empirisisme francis bacon

19
EMPIRISISME FRANCIS BACON (1561-1626) GEORGE BERKELEY (1685-1753) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU: TOPIK-TOPIK EPISTEMOLOGI Dosen Pengampu : Dr. H. Sumedi, M.Ag. Disusun oleh : Khalif Musayyifi 1220411259 KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCASARJANA

Upload: muhammad-ghozali

Post on 05-Aug-2015

479 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Empirisisme Francis Bacon

EMPIRISISME

FRANCIS BACON (1561-1626) GEORGE BERKELEY (1685-1753)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU: TOPIK-TOPIK EPISTEMOLOGI

Dosen Pengampu : Dr. H. Sumedi, M.Ag.

Disusun oleh :

Khalif Musayyifi

1220411259

KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Empirisisme Francis Bacon

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................ 2

A. Pengertian Manthuq............................................................ 2

B. Pembagian Manthuq........................................................... 3

C. Pengertian Mafhum............................................................. 6

D. Pembagian Mafhum............................................................. 6

E. Syarat – syarat Mafhum Mukhalafah................................ 10

BAB III : PENUTUP ................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 14

Page 3: Empirisisme Francis Bacon

BAB I PENDAHULUAN

Filsafat Yunani klasik merupakan permulaan dari pemikiran filsafat. Filsafat

Yunani klasik merupakan contoh ilustrasi pemikiran dan pembahasan masalah filsafat

secara sistematis dan lengkap dan berlaku sampai sekarang. Berbagai pemikiran tentang

filsafat mengalami kemajuan pada masa Renaissance. Memasuki abad ke-17 beberapa

filosuf mencapai penyempurnaan dan kedewasaan pemikiran. Pengaruhnya sangat besar

bagi pemikiran-pemikiran filsafat pada masa berikutnya. Oleh karena itu, pada masa ini

yang dipandang sebagai sumber pengetahuan hanya apa yang secara alamiah dapat dipakai

manusia yaitu akal atau rasio dan pengalaman atau empiris. Orang cenderung untuk

memberikan tekanan kepada salah satu dari keduanya. Pada abad ini muncul dua aliran

filsafat yang saling bertentangan yaitu rasionalisme dan empirisme.1

Rasionalisme adalah sebuah aliran filsafat yang menekankan akal atau rasio sebagai

sumber pengetahuan yang memiliki nilai kebenaran dan dapat diuji keilmiahannya. Maka

pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang memenuhi syarat kebenaran ilmiah secara

mutlak. Adapun pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang

telah diperoleh akal. Akal tidak memerlukan pengalaman karena akal dapat menurunkan

kebenaran dari pada dirnya sendiri yaitu atas dasar asas-asas yang pasti. Metode yang

diterapkan adalah deduktif dengan pendekatan ilmu pasti.

Segala sesuatu dapat dan harus dimengerti secara rasional. Suatu pernyataan hanya

boleh diterima sebagai benar dan sebuah claim hanya dapat dianggap sah apabila dapat

dipertanggungjawabkan secara rasional.2 Wewenang tradisional otoritas dan dogma

merupakan pernyataan yang dianggap tidak dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

Rasionalisme merupakan semacam pemberontakan terhadap otoritas-otoritas

tradisional yang bersifat dogmatis. Tidak cukup untuk mendasarkan sebuah tuntutan atas

wewenang pihak yang menuntut, melainkan isi tuntutan itu sendiri harus dapat

dipertanggungjawabkan secara rasional. Aliran filsafat ini secara hakiki bersifat anti

tradisional.

1 Harun Hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 18.2 Franz Magnis-Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 65.

Page 4: Empirisisme Francis Bacon

Adapun aliran empirisme berpendapat bahwa empirik atau pengalamanlah yang

menjadi sumber pengetahuan baik pengalaman yang batiniyah maupun yang lahiriayah.

Akal bukan menjadi sumber pengetahuan, akan tetapi akal mendapatkan tugas untuk

mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang diterapkan adalah

induksi. Semula aliran ini seperti masih menganut semacam realisme yang naif yang

menganggap bahwa pengenalan yang diperoleh melalui pengalaman tanpa penyelidikan

lebih lanjut telah memiliki nilai yang obyektif. Akan tetapi kemudian nilai pengenalan

yang diperoleh memalui pegalaman itu sendiri dijadikan sasaran atau obyek penelitaian.

