ekonomi pembangunan
DESCRIPTION
wdTRANSCRIPT
PERBANDINGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN INDONESIA-JEPANG (Tinjauan
Historikal)
by Urbanus M. Ambardi on Friday, December 18, 2009 at 11:59am
Menjalani Time Table program Diklat TOT II ke Jepang merupakan pengalaman baru
sekaligus menarik. Melalui metode gabungan antara pembelajaran di kelas dan field trip,
peserta diklat diajak untuk berpikir sekaligus melihat langsung kondisi riil di lapangan.
Pada awalnya, agak kesulitan untuk membiasakan telinga mendengar percakapan bahasa
inggris para professor di Universitas Ritsumeikan, namun dengan berusaha fokus dan sedikit
berkonsentrasi, akhirnya menjadi semakin clear dan dapat menangkap isi ceramah dan
perkuliahan
Program diklat TOT dimaksudkan selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan peserta
yang sebagian besar datang dari kalangan universitas di Indonesia, juga diarahkan agar
perserta dapat berfungsi sebagai “think thank” dalam penyusunan kurikulum pendidikan dan
pelatihan Jabatan Fungsional Perencana (diklat JFP) juga nantinya sebagai pengajar dalam
melatih peserta-peserta diklat perencana pembangunan nasional dibawah koordinasi
Bappenas.
Setelah menjalani proses pembelajaran ilmu perencanaan pembangunan selama 1 minggu di
Universitas Indonesia-Jakarta dan 2 minggu di Jepang dengan kombinasi perkuliahan di kelas
dan kunjungan-kunjungan ke municipal di beberapa kota di Jepang, ada beberapa
pemahaman dan pengalaman yang perlu disampaikan berkaitan dengan proses perencanaan
pembangunan.
Dengan tidak bermaksud mengungkap tentang baik-buruk, plus-minus dan positif negatifnya,
tulisan ini dimaksudkan sebagai tinjauan “historical” perencanaan pembangunan antara kedua
negara sebagai bentuk “permenungan” penulis selama berkempatan “menyaksikan” hasil-
hasil pembangunan di Jepang
Sekilas Umum pembangunan Jepang
Jepang adalah Negara yang khas. Kekhasannya terdiri dari berbagai dimensi dan variasi
aspek kehidupannya. Mulai dari sistem budaya, hingga budaya kerja-kolektif. Mereka bukan
bangsa yang mudah meniru dalam tatanan struktur sosial budaya. Begitu juga dalam sistem
perekonomiannya. Ketika orang Jepang pergi belajar ke berbagai Negara di Amerika dan
Eropa lainnya, untuk kemudian kembali ke negaranya untuk membangun, para ilmuwannya
tidak begitu saja “menjiplak” pola umum pembangunan ekonomi yang dikembangkan di
Negara barat. Para ilmuwan Jepang mengembangkan sistem perekonomiannya dengan
memanfaatkan keunikan sistem sosial dan sistem budaya yang mereka miliki. Jika ingin
mengkaji modernisasi Jepang, kajian tentang sistem budaya masyarakat Jepang yang terjadi
ratusan tahun yang lalu adalah suatu “keharusan”. Ekonomi modern berkembang secara
simultan dengan identitas budaya nasionalnya. Banyak pengamat Barat menyebut bahwa
cultural identity dan social institution adalah embrio kapitalisme Jepang.
Ilmuwan barat menjuluki kebangkitan perekonomian Jepang sebagai sebuah pengecualian
menyimpang (anomaly) dan paradoksal. Meskipun Jepang belajar pada sistem kapitalis yang
dibangun dan dikembangkan oleh negara-negara barat, namun Jepang tidak begitu saja
mengadopsinya. Dengan self confidence terukur, Jepang membangun sistem perkonomiannya
dengan mengadaptasinya sesuai dengan sistem sosial-budaya masyarakat Jepang, sehingga
tumbuh secara unik dan berkarakter ketimuran yang kuat.
Bagi ilmuwan Jepang teori ekonomi barat hanya dianggap sebagai “bahan baku.” dan bukan
alat yang langsung bisa dipakai. Para perencana ekonomi Jepang tidak pernah percaya bahwa
untuk menjadi negara maju, nilai-nilai tradisionil harus dipinggirkan seperti yang terjadi di
Barat. Bahkan sebaliknya nilai-nilai tradisionil adalah potensi yang dapat dijadikan sebagai
katalis dan energi aktivasi serta dipadukan dengan teknologi modern untuk membangun suatu
sistem perekonomian yang tangguh. Model perpaduan inilah yang disebut sebagai “dualisme
ekonomi.” Dan ini sekaligus menjadi salah satu rahasia sukses perekonomian Jepang.
Strategi Pembangunan Ekonomi Jepang
Menyimak dan mempelajari sistem perekonomian Jepang tidak cukup hanya mengunakan
lensa ekonomi, namun perlu menggunakan lensa sosial-budaya sebagai alat bantu untuk
mempelajari perekonomian Jepang. Pemerintah Jepang memprioritaskan pembangunan
infrastruktur sosial, dan mengintegrasikan tradisi sosial ke dalam sistem pembangunan
ekonomi.
Dari tinjauan mikro, salah satu aspek yang mendorong keberhasilan Jepang dalam
membangun sumberdaya manusia paska perang dunia II adalah membudayakan sistem
“Kerja Kelompok” (Team work). Para insinyur Jepang yang dikirim ke Barat untuk belajar
harus kembali ke Jepang dengan membawa ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian, ilmu
dan teknologi yang mereka bawa harus diajarkan kepada semua anggota kelompoknya.
Pengetahuan itu harus merata di antara anggota; jika tidak, kelompok itu tidak akan berfungsi
sebagaimana mestinya.
Dilihat dari aspek makro pembangunan, Jepang memprioritaskan kebijakan pemerataan
pembangunan. Diantara Negara-negara maju, Jepang adalah negara yang paling tinggi tingkat
pemerataan hasil-hasil pembangunannya. Bukan hanya dari aspek pendapatan tetapi juga
meliputi fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur-fisik, dan lain-lain. Dari
beberapa bahan rujukan tentang kota paling selatan Okinawa sampai daerah paling Utara
Hokaido dan pengalaman pandangan mata selama perjalanan ke beberapa kota di Jepang
seperti Tokyo, Kyoto, Osaka, Kobe, Kusatsu, Nigata, Kitakyusu, Oita dan kota-kota lainnya,
rakyat jepang masa kini sudah menikmati fasilitas pendidikan, kesehatan, infrastruktur fisik
dan sosial, dan fasilitas publik lainnya. Daerah pedesaan di pegunungan mempunyai fasilitas
jalan, air minum dan listrik kurang lebih seperti di Tokyo, Kyoto, Osaka dan kota-kota besar
lainnya.
Sumberdaya Domestik.
Perbedaan yang cukup signifikan antara Jepang dan Negara maju lainnya dalam hal
sumberdaya pembangunan terletak pada bagaimana Jepang sangat sedikit menggunakan
sumberdaya modal dari luar (hutang luar negeri) untuk pembangunan terutama pada dekade
awal pembangunan industri.
Sementara Negara-negara eropa seperti Belgia, Perancis, bahkan Rusia justru
menggantungkan pada foreign capital (hutang luar negeri) yang difasilitasi oleh “British
Capital” dan “French Capital” pada era tahun 1800-an. Jepang memang tidak
menggantungkan pada foreign capital untuk membiayai pembangunan ekonominya oleh
karena beberapa alasan yaitu :
1) Investor asing tidak tertarik berinvestasi karena Jepang bukan Negara yang kaya
sumberdaya alam sehingga “capital-inflow” dalam bentuk “Foreign Direct Investment (FDI)”
tidak terjadi.
2) pemerintah Jepang pada saat itu benar-benar belajar dari pengalaman Negara-negara lain
yang mengalami kesalahan dalam mengelola foreign capital seperti yang terjadi di Negara
Mesir dan Turki yang menyebabkan “kekacauan ekonomi” kedua negara tersebut.
Belajar dari kegagalan Negara lain, pemerintah Jepang giat lalu mengkonsolidasikan
sumberdaya domestik dan mendorong perusahaan-perusahaan lokal untuk menjadi mitra
pemerintah dalam membangun dan memajukan perekonomian nasional serta membantu dan
memfasilitasi masyarakatnya menjadi pengusaha-pengusaha baru. Dengan mengefektifkan
sumberdaya-sumberdaya baru tersebut, Jepang memulai revolusi industrinya sebagai
kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam sejarah Jepang, sebelum tahun 900, pinjaman luar negeri yang terbesar tercatat 5 juta
yen yang dipinjam pada tahun 1870 ketika membangun ruas jalan kereta api antara Tokyo
dan Yokohama. Prosentase pinjaman tersebut sangat kecil dibandingkan dengan total dana
yang dipakai untuk membangun ruas jalan kereta api pada saat itu.
Memprioritaskan Pembangunan Infrastruktur Sosial.
Keunggulan Jepang lainnya dalam hal rekonstruksi perekonomian pasca perang dunia II yang
menghancurkan sebagian besar infrastruktur fisik adalah bahwa infrastruktur sosial yang
dibangun sejak masa keemasan samurai tidak ikut hancur. Meskipun infrastruktur fisik luluh
lantak, pengangguran besar-besaran tak dapat dihindari, namun sistem pendidikan yang telah
diwajibkan pada masa Tokugawa dan para “shohun” (jendral, militer) terus didorong agar
masyakarat untuk terus belajar, terutama dalam hal membaca dan menulis serta terus
membangun sistem pendidikan dan business tradition. Dua infrastruktur sosial penting inilah
yang telah dibangun dan pada akhirnya menjadi landasan yang kuat dalam pertumbuhan
ekonomi moderen di Jepang dalam waktu yang relatif singkat dengan hanya dalam kurun
waktu 25 tahun. Hal ini mencerminkan bahwa “Sumber Daya Manusia” merupakan hal
sangat penting sebagai bagian dari “infrastruktur sosial” dalam proses pembangunan.
Dimasa lalu dalam sistem pemerintahan yang otokratis feodalisme, dimana Jepang masih
menutup diri dari pergaulan internasional dan sistem perekonomian moderen tidak dapat
dilaksanakan, peranan sekolah yang diprakarsai oleh kuil-kuil budha cukup mendorong iklim
dan tradisi bisnis, sehingga masyarakatnya dapat bertahan secara berswadaya dan mandiri.
Pertanian terutama hasil-hasil pertanian dilakukan dengan sistem cooperation and joint-
undertaking.
Dari berbagai sumber bacaan diperoleh informasi bahwa berdasarkan tradisi negara-negara di
Eropa, iklim industrialisasi dianggap berseberangan dengan unsur tradisional, sehingga
solusinya adalah apabila suatu negara menganut industrialisasi sebagai jalan menuju
kesejahteraan kolektif, maka unsur tradisional harus “dihapuskan.”
Yang terjadi di Jepang sebaliknya, nilai-nilai dan institusi tradisional justru tetap
dipertahankan, bahkan sampai sekarang, di era globalisasi ekonomi, nilai-nilai tradisional
tetap eksis dalam manajemen dan praktek bisnis. Life-time employment, seniority based
system, dan traditional family system adalah contoh-contoh nilai dan institusi tradisionil
Jepang yang masih terpelihara hingga sekarang. Meskipun sudah banyak kritikan dari
masyarakat internasional maupun dari masyarakat Jepang sendiri tentang kelemahan sistim
nilai tersebut. Para pengeritik mengadvokasi untuk meninggalkannya dan mengadopsi
“manajemen moderen” yang dikembangkan di Barat sebagai gantinya. Tetapi sebagian besar
dari mereka terus dan masih meyakini bahwa justru dengan model seperti itu Jepang bisa
menjadi negara yang disegani dalam bidang ekonomi, sains, dan teknologi.
Inilah potret bagaimana sistem perekonomian Jepang dibangun melalui karakter sosial
budaya yang “mature” dan tangguh setelah kehancuran ekonomi dan trauma mendalam pasca
Perang Dunia II, dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi mereka
mengembangkan model mereka sendiri. Mereka beranggapan bahwa konsep dan sistem
perekonomian yang dirakit di barat dianggap baru mencapai proses “bahan-baku”, dan belum
“ready to use.”
