efisiensi penentuan harga pokok produksi berdasarkan sistem activity based costing dibandingkan...

90
EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademik dan Melengkapi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Oleh Christian Oktomi Adiguna 2010420007 PROGRAM SARJANA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2015

Upload: uofaunsada

Post on 16-Apr-2017

938 views

Category:

Data & Analytics


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI

BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING

DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

PADA BATIK SOLO KARAWANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademik dan Melengkapi Sebagian Dari

Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Oleh

Christian Oktomi Adiguna

2010420007

PROGRAM SARJANA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DARMA PERSADA

JAKARTA 2015

Page 2: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Christian Oktomi Adiguna

No. Pokok : 2010420007

Jurusan/Perminatan : Akuntansi/Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul EFISIENSI

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM

ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM

KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG yang dibimbing oleh

Bapak Drs, Boedi Setyo Hartono, Ak, MM adalah benar merupakan hasil karya

sendiri dan bukan merupakan jiplakan maupun mengcopy sebagian dari hasil

karya orang lain.

Apabila dikemudian hari ternyata diketemukan ketidaksesuaian dengan

pernyataan ini, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya di Jakarta pada tanggal

29 Agustus 2015.

Yang menyatakan,

Christian Oktomi Adiguna

Page 3: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Christian Oktomi Adiguna

No. Pokok : 2010420007

Jurusan : Akuntansi

Perminatan : Keuangan

JudulSkripsi : EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI

BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING

DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

PADA BATIK SOLO KARAWANG

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan disajikan dalam sidang Ujian

Skripsi Sarjana tanggal ……………………

Jakarta, 29 Agustus 2014

Mengetahui, Pembimbing 1,

Ketua Jurusan Akuntansi

(Ahmad Basid Hasibuan,SE,M.Si) (Drs, Boedi Setyo Hartono, Ak,MM)

Page 4: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Christian Oktomi Adiguna

No.Pokok : 2010420007

Jurusan/Perminatan : Akuntansi/Keuangan

JudulSkripsi : EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK

PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY

BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN

SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO

KARAWANG

Telah diperiksa, dikaji dan diujikan dalam sidang Ujian Skripsi Sarjana tanggal

……………….. dengan hasil ................

Jakarta, ……………….

Ketua Jurusan Akuntansi

(Ahmad Basid Hasibuan, SE,M.Si)

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

No. Nama Penguji Jabatan Penguji Tanda Tangan

1. Drs. Boedi Setyo Hartono, Ak,MM. Ketua Penguji

2. Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si. Anggota Penguji

3. Dra. Sri Ari Wahyuningsih, MM. Anggota Penguji

Dekan Fakultas Ekonomi

(Sukardi H. Sentono, SE, MM)

Page 5: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

iv

ABSTRACT

NIM : 2010420007, JUDUL : EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK

PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING

DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK

SOLO KARAWANG.

JUMLAH HAL : 75 Halaman

Kata Kunci : Biaya Bahan Baku (BBB), Biaya Tenaga Kerja (BTK), Biaya

Overhead Pabrik (BOP)

Objek penelitian ini adalah biaya yang menjadi fokus dari aktivitas dalam

Usaha Batik Solo Karawang untuk menentukan alokasi biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produk. Jenis

penelitian yang digunakan adalah kualitatif berdasarkan explanatory research,

yaitu penelitian yang tujuannya untuk mengungkapkan atau menjelaskan secara

mendalam tentang variable tertentu dan penelitian ini bersifat deskriptif.

Hasil penelitian adalah harga pokok produksi di kedua barang menunjukan

hasil yang sama, dengan menggunakan metode full costing pengeluaran

perusahaan lebih besar dari pada dengan metode activity based costing.

Pendekatan sistem activity based costing untuk menentukan harga pokok

produksi kain batik tulis dan batik cap sudah sesuai karena pembagian biaya

sudah jelas berdasarkan pemicu biaya dan sumber daya yang dikonsumsi masing-

masing produk.

Page 6: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala anugerah dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada peneliti, baik

berupa kesehatan fisik dan mental sehingga penelitian dapat menyelesaikan

skripsi ini, yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi jurusan akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Darma

Persada Jakarta.

Skripsi ini berjudul "EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK

PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING

DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK

SOLO KARAWANG" yang disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan program pendidikan Strata Satu (S1) di Fakultas Ekonomi Jurusan

Akuntansi di Universitas Darma Persada.

Dalam penyusunan skripsi ini, penelitian mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini terwujud. Dengan

kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis, papa dan mama tercinta yang tak pernah putus

mengucap doa dan memberi semangat serta motivasi kepada penulis selama

kuliah di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Darma Persada.

Terima kasih untuk waktu, tenaga dan semua yang telah dikorbankan untuk

ananda..

2. Bapak Drs, Boedi Setyo Hartono, Ak.,MM. selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan saran, nasihat, dukungan dan motivasi yang membangun

Page 7: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

vi

3. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada yang telah

memberikan pemahaman dan ilmu yang bermanfaat selama masa

perkuliahan. Staf dan Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Darma

Persada, yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah memberikan balasan yang sesuai atas

segala kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari berbagai pihak.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan

bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi peneliti sendiri maupun bagi pihak

lain yang membutuhkan.

Jakarta, Agustus 2015

Christian Oktomi Adiguna

Page 8: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Harga Pokok Produksi ............................................................................. 7

1 Pengertian Harga Pokok Produksi ...................................................... 7

2 Manfaat Harga Pokok Produksi ......................................................... 7

3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi .................................... 9

4 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi ................................................ 11

5 Penetuan Biaya Produksi................................................................... 13

a. Sistem Variabel Costing ................................................................ 13

Page 9: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

viii

b. Sistem Activity Based Costing ...................................................... 14

c. Sistem Konvensional ..................................................................... 15

6 Perbandingan Sistem Konvensional Dengan Sistem Activity Based

Costing .............................................................................................. 23

2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ................................................................................................. 34

3.2 Subjek Penelitian ................................................................................................ 34

3.3 Jenis Penelitian .................................................................................................. 34

3.4 Variabel Penelitian .................................................................................. 35

3.5 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Harga Pokok Produksi dengan SistemActivity Based Costing

(ABC) pada Produk Batik Lukis ............................................................. 38

4.2 Harga Pokok Produksi Batik Lukis dengan Sistem Konvensional ......... 49

4.3 Perbandingan Harga Pokok Produksi Batik Lukis Menggunakan Sistem

Activity Based Costing dengan Sistem Konvensional ............................. 50

4.4 Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Activity Based Costing

(ABC) pada Produk Batik Cap ................................................................ 53

4.5 Harga Pokok Produksi Batik Cap dengan Sistem Konvensional ............ 64

4.6 Perbandingan Harga Pokok Produksi Batik Cap Menggunakan Sistem

Activity Based Costing dengan Sistem Konvensional ............................. 65

4.7 Perbandingan Harga Pokok Produksi Batik Solo Karawang Menggunakan

Page 10: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

ix

Sistem Activity Based Costing dengan SistemKonvensional .................. 68

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 70

5.2 Saran ........................................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 72

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 73

Page 11: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan penentuan harga pokok produksi dengan sistem konvensional

dan sistem Sistem Activity Based Costing .................................................................... 26

Tabel 4.1Biaya Bahan Baku ................................................................................ 39

Tabel 4.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung ............................................................ 40

Tabel 4.3 Biaya Overhead Pabrik ....................................................................... 41

Tabel 4.4 Biaya Kelompok Sejenis ..................................................................... 43

Tabel 4.5 Alokasi Biaya Aktivitas Pemeliharaan ............................................... 45

Tabel 4.6 Alokasi Biaya Aktivitas Pembuatan Pola ........................................... 46

Tabel 4.7 Alokasi Biaya Aktivitas Pewarnaan .................................................... 47

Tabel 4.8 Alokasi Biaya Aktivitas Lorot ............................................................ 47

Tabel 4.9 Alokasi Biaya Aktivitas Packaging..................................................... 48

Tabel 4.10 Biaya Overhead yang Dialokasikan ................................................. 48

Tabel 4.11 Penentuan Harga Pokok Produksi Batik Tulis berdasarkan Sistem

Activity Based Costing ........................................................................................ 48

Tabel 4.12 Penentuan Tarif BOP Sistem Konvensional .................................... 49

Tabel 4.13 Penentuan HPP Batik Tulis Berdasarkan Sistem Konvensional ....... 50

Tabel 4.14 Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Sistem ABC dengan

Sistem Konvensional ........................................................................................... 51

Tabel 4.15 Biaya Bahan Baku ............................................................................ 54

Tabel 4.16 Biaya Tenaga Kerja Langsung .......................................................... 55

Tabel 4.17 Biaya Overhead Pabrik ..................................................................... 56

Tabel 4.18 Biaya Kelompok sejenis.................................................................... 58

Page 12: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

xi

Tabel 4.19 Alokasi Biaya Aktivitas Pemeliharaan ............................................. 60

Tabel 4.20 Alokasi Biaya Aktivitas Pembuatan Pola ........................................ 61

Tabel 4.21 Alokasi Biaya Aktivitas Pewarnaan ................................................. 62

Tabel 4.22 Alokasi Biaya Aktivitas Lorot .......................................................... 62

Tabel 4.23 Alokasi Biaya Aktivitas Pakaging .................................................... 63

Tabel 4.24 Biaya Overhead yang Dialokasikan ................................................. 63

Tabel 4.25 Penentuan Harga Pokok Produksi Batik Cap Berdasarkan Sistem

Activity Based Costing ....................................................................................... 63

Tabel 4.26 Penentuan Tarif BOP Sistem Konvensional .................................... 64

Tabel 4.27 Penentuan Harga Pokok Produksi Batik Tulis Berdasarkan Sistem

Konvensional ...................................................................................................... 65

Tabel 4.28 Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Sistem Activity Based

Costing dengan Sistem Konvensional ................................................................ 66

Tabel 4.29 Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Sistem Activity Based

Costing dengan Sistem Konvensional ................................................................. 68

Page 13: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ................................................................ 33

Page 14: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 .......................................................................................................... 74

Lampiran 2 ......................................................................................................... 77

Page 15: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berkembangnya jaman, kehidupan dunia usaha semakin berkembang.

Seiring terjadinya persaingan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang

lain berkembangnya teknologi industri, perusahaan harus dapat mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaannya dari banyaknya persaingan-persaingan

industri dan mengharuskan perusahaan untuk berhati-hati dalam menentukan

strategi usahanya karena apabila perusahaan mengambil kebijakan yang salah

maka akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.

Perusahaan memiliki tujuan utama, bagi setiap kegiatan usaha yaitu

memperoleh laba dengan menentukan harga jual produk, dengan adanya

berbagai kebijakan dalam menentukan harga dan biaya produksi untuk pecapaian

laba. Perusahaan ingin dapat menarik minat konsumen dengan keuntungan harga

dan dapat memuaskan konsumen, sehingga nantinya perusahaan dapat

menghasilkan suatu produksi dengan persaingan yang tinggi sehingga

memungkinkan perusahaan menyaingi dengan kualitas yang tinggi.

Menentukan harga pokok produksi maka perusahaan dapat mengetahui

biaya produksi yang akan dikeluarkan, dan perusahaan dalam menentukan harga

jual dari suatu pesanan akan sesuai dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan

untuk memproduksi pesanan tersebut. Dan laba yang diperoleh perusahaan

Page 16: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

2

tersebut menjadi optimal karena harga jual yang dibebankan kepada pemesan

ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi

pesanan tersebut. Untuk memungkinkan tercapainya efisiensi dalam produk

yang berguna dan mengusahakan harga pokok diminimalisasikan dengan

demikian kosumen merasa tertarik dengan harga pokok produksi dan

menentukan harga jualnya.

Menentukan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan menggunakan

metode konvensional, variabel costing atau dengan sistem activity based costing.

Sistem konvensional adalah metode penentuan harga pokok yang membebankan

seluruh biaya produksi kepada produk. Dalam sistem konvensional semua unsur

biaya produksi baik biaya tetap maupun biaya variabel dihitung sebagai harga

pokok produksi. Penentuan harga pokok produksi dengan sistem konvensional

sebenarnya dapat digunakan sebagai metode yang akurat dalam menentukan harga

pokok produksi namun perhitungan dengan metode konvensional hanya dapat

digunakan untuk produksi satu jenis barang saja, karena hanya akan memfokuskan

pada biaya yang timbul saja, Oleh karena itu untuk perhitungan produk yang lebih

dari satu jenis diperlukan perhitungan yang lebih akurat, apabila perhitungan

harga pokok produksi tidak tepat hal ini akan berdampak ruginya perusahaan

karena sistem konvensional banyak sekali terjadi distorsi dalam penentuan

harganya karena sistem pembebanan biaya tidak diperhitungkan secara detail.

Sehingga diperlukan sistem perhitungan yang lebih akurat yaitu sistem

activity based costing merupakan sistem pembebanan biaya dengan cara pertama

kali menelusuri biaya aktivitas dan kemudian ke produk. Activity based costing

Page 17: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

3

adalah suatu pendekatan terhadap sistem akuntansi yang memfokuskan pada

aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi biaya yang mendasar. Perhitungan

biaya berdasarkan aktivitas ini didasarkan pada konsep produk yang

mengkonsumsi sumber daya. Dengan sistem ini diharapkan manajemen dapat

mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai

atau tidak berkontribusi terhadap nilai pelanggan.

Activity based costing adalah sistem informasi biaya yang berorientasi

pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan

personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi

ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur jasa dan dagang Sehingga akan

akurat apabila menjadikan sistem activity based costing untuk perhitungan harga

pokok produksi untuk output lebih dari satu jenis.