Aliran ini muncul di Inggris pada awalnya dipelopori Francis Bacon (1531-1626).

Pada perkebangannya dilanjutkan oleh tokoh-tokoh pasca Descartes seperti Thomas

Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704), Berkeley (1685-1753), dan David Hume

(1711-1776).3

3 Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu-ilmu, (Yogyakarta: Belukar, 2005), hlm. 53.

Page 5: Empirisisme Francis Bacon

BAB II

PEMBAHASAN

a. Definisi Empirisme

Arti empirisme antara lain:

1. Empirisme berasal dari kata Yunani empirikos yang berasal dari kata empeiria,

artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui

pengalamnnya. Bila dikembalikan kepada kata Yunaninya pengalaman yang

dimaksud adalah pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena ia

menyentuhnya, gula manis karena ia mencicipinya.4

2. Empirisme adalah faham filsafat yang mengajarkan bahwa benar adalah yang

logis dan ada bukti empiris. Menurut empirisme yang benar adalah anak panah

bergerak sebab secara empiris dapat dibutktikan bahwa anak panah itu bergerak.

Coba saja perut anda menghadang anak panah itu perut anda akan tembus, benda

yang tembus sesuatu haruslah benda yang bergerak.5

3. Empirisme dalam bahasa Inggris, empiricism; dari Yunani empeiria, empiris

(berpengalaman dalam, berkenalan dengan, terampil untuk) latin experienta

(pengalaman). Empirisme adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan

harus dicari dalam pengalaman. Salah satu teori mengenai asal pengetahuan.

4. Secara etimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani empeiria yang berarti

pengalaman.6

Bersebrangan dengan rasionalis, empiris berpendapat bahwa pikiran kita sama

sekali tidak memiliki ingatan akan apa-apa yang belum pernah kita alami melalui

indra. Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan

didapat melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan

tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali

dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan. Empirisme radikal

4 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai James, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 21.5 Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm 31-32.6 Muhammad Muslim, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Belukar, 2005), hlm. 53.

Page 6: Empirisisme Francis Bacon

berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai kepada pengalaman

inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan pengetahuan.7 Lebih lanjut

penganut Empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek

yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian di dalam otal dipahami dan akibat

dari rangsangan tersebut dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang

telah merangsang alat-alat inderawi tersebut. Empirisme memegang peranan yang

amat penting bagi pengetahuan, malah barangkali merupakan satu-satunya sumber dan

dasar ilmu pengetahuan menurut penganut Empirisme.

b. Latarbelakang Munculnya Aliran Empirisme

Awal muasal timbulnya aliran ini bermula dari penolakan mereka atas

dominasi logika Cartesian di daratan Eropa saat itu. Di samping itu, gelora

Renaissance di daratan Eropa menginspirasi Dataran Britania Raya sampai ada istilah

sendiri yaitu Enlightment. Beberapa tokoh yang cukup dikenal antara lain John Locke,

David Hume, dan George Berkeley, Francis Bacon.

Bagi John Locke, berpikir deduksi relatif lebih rendah kedudukannya apabila

dibandingkan dengan pengalaman indera dalam pengembangan pengetahuan. Lebih

lanjut ia berpendapat bahwa semua fenomena dari pikiran kita yang disebut ide berasal

dari pengamatan atau refleksi. Inilah tesis dasar dari empirisme. Dengan tesis inilah,

Locke mempergunakannya sebagai titik tolak dalam ia menjelaskan perkembangan

pikiran manusia.

Selain John Locke, Bacon juga berkesimpulan bahwa penalaran hanya berupa

putusan-putusan yang terdiri dari kata-kata yang menyatakan pengertian tertentu.

Sehingga bilamana pengertian itu kurang jelas maka hanyalah dihasilkan suatu

abstraksi yang tidak mungkin bagi kita untuk membangun pengetahuan di atasnya.

Bacon beranggapan bahwa untuk mendapatkan kebenaran maka akal budi bertitik

pangkal pada pengamatan inderawi yang khusus lalu berkembang kepada kesimpulan

umum. Pemikiran Bacon yang demikian ini, kemudian melahirkan metode berpikir

induksi. Dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih pengalaman

sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah

(yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia).

7 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales Sampai Capra (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003) hal. 173

Page 7: Empirisisme Francis Bacon

Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas

dan sempurna. Dua hal dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan kausalitas.