Pola Perencanaan Pembagunan di Indonesia
Pada abad ke-19, kata pembangunan lebih bermakna industrialisasi yang dianggap akan
mampu memanusiakan manusia. Paradigma ini seperti bercermin pada revolusi industri yang
terjadi di Perancis pada saat itu. Perkembangan selanjutnya, awal abad ke-20, dalam
pemikiran ekonomi pembangunan moderen, arti kata pembangunan lebih diidentikkan
dengan economic growth yang digerakkan oleh ekonom-ekonom Amerika. Pada saat itu,
mekanisasi dan industrialisasi menjadi “mesin ekonomi” dalam menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.
Economic growth dikombinasikan dengan politik modernisasi seperti; nation building, and
social modernization seperti promosi kewirausahaan dan orientasi prestasi dalam manajemen
perusahaan (Pieterse, 2001:6). Pendekatan economic growth sebagai proses dan upaya dalam
meningkatkan kualitas hidup manusia sangat percaya pada paradigma “trickle down effects”
dengan asumsi bahwa dengan pertumbuhan ekonomi yangtinggi akan menghasilkan
akumulasi pendapatan nasional yang pada gilirannya akan terdistribusi ke lapisan bawah,
hingga akhirnya terbukti dalam pelaksanaannya asumsi ini tidak berjalan sebagaimana
mestinya akibat terjadinya mal praktek pembangunan. Bahkan promosi economic growth
tidak sedikit menimbulkan masalah baru terutama di negara-negara berkembang seperti yang
terjadi di Indonesia, disparitas pendapatan antara si kaya dan si miskin semakin tajam,
disparitas daerah antar Jawa dan luar Jawa, dan disparitas kota dan desa semakin melebar
sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang tinggi hingga tahun 1997 (sebelum krisis
ekonomi).
Berawal dari UUD 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa
bahwa tujuan dan sasaran pembangunan adalah untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, pemerintah Indonesia secara bertahap
menuangkan kerangka kerja lima tahunan. Meskipun pada era pemerintahan Orde Baru
sampai Orde Kabinet Bersatu berhasil melakukan pembangunan di berbagai sektor, namun
bukan tanpa aral dan hambatan dan tidak sedikit kegagalan pembangunan yang salah satunya
diakibatkan centralized policy system and planning formulation dibawah pemerintahan Orde
Baru. Dapat dikatakan bahwa kebijakan tersebut menyebabkan kemacetan ide/ gagasan yang
datang dari inisiatif lokal/ daerah.
Peralihan pemerintahan dibawah kemimpinan Presiden BJ.Habibie, badai reformasi dan
demokrasi bertiup kencang seiiring bergulirnya otonomi daerah.
Dalam harian Kompas 23/8-2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan,
akibat percepatan pembangunan yang berbeda-beda, Indonesia dihadapkan pada ketimpangan
antarwilayah. Perbedaan mencolok hasil pembangunan antarwilayah terlihat antara wilayah
Jawa dan luar Jawa, wilayah barat dan timur Indonesia, dan wilayah maju dan tertinggal.
Terjadinya ketimpangan antarwilayah membuat sejumlah kawasan tertinggal. Akses
masyarakat terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik terbatas. Pemerintah telah
mengidentifikasi 199 kabupaten dari 440 kabupaten/kota di Indonesia tertinggal, 20 di
antaranya di perbatasan, ujar Presiden dalam keterangan pemerintah tentang Kebijakan
Pembangunan Daerah di depan Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di
Jakarta.
Identifikasi 199 kabupaten tertinggal sudah dimasukkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah 2005-2009 dan segera diatasi dalam jangka waktu lima tahun itu.
Penyebab ketertinggalan daerah itu adalah tidak terdapatnya potensi yang bisa dikembangkan
dan letak geografis yang sulit dijangkau sehingga prasarana sulit disediakan. Arah
pengembangan kawasan tertinggal adalah pemberdayaan masyarakat secara komprehensif
dan partisipatif yang mencakup penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan prasarana
dasar. Kehidupan sosial ekonomi dikembangkan sesuai dengan potensi sumber daya alam dan
aspirasi lokal,
Lalu, bagaimana dengan model pembangunan ekonomi di Indonesia selama ini?” Bersama
kita telah menyaksikan dan mencermati bahwa model pembangunan Indonesia yang
dikembangkan selama Orde Baru hingga sekarang masih sangat mengandalkan hutang luar
negeri (foreign capital,) sumberdaya domestik belum dikembangkan dengan baik, industri-
industri manufaktur banyak bergantung pada bahan impor dalam proses produksinya;
anggaran pendidikan nasional relatif masih rendah dari total APBN, inisiatif dan budaya lokal
semakin tidak populer akibat dominasi pemerintah pusat dalam perumusan kebijakan publik,
sehingga institusi lokal tak berkembang, praktik-praktik korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan nyaris terjadi di berbagai lini, hak “wong cilik” untuk hidup layak tidak terurusi,
lemahnya peegakkan hukum (law enforcement”) yang akhirnya menghasilkan pertumbuhan
ekonomi semu karena tumbuh hanya dari sektor konsumsi saja, sehingga budaya baru
konsumerisme tak terelakkan, sebuah landasan dan fundamental ekonomi yang rapuh.
Seperti halnya Jepang, apakah Indonesia tidak memiliki sumberdaya berupa nilai dan norma
sosio-kultural dan sumberdaya domestik yang bisa dijadikan modal dasar pembangunan
ekonomi nasional?”
Sebenarnya, ada begitu besar modal dasar sosial budaya dan nilai-nilai tradisional yang
dimiliki oleh negeri kita Indonesia. Berbagai suku bangsa yang ada didalamnya memiliki
norma kearifan lokal yang bermuatan positif. Dapat dibayangkan betapa sulitnya
mengintegrasikan heterogenitas tersebut menjadi sebuah kesepahaman kolektif. Dan dalam
perjalanannya ternyata masih terdapat banyak halangan terutama yang menyangkut persoalan
konflik vertikal maupun horisontal, seperti dapat disaksikan di berbagai tayangan berbagai
media massa dan elektronik. Pembelajaran masyarakat terhadap sistem demokrasi yang
terbuka lebar menjadi sebuah harga yang sangat mahal dan harus dibayar dengan berbagai
permasalahan rumit.
Sistem pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah seperti direpotkan untuk
menyelesaikan berbagai kasus yang terjadi setiap harinya, dari mulai konflik agraria antara
petani dan industri hingga kasus manipulasi dan penyalahgunaan wewenang di dunia
perbankan.
Kebijakan untuk mendorong industrialisasi nasional menyebabkan sektor pertanian lambat
laun menjadi prioritas kedua dan nyaris tidak populer lagi. Inilah titik awal kemunduran
sistem pertanian nasional yang dulu pernah menjadi “trademark“ Indonesia sebagai negeri
agraris.
Pembangunan pedesaan berbasis pertanian sesungguhnya sebuah keniscayaan dalam konteks
perekonomian Indonesia. Namun, karena proses politik dan kebijakan ekonomi makro yang
tak berpihak pada sektor pertanian serta besarnya daya tarik ekonomi sektor non-pertanian
menjadikan pembangunan pedesaan dan sektor pertanian nyaristerlupakan. Berbagai
indikator ekonomi seperti kucuran kredit perbankan untuk sektor pertanian yang hanya
sekitar lima persen per tahun dan pengurangan subsidi terhadap input pertanian bisa menjadi
pembenar atas pernyataan ini. Selain itu, perhatian pemerintah terhadap pengembangan
sumberdaya manusia (SDM) sebagai bagian internal pembangunan pedesaan dan
infrastruktur sosial masih kurang. Hal ini relatif berbeda dengan pendekatan pembangunan di
Jepang, dimana pengembangan SDM dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari
pengembangan infrastruktur sosial dan salah satu pilar pembangunan ekonomi.
Oleh karena itu, humanisasi pembangunan pedesaan yang mengedepankan pengembangan
SDM untuk membangun “local empowerment” dan “local capacity” perlu mendapat
dukungan politik, sehingga pemerintah secara serius membenahinya. Selain itu, lokalisasi
kebijakan dan strategi pembangunan perdesaan juga diharapkan bisa menjadi solusi yang
tepat dalam memacu laju pembangunan perdesaan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Keterbatasan Sumberdaya dan Budaya Iptek
Masih terbatasnya sumber daya iptek tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan
kesenjangan pendidikan di bidang iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia masih belum
sebanding, sebagai contoh pada tahun 2003 adalah 4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh
lebih kecil dibandingkan Jepang sebesar 70,7.
Selain itu rasio anggaran iptek terhadap PDB sejak tahun 2002 mengalami penurunan, dari
0,052 persen menjadi 0,039 persen pada tahun 2004. Rasio tersebut jauh lebih kecil
dibandingkan rasio serupa di ASEAN, seperti Malaysia sebesar 0,5 persen (tahun 2002) dan
Singapura sebesar 1,89 persen (tahun 2003). Sementara itu menurut rekomendasi UNESCO,
rasio anggaran iptek yang memadai adalah sebesar 2 persen. Kecilnya anggaran iptek
berakibat pada terbatasnya fasilitas riset, kurangnya biaya untuk operasi dan pemeliharaan.
Faktor-faktor ini pulalah yang besar kemungkinan menyebabkan tingginya angka kecelakaan
di sektor transportasi yang melanda negara kita pada tahun-tahun belakangan ini.
Disamping itu Budaya bangsa secara umum masih belum mencerminkan nilai-nilai iptek
yang mempunyai penalaran obyektif, rasional, maju, unggul dan mandiri. Pola pikir
masyarakat belum berkembang ke arah yang lebih suka mencipta daripada sekedar memakai,
lebih suka membuat daripada sekedar membeli, serta lebih suka belajar dan berkreasi
daripada sekedar membeli teknologi “siap saji”. Sikap masyarakat menjadi semakin
konsumtif karena sikap pemerintah yang justru sangat memanjakan kebijakan impor, mulai
dai barang-barang manufaktur, elektronik sampai pada kebutuhan pokok seperti beras dan
bahkan garam dapur.
Sudah barang tentu, kondisi ini berakibat pada tidak optimalnya mekanisme intermediasi
iptek yang menjembatani interaksi antara kapasitas penyedia iptek dengan kebutuhan
pengguna. Masalah ini dapat dilihat dari belum tertatanya infrastruktur iptek, seperti institusi
yang mengolah dan menterjemahkan hasil pengembangan iptek menjadi preskripsi teknologi
yang siap pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi yang dibutuhkan oleh industri-
industri lokal.
Masih banyak faktor faktor penghambat lain misalnya keterkaitan kegiatan riset dengan
kebutuhan nyata, kinerja kelembagaan litbang yang tidak maksimal, aktivitas riset yang
masih terkesan “sekedarnya” dan pada akhirnya melengkapi segenap kekurangan dan
ketertinggalan Indonesia di dunia Iptek
.
Budaya Konsumerisme ?
Kondisi terkini, perekonomian Indonesia ditengah pasar global sepertinya tidak terlalu
banyak terpengaruh oleh krisis global yang melanda negara-negara maju. Salah satu faktor
yang menyelamatkan Indonesia dari krisis adalah bahwa Indonesia belum masuk kedalam
“rantai nilai” sistem produksi dalam sistem industri dunia, meskipun dunia industri nasional
sempat “goyah” karena krisis ini, namun karena skala dan konstelasinya masih terbatas maka
akibatnyapun tidak se-”telak” seperti yang dirasakan oleh negara-negara industri maju berikut
“networking” nya.
Aspek lain yang menyelamatkan perekonomian Indonesia saat ini adalah bahwa faktor “C”
atau konsumsi masyarakat yang sangat tinggi telah membentuk iklim pertumbuhan ekonomi
tetap terjadi, meskipun secara makro pertumbuhan ini belum dapat dikatakan dapat memberi
kontribusi secara signifikan.
Inilah yang sedang terjadi, serbuan produk teknologi seakan telah menjadi kebutuhan pokok.
Sayangnya, tuntutan modrnisasi ini belum dibarengi dengan daya beli yang memadai namun
masyarakat sudah terlanjur disuguhi berbagai produk pabrik, mulai dari produk otomotif,
elektronik, fashion, hingga makanan ringan dengan kemasan yang sangat menarik.
Disinilah persoalannya. Disatu sisi masyarakat dibujuk dengan metode pemasaran yang
canggih untuk membeli produk-produk konsumtif tersebut, namun realitanya dayabeli
masyarakat konsumen sebagai salah satu aspek dalam infrastruktur sosial belum merata,
sehingga membuka persoalan baru dan potensi kriminalitas yang semakin meningkat.
