ekologi lingkungan taman nasional halimun-salak & kakadu

63
Makalah Ekologi dan Lingkungan TANTANGAN EKOLOGI, LINGKUNGAN DAN KEPARIWISATAAN DI TAMAN NASIONAL HALUMUN SALAK DAN TAMAN NASIONAL KAKADU Disusun Oleh : ADRIAN HARTANTO LOKARIA 1453010008 S1 PARIWISATA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA TRISAKTI JAKARTA i

Upload: adrian-hartanto-lokaria

Post on 13-Apr-2017

250 views

Category:

Environment


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Makalah Ekologi dan Lingkungan

TANTANGAN EKOLOGI, LINGKUNGAN DAN

KEPARIWISATAAN DI TAMAN NASIONAL HALUMUN

SALAK DAN TAMAN NASIONAL KAKADU

Disusun Oleh :

ADRIAN HARTANTO LOKARIA

1453010008

S1 PARIWISATA

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA TRISAKTI

JAKARTA

2016

i

Page 2: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

PERSEMBAHAN

Belajarlah mulai dari hal kecil tiap hari, selalu rutin dilakukan setiap hari, hal tersebut akan berarti sangat banyak beberapa tahun yang akan datang.

Karena belajar dan selalu dilatih tidakkah itu sangat menyengngkan

Dan belajar mendekatkan kita kepada kebijaksanaan

Salam,

Adrian Hartanto Lokaria

ii

Page 3: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai, makalah yang dengan

judul “TANTANGAN KEPARIWISATAAN LINGKUNGAN EKOLOGI

TAMAN NASIONAL HALUMUN-SALAK DAN TAMAN NASIONAL

KAKADU” ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat oleh penulis untuk

memenuhi tugas mata kuliah EKOLOGI DAN LINGKUNGAN.

Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai perbedaan

lingkungan yang ada di dua tempat wisata alam, yaitu Taman Nasional

Halimun-Salak dan Taman Nasional Kakadu. Kedua tempat ini cukup terkenal

dengan wisata alamnya, jenis wisata yang ditawarkan bisa dikatakan mirip,

namun keduanya memiliki cara dan masalah sendiri dengan lingkungan

masing – masing. Hal ini membuat penulis merasa tertarik untuk menggali

informasi lebih dalam dan menuangkannya ke dalam bentuk karya tulis, yaitu

makalah.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini dan terima kasih juga

penulis ucapkan kepada orang tua,keluarga dan teman-teman yang telah

memberikan motivasi kepada penulis.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan

maupun pengalaman penulis, masih banyak kekurangan dalam makalah ini,

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

iii

Page 4: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Jakarta, 27 Maret 2016

Penulis

ABSTRAK

Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Pariwisata

di beberapa negara di dunia merupakan penopang utama perekonomian negara

tersebut. Di kawasan Eropa, negara Italia merupakan contoh negara yang

pariwisatanya merupakan penopang utama sektor perekonomian. . Beberapa

negara yang mengandalakan pariwisata sebagai penyumbang devisa contohnya

Indonesia dan Australia. Kedua negara tersebut mempunyai kekayaan alam

yang sangat berpotensi besar apabila dikembangkan secara berkelanjutan.

Makalah ini berjudul “TANTANGAN EKOLOGI, LINGKUNGAN

DAN KEPARIWISATAAN DI TAMAN NASIONAL HALUMUN-

SALAK DAN TAMAN NASIONAL KAKADU”. Tujuannya adalah untuk

mengetahui bagaimana peran pemerintah di Indonesia dan Australia dalam

mewujudkan pariwisata yang ramah lingkungan di daerah mereka masing –

masing.

Dalam makalah ini, penulis melakukan analisis mengenai peran

pemerintah dan dampak nyata yang ada di lapangan. Data yang didapatkan

berupa data kualitatif yang didapatkan dari kepustakaan dan internet.

Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa Pemerintah

Australia jauh lebih siap dan aktif berpartisipasi dalam menjaga dan

mengembangkan pariwisata daerahnya dibandingkan dengan Pemerintah

Indonesia. Pemerintah Australia juga lebih siap dalam mewujudkan pariwisata

berkelanjutan melalui program pariwisata ramah lingkungan yang sudah

diterapkan jauh – jauh hari. Pemerintah Indonesia justru terkesan lamban

iv

Page 5: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

dalam mengatasi masalah kondisi lingkungan yang sudah cukup lama

mengganggu ekosistem alam dan pariwisata lokal.

DAFTAR ISI

PERSEMBAHAN.......................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. iii

ABSTRAK.................................................................................................................................... iv

DAFTAR ISI..................................................................................................................................v

TANTANGAN KEPARIWISATAAN LINGKUNGAN EKOLOGI TAMAN NASIONAL HALUMUN-SALAK DAN TAMAN NASIONAL KAKADU....................................................1

BAB I............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................3

1.3. TUJUAN PENELITIAN........................................................................................................3

1.4. MANFAAT PENELITIAN...................................................................................................3

BAB II...........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN............................................................................................................................4

2.1. LANDASAN TEORI..............................................................................................................4

2.1.1. DEFINISI EKOLOGI..........................................................................................................4

2.1.2. DEFINISI EKOSISTEM......................................................................................................5

2.1.3. DEFINISI LINGKUNGAN HIDUP....................................................................................9

2.1.4. DEFINISI PARIWISATA.........................................................................................………12

2.1.5. DEFINISI TAMAN WISATA ALAM..............................................................................15

2.1.6. DEFINISI PARIWISATA BERKELANJUTAN 14

2.1.7. DEFINISI TURIS. 15

v

Page 6: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

2.2. PEMBAHASAN...................................................................................................................17

2.2.1.TAMAN NASIONAL HALIMUN-SALAK.......................................................................17

2.2.2. TAMAN NASIONAL KAKADU......................................................................................27

2.4. PERBANDINGAN WISATA...............................................................................................32

2.4.1. BAD PRACTICES TAMAN NASIONAL HALIMUN-SALAK........................................32

2.4.2. BEST PRACTICES TAMAN NASIONAL KAKADU......................................................32

BAB III........................................................................................................................................33

PENUTUP...................................................................................................................................33

3.1. KESIMPULAN.....................................................................................................................33

3.2. SARAN.................................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................35

LAMPIRAN................................................................................................................................36

vi

Page 7: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

TANTANGAN KEPARIWISATAAN LINGKUNGAN

EKOLOGI TAMAN NASIONAL HALUMUN-SALAK

DAN TAMAN NASIONAL KAKADU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan wisata

dunia, karena merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki lebih dari

17.000 pulau dan pusat keanekaragaman flora dan fauna. Beberapa pulau yang

ada di Indonesia telah berkembang menjadi daerah tujuan wisata yang ramai

dikunjungi baik wisatawan domestik maupun mancanegara, salah satunya

adalah Bogor. Perkembangan pariwisata di Bogor mampu memberikan

kontribusi yang menjanjikan bagi perekonomian masyarakat daerah yang

menjadi destinasi pariwisata.

Di Indonesia pertumbuhan jumlah taman nasional cukup cepat, sampai

tahun 2004 terdapat 50 unit taman nasional dengan total luasan 12.4 juta

hektar. Taman nasional memiliki fungsi strategis dan dapat memberikan

manfaat dari kegiatan konservasi. Kebijakan pengelolaan kawasan konservasi

selama ini terfokus pada konservasi sumberdaya alam. Meskipun kawasan

konservasi mempunyai tujuan utama pada upaya konservasi sumberdaya alam,

tetapi secara normatif perlu diupayakan untuk memenuhi tujuan yang lebih

luas untuk merekonsiliasi ketegangan antara sistem alam dengan sistem

manusia.

