efektivitas tepung jintan hitam (nigella sativa) untuk

57
EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK MENCEGAH INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SKRIPSI MIRSAD NIM. 10594 00619 11 JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

MENCEGAH INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO

(Clarias gariepinus)

SKRIPSI

MIRSAD

NIM. 10594 00619 11

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

Page 2: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

ii

EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

MENCEGAH INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO

(Clarias gariepinus)

MIRSAD

NIM. 10594 00619 11

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1)

perikanan pada program studi budidaya perairan

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

Page 3: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : MIRSAD

NIM : 10594 00619 11

Judul Skripsi : Efektifitas Tepung Jintan Hitam (Nigella sativa) untuk Mencegah

Infeksi Aeromonas hydrophila pada Lele Dumbo.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan

hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya, baik untuk naskah

laporan maupun kegiatan yang tercantum sebagai bagian dari skripsi ini. Jika

terdapat karya orang lain saya akan mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan

ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik karena karya tulis ini dan

sanksi lain yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan

dari pihak manapun.

Makassar, 6 Mei 2017

Yang membuat pernyataan

MIRSAD

NIM. 10594 00619 11

Page 4: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

iv

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul : Efektifitas Tepung Jintan Hitam (Nigella sativa) untuk Mencegah

Infeksi Aeromonas hydrophila pada Lele Dumbo

Nama : Mirsad

NIM : 10594 00619 11

Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

Telah Diperiksa dan Disetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Rahmi, S.Pi., M.Si. Ir. Darmawati, M.Si.

NIDN.0905027904 NIDN.0920126801

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Program Studi,

Ir. H. Saleh Molla, MM. Murni, S.Pi.,M.Si.

NIDN.0931126113 NIDN.0903037306

Page 5: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

v

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : Efektifitas Tepung Jintan Hitam (Nigella sativa) untuk Mencegah

Infeksi Aeromonas hydrophila pada Lele Dumbo

Nama : Mirsad

Stambuk : 10594 00619 11

Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

SUSUNAN KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Dr. Rahmi, S.Pi.,M.Si (.....................)

Ketua Sidang

2. Ir. Darmawati, M.Si (.....................)

Sekretaris

3.Burhanuddin.,S.Pi., M.P (.....................)

Anggota

4. Murni., S.Pi., M.Si. (.....................)

Anggota

TANGGAL LULUS : 11 Januari 2017

Page 6: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

vi

ABSTRAK

MIRSAD, 105940061911. Efektivitas Tepung Jintan Hitam (Nigella

sativa) untuk Mencegah Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele

Dumbo (Clarias gariepinus) di bawah Bimbingan Dr. Rahmi,S.Pi., M.Si dan

Ir. Darmawati, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas tepung jintan hitam

(Nigella sativa) yang dicampurkan ke pakan untuk mencegah infeks Aeromonas

hydrophila pada ikan lele. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini sebagai

informasi bagi para pembudidaya, khususnya pembudidaya ikan lele dumbo

terkait penyakit yang menyerang serta cara penanggulangangnya. Penelitian ini

dilakukan selama 1 bulan di Balai Benih Ikan (BBI) Bontomanai Gowa, Serta

pemeriksaan kadar hematokrit dan leukosit di lakukan di Labolatorium Balai

Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Sulawesi Selatan. Sedangkan

Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acap Lengkap (RAL)

dengan 4 Perlakuan dan 3 Ulangan.

Lele yang diberi tepung jintan hitam dicampurkan kepakan sebanyak 0%,

5%, 10%, dan 15% selama 14 hari, kemudian di uji tantang dengan bakteri

Aeromonas hydrophila 106 cfu.ml

-1 melalui penyuntikan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemberian jintan hitam secara signifikan (P<0,05) terhadap

pertumbhan ikan lele. Jintan hitam sebanyak 15% pada pakan menghasilkan

prevalensi 4,76%, 95,23% kelangsungan hidup, hematokrit 31,25%, dan total

leukosit 6,7x104

sel.mm-3

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa

semakin tinggi konsentrai dari perlakuan maka semakin baik untuk pencegahan

infeksi Aeromonas hydrophila.

Kata kunci: Jintan Hitam, Tingkat Kelangsungan Hidup, Leukosit dan Hematokrit

Page 7: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella

sativa) UNTUK MENCEGAH INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN

LELE DUMBO (Clarias gariepinus)”. Maksud dari penyusunan skripsi ini

adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana S1 perikanan

pada Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Perairan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan Skripsi ini banyak pihak yang sangat membantu

penulis dalam berbagai hal. Oleh karena itu, penulis sampaikan rasa terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr.H.Abd Rahman Rahim, SE., MM. Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ir. H. Saleh Molla, MM. Selaku Dekan Fakultas Pertanian

3. Ibu Murni, S.Pi.,M.Si. Selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan

sekaligus sebagai Dosen Penguji II

4. Ibu Rahmi, S.Pi.,M.Si. Selaku Dosen Pembimbing I yang penuh ke iklasan

dan kesabaran meluangkan waktunya dan tenaganya dalam membimbing

penulis mulai dari persiapan penelitian sampai akhir Skripsi.

5. Ibu Ir. Darmawati, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis dari awal persiapan penelitian

hingga akhir.

Page 8: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

viii

6. Bapak Burhanuddin.,S.Pi., M.P. Selaku Dosen penyelenggara kepanitiaan

Seminar ujian akhir dan Selaku Dosen Penguji I.

7. Seluruh Dosen, Staf dan karyawan Program Studi Budidaya Perairan.

8. Orang Tua Tercinta yang telah sangat banyak memberikan doa dan

dukungannya kepada penulis baik secara moril maupun materil sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan penulis.

