ekosistem pantai

29
BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Ekosistem 2.1.1 Pengertian Ekosistem dan Ekosistem Pantai Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi kita tahu bahwa ada komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik (tidak hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling mempengaruhi, contohnya saja hubungan heewan dengan air. Interaksi antara makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki fungsinya masing-masing, dan selama tidak ada fungsi yang terngganggu maka keseimbangan dari ekosistem ini akan terus terjaga. Ekosistem Pantai merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan antara air laut dan daratan, yang terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya. Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast) dan pantai (shore). Definisi pesisir adalah

Upload: musa-muhammad-sangquite

Post on 11-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

ekosistem pantai indrayanti, di yogyakarta

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUN PUSTAKA2.1 Ekosistem2.1.1 Pengertian Ekosistem dan Ekosistem PantaiEkosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi kita tahu bahwa ada komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik (tidak hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling mempengaruhi, contohnya saja hubungan heewan dengan air. Interaksi antara makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki fungsinya masing-masing, dan selama tidak ada fungsi yang terngganggu maka keseimbangan dari ekosistem ini akan terus terjaga.Ekosistem Pantai merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan antara air laut dan daratan, yang terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya.Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast) dan pantai (shore). Definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut. Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pantai. Daerah lautan adalah daerah diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.

Gambar 2. Daerah Pantai

2.1.2 Komponen EkosistemEkosistem disusun oleh dua komponen, yaitu lingkungan sik atau tidakhidup (komponen abiotik) dan berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik). Berbagai jenis makhluk hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi satuan-satuan makhluk hidup dan ekosistem :1. Komponen AbiotikKomponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup.Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan sik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Komponen abiotik meliputi :1. Air Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme.Air dibutuhkan tumbuhan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji. Air mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai daya pelarut unsur-unsur yang diambil olehtanaman, mempertinggi reaktivitas persenyawaan yang sederhana/kompleks, berperan dalam proses fotosintesis, penyangga tekanan di dalam sel yang penting dalam aktivitas sel tersebut, mengabsorbsi temperatur dengan baik/mengatur temperatur di dalamtanaman, menciptakan situasi temperatur yang konstan. Air merupakan substrat fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari jumlah air total digunakan oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Transpirasi meliputi 99% dari seluruh air yang digunakan oleh tumbuhan, kira-kira 1% digunakan untuk embasahi tubuh, mempertahankan tekanan turgor dan memungkinkan terjadinya pertumbuhan(Suwasono Heddy, 2001).2. Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan baik pada suhu antara 15oC sampai 40oC. Suhu akan mengaktifkan proses fisik dan kimia pada tanaman. Energi panas akan menggiatkan reaksi biokimia pada tanaman atau reaksi fisiologis dikontrol oleh selang suhu tertentu (Hasan Basri Jumin, 2001).Suhu merupakan derajat energi panas yang berasal dari radiasi sinar, terutama yang bersumber dari matahari. Suhu udaraberbeda-bedadi ekosistem satu dengan yang lainnya, bergantung pada letak garis lintang (latitude)dan ketinggian tempat (altitude). Makin dekat dengan kutub, suhu udara semakin dingin dan kering. Suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan dan mempengaruhi keanekaragamn hayati di suatu ekosistem. Pada umumnya, makhluk hidup dapat mempertahankan hidupnya pada suhu lingkungan 0 derajat celcius sampai 40 derajat celcius. Beberapa jenis makhluk hidup melakukan hibernasi (tidak aktif) pada suhu yang sangat rendah, namun akan aktif dan berkembang biak apabila suhu lingkungan sudah kembali normal.3. Cahaya MatahariCahaya matahari sebagai sumber energi primer di muka bumi, sangat menentukan kehidupan dan produksi tanaman,termasuk dalam perkecambahan,pembentukanumbi dan bulb, pembungaan dan perbandingan kelamin pada bunga. Cahaya mempengaruhi perkecambahaan dan pembungaan dengan pengaruhnya terhadap fitokrom. Pengaruh cahaya tergantung mutu berdasarkan panjang gelombang (antara panjang gelombang 0,4 0,7 milimikron). Pengaruh cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya, kualitas cahaya dan lama penyinaran (panjang hari). Reaksi cahaya dari tanaman (fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisitas) didasarkan atas reaksi fotokimia yang dilaksanakan oleh sistem pigmen spesifik Faktor kelembaban/kelembapan udara yaitu kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan (anonim, 2007).4. Tanah Tanah terbentuk karena proses destruktif yaitu pelapukan batuan serta pembusukan senyawa organik dan sintesis (pembuatan mineral). Komponen utama dari tanah ialah bahan mineral, bahan organik, air, dan udara. Tumbuhan mengambil air dan garam-garam mineral dari dalam tanah. Sementara manusia menggunakantanahuntukkeperluanlahanpemukiman,pertanian,peternakan,perindustrian,perkantoran,pertambangan,dankegiantantransportasi.Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme yang terbentuk dari proses pelapukan. Tanah menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan tumbuhan untuk pertumbuhan. Tanah akan memberikan tanggapan yang baik pada tanaman apabila pengolahan tanah baik disertai dengan pemberian pupuk yang cukup. Pengolahan tanah adalah memanipulasi mekanik tanah terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah membuat aerasi dalam tanah menjadi lebih baik sehingga pertukaran CO2dan O2pada daerah perakaran dapat lancar (Thomas et all, 2004).5. Hara MikroHara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tanaman tetapi karena sifatnya yang esensial dan banyak berperan dalam proses enzimatik maka keberadaannya sangat berpengaruh pada proses metabolisme. Pada pembentukan metabolit sekunder antara lain alkaloid, unsur hara mikro berperan besar pada proses enzimatik yaitu sebagai aktivator atau gugus redox seperti Fe, Zn, Mn, dan Cu . Pemupukan yang berlebihan juga dapat menyebabkan penyerapan unsur-unsur lain terhambat sehingga dapat mengakibatkan kekahatan antara lain kahat unsur mikro (Sharma et al,2000).

