ekstraksi gigi (makalah gabungan)

60
BAB I PENDAHULUAN Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik pembedahan. Teknik sederhana dilakukan dengan melepaskan gigi dari perlekatan jaringan lunak menggunakan elevator kemudian menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang alveolar menggunakan tang ekstraksi. Sedangkan teknik pembedahan dilakukan dengan pembuatan flep, pembuangan tulang disekeliling gigi, menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang alveolar kemudian mengembalikan flep ke tempat semula dengan penjahitan. Teknik sederhana digunakan untuk ekstraksi gigi erupsi yang merupakan indikasi, misalnya gigi berjejal. Ekstraksi gigi dengan teknik pembedahan dilakukan apabila gigi tidak bisa diekstraksi dengan menggunakan teknik sederhana, misalnya gigi ankilosis. 1

Upload: agustin-e-setiowati

Post on 08-Dec-2014

1.193 views

Category:

Documents


314 download

DESCRIPTION

indikasi dan kontraindikasi ekstraksi, Teknik ekstraksi, alat-alat ekstraksi

TRANSCRIPT

Page 1: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

BAB I

PENDAHULUAN

Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar.

Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik

pembedahan. Teknik sederhana dilakukan dengan melepaskan gigi dari perlekatan

jaringan lunak menggunakan elevator kemudian menggoyangkan dan mengeluarkan

gigi di dalam soket dari tulang alveolar menggunakan tang ekstraksi. Sedangkan

teknik pembedahan dilakukan dengan pembuatan flep, pembuangan tulang

disekeliling gigi, menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang

alveolar kemudian mengembalikan flep ke tempat semula dengan penjahitan. Teknik

sederhana digunakan untuk ekstraksi gigi erupsi yang merupakan indikasi, misalnya

gigi berjejal. Ekstraksi gigi dengan teknik pembedahan dilakukan apabila gigi tidak

bisa diekstraksi dengan menggunakan teknik sederhana, misalnya gigi ankilosis.

1

Page 2: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

BAB II

EKSTRAKSI GIGI

2.1 Indikasi Pencabutan Gigi

Menurut Starshak (1980) dan Kruger (1984), indikasi dilakukannya

pencabutan gigi adalah sebagai berikut:

1. Gigi dengan patologis pulpa, baik akut maupun kronik, yang tidak mungkin

dilakukan terapi endodontik.

2. Gigi dengan karies yang besar, baik dengan atau tanpa penyakit periodontal

atau pulpa, harus dicabut ketika restorasinya akan menyebabkan kesulitan

keuangan bagi pasien dan keluarganya, serta apabila gigi tersebut sudah tidak

dapat dirawat secara konservasi/endodontik.

3. Gigi yang sudah goyang/mobility.

4. Penyakit periodontal yang terlalu parah untuk dilakukan perawatan

merupakan indikasi ekstraksi. Pertimbangan ini juga meliputi keinginan

pasien untuk kooperatif dalam renccana perawatan total dan untuk

meningkatkan oral hygiene sehingga menghasilkan perawatan yang

bermanfaat.

5. Gigi supernumerary.

6. Gigi yang impaksi.

7. Gigi yang mengalami trauma harus dicabut untuk mencegah kehilangan

tulang yang lebih besar lagi.

8. Beberapa gigi yang terdapat pada garis fraktur rahang harus dicabut untuk

meminimalisasi kemungkinan infeksi, penyembuhan yang tertunda atau tidak

menyatunya rahang.

2

Page 3: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

9. Untuk keperluan protesa, tipe dan desain protesa gigi dapat membutuhkan

satu atau beberapa gigi yang sehat sehingga dapat dihasilkan protesa yang

diharapkan.

10. Gigi yang merupakan kausa infeksi dari jaringan sekitar.

11. Gigi yang dianggap sebagai fokal infeksi.

12. Untuk keperluan orthodontik.

13. Gigi yang tidak dapat dirawat lagi dengan perawatan orthodontik.

14. Gigi dengan fraktur akar.

2.2 Kontraindikasi

Ada beberapa kontraindikasi untuk dilakukannya tindakan pencabutan gigi.

Menurut laksin (1985) kontraindikasi penabutan gigi adalah sebagai berikut:

1. Infeksi mulut akut seperti necrotizing ulcerative gingivitis atau herpetic

gingivostomatitis

2. Gigi pada area yang pernah mengalami radiasi juga tidak boleh dilakukan

pencabutan karena dapat mengakibatkan terjadinya osteonecrosis

3. Pasien yang memiliki riwayat penyakit sistemik tidak terkontrol seperti

penyakit diabetes mellitus da blood dyscrasias

Menurut Starshak (1980) kontraindikasi ekstraksi gigi dibagi menjadi dua

yaitu kontraindikasi lokal dan kontraindikasi sistemik. Kontra indikasi lokal ialah

sebagai berikut:

1. Infeksi dental akut harus dievaluasi tergantung kondisi pasien. Pasien dalam

kondisi toksik dengan demam tinggi berbeda perawatannya dengan pasien

dengan kondisi sehat, walaupun keduanya mempunyai infeksi dental dengan

inflamasi lokal ataupun menyebar. Objek utamanya adalah untuk mencegah

penyebaran infeksi dan mengembalikan kesehatan. Contohnya, satu pasien

dilakukan pemberian antibiotik, jika drainase didindiksikan untuk kasus abses

3

Page 4: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

itu. Pada pasien lainnya, pencabutan gigi secara langsung dapat mengurangi

sumber infeksi dan membatasi penyebaran infeksi.

2. Perawatan infeksi perikoronal akut berbeda dengan abses apikal. Pada abses

apikal, drainase infeksi dapat dilakukan dengan cara pencabutan gigi,

sedangkan infeksi perikoronal dapat menyebar jika gigi yang terlibat dicabut

selama fase akut. Untuk alasan ini lebih sering untuk dilakukan drainase dan

irigasi abses perikoronal dan meresepkan antibiotik untuk 24-72 jam sebelum

ekstraksi gigi yang terlibat.

Kontraindikasi sistemik adalah sebagai berikut:

1. Penyakit medis yang tidak terkontrol dapat diperhatikan sebagai

kontraindikasi ekstraksi gigi. Seperti hipertensi, coronary artey disesase,

kelainan jantung, anemia parah, leukimia, dan blood dyscrasiasis seperti

hemifilia membutuhkan manajeen medis yang tepak sebelum ekstraksi dapat

dilakukan.

2. Pasien yang terlalu muda dan terlalu tua membutuhkan perhatian lebih.

Umumnya, pasien yang terlalu muda dapat memilik masalah dalam

pengunaan sedasi atau anestesi umum. Sedangkan yang terlalu tua memiliki

masalah dalam nutrisi, penyembuhan dan sikap kooperatif pasien

3. Penyakit kronik seperti diabetes, nefritis dan hepatitis dapat menyulitkan

pencabutan gigi, karena dapat menghaslkan infeksi jaringan, penyembuhan

yang tidak sempurna dan penyakitnya yang semakin memburuk

4. Neurosis dan psychoses merupakan kontraindikasi yang cenderung

menyulitkan perawatan dental

5. Kehamilan merupakan kondisi fisiologis normal dan tidak diperhatikan

sebagai kontraindikasi bagi ekstraksi kecuali terdapat beberapa komplikasi.

