empowering entrepreneur money &i - bpr lestari
TRANSCRIPT
Money&IEMPOWERING ENTREPRENEUR
Money&I MagazIneISSN: 2087-5975
Rp. 32.500WWW.MONEYINSIGHT.COM
MONTHLY MAGAZINE
Vol. 87 MEI - JUNI ’17
Kisah KlasikRendyPandugo
Interview With
“Tawaran manggung sepi, saya
kemudian aktif di SoundCloud,
justru dari sini semuanya
berubah, dari tawaran yang
kembali datang, membawakan
soundtrack film sampai akhirnya di kontrak label.”
PERJALANAN SUKSES
PANDA EXPRESS
Bisnis kuliner keluarga
yang berkembang hampir
mencapai 2000 gerai di
seluruh dunia
INTERMEZZO
5 hal yang harus di
perhatikan ketika
mengakuisisi
sebuah bisnis
ENTREPRENEUR
H. romDONI
Dari nimba air keliling,
kini jadi importir
dengan berbagai
sektor bisnis
CASTLE KAOS LUKIS
Inovasi batik konvensional
Semangat anak-anak muda Jogja melakukan inovasi pada batik konvensional, dari beruji coba dengan kaos sebanyak 8 biji, hingga launching di New York City
Kisah KlasikRendyPandugo
PERJALANAN SUKSES
PANDA EXPRESS
Bisnis kuliner keluarga
yang berkembang hampir
mencapai 2000 gerai di
seluruh dunia
PERJALANAN SUKSES
PANDA EXPRESS
Bisnis kuliner keluarga
yang berkembang hampir
mencapai 2000 gerai di
seluruh dunia
Interview With
Interview With
EMPOWERING ENTREPRENEUR
INTERMEZZO
5 hal yang harus di
perhatikan ketika
mengakuisisi
sebuah bisnis
ENTREPRENEUR
H. romDONI
Dari nimba air keliling,
kini jadi importir
dengan berbagai
sektor bisnis
CASTLE KAOS LUKIS
Inovasi batik konvensional
Semangat anak-anak muda Jogja melakukan inovasi pada batik konvensional, dari beruji coba dengan kaos sebanyak 8 biji, hingga launching di New York City
“Tawaran manggung sepi, saya
kemudian aktif di SoundCloud,
justru dari sini semuanya
berubah, dari tawaran yang
kembali datang, membawakan
soundtrack film sampai akhirnya di kontrak label.”
2 Vol. 87 | May - Jun 2017
3Vol. 87 | May - Jun 2017
4 Vol. 87 | May - Jun 2017
FROM THE EDITORArif Rahmanwww.startupjournal.id
Mukidi dan Keong Racun
Di Dusun Jambon Jawa Tengah,
hidup seorang petani yang
sekaligus master roasting
kopi. Pria berusia 42 tahun
ini, rata-rata menjual kopinya 1 kilo
perhari. Namun sejak bulan Agustus 2016,
situasinya perlahan berubah, tiba-tiba
penjualan kopinya meningkat, dan nggak
tanggung-tanggung, hingga 10-15 kilo
per harinya. Padahal, ia sama sekali tidak
melakukan sesuatu yang berbeda untuk
penjualan kopinya, tidak dengan beriklan,
tidak dengan merubah cita rasanya, dan
tidak dengan strategi apapun. Satu hal
yang mungkin patut disyukuri oleh petani
tersebut adalah, karena ia menggunakan
namanya sebagai merek untuk usaha
kopinya. Dan petani tersebut, terlahir
dengan nama Mukidi.
Entah bagaimana ceritanya, nama Mukidi
tiba-tiba populer. Pak Mukidi si petani,
tak pula menyangka namanya menjadi
hoki untuk usaha kopinya tersebut. Kisah
Mukidi, dimulai pada bulan Agustus 2016
lalu, tiba-tiba populer, menjadi trending
topic dan bahan lelucon, bukan hanya di
sosial media, namun juga dibahas oleh
televisi nasional, bahkan diperbincangkan
oleh para politisi dan pengamat.
Mukidi menjadi fenomena. Tokoh rekaan
ini pertama kali dibuat oleh Soetantyo
Moechlas pada tahun 1990-an. Namun
ketika itu, Mukidi tak lantas menjadi
bintang, namanya tak lebih dari coretan
imajinasi si pembuat karya. Namun tiba-
tiba, entah darimana awalnya, Mukidi
tiba-tiba populer. Dan bukan oleh si
pencipta, tapi netizen kreatif-lah yang
menjadi dalang dibalik kepopuleran
Mukidi. Bahkan pada bulan kemunculan-
nya, kata ‘Mukidi’ di cuit sebanyak lebih
dari 26 ribu kali (BBC.com).
Mereka melekatkan nama Mukidi di
banyak cerita-cerita lucu yang nggak ada
kaitannya dengan si pembuat Mukidi.
Orang menyukainya, tergelak,
dan membaginya kembali melalui
saluran media sosial pada grup
yang berbeda. Hal yang sama
terjadi pada lagu Keong Racun,
lagu ini sudah dirilis pada tahun
2006, penyanyi perdananya adalah
Lissa. Namun lagu ini tak lantas
populer, selang 4 tahun kemudian
lagu ini kemudian mewabah ketika
Shinta dan Jojo membawakannya
secara lipsinc melalui channel
YouTube.
Kopi Pak Mukidi dan lagu Keong
Racun, adalah contoh popularitas
yang muncul karena stimulasi
internet, inilah biang keladinya.
Bagaimanapun, hal ini tidak akan
menjadi fenomena ketika internet
tak berlaku masif seperti sekarang.
Dan sebagaimana perubahan
lainnya yang juga berevolusi,
internet juga mengubah industri
hiburan dengan telak. Lagu, musik,
buku dan film mendapat efek
dramatis dari demakratisasi era
teknologi ini, mematikan lagu-
5Vol. 87 | May - Jun 2017
Money & I Magazine is published monthly by PT. Literatur Negeri, Jalan Dewi Madri III, Bali, Indonesia. Tel: +62 821 4402 1868. No part of
this publication may be reproduced or transmitted in any form or by any means, electronic or mechanical, including photocopy, recording or any
information storage or retrieval system without permission in writing from PT. Literatur Negeri. While the editors do their utmost to verify information
published, they do not accept responsibility for its absolute accuracy; Editorial & Advertising E-mail: [email protected]. Tel: +62 821
4402 1868.
PUBLISHER
PT Literatur Negeri
EDITORIAL BOARD
Alex P. Chandra
EDITOR IN CHIEf &
HEAD Of CONTENS
Arif Rahman
EDITOR
Khoirur Rozy I Jakarta
Nur Hakim I Jakarta
Cucuk Espe I Jatim
Angga Wijaya I Bali
COMMUNITY
Alifya Putri
COMMUNICATION
OffICER
Kadek Pebriyanti
DESIGN & ART WORKING
Ida Bagus Baruna Luhur
Sahal Putra
MONEY&I MAGAZINE
Akubank School
Jl. Dewi Madri III
Denpasar - Bali
T. +62 823 3996 [email protected]
www.the-mni.com
for advertising enquiries please
send an email to :
Indah Kencana Putri
M. 0823 3996 4020
Desak Putu Widyawati
M. 0823 4112 7767
DISTRIBUTION SUPPORTAdi Setiawan
M. 081 337 666 430
for transfers and payments :
PT Literatur Negeri
BCA KCP Teuku Umar Denpasar
7680391216
Confirm / Info about transfer &
payment to :
Eka Putri Widyasari
M. 0878 6151 1609
@MNImagz
Money&I Magazine
@moneyandimagz
COVERFoto oleh IB Baruna Luhur
Desain oleh Sahal Putra
lagu hit, meredam blockbuster dan hegemoni produsen besar.
Dan saat ini, sejumlah bintang baru-pun bermunculan dengan
cara-caranya sendiri, Rendy Pandugo adalah salah satu artis
yang lahir dari produk digital, jika saja tak ada SoundCloud
yang melambungkan namanya, ia mungkin masih berjibaku
resah menanti tawaran manggung yang tak kunjung datang
sebagaimana ia alami. Namun sosial media merubah banyak
hal, bukan hanya Rendy, namun ratusan bahkan ribuan orang
mulai memanfaatkan-nya untuk terlihat di entertainment
industry.
Inilah fenomena yang menjadi topik dalam Special feature
kali ini, bagaimana internet memelintir para pemain lama yang
raksasa. Kami juga melengkapinya dengan wawancara eksklusif
dengan Rendy Pandugo yang menceritakan perjalanannya dari
bukan siapa-siapa, menjadi musisi yang kini di gaet Sony musik.
Mudah-mudahan bermanfaat dan selamat membaca.
Jabat Erat,
Arif Rahman
6 Vol. 87 | May - Jun 2017
Also In this edition
04 From the Editor
08 Like On Facebook
10 Notes From a Friend
Pemimpin itu Menetapkan
Strategi
12 Insight
Creator Confidence
40 Intermezzo
5 Hal Yang Harus
Diperhatikan Jika
Mengakusisi Sebuah Bisnis
42 Movie Review
L I O N
48 Book Review
52 Corporate News
Perawatan Kulit Secara
Holistik dengan Biaya
Terjangkau
56Tadashi Yanai
Bertahun-tahun ia
menyandang predikat
sebagai orang terkaya
di Jepang, bisnisnya
pun bukan dari sektor
teknologi atau keuangan,
tapi dari berjualan pakaian
pria. Ikuti ceritanya di
rubrik front Of Mind.
50H. Romdoni
Terlahir miskin bukanlah
pilihannya, yang memaksa
dirinya untuk menjadi
penimba air untuk
tetangga sebagai usaha
menyambung hidup. Kini
ceritanya berbeda, kisah
titik baliknya tersaji di
rubrik Entrepreneur.
44Roma
Penuh romansa, drama dan
catatan sejarah yang heroik,
inilah yang menggambarkan
salah satu kota tertua dunia
Roma. Putri, kontributor
kami membawa oleh-oleh
catatan perjalanannya dari
Italia di rubrik Travellers Note
CONTENTS
Interview With Rendy Pandugo
Tak banyak bicara, tapi ia bisa berubah ketika tampil diatas panggung, suaranya yang
kerap disamakan dengan John Mayer, mampu membius para penggemarnya. Inilah
sosok Rendy Pandugo, penghobi musik yang nyaris banting setir menjadi karyawan
karena sepinya tawaran manggung, tapi siapa sangka, lagu-lagu yang ia perdengarkan
melalui jejaring sosial, kemudian merubah jalan hidupnya, disini kisahnya kami sajikan.
Special FeatureMembenamkan Radio Stars 2616
7Vol. 87 | May - Jun 2017
CONTRIBUTORS
Alex P ChAndrA
Chairman Lestari Group
Memulai karir sebagai profesional banker
di BCA selama 8 tahun sebelum akhirnya
memutuskan untuk mendirikan bisnisnya
sendiri BPR Lestari, perusahaan yang
dibawanya menjadi BPR terbesar di Bali dalam
waktu 5 tahun.
YuswohAdY
Marketing Consultant
Penulis 40 buku mengenai pemasaran.
Pernah bekerja selama 12 tahun di MarkPlus
Inc dengan posisi terakhir sebagai Chief
Executive. Di bidang keorganisasian Yuswohady
pernah menjadi Sekjen Indonesia Marketing
Association (IMA).
Ben ABAdi
Business Coach
Menciptakan seseorang untuk menjadi
miliuner & pebisnis. Penulis buku laris yang
sudah melatih lebih dari 200 pengusaha
dan pemimpin dari ribuan sales. Misinya
menciptakan miliader melalui training yang
inovatif
PriBAdi Budiono
CEO BPR Lestari
Ulasannya erat terkait dengan kepemimpinan
yang banyak di adopsi dari sejumlah pemikir
besar. Memberikan alternatif solusi pada
permasalahan yang kerap dihadapi bangsa ini
khususnya yang ada di Bali.
suzAnA ChAndrA
Managing Director Kampoeng Villa
Smart Family adalah rubrik yang diasuh. Wanita
yang pernah menimba pengalaman hidup
di Australia ini dengan lugas memaparkan
bagaimana kiat cerdik untuk mengelola
investasi khususnya di bidang properti.
Castle Kaos Lukis
Nyaris layaknya batik, seperti itulah proses
pembuatannya, dengan media kaos, berbagai
pattern pun diaplikasikan, hasilnya adalah kaos
lukis yang unik dengan motif-motif batik yang
nyeni. Simak bagaimana mereka melakukannya,
dari yang tadinya produksi cuma 8 biji, sampai
bisa launching di New York City.
62
From Contributor
10 Notes From a Friend - Pemimpin itu
Menetapkan Strategi oleh
Alex P Chandra
12 Insight - Creator Confidence
oleh Yuswohady
38 Leadership - Dicari: Chief Executor
oleh Pribadi Budiono
34 Smart Family - The Power Of
Demography oleh Denny Santoso
32 Coaching Clinic - Panda Way oleh
Ben Abadi
8 Vol. 87 | May - Jun 2017
Alex Purnadi Chandra
Published 07 Oct 2016
Alex Purnadi Chandra
Published 08 Oct 2016
Merasa Cukup
“Dengan merasa cukup, kita akan menjadi pebisnis dan investor
yang lebih baik”.
Saya pikir, merasa cukup adalah salah satu kunci kehidupan yang
harus kita latih. Dengan bisa merasa berkecukupan, kita lebih
bisa bersyukur, dan mengurangi keserakahan. Pada akhirnya kita
bisa menjadi lebih bijaksana.
Termasuk lebih bijaksana dalam berinvestasi dan menjadi
pebisnis yang lebih rasional.
Be Accountable
Masalahnya dengan orang Blame, Excuse dan Justify, seringkali
yang dikatakan merupakan kebenaran, namun kebenaran yang
tidak membuatnya melakukan tindakan. Hidup kita adalah
tanggung jawab kita. Bukan tanggung jawab orang lain, bukan
tanggung jawab pemerintah dan sebagainya. Kebanyakan orang
tidak berhasil hidupnya karena lack of action. Kebanyakan merasa
jadi korban. Kemudian terjebak dalam mental blok, menyalahkan
(Blame), Beralasan (Excuse) dan Membenarkan (Justify).
“Pemerintah salah, makanya ekonomi enggak karuan”
“Saya dari keluarga miskin”
“Dia mah terang aja bisa sukses, orang tuanya kaya, sekolahnya di
luar negeri, ehh...merried sama anak jenderal pula”
“Saya masih terlalu muda...” dst.
Masalahnya dengan orang menyalahkan, beralasan dan
membenarkan adalah, seringkali yang dikatakan merupakan
kebenaran, sehingga kita sulit beragumentasi dengan ‘alasan
pembenaran-nya. Namun kebenaran tadi tidak membuatnya
melakukan tindakan. Budaya merasa sebagai korban ini
melemahkan. Tidak mengundang tindakan. Sebaliknya, jika kita
mengambil alih tanggung jawab terhadap hidup kita, maka hidup
menjadi bertenaga. Aktif. Sesungguhnya-lah, tidak ada orang lain
yang bertanggung jawab terhadap diri kita, selain kita sendiri.
Ayo.., ambil alih kendali hidup kita.
Timeline About Like
Alex P ChandraEntrepreneur
26,982
Photo
9Vol. 87 | May - Jun 2017
10 Vol. 87 | May - Jun 2017
Alex P. Chandra@alex_lestari
Founder of Lestari Group
www.alexpchandra.com
“Kekuatan maksimal
sebuah rantai itu,
ada pada ikatan
terlemahnya. Selama
ada ikatan yang lemah,
rantai itu tidak menjadi
lebih kuat dengan
memperkuat ikatan-
ikatan yang lainnya.
NOTES FROM A FRIEND
“Kekuatan sebuah rantai, ada pada ikatan
terlemahnya.”
Pada sebuah organisasi, baik itu
bisnis, sekolah, sosial ataupun
pemerintahan, biasanya terdapat
sebuat sistem yang komplek
dan menyerupai logika ikatan sebuah rantai
(chain-link logic).
Kekuatan maksimal sebuah rantai itu, ada
pada ikatan terlemahnya. Selama ada
ikatan yang lemah, rantai itu tidak menjadi
lebih kuat dengan memperkuat ikatan-
ikatan yang lainnya.
Analogi ini bermanfaat ketika kita hendak
merancang strategi. Sebagai pemimpin
sebuah organisasi, kita menentukan apa-
apa yang harus dikerjakan, dan apa yang
tidak perlu dikerjakan, kemana memberikan
resources.
Tidak ada gunanya memberikan resources
kepada pengembangan fakultas Pertanian
di Udayana, jika lahan pekerjaan-nya tidak
ada. Tidak banyak manfaatnya membeli
mesin-mesin yang canggih, jika pekerjanya
tidak memahami cara menggunakannya.
Tidak terlalu banyak manfaatnya
menyekolahkan para birokrat, kalau
sistemnya masih corrupt.
Ini yang terjadi juga dengan programnya
Pak Habibie dulu ketika memberikan
beasiswa kepada para pelajar untuk
belajar di universitas-universitas ternama
di luar negeri, namun ketika kembali, lahan
pekerjaan-nya tidak ada.
Tugas seorang pemimpin adalah
strategizing. Merancang strategi.
Menentukan cara-cara apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasinya.
Merancang strategi adalah menentukan
skala prioritas dan alokasi resources.
Merancang strategi adalah menentukan
apa-apa yang harus dilakukan. Namun
tidak kalah pentingnya adalah menetapkan
secara sengaja apa-apa saja yang harus
tidak kita lakukan.
Analogi ini membawa saya kepada
keputusan bahwa perhatian dan resources
diperusahaan yang saya dirikan, difokuskan
PEMIMPIN ITU MENETAPKAN
STRATEGI
NOTES FROM A FRIEND
11Vol. 87 | May - Jun 2017
NOTES FROM A FRIEND
“ Merancang strategi
adalah menentukan
apa-apa yang harus
dilakukan. Namun tidak
kalah pentingnya adalah
menetapkan secara
sengaja apa-apa saja
yang harus tidak kita
lakukan.
kepada pengembangan kapasitas sumber
daya manusianya. Karena tidak ada
gunanya produk yang ciamik, gedung
yang mentereng, IT yang tercanggih, jika
faktor manusianya tidak mendukung.
Dengan analogi yang sama, bisa
dikatakan tidak terlalu banyak manfaatnya
membangun kantor-kantor pemerintahan
yang megah tanpa memperbaiki kualitas
manusianya.
Tidak terlalu bermanfaat memperbesar
Airport Ngurah Rai, jika jalan-jalan, dan
sarana parkir tidak diperbaiki.
Dan dengan analogi yang sama, bisa
dikatakan, kalau harus memilih salah
satu, strategically lebih bermanfaat jika
resources-nya pertama kali digunakan
untuk memperbaiki jalan-jalan dahulu
dan menyiapkan sarana dan sistem
perparkiran daripada membangun Airport.
Daripada setiap kepala daerah
membangun kantor-kantor yang megah
(ini merupakan kecenderungan setiap
kepala daerah-red), akan lebih efektif jika
dananya terlebih dahulu digunakan untuk
memperbaiki kapasitas manusianya,
struktur organisasinya dan sebagainya.
Pemimpin itu menetapkan strategi
Strategizing is about setting priorities,
and allocating resources. Semoga analogi
rantai ini bisa membantu kita menentukan
pilihan, menetapkan prioritas dan
mengalokasikan resources.
sumber : www.image.freepik.com
12 Vol. 87 | May - Jun 2017
YuswohadyPraktisi Pemasaran dan ex. Sekjen
Indonesia Marketing Association
www.yuswohady.com
“Creator Confidence
Judul tulisan ini saya pinjam
dari buku Tom/David Kelley,
kakak-beradik pendiri IDEO
firma desain produk legendaris
di dunia, berjudul Creative Confidence
(2014). Intinya, saya sepakat dengan
Tom/David bahwa untuk menjadi kreator
dan entrepreneur, mengalami secara
langsung proses mencipta produk atau
menjalankan bisnis merupakan faktor
kunci keberhasilan.
Untuk menjadi kreator atau entrepreneur
tak bisa tidak, Anda harus nyebur
langsung mencipta atau menjalankan
bisnis riil. Anda tak bisa cuma dengan
membaca buku-buku bisnis. Anda tak bisa
cuma mendapat inspirasi dari seminar
kewirausahaan atau seminar motivasi.
