embriologi dan reproduksi tumbuhan

25
12 Bagan 16 Meiosis and megasporogenesis at diplospory Diplospory : Sel induk megaspora yang diploid berkembang menjadi kantung embrio tanpa ada meiosis. Embrio dibentuk melalui telur yang tidak dibuahi (partenogenesis) atau dari sel lain dari kantung embrio. Embrio yang terbentuk dari sel induk megaspora yang tidak mengalami reduksi jumlah kromosom. Inti sel megaspora mengalami pembelahan mitosis 3 kali sehingga terbentuk 8 inti embryo sac yang tidak mengalami reduksi kromosom. Terdapat 4 tipe utama dalam diplospory, yaitu : a. Semi-heterotypic Fase ini terjadi saat megasporosit (ditemukan pada Asteraceae) mengalami pembelahan meiosis yang tidak sempurna dan ini ditunjukkan pada ketidaknormalan profase I dari meiosis. Tidak ada pembentukan kromosom berpasangan (assindesis). Kromatid tidak menuju masing-masing kutub tetapi tetap berada pada tengah-tengah sel. Semua kromosom berjejer membentuk nukleus sebagai gantinya dan bersifat diploid, bentuk nukleus berubah dari double bell menjadi membulat. Pembelahan meiosis kedua terjadi secara normal dan membentuk sel plate dan 2

Upload: berliyana-indra

Post on 25-Sep-2015

175 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

apomiksis

TRANSCRIPT

Bagan 16

Meiosis and megasporogenesis at diplosporyDiplospory : Sel induk megaspora yang diploid berkembang menjadi kantung embrio tanpa ada meiosis. Embrio dibentuk melalui telur yang tidak dibuahi (partenogenesis) atau dari sel lain dari kantung embrio. Embrio yang terbentuk dari sel induk megaspora yang tidak mengalami reduksi jumlah kromosom. Inti sel megaspora mengalami pembelahan mitosis 3 kali sehingga terbentuk 8 inti embryo sac yang tidak mengalami reduksi kromosom. Terdapat 4 tipe utama dalam diplospory, yaitu :a. Semi-heterotypicFase ini terjadi saat megasporosit (ditemukan pada Asteraceae) mengalami pembelahan meiosis yang tidak sempurna dan ini ditunjukkan pada ketidaknormalan profase I dari meiosis. Tidak ada pembentukan kromosom berpasangan (assindesis). Kromatid tidak menuju masing-masing kutub tetapi tetap berada pada tengah-tengah sel. Semua kromosom berjejer membentuk nukleus sebagai gantinya dan bersifat diploid, bentuk nukleus berubah dari double bell menjadi membulat. Pembelahan meiosis kedua terjadi secara normal dan membentuk sel plate dan 2 megaspore diploid. Megaspora membentuk kantung embrio yang bertipe Taraxacum, dimana sel induk megaspora awalnya memasuki profase meiosis tapi kromosom yang normal berpasangan tidak terbentuk karena asynapsis. Sebagai contohnya pada Taraxacum officinale L. Pada jurnal Baarlen et.al. (2000) yang meneliti tentang proses rekombinasi meiosis pada seksual diploid dan triploid apomiktik tanaman Taraxacum officinale yang menyatakan bahwa mikrosporosit pada tanaman triploid apomictic mengalami proses pembentukan kromosom berpasangan dan formasi kiasma pada tahap profase I, akan tetapi kemungkinannya lebih kecil dibandingkan dengan seksual diploid Taraxacum officinale. b. PseudohomeotypicPada fase ini megasporosit mengalami pembelahan secara bersamaan dengan semi heterotypic. Pada pembelahan meiosis I terjadi modifikasi dan ditunjukkan adanya kromosom yang tidak berpasangan, sedangkan pada pembelahan meiosis ke II tidak terjadi.c. ApohomeotypicPembelahan megasporosit tidak terjadi secara sempurna, dimana pada fase meiosis pada profase I, terjadi asindesis atau tidak adanya pembentukan kromosom berpasangan. Selanjutnya terbentuk inti (nukleus), yang diikuti dengan pembelahan mitosis. Dari dua sel nukleus diploid yang dihasilkan, maka akan terbentuk kantung embrio dengan tipe Ixeris.d. Diplospori mitosisMerupakan pembelahan megasporosit yang terjadi seperti pada pembelahan mitosis secara normal. Sebagai hasil pembelahan inti pertama, kedua, dan ketiga membentuk kantung embrio bertipe antennaria.

