ekspor import

Upload: sritoko

Post on 18-Jul-2015

130 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    1/62

    BAB VIIDAYA SAING AGRO INDUSTRI GULA

    Oleh: Mahmud Thoha

    7.1. PendahuluanGula merupakan salah satu jenis kebutuhan pokok masyarakat yangsangat vital, disamping beberapa jenis kebutuhan pokok lainnyaseperti beras, daging, minyak goreng dan lain-lain. Selain sebagaibarang konsumsi untuk minuman, gula juga rnerupakan komponenutama pada harnpir semua jenis rnakanan seperti roti, kue dan anekapenganan dan masakan. Oleh karena itu permintaan terhadap gulameningkat seiring dengan pertarnbahan penduduk.Penduduk Indonesia dewasa ini rnencapai 216.948.400 jiwa (2003),dengan permintaan gula diperkirakan mencapai 130 juta ton setahun.Permintaan sebanyak itu baru dapat dipenuhi dari dalarn negeri sekitarseparuhuya. Dengan demikian ada kesenjangan yang cukup lebarantara permintaan dan penawaran gula di dalarn negeri. Selainmerupakan masalah, kesenjangan ini sekaligus adalah peluang dantantangan. Ketidakmampuan industri gula dalam memasok kebutuhandi dalam negeri merupakan indikasi adanya "supply bottleneck" dalamindustri ini. Dengan perkataan lain, ada kelernahan pada sisi suplaiatau aspek produksi dalam industri gula sehingga tidak rnarnpu

    194

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    2/62

    memenuhi permintaan pasar yang jumlahnya cukup besar. Hal inibertolak belakang dengan beberapa kornoditi seperti ayam, telor danberbagai jenis komoditi lainnya pada umumnya yang mengalamikesulitan dalarn rnernasarkan produk.Kelemahan pada sisi suplai atau produksi dapat dilihat dari rendahnyaefisiensi teknis maupun ekonornis dari pabrik-pabrik gula diIndonesia. Survei singkat yang dilakukan oleh tim penelitiDepartemen Kehutanan dan Perkebunan tahun 1999 memberikangambaran tentang kondisi 44 pabrik gula (PG) di Jawa sebagai berikut(Agus Pakpahan, 2004: 92-93):

    10 PG berada pada posisi efisien baik secara teknis maupunekonomis, yakni PG Jatiroto, PG Krembung, PG Tulangan, PGGempolkerep, PG Watutulis, PG Cukir, PG Jombang Barn, PGPesantren Barn, PG Merican, PG Lestari.

    26 PG tidak efisien baik secara teknis maupun ekonomis, 2 PG efisien secara teknis, tetapi tidak efisien secara

    ekonomis. 2 PG efisien secara ekonomis, tetapi tidak efisien secara

    teknis.Sementara itu dari 9 PG di luar Jawa, hanya 2 PG yang efisien baiksecara teknis maupun ekonomis yakni PG Gunung Madu Plantationsdan PG Gula Putih Mataram, sedangkan 7 PG lainnya tidak efisien.

    195

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    3/62

    Rendahnya efisiensi pabrik-pabrik gula tersebut disebabkan karenasebagian besar pabrik gula mempunyai kapasitas giling yang relatifkecil, yaitu di wabah 3000 ton tebu per hari. Faktor lain yang menjadisumber inefisiensi tersebut adalah umur mesin dan teknologi yangsudah terlalu tua serta kualitas bahan baku tebu yang rendah (RachmatPambudy, 2004: xx - xxi). Akibatnya produktivitas ,gula hablurmenjadi rendah sebagaimana ditunjukkan oleh terns menurnnnyaproduktivitas gula nasional dari 9,0 tonlhektar pada tahun 1960-1970menjadi 6,1 ton/hektar pada dekade 1980-1990 dan hanya 4,8tonJhektar pada periode 1999-2001.Kelemahan pada sisi suplai inilah yang menyebabkan produk gulaIndonesia tak berdaya saing sebagaimana diindikasikan oleh besarnyavolume gula impor dari tahun ke tahun. Oleh karena itu pembahasanindustri gula ini terntama akan digunakari untuk menjelaskan faktor-faktor yang menjadi/penyebab rendahnya daya saing industri gula ditanah air, dengan menggunakan pendekatan "diamond" klusterMichael Porter, yakni faktor permintaan, faktor input, faktor industripendukung dan penunjang, faktor strategi industri dan kompetisi, sertafaktor peluang.7.2. Faktor PermintaanPermasalahan industri gula Indonesia tidak dapat dilepaskanketerkaitannya dengan perkembangan permintaan dan penawaranguladalam pasar global. Produsen gula dewasa ini menyebar di berbagai

    196

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    4/62

    wilayah terutama Eropa Barat, Eropa Timur, Afrika, Amerika Tengahdan Utara dan Asia. Produksi gula di Eropa Barat dan Afrika sertaAmerika Tengah dan Utara mengalami pertumbuhan yang lamb anatau konstan, bahkan di Eropa Timur mengalami pertumbuhan negatif.Pertumbuhan produksi paling pesat terjadi di wilayah Amerika Selatandengan pertumbuhan mencapai 7,7% per tahun selama satu dasawarsa1990-an. Pertumbuhan yang cukup tinggi juga terjadi di Asia (3.7%)dan Oceania (2,9%) (lihat Tabel 7.1)

    Tabel7.1Pcrkembangan Produksi Gula Dunia Berdasarkan WilayahnyaTahun 1990/1991 s.d, 1998/1999 (juta ton)Taboo Pertum-

    Wilayah 90 / 91 9 1 1 92 92193 93/9 4 94/95 95196 96 /97 97/9 8 9 8 /9 9 huban(%J

    Eropa 21.03 19,92 20,76 20,93 18.71 18,96 20,66 22,18 21,41 1,12BaratEropa 13,50 10,63 9,92 10,93 8,57 9,80 9.63 8,25 7,76 -5,73TimurAfrika 8,09 7,84 6,68 7,01 7,42 8,01 6,23 8,77 9,12 1,45Arnerika 21,45 20,74 19,57 18,71 19,17 19,85 20,32 20,53 20,59 -0,14Tengah& UtaraAmerika 14.42 15,25 16,65 16.17 18,90 21,45 21,21 24,21 27,50 7,73SelatanAsia 30,06 38,49 34,23 31,99 37,77 40,94 37,19 37,54 42,30 3,74Oceania 4,17 3,94 4,88 5,59 5,29 6,16 6,46 6,21 5,14 2,95Total 115,72 116,80 112,68 111,37 115,83 125,18 123.70 127,70 133,81 2,27

    , .Sum ber: F .O . Lich, W orld Sugar Statistics 1999 /2000

    Dilihat dari pangsa produksi tahun 1998/99, Asia masih mendominasi(32%), disusul oleh Amerika Selatan (27.5%) dan Eropa Barat(21,0%). Juga tampak bahwa produsen gula utama adalah Asia dan

    197

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    5/62

    Amerika Selatan dengan total produksi meningkat dari 44 juta tallpada tahun 1990 /91 menjadi 70 juta ton 199E/99 . Secara keseluruhanproduksigula dunia meningkat dari 115 juta tonmenjadi 133 juta tonatau mengalami kenaikan 2,3% rata-rata per tahun selama periodetersebut. Produksi total tersebut selalu melampaui - konsumsinyasehingga stock atau cadangan gula dunia terus meningkat dari 20 jutaton menjadi 35 juta ton selama periode tersebut. Hal inilah yangmenjadi salah satu sebab utama tertekannya harga rata-rata gula dunia(lihat Tabel 7.2).

    Tabel7.2Neraca Gula Dunia Tahun 1991 s.d, 200 IHarga

    Stock rata-rataTahun Stock Produksi Impor Total Ekspor Konsum si Akhir white

    Suplai sugar(US$/ton)[991 19,395 113,458 32,538 165,391 32,538 111,925 20,927 268,201992 20,927 116,512 30,802 [68,24[ 30,802 113,929 23,510 247,801993 23,510 112,089 28,982 164,581 28,982 114,025 21,574 255,801994 21,574 109,787 29,864 161,225 29,864 112,747 18,614 344,991995 18,614 115,842 30,530 164,986 30,530 113,622 20,834 396,131996 22,756 122,212 32,457 177,425 32,457 116,574 28,394' 366,701997 26,569 122,496 32,803 181,868 32,803 119,667 29,398 315,871998 26,276 124,997 32,494 183,767 32,494 122,918 28,355 255,191999 25,463 130,228 34,697 190,388 34,697 123,738 31,953 200,612000 30,454 135,641 35,110 201,205 35,110 126,859 39,236 221,732001 34,789 [29,653 35,528 199,970 35,528 128,787 35,655 249,31Sumber. USDA, Sugar: W orld Markets and Trade, November 2001, diolah oleh Sekretariat Dewan

    Gula Nasional 2002

    198

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    6/62

    Gambaran lebih mutakhir memperlihatkan bahwa selama 5 tahunterakhir (1999/2000 - 2003/2004) produksi gula dunia berkisar antara130,4 juta ton hingga 143,2 juta ton. Sementara stock akhir guladunia berkisar 27,1 - 37,2 juta ton selama kurun waktu tersebut.Harga rata-rata gula dunia berkisar antara US$ cent 7 - 13/1b.Sedangkan harga gula dunia sangat rendah yakni: US$ 216/ton diLondon dan US cent 6,75/lb di New York. Tetapi biaya produksi rata-rata lebih dari US cent 13/Ib. Dengan kondisi seperti itu makasebenamya hampir semua produsen gula dunia akan tutup, karenaharga jual tak mampu menutup biaya produksinya. Namun demikian,Uni Eropa mampu mengekspor sekitar 5 juta ton gula, atau merupakaneksportir terbesar kedua dunia setelah Kuba. Hal ini merupakanindikasi bahwa sistem produksi dan pasar gula dunia tidak mumidikendalikan oleh mekanisme pasar, melainkan penuh dengan distorsiatau intervensi pemerintah (Agus Pakpahan, 2004: 96).Melimpah ruahnya produksi gula dunia dibandingkan denganpermintaan (konsumsi)-nya menyebabkan banyak negara produsenmenjual produk tersebut di bawah harga rata-rata produksinya, yangmengakibatkan banyak negara lainnya mengambil langkah-langkahprotektif untuk melindungi industri gula dalam negerinya. Beberapanegara maju yang menggembar-gemborkan perdagangan bebas sepertiAmerika Serikat dan Uni Eropa telah menentukan tarif di atasketentuan World Trade Organization (WTO) yakni "base rate tariff'sebesar 110% dan "binding rate tariff' sebesar 95%. Sebagai negara

    199

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    7/62

    eksportir utama, pada tahun 2002 Uni Eropa mengenakan tarif imporsebesar 240%, sementara itu sebagai negara importir, Amerika Serikatmengenakan tarif sebesar 155%. Indonesia sebagai negara sedangberkembang dan sekaligus pengimpor gula justru hanya mengenakantarif sebesar 32% untuk "raw sugar" dan 43% untuk gula jadi. Inimerupakan tarif terendah di antara negara-negara importir maupuneksportir, kecuali Mesir yang mengenakan tarif 30%. Padahalberdasarkan ketentuan WTO, Indonesia sebenamya bisa menentukantarif gula sebesar 95%.