9. Kakak dan adik tercinta serta keluarga dan kerabat yang senantiasa

memberikan doa serta dukungan semangat kepada penulis,

10. Sahabat serta rekan-rekan seperjuangan tercinta Iksan, Basrul, Ariyanto,

Abd Hafid, Ahmad, Andre serta teman-teman yang penulis idak sebutkan

namanya satu persatu yang tak henti memberikan dukungan dan motovasi

kepada penulis.

11. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya.

Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis

terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan

segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya

bagi kita semua.

Makassar, 6 Mei 2017

Penyusun

Page 9: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii

LEMBARAN PENGESAHAN iv

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI v

ABSTRAK vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Identifikasi dan klasifikasi Lele Dumbo 5

2.2. Kebiasaan Hidup Ikan Lele Dumbo 6

2.3. Sifat Ikan Lele Dumbo 7

2.4. Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo 7

2.5. Penyakit Ikan 8

2.6. Faktor Penyebab Penyakit pada Lele Dumbo 10

2.7. Kualitas Air untuk Lele Dumbo 12

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat 13

3.2. Alat dan Bahan 13

3.3. Metode 14

3.3.1. Pembuatan Pakan Perlakuan 14

3.3.2. Hewan Uji 14

3.3.3. Penginfeksian Hewan Uji 15

3.4. Rancangan Penelitian 15

3.5. Parameter yang diamati 15

3.5.1. Persentase Ikan yang Terinfeksi (Prevalensi) 15

3.5.2. Kelangsungan Hidup 16

3.5.3. Total Leukosit dan Kadar Hematokrit 16

3.5.4. Fisika Kimia Air 17

3.6. Analisis Data 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Prevalensi 18

4.2. Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) 19

4.3. Kadar Hematokrit 21

4.4. Kelangsungan Hidup 22

4.5. Fisika Kimia Air 25

Page 10: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

x

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan 27

5.2. Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 31

Page 11: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

xi

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini 13

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini 13

3. Data prevalensi setelah tujuh hari pasca infeksi 18

4. Data total leukosit selama pemeliharaan 19

5. Kadar hematokrit selama pemeliharaan 21

6. Kisaran kualitas air selama penelitian 25

Page 12: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

xii

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Marfologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 6

2. Data kelangsungan hidup ikan lele selama penelitian 23

Page 13: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Analisis of Varians pada Prevalensi Ikan Lele Dumbo 32

2. Analisis of Varians dari Kelangsungan hidup Ikan Lele Dumbo 33

3. Data Prevalensi dan Kelangsungan Hidup 34

4. Dokumentasi Penelitian di BBI bontomanai 35

Page 14: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber andalan

dalam pembangunan perikanan di Indonesia. Produksi dari perikanan budidaya

sendiri secara keseluruhan diproyeksikan meningkat dengan rata-rata 9.17 % per

tahun. Target tersebut antara lain didasarkan atas dasar poetnsi pengembangan

daerah perikanan budidaya yang memungkinkan di wilayah Indonesia (Sugianti,

2005). Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta

didukung peluang pasar internasional yang baik maka perikanan budidaya di

Indonesia merupakan salah satu komponen yang penting di sektor perikanan. Hal

ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang persediaan pangan nasional,

penciptaan pendapatan dan lapangan kerja serta mendatangkan penerimaan

negara dari ekspor. Perikanan budidaya juga berperan dalam mengurangi beban

sumber daya laut. Di samping itu perikanan budidaya dianggap sebagai sektor

penting untuk mendukung perkembangan ekonomi pedesaan.

Besarnya kontribusi perikanan budidaya dan penangkapan ikan air tawar

terhadap total produksi ikan nasional sebesar 29,1%. Total produksi perikanan

budidaya meningkat 23,74 % pertahun dari 6.277.923.00 ton pada tahun 2010

menjadi 14.521.349.16 ton di tahun 2014. Peningkatan ini merupakan dampak

dari inovasi teknologi, pertambahan areal dan ketersediaan benih ikan yang

berkualitas. Pada tahun 2014, total produksi nasional dari budidaya ikan sebesar

14.52 juta ton (Laporan kinerja KKP tahun 2014). Total produksi budidaya ikan

Lele pada tahun 2015 mencapai 5.622,59 ton atau 31,46%.

Page 15: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

2

Untuk memenuhi permintaan produk perikanan yang terus meningkat,

penerapan intensifikasi budidaya tidak dapat dihindarkan. Namun, intensifikasi

budidaya dapat menimbulkan berbagai dampak penyakit. Salah satu kendala yang

menghambat budidaya ikan lele adalah kehadiran patogen bakteri yaitu

Aeromonas hydrophila. Bakteri ini menyebabkan penyakit (Motile Aeromonas

Septicemia) atau penyakit bercak merah. Bakteri ini menyerang berbagai jenis

ikan air tawar seperti lele dumbo, (Clarias gariepinus), ikan mas (Cyprinus

carpio), gurami (Osphronemus gouramy) dan dapat menimbulkan wabah penyakit

dengan tingkat kematian tinggi (80-100%) dalam waktu 1-2 minggu.

Hingga kini, metode yang banyak digunakan untuk menanggulangi

penyakit pada ikan budi daya adalah pengobatan dengan zat kimia atau antibiotik.

Penggunaan antibiotik untuk penanganan penyakit pada akuakultur telah

mendapat peringatan karena penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat

menyebabkan resistensi dari bakteri terhadap pengobatan (FAO, 2005) dalam

Grandiosa (2010)). Penanganan yang dilakukan di tingkat petani bergantung pada

antibiotik seperti Oxytetracycline, inroflaxic dan malachite green (Jangkaru,

2007).

