emulsifikasi lia.doc

31
KESTABILAN EMULSI BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam bidang farmasi dikenal sediaan suspensi dan emulsi diantara sediaan-sediaan lainnya, eperti tablet dan injeki. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat terdispersi dalam cairn pembawa, distabilkan dengan zat-zat pengemuli atau surfaktan yang cocok, sedangkan suspensi merupakan bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Banyak bahan obat yang mem[unyai rasa dan susunan yang tidak baik, yang dapat dibuat lebih sempurna dri sebelumnya dengan memformulasikan menjadi emuli. Sedangkan bentuk suspeni dapat diberikan dalam bentuk suspensi obat mata yang harus terdispersi dalam bentuk yang sangat halus. NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF 15020120364

Upload: nur-liati-iskandar

Post on 19-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KESTABILAN EMULSI

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam bidang farmasi dikenal sediaan suspensi dan emulsi

diantara sediaan-sediaan lainnya, eperti tablet dan injeki. Emulsi

merupakan sediaan yang mengandung bahan obat terdispersi dalam

cairn pembawa, distabilkan dengan zat-zat pengemuli atau surfaktan

yang cocok, sedangkan suspensi merupakan bahan obat padat dalam

bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.

Banyak bahan obat yang mem[unyai rasa dan susunan yang

tidak baik, yang dapat dibuat lebih sempurna dri sebelumnya dengan

memformulasikan menjadi emuli. Sedangkan bentuk suspeni dapat

diberikan dalam bentuk suspensi obat mata yang harus terdispersi

dalam bentuk yang sangat halus.

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua fase yang

bercampur, biasanya air dan lemak, dimana cairan zat, terdispersi

menjadi butir-butir dalam cairan yang lainnya.

Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator itu merupakan

faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu

emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu

emulgator yang aktif permukaan atau yang lebih baik dikenal dengan

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

nama surfaktan. Secara kimia, molekul surfaktan terdiri atas gugus polar

dan non polar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam system yang

terdiri atas air dan minyak maka gugus polar akan mengarah ke fase air

sedangkan gugus non polar akan terarah ke arah minyak.

Umumnya masing-masing zat pengemulsi mempunyai satu bagian

hidrofilik dan satu bagian lipofilik dengan salah satu di antaranya lebih

atau kurang dominan dalam mempengaruhi pembentukan emulsi. Suatu

emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika fase dalam suatu fase

terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari

bulatan-bulatan, jika agregat naik ke permukaan atau turun ke dasar

emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan yang pekat dari fase

dalam.

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil karena adanya

energi bebas permukaan yang besar.

I.2 Tujuan

1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan

dalam pembuatan emulsi

2. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan

3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi

4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan

emulasi

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

I.3 Prinsip Percobaan

Pembuatan emulsi dengan menggunakan suatu emulgator ionik

yaitu tween 80 dan span 80 dengan variasi HLB butuh minyak parafin

dan melihat kestabilan suatu emulsi dengan cara penyimpanan dan

dilihat mana variasi HLB yang paling stabil.

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi dari bulatan-bulatan

kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa, yang tidak

bercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase

dalam dan disperse sebagai fase luar atau fase kontinyu. Emulsi yang

mempunyai fase dalam minyak dan fae luar air disebut emulsi minyak

dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “M/A”. Sebaliknya

emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut

emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai “A/M”. Karena fase luar dari

emulsi bersifat kontinyu suatu emulsi minyak dalam air atau suatu

preparat dalam air (Ansel,1989).

Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil karena adanya energi

bebas permukaan yang besar. Hal ini terjadi karena pada proses

pembuatannya luas permukaan salah satu fase akan bertambah berkali-

kali lipat. Sistem tersebut akan selalu berusaha untuk memantapkan diri

agar energi bebas bisa menjadi nol yaitu dengan cara penggabungan

globul (Kosman, 2005).

Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu

(Syamsuni,2007):

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat

dalam emulsi,terdiri atas:

a. Fase dispers/ fase internal/ fase dikontinu/ fase terdispersi/ fase

dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di

dalam zat cair lain.

b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat

cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan

pendukung) emulsi tersebut.

c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk

menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering

ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih

baik. Misalnya carrigan saporis, adaris, colouria, pengawet

(preservative) dan antioksidant.

Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A di mana

tetes minyak terdispersi ke dalam fase air, dan tipe A/M di mana fase

interen adalah air dan fase eksteren adalah minyak. Fase interen disebut

pula fase dispers atau fase disontinu (Anief,1993).

Penggunaan emulsi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu emulsi

untuk pemakaian dalam dan emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi untuk

pemakaian dalam meliputi per oral atau pada injeksi intervena yang

untuk pemakaian luar digunakan pada kulit atau membrane mukosa

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

yaitu linimen, losion, krim dan salep. Emulsi untuk penggunaan oral

biasanya mempunyai tipe M/A (Anief,1993).

Tidak ada teori emulsifikasi yang umum karena emulsi dapat dibuat

dengan menggunakan beberapa tipe zat pengemulsi yang masing-masing

berbeda bergantung pada cara kerjanya dengan prinsip yang berbeda

untuk mencapai suatu produk yang stabil (Ansel,1989).

Hampir secara umum dapat diterima bahwa istilah emulsi harus dibatasi

pada system cairan dalam cairan. Secara normal emulsi dibentuk oleh

pencampuran dua cairan yang tidak saling bercampur. Tipe yang paling umum

dari emulsi Farmasi dan emulsi kosmetik terdiri dari air sebagai salah satu fase

dan minyak atau lemak sebagai fase yang lainnya. Jika tetesan minyak

didispersikan di dalam suatu fase air kontinu, emulsi tersebut merupakan tipe

minyak dalam air (M/A), jiaka minyak merupakan fase kontinu, emulsi tersebut

merupakan tipe air dalam minyak (A/M). Perubahan tipe minyak ini disebut

inversi. ( Voigt, 1995 )

Diantara zat pengemulsi dan zat penstabil untuk sistem farmasi

adalah sebagai berikut :

a. Bahan-bahan karbohidrat seperti zat-zat yang terjadi secara alami,

akasia (gom), tragakan , agar krondus dan pektin.

b. Zat-zat protein, seperti gelatin, kuning telur dan kasein.

c. Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti steril alkohol, setil alkohol

dan gliseril monostearat.

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

d. Zat-zat pembadah, yang bias bersifat kationik, anionik, nonionik. Zat-

zat ini mengandung gugus hidrofilik dari molekul menyebabkan

aktivitas dari moekul tersebut (James,1986).

Keseimbangan lipofil dan hidrofil dalam molekul suatu surfaktan

menentukan arah letak lapisan film. Jika digantikan surfaktan dengan

harga HLB 3-6 lapisan akan lebih tertarik kedalam fase minyak

membentuk emulsi tipe A/M. Jika digunakan HLB 8-18 lapisan film akan

lebih tertarik kedalam fase air membentuk emulsi tipe M/A. Jadi kegunaan

HLB tertentu yaitu menghitung jumlah HLB (Anief,1997).

Sifat lapisan antar muka sangan penting dalam emulsi secara

ekperimen, pengujian lapian tersebut tersebut secara langsung pada

antar muka minyak dan air itu sulit (Anief,1997).

Zat pengemulsi dapat dibagi menjadi 3 sebagai berikut :

a. Zat yang aktif pada permukaan yang terabsorbsi pada antarmuka

minyak air membentuk lapisan monomolekuler dan mengurangi

tegangan antarmuka.

b. Koloida hidrofilik, yang membentuk lapisan multimolekuler sekitar

tetesan-tetesan terdispersi dari minyak dalam suatu emulsi.

c. Partikel-partikel padat yang terbagi halus, yang diabsorbsi pada batas

antarmuka dua fase cair yang tidak tercampur dan membentuk suatu

lapisan partikel disekitar bola-bola terdispersi (Alfred,1993).

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

Dispersi halus dari minyak dan air memerlukan daerah kontak

antar muka yang luas dan untuk memproduksi hal ini memerlukan

sejumlah kerja sama dengan hasil kali dari tegangan permukaan dan

perubahan luas. Berbicara secara termodinamika, kerja ini adalah energi

bebas antar muka yang tinggi cenderung untuk mengurangi daerah

permukaan. Pertama dengan menyebabkan tetesan tidak dianggap

sebagai suatu bentuk bulat (luas permukaan minimum) untuk volume

tertentu , dan kemudian menyebabkan tetesan trsebut tergabung (dengan

hasil menurut dalam jumlah tetesan) ini adalah alas an memasukan kata-

kata “tidak stabil secara termodinamika” dalam defenisi klasik dari emulsi

buram(Lachman,1989).

