saja kita akan mencari untung, bukan rugi,” katanya.

Sebelumnya, PGN mengklaim pembangunan jaringan pipa Kalija akan menghemat biaya bahan bakar. Dengan suplai gas Kalija, akan mampu menghemat biaya bahan bakar sampai Rp 2 triliun per tahun, ketimbang menggunakan BBM. Penghematan itu didapat jika pembangkit listrik di Tambak Lorok milik PLN di Semarang, Jawa Tengah, sudah seluruhnya menggunakan BBG. Menurut rencana, pembangunan jaringan gas Kalija tahap I sepanjang 207 kilometer akan rampung pada kuartal III-2015. Pipa inilah yang bakal menyuplai pembangkit listrik di Tambak Lorok. Untuk Kalija tahap II, akan dibangun setelah Kalija I resmi beroperasi.

Terkait investasi, Direktur

Utama PGN Hendi Prio Santoso mengatakan, kebutuhan dana investasi proyek pipa transmisi Kalija tahap I dan tahap II mencapai 1,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp19 triliun. ”Nilai proyek Kalija I antara 150-200 juta dolar sedangkan untuk tahap II mencapai 1,5 miliar dolar AS,” kata Hendi.

Diketahui, proyek Kalija dibagi dalam dua tahap dan tiga koridor. Pipa Kalija I sepanjang 207 kilometer akan menghubungkan sumber gas Lapangan Gas Kepodang ke PLTGU Tambak Lorok. Sementara Pipa Kalija II sepanjang 1.200 kilometer bakal menghubungkan sumber gas di Kalimantan Timur ke Jawa. Adapun tiga koridor jaringan distribusi gas bumi Jawa Tengah adalah Koridor I yang meliputi Kendal – Semarang-Demak (48 km), Koridor II: Wilayah Ungaran (34 km), dan Koridor III di wilayah Pekalongan-Solo Raya-Pati (235 km).

Percepatan infrastruktur gas bumi ini juga sejalan dengan upaya pemerintah yang terus meningkatkan alokasi gas bumi untuk domestik. Pada tahun 2014, rencana alokasi gas domestik mencapai sebesar 4.560 miliar british thermal unit per hari (BBTUD) atau 57,3 persen dari total produksi, sementara di tahun 2013 alokasi gas bumi domestik sebanyak 3.774 BBTUD atau 52,6 persen. /en

istimewa

istimewa

Page 32: Energy Nusantara - Januari 2015

32 EnErgY nusantara | Januari 2015

Pt NEwMoNt NuSA tENggARA (NNt) BERjANji SEgERA MEMBANguN

SMEltER, PAScA dicAButNyA gugAtAN ARBitRASE di iNtERNAtioNAl cENtRE

FoR SEttlEMENt oF iNvEStMENt diSPutES (icSid) tERHAdAP

PEMERiNtAH iNdoNESiA. SERiuS AtAu BASA-BASi?

Oleh alle ian WidagdO

/mineral&batubara

seriuskah Newmont bangun smelter

Satu tahun sudah perdebatan soal kewajiban membangun smelter bagi para pengusaha pertambangan berlalu. Namun, mendekati tahun kedua, tak ada tanda-tanda smelter cepat beroperasi, termasuk di tambang emas Newmont Nusa Tenggara.

Memang, beberapa investor mengklaim tertarik membangun smelter (pemurnian) di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Lokasinya tak jauh dari areal tambang Batu Hijau yang dikelola PT NNT. Toh, hingga saat ini belum ada yang terealisasi.

Kabar ini dihembuskan oleh Presiden Direktur Newmont Nusa Tenggara, Martiono Hadianto, bahwa ia mendapat kabar bakal ada beberapa perusahaan yang akan membangun smelter. “Saya diberitahu Pak Zulkifli Muhadli, Bupati Sumbawa Barat, ada yang ingin membangun smelter tembaga,” kata Martiono. Meski begitu, tandas Martiono, Newmont belum menyatakan sikap tentang kemungkinan bekerjasama dengan investor itu.

Seperti diketahui bahwa Bupati Sumbawa Barat, Zulkifli Muhadli sebelumnya memang menyatakan bahwa pembangunan smelter tembaga katoda berkapasitas 1.200 ton per hari itu, akan menggandeng investor asal Tiongkok. Ia mengklaim sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan pihak NNT terkait rencana pembangunan smelter tersebut.

Selain membangun smelter, investor tersebut akan membangun

tAMBANg NNt:BUTUhSMElTERSECEPATNYA. istimewa

Page 33: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 33

dan pemurnian konsentrat tembaga di dalam negeri.Dirjen Mineral dan Batubara R. Sukhyar mengatakan, Newmont sudah

menjanjikan akan membangun smelter tembaga, namun hingga kini Kementerian belum mendapatkan kejelasan. “Kami segera panggil Newmont. Kami minta mereka serius akan bangun smelter,” kata Sukhyar kepada sejumlah media, termasuk Energy Nusantara, Selasa (2/12/2014) di Jakarta.

Sukhyar menjelaskan, kondisi infrastruktur dan ketersediaan tenaga listrik di wilayah Nusa Tenggara Barat sangat memadai dalam menunjang pembangunan smelter. Namun, hingga kini pihaknya belum mendapat kepastian dari NNT terkait pembangunan smelter tersebut. “Kami akan panggil Newmont untuk melihat keseriusannya,” ujarnya.

Newmont diwajibkan mengolah dan memurnikan konsentrat yang diproduksinya. Kewajiban itu sesuai dengan kesepakatan dalam renegosiasi kontrak yang sudah dituangkan dalam nota kesepahaman.

Sementara itu, Salamuddin Daeng, aktivis dari Institute Global Justice (IGJ) menengarai, PT NNT dalam rencana pembangunan smelter hanya mengandalkan kerja sama dengan PT Freeport Indonesia, sehingga tidak ada jaminan jika pembangunan tersebut tidak dilaksanakan oleh Freeport maka PT NNT dapat memenuhi kewajibannya membangun smelter di Indonesia.

“Newmont hanya numpang mengolah konsentrat pada smelter yang akan dibangun oleh Freeport, dan jika kelak Freeport hanya mau mengolah konsentratnya sendiri, bagaimana dengan nasib Newmont?“, tandas Daeng, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Belum lagi, jika target tahap pertama pembangunan smelter pada kuartal pertama jatuh pada tahun 2015, maka harus jelas progresnya. Untuk itu, seharusnya sudah ada titik terang di mana pembangunan smelter tersebut dilakukan.

“Hingga saat ini, belum ada kejelasan di mana lokasi smelter yang akan dibangun oleh Freeport, dan jika pada tahun 2015 tidak bisa dipenuhi oleh Freeport, sudah tentu akan berdampak pada rencana kerja PT NNT. Di lain pihak pemerintah telah mengeluarkan izin kepada PT NNT untuk mengekspor konsentratnya,” jelas Daeng.

Untuk itu, Daeng berharap Pemerintah jeli melihat rencana PT NNT ke depan, terutama komitmen dalam pembangunan smelter di Indonesia. “Kalau hanya menyerahkan uang jaminan, saya rasa semua perusahaan juga bisa. Yang dibutuhkan saat ini komitmen tertulis yang jelas untuk pembangunan Smelter di Indonesia,” terangnya.

Sebelumnya pemerintah dan PT NNT telah menyepakati MOU yang merupakan bagian dari revisi Kontrak Karya (KK)  beberapa kenaikan royalti emas, perak, dan tembaga dari sebelumnya masing-masing 1, 1, dan 3,5 persen menjadi 3,75, 3,25, dan 4 persen sesuai PP No. 9 Tahun 2012 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Newmont juga dikenakan membayar iuran tetap (deadrent) dua dolar AS per hektar. Lalu, kewajiban membangun smelter disertai menyetor uang jaminan 25 juta dolar AS, pengurangan luas lahan dari 87.000 menjadi 66.422 ha, divestasi 51 persen, dan penggunaan komponen dalam negeri. (Alle Ian, dari beragam sumber) /en

pembangkit listrik. “Ini masih pembicaraan juga dengan pemerintah pusat terkait regulasi. Kami harap ada mitra lokal Kabupaten Sumbawa Barat yang akan digandeng,” ujar Zulkifli.

Selain investor yang berasal dari Tiongkok, Newmont juga mendapatkan proposal dari berbagai perusahaan untuk melakukan kerja sama dalam peningkatan nilai tambah produk tembaga yang dihasilkannya. “Kami sedang me-review  proposal yang masuk agar kami dapat menjadi pemasok konsentrat tembaga jika nanti ada pihak yang akan membangun smelter. Namun, saat ini masih dalam tahap pembicaraan awal,” kata Juru Bicara Newmont Nusa Tenggara, Rubi Purnomo.

Kasak-kusuk lain juga mengabarkan Newmont telah menjalin kerja sama dengan PT Indosmelt guna membangun smelter. Namun, lagi-lagi Martiono Hadianto membantahnya. “Ketemuan saja belum,” ujarnya.

Demikian juga Direktur Utama PT Indosmelt, Natsir Mansur. Ia juga membantah telah menjalin kerja sama antara PT NNT dan Indosmelt. “Belum ada pembicaraan resmi dari Newmont soal kepastian kerja sama,” katanya sembari menambahkan Conditional Sales Purchase Agreement (CSPA), jual beli konsentrat Indosmelt bersama Newmont dan Freeport yang berlaku hingga 2017 masih berjalan. 

meragukan komitmen NewmontTidak sedikit yang meragukan komitmen PT

NNT membangun pabrik pemurnian di tanah air. Untuk itu, Kementerian ESDM segera memanggil manajemen PT Newmont Nusa Tenggara untuk mempertanyakan keseriusan perusahaan tambang tersebut dalam membangun pabrik pengolahan

PRESidEN diREKtuR Pt NNt MARtioNo HAdiANto, ”kETEMUANSAjABElUM.”

diREKtuR utAMA Pt iNdoSMElt, NAtSiR MANSuR, ”BElUMADAPEMBICARAANRESMI.”

sarwono/en

sarwono/en

Page 34: Energy Nusantara - Januari 2015

34 EnErgY nusantara | Januari 2015

/energi terbarukan

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) sepertinya masih harus melalui rintangan terakhir. Lolos dari jeratan UU Panas

Bumi yang baru disahkan beberapa waktu lalu, kini aturan feed in tariff (tarif berbeda-beda) masih belum final. Padahal, aturan tersebut sebelumnya digadang-gadang pemerintah untuk menyelesaikan kisruh penjualan tenaga listrik kepada PLN. Belum adanya titik temu harga penjualan antara PGE dan PLN sebenarnya sudah berulang kali dibahas. Namun, PLN bersikukuh, harga jual listrik kepada konsumen mustahil disesuaikan dengan harga beli dari produsen panas bumi. “Masalahnya harga enggak ketemu, kesanggupan PLN cuma sekian,” ujar Plt Dirut Pertamina, Muhamad Husen, pertengahan November, sebelum resmi digantikan Dwi Soetjipto sebagai bos baru Pertamina.

Dia menjelaskan, feed in tariff yang digadang pemerintah untuk

harga beli listrik Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) oleh PLN tidak berjalan sampai sekarang. Alasannya, kemampuan PLN membeli listrik PLTP tidak setinggi penetapan tarif pemerintah. “Mereka kan jual listriknya murah, jadi kesanggupannya cuma,” ujarnya.

Padahal, pada April 2014 lalu, PGE dan PLN menyepakati perubahan harga dasar uap panas bumi dan tenaga listrik untuk beberapa lokasi PLTP yang tertuang dalam Head of Agreement (HoA). Namun, sampai saat ini revisi perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) belum diteken. Dalam HoA itu, kesepakatan harga berkisar antara US$0,084–US$0,116 per kilowatt jam (kWh). Khusus untuk PLTP di Sungai Penuh dan Hululais, harga beli uap yang disepakati sebesar US$0,07 per kWh.

Adapun kesepakatan harga terbagi menjadi dua bagian, yakni harga hulu dan harga hilir. Khusus untuk harga hulu berkisar di angka

uu PANAS BuMi tERNyAtA BEluM MAMPu MENjAwAB PERSoAlAN

MENdASAR PENgEMBANgAN ENERgi tERBARuKAN PANAS BuMi uNtuK

PEMBANgKit liStRiK. tARiK-MENARiK HARgA juAl liStRiK ANtARA

PERuSAHAAN PANAS BuMi dENgAN Pt PlN SEBAgAi PENyAluR tuNggAl

tENAgA liStRiK AdAlAH gANjAlAN lAiN.

Oleh Sudungan Pamahar

sengkarut tarif setrum Panas bumi

sarwono/en

Page 35: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 35

harus bener karena berdampak pada keuangan negara,” katanya.

Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), Abadi Poernomo mengatakan bahwa, di tengah terus melonjaknya harga minyak di dunia, penggunaan panas bumi menjadi keharusan. ”Cadangan minyak kita terus turun, sementara harganya terus naik. Dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang tinggi, bisa-bisa di 2019 kita akan impor energi. Untuk itu, penggunaan energi terbarukan seperti panas bumi sangat penting,” tuturnya.

Namun, yang disayangkan, energi panas bumi belum banyak dioptimalkan. Penyerapan pemanfaatan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) masih rendah. Ia mencontohkan, rata-rata hanya 78 persen dari total 110 megawatt kapasitas produksi listrik di PLTP Ulu Belu, Tanggamus, Lampung, yang kini telah dimanfaatkan PLN. Karenanya Abadi mengaku pesimistis, target pemanfaatan panas bumi sebesar 12.000 MW yang terjabar dalam kebijakan energi jangka panjang pemerintah akan sulit tercapai. ”Harga (lebih tinggi) dari pembangkit konvensional adalah alasannya, itu tidak terserap baik,” ujarnya.

Selain PGE, perusahaan panas bumi yang juga turut meminta pemberlakuan feed in tariff adalah Chevron Geothermal Indonesia (CGI). Perusahaan asal AS ini merupakan produsen energi panas bumi terbesar di dunia dan memiliki operasi yang besar di Indonesia. Chevron Geothermal mengoperasikan dua proyek geothermal di Indonesia, yakni Darajat dan Salak, yang keduanya berada di Provinsi Jawa Barat.

Proyek Darajat menyediakan energi geothermal yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas 259 megawatt. Seluruh listrik yang dihasilkan dari operasi Darajat dijual langsung untuk kebutuhan listrik nasional. Sementara di Proyek Salak, Chevron memiliki dan mengoperasikan total kapasitas operasi mencapai 377 megawatt.

Hasil gabungan dari operasi geothermal Darajat dan Salak kini mampu menghasilkan energi terbarukan yang cukup untuk kebutuhan sekitar 4 juta rumah di Indonesia.

Di luar PGE dan Chevron, pemerintah juga telah menugaskan tiga perusahaan pengembang panas bumi untuk melakukan survei pendahuluan. Ketiga perusahaan itu adalah PT Hitay group, PT Bumi Lesugolo Energy, dan PT Energi Kinan Internasional.

PT Hitay akan melakukan survei di Provinsi Sumatera Selatan,

Sumatera Barat, Bengkulu, dan Jawa Timur. PT Bumi mendapat penugasan untuk wilayah Nusa Tenggara Timur. PT Energy Kinan mendapat di daerah gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

Direktur Panas Bumi Direktorat Energi Baru Terbarukan Konsevasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Tisnaldi mengatakan, survei pencarian sumber panas bumi tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun dengan biaya mencapai US$ 6 juta. /en

US$0,07 per kWh. Sementara harga pembelian hulu dan hilir tergantung pada wilayah kerja panas bumi (WKP). Proyek panas bumi di Sungai Penuh 1 dan 2 serta Hululais 1 dan 2, PLN hanya membeli uap.

WKP juga terbagi atas dua jenis yakni proyek baru (green field) dan pengembangan dari yang sudah ada (extension). Harga extension berkisar di angka maksimal US$0,084 per kWh. Namun, harga green field dipatok maksimal US$0,116 sen per kWh.

Kesepakatan tersebut dimaksudkan, untuk merevisi kesepakatan sebelumnya pada 2010. Saat itu, disepakati harga awal uap dan listrik yang dikerjakan PGE dipatok pada angka US$0,05-US$0,08 per kWh. Di sisi lain, PLN menyatakan renegosiasi harga proyek panas bumi mempengaruhi keuangan PLN karena proyek-proyek tersebut memiliki kapasitas yang besar.

Saat ini, PGE tengah menggarap sembilan proyek geothermal, yaitu PLTP Kamojang unit 5 di Jawa Barat, PLTP Karaha Bodas di Garut, PLTP Ulubelu unit 2 dan 3 di Lampung, PLTP Lahendong unit 5 dan 6 di Sulawesi Utara, PLTP Lumut Balai unit 3 dan 4 di Sumatra Selatan, PLTP Hululais unit 1 dan 2 di Bengkulu, PLTP Sungai Penuh unit 1 di Jambi, dan PLTP Kota Mobagu unit 6 di Sulawesi Utara.

Kepala Divisi Energi Baru dan Terbarukan PLN, Mochamad Sofyan, mengatakan saat ini renegosiasi harga beli listrik antara PLN dan PGE masih menunggu hasil audit BPKP. Menurutnya, proses verifikasi di BPKP membutuhkan waktu lama karena berdampak kontraktual senilai triliunan rupiah. “Tidak bisa cepat, pemerintah

ABAdi PoERNoMo, kETUAASoSIASIPANASBUMIINDoNESIA

tiSNAldi, DIREkTURPANASBUMIDIREkToRATENERGIBARUTERBARUkANkoNSEvASIENERGI(EBTkE)kEMENTERIANESDM

sarwono/en

sarwono/en

Page 36: Energy Nusantara - Januari 2015

36 EnErgY nusantara | Januari 2015

Jalan hidup Sugiharto adalah jalan hidup yang “berliku” dan “terjal”. Kesuksesan yang didapatnya kini adalah buah dari kesabaran, ketekunan, kerja kertas, dan

belajar yang tak putus-putusnya. Di saat ia kecil, ayahnya memutuskan

pindah dari Medan ke Jakarta. Di ibu kota ini, ia mesti membanting tulang agar bisa mempertahankan hidup. Untuk biaya sekolah, ia mesti mencari sendiri, bekerja apa pun yang penting halal. Berbagai pekerjaan pernah ia lakoni. Dari menjadi pembantu rumah tangga, menjadi pedagang asongan, tukang parkir bioskop, hingga kuli panggul di Pelabuhan Tanjung Priok. Ia biasa berjalan kaki berpuluh kilometer atau naik kereta api di gerbong barang lantaran tak ada uang sepeser pun di saku.

Ketiadaan uang kerap membuat ia terpaksa menunggak SPP. Tapi, Sugiharto tak berkecil hati. Jika ia mendapat upah dari pekerjaannya, tunggakan SPP itu langsung ia lunasi. Ia juga kerap merasa malu terhadap teman-teman sebayanya. Tapi, lagi-lagi, semua itu ia tahan dan singkirkan. Ia

telah mencanangkan tinggi cita-citanya. Dia ingin menjadi menteri. Itulah cita-citanya.

Ia pun bekerja keras mengejar impiannya. Dari semua pekerjannya semasa sekolah di SMP hingga SMA, Sugiharto menunjuk pekerjaannya pada Perusahan Gaya Motor adalah yang paling berat. Sebutannya pekerjannya, menurut Sugiharto, sangat keren, yakni Production Planning Control atau Materials Handling. Tetapi, sesungguhnya ini sebuah pekerjaan “kuli”, pekerjaan bongkar muat suku cadang kendaraan bermotor di Pelabuhan Tanjung Priok, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik. Karena itulah, sepulang kerja, ia merasa badannya remuk redam. “Mengayuh becak mungkin belum tentu seberat itu,” kata Sugiharto mengenang pekerjaannya yang memiliki nama keren itu.

Di tengah keganasan kota Jakarta yang terik, dia tak pernah lupa memanjatkan doa. “Tuhanku, aku ingin sekali impianku terwujud. Bekerja di gedung megah dengan gaji besar. Bila itu terjadi, aku akan melipatgandakan syukurku kepada-Mu,” demikian ia kerap

berdoa. Karena itulah, segala upaya ia

lakukan agar cita-citanya, memiliki pekerjaan dan masa depan lebih baik, itu tercapai. Ia mencari berbagai informasi untuk mengetahui adakah lowongan pekerjaan yang cocok untuk dirinya atau tidak. Kadang-kadang ia sengaja menumpang membaca koran di sebuah lapak penjual koran sekadar untuk membaca iklan lowongan kerja.

Suatu ketika, kemujuran itu pun tiba. Ia membaca ada lowongan kerja di Departemen Keuangan yang berkantor di Lapangan Banteng dan lowongan kerja di kantor SGV Utomo, sebuah firma yang didirikan oleh Utomo Josodirdjo dan Washington SyCip yang berkantor di SGV Filipina. Dua lowongan itu menarik minatnya, sekaligus membuat hatinya bimbang, menjadi PNS atau menjadai pegawai swasta. Setelah berkonsultasi dengan temannya, ia pun memilih bekerja di SGV Utomo.

Mendapat pekerjaan di kantor akuntan bukan berarti Sugiharto berpuas diri. Ia ingin kuliah. Oleh karena itu, di malam hari ia pun mengambil kuliah di Universita Jayabaya. Lulus

SugIharToKomisaris Utama Pt PErtamiNa

“Kisah pengasong

yang Jadi Menteri”

profil

Page 37: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 37

dari universitas ini, Sugiharto masuk lagi ke Universitas Indonesia. Ia mengambil jurusan ekonomi. Setamat kuliah itu, ia kemudian masuk Medco, sebuah perusahaan migas milik keluarga Hilmi Panigoro. Bisa dibilang inilah “gerbang” yang kelak mengantarkannya meraih mimpi. Ya, ia memang kemudian menjadi Menteri BUMN. ”Segala di dunia ini berawal dari kemustahilan. Semua terasa tidak mungkin pada awalnya. Namun, apa pun menjadi mungkin dengan kerja keras,” katanya Sugiharto.

Kisah hidup Ugi, panggilan akrab Sugiharto, tersebut bisa dibaca pula dalam sebuah novel berjudul “Di Bawah Langit Jakarta”. Novel tersebut diangkat dari kisah nyata hidup Sugiharto.

Kini, Sugiharto telah menjadi tokoh nasional yang –tentu saja- tak lagi berjalan kaki ke sana ke mari seperti puluhan tahun silam. Tapi, satu yang tetap tak berbeda adalah sikapnya. Ia dikenal sebagai pribadi rendah hati dan pekerja keras.

Kendati kini posisinya sebagai Komisaris Utama PT Pertamina yang tentu saja sibuk, Sugiharto masih terus berupaya menyempatkan diri menyapa koleganya, baik dengan menelepon, SMS ataupun lewat jejaring sosial, facebook, dan twitter. Semua “sapaan” tersebut dilakukan sendiri dengan jari-jarinya.

Selain pribadi ramah, Sugiharto juga orang yang cinta kerapihan. Penampilannya juga selalu rapi. Rambutnya selalu tersisir rapi dan kadang kaca mata hitam menghiasi wajahnya.

Sepanjang wawancara dengan tim Energy Nusantara di ruang kerjanya, Sugiharto terlihat menata kertas dan buku yang ada di depannya menjadi satu tumpukan rapi. Ia ditemani sebuah tablet iPad hitam yang dilengkapi keyboard. Sesekali dia mengetik untuk mencari data lewat alat tersebut.

Di usia yang mendekati kepala enam, mantan Menteri Negara BUMN itu sama sekali tidak gaptek alias gagap teknologi dengan teknologi komunikasi seperti itu. Dia mengikuti diskusi dan percakapannya di jejaring sosial dunia maya. Mantan Direktur Keuangan dan Administrasi Energy Internasional Tbk itu rupanya merasakan bagaimana kedahsyatan media sosial dan forum komunitas dalam menggerakkan orang. “Saat ini publik dapat bertukar pikiran kapan saja, di mana saja, dan tanpa perlu bertatap muka,” katanya.

Sugiharto mengikuti sejumlah forum diskusi di dunia maya yang di dalamnya ada para profesional, praktisi, hingga ustadz-ustadz ternama seperti Aa Gym dan Yusuf Mansur. “Cara mereka berpikir dahsyat. Kita yang baca (pemikiran) mereka menjadi tambah pintar,” ujarnya.

Ketua Presidium Nasional Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu menilai bahwa media sosial merupakan salah satu temuan yang revolusioner. Maka dari itu, dirinya telah

sarwono/en

Page 38: Energy Nusantara - Januari 2015

38 EnErgY nusantara | Januari 2015

mengusulkan ICMI aktif menggunakan medsos dan forum komunitas sebagai alat bertukar pikiran. “ICMI punya ribuan intelektual yang tersebar di Indonesia. Di tengah padatnya jadwal masing-masing anggota, tidak mungkin lagi ketemuan lalu menyampaikan presentasi. Nah, solusinya adalah medsos dan forum komunitas,” ujar fungsionaris Partai Persatuan Pembangunan itu.

Kendati rajin mengikuti perkembangan teknologi, pria kelahiran Medan, 29 April 1955, itu mengaku tetap membutuhkan bantuan anaknya jika ada aplikasi baru yang dapat menunjang bisnis. “Saya minta tolong anak untuk men-download,” kata ayah lima anak ini.

Terhadap direksi baru ia memiliki harapan agar para direksi tersebut bisa membangun depo dan kilang minyak baru. Menurut Sugiharto, jumlah depo dan kilang Pertamina, jika dilihat dari kebutuhan, sangat minim. Padahal, depo-depo itu juga melayani TNI yang “jatah”-nya pun kecil. Dia yakin negara-negara tetangga pun mengetahui soal ini. “Kalau kita perang selama dua minggu, sudah kalah,” katanya.

Dengan kondisi seperti, kata dia, Indonesia makin memerlukan national petroleum industry yang mungkin dioperasikan oleh Pertamina. “Tapi, harus ada dalam anggaran negara, APBN. Jangan jadi beban koorporasi,” katanya.

Selama ini, katanya, 77 persen yang dilakukan Pertaminan pada tahun 2013 adalah penugasan. Itu, misalnya, pembuatan premium RON

88 yang kemudian didistribusikan ke seluruh Indonesia. “Penugasan” seperti ini kadang secara bisnis tidak menguntungkan. “Bayangkan kalau dibuat dari kilang Pertamina sendiri ditambah dengan ongkos logistik tapi dipantek harganya MOPS plus alpha 5%. Kalau mengirim ke Jayapura MOPS-nya 12%, ke Pulau Miangnas MOPS-nya plus 17%, ke pulau Rote mungkin MOPS-nya plus 19%. Tidak wajar dalam teori akutansi karena transaksi tidak memberikan keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip komersial,“ katanya.

Menurut Sugiharto, siapa pun yang akan membangun kilang, pasti ingin menjadikan Pertamina sebagai partner strategis karena Pertamina memiliki lebih dari 2.300 depo stasiun dan punya 202 kapal yang berlayar tiap hari ke penjuru pelosok. “Kemampuan distribusi itu ada di Pertamina,” katanya.

Seperti apa pandangan Sugiharto terhadap kinerja Pertamina? Apa langkah BUMN ini ke depan? Berikut wawancara lengkapnya dengan tim Majalah Energy Nusantara. Petikannya:

Apa gebrakan Pertamina di era Presiden jokowi?

