eksperimentasi pembelajaran matematika dengan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER ) PADA MATERI LUAS DAN VOLUME
BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh :
ANIK NUR KHAYATI
K1303018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER ) PADA MATERI LUAS DAN VOLUME
BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA
Oleh :
ANIK NUR KHAYATI
K1303018
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan di hadapan
Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Januari 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.Budi Usodo, M.Pd Ristu Saptono, S.Si, M. T
NIP. 19680517 199303 1 001 NIP. 19790210 200212 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan
Matematika Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan dalam
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Kamis
Tanggal : 20 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi : Tanda Tangan
Ketua : Triyanto, S. Si, M.Si (…………………………...)
Sekretaris : Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd (……………………………)
Penguji I : Drs. Budi Usodo, M.Pd (…………………………....)
Penguji II : Ristu Saptono, S.Si, M. T (……………………………)
Disahkan Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Alloh) dengan
sabar dan sholat, sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar”
(Q.S Al Baqoroh : 153)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(Q.S. Albaqoroh : 286)
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Al Insyiroh : 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini Penulis persembahkan untuk :
· Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu
mendoakan dan menyayangiku
· Saudara-saudaraku, yang selalu
menjadi penghibur dan penyemangatku
· Teman-teman dekatku, semoga
persahabatan kita tetap terjaga
· Teman-teman P.Matematika ’03, atas
kebersamaan yang indah
· Almamater yang kubanggakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala pujian hanya milik Allah SWT, dzat penggengggam
setiap jiwa, pengatur setiap langkah, yang berkehendak atas segala, yang dengan
kelapangan jalan yang diberikan sehingga skripsi yang berjudul “Eksperimentasi
Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Heads Together) Pada Materi Luas dan Volume Bangun Ruang Ditinjau
dari Gaya Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Batik 1 Surakarta” dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak antara lain :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah
memberikan ijin menyusun skripsi ini.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, ketua Jurusan P MIPA FKIP UNS yang telah
memberikan ijin menyusun skripsi ini.
3. Triyanto, S. Si, M. Si, Ketua Program P Matematika FKIP UNS yang telah
memberikan ijin menyusun skripsi ini.
4. Drs. Budi Usodo, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
ilmu, dukungan, dan saran yang sangat membantu dalam penulisan skripsi
ini.
5. Ristu Saptono, S.Si, M. T , Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, ilmu, dukungan, dan saran yang sangat membantu dalam
penulisan skripsi ini.
6. Drs. Literzet Sobri, M.Pd, Kepala SMA Batik 1 Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
7. Drs.H.Agus Hadi Susanto, M.Pd, Kepala MAN 1 Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan uji coba instrumen penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
8. Drs.Joko Dwi Heru S, Guru bidang studi matematika SMA Batik 1 Surakarta
yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, dan bimbingan selama
melakukan penelitian sekaligus sebagai validator instrument penelitian.
9. Nuraini Kusumastuti S.Pd, Guru bidang studi matematika MAN 1 Surakarta
yang telah memberikan kesempatan, dan kepercayaan melakukan uji coba
sekaligus sebagai validator instrument penelitian.
10. Bapak, Ibu, dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa restu,
kasih sayang, dan dukungan.
11. Teman-teman P. Matematika ’03 atas kebersamaannya.
12. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu
Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya,
semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan dapat memberikan kontribusi
serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.
Surakarta, Januari 2011
Penulis,
Anik Nur Khayati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ........ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ .......... iv
MOTTO ............................................................................................................ ........ v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ ........ vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ........ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ........ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ........ xiii
ABSTRAK ....................................................................................................... ........ xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5
C. Pemilihan Masalah ………………………………………… ......... 6
D. Pembatasan Masalah ....................................................................... 6
E. Perumusan Masalah ......................................................................... 7
F. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
G. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 9
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 9
1. Prestasi Belajar Matematika ..................................................... 9
a. Prestasi Belajar .................................................................. 9
b. Matematika …………………………… ........................... 9
c. Prestasi Belajar Matematika .............................................. 10
2. Model Pembelajaran ................................................................. 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
a. Pengertian Model Pembelajaran …………………… ....... 11
b. Model Pembelajaran Konvensional .................................. 12
c. Model Pembelajaran Kooperatif ………………….. ........ 12
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Heads Together) … ........................................ 14
3. Gaya belajar .............................................................................. 17
a. Auditorial .......................................................................... 18
b. Visual ................................................................................ 18
c. Kinestetik .......................................................................... 19
4. Tinjauan Materi Luas dan Volume Bangun Ruang .................. 19
a. Luas Bangun Ruang .......................................................... 19
b. Volume Bangun Ruang ..................................................... 20
B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 21
C. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 24
BAB III METODOLOGI PENELITAN ............................................................. 25
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 25
1. Tempat Penelitian ..................................................................... 25
2. Waktu Penelitian ...................................................................... 25
B. Metode Penelitian ............................................................................ 26
1. Pendekatan Penelitian ..................................................... ........ 26
2. Rancangan Penelitian ..................................................... ........ 26
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................... 27
1. Populasi .................................................................................... 27
2. Sampel ...................................................................................... 27
3. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 28
1. Identifikasi Variabel ................................................................. 28
2. Metode Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen .......... 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
a. Metode Dokumentasi ........................................................ 30
b. Metode Tes ........................................................................ 30
c. Metode Angket .................................................................. 34
E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 38
1. Uji Pendahuluan ....................................................................... 38
2. Pengujian Hipotesis ................................................................. 39
a. Uji Prasyarat Analisis Variansi ......................................... 39
b. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ....................... 42
c. Uji Komparasi Ganda .............................................. ......... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………………... ......... 49
A. Hasil Pengembangan Instrumen ........................................... ......... 49
1. Pengembangan Tes Prestasi Belajar ................................ ........ 49
2. Pengembangan Angket Gaya Belajar ................................ ...... 51
B. Deskripsi Data ....................................................................... ........ 53
1. Data Skor Prestasi Belajar Matematika ...................... ............. 53
2. Data Skor Angket Gaya Belajar Matematika ................... ....... 53
C. Uji Pendahuluan ..................................................................... ....... 55
D. Pengujian Hipotesis ............................................................... ........ 55
1. Uji Prasyarat Analisis Variansi ....................................... ........ 55
2. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ..................... ........ 57
3. Uji Komparasi Ganda ..................................................... ......... 58
E. Pembahasan Hasil Analisi Data ............................................ ........ 59
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................... 62
A. Kesimpulan ........................................................................... ......... 62
B. Implikasi ..................... ................................................................... 62
C. Saran ..................................................................................... ......... 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... ............................ 66
LAMPIRAN .................................................................................................... ......... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Rangkuman Rumus Luas dan Volume Benda Ruang ............................ 20
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian .............................................................................. 26
Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi .............................. 43
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ..................................................................... 43
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis .............................................................................. 46
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Intrumen ....................................................... 52
Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ................................................................................... 53
Tabel 4.3 Cacah Siswa Untuk Tiap Kategori Gaya Belajar Matematika ............... 54
Tabel 4.4 Data Prestasi Belajar Matematika Siswa ................................................ 54
Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..... 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 56
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas ........................................................................... 56
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ........................ 57
Tabel 4.9 Rerata Skor Prestasi Belajar Siswa ......................................................... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ................................................................................ ..... 68
Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa........................................................................... 103
Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika(Uji Coba) ....................... 119
Lampiran 4 Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba) ..................................... 121
Lampiran 5 Pembahasan Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba) ................ 127
Lamparan 6 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba) ............ 136
Lampiran 7 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika (Uji Coba ) ............ 137
Lampiran 8 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar matematika (Uji Coba) .................... 138
Lampiran 9 Angket Gaya Belajar Matematika (Uji Coba) ................................... 140
Lampiran 10 Lembar Jawab Angket Gaya Belajar Matematika (Uji Coba) .......... 147
Lampiran 11 Uji Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika ............................. 148
Lampiran 12 Uji Validitas Isi Angket Gaya Belajar Matematika ........................... 152
Lampiran 13 Uji Konsistensi Internal dan Tingkat Kesukaran Tes Prestasi
Belajar Matematika… ........................................................................ 156
Lampiran 14 Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika ……………… ..... 159
Lampiran 15 Uji Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar Matematika ........ ….. 162
Lampiran 16 Uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Matematika ………… ........... 166
Lampiran 17 Tes Prestasi Belajar Matematika........................................................ 169
Lampiran 18 Pembahasan Tes Prestasi Belajar Matematika……..…. .................... 174
Lampiran 19 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika .............................. 181
Lampiran 20 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika ................... ……… 182
Lampiran 21 Angket Gaya Belajar Matematika .......................... ………………… 183
Lampiran 22 Lembar Jawab Angket Gaya Belajar Matematika ................ ……… 189
Lampiran 23 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ......... ………. 190
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Lampiran 24 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol ................ ………. 192
Lampiran 25 Uji Keseimbangan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............... 194
Lampiran 26 Data Induk Kelas Eksperiman ........................................................... 197
Lampiran 27 Data Induk Kelas Kontrol ............................................................. .... 198
Lampiran 28 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas
Eksperimen.…………………………………….……....................... 199
Lampiran 29 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Kontrol .......... .... 201
Lampiran 30 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelompok Gaya
Belajar Auditorial .............................................................................. 203
Lampiran 31 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelompok Gaya
Belajar Visual .................................................................................... 205
Lampiran 32 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelompok Gaya
Belajar kinestetik ............................................................................... 207
Lampiran 33 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari
Model Pembelajaran .......................................................................... 209
Lampiran 34 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari
Gaya Belajar Matematika .................................................................. 212
Lampiran 35 Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ........................................ 215
Lampiran 36 Daftar Nama Kelompok (Kelas Eksperimen)…………………… .... 219
Lampiran 37 Daftar Tabel ....................................................................................... 221
Lampiran 38 Perijinan ............................................................................................. 222
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Anik Nur Khayati. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA MATERI LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Tujuan Penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui apakah pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun
ruang, (2) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika
diantara siswa yang mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar
matematika tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas
dan volume bangun ruang, (3) untuk mengetahui manakah diantara model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dan model
pembelajaran konvensional yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya belajar
matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika tipe visual dan gaya belajar
matematika tipe kinestetik.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi penelitian
adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta, Tahun Ajaran
2008/2009, yang berjumlah 378 siswa yang terbagi menjadi 9 kelas. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 2 kelas, yaitu kelas X-1 untuk kelas
eksperimen dengan jumlah siswa 43 orang dan kelas X-2 untuk kelas kontrol dengan
jumlah siswa 39 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara sampling random
kluster. Uji coba instrumen dilaksanakan di MAN 1 Surakarta. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah metode dokumentasi yang berupa data nilai ujian
semester gasal mata pelajaran matematika, metode angket untuk data gaya belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa pada materi luas dan
volume bangun ruang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi dua
jalan sel tak sama. Sebagai persyaratan analisis yaitu populasi berdistribusi normal
menggunakan uji Lilliefors dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen)
menggunakan uji Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat dengan taraf signifikansi
5%.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan
prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik daripada penggunaan model
pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang pada siswa
kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 (Fa =
22,6120 < 3.984 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%). (2) tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang mempunyai gaya belajar matematika tipe
auditorial, gaya belajar matematika tipe visual dan gaya belajar matematika tipe
kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang siswa kelas X semester genap
SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 (Fb = 1,0527 < 3.134 = Ftabel pada
taraf signifikansi 5%). (3) model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together) menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik
daripada model pembelajaran konvensional untuk setiap tipe gaya belajar
matematika siswa pada materi luas dan volume bangun ruang siswa kelas X semester
genap SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 (Fab = 0.3703 < 3.134 = Ftabel
pada taraf signifikansi 5%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT Anik Nur Khayati, An Experimentation of NHT (Numbered Heads Together) type of cooperative learning model in the subject of area and volume of plane geometry from students learning style on the students X graders of SMA Batik 1 Surakarta. Thesis, Surakarta : Theacher Training and Education Faculty. University Eleven March Surakarta, 2011. The objectives of research are : (1) to find out whether learning using NHT
(Numbered Heads Together) type of cooperative learning model provides
mathematics learning achievement better than learning using conventional learning
model in the subject of area and volume of plane geometry. (2) to find out whether
are there difference mathematics learning achievement among students with
mathematics learning style auditorial type, mathematics learning style visual type
and mathematics learning style kinestetik type in the subject of area and volume of
plane geometry. (3) to find out which between NHT (Numbered Heads Together)
type of cooperative learning model and convensional learning model that provides
mathematics learning achievement better in the subject of area and volume of plane
geometry viewed from mathematics learning style uaditorial type, mathematics
learning style visual type and mathematics leaning style kinestetik type .