Bagan 17

Phartenogenesis in higher plantsAutonomous merupakan perkembangan embrio yang tidak dipengaruhi oleh polinasi. Dalam pembentukan embrio tersebut dapat ditandai dengan adanya kantung embrio yang mereduksi dan tidak mereduksi. Sedangkan pseudogamous: sel telur terbentuk tanpa fertilisasi tetapi endospermae terbentuk sebagai hasil fertilisasi. Sehingga dari kedua proses tersebut akan menimbulkan adanya parthenogenesis. Parthenogenesis : perkembangan embrio tanpa fertilisasi. Partenogenesis juga dapat diartikan sebagai perkembangan embrio tanpa fertilisasi tidak hanya dari sel telur tetapi juga bisa dari sel lain dalam kantung embrio. Sebagai contoh tumbuhan Angiosperme yang mengalami parthenogenesis yaitu : tanaman pisang. Parthenogenesis memiliki dua tipe yaitu : Pseudosyngami : perkembangan embrio setelah peleburan gamet jantan dan betina tanpa adanya peleburan inti. Kariotipe keturunan mirip salah satu sel induk Aposyngami : perkembangan embrio tanpa partisipasi laki-laki gamet.Dalam parthenogenesis terkenal dua istilah penting yaitu : Partenogenesis gametoid : perkembangan embrio dari sel-sel yang dalam beberapa karakter dapat berhubungan dengan sel-sel lain dari kantung embrio, termasuk sel telur. partenogameti : perkembangan embrio dari dinding sel telur tanpa partisipasi gamet jantan.PseudosyngamiGynogenesis merupakan perkembangan embrio dimana gamet jantan melakukan penetrasi (menembus) sel telur, mengaktivasi morfogenesis, namun tidak berpartisipasi dalam perkembangan embrio pada tahap yang selanjutnya atau hanya berpartisipasi secara kecil-kecilan. Gynogenesis dianggap sebagai parthenogenesis betina. Dalam hal ini pengembangbiakan dengan cara gynogenesis dapat dilakukan secara in vitro pada tanaman bawang (Allium cepa). Seperti dalam jurnal Campion et.all.(1992) adanya teknik budidaya ini memberi manfaat pada penemuan ilmu pengetahuan yang baru tentang aspek interaksi antara faktor yang terlibat dalam ontogeni proses gynogenesis pada bawang yang meliputi kultivar atau jenis tanaman itu sendiri, media, organ yang akan dikulturkan). Pada waktu yang bersamaaan, setelah diteliti dalam gynogenesis terdapat hal-hal berbeda yang muncul dari sistem reproduksi saat masih murni, saat embrio berkembang tanpa adanya partisipasi dari gamet jantan. Hal ini akan dihubungkan dengan fakta bahwa kromatin ekxtrakromosom, autoduplikat pada sitoplasma dan organela-organela yang dapat dimasuki oleh hasil penetrasi sel sperma. Gamet jantan dapat menjadi sumber berubahnya kromatin pada nukleus, DNA dan RNA.Parthenoandry merupakan perkembangan embryo dari sel telur, inti sel telur digantikan oleh inti sel sperma. Ini merupakan kata lain dari androgenesis yang memiliki artian yang lebih luas. Pada perkembangan normal, mikrospora diprogram untuk berdeferensiasi menjadi polen dengan menghasilkan 2 inti sel sperma. Pada keadaan tertentu hal ini dapat dibelokkan ke arah perkembangan sporofitik untuk menghasilkan embrio ataupun planlet yang bersifat haploid. Peristiwa ini disebut dengan embriogenesis mikrospora atau disebut juga androgenesis ( Hause dkk., 1993; Ishizaka, 1998).Embriogenesis mikrospora diartikan sebagai pembentukan embrioid yang berasal dari mikrospora. Peristiwa ini dinamakan juga dengan androgenesis (Raghavan, 1997).

