ekosistem danau

12
EKOSISTEM DANAU Fathul Alim 12/331644/PN/12736 Manajemen Sumberdaya Perikanan Intisari Danau merupakan salah satu jenis ekosistem akuatik yaitu jenis ekosistem lakustrin atau lentik yang perairannya menggenang. Terbentuk dari sejumlah air(tawar atau asin) yang terakumulasi dalam wilayah yang cukup luas dikarenakan aliran sungai, mencairnya gletser, aktivitas tektonik, atau karena adanya mata air yang menggenang. Dalam ekosistem danau terdapat banyak organisme dimana organisme tersebut memiliki ketergantungan terhadap lingkungan biotik maupun abiotik. Maka dari itu dilakukan penelitian terhadap ekosistem danau. Salah satunya dilakukan penelitian pada hari Sabtu 20 April 2013 pukul 07.00 sampai dengan selesai di danau Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah metode water sampler dengan lokasi yang dibagi menjadi 7 stasiun. Tiap-tiap stasiun dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel air untuk dilakukan pengukuran berbagai parameter. Parameter tersebut terdiri dari parameter fisik meliputi suhu air dan udara, kecerahan air, warna air,dan TSS. Untuk parameter kimia terdiri dari DO, CO 2 bebas, alkalinitas, pH, BO,dan BOD 5 . Sedangkan untuk parameter biologi terdiri atas densitas dan diversitas plankton. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik ekosistem lentik dan faktor pembatasnya, untuk mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur suatu perairan lentik, untuk mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi biota perairan, serta untuk mempelajari kualitas perairan lentik baerdasarkan indeks diversitas biota perairan. Didapatkan hasil dari 7 stasiun, stasiun terbaik yaitu stasiun 6 yang memiliki tingkat diversitas plankton tertinggi sebesar 95 dengan parameter fisik suhu udara 30ºC, suhu air 27ºC, kecerahan 69cm, dan TSS 0,24ppm; parameter kimia DO 2,8ppm, CO 2 11ppm, alkalinitas 63ppm, pH 7, BO 2,4ppm, dan BOD 5 0,731ppm. Dapat disimpulkan secara umum kondisi perairan danau Tambak Bayan termasuk kualitas yang baik untuk organisme-organisme perairan lentik. Kata kunci : Danau, densitas, diversitas, kualitas air, parameter

Upload: fathulalim

Post on 24-Nov-2015

64 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • EKOSISTEM DANAU

    Fathul Alim

    12/331644/PN/12736

    Manajemen Sumberdaya Perikanan

    Intisari

    Danau merupakan salah satu jenis ekosistem akuatik yaitu jenis ekosistem lakustrin atau

    lentik yang perairannya menggenang. Terbentuk dari sejumlah air(tawar atau asin) yang

    terakumulasi dalam wilayah yang cukup luas dikarenakan aliran sungai, mencairnya gletser,

    aktivitas tektonik, atau karena adanya mata air yang menggenang. Dalam ekosistem danau

    terdapat banyak organisme dimana organisme tersebut memiliki ketergantungan terhadap

    lingkungan biotik maupun abiotik. Maka dari itu dilakukan penelitian terhadap ekosistem

    danau. Salah satunya dilakukan penelitian pada hari Sabtu 20 April 2013 pukul 07.00 sampai

    dengan selesai di danau Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah

    metode water sampler dengan lokasi yang dibagi menjadi 7 stasiun. Tiap-tiap stasiun

    dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel air untuk dilakukan pengukuran berbagai

    parameter. Parameter tersebut terdiri dari parameter fisik meliputi suhu air dan udara,

    kecerahan air, warna air,dan TSS. Untuk parameter kimia terdiri dari DO, CO2 bebas,

    alkalinitas, pH, BO,dan BOD5. Sedangkan untuk parameter biologi terdiri atas densitas dan

    diversitas plankton. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik ekosistem lentik

    dan faktor pembatasnya, untuk mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur suatu

    perairan lentik, untuk mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan

    populasi biota perairan, serta untuk mempelajari kualitas perairan lentik baerdasarkan indeks

    diversitas biota perairan. Didapatkan hasil dari 7 stasiun, stasiun terbaik yaitu stasiun 6 yang

    memiliki tingkat diversitas plankton tertinggi sebesar 95 dengan parameter fisik suhu udara

    30C, suhu air 27C, kecerahan 69cm, dan TSS 0,24ppm; parameter kimia DO 2,8ppm, CO2

    11ppm, alkalinitas 63ppm, pH 7, BO 2,4ppm, dan BOD5 0,731ppm. Dapat disimpulkan

    secara umum kondisi perairan danau Tambak Bayan termasuk kualitas yang baik untuk

    organisme-organisme perairan lentik.

