ekologi hewan

34
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. Di dalam penelitian suatu ekologi sering kali seseorang perlu mendapatkan informasi besarnya populasi makhluk hidup di alam, baik di laboratorium, lapangan medan penelitian seperti di hutan, di pantai, di rawa, maupun di sungai ataupun di lautan. Pertanyaan yang sering muncul adalah tentang berapa kerapatan populasi, yaitu cacah individu didalam satuan luas atau volume tertentu, atau cacah individu seluruh jenis populasi itu. Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam. 1

Upload: rumbi-rizky

Post on 20-Dec-2015

262 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

estimasi besarnya populasi

TRANSCRIPT

Page 1: ekologi hewan

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang

sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar

informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang

memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik

digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan

karakteristik individu dalam kelompok itu.

Di dalam penelitian suatu ekologi sering kali seseorang perlu

mendapatkan informasi besarnya populasi makhluk hidup di alam,

baik di laboratorium, lapangan medan penelitian seperti di hutan, di

pantai, di rawa, maupun di sungai ataupun di lautan. Pertanyaan yang

sering muncul adalah tentang berapa kerapatan populasi, yaitu cacah

individu didalam satuan luas atau volume tertentu, atau cacah

individu seluruh jenis populasi itu.

Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya

mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran

poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan

sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan

lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang

untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang

dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara

kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk

memahami pada tersebut di alam.

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat

dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau

persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan.

Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung

produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan

komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa

digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan

membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua

1

Page 2: ekologi hewan

jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya

dinyatakan dalam bentuk persentase.

Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan

dapat dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak

langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa

sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang dapat dihitung.

Misalnya untuk sampling populasi rumput dipadang rumput dapat

digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat

dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan

untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang

atau rumput dapat diperkirakan populasinya dengan metode Capture

Mark Release Recapture (CMMR).

Dalam suatu ekosistem terdapat fluktuasi kepadatan populasi,

untuk mempermudah dalam menghitung kepadatan suatu populasi,

maka dibuat suatu simulasi cara penghitungan kepadatan populasi

tersebut. Metode yang dapat digunakan adalah metode Peterson,

yaitu metode cuplikan dengan menghitung proporsil kecil populasi

atau dengan metode Eschmeyer, yaitu memperkirakan besarnya

populasi simulan (objek simulasi). Dengan demikian dapat ditentukan

nilai kepadatan suatu populasi di daerah tertentu dengan

menggunakan metode Peterson dan metode Eschmeyer.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

masalah:

Bagaimana menerapkan metode Capture-Mark-Release-Recapture

untuk memperkirakan populasi beras merah dan beras putih dan

membandingkan hasil estimasi dari 3 rumus Peterson, Schnabel, dan

Eschmeyer - Schumacher ?

1.3Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari

praktikum kali ini yaitu:

2

Page 3: ekologi hewan

Dapat menerapkan metode Capture-Mark-Release-Recapture untuk

memperkirakan populasi beras merah dan beras putih dan

membandingkan hasil estimasi dari 3 rumus Peterson, Schnabel, dan

Eschmeyer - Schumacher.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Metode Mark-Recapture

Gagasan utama di balik penelitian capture-recapture adalah bahwa proporsi individu

yang teridentifikasi (“ditangkap”) dalam suatu populasi selama “putaran perangkap” pertama

harus sama dengan proporsi individu yang teridentifikasi kembali (“direbut kembali”) dalam

putaran kedua “perangkap” beberapa waktu. Metode “capture-recapture” dapat digunakan

tanpa secara fisik menangkap satwa tersebut (memerangkap kera besar adalah tidak praktis

dan tidak etis) jika individu dapat secara sistematis dideteksi dan diidentifikasi. Hal ini dapat

dilakukan pada jarak tertentu dengan menggunakan ciri-ciri fisik individu, atau menggunakan

profil genetik seperti yang ditetapkan dari bahan yang ditinggalkan pada lingkungan, seperti

bulu dan kotoran. Ada berbagai metode untuk melakukan hal ini. Untuk ulasan teknik, asumsi

dan perhitungan. Sejumlah paket perangkat lunak juga tersedia secara gratis untuk

pengolahan data. Metode tangkap-tangkap kembali mengharuskan agar tidak ada tanda yang

hilang selama waktu studi dan tidak ada selalu dikenal benar. Metode terbaru telah

dikembangkan untuk mengatasi pelanggaran asumsi ini, dan untuk mengatasi sebagian

masalah DNA capture-recapture. Analisa dasar mengasumsikan bahwa semua satwa memiliki

kemungkinan yang sama untuk ditangkap, tetapi analisa teknik juga ada yang membolehkan