Umumnya kehamilan trimester tengah, merupakan waktu yang tepat untuk

dilakukan konsultasi obstetric yang tepat, ekstraksi dapat dilakukan pada

tahap kehamilan manapun.

4

Page 5: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

2.3 Alat-alat ekstraksi

Untuk mengekstraksi gigi dari tulang alveolar, perlekatan periodontal

harus dilepaskan dan soket gigi diperbesar untuk mengeluarkan gigi. Untuk

mencapai hal tersebut, banyak instrumen yang telah berkembang.

1. Tang ekstraksi/Dental Forcep

Klasifikasi tang :

1. Untuk gigi tetap

2. Untuk gigi sulung

3. Untuk gigi rahang atas

4. Untuk gigi rahang bawah

Jenis tang :

1. Untuk sisa akar

2. Untuk gigi bermahkota

Bagian dari tang

1. Paruh

2. Engsel

3. Pegangan

Tang ekstraksi rahang atas

Paruh dan pegangan hampir satu garis penuh dan dilihat dari samping

seperti garis lurus

5

Page 6: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Untuk gigi yang bermahkota

1. Untuk gigi Incisive :

- Paruh dan tangkai 1 garis lurus

- Paruh terbuka

- Untuk ekstraksi gigi 3 2 1 1 2 3

2. Untuk gigi premolar :

- Berbentuk S

- Untuk mencabut gigi 4 5 

3. Untuk gigi molar :

 Universal : Untuk gigi molar kiri-kanan

Kedua paruh tajam

Spesifik : Untuk gigi molar kiri saja atau kanan saja

Digunakan untuk mencabut gigi 6 7 8

6

Page 7: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

4. Tang khusus molar tiga :

Bentuk seperti bayonet

Paruh ada yang tajam dan tumpul 

5. Untuk sisa akar gigi :

Tang paruhnya tertutup, runcing kearah paruh

Macam-macam tang ekstraksi rahang atas

Tang incisive, Tang Premolar,

Tang gigi molar

Tang Bayonet dan Tang sisa akar

7

Page 8: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Tang ekstraksi rahang bawah

1. Paruh bersudut antara 45o – 90o

2. Bentuk tang bawah berbentuk seperti huruf C dan L

Ciri-ciri :

1. Paruh dan pegangan bersudut antara 45o - 900

2. Untuk gigi incisive dan premolar kedua paruhnya tumpul 

3. Untuk gigi molar ada 2 tipe :

Yang digunakan dari samping :

Keuntungan : menggunakan tenaga yang besar

8

Page 9: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Kerugian : tidak untuk M3 bawah

Yang digunakan dari depan :

Keuntungan : mudah digunakan untuk M3 bawah untuk Pasien trismus

Kerugian : tidak dapat menggunakan tenaga yang besar

Macam-macam tang ekstraksi rahang bawah

Tang gigi anterior rahang bawah dan Tang Premolar rahang bawah

Tang molar rahang bawah,Tang molar tiga rahang bawah dan Tang sisa akar rahang

bawah

9

Page 10: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

2. ELEVATOR  

Indikasi penggunaan :

1. Untuk ekstraksi gigi yang tak dapat dicabut dengan tang.

2. · Untuk menggoyangkan gigi sebelum penggunaan dengan tang.

3. Untuk mengeluarkan sisa akar.

4. Untuk memecah gigi.

5. Untuk mengangkat tulang inter radikuler (Cryer)

6. Untuk memisahkan gigi dengan gingiva sebelum penggunaan dengan tang

(Bein)

Bahaya-bahaya penggunaan Elevator :

1.  Dapat merusak gigi.

2.  Dapat mengakibatkan patah tulang maksila/mandibula.

3.  Dapat mengakibatkan pecahnya tulang alveolaris.

4.  Dapat merusak jaringan mukosa.

5.  Dapat mengakibatkan terbukanya sinus maksilaris.

10

Page 11: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

6.  Dapat mendorong sisa akar ke dalam sinus maksilaris.

Syarat-syarat menggunakan elevator :

1.    Jangan menggunakan gigi yang berdekatan sebagai titik fulkrum.

2.    Jangan menggunakan dinding bukal sebagai titikfulkrum.

3.    Jangan menggunakan dinding lingual sebagai titik fulkrum.

4.    Harus selalu menggunakan jari tangan sebagai fiksasi untuk menjaga

kalau elevator meleset.

5.    Pada waktu membuang tulang inter radikuler, jangan merusak jaringan

gigi lainnya.

Klasifikasi elevator :

1. Berdasarkan penggunaan :

1. Untuk mengeluarkan akar gigi

2. Untuk memisahkan muko periosteum

  2. Berdasarkan bentuk elevator :

1.Elevator lurus (Bein)

2.Elevator angular

3.Elevator Cross Bar (Cryer)

Prinsip kerja Elevator :

1. Lever principle, dengan cara mengcukil

2.    Wedge principle, dengan cara mendorong

11

Page 12: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

3.    Wheel & Axle principle, dengan cara memutar

4.    Kombinasi

Bentuk Elevator

Elevator Cross Bar (Cryer) dan Elevator lurus (Bein)

Alat-alat penunjang ekstraksi gigi lainnya:

1. Finger Protector : alat untuk melindungi jari dari gigitan

2. Blade (pisau)

3. Raspatorium : untuk memisahkan mukoperiosteum

12

Page 13: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

4. Rounger Forcep/Bone Cutting Forcep/Knabel Tang

Ada 2 tipe :

1) Yang berparuh bulat (Round nose rongeur)

a. Untuk membuka dinding socket pada waktu mengambil sisa akar.

b. Untuk membuka kista/anthrum Highmori

c. Untuk membuang/menghaluskan tulang pada alveoektomi/ekstraksi.

d. Untuk mengambil fragmen gigi

2) Yang berparuh seperti gunting (Side cutting forcep)

a. Untuk membuang tulang/meratakan tulang pd alveolektomi

b. Untuk membuang socket

13

Page 14: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

c. Memperbesar lubang kearah suatu kista

5. Bone File : untuk menghaluskan tulang yang tajam

6. Needle Holder : untuk memegang jarum

7. Jarum : Traumatik dan A traumatik

14

Page 15: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

8. Gunting

9. Arterie Clamp : untuk menjepit pembuluh darah bila terjadi perdarahan

15

Page 16: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

10. Mallet dan Chisel (Palu dan Pahat)

Fungsinya :

1. Untuk membuang tulang

2. Untuk memecahkan gigi

Bahaya penggunaan alat :

- Dapat menyebabkan patahnya tulang rahang kl tak terkontrol

- Bila mengenai jaringan lunak menyebabkan laserasi

- Dapat mengenai sinus maksilaris

- Dapat merusak canalis mandibularis

Mallet dan Chisel

Pahat/Chisel :

Single bevel : untuk membuang tulang

Double bevel : untuk memecahkan gigi

16

Page 17: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

11. Curret (kuret)

Alat ini berbentuk sendok kecil yang mempunyai pinggiran tajam

Macam-macam curret :

1. Berbentuk single ended

2. Berbentuk double ended

Indikasi penggunaan curret :

(1) Sebagai explorer

(2) Utk membuang partikel gigi yg tdpt dlm socket stlh ekstr

(3) Utk eksterpasi kista/granulom

(4) Utk membuang jar/sekuester tlg dlm socket

2.4 Tata Cara Pencabutan Gigi RahangAtasdanRahangBawah

17

Page 18: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Gigi yang erupsi bias diekstraksi dengan salah satu dari dua teknik utama,

yaitu tertutup atau terbuka. Teknik tertutup dikenal sebagai teknik simpel atau

forceps.Teknik terbuka dikenal sebagai teknik operasi atau flap.

