eksumasi forensik

23
Pembimbing:dr.Surjit Singh,SpF PEMERIKSAAN JENAZAH DITEMPAT PENGGALIAN KUBURAN (EKSHUMASI) I.PENDAHULUAN Di India yang memiliki penduduk mayoritas beragama Hindu jarang dilakukan ekshumasi. Hal ini disebabkan masyarakat India melakukan kremasi setelah beberapa jam terjadi kematian. (8) Di negara kita ini sering kali ada suatu laporan tentang telah terjadimya peristiwa pembunuhan yang terlambat disampaikan kepada penyidik, sehingga dapat menimbulkan kesulitan, baik bagi pihak penyidik maupun bagi pihak dokter untuk melakukan tugasnya memeriksa mayat oleh karena korban telah dikubur. Keterlambatan laporan tentang kecurigaan kejadian/ kematian bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya karena kebutaan tentang hukum, masalah transportasi, saksi dibawah tekanan/ ancaman serta anggapan yang tidak tepat tentang pemeriksaan mayat yang dilakukan sebelumnya. (6) Walaupun tidak bisa dilakukan, penggalian kuburan kadang-kadang harus dikerjakan dimana selain karena kasus mayat yang munculnya kemudian/ belakangan, tetapi bisa pula karena faktor budaya/ adat (pada suku tertentu) Eksumasi,dr.Netty herawati-November 2008 1

Upload: virdaus

Post on 08-Nov-2015

156 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

forensik eksumasi

TRANSCRIPT

PEMERIKSAAN JENAZAH DITEMPAT

Pembimbing:dr.Surjit Singh,SpF

PEMERIKSAAN JENAZAH DITEMPAT

PENGGALIAN KUBURAN

(EKSHUMASI)

I.PENDAHULUAN

Di India yang memiliki penduduk mayoritas beragama Hindu jarang dilakukan ekshumasi. Hal ini disebabkan masyarakat India melakukan kremasi setelah beberapa jam terjadi kematian.(8)

Di negara kita ini sering kali ada suatu laporan tentang telah terjadimya peristiwa pembunuhan yang terlambat disampaikan kepada penyidik, sehingga dapat menimbulkan kesulitan, baik bagi pihak penyidik maupun bagi pihak dokter untuk melakukan tugasnya memeriksa mayat oleh karena korban telah dikubur.

Keterlambatan laporan tentang kecurigaan kejadian/ kematian bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya karena kebutaan tentang hukum, masalah transportasi, saksi dibawah tekanan/ ancaman serta anggapan yang tidak tepat tentang pemeriksaan mayat yang dilakukan sebelumnya.(6)

Walaupun tidak bisa dilakukan, penggalian kuburan kadang-kadang harus dikerjakan dimana selain karena kasus mayat yang munculnya kemudian/ belakangan, tetapi bisa pula karena faktor budaya/ adat (pada suku tertentu) ataupun karena ditutupnya kuburan/ lokasi pemakaman tersebut.(2)

Kasus yang umumnya mengakibatkan penggalian mayat dilakukan adalah menyangkut: a. kasus-kasus kriminal, misalnya pembunuhan yang disamarkan seperti bunuh diri, kecurigaan keracunan, kematian karena abortus provokatus kriminalis atau malpraktik, b. kasus-kasus sipil, misalnya tuntutan asuransi, pertanggung jawaban kasus malpraktik, tuntutan mengenai warisan atau masalah dalam menentukan identitas.(5)Dalam rangkaian penyidikannya, apabila penyidik merasa perlu bantuan dokter untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka dokter wajib melaksanakan pemeriksaan tersebut. Inilah tantangan yang berat bagi para dokter pada umumnya, sehingga biasanya mereka akan merujuk ke bagian kedokteran kehakiman di rumah sakit terdekat.(4,7)

