eklampsia pada kehamilan dan penatalaksanaanya

Upload: mariane-devi

Post on 09-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

medical

TRANSCRIPT

Eklampsia pada Kehamilan dan Penatalaksanaanya

Disusun olehKelompok A2NAMANIMJABATAN

Ervin Juliet L (102009078)ANGGOTA

Mariane Devi(102011023)SEKERTARIS MAKALAH

Christian Adiputra Wijaya (102011045)KETUA

Caecilia Yunita Putry Pawe (102011116)ANGGOTA

Samuel Theodorus Sutanto(102011255)ANGGOTA

Azaria Sabrina (102011256)ANGGOTA

Alda Olivia Patadungan(102011357)ANGGOTA

Abraham Bayu (102011441)SEKERTARIS PAPAN

Mahasiswa Fakultas KedokteranUniversitas Krida WacanaJl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-56317312014

PendahuluanHipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. hal ini disebabkan oleh etiologi yang tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medic dan sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik di pusat maupun di daerah.1Penyakit hipertensi meningkatkan risiko infark miokard, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit ginjal dan penyakit vascular perifer.2Penyakit hipertensi selama kehamilan merupakan penyebab utama kematian ibu di Indonesia yang terkait dengan 27% penyebab obstetric langsung dan 22% dari semua kematian ibu.3Ibu hamil yang menderita hipertensi cenderung mempunyai insidens yang tinggi untuk terjadinya eklampsia, abrutio plasenta, persalinan preterm, disseminated intravascular coagulation (DIC), pendarahan, pulmonary edema, insufisiensi renal, stroke dan kematian.4Penyakit hipertensif mempersulit 5 hingga 10 persen kehamilan; bersama perdarahan dan infeksi, mereka membentuk suatu trias yang mematikan, yang berperan besar dalam anga kesakitan serta kematian ibu. 2

Pembahasan Anamnesis Umum Obstetri1. Identitas Nama Alamat Telp Umur2. Lama menikah 3. Jumlah anak 4. Pertanyaan tentang persalinan sebelumnya Persalinan, spontan, aterm, dan lahir hidup sangat ideal Riwayat abortus dan persalinan prematuritas Persalinan dengan tindakan operasi transvaginal Persalinan dengan seksio sesarea Persalinan letak sungsang5. Pertanyaan tentang kehamilan saat ini Tanggal menstruasi terakhir Masih ada/ tidaknya gejala mual dan muntah pada kehamilan muda Pertama kali merasakan gerakan janin Hamil tua: ada atau tidaknya pembengkakan kaki atau muka pada hamil tua Ada atau tidaknya: sakit kepala, nyeri kepala, mata kabur Ada atau tidaknya perdarahan: hamil muda, hamil tua Ada atau tidaknya nyeri pinggang Nyeri/ kontraksi pada perut Interval kontraksi perut Kehamilannya saat ini termasuk: primigravida, multigravida 6. Pertanyaan tentang menstruasi : Umur menarche Pola menstruasinya Lama menstruasi Sifat darah Disertai atau tidak dengan dismenore Tanggal menstruasi terakhir Pemeriksaan Fisik Obstetri Umum 1. Kesadaran umum 2. Kesadaran gizi Hubungan antara tinggi badan/ berat badan seimbang3. Kulit/mukosa Ikterus4. Jantung/paru Dispnoe Sianosis 5. Edema (dapat terjadi pada muka, kaki, dan tangan )6. Refleks (refleks lutut paling penting) 7. Tekanan darah (kenaikan tidak boleh lebih dari 30 sistolik atau 15 mmHg pada diastolik)8. Berat badan 9. Inspeksi Muka, leher, mamae, perut, vulva, tungkai Pemeriksaan Penunjang Obstetri UmumPemeriksaan laboratorium: 1. Glukosa dalam urin (hanya terdapat pada DMG, pada akhir kehamilan mungkin terdapat laktosa) 2. Protein urin (normal tetap ada tetapi dalam jumlah kecil. Meningkat pada preeklampsia, penyakit jantung, nefritis, sistitis) 3. Sedimen urin dengan bakteri positif (terdapat pada nefritis asimptomatik) 4. Pemeriksaan darah ( Rutin, TORCH, HIV, Hepatitis B, Rhesus, VRDL, Infeksi menular seksual, feses rutin) Pembahasan Skenario 1 Ny. SP 18 tahun, primigravida dibawa secara tergesa-gesa oleh suaminya ke UGD karena kejang-kejang. Haid terakhir tanggal 25 September 2013. Selama hamil tidak pernah memeriksakan diri ke bidan maupun dokter. Pasien tidak sadar. TD 180/120 mmHg. N72 x/ menit. Bengkak dikaki, perut, dan muka. Fundus uteri setinggi 3 jari dibawah prosc. Xypoideus, anak letak kepala, puki. Denyut jantung anak 132/m teratur.