6. KelembapanKomponen abiotik dalam Ekosistem yang ketujuh adalah udara.Kelembaban di suatu ekosistem dipengaruhi oleh intensitas dari sinar matahari, angin, dan curah hujan. Kelembaban sangat memengaruhi pertumbuhan suatu tumbuhan. Daerah dengan tingkat kelembaban berbeda akan menghasilkan ekosistem dengan komposisi tumbuhan yang berbeda pula.7. Derajat Keasaman (pH)Komponen abiotik dalam Ekosistem yang kedelapan adalah derajat keasaman.keadaan pH tanah berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan di atasnya. Tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada pH optimum, yaitu berkiar 5,8 - 7,2. Nilai pH tanah dipengaruhi oleh curah hujan, penggunaan pupuk, aktivitas akar tanaman dan penguraian mineral tanah.8. TopografiKomponen abiotik dalam Ekosistem yang kesembilan adalah topografi.Topografi adalah keadaan naik turun ataupun tinggi rendahnya permukaan bumi. Topografi memegaruhi keadaan iklim menyangkut suhu dan kelembaban udara. Topografi menentukan keanekaragaman hayati di suatu wilayah dan penyebab suatu organisme.1. Komponen BiotikKomponen biotik meliputi semua jenis makhluk hidup yang ada pada suatu ekosistem.Menurut peranannya dalam ekosistem, komponen biotik dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu produsen, konsumen, dan pengurai. Organisme yang berperan sebagai produsen adalah semua organisme yang dapat membuat makanan sendiri. Organisme ini disebut organisme autotrof, contohnya adalah tumbuhan hijau. Sedangkan organisme yang tidak mampu membuat makanan sendiri (heterotrof ) berperan sebagai konsumen ( Sowarno, 2009 ).Selain mampu mencukupi kebutuhannya akan energi, produsen juga berperan sebagai sumber energi bagi organisme lain. Energi yang dihasilkan produsen akan dimanfaatkan oleh organisme lain melalui proses makan dan dimakan. Hewan pemakan tumbuhan memperoleh energi dari tumbuhan yang dimakannya. Sedangkan hewan pemakan tumbuhan tersebut juga bisa dijadikan sumber energi bagi hewan lain yang memakannya. Organisme yang memperoleh makanan dengan cara demikian disebut konsumen. Jadi, organisme yang berperan sebagai konsumen adalah organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri atau disebut organisme heterotrof ( Subardi, 2009 ).Semua rantai makanan mulai dengan organism autrofik, yaitu organism yang melakukan fotosintesis seperti tumbuhan hijau.Organism ini disebut produsen karena hanya mereka yang dapat membuat makan daari bahan mentah anorganik.Setiap organism, misalnya belalang yang langsung memakan tumbuhan disebut konsumen primer atau herbivora.Karnivora seperti katak, yang memakan herbivore disebut konsumen sekunder.Karnivora sebagaimana ular, yang memakan komponen sekunder dinamakan konsumen tersier dan seterusnya. Kebanyakan hewan mengonsumsi makan yang beragam dan pada gilirannya, menyediakan makan untuk berbagai makhluk lain yang memangsanya. Jadi energy yang terdapat dari hasil bersih dari produsen itu berlalu kedalam jaring-jaring makanan.Jaring-jaring makanan adalah kumpulan berberapa rantai makanan yang membentuk skema (Kimball, 1983).