Biasanya kuburan yang dibongkar mayatnya masih bau. Mayat yang diperiksa umumnya baru beberapa hari atau beberapa minggu di kubur, sehingga proses pembusukan masih sangat baru. Yang diperlukan kalangan dokter dalam hal penggalian mayat ini dituntut untuk melakukan secara lebih teliti dan seksama. Dalam hal ini perlu diingat oleh semua kalangan hasil pemeriksaan terhadap mayat yang telah dikubur tidak akan memberikan hasil sebaik-baiknya apabila mayat diperiksa ketika sebelum dikubur. Apabila mayat dikubur telah lama maka hasil yang diperoleh juga semakin kurang maksimal. (2,4)II.Defenisi

Kata ekshumasi berasal dari bahasa latin ex berarti keluar dan Humus berarti tanah. Dalam hal ini bahwa yang dimaksud penggalian kuburan atau ekshumasi yang dilakukan Kedokteran Kehakiman yaitu pengeluaran kembali mayat yang sudah dimakamkan dari dalam kuburnya, dimana umumnya dilakukan karena setelah beberapa waktu mayat dikubur, timbul kecurigaan bahwa korban mati secara tidak wajar (adanya tindak pelanggaran hukum) yang dimungkinkan karena kecelakaan yang disengaja ataupun keracunan. (6)Tujuan Penggalian Kuburan

Bila dirinci, ada beberapa kemungkinan kenapa penggalian kuburan harus ditempuh. Biasanya berkaitan dengan perkara tindak pidana, dimana diperlukan keterangan mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik atau badan lain (misalnya asuransi), seperti:1. Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematiannya atau karena alasan-alasan kriminal, seperti abortus kriminalis.

2. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan, seperti keracunan dan gantung diri.

3. Pada kasus yang identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya.

4. Pada kasus untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak asuransi. (6)III.Dasar Pertimbangan Penggalian Kuburan

Dasar pertimbangan pelaksanaan penggalian mayat sebenarnya hanya kepada persoalan hukum. Dimana pihak keluarga korban ataupun pihak penyidik merasa adanya kecurigaan atas kematian korban.

Namun pada kasus kasus tertentu juga untuk identifikasi lanjutan karena keluarga korban terlambat memperoleh informasi, ataupun pada kasus-kasus dimana kuburan dibongkar kembali karena si pelaku/ tersangka didapat/ tertangkap dan kemudian menunjukan lokasi korban pembunuhan dikubur. (8)3.1.Ketentuan Hukum Tentang Penggalian Kuburan

Permintaan penyidik untuk melakukan pemeriksaan mayat dari penggalian kuburan ini diatur dalam pasal 135 disini terkait pula pasal 133, 134, dan 136 KUHAP. Penyidik berhak pula untuk memerintahkan dilakukan penggalian mayat, dan bagi yang menghalang-halangi atau menolak membantu pihak peradilan dapat dikenakan sanksi hukum seperti yang tercantum dalam pasal 222 KUHP.

Dalam proses pemeriksaan mayat maka sebaiknya dokter bekerja seteliti mungkin karena apabila tidak maka pihak peradilan / penegak hukum dapat meragukan kebenaran hasil pemeriksaan tersebut dan visum et repertum yang dibuat dokter mungkin tidak akan dipergunakan sebagai benda bukti di pengadilan. Pekerjaan dokter menjadi sia-sia serta yang lebih merepotkan lagi bahwa dokter dapat dituntut karena membuat keterangan palsu, terkait dengan pasal 163 dan pasal 180 KUHAP, dan penggalian mayat dapat dilakukan kembali. (6)

Pasal-pasal yang tersebut di atas dapat diperinci sebagai berikut :

Pasal 135 KUHAP

Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 133 ayat 2 dan pasal 134 ayat 1 undang-undang ini.

Pasal 133 KUHAP

Ayat 1.Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia mengajukan permintaan keterangan kepada ahli kedokteran kehakiman, atau dokter atau ahli lainnya.

Ayat 2.Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara tertulis yang dalam surat disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Pasal 134 KUHAP

Ayat 1Dalam hal sangat diperlukan untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.

Pasal 163 KUHAP

Jika keterangan saksi di sidang berbeda dengan keterangan yang terdapat dalam berita acara, hakim ketua sidang mengingatkan saksi tentang hal itu serta meminta keterangan mengenai perbedaan yang ada dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan sidang.