Usaha Batik Solo Karawang adalah usaha yang memproduksi output

berupa batik. Usaha Batik Solo Karawang memproduksi 2 jenis output batik yaitu

batik lukis dan batik cap. Menurut fakta yang terjadi di lapangan usaha Batik Solo

Karawang masih menggunakan sistem konvensional atau full costing dimana

penentuan harga pokok produksi dengan cara mengumpulkan semua pengeluaran

yang telah dikeluarkan selama proses produksi berlangsung kemudian

membaginya ke jumlah output yang dihasilkan, padahal sistem biaya

konvensional sangatlah kurang akurat digunakan untuk menghitung harga pokok

produksi terlebih lagi untuk produk yang bersifat heterogen.

Page 18: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

4

Usaha Batik Solo Karawang yang masih menggunakan sistem

konvensional dalam penentuan harga pokok produksi dengan output lebih dari

satu produk mengakibatkan tidak akuratnya perhitungan harga pokok produksi,

untuk perhitungan dengan sistem activity based costing sendiri belum pernah

dicoba oleh pemilik usaha sehingga penulis tertarik mengadakan penelitian yang

berjudul "EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI

BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING

DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK

SOLO KARAWANG"

1.2 Perumusan Masalah

Penentuan harga pokok produksi sebenarnya dapat dihitung

menggunakan metode konvensional atau full costing, namun perhitungan dengan

metode konvensional memiliki kelemahan dan keterbatasan dalam

perhitungannya, hal ini dikarenakan perhitungan biaya dengan perhitungan

konvensional hanya menghitung berdasarkan volume sehingga banyak

menyebabkan distorsi biaya. Sedangkan konsep Activity Based Costing di nilai

lebih akurat dalam menentukan harga pokok produksi karena biaya yang di catat

di dasarkan pada aktivitas yang dilakukan. Activity Based Costing merupakan

sistem pembebanan biaya dengan pertama kali menelusuri biaya aktivitas

kemudian ke produk. Dalam Activity Based Costing mempergunakan lebih dari

satu pemicu biaya (cost driver) untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik ke

masing-masing produk.

Page 19: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

5

Batik Solo karawang adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri

kerajinan batik yang memproduksi beberapa macam batik. Kerajinan tersebut

meliputi batik lukis dan batik cap. Perusahaan ini salah satu industri yang belum

menerapkan Activity Based Costing dalam menentukan harga pokok produksinya.

Saat ini Batik Solo Karawang menghitung harga pokok produksinya dan harga

jual produknya dengan menghitung semua biaya yang dikeluarkan dan dibagi

dengan jumlah produk yang dihasilkan. Penentuan harga pokok produksi dengan

sistem konvensional di anggap kurang tepat untuk memberikan informasi biaya

yang terkandung dalam masing-masing produk. Salah satu sistem yang di anggap

mampu memberikan informasi yang akurat tentang biaya produksi yaitu Activity

Based Costing. Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka permasalahan

bisa dirumuskan sebagai berikut :

Apakah penetuan harga pokok berdasarkan sistem activity based costing

lebih efisien dibandingkan sistem konvensional?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Mengevaluasi harga pokok produksi berdasarkan sistem activity based

costing yang lebih efisien dibandingkan harga pokok produksi berdasarkan sistem

konvensional.

Page 20: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

6

1.4 Manfaat Peneltitan

1. Manfaat akademis

Bagi penulis diharapkan dapat memberikan suatu nilai tambah khususnya

dalam memecahkan masalah dengan menerapkan ilmu yang didapatkkan selama

mengikuti perkuliahan dan diharapkan dapat menjadikan bahn refrensi bagi

peneliti lainnya yang menggunakan laporan sebagai analisisnya.

2. Manfaat praktis

Diharapkan dapat menjadi tolak ukur dalam proses peengambilan

keputusan dan dijadikan pedoman untuk perkembangan usahanya dimasa yang

akan datang

3. Bagi usaha Batik Solo Karawang sebagai penelitian ini dapat memberikan

referensi tentang perhitungan dan penentuan harga pokok produksi Batik Solo

Karawang yang lebih akurat serta mengkaji ulang penentuan biaya overhead

pabrik dengan sistem activity based costing.

Page 21: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

7

BAB II

KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN

2.1 Harga Pokok Produksi

1. Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi.

Biaya produksi digolongkan menjadi tiga jenis yaitu : biaya bahan baku langsung,

biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik. Sedangkan menurut Bastian

dan Nurlela. (2010:49), harga pokok produksi adalah “kumpulan biaya produksi

yang terdiri dari bahan baku langsung dan biaya overhead pabrik ditambah

persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam

proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga

pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan

produk dalam proses awal dan akhir.” Berdasarkan pengertian di atas dapat

dikatakan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya, baik langsung

maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang yang

berupa bahan baku menjadi bahan siap jual selama periode tertentu.

2. Manfaat harga pokok produksi

Menurut Mulyadi (2014:57) dalam perusaahaan berproduksi umum,

informasi harga pokok yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi

manajemen untuk :

Page 22: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

8

a. Menentukan harga jual produk

Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan

salah satu data yang dipertimbangkan, disamping data biaya lain serta data non

biaya.

b. Memantau realisasi biaya produksi

Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk

dilakukan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya

dikeluarkan dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut, Oleh karena itu

akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi, yang

dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses

produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang

dipertimbangkan sebelumnya.

c. Menghitung laba atau rugi periode tertentu

Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan

untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi bruto

periodik, diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya

non produksi dan menghasilkan laba atau rugi.

d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses

yang disajikan dalam neraca

Pada saat manajemen dituntut untuk untuk membuat pertanggungjawaban

keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa

neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan

Page 23: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

9

harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal

neraca masih proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan

catatan biaya produksi tiap periode.

3. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi.

Metode pengumpulan harga pokok produksi ada dua jenis yaitu metode

harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses

a. Metode Harga pokok Pesanan

Menurut Mulyadi (2014:72) Metode perhitungan biaya berdasarkan

pesanan adalah :

“Dalam Metode ini biaya – biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan

tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total

biaya produksi untuk pesanan tersebut dalam jumlah satuan produk dalam

pesanan yang bersangkutan.”

Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari

langganan/ pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales order), yang

membuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal

pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan. Atas dasar pesanan

penjualan akan dibuat perintah produksi untuk melaksanakan kegiatan produksi

sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli. Harga pokok pesanan dikumpulkan

untuk setiap pesanan sesuai dengan biaya yang dinikmati oleh setiap pesanan,

jumlah biaya produksi setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan selesai.

Untuk menghitung biaya satuan, jumlah biaya produksi pesanan tertentu dibagi

Page 24: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

10

jumlah produksi pesanan yang bersangkutan. Karakteristik usaha perusahaan

yang menggunakan sistem penentuan biaya berdasarkan pesanan.

Manfaat harga pokok produksi berdasarkan pesanan adalah :

(1) menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

(2) mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.

(3) memantau realisasi biaya produksi.

(4) menghitung laba atau rugi tiap pesanan.

(5) menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses.

b. Penentuan biaya berdasarkan proses (process costing).

Menurut Mulyadi (2014:84) Metode perhitungan biaya berdasarkan

proses adalah sebagai berikut :

“ Dalam metode ini biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses

selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara

membagi total biaya produksi dalam proses tertentu selama periode tertentu

dengan jumlah produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu

yang bersangkutan.”

Mengakumulasikan biaya produk atau jasa berdasarkan proses atau

departemen dan kemudian membebankan biaya tersebut ke sejumlah besar

produk yang hampir identik. Karakteristik usaha perusahaan yang menggunakan

sistem penentuan biaya berdasarkan proses yaitu : 1) produk yang dihasilkan

merupakan produk standar, 2) produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah

sama, 3) kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang

berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu. Manfaat

Page 25: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

11

harga pokok produksi berdasarkan proses adalah : 1) menentukan harga jual

produk, 2) memantau realisasi biaya produksi, 3) menghitung laba atau rugi

periodik, 4) menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

proses yang disajikan dalam neraca.

4. Unsur –unsur Harga Pokok Produksi

Dalam memproduksi suatu produk, akan diperlukan beberapa biaya untuk

mengolah bahan mentah menjadi produk jadi. Biaya produksi dapat digolongkan

kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

a. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk

selesai. Biaya bahan baku menurut Firmansyah (2014:78) dalam bukunya yang

berjudul “Akuntansi Biaya itu Gampang” biaya untuk bahan-bahan yang dapat

dengan mudah dan langsung diindentifikasikan dengan barang jadi atau bahan

utama yang digunakan dalam proses produksi dan menjadi bagian utama dari

produk jadi yang dihasilkan.

b. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah upah untuk para tenaga kerja yang digunakan

dalam merubah atau mengkonvensi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat

ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Menurut Bastian dan Nurlela

(2010: 12) adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau

mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara

Page 26: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

12

langsung kepada produk selesai. Biaya tenaga kerja dibagi menjadi 2 kelompok,

yaitu biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya

tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat langsung dalam

proses produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang

tidak terlibat langsung dengan proses produksi, biaya tenaga kerja tidak langsung

ini termasuk dalam biaya overhead. Maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja

langsung merupakan faktor penting berapa sumber daya manusia yang

mempengaruhi proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi pada suatu

proses produksi dan biaya tenaga kerja merupakan upah yang diberikan kepada

tenaga kerja dari usaha tersebut.

c. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik, adalah biaya selain bahan baku langsung dan

tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan menjadi produk

selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung sampai produk selesai.

Menurut Bastian dan Nurlela (2010:13) biaya overhead dapat dikelompokan

menjadi tiga elemen yaitu :

(1). Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong), adalah bahan yang

pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini dapat ditelusuri secara langsung

kepada produk selesai. Digunakan dalam penyelesaian.

(2). Tenaga kerja tidak langsung, adalah tenaga kerja yang membantu adalam

pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai.

Page 27: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

13

(3). Biaya tidak langsung lainnya, adalah biaya selain bahan baku tidak langsung

dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk

selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai.

5. Penetuan biaya produksi.

harga pokok produksi dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu

dengan menggunakan variable costing, activity based costing dan full costing /

konvensional.

a. Variable costing.

Perusahaan dalam menentukan biaya produksinya dengan pendekatan

Variable Costing dilakukan apabila perusahaan memiliki bahan yang

menganggur. Penggunaan Variable Costing ini jangan terlalu sering karena dapat

merugikan pemerintah dan investor, karena degan menggunakan metode ini laba

perusahaan yang terhitung lebih kecil dibandingkan dengan Full Costing.

Menurut Witjaksono (2013:156) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya

menjelaskan bahwa : “Variable Costing merupakan metode penentuan biaya

produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variable

kedalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead variable”.

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa perhitungan biaya

dengen menggunakan metode Variable Costing adalah salah satu cara dalam

penentuan biaya dimana biaya produksi yang bersifat variable saja yang

diperhitungkan

Page 28: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

14

b. Activity based costing.

Activity Based Costing System merupakan suatu alternatif sistem yang

dapat digunakan dalam upaya mendapatkan harga pokok yang akurat melalui

pembebanan biaya overhead pabrik yang lebih teliti. ABC adalah pendekatan

yang relatif baru untuk BOP. Namun, karena kemampuannya untuk memberikan

analisis yang lebih rinci dan relevan biaya untuk keputusan internal keputusan, itu

akan mendapatkan pengakuan sebagai biaya sistem tugas yang unggul secara

tradisional digunakan untuk pelaporan keuangan. Sebaliknya, setiap sistem ABC

perlu dirancang agar sesuai dengan kebutuhan dan keadaan organisasi tertentu,

yang membuat pelaksanaan menggunakan sistem ABC mahal menurut

Witjaksono (2013 : 227). ABC juga digunakan sebagai elemen Activity Based

Management, yaitu pendekatan manajemen yang fokus pada aktivitas. Dasar

pemikiran pendekatan perhitungan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa

perusahaan merupakan hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan

sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa activity

based costing adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan harga

pokok produksi dan terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk

menghasilkan produk atau jasa dengan tujuan menyajikan informasi mengenai

harga pokok produksi yang akurat, yang nantinya akan digunakan oleh manajer

dalam mengambil keputusan.

Page 29: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

15

c. Full costing / konvensional.

Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi,

yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel. Harga pokok

produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga

pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan

biaya non-produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum). Menurut

Mulyadi (2009:98) dalam bukunya yang berjudul akuntansi biaya menjelaskan

bahwa “full costing merupakan metode penentuan produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead, baik yang

berprilaku variable maupun tetap.” Menurut Bastian dan Nurlela (2006:48)

dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi menjelaskan

bahwa “full costing adalah suatu metode dalam penetuan harga pokok suatu

produk dengan memperhitungkan semua biaya produksi seperti biaya bahan baku

langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variable dan biaya overhead

tetap.” Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perhitungan biaya

dengan menggunakan metode full costing adalah salah satu cara dalam penentuan

biaya dimana semua produksi baik yang bersifat variable maupun bersifat tetap

dapat diperhitungkan.

Page 30: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

16

a. Sistem Full Costing / Biaya konvensional

(1). Pengertian sistem biaya konvensional

Volume berbasis (tradisional atau konvensional, seperti yang sering

dilambangkan dalam buku sistem biaya, bagaimanapun, adalah satu tahap biaya

sistem tanpa proses ataupun perspektif, dan karenanya biaya yang dialokasikan

langsung ke obyek biaya, biasanya menggunakan basis alokasi volume terkait

sangat seperti jam tenaga kerja langsung dan jam mesin menurut emblemsvag.