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, perlu ada alternatif bahan obat

yang lebih aman yang dapat digunakan dalam pengendalian penyakit ikan. Salah

satu alternatifnya adalah dengan menggunakan tumbuhan obat tradisional yang

bersifat anti parasit, anti jamur, anti bakteri, dan anti viral. Beberapa keuntungan

menggunakan tumbuhan obat tradisional antara lain relatif lebih aman, mudah

diperoleh, murah, tidak menimbulkan resistensi, dan relatif tidak berbahaya

Page 16: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

3

terhadap lingkungan sekitarnya. Beberapa tumbuhan obat tradisional yang

diketahui dapat dimanfaatkan dalam pengendalian berbagai agen penyebab

penyakit ikan adalah sirih (Piper betle L.), daun jambu biji (Psidium guajava L.),

Daun sirih diketahui berdaya antioksidasi, antiseptik, bakterisida, dan fungisida,

sedangkan daun jambu biji selain bersifat anti bakteri juga bersifat anti viral.

Salah satu upaya pengobatan terhadap penyakit M.A.S. pada ikan lele

adalah dengan memanfaatkan Jintan hitam (Nigella sativa) yang dapat berperan

sebagai zat anti bakteri. Nigella sativa yang dikenal sebagai “black cumin” atau

Habbatusauda merupakan tanaman obat namun bukan asli Indonesia karena

tanaman ini tumbuh di daerah Mediterranean dan juga dibudidayakan di Turki.

Kandungan minyak dan bahan yang terdapat dalam biji jintan hitam memiliki

potensi sebagai obat di dunia medis tradisional (Salem, 2005). Aktivitas biologis

dari biji jintan hitam dilaporkan memiliki kemampuan antioksidan, antiinflamasi,

anti-kanker dan anti mikroba. Menurut Hendrik (2007) dalam Aldi dan Suhatri

(2011) jintan hitam dapat merangsang dan memperkuat sistem imun tubuh melalui

peningkatan jumlah, mutu, dan aktivitas sel-sel imun tubuh. Jintan hitam diduga

bekerja sebagai imunomodulator yaitu bekerja dengan melakukan modulasi (perba

ikan) sistem imun. Beberapa pengaruh farmakologis telah dikaitkan dengan unsur

yang terkandung dalam Nigella sativa termasuk diantaranya, Thymoquinon,

Dithymoquinone, Thymohidriquinone, dan Thymolcarvacrol, nigellicine,

nigellimine-x-oxide, nigellidine dan alpha-hedrin. (Endarti, 2009).

Berdasarkan penelitian Ali et al. (2007) ekstrak ether biji jintan hitam

dapat menghambat bakteri S. aureus dan M. luteus yang menghasilkan zona daya

Page 17: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

4

hambat masing-masing 12 dan 15 mm. Hannan et al. (2008) melaporkan bahwa

ekstrak ethanol dari jintan hitam dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Penelitian mengenai uji in-

vitro Nigella sativa terhadap Aeromonas hydrophila baru dilakukan oleh Tumar

dan Boimin (2006) yang menyimpulkan bahwa konsentrasi terendah dari Nigella

sativa yang diekstrak, menghasilkan zona daya hambat terhadap Aeromonas

hydrophila pada nilai 2 % (20.000 ppm) dan memberikan rerata diameter zona

daya hambat sebesar 6,83 mm. dan di lanjutkan oleh Dontriska, at al.(2014) yang

menyimpulkan bahwa konsentrasi tertinggi dari Nigella sativa menghasilkan zona

daya hambat pada nilai 15% (150.000 ppm) memberikan rerata diameter zona

hambat sebesar 4,15 cm.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, maka perlu dilakukan

penelitian tentang penggunaan tepung jintan hitam yang dicampurkan ke

pakan ikan dalam pencegahan infeksi bakteri A.hydrophila pada Lele Dumbo

(Clarias gariepinus).

1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji efektivitas penggunaan dari tepung

jintan hitam (Nigella sativa) dengan konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan

bakteri Aeromonas hydrophila., Sedangkan kegunaan dari penelitian ini yaitu

untuk melakukan penyelidikan dari efektivitas jintan hitam dengan berbagai

perlakuan yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Page 18: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Lele dumbo memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, dan tidak bersisik.

Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti

mozaik hitam putih. Mulut lele relatif lebar, yaitu sekitar seperempat dari panjang

total tubuhnya.Tanda spesifik lainnya dari lele dumbo adalah adanya kumis di

sekitar mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat peraba untuk mencari

makan (Simanjuntak, 1996).

Menurut Najiyanti (1992) dalam Rustidja (2004) bentuk luar lele dumbo

yaitu memanjang, bentuk kepala pipih, dan tidak bersisik. Mulut lele dumbo

terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu 1

pasang sungut hidung, 1 pasang sungut maksilan (berfungsi sebagai tentakel) dan

dua pasang sungut mandibula. Lele dumbo mempunyai 5 sirip yaitu sirip ekor,

sirip punggung, sirip dada, dan sirip dubur. Pada sirip dada jari-jarinya mengeras

yang berfungsi sebagai patil, tetapi pada lele dumbo patil lemah dan tidak

beracun.Insang berukuran kecil, sehingga kesulitan bernafas.Selain bernafas

dengan insang, lele dumbojuga mempunyaialat pernafasan tambahan (arborecent)

yang terletak pada insang bagian atas .Arborecent berwarna kemerahan dan

berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah.

Ikan lele digemari semua lapisan masyarakat sebagai protein hewani

alternatif yang harganya murah. Ikan lele mudah diolah, bergizi tinggi dan

rasanya enak. Ikan lele dumbo mudah dipelihara, disimpan dan dipasarkan baik

berupa ikan hidup maupun ikan segar (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).