1

Page 8: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Perubahan politik yang lebih demokratis dan otonomi daerah

memberikan konsekuensi bahwa pemerintah pusat tidak lagi menjadi satu-

satunya institusi yang bertanggung jawab dalam mengelola kawasan

konservasi. Pemerintah daerah dan masyarakat lokal dapat mempunyai peran

yang lebih besar dalam mendukung efektifitas pengelolaan kawasan

konservasi. Perubahan lingkungan ini bisa berdampak positif maupun negatif

terhadap kawasan konservasi, dampak negatif yang sering dijumpai antara lain

perambahan lahan, perburuan ilegal, maupun fragmentasi habitat jika

kebijakan pengelolaannya hanya terfokus pada sistem ekologi. Perubahan-

perubahan ini tidak bisa dihindari. Untuk itu, diperlukan pendekatan kebijakan

yang dapat menyeimbangkan aspek sosial ekonomi dengan aspek ekologi.

Dengan demikian hutan dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya,

seperti hutan lindung, hutan konservasi dan hutan produksi. Dimana dari setiap

jenis hutan dapat dibagi lagi seperti hutan konservasi yang terdiri dari taman

nasional,suaka margasatwa, cagar alam dan lain sebagainya.

Taman Nasional diartikan sebagai ”daerah/kawasan/areal atau tanah

yang dilindungi oleh negara”. Taman Nasional sendiri dapat diartikan sebagai

tanah yang dilindungi, biasanya oleh pemerintah pusat, dari perkembangan

manusia dan polusi.

Namun menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional

didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

2

Page 9: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dari

masalah ini adalah :

1.2.1. Bagaimana peran pemerintah Australia dan Indonesia dalam mengelola wisata

alam masing – masing ?

1.2.2. Bagaimana dampak pariwisata terhadap keberadaan populasi flora dan fauna

di Taman Nasional?

1.2.3. Apakah ada solusi untuk permasalahan akibat dampak pariwisata di Taman

Nasional

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini antara lain :

1.3.1. Mendapatkan informasi mengenai kondisi lingkungan alam serta peran

pemerintah Australia dan Indonesia dalam mengelola wisata alam masing –

masing.

1.3.2. Untuk mengetahui  upaya untuk meningkatkan daya tarik pariwisata

1.3.3. Untuk mengetahui dampak-dampak pariwisata terhadap lingkungan dan

populasi flora dan fauna

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1.4.1. Mengetahui peran pemerintah Australia dan Indonesia dalam mengelola wisata

alam masing – masing.

3

Page 10: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. LANDASAN TEORI

2.1.1. DEFINISI EKOLOGI

Menurut Ernst Haeckel (1866), Peneliti asal Jerman, bahwa pengertian

ekologi adalah ilmu pengetahuan komprehensif tentang hubungan organisme

terhadap lingkungan.

Ekologi berasal dari bahasa Yunani “Oikos” yang berarti rumah atau

tempat hidup, dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiyah Ekologi adalah

pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme

terhadap lingkungannya. Ekologi merupakan ilmu pengetahuan tentang

hubungan antara organisme dan lingkungannya. Atau ilmu yang mempelajari

pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup. Ada juga yang mngatakan

bahwa ekologi adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara

tumbuhan, binatang, dan manusia dengan lingkungannya di mana mereka

hidup, bagaimana kehidupannya, dan mengapa berada di tempat tersebut.

Ekologi merupakan salah satu cabang Biologi yang hanya mempelajari

apa yang ada dan apa yang terjadi di alam dengan tidak melakukan percobaan.

Tetapi biasanya ekologi didevinisikan sebagi pengkajian hubungan organisme-

organisme atau kelompok-kelompok organisme terhadap lingkungannya, atau

ilmu hubungan timbal-balik antara organisme-organisme hidup dan

lingkungannya. Sebab ekologi memperhatikan terutama biologi golongan-

golongan organisme dan dengan proses-proses fungsional di daratan dan air

adalah lebih tetap berhubungan dengan upaya mutakhir untuk mendevinisikan

4

Page 11: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

ekologi sebagai pengkajian struktur dan fungsi alam, telah dipahami bahwa

manusia merupakan bagian dari pada alam.

Menurut Odum (1971) ekologi mutakhir adalah suatu studi yang

mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam di mana manusia adalah

bagian dari alam. Struktur di sini menunjukan suatu keadaan dari sistem

ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk kerapatan atau kepadatan,

biomas, penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi, faktor-faktor

fisik dan kimia lainnya yang mencirikan sistem tersebut. Sedangkan fungsinya

menggambarkan sebab-akibat yang terjadi dalam sistem. Jadi pokok utama

ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.

Jelaslah bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup

dalam rumah tangganya atau ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan

timbal balik antara makhluk hidup sesamanya dan dengan komponen di

sekitarnya. Dengan demikian seorang ahli ekologi juga menaruh minat kepada

manusia, sebab manusia merupakan spesies lain (makhluk hidup) dalam

kehidupan di biosfer (tempat hidup) secara keseluruhan. Selanjutnya dengan

adanya gerakan kesadaran lingkungan di negara maju sejak tahun 1968

sedangkan di Indonesia sejak tahun 1972, di mana setiap orang mulai

memikirkan masalah pencemaran, daerah-daerah alami, hutan, perkembangan

penduduk, masalah makanan, penggunaan energi, kenaikan suhu bumi karena

efek rumah kaca atau pemanasan global, ozon berlubang dan lainnya telah

memberikan efek yang mendalam atas teori ekologi. Ekologi merupakan

disiplin baru dari Biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi

serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial.

2.1.2. DEFINISI EKOSISTEM

Ekosistem pertama kali dipopulerkan oleh Sir Arthur George Tansley (15

Agustus 1871 – 25 November 1955). Menurutnya, ekosistem adalah suatu unit

ekologi yang didalamnya terdapat struktur dan fungsi. Struktur yang

dimaksudkan adalah berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species

diversity). Pada ekosistem yang strukturnya kompleks, maka akan memiliki

5

Page 12: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

keanekaragaman spesies yang tinggi. Adapun fungsi adalah berhubungan

dengan siklus materi dan arus energi  melalui komponen komponen ekosistem.

Berdasarkan UU Lingkungan Hidup tahun 1997

Ekosistem merupakan tatatan kesatuan cara yang utuh menyeluruh antara

segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Unsur unsur

lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup

maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam

ekosistem yang masing masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup

sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling

berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.

Ekosistem terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Ekosistem Alami

Ekosistem ini adalah ekosistem yang tercipta dengan sencirinya tanpa ada

campur tangan dari manusia, oleh karena itu lah kita sebut sebagai ekosistem

Alamiah. Contohnya adalah ekosistem laut dan sungai.

b. Ekosistem Buatan

Seperti namanya, ekosistem ini merupakan yang terbentuk dengan adanya

campur tangan manusia, Dibuat kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Namun keanekaragaman hayati di sini terbatas, karena bukan itu

tujuan dari membuat ekosistem ini. Contohnya adalah sawah.

Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal

balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi kita tahu bahwa ada

komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik(tidak hidup) yang terlibat

dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling

mempengaruhi, contohnya saja hubungan heewan dengan air. Interaksi antara

makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan

keteraturan.

