ekshumasi-ham.docx

21
BAB 1 PENDAHULUAN Ekshumasi atau penggalian mayat kadang perlu dilakukan ketika dicurigai kematian seseorang dianggap tidak wajar. Ekshumasi sekarang ini di luar negeri sering diminta ketika timbul masalah pada asuransi kesehatan. Beberapa kasus di luar negeri lebih banyak diminta oleh asuransi kesehatan daripada oleh keluarga. Pada prinsipnya, keluarga berhak menolak autopsi yang diminta oleh pihak asuransi, namun resiko yang harus dihadapi oleh keluarga adalah kehilangan seluruh klaim yang seharusnya mereka dapatkan sebagai konsekuensi asuransi. Dibandingkan autopsi yang segera dilakukan setelah kematian, ekshumasi membutuhkan lebih banyak biaya tambahan untuk penggalian kubur, transport, pembersihan, biaya bagi pemeriksa medis dan untuk penguburan kembali. Selain itu hasil pemeriksaan terhadap jenazah yang telah lama dikubur tidak akan memberikan hasil lebih baik bila dibandingkan dengan pemeriksaan pada jenazah yang masih baru. Perbedaan jangka waktu post – mortem memiliki beberapa variable yang mempengaruhi pembusukan, antara lain : faktor suhu lingkungan, kondisi tanah, dan bahan penyusun peti mayat. Menurut hasil survey yang dilaksanakan oleh Department of Pathology, Occupational Association Hospital, Bergmannsheil-Bochum selama tahun 1967 – 1998, didapatkan dari 371 ekshumasi, rata – rata jumlah hari setelah dikubur adalah selama 74 hari. Waktu tersingkat adalah 9 1

Upload: fahmyregard

Post on 06-Dec-2014

110 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSHUMASI-HAM.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

Ekshumasi atau penggalian mayat kadang perlu dilakukan ketika dicurigai kematian

seseorang dianggap tidak wajar. Ekshumasi sekarang ini di luar negeri sering diminta ketika

timbul masalah pada asuransi kesehatan. Beberapa kasus di luar negeri lebih banyak diminta oleh

asuransi kesehatan daripada oleh keluarga. Pada prinsipnya, keluarga berhak menolak autopsi

yang diminta oleh pihak asuransi, namun resiko yang harus dihadapi oleh keluarga adalah

kehilangan seluruh klaim yang seharusnya mereka dapatkan sebagai konsekuensi asuransi.

Dibandingkan autopsi yang segera dilakukan setelah kematian, ekshumasi membutuhkan

lebih banyak biaya tambahan untuk penggalian kubur, transport, pembersihan, biaya bagi

pemeriksa medis dan untuk penguburan kembali. Selain itu hasil pemeriksaan terhadap jenazah

yang telah lama dikubur tidak akan memberikan hasil lebih baik bila dibandingkan dengan

pemeriksaan pada jenazah yang masih baru.

Perbedaan jangka waktu post – mortem memiliki beberapa variable yang mempengaruhi

pembusukan, antara lain : faktor suhu lingkungan, kondisi tanah, dan bahan penyusun peti

mayat. Menurut hasil survey yang dilaksanakan oleh Department of Pathology, Occupational

Association Hospital, Bergmannsheil-Bochum selama tahun 1967 – 1998, didapatkan dari 371

ekshumasi, rata – rata jumlah hari setelah dikubur adalah selama 74 hari. Waktu tersingkat

adalah 9 hari dan waktu terlama 478 hari. Semuanya laki – laki berusia 27 – 87 tahun saat

meninggal ( rata – rata 66 tahun ).

Pertanyaan yang sering diajukan lebih ke arah penyakit yang diderita ( 93 % ). Dan 12 %

diantaranya merupakan pertanyaan mengenai dampak kecelakaan pada korban, baik kecelakaan

itu sendiri atau gabungan dengan penyakit yang dideritanya juga. Pada 99,2 % kasus tujuan

utama asuransi kesehatan adalah apakah seseorang berhak mendapatkan klaim atau ganti rugi.