3

Page 4: ekologi hewan

variasi kemungkinan penangkapan untuk satwa individu atau sekumpulan dari populasi

(heterogenitas), melalui waktu atau sejarah tangkapan (perilaku). Durasi sampling harus

cukup singkat untuk mengasumsikan populasi tertutup jika teknik mark-recapture akan

digunakan untuk estimasi kelimpahan, bukan hanya untuk memperkirakan kelangsungan

hidup, kematian atau parameter populasi yang lain. Studi genetik capture-recapture dan

camera-trap telah digunakan untuk berbagai spesies yang tinggal di hutan. Metode ini

mungkin dapat diterapkan pada kera besar. Namun, individu tidak membaur secara acak

dalam populasi, tetapi menduduki wilayah jelajah (Williamson,2011:21).

Estimasi dan ukuran sampel untuk data yang berasal dari sebaran normal. Tipe

pendugaan mengenai populasi terbagi menjadi dua, yaitu pendugaan titik (point estimation)

dan pendugaan selang (interval estimation). Penduga titik adalah sebuah nilai tunggal yang

digunakan untuk menduga sebuah parameter populasi. Pendugaan interval tertentu dilakukan

dengan membuat batas-batas yang disebut dengan batas bawah dan batas atas dari selang

pendugaan. Dalam selang pendugaan terdapat tingkat kepercayaan dan selang kepercayaan.

Tingkat kepercayaan adalah presentase dugaan selang memenuhi parameter yang diduga

apabila dilakukan pengambilan sampel berulang. Selang kepercayaan adalah batas-batas nilai

yang memenuhi pendugaan sesuai dengan tingkat kepercayaan yang dibuat

(Nurhayati,2008:23).

Pendugaan ukuran populasi mampu memberikan informasi penting mengenai studi

ekologi, khususnya bila spesies yang dikaji terancam punah. Populasi tertutup menjadi syarat

penerapan teknik mark-recapture. Studi ini terbukti mampu memberikan informasi mengenai

migrasi, pertumbuhan, ukuran populasi dan laju mortalitas beberapa spesies akuatik. Metode

estimasi mensyaratkan rancangan metodologi untuk mengkaji ukuran populasi di suatu area

tertentu. Hal ini dapat dilakukan untuk mengetahui kelimpahan relatif menggunakan data

tangkapan per satuan upaya dan kelimpahan mutlak menggunakan metode sensus teknik

mark-recapture. Teknik ini mengasumsikan kemampuan tertangkap individu yang bertanda

dan tidak bertanda adalah sama. Namun beberapa faktor dapat mempengaruhi asumsi

tersebut. Perangkap bersifat selektif terhadap ukuran dan jenis kelamin karena dipengaruhi

oleh faktor pergantian kulit, status reproduksi dan kondisi kesehatan biota. Pengambilan

contoh, penanganan dan penandaan menyebabkan stres pada biota, sehingga mengakibatkan

penurunan peluang terperangkap (Pasisingi,2012:1).

Seperti yang dialami oleh berbagai disiplin ilmu lainnya, ekologi pun dalam

perkembangannya telah mengalami diversifikasi dengan lahirnya cabang-cabang ilmu

ekologi yang telah terspesialisasi, dengan materi bahasan yang lebih terbatas, khusus dan

4

Page 5: ekologi hewan

lebih mendalam. Pemilihan ekologi atas cabang ilmu yang lebih khusus dapat didasarkan atas

kelompok organisme yang menjadi pokok bahasan misalnya: ekologi tumbuhan, ekologi

hewan, ekologi parasit, ekologi gulma, ekologi serangga, dan sebagainya. Berdasarkan corak

habitat ekologi dapat dibedakan atas ekologi perairan tawar, ekologi estuaria, ekologi tanah,

ekologi bahari, dan sebagainya. Berdasarkan aspek-aspek tertentu yang menjadi pokok

bahasan ekologi dapat dibedakan menjadi ekologi perilaku, ekologi perkembangbiakan,

ekologi populasi, ekologi komunitas, dan sebagainya. Berdasarkan pada corak pendekatan

atau pembahasan ekologi dapat dibedakan menjadi ekologi eksperimental, ekologi teoritik,

ekologi matematik, dan sebagainya. Masing-masing cabang ekologi tersebut diatas

selanjutnya dapat dipilah-pilah lagi berdasarkan spesialisasi yang lebih sempit (Dharmawan,

2004:7).