Pertamina ini adalah national oil company. Tentu seluruh elemen bangsa, baik pemerintah maupun masyarakat secara luas, Pertamina berada di frontline untuk memastikan keberlangsungan dan ketahanan energi nasional. Kalau kita lihat fenomena dunia saat ini, terjadi polarisasi bahwa kepemilikan cadangan nasional di masing-masing

negeri itu hampir 93 persen dikuasai oleh NOC. Namun, apa yang terjadi di Indonesia. Kami melihat bahwa karena undang-undang migas yang sekarang masih berlangsung maka Pertamina is not the only option. Jadi, antara harapan, persepsi dengan kenyataan, masih begitu. Karena memang undang-undang menjadikan Pertamina harus competitive dibandingkan dengan KPS-KPS lain di Indonesia.

usia Pertamina kan sudah cukup tua, mengapa tidak seperti NoC yang lain?

Sebagai perusahaan, hari ini sesungguhnya Pertamina baru berumur 11 tahun lebih 2 bulan, karena lahirnya sebagai korporasi baru pada 17 September 2003. Memang, Pertamina sudah menjadi badan sejak 57 tahun, ada Undang-Undang No. 8 tahun 1971 dan sebagainya. Jadi, kalau dilihat dari perspektif korporasi maka Pertamina adalah sebuah corporate yang baru berdiri 11 tahun, relatif muda. Namun demikian, kalau dilihat dari capaiannya, menurut saya, hari ini relatif. Dilihat dari konteks nasional saja, dalam 5 tahun terakhir pertumbuhan Pertamina anomali dengan kondisi lifting nasional. Secara nasional, lifting kita turun 3 persen, namun produksi Pertamina naik 2 persen. Ketika yang lain turun, misalnya Total, ExxonMobile, Pertamina justru naik. Jadi, sebetulnya ini sebuah keistimewaan tersendiri.

Apa prioritas bisnis Pertamina ke depan, hulu atau hilir?

profil

sarwono/en

Page 39: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 39

Sebelum kita masuk ke prioritas, saya akan sampaikan soal pencapaian, yang saya tulis dalam sebuah buku Aspirasi Pertamina 2005. Dalam aspirasi itu, kita melihat Pertamina 5 tahun ke depan. Saya ingin mengatakan bahwa buku ini mendeskripsikan bahwa kita sudah masuk ke fase kedua dari transformasi. Tahapan pertama terjadi pada tahun 2008-2013 dan sekarang masuk tahap kedua. Dari 5 tahun pertama ini, kita sudah mencapai as the first Indonesian company, masuk dalam FORTUNE 500. Rating-nya bukan ke-400, 300, atau 200, tapi langsung ke-122.

Ada rahasia tersendiri kenapa bisa begitu. Karena memang sebagai persero, walaupun umurnya 11 tahun, sampai saya masuk pada Mei 2010, itu back log. Auditing statement-nya sampai 3 tahunan. Jadi, saya harus meratifikasi output report 2006, 2007, dan 2008. Karena memang sebagai badan baru, untuk opening balanced saja memerlukan waktu 2 sampai 3 tahun.

mengapa bisa back log?Para birokrat ini menunggu

independent appraisal melakukan audit opening balanced sehingga terjadi back log. Oleh karena itu, deviden payout pada periode itu besar karena Pertamina adalah badan usaha yang paling besar deviden contribution-nya. Di DPR selalu dibintangin. Pertamina setor sekian based on RKAP (based on target). Padahal, targetnya ketika diaudit ternyata heavily di-adjust download sehingga ketika dihitung actual deviden payout dibandingkan audit fit that income before tax atau even after tax, persentasenya di atas 90 persen. So everyone dollar you make almost 90 percent diambil untuk pemerintah. Jadi, sebagai corporate tidak normal.

Kedua, modal awal pun harus digerus. Lebih dari 30 triliun harus di-absorb oleh perusahaan karena waktu perubahan badan, ada 50-sekian pesiunan tidak dimasukkan sehingga terpaksa kita harus pastikan bahwa dana pensiun diambil dari aset Pertamina. Jadi, terjadi down work adjustment, deviden pay out-nya tinggi. Sebetulnya pukulannya berat. Bagi teman-teman yang mengerti accounting, ini terjadi decapitalization. Jadi, setengah cacat lahir.

Jadi, sementara kita harus menggendong banyak sekali exces

damage and culture. Kemudian aset-aset kita yang “sepertiga” itu free and clear, sepertiganya yang di-embrand ke kita sebagai modal, itu semi free semi clear. Ada juga yang not free not clear. Free and clear itu berarti suratnya oke, penguasaan fisik 100 persen. Tetapi, ada yang semi free and clear. Bahkan, ada lagi yang kategori free, orang bilang itu penampakan. Banyak sekali tanahnya. Kata orang itu lahan Pertamina, tapi kita tidak punya apa-apa.

Kembali ke Pertamina, jika dihitung dari segi GCG skor indeks kita di awal berdirinya pada 2004, one full year, the first full year operation sebagai corporate, skor kita 55, belum sampai 60. Tetapi, hari ini skor kita sudah mencapai 94,27. Kita biasa memakai jasa independent consultant bekas Boston. Dari 153 kriteria cek poin, where are we dibandingkan dengan cek poin yang sama untuk mengetes listed company atau non-listed company yang besar-besar. We were oke, we are already company. Jadi, terjadi perubahan yang lumayan bagus dan ada hubungan yang linear antara result, net income, dibandingkan dengan government’s process. Kata Michael Porter in Global Context itu, ownership doesn’t matters, government matters. Jadi, government ini telah mengubah tampilan keuangan kita lebih sehat, lebih baik. Ini mungkin anomali dengan statement Faisal Basri yang mengatakan “ini kapal keruh lah”, “ini aquarium yang airnya buteklah”. Tapi dia kan tidak pernah masuk, jadi tidak kelihatan butek atau tidak. Kita jawab dengan buku ini.

Apa jawaban Pertamina atas kritik Pak Faisal itu?

Tuduhannya sudah terlalu banyak. Tadi malam saya bahkan diskusi di Megawati Institute. Saya mengatakan the dangers of pembukuan atau penutupan Petral. Saya katakan kalau di situ ada tikus, mari kita basmi tikusnya; kalau sistemnya kurang transparan, mari kita bangun sistemnya. Tapi jangan lumbungnya yang dibakar, jangan lumbungnya yang ditutup.

Pertamina ingin world class company, seperti apa gambarannya?

Kalau menjadi world class company malah menurut saya anomali jika hari ini Indonesia ingin keluar dari bayang-banyang ketakutan kecukupan energi. Kita harus punya another glandcore. Why? Karena 48 juta kilo liter per tahun.

Kalau Pertamina punya glandcore, kita tidak takut walaupun depo station berada di tanjung pelepas atau mungkin ada di mana, tapi city traders. Jadi, harus dijadikan global creator. Ini sudah fact track buat saya untuk membangun kecukupan energi nasional. Jadi, jangan ditutup. Ini maunya yang tidak mengerti kan ditutup. Saya katakan ada 10 rasional why Singapore is competitive in term of hug di situ, ya logistiknya, sistem dukungan keuangan, dan pusat keuangannya. Kalau trading itu ada yang notional ada yang physical. Kalau melihat laporan, tax yang kita bayar itu 47 percen of the total, bagaimana kita mau competitive? Padahal, aturan main kita global competition lawan Petronas, lawan Singapore Petroleum, atau dengan environment yang berbeda. Belum lagi undang-undangnya.

jadi, kritikan Faisal basri tak tepat?Kalau mereka bilang keruh,

tolonglah tunjukkan keruhnya di mana. Kita ini diaudit oleh the best auditing environment, yang lalu EY, sekarang PWC. Kita every year bisa diakses oleh BPK. Kita mendapatkan credential from other 16 different credential yang kami terima dari human capital masalah transparansi. Audit report kita tercepat di antara 30 sampai 100-sekian balanced sheet Pertamina. Jadi, sebetulnya sudah ada 31 perusahaan yang mendapat tax berikut 5 persen, the rest 10 persen, karena dari segi government memang mereka gede, top 6 di Singapore. Most important bahwa APBN sangat tergantung pada posturnya, political process di DPR. Kemudian, kita juga punya upaya untuk tax corruption yang cukup berat selama beberapa tahun ini. Itu dibuktikan dengan transformasi yang ingin dipaksakan di Dirjen Pajak agar supaya bisa tepat waktu, tepat jumlah, dan benar. Yang terjadi, Januari, Februari, Maret, dan April, subsidi yang seharusnya dibayarkan ke Pertamina belum dibayar. Kalau per bulan Rp 20 triliun maka 4 bulan 80 triliun. Jadi, kita punya piutang awal tahun ini, misalnya Rp 83 triliun, dari pemerintah.

Awal tahun ini?Iya. Itu siklusnya seperti itu. Tentu

dengan harga minyak waktu itu sekitar 100 dollar-an. Besarnya subsidi kira-kira Rp 20 triliun. Jadi, kalau 4 bulan enggak nagih sementara kita impornya harus bayar, cash and carry, maka kita harus ada

Page 40: Energy Nusantara - Januari 2015

40 EnErgY nusantara | Januari 2015

fasilitas, standby facility, dalam bentuk non cash. Di dalam negeri, harta kita kumpulkan dari bank-bank pemerintah, bank swasta, dan bank asing. Kita dapat 5 bilion dollars, facilities untuk kita bisa mengimpor, kemudian mereka memberikan LC dan sebagainya.

masalah lainnya?Singapura. Sering kali kita mengalami

kesulitan dollar karena setiap hari Pertamina butuh 100-150 juta dollar, karena kita menjual bensin ke mobil Anda, dirupiahkan di 6.200 outlet SPBU dan SPBN. Itu semua rupiah, sedangkan kita harus mengimpor dalam dollar. Jadi, kita perlu dollar setiap hari.

Jadi, bayangkan kalau Pertamina tidak taat azas memberi tahu ke BI,

kemudian BI memberi ke Pemerintah, maka akan terjadi goncangan di pasar, spekulasi, rupiah akan terus under attack. Jadi, kita ini sebetulnya penyeimbang, karena itu kita ngatur. Bagaimana cara ngaturnya, sementara impor harus tetap jalan. Kita punya LC facility di sana sebesar 5 bilion, 5 on 1 bilion dollars, so combine we have about 10 bilion dollars, 120 triliun, facility. Pertanyaannya, apakah kalau ditutup yang 60 triliun di sana, 5 times 12 ribu kan 60 triliun Pak. Bagaimana line-nya untuk mem-back up ini. Kan berbahaya sekali. Cadangan BBM kita tinggal 16-18 hari, itu pun termasuk yang di kapal dan di pipa.

bagaimana agar kita bisa aman cadangan energinya?

Saya punya 10 jurus apa yang Indonesia bisa ikhtiarkan agar kita bisa mencapai kemandirian. Ada 27 pages diagnose dan analisis yang pernah saya buat. Saya pernah nulis, karena cuma ada 4500 karakter, saya taruh di salah satu majalah. Makalahnya sudah saya tulis, mulai dari kenapa harus bangun pipa, kenapa arsitektur harus diubah, kita harus lebih agresif melakukan eksplorasi. Semua ada di situ.

Saya juga menjalin komunikasi dengan banyak perusahaan migas internasional sebagai afirmatif action agar bisa memastikan bahwa kita bisa bertanding dengan NCI (Nelson Complexity Index: indikator kualitas kilang); bisa bertanding dengan NCI di Singapura sehingga cost per-barrel BBM bisa setara dengan cost per-barrel di sana. Sementara, 7 kilang RU (refinery units) kami, dimulai dari Dumai (Riau), Plaju (Sumatera Selatan), Cilacap (Jawa Tengah), Balongan (Jawa Barat), alikpapan (Kalimantan Timur), dan Sorong (Papua Barat)— Pangkalan Brandan (Sumatera Utara) ditutup tahun 2007— Pertamina totalnya 1.070.000 barrel per hari (BPH).

Tapi, kalau hari ini suruh memilih apakah menjalankan kilang tua, mungkin hanya Balongan yang masih baru, dibuat tahun 1994, atau lebih memilih membeli saja. Pasti jawaban logisnya adalah membeli. Tetapi, Pertamina tak bisa karena harus menutup 6 kilang. Dan, Pertamina perusahaan yang bisa untung ternyata. Malah tahun lalu perusahaan paling besar yang membuat keuntungan. We can still make money.

Karena Pertamina ini ujung tombak maka harus didukung dan mendapat kepercayaan penuh dari pemerintah. Bukan seperti lembaga yang seolah-olah patut tidak dipercaya. Alhamdulillah, Pertamina tidak mengemis ke pemerintah dan tidak meminta segala macam. Meskipun cash flow pemerintah negatif lantaran lambatnya penerimaan, tapi tak membuat bangkrut. Pertamina tetap stabil karena sudah bisa mengakses pada perdagangan global. Tidak mungkin Pertamina bisa menerbitkan global bond tanpa mengikuti capital market protocol di luar negeri, walaupun belum non listed company. Karena itu, mungkin UU-nya harus diubah. Ini untuk klarifikasi. Saya tidak coba defensif.

/en

profil

sarwono/en

Page 41: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 41

Page 42: Energy Nusantara - Januari 2015

42 EnErgY nusantara | Januari 2015

1. Perspektif umumBerdasarkan BP Statistical Review of World

Energy tahun 2013, telah terjadi peningkatan cadangan hidrokarbon dunia sebesar 27% pada 10 tahun terakhir. Wilayah Amerika Tengah dan Selatan menyumbangkan angka yang signifikan terhadap peningkatan tersebut, yaitu sebesar 12%. Hampir semua wilayah hidrokarbon mengalami peningkatan. Begitu pula peningkatan rasio cadangan ke produksi. Akan tetapi, sebaliknya, yang terjadi di wilayah Asia Pasifik, dalam satu dekade tidak menambah cadangan. Rasio cadangan ke produksi malah cenderung menurun.

Indonesia sebagai bagian dari wilayah Asia Pasifik mengalami penurunan produksi minyak bumi nasional sebesar 30% pada jangka waktu yang sama. Sementara itu, konsumsi produk minyak meningkat secara drastis dari 1,2 juta bopd menjadi 1,6 juta bopd. Besarnya konsumsi nasional ini, selain disebabkan oleh gerak ekonomi yang membaik di segala sektor, juga diindikasikan karena besarnya subsidi yang diberikan oleh pemerintah.

merawat sumur Menjaga Produksi MigasOleh afriandi eka PraSetyaKepala SubdinaS Kerja ulang dan perawatan Sumur 1 - SKK migaS

GAMBAR1.hISToRIPENERIMAANNEGARADARISEkToRMIGASDANAlokASISUBSIDIUNTUklISTRIkDANBAhANBAkARMINYAk.(DIolAhDARIBERBAGAISUMBER)

kolom

istimewa

Page 43: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 43

Subsidi untuk listrik dan bahan bakar minyak (BBM) mengambil jatah sebesar 80% dari total subsidi yang dialokasikan pemerintah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tentu saja alokasi ini tidak berimbang, karena banyak sektor lain yang masih membutuhkan subsidi. Sementara itu, penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi (migas) yang menyumbangkan 20% APBN terus menerus dikejar, seperti terpaksa untuk menutupi subsidi listrik dan BBM.

Sampai hari ini, kapasitas 6 unit kilang pengolahan minyak yang dikelola Pertamina hanya mampu mengolah maksimum 700 ribu barrel per hari. Dengan konsumsi BBM sebesar 1,4 juta barrel per hari, Indonesia harus mengimpor minyak minimum sebesar 500 ribu barrel per hari.

2. Penurunan produksi sumurSelain kondisi di hilir tersebut, kondisi di hulu

bisnis migas juga tidak kalah memprihatinkan. Kebanyakan fasilitas produksi migas yang ada sudah berusia lebih dari 30 tahun. Kondisi sumur-sumur migas yang memproduksikan 800 ribu bopd pun memerlukan perhatian. Dari sekitar 28 ribu sumur produksi, tercatat setiap tahun dilakukan pekerjaan pada sumur hingga 35 ribu kegiatan, dalam rangka mengembalikan kinerja sumuran.

Kinerja sumuran pada sumur-sumur migas dibagi menjadi 2, yaitu kinerja aliran dan kinerja tubing. Kinerja aliran adalah penentuan penurunan tekanan terkait produksi dari dalam reservoir ke permukaan komplesi. Sedangkan kinerja tubing adalah penurunan tekanan di dalam tubing antara reservoir komplesi dan permukaan tanah. Kinerja sumuran terkait dengan indeks produktivitas (PI) sumur. Semakin tinggi angka PI pada sebuah sumur, semakin tinggi angka produksi sumur tersebut.

Menurunnya kinerja sumuran dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya penurunan tekanan reservoir; peningkatan level air; kerusakan formasi (skin); scale, wax, aphaltene dan hydrate, serta problem mekanis. Laju korosi dan metalurgi peralatan sumur juga turut andil dalam penurunan produksi sumur. Untuk mengembalikan kinerja sumuran, diperlukan pekerjaan perawatan sumur sesuai dengan tingkat masalah yang dihadapi.

3. metode perawatan sumurKegiatan perawatan sumur dapat dibagi

ke dalam 3 metode: pengukuran sumur, pemeliharaan sumur, dan kerja ulang sumur.Pengukuran sumur dilakukan dalam rangka mengukur parameter yang menunjukkan kinerja sumur maupun kondisi sumur. Pada permukaan tanah, parameter temperatur dan tekanan diukur

dari gauge yang terpasang pada kepala sumur atau pipa alir. Untuk mengukur laju produksi, biasanya dilakukan melalui pipa yang terhubung ke pipa alir. Setelah membuka kerangan, tetesan minyak yang keluar di bak penampung atau di dalam bejana uji, diukur dalam satuan waktu kemudian dikonversi untuk memperoleh angka produksi harian.

Kondisi sumur yang biasa diukur adalah diameter dalam pipa tubing ataupun pipa selubung. Pengukuran ini untuk mengetahui apakah terdapat pemampatan di dalam pipa yang disebabkan oleh faktor dari dalam reservoir karena terbawa oleh fluida hidrokarbon yang terproduksi, atau dari faktor mekanis. Penyempitan lubang akibat faktor mekanis biasanya karena pipa yang sobek atau penyok. Masalah ini mungkin muncul pada saat perlubangan (perforasi) pipa karena kekuatan pipa tidak sanggup menahan kompresi batuan di dalam sumur.

Apabila hasil pengukuran sumur menyarankan tindak lanjut pada sumur, maka akan diusulkan pekerjaan pemeliharaan. Pemeliharaan sumur akan memperbaiki kondisi sumur, misalnya penggantian komponen kepala sumur, penggantian pada pipa tubing, dan peralatan di dalam sumur. Intervensi seperti pembersihan pada lubang sumur atau pada koneksi antara lubang dengan zona produksi, dapat juga dimasukkan ke dalam pekerjaan pemeliharaan sumur.

Kerja ulang sumur dilakukan pada sumur-sumur yang mengalami kegagalan peralatan sehingga peralatan harus diangkat untuk diperbaiki atau diganti. Modifikasi pada kondisi produksi seperti dari minyak menjadi gas, atau dari sembur alami menjadi pengangkatan buatan, atau untuk mengembalikan konektivitas antara lubang sumur dengan zona produksi juga dilakukan dengan metode kerja ulang. Begitu pula dalam hal perubahan sumur dari sumur produksi menjadi sumur injeksi dan sebaliknya, menutup sumur yang sudah tidak berfungsi, atau mengaktifkan kembali sumur-sumur yang tertunda. Pekerjaan memancing alat-alat yang tertinggal di dalam lubang atau pekerjaan pemeliharaan sumur berskala besar juga dikategorikan ke dalam kegiatan kerja ulang.

4. operasi perawatan sumurTerdapat 4 macam operasi perawatan sumur:

operasi ringan, operasi berat, operasi pada sumur terkendali, dan operasi khusus. Masing-masing operasi dapat menggunakan peralatan yang berbeda-beda atau kombinasi di antaranya.

Pada operasi ringan, dua macam peralatan seperti wireline dan pompa cukup untuk memenuhinya. Wireline dalam bentuk slick line ataupun electronic line diaplikasikan dalam pekerjaan: mengecek lubang tubing; membersihkan wax dan scale dari dinding tubing; membantu aliran awal; mengantar alat perforasi; memasang sumbat di dalam tubing; membuka atau menutup katup; merawat sistem gas

Page 44: Energy Nusantara - Januari 2015

44 EnErgY nusantara | Januari 2015

lift; memperbaiki atau mengganti DHSV (katup keselamatan yang dipasang di dalam sumur); menghilangkan debris (kotoran); dan operasi pemancingan ringan. Unit pompa diaplikasikan untuk pekerjaan perekahan hidrolik, perekahan asam, matrix treatment, serta pengasaman untuk membersihkan lubang sumur maupun lubang perforasi.

Pada operasi berat, diperlukan peralatan yang lebih besar seperti coiled tubing unit (CTU) dan snubbing unit. CTU diaplikasikan pada pekerjaan: pengangkatan fluida; pembersihan lubang; stimulasi sumur; velocity string; operasi pemancingan; penyemenan remedial; logging; pemasangan sumbat; pengeboran; fracturing; bahkan intervensi sumur bawah laut. Peralatan snubbing yang bekerja secara hidrolik selain dapat diaplikasikan untuk hal yang sama dengan CTU, juga untuk memasukkan dan mengangkat peralatan komplesi atau rangkaian produksi; pengeboran window; pemasangan packer; dan mengendalikan semburan liar.

Pada operasi yang lebih kompleks dan memerlukan perhatian lebih, unit workover dijalankan untuk pekerjaan perbaikan mekanis maupun perbaikan reservoir. Perbaikan mekanis

GAMBAR2.DISTRIBUSIkEGIATANkERjAUlANGDANPERAWATANSUMURDIINDoNESIATAhUN2014(DIolAhDARIDATASkkMIGAS)

dimaksud seperti mengatasi tubing yang korosi, Pompa ESP yang rusak dan SCSSSV rusak, memancing alat yang tersangkut, mengganti tubing dan artificial lift. Adapun perbaikan pada reservoir antara lain side track, pendalaman sumur, perforasi tambahan, fracturing, isolasi zona air/gas, dan pemasangan peralatan sand control.

Pada pekerjaan di sumur horizontal, semua metode peralatan yang disebut di atas dapat digunakan. Sampai beberapa waktu yang lalu

wireline tidak dapat digunakan pada sumur horizontal walaupun menggunakan alat beroda. Saat ini terdapat teknologi terbaru yang diaplikasikan pada wireline untuk mengatasi batasan tersebut.

Operasi perawatan sumur di bawah laut selain menggunakan peralatan yang sudah disebutkan, juga memerlukan peralatan pendukung seperti kapal atau dengan rig terapung, menggunakan subsea lubricator untuk mengatasi kendala ayunan ombak dan arus bawah laut, serta menggunakan bantuan robot ROV ataupun jasa penyelam.

Perawatan sumur walaupun dilakukan pada sumur-sumur yang telah berproduksi tetap saja menyimpan potensi bahaya yang tidak kalah besar daripada sumur-sumur yang baru dibor. Beberapa kejadian sumur meledak justru terjadi pada saat pekerjaan perawatan sumur.Oleh karenanya data yang cermat dan akurat mengenai kondisi sumur sangat diperlukan ketika merencanakan operasi perawatan sumur, merancang rencana penanggulangan gawat darurat. Kesalahan dalam perencanaan maupun operasi tidak hanya berakibat terhadap hilangnya sumur, matinya produksi, tetapi juga ancaman bencana bagi manusia maupun lingkungan.

5. Kontribusi perawatan sumur terhadap produksi nasional

Kondisi reservoir di Indonesia pada umumnya mengalami penurunan produksi. Dengan laju penurunan alamiah sebesar 20% per tahun, apabila reservoir yang ada dibiarkan tanpa dilakukan intervensi maka hanya dalam waktu sebentar saja kita akan kehabisan minyak. Ada dua hal yang dapat dilakukan agar hal itu tidak terjadi, yaitu menambah cadangan dengan

kolom

Page 45: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 45

GAMBAR3.DISTRIBUSIPERAlATANPERAWATANSUMURDIINDoNESIATAhUN2014(DIolAhDARIDATASkkMIGAS)

melakukan kegiatan eksplorasi seperti seismik dan pengeboran eksplorasi. Hal yang kedua adalah mempertahankan produksi dengan melakukan upaya yaitu kegiatan pengeboran pengembangan, kerja ulang dan perawatan sumur, serta optimasi fasilitas produksi.

Selama 10 tahun terakhir, upaya mempertahankan produksi nasional ini berhasil menahan laju penurunan produksi menjadi hanya sebesar 4% per tahun. Angka ini sebenarnya dapat diperkecil lagi apabila rencana kegiatan pengeboran dapat terlaksana seluruhnya. Hal-hal non teknis seperti pembebasan lahan, izin dari lembaga maupun pemerintahan setempat, telah menyebabkan kegiatan pengeboran tidak mencapai target, baik secara jumlah kegiatan maupun perolehan produksi.

Kegiatan perawatan sumur menawarkan solusi dengan biaya investasi yang jauh lebih kecil daripada pengeboran sumur. Selain karena dikerjakan pada sumur yang sudah ada sehingga tidak perlu terkendala hal-hal non-teknis, rata-rata ongkos perawatan sumur hanya senilai US$50 per barrel. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata ongkos pengeboran sumur baru senilai US$240 per barrel produksi. Yang lebih menjanjikan, rata-rata perolehan produksi dari kegiatan perawatan sumur sama besarnya dengan perolehan dari kegiatan pengeboran pengembangan, yaitu 6 – 8% terhadap produksi nasional.

6. Tantangan 2015 dan RefleksiPada akhir tahun 2014, pencapaian produksi

minyak Indonesia diperkirakan sebesar 790 ribu bopd, sedangkan investasi hulu migas pada kegiatan eksploitasi dan produksi mencapai angka US$21 miliar. Sebesar 25% dari nilai investasi tersebut digunakan pada kegiatan pengeboran pengembangan yang menyumbangkan produksi sekitar 60 ribu bopd. Adapun selebihnya dari investasi tersebut digunakan pada kegiatan produksi termasuk di dalamnya kegiatan perawatan sumur.

Dengan harga minyak mentah yang anjlok hingga US$60 per barrel, maka arah investasi migas di tahun 2015 sepertinya akan lebih menantang. Padahal, pemerintah telah mematok target produksi migas melalui APBN tahun 2015 sebesar 900 ribu bopd. Kegiatan pengeboran sumur bisa jadi hanya akan dilakukan pada reservoir yang sangat menjanjikan agar dapat menutup ongkosnya yang tinggi. Begitu pula pembangunan proyek baru tidak lebih menarik dari segi biaya daripada memelihara dan mengoptimumkan fasilitas yang sudah ada. Bagi investor, kegiatan perawatan sumur yang menawarkan perolehan produksi menarik dengan ongkos yang lebih rendah tentu menjadi pertimbangan tersendiri untuk dilirik.

Sebanyak 35 ribu kegiatan perawatan sumur, dengan berbagai jenis pekerjaan sebagaimana telah disebutkan, bukanlah pekerjaan yang ringan. Para insinyur harus berpikir keras menentukan strategi pengelolaan reservoir secara efektif dan efisien. Begitu pun para operator harus memastikan kecermatan pekerjaan agar dapat mengelola risiko operasi. Semua itu dalam rangka mempertahankan produksi minyak nasional, tentu saja untuk memenuhi target pendapatan negara. Oleh karenanya, patut menjadi perhatian bersama, agar perolehan produksi minyak ini memberi manfaat yang lebih besar dan pengelolaan subsidi dapat dilakukan dengan lebih berimbang. /en

GAMBAR4.hISToRIPERolEhANPRoDUkSIDARIkEGIATANkERjAUlANGDANPERAWATANSUMUR(DIolAhDARIDATASkkMIGAS)

Page 46: Energy Nusantara - Januari 2015

46 EnErgY nusantara | Januari 2015

kolom

Sekalipun pemerintah berusaha menutup-nutupinya, semakin jelas bahwa saat ini Indonesia di tepi jurang krisis energi. Dikhawatirkan pada saat yang hampir sama akan juga terjadi krisis beras.