    Tabe1 7.3TarifImpor Gula Tebu di Beberapa Negara

    No. Negara TarifImpor Negara Importir TarifEksportir (%) ImporUtama (%)

    1. Uni Eropa 240 Bangladesh 2002. Kolumbia 130 Arnerika Serikat 1553. Afrika Selatan 124 Philipina 1334. Thailand 104 India 1505. Brasilia 55 Cina 7 66. - - Srilanka 6 67 . - - Mesir 308. - - Indonesia 32&43Sumber: Asosiasi Gula Indonesia (AGI)

    200

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    8/62

    Dari kebijakan tarif impor gula di berbagai negara di atas tampakbahwa negara-negara lain lebih "concern" melindungi produsen guladalam negerinya sedangkan Indonesia lebih "concern" terhadapkonsumennya. Pemerintah Indonesia lebih berkepentin:gan untukmenyediakan gula yang murah daripada memikirkan kepentinganpetani tebu dengan harga yang layak. Kebijakan tarif impor gulaIndonesia yang begitu rendah merupakan konsekuensi logis dariketerikatan Indonesia terhadap kesepakatan yang telah ditandatanganipemerintah dan IMP sebagaimana tertuang dalam salah satu butirletter of intent (Lol) 1998 yang berisi penghapusan monopoli BULOGatas tataniaga gula, termasuk impor gula. Sejak saat itu impor gulaboleh dilakukan oleh importir umum, dan tarifuyapun ditekanserendah mungkin sehingga Indonesia kebanjiran gula impor denganharga yang sangat murah. Pada sisi yang lain, negara-negara majuseperti Amerika Serikat dan Uni Eropa justru melindungi produsengula dalam negerinya dengan tarif yang melebihi ketentuan WTO. Inimerupakan ironi rejim perdagangan bebas, Negara-negara sedangberkembang seperti Indonesia diminta membuka pasar domestilmyaseluas-luasnya terhadap komoditi negara-negara maju, dalam waktuyang bersamaan negara-negara maju justru membentengi pasar dalamnegerinya terhadap komoditi impor dari negara-negara sedangberkembang. Dengan demikian rejim perdagangan bebas jelasmerupakan suatu konsep yang tidak bebas nilai, melainkan merupakaninstrumen ekonomi politik negara-negara maju untuk mengukuhkanhegemoni ekonominya atas negara-negara sedang berkembang. Rejim

    201

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    9/62

    perdagangan bebas yang bertumpu pada paham ekonomi neoklasikdan paham politik neoliberalisme sering dipandang oleh parapenentangnya sebagai neokolonialisme dan neoimperialisme.Pihak yang sangat diuntungkan oleh rejim perdagangari bebas adalahkonsumen, karena bisa mendapatkan komoditi yang diinginkandengan harga paling murah. Sementara itu, produsen yang tidakkompetitif dan tidak efisien, akan menjadi korban pertama dariperdagangan bebas. Ini merupakan dilemakebijakan publik. Bilapemerintah berpihak kepada petani tebu dan pabrik gula dengan caramemberikan tarif yang agak tinggi agar dapat bersaing dengangulaimpor maka konsumen gula baik sektor rumah tangga maupun sektorindustri akan terpukul. Sebaliknya bila pemerintah lebih berpihakkepada konsumen dengan cara pengenaan tarif impor yang rendahmaka para petani tebu yang terdiri dari ratusan ribu orang akanmenderita. Demikian pula puluhan pabrik gula bisa berhentiberoperasi karena kurang atau tidak ada pasokan tebu. Dalam situasidemikian, tampaknya pemerintah harus ambil jalan tengah dengancara penetapan tarif impor yang moderat sehingga petani berminatmenanam tebu dan memperoleh keuntungan yang layak, sedangkan.konsumen masih cukup mempunyai daya beli untuk memenuhikebutuhannya akan gula.

    202

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    10/62

    7.3. Faktor InputKetidakmampuan industri gula untuk memenuhi kebutuhan gula didalam negeri dalam jumlah yang sedemikian besar disebabkan olehfaktor menurunnya luas areal tanaman, produktivitas dari rendementebu di Jawa. Luas areal tanaman tebu di Jawa turon dari 296 ribuhektar pada tahun 1995 menjadi 225 ribu hektar tahun 2002, ataumerosot 1,7% rata-rata per tahun. Demikian pula rendemen tebu diJawa merosot dari 7,17% tahun 1995 menjadi 6,92% tahun 2002,sehingga produktivitas tebu dan gulajuga merosot (lihat Tabel 7.4).

    203

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    11/62

    Tabel 7.4Realisasi Luas Areal dan Produksi Gula di IndonesiaTahun 1995 sId 2002Urman 1995 1996 1997 199& 1999 2000 2001 2002)JAWALuas (ha) 295.899 274.sn 257.788 245.173 209.710 209.048 211.000 224.953Tcbu(lon) 21.728.417 19.110.304 19.350.786 17.131.452 12.791.140 14.583.135 15.456.113 16.233.176T eb u (I C! Vh a) 73,43 11,71 71,19 72,32 60,99 69,16 .13;1.5 72,16Rendemen 7,11 1.36 7,63 5,39 6,65 6,48 6,18 6,92(%)H ah lu r (Io n) 1.557.691 1.45U168 1.400.962 955.101 851.009 945.646 955.691 1.123.107Hahlur 5.26 5,28 5.43 3,90 4,06 4.52 4.53 S.W(Ionlha)LUARJAWALuos(h') 124.731 128.414 121.B78 133.121 131.092 130.819 133.441 124.:197Tebu(lon) 8.367.645 8.893.226 9.600.07B 9.446.314 8.610.697 9.448.159 9.130.141 9.485.709T eb u ( Io n/h a) 67,09 69,25 75.07 70,96 65,68 72.22 12.92 76,32R cn dem 6.44 7,23 S.22 5,67 7,40 7,8B 7,91 8.5S(%)H ah lu r (Io n) 538.780 643.127 789.005 535.852 637.592 744.3 769.777 814.289H.bluT 4,32 5,ot 6,17 4,03 4,S6 5,69 5.77 6,>5( lonIha)INDONESIALuas (ha) 420.630 403.266 385.666 378.294 340.802 339.867 344.441 349.250Tebu(ton) 30.096,062 286.035.300 27.950.863 27.177.766 21.401.837 24.031.294 25.186.254 25.118.885Tct ru ( to n lh a) 71.55 70,30 72.47 71,84 62.80 70.71 73,12 73,64Rendem . . 6,97 7,32 7,84 5.49 6,96 1.03 6,85 7.54(%)Hobl"T (Ion) 2.096.471 2.094J95 2.189.967 1.491.552 1.488.601 1.690.001 1.725.467 1.937.997H u b l U T 4,98 5.19 5,68 3,94 4,37 4,97 5,01 5.55(Ionlh.) ..umber ; Pe ru sahaan -pe ru sahaan Gu l. dlolah dl Sek re tn n at D ew an Gula N as io n al, Ok !. 2 00 2) Taksasi MaTet2oo2

    Kecenderungan sebaliknya terjadi di luar Jawa, karena luas areal,produksi, produktivitas dan rendemen tebu justru meningkat.Menurunnya luas areal tanaman tebu di Jawa, berdasarkan hasilwawancara dengan administratur Pabrik Gula (PG) Poerwodadi diMagetan dan PG Soedhono di Ngawi serta wakil petani tebu yangtergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) dan KoperasiPetani Tebu Rakyat (KPTR) di dua daerah tersebut disebabkan antaralain oleh beberapa faktor. Pertama, harga gula kurang merangsang

    204

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    12/62

    bagi petani untuk menanam tebu, karena margin keuntungan yangditerima petani terlalu keciI sehingga kurang memadai untukmenopang hidup petani secara layak. Kedua, umur tanaman teburelatif lama yakni sekitar 14 bulan. Ini merupakan waktu yang cukuplama dibandingkan dengan komoditi tanaman pangan lainnya sepertipadi, jagung, kedelai, kacang tanah, singkong, tembakau, semangkaatau tanaman lainnya. Ketiga, beralih fungsinya sebagian lahan untukperuntukan Iainnya seperti perumahan, industri atau kegiatan usahaIainnya. Keempat, hampir seluruh pabrik-pabrik gula di Jawa tidakmempunyai Hak Guna Usaha atas tanah-tanah garapannya. Pemiliklahan adalah para petani sedangkan fungsi pabrik gula hanyalahsebatas sebagai tukang giling tebu. Karena pabrik gula tak memilikilahan sendiri maka hanya ada dua pilihan agar mesin pabrik gula tetapberoperasi yakni dengan cara menyewa lahan dari petani ataumengandalkan pasokan tebu rakyat di sekitar pabrik, yang luasarealnya benar-benar di luar wewenang pabrik gula maupunPemerintah Daerah untuk mengontrolnya. Adapun faktor-faktor yangmenyebabkan menurunnya produktivitas dan rendemen tebu di Jawadiantaranya adalah semakin kurang berfungsinya saluran irigasiteknis. Lahan di daerah hilir pada umumnya kesulitan untukmendapatkan air dari irigasi teknis. Di daerah Madiun, sumber airirigasi diperoleh dari air bawah tanah yang disedot melalui pompa,dengan biaya sekitar Rp. 1,5 juta per hektar. Hal ini tentu sajamenambah komponen biaya produksi dengan nilai yang cukupsignifikan. Semakin Iangkanya sumber daya air irigasi ini antara lain

    205

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    13/62

    karena beberapa sumber mata air yang semula merupakan sumber airuntuk irigasi teknis, beberapa tahun terakhir ini telah beralih fungsimenjadi bahan baku atau sumber pasokan bagi Perusahaan DaerahAirMinum (PDAM). Selain itu air irigasi banyak dialirkan ke lahan-lahan tegalan, lahan kering atau lahan kritis. Pompanisasi air bawahtanah untuk tanaman tebu ini telah menimbulkan dampak buruk bagisumur-sumur air di sektor rumah tangga. Hampir tiap tahun setiaprumah tangga di daerah ini harus mengeduk kembali sumumya Iebihdalam karena sumur mereka semakin kering. Menipisnya areal hutandi daerah hulu sungai juga menyebabkan pasokan atau debit air irigasiteknis semakin kecil. Keterbatasan sumberdaya air ini akan menjadikendala utama dalam pengelolaan tanaman tebu di Jawa padabeberapa tahun mendatang.Faktor lain yang menyebabkan rendahnya produktivitas gula di Jawaadalah menurunnya kualitas tebu sebagai akibat dari terlalu banyaknyafrekuensi panenan tebu hasil keprasan (ratoon). Seeara teoritis jumlahkeprasan yang ideal adalah maksimal tiga atau empat kaIi, tetapi yangterjadi pada tebu rakyat jumlah tersebut seringkali mencapai di atas 7kali. Artinya petani hanya menanam tebu sekali, setelah dipanen yangpertama maka petani tidak menanam tebu lagi untuk panenanberikutnya tetapi hanya mengandalkan tunas-tunas tebu hasil tebanganpertama, demikian seternsnya sampai yang ketujuh kali atau lebih.Selain itu petani tampaknya juga tidak memupuk tebunya dengantakaran standar sehingga produksi tidak optimal. Belum lagi faktor

    2 06

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    14/62

    ketidaksesuaian waktu antara kebutuhan untuk memupuk denganketersediaan kredit dari bank. Hal ini jelas berpengaruh negatifterhadap produksi tebu. Dengan perkataan lain kaidah-kaidah baku:tentang tata cara bercocok tanam yang baik dan profesional tidak ataubelum dapat diterapkan sebagaimana mestinya oleh para petani tebu. rakyat di Jawa. Di atas itu semua ada faktor terpenting yangmenyebabkan rendahnya produktivitas tebu dan gula di Jawa adalahharga gula yang tidak cukup kuat merangsang petani untuk menanamtebu. Margin keuntungan petani tebu dengan harga gula yangcenderung menurun adalah terlalu kecil, karena biaya produksicenderung naik,Kalau berbagai kendala teknis seperti keterbatasan lahan dan semakinsulitnya memperoleh air irigasi merupakan faktor penghambat dari sisisuplai, tidak demikian halnya dengan pabrik-pabrik gula di luar Jawaterutama di Lampung. Dua pabrik gula yaitu PG Gunung MaduPlantation di Lampung Tengah dan PG Bunga Mayang di LampungUtara yang dijadikan salah satu obyek penelitian ini menunjukkanbahwa kedua pabrik gula tersebut relatif tidak menghadapi masalah-masalah teknis sebagaimana terjadi pada pabrik gula di Jawa. PGGunung Madu yang dikelola oleh pihak swasta mempunyai lahanberstatus HGU dengan luas 33.000 hektar, sedangkan PG BungaMayang memiliki laban seluas 24.000 hektar dengan status HGU pula.Dengan demikian kedua pabrik gula ini praktis tidak menghadapipersoalan yang berkaitan dengan lahan garapan, sehingga dapat

    207

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    15/62

    mengelola usaha secara profesional pula. Meskipun lahan keduapabrik ini merupakan lahan kering dan tak ada irigasi teknis tetapikendala pasokan air dapat diatasi dengan memanfaatkan "lebung" ataukantong-kantong air yang jumlahnya cukup banyak untukmenampungairhujan dan dimanfaatkan untuk mengairi tebu pada musim kemarau.Dengan demikian kedua pabrik ini tak menghadapi masalah "supplybottleneck"sebagaimana halnya pabrik-pabrikgula di Jawa. Karenapabrik dikelola secara profesional bisnis mumi (utamanya PG GunungMadu) maka biaya produksi juga dapat ditekan. Efisiensi biayaproduksi ini dapat dicapai melalui antara lain pemanfaatan skalaekonomi, menghapuskan korupsi dengan sangsi yang tegas, teknikbudidaya yang berjalan sebagaimana mestinya. Akibatnya "breakevent point" (BEP) produksi gula pada tingkat harga gula sekitar Rp.2.200,- per Kg atau sekitar Rp. 1.000,- lebih rendah dibandingkandengan pabrik -pabrik gula di Jawa.Keunggulan Iainnya dari pabrik-pabrik gula di Lampung ini selainfaktor status lahan ber-HGU yang memungkinkan perusahaan dapatmengelola usahanya secara lebih profesional, pabrik-pabrik ini jugadilengkapi dengan devisi "Research and Development" yang cukupberdaya guna dan berhasil guna. Devisi R&D ini mempunyai tugasmelakukan percobaan-percobaan guna rnenemukan varietas bam yangunggul melalui teknik kultur jaringan dan menernukan berbagai jenispredator untuk mengatasi berbagai hama tebu.

    208

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    16/62

    usaha di Jawa tampaknya juga tidak lebih baik. Selain hamsmembayar retribusi air, pihak pabrik gula di daerah Kabupaten ngawi,Magetan dan Madiun, juga dibebani dengan retribusi parkir,sumbangan desa, sumbangan jalan, sumbangan portal danpemeliharaan jaringan/saluran air. Sumbangan portal dikenakan olehwarga masyarakat pada setiap truk yang mengangkut tebu yangmelewati portal yang hampir ada pada setiap RT dan RW, yangjumlahnya bisa sangat banyak. Pihak pabrik juga dibebani retribusipemeliharaan jaringanlsaluran air, padahal aktivitas pemeliharaansaluran air tersebut dapat dikatakan hampir tidak ada, karena saluranyang ada tidak berfungsi lagi karena tak ada air. Air irigasi untuktanaman tebu di daerah ini hampir selurubnya diperoleh denganmenyedot air bawah tanah dengan pompa. Jenis-jenis pungutanlainnya sejak era otonomi daerah diantaranya ialah retribusi/pajakdesa, retribusi/pajak kecamatan, retribusilpajak kabupaten, sumbanganperingatan HUT Rl di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten,sumbangan-sumbangan sosial dan pungutan dari pihak kepolisian(Polwil) sebesar Rp. 7,50 per kuintal tebu atas kelebihanmuatanltonase.Faktor input lainnya yang menyebabkan rendahnya efisiensi pabrik-pabrik gula, terutama di Jawa adalah karena adanya beban tenagakerja yang kelewat banyak dari kebutuhan. Sebagai contoh PGPoerwodadi di Magetan saat ini (2004) memiliki tenaga kerja tetapsebanyak 470 orang. Padahal menurut pihak Administratur, bagi

    211

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    17/62

    pabrik gula barn dengan kapasitas yang sarna hanya diperlukan tenagakerja sekitar 163 orang atau sepertiga dari tenaga kerja yangdipekerjakan saat ini. Tekanan dari berbagai pihak terhadap pihakmanajemen juga dialami oleh PG Bungamayang di Lampung gunamenarnpung keluarga dekat para camat, kepala desa, kepala dinas danlain-lain. Padahal pihak pabrik saat ini sudah kelebihan tenaga kerja.Inilah dilema yang selalu dialami oleh Badan Usaha Milik Negara(BUMN), yakni pertimbangan efisiensi ekonomi bisnis danpertimbangan sosial-kemanusiaan. Situasi bertambah pelik mengingattingginya masalah pengangguran dalam masa krisis ekonomi dewasaini. Dalam menghadapi situasi demikiart, pihak manajemen pabrikhams berani mengambil sikap untuk menyelamatkan perusahaan darikebangkrutan, apalagi mengingat bahwa status hukum pabrik-pabrikgula sekarang berada pada payung Perseroan Perkebunan yang lebihberorientasi ekonomi-bisnis ketimbang kepentingan sosial. Sikapdemikian telah diambiI oleh pihak manajemen PG Bungamayang,dalam dua tahun terakhir ini.7.4.Strategi Industri dan KompetisiKompetisi antar pabrik gula di Jawa dewasa ini memang ada, tetapitidak dalam bentuk memperebutkan pasar melainkan terutama dalammemperebutkan laban garapan karena pabrik-pabrik gula tersebutmemang tidak mempunyai lahan sendiri. Semakin terbatasnya areallahan milik petani yang digarap untuk tanaman tebu karena petanicenderung memilih jenis tanaman apa saja yang dipandang paling

    212

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    18/62

    menguntungkan seperti padi, kacang tanah, jagung, tembakau ataubuah-buahan seperti semangka, melon atau sayur-sayuran sepertikacang panjang, kol, wortel atau yang lainnya. Dengan demikiankompetisi yang terjadi lebih berbentuk memperebutkan input lahanyang mempunyai berbagai macam peruntukan bercocok tanamdaripada memasarkan hasil produksi berupa gula, Kompetitor riilpabrik-pabrik gula di Indonesia adalah para importir gula baik yanglegal maupun ilegal. Importir legal menjadi kompetitor terutama bilamereka melakukan impor justru sewaktu terjadi panen sehinggamenekan harga gula, Mereka juga menjadi kompetitor bila jumlahgula impor terlalu banyak sehingga suplai gula di pasar melebihipermintaannya sehingga juga menekan harga gula. Apalagi importirillegal, mereka jelas bukan hanya kompetitor melainkan telahberfungsi sebagai predator pabrik-pabrik gula di negeri ini. Hal initerjadi karena importir gula illegal memasukkan barang tanpamembayar pajak sehingga dapat menjual gula dengan harga yang jauhlebih murah dibandingkan dengan biaya produksi per unit pabrik-pabrik gula di Jawa.Kompetitor lainnyapada skala global adalah para produsen gulautama dunia seperti Brazilia, Uni Eropa, Australia, Negara-negaraAsia lainnya terutama Thailand dan beberapa negara Afrika.Keunggulan kompetitor dari Brazilia ialah terletak pada fleksibilitaspabrik-pabrik gula di negara tersebut dalam menyesuaikan jenisproduksinya dengan perkembangan pasar. Bila harga minyak bumi

    213

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    19/62

    meningkat misalnya maka pabrik-pabrik gula di negara AmerikaSelatan tersebut dengan cepat dapat mengubah produksinya dari gulamenjadi ethanol atau jenis bahan bakar lainnya. Dengan demikianpara kompetitor pabrik-pabrik gula kita mempunyai keunggulan dibidang teknologi yang lebih bersifat fleksibel sehingga lebih dapatmenyesuaikan diri dari gejolak dan instabilitas pasar. Narnundemikian kompetisi global dalam komoditi gula dunia dewasa initidak berada dalam situasi perdagangan dunia yang bebas melainkanpenuh dengan distorsi. Bahkan menurut Rahmat Pambudy (2004: xiv- xvi) keterpurukan industri gula nasional dewasa ini adalah akibattidak kondusifnya lingkungan ekstemal yang disebabkan distorsiharga gula yang artificial rendah di pasar intemasional. Negara-negara lain penghasil gula bukan hanya mengambil kebijakanprotektif untuk melindungi industri gula domestiknya, melainkan jugarnelakukan promosi ekspor untuk menembus pasar luar negeri.Langkah-Iangkah protektif tersebut diantaranya adalah penerapanpembatasan impor dengan salah satu atau kombinasi dari berbagaiinstrurnen seperti kuota, tarif, bea masuk tambahan dan pengaturanpasokan gula domestik. Thailand misalnya, menerapkan kebijakankuota impor sebanyak 13.700 ton dengan tarif sebesar 65 persendanselebihnya 96 persen. Sementara itu China menerapkan kuota imporsebanyak 1,8 juta ton dengan tarif 30 persen untuk gula putih dan 20persen untuk raw sugar, selebihnya tarif keduanya ditingkatkanmenjadi 76 persen. Untuk kebijakan promosi, China saat inimendirikan 25 lernbaga penelitian gula dan 15 universitas/akademi

    214

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    20/62

    dan sekolah teknik menengah dengan spesialisasi pengembangan gula.Kuba memberikan modal investasi agribisnis gula. Mesirmemberikan subsidi usaha tani tebu sebesar US$ 113.2 juta padatahun 2002, dan hampir semua negara memberikan subsidi bungapinjaman dan menetapkan harga dasar pembelian tebu/gula yangdihasilkan. Negara-negara Eropa mengalokasikan subsidi hargakepada industri gulanya sebesar US$ 10 milyar dan subsidi eksporsekitar US$ 6 juta. Pemberian subsidi yang sedemikian besar inilahyang menjadi salah satu sebab utama tertekannya harga gula di pasarintemasional, yang akhimya berujung pada berkurangnya gairahpetani di Indonesia untuk menanam tebu. Akibat selanjutnya ialahmenurunnya areal tanaman dan produksi tebu sehingga banyak pabrikgula yang beroperasi di bawah kapasitas terpasangnya atau bahkanberhenti beroperasi karena tidak atau kurangnya pasokan tebu.Rentetan akibat berikutnya adalah terjadi inefisiensi dan keuntunganpabrik gula merosot sehingga tak ada insentif untuk .memperbaharuipabrik-pabrik gula yang sudah tua, apalagi untuk melakukan inovasiteknologi. Muara dari itu semua adalah tingginya biaya per unitproduksi gula dan mahalnya harga gula di tangan konsumen.Dari uraian di atas tampak bahwa rendahnya daya saing gulaIndonesia dewasa ini bukan semata-mata karena ketidakefisiean dalarnproduksi tebu (on farm) dan pabrik gula (o.ff-farm) melainkan yangterutarna adalah karena faktor lingkungan eksternal yang distortif.Faktor ekstemal ini nampaknya malahan Iebih berpengaruh terhadap

    215

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    21/62

    situasiketidakefisienan industri gula nasionaldibandingkan denganfaktor-faktor internal. Efisiensi yang tinggi bahkan tidak merupakanjaminan bagi terciptanya daya saing yang tinggi. Contoh angka-angkaberikut merupakan bukti pendukung terhadap kebenaran pernyataantersebut. Untuk menghasilkan 1 Kggula, industri gula di Brasil hanyamembutuhkan biaya sekitar Rp. 1.190 - Rp. 1.530,-, sedangkan Eropamembutuhkan biaya sekitar empat kali lipat yaitu Rp. 6.035 per Kg, diAmerika Serikat sekitar Rp. 9.750 per Kg dan di Australia sekitar Rp.2.848 per Kg (kurs US$ 1,- = Rp. 8.500,-). Untuk melindungiketidakefisienan industri gula dari Uni Eropa dan Amerika Serikatdalam menghadapi para pesaingnya, kedua negara tersebutmengenakan tarifimpor melebihi batas ambang yang ditetapkan WTOdan memberikan subsidi kepada para petani tebunya.Dari gambaran di atas tampak jelas bahwa setiap negara berusahauntuk mencapai ketahanan pangan, termasuk gula. Untuk itu langkah-langkah protektif dan promosi terns dijalankan. Agak mengherankandan sekaligus suatu ketololan bila negara-negara sedang berkembangseperti Indonesia justru membuka lebar-lebar pasar domestiknyaterhadap produk-produk dari luar, seraya membiarkan para petaninyatetap miskin dan pabrik-pabrik gulanya gulung tikar serta parapemudanya menjadi penganggur. Jepang dan Korea Selatan menjadinegara-negara maju justru tidak menempuh jalur perdagangan bebasala paham neoklasik, melainkan melalui campur tangan pemerintah

    216

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    22/62

    yang tepat guna mengoreksi pasar yang penuh dengan distorsi danketidaksempumaan.7.5. Industri Terkait dan PendukungMinimal ada dua kegiatan yang terkait dengan agro industri gula yaknipengelola perkebunan tebu (onfarm) dan pengelolaan pabrik gula (offfarm). Industri gula juga mempunyai dua model yakni model Jawadan luar Jawa. Di Jawa on farm dan off farm tersebut dikelola olehinstitusi yang berbeda. Perkebunan tebu dikelola oleh para petani baiksecara mandiri maupun di bawah bimbingan pabrik gula, sedangkanproses pengolahan tebu menjadi gula dikelola oleh pihak pabrik gulayang hampir keseluruhannya berstatus BUMN (Persero) kecuali PGSemboro-Jember, PG Jatiroto-Mojokerto dan PG Asembagus-Situbondo. Sementara itu industri gula di luar Jawa dikelola olehinstitusi tunggal yakni pabrik gula baik yang berstatus BUMNmaupun swasta. Perbedaan pola atau model tersebut terjadi karenapabrik-pabrik gula di Jawa tidak mempunyai lahan sendiri melainkandimiliki oleh Petani, sedangkan di luar Jawa pabrik-pabrik gulasekaligus memiliki lahan sendiri dengan status HGU. Dengandemikian pengelolaan industri gula di luar Jawa lebih sederhanadibandingkan dengan di Jawa. Industri gula di Jawa seringdihadapkan pada masalah kesulitan untuk mendapatkan laban,sedangkan industri gula di Iuar Jawa (misalnya PO Gunung MaduPlantations di Lampung) hampir tidak pemah dihadapkan padapersoalan seperti itu. Kalaupun ada persoalan tentang lahan, kasusnya

    217

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    23/62

    berbeda yakni konflik kepernilikan lahan antara pabrik gula denganmasyarakat sekitar.Hubungan antara pabrik gula dengan petani tebu di Jawa mempunyaisifat kesaling-tergantungan atau mutualisme simbiosis. Pabrik gulamemerlukan bahan baku tebu dari para petani, sedangkan para petanitebu juga mutlak tergantung kepada pabrik gula untuk mengolahtebunya menjadi gula, Dalam hubungannya dengan pabrik gula, parapetani di Jawa membentuk organisasi petani yakni Asosiasi PetaniTebu Rakyat (APTR) dan Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR).Pembentukan kedua kelembagaan petani ini diprakarsai oleh DitjenPerkebunan tahun 2001. Fungsi KPTR adalah sebagai penyalur kreditketahanan pangan tebu rakyat (KKP-TR) dan bongkar "ratoon" dariperbankan kepada para petani tebu yang pengembaliannya dipotongoleh pabrik gula dari harga tebu. KPTR juga berfungsi dalam halpengadaan pupuk dan pengadaandana untuk biaya garap. Sedangkanfungsi APTR adalah mencari mitralpartner/penj amin/investor untukmendapatkan dana talangan dalam pelelangangula. Fungsi APTRlainnya adalah memperjuangkan harga gula, rendemen dan aspirasipetani tebu. Sejak tahun 2001 APTR wilayah kerja PTPN XImenerapkan pola bagi hasil dalam marketing gula. Pola ini kemudiandiadop oleh PTPN wilayah kerja lainnya di seluruh Indonesia sejak2003 dengan struktur sebagai berikut (Agus Pakpahan, 2004: 70 danhasil wawancara dengan pengurus APTR PG Soedhono & POPoerwodadi):

    218

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    24/62

    Semua anggota petani menyerahkan hak mengelola gula sesuaiDO milik mereka bukan kepada pabrik gula lagi melainkankepada APTR.

    APTR mencari mitra usaha untuk memberikan dana talangan,dan menjual gulanya melalui lelang dengan sistem bagi hasil.Harga lelang minimal ditentukan berdasarkan tingkat "breakevent point" (BEP) pada tingkat petani sebesar Rp. 3.150/kgdan BEP pada tingkat pabrik gula sebesar Rp. 3.410Ikg.Berdasarkan Keputusan Menperindag No. 643 Tahun 2002,jika harga lelang melebihi harga patokan tersebut, makakelebihannya dibagi antara penjamin atau investor (PT AGS)dan APTR dengan komposisi masing-masing sebesar 60 : 40atau 70: 30, dan tentu saja pihak penjamin mendapatkankembali dana talangannya pada APTR. Jika harga lelang guladi bawah Rp, 3.410,- maka petani tetap memperoleh jaminanharga Rp. 3.410,-

    Lembaga lain yang terkait dalam industri gula yang dikelola oleh.BUMN adalah Perseroan Terbatas Perkebunan Negara (PTPN).Fungsi lembaga ini adalah sebagai perusahaan induk atau holdingcompany bagi beberapa pabrik gula yang dikoordinasinya. Sebagaiperusahaan induk PTPN mempunyai peran strategi, terutamamencakup aspek "business plan" dan pemasaran gula. Namundemikiankeberadaan PTPN selama ini justru dianggap membebanisaja karena setiap pabrik gula harus menyisihkan dana sebesar 20

    219

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    25/62

    persen dari anggaran PG untuk kantor direksi PTPN. Sebagai contohtahun 2001 PG Soedhono mengalami kerugian Rp. 13 milyar,kemudian tahun 2003 sebenamya memperoleh keuntungan Rp. 1milyar (dihitung berdasarkan selisih harga antara hasil produksidengan biaya operasional pabrik), tetapi karena pihak pabrik hamsmenyisihkan dana kepada direksi PTPN XI sebesar Rp. 4 milyar makapabrik mengalami kerugian. Berdasarkan kenyataan ini keberadaanPTPN dianggap sebagai salah satu sumber inefisiensi industri gulanasional.Selain itu pihak PTPN juga dikritik karena kurang berperan dalamrnengatasi persoalan saling serobot lahan dan panenan tebu antarpabrik gula meskipun masih dalam satu wilayah kerja PTPN. Salingserobot tersebut terjadi misalnya antara PG Soedhono, PG Rejosari,PG Poerwodadi, PG Pagotan dan PG Kanigoro, padahal kesemuanyaberada di bawah naungan dan koordinasi PTPN XI. Praktis tak adalagi rayonisasi areal tebu antar pabrik gula. Pada sisi yang lain pihakAPTR maupun PG sendiri berpendapat bahwa sumber inefisiensiindustri gula juga berasal dari struktur organisasi PG yang terlalugemuk dan mesin-mesin pabrik sudah terlalu tua. Sebagai contoh,salah satu mesin pabrik gula Soedhono yang didirikan tahun 1930-anini memerlukan tenaga operator sebanyak 40 orang, padahaI mesindengan fungsi yang sarna pada salah satu pabrik gula yang lebihmodern di Lampung, hanya memerlukan 3 orang tenaga kerja.

    220

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    26/62

    Terhadap beberapa pennasalahan tersebut pihak APTR maupunpabrik gula menyarankan agar struktur organisasi setiap pabrik guladirampingkan dan mesin-mesin yang sudah tua diganti dengan yangbarn dan berteknologi lebih maju. Selain itu disarankan agar setiappabrik gula diberi otonomi penuh dalam pengeloaan pabrik secararnandiri sehingga setiap pabrik tersebut berfungsi sebagai "singleentity" atau "Strategic Business Unit". Sementara itu terhadapKeputusan Menperindag No. 643 Tahun 2002, para petani tebu yangterhimpun dalam APTR dan KPTR mengusulkan agar KeputusanMenteri tersebut ditingkatkan statusnya menjadi Keputusan Presiden(Keppres) agar mempunyai kekuatan hukum yang Iebih baik.Lembaga lain yang terkait dengan industri gula nasional saat iniadalah BULOG. Sebelum "diobok-obok" oleh IMF melalui LoI tahun1998, peran lembaga ini dalam industri gula nasional sangat vital.Selain sebagai stabilisator harga melalui mekanisme "buffer stock"-nya, lembaga ini juga berperan dalam menentukan harga dasar guladan sekaligus pendistribusiannya. Sejak dilucuti oleh IMF, lembagaini hanya berperan sebagai stabilisator harga, itupun tidak efektifkarena BULOG tidak lagi berkewajiban membeli gula dari petani danjuga tidak lagi berperan sebagai importir gula. Peran distribusi danpemasaran sekarang digantikan oleh pihak PTPN. Selain itu petanisekarang juga hams sibuk melakukan lelang gula sendiri menghadapipara pembeli. Sementara itu peran importir, kini digantikan oleh limaimportir terdaftar (IT), yakni PTPN yang pasokan tebunya minimal

    221

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    27/62

    sebesar 75 persen diperoleh dari petani. Menghadapi permasalahanini APTR dan KPTR menyarankan BULOG diberikan peran lebihbesar Iagi, minimal sebagai penentu harga dasar (floor price) gula.Sedangkan lelang sebaiknyadilakukan di kantor direksi PTPN denganmengikutsertakan pihak APTR. Sementara itu pihak pabrik swasta diLampung (PG Gunung Madu Plantations) menyarankan agar perandistribusigula dikembalikan kepada pihak BlJLOG sehingga pihakpabrik dapat memfocuskan diri pada aspek produksi. Terhadappermasalahan saling serobot lahan dan tebu antar pabrik gula, pihakAPTR dan KPTR menyarankan agar penataan areal tanaman tebuditata ulang. Pola yang ideal menurut mereka adalah misaInya di satudesa ada 30 hektar lahan maka 10 hektar ditanami tebu, sedangkanyang 20 hektar ditanami padi, agar terjadi proses penyuburan tanah.Dengan pola ini maka setiap lahan milik petani akan ditanami tebusecara berotasi setiap tiga tahun sekali, Agar pola ini dapat diterapkanmaka pihak pemda yang selama ini dimandulkan, dapat diperankanIagi dalam pengaturan lahan untuk tebu dan padi, demi tercapainyaketahanan pangan nasional minimal untuk komoditi strategisguladanberas,

    Lembaga lain yang terkait dengan industri gula nasional dewasa iniadalah Pusat Penelitiau Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) yangdidirikan sejak zaman kolonial di Pasuruan. Lembaga ini terutamaberperan dalam menemukan 18 varietas tebu unggul misalnya PS 864,PS 851, PS 865, PS 863. Namun demikian menurut Mizarwan,

    222

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    28/62

    Kepala P3GI, lembaga pendukung industri gula nasional inimengalarni masalah finansial sejak dihentikannya dana penelitian daridepartemen Keuangan tahun 2000 yang Ialu, Sementara itu,menurutWahyudjati, Direktur SDM dan Umum PTPN IX Solo,masalah finansial yang dihadapi oleh P3GI adalah karena biayapenelitian untuk sampai pada penemuan bibit unggul itu mahal sekali.Oleh karen a itu mestinya pemerintah bekerjasama dengan APTR turutmemikirkan dan mendukung sepenuhnya pendanaan P3GI mengingatbahwa keberadaan P3GI itu mutlak diperlukan. Besarnya biayapenelitian gula ini antara lain karena bibit unggul yang sudahdiproduksi secara teknis tidak bisa disimpan. Juga disarankan agardana program akselerasi peningkatan produktivitas gula nasional, adayang disisihkan untuk P3GI sehingga ketahanan pangan di bidanggula ini benar-benar dapat diwujudkan.Institusi lain yang berperan dalam industri gula nasional dewasa initentu saja pihak pemerintah. Selain bertindak sebagai regulator,pemerintah juga berperan sebagai promotor. Sejak tahun 2002,pemerintah mengeluarkan kebijakan yang kemudian dikenal denganprogram akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional 2002 -2007; yang dalam implernentasinya dilakukan oleh Dinas Perkebunan.Melalui program ini pemerintah menyediakan dana Rp. 66,8 milyar.Dana tersebut disalurkan kepada petani tebu melalui KPTR berupapinjaman sebesar Rp. 1.950.000Ihektar. Dana pinjarnan tanpa bungaini digunakan oleh petani untuk membongkar "ratoon" (pangkal

    223

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    29/62

    pohon tebu) yang sudah dipanen lebih dati tiga periode tanam danmenggantinya dengan bibit unggul agar produktivitasnya tinggi. Olehkarena itu program ini di kaiangan petani Iebih .dikenal denganProgram Bongkar "Ratoon". Dana pinjaman ini dikembalikan keKPTR untuk kemudian digulirkan kembali kepada petani lainnya.

    75. Kebijakan PemerintahAmburadulnya pergulaan di tanah air dapat ditelusuri sebab-musababnya pada kebijakan pemerintah yang dapat dianggap kurangtepat, yakni sejak dikeluarkannya kebijakan pemerintah melaluiUndang-Undang No. 12 Tahun 1992. yang memberikan keleluasaankepada petani untuk menanam komoditi apapun yang dianggapmenguntungkan. Sebelum kebijakan ini dikeluarkanpara petanipemilik lahan di sekitar lokasi pabrik .gula diwajibkan .menyewakantanahnya kepada pabrik gula. Setelah ditanami padi atau tanamanpangan lainnya sebanyak dua kali maka petani wajib memperuntukkanlahannya bagi tanaman tebu karena pabrik-pabrik gula di Jawa tidakmempunyai lahan berstatus Hak Guna Usaha (HGU). Denganketentuan pemerintah tersebut maka pabrik gula tidak mengalamikesulitan dalam mencari lahan untuk tanaman tebu. Keadaansebaliknya terjadi sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12Tahun 1992 yang membebaskan petani dari kewajiban tersebut. Sejakbeberapa tahun lalu beberapa pabrik gula di Jawa terpaksa ditutupkarena tidak mempunyai lahan untuk ditanami tebu, atau luas areallahan tebunya tidak mencapai skala ekonomis bagi sebuah pabrik

    224

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    30/62

    gula, Pabrik-pabrik gula yang sekarang masih beroperasi cenderungberebut lahan petani dengan berlomba menawarkan tarif sewa yanglebih menarik, meskipun mereka masih di bawah satu koordinasi PTP.Komitmen petani kepada pabrik gula terdekatpun sangat longgarkarena petani cenderung menyewakan lahannya kepada pabrik gulamanapun yang berani menawarkan tarif sewa paling tinggi.Kebijakan pemerintah lainnya yang menjadi salah satu penyebabpermasalahan "supply bottleneck" dalam industri gula nasional adalahkebijakan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Melalui kebijakan inipemerintah bermaksud memberdayakan petani tebu dengan caramembudidayakan tebu oleh petani sendiri, tidak dengan caramenyewakan Iahannya kepada pabrik gula sebagaimana sebelumnya.Kebijakan ini kurang berhasil karena tidak diikuti dengan dukunganteknis secara memadai kepada petani, terutama tentang teknikbudidaya tebu secara profesionaL Petani dengan luas areal lahan yangterbatas juga tidak mempunyai kemampuan kepemilikan modal kerjayang memadai untuk bercocok tanam secara profesionaL Akibatnyapetani hanya mengandalkan tebu keprasan untuk yang kesekiankalinya, yang berujung pada rendahnya produktivitas tanaman tebuper hektar. Cara tebang, angkut dan muat tebu yang tidak memenuhikaidah yang benar juga menjadi salah satu sebab rendahnya tingkatrendemen tebu, yang selanjutnya berakibat pada rendahnya produksigula nasionaL

    225

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    31/62

    Kebijakan pemerintahlainnya yang dianggap kurang berpihak padapetani tebu adalah kebijakan tarif impor yang terlalu rendah, bahkanterendah di antara beberapa negara eksportir dan importir utama guladunia (lihat Tabel 8.3). Tarif impor gula sebesar 34% hanya memberiperlindungan minimal kepada petani tebu, karena harga gula kurangmerangsang petani untuk menanam tebu dibandingkan dengankomoditi pangan lainnya. Beberapa petani yang diwawancarai dalampenelitian ini mengatakan bahwa bila harga gula cukup menarik, makapara petani tak perlu lagi diajari bagaimana cara bercocok tanam tebuyang baik. Mereka akan dengan serta merta menanam tebu secaraprofesional karena berharap dapat memetik keuntungan secaramemadai. Harga suatu komoditi dibandingkan dengan komoditilainnya tampaknya sudah cukup menjadi sinyal dan membimbing parapetani untuk memilih komoditi apa yang akan ditanam. Kalau swasembada gula ingin dicapai pada tahun 2007 atau 2008 gunamenghemat devisa negara, maka kebijakan harga melalui tarif imporakan menjadi salah satu faktor penentukeberhasilan atau kegagalanprogram akselerasi gula nasional. Semakin tinggi tarif impor, selamamasih dalam koridor ketentuan tarif WTO, maka semakin tinggi pulaprobabilitas keberhasilan program tersebut. Sebaliknya semakinrendah tarif impor gula, .semakin kecil pula kemungkinan tercapainyaprogram swasembada gula tersebut. Dalam hal ini pemerintahmemang dihadapkan pada berbagai dilema. Bila pemerintah terlalumemihak pada petani tebu atau industri gula dengan cara penetapantarif impor yang meningkat maka konsumen gula di dalam negeri akan

    226

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    32/62

    merasa dirugikan. Konsumen tersebut baik rumah tangga maupunperusahaan-perusahaan yang memproduksi makanan dengan bahanpembantu gula. Sebaliknya bila pemerintah terlalu berpihak kepadakonsumen dengan menurunkan tarif impor gula maka para' petani tebudan industri gula yang akan terancam eksistensinya, yang akanberujung pada semakin parahnya tingkatpengangguran dan semakinterkurasnya devisa negara. Dilema ini sebenamya tidak terlalu sulitmengatasinya karena tuntutan para petani tebu sebenarnya tidakmuluk-muluk dan berIebihan. Margin keuntungan yang wajar melaluitarif impor yang memadai sudah cukup menggairahkan para petaniuntuk mendukung program swasembada gula. Kenaikan tarif imporyang tidak terlalu tinggi diharapkan juga tidak terlalu memberatkankonsumen karena harga gula di tingkat eceran di beberapa negara Asiaseperti Jepang, Thailand, Philipina dan Malaysia dalam kenyataannyajauh lebih.jinggi bila dibandingkan dengan harga gula eceran diIndonesia. Harga gula eceran di beberapa negara tetangga tersebutrnenurut beberapa nara sumber berkisar antara Rp. 5.000,- hingga Rp.6.000,- sedangkan di Indonesia hanya berkisar pada angka Rp.3.500,-. Sumber lain (Bungaran Saragih, 2004) menyebutkan bahwapada awal Mei 2003, harga gula di Tokyo rnencapai Rp. 18.000,-lkg,di New Delhi Rp. 4.650.-ikg, di Canberra Rp. 4.500,-lkg, di SingapuraRp. 4.400,-ikg. Pada waktu yang sarna harga gula di pasarinternasional adalah US$ 230/ton atau sekitar Rp. 2.000,-lkg.

    227

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    33/62

    Dalam -rangka mewujudkan ketahanan pangan terutama gula,pemerintah berusaha untuk membangkitkan kembali kinerja industrigula nasional melalui kebijakan proteksi dan sekaligus promosi.Kebijakan promosi tersebut diantaranya adalah: (a)' subsidi bungadalam kredit KKP-TR yang alokasinya pada saat ini mencapai Rp.876 milyar; (b) subsidi pupuk sebesar Rp. 1,3 trilyun untuk berbagaikomoditas termasuk tebu; (c) dukungan pengembangan prasaranapengairan yang difasilitasi oleh departemen Pennukiman danPrasarana Wilayah sebesar Rp. 4,5 trilyun, tennasuk untuk areal tebu;(d) dukungan permodalan bagi koperasi tebu untuk pembongkaranratoon, pembangunan kebun bibit dan prasarana pengairan sederhanaRp. 66,8 milyar pada tahun 2003 dan akan dianggarkan lagi padatahun-tahun berikutnya; dan (e). dukungan dana untuk penyehatanlembaga penelitian dan pengembangan.

    Sementara itu dalam kebijakan proteksi, prinsip kebijakan ideal adalahmengatur masulmya suatu produk impor (dalam hal ini gula mentah)yang tidak merugikan petani dan industri gula dalam negeri serta tetapmemperhatikan kepentingan konsumen. Beberapa kebijakan proteksiyang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain: (a) SK MenteriPerindustrian dan Perdagangan No. 141 Tahun 2002 yangmengharuskan importir 8 komoditas, tennasuk gula untuk memilikiNomor Pengenal Importir Khusus (NPIK), dalam kaitan ini, gulamentah (raw sugar) hanya boleh diimpor oleh importir yangmempunyai Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) dan Angka

    228

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    34/62

    Pengenal Importir Terbatas (API-T); (b) SK Menteri Keuangan No.324/2002 yang menetapkan tarif impor gula putih sebesar Rp. 700lkgdan gula mentah sebesar Rp. 5501kg; (c) SK Menteri Perindustriandan Perdagangan No. 643 Tahun 2002 yang mengatur tata niagaimpor gula dan Nomor 61 Tahun 2004 yang mengatur perdagangangula antarpulau dimana gula merupakan barang yang diawasi; dan (d)Instruksi Direktorat lenderal Bea dan Cukai Nomor Ins-07IBCI09/2002 yang mengatur prosedur pemeriksaanjalur merah (redline procedure) terhadap gula Impor.7.6. PeluangIndustri gula Indonesia pemah berjaya di panggung gula dunia. Padaperiode tahun 1930-an negeri ini pemah menjadi eksportir gulaterbesar di dunia, setelah Kuba, tetapi sejak tahun 1967 hingga saat initelah berubah menjadi importir gula yang cukup besar. Kondisisebalilrnya terjadi di Thailand, yang pada tahun 1930-an merupakansalah satu negera pengimpor gula, saat ini telah berubah menjadinegara pengekspor gula yang cukup besar di dunia. Sementara itubeberapa negara seperti Brasilia dan Kuba, sejak awalperkembangannya hingga saat ini tetap dapat mempertahankanstatusnya sebagai negara pengekspor gula yang cukup besar (RachmatPambudy, et.al., 2004, xiii). Sebagai akibat pasar gula duniayangpenuh distorsi dan kebijakan pemerintah yang kurang tepat pada masalampau, industri gula nasional kini berada dalam kondisi terpuruk.Nmaun demikian, ditinjau dari sisi permintaan, peluang untuk

    229

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    35/62

    mengembangkan industri gula di Indonesia masih terbuka luas,Sampai saat ini industri gula barn mampu memasok sekitar separuhatau tepatnya 47 persen dari kebutuhan pasar domestik. Kalaukemandirian ekonomi bangsa sebagaimana diamanatkan dalam pasal33 ayat 1 Amandemen UUD 1945 hendak diwujudkan makakemandirian dalam industri gula tampalmya merupakan tantangan riilyang mesti dapat diatasi. Permasalahannya adalah bagaimanameningkatkan produksi dalam negeri dalam jumlah yang cukup untukmemenuhi permintaan pasar domestik pada tingkat harga yangkompetitif dengan harga gula di pasar internasional. Dengandemikian ada dua tantangan riil yang dihadapi industri gula domestikyaitu volume produksi yang jauh lebih rendah daripada permintaanpasar, dan biaya produksi yang lebih mahal dibandingkan dengannegara-negara pesaing. Untuk meningkatkan produksi dapat dicapaimelalui intensifikasi atau peningkatan produktivitas dan ekstensifikasiatau peningkatan kapasitas pabrik dan luas areal tanaman.Peningkatan produktivitas tebu dapat dilakukan dengan membatasifrekuensi tanaman keprasan maksimal tiga kali, dengan dukunganmodal kerja yang cukup dan tepat waktu bagi para petani tebu. Modalkerja tersebut diperlukan untuk membongkar "ratoon" atau akar tebukeprasan, pembelian pupuk dan lain-lain. Karena itu dukungan modalkerja dari perbankan mutlak diperlukan, Dengan bongkar ratoonmaka salah satu sebab menurunnya produktivitas tebu dapat diatasikarena dapat ditanam bibit tebu barn dengan varietas yang lebih

    230

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    36/62

    ungguL Selain melalui program bongkar ratoon, peningkatanproduktivitas tebu dapat dilakukan dengan menerapkan pola tebang,angkut dan giling tepat waktu.Salah satu problem utama dalam peningkatan efisiensi pabrik-pabrikgula di Jawa adalah faktor mesin atau teknologi yang sudah tua danbersifat padat karya. Peningkatan efisiensi pabrik melalui"upgrading" teknologi sebenarnya bukanlah suatu masalah yang sulituntuk diatasi tetapi problem sosial berupa kemungkinan terjadinyapemutusan hubungan kerja dalam situasi yang belum pulih dari krisisekonomi jelas merupakan pilihan yang sulit bagi pemerintah. Olehkarena itu salah satu jalan keluar untuk mengatasi masalah ini adalahdengan mendirikan pabrik-pabrik gula baru di luar Jawa dengankapasitas yang cukup besar. PT PG Gunung Madu Plantations dan PGGula Putih Mataram di Lampung adalah beberapa contoh pabrik gulayang cukup berhasil meningkatkan produksi, produktivitas danefisiensi usaha. Keduanya merupakan pabrik gula dengan areal lahangarapan yang cukup luas. PG Gunung Madu Plantations (PGGMP)mempunyai lahan 100 persen berstatus HGD sehingga memungkinkanpengelolaan tebu dan gula secara profesional dan murni pertimbanganbisnis. Sejak dua tahun terakhir ini PGGMP juga memperluasusahanya melalui pola kemitraan dengan petani. Meskipun demikianpendirian pabrik -pabrik gula baru di luar Jawa tidak otomatismenjamin terjadinya efisiensi produksi, mengingat bahwa dari 9pabrik gula di Iuar Jawa, dimana 5 diantaranya merupakan perusahaan

    231

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    37/62

    swasta, hanya 16 persen yang efisien. Beberapa pabrik gula di Jawayang berstatus BUMN juga sangat efisien, rnisalnya PG Gempol Krepmampu menghasilkan gula per kg dengan biaya Rp. 1.700,- denganbahan baku sebesar 99 persen berasal dari petani (Agus Pakpahan,2004: 93). Ini jauh lebih efisien dibandingkan dengan pabrik gulayang paling efisien di Lampung saat ini yaitu PG Gunung MaduPlantations yang mempunyai unit cost sekitar Rp. 2.200,-ikg.

    Meskipun ada hubungan antara efisiensi atau kinerja suatu perusahaandengan status kepemilikannya, namun hubungan tersebut kurang kuat.Bangkrutnya perusahaan-perusahaan swasta menghadapi badai krisisekonomi merupakan indikasi yangsangat kuat tentang hal ini. Yanglebih dominan tampaknya adalah faktor manajemen atau bagaimanamengelola suatu perusahaan secara profesional. Sehubungan denganitu restrukturisasi perusahaan dengan manajemen profesionaItampaknya merupakan salah satu kunci venting untuk mengatasipersoalan inefisiensi dan rendahnya produktivitas pabrik-pabrik guladewasa ini, Profesionalisme pengelolaan pabrik-pabrik gula negaradapat ditempuh antara lain melalui "kontrak manajemen",memberikan status setiap pabrik gula sebagai "strategic business unit"(SBU), merger serta swastanisasi. Kontrak manajemen artinya pihakPTP selaku "holding company" mengontrak para manajer profesionaluntuk membenahi pabrik-pabrik gula yang ditunjuk. Sedangkan yangdimaksud dengan "strategic business unit" (SBU) adalah bahwa setiappabrik gula diberi kekuasaan otonomi untuk mengelola pabrik,

    232

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    38/62

    terutama dalam hal pendanaan. Merger artinya penggabungandua ataulebih pabrik gula di bawah satu komando. Sedangkan yangdimaksudkan denganswastanisasi di sini adalah menjual sebagiansaham pabrik gula kepada pihak swasta baik melalui "strategic sales"(SS) yaitu menjual saham perusahaan kepada mitra strategis "initialpublic offering" (IPO), dan atau "employee stock option program(ESOP). "Strategic Sales (SS) yaitu menjual saham perusahaankepada mitra strategis, IPO ialah menjuaI saham perusahaan kepadamasyarakat melalui pasar modal, sedangkan ESOP adalah menjualsaham perusahaan kepada karyawannya baik sebagian maupunseluruhnya. Model privatisasi atau swastanisasi lainnya yangdimungkinkan dalam kasus pabrik gula ini ialah menjual perusahaankepada para petani tebu yang selama ini menjadi mitra usaha pihakpabrik gula. Itulah beberapa langkah strategis dari aspek kelembagaanyang perlu dipertimbangkan dalam rangka restruldurisasi pabrik-pabrik gula di Jawa. Langkah altematifnya adalah dengan mendirikanpabrik-pabrik gula baru di luar Jawa baik oleh pemerintah maupunswasta.

    Berdasarkan hasil survei Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia(P3GI), diketahui bahwa masih tersedia potensi areal netto 711.000hektar lahan di luar Jawa yang sesuai untuk perkebunan tebu danindustri gula. Potensi tersebut tersebar di Sumatera, Kalimantan,Sulawesi, Maluku, NTB, NIT dan Papua. Dari jumlah tersebutsekitar 70 persen atau 500.000 hektar berada di Papua, 220 hektar

    233

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    39/62

    diantaranya terdapat di Kabupaten Merauke (Agus Pakpahan, 2004:83). Mengingat bahwa luas areallahan tebu di seluruh Indonesia padatahun 2002 mencapai 349.250 hektar berarti potensi lahan tebubelumtergarap saat ini sebanyak dua kali lipat dibandingkan yang sudahada. Bila dengan lahan 349.250 hektar dapat dihasilkan gula sebanyak1,9 juta ton (lihat Tabel 4), maka lahan yang belum digarapmempunyai potensi menghasilkan gula sebanyak dua kali lipat atausekitar 3,8 juta ton per tahun, jauh melampaui kebutuhan gula nasionaIsaat ini yang berkisar 3 juta ton. Dengan demikian dari SiS1ketersediaan lahan, Indonesia mempunyai peluang yang sangat besaruntuk menjadi produsen gula utama dunia, apalagi kalau sekedaruntuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pasar domestik. Tetapimengingat suplai gula dunia saat ini melebihi permintaannya makadengan belajar dari pengalaman Brasil dalam mengembangkanproduk-produk turunan tebu terutama berupa energi altematif,Indonesia seyogyanya mulai memikirkan dan segera mengambillangkah-langkah konkrit untuk melakukan penelitian dan studikelayakan serta menghasilkan produk-produk turunan tebu tersebut.Tak kurang dari 60 jenis produk turunan yang bisa dihasilkan daribahan baku tebu, diantaranya adalah ethanol, particle board, bleachedpulp, pupuk, bio-gas, antibiotik, makanan temak dan lain-lain (lihatlampiran2).

    Kembali ke persoalan efisiensi, benarkah industri gula Indonesiakurang efisien dibandingkan dengan produsen gula dari negara-negara

    234

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    40/62

    lainnya? Jika dilihat dari rata-rata biaya produksi gula dunia yangbesarnya 13 sen dolar AS per pound (1999),sedangkan Indonesia 11sen dolar AS per pound, industri gula nasional sebenarnya masihtergolong kompetitif. Bahkan, dua pabrik gula yang beroperasi diLampung biaya produksinya hanya 7 sen dolar AS per pound,sedangkan 10 pabrik gula di Jawa sisanya masih bisa bersaing. Dalamtingkat efisiensi produksipun, petani tebu Indonesia masih menempatiurutan ke 15 dari 60 negara produsen gula dunia. Harga pokokproduksi (HPP) gula Indonesia tahun 1999 berkisar Rp. 1.800,- - Rp.2.000,-lkg, sedangkan 5 produsen gula paling efisien di dunia, HPP-nya adalah US$ 265/ton "raw sugar" atau US$ 315lton white sugar(Rp. 2.150,-). Jadi dari segi biaya produksi, industri gula nasionalmasih kompetitif(Khudori, 2004: 250-251).Sumber lain (Agus Pakpahan, 2004: 106) menyebutkan bahwa unitcost per kilogram di dalam negeri tahun 2002 berkisar antara Rp.1.800lkg hingga Rp. 3.300Ikg, sedangkan rata-rata unit cost adalahRp. 3.1001kg - Rp. 3.200Ikg. Sementara itu unit cost produksi rata-rata dunia adalah sekitar 13 sen dolar AS per pound atau sekitar Rp.2.340Ikg. Selanjutnya, sekitar 20% dari PG yang ada di Jawa unitcost-nya sekitar Rp. 2.000,-lkg, dan kesemuanya ada di Jawa Timur.Adapun di luar Jawa, hanya PG swasta di Lampung yang unit cost-nyadi bawah Rp. 2.000/kg, yakni PG Gunung Madu Plantations dan PGGula Putih Mataram. Unit cost pabrik-pabrik gula tersebut jauh dibawah unit cost rata-rata dunia.

    235

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    41/62

    Tabel 7.5Biaya Produksi Gula Dirinei Menurut Skala Usaha Pabrik Gula

    di Jawa

    Skala Produksi (tonlhari) 1995 (Rp./kg) 1999 (Rp./kgPG Sangat Keeil 1500) 1.225 2.499PG Kecil (1500 - 2000) 1.109 2.287PG Sedang (2500 - 4000) 1.012 2.169PG Besar (>4000) 832 1.745Rata-rata 1.102 2.300Sumber: Khudon, 2004, hal. 251.

    Tampak bahwa biaya produksi gula berkorelasi negatif dengan skalausahanya, semakin besar skala usaha semakin efisien suatu pabrikgula. Hal ini diperkuat oIeh fakta bahwa pabrik gula yang palingefisien di Jawa yaitu PO Gempolkrep adalah salah satu pabrik gulayang mempunyai kapasitas giling eukup besar untuk ukuran pabrikguladi.Jawa yaitu 5.950 ton tebu per hari (TTH). Demikian pula duapabrik gula paling efisien di luar Jawa yaitu PG Gunung MaduPlantation dan PO Gula Putih Mataram mempunyai kapasitas gilinglebih dari 10.800 TTH, skala terbesar untuk pabrik gula di luar Jawa(Sekretariat Dewan Gula Nasional, 2002: 45-46). Mengingat bahwa

    236

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    42/62

    dari 3 juta ton kapasitas terpasang industri gula nasional saat ini(2004), baru termanfaatkan 64 persen maka faktor "idle capacity" inijelas sangat berpengaruh terhadap tingkat efisiensi produksi gula diIndonesia. Oleh karena itu tingkat efisiensi produksi gula nasionalmasih dapat ditingkatkan secara signifikan bila tingkat "idle capacity"pabrik-pabrik gula dapat ditekan serendah mungkin.Permasalahannya adalah mengapa terjadi "idle capacity" yangsedemikian besar? ltu merupakan akibat dari liberalisasi gula dengantarif bea masuk nol persen sebagaimana direkomendasikan oleh IMFtahun 1998 seperti tertuang dalam salah satu butir Letter of Intent(Lol) antara IMF dan pemerintah Indonesia. Banjir gula impor denganharga murah (turun dari Rp. 3.0001kg menjadi Rp. 2.000/kg)merupakan disinsentif yang luar biasa bagi para petani untukmenanam tebu, yang pada gilirannya mengakibatkan banyak kapasitasterpasang pabrik-pabrik gula yang menganggur atau bahkan samasekali menganggur. Oleh karena itu efisiensi perkebunan tebu danpabrik gula tampaknya lebih banyak dipengaruhi oleh insentif harga.Bila harga gula di dalam negeri cukup menarik maka para petanisegera meresponnya dengan produksi dalam jumlah yang memadai.Hal ini terbukti dari diberlakukannya kembali tarif bea masuk untukgula mentah sebesar 43 persen atau Rp. 550,- per kg dan gula putihsebesar 32 persen atau Rp. 700,- per kg berdasarkan KeputusanMenteri Keuangan No. 324/tahun 2002. Sejak itu produksi gulanasional meningkat dari 1,49 juta ton tahun 1999 menjadi 1,93 jutaton tahun 2003, atau naik sebesar 7,4 persen rata-rata per tahun, suatu

    237

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    43/62

    peningkatan yang cukup signifikan. Kalau kebutuhan gula nasionaldiperkirakan sebesar 3 juta ton per tahun maka ketergantungankebutuhangula impor dalam empat tahun terakhir dapat ditekan dari50% menjadi 35,6%. Kalau tarif bea masuk tersebut dinaikkan lagisampai pada batas yang ditolerir oleh WTO (95%) maka dampaknyaterhadap produksi gula dalam negeri tentu lebih signifikan lagi, danswa sembada gula dapat diraih kembali dalam waktu dekat.

    7.7. PenutupRendahnya efisiensi teknis maupun ekonomis pabrik-pabrik gula diIndonesia dewasa ini lebih merupakan akibat ketimbang sebabrendahnya daya saing industri gula nasional. Selanjutnya rendahnyadaya saing industri gula Indonesia terutama disebabkan oIeh faktoreksternal ketimbang faktor internal, yakni pasar gula dunia yangdistortif karena campur tangan pemerintah negara-negara eksportirmaupun importir gula, baik daIam bentuk proteksi maupun promosi.Proteksi dalam berbagai bentuknya seperti tarif bea masuk dan beamasuk tambahan serta pengaturan pasokan guia domestik diIakukanoIeh hampir semua negara-negara produsen maupun konsumen gula.Tarif bea masuk paling tinggi justru dilakukan oleh negara-negarapenyanjung perdagangan bebas seperti Uni Eropa dan AmerikaSerikat. Tingkat tarif yang dikenakan terhadap gula impor bahkanmelebihi ketentuan 'WTO tentang "base rate tariff' dan "binding ratetariff'. Sedangkan promosi diberikan oIeh negara-negara tersebutdan negara-negara lainnya dalam bentuk subsidi harga kepada

    238

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    44/62

    industri gula, subsidi ekspor, subsidi usaha tani tebu, subsidibungapinjaman dan. penetapan harga dasar pembelian tebu/gula sertapenguatan kelembagaan gula seperti pendirian lembaga penelitian guladan akademi serta sekolah teknik menengah gula. Melalui kombinasikebijakan proteksi dan promosi tersebut, banyak negara bisamengekspor gula dengan harga yang lebih rendah dari biayaproduksinya, sehingga membanjiri negara-negara importir guladengan harga yang sangat murah. Rendabnya harga gula dunia yangtidak dilindungi dengan tarif bea masuk (tarif 0%) sebagaikonsekuensi dari kesepakatan pemerintah Repuhlik Indonesia dan[MF sebagaimana tertuang dalam salah satu butir "Letter of Intent":LoI) tahun 1998 inilah yang menjadi salah satu sehab utama gonjang-ganjing-nya industri gula Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.Pada tingkat makro, faktor penting yang menjadi salah satu sebab.endahnya daya saing industri gula nasional adalah dicabutnya Inpres'>fo.9 Tahun 1975 dan dikeluarkannya UU No. 12 Tahun 1992 yangnemberi kebebasan kepada petani untuk menanam komoditi apapunIiluar tebu, tanpa disertai dengan kebijakan pendukung yang memadaiian memihak, Pada level mikro, lingkungan usaha yang semakincurang kondusif sejak pemberlakuan otonomi daerah juga turutnemperparah kinerja industri gula nasional. Para petani teburidonesia barn bangkit kembali setelah pemerintah mengenakan tarifmpar gula mentah sebesar Rp. 550lkg dan tarif impor gula putih.ebesar Rp. 700lkg pada tahun 2002. Melalui kebijakan proteksi

    239

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    45/62

    industri gula, subsidi ekspor, subsidi usaha tani tebu, subsidi bungapinjaman dan penetapan harga dasar pembelian tebu/gula serta, .penguatan kelembagaan gula seperti pendirian lembaga penelitian guladan akademi serta sekolah teknik menengah gula. Melalui kombinasikebijakan proteksi dan promosi tersebut, banyak negara bisamengekspor gula dengan harga yang lebih rendah dari biayaproduksinya, sehingga membanjiri negara-negara importir guladengan harga yang sangat murah. Rendahnya harga gula dunia yangtidak dilindungi dengan tarif bea masuk (tarif O%)sebagaikonsekuensi dari kesepakatan pemerintah Republik Indonesia danIMF sebagaimana tertuang dalam salah satu butir "Letter of Intent"(LoI) tahun 1998 inilah yang menjadi salah satu sebab utama gonjang-ganjing-nya industri gula Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.Pada tingkat makro, faktor penting yang menjadi salah satu sebab.rendahnya daya saing industri gula nasional adalah dicabutnya InpresNo.9 Tahun 1975 dan dikeluarkannya UU No. 12 Tahun 1992 yangmemberi kebebasan kepada petani untuk menanam komoditi apapundiluar tebu, tanpa disertai dengan kebijakan pendukung yang memadaidan memihak, Pada level mikro, lingkungan usaha yang semakinkurang kondusif sejak pemberlakuan otonomi daerah juga turutmemperparah kinerja industri gula nasional. Para petani tebuIndonesia bam bangkit kembali setelah pemerintah mengenakan tarifimpor gula mentah sebesar Rp. 550lkg dan tarif impor gula putihsebesar Rp. 700lkg pada tahun 2002. Melalui kebijakan proteksi

    239

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    46/62

    tersebut produksi gula nasional dapat ditingkatkan sebesar 7,2 persenrata-rata per tahun.Kebijakan proteksi yang dibarengi dengan kebijakan promosi sepertisubsidi suku bunga kredit, subsidi pupuk, dukungan pengembanganprasarana pengairan dan dukungan permodalan bagi koperasi tebuuntuk pembongkaran ratoon, pembangunan kebun bibit dan lain-laindiharapkan dapat meningkatkan efisiensi teknis dan efisiensi.. . . .. -' - ._ekonomis industri gula nasional, yang pada gilirannya diharapkandapat mengantarkan industri gula nasional mencapai swasembada guladalam waktu dekat (2007/2008).Dihadapkan pada pasargula dunia yang ditandai dengan kelebihanstock dan bersifat distortif, pemerintah seyogyanya memperhatikandua hal berikut. Pertama, tetap konsisten mempertahankan kebijakanproteksi dan promosi, selama masih dalam koridor ketentuan WTO.Kedua, mulai mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengambilinisiatif dalam program pengembangan jangka panjang produk-produkturunan tebu, yang terpenting diantaranya adalah ethanol dan alkoholuntuk energi altematif sebagaimana telah dilakukan dengan berhasil..oleh Brasil. Pengembangan produk-produk turunan tebu ini menjadisemakin penting mengingat bahwa Indonesia saat ini telah menjadi"net importir country" untuk energi bahan bakar minyak.

    240

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    47/62

    DAFTAR PUSTAKA

    Asian Development Bank (2001); Prakiik Terbaik MengembangkanKlaster Industri dan Jaringan Bisnis, Policy Discussion PaperNo.8.

    Jusmaliani (2003); Optimalisasi Program Privatisasi, Jakarta: P2E -LIP!

    Khudori (2u04), Neoliberalisme Menumpas Petani: MenyingkapKejahatan Industri Pangan, Yogyakarta: Resist Book

    Pakpahan, Agus (2004), Petani Menggugat, Bogor: GapperindoPorter, M.E. (1997), Strategi Bersaing, Jakarta: Penerbit ErlanggaProfil PT Gunung Madu Plantations., Perkebunan dan Pabrik Gula

    LampungRachmat Pambudy (ed.) (2004), Ekonomi Gula: 11 Negara Pemain

    Utama Dunia, Kajian Komparasi Dari Perspektif Indonesia,Jakarta: Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan

    Sekretariat Dewan Gula Nasional (2002), Program AkselerasiPeningkatanProduktivitas Gula Nasional 2002-2007, Jakarta

    Saragih, Bungaran (1998), Membangun Strategi Ekonomi, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan

    241

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    48/62

    LAMPIRAN 1

    Daftar Permasalahan Tanah PT Perkebunan Nusantara Vii (Persero)U nit U sah a B un gam ay an g

    No. W il.Rayo Status Tanah Nama dan A lamat Luas Upaya Kete-n Pengklaim Tanah Penyelesaian rangan{Ha)I. Rayon III HGU.No. Syaiful Adl, Desa 17 Setelah Telah7/SK.S/1989 Kota Napa li Pemda diselesaikLampungke an

    Polres L am -pung Utara2. Rayon III HGU. No. Syaiful Adl, Desa 12 Setelah Telah

    lO iSK .Si1990 Kota Napali Pemda diselesaikLampungke anPol res L am -pung U tara

    3. Rayon III HGU.No. A . Rozali/Abu Yazid 895 Polres Telah1O /SK .s 1I 9 90 Busthom i HN, Lampung diselesaikMasyarakat Negara Utara anbatin

    4. Rayon IV EksHPH Pipi, R usdi dan 100 Tim TelahMasyarakat Rusdan Effendi, Sengketa dilakukanSukadana Udik BBA Tanah pengemba

    Lampung lian batasUtara roundmeeting

    5. Rayon r HGU.No. Syamsud in , Desa 90 Setelah Tanah7/SK.S1l989 Tanah Abang Pemda dita-nam iLampung ke sing-kongPolres Lam - oleh pihakpung U tara pengklaim

    6. Rayon Il Lahan B asirun , D esa 6 PengadilanPengembangan Sukadana Hir NegeriEks.PT. SSM Lampung- Utara

    c7 . Rayon HI HGU.No. D rs. S ury ad i 150 Setelah Tanah7/SK.Si1989 . (P 4K I} a.n . M a sy a- Pemda dita-namirakat N egara B atin Lampungke sing-kongdan Gedung Batin Polres Lam - oleh pihak

    pung Utara pengklaim8. Rayon IV HGU No. 21/1995 Pesaw ik G lr. SI. Pati 415 Pemda TelahKindoran c s , Desa Lampung dibayar

    B andar A gung Utara 50% dariharga

    242

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    49/62

    Rp.2.500.0 00 (tan ahmasihdikuasaipengklaim)9. Rayon IV HGU No. 21/1995 Masyarakat 136 Pemda TanahH aduyan g R atu Lampung masih

    U tara dikuasipihakpengklaim

    10. Rayon IV Eks. HPH Masyarakat 125 Pemda TanahH aduyang R atu Lampung masih

    Utara dikuasipihakpengklaim

    11. Rayon IV HGU No. 21/1995 Ahli waris Raden 2.957 Melalui TanahM an gku N egara masyarakat masihTulang dikuasiBawang pihakUdik pengklairnbersama UU. & sebag.Buma Dita-nam i

    sing-kong12. Rayon IV HGU No. 21/1995 Masyarakat W ay 301 PemdaWay Tanah

    Kanan Kanan masihdikuasipihakpengklaim&Ditanamisingkong13 . Rayon V Eks. HPH Rusdan Effendi csIR . 1.059 Pengadilan Tanah

    Hamam i cs Ne-geri (Tk. m asihKasasi) dikuasi

    pihakpengklaim14. Rayon V I Eks. HPH Masyarakat W ay 4.650 Pemda W ay Tanah

    Kanan , M asyarakat Kanan masihTIg. Bawang Udik dikuasipihakpengklaim&Ditanamisingkong

    Total 10.913Sum ber. P rofil PTP N usantara vn (Persero) U nit U saha Bungam ayang, K otaburn i, Lam pung Utara, 2004

    243

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    50/62

    LAMPIRAN2

    Ligln:

    Ferti l izer Fue lA nimal reed Ilectr icityCane waxI Anticorrostves -tjgno-sclphonare Bagasse:Sucrol in

    " ' 0 5

    opsll.ea\es:FodderL ea f p ro te inSC PE'h""olSol icana/Sccharmn [SUCROSE

    Ash: S U G i J rG la ss in d ust ry Cone

    from Juice

    Products:-

    JaggeryLiquidjcggeryKhandasari suga r . .

    enersmertvoeve: Molasses:Svmhetic swee t ene r s I~erose derivativesTensonctive agen t s

    'Y Effluents:

    F lue 0Tmsh

    Cane" ' f .

    Furnace

    Allied

    Swee t

    DistiUeFertilizerBio-gasPctash

    Miscellaneous:A coeuic aeldlraco nic acidE;>;plo.iv.NIROMIELB io ci d e s IFOPOLDex tranl-lysineX enthan gumM on o sod ium gluta ma te

    D ia g.-a m P rod uk Beraumher D an Tebu

    ElectricityC ha rc oa l b nq ue teP roducer gasCo-generation

    FibrousProdu lPlastic

    Direc t use

    Sumher: Agriculurrcl a nd Industria l W eillth from Sugarcane (Source: G o B . Singh en d S. Solomon, l!J!.IS)

    244

    Anim al feedSoil conditionerAntibiotics

    E .x pcrtatienFerti] izerA nim il! fe ed

    DistilleryIndustry R um

    EthanolRectified spiritsA nh yd ro us alc oh olAlcohol derivatives

    O th er F ermen ta ti onProduC!5VinegarAcet ic acidButanolC itri c ec idL actie n cldFood & feed yeast

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    51/62

    BAB VIIIKESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    8.1. KesimpulanBerdasarkan hasil studi "desk research" maka kondisi daya saingkomoditi dan lingkungan usaha produk-produk makanan Indonesia dipasar domestik maupun pasar global dapat digambarkan sebagaiberikut:(I) Walaupun Indonesia merupakan suatu negara agraris yang besar di

    dunia, sampai sekarang Indonesia belum mampu menjadi salahsatu negara pengekspor besar dalam produk-produk makanan.Diantara produk -produk makanan yang merupakan ekspor u..t.a,maIndonesia ada tiga (3) diantaranya yang nilainya selalu di atas 100juta doIar AS, yakni cokelat, buah-buahan dan sayur-sayuran, danikan olahan. Dari kelompok ikan, yang paling diandalkan olehIndonesia dan memang mempunyai prospek pasar dunia yangbagus adalah tuna, cakalang, tongkol, udang, demersal dan pelagisbesar dan kecil, yang jumlahnya diperkirakan 4 juta ton lebih, atauhampir 63% dari total potensi sumber daya perikanan yangdimiliki Indonesia. Diantara komoditas-komoditas tersebut, tuna,cakalang, tongkol dan udang merupakan andalan ekspor non-migas Indonesia selama ini. Selain itu, Indonesia juga punyapotensi besar di komoditas-komoditas perikanan dari kategorimariculture, seperti rumput laut, kekerangan, dan mutiara,

    245

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    52/62

    walaupun diperkirakan jumlahnya lebih kecil, tidak mencapai Ijuta ton (sekitar 6,7%). Sayangnya, potensi yang ada ini hinggatkini belum semuanya terrealisasi sepenuhnya.Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa yang sangatmenentukan keunggulan di dalam perdagangan dunia untukproduk-produk makanan bukan faktor-faktor keunggulankomparatif melainkan keunggulan kompetitif, terutama teknologidan SDM. Pentingnya teknologi terutama untuk meningkatkankualitas produk dan produktivitas serta efisiensi. Denganpenguasaan teknologi yang tepat, sebuah negara walaupun keeilbisa menghasilkan volume produksi pertanian lebih banyakdaripada sebuah negara besar seperti Indonesia. Sedangkanpentingnya SDM tidak saja dalam melakukan inovasi produk danproses produksi, tetapi juga dalam menyusun perencanaan dalamproduksi seperti perencanaan pengembangan produk-produkmakanan olahan. Semakin pentingnya faktor-faktor keunggulankornpetitif ini di dalam perdagangan pangan dunia jugadisebabkan oleh rnuneulnya berbagai macarn ketentuan ataukesepakatan intemasional yang mengatur perdaganganantarnegara. Diantaranya adalah ketentuan keamanan pangan yang

    .

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    53/62

    Kurangnya Indonesia memiliki atau mengembangkan faktor-faktorkeunggulan kompetitif selama ini juga menjelaskan hilangnyakesempatan Indonesia sebagai negara eksportir terbesar di duniauntuk sejumlah produk makanan.

    (2) Mengenai lingkungan usaha produk pangan di pasar global, hasilpenelitian ini memperlihatkan bahwa peta perdagangan duniadalam industri pangan/pertanian saat ini sangat tidak adil. Pasarpangan dunia saat ini tidak bisa lagi dianggap sebagai pasar yangsteril dari praktik-praktik bisnis tidak sehat yang dilakukan olehnegara-negara besar. Negara-negara berkembang tidak hanyamemperoleh kesulitan dalam memasarkan produk-produkpertaniannya di pasar global, melainkan juga tidak mampubersaing dengan negara maju yang sanggup menetapkan harga dariproduk pertanian yang relatif rendah. Bahkan beberapa negaramaju (khususnya Jepang) melakukan proteksi tarif terhadap imporberas sebesar 800 persen yang menghambat negara berkembanguntuk memasarkan produk berasnya ke negara ini. Selain bentukproteksi tarif, negara maju juga menerapkan proteksi non-tarifseperti persyaratan kebersihan (Sanitary dan Phytosanitarys untukmembatasi akses pasar produk pertanian dari negara-negaraberkembang. Persyaratan kebersihan yang ditetapkan oleh negara-negara maju ini bahkan lebih tinggi dari persyaratan yangditetapkan secara intemasional sehingga banyak merugikannegara-negara berkembang. Tentu saja banyak lagi proteksi non-

    247

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    54/62

    tarif yang dilakukan negara maju terhadap ekspor produkpertanian dari negara berkembang yang tidak saja membatasi ataubahkan mencegah pasar produk petanian untuk negaraberkembang, melainkan juga berpengaruh pada peningkatanpendapatan, perluasan kesempatan kerja dan pengurangankemiskinan di negara-negara berkembang.

    (3) Adapun lingkungan usaha di Indonesia dewasa ini belumsepenuhnya kondusif bagi upaya-upaya peningkatan daya saing.Ketidak-kondusifan tersebut diantaranya adalah: (1) masih adanyagangguan keamanan di beberapa wilayah di Indonesia, (2)ketidakpastian hukum dan lemahnya penegakan hukum diIndonesia, (3) pasar tenaga kerja yang dianggap kurang kondusifbagi para pengusaha, (4) tumpang tindihnya kebijakan atauperaturan pemerintah pusat dan daerah, (5) prosedur administrasiyang panjang dan rumit sejak dari prosedur perijinan sampai kepabeanan, (6) lemahnya insentif perpajakan, (7) korupsi yangsemakin merajalela baik pada tingkat pemerintah pusat maupundaerah.