Pasal 222 KUHAP

Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan dihukum penjara selama lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya tiga ratus ribu rupiah.

Pasal 180 KUHAP

Ayat 2dalam hal timbul keberatan beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

Ayat 3.hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2).

3.2.Yang Berhak Memerintahkan Penggalian Kuburan

Pada beberapa negara terdapat perbedaan siapasiapa yang berhak memerintahkan penggalian kuburan, akan semuanya menyebutkan harus atau permintaan tertulis. Di India dilaksanakan atas perintah seorang kepala daerah (Distrik Magistrate) atau seorang coroner (hakim atau pegawai yang berwenang untuk menyelidiki penyebab kematian). Di Amerika Serikat dilaksanakan atas perintah jaksa. Di Skotlandia atas perintah kepala polisi daerah, sedangkan di Indonesia dilakukan atas perintah penyidik sesuai dengan pasal 135 KUHAP, permintaan bantuan penggalian kuburan harus diajukan secara tertulis.(9)3.3.Penetapan Waktu Penggalian Mayat

Pada kasus dimana penguburan baru dilakukan, maka pemeriksaan harus dilakukan dengan segera. Tetapi bila telah dikubur satu bulan atau lebih maka penggalian kuburan dapat ditunda beberapa hari mencari waktu yang tepat, sebab penundaan beberapa hari tidak akan membawa pengaruh buruk terhadap pemeriksaan. Apalagi kalau tertinggal diduga hanya tulang belulang saja, tidaklah perlu terburu-buru menentukan saat yang baik untuk melakukan pemeriksaan. Dalam hal ini mungkin dokter masih dapat melakukan identifikasi, kadang-kadang masih dapat melihat sisa-sisa kekerasan pada tulang seperti fraktur atau retak tulang dan beberapa jenis racun mungkin masih bisa didapat. (6)

Penetapan batas waktu untuk penggalian mayat di beberapa negara memang berbeda, seperti:

India dan Inggris: tidak ada batas waktu (ter masuk Indonesia)

Perancis

: 10 tahun

Skotlandia

: 20 tahunJerman

: 30 tahun(4,5)IV.Pelaksanaan Penggalian Kuburan

Untuk melaksanakan penggalian mayat harus dilakukan ha-hal sebagai berikut:

(1). Persiapan Penggalian Kuburan, Dokter harus mendapat keterangan yang lengkap tentang peristiwa kematian atau modus operandi kejahatan, supaya dokter dapat memusatkan perhatian dan pemeriksaan kepada hal yang dicurigai. Begitu pula sebelum penggalian dilakukan, identitas mayat harus telah diberikan kepada dokter, terutama mengenai : jenis Kelamin, umur, panjang badan, warna dan panjang rambut, keadaan gigi-geligi, tato kalau ada, cacat didapat atau bawaan dan lain-lain.Biasanya jenazah tidak bisa dibawa ke rumah sakit. Akan lebih praktis kalau pemeriksaan dilakukan di tempat. Hanya pada keadaan sangat tertentu, mayat harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Oleh karena itu perlengkapan autopsi harus dibawa, termasuk ember, stoples bersih yang belum dipakai, alkohol 95 % 2 liter atau lebih, formalin 10 %, kantong plastik untuk membawa sampel tanah, sabun, kapas, dan kain kasa.

(2). Waktu Yang Baik, Pelaksanaan penggalian kuburan sebaiknya dilakukan pada pagi hari, karena pada pagi hari daerah kuburan masih sunyi dan masyarakat belum banyak yang berdatangan untuk menyaksikan penggalian tersebut, karena panggalian mayat masih sangat asing, sehingga kemungkinan mereka akan datang berbondong-bondong untuk menyaksikannya. Bila tidak memungkinkan pagi hari, pemeriksaan dapat dilakukan siang hari dalam cuaca yang baik.

(3).Kehadiran Petugas. Pada saat pelaksanaan penggalian mayat haruslah hadir: Penyidik / Polisi beserta pihak keamanan, Pemerintah setempat / Pemuka masyarakat, dokter beserta pembantunya, keluarga korban / Ahli waris korban, petugas pemakaman / Penjaga kuburan, penggali kuburan.