2.2 Kondisi Fisik Ekosistem Pantai Ekosistem Pantai merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan antara air laut dan daratan, yang terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya. Pantai merupakan salah satu ekosistem yang berada di wilayah pesisir, dan terletak antara garis air surut terendah dengan air pasang tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari daerah yang substratnya berbatu dan berkerikil (yang mendukung flora dan fauna dalam jumlah terbatas) hingga daerah berpasir aktif (dimana populasi bakteri, protozoa, metazoa ditemukan) serta daerah bersubstrat liat, dan lumpur (dimana ditemukan sebagian besar komunitas binatang yang jarang muncul ke permukaan (infauna). Pantai yang terbuka biasanya memiliki kondisi lingkungan yang kurang baik, yakni kondisi fisik yang tidak stabil akibat fluktuasi suhu, salinitas, dan kelembaban yang tinggi (Dahuri, 2003)[footnoteRef:2]. Untuk mengidentifikasi pesisir harus terlebih dahulu disamakan cara pandang atau pendekatan yang digunakan Secara geomorfologis pesisir dapat diidentifikasi dari bentuk lahannya yang secara genetik berasal dari proses marin, fluviomarin, organik, atau aeoiomarin. Secara biologi, karakteristik pesisir dapat diketahui dari persebaran ke arah darat biota pantai, baik persebaran vegetasi maupun persebaran hewan pantai. Secara klimatologi, karakteristik pesisir ditentukan berdasarkan pengaruh angin laut. Secara hidrologi, karakteristik pesisir ditentukan seberapa jauh pengaruh pasang air laut yang masuk ke darat. [2: Ibid.]

Susunan faktor-faktor lingkungan dan kisaran yang dijumpai di zona intertidal atau zona pasang surut disebabkan zona ini berada di udara terbuka selama waktu tertentu dalam waktu setahun, dan kebanyakan faktor fisiknya menunjukkan kisaran yang lebih besar di udara daripada di air. Adapun faktor-faktor pembatas yang menjadi indikator di wilayah pesisir dapat disebutkan sebagai berikut:1) Pasang Surut (Tide)Naik turunnya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu disebut pasang-surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut atau hal-hal lain yang menyebabkan naik turunnya permukaan air secara periodik, zona ini tidak akan seperti itu, dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini diakibatkan kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantian antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak ada pasang surut, fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi. Dengan pengecualian, kebanyakan daerah pantai di dunia mengalami pasang surut. Laut-laut besar yang sangat kurang mengalami pasang surut adalah laut tengah dan laut baltik. Di daerah ini, fluktuasi permukaan air di garis pantai terutama yang disebabkan oleh pengaruh angin (gerakan air) yang mendorong air laut ini. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa semua pantai mengalami kisaran atau tipe pasang surut yang sama. Penyebab terjadinya pasang surut dan kisaran yang berbeda, sangat kompleks dan berhubungan dengan interaksi tenaga penggerak pasang surut, matahari dan bulan, rotasi bumi, geomorfologi pasu samudra, dan osilasi alamiah berbagai pasu samudera. Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari atau sering juga disebut pasang surut diurnal, atau dua kali sehari atau disebut juga pasang surut semi diurnal. Dan ada juga yang berperilaku diantara keduanya disebut dengan pasang surut campuran. Pada suatu perairan pasang surut ini dapat diprediksi dengan analisa numerik sehingga pengetahuan kita tentang ramalan pasang surut akan memudahkan pada saat kita melaksanakan penelitian di daerah pesisir. Untuk keperluan itu diperlukan data pengukuran paling sedikit selama 15 hari, atau selama 18.6 tahun jika ingin mendapatkan hasil prediksi dengan akurasi yang tinggi. Data-data yang didapat tersebut dapat kita uraikan menjadi komponen pasang surut, yang kita kenal dengan komponen harmonik. Hal ini dimungkinkan karena pasang surut bersifat sebagai gelombang, sehingga dengan mengetahui amplitudo dan perioda dari masing-masing komponen pasut tersebut, kita dapat mensitesanya melalui penjumlahan komponen pasut yang ada.