6

Page 13: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Komponen dalam ekosistem

Berdasarkan fungsi dan aspek penyusunannya, ekosistem dapat dibedakan

menjadi dua komponen, yaitu sebagai berikut :

Komponen Abiotik, yaitu komponen yang terdiri atas bahan-bahan tidak hidup

(nonhayati), yang meliputi komponen fisik dan kimia, seperti tanah, air,

matahari, udara, dan energi.

Ada dua pembagian Komponen Biotik dalam suatu ekosistem, yaitu

Organisme Autotrof dan Organisme Heterotrof.

Organisme ini terdiri atas 3 tingkatan yaitu :

Konsumen yang secara langsung memakan organisme lain.

Pengurai yang mendapatkan makanan dari penguraian bahan organik dari

bangkai.

Detritivor yang merupakan pemakan partikel organik atau jaringan yang telah

membusuk, contoh nya adalah lintah dan cacing.

Macam-macam Ekosistem

Ekosistem Darat

Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa

daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat

dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut :

Bioma Gurun

Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis

balik) yang berbatasan dengan padang rumput.Ciri-ciri bioma gurun adalah

gersang dan curah hujan rendah. Suhu slang hari tinggi sehingga penguapan

juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah. Perbedaan suhu antara

siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun

berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun

7

Page 14: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar

panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup

di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.

Bioma Padang Rumput

Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke

subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun

dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase

(aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan

rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain:

bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga,

tikusdanular.

Bioma Hutan Basah

Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.

Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan

relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung

letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon

tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi).

Bioma Hutan Gugur

Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya

adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang

mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur).

Bioma taiga

Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah

tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga

merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti pinus, dan sejenisnya.

Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose,

beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada

musim gugur.

Bioa Tundra

Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam

lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi.

Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang

dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu

8

Page 15: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi

dengan keadaan yang dingin.

2.1.3. DEFINISI LINGKUNGAN HIDUP

Otto Soemarwoto berpendapat bahwa lingkungan hidup merupakan

semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang kita tempati dan

mempengaruhi kehidupan kita. Menurut batasan tersebut secara teoritis ruang

yang dimaksud tidka terbatas jumlahnya. Adapun secara praktis ruang yang

dimaksud selalu dibatasi menurut kebutuhan yang dapat ditentukan.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Di dalam undang-undang ini, lingkungan hidup diartikan

sebagai kesatuan, dan mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan

kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tersirat bahwa lingkungan

hiduplah yang mempengaruhi mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia.

Manusia hendaknya menyadari kalau alamlah yang memberi kehidupan dan

penghidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Unsur Abiotik

Abiotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang

tidak hidup (benda-benda mati). Komponen abiotik merupakan komponen

penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup.

2. Unsur Biotik

Biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup. Pada

pokoknya makhluk hidup dapat digolngkan berdasarkan jenis-jenis tertentu,

misalnya golongan manusia, hewan dan tumbuhan.

9

Page 16: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

3. Unsur Sosial Budaya

Unsur sosial budaya adalah lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia

dan merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam berperilaku

sebagai makhluk sosial.

2.1.4. DEFINISI PARIWISATA

Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau

liburan dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini.

Dalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,

Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Menurut James J. Spillane (1982), pariwisata adalah kegiatan melakukan

perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau

istirahat, menunaikan tugas, berziarah, dan lain-lain.

Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata

merupakan suatu perjalanan dengan tujuan berlibur, mencari kepuasan,

mengetahui sesuatu, dan lain – lain yang didukung oleh berbagai fasilitas yang

disediakan masyarakat hingga pemerintah.

Beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal, antara lain (dalam Pendit,

1994 : 41) :

1. Wisata Budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan  untuk

memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan

10

Page 17: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan

adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni mereka.

2. Wisata Kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan

untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal

demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.

3. Wisata Olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan

dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil

bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara.

4. Wisata Komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-

pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri,

pameran dagang dan sebagainya.

5. Wisata Industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar

atau mahasiswa, atau orang=orang awam ke suatu kompleks atau daerah

perindsutrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau

penelitian.

6. Wisata Maritim atau Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan

olahraga air, seperti danau pantai atau laut.

7. Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya banyak

diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-

usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman

lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya

dilindungi oleh undang-undang.

8. Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-

pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan

fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan.

Seorang wisatawan yang datang kesuatu DTW dengan tujuan untuk

memperoleh manfaat (benefit) dan kepuasan (satisfactions). Manfaat dan

kepuasan tersebut dapat diperoleh apabila suatu DTW mempunyai daya tarik.

Prof.Marrioti menyebut daya tarik suatu DTW dengan istilah attractive

spontanee, yaitu segala sesuatu yang terdapat didaerah tujuan wisata yang

merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ketempat

tersebut.

11

Page 18: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

     Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu DTW antara

lain dapat dirinci sebagai berikut ;

a.       Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta

1.      Iklim

Cuaca cerah, kering, banyak cahaya matahari, panas, sejuk, hujan, dan

sebagainya.

2.      Bentuk tanah dan pemandangan

Tanah yang datar, gunung berap, lembah pegunungan, danau, pantai,

sungai,air terjun, pemandangan yang menarik.

3. Hutan Belukar,

Misalnya hutan yang luas, banyak pepohonan.

4. Fauna dan Flora

Seperti tanaman-tanaman yang aneh, burung-burung, ikan, binatang buas,

cagar alam, daerah perburuan, dan sebagainya.

5.      Pusat-pusat kesehatan

Sumber air minera, mandi lumpur, dan sumber air panas.

2.1.5. DEFINISI TAMAN WISATA ALAM

Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama

dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Sedangkan kawasan

konservasi sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat

maupun di perairan yang mempunyai sistem penyangga kehidupan, peng-

awetan keaneka-ragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara

lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Ini menurut UU No. 5 tahun

1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya,

Pasal 31 dari Undang-undang No. 5 tahun 1990 menyebutkan bahwa dalam

taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian,

ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya dan wisata alam.

12

Page 19: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang

memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun

setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh

kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan pengetahuan dan

pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta

terhadap alam (Anonymous, 1982 dalam Saragih, 1993).

Pariwisata berbasis alam menjadi trend yang sedang berkembang, karena

semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya alam bagi kelangsungan

hidup manusia. Dengan pariwisata berbasis alam diharapkan dapat membantu

upaya pelestarian alam, sehingga kegiatan pariwisata yang berbasis alam saat

ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan dalam industri

pariwisata. Menurut Valentine dalam Faulkner (1992:35) pariwisata berbasis

alam merupakan kegiatan pariwisata yang di dalamnya terjadi interaksi dan

keterkaitan antara aktivitas manusia dengan lingkungan alam baik secara

langsung maupun tidak langsung. Dapat disimpulkan bahwa pariwisata

berbasis alam dapat diwujudkan dalam tiga cara, yaitu; 1. Beberapa aktivitas

yang bergantung pada alam untuk atraksinya, 2. Aktivitas yang memiliki

kaitan dengan alam, 3. Lingkungan alami atau alam yang mempengaruhi

aktivitas wisatawan.

Beberapa jenis atraksi wisata berbasis alam yang dapat dikembangkan :

Health tourism

Dengan memanfaatkan kondisi aktual alami, pariwisata kesehatan dapat

dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata berbasis alam.