Penentuan harga pokok produksi konvensional adalah full costing dan variable

costing. Sistem biaya full costing juga biasa disebut dengan sistem biaya

konvensional. Sistem biaya full costing mengasumsikan bahwa semua biaya

dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu biaya tetap dan biaya variabel

dengan memperhatikan perubahan- perubahan dalam unit atau volume produksi.

Jika unit produk atau penyebab lain yang sangat berkaitan dengan unit yang

diproduksi, seperti jam kerja langsung atau jam mesin dianggap sebagai cost

driver yang penting. Cost driver berdasarkan unit atau volume ini digunakan

untuk menetapkan biaya produksi kepada produk. Pada sistem biaya full costing,

pembebanan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk

tidak memiliki tantangan khusus. Biaya biaya ditekankan pada produk dengan

menggunakan penelusuran langsung, atau penelusuran pendorong yang sangat

akurat, dan sebagian besar sistem konvensional atau full costing didesain untuk

memastikan bahwa penelusuran ini dilakukan. Disisi lain biaya overhead pabrik

memiliki masalah lain, yaitu hubungan input output yang secara fisik dapat

diamati pada bahan langsung, dan biaya tenaga kerja langsung tidak tersedia pada

Page 31: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

17

biaya overhead pabrik. Pada dasarnya pendorong kegiatan berdasarkan unit

membebankan biaya overhead pabrik pada produk, melalui penggunaan tarif

pabrik atau tarif departemen. Untuk tarif pabrik, tahap awal yang harus dilakukan

adalah mengakumulasikan atau menjumlahkan semua biaya overhead pabrik

yang diidentifikasikan pada jurnal umum, dan membebankan pada semua

kelompok pabrik yang besar. Setelah biaya diakumulasikan, biaya pada pabrik

dapat dihitung tarif pabrik dengan menggunakan pendorong tunggal, yang

umumnya adalah jam tenaga kerja langsung. Produk diasumsikan mengkonsumsi

sumber daya overhead pabrik sebanding dengan penggunaan jam tenaga kerja

langsung, karena itu pada tahap kedua, biaya overhead dibebankan pada produk

dengan mengalikan tarif dengan jam tenaga kerja langsung sesungguhnya yang

digunakan oleh tiap produk. Untuk tarif departemen, biaya overhead pabrik

dibebankan pada masing- masing departemen produksi, menciptakan kelompok

biaya overhead departemen. Pada tahap pertama, departemen dijadikan objek

biaya, dan biaya overhead pabrik dibebankan dengan menggunakan penelusuran

langsung, penelusuran pendorong dan alokasi. Biaya dibebankan masing- masing

departemen produksi, kemudian pendorong berdasarkan kegiatan seperti jam

tenaga kerja langsung dan jam mesin digunakan untuk menghitung tarif

departemen. Produk yang melalui departemen tersebut, diasumsikan

mengkonsumsi biaya overhead sebanding dengan pendorong departemen

berdasarkan unit (jam mesin atau tenaga kerja yang digunakan), karenanya pada

tahap kedua, overhead pabrik dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif

departemen dengan jumlah pendorong yang digunakan pada masing- masing

Page 32: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

18

departemen. Seluruh overhead yang dibebankan pada produk hanya merupakan

penjumlahan dari jumlah yang diterima masing- masing departemen. Sistem ini

dianggap lebih akurat untuk menentukan harga pokok produksi. Padahal metode

ini juga masih tidak mempertimbangkan biaya yang berubah karena aktivitas atau

proses yang berbeda dalam suatu departemen.

Sistem biaya full costing memiliki beberapa ciri sebagai berikut :

(a). Untuk tujuan biaya produk, perusahaan dipisahkan menjadi bidang

fungsional kegiatan, yaitu, manufaktur, pemasaran, pembiayaan, dan

administrasi.

(b). Pembuatan biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan

manufaktur biaya overhead persediaan, yaitu dicatat dalam penilaian

persediaan.

(c). Biaya tenaga kerja langsung, bahan langsung dan dianggap dilacak

(atau) dibebankan langsung ke produk.

(d). Biaya overhead pabrik dan layanan manufaktur departemen

diperlakukan sebagai biaya tidak langsung produk tetapi dibebankan ke

produk dengan menggunakan tarif biaya overhead telah ditentukan.

(e). Ketika produk tunggal, rencana jangka panjang, tingkat biaya

overhead yang telah ditentukan digunakan, overhead dibebankan untuk

semua produk tanpa memperhatikan mungkin berbeda disebabkan oleh

Page 33: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

19

perbedaan dalam sumber daya yang dimanfaatkan dalam pembuatan satu

produk versus lain.

(f). Biaya fungsional pemasaran, pembiayaan, dan administrasi yang

akurat dirumuskan di kolam biaya dan diperlakukan sebagai biaya pada

periode di mana mereka terjadinya. Biaya tersebut tidak diperlakukan

sebagai biaya produk.

Sistem biaya full costing mengasumsikan bahwa semua biaya dapat

diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu biaya tetap dan biaya variabel

dengan memperhatikan perubahan-perubahan dalam unit atau volume produksi.

Jika hanya unit produksi atau penyebab lain yang sangat berkaitan dengan unit

yang diproduksi, seperti jam kerja atau jam mesin dianggap sebagai cost driver

yang penting. Cost driver berdasarkan unit atau volume ini digunakan untuk

menetapkan biaya produksi kepada produk. Pada sistem biaya full costing,

pembebanan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk

tidak memiliki tantangan khusus. Biaya-biaya ditekankan pada produk dengan

menggunakan penelusuran langsung, atau penelusuran pendorong yang sangat

akurat, dan sebagian besar sistem konvensional didesain untuk memastikan

bahwa penelusuran ini dilakukan. Disisi lain biaya overhead pabrik memiliki

masalah lain, yaitu hubungan masukan keluaran yang secara fisik dapat diamati

pada bahan langsung, dan biaya tenaga kerja langsung tidak tersedia pada biaya

overhead pabrik.

Page 34: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

20

Pada dasarnya pendorong kegiatan berdasarkan unit membebankan biaya

overhead pabrik pada produk, melalui penggunaan tarif pabrik atau tarif

departemen. Untuk tarif pabrik, tahap awal yang harus dilakukan adalah

mengakumulasi atau menjumlahkan semua biaya overhead pabrik yang

diidentifikasikan pada jurnal umum, dan membebankan pada semua kelompok

pabrik yang besar. Setelah biaya diakumulasikan, biaya pada pabrik dapat

dihitung tarif pabrik dengan menggunakan pendorong tunggal, yang umumnya

adalah jam tenaga kerja langsung.

Produk diasumsikan mengkonsumsi sumber daya overhead pabrik,

sebanding dengan penggunaan jam tenaga kerja langsung, karena itu pada tahap

kedua biaya overhead pabrik dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif

dengan jam tenaga kerja langsung sesungguhnya yang digunakan oleh tiap

produk. Untuk tarif departemen, biaya overhead pabrik dibebankan pada masing-

masing departemen produksi, menciptakan kelompok biaya overhead

departemen. Pada tahap pertama, departemen dijadikan objek biaya, dan biaya

overhead pabrik dibebankan dengan menggunakan penelusuran langsung,

penelusuran pendorong dan alokasi. Biaya dibebankan pada masing-masing

departemen produksi, kemudian pendorong berdasarkan kegiatan seperti jam

tenaga kerja langsung (untuk departemen padat tenaga kerja) dan jam mesin

(untuk departemen padat mesin) digunakan untuk menghitung tarif departemen.

Produk yang melalui departemen tersebut, diasumsikan mengkonsumsi

biaya overhead sebanding dengan pendorong departemen berdasarkan unit (jam

mesin atau jam tenaga kerja yang digunakan), karenanya pada tahap kedua,

Page 35: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

21

overhead pabrik dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif departemen

dengan jumlah pendorong yang digunakan pada masing-masing departemen.

Seluruh overhead yang dibebankan pada produk, hanya merupakan penjumlahan

dari jumlah yang diterima masing-masing departemen.

(2). Kelebihan sistem konvensional / full costing.

Sistem biaya konvensional tidak memakai banyak cost driver dalam

mengalokasikan biaya overhead sehingga hal ini memudahkan bagi manajer

untuk melakukan perhitungan. Mudah di audit. Karena jumlah cost driver yang

digunakan sedikit, maka biaya overhead dialokasikan berdasar volume based

measure sehingga akan lebih memudahkan auditor dalam melakukan proses

audit.

(3). Kelemahan sistem konvensional / full costing.

Seringkali tidak relavan untuk tujuan managerial kontrol didalam jangka

pendek. Misalnya untuk menganalisis perubahan biaya - volume - laba jangka

pendek, dalam batas produksi normal yang dimiliki oleh perusahaan diperlukan

pedekatan yang memusatkan perhatian pada elemen biaya variabel, yaitu biaya

relavan yang berubah sesuai dengan tingkat volume kegiatan dalam jangka

pendek.

b. Sistem Activity Based Costing

(1). Pengertian sistem activity based costing

Page 36: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

22

Activity Based Costing System merupakan suatu alternatif sistem yang

dapat digunakan dalam upaya mendapatkan harga pokok yang akurat melalui

pembebanan biaya overhead pabrik yang lebih teliti. ABC adalah pendekatan

yang relatif baru untuk BOP. Namun, karena kemampuannya untuk memberikan

analisis yang lebih rinci dan relevan biaya untuk keputusan internal keputusan, itu

akan mendapatkan pengakuan sebagai biaya sistem tugas yang unggul secara

tradisional digunakan untuk pelaporan keuangan. Sebaliknya, setiap sistem ABC

perlu dirancang agar sesuai dengan kebutuhan dan keadaan organisasi tertentu,

yang membuat pelaksanaan menggunakan sistem ABC mahal dan waktu.

Akibatnya, beberapa perusahaan memutuskan untuk hanya mengembangkan data

ABC untuk proses bahwa manajemen dianggap penting untuk keberhasilan. ABC

juga digunakan sebagai elemen Activity Based Management, yaitu pendekatan

manajemen yang fokus pada aktivitas.

Sistem biaya Activity Based Costing memiliki beberapa ciri sebagai

berikut :

(a) Fokus utama sistem Activity Based Costing adalah aktivitas.

(b) Ruang lingkup Activity Based Costing mencakup biaya produksi,

pengembangan biaya dan penelitian, biaya pemasaran serta layanan pelanggan.

(c) Bisa diterapkan pada semua jenis perusahaan.

(d) manfaat Activity Based Costing yaitu pengurangan biaya melalui analisis

aktivitas dan perbaikan berkelanjutan.

(2). Kelebihan sistem activity based costing

Page 37: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

23

Beberapa keuntungan dari penggunaan sistem activity based costing

dalam penentuan harga pokok produksi adalah sebagai berikut :

(a). Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur

tekhnologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang

signifikan dari total biaya.

(b). Semakin banyak overhead yang dapat ditelusuri ke produk. Analisis sistem

activity based costing itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas

sehingga biaya aktivitas yang dapat ditelusuri.

(c). Sistem activity based costing mengakui bahwa aktivitaslah yang

menyebabkan biaya (activity cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang

mengkonsumsi aktivitas.

(d). Sistem activity based costing mengakui kompleksitas dari diversitas produksi

yang modern dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple cost driver),

banyak dari cost driver tersebut adalah berbasis transaksi (transaction based) dari

pada berbasis volume produk

(3). Kelemahan Sistem Activity Based Costing

Kelemahan sistem activity based costing menurut Witjaksono (2013: 243)

adalah dalam penerapannya memerlukan lebih banyak waktu tenaga dan juga

peralatan. Sehingga biaya dari informasi yang dihasilkan menjadi relatif lebih

mahal dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya

konvensional. Oleh karena itu para manajer dan akuntan sangat menaruh

Page 38: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

24

perhatian pada manfaat yang dapat diperoleh seandainya menerapkan metode

Activity Based Costing.

6. Perbandingan sistem biaya Konvensional dan sistem biaya Activity Based

Costing.

Perbedaan antara sistem biaya konvensional dan Activity Based Costing

a. Sistem biaya konvensional, yaitu produk mengkonsumsi sumber daya,

dan biaya yang dialokasikan dengan menggunakan dasar alokasi tingkat

unit.

b. Activity Based Costing, yaitu produk mengkonsumsi aktivitas, mereka

tidak langsung menggunakan sumber daya. Biaya yang dilacak

menggunakan driver bertingkat.

Perbedaan utama: konsumsi sumber daya dibandingkan konsumsi

aktivitas, dan alokasi tingkat unit dibandingkan pemicu bertingkat, yang

didiskusikan pada bagian berikutnya.

Activity based costing merupakan suatu alternatif dari penentuan harga

pokok produksi konvensional. Dimana penentuan harga pokok produksi

konvensional adalah full costing dan variable costing, yang dirancang

berdasarkan kondisi teknologi manufaktur pada masa lalu dengan menggunakan

teknologi informasi dalam proses pengolahan produk dan dalam mengolah

informasi keuangan.