2) GelombangDi zona intertidal, gerakan ombak mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap organisme dan komunitas dibandingkan dengan daerah-daerah laut lainnya. Pengaruh in terlihat nyata baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas gelombang mempengaruhi kehidupan pantai secara langsung dengan dua cara utama. a. Pengaruh mekaniknya menghancurkan dan menghanyutkan benda yang terkena. Sering terjadi penghancuran bangunan-bangunan buatan manusia yang disebabkan oleh berbagai jenis gelombang badai dan hal ini terjadi juga di zona intertidal. Jadi mahluk apapun yang mendiami zona ini harus beradaptasi dengan mekanisme penghancuran gelombang ini. Pada pantai-pantai yang memilki pasir atau kerikil, kegiatan ombak yang besar dapat membongkar substrat yang ada disekitarnya, ehingga mempengaruhi bentuk zona . Terpaan ombak dapat menjadi pembatas bagi organisme yang tidak dapat menahan terpaan tersebut, tetapi diperlukan bagi organisme lain yang tidak dapat hidup selain di daerah dengan ombak yang kuat.b. Kegiatan ombak dapat memperluas batas zona intertidal. Ini terjadi karena penghempasan air yang lebih tinggi di pantai dibandingkan yang terjadi pada saat pasang surut yang normal. Deburan ombak yang terus-menerus ini membuat organime laut dapat hidup di daerah yang lebih tinggi di daerah yang terkena terpaan ombak daripada di daerah tenang pada kisaran pasang surut yang sama. Kegiatan ombak juga mempunyai pengaruh kecil lainnya, yakni mencampur atau mengaduk gas-gas atmosfir ke dalam air, jadi meningkatkan kandungan oksigen sehingga daerah yang diterpa ombak tidak pernah kekurangan oksigen. Karena interaksi dengan atmosfer terjadi secara teratur dan terjadi pembentukan gelembung serta pengadukan substrat, penetrasi cahaya di daerah yang diterpa ombak dapat berkurang. Akan tetapi secara ekologi hal ini tidak begitu jelas.3) Suhu dan SalinitasMerupakan parameter yang sangat penting apabila kita menyelidiki tentang asal-usul dari air tersebut. Kedua parameter ini menentukan densitas air laut. Perbedaan densitas antara dua tempat akan menghasilkan perbedaan tekanan yang kemudian memicu aliran massa air dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Disamping itu, dengan menggabungkan suhu dan salinitas dalam suatu diagram (dikenal sebagai T-S diagram) kita dapat melacak asal-usul dari massa air tesebut. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh:a) Radiasi suryab) Posisi suryac) Letak geografisd) Musime) Kondisi awanf) Serta proses antara air tawar dan air laut (seperti penguapan dan hembusan angin).Salinitas juga dipengaruhi oleh:a) lingkungan (muara sungai atau gurun pasir)b) musim c) interaksi antara air dan udara (penguapan dan hembusan angin, percampuran antara sungai dan laut, dan interaksi antara laut dengan daratan/gunung es)Salinitas didefinisikan sebagai jumlah kandungan garam dari suatu perairan, yang dinyatakan dalam permil. Kisaran salinitas air laut antara 0 40 , yang berarti kandungan garam berkisar antara 0 40 g/kg air laut.Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Hempasan gelombang dan hembusan angin menyebabkan pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai. Gumukan pasir (sand dunes) adalah bentuk lahan asal proses aktivitas angin (aeolin depositional landform), lahan ini terbentuk jika ada material klastik dan lepas-lepas seperti pasir dan tenaga angin yang memindahkan material tersebut. Proses ini juga dikenal dengan deflation processes. Menurut Zuidam (1986) karakteristik gumuk pasir adalah sebagai berikut : relief morfologi pendek, permukaan dengan lereng curam dan topografi irreguler, terjadi pengangkutan pasir oleh angin, material utama berupa pasir, tanah belum terbentuk secara nyata, air permukaan sedikit atau cenderung tidak ada, air tanah mungkin ada, drainase sangat baik, vegetasi atau penggunaan lahan pada dasarnya tidak ada, tapi di kaki gumuk yang tinggi beberapa vegetasi dimungkinkan ada Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentuk hutan, yaitu hutan bakau. Hutan bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar dan dasarnya terdiri atas lumpur. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang.