Working Diagnosis : Eklampsia Different Diagnosis : epilepsi, ensefalitis, meningitis, tumor otak, rupturnya aneurisma otak.

Definisi dan Klasifikasi Hipertensi Tabel 1 menunjukkan kategori klasifikasi pada penyakit hipertensi. Pada perempuan dengan pre-hipertensi, diagnosa awal sangat diperlukan karena dapat meningkatkan risiko berkembangnya penyakit hipertensi pada masa depan.2Tabel 1. Klasifikasi penyakit hipertensi.2Klasifikasi SBP (mmHg)DBP (mmHg)

Normal 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distress napas Magnesium Sulfat dihentikan bila: Ada tanda-tanda intoksikasi Setelah 24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir. Dosis Terapeutik dan toksis MgSO4Dosis terapeutik4-7 mEq/liter4,8-8,4 mg/dlHilangnya reflex tendon10 mEq/liter12 mg/dlTerhentinya pernapasan15 mEq/liter18 mg/dlTerhentinya Jantung>30 mEq/liter>36 mg/dlPemberian Magnesium Sulfat dapat menurunkan risiko kematian ibu dan didapatkan 50% dari pemberiannya menimbulkan efek flushes (rasa panas)Bila terjadi refrakter terhadap MgSO4, maka diberikan salah satu obat berikut : thiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam, atau fenitoin. Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru, payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai adalah Furosemid. Pemberian diuretikum dapat merugikan, yaitu memperberat hipovolemia, memperburuk perfusi uteroplasenta, meningkatkan hemokonsentrasi, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan berat janin.1 Pemberian antihipertensiMasih banyak pendapat dari beberapa Negara tentang penentuan batas (cut off) tekanan darah, untuk pemberian antihipertensi.Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yaitu penurunan awal 25% dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai < 160/105 atau MAP < 125. Jenis antihipertensi yang diberikan sangat bervariasi dan belum ada antihipertensi yang terbaik untuk pengobatan hipertensi dalam kehamilan.Namun yang harus dihindari secara mutlak sebagai antihipertensi ialah diazokside, ketanserin, nimodipin dan magnesium sulfat. Antihipertensi lini pertamaNifedipinDosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam. Antihipertensi lini keduaSodium nitropusside: 0,25 g iv/kg/menit, infuse ditingkatkan 0,25 g iv/kg/5 menit.Diazokside: 20-60 mg iv/5 menit atau iv. Infuse 10 mg/menit/ dititrasi.Jenis antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah :Nifedipin Dosis awal: 10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg/24 jam.Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan peroral. GlukokortikoidPemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu. Di berikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2 x 24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP.1Sikap Terhadap KehamilannyaDitinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeclampsia berat selama perawatan, maka sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi :1. Aktif (aggressive management): berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.2. Konservatif (ekspektatif): berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa. Perawatan Aktif (agresif) : sambil memberi pengobatan, kehamilan diakhiri Indikasi perawatan aktif ialah bila didapatkan satu/lebih keadaan dibawah ini: Ibu Umur kehamilan 37 minggu. Lockwood dan Paidas mengambil batasan umur kehamilan > 37 minggu untuk preeclampsia ringan dan batasan 37 minggu untuk preeclampsia berat. Adanya tanda-tanda/ gejala-gejala Impending Eclampsia Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu: keadaan klinik dan laboratorik memburuk Diduga terjadi solution plasenta Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan. Janin Adanya tanda-tanda fetal distress Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR) NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal Terjadinya oligohidramnion Laboratorik Adanya tanda-tanda Sindroma HELLP khususnya menurunnya trombosit dengan cepat. Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan berdasar keadaan obsterik pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum.1 Perawatan konservatifIndikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik.Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada pengelolaan secra aktif. Pada perawatan konservatif preeclampsia, loading dose MgSO4 tidak diberikan secara iv cukup i.m saja. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri.Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeclampsia ringan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi. Penderita boleh dipulangkan bila penderita kembali ke gejala-gejala atau tanda-tanda preeclampsia ringan. Penyulit ibu Sistem saraf pusat Perdarahan intracranial, thrombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati, edema serebri, edema retina, macular atau retina detachment dan kebutaan korteks. Gastrointestinal-hepatik: subkapsular hematoma hepar, rupture kapsul hepar Ginjal : gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut Hematologik: DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, depresi atau henti napas, kardiak arrest, iskemia miokardium. Lain-lain: asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendalikan.1 Penyulit janin Intrauterine Fetal Growth Restriction (IUGR) Solutio plasenta Prematuritas Sindroma distress napas Kematian janin intrauterine Kematian neonatal Perdarahan intraventrikular Nocrotizing enterocolitis Sepsis Cerebral Palsy.1EklampsiaDefinisiEklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24-48 jam pertama setelah persalinan. Pada penderita eklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala atau tanda-tanda yang khas , yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang. Preeklampsia disertai tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau imminent eclampsia.1Menurut Williams Obstetric, eklampsia berarti oset terjadinya kejang pada wanita hamil pre-eklampsia yang bukan karena penyebab lain. 2

