empat program prioritas dorong “mari baronda ke jailolo ... · dana desa secara swakelola dapat...
TRANSCRIPT
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 1
Empat Program Prioritas DorongPertumbuhan Ekonomi Pandeglang
Dana DesaPercepat Pembangunan
Daerah Tertinggal
“Mari Baronda ke Jailolo….”
EDISI KHUSUS TAHUN 2017 www.ditjenpdt.kemendesa.go.id
DITERBITKAN OLEH DITJEN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGALKEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 3
““Persoalan pemerataan pembangunan
bisa segera dituntaskan dengan
sistem kepung berbagai kebijakan dan
pemangku kepentingan.
Samsul WidodoDIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Kebijakan pembangunan tidak hanya
didorong melalui pemberian stimulan dana,
melainkan turut mengupayakan
agar jaringan ekonomi di daerah bisa
terhubung dengan baik.
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 5
A ercepatan pembangunan daerah tertinggal sebagaimana
diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014
merupakan tugas mulia yang perlu disegerakan dan dipastikan
bahwa daerah-daerah tertinggal yang jumlahnya 122 kabupaten daerah
tertinggal, tersebar di 24 provinsi diseluruh Indonesia dapat memperoleh
dukungan dan akselerasi yang memadai dari semua komponen, baik itu
kementerian/Lembaga, sektor swasta dan paran investor internasional untuk
menaruh perhatian dan harapan yang tinggi guna pengentasan dari tertinggal
tersebut menjadi daerah maju.
Kurun waktu tahun 2017 ini Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
disibukkan dengan berbagai kegiatan, baik itu yang bersifat kegiatan koordinatif,
regulatif maupun fasilitasi pembangunan di berbagai daerah tertinggal.
Berbagai kegiatan tersebut dituangkan dalam Majalah GERBANG edisi khusus
ini, dan diharapkan dapat memberikan informasi yang positif bagi semua pihak
untuk ikut berkontribusi yang lebih baik di tahun-tahun mendatang.
Dari meja redaksi, kami ucapkan selamat membaca. Sumbang saran serta
kontribusi tulisan untuk Majalah GERBANG edisi yang akan datang sangat
diharapkan. Tidak lupa redaksi menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penerbitan
Majalah GERBANG edisi khusus ini.
Gokma PanggabeanPemimpin Redaksi
MembangunDaerah Tertinggal
P
SELASAR
GERBANG • EDISI KHUSUS 20176
Majalah GERBANG diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
Tertinggal
Pembina: Samsul Widodo
Dewan Pengarah: Razali
Penanggung Jawab: Sutanta
Pemimpin Redaksi: Gokma Panggabean
Redaktur: Eko Subiyanto,
Cohen Beddy Tunliu
Tim Redaksi: M. Fariz, Chairul Irfani,
Maksum
Alamat Redaksi:
Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi
Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta Pusat 10110
Phone: 021-350034
Email: [email protected]
GERBANG EDISIKHUSUSTAHUN2017
HAL 28
DANA DESA PERCEPATPEMBANGUNAN DAERAHTERTINGGALKeberadaan Dana Desa diharapkan dapat berdampak
positif terhadap percepatan pengentasan daerah
tertinggal. Dengan adanya Dana Desa, tugas
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi dalam pengentasan kemiskinan di
daerah tertinggal akan berjalan sesuai dengan target.
TAJUK
8PADAT KARYA SEBAGAI SOLUSI
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 7
DAFTAR ISI
LAPORAN UTAMA
EMPAT PROGRAM PRIORITAS DORONG PERTUMBUHAN EKONOMI PANDEGLANG
DIMULAI DARI HALMAHERA BARAT
EMBUNG DAN KETAHANAN PANGAN
20
15
18
BUMDES SEBAGAI PROGRAM PRIORITAS KEMENTERTIAN DESA, PDTT 12
OPINI
BUMDES DAERAHTERTINGGAL,
HARAPAN MASA DEPAN
44
BUMDES DAN EKONOMI KERAKYATAN 42
KERJA NYATA
PERAN PELOPOR PRODUK UNGGULAN DAERAH HARUS DIOPTIMALKAN 24
DANA DESA PERCEPATPEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 28
DIRJEN PDT HADIRI KONFERENSI PERUBAHAN IKLIM DI JERMAN 30
BERSAMA MENTERI YOHANA,DIREKTUR PSDM RESMIKAN KAMPUNG BERSERI ASTRA 26
JELAJAH POTENSI
KAMPUNG CIPANON, DESA KAYAIKAN KERAPU DI PANDEGLANG 32
MARI BARONDA KE JAILOLO 34
MENGEMBALIKAN KEJAYAANBAWANG PUTIH NASIONAL 38
GERBANG • EDISI KHUSUS 20178
TAJUK
Padat Karya Sebagai SolusiAnggaran Dana Desa (DD) yang terus meningkat dari tahun ke tahun, telah memberikan
kesempatan kepada pemerintahan dan masyarakat desa untuk melakukan pembangunan dan
pemberdayaan di desa masing-masing.
M eski alokasi dan pemanfaatan
DD bisa disesuaikan kondisi
dan kebutuhan masing-masing
desa, pemerintah juga mendorong
agar dana tersebut juga dapat digu-
nakan untuk membuat program padat
karya secara swakelola.
Pemanfaatan Dana Desa secara
swakelola oleh pemerintah desa
melalui program padat karya itu di-
harapkan dapat membantu upaya pe-
merintah untuk menekan kemiskinan
dan membuka lapangan pekerjaan.
Namun demikian, penentuan program
padat karya harus tetap sesuai dengan
tata kelola dan mekanisme yang be-
nar. Mulai tahap perencanaan, pen-
ganggaran, pelaksanaan, pengadaan
barang dan jasa, pelaporan, peman-
tauan, hingga pengawasan.
Dana Desa dapat digunakan untuk
empat peruntukan besar. Keeempat
peruntukkan itu menyesuaikan de-
ngan kebutuhan mendesak tiap desa.
Pertama, pembangunan infrastruktur
desa. Kedua, pelayanan sosial dasar
seperti akses air bersih, sanitasi, listrik,
dan PAUD. Ketiga, pengembangan
ekonomi seperti membuat Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes). Kemu-
dian yang terakhir kegiatan pember-
dayaan dan pelatihan.
Dalam konteks pembangunan infra-
struktur desa dan peningkatan pe-
layanan sosial dasar misalnya, tentu
bisa dilakukan lewat proses padat
karya. Yaitu melibatkan partisipasi dan
kontribusi masyarakat dalam pemba-
ngunan menggunakan dana desa na-
mun dihitung lewat pengupahan.
Dengan begitu, program padat karya
dapat memberikan dampak positif
langsung bagi masyarakat. Seperti
membuka lapangan pekerjaan atau
peningkatan pendapatan yang berim-
bas pada peningkatan daya beli dan
kesejahteraan masyarakat desa. De-
ngan pertimbangan ini, pemerintah
mendorong pemanfaatan DD lewat
program padat karya dapat massif
dilakukan pada tahun 2018.
Dorongan agar pemanfaatan DD
lewat program padat karya disam-
paikan Presiden Joko Widodo dalam
Rapat Terbatas (Ratas) di Istana
Negara pada 3 November 2017 lalu.
Presiden ingin agar program dana
desa digunakan untuk proyek padat
karya yang diharapkan dapat mem-
buka lebih banyak lapangan kerja di
desa-desa. Oleh karena itu, Kepala
Negara memerintahkan jajarannya
untuk terus memperkuat seluruh as-
pek yang mendukung jalannya pro-
gram tersebut.
“Saya minta agar kementerian/lemba-
ga yang memiliki program di daerah
atau di desa dikonsolidasikan lagi baik
dari sisi perencanaan maupun dari sisi
anggaran pembiayaan,” ujar Presiden.
Presiden pun berharap pemanfaatan
dana desa secara swakelola dapat
membantu upaya pemerintah untuk
menekan kemiskinan dan membuka
lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu,
Jokowi juga meminta perbaikan kual-
itas dalam musyawarah perencanaan
pembangunan di desa agar dana desa
betul-betul tepat sasaran.
Pemerintah Jokowi-JK menetapkan 30 persen atau Rp 18 triliun dari total dana desa 2018 yaitu Rp 60 triliun
akan digunakan untuk sektor padat karya.
FOTO
: IS
TIM
EWA
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 9
Presiden pun meminta kementerian
terkait betul-betul melakukan pen-
dampingan dalam proses musyawa
rah hingga penyerapan dana desa.
“Dampingi dengan baik, terkait jenis
proyeknya apa, lalu waktu penger-
jaannya. Dikawal juga manajemen
lapangannya,” lanjut Jokowi.
Indonesia memiliki 74.910 desa yang
menjadi sasaran dana desa. Tahun
2015, pemerintah sudah menggelon-
torkan Rp 20,67 trilyun untuk dana
desa. Sementara, 2016 meningkat
menjadi Rp 46,98 trilyun. Adapun ta-
hun 2017 sebanyak Rp 60 trilyun.
Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigra-
si (Kemendes PDTT) mencatat, ratas
terkait optimalisasi dana desa melalui
padat karya menghasilkan delapan
rekomendasi kebijakan. Pertama fi-
nalisasi Surat Keputusan Bersama
(SKB) 4 Menteri untuk mendorong
pembangunan desa secara padat
karya. Keempat menteri terdiri dari
Kementerian Keuangan, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional
/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, Kementerian Dalam Negeri,
dan Kementerian Desa PDTT.
Kedua, revisi terhadap Peraturan
Kepala LKPP No. 13/2013 tentang Pe-
doman Tata Cara Pengadaan Barang/
Jasa di Desa untuk mempermudah
swakelola desa. Ketiga, revisi Pera-
turan Menteri Keuangan No. 112/2017
untuk mempercepat penyaluran dana
desa.
Keempat, penetapan prioritas peng-
gunaan dana desa yang terdiri dari
minimal 30% dana desa untuk upah
tenaga kerja, tenaga kerja mencakup
seluruh rumah tangga miskin, serta
menggunakan minimal 70% material
lokal. Kelima, percepatan pencairan
dana desa Tahap I pada Maret 2018
dan Tahap II pada Juni 2018.
Keenam, penetapan upah kerja ke-
giatan padat karya desa sebesar 80%
dari upah minimum provinsi dan diba-
yarkan harian atau mingguan. Ketu-
juh, upah kerja dan mo del pelaporan
kegiatan padat karya desa yang se-
derhana. Ditetapkan melalui Peratu-
ran Bupati selambat-lambatnya pada
Maret setiap tahun. Serta kedela-
pan, mendorong gerakan nasional
pengembangan Produk Unggulan Ka-
wasan Pedesaan (Prukades).
Serap 5,7 Juta Tenaga Kerja
Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes
PDTT), Eko Putro Sandjojo menga-
takan, sebesar 30 persen dari Rp
60 triliun dana desa tahun 2018 bisa
digunakan untuk membayar upah
pembangunan dana desa. Jika hal
tersebut dilakukan, maka dana desa
akan mampu menyerap sebanyak
5,7 juta tenaga kerja baru. “Pencipta-
an-penciptaan lapangan kerja ini yang
akan kita fokuskan, dan ini dikawal
ATAS:
Rapat Terbatas membahas
optimalisasi penciptaan
lapangan kerja di desa
melalui program padat karya
di Kantor Presiden, Jakarta,
Jumat (3/11).
BAWAH:
Surat Keputusan Bersama
(SKB) Empat Menteri resmi
ditandatangani pada Senin, 18
Desember 2017 sebagai
payung pelaksanaan program
padat karya cash.
FOTO: KANTOR STAF PRESIDEN
FOTO: HUMAS KEMENDESA
GERBANG • EDISI KHUSUS 201710
langsung oleh pak presiden. Diharap-
kan akan lebih efektif,” kata Eko usai
Rapat Terbatas di Istana Negara, Ja-
karta, Jumat, 3 November 2017.
Eko memperkirakan, dana desa yang
akan dipakai untuk membayar upah
nantinya sekitar Rp 18 triliun. “Ini akan
menciptakan daya beli di kali lima. Itu
berarti hampir Rp 100 triliun daya beli
di desa. Nah ini yang kita butuhkan,
untuk meningkatkan daya beli di de-
sa-desa,” paparnya.
Meski demikian, upah yang bakal
diberikan dibatasi hanya 80 persen
dari Upah Minimum Provinsi (UMP).
Sebab menurut Eko, hal tersebut ber-
tujuan agar masyarakat desa yang
telah memiliki pekerjaan tetap, tidak
berpaling menjadi pekerja pemban-
gunan dana desa.
Eko menilai, program dana desa
memiliki pengaruh besar terhadap
pembangunan di desa. Dengan pro-
gram tersebut, untuk pertama kali,
Indonesia mampu membangun jalan
sepanjang 121.709 km, jembatan 1.960
km, air bersih sebanyak 32.711 unit.
Selain itu juga pondok bersalin desa
(polindes) 6.041 unit, saluran irigasi
41.739 unit, drainase 590.371 unit,
tambatan perahu 5.116 unit, Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) 21.811 unit,
embung 2.047 unit, dan MCK 82.356
unit, pasar desa 5.220 unit. Termasuk
pula Bangunan Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) 21.357 unit, Posyandu
13.973 unit, sumur 45.865 unit, pen-
ahan tanah 291.393 unit, dan sarana
olahraga 2.366 unit.
Di sisi lain ia juga mengatakan, bahwa
Indonesia memiliki potensi besar da-
lam mengembangkan tiga komoditi
untuk Produk Unggulan Kawasan Per-
desaan (Prukades) yakni jagung, gula,
dan garam. Menurutnya, jika tiga ko-
moditi tersebut dikembangkan, maka
akan mampu menyerap sebanyak 18
juta tenaga kerja.
“Potensi pengembangan ekonomi dari
DD sangat besar. Tinggal bagaimana
kita konsisten mengembangkan ber-
bagai skema ekonomi untuk meman-
faatkannya,” pungkasnya.
Sasar Seribu Desa di 100 Kabupaten
Seribu desa di 100 kabupaten akan
menjadi prioritas dalam pelaksanaan
Program Padat Karya Tunai di 2018.
Empat Menteri (Menteri Desa PDTT,
Menteri Keuangan, Menteri PPN/Bap-
penas dan Menteri Dalam Negeri)
menandatangani Surat Kesepakatan
Bersama untuk mendorong pelaksa-
naan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa berjalan lebih optimal.
Menteri Koordinator Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan (Menko
PMK), Puan Maharani, mengatakan
SKB 4 Menteri merupakan salah satu
langkah konkret menyelaraskan empat
kementerian agar lebih mengefek-
tifkan pembangunan dan peman-
faatan dana desa untuk meningkat-
kan kesejahteraan rakyat.
SKB 4 Menteri merupakan persiapan
pelaksanaan Program Padat Karya
Tunai di Desa tahun 2018 yang menja-
di arahan Presiden agar dilaksanakan
sejak Januari 2018. Program akan
dilaksanakan di semua desa dengan
prioritas pada 1.000 desa di 100 ka-
bupaten. Untuk langkah awal di Janu-
ari 2018, akan dilaksanakan di 10 ka-
bupaten pada 10 desa per kabupaten,
sehingga jumlah desa yang menjadi
sasaran awal program padat karya se-
banyak 100 desa.
100 desa akan dipilih yang tingkat ke-
miskinan dan kasus stunting-nya ting-
gi. Selain memanfaatkan dana desa,
Program Padat Karya Tunai di Desa
juga mensinergikan program/kegia-
tan yang bersumber dari kementeri-
an/lembaga.
Fokus SKB adalah memastikan ber-
jalannya Program Padat Karya Tunai
di Desa, mengakomodasi kebijakan
afirmatif untuk mengatasi kesenjangan
desa, mewujudkan sinergi kebijakan
pusat dan daerah, mewujudkan pem-
berdayaan masyarakat desa, serta
terlaksananya tata kelola keuangan
desa yang tertib, sederhana, dan te-
pat waktu.
SKB 4 Menteri menegaskan bahwa
Program Padat Karya Tunai di Desa
merupakan program lintas sektor
yang dikerjakan bersama-sama. Bap-
penas dalam hal ini akan berperan
mengkoordinasikan penyusunan ren-
cana aksi kementerian/lembaga di
1.000 desa yang menjadi sasaran. Ke-
menterian Keuangan akan mengako-
modasi penyaluran Dana Desa tahap I
sejak Januari 2018, serta Kemendagri
dan Kemendes PDTT melaksanakan
bimbingan teknis pelaksanaan padat
karya di desa.
