ekosistem mangrove

Upload: nurul-hafazah

Post on 02-Mar-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EKOSISTEM MANGROVE1. Definisi Ekosistem MangroveEkosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat supra-pasut dari pantai berlumpur, teluk, dan estuary yang didominasi oleh Halophyta , yakni tumbuh-tumbuhan yang hidup di air asin, berkelompok dan beradaptasi tinggi, yang berkaitan dengan anak sungai, rawa, dan banjiran, bersama-sama dengan populasi tumbuh-tumbuhan dan hewan. Ekosistem mangrove terdiri dari dua bagian, bagian daratan dan bagian perairan. Bagian perairan juga terdiri dari dua bagian, yakni air tawar dan air laut. Ekosistem mangrove sangat produktif, rapuh, dan penuh sumber daya. Dapat juga diartikan sebagai ekosistem yang mendapat subsidi energy karena arus pasut banyak membantu dalam penyebaran zat-zat hara (Romimohtarto, 2007).

Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan nama dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. Sehingga dalam percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah pantai(Anonim, 2011).

Gambar 1. Hutan Mangrove2. Karakter MangroveKarakteristik hutan mangrove dapat dilihat dari berbagai aspek seperti floristik, iklim, temperatur, salinitas, curah hujan, geomorphologi, hidrologi dan drainase. Secara umum, karakteristik habitat hutan mangrove digambarkan sebagai berikut : (Anonim, 2009).

Umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir. Tanah mangrove umumnya kaya akan ion Na. kandungan Ca dan Mg lebih tinggi daripada N. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat. Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Air pasang memberi makanan bagi hutan dan air sungai yang kaya mineral memperkaya sedimen dan rawa tempat mangrove tumbuh. Dengan demikian bentuk hutan mangrove dan keberadaannya dirawat oleh pengaruh darat dan laut. Air bersalinitas payau (2-22 permil) hingga asin (hingga 38 permil).Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau (Romimohtarto, 2009).3. Zonasi mangroveMenurut Mamung (2008) Pembagian zonasi kawasan mangrove yang dipengaruhi adanya perbedaan penggenangan atau perbedaan salinitas meliputi :1.Zona garis pantai (Proksimal), yaitu kawasan yang berhadapan langsung dengan laut. Lebar zona ini sekitar 10-75 meter dari garis pantai dan biasanya ditemukan jenis Rhizophora stylosa, R. mucronata, Avicennia marina dan Sonneratia alba.2.Zona tengah (Middle), merupakan kawasan yang terletak di belakang zona garis pantai dan memiliki lumpur liat. Biasanya ditemukan jenis Rhizophora apiculata, Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, B. gymnorrhiza, B. parviflora, B. sexangula, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolaris dan Lumnitzera littorea.3.Zona belakang (Distal), yaitu kawasan yang berbatasan dengan hutan darat. Jenis tumbuhan yang biasanya muncul antara lain Achantus ebracteatus, A. ilicifolius, Acrostichum aureum, A. speciosum. Jenis mangrove yang tumbuh adalah Heritiera littolaris, Xylocarpus granatum, Excoecaria agalocha, Nypa fruticans, Derris trifolia, Osbornea octodonta dan beberapa jenis tumbuhan yang biasa berasosiasi dengan mangrove antara lain Baringtonia asiatica, Cerbera manghas, Hibiscus tiliaceus, Ipomea pes-caprae, Melastoma candidum, Pandanus tectorius, Pongamia pinnata, Scaevola taccada dan Thespesia populnea.4. Populasi Utama Penyusun Mangrove

Tumbuhan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang terdiri dari 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus) yang termasuk ke dalam delapan famili (Anonim, 2009).

Hutan mangrove juga dapat dibagi menjadi zonasi-zonasi berdasarkan jenis vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut:

1.Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan yang ada memilliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.

2.Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah. Mangrove pada zona ini masih tergenang pada saat air pasang.

3.Zona Bruguiera, terletak di balakang zona Rhizophora dan memiliki substrat tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi atau 2 kali dalam sebulan.

4.Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan daratan.