Beberapa tahun yang lalu, empat gubernur Kalimantan sempat “mengancam” Presiden SBY agar menaikkan kuota BBM bersubsidi justru di pulau penghasil migas dan batubara tersebut. Ini adalah sebuah ironi bagi daerah penghasil energi primer, namun justru terancam kekurangan pasokan energi untuk menunjang kegiatan masyarakatnya.

Seperti juga di sektor perberasan, Indonesia telah menjadi importir bersih minyak bumi, sehingga rencana kenaikan harga BBM bersubsidi pada awal bulan April 2012 yang lalu ditunda setelah menjadi polemik di DPR dan semakin problematik. Ketergantungan masyarakat pada beras dan BBM sudah pada taraf kecanduan beras dan minyak (rice and oil addicted) yang parah. Ini akibat dari ketergantungan masyarakat pada beras, sepeda motor, dan mobil pribadi. Gejala ini menunjukkan bahwa kebijakan pangan didikte oleh kebijakan perberasan, kebijakan energi kita didikte oleh kebijakan transportasi, sementara kebijakan transportasi kita didikte oleh kebijakan industri yang dikalahkan oleh kebijakan perdagangan yang memihak industri otomotif asing. Pengurangan subsidi yang berarti pula kenaikan harga BBM selalu dikeluhkan oleh industri ini sebagai ancaman.

Pada titik ini, penting untuk membandingkan antara kebijakan pangan dan energi. Keduanya merupakan taruhan penting atas kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pertanyaannya adalah mengapa BBM disubsidi sementara beras tidak? Jika beras disubsidi, yang diuntungkan adalah petani nasional, sementara subsidi BBM hanya menguntungkan kelompok tertentu dan industri otomotif yang notabene masih milik asing. Di akhir tahun 2014 para, ATPM melakukan berbagai cara untuk mempermudah pemilikan motor maupun mobil pribadi.

membangun modernitasEnergi Rendah di Abad ke-21

daniel mOhammad rOSyidjuruSan teKniK Kelautan itS Surabaya

Bagaimana kebutuhan energi nasional didikte oleh transportasi bisa dilihat dari fakta-fakta berikut. Di kawasan Gerbang Kertosusila (Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan) saja, tercatat sekitar 1000 lebih unit sepeda motor dan sekitar 100 mobil baru per hari. Sedangkan kematian di jalan akibat kecelakaan lalu lintas, kebanyakan pesepada motor, mencapai 10 orang per hari. Sementara itu, banyak anak SMP saat ini di daerah yang ke sekolah bersepeda

motor. Kawasan-kawasan pertanian di daerah yang sebenarnya tidak membutuhkan kecepatan tinggi sudah lama meninggalkan pedati yang ditarik kuda dan sapi, sedangkan masyarakat semakin meninggalkan sepeda dan malas berjalan kaki.

Salah satu kebijakan energi warisan Orde Baru yang hingga akhir masa kepresidenan SBY masih dilakukan adalah kebijakan subsidi BBM. Subsidi BBM saat ini semakin jelas sebagai kebijakan yang keliru. Di samping menghambat energi baru

sarwono/en

Page 47: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 47

(terutama yang terbarukan) masuk ke pasar energi – sehingga target bauran energi kita meleset jauh dari target - gaya hidup masyarakat menjadi tidak sehat dan infrastruktur teknologi masyarakat dan industri menjadi sangat peka terhadap kebijakan BBM. Masyarakat menginginkan, tapi sebenarnya tidak membutuhkan BBM yang murah. Yang dibutuhkan masyarakat adalah layanan transportasi yang murah, kesehatan, dan juga pendidikan, termasuk buku, yang murah. Kesalahan pemerintah adalah memanjakan keinginan masyarakat yang bisa tak terbatas. Ini secara politis benar, tapi secara moral tidak, karena telah menimbulkan gaya hidup konsumtif yang parah. Jika memimpin adalah mendidik, maka tugas pemerintah adalah menunjukkan jalan yang benar ke masa depan, dan memberi teladan bagaimana melakukannya.

Wacana krisis energi berpotensi menyembunyikan asumsi bahwa kita seolah bisa tumbuh terus tanpa batas, terutama dari segi konsumsi energi perkapita. Pada saat ini konsumsi energi perkapita nasional baru mencapai sekitar 0,7 Ton Oil Equivalent (TOE) sementara Jepang dan Eropa sudah mencapai 5,0 TOE dan AS mencapai 7,0 TOE. Pemerintah, di mana pun di dunia, selalu manargetkan pertumbuhan ekonomi, seolah-olah tumbuh itu hal yang selalu baik. Model pembangunan kita saat ini jelas growth-obsessed. Obsesi pertumbuhan ini mensyaratkan disiplin perencanaan teknokratik terpusat yang seringkali meremehkan kemampuan mengambil keputusan secara mandiri dan kreatif di tingkat grass-root pada kelompok nelayan, petani, dan perajin di berbagai ekonomi skala kecil di daerah-daerah yang tersebar luas di seluruh Nusantara.

Sementara itu, terobosan mobil Kiyat Esemka beberapa tahun lalu harus kita lihat dari dua sisi. Ini penting dicermati karena mobil adalah simbol modernitas Abad ke-21. Sisi yang pertama adalah kebangkitan industri otomotif nasional. Untuk ini kita perlu memberi apresiasi pada Joko Widodo, Walikota Solo waktu itu. Sisi yang kedua adalah kita perlu mewaspadai bahwa mobil dan sepeda motor pribadi adalah bagian dari masalah nasional saat ini yang merupakan derivasi dari obsesi pada sebuah modernitas energi-tinggi dan pertumbuhan yang seolah tanpa batas. Padahal bumi ini terbatas.

bumi yang Terbatas, Konsumsi Energi Perkapita, dan Ketidakadilan

Keterbatasan yang jelas adalah keterbatasan ruang. Bagaimana ruang diperebutkan secara zero-sum game telah ditunjukkan secara brutal di jalan-jalan kita. Setiap 30 menit seorang tewas di jalan raya. Kita sudah hampir terlambat untuk membangun angkutan umum massal, terutama

yang berbasis rel, baik antar-kota maupun untuk kota-kota kita. Obsesi pada solusi jalan adalah jalan sesat yang telah melumpuhkan - jika tidak disebut mematikan - moda rel, sungai, dan penyeberangan.

Yang menjadi ukuran kesuksesan kelas menengah adalah kecepatan mobilitasnya, yang sebagian ditunjukkan oleh kepemilikan mobil pribadi. Pada titik inilah kita mesti ingat peringatan Ivan Illich 40 tahun yang lalu bahwa masyarakat dengan konsumsi energi tinggi adalah jalan bagi inefisiensi transportasi, polusi, dan, ini yang terpenting untuk direnungkan, ketidakadilan dalam masyarakat. Sampai tingkat konsumsi energi perkapita tertentu, energi masih berdampak positif. Lebih tinggi dari itu, konsumsi energi justru mulai bersifat destruktif.  Artinya, korelasi positif antara energi dan lingkungan hanya berlaku terbatas hingga satu ambang tertentu. Lebih dari ambang batas ini, energi mulai merusak lingkungan.

Illich bahkan maju lebih jauh.  Masyarakat yg digolongkan berdasarkan kecepatannya dalam mobilitas adalah -kecepatan mobilitas menunjukkan tingkat konsumsi energi perkapita- masyarakat yang sakit, seperti tubuh yang sakit akibat kelebihan kalori dalam gula darah. Penyakit masyarakat ini wujud dalam kesenjangan sosial ekonomi. Bahkan, konsumsi energi berlebihan akan justru menghasilkan kelumpuhan sosial-budaya.

Akhir-akhir ini banyak pemerintah daerah memunculkan program kawasan bebas mobil di akhir pekan dalam program car free zone day di kota-kota besar kita. Melalui program ini, warga kota mulai menyadari dan dapat merasakan betapa bisa berjalan kaki dan bersepeda dengan leluasa. Lebih banyak ruang dan waktu untuk bercengkerama dengan sesama warga sekalipun tidak saling kenal. Ada paradox yang penting kita cermati: penggunaan kendaraan bermotor semula dimaksudkan untuk “menghemat waktu”, namun ternyata kita justru kehilangan waktu di kemacetan jalan. Semakin banyak mobil dan sepeda motor ternyata justru menyebabkan kekurangan waktu dan ruang.

Istilah krisis energi dengan demikian tidak cukup dilihat dari sisi pasokan saja, dan diartikan semata pada ketidakmampuan kita untuk menghasilkan sumber-sumber energi baru, terutama yang terbarukan, sementara konsumsi energi kita seolah boleh meningkat tanpa batas. Krisis energi juga bisa diartikan ketidakmampuan kita mengendalikan keinginan kita untuk hidup berlebihan bahkan dengan mengeksploitasi alam. Penting untuk mencermati sinyalemen CEO Unilever yang mengatakan bahwa jika umat manusia harus mengikuti gaya hidup Eropa, kita membutuhkan 3 bumi, dan jika meniru

Page 48: Energy Nusantara - Januari 2015

48 EnErgY nusantara | Januari 2015

kolom

AS, kita membutuhkan 5 bumi.  Pada titik ini pemikiran Schoemacher dalam “Small is Beautiful” menemukan dukungannya dalam pemikiran Illich.

Kemandirian EnergiDalam perspektif ketahanan ataupun

kemandirian energi, harus diingat bahwa obsesi pada peningkatan pasokan energi - terutama yang terbarukan - harus diimbangi dengan pengendalian kebutuhan energi yang sehat. Untuk mencapai target pasokan bauran energi yang lebih berkelanjutan, subsidi BBM harus segera diakhiri agar sumber-sumber energi baru bisa segera memasuki pasar energi. Potensi besar energi Indonesia yang berada di kawasan cincin api adalah geothermal atau panas bumi. Kita tertinggal jauh dibanding Filipina dalam pengembangan energi panas bumi ini. Di samping itu sebagai negara di daerah katulistiwa, energi matahari yang melimpah perlu lebih dimanfaatkan, Sebagai negara kepulauan, energi yang bisa ditambang dari laut perlu dimanfaatkan lebih sungguh-sungguh.

Di sisi pengendalian kebutuhan energi, ini berarti perubahan gaya hidup yang lebih rendah energi, terutama melalui penetapan batas kecepatan mobilitas, serta pemanfaatan green technology di berbagai bidang seperti green architecture. Di sektor transportasi, Illich bahkan merekomendasikan agar kecepatan mobilitas itu dibatasi hingga  6 kali kecepatan orang berjalan kaki, atau kecepatan maksimum bersepeda. Ini berarti lebih banyak fasilitas transit (pergerakan tanpa mesin):  trotoar lebar untuk pejalan kaki, pengguna sepeda, dan kendaraan berkuda terutama untuk perjalanan jarak pendek di perkotaan dan pedesaan yang tidak memerlukan kecepatan tinggi. Artinya, kemandirian teknologi energi nasional tidak saja diarahkan pada peningkatan kemampuan produksi energi terbarukan di masa depan, tapi juga harus memperhatikan pembudayaan gaya hidup baru dengan teknologi produksi barang dan jasa yang lebih efisien dari segi konsumsi energinya.

Di titik inilah kita perlu membedakan diri dari Cina yang menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia di Abad ke-21. Jalan Cina, mungkin juga India, adalah jalan yang salah yang telah ditempuh oleh Eropa dan AS. Jika Zakaria menyebut Abad ke-21 ini sebagai ‘a post-American world”, maka dunia setelah kejayaan AS berakhir itu akan segera disusul oleh ‘A post China World” yang sama salahnya. Model Eropa dan AS ini terbukti gagal dan oleh karenanya tidak pantas ditiru [Rosyid (2014)].

PenutupSecara umum dapat dikatakan bahwa upaya

kemandirian energi ataupun pangan harus

diarahkan pada diversifikasi sumber-sumber energi ataupun pangan. Untuk ketahanan energi, diperlukan kebijakan transportasi yang mendorong angkutan umum dengan moda sungai, rel dan laut yang lebih banyak, serta mengurangi dominansi moda jalan pribadi, Pengurangan subsidi BBM oleh Pemerintah Jokwo-JK harus diapresiasi agar anggaran dapat dialihkan bagi pengembangan sumber-sumber energi baru dan terbarukan, angkutan umum, serta infrastruktur, termasuk angkutan laut dan pelabuhan.

Kita perlu memilih sebuah jalan baru modernitas –yaitu modernitas energi rendah- yang berbeda dengan jalan modernitas yang telah ditempuh Eropa dan AS yang kini sedang diikuti oleh Cina. Kita tidak boleh mengulangi kesalahan mereka. Kita harus memilih modernitas baru yang memberdayakan kapasitas fitrah kita yang dianugerahi Tuhan dengan dua kaki yang tegaknya mencerminkan tahapan evolusi primata paling maju.  Kita membutuhkan pengembangan jenis teknologi baru yang menguatkan kedua kaki itu sebagai orang-orang merdeka yang tidak mau dilemahkan oleh mesin-mesin budak energi seperti mobil.  Jalan baru itu bukan sekedar kebanggaan kebangsaan yang semu, tapi sekaligus solusi bagi krisis lingkungan global di awal Abad ke-21 ini. /en

KepustakaanIllich, Ivan, “Energy and Equity”. Harper and Row. 1974Rosyid, D.M. “Paradigma Kepulauan Pembangunan Nasional”, Orasi Guru Besar Riset Operasi dan Optimasi ITS Surabaya, Oktober 2010Rosyid, Daniel M. ”Ketahanan Pangan : Perspektif Permainan di Negara Kepulauan”. Proceedings Diskusi Ahli, Kementrian Ristek, Agustus 2010 Rosyid, D.M. “Membangun Modernitas Baru untuk Indonesia di Abad 21: Perspektif Maritim dan Energi”. UHT Press. 2014Schoemacher, E.F. “Small is Beautiful : A Study of Economics as if People Mattered”. Blond and Briggs. 1973Zakaria, F. “A Post-American World”. W.W.Norton and Company. 2008

istimewa

Page 49: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 49

Page 50: Energy Nusantara - Januari 2015

50 EnErgY nusantara | Januari 2015

Kemudahan datang, harga minyak anjlok saat sektor migas mulai menjadi beban ekonomi nasional yang memicu defisit ganda. Bukan hanya APBN, akan tetapi juga transaksi neraca

perdagangan. Dikombinasi dengan pengalihan subsidi BBM, anjloknya harga minyak akan membuka ruang fiskal yang lebih luas untuk APBN dan akan mengurangi defisit neraca perdagangan sektor migas.

Pengalihan dana subsidi BBM yang berasal dari kenaikan harga BBM dan penurunan harga minyak dunia akan menjadi lebih besar lagi, bisa mencapai Rp 200 triliun dan akan membuka kesempatan luas pemerintahan baru Jokowi-JK untuk menyusun pernik-pernik ekonomi nasional yang lebih luas dan komprehensif. Bukan hanya terbatas pada pembagian kartu-kartu, pengembangan sektor pertanian, perikanan, kelautan dan infrastruktur, akan tetapi juga mencakup sektor penting lain, seperti sektor industri dan sektor energi itu sendiri. Kedua sektor tersebut juga merupakan tiang perekonomian nasional yang memerlukan strategi pengembangan yang komprehensif dan detil, serta alokasi dana pengalihan subsidi BBM. Pemerintah perlu mengamati dengan saksama fenomena anjloknya harga minyak dunia ini, mengambil manfaat optimal dari kondisi tersebut, serta menyusun langkah agar dampak penurunan harga minyak dunia tersebut tidak menjadi beban di kemudian hari.

oPEC memilih “Market Share”Dalam kondisi sulit memilih mempertahankan

“market share” atau harga, walaupun tidak didukung oleh seluruh anggota, OPEC dengan pengaruh kuat dari Arab Saudi telah memutuskan untuk mempertahankan “market share”. Kenaikan tajam harga minyak sampai mencapai di atas USD 100/barel dalam dekade terakhir telah mendorong inovasi baru dalam industri hulu migas, khususnya pengembangan shale oil/gas, sehingga menambah produksi minyak dunia

Harga minyak anjlokdan “Waspadalah”

fathOr rachmanpengamat maSalah energi

melebihi kebutuhannya. OPEC sudah sampai kepada

suatu pendirian bahwa upaya mempertahankan harga minyak dunia tidak bisa hanya dibebankan kepada OPEC, produsen minyak lainnya harus ikut menanggung beban over-supply yang terjadi saat ini. Tampaknya OPEC menghindari munculnya “free-rider” dari kebijakan yang diambil, karena setiap pengorbanan pemotongan produksi hanya oleh OPEC akan dimanfaatkan oleh pihak lain, khususnya produsen shale oil/gas, untuk meningkatkan kapasitas produksinya sambil menikmati harga minyak yang relatif tinggi. Dalam kondisi pasar saat kini, OPEC menginginkan mekanisme pasar yang menentukan harga minyak dunia, mengikuti pola dasar hukum ekonomi “suplai-harga” suatu komoditi. Semakin tinggi harga suatu komoditi, semakin besar pula kemampuan pasokannya, dan sebaliknya.

Setelah OPEC mengumumkan tidak akan menurunkan level produksinya, tetap di level 30 juta barel per hari (bph), harga minyak dunia di akhir tahun 2014 turun tajam. Brent anjlok di bawah USD 58/barel dan bahkan WTI di bawah USD 54/barel. Keputusan OPEC tersebut merupakan reaksi terhadap melonjaknya produksi minyak mentah AS, yang meningkat tajam dari 5.0 juta bph pada tahun 2008 menjadi 9.1 juta bph pada akhir November 2014; dan bahkan diperkirakan akan terus meningkat ke level 9.4 juta bph pada tahun 2015.

Perkembangan teknologi

ekplorasi minyak dan gas, baik konvensional maupun nonkonvensional, melalui horizontal drilling dan teknologi fracking untuk eksploitasi shale gas/oil telah mengubah arah penurunan produksi migas AS. Dikombinasi dengan peningkatan tajam harga minyak dunia sejak tahun 2003 dari level USD 30/barel ke level di atas USD 100/barel, penerapan teknologi tersebut telah berhasil meningkatkan produksi minyak dan gas AS. Bahkan, akhir-akhir ini AS sudah mencanangkan untuk mengekspor gas (LNG) ke negara-negara Asia, bahkan ke Eropa, untuk menggantikan pasokan gas dari Rusia. Beberapa pakar minyak dunia bahkan memperkirakan produksi minyak AS dari shale oil bisa bertambah sebesar 6.5 – 12.1 juta bph pada tahun 2020, jika harga minyak dunia berada di atas USD 100/barel.

Penurunan tajam harga minyak ini masih merupakan signal awal dari kondisi baru pasar minyak dunia yang sekarang ini sedang mengalami over supply. Keseimbangan baru pasar minyak global akan terlihat dalam hari-hari mendatang. Sejauh mana para produsen minyak dunia merespon terhadap keputusan OPEC tersebut. Salah seorang CEO Rosneft, perusahaan minyak terbesar Rusia, menyatakan bahwa perusahannya tidak akan memotong produksi walaupun harga anjlok sampai di bawah USD 60/barel. Jika sikap serupa juga diambil oleh para produsen shale oil di AS, dapat dipastikan harga

kolom

Page 51: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 51

minyak akan meluncur terus sampai menguras daya tahan para produsen minyak, dan mungkin saja sampai menyentuh level di bawah USD 50/barel. Dalam perjalanannya, satu persatu produsen minyak akan menutup sumur minyaknya, mulai dari sumur minyak dengan marginal costs tertinggi sampai harga minyak mencapai keseimbangan baru.

Organisasi Energi Dunia (IEA) memprediksi hanya 4% lapangan shale oil AS yang bisa bertahan di level USD 80/barel; dan sebagian besar masih bisa bertahan di level USD 42/barel. Oleh karena itu, banyak pakar perminyakan dunia memperkirakan harga minyak bisa terjun ke level di bawah USD 50/barel pada tahun 2015, sebelum mencapai keseimbangan baru di kisaran USD 60 – 80 per barel. Tekanan lebih berat terhadap harga minyak akan terjadi pada musim Spring 2015, saat musim Winter di belahan bumi utara berakhir, dan demand minyak dunia mulai menurun. Jika OPEC dan Negara produsen lainnya tidak memotong pruduksinya, membiarkan over-supply semakin melebar, harga minyak akan semakin tertekan, bahkan bisa bergerak di bawah USD 40/barel.

Dalam tahun-tahun mendatang, akan terjadi moderasi

pengembangan shale oil di AS dan lapangan-lapangan minyak yang relatif mahal ongkos pengembangannya, khususnya lapangan minyak laut dalam di Afrika Barat dan Brasilia. Tampaknya, harga minyak di kisaran USD 60 – 80/barel bukanlah gejala sesaat; kisaran harga tersebut yang diperkirakan akan mewarnai kondisi pasar minyak ke depan, dan akan dijadikan referensi dalam eksplorasi dan pengembangan industri migas ke depan. Saat ini, perusahaan minyak dunia mulai melakukan evaluasi kembali terhadap rencana investasi mereka, termasuk ConocoPhillips, Chevron, dan bahkan Bakken Shale Field di North Dakota, penghasil shale oil terbesar di AS. Pada tahun 2015, misalnya, ConocoPhillips memotong rencana investasinya sebesar 20% menjadi USD 13.5 milyar, dan Bakken memotong sebesar 50% menjadi USD 750 juta. Walaupun dengan tidak serta-merta, tampaknya ke depan pola dasar hukum ekonomi “suplai-harga” akan mulai berperan secara dominan membentuk keseimbangan baru pasar minyak dan gas dunia yang lebih responsif terhadap pergerakan harga, perkembangan teknologi, dan munculnya sumber migas baru, seperti: CBM, shale oil/gas dan hydrates.

memanfaatkan Kesempatan EmasDalam jangka pendek tentu saja turunnya

harga minyak merupakan berkah, Pemerintah akan mempunyai ruang fiskal yang sangat luas dalam APBN, bukan hanya dari kenaikan harga BBM subsidi, akan tetapi juga dari penurunan harga ICP dari USD 105/barel ke kisaran USD 70/barel, setara penurunan harga Rp 2500/liter, atau penghematan subsidi sekitar Rp. 120 trilyun untuk tahun 2015. Apalagi kalau harga minyak bertengger di kisaran USD 50/barel pada tahun 2015. Di samping itu, nilai impor migas juga akan menurun signifikan, dan mungkin Indonesia akan mencatat surplus neraca perdagangan pada tahun 2015. Namun di sisi lain, di samping penurunan penerimaan dari sektor migas, turunnya harga minyak akan menjadi beban tambahan, menyulitkan keekonomian aktifitas eksplorasi dan pengembangan migas ke depan. Terlebih industri migas Indonesia sekarang bergerak dari lapangan dengan ongkos yang rendah ke ongkos yang tinggi, misalnya laut dalam di Selat Makasar, Natuna dengan CO2 yang sangat tinggi, pemanfaatan Floating LNG plant untuk Masela, serta pengembangan CBM.

Dengan demikian, dalam jangka menengah, penurunan tajam harga minyak diperkirakan akan ikut menghambat peningkatan produksi migas nasional. Dalam lima tahun ke depan bukan hanya produksi minyak yang akan terus menurun, akan tetapi juga mungkin produksi gas, karena pengembangan lapangan-lapangan gas tersebut semakin sulit untuk mencapai keekonomiannya. Di sisi lain, konsumsi migas nasional diperkirakan akan terus meningkat didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat, khususnya setelah mendapat

tambahan finansial dari

pengalihan subsidi BBM.

Biasanya pada saat harga

minyak murah, upaya konservasi

dan substitusi minyak kehilangan

momentum, sehingga semua dinamika

tersebut diperkirakan akan mendorong kenaikan

volume impor minyak, dan bahkan mungkin Indonesia

sudah mulai perlu mengimpor LNG karena produksi eksisting

gas Indonesia juga akan mengalami penurunan. Tanpa

upaya yang serius, Indonesia

Page 52: Energy Nusantara - Januari 2015

52 EnErgY nusantara | Januari 2015

kolom

mungkin saja harus mengimpor minyak di kisaran 2 juta bph pada tahun 2020.

Meningkatnya volume ketergantungan terhadap impor migas akan merupakan tantangan besar ketahanan energi dan ekonomi nasional ke depan. Dengan memperhatikan historis pasar minyak dunia yang selalu bergejolak, jika nanti terjadi kenaikan harga minyak yang tinggi, perekonomian nasional akan langsung terguncang. Semakin tinggi ketergantungannya semakin tinggi pula guncangannya terhadap perekonomi nasional. Berbeda dengan negara industri pengimpor minyak yang mempunyai bantalan ekonomi yang kuat, bantalan ekonomi Indonesia sangat lemah untuk menahan pukulan kenaikan harga minyak yang tinggi. Seperti yang terekam dalam pengalaman masa lalu, harga minyak tidak semata-mata ditentukan oleh keseimbangan supply-demand, akan tetapi juga oleh sentimen politik global. Dengan naiknya volume impor migas, maka ekonomi nasional akan semakin sensitif, tersandera oleh gejolak geopolitik minyak global, khususnya Timur Tengah.

Dengan demikian, pemerintah perlu mengendalikan “dinamika” yang mendorong peningkatan volume impor migas nasional

secara drastis pasca turunnya harga minyak dunia. Untuk itu diperlukan kebijakan energi yang komprehensif, khususnya terkait dengan strategi peningkatan produksi migas nasional, termasuk pemberian insentif; serta upaya mengurangi peningkatan konsumsi BBM dengan berbagai cara. Upaya tersebut mencakup pembangunan sistem transportasi massal perkotaan, pemanfaatan BBG untuk angkutan kota, penggunaan LNG untuk angkutan barang/penumpang antar kota, penggunaan BBN, serta pemanfaatan kendaraan listrik dan hybrid. Di samping itu, sektor industri juga memerlukan sentuhan; de-industrialisasi harus dihentikan, dan pengembangan industri orientasi ekspor dan substitusi impor perlu digenjot, termasuk peningkatan kandungan lokal dalam pembangunan industri energi dan infrastrukturnya. Pengembangan kedua sektor

tersebut, termasuk seluruh opsi untuk mengurangi konsumsi BBM domestik, memerlukan perencanaan dan strategi yang komprehensif, detil dan realistis. Upaya tersebut harus didukung oleh analisa kuantatif yang memadai, serta implementasi yang ajeg dengan alokasi finansial yang memadai dengan memanfaatkan sebagian bonanza dana pengalihan subsidi BBM.

Langkah besar itulah yang diperlukan untuk memanfaatkan penurunan tajam harga minyak dunia sebagai momentum guna membangun fondasi ekonomi yang kuat, tangguh dan sustainable; sekaligus menghindari euphoria “minyak murah” untuk masuk ke dalam “zona nyaman”, yang ujungnya nanti akan menjadi bumerang terhadap ketahanan ekonomi jangka panjang. Dalam kemudahan ini, sebaiknya kearifan yang ditempuh adalah “Sedia Payung Sebelum Hujan”. /en

Page 53: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 53

Page 54: Energy Nusantara - Januari 2015

54 EnErgY nusantara | Januari 2015

kolom

Tingginya investasi sektor industri dan meningkatnya konsumsi dalam negeri pada 2013 berdampak positif terhadap perekonomian nasional, di mana pertumbuhan ekonomi mencapai 5,78%

dan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas mencapai 6,10%.Walaupun masih mengalami defisit, perkembangan neraca perdagangan Indonesia sektor industri selama 2 tahun terakhir menunjukkan hasil positif,dari USD 23,59 miliar pada 2012 menjadi USD 18,37 miliar pada 2013.