2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai

komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air,

kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang

terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan

tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang

saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Faktor biotik

adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun

hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai

konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai decomposer (Agus, 1994).

Inti permasalahan ekologi adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan

lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan

lingkungan hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Enerst

Haeckel, seorang ahli biologi bangsa Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos

yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu

tentang rumah (tempat tinggal) makhluk hidup. Dengan demikian ekologi biasanya diartinya

sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan

lingkungannya. Berdasarkan arti harfiah dari asal katanya ekologi dan ekonomi sama. Namun

dalam ekologi, mata uang yang dipakai dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan

materi, energi, dan informasi. Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas atau

beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti uang dalam ekonomi.

Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk materi, energi, dan informasi (Otang,

2004).

5

Page 6: ekologi hewan

Pada kasus yang luar biasa mungkin bisa menentukan ukuran dan kepadatan populasi

dengan menghitung langsung seluruh individu yang ada di dalam batas suatu populasi.

Misalnya, kita dapat menghitung jumlah bintang laut dalam kolam yang pasang. Kelompok

mamalia besar seperti kerbau atau gajah, kadang-kadang dpat dihitung secara tepat dari dari

pesawat udara. Akan tetapi, pada sebagian kasus, tidak praktis atau bahkan tidak mungkin

untuk menghitung seua individu yang berada dalam suatu populasi. Malahan, para ahli

ekologi seringkali menggunakan berbagai macam teknik pengambilan contoh atau sampel

untuk menaksir kepadatan dan ukuran total populasi. Sebagai contoh para ahli bisa menaksir

jumlah alligator di Florida Everglade dengan cara menghitung individu yang terdapat dalam

beberapa bidang tanah (plot) yang mewakili dengan ukuran yang sesuai. Taksiran seperti itu

lebih tepat jika menggunakan sampel bidang tanah yang lebih banyak dan lebih besar dan

saat habitat homogen (Campbell, 2004 : 334).

Populasi juga diartikan sekelompok individu sejenis dalam suatu areal tertentu.

Pengertian ini digunakan untuk menyatakan banyaknya individu dalam suatu populasi. Cacah

semua individu dalam suatu populasi disebut ukuran populasi. Ukuran populasi dapat

diketahui dengan cara sensus, yaitu menemukan dan mencatat setiap individu yang ada di

daerah pengamatan (Susanto, 2000: 202).

Menurut Nelson (2007), faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor

fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut:

Suhu

Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan

organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu

tertentu.

Sinar matahari

Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu.

Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen

untuk berfotosintesis

Air

Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup

organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan

penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup

lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain,

misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk

Tanah

6

Page 7: ekologi hewan

Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan

organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur

penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.

Ketinggian

Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena

ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda

Angin

Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji

tumbuhan tertentu

Garis lintang

Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis

lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan

bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.

Penyebaran individu-individu sejenis yang membentuk populasi di dalam suatu

ekosistem mengikuti tiga pola dasar yaitu pola pola penyebaran acak. Dari tiga pola

penyebaran organisme, Kurniati menyusun lima tipe penyebaran yakni:

Seragam (uniform)

Acak (random)

Acak bergerombol/kelompok

Seragam bergerombol

Berkelompok berkumpul

Dengan mengetahui adanya kesulitan-kesulitan tersebut timbul metode-metode

penelitian populasi hewan secara tidak langsung. Untuk metode penangkapan, penandaan

kembali (CMRR) untuk hewan-hewan yang mudah ditangkap. Metode CMRR dapat dibuat

simulasi atau tiruan untuk menggantikan populasi hewan yang dimaksud. Perhitungan

estimasi besarnya populasi digunakan rumus Schumacher-Eschemeyer. Dengan teknik

pengambilan sampel yang akurat akan didapatkan besarnya populasi yang mendekati jumlah

sebenarnya (Lahay, 2010:19).