Bagan 18 dan 19Amphimixis (amphi-both, mixis-mixing) merupakan proses reproduksi seksual dan merupakan basis fertilisasi ganda pada tanaman berbunga (Angiosperma) (Naumova.2008).Komponen GustaffonsPetroves

Asal mula apomixis

Dari amixis > amphimixisApomixis

Perbanyakan diri (sama)Sel pmbntuk embrio pd biji Agamospermi (biji) & vegetatif propagation (selain biji). Agamospermi (biji) & vegetatif propagation (selain biji).

Pembagian agamospermi Dibagi menjadi 2 : GAMETHOPHITIC SPOROPHITYC Irregular apomixis & reguler apomixis

Perbedaan pengklasifikasian tipe apomixis antara Gustaffon dan PetroveApomixis

Sumber : http://www.genetics.org/content/197/2/441/F1.large.jpgsumber : http://www.nature.com/nbt/journal/v22/n6/fig_tab/nbt976_F1.html

Apomiksis merupakan reproduksi aseksual yaitu proses reproduksi tanpa terjadinya fusi gamet betina dan gamet jantan. Pada reproduksi aseksual terdapat adanya 2 proses yang selalu berkesinambungan (tak terputuskan), yaitu:1. Meiosis : suatu proses pembelahan sel-sel sporofitik yang diploid menjadi sel-sel gametik yang haploid. Misalnya : pada mikrosporogenesis (terjadinya mikrospora). Mikrospora akan menghasilkan gamet janta n (n). Megasporogenesis (terja dinya megaspora) megaspore yang berfungsi akan menghasilkan kantong e mbrio dengan bagian-bagiannya, yaitu sel telu r, sinergid dan antipoda (semuanya haploid (n).2. Pembuahan adalah fusi dari sel-sel gametik (sperma dan sel telur) menghasilkan zigot (2n). Zigot merupakan generasi awal fase sporofitik yang diploid. Menurut Maheswari (1950) apomiksis pada tumbuhan Angiospermae dibedakan menjadi yaitu: Apomiksis yang tidak berulangPada tipe ini sel induk megaspora mengalami pembelahan meiosis secara normal, terbentuk kantong embrio yang haploid. Embrio mungkin berasal dari sel telur yang tidak dibuahi (parthenogenesis haploid) atau berasal d ari sel lain pada gametofit Apomiksis berulang Kantong embrio berasal dari arkesporium (apospori generatif) atau bagian lain dan nuselus (aposp ri somatik). Semua inti sel yang menyusun kantong embnio bersifat diplo id. Embrio berasal dan sel telur yang tid ak dibuahi (parthenogenesis diploid) atau dan sel lain pada gametofit (apogami diploid).Berikut perbandingan ilustrasi antara tahap perkembangan ovul secara sexual dan apomictic pada tumbuhan Angiosperma (Koltunow et al., 1995):

Apomixis dapat terjadi pada kelompok Gymnospermae, dimana pada pollen diploid menghasilkan embrio tanpa terjadi fertilisasi, sebagai contoh pada pohon Cupressus dupreziana dan Cupressus sempervirens (Singh et.al.2011). Selain itu pada tanaman Angiosperma dapat dijumpai pada tanaman manggis (Arini.2008). Biji manggis berkembang tanpa melalui penyerbukan yang disebut apomiksis. Biji manggis apomiksis bersifat vegetatif dan mempunyai sifat serupa dengan induknya. Biji manggis Jogorogo berbentuk spheroid dan ellipsoid, berwarna coklat muda dan dibungkus arrilode berwarna putih (Rukmana, 1995; Putro, 2008 dalam Arini.2008). Biji apomiksis merupakan proses reproduksi tanaman dimana pembentukan embrio tidak didahului dengan proses pembuahan.

Menurut Gustafsson (1946-1947) apomiksis dibedakan menjadi 2 yaitu:1. Reproduksi vegetatif, yaitu tanaman diperbanyak melalui bagian tubuhnya (seperti akar, daun atau batang) selain menggunakan biji.2. Agamospermi : Tumbuhan memperbanyak diri dengan biji tapi embrio tidak dibentuk melalui meiosis normal dan tidak ada syngamy. Tipe Agamospermy dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu Apomiksis Irregular (embryo sac haploid terbentuk dari hasil meiosis normal ): Haploid parthenogenesis : kantung embrio haploid terbentuk sebagai hasil dari meiosis normal dan embrio berkembang dari sel telur.Haploid apogamety : kantung embrio haploid terbentuk sebagai hasil dari meiosis normal dan embrio berkembang dari sel gametofit.