Di India penggalian jenazah jarang dilakukan karena kebiasaan di India yang membakar

jenazah dan hanya suku tertentu saja yang menguburkan jenazah jadi Ekshumasi relevan bagi

suku tersebut. Batas waktu permintaan dilakukan Exshumasi di tiap-tiap negara berbeda-beda.Di

Perancis contohnya batas waktunya hanya sampai 10 tahun sedangkan di Jerman batas waktunya

sampai 30 tahun

1

Page 2: EKSHUMASI-HAM.docx

Bila penyidik dalam rangkaian penyidikannya memerlukan bantuan dokter untuk

melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka seorang dokter wajib

melaksanakan pemeriksaan tersebut. Oleh karena itu, dokter perlu memahami dengan benar

peranannya dan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan terhadap jenazah yang telah dikubur

sehingga dapat memberi keterangan yang bermanfaat untuk kepentingan peradilan saat

dilaksanakan ekshumasi.

2

Page 3: EKSHUMASI-HAM.docx

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI EKSHUMASI

Kata Ekshumasi berasal dari bahasa latin yaitu “ex” yang artinya keluar dan “humus”

yang artinya tanah. Jadi gabungan dari kedua kata itu adalah keluar dari tanah, yang artinya

menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal untuk mencari penyebab kematiannya

dan mencari identitas seseorang.

Ekshumasi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang –undang

dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan menggali kembali jenazah yang sudah

dikuburkan dan berdasarkan permintaan penyidik.2,3

Definisi ekshumasi tersebut berlaku secara universal tetapi penekanan tujuannya yang

berbeda. Di luar negeri ekshumasi diperkenankan untuk kepentingan asuransi sedangkan di

Indonesia hal tersebut belum pernah dilaporkan karena penekanan tujuan ekshumasi di Indonesia

adalah untuk kepentingan peradilan khususnya tindak pidana.

Ekshumasi perlu untuk dilakukan sesuai dengan kepentingan2 :

1. Penggalian atau pembongkaran kuburan untuk kepentingan peradilan.

Untuk kepentingan penyidikan kepolisian kadang – kadang suatu kuburan perlu digali

kembali untuk memeriksa dan membuat visum et rapertum dari jenazah yang yang beberapa

waktu lalu dikubur. Hal ini terjadi atas dasar laporan atau pengaduan masyarakat agar polisi

dapat melakukan penyidikan atas kematian tersebut tidak wajar dan menimbulkan

kecurigaan. Kadang – kadang korban suatu pembunuhan atau tindak kejahatan lain dimana

korban dikubur disuatu tempat atau suatu kematian yang pada waktu itu dianggap atau dibuat

seolah – olah kematian wajar sehingga pada waktu itu tidak dimintakan Visum et Repertum.

Ternyata beberapa waktu kemudian diketahui bahwa kematian itu tidak wajar.

2. Penggalian non forensik atau bukan untuk peradilan.

a.Biasanya dilakukan untuk keperluan kota – kota, pengembangan gedung –gedung dan

sebagainya atas perintah dari penguasa pemerintah setempat. Untuk pelaksanaan biasanya

ada petunjuk pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah setempat yang bekerjasama dengan

3

Page 4: EKSHUMASI-HAM.docx

keluarga. Oleh karena itu sifatnya lebih sederhana dan sifatnya tidak perlu ikut serta

kepolisian dari segi pengamanan pelaksanaan sehingga hanya untuk mencegah seandainya

terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.

b. Kadang – kadang atas kemauan keluarga sendiri untuk memindahkan kuburan

seseorang ke kuburan lain atau ke kota lain. Untuk tujuan ini sudah ada cara tertentu dan

biasanya tidak menjadi urusan kepolisian.

c.Untuk identifikasi4

Ekshumasi harus dilakukan sesuai hukum dan mentaati prosedur pemeriksaan dan dilakukan

secara ilmiah oleh pakar dari institusi yang netral dan imparsial. Semakin dini ekshumasi

dilakukan semakin baik. Selain itu pengamanan barang bukti harus dilakukan semaksimal

mungkin sejak awal penggalian dengan melibatkan ahli. Penggalian awal biasa dilakukan oleh

orang yang bukan ahli forensik, tetapi begitu sudah kelihatan ada mayat atau peti maka menjadi

bagian ahli forensik untuk melanjutkan.

B. TUJUAN EKSHUMASI2

Ada beberapa kemungkinan kenapa penggalian mayat harus ditempuh. Biasany berkaitan

dengan perkara tindak pidana, dimana diperlukan keterangan mengenai penjelasan yang masih

kabur bagi penyidik atau badan lain (misalnya ausransi), seperti:

a. Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematian atau karena alasan-

alasan kriminal.

b. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan kematian tidak

jelas dan menimbulkan pertanyaan seperti keracunan dan gantung diri.

c. Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya atau

diragukan.

d. Pada kasus kriminal untuk menentukan penyebab kematian yang diragukan, misalnya

pada kasus pembunuhan yang ditutupi seakan-akan bunuh diri.