Beberapa perbandingan antara sistem full costing dan sistem activity

based costing adalah sebagai berikut :

Page 39: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

25

a. Sistem activity based costing menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu

biaya (cost driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari

setiap produk. Sedangkan sistem full costing mengalokasikan biaya overhead

secara arbiter berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non representatif.

b. Sistem activity based costing memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor

waktu. Sistem full costing terfokus pada performansi keuangan jangka pendek

seperti laba. Apabila sistem full costing digunakan untuk penentuan harga dan

profitabilitas produk yang produknya lebih dari satu angka- angkanya tidak dapat

diandalkan.

c. Sistem activity based costing memerlukan masukan dari seluruh departemen

persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan

suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.

d. Sistem activity based costing mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil

untuk analisis varian dari pada sistem full costing, karena kelompok biaya (cost

pool) dan pemicu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu activity

based costing dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk

menghitung biaya aktual apabila kebutuhan muncul

Apabila digambarkan ke dalam tabel perbedaan antara penentuan harga

pokok produksi konvensional dan sistem Activity Based Costing adalah sebagai

berikut :

Page 40: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

26

Tabel 2.1 perbedaan penentuan harga pokok produksi dengan sistem

konvensional dan Activitas Based Costing

penentuan harga pokok

produksi konvensional

penentuan harga pokok

produksi Activity Based

Costing

Fokus Produk Aktivitas

Lingkup Kalkulasi biaya produk

untuk pelaporan

keuangan

Biaya produksi,

pengembangan dan

penelitian, biaya

pemasaran serta layanan

pelanggan.

Keterapan Perusahaan manufaktur

Semua jenis perusahaan

Manfaat Pengendalian biaya

Pengurangan biaya

melalui analisis aktivitas

dan perbaikan

berkelanjutan.

Sumber : Mulyadi 2006

Perbandingan antara sistem biaya konvensional dan sistem activity based

costing menurut Mulyadi (2014: 134) adalah sebagai berikut :

a. Fokus

Fokus utama sistem biaya konvensional adalah produk. Pembebanan

biaya berdasarkan unit produk yang diproduksi atau penggerak lain yang

berkorelasi kuat dengan sistem yang diproduksi sehingga sebagian besar

Page 41: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

27

pembebanan biaya bersifat intensif alokasi karena biaya non unit dibebankan atas

dasar unit yang diproduksi, sedangkan fokus utama pada sistem activity based

costing adalah aktivitas. Pembebanan biaya ke produk berdasarkan penggerak

aktivitas sehingga pembebanan biaya tersebut bersifat intensif penggerak.

b. Lingkup

Tujuan utama sistem biaya konvensional adalah kalkulasi biaya produk untuk

pelaporan keuangan eksternal. Sedangkan konvensi yang berlaku secara umum

menyatakan bahwa biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori fungsional

utama, yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Dan hanya biaya

produksilah yang dapat dibebankan ke produk untuk pelaporan keuangan

eksternal. Jadi biaya konvensional berlingkup biaya produksi.

Tujuan sistem activity based costing tidak hanya untuk pelaporan

keuangan eksternal saja melainkan untuk pembuatan keputusan penetapan harga,

keputusan bauran produk analisis profitabilitas strategis dan taktis serta

keputusan perancangan strategis, jadi sistem activity based costing tidak hanya

berfokus pada biaya produksi tetapi juga pada biaya pengembangan dan

penelitian, biaya pemasaran, dan biaya layanan pelanggan. Lingkup activity

based costing adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

c. Keterterapan

Lingkup biaya konvensional adalah biaya produksi, sehingga sistem biaya

konvensional hanya dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur. Hal ini

disebabkan oleh sulitnya mendefinisikan biaya produksi oleh perusahaan jasa dan

perusahaan dagang. Sedangkan lingkup sistem activity based costing mencakup

Page 42: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

28

seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga sistem activity based

costing dapat diterapkan pada seluruh perusahaan.

d. Pemanfaatan

Dalam rangka kerja sistem biaya konvensional, kinerja diukur dengan

membandingkan biaya aktual yang dikeluarkan dengan biaya yang dianggarkan.

Secara prinsip, kinerja ditekankan pada masalah biaya, jadi pemanfaatan sistem

biaya konvensional adalah berupa pengendalian biaya. Sedangkan melalui

analisis aktiva, sistem activity based costing mampu melaksanakan perbaikan

berkelanjutan yang bertujuan pengurangan biaya, jadi pemanfaatan sistem

activity based costing adalah pengurangan biaya melalui analisis aktivitas dan

perbaikan berkelanjutan.

8. Penerapan Sistem Activity Based Costing

Penerapan sistem activity based costing menurut Blocher dkk (2012: 154)

memerlukan tiga tahap, yaitu :

a. Identifikasi biaya dan aktivitas sumber daya

Perusahaan terlibat dalam berbagai aktivitas untuk memproduksi produk

atau menyediakan jasa. Aktivitas-aktivitas tersebut mengkonsumsi sumber daya

dan sumber daya membutuhkan uang. Langkah pertama dalam menyususn sistem

ABC adalah melakukan analisis aktivitas untuk mengidentifikasi biaya sumber

daya dan aktivitas perusahaan.

b. Pembebanan biaya sumber daya pada aktivitas

Activity based costing menggunakan penggerak biaya kondumsi sumber

daya untuk membebankan sumber biaya ke aktivitas. Suatu perusahaan harus

Page 43: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

29

memilih penggerak biaya konsumsi sumber daya berdasarkan hubungan sebab

akibat karena aktivitas memicu timbulnya biaya dan sumber daya yang digunakan

dalam operasi. Penggerak biaya konsumsi sumber daya biasanya meliputi jumlah

:

(1) Jam tenaja kerja untuk aktivitas yang bersifat intensif tenaga kerja

(2) Tenaga kerja untuk aktivitas yang berkaitan dengan penggajian

(3) Persiapan untuk aktivitas yang berkaitan dengan jumlah batch

(4) Perpindahan untuk aktivitas penanganan bahan baku

(5) Jam mesin untuk aktivitas perbaikan dan pemeliharaan

(6) Luas lantai (per meter persegi) untuk aktivitas kebersihan dan perawatan

umum.

Hansen dan Mowen (2005: 146-151) juga mengungkapkan tahapan untuk

merancang sistem activity based costing adalah sebagai berikut :

a. Prosedur Tahap 1

(1). Identifikasi aktivitas

Identifikasi mencakup observasi dan mendaftar pekerjaan yang dilakukan

dalam suatu organisasi. Pekerjaan atau tindakan yang diambil menyangkut

konsumsi sumber daya.

(2). Biaya sumber daya dibebankan ke aktivitas

Page 44: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

30

Pembebanan biaya sumber daya ini dilakukan melalui perhitungan

konsumsi sumber daya oleh aktivitas.

(3). Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan

sejenis.

Pada tahap ini aktivitas serta biayanya dikelompokkan atas dasar atribut

tingkat aktivitas dan atribut penggerak aktivitas.

(4). Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan

kelompok biaya sejenis.

Kelompok biaya overhead yang berkaitan dengan setiap kelompok

aktivitas kemudian dijumlah dan membentuk kelompok biaya sejenis. Biaya-

biaya yang dikeluarkan oleh tiap-tiap cost driver dijumlahkan untuk mendapatkan

biaya cost driver.

(5). Menghitung tarif (overhead) kelompok

Setelah suatu kelompok biaya didefinisikan, biaya per unit dari penggerak

aktivitas dapat dihitung dengan membagi biaya kelompok dengan kapasitas

praktis penggerak aktivitas.

Poll Rate =

b. Prosedur Tahap 2

Pada tahap kedua, biaya dari setiap kelompok overhead ditelusuri ke produksi.

Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap

pertama dan ukuran jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap produksi.

Jadi pembebanan biaya overhead dari setiap kelompok biaya ke produksi dengan

Page 45: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

31

cara mengalikan tarif kelompok dengan unit penggerak yang dikonsumsi oleh

produksi.

BOP yang dibebankan = tarif pool x pemakaian aktivitas

2.2 Kerangka Berpikir

penentuan harga pokok produksi dapat dihitung dengan tiga sistem yaitu

full costing, variabel costing dan activity based costing yang dikeluarkan untuk

memproduksi semua produk kemudian dibagi dengan jumlah output yang

dihasilkan, sebenarnya sistem ini akurat dan tepat apabila digunakan untuk

menghitung harga pokok produksi namun hanya untuk usaha yang memproduksi

satu jenis barang saja atau homogen, sedangkan untuk usaha yang memproduksi

lebih dari satu jenis barang sistem biaya full costing tidak tepat digunakan untuk

menghitung harga pokok produksi karena akan menimbulkan distorsi.

Sistem biaya activity based costing dalam perhitungan untuk harga pokok

produksi yang memproduksi output lebih dari satu jenis lebih tepat dan akurat

digunakan, karena merupakan satu-satunya sistem biaya yang menghitung biaya

berdasarkan aktivitas satu persatu.

Batik Solo Karawang adalah usaha batik yang memproduksi dua macam

hasil output yaitu batik lukis dan batik cap yang berasal dari satu jenis bahan

baku yang berupa kain mori sebagai bahan baku pembuatan batik cap dan batik

lukis. Tenaga kerja yang ada di usaha Batik Solo Karawang berjumlah 19 orang

dalam batik lukis dan 46 orang dalam batik cap sebagai yang dibutuhkan untuk

proses produksi. Perbedaan dalam perhitungan dalam sistem konvensional dan

Page 46: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

32

Activity based costing lebih difokuskan pada Biaya Overhead pabrik dimana

dalam perhitungannya untuk mendapatkan harga pokok produksi biaya overhead

pabrik harus dipisah berdasarkan aktivitas sehingga meminimalkan distorsi,

Biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produksi batik antara lain biaya

bahan penolong, biaya listrik, biaya tenaga kerja pengiriman, biaya bahan bakar,

biaya perawatan peralatan, biaya telepon. Dalam mengidentifikasi biaya overhead

berbeda dengan pengidentifikasian biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.

Biaya overhead pabrik tidak dapat dibebankan secara merata atau sama pada

semua produk yang dihasilkan karena setiap produk mengkonsumsi biaya

overhead yang berbeda-beda sesuai dengan aktivitas produksinya. Biaya

overhead pabrik dapat dihitung berdasarkan aktivitas agar setiap produk

mengkonsumsi biaya overhead secara tepat.

Identifikasi aktivitas pada biaya overhead pabrik meliputi aktivitas

pemeliharaan, aktivitas pembuatan pola, aktivitas pewarnaan, aktivitas lorot dan

aktivitas pakaging yang masing-masing menimbulkan biaya dari setiap aktivitas

produksi yang dilakukan sehingga tepat antara pembebanan biaya kepada tiap

jenis hasil produksi sehingga tidak menimbulkan distorsi.

Pada perhitungan konvensional semua biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi batik cap dan batik lukis dibebankan semua langsung pada hasil

output Batik Solo Karawang.

Proses perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan sistem

activity based costing dan pada metode konvensional pada usaha Batik Solo

Karawang dapat digambarkan:

Page 47: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

33

GAMBAR 2.1 Kerangka Berpikir

Harga Pokok

Produksi

Sistem

Konvensional

Sistem

Activity Based

Costing

Efisien

Page 48: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah biaya harga pokok produksi yang menjadi

fokus dalam pembuatan batik cap dan batik lukis pada usaha kerajinan Batik Solo

Karawang untuk mengalokasikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya

overhead pabrik secara tepat dan akurat.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah produk batik tulis dan batik cap dari usaha

kerajinan Batik Solo Karawang. Lokasi pabrik berada di Jalan Raya Tanjung Pura

No 8 RT 10 RW 8 Kecamatan Tanjung pura, Kabupaten Karawang Barat.

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif berdasarkan eksplanatory research,

yaitu penelitian yang tujuannya untuk mengungkapkan atau mengexplore atau

menjelaskan secara mendalam tentang variabel tertentu dan penelitian ini bersifat

deskriptif. Penelitian ini akan mengkaji lebih dalam untuk perhitungan dengan

sistem activity based costing dalam menentukan harga pokok produksi pada

usaha kerajinan Batik Solo Karawang.

Page 49: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

35

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah biaya-biaya yang merupakan biaya dari

aktivitas dalam pembuatan batik cap dan batik lukis dalam kerajinan Batik Solo

Karawang.

1. Biaya Bahan Baku

Bahan baku adalah keseluruhan bahan utama untuk pembuatan

produk jadi. Dalam pembuatan produk jadi sendiri tidak terpaku saja pada

harga beli bahan baku saja melainkan juga memerlukan biaya lain yaitu

biaya pembelian, biaya pergudangan dan biaya perolehan lain yang

nantinya akan menambah nilai kebutuhan biaya untuk memperoleh

produk batik jadi.

Biaya bahan baku dalam penelitian ini adalah semua biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku sehingga siap diolah untuk

memperoleh produk jadi yang terdiri dari bahan baku utama berupa kain

mori.

2. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan

karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja langsung standar

per unit produk terdiri dari jam tenaga kerja langsung dan tarif upah

standar tenaga kerja lansung. Jam standar tenaga kerja langsung (JSTKL)

adalah taksiran sejumlah jam tenaga kerja langsung yang diperlukan

untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Jam standar tenaga kerja

langsung dapat ditentukan dengan cara:

Page 50: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

36

a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan

dari kartu harga pokok periode lalu.

b. Mencoba jalan operasi produksi di bawah keadaan normal yang

diharapkan.

c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu.

d. Mengadakan tafsiran yang wajar.

e. Memperhitungkan kelonggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja

yang tak bisa dihindari, dan faktor kelelahan.

Biaya tenaga kerja disini adalah jumlah biaya keseluruhan yang

dibayarkan untuk karyawan yang merupakan tenaga kerja dalam

pembuatan batik cap dan batik lukis.