INSIGHT
Creator confidence
layaknya otot, semakin
kita latih akan semakin
kuat. Semakin banyak
siklus gagal-sukses kita
alami, maka semakin
konfiden pula kita
dalam melangkah untuk
mewujudkan kesuksesan.”
13Vol. 87 | May - Jun 2017
sumber : www.image.freepik.com
Anda juga tak bisa melakukannya cuma
dengan simulasi atau case study seperti
diajarkan di sekolah-sekolah bisnis.
Dengan mengalami secara langsung jatuh-
bangunnya mencipta dan berbisnis maka
akan muncul confidence. Confidence itulah
yang menjadi modal paling berharga bagi
sukses seorang kreator atau entrepreneur.
Tanpa adanya confidence, sampai
kapanpun Anda tak akan punya nyali untuk
menjadi kreator atau entrepreneur.
Sulitnya Memulai
Untuk membentuk confidence Anda harus
mengalami. Dan untuk mengalami Anda
harus berani memulai. Nah, inilah handicap
terbesar dari kebanyakan calon kreator
atau entrepreneur: memulai mencipta dan
memulai bisnis.
Kenapa memulai mencipta dan berbisnis
menjadi handicap terbesar? Karena
memulai bisnis dan langsung sukses itu
kemungkinan cuma satu dari sejuta kasus
yang ada: sangat kecil sekali. Sangat-
sangat besar kemungkinan-nya Anda
gagal saat memulai bisnis. Dan kalau
gagal, pertama, Anda akan menjadi bahan
tertawaan; kedua, Anda sangat berat dan
sulit untuk bangkit memulainya kembali.
Dan celaka tiga belas, begitu Anda gagal
untuk yang pertama kali, maka kemudian
Anda menutup rapat kemungkinan untuk
menjadi kreator atau entrepreneur dengan
mengatakan: “Saya memang ditakdirkan
bukan menjadi seorang kreator.” atau “Dari
sono-nya memang saya tak punya bakat
bisnis.”
Kalau sudah begitu, maka hukum “self-
fulfiling propecy” bekerja: Anda betul-
betul tak pernah menjadi kreator atau
entrepreneur.
Confidence = Evolusi
Pembentukan creator confidence tidak bisa
terjadi secara instan, tapi melalui sebuah
proses. Setidaknya Anda harus mengalami
INSIGHT
“Dengan mengalami secara langsung jatuh-
bangunnya mencipta dan berbisnis maka akan
muncul konfiden. Konfiden itulah yang menjadi
modal paling berharga bagi sukses seorang kreator
atau entrepreneur. Tanpa adanya konfiden, sampai
kapanpun Anda tak akan punya nyali untuk menjadi
kreator atau entrepreneur.”
14 Vol. 87 | May - Jun 2017
INSIGHT
keseluruhan siklus mencipta (creating cycle)
mulai dari: mencari ide produk atau bisnis,
menemukan needs produk itu di pasar,
merancang produk, memproduksinya,
memasarkannya, hingga mendapatkan
omzet.
Ketika Anda nyebur langsung, maka Anda
membenamkan sejumlah uang tertentu,
sejumlah waktu tertentu, sejumlah tenaga
dan pikiran tertentu ke dalam project
tersebut. Nah di situlah degub jantung
dan adrenalin Anda dipacu habis-habisan.
Ya, karena kalau sampai gagal, duit
Anda akan sirna, waktu dan tenaga Anda
akan ‘muspro’ alias sia-sia. Jantungan
semacam inilah yang tak bakal diperoleh
dari membaca buku, ikut seminar, atau
menyelesaikan case study di sekolah
bisnis. Karena alasan ini, di Creator School
yang saya rintis, siswa harus mengerjakan
proyek bisnis riil, bukan simulasi atau case
study. Sekali lagi, Anda harus mengalami
langsung setiap denyut bisnis dan
merasakannya.
Celakanya, Anda mengalami satu creating
cycle itu secara penuh tak menjamin bahwa
Anda langsung memiliki confidence yang
cukup. Kalau Anda memulai bisnis dan
kemudian langsung sukses, maka tentu
saja confidence Anda akan melambung.
Dengan ponggah Anda pun kemudian
bilang: “wow… ternyata membangun bisnis
itu super mudah.”
Namun bagaimana halnya jika yang terjadi
justru sebaliknya? Anda gagal; modal
habis, produk tak satupun terjual, hutang
melilit, reputasi hancur. Maka bukan-nya
confidence yang Anda dapat, tapi justru
kegalauan, pesimisme, dan keputusasaan.
Di sinilah pentingnya Anda bangkit dari
kegagalan, move-on, dan menjadikan
kegagalan itu sebagai vitamin untuk
menumbuhkan confidence. Ingat, “fear of
failure is the biggest obstacle people face
to success.”
Jadi confidence didapat melalui proses
sukses-gagal yang berlangsung secara
akumulatif dan evolutif. Itu sebabnya saya
mengatakan sukses menjadi kreator atau
entrepreneur merupakan “marathoner
game” bukan “sprinter game”.
Failure Paradox
Anda tentu sepakat, kegagalan adalah
sesuatu yang tidak kita inginkan. Tapi
paradoks-nya, justru kegagalan merupakan
“vitamin” kesuksesan. Yang umum terjadi,
serangkaian kegagalan-lah yang membawa
kita kepada kesuksesan. Serangkaian
kegagalan-lah yang membentuk confidence
kita untuk meraih kesuksesan.
Karena itu saya suka rumusan ini:
[Kegagalan = Vitamin Kesuksesan]. Dari
kegagalan kita menemukan kesalahan
15Vol. 87 | May - Jun 2017
INSIGHT
“..saya suka rumusan ini:
[Kegagalan = Vitamin
Kesuksesan]. Dari
kegagalan kita menemukan
kesalahan dan kelemahan.
Dari kegagalan kita
menemukan pembelajaran.
Kegagalan membawa kita
keluar dari area nyaman.
Kegagalan menempa
keberanian. Kegagalan
membangun konfiden kita
menuju kesuksesan.”
dan kelemahan. Dari kegagalan kita
menemukan pembelajaran. Kegagalan
membawa kita keluar dari area nyaman.
Kegagalan menempa keberanian.
Kegagalan membangun confidence kita
menuju kesuksesan.
Thomas Alva Edison sukses membuat
bola lampu setelah mengalami ribuan kali
kegagalan. Wright bersaudara sukses
menerbangkan pesawat untuk pertama kali
setelah mengalami ribuan kali kegagalan.
Karena itu janganlah menghujat kegagalan.
Janganlah menghindari atau menolak
kegagalan.
Justru sebaliknya, “fail as soon as possible.”
Lakukan kegagalan secepat mungkin agar
dari situ kita bisa belajar dan menemukan
celah kesuksesan. Itu sebabnya salah satu
slogan di bagian pengembangan produk
Google berbunyi: “Fail Fast!”
Creator confidence layaknya otot, semakin
kita latih akan semakin kuat. Semakin
banyak siklus gagal-sukses kita alami,
maka semakin confidence pula kita dalam
melangkah untuk mewujudkan kesuksesan.
sumber : www.image.freepik.com
16 Vol. 87 | May - Jun 2017
Kepala editor majalah Wired,
Chris Anderson (saat ini
mantan), berbincang dengan
Robbie Vann Adibe, CEO
Ecast, sebuah perusahan pembuat
Digital Jukebox. Vann Adibe meminta
Chris menebak, berapa persen diantara
10.000 album yang tersedia di Jukebox
bisa terjual setidaknya satu track per
kuartal? Chris nyaris menebaknya 20%,
sebagaimana aturan 80/20, dimana aturan
20% produk menghasilkan 80% penjualan
(yang biasanya juga merupakan 100%
laba), namun karena ini produk digital,
maka Chris menaikkan angka tebakannya
menjadi 50%. Yup, sebagaimana Anda
juga duga, jawabannya meleset jauh. Yang
benar adalah 98%, artinya, hampir semua
lagu itu terjual, sekalipun tidak semua
dalam jumlah besar.
Kondisi ini tidak hanya terjadi pada lagu,
hal yang sama terjadi pada rental film
digital, Netflix memperhitungkan 95%
dari 25 ribu DVD nya (sekarang jumlah
koleksi film di Netflix sudah naik beberapa
kali lipat) disewa setidaknya satu kali
dalam satu kuartal. Hal yang sama terjadi
pada buku digital, sebuah penelitian
menyebutkan bahwa 98% diantara
100 ribu buku laris di Amazon, terjual
sedikitnya satu buku per-kuartal.
Padahal di toko-toko musik, rental DVD
plastik maupun toko buku, banyak sekali
judul yang sama sekali tidak laku, aturan
80/20 masih berlaku, dan hanya buku-
buku bestseller-lah yang mendapat
tempat di rak buku, hanya album hit saja
yang dipajang, atau hanya film box office
saja yang disediakan, sementara yang
‘medioker’ (diluar kategori bestseller, hit
atau box office), umumnya berada di rak-
rak belakang, itupun cukup beruntung jika
dipajang, kadang masih tersimpan dalam
kardus, dan hanya di keluarkan jika ada
pembeli yang datang mencari.
MEMbENAMKAN RAdIo STARNew Rules foR The New
eNTeRTaiNmeNT ecoNomy
SPECIAL
FEATURE
17Vol. 87 | May - Jun 2017
Created by Visnezh - freepik.com
18 Vol. 87 | May - Jun 2017
Berakhirnya Era Blockbuster
Apakah kemudian yang medioker itu lebih
buruk? Jawabannya jelas tidak! Banyak
produk yang dihasilkan para pekarya,
sebenarnya punya kualitas bagus, hanya
saja, mereka tidak bisa mempopulerkan-nya,
nggak punya dana untuk promosi, nggak ada
jaringan untuk distribusi, sementara pihak
label mainstream enggan mengambil resiko
untuk bekerjasama dengan ‘sembarang’
pekarya, lebih aman jika bekerjasama
dengan mereka yang sudah ketahuan hasil
produksinya akan laku.
Awal-awal abad 21, kita masih bisa melihat
sejumlah musisi mampu mencetak hit,
bahkan boyband NSYNC mampu menjual
2,4 juta kopi albumnya yang berjudul No
Strings Attached dalam pekan pertama, dan
menjadi album pertama didunia yang laku
paling cepat. Total terjual sampai dengan
akhir tahun di seluruh dunia mencapai 11
juta kopi. Namun inilah satu-satunya rekor
yang terjadi. Sejak tahun 2000-an, situasinya
perlahan berubah, album-album hit tidak
pernah muncul lagi. Di Indonesia, setali
tiga uang. Di periode rentang tahun yang
sama, album Peterpan dan Samson bisa
terjual jutaan kopi, bahkan album Bintang Di
Surga meraih Platinum (terjual 1-2 juta kopi).
Namun sekarang, klasifikasi tersebut sudah
diturunkan, jika dulu sertifikasi gold untuk
penjualan 25 ribu kopi, sekarang hanya 5000
kopi, kalau tidak diturunkan, tidak ada artis
yang sanggup memecahkan rekor tersebut.
Demikian pula dengan film, kemampuan
bioskop menayangkan film terbatas, tidak
semua judul film yang diproduksi, cukup
untuk ditayangkan di layar yang jumlahnya
terbatas, maka hanya yang tertentu sajalah
yang akhirnya bisa ditampilkan.
Inilah fenomena yang kemudian merubah
banyak hal dalam industri hiburan khususnya
musik. Jika ditanya siapa biang keladinya,
maka jawabannya adalah jaringan pertukaran
berkas peer to peer, inilah ‘sosok’ yang
mengganti cakram plastik dan paperback,
tidak membutuhkan tempat fisik untuk
penyimpanan, tidak butuh biaya besar untuk
pemeliharaan, dan nyaris tanpa biaya pada
proses distribusinya. Revolusi 3 sektor yang
meliputi, produksi, distribusi dan pasar.
Jika ditanya siapa biang keladinya,
maka jawabannya adalah jaringan
pertukaran berkas peer to peer, inilah
‘sosok’ yang mengganti cakram plastik
dan paperback, tidak membutuhkan
tempat fisik untuk penyimpanan, tidak butuh biaya besar untuk
pemeliharaan, dan nyaris tanpa biaya
pada proses distribusinya.”
“
SPECIAL FEATURE I THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY
sumber : www.orig15.deviantart.net
19Vol. 87 | May - Jun 2017
New Rules for The New Entertainment EconomySaat ini, hampir semua masyarakat
modern memiliki handphone, kamera dan
berbagai perlengkapan broadcast yang
bisa didapatkan dengan harga murah,
termasuk aplikasi editing visual maupun
audio yang mudah pengoperasian-nya,
bahkan membuat blog yang nyaris gratis.
Hal ini menyebabkan semua orang bisa
memproduksi, yang pada akhirnya semua
produk pun saat ini tersedia dimana-mana.
Dalam musik misalnya, jumlah album
baru atau single yang direkam jumlahnya
naik eksponensial, bahkan single yang
dikirimkan ke aplikasi internet jumlahnya
lebih dari 300.000 track dan terus
bertambah.
Personal Computer menjadikan semua
orang bisa menjadi produsen, namun
distribusi, hanya internet yang mampu
melakukannya untuk semua orang. Model
ekonomi bit, telah menggeser model
ekonomi atom, tidak membutuhkan gudang
penyimpanan, jauh lebih murah daripada
ongkos truk melakukan pengiriman,
dan tidak membutuhkan rak etalase.
Disinilah yang kemudian memunculkan
Amazon, eBay, itunes, Netflix, Tokopedia,
Bukalapak dan lain-lain. Apalagi dengan
adanya torrent ekstensi file yang mampu
mengirimkan data dalam kapasitas besar
melalui satelit.
Dan pasarnya, demokratisasi terjadi
ketika aplikasi dan sosial media hadir,
Google, Blog, facebook, SoundCloud atau
YouTube adalah ekosistem baru. Ledakan
teknologi menjadikan semua konsumen
bisa menjadi produsen, produsen menjadi
distributor dan semuanya saling memenuhi
kebutuhan masing-masing, sesuai selera
masing-masing. Ini menjadikan layanan
digital memiliki semua keunggulan dari
sebuah katalog, dimana pengiriman melalui
jaringan broadband hampir tanpa biaya.
Biaya manufaktur yang kecil, kebutuhan
storage yang hanya beberapa megabyte
pada server dan juga nyaris tanpa biaya,
maka tidak ada alasan lagi bagi semua
orang untuk menjajakan semua barang
kepada semua orang. Inilah yang kemudian
membunuh istilah Prime Time, sekarang
anytime is a primetime, tergantung kapan
kita punya waktu untuk mengkonsumsi.
Hollywood Box Office merosot 7% sejak
tahun 2011, jumlah pembaca surat kabar
yang dimulai sebagai industri di tahun
60 kemudian memuncak di tahun 90-an
sekarang kehilangan daya cengkramnya,
rating TV terus turun karena penonton
menyasar saluran kabel atau internet.
Era consumer economy telah berakhir,
masa dimana sistem dibawah kendali
produsen yang kerap mendikte konsumen
mengikuti selera mereka tidak lagi bisa
terjadi. Dan sekarang, bintang-bintang
baru lahir, talenta yang dulunya tidak
mampu melewati seleksi produsen besar,
kini bisa unjuk gigi kapanpun, selama
pasar menyukainya, ia bisa mengibarkan
benderanya sendiri tanpa harus terlibat
dalam jaringan besar. Industri hiburan tanah
air memiliki Isyana Saraswati dan Rendy
Pandugo yang populer menjadi musisi
melalui SoundCloud. Ada Raditya Dika
dan Trinity yang populer karena tulisan
mereka di Blog, atau Bayu Skak dan Arief
Muhammad yang menjadi bintang layar
kaca dan bahkan film karena akting mereka
di YouTube. Dan sederet nama-nama
lainnya yang akan terus bertambah karena
peer production. Radikalisme ekonomi
dimana produksi sesama teman telah
merubah status amatir dan profesional.
Sekarang, tinggal bagaimana kita bersikap
dengan kondisi ini, diam saja tidak
berkarya, hanya akan menjadikan kita
sebagai konsumen selamanya.
THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY I SPECIAL FEATURE
sumber : www.journeyonline.com.au
20 Vol. 87 | May - Jun 2017
ExPoSURE CUlTURE ekoNomi RepuTasi, eRa
RekomeNdasi daN cd
yaNg dijual melalui kfc
Hanya ada satu cara
untuk menelurkan album
hit, yakni radio! Tidak
ada media lain sebelum
kemudian MTV hadir di tahun 80-an
dan menjadi alternatif kedua untuk
melahirkan album hit. Hal ini terus
terjadi hingga akhir tahun 90-an. Di
tahun 2004, perusahaan rekaman
bernama Reprise, yang merupakan
salah satu anak perusahaan Warner,
merekam lagu dari band bernama
My Chemical Romance. Mereka
mengirimkan track ke MySpace.com
untuk promosi, kemudian berturut
memperluasnya melalui Yahoo!
Music dan AOL, disanalah sejumlah
single dari band ini diperdengarkan.
Pada ujungnya, rentetan ini
menghasilkan penjualan album
sebanyak 1,4 juta kopi, dan hit
terbesar pada tahun tersebut. Dan
ya..., semuanya dimulai dari online.
Sejak masa itulah industri ini
seolah tersadar, bahwa tanpa radio
dan MTV sekalipun, musik bisa
mencapai titik komersialnya yang
maksimum jika mampu dipasarkan
dengan benar di jalur alternatif
bernama internet. Bahkan yang
tak bisa dilakukan oleh radio dan
Created by Kaboompics - freepik.com
SPECIAL FEATURE I THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY
21Vol. 87 | May - Jun 2017
channel TV adalah, engangement dengan
penggemarnya, melalui MySpace, My
Chemical Romance memiliki fans hampir
450.000 (pada masa itu), dimana mereka
bisa melakukan komunikasi 2 arah
melaluinya.
Guru besar ilmu hukum di Colombia
University, Tim Wu, menyebut Exposure
Culture yang mencerminkan falsafah web,
dalam arti yang paling penting adalah
dilihat orang. Penulis atau pengarang di
web mempunyai link dengan yang lain,
mengutip secara bebas, dan kadang-
kadang menyalin seluruh artikel. Link
yang dikirimkan melalui email ke artikel-
artikel dan humor-humor favorit telah
menjadi signifikan dalam kultur kerja
orang Amerika, sama seperti water cooler.
Dosa besar dalam exposure culture
bukan menyalin dan menjiplak, melainkan
tidak menyebutkan narasumber dengan
benar. Dan yang paling penting dalam
exposure culture ini adalah mesin pencari
yang dahsyat. Apabila situs Anda mudah
di temukan melalui Google, Anda tidak
marah - Anda malah merayakannya.
Inilah falsafaf web versi Tim Wu, yang
rasanya juga berlaku global diseluruh
dunia. Orang tidak lagi mempersoalkan
tentang hak cipta. Para pemusik
membagikan karyanya secara cuma-
cuma melalui internet untuk mendapatkan
penggemar, yang nantinya berminat
untuk menonton musisi tersebut ketika
konser (live show) yang kali ini berbayar.
Pembuat film mengharapkan getok tular
dengan mem-posting karya mereka
secara gratis, atau ilmuan yang dengan
senang hati makalah-makalahnya di
download secara gratis dengan tujuan
untuk meningkatkan jumlah pembaca dan
pengguna gagasan mereka. Inilah Gift
Economy! Semua memberikannya gratis
dengan tujuan reputasi, sisi komersial
yang bisa digali belakangan. Ketika
makalah atau buku-buku itu disebarkan
secara gratis, para akademisi itu bisa
memasarkan jasa konsultasi mereka, atau
membuat mereka diminati untuk menjadi
pembicara seminar, setidaknya minimal
meninggalkan jejak bahwa mereka ada di
dunia ini.
Itulah sebabnya, sekalipun mudah
dan murah, bukan berarti kita bisa
sembarangan membuat karya,
keputusan konsumen membeli produk
di internet juga sangat di pengaruhi oleh
rekomendasi, komentar pengguna yang
menyampaikannya juga di saluran yang
sama. Ketika kita membuat karya yang
ala kadarnya, maka filter secara otomatis
terjadi, ‘jempol kebawah’ adalah klik
paling mudah yang mencerminkan reaksi
pasar. Alih-alih mengkomersialkan diri,
kita juga dengan mudahnya dihujat atas
karya yang buruk, bahkan di ‘suspend’
operator jika keluar jalur, dan ini juga atas
rekomendasi dari konsumen.