    Kata kunci : Danau, densitas, diversitas, kualitas air, parameter

  • PENDAHULUAN

    Indonesia memiliki banyak perairan umum seperti waduk, danau, empang, situ, rawa,

    dan sungai. Perairan umum ini mempunyai berbagai fungsi, diantaranya untuk PLTA, irigasi,

    perikanan, dan juga wisata. Masyarakat sekitar menggunakan perairan umum untuk

    memelihara karamba dan jala apung juga untuk mencari ikan (Kuncoro dan Wiharto,2011).

    Salah satu perairan umum yang penting yaitu danau. Danau adalah wilayah yang digenangi

    badan air sepanjang tahun serta terbentuk secara alami. Pembentukan danau terjadi karena

    gesekan kulit bumi sehingga bentuk dan luasnya sangat bervariasi (Ghufran,2008).

    Menurut Odum(1988) Danau merupakan salah satu jenis ekosistem akuatik yaitu

    ekosistem lakustrin atau lentik yang perairannya mengenang. Terbentuk dari sejumlah

    air(tawar atau asin) yang terakumulasi dalam wilayah yang cukup luas dikarenakan aliran

    sungai, mencairnya gletser, aktivitas tektonik atau karena adanya mata air yang menggenang.

    Danau yang sengaja dibuat oleh manusia disebut waduk. Waduk dibangun dengan tujuan

    untuk mengatur distribusi ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan air pada suatu waktu

    dan tempat tertentu (Budieny,dkk.,2002). Pengetahuan mengenai kondisi kualitas perairan

    danau yang dicerminkan oleh nilai konsentrasi beberapa parameter kualitas air, baik secara

    fisika, kimia, maupun secara biologis sangat diperlukan untuk dapat mengetahui korelasi

    antara organisme dengan lingkungannya (Juliana,2009). Dalam ekosistem danau yang

    memiliki kualitas air yang baik, biasanya memiliki indeks diversitas biota perairan yang baik.

    Hal ini ditandai dengan tingkat keanekaragaman spesies yang hidup dalam ekosistem tersebut

    (Soemartono,2004).

    Terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ekosisten danau. Pertama, mempelajari

    karakteristik ekosistem lentik(perairan menggenang) dan fakto-faktor pembatasnya. Kedua,

    mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur(parameter) fisik, kimia, dan biologik

    suatu perairan lentik. Ketiga, mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan

    dengan populasi biota perairan(plankton dan bentos). Keempat yaitu untuk mempelajari

    kualitas perairan lentik berdasarkan atas indeks diversitas biota perairan.

    METODOLOGI

    Penelitian ekosistem danau dilaksanakan pada hari Sabtu 20 April 2013 pukul 07.00

    sampai dengan selesai di danau Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta. Alat dan bahan yang

  • digunakan pada penelitian ekosistem danau yaitu kertas pH atau pH meter, kertas saring,

    timbangan analitik, larutan MnSO4 pekat, Na2S2O3, NaOH, H2SO4, HCl, indikator amilum,

    indikator PP, indikator MO, indikator BCG/MR, kalium permanganat, amonium oksalat,

    formalin, water sampler, meteran, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes, ember

    plastik, jaring plankton, kertas label, dan pensil atau pulpen. Metode yang digunakan dalam

    penelitian ekosistem danau adalah metode water sampler dengan lokasi pengamatan dibagi

    menjadi 7 stasiun. Dilakukan pengukuran parameter fisik, kimia, dan biologi. Parameter fisik

    meliputi suhu air dan udara, kecerahan air, dan TSS. Parameter kimia meliputi DO

    menggunakan metode Winkler yaitu menentukan O2 terlarut dari cuplikan air, CO2 bebas

    menentukan kandungan CO2 dari cuplikan air dengan metode alkalimetri, alkalinitas dengan

    metode alkalimetri menentukan alkalinitas total dari cuplikan air, pH, BO, BOD0, BOD5.