(4). Keamanan. Daerah di sekitar dilakukannya penggalian haruslah dipasang tirai yang tidak tembus pandang untuk menghindari tatapan langsung dari masyarakat sekitarnya dan dijaga oleh petugas kepolisian, oleh karena nantinya dapat menimbulkan gangguan pada waktu penggalian dan pemeriksaan.

(5).Proses Penggalian Kuburan. Proses penggalian kuburan ini dilakukan secara praktis dengan tindakan-tindakan pencegahan jangan timbul gangguan dari masyarakat. Pertama tentu diperlukan pengenalan dan pemastian dimana korban dikubur. Peranan petugas pemakaman / penjaga kuburan dan keluarga korban sangat penting agar tidak salah dalam melakukan pemeriksaan dan pembongkaran kuburan. Pengenalan ini dilakukan oleh penyidik dibantu oleh penjaga kuburan dan sanak famili korban yang hadir pada saat penggalian kuburan tersebut. Setelah identifikasi kuburan sudah jelas dan tepat maka kuburan digali oleh petugas penggali kuburan. Setelah peti tampak, lalu diukur jaraknya dari atas kuburan sampai ke peti dan sebaiknya difoto. Kemudian peti mati dikeluarkan dan setelah dibersihkan dari tanah permukaannya, barulah panjang, lebar, tinggi peti tersebut diukur dan diidentifikasi oleh famili korban. Setelah peti dibuka, mayat dikeluarkan dari peti dan diletakkan di atas meja saksi yang telah disediakan sebelumnya di pinggir kuburan. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan memakai masker penutup hidung untuk menghindari bau gas yang menusuk hidung. Bila kematian korban diduga karena keracunan, maka tanah di sekeliling mayat diambil sebanyak 500 gram dari keempat sisi mayat dan tanah yang setentang dengan lambung mayat (dibawah lambung) diambil juga. Tanah di sekitar diambil juga sebagai kontrol dan dimasukkan ke dalam botol yang kering untuk pemeriksaan kimia. Bila mayat telah mengalami pembusukan dan mengeluarkan cairan, maka kain pembungkus mayat harus diambil juga untuk pemeriksaan kimia terutama kain yang setentang daerah punggung mayat.

(6).Pemeriksaan Mayat. Sebaiknya dilakukan ditempat penggalian tersebut. Hal ini mengingat masalah transportasi, waktu yang terbuang, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang timbul dari masyarakat, oleh karena tidak terbiasa melihat hal tersebut atau menurut anggapannya bertentangan dengan kepercayaan dan agamanya. Pemeriksaan mayat yang dilakukan di tempat penggalian juga mempermudah petugas untuk melaksanakan penguburan kembali, dan hal ini sangat diharapkan oleh pihak keluarga atau ahli waris korban. Pemeriksaan di kamar mayat memang lebih baik, dalam arti pemeriksaan dapat dilakukan dengan tenang tanpa harus ditonton oleh masyarakat banyak sebagaimana bila dilakukan di tempat penggalian mayat. Dengan demikian pemeriksaan di kamar mayat diharapkan dapat dilakukan lebih teliti, walaupun hal ini sangat tergantung keahlian serta pengalaman dokter yang melakukan pemeriksaan. Petugas pemeriksa mayat haruslah memakai masker yang telah dicelupkan ke dalam larutan potasium permanganas dan memakai sarung tangan yang tebal. Bila mayat sudah hancur semuannya, maka setiap organ yang masih tinggal harus diambil untuk pemeriksaan kimia. Jika organ dalam tidak dijumpai lagi maka diambil rambut, gigi, kuku, tulang dan kulit korban yang kemudian dikumpulkan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pada kasus keracunan arsen, selain tanah harus juga diambil rambut, kuku dan tulang-tulang panjang untuk pemeriksaan laboratorium. Perlu diingat, dalam pemeriksaan tubuh mayat tidak boleh disirami desifektan meskipun resiko penularan dari bakteri-bakteri patogen besar sekali. Tindakan ini dapat merusak bahan-bahan pemeriksaan, terutama pada kasus-kasus keracunan, sehingga racun menjadi sukar dideteksi. Mayat yang baru dikubur lebih berbahaya daripada mayat yang sudah mengalami pembusukan lanjut. Begitupun, desinfektan dapat dipercikan di sekitar kuburan untuk menghindari terhirupnya gas-gas yang berbau merangsang. Sebelum meninggalkan tempat penggalian, setelah semuanya diperiksa, terlebih dahulu pastikan bahan-bahan yang diperlukan sudah cukup, untuk menghindari proses penggalian ulangan. Karena lebih baik mengambil bahan yang lebih dari pada kekurangan. Hasil pemeriksaan haruslah disiapkan hari itu juga dan visum et repertumnya hendaknya disiapkan secepatnya. (6,7,8)4.1.Autopsi Pada Ekshumasi

