ekosistem danau
TRANSCRIPT
-
EKOSISTEM DANAU
Fathul Alim
12/331644/PN/12736
Manajemen Sumberdaya Perikanan
Intisari
Danau merupakan salah satu jenis ekosistem akuatik yaitu jenis ekosistem lakustrin atau
lentik yang perairannya menggenang. Terbentuk dari sejumlah air(tawar atau asin) yang
terakumulasi dalam wilayah yang cukup luas dikarenakan aliran sungai, mencairnya gletser,
aktivitas tektonik, atau karena adanya mata air yang menggenang. Dalam ekosistem danau
terdapat banyak organisme dimana organisme tersebut memiliki ketergantungan terhadap
lingkungan biotik maupun abiotik. Maka dari itu dilakukan penelitian terhadap ekosistem
danau. Salah satunya dilakukan penelitian pada hari Sabtu 20 April 2013 pukul 07.00 sampai
dengan selesai di danau Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah
metode water sampler dengan lokasi yang dibagi menjadi 7 stasiun. Tiap-tiap stasiun
dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel air untuk dilakukan pengukuran berbagai
parameter. Parameter tersebut terdiri dari parameter fisik meliputi suhu air dan udara,
kecerahan air, warna air,dan TSS. Untuk parameter kimia terdiri dari DO, CO2 bebas,
alkalinitas, pH, BO,dan BOD5. Sedangkan untuk parameter biologi terdiri atas densitas dan
diversitas plankton. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik ekosistem lentik
dan faktor pembatasnya, untuk mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur suatu
perairan lentik, untuk mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan
populasi biota perairan, serta untuk mempelajari kualitas perairan lentik baerdasarkan indeks
diversitas biota perairan. Didapatkan hasil dari 7 stasiun, stasiun terbaik yaitu stasiun 6 yang
memiliki tingkat diversitas plankton tertinggi sebesar 95 dengan parameter fisik suhu udara
30C, suhu air 27C, kecerahan 69cm, dan TSS 0,24ppm; parameter kimia DO 2,8ppm, CO2
11ppm, alkalinitas 63ppm, pH 7, BO 2,4ppm, dan BOD5 0,731ppm. Dapat disimpulkan
secara umum kondisi perairan danau Tambak Bayan termasuk kualitas yang baik untuk
organisme-organisme perairan lentik.
Kata kunci : Danau, densitas, diversitas, kualitas air, parameter
-
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki banyak perairan umum seperti waduk, danau, empang, situ, rawa,
dan sungai. Perairan umum ini mempunyai berbagai fungsi, diantaranya untuk PLTA, irigasi,
perikanan, dan juga wisata. Masyarakat sekitar menggunakan perairan umum untuk
memelihara karamba dan jala apung juga untuk mencari ikan (Kuncoro dan Wiharto,2011).
Salah satu perairan umum yang penting yaitu danau. Danau adalah wilayah yang digenangi
badan air sepanjang tahun serta terbentuk secara alami. Pembentukan danau terjadi karena
gesekan kulit bumi sehingga bentuk dan luasnya sangat bervariasi (Ghufran,2008).
Menurut Odum(1988) Danau merupakan salah satu jenis ekosistem akuatik yaitu
ekosistem lakustrin atau lentik yang perairannya mengenang. Terbentuk dari sejumlah
air(tawar atau asin) yang terakumulasi dalam wilayah yang cukup luas dikarenakan aliran
sungai, mencairnya gletser, aktivitas tektonik atau karena adanya mata air yang menggenang.
Danau yang sengaja dibuat oleh manusia disebut waduk. Waduk dibangun dengan tujuan
untuk mengatur distribusi ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan air pada suatu waktu
dan tempat tertentu (Budieny,dkk.,2002). Pengetahuan mengenai kondisi kualitas perairan
danau yang dicerminkan oleh nilai konsentrasi beberapa parameter kualitas air, baik secara
fisika, kimia, maupun secara biologis sangat diperlukan untuk dapat mengetahui korelasi
antara organisme dengan lingkungannya (Juliana,2009). Dalam ekosistem danau yang
memiliki kualitas air yang baik, biasanya memiliki indeks diversitas biota perairan yang baik.
Hal ini ditandai dengan tingkat keanekaragaman spesies yang hidup dalam ekosistem tersebut
(Soemartono,2004).
Terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ekosisten danau. Pertama, mempelajari
karakteristik ekosistem lentik(perairan menggenang) dan fakto-faktor pembatasnya. Kedua,
mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur(parameter) fisik, kimia, dan biologik
suatu perairan lentik. Ketiga, mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan
dengan populasi biota perairan(plankton dan bentos). Keempat yaitu untuk mempelajari
kualitas perairan lentik berdasarkan atas indeks diversitas biota perairan.
METODOLOGI
Penelitian ekosistem danau dilaksanakan pada hari Sabtu 20 April 2013 pukul 07.00
sampai dengan selesai di danau Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta. Alat dan bahan yang
-
digunakan pada penelitian ekosistem danau yaitu kertas pH atau pH meter, kertas saring,
timbangan analitik, larutan MnSO4 pekat, Na2S2O3, NaOH, H2SO4, HCl, indikator amilum,
indikator PP, indikator MO, indikator BCG/MR, kalium permanganat, amonium oksalat,
formalin, water sampler, meteran, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes, ember
plastik, jaring plankton, kertas label, dan pensil atau pulpen. Metode yang digunakan dalam
penelitian ekosistem danau adalah metode water sampler dengan lokasi pengamatan dibagi
menjadi 7 stasiun. Dilakukan pengukuran parameter fisik, kimia, dan biologi. Parameter fisik
meliputi suhu air dan udara, kecerahan air, dan TSS. Parameter kimia meliputi DO
menggunakan metode Winkler yaitu menentukan O2 terlarut dari cuplikan air, CO2 bebas
menentukan kandungan CO2 dari cuplikan air dengan metode alkalimetri, alkalinitas dengan
metode alkalimetri menentukan alkalinitas total dari cuplikan air, pH, BO, BOD0, BOD5.
Parameter biologi meliputi densitas dan diversitas plankton. Rumus yang digunakan untuk
menghitung padatan tersuspensi total yaitu
(berat akhir kertas saring berat
awal kertas saring) yaitu untuk mendapatkan padatan tersuspensi pada kertas saring. Rumus
untuk menghitung BOD5 ialah
(analisis kandungan O2 yang telah diinkubasi 5 hari
analisis kandungan O2 terlarut segera) . Rumus untuk menghitung indeks
diversitas plankton yaitu
, dengan H merupakan indeks keragaman, Ni
mewakili cacah individu suatu genus, dan N merupakan cacah individu seluruh genera.
Perhitungan DO menggunakan metode Winkler dengan rumus
,
dengan Y merupakan banyaknya larutan Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi. Perhitungan
CO2 dan alkalinitas menggunakan metode alkalimetri dengan rumus
dengan C adalah NaOH yang digunakan untuk titrasi, ( )
( ) , dengan X merupakan kandungan CO3- dan Y merupakan kandungan HCO3
-.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi penelitian ekosistem danau ini terletak di danau Tambak Bayan, Sleman,
Yogyakarta. Secara kasat mata, danau ini cukup luas dengan warna air kehijauan. Di pinggir
dan sekitar danau dapat terlihat beberapa sampah plastik atau limbah hasil rumah tangga, ini
disebabkan letak danau yang berdekatan dengan penukiman warga dan tempat wisata yang
biasa dikunjungi warga sekitarnya. Terlihat juga beberapa pohon dan semak di sekitar danau.
-
Pada penelitian iini dilakukan pengukuran terhadap beberapa parameter yaitu
parameter fisik, kimia, dan biologi. Parameter fisik meliputi suhu air dan udara, kecerahan
air, dan TSS. Parameter kimia meliputi DO, CO2, alkalinitas, pH, BO, dan BOD5. Parameter
biologi yaitu parameter yang dapat digunakan sebagai indikator terhadap kesesuaian
lingkungan danau dengan organismenya meliputi densitas dan diversitas plankton.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Parameter Fisika, Kimia, Biologi
Parameter
Stasiun
1 2 3 4 5 6 7
Fisika
Suhu Air (C) 27.25 28 25 26 27.5 27 27
Suhu Udara (C) 29 34 27 29 29 30 27
Kecerahan (cm) 14 117 56 73.25 66 69 70
TSS (ppm) 0.4526 0.267 0.308 0.067 0.673 0.24 0.0027
Kimia
DO (ppm) 5 5.58 3.2 5.5 4.78 2.8 9.5
CO2 (ppm) 8.4 18.7 9 15 8.3 11 6.3
Alkalinitas (ppm) 85 96 97 20 74 63 47.6
pH 7 7 7 7.1 7 7 7
BO (ppm) 4.80 7.21 8.40 7.27 9.50 2.40 183.454
BOD5 (ppm) 0.97 0.75 0.865 0.35 0.7 0.731 1.15
Biologi
Densitas Plankton 0.3559 0.8698 0.3476 0.796 10.922 0.7808 0.1118
Diversitas
Plankton 38 17 23 52 30 95 14
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa suhu udara pada stasiun 5 yaitu sebesar 29C.
