elektrokimia
DESCRIPTION
gghTRANSCRIPT
1
SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN
ANALISA MASALAH ELECTROCHEMISTRY DI PLTU
SEMINAR
DISUSUN OLEH :
FARAH DIBA
NIM : 2010-11-133
KONSENTRASI TENAGA LISTRIK
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA STRATA SATU
TEKNIK ELEKTRO
JAKARTA, 2013
2
ABSTRAK
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia sampai 5 tahun yang akan
datang diperkirakan masih akan dibangun ribuan MW PLTU dengan bahan bakar
batu bara. Hal ini disebabkan karena batu bara merupakan bahan bakar yg paling
murah di bandingkan dengan bahan bakar lainnya dan juga deposit batu bara di
Indonesia relatif masih banyak (1,1 Milyar Ton) sedangan konsumsi 25 juta/tahun .
Permasalahan utama dalam operasi PLTU adalah menjaga kualitas air dari boiler.
Untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat untuk keperluan operasi dalam suatu
PLTU, maka diperlukan air yang bebas dari kontaminan - kontaminan yang dapat
menimbulkan masalah korosi dan deposit pada peralatan utama. Hal ini bertujuan
agar peralatan tahan lama, pencapaian efisiensi proses, menjamin keselamatan
kerja, dan di peroleh kualitas produk yang baik. Dalam proses konversi energi di
PLTU terjadi konversi energi dari kalor menjadi entalpi dan energi mekanik berupa
generator. Konversi energi ini menimbulkan siklus-siklus uap dan siklusai yang
selanjutnya menimbulkan berbagai masalah electrochemistry di PLTU. Dalam
seminar ini akan dibahas masalah-masalah electrohemistry yang terjadi di dalam
PLTU.Untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat untuk keperluan operasi dalam
suatu PLTU, maka diperlukan air yang bebas dari kontaminan - kontaminan yang
dapat menimbulkan masalah korosi dan deposit pada peralatan utama. Hal ini
bertujuan agar peralatan tahan lama, pencapaian efisiensi proses, menjamin
keselamatan kerja, dan diperoleh kualitas produk yang baik.
3
BAB I
PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Rasio elektrifikasi di Indonesia saat ini baru mencapai angka kira-kira 70%
sehingga masih banyak rakyat Indonesia yang belum menikmati pemakaian listrik
oleh karenanya masih diperlukan pembangunan pembuatan listrik dalam skala
yang besar untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia. Secara tehnis
diperlukan pembangunan baru PLTU berskala besar dengan bahan bakar batu
bara karena batu bara merupakan bahan bakar yang murah dan deposit batu bara
di Indonesia diperkirakan berjumlah 1.1 Milyar Ton dengan konsumsi kurang lebih
25 juta ton/tahun. Dalam PLTU proses konversi energi secara garis besar adalah
dari energi primer (batu bara) menjadi energi kalor yang dipergunakan untuk
menguapkan air dalam boiler. Uap air dalam boiler mengandung energi dalam
bentuk entalpi yang selanjutnya dikonversi menjadi energi mekanik oleh turbin
pemutar generator, generator menghasilkan energi listrik, setelah uap memutar
turbin uap kemudian diembunkan kembali yang kemudian di olah dalam instalasi
pengolah air untuk mencapai kualitas air yang memenuhi syarat air boiler yang
selanjutnya air di panasi untuk kembali menghasilkan uap.
Proses konversi energi didalam PLTU seperti diuraikan tersebut di atas
menimbulkan berbagai masalah electrochemistry seperti pemurnian air melalui
Demineralisasi plant dan catodhic protection
4
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan seminar ini adalah untuk Mengetahui proses teknik solusi untuk
mengatasi masalah elektrokimia yang berbahaya bagi peralatan didalam PLTU
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan
dibahas di seminar ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan elektrokimia di PLTU
2. Bagaimana cara kerja demineralisasi plant dan proteksi katodik serta
penggunaan batterai di PLTU
3. Bagaimana manfaat dari solus mengatasi elektrokimia di dalam PLTU
1.4 Batasan Masalah
Pembahasan dalam seminar ini dibatasi pada masalah-masalah Demineralisasi
plant dan proteksi katodik yang terdapat di PLTU
1.5 Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penyusunan seminar ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi literatur
Mengambil bahan dari buku-buku referensi, jurnal, majalah dan sumber
literatur yang berhubungan dengan seminar ini.
2. Studi Bimbingan
5
Diskusi berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk
oleh pihak jurusan Teknik Elektro STT-PLN mengenai masalah-masalah
yang timbul selama penulisan seminar ini berlangsung.
3. Studi Lapangan
Meninjau langsung PLTU Muara Karang dan melakukan diskusi dengan
manajemen operasional di pembangkit tersebut
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka manfaat yang dapat di ambil
di seminar ini adalah :
1. Dapat mengetahui definisi dan klasifikasi demineralisasi plant
2. Dapat memahami proses proteksi katodik
3. Dapat memahami penggunaan batterai pada PLTU
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pokok pembahasan
penulisan penelitian ini, maka pada tiap bab akan diuraikan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang ringkasan materi dasar yang terdiri dari
latar belakang masalah, pokok permasalahan, batasan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, metode yang digunakan dalam
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Timbulnya Masalah electrochemistry dalam PLTU
6
Bab ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan timbulnya
masalah electrochemistry dalam PLTU, prinsip kerja PLTU,
proses konversi energy, proses pengolahan air boiler, dan pada
kondensor.
BAB III Masalah-masalah electrochemistry
Bab ini berisi tentang masalah-masalah yang terdapat dalam
PLTU serta cara mengatasi masalah electrochemistry tersebut
salah satunya dengan cara demineralisasi plant dan proteksi
katodik.