Setelah meninjau keanekaragaman yang tinggi dari spesies di daerah tropika, sekarang

kita dapat meninjau corak dari populasi. Walaupun istilah populasi itu dapat mencakup

varietas, ekosipe / kelompok lain yang mungkin saja merupakan satuan ekologi, populasi

merupakan berbagai ciri khas tambahan yang berbeda dari dan ciri lainnya yang merupakan

tambahan pada, ciri umum individunya yang membentuk kelompok itu. Diantaranya ciri yang

sama-sama dimiliki oleh populasi dan individu ialah kenyataan bahwa populasi mempunyai

7

Page 8: ekologi hewan

riwayat hidup sebagaimana tampak dari kenyataan bahwa populiasi tumbuh, mengkhususkan

dan memelihara dirinya dan bahwa populasi memiliki susunan di struktur yang pasti yang

dapat diberikan dalam hubungan yang sama seperti individu. Ciri kelompok mencakup

berbagai corak seperti angka kelahiran/ laju berbiak angka kematian, susunan kelamin/ sistem

reproduksi, struktur umur, sebaran dan stuktur social (Ewusie Y., 1990).

Pengetahuan tentang pertumbuhan dan pengaruh individu populasi merupakan dasar

untuk memahami struktur dan dinamika ekologi. Semua spesies memiliki potensi tumbuh

yang tinggi pada kondisi optimum. Jumlah kelahiran dan kematian mungkin berfluktuasi

secara luas sebagai respon terhadap pengaruh lingkungan yang berbeda, tetapi jumlah itu

mendekati seimbang dalam waktu yang lama. Interaksi spesies seperti predasi, kompetisi dan

herbivore akan mengatup naik turunnya pertumbuhan populasi. Populasi terdiri dari banyak

individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu itu tidak selalu tersebar

merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar. Pola distribusi ini

disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak, menggerombol

sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karena

lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan,

dipihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya

tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu lain dalam populasi. Contoh pertumbuhan

potensial populasi manusia yang terdiri dari banyak wanita umur 15-35 tahun adalah lebih

besar pada populasi yang terdiri dari kebanyakan laki-laki tua/anak-anak. Tingkat

pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga

mempengaruhi struktur umur dan populasi (Hadisubroto T., 1989).

Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola.

Beberapa populasi mempertahankan ukuran populasi, yang relative konstan sedangkan

populasi lain berfluktuasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu

eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang

dinamika populasi, pada hakekatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian

dalam populasi dalam upaya untuk memahami hal tersebut di alam (Naughton Mc., 1973).

2.3 Pengukuran Suatu Populasi

Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu

populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan

mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme,

atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif

terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa

8

Page 9: ekologi hewan

pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi.

Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi ialah

ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan

dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala

penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (sama dengan kerapatan

spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan

kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat. Dalam kejadian

yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu

ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapatan nisbi suatu populasi. Pengukuran

kerapatan mutlak ialah dengan cara :

1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah

makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut

semuanya.

2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi (Soetjipta, 1992).

Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode

CAPTURE-RECAPTURE. Merupakan metode yang sudah popular untuk menduga ukuran

populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia

kecil. Metoda ini ada beberapa cara yaitu:

1. Metode Linceln-Peterson

Metoda ini pada dasarnya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan

yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah di baca,

kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari

ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap. Dari dua kali hasil

penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus:

N/M = n/R atau N = (M)(n)/R

Dengan:

N = besarnya populasi total

M = jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama

n = jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua

R = Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada

penangkapan kedua

9

Page 10: ekologi hewan

Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sampel, selalu ada

kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-recapture dapat dilakukan

dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart Errror = SE nya)

SE = √(M) (n) (M-R) (n-R) : R3

Setelah diketahui SE nya dapat ditentukan selang kepercayaannya:

N = (1) (SE)

Dengan catatan, t = (df) dalam tabel distribusi tΑ (tingkat signifikasi) = 0,05

Untuk menghitung kepadatan (d) populasi pada hewan disuatu habitat tertentu (A) maka

dihitung dengan rumus :

D = N/A

2. Metode Schnabel

Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (karena sample relatif kecil),

dapat digunakan Schnabel. Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan

metode Lincoln-Peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus

konstan dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya. Pada metode ini

penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk periode setiap sampling, semua

hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi

dapat diduga dengan rumus :

N = ∑(ni Mi) / ∑Ri

Dengan catatan:

Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap periode ke I ditambah periode sebelumnya,

Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i

Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i

Karena pengambilan sample diatas akan mengurangi kesalahan sampling.

Maka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:

SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))

Dengan catatan:

K = jumlah periode sampling

Mi=Jumlah total hewan yang bertanda (Sugianto A., 1994).