Keberadaan industri petrokimia merupakan salah satu pilar industri nasional yang perlu dikembangkan melalui penguatan struktur dari hulu (upstream) hingga produk hilir (consumer goods) untuk memenuhi kebutuhan domestik berupa pangan, sandang, dan papan yang meningkat rata-rata lebih dari 10% per tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan BBM yang sangat tinggi, sekitar 1.200.000 bbl/hari, pemerintah Indonesia mengimpor BBM sangat besar, sekitar 550.000 bbl/hari.Saat ini Indonesia memerlukan tambahan kilang baru dengan kapasitas minimal 500.000 bbl/hari, sedangkan untuk memenuhikebutuhan tahun 2030 diperlukan tambahan kapasitas 2 juta barel/hari.Membangun kilang baru masih kurang menarik bagi investor swasta karena margin kilang sangatkecil, sekitar 2-3%.Sedangkan integrasi kilang minyak dan petrokimia (olefin dan aromatic complex) dapat meningkatkan

Kilang integrasi sebagai PilarPembangunan Ekonomi Indonesia

Oleh riki firmandha ibrahimwaKil Ketua dewan paKar meti, Ketua mKi bidang external,

Ketua api bidang external, direKtur Keuangan pt tuban petrochemical induStrieS

profit secara keseluruhan, sekitar 5-7%. Namun demikian,apabila tidak diberikan jaminan offtake dan fasilitas lain seperti lahan, perizinan, tax holiday, dan insentiffiscal lain yang menarik dari pemerintah, tentu investasi masih belum memenuhi keekonomian, karena margin kilang yang kecil kurang menarik bagi Investor.

Pembangunan kilang sebenarnya berdampak sangat besar terhadap perekonomian

negara setempat, bukan kepada investor. Darihasil perhitungan keuntungan tidak langsung (intangible benefit) menggunakan metode Input-Output (IO), negaradapat diberikan kuantifikasi keekonomian sekitar Rp318 triliun atau USD 26.5 milyar.Pembangunan kilang baru sudah tentu dapat meningkatkanketahanan energi nasional yangdikuantifikasi keuntungan dan peningkatan energi kepada negara, apabila kapasitas mencapai 900ribu

barrel minyak mentah dan 1juta barrel BBM per hari.Investasi untuk minyak mentah sekitar USD 14juta dan BBM sekitar USD 15juta.Sedangkan biaya stok minyak mentah sekitar USD 90juta dan BBM sekitar USD 116juta. Dengan demikian,kuantifikasi ketahanan energi nasional dari pembangunan kilang setara dengan total seluruh biaya diatas atau sekitar USD 234juta.

Tidak hanya benefitkeamanan ekonomi dan ketahanan energi yang diperoleh dengan dibangunnya kilang di Indonesia. Beberapa

AKHiR-AKHiR iNi, PEMERiNtAH SEMAKiN MEMPERliHAtKAN KESERiuSANNyA dAlAM MENdoRoNg PEMBANguNAN KilANg PENgolAHAN MiNyAK BuMi yANg tERiNtEgRASi KE PEtRoKiMiA guNA

MEwujudKAN KEMANdiRiAN dAN KEdAulAtAN ENERgi dAlAM NEgERi. AdAKAH PEMAHAMAN MENgENAi BENEFit MEMBANguN KilANg MigAS?

Year Oil Import, Billion USD

2011 40.70$ 2012 42.56$ 2013 44.80$ 2018 67.40$ 2030 117.40$

54 EnErgY nusantara | Januari 2015

Page 55: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 55

manfaat tidak langsung yang dapat dikuantifikasi untuk benefit negara antara lain dampak sektoral,

produksi barang dan jasa, dampak sektoral PDRB, dampak sektoral pendapatan masyarakat,dandampak kesempatan kerja.Karena manfaat tidak langsung (intagible benefit) ini yang seharusnya

menjadi dasar perhitungan keekonomianpembangunan kilang oleh pemerintah maka manfaat kilang yang paling utama

keekonomiannya diterima oleh pemerintah, bukan investor.Oleh karena itu,jika

dilihat dari sisi investor swasta maka membangun kilang kurang menarik karena margin kilang sangat kecil.

Kiprah Singapura, negara pulau tanpa sumur minyak dan gas, telah terbukti lebih dahulu memiliki tiga kilang raksasa. Sementara, Indonesia yang memiliki ladang minyak dan gas, sampai saat ini masih

tergantung pada Singapura,

baik pasokan

minyak

mentah,

BBM,maupunpetrokimia.Singapura memasok minyak mentah dari negara kaya produksi minyak dan gas, termasuk Indonesia, dan hasil olahannya menjadi komoditas ekspor andalan.

Langkah kilang integrasi industri petrokimia seharusnya tidak menjadi masalah lagibagi Indonesia,mengingat industri hulu dan hilir sudah dimulai sejak sebelum kemerdekaan RI. Langkah integrasi ini dipastikan akan memberikan nilai tambah akibat peningkatan efisiensi, profitabilitas, dan pemanfaatan maksimal dari faktor input dan output. Jika dibandingkan dengan kilang BBM, kilang integrasi akan menciptakan peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif yang ditandai dengan peningkatan kompetensi inti di semua rantai produksi industri petrokimia. Kunci utama integrasi adalah strategi yang memberikan benefit besar berupa efisiensi produksi dan biaya.

Jika diluar investasi kilang maka harga minyak mentah sebenarnya dapat memberikan peningkatan sekitar 20%sampai SPBU untuk produk BBM. Sedangkan apabila semua by product menjadi keunggulan kompetitif yang ditandai dengan peningkatan kompetensi inti di semua rantai produksi industri petrokimia melalui komplek olefin dan aromatik, maka peningkatandapat mencapai 60% dari harga minyak mentah. Oleh karena itu, kilang integrasi sangat menentukan peningkatan kompetensi inti semua rantai produksi. Namun, secara umum dijumpai tantangan pada teknis operasi, distribusi, dan pemasaran yang semakin

kompleks. Penanganan koordinasi perencanaan dan

biaya operasional menjadi sangat fleksibel.

Singapura Refining Company yang dimiliki Chevron (50%) dan PetroChina (50%) yang berlokasi di Jurong (kembarannya ada di TPPI, Tuban) saat ini sudah mampu mengolah hingga 290 ribu barrel per hari minyak mentah, stok minyak mentah disimpan

cukup untuk 19 hari operasional. Kilang milik ExxonMobil di Jurong berkapasitas 605 ribu barrel per hari, bahkan menjadi salah satu dari 10 kilang terbesar di dunia. Disusul dengan kilang milik Dutch Shell di Pulau Bukom, Singapura, yang berkapasitas 500 ribu barrel per hari.

Pertumbuhan kebutuhan energi kawasan ASEAN memang tercatat sebagai yang tercepat di dunia. Pada tahun 2035,diestimasi oleh International Energy Agency, kebutuhan energi masih akan meningkat hingga 80%. Saat ini, di kawasan ASEAN, seperti Vietnam dan Brunei kecuali Malaysia dan Thailand,sudah lebih dulu memiliki kilang integrasidengan maksud mengurangi ketergantungan kepada trader dan untuk mendapatkan peningkatan efisiensi dari pengolahan minyak mentah dan gas.

Apabila kita hanya membeli produknya,tentu akan jauh lebih mahal karena ada biaya proses, transportasi, dan perdagangan. Namun, apabila kita memiliki kilang maka sudah tentu dapat menikmati peningkatan efisiensi dari pengolahan minyak mentah dan gas, menikmati totalbenefit.Inilah peran pemerintah dalam menjaga kedaulatan energi negaranya.Keterbatasan lahan bukan menjadi hambatan untuk Singapura. Inovasi teknologi telah memungkinkan Singapura membangun fasilitas penyimpanan di laut atau di bawah tanah di Jurong. Storage besar tengah diselesaikan guna menyimpan jutaan kubik minyak mentah, kondensat, dan nafta.

Kesuksesan Singapura menjadi bandar kilang di ASEAN, bahkan Asia, mungkin sulit ditandingi. Seharusnya, Indonesia dengan pemerintah baru, Presiden Jokowi,bisasegerabelajar dari negara tetangga ini. Minimnya jumlah produksidari kilang nasional telah membuat Indonesia sangat bergantung pada impor hasil minyak mentah, kondensate, naftha, dan produk petrokimia lain. Saat ini, sebagian besar produksi minyak mentah Indonesia diekspor untuk kemudian diimpor kembali dalam

istimewa

EnErgY nusantara | Januari 2015 55

Page 56: Energy Nusantara - Januari 2015

56 EnErgY nusantara | Januari 2015

bentuk premium dan solar. Kilang kecil berproduksi diatas 500 ribu barrel per hari sudah tentu akan lebih efisien dibandingkan kilang yang berpoduksi hanya 50-150 barrel per hari.

Kilang nasional yang ada sejak Pertamina berdiri pada 1957, hanya memiliki 6 unit kilang pengolahan minyak dengan kapasitas terpasang sekitar 1juta barrel per hari (sekitar 150 barrel per hari), mencakup kilang Dumai, Plaju, Balikpapan, Cilacap, Sorong, dan Balongan. Kilang Balongan adalah unit terakhir yang dibangun Pertamina pada tahun 1994, hingga saat ini masih terbatas pengolahannya karena

kilang belum terintegrasi penuh sampai ke industri petrokimia (olefin dan aromatic complex). Apabila hanya diperuntukkan bagi produk BBM maka minyak mentah yang diolah itu belum banyak memberikan peningkatan keunggulan komparatif seperti yang kita lihat di kilang-kilang Singapura.

Indonesia memiliki rasio kapasitas kilang per jumlah penduduk yang lebih rendah daripada negara lain dikawasan Asia.Perbandingan kapasitas kilang per orang di kawasan Asia telah menunjukkan Indonesia terendah dengan angka liter per orang adalah 0,775 liter per orang, dibandingkan dengan Singapura yang sudah

mencapai 44.471 liter per orang. Populasi Indonesia yang

sekitar 240juta manusia,pada 2014 diestimasi menghasilkan GDP (gross domestic product) mencapai USD 750 milyar.Namun, kita ketahui pula bahwa peran infrastruktur merupakan parameter penting dalam pertumbuhan ekonomi. Sejak akhir 2011, GDP Indonesia terus merosot per quartal hingga saat ini akibat kurangnya infrastruktur, termasuk industri petrokimia.

Hampir seluruh jenis produk petrokimia dibutuhkan Indonesia, sebagaimana dilihat dalam tabel disamping ini. Diasumsikan Indonesia akan terus impor hingga

tahun 2035, walaupun prediksi ini sudah termasuk produksi TPPI dan polytama dalam kondisi beroperasi.

Tidak memiliki ladang minyak satupun bukanlah masalah bagi Singapura dengan luas negara hanya 700 kilometer persegi untuk mendapatkan pasokan minyak mentah. Singapura sangat menyadari bahwa dengan menjadi pengelola minyak mentah akan banyak nilai tambah yang dihasilkan dari peningkatan efisiensi, profitabilitas,serta pemanfaatan maksimal atas faktor input dan output.

Singapura sudah jauh-jauh hari menyadari betul bahwa dengan memfasilitasi hubungan antara

Supply (Ton)

Demand (Ton)

Deficit, Ton

Ethylene 600,000 1,110,000 (510,000) Propylene 700,000 950,000 (250,000) Polyethylene 490,000 700,000 (210,000) Polypropylene 540,000 1,000,000 (460,000) Methanol 660,000 1,100,000 (440,000) Benzene 440,000 520,000 (80,000) Tolune 120,000 300,000 (180,000) Paraxylene 770,000 950,000 (180,000) Orthoxylene 110,000 200,000 (90,000)

Olefin/Aromatic Products

produsen minyak mentah dengan konsumen akhir melalui kilang integrasi sampai ke industri petrokimia, persaingan tak terhindari. Tetapi, kepiawaian Singapura tidak akan tertandingi dalam bisnis pengolahan minyak karena Singapura sudah memahami betul ‘value chain’ sampai prasarana pendukung, termasuk pelabuhan, strorage/ tangki penyimpanan yang besar-besar, dan transportasinya.

bagaimana Indonesia menghadapi Globalisasi Ekonomi, Dominasi Ekonomi Asia, dan Komunitas Ekonomi ASEAN 2015?

Indonesia sudah menjadi negara ke-16 dalam urutan negara-negara dengan ekonomi besar. Diperkirakan Indonesia akan menjadi negara yang menduduki urutan ke-7 pada tahun 2030. Survei terbaru dari Japan Bank for Internasional Corporation (JBIC) menyatakan bahwa Indonesia adalah negara tujuan utama investasi Jepang pada tahun 2013. Indonesia juga merupakan negara paling potensial untuk medium term bagi pelaku industri di Jepang.

Kedua, terjadi perbaikan kinerja kebijakan Indonesia dalam penilaian internasional, yaitu Global Competitiveness Index 2013-2014 (World Economic Forum) Indonesia: dari urutan ke-50pada 2012-2013 naik menjadi urutan ke-38 pada 2013-14; dan terjadi perbaikan dalam kinerja logistik, dari ranking 75 menjadi 59 diantara 147 negara (2012).

Ketiga, posisi pembangunan ekonomi relatif tinggi dan stabil: a) Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 mencapai

5,78%, kedua setelah China, dan tahun 2014 ditargetkan 6%;

b) Tingkat inflasi relatif rendah dan tahun 2014 diperkirakan 5,5%;

c) Tingkat pengangguran terus menurun dari 11,24% pada tahun 2005 menjadi 6,25% pada tahun 2013;

d) Tingkat kemiskinan menurun tajam dari 15,97% pada tahun 2005 menjadi 11,47% pada tahun 2013;

e) Meskipun masih terjadi defisit perdagangan luar negeri karena perlambatan ekonomi global, kebijakan hilirisasi yang mengakibatkan turunnya nilai ekspor barang tambang mentah dan meningkatnya kebutuhan impor barang modal dan barang baku untuk investasi, namun cadangan devisa mulai membaik.Pada Januari 2014 naik USD 2 miliar menjadi USD 116,2 miliar, cukup untuk belanja impor selama 6 bulan lebih.

Dengan kinerja ekonomi terkini danberjalan baik, Indonesia dimungkinkan memiliki peluang untuk mengambil peran dalam dinamika ekonomi global karena modalitas bangsa ini melebihi negara-negara lain di kawasan ASEAN, baik

kolom

Page 57: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 57

CountryRefinery Capacity (Thousand Liter)

Population (Thousand People)

Ratio Refinery - Liter/People

Indonesia 181,578 234,181 0.775Australia 105,417 22,421 4.702China 1,835,973 1,379,190 1.331India 643,791 1,184,639 0.543Japan 676,386 127,380 5.310Singapore 221,805 4,988 44.471South Korea 459,033 49,773 9.223Thailand 200,340 63,525 3.154

dari besaran ekonomi maupun faktor-faktor keunggulan komparatif yang perlu dikonversi menjadi keunggulan kompetitif.Yaitu, SDM, SDA, negara demokrasi terbesar ke-3 di dunia dengan hubungan internasional yang kondusif, serta letak geografis Indonesia yang merupakan titik logistik dalam perniagaan dunia, karena berada diantara 2 benua di 2 samudera. Namun demikian, pemerintah baru, Jokowi masih menghadapi beberapa pekerjaan rumah, yaitu memperkuat ketahanan pangan, ketahanan energi, infrastruktur, dan pemerataan kegiatan ekonomi yang masih diatas kertas sejak 10 tahun ini, belum banyak terbukti realisasinya.

Ada tiga isu, baik yang bersifat fundamental, urgent, maupun krusial untuk segera diselesaikan dalam rangka peningkatan nilai tambah, environment reasons, domestic market utilitation, consumer protection, dan market expantion bagi pengembangan industri petrokimia nasional.

Isu fundamental yang perlu ditindaklanjuti antara lain Pelaksanaan Undang-undang Perindustrian dan sinkronisasinya dengan Peraturan Perundang-undangan lain: pengembangan invention, innovation, R&D; sustainable production and consumption programs; sinergitas kelembagaan dan korporasi; standarisasi; pemanfaatan kerjasama ekonomi internasional (UNIDO, WTO, WCO, UNCTAD, ISO, WIPO, UN-ESCAP, ICC, ITC); serta kerjasama ekonomi kawasan (APEC, ASEAN, kerjasama bilateral).

Isu urgent yang perlu segera ditanggapi antara lain pengembangan populasi industri, produktivitas, danstruktur industri. Sedangkan isu krusial yang perlu segera diselesaikan antara lain aksi-aksi untuk peningkatan daya saing pelaku usaha dan produk nasional, termasuk di dalamnya mendorong usaha-usaha unggulan dalam menghadapi AEC2015; pengamanan perdagangan; dan trade adjustment assistance.

Perspektif Industri dari Kilang Intergrasi Indonesia adalah salah satu dari sedikit

negara dengan keanekaragaman sumberdaya alam yang melimpah sebagai bahan baku utama industri petrokimia dan industri energi penggerak, termasuk bahan baku transportasi. Ketersediaan bahan baku ini semestinya dapat mendorong perkembangan industri di tanah air, baik untuk pupuk maupun petrokimia yang merupakan penopang industri nasional dalam upaya pemenuhan kebutuhan manusia terhadap pangan, sandang, papan, dan energi (termasuk transportasi).

Struktur industri petrokimia yang kuat, termasuk pupuk, akan memberikan landasan kokoh bagi tumbuh dan berkembangnya industri lain, baik yang merupakan turunan langsung

ataupun tidak langsung dari industri tersebut. Kuatnya struktur industri petrokimia, terutama di sisi hulu, tidak hanya sebagai penghasil bahan baku yang dapat memberikan kontribusi kepada devisa negara, namun akan memperkuat pula dasar dan pendukung percepatan pertumbuhan industri turunannya/hilir.

Saat ini, industri petrokimia nasional masih menghadapi tantangan permasalahan defisit bahan baku karena sebagian besar produk minyak, gas, batubara, dan CPO, masih dominan diekspor. Ketersediaan bahan baku merupakan faktor mutlak dalam mendorong penguatan produksi industri petrokimia.Salah satu

ciri negara industri maju adalah tumbuhnya industri logam/baja dan industri kimia sebagai basis industri manufaktur sehingga industri logam/baja dan kimia sering dijadikan benchmark tingkat kemajuan suatu negara.

Produk-produk petrokimia sebagian telah diproduksi di dalam negeri, namun belum mencukupi kebutuhan domestik.Hal ini disebabkan masih kurangnya bahan baku olahan dari minyak mentah sehingga perlu diimpor dari berbagai negara, termasuk Thailand, Malaysia, dan Singapora yang nilainya mencapai lebih dari USD 15,6 miliar pada tahun 2012 dan akan terus meningkat pada masa yang akan datang.

Pembangunan industri melalui program hilirisasi serta kompleks industri petrokimia akan berdampak

terhadap pengembangan daerah, meliputi infrastruktur, pendidikan, dan kesejahteraan dalam rangka memperkokoh NKRI. Pemerintah telah menetapkan kebijakan pengembangan industri kimia dengan pendekatan klaster, dimana integrasi rantai nilai hulu, antara, dan hilir sebagai inti dari penciptaan daya saing. Namun, Indonesia masih belum juga memiliki kilang integrasi pada industri petrokimia dari hulu hingga hilir, walaupun strategi nasional pengembangan investasi yang berbasis klaster selalu dikemukakan dalam berbagai pidato pemerintahan.

Kemajuan suatu negara di bidang industri ditandai dengan dikuasai dan berkembangnya

teknologi industri dasar (basic industry). Industri dasar adalah industri manufaktur yang memproduksi bahan baku untuk industri hilir. Industri dasar terdiri dari tiga katagori besar, yaitu industri logam (baja), industri petrokimia (petrochemical industry), dan industri kimia lain. Industri dasar ini merupakan tulang punggung berkembangnya semua industri di sebuah negara. Oleh karena itu,fungsi ketiga kategori industri ini sangat vital dan strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, baik dalam pemenuhan konsumsi nasional maupun untuk tujuan ekspor.

Grup TubanPetro (tiga perusahaan afililiasinya: TPPI, Polytama, dan PON) merupakan bagian dari industri dasar pada katagoriindustri petrokimia.

Page 58: Energy Nusantara - Januari 2015

58 EnErgY nusantara | Januari 2015

TubanPetro bersama sama dengan PT Candra Asri adalah cikal bakal industri petrokimia nasional. Sebelum ada perusahaan diatas, kebutuhan bahan baku untuk industri hilir di dalam negeri diimpor dari luar. Hal ini merupakan fungsi penting lain berdirinya industri diatas, yaitu menghasilkan barang substitusi impor. Dengan berdirinya industri petrokimia, hampir 60% kebutuhan bahan baku industri hilir telah dihasilkan dari dalam negeri.

Produk yang dihasilkan oleh Tuban Petro Grup adalah bahan baku untuk industri turunannya yang menghasilkan produk-produk kebutuhan hidup sehari-haridan sebelumnya diimpor dari luar negeri. TPPI, misalnya, mengolah kondensat menjadi bahan baku untuk membuat BBM dan energi lain, sedangkan Polytama mengolah Gas C3 (propylene) menjadi polypropylene sebagai bahan dasar untuk industri pembuatan kemasan (packaging), seperti botol minuman, galon, karpet, karung, jaring nelayan, produk rumah tangga, dan lain lain.

Dengan memperhatikan uraian diatas maka letak strategis dan vitalnya Grup TubanPetro adalah karena industri ini merupakan industri dasar dibidang petrokimia (petrochemical industry) yang sangat vital peranannya dalam menunjang perekonomian nasional. Selain itu, juga karena menghasilkan produk kebutuhan sehari-hari rakyat yang sebelumnya harus diimpor (substitusi import).

Dari analisisinfrastruktur dan Outlook sektor kilang menunjukkan bahwa sampai hari ini minyak mentah yang dibutuhkan Indonesia sebesar 700ribu barrel per hari, dan bukan tidak mungkin untuk mengatasi kebutuhan 3 tahun kedepan angka ini bisa menjadi 900ribu barrel per hari.Dengan angka total impor mencapai USD 53,35−56,8 miliar setiap tahun dan potensi penghematan atas kekurangan produk kilang integrasi sampai industri petrokimia (potensiadanya pemborosan karena tidak adanya kilang) sekitar USD 17,71−18,86 miliar setiap tahun, dengan asumsi estimasi biaya

membangun kilang integrasi untuk 450ribu barrel per hari adalah sekitar USD 9 milyar, makaPemerintah semestinya sudah dapat membangun dan memiliki 2 kilang integrasi.

Impor migas saat ini sudah menjadi pelebaran defisit perdagangan neraca perdagangan. Misalnya, nilai impor migas di tahun 2013 tercatat sekitar USD 35 milyar sehingga defisit perdagangan dibuat melebar menjadi sekitar USD 6 miliar. Sedangkan di tahun-tahun sebelumnya angka ini masih bisa surplus tipis sekitar USD 990juta.Defisit perdagangan migas semakin hari semakin menekan defisit transaksi berjalan yang mencapai sekitar USD 8 miliar atau setara dengan sekitar 4% terhadap produk domestic bruto (GDP).

PenutupKita harapkan pemerintah

mau membiayai pembangunan kilang sendiri. Namun, apabila masih belum memungkinkan maka pembangunan kilang ini dapat diberikan pemerintah kepada investor,agar ekonomirakyat dapatmeningkat atas jaminan harga pasokan BBM dan feedstockpetrokimia melalui pemberian jaminan offtake dan fasilitas lain seperti lahan, perizinan, tax holiday, dan insentive fiscal lain yang menarik dari pemerintah. Melakukan investasi untuk hilirisasi masih kurang menarik bagi investor karena margin kilang yang kecil, kalah dengan investasi di hulu.Politik bebas aktif seharusnya dapat berjalan kerjasama dengan siapapun seperti Malaysia dan negara ASEAN lain.

Pemerintah harus membangun diplomasi yang serius dengan pendekatan agama dan budaya secara intensif, berkelanjutan, proaktif, serta win-winberjangka panjang dengan Negara Timur Tengah, Irak, Iran, dan Afrika yang kaya cadangan migasnya itu, agar Indonesia dapat segera membangun kilang terintergrasi.

Campur tangan pemerintah untuk mendorong pembangunan industri dalam negeri sudah waktunya,jangan ditunda-tunda

lagi. Dapat dilihat benefitlangsung dan tidak langsung di Singapura dari adanya pembangunan kilang integrasi. Indonesia Public Private Partnership adalah salah satu program yang harus digalakkan dalam mendukung pembangunan proyek infrastruktur seperti pembangunan kilang integrasi karena keterbatasan anggaran pemerintah dan luas wilayah pelayanannya.Manfaat pembangunan kilang intergrasi dapat dihitung jauh lebih besar dari biayanya, karenaadanya manfaat nilai tidak langsung (intangible benefit) kepada negara. Pemerintah Indonesia layak menugaskan hal ini kepada BUMN melalui metode keuangan proyek exor,misalnya,agar tidak mengeluarkan modal yang besar.

Tidak hanya benefitkeamanan ekonomi dan ketahanan energi dengan dibangunnya kilang di Indonesia, namun beberapa manfaat tidak langsung (intangible benefit) yang dapat dikuantifikasi untuk benefit negara antara lain seperti dampak sektoral, produksi barang dan jasa yang sudah tentu akan menghasilkan manfaat yang dapat dikuantifikasi sekitar USD 15 miliar. Dampak Sektoral PDRB akanmeningkatkan produk domestic bruto (GDP) sekitar USD 9 miliar.Dampak sektoralpendapatanmasyarakat secara kuantifikasi memberikan pendapatan masyarakat yang langsung terlibat sekitar sebesar USD 3 miliar. Juga dampak kesempatan kerja yang dapat dilihat secara langsung karena memberikan

Total: ethylene, propylene, HDPE, LDPE, LLDPE, MEG, PP, Benzene,

Para-Xylenes, PTA, Butadiene, EDC, VCM, PVC, Styrene

kolom

Page 59: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 59

kesempatan kerja sekitar 600ribu masyarakat. Dengan demikian, total manfaat tidak langsung dari adanya pembangunan kilang intergrasi dapat dikuantifikasi dengan mudah,sekitar USD 27 miliar atau sekitar Rp 320 triliun, dari biaya pembangunan 1 kilang intergrasi.

Apabila ada dua kilang dibangun,sebagaimana dilihat dari analisis, potensi penghematan atas kekurangan produk kilang integrasi sampai industri petrokimia (pemborosan karena tidak memiliki kilang) yang sekitar USD 17,71−18,86 miliar setiap tahun, maka sudah tentu benefit tidak langsung (intagible benefit) kepada Indonesia adalah nilainya menjadi dua kali lipat dari sekitar USD 27 milyar (Rp 320 triliun) menjadi sekitar USD 54 miliar (Rp 640 triliun).

Pemerintah layak membangun kilang karena manfaat tidak langsung(intagible benefit) dalam analisis perhitungan cost benefitanalisysmembangun/memiliki kilang intergrasi akanmenjamin keuntungan optimal nasional, keamanan pasokan, keamanan ketahanan energi nasional melalui pembangunan berkelanjutan dari bisnis, dan mata rantai minyakserta gas ini. Begitupula dengan pengelolahan bahan baku lain seperti batubara, CPO, serta produk petrokimia,harus pula dilihat dari kaca mata intagible benefit seperti Singapura, agar kelak Indonesia berbasis produksi ke ASEAN dalam meningkatkan nilai tambah komoditas ekspor dan mengurangi defisit.Dengan paradigm lama, yaitu mengekspor barang mentah saja demi mendapatkan uang cepat, sudah terbukti pemerintah tidak menjamin kedaulatan energi.