BAB IV Batterai
Pada bab ini akan dilakukan analisa terhadap penggunaan
batterai pada PLTU, karena batterai pun merupakan salah satu
electrochemistry, ada beberapa jenis batterai yang digunakan
yaitu batterai asam dan batterai basa, serta keuntungan dan
kerugian penggunaan dari batterai tersebut.
BAB V Kesimpulan
Bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan dari
analisa yang dibahas sebelumnya. Serta berisi saran,
rekomendasi, dan hal yang terkait dengan hal pendukung
terealisasinya solusi untuk masalah electrochemistry dalam
PLTU
7
BAB II
TIMBULNYA MASALAH ELECTROCHEMISTRY DALAM
PLTU
2.1 Prinsip kerja PLTU
PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan,
karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis.
PLTU merupakan mesin konversi energi yang mengubah energi kimia dalam bahan
bakar menjadi energi listrik. Gambar 2. Memperlihatkan siklus uap dan air yang
berlangsung dalam PLTU, yang dayanya relatif besar, diatas 200 MW. Untuk PLTU
ukuran ini, PLTU umumnya memiliki pemanas ulang dan pemanas awal serta
mempunyai tiga turbin yaitu turbin tekanan tinggi, turbin tekanan menengah, dan
turbin tekanan rendah. Siklus yang diperlihatkan pada gambar 2. Telah
disederhanakan, yaitu bagian yang memperlihatkan sirkuit pengolahan air untuk
suplisi dihilangkan untuk penyederhanaan. Suplisi air ini diperlukan karena adanya
kebocoran uap pada sambungan-sambungan pipa uap dan adanya blow down air
dari drum ketel
8
Gambar 2.1 (siklus uap dan air)
Air dipompakan ke dalam drum dan selanjutnya mengalir ke pipa-pipa air yang
merupakan dinding yang mengelilingi ruang bakar ketel. Ke dalam ruang bakar ketel
disemprotkan bahan bakar dan udara pembakaran. Bahan bakar yang dicampur
udara ini dinyalakan dalam ruang bakar sehingga terjadi pembakaran dalam ruang
bakar. Pembakaran bahan bakar dalam ruang bakar mengubah energi kimia yang
terkandung dalam bahan bakar menjadi energi panas (kalor). Energi panas hasil
pembakaran ini dipindahkan ke air yang ada dalam pipa air ketel melalui proses
radiasi, konduksi, dan konveksi.
Untuk setiap macam bahan bakar, komposisi perpindahan panas berbeda,
misalnya bahan bakar minyak paling banyak memindahkan kalor hasil
pembakarannya melalui radiasi dibandingkan bahan bakar lainnya. Untuk
melaksanakan pembakaran diperlukan oksigen yang diambil dari udara. Oleh karena
itu, diperlukan pasokan udara yang cukup kedalam ruang bakar. Untuk keperluan
9
memasok udara ke ruang bakar, ada kipas (ventilator) penekan dan kipas penghisap
dipasang masing-masing pada ujung masuk udara ke ruang bakar dan pada ujung
keluar udara dari ruang bakar.
Gas hasil pembakaran dalam ruang bakar setelah diberi “kesempatan”
memindahkan energi panasnya ke air yang ada di dalam pipa air ketel, dialirkan
melalui saluran pembuangan untuk selanjutnya dinuag ke udara melalui cerobong.
Gas buang sisa pembakaran ini masih mengandung banyak energi panas karena
tidak semua energi panasnya dapat dipindahkan ke air yang ada dalam pipa air
ketel. Gas buang yang masih mempunyai suhu diatas 400°C ini dimanfaatkan untuk
memanaskan
2.2 Proses konversi energi
Dalam PLTU, energi primer berupa bahan bakar (batubara/minyak gas)
dikonversikan menjadi listrik (energi sekunder), dengan tahapan sebagai berikut:
a. Di ruang bakar
energi kimia dalam bahan bakar dikonversikan menjadi energi panas
dalam ruang bakar boiler, dalam proses pembakaran.
Bahan bakar +O2 -> CO2 + kalor
b. Di pipa air
Kalor dari ruang bakar pindah melalui radiasi, konduksi dan konveksi
menembus dinding pipa air kedalam air.
c. Dalam drum boiler
10
Kalor yang masuk ke air dalam pipa menghasilkan uap bertekanan tinggi
dan bersuhu tinggi, mengandung enthalpy yang besar, terkumpul dalam
drum boiler
d. Didalam turbin
Uap dari drum boiler dialirkan ke turbin menghasilkan energy mekanik
pemutar generator
e. Didalam generator
Energi mekanik yang diterima dari turbin dikonversi menjadi energy listrik.
G
DEAERATOR
STEAMTURBINE
SEAWATER
CONDENSER
HE1 P1
BOILER
MAKE UP WATER
GENERATOR
P2
P3
DRUM
UAP
AIR
UAP
AIR
AIR
AIR
AIR
UAP UAP
UAP
UAP
Gambar 2.2 Penyederhanaan gambar prinsip pltu
Keterangan: P1 : Pompa Pengisi Boiler
P2 : Pompa Kondensat
P3 : Pompa Air Pendingin CWP
P.A : Pengolah Air
2.2.1 Konversi bahan bakar menjadi energi panas Di ruang bakar
11
Combustion process adalah proses perubahan bahan bakar menjadi kalor
terjadi di ruang bakar (furnace). Di PLTU, bahan bakar utama yang digunakan
adalah batubara dan dibantu oleh minyak atau gas. Dalam ruang bakar terjadi reaksi
dimana batubara yang memiliki struktur komplek melepas kalor dan menghasilkan
CO2, SO2, NO2, dan abu-abu.