Realitas yang paling mengerikan adalah,
banyaknya jumlah barang yang ada
sekarang, tidak selalu berarti baik
dalam ekonomi, Barry Schwartz dalam
bukunya The Paradox of Choice justru
mengatakan, semakin banyak pilihan,
konsumen justru semakin tertekan,
mengacu pada sebuah makalah Why
Choisce is Demotivating. Riset yang
dilakukan di supermarket ini melihat
perilaku konsumen dengan adanya sedikit
pilihan dan banyak pilihan, pada putaran
pertama disediakan 6 rasa selai dan pada
putaran kedua disediakan 24 macam
selai, dan hasilnya justru penjualan
banyak terjadi pada pilihan yang sedikit,
dimana konsumen puas dengan tawaran
yang ada, ketimbang banyaknya pilihan.
Dan sekarang, ada begitu banyak barang
tersedia, judul buku, film, lagu dan jumlah
artis yang meningkat pesat selama era
demokratisasi ekonomi ini, banyaknya
sum
ber
: w
ww
.theta
nnert
imes.n
et
THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY I SPECIAL FEATURE
22 Vol. 87 | May - Jun 2017
pilihan itu membuat banyak orang tidak
berdaya, dan menjadi tirani, lalu apa yang
harus dilakukan?
Pertama jelas, kita harus membuat
karya yang berkualitas, tidak harus ikut-
ikutan dengan tren, setidaknya ini yang
disampaikan oleh Yoga Arizona, salah
satu Youtubers yang sukses berkarir
dengan membuat beragam video di
Youtube. Kedua, kreatif! Dengan semakin
beragamnya pilihan, dan cara untuk
membawakan, maka tentu segmentasi
pasar menjadi penting, produk yang kita
buat, tentunya harus memiliki kelompok
pasar yang tepat, karena dengan cara
itulah produk ini terdistribusi.
Contoh paling mudah bisa kita lihat pada
KfC yang menjual CD album, awalnya
banyak yang mengernyitkan kening,
mengapa usaha resto fastfood jualan
CD, namun coba tengak lebih dalam,
KfC membutuhkan nilai tambah untuk
penetrasi kepada anak-anak muda, disatu
sisi banyak musisi yang kesulitan untuk
tampil unjuk performa ke permukaan,
maka KfC –tentu saja dengan sejumlah
kerjasama iklan, membantu melakukan
proses itu. Band Juliette, Beage dan
Created by Jannoon028 - freepik.com
artis Indah Dewi Pertiwi adalah beberapa
diantara musisi yang di orbitkan. KfC
kemudian menayangkan klip dan musik
mereka di semua gerai mereka, buat KfC
ini adalah konten untuk membangun citra
sebagai sahabat bagi anak-anak muda,
dan bagi para musisi, ini cara untuk
mereka dikenal pasar melalui ratusan gerai
KfC yang tersebar di seluruh Indonesia,
belum lagi dengan paket bundling-nya,
dimana membeli paket makanan di KfC
mendapatkan CD album, dan rupanya cara
ini berhasil, bahkan Indah Dewi Pertiwi
mendapatkan angka penjualan album yang
fantastis.
Belakangan, bukan cuma rookie band
saja yang ikutan, namun yang sudah
tenar seperti Agnes Monica, Ahmad Dhani
bahkan Slank, ikutan menjajaki cara ini.
Bagi KfC, nama-nama besar ini tentu saja
meningkatkan nilai brand mereka, dan bagi
para artisnya, KfC adalah alternatif yang
lebih baik daripada toko musik yang mulai
ditinggalkan pasar dan jumlahnya tidak
sebanyak gerai KfC.
Itulah sebabnya, di era dengan berbagai
pilihan yang begitu banyak ini, maka
captive market adalah strategi yang paling
tepat, mungkin jumlahnya tidak besar,
namun loyal dan mau membeli produk kita.
Para follower kita di sosial media, adalah
captive market, kita bisa memulainya
dengan menjual produk kepada mereka,
semakin banyak follower-nya, maka
semakin banyak peluang penjualannya.
Dan untuk mendapatkan follower yang
banyak, mulailah dengan membuat karya
yang dibagikan secara gratis, musik
gratis, film gratis, seminar gratis, ide-ide
tulisan yang gratis, dan ketika ekosistem
dan komunitasnya terbentuk, kita bisa
komersialkan dalam bentuk yang lain.
SPECIAL FEATURE I THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY
23Vol. 87 | May - Jun 2017
Semenjak lagu Keep Being You, wara-
wiri di tahun 2014, nama Isyana Sarasvati
mulai difavoritkan. Bahkan ketika single
keduanya rilis di pertengahan 2015 lalu
yang bertajuk Tetap Dalam Jiwa, bintang
Isyana kian bersinar. Padahal penyanyi
kelahiran Bandung, 2 Mei 1993 belum
merilis satu album penuh. Dua single
tersebut dirancang sebagai jembatan untuk
menuju album debutnya. Menariknya, dua
single yang ditujukan sebagai perkenalan
sosoknya di industri musik nasional ini justru
mampu membuatnya menoreh prestasi
yang cemerlang. Sebut saja salah satunya
yang paling hangat adalah penghargaan
Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards)
2015 yang berhasil diraih Isyana. Tak
tanggung-tanggung, dua predikat terbaik
dikantonginya, yakni Pendatang Baru Terbaik
dan Solo Pria atau Wanita Soul atau RnB
Terbaik. Sebelumnya ia juga dinominasikan
di ajang NET. Indonesian Choice Awards
2015.
Nama Isyana memang masih terdengar baru
di industri musik Indonesia, tapi sejatinya
karir bermusik Isyana telah dirintisnya sejak
kecil. Sebelum merilis single, Isyana juga
Di era pasar dua arah, reputasi adalah kunci, dan membuat karya
yang baik adalah awal untuk memulai. Dan tidak sedikit kemudian
diantara mereka yang karirnya kemudian berkembang dari karya-
karya yang mereka pasarkan di internet.
kerap menghiasi laman YouTube dan
SoundCloud lewat lagu-lagu cover yang
diunggahnya. Saat berusia 18 tahun, Isyana
juga telah menorehkan prestasi dengan
tampil di pentas musik dunia, seperti di
Asia Pasific Electone festival yang digelar
di Singapura pada tahun 2011 lalu dan
mampu meraih predikat Grand Prize. Adik
dari Rara Sekar, vokalis band indie Banda
Neira ini juga pernah terpilih sebagai salah
satu dari 15 komposer electone dunia
yang tampil di ajang Yamaha Electone
Concours di Tokyo pada 2012 silam. Ia
juga mendapatkan Gold Certificate di
gelaran 5th Bangkok Opera foundation
Singing Competition Bangkok pada 2013,
serta sejumlah apresiasi lainnya.
SoCIAl MEdIA STAR
Isyana Sarasvati
>
THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY I SPECIAL FEATURE
24 Vol. 87 | May - Jun 2017
Suka musik dari SD dan masuk sekolah
musik kemudian bikin band. Sering
manggung di event-event dan akhirnya
hijrah ke Jakarta pada tahun 2010. Namun
di Jakarta justru sepi tawaran manggung,
kalah dengan trend Boy Band kala itu.
Sadar nggak bisa bergantung pada event,
Rendy berjuang sendiri. “Jika nama saya
nggak terdengar di pasaran, paling nggak
harus kuat di media sosial,” katanya. Rendy
kemudian membuat portofolio pribadi di
situs berbagi musik SoundCloud.
“Saya lebih memilih SoundCloud karena
nggak perlu mengunggah video, cukup
rekaman suara saja, pasalnya saya
nggak pede di depan kamera, he he
he. Nggak ingin hasilnya asal-asalan,
walau menyanyikan lagu musisi lain,
saya memilih jenis musik yang sesuai
dengan karakter suara saya. Saya juga
merekamnya di studio rekaman agar
hasilnya oke. Kemudian salah satu
‘selebtwit’ mendengarkan musik unggahan
saya dan men-share-nya di akun twitternya.
Akun saya mulai banyak follower-nya.
Dalam sehari ada 1.000 pendengar yang
berkunjung. Dari sinilah tawaran manggung
datang, meski manggungnya seakan
nggak ada istirahatnya - dalam sehari bisa
menyanyi selama empat jam hingga suara
habis - saya lakukan dengan senang hati.
Setelahnya undangan menyanyi di berbagai
event pun berdatangan. Dari SoundCloud
kemudian Rendy mendapat tawaran
menjadi juri Starvoices Indonesia, ajang
pencarian bakat menyanyi di SoundCloud.
Rendy juga juga mendapat tawaran
dari Acha Septriasa untuk menyanyikan
soundtrack film yang disutradarainya. Dan
akhirnya duet dengan Piyu menyanyikan
lagu firasatku untuk soundtrack film
omnibus Aku Cinta Kamu yang diperankan
oleh Acha dan Rio Dewanto.
Rendy Pandugo
SPECIAL FEATURE I THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY
>
25Vol. 87 | May - Jun 2017
Internet menghapus batas, itu jelas, dan sekarang artis
bisa muncul dari daerah, itu yang terjadi pula dengan Bayu
Skak. Bahkan dengan logat Jawa yang medok, kini ia
mulai wara-wiri dimana-mana, bahkan hingga layar lebar.
Pria asal Malang ini populer karena video dagelannya yang
dapat membuat orang tertawa di YouTube. Topiknya hal-
hal sederhana, membicarakan hal-hal sepele yang terjadi
sehari-hari dengan bahasa Jawa.
Bernama asli Bayu Eko Moektito kelahiran tahun 1993,
pemuda ini hanya seorang pelajar yang biasa saja, melalui
YouTube ia mengunggah video monolog humor. Modalnya
pun tidak besar, hanya handycam dan tripod, untuk
menghibur para pengguna YouTube dengan cara konyol.
Dan cara ini berhasil, subscriber-nya mencapai lebih dari
seratus ribu dengan total view lebih dari 8,2 juta.
Sekarang, ia bak memiliki saluran televisi sendiri dengan
mendirikan website berdomain skaktv.com. Selain video,
Bayu yang mulai sadar memiliki fans yang besar, mulai
berjualan kaos ala Bayu Skak. Ia juga mendapatkan
kesempatan muncul di TV nasional dan akhirnya terlibat
sebagai salah satu aktor dalam sebuah film layar lebar.
Bayu Skak
Di Indonesia, belum banyak penulis e-book yang
sukses, dari sedikit nama yang ada, maka yang satu
ini wajib masuk daftar. Ia adalah Rully Kustandar.
Tulisannya yang berjudul Jurus Cerdas Berkebun
Emas ini, dijual tidak dengan harga murah, Rp. 250
ribu, namun hanya dalam waktu singkat penjualan
e-book ini mencapai 100 ribu per-buah sebagaimana
disampaikan oleh www.timlo.net.
Pria berkacamata kelahiran Bandung pada 18 Mei
1968 itu bercerita bahwa semua berawal ketika
dirinya bangkrut dan memiliki utang miliaran, dan
dalam kondisi terjepit, ia kemudian menemukan
konsep berkebun emas yang memanfaatkan sistem
pegadaian. Rully ingin menerbitkan konsepnya
tersebut dalam bentuk buku, namun itu membutuhkan
biaya yang besar, apalagi dalam kondisi bangkrut,
akhirnya ia pun membuat versi e-book. Pada 2009,
dia merilis e-book tersebut dan ternyata laku keras.
Dia kemudian diminta oleh sebuah bank untuk
menjadi duta Bank Syariah di Indonesia.
Rully Kustandar
>
ww
w.b
inta
ng
.co
m
THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY I SPECIAL FEATURE
>
26 Vol. 87 | May - Jun 2017
inTerView
RENDY PANDUGO
Kisah Klasik
27Vol. 87 | May - Jun 2017
“... selesai sholat Jumat, uang
di kantong saya tinggal Rp 30
ribu, entah kenapa saya malah
sumbangkan Rp. 20 ribunya
buat sedekah. Dan besoknya,
saya dapat tawaran nyanyi
secara reguler di sebuah mal.
Waktu itu sampai diharuskan
nyanyi selama empat jam
sampai suara saya habis, tapi
saya senang karena bisa terus
lanjut berkarir di musik.
Sebagaimana layaknya musisi,
ia memang tak terlihat banyak
bicara, 2-3 kalimat yang ia
lontarkan sudah cukup untuk
menunjukkan pribadinya yang “diam”.
Namun itu memang hanya montase kecil
yang kami dapatkan ketika menjumpainya
disela-sela persiapannya tampil memenuhi
undangan di acara Entrepreneur festival
2017 lalu. Namun ketika berada di atas
panggung, performanya berubah, ia tampil
atraktif, penuh romansa dan berbagi cerita
dengan fasihnya kepada penonton.
Rendy adalah salah satu musisi generasi
digital yang terbentuk ketika dunia hiburan
telah mengalami perubahan pondasi. Ia
menyadari betul perubahan ini membuat
arah angin berkelok, walaupun memang
permainan tak lalu menjadi mudah, namun
peluang justru lebih terbuka. Hasratnya
menjadi biduan di tanah air tak pernah
surut sejak ia masih duduk di bangku
sekolah dasar di kampungnya Medan. Ia
juga sempat mengenyam sekolah musik
ketika tinggal di Surabaya, pria kelahiran
7 Mei 1985 ini pun kemudian mendirikan
band-nya sendiri. Tawaran manggung
silih berganti datang, suara popnya
mendendang di sejumlah event, café
atau panggung-panggung hiburan yang
menyewa jasanya. Hal ini yang kemudian
membangun kepercayaan dirinya untuk
menantang ibukota Jakarta.
Yang sayangnya, sebagaimana layaknya
kebanyakan kaum urban, Jakarta bukan
lawan mudah untuk ditaklukkan. Di kota
ini, Rendy dan band-nya justru meradang,
sepi tawaran manggung, belum lagi ketika
itu dunia musik tengah digemari oleh
kehadiran sejumlah boy band. Sadar tidak
bisa bergantung pada ‘ngamen’ tradisional,
Rendy berjuang sendiri. “Jika nama saya
nggak terdengar di pasaran, paling nggak
harus kuat di media sosial,” katanya. Rendy
kemudian membuat portofolio di situs
berbagi musik SoundCloud.
“Saya lebih memilih SoundCloud karena
nggak perlu mengunggah video, cukup
rekaman suara saja—pasalnya saya nggak
‘pede’ di depan kamera, he he he,” ujar
Rendy. Ia pun menyanyikan lagu musisi
lain yang jenis musiknya sesuai dengan
karakter suaranya. Di rekam di studio
agar hasilnya tak asal-asalan. Dari sinilah
kemudian momentum baru muncul, salah
satu ‘selebtwit’ mendengarkan musiknya,
membaginya kembali di Twitter, dan ini
menjadi ‘endorse’ yang membawa akun
Rendy mulai kebanjiran follower. Dalam
sehari, bisa mencapai 1.000 pendengar
yang berkunjung. Dan akhirnya tawaran
manggung-pun kembali datang, bahkan
dalam sehari, ia mengaku bisa perform
sampai empat jam.
Tak selesai sampai disitu, Rendy
kemudian mendapat tawaran menjadi juri
Starvoices Indonesia, ajang pencarian
bakat menyanyi di SoundCloud. Bergulung
lagi ketika mendapat tawaran dari Acha
Septriasa untuk menyanyikan soundtrack
film yang disutradarainya. Dan akhirnya
duet dengan Piyu menyanyikan lagu
firasatku untuk soundtrack film Aku Cinta
Kamu yang diperankan oleh Acha dan
Rio Dewanto. Dan kini, ia tengah dalam
proses merampungkan albumnya, yang
direncanakan rilis di tahun ini.
Mimpinya memang masih baru dimulai, tapi
jejaknya di industri musik melalui saluran
bernama digital adalah track lain yang
ia lakoni untuk membesarkan namanya,
memperkenalkan karyanya, dan akhirnya
menjadi cara untuknya berbisnis di industri
ini. Kepada Alifya Putri reporter Money&I,
Rendy pun bertutur lebih jauh tentang
perjalanan karirnya ini.
AndA meruPAkAn lulusAn ekonomi
mAnAjemen uniVersiTAs AirlAnggA,
nAmun jusTru memuTuskAn unTuk
BerkArir menjAdi seorAng musisi, APA
YAng seBenArnYA AdA di BenAk AndA
wAkTu iTu?
Hmmm, kalau menurut saya, kuliah itu
bukan cuma sekedar ngejar gelar, tetapi
kuliah itu juga untuk mempunyai banyak
teman yang nantinya akan berguna untuk
kita setelah lulus. Sementara bermain
musik, itu sudah saya lakukan sejak lama,
THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY I SPECIAL FEATURE
28 Vol. 87 | May - Jun 2017
sejak jaman sekolah dulu lebih tepatnya.
Saya bikin band bareng teman-teman
sekolah waktu itu dan ikut di festival-
festival.
Saya sempat sekolah musik juga untuk
belajar gitar klasik, tapi saya nggak lulus,
saya nggak suka baca not balok. Tapi pas
bikin band, disinilah skill saya semakin
terasah. Waktu itu saya nekuni alat musik
gitar, dan saya merasa lebih berkembang
dengan belajar sendiri dan teman-teman
band. Saya banyak ngikutin permainan
gitar dari Joe Satriani, Yngwie Malmsteen
atau Dream Theater.
AndA kemudiAn hijrAh ke jAkArTA?
Iya, di akhir masa kuliah, saya ketemu
teman lama, dan kita bikin band bareng,
tapi kita nggak ketemu vokalis, saya yang
tadinya gitaris akhirnya nyoba jadi vokalis.
Dan awal-awal waktu itu cukup bagus,
kita di produseri oleh Dondy Sudjono,
(produser yang sama untuk RAN), materi
lagu juga diterima oleh Universal. Pada
2010, kami pun hijrah ke Jakarta dan mulai
memproduksi album. Dan ini bisa dibilang
awal saya mulai profesional bermusik.
Single pertama dan kedua kami juga waktu
itu terdengar di pasaran. Tapi cuma itu,
setelahnya album kami nggak terdengar
lagi. Tawaran manggung juga sepi. Sampai
saya sendiri sempat udah mau nyerah,
mau berhenti bermusik dan milih buat
jadi karyawan kantoran saja biar dapat
pemasukan tetap.
APA YAng kemudiAn AndA lAkukAn?
Disitulah saya kemudian bikin akun di
SoundCloud, selain itu juga untuk melihat
seberapa jauh progress saya bernyanyi,
karena sebelumnya kan saya bukan
penyanyi tuh, tadinya gitaris. Dari sini,
kemudian ada salah satu artis yang share
lagu saya, dan akhirnya follower saya pun
bertambah banyak, dari sini saya akhirnya
mulai dikenal lagi. Ada satu momen yang
penting waktu itu, pas selesai Sholat
Jumat, uang di kantong saya tinggal Rp
30 ribu, di tabungan juga tinggal Rp 5 ribu,
entah kenapa saya malah sumbangkan Rp.
20 ribunya buat sedekah. Dan besoknya,
saya dapat tawaran nyanyi secara reguler di
sebuah mal. Waktu itu sampai diharuskan
nyanyi selama empat jam sampai suara
saya habis, tapi saya senang karena bisa
terus lanjut berkarir di musik.
jAdi AndA mulAi kemBAli di kenAl
melAlui soundCloud?
Betul, bahkan dari SoundCloud juga saya
mendapat tawaran jadi juri Starvoices
Indonesia, ajang pencarian bakat
menyanyi di SoundCloud. Saya juga
mendapat tawaran dari Acha Septriasa
untuk menyanyikan soundtrack film yang
disutradarainya. Kebetulan Acha menyukai
lagu-lagu John Mayer yang saya nyanyikan
dan unggah di SoundCloud. Saya juga
duet dengan dengan Piyu membawakan
lagu firasatku untuk soundtrack film Aku
Cinta Kamu, film itu juga diperankan sama
Acha dan Rio Dewanto. Dan job manggung
juga akhirnya terus berdatangan. Sampai
kemudian, saya di hubungi oleh Sony
Music, mereka menawarkan saya kerja
sama.
wow, AkhirnYA jAdi ArTis di sonY?
Nggak langsung, waktu itu saya tolak,
saya bahkan nolaknya sampai 3 kali.