Program Padat Karya Tunai Desa ada-
lah program ‘keroyokan’ dan gotong
royong dari Kementerian atau Lem-
baga yang terlibat melaksanakan pro-
gram atau kegiatannya di desa, untuk
itu, sangat dibutuhkan sinergi, tidak
hanya di tingkat pusat melainkan
hingga ke daerah bahkan desa.
Turunkan Kemiskinan
Menteri Desa PDTT, Eko Putro Sandjojo,
mengatakan kemiskinan di desa masih
tinggi, karena desa masih terpengaruh
oleh perubahan harga komoditas.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan, penyerapan dana desa
selama tiga tahun terakhir, hanya
mampu menurunkan kemiskinan di
desa 4,5 persen, sementara di kota
hanya 4 persen.
“Angka pengangguran di desa seka-
rang juga lebih kecil dibandingkan
kota. Ini berkat program kementerian
/lembaga,” kata Eko. Untuk itu, Eko
berharap semakin banyak pihak yang
dilibatkan dalam pembangunan desa,
baik dari pelaku industri dan pemerin-
tah dapat menciptakan lapangan ker-
ja yang lebih besar. ■
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 11
Gerakan Satu Desa Satu Produk bertujuan mendorong desa
agar lebih fokus dalam mengembangkan potensi daerah masing-masing
demi kesejahteraan seluruh masyarakat.
FOTO: MURDANI USMAN/CIFOR
GERBANG • EDISI KHUSUS 201712
LAPORAN UTAMA
BUMDesSebagai Program PrioritasKementerian Desa PDTT
Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) menjadi salah satu
program prioritas Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi
tahun 2017, di samping 3
program lainnya, yakni produk
unggulan kawasan pedesaan
(prukades), embung desa dan
sarana olahraga desa. Melalui
BUMDes, masyarakat desa
didorong untuk mengelola
ekonomi secara otonom.
B erdirinya BUMDes pada setiap desa harus ber-
dasarkan dari hasil musyawarah desa. Unsur musy-
awarah desa terdiri dari tokoh adat, tokoh agama,
tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, perwakilan kelompok
perempuan, perwakilan tani dan seluruh unsur masyarakat
desa lainnya. Pendirian BUMDes seyogyanya sesuai dengan
kebutuhan, kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat
setempat.
Salah satu hal penting yang harus menjadi pertimban-
gan dalam mendirikan BUMDes, bahwa jenis usaha yang
dipilih BUMDes tidak diperbolehkan mengancam kegia-
tan ekonomi masyarakat desa. Kehadiran BUMDes harus
mampu menampung, mengkonsolidasi dan mewadahi ke-
giatan usaha ekonomi desa.
Menteri Desa PDTT, Eko Puto Sandjojo
meninjau Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Harapan Maju Bersama, di
Desa Tanjung Harapan, Pulau Sebatik,
Kabupaten Nunukan, Jumat (18/8).
FOTO: HUMAS KEMENDESA
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 13
Desa saat ini memiliki berbagai per-
masalahan ekonomi seperti rendahnya
penguasaan lahan, skala usaha yang
relatif kecil, akses pendanaan yang ter-
batas, kurang memiliki akses pasar, nilai
tawar yang rendah, kurang memiliki
pengetahuan mengenai cara produksi
yang baik, dan sarana dan prasarana
belum mendukung. Hadirnya BUMDes
dalam hal ini menjadi jawaban atas
permasalahan-permasalahan tersebut,
yang diharapkan mampu menjadi mo-
tor penggerak ekonomi desa.
Di sisi lain, dana desa sebagai salah
satu program utama pemerintah yang
menggelontorkan dana langsung ke
desa, adalah stimulus agar kemu-
dian desa mampu berkembang se-
cara mandiri. Salah satu upaya yang
dilakukan dalam hal ini adalah dengan
menggeliatkan BUMDes. Sehingga se-
lain untuk pembangunan sarana dan
prasarana desa, sebagian dana desa
juga dapat digunakan untuk mendiri-
kan BUMDes.
Program BUMDes sendiri merupakan
amanat dari UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Disebutkan bahwa desa
dapat mendirikan BUMDes yang dike-
lola dengan semangat kekeluargaan
dan kegotongroyongan. BUMDes
dapat menjalankan usaha di bidang
ekonomi dan pelayanan umum sesuai
dengan ketentuan peraturan perun-
dang-undangan. Selanjutnya terkait
pengelolaan BUMDes, diatur dalam
Peraturan Menteri Desa, Pembangu-
nan Daerah Tertinggal dan Transmi-
grasi RI Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Pendirian, Pengurusan dan Pengelo-
laan, dan pembubaran Badan Usaha
Milik Desa.
BUMDes & Koperasi
Dalam 2 tahun terakhir jumlah BUM-
Des meningkat cukup tajam. Di mana
pada akhir tahun 2014 BUMDes han-
ya berjumlah 1.022 Unit, dan di tahun
ini meningkat drastis hingga 18.446
Unit. Meski demikian, masih banyak
masyarakat dan perangkat desa yang
belum memahami perbedaan antara
BUMDes dan koperasi.
BUMDes dan koperasi hakikatnya
memiliki perbedaan prinsip yang
mencolok. Sebagaimana yang ter-
cantum dalam UU Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, BUMDes dipaha-
mi sebagai lembaga usaha desa yang
menampung kegiatan ekonomi desa
dan dikelola oleh desa. Adapun keun-
tungan dari BUMDes digunakan sebe-
sar-besarnya untuk kepentingan desa,
misalnya untuk membangun sekolah,
jalan, kegiatan sosial dan lain-lain. Ini
tentu berbeda dengan prinsip mendi-
rikan koperasi, yang keuntungan us-
ahanya diberikan langsung untuk
kepentingan anggota koperasi secara
personal.
Dalam berbagai kesempatan, Ment-
eri Desa, Pembangunan Daerah Ter-
tinggal dan Transmigrasi, Eko Putro
Sandjojo menegaskan, bahwa setiap
BUMDes yang mampu hidup mandiri
GERBANG • EDISI KHUSUS 201714
dan maju diwajibkan untuk membuat
koperasi. Dengan demikian, BUMDes
diharapkan tidak hanya berkontribusi
dalam pembangunan desa, namun juga
bermanfaat langsung bagi masyarakat
desa selaku anggota koperasi.
Terkait hal tersebut, Kemendes PDTT
dan Kementerian Koperasi dan UKM
telah melakukan kerjasama bahwa
pasca BUMDes harus memiliki koperasi.
Kerjasama tersebut tertuang dalam
MoU Kemendes PDTT dan Kemenkop
dan UKM Nomor 06/M.DPDTT/KB/
IX/2016 dan 12/KB/M.KUKM/IX/2016
tanggal 23 September 2016 tentang
Pembangunan Dan Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Desa, Daerah Ter-
tinggal Dan Transmigrasi Melalui Sinergi
Koperasi dan Badan Usaha Milik Desa.
Sinergi BUMDes dan Koperasi dilaku-
kan melalui kerjasama saling mengun-
tungkan untuk mewujudkan kemandi-
rian ekonomi desa dan meningkatkan
pendapatan masyarakat desa. Sebagai
contoh, BUMDes yang telah mandiri dapat
mendirikan koperasi simpan pinjam,
koperasi jasa angkutan, koperasi per-
tanian, dan unit usaha lainnya.
Holding BUMDes
Untuk mengakomodir seluruh BUM-
Des yang jumlahnya terus bertambah,
Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
resmi meluncurkan Holding (Induk)
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
PT Mitra BUMDes Nusantara. Bekerja
sama dengan sejumlah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), Holding BUM-
Des ini diharapkan mampu memper-
cepat pergerakan perekonomian per-
desaan.
PT Mitra BUMDes Nusantara nantinya
akan dibentuk setiap kabupaten/kota
untuk membina dan mendorong agar
BUMDes yang telah dibentuk bisa
lebih cepat maju dan mandiri. Pelun-
curan PT Mitra BUMDes Nusantara ini
ditandai dengan penandatangan MoU
kerjasama antara perusahaan Umum
Badan Urusan Logistik (Perum Bulog),
Kopelindo dan 8 Kepala Daerah.
Pembentukan PT Mitra BUMDes Nu-
santara didasari pada keinginan agar
terjadi percepatan perekonomian per-
desaan. Berdasarkan Undang Undang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
disebutkan salah satu instrumen un-
tuk mengembangkan perekonomian
desa adalah BUMDes.
Namun keberadaan BUMDes ini perlu
diperkuat agar akselerasinya dalam
memberdayaan perekonomian desa
lebih cepat. Dengan adanya PT Mitra
BUMDes Nusantara ini diharapkan daya
tawar dan akselerasi BUMDes akan
semakin kuat sehingga bisa memberi-
kan dampak bagi kesejahteraan warga
desa.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro
Sandjojo mengatakan sengaja meli-
batkan sejumlah BUMN dalam mem-
perkuat PT Mitra BUMDes Nusantara.
Kerjasama dengan BUMN, diharapkan
bisa membantu PT Mitra BUMDes Nu-
santara dalam memperkuat jaringan
dan usaha sehingga PT Mitra BUMDes
Nusantara bisa menekan angka ke-
miskinan.
Kemajuan dan kesejahteraan warga
desa sudah tidak bisa ditawar lagi.
Program pemberdayaan masyarakat
desa merupakan salah satu fokus dari
Pemerintahan Jokowi-JK. Bahkan
hal tersebut menjadi salah satu butir
Nawa Cita Jokowi-JK. Diharapkan
dengan hadirnya PT Mitra BUMDes
Nusantara kesejahteraan warga desa
kian meningkat sehingga kesenjangan
sosial dan ekonomi semakin terpangkas.
Holding BUMDes menjadi penting
untuk memastikan bahwa ribuan
BUMDes tidak hanya hadir sebagai
papan nama saja, melainkan mampu
meningkatkan ekonomi perdesaan
yang berkeadilan. ■
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 15
Dimulai DariHalmahera Barat
Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, Eko Putro
Sandjojo, melakukan kunjungan
kerja di Kabupaten Halmahera
Barat pada 15 April 2017.
Dalam kunjungannya kali ini
Menteri Eko turut mengajak
Direktur Bank BRI dan Direktur
Bulog. Menteri Eko memang
kerap kali mengajak para
stakeholders baik dari kalangan
swasta maupun BUMN.
Tujuannya untuk membuka
peluang investasi pada daerah
tersebut.
K unjungan di Halmahera Barat
diawali dengan peletakan
batu pertama pembangunan
embung dan turut menanam jagung
perdana secara simbolis didampingi
oleh Bupati Halmahera Barat Danny
Missy, Anggota DPR RI Irene Roba Pu-
tri serta para Forkopimda Halmahera
Barat di Desa Sidodadi, Kecamatan
Sahu Timur, Kabupaten Halmahera
Barat. Halmahera Barat menjadi titik
awal pembangunan 30.000 embung
juga sebagai percontohan kawasan
Prukades (produk unggulan kawasan
perdesaan) dengan jagung menjadi ko-
moditi unggulan dari Halmahera Barat.
Bupati Halmahera Barat, Danny Mis-
sy dalam sambutannya mengatakan
bahwa Halmahera Barat terkenal de-
ngan pertanian Holtikulturanya, jadi
untuk mengantisipasi ketersediaan air
bagi lahan pertanian, saat ini akan
dibangun embung desa.
Bupati yang mewakili masyarakat
Halmahera Barat ini menyampaikan
terima kasih kepada Bapak Menteri
Desa PDTT karena telah meluangkan
waktu untuk berkunjung ke Halma-
hera Barat.
“Halbar dan atas nama seluruh ma-
syarakat Kabupaten Halbar akan be-
rusaha semaksimal mungkin untuk
menyambut serta melaksanakan pro-
gram dari Kementrian Desa dalam hal
membangun desa demi kemajuan
bangsa”, ujar Danny Missy.
Anggota DPR RI, Irene Hui Roba Putri
yang turut hadir juga memberikan apre-
siasi kepada Menteri Desa PDTT karena
sudah bersedia datang, sebagai bentuk
perhatian pada ma-syarakat Halmahera
Barat. Ia juga memuji langkah Bupati
Halmahera Barat yang berhasil menga-
jak Menteri berkunjung ke Halmahera
Barat yang masuk dalam daerah 3 T
(tertinggal, terdepan, terluar).
Setelah dilakukan peletakan batu per-
tama pembangunan embung di Desa
Sidodadi kegiatan dilanjutkan dengan
peninjauan BUMDes dan lokasi pem-
bangunan agropolitan di Desa Golago
Kusuma, kemudian menuju Desa Air
Panas dengan agenda peninjauan
Stand BUMDes dan pelepasan Bibit
Ikan Nila di kolam ikan milik BUMDes
Desa Air Panas.
Selain itu, Menteri Eko juga bertatap
muka dengan para Kepala Desa dan
perangkat desa serta para pengurus
BUMDes se-Halmahera Barat. Dalam
kesempatan tersebut, Menteri Eko
menghimbau agar para Kepala Desa
bisa secara maksimal dalam menge-
lola dana desa yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Hal ini sesuai
dengan program Presiden dimana
membangun Indonesia dimulai dari desa
agar pembangunan itu bisa langsung
menyentuh masyarakat. Dana desa
yang begitu besar harus bisa dira-
sakan manfaatnya oleh masyarakat.
“Jadi utamakan pembangunan yang
dapat meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat”, ujar Menteri Eko. Dalam
acara tersebut Menteri Eko menyer-
ahkan bantuan berupa uang tunai se-
besar Rp. 50 juta kepada perwakilan
pengurus BUMDes se-Halmahera
Barat serta penyerahan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dari Bank BRI.
Menteri Desa PDTT, Eko Putro Sandjojo melakukan penanaman jagung program Prukades di
Desa Sidodadi, Kec. Sahu Timur, Kab. Halmahera Barat.
FOTO
: IS
TIM
EWA
GERBANG • EDISI KHUSUS 201716
Meresmikan 125 BUMDes
Dalam kunjungannya ke Halmahera
Barat, Menteri Eko berkesempatan
untuk meresmikan 125 Badan Usa-
ha Milik Desa (BUMDes) di Desa Air
Panas. Peresmian tersebut merupa-
kan wujud percepatan pembangunan
desa dan pemerataan kesejahteraan
di daerah.
Di Halmahera Barat sudah ada BUM-
Des yang mencetak laba sebesar Rp
176 juta. Menteri Eko berharap dengan
adanya BUMDes mampu membantu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
di Halmahera Barat.
Menteri Eko juga mendorong mas-
yarakat Halmahera Barat untuk me-
manfaatkan potensi alam yang sudah
ada, yakni keindahan laut. Ia meminta
agar BUMDes bisa menyediakan alat
untuk snorkeling dan kamera bawah
air. Hal itu untuk memancing minat
masyarakat agar bisa mengenali dan
mempromosikan keindahan alam
bawah laut Halmahera Barat.
“Dengan kondisi alam seperti ini,
Halmahera Barat juga bisa membuat
event sepeda gunung. Kerjasama
dengan BRI atau BNI untuk mem-
bantu promosinya di portal-portal
online mereka. Buat paket wisatanya
dan manfaatkan kecanggihan e-com-
merce. Banyak hal yang bisa dilaku-
kan,” ujar Menteri Eko.
Meski demikian, Menteri Eko menyadari
setiap desa memiliki kemampuan
sumber daya manusia yang berbeda.
BUMDes, menurutnya, perlu memili-
ki manajemen yang baik. Oleh karena
itu, pemerintah menjalin sinergi dengan
mendirikan PT. Mitra BUMDes Nusantara.
PT. Mitra BUMDes Nusantara akan
memberikan pendampingan, selain
mengelola potensi di desa, kedepan-
nya bantuan yang diberikan oleh pe-
merintah juga akan disalurkan melalui
BUMDes. Oleh karena itu diperlukan
manajemen yang baik dalam menge-
lola BUMDes agar keuntungan yang
diperoleh optimal dan mampu mema-
jukan ekonomi desa.
Direktur Pengembangan Bisnis dan
Industri Perum BULOG yang juga
menjabat sebagai Komisaris Uta-
ma PT. Mitra BUMDes Nusantara,
Imam Subowo, mendukung adanya
pengembangan BUMDes. Menurutnya,
BUMDes akan menjadi solusi pening-
katan produktivitas dan pendapatan
para petani di pedesaan.