Saat ini,pemerintahhanya menjual minyak mentah senilai USD 29milyar pertahun.Lalu,dengan ekspor,Indonesia ternyata tidak mendapatkan nilai tambah (value added) dari hasil by productyang umumnya menghasilkan sekitar

60% dari harga minyak mentah karena tidak memiliki kilang intergrasi.

Aset pemerintah atau pemanfaatan ketersediaan fasilitas di TPPI Tuban dan Polytama, Balongan, dapat mendukung pengembangan industri petrokimia Indonesia. Membangun kilang masih sulit prosesnya karena melibatkan tantangan atasjaminan offtake dan fasilitas lain seperti lahan, perizinan, tax holiday, dan insentiffiscal lain yang menarik dari pemerintah. Dengan memanfaatkan ketersediaan fasilitasaset pemerintah TPPI Tuban dan Polytama, Balongan Indonesia dapat mendukung pengembangan industri petrokimia Indonesia terpadu upstream-downstreamdengan cepat (fast tract), dan mampu menjadi solusi jangka-panjang untuk bangsa.

Tentu dengan BUMN seperti Pertamina yang layak mengelola dan mengontrol minyak, gas,serta industri petrokimianegara,Indonesia dapat menguasai pentingnya nilai strategis untuk bangsa melalui peningkatan kompetensi inti di semua rantai produksi industri petrokimia yang ada di TPPI, Tuban dan Polytama, Balongan.

Dapat disimpulkan bahwa Singapura yang tidak memiliki ladang minyak saja bisa handal karena pemerintahnya memikirkan jangka panjang guna mewujudkan kemandirian dan kedaulatan energi di dalam negerinya. Dengan memiliki kilang besar dan terintegrasi, pada saat itu, tentu tidak hanya insentiffiscal dan tax holiday yang diberikan kepada investor/pihak swasta untuk membangun kilang, namun jaminan beli (offtake) dan ketersediaan lahan yang cukup, serta perizinan yang mudah untuk pembangunan proyek.

/en

Daftar Pustaka: Harian Bisnis Indonesia Prof. Dr. Maizar Rahman (Ketua Scientific Board, Badan Litbang Energi dan

Sumber Daya Mineral, KESDM Seminar Nasional) - INDUSTRI PETROKIMIA SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA, 11 – 12 Maret 2014, Jakarta

Riki Ibrahim, Tuban Petro - New Paradigm for Accelerating Petrochemical Industries in Indonesia, KONFERENSI NASIONAL INDUSTRI PETROKIMIA 2014, 12 Maret 2014, Jakarta

Majalah Tambang, edisi Maret 2014/Th IX “Accelerating The Growth”, Suhat Miyarso - Indonesia Refining & Petrochemical

Summit 2014 (IRPS 2014), 16-17 Oktober 2014, DoubleTree by Hilton Hotel, Jakarta

7th Annual DOWNSTREAM & PETROCHEMICAL, Asia 2014, 29-30 Oktober 2014 - Marina Bay Sand, Singapore.

Page 60: Energy Nusantara - Januari 2015

60 EnErgY nusantara | Januari 2015

kolom

Menarik sekali melihat langkah Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, membentuk Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dipimpin Faisal

Basri. Pelaku Industri dan masyarakat menunggu rekomendasi yang akan dihasilkan oleh tim ini untuk perbaikan tata kelola industri migas ke depan. Sayangnya, tugas tim sering sekali direduksi dengan istilah ‘tim pemberantas mafia migas’ yang sebenarnya hanya masalah parsial industri migas, bukan akar permasalahannya.

Untuk menyelesaikan permasalahan industri migas Indonesia, perlu dilihat secara jernih. Persoalan utama sebenarnya cukup jelas di depan mata: penurunan produksi minyak Indonesia yang cukup tajam. Tahun 2000 produksi minyak Indonesia masih sebesar 1,4 juta barel per hari,  tahun 2014 hanya 760 ribu barel per hari dan diperkirakan tahun 2023 tersisa tinggal 240 ribu barel per hari.  Oleh karena itu, hendaknya Tim Reformasi Tata Kelola Migas fokus menyelesaikan masalah tersebut, yaitu bagaimana menaikkan investasi dan produksi minyak Indonesia, tidak terjebak pada isu mafia migas semata.

Lalu apa yang menjadi permasalahan dasar dalam menaikkan investasi dan produksi migas di Indonesia selama ini?

Perlu dipahami bahwa pada masa awal industri migas di Indonesia tahun 1970-an hingga tahun 1990-an, investor migas fokus melakukan pencarian minyak di wilayah yang dikategorikan mudah dan berbiaya rendah, yaitu daratan, laut dangkal, dan Indonesia Barat. Namun, dalam dua dekade terakhir seiring semakin sulitnya menemukan minyak pada wilayah tersebut, pilihan tersisa adalah melakukan eksplorasi di wilayah yang sulit dan berbiaya tinggi seperti laut dalam dan Indonesia Timur.

Secara logis, investor berharap mendapat bagi hasil migas yang lebih menarik guna mengompensasi biaya dan risiko tersebut. Di saat yang sama, negara-negara lain juga melakukan

menelisikPermasalahan Mendasar Industri Migas Indonesia

Oleh Zulkha arfat, praKtiSi migaS

perubahan-perubahan fiskal  guna  menarik investasi migas ke negaranya. Perusahaan internasional seperti Exxon, Total, ConocoPhillips tentu akan memilih berinvestasi di negara lain yang memberikan keuntungan lebih baik dibandingkan Indonesia. Sebagai contoh, Malaysia pada tahun 2011 memperkenalkan sistem bagi hasil baru untuk lapangan marjinal berupa pajak yang lebih rendah, akselerasi depresiasi, dan penghilangan bea ekspor. Sayangnya, Indonesia tidak melakukan kebijakan serupa untuk meningkatkan daya tarik potensi migasnya.

Permasalahan mendasar lain yang menyebabkan turunnya produksi migas Indonesia adalah birokrasi di industri migas Indonesia itu sendiri. Era sebelum Undang-Undang Migas tahun 2001, semua investasi migas di Indonesia diatur melalui satu pintu dan dengan pendekatan bisnis, yaitu oleh Pertamina. Setelah adanya Undang-Undang Migas baru di mana adanya perluasan wewenang Direktorat Jenderal Migas dan dibentuknya BP MIGAS (sekarang SKK Migas), muncul berbagai birokrasi tambahan yang tidak banyak memberikan nilai tambah nyata. Persetujuan maupun keputusan yang dilakukan oleh institusi ini lebih banyak didasari oleh semangat pemenuhan peraturan maupun perundangan, bukan pendekatan bisnis, sehingga persetujuan menjadi lambat yang 

60 EnErgY nusantara | Januari 2015

Page 61: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 61

mengakibatkan terhambatnya operasi perusahaan migas.

Permasalahan ketiga yang menyebabkan turunnya produksi dan investasi migas di Indonesia adalah hilangnya Lex Specialis kontrak kerja sama migas. Dalam Undang-Undang Migas lama sebelum 2001, industri migas memiliki Lex Specialis, yaitu kesepakatan dalam kontrak kerjasama migas menjadi hukum khusus dan tidak tunduk pada hukum lain yang berbenturan. Adanya Lex Specialis ini memberikan kepastian hukum dan kepastian tingkat pengembalian modal bagi investor. Setelah hilangnya Lex Specialis ini di Undang-Undang Migas 2001, muncul berbagai aturan dan kebijakan dari pemerintah yang sering kontradiktif dengan kontrak kerjasama yang telah ditandatangani serta keinginan pemerintah sendiri untuk mendorong investasi migas. Sebagai contoh,  pada tahun 2010 pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang Cost Recovery yang

menyebabkan kebingungan di industri migas karena hal tersebut

tidak sejalan dengan kontrak kerja sama yang

ada. Hal lainnya, sejak

tahun lalu, kantor pajak mengenakan pajak bumi dan bangunan (PBB) untuk lapangan eksplorasi yang nilainya mencapai jutaan dollar per tahun untuk satu blok migas. Tentu saja, hal-hal seperti ini menjadi disinsentif bagi investor untuk melakukan eksplorasi di Indonesia.

Tim Reformasi Tata Kelola Migas perlu dengan cermat memahami ketiga persoalan mendasar di atas agar dapat memberikan rekomendasi yang tepat kepada Menteri ESDM. Saat ini adalah saat yang tepat untuk perbaikan industri migas mengingat akan dilakukannya revisi Undang-Undang Migas. Revisi tersebut hendaknya disiapkan dengan kesadaran penuh bahwa kondisi industri migas saat ini berada pada titik nadir, bukan lagi masa jaya seperti era tahun 1970 atau 1980-an. Oleh karena itu undang-undang yang dihasilkan hendaknya mampu mendorong kembali investasi migas melalui berbagai kemudahan, insentif, dan menghilangkan berbagai birokrasi yang ada saat ini, bukan sebaliknya malah semakin mempersulit investor.

Dalam hal daya tarik investasi, kita dapat menarik pelajaran dari Norwegia dan Malaysia. Norwegia telah berhasil  meningkatkan kegiatan eksplorasi di negaranya dengan memberikan pengembalian pajak atas kegiatan eksplorasi. Malaysia juga berhasil meningkatkan investasi dengan secara cerdik membuat kontrak kerja sama baru yang lebih menarik untuk lapangan-lapangan marginal. Dalam hal birokrasi, pemerintah hendaknya memastikan dalam undang-undang baru hanya ada satu pintu untuk semua persetujuan investasi dan operasional migas, apakah di Dirjen Migas, di SKK Migas atau badan/BUMN baru sehingga tidak ada lagi persetujuan yang melibatkan berbagai institusi. Selain itu dalam undang-undang migas baru perlu dibuka alternatif untuk menggunakan model kontrak migas lain, yaitu lisensi, selain Kontrak Kerja Sama (Production Sharing Contract). Lisensi adalah model kontrak migas di mana kontraktor hanya membayarkan royalti dan pajak kepada pemerintah dan Pemerintah/SKK Migas tidak perlu lagi terlibat dalam operasional perusahaan migas seperti halnya dalam sistem PSC. Dengan adanya sistem lisensi maka birokrasi-birokrasi yang ada dalam industri migas akan hilang. Dalam hal kepastian hukum dan pengembalian investasi untuk investor, undang-undang baru juga hendaknya menjadikan kontrak kerjasama ke depan menjadi Lex Specialis kembali.

Sekali lagi, dengan kondisi aktual industri migas saat ini yang semakin menurun dan kurang menarik bagi investor, Tim Reformasi Tata Kelola

Migas hendaknya fokus untuk memberikan rekomendasi tata kelola yang bertujuan untuk

peningkatan kemudahan investasi migas yang pada akhirnya akan menaikkan produksi minyak Indonesia dalam 10 tahun mendatang. /en

istimewa

EnErgY nusantara | Januari 2015 61

Page 62: Energy Nusantara - Januari 2015

62 EnErgY nusantara | Januari 2015

kolom

KEtaHaNaN ENErgi NasioNalAntara Ketersediaan

vs Kemandirian EnergiOleh bObby adhityO riZaldi, Se,ak, mba, cfe, ca

dpr ri KomiSi i pertahanan 2014-SeKarang, dpr ri KomiSi Vii energi 2009-2014

Indonesia yang diberikan karunia Tuhan akan kandungan sumber energi yang signifikant menempatkan diri pada posisi unik dibandingkan negara sekitarnya ataupun regional Asia Pasifik. Indonesia telah melewati

fase bonanza minyak sejak era 70-an sampai berubah posisi dari eksportir menjadi importir minyak pada tahun 2004. UU Migas No. 22/2001 yang merupakan perubahan dari UU No. 8/1971 langsung menjadi tidak relevan dalam waktu tidak sampai 5 tahun sejak diberlakukannya. Di satu sisi, pendapatan negara dari sektor migas hulu menyumbang hampir 30% pendapatan negara, di sisi lain perubahan pola konsumsi di hilir nya, dimana sebelum menjadi importir, konsep BBM murah untuk seluruh masyarakat dengan subsidi (karena hasil produksi lebih besar dr konsumsi), berubah menjadi beban APBN, dimana konsumsi BBM murah jauh lebih besar dari hasil produksi dalam negeri.

Di sinilah dimulainya ketergantungan impor BBM, yang berdasarkan hasil studi manapun, dalam 5 tahun ke depan, sampai 2019 pun, belum ada obatnya untuk menghilangkan impor BBM ini. Semua usaha baik yang telah dilakukan ataupun yang akan dilakukan, seperti membangun kilang, efisiensi impor dengan wacana langsung ke NOC atau Petral dsn lsinnya, belum dapat digambarkan secara riil dalam perencanaan yang detail saat ini untuk menghilangkan impor minyak baik crude atau oil product spt BBM. Oleh karenanya pemerintah perlu segera memutuskan rencana pelaksanaan untuk segera mengurangi impor BBM, baik mempercepat pengembangan/optimalisasi lapangan minyak dalam negeri atau mengefisienkan importasinya, dengan men-secure-kan sumber-sumber importasi. Kedua pilihan tersebut memerlukan roadmap yang berbeda, walaupun bisa dijalankan secara parallel.

Di sektor pengembangan gas, berbagai roadmap gas juga berubah sejak tahun 2004, mengikuti dinamika minyak, dimana sebelumnya gas tidak terlalu dilirik, menjadi primadona setelah harga minyak naik tajam. Hal ini membuat pengembangan sektor gas menjadi masuk ke skala keekonomian untuk pasar domestic Indonesia.

Sebelum 2004, hampir seluruh gas dari sumber wilayah kerja migas besar, diekspor ke luar negeri, baik dalam bentuk LNG di Arun dan Bontang atau dengan pipa ke Singapura dan Malaysia (dari Sumatera/Natuna). Pun Tangguh LNG yang dibuat setelahnya, tapi kontraknya sebelum tahun 2004, juga diekspor ke China, Korea, Jepang, dan Sempra, Meksiko.

BUMN penyedia gas spt PGN, yang telah menguasai suplai sebelum tahun 2004, dimana gas pipa masih belum dianggap lebih menarik dibanding BBM, menikmati windfall profit karena kontrak gas murahnya, melakukan IPO pada akhir tahun 2003 dengan harga perdana Rp 1.500 sampai pernah naik nilainya lebih 10 kali lipat. Setelah era PGN, saat ini, sudah berakhir era harga gas murah di Indonesia. LNG domestik pun, sulit mencapai harga keekonomian bila digunakan untuk pembangkit listrik. UU No. 22/2001 mengamanatkan pembentukan BPH Migas sebagai wasit dalam perang harga antara PGN dan Pertamina dengan sejumlah pedagang hilir gas, karena rentan pasar monopolistik yang secara alami terbentuk karena penguasaan infrastruktur jaringan dan distribusi yang dikuasai segelintir pihak saja sebelum sampai ke konsumen akhir. Posisi saat ini, sumber hulu gas yang diantar melalui pipa, menjadi rebutan antar 2 BUMN ini sehingga

menimbulkan drama yang sempat menjadi polemik yaitu Open Access Gas, yang kalau dikuliti lebih dalam, lebih pada perebutan pasar PGN dan Pertamina. Argumentasi dimana PGN adalah separuh swasta asing karena statusnya sebagai perusahaan terbuka, membuat PGN menjadi

lebih agresif dengan membuat perusahaan Hulu Saka Energy, yang dengan likuiditas tinggi, berhadapan head-to-head dengan Pertamina (baik PHE atau Hulu) dalam memperebutkan sumber gas hulu di seluruh Indonesia.

Dua BUMN ini juga berburu keluar negeri mendapatkan gas dalam bentuk LNG murah di booming Shale Gas Amerika. Kondisi saat ini, neraca gas Indonesia memang masih surplus, akan tetapi gas murah sudah terkontrak jangka panjang untuk ekspor, sedangkan potensi cadangan gas yang akan dikembangkan, letaknya jauh dari pusat konsumen, kebanyakan di laut dalam di belahan Indonesia Timur. Memang tepat,

BioMASS

gEotHERMAl wAtER

SolAR

wiNd

Page 63: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 63

dimana sekarang Kementrian ESDM di bawah koordinasi Menko Kemaritiman, akan tetapi karena secara alami biaya produksi gas laut dalam jauh lebih mahal dari gas di darat (on-shore), merupakan tantangan ganda, baik dalam hal memonetisas nya dengan kata lain mengembangkannya, dimana harga minyak saat ini jatuh di sekitar $70-an, dimana sebelumnya berkisar di atas $100, maupun dalam pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan domestik (listrik atau sebagai feedstock industry), karena keterbatasan infrastruktur.

Sektor kelistrikan, dimana kapasitas terpasang di Indonesia masih hampir 1/10 kapasitas listrik di China, mempunyai kesempatan emas untuk dapat berkembang saat ini. Posisi sebelum 2014, dimana proyek 10,000 MW tahap pertama yang terlambat dikarenakan faktor teknis, dimana hampir seluruhnya merupakan pasokan teknologi China, terbukti di beberapa tempat, sangat tidak efisien. Akan tetapi hal tersebut paling tidak telah meletakan dasar strategis, yang saat ini perlu dioptimalkan. Keadaan industri batu-bara yang melambat karena kondisi Global (China dan India sbg inportir batu bara Indonesia utama, mengurangi supply), harus segera diambil (secure) jaminan supply-nya untuk listrik domestik. Kontrak jangka panjang sebagai energi primer PLTU di Indonesia, dibandingkan spot, harus diutamakan. Skema IPP juga perlu di stimulan, baik dari insentif fiskal, dukungan perbankan dalam negeri juga sinergi komersialisasinya. Semuanya agar penyedia listrik swasta bisa juga membangun kawasan sentra industry baru yang terintegrasi.

Batu bara sebagai energi primer dalam program percepatan pembangunan, hendaknya berbeda pengelolaannya dibanding migas. Sumber Batu bara relative bisa dipenuhi oleh cadangan domestik, hal ini berbeda dengan minyak yang konsumsinya sudah hampir dua kali lipat lebih dari hasil produksi/lifting domestic. Gabungan stimulan baik fiscal, moneter dan kelonggaran regulasi dalam komersialisasi listrik oleh swasta, lebih tepat untuk mempercepat kenaikan rasio elektrifikasi baik untuk pengguna rumah tangga, maupun sebagai factor pendukung lahirnya sentra industry baru di kawasan. Listrik dari Panas bumi atau air, angin, dll, masuk dalam lingkup stimulant domestic yang karakternya lebih kebal terhadap kondisi fluktuasi ekonomi dunia.

Kembali dalam pembahasan awal, dimana telah disampaikan potret supply dan demand energy domestic, muncul perdebatan saat ini, apakah prioritas sektor energi ini menetapkan kemandirian energi sebagai hal yang lebih tinggi daripada ketersediaan energi (impor bukan hal yang haram), atau dua-duanya, atau sebaliknya? Kemandirian energi banyak diartikan untuk mengoptimalkan utilisasi cadangan produksi dalam negeri untuk keperluan domestik. Hal ini pun menjadi tantangan seperti diceritakan di atas, dimana untuk minyak, misal dengan pembangunan kilang, tetap saja

minyak yang digunakan untuk dijadikan BBM, karena produksi belum melebihi konsumsi, tetap impor, sampai 2019. Kecuali semua WKP migas yang diproduksi kontraktor sudah dikembalikan ke Pertamina pun, secara trend saat ini (belum ditemukannya cadangan besar baru), tetap masih diperlukan impor. Begitupun gas, dimana era gas murah sudah selesai (belum adalagi gas murah yang semuanya bisa dimonetisasi dan diutilisasi tanpa ada bagian ekspor, untuk LNG). Kaloauun ada, kecil size-nya untuk gas pipa (cadangan kecil dan recovery factor rendah dalam jangka waktu pendek kurang dari 10 tahun). Apakah ketersediaan lebih diutamakan? Skema seperti impor minyak Sonangol dari Angola, itupun namanya tetap impor. Singapura yang tidak punya sumber daya, bergantung pada kemampuannya untuk dapat mengimpor energi dan menjamin keamanan pasokan untuk waktu lama.

Hendaknya habisnya migas domestic, tidak perlu disikapi seperti kiamat dunia, karena kemampuan mengamankan pasokan energi migas dengan security trading, sama hebatnya dengan kemampuan membuat kilang dalam negeri. Perlunya suatu mekanisme pembelian migas impor yang efektif dan efisien adalah suatu keharusan. Banyak anggapan, bahwa pembangunan kilang itu adalah hal yang lebih nasionalis, akan tetapi, kemampuan mengamankan pasokan energi dengan bersinergi dengan negara lain, sama pentingnya, dan memerlukan usaha yang luar biasa. Memang seperti sudah disebutkan, Pertamina dan PGN sudah menjajaki impor LNG, tapi karena belum ada regulasinya, seperti sulit memutar roda.

Pertamina juga hendaknya mempersiapkan infrastruktur untuk bekerja sama dalam booming shale oil dan shale gas di Amerika. Seperti diberitakan minggu lalu di Strait Times, Mitsui & Co, trader energy no 2 terbesar di Jepang, telah menggandakan karyawannya di Houston Texas, dimana sebelumnya Cosmo Oil, trader energy dari Tokyo

juga membuka kantor dagang baru di sana. Hal inipun diikuti olek SK-Innova, perusahaan Korea Selatan, yang mengantisipasi hilangnya dominasi OPEC pada saat ini, dimana Amerika Serikat sedang kelebihan produksi migasnya.

Pemerintah perlu meyakinkan masyarakat, bahwa kemandirian energi akan tercipta seiring dengan ketersediaan energi pada saat ini. Tidak hanya berkutat pada pembubaran establishment Petral di Singapura atau wacana membentuk perusahaan dagang baru. Pada masanya nanti dimana sumber energi domestik sudah dapat dipasok oleh sumber energi dari kawasan, baik migas ataupun EBTKE, niscaya kemandirian energi tersebut akan tercapai.

Untuk dapat mengembangkan sumber energi kawasan, perlu dibentuk –demand- nya, dengan memunculkan sentra ekonomi kawasan. Hal ini bisa dipacu sekarang, dengan penyediaan energi dan penggunaan energi primer transisi (kurun waktu 5-10 tahun), sehingga setelah ada konsumennya, potensi energi kawasan dapat dikembangkan secara komersial. Setelah pengembangan kawasan terlaksana, dengan sendirinya akan terbentuk pasar energi domestik yang kompetitif. Di sinilah percepatan kesejahteraan masyarakat akan terwujud, merata tidak sentralistik (misal anggapan kenapa hanya di Jawa Tengah ada proyek listrik 30,000MW sedangkan di pulau lain rencana pun belum ada).

Saya percaya pemerintahan saat ini akan melakukan pekerjaannya dengan baik, dan didukung oleh segenap elemen masyarakat secara aktif semisal pembebasan lahan yang kooperatif, stabilisasi keamanan di wilayah produksi energi primer dll. Mari kita semua bersama mewujudkan kemandirian energi sekaligus mendukung ketersediaan energi dalam program terbaik yang dapat menumbuhkan sentra ekonomi kawasan, yang nantinya akan tercipta suatu ketahanan nasional bangsa yang berdaulat dan bermartabat. /en

Page 64: Energy Nusantara - Januari 2015

64 EnErgY nusantara | Januari 2015

Persoalan energi tak hanya menjadi masalah bagi rakyat Indonesia, namun telah menjadi masalah global yang harus dicarikan solusinya. Pandangan ini disampaikan oleh Gubernur Daerah

Istimewa Jogjakarta yang diwakili oleh Kusno Wibowo, Kepala Seksi Bidang Energi Provinsi DIY dalam pembukaan Seminar OGIP (Oil and Gas Intettectual Parade) 2015 di Jogjakarta Plaza Hotel, pada Sabtu, 22 Desember 2014.

Acara ini dihelat oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan UPN (Universitas Pembangunan Nasional) Jogjakarta bekerja sama dengan IATMI (Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia) dengan tema Synergy for Energy Sustainability dan subtema Optimizing Gas Development Technology in Facing National Energy Challenge” yang diselenggarakan oleh Acara digelar.

Gubernur menegaskan persoalan energi adalah masalah kita semua. Kita jangan hanya bicara ketahanan energi untuk 1-2 tahun, tetapi cadangan untuk 1 dekade sampai 100 tahun. Oleh karena itu kita harus bisa mencari sumber energi alternatif sebagai pengganti energi fosil. Kita harus bisa cepat mengembangkan energi baru dan terbarukan.

Menurut Gubernur, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam mengelola energi nasional, Pertama kedaulatan energi, ketahanan energi, dan kemandirian energi. Kedaulatan artinya memiliki otoritas, ketahanan artinya sistem penyediaan yang handal, dan kemandirian artinya berkaitan dengan jaminan dan layanan energi dengan harga terjangkau.

Hadir dalam acara tersebut antara lain Yudhi Herlambang, Gas Marketing & Commercialization Pertamina EP Cepu, Suryadi Mardjoeki Kepala

merancang Sinergi mewujudkan Ketahanan Energi

PEMERiNtAH tERuS BERuPAyA MENcuKuPi KEButuHAN ENERgi HiNggA 100 tAHuN MENdAtANg. KuNciNyA AdA PAdA SiNERgitAS PElAKu PEMANgKu KEPENtiNgAN di SEKtoR ENERgi.

Oleh rega indra adiPrana

/even

dodo/ en

Page 65: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 65

Divisi Gas dan BBM PT PLN (Persero), Achmad Rifai Direktur Komersial PT Gagas Energi Indonesia, serta Roy Karamoy Business Development PT Total E&P Indonesie dan moderator Lesto Kusumo, Ketua Komunitas Migas Indonesia Region Jogjakarta.

Yudhi Herlambang menegaskan bahwa Pertamina EP Cepu (PEPC) sebagai bagian dari PT Pertamina (Persero) dan pemegang 45 persen participating interest di dalam Blok Cepu akan tetap berperan aktif dalam mewujudkan terealisasinya produksi minyak dan gas dari lapangan–lapangan Blok Cepu.

Saat ini PEPC tengah berusaha menggenjot produksi migas. Pasokan gas yang dimiliki Cepu saat ini berkisar 185 mmscfd yang sudah dialokasikan ke BUMD dan PLN. Untuk itu ia meminta pemerintah menjamin kepastian agar gas bisa terdistribusi untuk kepentingan yang lebih luas. Alokasi gas di Pertamina EP Cepu sudah habis, jadi tidak bisa dialokasikan ke konsumen yang lain. “Kami meminta Pemerintah menjamin kepastian agar gas bisa terdistribusi untuk kepentingan yang lebih luas. Alokasi gas di Pertamina EP Cepu sudah habis, jadi tidak bisa dialokasikan ke konsumen yang lain,” ujarnya.

Oleh karena itu PEPC terus mengupayakan energi yang berkelanjutan, mengupayakan pemahaman publik yang keliru bahwa gas itu murah. Yudhi menegaskan bahwa proses pengembangan dan keekonomian lapangan migas berbeda-beda, untuk itu penambahan infrastruktur gas perlu segera diwujudkan, serta perlu adanya sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah serta pihak penentu kebijakan lainnya.

Sedangkan Suryadi Mardjoeki mengatakan, penggunaan gas untuk pembangkit listrik PLN setiap tahunnya mengalami peningkatan. BUMN energi harus saling mendukung dan bersinergi dalam menciptakan ketahanan energi.

Tahun 2015, Suryadi memperkirakan PLN membutuhkan pasokan liquid natural gas (LNG)

sebanyak 100 cargo yang berasal kilang Tangguh (24 cargo) dan kilang Bontang (17 cargo). “Jadi, setiap minggu PLN butuh 3 cargo. Kebutuhan ini akan meningkat karena PLN berencana membangun pembangkit listrik sebesar 80 GW,” jelasnya.