Apomiksis Regular (embryo sac diploid dapat timbul dari sel archesporial atau dari sel nuselus). Agamospermy dapat terjadi melalui berbagai mekanisme yang berbeda, beberapa yang memerlukan penyerbukan , dan beberapa yang tidak Pseudogamy: perkembangan embrio tergantung polinasiAutonomus apomiksis: perkembangan embrio tidak tergantung polinasi.

Mekanisme apomixis (Spielman et.al.2003) :

Apomixis dibedakan menjadi 3 tipe yaitu :a. Diplospory : Sel induk megaspora yang diploid berkembang menjadi kantung embrio tanpa ada meiosis. Embrio dibentuk melalui telur yang tidak dibuahi (partenogenesis) atau dari sel lain dari kantung embrio. Embrio yang terbentuk dari sel induk megaspora yang tidak mengalami reduksi jumlah kromosom. Inti sel megaspora mengalami pembelahan mitosis 3 kali sehingga terbentuk 8 inti embryo sac yang tidak mengalami reduksi kromosom.

b. Apospory : Sel somatik dalam nuselus langsung membentuk kantung embrio (tanpa meiosis), sel telur yang diploid berkembang secara partenokarpik. embrio yang terbentuk dari sel-sel somatik dari nucellus yang berdeferensiasi. Megasporagenesis dari sel induk megaspora seksual mengalami gangguan sehingga tidak terbentuk embryo sac. Sel-sel somatik pada nucellus berkembang melalui 2 kali pembelahan mitosis dan terbentuk embryo sac. (Arini.2008)

a. Adventive embrio : terbentuknya lebih dari 1 embrio dalam 1 biji. Embrio dibentuk dari sel sporofit yang diploid (nuselus dan integumen). Contoh : Citrus, Orchidaceae, Myrtaceae. Embrio berkembang dari sel-sel somatik di dalam ovul dan tidak ada perkembangan embryo sac.

Berikut contoh proses apomixis dengan tipe Adventive embrio pada buah jeruk (Citrus), dimana terbentuknya lebih dari 1 embrio dalam 1 biji. Embrio dibentuk dari sel sporofit yang diploid (nuselus dan integumen).

Figure 4. Adventitious Embryony in Citrus. (Anna.1993)Pada gambar diatas menunjukkan perkembangan Adventive embrio : terbentuknya lebih dari 1 embrio dalam 1 biji. Embrio dibentuk dari sel sporofit yang diploid (nuselus dan integumen). Embrio berkembang dari sel-sel somatik di dalam ovul dan tidak ada perkembangan embryo sac.

Bagan 20 Khokhlovs Classification of Apomixis Type

1. Asporic Zygoty : Pembentukan embryo tanpa melalui pembentukan spora.

2. Apoarchesporic Zygoty : Pembentukan embrio dari ovule gametofit gamet zygot embrio.

3. Sporic Apozygoty : Pembentukan embrio dari ovule archespory spora gametofit gamet embrio. 4. Sporic Apogamety : Pembentukan embrio dari ovule archespory spora gametofit embrio.

5. Apospory Apozygoty : Pembentukan embrio dari ovule archespory gametofit gamet embrio. 6. Apoarchesporic Apozygoty : Pembentukan embrio dari ovule gametofit gamet embrio.

7. Aposporic Apogamety : Pembentukan embrio dari archespory gametofit embrio.8. Apoarchesporic Apogamety : Pembentukan embrio dari ovul gametofit embrio.

9. Apogametophytic Sporophyty : Pembentukan embrio langsung dari perkembangan ovule.

Menurut pengklasifikasian tipe apomixis menurut Battaglia (1999), dalam proses Euspory mengalami synkaryogenesis (automiksis) yaitu penyatuan dua gamet haploid yang berasal dari proses pembelahan yang sama menjadi gamet diploid atau pembentukan gamet diploid yang berasal dari duplikasi dari sel haploid.