Dalam pekerjaan forensik, tubuh yang cepat membusuk biasa ditemukan terutama didaerah yang beriklim panas. Walaupun hasil autopsi pada ekshumasi menurun dengan cepat yang disebabkan pembusukan lanjut, sebaiknya tidak ada satu kelainanpun dilewatkan. Bagaimanapun buruknya kondisi mayat, harus dilakukan usaha yang membawa hasil autopsi sedekat mungkin dengan autopsi pada pemeriksaan rutin.

Dari luar, proses pembusukan menimbulkan berbagai tingkatan, warna kehijauan pada kulit biasanya disebabkan oleh kontusio. Abrasi, laserasi, luka robek, dan luka tembak dapat bertahan pada berbagai tingkat pembusukan. Keluarnya darah dari mulut dan lubang hidung yang disebut purging sering diartikan salah oleh polisi dan masyarakat awam, bahkan oleh beberapa dokter sebagai adanya perdarahan. Padahal itu merupakan tingkat lanjut dari pembusukan. Pengelupasan kulit dapat menyembunyikan adanya abrasi, walaupun abrasi dapat dilihat ketika epidermis yang terkelupas dibuka dan dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap kulit. Tanda disekeliling leher yang disebabkan oleh strangulasi dapat menjadi kabur oleh adanya pembengkakan jaringan yang disebabkan gas.

Jika terdapat larva lalat atau serangga lain pada tubuh mayat, ahli entomologi dapat dihadirkan untuk menentukan lama kematian.

Menentukan identitas mungkin menjadi masalah jika wajah membengkak atau sudah hancur. Sidik jari mungkin dibutuhkan polisi untuk identifikasi, tapi proses pembusukan dapat menyebabkan pembengkakan bahkan menghancurkan jari tangan. Beberapa metode digunakan untuk menormalkan jari yang membengkak antara lain dengan merendam jari dalam asam asetat 20 % selama 28-48 jam. Cara lain dengan merendam jari dalam larutan gliserin.

Pemeriksaan organ dalam disesuaikan dengan tempat pembusukan. Jantung bisa rusak dan tidak berwarna, atau warna hemolisis pada endokardium dan pembuluh darah. Arteri koroner biasanya lebih tahan khususnya jika terjadi ateromatous atau kalsifikasi atau keduanya. Thrombus ante mortem dapat bertahan bahkan setelah otot membusuk. Laring dapat pucat tapi kerusakan atau fraktur pada hyoid dan tiroid dapat dilihat dengan menggunakan x-ray. Akan sulit untuk menentukan perdarahan ante mortem pada bagian yang fraktur.

Otak mengalami pembusukan lebih cepat. Lesi yang besar seperti perdarahan pada meningen atau intracranial dapat dinilai. Di Belgia, tepatnya di Universitas Gent, tehnik memeriksa kepala pada tubuh yang sudah membusuk dengan cara melepaskan kepala dari tubuh kemudian membekukankannya sampai padat. Kepala kemudian dibuka dengan gergaji mesin, dan menampakkan otak menjadi dua bagian. Kemudian otak direndam kedalam cairan formalin hingga terendam keseluruhannya lalu diperiksa.