Kendati masih ada kendala yang dihadapi, menurut Achmad Rifai, program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) cukup berhasil. PT Gagas Energi Indonesia, yang merupakan anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk itu, telah merasakannya.

Tahun lalu, Rifai menambahkan, PGN telah membangun 12 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dari 14 SPBG yang direncanakan. “Mobile Refueling Unit (MRU) juga dibangun di beberapa tempat untuk memudahkan konsumen mendapatkan gas,” jelasnya.

MRU, sebagai stasiun pengisian bahan bakar gas keliling, akan melayani kendaraan yang telah dikonversi dari BBM ke BBG. Selain untuk membuka pasar, MRU juga akan mendukung keberadaan SPBG yang telah beroperasi. Saat ini, stasiun SPBG telah dibangun di Surabaya, Jabodetabek, Sukabumi dan Riau. Hingga Juli 2014, realisasi pembangunan seluruh SPBG dan MRU tersebut mencapai 41 persen.

Ke depan, lanjut Rifai, PT Gagas Energi tak hanya mempersiapkan infrastruktur SPBG dan MRU. “Kami sudah mempersiapkan pengembangan untuk gas. Nantinya Gas tersebut akan diolah menjadi CNG, LNG, listrik, petrochemical. Sehingga gas bukan lagi sebagai bahan bakar tapi lebih

Sekilas tentang oGIP 2015oGIP 2015 merupakan serangkaian acara tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan. Acara ini dilaksanakan pertama kali pada tahun 2009 dengan nama Petronovo. Namun pada tahun 2010 Petronovo berganti nama menjadi OGIP. Pada tahun ini OGIP sudah memasuki usia yang ke 5 tahun. Pada tahun ini OGIP bertema “Synergy for Energy Sustainability”. Melalui tema ini panitia membawa misi untuk memperkuat hubungan yang bersinergi antarelemen dalam dunia industri migas, baik hubungan industri dengan pemerintah, industri dengan social masyarakat, maupun industri dengan akademisi. Tahun ini diharapkan acara OGIP 2015 dapat memberikan efek positif untuk tercapainya sinergi yang baik antarelemen-elemen tersebut.

Acara OGIP sendiri terdiri atas rangkaian acara yaitu Seminar Nasional (sebagai Pembuka Acara), International Student Competion, Social Activity And Gathering, Exhibition dan Plennery Discustion sebagai penutup acara OGIP 2015.

dari itu gas menjadi sebuah produk,” ujarnya.Sementara Roy Karamoy menyinggung

soal Blok Mahakam yang sedang ramai menjadi perhatian publik. Apapun keputusan pemerintah soal status Blok Mahakam, menurut Roy, pihaknya akan mengikuti aturan main. Tetapi yang perlu dicatat adalah kontrak-kontrak Total dalam jangka panjang yang masih berlanjut.

“Kontrak itu antara lain Petrokimia hingga tahun 2021, PLTG Senipah, City Gas Tangguh, FSRU Jawa Barat, semua berakhir di atas tahun 2020. Kami berharap pemerintah bisa menjamin security dan supply migas,” pungkasnya. /en

dodo/ en

Page 66: Energy Nusantara - Januari 2015

66 EnErgY nusantara | Januari 2015

PEMANFAAtAN tENAgA NuKliR uNtuK PEMBANgKit liStRiK tERuS SAjA MENyANdERA iNdoNESiA. KAjiAN dAN SoSiAliSASi yANg SEjAK lAMA diuMBAR,

AKHiRNyA SiRNA AKiBAt tERoR FuKuSHiMA. SuMBER ENERgi lAiN tEtAP MENjAdi PRiMAdoNA.

Gempa berkekuatan sedang mengguncang Prefektur Fukushima wilayah utara Jepang pada Kamis, (20/11), siang waktu setempat. Suasana sempat mencekam karena

lokasi tersebut adalah lokasi reaktor nuklir yang menyebabkan bencana pada tahun 2011 lalu. Menurut Badan Meteorologi Jepang, gempa berkekuatan 5,3 skala richter itu terjadi pada pukul 10.51 waktu setempat di kedalaman 40 km di laut Fukushima. Beruntung, tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan menyusul gempa bumi tersebut.

teror fukushima, Ciut Nyali Nusantara

Oleh Sudungan Pamahar

/nuklir

Lokasi itu menjadi saksi atas gempa bumi paling kuat dalam sejarah Jepang pada 11 Maret 2011, yaitu 9 skala richter, disusul dengan gelombang tsunami yang meratakan kota-kota di sepanjang pesisir timur negara itu. Korban tewas dalam laporan resmi pemerintah pada 10 Februari 2014 mencapai 15.884 orang. Bencana ini juga menyebabkan reaktor nuklir di Fukushima meleleh dan terjadi kebakaran di fasilitas itu, hingga menyebabkan tingkat radiasi di Jepang sangat tinggi. Ratusan ribu orang hingga radius puluhan kilometer dari instalasi nuklir Fukushima diungsikan. Peristiwa ini tercatat sebagai krisis

istimewa

Page 67: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 67

nuklir terparah sejak insiden di Chernobyl tahun 1986.

Enggan mengalami nasib serupa dengan Jepang, pemerintah Indonesia pun kembali mengurungkan niatnya menggunakan nuklir sebagai pembangkit listrik. Di tengah krisis energi yang menjadi ancaman nyata di masa mendatang, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) belum menjadi jawaban. “Belum sampai ke situ. Sumber daya kita banyak. Ada gas, geothermal, juga tenaga air yang merupakan sumber energi alternatif dan belum dioptimal,” ucap Presiden Joko Widodo, Jumat (12/12), menjawab pertanyaan tentang kelanjutan

rencana membangun PLTN yang sekian tahun lamanya hanya tinggal rencana.

Menko Perekonomian Sofyan Djalil kemudian memperjelas pendapat Jokowi. Menurutnya, pemanfaatan nuklir masih memerlukan diskusi lebih lanjut. Hingga kini masih banyak yang ragu terhadap faktor keamanan dan dampak polutan, meski efisiensi nuklir sebagai sumber energi alternatif tidak terbantahkan. “Meski RUPTL (Rencana Umum Pengembangan Tenaga Listrik) ada dalam rangka pembauran energi, diperbolehkan mix energi nuklir. Namun, pemanfaatan nuklir ini masih banyak perdebatan,” papar Sofyan.

Diketahui, rencana membangun PLTN sudah muncul sejak era Soeharto. Wilayah pesisir semenanjung Muria, Jepara, Jawa Tengah, sudah ditetapkan sebagai lokasi paling ideal bagi proyek tersebut. Lokasi lain yang direkomendasikan adalah di Bangka Belitung. Untuk Jepara, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) merekomendasikan pembangunan PLTN sebanyak 12 unit dengan masing-masing kapasitas pembangkit 1.000 MW atau total 12.000 MW. Sedangkan di Bangka Belitung, direkomendasikan 10 unit PLTN, dengan kapasitas masing-masing pembangkit sebesar 1.000 MW.

Namun, rencana itu selalu kandas karena alasan keamanan dan lingkungan. Kendati tetap ditolak Jokowi, BATAN tetap bersikukuh PLTN merupakan jawaban untuk mengatasi krisis energi. Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto, seolah tidak peduli meski Jokowi belum memberikan lampu hijau untuk membangun PLTN. Alasannya, PLTN bukanlah pilihan terakhir sehingga harus menunggu energi lain seperti minyak bumi, batu bara, gas bumi, dan energi baru terbarukan mengalami defisit. “Kalau itu baru dilakukan, kita keburu gelap gulita. Bangun PLTN juga tidak sebentar, mau kita gelap dulu 8 tahun nunggu PLTN terbangun? Jadi harus dari sekarang,” tegasnya.

Djarot pun merasa kecewa karena PLTN sering menjadi kebijakan yang politis. Menurutnya, pembangunan PLTN yang memakan waktu lama cenderung tidak disukai para penguasa. “Ini terus terang saja, kalau suatu rezim pemerintahan selalu identik berpikir seperti itu, nanti yang gunakan atau yang resmikan bukan pemerintahannya, ini harus diubah. Ini untuk kepentingan nasional, makanya dibutuhkan leadership yang memikirkan kepentingan nasional daripada kepentingan rezimnya,” ketusnya.

Djarot juga menepis anggapan bahwa PLTN mendapat

penolakan dari masyarakat. Ia mengklaim, berdasarkan polling nasional BATAN yang digelar lima tahun berturut-turut sejak 2010, sebanyak 72% rakyat Indonesia mendukung pembangunan PLTN. Polling ini bertujuan mengetahui tingkat penerimaan masyarakat terhadap keberadaan PLTN.

“Pada 2010 polling masih dilakukan di Jawa, Madura, dan Bali yang hasilnya 59,7% masyarakat setuju dibangun PLTN. Pada 2011, tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLTN turun jadi hanya 49,5%,” ujar Djarot. Turunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap PLTN ini, kata Djarot, karena pada Maret 2011 terjadi tsunami yang melanda Jepang dan mengakibatkan kerusakan pada PLTN di wilayah Fukushima. “Waktu itu terjadi gempa bumi yang menyebabkan gelombang tsunami dan berdampak pada kecelakaan PLTN, apalagi polling kita lakukan pada Oktober 2011. Waktunya masih sangat dekat dengan waktu kecelakaan PLTN di Jepang,” ungkapnya.

Namun, sejak polling selanjutnya pada 2012-2014, tingkat kepercayaan masyarakat meningkat signifikan terhadap program pembangunan PLTN. “Di 2012, kepercayaan masyarakat meningkat menjadi 52,9%, di 2013 menjadi 60,4%, lalu terakhir 2014 secara nasional masyarakat menerima PTLN mencapai angka 72%,” katanya.

Polling nasional yang dilakukan BATAN tahun ini meliputi 3.000 responden di wilayah Jawa, Madura, dan Bali sebanyak 1.000 responden. Adapun Bangka Belitung sebanyak 1.000 responden. Metode yang digunakan adalah random sampling dengan margin eror sebesar 1,8%. “Dengan hasil polling tersebut, bahwa sebenarnya masyarakat sudah tidak mempermasalahkan lagi tentang pembangunan PLTN di Indonesia,” tukas dia. /en

PolliNg PENERiMAAN MASyARAKAt tERHAdAP PltN

tahun wilayah Setuju2010 jawa,Madura,Bali 59,7%2011 jawa,Madura,Bali 49,5%2012 jawa,Madura,Bali 52,9%2013 jawa,Madura,Bali 60,4%2014 jawa,Madura,Bali,BangkaBelitung 72%

Responden:jawa,Madura(3.000orang)Bali(1.000orang)BangkaBelitung(1.000orang)Metode:samplingerrorMarginoferror:1,8%

Sumber: BATAN

djARot SuliStiyo,kEPAlABATAN istimewa

Page 68: Energy Nusantara - Januari 2015

68 EnErgY nusantara | Januari 2015

Mesin genset itu selalu standby hampir di setiap tempat usaha di kawasan Jalan Pandu Raya, Medan.

Sebagai wilayah sentra industri menengah para pemilik usaha di sana memang selalu waswas terhadap suplai listrik yang tak bisa ditebak “kelangsungannya.” Karena itulah mereka selalu menyiapkan pasokan

listrik pribadi bersumber dari genset tersebut.

Persoalan listrik “byar pet” memang semakin akut terjadi di Medan. Listrik bisa mati kapan pun dan hidup lagi tanpa bisa diprediksi. Kondisi semacam ini tak saja membuat para penduduk ibu kota Sumatera Utara geram, tapi juga mengancam kelangsungan banyak industri di sana, termasuk industri

Mengharap Medan Tak Lagi “Byar Pet”

PASoKAN gAS BuMi uNtuK SuMAtERA utARA dAN AcEH dARi tAHuN KE tAHuN MAKiN MENuRuN. AKiBAtNyA tERjAdi KRiSiS liStRiK yANg MEMuKul, tAK HANyA RuMAH tANggA, jugA PENguSAHA. PERlu duduK BERSAMA SEjuMlAH lEMBAgA

dAN BuMN tERKAit, AgAR PENdERitAAN iNi cEPAt BERlAlu.

Oleh Sri WidOdO SOetardjOWijOnO

menengah di kawasan Jalan Pandu itu.Protes sudah tak terhitung lagi diteriakkan oleh

warga Medan. Sudah beragam cara protes tersebut diungkapkan. Dari sekadar makian di warung kopi, mengirim surat ke PLN, juga menulis surat pembaca di media-media lokal. Tapi, semua itu tak menolong. Kondisi “byar pet” tetap saja berlangsung. Sejumlah pengusaha mengeluh kondisi yang tak menentu itu telah membuat omset usaha mereka turun hingga 75 persen. “Para anggota kami banyak yang menjadi korban karena krisis listrik yang terus terjadi selama

/laporan khusus

sarwono/ en

Page 69: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 69

beberapa tahun belakangan ini,” kata Wakil Ketua Umum Energi dan Mineral Kadin Sumatera Utara, Tohar Suhartono.

Menurut Tohar pihaknya sudah mengirim surat sebanyak sepuluh kali ke Kementerian ESDM agar kementerian tersebut mengambil langkah kongkret dan cepat untuk mengatasi persoalan krisis listrik yang sudah akut di wilayahnya tersebut. Namun, suratnya tidak mendapat tanggapan serius. “Kami sudah capek kirim surat, tapi tak ada tanggapan,“ katanya dalam acara Focus Group Discussion dengan tema “Sinergi BUMN dan Peran Pemerintah dalam Menyelesaikan Krisis Gas Bumi di Wilayah Sumatera Utara,” yang digagas oleh ENERGY NUSANTARA, 08 Desember 2014 lalu.

Pangkal soalnya memang pada pasolan gas bumi yang tersendat sebagai sumber energi listrik di sana. Tersendatnya pasokan gas bumi itu, menyebabkan para pengusaha dihantui ketakutan usaha mereka makin anjlok. Karena itulah, mereka mengandalkan genset sebagai “dewa penyelamat” jika listrik yang disuplai dari perusahaan negara berulah.

Adalah Perusahaan Gas Negara yang selama ini mendistribusikan gas untuk warga Medan. Sebelumnya pasokan gas bumi untuk Medan ini diperoleh dari Lapangan Pangkalan Susu dan sejumlah lapangan lainnya yang dikelola oleh Pertamina EP. Tapi, dengan berkurangnya produksi pada lapangan tersebut, pasokan gas bumi yang disalurkan ke warga kota pun semakin berkurang. Pasokan gas bumi dari Pangkalan Susu misalnya, dari sebelumnya per tahun 80 BBTU per hari pada tahun 2000 menukik menjadi 12 BBTU per hari pada tahun 2007 dan menjadi 10 BBTU per hari pada tahun 2014.

Data Asosiasi Pengusaha Pengguna Minyak dan Gas (Apimigas) Sumatera Utara menunjuk, ketiadaan pasokan gas bumi di Medan menimbulkan “efek domino” yang “menerjang” masyarakat luas, pelaku industri, dan juga pemerintah daerah setempat. Termasuk yang juga terkena dampaknya adalah pabrik pupuk Iskandar Muda.

Salah satu yang paling terpukul adalah bidang industri. Jika pada 2011 omset produksi jasa industri mencapai Rp 91,05 miliar per bulan, di mana pada tahun tersebut pasokan gas 16 BBTU per hari, maka pada tahun 2014 omset itu hanya menyentuh maksimal angka 35 miliar dengan pasokan gas sebesar 10 BBTU per hari.

Efek menukiknya omset pendapatan bidang industri itu pada akhirnya kemudian mempengaruhi jumlah lapangan kerja sekaligus pekerjanya. Jika pada 2011 sektor industri di Sumatara Utara, dengan pasokan gas 16 BBTUD, menyerap tak kurang 20. 114 tenaga kerja, maka pada 2014 angka itu menjadi 12.320. Besarnya pengurangan itulah yang merontokkan banyak industri kecil dan menengah di

daerah tersebut. Krisis pasokan gas bumi

di Medan sebenarnya sudah diproyeksikan PGN sejak tahun 2010. Untuk mengantisipasi bencana kekurangan gas tersebut PGN berupaya merealisasikan proyek FSRU (floating storage and regasification unit) Belawan yang merupakan proyek kedua PGN dalam pembangunan FSRU. Sebelumnya PGN sukses membangun proyek serupa di Jawa Barat bekerja sama dengan Pertamina dengan membentuk badan usaha Nusantara Regas.

FSRU Belawan memiliki kapasitas 1.75 MTPA. Kapasitas itu diperhitungkan bisa memenuhi kebutuhan PLN Belawan dan industri di Medan. PGN menargetkan proyek FSRU Belawan selesai pada kuartal keempat 2013.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri, yang prihatin dengan krisis pasokan gas di Medan itu, mengeluarkan Inpres No. 14/ 2011 tentang pembangunan FSRU di Teluk Belawan. Presiden berharap, dengan pembangunan tersebut, maka masalah krisis listrik di daerah itu akan segera teratasi.

Tapi, kemudian, pembangunan ini batal seiring dengan munculnya Surat dari Menteri BUMN Dahlan Iskan pada tanggal 19 Maret 2012. Lewat surat S-141/MBU/2012, Menteri BUMN memerintahkan pembangunan FSRU dipindahkan ke Lampung. Surat itu juga menandai dilakukannya “Proyek Revitalisasi Terminal LNG Arun” yang ditargetkan mulai beroperasi akhir 2013. Belakangan target itu molor hingga akhir 2014.

“Padahal jika FSRU Belawan tersebut tidak dipindahkan, krisis listrik di Sumut bisa diatasi tahun 2013,” kata pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo.

Di sinilah persoalan gas menjadi panjang. Ternyata pasokan gas dari Arun itu rencananya akan disalurkan sendiri oleh Pertamina lewat anak perusahaannya, Pertagas. Pertagas bahkan kini sudah membangun pipa distribusi gas sepanjang 370 kilometer yang melintang dari Arun ke Belawan. Hanya masalahnya, “jaringan” milik Pertagas tersebut tidak sampai

ke “titik akhir,” para konsumen. Sementara pemilik jaringan itu adalah PGN.

Di sinilah kemudian muncul masalah lain, Pertamina berencana akan membuat jaringan pipa sendiri, tak memakai jaringan PGN. Inilah yang kemudian dinilai sebagai tindakan mubazir. Pembangunan jaringan baru milik Pertamina tersebut berarti menyingkirkan jaringan pipa yang sudah dibangun PGN. Tak hanya itu, rencana ini sekaligus membuang-buang waktu, di mana korbannya dalam hal ini, tentu saja industri dan masyarakat luas.

Sejumlah pengamat migas dan energi meminta Pemerintah mesti berhati-hati menyelesaikan soal ini. Mereka meminta Pemerintah meletakkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan yang lain.

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo bahkan melihat commissioning pipa gas dari Arun ke Belawan tidak otomatis menyelesaikan krisis energi Sumatera Utara. Menurut Agus, persoalan di Sumatera Utara hanya bisa diatasi kalau ada niat baik dari kedua BUMN yang saat ini menangani bisnis gas bumi tersebut. Dia menyarankan Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri ESDM Sudirman Said duduk bersama menuntaskan persoalan ini. “Pemerintah harus segera membuat keputusan agar penderitaan rakyat Sumatera Utara khususnya Kota

zudAldi RAFdy, kEPAlAkEPAlASUBBAGIANkoMUNIkASIDANPRoTokolSkkMIGAS

sarwono/ en

Page 70: Energy Nusantara - Januari 2015

70 EnErgY nusantara | Januari 2015

yang saat ini tinggal 5-6 mmscfd dan akan selesai pada Maret 2015 untuk tidak diputus. Menurut dia, ke depan perlu disusun strategi ketahanan energi Sumut dan mengurangi ketergantungan pada pipa gas Arun-Belawan. “Harus ada political will dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Koordinasi yang baik antara PGN, SKK Migas, Pertamina, Ditjen Migas, Kadin, dan DEN untuk meminimalisasi kendala pasokan gas,” katanya.

Zudaldy Rafdi, Kepala Kepala Sub Bagian Komunikasi dan Protokol SKK Migas menegaskan bahwa pihaknya setiap tahun melakukan updating neraca gas. “Kami duduk bersama dengan PLN, PGN, dan dengan Ditjen Migas untuk melakukan alokasi gas. Bulan April 2014 kemarin, sudah ditentukan alokasi untuk kebutuhan LNG Arun. Dan untuk PLN adalah 12 kargo,” katanya.

Joi Surya Dharman, CEO dan Founder Energy Nusantara juga mengharapkan untuk menyelesaikan masalah ini, semua pihak yang terkait harus bersinergi. Joi juga menunjuk perlunya regulasi yang jelas dan memberi kepastian. Perihal sinergi itu, menurut Joi, akan berjalan baik jika pembagian perannya jelas.”Kita sedih jika BUMN yang seharusnya bisa sinergi tapi ternyata tidak melakukannya,” katanya. /en

Medan cepat terselesaikan,” katanya.Agus meminta semua pihak

kembali mengacu pada UU no 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan beberapa peraturan pelaksanaan UU tersebut. Salah satunya, Peraturan Menteri ESDM No. 3/2010 tentang Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri. Pada Pasal 6 ayat (3) menyatakan, “Penetapan kebijakan alokasi dan pemanfaatan gas bumi dilaksanakan dengan prioritas pemanfaatan gas bumi untuk : (a) peningkatan produksi minyak dan gas bumi; (b) industri pupuk; (c) penyediaan tenaga listrik; (d) industri lainnya.”

Hal yang sama dikemukakan oleh Kepala Dinas Pertambangan Provinsi Sumatera Utara, Eddy Saputra Salim. “Bayangan orang, dengan kemarin diresmikannya commissioning pipa gas, masalah listrik akan selesai. Tapi tidak. Hanya bauran energinya saja yang berubah dari solar menjadi gas. Dengan asumsi, akan terjadi efisiensi sebesar Rp8,8 miliar per hari, atau sekitar Rp2,5 triliun per tahun kalau pembangkitan listrik dari minyak diubah menjadi gas. Ini di daerah Belawan,” katanya.

Sementara Suryadi Mardjoeki, Kepala Divisi Gas dan BBM PT PLN (Persero) sependapat dengan Agus. Ia menyarankan PGN harus tetap dilibatkan untuk mempercepat penyaluran gas di Sumatera Utara. Alasannya, PGN memiliki kesiapan

infrastrsuktur secara baik. “Kalau mau mempercepat pemulihan krisis listrik di Sumatera Utara, PGN harus dilibatkan, karena dia yang lebih siap melayani penyaluran gas,” kata Suryadi.

Menurut Suryadi krisis listrik di Sumatera Utara mulai menemukan titik terang dengan dilakukannya commissioning pipa gas Pertamina dari Arun ke Belawan sepanjang 350 km. Dari Belawan kemudian dialirkan lagi ke industri dan rumah tangga. Sementara pipa yang sudah siap untuk mengalirkan gas tersebut adalah pipa PGN. Untuk mempercepat penyelesaian pasokan gas, kata Suryadi, PGN harus proaktif menyediakan pasokan gasnya. “Pertamina

bisa bekerja sama dengan PGN untuk menuntaskan masalah gas di Sumatera bagian utara,” katanya.

Eddy Saputra Salim menyarankan PGN dan Pertamina bersatu demi mengatasi pasokan gas di Sumut. “Pemerintah provinsi akan mendukung dengan mengusahakan gas mudah dan murah. Kebutuhan di Sumut mencapai 39,51 mmscfd tetapi yang tersedia hanya 6 mmscfd,” kata Eddy yang berlangganan gas PGN sejak tahun 1962 dengan tagihan bulanannya hanya Rp 28.000 itu.

Kepada pers, Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan penyebab utama krisis listrik di Sumatera Utara adalah tak beroperasinya satu pembangkit listrik milik PLN karena disita oleh kejaksaan karena berkaitan dengan kasus korupsi turbin yang disidik kejaksaan. Menurut Rini penyitaan pembangkit ini cukup berpengaruh bagi pasokan listrik di Sumatera Utara karena pembangkit itu memiliki daya 180 megawatt. Dia menegaskan, krisis listrik di Sumatera Utara juga dipicu oleh ketimpangan kebutuhan dan pasokan. Kebutuhan listrik mencapai 1.700 megawatt, sementara kapasitas yang tersedia hanya sekitar 1.400 megawatt. Menteri Rini berjanji akan segera menuntaskan persoalan ini dengan melihat pasokan gas yang ada di wilayah itu.

Wakil Ketua Umum Energi dan Mineral Kadin Sumatera Utara, Tohar Suhartono meminta agar kontrak gas antara PGN dengan Pertamina

togAR SuHARtoNo,WAkIlkETUAUMUMENERGIDANMINERAlkADINSUMATERAUTARA.

/laporan khusus

Kontrak Pasokan Listrik/Gas Sumatera utara

tAHuN totAl PASoKAN KEtERANgAN

2011(DAlAMkoNTRAk) 29,51MMSCfD

2011 17,3MMSCfD TURUN

2012 6,69MMSCfD TURUN

2013 7,83MMSCfD MENINGkAT

2014 7,6MMSCfD TURUN

Eddy SAPutRA SAliM, kEPAlADINASPERTAMBANGANPRovINSISUMATERAUTARA

sarwono/ en sarwono/ en

Page 71: Energy Nusantara - Januari 2015
Page 72: Energy Nusantara - Januari 2015

72 EnErgY nusantara | Januari 2015

Oleh nurudin bSchairman Of indOneSian buSineSS aSSOciatiOn in Qatar (ibaQ)

/jalan-jalan

qatar, Negeri Dongeng1001 MalamQAtAR NEgARA KEcil PRoduSEN MiNyAK dAN gAS yANg MAMPu MENgoPtiMAlKAN KEKAyAAN AlAMNyA SEcARA NyAtA.Berada di Teluk Arab, di mana sebelah

selatan berbatasan langsung dengan Arab Saudi, sedangkan batas lainnya langsung menghadap ke Teluk Arab. Qatar hanya memiliki panjang sekitar

240 km dari utara ke Selatan, dan lebar tidak lebih dari 160 km. Qatar terkenal dengan minyak dan gas. Cadangan minyaknya terbesar kedua di dunia yang mencapai 13,2 milyar barel. Sedangkan cadangan gasnya mencapai 900 triliun kubik.

Meski panas, suhu di Qatar berubah drastis pada malam hari. Suhu di Qatar saat musim panas adalah 38 derajat celcius hingga 42 derajat celcius pada siang hari, sedangkan di malam hari suhu akan turun hingga 18 derajat celcius. Bila datang pada musim dingin, suhu di siang hari berkisar antara 34 derajat celcius dan 10 derajat celcius di malam hari.

City tour di siang hari akan sangat menyenangkan, karena kebanyakan tempat di Qatar memiliki pendingin ruangan termasuk pasar tradisionalnya. Di mana pun anda berada, Anda tidak akan merasa kepanasan. Pada malam hari, langit di Qatar sangatlah cerah, karena Anda tidak akan menemukan angin monsoon dengan awan yang menutupi langit.

Negeri kaya itu dipimpin oleh HH Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani yang meneruskan

kepemimpinan dari ayahnya, Emir HH Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani yang secara resmi diserahterimakan pada tanggal 23 Juni 2013.

Pemerintah Qatar pada 31 Oktober 2014 merilis populasi penduduk (Qataris dan Non Qataris) sekitar 2.216.500 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.654.720 orang dan jumlah penduduk wanita sebanyak 561.780 orang. Jumlah ini tidak termasuk penduduk Qatar yang tinggal di luar negara Qatar.