Umumnya petani itu ada dua persoa-
lan. Pertama adalah permodalan. Lalu
yang kedua adalah pemasaran. Maka
dari itu, banyak petani yang terjerat
dibo-dibo (tengkulak). Dengan adanya
PT. Mitra BUMDes Nusantara, BULOG
akan masuk untuk membantu infras-
truktur dan juga membeli langsung ha-
sil taninya. Sementara perbankan akan
membantu permodalan sekaligus men-
dorong para petani untuk menabung.
Bupati Halmahera Barat, Danny Missy
mengaku siap mewujudkan komitmen
mendukung program prioritas Ke-
mendes PDTT dengan BUMDes yang
ada di wilayahnya. Selama ini, banyak-
nya komoditas seperti 400 ton pisang
per hari, 4.000 ton kopra per bulan,
dan 128.000 ton ikan keluar dari
Halmahera Barat tanpa mendapatkan
hasil yang maksimal bagi para petani
dan nelayan. Hal itu disebabkan tidak
adanya identifikasi yang baik.
Setelah BUMDes terbentuk secara
keseluruhan, para petani tidak perlu
dipusingkan lagi dengan pemasaran,
para petani maupun nelayan bisa me-
masarkan komoditas taninya melalui
BUMDes. Dengan besarnya komod-
itas pertanian maupun perikanan
Halmahera Barat, maka pendapatan
BUMDes bisa mencapai ratusan miliar,
dengan begitu peningkatan ekonomi
dan kesejahteraan desa bisa terwujud.
Program 100 Embung
Janji pemerintah untuk membangun
embung dengan total 2 juta hektare
akhirnya dimulai. Groundbreaking
embung di Desa Sidodadi, Kecamatan
Sahu Timur, Halmahera Barat menjadi
titik awal dari program tersebut.
Proyek embung untuk sistem irigasi
lahan pertanian di Desa Sidodadi nan-
tinya akan mengaliri 15 hektar sawah
di Desa Sidodadi dan sekitarnya. Se-
lain di Desa Sidodadi, Pemerintah
Kabupaten Halmahera Barat juga su-
Menteri Desa PDTT, Eko Putro Sandjojo meresmikan 125 BUMDes di Halmahera Barat.
FOTO: HUMAS KEMENDESA
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 17
dah berkomitmen untuk membangun
100 embung lainnya yang akan dapat
mengairi 400 hektar lahan produktif
di Halmahera Barat.
Melalui dana desa diharapkan 179 desa
di Halmahera Barat bisa memiliki em-
bung. Pemerintah memang mewajib-
kan agar setiap desa menyisihkan Rp
200-300 dari dana desa untuk pem-
bangunan embung. Hal tersebut di-
wajibkan untuk desa yang mempunyai
potensi di bidang industri agrikultur.
Perlu diketahui bahwa desa dengan
potensi pertanian di seluruh Indonesia
mencapai 61.821 lokasi. Namun, desa
yang masih belum mempunyai fasili-
tas penyimpanan air masih mencapai
sekitar 49 ribu.
Embung yang dibangun di Desa Sido-
dadi diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas lahan pertanian. Ko-
moditas tanaman pangan yang akan
mendapat manfaat pengairan dari
embung ini adalah jagung, padi, dan
sayur-sayuran seperti tomat, cabai,
dan bawang merah.
Program embung diharapkan bisa mem-
bantu Indonesia mencapai swasem-
bada pangan. Sebab, dengan adanya
pasokan air yang konsisten, frekuensi
tanam petani bisa terdongkrak cukup
signifikan. Misalnya, jumlah tanam padi
yang biasanya hanya 1,8 kali menjadi 3-5
kali per tahun.
Selama ini, paceklik terus menjadi faktor
pertanian yang tidak produktif. Seka-
ligus, salah satu penyebab petani tidak
bisa keluar dari lingkaran kemiskinan.
Karena itulah, pemerintah mewajibkan
agar embung bisa ada di setiap desa.
Nantinya, pemerintah akan mengga-
bungkan program embung dengan
pembentukan produk unggulan ka-
wasan perdesaan (Prukades). Dengan
begitu, desa-desa yang meningkatkan
produksinya di masa depan bisa
terserap dengan harga yang baik.
Pembangunan embung Sidodadi sendi-
ri ditargetkan akan selesai dalam waktu
tiga bulan dengan luas 30x30x2,5 me-
ter yang bisa menampung kapasitas air
sebesar 2.250 meter kubik.
Kawasan Percontohan Prukades
Diantara tidak banyak daerah yang
tanggap dengan produk unggulan ka-
wasan perdesaan (Prukades), Halma-
hera Barat menjadi salah satu daerah
yang aktif menangkap program Pru-
kades. Pemerintah Kabupaten Halma-
hera Barat sudah menetapkan 10 Pru-
kades. Jagung menjadi produk utama
selain padi dan cengkeh. Halmahera
Barat mempunyai potensi jagung
dengan lahan mencapai 20 ribu hek-
tar. Saat musim panen tiba, produksi
jagung bisa mencapai 100 ribu ton.
“Dalam konsep 20 ribu hektar ini, kami
memberikan tanggung jawab kepada
setiap BUMDes untuk mengelolanya.
Pemerintah juga menyiapkan kawasan
pedesaan terpadu dalam hal perikanan,
pertanian, pariwisata, agrobisnis, dan
agroindustri,” ujar Bupati Halmahera
Barat, Danny Missy.
Untuk mendorong prukades sukses di
Halmahera Barat, Menteri Eko mem-
bantu menyiapkan sarana pascapanen
dengan membawa pengusaha swasta
masuk ke Halmahera Barat. Tidak hanya
itu, Menteri Eko juga akan mendorong
BUMN agar masuk ke desa-desa di
Halmahera Barat untuk mendorong
perekonomian masyarakat pedesaan.
Para petani pun tidak perlu memus-
ingkan pasar dari hasil tanam mereka.
Yang perlu dilakukan saat ini adalah
mengoptimalkan produksi 20 ribu
hektar lahan jagung di Halmahera
Barat. Menurut Bupati Danny Missy,
Pemerintah Kabupaten Halmahera
Barat sudah membuat komitmen Se-
gitiga Emas. Jadi, produk yang di-
hasilkan masyarakat Halmahera Barat
akan diambil oleh Ternate dan Tidore.
“Hingga tahun 2021 mendatang, pe-
merintah ingin mengentaskan status
desa tertinggal yang ada di Halbar
ini,” ujar Bupati lulusan pasca sarjana
Sekolah Tinggi Manajemen IMMI.
Ditetapkannya Halmahera Barat se-
bagai kawasan percontohan Prukades
diharapkan dapat mendorong daerah
lain untuk ikut mensukseskan pro-
gram prukades. ■
Menteri Desa PDTT, Eko Putro Sandjojo meletakkan batu pertama pembangunan embung di Desa Sidodadi,
Kec. Sahu Timur, Kab. Halmahera Barat.
FOTO: HUMAS KEMENDESA
GERBANG • EDISI KHUSUS 201718
Embung danKetahanan Pangan
Pemerintah Pusat melalui
Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi
memiliki program besar
untuk ketahanan pangan
yang telah dituangkan dalam
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) sampai tahun
2019. Dalam program
ketahanan pangan tersebut,
instrumen yang dibutuhkan
yakni terkait pengairan.
U untuk mencapai ketahanan
pangan, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Ter-
tinggal dan Transmigrasi mengarah-
kan dana desa sebesar Rp 20 triliun
dari total sebesar Rp 60 triliun untuk
pembangunan embung atau tempat
penampungan air. Pembangunan em-
bung tersebut merupakan program
prioritas pemerintah tahun 2017.
Berdasarkan data Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, dari total 15.000 desa
prioritas pembangunan saat ini, ter-
dapat 7.440 desa yang membutuh-
kan pembangunan infrastruktur sum-
ber-sumber air.
Embung merupakan bangunan kon-
servasi air berbentuk kolam untuk
menampung air hujan dan air limpa-
han atau air rembesan sebagai salah
satu upaya untuk menanggulangi
kekurangan air ketika musim kema-
rau. Embung akan menyimpan air di
musim hujan dan diharapkan bisa di-
manfaatkan saat musim kemarau atau
saat kekurangan air.
Embung bisa dibangun di daerah
dataran tinggi yang tidak dilalui aliran
sungai. Perbukitan yang dulu gersang
bisa memiliki persediaan air. Perbuki-
tan perdesaan yang biasanya gundul
pada musim kemarau sehingga banyak
tanaman mati karena kekurangan air, bisa
bertahan dengan irigasi dari waduk
mini tersebut.
Presiden Joko Widodo menarget-
kan ada 30.000 embung yang akan
dibangun tahun ini dengan luas areal
sekitar 4 juta hektar. Pembangunan
embung dilakukan untuk memberikan
persediaan air yang cukup untuk lahan
pertanian saat musim kemarau.
Dari 74.754 desa di Indonesia, seban-
yak 82,77 persen diantaranya memiliki
sumber penghasilan di bidang perta-
nian. Namun sebagian besar desa ha-
nya mampu panen 1,4 kali dalam seta-
hun lantaran kekurangan sumber air.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo saat melakukan
Groundbreaking embung desa di Desa Sidodadi,
Suhu Timur, Halmahera Barat.
FOTO: HUMAS KEMENDESA
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 19
Embung diharapkan mampu meng-
gandakan produksi pangan dari indeks
pertanaman 1,4 kali menjadi 2-3 kali
dalam satu tahun. Hal ini dikarenakan
sistem irigasi bisa tetap mengaliri air
ke lahan pertanian meskipun di musim
kemarau. Dengan masa panen hingga
bisa 3 kali dalam setahun, produktivi-
tas pertanian akan meningkat.
Pembangunan embung menjadi pri-
oritas pemerintah karena dapat mem-
berikan manfaat yang sangat besar
dengan biaya pembangunan yang
relatif murah jika dibandingkan dengan
pembangunan bendungan.
Selain meningkatkan produktivitas
pertanian, embung desa juga dapat
menciptakan lapangan pekerjaan di
desa, meningkatkan pendapatan dan
meningkatkan konsumsi dan tabu-
ngan masyarakat desa. Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo me-
nilai hal tersebut akan mendorong
Ketahanan Pangan
Presiden Joko Widodo berkomitmen
membangun ketahanan pangan, salah
satu upayanya dengan mengarah-
kan pemanfaatan dana desa untuk
meningkatkan produksi pangan.
Untuk terus meningkatkan pemba-
ngunan fasilitas produksi pangan di
perdesaan tersebut, pemerintah juga
berkomitmen dengan meningkatkan
alokasi dana desa. Untuk tahun 2018,
alokasi dana desa sudah ditetapkan
sebesar Rp 120 triliun, naik dari sebel-
umnya Rp 60 triliun.
Ketahanan pangan semakin mende-
sak bagi masyarakat, khususnya di-
wilayah perdesaan. Peran embung
terkait ketahanan pangan sangat
penting, terutama guna mengurangi
faktor gangguan akibat kekeringan.
Embung menjadi pilar dalam produk-
si pangan desa sehingga penduduk
desa dekat dengan sumber makanan
dan terhindar dari persoalan distribu-
si. Embung mendorong terciptanya
swadaya pangan penduduk desa.
Embung sebagai penampung air juga
menopang diversifikasi pertanian.
Peningkatan hasil pertanian melalui
variasi jenis tanaman seperti pola
tumpang sari. Sawah di Jawa bahkan
disela-selanya dapat diselingi tana-
man untuk ternak. Peningkatan hasil
ternak akan menaikkan produksi pro-
tein hewani warga desa.
Dalam embung juga dapat disebar ikan
untuk usaha perikanan yang diharapkan
bisa mencegah kemungkinan perkem-
bangan jentik nyamuk. Diharapkan ikan
akan dapat menambah pendapatan
masyarakat dan menjadi sumber protein
hewani yang murah bagi masyarakat
dan terutama bagi balita.
Ketahanan pangan harus diupayakan
mulai dari desa. Embung memiliki
peran strategis dalam turut mencip-
takan ketahanan pangan perdesaan.
Ini bisa jadi terobosan mengatasi ban-
jir dan kekeringan desa. ■
pertumbuhan ekonomi desa. Selain
bisa meningkatkan kapasitas produk-
si pertanian, menurut Menteri Eko bo-
nus embung desa bisa dimanfaatkan
untuk sektor perikanan hingga pari-
wisata. Hal ini menjadi daya ungkit
ekonomi desa.
Sebagai contoh pengembangan em-
bung Boon Pring di Desa Sanakerto,
Kecamatan Turen, Kabupaten Malang
dengan konsep ekowisata. Embung
yang memiliki fungsi utama sebagai
sumber air bagi masyarakat setem-
pat berhasil memberikan nilai tambah,
yakni pengembangan ekowisata yang
memberikan manfaat tidak hanya bagi
masyarakat desa sekitar, melainkan
juga para wisatawan yang berkunjung.
Sejak dikembangkan menggu-
nakan konsep ekowisata, embung
Boong Pring pada tahun 2016 lalu
bisa menghasilkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebesar Rp 130 juta
per tahun.
Salah satu upaya membangun ketahanan pangan
dengan mengarahkan pemanfaatan dana desa
untuk meningkatkan produksi pangan.
FOTO: ISTIMEWA
GERBANG • EDISI KHUSUS 201720
Empat Program PrioritasDorong Pertumbuhan EkonomiPandeglang
Presiden Joko Widodo terus memberikan perhatian
khusus pada pemanfaatan Dana Desa untuk percepatan
pembangunan desa. Kunjungan Presiden ke Desa
Muruy di Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang,
pada Rabu (04/10), untuk meresmikan pembangunan
326 embung yang akan dibangun di desa-desa di
Pandeglang menjadi wujud keseriusan pemerintah dalam
memacu produktivitas di pedesaan. Presiden juga akan
melaksanakan gerakan penanaman jagung sebagai
dukungan pengembangan produk unggulan kawasan
perdesaan (Prukades) di Pandeglang.
E mbung dan Prukades merupakan bagian dari empat pro-
gram prioritas pembangunan desa yang menjadi pro-
gram unggulan Kementerian Desa, Pembangunan Daer-
ah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Dua program
lainnya yakni pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
dan membuat Sarana Olahraga Desa (Raga Desa).
“Saya selalu mengingatkan agar dana desa yang telah digelon-
torkan dana desa diharapkan bisa difokuskan kepada empat
program prioritas yang kita berikan. Keempat program prioritas
tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian
masyarakat perdesaan,” ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo,
dalam beberapa kesempatan.
Kabupaten Pandeglang menjadi salah satu daerah yang telah me-
nerapkan empat program prioritas pembangunan desa tersebut.
Implementasi keempatnya menjadi salah satu faktor keberhasilan
Pandeglang mengatasi ketertinggalan desanya. Data Tahun 2014
menunjukkan, dari total 326 desa di Kabupaten Pandeglang, se-
banyak 214 desa masuk kategori desa tertinggal (65%). Sementara
pada tahun 2016, jumlah desa tertinggal di Kabupaten Pandeglang
turun menjadi 149 Desa atau berkurang 66 Desa dibandingkan ta-
hun 2014 (30,84%) lalu.
Supaini, petani jagung asal desa Muruy, Kecamatan
Menes, Kabupaten Pandeglang.
FOTO: HUMAS KEMENDESA
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 21
Produksi jagung menjadi komoditas utama dalam pengem-
bangan Prukades di Pandeglang. Secara keseluruhan,
Pandeglang memiliki luas lahan pengembangan jagung
mencapai 51.446 hektar. Saat ini luas lahan yang sudah di-
tanami mencapai 20.441 hektar. Rata-rata produksi men-
capai 5 ton per hektar. Pandeglang sendiri dirancang se-
bagai penyuplai produksi jagung terbesar di Banten untuk
Jakarta. Selain jagung, Pandeglang juga mengembangkan
budidaya ikan kerapu. Pemerintah Kabupaten pun telah
mengembangkan dua kawasan minapolitan dengan target
produksi 40-50 ton dari 12 ton yang sudah ada.
Untuk mendukung pengembangan Prukades di daerah,
Kemendes PDTT juga telah menggelar empat kali Forum
Bisnis yang melibatkan 28 kabupaten, Kementerian/Lem-
baga terkait, BUMN, dan pihak swasta. Pandeglang se-
bagai salah satu kabupaten yang berpartisipasi mendapat
kesan positif dari para potensial investor. Hal itu terbukti
dengan dukungan dari beberapa pihak berupa bantuan
bibit jagung, pupuk dan alat pasca panen dari Kemente-
rian Pertanian; Perusahaan Japfa Comfeed yang member-
ikan bantuan permodalan dan menampung hasil panen;
Bank Rakyat Indonesia (BRI) memberikan bantuan KUR
tanpa agunan; Arta Graha yang mendirikan dryer untuk 10
BUMDes di sentra penghasil jagung; Kementerian Peker-
jaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) yang
membangun 11 jembatan untuk menunjang aksesibilitas
produksi pertanian, serta bantuan 56 unit keramba jaring
apung dan benih ikan kerapu cantang 115.000 ekor dari
Kemendes PDTT.