Saya inginnya menjadi musisi dengan ciri
sendiri, dan salah satunya dengan bawakan
lagu berbahasa Inggris, tapi pihak label
SPECIAL FEATURE I THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY
29Vol. 87 | May - Jun 2017
THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY I SPECIAL FEATURE
30 Vol. 87 | May - Jun 2017
umumnya lebih suka lagu-lagu yang laku
buat dipasarkan, makanya waktu itu saya
tolak tawaran pertama. Kemudian selang
beberapa lama, datang lagi tawaran kedua,
masih saya tolak lagi, karena ingin punya
musik yang berbahasa Inggris. Akhirnya
sampai saya diminta untuk bertemu dengan
Hayden Bell, A&R Director Asia Pasific
dari Sony Music, waktu itu saya diminta
membawakan beberapa lagu dengan lirik
bahasa Inggris langsung di depannya. Dan
setelah melihat penampilan saya secara
langsung, baru mereka mau menerima
permintaan saya untuk menyanyikan lagu
berbahasa Inggris, dan kita mulai kontrak
itu sejak November 2015.
iTu lAngsung Proses rekAmAn?
Di bulan februari 2016, Saya ke Swedia,
workshop bersama dengan musisi dan
produser dari The Kennel Music. Dari hasil
workshop ini kita siapin materi lagu untuk
debut album solo nanti. Mudah-mudahan
bisa keluar tahun ini. Sekarang masih
meluncurkan single-single saja dulu.
APAkAh AdA renCAnA unTuk
mengeluArkAn single lAgi?
Dalam waktu dekat sih iya, selain “I Don’t
Care”, “Sebuah Kisah Klasik” dan “Hampir
Sempurna” rencana kedepannya akan ada
single kedua, saat ini sedang dalam proses
sih, yang pasti dalam beberapa bulan
kedepan sudah launching. Selain itu album
juga akan dirilis tahun ini, doakan saja agar
semuanya lancar ya.
kenAPA TerTArik unTuk me-reCYCle
lAgu “seBuAh kisAh klAsik?”
Pertama, karena saya adalah salah satu
penggemar dari Sheila On 7. Kedua, karena
waktu itu memang ada proyek album
kompilasi artis-artis muda Sony Music
bertajuk Y2Koustic. Isinya memang lagu-
lagu tahun 2000-an yang sempat popular,
kemudian dibawakan kembali.
lAgu “i don’T CAre” dAn “hAmPir
semPurnA”, BerCeriTA TenTAng APA?
I Don’t Care ini sebenarnya lagu tentang
marah, yang sudah sampai tahap tidak
peduli lagi, sesimpel itu sih. Kalau untuk
yang ‘Hampir Sempurna’ itu karena
soundtrack dari film Galih dan Ratna, jadi
ceritanya tentang Galih yang mengajak
Ratna untuk menjadi kekasihnya, dengan
ketidak sempurnaan yang dimiliki si Galih.
dijuluki seBAgAi “john mAYer dAri
indonesiA” BAgAimAnA PendAPAT AndA?
Inspirasi terbesar saya memang John
Mayer, saya juga banyak bawakan lagu-
lagunya. Di satu sisi saya cukup senang
apabila bisa disandingkan dengan sosok
John Mayer, tetapi saya lebih memilih untuk
dilihat sebagai diri saya sendiri.
unTuk ArAnsemen lAgu APAkAh diTulis
sendiri?
Untuk aransemen saya bikin sendiri,
tetapi untuk yang lagu Hampir Sempurna
itu ditulis oleh Ipong dan Agustin. Tapi
kalau untuk I Don’t Care saya ikut dalam
pembuatan lagunya sebagai co-writing
bersama Leody Akbar.
mAnA YAng leBih menAnTAng, nge BAnd
ATAu solo?
Dulu sewaktu SMA kan saya pernah nge-
band tuh di Surabaya, kalau menurut saya
sih keduanya sama–sama menantang,
tetapi mempunyai sisi menantangnya
masing–masing. Kalau disuruh memilih
salah satu, pastinya agak sulit, tetapi jujur,
saya sendiri lebih memilih untuk bersolo
karir daripada dengan band.
APA TiPs AndA BAngkiT dAri
keTerPurukAn?
Saat itu saya berpikir bahwa saya belum
berusaha dengan maksimal, jadi ketika
saya merasa belum semaksimal mungkin,
kenapa saya harus putus asa, kenapa saya
harus menyerah begitu saja, waktu itu gitu
sih mikirnya.
APA hArAPAn AndA unTuk mAsA dePAn
musik indonesiA?
Hmm musik Indonesia itu kalau bisa
dibilang semakin kesini semakin baik,
perubahannya semakin bagus dan
kedepannya semoga bisa terdengar sampai
ke luar negeri, juga dalam artian tidak
cuma di Asia, tetapi bisa sampai ke Eropa,
Amerika, atau bahkan di seluruh dunia.
SPECIAL FEATURE I THE NEW ENTERTAINMENT ECONOMY
31Vol. 87 | May - Jun 2017
Perjalanan Karir
RENDY PANDUGOMUSICAL ARTIST
SINGLE bertitel ' I DON'T CARE' & 'hampir sempurna'
akhirnya beredar, dan saat ini dalam tahap
merampungkan album solonya yang pertama.
pergi ke swedia untuk melakukan workshop
dengan produser kennel music sebagai persiapan
untuk menghasilkan debut album solonya.
mendapat tawaran untuk bergabung
dengan sony music, bakatnya terlihat dari
rekamannya di soundcloud
MEMUTUSKAN UNTUK BERSOLO KARIR setelah
penjualan album & tawaran manggung sepi .
MULAI MENJADI MUSISI PROFESIONAL, MEMBENTUK
BAND DAN memproduksi ALBUM PERDANA
32 Vol. 87 | May - Jun 2017
COACHING CLINIC
“
Perjalanan saya ke Amerika Serikat bulan lalu memberikan banyak inspirasi dan
pembelajaran yang menarik. Selain bertandang ke markas besar facebook,
Google, Apple yang berlokasi di Silicon Valley- perusahaan teknologi raksasa
yang bernilai Triliun Juta dolar, juga mendapatkan pengalaman dari sebuah
resto cepat saji yang menarik perhatian bernama Panda Express. Sebuah resto American
Chinese cepat saji yang berkembang dari satu cabang di tahun 70-an menjadi 1900
cabang. Bagi yang sering berpergian ke Amerika, tidak ada yang istimewa dari makanan
yang disajikan, bahkan cenderung biasa dan secara rasa banyak resto di Indonesia yang
lebih gurih dan lezat. Hanya untuk bisa bertahan lebih dari 40 tahun dan berkembang dari
1 outlet menjadi ribuan tidaklah mudah. Saya banyak menemukan resto yang gulung tikar
dengan hanya mempunyai 1 cabang bahkan umurnya kurang dari 6 bulan.
Ben AbadiFounder of Ben Abadi Rapid Profit
Panda Way
Panda menjual kecepatan,
pelayanan yang baik,
rasa yang standar dan
pengalaman berkuliner
yang menyenangkan.
Panda paham betul tentang
psikologi pelanggan-
manusia ingin dilayani
dengan baik, dan ketika
lapar ingin sesuatu yang
cepat. Bayangkan, jika
Indonesia mampu mencetak
Panda-Panda lokal yang
mampu bersaing di kancah
Internasional, akan sangat
membanggakan.”
sumber : www.aarenecontracting.com
33Vol. 87 | May - Jun 2017
COACHING CLINIC
Panda Express merupakan bisnis keluarga-
seorang chef dari Cina yang hijrah ke
California, US di tahun 1970-an dan memulai
dengan 1 outlet bermerek Panda Inn. Di
tahun 1983, Andrew sang anak memulai versi
cepat saji yang kemudian dikenal dengan
Panda Express. Usaha ini memiliki menu
yang sangat terbatas, dan salah satu menu
andalannya adalah Kongpaw Chicken. Dalam
wawancara saya kepada manajer mereka,
saya menemukan beberapa keunikan
dan kreatifitas dari Panda Express, dari
management style, kultur dan strategi bisnis
yang jitu sehingga bertumbuh begitu pesat.
Berikut adalah 6 kiat sukses Panda Express
yang bisa kita pelajari :
1. Service Ritual - Setiap kali kita
memesan makanan, mereka memberikan
fortune cookie atau biskuit keberuntungan
yang artinya you will eat great food very
soon. Sangat menarik, ini memberikan
pengalaman tersendiri, bentuk kepedulian
pelanggan yang unik.
2. Extra Mile - Mereka memilih untuk
memotong sayur-mayur di setiap gerai,
bukan di central kitchen, dengan alasan
menjaga tingkat kesegaran. Kebanyakan
perusahaan mencari keuntungan dari
memberikan barang berkualitas rendah
dengan alasan efisiensi, memangkas biaya
yang akhirnya menurunkan pengalaman
konsumen berbelanja dengan kita. Panda
Express memilih memberikan hal-hal
terbaik kepada konsumen, yang pada
akhirnya menjadi salah satu strategi untuk
menciptakan pelanggan setia.
3. Misi yang inspiratif - Panda Way
percaya membangun organisasi yang kuat
harus dilandasi oleh SDM yang sehat,
selalu ingin meningkatkan diri, peduli atas
sesamanya. Panda Express juga berusaha
membuat kehidupan SDM menjadi lebih
baik dengan sistem jenjang karir dan
benefit yang sangat menggiurkan.
4. Adapt to local culture - Panda paham
bahwa pasar yang dilayani mungkin
memiliki taste bud, atau rasa lidah yang
berbeda dengan negara asalnya. Maka,
mereka memposisikan sebagai American
Chinese resto, menyuguhkan menu
makanan yang bisa diterima oleh orang
Amerika. Alhasil, gerai-gerai selalu ramai
pengunjung, walau ditengah banyaknya
kompetisi yang menawarkan makanan
sejenis maupun menu kreatif lainnya.
5. Standar menu - Panda Express
memilih untuk memiliki varian menu yang
terbatas, dan tidak seperti usaha sejenis
lainnya yang mempunyai ratusan menu
sehingga akan tergantung oleh koki
tertentu. Panda menciptakan rasa yang
standar sehingga memudahkan duplikasi,
dan terbukti per 2017 mereka memiliki
hampir 2000 gerai di seluruh dunia.
6. Passion For The Business - Sang
founder beserta istri, Andrew dan Peggy,
sampai sekarang masih menjadi CEO dan
Direktur Panda Express. Mereka percaya,
puncuk pimpinan adalah hal yang sangat
vital, sehingga mereka masih fully in
charge. Pensiun dini bukanlah prioritas
mereka. Karena setiap hari tidak berasa
seperti bekerja, mereka mencintai bisnis
ini sehingga they still lead the company till
today.
Seperti merek lainnya, Panda Express telah
berhasil keluar dari hanya sekedar menjual
makanan atau layaknya resto biasa yang
menyuguhkan makanan lezat. Panda
bukanlah di bisnis kuliner, Panda bukan
hanya menjual Broccoli Beef, Kongpaw
Chicken ataupun Sweet & Sour Pork.
Panda menjual kecepatan, pelayanan yang
baik, rasa yang standar dan pengalaman
berkuliner yang menyenangkan. Panda
paham betul tentang psikologi pelanggan,
bahwa manusia ingin dilayani dengan baik,
dan ketika lapar ingin sesuatu yang cepat.
Bayangkan, jika Indonesia mampu
mencetak Panda-Panda Express lokal yang
mampu bersaing di kancah Internasional,
akan sangat membanggakan.
“Mereka percaya puncuk
pimpinan adalah hal
yang sangat vital,
sehingga masih fully
in charge. Pensiun dini
bukanlah prioritas.
Mereka setiap hari
tidak berasa seperti
bekerja, mereka
mencintai bisnis
ini, they still lead the
company till today. “
34 Vol. 87 | May - Jun 2017
SMART FAMILY
Suzana ChandraManaging Director Kampoeng Villa
“Analogi gampangnya
saja, dengan pasar yang
hampir mencapai 260 juta,
jualan sandal jepit pun
bisa jadi kaya raya. Karena
“pangsa pasarnya” yang
luar biasa besar. Ini juga
yang menjadikan Indonesia
merupakan target market
untuk para produsen
gadget, young and powerful
market.
The Power of demography
Pada kesempatan libur Nyepi
bulan lalu, saya mengambil
kesempatan untuk mengajak
keluarga tamasya ke Yogyakarta.
Sebuah hotel bertemakan heritage di
daerah Prawirotaman menjadi pilihan
selama 2 malam pertama. Pada hari ketiga,
kami bermobil ria keluar kota, sekitar 2
jam ke arah Losari, utaranya Magelang.
Ke perkebunan kopi yang dirubah fungsi
menjadi resort cantik dengan pemandangan
Gunung Merapi.
“Coba deh perhatikan, selama 3 hari di
Yogyakarta dan sepanjang perjalanan ini,
kita tidak pernah melewati daerah yang
“kosong”. Selalu ada warung makan, ada
bengkel, ada toko baju, minimarket, warung
pinggir jalan, wisma, hotel, mall. Orang
ada dimana-mana, motor dan mobil ada
dimana-mana. Apa ini artinya?” Pertanyaan
ini dilontarkan oleh suami saya kepada
anak-anak.
“Pemandangan yang sangat berbeda,
kalau kita travelling di Australia dan di
35Vol. 87 | May - Jun 2017
SMART FAMILY
sum
ber
: le
nsare
maja
.co
m
berbagai negara maju lainnya. Biasanya
pada saat keluar perkotaan, kita akan
menjumpai hutan belantara, padang, bukit
dan gunung yang kosong melompong tidak
berpenghuni” lanjut suami saya. Anak-anak
saya cuma manggut-manggut saja sambil
berkata, “mungkin karena Indonesia tuh
orangnya banyak sekali, dad”. Saya yang
sedang terkantuk-kantuk di sebelah pak
supir, ikut berkomentar, ‘artinya apa kalau
orangnya banyak sekali?’ Maya (usia 13
tahun) menjawab dengan santai, “mereka
butuh makan banyak sekali, mom.”
Dua puluh tahun yang lalu, saya tinggal
dan mulai bersekolah di UGM Yogyakarta
selama 4 tahun. Setelah sekian lama
meninggalkan Kota Gudeg tersebut, saya
melihat perubahan yang terjadi sangat
luar biasa. Dengan berkeliling kota,
saya menyaksikan dimana setiap sudut
dipenuhi dengan manusia dengan segala
kegiatannya. Dulu dengan santai saya bisa
bersepeda motor disepanjang jalan menuju
Parang Tritis atau Kaliurang, berlomba-
lomba dengan para pengendara sepeda
ontel. Sekarang, hampir tidak terlihat satu
pun pengendara sepeda ontel. Kalaupun
ada yang bersepeda, itupun yang mengkilat
dengan pengendara yang berbaju ketat dan
berhelmet. Daerah-daerah yang dulu sepi
dan kita merasa “ngeri” kalau lewat daerah
tersebut, hilang tak berbekas. Digantikan
dengan berbagai bangunan komersial
dan rumah makan. Universitas yang
dulu berada di kota dengan ukuran yang
seadanya, rata-rata sudah memiliki kampus
yang besar di berbagai daerah yang relatif
baru. Perkembangan yang amat sangat luar
biasa.
Saya tercenung, jadi teringat diskusi
mengenai demografi negara Indonesia.
Dengan mata kepala sendiri saya
menyaksikan sedemikian “powerful”
struktur demografi Indonesia terhadap
perkembangan perekonomiannya.
Bayangkan saja, bahwa penduduk
Indonesia yang jumlahnya hampir 260 juta
orang tersebut, sekitar 50% berada diusia
dibawah 30 tahun. Dengan kata lain, ada
sekitar 125-130 juta warga Indonesia yang
berusia dibawah 30 tahun, usia yang sangat
produktif. Ini merupakan suatu “market”
yang sangat besar untuk kebutuhan primer
seperti pangan, papan dan edukasi. Market
usia produktif ini adalah potensi yang
sangat luar biasa untuk first home buyer
(pemilik rumah pertama), dan juga market
yang sangat besar untuk pendidikan.
Jadi masuk akal kalau banyak sekali
muncul sekolah-sekolah baru, dari level
Taman Kanak-kanak, SD, SMP, SMA
bahkan universitas-universitas. Sekolah dan
universitas yang lama semakin berbenah
dan melengkapi. Kampus mereka semakin
besar dan lengkap fasilitasnya. Beberapa
universitas di Indonesia malah sudah
menjadi incaran bagi mahasiswa asing.
Analogi gampangnya saja, dengan pasar
yang hampir mencapai 260 juta, jualan
sandal jepit pun bisa jadi kaya raya.
Karena “pangsa pasarnya” yang luar biasa
besar. Ini juga yang menjadikan Indonesia
merupakan target market untuk para
produsen gadget, young and powerful
market.
Hal lain yang menjadikan Indonesia
semakin dilirik oleh negara-negara lain,
adalah fakta yang menunjukkan, pada
tahun 2010, GDP (income perkapita)
Indonesia sudah mencapai USD 3,000
dan diestimasikan pada tahun 2025, GDP
Indonesia akan berada diangka USD
14,500. Bahkan Boston Consulting Group
& Mc Kensey mengestimasi bahwa di tahun
2025, Indonesia akan memiliki 150 juta
36 Vol. 87 | May - Jun 2017
orang yang merupakan kelas menengah
dengan spending power yang besar.
Wow…kombinasi yang sangat powerful
untuk potensi pangsa pasar. Jumlah
penduduk yang banyak dan kemampuan
daya beli yang juga bagus. Makanya semua
multinational company berlomba-lomba
membuka bisnis di Indonesia. Semakin
banyak tempat-tempat hiburan seperti
mall, cinema, tempat hang out (café,
restaurant, dance clubs, karaoke), tempat
berlibur dan juga kebutuhan akan “branded
items” yang bermunculan. Hal ini terjadi
karena kebutuhan golongan menengah
mulai bergeser. Bukan melulu untuk perut,
melainkan kebutuhan sekunder seperti
leisure atau kenikmatan.
Menurut saya, ini juga yang menyebabkan
Raja Salman membawa rombongannya
berkunjung ke Indonesia belum lama
ini, mengadakan berbagai business deal
dengan Indonesia. Bukan karena mereka
bermurah hati mau membawa uang
ke Indonesia, ataupun merasa sesama
negara dengan majority muslim, tetapi
pada dasarnya, karena pangsa pasar di
Indonesia sangatlah memikat hati mereka.
Investasi di Indonesia memiliki potensi yang
luar biasa dibandingkan dengan investasi
mereka di negara barat seperti USA dan
Eropa. Belum lagi sentimen USA terhadap
Negara Arab yang menjadikan USA
bukanlah pangsa pasar yang favorable.
So, Indonesia ibarat perempuan cantik
yang memikat para investor dunia untuk
berlomba-lomba meraih keuntungan dari
pasar yang besar dan daya beli yang kuat.
Kita sebagai orang Indonesia, tentunya
tidak boleh kalah, banyak hal yang harus
kita perbaiki untuk meningkatkan kualitas,
agar kita sebagai tuan rumah dapat
memetik hasil dari bonus demografi ini,
dan bukan semata menjadi penikmat dan
konsumen saja. Ayo siap-siap bersaing.
SMART FAMILY
sumber : www.waveland.com
37Vol. 87 | May - Jun 2017
38 Vol. 87 | May - Jun 2017
“
Pribadi BudionoDirektur Utama BPR Lestari
LEADERSHIP
Kekurangan yang tidak
disadari para pemimpin
adalah terlalu sibuk dalam
memberi arah tapi lemah
di eksekusi. Sehingga
banyak program tidak
berjalan dengan baik.
Mereka kedodoran dalam
satu hal, eksekusi. Untuk
itu mereka perlu seorang
chief. Chief Eksekutor.
Chief yang memastikan
semua hal berjalan.”
dicari: Chief Executor
Tanggal 19 April 2017, Pilgub
DKI putaran II. Incumbent Ahok
versus Anies. Tahun depan giliran
Bali. Seperti Pilpres, Pileg, Pilgub
atau Bupati atau Walikota, banyak janji-
janji yang diberikan saat kampanye. Ada
rumah murah, kesehatan gratis, sekolah
gratis, dana RT/RW dan masih banyak janji.
Semua calon diadu program. Diminta untuk
menyampaikan visi dan misi, jika berhasil.