This study employed a quasi_experimental method. The population of
research was all students X graders of SMA Batik 1 Surakarta in the school year of
2008/2009, totaling 378 students which is divided into 9 classes. The sample used in
this research was 2 classes, class X-1 for experimental class with 43 students and
class X-2 for control class with 37 students. The sampling technique used was cluster
random sampling. The instrument test was carried out in MAN 1 Surakarta.
Techniques of collecting data employed were documentation method in the form of
mathematics score in odd semester, questionnaire for the data on students
mathematic learning style and test methods for data on students mathematic learning
achievement in the subject wide and volume shape space. Technique of analyzing
data used was two_way analysis of variance with unequel cells. The analysis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
requirement was the population with normal distribution using Lilliefors test and
population having the same variance (homogenous) using Bartlett method with
Chi_Square test statistic at significance level of 5 %.
From the result of research, it can be concluded that : (1) learning using NHT
(Numbered Heads Together) type of cooperative learning model provides
mathematics learning achievement better than learning using conventional learning
model in the subject of area and volume of plane geometry of students X graders
even semester of SMA Batik 1 Surakarta in the school year of 2008/2009 (Fa =
22,6120 > 3,984 = Ftable at significance level of 5%). (2) there is no difference
mathematics learning achievement among students with mathematics learning style
auditorial type, mathematics learning style visual type and mathematics learning
style kinestetik type in the subject of area and volume of plane geometry of students
X graders even semester of SMA Batik 1 Surakarta in the school year of 2008/2009
(Fb = 1,0527 < 3,134 = Ftable at significance level of 5%). (3) NHT (Numbered Heads
Together) type of cooperative learning model provides mathematics learning
achievement better than conventional learning model for each mathematics learning
style in the subject of area and volume of plane geometry of students X graders even
semester of SMA Batik 1 Surakarta in the School Year of 2008/2009 (Fab = 0,3703
< 3,134 = Ftable at significance level of 5%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
Untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional diperlukan peran serta aktif dari
berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapat
perhatian, penanganan dan prioritas baik oleh pemerintah, keluarga, maupun
pengelola pendidikan. Upaya pembangunan di bidang pendidikan masih perlu
dilanjutkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat menghasilkan
manusia yang berkualitas.
Pembinaan manusia yang berkualitas tergantung pada kegiatan
pembelajaran, hal ini berhubungan langsung dengan tugas seorang guru yaitu
mengajar. Pada dasarnya mengajar merupakan serangkaian kegiatan yang salah
satu tujuannya adalah menanamkan konsep materi kepada siswa. Suatu konsep
akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika konsep tersebut disampaikan dengan
langkah-langkah atau prosedur yang tepat dan menarik. Untuk itu penggunaan
model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar haruslah tepat, dalam arti
sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan lancar dan mencapai sasaran yang diinginkan. Dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat, seorang guru diharapkan bukan
hanya sekedar menyelesaikan sejumlah materi tetapi juga dapat menanamkan
konsep materi dengan baik kepada siswanya. Hal tersebut dimaksudkan agar
siswa dapat dengan mudah menyelesaikan berbagai variasi soal yang pada
prinsipnya mempunyai konsep yang sama.
Banyak model pambelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Tetapi tidak setiap model pembelajaran dapat diterapkan dalam
setiap materi, sehingga pemilihan model pembelajaran sangatlah penting guna
mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran hendaknya
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, waktu yang tersedia
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
bentuk pengajaran ( individu/ kelompok ) serta hal-hal lain yang berhubungan
dengan proses belajar mengajar. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar diperlukan pemikiran yang matang dalam pemilihan model
pembelajaran yang tepat untuk suatu materi yang akan disampaikan. Hal tersebut
dimaksudkan agar pambelajaran matematika menjadi efektif dan efisien. Namun
yang sering terjadi di lapangan sebagian besar guru menggunakan model
pembelajan yang hampir sama yaitu model pembelajaran konvesional dalam
menyampaikan setiap materi pelajaran. Dalam model ini, kegiatan pembelajaran
didominasi oleh guru. Guru menyampaikan materi, memberikan contoh soal.
Sedangkan siswa hanya memperhatikan dan meniru cara-cara guru
menyelesaikan soal. Dengan penggunaan model pembelajaran konvensional,
pada umumnya siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
karena mereka hanya mendengar dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh
guru. Kegiatan yang hanya mendengar dan memperhatikan penjelasan guru ini
kemungkinan dapat menyebabkan siswa bosan dan akan mengakibatkan siswa
kurang kritis dan kreatif sehingga dapat mematikan semangat belajar siswa.
Apalagi untuk materi-materi matematika yang diaggap sulit dipahami bagi
kebanyakan siswa, salah satu diantaranya adalah materi luas dan volume bangun
ruang. Karena itu peggunaan model pembelajaran konvensional pada materi luas
dan volume bangun ruang yang menuntut siswa mempunyai kemampuan
numerik, kemampuan memahami rumus-rumus dan kemampuan menggambarkan
benda-benda ruang dimungkinkan bisa menyebabkan prestasi belajar mereka
kurang optimal atau bahkan akan menurun.
Pada dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep. Hal
terpenting dari pembelajaran matematika adalah bagaimana agar siswa dapat
dengan mudah memahami konsep-konsep dasar yang ada dalam matematika.
Oleh karena itu dalam belajar matematika dituntut untuk lebih terampil, kreatif
dan aktif dalam menaggapi persoalan matematika. Dengan begitu belajar
matematika tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, melainkan siswa dituntut
ikut aktif berpikir dan berargumentasi dalam menanggapi berbagai permasalahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pada kenyataannya bahwa kebanyakan siswa cenderung pasif dan kurang
kreatif dalam belajar matematika. Para siswa hanya fokus pada cara penyelesaian
soal yang diberikan oleh guru. Siswa tidak mua mencoba cara lain dalam
menyelesaikan soal sehingga apabila dihadapkan pada soal lain yang memiliki
konsep sama, mereka kurang bisa dalam menyelesaikannya.
Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih sebagai pengganti dari
model pembelajaran konvensional dan tentunya pemilihan model tersebut harus
disesuaikan dengan kondisi yang ada. Model pembelajaran yang baik merupakan
model pembelajaran yang tidak hanya di dominasi oleh guru melainkan juga
melibatkan keaktifan siswa, selain itu juga tidak hanya menekankan pada aspek
kognitif siswa tetapi juga harus bisa meningkatkan kemampuan afektif siswa.
Dalam hal ini dapat diterapkan suatu model pembelajaran diskusi untuk
mengubah perilaku afektif siswa secara kongkrit dalam hal sikap atau nilai.
Penggunaan diskusi secara terampil memungkinkan pembentukan sikap dalam
suasana kelompok. Tabrani Rusyan (1989 : 187) menegaskan bahwa belajar
secara kelompok lebih efektif dari pada belajar secara perseorangan, disamping
dapat memberikan hasil yang lebih mantap dan lebih baik.
Model pembelajaran yang menggunakan prinsip kerja kelompok sering
disebut dengan model pembelajaran kooperatif. Pada dasarnya pembelajaran
kooperatif merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan cara
membentuk kelompok kecil dimana setiap siswa bisa berpartisipasi dalam tugas-
tugas kolektif sehingga akan menuntut siswa untuk berperan aktif dalam
mengikuti proses belajar mengajar.
Model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru, salah
satu diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together). Dalam model pembelajaran ini, siswa dalam satu kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok. Setelah itu, setiap anggota kelompok diberi nomor.
Dengan pemberian nomor dari tiap anggota kelompok tersebut, dimaksudkan
apabila guru ingin mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswanya, guru
tinggal menyebutkan salah satu nomor dan anak dengan nomor tersebut harus
dapat menyampaikan inspirasi dari kelompok mereka masing-masing. Setiap apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
yang diputuskan dalam kelompok tersebut harus diketahui oleh masing-masing
anggota, sehingga tidak ada yang dirugikan satu sama lain. Dengan adanya
pengelompokan, selain mendapat penjelasan dari guru, mereka juga mendapat
penjelasan dari teman sekelompoknya yang lebih memahami, sehingga kendala
siswa yang cukup banyak kemungkinan dapat diatasi dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT ini. Selain itu, dengan model pembelajaran ini diharapkan
siswa tidak akan cepat merasa bosan dalam belajar matematika.
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat
mengoptimalkan keterlibatan total semua siswa dan diharapkan pula dapat
menjadi salah satu cara untuk membantu meningkatkan tanggungjawab individu
dalam diskusi kelompok. Dengan begitu akan sangat membantu siswa untuk
dapat berpikir terampil, aktif dan kreatif dalam menyelesaikan persoalan yang
berhubungan dengan materi luas dan permukaan bangun ruang sehingga
dimungkinkan prestasi belajar siswa dapat meningkat atau lebih baik bila
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Disamping penggunaan model pembelajaran yang tepat, terdapat faktor-
faktor lain yang juga dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
metematika, salah satunya adalah gaya belajar matematika. Gaya belajar
matematika merupakan cara khas dan konsisten yang dilakukan oleh siswa dalam
menerima dan menyerap informasi matematika.
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999 : 112-113) menggolongkan
gaya belajar bedasarkan cara menerima informasi dengan mudah (modalitas)
kedalam tiga tipe, yaitu gaya belajar tipe auditorial, tipe visual, dan tipe
kinestetik. Gaya belajar tipe auditorial memanfaatkan kemampuan pendengaran
untuk mempermudah proses belajar, sehingga akan lebih mudah menerima materi
yang disajikan dengan diskusi atau tanya-jawab. Gaya belajar tipe visual
menggunakan indera penglihatannya untuk membantunya belajar, sehingga akan
lebih mudah menerima materi yang disajikan dengan asosiasi visual atau gambar-
gambar. Gaya belajar tipe kinestetik menggunakan fisiknya sebagai alat belajar
yang optimal. Siswa kinestetik biasanya dibantu dengan membawa alat peraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yang nyata misalnya balok, patung dan jenis alat peraga lainnya untuk
memudahkan dalam menerima informasi.
Pada umumnya siswa memiliki ketiga tipe gaya belajar tersebut, namun
ada satu yang paling dominan dimilikinya. Kebanyakan siswa belum mengenal
persis tipe gaya belajar yang dimilikinya sehingga mereka belum dapat
menerapkannya secara optimal. Pemanfaatan sumber belajar matematika, cara
memperhatikan pembelajaran matematika di kelas, serta cara mudah bagi siswa
untuk berkonsentrasi penuh saat belajar dapat digunakan untuk mengenal tipe
gaya belajar matematika. Hal-hal tersebut di atas dipergunakan seorang guru
maupun siswa itu sendiri untuk mengetahui gaya belajar matematika masing-
masing.
Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki ketiga tipe gaya belajar tersebut,
siswa yang bertipe auditorial mempunyai karakteristik suka berdiskusi atau tanya
jawab dan siswa yang bertipe visual mempunyai karakteristik mudah menerima
informasi dengan asosiasi visual atau gambar-gambar dimungkinkan akan lebih
mudah menerima materi luas dan volume bangun ruang yang disajikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) ini,
sehingga diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari
pada siswa yang bertipe kinestetik dikarenakan siswa yang bertipe kinestetik
tidak menyukai diskusi dan mempunyai masalah terhadap visualisasi gambar.
Selain itu dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini tidak menggunakan alat
peraga dalam proses pembelajaran. Jadi dimungkinkan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT ini nanti tidak akan menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik bagi siswa yang bertipe kinestetik.
Bertolak dari uraian diatas, penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together) pada materi luas dan volume bangun ruang ditinjau dari
karakteristik gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran akan
membuat siswa benar-benar memahami materi dan menguasai konsep. Tetapi
masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional
disetiap proses pembelajaran, padahal tidak semua materi cocok disampaikan
dengan model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu perlu dikaji lebih
lanjut apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
2. Banyak siswa dalam belajar matematika kurang aktif mengikuti proses belajar
dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa
mengkomunikasikan dengan siswa lain sehingga kemungkinan rendahnya
prestasi belajar disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap materi
yang dipelajari.
3. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) pada materi luas dan volume benda ruang mungkin menghasilkan
prestasi belajar yang berbeda dengan penggunaan model pembelajaran
konvensional, karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa tidak
hanya mendapat penjelasan dari guru, tetapi mereka juga mendapat
penjelasan dari teman sekelompoknya yang lebih memahami dalam diskusi.