Sementara itu persaingan bisnis yang tidak sehat bahkan monopoli, apalagi ketika hukum
tidak ditegakkan, orientasi maksimalisasi profit mendorong munculnya praktik bisnis yang
ilegal atau tidak memperhatikan nilai keadilan
Dalam situasi tersebut, penggusuran terhadap pusat-pusat ekonomi rakyat dihalalkan demi
menciptakan pasar-pasar baru yang lebih efisien dan efektif. Konsekuensinya, masyarakat
kehilangan daya tawarnya
Dari kacamata sosial budaya meningkatnya eksploitasi terhadap konsumen dengan sistem
ekonomi kapitalis yang tidak sempurna ini menyebabkan :
1) Kesejahteraan masyarakat luas tidak lagi menjadi prioritas utama.
2) munculnya budaya konsumerisme.
3) terjadinya praktik monopoli dan kolusi.
Ketergantungan masyarakat terhadap produk-produk konsumtif tersebut cepat atau lambat
berakibat pada merebaknya kejahatan sosial seperti judi, miras, prostitusi, narkoba, dan
HIV/AIDS. Hal ini menjadi pemicu paling kuat dan meledaknya kekerasan yang
memerosotkan penghargaan akan nilai-nilai kemanusiaan. Padahal kemerosotan dan etika
menunjukkan bagaimana hati nurani telah dimatikan seperti ditemukan dalam berbagai
dampak negatif dan globalisasi dan kemajuan teknologi.
Iklim tersebut lambat laun menyebabkan memudarnya akar budaya, sejarah dan nilai-nilai
yang dimiliki hingga masyarakat kehilangan bentuk interaksi sosial yang dibangun atas dasar
saling percaya. Pada akhirnya masyarakat cenderung bersikap apatis terhadap realitas sosial
yang terjadi, sejauh tidak bersinggungan dengan kepentingan mereka. Sebaliknya masyarakat
cenderung menjadi reaktif dan berpotensi melakukan kekerasan, jika merasa kepentingan
hidup mereka dipermainkan dan terancam.
Jika mencermati perkembangan perencanaan pembangunan di Indonesia terkini dalam situasi
politik yang sangat fluktuatif, maka disinilah perlunya kita belajar dari pengalaman negara
lain, misalnya bagaimana Jepang membangun negaranya dengan berkaca melalui kacamata
sejarah (historical) dan sumberdaya domestik yang dimiliki sebagai basis kekuatan dalam
sistem perencanaan partisipatifnya yang terbukti baik.
Mengutip tulisan seorang sahabat, Wignyo Adiyoso dalam bukunya “Menggugat
Perencanaan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat” secara gamblang mengatakan
bahwa :
Walaupun partisipasi bukanlah “mantra sakti” yang bisa menghidupkan “roh” pembangunan
yang sudah menjelang “ajal”, gagasan tentang partisipasi masyarakat terus berkembang dan
meningkat intensitasnya akhir-akhir ini. Apalagi ketika wacana neoliberalisme vs ekonomi
pro rakyat kembali mencuat saat pemilu presiden yang lalu.
Isu ini tetap relevan dan penting terus untuk didiskusikan ketika fenomena kemiskinan serta
buruknya akses kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat miskin menjadi keprihatinan
sebagian besar orang sebagai akibat teraleniasinya rakyat dari pusaran proses pembangunan
Meskipun, Indonesia sudah memiliki UU no 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (UU SPPN) yang menjamin peran serta masyarakat dalam
pembangunan, namun efektivitasnya dipertanyakan. Karena ketidakjelasan konstruksi
partisipasi secara eksplisit yang mencerminkan kehendak rakyat dalam undang-undang
tersebut, perencanaan partisipatif dinilai masih sebatas artifisial, kalau tidak dapat dikatakan
gagal.
Perdagangan internasional
Selain kebijakan makroekonomi suara, Turki telah mengimplementasikan agenda reformasi
komprehensif dan luas struktural. Dibandingkan dengan pengalaman negara lain,
keberhasilan Turki telah luar biasa terutama karena kecepatan yang telah melakukan
perubahan struktural dan institusional. Memang, Turki telah membuat langkah besar dalam
restrukturisasi sektor keuangan serta meningkatkan tata kelola sektor publik dan lingkungan
bisnisnya.
Ekonomi Turki yang memiliki tingkat pertumbuhan yang stabil selama 20 kuartal terakhir.
GNP dan GNP per kapita tokoh menyoroti kekuatan dan stabilitas perekonomian nasional
serta integrasi untuk tren Global ekonomi makro.
Sebanyak 16.500 perusahaan dengan modal internasional yang beroperasi di Turki. Di
antaranya, 13.549 perusahaan dan kantor cabang dengan modal internasional telah didirikan
dan 2.951 partisipasi modal asing di perusahaan yang ada terjadinya.
Mayoritas 16.500 perusahaan dibiayai dengan modal internasional di sektor perdagangan
besar dan eceran; ini diikuti oleh manufaktur, Lahan yasan menyewa dan kegiatan usaha
lainnya. Tekstil barang produksi sektor manufaktur memimpin dalam investasi diikuti oleh
bahan kimia dan produk makanan dan minuman
Turki telah Seorang Anggota Organisasi Perdagangan Dunia, sejak tahun 1995.
Komitmennya untuk mengintegrasikan dengan regional dan Internasional Perdagangan
norma terlihat dalam partisipasinya dalam dan Anggota dari berbagai organisasi seperti:
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan,
Organisasi Kepabeanan Dunia, Internasional Kamar Dagang, D-8, Pakta Stabilitas, dan
organisasi lainnya.
Selain Uni Kustom dengan Uni Eropa (UE), Turki telah menandatangani Perjanjian
Perdagangan Bebas (PPB) dengan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA), Israel,
Yugoslavia mantan Republik Makedonia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Tunisia, Maroko,
Otoritas Palestina, Suriah, Mesir, Yordania, Georgia dan Albania.
Impor ke Turki berasal dari pasar utama sebagai berikut: Uni Eropa (40,8%), Rusia (14,0%),
Tiongkok (7,9%), Amerika Serikat (4,8%), Iran (3,9%) dan Swiss (3,1%). Utama Uni Eropa
ekspor ke Turki adalah mesin (32,2%), Transportasi bahan (18,6%) dan produk kimia
(16,9%).
Utama Turki ekspor pasar adalah Uni Eropa (56,4%), Rusia (4,4%), Amerika Serikat (3,9%),
Rumania (3,4%), Uni Emirat Arab (3,0%) dan Irak (2,6%).
Tekstil dan peralatan Transportasi mendominasi impor Uni Eropa dari Turki, baik terhitung
sekitar 24% dari total. Impor penting lainnya adalah mesin (17,7%), dan produk pertanian
(7,1%).
Sehubungan dengan impor Turki Menurut Kelompok negara, anggota Uni Eropa telah
mempertahankan posisi tertinggi sejak 1980. Sementara diamati bahwa impor dari anggota
Uni Eropa meningkat dari sekitar 44% sampai 52%, ada juga peningkatan yang ditandai
dalam impor dari Asia, Laut Hitam negara Kerja Sama Ekonomi Anggota, dan Kekayaan
Umum Negara Independen yang menarik banyak perhatian.
Ekspor Impor Indonesia
Neraca Perdagangan Dengan Negara Mitra Dagang
Neraca Perdagangan Provinsi
Perkembangan Ekspor NonMigas (Sektor)
Perkembangan Ekspor NonMigas (Komoditi)
Perkembangan Ekspor NonMigas (Negara Tujuan)
Perkembangan Ekspor NonMigas (Provinsi)
Perkembangan Ekspor Menurut HS 6 Digit
Perkembangan Impor Menurut HS 6 Digit
Perkembangan Impor Menurut Gol. Barang
Perkembangan Impor NonMigas (Komoditi)
Perkembangan Impor NonMigas (Negara Asal)
Perkembangan Impor NonMigas (Provinsi)
Neraca Perdagangan Indonesia
“Model Perdagangan Internasional Indonesia dengan Negara-Negara di Dunia”
Pada era globalisasi saat ini, tidak ada negara yang dapat mandiri tanpa bantuan negara lain
sedikitpun sehingga negara maju sekalipun tetap membutuhkan negara lain untuk menunjang
keberlangsungan kehidupan di negaranya. Salah satu contoh bentuk ketergantungan negara
satu sama lain adalah munculnya perdagangan internasional. Munculnya perdagangan
internasional didasari oleh kebutuhan masyarakat dunia yang semakin berkembang
sedangkan tidak semua negara memiliki sumberdaya tersebut untuk mendukung pemenuhan
kebutuhan masyarakatnya. Adanya perbedaan geografis menjadi salah satu faktor penyebab
berbedanya sumberdaya alam yang dimiliki setiap negara.
Perdagangan internasional itu sendiri adalah perdagangan atau pertukaran barang maupun
jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain berdasarkan
kesepakatan bersama. Perdagangan internasional juga menjadi salah satu ukuran penunjang
pertumbuhan ekonomi suatu negara sebab berkaitan erat dengan ekspor serta impor.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dikatakan meningkat apabila negara tersebut
memiliki neraca perdagangan surplus, begitu juga sebaliknya apabila neraca perdagangan
defisit maka pertumbuhan ekonomi suatu negara sedang turun atau melemah. Neraca
perdagangan tersebut diukur dari kegiatan perdagangan internasional atau ekspor dan impor.
Neraca perdagangn dikatakan surplus ketika ekspor lebih banyak dari pada impor begitu juga
sebaliknya.
Ketika suatu negara mendasari pertumbuhan ekonomi pada neraca perdagangan maka penting
sekali untuk menjadikan neraca perdagangan surplus atau dengan kata lain ekspor lebih besar
dibandingkan dengan impor. Negara-negara tersebut sebagian besar berasal dari negara
berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Indonesia merupakan negara berkembang yang
masih mengandalkan kegiatan ekspor-impor untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.
Suryamin selaku Kepala Badan Pusat Statistik mengatakan berdasarkan data yang diperoleh
bahwa pada tahun 2014 tepatnya bulan Januari sampai dengan Oktober, neraca perdagangan
ke negara-negara di ASEAN mengalami defisit sebesar USD 1 miliar, yang artinya bahwa
ekspor lebih rendah, yaitu sebesar USD 24,18 miliar dibandingkan dengan impor mencapai
USD 25,18 miliar (Dhoni Setiawan, 2014). Jumlah ekspor tersebut pun turun sebesar 38,7%
dari tahun sebelumnya. Penyebab defisit neraca perdagangan adalah membengkaknya jumlah
barang-barang yang diimpor dari Thailand, terbukti dari jumlah impor Indonesia ke Thailand
(USD 8,21 miliar) jauh lebih besar dari jumlah ekspor Indonesia ke Thailand (USD 4,25
miliar), yaitu hampir dua kali lipatnya. Adapun barang-barang impor yang paling
mendominasi adalah gula pasir sebesar USD 284,5 juta; mobil sebesar USD 195,9 juta; mobil
angkutan umum sebesar USD 110,4 juta; kendaraan berat sebesar USD 82,1 juta; dan mobil
4WD sebesar USD 101,2 juta. Namun kondisi neraca perdagangan surplus tetap terjadi di
negara-negara Eropa sehingga neraca perdagangan kumulatif masih tertolong, yaitu surplus
sebesar USD 3,46 miliar.
Selain di Thailand, Indonesia juga menjadi negara importir barang-barang otomotif dari
negara Jepang, sebagai gantinya Indonesia gencar untuk mengekspor produk-produk
makanan dan minuman. Namun sayangnya tidak hanya produk-produk high technology,
ternyata beberapa komoditas pertanian masih diimpor seperti beras sebesar USD 90,07 juta
berasal dari berbagai negara, yaitu Vietnam, Thailand, India bahkan Amerika Serikat,
kemudian jagung (USD 275,8 juta), kedelai (USD 312,9 juta), lada (USD 1,98 juta), cabe
kering (USD 5,91 juta), kentang (USD 12,9 juta), serta daging-dagingan seperti sapi maupun
ayam (USD 126 juta) (Fiki Ariyanti, 2013). Indonesia juga memiliki produk ekspor unggulan
antara lain udang, kopi, minyak kelapa sawit, kakao, karet, alas kaki, elektronik, komponen
kendaraan bermotor dan furniture (Kementrian Perdagangan, 2014).