Visi dan misi seperti tujuan yang akan
dicapai. Tentunya visi dan misinya sangat
tinggi, baik dan kedengarannya indah
sekali, jika dapat diwujudkan. Demikian
banyak perusahaan atau personal,
banyak sekali visi dan misi yang dipunyai.
Semuanya serba tinggi. Ingin mewujudkan
kesejahteraan pegawainya. Bermanfaat
bagi lingkungan, berguna bagi negara dan
lain-lain.
Mewujudkan visi dan misi tersebut, tidaklah
mudah. Saat sudah menjabat, baik kepala
daerah atau pimpinan perusahaan, kepala
divisi atau kepala bagian, semuanya sudah
berbeda. Tidak seperti yang dibayangkan,
kesulitan yang dihadapi banyak sekali,
kadangkala apa yang dilakukan sudah
Created by Pressfoto - freepik.com
39Vol. 87 | May - Jun 2017
LEADERSHIP
melenceng dari visi dan misi awalnya.
Mereka kehilangan fokus!
Posisi pemimpin sangat vital. Merekalah
yang menentukan arah, mau dibawa
kemana. Arahnya bisa baik bagi yang
dipimpin atau sebaliknya. Setelah arah
pemimpin itu jelas. Pertanyaannya adalah,
siapa yang mengeksekusi? Mengeksekusi
semua visi. Sebab visi itu baru memberi
kontribusi 20% dari tujuan. Sedangkan
eksekusi itu sangat penting karena
kontribusinya 80%. Pemikiran bagus
tapi tidak dilakukan, maka tidak akan
menghasilkan apa-apa.
Contoh banyak pemimpin memiliki
visi tentang kemakmuran, mengatasi
kemiskinan, kesehatan, pendidikan. Itu
bagus, sangat bagus. Namun, itu semua
belum menjadi kenyataan. Semuanya masih
teori diangan-angan. Semua bisa menjadi
kenyataan, jika dieksekusi. Agar eksekusi
berjalan dengan baik, disinilah unsur
leadership menjadi penting. Untuk membuat
perubahan dan mencapai tujuan yang telah
dicapai. Tentunya yang melakukan eksekusi
bukan pemimpin, tapi bawahannya.
Pemimpinnya hanya mengawal dan
memastikan segala sesuatunya telah
dilakukan.
Memang peran strategis pemimpin
tak bisa diabaikan, karena disanalah
visi dan pemikiran dicetuskan, serta
pengawasan dilakukan. Namun eksekusi
dan pelaksanaan bisnis justru terletak di
lapangan. Saya kira 20% konsep yang
dibawa seorang pemimpin sangat berlaku
bagi apa yang dipikirkan, dan apa yang
harus dikerjakan. Eksekusi itu penting
sekali karena memberi kontribusi hingga
80% untuk mencapai keberhasilan. Setiap
pemimpin daerah, pemimpin perusahaan,
pemimpin organisasi sosial maupun
pemimpin negara harus memiliki target yang
ingin dicapai. Yang dikenal dengan visi.
Berhasil atau tidaknya usaha untuk
merealisasikan visi yang ingin dicapai
itu tergantung pada dua hal. Pertama,
leadership. Adanya pemimpin yang
mengetahui apa yang ingin dicapai dan
strategi untuk mencapai keinginan tersebut.
Kedua, team yang kuat. Adanya team yang
mampu mengeksekusi secara baik visi yang
ingin dicapai. Industri perbankan, penentu
visi ada di kantor pusat, sedangkan cabang
sebagai eksekutor. Bisnis ada di cabang
sebagai eksekutor.
Kekurangan yang tidak disadari para
pemimpin adalah terlalu sibuk dalam
memberi arah, tapi lemah di eksekusi.
Sehingga banyak program tidak berjalan
dengan baik. Mereka kedodoran dalam
satu hal, eksekusi. Untuk itu mereka perlu
seorang Chief Executor. Pimpinan yang
memastikan semua hal berjalan. Bagaimana
caranya?
Di mulai dari sekarang, jangan ditunda.
Di mulai dengan modal, sumber daya
seadanya. Tidak harus menunggu
semuanya lengkap dan sempurna. Yang
penting berjalan dulu. Kalau ada kekurangan
dan kelemahan diperbaiki sambil jalan.
Kalau fokus akan kekurangan, maka tidak
akan pernah jalan. Presiden Jokowi
telah memberi contoh nyata. Semua
programnya, dipaksa untuk dijalankan,
walaupun dengan dana terbatas. Setelah
berjalan, dicarikan jalan keluar untuk
menutup kekurangannya.
Mulai dari hal yang kecil dulu. Tidak
harus besar. Agar lebih mudah dikerjakan
dan kelihatan hasilnya. Baru kemudian
diperbesar, diperbesar dan saat tertentu
dilakukan secara masif.
Untuk membuat jalan rindang dan hijau,
tidak harus menanam pohon sepanjang
jalan. Tetapi bisa diawali dengan sedikit
dulu. Tahun pertama ditanam pohon
sepanjang 1 Km. Pohon yang baru
ditanam tentunya masih kecil, karena itu
setiap harinya harus dirawat, dipupuk dan
disiram biar hidup. Agar tidak dicabut
orang dan ditabrak kendaraan, diberi
pagar. Kalau pohonnya mati, langsung
diganti dan ditanam ulang.
Seperti merawat anak kecil, perlu
perhatian lebih. Tentunya setelah 1 tahun,
akan tumbuh besar dan bagus. Tahun
kedua, penanaman pohon perindang
diperluas menjadi 3 km. Tahun ketiga
diperluas menjadi 6 km dan seterusnya.
Menanam pohon tidaklah sulit dan
mahal. Kalau ada kemauan pasti bisa.
Kuncinya adalah memulai dan konsisten.
Dengan berjalannya waktu, kota akan
hijau dan rindang. Ini pentingnya seorang
Chief Executor. Apakah Anda sudah
memilikinya?
40 Vol. 87 | May - Jun 2017
5 Hal Yang Harus
Diperhatikan Jika
Mengakuisisi
Sebuah Bisnis
INTERMEZZO
Jual beli usaha bukanlah trend di Indonesia, berbeda dengan waralaba
yang demikian menjamur. Tapi di negara seperti Amerika, banyak
pengusaha muda merintis usahanya dari kecil sampai besar, kemudian
menjualnya. Sementara di Indonesia, sebuah usaha dijual biasanya
karena merugi atau karena pemiliknya lagi butuh uang. Karena itulah mengakuisisi
sebuah usaha haruslah jeli. Berikut hal-hal yang saya pelajari jika kita hendak
mengakuisisi sebuah unit usaha :
41Vol. 87 | May - Jun 2017
Teliti sebelum membeli, karena
mungkin saja usaha yang dijual oleh
pemiliknya masih bagus, hanya saja
tidak memberikan keuntungan besar
[namun tidak rugi], sehingga pemilik
malas mengelolanya. Apalagi jika harus
menyuntikkan modal lagi agar usaha
tersebut berkembang.
Dan jika usaha yang hendak dijual
memang merugi atau menjelang bangkrut,
maka cermatilah terlebih dahulu apa
penyebabnya, apakah kekurangan modal,
pengelolaannya yang selama ini tidak
bagus, atau tidak ada pasarnya?
Layak tidaknya sebuah usaha di
akuisisi bisa dilihat dari seberapa besar
prospek usaha tersebut, jika memang
sudah masuk dalam titik jenuh, maka
sebaiknya Anda tinggalkan. Misalnya usaha
wartel yang memang sudah kehilangan
pasar sejak memasyarakatnya teknologi
handphone. Jika ada usaha wartel yang
hendak dijual, lupakanlah.
Lakukan audit kecil-kecilan,
lihatlah kinerja keuangannya. Perhatikan
catatan uang keluar ke mana saja, dan
masuk dari mana saja. Yang tidak kalah
penting, adalah melihat apakah usaha
tersebut memiliki utang atau piutang. Dan
jika Anda kesulitan membaca laporan
keuangannya, apalagi untuk sebuah unit
usaha yang relatif besar, maka gunakan
tenaga profesional.
Pastikan usaha ini tidak memiliki
masalah dalam aspek hukum, seperti
perijinan, pajak, kontrak jual-beli dan
lain-lain. Dan untuk menghindari praktek
manipulasi data atau penipuan, maka
dianjurkan agar Anda membuat pernyataan
bermaterai dengan pemilik sebelumnya,
yang berisi bahwa kedua belah pihak
memberikan data yang sebenar-benarnya,
jika ternyata data-data tersebut tidak
benar, maka Anda berhak menuntut atau
membatalkan pembelian usaha tersebut.
Garreth Sutton dalam bukunya ‘how to
buy and sell a business’ menyampaikan
pemahaman pada investigasi operasional
yang seharusnya dilakukan sebelum
membeli sebuah usaha, bahkan investigasi
ini akan lebih baik jika dilakukan
mendahului analisis finansial.
Adapun beberapa poin dari pemahaman
tersebut adalah sebagai berikut.
Cari tahu siapa pemilik usaha
tersebut, bila perlu nama-nama pemegang
sahamnya.
Apakah produk atau jasa yang
dijual perusahaan tersebut terpengaruh
oleh perubahan teknologi.
Apakah perusahaan itu memiliki
eksklusivitas terhadap referensi pada hak-
hak produksi atau distribusi?
Catat berapa besar keterlibatan
pemilik perusahaan, seberapa penting
peran karyawan kunci yang ada dalam
hubungannya dengan perusahaan.
Siapa saja yang menjadi
pemasoknya, cari tahu hubungan
perusahaan dengan pemasok, reputasi,
jumlah para pemasok dan syarat-syarat
pembayaran-nya.
INTERMEZZO
1.
2.
3.
4.
5.3.
4.
5.
2.
1.
sumber : www.freepik.com
42 Vol. 87 | May - Jun 2017
MOVIE REVIEW
Lion mengantongi enam nominasi
Oscar, itu sama sekali tidak buruk,
malah bisa dibilang, seorang Garth
Davis (sutradara) sudah menjadi
pemenang ketika ia berhasil menghancur
leburkan emosimu dalam sebuah drama
tentang perjalanan pulang kembali ke rumah.
Di adaptasi dari novel non fiksi “A Long
Way Home”, karangan Saroo Brierley, Lion
bercerita tentang manusia yang tersesat dan
bagaimana menemukan jalannya kembali.
Mengambil latar belakang tahun 1982 di
Khandwa, sebuah kota miskin di India.
Saroo kecil (Sunny Pawar) yang saat itu
masih berusia lima tahun harus terpisah dari
Guddu (Abhishek Bharate), kakak laki-lakinya
ketika ia tidak sengaja tertidur di dalam
gerbong kereta yang kemudian membawanya
ribuan kilometer dari rumah. Tanpa pernah
tahu bagaimana cara untuk pulang, Saroo
berakhir di sebuah panti asuhan di Kalkuta di
mana nasib kemudian mempertemukannya
dengan pasangan suami istri asal Australia,
John Brierley (David Wenham) dan Sue
Brierley (Nicole Kidman) yang kemudian
mengadopsinya. Meski hidup dalam
serba berkecukupan dengan masa depan
terbentang luas bersama keluarga barunya,
Saroo (Dev Patel) tidak pernah berhenti
memikirkan rumah dan keluarga aslinya,
meski 20 tahun sudah berlalu.
L I O N
sumber : mycanvass.in
43Vol. 87 | May - Jun 2017
MOVIE REVIEW
Harus diakui satu jam pertama film ini
begitu luar biasa. Davis membawa kita
ke dalam perjalanan emosional ketika
menyaksikan bagaimana Saroo kecil harus
terpisah dari keluarganya. Ada kedekatan
yang begitu intim dan personal yang
dibangun dari premis adaptasi kisah nyata
yang sebenarnya sederhana ini, kemudian
membuat kita dengan cepat merasakan
apa yang dirasakan para karakternya,
ada kepedulian dan simpati begitu besar
kepada karakter Saroo yang dimainkan
fantastis oleh aktor cilik Sunny Pawar dan
bagaimana penyutradaraan Davis membuat
setiap momennya begitu mengena
tanpa harus terasa berlebihan dalam
mendramatisasi setiap adegan-nya.
Dunia yang digambarkan melalui mata
Saroo oleh Davis dan DoP, Greig fraser
begitu besar dan ramai, penuh dengan
manusia namun ada rasa terisolasi di
dunia baru yang membuat jagoan kecil
kita seakan terperangkap oleh tembok
tak terlihat, mencari pertolongan dalam
benturan bahasa dan keterbatasan pikiran
seorang anak lima tahun yang merengek
mencari ibunya.
Bukan berarti di sisa durasinya Lion
menjadi lebih buruk, tidak sama sekali,
namun setelah emosi kita dihajar habis-
habisan di awal film, susah untuk kemudian
menghadirkan tonjokan yang sama
kuatnya meski melihat proses Saroo
dewasa yang galau dan kangen rumah
tetap sama pentingnya. Mungkin karena
kini Saroo sudah punya kehidupan lebih
baik termasuk seorang kekasih, Lucy
(Rooney Mara). Kini konfliknya datang
dari dalam dirinya sendiri, bukan lagi
tentang kelaparan, kedinginan atau takut
menjadi korban human trafficking, tetapi
bagaimana usahanya mencari jalan
pulang, pertentangan batin yang tidak
sesederhana yang terlihat ketika ia takut
mengecewakan keluarga angkatnya. Meski
kehilangan banyak eksplorasi karakter
di paruh keduanya -termasuk narasi
yang sedikit terseok-seok, namun Davis
mencoba mempertahankan momentumnya
dengan menghadirkan kontras antara
masa lalu dan masa sekarang lengkap
dengan penggunaan teknologi pencitraan
satelit melalui Google Map, sampai
kemudian tanpa sadar kelenjar air mata
kita bergetar hebat ketika Davis mengajak
kita ke penghujung cerita yang meski
bisa diprediksi, namun susah untuk
tidak terhanyut dalam sebuah momen
mengharukan.
Performa Dev Patel patut diacungi jempol.
Mungkin penampilan terbaiknya setelah
Slumdog Millionaire ketika ia sukses
menghadirkan kegalauan seorang anak
yang kangen rumah, meski harus diakui
performa Sunny Pawar yang sudah
benar-benar mencuri perhatian sebagai
Saroo kecil. Ada Nicole Kidman yang
juga bermain baik sebagai ibu angkat
dengan hati yang besar, yang peduli
dengan keluarga, termasuk anak-anak
angkatnya yang terburuk sekalipun. Sedikit
disayangkan karakter Rooney Mara dan
David Wenham yang terasa tidak terlalu
penting di sini.
sumber : people.com
HARY SUSANTOWWW.MOVIENTHUSIAST.COM
44 Vol. 87 | May - Jun 2017
NotesTravellers
Roma - Foto oleh Putristormputri I www.instagram.com/stormputri
Roma dan Gladiatornya, menjadi kisah yang tak lekang oleh jaman, banyak hal yang menjadi pembelajaran
dalam kisahnya yang penuh intrik. Peninggalannya kini, menjadi pusat wisata yang paling dicari, sisa-sisa
peninggalan kejayaan kaisar masa lalu. Kolosseum tentu salah satunya, arena gladiator yang dibangun oleh
Vespasian. Teater pertunjukan berbentuk elips yang disebut Flavian Amphitheatre ini, termasuk salah satu
dari Enam Puluh Sembilan Keajaiban Dunia Pertengahan. Situs ini terletak di kota kecil di Italia, Roma, yang
didirikan oleh Walikota Vespasian pada masa Domitianus dan diselesaikan oleh anaknya Titus, dan menjadi
salah satu karya terbesar dari arsitektur Kerajaan Romawi yang pernah dibangun.
Kolosseum ini, mampu menampung 50.000 orang penonton.
Roma - Foto oleh Putristormputri I www.instagram.com/stormputri
Roma dan Gladiatornya, menjadi kisah yang tak lekang oleh jaman, banyak hal yang menjadi pembelajaran
dalam kisahnya yang penuh intrik. Peninggalannya kini, menjadi pusat wisata yang paling dicari, sisa-sisa
peninggalan kejayaan kaisar masa lalu. Kolosseum tentu salah satunya, arena gladiator yang dibangun oleh
Vespasian. Teater pertunjukan berbentuk elips yang disebut Flavian Amphitheatre ini, termasuk salah satu
dari Enam Puluh Sembilan Keajaiban Dunia Pertengahan. Situs ini terletak di kota kecil di Italia, Roma, yang
didirikan oleh Walikota Vespasian pada masa Domitianus dan diselesaikan oleh anaknya Titus, dan menjadi
salah satu karya terbesar dari arsitektur Kerajaan Romawi yang pernah dibangun.
Kolosseum ini, mampu menampung 50.000 orang penonton.
Roma dan Gladiatornya, menjadi kisah yang tak lekang oleh jaman, banyak hal yang menjadi pembelajaran
dalam kisahnya yang penuh intrik. Peninggalannya kini, menjadi pusat wisata yang paling dicari, sisa-sisa
peninggalan kejayaan kaisar masa lalu. Kolosseum tentu salah satunya, arena gladiator yang dibangun oleh
Vespasian. Teater pertunjukan berbentuk elips yang disebut Flavian Amphitheatre ini, termasuk salah satu
dari Enam Puluh Sembilan Keajaiban Dunia Pertengahan. Situs ini terletak di kota kecil di Italia, Roma, yang
didirikan oleh Walikota Vespasian pada masa Domitianus dan diselesaikan oleh anaknya Titus, dan menjadi
salah satu karya terbesar dari arsitektur Kerajaan Romawi yang pernah dibangun.
Kolosseum ini, mampu menampung 50.000 orang penonton.
Roma dan Gladiatornya, menjadi kisah yang tak lekang oleh jaman, banyak hal yang menjadi pembelajaran
dalam kisahnya yang penuh intrik. Peninggalannya kini, menjadi pusat wisata yang paling dicari, sisa-sisa
peninggalan kejayaan kaisar masa lalu. Kolosseum tentu salah satunya, arena gladiator yang dibangun oleh
Vespasian. Teater pertunjukan berbentuk elips yang disebut Flavian Amphitheatre ini, termasuk salah satu
dari Enam Puluh Sembilan Keajaiban Dunia Pertengahan. Situs ini terletak di kota kecil di Italia, Roma, yang
didirikan oleh Walikota Vespasian pada masa Domitianus dan diselesaikan oleh anaknya Titus, dan menjadi
salah satu karya terbesar dari arsitektur Kerajaan Romawi yang pernah dibangun.
Kolosseum ini, mampu menampung 50.000 orang penonton.
45Vol. 87 | May - Jun 2017
46 Vol. 87 | May - Jun 2017
Rome’s Old Town, City Center
Sejarah kota Roma, tercatat lebih dari
2500 tahun. Namun mitologi Romawi
menyebut berdirinya Roma sekitar tahun
753 SM. Dan ini menjadikannya sebagai
salah satu kota tertua di Eropa yang
sampai saat ini masih ditinggali. Kota ini
berturut-turut menjadi ibu kota Kerajaan
Romawi, Republik Romawi dan Kekaisaran
Romawi, serta dinilai sebagai salah satu
tempat kelahiran peradaban Barat dan
kota metropolis pertama.
>
Di musem Roma, tersimpan sejumlah
peninggalan dari para ksatria Gladiator,
termasuk salah satunya adalah helm
yang mereka gunakan ketika bertarung di
Koloseum
Gladiator Helmet in Rome’s Museum>
47Vol. 87 | May - Jun 2017
Roman Forum, Rome
Pada tahun 2014, kota Roma menempati peringkat ke-14 yang paling banyak
dikunjungi di dunia, ke-3 yang paling banyak
dikunjungi di Uni Eropa, dan daya tarik
wisata yang paling populer di Italia. Pusat
bersejarahnya dicantumkan sebagai salah
satu Situs Warisan Dunia.
>
Rekonstruksi Koloseum dimulai dari
perintah Raja Alfero Gilberto tahun 72
M dan terselesaikan oleh anaknya Titus
pada tahun 80 M. Koloseum didirikan
berdekatan dengan sebuah istana megah
yang sebelumnya dibangun Nero, yang
bernama Domus Aurea[2] yang dibangun
sesudah kebakaran besar di Roma pada
tahun 64 M. Dio Cassius seorang ahli
sejarah mengatakan bahwa ada sekitar
9000 hewan buas yang telah terbunuh di
100 hari sebagai perayaan peresmian dan
pembukaan Colosseum tersebut. Lantai dari
arena Colosseum tertutupi oleh pasir untuk
mencegah agar darah-darah tidak mengalir
kemana-mana.