Batu Bara + O2 → CO2 + SO2 + NO2 + H2O + Abu …..(1)
Energi kalor yang dihasilkan dari proses combustion akan digunakan untuk
meningkatkan temperature air yang akan masuk ke steam drum dan uap sebelum
masuk ke turbine. Proses pelepasan dan pendistribusian kalor di ruang bakar
dibantu oleh udara panas yang disuplai oleh fan. Sehingga dengan bantuan udara
panas yang masuk, pendistribusian panas ke wall furnace lebih merata.
Sisa pembakaran dari batubara yang tidak bisa digunakan kembali yaitu SO2,
NO2, CO2, dan abu-abu dialirkan dan dibuang. Abu sisa pembakaran dibuang melalui
ESP kemudian dibawa ke ash yard. Dan sisa gas pembuangan dialirkan ke chimney
untuk dibuang ke udara.
2.2.2 Perpindahan panas dalam pipa-pipa
Heat transfer atau pemindahan panas secara radiasi terjadi dari ruang bakar
(furnace). Kalor kemudian menembus ke dinding – dinding pipa dalam boiler yang
disebut economizer dan superheater secara konveksi untuk meningkatan
temperature dan menurunkan tekanan air untuk masuk ke steam drum.
12
Proses heat transfer juga terjadi air umpan sebelum memasuki pipa air boiler.
Heat exchenger menerima kalor dari hasil ekstraksi uap turbin. Proses heat transfer
secara konveksi di heat exchenger dimana air yang melewati heat exchenger
menerima kalor yang meresap pada dinding pipa kemudian di transfer ke air umpan.
Setelah air umpan melewati heat exchenger, air akan mengalami peningkatan
temperature dan penurunan tekanan.
2.2.3 Entalpi menjadi Energi yang terkandung dalam drum boiler
Perubahan fase air ke fase uap terjadi di dalam steam drum. Sebagaimana
yang telah dijelaskan di bab 2.2.2, steam drum adalah tempat bercampurnya antara
air dan uap panas saturated. Air panas yang masuk akan steam drum menerima
kalor sehingga terjadi perubahan fase dan peningkatan temperature dalam drum.
Uap panas saturated yang dihasilkan ini mengandung enthalpy yang mengandung
internal energy dengan satuan KJ/Kg. Besaran enthalpy yang terkandung juga
dipengaruhi oleh tekanan dan volume.
Untuk meningkatkan enthalpy dalam uap panas, uap panas tersebut dialirkan
menuju superheater. Dalam superheater uap panas menerima kalor lagi. Sehingga
kandungan enthalpy meningkat. Peningkatan kandungan ini sebanding dengan
peningkatan tekanan uap panas.
13
Gambar 2.3 Konversi Air Menjadi Uap Panas Dalam Steam Drum (Typical)
2.2.4 Entalpi menjadi mekanik (didalam turbin)
Setelah melalui perubahan fase di dalam steam drum, uap panas kemudian
dialirkan ke steam turbine melalui pipa uap utama. Saat pertama kali steam turbine
akan beroperasi,. Uap panas masuk kedalam turbine melalui main steam valve,
Enthalpy yang terkandung dalam aliran uap panas mendorong blade dalam turbine
sehingga rotor turbine berputar. Proses ini menandakan bahwa terjadi konversi
energy dari enthalpy dalam uap menjadi energy mekanik yaitu dengan berputarnya
rotor turbine.
Setelah aliran uap panas mendorong blade dari turbine, uap panas tersebut
akan diekstraksi menuju condenser dan heat exchanger untuk digunakan kembali
dan diubah kembali lagi ke fase air. Lihat gambar proses konversi energy.
14
Gambar 2.4 Steam Turbine
2.2.5 Turbin memutar generator menghasilkan listrik
Proses perubahan energy mekanik ke listrik terdapat di generator. Di dalam
generator terdapat dua bagian penting yaitu stator dan rotor. Rotor adalah bagian
yang berputar pada generator dan disatukan dengan coupling turbine atau dapat
menggunakan gearbox jika kecepatan rpm generator dan turbine berbeda. Stator
adalah bagian yang diam yang mengeluarkan tegangan bolak balik.
Gambar2.5 Typical Generator
Ketika rotor turbine berputar maka rotor generator akan ikut berputar. Rotor
generator menghasilkan medan magnet kemudian menginduksi stator. Stator
generator yang terdiri dari banyak lilitan menghasilkan tegangan bolak balik tetapi
15
belum bisa menyalurkannya ke transformator. Exciter membantu generator
memberikan arus searah sebagai penguatan sehingga menghasilkan tenaga listrik.
Arus searah yang dihasilkan oleh exciter dikontrol oleh AVR (Automatic Voltage
Regulator). Proses ini disebut sebagai perubahan dari energy mekanik menjadi
energy listrik.
Tenaga listrik kemudian dialirkan melalui busbar menuju generator transformer
step up untuk di distribusikan ke transmisi dan sebagian dialirkan menuju UAT (Unit
Auxiliary Transformer) yang bertipe transformator step down untuk memenuhi
kebutuhan pembangkit seperti motor-motor listrik bertegangan menengah (400 Kv),
penerangan pada pembangkit, dan balance of plant .
2.3 Pengolahan Air
Untuk menjaga siklus dan kebutuhan selama beroperasi, PLTU diperlukan
balance of plant. Balance of plant ini adalah fasilitas-fasilitas pendukung operasi
PLTU seperti water treatment plant, demineralization plant, diesel fuel tank dan lain-
lain. Unit-unit pengolahan air seperti water treatment plant, desalination plant, dan
reserve osmosis plant digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku di PLTU.