Berdasarakan data mengenai barang-barang yang diekspor maupun diimpor oleh Indonesia
dapat disimpulkan bahwa Indonesia menerapkan model perdagangan keunggulan komparatif
yang dikemukakan oleh Richardian. Teori tersebut menyatakan bahwa negara-negara dapat
melakukan perdagangan internasional dengan memproduksi apa yang mereka paling baik
untuk diproduksi. Penjelasannya adalah bahwa Indonesia mengandalkan produk-produk yang
memang paling banyak berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya alam seperti
komoditas pertanian maupun furniture yang memang bahan bakunya banyak diperoleh di
Indonesia daripada produk-produk yang lebih banyak menggunakan hightech ataupun
highskill dari tenaga kerjanya. Namun tidak menutup kemungkinan bagi Indonesia untuk
mengekspor produk2 yang bukan menjadi keunggulan komapartifnya selama produk tersebut
dapat bersaingatau mungkin dibutuhkan dalam kegiatan perdagangan internasional, begitu
juga sebaliknya dengan produk-produk impor.
3 biya
Pertambangan
Wilayah Belanda juga memiliki hasil tambang yang bisa diandalkan. Bahan tambang yang
dihasilkan di negeri Belanda adalah sebagai berikut :
1. Gas aam dari Groningen (terbesar di dunia)
2. Minyak bumi diusahakan di bagian timur laut. Di Rotterdam terdapat kilang minyak
dan industri petrokimia.
3. Batu bara ditambang di daerah Limburg
4. Deposit garam yang berada di Holland Timur.
Bentuk Negara
Bentuk negara Belanda adalah monarki konstitusional. Belanda dipimpin oleh ratu dari
Dinasti Oranye sebagai kepala negaranya. Sementara itu, kekuasaan eksekutif dilaksanakan
oleh kabinet. Belanda juga memiliki parlemen yang disebut Staanten General yang terdiri
dari Majelis Rendah (Tweede Kamer) dan Majelis Tinggi atau senat (Erste Kamer)
Sejumlah pakar berbagai bidang yang tergabung dalam Tim Visi Indonesia 2033 telah
menyusun kerangka pemindahan Ibukota ke sebuah kota baru. Tim yang salah satunya diisi
pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago,
ini menyusun sampai ke detail biaya.
Andrinof melansir angka minimum untuk membangun sebuah Ibukota baru adalah Rp100
triliun dengan perhitungan program pembangunan multiyear . "Saya kira Rp100 triliun
cukup," kata Andrinof dalam jumpa pers di sebuah restoran di Jakarta, Kamis 29 Juli 2010
kemarin.
Andrinof sendiri membayangkan, pembangunan kota baru itu membutuhkan waktu 10 tahun.
Dua tahun awal untuk perencanaan dan delapan tahun berikutnya pelaksanaan pembangunan.
"Tiap tahun lalu kita menyisihkan APBN Rp10 triliun untuk membangun," kata Andrinof
yang jumpa pers bersama Tata Mutasya, seorang ekonom, dan M Jehansyah Siregar, seorang
pakar pemukiman dan transportasi dari Institut Teknologi Bandung.
Angka Rp10 triliun per tahun itu, kata Andrinof, memang besar. Namun angka itu, jauh lebih
kecil dari estimasi kerugian yang dialami Jakarta setiap tahunnya akibat macet. "Ada yang
menghitung 17 triliun rupiah, ada yang 20-an triliun rupiah," kata Andrinof, "artinya tetap
lebih murah opsi membangun kota baru."
Kota baru ini, kata Andrinof, harus bisa memuat minimal satu juta penduduk. "Ada 400 ribu
pegawai negeri sipil dan sisanya adalah keluarga dan kalangan swasta."
Berikut rincian infrastruktur yang harus dibangun, seperti disusun Tim Visi Indonesia 2033:
1. Infrastruktur dasar kota meliputi jaringan jalan, drainase, air bersih, jaringan listrik dan
telepon;
2. Bandara Internasional;
3. Kantor Departemen dan Nondepartemen;
4. Rumah susun untuk PNS;
5. Rumah pejabat negara seperti Ketua-ketua lembaga tinggi negara;
6. Apartemen anggota DPR dan DPD;
7. Istana Negara dan Kantor Presiden dan Wakil Presiden;
8. Sarana Transportasi;
9. Kawasan diplomatik;
10. Peningkatan kapasitas jalan dan transportasi menuju kota-kota terdekat.
Pembangunan infrastruktur ini bisa dihemat karena tidak semua lembaga negara atau
pemerintahan harus pindah ke Ibukota baru. Andrinof menyebut, Bank Indonesia tetap
dipertahankan di Jakarta. Kemudian, Markas Tentara Nasional Indonesia bisa saja tetap di
Jakarta.
"Jadi tinggal pemerintah menentukan, mana yang harus ikut pindah dan mana yang tidak,"
kata Andrinof.
Namun usul Andrinof dan kawan-kawan ini tampaknya seperti menggantang asap. Kemarin,
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menyatakan tak setuju dengan rencana pemindahan
Ibukota. Gamawan menawarkan, hanya perlu pembenahan Jakarta. (adi)
Apakah seluruh bantuan Bank Dunia kepada Indonesia hanya berupa pinjaman?
Tidak. Banyak pekerjaan dilakukan Bank Dunia di Indonesia yang terdiri dari Analytical and
Advisory Activities (AAA) yang didanai oleh Bank Dunia dan negara-negara donor. Saat ini
dengan perkiraan US$20 juta untuk Tahun Anggaran 2008 - tambahan dana sebesar US$30
juta didukung oleh Dana Perwalian yang dikelola Bank dan dapat berlanjut ke tahun 2009 -
kegiatan ini menyediakan dukungan teknik dan analisis bagi program-program reformasi dan
pembangunan Pemerintah.
Sebenarnya, Bank Dunia mengelola salah satu program Dana Perwalian terbesar di Indonesia
yang mengumpulkan hibah-hibah dari Bank maupun negara-negara donor. Saat ini, Bank
mengelola 300 Dana Perwalian senilai satu milyar dolar, di mana US$750 juta dibaktikan
untuk rekonstruksi di Aceh dan Nias. Hibah yang tersisa digunakan untuk mendukung
pembangunan sektor-sektor lain seperti air bersih, pendidikan dan dukungan desentralisasi.
Mengapa Bank Dunia masih terus memberikan pinjaman padahal utang Indonesia masih
menumpuk?
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan dan telah mengelola
beban utangnya secara efektif untuk mendanai pertumbuhan. Bank Dunia menggabungkan
keahlian teknik dengan pengalaman di seluruh dunia dalam proyek-proyek yang terstruktur
dengan baik (misalnya, di bidang pendidikan, kesehatan dan prasarana) untuk menciptakan
pertumbuhan yang berkualitas. Pinjaman semacam ini membantu pembangunan, bukan
menghambatnya. Proyek-proyek yang berjalan dengan baik menghasilkan aset nasional yang
mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan taraf kehidupan.
Pada tahun 2006, laju pertumbuhan Indonesia mencapai tingkat pasca-krisis sebesar 5,5
persen. Meskipun demikian, data tahun 2007 dari pemerintah memperlihatkan bahwa 16,6
persen penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan nasional. Bank bersama-
sama dengan rakyat Indonesia berkeinginan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
pertumbuhan.
Apakah utang pemerintah mengurangi pembelanjaan untuk pembangunan?
Tidak. Seperti diperlihatkan di atas, pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sekarang
telah mencapai tingkat seperti sebelum krisis. Bahkan, dengan tingginya harga minyak dunia,
Pemerintah Indonesia (tingkat pusat maupun daerah) memiliki kesempatan yang belum
pernah dimiliki sebelumnya untuk meningkatkan pembelanjaan yang akan meningkatkan
pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan.
Setelah tiga dekade Indonesia meminjam dana dari Bank Dunia, apa saja manfaat yang
diperoleh Indonesia?
Pembangunan Berbasis Masyarakat: Selain menciptakan aset nasional yang penting berupa
prasarana, kesehatan, pendidikan dan jaminan pangan (lihat Hasil-Hasil Utama), Program
Pengembangan Kecamatan yang berbasis masyarakat telah menjadi model bagi negara-
negara berkembang lain. Saat ini, Program Pengembangan Kecamatan telah beroperasi di
lebih dari 34.200 desa termiskin, dan telah membangun jalan sepanjang 27.690 km, 6.040
jembatan, 6.740 sistem irigasi, 6.565 sarana penyaluran air bersih, dan 2.660 sarana sanitasi.
Program ini juga telah membangun atau merenovasi 1.450 puskesmas dan 760 sekolah dan
memberikan beasiswa kepada lebih dari 61.000 siswa. Lebih dari 650.000 usaha kecil telah
didirikan melalui program ini. lebih lanjut ..
Prasarana: Komponen terbesar program prasarana Bank adalah jalan—dengan memberikan
dukungan pemeliharaan berkala jalan nasional/provinsi sepanjang kira-kira 800km dan jalan
kabupaten/kota sepanjang 5700km; perbaikan atau rehabilitasi jalan sepanjang 1600km dan
penggantian jembatan sepanjang 400m. lebih lanjut..
Dalam sektor energi, Bank membantu Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk berinvestasi
dalam meningkatkan jaringan transmisi dan menghilangkan hambatan sistem sehingga dapat
memperbaiki kinerja melalui Proyek Sektor Kelistrikan Jawa-Bali; sedangkan Perusahaan
Gas Negara (PGN) untuk berinvestasi dalam mengembangkan prasarana pasokan gas untuk
mengatasi ke kekurangan di Pulau Jawa melalui proyek pengembangan pasar gas dalam
negeri.
Bank dilibatkan dalam pengelolaan air bersih dan limbah padat, merestrukturisasi perusahaan
air minum daerah, dan memberikan bantuan investasi fisik dalam pengembangan sanitasi,
fasilitas pembuatan kompos dan tempat pembuangan limbah. Selain itu, program kemiskinan
perkotaan berbasis masyarakat yang mencakup 236 pemerintah daerah dan lebih dari 6.500
kelurahan telah dikembangkan sehingga lebih dari 2,7 juta rumah tangga dapat memperoleh
manfaat dari kegiatan pembangunan prasarana. Program ini juga mendukung peningkatan
fasilitas pelayanan perkotaan bagi 13 pemerintah kota melalui Proyek Reformasi
Pembangunan Sektor Perkotaan.
Tata Pemerintahan: Sejumlah prakarsa yang didukung Bank sedang membantu Indonesia
memerangi korupsi baik melalui lembaga-lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi
maupun Badan Pemeriksa Keuangan, reformasi pemerintah di bidang pengelolaan
pendapatan dan peningkatan kapasitas untuk prakarsa pemerintah daerah seperti Keadilan
bagi Rakyat Miskin.
Kesehatan: Sebuah pendekatan yang berkelanjutan untuk memperbaiki kesehatan masyarakat
miskin adalah dengan melibatkan mereka sendiri dalam memenuhi kebutuhan air bersih dan
sanitasi. Sebuah program yang didukung Bank telah membantu mendirikan sistem air bersih
di lebih dari 1.020 desa, yang melayani lebih dari 2 juta warga desa. Skala program ini
sekarang sedang diperluas untuk menjangkau sekitar 5000 anggota masyarakat dengan
jumlah penduduk berkisar 12,5 juta orang.
Lebih dari 5.000 mahasiswa kedokteran telah dilatih melalui sebuah program peningkatan
kapasitas dan dokter-dokter spesialis sedang dilatih dalam sebuah program percontohan
berbasis rumah sakit. Lebih dari 40 klinik dan rumah sakit telah dan sedang dibangun di Aceh
melalui hibah MDF.
Melalui kerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan para donor, Bank telah membantu
mengurangi angka kematian ibu dari 400 pada tahun 1987 menjadi 307 per 100.000 orang
pada tahun 2003 dan melatih 3000 bidan di 110 kabupaten/kota. Hal ini turut meningkatkan
jumlah tenaga profesional yang membantu persalinan dari 18% pada tahun 1991 menjadi
44% pada tahun 2002.
Pendidikan : Bank telah memberikan dukungan kepada Indonesia berupa 26 proyek yang
seluruhnya bernilai $1,5 milyar selama 20 tahun terakhir. Bank juga telah memberikan
dukungan reformasi kebijakan dan mengujicoba skema-skema pengelolaan yang inovatif
seperti: memberikan block grants untuk pendidikan kepada kabupaten/kota; dana bantuan
langsung kepada sekolah-sekolah; beasiswa kepada siswa miskin; program
rehabilitasi/konstruksi sekolah berbasis masyarakat dan dimasukkannya ketentuan
Pengembangan Anak Usia Dini dalam Undang-Undang Pendidikan. Program ini akan
membantu anak-anak prasekolah di 6000 kelompok masyarakat termiskin untuk
mendapatkan landasan yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian.