Adventure tourism

Jenis wisata ini menawarkan aktivitas wisata yang mengandung resiko dan

aktivitas fisik yang tinggi, tetapi tidak membahayakan pengunjung. Aktivitas

yang terkait dengan pariwisata petualangan diantaranya adalah rafting, terjun

bebas, kayak, hiking di alam bebas, mendaki gunung, dan lain-lain.

13

Page 20: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Ecotourism

Aktivitas utama yang ditawarkan oleh kegiatan ekowisata adalah aktivitas

yang berkaitan dengan alam dengan mempertimbangkan kelestarian alam dan

lingkungan.

            Konsep pengembangan pariwisata di wilayah konservasi memerlukan

suatu pendekatan khusus yang membedakannya dengan pengembangan

pariwisata di wilayah lain. Taman Nasional merupakan kawasan dengan tujuan

pengelolaan sebagai daerah konservasi, oleh karena itu dalam pembentukan

konsep rencana pengembangan pariwisatanya, aspek konservasi haruslah

menjadi paradigma utama.

            Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2010 tentang pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman

Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam; pariwisata alam

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk

pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam serta usaha-usaha yang terkait

di bidang tersebut. Sementara dalam undang-undang RI No. 5 tahun 1990

tentang konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya, dinyatakan bahwa

taman nasional merupakan salah satu bentuk kawasan pelestarian alam.

2.1.6. DEFINISI PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pariwisata berkelanjutan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pariwisata yang memperhitungkan penuh dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat. Praktek manajemen dan

pedoman pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat diaplikasikan ke semua

bentuk aktifitas pariwisata di semua jenis destinasi wisata, termasuk pariwisata

massal dan berbagai jenis kegiatan pariwisata lainnya.

14

Page 21: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Prinsip-prinsip keberlanjutan mengacu pada aspek lingkungan,

ekonomi, dan sosial-budaya dari suatu destinasi wisata. Untuk menjamin

keberlanjutan jangka panjang, maka keseimbangan antar 3 dimensi tersebut

harus dibangun dengan baik.

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui

prinsip-prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara

lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal,

penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan

masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi,

akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

2.1.7. DEFINISI TURIS

Menurut WTO, turis atau wisatawan adalah seseorang yang melakukan

perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan

rekreasi.

Dalam Undang – Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

turis adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata.

Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan

sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu

24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di

mana biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi: 

1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang- senang,

untuk keperluan pribadi atau untuk keperluan kesehatan.

2. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bisnis, pertemuan,

konferensi, musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi.

3. Pejabat pemerintahan dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di

negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan

perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan wisatawan.

15

Page 22: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Wisatawan dapat dibedakan menjadi:

1. Wisatawan Internasional (Mancanegara) adalah orang yang melakukan

perjalanan wisata diluar negerinya dan wisatawan didalam negerinya. 

2. Wisatawan Nasional (Domestik) adalah penduduk Indonesia yang melakukan

perjalanan di wilayah Indonesia diluar tempatnya berdomisili, dalam jangka

waktu sekurang-kurangya 24 jam atau menginap kecuali kegiatan yang

mendatangkan nafkah ditempat yang dikunjungi.

Menurut International Union of Official Travel Organization (IUOTO),

pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal

lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan

yang menerima upah. Pengunjung digolongkan dalam dua kategori, yaitu:

1. Wisatawan (tourist)

Pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya selama 24 jam di

negara yang kunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan

kedalam klasifikasi sebagai berikut:

a. Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,

keagamaan dan olahraga.

b. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, misi, dan lain

sebagainya.

2. Pelancong (exursionist)

Pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam

waktu kurang dari 24 jam.

16

Page 23: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

2.2. PEMBAHASAN

2.2.1.TAMAN NASIONAL HALIMUN-SALAK

Sejarah Kawasan

Kawasan TNGH ditetapkan sebagai salah satu taman nasional di

Indonesia, berawal dari proses penunjukkan taman nasional dengan Surat

Keputusan Menteri Kehutanan nomor 282/Kpts-II/1992 tanggal 28 Pebruari

1992 dengan luas 40.000 hektar sebagai Taman Nasional Gunung Halimun

(TNGH) dan resmi ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1997 sebagai salah satu

Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan (UPT BTNGH).

Selanjutnya, atas dasar kondisi sumber daya alam hutan yang semakin

terancam rusak dan adanya desakan para pihak yang peduli akan konservasi

alam, pada tahun 2003 kawasan Halimun ditambah area dengan memasukkan

kawasan hutan Gunung Salak, Gunung Endut yang status sebelumnya

merupakan hutan produksi terbatas dan hutan lindung yang dikelola Perum

Perhutani diubah fungsinya menjadi hutan konservasi, dimasukkan ke dalam

satu kesatuan kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak

(TNGHS) melalui SK Menteri Kehutanan nomor 175/Kpts-II/2003 dengan

luas total ± 113.357 ha pada tanggal 10 Juni 2003.

Berikut sejarah perubahan status kawasan TNGHS :

Tahu

nPerubahan Status Kawasan

1935 –

1961

Cagar Alam di bawah pengelolaan Pemerintah Belanda

dan Republik Indonesia/Djawatan Kehutanan Jawa

Barat

1961 –

1978

Cagar Alam di bawah pengelolaan Perum Perhutani

Jawa Barat

1979 –

1990

Cagar Alam di bawah pengelolaan Balai konservasi

Sumberdaya alam III, yaitu Sub Balai Konservasi

17

Page 24: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Tahu

nPerubahan Status Kawasan

Sumberdaya Alam Jawa Barat I

1990 –

1992

Cagar Alam dikelola oleh Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango;

1992 –

1997

Taman Nasional dibawah pengelolaan Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango

1997 –

2003

Taman Nasional dibawah pengelolaan Balai Taman

Nasional Gunung Halimun setingkat Eselon III dengan

luas 40.000 Ha

Keanekaragaman Hayati

 Lebih dari 700 jenis tumbuhan berbunga hidup di hutan alam di dalam

TNGHS, yang meliputi 391 marga dari 119 suku. Tipe hutan alam di kawasan

TNGHS dibagi menjadi hutan hujan dataran rendah (100-1000 m dpal) yang

didominasi oleh Zona  Collin (500-1000 m dpal.), hutan hujan pegunungan

bawah atau sub montana (ketinggian 1000–1.500 dpal.) dan hutan hujan

pegunungan tengah atau hutan montana (ketinggian 1.500 – 1.929). 

Pada ketinggian 500-1.000 m dpl ditemukan beberapa spesies dari

anggota Suku Dipterocarpaceae yang merupakan ciri hujan hujan dataran

rendah dapat ditemukan di kawasan Gunung Halimun, yaitu: Dipterocarpus

trinervis, D. Gracilis dan D. Hasseltii. Selain itu  pada ketinggian tersebut

dapat dijumpai spesies-spesies: rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima

wallichii), saninten (Castanopsis javanica), kiriung anak (C. acuminatissima),

pasang (Quercus gemelliflora). 