Selain itu unit pengolahan air khusus seperti demineralization plant yang digunakan
untuk menyuplai kebutuhan air umpan boiler mendapatkan suplai air dari air baku.
Saat proses pembakaran, suhu dalam ruang bakar mencapai 800º C dan air
yang mengalir dalam pipa air boiler bisa mencapai suhu sekitar 500º C. Dalam
kondisi ini air yang memilik PH ±7 netral dapat berubah menjadi keasaman air
kurang dari 7 dan bersifat asam. Hal ini menimbulkan resiko bereaksinya air dengan
dinding pipa air, yaitu timbul korosi pada dinding pipa air yang terbuat dari besi.
16
Sedangkan jika derajat keasaman air nilai PH sekitar 9-11 dan bersifat sedikit basa
maka akan timbul kerak dalam pipa air yang sehingga dapat menghalangi
perpindahan panas dan akhirnya menyebabkan pipa pecah karena bagian dinding
pipa terjadi perpindahan panas yang tidak sempurna. Sehingga diperlukan standart
air umpan boiler untuk mencegah hal ini. Tabel 2.1 adalah standard yang ditetapkan
oleh ABMA dan ASME untuk air umpan boiler guna mengurangi terjadinya reaksi
kimia pada pipa air.
Tabel 2.1 Paramater Standard Air Umpan Boiler
Sumber: ABMA and ASME
Sedangkan persyaratan kualitas air menurut America Boiler Manufacturer
Association (ABMA) berdasarkan tekanannya adalah sebagai berikut
Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Air Boiler
Tekanan
(psig)
Total
Solids
(ppm)
Total
Alkanitas
Suspended
Solid
Silica
(ppm)
Konduktivitas
µ mhos/cm
0 - 300 3500 700 300 150 7000
301 – 450 3000 600 250 90 6000
451 – 600 2500 500 150 40 5000
601 – 750 2000 400 100 30 4000
751 – 900 1500 300 60 20 3000
17
901 – 1000 1250 250 40 8 2000
1001 – 1500 1000 200 21 2 150
Jika syarat kebutuhan air umpan boiler tidak sesuai tabel diatas maka akan
terjadi masalah-masalah saat proses perngoperasiannya seperti terjadinya korosi
dan timbulnya kerak. Korosi adalah peristiwa elektrokimia dimana logam berubah
bentuk akibat dari oksidasi yang disebabkan berikatnya oksigen dengan logam.
Penyebab korosi dari air umpan boiler adalah oksigen terlarut, alkalinity,dan karbon
dioksida. Akibat yang ditimbulkan dari korosi adalah penipisan dinding boiler
sehingga dapat menyebabkan pipa pecah dan bocor. Kerak pada pipa boiler
disebabkan oleh pengendapan hardness air umpan dan mineral lainnya, TDS yang
berlebih sehingga tegangan permukaan tinggi dan gelembung tidak mudah pecah.
Proses pengolahan secara sederhana dapat dapat dilihat pada gambar.
Gambar 2.6 Proses Pengolahan Air PLTU typical
Kemurnian air boiler harus dijaga tidak boleh mengandung mineral-mineral
seperti silikon dan mg yang dapat bereaksi dengan dinding pipa. Begitu juga tidak
boleh ada oksigen didalam air boiler apalagi nacl yang sangat korosif. Silikon dan mg
bisa didapatkan air boiler karena berasal dari air tanah. Hal ini harus disaring dengan
18
proses demineralisasi plant . Nacl bisa didapat karena terjadi kebocoran pada
kondensor. Apabila hal ini terjadi maka air boiler harus diganti dan kebocoran pada
kondensor harus diperbaiki dulu karena Nacl sangat korosif. Adanya Nacl bisa
dideteksi dengan mengukur daya hantar listrik dari air. Keberadaan oksigen juga
tidak diperbolehkan karena oksigen dapat bereaksi dengan bagian-bagian boiler
maupun turbin.sehingga oksigen bisa dibersihkan dalam deaerator.
2.4 Kondensor
Hasil pembakaran boiler berupa uap panas dengan tekanan dan temperatur
tinggi akan masuk ke turbin dan akan digunakan untuk memutar sudu-sudu turbin.
Uap bekas memutar turbin tersebut secara otomatis akan masuk ke kondensor
karena adanya vakum kondensor. Uap yang masuk merupakan uap superheated
sehingga untuk mengondensasikannya menjadi cair jenuh di kondensor diperlukan
media pendingin. Media pendingin utama yang digunakan disini ialah air laut.
SEAWATER
CONDENSER
P2
P3
AIR
AIR
UAP TURBINE
T1
T2
Gambar 2.7 Proses Kondensasi PLTU typical
Air laut masuk melalui pintu (stop block) lalu tertampung dikanal dan disaring
oleh saringan net untuk menyaring kotoran kasar yang terbawa oleh air laut,
kemudian disaring kembali oleh saringan. Setelah dari saringan kemudian mengalir
19
menuju ke Circulating Water Pump (CWP). Lalu oleh CWP air laut tersebut
dipompakan masuk ke tube-tube kondensor. Di dalam kondensor terjadi transfer
panas antara uap superheat dan air laut. Setelah uap terkondensasi menjadi air
kondensat maka air kondensat tersebut akan ditampung di hotwell, sedangkan air
laut dibuang ke laut melalui Outfall.
Dengan air pendingin terutama air laut karena diperlukan dalam jumlah besar
air pendingin krn air pendingin yang masuk kedalam kondensor dan yang keluar dari
kondensor mempunyai suhu yang berbeda maka timbul beda potensial listrik antara
agian kondensor tempat air masuk. Beda potensial ini menimbulkan arus searah
yang mempunyai efek elektrokimia dan menyebabkan pengeroposan sehingga harus
diperlukan adanya proteksi katodik.