Gambar 2. Zonasi MangroveFauna yang hidup di ekosistem mangrove, terdiri dari berbagai kelompok, yaitu: mangrove avifauna, mangrove mammalia, Mollusca, Crustacea, dan fish fauna. Komunitas fauna mangrove membentuk percampuran antara dua kelompok: (1) Kelompok fauna daratan/terestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas insekta, ular primata dan burung. Kelompok ini tidak mempunyai sifat adaptasi khusus untuk hidup di dalam hutan mangrove, karena mereka melewatkan sebagian besar hidupnya di luar jangkauan air laut pada bagian pohon yang tinggi, meskipun mereka dapat mengumpulkan makanannya berupa hewan lautan pada saat air surut. (2) Kelompok fauna perairan/akuatik, yang terdiri atas dua tipe, yaitu: yang hidup di kolom air, terutama berbagai jenis ikan dan udang ; yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon mangrove) maupun lunak (lumpur), terutama kepiting, kerang dan berbagai jenis invertebrata lainnya. Ikan mangrove yang khas yaitu ikan gelodog (Periophthalmus spp.).

Ikan gelodok

5. Biologi MangroveDalam Romimohtarto (2007), Tumbuhan mangrove mengkonversi cahaya matahari dan zat hara (nutrien) menjadi jaringan tumbuhan (bahan organik) melalui proses fotosintesis. Tumbuhan mangrove merupakan sumber makanan potensial dalam berbagai bentuk, bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove. Berbeda dengan ekosistem pesisir lainnya, komponen dasar dari rantai makanan di ekosistem mangrove bukanlah tumbuhan mangrove itu sendiri, tapi serasah yang berasal dari tumbuhan mangrove (daun, ranting, buah, batang dan sebagainya). Sebagian serasah mangrove didekomposisi oleh bakteri dan fungi menjadi zat hara (nutrien) terlarut yang dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton, algae ataupun tumbuhan mangrove itu sendiri dalam proses fotosintesis; sebagian lagi sebagai partikel serasah (detritus) dimanfaatkan oleh ikan, udang dan kepiting sebagai makanannya. Proses makan memakan dalam berbagai kategori dan tingkatan biota membentuk suatu rantai makanan.Ekosistem mangrove yang terjadi kerena perpaduan habitat yang brtentangan adalah unik. Untuk menghadapi lingkungan yang unuk ini jasad jasad hidup yang hidup dilingkungan ini telah mengembangkan krmampuan menyesuaikan diri dengan keadaan yang unik tersebut kemampuan adaptasi ini dapat dilihat pada sejumlah jenis mangrove yang termasuk kedalam suku yang berbeda. Misalnya, meskipun dilingkungan ini masih trcampur air asin sehingga sulit digunakan oleh tumbuh-tumbuhan. Untuk itu, semua tumbuhan mangrove mempunyai kutikula tebal untuk menyimpan air. Beberapa diantaranya mampu menyerap air laut dan membuang garamnya melalui kelenjar garam seperti Acanthus ilicifolius dan Avicennia spp. Selain itu tumbuhan mangrove mempunyai sifat lain seperti stomata yang membenam.Membanjirnya air pasang menggenagi substrat dan mempersukar tumbuh-tumbuhan biasa untuk hidup disini. Tetapi mangrove merah (Rhizophora spp) mempunyai akar tunggang (prop root) untuk menunjang tegaknya pohon mangrove tersebut. Tumbuhan mangrove memiliki tunas vegetative yang berfungsi untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi kekeringan, sehingga tidak mengalami kekurangan air. Walaupun hidup di tanah yang kekurangan zat asam, tumbuhan mangrove dapat menyesuaikan diri dengan akar nafas yang dimilikinya (pneumatophore). Contohnya, pada Avicennia spp, akar nafas membentuk seperti pensil dan pada Sonneratia spp. akar nafas lebih tumpul. Sedangkan pada Bruguiera spp, penyesuaian diri pada kekurangan zat asam dilakukan dengan akar lutut (knee root).Untuk perkembangbiakan tumbuhan mangrove disebut viviparitas (viviparity). Dalam hal ini biji tumbuh-tumbuhan tumbuh menjadi tumbuhan muda selagi masih melekat pada tumbuhan induknya. Sekali ia lepas dari induknya, maka akan menancap pada dasar lumpur dengan hipokotil yang seperti paku besar. Adaptasi semacam ini kebanyakan terdapat pada jenis mangrove seperti Rhizophora, Bruguiera, dan Ceriops.