Sejak tahun 238, permainan gladiator masih
berlanjut namun berangsur-angsur mulai
berkurang, karena dinilai terlalu banyak
memakan korban jiwa. Bangunan tersebut
kemudian digunakan untuk menyimpan
berbagai macam jenis binatang sampai
pada tahun ke 524. Dua gempa bumi pada
tahun 442 dan 508 menyebabkan kerusakan
yang parah pada bangunan tersebut. Pada
Abad pertengahan, Koloseum rusak sangat
parah akibat gempa bumi lagi yakni pada
tahun 847 dan 1349 dan dijadikan sebagai
benteng dan sebuah gereja juga didirikan
disana.
Banyak batu marmer digunakan untuk
melapisi dan membangun kembali bagian-
bagian Koloseum yang telah rusak karena
terbakar. Pada abad 16 dan 17, keluarga-
keluarga Roman menggunakan Koloseum
sebagai tempat pengambilan batu marmer
untuk konstruksi bangunan St. Peter’s
Basilica dan kediaman khusus palazzi,
keluarga Roman.
Pada tahun 2000 ada sebuah protes
keras di Itali dalam rangka menentang
penggunaan hukuman mati untuk negara-
negara di seluruh dunia (di Italia, hukuman
mati dihapuskan pada tahun 1948).
Beberapa demonstran memakai tempat di
depan Koloseum. Sejak saat itu, sebagai
sebuah isyarat menentang kapitalis
tersebut, penduduk lokal mengganti warna
Koloseum di malam hari dari putih menjadi
emas dengan menggunakan penerangan
berupa lilin dan lampu neon sampai pada
saat dimana seluruh dunia menghapuskan
tindakan penghukuman mati itu.
48 Vol. 87 | May - Jun 2017
BOOK REVIEW
Astra , o n
Be co ming the
Pride o f Na tio n
oleh Yakub Liman
Dalam buku ini, Astra berbagi
kisah tentang perjalanannya
dengan pemerintah, pemegang
saham, mitra bisnis, pelanggan,
jaringan pemasok, dunia pendidikan, pers,
dan bahkan seluruh masyarakat Indonesia
yang telah menginspirasi seluruh insan
Astra untuk terus berinovasi, menciptakan
berbagai produk dan layanan terbaik, dan
membangun keunggulan dalam berbagai
aspek pengelolaan bisnis.
Selain itu, buku ini juga untuk
mengingatkan insan Astra, bahwa
membangun keunggulan adalah sebuah
proses yang sama panjangnya dengan
perjalanan menuju cita-cita, “sejahtera
bersama bangsa”.
Warisan nilai-nilai yang sangat berharga
dari pendiri dan para pemimpin terdahulu
merupakan sebuah fondasi yang amat
kuat untuk membangun kemandirian dan
keberlangsungan bisnis Astra. Muatan yang
terkandung dalam buku ini, selain untuk
memperkuat rasa ke ‘astraan’, sekaligus
untuk mengingatkan generasi berikutnya,
bahwa masih ada begitu banyak pekerjaan
rumah. Cita-cita perusahaan hanya
akan tercapai melalui Astra yang kuat.
Konsekuensi logisnya, bangsa yang
sejahtera akan semakin memperkuat Astra.
Periode tulisan untuk perkembangan bisnis
Astra di buku ini dimulai pada 2010, yaitu
era pembangunan menuju goal Astra, 2020
Pride of the Nation.
Sebagai buku manajemen praktis,
Astra: on Becoming Pride of the Nation
diharapkan dapat berkontribusi pada
kemajuan ilmu dan praktik manajemen dan
kepemimpinan di Indonesia. Buku ini juga
sebagai showcase sebuah perusahaan
yang dibangun di atas nilai-nilai, terus
tumbuh secara berkelanjutan, dan berjalan
selaras dengan program pemerintah untuk
membantu peningkatan kesejahteraan
bangsa.
Melalui buku ini, pembaca tidak lagi
harus menempuh proses berpikir
puluhan tahun untuk memahami dan
mengimplementasikan berbagai konsep
manajemen seperti yang Astra lakukan.
LEADERSHIP
49Vol. 87 | May - Jun 2017
BOOK REVIEW
MANAGEMENT
TOURISM
oleh Claudia Kaunang
Curse To Blessing
Traveling Is Possible!
oleh Rhenald KasaliSejak masa kolonial Belanda, Bojonegoro telah termasyhur karena
kemiskinannya. Sampai-sampai C.L. M. Penders, sejarawan Australia,
menyebutnya sebagai endemic poverty. Permasalahan Bojonegoro
begitu kompleks. Mulai dari kontur tanahnya yang labil, hingga banjir
dan kekeringan yang silih berganti.
Namun belum lama ini, Bojonegoro mendapat berkah. Tanahnya menyimpan
potensi migas yang besar. Jika tidak diolah dengan baik, berkah itu bisa
menjelma musibah. Untunglah, masyarakat Bojonegoro tidak lagi terbuai oleh
“konsep anugerah”. Kini pendapatan migas disisihkan untuk dana abadi dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Kondisi ini tentunya tidak terjadi dengan tiba-tiba. Ada faktor leadership yang
mampu membawa masyarakat pada “konsep perjuangan”. Transformasi
Bojonegoro lahir dari terobosan-terobosan pimpinannya yang asertif, inovatif,
dan berani menantang arus. Inilah kisah luar biasa yang menginspirasi dunia,
dan wajib dibaca oleh mereka yang mendambakan perubahan.
“Selalu ada jalan untuk kita yang suka jalan-jalan..”
Setiap orang memiliki destinasi impian. Sayangnya, masalah
biaya, waktu, izin, visa atau ketakutan menghadapi dunia luar
dan budaya asing kadang membuat kita ragu untuk melakukan
perjalanan ke destinasi impian kita. Buku ini akan menjadi
jembatan kita untuk tetap optimistis, berfokus dan bersemangat
mewujudkan perjalanan impian kita.
Jangan mengukur sebuah perjalanan dari banyaknya biaya yang
dikeluarkan atau waktu yang dihabiskan. Ukurlah sebuah perjalanan
dari kayanya pengalaman yang kita dapatkan setelah kembali ke rumah.
Perjalanan membuat kita belajar untuk menjadi lebih sabar, tangguh,
dan pengertian. Yang terpenting, perjalanan membuat kita menyadari,
bahwa Tuhan menciptakan begitu banyak budaya dan suku bangsa agar
manusia bisa saling toleransi.
Perjalanan adalah bagian dari hidup kita, selamat merealisasikan mimpi
jalan-jalanmu.
50 Vol. 87 | May - Jun 2017
KISAH SUKSES SI PENGEMbAlA
ENTREPRENEUR
Text & Photo : Nur Hakim
“Kesuksesan yang telah diraih H Doni bukan sekejap mata atau semudah membalikkan
telapak tangan. Asam garam kehidupan telah dilaluinya, berjuang dengan keras dan ikhlas
tidak akan mengkhianati hasil akhir. Tentu dengan proses yang begitu panjang.”
H Romdoni yang akrab disapa
H Doni adalah seorang
pengusaha sukses dibidang
Rumah Pemotongan Hewan
(RPH), otomotif dan cluster. Pria kelahiran
Cipete, 22 Januari 1965 silam ini terlah
berusia 51 tahun, dan sudah memulai
usahanya sejak usia 11 tahun. Sejak
kecil, H Doni bukan berasal dari keluarga
kaya, tetapi dari keluarga sederhana yang
berjuang untuk hidupnya.
Dimasa itu, untuk mendapatkan uang jajan,
H Doni menawarkan jasa untuk mengisi
air di kamar mandi warga secara keliling
dari rumah ke rumah. Dengan menimba
atau menggunakan mesin air. Ibunya
berjualan nasi uduk keliling dari kampung
ke kampung, dan ayahnya telah meninggal
saat ia kecil.
Itulah sebabnya, ia dan ibunya bekerja
keras untuk menyambung hidup. Getir
yang paling terasa adalah ketika hari raya,
bagi kebanyakan muslim Betawi selepas
shalat Idul fitri, menu makanan wajib
adalah daging sapi atau ayam yang diolah
menjadi semur daging atau opor. Namun
tidak bagi H Doni, karena kondisi, ia dan
keluarganya hanya memakan semur tahu
dan tempe.
Bahkan satu kali ketika ia dan keluarganya
memiliki uang untuk membeli ayam, justru
dituduh mencuri ayam tetangga yang
ketika itu hilang, padahal ia membeli dari
uang hasil kerja yang telah ditabungnya.
“Saya pernah dituduh mencuri ayam
tetangga, karena hari itu kami sekeluarga
makan ayam dan kebetulan ayam tetangga
hilang. Padahal bukan saya yang ambil,”
ungkapnya.
Setelah menamatkan pendidikan SD sekitar
di tahun 1976, H Doni tidak melanjutkan
pendidikannya dan memilih untuk bekerja
di toko klontong selama dua tahun dengan
gaji Rp 30 perhari. Jam kerja selama 12 jam
mulai dari tujuh pagi hingga tujuh malam.
Uang dari gaji, ia kumpulkan untuk membeli
kebutuhan pangan dan membantu modal
ibunya menjual nasi uduk. Ia sempat belajar
simpoa (teknik berhitung) untuk mengasah
kemampuan hitungnya dalam bekerja
selama dua tahun.
Pada umur 13 tahun, H Doni memulai
usaha dengan modal pertamanya sekitar
Rp 150. Ia memutuskan untuk berjualan
daging sapi karena berkeinginan untuk
bisa mengonsumsi daging sapi bersama
keluarganya. Perjuangannya pun tidak
mudah, untuk bisa membeli daging sapi
ia harus pergi ke pasar menaiki oplet
dari Cisalak, Cililitan, dan Pasar Buncit.
“Sempat nggak punya ongkos saat mau
pulang, tetapi karena kasihan lihat saya,
supir opletnya tidak menyuruh saya untuk
bayar ongkos,” jelas H Doni.
Dengan modal Rp 150, ia hanya
mendapatkan daging sapi sebanyak 3
kg pada saat itu. Daging sapi yang telah
dibeli, dipotong-potong menjadi 12 bagian.
Dijual dengan berat ¼ kg dan didapat
51Vol. 87 | May - Jun 2017
ENTREPRENEUR
keuntungan sekitar lima rupiah per ¼
kgnya. Ketika daging sapi yang dijualnya
hampir habis, ia tidak menjual secara
keseluruhan. Dipisahkan secara khusus
untuk keluarganya agar bisa menyantap
daging sapi bersama-sama.
Usaha daging sapi berkembang dari hari
ke hari, dimulai dari 3 kg menjadi 3,5 kg
hingga 10 kg. H Doni berjualan di kaki lima
menggunakan terpal untuk melindungi
daging yang dijualnya dari panas dan hujan.
Saat itu, kantong plastik belum digunakan
sebagai pembungkus, ia menggunakan
daun waru dan tali untuk membungkus
dagingnya. Setiap harinya, dagangannya
semakin diburu pelanggan.
Sekitar umur 15 tahun, ia sempat beberapa
kali diusir saat berdagang, dan akhirnya
memutuskan untuk menyewa bilik di Pasar
Cisalak untuk melanjutkan usahanya
dengan harga sewa Rp 10 per hari. Ia
sempat berhenti berjualan daging dan
pada usia 16 tahun dan memutuskan untuk
menjadi penyuplai daging di Pasar Cisalak.
Dan mendapat kolega bisnis sapi dari Bali.
Saat berumur 16 tahun H. Doni telah
memiliki Tempat Pemotongan Hewan (TPH).
Sebuah bilik kecil di depan rumahnya
yang digunakan untuk mengembangkan
usahanya. Hingga umur 20 tahun,
ia memberangkatkan ibunya untuk
melaksanakan ibadah Haji. Pada 1988, ia
ditawari pekerjaan untuk membebaskan
tanah yang akan dijadikan perumahan.
Dengan gaji sebesar Rp 5.000 untuk tiap
meter tanahnya.
“Ada orang yang menawari saya pekerjaan
pembebasan tanah, namanya bapak Boyke.
Saya sebetulnya tidak mengerti pekerjaan
macam ini, karena hanya lulusan SD. Tapi
Pak Boyke bukan mencari orang pintar,
tetapi mencari orang jujur,” pungkasnya.
Setelah berkutat dengan usaha daging
pemotongan hewan selama puluhan
tahun, H Doni mengembangkan sayap
usahanya di bidang impor sapi Australia.
Hingga ia membuka bisnis otomotif dengan
membuka tiga showroom mobil, dan
bisnis properti dengan membangun empat
cluster dan ruko. H Dony juga mengimpor
sparepart mobil built up semua brand
dengan nama Dian Auto.
Kesuksesan yang telah diraih H Doni bukan
sekejap mata. Asam garam kehidupan
telah dilaluinya, berjuang dengan keras dan
ikhlas tidak akan mengkhianati hasil akhir.
Tentu dengan proses yang begitu panjang.
52 Vol. 87 | May - Jun 2017
DIGITAL MARKETING
BANGUNASET DIGITAL
Aset? Sudah punya atau
belum? Jika sudah, apa saja
aset Anda? Apakah aset itu
menguntungkan? Ataukah aset
itu menggerus tabungan kita?
Dalam dunia wirausaha, kita terbiasa
mendengar kata aset. Ketika dana berlebih,
atau sedang dalam proses membangun
usaha, kita akan mempertimbangkan
pengadaan aset.
Apa sih aset itu? Menurut wikipedia, aset
adalah sumber ekonomi yang diharapkan
memberikan manfaat usaha di kemudian
hari. Dibeberapa sumber menyatakan
bahwa aset adalah sumber daya atau
kekayaan yang dimiliki oleh suatu entitas.
Pertanyaan untuk kita adalah: Apa tujuan
memiliki aset?
Mari simak cerita berikut ini. Pak Made
baru ambil kredit mobil untuk transportasi
wisata. Tiap bulan Pak Made hasilkan
10 juta dari hasil transport tersebut.
Sedangkan cicilan mobil adalah 4 juta per-
bulan. Setelah dipotong bensin, service,
biaya penyusutan dan biaya tak terduga,
Pak Made mengantongi keuntungan 4 juta
per-bulan.
Dari cerita itu, mobil adalah sumber
ekonomi bagi Pak Made. Bisa dikatakan
mobil adalah aset. Tanah pun akan jadi
aset produktif jika di bangun kost-kostan.
Begitupula pabrik, peralatan produksi,
karyawan, bahkan pelanggan pun adalah
aset. Terus, untuk apa aset itu? Kita
sepakati tujuan memiliki aset adalah untuk
mencetak keuntungan (profit). Bahasa
bijak nya adalah, aset ditujukan untuk
mendatangkan kemakmuran.
Kehadiran Internet.
Pola bisnis berubah ketika internet menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup
manusia. Sejak tahun 1990-an, internet
ubah pola hidup dan bisnis manusia.
Yang terbiasa bersurat gunakan kertas,
akan pindah gunakan email di era internet.
Tadinya gunakan kertas sebagai dokumen
tagihan, jaman internet akan gunakan
dokumen pdf dan email untuk berkirim
tagihan. Bahkan yang dulu terbiasa berkirim
foto via attachment email, sekarang
tergantikan dengan fB dan Instagram.
Dalam dunia marketing bisnis, dulu
terbiasa cetak ribuan brosur untuk media
promosi. Sejak ada internet, brosur itu
berubah jadi e-flyer atau file gambar yang
bisa disebarkan lewat email dan media
sosial untuk promosi. Dulu harus sewa
ruko untuk jualan, jaman internet cukup
dengan website dan media sosial untuk
etalase jualan. Murah meriah! Internet
mampu menghemat ongkos produksi dan
Hendra W Saputro
CEO BOC Indonesia
IG: hendraws Blog: www.hendra.ws Bisnis: www.boc.co.id
53Vol. 87 | May - Jun 2017
DIGITAL MARKETING
marketing!.
Mari kita lihat geliat internet di Indonesia.
Menurut survei APJII (Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia),
pengguna internet Indonesia pada 2016
adalah 132,7 juta jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk Indonesia adalah 256 juta jiwa.
Hampir 50% lebih melek internet.
Bagaimanakah perkembangan bisnis
yang menggunakan internet di Indonesia?
Menurut Samuel Abrijani Pangerapan
(Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI) melalui
data IDC (International Data Corporation)
Indonesia mengatakan, saat ini transaksi
e-commerce Indonesia mencapai angka
USD 651,7 juta pada 2016. Angka itu tidak
memasukkan transaksi jasa seperti Go-Jek,
Grab dan lainnya.
Melihat fakta tersebut, artinya ada geliat
sumber daya ekonomi di dunia internet.
Masyarakat Indonesia sudah menemukan
sumber daya baru untuk mendulang profit.
Bermunculan raksasa internet Indonesia
yang jadi jagoan cetak omzet dan mengajak
netizen (masyarakat internet) Indonesia
meraup untung.
Ada Kaskus.co.id dengan forum fJB nya
yang mengajak netizen buka lapak untuk
bisnis. Selain Kaskus meraup untung
dari iklan, netizen yang jadi member juga
berkesempatan jualan menggunakan
sistem website nya Kaskus. Hal serupa
terjadi di tokopedia.com, bukalapak.com,
lazada.com dan lain sebagainya. Mereka
sebagai korporasi berjuang dengan netizen
untuk cetak omzet bisnis. Datangkan
profit untuk hidupnya. Begitupula Go-Jek
dan Grab yang mengajak masyarakat jadi
tukang ojek dan mendapatkan profit.
Saatnya Bangun Aset Digital.
Berhubungan dengan manusia jadi semakin
mudah dengan adanya media sosial online.
“..dulu terbiasa cetak ribuan
brosur untuk media promosi.
Sejak ada internet, brosur
itu berubah jadi e-flyer atau file gambar yang bisa disebarkan lewat email dan
media sosial untuk promosi.
Dulu harus sewa ruko untuk
jualan, jaman internet cukup
dengan website dan media sosial untuk etalase jualan.
Murah meriah! Internet
mampu menghemat ongkos produksi dan marketing!”
* infografis internetuser
54 Vol. 87 | May - Jun 2017
DIGITAL MARKETING
Kesempatan bersosial secara online
tidak disia-siakan oleh netizen. Selain
bersosial, mereka pun bergerilya lakukan
bisnis gunakan media sosial. Coba kita
lihat komposisi pengguna media sosial di
Indonesia pada infografis dibawah ini:
Media sosial facebook, Instagram,
Youtube, Google+, Twitter dan LinkedIn
unggul merebut hati netizen Indonesia.
Kemudian perilaku yang berkaitan dengan
komersial, netizen pun sudah terdidik
terbiasa melakukan belanja online.
Kisah sukses berbisnis lewat website dan
media sosial pun sudah banyak dirasakan
oleh netizen Indonesia. Contoh yang
paling dekat di Bali, ada jasa catering yang
pergunakan fB fanspage Catering Kita
Bali bersama website-nya, mampu dapat
pelanggan dan cetak omzet. Ada lagi
akun Instagram sindyyshop, milik seorang
mahasiswi yang memulai bisnis online
3 tahun lalu dan sekarang sudah profit.
Bahkan mampu biayai kuliahnya sendiri.
Mereka yang bisnis online tidak perlu
sewa ruko untuk bisa jualan. Cukup
menggunakan aset digital nya dan disiplin
mengisinya dengan konten-konten kreatif
yang menjual. Konsistensi dalam mencipta
konten akan membuat pelanggan semakin
percaya dan yakin membeli produk mereka.
Jika kita lihat para korporasi besar dan
netizen yang berbisnis online, mereka
mempunyai sumber daya atau alat yang
mendatangkan nilai ekonomis. Alat-alat
ekonomis itu berbentuk website, aplikasi,
akun facebook (personal dan page),
Google+ (personal dan page), Instagram,
Twitter, Youtube, LinkedIn dan entitas online
lainnya.
Alat-alat itu adalah sumber daya ekonomis,
dan itulah aset digital!
Tokopedia, Kaskus, Lazada punya aset
digital bernama website. Go-Jek, Grab dan
Uber punya aset digital bernama aplikasi
yang berjalan di Android dan Iphone.