Suhu udara dapat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang menyinari. Suhu udara
juga dapat dipengaruhi oleh vegetasi yang berbeda di daerah tersebut, karena dengan adanya
vegetasi di sekitar perairan dapat menghalangi sinar matahari. Sedangkan suhu air pada
stasiun 5 yaitu sebesar 27,5C. Untuk kisaran daeras tropis, suhu ini masih dalam batas
-
kewajaran untuk kehidupan beberapa biota perairan. Menurut Effendi(2003), tinggi
rendahnya nilai suhu pada suatu badan air utamanya dipengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari, letak geografis, serta ketinggian danau dari atas permukaan air laut.
Kecerahan suatu perairan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau densitas dari
plankton, sebab densitas atau kepadatan planktondapat menutupi badan perairan yang
menyebabkan cahaya matahari yang masuk dan menembus air hanya sedikit intensitasnya,
didapatkan nilai kecerahan pada stasiun 5 yaitu sebesar 66cm. Densitas plankton dan TSS
akan mempengaruhi intensitas cahaya yang menembus badan air, didapatkan nilai TSS pada
stasiun 5 yaitu sebesar 0,673ppm. Kandungan TSS ini biasanya berupa lumpur, pasir halus,
dan jasad-jasad renik.
Parameter kimia meliputi DO, CO2, alkalinitas, pH, BO, dan BOD5. Didapatkan nilai
DO pada stasiun 5 sebesar 4,78ppm. Menurut Effendi(2003), kadar DO pada suatu perairan
dapat dipengaruhi oleh pencampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis,
respirasi, dan limbah yang masuk ke dalam badan air. Karbondioksida yang terdapat di
perairan berasal dari berbagai sumber antara lain difusi dari atmosfer, air hujan, air yang
melewati tanah organik, dan respirasi makhluk hidup. Didapatkan nilai CO2 pada stasiun 5
sebesar 8,3ppm. Nilai alkalinitas yang didapat pada stasiun 5 sebesar 74ppm. Tingkat
alkalinitas suatu perairan jika tinggi dapat menghambat sifat toksik dari logam berat karena
kation-kation penyusun kesadahan dapat membentuk senyawa kompleks dengan logam berat
tersebut (Effendi,2003). Nilai pH pada stasiun 5 sebesar 7 atau netral. pH dapat
mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Bahan organik atau BO merupakan kumpulan
beragam senyawa organik kompleks seperti humus dan senyawa organik lainnya. Nilai BO
pada stasiun 5 yaitu sebesar 2,4ppm yaitu tergolong rendah. Apabila BO tinggi, dapat
mencemari lingkungan dengan meningkatnya kandungan CO2 bebas. BOD5 merupakan suatu
indikator pencemaran. Didapatkan kandungan BOD5 pada stasiun 5 sebesar 0,7ppm.
Parameter biologi yang diteliti meliputi densitas dan diversitas plankton. Densitas dan
diversitas plankton yang didapat pada stasiun 5 yaitu sebesar 1,0922 dan 30 idv/L. Tingkat
densitas dan diversitas tiap stasiun berbada-beda. Perbedaan tersebut dapat disebabkan karena
beberapa faktor yaitu dari parameter-paremeter yang diamati, kondisi geografis dari tiap
stasiun,dan tingkat tinggi atau rendahnya jumlah limbah pada setiap lokasi.
-
Grafik 1. Suhu Air vs Stasiun Grafik 2. Suhu udara vs Stasiun
Grafik 3. DO vs Stasiun Grafik 4. CO2 vs Stasiun
Dari grafik-grafik tersebut dapat terlihat hubungan suhu udara dan air dengan
kandungan oksigen terlarut dan kelarutan kadar CO2. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilitas. Peningkatan suhu juga
menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4, dan
sebagainya (Haslam,1995). Selain itu, penigkatan suhu juga menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan
peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10C menyebabkan
terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat.
Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga
keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme
akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan suhu juga
menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum
bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20C-30C (Effendi,2003). DO tertinggi
pada stasiun 7 sebesar 9,5ppm disebabkan karena rendahnya suhu pada lokasi penelitian yaitu
suhu udara terendah dari stasiun lainnya sebesar 27C dan suhu air 27C. Karena didapat DO
23242526272829
1 2 3 4 5 6 7Suh
u A
ir (
C)
Stasiun
Suhu Air vs Stasiun
Series126
27.529
30.532
33.535
1 2 3 4 5 6 7Su
hu
Ud
ara
(C
)
Stasiun
Suhu Udara vs Stasiun
Series1
0
5
10
1 2 3 4 5 6 7
DO
(p
pm
)
Stasiun
DO vs Stasiun
Series10
10
20
1 2 3 4 5 6 7
CO
2 (
pp
m)
Stasiun
CO2 vs Stasiun
Series1
-
tertinggi menyebabkan CO2 terendah sebesar 6,3ppm. CO2 tertinggi pada stasiun 2 tertinggi
karena suhu tinggi dan meningkatnya aktivitas resripasi organisme.
Grafik 5. CO2 vs Stasiun Grafik 6. Alkalinitas vs Stasiun
Grafik 7. pH vs Stasiun
Dari grafik-grafik tersebut dapat terlihat hubungan antara CO2 bebas, alkalinitas, dan
pH. Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber yaitu difusi dari
atmosfer, air hujan, air yang melewati tanah organik, dan respirasi tumbuhan, hewan, dan
bakteri aerob maupun anaerob. Sebagian kecil karbondioksida yang terdapat di atmosfer larut
ke dalam uap air membentuk asam karbonat (Moss,1993), yang selanjutnya jatuh sebagai
hujan. Sehingga air hujan selalu bersifat asam dengan nilai pH sekitar 5,6 (Mason,1993).
Jadi, pada dasarnya keberadaan karbondioksida di perairan terdapat dalam bentuk gas CO2,
HCO3-, CO3
-, dan H2CO3. Proporsi dari keempat bentuk karbon tersebut berkaitan dengan
nilai pH pada perairan. Dapat terlihat perbedaan pH pada stasiun 4 sebesar 0,1 dapat
disebabkan CO2 yang cukup tinggi daripada stasiun lainnya. Alkalinitas berperan sebagai
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5 6 7
CO
2 (
pp
m)
Stasiun
CO2 vs Stasiun
Series1
0
50
100
150
1 2 3 4 5 6 7
Alk
alin
itas
(p
pm
)
Stasiun
Alkalinitas vs Stasiun
Series1
6.95
7
7.05
7.1
7.15
1 2 3 4 5 6 7
pH
Stasiun
pH vs Stasiun
Series1
-
sistem penyangga(buffer) agar perubahan pH tidak terlalu besar. Satuan alkalinitas
dinyatakan dengan mg/liter kalsium karbonat(CaCO3) atau mili-ekuivalen/liter. Selain
bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan
ion. Nilai alkalinitas yang baik berkisar antara 30-500mg/liter CaCO3 (Effendi,2003).
Perbedaan pH pada stasiun 4 dapat mengekibatkan rendahnya nilai alkalinitas yaitu kurang
dari 30mg/liter CaCO3.
Grafik 8. DO vs Stasiun Grafik 9. CO2 vs Stasiun
Grafik 10. Densitas plankton vs Stasiun
Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara harian dan musiman, tergantung pada
percampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang
masuk ke badan air. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan organik dapat
mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol sehingga terjadi peningkatan kadar
karbondioksida(CO2) (Effendi,2003). Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi
oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4 5 6 7
DO
(p
pm
)
Stasiun
DO vs Stasiun
Series1
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5 6 7
CO
2 (
pp
m)
Stasiun
CO2 vs Stasiun
Series1
0
0.5
1
1.5
1 2 3 4 5 6 7
De
nsi
tas
Pla
nkt
on
Stasiun
Densitas Plankton vs Stasiun
Series1
-
dan fitoplankton (Novotny dan Olem,1994). Dapat terlihat pada stasiun 7 dengan DO
tertinggi maka kadar CO2 didapat nilai terendah dibandingkan dengan stasiun lainnya.
Grafik 11. DO vs Stasiun Grafik 12. BOD5 vs Stasiun
Grafik 13. BO vs Stasiun
Dari grafik tersebut dapat dilihat hubungan kandungan oksigen terlarut, kebutuhan
oksigen biokimiawi, dan bahan organik. Secara tidak langsung, BOD merupakan gambaran
kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikrobia aerob untuk
mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis and Cornwell,1991).
Dengan kata lain, BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi
mikrobia aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20C
selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd,1988).