GERBANG • EDISI KHUSUS 201722
Kabupaten Pandeglang juga memiliki
keseriusan dalam membuat embung
di pedesaan. Pada tahun 2017 ini, di-
targetkan akan dibangun embung se-
banyak 326 unit embung dengan 308
diantaranya dibangun melalui dana
desa. Sementara 18 unit dari Corpo-
rate Social Responsibility (CSR). Saat
ini yang sudah terbangun mencapai
150 unit, salah satunya embung di
Desa Muruy. Embung tersebut mam-
pu mengairi 60 hektar areal pertani-
an di Desa Muruy itu sendiri dan Desa
Karyasari, Kecamatan Cikeudal. Den-
gan pasokan air yang baik, para petani
setidaknya mampu panen sebanyak
2-3 kali dalam setahun.
Pengembangan BUMDes juga men-
jadi perhatian utama. Tercatat hingga
tahun 2017 ini, sudah terdapat 326
BUMDes yang terbentuk. Selain itu,
juga telah dibentuk PT. Mitra BUM-
Des di Desa Bengkuyung, Kecamatan
Cikeudal. Selain menjual kebutuhan
harian melalui unit usahanya, BUM-
Des juga akan menjadi agen pene-
rima subsidi bantuan pemerintah.
Hadirnya BUMDes diharapkan dapat
mendorong desa lebih mandiri secara
ekonomi.
“Tiap desa diharapkan punya BUM-
Des dan menjadi sumber penghasilan
desa. Nantinya dana desa bukan lagi
jadi sumber utama pembangunan
desa, tapi hanya stimulus,” ujar Men-
teri Eko.
Program prioritas keempat yakni
pembangunan Sarana Olahraga Desa
(Raga Desa). Geliat aktivitas para
pemuda desa tidak hanya mengh-
indarkan dari kegiatan negatif seper-
ti narkoba, tawuran, dan radikalisme,
melainkan juga memacu peningkatan
kualitas hidup generasi muda. Selain
itu, Raga Desa diharapkan dapat men-
ciptakan keramaian dan mendorong
aktivitas ekonomi. Pada tahun 2016,
Kabupaten Pandeglang membangun
186 unit sarana olahraga desa yang
meliputi lapangan sepak bola, lapa-
ngan bola voli, tenis meja, lapangan
bulutangkis, dan lapangan futsal. Ren-
cana pada tahun 2017 ini akan diba-
ngun 150 unit sarana olahraga yang
tersebar di desa-desa.
Presiden Joko Widodo meresmikan pembangunan
sebanyak 326 embung Kabupaten Pandeglang,
ditandai dengan penandatanganan batu prasasti
di Desa Muruy, Kecamatan Menes, Kabupaten
Pandeglang.
FOTO: HUMAS KEMENDESA
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 23
Pandeglang, Menuju Lumbung
Jagung Nasional
Kabupaten Pandeglang salah satu
daerah di Provinsi Banten yang memi-
liki lahan pertanian yang sangat luas
dan menjadi pemasok padi terbesar
di Provinsi Banten. Tak hanya menjadi
lumbung padi, Pemerintah Kabupaten
Pandeglang juga kini gencar melaku-
kan gerakan tanam jagung dengan
memanfaatkan lahan tidur agar men-
jadi lumbung jagung nasional.
Kabupaten Pandeglang memiliki lah-
an pertanian terluas yang mencapai
58,61 persen dari total lahan pertanian
yang dimiliki Provinsi Banten. Untuk
memaksimalkan Kabupaten Pande-
glang menjadi lumbung jagung na-
sional, diperlukan kerja sama antara
pemerintah, swasta dan masyarakat.
Pemerintah pusat melalui Kementerian
Pertanian akan membantu mengopti-
malkan 200 ribu hektar lahan tidur di
Kabupaten Pandeglang agar bisa di-
tanami jagung.
Pemerintah pusat akan memberi ban-
tuan benih untuk 100 ribu hektar ser-
ta pupuk dan traktor jika lahan tidur
seluas 200 ribu hektar telah selesai
digarap yang ditargetkan selesai da-
lam waktu satu tahun. Saat ini luas
lahan yang sudah ditanami mencapai
20.441 hektar dengan produktivitas
panen sebesar 5 ton per hektar dan
harga jual Rp 3.150/kg untuk jagung
pipilan.
Jika produksi dari Banten, khususnya
Kabupaten Pandeglang melimpah
maka Indonesia tidak perlu lagi impor
jagung. Selama ini Jakarta masih
mengimpor jagung dari Amerika dan
Argentina, diharapkan kedepannya
Kabupaten Pandeglang bisa menyele-
saikan kebutuhan Jakarta akan jagung,
terlebih letak geografis Kabupaten
Pandeglang yang berdekatan dengan
Jakarta.
Selain bisa menjadi tumpuan ibu kota
dalam hal pemenuhan kebutuhan
jagung, jagung Pandeglang juga ber-
peluang menembus pasar Interna-
sional. Malaysia sudah menyatakan
keinginannya untuk mengimpor
jagung dari Indonesia.
Pola penanaman jagung sendiri bisa
menggunakan sistem integrasi dengan
lahan karet, dimana model ini diang-
gap berhasil disejumlah daerah, ter-
masuk integrasi lahan jagung dengan
sawit. Pola penanaman ini bahkan di-
anggap mampu menekan angka im-
por sebesar 66 persen, atau sekitar 3
juta ton setara dengan Rp 10 triliun.
Dalam hal penanaman pola integrasi,
Pemerintah Kabupaten Pandeglang
beserta Pemerintah Provinsi Banten
sedang melakukan pemetaan dima-
na saja daerah yang akan ditanami
jagung. Serta adanya potensi meng-
gunakan lahan perusahaan karet atau
sawit yang masih belum berproduksi
untuk diintegrasikan atau tumpang
sarikan ditanami jagung.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Pu-
tro Sandjojo saat berkunjung ke Pan-
deglang (6/4) mendukung penuh
usaha Kabupaten Pandeglang men-
jadi lumbung jagung nasional. Menteri
Eko mendorong penggunaan dana
desa untuk pembangunan embung
dan pelebaran irigasi, agar lahan per-
tanian bisa meningkat hasil panennya.
Dengan adanya embung dan irigasi,
masa tanam dan panen bisa dilakukan
tiga kali dalam satu tahun.
Dengan meningkatnya produksi tiap
kali masa panen, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi juga memberikan ban-
tuan sarana prasarana pasca panen.
Selama ini petani hanya menanam
dalam skala kecil, begitu hasil panen
melimpah tapi tidak memiliki sarana
pasca panen. Akibatnya harga jualnya
menjadi rendah.
Para petani juga kerap kali kesulitan
dalam hal pemasaran. Oleh karena
itu Menteri Eko menghimbau agar
tiap desa memiliki Badan Usaha Mi-
lik Desa (BUMDes) agar kedepannya
bisa membantu pemasaran produksi
panen jagung dari para petani. Saat
ini sudah terdapat 326 BUMDes yang
terbentuk dari sekitar 339 desa yang
ada di Pandeglang.
Tahun ini dana desa difokuskan
untuk meningkatkan pendapa-
tan masyarakat desa. Peningkatan
pendapatan masyarakat desa se-
cara langsung akan meningkatkan
ekonomi desa. Adanya pertumbu-
han ekonomi di desa diharapkan
akan mendorong aktivitas ekonomi
di desa-desa lainnya sebagai upaya
mengentaskan Pandeglang dari sta-
tus daerah tertinggal. ■
Menteri Desa PDTT, Eko Putro Sandjojo berbincang bersama petani Jagung di Desa
Kadu Gadung, Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang.
FOTO
: IS
TIM
EWA
GERBANG • EDISI KHUSUS 201724
KERJA NYATA
M enteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo
melalui Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal, Samsul Widodo menyampaikan, bahwa
tujuan Dana Desa yakni untuk mendukung kegiatan pembangunan masyarakat desa,
dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa, terutama dalam bidang perekonomian.
Pemanfaatan Dana Desa juga hendaknya dapat dioptimalkan dengan melibatkan pelopor produk
unggulan daerah, yang meliputi pelopor kedaulatan energi, pariwisata, ketahanan pangan dan
lingkungan hidup.
“Mengingat, para pelopor ini adalah berasal dari berbagai tokoh masyarakat, agama, budaya dan
kepemudaan yang tentunya memiliki pengikut, dengan harapan kedepannya, dapat memetakan
potensi masing-masing daerah yang dapat dikembangkan sebagai produk unggulan desa atau
daerah tersebut,” terang Samsul saat menggelar jumpa pers usai menghadiri acara Gerakan Kedaula-
tan Pangan dan Energi Melalui Produk Unggulan Daerah di Palangkaraya, Sabtu (18/11).
Dirjen PDT: Peran PeloporProduk Unggulan DaerahHarus Dioptimalkan
Secara nasional terdapat
74.910 desa se-
Indonesia yang menerima
bantuan Dana Desa
yang digelontorkan
oleh Pemerintah Pusat.
Pendistribusian Dana
Desa itu, dimaksudkan
dengan prioritas untuk
membiayai pembangunan
desa, sekaligus sebagai
upaya meningkatkan
perekonomian
masyarakat desaDirjen PDT, Samsul Widodo bersama Sekretaris Ditjen PDT, Razali dan Direktur Pengembangan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup, Nyelong Inga Simon menggelar jumpa pers usai menghadiri acara Gerakan
Kedaulatan Pangan dan Energi Melalui Produk Unggulan Daerah di Palangkaraya, Sabtu, (18/11/).
FOTO
: IS
TIM
EWA
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 25
Pelibatan pelopor produk unggulan
daerah ini, dimaksudkan agar kede-
pannya, suatu desa dapat menge-
tahui dan menyadari akan potensi
desanya masing-masing, yang se-
lanjutnya dikembangkan, melalui pe-
manfaatan dana desa sekaligus pula
menjadi sumber pendapatan desa itu
sendiri, sekaligus pula, sebagai upa-
ya meningkatkan taraf perekonomian
masyarakat setempat, dengan mem-
buka lapangan pekerjaan baru.
Prioritas dari pelopor produk unggu-
lan daerah ini, yaitu menyasar kepa-
da daerah-daerah yang dinilai masih
tertinggal, jika dibandingkan dengan
daerah lainnya.
Sementara itu, untuk wilayah Kali-
mantan Tengah (Kalteng), guna men-
dukung program nasional itu, sedikit-
nya ada 5.000 sertifikat bidang tanah,
telah dipersiapkan oleh Kementerian
Agraria dan Tata Ruang (ATR/BPN),
melalui Kanwil ATR/BPN Kalteng.
“Program ini, merupakan program
nasional, yang saling bersinergi antar
lintas sektoral, maka pemerintah pu-
sat, melalui Kementerian Desa PDTT,
Kementerian ATR/BPN, beserta ke-
menterian terkait, bekerjasama dengan
pemerintah daerah (Pemda) se-Indo-
nesia, bersama-sama mendukung ter-
laksananya kegiatan tersebut,” jelasnya.
Turut hadir Direktur Pengembangan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup, Ditjen PDT, Nyelong Inga Simon.
Menurutnya melalui pelopor produk
unggulan daerah, kedepannya mereka
dapat memetakan potensi daerah, di-
mana dari pemetaan tersebut, kede-
pannya bisa diketahui, kebutuhan apa
saja yang dapat dikembangkan, serta
harapannya ketika adanya pengem-
bangan potensi daerah itu, maka
perekonomian masyarakat setempat
meningkat dan lapangan pekerjaan
akan terbuka dan semakin bervariasi.
“Maksud program pelopor ini, senada
dengan program Presiden Joko Widodo,
terutama dalam program nawacita
ketiga, yaitu membangun Indonesia
dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa,” ucapnya.
Inisiatif pelopor produk unggulan,
tersebut, baru diinisiasikan secara na-
sional pada saat pertemuan nasional
Gerakan Kedaulatan Pangan dan Energi
melalui Produk Unggulan Daerah, yang
terpusat dan terselenggara di Kalteng.
Pelopor produk unggulan daerah ini,
merupakan prakarsa dari peserta ke-
giatan yang berjumlah 202 pelopor
produk unggulan, yang berasal dari
73 pemerintah daerah kabupaten
kota dan provinsi se-Indonesia. ■
Dirjen PDT Samsul Widodo saat mengisi materi pada dialog Gerakan Kedaulatan Pangan
dan Energi Melalui Produk Unggulan Daerah di Palangkaraya, Sabtu, (18/11/).
FOTO: BORNEONEWS / M.MUCHLAS ROZIQIN
GERBANG • EDISI KHUSUS 201726
Bersama Menteri Yohana,Direktur PSDM ResmikanKampung Berseri Astra
Bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Susana
Yembise, Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Direktorat Jenderal
Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT), Priyono, menghadiri acara Festival Kampung
Berseri Astra (KBA) di Kampung Enggros, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua.
Direktur PSDM Ditjen PDT, Priyono memberikan bantuan 1.500 kacamata untuk
siswa-siswi di Kab. Boven Digoel dalam acara Festival Kampung Berseri Astra Ramah
Anak di Kampung Enggros, Jayapura, Papua.
FOTO: CHAIRUL IRFANI
GERBANG • EDISI KHUSUS 201726
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 27
P ada kesempatan tersebut,
CSR PT Astra International
bekerja sama dengan Ke-
menterian PPPA dan Direktorat PSDM
Ditjen PDT memberikan bantuan
2.000 tas dan 500 sepatu bagi anak-
anak di Kabupaten Asmat, pemberian
1.500 kacamata bagi anak-anak di Ka-
bupaten Boven Digoel, beasiswa, tas
dan kacamata bagi masyarakat Eng-
gros. Selain itu, diresmikan juga Ru-
ang Bermain Ramah Anak dan Pusat
Informasi Sahabat Anak di Kampung
Enggros.
Menteri Yohana menyampaikan apre-
siasi kepada Astra yang telah jauh-
jauh datang ke Enggros dan memban-
tu anak-anak di sana. “Walaupun kita
ini ada di ujung timur Indonesia, tapi
asalkan generasi mudanya semangat
saya percaya akan lahir calon-calon
pemimpin bangsa,” tambah Menteri
Yohana didampingi Walikota Jayapu-
ra Benhur Tomi M, Bupati Asmat Elisa
Kambu dan Head of Environment &
Social Responsibility PT Astra Interna-
tional Tbk Riza Deliansyah, Senin (11/12).
Apresiasi juga diberikan oleh Direktur
PSDM Ditjen PDT, Priyono, menurut-
nya bantuan-bantuan yang diberi-
kan oleh Astra dengan menyasar
siswa-siswi yang berada di daerah
tertinggal akan sangat membantu.
“Fasilitas penunjang belajar menga-
jar di daerah-daerah tertinggal ma-
sih sangat terbatas, mudah-muda-
han dengan adanya bantuan ini bisa
meningkatkan kualitas pendidikan di
daerah tertinggal”, ujar Priyono.
Di KBA Enggros, sejak tahun 2016
hingga 2017, PT Astra International
bekerja sama dengan kementerian/
lembaga telah melaksanakan sejumlah
program dan pembinaan masyarakat
yang meliputi bidang kesehatan, pen-
didikan, lingkungan serta pember-
dayaan Usaha Kecil Masyarakat dan
lainnya.
Pada bidang kesehatan, dilaksanakan
program kesehatan ibu dan anak, pe-
meriksaan kesehatan gratis serta ban-
tuan kacamata untuk anak sekolah.
Di bidang pendidikan, program yang
telah dijalankan antara lain taman ba-
caan masyarakat, pelatihan komputer
untuk masyarakat, beasiswa lestari
dan bantuan tas sekolah. Kemudi-
an di bidang bidang lingkungan, As-
tra melaksanakan program sanitasi
lingkungan.
Untuk pemberdayaan UKM, telah
melaksanakan pelatihan kewirausahaan
berupa pengembangan kerajinan ta-
ngan dan budidaya ikan serta pasar
murah Astra.