Diagnosa bandingKejang pada eklampsia harus dipikirkan kejang akibat penyakit lain. Diagnosis banding amat penting, misalnya pendarahan otak, hipertensi, lesi otak, kelainan metabolic, meningitis, epilepsy iatrogenic. Eklampsia selalu didahului dengan pre-eklampsia.1

Gambaran klinis dari kejang eklampsia Fase pramonitoris : kedutan-kedutan padaotot kecil, otot wajah dan memutarnya bola mata. Fase tonik: otot-otot sadar masuk ke dalam keadaan kontraksi tetanik termasuk otot-otot interkostal dan diafragma dengan pernafasan yang tidak memadai serta sianosis. Fase klonik : otot secara kuat berkontraksi dan berelaksasi. Kontraksi dapat bertahan selama satu menit. Bersifat kuat dan lidah dapat tergigit jika tidak dilindungi. Koma: terjadi bersamaan dengan respirasi dangkal yang cepat dan kelelahan yang jelas. Setelah koma : pasien dapat mengalami kejang lain atau tersadar kembali.3InsidensInsidens eklampsia sudah semakin berkurang dengan adanya program ANC yang adekuat. Pada negara maju, insidens terjadinya eklampsia berkisar sekitar 1 dalam 2000 kelahiran. 2

EtiopathogenesisTerdapat teori yang mengatakan bahwa terjadinya eklampsia pada ibu hamil karena: Terpapar dengan chorionic villi untuk pertama kalinya. Terpapar dengan chorionic villi dalam jumlah yang banyak, contohnya seperti kasus kembar atau mola hidatidosa. Riwayat penyakit ginjal dan kardiovaskular sebelumnya. Secara genetik, memicu pada hipertensi semasa hamil. 2