Hume tidak menerima substansi, sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja

tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan.

Kesan adalah hasil penginderaan langsung, sedang gagasan adalah ingatan akan kesan-

kesan seperti itu. Misal kualami kesan: putih, licin, ringan, tipis. Atas dasar

pengalaman itu tidak dapat disimpulkan, bahwa ada substansi tetap yang misalnya

disebut kertas, yang memiliki ciri-ciri tadi. Bahwa di dunia ada realitas kertas,

diterima oleh Hume. Namun dari kesan itu mengapa muncul gagasan kertas, dan

bukan yang lainnya? Bagi Hume, "aku" tidak lain hanyalah "a bundle or collection of

perceptions (kesadaran tertentu)".

Kausalitas. Jika gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal batu yang

disinari matahari menjadi panas, kesimpulan itu tidak berdasarkan pengalaman.

Pengalaman hanya memberi kita urutan gejala, tetapi tidak memperlihatkan kepada

kita urutan sebab-akibat. Yang disebut kepastian hanya mengungkapkan harapan kita

saja dan tidak boleh dimengerti lebih dari "probable" (berpeluang) sebab harapan

bahwa sesuatu mengikuti yang lain tidak melekat pada hal-hal itu sendiri, namun

hanya dalam gagasan kita. Hukum alam adalah hukum alam. Jika kita bicara tentang

"hukum alam" atau "sebab-akibat", sebenarnya kita membicarakan apa yang kita

harapkan, yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh kebiasaan atau

perasaan kita saja.

c. Tokoh-Tokoh Empirisme dan Kerangka Pemikirannya

1. Francis Bacon (1561–1626)

Francis Bacon (1561–1626) adalah tokoh terkemuka dalam filsafat alam

dan metodologi ilmiah dalam periode transisi antara Renaissance ke era awal

modern. Sebagai seorang ahli hukum, anggota Parlemen dan Penasehat Ratu,

Bacon menulis banyak pertanyaan dalam bidang hokum, kenegaraan dan agama

sebagaimana dalam politik kontemporer, tetapi ia juga mempublikasikan teks-teks

yang dispekulasi sebagai konsep-konsep kemasyarakatan yang mungkin terjadi,

Page 8: Empirisisme Francis Bacon

dan ia merenungkan pertanyaan-pertanyaan tentang etika (buku Essays) meskipun

bidangnya adalah filsafat alam (The Advancement of Learning).8

Setelah studinya di Trinity College, Cambridge and Gray’s Inn, London,

Bacon tidak melanjutkan lagi ke pasca sarjana, melainkan memulai karir di bidang

politik. Meskipun usahanya tidak dianugerahi keberhasilan selama pemerintahan

Ratu Elizabeth, di bawah James I ia menanjak ke jenjang politik tertinggi, sebagai

Lord Chancellor. Bacon termasyur secara internasional dan berpengaruh luas

pada masa-masa akhirnya, saat ia mampu memfokuskan energinya pada bidang

filsafat, dan bahkan setelah kematiannya, ketika ilmuwan Inggris Boyle (Invisible

College) mengambil idenya tentang lembaga riset koperatif dalam rencana dan

persiapan-persiapan mereka untuk memapankan Masyarakat Kerajaan. Sampai

saat ini Bacon sangat dikenal akan teorinya tentang filsafat alam empiris (The

Advancement of Learning, Novum Organum Scientiarum).

2. Pokok-pokok pikiran filsafat francis bacon

Karya pertamanya adalah buku yang berjudul Essays, muncul tahun

1597 dan sedikit demi sedikit diterbitkan lebih luas. Essays ini ditulis dengan

padat dan gaya luar biasa bagus, mengandung kekayaan mendalam, bukan

saja dalam masalah politik melainkan juga menyangkut hal ihwal pribadi.

Beberapa contoh yang khas misalnya pandangannya tentang manusia usia

muda dan usia lanjut.

Tulisan Bacon terpenting adalah yang menyangkut falsafah ilmu

pengetahuan. Dia merencanakan suatu kerja besar Instauratio Magna atau

Great Renewal dalam enam bagian. Bagian pertama dimaksud untuk

meninjau kembali keadaan ilmu pengetahuan kita. Bagian kedua menjabarkan

sistem baru penelaahan ilmu. Bagian ketiga berisikan kumpulan data empiris.