Teknik apapun yang dipilih, ada tiga syarat utama yang diperlukan untuk

mendapatkan ekstraksi yang baik yaitu:

1. Akses dan visualisasi pada daerah yang akan diekstraksi,

2. Jalur yang tidak terhalang untuk mengekstraksi gigi,

3. Penggunaan tenaga yang terkontrol.

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika ekstraksi antara lain:

1. Posisi untuk ekstraksi.

a. Untuk ekstraksi gigi rahang atas :

(1 dental chair diposisikan sekitar 60 derajat terhadap lantai.

(2 Mulut pasien harus berada pada ketinggian yang sama dengan bahu

dokter gigi.

(3 Untuk ekstraksi gigi rahang atas kuadran kanan, kepala pasien

mengarah ke operator, sehingga akses yang cukup dan visualisasi bisa

didapatkan.

(4 Untuk ekstraksi gigi anterior rahang atas, kepala pasien diposisikan

lurus ke depan.

(5 Untuk ekstraksi gigi rahang atas kuadran kiri, kepala pasien hanya

sedikit diarahkan ke operator.

18

Page 19: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Gambar : posisi dental chair pada ekstraksi rahang atas.

Sumber : Fragiskos (2007) Oral Surgery.

b. Untuk ekstraksi gigi rahang bawah

(1 pasien diposisikan lebih tegak lurus, sehingga saat mulut dibuka

occlusal plane sejajar dengan lantai.

(2 Posisi kursi lebih rendah daripada pada saat ekstraksi rahang atas.

(3 Pada ekstraksi gig ianterior rahang bawah dokter gigi harus berada pada

posisi di depan pasien.

19

Page 20: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Gambar : posisi dental chair pada ekstraksi gigi rahang bawah. Sumber : Fragiskos

(2007) Oral Surgery.

Gambar :Posisi dokter gigi pada saat ekstraksi. Sumber :Fragiskos (2007) Oral Surgery.

Pada gambar ini posisi dokter gigi yang dominan menggunakan tangankanan

diperlihatkan.Untuk ekstraksi gigi maksila dan mandibular bagian posterior posisi

dokter gigi berada di sebelah kanan depan. Sementara untuk gigi mandibular bagian

anterior posisi dokter gigi berada di belakang pasien atau di kanan belakang pasien.

20

Page 21: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

2.5 Teknik ekstraksi

Teknik ekstraksi dilakukan dengan menggunakan tang ekstraksi. Teknik

ekstraksi menggunakan tang ini berdasarkan beberapa panduan agar ekstraksi

dapat dilaksanakan dengan kemampuan dokter gigi yang benar. Panduan

pencabutan dengan tang ini termasuk cara memegang tang yang benar, kekuatan

yang diberikan pada gigi, dan arah pergerakan yang diberikan pada saat

ekstraksi.

Tang ekstraksi dipegang dengan tangan yang dominan, dengan ibu jari

secara simultan diletakkan di antara gagang dibelakang engsel, sehingga tekanan

yang diberikan pada gigi dapat dikontrol. Tangan yang non dominan memiliki

peran sebagai berikut : membantu gigi sekitarnya dari forceps, membantu

menstabilkan posisi kepala pasien selama proses ekstraksi, memiliki peran

penting pada saat ekstraksi gigi rahang mandibula karena tangan kiri menyokong

dan menstabilkan posisi rahang bawah ketika ekstraksi dilakukan.

Gambar : Posisi yang benar dalam memegang tang ekstraksi RA dan RB. Sumber : Fragiskos

Letakkan paruh dari tang pada garis servikal gigi, paralel dengan long axis

tanpa memegang tulang atau gingiva. Gerakan ekstraksi insial diberikan dengan

perlahan. Secara spesifik dokter gigi akan memberi tekanan untuk menggerakan gigi

ke arah bukal terlebih dahulu, lalu ke palatal / lingual. Pergerakan harus semakin kuat

secara gradual dan tekanan bukal harus lebih kuat dari tekanan ke palatal karena

tulang bukal lebih tipis dan lebih elastis dibandingkan tulang palatal.

21

Page 22: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Apabila secara anatomis memungkinkan (gigi hanya memiliki satu akar) dapat

diberikan gerakan putar. Gerakan-gerakan ini akan mengekspansi tulang alveolar juga

akan merusak serat periodontal. Gerakan final ekstraksi adalah gerakan ke arah bukal

atau ke labial.

1. Teknik Pencabutan Gigi insisif

a. Maksila

Jarang terjadi kesulitan dalam melakukan pencabutan gigi insisif

kecuali kalau giginya berjejal-jejal, konfigurasi akar rumit, atau gigi sudah

dirawat endodontik. Gigi insisif atas dicabut dengan menggunakan tang

#150. Pertama-tama letakkan tang pada posisinya, paruhnya harus sesuai

dengan long axis dari gigi. Berikan gerakan inisial ke arah labial dengan

perlahan, kemudian gerakan ke arah lingual. Setelah gerakan inisial yang

lembut segera gerakan dengan kekuatan yang lebih besar. Karena akar

berbentuk konikal sehingga dapat diaplikasikan gerakan rotatif (pertama ke

satu arah, lalu ke arah yang satu lagi. Setelah seluruh serat periodontal sudah

lepas gigi dapat dilepas dari soketnya.

22

Page 23: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Gambar: Proses ekstraksi gigi insisif sentral rahang atas. A. Posisi awal pencabutan B.

Proses ekstraksi. (i) Gerakan ke labial (ii) Gerakan ke lingual (iii)gerakan rotatif dan

ekstraksi final. Sumber : Fragiskos (2007) Oral Surgery

b. Mandibula

Gigi ini memiliki akar ramping yang rata, dan tidak terlalu tertanam didalam

tulang alveolar. Gigi ini memiliki satu akar, dan biasanya sedikit membengkok

diujungnya..