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4 5 6 7
DO
(p
pm
)
Stasiun
DO vs Stasiun
Series1
0
0.5
1
1.5
1 2 3 4 5 6 7
BO
D5
(p
pm
)
Stasiun
BOD5 vs Stasiun
Series1
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
1 2 3 4 5 6 7
BO
(p
pm
)
Stasiun
BO vs Stasiun
Series1
-
Grafik 14. TSS vs Stasiun Grafik 15. Kecerahan vs Stasiun
Grafik 16. DO vs Stasiun
Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air.
Padatan tersuspensi total(TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1m) yang
tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45m. TSS terdiri atas lumpur dan
pasir halus serta jasad-jasad renik. Dari grafik tersebut terdapat hubungan yaitu bahan-bahan
tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan,
terutama TSS, dapat meningkatkan nilai kekeruhan yaitu kecerahan perairan yang selanjutnya
akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh
langsung terhadap ketersediaan kadar oksigen terlarut di perairan.
Berdasarkan hasil tabel penelitian dan hasil analisis korelasi antara faktor-faktor
abiotik lingkungan dengan nilai indeks keanekaragaman plankton. Dapat disimpulkan bahwa
stasiun 6 merupakan stasiun yang paling baik dengan diversitas plankton tertinggi sebesar 95
walaupun dengan kadar oksigen yang rendah. Sedangkan stasiun 7 merupakan stasiun yang
kurang baik dapat dilihat dari tingkat diversitas yang paling rendah dari stasiun lainnya yaitu
sebesar 14 dan tingkat bahan organik yang sangat tinggi yaitu 18,3454ppm. Secara umum
0
0.5
1
1 2 3 4 5 6 7
TSS
(pp
m)
Stasiun
TSS vs Stasiun
Series10
50
100
150
1 2 3 4 5 6 7Ke
cera
han
(cm
)
Stasiun
Kecerahan vs Stasiun
Series1
0
5
10
1 2 3 4 5 6 7
DO
(p
pm
)
Stasiun
DO vs Stasiun
Series1
-
danau tambak bayan termasuk dalam kualitas yang baik dari rata-rata parameter fisik, kimia,
dan biologi pada ekosistem perairan lentik.
KESIMPULAN
Pengukuran kualitas perairan danau Tambak Bayan dilakukan dengan metode water
sampler. Densitas dan diversitas plankton digunakan untuk mempelajari kualitas perairan.
Danau Tambak Bayan dinilai berdasarkan indeks diversitas dan densitas plankton serta
adanya korelasi dengan beberapa tolokukur parameter kimia, fisik, dan biologi. Stasiun
pengamatan yang memiliki indeks diversitas plankton terendah adalah stasiun 7. Sedangkan
stasiun dengan indeks diversitas plankton tertinggi adalah stasiun 6. Secara umum kondisi
perairan danau Tambak Bayan termasuk kualitas yang baik untuk organisme-organisme
perairan lentik.
SARAN
Perlu ada perbaruan alat-alat yang digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya
untuk menunjang kegiatan penelitian. Untuk perairan danau Tambak Bayan yang memiliki
kualitas air yang baik harus dijaga sehingga keseimbangan ekosistem khususnya ekosistem
lentik dapat seimbang dan dapat menjadi habitat yang baik bagi organisme-organisme
perairan tersebut.
Daftar Pustaka
Budieny, Harry., Fatchan Nurrochmad, Darmanto. 2002. Analisis Optimasi Pengelolaan
Sumberdaya Air Waduk Sermo. Jurnal Media Teknik. Vol XXIV No.1. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Boyd,C. E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Pounds. Fourth Printing. Auburn
University Agricultural Experiment Station. Alabama. USA. 359P.
Davis, M. L. And Cornwell, D. A. 1991. Introduction to Environmental Engineering. Second
edition. MC-Graw-Hill, Inc, New York. 822P.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
-
Ghufran, M. 2008. Budi Daya Perairan. Citra Aditiya Bakti. Bandung.
Haslam, S. M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons.
Chichester. UK. 253P.
Kuncoro dan Wiharto. 2011. Asyiknya Mancing. Lily Publisher. Yogyakarta.
Mason, C. F. 1993. Biology of Freshwater Pollution. Second edition. Longman Scientific and
Technical. New York. 351P.
Moss, B. 1993. Ecology of Freshwater. Second edition. Academic Press Ltd. London. 289P.
Novotny, N. And Olem, H. 1994. Water Quality.Prevention, Identification, and Manegement
of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold. New York. 1054P.
Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. (Terjemahan). Edisi 3. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
S. Juliana. 2009. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi
Akuatik di Perairan Balidge Danau Toba. USU. Medan.
Soemartono, O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Jakarta.