20
BAB III
SOLUSI UNTUK MASALAH-MASALAH
ELECTROCHEMISTRY
3.1. Demineralisasi plant
Demineralisasi adalah suatu proses kimia untuk menghilangkan mineral-
mineral yang masih terdapat dalam air ketel. Dalam proses demineralisasi ini
dilakukan pengambilan mineral-mineral yang masih ada dalam air ketel melalui
pertukaran ion. Untuk itu digunakan 2 macam resin yaitu resin kation dan resin
anion. Resin kation mempunyai ion positif hidrogen H2+ yang ditempelkan pada
polimer yang bermuatan negatif. Ion-ion hidrogen positif ini dimaksudkan untuk
menangkap kation dari kalsium, magnesium dan natrium. Berbeda dengan resin
kation, resin anion mempunyai ion negatif hidroksida OH-yang ditempelkan pada
polimer positif. Ion hidroksida negatif ini digunakan untuk menangkap ion-ion positif
dari sulfat, klorida dan karbonat.
21
Gambar 3.1 suatu rangkaian proses demineralisasi
Kation dan anion yang sudah “kotor” dengan ion-ion negatif dan ion-ion positif
ini bisa dibersihkan (diregenerasi) dengan melakukan asam pada resin kation dan
basa pada resin anion.
Kation yang “kotor” telah banyak menangkap banyak ion-ion negatif dan
kalsium, magnesium dan natrium sehingga terbentuk basa Ca(OH)2, Mg(OH)2 dan
Na(OH)2-. “Kotoran “ berupa basa ini bisa dibersihkan dengan menggunakan larutan
asam misalnya H2SO4. Anion yang “kotor” mengandung banyak asam H2SO4, HCL,
dan H2CO3. Untuk membersihkan “kotoran” ini bisa digunakan larutan basa NaOH
3.1.1 Ion Exchanger
Resin ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa
hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking)
serta gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion yang dapat
dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai karakteristik yang berguna
dalam analisis kimia, antara lain kemampuan menggelembung (swelling), kapasitas
penukaran dan selektivitas penukaran. Penggunaannya dalam analisis kimia
misalnya untuk menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar konsentrasi
jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air, memisahkan ion-
ion logam dalam campuran dengan kromatografi penukar ion. Pada saat operasi
dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut dalam air akan teresap ke
resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen,
dengan melihat kondisi tersebut maka kita dapat mengatur jenis ion yang diikat dan
dilepas. Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
22
1. Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas
pertukaran ion yang tinggi.
2. Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat berulang-
ulang. Resin akan beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat
melarutkan, karena itu resin harus tahan terhadap air
3. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range
pH yang luas serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula
terhadap oksidasi dan radiasi.
4. Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan
mekanis, tekanan hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.
Resin penukar ion adalah suatu strukur polimer yang mengandung suatu gugus
aktif yang terikat pada kerangka organik. Proses pembentukan resin terdiri dari dua
tahap yaitu pembentukan gugus aktif. Umumnya untuk pembentukan kerangka biasa
dipakai cross linked polystirene yang dibentuk dari tetesan cairan monomer yang
disuspensikan dalam air. Dari proses tersebut diperoleh butiran yang keras,
transparan, tidak berwarna dan kedap air. Butiran-butiran ini belum memiliki sifat
penukar ion. Tahap selanjutnya pembentukan gugus aktif pada butiran-butiran tsb.
(Idaman Said, 2008)
Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu :
1. Kation exchanger
Resin penukar ion positif atau yang lebih dikenal dengan kation exchanger
pada umumnya dalam bentuk asam kuat atau asam lemah. Resin kation dalam
23
bentuk asam kuat dapat menghilangkan seluruh ion positif yang terkandung
dalam air sedangkan resin kation dalam bentuk asam lemah hanya dapat
menghilangkan sebagian kesadahan dalam air yang umumnya kesadahan
dalam bentuk alkinitas.
Resin penukar ion mempunyai afinitas yang berbeda terhadap tiap jenis
ion yang ada dalam air. Akibatnya resin penukar ion menunjukan urutan
selektivitas untuk tiap jenis ion yang terlarut dalam air. Untuk resin penukar ion
positif dalam bentuk asam kuat urutan jenis ion positif yang mempunyai afinitas
terhadap resin penukar ion positif di mulai dari yang terbesar hingga yang
terkecil adalah sebagai berikut : Calcium (Ca), Magnesium (Mg), Ammonium
(NH4), Potassium (K), Natrium (Na), dan terakhir Hidrogen (H).
Secara sederhana rekasi pertukaran ion positif dapat dilihat seperti
dibawah ini :
2. Anion exchanger
Anion exchanger bertujuan untuk menghilangkan ion-ion yang bermuatan
negatif seperti SO4, Cl, SiO3, dan ion negatif lainnya dengan cara pertukaran
dengan ion OH-. Contoh reaksi yang terjadi pada anion exchanger :
24
Maka penukar kation memisahkan logam – logam (kation) yang
menghasilkan asam, dan anion memisahkan asam (yang tersisa dari garam)
yang menghasilkan air murni.
3. Mixed bed exchanger
Mixed bed merupakan proses lebih lanjut dari kation anion exchanger
sehingga didapat demin yang lunak. Proses yang terjadi pada mixed bed
exchanger sama seperti pada kation anion exchanger. Dalam mixed bed
exchanger terdapat resin kation dan anion yang berfungsi untuk
menyempurnakan penghilangan ion-ion yang tersisa. Selama proses resin
kation dan anion bercampur menjadi satu. Setelah mengalami kejenuhan,
maka perlu dilakukan regenerasi dengan back wash untuk menghilangkan
kotoran-kotoran yang terdapat didalamnya. Kemudian pada saat idle
(didiamkan) secara alami, resin kation akan tersusun di bagian bawah karena
densitasnya lebih besar daripada resin anion. Baru kemudian di injeksikan
sulfat dibagian atas dan kaustik dibagian bawah.