Fig 22. Sistem penyebaran biji pada Angiospermae

Tipe reproduksi Angiospermae dapat dibedakan menjadi 2, yaitu secara seksual dan asesual. Reproduksi seksual dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu amphimixis dan apomixis. Secara amphimixis dapat terjadi dengan cara euspory, merupakan proses pengurangan kromosom pada sporogenesis yang terjadi secara normal namun pada proses gametogenesis mengalami pengurangan kromosom kembali. Pada reproduksi secara aseksual dapat melalui Adventive embrio yaitu terbentuknya lebih dari 1 embrio dalam 1 biji seperti yang dapat kita jumpai pada buah jeruk (Citrus).Secara apomixis dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : Diplospory Apospory Apoarchespory : Perkembangan kantong embrio (embryo sac) yang tidak tereduksi dari sel nucellar somatic.

Tabel 11. Klasifikasi perkembangan tipe-tipe kantung embrio (embrio sac)sumber : Bhat (2005)Menurut Tanta, dkk. (2008) pengklasifikasian tipe perkembangan embrio sac hanya ada 3 prinsip dasar dalam penggolongannya yang meliputi : monosporic (Polygonum-type), bisporic (Allium-type), dan tetrasporic (Adoxa-type). Hal tersebut juga sesuai dengan tabel penggolongan perkembangan embrio sac berikut dalam Resler (1993) :sumber : Resler (1993)1) Amphimixisa. Euspory : Proses pengurangan kromosom pada sporogenesis yang terjadi secara normal namun pada proses gametogenesis mengalami pengurangan kromosom kembali.Polygonum type ePada tipe Polygonum, sel sporogen mengalami dua kali meiosis. Megaspore hasil meiosis yang jauh dari mikropil adalah yang fungsional. Selanjutnya megaspore fungsional mengalami tiga kali mitosis menghasilkan kantung embrio delapan inti yang terorganisasi ke dalam aparat telur, sel antipoda dan inti polar. Tipe Polygonum ini paling banyak ditemukan pada suku Arecaceae. (Tanta.2008)Allium type ePada tipe Allium, meiosis pertama menghasilkan dua sel diad. Sel diad yang terletak di daerah mikropil segera aborsi dan meiosis kedua menghasilkan dua inti megaspore haploid bebas. Selanjutnya dua pembelahan mitosis berturut-turut menghasilkan kantung embrio delapan inti yang terorganisasi ke dalam aparat telur, sel antipoda dan inti polar. Tipe Allium ini terdapat pada Chamaedorea latifolia, Nypa fruticans, dan Hyphaenaindica. (Tanta.2008)Adoxa type ePada tipe adoxa, hasil pembelahan meiosis sel sporogen menghasilkan empat inti bebas pada kantung embrio muda. Setelah mengalami pembelahan mitosis dihasilkan kantung embrio delapan inti yang terorganisasi menurut cara yang khas. Kantung embrio berasal dari empat megaspora Terbentuk 7 sel dengan 8 nukleat embryo sac Terbentuk oleh pembelahan meiosis I dan II namun tidak diikuti pembentukan dinding sel sehingga inti sel hasil meiosis berada dalam satu sel (coenomegaspore). Keempat inti dalam coenomegaspore terlibat dalam pembentukan kantung embrio. Terdapat 2 sifat sel yaitu haploid dan triploid : Haploid : sel telur, sinergid dan 1 inti kutub sel Triploid : 3 sel antipoda dan 1 inti kutub selTipe adoxa ini terdapat pada Cocos nucifera. Selain itu adoxa-type dari embrio sac dapat ditemukan pada Piper peltatum. sumber : Eric (2009)Gambar diatas menunjukkan diad formasi pada Piper peltatum 2) Apospory a. DiplosporyTaraxacum type MMC atau sel induk megaspora awalnya memasuki profase meiosis tapi kromosom yang normal berpasangan tidak terbentuk karena asynapsis. Para univalents tersebar di poros di metafase I. Sebuah restitusi inti terbentuk setelah pembelahan meiosis pertama, yang kemudian membagi mitotically untuk membentuk angka dua dengan nomor somatik (2n) kromosom. Mitosis lanjut divisi dari hasil sel chalazal dalam pembentukan kantung embrio 8-nukleasi. Jenis apomixis terjadi di beberapa genera dari Compositae dan Arabis, Taxacum, dan Paspalum.Ixeris typeMMC atau sel induk megaspora mengalami profase meiosis tanpa menghasilkan restitusi sebuah inti. Hal ini diikuti oleh divisi mirip dengan kedua pembelahan meiosis kecuali bahwa itu tidak disertai dengan sitokinesis. Dua divisi mitosis lebih lanjut dari tidak tereduksinya inti mengakibatkan kantung embrio 8-nukleasi (8 inti). b. Apospory Antennaria type -A Tipe ini menggambarkan mitosis apospory, sel induk megaspora tidak mengalami meiosis, setelah mengalami interfase yang panjang, sel tersebut mengalami mitosis normal menjadi megaspora binukleat yang tidak tereduksi fungsional. Dua kali pembelahan mitosis selanjutnya menghasilkan kantung embrios seperti tipe polygonum normal yaitu menghasilkan 8 inti haploid.Erogastris ATipe ini menggambarkan mitosis apospory, sel induk megaspora tidak mengalami pembelahan meiosis. Pembelahan mitosis terjadi 2 kali pembelahan dan dihasilkan 4 inti yang bersifat haploid yaitu 1 ovum, 2 sinergid dan 1 inti polar.c. Apoarcheospory Poa-type aaPada tipe Poa, terdapat 2 sel induk megaspora, sel sporogen mengalami dua kali meiosis. Megaspore hasil meiosis yang jauh dari mikropil adalah yang fungsional. Selanjutnya megaspore fungsional mengalami tiga kali mitosis dengan menghasilkan 2 anakan yang berasal dari pembelahan mitosis selanjutnya menghasilkan kantung embrio delapan inti yang terorganisasi ke dalam aparat telur, sel antipoda dan inti polar. Sehingga pada fase pembelahan secara meoisis akan menghasilkan 2 sel untuk melakukan pembelahan secara mitosis. Oleh karena itu pada akhirnya menghasilkan 2 kantung embrio delapan inti yang terorganisasi ke dalam aparat telur, sel antipoda dan inti polar. Tipe Poa dapat ditemukan pada spesies Poa pratensis L. sumber : Yudakova et.all. (2007)Gb.1. Autonomous embryogenesis in Poa pratensis : (a) an ovule activated to parthenogenetic development; (b) a five-cell proembryo and intact ovule; (c, d) parthenogenetic proembryos with irregular formation of cell walls; (e) degeneration of basal cell in a two-cell proembryo; (f) two autonomous embryos.