Sejak tahun 2013 hingga akhir Desem-
ber 2017, Astra telah mendirikan 71
KBA di 34 provinsi di seluruh Indone-
sia. Secara keseluruhan, jumlah pem-
berian kacamata mencapai 21.654
buah serta 25.039 tas dan sepatu un-
tuk anak-anak di berbagai wilayah 3T
(Terluar, Terdepan dan Tertinggal). ■
Direktur PSDM Ditjen PDT, Priyono bersama anak-
anak dari Kampung Enggros, Jayapura, Papua.
FOTO: CHAIRUL IRFANI
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 27
GERBANG • EDISI KHUSUS 201728
D engan adanya Dana Desa, tu-
gas Kementerian Desa, Pem-
bangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi dalam pengentasan
kemiskinan di daerah tertinggal akan
berjalan sesuai dengan target.
“Keberadaan program Dana Desa
akan memberikan dampak yang sangat
positif dan signifikan pada pemba-
ngunan daerah tertinggal,” kata Di-
rektur Jenderal Pembangunan Daerah
Tertinggal (PDT) Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, Samsul Widodo, dalam
acara media gathering, di Malang,
Jawa Timur, Selasa (28/11).
Ia mengatakan, dalam RPJMN (Ren-
cana Pembangunan Jangka Menen-
gah Nasional) tahun 2015-2019, target
daerah tertinggal yang harus dientas-
kan adalah 80 kabupatan tertinggal.
“Dari sisi prospek sebenarnya sudah on
the track sampai sekarang,” katanya.
Menurut Samsul, pada saat RPJMN
dibentuk belum ada kebijakan Dana
Desa. Jadi dengan adanya tambahan
dana desa akan cukup signifikan men-
dongkrak percepatan pengentasan
daerah tertinggal.
Samsul Widodo: Dana DesaPercepat PembangunanDaerah TertinggalKeberadaan Dana Desa
diharapkan dapat berdampak
positif terhadap percepatan
pengentasan daerah
tertinggal.
Direktur Jenderal Pembangunan
Daerah Tertinggal, Samsul Widodo
FOTO: CHAIRUL IRFANI
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 29
“Jadi, di level desa itu urusan pendi-
dikan, kesehatan sudah sangat ter-
bantu dengan dana desa,” jelas dia.
Ia menambahkan, empat program
prioritas dalam membangun desa
dapat mewujudkan percepatan
pengentasan daerah tertinggal. “Di
PDT sendiri tidak jauh dengan empat
program prioritas yang disampaikan
Pak Menteri,” ujarnya.
Bagaimana mengelola Prukades dan
mendorong optimalisasi BUMDes di
daerah tertinggal, hanya fokus kami
di 122 kabupaten tertinggal,” ungkap-
nya. Adapun peran Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi dalam mendukung perce-
patan pengentasan daerah tertinggal
adalah mendorong semua pemangku
kepentingan yang terkait untuk
mengambil perannya masing-masing.
Samsul menjelaskan, penetapan daftar
kabupaten/daerah tertinggal diatur
melalui Peraturan Presiden Nomor 131
tahun 2015 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2015-2019. Kriteria
ketertinggalan sebuah daerah diten-
tukan oleh sejumlah faktor, yakni ting-
kat perekonomian masyarakat, sara-
na prasarana, sumber daya manusia,
aksesibilitas, karakteristik daerah dan
kemampuan keuangan daerah.
Tidak hanya daerah di kawasan timur
Indonesia, sejumlah kabupaten di Pu-
lau Jawa juga masih ada yang masuk
dalam kategori daerah tertinggal.
“Masih ada di Pulau Jawa, seperti
Bondowoso, Situbondo, Pandeglang,
Lebak, Bangkalan. Tapi rata-rata si-
sanya di wilayah timur,” sebutnya.
Menurut Samsul, hingga akhir tahun
2017 ini, jumlah daerah tertinggal yang
akan terentaskan akan bertambah.
Pada tahun 2016, dari 122 kabupaten
yang masuk dalam klaster daerah ter-
tinggal, sudah sebanyak 35 kabupat-
en telah berhasil dientaskan menjadi
daerah berkembang.
“Kami optimistis proses pengentasan
daerah-daerah tertinggal hingga akhir
2019 telah sesuai dengan perenca-
naan,” katanya. Meski anggaran yang
dialokasikan sangat terbatas, namun
menurut Samsul, berbagai program
dan intervensi yang telah dilakukan
kepada kabupaten tertinggal telah
menunjukkan perkembangan sig-
nifikan. ■
GERBANG • EDISI KHUSUS 201730
Dirjen PDT Hadiri KonferensiPerubahan Iklim di Jerman
Dirjen PDT, Samsul Widodo berbincang dengan Penasehat Senior Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hadi Daryanto (kanan) dan Sustainability
Director APP Sinar Mas Elim Sritaba (tengah) usai menjadi pembicara pada
Konferensi Perubahan Iklim (COP23/UNFCCC) Fiji di Bonn, Jerman, Selasa (14/11).
FOTO: ANTARA
GERBANG • EDISI KHUSUS 201730
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 31
I tulah paparan yang dis-
ampaikan Menteri Lingku-
ngan Hidup dan Kehutanan
(LHK) Siti Nurbaya pada pertemuan
tingkat tinggi Konferensi Perubahan
Iklim (COP UNFCCC) ke-23 Fiji, yang
berlangsung di Bonn, Jerman, Rabu
(15/11). Sesi ini dihadiri sejumlah
pemimpin negara peserta COP.
“Ada 4-5 praktik yang sudah kita
terapkan terkait pemanfaatan bentang
alam dan ketahanan pangan,” kata
Menteri Nurbaya saat ditemui di Pa-
viliun Indonesia. Dikatakan, persoalan
pemanfaatan bentang alam berarti
terkait dengan berbagai aspek yang
ada di sana di mana ada faktor fisik
dan manusia. Jika dikaitan dengan
upaya pengentasan kelaparan (zero
hunger) maka penerapan pola per-
hutanan sosial sangatlah tepat.
Menurut Nurbaya, dengan perhutanan
sosial kawasan hutan produksi yang
telah terdegradasi dapat dimanfaat-
kan untuk berbagai kegiatan produksi
pangan dengan tetap mempertah-
ankan kelestarian hutan “Kita terap-
kan perhutanan sosial yang mengede-
pankan kearifan lokal,” tuturnya.
Menteri Nurbaya juga menyatakan,
kawasan hutan produksi yang telah
terdegradasi juga bisa dimanfatkan
oleh swasta melalui kerja sama den-
gan Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH). Kontrol akan dilakukan ketat
oleh Kementerian LHK dan Kemente-
rian Pertanian.
Dana Bergulir
Dari diskusi di Paviliun Indonesia,
Penasihat Senior Menteri LHK Hadi
Daryanto mengungkapkan, pemerintah
Indonesia memiliki komitmen politik
untuk memberikan akses seluas 12,7
juta hektare (ha) hutan dalam skema
perhutanan sosial.
“Indonesia sudah mengalokasikan
hutan primer lahan gambut untuk
moratorium guna mereduksi emisi gas
rumah kaca, kami juga sudah alo-
kasikan hutan untuk investasi dan
pertumbuhan ekonomi. Pemerintah
juga tidak lupa untuk mengalokasikan
lahan perhutanan sosial untuk kese-
jahteraan masyarakat di dalam dan
sekitar hutan,” ujarnya.
Sampai saat ini, luas izin perhutanan
sosial yang telah diberikan mencapai
1,05 juta ha dan menjangkau 239.341
kepala keluarga (KK) yang tergabung
dalam 3.879 kelompok. Sebanyak
2.460 kelompok juga telah difasilitasi
untuk pengembangan usaha.
Dalam kesempatan tersebut, Hadi
juga menyatakan pentingnya ker-
ja sama dengan sektor swasta agar
praktik terbaik perhutanan sosial bisa
bergulir lebih cepat.
Dana Desa
Dirjen Pembangunan Daerah Terting-
gal Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,
Samsul Widodo, menyatakan, pengua-
tan usaha pada izin perhutanan sosial
seperti di Hutan Desa bisa dilakukan
dengan memanfaatkan dana desa.
“Pemerintah Indonesia mengalo-
kasikan dana setara sekitar US$ 4
miliar tahun ini, dan akan meningkat
setara US$ 5 miliar tahun depan un-
tuk dana desa. Dana desa menjang-
kau hingga 74.000 desa di seluruh
Indonesia. Pemanfaatannya diserah-
kan sepenuhnya kepada desa yang
menerima,” kata Samsul.
Samsul berharap, ke depan peman-
fatan dana desa bisa ikut memban-
tu pencapaian target pembangunan
berkelanjutan (SDG’s) dan ikut ber-
peran dalam mitigasi perubahan iklim,
misalnya untuk penguatan usaha per-
hutanan sosial.
Sementara Sustainability Director Asia
Pulp and Paper (APP) Sinar Mas, Elim
Sritaba, menegaskan komitmen untuk
mendukung program perhutanan so-
sial yang dijalankan pemerintah. Saat
ini pihaknya sudah mengembangkan
pola pertanian agroforestri terpadu
dalam payung Desa Mandiri Peduli
API (DMPA).
APP Sinar Mas, papar Elim, menarget-
kan akan ada 500 desa yang terlibat
dan telah mengalokasikan US$ 10 juta
dalam bentuk dana bergulir tanpa
bunga yang bisa dimanfaatkan petani
untuk berbagai kegiatan budidaya
agroforestri.
“Harapannya masyarakat semakin
memahami untuk bersama-sama
menjaga kelestarian hutan secara
berkesinambungan dan mencapai
kesejahteraan,” ucapnya.
Elim mengatakan, sejak diluncurkan
tahun 2015 sampai Oktober 2017 pro-
gram yang dikembangkan APP Sinar
Mas telah menjangkau 146 desa
dengan dana tersalurkan mencapai
Rp 25,7 miliar. ■
Program perhutanan sosial yang kini diimplementasikan pemerintah
Indonesia diharapkan bisa menyelesaikan persoalan pemanfaatan
bentang alam secara lestari dan menjaga ketahanan pangan secara
selaras dalam mitigasi perubahan iklim global.
GERBANG • EDISI KHUSUS 201732
JELAJAH POTENSI
Kampung Cipanon,Desa Kaya Ikan KerapuDi Pandeglang
S ejak pukul 11.00 WIB warga
dan murid sekolah Kampung
Cipanon, Desa Tanjung Jaya,
Kecamatan Panimbang, Kabupaten
Pandeglang, Banten berdiri memben-
tuk pagar betis.
“Mereka menunggu rombongan Men-
teri Desa, Pembangunan Daerah Ter-
tinggal dan Transmigrasi, Eko Putro
Sandjojo tiba. Hujan tampak sebentar
lagi turun. Angin darat yang berhem-
bus mengibarkan bendera merah pu-
tih di tangan mereka.
Wajah lelah warga Kampung Cipanon
pun terbayar. Pukul 15.30 WIB, rom-
bongan Menteri Eko tiba. Sebuah
baliho ucapkan selamat datang ter-
pampang di ujung jalan. Menteri Eko
sedianya menghadiri acara panen
raya ikan Kerapu.
Mungkin masih banyak yang belum
tahu dengan Kampung Cipanon. Kam-
pung Cipanon merupakan kawasan
percontohan budidaya ikan Kerapu
jenis Cantan. Jaraknya 170 kilometer
dari ibukota Jakarta.
Meski tergolong dekat, kampung ini
termasuk 70 desa tertinggal di Kabu-
paten Pandeglang dengan mayoritas
penduduknya sebagai nelayan.
Jenis ikan Kerapu Cantan merupakan
hasil perkawinan silang antara Kerapu
Kertan dan Kerapu Macan. Berdasar
temuan, Kerapu Cantan adalah varian
baru yang masa panennya hanya mem-
butuhkan waktu tiga hingga lima bulan.
Dibandingkan dengan jenis ikan
Kerapu biasa yang masa panennya
bisa tujuh hingga sembilan bulan, ne-
layan lebih memilih Kerapu Cantan
untuk dibudidayakan.
Lokasi budidaya Kerapu Cantan ter-
letak sekitar 500 meter dari pesisir
Kampung Cipanon. Untuk mencapai
titik ini, nelayan atau petani menggu-
nakan perahu motor.
Proyek budidaya kerapu ini merupa-
kan bantuan Direktorat Jendral Pem-
bangunan Daerah Tertinggal (Ditjen
PDT) senilai Rp 15 miliar yang penge-
lolaannya diserahkan kepada Kopera-
si Alam Bahari.
Melalui bantuan dari Ditjen PDT terse-
but, Koperasi Alam Bahari menye-
diakan 72 keramba kerapu untuk 44
kelompok nelayan dengan ukuran
masing-masing 4x4 meter sebanyak
8 lubang yang masing-masing diisi
2.500 bibit Kerapu Cantan dari total
110.000 ekor bibit Kerapu Cantang
ukuran 2 centimeter.
Diawal januari 2017, Koperasi Alam
Bahari mendapatkan bantuan benih
ikan Kerapu Cantan sebanyak 110.000
ekor dengan ukuran 2 centimeter.
Kampung Cipanon, merupakan kawasan
percontohan budidaya ikan Kerapu Cantan di
Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang.
FOTO: M. FARIZ NUR
GERBANG • EDISI KHUSUS 201732
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 33
Ada yang unik dari sistem pengelo-
la keramba ikan kerapu di Kampung
Cipanon. Pihak koperasi mewajibkan
seluruh anggota koperasinya untuk
menabung setiap kali panen. Sehing-
ga, jika panen gagal, seluruh anggota
koperasi tetap mendapatkan peng-
hasilan dari hasil tabungannya.
Secara kelayakan, air laut di Kampung
Cipanon termasuk kawasan yang
relatif bersih dan bebas dari limbah
pabrik, termasuk sampah warga. Se-
lain itu, lokasi pesisir kampung ini ha-
nya memiliki kedalaman tujuh sampai
sembilan meter dan diapit oleh be-
berapa pulau kecil sehingga terbebas
ombak besar.
Untuk budidaya kerapu syarat ter-
pentingnya yaitu air laut yang bersih
dan tidak ada ombak besar.
Untuk panen perdana ini, perkiraan
hasil yang diperoleh adalah 40 ton
lebih Kerapu Cantan, naik dari tahun
sebelumnya yang hanya 12 ton. Ada-
pun harga tiap kilogramnya adalah Rp
100 ribu.
Dongkrak Kesejahteraan
Masyarakat
Proyek budidaya Kerapu Cantan
diharapkan menjadi sinyal awal ‘ke-
bangkitan’ penduduk Kampung Ci-
panon untuk memberdayakan dirinya
sendiri.
Tak hanya memberi bantuan keramba
dan benih, Menteri Desa, PDTT, Eko Pu-
tro Sandjojo mengajak serta beberapa
pihak terkait seperti PT Trans Retail In-
donesia yang membawahi perusahaan
Carrefour untuk membantu petani di
kampung tersebut.
Menteri Eko meyakini budidaya ikan
Kerapu ini adalah salah satu upaya
untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat. Dengan dibawanya para
pengusaha dan importir ini, diharap-
kan bisa membantu pemasaran para
pembudidaya.
Eko mengatakan Carrefour bersedia
menerima hasil panenan nelayan dan
untuk dijual di seluruh gerai di wilayah
Jabodetabek. Tidak hanya untuk jenis
ikan Kerapu saja, tapi untuk semua
hasil tangkapan nelayan.
Untuk panen perdana, Carrefour akan
membeli hingga 1 ton Kerapu Can-
tan selama dua kali seminggu. Bah-
kan tidak menutup kemungkinan bisa
membeli hingga 2 ton jika melihat
potensi minat konsumen pada ikan
Kerapu yang sudah mulai bertumbuh.
Kerapu umumnya diminati warga me-
nengah ke atas dan ini akan semakin
berkembang dengan promosi-pro-
mosi yang ada.
Budidaya ikan Kerapu telah meng-
gairahkan kehidupan ekonomi setem-
pat. Sejumlah warga yang sebelumnya
menganggur kini ikut bergabung da-
lam kelompok budidaya ikan tersebut.
Dalam satu kali siklus panen, tiap ne-
layan bisa mendapatkan Rp 5 juta.