4. Pada umumnya prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Hal ini
mungkin disebabkan karena kurangnya perhatian guru terhadap karakteristik
gaya belajar matematika yang dimiliki oleh setiap siswa. Selain hal itu,
banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit, dan
membosankan terutama pada materi luas dan volume benda ruang.
C. Pemilihan Masalah
Penelitian dengan banyak permasalahan, tidak mungkin untuk dilakukan
dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipecahkan
masalah penelitian yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
NHT (Numbered Heads Together) yang kemudian dikaitkan dengan gaya belajar
matematika siswa tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemilihan masalah diatas, agar permasalahan yang dikaji
lebih mendalam dan terarah maka masalah-masalah tersebut penulis batasi
sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi
pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)
pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol.
2. Gaya belajar yang dibicarakan adalah cara yang khas pada siswa dalam
belajar matematika, baik di rumah maupun di kelas, yaitu gaya belajar
matematika siswa tipe visual, gaya belajar matematika siswa tipe auditorial,
dan gaya belajar matematika siswa tipe kinestetik .
3. Prestasi belajar matematika siswa pada penelitian ini dibatasi pada prestasi
belajar matematika siswa pada materi luas dan volume bangun ruang yaitu
prestasi yang dicapai setelah proses pembelajaran.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas masalah-masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang?
2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang
mempunyai gaya belajar tipe auditorial, gaya belajar tipe visual dan gaya
belajar tipe kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang?
3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT
(Numbered Heads Together) dan model pembelajaran konvensional yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada materi
luas dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya belajar matematika siswa
tipe auditorial, gaya matematika siswa tipe visual dan gaya belajar
matematika siswa tipe kinestetik.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui :
1. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang.
2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang
mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika
tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas dan
volume bangun ruang.
3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together) dan model pembelajaran konvensional yang dapat
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada materi luas
dan volume bangun ruang ditinjau dari gaya belajar matematika siswa tipe
auditorial, gaya matematika siswa tipe visual dan gaya belajar matematika
siswa tipe kinestetik.
G. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk:
1. Memberikan masukan kepada guru matematika bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) mungkin dapat digunakan
sebagai alternatif dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah agar suasana
belajar menjadi lebih menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih
memperhatikan gaya belajar matematika karena mungkin dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika.
4. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Prestasi Belajar
Salah satu indikator bahwa seseorang telah mengalami proses belajar
adalah adanya prestasi belajar. Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787),
“Prestasi balajar adalah penguasaan pemahaman dan keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka yang diberikan oleh guru”.
Sedangkan Sutratinah Tirtonegoro (2001:43) mengatakan bahwa “Prestasi
belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan
mengetahui prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas,
apakah anak tersebut kelompok anak pandai, sedang, atau kurang. Prestasi anak
ini dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang
mencerminkan hasil yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu.
Sedangkan Zainal Arifin (1990:3) menyatakan bahwa “Prestasi belajar
adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap dalam menyelesaikan masalah”.
Dalam hal ini prestasi belajar tidak hanya dapat ditunjukkan dengan nilai tes
tetapi dapat juga ditunjukkan dengan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan
masalah.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil usaha siswa dalam proses belajar yang dinyatakan dalam simbol,
angka, atau huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada
periode tertentu.
b. Matematika
Matematika timbul mula-mula karena kebutuhan manusia untuk
mempelajari alam. Dari kebutuhan ini, alam dijadikan ide-ide atau konsep abstrak
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dan mempelajarinya dalam bentuk simbol-simbol ini berlandaskan pada ide-ide
nyata. Dari hal ini matematika merupakan ide-ide atau konsep-konsep abstrak
yang tersusun hierarkis. Banyak orang yang menganggap matematika sebagi
bidang studi yang sulit, meskipun demikian semua orang harus mempelajarinya
karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari.
Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 637), “Matematika adalah ilmu
tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional
yang digunakan dalam menyelesaikan masalah tentang bilangan”.
Sedangkan menurut Purwoto (2003: 12) mengemukakan bahwa,
“Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang
sruktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke
aksioma dan teorema dan akhirnya ke dalil”. Matematika terdiri dari beberapa
kawasan yang luas, yaitu statistik, aljabar, geometri, terapan, dan analisis.
Di bawah ini diberikan beberapa pengertian tentang matematika, yaitu:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan. 4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk. 5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat
( Soedjadi, 2000: 11)
Dari definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu pengetahuan eksak tentang pola keteraturan, terstruktur yang logik,
yang terorganisasikan secara sistematik mulai dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan
akhirnya ke dalil.
c. Prestasi Belajar Matematika
Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787), kata prestasi mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pengertian hasil yang dicapai (dilakukan/dikerjakan dsb). Prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar sehingga terdapat
perubahan dalam pemikiran atau pengetahuan serta tingkah lakunya, dan hasil
tersebut diwujudkan dalam bentuk angka atau simbol tertentu sebagai
pencerminan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran tertentu yang dipelajari.
Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa prestasi belajar matematika
adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf yang
menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada tiap pokok bahasan pada
periode tertentu.
Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini yaitu prestasi belajar
siswa pada materi luas dan volume bangun ruang.
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran (Arends, 1997: 7) mempunyai dua arti penting
yaitu:
1) Model mempunyai maksud yang lebih luas daripada strategi, metode/
pendekatan.
2) Model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting. Apakah
yang dibicarakan tentang mengajar di kelas.
Sedangkan menurut Joyce dkk (2000: 6) suatu model pembelajaran adalah
suatu perencanaan/suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas/pembelajaran tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku, komputer, kurikulum dan lain-lain.
Jadi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Model pembelajaran konvensional
Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 467) disebutkan bahwa,
”Konvensional adalah tradisional”. Sedangkan tradisional sendiri diartikan
sebagai sikap, cara berfikir, dan cara bertindak yang selalu berpegang teguh pada
norma dan adat kebiasaan yang secara turun temurun. Model pembelajaran
konvensional dapat juga disebut model pembelajaran tradisional. Pada model ini
guru cenderung mendominasi dan memegang peranan utama dalam menentukan
isi dan mengakibatkan siswa hanya pasif, mudah jenuh, kurang inisiatif, sangat
tergantung pada guru, dan tidak terlatih mandiri dalam belajar.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional dalam
penelitian ini adalah :
1) guru membuka pelajaran
2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3) guru menyampaikan pengantar materi dan menjelaskan materi pelajaran
4) guru memberi contoh soal dan soal latihan
5) guru berkeliling mengamati kegiatan siswa dan memberikan bantuan
kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan
6) guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis
7) guru membahas soal latihan
8) guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan
menyampaikan materi berikutnya agar dipelajari di rumah.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu teknik-teknik dimana
siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu
satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa,
dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri
dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat
untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman
yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan
keterampilan agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan
baik, siswa diberi lembar kerja siswa. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan ( Slavin, 1995 : 6-7 ).
Muhammad Nur (2005:2) menyatakan bahwa, “Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama yang lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki dan perempuan, siswa dengan latar belakang suku berbeda yang ada di kelas, dan siswa penyandang cacat bila ada.”
Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri
diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya dapat
menyelesaikan seluruh tugas. Pada saat siswa bekerja dalam kelompok, guru
berkeliling diantara anggota kelompok dan mengamati bagaimana kelompok
tersebut bekerja.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan model
lain,yaitu :
1) Meningkatkan kemampuan siswa.
2) Meningkatkan rasa percaya diri.
3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian
yang dimiliki.
4) Memperbaiki hubungan antar kelompok.
5) Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif(kerjasama).
Roger dan David (Anita Lie, 2002:31), menyatakan bahwa :
Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur yaitu : a) Saling ketergantungan positif
Dalam unsur ini, siswa yang kurang mampu tidak merasa minder terhadap rekan-rekan mereka, tapi merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian meningkatkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang yang lebih pandai tidak merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan andil.
b) Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah kesiapan guru dalam penyusunan tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c) Tatap muka Setiap kelompok harus diberi kesempatan bertemu muka dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi.
d) Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e) Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Menurut Slavin (1995:285) ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif
antara lain :
a) Student Teams Achievement Division (STAD) b) Teams Games Tournament (TGT) c) Team Accelerated Instruction (TAI) d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) e) Jigsaw f) Numbered Heads Together (NHT) g) Contextual Teaching and Learning (CTL) h) Realistic Mathematic Education (RME)
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)
Banyak usaha yang telah dilakukan guru untuk kegiatan pembelajaran
yang mengaktifkan siswa, salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
menggunakan teori konstruktivisme. Pandangan konstruktivisme tentang
pembelajaran mengatakan bahwa siswa diberi kesempatan agar menggunakan
strateginya sendiri dalam belajar secara sadar dan guru membimbing siswa ke
tingkat pengetahuan yang lebih baik.
Di dalam model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa saling bekerja
sama satu dengan yang lainnya, berdiskusi, berdebat menilai kemampuan,
pengetahuan dan kekurangan anggota lainnya sampai setiap siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kelompok tersebut dapat memastikan bahwa seluruh anggota dalam kelompok
tersebut telah menguasai konsep yang diajarkan.
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan Spencer Kagan (1993) dengan
menekankan pada suatu struktur untuk mengetahui pola interaksi siswa. Struktur
ini mengatur siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil atau
mengedepankan ciri kooperatif daripada penghargaan pribadi.
Salah satu variasi pembelajaran kooperatif adalah pendekatan struktural.
Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan menekankan
pada struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur-
struktur yang dikembangkan oleh Spencer Kagan diharapkan dapat menjadi
alternatif dalam struktur kelas tradisional dimana guru memberikan pertanyaan
pada seluruh kelas dan siswa-siswa memberikan jawaban setelah mengangkat
tangan mereka dan namanya dipanggil. Struktur dari Kagan mengatur siswa
untuk bekerja sama dalam kelompok kecil dan mengedepankan ciri kooperatif
dari pada penghargaan pribadi. NHT (Numbered Heads Together) merupakan
salah satu contoh tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
struktural.
NHT (Numbered Heads Together) pada dasarnya merupakan sebuah
varian diskusi kelompok yang melibatkan lebih banyak siswa dalam mereview
materi pelajaran dan memeriksa penguasaan mereka akan materi pelajaran. Ciri
khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompok
tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut.
Cara ini akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan juga merupakan
upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam
diskusi kelompok.
Menurut Anita Lie (2002:59), “Teknik belajar mengajar kepala bernomor
(Numbered Heads) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,
teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Langkah-langkah dalam metode ini adalah :
a) Penomoran (Numbering)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 5 anggota
dan memberi mereka nomor sehingga masing-masing siswa dalam kelompok
memiliki nomor yang berbeda satu sampai lima.
b) Memberi pertanyaan (Questioning)
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat
bervariasi dalam bentuk pertanyaan spesifik ataupun dalam bentuk
pertanyaan.
c) Berpikir bersama (Heads together)
Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk menemukan
jawabannya dan memastikan setiap anggota kelompok mengetaui jawaban
tersebut.
d) Menjawab pertanyaan (Answering)
Guru memanggil nomor tertentu dan siswa dari tiap kelompok yang memiliki
nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawaban pada
seluruh anggota kelas.
Berdasarkan langkah-langkah di atas dalam praktek pembelajaran
peneliti menggunakan pengembangan sebagai berikut:
1) Guru membuka pelajaran
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3) Guru menjelaskan pokok-pokok materi pelajaran
4) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 4 anggota
5) Guru membagikan LKS dan mengarahkan siswa untuk mengerjakannya
6) Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam
menyelesaikan soal-soal pada LKS
7) Guru berkeliling dan mengamati diskusi siswa dari satu kelompok ke
kelompok lain dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
8) Guru menyebut salah satu nomor siswa dan memberikan kesempatan kepada
2 orang dari kelompok berbeda untuk mengerjakan soal di papan tulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
9) Guru menanyakan tentang pendapat kelompok lain berkenaan dengan hasil
pekerjaan siswa yang ada di papan tulis
10) Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa di papan tulis
11) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan
menyampaikan materi berikutnya agar dipelajari di rumah.
3. Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk
menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Hal ini
sesuai dengan pendapat De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 110-112)
yang merumuskan bahwa, “Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari
bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”.