sumber : Yudakova et.all. (2007)Seperti yang telah dijelaskan bahwa perkembangan embrio sac pada tahap akhir pembelahan akan membentuk 2 kantung embrio. Bouteloa-type aaPada tipe Bouteloa, terdapat 2 sel induk megaspora, sel sporogen hanya mengalami pembelahan mitosis sebanyak tiga kali. Pada fase pertama mitosis, salah satu sel sporogen mengalami degenerasi pada komponen generatifnya saat tahap diferensiasi perkembangan embrio sac/ kantung embrio. Sehingga pada tahap ke II dan ke III mitosis masing-masing hanya 1 sel sporogen yang mengalami pembelahan. Pada akhir pembelahan hanya menghasilkan 1 kantung embrio delapan inti yang terorganisasi ke dalam aparat telur, sel antipoda dan inti polar.Chloris type aaTipt perkembangan kantung embrio dengan tipe Chloris tidak mengalami fase meiosis, namun langsung pada fase mitosis dengan mengalami dua kali pembelahan yaitu : mitosis 1 dan mitosis 2. Pada fase ke 3 mitosis megaspore mother cell mengalami pembelahan dengan menghasilkan embrio sac dengan 1 inti polar dan 3 sel antipodal. Pada tipe ini tidak dihasilkannya sel telur dan sel sinergid, sehingga Megasporanya merupakan atau tergolong apoarkespori, apoarkespori itu sendiri berasal dari sel somatic nusellus. Contoh : Chloris virgata. Pannicum type aaPanicum type mengalami dua kali pembelahan, yaitu tahap meiosis dan mitosis. Pada tahap meiosis Andropogon typeTahapan dimulai dari 2 sel induk megaspora yang sama mengalami pembelahan meiosis I dan mengalami degenerasi. Tahapan selanjutnya yaitu langsung mengalami dua kali pembelahan mitosis tanpa melalui tahap meiosis II dan menghasilkan 4 inti.