    Parameter biologi meliputi densitas dan diversitas plankton. Rumus yang digunakan untuk

    menghitung padatan tersuspensi total yaitu

    (berat akhir kertas saring berat

    awal kertas saring) yaitu untuk mendapatkan padatan tersuspensi pada kertas saring. Rumus

    untuk menghitung BOD5 ialah

    (analisis kandungan O2 yang telah diinkubasi 5 hari

    analisis kandungan O2 terlarut segera) . Rumus untuk menghitung indeks

    diversitas plankton yaitu

    , dengan H merupakan indeks keragaman, Ni

    mewakili cacah individu suatu genus, dan N merupakan cacah individu seluruh genera.

    Perhitungan DO menggunakan metode Winkler dengan rumus

    ,

    dengan Y merupakan banyaknya larutan Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi. Perhitungan

    CO2 dan alkalinitas menggunakan metode alkalimetri dengan rumus

    dengan C adalah NaOH yang digunakan untuk titrasi, ( )

    ( ) , dengan X merupakan kandungan CO3- dan Y merupakan kandungan HCO3

    -.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Lokasi penelitian ekosistem danau ini terletak di danau Tambak Bayan, Sleman,

    Yogyakarta. Secara kasat mata, danau ini cukup luas dengan warna air kehijauan. Di pinggir

    dan sekitar danau dapat terlihat beberapa sampah plastik atau limbah hasil rumah tangga, ini

    disebabkan letak danau yang berdekatan dengan penukiman warga dan tempat wisata yang

    biasa dikunjungi warga sekitarnya. Terlihat juga beberapa pohon dan semak di sekitar danau.

  • Pada penelitian iini dilakukan pengukuran terhadap beberapa parameter yaitu

    parameter fisik, kimia, dan biologi. Parameter fisik meliputi suhu air dan udara, kecerahan

    air, dan TSS. Parameter kimia meliputi DO, CO2, alkalinitas, pH, BO, dan BOD5. Parameter

    biologi yaitu parameter yang dapat digunakan sebagai indikator terhadap kesesuaian

    lingkungan danau dengan organismenya meliputi densitas dan diversitas plankton.

    Tabel 1. Hasil Pengamatan Parameter Fisika, Kimia, Biologi

    Parameter

    Stasiun

    1 2 3 4 5 6 7

    Fisika

    Suhu Air (C) 27.25 28 25 26 27.5 27 27

    Suhu Udara (C) 29 34 27 29 29 30 27

    Kecerahan (cm) 14 117 56 73.25 66 69 70

    TSS (ppm) 0.4526 0.267 0.308 0.067 0.673 0.24 0.0027

    Kimia

    DO (ppm) 5 5.58 3.2 5.5 4.78 2.8 9.5

    CO2 (ppm) 8.4 18.7 9 15 8.3 11 6.3

    Alkalinitas (ppm) 85 96 97 20 74 63 47.6

    pH 7 7 7 7.1 7 7 7

    BO (ppm) 4.80 7.21 8.40 7.27 9.50 2.40 183.454

    BOD5 (ppm) 0.97 0.75 0.865 0.35 0.7 0.731 1.15

    Biologi

    Densitas Plankton 0.3559 0.8698 0.3476 0.796 10.922 0.7808 0.1118

    Diversitas

    Plankton 38 17 23 52 30 95 14

    Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa suhu udara pada stasiun 5 yaitu sebesar 29C.

    Suhu udara dapat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang menyinari. Suhu udara

    juga dapat dipengaruhi oleh vegetasi yang berbeda di daerah tersebut, karena dengan adanya

    vegetasi di sekitar perairan dapat menghalangi sinar matahari. Sedangkan suhu air pada

    stasiun 5 yaitu sebesar 27,5C. Untuk kisaran daeras tropis, suhu ini masih dalam batas

  • kewajaran untuk kehidupan beberapa biota perairan. Menurut Effendi(2003), tinggi

    rendahnya nilai suhu pada suatu badan air utamanya dipengaruhi oleh intensitas cahaya

    matahari, letak geografis, serta ketinggian danau dari atas permukaan air laut.

    Kecerahan suatu perairan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau densitas dari

    plankton, sebab densitas atau kepadatan planktondapat menutupi badan perairan yang

    menyebabkan cahaya matahari yang masuk dan menembus air hanya sedikit intensitasnya,

    didapatkan nilai kecerahan pada stasiun 5 yaitu sebesar 66cm. Densitas plankton dan TSS

    akan mempengaruhi intensitas cahaya yang menembus badan air, didapatkan nilai TSS pada

    stasiun 5 yaitu sebesar 0,673ppm. Kandungan TSS ini biasanya berupa lumpur, pasir halus,

    dan jasad-jasad renik.