Gaya belajar ini berkaitan dengan pribadi seseorang yang tentu dipengaruhi oleh
pendidikan dan riwayat perkembangannya. Sedangkan Winkel (1996: 147)
mengemukakan bahwa, ”Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi
siswa. Cara khas ini bersifat individual yang kerapkali tidak disadari dan sekali
terbentuk dan cenderung bertahan terus”. Nasution (2004:94) menyatakan bahwa,
“Gaya belajar adalah cara yang dengan konsisten dilakukan oleh seorang siswa
dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan
memecahkan soal”.
Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
gaya belajar siswa adalah cara belajar yang khas, bersifat konsisten, kerapkali
tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut
menyerap dan mengatur serta mengolah informasi. Keanekaragaman gaya belajar
siswa perlu diketahui oleh guru dan siswa. Hal ini akan memudahkan bagi siswa
untuk belajar maupun guru untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Siswa
akan dapat belajar dengan dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia
mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan guru dalam menerapkan
pembelajaran dengan mudah dan tepat.
Sriyono (1992: 4) menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara
menerima informasi ke dalam empat tipe yaitu tipe mendengarkan, tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
penglihatan, tipe merasakan dan tipe motorik. Sedangkan De Porter Bobbi dan
Hernacki Mike (1999: 112-113) mengolongkan gaya belajar berdasarkan cara
menerima informasi dengan mudah (modalitas) ke dalam tiga tipe yaitu gaya
belajar tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Selanjutnya sesuai dengan
pembagian tipe gaya belajar, orang dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam
yaitu orang bertipe visual, auditorial, dan kinestetik.
a. Auditorial
De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 118) mengemukakan
ciri-ciri siswa yang bertipe auditorial dapat dirangkum bahwa:
Orang-orang yang bertipe auditorial memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1) Mudah terganggu oleh keributan. 2) Senang membaca dengan keras dan mendengarakan. 3) Dapat mengulang kembali atau menirukan nada dan birama, dan warna
suara. 4) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar. 5) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekarjaan yang bersifat
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian sehingga sesuai satu sama lain.
Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe
mendengarkan dapat menerima dengan baik setiap informasi dengan
mendengarkan”. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu
siswa auditorial dalam belajar yaitu mengusahakan menghindari kebisingan
atau suara-suara yang mengganggu, memutarkan musik-musik tenang tanpa
lirik, mengajak berdiskusi untuk memahami suatu pelajaran.
b. Visual
De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 116) mengemukakan
ciri-ciri siswa yang bertipe visual dapat dirangkum bahwa:
Orang-orang yang bertipe visual memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1) Perilaku rapi, teratur,teliti terhadap detail. 2) Lebih mudah dalam mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar. 3) Mengingat dengan asosiasi visual. 4) Lebih suka membacakan daripada dibacakan. 5) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis,
dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa, “Siswa yang memiliki gaya
belajar tipe penglihatan dapat menerima informasi dengan baik bila ia melihat
langsung”. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa visual
dalam belajar yaitu menyediakan bagan, gambar, flow chart atau
membantunya untuk menuliskan hal-hal yang penting dalam materi yang
sedang dipelajari.
c. Kinestetik
De Porter Bobbi dan Hernacki Mike (1999: 118-120)
mengemukakan ciri-ciri siswa yang bertipe kinestetik dapat dirangkum
bahwa:
Orang-orang yang bertipe kinestetik memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1) Selalu berorientasi pada fisik, banyak gerak. 2) Berbicara dengan perlahan. 3) Belajar melalui manipulasi dan praktek. 4) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot dengan mencerminkan
aksi dengan gerakan tubuh saat membaca. 5) Ingin melakukan segala sesuatu.
Sriyono (1992: 4) menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe motorik
akan menerima informasi dengan baik bila ia melakukan sendiri secara
langsung”. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa
kinestetik dalam belajar yaitu menyediakan alat peraga yang nyata untuk
belajar (seperti balok-balok, miniatur, patung peraga), membiarkan dia
menyentuh sesuatu yang berhubungan dengan pelajarannya, memberi
kesempatan untuk mempraktekkan apa yang dipelajarinya, memberi
kesempatan untuk berpindah tempat.
4. Tinjauan Materi Luas dan Volume Bangun Ruang
a. Luas Bangun Ruang
Luas bangun ruang adalah jumlah luas seluruh permukaan bidang
bangun tersebut. Dengan demikian untuk menentukan luas bangun ruang
perlu diketahui banyaknya bidang dan bentuk dari masing-masing bidang
pada bangun ruang tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Volume Bangun Ruang
Untuk menyatakan ukuran besar suatu bangun digunakan volume.
Volume bangun ruang didapat dengan membandingkan terhadap satuan
pokok volume, misalnya cm3.
Tabel 2.1 Rangkuman Rumus Luas dan Volume Benda Ruang.
No Bangun
Ruang Rumus Keterangan
a. Balok Luas Permukaan =
{(p xl ) + (p x t) + (l x t)}
Volume = p x l x t
p = panjang
l = lebar
t = tinggi
b. Kubus Luas Permukaan = 6 a2
Volume = a3
a = panjang rusuk
c. Prisma Luas Selimut = Kell alas x t
Luas Permukaan = 2 x luas alas + luas selimut
Volume = Luas alas x tinggi
Kell = keliling
t = tinggi
d. Silinder Luas Selimut = 2π r t
Luas Permukaan = 2 π r(r + t)
Volume = π r2 t
r = jari-jari alas
t = tinggi
e. Limas Luas Permukaan = luas alas + luas selimut
Volume = 3
1Luas alas x tinggi
-
f. Kerucut Luas Selimut = π r s
Luas Permukaan = π r(r + s)
Volume = 3
1 π r2 t
r = jari-jari alas
t = tinggi
s = garis pelukis
g. Bola Luas Permukaan = 4 π r2
Volume = 3
4 π r3
r = jari-jari bola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
B. Kerangka Berpikir
Bertolak dari tinjauan teori di atas dapat dibuat suatu kerangka
pemikiran sebagai berikut :
Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam
simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada
tiap pokok bahasan pada periode tertentu. Indikator keberhasilan siswa dalam
belajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Banyak siswa yang menganggap
matematika itu sulit terutama pada materi luas dan volume bangun ruang yang
membahas tentang luas permukaan dan volume bangun ruang. Untuk mencari
luas permukaan dan volume benda-benda ruang diperlukan kemampuan-
kemampuan yang mendukung seperti kemampuan memahami rumus dan
kemampuan menggambar benda-benda ruang. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi
mungkin disebabkan karena banyak siswa kurang aktif mengikuti proses belajar
dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa
mengkomunikasikan dengan siswa lain, padahal pada materi luas dan volume
bangun ruang memerlukan banyak diskusi untuk menyelesaikan permasalahan
yang berkaitan dengan materi tersebut. Penggunaan model pembelajaran
konvensional mungkin salah satu hal yang menyebabkan siswa kurang paham,
oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran lain yang mampu mengatasi
permasalahan tersebut. Model pembelajaran sangatlah bervariasi, guru dapat
memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran agar tujuan pengajaran dapat tercapai. Misalnya untuk materi luas dan
volume bangun ruang, materi ini bertujuan agar siswa dapat menyelesaikan
semua permasalahan mengenai luas permukaan dan volume benda-benda ruang.
Oleh karena itu untuk mengajarkan materi luas dan volume bangun ruang kepada
siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang tidak hanya mendengarkan
penjelasan guru, tetapi suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan individual siswa dan dapat mengarahkan siswa untuk bekerja sama
dalam meyelesaikan permasalahan mengenai bangun ruang. Sehingga apabila ada
kesulitan dalam memecahkan soal, siswa dapat mendiskusikannya. Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together) merupakan salah satu model pembelajaran yang diharapkan
dapat meningkatkan penguasaan akademis siswa. Melalui model pembelajaran
pengelompokan ini, selain mendapat penjelasan dari guru, siswa juga mendapat
penjelasan dari teman sekelompoknya yang lebih memahami meteri yang
diberikan, sehingga siswa dapat menggali kemampuannya sendiri dan juga
bekerja sama dalam kelompok kecil. Sehingga pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Togeher) diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada pembelajaran dengan menggunakn model pembelajaran
konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang.
Gaya belajar matematika adalah cara khas yang bersifat konsisten yang
dimiliki oleh setiap siswa dalam menerima atau menangkap informasi
matematika. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999 : 112-113)
menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi dengan
mudah (modalitas) kedalam tiga tipe yaitu tipe auditorial, tipe visual, dan tipe
kinestetik. Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui oleh guru dan
siswa, karena hal ini akan memudahkan bagi siswa untuk belajar dalam proses
pembelajaran. Siswa dapat belajar dengan dengan baik dan hasil belajarnya pun
akan lebih baik, apabila ia mengerti tipe gaya belajarnya. Berdasarkan ciri-ciri
yang dimiliki oleh ketiga tipe gaya belajar tersebut, siswa dengan gaya belajar
tipe auditorial yang mempunyai karakteristik suka berdiskusi atau tanya jawab
dan juga aktif biasanya adalah anak yang pandai. Sedangkan siswa dengan gaya
belajar tipe visual yang mempunyai karakteristik mudah menerima informasi
dengan asosiasi visual atau gambar-gambar dalam memahami suatu materi
biasanya mempunyai prestasi belajar yang cukup baik. Akan tetapi, siswa yang
mempunyai gaya belajar tipe kinestetik biasanya mempunyai prestasi belajar
yang agak tertinggal dari siswa yang bertipe auditorial maupun visual,
dikarenakan siswa yang bertipe kinestetik memerlukan objek nyata yang dapat
disentuh sebagai alat peraga untuk memahami suatu materi. Dengan kata lain,
adanya perbedaan tipe gaya belajar tersebut akan mengakibatkan perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
prestasi belajar matematika diantara siswa yang mempunyai karakteristik gaya
belajar auditorial, gaya belajar visual maupun gaya belajar kinestetik.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dengan gaya belajar siswa
dalam proses pembelajaran diharapkan akan menjadikan proses pembelajaran
tersebut lebih bermakna, sehingga konsep yang diajarkan dapat dengan mudah
dikuasai oleh siswa. Akibatnya prestasi belajar matematika siswa akan menjadi
lebih baik. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh ketiga tipe gaya belajar
tersebut, disebutkan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial
mempunyai karakteristik suka berdiskusi atau tanya jawab. Hal ini akan
mempermudah bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial dalam
mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) karena praktek
pembelajarannya dilakukan dengan cara berdiskusi didalam suatu kelompok-
kelompok kecil. Sehingga dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, bagi siswa yang mempunyai gaya
belajar tipe auditorial diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada dengan model pembelajaran konvensional pada materi
luas dan vulume bangun ruang. Karakteristik siswa yang mempunyai gaya belajar
tipe visual adalah mudah menerima informasi dengan asosiasi visual atau
gambar-gambar, hal ini memberikan kemudahan bagi siswa yang mempunyai
gaya belajar tipe visual dalam menerima materi luas dan volume bangun ruang,
yang didalamnya menuntut siswa mempunyai kemampuan menggambarkan
bangun-bangun ruang. Sehingga dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT (Numbered Heads Together) ini diharapkan akan menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik bagi siswa yang mempunyai tipe gaya belajar visual
daripada dengan model pembelajaran konvensional. Karakteristik siswa yang
mempunyai gaya belajar tipe kinestetik diantaranya adalah memerlukan objek
nyata yang dapat disentuh sebagai alat peraga dalam memahami suatu materi dan
tidak menyukai diskusi serta mempunyai masalah terhadap visualisasi gambar.
Karena dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
yang diterapkan ini tidak menggunakan alat peraga, maka didalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together) ini tidak dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang
lebih baik bagi siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik tersebut.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah dan tinjauan pustaka serta kerangka
pemikiran di atas maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang.
2. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang
mempunyai gaya belajar tipe auditorial, gaya belajar tipe visual dan gaya tipe
kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang.
3. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) akan menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial dan
gaya belajar tipe visual dibandingkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional, tetapi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional akan menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe kinestetik
dibandingkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada materi luas dan
volume bangun ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Batik 1 Surakarta dengan subyek
penelitian siswa kelas X Tahun Ajaran 2008/2009. Sedangkan Untuk uji coba tes
maupun angket dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Tahun Ajaran
2008/2009.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilaksanakan mulai bulan Pebruari 2009 sampai bulan
April 2009. Tahap ini meliputi penyusunan proposal skripsi, penyusunan
instrumen dan angket, pelaksanaan survey di sekolah, permohonan ijin
penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dilaksanakan pada bulan April s.d Mei 2009 dengan perincian
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan eksperimen metode pembelajaran dilaksanakan pada
minggu ke IV bulan April sampai dengan Minggu ke III bulan Mei
2009
2) Pelaksanaan uji coba instrumen dilaksanakan pada minggu ke II bulan
Mei 2009.