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead adalah biaya-biaya yang secara tidak langsung

berkaitan dengan pembuatan produk yang meliputi : biaya bahan

penolong, tenaga kerja tidak langsung, penyusutan pabrik, mesin,

berbagai alat manual yang digunakan dalam proses produksi batik cap

dan batik lukis serta pemeliharaan fasilitas pabrik.

Biaya overhead pabrik akan dihitung satu persatu menurut

penggunaanya terhadap satu produk hasil output dari pabrik yang terdiri

dari berbagai aktivitas pemeliharaan, aktivitas pembuatan pola, aktivitas

pewarnaan, aktivitas lorot dan aktivitas packaging.

Page 51: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

37

3.5 Metode Pengumpulan Data

1 Wawancara .

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tanya jawab

langsung kepada pihak utama yaitu Ibu Yelianti untuk mendapatkan data

mengenai prosedur produksi batik lukis dan batik cap pada usaha Batik

Solo Karawang selain itu wawancara juga difokuskan pada biaya-biaya

apa saja yang dikeluarkan untuk memproduksi batik lukis dan cap.

Aktifitas-aktifitas apa saja yang dilakukan dalam proses produksi hingga

output dihasilkan beserta dengan besarnya biaya.

2 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu dalam

peneliti an ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data

tentang biaya-biaya yang ada kaitannya dengan penentuan harga pokok

produksi pada usaha Batik Solo Karawang.

Page 52: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Activity Based Costing

(ABC) pada Produk Batik Lukis

Penentuan harga pokok produksi pada usaha Batik Solo Karawang sampai

saat ini masih menggunakan sistem konvensional, karena biaya produksi dihitung

dengan cara mengkalkulasi semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi

batik lukis tersebut. Sedangkan untuk harga pokok produksi per satuan tiap

produk dihitung dengan membagi total harga pokok produksi dengan jumlah batik

lukis yang dihasilkan.

Analisis penentuan harga pokok produksi yang lebih akurat dapat

dilakukan dengan menggunakan sistem activity based costing (ABC). Perhitungan

harga pokok produksi batik pada usaha Batik Solo karawang dengan sistem ABC

dibagi dalam dua cost pool. Cost pool tersebut yaitu batik lukis dan batik cap.

Aktivitas yang terjadi dalam pembuatan batik dikelompokkan dalam 5 cost driver

yaitu yaitu pemeliharaan, pembuatan pola, mewarnai, nglorot, dan pakaging.

Sebelum mengetahui jenis pengeluaran untuk masing- masing cost driver,

biaya-biaya yang dikeluarkan usaha Batik Solo Karawang selama proses produksi

pada bulan Juli 2015 terlebih dahulu harus diketahui. Proses klasifikasi biaya

dapat dimulai dengan suatu pengelompokkan yang sederhana dari semua biaya

dalam dua golongan, yaitu harga pokok produksi (manufacturing cost) dan biaya-

biaya komersil (commercial cost). Harga pokok produksi dibagi menurut tiga

Page 53: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

39

unsur utama dari biaya yaitu biaya bahan baku (BBB), biaya tenaga kerja (BTK),

dan biaya overhead pabrik (BOP). Sedangkan biaya komersil yaitu biaya- biaya

pemasaran (marketing expenses).

1. Biaya Bahan Baku

Unsur utama dari biaya yang pertama adalah biaya bahan baku, bahan

baku yang digunakan dalam pembuatan batik lukis selama bulan Juli 2015 pada

Usaha Batik Solo Karawang dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1Biaya Bahan Baku

No Bahan

Baku

Jumlah Pembelian Harga Bahan

Baku

(Rp)

Jumlah Biaya

Bahan Baku

(Rp)

1 Kain Mori 200 Meter 35.000/m 7.000.000

Sumber : Data Batik Solo Karawang bulan Juli 2015

Harga per meter kain mori berbeda-beda tergantung dari kualitas bahan

namun usaha batik Solo Karawang memilih kain mori seharga Rp 35.000 untuk

produksi batiknya. Jumlah pemakaian bahan baku selama bulan Juli 2015 adalah

sebesar 200 meter . Sehingga total biaya bahan baku Batik Lukis yang dikeluarkan

sebesar Rp 7.000.000

2. Biaya Tenaga Kerja

Unsur utama biaya yang kedua adalah biaya tenaga kerja, upah tenaga

kerja langsung yang ada pada usaha Batik Solo Karawang dapat dilihat pada tabel

4.2.

Page 54: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

40

Tabel 4.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung

No Bagian Jumlah

Tenaga

Kerja

Upah Bulan Juli

(Rp)

Jumlah Biaya

Tenaga Kerja

(Rp)

1 Mencating 10 500.000 5.000.000

2 Menyelup dan menolet 4 130.000 520.000

3 Lorot dan penyelesaian 4 30.000 120.000

4 Packaging 1 350.000 350.000

Jumlah 19 5.990.000

Sumber : Data Usaha Batik Solo Karawang bulan Juli 2015

Biaya tenaga kerja pada tabel 4.2 adalah biaya tenaga kerja langsung yang

membuat batik tulis di Usaha Solo Karawang. Total biaya tenaga kerja pada

Usaha Batik Solo Karawang sebesar Rp 5.990.000,00 untuk 19 orang sesuai

dengan bagiannya masing-masing.

3. Biaya Overhead Pabrik

Unsur utama dari biaya yang ketiga adalah biaya overhead pabrik. Biaya

yang termasuk dalam biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang tidak

langsung berpengaruh dalam penentuan harga pokok produksi. Biaya-biaya ini

terjadi karena adanya ativitas-aktivitas yang dilakukan dalam memproduksi batik

lukis mulai dari mengolah bahan mentah menjadi produk jadi.

Penentuan harga pokok produksi batik tulis dengan sistem activity based

costing menurut Slamet (2007) dilakukan dengan dua tahap yaitu :

a. Tahap Pertama

(1). Analisis aktivitas

Aktivitas yang terjadi dalam proses produksi batik tulis adalah sebagai berikut :

Page 55: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

41

(a). Aktivitas pemeliharaan

(b). Aktivitas pembuatan pola

(c). Aktivitas pewarnaan

(d). Aktivitas lorot

(e). Aktivitas Pakaging

b. Menghitung biaya overhead pabrik

c. Setelah mengetahui aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam proses produksi,

langkah selanjutnya adalah Menghitung biaya overhead pabrik. Biaya overhead

pabrik dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Biaya Overhead Pabrik

No Jenis Biaya Jumlah

1 Biaya Bahan Pewarna Rp. 2.500.000

2 Biaya Malam Rp. 1.550.000

3 Biaya Gas Rp. 3.000.000

4 Biaya Listrik Rp. 200.000

5 Biaya Tas Rp. 1.500.000

6 Biaya Perawatan Canting Rp. 6.100

7 Biaya Perawatan Kompor Rp. 200.000

8 Biaya Perawatan Tabung Gas Rp. 18.000

9 Biaya Perawatan Gawangan Rp. 5.800

10 Biaya Perawatan Ember Rp. 15.000

11 Biaya Perawatan Drum Rp. 7.000

12 Biaya Perawatan Etalase Rp. 380.000

13 Biaya Perawatan Manekin Rp. 25.500

14 Biaya Perawatan Rak Pamaer Rp. 30.000

15 Biaya Perawatan Wajan Rp. 5.400

Jumlah Rp. 9.442.800

Sumber : Data usaha Batik Solo Karawang bulan Juli 2015

Page 56: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

42

d. Mengelompokkan aktivitas sejenis untuk membentuk kumpulan sejenis

Aktivitas untuk kelompok sejenis dalam pembuatan batik tulis adalah sebagai

berikut :

(1). Kelompok aktivitas pemeliharaan : biaya perawatan cap pola, biaya

perawatan kompor,biaya perawatan tabung gas, biaya perawatan

gawangan, biaya perawatan ember, biaya perawatan drum, biaya

perawatan etalase, biaya perawatan rak pamer, biaya perawatan manekin,

biaya perawatan wajan

(2). Kelompok aktivitas pembuatan pola : biaya malam, biaya gas

(3). Kelompok aktivitas pewarnaan : biaya pewarna

(4). Kelompok aktivitas lorot : biaya gas, biaya listrik

(5). Kelompok aktivitas pakaging : biaya tas

e. Menjumlahkan biaya aktivitas yang dikelompokkan untuk mendefinisikan

kelompok biaya sejenis :

Page 57: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

43

Tabel 4.4 Biaya Kelompok Sejenis

No Kelompok Aktivitas Jenis Biaya Jumlah

1 Pemeliharaan Pemeliharaan Canting Rp. 6.100

Pemeliharaan Kompor Rp. 200.000

Pemeliharaan Tabung Gas Rp. 18.000

Pemeliharaan Gawangan Rp. 5.800

Pemeliharaan Ember Rp. 15.000

Pemeliharaan Drum Rp. 7.000

Pemeliharaan Etalase Rp. 380.000

Pemeliharaan Manekin Rp. 25.500

Pemeliharaan Rak Pamer Rp. 30.000

Pemeliharaan Wajan Rp. 5.400

Jumlah Rp. 692.800

2 Pembuatan Pola Malam Rp. 1.550.000

Gas Rp. 1.500.000

Jumlah Rp. 3.050.000

3 Pewarnaan Pewarna Rp. 2.500.000

Jumlah Rp. 2.500.000

4 Lorot Gas Rp. 1.500.000

Listrik Rp. 200.000

Jumlah Rp. 1.700.000

5 Pakaging Tas Rp. 1.500.000

Jumlah Rp. 1.500.000

Jumlah Rp. 9.442.800

Sumber : data primer yang diolah

f. Menghitung kelompok tarif overhead

Penentuan tarif kelompok overhead untuk penentuan harga pokok

produksi batik lukis adalah sebagai berikut :

(1). Aktivitas pemeliharaan

Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pemeliharaan adalah biaya

perawatan peralatan dalam pembuatan batik mulai dari proses pembuatan hingga

siap dijual. Penentuan tarif kelompok (pool rate) berdasarkan jam kerja langsung

(JKL) selama bulan Juli 2015. Jumlah jam kerja langsung sebesar 208 jam (8 jam

x 26 hari). Biaya tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

Page 58: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

44

(2). Aktivitas pembuatan pola

Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pembuatan pola adalah

pemakaian bahan malam dan gas. Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah

bahan baku yang digunakan. Jumlah bahan baku yang digunakan selama bulan

Juli 2015 sebesar 1200 meter. Biaya tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

(3). Aktivitas pewarnaan

Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pewarnaan adalah biaya

bahan pewarna. Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah bahan baku yang

digunakan selama bulan Juli 2015. Jumlah bahan baku yang digunakan sebesar

1200 meter

(4). Aktivitas lorot

Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya lorot adalah biaya gas dan

listrik Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah bahan baku yang diproduksi

selama bulan Juli 2015. Jumlah bahan baku yang digunakan sebesar 1200 meter.

Page 59: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

45

(5). Aktivitas pakaging

Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pakaging adalah biaya tas.

Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah unit batik yang diproduksi selama

bulan Juli 2015. Jumlah unit yang digunakan sebesar 500 unit.

a. Tahap Kedua

Biaya overhead pabrik (BOP) setiap kelompok aktivitas dilacak ke

berbagai jenis produk dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi

setiap produk. Pembebanan BOP produk dihitung dengan rumus :

(1). Aktivitas pemeliharaan

Aktivitas pemeliharaan adalah aktivitas yang berhubungan dengan

pemeliharaan atau perawatan peralatan yang digunakan untuk proses produksi

Pengalokasian biaya ke cost driver berdasarkan pada jam kerja langsung, karena

jam kerja langsung adalah pemicu terjadinya biaya tersebut. Jumlah jam kerja

langsung yang dianggarkan untuk pembuatan batik tulis sebesar JKL104 (4 jam x

26 hari). Biaya yang digunakan dalam aktivitas pemeliharaan selama bulan Juli

2015 adalah sebesar Rp 346.320 Adapun pengalokasian biayanya dapat dilihat

pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Alokasi Biaya Aktivitas Pemeliharaan

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Produk Tarif kelompok Unit Driver Jumlah

Batik Lukis Rp. 3.330 104 Rp. 346.320

Page 60: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

46

(2). Aktivitas pembuatan pola

Aktivitas pembuatan pola adalah proses pembuatan pola pada batik tulis

yang dinamakan mencanting. Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya

pembuatan pola adalah biaya pemakain malam dan gas. Pengalokasian biaya ke

cost driver berdasarkan pada jumlah bahan baku, karena jumlah bahan baku

adalah pemicu terjadinya biaya tersebut. Jumlah bahan baku yang dianggarkan

untuk pembuatan batik lukis sebesar 200 meter. Biaya yang digunakan untuk

aktivitas pembuatan pola selama bulan Juli 2015 sebesar Rp 508.200. Adapun

alokasinya sebagai berikut :

Tabel 4.6 Alokasi Biaya Aktivitas Pembuatan Pola

Produk Tarif Kelompok Unit Driver Jumlah

Batik Lukis Rp. 2.541 200 Rp.508.200

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

(3). Aktivitas pewarnaan

Aktivitas pewarnaan adalah aktivitas pewarnaan kain dengan cara dicelup

dan ditolet. Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pewarnaan adalah

pemakaian bahan pewarna. Pengalokasian biaya ke cost driver berdasarkan

jumlah pemakaian bahan baku batik lukis sebesar 200 meter, karena jumlah

pemakaian bahan baku merupakan pemicu terjadinya biaya tersebut. Biaya yang

digunakan untuk aktivitas pewarnaan selama bulan Juli 2015 adalah sebesar Rp

415.600 Adapun alokasi biaya disajikan pada tabel 4.7 berikut :

Page 61: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

47

Tabel 4.7Alokasi Biaya Aktivitas Pewarnaan

Produk Tarif Kelompok Unit Driver Jumlah

Batik Lukis Rp. 2.083 200 Rp.416.600

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

(4). Aktivitas lorot

Aktivitas lorot adalah proses meluruhkan bekas malam yang masih menempel

pada kain. Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya aktivitas lorot adalah

biaya gas dan listrik. Pengalokasian biaya ke cost driver berdasarkan jumlah

pemakaian bahan baku sebesar 200 meter, karena pemakaian bahan baku adalah

pemicu terjadinya biaya tersebut. Biaya yang digunakan dalam aktivitas lorot

selama bulan Juni 2013 adalah sebesar Rp 283.200. Adapun alokasinya disajikan

pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Alokasi Biaya Aktivitas Lorot

Produk Tarif Kelompok Unit Driver Jumlah

Batik Lukis Rp. 1.416 200 Rp.283.200

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

(5). Aktivitas pakaging

Pada proses ini batik telah siap untuk dijual tetapi di proses pakaging ini

batik diberikan tas sebagai kemasan saat dijual. Biaya yang termasuk dalam

kelompok biaya pakaging adalah biaya pembelian tas. Pengalokasian biaya ke

cost driver berdasarkan jumlah unit yang diproduksi sebesar 100 unit, karena

jumlah produksi adalah pemicu terjadinya biaya tersebut. Biaya yang digunakan

Page 62: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

48

dalam aktivitas pakaging selama bulan Juni 2013 adalah sebesar Rp 300.000,00.