    Parameter kimia meliputi DO, CO2, alkalinitas, pH, BO, dan BOD5. Didapatkan nilai

    DO pada stasiun 5 sebesar 4,78ppm. Menurut Effendi(2003), kadar DO pada suatu perairan

    dapat dipengaruhi oleh pencampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis,

    respirasi, dan limbah yang masuk ke dalam badan air. Karbondioksida yang terdapat di

    perairan berasal dari berbagai sumber antara lain difusi dari atmosfer, air hujan, air yang

    melewati tanah organik, dan respirasi makhluk hidup. Didapatkan nilai CO2 pada stasiun 5

    sebesar 8,3ppm. Nilai alkalinitas yang didapat pada stasiun 5 sebesar 74ppm. Tingkat

    alkalinitas suatu perairan jika tinggi dapat menghambat sifat toksik dari logam berat karena

    kation-kation penyusun kesadahan dapat membentuk senyawa kompleks dengan logam berat

    tersebut (Effendi,2003). Nilai pH pada stasiun 5 sebesar 7 atau netral. pH dapat

    mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Bahan organik atau BO merupakan kumpulan

    beragam senyawa organik kompleks seperti humus dan senyawa organik lainnya. Nilai BO

    pada stasiun 5 yaitu sebesar 2,4ppm yaitu tergolong rendah. Apabila BO tinggi, dapat

    mencemari lingkungan dengan meningkatnya kandungan CO2 bebas. BOD5 merupakan suatu

    indikator pencemaran. Didapatkan kandungan BOD5 pada stasiun 5 sebesar 0,7ppm.

    Parameter biologi yang diteliti meliputi densitas dan diversitas plankton. Densitas dan

    diversitas plankton yang didapat pada stasiun 5 yaitu sebesar 1,0922 dan 30 idv/L. Tingkat

    densitas dan diversitas tiap stasiun berbada-beda. Perbedaan tersebut dapat disebabkan karena

    beberapa faktor yaitu dari parameter-paremeter yang diamati, kondisi geografis dari tiap

    stasiun,dan tingkat tinggi atau rendahnya jumlah limbah pada setiap lokasi.

  • Grafik 1. Suhu Air vs Stasiun Grafik 2. Suhu udara vs Stasiun

    Grafik 3. DO vs Stasiun Grafik 4. CO2 vs Stasiun

    Dari grafik-grafik tersebut dapat terlihat hubungan suhu udara dan air dengan

    kandungan oksigen terlarut dan kelarutan kadar CO2. Peningkatan suhu mengakibatkan

    peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilitas. Peningkatan suhu juga

    menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4, dan

    sebagainya (Haslam,1995). Selain itu, penigkatan suhu juga menyebabkan peningkatan

    kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan

    peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10C menyebabkan

    terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat.

    Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga

    keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme

    akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan suhu juga

    menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum

    bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20C-30C (Effendi,2003). DO tertinggi

    pada stasiun 7 sebesar 9,5ppm disebabkan karena rendahnya suhu pada lokasi penelitian yaitu

    suhu udara terendah dari stasiun lainnya sebesar 27C dan suhu air 27C. Karena didapat DO

    23242526272829

    1 2 3 4 5 6 7Suh

    u A

    ir (

    C)

    Stasiun

    Suhu Air vs Stasiun

    Series126

    27.529

    30.532

    33.535

    1 2 3 4 5 6 7Su

    hu

    Ud

    ara

    (C

    )

    Stasiun

    Suhu Udara vs Stasiun

    Series1

    0

    5

    10

    1 2 3 4 5 6 7

    DO

    (p

    pm

    )

    Stasiun

    DO vs Stasiun

    Series10

    10

    20

    1 2 3 4 5 6 7

    CO

    2 (

    pp

    m)

    Stasiun

    CO2 vs Stasiun

    Series1

  • tertinggi menyebabkan CO2 terendah sebesar 6,3ppm. CO2 tertinggi pada stasiun 2 tertinggi

    karena suhu tinggi dan meningkatnya aktivitas resripasi organisme.