10

Page 11: ekologi hewan

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Kamis, 16 April 2015

Waktu : Pukul 10.40 – 12.20 WIB

Tempat : Laboratorium Biologi, FKIP Universitas Jember

3.2 Alat dan Bahan

1. Beras Putih

2. Beras Merah

3. 1 buah toples

4. 1 buah sendok

3.3 Desain Percobaan

11

Page 12: ekologi hewan

3.4 Cara Kerja

Mengambil cuplikan yang kedua dengan cara yang sama seperti sebelumnya, apabila

terdapat sejumlah beras yang berwarna merah terambil maka dalam tabel di catat

sebagai R dan untuk beras putih yang terambil untuk kedua kalinya di catat sebagai T

Melakukan cuplikan berikutnya seperti langkah sebelumnya sampai pengulangan 10

kali

Menghitung estimasi populasi dengan menggunakan ketiga rumus yaitu Peterson,

Scnabel dan Sumacher- Eschmeyer

Menghitung jumlah kesuluruhan beras secara langsung dan mencocokkan estimasi

populasi yang dihitung menggunakan rumus dengan hasil perhitungan langsung

12

Memasukkan seluruh beras berwarna putih (kurang lebih 1500 butir) ke dalam toples

yang sudah tersedia

Mengambil sejumlah beras putih dari dalam toples menggunakan sendok plastik

Menghitung jumlah beras putih yang terambil, kemudian mengganti dengan beras

warna merah sesuai jumlah beras putih yang terambil dan memasukkan ke dalam toples

(bertujuan untuk menandai)

Page 13: ekologi hewan

13

Page 14: ekologi hewan

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

S C M T R C.M (CM)2 ∑CM M.R C.M/R01 205 0 0 0 0 0 0 0 002 142 205 117 25 29.110 847.392.100 749.498 5.125 1.164,403 143 322 116 27 46.046 2.120.234.116 749.498 8.694 1.705,4004 128 438 94 34 56.064 3.143.172.096 749.498 14.892 1.648,9405 139 532 98 41 73.948 5.468.306.704 749.498 21.812 1.803,6006 125 630 74 51 78.750 6.201.562.500 749.498 32.130 1.544,1107 139 704 66 73 97.856 9.575.796.736 749.498 51.392 1.340,4908 142 770 56 86 109.340 11.955.235.600 749.498 66.220 1.271,3909 148 826 58 90 122.248 14.944.573.504 749.498 74.340 1.358,3110 154 884 54 100 136.136 18.533.010.496 749.498 88.400 1.301,36