Page 19: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

6

Menurut Bachtiar (2007) klasifikasi atau pengelompokan ikan lele dumbo

adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub ordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Gambar 2.1. Ciri morfologi ikan lele dumbo (Santoso,1994)

2.2. Kebiasaan Hidup Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan air tawar yang

banyak dibudidayakan di sebagian besar wilayah Indonesia. Jenis ikan ini banyak

disukai masyarakat.Lingkungan hidup lele dumbo adalah semua perairan air

tawar, sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti

danau, waduk, telaga, dan rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam.

Parameter kualitas air yang paling banyak berperan dalam pertumbuhan

dan kelulushidupan organisme air diantaranya yaitu suhu, pH, oksigen terlarut,

dan amoniak. Purnomo (2006) dalam(Hastuti et al., 2008) menyatakan ikan lele

dumbo dapat hidup pada suhu 20°C, untuk suhu optimal antara 25 - 28°C,

Page 20: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

7

sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26 - 30°C.

Derajat keasaman (pH) yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele dumbo adalah 6,5

– 8,0. (Rukmana 2003 dalam Hastuti et al., 2008).

2.3. Sifat Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Pada siang hari lele dumbo memang jarang menampakkan aktivitasnya

dan lebih menyukai tempat yang bersuasana sejuk dan gelap. Ikan lele dumbo

bersifat nokturnal (aktif pada malam hari). Lele dumbo mencari makan biasa

dilakukan pada malam hari, namun, pada kolam-kolam budidaya lele dumbo

dapat dibiasakan diberi pakan pada siang hari (Santoso, 1994).

Lele dumbo terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup

lebar hingga mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan

misalnya pellet. Lele dumbo sering digolongkan pemakan segala ((omnivora).

Makanan berupa bangkai seperti ayam, bebek, angsa, burung, bangkai unggas

lainnya dilahapnya hingga tulang belulangnya. Lele dumbo juga dikenal sebagai

pemakan bangkai atau scavenger. Di kolam budidaya, lele dumbo mau menerima

segala jenis makanan yang diberikan (Santoso, 1994).

2.4. Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Memelihara lele dumbo bisa dilakukan di berbagai tempat. Ikan lele

umumnya dipelihara di kolam. Kolam bisa dibuat dari bermacam-macam bahan

bisa beton, terpal, bahkan bisa dipelihara di sawah penduduk. Kolam beton bisa

dibangun dengan syarat adanya lahan yang cukup. Ukuran kolam sebagai

pedoman, setiap 1 m³ air dapat menampung 30-50 ekor lele berukuran sekitar 10

cm. Bila kedalaman kolam 1-1,5 m, maka setiap 1 m² kolam dapat digunakan

Page 21: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

8

untuk memelihara paling sedikit 30 ekor lele. Dinding kolam sebaiknya dibuat

tegak lurus, karena lele memiliki patil yang dapat digunakan untuk merangkak

dengan berpijak pada dinding yang agak miring. Dasar kolam sebaiknya dibuat

agak miring ke arah pintu pengeluaran air, agar pengeringan kolam tidak

mengalami kesulitan (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).

2.5. Penyakit Ikan

Dalam usaha budidaya ikan, penyakit ikan dapat mengakibatkan kerugian

ekonomis, karena penyakit dapat menyebabkan kekerdilan, periode pemeliharaan

lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah, dan

kematian (Handajani dan Samsundari, 2005).

Penyakit ikan merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan

gangguan pada ikan baik secara langsung maupun tidak langsung (Kordi, 2004).

Pada dasarnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang dengan sendirinya

melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan

(kondisi di dalam air), kondisi ikan (inang), dan adanya jasad patogen (jasad

penyakit) (Handajani dan Samsundari, 2005). Timbulnya suatu penyakit

disebabkan dari hasil interaksi yang tidak sesuai dengan lingkungan yang

menyebabkan stres pada ikan, sehingga mengakibatkan kondisi tubuhnya

melemah dan nantinya terserang oleh penyakit (Kordi, 2004). Penyakit

merupakan suatu gangguan pada organisme yang disebabkan oleh parasit (Mulia,

2007). Serangan penyakit yang terjadi pada ikan di kolam budidaya terjadi karena

terganggunya keharmonisan interaksi antara tiga komponen utama yaitu ikan,

kondisi lingkungan, dan organism penyakit (Mukaromah, 2011).

Page 22: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

9

Sumber penyakit yang sering menyerang ikan dapat dikelompokkan

menjadi dua macam yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi (Afrianto &

Liviawaty, 1992 dalam Mukaromah, 2011).

a. Penyakit Infeksi

Penyakit yang disebabkan adanya aktivitas organisme parasit. Organisme

yang sering menyerang ikan pemeliharaan, antara lain virus, bakteri, jamur,

protozoa, cacing, dan udang renik.

b. Penyakit Non-infeksi

Penyakit yang disebabkan oleh selain mikroorganisme hidup yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pakan, lingkungan, keturunan, dan

penanganan. Interaksi yang terjadi pada ikan akibat serangan parasit merupakan

masalah yang cukup serius dibandingkan dengan gangguan yang disebabkan oleh

faktor lain (Zonneveld et al., 1991).

2.5.1. Bakteri Aeromonas hydrophila

Aeromonas merupakan bakteri yang berbentuk seperti batang, bersifat

Gram negatif, dapat hidup dengan atau tanpa oksigen (fakultatif aerobik), tidak

berspora, bergerak aktif karena mempunyaisatu flagel (motil), senang hidup di

lingkungan dengan 15-300C dan pH 5,5-9. Bakteri ini umumnya hidup di air

tawar, terutama yang mengandung bahan organik tinggi (Afrianto dan Liviawaty,

2009).