18

Page 25: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

  Pada ketinggian 1,000 – 1,500 m dpal dapat dijumpai spesies-spesies

seperti Acer Iaurinum, ganitri (Elaeocarpus ganitrus), Eurya acuminatissima,

Antidesma bunius, Ficus spp, kayu putih (Cinnamomum sp.), kileho (Saurauia

pendula), dan kimerak (Weinmannia blumei). Pada ketinggian ini dapat

dijumpai pohon-pohon yang memiliki tinggi hingga 40 m dengan diameter 120

cm, sedangkan pada ketinggian yang lebih rendah, akan dijumpai pohon-

pohon yang lebih tinggi lagi. Pada ketinggian di atas 1,500 m dpal didominasi

oleh jamuju (Dacrycarpus imbricartus), kibima (Podocarpus blumei), dan

kiputri (Podocarpus neriifolius). Spesies menarik lainnya adalah hamirung

(Vernonia arborea) yang merupakan satu-satunya anggota suku Asteraceae

yang berbentuk pohon. Kilemo (Litsea cubeba), yang lebih banyak dijumpai di

Gunung Botol; Jenis Schefflera rigida dan kiramo giling (Trevesia sundaica)

lebih banyak dijumpai pada tempat yang agak terbuka, maupun tepi jalan.

Sedangkan khusus di area sekitar Kawah Ratu, puncak Gunung Salak (2.211

m.dpal) juga terdapat jenis-jenis tumbuhan kawah dan hutan lumut. 

Jika ditinjau dari sebaran jenis vegetasi TNGHS memiliki beberapa

tipe ekosistem, yaitu: tipe homogen yang terdiri dari tanaman teh terdapat di

dalam enclave di dalam kawasan. Enclave terbesar yaitu Perkebunan Teh

Nirmala dan Cianten. Tipe heterogen terdiri dari perwakilan hutan hujan tropis

sekitar 80% relatif masih utuh. Dua puluh persen (20%) lainnya sudah terbuka

oleh perambahan. Dari tipe heterogen tersebut kemudian dapat dilihat menurut

strata tumbuhan, terdiri dari pohon, perdu, herba, liana, efipit, palem, pandan

19

Page 26: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

dan pisang-pisangan. Selain teh, dapat dijumpai pula jenis-jenis tumbuhan lain

yang cukup dominan, misalnya; pinus (Pinus merkusii), kidamar (Agathis

damara), kaliandra (Calliandra callothyrsus dan C. tetragoma). Semula jenis-

jenis tersebut sengaja ditanam oleh Perum Perhutani untuk penghijauan lahan,

namun kini sudah menjadi tumbuhan introduksi bagi perkebunan teh. Selain

itu dengan mudah dijumpai semak-semak ketinggian 2 m yang didominasi

oleh harendong (Melastoma malabathrycum), kirinyuh (Eupatorium

inulifolium), cente (Lantana camara), jotang (Bidens pilosa), pegagan

(Centela asiatica) dan kejibeling (Strobilantes crispus).

Di dalam TNGHS tercatat 13 spesies rotan dan 12 spesies bambu,

antara lain: bambu cangkore (Dinochloa scandens) dan bambu tamiang

(Schyzostachyum sp.) yang merupakan tumbuhan asli Jawa Barat. Di daerah

perluasan ditemukan hutan tanaman, terutama di areal yang dulunya berstatus

sebagai hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola Perum Perhutani,

antara lain: hutan tanaman rasamala (Altingia excelsa), pinus (Pinus merkusii),

damar (Agathis sp.) dan puspa (Schima wallichii). 

Hasil inventarisasi dan koleksi anggrek di TNGHS, sampai saat ini

tercatat sebanyak 258 spesies yang teregolong dalam 74 marga. Empat puluh

tujuh spesies di antaranya tercatat sebagai spesies endemik Pulau Jawa dan 5

jenis merupakan catatan baru untuk Pulau Jawa. Jumlah tersebut merupakan

satu per tiga bagian dari anggrek-anggrekan di Pulau Jawa yang tercatat

sebanyak 731 speises (Mahyar dan Sadili, 2003).

Di TNGHS juga dapat dijumpai berbagai jenis jamur yang menarik.

Dalam kelembaban hutan TNGHS, umumnya jamur dapat dilihat setiap waktu

sepanjang tahun khususnya selama musim hujan antara bulan September

hingga Mei. Terdapat beberapa tipe jamur yang tidak umum, salah satunya

adalah fenomena jamur bercahaya yang terdapat di sekitar Cikaniki dan hanya

pada waktu-waktu tertentu.

20

Page 27: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

 

Di dalam kawasan TNGHS terdapat berbagai tipe ekosistem yang

terdapat di dalamnya merupakan habitat dari berbagai jenis fauna langka dan

dilindungi.  Berdasarkan sejarahnya, kawasan ini pernah merupakan habitat

badak jawa (Rhinoceros sondaicus), harimau jawa (Panthera tigris

sondaicus). Untuk mamalia terdapat 61 spesies, beberapa spesies yang

endemik Pulau Jawa dan spesies terancam punah (endangered). Spesies-

spesies terancam punah yang masih dapat dijumpai di antaranya macan tutul

jawa (Panthera pardus melas), kucing hutan (Prionailurus bengalensis), owa

jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata), lutung (Trachypithecus

auratus), ajag atau anjing hutan (Cuon alpinus javanicus), sigung (Mydaus

javanensis) dan kukang (Nycticebus coucang). 

Ada sebanyak 244 spesies burung atau setara dengan 50 % dari jumlah

jenis burung yang hidup di Jawa dan Bali. Sekitar 32 jenis diantaranya adalah

endemik di Jawa dengan sebaran terbatas/langka dan terdapat 23 spesies

burung migran (Prawiradilaga, dkk, 2002). Kawasan ini juga telah ditetapkan

oleh BirdLife, organisasi internasional pelestari burung, sebagai daerah burung

penting (IBA, Important Bird Areas) dengan nomor ID075 (Gunung Salak)

dan ID076 (Gunung Halimun). Wilayah-wilayah ini terutama penting untuk

menyelamatkan jenis-jenis elang jawa (Spizaetus bartelsi), luntur jawa

(Apalharpactes reinwardtii), ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea), celepuk

jawa (Otus angelinae), dan gelatik jawa (Padda oryzivora) (BirdLife

International, 2009).

21

Page 28: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Kawasan TNGHS dapat ditemukan keberadaan sekitar 27 spesies

amfibi, 50 spesies reptilia, 26 spesies capung (Sidik, I. 1998, Kurniati, 2003).

Tercatat pula 31 spesies ikan yang sebagian besar (37,5%) tergolong ikan-ikan

gobiid dan eleotriad, seperti spesies-spesies ikan komplementer air tawar,

jenis-jenis tersebut antara lain paray (Rasbora aprotaenia), beunter (Puntius

binotus), bogo (Channa gachua), belut (Monopterus album), kehkel

(Glyptothorax platypogon), bungkreng (Poeciba reticulata) dan Sicyopterus cf

microcephalus.

Terdapat tiga spesies Penciri (Flagship Species) TNGHS yaitu Owa

Jawa (Hylobates moloch), Macan Tutul (Panthera pardus melas) dan Elang

Jawa (Nisaetus barthelsi).

Sosial Budaya

unik masyarakat tradisionial  di kawasan TNGHS dapat dijumpai pada

masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar. Anda dapat mengenal  keseharian

mereka di sini. Upacara adat dapat dijumpai dalam kegiatan Seren Taun yang

dilaksanakan satu tahun sekali . Seren Taun merupakan suatu kegiatan upacara

adat yang dilakukan untuk mensyukuri hasil panen tahun lalu dan menyambut

tahun yang akan datang. Selain itu Anda dapat mengenal lebih dekat dengan

seni tradisional yang mereka miliki seperti seni debus dengan kekuatan mejik,

dog-dog lojor, wayang golek, tari topeng jaipong dan lain-lain.