Insisif bawah dicabut dari posisi kanan atau kiri. Tekanan awal diberikan

kearah labial dan lingual dan kemudian gerakan finalnya ke arah labial. Karena

akarnya berbentuk sedikit rata, gerakan rotasi hanya boleh diberikan sedikit.

Gambar : Proses pencabutan gigi insisiv mandibula. a-c proses ekstraksi, dimulai

dengan ke arah labial, lingual, kemudian dilakukan ekstraksi. Sumber : Fragiskos (2007)

Oral Surgery).

2. Teknik Pencabutan Gigi kaninus

a. Maksila

23

Page 24: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Pencabutan gigi kaninus maksila cukup sulit karena tertanam dengan

kuat pada tulang alveolar, dan akarnya panjang dan sedikit melengkung.

Selain itu permuakan labial dari akar gigi ditutupi oleh laipsan tipis tulang

alveolar sehingga ada resiko fraktur tulang alveolar.

Tang #150 dipegang dengan telapak tangan ke atas merupakan

perpaduan yang sangat cocok dengan metode di atas. Tangan yang non

dominan diletakkan dengna posisi sebagai berikut Ibu jari diletakkan di

labial dan jari telunjuk di palatal. Tekanan pencabutan utama adalah ke

labial dan palatal, karena gigi terungkit ke arah tersebut. Tekanan

rotasional digunakan untuk melengkap tekanan lateral, biasanya dilakukan

setelah terjadi sedikit luksasi, tetapi tidak boleh terlalu keras karena

akarnya berbentuk rata dan biasanya sedikit membengkok diujungnya.

Gambar: Proses pencabutan caninus rahang atas. A. Posisi tang. B. Pergerakan ke

labial. B. Pergerakan ke lingual. C. Pengeluaran gigi ke arah lingual.

b. Mandibula

Pencabutan gigi kaninus bawah. Dicabut dengan tang #151, yang dipegang

dengan telapak tangan ke bawah dan sling grasp. Seperti gigi kaninus atas,

akarnya panjang sehingga memerlukan tekanan yang cukup kuat untuk

24

Page 25: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

mengekspansi alveolusnya. Selama proses pencabutan ini, tekanan yang

diberikan adalah tekanan lateral fasial, karena arah pengeluaran gigi adalah arah

fasial. Tekanan rotasional bisa juga bermanfaat.

3. Teknik Pencabutan Gigi premolar

a. Maksila

Pencabutan gigi premolar atas. Dicabut dengan tang #150 dipegang

dengan telapak ke atas dan dengan pinch grasp. Premolar pertama dicabut

dengan tekanan lateral, ke arah bukal dan ke lingual. Tetapi lebih ditekankan

ke arah bukal yang meupakan arah pengeluaran gigi. Karena premolar satu

atas sering mempunyai dua akar, maka gerakan rotasional dihindarkan untuk

mengurangi resiko fraktur akar.

Gambar : Proses pencabutan gigi premolar satu. A. Posisi tang pada saat pencabutan.

B. Pergerakan ke arah bukal. C. Pergerakan ke arah lingual. D. Pengeluaran ke arah

bukal.

25

Page 26: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Gigi premolar kedua biasanya mempunyai akar tunggal dan dicabut

dengan cara yang sama seperti kaninus atas. Tang #150 digunakan kembali

dengan tekanan lateral, yaitu bukal serta lingual. Berbeda dengan incisive

dan caninus, pada waktu mengeluarkan gigi dilaksanakan ke arah bukal, dan

menggunakan tekanan rotasional dan oklusal.

Gambar : Proses pencabutan gigi premolar dua rahang atas.

b. Mandibula

Pencabutan gigi premolar bawah tekniknya sangat mirip dengan pencabutan

insisif bawah. Tang #151 dipegang dengan telapak tangan ke bawah dengan

sling grasp. Tekanan yang terutama diperlukan adalah lateral/bukal, tetapi

akhirnya bisa dikombinasikan dengan tekanan rotasi. Pengeluaran gigi ke arah

bukal.

4. Gigi molar.

a. Maksila

26

Page 27: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Pencabutan gigi molar rahang atas. Forceps no 53R dan 53L biasanya

digunakan untuk ekstraksi gigi molar rahang atas. Paruh pada forceps ini

memiliki bentuk yang pas pada bifurkasi buccal. Beberapa dokter gigi

memilih untuk menggunakan forceps no. 89 dan 90 atau yang biasa

disebut upper cowhorn forceps. Kedua forceps tersebut biasa digunakan

untuk gigi molar yang memiliki karies yang besar atau restorasi yang

besar. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang surah erupsi, biasanya

menggunakan forceps no. 210S yang bisa digunakan untuk sebelah kiri

atau sebelah kanan.

Gigi Molar rahang atas biasanya memiliki tiga akar yang berbentuk

divergen; akar palatal yang paling besar dan paling divergen, dan dua akar

bukal yang biasanya membengkok sedikit ke arah distal. Selain itu gigi ini

juga tertanam sangat kuat pada tulang alveolar dan permukaan bukalnya

diperkuat dengan ekstensi dari prosesus zigomatikum. Karenanya gigi ini

memerlukan pemberian gaya yang kuat pada saat ekstraksi, tetapi harus

berhati-hati karena dapat menyebabkan fraktur dari mahkota atau akar dari

gigi. Untuk menghindarinya, saat memulai ekstraksi mulailah dengan

perlahan, dengan arah buccopalatal dan berikan lebih tekanan pada arah

buccal, dimana resistensinya lebih rendah. Gerakan ekstraksi finalnya ke

arah buccal.

27

Page 28: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Gambar : Proses pencabutan gigi molar satu rahang atas. A. Pemasangan tang. B. Pergerakan

ke arah buccal. B. Pergerakan ke arah palatal. C. Pelepasan gigi ke arah buccal.

b. Mandibula

Pencabutan gigi molar rahang bawah. Forceps no.17 biasanya

digunakan untuk ekstraksi gigi ini. Pasangkan tang seapikal mungkin pada

servikal gigi, lalu berikan gerakan kuat pada arah buccolingual untuk

memperluas soket gigi. Setelah gigi lebih mobile, tekanan kemudian

ditingkatkan dan gerakan ekstraksi finalnya ke arah buccal, tetapi hati-hati

agar tidak merusak gigi maksila dengan tang.

Gambar : Proses pencabutan gigi molar satu rahang bawah. A. Posisi tang. B. Gerakan ke

arah buccal. C. Gerakan ke arah lingual D. Gearakan final pencabutan ke arah bucaal.

2.5 Instruksi pasca ekstraksigigi

28

Page 29: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Tujuan utama dilakukannya perawatan postoperatif pasca pencabutan gigi

adalah untuk mempercepat proses penyembuhan dan untuk mencegah dan

mengurang iterjadinya rasa sakit dan pembengkakan.

Setelah dilakukan tindakan bedah atau pencabutan gigi biasanya akan

muncul banyak keluhan-keluhan dari pasien. Hal ini wajar terjadi. Salah satu

keluhan yang mungkin terjadi adalah rasa keidaknyamanan. Rasa ini dapat

muncul sebagai akibat adanya rasa sakit yang dialami oleh pasien, dan untuk

menghilangkan rasa ketidaknyamanan pada pasien dapat dilakukan pemberian

obat penghilang rasa sakit.