Aeromonas dapat menyerang semua jenis ikan air tawar dan jenis

penyakitnya disebut Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau sering juga disebut

Hemorrhage Septicemia. Gejala yang ditimbulkan akibat serangan Aeromonas

Page 23: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

10

hydrophila baru dilihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat stress yang

disebabkan oleh penurunan kualitas air, kekurangan pakan atau penanganan yang

kurang cermat (Afrianto dan Liviawaty, 2009).

Penularan bakteriAeromonas dapat langsung dengan melalui air, dengan

kontak badan, kontak dengan peralatan yang sudah tercemar atau karena

pemindahan ikan yang terserang Aeromonasdari satu tempat ketempat lain. Ikan

yang terserang Aeromonas akan menunjukkan gejala dengan warna tubuhnya

berubah menjadi gelap, kulitnya menjadi kasar dan timbul pendarahan yang

selanjutnya akan menjadi borok (hemorrhage), sehingga kemampuan untuk

berenangnya menurun dan sering megap-megap di permukaan air karena

insangnya rusak sehingga sulit bernafas, terjadi pendarahan pada organ bagian

dalam (hati, ginjal maupun limpa), serta terlihatperutnya agak kembung (dropsi),

seluruh siripnya rusak dan insangnya menjadi berwarna keputih-putihan, mata

rusak dan agak menonjol (exopthalmia) (Afrianto dan Liviawaty, 2009).

2.6. Faktor Penyebab Penyakit Pada Lele Dumbo

Dalam membudidayakan ikan lele dumbo, sering mendapat kendala

karena serangan penyakit. Faktor penyebab penyakit atau peristiwa yang memicu

terjadinya serangan penyakit antara lain patogen, stres, kekurangan gizi,

pemberian pakan yang berle bihan, dan kualitas air.

2.6.1. Patogen

Patogen merupakan organisme yang dapat menyebabkan penyakit, yang

termasuk patogen di antaranya yaitu bakteri, jamur, virus, dan protozoa.

Page 24: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

11

2.6.2. Stres

Semua perubahan pada lingkungan dianggap sebagai penyebab stres bagi

ikan dan untuk itu diperlukan adanya adaptasi dari ikan. Stres dapat menyebabkan

ikan menjadi shok, tidak mau makan, dan meningkatnya kepekaan terhadap

penyakit (Kordi, 2004).

2.6.3. Kekurangan Gizi

Ikan yang kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab

penyakit. Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan mengurangi laju

pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan

menjadi lebih mudah terserang penyakit (Kordi, 2004).

2.6.4. Pemberian Pakan yang Berlebihan

Pemberian pakan yang berlebihan dapat menyebabkan ikan mengalami

kekenyangan yang berlebihan sehingga usus ikan mudah pecah. Pakan yang

berlebihan dan tidak habis dimakan oleh ikan akan tertimbun di dasar kolam,

dengan demikian akan mempercepat penurunan kualitas air. Pakan merupakan

sumber bahan organik yang bila mengalami dekomposisi akan menjadi amonia,

sedangkan konsentrasi amonia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya

keracunan pada ikan (Kordi, 2004).

2.6.5. Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha

budidaya perikanan. Kualitas dan kuantitas air yang memenuhi syarat merupakan

kunci keberhasilan dalam budidaya ikan, karena air merupakan tempat hidup bagi

ikan (Kordi, 2004).

Page 25: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

12

2.7. Kualitas air untuk lele dumbo (C. gariepinus)

Kualitas air untuk budidaya ikan lele dumbo merupakan salah satu faktor

penting yang harus diperhatikan dalam usaha budidaya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas air antara lain faktor fisika, kimia, dan biologi.

2.7.1.Suhu

Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan.

Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu dan

dapat menekan laju pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan kematian bila

peningkatan suhu sangat drastis. Kisaran suhu optimum bagi kehidupan ikan lele

dumbo 25-28°C (Pamunjtak, 2010). kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan

lele dumbo yaitu berkisar antara 22-320C (Ditjen Perikanan Budidaya,2006)

2.7.2. pH

pH merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan dan

sangat berperan pada organisme perairan dalam keadaan terlarut, sehingga dapat

digunakan untuk mengukur baik buruknya kualitas perairan. Kisaran pH yang

ideal untuk kehidupan budidaya perikanan ikan lele dumbo berkisar antara 6,5

sampai 9 (Pamunjtak, 2010).

2.7.3. DO (Kadar Oksigen Terlarut)

Kandungan oksigen terlarut dalam air merupakan komponen utama bagi

metabolisme ikan dan organisme perairan lainnya (Kordi, 2004). Sebagian besar

ikan membutuhkan oksigen terlarut sebanyak 5ppm. Idealnya batas pertumbuhan

ikan adalah 5 ppm (Sitanggang, 2002 dalam Mukaromah, 2011). Oksigen terlarut

untuk budidaya ikan lele dumbo adalah 3 ppm (Khairuman dan Amri, 2012).

Page 26: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di Balai Benih Ikan

(BBI) Bontomanai Gowa. Serta pemeriksaan kadar hematokrit dan leukosit

dilakukan di Labolatorium BPBAP Takalar. Program Studi Budidaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.