Secara umum, Bank telah membantu tujuh proyek pendidikan dasar untuk membuat
penganggaran, perencanaan, dan pengelolaan lebih transparan; dan mengeluarkan kebijakan
baru tentang pengelolaan dan kinerja guru.
Pelestarian Lingkungan : Sebagai salah satu contoh komitmen Bank Dunia untuk
melestarikan sumber daya alam Indonesia yang unik, pada tahun 1998 dimulailah program
Coral Reef Rehabilitation and Management yang akan berlangsung selama 15 tahun. Program
ini merestorasi ekosistem karang yang hampir punah dengan menempatkan 4750 km persegi
karang di bawah manajemen komunitas pantai sehingga kehidupan ekosistem karang dan 9%
terumbu karang di Indonesia dapat terjaga. Untuk melihat daftar proyek-proyek yang telah
dan sedang dilaksanakan,
Berapa utang yang harus dibayar Indonesia setiap tahun kepada kreditur asing? Berapa yang
harus dibayar kepada Bank Dunia?
Rencana anggaran tahun 2006 memperlihatkan bahwa pemerintah pusat membayar bunga
sebesar Rp 79 trilyun (US$8,6 milyar) dan utang pokok sebesar Rp 52,7 trilyun (US$5,8
milyar) kepada kreditur asing. Jika dilihat dari PDB, total utang Indonesia (pembayaran
bunga dan pokok) turun dari rata-rata 4,9 persen pada tahun 2003-2005 menjadi 4,7 persen
pada tahun 2006. Pemerintah Indonesia membayar Bank Dunia untuk utang pokok sebesar
US$1,4 milyar dan untuk bunga sebesar US$0,5 milyar pada tahun 2006. Utang Indonesia
kepada Bank Dunia adalah 10,6 persen dari seluruh utang nasional.
Bagaimana tingkat bunga Bank Dunia dibandingkan dengan sumber pembiayaan pemerintah
lainnya? Apakah bunganya lebih tinggi dalam beberapa kasus?
Sebagai sebuah bank pembangunan, Bank Dunia menyediakan pinjaman dengan bunga mulai
dari 0 persen bagi beberapa negara termiskin di dunia serta hibah bagi negara-negara pasca
konflik dan negara-negara berpenghasilan rendah yang mengalami tekanan. Indonesia
dipandang sebagai negara berpenghasilan rendah-menengah dan saat ini menerima dua jenis
pinjaman: (a) International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan (b)
International Development Association (IDA). Pinjaman IBRD bersifat lebih ringan daripada
pinjaman komersial lainnya (concessional), dengan jangka waktu 20 tahun, masa tenggang 5
tahun dan suku bunga yang bervariasi namun tetap di bawah tingkat suku bunga di pasar.
Pinjaman IDA terutama ditujukan kepada negara-negara termiskin dan kadang-kadang
kepada negara-negara berpenghasilan rendah-menengah untuk program-program tertentu
yang berfokus pada pengentasan kemiskinan. Pinjaman IDA tidak dikenakan bunga dan masa
pengembalian pinjaman selama 35-40 tahun, termasuk masa tenggang 10 tahun. Karena
alasan inilah ‘pinjaman’ ini disebut ‘kredit’. Selama masa CAS saat ini atau sejak tahun 2004,
Indonesia telah menerima kredit IDA senilai $948 juta dan US$362 juta lagi untuk tahun
2008. (Lihat IDA di Indonesia.) Kredit-kredit baru mempunyai masa jatuh tempo 35 tahun
dengan masa tenggang 10 tahun. Pinjaman pokok akan dibayar sebesar 2,5 persen per tahun
selama tahun ke 11-20 dan sebesar 5 persen per tahun selama tahun ke 21-35, sehingga kredit
IDA menjadi sumber yang paling kompetitif untuk mendukung pembangunan.
Apakah Bank Dunia Membantu Pemerintah Indonesia mengelola Utangnya?
Bank Dunia, melalui kerjasama dengan donor lainnya, bekerja dengan Pemerintah Indonesia
untuk meningkatkan pengelolaan utang publik, termasuk contingent liabilities. Ini mencakup
dukungan peningkatan kapasitas dalam pengelolaan utang dan risiko (kurs mata uang, bunga
dan risiko rollover) maupun saran tentang risiko operasional dan reformasi kelembagaan. Ini
juga mencakup bantuan kepada pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah
kelembagaan dan peningkatan kapasitas untuk menilai contingent liabilities terkait dengan
kemitraan pemerintah-swasta di bidang infrastruktur dan bidang-bidang lain.
Beberapa negara Afrika telah menerima keringanan utang dari Bank Dunia, mengapa hal
yang sama tidak diberikan kepada Indonesia? Apakah mungkin sebagian utang Indonesia
dijadwal ulang pembayarannya?
Keputusan yang diambil oleh G8 di Gleneagles adalah 29 negara disetujui mendapatkan
keringanan nominal utang berdasarkan prakarsa Highly Indebted Poor Countries. Ke-29
negara ini sangat miskin dengan penghasilan rata-rata per kapita sebesar US$340 pada tahun
2004. Sebagai perbandingan, penghasilan per kapita Indonesia adalah $1,110 pada tahun
2004 (dan US$1,410 pada tahun 2006).
Keputusan memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai HIPC didasarkan atas penilaian bahwa
utang luar negeri suatu negara terlalu tinggi untuk dibayar. Negara-negara seperti ini juga
harus menyusun Dokumen Strategi Pengurangan Kemiskinan dan memperlihatkan kinerja
yang memuaskan dalam program IMF.
Sejak krisis tahun 1997, Indonesia telah menerima fasilitas penjadwalan ulang utang dari
Paris Club. Indonesia telah menerima tiga kali penjadwalan ulang sejak tahun 1997 karena
ketidakmampuannya memenuhi kewajiban dan kinerja dalam program yang dibiayai IMF.
Selain itu, setelah gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias pada tahun 2005, Indonesia
diperbolehkan melakukan penjadwalan ulang lagi.
4
Ist
INILAH.COM, Zimbabwe Bank Dunia mengatakan, ekonomi Zimbabwe berpotensi
besar untuk tumbuh dan terindustrialisasi seperti kebanyakan negara Asia.
Mantan kepala ekonom dan wakil senior Bank Dunia untuk pengembangan ekonomi,
Profesor Justin Lin mengatakan ada kemungkinan bagi perekonomian Zimbabwe untuk
menjadi yang terbaik di Benua Afrika, bahkan menjadi macan Afrika. "Transformasi
ekonomi memungkinkan adanya ruang besar bagi negara tersebut untuk
berkembang,"katanya Selasa (3/7/2012).
Menurutnya, sebagian besar negara Asia yang sekarang pemain besar dalam ekonomi global,
pernah berada dalam posisi seperti Zimbabwe. "Jika sebuah negara memiliki pengalaman
stagnasi ekonomi beberapa tahun, maka dibutuhkan kebijakan tepat untuk merubah nasibnya.
Kebanyakan negara pernah mengalami hal tersebut,"katanya.
Lin menuturkan, negara ini seharusnya menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7%
dalam 25 tahun. "China menjadi seperti sekarang karena memiliki pertumbuhan 9,9% selama
32 tahun terakhir.
Sedangkan conutry manager Bank Dunia, Nginya Mungai Lenneiye menyarankan Zimbabwe
mencari inspirasi dari pengalaman pembangunan ekonomi dari negara di Asia Timur.
Menurutnya, pengalaman negara-negara Asia Timur selama fluktuasi pertumbuhan
ekonominya, sangat relevan dengan Zimbabwe.
Seperti diketahui, ekonomi Zimbabwe berhasil pulih dari keterpurukan yang terjadi selama
10 tahun terakhir
Kemiskinan di Zimbabwe
A. Gambaran Umum Negara Zimbabwe
Negara Republik Zimbabwe adalah sebuah negara di Afrika bagian selatan. Negara yang
terkurung daratan ini (Land Lock) berbatasan dengan Afrika Selatan di sebelah selatan,
Botswana di barat, Zambia di utara dan Mozambik di timur dan timur laut. Lahir sebagai
Negara merdeka pada 18 April 1980. Sebelum memperoleh kemerdekaannya, Zimbabwe
dikenal sebagai Rhodesia Selatan yang dikelola oleh British South African
Company berdasarkan piagam Kerajaan Inggris tahun 1899. Namun pengaturan ini berakhir
pada tahun 1923 ketika Inggris menganeksasikan menjadi bagian dari kerajaan. Pada Juli
1961 dikeluarkanlah referendum untuk mengesahkan UUD baru yang diikuti oleh hampir
seluruh warga kulit putih dan mendapat persetujuan Inggris, namun pada tahun 1962 Majelis
Umum-PBB menyatakan bahwa Rhodesia Selatan sebagai wilayah yang tak berpemerintahan
sendiri sesuai Bab IX Piagam PBB.
Selama beberapa tahun PBB meminta Inggris sebagai penguasa administrasi agar menunda
UUD 1961 dan merumuskan UUD baru dengan prinsip satu orang satu suara dan
menyerukan kepada Inggris agar tidak memberikan kemerdekaan hingga pemerintah
mayoritas terbentuk atas dasar hak memilih Universal. Namun Inggris menganggap bahwa
sejak tahun 1923 Rhodesia Selatan merupakan koloni yang telah memiliki pemerintahan
sendiri dan PBB terlalu ikut campur dalam urusan dalam negeri wilayah itu.
Pada tahun 1965 rezim minoritas (kulit putih) Rhodesia Selatan yang dipimpin oleh Ian
Smith memproklamasikan kemerdekaan secara sepihak namun ditentang oleh Inggris.
Selanjutnya pada 1 Maret 1970 Ian Smith kembali memproklmasikan kemerdekaan Rhodesia
Selatan sebagai Republik, namun ditentang oleh Dewan Keamanan PBB. Hingga akhirnya
gencatan senjata antara rezim minoritas dengan gerilyawan tercapai dan dibentuklah
serangkaian pembicaraan di London yang menghasilkan persetujuan yang ditandatangani 21
Desember 1979.
Setelah kemerdekaannya, Zimbabwe berada di bawah Robert Mugabe. Presiden pertama
yang telah berkuasa 30 tahun ini kemudian menjadi sorotan masyarakat, tidak hanya di
kawasan Afrika, namun juga di mata dunia. Kasus yang muncul menyebutkan bahwa tokoh
yang diharapkan dulunya menjadi pahlawan bagi masyarakat asli Zimbabwe yang
terpinggirkan, kemudian malah berbelok menjadi rezim yang korup yang bahkan memangsa
bangsanya sendiri. Kelaparan merajalela, penyakit semakin mewabah, pelanggaran HAM,
kondisi ekonomi dan politik yang semakin parah menjadi potret buram Negara ini.
Per Juli 2011, penduduk Zimbabwe berjumlah sekitar 12.000.000. Penduduk Zimbabwe
umumnya hidup miskin dengan masalah AIDS dan kematian bayi yang tinggi. Negara ini
terkenal dengan berbagai suku seperti Zulu, Vadoma, Shona, dan Lemba. Agama mayoritas
adalah Kristen dengan sejumlah kecil penduduk menyembah dewa suku tradisional. Bahasa
resmi Zimbabwe adalah bahasa Inggris yang hanya digunakan di kota-kota besar. Bahasa
utama lainnya meliputi Shona dan Ndebele.
18 April lalu, Zimbabwe merayakan 33 tahun kemerdekaannya. Presiden Mugabe yang telah
menjadi pemimpin Zimbabwe sejak negara ini berdiri kemudian menjadi sangat populer.
Tokoh yang awalnya menjadi pahlawan bagi rakyat Zimbabwe atas jasanya menengahi kaum
kulit putih dan kulit hitam, kemudian berbalik menjadi seorang pemimpin otoriter yang
korup. 33 tahun lalu, Robert Mugabe memberikan sumpahnya sebagai perdana menteri
Zimbabwe. Rakyat Zimbabwe menyambut ini dengan suka cita. Bertahun-tahun sebelumnya,
ketika Zimbabwe masih bernama Rhodesia, negara tersebut dipimpin oleh pemerintahan
minoritas kulit putih. Penindasan kaum mayoritas kulit hitam ketika itu sudah biasa.