3) Pengambilan data prestasi belajar matematika dan gaya belajar
matematika siswa dilaksanakan pada minggu ke I bulan Juni 2009.
c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan :
1) Pengolahan data hasil penelitian dilaksanakan bulan Juni 2010
2) Penyusunan laporan dilaksanakan mulai bulan Juli 2010.
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
B. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang penulis terapkan adalah metode eksperimen
semu (quasi-experimental research). Hal tersebut berkenaan dengan peneliti
tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang
dikemukakan Budiyono (2003: 82) bahwa, Tujuan eksperimental semu adalah
untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang
dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang
relevan.
Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas
yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada
kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Untuk variabel bebas yang lain yaitu gaya belajar siswa dijadikan sebagai
variabel yang ikut mempengaruhi variabel terikat.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 , dengan maksud
untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Gaya Belajar Siswa (B )
Model Pembelajaran (A) Auditorial (b1) Visual (b2) Kinestetik (b3)
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (a1)
a1b1 a1b2 a1b3
Model pembelajaran konvensional (a2)
a2b1 a2b2 a2b3
keterangan :
a1b1 : siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) dengan gaya belajar tipe auditorial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
a1 b2 : siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) dengan gaya belajar tipe visual.
a1 b3 : siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) dengan gaya belajar tipe kinestetik.
a2 b1 : siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan gaya
belajar tipe auditorial.
a2 b2 : siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan gaya
belajar tipe visual.
a2 b3 : siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan gaya
belajar tipe kinestetik.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2002: 108) menyatakan bahwa Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian, sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009, yaitu
kelas X-1, X-2, X-3, X-4, X-5, X-6, X-7, X-8 dan X-9.
2. Sampel
Dalam penelitian, tidak selalu perlu untuk meneliti semua subyek dalam
populasi, karena selain membutuhkan biaya yang besar juga memerlukan waktu
yang lama. Untuk itu dengan mengambil sebagian subyek suatu populasi atau
sering disebut dengan pengambilan sampel diharapkan hasil penelitian yang
didapat sudah dapat menggambarkan populasi yang bersangkutan. Sesuai dengan
pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 109) bahwa, Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Hasil penelitian dari sampel ini akan digunakan
untuk melakukan generalisasi terhadap populasi yang ada. Dari populasi yang ada
diambil dua kelas sebagai sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dua kelas secara acak, dengan asumsi bahwa tidak adanya
kebijakan pihak sekolah dalam pengelompokan siswa dalam kelas unggulan serta
adanya kebijakan pemerataan tingkat kemampuan siswa sehingga nilai rata-rata
ujian semester ganjil, khususnya mata pelajaran matematika, tidak jauh berbeda.
Sehingga populasi dianggap homogen.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling dengan
cara memandang populasi sebagai kelompok-kelompok. Dalam hal ini kelas
dipandang sebagai satuan kelompok kemudian tiap kelas diacak dengan undian.
Pengambilan sampel secara random sampling dengan cara undian untuk
mengambil dua kelas eksperimen. Kemudian dilakukan pengundian lagi untuk
menentukan kelas manakah yang akan dijadikan kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Pengambilan sampel secara acak pada populasi dimaksudkan agar
setiap kelas pada populasi dapat terwakili.
Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak dua kelas, yaitu kelas
X-1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 43 orang dan kelas X-2
sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 39 orang.
A. Teknik Pengumpulan Data
1. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat :
a. Variabel Bebas
1) Model Pembelajaran
a) Definisi Operasional
Model Pembelajaran adalah pola menjadikan orang belajar dimana
di dalamnya terdapat interaksi belajar mengajar antara guru dan
siswa, dengan siswa yang lebih banyak melakukan aktivitas
sedangkan guru hanya membimbing dan menyediakan situasi yang
kondusif dalam proses itu guna mencapai tujuan pengajaran, di
mana dalam penelitian ini terdiri dari model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) diterapkan pada
kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional diterapkan
pada kelas kontrol.
b) Skala Pengukuran: skala nominal dengan 2 kategori yaitu melalui
model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together) dan model pembelajaran konvensional.
c) Indikator: Model pembelajaran yang digunakan dalam proses
belajar mengajar pada materi luas dan volume bangun ruang.
d) Simbol: A
1) Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (a1)
2) Model pembelajaran konvensional (a2)
2) Gaya belajar matematika
a) Definisi operasional
Gaya belajar matematika adalah cara khas yang bersifat konsisten
yang dimiliki oleh setiap siswa dalam menerima atau menangkap
informasi matematika yang datanya diperoleh dari angket gaya
belajar matematika.
b) Skala Pengukuran: skala interval yang ditransformasikan ke skala
nominal yang dibagi menjadi tiga tipe gaya belajar yaitu tipe visual,
auditorial, dan kinestetik. Penggolongan gaya belajar matematika
siswa didasarkan pada kecenderungan skor siswa pada tipe yang
sesuai. Siswa mempunyai skor tertinggi pada tipe tertentu
menunjukkan bahwa siswa tergolong tipe tersebut. Apabila terdapat
dua tipe yang memiliki skor tertinggi maka siswa tidak tergolong
tipe yang manapun.
c) Indikator: skor angket gaya belajar matematika.
d) Simbol: B
1) Gaya belajar tipe Auditorial (b1)
2) Gaya belajar tipe Visual (b2)
3) Gaya belajar tipe Kinestetik (b3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Variabel terikat
Variable terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa.
1) Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah hasil usaha
siswa dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk
symbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai siswa
dalam periode tertentu yang datanya diperoleh dari tes prestasi belajar
siswa pada materi luas dan volume bangun ruang setelah diberi
perlakuan.
2) Skala pengukuran: skala interval.
3) Indikator: nilai tes prestasi belajar matematika pada materi luas dan
volume bangun ruang.
2. Metode Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen
Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini
adalah :
a. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 206), “...,metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”.
Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui
daftar nama, dam nomor absen siswa. Selain itu untuk mendapatkan data tentang
nilai ujian akhir semester gasal mata pelajaran matematika pada kelas X Tahun
Ajaran 2008/2009 yang selanjutnya akan digunakan untuk uji normalitas dan uji
keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Metode Tes
Suharsimi Arikunto (2002: 198) menyatakan bahwa, “Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok”. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk
yang diberikan. Selanjutnya dijelaskan bahwa, “Tes prestasi yaitu tes yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
digunakan untuk mengukur pencapaian seorang setelah mempelajari sesuatu”.
(Suharsimi Arikunto,1998: 198).
Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data
prestasi belajar matematika siswa pada materi luas dan volume bangun ruang.
Adapun langkah-langkah membuat tes terdiri dari :
1) Membuat kisi-kisi tes
2) Menyusun butir-butir tes
3) Menguji validitas isi
4) Mengadakan uji coba tes
5) Menguji konsistensi internal dan reliabilitas tes
6) Revisi butir-butir tes
Analisis item butir tes :
1) Uji validitas
Menurut Budiyono (2003: 58), suatu instrumen valid menurut
validitas isi apabila instrumen tersebut telah merupakan sampel yang
representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Budiyono
menyarankan suatu langkah yang dapat dilakukan untuk mempertinggi
validitas isi, yaitu:
1) Mengidentifikasi bahan yang telah diberikan beserta tujuan
instruksional.
2) Membuat kisi–kisi dari soal tes yang akan ditulis.
3) Menyusun soal tes beserta kuncinya.
4) Menelaah soal tes sebelum dicetak.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas isi
adalah: membuat kisi-kisi butir tes, menyusun soal-soal butir tes,
kemudian menelaah butir tes. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa
untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi,
yang biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement (penilaian
yang dilakukan oleh para pakar). Langkah berikutnya, para penilai
menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau
relevan dengan kisi- kisi yang ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Setelah dilakukan validasi isi dan sebelum instrumen tes
digunakan dalam penelitian terlebih dahulu diadakan uji coba tes. Pada
penelitian ini uji coba tes dilakukan di MAN 1 Surakarta, pada siswa
kelas X Tahun Ajaran 2008/2009 berdasarkan kesamaan karakteristik
antara subjek uji coba dan subjek sampel penelitian. Uji coba instrumen
pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan informasi mengenai
sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen yang
telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik, yaitu valid
dan reliabel.
2) Konsistensi Internal atau Daya Pembeda
Indeks konsistensi internal sering disebut daya pembeda. Jika
instrumennya berupa tes hasil belajar, maka butir yang indeks konsistensinya
tinggi dapat membedakan antara anak yang pandai dan kurang pandai.
Budiyono (2003: 65) mengemukakan bahwa sebuah instrumen tentu
terdiri dari sejumlah butir–butir instrumen. Kesemua butir itu harus
mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.
Ini berarti harus ada korelasi positif antara skor masing–masing butir tersebut.
Korelasi internal masing–masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir
tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi
momen produk dari Karl Pearson, yaitu:
rxy=( )( )
( )( ) ( )( )2222 YYnXXn
YXXYn
Σ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ
Keterangan :
rxy : koefisien konsistensi butir (item) ke- i
n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor butir/item ke-i
Y : skor total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Suatu instrumen dikatakan memiliki konsistensi internal (dikatakan
konsisten) bila rxy ≥ 0,3 dan jika rxy < 0,3 maka soal dikatakan tidak konsisten
dan harus di drop (dibuang).
(Budiyono, 2003: 65)
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:328), batas indeks konsistensi internal
suatu butir soal tergantung pada banyaknya jumlah amatan, indeks
konsistensi internal disajikan dalam tabel harga kritik dari r Product-Moment.
Dalam penelitian ini jumlah amatan yang digunakan sebanyak 31 orang,
sehingga instrumen dikatakan konsisten apabila rxy ≥ 0,355.
3) Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat
kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes
digunakan rumus:
sJ
BD =
Keterangan :
D = Indeks kesukaran
B = Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
Js = Jumlah seluruh peserta tes
(Suke Silverius, 1991 : 168)
Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika 0,30 ≤ D < 0,70.
4) Uji Reliabilitas
Menurut Budiyono (2003: 65), "Suatu Instrumen disebut reliabel
apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika
sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu
yang berlainan atau pada orang-orang yang berlainan pada waktu yang sama
atau pada waktu yang berlainan." Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto
(1998: 170), “Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut adalah baik.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Pada penelitian ini tes prestasi belajar yang digunakan adalah tes
obyektif, dengan setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban salah
diberi skor 0. Sehingga untuk menghitung indeks reliabilitas tes ini digunakan
rumus dari Kuder-Richardson (KR–20) sebagai berikut :
r11 =
−
−∑
2
2
1t
iit
s
qps
N
N
dengan:
r11 : indeks reliabilitas instrument
N : cacah butir instrument
p i : proporsi cacah subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
q i : 1- pi , i : 1, 2, ...N
st2 : variansi total.
(Budiyono, 2003 : 69)
Hasil perhitungan dari uji reliabilitas ini diinterpretasikan sebagai berikut:
Besarnya nilai r Interpretasi adalah :
0,00 ≤ r11 < 0,20 reliabilitas sangat rendah
0,20 ≤ r11 < 0,40 reliabilitas rendah
0,40 ≤ r 11 < 0,60 reliabilitas cukup
0,60 ≤ r11 < 0,80 reliabilitas tinggi
0,80 ≤ r11 < 1,00 reliabilitas sangat tinggi
(Suharsimi Arikunto, 2002:258)
c. Metode Angket
Definisi angket sama dengan definisi kuesioner. Suharsimi Arikunto
(2002: 202) mendefinisikan, “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Metode angket pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai gaya belajar matematika siswa. Jawaban-jawaban angket menunjukkan
tipe gaya belajar siswa.
Prosedur pemberian skor berdasarkan tipe gaya belajar matematika
siswa, yaitu:
1) Untuk instrumen positif
a) Jawaban a, skor 4 menunjukkan gaya belajar matematika sangat sesuai
pada tipe tertentu.
b) Jawaban b, skor 3 menunjukkan gaya belajar matematika sesuai pada
tipe tertentu.
c) Jawaban c, skor 2 menunjukkan gaya belajar matematika kurang sesuai
pada tipe tertentu.
d) Jawaban d, skor 1 menunjukkan gaya belajar matematika tidak sesuai
pada tipe tertentu.