3.2. Alat dan Bahan

Untuk kelancaran dari penelitian ini, diperlukan sejumlah Alat dan Bahan

yang menunjang keberhasilan. Peralatan dan bahan antara lain :

3.2.1. Alat yang digunakan pada penelitian ini seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini

No Nama Fungsi

1 Akuarium (50 x 35 x 40 cm ) Pemeliharaan hewan uji

2 Blower Asupan oksigen dalam kolam

3 Seser Mengambil ikan

4 Timbangan digital Menimbang berat ikan dan biji jintan hitam

5 Penggaris Mengukur panjang ikan

6 Blender Menghaluskan jintan hitam dan pelet

7 Baskom Menampung objek

8 Gilingan daging Mencetak pakan

9 Do meter Mengukur kadar oksigen

10 pH meter Mengukur pH, Asam dan Basa

11 Termometer Mengukur suhu atau temperatur

12 Spuit suntik Menyuntikkan Bakteri

3.2.2. Bahan yang digunakan pada penelitian ini seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini

No Nama Fungsi

1 Ikan Lele Dumbo(12-15 cm) Sebagai Hewan Uji

2 Jintan Hitam Sebagai Bahan Uji

3 Bakteri A. hydrophila Sebagai Bahan Uji

4 Pelet Komersial Pakan Ikan

5 Germ Free Pembunuh Bakteri

Page 27: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

14

3.3. Metode

Metode dalam penelitian ini memiliki tahapan sebagai berikut :

3.3.1. Pembuatan Pakan Perlakuan

Jintan hitam dihaluskan dengan menggunakan blender sampai menjadi

tepung. Pelet komersil (protein 40%) juga dihaluskan dengan blender sampai

menjadi tepung. Selanjutnya, tepung jintan dicampur dengan tepung pelet sesuai

dengan perlakuan dalam penelitian, kemudian diaduk sampai merata. Tepung

jintan dan tepung pelet kemudian ditambahkan air hangat sebanyak 20% dari

jumlah campuran pakan dan diaduk hingga menjadi kalis dan dapat dicetak,

kemudian dicetak menggunakan gilingan daging. Pakan lalu dikeringkan dibawah

sinar matahari selama 2 hari kemudian di potong sesuai bukaan mulut ikan.

3.3.2. Hewan Uji

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium yang

berukuran 50 cm x 35 cm x 40 cm sebanyak 12 unit. Sebelum digunakan

akuarium dicuci menggunakan sabun dan dikeringkan, Kemudian diisi air

sebanyak 10 liter dan diaerasikan pada masing-masing akuarium.

Setiap akuarium diisi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sebanyak 15

ekor (padat tebar 1 ekor/liter). Ikan lele dumbo diadaptasikan dalam akuarium

selama seminggu dan diberi pakan pelet (protein 40%) secara at satiation dengan

frekuensi pemberian 3 kali sehari, yaitu pukul 08.00 WITA, 12.00 WITA, dan

16.00 WITA. Serta penyiponan akuarium dilakukan 3 hari sekali, hal ini

dikarenakan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) lebih menyukai air yang keruh.

Page 28: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

15

3.3.3. Penginfeksian Hewan Uji

Ikan lele yang sudah diadaptasikan selama satu minggu, dipuasakan satu

hari. Selanjutnya ikan lele dumbo dipelihara selama 35 hari. Pada hari ke-1

sampai hari ke-14 pemeliharaan, ikan diberi pakan perlakuan dengan frekuensi

pemberian pakan tiga kali sehari dan diberikan secara at satiation. Pada hari ke-

15 diinfeksikan bakteri A. hydrophila dengan konsentrasi 106 cfu.ml

-1 melalui

penyuntikan pada punggung ikan tanpa ada penyiponan. Pada hari ke-15 sampai

hari ke-35 ikan diberi pakan pelet komersil. Hari ke-22 dilakukan pengamatan

persentase ikan yang terinfeksi. Ciri-ciri umum ikan yang terinfeksi adalah

terdapat bintik merah, hemoragik, luka dan borok (tukak).

3.4. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah perbedaan

penambahan jumlah tepung jintan hitam ke pakan ikan. Adapun perlakuan yang

digunakan adalah sebagai berikut :

A = Tanpa Penambahan tepung jintan hitam

B = Penambahan tepung jintan hitam 5%

C = Penambahan tepung jintan hitam 10%

D = Penambahan tepung jintan hitam 15%

3.5. Parameter Yang Diamati

3.5.1. Persentase Ikan Yang Terinfeksi (Prevalensi)

Pengamatan prevalensi dilakukan pada hari ke-22. Prevalensi ikan

Page 29: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

16

dihitung dengan rumus menurut Fidyandini et al., (2012).

∑ Ikan terinfeksi

Prev = x 100%

∑ Ikan yang diamatai

3.5.2. Kelangsungan hidup

Kelangsungan hidup dilakukan pada hari ke-35 pemeliharaan.

Kelangsungan hidup ikan dihitung dengan menggunakan rumus Effendie, (2002)

sebagai berikut:

Nt

SR = x 100%

No

Keterangan :

SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)

No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

3.5.3. Total leukosit dan kadar hematokrit

Pengamatan total leukosit dan kadar hematokrit dilakukan pada hari ke- 14,

hari ke 22 dan hari ke -35. Total leukosit dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 19

89 dalam Dopongtonung, 2008).

1

∑ Leukosit = rataan ∑Ax xC

B

Keterangan :

A = sel terhitung

B = volume kotak besar

C = pengencer

Page 30: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

17

3.5.4. Fisika Kimia Air

Pengukuran parameter kualitas air meliputi kandungan amonia (NH3),

suhu, pH dan kandungan oksigen (DO) yang dilakukan sebanyak dua kali selama

penelitian yaitu hari ke-1, dan hari ke-35. Pengukuran dilakukan untuk

memudahkan pengelolaan air sehingga ikan tidak mengalami stres atau kematian.

Suhu, pH dan DO diukur dengan menggunakan pH meter dan DO meter.

3.6. Analisis Data

Data persentase ikan terinfeksi, kelangsungan hidup dianalisis secara

statistik menggunakan analisis sidik ragam dengan taraf 5%. Jika hasil analisis

keragaman menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan

uji BNT (Hanafiah, 2004). Data kadar hematokrit, leukosit, dan kualitas air

dianalisis secara deskriptif.