Bagian keempat berisi ilustrasi sistem baru ilmiahnya dalam praktek. Bagian

kelima menyuguhkan kesimpulan sementara. Dan bagian keenam suatu

sintesa ilmu pengetahuan yang diperoleh dari metode barunya. Tidaklah

8 http://filsafat.kompasiana.com/2010/12/28/biografi-dan-pemikiran-filsafat-francis-bacon-1561-1626

Page 9: Empirisisme Francis Bacon

mengherankan, skema raksasa tersebut menjadi suatu pekerjaan paling

ambisius yang sejak jaman Aristoteles–tak pernah terselesaikan. Tetapi, buku

The Advancement of Learning (1605) dan Novum Organum (1620) dapat

dianggap sebagai penyelesaian kedua bagian dari kerja raksasanya.9

Novum Organum atau New Instrument adalah buku Bacon yang

terpenting. Buku ini pada dasarnya merupakan pernyataan pengukuhan untuk

penerimaan metode empiris tentang penyelidikan. Praktek ilmiah yang saat

itu bertumpu sepenuhnya pada logika deduktif Aristoteles dipandang tidak

ada gunanya, merosot, dan absurd. Karena itu diperlukan metode baru

penelaahan, yaitu suatu metode induktif. Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu

titik tempat bertolak dan mengambil kesimpulan darinya; tetapi ilmu

pengetahuan adalah sesuatu tempat sampai ke tujuan.10

Untuk memahami dunia ini, pertama orang mesti “mengamati”nya.

Pertama, kumpulkan fakta-fakta. Kemudian, ambil kesimpulan dari fakta-

fakta itu dengan cara argumentasi induktif yang logis. Meskipun para

ilmuwan tidak mengikuti metode induktif Bacon dalam semua segi, tetapi ide

umumnya yang diutarakannya dalam penelitian dan percobaan penting yang

ruwet menjadi daya dorong dari metode yang digunakan oleh para ilmuwan

sejak saat itu.

Buku terakhir Bacon adalah The New Atlantis, sebuah penjelasan

tentang negeri utopis terletak di sebuah pulau khayalan di Pasifik. Meskipun

pokok cerita diilhami oleh Utopia Sir Thomas Moore, keseluruhan pokok

masalah yang terdapat dalam buku Bacon sepenuhnya berbeda. Dalam buku

Bacon, kemakmuran dan keadilan dalam negara idealnya tergantung pada dan

hasil langsung dari hasil pemusatan penyelidikan ilmiah. Dengan tersirat,

tentu saja, Bacon memberitahu. pada pembacanya bahwa penggunaan

intelegensia dalam penyelidikan ilmiah dapat membuat Eropa makmur dan

bahagia seperti halnya penduduk yang hidup di pulau khayalan itu.11

9 Robert C. Solomon, Kathleen M. Higgins, Sejarah Filsafat di terjemahkan oleh Saut Pasaribu (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000) hal. 330.10 http://filsafat.kompasiana.com/2010/12/28/biografi-dan-pemikiran-filsafat-francis-bacon-1561-1626

11 Ibid.

Page 10: Empirisisme Francis Bacon

Orang selayaknya boleh bilang bahwa Francis Bacon merupakan filsuf

modern pertama. Pandangan keseluruhannya adalah sekuler dan bukannya

religius (kendati dia percaya kepada Tuhan dengan keyakinan teguh). Dia

adalah seorang rasionalis dan bukan orang yang percaya kepada tahyul;

seorang empiris dan bukannya seorang dogmatis yang logikanya mencla-

mencle. Di bidang politik dia adalah seorang realis dan bukan seorang

teoritikus. Dengan pengetahuannya yang mendalam dalam pengetahuan

klasik serta keahlian sastranya yang mantap, dia menaruh simpati terhadap

ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun dia seorang Inggris yang setia,

Bacon punya pandangan berjangka jauh melampaui batas negerinya. .

3. Aplikasi Filsafat Francis Bacon

Francis Bacon adalah perintis pertama Empirisme. Francis Bacon

bukanlah orang pertama yang menemukan arti kegunaan penarikan

kesimpulan secara induktif, dan juga bukan dia orang pertama yang

memahami keuntungan-keuntungan yang mungkin diraih oleh masyarakat

pengembangan ilmu pengetahuan.12 Tetapi, tak ada orang sebelum Bacon

yang pernah menerbitkan dan menyebarkan gagasan seluas itu dan

sesemangat itu. Lebih dari itu, sebagian karena Bacon adalah seorang penulis

yang begitu bagus, dan sebagian karena kemashurannya selaku politikus

terkemuka, sikap Bacon terhadap ilmu pengetahuan betul-betul punya makna

penting yang besar. Tatkala “Royal Society of London” (kelompok elit orang

pilihan Kerajaan Inggris) didirikan tahun 1662 untuk menggalakkan ilmu

pengetahuan, para pendirinya menyebut Bacon sebagai sumber inspirasinya.