Heteropogon typeTahapan dimulai dari 2 sel induk megaspora yang berbeda langsung mengalami 3 kali pembelahan mitosis tanpa melalui tahapan meiosis,menghasilkan delapan inti.

Paspalum type aaTahapan dimulai dengan dua inti sel induk yang berbeda dimana yang satu mengalami degenerasi dari sel archesporic mengalami pembelahan mitosis 3 kali tanpa melalui tahapan meiosis. Menghasilkan delapan inti.

DAFTAR PUSTAKABerg, Rolf Y. 2003. Development of Ovule, Embryo sac, and Endosperm in Triteleia (Themidaceae) Relative to Taxonomy. American Journal House of Botany. 90(6) : 973-948Tanta, dkk. 2008. Embriologi Pinanga coronata (bl.ex.mart) bl. Megasporangium, megasporogenesis, dan megagametogenesis. Jurnal Bionatura, Vol.10, No. 1: 29 42Madrid, Eric N. et.all. 2009. The Development basis of an evolutionary diversification of female gametophyte structure in Piper and Piperaceae. Annals of Botany 103 : 869 884Naumova, T.N. 2008. Apomixis and Amphixis in Flowering Plants. Allert Press Inc. : Cytology and Genetics vol. 42, No.3 : 179 188.Bhat, V. 2005. Apomixis : An enigma with potential applications. Journal of embryology of flowering plants. University of Delhi.Spielman, M. et.all. 2003. Genetic mechanism of apomixis. Department of Biology and Biochemistry, University of Bath, Claverton Down, Bath BA2 7AY, UK.Relser, L.et.all. 1993. The Ovule and the Embryo Sac. Department of Plant Biology, University of California, Berkeley, California : the plant cell, vol.5 : 1291 1301.Singh, S.et.all. 2011. Apomixis in Plants Embryology, Genetics and Molecular Basis. Journal of Cell and Plant Sciences 2(1) : 24 31.

KomentarPada penyajian tentang bagan yang bertemakan apomixis dan amphimixis secara keseluruhan sudah berjalan dengan lancar, dengan kegiatan penjelasan dari masing masing bagan yang elah dibuat oleh kelompok serta adanya proses tanya jawab. Pada awal kegiatan, kami melakukan kunujungan ke stand kelompok 1 dengan bagan meiosis dan megasporogenesis pada diplospory serta bagan pengelompokkan Partenogenesis pada tumbuhan tingkat tinggi. Dari hasil penjelasan kelompok 1, teori yang dipaparkan sudah sesuai atau sama dengan teori yang saya tuliskan dalam paper, sehingga tidak ada perbedaan. Pada kesempatan itu pula saya mengajukan pertanyaan, apakah proses dalam partenogenesis yang meliputi aposyngamy dan pseudosyngamy dapat dipengaruhi oleh faktor external / lingkungan? Kemudian Mutiara menjawab, bahwa dalam proses dalam partenogenesis yang meliputi aposyngamy dan pseudosyngamy dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu berupa suhu. Kunjungan kedua dilakukan kekelompok dua, dimana bagan yang dipresentasikan yaitu tentang pengklasifikasian tipe apomixis berdasarkan dua pendapat ahli yaitu : Gustafsson (1946 1947) dan Petrov (1964). Kunjungan ketiga dilakukan kekelompok tiga, dimana merupakan bagan yang menjelaskan tentang klasifikasi tipe apomixis menurut dua pendapat ahli yaitu Khokhlov (1967) dan Battaglia (1963). Dari kedua kunjungan tersebut dari kelompok dua dan tiga konsep / teori yang dipresentasikan sudah sesuai dengan paper yang telah saya tuliskan. Presentasi yang terakhir ditampilkan oleh kelompok 4 yaitu kelompok saya yang membahas tentang sistem penyebaran biji pada tumbuhan angiospermae dan bagan klasifikasi tipe perkembangan embrio sac. Penilaian presenter :1. Alfina Dewanty : 72. Mutiara : 73. Intan W.: 74. Atika K.W.: 65. Aderaya A.: 76. Citra M.: 87. Faizal N.: 7