∑1.46

5527 749.498 72.789.283.852 363.005

S ∑R ∑CM/∑R R2/C∑ (CM )2

∑ MR=a R2 ∑ MR

a

∑ R2

C

∑ MRa

S-1

01 0 0 0 0 0 0 0 0

02 527 1.422,19 4,401 200.518,68115 6251,810330079

6144,45763397 1

03 527 1.422,19 5,097 200.518,68115 7291,810330079

6144,45763397 2

04 527 1.422,19 9,031 200.518,68115 1.1561,810330079

6144,45763397 3

05 527 1.422,19 12,093 200.518,68115 1.6811,810330079

6144,45763397 4

06 527 1.422,19 20,808 200.518,68115 2.6011,810330079

6144,45763397 5

07 527 1.422,19 38,338 200.518,68115 5.3291,810330079

6144,45763397 6

08 527 1.422,19 52,084 200.518,68115 7.3961,810330079

6144,45763397 7

09 527 1.422,19 54,729 200.518,68115 8.1001,810330079

6144,45763397 8

14

Page 15: ekologi hewan

10 527 1.422,19 64,935 200.518,68115 10.0001,810330079

6144,45763397 9

∑ 261,516

15

Page 16: ekologi hewan

S1

S−1

Varian (b)=

1S−1

x∑ R2

C

∑ MRa

a3 standart error=¿¿

01 0 0 0 0

02 1 144,45763397 8,062403296 x 1015 3,20842882 x 1012

03 0,5 72,228816985 8,062403296 x 1015 1,604214411 x 1012

04 0,3 48,1525446559 8,062403296 x 1015 1,069476273 x 1012

05 0,25 67,65647482 8,062403296 x 1015 1,5026613 x 1015

06 0,2 28,89152679 8,062403296 x 1015 6,416857642 x 1011

07 0,166 23,97996724 8,062403296 x 1015 5,325991843 x 1011

08 0,142 20,51298402 8,062403296 x 1015 4,555968925 x 1011

09 0,125 18,05720425 8,062403296 x 1015 4,010536027 x 1011

10 0,111 15,89033974 8,062403296 x 1015 3,529271204 x 1011

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai estimasi besarnya

populasi secara simulasi dengan metode Capture-mark-release-recapture. Percobaan

ini dilakukan bertujuan untuk menerapkan metode Capture-mark-release-recapture

untuk memperkirakan populasi beras dan membandingkan hasil estimasi dari 3

rumus Peterson, Schnabel, dan Eschmeyer-Sumacher. Estimasi populasi adalah

suatu metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan suatu

populasi. Pada praktikum estimasi populasi ini dilakukan dengan menggunakan

metode CMRR (Capture Mark Release Recapture). Secara sederhana Capture-

Mark-Release-Recapture adalah menangkap, menandai, melepaskan, dan

menangkap kembali. Metode CMRR dilakukan dengan cara menangkap individu

(dalam hal ini dimisalkan beras) di dalam botol secara acak, menandainya

(mengganti dengan beras merah), dan mengembalikannya. Hasil dari pengambilan

16

Page 17: ekologi hewan

tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil estimasi rumus Peterson, Schnabel

dan Eschmeyer-Sumacher.

Metode Capture-mark-capture-recapture, merupakan metode populer yang

digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak

cepat. Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu

populasi hewan yang akan dipelajari. Kemudian individu yang tertangkap itu diberi

tanda dengan tanda yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan

kembali dan kemudian dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua terhadap

sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu

diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama

dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Capture-Mark-

Release-Recapture secara sederhana adalah menangkap, menandai, melepaskan, dan

menangkap kembali.

Adapun langkah kerjanya sebagai berikut: pertama mengambil segenggam

beras berwarna putih dan memilih beras yang utuh kemudian menghitung

jumlahnya. Setelah itu dimasukan ke dalam toples dan mengocoknya supaya

homogen. Mengambil 1 sendok beras dalam toples dengan asumsi bahwa

pengambilan ini dilakukan secara acak (random) dan menghitungnya. Mengganti

beras yang telah terambil pertama dengan menggunakan beras merah dengan jumlah

yang sama (sebagai simulasi hewan yang ditandai). Kemudian mengocok toples

dengan tujuan supaya beras merah dan beras putih tercampur secara homogen

(populasinya sama). Langkah selanjutnya yaitu mengambil cuplikan yang kedua

dengan menggunakan cara yang sama, dan apabila terdapat sejumlah beras putih

yang lain (beras merah) maka dicatat sebagai M atau dalam tabel di tulis R.

Sedangkan cacah atau jumlah putih yang tertangkap kedua dicatat sebagai T.

Kemudian melakukan cuplikan berikutnya seperti langkah-langkah yang telah

dilakukan sebelumnya sampai 10 kali pengulangan. Setiap pengambilan pertama

sampai pengambilan ke 10 hasilnya di catat dalam tabel pengamatan, baik itu

jumlah beras merah yang terambil maupun jumlah beras putih yang terambil.

Setalah semua data dimasukan kemudian dilakukan perhitungan dengan

menggunakan rumus Peterson, Schnabel dan Eschmeyer-Sumacher. Dalam

17

Page 18: ekologi hewan

praktikum kali ini, praktikan melakukan simulasi sebanyak 10x tahap pengambilan

beras untuk melakukan simulasi estimasi besarnya populasi hewan.

Dalam praktikum ini simulasi dilakukan sebanyak 10x bertujuan untuk

mengurangi kesalahan sampling. Menurut literatur, data yang representatif sangat

ditentukan oleh ukuran sampel. Semakin besar ukuran atau jumlah sampel , maka

semakin representatif sampel tersebut. Semakin representatif suatu sampel akan

semakin akurat kesimpulan yang dihasilkan.

Kelompok 8 tidak melakukan perhitungan secara manual pada akhir

pengambilan sampel populasi sehingga tidak diperoleh hasil manual berapa jumlah

beras putih dan beras merahnya. Namun perhitungan dilakukan sebelum beras

ditandai yaitu sebanyak 1550 beras atau 1550 individu dalam populasi tersebut.