2.3 Jenis PantaiMenurut Nybakken (2001) di lihat dari struktur tanah dan bahan penyusunnya, pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu: a. Pantai Berbatu Pantai berbatu merupakan salah satu jenis pantai yang tersusun oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara umum tersusun oleh bebatuan. Keadaan ini berlawanan dengan penampilan pantai berpasir dan pantai berlumpur yang hampir tandus.Dari semua pantai, pantai ini memiliki berbagai organisme dengan keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan.

Gambar 2. Pantai BerbatuPantai berbatu menyediakan habitat untuk tumbuhan dan hewan. Habitat ini berperan sebagai substrat, tempat mencari makan, tempat persembunyian serta tempat berinteraksinya berbagai macam organisme khususnya yang memiliki hubungan rantai makanan. Daerah intertidal khususnya pantai berbatu meruapakan zona yang penting untuk manusia dan organisme lain. Daerah ini banyak dihuni hewan coelenterata, moluska, crustaceae dan tumbuhannya adalah alga bersel tunggal, alga hijau, dan alga merah.

b. Pantai Berpasir Pantai berpasir merupakan lingkungan yang sangat dinamis, dimana struktur fisik habitatnya digambarkan dengan adanya interaksi antara pasir, gelombang, dan pasang surut air laut. Pantai berpasir merupakan salah satu jenis pantai yang dinamis karena kemampuannya untuk menyerap energy gelombang. Energy gelombang ini dikeluarkan melalui pergerakan airnya yang membawa pasir pantai ke luar wilayah pantai pada saat gelombang besar dan membawanya kembali ke wilayah pantai pada saat gelombang dalam keadaan tenang.

Gambar 3. Pantai BerpasirPantai berpasir merupakan tempat yang dipilih untuk melakukan berbagai aktivitas rekreasi. Pantai pasir kelihatan tidak dihuni oleh kehidupan makroskopik. Organisme tentu saja tidak tampak karena faktor-faktor lingkungan yang beraksi di pantai ini membentuk kondisi dimana seluruh organisme mengubur dirinya dalam substrat. Adapun kelompok makhluk hidup yang mendiami habitat ekosistem pantai berpasir terdiri dari kelompok invertebrate dan makrofauna bentik. c. Pantai Berlumpur Pantai berlumpur ini merupakan pantai yang lebih terlindung dari gerakan ombak, keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih halus dan mengakumulasi lebih banyak bahan organik sehingga menjadi berlumpur. Pantai berlumpur memiliki substrat yang sangat halus dengan diameter kurang dari 0.002 mm. Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang. Karena itu, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang benar-benar terlindungi dari aktivitas gelombang laut terbuka.

Gambar 4. Pantai BerpasirPantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel sedimen yang butirannya halus. Pantai berlumpur berada di berbagai tempat, sebagian di teluk yang tertutup, gobah, pelabuhan, dan terutama estuaria. Pantai berlumpur cenderung untuk mengakumulasikan bahan organik, yang berarti bahwa tersedia cukup banyak makanan yang potensial untuk organisme penghuni pantai, tetapi berlimpahnya partikel organik yang halus yang mengendap di daratan lumpur juga mempunyai kemampuan untuk menyumbat permukaan alat pernapasan.