2) Untuk instrumen negatif
a) Jawaban a, skor 1 menunjukkan gaya belajar matematika tidak sesuai
pada tipe tertentu.
b) Jawaban b, skor 2 menunjukkan gaya belajar matematika kurang sesuai
pada tipe tertentu.
c) Jawaban c, skor 3 menunjukkan gaya belajar matematika sesuai pada
tipe tertentu..
d) Jawaban d, skor 4 menunjukkan aktivitas gaya belajar matematika
sangat sesuai pada tipe tertentu.
Langkah-langkah dalam penyusunan angket adalah sebagai berikut:
1) Menentukan indikator.
2) Menyusun kisi-kisi pembuatan instrumen.
3) Menjabarkan indikator-indikator ke dalam item-item angket.
4) Melakukan validasi isi.
5) Melakukan uji coba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Setelah butir angket dibuat, angket diuji validitas isi kemudian diuji
cobakan pada siswa MAN 1 Surakarta kelas X Tahun Ajaran 2008/2009
berdasarkan kesamaan karakteristik antara subjek uji coba dan subjek sampel
penelitian. Uji coba instrumen pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan
informasi mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen yang telah
disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik, yaitu valid dan reliabel.
Analisis item butir angket :
1) Uji validitas
Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi,
langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas angket adalah : membuat
kisi-kisi angket, menyusun soal-soal angket, kemudian menelaah angket,
Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa, ”Untuk menilai apakah suatu
instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah
melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar)”.
Suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila instrumen tersebut
telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan
diukur.
Dalam penelitian ini, instrumen angket dikatakan valid jika masing-
masing butir angket sudah sesuai semua kriteria dalam lembar validitas
angket.
2) Konsistensi Internal
Budiyono (2003: 65) mengemukakan bahwa sebuah instrumen tentu
terdiri dari sejumlah butir–butir instrumen. Kesemua butir itu harus mengukur
hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti
harus ada korelasi positif antara skor masing–masing butir tersebut. Korelasi
internal masing–masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir tersebut
dengan skor totalnya. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen
produk dari Karl Pearson, yaitu:
rxy =( )( )
( )( ) ( )( )2222 YYnXXn
YXXYn
Σ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Keterangan :
rxy : koefisien konsistensi butir (item) ke- i
n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor butir/item ke-i
Y : skor total
Suatu instrumen dikatakan memiliki konsistensi internal (dikatakan
konsisten) bila rxy ≥ 0,3 dan jika rxy < 0,3 maka soal dikatakan tidak konsisten
dan harus di drop (dibuang).
(Budiyono, 2003: 65)
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:328), batas indeks konsistensi internal
suatu butir soal tergantung pada banyaknya jumlah amatan, indeks
konsistensi internal disajikan dalam tabel harga kritik dari r Product-Moment.
Dalam penelitian ini jumlah amatannya sebanyak 31 orang, sehingga
instrumen dikatakan konsisten apabila rxy ≥ 0,355.
3) Uji Reliabilitas
Pada penelitian ini, untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus
Alpha, sebab skor butir angket bukan 1 dan 0. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suharsimi Arikunto (1998:192) yang menyatakan bahwa “Rumus Alpha
digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0,
misalnya angket atau soal bentuk uraian”. Adapun rumus Alpha yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
−
−= ∑
2
2
11 11 t
i
s
s
n
nr
denganr11 : indeks reliabilitas instrument n : cacah butir instrumen 2
is : variansi butir ke-i , i = 1,2,...,n
2ts : variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba
(Budiyono, 2003: 70)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Hasil perhitungan dari uji reliabilitas ini diinterpretasikan sebagai
berikut:
Besarnya nilai r Interpretasi adalah :
0,00 ≤ r11 < 0,20 reliabilitas sangat rendah
0,20 ≤ r11 < 0,40 reliabilitas rendah
0,40 ≤ r 11 < 0,60 reliabilitas cukup
0,60 ≤ r11 < 0,80 reliabilitas tinggi
0,80 ≤ r11 < 1,00 reliabilitas sangat tinggi
(Suharsimi Arikunto, 2002:258)
Dalam penelitian ini suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11 > 0,7
atau lebih.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Pendahuluan
Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan pada saat kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol belum dikenai perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok tersebut seimbang. Hal ini bertujuan agar hasil eksperimen adalah
benar akibat perlakuan yang telah diberikan bukan karena adanya pengaruh
lain. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua
sampel yang independen. Statistik ujinya adalah uji-t. Sebelum dilakukan
perhitungan, diuji terlebih dahulu apakah kedua kelompok berdistribusi
normal.
a. Hipotesis
Ho: µ1 = µ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal sama)
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf Signifikansi (α ) = 0,05
c. Statistik Uji yang digunakan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
t = ( ) ( )2nnt~
n
1
n
1s
XX21
21p
21 −++
−
Dengan sp2=
2nn
s)1n(s)1n(
21
222
211
−+−+−
Keterangan :
1X : rata-rata nilai ujian semester gasal kelas X mata pelajaran
matematika kelompok eksperimen
2X : rata-rata nilai ujian semester gasal kelas X mata pelajaran
matematika kelompok kontrol
21s : variansi dari kelompok eksperimen
22s : variansi dari kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen
n2 : ukuran sampel kelompok kontrol
d. Daerah kritik
DK : 2/|{ αttt −< atau }2/tt α>
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika t ∈ DK
f. Kesimpulan
a. Kedua populasi memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima.
b. Kedua populasi memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak
(Budiyono, 2004: 151)
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Prasyarat Analisis Variansi
1) Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan
metode Lilliefors dengan prosedur :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
a) Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang bertdistribusi normal
b) Statistik Uji
L = max ( ) ( )ii ZSZF − , dengan :
( )iZF : ( )iZZP ≤ , Z ~ N(0,1)
iZ : skor standar
( )s
XXZ i
i
−=
s : standar deviasi
( )iZS : proporsi cacah Z ≤ iZ terhadap seluruh cacah iZ
iX : skor responden
c) Taraf Siginifikansi (α ) = 0,05
d) Daerah Kritik (DK)
DK = { L | L > Lα:n } dengan n adalah ukuran sampel.
e) Keputusan Uji
Ho ditolak Jika Lhitung ∈ DK.
f) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
ditolak.
(Budiyono, 2004: 170-171) 2) Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
a) Hipotesis
Ho : 21σ = 2
2σ =… = 2kσ dengan k = 2 pada model pembelajaran,
k = 3 pada gaya belajar
H1 : Paling tidak ada satu 22ji σσ ≠ dengan i ≠ j
b) Statistik Uji yang digunakan :
= ∑
=
k
1j
2jj
2 logSf -RKG f.logC
2,203χ
dengan:
21)(k
2 χ~χ −
k : banyaknya sampel
f : derajat kebebasan untuk RKG : N – k
N : banyaknya data amatan (ukuran)
f j : nj – 1 = derajat kebebasan untuk 2jS ; j = 1,2, …, k
nj : banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
+= ∑ f
1 -
f
1
1) -3(k
1 1 c
j
j
i
f
SS RKG
ΣΣ
= : ( )
j
2
j2
jj n
XXSS ∑
∑ −= ; j
j2j f
SSS =
c) Taraf Signifikansi (α ) = 0,05
d) Daerah Kritik (DK)
DK = { 2χ | 2χ > α2χ : k-1}
e) Keputusan Uji
Ho ditolak Jika 2χ hitung ∈ DK
f) Kesimpulan
a) Populasi-populasi homogen jika H0 diterima.
b) Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak
(Budiyono, 2004: 176-177)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
b. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama digunakan untuk menguji
signifikasi perbedan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB terhadap variable
terikat. Model dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai
berikut :
jiijk βαµX ++= + (αβ )ij +εijk
dengan :
X ijk : data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ : rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
αi : efek baris ke-i pada variabel terikat
βj : efek kolom ke-j pada variabel terikat
(αβ)ij : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
εijk : error yang berdistribusi N (0,σ 2)
i : 1, 2, …, p ; p : cacah baris (A)
j : 1, 2, …, q ; q : cacah kolom (B)
k : 1, 2, …, nij ; nij : cacah data amatan pada setiap sel ij
(Budiyono, 2004: 207)
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama, yaitu :
a. Hipotesis
1) H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, … p (tidak ada pengaruh metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar matamatika)
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek
antar baris terhadap variabel terikat)
2) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, … q (tidak ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat)
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek
antar kolom terhadap variabel terikat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
3) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, … p dan j = 1, 2, … q (tidak ada
interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol (ada interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat).
(Budiyono, 2004: 211)
b. Komputasi
1). Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi Gaya Belajar Siswa
b1 b2 b3
n11 n12 n13
ΣX 11k ΣX12k ΣX13k
X 11 X 12 X 13
ΣX211k ΣX2
12k ΣX213k
C11 C12 C13
a1
SS11 SS12 SS13 n21 n22 n23 ΣX 21k ΣX22k ΣX23k
X 21 X 22 X 23
ΣX221k ΣX2
22k ΣX223k
C21 C22 C23
Model
Pembelajaran
a2
SS21 SS22 SS2 3
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan
B
A b1 b2 b3 Total
a1 a1b1 a1b2 a1b3 a1.
a2 a2b1 a2b2 a2b3 a2.
Total .b1 .b2 .b3 T
B
A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi
sebagai berikut :
nij : ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
: cacah data amatan pada sel ij
: frekuensi sel ij
hn : rataan harmonik frekuensi seluruh sel
∑=
ji, ij
h
n
1pq
n
N : cacah seluruh data amatan
∑=
ji,ijnN
SSij : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ij
2
kijk
k
2ijkij n
X
XSS
−=∑
∑
a ji b : rataan pada sel ij = ij
kijk
n
X∑
ai . : Jumlah rataan pada baris ke-i =∑j
jiba
. jb :Jumlah rataan pada kolom ke-j = ∑i
jiba
T : Jumlah rataan semua sel =∑ji,
jiba = ∑∑ =ji
.. ji ba
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2),
(3), (4) dan (5) sebagai berikut :
(1) = pq
T2
(4) = ∑j
2j
p
.b
(2) = ∑ji,
ijSS (5) = ∑ji,
jiba
(3) = ∑i
2
q
.ia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima
jumlah kuadrat, yaitu :
JKA = hn { (3) – (1) }
JKB = hn { (4) – (1) }
JKAB = hn { (1) + (5) - (3) – (4)}
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG , dengan :
JKA = jumlah kuadrat baris
JKB = jumlah kuadrat kolom
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan
JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = jumlah kuadrat total
3). Derajat kebebasan (dk) untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut
adalah :
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB = (p – 1) (q – 1)
dkT = N – 1
dkG = N – pq
4). Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing
diperoleh rataan kuadrat berikut :
dkA
JKA RKA =
dkB
JKB RKB =
dkAB
JKAB RKAB =
dkG
JKG RKG =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
c. Statistik Uji
- Untuk H0A adalah RKG
RKAFa =
- Untuk H0B adalah RKG
RKBFb =
- Untuk H0AB adalah RKG
RKABFab =
d. Taraf Signifikansi (α) = 0,05
e. Daerah Kritik
1). Daerah kritik untuk Fa adalah DK { Fa | Fa > F pqN1,pα, −− }
2). Daerah kritik untuk Fb adalah DK { Fb | Fb > F pqN1,q:α −− }
3). Daerah kritik untuk Fab adalah DK { Fab | Fab > F pqN1),1)(q(p:α −−− }
f. Keputusan Uji
Ho ditolak jika Fhit ∈ DK
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis
Sumber jk dk Rk Fhit Fα
A(baris) JkA dkA RkA Fa F pqN1,pα, −−
B(kolom) JkB dkB RkB Fb F pqN1,q:α −−
AB JkAB dkAB RkAB Fab F pqN1),1)(q(p:α −−−
Galat JkG dkG RkG - - Total JkT dkT - - -
(Budiyono, 2004: 212-213)
c. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila
hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Uji ini
digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasang baris, setiap pasang
kolom dan setiap pasang sel. Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi
digunakan metode Scheffe. Adapun langkah-langkah dalam menggunakan
metode Scheffe adalah sebagi berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
a) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada
b) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut
c) Mencari nilai statistik uji dengan rumus yang bersesuaian
1. Komparasi rataan tiap baris
Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model
pembelajaran maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca
anava antar baris. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang
lebih baik cukup dengan membandingkan besarnya rataan marginal dari
masing-masing metode pembelajaran. Jika rataan marginal untuk model
pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together) lebih besar dari rataan
marginal untuk model pembelajaran konvensional berarti melalui model
pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together) dikatakan lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional atau sebaliknya.
2. Komparasi rataan antar kolom
( )
+
−=−
.j.i
2.j.i
.j.i
n
1
n
1RKG
XXF
F.i-.j = nilai Fhit pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
.iX = rerata pada kolom ke-i
.jX = rerata pada kolom ke-j
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
n.i = ukuran sampel kolom ke-i
n.j = ukuran sampel kolom ke-j
dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1)F qpN1,q:α −− }
3. Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Fij-kj =
+
−
kjij
2kjij
n
1
n
1RKG
)XX(
Fij-kj = nilai Fhit pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
ijX = rerata pada sel ij
kjX = rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.kj > (pq-1)F pqN1,:pqα −− }
4. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Fij-ik =
+
−
ikij
2ikij
n
1
n
1RKG
)XX(
Fij-ik = nilai Fhit pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
ijX = rerata pada sel ij
X ik = rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.ik > (p-1)F pqN1,:pα −− }
(Budiyono, 2004: 214-215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Pengembangan Instrumen
1. Pengembangan Tes Prestasi Belajar
a. Penyusunan Kisi-kisi dan Butir Tes Prestasi Belajar
Penyusunan kisi-kisi dan butir tes prestasi belajar matematika pada
materi luas dan volume bangun ruang melalui beberapa tahapan, yaitu :
1) Menentukan sub-materi dari materi luas dan volume bangun ruang
2) Menentukan indikator dari masing-masing sub-materi
3) Menentukan banyaknya butir tes yang dikehendaki
4) Menyusun butir-butir tes
(Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4).
b. Penelaahan Tes Prestasi Belajar
Setelah penyusunan kisi-kisi dan butir tes prestasi belajar matematika
pada materi luas dan volume bangun ruang selesai dibuat, kemudian
dilakukan penelaahan instrumen melalui uji validitas isi. Uji validitas isi
digunakan untuk mengetahui apakah isi instrumen tersebut telah merupakan
sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur.
Untuk menilai apakah instrumen tes prestasi belajar tersebut valid
maka uji validitas dilakukan oleh 2 guru mata pelajaran matematika pada
masing-masing sekolah yang digunakan peneliti untuk penelitian dan uji coba
tes yaitu guru SMA Batik 1 Surakarta dan guru MAN 1 Surakarta. Dalam hal
ini para penilai menilai apakah kisi-kisi yang dibuat telah menujukan bahwa
klasifikasi kisi-kisi mewakili isi (substansi) yang akan diukur. Langkah
berikutnya para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah
disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan,
sehingga butir-butir tes yang diajukan representatif terhadap semestanya,
metode penyusunan tes masuk akal, dan dapat meyakinkan bahwa butir-butir
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
tes telah wewakili tujuan pembelajaran. Semua butir tes prestasi belajar
dinyatakan valid secara validitas isi karena memenuhi kriteria yang diberikan,
sehingga dapat digunakan untuk instrumen penelitian. (Uji validitas dapat
dilihat pada Lampiran 11).
c. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar
1) Konsistensi Internal atau Daya Pembeda Tes Prestasi
Tes prestasi yang diuji cobakan terdiri dari 35 butir tes obyektif
dengan rumus korelasi Product-Moment pada taraf signifikan 5%
diperoleh 30 butir yang konsisten, karena dari 30 butir tes tersebut r hitung ≥
0,355. Sedang 5 soal tidak konsisten yaitu butir ke 7, 11, 13, 23 dan 31
karena butir tes tersebut r hitung < 0,355. (Perhitungan selengkapnya ada
pada Lampiran 13)
2) Tingkat Kesukaran Tes Prestasi
Dari 35 butir tes uji coba prestasi didapatkan 3 butir tes yang sukar
karena Js < 0,3, yaitu butir ke 11, 21 dan 29 dan 1 butir tes yang mudah
karena Js > 0,7, yaitu butir ke 25. Sedangkan yang lainnya termasuk butir
tes yang sedang artinya tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar
atau dengan kata lain 0,3 < Js < 0,7. (Perhitungan selengkapnya ada pada
Lampiran 13)
3) Reliabilitas Tes Prestasi
Dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh hasil perhitungan
reliabilitas tes prestasi belajar r11 = 0,8668 > 0,70 sehingga tes prestasi
belajar pada materi luas dan volume bangun ruang dinyatakan reliabel.
(Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran 14).
Dari hasil uji coba tes prestasi tersebut diperoleh 27 butir tes yang
dapat digunakan sebagai instrumen penelitian dan 8 butir tes tidak dapat
digunakan yaitu butir ke 7, 11, 13, 21, 23, 25, 29 dan 31. Jika dilihat dari
indikator pada instrumen setelah dilakukan uji coba, instrumen ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
digunakan untuk mengambil data prestasi belajar siswa karena semua
indikator sudah terwakili walaupun terdapat delapan butir tes yang tidak
digunakan.
2. Pengembangan Angket Gaya Belajar
a. Penyusunan Kisi-kisi dan Butir Angket Gaya Belajar Matematika
Penyusunan kisi-kisi dan butir angket gaya belajar matematika
melalui beberapa tahapan, yaitu :
1) Menemukan batasan gaya belajar
2) Menentukan sub-variabel (tipe gaya belajar) dari variabel penelitian (gaya
belajar)
3) Menentukan indikator dari masing-masing sub-variabel (tipe gaya belajar)
4) Menentukan banyaknya butir angket yang dikehendaki
5) Menyusun butir-butir angket
(Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9).
b. Penelaahan Angket Gaya Belajar Matematika
Setelah penyusunan kisi-kisi dan butir tes gaya belajar matematika
selesai dibuat, kemudian dilakukan penelaahan instrumen melalui uji validitas
isi. Uji validitas isi digunakan untuk mengetahui apakah isi instrumen
tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal
yang akan diukur.
Berdasarkan uji validitas isi yang telah dilakukan oleh 2 orang
validator, yaitu guru SMA Batik 1 Surakarta dan guru MAN 1 Surakarta
semua item dari 45 soal dinyatakan valid secara validitas isi karena
memenuhi kriteria yang diberikan, sehingga angket gaya belajar tersebut
dapat digunakan untuk instrumen penelitian. (Uji validitas dapat dilihat pada
Lampiran 12).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. Hasil Uji Coba Angket Gaya Belajar
1) Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar
Angket gaya belajar matematika siswa yang berjumlah 45 butir.
Dari butir-butir angket yang diuji cobakan, dengan rumus korelasi
Product-Moment dari Karl Pearson pada taraf signifikan 5% diperoleh 37
butir yang konsisten, karena r hitung ≥ 0,355 sedangkan 8 butir tidak
konsisten karena r hitung < 0,355, yaitu butir 3, 5, 18, 31, 33, 35, 38 dan 39.
(Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran 15).
2) Reliabilitas Angket Gaya Belajar
Dengan menggunakan rumus Alpha diperoleh hasil perhitungan
reliabilitas butir angket sebesar 0,9080 > 0,7 sehingga angket gaya belajar
matematika siswa dinyatakan reliabel. (Perhitungan selengkapnya ada
pada Lampiran 16).
Dari hasil uji coba angket gaya belajar tersebut diperoleh 37 butir angket
yang dapat digunakan sebagai penelitian dan delapan butir angket tidak dapat
digunakan karena tidak memenuhi syarat, yaitu butir ke 3, 5, 18, 31, 33, 35, 38
dan 39. Instrumen ini dapat digunakan untuk pengambilan data gaya belajar
matematika siswa karena semua indikator sudah terwakili oleh butir yang ada
atau tidak ada indikator yang hilang dari akibat delapan butir yang tidak
digunakan.
Berikut diberikan tabel ringkasan hasil uji coba instrumen :
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen
Jumlah Butir Instrumen Sebelum
uji coba Setelah uji coba
Nomor butir yang tidak digunakan
Reliabilitas
Tes 35 27 7, 11, 13, 21, 23,
25,29,31 0,8668
Angket 45 37 3, 5, 18,31, 33,
35, 38, 39 0,9080
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
B. Deskripsi Data
1. Data Skor Prestasi Belajar Matematika
Setelah data dari setiap variabel terkumpul yaitu data tentang data tes
prestasi belajar siswa dan gaya belajar siswa pada materi luas dan volume bangun
ruang, selanjutnya data tersebut akan digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian. Berikut ini akan diberikan uraian tentang data-data yang diperoleh.
Dari data prestasi belajar siswa pada materi luas dan volume bangun
ruang, dicari ukuran tendensi sentralnya meliputi rata-rata ( ), Median (Me),
Modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi meliputi jangkauan (R), dan deviasi
standar (s) yang dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol.
Ukuran Tendensi sentral Ukuran Dispersi
Kelas
Mo Me Skor
min
Skor
maks R s
Eksperimen 82,5581 80 82 72 92 20 5,2613
Kontrol 73,5897 74 74 60 88 28 7,1108
2. Data Skor Angket Gaya Belajar Matematika
Data tentang gaya belajar matematika siswa diperoleh dari skor angket,
selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan pada
kecenderungan skor siswa pada tipe yang sesuai. Siswa yang memiliki skor
tertinggi pada tipe tertentu menunjukkan bahwa siswa tersebut tergolong pada
tipe tertentu itu.
Berdasarkan data yang telah terkumpul, dalam kelas eksperimen terdapat
19 siswa auditorial, 17 siswa visual, dan 7 siswa kinestetik. Sedangkan untuk
kelas kontrol terdapat 19 siswa auditorial, 17 siswa visual, dan 3 siswa
kinestetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Setelah dilakukan pengelompokan data gaya belajar siswa sesuai dengan
kategori yang telah ditentukan, diperoleh cacah siswa untuk tiap kategori gaya
belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 4.3 Cacah Siswa Untuk Tiap Kategori Gaya Belajar Matematika
Gaya Belajar
Model
Pembelajaran
Auditorial Visual Kinestetik Jumlah
NHT 19 17 7 43
Konvensional 19 17 3 39
Jumlah 38 34 10 82
Setelah diperoleh skor tes prestasi belajar matematika, kemudian skor
tersebut dikelompokkan berdasarkan kategori gaya belajar masing-masing siswa.
Setelah dilakukan pengelompokkan ke dalam tiap-tiap kategori gaya belajar
matematika siswa diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data Prestasi Belajar Matematika Siswa
Gaya Belajar Model
Pembelajaran Auditorial Visual Kinestetik
NHT 74 74 76 76 78
80 80 80 80 80
82 82 82 84 84
86 88 92 92
74 78 78 78 80
80 82 84 84 86
86 86 88 88 90
90 90
72 76 80 84 84
86 90
Konvensional 60 60 62 62 64
66 68 68 72 72
72 72 74 76 76
78 82 88 88
66 66 70 72 74
74 74 74 74 76
76 78 80 80 82
84 84
74 76 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
C. Uji Pendahuluan
Uji Keseimbangan
Data untuk uji keseimbangan diambil dari nilai semester gasal kelas X
tahun ajaran 2008/2009 mata pelajaran matematika kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Sebelum dilakukan uji keseimbangan perlu dilakukan uji normalitas.
Hasil uji normalitas telah terangkum dalam tabel berikut (Perhitungan
selengkapnya ada pada Lampiran 23 dan 24) :
Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Kelas L hitung L tabel Kesimpulan
1.
2.
Eksperimen
Kontrol
0,0611
0,1251
0,1351
0,1419
Normal
Normal
Hasil analisis dari uji keseimbangan menggunakan uji t diperoleh t hitung =
-1,50501. Dengan demikian t hitung tidak terletak di daerah kritik DK = {t │t <
-1,960 atau t > 1,960 } sehingga H 0 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang
memiliki kemampuan awal sama. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 25)
D. Pengujian Hipotesis
1. Uji Prasyarat Analisis Variansi
a. Uji Normalitas
Salah satu syarat agar teknik analisis dapat diterapkan maka harus normal
pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat telah dipenuhi,
maka dilakukan uji Lilliefors. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki apakah sampel
dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Hasil uji normalitas telah terangkum dalam tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji Normalitas
No Kelompok L hitung L tabel Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
Model NHT
Model Konvensional
Gaya belajar auditorial
Gaya belajar visual
Gaya belajar kinestetik
0,1285
0,1109
0,0872
0,0968
0,2395
0,1351
0,1419
0,1437
0,1519
0,2802
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa harga statistik uji masing-masing
kelompok tidak melebihi L tabel , maka diambil kesimpulan bahwa H 0 tidak
ditolak atau dengan kata lain sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27,28,29,30 dan
31).
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dalam penelitian
ini ada dua kali uji homogenitas yaitu antar baris (uji homogenitas prestasi belajar
siswa ditinjau dari model pembelajaran), antar kolom (uji homogenitas prestasi
belajar siswa ditinjau dari gaya belajar siswa). Hasil uji homogenitas dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas
Sampel k 2χ hitung 2χ 0.05;n Keputusan Kesimpulan
Model Pembelajaran 2 3,5797 3,8410 H0 Tdk ditolak Homogen
Gaya Belajar Siswa 3 2,7813 5,9910 H0 Tdk ditolak Homogen
Berdasarkan tabel di atas, ternyata harga 2χ hitung dari kelas yang diberi
perlakuan model pembelajaran dan gaya belajar siswa kurang dari 2χ 0.05;n,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
sehingga H0 tdk ditolak. Ini berarti variansi-variansi populasi yang dikenai
perlakuan model pembelajaran dan variansi-variansi gaya belajar siswa berasal
dari populasi homogen. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
32 dan 33)
2. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan anava dua jalan sel tak sama disajikan pada tabel
berikut: (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 34)
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK F hitung F 76;;05,0 dk Kesimpulan
Model (A) 858,5049 1 858,5049 22,6120 3,984 Ho Ditolak
Gaya (B) 79,9387 2 39,9694 1,0527 3,134 Ho Tdk ditolak
Interaksi (AB) 28,1174 2 14,0587 0,3703 3,134 Ho Tdk ditolak
Galat (G) 2885,4760 76 37,9668
Total 3852,0370 81
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel terikat, atau dengan kata
lain kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang tidak sama
terhadap prestasi belajar matematika siswa.
b. Tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat, atau
dengan kata lain ketiga tipe gaya belajar matematika siswa memberikan
pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar matematika siswa.
c. Tidak ada interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat, atau
dengan kata lain model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada model pembelajaran konvensional untuk setiap tipe gaya belajar
matematika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3. Uji Komparasi Ganda
a. Uji Komparasi Rataan Antar Baris.
Uji komparasi rataan antar baris dilakukan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran yang manakah yang lebih baik pada model
pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang digunakan pada
penelitian ini terdiri dari dua model sehingga untuk mengetahui model yang
memberikan pengaruh lebih baik yang merupakan perlakuan pada baris anava
tidak perlu menggunakan uji komparasi rataan antar baris akan tetapi cukup
menggunakan perbandingan rataan marginalnya.
Tabel 4.9 Rerata Skor Prestasi Belajar Siswa
Gaya Belajar Model
Auditorial Visual Kinestetik Rataan
Marginal
Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
81,5789 83,6471 81,7143 82,4186
Model Pembelajaran Konvensional
71,5789 75,5294 75,3333 73,5897
Rataan Marginal 76,5789 79,5883 79,8000
Dari rataan marginal pada Tabel 4.9 rataan marginal pada baris
model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) lebih
besar dari rataan marginal pada baris model pembelajaran konvensional.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) memberikan pengaruh yang lebih baik daripada
model pembelajaran konvensional.
b. Uji Komparasi Rataan Antar Kolom.
Dari hasil anava pada Tabel 4.8 dihasilkan bahwa tidak ada
perbedaan pengaruh antar kolom (H0B tidak ditolak), yaitu tidak ada
perbedaan pengaruh kategori gaya belajar auditorial, visual dan kinestetik
terhadap variabel terikat sehingga tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan
antar kolom.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c. Uji Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang sama.
Dari anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama yang terangkum
dalam Tabel 4.8 diperoleh bahwa H0AB tidak ditolak. Ini berarti tidak ada
interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar matematika siswa.
Karena H0AB ditolak maka tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan antar
sel pada baris yang sama.
d. Uji Komparasi Rataan antar sel Pada Kolom yang sama.
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.8
dihasilkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan gaya
belajar matematika siswa (H0AB tidak ditolak) maka tidak perlu dilakukan uji
komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
diperoleh 984,36120,22 76;1;05,0 =>= FFa , dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa aF merupakan anggota daerah kritik, sehingga H0A ditolak yang berarti
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa pada
materi luas dan volume bangun ruang.
Dengan melihat rataan marginal dari kedua model pembelajaran
tersebut yaitu rataan marginal pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) adalah 82,3134 > 74,1472 yang merupakan rataan
marginal dari model pembelajaran konvensional, sehingga dapat disimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume bangun ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2. Hipetesis Kedua
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
diperoleh 134,30527,1 76;2;05,0 =<= FFb , sehingga bF bukan merupakan anggota
dari daerah kritik. Akibatnya H0B tidak ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika diantara siswa yang mempunyai gaya
belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika tipe visual dan gaya
belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas dan volume bangun ruang.
Tidak terpenuhinya hipotesis kedua ini mungkin dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :
a) Dimungkinkan siswa kurang jujur pada waktu pengisian angket, sehingga
jawaban siswa yang dituliskan kemungkinan berbeda dengan kondisi yang
sebenarnya terjadi pada diri masing-masing individu siswa. Hal ini
mengakibatkan nilai angket pada siswa tersebut kurang menggambarkan
karakteristik gaya belajar siswa.
b) Pengambilan data angket dilaksanakan setelah kedua kelas selesai
mendapatkan perlakuan yaitu kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Misalkan
untuk siswa yang mempunyai tipe gaya belajar visual yang awalnya kurang
aktif dalam diskusi ternyata siswa tersebut aktif karena mereka merasa lebih
mudah menerima materi luas dan volume bangun ruang yang disajikan
dengan asosiasi visual atau gambar-gambar. Hal ini mengakibatkan nilai
angket pada siswa tersebut kurang menggambarkan karakteristik gaya belajar
matematika.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh F 3703,0=ab <
F 134,376;2;05,0 = . Dengan demikian F ab bukan merupakan anggota dari daerah
kritik maka H AB0 tidak ditolak,ini berarti tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar pada materi luas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
volume bangun ruang. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada materi luas dan
volume bangun ruang bagi siswa yang mempunyai gaya belajar tipe auditorial,
visual, maupun kinestetik.
Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi luas dan volume bangun
ruang mungkin dikarenakan siswa masih merasa asing dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT sehingga siswa tertarik untuk mengikuti
proses pembelajaran. Akibatnya siswa dengan tipe gaya belajar tipe kinestetik
yang awalnya diprediksi kurang aktif dalam diskusi pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) ternyata siswa tersebut aktif, sehingga siswa tersebut dapat
menghasilkan prestasi yang lebih baik dari siswa yang mempunyai gaya belajar
tipe kinestetik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan analisis hasil penelitian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hasil sebagai
berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik
daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi luas
dan volume bangun ruang pada siswa kelas X semester genap SMA Batik 1
Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
2. Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang
mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial, gaya belajar matematika
tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas dan
volume bangun ruang siswa kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta
Tahun Ajaran 2008/2009.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional untuk setiap tipe gaya belajar matematika siswa
pada materi luas dan volume bangun ruang siswa X semester genap SMA
Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini,
maka implikasi dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan
prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) mempunyai karakteristik dapat mengaktifkan siswa
karena dalam model pembelajaran ini guru memberikan materi pelajaran
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
kemudian memberikan LKS pada siswa untuk didiskusikan bersama
kelompoknya masing-masing, sehingga siswa harus bekerjasama untuk
menyelesaikan LKS dan latihan-latihan soal.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) lebih baik dari model pembelajaran konvensional
karena dengan berdiskusi dalam kelompoknya dapat menjalin kerjasama serta
bertukar pikiran tentang materi luas dan volume bangun ruang sesuai dengan
pemahaman masing-masing kemudian disatukan untuk menemukan perumusan
penyelesaian masalah-masalah luas dan volume bangun ruang. Bagi siswa yang
belum paham dapat bertanya kepada siswa yang paham dan bagi siswa yang
paham dapat lebih memperdalam materi yang dipelajari. Tiap kelompok
diberikan waktu yang sama untuk menyelesaikan LKS. Setiap siswa akan terlibat
aktif dalam proses pembelajaran karena semua siswa mempunyai kesempatan
untuk mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusinya. Selanjutnya
hasil diskusi tersebut akan didiskusikan bersama-sama dengan kelompok yang
lain dengan cara guru memanggil nomor anggota tertentu dari salah satu
kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi mewakili kelompoknya kemudian
kelompok lain menanggapi. Dengan begitu, siswa mengerti apakah hasil diskusi
mereka salah atau benar sehingga pemahaman mereka lebih mendalam.
Dengan diskusi yang mereka lakukan maka siswa akan lebih mudah
memahami penyelesaian masalah luas dan volume bangun ruang, sehingga siswa
belajar dengan memahami bukan menghafal. Selain itu pemberian latihan-latihan
soal pada tiap LKS memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan apa yang
telah mereka temukan untuk menyelesaikan masalah-masalah luas dan volume
bangun ruang. Kelompok yang mengalami kesulitan dalam meyelesaikan LKS
akan dibimbing guru, namun guru hanya memberikan pengarahan bukan jawaban
dari LKS tersebut, jadi siswa dituntut untuk berpikir bersama dalam menemukan
bentuk-bentuk penyelesaian masalah luas dan volume bangun ruang.
Adanya presentasi dari beberapa kelompok tentang hasil diskusi mereka
membuat siswa berani mengungkapkan apa yang telah mereka pikirkan dan
mereka temukan. Selain itu, kelompok yang lain bisa membandingkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
diskusi mereka sehingga mengetahui mana yang benar dan mana yang salah
dengan penegasan jawaban dari guru.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa gaya belajar matematika siswa tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini mungkin disebabkan ada beberapa
siswa yang memperolehan skor angket yang tidak terpaut jauh antara skor gaya
belajar tipe auditorial, tipe visual maupun tipe kinestetik. Sehingga pengaruh
dominasi gaya belajar tidak begitu tampak.
Hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) memberikan
hasil yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional sehingga dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon
guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar di kelas terutama
pada materi luas dan volume bangun ruang, lebih luasnya dapat digunakan
sebagai model pembelajaran pada materi yang lainnya dengan memperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan model pembelajaran yaitu:
kesesuaian materi, kemampuan guru, kemampuan siswa, lingkungan belajar
siswa dan fasilitas.
C. Saran
Dalam upaya mencari alternatif pembelajaran matematika maka penulis
menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Guru
a. Guru SMA Batik 1 Surakarta
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran pada materi
luas dan volume bangun ruang dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT (Numbered Heads Together) menghasilkan prestasi belajar yang lebih
baik daripada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional, sehingga pada materi luas an volume bangun ruang sebaiknya
diajarkankan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) agar prestasi belajar siswa lebih maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
b. Guru sekolah lain pada jenjang SMA
Dalam penyampaian materi luas dan volume bangun ruang terutama
pada jenjang SMA hendaknya memperhatikan kondisi bahwa kemampuan
siswa dalam satu kelas sangat heterogen. Sehingga perlu memperhatikan
pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai materi yang dipelajari
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Kepada Sekolah
Dari hasil penelitian ini, kepala sekolah diharapkan memberikan masukan
kepada guru mata pelajaran matematika untuk menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) sebagai salah satu alternatif
model pembelajaran pada materi luas dan volume bangun ruang.
3. Kepada Siswa
Untuk mempelajari materi luas dan volume bangun ruang dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) siswa sebaiknya lebih aktif dan meningkatkan kerjasama dengan teman
satu kelompok dalam menyelesaikan LKS sehingga pemahaman mereka bisa
maksimal.
4. Kepada Para Peneliti
Para peneliti dapat mengadakan penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) namun dengan terlebih dahulu membiasakan siswa dengan model
pembelajaran ini sehingga potensi siswa dapat digunakan semaksimal mungkin
dan siswa tidak mengawali kebingungan di awal pembelajaran.
Hasil penelitian ini hanya terbatas pada pembelajaran yang ditinjau dari
karakteristik gaya belajar matematika siswa. Bagi calon peneliti yang lain
mungkin dapat melakukan penelitian dengan model pembelajaran serta tinjauan
yang lain, misalnya motivasi, aktivitas, minat siswa, intelegensi dan lain-lain.