Emulgator adalah bahan pengemulsi atau bahan aktif permukaan

yang mengurangi tegangan permukaan dan memiliki bentuk yang sama

melekat pada permukaan sehingga globul terdispersi. Secara operasional

sebagai suatu penstabil bentuk tetesan dari suatu fase dalam.

Berdasarkan strukturnya pengemulsi bia digambarkan sebagai nucleus

yang terdiri dari bagian hidrofilik dan hidrofobik (Lachman,1989).

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling

penting agar memperoleh emulsa yang baik atau stabil. Semua emulgator

bekerja dengan membentuk lapisan di sekeliling butir-butir tetesan yang

terdispersi dan lapisan ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua

macam tipe M/A dan tipe A/M (Moh. Anief, 1987).

Zat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan 3

mekanisme :

1. Mengurangi tegangan antar muka- stabilisasi termodinamis.

2. Pembentukan suatu lapisan antar muka yang kaku- pembatas

mekanik untuk penggabungan.

3. Pembentukan lapisan listrik rangkap- penghalang elektrik untuk

mendekati pertikel (Lachman,1989).

Emulsi yang stabil harus mengandung paling sedikit 3

komponen fase terdispersi, medium pendispersi dan bahan pengemulsi.

Satu dari dua cairan yang tidak tercampur adalah air dan kedua adalah

minyak. Apakah air atau minyak yang menjadi fase pendispersi

tergantung dari bahan pengemulsi yang digunakan dan jumlah relatif dari

dua fase cair. Itulah sebabnya emulsi dimana minyak terdispersi dalam

tetesan secara keseluruhan disebut tipe emulsi air dala minyak dalam air

(O/W). Emulsi lotion dan cream O/W atau W/O tergantung dari

penggunaanya. Mentega dan cream salad adalah emulsi air dalam

minyak (W/O). Sehingga disebut multiple emulsi yang mengembang

dengan melepaskan bahan aktif. Dalam tipe ini ada 3 fesa emulsi minyak

dalam air dalam minyak (O/W/O). Dalam hal ini emulsi dalam emulsi

beberapa obat (James,1986).

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang

besarnya tidak sama. Harga keseimbangan ini dikenal dengan istilah

“HLB” (Hydrophyl Lipophyl Balance), yaitu angka yang menunjukkan

perbandingan antara kelompok hidrofil dengan kelompok Lipofil.

Semakin besar harga HLB, berarti semakin banyak kelompok yang suka

air, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air, dan demikian

sebaliknya (Syamsuni, 2007).

Proses dispersi saling tercampurkan dalam zat uji kedalam

dispersinya sebagai tetesan satu cairan lainnya, antar muka 2 cairan

harus saling menggangu dan diganggu sebagai suatu sari atau benang.

Salah satu cairan yang saling ke dalam 2 cairan atau sebaliknya benang-

benang ini tidak stabil dan menjadi rintangan globul. Globul-globul ini

terpisah , tergantung dari kecepatan pengadukan tetesan yang besar juga

(Alfred,1993).

Tegangan antar muka, walaupun pengurangan tegangan

permukaan menurutnya energi bebas antar muka yang dihasilkan pada

dispersi, peranan zat pengemulsi sebagai pembatas antar muka adalah

yang paling penting. Ini dapat dilihat dengan jelas bila seseorang

memperhatikan bahwa banyak polimer dan padatan yang terbagi halus,

tidak efisien dalam menurutnya tegangan antar muka, membentuk

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

pembatas antar muka yang baik sekali, bertindak untuk mencegah

penggabungan dan berguna sebagai zat pengemulsi (Anief,1997).

Lapisan antar muka, pembentukan lapisan oleh suatu pengemulsi

pada permukaan tetesan air atau minyak telah dipelajari secara terperinci.

Pengertian dari suatu lapisan tipis monomolecular yang terarah dari zat

pengemulsi tersebut pada permukaan fase dalam dari suatu emulsi,

adalah dasar yang penting untuk mengerti sebagian hasil teori

emulsifikasi. Skema dalam gambar 17-1 melukiskan bagaimana zat

pengemulsi dianggap mengelilingi tetesan fase dalam (Anief,1997).