Pertumbuhan bisnis di Qatar sangat pesat seiring peningkatan devisa dengan pemanfaatan sumber daya alam minyak dan gas. Qatar adalah negara produsen gas dan minyak yang diekspor ke beberapa negara di antaranya India, Bahrain, China, dan lainnya. Oleh karena itu, dengan daya peningkatan produksi minyak dan gas memberikan peluang banyaknya kesempatan istimewa

72 EnErgY nusantara | Januari 2015

Page 73: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 73

jumlahpenduduk :2.216.500(laki-laki),1.654.720(perempuan)luasNegara :111.606.8sq.kmIbukota :DohaBahasaresmi :ArabdanInggrisAgama :IslamdenganhukumShariahCuaca :Musimpanasdanmusimdinginkota :Doha,AlWakrah,Alkhor,Dukhan, AlShamal,Messaid,Raslaffan.Matauang :QatariRiyaldengancurrency rate terhadapUS$tetapsebesar3.65QR’sharikemerdekaan :18DecemberPendirinegara :SheikhjasimbinMohammad Al-Thanijamkerja :hariMinggu–kamis(8Pagi–12 siangdanjam4sore–8malam), harijum’atdanSabtulibur.Bendera :Terdiridariduawarna: merahmaroondanputih, dengan garis sembilan segitiga samakakiyangmemisahkandua warnatersebut.Warnamerah maroonmelambangkandarah sebagaisimbolpeperangandiQatar padaabadke19.

bisnis di berbagai bidang dan salah satunya di bidang minyak dan gas. Hal ini memberikan dampak yang sangat positif. Tidak hanya dari bisnis sektor migas, tetapi juga telah membuka beberapa peluang bisnis lain. Di Qatar sendiri ada beberapa bisnis yang diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu: Government Sektor atau Pemerintah dan Citizen Sector atau Private Sektor.

Government Sector adalah bisnis yang hanya boleh dijalankan oleh pihak Emiri dan Royal Family yang di antaranya meliputi bidang bisnis minyak dan gas, Money Exchange, Bursa Saham, dan bisnis lain yang berhubungan dengan pemerintah langsung atau G2G (Government to Government) dan dikontrol langsung oleh pihak pemerintah Qatar.

Sedangkan Citizen Sector adalah bisnis yang di boleh dijalankan oleh citizen atau warga Qatar yang sangat dianjurkan oleh pemerintah ,baik skala kecil, menengah maupun besar. Adapun kategori bidang usaha ini meliputi: perhotelan, travel agency, shopping, restaurant, mall, grocery,kontarktor konstruksi, agen perekrutan tenaga kerja, dll.

Setelah ditunjuk secara resmi sebagai negara tuan rumah perhelatan Piala Dunia, Qatar kini menjadi sorotan berbagai negara dari belahan dunia, utamanya melakukan pertemuan bisnis. Setiap hari Qatar Chamber of Commerce mengadakan pertemuan dengan para pengusaha dari berbagai negara, termasuk dengan KBRI di Doha.

Ministery of Foreign Qatar mencatat penghasil utama devisa negara Qatar berasal dari minyak dan gas. Pada tahun 1974, Qatar Petroleum yang merupakan perusahaan pemerintah Qatar didirikan sebagai perusahaan minyak dan gas yang memproduksi minyak dan gas, baik onshore maupun offshore.

Produksi migas bersumber dari berbagai wilayah di negara Qatar, di antaranya berasal dari wilayah Dukhan onshore field, seperti: Al Idd Al Sharqi; Maydan Mahzam, Bul Hanain, Al Bunduk, Al Shaheen, Al Rayan, Al Khalij, Al Karkara, dan offshore Tabakat.

Ekplorasi minyak di Qatar pertama kali dilakukan di daerah ladang minyak Dukhan dan resmi dieksplorasi antara tahun 1939 dan 1940.

Minyak dan gas merupakan pendukung utama perekonomian Qatar yang diperkirakan produksi crude oil-nya berkapasitas sekitar 850 ribu barrels per hari dan produksi gas sekitar 18 billion cube foot per hari, yang dihasilkan dari North Field gas dengan perkiraan cadangan gas sebesar 380 trillion cube foot.

Pemerintah Qatar terus meningkatkan kapasitas produksi LNG (Liquefied Natural Gas) sebesar lebih dari 60 million ton per tahun dari produksi saat ini sebesar 18 million ton per hari.

Population(millioninhabitants)2.01landarea(1,000sqkm)12Populationdensity(inhabitantspersqkm)174GDPpercapita($)100,829GDPatmarketprices(million$)202,172valueofexports(million$)136,840valueofpetroleumexports(million$)62,519Currentaccountbalance(million$)62,501Proven crude oil reserves (million barrels) 25,244Proven natural gas reserves (billion cu. m.) 24,681Crude oil production (1,000 b/d) 724Marketedproductionofnaturalgas(millioncu.m.)177,602Refinerycapacity(1,000b/cd)137outputofrefinedpetroleumproducts(1,000b/d)113.3oildemand(1,000b/d)147Crude oil exports (1,000 b/d) 599Exportsofpetroleumproducts(1,000b/d)511.0Naturalgasexports(millioncu.m.)122,874

The North Gas FieldDitemukan pada tahun 1971, North Gas Field

terletak di kawasan offshore northeast Teluk Qatar yang berada di kedalaman antara 15 – 70 meter, dengan luas sekitar 6000 km, hampir setengah dari negara Qatar sendiri.

Konsentrasi NGF menjadi salah satu gas alam terbesar di dunia yang mencapai lebih dari 900 trillion cube feet dan merupakan 20% sumber gas alam dunia. Sehingga menjadikan negara Qatar

Page 74: Energy Nusantara - Januari 2015

74 EnErgY nusantara | Januari 2015

/jalan-jalansebagai salah satu negara terbesar ketiga di dunia yang mempunyai cadangan sumber alam gas yang besar setelah Rusia dan Iran.

Qatar PetroleumQatar Petroleum didirikan pada 1974 dan

merupakan perusahaan pemerintah yang bertanggung jawab dalam mengelola sektor

top 10 countries with proved natural gas reserves, 2014

Country trillioncubicfeetRussia 1,688Iran 1,193Qatar 885UnitedStates 334*Saudi Arabia 291Turkmenistan 265UnitedArabEmirates 215venezuela 196Nigeria 181Algeria 159

*2012dataSource: U.S. Energy Information Administration, International Energy Statistics, Oil & Gas Journal

minyak dan gas, baik eksplorasi, drilling gas alam, maupun sumber hydrocarbon lainnya serta melakukan produksi refining, transportasi dan storaging.

Qatar Petroleum sendiri merupakan perusahaan di bawah Kementerian Energi dan Industri yang mempunyai tanggung jawab penuh dalam merencanakan serta mengawasi penerapan kebijaksanaan startegis industri minyak dan gas.

Untuk meningkatkan dan mengimplementasikan kebijakan pemerintah, Qatar Petroleum juga mendirikan perusahaan ekspor LNG ke berbagai negara dengan mendirikan anak perusahaan, di antaranya Qatar Company for LNG (Qatar Gas) dan Ras Laffan Company for LNG ltd (Ras Gas).

Perusahaan Qatar Gas ini merupakan Joint Venture Company, didirikan pada tahun 1994 antara Qatar Petroleum, Total French, American Exxon Mobil Oil, Mitsui Japan, dan Marubeni. Produksi pertama dimulai pada 1997 dan memproduksi lima jenis produk, seperti LNG (Liquefied Natural Gas), Field Non-Condensates, Plant Condensates, Helium, dan Sulfur.

Ke depan Qatar Gas akan mulai memproduksi tiga jenis produk untuk diekspor ke berbagai negara. Produk tersebut di antaranya Precious LNG, Liquefied Petroleum dan Processed Petroleum Condensates.

Sementara itu, Perusahaan Ras Gas didirikan

“The North Gas Field constitutes catalyst for investments in gas production and utilization due to the abundance of natural gas one site and favorable geographical and weather conditions that facilitates production and reduce costs in comparison to other sites in the world. Based on those huge reserves of the North Gas Field and advantages of gas as a clean, safe and long life source of energy.

QP formulated a phased strategic plan to develop the field and rationalize the utilization of its resources to secure new financial returns through exporting gas in liquefied form of through pipelines, establishing new industries based on gas and building new port at Ras Laffan “

Sumber : USA Energy information

pada 1993 dan memulai produksi pada tahun 1999. Perusahaan yang merupakan join venture antara Qatar Petroleum, Exxon USA, Korean Kogas, dan perusahanaan LNG Japan serta Itochu, ini mempunyai dua train gas plant yang diresmikan oleh Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa pada tahun 2014.

Besarnya sumber daya alam migas Qatar membuatnya mampu menjadi negara produsen minyak dan gas yang telah berhasil memaksimalkan devisa negaranya untuk memperluas investasi ke berbagai negara. Investasi tersebut merupakan optimalisai program jangka panjang pemerintah Qatar dan sekaligus sebagai investasi masa depan persiapan jika cadangan sumber daya alam negara Qatar akan berkurang dan habis.

Negara Qatar berinvestasi

hampir di seluruh sektor, baik pertanian, makanan, peternakan, perdagangan makanan dan minuman, serta sektor bisnis lain. Negara Qatar sendiri berinvestasi di beberapa negara seperti India, Vietnam, Myanmar, Australia, UK, Mesir, dan negara negara lainnya termasuk Indonesia.

Hal ini merupakan langkah yang sangat cerdas dari pemerintah Qatar. Ketika negara Qatar mendapatkan devisa yang besar dari sumber daya alam yang suatu saat nanti akan berkurang dan habis, hal ini tidak akan mengganggu perekonomian negaranya di masa yang akan datang. Perekonomian tetap berjalan dan tidak tergantung kepada salah satu sumber daya alam minyak dan gas saja, namun juga devisa dari berbagai macam investasi yang ditanamkan di berbagai negara. /en

Page 75: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 75

Statistik Minyak dan gas QatarQatar summary energy statistics oil (million barrels)

Proved reserves, 2014 (million barrels)

Totaloilsupply,2012(thousandbbl/d)

Totalpetroleumconsumption,2012(thousandbbl/d) Reserves-to-production ratio

25,240 1,579 190 57

Natural gas (billion cubic feet)

Proved reserves, 2013 Dry natural gas production, 2012 Dry natural gas consumption, 2012 Reserves-to-production ratio

885,000 5,523 1,257 160

Electricity

Generating capacity, 2011 (gigawatts)

Electricitygeneration,2011(billionkilowatthours)

Electricity consumption, 2010 (billionkilowatthours)

Distribution losses, 2010 (billion kilowatthours)

7.8 32.3 20.5 1.8

Sumber : U.S. Energy Information Administration, International Energy Statistics, Oil & Gas Journal

Referensi :Ministry Development Planning and Statistichttp://www.qsa.gov.qa/eng/populationstructure.htm, diakses pada 24 November 2014Country Economy : http://countryeconomy.com/demography/population/qatar, diakses pada tanggal 24 November 2014.Ministry of Foreign, Qatar http://www.mofa.gov.qa diakses pada tanggal 24 November 2014.USA Energy Information: http://www.eia.gov/countries/cab.cfm?fips=qa, diakses pada tanggal 24 November 2014.USA Energy information http://www.eia.gov/countries/cab.cfm?fips=QA, diakses pada tanggal 24 November 2014OPEC : http://www.opec.org, diakses pada tanggal 24 November 2014.

istimewa

Page 76: Energy Nusantara - Januari 2015

76 EnErgY nusantara | Januari 2015

PT Medco Energi Internasional Tbk

Ketagihan di Negeri Sang Sultan

Oman adalah sebuah negara yang terbilang maju di kawasan Timur Tengah. Negara dengan ibukota Muscat ini dikelilingi Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Yaman.

Menurut catatan PBB, negeri yang dikepalai Sultan ini merupakan salah satu negara yang paling stabil perekonomiannya di Timur Tengah. Barangkali, alasan itulah yang membuat Medco tergiur melebarkan destinasi investasinya ke Oman. Melalui anak usahanya Medco Oman LLC, Medco berhasil memperoleh kontrak pengelolaan lapangan minyak Blok 56 yang berada di wilayah Oman, akhir November 2014.

Pt MEdco ENERgi iNtERNASioNAl tBK KiAN MENuNjuKKAN KEtANgguHANNyA di SEKtoR MigAS. RodA PERuSAHAAN NASioNAl iNi tERuS MElAju HiNggA KE

MANcANEgARA. MEdco AgAKNyA KEtAgiHAN MENgAiS PERuNtuNgAN di NEgERi SANg SultAN oMAN.

Oleh Sudungan Pamahar

Untuk menegaskan komitmen itu, CEO Medco Energi Internasional Tbk, Lukman Mahfoedz, pun langsung mengunjungi Oman untuk keperluan penandatanganan kontrak. Gayung bersambut, Menteri Minyak dan Gas Oman, Mohammed Hamad Al Rumhy, juga langsung menyambut kedatangan Lukman di Kantor Kementerian Perminyakan dan Gas Oman di Muscat. Dengan ditandatanganinya kontrak PSC Blok 56, Medco LLC selaku operator diberikan jangka waktu selama enam tahun untuk melakukan eksplorasi, dan 20 tahun untuk tahapan produksi. “Ini merupakan PSC pertama yang diperoleh Medco di Oman,” ujar Lukman.

/korporat

istimewa

Page 77: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 77

Menurut Lukman, dalam kontrak PSC Blok 56, Medco akan mendapatkan bagi hasil minyak dengan skema sliding scale hingga 25 persen. Dalam mengelola Blok 56, Medco akan menggandeng perusahaan lokal Oman, Intaj LLC. Dalam proyek tersebut, Intaj akan mendapatkan hak partisipasi sebesar 25 persen. Konsep sliding scale memberikan peluang kepada perusahaan migas kecil untuk ikut ambil bagian dalam kontrak PSC. “Dibandingkan dengan di Indonesia, profit benefit yang kita peroleh di sini lebih besar,” ujarnya.

Oman 56 berada di cekungan hidrokarbon yang produktif, Oman Salt Basin. Dengan luas area sebesar 5.808 kilometer persegi dan tiga penemuan hidrokarbon yang telah diidentifikasi, blok ini diperkirakan mempunyai kandungan minyak sebesar 370 juta barel. Enam prospek potensial lain juga telah berhasil diketahui sehingga bisa menambah cadangan minyak. Lukman menambahkan, Blok Oman akan memperkuat posisi Perseroan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, terutama di Oman. “Saya yakin kesuksesan operasi di KSF dapat diulang kembali di Blok Oman 56 ini, mengingat kinerja operasional Perseroan dan juga catatan keselamatan kerja yang baik selama ini,” kata Lukman dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (21/11).

Dikatakan Lukman, akuisisi ini juga sejalan dengan strategi Medco untuk terus memperkuat portofolio aset eksplorasi dan produksi melalui kegiatan eksplorasi berkualitas tinggi untuk menemukan cadangan-cadangan migas baru. Oman 56 akan menambah portofolio aset internasional Medco Energi dengan aset yang telah ada saat ini di Oman, Libya, Yaman, Tunisia, Amerika Serikat, dan Papua Nugini.

luKMAN MAHFoEdz,CEoMEDCoENERGIINTERNASIoNAlTBk

Sebelumnya, Medco pernah memenangi tender kontrak jasa untuk mengembangkan lapangan minyak Karim Small Fields (KSF) yang lokasinya tak jauh dari Blok 56. KSF merupakan wilayah konsesi minyak milik Petroleum Development of Oman (PDO), yang sahamnya dimiliki Pemerintah Oman dan Shell, perusahaan minyak asal Belanda. Kontrak jasa pengembangan KSF berlangsung selama 10 tahun, dan akan berakhir pada pertengahan 2016 mendatang. Dalam kurun waktu lima tahun, Medco berhasil

mendongkrak angka produksi KSF dari 11 ribu barel per hari pada 2007 menjadi 22.570 barel per hari.

Sementara itu, Menteri Minyak dan Gas Oman Mohammed Hamad Al Rumhy menyatakan kepuasannya terhadap kinerja Medco dalam meningkatkan produksi KSF. “Kami masih mempercayai Medco untuk berinvestasi di Oman. Karenanya, kami menandatangani kontrak blok migas baru untuk memberikan kesempatan kepada Medco untuk terus berkembang di Muscat,” tutur Menteri Al Rumhy. /en

istimewa

sarwono/ en

Page 78: Energy Nusantara - Januari 2015

78 EnErgY nusantara | Januari 2015

MERuSAK EKoSiStEM, BiotA lAut, dAN MEMiNggiRKAN RiBuAN MASyARAKAt PESiSiR, KElANjutAN PRoyEK jAKARtA

giANt SEA wAll (jgSw) ditiNjAu ulANg olEH PEMERiNtAHAN jKw-jK. SiAPA MERAdANg?

Sejak zaman Hindia Belanda, daerah Sunda Kelapa (kini Jakarta) tidak pernah absen dilanda banjir hingga masa kini. Bahkan ‘ritual’ banjir mampir setiap musim penghujan tiba. Akibatnya, selain

kerugian material dan non-material yang tiada berbilang, masyarakat dan penanggungjawab pemerintahan di Ibu Kota kerap dibuat kewalahan.

Untuk mengatasi persoalan yang tidak ada ujung pangkalnya, Gubernur Fauzi Bowo (2005-2010) menggulirkan gagasan membangun tanggul laut raksasa. Tujuannya, menanggulangi banjir di utara Jakarta, mencegah terjadinya banjir rob yang lebih besar dan sebagai sumber air bersih.

Ketika tampuk kepemimpinan Fauzi Bowo beralih pada Jokowi pun, gagasan tanggul laut raksasa ini juga digadang-gadang hendak diteruskan pembangunannya. Bahkan, pemerintah telah memulai pencanangan implementasi program National Capital Integrated Coastal

Oleh ale ian WidagdO

/lingkungan

Di balik Pembatalan Mega Proyek jGsW

Development (NCICD) atau Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (NCICD). Pencanangan tersebut dilakukan pada Kamis (9/10/2014) ditandai dengan pemancangan tiang baja sepanjang 75 meter di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, yang diresmikan oleh Chairul Tandjung, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada pemerintahan SBY-Boediono.

Peletakan batu pertama pembangunan Giant Sea Wall dihadiri para menteri era SBY. Mereka adalah Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, serta Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Ahok menjelaskan pembangunan tanggul raksasa itu merupakan peninggian tanggul untuk mengantisipasi banjir rob dari pantai utara sewaktu air laut pasang. Dikatakan, penyebab banjir di Jakarta ada dua, yakni karena air laut pasang untuk kawasan utara Jakarta,  dan hujan deras di kawasan selatan Jakarta. “Selain akan melakukan peninggian tanggul 5 kilometer, Pemprov DKI juga akan membangun waduk di daerah utara Jakarta.,” ujar Ahok, di Balaikota Jakarta, Kamis (9/10/2014).

Tanggul raksasa yang dikenal sebagai National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara ini terbagi dalam tiga tahap. Tipe A, merupakan proyek reklamasi 17 pulau ditambah dengan peninggian tanggul rob setinggi 5 kilometer di bibir pantai utara sepanjang 63 kilometer.  

Tipe B, pembangunan konstruksi tanggul terluar dengan tembok bergambar garuda raksasa

istimewa

78 EnErgY nusantara | Januari 2015

Page 79: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 79

di laut dalam. Tipe C ialah pembangunan tahap besar tanggul raksasa serta pembangunan danau penyimpan dan pompa besar atau giant sea wall.

Dalam dokumen masterplan NCICD, disebutkan wilayah  DKI Jakarta, khususnya  Jakarta Utara, mengalami penurunan muka tanah rata-rata 7,5 centimeter per tahun. Bahkan di beberapa tempat, laju penurunan tanah itu mencapai hingga 17 centimeter per tahun.  Jika hal ini terus dibiarkan, maka pada 2050, Jakarta Jakarta Utara bakal tenggelam.

Adapun para pengembang yang bergabung dalam proyek ini, antara lain PT Intiland, PT Pelindo, PT Manggala Krida Yuda, PT Pembangunan Jaya Ancol, PT Jakarta Propertindo, PT Muara Aisesa Samudra, PT Saladri Ekapaksi, dan PT Kapuk Naga Indah. Mereka akan membangun 17 pulau buatan di pantai utara Jakarta yang nantinya akan saling terhubung dengan daratan. Pulau-pulau tersebut berjarak 300 meter dari daratan. Proses pengurukannya menggunakan pasir yang diambil dari laut di wilayah yang telah ditentukan.

Selain PT Intiland Development Tbk, PT Agung Podomoro Land (APLN) Tbk juga akan turut mendukung berjalannya proyek Giant Sea Wall ini. APLN, melalui anak perusahaannya PT Muara Wisesa Samudera, menjadi pengembang Pluit City sebagai salah satu pulau dalam 17 pulau reklamasi tersebut. 

menuai kritikKontan saja peresmian pemancangan

tiang oleh Menko Perekonomian, Chairul Tandjung menuai kritik. Kritik bukan saja datang dari kalangan aktivis lingkungan hidup dan masyarakat bahkan dari Wali Kota Jakarta Utara (Jakut). Heru Budi Hartono sang Walikota mengkritik  pencanangan proyek Giant Sea Wall sepanjang 32 Kilometer. Menurut dia, proyek yang dicanangkan itu bukanlah Giant Sea Wall. «Saya hafal konsep Giant Sea Wall. Yang kemarin dipancang itu, konsep Dinas PU. Milik DKI yang sudah empat tahun lalu kami rancang dengan Jepang,» ujar Heru Senin (27/10/2014). «Jadi itu untuk penguatan tanggul yang telah ada. Di dekat pompa air Waduk Pluit, Muara Baru,» imbuhnya. 

Heru menyayangkan sikap sejumlah pejabat, termasuk menteri, yang mengatakan pencanangan tersebut proyek Giant Sea Wall. Dia juga khawatir, jangan-jangan proyek DKI itu disangka proyek Giant Sea Wall. «Padahal bukan,» terangnya. Heru mengatakan, jika memang itu proyek Giant Sea Wall, harusnya segera dibentuk tim. Minimal ada lima orang, dari perwakilan pemerintah, pemprov DKI dan swasta.

Sementara aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta menolak proyek pembangunan JGSW karena dampak negatif

lingkungan dan sosial yang mungkin terjadi. “Selain dampak kerusakan ekosistem, dampak negatif di bidang sosial juga akan dialami oleh masyarakat pesisir,” kata Direktur Eksekutif Walhi Jakarta Puput TD Putra di Jakarta, Selasa (13/10/2014).

Menurut dia, dampak sosial tersebut dapat dialami oleh ribuan masyarakat pesisir yang kehilangan pekerjaan, kehilangan budaya dan kehilangan ruang terbuka hijau karena reklamasi. “Proyek ini terkesan agak tertutup, tahu-tahu sudah ada rencana proyek pembangunan,” katanya. Selain itu, JGSW hanya diperuntukkan untuk kalangan elit saja.”JGSW juga hanya mampu

mengurangi banjir sebesar 8% saja. Pada intinya masyarakat di pesisir tidak merasakan manfaat dari proyek tersebut,” katanya.

Reaksi dan kritikan tajam yang datang bertubi-tubi tersebut membuat pemerintahan JKW-JK, yang baru dilantik menggantikan SBY-Boediono, galau. Dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Giant Sea Wall yang dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kelautan Perikanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Pemerintah Daerah Jawa Barat, dan Pemerintah Daerah Banten, pada Selasa (9/12.2014), pemerintahan Jokowi memutuskan memperbaiki konsep perencanaan

proyek tersebut.Bastari Pandji Indra, Direktur

Kerjasama Pemerintah dan Swasta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengatakan perbaikan  konsep khususnya dilakukan terhadap penanganan air di hulu Jakarta, Jawa Barat, Banten dan aliran air sungai yang rencananya akan dialirkan ke proyek tersebut. “Masalah hulunya dikaji belum komprehensif, bagaimana menyelesaikan masalah di hulu, banjir, limbah dan air di hulu, konsep yang ada kan baru untuk hilirnya saja,” kata Bastari.

M. Natsir, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi,

mengatakan evaluasi perencanaan proyek tersebut dilakukan supaya penyelesaian masalah krisis air bersih, banjir, sampah di sungai di wilayah DKI Jakarta dan daerah di sekitarnya bisa dilakukan secara terintegrasi. “Target 2015 ini akan diselesaikan review ini,” katanya.

Sedangkan Menteri Koordinator Perekonomian, Sofyan Djalil belum dapat memastikan akankah pemerintah menggarap megaproyek tanggul laut raksasa di Pantai Utara Provinsi DKI Jakarta atau yang sering disebut National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). “Pemerintah akan membentuk tim khusus. Rencana akan dilaporkan dalam waktu dekat kepada Presiden Jokowi. Kajian ditargetkan selesai dalam waktu dua bulan,” kata Sofyan, Selasa (9/12/2014) di Jakarta. /en

istimewa

Page 80: Energy Nusantara - Januari 2015

80 EnErgY nusantara | Januari 2015

Oleh alle ian WidagdO

/equipment

PENAiKAN HARgA BAHAN BAKAR MiNyAK (BBM) BERSuBSidi olEH PEMERiNtAHAN jKw-jK SEjAtiNyA MEMBuKA KRAN

PEluANg BiSNiS BARu di SEKtoR AlAt tRANSPoRtASi. SAlAH SAtu cERuK BiSNiS yANg jARANg diliRiK AdAlAH KENdARAAN jENiS truck dAN pick up BERBAHAN BAKAR gAS (compressed

natural gas).

istimEw

a

Sachman, produsen truk berbahan CNG tampaknya cukup jeli melihat peluang ini. Shacman melalui Shacmindo Perkasa Indonesia telah menawarkan produknya untuk Indonesia. Truck yang bermain di

kategori III ini pertama kali mereka perkenalkan kepada sejumlah media, termasuk ENERGY NUSANTARA, serta masyarakat umum di ajang pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) 2014, pada medio September 2014 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta.

Berbeda dengan truck biasa yang menggunakan konverter, truck jenis ini 100% didesain menggunakan bahan bakar CNG. Tabung CNG ditempatkan pada bagian belakang kabin truck dan di sisi samping kanan sasis bagian depan.

Satrio Murshandi, Direktur Sales dan Marketing PT Shacmindo Perkasa, agen tunggal pemegang merk truk Shacman di Indonesia dari Shaanxi Automobile Group Co. Ltd, di Tiongkok, mengatakan, truck ini menawarkan efisiensi konsumsi bahan bakar hingga 66% lebih hemat ketimbang truck konvensional yang mengasup solar.

Truck ini di-assembly dengan meng

Menyongsong Era truck dan Pick up

berbahan bakar CNG

Page 81: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 81

Biswadev Sengupta kepada sejumlah media, termasuk ENERGY NUSANTARA di ajang pameran IIMS. Sengupta juga menambahkan, ketika Indonesia siap dengan Bahan Bakar Gas (BBG) maka pihaknya juga akan siap dengan mobil-mobil ber-CNG.

Sengupta mencontohkan, di India misalnya, pemerintah setempat telah menetapkan bahwa kendaraan harus menggunakan BBG sehingga pihaknya sebagai perusahaan mobil secara otomatis memproduksi kendaraan dengan instalasi CNG.

“Jadi, untuk perusahaan mobil lain, biasanya memproduksi mobil secara standar, lalu bekerja sama dengan vendor tertentu dalam menambah instalasi CNG. Berbeda halnya dengan Tata Motors, kami memproduksi mobil yang dilengkapi CNG dari pabrik kami,” tandas Sengupta.

Menurut Sengupta, pihaknya siap meluncurkan dan memasarkan berbagai jenis kendaraan yang menggunakan mesin

CNG jika infrastruktur di Indonesia telah siap, terutama fasilitas tempat pengisian BBG. “Saat ini penyediaan BBG berupa CNG baru ada di sekitaran Jakarta. Jadi agak menyulitkan konsumen kami nantinya,” kata Biswadev.