Ikan gelodog yang merupakan ikan khas mangrove beradaptasi dengan mengembangkan siripnya untuk meluncur di permukaan lumpur dan air. Matanya dapat digunakan untuk melihat di atas dan di dalam air. Kulitnya digunakan untuk pernapasan tumbuhan. Beberapa hewan membuat liang saat musim kawin, seperti ikan gelodog. Kepiting grapsid membuat liang di antara akar mangrove. Liang-liang itu digunakan untuk tempat hidup, makan, bernapas, sembunyi, dan berbiak. Udang lumpur membuat liang yang lebih rumit lagi, jenis udang ini hampir tak pernah meninggalkan liangnya dan aktif memindahkan tanah ke permukaan pada malam musim hujan, sehingga di sekitar lubang terdapat gundukan tanah. Tiram mangrove (Crassostrea spp.) biasa menempel pada akar Rhizopora dan Bruguiera. Selain itu ada pula keong, kerang, kepiting, udang, teritip, isopoda, amphipoda, cacing, sepon, dan ikan. Jenis-jenis keong seperti Littorina scabra dan Cassidula musterina terdapat pada daun dan tangkai mangrove. Sedangkan kepiting, Metopograpsus mampu memanjat akar mangrove.

6. Penyebab Kerusakan MangrovePermasalahan utama tentang pengaruh atau tekanan terhadap habitat mangrove bersumber dari keinginan manusia untuk mengkonversi areal hutan mangrove menjadi areal pengembangan perumahan, kegiatan-kegiatan komersial, industri dan pertanian. Selain itu juga, meningkatnya permintaan terhadap produksi kayu menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap hutan mangrove. Kegiatan lain adalah pembukaan tambak-tambak untuk budidaya perairan, yang memberikan kontribusi terbesar bagi pengrusakan mangrove. Dalam situasi seperti ini, habitat dasar dan fungsinya menjadi hilang dan kehilangan ini jauh lebih besar dari nilai penggantinya.

KEGIATANDAMPAK

Tebang habisBerubahnya komposisi tumbuhan; pohon-pohon mangrove akan digantikan oleh spesies-spesies yang nilai ekonominya rendah dan hutan mangrove yang ditebang ini tidak lagi berfungsi sebagai daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah pengasuhan (nursery ground) yang optimal bagi bermacam ikan dan udang stadium muda yang penting secara ekonomi.

Pengalihan aliran air tawar, misalnya pada pembangunan irigasiPeningkatan salinitas hutan (rawa) mangrove menyebabkan dominasi dari spesies-spesies yang lebih toleran terhadap air yang menjadi lebih asin; ikan dan udang dalam stadium larva dan juvenil mungkin tak dapat mentoleransi peningkatan salinitas, karena mereka lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan. Sedangkan menurunnya tingkat kesuburan hutan mangrove karena pasokan zat-zat hara melalui aliran air tawar berkurang.

Konversi menjadi lahan pertanian, perikanan Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di perairan lepas pantai yang memerlukan hutan (rawa) mangrove sebagai nursery ground larva dan/atau stadium muda ikan dan udang. Pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar yang sebelum hutan mangrove dikonversi dapat diikat oleh substrat hutan mangrove. Pendangkalan peraian pantai karena pengendapan sedimen yang sebelum hutan mangrove dikonversi mengendap di hutan mangrove. Erosi garis pantai yang sebelumnya ditumbuhi mangrove. Intrusi garam melalui saluran-saluran alam yang bertahankan keberadaannya atau melalui saluran-saluran buatan manusia yang bermuara di laut.

Pembuangan sampah cair (Sewage) Penurunan kandungan oksigen terlarut dalah air air, bahkan dapat terjadi keadaan anoksik dalam air sehingga bahan organik yang terdapat dalam sampah cair mengalami dekomposisi anaerobik yang antara lain menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) dan aminia (NH3) yang keduanya merupakan racun bagi organisme hewani dalam air. Bau H2S seperti telur busuk yang dapat dijadikan indikasi berlangsungnya dekomposisi anaerobik.

Pembuangan sampah padat Kemungkinan terlapisnya pneumatofora dengan sampah padat yang akan mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove. Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat yang kemudian larut dalam air ke perairan di sekitar pembuangan sampah.

Pencemaran minyak akibat terjadinya tumpahan minyak dalam jumlah besar.

Kematian pohon-pohon mangrove akibat terlapisnya pneumatofora oleh lapisan minyak.

Penambangan dan ekstraksi mineral. Kerusakan total di lokasi penambangan dan ekstraksi mineral yang dapat mengakibatkan : musnahnya daerah asuhan (nursery ground) bagi larva dan bentuk-bentuk juvenil ikan dan udang yang bernilai ekonomi penting di lepas pantai, dan dengan demikian mengancam regenerasi ikan dan udang tersebut. Pengendapan sedimen yang berlebihan dapat mengakibatkan : Terlapisnya pneumatofora oleh sedimen yang pada akhirnya dapat mematikan pohon mangrove.