Penolakan elektrik, baru saja digambarkan bagaimana lapisan

antar muka atau kristal cair melar mengubah laju penggabungan tetesan

dengan bertindak sebagai pembatas, disamping itu lapisan yang sama

atau serupa dapat menghasilkan gaya listrik tolak antara tetesan yang

mendekat. Penolakan ini disebabkan oleh suatu lapisan listrik rangkap,

yang dapat timbul dari gugus bermuatan listrik yang mengarang pada

permukaan bola-bola (James,1986).

Ada dua alternative dasar untuk menciptakan keadaan buram yakni

emulsi, dengan penampilan seperti susu. Dispersi seperti itu dapat dibentuk dan

distabilkan dengan merendahkan tegangan antar muka dan atau mencegah

gabungan tetesan. Menurut teori emulsi klasik zat aktif permukaan mampu

menampilkan kedua tujuan tersebut mengurangi tegangan antar muka. Zat- zat

tersebut mengurangi tegangan antar muka dan juga bertindak sebagai penghalang

penggabungan tetesan karena zat- zat tersebut diabsorpsi pada antar muka, atau

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

lebih tepat, pada permukaan tetesan yang tersuspensi. Zat pengemulsi

mengemudahkan pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme, yaitu ( Lachman,

1994 ). :

1. Mengurangi tegangan antar muka stabilisasi termnodinamis.

2. Pembentukan suatu lapisan antar muka yang kaku pada pembuatan mekanik

untuk penggabungan.

3. Pembuatan lapisan listrik rangkap penghalang elektrik untuk mendekati

partikel- partikel.

Emulsi adalah suatu system yang tidak stabil karena adanya energi bebas

permukaan yang besar. Hal ini terjadi karena pada proses pembuatannya, luas

permukaan salah satu fase akan bertambah berkali- kali lipat. System tersebut

akan selalu beruasaha memantapkan diri agar energi bebas bias menjadi nol yaitu

dengan cara penggabungan globul. Berdasarkan hal tersebut diatas dikenal

beberapa fenomena ketidakstabilan emulsi yaitu ( Lachman, 1994 ). :

1. flokulasi dan creaming

Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh

adanya energi bebas permukaan saja. Flokulasi adalah terjadinya kelompok-

kelompok globul yang letaknya tidak beraturan didalam suatu emulsi. Creaming

adalah terjadinya lapisan- lapisan dengan konsentrasi yang berbeda- beda

didalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat berada di

sebelah atas atau disebelah bawah tergantung dari bobot jenis fase yang

terdispersikan.

2. Koelesan dan demulsifikasi.

Fenomena ini terjadi bukan semata- mata karena energi bebas permukaan tetapi

juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan. Koelesan

adalah terjadinya penggabungan globul- globul menjadi lebih besar, sedangkan

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

demulsifikasi adalah merupakan proses lebih lanjut dari pada koelesan dimana

kedua fase terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Kedua

fenomena ini tidak dapat diperbaiki kembali dengan pengocokan.

Dalam hal emulsi farmasi, creaming mengakibatkan ketidakrataan

dari distribusi obat dan tanpa pengocokan yang sempurna sebelum

digunakan, berakibat pemberian dosis yang berbeda. Tentunya bentuk

penampilan dari suatu emulsi dipengaruhi oleh creaming, dan ini benar-

benar merupakan suatu masalah nyata bagi pembuatannya jika terjadi

pemisahan dari fase dalam (Martin, 1993).

II.2 Uraian Bahan

1. Air Suling (Ditjen POM, 1979 : 96)

Nama Resmi : Aqua destillata

Nama Lain : Air Suling

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai Pelarut

2. Parafin Cair (Ditjen POM, 1979 : 474)

Nama resmi : Paraffinum Liquidum

Sinonim : Parafin cair

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

Pemerian : Cairan kental transparan, tidak berfluoresensi, tidak

berwarna, hamper tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)P,

larut dalam kloroform P, dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai Sampel

3. Polysorbatum 80 (Dirjen POM, 1979 : 509)

Nama resmi : Polysorbatum 80

Nama lain : Polisorbat 80, tween

Pemerian : Cairan kental seperti minyak; jernih; kuning; bau asam

lemak, khas.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dalam etil

asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam

parafin cair P dan dalam biji kapas P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel dan surfaktan

4. Span 80 (FI III: hal. 509)

Nama Resmi : Polisorbatum 80

Nama Lain : Polisorbat 80

Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol 95 % dan dalam

metanol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

Kegunaan : Sebagain surfaktan

II.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2013)

1. Hitung jumlah tween dan span yng dibutuhkan untuk masing-

masing harga HLB butuh.