Geliat pertumbuhan ekonomi di
Kampung Cipanon yang terus tum-
buh diharapkan mendorong aktivitas
ekonomi diwilayah lainnya sebagai
upaya mengentaskan desa terting-
gal yang ada di Pandeglang. Hingga
saat ini di Kabupaten Pandeglang dari
35 Kecamatan dan 342 Desa masih
terdapat 71 Desa yang masih dalam
katagori tertinggal. ■Pembudidaya Ikan Kerapu bersiap memanen
Ikan Kerapu Cantan di Kampung Cipanon, Desa
Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten
Pandeglang.
FOTO: M. FARIZ NUR
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 33
GERBANG • EDISI KHUSUS 201734
“Mari Baronda ke Jailolo…”Ini adalah kisah tentang suatu tempat di Provinsi Maluku Utara. Terkenal
dengan kekayaan rempah-rempahnya yang melimpah dan kekayaan budaya
maupun alamnya yang memesona. Halmahera Barat, menjanjikan segala sudut
keindahannya bagi siapapun yang berkunjung kesana.
H almahera Barat memiliki
banyak teluk yang dikelilingi
dengan pemandangan yang
luar biasa, alamnya yang masih asri
dan memiliki daya tarik tinggi untuk
dikunjungi. Salah satu teluk yang dike-
nal di sana adalah Teluk Jailolo. Di sini,
karya terbesar Tuhan sang pencipta
diperlihatkan. Tidak berlebihan jika
banyak yang menyebut Jailolo adalah
salah satu sudut surga di Indonesia.
Jailolo merupakan ibu kota Halmahera
Barat juga sebagai pusat pemerintah-
an daerah. Jailolo memiliki keunggu-
lan yang berupa keindahan laut dan
alam pegunungannya.
Jailolo sering ditulis ‘Gilolo’ dalam
literatur Barat dan merupakan salah
satu kerajaan di Maluku. Istilah Gilolo
sebagai suatu suku bangsa merujuk
pada sebuah kerajaan tua di Pulau
Halmahera Indonesia. Hingga saat
ini tak ada satu tempat pun di dunia
yang dahulu disebut Gilolo selain Pu-
lau Halmahera di Indonesia.
Penyebutan Gilolo terkait sumber se-
jarah dalam sebuah buku berjudul “A
New Voyage Round The World” (1697)
yang ditulis William Dampier di mana
memuat gambar seseorang dengan
tubuh dipenuhi tato dan merupakan
Pemandangan Teluk Jailolo dari puncak Senyum
Lima Ribu Bukit Manyasal
FOTO: ISTIIMEWA
GERBANG • EDISI KHUSUS 201734
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 35
penduduk asli dari Jailolo. Dampier
merupakan seorang pelaut Inggris
yang mengunjungi Laut Selatan dan
Hindia Timur untuk tugas mengelilingi
bumi dan mencari daerah baru.
William Dampier pulang ke Inggris
dengan membawa serta Pangeran Gi-
olo yang bertato sekujur tubuhnya ke
London. Dampier membawanya ke Ero-
pa karena tertarik gambar di tubuhnya.
Pangeran Giolo kemudian dikenal se-
bagai ‘Painted Prince’ atau penduduk
asli dari kepulauan rempah-rempah
yang ditato tubuhnya. Ia memiliki tato
di seluruh tubuhnya yang menarik
perhatian penduduk London namun
bahasanya tidak mereka pahami.
Pangeran Gilolo ini kemudian meng-
hidupkan kembali seni tato di Inggris,
bahkan telah menjadi ikon penggemar
tato di dunia. Pangeran Gilolo terse-
but diyakini berasal dari pulau rempah-
rampah di Hindia Timur atau Nusantara
bagian timur, yaitu Halmahera.
Ya, karena kekayaan rempah-rempah-
nya Jailolo dijuluki dengan kepulau-
an rempah-rempah atau The Spice
Island. Jauh sejak ratusan tahun lalu,
Jailolo telah mengguncang dunia
dengan kekayaan rempah-rempah-
nya. Ketika itu harga satu kilo rempah-
rempah sebanding dengan harga satu
kilo emas. The Golden Tree, begitulah
pohon rempah-rempah diibaratkan
oleh bangsa-bangsa Eropa kala itu.
Senja di Pantai Tuada
Halmahera Barat termasuk dalam
kawasan coral triangle dunia yang
memiliki potensi alam bawah laut
yang beragam serta menjadi salah
satu destinasi wisata minat khusus
untuk para penyelam (diving). Tak
hanya menyimpan keragaman biota
bawah laut yang mempesona, keinda-
han pantainya menjadi daya tarik lain
dari Teluk Jailolo.
Desa Tuada yang berada tepat di pe-
sisir pantai Teluk Jailolo menjanjikan
pemandangan pantai yang tiada tara
indahnya. Lokasinya mudah dijumpai
karena dekat dengan pusat kota dan
tidak jauh dari pelabuhan Jailalo.
Masyarakat Desa Tuada yang masih
memegang teguh adat istiadat dan
kearifan lokal, siap menyambut dengan
senyuman.
Desa yang dicanangkan sebagai ka-
wasan wisata terpadu oleh Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Terting-
gal dan Transmigrasi terlihat sangat
menarik bagi wisatawan yang berkun-
jung sembari menikmati sunset. Desa
Tuada memang menjadi tempat fa-
vorit bagi para penikmat sunset.
Kala sang surya kembali ke peraduan
diantara selah Gunung Jailolo dan
Gunung Saria menjadi pemandangan
yang ditunggu-tunggu oleh setiap
wisatawan yang berkunjung kesana.
Biasanya matahari mulai turun sekitar
pukul 18.00-18.30 WIT. Saat itu, langit
pelan-pelan mulai berganti warna ke-
merahan seiring dengan waktu.
Selama berada di lokasi ini, wisatawan
dijamin tidak akan di buat bosan
menunggu sunset, karena bisa mengisi
waktu sembari menikmati keindahan
hutan mangrove yang berjejer rapi,
yang bisa dilalui dengan menyusuri
sebuah jembatan kayu.
Disana juga dibangun beberapa gaze-
bo diatas laut dan bibir pantai, sebuah
tempat yang nyaman untuk menikmati
sunset ditemani jajanan lokal dan ti-
upan angin pantai, jauh dari bisingnya
bunyi kendaraan, karena lokasinya
yang memang tepat diujung desa.
Pelangi Di Budaya Jailolo
Halmahera Barat begitu berwar-
na-warni, keindahan panorama alam
dan potensi bawah lautnya menjadi
daya tarik khusus dari warna-warni
keindahan yang dimiliki Halmahera
Barat.
Namun satu hal yang membuat Jailolo
begitu berwarna warni, bukan hanya
biru laut dan hijaunya perbukitan,
yaitu budaya penduduk lokalnya. Pen-
duduk asli Jailolo terdiri dari berbagai
suku lokal, mulai dari suku Sahu, suku
Loloda, suku Tobaru, suku Ternate,
suku Wayoli dan suku Gorep.
Sementara suku pendatang yang
mendiami Halmahera Barat yaitu
suku Sangier, suku Makian, suku Am-
bon, suku Tidore, suku Jawa dan suku
Gorontalo.
Ada ciri-ciri khusus dalam berpakaian,
mulai dari ikan kepala yang berwarna
merah cerah dengan sedikit warna
kuning bagi pria, hingga baju hitam
dengan kain merah dan kuning yang
disampirkan menyilang di pakaian
perempuan Jailolo.
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 35
GERBANG • EDISI KHUSUS 201736
Kekayaan budaya Jailolo tidak hanya
berupa warna. Ada banyak tarian tra-
disional yang masing-masing melam-
bangkan ekspresi dalam setiap hal
yang terjadi dalam kehidupan mas-
yarakat Jailolo, mulai dari Legu Legu
yang melambangkan kegembiraan
pemuda menyambut putri, hingga
tarian Salai yang merupakan perayaan
syukur sesudah panen.
Di bulan lima setiap tahunnya, masyarakat
Jailolo bersuka cita, menyambut
panen melimpah yang menghidupi
masyarakat, menyambut berkah in-
dahnya alam dari yang Maha Kuasa.
Kemeriahan adalah kata yang tepat
saat menyaksikan gempita teluk Jail-
olo di bulan Mei, di saat Festival Teluk
Jailolo diselenggarakan.
Keriaan Jailolo terasa universal, kare-
na kita tidak perlu memahami benar
untuk menikmati. Kita dapat terbuai
ikut menari dalam lantunan musik dan
lagu adat yang tidak kita pahami ba-
hasanya. Ada tiga irama dalam musik
Yanger, musik khas Jailolo. Mereka
menyebut ketiga irama ini kore-kore,
ado-ado dan silalar. Ketiganya adalah
irama dengan ritme yang dinamis, se-
suai dengan suasana keceriaan di saat
panen.
Cukup biarkan diri kita terbuai,
tersenyum dan tertawa bersama, me-
nikmati bahwa budaya berbeda bukan
tercipta untuk mengkotak-kotakkan
manusia, tapi untuk terus bersyukur
bahwa laut yang memisahkan banyak
pulau memberi kekayaan ragam bu-
daya untuk terus dinikmati.
Festival Teluk Jailolo
Untuk mempromosikan kemolekan
pariwisata Halmahera Barat, pemerin-
tah daerah Halmahera Barat meng-
gelar Festival Teluk Jailolo. Event ta-
hunan yang sudah digelar sejak 2009
ini menyajikan berbagai kearifan lokal
yang ada di Halmahera Barat.
Keindahan panorama alam, potensi
bawah laut, kuliner khas, serta adat is-
tiadat penduduk asli Halmahera Barat
menjadi primadona Festival Teluk Jail-
olo. Berbagai pertunjukan dan atrak-
si ditampilkan, memberikan hiburan
tersendiri bagi wisatawan yang mem-
banjiri tiap pagelaran Festival Teluk Jail-
olo, salah satunya Sasadu on The Sea.
Sasadu on The Sea adalah pertunjukan
seni kontemporer yang diperankan
oleh masyarakat asli Halmahera Barat.
Pertunjukan ini memadu padankan
unsur tarian dengan musik tradisional
khas Jailolo. Uniknya, pertunjukan ini
berlangsung di atas panggung yang
berada di atas laut.
Kemudian ada juga upacara adat Si-
gofi Ngolo yang sering disebut de-
ngan upacara bersih-bersih laut.
Acara sakral ini merupakan ritual
adat masyarakat setempat dengan
memberikan persembahan untuk
alam yang bertujuan memperlancar
pagelaran Festival Teluk Jailolo.
Festival Teluk Jailolo juga menampil-
kan pagelaran seni budaya Moloku
Kie Raha yaitu pagelaran kuliner tra-
disional dan panggung seni budaya.
Pengunjung akan diajak wisata petua-
langan dengan menjelajahi desa-desa
di Halmahera Barat. Wisatawan bisa
belajar lebih banyak tentang rempah-
rempah, bumbu tradisional kebang-
gaan Indonesia.
Pagelaran seni budaya Moloku Kie
Raha sangat istimewa, karena budaya
keempat kerajaan besar di Maluku
Utara yaitu Jailolo, Bacan, Ternate dan
Tidore diintegrasikan dalam ikatan
persaudaraan berdasarkan falsafah
Moloku Kie Raha. Dalam bahasa lokal,
Moloku Kie Raha berarti persauda-
raan penguasa empat gunung, dima-
na gunung diartikan sebagai kerajaan.
Masih banyak lagi event yang dapat
diikuti dalam Festival Teluk Jailolo,
seperti lomba foto underwater, div-
ing, lomba sapu laut, fun drive, lomba
tarian tradisional, pesta permainan tr-
adisional anak, ceremony puncak Sa-
sadu on The Sea, trip Desa Gamtala
dan lain sebagainya.
Bagaimana aksesnya bila ingin
menghadiri Festival Teluk Jailolo?
Tidak perlu khawatir, akses menu-
ju teluk Jailolo cukup mudah. Ada
dua moda transportasi yaitu den-
gan menggunakan pesawat terbang
yang menuju Bandara Sultan Baabu-
lah, Ternate dan menggunakan kapal
laut yang menuju Ternate.
Dari Ternate menuju Jailolo, dapat
menggunakan kapal cepat ataupun
kapal kayu.
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 37
Untuk yang ingin menginap, di Teluk
Jailolo terdapat sejumlah hotel, sep-
erti d’Hoek, Hotel Camar, dan Hotel
Nusantara Indah. Tarifnya cukup mu-
rah, hanya sekitar Rp 275 ribu sampai
Rp 525 ribu sudah dapat beristirahat
dengan nyaman. Hotel-hotel tersebut
menyediakan sekitar 55 kamar. Selain
hotel ada juga tempat penginapan
lain seperti cottage dan homestay.
Bangsa-bangsa Eropa, seperti Spanyol,
Portugis, dan Belanda, pada beberapa
abad silam berebut datang ke Maluku
Utara, yang saat itu menjadi wilayah
kekuasaan Kesultanan Ternate, Kesul-
tanan Tidore, Kesultanan Bacan, dan
Kesultanan Jailolo untuk menguasai
rempah-rempah.
Melalui event Festival Teluk Jailolo
diharapkan masyarakat dari negara
Eropa itu berebut kembali datang ke
Maluku Utara, khususnya ke Halma-
hera Barat. Bukan untuk menguasai
rempah-rempah, melainkan berwisata.
Pengembangan pariwisata di Halma-
hera Barat selama ini selalu melibatkan
peran masyarakat, termasuk dalam
setiap pelaksanaan kegiatan wisata,
seperti pada Festival Teluk Jailolo.
Melalui kegiatan tersebut, manfaat-
nya bagi masyarakat setempat bisa
meningkatan pendapatan mereka.
Festival Teluk Jailolo sendiri akan di-
gelar selama sepekan, pada 8-13 Mei
2017. Mari baronda ke Jailolo, yuk ber-
wisata ke Jailolo. ■
Semenjak kemunculannya pada tahun 2010,
pertunjukan Sasadu on The Sea menjadi ikon Festival
Teluk Jailolo. Pertunjukan teater ini berlangsung
diatas panggung yang berada diatas laut.
FOTO: INSTAGRAM/FESTIVALTELUKJAILOLO
GERBANG • EDISI KHUSUS 201738
Mengembalikan KejayaanBawang Putih Nasional
H arga bawang putih lokal tidak
lagi mampu bersaing dengan
produk impor sehingga hanya
sebagian kecil petani bawang putih
yang masih bergelut dalam usaha ini.
Naiknya harga bawang putih pada
minggu ke I dan II bulan Mei 2017 se-
besar 31,5 persen menjadi rata-rata Rp.
56.907 per kg menunjukkan bahwa
impor tidak menjamin harga menjadi
lebih murah, bahkan disinyalir bah-
wa komoditas ini menjadi salah satu
penyebab inflasi di bulan Mei 2017.
Hal tersebut telah mendorong pe-
merintah mengambil tindakan tegas
dengan memasukkan bawang putih
sebagai komoditas yang diatur izin
impornya. Selain itu, importir diberikan
kewajiban untuk melakukan pertana-
man bawang putih sebanyak 5 persen
dari volume impor yang diajukan.
Mereka wajib mengembangkan
bawang putih dalam negeri. Bahkan
Pemerintah turut mengatur Harga
Eceran Tertinggi (HET) untuk bawang
putih yaitu sebesar Rp. 38.000. Im-
portir hanya diperbolehkan menjual
dengan harga maksimum Rp. 23.000
sehingga harga di tingkat konsumen
tidak lebih dari Rp. 32.000.
Untuk mengembalikan kejayaan
bawang putih nasional bukanlah
pekerjaan yang mudah namun ten-
tu saja bukan menjadi hal yang tidak
mungkin. Untuk mencapai swasem-
bada, dibutuhkan lahan seluas
100.000 hektar, dengan kebutuhan
benih sebesar 89.779 ton. Dukungan
alat dan mesin pertanian (alsintan)
dan SDM yang terlatih juga mutlak
diperlukan untuk hasil produksi yang
lebih optimal. Dengan potensi wilayah
serta agroklimat yang dimiliki oleh In-
donesia, Pemerintah optimis target
swasembada bawang putih dapat
tercapai dalam waktu tiga tahun dari
sekarang.
Sembalun Titik Awal Kemandirian
Bawang Putih Nasional
Untuk mengembalikan swasembada
Indonesia pada bawang putih nasional
tersebut, Nusa Tenggara Barat (NTB)
memberi kontribusi yang cukup be-
sar. Kabupaten Lombok Timur, Nusa
Tenggara Barat sebagai salah satu
sentra bawang putih terbesar di Indo-
nesia memiliki kontribusi sebesar 52
persen terhadap luas panen nasional.