25
Proses Regenerasi adalah suatu reaksi pertukaran ion hanya dapat
berlangsung jika bahan penukar dapat menyediakan hidrogen atau hidroksida untuk
menggantikan kation dan anion dari air mentah. Jika suatu kation dan anion tidak
mampu lagi menukar, kation dan anion tersebut harus dikembalikan kepada
keadaan awal melalui regenerasi. Regenerasi kation dilakukan dengan cara
mengganti kembali ion H+ yang telah jenuh dengan merekasikannya dengan H2SO4.
3.1.2 prinsip kerja demineralisasi plant
Tahap ini menggunakan air dari hasil tahap desalinasi. Demineralisasi juga
menggunakan proses reverse osmosis, yang membedakan adalah penggunaan
membran semi permeable jenis lain. Air yang keluar dari proses ini akan memiliki
nilai konduktifitas sebersar hanya 20 us/cm dari 100 us/cm pada saat sebelum
proses. Selanjutnya air dialirkan menuju mixed bed dengan tujuan untuk menangkap
ion-ion positif maupun negatif yang terdapat didalam air dengan menggunakan resin.
Resin merupakan polimerisasi dari difinil benzena dan stirine serta ditambah dengan
gugus aktif. Kation memiliki gugus aktif sedangkan anion resin memiliki gugus aktif
OH-.
26
Gambar 3.2 Prinsip reverse osmosis
Air hasil dari proses demineralisasi inilah yang selanjutnya dipergunakan
sebagai media kerja untuk proses siklus air-uap air. Selain itu juga dipergunakan
sebagai media kerja auxiliary cooling water dan pendingin pada stator generator
3.1.3 Tegangan Listrik Proses Pergantian Ion
Proses pergantian ion baik pada anion maupun kation akan menghasilkan
beda potensial. Reaksi ini disebut reaksi oksidasi dan reduksi dimana ion
tersebut melepaskan dan menangkap electron. Secara teoritis, besaran
reduction potential E0 setiap proses oksidasi dan reduksi sudah ditetapkan di
Standart Hydrogen Electrode (SHE). Gambar 3.3 menjelaskan standart
potensial cell pada suhu 25º C untuk setengah reaksi umum.
27
Gambar 3.3 Standart Potensial Cell
Pengukuran voltase dapat dilakukan dilaboratorium dengan
menggunakan potensiometer. Namun dalam kondisi khusus ketika hambatan-
hambatan internal tinggi, potensiometer ini kurang baik untuk digunakan.
Sehingga pengukuran voltase dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan teoritis yaitu dengan persamaan Nerst.
Persamaan Nerst ini menyatakan hubungan antara potensial dari
sebuah elektroda ion metal-metal dan konsentrasi dari ion dalam sebuah
larutan. Persamaan Nerst dinyatakan sebagai berikut.
E sel=E0−RTnFlnQ (1)
Dimana :
Esel = Potensial cell, V
E0 = Standar potensial cell, V
R = Konstanta molar gas (≈8,3145 J/(mol.K)
28
T = Temperature, K
n = Jumlah elektron yang berpindah.
F = Konstanta Faraday (96,500 C/mol)
Q = Perbandingan reaksi reduksi dengan reaksi oksidasi
Persamaan 1 dapat disederhanakan sebagai berikut .
E sel=E0−0.0592
nlog
oksred
(2)
Jika E = 0, hal ini berarti ion dalam kondisi setimbang. Sehingga konstanta
kesetimbangan K dapat dicari menggunakan persamaan 4
E0=0.0592
nlog K (3)
log K= n E0
0.0592(4)
3.2. Proteksi Katodik
Proteksi Katodik adalah perlindungan suatu bahan (baja) yang mudah terkorosi
dari lingkungan yang korosif (PU,2004). Jika terjadi korosi, perlindungan katodik
dapat digunakan untuk menghentikan proses korosi tersebut. Meskipun demikian,
perlindungan katodik hanya dapat mengentikan proses korosi tetapi tidak dapat
mengembalikan material yang telah terkorosi sebelumnya. Pada dasarnya korosi
merupakan proses elektrokimia dimana reaksi elektrokimia terjadi lewat pertukaran
elektron. Sistem anti korosi pada perlindungan katodik menghalangi terjadinya reaksi
korosi yang muncul dengan cara mencegah terjadinya pertukaran elektron.
Pada sistem sistem perlindungan katodik, proses korosi akan terjadi di anoda
sedangkan untuk katodanya bebas dari korosi. Pada umumnya logam adalah anoda
29
namun pada sistem perlindungan katodik logam berfungsi sebagai katoda sehingga
akan terlindung dari korosi. Hal ini terjadi dengan cara mengalirkan elektron yang
memiliki arus listrik lebih tinggi daripada yang dihasilkan oleh reaksi korosi pada
anoda. Perlindungan katodik membutuhkan sumber arus listrik untuk mencegah
serangan korosi pada logam. Metode Cathodic Protection yang biasa digunakan
sebagai proteksi logam terhadap serangan korosi ada 2 (dua) jenis, yaitu:
• Sacrificial Anode
Arus listrik disuplai dari proses korosi yang terjadi pada sumber arus listrik
yang terbuat dari logam aktif seperti zinc dan aluminium yang memiliki arus
positif yang lebih besar daripada logam. Perbedaan potensial elektron ini
menyebabkan adanya daya tarik elektron bebas negatif yang lebih besar
daripada daya tarik ion-ion pada logam. Hal ini mengakibatkan sumber arus
listrik tersebut akan ter.serang korosi dan sebaliknya logam akan terlindungi
korosi.