Dan ketika Encyclopedie yang besar itu ditulis jaman “Pembaharuan

Perancis,” para penyumbang tulisan utama seperti Diderot dan d’Alembert,

juga menyampaikan pujiannya kepada Bacon yang memberikan inspirasi

terhadap kerjanya.

“Pengetahuan adalah kekuasaan” (knowledge is power), demikianlah

kata-kata Bacon yang terkenal. Reputasi Francis Bacon sebagai nenek

12 Franz Magnis Suseno, Pustaka Filsafat 13 TOKOH ETIKA, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19, (Yogyakarta: Kanisius, 1997) hal. 123

Page 11: Empirisisme Francis Bacon

moyang dari ilmu pengetahuan modern dikenal dan sangat dihormati.

Pertaliannya dengan pengetahuan dan kekuasaan dalam The New Organon

telah disalahartikan oleh banyak kritik pencerahan yang sangat dihormati,

termasuk Adorno, Horkheimer, dan Foucault. Bacon berpendapat bahwa di

awal abad 17, pengetahuan tentang alam hampir tidak ada karena

kegunaannya kurang bernilai (undervalued). Argumennya terkait erat dengan

etika menyeluruhnya, yang mempertanyakan kekuasaan yang mapan serta

menguntungkan umat manusia.13

Mengatasi meremehkan manusia ‘kapasitas mereka untuk

mengembangkan dan melaksanakan filsafat alam pada pijakan yang baru dan

dengan metode baru adalah komponen penting untuk hubungan. kekuasaan

dan pengetahuan Bacon. Pengetahuan dan kekuasaan tidak merupakan suatu

kesatuan dan sama bagi Bacon, tetapi mereka berhubungan; dalam arti bahwa

kekuatan manusia diperlukan untuk meningkatkan penyimpanan pengetahuan

manusia, dan tidak dalam arti bahwa pengetahuan alam mengarah langsung

ke kuasa untuk mendominasi sifat atau manusia .

Peranan Francis Bacon di dalam perkembangan ilmu dan filsafat ilmu

umumnya digolongkan ke dalam empat kelompok :

1. Sebagai ahli filsafat ilmu; di sini ia menganjurkan suatu metode baru

untuk meneliti alam.

2. Usahanya untuk mengklasifikasikan ilmu dan pengetahuan manusia

secara umum.

3. Kesadaran yang ditimbulkannya bahwa penerapan praktis dari “ilmu

yang baru” akan memperbaiki kualitas kehidupan dan kontrol manusia

atas alam.

4. Bayangannya mengenai suatu masyarakat ilmiah yang terorganisir.

Dalam hal ini ditekankan pentingnya pembentukan lembaga-lembaga dan

perhimpunan-perhimpunan ilmiah.

13 Robert C. Solomon, Kathleen M. Higgins, Sejarah Filsafat ......................................... hal. 330.

Page 12: Empirisisme Francis Bacon

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006

Page 13: Empirisisme Francis Bacon

Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai James, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003

Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales Sampai Capra Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003

Franz Magnis-Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Kanisius, 2002

Franz Magnis Suseno, Pustaka Filsafat 13 TOKOH ETIKA, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19, (Yogyakarta: Kanisius, 1997)

Harun Hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius, 2002

Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu-ilmu, Yogyakarta: Belukar, 2005

Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma Dan kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar, 2004

Solihin, Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern, Bandung: Pustaka Setia, 2007

Robert C. Solomon, Kathleen M. Higgins, Sejarah Filsafat di terjemahkan oleh Saut Pasaribu Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000

http://filsafat.kompasiana.com/2010/12/28/biografi-dan-pemikiran-filsafat-francis-bacon-1561-1626

http://www.netplaces.com/philosophy-book/british-empiricism/george-berkeley.html

http://oregonstate.edu/instruct/phl201/modules/Philosophers/Berkeley/berkeley.html