2. Timbang masing-masing parafin, air, tween dan span sejumlah

yang dibutuhkan.

3. Campurkan parafin dan span dan air dengan tween, lalu panakan

di atas penangas air sampai suhu 60C.

4. Tambahkan campuran paraffin ke dalam campuran air dan segera

di aduk dengan mixer dengan kecepatan dan waktu yang sama.

5. Masukkan ke dalam gelas ukur dan beri label untuk masing-masing

HLB.

6. Amati kestabilan selama 1 minggu dengan stress condition

7. Catat pada harga HLB berapa emulsi relative paling stabil.

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat yang digunakan

Alat yang digunakan yaitu Batang pengaduk, Cawan petri,

Erlenmeyer, Gelas ukur, Gelas Arloji, Mixer, dan Thermometer,

Timbangan.

III.1.2 Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan yaitu Aquadest, Paraffin cair, dan Tween

80 dan Span 80.

III.2 Cara Kerja

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Pengamatan

IV.2 Pembahasan

Emulsi merupakan suatu system yang secara termodinamika tidak

stabil, terdiri dari paling sedikit dua fase sebagaia globul-globul dalam fase

cair yang lainnya yang distabilkan oleh emulgator.

Mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator

yang digunakan, mekanisme kerja dari emulgator adalah menurunkan

tegangan antar permukaan, air dan minyak serta membentuk lapisan film

pada permukaan globul-globul fase pendispersi.

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang

sangat penting karena mutu dan kestabilan emulsi banyak dipengaruhi oleh

emulgator yang digunakan. Dalam hal ini, span 60 merupakan emulgator fase

minyak dengan HLB 4,7 dan tween-60 sebagai emulgator fase air dengan

harga HLB yaitu 15. Adapun HLB butuh dari parafin yang digunakan yaitu 10,

11, 12, 13. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan dianatara

permukaan cairan dan minyak serta membentuk lapisan tipis pada

permukaan fase terdispersinya.

Suatu emulsi terdiri dari fase minyak dan fase air, di dalam percobaan

ini, yang menjadi fase minyak adalah span-60 dan parafin, dan yang menjadi

fase air adalah tween – 80 dan air. Dalam percobaan, span-60 dimasukkan

ke dalam minyak karena bersifat liporfil. Sedangkan tween-80 dimasukkan

dalam air karena bersifat Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu emulsi dibagi 2

golongan yaitu emulsi untuk pemakaian dalam dan emulsi pada pemakaian

luar. Emulsi untuk pemakaian dalam meliputi perorang atau injeksi intra ena

dan untuk pemakaian luar di gunakan pada kulit atau membran mukosa yaitu

liniment, letien, krim salep. Emulsi untuk penggunaan dalam atau oral

biasanya mempunyai M/A. hidrofil.

Faktor yang menyebabkan emulsi tidak stabil adalah pada saat

pemanasan, suhu yang tercapai tidak optimum dan proses pemanasan yang

tidak bersamaan antara fase minyak dan fase air.

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

V.2 Saran

Sebaiknya para praktikan ketika melakukan praktikum saling membagi tugas.

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364

KESTABILAN EMULSI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”. UMI., Makassar

Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Kosman Rahmat, 2005. Farmasi Fisika, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indodnesia. Makassar.

Lachman Leon, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga, Penerbit Universitas Indonesia-Press. Jakarta.

Martin, dkk. 1993. Farmasi Fisika, Gadja Mada University Press. Yogyakarta.

Parrot, Eugeonel L. Ph. D. 1971. Pharmeceutical Technology BurgessPublishing Company.

Lowa.

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press. Yogyakarta.

Anief, M, 1987, “ Ilmu Meracik Obat ”, Gajah Mada University Press, Yokyakarta

Ansel, Howard., 1989., “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”., UI Press., Jakarta

Effendi, Nurmaya., 2007., “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”., UMI., Makassar

NURLIATI BUDI PRASETIA RUMAF15020120364