Catering Kita Bali punya aset fans di
facebook dan website. Sindy punya aset
digital di akun Instagram @sindyyshop yang
punya ribuan follower. BCA punya aset
digital di website Klikbca.com nya.
Bagaimana jika semua aset itu hilang? Kena
crack, tercuri atau lupa memperpanjang
nya. Jelas rugi besar.
Aset digital tidak bisa dipandang sebelah
mata. Bahkan Hermawan Kertajaya (Bapak
Marketing Indonesia) memasukkan unsur
digital dalam teknologi marketing 4.0 nya.
Moving from Traditional To Digital dalam
* infografis internetmedsos
55Vol. 87 | May - Jun 2017
DIGITAL MARKETING
www.goboomtown.com
rangka memenangkan hati pelanggan.
Produk kita tidak lagi laris, namun
mendapatkan loyalitas dan pembelaan dari
pelanggan.
Masih menurut Hermawan, kita harus
mencipta konten yang tidak mendikte
pelanggan. Konten itu harus membuka hati
pelanggan dengan unsur edukasi, diskusi,
penyadaran dan pembelaan. Konten itu
harus terdistribusi di semua aset-aset
digital marketer.
Konten itu bisa berupa artikel, gambar,
audio dan video. Content is the king! dan
harus kita gunakan untuk memperkuat nilai
produk kita. Meningkatkan omzet bisnis
dan membuat pelanggan loyal.
Selanjutnya adalah bertindak konsisten
untuk membangun kekuatan bisnis kita
secara online. Berikut adalah beberapa
cara mengembangkan bisnis melalui aset-
aset digital:
1. Website
Berikan artikel yang berisi edukasi tentang
produk. Aktiflah membuat promo dan
event. Tuliskanlah di website. Beri fasilitas
share di media sosial agar ada partisipasi
dari netizen untuk ikut sebarkan artikel
Anda. Update artikel bisa seminggu atau
dua minggu sekali. Google senang dengan
website yang sering update. Rumus
Google adalah Content is The King!.
2. Facebook
Posting-lah dua status dalam sehari di
fB fanspage. Baik itu gambar (informatif
atau iklan), artikel ataupun video. Bisa
jadi konten status itu berasal dari website
Anda. Bagikan (share) konten itu di
facebook personal Anda juga. Waktu
terbaik adalah setelah makan siang dan
menjelang pulang kerja.
3. Instagram
Dalam satu aplikasi Instagram, bisa
memuat 5 akun yang berbeda. Manfaatkan
ini untuk manajemen aset digital. Posting
lah konten sehari sekali atau dua kali dalam
instagram bisnis Anda. Konten itu bisa
berupa gambar atau video dengan durasi
maksimal 1 menit.
4. Google+
Google menciptakan media sosial dengan
cara manajerial hampir sama dengan
facebook. Postinglah 2 status perhari
di Google+ brand page dan bagikan di
Google+ personal Anda. Bisa juga share
artikel dari website Anda.
5. Youtube
Netizen suka video karena bosan dengan
konten berbasis teks dan gambar. Youtube
punya pengunjung unik dan harus
dimanfaatkan untuk meningkatkan bisnis
Anda. Buatlah video lewat smartphone
atau gunakan tenaga profesional. Upload
seminggu sekali.
6. Twitter
Netizen yang menggunakan twitter
punya karakteristik unik. Dari kalangan
berpendidikan dan netizen yang punya jiwa
individualis suka berlama-lama di twitter.
Update lah 2-4 status perhari untuk eksis di
netizen.
7. Newsletter
Pelanggan jangan dibiarkan pergi begitu
saja. Minta email mereka dan gunakan
untuk memanjakan mereka dengan konten
Anda. Pergunakan fasilitas mailchimp.
com untuk berkirim newsletter kepada
pelanggan. Konten tidak boleh melulu
jualan. Berikan pelanggan konten yang
bermanfaat seperti tips, trik, edukasi
produk, event, dan promo tertentu.
Newsletter adalah cara untuk selalu
terkoneksi dengan pelanggan Anda.
Netizen perlu membaca, melihat dan
meyakinkan diri sebelum mereka membeli.
Maka hati mereka perlu dibuka dengan
kekuatan konten. Aset digital yang sepi
dengan konten akan terlihat sebagai bisnis
yang mati suri. Netizen pun akan menjauhi
bisnis Anda.
Menciptakan konten-konten kreatif adalah
cara untuk membangun dan besarkan
aset-aset digital Anda.
56 Vol. 87 | May - Jun 2017
FRONT OF MIND
Ketika pertama kali ia masuk jajaran
40 orang terkaya di Jepang,
kekayaannya telah mencapai USD 1,4
miliar, dimana kemudian dari tahun
ke tahun terjadi kenaikan yang begitu signifikan.
Hal tersebut tidak lepas dari keputusan Tadashi
untuk lebih condong menggeluti bisnis di sektor
riil ketimbang berinvestasi di bisnis bursa saham,
karena terbukti bisnisnya lebih stabil dan tetap
eksis. Di saat pengusaha-pengusaha Jepang
lainnya terpuruk, Tadashi malah terus mengeruk
keuntungan berkat bisnisnya.
Bagi yang belum mengetahui usaha Tadashi
Yanai, pria berusia 67 tahun ini merupakan
penemu dan CEO dari Uniqlo, sebuah
perusahaan ritel busana asal Jepang, sekaligus
yang terbesar di Asia. Jaringan ritel raksasanya ini
pun telah berekspansi ke luar Jepang, termasuk
dengan membuka cabang di Indonesia.
Kalau ditanya siapa orang terkaya di Jepang saat ini, pasti semua mata akan tertuju kepada
sosok Tadashi Yanai. Harta US$ 16,3 atau sekitar Rp. 213 Triliun. Siapa Tadashi dan apa bisnis
yang melambungkan namanya masuk dalam jajaran kelompok elit?
TAdASHIYANAI
sumber : www.fastretailing.com
The MillionaireJapan Fashion Retail
of
57Vol. 87 | May - Jun 2017
FRONT OF MIND
Tadashi mengawali karirnya dengan
mengelola toko warisan Ayahnya yang
bergerak di bidang fashion khusus pria
bernama Ogori Shoji. Yanai muda waktu
itu kerap mengunjungi toko pakaian pria
Barney di New York untuk mempelajari kiat
pemasaran dan ekspansi produk.
Ide membuat toko sendiri tercetus begitu
saja, lantaran ia menginginkan sebuah
toko pakaian dengan konsep menjual
segala jenis, baik untuk pria maupun
wanita. Tadashi memang tipe orang
yang tak pernah puas dengan apa yang
diraihnya dan selalu ingin menciptakan
hal baru. Cikal bakal dari Uniqlo baru
dimulai ketika ia mendirikan toko sendiri di
Hiroshima dengan nama Unique Clothing
Warehouse pada tahun 1984. Tak seperti
pengusaha Jepang kebanyakan, Tadashi
berani mengambil risiko. Respon positif
pun berdatangan untuk konsep retail yang
ditawarkannya. Tak heran dalam waktu
singkat, antara 1991 hingga 1992, ia telah
membuka 33 toko Uniqlo di Jepang.
Jumlah itu terus bertambah menjadi 100
gerai di seluruh penjuru Jepang pada
1994. Momen puncaknya saat krisis
ekonomi melanda Jepang di akhir 90-
an. Di saat orang-orang mencari pakaian
berkualitas dengan harga murah, saat itulah
Uniqlo mengembangkan versi murah dari
jaket populer produksi North face dan
Patagonia.
Tadashi juga tipe orang yang gemar belajar
dari pesaingnya. Terlihat dari strategi
bisnis yang diadopsi Uniqlo dari peritel AS
The Gap, Inc pada tahun 1997. Dengan
sistem SPA (specialty-store atau retailer
of private-label apparel), yang berarti
produksi dilakukan sendiri dan dijual secara
eksklusif. Dengan strategi ini, keseluruhan
proses dapat dikontrol efisiensinya
sehingga harga jual dapat ditekan.
Di samping itu, ia juga kerap mengambil
langkah berbeda dari pesaingnya. Semisal
ketika perusahaan yang lain banyak
mengeluarkan produk sesuai tren dan
dalam jumlah terbatas, Uniqlo lebih suka
mengusung produk yang sifatnya kembali
ke dasar, menghilangkan berbagai hiasan
dan lebih berorientasi fungsi. Proses
pembuatannya juga dilakukan secara
massal sehingga harga dapat ditetapkan
serendah mungkin.
Dalam mengembangkan lini pakaiannya,
Uniqlo menganut falsafah shun dan kino-
bi. Shun dapat diartikan sebagai waktu
yang tepat atau sesuai tren, sementara
kino-bi bermakna fungsi dan keindahan.
Kedua kata itu mewakili fashion Jepang
yang modern. Uniqlo pun menyimpan
obsesi Tadashi untuk membuatnya sebagai
merek yang mendunia, sekaligus mampu
menjadikannya sebagai wakil generasi
sumber : uk.fashionnetwork.com
58 Vol. 87 | May - Jun 2017
“
pengusaha Jepang yang sanggup
menantang risiko dan berorientasi global.
Hingga November 2012, Uniqlo telah
memiliki 347 gerai di berbagai kota di
dunia yang menyumbangkan 22 persen
pendapatan total. Gerainya ada di Cina,
Perancis, Hongkong, Malaysia, filipina,
Rusia, Singapura, Korea Selatan, Taiwan,
Thailand, Inggris dan AS. Di sisi lain, Ogori
Shoji warisan Ayahnya pun ikut diubah
namanya menjadi Fast Retailing, demi
mengembangkan ekspansi. Dalam kurun
waktu satu tahun, Fast Retailing pun
mampu membuat beberapa produk secara
mandiri, bukan lagi hanya sebagai penjual
ritel. Terbukti hingga 2001, total gerai Fast
Retailing telah mencapai lebih dari 500 unit.
Gerainya di Jepang mencapai 800 unit,
belum lagi gerai-gerai di Hong Kong,
China, Inggris dan Amerika Serikat. Meski
telah berkembang pesat, bukan berarti
fast Retailing Co. tidak pernah mengalami
kegagalan. Ketika anak perusahaannya ini
membuka gerai di Inggris, penjualannya
tak terlalu bagus, sehingga labanya turun
drastis.
Namun hal ini tak menghentikan Yanai
untuk terus berekspansi ke luar negeri.
Bahkan setiap sesi wawancara media, pria
berkacamata ini selalu optimis mengatakan
keyakinannya untuk menjadi yang terbaik,
mengalahkan pesaing papan atas seperti
GAP dan H&M.
Sejak tahun 2013, Uniqlo sudah masuk juga
ke Indonesia, yang berlokasi di sejumlah
mal-mal elit di Jakarta. Pada tahun 2016
lalu, ia merencanakan untuk mendirikan 100
Toko Uniqlo di China.
sumber : www.governance.berggruen.org
Uniqlo pun
menyimpan obsesi
Tadashi untuk
membuatnya sebagai
merek yang mendunia,
sekaligus mampu
menjadikannya
sebagai wakil
generasi pengusaha
Jepang yang sanggup
menantang risiko dan
berorientasi global.”
FRONT OF MIND
59Vol. 87 | May - Jun 2017
Castle Kaos Lukis Dari produksi 8 biji, sampai launching di New York City
Dari produksi 8 biji, sampai launching di New York City
ninja easy TawarKan
Pengiriman mudah
dan ringKas Bagi
Para social seller
Castle Kaos Lukis
Vol. 17 MEI - JUNI ’17Vol. 17 MEI - JUNI ’17Vol. 17 MEI - JUNI ’17
60 Vol. 87 | May - Jun 2017
Creator.InC adalah program dari tim redaksi
majalah Money&I untuk memberdayakan para
pekerja kreatif, dengan menyediakan wawasan
seputar karir, kreatifitas serta cara-cara untuk
mewujudkan sebuah ide. Disampaikan dalam
berbagai media, mulai dari buku, training, festival,
hingga memberikan jasa sebagai Konten Kreator.
CONTENT CREATOR
Sebagai pembuat konten, kami merangkai cerita, kisah yang relevan
dengan konsumen, kisah yang mampu menangkap esensi dari
produk atau citra perusahaan yang hendak dibangun. Baik melalui
Company Profile, Corporate Magazine, Annual Report atau Buku.
Company profile. Media terbaik untuk membangun brand,
kredibilitas serta menceritakan kisah perusahaan Anda. Sekaligus sebagai sarana untuk membuka pasar baru (open new market) dan
tentunya, become more visible.
CORPORATE MAgAzinE. Media untuk menjalin hubungan (engange) dengan existing customer. Juga efektif untuk influence your industry.
AnnuAl REPORT. Media untuk merekapitulasi kisah perusahaan selama setahun, namun dengan pendekatan cerita yang atraktif
agar menumbuhkan rasa bangga pada konsumen.
BOOks. Media untuk membuat kiprah Anda semakin terlihat, mendokumentasikan perjuangan perusahaan, mengedukasi pasar serta untuk mendapatkan klien yang lebih besar.
Start by contacting : [email protected] or call 0823 3996 4020 I www.creator-inc.com
Let us help you tell it. Because storytelling is what we do best
DARI REDAKSI
Bulan lalu, Money&I meluncurkan buku berjudul
Creator.Inc, setelah selama ini hadir sebagai
suplemen sisipan, kini Creator.Inc juga disajikan
dalam bentuk buku, yang proses penerbitannya
bekerjasama dengan Bentang Pustaka. Buku ini, telah
beredar disejumlah toko-toko buku secara nasional. Lewat
buku tersebut, Bentang Pustaka meluncurkan program The
Next Creator, pencarian kreator muda yang diharapkan
bisa menjadi inspirasi, dari proses inilah kami kemudian
mengenal Castle Kaos Lukis, usaha yang dirintis oleh
seorang mahasiswa UGM yang melakukan inovasi batik
konvensional. Dengan merek Castle, usaha yang tadinya
cuma dimulai dengan modal nekat ini, kemudian dalam
waktu singkat di apresiasi pasar, hingga penjualannya
kemana-mana, bahkan manca negara. Lalu apa sebenarnya
kaos lukis dan apa kaitannya dengan batik? Inilah materi
utama kami pada sisipan Money&I edisi ini, serta tentu
saja sederet artikel lain yang kami harapkan informatif bagi
kalian para Kreator. Selamat membaca.
THE ROOKIE
Maharsitama Anindita
Castle Kaos Lukis
Bukan hanya kreatif, tapi juga
memberdayakan sejumlah seniman lokal
dalam proses pembuatannya, simak
kisah usaha Castle Kaos Lukis yang
hingga di pamerkan di New York
62
Beberapa tahun silam, terbit buku
berjudul Young On Top, dari buku
tersebutlah kemudian menjadi jaringan
komunitas yang tersebar nasional,
termasuk di Bali, inilah kisah mereka.
Aplikasi ini solutif, menyederhanakan
proses pengiriman dan pembayaran
sehingga para penjual online bisa fokus
mengembangkan bisnisnya. Seperti apa
sebenarnya aplikasi ini?
APPS
Ninja Express
COMMUNITY
Young On Top Bali 72 70
61Vol. 87 | May - Jun 2017
62 Vol. 87 | May - Jun 2017
Tak terhitung banyaknya produk kreatif dari Jogja, seperti
Brazil dengan talenta atlet bolanya, seperti itu pula
Jogja menelurkan anak-anak muda berbakatnya. Salah
satu yang kini tengah berkembang adalah Kaos Batik
Lukis dengan merek dagang Castle Kaos Lukis. Diproduksi secara
handmade menggunakan obat batik sebagai bahan baku pewarna
utamanya. Karena handmade, maka yang istimewa dari kaos ini adalah
eksklusifitasnya, hanya diproduksi satu desain pada setiap kaosnya
yang menjadikannya artsy dan unique.
Adalah Maharsitama Anindita sebagai inisiatornya, mahasiswa
Ilmu Komunikasi UGM semester 8. Mahar, demikian panggilannya,
menggerakkan seniman lokal di Kampung Seni Tamansari, Yogyakarta
untuk membantunya memproduksi kaos ini, dengan proses pengerjaan
yang hampir sama dengan membuat kain batik. Bermodal nekat tanpa
modal, hingga kini sudah berjalan selama tiga tahun. Karyanya dipesan
oleh pembeli hingga dari timur Indonesia, Singapura, Inggris, Australia
dan Belanda. Pernah berpartisipasi mengikuti Asia fashion Week di
Malaysia, New York, dan yang akan datang di Madagascar, Afrika.
Bagaimana Mahar melakukannya, kepada tim Money&I ia pun bertutur
soal bisnisnya ini.
Castle Kaos Lukis Dari produksi 8 biji, sampai launching di New York City
THE ROOKIE
63Vol. 87 | May - Jun 2017
THE ROOKIE
64 Vol. 87 | May - Jun 2017
BAgAimAnA AwAlnYA AndA memulAi?
Kalau tidak salah, ini adalah sudah
tahun ketiga saya dan kawan-kawan
membesarkan Castle Kaos Lukis, awalnya
pontang-panting, tapi banyak bahagianya.
Tiga tahun mungkin waktu yang singkat
untuk bisnis, tapi juga waktu lama untuk
kami agar tidak bubar. Perasaan yang
masih bisa kami ingat saat pertama kali
membuka usaha ini, nekat dan bersenang-
senang!.
nekAT?
Karena memulainya nyaris tanpa modal
sepeserpun. Kami hanya berbekal 8 kaos
lukis milik tetangga sekitar, memfotonya
nyaris tanpa skill, mengumpulkannya
hingga menjadi katalog awal etalase jualan
kami, membuat dan membesarkan akun
media sosial kami dan memasarkannya.
Hingga akhirnya pelan tapi yakin, mulai
berkembang dengan punya gubug sebagai
rumah produksi sendiri; menyebarkan karya
mulai dari Barat sampai Timur Indonesia.
wAh, sudAh kemAnA sAjA Produk ini?
‘Ekspansi’ kami mulai dari Asian fashion
Week sampai ke New York City; dibawa
tamasya oleh customer setia kami di
Singapore, England, Aussie, Netherland
dan Greece; sampai rencana ‘absurd’
pertengahan tahun ke negara Madagascar.
APA seBenArnYA CAsTle kAos lukis ini?
Sama seperti namanya, brand ini menjual
kaos lukis sebagai produk utamanya.
THE ROOKIE
65Vol. 87 | May - Jun 2017
THE ROOKIE
Bedanya, saya menggunakan material obat batik
sebagai bahan baku pewarnanya, bukan memakai cat
akrilik yang biasa digunakan di pasaran. Prosesnya
mirip dengan batik. Bedanya, saya menghilangkan
proses pencanthingan malam (lilin), dan proses
pelorotan (perebusan). Kami murni menggunakan
obat batik dan proses penguncian warna yang sama
dengan batik. Itulah mengapa, saya bisa menyebut
produk ini sebagai inovasi batik konvensional
yang tidak menggunakan malam dalam proses
produksinya.
66 Vol. 87 | May - Jun 2017
BAgAimAnA dengAn desAinnYA?
Kami memasukkan energi anak muda yang
segar, imaginatif, serta aplikatif. Saya juga
mengombinasikan desain wayang dan
motif-motif batik ke dalam lukisan kaos. Itu
sebabnya, yang melukis adalah seniman
atau mantan desainer batik. Harapan
kami adalah menghilangkan stigma kuno,
“kondangan”, ketinggalan jaman, yang
biasanya melekat di mindset anak muda
kalau melihat batik. Melalui Castle Kaos
Lukis, kami ingin membuka pandangan,
bahwa memakai batik adalah hal yang
keren dan membanggakan.
CeriTAkAn soAl Proses ProduksinYA?
Pada dasarnya, terdapat beberapa tahap
dalam memproduksi kaos lukis, yang
pertama pemilihan atau pemesanan
desain. Secara rutin, kami menciptakan
berbagai desain kaos lukis yang nantinya
kami upload di album foto facebook.
Dalam album foto tersebut, kami membagi
beberapa tipe desain kaos lukis. Konsumen
dapat memesan kaos lukis sesuai dengan
tipe desain yang kami buat sebelumnya.
Atau jika konsumen punya desain request,
kami juga melayani pesanan custom.