(1) Gigit tampon selama ½ sampai 1 jam

(2) Jangan sering berkumur

(3) Jangan sering meludah

(4) Jangan mempermainkan luka bekas pencabutan gigi dengan lidah atau jari

(5) Jangan menghisap-hisap luka bekas pencabutan (jangan merokok)

(6) Makan pada sisi yang berlawanan

(7) Jangan makan atau minum yang panas

(8) Instruksikan cara minum obat sesuai dengan aturan

(9) Kontrol segera jika ada keluhan baik akibat ekstraksi gigi atau ada alergi obat-

obatan

MenurutLaskin (1985) dan Peterson (1998), adabeberapatindakanpostoperatif

lain yang harusdilakukanyaitusebagaiberikut:

1. Istirahat yang cukup. Istirahat dapat membantu mempercepat proses

penyembuhan luka.

2. Pasien dianjurkan unuk tidak makan makanan yang keras terlebih dahulu.

Pasien haru smakan makanan yang cair danlembut, terutama pada hari

pertama pasca pencabutan gigi. Makanannya juga tidak boleh terlalu panas.

Pasien baru boleh makan beberapa jam setelah pencabutan gigi agar tidak

29

Page 30: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

mengganngu terbentuknya blood clot. Dan jangan mengunyah pada sisi yang

baru di cabut.

3. Banyak minum air untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

4. Pasien harus selalau menjaga kebersihan muutnya. Gigi harus disikat secara

rutin, kumur-kumur dengan menggunakan saline solution (1/2 sendok teh

garam yang dilarutkan di dalam satu gelas air panas). Pasien tidak boleh

kumur-kumur dengan menggunakan hidrogen peroksida karena dapat

menghilangkan blood clot.

5. Untuk mengurangi rasa sakit dapat digunakan pemberian obat analgesik.

Selain dengan pemberian obat anelgesik pengguanaan aplikasi dingin juga

dapat digunakan untuk mengurangi terjadinya rasa sakit

6. Pasien tidak boleh meroko. Karena dapat meningkatkan insiden terjadinya

dry socket.

Sedangkan menurut Archer (1975), perawatan postoperatif yang diinstruksikan

kepada pasien untuk mencegah komplikasi adalah sebagai berikut:

1. Biarkan gauze sponge tetap berada di dalam mulut selama 30 menit setelah

pencabutan gigi untuk mengurangi perdarahan.

2. Jangan menggunakan obat kumur selama 6 jam pasca pencabutan, karena

dapat menstimulus terjadinya perdarahan dan dapat mengganggu terbentuknya

blood clot.

3. Apabila terjadi perdarahan ringan, kumur-kumur dengan menggunakan air

garam yang hangat.

4. Apabila perdarahan terus menerus terjadinya, segera hubungi dokter gigi.

Dan selama menunggu, letakkan soaked tea bag pada area yang mengalami

perdarahan, lalu tutup dengan menggunakan kapas atau kasa, gigit sekitar 20

menit.

5. Gunakan aplikasi panas untuk menghilangkan diskolorisasi yang terjadi.

6. Lakukan pemberian vitamin C dan vitamin B terapi tambahan yang berfungsi

30

Page 31: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

untuk membantu penyembuhan jaringan.

1. Penanganan Komplikasi Pasca Pencabutan

Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat terjadi oleh berbagai sebab dan

bervariasi pula dalam akibat yang ditimbulkannya. Komplikasi tersebut kadang-

kadang tidak dapat dihindarkan tanpa memandang operator, kesempurnaan persiapan

dan keterampilan operator.

Komplikasi ekstraksi pascaoperasi pada anak sama seperti pada orang dewasa.

Dry socket jarang terjadi pada anak-anak. Jika terdapat dry socket pada anak di

bawah usia sepuluh tahun yang masih dalam masa perkembangan, operator harus

segera berpikir tentang sebuah infeksi, contoh actinomicosis atau gangguan sistemik

(anemia, gangguan gizi, dll).

Jenis komplikasi yang dapat terjadi :

1) Kegagalan dari :

- Pemberian anastetikum

- Mencabut gigi dengan tang atau elevator

2) Fraktur dari :

- Mahkota gigi yang akan dicabut

- Akar gigi yang akan dicabut

- Tulang alveolar

- Tuberositas maxilla

- Gigi sebelahnya/gigi antagonis

- Mandibula

3) Dislokasi dari :

- Gigi sebelahnya

- Sendi temporo mandibula

4) Berpindah akar gigi :

- Masuk ke jaringan lunak

- Masuk ke dalam sinus maxillaris

5) Perdarahan berlebihan :

31

Page 32: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

- Selama pencabutan gigi

- Setelah pencabutan gigi selesai

6) Kerusakan dari :

- Gusi

- Bibir

- Saraf alveolaris inferior/cabangnya

- Saraf lingualis

- Lidah dan dasar mulut.

7) Rasa sakit pasca pencabutan gigi karena :

- Kerusakan dari jaringan keras dan jaringan lunak

- Dry socket

- Osteomyelitis akut dari mandibula

- Arthritis traumatik dari sendi temporo mandibula.

8) Pembengkakan pasca operasi :

- Edema

- Hematoma

- Infeksi

- Trismus

- Terjadinya fistula oro antral

- Sinkop

- Terhentinya respirasi

- Terhentinya jantung

- Keadaan darurat akibat anastesi

Penanggulangan komplikasi :

1) Kegagalan dari :

- Kegagalan anastesi

Kegagalan anastesi biasanya berhubungan dengan teknik anastesi yang salah atau

dosis obat anastesi tidak cukup.

32

Page 33: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Penanganan

menguji efektivitas dari anestesinya harus diuji sebelum pencabutan dimulai

- Kegagalan pencabutan gigi

Penanganan

Bila gigi gagal dicabut dengan menggunakan aplikasi tang atau elevator

dengan tekanan yang cukup maka instrumen tersebut harus dikesampingkan dan

dicari sebab kesulitan. Pada kebanyakan kasus lebih mudah dicabut dengan

tindakan pembedahan.

2) Fraktur

- Fraktur mahkota gigi

Fraktur mahkota gigi selama pencabutan mungkin sulit dihindarkan pada gigi

dengan karies besar sekali atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga

disebabkan oleh tidak tepatnya aplikasi tang pada gigi, bila tang diaplikasikan

pada mahkota gigi bukan pada akar atau masa akar gigi, atau dengan sumbu

panjang tang tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Juga bisa disebabkan oleh

pemilihan tang dengan ujung yang terlalu lebar dan hanya memberi kontak satu

titik sehingga gigi dapat pecah bila ditekan. Dapat pula disebabkan karena

tangkai tang tidak dipegang dengan kuat sehingga ujung tang mungkin

terlepas/bergeser dan mematahkan mahkota gigi. Selain itu juga fraktur mahkota

gigi bisa disebabkan oleh pemberian tekanan yang berlebihan dalam upaya

mengatasi perlawanan dari gigi.