Sementara untuk perhitungan dengan menggunakan ketiga rumus tersebut (Peterson,

Schnabel, dan Schumacher & Eschmeyer), dapat diketahui bahwa pada perhitungan

dengan menggunakan rumus Peterson diperoleh hasil sebesar 1.313,8 sedangkan

untuk rumus Schnabel diperoleh hasil sebesar 1.422,19 dan untuk Schumacher &

Eschumeyer didapatkan hasil sebesar 200.518,68115. Dari perhitungan kelompok

kami menurut ketiga rumus tersebut, hasil yang paling mendekati adalah dengan

menggunakan perhitungan rumus Schnabel yaitu sebesar 1.422,19 karena jumlah

tersebut mendekati jumlah keseluruhan beras adalah 1.550. Namun praktikan tidak

menghitung berapa jumlah beras merah dan berapa jumlah beras putih sehingga

tidak dapat membandingkan hasil perhitungan manual dengan perhitungan dengan

rumus.

Total beras dalam toples = 1.550 butir

Hasil rumus Peterson (CM/R) = 13.138/10= 1.313,8

Hasil rumus Schanabel (ΣCM/ΣR) = 1.422,19

Hasil rumus Schumacher-Eshmayer (Σ(CM)2/ΣMR) = 200.518,68115

Simulasi yang dilakukan dengan perhitungan atau estimasi pengambilan

sampel sebanyak 10x, untuk perhitungan dengan rumus Schnabel menggunakan

perhitungan terhadap seluruh cuplikan sama seperti estimasi yang dilakukan secara

manual, sehingga nilai perhitungan beras dalam toples secara manual mendekati

hasil perhitungan dari Schnabel. Sedangkan Peterson hanya menggunakan dua kali

18

Page 19: ekologi hewan

cuplikan terhadap sampel (banyaknya populasi yang ditandai dan dilepaskan

kembali dalam setiap cuplikan).

Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa metode Schnabel lebih

akurat bila dibandingkan dengan metode Peterson. Menurut literatur, metode

Schnabel dapat digunakan untuk memperbaiki keakuratan dari metode Peterson,

karena pada metode Peterson sampel yang digunakan relatif lebih kecil. Pada

metode Schnabel selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson

juga dapat ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari

satu periode sampling dengan periode yang berikutnya. Sedangkan untuk rumus

Schumacer dan Eschmeyer hasilnya terlalu jauh dengan jumlah keseluruhan beras

sehingga variasi perhitungannya kurang akurat.

Berdasarkan literature, Model Peterson dapat dilakukan dengan menangkap

sejumlah individu dari sejumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang

ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang

singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan (Penangkapan ke-2 terhadap sejumlah

individu dari populasi yang sama). Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi

individu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang

tidak bertanda dari hasil penangkapan ke dua. Metode Schnabel dapat digunakan

untuk mengurangi ketidakvalidan dalam metode Peterson. Metode ini membutuhkan

asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa

ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode

berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan

dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan (hampir

semua) yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali.

Berdasarkan rumus Peterson dapat di lihat, bahwasanya cacah atau jumlah

beras didalam simulasi populasi beras putih dipengaruhi oleh beberapa faktor atau

variabel, yaitu cacah beras dalam sampel, cacah beras yang ditandai setelah

diambil untuk dikembalikan dalam toples dan cacah beras yang ditandai yang

terambil kembali dalam ambilan cuplikan berikutnya. Sementara metode Schnabel

memang lebih akurat, karena metode Schnabel merupakan salah satu modifikasi dari

metode Peterson. Metode Schnabel lebih akurat karena telah didasarkan asumsi

19

Page 20: ekologi hewan

bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode

yang berikutnya. Sedangkan untuk rumus dari Schumacher dan Ecschmayer

merupakan variasi perhitungan yang lebih akurat lagi namun hasilnya terlalu jauh

dari hasil perhitungan manual.

1. Metode Peterson

N=M.nR

Keterangan:N = Jumlah beras putih yang terdapat dalam toples

M =Jumlah beras putih yang terambil pada pengambilan pertama dan ditandai

N =Jumlah beras yang terambil pada pengambilan kedua, terdiri atas beras

yang berwarna hitam (tidak bertanda) dan beras yang berwarna putih

(bertanda) hasil pengambilan kedua

R = Jumlah beras putih (yang bertanda) dari pengambilan pertama yang

terambil kembali pada pengambilan kedua

2. Metode Schnabel

N=∑(ni x Mi)/∑Ri

Dengan catatan:

Mi = jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode

sebelumnya,

Ni = jumlah hewan yang tertangkap pada periode i

Ri = jumlah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i

3. Metode Schumacher dan Ecschmayer

∑ (CM )2

∑ MR=a

Dalam praktikum ini, menunjukkan adanya kesalahan dimana dapat dilihat

dari nilai varian dan standart deviasi dalam perhitungan. Untuk nilai varian (b) yang

diperoleh pada penangkapan kedua yaitu 144,45763397 sedangkan semakin banyak

pengulangan variannya semakin berkurang menjadi 15,89033974 pada pengulangan

atau penangkapan ke 10. Sedangkan nilai untuk standart error dari hasil

penangkapan kedua yaitu ini sebesar 3,20842882 x 1012 dan standart errornya

semakin menurun pada pengulangan ke 10 yaitu 3,529271204 x 1011. Semakin besar

20

Page 21: ekologi hewan

nilai varian (b) dari perhitungan rumus, maka semakin besar pula resiko error

kesalahannya. Varian disini berfungsi untuk membagi secara acak data kedalam

proses pengambilan dalam satu set waktu yang berbeda. Sehingga dengan adanya

varian maka hasil yang diperoleh dari setiap data hasil perhitungan 3 rumus yaitu

Peterson, Schnabel, serta Schumacher dan Eschmeyer akan menghasilkan hasil yang

berbeda.

Berdasarkan perhitungan atau estimasi yang dilakukan, menunjukkan standar

error yang sangat besar, hal ini berarti bahwa tingkat kesalahan yang terjadi dalam

praktikum ini cukup besar. Adapun beberapa faktor kesalahan atau kekurangan

dalam praktikum ini antara lain sebagi berikut:

1. Kesalahan praktikan dalam menghitung jumlah sampel ataupun dalam teknik

pengambilan cuplikan sampel disetiap tahap pengambilan cuplikan

2. Jumlah setiap cuplikan tidak konstan atau variasinya sangat besar

3. Kekurang telitian dalam melakukan perhitungan atau estimasi dari data

praktikum menggunakan rumus-rumus (Peterson, Schnabel, serta Schumacher

dan Eschmeyer).

21

Page 22: ekologi hewan

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Metode Capture-mark-release-recapture merupakan metode

yang digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang

bergerak cepat dengan cara menangkap, menandai, melepaskan, dan menangkap

kembali. Dari estimasi besarnya populasi yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa pada perhitungan dengan menggunakan rumus Peterson diperoleh hasil

sebesar 1.313,8 sedangkan untuk rumus Schnabel diperoleh hasil sebesar 1.422,19

dan untuk Schumacher & Eschumeyer didapatkan hasil sebesar 200.518,68115. Dari

ketiga rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa yang kebenarannya paling mendekati

adalah dengan menggunakan perhitungan rumus Schnabel yaitu sebesar 1.422,19

karena jumlah tersebut mendekati jumlah keseluruhan beras adalah 1.550.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam menghitung jumlah sampel ataupun

dalam teknik pengambilan cuplikan sampel agar tidak terjadi kesalahan pada hasil

percobaan. Selain itu praktikan juga harus lebih teliti dalam melakukan perhitungan

atau estimasi dengan menggunakan rumus Peterson, Schnabel, serta Schumacher-

Eschmeyer sehingga data yang dihasilkan lebih akurat.

22

Page 23: ekologi hewan

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga

Dharmawan, Agus. 2004. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang.Ewusie,Yanney. 1990. Ekologi Tropika. Bandung : ITB Press

Hadisubroto,Tisno.1989. Ekologi Dasar. Jakarta : DeptDikBud

Hidayat, Otang. 2004. Dasar-Dasar Entomologi. Makassar : Universitas Pendidikan Nasional

Lahay, Jutje. 2010. Penuntun Praktikum Ekologi Hewan . Makassar : Universitas Negeri Makassar

Naughhton.1973. Ekologi Umum Edisi Ke 2. Yogyakarta : UGM Press

Nuralim. 2012. Pendugaan ukuran populasi Astacus leptodactylus (Decapoda: Astacidae) menggunakan teknik mark-recapture. Ringkasan Jurnal

Nurhayati. 2008. Studi Perbandingan Metode Sampling Antara Simple Random dengan Stratified Random. Jurnal Basis Data vol 3 (1) : 18-32.

Rachaman, Ronny. 1996. Genetika Ternak. Penebar Swadaya : Jakarta

Soegianto, Agus. 1994. Ekologi Kwantatif. Surabaya : Usaha Nasional

Soetjipta.1992. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Jakrata : DeptDikBud DIKTI

Suin, Nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Bumi Aksara\

Susanto, Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah.

23

Page 24: ekologi hewan

Williamson. 2011. Panduan Survei dan Pemantuan Populasi Kera Besar. Switzerland: IUCN

24