• Impressed Current
Perbedaan antara sistem Impressed Current dengan sistem Sacrificial Anode
ini terletak pada suplai arus yang diperoleh oleh logam yang akan diproteksi.
Logam yang akan diproteksi disuplai oleh sumber tenaga eksternal, dalam hal
ini adalah rectifier.
3.2.1. Prinsip Kerja Proteksi Katodik
Pada gambar 3.4(a) menunjukan ada dua buah logam besi dan zinc yang
terpisah dan di celupkan ke dalam suatu elektrolit. Kedua logam tersebut akan
terkorosi dan kedua reaksi korosi (oksidasi) diseimbangkan dengan reaksi reduksi
30
yang sama, dimana pada kedua kasus tersebut terjadi pembebasan gas hydrogen.
Kejadian akan berbeda jika kedua logam tersebut dihubungkan satu sama lain
secara elektris seperti terlihat pada Gambar 3.4(b). disini reaksi korosi dipusatkan
pada elektroda zinc (anode) dan hampir semua reaksi reduksi dipusatkan pada
elektroda besi (katoda). Reaksi anoda zinc pada rangkaian Gambar 3.4(b) akan lebih
cepat dari pada rangkaian (a). Pada waktu yang bersamaan, korosi pada besi akan
berhenti. Dengan kata lain anoda zinc telah dikorbankan untuk memproteksi besi.
gambar 3.4. Mekanisme Proses Korosi Antara Dua Buah Logam Yang Dicelupkan
Pada Suatu Elektrolit (a) dan Konsep Dasar Sistem Proteksi Katodik Anoda Korban
(b)
Pada aplikasi dilapangan , struktur yang dilindungi akan diusahakan menjadi lebih
katoda dibandingkan dengan bahan lain yang dikorbankan untuk terkorosi. Proses ini
dilakukan dengan cara mengalirkan arus searah dari sumber lain melalui elektrolit ke
permukaan pipa dan menghindari adanya arus yang meninggalkan pipa. Jika jumlah
31
arus yang dialirkan diatur dengan baik, maka akan mencegah mengalirnya arus
korosi yang keluar dari daerah anoda dipermukaan pipa dan arus akan mengalir
dalam pipa pada daerah tersebut. Sehingga permukaan pipa tersebut akan menjadi
bersifat katodik, dengan demikian maka proteksi menjadi lengkap. Untuk jelasnya,
prinsip kerja proteksi katodik dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Prinsip Kerja Sistem Proteksi Katodik
Pada gambar tersebut tampak bahwa arus mengalir ke pipa pada daerah dimana
sebelumnya sebagai anoda. Driving voltage system proteksi katodik harus lebih
besar dari pada driving voltage sel korosi yang sedang berlangsung. Supaya system
proteksi katodik bekerja, harus ada arus yang mengalir dari groundbed. Selama
terjadinya aliran arus ketanah, maka material groundbed akan menjadi subjek korosi.
Oleh karena kegunaan groundbed untuk mengeluarkan arus, maka sebaiknya
menggunakan bahan yang laju konsumsinya lebih rendah dari pada pipanya itu
32
sendiri. Atau secara termodinamika, potensial pipa/struktur yang diproteksi dibuat
menjadi imun yaitu pada -850 mV (CSE).
Gb 3.6 ilustrasi cathodic protection
Gb.3.7 Ilustrasi cathodic protection
33
BAB IV
PENGGUNAAN BATERAI PADA PLTU
3.3. Prinsip Kerja Baterai PLTU
Pusat listrik selalu memerlukan sumber arus searah, terutama untuk:
a. Menjalankan motor pengisi (penegang) pegas PMT
b. Men-trip PMT apabila terjadi gangguan
c. Melayani alat-alat telekomunikasi
d. Memasok instalasi penerangan darurat
Ketika trip terjadi pada pembangkit listrik maka seluruh operasi dalam
pembangkit akan shutdown seketika dan keadaan ini sangat dihindari. Hal ini sangat
dihindari karena dapat merusak bagian dari pembangkit listrik seperti motor-motor,
turbine, generator, DCS, dan lain-lain. Sehingga dalam system pengoperasian
pembangkit listrik, pembangkit didukung oleh system emergency. Baterai adalah
salah satu yang terdapat dalam system tersebut.
Sehingga ketika pembangkit listrik trip, batteries dibantu dengan
Uninterruptable Power System (UPS) dan emergency diesel generator akan
mengambil alih power supply selama system utama tidak aktif.
34
Gambar 4.1 DC system Diagram Typical
Baterai merupakan sumber arus searah yang digunakan dalam pusat listrik.
Baterai harus selalu diisi melalui penyearah (rectifier). Kutub negatif dari baterai
sebaiknya ditanahkan untuk memudahkan deteksi gangguan hubung tanah pada
instalasi arus searahnya. Penggunaan baterai yang direkomendasikan dalam
pembangkit listrik adalah lead acid batteries atau baterai asam. Nickel Cadmium
batteries atau baterai basa akan dipertimbangkan sebagai alternative jika lebih cocok
dengan kondisi lingkungan sekitar pembangkit. Besaran kapasitas baterai dan
baterai charger tergantung besaran kapasitas seluruh alat atau instrument yang akan
dilindungi dan minimum jam operasi dari seluruh alat dan instrument yang dilindungi.