Sebagai informasi, Pemprov DKI Jakarta sebenarnya telah menggagas program Langit Biru dan Emisi Gas Buang melalui terbitnya Peraturan Gubernur (Pergub) No. 141 Tahun 2007. Pergub pun mensyaratkan dalam waktu 5 tahun sejak dikeluarkan, kendaraan di DKI Jakarta untuk kendaraan Pemerintah Daerah (Pemda) dan angkutan umum harus menggunakan BBG.

Padahal, menjadi rahasia dan pengetahuan umum bahwa konversi BBM ke BBG untuk transportasi menjadi salah satu upaya untuk memutus mata rantai ketergantungan konsumsi pada BBM. Pertanyaannya, kenapa kita justru ogah-ogahan mengimplementasikannya? /en

kombinasikan teknologi terbaik dari sejumlah vendor ternama dunia. Misalnya, mesinnya menggunakan mesin Cummins dari Amerika Serikat dengan opsional bisa menggunakan mesin Weichai dari Tiongkok.

Sasisnya menggunakan sasis pasokan dari pabrikan truk dan bus MAN dari Jerman, axel-nya menggunakan axle dari Hande Axle, perusahaan terkemuka produsen axle dari Tiongkok, dan gearbox-nya dipasok oleh Fast, produsen gearbox terbesar di Tiongkok.

“Harga bahan bakar gas lebih murah dari solar. Mesin menjadi lebih bersih, nilai oktan tinggi, pembakaran juga lebih sempurna sehingga menekan biaya perawatan jika para pengusaha angkutan menggunakan truck ini,” ujar Satrio.

Satrio mengklaim, tabung dan konverter kit pada truck ini sudah memenuhi standar keamanan dunia. Di truck ini juga sudah terpasang safety valve dan solenoid valve yang mengatur tekanan berlebih pada equipment dan sistem perpipaan. Dengan demikian mampu mencegah kerusakan equipment sekaligus mencegah terjadinya kecelakaan saat truck dioperasikan.

Varian yang diperkenalkan di IIMS 2014 kali ini adalah varian tractor head penarik trailer 6x4 bertenaga 350 HP CNG yang dilepas seharga 96.700 dolar AS dan dump

truck 6x4 380 HP CNG dengan harga jual 99.900 dolar AS. Menurut dia, sejumlah operator angkutan seperti di Sumatera sudah memesan truk ini untuk angkutan hauling batubara. “Harga ini masih off the road semua,” ujar Satrio.

Satrio juga menjamin dukungan after sale service dengan menyediakan stok suku cadang fast moving di warehouse jika klien membutuhkan setiap saat.

Selain Shacman, Tata Motors, pabrikan mobil asal India, juga menjajal peruntungan bisnisnya di sektor alat transportasi berbahan bakar ramah lingkungan ini. Kendati bukan truck CNG yang ditawarkan namun negeri yang kesohor dengan produksi film Bollywood ini membawa kendaraan jenis pick up CNG.

“Tata XenonRX pick up merupakan salah satu produksi mobil Tata Motors yang menggunakan CNG sebagai bahan bakarnya. Mobil ini belum kami launching atau luncurkan di Indonesia mengingat penyediaan BBG di stasiun bahan bakar  belum merata,” kata Presiden Direktur PT Tata Motors Indonesia

istimewa

istimewa

Page 82: Energy Nusantara - Januari 2015

82 EnErgY nusantara | Januari 2015

HARgA BBM BolEH MElAMBuNg tiNggi, tEtAPi ANAK-ANAK MudA iNi tAK KEKuRANgAN AKAl. MEREKA BERloMBA-loMBA MENciPtAKAN AlAt PENgHEMAt

BBM. MANA yANg lEBiH AMPuH?

Banyak cara dilakukan masyarakat menghadapi kenaikan harga bahan bakar minyak. Ada yang mengeluh, ada yang

protes, ada pula yang berpikir kreatif menciptakan alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak.

Bambang Erbata Kalingga mesti merelakan sepeda motor Yamaha Mio dan mobil Daihatsu Espass miliknya untuk dijadikan uji coba alat penghemat bahan bakar minyak. Warga Pamulang,

Tangerang, Banten itu yakin bahwa alat yang dikembangkannya tersebut mampu menghemat BBM hingga 12,7 persen. Inovasi ini dinamakan Hidrogen-Hidrogen Oksida (HHO) Generator yang merupakan teknologi penghemat bahan bakar hasil penelitian seorang ilmuwan Amerika Serikat, Stanley Meyer, pada 1884.

“Semoga ini bermanfaat. Saya sudah memakai ini sejak 22 Januari 2009 dengan menggunakan Yamaha Mio. Sekarang motor saya

Oleh rega indra adhiPrana

/equipment

bahan bakar Minyak Naikbanyak Cara Menuju Hemat

50 kilometer per liter bensin dalam Kota Jakarta,” ujar Bambang.

Idenya diinspirasi oleh seorang ilmuwan Negeri Paman Sam. Bambang lalu mengembangkan teknologi ini menjadi alat yang sederhana, sehingga dapat digunakan dengan mudah. Selain itu, dia mengklaim punya alat untuk dipasang di kendaraan bermotor, baik bensin atau solar tanpa harus melakukan modifikasi mesin.

Kabupaten Karawang, Jawa Barat, juga punya alat penghemat BBM yang dikembangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Karya 2 Karawang Barat. Mereka melakukan terobosan

istimewa

Page 83: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 83

bakar gas untuk mesin pompa air dan selipnya.

hati-hati Pendongkrak oktanKenaikan harga BBM akibat pengurangan

subsidi oleh pemerintah membuat banyak orang memutar otak untuk menghemat bensin. Salah satunya dengan menggunakan alat peningkat oktan yang berbentuk cairan atau Octane Booster. Zat aditif ini berfungsi meningkatkan oktan agar makin bertenaga dan dipercaya mampu menghemat BBM.

Dengan merogoh kocek untuk membeli cairan yang kisaran harganya antara Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu, suplemen untuk bahan bakar ini pun sudah bisa dicampurkan ke dalam tangki. Rata-rata, satu botol octane booster bisa dipakai untuk mencampur bensin sebanyak 60 liter di dalam tangki.

Peneliti yang juga Dekan Fakultas Sains IT Telkom, Suwandi menilai, menggunakan cairan khusus untuk menaikkan oktan atau cairan

penghemat bahan bakar bisa menjadi salah satu cara yang dianggap mudah dan murah. Tapi hati-hati. Jika salah, alih-alih semakin irit, justru efek terburuknya merusak mesin.

Menurutnya, pemakaian fuel saver atau octane booster yang mengandung bahan kimia memang cukup berbahaya, apalagi yang mengandung unsur logam. “Paling penting cari yang berbahan dasar alami 100 persen,” jelasnya.

Berdasarkan uji Lemigas, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi dari Kementerian ESDM, bahan bakar ditambah aditif alami masuk dalam kategori 1A. Artinya, zat alami tidak bersifat korosi atau dengan kata lain tak akan merusak mesin.

Hasil pengujian itu seolah mempertegas pengalaman Lemigas yang pernah melakukan penelitian dengan sejumlah cairan penaik oktan atau penghemat BBM. Banyak dari mereka ternyata mengandung beberapa unsur logam seperti besi, timbal, dan mangan. Kandungan ini jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama dipastikan berbahaya untuk mesin.

Salah satu syarat aditif yang baik untuk ”suplemen” adalah tidak menyebabkan kekotoran pada mesin, dan tidak membuat abu. ”Bahan yang alami, termasuk dari minyak atsiri ini, pada prinsipnya mengikat partikel bahan bakar sehingga lebih mudah terbakar. Bukan octane booster, tetapi mampu menjadikan BBM sebagai senyawa yang mudah menguap,” terangnya. /en

inovasi rekayasa teknologi dengan menciptakan alat penghemat BBM yang diberi nama Fuel Economizer and Effecient Technology (FEET).

Menurut Kepala SMK, Tarim, FEET merupakan produk hasil inovasi ulang anak didiknya yang dikembangkan dari produk serupa yang sudah ada dan kemudian disosialisakan. Dia bilang kendaraan bermotor bisa hemat BBM hingga 50 persen jika memakai alat yang sudah diuji emisi oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Karawang itu.

Cara kerja FEET adalah dengan membangkitkan uap Hidrogen, lalu uap bensin cadangan dimasukkan ke katalisator. Ketika pipa katalis terkena panas knalpot, maka uap premium (C8H18) akan diurai menjadi gas Hidrogen (H2), sehingga unsur yang masuk ke dalam ruang bakar bertambah banyak, yakni fuel (bahan bakar), fire (suhu yang sesuai), Oksigen dan Hidogen yang diperoleh dari uap bensin yang dipanaskan oleh katalisator.

Di Surabaya, ada juga yang mengklaim telah menemukan alat penghemat BBM yang dipercaya bisa menyelamatkan uang negara. Sugiharto Tjokro, nama penemu itu, mengaku menggunakan konsep sederhana dan didesain dengan biaya sangat murah.

Alat itu berupa katup penutup yang dipasang di tabung BBM mobil. Kemudian, pasangan lainnya harus dipasang di nozzle di semua SPBU. Apabila sebuah kendaraan telah dipasang alat tersebut maka pemiliknya harus menyesuaikan jenis BBM yang diisikan, apakah Premium atau Pertamax. Sebab ukuran diameter alat itu harus disamakan dengan diameter di nozzle di setiap SPBU di Indonesia.

Agak rumit, memang. Namun, Sugiharto meyakini bahwa alatnya bisa menghindari penyimpangan pemakaian BBM yang bukan peruntukannya sehingga uang negara untuk subsidi BBM bisa diselamatkan. “Kalkulasi kami, ini dapat menghemat hingga Rp 21,9 triliun per tahun yang dikucurkan melalui subsidi BBM,” ujarnya.

Lain halnya dengan teknologi

yang dikembangkan oleh anak-anak muda dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Kendit, Situbondo, Jawa Timur. Mereka lebih memilih teknologi konversi bahan bakar sebagai solusi naiknya harga BBM.

Bahan bakar gas (BBG) dipilih untuk mengganti bensin. Sebuah sepeda motor empat tak “dioprek” sedemikian rupa sehingga tidak lagi menggunakan BBM. Memang, bentuknya terlihat sedikit ganjil karena tabung gas elpiji diletakkan di depan pengemudi, namun motor tersebut dapat berjalan lancar.

Kepala SMKN 1 Kendit Asim mengatakan, kendaraan itu dapat mengirit biaya pengeluaran sampai 80 persen. Perbandingannya, kebutuhan bensin pergi pulang (pp)

Surabaya–Situbondo sekitar 8 liter. Maka, dengan BBG, pengendara hanya membutuhkan satu tabung gas elpiji dengan berat 3 kilogram.

Perbandingan itu, kata Asim, tentu menjadi pertimbangan untuk menyikapi harga BBM yang cukup tinggi seperti saat ini.”Sepeda ini dapat menempuh kecepatan sampai 100 kilometer per jam. Tidak kalah dengan yang menggunakan bahan bakar minyak,” ujarnya.

Untuk penelitian tersebut, imbuhnya, tim konversi SMKN 1 Kendit hanya berbekal modal Rp 1 juta. Hasil dari mesin yang menggunakan teknologi itu juga telah dirasakan petani dan warga sekitar. Hanya dengan biaya Rp 200 ribu, para warga sudah dapat menggunakan teknologi berbahan

istimewa

Page 84: Energy Nusantara - Januari 2015

84 EnErgY nusantara | Januari 2015

SolAR AtAu PREMiuM BiSA diPRoduKSi dARi BAHAN BAKu gAS AlAM BAiK lPg (liQuiEd PEtRolEuM gAS) MAuPuN cBM (coAl BEd MEtHANE). AltERNAtiF BARu

MENgHAPuS SuBSidi BAHAN BAKAR MiNyAK.

Oleh a.e.riyadi

/inovasi

Ditemukan Alat Pembuat bensin dari Coal bed Methane

Fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwa pemerintah selalu dipusingkan dengan jebolnya subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi setiap tahun. Kementerian Keuangan pun meminta Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk lebih serius menjalankan program penghematan subsidi BBM. Impor minyak mentah dan BBM saat ini sudah mencapai Rp 950 ribu barel per hari (bph) dengan rincian BBM sekitar Rp 350 ribu bph dan import minyak mentah Rp 600 ribu bph. Uang yang harus dikeluarkan mencapai US$ 120 juta per hari.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan konsumsi BBM pada Januari 2014 mencapai 1,2 Juta ton, atau US$ 1,3 milyar atau sekitar Rp 15 triliun. Tentu saja situasi ini sangat menghawatirkan, apalagi kita sulit meningkatkan produksi minyak Indonesia. Ini disebabkan oleh sumur-sumur minyak yang sudah tua dan tidak adanya penemuan sumber minyak baru dalam jumlah besar, membuat tren produksi minyak justru turun. Sementara trend konsumsi BBM terus naik.

Turunnya produksi minyak memang berimplikasi panjang. Selain memperkecil penerimaan negara dari sektor migas, kondisi tersebut juga membuat Indonesia terpaksa mengimpor lebih banyak minyak mentah dan BBM untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Harus diakui bahwa seiring dengan tumbuhnya penjualan kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor, upaya untuk menekan konsumsi BBM memang sulit dilakukan. Dalam hal ini, pemerintah juga sudah memulai langkah-langkah untuk mengurangi beban subsidi BBM untuk memperbaiki current account atau transaksi berjalan, yaitu dengan menggalakkan pengunaan biodiesel dan mengembangkan Bahan Bakar Gas sebagai substitusi BBM.

Program Konversi BBM ke BBG

sebenarnya bukan baru. Sejak tahun 2010 Kementrian ESDM sudah memulai inisiatif konversi BBM ke BBG untuk kendaraan angkutan umum. Namun program-program seperti biodiesel maupun konversi BBM ke BBG sampai sekarang masih jauh dari target yang diharapkan.

biodieselDalam pengembangannya,

para produsen biodiesel mendesak pemerintah untuk mengkaji ulang harga tender biodiesel, sebab biodiesel yang dibeli Pertamina ditujukan kepada sektor BBM subsidi dan non-subsidi, di mana semestinya ada perbedaan perlakuan di dalam pembelian harga biodiesel. Pertamina sudah dua kali mengadakan tender, tetapi sulit untuk memenuhi pengadaannya. Padahal, jumlah

istimewa

Page 85: Energy Nusantara - Januari 2015

EnErgy nusantara | Januari 2015 85

biodiesel yang dibutuhkan oleh Pertamina cukup tinggi, mencapai 5,3 juta kl selama dua tahun ini.

Menurut Ali Mundakir, Vice President Communication Pertamina, kendala yang dihadapi adalah formula harga tender sehingga mempersulit pengadaan biodiesel. Pertamina menggunakan patokan harga solar berdasarkan Mid Oil Platts (MOPS) sebagaimana yang diarahkan oleh pemerintah.

Saat ini formula harga tender yang dipakai adalah MOPS minus diferensial selama jangka waktu kontrak produsen biodiesel. Dengan pertimbangan harga MOPS biodiesel selalu di atas MOPS solar seperti yang terjadi di tahun lalu, maka tidak mungkin Pertamina membeli biodiesel sebagai substitusi dari solar kalau harganya jauh lebih mahal. Akibat dari skema harga MOPS yang dipakai Pertamina, maka efek domino pun terjadi. Perusahaan pemegang izin usaha BBM lain seperti Shell mengikuti pola Pertamina yang mengakibatkan posisi produsen biodiesel makin sulit. Paulus Tjakrawan, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonsia (APROBI), menuturkan bahwa harga MOPS yang dipakai Pertamina berada di bawah keekonomisan harga jual biodiesel, yang akibatnya perusahaan produsen biodiesel kurang bersemangat untuk mengikuti tender, karena faktor harga tersebut.

Yang lebih mencemaskan lagi ketika harga CPO sedang naik, yang mana akan berimbas langsung kepada biaya produksi biodiesel. Dengan asumsi harga RBD Palm Oil, produk turunan CPO di level US$ 930 per metrik ton, ditambah dengan bea keluar sekitar US$ 15 per metrik ton sampai ke pabrik Bio Diesel harga RBD Palm Oil sudah sekitar US$ 915 per metrik ton. Bahan baku ini diproses kembali untuk menjadi biodiesel akan menghabiskan biaya US$150 per metrik ton. Dengan demikian, total biaya produksi biodiesel mencapai US $ 1.065 per metric ton, tapi harga MOPS solar dari pertamina sebesar US$ 888 per metrik ton.

Kendala harga inilah yang menjadikan implementasi pengadaan biodiesel masih berada di bawah harapan pemerintah dalam usaha untuk memperbaiki current account atau neraca berjalan.

bbG-CbmRencana penggunaan gas alam sebagai bahan

bakar utama sudah merupakan pilihan yang tepat, mengingat cadangan gas alam yang jauh melebihi dari cadangan minyak bumi, di mana minyak bumi sendiri cadangannya sudah mulai menipis (depleting). Dalam hal ini, tidak ada argumentasi bahwa penggunaan gas alam secara optimal sebagai pengganti BBM akan membantu mengatasi defisit neraca berjalan/current account. Benefit lain dari BBG ini adalah emisi gas buang yang lebih bersih daripada BBM yang berimbas langsung kepada lingkungan hidup.

Program penggunaan gas alam sebagai bahan

bakar untuk transportasi bukanlah program baru, karena sudah dimulai sejak tahun 2010 yang lalu. Tapi, pada kenyataannya, program ini tidak bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan. Yang tidak kalah penting adalah Coal Bed Methane (CBM) yang bisa dikatakan masih belum di-monetisasi, sedangkan cadangannya masih banyak sebagaimana studi yang sudah dilakukan oleh Ditjen Migas bahwa Indonesia memiliki potensi CBM hingga 450 trilliun tcf yang tersebar di 11 cekungan, yakni di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Sebagai contoh di wilayah pertambangan PT Bukit Asam Tbk yang terletak di Tanjung Enim (Sumsel) terdapat CBM sebesar 0,8 trilliun tcf.

Kendala dalam Transformasi bbm ke bbG.

BBG untuk transportasi biasanya dalam bentuk compressed natural gas (CNG), di mana gas alam dikompresi dan disimpan di dalam tabung khusus di kendaraan dengan memasang konverter sehingga kendaraan bisa dual fuel. Apabila CNG-nya habis, kendaraan masih bisa dijalankan dengan menggunakan BBM. Diperlukan SPBG di mana untuk ini diperlukan investasi yang mahal rata-rata Rp 15 milyar per SPBG. Juga diperlukan truk-truk khusus untuk mengangkut CNG ke SPBG yang juga dengan investasi yang cukup mahal pula.

Perusahaan perusahaan pembuat kendaraan bermotor sudah menyatakan bahwa mereka akan mem-void garansinya kalau di kendaraan tersebut dipasang konverter di mesin mobil. Tentu saja ini membuat para pemilik kendaraan sangat enggan untuk memasang konverter di kendaraan mereka dan akan tetap mempergunakan BBM.

Faktor psikologis (psychological factor) juga ikut berperan dalam penggunaan BBG karena para pemilik kendaraan masih merasa takut bahwa kalau terjadi kecelakaan tabung gas CNG akan mudah meledak. Adapun penggunaan CNG untuk para nelayan, di samping dengan tabung khusus yang berat, juga menghadapi kendala-kendala yang sama seperti yang dihadapi kendaraan bermotor.

Solusi Dalam menghadapi kendala-

kendala transformasi dari BBM ke BBG ini diperlukan suatu terobosan teknologi, baik dari segi keekonomisan maupun infrastruktur. Jawabannya adalah memproduksi bensin/solar dengan bahan baku dari gas alam yang juga biasa dikenal dengan Fischer – Tropsch Process. Dalam hal ini gas alam dikonversi menjadi bensin/solar dengan tidak memerlukan penanganan khusus, baik di dalam transportasinya maupun penyimpanannya. Jadi, tidak seperti LNG yang memerlukan penanganan khusus dalam transportasinya maupun penyimpanannya.

Meskipun sudah mengalami perbaikan dalam proses, teknologi berbasis Fischer–Tropsch ini tetap mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu tidak feasible untuk diterapkan dalam skala kecil. Di samping biayanya cukup mahal untuk pembuatan plant, juga diperlukan waktu yang lama untuk pengembalian investasi. Salah satu faktor yang menyebabkan biaya produksi yang mahal disebabkan oleh proses yang harus melalui beberapa tahapan, juga penggunaan katalis-katalis yang selalu diperlukan (consumable).

Sebagai contoh, negara Qatar membangun dua proyek Gas to Liquid Plant yang besar, yaitu Pearl Project, bekerja sama dengan SHELL dengan total project kurang lebih US$ 20 milyar. Estimasi pengembalian investasi antara 10 – 12 tahun. Sedangkan Oryx GTL bekerja sama dengan SASOL dari Afrika Selatan. Kedua proyek ini menggunakan teknologi yang berbasis Fischer – Tropsch.

Automated Gas Treatment Station AGTS-GTL.

“AGTS-GTL adalah satu unit reaktor untuk memproduksi bensin/solar dengan bahan baku gas alam/coal bed methane” dengan State of the Art Technology yang sangat berbeda dengan proses Fischer – Tropsch. AGTS-GTL adalah satu satunya teknologi di dunia untuk memproduksi bensin/solar dengan bahan baku gas alam/Coal Bed

Page 86: Energy Nusantara - Januari 2015

86 EnErgY nusantara | Januari 2015

Methane (CBM) dengan tidak menggunakan catalyst catalyst dalam prosesnya. Di samping gas alam, AGTS-GTL juga dirancang untuk memproduksi bensin/solar dengan bahan baku Associated Gas/Flare Gas, Stranded Gas.

Adapun produk-produk yang dihasilkan oleh AGTS-GTL adalah bensin/solar yang diproduksi dari Ethanol, Formaldihyde, dan Methanol. Produk yang dihasilkan adalah bensin/solar di mana tergantung dari permintaan. Produk-produk ini bisa dibuat dengan standard EURO 5 dengan Oktan 95 dan kadar sulfur kurang dari 15 ppm. Sebagai bahan perbandingan kadar sulfur solar non-subsidi yang dijual di SPBU-SPBU, baik oleh perusahaan-perusahaan asing maupun nasional, mempunyai kadar sulfur sekitar 300ppm atau EURO 3 standar, sehingga bensin/solar yang dihasilkan oleh AGTS-GTL adalah sangat ramah lingkungan.

Bensin/solar yang dihasilkan tidak memerlukan penanganan khusus baik dalam transportasinya maupun dalam penyimpanannya sehingga bisa mempergunakan infrastruktur yang sudah tersedia.

Produk bensin/solar ini bisa dicampurkan (blending) dengan bensin/solar yang ada tanpa adanya limitasi jumlah pencampurannya sehingga bisa dijadikan alternatif untuk biodiesel, tetapi tanpa adanya restriksi persentase di dalam pencampurannya bisa 10%...30%...100%.

Reaktor AGTS-GTL juga bisa dibuat di dalam skala kecil dan compact yang dimaksudkan untuk memproduksi bensin/solar langsung di lapangan dengan bahan baku yang berasal dari

associated gas/flare gas ataupun stranded gas, baik on-shore maupun off-shore. Biaya produksi yang memenuhi nilai keekonomisan cukup tinggi sehingga sangat bisa bersaing dengan bahan bakar minyak impor maupun dengan biodiesel.

Teknologi AGTS-GTL.Teknologi AGTS-GTL untuk memproduksi Gas

Alam/Coal Bed Methane (CBM) menjadi bensin/solar adalah Cutting Edge Technology dan tidak ada duanya di dunia dan sudah mempunyai hak paten internasional.

Adapun teknologi yang berbasis Fischer-Tropsch di dalam prosesnya harus melalui beberapa tahapan dan beberapa macam katalis sehingga menyebabkan biaya produksi dengan tingkat keekonomian yang rendah untuk bersaing dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dihasilkan dari Crude Oil.

Dalam hal ini teknologi AGTS-GTL sangat berbeda dengan teknologi yang berbasis Fischer-Tropsch yaitu dengan melalui Reactor Oksidasi Gas Homogen (Homogenous Gas Oxidation Reactor).

Sudah sangat dikenal bahwa para ilmuwan telah sukses dengan experimen-eksperimen mereka di dalam bidang ini dibawah supervisi dari pemenang hadiah Nobel yaitu Semenov N.N. Reactor AGTS-GTL dibuat dengan partisipasi dari lembaga-lembaga riset kelas dunia yaitu :• Semenov N.N Institute of

Chemical Physics• The Institute of Chemical Physics

Problems of the Russian Academy of Science

• Ivanovo State University of Chemical Technology

• Moscow Institute of Chemical Machine Building

• GIAP (State Institute of Nitrogen Industry)

• Gubkin Russian State University of Oil and Gas

• Kelalysh Institute of Applied Mathematics

• Ivanovo State Power University

Reaktor AGTS-GTL ini dibuat dan dirakit oleh perusahaan induk dari Russian Aviation and Space Agency.

Implementasi PT SAMUDERA sudah menanda

tangani MoU (Memorandum Of Understanding) di Moscow dengan pemegang Hak Paten AGTS -GTL yaitu Perusahaan Publik Joint Stock Company ”GTL” untuk mendirikan satu perusahaan joint venture. Pada tahap awal, sebagai pilot project akan dibangun reaktor AGTS-GTL untuk memproduksi bensin/solar dengan bahan baku Gas Alam atau Coal Bed Methane dengan kapasitas kecil yaitu dengan kapasitas produksi 900 Ton atau 1.000.000.liter per bulan dengan

bahan baku sekitar 90.000.mmBtu per bulan.

Prospek AGTS-GTLIndonesia masih mempunyai

sumber gas alam yang masih besar tetapi belum mempunyai infrastruktur yang memadai, juga cadangan Coal Bed Methane (CBM) yang belum dimonetisasi. Di samping itu banyak Flare Gas dan Stranded Gas yang tersebar di-mana mana, sehingga membuat kami yakin bahwa technology AGTS-GTL dengan fleksibilitas dan nilai ke-ekonomiannya yang tinggi akan menjadi satu solusi yang tepat untuk mengoptimalisasi nilai keekonomian bahan-bahan baku yang tersedia.

Perlu dicatat di sini, bahwa menurut data Satelite dari World Bank untuk tahun 2012 jumlah Flare Gas yang di bakar dengan percuma di Indonesia kurang lebih 3,6 milyard M3, kalau Associted Gas yang di bakar ini di jadikan bahan baku untuk memproduksi bensin/solar dengan reaktor AGTS-GTL ini setara dengan US$ 1,6 milyard, belum termasuk kerusakan lingkungan hidup yang di akibatkan oleh pembakaran ini.

Seiring dengan rencana kami dalam mendirikan perusahaan Joint Venture ini, kami juga akan menjalin kerja sama dengan Lembaga-Lembaga Riset yang ada untuk mengembangkan Teknologi AGTS-GTL khusus untuk memproses Gas Alam dari Pulau Natuna dengan kandungan CO2 yang tinggi yakni sekitar 70% tanpa harus menyuntikkan kandungan CO2 tersebut kembali ke dalam bumi yang akan membuat production cost sangat tinggi.

Adapun rencana kami adalah mengkonversi kandungan CO2-nya menjadi Methanol dan di konversi lagi untuk menjadi bahan bakar sehingga kandungan CO2 yang demikian besar akan menjadi valuable commodity bukannya menjadi masalah besar yang memberatkan. /en

/inovasi

istimewa

86 EnErgY nusantara | Januari 2015

Page 87: Energy Nusantara - Januari 2015

monex

Page 88: Energy Nusantara - Januari 2015

medco