Akhirnya penduduk kulit putih dan kulit hitam Zimbabwe saling bertarung dalam perang
saudara. Ketika perang ini berakhir dan Robert Mugabe mengambil alih pemerintahan, orang
melihatnya sebagai seorang tokoh pembebas. Namun seorang wartawan dan penulis Afrika
Selatan - Martin Meredith, menyebutkan dalam tulisannya bahwa faktanya di tahun 1980an
hubungan Megube dengan kaum kulit putih cenderung relatif bersahabat. Setelah perang
saudara selama tujuh tahun tersebut, Mugabe malah berfokus kepada proses rekonsiliasi
antara penduduk berkulit hitam dan penduduk berkulit putih.
Tidak seperti pemimpin-pemimpin Afrika lainnya, karir Mugabe tidak dimulai dengan
kebijakan pemberdayaan penduduk kulit hitam. Misalnya, ia juga mengizinkan petani kulit
putih yang mempunyai konsesi pertanian untuk tetap tinggal di pertanian mereka. Setelah
program reformasi pertaniannya, Zimbabwe tetap punya populasi petani kulit putih yang
berketerampilan tinggi. Bahkan saingan-saingannya memuji upaya Mugabe untuk
memperluas sektor pendidikan dan kesehatan. Tetapi banyak hal yang kemudian
berubah.
B. Kehidupan Ekonomi dan Politik di Zimbabwe
1. Bidang Ekonomi
Zimbabwe merupakan negara paling miskin kedua di dunia. Tingkat PDB per kapita
penduduk Zimbabwe sebesar 365 dolar AS atau Rp 3,28 juta per tahun. Perekonomian negara
di Benua Afrika ini mengandalkan pertanian seperti kapas, tembakau dan pertambangan
seperti emas dan platinum, serta industri tekstil.
Perekonomian Zimbabwe juga sering kacau balau. Bayangkan, Zimbabwe merupakan satu
negara dengan catatan rekor inflasi tertinggi di dunia, bahkan pernah mencapai 11,2
juta persen pada Agustus 2008. Zimbabwe juga dikenal sebagai negara yang pernah
mengeluarkan pecahan mata uang terbesar di dunia, yakni 100 miliar dolar Zimbabwe.
Netsains.com –
1) Pernahkah Anda membayar ongkos bus atau angkot yang lainnya sebesar 3 triliun
dollar?
Di Zimbabwe, seorang wanita yang sehari-harinya bekerja sebagai sekretaris di sebuah
perusahaan di Harare membayar 3 triliun dollar Zimbabwe untuk ongkos bus. Namun, nilai
itu hanya setara dengan 50 sen mata uang AS, atau kalau di Rupiahkan ke dalam Indonesia
senilai 5.000 Rupiah.
2) Bagaimana tatanan dalam kota tersebut?
Kemungkinan semua itu bisa jadi, Zimbabwe sudah salah satu negera yang jadi contoh
kebobrokan pemerintah mengatur ketatanan negara dalam bidang mata uang. Sepertinya tidak
seorang pun yang merasa canggung (menggunakan dollar Zimbabwe dalam bertransaksi),
ungkap Abduh Noviko. Ia pun mengaku kerap melihat seorang petugas polisi menggunakan
dollar Zimbabwe untuk membayar ongkos.
3) Bagaimana dengan sepak terjang kondektur supir bus yang ada di Zimbabwe?
Kondektur bus pun tampaknya tidak sungkan memilih berapa tiap triliunan dollar Zimbabwe
yang dibayarkan oleh penumpang bus tersebut. Alhasil yang penting sang supir bisa
menghitung uang tersebut . Uniknya sekaligus sedikit rumit, para sopir dan kondektur bus
bisa memberi kelebihan ongkos yang dibayar oleh penumpang tersebut dalam bentuk dollar
Zimbabwe menjadi dollar AS.
Namun pernah terjadi suatu insiden. Salah satu penumpang menodong senjata apinya ke arah
sopir dan memaksanya mengembalikan uangnya dalam dollar Zimbabwe. Di negara
Zimbabwe dalam bertransaksi menggunakan lebih dari satu mata uang. Selain dollar
Zimbabwe, negara yang terletak di Afrika bagian selatan ini melegalkan dollar AS serta
Rand, mata uang resmi Afrika Selatan. Sebenarnya mata uang Zimbabwe telah menyatakan
dollar Zimbabwe dihapus menjadi nilai tukar resmi pasca kursnya yang kian lama semakin
tidak berharga karena tergerus inflasi yang menjulang.
Bayangkan, inflasi negara pertanian yang kolaps itu mencapai miliaran persen setelah
peristiwa penyitaan ribuan lahan milik petani kulit putih pada 2000 lalu. Kami telah
memancangkan batu nisan atas ‘kematian’ dollar Zimbabwe. Kami tidak akan mencetaknya
lagi, ujar Menteri Keuangan Zimbabwe Tendai Biti ketika menyampaikan laporan fiskal
semester I.
Nah presiden Zimbabwe Robert Mugabe menetapkan dollar Zimbabwe legal seiring masih
mata uang resmi Dollar AS dan Rand belum banyak beredar hal itu menyebabkan masyarakat
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4) Adakah di wilayah negara Zimbabwe yang masih kekurangan uang untuk bertransaksi?
Wilayah negara Zimbabwe masih banyak yang kekurangan uang sebagai mata pencaharian
yang mana sebagai alat transaksi yang sah, dollar Zimbabwe digunakan seperti halnya surat
perjanjian atau promissory notes. Biasanya hal itu dilakukan untuk nilai transaksi yang tidak
begitu besar. Beberapa pertokoan bahkan mengganti uang kembali dengan permen, cokelat,
atau kupon yang ditulis tangan dan berlaku sebagai alat tukar.
Seorang pedagang eceran di pinggiran Zimbabwe atau sebelah barat laut, Irene Gwata,
mengatakan minimnya ketersediaan uang medorong masyarakat kembali menghidupkan
sistem barter beberapa minggu belakangan. Mereka saling menukar kebutuhan yang
diperlukan, seperti daging kambing, ayam dan seember jagung untuk ditukarkan dengan
suatu barang.
Menurut pernyataannya, ia pernah menyaksikan seorang penumpang bus yang membayar
ongkosnya dengan seekor ayam hidup agar bisa sampai ke Ibu Kota Harare yang jaraknya
sekitar 150 km.
Kebijakan – kebijakan yang telah dibuatnya malah membuat Zimbabwe semakin terpuruk.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan, masalah – masalah sosial dan perebutan kekuasaan
yang tidak kunjung selesai menjadi dinamika konflik yang terjadi Zimbabwe hingga saat ini.
Peranan pemerintah tidak lagi sebagai penengah, namun mereka terlibat dalam konflik
multidimensi yang terjadi.
Makalah sederhana ini, lebih lanjut akan membahas 2 masalah :
1) Krisis Ekonomi Zimbabwe Akibat Gagalnya Kepemimpinan Mugabe
2) Kebijakan Luar Negeri Mugabe Terhadap Krisis Ekonomi di Zimbabwe
Zimbabwe dulunya merupakan salah satu negara makmur di kawasan Afrika, terbukti negara
ini pernah menjadi negara pengekspor pangan di regional Afrika. Namun, dalam
perkembangannya negara ini kemudian termasuk dalam kategori 10 negara termiskin di
dunia. Permasalahan dan konflik yang dihadapi Zimbabwe menjadi sangat kompleks dan
berkelanjutan. Mulai dari krisis ekonomi (hyper-inflasi, kemiskinan), kekacauan politik
(pemerintahan yang korup), hingga permasalahan sosial (tingginya tingkat pengangguran,
kesenjangan sosial, buruknya pelayanan public-goods, tingginya tingkat frustasi hingga
depresi warganegaranya).
Krisis ekonomi Zimbabwe menjadi salah permasalahan kronik yang dihadapi negara ini.
Tidak saja menjadi perhatian bagi masyarakat kawasan Afrika, namun juga menarik perhatian
negara – negara di dunia. Istilah inflasi menjadi main-keyword jika kita berbicara masalah
krisis ekonomi di Zimbabwe. Dulu saat Robert Mugabe memerdekakan negerinya dari
Inggris pada 1980, nilai Z$ 1 setara dengan 1 Poundsterling. Namun sekarang, tingkat inflasi
di Zimbabwe meningkat drastis. Pada tahun 2006 saja, inflasi mencapai 1.200%, 2007
mencapai 66.212%, dan yang lebih ngeri lagi inflasi di tahun 2008 mencapai 2.200.000%.
Suatu tingkat inflasi yang tidak pernah terbayangkan sekaligus merupakan inflasi tertinggi di
dunia. Dan hasilnya, nilai 1$ mencapai Z$
Akibat inflasi yang tinggi tersebut, Bank Sentral Zimbabwe sudah mengeluarkan 4 versi mata
uang. Terakhir kali bank sentral Zimbabwe mengeluarkan pecahan $ 100,000,000,000,000
(100 triliun dolar) yang menjadi uang dengan nominal terbesar di dunia yang kemudian
digantikan dengan dolar versi ke-4 dimana setiap $ 100,000,000,000,000 (100 triliun dolar)
uang lama digantikan menjadi $1 uang baru. Dengan ekonomi yang terus memburuk
sekarang bank sentral Zimbabwe memutuskan untuk membolehkan rakyatnya menggunakan
mata uang dolar Amerika sebagai mata uang mereka untuk menstabilkan kembali ekonomi
Zimbabwe.
Tingginya tingkat inflasi (hyperinflation), membuat perekonomian negara tersebut
mengalami kelumpuhan dan nilai mata uang dolar Zimbabwe terus mengalami kemerosotan.
Dapat dikatakan, kondisi perekonomian di Zimbabwe benar-benar memprihatinkan. Uang
tunai seperti tidak ada artinya. Masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kupon untuk
bahan bakar sebagai alat tukar dengan barang-barang kebutuhan rumah tangga dan furnitur.
Bahkan para pedagang eceran lebih memilih untuk menerima pembayaran dengan
menggunakan kupon dibanding mata uang lokal karena terjadinya devaluasi yang cepat
terhadap dolar Zimbabwe.
Jatuhnya perekonomian negeri ini, dipicu oleh missmanajemen serta perilaku pemerintahan /
rezim yang korup. Negara itu selama 1998-2002 juga terlibat perang dengan Republik
Kongo, hingga menguras biaya ratusan juta dolar Amerika. Situasi kian parah setelah
Mugabe menerapkan program reformasi lahan yang tidak tepat sasaran. Pada tahun 2000,
Mugabe mengambil alih secara paksa lahan pertanian petani kulit putih untuk didistribusikan
ke petani kulit hitam. Kebijakan ini menyebabkan 4.000 petani kulit putih kehilangan lahan.
Di lain sisi warga kulit hitam tidak memiliki persediaan benih, pupuk, dan bahan bakar yang
cukup. Zimbabwe terpaksa mengimpor biji pangan dari Afrika Selatan, Zambia, dan Malawi.
Sejak itu, ekonomi Zimbabwe terjun bebas. Ekspor pertanian, khususnya tembakau, turun
drastis
Pengelolaan ekonomi yang buruk oleh Presiden Mugabe serta gejolak politik dan sosial di
negara ini telah mengacaukan Zimbabwe. Hal yang dilakukan oleh pemerintahan Mugabe
untuk mempertahankan kekuasaannya adalah mencetak uang secara besar-besaran. Uang
dipakai untuk membayar gaji pegawai, tentara, dan belanja pemerintah. Uang beredarpun
tumbuh tak terkendali menjadi akar dari hiperinflasi. Menghadapi masalah yang timbul,
Mugabe justru memerintahkan bank sentral Zimbabwe untuk terus mencetak uang. Bank
Sentral Zimbabwe adalah kementrian yang berada di bawah kekuasaannya. Gubernur Bank
Sentral Zimbabwe, Dr. Gideon Gono, dengan sendirinya patuh pada perintah Mugabe.
Dengan uang beredar yang meningkat berkali lipat, inflasi terus menanjak.
Sejauh ini, kebijakan yang diambil pemerintah berkaitan dengan krisis ekonomi, belum
menghasilkan perubahan yang berarti. Seperti pada Agustus lalu, Bank Sentral Zimbabwe
memutuskan untuk meredenominasi mata uang dengan mengubah uang 10 miliar dolar
Zimbabwe menjadi 1 dolar Zimbabwe atau menghilangkan 10 angka nol. Hal ini dilakukan
untuk membantu masyarakat keluar dari hiperinflasi yang terjadi. Namun kebijakan ini masih
belum mampu menyelesaikan permasalahan inflasi yang ada. Karena masalah lain yang harus
dihadapi Zimbabwe yaitu berkaitan dengan kelangkaan arus dana masuk atau investasi dari
luar.