Page 31: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Prevalensi

Data rata-rata persentase ikan yang terinfeksi (prevalensi) bakteri A.

hydrophila setelah tujuh hari pasca penginfeksian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data prevalensi setelah tujuh hari pasca infeksi

Ulangan

Perlakuan 1 2 3 Jumlah Rata-rata(%)

P0(0%) 3 2 4 9 42,86

P1(5%) 1 2 2 5 23,81

P2(10%) 1 1 1 3 14,28

P3(15%) 0 0 1 1 4,76

Berdasarkan data pada Tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa semakin

tinggi persentase jintan hitam dalam pakan hingga 15%, maka semakin rendah

jumlah ikan lele dumbo yang terinfeksi A. hydrophila. Hasil analisis sidik ragam

diketahui bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)

terhadap prevalensi. Hasil uji lanjut BNT 5%, prevalensi ikan lele pada perlakuan

P3 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Rendahnya prevalensi pada perlakuan penambahan jintan hitam diduga

karena bahan aktif berupa tymoquinone yang terdapat dalam biji jintan hitam

dapat meningkatkan jumlah, mutu, dan aktifitas sel-sel imun tubuh ikan (Aldi dan

Suhatri, 2011). Hasil penelitian Endarti (2009) menyatakan bahwa pemberian

jintan hitam (Nigella sativa) dapat meningkatkan jumlah sel darah putih, seperti

neutrofil, limfosit, dan monosit. Meningkatnya jumlah sel darah putih (leukosit)

akan menurunkan aktifitas bakteri A. hydrophila dengan cara memfagositosis sel

bakteri tersebut, sehingga daya infeksinya semakin rendah dan dapat mengurangi

Page 32: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

19

jumlah ikan yang terinfeksi. Selain mengandung bahan aktif tymoquinon, jintan

hitam juga mengandung bahan aktif seperti minyak atsiri, alkaloid, dan flavonoid

yang diduga sebagai zat antimicrobial. Menurut Kusdarwati (2010) mekanisme

kerja senyawa antimikrobial dimulai dengan penghambatan sintesis dinding sel,

perubahan permeabilitas membrane sel atau transfor aktif melalui membrane sel,

penghambatan sintesis protein yaitu penghambatan penerjemahan dan transkripsi

material genetik dan penghambatan sintesis asam nukleat.

Kerusakan membran sel menyebabkan tidak berlangsungnya transport

senyawa dan ion kedalam sel bakteri sehingga bakteri mengalami kekurangan

nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhannya dan akhirnya bakteri akan mati.

Senyawa fenol dari minyak atsiri juga berperan dalam membunuh bakteri, yaitu

dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri. Akibat terdenaturasinya protein sel

bakteri, maka semua aktivitas metabolisme sel bakteri terhenti, sebab semua

aktivitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh enzim yang merupakan protein.

4.2. Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit)

Jumlah sel darah putih ikan lele meningkat setelah diberi pakan perlakuan

selama 14 hari. Hasil pemeriksaan jumlah sel darah putih disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Total leukosit selama pemeliharaan

Total leukosit x 104 (sel.mm

-3) / Hari ke-

Perlakuan 14 22 35

P0 (0%) 0,73

4,4 1,6

P1(5%) 1,2 3,4 2,4

P2(10%) 1,2 2,7 4,9

P3(15%) 3,6 2,2 6,7

Page 33: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

20

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas

untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh,

misal bakteri atau virus. Leukosit bergerak sebagai organisme selular bebas dan

merupakan “lengan” kedua sistem imun bawaan. Jumlah total leukosit pada ikan

teleostei sekitar 20.000-150.000 (2 –15 x 104) sel.mm-3 (Affandi dan Tang,

2002). Hasil pengukuran total leukosit pada hari ke-14 setelah pemberian pakan

perlakuan penambahan jintan hitam menunjukkan bahwa jumlah leukosit pada

perlakuan kontrol P0, P1 dan P2 masing-masing perlakuan mengalami penurunan

leukosit dibawah standar nilai optimum untuk ikan lele. Peningkatan tertinggi

yaitu pada P3 dengan penambahan jintan hitam sebanyak 15%. Peningkatan

jumlah leukosit terjadi karena adanya bahan aktif yang terkandung dalam jintan

hitam. Menurut El-Kadi et al.,(1989) dalam Sari (2009), jintan hitam

meningkatkan rasio antara sel-T helper dengan sel-T penekan (supressor) sebesar

55-72%, yang mengindikasikan peningkatan aktivitas fungsional sel pembunuh

alami dan efek jintan hitam sebagai imunomodulator. Kandungan timokuinon

pada jintan hitam menstimulasi sumsum tulang dan sel imun, produksi interferon,

melindungi kerusakan sel oleh infeksi virus, menghancurkan sel tumor dan

meningkatkan jumlah antibodi yang diproduksi sel. Pemeriksaan leukosit pada

hari ke-22 (tujuh hari pasca infeksi) menunjukkan total leukosit pada perlakuan

P0, P1 dan P2, semua perlakuan mengalami peningkatan. Kemudian pada

perlakuan P3 mengalami penurunan leukosit dari 3,6 menjadi 2,2. Menurunnya

jumlah sel darah putih diduga karena adanya aktifitas sel darah putih untuk

membunuh sel bakteri yang menginfeksi ikan, sehingga jumlah sel darah putih

Page 34: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

21

menurun. Total leukosit pada pemeriksaan di akhir pemeliharaan menunjukkan

bahwa pada perlakuan tanpa penambahan jintan hitam P0 dan P1 penambahan

jintan hitam sebanyak 5% mengalami penurunan, hal ini berbeda dengan

perlakuan P2 dan P3 penambahan jintan hitam yang masih mengalami

peningkatan. Peningkatan jumlah leukosit pada kedua perlakuan menunjukkan

bahwa ikan masih memiliki daya imun normal disebabkan masih adanya

kandungan timokuinon pada jintan hitam. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Angka (1985) dalam Suryati (2010) ikan yang sehat memiliki sel darah putih

lebih rendah dibandingkan dengan ikan yang sakit.