Selain Ciptagelar, lokasi yang dapat dijadikan sebagai lokasi kegiatan

adalah Kampung Sukagalih. Kampung Sukagalih merupakan masyarakat

kampung non adat yang memegang teguh budaya menjaga hutan. Kampung

ini pula merupakan salah satu kampung yang menjadi model bagi pengelolaan

TNGHS bersama masyarakat.

22

Page 29: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Kegiatan Pengelolaan

Untuk mencapai visi, misi dan tujuan pengelolaan TNGHS, dilakukan

kegiatan pengelolaan kawasan yang meliputi:

1. Pemantapan dan Penataan Kawasan termasuk di dalamnya tata batas kawasan,

penataan zonasi.

2. Perlindungan Hutan dan Pengendalian Kebakaran termasuk di dalamnya

penyuluhan kebakaran, operasi dan patroli pengamanan.

3. Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya termasuk di dalamnya

monitoring satwa kunci dan monitoring plot permanen

4. Pemanfaatan Jasa Lingkungan termasuk di dalamnya pemanfaatan jasa

lingkungan air dan wisata alam

5. Kerjasama Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat

Model Kampung Konservasi

Model Kampung Konservasi merupakan terjemahan Model Desa

Konservasi (sebuah pendekatan pengelolaan kawasan konservasi yang

dilakukan Direktorat Jenderal PHKA) yang diimplementasikan oleh Taman

Nasional Gunung Halimun Salak.  Muncul sebagai model manajemen untuk

menjawab perubahan paradigma pengelolaan kawasan konservasi dengan

menggandeng masyarakat sekitar dan di dalam kawasan untuk mengelola dan

menjaga kawasan TNGHS. Model Kampung Konservasi merupakan model

kampung yang di dalamnya bisa melakukan aktivitas perlindungan secara

mandiri, menjaga ekosistem yang baik dan secara ekonomi bisa memberikan

kesejahteraan bagi masyarakat. Visi yang diusung adalah Masyarakat hidup

bersama Taman Nasional.

Implementasi MKK memperhatikan pilar kesepakatan ruang dan

peningkatan kesadaran masyarakat dengan menggunakan tiga alat berupa:

23

Page 30: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Melakukan restorasi atau rehabilitasi kawasan TNGHS yang terdegradasi

dengan melibatkan masyarakat lokal.

Melakukan observasi partisipatif dengan melibatkan masyarakat lokal.

Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat lokal di TNGHS.

Kemitraan

Kawasan seluas 113.357 Ha dengan keterbatasan personel

perlindungan dan pengamanan hutan harus menghadapi tantangan berupa

illegal activities serta semakin berkembangnya jumlah penduduk di dalam dan

sekitar kawasan yang bergantung terhadap kawasan TNGHS. Untuk itu

dibutuhkan strategi dalam menjawab tantangan pengelolaan tersebut dengan

pelibatan peran pihak lain yang berkepentingan terhadap kawasan yang

diakomodasikan dalam kemitraan atau kolaborasi.

Kemitraan di kawasan konservasi merujuk pada aturan Keputusan

Menteri Kehutanan No. 390/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Kerjasama di

Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dalam

pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak sendiri melibatkan

pihak-pihak antara lain masyarakat, lembaga pemerintah, pemerintah daerah,

pihak swasta, akademisi dan lembaga non pemerintah.

Parapihak yang tercatat sebagai mitra TNGHS dalam pengelolaannya

adalah parapihak yang memiliki kepedulian terhadap keberadaan kawasan

TNGHS. Kemitraan ini dituangkan dalam nota kesepahaman dan perjanjian

kerjasama yang meliputi pelaksanaan kegiatan restorasi kawasan,

perlindungan dan pengamanan kawasan, pemberdayaan masyarakat serta

pemanfaatan jasa lingkungan air.

Saat ini tercatat sebanyak 22 mitra yang bekerja bersama TNGHS, di

antaranya adalah Chevron Geothermal, Yayasan Kehati, PT. Antam,

Perkumpulan Gedepahala, dan Perkumpulan Suaka Elang.

24

Page 31: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Perluasan cakupan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak

(TNGHS) menimbulkan conflict of interest yang bersifat trade off antara

kepentingan TNGHS yang memiliki fungsi utama sebagai area konservasi

(kepentingan ekologi) dan kepentingan masyarakat sekitar yang

memanfaatkan hutan untuk kebutuhan ekonomi. Salah satu jasa lingkungan

intangible yang dimiliki TNGHS adalah wisata alam di zona pemanfaatan

yang diharapkan dapat sebagai salah satu alternatif win-win solution terhadap

trade off kepentingan konservasi dan kepentingan ekonomi kawasan

konservasi. Pengembangan wisata alam di taman nasional merupakan skema

pembayaran jasa lingkungan yang akan memberikan nilai tambah bagi

kawasan konservasi, baik sebagai fungsi konservasi maupun manfaat ekonomi

yang tidak bersifat eksploitasi sehingga tidak membahayakan kelestarian

taman nasional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji sejauh mana

kegiatan wisata alam di TNGHS dapat mendukung kegiatan konservasi dan

memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Tingginya nilai

ekonomi wisata serta dampak ekonomi berupa penyerapan tenaga kerja dan

dampak multiplier menunjukkan bahwa TNGHS memiliki jasa lingkungan

berupa wisata alam yang sangat penting bagi perekonomian masyarakat.

Kelestarian dan keindahan sumber daya alam TNGHS mutlak harus dijaga

guna keberlangsungan wisata alam, karena tanpa keindahan dan kelestarian

alam TNGHS tidak akan ada kegiatan wisata alam, yang berarti tidak akan ada

manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Banyak para petani tradisional maupun pendatang sudah tinggal di

wilayah ini sebelum kawasan ini ditetapkan sebagai areal konservasi.

Sehingga menjadi tantangan pengelola, para pihak dan masyarakat lokal dalam

mengembangkan model pengelolaan kawasan TNGHS yang lebih kolaboratif

dan berkelanjutan.

Analisis SWOT kawasan dilakukan untuk menemukenali faktor-faktor

kekuatan, kelemahan, dan peluang serta tantangan yang dihadapi dalam

pengembangan kawasan.

25

Page 32: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang analisis kondisi

situasi yang dihadapi sehingga bisa didapatkan strategi yang tepat dalam

rangka mencapai suatu tujuan tertentu :

1. Strength

Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah

Indonesia yang terkait dengan konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya serta lingkungan hidup

Memiliki daya tarik wisata alam yang lengkap, seperti: air terjun, kawah,

hutan.

Aksesibilitas yang mudah dari kota Jakarta

2. Weakness

Lemahnya peran serta dan kelembagaan masyrakat, terutama masyarakat

sekitar kawasan

Masih lemahnya dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi

Kekurangan sumberdaya manusia, dalam menerapkan konservasi dan

perlindungan terhadap kawasan

3. Opportunities

Tingginya minat wisatawan terhadap kegiatan wisata outbound

Pertumbuhan ekonomi nasional

Komitmen para penentu kebijakan di tingkat nasional dan regional terhadap

pelestarian sumber daya alam dan lingkungan

4. Threats

Masih tingginya tingkat kerawanan kawasan, baik dari aktifitas penebangan

liar dan perdagangan kayu illegal, perambahan kawasan, kebakaran hutan dan

kegiatan pertambangan tanpa izin

Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan

Daya dukung lingkungan yang terbatas untuk akumulasi kegiatan wisata yang

lebih besar, yang akan berdampak pada penurunan kualitas fisik lingkungan

alam dan daya tarik obyek wisata itu sendiri.