Dari total luas tanam pada tahun 2016
yaitu sebesar 426 hektar, sebagian
besar ditanam dan diproduksi di Ke-
camatan Sembalun.
Sembalun memiliki potensi lahan seki-
tar 10.000 hektar untuk bawang putih
namun baru sebagian kecil saja yang
tergarap dikarenakan faktor keterse-
diaan benih dan Sumber Daya Ma-
nusianya. Terobosan dalam sektor
perbenihan telah dilakukan dengan
melibatkan BUMN untuk menyerap
bawang putih petani untuk dijadikan
benih. Tahun 2018 merupakan tahun
perbenihan. Benih-benih bersertifikat
dan jabal akan dipersiapkan untuk
pengembangan kawasan bawang pu-
tih.
Bawang putih di Kabupaten Lom-
bok Timur terutama di Kecamatan
Sembalun telah menjadi penopang
ekonomi masyarakat. Melalui interven-
si lintas Kementerian/Lembaga, Sem-
balun bawang putih akan berkembang
semakin cepat. Intervensi Kemente-
rian/Lembaga dilakukan secara ter-
padu dengan berbagai fasilitas dan
bantuan seperti benih, alsintan dan
akses pembiayaan. Langkah ini men-
jadi upaya wajib untuk mewujudkan
cita-cita bersama menuju swasemba-
da bawang putih Indonesia.
Menteri Desa PDTT, Eko Putro Sandjojo bersama Menteri BUMN, Rini Soemarno dan Menteri Pertanian, Andi
Amran Sulaiman menanam bibit bawang putih di Sembalun, Lombok Timur, NTB.
FOTO
: H
UM
AS K
EMEN
DES
A
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 39
Diinisiasi oleh Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi dengan menggandeng
Kementerian BUMN dan Kemente-
rian Pertanian, Pemerintah hendak
mengembalikan kejayaan bawang pu-
tih Sembalun.
Menteri BUMN, Rini Soemarno me-
mastikan bahwa pihaknya bersama
jajaran BUMN terlibat dalam aksi nyata
untuk pengembalian Sembalun sebagai
sentra bawang putih nasional. Selain
untuk meningkatkan kesejahteraan
para petani, juga untuk memperkuat
ketahanan stok bawang putih nasional.
Pihaknyapun kata Menteri Rini siap
memberikan dukungan bagi para
petani untuk semangat mengem-
bangkan lagi bawang putih di Sem-
balun. BUMN akan memberikan Kartu
Tani dan Kredit Usaha Rakyat untuk
meningkatkan produksi. Dari sisi pe-
masaran, Bulog akan menyerap hasil
produksi sehingga petani mendapat-
kan keuntungan yang cukup.
Jika Sembalun telah berhasil dengan
komoditas bawang putihnya, maka
Kecamatan Sembalun bisa menjadi
daerah nol miskin. Melalui komitmen
dan kerja sama yang kuat antar Ke-
menterian dan Lembaga, upaya me-
makmurkan para petani bisa terwujud.
Sementara itu, Menteri Pertanian Andi
Amran Sulaiman memastikan pemba-
ngunan sektor pertanian NTB sangat
bagus. Bahkan sudah bisa memban-
tu Indonesia tidak impor beras dalam
beberapa tahun terakhir. Ke depan,
komoditas hortikultura NTB seperti
bawang putih juga ditargetkan bisa
menopang ketahanan stok nasional.
Untuk mendukung hal tersebut, Ke-
menterian Pertanian membantu alsin-
tan yang dibutuhkan oleh petani sep-
erti traktor roda empat, handtraktor,
kultivator dan pompa air. Langkah ini
menjadi upaya wajib bagi Pemerintah
dan pihak terkait untuk mewujudkan
cita cita bersama menuju swasemba-
da bawang putih Indonesia.
Dukungan juga diberikan oleh Pe-
merintah Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Wakil Gubernur NTB, H Mu-
hammad Amin mengatakan tahun
2017 di Provinsi NTB merupakan ta-
hun akselerasi pelaksanaan program
menuju swasembada pangan, baik
komoditas tanaman pangan dan juga
komoditas hortikultura.
NTB memiliki potensi lahan yang sangat
luas. Tercatat terdapat 256.229 hek-
tare lahan sawah dan 1.288.731 hektare
lahan bukan sawah. Sembalun sendiri
merupakan daerah yang spesifik. Se-
lain menjadi daerah pengembangan
pertanian dataran tinggi, juga salah
satu tujuan wisata yang sangat di-
minati wisatawan domistik dan man-
canegara. Sembalun bahkan belum
lama ditetapkan sebagai Destinasi
Bulan Madu Halal Terbaik Dunia.
Karena itu, Pemerintah Provinsi NTB
sangat berkepentingan agar komoditas
hortikultura di Sembalun bisa saling
menopang dengan sektor pariwisata
Indonesia pernah swasembada
bawang putih di era 1990-an
sebelum adanya liberalisasi
sektor pertanian besar-besaran
di awal tahun 1998. Sejak
saat itu, produksi bawang
putih nasional terus menurun
hingga sampai saat ini lebih dari
95% ketersediaannya diisi dan
diimpor dari negara Tiongkok,
India dan Mesir. Kebutuhan
nasional yang diperkirakan
mencapai 500.000 ton per
tahun, hanya mampu dipenuhi
oleh produksi dalam negeri
sebesar 20.000 ton atau
sekitar empat persen.
GERBANG • EDISI KHUSUS 201740
desa yang menjadi pintu pendakian
utama ke Gunung Rinjani ini.
Pengembangan pertanian holtikultura
khususnya bawang putih di Kabupaten
Lombok Timur sendiri mengalami
beberapa persoalan. Biaya produksi
dan biaya transportasi yang mahal
menjadikan para petani bawang putih
kesulitan untuk berkembang. Pasal-
nya, dengan kondisi geografis Keca-
matan Sembalun juga berpengaruh
terhadap kemudahan transportasi
angkutan hasil produksi para petani.
Untuk ongkos produksi menanam 1
hektar lahan bawang putih setidaknya
dibutuhkan dana Rp. 100-110 juta. De-
mikian diungkapkan Risbaini, Ketua
Kelompok Tani Lendang Luar Sem-
balun. “Ongkosnya tinggi, untuk bibit
pupuk dan juga operasional. Semen-
tara produktivitas kita disini rata-ra-
ta hanya 25 ton sampai 30 ton per
hektar. Dengan adanya bantuan bibit
dan pupuk dari pemerintah, kami pikir
petani lebih tertarik untuk menanam
bawang putih lagi,” katanya.
Risbaini menjelaskan, saat ini ada
sekitar 79 kelompok tani di Keca-
matan Sembalun, dengan anggota to-
tal mencapai 800 orang. Namun yang
masih aktif menanam bawang putih
hanya 200-an orang, sisanya lebih
memilih menanam komoditi hortikul-
tura lainnya seperti padi dan jagung.
Selain biaya produksi dan transportasi,
para petani juga belum memiliki ru-
ang penyimpanan atau gudang yang
memadai ketika panen. Ini menjadi
satu persoalan tersendiri karena hasil
panennya hanya digantung begitu
saja. Lebih lanjut, masih tradisionalnya
pola pikir petani setempat, membuat
penanganan pasca panen yang belum
optimal.
Warga Desa Sembalun sedang memanen bawang putih. Sembalun menjadi salah satu sentra bawang putih
terbesar di Indonesia.
FOTO: ISTIMEWA
GERBANG • EDISI KHUSUS 201740
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 41
Bawang Putih,
Prukades Desa Sembalun
Fokus pada potensi yang dimili-
ki diyakini bisa menjadi salah satu
peluang untuk memajukan desa
yang berdampak pada peningkatan
pendapatan masyarakat setempat.
Daerah yang memiliki potensi perta-
nian harus benar-benar menggarap
potensi tersebut.
Manfaat dari fokus pada satu pro-
duk unggulan telah dirasakan petani
di Desa Sembalun Lawang, Lombok
Timur. Fokus pada satu produk mer-
upakan salah satu kegiatan prioritas
Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Para petani di Desa Sembalun Lawang
fokus mengembangkan bawang pu-
tih sebagai produk unggulan desa.
Dampaknya pun semakin dirasakan,
khususnya peningkatan pendapatan
masyarakat.
Menurut Ketua Kelompok Tani Lembah
Pusuk, Indriati, tambahan pendapa-
tan para petani meningkat rata-rata
minimal 25 persen atau minimal seki-
tar Rp 30 juta-Rp 45 juta. Itu baru dari
bawang putih saja. Dengan luas men-
capai 200 hektar, para petani mampu
memproduksi hingga 17 ton tiap hek-
tarnya dengan masa panennya ter-
catat tiap 3,5 bulan.
Indriati yang juga menjadi penyuluh
pertanian mengakui, kemauan war-
ga untuk fokus mengembangkan
bawang putih sempat meredup kare-
na persoalan penyakit tanaman dan
fluktuasi harga.
Para petani pun sempat menanam cabai
dan sayuran. Namun semangat untuk
mengembangkan bawang muncul
kembali karena keyakinan akan ciri
khas produk unggulan pertanian Desa
Sembalun yang tak dimiliki daerah
lainnya. Terlebih, tambahan pendapa-
tan yang dirasakan.
Varietas unggulan di Desa Sembalun
Lawang adalah bawang putih Sangga
Sembalun, yang aroma dan pedas-
nya lebih kuat. Jika bawang putih lain
butuh 10 siung, bawang putih Sang-
ga Sembalun hanya butuh 3 siung.
Dengan keunggulan tersebut, produk
bawang putih Desa Sembalun banyak
dipasok ke daerah lain.
Bawang Putih Sangga Sembalun per-
nah dikirim ke Bali hingga 37 ton, Bima
8 ton, Kupang 2 ton, dan Kalimantan
1,5 ton. Meski demikian, tahun ini Desa
Sembalun ingin memfokuskan pada
pengembangan dan pemenuhan stok
daerah Sembalun itu sendiri. Cita-ci-
ta Desa Sembalun dengan pengem-
bangan produk unggulannya adalah
menjadi sentra bawang putih dan me-
menuhi stok nasional.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Pu-
tro Sandjojo, menekankan pentingnya
setiap desa untuk fokus mengembang-
kan produk unggulan desa. Ia meyakini
jika setiap desa fokus, maka akan mem-
beri dampak positif, khususnya pening-
katan pendapatan masyarakat.
“Dengan fokus pada produk unggulan,
maka skala produksinya akan semakin
besar. Saya yakin sarana pascapanen
akan masuk, gudang juga tersedia,
sehingga para petani saat panen tak
pusing lagi tentang harga. Pendapa-
tan juga bisa meningkat,” ujar Menteri
Eko usai menanam bawang putih ber-
sama Menteri BUMN, Rini Soemarno
dan Menteri Pertanian, Amran Sulaim-
an di Desa Sembalun Lawang, Lom-
bok Timur, Rabu (24/5).
Selain fokus pada satu produk, Men-
teri Eko juga meminta agar desa-de-
sa di Nusa Tenggara Barat untuk
membuat embung. Hal tersebut akan
membantu mendorong produktivi-
tas pertanian dengan meningkatkan
masa panen menjadi hingga empat
kali panen dalam setahun. Infrastruk-
tur embung dapat dibangun dengan
mengalokasikan dana desa sebesar
Rp 200 juta-Rp 500 juta. Hal tersebut
berdasarkan Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2017
tentang Penetapan Prioritas Penggu-
naan Dana Desa Tahun 2017.
Prioritas penggunaan dana desa tahun
2017 diutamakan untuk membiayai
pelaksanaan program dan kegiatan
yang bersifat lintas bidang, terutama
bidang kegiatan BUMDesa atau BUM-
Desa Bersama, embung, produk ung-
gulan desa atau kawasan perdesaan
dan sarana olahraga desa. ■
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 41
GERBANG • EDISI KHUSUS 201742
BUMDes danEkonomi Kerakyatan
T engoklah Desa Ponggok
(Klaten) yang beromzet Rp
1,3 miliar per tahun, Desa
Bleberan (Gunung Kidul) beromzet
Rp 2 miliar per tahun, Desa Karang
Duwur (Kebumen) beromzet Rp 1
miliar per tahun, atau Desa Kertaya-
sa (Pangandaran) yang beromzet Rp
300 juta per tahun.
Beberapa desa di atas adalah contoh
kecil dari desa-desa di pelosok Tanah
Air yang mulai sadar memetakan po-
tensi yang dimilikinya. Keberadaan
dana desa punya andil besar dalam
mendorong tumbuhnya badan usa-
ha milik desa (BUMDes) di desa-de-
sa. Dana desa yang terus mengalami
peningkatan memang telah memberi
harapan tersendiri bagi pembangu-
nan di desa. Dari anggaran sebesar
Rp 20,5 triliun pada 2015, kemudian
Rp 47 triliun tahun 2016, dan pada
2017 dana desa meningkat menjadi
Rp 60 triliun.
Nilai strategis
Peningkatan keberadaan BUMDes
memang sangat signifikan. Jika pada
2014 BUMDes di Indonesia hanya 1.022
unit, awal 2017 jumlahnya telah 18.446
unit. Jumlah ini pun diyakini akan terus
meningkat karena salah satu amanah
dalam penggunaan dana desa, selain
untuk pembangunan infrastruktur,
juga untuk peningkatan perekonomi-
an masyarakat, salah satunya melalui
wadah bernama BUMDes.
Nilai strategis keberadaan ribuan
BUMDes yang tersebar di penjuru
Tanah Air adalah karena ia tumbuh
dari kesadaran masyarakat desa dan
bergerak pada sektor riil. Ia juga ber-
basis pada usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM). Di titik itulah ke-
beradaan BUMDes sebagai penge-
jawantahan gagasan tentang ekonomi
kerakyatan menemukan relevansi
serta titik sumbunya. Ini bisa menja-
di salah satu strategi pembangunan
pada masa depan.
Nilai strategisnya bukan saja ke-
beradaan BUMDes yang kebanyakan
berbasis pada kegiatan ekonomi sek-
tor kecil itu menjadi salah satu katup
penampung masalah ketenagaker-
jaan, melainkan juga merupakan salah
satu penyangga penting persoalan
perekonomian di Indonesia. Pertum-
buhan jumlah UMKM yang sangat be-
sar secara otomatis jelas telah men-
donorkan penyerapan tenaga kerja
yang banyak.
Persoalan kemudian, dalam realitasn-
ya perkembangan usaha kecil yang
begitu pesat—saat ini banyak yang
diwadahi oleh BUMDes—ternyata ser-
ing kali tak diimbangi percepatan per-
hatian pemerintah terhadap sektor
usaha itu. Banyak kasus menunjukkan,
pemerintah bukannya memproduksi
kebijakan yang memperkuat sektor
ini, melainkan malah sering kali kebi-
jakan yang dilahirkan berpotensi me-
matikan daya hidup perkembangan
mereka.
Oleh karena itu, dukungan pemerin-
tah terhadap keberadaan usaha kecil,
baik yang di bawah BUMDes mau-
pun tidak, sesungguhnya bisa den-
gan penghindaran penciptaan kebija-
kan-kebijakan diskriminatif. Selain itu,
diperlukan juga kebijakan aturan main
yang memberikan kesepadanan yang
sama bagi tiap pelaku ekonomi untuk
menjalankan aktivitasnya, termasuk
pelaku ekonomi kecil dan menengah.
Di sinilah kerja sama lintas kementeri-
an/lembaga mutlak perlu.
Desa-desa tampak mulai bergeliat dengan berbagai potensi yang dimilikinya.
Di bawah pengelolaan badan usaha milik desa, sejumlah desa wisata bahkan telah
membuat sebuah desa menjadi sangat mandiri.
Penulis:
Achmad MaulaniStaf Ahli Unit Kebijakan Strategis Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
OPINI
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 43
Komitmen ini penting karena sebagai
salah satu pilar ekonomi kerakyatan,
keberadaan usaha kecil di sektor riil
jadi tumpuan sebagian besar tenaga
kerja di Indonesia. Banyak alasan yang
melatarbelakanginya, di antaranya
sektor itu tidak perlu modal banyak
dan tidak mensyaratkan tingkat ket-
erampilan yang tinggi. Ia juga tidak
membutuhkan perizinan yang berbe-
lit.