Walaupun begitu, pemerintah Mugabe terus berkilah bahwa krisis ekonomi ini terjadi karena
tekanan dari luar. Mugabe menuduh isolasi finansial yang massive yang dilakukan Amerika,
Inggris, dan Uni Eropa melalui ZDERA menjadi biang kerok tingginya inflasi negara itu.
Menurut Mugabe, melalui ZDERA, Amerika melakukan berbagai upaya ke Dana Moneter
Internasional dan lembaga keuangan lain untuk membatalkan kucuran utang buat Zimbabwe.
Sanksi ini diberikan karena Zimbabwe terlibat perang dengan Kongo. Ia bahkan menuding
Inggris berada di balik inflasi yang mengguncang negeri itu.
Peranan Sektor Industri, Sektor Pertanian, Dan Sektor Jasa Dalam Perekonomian
2
KONSEP PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Perkembangan ekonomi mengacu pada masalah negara terbelakang, sedang
pertumbuhan mengacu pada masalah negara maju. Menurut Schumpeter, perkembangan
adalah perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa
mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Sedangkan
pertumbuhan adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi
melalui kenaikan tabungan dan penduduk.
Bedanya pertumbuhan dengan pembangunan adalah bahwa pertumbuhan lebih
melihat kepada target, sedang pembangunan melihat prosesnya. Namun demikian, istilah
perkembangan ekonomi digunakan secara bergantian dengan istilah pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomi dan perubahan jangka panjang.
SEKTOR – SEKTOR DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
SEKTOR INDUSTRI
Industri mempunyai dua arti, yang pertama dapat berarti himpunan perusahaan-
perusahaan sejenis Industri mempunyai dua arti, yang pertama dapat berarti himpunan
perusahaan-perusahaan sejenis. Misalnya industri kosmetik yang berarti himpunan
perusahaan-perusahaan penghasil produk-produk kosmetik. Kedua, industri dapat pula
merujuk kesuatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang
mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Pembangunan
ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan
corak kegiatan ekonomi.
Pembangunan Ekonomi suatu bangsa merupakan pilar penting bagi terselenggaranya
proses pembangunan di segala bidang. Karena jika pembangunan ekonomi suatu bangsa
berhasil, maka bidang-bidang lain seperti bidang hukum, politik, pertanian, dan lain-lain
akan sangat terbantu. Suatu masyarakat yang pembangunan ekonominya berhasil ditandai
dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat negara tersebut. Dengan tingginya
pendapatan perkapita masyarakat, maka negara dan masyarakat akan dapat lebih leluasa
dalam menjalankan berbagai aktivitas pada berbagai bidang yang lain.
Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan
nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional dari tahun ke tahun
menunjukkan kontribusi yang signifikan.
Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi Nasional dapat ditelusuri
dari kontribusi masing-masing subsektor terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
atau terhadap produk domestik bruto. Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan
sektor industri lebih dominan dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri
memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor industri memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain karena nilai kapitalisasi modal yang
tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan
menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap input atau bahan dasar yang
diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor industri juga menunjukkan
kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor industri
menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan
ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor industri.
Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sangat
penting karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dalam hal akselerasi
pembangunan. Keunggulan-keunggulan sektor industri tersebut diantaranya memberikan
kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai tambah (value
added) yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan.
SEKTOR PERTANIAN
Pengertian pertanian dalam arti sempit hanya mencakup pertanian sebagai budidaya
penghasil tanaman pangan padahal kalau kita tinjau lebih jauh kegiatan pertanian dapat
menghasilkan tanaman maupun hewan ternak demi pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan
dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit,
metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan
produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan
pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian
intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal
sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara
pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu
menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan.
Sedangkan pengertian pertanian yang dalam arti luas tidak hanya mencakup
pembudidayaan tanaman saja melainkan membudidayakan serta mengelola dibidang
perternakan seperti merawat dan membudidayakan hewan ternak yang bermanfaat bagi
pemenuhan kebutuhan masyarakat banyak seperti: ayam, bebek, angsa. Serta pemanfaatan
hewan yang dapat membantu tugas para petani kegiatan ini merupakan suatu cakupan dalam
bidang pertanian. Kegiatan pertanian merupakan mata pencaharian terbesar penduduk
didunia termasuk di Indonesia. Sejarah Indonesia pun tidak terlepas dari sektor pertanian
(menghasilkan bahan baku seperti padi, jagung, sagu, dll) dan perkebunan (menghasilkan
buah-buahan) terutama pada masa kolonial penjajahan Belanda kegiatan pertanian dan
perkebunan menjadi penentu tingkat social dan perekonomian seseorang. Meskipun kegiatan
pertanian hanya menyumbang rata-rata 4% dari PDB (Produk Domestik Bruto) suatu
negara namun kegiatan pertanian ini menjadi penyedia lapangan pekerjaan terbesar bagi
setiap negara.
Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan
lapangan kerja sekitar 44,3% bagi penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3%
dari total pendapatan domestik bruto. Kegiatan pertanian ini sangat besar pengaruhnya
dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia sehingga kegiatan pertanian ini tidak
dapat diabaikan dan berpengaruh juga terhadap tumbuh kembangnya setiap negara.
Mengingat negara Indonesia merupakan negara yang subur akan tanah, kaya akan sumber
daya alam, sehingga berpotensi tinggi dalam mengembangkan usaha pertanian. Sudah
seharusnya kita mengolah setiap limpahan sumber daya yang ada dengan semaksimal
mungkin dengan memanfaatkan sektor pertanian dinegara kita yang turut meningkatkan pula
sektor pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung membangkitkan sektor-sektor
lainya dalam memajukan bangsa. Perlu kita ketahui mengapa sektor pertanian ini perlu
dikembangkan dan dimajukan dinegara kita.
SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Sektor ini mencakup kegiatan penggalian,pengeboran, penyaringan,
pencucian,pemilihan dan pengambilan segala macam barang tambang, mineral dan barang
galian yang tersedia di alam, baik berupa benda padat, benda cair maupun gas, yang
dilakukan di bawah tanah maupun di atas permukaan bumi. Sifat dan tujuan kegiatan
tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga
memungkinkan untuk dimanfaatkan, dijual atau diproses lebih lanjut. Kegiatan lain yang
termasuk dalam sektor ini adalah pembuatan garam kasar dengan cara menguapkan air laut.
Seluruh jenis komoditas yang dicakup dikelompokkan ke dalam tiga subsektor,yaitu:
pertambangan migas, pertambangan tanpa migas dan penggalian.
1) Subsektor Minyak dan Gas Bumi
Meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan
pengeboran,penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual
atau dipasarkan. Kegiatan ini menghasilkan minyak bumi, kondensat dan gas bumi. Pada
penghitungan seris 2000, cakupan komoditas subsektor ini bertambah dengan adanya uap
panas bumi.
2) Subsektor Pertambangan Non Migas
Meliputi pengambilan dan persiapan pengolahan lanjutan benda padat, baik di
bawah maupun di atas permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk
memanfaatkan bijih logam dan hasil tambang lainnya. Hasil kegiatan ini berwujud batubara,
pasir besi, bijih timah, bijih nikel, fero nikel, nikel mattes, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih
emas dan perak, bijih mangan, belerang, yodium, fosfat, aspal alam, serta komoditas lainnya
3) Subsektor Penggalian
Mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian yang umumnya
berada di permukaan bumi. Hasil kegiatan ini berupa batu gunung, batu kali, batu kapur,
koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir
kwarsa, koalin, tanah liat dan sebagainya.
SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Kegiatan sektor industri pengolahan mencakup 3 (tiga) subsektor yaitu:
a) Industri pengilangan minyak bumi,
b) Industri pengolahan non-migas, dan
c) Industri pengilangan gas alam cair (LNG)
SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
Sektor Listrik
Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik
yang diselenggarakan oleh PT. PLN (Persero) maupun oleh perusahan Non-PLN, dengan
tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang
dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang dicuri.
Sektor Air Bersih
subsektor air minum mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses
kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya
secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumah tangga, instansi pemerintah dan
swasta. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh Perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan
PAM.
SEKTOR BANGUNAN
Pada umumnya kegiatan sektor ini terdiri atas bermacam kegiatan yang meliputi:
pembuatan,
pembangunan,
pemasangan – pemasangan, dan
perbaikan berat maupun ringan semua jenis konstruksi yang keseluruhan kegiatan tersebut
dapat dirinci menurut standar KLUI.
Sektor bangunan terbagi 5 bagian yaitu:
Bangunan Tempat Tinggal dan
Bangunan Bukan Tempat Tinggal,
Prasarana Pertanian,
Jalan-Jembatan-Pelabuhan,
Bangunan Instalasi Listrik-Gas-Air Minum dan Komunikasi, serta bangunan lainnya.
SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
a) Sektor Perdagangan
Kegiatan yang dicakup dalam sub“ Pendapatan Regional Indragiri Hulu Menurut
Lapangan Usaha, 2004-2006” 17 sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan
menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian
tanpa merubah sifat barang tersebut. Dalam penghitungannya kegiatan ini dikelompokan ke
dalam dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan perdagangan besar dan perdagangan eceran.
Perdagangan besar mencakup kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru
atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang
eceran, perusahaan, dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan
eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau
rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang bekas
b) Sektor Hotel
Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian
atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah
hotel berbintang maupun tidak, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap
seperti losmen, motel dan sebagainya. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan
minuman, serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap di mana
kegiatankegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan manajemen dengan penginapan yang
datanya sulit dipisahkan.
c) Sektor Restoran
Kegiatan subsektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi
yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk
dalam subsektor ini seperti rumah makan, warung sate, warung kopi, katering, dan kantin.
SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUIKASI
a) Sektor Pengankutan
Kegiatan yang dicakup dalam subsektor pengangkutan terdiri dari atas Jasa Angkutan
Jalan Raya, Angkutan Laut, Angkutan Udara, dan Jasa Penunjang Angkutan Kegiatan
pengangkutan meliputi kegiatan dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik
bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan
yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal pelabuhan dan
pergudangan.
Angkutan Jalan Raya meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor.
Termasuk di sini kegiatan lainnya seperti carter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa
pengemudi. Tidak termasuk kegiatan lainnya yang diusahakan sebagai satu satuan usaha
dengan kegiatan ini seperti jasa bongkar muat, keagenan barang dan penumpang, perbaikan
dan pemeliharaan.
Angkutan Laut meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik. Tidak
termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam
satu satuan usaha, di mana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang kegiatan
induknya, dan disamping itu data yang tersedia juga sulit untuk dipisahkan. Misalnya
tangker- tangker yang diusahakan oleh Pertamina untuk angkutan di dalam negeri, kapal
milik perusahaan penangkapan ikan dan angkutan khusus lainnya.
Angkutan Udara meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan
menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang
beroperasi
di daerah tersebut. Termasuk disini kegiatan lainnya yang diusahakan oleh perusahaan
penerbangan yang datanya sulit ntuk dipisahkan, seperti EMKU (Ekspedisi Muatan Kapal
Udara) dan lain-lain, baik untuk angkutan penerbangan dalam negeri maupun angkutan
penerbangan luar negeri. Tidak termasuk kegiatan penerbangan yang dilakukan oleh
instansi/perkumpulan yang sifatnya tidak terbuka untuk umum.
Jasa Penunjang Angkutan mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan
memperlancar
kegiatan pengangkutan, yaitu jasa “Pendapatan Regional Indragiri Hulu Menurut Lapangan
Usaha, 2004-2006” 19 pelabuhan udara, laut, sungai, darat, terminal dan parkir, bongkar
muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol, dan jasa penunjang
lainnya seperti pengerukan dan pengujian kelayakan angkutan laut.
b) Sektor Komunikasi
Subsektor ini terdiri dari kegiatan pos dan giro, telekomunikasi, dan jasa penunjang
komunikasi. Pos dan giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal
pengiriman surat, wesel dan paket pos yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro.
Telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman
berita melalui telegram, telepon, faksimile, dan telex yang dius ahakan oleh PT
Telekomunikasi dan PT Indosat. Jasa penunjang komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang
menunjang kegiatan komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), warung internet
(warnet) dan telepon seluler (ponsel).
SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang
keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan.
a) B a n k
Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank
Indonesia. Dalam PDRB seri terbaru ini, nilai tambah bruto yang berlaku ditimbulkan dari
kegiatan Bank Indonesia tidak mencakup pembayaran bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
dan pinjaman dari luar negeri, karena hal ini merupakan kebijaksanaan moneter yang bukan
merupakan kegiatan komersial perbankan, sedangkan pada PDRB seri lama masih
mencakup kedua jenis bunga tersebut.
Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 1993 diperoleh dengan cara ekstrapolasi
dengan indeks kredit yang diberikan bank pada tiap-tiap tahun. Jumlah kredit yang dilepas
oleh bank diperoleh dari Bank Indonesia Cabang Jawa Timur. Untuk memperoleh nilai
tambah bruto ditempuh cara dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (Umum).
b) Lembaga Keuangan Bukan Bank
Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan
dana pension dan pegadaian.
Perhitungan output dan nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
pendekatan produksi. Output diperoleh dari perkalian indikator produksi dengan indikator
harga, sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya
antara nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar konstan 1993 dihitung dengan cara
revaluasi dan pada kegiatan yayasan dana pensiun dengan cara deflasi.
Sub sector ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan
sebagai tempat tinggal rumah tangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa
memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau Perkiraan nilai tambah bruto tahun
1993 didasarkan pada data pengeluaran konsumsi rumah tangga, khususnya pengeluaran
untuk sewa rumah. Perkiraan semacam untuk bangunan bukan tempat tinggal didasarkan
pada hasil survey-survei khusus.
Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 1993 diperkirakan dengan cara
ekstrapolasi menggunakan jumlah bangunan tinggal dan bukan sebagai tempat tinggal
sebagai ekstrapolatornya, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku
diperkirakan dengan cara menginflate nilai bangunan dan tempat tinggal.
c) Jasa Perusahaan
Subsektor ini meliputi jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan
data, jasa periklanan dan sebagainya.
Perkiraan output dan nilai tambah bruto didasarkan pada data jumlah tenaga kerja
yang bersumber dari hasil Sensus Ekonomi 1996 dan Snsus Penduduk 1990, serta rata-rata
output per tenaga kerja dan persentase nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 1993
dengan cara revaluasi.
d) Jasa Sosial
Subsektor jasa sosial dan kemasyarakatan mencakup jasa pendidikan yang dikelola oleh
swasta meliputi TK, SD, SLTP, SLTA dan Universitas/Akademi. Juga termasuk jasa
pendidikan keterampilan berbentuk kursus. Jasa kesehatan oleh swasta seperti: rumah sakit,
rumah bersalin, dokter dan sebagainya. Kemudian jasa kemasyarakatan lainnya seperti panti
asuhan dan panti jompo. Terakhir jasa lainnya, adalah jasa yang tidak termasuk dalam
cukupan di atas namun masih tergolong dalam sub-sektor jasa sosial dan kemasyarakatan.
Subsektor jasa hiburan mencakup kegiatan bioskop, panggung kesenian, radio swasta,
taman hiburan, dan sebagainya.
Subsektor jasa perorangan dan rumah tangga mencakup kegiatan perbengkelan (mobil,
motor, sepeda, alat-alat elektronik), dan jasa perorangan (tukang binatu, salon, tukang
semir, tukang jahit dan sebagainya).
5
Sistem Perekonomian China Saat Ini
October 14, 2015 Arsy Firsty Fajriyani 140910101022
China, merupakan sebuah negara penganut paham komunis yang memiliki wilayah yang
sangat luas. China juga dikenal sebagai negara yang semua pergerakan perekonomiaanya
diatur oleh Negara dan jika ada rakyat yang menentang kebijakan Negara akan mendapat
sangsi.
Namun belakangan China merubah sistem perokonomiannya kearah yang lebih baik lagi,
yaitu ke arah ekonomi campuran komunis dan kapitalisme. Negara sudah memberi kebebasan
kepada rakyat untuk mengatur perekonomiaanya sendiri. Kawalan harga juga telah
dilonggarkan. Ini telah mewujudkan penukaran sistem ekonomi berasaskan komunis kepada
sistem ekonomi campuran .
Tidak berhenti samapai situ saja, China juga terus melakukan penyempurnaan sistem
ekonomi negaranya. Ekonomi pasar sosialis dipilih oleh China. Ekonomi pasar sosialis
merupakan suatu pasar ekonomi dimana kepemilikan publik merupakan arus utama.
Pemerintah mempunyai andil besar dalam mengatur roda perekonomian di sebuah negara.
Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pengawasan terhadap rantai perekonomian
masyarakat. Ekonomi sosialis memiliki beberapa prinsip dasar. Diantaranya adalah otoritas
suatu negara untuk menguasai semua aset masyarakat. Di sini regulasi seputar ekonomi serta
kepemilikan harta dilakukan oleh pemerintah. Prinsip lain adalah keseteraan ekonomi.
Maksudnya, masyarakat tidak bekerja untuk pribadi, mereka hanyalah pegawai pemerintah
yang gajinya berasal dari keringat mereka sendiri. Prinsip lainnya adalah tentang disiplin
politik. Di negara yang menganut sistem ekonomi sosialis, parlemen sebagai lembaga yang
berhak membuat konstitusi dan regulasi dikuasai oleh kaum proletarian atau kaum buruh.
Mereka ditempatkan oleh partai-partai guna membuat regulasi yang cenderung berpihak pada
kaum buruh sebagai representasi kaum sosialis.
Sistem Perekonomian Indonesia
Setiap negara menganut sistem ekonomi yang berbeda-beda terutama Indonesia dan Amerika
serikat , dua negara ini pun menganut sistem ekonomi yang berbeda. Awalnya Indonesia
menganut sistem ekonomi liberal, yang mana seluruh kegiatan ekonomi diserahkan kepada
masyarakat. Akan tetapi karena ada pengaruh komunisme yang disebarkan oleh Partai
Komunis Indonesia, maka sistem ekonomi di Indonesia berubah dari sistem ekonomi liberal
menjadi sistem ekonomi sosialis.
Pada masa Orde Baru, sistem ekonomi yang dianut oleh bangsa Indonesia diubah kembali
menjadi sistem demokrasi ekonomi. Namun sistem ekonomi ini hanya bertahan hingga masa
Reformasi. Setelah masa Reformasi, pemerintah melaksanakan sistem ekonomi yang
berlandaskan ekonomi kerakyatan. Sistem inilah yang masih berlaku di Indonesia. Berikut
sistem ekonomi yang dianut oleh Indonesia dari masa Orede Baru hingga sekarang :
Sistem Ekonomi Demokrasi
Sistem ekonomi demokrasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem perekonomian nasional
yang merupakan perwujudan dari falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang berasaskan
kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan dan
pengawasan pemerintah. Pada sistem demokrasi ekonomi, pemerintah dan seluruh rakyat
baik golongan ekonomi lemah maupun pengusaha aktif dalam usaha mencapai kemakmuran
bangsa. Selain itu, negara berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan
kegiatan perekonomian. Dengan demikian terdapat kerja sama dan saling membantu antara
pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Ciri-ciri positif pada sistem ekonomi demokrasi :
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara.
Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta
mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan masyarakat.
Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya dalam
batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Ciri-ciri negatif pada sistem ekonomi demokrasi :
Sistem free fight liberalism, yaitu sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan
dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehingga dapat
menimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional.
Sistem etatisme, di mana negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta
mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
Persaingan tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk
monopoli yang merugikan masyarakat.
42.Blickstonu Pruss ltd., London, 997, hil. .6 7
• i0. Burlikenyi seite konstatesa subigia hekem disir ying mungakit Whun iny of
ats provasaons conflact wath thu provasaons of thu ordanirydadisirkin itis kukeisiin turtangga
itie pransap kudielitin ying dai- liw, at pruvials ind thu ordaniry liw mest gavu wiy”.net dilim
seite nugiri. Jaki nugiri ate munginet pihim kudielitin Kiruni ate, dakumbingkinnyi
pungurtain ‘constateunt powur’rikyit, miki sembur lugatamisa
Sistem Ekonomi Kerakyatan
Pemerintah bertekad melaksanakan sistem ekonomi kerakyatan dengan mengeluarkan
ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999,
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa sistem perekonomian
Indonesia adalah sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi ini berlaku sejak tahun 1998.
Pada sistem ekonomi kerakyatan, masyarakatlah yang memegang aktif dalam kegiatan
ekonomi, sedangkan pemerintah yang menciptakan iklim yang bagus bagi pertumbuhan dan
perkembangan dunia usaha. Ciri-ciri sistem ekonomi ini adalah :
Bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan yang sehat.
Memerhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai keadilan, kepentingan sosial, dan kualitas hidup.
Mampu mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Menjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja.
Adanya perlindungan hak-hak konsumen dan perlakuan yang adil bagi seluruh rakyat.
ngin dumakain kupidiimuraki Surakit (pruimblu) turdipit purkitiin “Wu thu puoplu”, tutipa
Mihkimih igeng52.ying daturipkin susenggehnyi idilih sastum purwikalin, ying pur-timi kila
daidopsa dilim konvunsa kheses (spucail convuntaon) din 2. Konstatesaonilasmukumedain
dasutejea oluh wikal-wikal rikyit turpalah dilim forem Wilton H. Himalton mumelia irtakul
ying datelasnyi dunginpurwikalin nugiri ying dadarakin bursimi.
Sistem Ekonomi Indonesia dalam UUD 1945
Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 33 setelah
amandemen
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.****)
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.****)
Sistem ekonomi Indonesia saat ini adalah sistem demokrasi ekonomi yaitu sistem
perekonomian nasional yang merupakan perwujudan dari falsafah Pancasila dan UUD 1945
yang berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh dan untuk rakyat dibawah
pimpinan dan pengawasan pemerintah. Sistem ekonomi ini memiliki landasan idiil Pancasila
serta landasan konstitusional UUD 1945.
Ciri ciri sistem perekonomian demokrasi ekonomi :
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.
Cabang cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh Negara.
Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Hak milik peorangan diakui pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
masyarakat.
Fakir miskin dan anak anak terlantar berhak memperoleh jaminan sosial.
Dalam sistem perekonomian Indonesia yang harus di hindarkan di antaranya sebagai berikut :
Sistem free fight liberalism, yakni yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan
bangsa lain
Sistem etatisme yang memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk mendominasi
perekonomian sehingga akan mematikan potensi dan daya kreasi masyarakat.
Sistem monopoli yang memusatkan kekuasaan ekonomi pasa satu kelompok yang akan
merugikan masyarakat.
Di dunia ini sistem ekonomi yang ada dapat dibagi atas tiga yaitu, sistem ekonomi kapitalis
yang berorientasi pada kebebasan dan penumpukkan modal, sistem ekonomi sosialis yang
fokus pada pemerataan dan kesejahteraan bersama, serta sistem ekonomi campuran yang
merupakan gabungan dari dua sistem ekonomi di atas. Nah, Indonesia merupakan Negara
yang termasuk menganut sistem ekonomi campuran yaitu menggabungkan antara sistem
ekonomi kapitalis dengan liberal. Lebih tepatnya Indonesia menganut sistem demokrasi
ekonomi yang perwujudannya berasal dari falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang
berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh dan untuk rakyat dibawah
pimpinan dan pengawasan pemerintah.
Dalam suatu negara, proses dinamika pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu internal (domestik) dan eksternal (global). Yang termasuk ke dalam faktor internal yaitu
kondisi fisik (iklim), lokasi geografi, jumlah dan kualitas SDA, SDM yang dimiliki, dan
kondisi awal perekonomian. Sedangkan faktor eksternal meliputi perkembangan teknologi,
kondisi perekonomian dan politik dunia, serta keamanan global.
Sistem ekonomi syariah di Indonesia
Sistem ekonomi syariahatau Islam merupakan salah satu sistem ekonomi yang juga ada di
Indonesia. Sistem ekonomi syariah merupakan sistem ekonomi Indonesia yang pada dasarnya
bersumber dari syariat Islam. Dalam pelaksanaannya, sistem ekonomi syariah ini tidak begitu
mengharapkan pada jumlah laba yang besar namun mengedepankan pada menghindari riba
atau hal-hal tidak baik lainnya dalam perekonomian. sistem ekonomi syariah di Indonesia
berkembang sangat pesat dengan bukti nyata bahwa hampir seluruh bank di Indonesia
memiliki program syariah bagi nasabahnya.