26

Page 33: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

2.2.2. TAMAN NASIONAL KAKADU

Di taman nasional terbesar di Australia ini, Anda akan melihat tebing-

tebing curam bergerugut, hutan hujan lebat dan galeri seni cadas berusia

50.000 tahun. Pelajari kebudayaan masyarakat Aborigin dari pemilik

tradisional suku Bininj/Mungguy. Saksikan jutaan burung yang bermigrasi di

antara lahan basah. Lihat bunga teratai yang indah dan buaya prasejarah, air

terjun yang gemuruh dan kolam yang berkilauan. Rasakan keajaiban Kakadu

di enam musim yang sangat berbeda. Dari bunga teratai yang indah sampai

buaya prasejarah, Kakadu penuh dengan harta karun yang dapat dijelajahi.

Mt Borradaile, NT Menyaksikan seni Aborigin

Kakadu adalah lokasi salah satu koleksi seni cadas Aborigin terbesar di

dunia. Lihat celah-celah batu yang dipahat oleh leluhur Dreamtime di

Nourlangie Rock. Atau lihat lukisan Manusia Petir, leluhur Dreamtime yang

masih mengatur badai petir dahsyat pada musim hujan, di Anbangang Gallery

tidak jauh dari sini. Lihat lukisan Rainbow Serpent dan beberapa contoh seni

sinar-X terindah di dunia di Ubirr Rock. Kakadu adalah lokasi salah satu

koleksi seni cadas Aborigin terbesar di dunia. Anda akan melihat jejak tangan

hewan, pemburu dan gambar-gambar Dreamtime, serta rumah, perkakas batu,

27

Page 34: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

batu asahan, seni cadas dan oker yang digunakan sebagai bahan pewarna

dalam upacara adat.

Pelajari bagaimana seni tersebut menggambarkan sejarah sosial,

budaya dan alam Kakadu dalam tur bersama pemandu atau melalui lambang-

lambang penuh makna.

Ikuti perjalanan wisata Gubarra Pools Walk melintasi tebing-tebing

batu pasir menuju hutan monsun yang rindang atau perjalanan wisata Bubba

Walk melalui lahan basah yang dikelilingi pohon paperbark, pandan, cycad

dan teratai. Lihat air terjun Jim Jim Falls yang menakjubkan setinggi lebih dari

250 meter. Jelajahi Sungai East Alligator dan Yellow Water melintasi buaya,

ikan barramundi, dan burung-burung seperti magpie geese, brolga, jabiru dan

elang laut berperut putih. Lihat burung jacana dan jesus yang terbang di antara

daun-daun bunga teratai. Seperempat dari semua spesies ikan air tawar

Australia, dan lebih dari sepertiga spesies burung Australia dapat ditemukan di

Kakadu.

Yellow Water Billabong

Naik kendaraan gardan ganda ke Koolpin Gorge atau kaki tebing

curam Arnhem Land dan berkemah semalam. Atau ikuti tur naik kendaraan

gardan ganda ke lokasi-lokasi menarik seperti air terjun Jim Jim Falls dan

ngarai Barramundi Gorge. Saksikan keagungan dan keindahan Kakadu dalam

penerbangan penuh pemandangan indah atau tangkap ikan barramundi

bersama pemandu memancing yang berpengalaman. Susuri Sungai East

Alligator dalam perjalanan wisata budaya Aborigin atau dayung kano menuju

28

Page 35: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

air terjun Twin Falls yang mengagumkan. Berjalan melintasi hutan semak

melalui hutan hujan, melintasi air terjun dan kolam rendam yang jernih.

Anda harus mengunjungi Kakadu lebih dari sekali untuk menikmati

musimnya yang sangat berbeda. Masyarakat Bininj setempat membagi musim

menjadi enam, dimulai dengan air terjun yang gemuruh dan kilat yang

menyilaukan pada musim monsun Gudjewg dari bulan Januari sampai Maret

sampai cuaca panas dan kering pada musim Gurrung pada bulan Agustus dan

September. Lihat bunga paperbark yang sedang mekar dekat danau billabong

yang penuh dengan burung air pada musim Banggerreng pada bulan April.

Nikmati cuaca nyaman dan langit cerah pada musim dingin Wurrgeng dari

bulan Juni sampai Agustus. Nikmati pemandangan yang selalu berubah ini

dalam penerbangan menyusuri bentang alam atau nikmati pemandangan dari

dekat dalam perjalanan wisata hutan semak, danau billabong atau pesiar

sungai.

Gunlom Falls

Mulai dari Darwin dan berjalan melintasi hutan belantara lahan basah

yang kaya akan kebudayaan dan sejarah perintisan masyarakat Aborigin dalam

perjalanan wisata Nature's Way. Perjalanan wisata ini membawa Anda dari

Taman Nasional Kakadu yang terdaftar sebagai Warisan Dunia menuju Taman

Nasional Litchfield dan Taman Nasional Nitmuluk. Berkano menyusuri

Sungai Katherine, berenang di air terjun Litchfield dan lihat koleksi seni cadas

Aborigin terbesar di dunia di Kakadu. Di sini Anda dapat berjalan ke puncak

air terjun Gunlom Falls, yang terkenal dalam film Crocodile Dundee sebagai

29

Page 36: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Echo Pool, jelajahi kolam-kolam karang dan masak makanan dengan api

unggun di kaki tebing curam Arnhem Land.

Bagi orang yang gemar fotografi dan melihat hewan liar dan burung,

ini merupakan perjalanan wisata impian, semuanya dilakukan di jalan beraspal

mulus yang cocok untuk kendaraan bergardan tunggal. Hamparan padang

rumput, tebing berwarna marun, dan sungai musim hujan yang terlindung ini

menawarkan pendakian, berlayar dengan perahu, dan kesempatan berkemah

terbaik di Australia. Rasakan salah satu cagar alam terbaik Australia di Taman

Nasional Kakadu. Berjalan kaki sepanjang ngarai bebatuan merah yang terjal,

berkemah di tengah kehidupan liar setempat, atau saksikan badai kuat yang

menggulung di angkasa selama musim hujan.

Sebelum memulai perjalanan Anda, singgahlah di Pusat Pengunjung

Bowali. Rencanakan petualangan Anda dengan peta pusat wisata sembari

menyesap minuman dingin. Wilayah Jabiru dan Buaya Selatan menawarkan

pemandangan Australia yang menawan. Nikmati pemandangan bilabong dan

lahan hutan sepanjang jalan setapak Gungarre, sebuah sirkuit berjalan kaki

sepanjang 3,6 kilometer yang memerlukan waktu 2 jam untuk mengitarinya.

Anda dapat memandangi burung bersama pemandu di sekitar Lahan Basah

Mamukala atau Hutan Hujan Manngarre.

Lakukan perjalanan sehari ke Ngarai Jim Jim di awal musim panas,

dan abadikan gambar air terjunnya yang dramatis. Di dekatnya, Air Terjun

Kembar dan jalur setapak Barrk Malam menawarkan bentangan pemandangan

pedesaan tahan merah. Berjalan kaki ke Nourlangie atau Nagluwurr, dan

lihatlah seni batu Aborigin kuno. Pelajari arti prasasti ini dan teknik berburu

Aborigin tradisional di Pusat Budaya Warradjan. Menginap di lokasi

perkemahan di sekitarnya dengan fasilitas kamar mandi dan sumber air

minum.