Pemeriksaan histologi pada eksumasi sering tidak memuaskan karena sel yang telah mengalami lisis. KESIMPULAN

Tujuan penggalian mayat untuk menemukan kasus-kasus kriminal dalam membantu proses peradilan tentang identifikasi mayat dan kemungkinan sebab-sebab kematian.

Tindakan penggalian mayat (ekshumasi) dilakukan ketika sesudah dilakukan penguburan, maka beberapa waktu kemudian dicurigai bahwa kematian pada korban meninggalkan kecurigaan. Dapat pula terjadi bahwa tindakan tersebut terjadi karena pelaku tindak kejahatan tertangkap dan mengakui bahwa telah melakukan penguburan terhadap korban pada tempat tertentu.

Pemeriksaan terhadap mayat yang telah dikubur tidak lebih baik apabila mayat tersebut diperiksa ketika masih segar. Penggalian mayat memerlukan persiapan khusus dan pelaksanaannya juga memerlukan tindakan dan kecakapan / keahlian tersendiri.

Setiap dokter khususnya ahli kedokteran kehakiman harus bersedia setiap saat untuk melakukan pemeriksaan dan penggalian mayat dimana memerlukan keahlian yang khusus pula.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir A, : Kapita Selekta Kedokteran Forensik, FKUSU, Medan;1995:pp.57-62.2. Chadha P.V, : Ilmu Forensik dan Toksikologi , Alih bahasa Johan Hutauruk, Widya Medika, Jakarta;1975:pp.

3. Hamdani N, : Ilmu Kedokteran Kehakiman, Edisi Kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta;1992:p.447.4. Idries AM, : Pedoman Ilmu Kedokteran Forensic, Edisi Pertama, PT. Binarupa Aksara, Jakarta, 1989, pp.254 6.

5. Knight B, Arnold, : Simsons Forensic Medicine, 11th Edition, Oxford university Press. Inc, New York USA;1997:p.19.

6. Modi NJ, : Medical Jurisprudence and Toksikologi, 18 th Edition, Bombay India, 1972, pp.8890.

7. Nandy A, : Principles of Forensic Medicine, New General Book Agency (P) Ltd, Calcuta India;1995:p.184.

8. Parikh C.K, : Parikhs textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology, Medical Publication, Bombay India;1979:pp.1268

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan karena berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis mengambil judul Trauma panas dan Api yang merupakan salah satu program pendidikan Dokter Spesialis dibagian Kedokteran Forensik.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya tujukan kepada pembimbing saya dr.H.GUNTUR BUMI.NST,SpF yang telah membimbing penulisan tugas makalah saya dalam menyelesaikan makalah ini dan juga kepada dokter-dokter lainnya.

Akhir kata penulis berharap agar kiranya makalah ini bermanfaat bagi pembaca kami juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun agar pada penulisan yang akan datang lebih baik lagi.

Medan,10 November 2008

Penulis,

dr.Netty Herawati

DAFTAR ISIKata pengantar..i

Dartar isiiiI.Pendahuluan................................................................................................................1II.Definisi.......................................................................................................................2III.Dasar Pertimbangan Penggalian kuburan.................................................................3

3.1.Ketentuan Hukum Tentang penggalian Kuburan....................................................3

3.2.Yang Berhak memerintahkan Penggalian Kuburan................................................5

3.3.Penetapan WaktuPenggalian mayat........................................................................5

IV.Pelaksanaan Pennggalian Kuburan..........................................................................6

4.1.Autopsi pada Eksumasi...........................................................................................9

Kesimpulan..................................................................................................................11

Daftar Pustaka..............................................................................................................12EKSUMASI

OLEH

dr. NETTY HERAWATI

Supervisor

dr.SURJIT SINGH,SpF,DFM

DEPARTEMEN KEDOKTERAN KEHAKIMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN USU

RSUP. H. ADAM MALIK RS. dr. PIRNGADI

MEDAN

2008

PAGE 13Eksumasi,dr.Netty herawati-November 2008

_1222013442.bin