Penanganan

Untuk itulah operator harus bekerja sesuai dengan metode yang benar dalam

melakukan pencabuant gigi. Tindakan penanggulangannya dapat dilakukan

dengan memberitahukan kepada pasien bahwa ada gigi yang tertinggal kemudian

dicari penyebabnya secara klinis dengan melalui bantuan radiografi. Pemeriksaan

dengan radiografi dilakukan untuk memperoleh petunjuk yang berguna untuk

mengidentifikasi ukuran dan posisi fraktur gigi yang tertinggal. Selanjutnya

operator mempersiapkan 4 alat yang diperlukan untuk menyelesaikan pencabutan

33

Page 34: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

dan menginformasikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk tindakan tersebut.

Sedangkan metode yang digunakan bisa dengan cara membelah bifurkasi

(metode tertutup) atau dengan dengan pembedahan melalui pembukaan flap

(metode terbuka).

- Fraktur akar gigi

Fraktur yang menyebabkan fraktur mahkota mungkin juga menyebabkan

fraktur akar. Meskipun idealnya semua fragmen akar harus dikeluarkan, tetap i

alangkah bijaksana untuk meninggalkannya pada keadaan-keadaan/kasus-kasus

tertentu. Akar gigi dapat dianggap sebagai fragmen akar gigi bila kurang dari 5

mm dalam dimensi terbesarnya. Pada pasien yang sehat sisa akar dari gigi sehat

jarang menimbulkan masalah dan dalam kebanyakan kasus fragmen akar tersebut

boleh ditinggalkan kecuali bila posisinya memungkinkan untuk terlihat secara

jelas.

Pencabutan dari 1/3 apikal akar palatal molar atas bila harus mengikut

sertakan pembuangan sejumlah besar tulang alveolar dan mungkin dipersulit

dengan terdorongnya fragmen kedalam sinus maxlillaris atau menyebabkan

terbentuknya fistula oro antral pada kebanyakan kasus lebih baik

dipertimbangkan untuk ditinggalkan dan tidak diganggu. Dan jika diindikasikan

untuk dikeluarkan sebaiknya didahului dengan pemeriksaan radiografi dan

dilakukan oleh operator yang berpengalaman dengan menggunakan teknik

pembuatan flap.

- Fraktur tulang alveolar

Fraktur tulang alveolar dapat disebabkan oleh terjepitnya tulang alveolar

secara tidak sengaja diantara ujung tang pencabut gigi atau konfigurasi dari akar

gigi itu sendiri, bisa pula bentuk dari tulang alveolar yang tipis atau adanya

perubahan patologis dari tulang itu sendiri.

Penanganan

Membuang fragmen alveolar yang telah kehilangan sebagian besar

perlekatanperiosteal dengan menjepitnya dengan arteri klem dan melepaskannya

34

Page 35: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

dari jaringan lunak. Selanjutnya bagian yang tajam bisa dihaluskan dengan bone

file dan dapat dipertimbangkan apakah diperlukan penjahitan untuk mencegah

perdarahan.

- Fraktur tuber maxillaris

Fraktur tuber maxillaris kadang-kadang dapat terjadi karena penggunaan

elevator yang tidak terkontrol, dapat pula disebabkan geminasi patologis antara

gigi molar kedua atas yang telah erupsi dengan gigi molar ketiga atas yang tidak

erupsi. Penanganan

Hentikan pemakaian tang atau elevator dan dibuat flap muko periosteal

bukal yang luas, tuber yang fraktur dan gigi tersebut kemudian dibebaskan dari

jaringan lunak pada palatal dengan alat tumpul (raspatorium) dan kemudian gigi

dikeluarkan dari soketnya. Flap jaringan lunak kemudian dilekatkan satu sama

lain dan dijahit.

- Fraktur gigi yang berdekatan atau gigi antagonis

Fraktur seperti ini dapat dihindarkan dengan cara pemeriksaan pra operasi

secara cermat apakah gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut

mengalami karies, restorasi besar, atau terletak pada arah pencabutan. Bila gigi

yang akan dicabut merupakan gigi penyokong jembatan maka jembatan harus

dipotong dulu dengan carborundum disk atau carborundum disk intan sebelum

pencabutan. Bila gigi sebelahnya terkena karies besar dan tambalannya goyang

atau overhang maka harus diambil dulu dan ditambal denga tambalan semenatra

sebelum pencabutan dilakukan. Tidak boleh diaplikasikan tekanan pada gigi

yang berdekatan selama pencabutan dan gigi lain tidak boleh digunakan sebagai

fulkrum untuk elevator kecuali bila gigi tersebut juga akan dicabut pada

kunjungan yang sama.

Gigi antagonis bisa fraktur jika gigi yang akan dicabut tiba-tiba diberikan

tekanan yang tidak terkendali dan tang membentur gigi tersebut. Teknik

pencabutan yang terkontrol secara cermat dapat 6 mencegah kejadian tersebut.

Penggunaan mouth gags dan penyangga gigi yang tidak bijaksana dapat

35

Page 36: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

menyebabkan kerusakan pada gigi lain selain gigi yang akan dicabut, terutama

pada anastesi umum. Adanya gigi dengan restorasi besar atau gigi goyang,

mahkota tiruan atau jembatan harus dicatat dan diperhatikan oleh anastesi. Gigi-

gigi tersebut harus dihindarkan bila mungkin dan mouth gags/pengganjal gigi

dipasang ditempat yang aman dari hal-hal diatas.

- Fraktur mandibula

Fraktur mandibula dapat terjadi bila digunakan tekanan yang berlebihan

dalam mencabut gigi. Bila tidak dapat dicabut dengan tekanan sedang maka

harus dicari penyebabnya dan diatasi. Selain itu juga bisa disebabkan oleh

adanya hal-hal patologis yang melemahkan misalnya, adanya otseoporosis

senile,atrofi, osteomyelitis, post terapi radiasi atau osteo distrofi seperti osteitis

deforman, fibrous displasia, atau fragile oseum. Fraktur mandibula pada saat

pencabutan gigi bisa pula disebabkan oleh gigi yang tidak erupsi, kista atau

tumor. Pada keadaan tersebut pencabutan gigi hanya boleh dilakukan setelah

pemeriksaan radiografis yang cermat serta dibuat splint sebelum operasi. Pasien

harus diberitahu sebelum operasi tentang kemungkinan fraktur mandibula dan

bila komplikasi ini terjadi penanganannya harus sesegera mungkin. Untuk

alasan-alasan tersebut sebagian besar dapat ditangani dengan baik oleh ahli

bedah mulut. Bila fraktur terjadi pada praktek dokter gigi maka dilakukan

reposisi dan fikasasi sementara, serta pasien dirujuk secepatnya ke Rumah Sakit

terdekat yang ada fasilitas perawatan bedah mulut.