2.4 Flora dan fauna ekosistem pantaiDaerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut.Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentak hutan, yaitu hutan bakau. Hutan bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar dan dasarnya terdiri atas lumpur. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.Tumbuhan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut bergerombol membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut formasi. Setiap formasi diberi nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.Berdasarkan tempatnya atau daerahnya,ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi,yaitu:1. Pada daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.2. Pada daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.3. pada daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.Berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi 2, yaitu formasi Pres-Caprae dan formasi Baringtonia.1. Formasi Pres-CapraePada formasi ini, tumbuhan yang dominan adalah Ipomoea pes-caprae, tumbuhan lainnya adalah Vigna, Spinifex littoreus (rumput angin), Canavalia maritime, Euphorbia atoto, Pandanus tectorius (pandan), Crinum asiaticum (bakung), Scaevola frutescens (babakoan).2. Formasi BaringtoniaVegetasi dominan adalah pohon Baringtonia (butun), tumbuhan lainnya adalah Callophylum inophylum (nyamplung), Erythrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus (waru laut), Terminalia catapa (ketapang).Di ekosistem pantai batu yang merupakan ekosistem yang terbentuk dari bongkahan-bongkahan batu granit yang besar atau berupa batuan padas yang terbentuk dari proses konglomerasi , biasanya didominasi vegetasi jenis Sargassum atau Eucheuma. Sedangkan tumbuhan berbiji yang hidup di daerah ini beradaptasi pada habitat tanah berpasir. Sedangkan ekosistem pantai lumpur yang terbentuk dari pertemuan antara endapan lumpur sungai dengan tumbuhannya adalah Tricemia, Skeratia, dan rumput laut atau Enhalus acoroides. Ekosistem ini merupakan habitatnya berbagai jenis biota ikan gelodok Gambar 5. Beberapa contoh flora dan fauna di ekosistem pantaiBAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan TempatPraktikum pengamatan ekosistem pantai dilaksanakan pada hari jumat tanggal 30 Januari 2015 pukul 10.30 di pantai Indrayanti Yogyakarta dan proses pengamatan sampel di lakukan di Laboratorium Biologi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

3.2 Alat dan Bahan3.2.1 AlatAdapun alat yang digunakan pada praktikum ekosistem pantai yaitu, botol sampel, spidol, plastic, dan salinotes.3.2.2 BahanAdapun bahan yang digunakan pada praktikum ekosistem pantai yaitu beberapa jenis tumbuhan yang ada di pantai indrayanti, sampel air, dan sampel hewan.

3.3 Cara Kerja1) Siapkan perlatan yang akan digunakan pada praktikum2) Amati pantai dan analisis termasuk jenis pantai apa3) Ukur kadar garam air pantai dengan menggunakan salino test4) Ambil beberapa sampel tumbuhan dan hewan yang ditemui dan masukkan dalam botol sampel usahakan dalam keadaan tertutup rapat5) Lakukan identifikasi terhadap sampel yang telah diperoleh.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HasilTabel Hasil Sampel TumbuhanGambarKlasifikasi

Ulva lactucaKingdom:PlantaeDevisio:ThallophytaClassis:ChlorophyceaeOrdo:UlvalesFamilia:UlvaceaeGenus:UlvaSpesies:Ulva lactuca

Eucheuma spinosumKingdom : Plantae Divisi : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Famili : Solierisceae Genus : Eucheuma Spesies : Eucheuma spinosum

Eucheuma spinosum merupakan salah satu jenis rumput laut dari kelas Rhodophyceae (ganggang merah). Klasifikasi rumput laut jenis ini menurut (Anggadiredja et al. 2006) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Famili : Solierisceae Genus : Eucheuma Jenis : Eucheuma spinosum Ciri-ciri rumput laut jenis ini yaitu thallus silindris, percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi nodulus, berupa duri lunak yang tersusun berputar teratur mengelilingi cabang, lebih banyak dari yang terdapat pada E. cottonii. Jaringan tengah terdiri dari filament tidak berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar, lapisan korteks, dan lapisan epidermis. Ciri-ciri lainnya mirip E. cottonii (Anggadiredja et al. 2006). Potensi Pemanfaatan Eucheuma spinosum Pemanfaatan Eucheuma spinosum adalah sebagai salah satu jenis rumput laut penghasil karagenan (carragenophytes). Eucheuma spinosum jenis rumput laut penghasil iota karaginan. Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium, natrium, magnesium dan kalium sulfat dengan galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa kopolimer. Karaginan adalah suatu bentuk polisakarida linear dengan berat molekul di atas 100 kDa (Winarno 1996). Karagenan berfungsi sebagai penstabil, pensuspensi, pengikat, protective (melindungi kolid), film former (mengikat suatu bahan), syneresis inhibitor (mencengah terjadinya pelepasan air) dan flocculating agent (mengikat bahan-bahan) (Anggadiredja et al. 2006). Selain itu karaginan juga berperan sebagai stabilizer (penstabil), thickener (bahan pengentalan), pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan industri lainnya (Winarno 1996).