Rata-rata minimum design jam operasi adalah 8 jam.
Beberapa standart nominal yang digunakan untuk DC system adalah single
voltage system dan dual-voltage system. Nominal standart yang digunakan pada
single voltage system adalah 12, 24, 48, 125,dan 250 V. Sedangkan nominal
standar yang digunakan untuk dual-voltage system adalah 24/48 V dan 125/250 V.
Dual-voltage system ini biasa digunakan untuk beban besar seperti motor operated
valve atau emergency oil pump pada turbine.
35
3.4. Jenis-Jenis Batterai
3.4.1. Lead Acid Batterai
Lead acid batteries atau yang lebih dikenal dengan aki (accu) menggunakan
plat timbal (Pb) kemudian direaksikan dengan larutan asam sulfat (H2SO4). Dalam
aki tersebut terjadi proses elektrokimia dimana timbal (Pb) melepas electron di plat
negatif dan timbal peroksida (PbO2) pada plat positif menerima electron.
Reaksi elektrokimia pada plat negative
Reaksi elektrokimia pada plat positif
Sehingga reaksi total
Aki dalam penggunaannya dapat diisi kembali jika proses elektrokimia sudah
berkurang. Proses pengisian kembali atau charging dilakukan dengan cara
elektrolisis air.
Reaksi elektrokimia saat proses pengisian kembali atau charging
Reaksi pada plat negative
Reaksi pada plat positif
Besaran voltase yang dihasilkan dari aki adalah 12 V dan 83.4 watt-jam per kg
berat. Tetapi fakta yang terjadi aki hanya menghasilkan 30-40 watt-jam per kg. Atau
tiap cell menghasilkan tegangan sebesar 2 Volt
36
Keuntungan memakai aki sebagai batterai di PLTU adalah biaya perawatan
rendah, dapat menghasilkan arus tinggi, mudah di-recycle, tersedia kapasitas dan
ukuran besar, toleran terhadap overcharging. Kekurangan menggunakan aki sebagai
batterai di PLTU adalah membutuhkan ruang besar, harga beli lebih mahal,
effesiensi rendah, bahaya akibat suhu terlalu tinggi, membutuhkan waktu lama untuk
pengisian, membutuhkan penangan khusus dalam penyimpanan karena
mengandung bahan kimia.
3.4.2. Nickel Cadmium Batterai
Nickel cadmium batterai adalah salah satu type batterai yang bisa diisi ulang.
Nickel Cadmium (NiCd) batterai menggunakan nickel oxide hydroxide dan logam
cadmium sebagai elektroda. Tiap cell batterai NiCd menghasilkan tegangan sebesar
1.2 V. Saat proses pengisian ulang batterai, batterai membutuhkan arus lebih
banyak dari kapasitasnya.
Reaksi elektrokimia yang terjadi di batterai adalah sebagai berikut :
terjadi di elektroda cadmium dan
terjadi di elektroda nickel. Sehingga total reaksi yang terjadi adalah
Kelebihan menggunakan NiCd Batterai sebagai baterai di PLTU adalah biaya
perawatan tinggi, waktu pengisian ulang lebih cepat, effisiensi tinggi. Kekurangannya
37
adalah tidak mudah di-recycle, bahan batterai tidak ramah lingkungan, kapasitas
kecil, kurang handal menjadi backup untuk dalam keadaan emergency.
38
BAB V
PENUTUP
Solusi untuk mengatasi masalah electrochemistry paling utama adalah
menggunakan proses demineralisasi plant dan cathodic protection. Sehingga zat-zat
berbahaya yang terkandung didalam air dapat dipisahkan atau dihilangkan. Hal ini
adalah salah satu cara agar perlatan-peralatan dalam PLTU dapat bekerja dengan
baik dan tidak terjadi gangguan, baik gangguan internal maupun gangguan eksternal
pada PLTU.
Selanjutnya perlu dilakukan proses pengambilan data dengan langkah – langkah
sebagai berikut :
1. Observasi di lapangan yaitu PLTU
2. Melakukan wawancara dengan ahlinya
3. Studi literatur
4. Pengambulan data di lapangan yaitu PLTU.
39
DAFTAR PUSTAKA
Marsudi, Djiteng. 2006. Pembangkitan Energi Listrik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Black and Veatch. 1996. Power Plant Engineering. New York: Springer
Headquarter Department of the Army. 1984. TM 5-811-6: Electrical Power Plant
Design. Washington: Headquarter Department of the Army
Barret, A.dkk. 1971. Modern Power Station Practice: Mechanical (Boiler, Fuel, and
Ash Handling Plant). Volume 2. Oxford: Pergamon Press
PLN Enjiniring. 2008. Kontrak Dokumen PLTU 2 Bengkayang Kalimantan Barat
(2x27 MW). Bagian 3. Jakarta: PLN Persero.
AWWA dan ASCE. 2005. Water Treatment Plant Design. Edisi Keempat. New York:
Mc Graw-Hill
Takashi, Akeboshi. dkk. 1999. Kurita Handbook of Water Treatment. Edisi kedua.
Tokyo: Kurita Water Industries Ltd.
Nalco Chemical Company. 1988. The Nalco Water Handbook. Edisi Kedua. New
York: Mc Graw-Hill
40
JADWAL PELAKSANAAN
Berikut adalah jadwal pelaksanaan seminar dengan judul “ANALISA MASALAH
ELECTROCHEMISTRY,ANTARA LAIN PENGOLAHAN AIR BOILER DENGAN
KATION DAN ANION”
Kegiatan Waktu
Konsultasi Judul Seminar 15 September 2013
Konsultasi BAB I 20 September 2013
Konsultasi BAB II Oktober 2013
Konsultasi BAB III November 2013