3) Dislokasi

- Dislokasi dari gigi yang berdekatan

Dislokasi dari gigi yang berdekatan selama pencabutan ini dapat dihindari

dengan menggunakan elevator yang tepat dan sebagian besar tekanan dititik

beratkan pada septum interdental. Selama penggunaan elevator jari harus

diletakkan pada gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut untuk

mendeteksi adanya kegoyangan pada gigi yang berdekatan dengan gigi yang

akan dicabut.

36

Page 37: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

- Dislokasi dari sendi temporo mandibula

Dapat terjadi pada pasien dengan riwayat dislokasi rekuren tidak boleh

dikesampingkan. Komplikasi ini pada pencabutan dapat dicegah bila pembukaan

rahang bawah tidak sampai maksimal dan bila rahang bawah dipegang (fiksasi)

dengan baik oleh operator selama pencabutan. Dislokasi dapat pula disebabkan

oleh penggunaan mouth gags yang ceroboh. Jika terjadi dislokasi maka mouth

gags harus dikurangi regangannya.

Penanganan

Operator berdiri didepan pasien dan menempatkan ibu jarinya kedalam mulut

pada Krista oblique eksterna, dilateral gigi molar bawah yang ada, dan jari-jari

lainnya berada ditepi bawah mandibula secara ekstra oral, tekan kebawah dari

kedua ibu jari, kemudian dorong ke posterior, kemudian lepaskan sehingga

rahang oklusi selanjutnya dilakukan fiksasi dengan elastic verban (fiksasi ekstra

oral). Kemudian pasien diingatkan agar tidak membuka mulut terlalu lebar atau

menguap terlalu sering selama beberapa hari pasca operasi. Perawatan dislokasi

temporo mandibular joint tidak boleh terlambat karena dapat menyebabkan

spasme otot akibatnya mempersulit pengembalian sendi temporo mandibular

joint pada tempatnya kecuali dibawah anastesi umum.

4) Berpindahnya akar gigi

- Masuknya akar gigi ke dalam jaringan lunak

Berpindahnya akar gigi masuk kedalam jaringan lunak merupakan

komplikasi yang biasanya terjadi karena akar gigi tidak dipegang secara efektif

pada keadaan lapang pandang yang terbatas. Komplikasi ini dapat dihindari bila

operator mencoba untuk memegang akar dengan pandangan langsung.

- Masuknya akar gigi ke dalam sinus maxillaris

Komplikasi ini biasanya pada pencabutan gigi premolar/molar rahang atas

dan yang lebih sering akar palatal. Adanya sinus yang besar adalah faktor

predisposisi tapi insiden ini dapat dikurangi.

5. Perdarahan berlebihan

37

Page 38: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

Perdarahan berlebihan mungkin merupakan komplikasi pencabutan gigi. Oleh

karena itu anamnesis harus dilakukan secara cermat untuk mengungkap adanya

riwayat perdarahan sebelum melakukan pencabutan gigi. Bila pasien mengatakan

belum pernah mengalami perdarahan berlebihan maka harus dicari keterangan

yang lebih terperinci mengenai riwayat tersebut. Perhatikan secara khusus

hubungan waktu antara perdarahan dengan lamanya pencabutan (trauma

jaringan) dan banyaknya perdarahan dan pemeriksaan laboratorium harus

dilakukan (diindikasikan). Riwayat keluarga pasien yang pernah mengalami

perdarahan akibat suatu tindakan operasi juga amat penting. Pasien dengan

adanya riwayat diatas harus dirujuk ke ahli hematologi untuk dilakukan

pemeriksaan lebih cermat sebelum tindakan pencabutan gigi dilakukan. Bila

pasien memiliki riwayat perdarahan pasca pencabutan maka sangat bijaksana jika

membatasi jumlah gigi yang akan dicabut pada kunjungan pertama dan menjahit

jaringan lunak serta memonitor penyembuhan pasca pencabutan gigi. Bila tidak

terjadi komplikasi maka jumlah gigi yang akan dicabut pada kunjungan

berikutnya dapat ditingkatkan secara perlahan-lahan.

Penanganan

Perembesan darah secara konstan selama pencabutan gigi dapat diatasi dengan

aplikasi gulungan tampon atau dengan penggunaan suction. Perdarahan yang

lebih parah dapat diatasi dengan pemberian tampon yang diberi larutan

adrenalin : aqua bidest 1 : 1000 dan dibiarkan selama 2 menit dalam soket.

Perdarahan yang disebabkan pembuluh darah besar jarang terjadi dan bila ini

terjadi maka pembuluh darah tersebut harus ditarik dan dijepit dengan arteri klem

kemudian dijahit/cauter. Perdarahan pasca operasi dapat terjadi karena pasien

tidak mematuhi instruksi atau sebab lain yang harus segera ditemukan. Cara

penanggulangan komplikasi seperti pada kebanyakan kasus disarankan untuk

melakukan penjahitan pada muko periosteal, jahitan horizontal terputus paling

cocok dan untuk tujuan ini harus diletakkan pada soket sesegera mungkin.

Tujuan dari penjahitan ini adalah bukan untuk menutup soket tetapi untuk

38

Page 39: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

mendekatkan jaringan lunak diatas soket untuk mengencangkan muko perioteal

yang menutupi tulang sehingga menjadi iakemik. Karena pada kebanyakan kasus

perdarahan tidak timbul dari soket tetapi berasal dari jaringan lunak yang berada

disekitarnya, selanjutnya 10 pasien diinstruksikan untuk menggigit tampon

selama 5 menit setelah penjahitan. Bila perdarahan belum teratasi maka kedalam

soket gigi dapat dimasukkan preparat foam gelatin atau fibrin (surgicel, kalsium

alginat) setelah itu pasien disuruh menggigit tampon dan kemudian dievaluasi

kembali dan bila tetap tidak dapat diatasi sebaiknya segera dirujuk ke Rumah

sakit terdekat untuk memperoleh perawatan lebih intensif lagi.

5) Kerusakan

- Kerusakan pada gusi

Dapat dihindari dengan pemilihan tang secara cermat serta teknik pencabutan

gigi yang baik. Bila gusi menempel pada gigi yang akan dicabut dari soketnya,

gusi harus dipisahkan secara hati-hati dari gigi dengan menggunakan asrpatorium

(dengan gunting/scalpel) sebelum gigi dikeluarkan.

- Kerusakan pada bibir

Bibir bawah dapat terjepit diantara pegangan tang dengan gigi anterior, bila

tidak diperhatikan dengan baik. Tangan operator yang terampil dapat membuat

bibir bebas dari kemungkinan tersebut.

- Kerusakan saraf alveolaris inferior

Kerusakan dapat dicegah atau dikurangi hanya dengan diagnosis pra operasi

dan pembedahan secara cermat.

- Kerusakan saraf mentalis

Kerusakan saraf mentalis dapat terjadi selama pencabutan gigi premolar

bawah atau oleh infeksi akut jaringan disekitarnya.