    Grafik 5. CO2 vs Stasiun Grafik 6. Alkalinitas vs Stasiun

    Grafik 7. pH vs Stasiun

    Dari grafik-grafik tersebut dapat terlihat hubungan antara CO2 bebas, alkalinitas, dan

    pH. Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber yaitu difusi dari

    atmosfer, air hujan, air yang melewati tanah organik, dan respirasi tumbuhan, hewan, dan

    bakteri aerob maupun anaerob. Sebagian kecil karbondioksida yang terdapat di atmosfer larut

    ke dalam uap air membentuk asam karbonat (Moss,1993), yang selanjutnya jatuh sebagai

    hujan. Sehingga air hujan selalu bersifat asam dengan nilai pH sekitar 5,6 (Mason,1993).

    Jadi, pada dasarnya keberadaan karbondioksida di perairan terdapat dalam bentuk gas CO2,

    HCO3-, CO3

    -, dan H2CO3. Proporsi dari keempat bentuk karbon tersebut berkaitan dengan

    nilai pH pada perairan. Dapat terlihat perbedaan pH pada stasiun 4 sebesar 0,1 dapat

    disebabkan CO2 yang cukup tinggi daripada stasiun lainnya. Alkalinitas berperan sebagai

    0

    5

    10

    15

    20

    1 2 3 4 5 6 7

    CO

    2 (

    pp

    m)

    Stasiun

    CO2 vs Stasiun

    Series1

    0

    50

    100

    150

    1 2 3 4 5 6 7

    Alk

    alin

    itas

    (p

    pm

    )

    Stasiun

    Alkalinitas vs Stasiun

    Series1

    6.95

    7

    7.05

    7.1

    7.15

    1 2 3 4 5 6 7

    pH

    Stasiun

    pH vs Stasiun

    Series1

  • sistem penyangga(buffer) agar perubahan pH tidak terlalu besar. Satuan alkalinitas

    dinyatakan dengan mg/liter kalsium karbonat(CaCO3) atau mili-ekuivalen/liter. Selain

    bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan

    ion. Nilai alkalinitas yang baik berkisar antara 30-500mg/liter CaCO3 (Effendi,2003).

    Perbedaan pH pada stasiun 4 dapat mengekibatkan rendahnya nilai alkalinitas yaitu kurang

    dari 30mg/liter CaCO3.

    Grafik 8. DO vs Stasiun Grafik 9. CO2 vs Stasiun

    Grafik 10. Densitas plankton vs Stasiun

    Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara harian dan musiman, tergantung pada

    percampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang

    masuk ke badan air. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan organik dapat

    mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol sehingga terjadi peningkatan kadar

    karbondioksida(CO2) (Effendi,2003). Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi

    oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    1 2 3 4 5 6 7

    DO

    (p

    pm

    )

    Stasiun

    DO vs Stasiun

    Series1

    0

    5

    10

    15

    20

    1 2 3 4 5 6 7

    CO

    2 (

    pp

    m)

    Stasiun

    CO2 vs Stasiun

    Series1

    0

    0.5

    1

    1.5

    1 2 3 4 5 6 7

    De

    nsi

    tas

    Pla

    nkt

    on

    Stasiun

    Densitas Plankton vs Stasiun

    Series1

  • dan fitoplankton (Novotny dan Olem,1994). Dapat terlihat pada stasiun 7 dengan DO

    tertinggi maka kadar CO2 didapat nilai terendah dibandingkan dengan stasiun lainnya.

    Grafik 11. DO vs Stasiun Grafik 12. BOD5 vs Stasiun

    Grafik 13. BO vs Stasiun

    Dari grafik tersebut dapat dilihat hubungan kandungan oksigen terlarut, kebutuhan

    oksigen biokimiawi, dan bahan organik. Secara tidak langsung, BOD merupakan gambaran

    kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikrobia aerob untuk

    mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis and Cornwell,1991).

    Dengan kata lain, BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi

    mikrobia aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20C

    selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd,1988).

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    1 2 3 4 5 6 7

    DO

    (p

    pm

    )

    Stasiun

    DO vs Stasiun

    Series1

    0

    0.5

    1

    1.5

    1 2 3 4 5 6 7

    BO

    D5

    (p

    pm

    )

    Stasiun

    BOD5 vs Stasiun

    Series1

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    1 2 3 4 5 6 7

    BO

    (p

    pm

    )

    Stasiun

    BO vs Stasiun

    Series1

  • Grafik 14. TSS vs Stasiun Grafik 15. Kecerahan vs Stasiun

    Grafik 16. DO vs Stasiun

    Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air.