C. PROSEDUR EKSHUMASI5

Bila mayat baru beberapa hari dikuburkan maka penggalian kuburan harus segera

dilakukan, tidak boleh ditunda tunda. Tetapi bila telah beberapa bulan dikuburkan maka

4

Page 5: EKSHUMASI-HAM.docx

penundaan beberapa hari tidak menjadi masalah yang penting. Segala persiapan harus rapi dan

lengkap. Penggalian kubur atau Ekshumasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau siang hari,

jadi hakim dan petugas yang meminta penggalian kubur harus hadir pada tempat penggalian

kuburan. Untuk pelaksanaan pembongkaran kuburan perlu persiapan – persiapan dan syarat

kelengkapan serta sarana sarana tertentu serta pengadaan sarana untuk pelaksanaan penggalian.

Secara teknis, prosedur ekshumasi dibagi menjadi :

1. Persiapan Penggalian Kuburan :

a. Surat persetujuan dari keluarga yang meninggal yang menyatakan tidak berkeberatan bahwa

makam atau kuburan tersebut dibongkar.

b. Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas pemerintah setempat atau saksi – saksi

lain yang menyatakan bahwa kuburan tersebut memang kuburan dari orang – orang yang

meninggal yang dimaksudkan.

c. Surat penyitaan dari kuburan yang akan digali sebagai barang bukti yang dikuasai oleh

penyidik ( Kepolisian ) untuk sementara.

d. Surat permintaan Visum et Repertum kepada Dokter pemerintah, Dokter Polri atau Dokter

setempat untuk pemeriksaan mayat Cq. penggalian kuburan.

e. Berita acara pembongkaran kuburan harus dibuat secara kronologis serta sesuai metode

kriminalistik yang membuat semua kejadian kejadian sejak pertama kali kuburan itu

dibongkar.

f. Peralatan dan sarana lain yang diperlukan.

2. Pelaksanaan Penggalian Kuburan :

a. Perlu dihadiri oleh dokter, penyidik, pemuka masyarakat setempat, pihak keamanan, petugas

pemakaman dan penggali kuburan.

b. Memastikan kuburan yang harus digali dengan kehadiran pihak keluarga atau ahli waris atau

saksi yang mengetahui dan menyaksikan penguburUan diperlukan kehadirannya .

c. Sebelum penggalian, sekitar kuburan harus ditutup dengan tabir ( dari bahan apa saja ).

d. Mencatat kronologis acara pembongkaran kuburan.

o Siapa saja yang hadir di tempat penggalian ( nama & alamat )

o Tempat dan alamat penggalian

5

Page 6: EKSHUMASI-HAM.docx

o Jam berapa dimulai pemeriksaan kuburan ( dari luar )

o Tanda – tanda yang ada dicatat, misalnya nisan dibuat dari apa, berapa tingginya, dan

bagaimana bentuknya.

o Identitas, nama, tanggal kematian, dan sebagainya.

o Keadaan cuaca, mendung, panas, dan sebagainya.

o Setiap mencapai kedalaman tertentu harus dicatat diukur dengan mistar dan difoto.

Misalnya jam 09.30 mencapai kedalaman 1 meter.

o Keadaan tanah , komposisi tanah, pasir, tanah liat warna merah atau coklat.

Tanah yang berada disekitar jenazah diatas, dibawah dan disisi kanan kiri jenazah.

Sebaiknya harus diambil dan dimasukkan kedalam gelas kaca, yang ditempel kertas label

identitas.Sebaiknya sekurang-kurangnya dua sampel tanah diambil dengan jarak kurang

lebih 25 sampai 30 kaki dari kuburan, hal ini sangat penting pada kasus keracunan. Pada

kasus keracunan Arsenic racun akan ditemukan di tubuh jenazah pada saat penggalian

kubur dan tanah disekitar jenazah akan mengandung arsenic.

o Pada jam berapa mencapai papan penutup liang lahat atau peti mayat dan sebagainya dan

pada kedalaman berapa meter jangan lupa selalu dibuat fotonya.

o Jam berapa peti mayat atau papan penutup diangkat, atau bila tidak ada peti, jenazah

diangkat dari liang lahat.

o Bagaimana keadaan jenazah, posisi mayat, keadaan kain kafan dan lain lain.

o Barang barang yang ditemukan.

o Saat dokter mulai mengadakan pemeriksaan ( autopsi ) sampai selesai.

e. Seandainya autopsi akan dilakukan di Rumah Sakit maka mayat atau peti mayat sebagai

barang bukti harus dibungkus, disegel, dan sebagainya sebelum dikirim ke Rumah Sakit dan

harus disertai dengan Berita Acara dan sebagainya.