Adapun alokasinya disajikan pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Alokasi Biaya Aktivitas Pakaging

Produk Tarif Kelompok Unit Driver Jumlah

Batik Lukis Rp. 3.000 100 Rp.300.000

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Jumlah biaya overhead yang dialokasikan menggunakan sistem activity based

costing dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.10 Biaya Overhead yang Dialokasikan

No Kelompok Biaya Jumlah

1 Pemeliharaan Rp. 346.320

2 Pembuatan Pola Rp. 508.200

3 Pewarnaan Rp. 416.600

4 Lorot Rp. 283.200

5 Packaging Rp. 300.000

Jumlah Rp. 1.854.320

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Jumlah biaya overhead pabrik yang dialokasikan dengan sistem activity

based costing adalah sebesar Rp 1.854.320.

Selanjutnya dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan sistem

activity based costing adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11 Penentuan Harga Pokok Produksi Batik Tulis berdasarkan

Sistem Activity Based Costing

Jumlah

/ Unit

BBB

(Rp)

BTK

(Rp)

BOP

(Rp)

HPP

(Rp)

HPP/ Unit

(Rp)

100 7.000.000 5.990.000 1.854.320 14.844.320 148.443

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Page 63: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

49

Pada tabel 4.11 menyajikan penentuan harga pokok produksi batik lukis

dengan sistem activity based costing. Harga pokok produksi batik lukis sebesar

Rp 14.844.320 diperoleh dari penjumlahan tiga unsur biaya yaitu biaya bahan

baku sebesar Rp 7.000.000, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 5.990.000,

dan biaya overhead pabrik sebesar Rp1.854.320.

4.2 Harga Pokok Produksi Batik Tulis dengan Sistem Konvensional

Penentuan harga pokok produksi batik tulis dengan sistem konvensional

terutama dalam perhitungan biaya overhead pabrik tidak dihitung secara detail

berdasarkan atas pemicu biaya dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk

batik lukis, karena harga pokok produksi dihitung dengan cara menjumlahkan

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Usaha Batik Solo Karawang menentukan harga pokok produksi masih

menggunakan sistem konvensional, berikut ini adalah penentuan harga pokok

produksi berdasarkan sistem konvensional usaha Batik Solo Karawang :

Penentuan tarif overhead dengan sistem konvensional pada usaha Batik

Solo Karawang diilustrasikan pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Penentuan Tarif BOP Sistem Konvensional

Jumlah Unit Biaya Overhead Jumlah BOP

100 Rp. 18.885 Rp. 1.888.560

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Page 64: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

50

Setelah biaya overhead diketahui sebesar Rp 1.888.560 maka penentuan

harga pokok produksi dengan sistem konvensional dapat dilakukan. Penentuan

harga pokok produksi batik lukis berdasarkan sistem konvensional disajikan pada

tabel 4.13

Tabel 4.13 Penentuan HPP Batik Tulis Berdasarkan Sistem Konvensional

Jumlah /

Unit

BBB

(Rp)

BTK

(Rp)

BOP

(Rp)

HPP

(Rp)

HPP / Unit

(Rp)

100 7.000.000 5.990.000 1.888.560 14.878.560 148.786

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Tabel 4.13 menyajikan penentuan harga pokok produksi batik lukis

berdasarkan sistem konvensional. Harga pokok produksi batik tulis sebesar Rp

14.878.560, diperoleh dari penjumlahan tiga unsur biaya yaitu biaya bahan baku

sebesar Rp 7.000.000 biaya tenaga kerja sebesar Rp 5.990.000 dan biaya overhead

pabrik sebesar Rp 1.888.560.

4.3 Perbandingan Harga Pokok Produksi Batik Lukis Menggunakan Sistem

Activity Based Costing dengan Sistem Konvensional

Penentuan harga pokok produksi yang selama ini digunakan perusahaan

adalah menggunakan sistem konvensional, yaitu menjumlahkan biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Dalam sistem activity based costing

(ABC), harga pokok produksi diperoleh dari penjumlahan konsumsi aktivitas-

aktivitas yang terjadi dalam proses produksi untuk menghasilkan batik lukis.

Page 65: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

51

Penentuan harga pokok produksi dan biaya overhead pabrik dengan sistem

ABC dan Konvensional terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut disajikan pada

tabel 4.14

Tabel 4.14 Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Sistem ABC dengan

Sistem Konvensional

Jumlah

/ Unit

BBB

(Rp)

BTK

(Rp)

Sistem Activity

Based Costing

Sistem Konvensional Selisih

BOP

(Rp)

HPP

(Rp)

BOP

(Rp)

HPP

(Rp)

HPP

(Rp)

100

7.000.000

5.990.000

1.854.320

14.844.320

1.888.560

14.878.560

34.240

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Berdasarkan tabel 4.14, harga pokok produksi batik lukis yang dilaporkan

dengan menggunakan sistem akuntansi biaya konvensional adalah sebesar Rp.

14.878.560 sedangkan perhitungan dengan sistem Activity Based Costing

menghasilkan harga pokok produksi sebesar Rp, 14.844.320 Hal ini

memperlihatkan bahwa harga pokok produksi yang dilaporkan mengalami

kelebihan sebesar Rp. 34.240 dari Rp. 14.878.560 dikarenakan adanya distorsi

biaya pada perhitungan menggunakan sistem konvensional hal ini karena

perusahaan tidak memikirkan detail kegiatan dari setiap aktivitas yang dilalui oleh

produk, seperti yang ada dalam kelompok aktivitas pemeliharaan, dengan sistem

konvensional perusahaan tidak memperhitungkan jumlah jam kerja yang benar-

benar dilalui oleh produk tersebut sehingga menyebabkan adanya perbedaan

jumlah BOP yang dihasilkan antara sistem konvensional dengan Activity Based

Costing yang mana sistem Activity based costing menghasilkan harga lebih murah

daripada sistem konvensional

Page 66: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

52

Sistem akuntansi biaya konvensional yang telah diterapkan oleh Usaha

Batik Solo Karawang lebih sederhana dibandingkan dengan sistem Activity Based

Costing karena pada sistem akuntansi biaya tradisional pembebanan biaya

overhead pada produk yang dihasilkan hanya menggunakan satu penggerak biaya,

yaitu volume produksi. Akan tetapi, perhitungan yang dihasilkan hanya

menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional tersebut menyebabkan terjadinya

distorsi pada harga pokok produksi, sehingga jumlah biaya produksi yang

dibebankan kepada masing-masing produk tidak tepat. Pada sistem Activity Based

Costing, biaya overhead dikelompokkan menurut aktivitas yang mendasarinya.

Jadi, sebelum menentukan penggerak biaya, aktivitas-aktivitas yang menimbulkan

biaya harus diidentifikasi terlebih dahulu setelah itu biaya tersebut dibebankan

kepada aktivitas yang mendasarinya. Perbedaan yang terjadi antara harga pokok

produksi menggunakan sistem konvensional dan sistem activity based costing

disebabkan karena pembebanan overhead pada masing-masing produk. Pada

sistem konvensional biaya overhead produk hanya dibebankan pada satu cost

driver saja. Sedangkan pada sistem activity based costing, biaya overhead pada

masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver sesuai aktivitas-

aktivitas yang dilakukan dalam pembuatan batik tulis, Sehingga dalam sistem

activity based costing mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap produk

lebih akurat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa hasil perhitungan harga pokok

produksi dengan sistem ABC memiliki keunggulan dibandingkan sistem

konvensional. Meskipun sistem konvensional mudah lebih mudah diaplikasikan

Page 67: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

53

karena hanya menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya

overhead pabrik, tetapi perhitungan tersebut kurang tepat untuk menghitung harga

pokok produksi lebih dari satu jenis produk karena tidak mencerminkan konsumsi

sumber daya secara lengkap dan akurat dalam proses produksinya.

4.4 Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Activity Based Costing

(ABC) pada Batik Cap

Penentuan harga pokok produksi pada usaha Batik Solo Karawang sampai

saat ini masih menggunakan sistem konvensional, karena biaya produksi dihitung

dengan cara mengkalkulasi semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi

batik cap tersebut, Sedangkan untuk harga pokok produksi per satuan tiap produk

dihitung dengan membagi total harga pokok produksi dengan jumlah batik cap

yang dihasilkan.

Analisis penentuan harga pokok produksi yang lebih akurat dapat

dilakukan dengan menggunakan sistem activity based costing (ABC). Perhitungan

harga pokok produksi batik pada usaha Batik Solo Karawang dengan sistem ABC

dibagi dalam dua cost pool. Cost pool tersebut yaitu batik tulis dan batik cap.

Aktivitas yang terjadi dalam pembuatan batik dikelompokkan dalam 5 cost driver

yaitu yaitu pemeliharaan, pembuatan pola, mewarnai, nglorot, dan pakaging.

Sebelum mengetahui jenis pengeluaran untuk masing- masing cost driver, biaya-

biaya yang dikeluarkan usaha Batik Solo Karawang selama proses produksi pada

bulan Juli 2015 terlebih dahulu harus diketahui. Proses klasifikasi biaya dapat

dimulai dengan suatu pengelompokkan yang sederhana dari semua biaya dalam

dua golongan, yaitu harga pokok produksi (manufacturing cost) dan biaya- biaya

Page 68: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

54

komersil (commercial cost). Harga pokok produksi dibagi menurut tiga unsur

utama dari biaya yaitu biaya bahan baku (BBB), biaya tenaga kerja (BTK), dan

biaya overhead pabrik (BOP). Sedangkan biaya komersil yaitu biaya- biaya

pemasaran (marketing expenses).

1. Biaya Bahan Baku

Unsur utama dari biaya yang pertama adalah biaya bahan baku, bahan

baku yang digunakan dalam pembuatan batik cap selama bulan Juli 2015 pada

Usaha Batik Solo Karawang dapat dilihat pada tabel 4.15

Tabel 4.15 Biaya Bahan Baku

No Bahan

Baku

Jumlah Pembelian Harga Bahan

Baku

(Rp)

Jumlah Biaya

Bahan Baku

(Rp)

1 Kain Mori 1000 Meter 35.000/m 35.000.000

Sumber : Data Batik Solo Karawang bulan Juli 2015

Harga per meter kain mori berbeda-beda tergantung dari kualitas bahan

namun usaha Batik Solo Karawang memilih kain mori seharga Rp 35.000 untuk

produksi batiknya. Jumlah pemakaian bahan baku selama bulan Juli 2015 adalah

sebesar 1000 meter . Sehingga total biaya bahan baku Batik Cap yang dikeluarkan

sebesar Rp 35.000.000.

2 Biaya Tenaga Kerja

Unsur utama biaya yang kedua adalah biaya tenaga kerja, upah tenaga

kerja langsung yang ada pada usaha Batik Solo Karawang dapat dilihat pada tabel

4.16

Page 69: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

55

Tabel 4.16 Biaya Tenaga Kerja Langsung

No Bagian Jumlah

Tenaga

Kerja

Upah Bulan Juli

(Rp)

Jumlah Biaya

Tenaga Kerja

(Rp)

1 Mencap 10 200.000 2.000.000

2 Menyelup dan menolet 16 160.000 2.560.000

3 Lorot dan penyelesaian 10 160.000 1.600.000

4 pakaging 10 200.000 2.000.000

Jumlah 46 8.160.000

Sumber : Data Batik Solo Karawang bulan Juli 2015

Biaya tenaga kerja pada tabel 4.16 adalah biaya tenaga kerja langsung

yang membuat batik cap, total biaya tenaga kerja pada usaha Batik Solo

Karawang sebesar Rp 8.160.000 untuk 46 orang sesuai dengan bagiannya masing-

masing.

3 Biaya Overhead Pabrik

Unsur utama dari biaya yang ketiga adalah biaya overhead pabrik. Biaya

yang termasuk dalam biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang tidak

langsung berpengaruh dalam penentuan harga pokok produksi. Biaya-biaya ini

terjadi karena adanya ativitas-aktivitas yang dilakukan dalam memproduksi batik

cap mulai dari mengolah bahan mentah menjadi produk jadi.

Penentuan harga pokok produksi batik cap dengan sistem activity based

costing menurut Slamet (2007) dilakukan dengan dua tahap yaitu :

a. Tahap Pertama

(1). Analisis aktivitas

Aktivitas yang terjadi dalam proses produksi batik cap adalah sebagai berikut :

(a). Aktivitas pemeliharaan

Page 70: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

56

(b). Aktivitas pembuatan pola

(c). Aktivitas pewarnaan

(d). Aktivitas lorot

(e). Aktivitas Pakaging

(2). Menghitung biaya overhead pabrik

(3). Setelah mengetahui aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam proses produksi,

langkah selanjutnya adalah menghitung biaya overhead pabrik. Biaya overhead

pabrik dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut :

Tabel 4.17 Biaya Overhead Pabrik

No Jenis Biaya Jumlah

1 Biaya Bahan Pewarna Rp. 2.500.000

2 Biaya Malam Rp. 1.550.000

3 Biaya Gas Rp. 3.000.000

4 Biaya Listrik Rp. 200.000

5 Biaya Tas Rp. 1.500.000

6 Biaya Perawatan Pola Cap Rp. 200.000

7 Biaya Perawatan Kompor Rp. 200.000

8 Biaya Perawatan Tabung Gas Rp. 18.000

9 Biaya Perawatan Gawangan Rp. 5.800

10 Biaya Perawatan Ember Rp. 15.000

11 Biaya Perawatan Drum Rp. 7.000

12 Biaya Perawatan Etalase Rp. 380.000

13 Biaya Perawatan Manekin Rp. 25.500

14 Biaya Perawatan Rak Pamer Rp. 30.000

15 Biaya Perawatan Wajan Cap Rp. 23.000

16 Biaya Perawatan Meja Cap Rp. 13.000

Jumlah Rp. 9.667.300

Sumber : Data Batik Solo Karawang bulan Juli 2015

(4). Mengelompokkan aktivitas sejenis untuk membentuk kumpulan sejenis

Page 71: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

57

Aktivitas untuk kelompok sejenis dalam pembuatan batik cap adalah

sebagai berikut :

(a). Kelompok aktivitas pemeliharaan : biaya perawatan pola cap, biaya perawatan

kompor, biaya perawatan tabung gas, biaya perawatan gawangan, biaya perawatan

ember, biaya perawatan drum, biaya perawatan estalase, biaya perawatan

manekin, biaya perawatan rak pamer, biaya perawatan wajan cap, biaya perawatan

meja cap.

(b). Kelompok aktivitas pembuatan pola : biaya malam, biaya gas

(c). Kelompok aktivitas pewarnaan : biaya pewarna

(d). Kelompok aktivitas lorot : biaya gas, biaya listrik

(e). Kelompok aktivitas pakaging : biaya tas

(5). Menjumlahkan biaya aktivitas yang dikelompokkan untuk mendefinisikan

kelompok biaya sejenis

Page 72: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

58

Tabel 4.18 Biaya Kelompok sejenis

No Kelompok Aktivitas Jenis Biaya Jumlah

1 Pemeliharaan Pemeliharaan Pola Rp. 200.000

Pemeliharaan Kompor Rp. 200.000

Pemeliharaan Tabung Gas Rp. 18.000

Pemeliharaan Gawangan Rp. 5.800

Pemeliharaan Ember Rp. 15.000

Pemeliharaan Drum Rp. 7.000

Pemeliharaan Etalase Rp. 380.000

Pemeliharaan Manekin Rp. 25.500

Pemeliharaan Rak Pamer Rp. 30.000

Pemeliharaan Wajan Cap Rp. 23.000

Pemeliharaan Meja Cap Rp. 13.000

Jumlah Rp. 917.300

2 Pembuatan Pola Malam Rp. 1.550.000

Gas Rp. 1.500.000

Jumlah Rp. 3.050.000

3 Pewarnaan Pewarna Rp. 2.500.000

Jumlah Rp. 2.500.000

4 Lorot Gas Rp. 1.500.000

Listrik Rp. 200.000

Jumlah Rp. 1.700.000

5 Pakaging Tas Rp. 1.500.000

Jumlah Rp. 1.500.000

Jumlah Rp. 9.667.300

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

(6). Menghitung kelompok tarif overhead

Penentuan tarif kelompok overhead untuk penentuan harga pokok produksi batik

cap adalah sebagai berikut :

(a). Aktivitas pemeliharaan

Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pemeliharaan adalah biaya

perawatan peralatan yang digunakan untuk proses memproduksi batik. Penentuan

tarif kelompok (pool rate) berdasarkan jam kerja langsung (JKL) selama bulan

Juli 2015. Jumlah jam kerja langsung sebesar 208 jam (8 jam x 26 hari). Biaya

tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

Page 73: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

59

(b). Aktivitas pembuatan pola

Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pembuatan pola adalah pemakaian

bahan malam dan gas. Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah bahan baku

yang digunakan. Jumlah bahan baku yang digunakan selama bulan Juli 2015

sebesar 1200 meter . Biaya tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

(c). Aktivitas pewarnaan

Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pewarnaan adalah biaya bahan

pewarna. Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah bahan baku yang

digunakan selama bulan juli 2015. Jumlah bahan baku yang digunakan sebesar

1200 meter

(d). Aktivitas lorot

Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya lorot adalah biaya gas dan

listrik Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah bahan baku yang diproduksi

selama bulan juli 2015. Jumlah bahan baku yang digunakan sebesar 1200 meter.

Page 74: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

60

(e). Aktivitas pakaging

Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pakaging adalah biaya tas.

Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah unit batik yang diproduksi selama

bulan juli 2015. Jumlah unit yang digunakan sebesar 600 unit.

a. Tahap Kedua

Biaya overhead pabrik (BOP) setiap kelompok aktivitas dilacak ke

berbagai jenis produk dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi

setiap produk. Pembebanan BOP produk dihitung dengan rumus :

a. Aktivitas pemeliharaan

Aktivitas pemeliharaan adalah aktivitas yang berhubungan dengan pemeliharaan

atau perawatan peralatan yang digunakan untuk proses produksi Pengalokasian

biaya ke cost driver berdasarkan pada jam kerja langsung, karena jam kerja

langsung adalah pemicu terjadinya biaya tersebut. Jumlah jam kerja langsung

yang dianggarkan untuk pembuatan batik tulis sebesar JKL104 (4 jam x 26 hari).

Biaya yang digunakan dalam aktivitas pemeliharaan selama bulan Juli 2015

adalah sebesar Rp 458.640 Adapun pengalokasian biayanya dapat dilihat pada

tabel 4.19 berikut :

Tabel 4.19 Alokasi Biaya Aktivitas Pemeliharaan

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Produk Tarif kelompok Unit Driver Jumlah

Batik cap Rp. 4.410 104 Rp. 458.640

Page 75: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

61

(b). Aktivitas pembuatan pola

Aktivitas pembuatan pola adalah proses pembuatan pola pada batik cap

yang dinamakan mencap. Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pembuatan

pola adalah biaya pemakain malam dan gas. Pengalokasian biaya ke cost driver

berdasarkan pada jumlah bahan baku, karena jumlah bahan baku adalah pemicu

terjadinya biaya tersebut. Jumlah bahan baku yang dianggarkan untuk pembuatan

batik cap sebesar 1000 meter. Biaya yang digunakan untuk aktivitas pembuatan

pola selama bulan Juli 2015 sebesar Rp 2.541.000. Adapun alokasinya sebagai

berikut :

Tabel 4.20 Alokasi Biaya Aktivitas Pembuatan Pola

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

(c). Aktivitas pewarnaan

Aktivitas pewarnaan adalah aktivitas pewarnaan kain dengan cara dicelup

dan ditolet. Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pewarnaan adalah

pemakaian bahan pewarna. Pengalokasian biaya ke cost driver berdasarkan

jumlah pemakaian bahan baku batik cap sebesar 1000 meter, karena jumlah

pemakaian bahan baku merupakan pemicu terjadinya biaya tersebut. Biaya yang

digunakan untuk aktivitas pewarnaan selama bulan Juli 2015 adalah sebesar Rp

2.083.000,00. Adapun alokasi biaya disajikan pada tabel 4.21 berikut :

Produk Tarif kelompok Unit Driver Jumlah

Batik Cap Rp. 2.541 1000 Rp. 2.541.000

Page 76: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

62

Tabel 4.21 Alokasi Biaya Aktivitas Pewarnaan

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

(d). Aktivitas lorot

Proses meluruhkan bekas malam yang masih menempel pada kain. Biaya

yang termasuk dalam kelompok biaya aktivitas lorot adalah biaya gas dan listrik.

Pengalokasian biaya ke cost driver berdasarkan jumlah pemakaian bahan baku

sebesar 1000 meter, karena pemakaian bahan baku adalah pemicu terjadinya biaya

tersebut. Biaya yang digunakan dalam aktivitas lorot selama bulan Juli 2015

adalah sebesar Rp 1.416.000. Adapun alokasinya disajikan pada tabel 4.22

Tabel 4.22 Alokasi Biaya Aktivitas Lorot

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

e. Aktivitas pakaging

Pada proses ini batik telah siap untuk dijual tetapi di proses pakaging ini batik

diberikan tas sebagai kemasan saat dijual. Biaya yang termasuk dalam kelompok

biaya pakaging adalah biaya pembelian tas. Pengalokasian biaya ke cost driver

berdasarkan jumlah unit yang diproduksi sebesar 500 unit, karena jumlah

produksi adalah pemicu terjadinya biaya tersebut. Biaya yang digunakan dalam

aktivitas pakaging selama bulan Juli 2015 adalah sebesar Rp 1.250.000. Adapun

alokasinya disajikan pada tabel 4.23

Produk Tarif kelompok Unit Driver Jumlah

Batik Cap Rp. 2.083 1000 Rp. 2.083.000

Produk Tarif kelompok Unit Driver Jumlah

Batik Cap Rp. 1.416 1000 Rp. 1.416.000

Page 77: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

63

Tabel 4.23 Alokasi Biaya Aktivitas Pakaging

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Jumlah biaya overhead yang dialokasikan menggunakan sistem activity

based costing dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.24 Biaya Overhead yang Dialokasikan

No Kelompok Biaya Jumlah

1 Pemeliharaan Rp. 458.640

2 Pembuatan Pola Rp. 2.541.000

3 Pewarnaan Rp. 2.083.000

4 Lorot Rp. 1.416.000

5 Packaging Rp. 1.250.000

Jumlah Rp. 7.748.640

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Jumlah biaya overhead pabrik yang dialokasikan dengan sistem activity

based costing adalah sebesar Rp 7.748.640

Selanjutnya dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan sistem

activity based costing adalah sebagai berikut :

Tabel 4.25 Penentuan Harga Pokok Produksi Batik Cap berdasarkan Sistem

Activity Based Costing

Jumlah

/ Unit

BBB

(Rp)

BTK

(Rp)

BOP

(Rp)

HPP

(Rp)

HPP/ Unit

(Rp)

500 35.000.000 8.160.000 7.748.640 50.908.640 101.817

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Pada tabel 4.25 menyajikan penentuan harga pokok produksi batik cap

dengan sistem activity based costing. Harga pokok produksi batik cap sebesar Rp

Produk Tarif kelompok Unit Driver Jumlah

Batik cap Rp. 2.500 500 Rp. 1.250.000

Page 78: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

64

50.908.640 diperoleh dari penjumlahan tiga unsur biaya yaitu biaya bahan baku

sebesar Rp 35.000.000 biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 8.160.000, dan

biaya overhead pabrik sebesar Rp 7.748.640

4.5 Harga Pokok Produksi Batik Cap dengan Sistem Konvensional

Penentuan harga pokok produksi batik cap dengan sistem konvensional

terutama dalam perhitungan biaya overhead pabrik tidak dihitung secara detail

berdasarkan atas pemicu biaya dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk

batik cap, karena harga pokok produksi dihitung dengan cara menjumlahkan biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Usaha Batik Solo Karawang menentukan harga pokok produksi masih

menggunakan sistem konvensional, berikut ini adalah penentuan harga pokok

produksi berdasarkan sistem konvensional usaha Batik Solo Karawang :

Penentuan tarif overhead dengan sistem konvensional pada usaha Batik Solo

Karawang diilustrasikan pada tabel berikut :

Tabel 4.26 Penentuan Tarif BOP Sistem Konvensional

Jumlah Unit Biaya Overhead Jumlah BOP

500 Rp. 16.112 Rp. 8.056.000

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Setelah biaya overhead diketahui sebesar Rp 8.056.000 maka penentuan

harga pokok produksi dengan sistem konvensional dapat dilakukan. Penentuan

Page 79: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

65

harga pokok produksi batik cap berdasarkan sistem konvensional disajikan pada

tabel 4.27

Tabel 4.27 Penentuan HPP Batik Tulis Berdasarkan Sistem Konvensional

Jumlah /

Unit

BBB

(Rp)

BTK

(Rp)

BOP

(Rp)

HPP

(Rp)

HPP / Unit

(Rp)

500 35.000.000 8.160.000 8.056.000 51.216.000 102.432

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Tabel 4.27 menyajikan penentuan harga pokok produksi batik cap

berdasarkan sistem konvensional. Harga pokok produksi batik cap sebesar Rp.