Kemudian tahap pelukisan, kaos lukis yang
sudah dipesan, baru akan segera kami lukis
setelah pelanggan melakukan pembayaran
di muka. Pada tahap pelukisan ini, kami
tidak dapat merinci karena terdapat
beberapa rahasia perusahaan, terkait resep
pewarna batik dan proses penguncian
warna agar tidak luntur ketika dicuci
nantinya. Yang terakhir tahap pengemasan
dan pengiriman, setelah selesai dilukis,
tahap terakhir adalah pengemasan. Hingga
karya kami dapat dinikmati oleh setiap
pemesannya.
BAgAimAnA dengAn PemAsArAnnYA?
Saya menjalankan bisnis ini selama kurang
lebih dua atau tiga tahun yang lalu. Hanya
berbekal dari jualan di media sosial, saya
berhasil mendistribusikan kaos lukis ke
berbagai daerah di Indonesia maupun luar
negeri. Mulai dari Makassar, Medan, Bali,
Palangkaraya, Timor Leste, Canberra,
Brisbane, Singapore, Austria, Greece
sampai New York City. Meski dalam
kuantitas belum terbilang besar, tetapi saya
yakin, bahwa produk ini memiliki peluang
yang cerah jika di manage lebih baik lagi.
Sistemnya pre-order, kami juga dapat
menerima pesanan sesuai keingingan
(custom design). Sistem ini menjadikan
karya yang dihasilkan orisinal dan susah
digandakan. Karena setiap karya lukis
yang dihasilkan, memiliki goresan tangan
berbeda antara yang satu dengan lainnya.
sAYA dengAr hArgAnYA leBih mAhAl
dAri YAng AdA diPAsArAn?
Kaos Lukis Castle memiliki beberapa
karakteristik yang berbeda dengan kaos-
kaos yang biasa dijumpai di pasaran.
Dengan desain yang unique dan exclusive,
tentu memiliki harga jual yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan produk kaos-
kaos yang dikerjakan dengan metode
sablon. Karena memiliki unsur handmade,
harga kaos lukis Castle terkadang cukup
susah diterima masyarakat Indonesia,
yang notabene masih belum sepenuhnya
menghargai hasil karya seni.
THE ROOKIE
67Vol. 87 | May - Jun 2017
68 Vol. 87 | May - Jun 2017
Itu sebabnya sasaran pasar kami adalah
wisatawan lokal maupun mancanegara
yang sedang berwisata ke Yogyakarta.
Selain itu, penikmat dan pecinta batik
adalah target kami. Dengan harga yang
lebih mahal jika dibandingkan dengan
kaos pada umumnya, membuat kaos-kaos
lukis dari Castle lebih sering dikirim ke luar
Yogyakarta, seperti Bandung, Banjarmasin,
Samarinda, Palembang, Bali dan Toraja.
Bahkan kaos lukis Castle juga menembus
pasar luar negeri seperti Australia, Malaysia,
Singapura dan Amerika.
PeneTrAsi ke luAr negeri CukuP inTen?
Pertengahan tahun 2016 kemarin, kami
berkesempatan untuk me-launching Castle
Kaos Lukis di Holiday Inn, Midtown-
57th, New York City, Amerika Serikat.
Kami mendapat kerjasama oleh desainer
Amerika bernama Vanny Tousignant, untuk
mengirimkan karya berupa kaos lukis, long
dress lukis, dan Polo Lukis sebanyak 30
pcs. Sesampainya di Amerika Serikat, karya
kami diperagakan oleh model-model milik
Vanny Tousignant di atas Catwalk.
Sebelumnya, kami juga pernah mengikuti
acara di dalam maupun luar negeri.
Diantaranya kami pernah lolos seleksi
THE ROOKIE
dalam Indonesia Youth forum (IYf) di
Bengkulu. Dari 1500 pendaftar, Castle
berhasil lolos dan mengikuti karantina
selama 3 hari di Bengkulu bersama
200 pemuda seluruh Indonesia. Kami
juga pernah berpartisipasi dalam Asian
fashion Week (AfW) di Malaysia. Dalam
kesempatan itu, Castle diajak oleh salah
satu desainer asal Indonesia untuk turut
memajang karya di booth yang ada di sana.
TAnTAngAn APA YAng kAliAn hAdAPi?
Inovasi desain, dalam menciptakan
karya yang baru dan tetap fresh. Karena
memiliki konsep “Satu Kaos Satu Desain”,
menuntut kami untuk terus berkreasi dalam
menciptakan desain lukisan yang otentik
dan pas jika diterapkan pada media kaos.
Selain itu, kami juga masih kekurangan
koneksi untuk meluaskan jangkauan pasar,
terutama lewat market offline.
Penikmat dan pecinta batik
adalah target kami. Dengan
harga yang lebih mahal jika
dibandingkan dengan kaos pada
umumnya, membuat kaos-kaos
lukis dari Castle lebih sering
dikirim ke luar Yogyakarta,
seperti Bandung, Banjarmasin,
Samarinda, Palembang, Bali
dan Toraja. Bahkan kaos lukis
Castle juga menembus pasar luar
negeri seperti Australia, Malaysia,
Singapura dan Amerika.
69Vol. 87 | May - Jun 2017
Tanggal 07 April lalu di Jakarta,
Coworking Indonesia resmi
menjalin kerjasama dengan
Hypernet, perusahaan
Managed Service Provider (MSP) yang
berperan aktif dalam mengembangkan
ekosistem ekonomi digital Indonesia.
Penandatanganan kerjasama strategis
kedua belah pihak dilakukan di Coworkinc,
Jakarta Selatan. Kerjasama ini diharapakan
dapat mendorong pembangunan ekosistem
ekonomi kreatif dan ekonomi digital melalui
kolaborasi program dan dukungan fasilitas
infrastruktur terhadap seluruh pelaku
industri coworking yang menjadi anggota.
“Pusat kegiatan kreatif yang berfokus pada
pertumbuhan ekonomi seperti coworking
space, makerspace dan creative hub
adalah elemen yang sangat penting dalam
pembangunan ekosistem ekonomi kreatif.
Kekuatan utama ruang-ruang ini adalah
komunitas, program dan kolaborasi yang
terjadi dalam coworking tersebut, namun
ruang dan internet adalah salah kebutuhan
fasilitas dasar yang diperlukan untuk
berkreasi, “ tutur Presiden Coworking
Indonesia, faye Alund.
Pada tahap awal kerjasama, Hypernet
akan mendukung pengadaan internet
bagi coworking space anggota Coworking
Indonesia, dan selanjutnya kemungkinan
kerjasama jangka panjang akan dijajaki
dalam bentuk program berkelanjutan.
Internet sendiri menjadi salah satu
faktor yang tak bisa dilepaskan dari
coworking space. Kehadiran internet
sangat menunjang aktivitas para pelaku
startup, pekerja lepas atau komunitas
yang menjadikan coworking space sebagai
tempat kerja mereka.
“Dukungan pengadaan internet dari
Hypernet ini akan sangat membantu para
pelaku dan penggerak industri coworking
untuk lebih efektif membangun komunitas
dan program di bidang ekonomi digital
dan kreatif,” ujar faye melanjutkan. CEO
Hypernet, Sudianto Oei memaparkan,
“Hypernet berkomitmen untuk terus
berpartisipasi aktif dalam mendukung
ekosistem industri kreatif di Indonesia
melalui penyediaan infrastruktur teknologi
yang handal bagi seluruh anggota Asosiasi
Coworking Indonesia.
Ekositem coworking space di Indonesia
menunjukkan peningkatan positif setiap
tahunnya. Berdasarkan data yang di lansir
Coworking Indonesia, saat ini jumlah
coworking space sudah mencapai 85
titik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Angka ini meningkat 1700 persen karena
tiga tahun sebelumnya tercatat hanya ada
sekitar lima coworking space yang berdiri.
Perkembangan coworking space di
Indonesa diprediksi akan semakin
meningkat setiap tahunnya seiring
menjamurnya startup digital dan pekerja
lepas yang membutuhkan ruang untuk
bekerja.
Dukung Ekosistem Ekonomi Digital, Coworking Indonesia Jalin Kerjasama Strategis dengan Hypernet
CORPORATE NEWS
70 Vol. 87 | May - Jun 2017
Perusahaan Logistik Indonesia,
Ninja Xpress (PT. Andiarta
Muzizat) hari ini meluncurkan
solusi social commerce inovatif
terbarunya bernama Ninja Easy, sebuah
aplikasi mobile bagi para social seller
dan penjual melalui blog dengan konsep
“Buat Link. Kirim. Terima Pembayaran”.
Berfokus untuk menghadirkan pengalaman
ramah guna bagi pelanggan, Ninja Easy
menyederhanakan proses pengiriman dan
pembayaran sehingga para penjual bisa
fokus mengembangkan bisnisnya serta
menghemat waktu mengurus administrasi
penjualan, yang juga menguntungkan para
pembelinya.
“Sebagai penyedia layanan logistik inovatif,
Ninja Xpress senantiasa menerapkan
teknologi canggih dan menghadirkan
berbagai solusi modern yang meningkatkan
standar e-commerce,” kata Indra
Wiralaksmana, Country Head, Ninja Xpress.
“Aplikasi Ninja Easy menawarkan para
penjual social commerce cara baru untuk
mengurus pengiriman dan pembayaran
yang amat mudah - cukup dengan “Buat
Link, Kirim dan Terima Pembayaran” - dan
kami ingin mereka punya waktu lebih
untuk hal-hal yang lebih penting seperti
mengembangkan bisnis mereka.
Ninja Easy – Cara Ninja untuk
Social Commerce
Pemerintah Indonesia kini lebih
optimis terhadap e-commerce dengan
ditargetkannya nilai transaksi e-commerce
di angka USD 130 miliar di tahun 2020[1].
Berbelanja online telah menjadi sebuah
tren[2] melihat 20% pengguna aktif internet
melakukannya setiap hari, dan Indonesia
Ninja Easy Tawarkan Pengiriman Mudah
dan Ringkas Bagi Para Social Seller
APPS
71Vol. 87 | May - Jun 2017
pun mencatat ada 88,1 juta orang
terhubung dengan internet[3].
Berjualan di media sosial sangat populer di
Indonesia, dan para penjual memamerkan
produknya di berbagai media sosial
seperti Instagram serta lebih agresif
lagi di facebook melihat potensi 82 juta
penggunanya[4]. Diperkirakan memiliki 100
juta pengguna ponsel pintar di 2018[5],
penjualan lewat social commerce (C2C) di
Indonesia diprediksi berkembang dua kali
lipat dari USD 5,073 juta ke USD 10,183
juta di 2020[6].
Ninja Xpress menghadirkan cara
termutakhir berjualan di media sosial
dengan menawarkan pengalaman
pengaturan pengiriman barang dan
pembayaran yang lebih baik, tanpa
merepotkan dan mewajibkan penjual untuk
berpindah ke platform baru.
Ninja Easy adalah solusi untuk
memudahkan proses social commerce.
Aplikasi ini memangkas waktu yang
terbuang percuma ketika para penjual
menunggu pembeli mengirimkan bukti
pembayaran dan informasi tujuan
pengiriman, sebelum bisa pergi ke pos
paket terdekat atau mengurus jasa
pengiriman lainnya.
Ninja Easy menggabungkan seluruh
prosesnya dengan cara membuat ‘Link
Ninja Easy’ (tautan) berisi detail produk,
yang bisa diunggah dan dibagikan ke
media-media sosial dan calon-calon
pembelinya. Untuk mengonfirmasikan
penjualan, pembeli bisa membuka tautan
tersebut (dengan peramban apapun),
memasukkan informasi lokasi dan jadwal
pengiriman yang diinginkan, dan secara
otomatis data mereka akan dikirimkan
kembali pada penjual melalui aplikasi Ninja
Easy.
Setelah pembelian dipastikan, penjual
bisa langsung menggunakan layanan on-
demand dari aplikasi yang sama, dan Ninja
akan menjemput dan mengantar barang
pesanan kepada pembelinya. Layanan
penjemputan barang on-demand tidak
dibatasi jumlah barang minimum, dan
tersedia 7 hari dalam seminggu, mulai jam
9 pagi hingga jam 9 malam.
Ninja Easy memudahkan social commerce
dengan menyederhanakan proses
penjualan serta menyempurnakannya
dengan menawarkan opsi pembayaran
cash on delivery (COD).
COD adalah pilihan utama untuk transaksi
e-commerce di Indonesia walaupun ada
opsi-opsi seperti transfer antar bank atau
e-payment, yang mana sangat bergantung
kepada kepemilikan rekening bank dan
kartu kredit. Data findex (Financial Inclution
Index) 2014 dari Bank Dunia menunjukkan
bahwa hanya ada 36% atau 90 juta orang
Indonesia yang memiliki rekening bank,
disaat yang sama Bank Indonesia pun
memperketat peraturan kepemilikan kartu
kredit melihat tingkat kredit macet (NPL)
di kisaran 2,6% per tahun 2015. Dengan
menawarkan metode pembayaran COD,
Ninja Easy menggaris bawahi komitmen
Ninja Xpress kepada para pelaku social
commerce, membantu menjembatani
kesenjangan kepercayaan antara penjual
dan pembeli perihal reputasi kedua belah
pihak ataupun hal-hal terkait produk lainnya
sehingga mereka lebih percaya diri dalam
bertransaksi online. Pembeli hanya harus
membayar ketika barangnya sudah sesuai
pesanan, dan segera sesudah pesanan
dibayar, saldo di akun penjual di aplikasi
Ninja Easy bertambah secara otomatis.
Daftar barang penjual juga diperbaharui
dengan sendirinya.
Para pengguna aplikasi Ninja Easy juga
bisa menikmati fitur-fitur canggih yang
kini hanya tersedia bagi para penjual yang
bermitra dengan Ninja Xpress, seperti
pelacakan kiriman secara real-time,
pengiriman ulang bebas biaya, dan layanan
pelanggan yang responsive.
APPS
72 Vol. 87 | May - Jun 2017
Pada 1 November 2015, Billy
Boen mengeluarkan sebuah
buku berjudul Young On Top,
yang mengupas 35 life value bagi
remaja. Dari buku inilah terbentuk sebuah
komunitas dengan nama yang sama, atau
yang biasa disingkat menjadi YOT. Kini
komunitas tersebut memiliki kurang lebih
dua puluh cabang dan tersebar hampir di
seluruh pelosok negeri. Visi dan misi dari
komunitas ini adalah pemuda sebagai
penggerak, tidak lagi menjadi pengikut.
YOT telah memiliki 1000 lebih anggota di
30 kota se-Indonesia.
Selain empowering young people,
komunitas ini juga bergerak di bidang
kesehatan, pendidikan dan sosial. Pada 24
September tahun 2016 kemarin misalnya,
komunitas ini mengadakan event berjudul
IMPACT, yang merupakan seminar
kepemudaan. Selain itu, ada juga program
YOT Class dimana dalam kegiatan ini
dilakukan bedah buku atau book review.
Sepanjang bulan februari 2017 lalu, YOT
juga mengadakan Love Donation di 4 kota
berbeda di Bali, yaitu Gianyar, Singaraja,
Denpasar dan Badung.
Acara yang merupakan kerjasama dari
pihak YOT dengan PMI Propinsi Bali ini
melakukan donor darah. “Kalau jumlah
anggota YOT Bali sendiri, 42 orang
YOUNG ON TOP
COMMUNITY
73Vol. 87 | May - Jun 2017
COMMUNITY
ditambah 12 orang inti, sedangkan sumber
donasi untuk pelaksanaan kegiatan
biasanya kita mengajukan proposal terlebih
dahulu kepada partner,” ujar Pande
Nengah Purnawan selaku President dari
YOT Bali. Bagi rekan-rekan kreator muda
yang tertarik dengan kegiatan ini, bisa
berkunjung ke akun media sosial Young on
Top Bali di Instagram: @yotbali, Twitter : @
YOTBali, dan facebook: Young on Top Bali.
Jadilah penggerak, bukan hanya pengikut,
yuk beraksi.
“Young On Top” atau
disingkat YOT, adalah
komunitas yang kini
memiliki kurang lebih
dua puluh cabang dan
tersebar hampir di seluruh
pelosok negeri. Visi dan
misi dari komunitas ini
adalah pemuda sebagai
penggerak, tidak lagi
menjadi pengikut.”
74 Vol. 87 | May - Jun 2017
1 YEAR > 12 ISSUES
2 YEAR > 24 ISSUES
Rp 300.000
Rp 570.000
SEND MAGAZINE TO
Dengan ini saya bermaksud untuk berlangganan majalah Money&I secara berkala. Adapun data diri saya adalah sebagai berikut :
Mr/Mrs/Ms
Alamat
Contact
Month to Start
Date of Birth
Profession
Company
Tanda TanganSignature
Tanggal SekarangTodays Date
- -
Cut
Here
SUBSCRIBE FORM
6 MONTH > 6 ISSUES
Rp 156.000
BERLANGGANAN MAjALAH MONEY & I SEkARANG
DAN DAPATkAN BONUS LANGSUNG :
PAKET BERLANGGANAN 6 EDISI
• 1 FREE VOUCHER AKUBANK DEVELOPMENT PROGRAM SERIES
PAKET BERLANGGANAN 12 EDISI
• 2 FREE VOUCHER AKUBANK DEVELOPMENT PROGRAM SERIES
PAKET BERLANGGANAN 24 EDISI
• 3 FREE VOUCHER AKUBANK DEVELOPMENT PROGRAM SERIES
Pembayaran dapat ditransfer melalui :PT LITERATUR NEGERIBCA KCP TEUKU UMAR DENPASAR7680391216
GRATIS ONGKOS
KIRIM
75Vol. 87 | May - Jun 2017
ENGIE dan Sugar Group
Companies akan mengembangkan
berbagai proyek energi terbarukan
Perjanjian antara ENGIE dan Sugar Group Companies ini merupakan investasi
bersama bernilai 1 miliar USD yang akan berlangsung selama lima tahun ke
depan untuk mengembangkan pembangkit listrik fotovoltaik dan pembangkit
listrik biomassa, dengan total kapasitas pembangkit listrik sebesar 500
megawatt di wilayah Sumatera dan Indonesia bagian timur. Proyek ini akan memberikan
kontribusi yang besar bagi pelaksanaan program nasional untuk mengurangi efek gas
rumah kaca dan perubahan iklim, dengan perkiraan penghindaran karbon sebanyak 1,5
juta ton CO2e per-tahun.
Taman panel surya di Sumatra dan Indonesia Timur akan memiliki total kapasitas
pembangkit listrik sebesar 300 megawatt, termasuk didalamnya sebuah taman panel
surya berkapasitas 140 megawatt di Provinsi Lampung yang menjadikannya salah satu
fasilitas tenaga surya terbesar di Asia Tenggara. Sementara pembangkit listrik biomassa
dengan total kapasitas pembangkit listrik sebesar 200 megawatt akan memanfaatkan
limbah pertanian serta bahan dari pembukaan lahan. Dengan demikian proyek ini akan
memungkinkan Indonesia untuk mencapai target energi terbaru dan mengurangi polusi
dari kegiatan pembukaan lahan. ENGIE dan Electric Vine Industries untuk pengembangan
jaringan mikro.
Dalam perjanjian kemitraan ini, ENGIE dan
Electric Vine Industries berencana bermitra
guna mengembangkan, membiayai,
membangun, mengoperasikan dan
memelihara jaringan mikro fotovoltaik
cerdas yang menyediakan listrik 24 jam
penuh bagi 3.000 desa di Provinsi Papua
selama 20 tahun. Dengan proyek baru ini,
sekitar 2,5 juta orang di seluruh Papua
akan dapat menikmati energi yang bersih
dan dapat diandalkan tanpa gangguan.
Total investasi dimaksud diperkirakan
sebesar 240 juta USD untuk lima tahun
kedepan.
ENGIE dan PT Arya Watala Capital akan
mengembangkan pembangkit listrik
tenaga surya dengan menandatangani
perjanjian kemitraan ini, ENGIE bersama
PT Arya Watala Capital berkomitmen untuk
menginvestasikan 15 juta USD selama tiga
tahun kedepan guna mengembangkan
total kapasitas pembangkit listrik hingga 10
megawatt peak (MWp) di Nusa Tenggara
Timur, provinsi paling selatan di Indonesia.
Proyek ini akan terletak di sepuluh daerah
seperti Timor Barat, flores dan Sumba.
CORPORATE NEWS
76 Vol. 87 | May - Jun 2017
77Vol. 87 | May - Jun 2017
78 Vol. 87 | May - Jun 2017
79Vol. 87 | May - Jun 2017
80 Vol. 87 | May - Jun 2017