Pertimbangan melakukan pemeriksaan di tempat atau TPU :

Transportasi yang sulit atau tidak memungkinkan.

Penghematan waktu

Mendapat hasil pemeriksaan lebih cepat.

Menghindari kesalahpahaman pandangan masyarakat

Mempermudah penguburan kembali

6

Page 7: EKSHUMASI-HAM.docx

Pertimbangan melakukan pemeriksaan dirumah sakit.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan tenang

Diharapkan lebih teliti

Mendapat hasil lebih baik karena dapat dilakukan pemeriksaan yang lebih

lengkap seperti pemeriksaan histopatologik dan toksikologik.

f. Untuk mengukur dapat disediakan mistar kayu 1 meter atau meteran dari pita logam 2 – 5

meter.

g. Peralatan fotografi dilengkapi flash unit dengan film hitam putih oleh petugas Polri sendiri.

Tidak diperkenankan wartawan / wartawan foto berada dilokasi pengadilan.

3. Penyerahan ke Penyidik

Tahapan teknis yang terakhir dari ekshumasi adalah dilakukan penyerahan kembali ke penyidik

bahwa pemeriksaan terhadap jenazah telah selesai. Dimana selanjutnya akan dibuat berita acara

pemakaman kembali dan berita acara penyerahan kembali kuburan kepada keluarga. Selanjutnya

jenazah yang telah diotopsi dimakamkan kembali.

D. ASPEK LEGAL EKSHUMASI6

Sebab kematian tidak dapat ditentukan hanya dari pemeriksaan luar saja. Sehingga perlu

dilakukan autopsi atau bedah mayat untuk mengetahui penyebab kematian seseorang dimana

sebelumnya pihak penyidik wajib memberitahukan kepada pihak keluarga korban bahwa

prosedur itu harus dilakukan untuk kepentingan peradilan.

Mengenai hal ini diatur dalam :

KUHAP pasal 134 ayat ( 1 )

“Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin

lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.“

KUHAP pasal 134 ayat ( 2 )

“Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas – jelasnya tentang

maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.“

7

Page 8: EKSHUMASI-HAM.docx

Jika setelah penyidik menerangkan kepada keluarga korban tentang maksud dan tujuan

pembedahan mayat dengan sejelas – jelasnya tetapi keluarga korban tetap keberatan maka

keluarga dianggap dengan sengaja menghalang – halangi, merintangi atau menggagalkan

pemeriksaan mayat untuk pengadilan maka perbuatan itu diancam dengan pidana seperti dalam

pasal 222 KUHP:

“Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat

untuk pengadilan dihukum dengan penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-

banyaknya tiga ratus ribu rupiah“

Penyidik menetapkan waktu dua hari untuk menanti tanggapan dari keluarga jenazah

yang akan di autopsi, maupun untuk mencari keluarga jenazah yang tidak dikenal. Jika dalam

waktu dua hari itu tidak adak ada tanggapan dari pihak keluarga atau keluarga jenazah tidak

ditemukan maka autopsi akan tetap dilaksanakan segera sesuai dengan permintaan penyidik. Hal

ini diatur dalam KUHAP pasal 134 ayat ( 3 ):

“Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu

diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 133 ayat ( 3 ) undang – undang ini.“

Jika jenazah yang akan diautopsi telah dikuburkan maka perlu dilakukan ekshumasi atau

penggalian kubur. Tentang ekshumasi atau penggalian kubur ini diatur dalam KUHAP pasal 135

“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,

dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal 134

ayat ( 1 ) undang – undang ini.“

Yang dimaksud dengan “penggalian mayat” termasuk pengambilan mayat dari semua jenis

tempat dan cara penguburan.

Karena proses penggalian mayat dan autopsi bertujuan untuk kepentingan peradilan maka

semua biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh negara. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam

KUHAP pasal 136

“Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam

bagian kedua bab XIV ditanggung oleh negara.”