- Kerusakan saraf lingualis

Saraf lingualis dapat rusak oleh pencabutan dengan trauma yang besar pada

gigi molar bawah dimana jaringan lunak lingual terkena bor sebelum

pembuangan tulang.

39

Page 40: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

- Kerusakan pada lidah dan dasar mulut

Lidah dan dasar mulut tidak akan mengalami kerusakan jika aplikasi tang dan

penggunaan elevator dilakukan secara hati-hati dan terkontrol. Komplikasi ini

lebih banyak terjadi pada pencabutan gigi dengan anastesi umum. Jika operator

menggunakan elevator tanpa kontrol yang tepat maka dapat meleset mengenai

lidah atau dasar mulut, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.

Perdarahan dapat diatasi dengan menarik lidah dan penjahitan.

6) Rasa sakit pasca operasi

- Rasa sakit pada jaringan keras

Rasa sakit dapat diakibatkan trauma jaringan keras karena terkena instrument

atau bor yang terlalu panas selama pembuangan tulang. Dengan pencegahan

secara teknsi melalui irigasi dan menghaluskan tepi tulang tajam dengan bone

file serta membersihkan soket tulang sete lah pencabutan dapat menghilangkan

kemungkinan penyebab rasa sakit pasca pencabutan gigi.

- Kerusakan jaringan lunak

Kerusakan jaringan lunak dapat terjadi oleh beberapa sebab misalnya insisi

yang kurang dalam sehingga bentuk flapnya compang camping yang membuat

proses penyembuhan menjadi lambat. Flap yang terlalu kecil retraksi untuk

membesarkan flap mungkin diperlukan, dan bila jaringan lunak tidak dilindungi

seperlunya maka jaringan lunak bisa tersangkut bor.

- Dry Socket

Keadaan klinis merupakan ostetiis yang terlokalisir yang melibatkan semua

atau sebagian tulang padat pembatas soket gigi atau lamina dura. Penyebabnya

tidak jelas tetapi terdapat banyak faktor predisposisi seperti faktor infeksi

sebelum, selama atau setelah pencabutan gigi merupakan faktor pemicu namun

banyak juga gigi dengan abses dan infeksi dicabut tanpa menyebabkan dry

socket. Meskipun benar bahwa setelah penggunaan tekanan yang berlebihan

selama pencabutan gigi dapat menimbulkan rasa sakit yang berlebihan tetapi ini

40

Page 41: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

tidak selalu terjadi, dan komplikasi ini dapat juga terjadi pada pencabutan gigi

yang sangat mudah.

Banyak ahli menduga bahwa pemakaian vaso konstriktor dalam larutan

anastesi lokal dapat memicu terjadinya dry socket dengan mempengaruhi aliran

darah dalam tulang, dan keadaan ini lebih sering terjadi pada pencabutan gigi

dibawah anastesi lokal dibandingkan dengan anastesi umum. Komplikasi dry

socket lebih sering terjadi pada pencabutan gigi bawah dari pada gigi atas.

Penanganan

Bila terjadi dry socket adalah ditujukan untuk menghilangkan sakit dan

mempercepat penyembuhan. Soket harus diirigasi dengan larutan normal saline

hangat dan semua bekuan darah degenerasi dikuret. Tulang yang tajam

dihaluskan dengan bone file/knabel tang kemudian diberi resep antibiotika dan

analgetika yang adekuat.

7) Pembengkakan pasca operasi

- Edema

Pembengkakan pasca operasi selama pencabutan gigi dapat menimbulkan

edema traumatik sheingga menghambat penyembuhan luka. Hal ini biasanya

disebabkan trauma instrumen tumpul, retraksi berlebihan dari flap yang tidak

baik atau tersangkut putaran bor merupakan faktor predisposisi keadaan ini.

- Hematoma

Penjahitan yang terlalu kencang dapat menyebabkan pembengkakan pasca

operatif akibat edema atau terbentuk hematoma dapat menyebabkan robeknya

jaringan lunak serta putusnya ikatan jahitan.

- Infeksi

Penyebab yang sering terjadi pembengkakan pasca operasi adalah infeksi

pada daerah bekas penc abutan karena masuknya mikroorganisme yang patogen.

Bila terdapat pus dan fluktuasi positif harus harus dilakukan insisi dan drainase

serta pemberian antibiotika yang adekuat. Sedang jika infeksi cukup parah atau

41

Page 42: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

telah meluas ke submaxilla dan sublingual sebaiknya segera dirujuk ke Rumah

Sakit yang mempunyai fasilitas Bedah Mulut.

- Trismus

Trismus dapat didefinisikan sebagai ketidak mampuan membuka mulut

akibat spasme otot. Keadaan ini dapat disebabkan edema pasca operasi,

pembentukan hematoma atau peradangan jaringan lunak. Pasien dengan arthritia

traumatik sendi temporo mandibular joint juga dapat memiliki keterbatasan

membuka mulut (gerakan mandibula). Terapi trismus bervariasi tergantung

penyebabnya.

Penanganan

Kompres panas atau penyinaran dengan solux atau kumur-kumur dengan

normal saline hangat dapat mengurangi rasa sakit pada kasus ringan, tapi pada

kasus lain kadang-kadang diperlukan pemberian antibiotika, anti inflamasi atau

analgetika yang mengandung muscle relaxan, neurotropik vitamin atau dirujuk

kepada spesialis bedah mulut ahli temporo mandibular joint untuk mengurangi

gejalanya.

- Terjadinya fistula oro antral

Bila terjadi komplikasi tersebut maka harus segera dilakukan penutupan

dengan flap muko periosteal (merujuk ke ahli bedah mulut/THT).

- Sinkop (takut berlebihan/over ansieti)

Serangan sinkop ini mempunyai gejala-gejala pusing, lemah, mual diiringi

kulit menjadi pucat, dingi dan berkeringat kemudian dilanjutkan dengan

kehilangan kesadaran.

Penanganan

Pertolongan pertama harus dilakukan dengan secepatnya dan sedetikpun

pasien tidak boleh lepas dari pengawasan/kehilangan komunikasi verbal. Kepala

pasien direndahkan dengan merubah posisi sandaran kursi. Pakaian pasien

dilonggarkan, kepala dimiringkan perhatikan jalan nafas. Jika pasien sudah sadar

baru diberikan cairan yang mengandung glukosa. Biasanya kesembuhan pasien

42

Page 43: Ekstraksi Gigi (Makalah Gabungan)

spontan dan terkadang pencabutan gigi dapat dilanjutkan. Jika kesadaran tidak

kembali maka pertolongan pertama harus segera diberikan karena penyebab

pingsan mungkin bukan berasal dari sinkop. Dan harus segera diberikan oksigen

serta pertolongan medis lain harus segera dipanggil. Bila pernafasan terhenti

dengan tanda-tanda otot skelet menjadi lemah dan pupil dilatasi (melebar) maka

pasien harus segera dibaringkan dilantai dan jalan nafas harus dilapangkan

dengan mengeluarkan semua peralatan atau benda asing dan kemudian dilakukan

resusitasi.

43