    Padatan tersuspensi total(TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1m) yang

    tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45m. TSS terdiri atas lumpur dan

    pasir halus serta jasad-jasad renik. Dari grafik tersebut terdapat hubungan yaitu bahan-bahan

    tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan,

    terutama TSS, dapat meningkatkan nilai kekeruhan yaitu kecerahan perairan yang selanjutnya

    akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh

    langsung terhadap ketersediaan kadar oksigen terlarut di perairan.

    Berdasarkan hasil tabel penelitian dan hasil analisis korelasi antara faktor-faktor

    abiotik lingkungan dengan nilai indeks keanekaragaman plankton. Dapat disimpulkan bahwa

    stasiun 6 merupakan stasiun yang paling baik dengan diversitas plankton tertinggi sebesar 95

    walaupun dengan kadar oksigen yang rendah. Sedangkan stasiun 7 merupakan stasiun yang

    kurang baik dapat dilihat dari tingkat diversitas yang paling rendah dari stasiun lainnya yaitu

    sebesar 14 dan tingkat bahan organik yang sangat tinggi yaitu 18,3454ppm. Secara umum

    0

    0.5

    1

    1 2 3 4 5 6 7

    TSS

    (pp

    m)

    Stasiun

    TSS vs Stasiun

    Series10

    50

    100

    150

    1 2 3 4 5 6 7Ke

    cera

    han

    (cm

    )

    Stasiun

    Kecerahan vs Stasiun

    Series1

    0

    5

    10

    1 2 3 4 5 6 7

    DO

    (p

    pm

    )

    Stasiun

    DO vs Stasiun

    Series1

  • danau tambak bayan termasuk dalam kualitas yang baik dari rata-rata parameter fisik, kimia,

    dan biologi pada ekosistem perairan lentik.

    KESIMPULAN

    Pengukuran kualitas perairan danau Tambak Bayan dilakukan dengan metode water

    sampler. Densitas dan diversitas plankton digunakan untuk mempelajari kualitas perairan.

    Danau Tambak Bayan dinilai berdasarkan indeks diversitas dan densitas plankton serta

    adanya korelasi dengan beberapa tolokukur parameter kimia, fisik, dan biologi. Stasiun

    pengamatan yang memiliki indeks diversitas plankton terendah adalah stasiun 7. Sedangkan

    stasiun dengan indeks diversitas plankton tertinggi adalah stasiun 6. Secara umum kondisi

    perairan danau Tambak Bayan termasuk kualitas yang baik untuk organisme-organisme

    perairan lentik.

    SARAN

    Perlu ada perbaruan alat-alat yang digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya

    untuk menunjang kegiatan penelitian. Untuk perairan danau Tambak Bayan yang memiliki

    kualitas air yang baik harus dijaga sehingga keseimbangan ekosistem khususnya ekosistem

    lentik dapat seimbang dan dapat menjadi habitat yang baik bagi organisme-organisme

    perairan tersebut.

    Daftar Pustaka

    Budieny, Harry., Fatchan Nurrochmad, Darmanto. 2002. Analisis Optimasi Pengelolaan

    Sumberdaya Air Waduk Sermo. Jurnal Media Teknik. Vol XXIV No.1. Universitas

    Gadjah Mada. Yogyakarta.

    Boyd,C. E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Pounds. Fourth Printing. Auburn

    University Agricultural Experiment Station. Alabama. USA. 359P.

    Davis, M. L. And Cornwell, D. A. 1991. Introduction to Environmental Engineering. Second

    edition. MC-Graw-Hill, Inc, New York. 822P.

    Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.

  • Ghufran, M. 2008. Budi Daya Perairan. Citra Aditiya Bakti. Bandung.

    Haslam, S. M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons.

    Chichester. UK. 253P.

    Kuncoro dan Wiharto. 2011. Asyiknya Mancing. Lily Publisher. Yogyakarta.

    Mason, C. F. 1993. Biology of Freshwater Pollution. Second edition. Longman Scientific and

    Technical. New York. 351P.

    Moss, B. 1993. Ecology of Freshwater. Second edition. Academic Press Ltd. London. 289P.

    Novotny, N. And Olem, H. 1994. Water Quality.Prevention, Identification, and Manegement

    of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold. New York. 1054P.

    Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. (Terjemahan). Edisi 3. Gadjah Mada University

    Press. Yogyakarta.

    S. Juliana. 2009. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi

    Akuatik di Perairan Balidge Danau Toba. USU. Medan.

    Soemartono, O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Jakarta.