Penanganan:Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat.1Pengobatan Medikamentosa Obat antikejang pilihan utama adalah magnesium sulfat. Bila masih sukar diatasi, dapat juga thiopental dan diazepam(alternative pilihan). Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai monitor plasma elektrolit. Obat antihipertensi perlu dipersiapkan dan diberikan atas indikasi. Pemberian magnesium sulfat terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ penting,; memperbaiki asidosis, mempertahankan ventilasi paru-paru, mengatur TD, mencegah dekompensasi kordis.1 Perawatan pada waktu kejang, tujuan utama adalah mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut. Dirawat di kamar isolasi cukup terang, agar bila terjadi sianosis segera diketahui. Penderita dibaringkan di tempat tidur yang lebar, dengan rail tempat tidur dipasang dan dikunci dengan kuat. Dimasukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan coba melepaskan sudap lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala direndahkan dan daerah di orofaring diisap.fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendur, untuk menghindari fraktur. Bila penderita selesai kejang, diberikan oksigen segera. Perawatan koma, diingatkan bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau mempertahankan diri terhadap suhu yang ekstrem, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena hilangnya reflex muntah. Bahaya terbesar ialah terbuntunya jalan napas atas. Setiap penderita eklampsia yang jatuh koma harus dianggap bahwa jalan napas atas terbuntu, kecuali dibuktikan lain.Cara sederhana untuk membuka jalan napas atas, adalah dengan maneuver head tilt-neck lift, yaitu kepala direndahkan dan leher diekstensikan ke posis ke belakang atau head tilt-chain lif, dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas, atau jaw thrust, yaitu mandibula kiri kanan diekstensikan ke atas sambil mengangkat kepala ke belakang. Selanjutnya dengan pemasangan oropharyngeal airway. Diingatkan bahwa hilangnya reflex muntah, sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar. Lambung ibu hamil harus selalu dianggap penuh. Oleh itu, rongga mulut dan tenggorokkan, baik lender maupun makanan harus segera diisap. 1Pengobatan obstetric:Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan janin. Persalinan diakhiri saat pemulihan hemodinamika dan stabilisasi ibu.1Prognosis:Segera setelah persalinan berakhir, perubahan patofisiologik akan mengalami perbaikan. Diuresis terjadi setelah 12 jam kemudian setelah persalinan. Hal ini merupakan tanda prognosis yang baik. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian.Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu dengan hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eklampsia adalah buruk. Seringkali janin mati intrauterine atau mati pada fase neonatal. 1Daftar Pustaka

1. Muh. Dikman Angsar. Hipertensi dalam kehamilan. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011;4:530-60.2. Cunningham FG dkk. Pregnancy Hipertension dalam: William Obstetrics. McGraw Hill Publisher. 2010;23:Chapter 34.3. Gulardi Wiknjosastro. Asuhan Obstetri Essensial:Protokol Bagi Tenaga Kesehatan (Dokter,bidan dan perawat). Ikata Dokter Anak Indonesia. 2008;1:187-99..4. E Albert Reece, John C Hobbins. Hipertensive Diseases In Pregnancy. Clinical Obstetric The Fetus and Mother. Blackwell Publisher. 2007;3:683-95.5. Tamara L Callahan, Aaron B. Coughey. Hipertension and Pregnancy.; Blueprints Obstetrics and Gynaecology. LippincottWilliams & Wilkins Publisher. 2013;6:143-53.6. Alan H. DeCherney, Lauren Nathan, T. Murphy Goodwin, Neri Laufer. Hypertension in Pregnancy; Current Diagnosis and Treatments in Obstetric and Gynaecology. McGraw Hill Publisher. 2012;11:Chapter 19.7. D. Keith Edmonds. Hypertensive Disorder. Dewhursts Textbook of Obstetrics and Gynaecology. Blackwell Publisher. 2007;7:227-34.

23