51.216.000 diperoleh dari penjumlahan tiga unsur biaya yaitu biaya bahan baku

sebesar Rp 35.000.000 biaya tenaga kerja sebesar Rp 8.160.000 dan biaya

overhead pabrik sebesar Rp 8.056.000.

4.6 Perbandingan Harga Pokok Produksi Batik Cap Menggunakan Sistem

Activity Based Costing dengan Sistem Konvensional

Penentuan harga pokok produksi yang selama ini digunakan perusahaan

adalah menggunakan sistem konvensional, yaitu menjumlahkan biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Dalam sistem activity based costing

(ABC), harga pokok produksi diperoleh dari penjumlahan konsumsi aktivitas-

aktivitas yang terjadi dalam proses produksi untuk menghasilkan batik cap.

Penentuan harga pokok produksi dan biaya overhead pabrik dengan sistem ABC

dan Konvensional terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut disajikan pada tabel

4.28

Page 80: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

66

Tabel 4.28 Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Sistem ABC dengan

Sistem Konvensional

Jumla

h /

Unit

BBB

(Rp)

BTK

(Rp)

Sistem Activity

Based Costing

Sistem Konvensional Selisih

BOP

(Rp)

HPP

(Rp)

BOP

(Rp)

HPP

(Rp)

HPP

(Rp) 500 35.000.00

0

8.160.00

0

7.748.64

0

50.908.64

0

8.056.00

0

51.216.00

0

307.36

0

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015

Berdasarkan tabel 4.28, harga pokok produksi batik cap yang dilaporkan

dengan menggunakan sistem konvensional adalah sebesar Rp. 51.216.000

sedangkan perhitungan dengan sistem Activty Based Costing menghasilkan harga

pokok produksi sebesar Rp. 50.908.640 Hal ini memperlihatkan bahwa harga

pokok produksi yang dilaporkan mengalami kelebihan sebesar Rp. 307.360 dari

Rp. 51.216.000 dikarenakan adanya distorsi biaya pada perhitungan menggunakan

sistem konvensional hal ini karena perusahaan tidak memikirkan detail kegiatan

dari setiap aktivitas yang dilalui oleh produk, seperti yang ada dalam kelompok

aktivitas pemeliharaan, dengan sistem konvensional perusahaan tidak

memperhitungkan jumlah jam kerja yang benar-benar dilalui oleh produk tersebut

sehingga menyebabkan adanya perbedaan jumlah BOP yang dihasilkan antara

sistem konvensional dengan Activity Based Costing yang mana sistem

konvensional menghasilkan harga lebih mahal daripada sistem Activity Based

Costing.

Sistem akuntansi biaya konvensional yang telah diterapkan oleh usaha

batik Solo Karawang lebih sederhana dibandingkan dengan sistem Activity Based

Costing karena pada sistem akuntansi biaya tradisional pembebanan biaya

Page 81: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

67

overhead pada produk yang dihasilkan hanya menggunakan satu penggerak biaya,

yaitu volume produksi. Akan tetapi, perhitungan yang dihasilkan hanya

menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional tersebut menyebabkan terjadinya

distorsi pada harga pokok produksi, sehingga jumlah biaya produksi yang

dibebankan kepada masing-masing produk tidak tepat. Perbedaan yang terjadi

antara harga pokok produksi menggunakan sistem konvensional dan sistem

activity based costing disebabkan karena pembebanan overhead pada masing-

masing produk. Pada sistem konvensional biaya overhead produk hanya

dibebankan pada satu cost driver saja. Sedangkan pada sistem activity based

costing, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak

cost driver sesuai aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam pembuatan batik cap.

Sehingga dalam sistem activity based costing mampu mengalokasikan biaya

aktivitas ke setiap produk lebih akurat berdasarkan konsumsi masing-masing

aktivitas.

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa hasil perhitungan harga pokok

produksi dengan sistem ABC memiliki keunggulan dibandingkan sistem

konvensional. Meskipun sistem konvensional mudah lebih mudah diaplikasikan

karena hanya menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya

overhead pabrik, tetapi perhitungan tersebut kurang tepat untuk menghitung harga

pokok produksi lebih dari satu jenis produk karena tidak mencerminkan konsumsi

sumber daya secara lengkap dan akurat dalam proses produksinya.

Page 82: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

68

4.7 Perbandingan Harga Pokok Produksi Batik Solo Karawang

Menggunakan Sistem Activity Based Costing dengan Sistem Konvensional.

Perbandingan hasil dari perhitungan harga pokok produksi batik Solo

Karawang dapat dilihat pada tabel 4.29.

Tabel 4.29 Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Sistem ABC dengan

Sistem Konvensional

Jenis

Batik

Activity Based Costing Sistem Konvensional Selisih

BBB BTK BOP HPP BBB BTK BOP HPP HPP

Batik

Lukis

Rp.

10.500

Rp.

5.990

Rp.

1.854

Rp.

14.844

Rp.

10.500

Rp.

5.990

Rp.

1.888

Rp.

14.878

Rp.

34.240

Batik

Cap

Rp.

35.000

Rp.

8.160

Rp.

7.748

Rp.

50.908

Rp.

35.000

Rp.

8.160

Rp.

8.056

Rp.

51.216

Rp.

307.360

Sumber : data primer yang diolah Juli 2015 (Dalam Ribuan Rupiah)

Tabel 4.29 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil antara

menggunakan metode activity based costing dengan metode konvensional dimana

dalam batik lukis yang dilaporkan dengan menggunakan sistem akuntansi biaya

konvensional adalah sebesar Rp. 14.878.560 sedangkan perhitungan dengan

sistem Activty Based Costing menghasilkan harga pokok produksi sebesar Rp.

14.844.320. Hal ini memperlihatkan bahwa harga pokok produksi sistem

konvensional yang dilaporkan mengalami kelebihan sebesar Rp. 34.240 dari Rp

14.844.320 sedangkan dalam batik cap yang dilaporkan dengan menggunakan

sistem akuntansi biaya konvensional adalah sebesar Rp. 51.216.000 sedangkan

perhitungan dengan sistem Activty Based Costing menghasilkan harga pokok

Page 83: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

69

produksi sebesar Rp 50.908.640 Hal ini memperlihatkan bahwa harga pokok

produksi yang dilaporkan mengalami kelebihan sebesar Rp 307.360 dari Rp

51.216.000.

Perhitungan dengan dua metode tersebut pada kedua jenis produk

menghasilkan jumlah yang sama maupun batik lukis dan batik cap sistem

konvensional mengalami Overvalue dimana harga pokok produksi dengan sistem

konvensional menghasilkan harga lebih tinggi atau mahal daripada sistem Activity

Based Costing.

Page 84: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

70

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka

selanjutnya dapat disimpulkan bahwa:

1. Penentuan harga pokok produksi batik lukis menggunakan

sistem activity based costing lebih akurat dan tepat apabila dibandingkan

dengan sistem konvensional. Harga pokok produksi batik lukis dengan

sistem activity based costing sebesar Rp. 14.844.320 sedangkan dengan

perhitungan konvensional harga batik lukis adalah sebesar Rp. 14.878.560

per 100 unit kain yang diproduksi, hal ini menimbulkan selisih harga Rp.

34.240 lebih besar daripada perhitungan dengan metode Activity Based

Costing (overvalue).

2. Penentuan harga pokok produksi batik cap menggunakan sistem

activity based costing lebih akurat dan tepat apabila dibandingkan dengan

sistem tradisional. Harga pokok produksi batik cap dengan sistem activity

based costing sebesar Rp. 50.908.640 sedangkan dengan perhitungan

konvensional harga batik cap adalah sebesar Rp. 51.216.000 per 500 unit

kain yang diproduksi, hal ini menimbulkan selisih harga Rp. 307.360 lebih

besar dibandingkan dengan metode Activity Based Costing (overvalue).

Page 85: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

71

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian di atas maka peneliti

menyarankan sebagai berikut :

Bagi pemilik Usaha Batik Solo Karawang

Hasil penelitian penentuan harga pokok produksi berdasarkan sistem

activity based costing tersebut dapat dijadikan masukan bagi Usaha Batik Solo

Karawang dengan menggunakan formulasi biaya pada masing -masing produk

(batik lukis dan batik cap). Formulasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan

anggaran biaya produksi untuk kegiatan produksi selanjutnya dan menentukan

harga pokok produksi yang lebih akurat terutama dalam menghadapi persaingan

harga jual sehingga tidak terjadi lagi distorsi atau kesalahan perhitungan yang

menyebabkan salahnya penentuan harga pokok produksi yang tentunya akan

mempengaruhi laba yang sebenarnya.

Page 86: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

72

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Edward J, Stout, David E, Cokins. 2012. Manajemen Biaya Penekanan

Strategis, edisi 5 Jakarta: Salemba Empat

Bustami, Bastian & Nurlela 2006. Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu

Firmansyah, Imam. 2014. Akuntansi Biaya itu Gampang. Jakarta : Dunia Cerdas

Hansen, Don R and Maryane M Mowen. 2005. Akuntansi Managerial. Jakarta:

Salemba Empat.

Mulyadi. 2014. Akuntansi Biaya, Edisi 5, Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Slamet, Achmad.2007.Penganggaran, Perencanaan dan Pengendalian Usaha.

Semarang: UNNES PRESS

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta, CV

Witjaksono, Armanto. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu

Page 87: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

73

LAMPIRAN

Daftar pertanyaan wawancara kepada pemilik Usaha Batik Solo Karawang :

1. Berapa banyak pembelian bahan baku untuk batik lukis ?

200 Meter

2. Berapa banyak pembelian bahan baku untuk batik cap ?

1000 Meter

3. Berapa biaya pembelian bahan baku untuk batik lukis ?

Rp. 35.000

4. Berapa biaya pembelian bahan baku untuk batik cap ?

Rp. 35.000

5. Berapa banyak tenaga kerja yang digunakan untuk batik lukis ?

19 Orang

6. Berapa banyak tenaga kerja yang digunakan untuk batik cap ?

46 Orang

7. Berapa biaya tenaga kerja selama satu bulan pada Usaha Batik Solo

Karawang untuk batik lukis ?

Mencanting 10 Orang Rp 5 000.000, Menyelup & Menolet 4 Orang Rp

520.000, 4 Orang Lorot & Penyelesaian Rp 120.000, 1 Orang Packaging

Rp 350.000

8. Berapa biaya tenaga kerja selama satu bulan pada Usaha Batik Solo

Karawang untuk batik cap?

Page 88: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

74

9. Mencap 10 Orang Rp 2.000.000, Menyelup & Menolet 16 Orang Rp

2.560.000, 10 Orang Lorot & Penyelesaian Rp 1.600.000, 10 Orang

Packaging Rp 2.000.000

10. Berapa biaya oprasional pabrik untuk batik lukis dalam sebulan ?

Biaya Bahan Pewarna Rp. 2.500.000

Biaya Malam Rp. 1.550.000

Biaya Gas Rp. 3.000.000

Biaya Listrik Rp.200.000

Biaya Tas Rp. 1.500.000

Biaya Perawatan Canting Rp.6.100

Biaya Perawatan Kompor Rp.200.000

Biaya Perawatan Tabung Gas Rp.18.000

Biaya Perawatan Gawangan Rp. 5.800

Biaya Perawatan Ember Rp.15.000

Biaya Perawatan Drum Rp.7.000

Biaya Perawatan Etalase Rp. 380.000

Biaya Perawatan Manekin Rp.25.500

Biaya Perawatan Rak Pamer Rp.30.000

Biaya Perawatan Wajan Rp.5.400

11. Berapa biaya oprasional pabrik untuk batik cap dalam sebulan ?

Biaya Bahan Pewarna Rp. 2.500.000

Biaya Malam Rp. 1.550.000

Page 89: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

75

Biaya Gas Rp. 3.000.000

Biaya Listrik Rp.200.000

Biaya Tas Rp. 1.500.000

Biaya Perawatan Pola Cap Rp.200.000

Biaya Perawatan Kompor Rp.200.000

Biaya Perawatan Tabung Gas Rp.18.000

Biaya Perawatan Gawangan Rp. 5.800

Biaya Perawatan Ember Rp.15.000

Biaya Perawatan Drum Rp.7.000

Biaya Perawatan Etalase Rp. 380.000

Biaya Perawatan Manekin Rp.25.500

Biaya Perawatan Rak Pamer Rp.30.000

Biaya Perawatan Wajan Rp.23.000

Biaya Perawatan Meja Cap Rp.13.000

12. Tahap – tahap aktivitas apa saja untuk pembuatan batik lukis dan batik

cap?

1.Aktivitas Pemeliharaan 2. Aktivitas Pembuatan Pola 3. Aktivitas

Pewarnaan 4. Aktivitas Lorot 5. Aktivitas Packaging

Page 90: EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA BATIK SOLO KARAWANG

76

USAHA BATIK SOLO KARAWANG

Jl. Tanjung Pura No. 8, Kecamatan Tanjung Pura, Karawang Barat

________________________________________________________________________

SURAT KETERANGAN

Yang bertandatangan dibawah ini, menerangkan bahwa murid tersebut dibawah ini:

Nama : Christian Oktomi Adiguna

NIM : 2010420007

Jurusan : Fakultas Ekonomi Akuntansi

Telah melakukan penelitian di Usaha Batik Solo Karawang dengan judul :

EFISIENSI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI

BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING

DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KONVENSIONAL PADA

BATIK SOLO KARAWANG (Studi kasus pada Usaha Batik Solo

Karawang). Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Karawang, Juli 2015

Pemilik Usaha Batik Solo Karawang

Ibu Yelianti