7. Fungsi dan Manfaat Mangrove

Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2008), ekosistem mangrove memiliki banyak nilai dan manfaat. Diantaranya, mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai mengingat sistem perakarannya yang dapat meredam ombak, arus, serta menahan sedimen. Dalam beberapa kasus, penggunaan vegetasi mangrove untuk penahan erosi lebih murah dan memberikan dampak ikutan yang menguntungkan dalam hal meningkatkan kualitas perairan di sekitarnya, dimana hal ini tidak bisa diperoleh dari penggunaan struktur bangunan keras. Mangrove dapat juga berfungsi untuk melindungi pantai dari hempasan badai dan angin Kemudian pemanfaatan lainnya adalah pemanfaatan mangrove sebagai pengendali pencemaran, karena mengrove memiliki sifat mengendapkan polutan yang melaluinya. Sebagai contoh adalah penggunaan mangrove untuk mengendapkan limbah tailing di Teluk Bintuni - Papua Selatan yang berasal dari sisa pertambangan emas daerah dulu. Peran lainnya adalah pemanfaatan mangrove untuk menahan intrusi air laut, fungsi ini sama dengan fungsi hutan yaitu menyimpan air tanah. Kemampuan ini telah terbukti dari lahan yang mangrovenya terjaga dengan baik, kondisi air tanah tidak terintrusi air laut. Sebaliknya, pada lahan mangrove yang telah dikonversi untuk keperluan lain, kondisi air tanah telah mengalami intrusi oleh air laut (Anonim3,2011).Dalam Kamal (2006) Hutan magrove suatu ekosistem yang unik dan mempunyai 3 fungsi pokok yaitu :

a. Fungsi fisik, yaitu menjaga garis pantai agar tetap stabil,melindungi pantai dari gempuran ombak dan abrasi,menjadi wilayah penyangga terhadap rembesan air laut (instrusi) dan sebagai filter pencemaran yang masukke laut.b. Fungsi biologis, yaitu sebagai daerah asuhan dan sebagai tempat pemijahan bagi ikan, udang, kepiting, kerang, dan biota perairan laut lainnya, tempat persinggahan burung-burung yang bermigrasi serta tempat habitat alami berbagai jenis biota flora dan fauna lainnya seperti serangga.

Gambar 4. Rantai Makanan Pada Ekosistem Mangrove

c. Fungsi Ekonomis, yaitu sebagai bahan bakar seperti arang dan kayu bakar, bahan bangun ( balok, atap rumah, dan tikar),perikanan, pertanian, tekstil (serat sintetis), makanan, obat-obatan, minuman beralkohol, bahan mentah kertas bahan pembuat kapal dan lainnya.

Gambar5. Pemanfaatan Mangrove Secara Ekonomi Untuk Kayu BakarDAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Sekilas Tentang Mangrove. [Serial Online] http://muislife.blogspot.com. Diunduh tanggal 21 Nopember 2011.

Anonim. 2011. Kebijakan Hutan Mangrove di Indonesia [Serial Online].Departemen Kehutanan. 2011. Pengertian Dasar Mangrove [Serial Online]. http://bphm-i.sim-rlps.dephut.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=49:basic&catid=36:infohut&Itemid=63. Diunduh Pada tanggal 19 Sept 2011.Dewi, meita. 2011. Hutan Mangrove, Permasalahan dan Solusinya [Serial Online]. http://metastres.blogspot.com/2011/05/hutan-mangrove-permasalahan.html. di unduh pada tanggal 19 Sept 2011.Efendy, Eko. 2009. Ekosistem Mangrove [Serial Onlie]. Mamung. 2008. Zonasi Mangrove [Serial Online]. http://muhamaze.wordpress.com/2008/09/15/zonasi-mangrove/. Diunduh Pada tanggal 19 Sept 2011.Romimohtarto. Kasijan, dkk. 2007. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta. TUGAS BIOLOGI LAUTEKOSISTEM MANGROVE

Disusun oleh :Rabiatul Adawiyah (G1A 007 044)Irma Fandy Inayah (G1A 008 003)

Rizki Primaditya Hasanto (G1A 008 007)

Ahmad Fathur Rizal (G1A 008 037)

Sri Suyatni (G1A 008 036)

Nurrahmi Apriyanti (G1A 009 001)

Meylina Ika Putri (G1A 009 021)

Momi Yunita (G1A 009 041)PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MIPA

UNVERSITAS MATARAM

2011

Kelompok II :

Dian Septiani

G1A008008

Lina Yulianastuti

G1A0080

Desi Ardianti

G1A0080

Ida Ayu Nopiari

G1A0080

Andre Reinaldi

G1A0070

Eri Yuli HerawatiG1A0070

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

Oktober, 2011