8

Page 9: EKSHUMASI-HAM.docx

E. PEMERIKSAAN TERHADAP JENAZAH EKSHUMASI (AUTOPSI)

Autopsi berasal dari kata auto = sendiri dan opsis = melihat. Yang dimaksud dengan

autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar

maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera,

melakukan interpretsi atas penemuan – penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta

mencari hubungan sebab akibat antara kelainan – kelainan yang ditemukan dengan penyebab

kematian.7

Untuk diketahui, ada 3 jenis autopsi7 :

1. Autopsi klinik

Dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit, dirawat di Rumah Sakit tapi

kemudian meninggal dunia. Adapun tujuan dilakukannya autopsi klinik adalah :

menentukan sebab kematian yang pasti

menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai dengan

diagnosis postmortem

mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis klinis dan gejala –

gejala klinis

menentukan efektivitas pengobatan

mempelajari perjalanan lazim suatu proses penyakit

2. Autopsi forensik

Dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan undang – undang, dengan tujuan :

membantu dalam hal penentuan identitas mayat

menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian, serta saat kematian

mengumpulkan serta mengenali benda – benda bukti untuk penentuan identitas benda

penyebab serta identitas pelaku kejahatan.

Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum

Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan identitas serta

penuntutan terhadap orang yang bersalah

3. Autopsi anatomi.

Autopsi yang dilakukan pada pendidikan para mahasiswa kedokteran dan para dokter.

9

Page 10: EKSHUMASI-HAM.docx

Autopsi yang dilakukan pada ekshumasi adalah autopsi forensik. Adapun tujuan dari

medico – legal nya adalah8 :

1. Tuntutan kasus kriminal seperti pembunuhan, kecurigaan pada kasus keracunan, dan

kematian karena kasus abortus kriminal atau malpraktek. Hal ini berlaku secara universal di

seluruh negara.

2. Penentuan penyebab kematian pada kasus perdata seperti gugatan kematian karena

kecelakaan, ganti rugi asuransi, gugatan kompensasi pekerjaan, pertanggungjawaban untuk

malpraktek, dan tuntutan untuk warisan. Hal ini hanya berlaku di luar negeri sedangkan di

Indonesia tidak.

Autopsi pada ekshumasi harus dengan bukti – bukti penting yang dikumpulkan sebaik –

baiknya. Untuk itu, sampel dari tanah juga harus dikumpulkan. Penelitian secara hati – hati

seharusnya dilakukan pada semua benda – benda yang dapat digunakan sebagai bukti. Materi –

materi tersebut harus dikumpulkan sebelum dan selama proses penggalian kubur9 :

sampel tanah dari permukaan atas kubur.

sampel tanah diatas dan didalam kubur.

sampel tanah dari tiap sisi kubur.

sampel tanah dibawah kubur ( jika dibawah kubur itu ada air, sampel air juga harus diambil ).

sampel kontrol tanah dari bagian pemakaman lainnya.

Sampel – sampel tersebut di atas harus di segel dan diberi label.

Pemeriksaan autopsi pada ekshumasi dibagi menjadi dua bagian8 :

1. Identifikasi ( setiap hal harus direkam atau dibuat dokumentasi )

a. Batu nisan.

b. Gambaran kuburan.

c. Berat, jenis kelamin, jaringan parut, sidik jari , dan lain – lain.

Jika identitas jenazah telah diketahui maka tahap identifikasi ini tidak perlu dilakukan.

2. Penyebab kematian

a. Lakukan foto rontgen atas tubuh jenazah.

b. Tubuh jenazah harus di foto.

10

Page 11: EKSHUMASI-HAM.docx

c. Autopsi seluruh tubuh harus dilakukan dan jaringan tubuh di ambil untuk

pemeriksaan histologi, lalu diawetkan. Pengawet terbaik adalah alkohol.

d. Semua jaringan harus dikirim untuk diperiksa. Pada kasus – kasus ekshumasi

sebaiknya disimpan semua jaringan, juga semua cairan dari kubur, rambu, kuku, dan kulit.

Adapun teknik autopsi yang dapat digunakan antara lain6 :

1. teknik Virchow

Setelah dilakukan pembukaan rongga tubuh, organ – organ dikeluarkan satu persatu dan

langsung diperiksa. Dengan demikian kelainan – kelainan yang terdapat pada masing –

masing organ yang tergolong dalam satu sistem menjadi hilang. Teknik ini kurang baik bila

digunakan pada autopsi forensik, terutama pada kasus penembakan dengan senjata api dan

penusukan dengan senjata tajam.

2. teknik Rokitansky

Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat, dan diperiksa dengan melakukan beberapa irisan

in situ, baru kemudian seluruh organ – organ tersebut dikeluarkan dalam kumpulan –

kumpulan organ ( en bloc ). Teknik ini pun tidak baik digunakan untuk autopsi forensik.