Dengan karakteristik semacam itu,
jumlah pertumbuhan sektor-sektor
usaha kecil menengah jadi sangat be-
sar dan secara otomatis mendonorkan
penyerapan tenaga kerja yang ban-
yak. Hanya saja, jumlah UMKM yang
begitu besar saat ini mencapai 59 juta
dengan tingkat penyerapan tenaga
kerja yang tinggi tersebut ternyata
tidak dibarengi kesejahteraan pelaku
ekonominya. Pada titik inilah pemer-
intah melalui kerja sama lintas sektoral
perlu mengeluarkan paket-paket ke-
bijakan yang tepat.
Keberadaan ribuan BUMDes yang
berbasis pada sektor riil serta sum-
ber daya yang ada di desa adalah
bagian dari pengembangan gagasan
ekonomi kerakyatan. Gagasan pem-
bangunan ekonomi kerakyatan, sep-
erti dikatakan Gran (1988), adalah se-
buah konsep pembangunan di mana
rakyat punya kuasa mutlak menetap-
kan tujuan dan mengelola swasem-
bada ataupun mengarahkan jalannya
pembangunan.
Ada dua hal yang bisa disimpulkan
dari pemikiran ini. Pertama, partisi-
pasi rakyat merupakan unsur mutlak
dalam pembangunan. Tugas pemerin-
tah hanya menciptakan keadaan yang
mendorong inisiatif rakyat dalam me-
menuhi kebutuhannya. Kedua, apa
yang dikehendaki rakyat merupakan
pilihan terbaik dari negaranya.
Dengan paradigma semacam itu,
pembangunan yang berbasis ker-
akyatan juga berarti pembangunan
ekonomi yang berorientasi pada kes-
ejahteraan rakyat. Artinya, bila seba-
gian besar kegiatan ekonomi disusun
dan dibangun oleh usaha menengah
dan kecil yang banyak menampung
tenaga kerja, seharusnya sektor me-
nengah dan kecil mendapat perha-
tian yang lebih besar. Usaha skala
besar tentu tetap diberi keleluasaan
berkembang selama tidak meng-
ganggu keharmonisan ekonomi.
Komitmen atas gagasan ekonomi ker-
akyatan ini penting untuk terus dide-
sakkan kepada pengambil kebijakan
karena selama ini pengembangan
usaha kecil dan menengah terbukti
lebih mampu menjawab kemiskinan
dan ketimpangan pendapatan. Se-
lain itu, pembangunan ekonomi ker-
akyatan juga dinilai tidak hanya mam-
pu menumbuhkembangkan kegiatan
ekonomi semata, tetapi juga member-
ikan kesejahteraan secara merata.
Kebijakan Yang Aplikatif
Guna mewujudkan gagasan ekonomi
kerakyatan dalam bentuk kebijakan
yang lebih aplikatif, ada beberapa
hal yang harus dilakukan. Pertama,
mengembalikan watak kebijakan
publik pada tempatnya semula, yakni
tidak hanya mendapatkan legitima-
si rasional, tetapi juga memperoleh
pembenaran secara etis. Pada aras ini,
setiap kebijakan tidak boleh mening-
galkan kepentingan rakyat walaupun
secara ekonomi mungkin merugikan
negara.
Kedua, mengagendakan strategi
pembangunan ekonomi yang mem-
beri nisbah secara proporsional bagi
seluruh rakyat. Dalam pengertian ini,
setiap strategi dan kebijakan pemba-
ngunan harus mencerminkan pada
pemenuhan kebutuhan rakyat seh-
ingga setiap hasil yang diperoleh be-
nar-benar jatuh kepada sebagian be-
sar masyarakat.
Ketiga, memberi penekanan terhadap
penciptaan fasilitas publik yang ditu-
jukan bagi sebagian rakyat yang ter-
puruk dalam proses pembangunan.
Kebijakan ini penting karena dalam
setiap proses pembangunan selalu
menyisakan sebagian rakyat dalam
posisi tidak beruntung.
BUMDes sebagai bagian dari
pengembangan ekonomi kerakyatan
dan sebagai salah satu wadah bagi
usaha sektor kecil di desa harus mam-
pu melakukan transformasi sosial
ekonomi di desa.
Untuk itu, ke depan, pemerintah harus
mampu mengikis kebijakan diskrimi-
natif yang hanya berpihak pada usaha
skala besar semata. Tanpa komitmen
itu, usaha kecil sebagai katup penang-
kal krisis sekaligus penampung tenaga
kerja akan terus mengalami jalan buntu.
GERBANG • EDISI KHUSUS 201744
BUMDes Daerah Tertinggal,Harapan Masa Depan
I ndonesia merupakan negara
yang memiliki daerah pedesaan
yang sangat banyak sehing-
ga pembangunan pedesaan adalah
untuk menempatkan desa sebagai
sasaran pembangunan dan sebagai
usaha untuk mengurangi berbagai ke-
senjangan pendapatan, kesenjangan
kaya dan miskin, serta kesenjangan
desa dan kota.
Suatu kabupaten daerah tertinggal
dikategorikan sebagai daerah yang
belum maju akibat kesenjangan dan
ketertinggalan di berbagai bidang
seperti rendahnya kualitas sumber-
daya manusia, tingkat ekonomi yang
belum merata dan kesenjangan rela-
tif tinggi, infrastruktur yang terbatas
serta pengelolaan sumberdaya alam
Dalam mewujudkan
pembangunan nasional
Pemerintah memberikan
kesempatan kepada
masyarakat untuk
mewujudkannya, misalnya
dalam hal mengembangkan
perekonomian di daerah
tertinggal. Investor
diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk
mengembangkan daerah
tertinggal menjadi daerah
maju. Perwujudan yang
diinginkan dan dicita-
citakan yaitu pergerakan
mencapai cita-cita bangsa,
yaitu masyarakat yang
adil, makmur dan merata
bagi seluruh lapisan
masyarakat, baik di desa
maupun di kota.
yang tidak memperdulikan lingku-
ngan merupakan masalah-masalah
laten yang berada di daerah tertinggal.
Di luar itu, keindahan alam daerah
tertinggal sangat luar biasa indahnya,
dalam banyak hal melebihi panora-
ma tujuan wisata Bali dan Yogjakarta,
seperti tujuan wisata di Labuan Bajo,
Mandalika, Gili Trawangan di Lombok
Utara dan Raja Ampat di Papua Barat.
Untuk itu, pembangunan di segala
penjuru perlu dilakukan secara terpadu
dan terarah sebagaimana harapan
masyarakat di daerah tersebut. Potensi
seperti daerah tujuan wisata perlu di-
gali, dikembangkan sarana dan prasa-
rananya serta kualitas pemandu dan
pengelola wisata di daerah tertinggal.
Penulis:
Sutanta, Ph.D
Kepala Bagian Perencanaan
Setditjen PDT
GERBANG • EDISI KHUSUS 2017 45
Dalam hal ini masyarakat berperan
sebagai pelaku usaha dalam mem-
bentuk badan usaha, sehingga pelaku
usaha dapat dikatakan sedang atau
telah melakukan kegiatan dagang, ke-
giatan usaha atau kegiatan bisnis.
Kegiatan Bisnis Ala BUMDes
Secara luas, istilah bisnis tak terke-
cuali usaha-usaha Badan Usaha Mi-
lik Desa (BUMDes) sering diartikan
sebagai keseluruhan kegiatan usaha
yang dijalankan oleh dua orang atau
lebih atau badan usaha tertentu secara
teratur dan terus-menerus dengan
memiliki modal dasar pengalaman, ke-
mampuan dan keterampilan manusia,
modal peralatan dan modal uang, yai-
tu yang berupa kegiatan mengadakan
barang-barang atau jasa-jasa maupun
fasilitas-fasilitas untuk diperjualbe-
likan, dipertukarkan, atau disewagu-
nakan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan, (Zaeni Asyhadie, 2009).
Dalam tatanan hukum bisnis di Indo-
nesia, ada 4 (empat) jenis badan us-
aha yang ikut serta dalam kegiatan
bisnis. Tiga jenis badan usaha terse-
but adalah Badan Usaha Milik Swasta,
Badan Usaha Milik Negara, dan Ko-
perasi, (Zaeni Asyhadie, 2009). Dan
setelah dilahirkannya UU No. 6 Tahun
2016 tentang Desa berkembanglah
BUMDes. Jika dikelola dengan baik,
BUMDes akan menumbuhkan opti-
misme dan masa depan yang lebih
cerah bagi masyarakat di daerah ter-
tinggal.
BUMDes muncul dilatarbelakangi
salah satunya oleh banyaknya desa
di Indonesia yang beragam dalam ke-
hidupan sosial, ekonomi dan budaya
yang sangat heterogen. Menurut data
Hasil Simulasi Dana Desa per Kabu-
paten/Kota pada buku Budiman Sud-
jatmiko, Indonesia memiliki 74.944
desa di seluruh Indonesia. Banyaknya
desa tersebut memiliki keragaman
dalam hal tingkat pembangunan
ekonomi, sosial dan kebudayaan serta
tatanan adat kebiasaan.
Menurut Peraturan Presiden Nomor
131 tahun 2016 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal terdapat 122 Kabu-
paten Daerah Tertinggal yang terse-
bar di 24 Provinsi. Data Podes (2014)
menunjukkan jumlah penduduk di
daerah tertinggal adalah kurang lebih
15 juta orang, dengan tingkat pendi-
dikan dan keterampilan yang beragam
dan potensi yang dimiliki oleh daerah
tertinggal sangat beragam dari mulai
sumberdaya alam, sumber daya air
dan sumber daya manusia.
Pemerintah diharapkan dapat men-
ciptakan iklim usaha yang mendorong
perkembangan perekonomian di
daerah tertinggal secara lebih baik,
ditata dengan cermat, sehingga tidak
mencaplok jenis-jenis usaha yang se-
cara turun temurun telah dilakukan
oleh masyarakat secara bersamaan
dan sudah terdapat kelembagaan
desa yang mampu menampung dan
mendistribusikannya. Jika kelem-
bagaan ekonomi kuat dan ditopang
kebijakan yang memadai, maka per-
tumbuhan ekonomi yang disertai
dengan pemerataan distribusi aset
kepada rakyat secara luas akan mam-
pu menanggulangi berbagai permas-
alahan ekonomi di daerah tertinggal.
BUMDes sebagai instrumen merupa-
kan modal sosial yang diharapkan
menjadi prime over dalam menjem-
batani upaya penguatan ekonomi di
perdesaan, khususnya di daerah ter-
tinggal.
Kelembagaan Ekonomi Desa
Sebagai salah satu lembaga ekonomi
yang beroperasi di desa-desa, BUM-
Des harus memiliki perbedaan den-
gan lembaga ekonomi desa pada
umumnya. Hal ini dimaksudkan agar
keberadaan dan kinerja BUMDes
mampu memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap peningkatan kes-
ejahteraan warga desa. Disamping
itu, supaya tidak berkembang sistem
usaha kapitalistis di desa yang dapat
mengakibatkan terganggunya nilai-
nilai kehidupan bermasyarakat.
Aktivitas yang harus dilakukan dalam
persiapan pendirian BUMDes, perta-
ma terkait dengan struktur organisasi
BUMDes. Diperlukan struktur organisasi
yang menggambarkan bidang peker-
jaan apa saja yang harus tercakup di
dalam organisasi tersebut.
Setelah menyusun struktur organisasi
langkah selanjutnya adalah menyusun
gambaran pekerjaan (job descrip-
tion). Penyusunan job description
bagi setiap pengelola BUMDes diper-
lukan agar dapat memperjelas peran
dari masing-masing orang. Dengan
demikian, tugas, tanggungjawab,
BUMDes sebagai instrumen
merupakan modal sosial
yang diharapkan menjadi
prime over dalam menjembatani
upaya penguatan ekonomi di
perdesaan, khususnya
di daerah tertinggal.
““
seperti membuka investasi dalam
negeri dan luar negeri guna membu-
ka lapangan kerja dan lapangan usa-
ha dan pada gilirannya akan mening-
katkan kesejahteraan masyarakat di
daerah tertinggal.
BUMDes dalam operasionalisasinya
ditopang oleh lembaga moneter desa
(unit pembiayaan) sebagai unit yang
melakukan transaksi keuangan beru-
pa kredit maupun simpanan serta ke-
giatan lain, seperti mengelola sampah,
wisata alam, menyuling minyak seper-
ti dilakukan oleh beberapa BUMDes
di Yogyakarta. Prinsip utama yang
perlu dipegang oleh pelaku BUMDes
adalah ruang lingkup BUMDes mesti
GERBANG • EDISI KHUSUS 201746
dan wewenang pemegang jabatan
tidak terjadi duplikasi yang memu-
ngkinkan setiap jabatan/pekerjaan
yang terdapat di dalam BUMDes diisi
oleh orang-orang yang kompeten di
bidangnya.
Langkah ketiga adalah dengan me-
netapkan sistem koordinasi, melalui
penetapan sistem koordinasi yang
baik memungkinkan terbentuknya
kerja sama antar unit usaha dan lintas
desa berjalan efektif.
Langkah keempat adalah menyusun
bentuk aturan kerjasama dengan pi-
hak ketiga. Langkah kelima adalah
menyusun pedoman kerja organisasi
BUMDes agar semua anggota BUM-
Des dan pihak-pihak yang berkepent-
ingan memahami aturan kerja organi-
sasi (AD/ART).
Langkah keenam dengan menyusun
desain sistem informasi. BUMDes
merupakan lembaga ekonomi desa
yang bersifat terbuka, untuk itu diper-
lukan penyusunan desain sistem pem-
berian informasi kinerja BUMDes dan
aktivitas lain yang memiliki hubun-
gan dengan kepentingan masyarakat
umum. Sehingga keberadaannya se-
bagai lembaga ekonomi desa mem-
peroleh dukungan dari banyak pihak.
Langkah ketujuh adalah menyusun
rencana usaha. Penyusunan rencana
usaha penting untuk dibuat dalam
periode 1 sampai dengan 3 tahun.
Sehingga para pengelola BUMDes
memiliki pedoman yang jelas apa
yang harus dikerjakan dan dihasil-
kan dalam upaya mencapai tujuan
yang ditetapkan dan kinerjanya men-
jadi terukur.
Langkah kedelapan adalah menyusun
sistem administrasi dan pembukuan.
Bentuk administrasi dan pembukuan
keuangan harus dibuat dalam format
yang mudah, tetapi mampu meng-
gambarkan aktivitas yang dijalankan
BUMDes. Hakekat dari sistem ad-
ministrasi dan pembukuan adalah
pendokumentasian informasi tertulis
berkenaan dengan aktivitas BUMDes
yang dapat dipertanggungjawabkan
dan secara mudah dapat ditemukan,
disediakan ketika diperlukan oleh pi-
hak-pihak yang berkepentingan.
Langkah selanjutnya adalah melaku-
kan proses rekruitmen untuk me-
netapkan orang-orang yang akan
menjadi pengelola BUMDes. Dapat
dilakukan secara musyawarah, na-
mun pemilihannya harus didasarkan
pada kriteria tertentu. Kriteria itu di-
maksudkan agar pemegang jabatan
di BUMDes mampu menjalankan tu-
gas-tugasnya dengan baik. Untuk itu,
persyaratan bagi pemegang jabatan
di dalam BUMDes penting dibuat.
Langkah terakhir dalam proses pendi-
rian BUMDes adalah menetapkan
sistem penggajian dan pengupahan.
Agar pengelola BUMDes termotivasi
dalam menjalankan tugas-tugasnya,
maka diperlukan adanya sistem
imbalan yang dirasakan bernilai.
Pemberian imbalan bagi pengelo-
la BUMDes dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara seperti, pem-
berian gaji, upah, insentif, maupun im-
balan.
Jika berbagai langkah diatas dilaku-
kan dengan baik maka akan mela-
hirkan optimisme dan percaya diri,
bahwa di daerah tertinggal pun akan
mampu dan terampil dalam menge-
lola BUMDes yang akan memberikan
harapan masa depan yang lebih baik.
Petani menjemur jagung seusai panen
di desa Ta’a, Kempo, Dompu, Nusa
Tenggara Barat. Dompu menjadi contoh
daerah yang sukses mengelola dan
mengembangkan potensi dan karakteristik
yang dimiliki daerahnya.
FOTO: ISTIMEWA
GERBANG • EDISI KHUSUS 201746
GERBANG • EDISI KHUSUS 201748
“Dimulai dari pembangunan
infrastruktur, BUMDes, embung
dan produk unggulan yang
dimiliki daerah, harus segera
membuktikan diri bisa menjadi
penopang utama pertumbuhan
ekonomi, pemerataan dan
pengentasan kemiskinan di
daerah tertinggal.”
Eko Putro SandjojoMenteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi