eksperimentasi pembelajaran matematika dengan...

84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER ) PADA MATERI LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : ANIK NUR KHAYATI K1303018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: lyhanh

Post on 08-Aug-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

(NUMBERED HEADS TOGETHER ) PADA MATERI LUAS DAN VOLUME

BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

ANIK NUR KHAYATI

K1303018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

(NUMBERED HEADS TOGETHER ) PADA MATERI LUAS DAN VOLUME

BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

Oleh :

ANIK NUR KHAYATI

K1303018

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan di hadapan

Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Januari 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Budi Usodo, M.Pd Ristu Saptono, S.Si, M. T

NIP. 19680517 199303 1 001 NIP. 19790210 200212 1 001

Page 4: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan

Matematika Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan dalam

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Kamis

Tanggal : 20 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi : Tanda Tangan

Ketua : Triyanto, S. Si, M.Si (…………………………...)

Sekretaris : Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd (……………………………)

Penguji I : Drs. Budi Usodo, M.Pd (…………………………....)

Penguji II : Ristu Saptono, S.Si, M. T (……………………………)

Disahkan Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Alloh) dengan

sabar dan sholat, sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar”

(Q.S Al Baqoroh : 153)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(Q.S. Albaqoroh : 286)

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Al Insyiroh : 6)

Page 6: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini Penulis persembahkan untuk :

· Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu

mendoakan dan menyayangiku

· Saudara-saudaraku, yang selalu

menjadi penghibur dan penyemangatku

· Teman-teman dekatku, semoga

persahabatan kita tetap terjaga

· Teman-teman P.Matematika ’03, atas

kebersamaan yang indah

· Almamater yang kubanggakan

Page 7: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala pujian hanya milik Allah SWT, dzat penggengggam

setiap jiwa, pengatur setiap langkah, yang berkehendak atas segala, yang dengan

kelapangan jalan yang diberikan sehingga skripsi yang berjudul “Eksperimentasi

Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numbered Heads Together) Pada Materi Luas dan Volume Bangun Ruang Ditinjau

dari Gaya Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Batik 1 Surakarta” dapat

terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak antara lain :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah

memberikan ijin menyusun skripsi ini.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, ketua Jurusan P MIPA FKIP UNS yang telah

memberikan ijin menyusun skripsi ini.

3. Triyanto, S. Si, M. Si, Ketua Program P Matematika FKIP UNS yang telah

memberikan ijin menyusun skripsi ini.

4. Drs. Budi Usodo, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

ilmu, dukungan, dan saran yang sangat membantu dalam penulisan skripsi

ini.

5. Ristu Saptono, S.Si, M. T , Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, ilmu, dukungan, dan saran yang sangat membantu dalam

penulisan skripsi ini.

6. Drs. Literzet Sobri, M.Pd, Kepala SMA Batik 1 Surakarta yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

7. Drs.H.Agus Hadi Susanto, M.Pd, Kepala MAN 1 Surakarta yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan uji coba instrumen penelitian.

Page 8: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

8. Drs.Joko Dwi Heru S, Guru bidang studi matematika SMA Batik 1 Surakarta

yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, dan bimbingan selama

melakukan penelitian sekaligus sebagai validator instrument penelitian.

9. Nuraini Kusumastuti S.Pd, Guru bidang studi matematika MAN 1 Surakarta

yang telah memberikan kesempatan, dan kepercayaan melakukan uji coba

sekaligus sebagai validator instrument penelitian.

10. Bapak, Ibu, dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa restu,

kasih sayang, dan dukungan.

11. Teman-teman P. Matematika ’03 atas kebersamaannya.

12. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya,

semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan dapat memberikan kontribusi

serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.

Surakarta, Januari 2011

Penulis,

Anik Nur Khayati

Page 9: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ........ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ .......... iv

MOTTO ............................................................................................................ ........ v

PERSEMBAHAN ............................................................................................ ........ vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ........ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ........ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ........ xiii

ABSTRAK ....................................................................................................... ........ xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5

C. Pemilihan Masalah ………………………………………… ......... 6

D. Pembatasan Masalah ....................................................................... 6

E. Perumusan Masalah ......................................................................... 7

F. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8

G. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 9

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 9

1. Prestasi Belajar Matematika ..................................................... 9

a. Prestasi Belajar .................................................................. 9

b. Matematika …………………………… ........................... 9

c. Prestasi Belajar Matematika .............................................. 10

2. Model Pembelajaran ................................................................. 11

Page 10: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

a. Pengertian Model Pembelajaran …………………… ....... 11

b. Model Pembelajaran Konvensional .................................. 12

c. Model Pembelajaran Kooperatif ………………….. ........ 12

d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numbered Heads Together) … ........................................ 14

3. Gaya belajar .............................................................................. 17

a. Auditorial .......................................................................... 18

b. Visual ................................................................................ 18

c. Kinestetik .......................................................................... 19

4. Tinjauan Materi Luas dan Volume Bangun Ruang .................. 19

a. Luas Bangun Ruang .......................................................... 19

b. Volume Bangun Ruang ..................................................... 20

B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 21

C. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 24

BAB III METODOLOGI PENELITAN ............................................................. 25

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 25

1. Tempat Penelitian ..................................................................... 25

2. Waktu Penelitian ...................................................................... 25

B. Metode Penelitian ............................................................................ 26

1. Pendekatan Penelitian ..................................................... ........ 26

2. Rancangan Penelitian ..................................................... ........ 26

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................... 27

1. Populasi .................................................................................... 27

2. Sampel ...................................................................................... 27

3. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 28

1. Identifikasi Variabel ................................................................. 28

2. Metode Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen .......... 30

Page 11: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

a. Metode Dokumentasi ........................................................ 30

b. Metode Tes ........................................................................ 30

c. Metode Angket .................................................................. 34

E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 38

1. Uji Pendahuluan ....................................................................... 38

2. Pengujian Hipotesis ................................................................. 39

a. Uji Prasyarat Analisis Variansi ......................................... 39

b. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ....................... 42

c. Uji Komparasi Ganda .............................................. ......... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………………... ......... 49

A. Hasil Pengembangan Instrumen ........................................... ......... 49

1. Pengembangan Tes Prestasi Belajar ................................ ........ 49

2. Pengembangan Angket Gaya Belajar ................................ ...... 51

B. Deskripsi Data ....................................................................... ........ 53

1. Data Skor Prestasi Belajar Matematika ...................... ............. 53

2. Data Skor Angket Gaya Belajar Matematika ................... ....... 53

C. Uji Pendahuluan ..................................................................... ....... 55

D. Pengujian Hipotesis ............................................................... ........ 55

1. Uji Prasyarat Analisis Variansi ....................................... ........ 55

2. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ..................... ........ 57

3. Uji Komparasi Ganda ..................................................... ......... 58

E. Pembahasan Hasil Analisi Data ............................................ ........ 59

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................... 62

A. Kesimpulan ........................................................................... ......... 62

B. Implikasi ..................... ................................................................... 62

C. Saran ..................................................................................... ......... 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... ............................ 66

LAMPIRAN .................................................................................................... ......... 68

Page 12: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Rangkuman Rumus Luas dan Volume Benda Ruang ............................ 20

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian .............................................................................. 26

Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi .............................. 43

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ..................................................................... 43

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis .............................................................................. 46

Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Intrumen ....................................................... 52

Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ................................................................................... 53

Tabel 4.3 Cacah Siswa Untuk Tiap Kategori Gaya Belajar Matematika ............... 54

Tabel 4.4 Data Prestasi Belajar Matematika Siswa ................................................ 54

Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..... 55

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 56

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas ........................................................................... 56

Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ........................ 57

Tabel 4.9 Rerata Skor Prestasi Belajar Siswa ......................................................... 58

Page 13: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ................................................................................ ..... 68

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa........................................................................... 103

Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika(Uji Coba) ....................... 119

Lampiran 4 Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba) ..................................... 121

Lampiran 5 Pembahasan Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba) ................ 127

Lamparan 6 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba) ............ 136

Lampiran 7 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba ) ............ 137

Lampiran 8 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar matematika (Uji Coba) .................... 138

Lampiran 9 Angket Gaya Belajar Matematika (Uji Coba) ................................... 140

Lampiran 10 Lembar Jawab Angket Gaya Belajar Matematika (Uji Coba) .......... 147

Lampiran 11 Uji Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika ............................. 148

Lampiran 12 Uji Validitas Isi Angket Gaya Belajar Matematika ........................... 152

Lampiran 13 Uji Konsistensi Internal dan Tingkat Kesukaran Tes Prestasi

Belajar Matematika… ........................................................................ 156

Lampiran 14 Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika ……………… ..... 159

Lampiran 15 Uji Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar Matematika ........ ….. 162

Lampiran 16 Uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Matematika ………… ........... 166

Lampiran 17 Tes Prestasi Belajar Matematika........................................................ 169

Lampiran 18 Pembahasan Tes Prestasi Belajar Matematika……..…. .................... 174

Lampiran 19 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika .............................. 181

Lampiran 20 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika ................... ……… 182

Lampiran 21 Angket Gaya Belajar Matematika .......................... ………………… 183

Lampiran 22 Lembar Jawab Angket Gaya Belajar Matematika ................ ……… 189

Lampiran 23 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ......... ………. 190

Page 14: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Lampiran 24 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol ................ ………. 192

Lampiran 25 Uji Keseimbangan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............... 194

Lampiran 26 Data Induk Kelas Eksperiman ........................................................... 197

Lampiran 27 Data Induk Kelas Kontrol ............................................................. .... 198

Lampiran 28 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas

Eksperimen.…………………………………….……....................... 199

Lampiran 29 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Kontrol .......... .... 201

Lampiran 30 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelompok Gaya

Belajar Auditorial .............................................................................. 203

Lampiran 31 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelompok Gaya

Belajar Visual .................................................................................... 205

Lampiran 32 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelompok Gaya

Belajar kinestetik ............................................................................... 207

Lampiran 33 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari

Model Pembelajaran .......................................................................... 209

Lampiran 34 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari

Gaya Belajar Matematika .................................................................. 212

Lampiran 35 Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ........................................ 215

Lampiran 36 Daftar Nama Kelompok (Kelas Eksperimen)…………………… .... 219

Lampiran 37 Daftar Tabel ....................................................................................... 221

Lampiran 38 Perijinan ............................................................................................. 222

Page 15: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Anik Nur Khayati. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA MATERI LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui apakah pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran

dengan model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun

ruang, (2) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika

diantara siswa yang mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar

matematika tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas

dan volume bangun ruang, (3) untuk mengetahui manakah diantara model

pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dan model

pembelajaran konvensional yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya belajar

matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika tipe visual dan gaya belajar

matematika tipe kinestetik.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi penelitian

adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta, Tahun Ajaran

2008/2009, yang berjumlah 378 siswa yang terbagi menjadi 9 kelas. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 2 kelas, yaitu kelas X-1 untuk kelas

eksperimen dengan jumlah siswa 43 orang dan kelas X-2 untuk kelas kontrol dengan

jumlah siswa 39 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara sampling random

kluster. Uji coba instrumen dilaksanakan di MAN 1 Surakarta. Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah metode dokumentasi yang berupa data nilai ujian

semester gasal mata pelajaran matematika, metode angket untuk data gaya belajar

Page 16: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa pada materi luas dan

volume bangun ruang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi dua

jalan sel tak sama. Sebagai persyaratan analisis yaitu populasi berdistribusi normal

menggunakan uji Lilliefors dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen)

menggunakan uji Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat dengan taraf signifikansi

5%.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan

prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik daripada penggunaan model

pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang pada siswa

kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 (Fa =

22,6120 < 3.984 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%). (2) tidak ada perbedaan prestasi

belajar matematika antara siswa yang mempunyai gaya belajar matematika tipe

auditorial, gaya belajar matematika tipe visual dan gaya belajar matematika tipe

kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang siswa kelas X semester genap

SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 (Fb = 1,0527 < 3.134 = Ftabel pada

taraf signifikansi 5%). (3) model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together) menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik

daripada model pembelajaran konvensional untuk setiap tipe gaya belajar

matematika siswa pada materi luas dan volume bangun ruang siswa kelas X semester

genap SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 (Fab = 0.3703 < 3.134 = Ftabel

pada taraf signifikansi 5%).

Page 17: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT Anik Nur Khayati, An Experimentation of NHT (Numbered Heads Together) type of cooperative learning model in the subject of area and volume of plane geometry from students learning style on the students X graders of SMA Batik 1 Surakarta. Thesis, Surakarta : Theacher Training and Education Faculty. University Eleven March Surakarta, 2011. The objectives of research are : (1) to find out whether learning using NHT

(Numbered Heads Together) type of cooperative learning model provides

mathematics learning achievement better than learning using conventional learning

model in the subject of area and volume of plane geometry. (2) to find out whether

are there difference mathematics learning achievement among students with

mathematics learning style auditorial type, mathematics learning style visual type

and mathematics learning style kinestetik type in the subject of area and volume of

plane geometry. (3) to find out which between NHT (Numbered Heads Together)

type of cooperative learning model and convensional learning model that provides

mathematics learning achievement better in the subject of area and volume of plane

geometry viewed from mathematics learning style uaditorial type, mathematics

learning style visual type and mathematics leaning style kinestetik type .

This study employed a quasi_experimental method. The population of

research was all students X graders of SMA Batik 1 Surakarta in the school year of

2008/2009, totaling 378 students which is divided into 9 classes. The sample used in

this research was 2 classes, class X-1 for experimental class with 43 students and

class X-2 for control class with 37 students. The sampling technique used was cluster

random sampling. The instrument test was carried out in MAN 1 Surakarta.

Techniques of collecting data employed were documentation method in the form of

mathematics score in odd semester, questionnaire for the data on students

mathematic learning style and test methods for data on students mathematic learning

achievement in the subject wide and volume shape space. Technique of analyzing

data used was two_way analysis of variance with unequel cells. The analysis

Page 18: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

requirement was the population with normal distribution using Lilliefors test and

population having the same variance (homogenous) using Bartlett method with

Chi_Square test statistic at significance level of 5 %.

From the result of research, it can be concluded that : (1) learning using NHT

(Numbered Heads Together) type of cooperative learning model provides

mathematics learning achievement better than learning using conventional learning

model in the subject of area and volume of plane geometry of students X graders

even semester of SMA Batik 1 Surakarta in the school year of 2008/2009 (Fa =

22,6120 > 3,984 = Ftable at significance level of 5%). (2) there is no difference

mathematics learning achievement among students with mathematics learning style

auditorial type, mathematics learning style visual type and mathematics learning

style kinestetik type in the subject of area and volume of plane geometry of students

X graders even semester of SMA Batik 1 Surakarta in the school year of 2008/2009

(Fb = 1,0527 < 3,134 = Ftable at significance level of 5%). (3) NHT (Numbered Heads

Together) type of cooperative learning model provides mathematics learning

achievement better than conventional learning model for each mathematics learning

style in the subject of area and volume of plane geometry of students X graders even

semester of SMA Batik 1 Surakarta in the School Year of 2008/2009 (Fab = 0,3703

< 3,134 = Ftable at significance level of 5%).

Page 19: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

Untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional diperlukan peran serta aktif dari

berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapat

perhatian, penanganan dan prioritas baik oleh pemerintah, keluarga, maupun

pengelola pendidikan. Upaya pembangunan di bidang pendidikan masih perlu

dilanjutkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat menghasilkan

manusia yang berkualitas.

Pembinaan manusia yang berkualitas tergantung pada kegiatan

pembelajaran, hal ini berhubungan langsung dengan tugas seorang guru yaitu

mengajar. Pada dasarnya mengajar merupakan serangkaian kegiatan yang salah

satu tujuannya adalah menanamkan konsep materi kepada siswa. Suatu konsep

akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika konsep tersebut disampaikan dengan

langkah-langkah atau prosedur yang tepat dan menarik. Untuk itu penggunaan

model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar haruslah tepat, dalam arti

sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar kegiatan belajar mengajar

dapat berjalan lancar dan mencapai sasaran yang diinginkan. Dengan

menggunakan model pembelajaran yang tepat, seorang guru diharapkan bukan

hanya sekedar menyelesaikan sejumlah materi tetapi juga dapat menanamkan

konsep materi dengan baik kepada siswanya. Hal tersebut dimaksudkan agar

siswa dapat dengan mudah menyelesaikan berbagai variasi soal yang pada

prinsipnya mempunyai konsep yang sama.

Banyak model pambelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

matematika. Tetapi tidak setiap model pembelajaran dapat diterapkan dalam

setiap materi, sehingga pemilihan model pembelajaran sangatlah penting guna

mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran hendaknya

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, waktu yang tersedia

1

Page 20: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

bentuk pengajaran ( individu/ kelompok ) serta hal-hal lain yang berhubungan

dengan proses belajar mengajar. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar diperlukan pemikiran yang matang dalam pemilihan model

pembelajaran yang tepat untuk suatu materi yang akan disampaikan. Hal tersebut

dimaksudkan agar pambelajaran matematika menjadi efektif dan efisien. Namun

yang sering terjadi di lapangan sebagian besar guru menggunakan model

pembelajan yang hampir sama yaitu model pembelajaran konvesional dalam

menyampaikan setiap materi pelajaran. Dalam model ini, kegiatan pembelajaran

didominasi oleh guru. Guru menyampaikan materi, memberikan contoh soal.

Sedangkan siswa hanya memperhatikan dan meniru cara-cara guru

menyelesaikan soal. Dengan penggunaan model pembelajaran konvensional,

pada umumnya siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar

karena mereka hanya mendengar dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh

guru. Kegiatan yang hanya mendengar dan memperhatikan penjelasan guru ini

kemungkinan dapat menyebabkan siswa bosan dan akan mengakibatkan siswa

kurang kritis dan kreatif sehingga dapat mematikan semangat belajar siswa.

Apalagi untuk materi-materi matematika yang diaggap sulit dipahami bagi

kebanyakan siswa, salah satu diantaranya adalah materi luas dan volume bangun

ruang. Karena itu peggunaan model pembelajaran konvensional pada materi luas

dan volume bangun ruang yang menuntut siswa mempunyai kemampuan

numerik, kemampuan memahami rumus-rumus dan kemampuan menggambarkan

benda-benda ruang dimungkinkan bisa menyebabkan prestasi belajar mereka

kurang optimal atau bahkan akan menurun.

Pada dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep. Hal

terpenting dari pembelajaran matematika adalah bagaimana agar siswa dapat

dengan mudah memahami konsep-konsep dasar yang ada dalam matematika.

Oleh karena itu dalam belajar matematika dituntut untuk lebih terampil, kreatif

dan aktif dalam menaggapi persoalan matematika. Dengan begitu belajar

matematika tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, melainkan siswa dituntut

ikut aktif berpikir dan berargumentasi dalam menanggapi berbagai permasalahan.

Page 21: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pada kenyataannya bahwa kebanyakan siswa cenderung pasif dan kurang

kreatif dalam belajar matematika. Para siswa hanya fokus pada cara penyelesaian

soal yang diberikan oleh guru. Siswa tidak mua mencoba cara lain dalam

menyelesaikan soal sehingga apabila dihadapkan pada soal lain yang memiliki

konsep sama, mereka kurang bisa dalam menyelesaikannya.

Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih sebagai pengganti dari

model pembelajaran konvensional dan tentunya pemilihan model tersebut harus

disesuaikan dengan kondisi yang ada. Model pembelajaran yang baik merupakan

model pembelajaran yang tidak hanya di dominasi oleh guru melainkan juga

melibatkan keaktifan siswa, selain itu juga tidak hanya menekankan pada aspek

kognitif siswa tetapi juga harus bisa meningkatkan kemampuan afektif siswa.

Dalam hal ini dapat diterapkan suatu model pembelajaran diskusi untuk

mengubah perilaku afektif siswa secara kongkrit dalam hal sikap atau nilai.

Penggunaan diskusi secara terampil memungkinkan pembentukan sikap dalam

suasana kelompok. Tabrani Rusyan (1989 : 187) menegaskan bahwa belajar

secara kelompok lebih efektif dari pada belajar secara perseorangan, disamping

dapat memberikan hasil yang lebih mantap dan lebih baik.

Model pembelajaran yang menggunakan prinsip kerja kelompok sering

disebut dengan model pembelajaran kooperatif. Pada dasarnya pembelajaran

kooperatif merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan cara

membentuk kelompok kecil dimana setiap siswa bisa berpartisipasi dalam tugas-

tugas kolektif sehingga akan menuntut siswa untuk berperan aktif dalam

mengikuti proses belajar mengajar.

Model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru, salah

satu diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together). Dalam model pembelajaran ini, siswa dalam satu kelas dibagi

menjadi beberapa kelompok. Setelah itu, setiap anggota kelompok diberi nomor.

Dengan pemberian nomor dari tiap anggota kelompok tersebut, dimaksudkan

apabila guru ingin mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswanya, guru

tinggal menyebutkan salah satu nomor dan anak dengan nomor tersebut harus

dapat menyampaikan inspirasi dari kelompok mereka masing-masing. Setiap apa

Page 22: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

yang diputuskan dalam kelompok tersebut harus diketahui oleh masing-masing

anggota, sehingga tidak ada yang dirugikan satu sama lain. Dengan adanya

pengelompokan, selain mendapat penjelasan dari guru, mereka juga mendapat

penjelasan dari teman sekelompoknya yang lebih memahami, sehingga kendala

siswa yang cukup banyak kemungkinan dapat diatasi dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT ini. Selain itu, dengan model pembelajaran ini diharapkan

siswa tidak akan cepat merasa bosan dalam belajar matematika.

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat

mengoptimalkan keterlibatan total semua siswa dan diharapkan pula dapat

menjadi salah satu cara untuk membantu meningkatkan tanggungjawab individu

dalam diskusi kelompok. Dengan begitu akan sangat membantu siswa untuk

dapat berpikir terampil, aktif dan kreatif dalam menyelesaikan persoalan yang

berhubungan dengan materi luas dan permukaan bangun ruang sehingga

dimungkinkan prestasi belajar siswa dapat meningkat atau lebih baik bila

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Disamping penggunaan model pembelajaran yang tepat, terdapat faktor-

faktor lain yang juga dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran

metematika, salah satunya adalah gaya belajar matematika. Gaya belajar

matematika merupakan cara khas dan konsisten yang dilakukan oleh siswa dalam

menerima dan menyerap informasi matematika.

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999 : 112-113) menggolongkan

gaya belajar bedasarkan cara menerima informasi dengan mudah (modalitas)

kedalam tiga tipe, yaitu gaya belajar tipe auditorial, tipe visual, dan tipe

kinestetik. Gaya belajar tipe auditorial memanfaatkan kemampuan pendengaran

untuk mempermudah proses belajar, sehingga akan lebih mudah menerima materi

yang disajikan dengan diskusi atau tanya-jawab. Gaya belajar tipe visual

menggunakan indera penglihatannya untuk membantunya belajar, sehingga akan

lebih mudah menerima materi yang disajikan dengan asosiasi visual atau gambar-

gambar. Gaya belajar tipe kinestetik menggunakan fisiknya sebagai alat belajar

yang optimal. Siswa kinestetik biasanya dibantu dengan membawa alat peraga

Page 23: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

yang nyata misalnya balok, patung dan jenis alat peraga lainnya untuk

memudahkan dalam menerima informasi.

Pada umumnya siswa memiliki ketiga tipe gaya belajar tersebut, namun

ada satu yang paling dominan dimilikinya. Kebanyakan siswa belum mengenal

persis tipe gaya belajar yang dimilikinya sehingga mereka belum dapat

menerapkannya secara optimal. Pemanfaatan sumber belajar matematika, cara

memperhatikan pembelajaran matematika di kelas, serta cara mudah bagi siswa

untuk berkonsentrasi penuh saat belajar dapat digunakan untuk mengenal tipe

gaya belajar matematika. Hal-hal tersebut di atas dipergunakan seorang guru

maupun siswa itu sendiri untuk mengetahui gaya belajar matematika masing-

masing.

Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki ketiga tipe gaya belajar tersebut,

siswa yang bertipe auditorial mempunyai karakteristik suka berdiskusi atau tanya

jawab dan siswa yang bertipe visual mempunyai karakteristik mudah menerima

informasi dengan asosiasi visual atau gambar-gambar dimungkinkan akan lebih

mudah menerima materi luas dan volume bangun ruang yang disajikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) ini,

sehingga diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari

pada siswa yang bertipe kinestetik dikarenakan siswa yang bertipe kinestetik

tidak menyukai diskusi dan mempunyai masalah terhadap visualisasi gambar.

Selain itu dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini tidak menggunakan alat

peraga dalam proses pembelajaran. Jadi dimungkinkan penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT ini nanti tidak akan menghasilkan prestasi

belajar yang lebih baik bagi siswa yang bertipe kinestetik.

Bertolak dari uraian diatas, penulis terdorong untuk mengadakan

penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari

karakteristik gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika.

Page 24: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran akan

membuat siswa benar-benar memahami materi dan menguasai konsep. Tetapi

masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional

disetiap proses pembelajaran, padahal tidak semua materi cocok disampaikan

dengan model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu perlu dikaji lebih

lanjut apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar

siswa.

2. Banyak siswa dalam belajar matematika kurang aktif mengikuti proses belajar

dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa

mengkomunikasikan dengan siswa lain sehingga kemungkinan rendahnya

prestasi belajar disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap materi

yang dipelajari.

3. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads

Together) pada materi luas dan volume benda ruang mungkin menghasilkan

prestasi belajar yang berbeda dengan penggunaan model pembelajaran

konvensional, karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa tidak

hanya mendapat penjelasan dari guru, tetapi mereka juga mendapat

penjelasan dari teman sekelompoknya yang lebih memahami dalam diskusi.

4. Pada umumnya prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Hal ini

mungkin disebabkan karena kurangnya perhatian guru terhadap karakteristik

gaya belajar matematika yang dimiliki oleh setiap siswa. Selain hal itu,

banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit, dan

membosankan terutama pada materi luas dan volume benda ruang.

C. Pemilihan Masalah

Penelitian dengan banyak permasalahan, tidak mungkin untuk dilakukan

dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipecahkan

masalah penelitian yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Page 25: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

NHT (Numbered Heads Together) yang kemudian dikaitkan dengan gaya belajar

matematika siswa tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemilihan masalah diatas, agar permasalahan yang dikaji

lebih mendalam dan terarah maka masalah-masalah tersebut penulis batasi

sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi

pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)

pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas

kontrol.

2. Gaya belajar yang dibicarakan adalah cara yang khas pada siswa dalam

belajar matematika, baik di rumah maupun di kelas, yaitu gaya belajar

matematika siswa tipe visual, gaya belajar matematika siswa tipe auditorial,

dan gaya belajar matematika siswa tipe kinestetik .

3. Prestasi belajar matematika siswa pada penelitian ini dibatasi pada prestasi

belajar matematika siswa pada materi luas dan volume bangun ruang yaitu

prestasi yang dicapai setelah proses pembelajaran.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas masalah-masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran

konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang?

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang

mempunyai gaya belajar tipe auditorial, gaya belajar tipe visual dan gaya

belajar tipe kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang?

3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT

(Numbered Heads Together) dan model pembelajaran konvensional yang

Page 26: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada materi

luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya belajar matematika siswa

tipe auditorial, gaya matematika siswa tipe visual dan gaya belajar

matematika siswa tipe kinestetik.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk

mengetahui :

1. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran

konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang.

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang

mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika

tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas dan

volume bangun ruang.

3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together) dan model pembelajaran konvensional yang dapat

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada materi luas

dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya belajar matematika siswa tipe

auditorial, gaya matematika siswa tipe visual dan gaya belajar matematika

siswa tipe kinestetik.

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk:

1. Memberikan masukan kepada guru matematika bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) mungkin dapat digunakan

sebagai alternatif dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah agar suasana

belajar menjadi lebih menyenangkan.

Page 27: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih

memperhatikan gaya belajar matematika karena mungkin dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika.

4. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis.

Page 28: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Prestasi Belajar

Salah satu indikator bahwa seseorang telah mengalami proses belajar

adalah adanya prestasi belajar. Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787),

“Prestasi balajar adalah penguasaan pemahaman dan keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka yang diberikan oleh guru”.

Sedangkan Sutratinah Tirtonegoro (2001:43) mengatakan bahwa “Prestasi

belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan

mengetahui prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas,

apakah anak tersebut kelompok anak pandai, sedang, atau kurang. Prestasi anak

ini dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang

mencerminkan hasil yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu.

Sedangkan Zainal Arifin (1990:3) menyatakan bahwa “Prestasi belajar

adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap dalam menyelesaikan masalah”.

Dalam hal ini prestasi belajar tidak hanya dapat ditunjukkan dengan nilai tes

tetapi dapat juga ditunjukkan dengan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan

masalah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah hasil usaha siswa dalam proses belajar yang dinyatakan dalam simbol,

angka, atau huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada

periode tertentu.

b. Matematika

Matematika timbul mula-mula karena kebutuhan manusia untuk

mempelajari alam. Dari kebutuhan ini, alam dijadikan ide-ide atau konsep abstrak

10

Page 29: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dan mempelajarinya dalam bentuk simbol-simbol ini berlandaskan pada ide-ide

nyata. Dari hal ini matematika merupakan ide-ide atau konsep-konsep abstrak

yang tersusun hierarkis. Banyak orang yang menganggap matematika sebagi

bidang studi yang sulit, meskipun demikian semua orang harus mempelajarinya

karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari.

Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 637), “Matematika adalah ilmu

tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional

yang digunakan dalam menyelesaikan masalah tentang bilangan”.

Sedangkan menurut Purwoto (2003: 12) mengemukakan bahwa,

“Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang

sruktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke

aksioma dan teorema dan akhirnya ke dalil”. Matematika terdiri dari beberapa

kawasan yang luas, yaitu statistik, aljabar, geometri, terapan, dan analisis.

Di bawah ini diberikan beberapa pengertian tentang matematika, yaitu:

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan

dengan bilangan. 4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah

tentang ruang dan bentuk. 5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat

( Soedjadi, 2000: 11)

Dari definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah ilmu pengetahuan eksak tentang pola keteraturan, terstruktur yang logik,

yang terorganisasikan secara sistematik mulai dari unsur-unsur yang tidak

didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan

akhirnya ke dalil.

c. Prestasi Belajar Matematika

Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787), kata prestasi mempunyai

Page 30: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pengertian hasil yang dicapai (dilakukan/dikerjakan dsb). Prestasi belajar adalah

hasil yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar sehingga terdapat

perubahan dalam pemikiran atau pengetahuan serta tingkah lakunya, dan hasil

tersebut diwujudkan dalam bentuk angka atau simbol tertentu sebagai

pencerminan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran tertentu yang dipelajari.

Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa prestasi belajar matematika

adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar

mengajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf yang

menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada tiap pokok bahasan pada

periode tertentu.

Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini yaitu prestasi belajar

siswa pada materi luas dan volume bangun ruang.

2. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran (Arends, 1997: 7) mempunyai dua arti penting

yaitu:

1) Model mempunyai maksud yang lebih luas daripada strategi, metode/

pendekatan.

2) Model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting. Apakah

yang dibicarakan tentang mengajar di kelas.

Sedangkan menurut Joyce dkk (2000: 6) suatu model pembelajaran adalah

suatu perencanaan/suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas/pembelajaran tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-

buku, komputer, kurikulum dan lain-lain.

Jadi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Page 31: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

b. Model pembelajaran konvensional

Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 467) disebutkan bahwa,

”Konvensional adalah tradisional”. Sedangkan tradisional sendiri diartikan

sebagai sikap, cara berfikir, dan cara bertindak yang selalu berpegang teguh pada

norma dan adat kebiasaan yang secara turun temurun. Model pembelajaran

konvensional dapat juga disebut model pembelajaran tradisional. Pada model ini

guru cenderung mendominasi dan memegang peranan utama dalam menentukan

isi dan mengakibatkan siswa hanya pasif, mudah jenuh, kurang inisiatif, sangat

tergantung pada guru, dan tidak terlatih mandiri dalam belajar.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional dalam

penelitian ini adalah :

1) guru membuka pelajaran

2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3) guru menyampaikan pengantar materi dan menjelaskan materi pelajaran

4) guru memberi contoh soal dan soal latihan

5) guru berkeliling mengamati kegiatan siswa dan memberikan bantuan

kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan

6) guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis

7) guru membahas soal latihan

8) guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan

menyampaikan materi berikutnya agar dipelajari di rumah.

c. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu teknik-teknik dimana

siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu

satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa,

dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri

dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat

untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman

yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan

keterampilan agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi

Page 32: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan

baik, siswa diberi lembar kerja siswa. Selama kerja kelompok, tugas anggota

kelompok adalah mencapai ketuntasan ( Slavin, 1995 : 6-7 ).

Muhammad Nur (2005:2) menyatakan bahwa, “Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama yang lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki dan perempuan, siswa dengan latar belakang suku berbeda yang ada di kelas, dan siswa penyandang cacat bila ada.”

Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri

diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya dapat

menyelesaikan seluruh tugas. Pada saat siswa bekerja dalam kelompok, guru

berkeliling diantara anggota kelompok dan mengamati bagaimana kelompok

tersebut bekerja.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan model

lain,yaitu :

1) Meningkatkan kemampuan siswa.

2) Meningkatkan rasa percaya diri.

3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian

yang dimiliki.

4) Memperbaiki hubungan antar kelompok.

5) Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif(kerjasama).

Roger dan David (Anita Lie, 2002:31), menyatakan bahwa :

Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur yaitu : a) Saling ketergantungan positif

Dalam unsur ini, siswa yang kurang mampu tidak merasa minder terhadap rekan-rekan mereka, tapi merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian meningkatkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang yang lebih pandai tidak merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan andil.

b) Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah kesiapan guru dalam penyusunan tugas.

Page 33: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

c) Tatap muka Setiap kelompok harus diberi kesempatan bertemu muka dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi.

d) Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e) Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Menurut Slavin (1995:285) ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif

antara lain :

a) Student Teams Achievement Division (STAD) b) Teams Games Tournament (TGT) c) Team Accelerated Instruction (TAI) d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) e) Jigsaw f) Numbered Heads Together (NHT) g) Contextual Teaching and Learning (CTL) h) Realistic Mathematic Education (RME)

d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Banyak usaha yang telah dilakukan guru untuk kegiatan pembelajaran

yang mengaktifkan siswa, salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang

menggunakan teori konstruktivisme. Pandangan konstruktivisme tentang

pembelajaran mengatakan bahwa siswa diberi kesempatan agar menggunakan

strateginya sendiri dalam belajar secara sadar dan guru membimbing siswa ke

tingkat pengetahuan yang lebih baik.

Di dalam model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa saling bekerja

sama satu dengan yang lainnya, berdiskusi, berdebat menilai kemampuan,

pengetahuan dan kekurangan anggota lainnya sampai setiap siswa dalam

Page 34: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

kelompok tersebut dapat memastikan bahwa seluruh anggota dalam kelompok

tersebut telah menguasai konsep yang diajarkan.

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam model

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan Spencer Kagan (1993) dengan

menekankan pada suatu struktur untuk mengetahui pola interaksi siswa. Struktur

ini mengatur siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil atau

mengedepankan ciri kooperatif daripada penghargaan pribadi.

Salah satu variasi pembelajaran kooperatif adalah pendekatan struktural.

Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan menekankan

pada struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur-

struktur yang dikembangkan oleh Spencer Kagan diharapkan dapat menjadi

alternatif dalam struktur kelas tradisional dimana guru memberikan pertanyaan

pada seluruh kelas dan siswa-siswa memberikan jawaban setelah mengangkat

tangan mereka dan namanya dipanggil. Struktur dari Kagan mengatur siswa

untuk bekerja sama dalam kelompok kecil dan mengedepankan ciri kooperatif

dari pada penghargaan pribadi. NHT (Numbered Heads Together) merupakan

salah satu contoh tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

struktural.

NHT (Numbered Heads Together) pada dasarnya merupakan sebuah

varian diskusi kelompok yang melibatkan lebih banyak siswa dalam mereview

materi pelajaran dan memeriksa penguasaan mereka akan materi pelajaran. Ciri

khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompok

tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut.

Cara ini akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan juga merupakan

upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam

diskusi kelompok.

Menurut Anita Lie (2002:59), “Teknik belajar mengajar kepala bernomor

(Numbered Heads) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,

teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama

mereka”.

Page 35: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Langkah-langkah dalam metode ini adalah :

a) Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 5 anggota

dan memberi mereka nomor sehingga masing-masing siswa dalam kelompok

memiliki nomor yang berbeda satu sampai lima.

b) Memberi pertanyaan (Questioning)

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat

bervariasi dalam bentuk pertanyaan spesifik ataupun dalam bentuk

pertanyaan.

c) Berpikir bersama (Heads together)

Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk menemukan

jawabannya dan memastikan setiap anggota kelompok mengetaui jawaban

tersebut.

d) Menjawab pertanyaan (Answering)

Guru memanggil nomor tertentu dan siswa dari tiap kelompok yang memiliki

nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawaban pada

seluruh anggota kelas.

Berdasarkan langkah-langkah di atas dalam praktek pembelajaran

peneliti menggunakan pengembangan sebagai berikut:

1) Guru membuka pelajaran

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3) Guru menjelaskan pokok-pokok materi pelajaran

4) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 4 anggota

5) Guru membagikan LKS dan mengarahkan siswa untuk mengerjakannya

6) Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam

menyelesaikan soal-soal pada LKS

7) Guru berkeliling dan mengamati diskusi siswa dari satu kelompok ke

kelompok lain dan membantu siswa yang mengalami kesulitan

8) Guru menyebut salah satu nomor siswa dan memberikan kesempatan kepada

2 orang dari kelompok berbeda untuk mengerjakan soal di papan tulis

Page 36: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

9) Guru menanyakan tentang pendapat kelompok lain berkenaan dengan hasil

pekerjaan siswa yang ada di papan tulis

10) Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa di papan tulis

11) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan

menyampaikan materi berikutnya agar dipelajari di rumah.

3. Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk

menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Hal ini

sesuai dengan pendapat De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 110-112)

yang merumuskan bahwa, “Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari

bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”.

Gaya belajar ini berkaitan dengan pribadi seseorang yang tentu dipengaruhi oleh

pendidikan dan riwayat perkembangannya. Sedangkan Winkel (1996: 147)

mengemukakan bahwa, ”Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi

siswa. Cara khas ini bersifat individual yang kerapkali tidak disadari dan sekali

terbentuk dan cenderung bertahan terus”. Nasution (2004:94) menyatakan bahwa,

“Gaya belajar adalah cara yang dengan konsisten dilakukan oleh seorang siswa

dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

memecahkan soal”.

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

gaya belajar siswa adalah cara belajar yang khas, bersifat konsisten, kerapkali

tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut

menyerap dan mengatur serta mengolah informasi. Keanekaragaman gaya belajar

siswa perlu diketahui oleh guru dan siswa. Hal ini akan memudahkan bagi siswa

untuk belajar maupun guru untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Siswa

akan dapat belajar dengan dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia

mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan guru dalam menerapkan

pembelajaran dengan mudah dan tepat.

Sriyono (1992: 4) menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara

menerima informasi ke dalam empat tipe yaitu tipe mendengarkan, tipe

Page 37: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

penglihatan, tipe merasakan dan tipe motorik. Sedangkan De Porter Bobbi dan

Hernacki Mike (1999: 112-113) mengolongkan gaya belajar berdasarkan cara

menerima informasi dengan mudah (modalitas) ke dalam tiga tipe yaitu gaya

belajar tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Selanjutnya sesuai dengan

pembagian tipe gaya belajar, orang dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam

yaitu orang bertipe visual, auditorial, dan kinestetik.

a. Auditorial

De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 118) mengemukakan

ciri-ciri siswa yang bertipe auditorial dapat dirangkum bahwa:

Orang-orang yang bertipe auditorial memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1) Mudah terganggu oleh keributan. 2) Senang membaca dengan keras dan mendengarakan. 3) Dapat mengulang kembali atau menirukan nada dan birama, dan warna

suara. 4) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar. 5) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekarjaan yang bersifat

visualisasi, seperti memotong bagian-bagian sehingga sesuai satu sama lain.

Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe

mendengarkan dapat menerima dengan baik setiap informasi dengan

mendengarkan”. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu

siswa auditorial dalam belajar yaitu mengusahakan menghindari kebisingan

atau suara-suara yang mengganggu, memutarkan musik-musik tenang tanpa

lirik, mengajak berdiskusi untuk memahami suatu pelajaran.

b. Visual

De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 116) mengemukakan

ciri-ciri siswa yang bertipe visual dapat dirangkum bahwa:

Orang-orang yang bertipe visual memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1) Perilaku rapi, teratur,teliti terhadap detail. 2) Lebih mudah dalam mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar. 3) Mengingat dengan asosiasi visual. 4) Lebih suka membacakan daripada dibacakan. 5) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis,

dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

Page 38: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa, “Siswa yang memiliki gaya

belajar tipe penglihatan dapat menerima informasi dengan baik bila ia melihat

langsung”. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa visual

dalam belajar yaitu menyediakan bagan, gambar, flow chart atau

membantunya untuk menuliskan hal-hal yang penting dalam materi yang

sedang dipelajari.

c. Kinestetik

De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 118-120)

mengemukakan ciri-ciri siswa yang bertipe kinestetik dapat dirangkum

bahwa:

Orang-orang yang bertipe kinestetik memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1) Selalu berorientasi pada fisik, banyak gerak. 2) Berbicara dengan perlahan. 3) Belajar melalui manipulasi dan praktek. 4) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot dengan mencerminkan

aksi dengan gerakan tubuh saat membaca. 5) Ingin melakukan segala sesuatu.

Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe motorik

akan menerima informasi dengan baik bila ia melakukan sendiri secara

langsung”. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa

kinestetik dalam belajar yaitu menyediakan alat peraga yang nyata untuk

belajar (seperti balok-balok, miniatur, patung peraga), membiarkan dia

menyentuh sesuatu yang berhubungan dengan pelajarannya, memberi

kesempatan untuk mempraktekkan apa yang dipelajarinya, memberi

kesempatan untuk berpindah tempat.

4. Tinjauan Materi Luas dan Volume Bangun Ruang

a. Luas Bangun Ruang

Luas bangun ruang adalah jumlah luas seluruh permukaan bidang

bangun tersebut. Dengan demikian untuk menentukan luas bangun ruang

perlu diketahui banyaknya bidang dan bentuk dari masing-masing bidang

pada bangun ruang tersebut.

Page 39: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

b. Volume Bangun Ruang

Untuk menyatakan ukuran besar suatu bangun digunakan volume.

Volume bangun ruang didapat dengan membandingkan terhadap satuan

pokok volume, misalnya cm3.

Tabel 2.1 Rangkuman Rumus Luas dan Volume Benda Ruang.

No Bangun

Ruang Rumus Keterangan

a. Balok Luas Permukaan =

{(p xl ) + (p x t) + (l x t)}

Volume = p x l x t

p = panjang

l = lebar

t = tinggi

b. Kubus Luas Permukaan = 6 a2

Volume = a3

a = panjang rusuk

c. Prisma Luas Selimut = Kell alas x t

Luas Permukaan = 2 x luas alas + luas selimut

Volume = Luas alas x tinggi

Kell = keliling

t = tinggi

d. Silinder Luas Selimut = 2π r t

Luas Permukaan = 2 π r(r + t)

Volume = π r2 t

r = jari-jari alas

t = tinggi

e. Limas Luas Permukaan = luas alas + luas selimut

Volume = 3

1Luas alas x tinggi

-

f. Kerucut Luas Selimut = π r s

Luas Permukaan = π r(r + s)

Volume = 3

1 π r2 t

r = jari-jari alas

t = tinggi

s = garis pelukis

g. Bola Luas Permukaan = 4 π r2

Volume = 3

4 π r3

r = jari-jari bola

Page 40: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

B. Kerangka Berpikir

Bertolak dari tinjauan teori di atas dapat dibuat suatu kerangka

pemikiran sebagai berikut :

Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa

dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam

simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada

tiap pokok bahasan pada periode tertentu. Indikator keberhasilan siswa dalam

belajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Banyak siswa yang menganggap

matematika itu sulit terutama pada materi luas dan volume bangun ruang yang

membahas tentang luas permukaan dan volume bangun ruang. Untuk mencari

luas permukaan dan volume benda-benda ruang diperlukan kemampuan-

kemampuan yang mendukung seperti kemampuan memahami rumus dan

kemampuan menggambar benda-benda ruang. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi

mungkin disebabkan karena banyak siswa kurang aktif mengikuti proses belajar

dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa

mengkomunikasikan dengan siswa lain, padahal pada materi luas dan volume

bangun ruang memerlukan banyak diskusi untuk menyelesaikan permasalahan

yang berkaitan dengan materi tersebut. Penggunaan model pembelajaran

konvensional mungkin salah satu hal yang menyebabkan siswa kurang paham,

oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran lain yang mampu mengatasi

permasalahan tersebut. Model pembelajaran sangatlah bervariasi, guru dapat

memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi

pelajaran agar tujuan pengajaran dapat tercapai. Misalnya untuk materi luas dan

volume bangun ruang, materi ini bertujuan agar siswa dapat menyelesaikan

semua permasalahan mengenai luas permukaan dan volume benda-benda ruang.

Oleh karena itu untuk mengajarkan materi luas dan volume bangun ruang kepada

siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang tidak hanya mendengarkan

penjelasan guru, tetapi suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan individual siswa dan dapat mengarahkan siswa untuk bekerja sama

dalam meyelesaikan permasalahan mengenai bangun ruang. Sehingga apabila ada

kesulitan dalam memecahkan soal, siswa dapat mendiskusikannya. Pembelajaran

Page 41: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together) merupakan salah satu model pembelajaran yang diharapkan

dapat meningkatkan penguasaan akademis siswa. Melalui model pembelajaran

pengelompokan ini, selain mendapat penjelasan dari guru, siswa juga mendapat

penjelasan dari teman sekelompoknya yang lebih memahami meteri yang

diberikan, sehingga siswa dapat menggali kemampuannya sendiri dan juga

bekerja sama dalam kelompok kecil. Sehingga pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads

Togeher) diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih

baik daripada pembelajaran dengan menggunakn model pembelajaran

konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang.

Gaya belajar matematika adalah cara khas yang bersifat konsisten yang

dimiliki oleh setiap siswa dalam menerima atau menangkap informasi

matematika. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999 : 112-113)

menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi dengan

mudah (modalitas) kedalam tiga tipe yaitu tipe auditorial, tipe visual, dan tipe

kinestetik. Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui oleh guru dan

siswa, karena hal ini akan memudahkan bagi siswa untuk belajar dalam proses

pembelajaran. Siswa dapat belajar dengan dengan baik dan hasil belajarnya pun

akan lebih baik, apabila ia mengerti tipe gaya belajarnya. Berdasarkan ciri-ciri

yang dimiliki oleh ketiga tipe gaya belajar tersebut, siswa dengan gaya belajar

tipe auditorial yang mempunyai karakteristik suka berdiskusi atau tanya jawab

dan juga aktif biasanya adalah anak yang pandai. Sedangkan siswa dengan gaya

belajar tipe visual yang mempunyai karakteristik mudah menerima informasi

dengan asosiasi visual atau gambar-gambar dalam memahami suatu materi

biasanya mempunyai prestasi belajar yang cukup baik. Akan tetapi, siswa yang

mempunyai gaya belajar tipe kinestetik biasanya mempunyai prestasi belajar

yang agak tertinggal dari siswa yang bertipe auditorial maupun visual,

dikarenakan siswa yang bertipe kinestetik memerlukan objek nyata yang dapat

disentuh sebagai alat peraga untuk memahami suatu materi. Dengan kata lain,

adanya perbedaan tipe gaya belajar tersebut akan mengakibatkan perbedaan

Page 42: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

prestasi belajar matematika diantara siswa yang mempunyai karakteristik gaya

belajar auditorial, gaya belajar visual maupun gaya belajar kinestetik.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dengan gaya belajar siswa

dalam proses pembelajaran diharapkan akan menjadikan proses pembelajaran

tersebut lebih bermakna, sehingga konsep yang diajarkan dapat dengan mudah

dikuasai oleh siswa. Akibatnya prestasi belajar matematika siswa akan menjadi

lebih baik. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh ketiga tipe gaya belajar

tersebut, disebutkan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial

mempunyai karakteristik suka berdiskusi atau tanya jawab. Hal ini akan

mempermudah bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial dalam

mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) karena praktek

pembelajarannya dilakukan dengan cara berdiskusi didalam suatu kelompok-

kelompok kecil. Sehingga dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, bagi siswa yang mempunyai gaya

belajar tipe auditorial diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik daripada dengan model pembelajaran konvensional pada materi

luas dan vulume bangun ruang. Karakteristik siswa yang mempunyai gaya belajar

tipe visual adalah mudah menerima informasi dengan asosiasi visual atau

gambar-gambar, hal ini memberikan kemudahan bagi siswa yang mempunyai

gaya belajar tipe visual dalam menerima materi luas dan volume bangun ruang,

yang didalamnya menuntut siswa mempunyai kemampuan menggambarkan

bangun-bangun ruang. Sehingga dengan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT (Numbered Heads Together) ini diharapkan akan menghasilkan prestasi

belajar yang lebih baik bagi siswa yang mempunyai tipe gaya belajar visual

daripada dengan model pembelajaran konvensional. Karakteristik siswa yang

mempunyai gaya belajar tipe kinestetik diantaranya adalah memerlukan objek

nyata yang dapat disentuh sebagai alat peraga dalam memahami suatu materi dan

tidak menyukai diskusi serta mempunyai masalah terhadap visualisasi gambar.

Karena dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

yang diterapkan ini tidak menggunakan alat peraga, maka didalam proses

Page 43: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together) ini tidak dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang

lebih baik bagi siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik tersebut.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah dan tinjauan pustaka serta kerangka

pemikiran di atas maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran

konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang.

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang

mempunyai gaya belajar tipe auditorial, gaya belajar tipe visual dan gaya tipe

kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang.

3. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) akan menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial dan

gaya belajar tipe visual dibandingkan dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional, tetapi pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional akan menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe kinestetik

dibandingkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada materi luas dan

volume bangun ruang.

Page 44: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Batik 1 Surakarta dengan subyek

penelitian siswa kelas X Tahun Ajaran 2008/2009. Sedangkan Untuk uji coba tes

maupun angket dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Tahun Ajaran

2008/2009.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilaksanakan mulai bulan Pebruari 2009 sampai bulan

April 2009. Tahap ini meliputi penyusunan proposal skripsi, penyusunan

instrumen dan angket, pelaksanaan survey di sekolah, permohonan ijin

penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini dilaksanakan pada bulan April s.d Mei 2009 dengan perincian

sebagai berikut:

1) Pelaksanaan eksperimen metode pembelajaran dilaksanakan pada

minggu ke IV bulan April sampai dengan Minggu ke III bulan Mei

2009

2) Pelaksanaan uji coba instrumen dilaksanakan pada minggu ke II bulan

Mei 2009.

3) Pengambilan data prestasi belajar matematika dan gaya belajar

matematika siswa dilaksanakan pada minggu ke I bulan Juni 2009.

c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan :

1) Pengolahan data hasil penelitian dilaksanakan bulan Juni 2010

2) Penyusunan laporan dilaksanakan mulai bulan Juli 2010.

26

Page 45: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

B. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis terapkan adalah metode eksperimen

semu (quasi-experimental research). Hal tersebut berkenaan dengan peneliti

tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang

dikemukakan Budiyono (2003: 82) bahwa, Tujuan eksperimental semu adalah

untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang

dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak

memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang

relevan.

Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas

yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada

kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Untuk variabel bebas yang lain yaitu gaya belajar siswa dijadikan sebagai

variabel yang ikut mempengaruhi variabel terikat.

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 , dengan maksud

untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Gaya Belajar Siswa (B )

Model Pembelajaran (A) Auditorial (b1) Visual (b2) Kinestetik (b3)

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (a1)

a1b1 a1b2 a1b3

Model pembelajaran konvensional (a2)

a2b1 a2b2 a2b3

keterangan :

a1b1 : siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) dengan gaya belajar tipe auditorial.

Page 46: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

a1 b2 : siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) dengan gaya belajar tipe visual.

a1 b3 : siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) dengan gaya belajar tipe kinestetik.

a2 b1 : siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan gaya

belajar tipe auditorial.

a2 b2 : siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan gaya

belajar tipe visual.

a2 b3 : siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan gaya

belajar tipe kinestetik.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Suharsimi Arikunto (2002: 108) menyatakan bahwa Populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian, sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan

bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009, yaitu

kelas X-1, X-2, X-3, X-4, X-5, X-6, X-7, X-8 dan X-9.

2. Sampel

Dalam penelitian, tidak selalu perlu untuk meneliti semua subyek dalam

populasi, karena selain membutuhkan biaya yang besar juga memerlukan waktu

yang lama. Untuk itu dengan mengambil sebagian subyek suatu populasi atau

sering disebut dengan pengambilan sampel diharapkan hasil penelitian yang

didapat sudah dapat menggambarkan populasi yang bersangkutan. Sesuai dengan

pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 109) bahwa, Sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti. Hasil penelitian dari sampel ini akan digunakan

untuk melakukan generalisasi terhadap populasi yang ada. Dari populasi yang ada

diambil dua kelas sebagai sampel.

Page 47: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dua kelas secara acak, dengan asumsi bahwa tidak adanya

kebijakan pihak sekolah dalam pengelompokan siswa dalam kelas unggulan serta

adanya kebijakan pemerataan tingkat kemampuan siswa sehingga nilai rata-rata

ujian semester ganjil, khususnya mata pelajaran matematika, tidak jauh berbeda.

Sehingga populasi dianggap homogen.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling dengan

cara memandang populasi sebagai kelompok-kelompok. Dalam hal ini kelas

dipandang sebagai satuan kelompok kemudian tiap kelas diacak dengan undian.

Pengambilan sampel secara random sampling dengan cara undian untuk

mengambil dua kelas eksperimen. Kemudian dilakukan pengundian lagi untuk

menentukan kelas manakah yang akan dijadikan kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Pengambilan sampel secara acak pada populasi dimaksudkan agar

setiap kelas pada populasi dapat terwakili.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak dua kelas, yaitu kelas

X-1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 43 orang dan kelas X-2

sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 39 orang.

A. Teknik Pengumpulan Data

1. Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat :

a. Variabel Bebas

1) Model Pembelajaran

a) Definisi Operasional

Model Pembelajaran adalah pola menjadikan orang belajar dimana

di dalamnya terdapat interaksi belajar mengajar antara guru dan

siswa, dengan siswa yang lebih banyak melakukan aktivitas

sedangkan guru hanya membimbing dan menyediakan situasi yang

kondusif dalam proses itu guna mencapai tujuan pengajaran, di

mana dalam penelitian ini terdiri dari model pembelajaran

Page 48: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) diterapkan pada

kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional diterapkan

pada kelas kontrol.

b) Skala Pengukuran: skala nominal dengan 2 kategori yaitu melalui

model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head

Together) dan model pembelajaran konvensional.

c) Indikator: Model pembelajaran yang digunakan dalam proses

belajar mengajar pada materi luas dan volume bangun ruang.

d) Simbol: A

1) Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (a1)

2) Model pembelajaran konvensional (a2)

2) Gaya belajar matematika

a) Definisi operasional

Gaya belajar matematika adalah cara khas yang bersifat konsisten

yang dimiliki oleh setiap siswa dalam menerima atau menangkap

informasi matematika yang datanya diperoleh dari angket gaya

belajar matematika.

b) Skala Pengukuran: skala interval yang ditransformasikan ke skala

nominal yang dibagi menjadi tiga tipe gaya belajar yaitu tipe visual,

auditorial, dan kinestetik. Penggolongan gaya belajar matematika

siswa didasarkan pada kecenderungan skor siswa pada tipe yang

sesuai. Siswa mempunyai skor tertinggi pada tipe tertentu

menunjukkan bahwa siswa tergolong tipe tersebut. Apabila terdapat

dua tipe yang memiliki skor tertinggi maka siswa tidak tergolong

tipe yang manapun.

c) Indikator: skor angket gaya belajar matematika.

d) Simbol: B

1) Gaya belajar tipe Auditorial (b1)

2) Gaya belajar tipe Visual (b2)

3) Gaya belajar tipe Kinestetik (b3)

Page 49: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

b. Variabel terikat

Variable terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa.

1) Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah hasil usaha

siswa dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk

symbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai siswa

dalam periode tertentu yang datanya diperoleh dari tes prestasi belajar

siswa pada materi luas dan volume bangun ruang setelah diberi

perlakuan.

2) Skala pengukuran: skala interval.

3) Indikator: nilai tes prestasi belajar matematika pada materi luas dan

volume bangun ruang.

2. Metode Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen

Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini

adalah :

a. Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 206), “...,metode dokumentasi yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”.

Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui

daftar nama, dam nomor absen siswa. Selain itu untuk mendapatkan data tentang

nilai ujian akhir semester gasal mata pelajaran matematika pada kelas X Tahun

Ajaran 2008/2009 yang selanjutnya akan digunakan untuk uji normalitas dan uji

keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Metode Tes

Suharsimi Arikunto (2002: 198) menyatakan bahwa, “Tes adalah

serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok”. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk

yang diberikan. Selanjutnya dijelaskan bahwa, “Tes prestasi yaitu tes yang

Page 50: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

digunakan untuk mengukur pencapaian seorang setelah mempelajari sesuatu”.

(Suharsimi Arikunto,1998: 198).

Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data

prestasi belajar matematika siswa pada materi luas dan volume bangun ruang.

Adapun langkah-langkah membuat tes terdiri dari :

1) Membuat kisi-kisi tes

2) Menyusun butir-butir tes

3) Menguji validitas isi

4) Mengadakan uji coba tes

5) Menguji konsistensi internal dan reliabilitas tes

6) Revisi butir-butir tes

Analisis item butir tes :

1) Uji validitas

Menurut Budiyono (2003: 58), suatu instrumen valid menurut

validitas isi apabila instrumen tersebut telah merupakan sampel yang

representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Budiyono

menyarankan suatu langkah yang dapat dilakukan untuk mempertinggi

validitas isi, yaitu:

1) Mengidentifikasi bahan yang telah diberikan beserta tujuan

instruksional.

2) Membuat kisi–kisi dari soal tes yang akan ditulis.

3) Menyusun soal tes beserta kuncinya.

4) Menelaah soal tes sebelum dicetak.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas isi

adalah: membuat kisi-kisi butir tes, menyusun soal-soal butir tes,

kemudian menelaah butir tes. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa

untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi,

yang biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement (penilaian

yang dilakukan oleh para pakar). Langkah berikutnya, para penilai

menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau

relevan dengan kisi- kisi yang ditentukan.

Page 51: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Setelah dilakukan validasi isi dan sebelum instrumen tes

digunakan dalam penelitian terlebih dahulu diadakan uji coba tes. Pada

penelitian ini uji coba tes dilakukan di MAN 1 Surakarta, pada siswa

kelas X Tahun Ajaran 2008/2009 berdasarkan kesamaan karakteristik

antara subjek uji coba dan subjek sampel penelitian. Uji coba instrumen

pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan informasi mengenai

sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen yang

telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik, yaitu valid

dan reliabel.

2) Konsistensi Internal atau Daya Pembeda

Indeks konsistensi internal sering disebut daya pembeda. Jika

instrumennya berupa tes hasil belajar, maka butir yang indeks konsistensinya

tinggi dapat membedakan antara anak yang pandai dan kurang pandai.

Budiyono (2003: 65) mengemukakan bahwa sebuah instrumen tentu

terdiri dari sejumlah butir–butir instrumen. Kesemua butir itu harus

mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.

Ini berarti harus ada korelasi positif antara skor masing–masing butir tersebut.

Korelasi internal masing–masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir

tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi

momen produk dari Karl Pearson, yaitu:

rxy=( )( )

( )( ) ( )( )2222 YYnXXn

YXXYn

Σ−ΣΣ−Σ

ΣΣ−Σ

Keterangan :

rxy : koefisien konsistensi butir (item) ke- i

n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)

X : skor butir/item ke-i

Y : skor total

Page 52: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Suatu instrumen dikatakan memiliki konsistensi internal (dikatakan

konsisten) bila rxy ≥ 0,3 dan jika rxy < 0,3 maka soal dikatakan tidak konsisten

dan harus di drop (dibuang).

(Budiyono, 2003: 65)

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:328), batas indeks konsistensi internal

suatu butir soal tergantung pada banyaknya jumlah amatan, indeks

konsistensi internal disajikan dalam tabel harga kritik dari r Product-Moment.

Dalam penelitian ini jumlah amatan yang digunakan sebanyak 31 orang,

sehingga instrumen dikatakan konsisten apabila rxy ≥ 0,355.

3) Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat

kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes

digunakan rumus:

sJ

BD =

Keterangan :

D = Indeks kesukaran

B = Banyak peserta tes yang menjawab soal benar

Js = Jumlah seluruh peserta tes

(Suke Silverius, 1991 : 168)

Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika 0,30 ≤ D < 0,70.

4) Uji Reliabilitas

Menurut Budiyono (2003: 65), "Suatu Instrumen disebut reliabel

apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika

sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu

yang berlainan atau pada orang-orang yang berlainan pada waktu yang sama

atau pada waktu yang berlainan." Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto

(1998: 170), “Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut adalah baik.”

Page 53: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Pada penelitian ini tes prestasi belajar yang digunakan adalah tes

obyektif, dengan setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban salah

diberi skor 0. Sehingga untuk menghitung indeks reliabilitas tes ini digunakan

rumus dari Kuder-Richardson (KR–20) sebagai berikut :

r11 =

−∑

2

2

1t

iit

s

qps

N

N

dengan:

r11 : indeks reliabilitas instrument

N : cacah butir instrument

p i : proporsi cacah subjek yang menjawab benar pada butir ke-i

q i : 1- pi , i : 1, 2, ...N

st2 : variansi total.

(Budiyono, 2003 : 69)

Hasil perhitungan dari uji reliabilitas ini diinterpretasikan sebagai berikut:

Besarnya nilai r Interpretasi adalah :

0,00 ≤ r11 < 0,20 reliabilitas sangat rendah

0,20 ≤ r11 < 0,40 reliabilitas rendah

0,40 ≤ r 11 < 0,60 reliabilitas cukup

0,60 ≤ r11 < 0,80 reliabilitas tinggi

0,80 ≤ r11 < 1,00 reliabilitas sangat tinggi

(Suharsimi Arikunto, 2002:258)

c. Metode Angket

Definisi angket sama dengan definisi kuesioner. Suharsimi Arikunto

(2002: 202) mendefinisikan, “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui”.

Page 54: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Metode angket pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data

mengenai gaya belajar matematika siswa. Jawaban-jawaban angket menunjukkan

tipe gaya belajar siswa.

Prosedur pemberian skor berdasarkan tipe gaya belajar matematika

siswa, yaitu:

1) Untuk instrumen positif

a) Jawaban a, skor 4 menunjukkan gaya belajar matematika sangat sesuai

pada tipe tertentu.

b) Jawaban b, skor 3 menunjukkan gaya belajar matematika sesuai pada

tipe tertentu.

c) Jawaban c, skor 2 menunjukkan gaya belajar matematika kurang sesuai

pada tipe tertentu.

d) Jawaban d, skor 1 menunjukkan gaya belajar matematika tidak sesuai

pada tipe tertentu.

2) Untuk instrumen negatif

a) Jawaban a, skor 1 menunjukkan gaya belajar matematika tidak sesuai

pada tipe tertentu.

b) Jawaban b, skor 2 menunjukkan gaya belajar matematika kurang sesuai

pada tipe tertentu.

c) Jawaban c, skor 3 menunjukkan gaya belajar matematika sesuai pada

tipe tertentu..

d) Jawaban d, skor 4 menunjukkan aktivitas gaya belajar matematika

sangat sesuai pada tipe tertentu.

Langkah-langkah dalam penyusunan angket adalah sebagai berikut:

1) Menentukan indikator.

2) Menyusun kisi-kisi pembuatan instrumen.

3) Menjabarkan indikator-indikator ke dalam item-item angket.

4) Melakukan validasi isi.

5) Melakukan uji coba.

Page 55: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Setelah butir angket dibuat, angket diuji validitas isi kemudian diuji

cobakan pada siswa MAN 1 Surakarta kelas X Tahun Ajaran 2008/2009

berdasarkan kesamaan karakteristik antara subjek uji coba dan subjek sampel

penelitian. Uji coba instrumen pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan

informasi mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak

diukur. Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen yang telah

disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik, yaitu valid dan reliabel.

Analisis item butir angket :

1) Uji validitas

Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi,

langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas angket adalah : membuat

kisi-kisi angket, menyusun soal-soal angket, kemudian menelaah angket,

Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa, ”Untuk menilai apakah suatu

instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah

melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar)”.

Suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila instrumen tersebut

telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan

diukur.

Dalam penelitian ini, instrumen angket dikatakan valid jika masing-

masing butir angket sudah sesuai semua kriteria dalam lembar validitas

angket.

2) Konsistensi Internal

Budiyono (2003: 65) mengemukakan bahwa sebuah instrumen tentu

terdiri dari sejumlah butir–butir instrumen. Kesemua butir itu harus mengukur

hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti

harus ada korelasi positif antara skor masing–masing butir tersebut. Korelasi

internal masing–masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir tersebut

dengan skor totalnya. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen

produk dari Karl Pearson, yaitu:

rxy =( )( )

( )( ) ( )( )2222 YYnXXn

YXXYn

Σ−ΣΣ−Σ

ΣΣ−Σ

Page 56: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Keterangan :

rxy : koefisien konsistensi butir (item) ke- i

n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)

X : skor butir/item ke-i

Y : skor total

Suatu instrumen dikatakan memiliki konsistensi internal (dikatakan

konsisten) bila rxy ≥ 0,3 dan jika rxy < 0,3 maka soal dikatakan tidak konsisten

dan harus di drop (dibuang).

(Budiyono, 2003: 65)

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:328), batas indeks konsistensi internal

suatu butir soal tergantung pada banyaknya jumlah amatan, indeks

konsistensi internal disajikan dalam tabel harga kritik dari r Product-Moment.

Dalam penelitian ini jumlah amatannya sebanyak 31 orang, sehingga

instrumen dikatakan konsisten apabila rxy ≥ 0,355.

3) Uji Reliabilitas

Pada penelitian ini, untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus

Alpha, sebab skor butir angket bukan 1 dan 0. Hal ini sesuai dengan pendapat

Suharsimi Arikunto (1998:192) yang menyatakan bahwa “Rumus Alpha

digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0,

misalnya angket atau soal bentuk uraian”. Adapun rumus Alpha yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

−= ∑

2

2

11 11 t

i

s

s

n

nr

denganr11 : indeks reliabilitas instrument n : cacah butir instrumen 2

is : variansi butir ke-i , i = 1,2,...,n

2ts : variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba

(Budiyono, 2003: 70)

Page 57: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Hasil perhitungan dari uji reliabilitas ini diinterpretasikan sebagai

berikut:

Besarnya nilai r Interpretasi adalah :

0,00 ≤ r11 < 0,20 reliabilitas sangat rendah

0,20 ≤ r11 < 0,40 reliabilitas rendah

0,40 ≤ r 11 < 0,60 reliabilitas cukup

0,60 ≤ r11 < 0,80 reliabilitas tinggi

0,80 ≤ r11 < 1,00 reliabilitas sangat tinggi

(Suharsimi Arikunto, 2002:258)

Dalam penelitian ini suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11 > 0,7

atau lebih.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Pendahuluan

Uji Keseimbangan

Uji ini dilakukan pada saat kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol belum dikenai perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua

kelompok tersebut seimbang. Hal ini bertujuan agar hasil eksperimen adalah

benar akibat perlakuan yang telah diberikan bukan karena adanya pengaruh

lain. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua

sampel yang independen. Statistik ujinya adalah uji-t. Sebelum dilakukan

perhitungan, diuji terlebih dahulu apakah kedua kelompok berdistribusi

normal.

a. Hipotesis

Ho: µ1 = µ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal sama)

H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal berbeda)

b. Taraf Signifikansi (α ) = 0,05

c. Statistik Uji yang digunakan :

Page 58: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

t = ( ) ( )2nnt~

n

1

n

1s

XX21

21p

21 −++

Dengan sp2=

2nn

s)1n(s)1n(

21

222

211

−+−+−

Keterangan :

1X : rata-rata nilai ujian semester gasal kelas X mata pelajaran

matematika kelompok eksperimen

2X : rata-rata nilai ujian semester gasal kelas X mata pelajaran

matematika kelompok kontrol

21s : variansi dari kelompok eksperimen

22s : variansi dari kelompok kontrol

n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen

n2 : ukuran sampel kelompok kontrol

d. Daerah kritik

DK : 2/|{ αttt −< atau }2/tt α>

e. Keputusan Uji

H0 ditolak jika t ∈ DK

f. Kesimpulan

a. Kedua populasi memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima.

b. Kedua populasi memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak

(Budiyono, 2004: 151)

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Prasyarat Analisis Variansi

1) Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari

populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan

metode Lilliefors dengan prosedur :

Page 59: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

a) Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang bertdistribusi normal

b) Statistik Uji

L = max ( ) ( )ii ZSZF − , dengan :

( )iZF : ( )iZZP ≤ , Z ~ N(0,1)

iZ : skor standar

( )s

XXZ i

i

−=

s : standar deviasi

( )iZS : proporsi cacah Z ≤ iZ terhadap seluruh cacah iZ

iX : skor responden

c) Taraf Siginifikansi (α ) = 0,05

d) Daerah Kritik (DK)

DK = { L | L > Lα:n } dengan n adalah ukuran sampel.

e) Keputusan Uji

Ho ditolak Jika Lhitung ∈ DK.

f) Kesimpulan

a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho diterima.

b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0

ditolak.

(Budiyono, 2004: 170-171) 2) Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian

mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini

digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur

sebagai berikut:

Page 60: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

a) Hipotesis

Ho : 21σ = 2

2σ =… = 2kσ dengan k = 2 pada model pembelajaran,

k = 3 pada gaya belajar

H1 : Paling tidak ada satu 22ji σσ ≠ dengan i ≠ j

b) Statistik Uji yang digunakan :

= ∑

=

k

1j

2jj

2 logSf -RKG f.logC

2,203χ

dengan:

21)(k

2 χ~χ −

k : banyaknya sampel

f : derajat kebebasan untuk RKG : N – k

N : banyaknya data amatan (ukuran)

f j : nj – 1 = derajat kebebasan untuk 2jS ; j = 1,2, …, k

nj : banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

+= ∑ f

1 -

f

1

1) -3(k

1 1 c

j

j

i

f

SS RKG

ΣΣ

= : ( )

j

2

j2

jj n

XXSS ∑

∑ −= ; j

j2j f

SSS =

c) Taraf Signifikansi (α ) = 0,05

d) Daerah Kritik (DK)

DK = { 2χ | 2χ > α2χ : k-1}

e) Keputusan Uji

Ho ditolak Jika 2χ hitung ∈ DK

f) Kesimpulan

a) Populasi-populasi homogen jika H0 diterima.

b) Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak

(Budiyono, 2004: 176-177)

Page 61: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

b. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama

Analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama digunakan untuk menguji

signifikasi perbedan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB terhadap variable

terikat. Model dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai

berikut :

jiijk βαµX ++= + (αβ )ij +εijk

dengan :

X ijk : data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j

µ : rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)

αi : efek baris ke-i pada variabel terikat

βj : efek kolom ke-j pada variabel terikat

(αβ)ij : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat

εijk : error yang berdistribusi N (0,σ 2)

i : 1, 2, …, p ; p : cacah baris (A)

j : 1, 2, …, q ; q : cacah kolom (B)

k : 1, 2, …, nij ; nij : cacah data amatan pada setiap sel ij

(Budiyono, 2004: 207)

Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua

jalan dengan sel tak sama, yaitu :

a. Hipotesis

1) H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, … p (tidak ada pengaruh metode

pembelajaran terhadap prestasi belajar matamatika)

H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek

antar baris terhadap variabel terikat)

2) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, … q (tidak ada perbedaan efek antar

kolom terhadap variabel terikat)

H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek

antar kolom terhadap variabel terikat)

Page 62: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

3) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, … p dan j = 1, 2, … q (tidak ada

interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)

H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol (ada interaksi baris

dan kolom terhadap variabel terikat).

(Budiyono, 2004: 211)

b. Komputasi

1). Notasi dan Tata Letak Data

Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi Gaya Belajar Siswa

b1 b2 b3

n11 n12 n13

ΣX 11k ΣX12k ΣX13k

X 11 X 12 X 13

ΣX211k ΣX2

12k ΣX213k

C11 C12 C13

a1

SS11 SS12 SS13 n21 n22 n23 ΣX 21k ΣX22k ΣX23k

X 21 X 22 X 23

ΣX221k ΣX2

22k ΣX223k

C21 C22 C23

Model

Pembelajaran

a2

SS21 SS22 SS2 3

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan

B

A b1 b2 b3 Total

a1 a1b1 a1b2 a1b3 a1.

a2 a2b1 a2b2 a2b3 a2.

Total .b1 .b2 .b3 T

B

A

Page 63: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi

sebagai berikut :

nij : ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)

: cacah data amatan pada sel ij

: frekuensi sel ij

hn : rataan harmonik frekuensi seluruh sel

∑=

ji, ij

h

n

1pq

n

N : cacah seluruh data amatan

∑=

ji,ijnN

SSij : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

ij

2

kijk

k

2ijkij n

X

XSS

−=∑

a ji b : rataan pada sel ij = ij

kijk

n

X∑

ai . : Jumlah rataan pada baris ke-i =∑j

jiba

. jb :Jumlah rataan pada kolom ke-j = ∑i

jiba

T : Jumlah rataan semua sel =∑ji,

jiba = ∑∑ =ji

.. ji ba

Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2),

(3), (4) dan (5) sebagai berikut :

(1) = pq

T2

(4) = ∑j

2j

p

.b

(2) = ∑ji,

ijSS (5) = ∑ji,

jiba

(3) = ∑i

2

q

.ia

Page 64: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

2). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima

jumlah kuadrat, yaitu :

JKA = hn { (3) – (1) }

JKB = hn { (4) – (1) }

JKAB = hn { (1) + (5) - (3) – (4)}

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG , dengan :

JKA = jumlah kuadrat baris

JKB = jumlah kuadrat kolom

JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan

JKG = jumlah kuadrat galat

JKT = jumlah kuadrat total

3). Derajat kebebasan (dk) untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut

adalah :

dkA = p – 1

dkB = q – 1

dkAB = (p – 1) (q – 1)

dkT = N – 1

dkG = N – pq

4). Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing

diperoleh rataan kuadrat berikut :

dkA

JKA RKA =

dkB

JKB RKB =

dkAB

JKAB RKAB =

dkG

JKG RKG =

Page 65: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c. Statistik Uji

- Untuk H0A adalah RKG

RKAFa =

- Untuk H0B adalah RKG

RKBFb =

- Untuk H0AB adalah RKG

RKABFab =

d. Taraf Signifikansi (α) = 0,05

e. Daerah Kritik

1). Daerah kritik untuk Fa adalah DK { Fa | Fa > F pqN1,pα, −− }

2). Daerah kritik untuk Fb adalah DK { Fb | Fb > F pqN1,q:α −− }

3). Daerah kritik untuk Fab adalah DK { Fab | Fab > F pqN1),1)(q(p:α −−− }

f. Keputusan Uji

Ho ditolak jika Fhit ∈ DK

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis

Sumber jk dk Rk Fhit Fα

A(baris) JkA dkA RkA Fa F pqN1,pα, −−

B(kolom) JkB dkB RkB Fb F pqN1,q:α −−

AB JkAB dkAB RkAB Fab F pqN1),1)(q(p:α −−−

Galat JkG dkG RkG - - Total JkT dkT - - -

(Budiyono, 2004: 212-213)

c. Uji Komparasi Ganda

Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila

hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Uji ini

digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasang baris, setiap pasang

kolom dan setiap pasang sel. Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi

digunakan metode Scheffe. Adapun langkah-langkah dalam menggunakan

metode Scheffe adalah sebagi berikut:

Page 66: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

a) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada

b) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut

c) Mencari nilai statistik uji dengan rumus yang bersesuaian

1. Komparasi rataan tiap baris

Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model

pembelajaran maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca

anava antar baris. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang

lebih baik cukup dengan membandingkan besarnya rataan marginal dari

masing-masing metode pembelajaran. Jika rataan marginal untuk model

pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together) lebih besar dari rataan

marginal untuk model pembelajaran konvensional berarti melalui model

pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together) dikatakan lebih baik

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional atau sebaliknya.

2. Komparasi rataan antar kolom

( )

+

−=−

.j.i

2.j.i

.j.i

n

1

n

1RKG

XXF

F.i-.j = nilai Fhit pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j

.iX = rerata pada kolom ke-i

.jX = rerata pada kolom ke-j

RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi

n.i = ukuran sampel kolom ke-i

n.j = ukuran sampel kolom ke-j

dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1)F qpN1,q:α −− }

3. Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama

Fij-kj =

+

kjij

2kjij

n

1

n

1RKG

)XX(

Fij-kj = nilai Fhit pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj

Page 67: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

ijX = rerata pada sel ij

kjX = rerata pada sel kj

RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi

nij = ukuran sel ij

nkj = ukuran sel kj

dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.kj > (pq-1)F pqN1,:pqα −− }

4. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama

Fij-ik =

+

ikij

2ikij

n

1

n

1RKG

)XX(

Fij-ik = nilai Fhit pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j

ijX = rerata pada sel ij

X ik = rerata pada sel kj

RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi

nij = ukuran sel ij

nkj = ukuran sel kj

dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.ik > (p-1)F pqN1,:pα −− }

(Budiyono, 2004: 214-215)

Page 68: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Pengembangan Instrumen

1. Pengembangan Tes Prestasi Belajar

a. Penyusunan Kisi-kisi dan Butir Tes Prestasi Belajar

Penyusunan kisi-kisi dan butir tes prestasi belajar matematika pada

materi luas dan volume bangun ruang melalui beberapa tahapan, yaitu :

1) Menentukan sub-materi dari materi luas dan volume bangun ruang

2) Menentukan indikator dari masing-masing sub-materi

3) Menentukan banyaknya butir tes yang dikehendaki

4) Menyusun butir-butir tes

(Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4).

b. Penelaahan Tes Prestasi Belajar

Setelah penyusunan kisi-kisi dan butir tes prestasi belajar matematika

pada materi luas dan volume bangun ruang selesai dibuat, kemudian

dilakukan penelaahan instrumen melalui uji validitas isi. Uji validitas isi

digunakan untuk mengetahui apakah isi instrumen tersebut telah merupakan

sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur.

Untuk menilai apakah instrumen tes prestasi belajar tersebut valid

maka uji validitas dilakukan oleh 2 guru mata pelajaran matematika pada

masing-masing sekolah yang digunakan peneliti untuk penelitian dan uji coba

tes yaitu guru SMA Batik 1 Surakarta dan guru MAN 1 Surakarta. Dalam hal

ini para penilai menilai apakah kisi-kisi yang dibuat telah menujukan bahwa

klasifikasi kisi-kisi mewakili isi (substansi) yang akan diukur. Langkah

berikutnya para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah

disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan,

sehingga butir-butir tes yang diajukan representatif terhadap semestanya,

metode penyusunan tes masuk akal, dan dapat meyakinkan bahwa butir-butir

50

Page 69: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

tes telah wewakili tujuan pembelajaran. Semua butir tes prestasi belajar

dinyatakan valid secara validitas isi karena memenuhi kriteria yang diberikan,

sehingga dapat digunakan untuk instrumen penelitian. (Uji validitas dapat

dilihat pada Lampiran 11).

c. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar

1) Konsistensi Internal atau Daya Pembeda Tes Prestasi

Tes prestasi yang diuji cobakan terdiri dari 35 butir tes obyektif

dengan rumus korelasi Product-Moment pada taraf signifikan 5%

diperoleh 30 butir yang konsisten, karena dari 30 butir tes tersebut r hitung ≥

0,355. Sedang 5 soal tidak konsisten yaitu butir ke 7, 11, 13, 23 dan 31

karena butir tes tersebut r hitung < 0,355. (Perhitungan selengkapnya ada

pada Lampiran 13)

2) Tingkat Kesukaran Tes Prestasi

Dari 35 butir tes uji coba prestasi didapatkan 3 butir tes yang sukar

karena Js < 0,3, yaitu butir ke 11, 21 dan 29 dan 1 butir tes yang mudah

karena Js > 0,7, yaitu butir ke 25. Sedangkan yang lainnya termasuk butir

tes yang sedang artinya tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar

atau dengan kata lain 0,3 < Js < 0,7. (Perhitungan selengkapnya ada pada

Lampiran 13)

3) Reliabilitas Tes Prestasi

Dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh hasil perhitungan

reliabilitas tes prestasi belajar r11 = 0,8668 > 0,70 sehingga tes prestasi

belajar pada materi luas dan volume bangun ruang dinyatakan reliabel.

(Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran 14).

Dari hasil uji coba tes prestasi tersebut diperoleh 27 butir tes yang

dapat digunakan sebagai instrumen penelitian dan 8 butir tes tidak dapat

digunakan yaitu butir ke 7, 11, 13, 21, 23, 25, 29 dan 31. Jika dilihat dari

indikator pada instrumen setelah dilakukan uji coba, instrumen ini dapat

Page 70: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

digunakan untuk mengambil data prestasi belajar siswa karena semua

indikator sudah terwakili walaupun terdapat delapan butir tes yang tidak

digunakan.

2. Pengembangan Angket Gaya Belajar

a. Penyusunan Kisi-kisi dan Butir Angket Gaya Belajar Matematika

Penyusunan kisi-kisi dan butir angket gaya belajar matematika

melalui beberapa tahapan, yaitu :

1) Menemukan batasan gaya belajar

2) Menentukan sub-variabel (tipe gaya belajar) dari variabel penelitian (gaya

belajar)

3) Menentukan indikator dari masing-masing sub-variabel (tipe gaya belajar)

4) Menentukan banyaknya butir angket yang dikehendaki

5) Menyusun butir-butir angket

(Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9).

b. Penelaahan Angket Gaya Belajar Matematika

Setelah penyusunan kisi-kisi dan butir tes gaya belajar matematika

selesai dibuat, kemudian dilakukan penelaahan instrumen melalui uji validitas

isi. Uji validitas isi digunakan untuk mengetahui apakah isi instrumen

tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal

yang akan diukur.

Berdasarkan uji validitas isi yang telah dilakukan oleh 2 orang

validator, yaitu guru SMA Batik 1 Surakarta dan guru MAN 1 Surakarta

semua item dari 45 soal dinyatakan valid secara validitas isi karena

memenuhi kriteria yang diberikan, sehingga angket gaya belajar tersebut

dapat digunakan untuk instrumen penelitian. (Uji validitas dapat dilihat pada

Lampiran 12).

Page 71: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

c. Hasil Uji Coba Angket Gaya Belajar

1) Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar

Angket gaya belajar matematika siswa yang berjumlah 45 butir.

Dari butir-butir angket yang diuji cobakan, dengan rumus korelasi

Product-Moment dari Karl Pearson pada taraf signifikan 5% diperoleh 37

butir yang konsisten, karena r hitung ≥ 0,355 sedangkan 8 butir tidak

konsisten karena r hitung < 0,355, yaitu butir 3, 5, 18, 31, 33, 35, 38 dan 39.

(Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran 15).

2) Reliabilitas Angket Gaya Belajar

Dengan menggunakan rumus Alpha diperoleh hasil perhitungan

reliabilitas butir angket sebesar 0,9080 > 0,7 sehingga angket gaya belajar

matematika siswa dinyatakan reliabel. (Perhitungan selengkapnya ada

pada Lampiran 16).

Dari hasil uji coba angket gaya belajar tersebut diperoleh 37 butir angket

yang dapat digunakan sebagai penelitian dan delapan butir angket tidak dapat

digunakan karena tidak memenuhi syarat, yaitu butir ke 3, 5, 18, 31, 33, 35, 38

dan 39. Instrumen ini dapat digunakan untuk pengambilan data gaya belajar

matematika siswa karena semua indikator sudah terwakili oleh butir yang ada

atau tidak ada indikator yang hilang dari akibat delapan butir yang tidak

digunakan.

Berikut diberikan tabel ringkasan hasil uji coba instrumen :

Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen

Jumlah Butir Instrumen Sebelum

uji coba Setelah uji coba

Nomor butir yang tidak digunakan

Reliabilitas

Tes 35 27 7, 11, 13, 21, 23,

25,29,31 0,8668

Angket 45 37 3, 5, 18,31, 33,

35, 38, 39 0,9080

Page 72: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

B. Deskripsi Data

1. Data Skor Prestasi Belajar Matematika

Setelah data dari setiap variabel terkumpul yaitu data tentang data tes

prestasi belajar siswa dan gaya belajar siswa pada materi luas dan volume bangun

ruang, selanjutnya data tersebut akan digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian. Berikut ini akan diberikan uraian tentang data-data yang diperoleh.

Dari data prestasi belajar siswa pada materi luas dan volume bangun

ruang, dicari ukuran tendensi sentralnya meliputi rata-rata ( ), Median (Me),

Modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi meliputi jangkauan (R), dan deviasi

standar (s) yang dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol.

Ukuran Tendensi sentral Ukuran Dispersi

Kelas

Mo Me Skor

min

Skor

maks R s

Eksperimen 82,5581 80 82 72 92 20 5,2613

Kontrol 73,5897 74 74 60 88 28 7,1108

2. Data Skor Angket Gaya Belajar Matematika

Data tentang gaya belajar matematika siswa diperoleh dari skor angket,

selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan pada

kecenderungan skor siswa pada tipe yang sesuai. Siswa yang memiliki skor

tertinggi pada tipe tertentu menunjukkan bahwa siswa tersebut tergolong pada

tipe tertentu itu.

Berdasarkan data yang telah terkumpul, dalam kelas eksperimen terdapat

19 siswa auditorial, 17 siswa visual, dan 7 siswa kinestetik. Sedangkan untuk

kelas kontrol terdapat 19 siswa auditorial, 17 siswa visual, dan 3 siswa

kinestetik.

Page 73: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Setelah dilakukan pengelompokan data gaya belajar siswa sesuai dengan

kategori yang telah ditentukan, diperoleh cacah siswa untuk tiap kategori gaya

belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 4.3 Cacah Siswa Untuk Tiap Kategori Gaya Belajar Matematika

Gaya Belajar

Model

Pembelajaran

Auditorial Visual Kinestetik Jumlah

NHT 19 17 7 43

Konvensional 19 17 3 39

Jumlah 38 34 10 82

Setelah diperoleh skor tes prestasi belajar matematika, kemudian skor

tersebut dikelompokkan berdasarkan kategori gaya belajar masing-masing siswa.

Setelah dilakukan pengelompokkan ke dalam tiap-tiap kategori gaya belajar

matematika siswa diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.4 Data Prestasi Belajar Matematika Siswa

Gaya Belajar Model

Pembelajaran Auditorial Visual Kinestetik

NHT 74 74 76 76 78

80 80 80 80 80

82 82 82 84 84

86 88 92 92

74 78 78 78 80

80 82 84 84 86

86 86 88 88 90

90 90

72 76 80 84 84

86 90

Konvensional 60 60 62 62 64

66 68 68 72 72

72 72 74 76 76

78 82 88 88

66 66 70 72 74

74 74 74 74 76

76 78 80 80 82

84 84

74 76 76

Page 74: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

C. Uji Pendahuluan

Uji Keseimbangan

Data untuk uji keseimbangan diambil dari nilai semester gasal kelas X

tahun ajaran 2008/2009 mata pelajaran matematika kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Sebelum dilakukan uji keseimbangan perlu dilakukan uji normalitas.

Hasil uji normalitas telah terangkum dalam tabel berikut (Perhitungan

selengkapnya ada pada Lampiran 23 dan 24) :

Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Kelas L hitung L tabel Kesimpulan

1.

2.

Eksperimen

Kontrol

0,0611

0,1251

0,1351

0,1419

Normal

Normal

Hasil analisis dari uji keseimbangan menggunakan uji t diperoleh t hitung =

-1,50501. Dengan demikian t hitung tidak terletak di daerah kritik DK = {t │t <

-1,960 atau t > 1,960 } sehingga H 0 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa

kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang

memiliki kemampuan awal sama. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 25)

D. Pengujian Hipotesis

1. Uji Prasyarat Analisis Variansi

a. Uji Normalitas

Salah satu syarat agar teknik analisis dapat diterapkan maka harus normal

pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat telah dipenuhi,

maka dilakukan uji Lilliefors. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki apakah sampel

dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Hasil uji normalitas telah terangkum dalam tabel berikut :

Page 75: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji Normalitas

No Kelompok L hitung L tabel Kesimpulan

1.

2.

3.

4.

5.

Model NHT

Model Konvensional

Gaya belajar auditorial

Gaya belajar visual

Gaya belajar kinestetik

0,1285

0,1109

0,0872

0,0968

0,2395

0,1351

0,1419

0,1437

0,1519

0,2802

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa harga statistik uji masing-masing

kelompok tidak melebihi L tabel , maka diambil kesimpulan bahwa H 0 tidak

ditolak atau dengan kata lain sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27,28,29,30 dan

31).

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dalam penelitian

ini ada dua kali uji homogenitas yaitu antar baris (uji homogenitas prestasi belajar

siswa ditinjau dari model pembelajaran), antar kolom (uji homogenitas prestasi

belajar siswa ditinjau dari gaya belajar siswa). Hasil uji homogenitas dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas

Sampel k 2χ hitung 2χ 0.05;n Keputusan Kesimpulan

Model Pembelajaran 2 3,5797 3,8410 H0 Tdk ditolak Homogen

Gaya Belajar Siswa 3 2,7813 5,9910 H0 Tdk ditolak Homogen

Berdasarkan tabel di atas, ternyata harga 2χ hitung dari kelas yang diberi

perlakuan model pembelajaran dan gaya belajar siswa kurang dari 2χ 0.05;n,

Page 76: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

sehingga H0 tdk ditolak. Ini berarti variansi-variansi populasi yang dikenai

perlakuan model pembelajaran dan variansi-variansi gaya belajar siswa berasal

dari populasi homogen. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

32 dan 33)

2. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama

Hasil perhitungan anava dua jalan sel tak sama disajikan pada tabel

berikut: (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 34)

Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama

Sumber JK dk RK F hitung F 76;;05,0 dk Kesimpulan

Model (A) 858,5049 1 858,5049 22,6120 3,984 Ho Ditolak

Gaya (B) 79,9387 2 39,9694 1,0527 3,134 Ho Tdk ditolak

Interaksi (AB) 28,1174 2 14,0587 0,3703 3,134 Ho Tdk ditolak

Galat (G) 2885,4760 76 37,9668

Total 3852,0370 81

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel terikat, atau dengan kata

lain kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang tidak sama

terhadap prestasi belajar matematika siswa.

b. Tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat, atau

dengan kata lain ketiga tipe gaya belajar matematika siswa memberikan

pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar matematika siswa.

c. Tidak ada interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat, atau

dengan kata lain model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik

daripada model pembelajaran konvensional untuk setiap tipe gaya belajar

matematika siswa.

Page 77: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

3. Uji Komparasi Ganda

a. Uji Komparasi Rataan Antar Baris.

Uji komparasi rataan antar baris dilakukan untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran yang manakah yang lebih baik pada model

pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang digunakan pada

penelitian ini terdiri dari dua model sehingga untuk mengetahui model yang

memberikan pengaruh lebih baik yang merupakan perlakuan pada baris anava

tidak perlu menggunakan uji komparasi rataan antar baris akan tetapi cukup

menggunakan perbandingan rataan marginalnya.

Tabel 4.9 Rerata Skor Prestasi Belajar Siswa

Gaya Belajar Model

Auditorial Visual Kinestetik Rataan

Marginal

Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

81,5789 83,6471 81,7143 82,4186

Model Pembelajaran Konvensional

71,5789 75,5294 75,3333 73,5897

Rataan Marginal 76,5789 79,5883 79,8000

Dari rataan marginal pada Tabel 4.9 rataan marginal pada baris

model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) lebih

besar dari rataan marginal pada baris model pembelajaran konvensional.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) memberikan pengaruh yang lebih baik daripada

model pembelajaran konvensional.

b. Uji Komparasi Rataan Antar Kolom.

Dari hasil anava pada Tabel 4.8 dihasilkan bahwa tidak ada

perbedaan pengaruh antar kolom (H0B tidak ditolak), yaitu tidak ada

perbedaan pengaruh kategori gaya belajar auditorial, visual dan kinestetik

terhadap variabel terikat sehingga tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan

antar kolom.

Page 78: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

c. Uji Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang sama.

Dari anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama yang terangkum

dalam Tabel 4.8 diperoleh bahwa H0AB tidak ditolak. Ini berarti tidak ada

interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar matematika siswa.

Karena H0AB ditolak maka tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan antar

sel pada baris yang sama.

d. Uji Komparasi Rataan antar sel Pada Kolom yang sama.

Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.8

dihasilkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan gaya

belajar matematika siswa (H0AB tidak ditolak) maka tidak perlu dilakukan uji

komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama.

E. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Hipotesis Pertama

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

diperoleh 984,36120,22 76;1;05,0 =>= FFa , dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa aF merupakan anggota daerah kritik, sehingga H0A ditolak yang berarti

bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads

Together) menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model

pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa pada

materi luas dan volume bangun ruang.

Dengan melihat rataan marginal dari kedua model pembelajaran

tersebut yaitu rataan marginal pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) adalah 82,3134 > 74,1472 yang merupakan rataan

marginal dari model pembelajaran konvensional, sehingga dapat disimpulkan

bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads

Together) menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model

pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang.

Page 79: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

2. Hipetesis Kedua

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

diperoleh 134,30527,1 76;2;05,0 =<= FFb , sehingga bF bukan merupakan anggota

dari daerah kritik. Akibatnya H0B tidak ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat

perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang mempunyai gaya

belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika tipe visual dan gaya

belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang.

Tidak terpenuhinya hipotesis kedua ini mungkin dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain :

a) Dimungkinkan siswa kurang jujur pada waktu pengisian angket, sehingga

jawaban siswa yang dituliskan kemungkinan berbeda dengan kondisi yang

sebenarnya terjadi pada diri masing-masing individu siswa. Hal ini

mengakibatkan nilai angket pada siswa tersebut kurang menggambarkan

karakteristik gaya belajar siswa.

b) Pengambilan data angket dilaksanakan setelah kedua kelas selesai

mendapatkan perlakuan yaitu kelas kontrol menggunakan model

pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Misalkan

untuk siswa yang mempunyai tipe gaya belajar visual yang awalnya kurang

aktif dalam diskusi ternyata siswa tersebut aktif karena mereka merasa lebih

mudah menerima materi luas dan volume bangun ruang yang disajikan

dengan asosiasi visual atau gambar-gambar. Hal ini mengakibatkan nilai

angket pada siswa tersebut kurang menggambarkan karakteristik gaya belajar

matematika.

3. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh F 3703,0=ab <

F 134,376;2;05,0 = . Dengan demikian F ab bukan merupakan anggota dari daerah

kritik maka H AB0 tidak ditolak,ini berarti tidak terdapat interaksi antara model

pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar pada materi luas dan

Page 80: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

volume bangun ruang. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada materi luas dan

volume bangun ruang bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial,

visual, maupun kinestetik.

Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar

siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi luas dan volume bangun

ruang mungkin dikarenakan siswa masih merasa asing dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT sehingga siswa tertarik untuk mengikuti

proses pembelajaran. Akibatnya siswa dengan tipe gaya belajar tipe kinestetik

yang awalnya diprediksi kurang aktif dalam diskusi pada kelas yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads

Together) ternyata siswa tersebut aktif, sehingga siswa tersebut dapat

menghasilkan prestasi yang lebih baik dari siswa yang mempunyai gaya belajar

tipe kinestetik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Page 81: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan analisis hasil penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hasil sebagai

berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads

Together) menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik

daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi luas

dan volume bangun ruang pada siswa kelas X semester genap SMA Batik 1

Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

2. Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang

mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika

tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas dan

volume bangun ruang siswa kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta

Tahun Ajaran 2008/2009.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model

pembelajaran konvensional untuk setiap tipe gaya belajar matematika siswa

pada materi luas dan volume bangun ruang siswa X semester genap SMA

Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini,

maka implikasi dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan

prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) mempunyai karakteristik dapat mengaktifkan siswa

karena dalam model pembelajaran ini guru memberikan materi pelajaran

63

Page 82: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

kemudian memberikan LKS pada siswa untuk didiskusikan bersama

kelompoknya masing-masing, sehingga siswa harus bekerjasama untuk

menyelesaikan LKS dan latihan-latihan soal.

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) lebih baik dari model pembelajaran konvensional

karena dengan berdiskusi dalam kelompoknya dapat menjalin kerjasama serta

bertukar pikiran tentang materi luas dan volume bangun ruang sesuai dengan

pemahaman masing-masing kemudian disatukan untuk menemukan perumusan

penyelesaian masalah-masalah luas dan volume bangun ruang. Bagi siswa yang

belum paham dapat bertanya kepada siswa yang paham dan bagi siswa yang

paham dapat lebih memperdalam materi yang dipelajari. Tiap kelompok

diberikan waktu yang sama untuk menyelesaikan LKS. Setiap siswa akan terlibat

aktif dalam proses pembelajaran karena semua siswa mempunyai kesempatan

untuk mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusinya. Selanjutnya

hasil diskusi tersebut akan didiskusikan bersama-sama dengan kelompok yang

lain dengan cara guru memanggil nomor anggota tertentu dari salah satu

kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi mewakili kelompoknya kemudian

kelompok lain menanggapi. Dengan begitu, siswa mengerti apakah hasil diskusi

mereka salah atau benar sehingga pemahaman mereka lebih mendalam.

Dengan diskusi yang mereka lakukan maka siswa akan lebih mudah

memahami penyelesaian masalah luas dan volume bangun ruang, sehingga siswa

belajar dengan memahami bukan menghafal. Selain itu pemberian latihan-latihan

soal pada tiap LKS memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan apa yang

telah mereka temukan untuk menyelesaikan masalah-masalah luas dan volume

bangun ruang. Kelompok yang mengalami kesulitan dalam meyelesaikan LKS

akan dibimbing guru, namun guru hanya memberikan pengarahan bukan jawaban

dari LKS tersebut, jadi siswa dituntut untuk berpikir bersama dalam menemukan

bentuk-bentuk penyelesaian masalah luas dan volume bangun ruang.

Adanya presentasi dari beberapa kelompok tentang hasil diskusi mereka

membuat siswa berani mengungkapkan apa yang telah mereka pikirkan dan

mereka temukan. Selain itu, kelompok yang lain bisa membandingkan hasil

Page 83: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

diskusi mereka sehingga mengetahui mana yang benar dan mana yang salah

dengan penegasan jawaban dari guru.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa gaya belajar matematika siswa tidak

berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini mungkin disebabkan ada beberapa

siswa yang memperolehan skor angket yang tidak terpaut jauh antara skor gaya

belajar tipe auditorial, tipe visual maupun tipe kinestetik. Sehingga pengaruh

dominasi gaya belajar tidak begitu tampak.

Hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) memberikan

hasil yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran

konvensional sehingga dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon

guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar di kelas terutama

pada materi luas dan volume bangun ruang, lebih luasnya dapat digunakan

sebagai model pembelajaran pada materi yang lainnya dengan memperhatikan

beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan model pembelajaran yaitu:

kesesuaian materi, kemampuan guru, kemampuan siswa, lingkungan belajar

siswa dan fasilitas.

C. Saran

Dalam upaya mencari alternatif pembelajaran matematika maka penulis

menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Kepada Guru

a. Guru SMA Batik 1 Surakarta

Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran pada materi

luas dan volume bangun ruang dengan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan prestasi belajar yang lebih

baik daripada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional, sehingga pada materi luas an volume bangun ruang sebaiknya

diajarkankan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) agar prestasi belajar siswa lebih maksimal.

Page 84: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN …eprints.uns.ac.id/6949/1/191651411201103501.pdf(numbered heads together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

b. Guru sekolah lain pada jenjang SMA

Dalam penyampaian materi luas dan volume bangun ruang terutama

pada jenjang SMA hendaknya memperhatikan kondisi bahwa kemampuan

siswa dalam satu kelas sangat heterogen. Sehingga perlu memperhatikan

pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai materi yang dipelajari

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Kepada Sekolah

Dari hasil penelitian ini, kepala sekolah diharapkan memberikan masukan

kepada guru mata pelajaran matematika untuk menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) sebagai salah satu alternatif

model pembelajaran pada materi luas dan volume bangun ruang.

3. Kepada Siswa

Untuk mempelajari materi luas dan volume bangun ruang dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads

Together) siswa sebaiknya lebih aktif dan meningkatkan kerjasama dengan teman

satu kelompok dalam menyelesaikan LKS sehingga pemahaman mereka bisa

maksimal.

4. Kepada Para Peneliti

Para peneliti dapat mengadakan penelitian lebih lanjut dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads

Together) namun dengan terlebih dahulu membiasakan siswa dengan model

pembelajaran ini sehingga potensi siswa dapat digunakan semaksimal mungkin

dan siswa tidak mengawali kebingungan di awal pembelajaran.

Hasil penelitian ini hanya terbatas pada pembelajaran yang ditinjau dari

karakteristik gaya belajar matematika siswa. Bagi calon peneliti yang lain

mungkin dapat melakukan penelitian dengan model pembelajaran serta tinjauan

yang lain, misalnya motivasi, aktivitas, minat siswa, intelegensi dan lain-lain.