3. teknik Letulle

Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher, dada, diafragma, dan perut dikeluarkan sekaligus (

en masse ). Kepala diletakan di atas meja dengan permukaan posterior menghadap ke atas.

Plexus coeliacus dan kelenjar para aortal diperiksa, aorta dibuka sampai arcus aortae dan Aa.

renales kanan dan kiri dibuka serta diperiksa. Aorta diputus di atas muara a. Renalis. Rectum

dipisahkan dari sigmoid. Organ urogenital dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal

jejunum diikat pada dua tempat dan kemudian diputus antara dua ikatan tersebut dan usus

dapat dilepaskan. Esofagus dilepaskan dari trakhea, tetapi hubungannya dengan lambung

dipertahankan. Vena cava inferior serta aorta diputus di atas diafragma dan dengan demikian

organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut. Dengan pengangkatan organ – organ

tubuh secara en masse ini, hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ

dikeluarkan dari tubuh. Kerugian teknik ini adalah sukar dilakukan tanpa pembantu, serta

agak sukar karena ”panjang”nya kumpulan organ – organ yang dikeluarkan sekaligus.

11

Page 12: EKSHUMASI-HAM.docx

4. Teknik Ghon

Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan

limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan organ ( bloc ).

Pada autopsi jenazah yang baru meninggal dunia, terkadang sulit untuk menentukan

penyebab kematiannya. Apalagi autopsi pada kasus ekshumasi dimana jenazah yang sudah

dikuburkan mulai dari beberapa hari sampai beberapa tahun sehingga tidak semua autopsi pada

ekshumasi dapat menjelaskan tentang penyebab kematiannya, terutama pada jenazah yang telah

mengalami pembusukan.

12

Page 13: EKSHUMASI-HAM.docx

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa eksumasi merupakan suatu tindakan

medis yang dilakukan atas dasar undang – undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan

pidana dengan menggali kembali jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari

keluarga korban. Adapun dasar undang-undang yang dipakai untuk melakukan eksumasi ini

adalah : KUHAP pasal 134 ayat (1), (2), (3), KUHAP pasal 135, KUHAP pasal 136, dan KUHP

pasal 222. Eksumasi sendiri dapat bertujuan untuk kepentingan peradilan (forensik) maupun

bukan untuk kepentingan peradilan (non-forensik), tetapi tujuan non peradilan hanya berlaku di

luar negeri. Prosedur yang dilakukan dalam eksumasi ini pada prinsipnya harus dilakukan

sesegera mungkin dan seteliti mungkin. Peranan dokter adalah sangat penting dalam eksumasi

ini dimana dokter, sebagai saksi ahli, harus hadir sejak penggalian kubur sampai melakukan

pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang diekshumasi dan menyimpulkan apa yang didapatkan

dari pemeriksaan tersebut dan jika memungkinkan mencari sebab kematian.

B. SARAN

Sehubungan dengan topik pembahasan eksumasi ini ada beberapa hal yang ingin kami

sarankan, antara lain :

1. Agar dilakukan pendataan mengenai kasus eksumasi di Indonesia.

2. Agar topik eksumasi menjadi topik yang secara khusus dibahas dalam ilmu kedokteran

forensik agar para calon dokter mendapatkan gambaran atas peranannya dalam eksumasi.

13

Page 14: EKSHUMASI-HAM.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir. A. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 2. Medan 2010

2. Gordon, I ; H. A. Sharpiro dan S. D Berson. Forensic Medicine (a guide to principles)

third edition. Chirchill Livingstone. 1988.

3. Ecxhumation Guidlines ( Anil Aggrawal’s Internet journal of Forensic Medicine and

Toxicology )

4. Gresham, G.A dan A. F. Turner. Post Mortem Procedures (an illustrated textbook).

Published by Wolfe Medical Publications Ltd. 1979.

5. Sarajevo.Batajnica Summary Report Forensic Monitoring Activities.ICMP.2004

6. Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana. Karya Anda, Surabaya.

7. Teknik Autopsi Forensik. Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta.

8. Gonzales, Thomas. A ; Morgan Vance ; dkk. Legal Medicine Pathology And Toxicology

second edition. Appleton – Century – Crofts Inc. 1825.

9. Camps, Francis. E. Ed. Legal Medicene. Bristol : John Wright & Sons LTD. 1968.

14