    Sementara itu hasil penelitian lapangan atau ''field research" denganmenggunakan pendekatan "diamond" model Michael Porter tentangfaktor-faktor yang mempengaruhi daya saing tiga (3) jenis produkmakanan olahan yakni nenas, kacang tanah dan gula menghasilkanbeberapa temuan sebagai berikut:

    248

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    55/62

    (1) Kondisi faktor: industri produk makanan olahan yang memilikiperkebunan sendiri pada umumnya memiliki fleksibilitas ;Wmglebih tinggi dalam pengelolaan usaha sehingga peluang untukmelakukan inovasi dalam rangka peningkatan daya saing jugalebih besar. Meskipun demikian industri kacang tanah yangtidak memiliki kebun sendiri juga masih bisa berdaya saingtinggi selama mampu menjalin kemitraan yang baik denganpara petani.

    (2) Kondisi permintaan: permintaan terhadap produk-produkmakanan olahan di pasar dalam negeri maupun pasar luarnegeri masih cukup besar bahkan cendernng meningkat.Kemampuan untuk berinovasi dan melakukan diversivikasiproduk mernpakan faktor penting dalam memenuhi permintaanpasar yang terns meningkat tersebut.

    (3) Konteks strategi dan rivalitas pernsahaan: Selain inovasi dandiversivikasi produk, setiap industri makanan olahan yangberdaya saing pada umumnya menempuh strategi peningkatankualitas output dengan memenuhi standar ISO dan standarkeamanan produk makanan, memanfaatkan teknologiinformasi untuk mempromosikan produk-produknya,mempunyai network yang luas dengan para "stakeholder" danmemelihara hubungan yang baik dengan para karyawan sertamasyarakat sekitar, serta mempunyai segmen pasar yang jelas(niche).

    249

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    56/62

    (4) Industri pendukung: Industri makanan olahan yang berdayasaing tinggi pada umumnya ditunjang dengan ketersediaanindustri pendukung yang memadai, terutarna industri kemasanyang cukup murah dan industri ttansportasi gunamemperIancar arus distribusi.

    Secara rinci temuan-temuan lapangan dari ketiga Jems komodititersebut adalah sebagai berikut:

    250

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    57/62

    Kondisi FaktorNenas Tebu/Gula

    Su mber pasokan bahan baku:- Kebon nenas m ilik petani- Kebnn nenas r n il ik pe ru s aha an

    ( Lampung)- Laban untuk kebon nenas yang

    d isew a peru sahaan dari p etan i- Tanah negara yang disown

    perusabaan dengan hak gunausaba(HGU)

    P ermasa la ha n p aso ka n n en asdart petanl:

    Petani engg an rnengikutiteknologi pertanian yang barn ,sehingga kualitas panen rendahP eta ni k ura ng m em ilik ikornitmen dalam perjanjianp ern aso ka n k ep ad a p eru sa ha an

    Jaminan kontinultas pasokaabahan baku:- Sulit mengandalkan kontinuitas

    p aso kan d ar] p era ni,- Hanya perusahaan yang

    memi l iki p erk eh un an se nd iriy an g te rjamin k on tin uita spasokan bahan bakuny a,

    Akresibilitas Jokasl perkebunand an in du strl:- Lahan pertanian yang sernakin

    terbatas di Pulau Jaw a tidakmeunmgkinkan usahaperkebunan nenas untukm em aso k in du stri sk ala besar.

    - lndustri yang dapat bertahanden gan daya sain g tingg] hanyayang berlokasi di luar Jaw a danmemiliki perkebunan sendiri,den gau pabrik berada di ten gahperkebunan,

    Kaeang Tanah

    Sum ber pasokan bahan baku:- Sepenulmya berasal dati kebunkacang milik petani (Jawa danluar Jaw a)

    - lndustri sama sekali tidakm em iliki kebu n sen diri.

    Perm asalahan pasokan nenas daripetani:- Kualitas hasil panen tidak bisa

    optim al karena m ahalnya biayaproduksi (harga pupuk, dsb,

    - Tidak ada ikatan kontrk denganpetan i sehingga petan i bebasm enjual hasil panen kepadaindustri yang m em beri hargalebih tinggi

    Jamlnan kontinuttas pasokanbahau baku,- lndustri barns memeliltara

    bubungan baik denganped agan g/sup plier kacan g tan ahagar kontinnitas pasokan sesuaiden gan kebutuhan bisa terjam in

    - Mata rantai pasokan yang daripanjang petani I penebas,pedagang/supplier ke industriku ran g m en jam in ko ntin uitaspasokan,

    Aksesibllltas lokasi perkebunan danindustri:Kebon kaean g tidak bisa terlalu

    jauh dengan industri karen.un tuk m en jam in kualitas produk(kacang garing) kacang ham ssudah diproses paling lam bat 24jam setelah dipan en .Kacang dari I U B r Jawa tidakd apat dian dalk an k aren a jarakdan w aktu angkut tidakr nemenuh i p er sy ar ata n,

    251

    Sumber pasoknn bahan baku:- Sebagian besar kebun tebum ilik p etan i (Jaw a)

    - Hampir selurubnya m ilikperusahaan (hiar JawaPermasalahan pasokan nenas darlpetanl;- Kualitas (rendemen) rendah,

    karena ham pir selurubnya tebuke prasa n, b uk an p la n; c an e.

    - Petani tidak akan menanam tebuapab ila pada waktu tertenmtanaman la in le bibmenguntungkan- Kerusakan daerah tangkapan ai rdi Pulan Jaw. ber-pengaruhsig nifik an te rh ad ap p ro du ks ikeb un teb u petan i,

    Jaminan kantinuitas pasokanbahan baku:- Tidak ada jaminan kontinuitas

    pasokan karen a petani bebasm enjual tebu kepada pabrik gulayang m em beri harga lebibtinggi.

    - Hanya pabrik gula yangm emiliki perkebunan tebusendiri yang akan dapatb erta ha n d alam jangka panjangdan melakukan in ov as i u ntu km euin gkatkan daya sain g.

    Aksesibilitas lokasi perkebunaud an ln du strk

    PG di Jawa belum len tum cndapat pasokan dari kebuntebu yang ada didekatnya karenapetan i cenderung menjual ke PGyang berlokasi lebih jauh yangm em beri harga lebib tinggi.

    - Industri gula luar Jawa yangumunmya memiliki pabrik danp erkeb un an teb u sen diri yangberasa dalam satu area lebibberpoten si untuk berdaya sain gdibandingkan dengan pabrikgula di Jaw a.

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    58/62

    Kondisi PermintaanNcnas Kacang Tanah Tcbu/Gula

    Pasar Dalarn Negeri: Pasar Dalarn Negeri: Pasar Dalam Negeri:- Masih lebih banyak - Sekitar 80 persen - Peningkatan permintaanpermintaan terhadap buah permintaan konsurnen dalarn dalarn negeri tidak rnampunenas segar daripada hasil negeri ditujukan pada dipasok oleh industri gulaolahan industri, seperti produk-produk dua industri dalarn negeri, sehinggajuice dan nenas kaleng. kacang tanah terbesar Indonesia harus rnengirnpor- Terdapat peningkatan lebih dari satu juta ton, danPasar Luar Negeri: perrnintaan dari tahun ke kebutuhan sekitar tigajuta- Sangat paten sial untuk tahun, karena adanya ton.rnemasuki pasar global, berbagai inovasi dan - Beberapa industri yangterutama bila menggunakan diversifikasi produk, mernakai gula sebagai bahanbrand name dari - Permintaan konsumen tarnbahan pada urnumnyaperusahaan pemesan dari meningkat pada waktu menggunakan gula imporrnancanegara. peringatan hari-hari besar dengan alasan harganya- Saat ini industri keagarnaan. lebih rnurah dan lebihpengalengan nenas nasional rnernenuhi persyaratanterbesar menjadi pemasok Permintaan Luar Ncgeri: estandar industri.15 persen kebutuhan - Sepu luh tahun terakhirkonsumsi nenas dunia, terjadi peningkatan terhadap Persaingan dengan Industr]melalui sekitar 500 merk berbagai jenis rnakanan Luar Negcri:dagang mancanegara, kaeang olahan, - Industri gula dalam negeri- Ada keeenderungan - Permintaan luar negeri sulit rnenyaingi gula imporpeningkatan permintaan dipasok oleh dua industri karena rendemen tebu yangterhadap nenas segar, kacang terbesar, sangat rendah dan teknologibukan dalam bent uk - Peningkatan permintaan dan pengolahan yang umurnnyaolahan. pasokan ke pasar mancane- tidak efisien.gara lebih dimungkinkan - Ada dugaan bahwa paradengan adanya ekspor dalam produsen gula mancanegarabentuk eurah yang kernudian rnelakukan konspirasi ..dijual dengan kemasan danmerk d ag an g p emesan ,

    252

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    59/62

    Konteks Strategi dan Rivalitas PerusahaanNcnas Kacang Tanah Tebu/Cula ','-'.'~.

    -.-

    Strategi Perusahaan: Strategi Perusabaan: Strategi Pernsahaan:- Menjagadan - Inovasi dan diversifikasi pro- - Mernbina hubungan baikmeningkatkan kualitas duk merupakan strategi yang dengan APTR dan KPTRdengan memenuhi digunakan perusahaan besar untuk kelancaran pasokan.estandar ISO dan berbagai untuk merebut pasar dan tebu dari petani (PG diestandar keamanan produk memenuhi sclera konsumen Jawa).makanan seperti HACCP yang semakin bervariasi, - Memelihara hubungan baikdan lain-lain. - Teknologi informasi diman- dengan karyawan dan- Menjaga produktivitas dan faatkan secara optimal untuk masyarakat sekitar demikelangsungan hidup mempromosikanproduk seea- kelancaran operasi

    perusahaan dengan ra luas, memperluas pema- perusahaan {PG dimemberi jaminan hidup saran dan sarana transaksi (e- luarJawa).yang layak kepada commerce) . - Menjadikan PG menjadikaryawan. - Network dengan institusi independen dan mandiri- Menekan biaya produksi kesehatan dijadikan sumber demi efisiensi (PG yangdengan menggunakan justifikasi guna meyakinkan berada di bawah PTPN).bahan-bahan tambahan konsumen akan keamanan dan - Diversifikasi produkasal impor (seperti gula) tingkat nutrisi produk, dengan juga memproduksiyang relatiflebih murah, ethanol yang lebih

    Rlvalltas antar perusahaan: rnenguntungkanj SugarRivalltas antar perusahaan: - Rivalitas tetjadi antara dua Group)- Persaingan frontal dengan perusahaan besar dalamperusahaan sejenis dan mere bu t p asa r d alam n eg eri. Rivalitas antar pcrusahaan:mancanegara tidak terjadi - Jargon-jargon kesehatan - Memberi harga lebih baikkarena perusahaan dieksploitasi untuk kepada petani untukmenggarap segrnen pasar menunjukkan keunggulan rnenda-pat pasokan tebu(niche) sendiri yang tidak prod uk sendiri dibandingkan (pG di Jawa)

    dimasuki perusahaan lain. produk kompetitor, - Memelihara hubungan baik- Persaingan dengan dengan distributor untukindustri sejenis di dalam menjamin kelancarannegeri tidak terjadi karena pemasaran,segmen pasar dan

    konsumen yang dilayaniberbeda.

    253

  • 5/15/2018 Ekspor Import

    60/62

    8.2. Rekomendasi(1) Dalamlingkup makro, kebijakan industri pangan yang perlu

    ditempuh oleh pemerintah dalam menghadapi semakin keras danketatnya kompetisi dalam era globalisasi dewasa ini dapatdilakukan dalam dua bentuk. Pertama, kebijakan melaluiperbaikan kondisi internal industri pangan khususnya dan sektorpertanian umumnya. Kedua, kebijakan perbaikan pada sisieksternal untuk memperluas pasar produk pertanian di negara-negara maju. Dalam hal kebijakan internal, pemerintah dinegara-negara ini harus mampumeningkatkan kemampuanproduksi pangannya+baik untuk kebutuhan domestik maupunekspor. Pada sisi eksternal, upaya untuk melakukan kerjasamaperdagangan terutama dengan negara-negara maju pentingdilakukan.(2) Peran pemerintah dalam mendukung peningkatan daya saingindustri makanan olahan dapat dikatakan belum optimal. Masihbanyak peluang yang dapat diberikan oIeh pemerintah gunamembantu meningkatkan daya saing industri makanan olahandiantara yang terpenting adalah penciptaan iklim usaha yangkondusif seperti dukungan kebijakan insentif fiskaI untuk imporbahan baku, keberpihakan pada petani da