Di musim hujan, limpahan air hujan mengisi ngarai Kakadu hingga

penuh. Walaupun hal ini membuat banyak jalur setapak tidak dapat diakses,

30

Page 37: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

hujan membuka Buaya Selatan Kakadu Aurora sebagai lokasi berenang yang

menyenangkan. Berjalan kaki di sekitar Kolam Gubara, dan temukan ikan

yang melesat di antara gelagah. Naik ke kapal pesiar Sungai Guluyambi atau

Perairan Kuning, dan lihat kehidupan liar di antara genangan air tepi sungai.

Ikuti tur dengan pesawat dari Wilayah Kakadu dan tangkap

pemandangan seluruh aliran air terjun dari ketinggian.Saat sore hari mulai

turun, berjalan kaki ke Tempat Observasi dan saksikan awan badai yang

bergulung di atas kepala. Lokasi berkemah selama musim hujan terbatas,

namun tetap tersedia.

Berkendara ke Kakadu dari Darwin menghabiskan waktu sekitar seharian.

Harga tiket masuk ke Taman Nasional Kakadu cukup wajar. Makanan,

penyewaan mobil berpenggerak empat roda, dan penyedia tur dapat dijumpai

di kota Jabiru, di Jalan Raya Arnhem. Musim panas berlangsung dari Mei

hingga Oktober, sementara musim hujan mencapai puncaknya di bulan

Desember.

Dari pemaparan data di atas, dapat ditarik sebuah analisis SWOT Taman

Nasional Kakadu, yaitu :

a. Strength

Perangkat kebijakan internasional yang terkait dengan konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistem serta lingkungan hidup.

Memiliki daya tarik wisata budaya lokal, kerajinan dan makanan lokal

Memiliki daya tarik wisata alam yang lengkap, seperti: aneka ragam

flora & fauna, air terjun, sungai, goa, pemandangan pegunungan dan

hutan alam.

b. Weakness

Masih banyak potensi pariwisata didalam kawasan yang belum

dieksplorasi

c. Opportunities

Komitmen dan dukungan masyarakat internasional terhadap

lingkungan dan pelestarian sumber daya alam

31

Page 38: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Potensi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya yang unik, langka,

dan bernilai ekonomi tinggi serta tingginya minat masyarakat lokal dan

manca negara.

Tingginya minat wisatawan untuk melihat satwa yang terdapat

dikawasan ini

Perkembangan pasar wisata keluarga yang memerlukan wadah dan

kegiatan wisata yang akan terus menunjukkan peningkatan

d. Weakness

Kondisi perekonomian masyarakat yang masih sangat bergantung pada

ketersediaan sumber daya alam di dalam kawasan.

Keberadaan habitat satwa dari ancaman kepunahan

Komersialisasi yang progresif dan degradasi lingkungan.

2.4. PERBANDINGAN WISATA

2.4.1. BAD PRACTICES TAMAN NASIONAL HALIMUN-SALAK

Pemerintah kurang sigap dan cepat dalam menanggapi masalah yang

mengganggu lingkungan dan pariwisata.

Masyarakat masih belum sadar bahwa perilaku yang dilakukan mengganggu

ekosistem alam.

Pemerintah tidak tegas memberlakukan peraturan yang jelas dan tegas

mengenai pelanggaran yang dilakukan masyarakat.

Perlindungan bagi flora dan fauna yang kurang diawasi sehingga masih

terjadi penebangan atau pemburuan liar

2.4.2. BEST PRACTICES TAMAN NASIONAL KAKADU Pemerintah secara serius merenacakan dan melaksanakan pembangunan

pariwisata berkelanjutan ( sustainability tourism ).

32

Page 39: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Pemerintah cepat dan sigap dalam mengatasi masalah yang mengganggu

pariwisata ( sampah, limbah, dll. ).

Selain memiliki kekayaan alam, kawasan Taman Nasional Kakadu tetap

menjaga kearifan lokal suku aborigin.

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Taman Nasional Halimun-Salak dan Kakadu mempunyai peran yang

sama sebagai paru paru dunia, namun Pemerintah Australia lebih berperan

aktif dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang mengganggu

pariwisata di daerahnya. Pemerintah Indonesia masih perlu melakukan

berbagai persiapan dalam menyediakan pariwisata ramah lingkungan di

kawasan Jawa Barat, khususnya di Taman Nasional Halimun-Salak.

        Dalam pengembangan destinasi pariwisata Taman Nasional Halimun-

Salak dan Taman Nasional Kakadu memiliki potensi yang besar untuk

dikembangkan selanjutnya menjadi destinasi utama pariwisata di kawasan

Indonesia. Dengan meningkatnya minat pada destinasi wisata special interest

maka objek destinasi ini bisa menjadi pilihan bagi para wisatawan yang

mencari something different. Diperlukan kerjasama dengan oleh seluruh

stakeholders yang terlibat dalam merencanakan, mempromosikan, mengelola

dan menjaga Taman Nasional.

33

Page 40: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

3.2. SARANBerdasarkan masalah di atas, maka saran yang penulis sampaikan bagi

pemerintah antara lain :

Pemerintah Bogor dapat menerapkan pariwisata ramah lingkungan

Pemerintah Australia tetap menjaga keaslian flora, fauna dan kearifan lokal

Selain itu, saran yang penulis sampaikan bagi masyarakat antara lain :

Masyarakat lokal kawasan Taman Nasional Halimun-Salak mulai menjaga

alam sekitar, khususnya daerah kawasan wisata agar tidak semakin rusak.

Masyarakat kawasan Taman Nasional Halimun-Salak dapat mewujudkan

kebijakan pemerintah untuk menciptakan pariwisata ramah lingkungan.

Saran bagi penulis :

Penulis sebaiknya dapat lebih banyak mempelajari dalam mencari informasi

mengenai Taman Nasional sebagai tempat wisata

Penulis bisa membantu dalam kontribusi pembangunan pariwisata khususnya

di Taman-Nasional Halimun-Salak

34

Page 41: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

DAFTAR PUSTAKA

www.conservation.org/global/indonesia/berita

www.bogorheritage.net

www.dephut.go.id/INFORMASI/TN

http://halimun salak.org/

http://www.australia.com/id- id/places/kakadu/highlights.html

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/09/menyusuri-keindahan-taman-

nasional-di-australia

http://travel.kompas.com/read/2015/05/12/102629827/

Berani.Menjelalahi.Alam.Liar.di.Taman.Nasional.Australia.

http://ekowisata.org/berwisata-alam-di-taman-nasional-pengetahuan-dan-

promosi-taman-nasional/

http://www.australia.com/id- id/places/kakadu/highlights.html

35

Page 42: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

LAMPIRAN

Peta Kawasan Taman Nasional Halimun-Salak

Peta Kawasan Taman Nasional Kakadu

36

Page 43: Ekologi Lingkungan Taman Nasional Halimun-Salak & Kakadu

Peraturan Terkait Bidang Kehutanan Taman Nasional

UU 41/ 1999 tentang Kehutanan

UU 5/ 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological

Diversity 

UU 5/ 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

UU 32/ 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU 7/ 2004 tentang Sumber Daya Air

UU 10/ 2009 tentang Kepariwisataan

Penjelasan UU 41/ 1999 tentang Kehutanan

Penjelasan UU  5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan

Ekosistemnya

Kerusakan Hutan di Kawasan Taman Nasional Halimun-Salak

37