4.3. Kadar Hematokrit

Kadar hematokrit Ikan Lele Dumbo disajikan pada Tabel 5

Tabel 5. Kadar hematokrit selama pemeliharaan

Kadar Hematokrit (%) / Hari ke-

Perlakuan 22 35

P0 (%) 24,75 20,50

P1 (5%) 47,5 22,00

P2 (10%) 28,75 29,00

P3 (15%) 36,5 31,25

Hasil pemeriksaan hematokrit selama pemeliharaan hari ke 22 (tujuh hari

pasca penginfeksian bakteri A. hydrophila) pada perlakuan P0 (0%) memiliki

kadar hematokrit 24,75% kemudian perlakuan P2 (10%) memiliki kadar

hematokrit 28,75%. lebih rendah dari batas normal. Pada perlakuan P1 (5%)

mengalami peningkatan hematokrit diatas normal yaitu 47,5%, sedangkan pada

perlakuan P3 (15%) memiliki jumlah kadar hematokrit normal yaitu 36,5. Hal ini

dibuktikan dengan pernyataan Menurut Bastiawan, at al. (2001) kisaran kadar

Page 35: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

22

hematokrit normal untuk ikan lele dumbo yaitu 30,8-45,5%. Nilai

hematokrit dibawah 30% menunjukkan defisiensi eritrosit, sedangkan nilai

hematokrit yang lebih kecil dari 22% menunjukkan ikan mengalami anemia.

Hematokrit merupakan perbandingan antara volume darah dan plasma darah.

Pemeriksaan hematokrit berguna untuk melihat kondisi kesehatan ikan. Apabila

kandungan hematokrit menurun dari kandungan persentase normal maka ikan

mengalami anemia, sedangkan bila persentase hematokrit diatas normal

menunjukkan ikan mengalami stres.

Kadar hematokrit pasca infeksi pada perlakuan penambahan jintan hitam

lebih tinggi diduga karena bahan aktif yang terkandung dalam jintan hitam efektif

dalam pencegahan infeksi bakteri. Jintan hitam juga mengandung bahan aktif

yaitu nigelline yang berfungsi dalam meningkatkan nafsu makan ikan. Menurut

Angka et al., (1990) dalam Suryati (2010) kadar hematokrit ikan tergantung pada

faktor nutrisi dan umur ikan. Pasca infeksi bakteri Aeromonas hydrophila, pada

perlakuan kontrol yang tidak ditambahkan jintan hitam nafsu makan ikan lele

menurun. Menurunnya nafsu makan ikan akan mempengaruhi nutrisi yang

terserapoleh ikan tersebut, sehingga kadar hematokrit pada perlakuan kontrol

lebih rendah dari pada perlakuan dengan penambahan tepung jintan hitam pada

pakan ikan lele dumbo.

4.4. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan Hidup merupakan perbandingan antara jumlah organisme

yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal

periode. Kelangsunga hidup dapat digunakan dalam mengetahui toleransi dan

Page 36: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

23

kemampuan ikan untuk hidup. Kelangsungan hidup ikan lele yang tertinggi

adalah pada perlakuan P3 (15% jintan hitam) yaitu sebesar 95,23% sementara

kelangsungan hidup ikan lele yang terendah yaitu pada perlakuan P0 (0%) tanpa

jintan hitam yaitu sebesar 71,42%.

Kelangsungan hidup ikan lele selama pemeliharaan disajikan pada

Gambar 2.

Gambar 4.2. Data kelangsungan hidup ikan lele selama penelitian

Berdasarkan analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan

penambahan tepung jintan hitam memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata

(P>0,05) terhadap kelangsungan hidup ikan lele dumbo. Hasil kelangsungan

hidup ikan lele pada perlakuan P3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

P0, P1, dan P2. Dari hasil tersebut menjelaskan bahwa penambahan jintan hitam

sebanyak 15% lebih efektiv untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele.

Tingginya kelangsungan hidup pada perlakuan penambahan jintan hitam

dikarenakan bahan aktif yang terdapat dalam jintan hitam bekerja sebagai

imunostimulan dan meningkatkan produksi antibodi tubuh ikan. Mekanisme

kerjadari jintan hitam sebagai imunostimulan adalah melalui sistem imunitas non

71,42

85,71 90,47

95,23

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

P0(0%) P1(5%) P2(10%) P3(15%)

Kel

an

gsu

ngan

Hid

up

(%

)

Perlakuan Penambahan Tepung Jintan Hitam

Page 37: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

24

spesifik, yaitu dengan meningkatkan aktivitas dan jumlah sel darah putih

(leukosit) serta melalui sistem imunitas spesifik terutama pada sistem imun

spesifik seluler dengan cara meningkatkan rasio antara sel T helper (Th) dengan

sel T suppressor (Ts) (El Kadi dan Kandil, 1987) dalam (Sari, 2009). Respon

imun non-spesifik umumnya merupakan imunitas bawaan (innate imunity) yang

berarti bahwa respon terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya

tidak pernah terpapar pada zat tersebut. Sistem imun non spesifik meliputi

pertahanan fisik dan kimiawi (mucus, kulit, sisik dan insang), serta pertahanan

seluler (sel makropage, leukosit seperti monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil).

Mekanisme efektor seluler dalam proses sistem imun non spesifik akan

melibatkan secara langsung sel-sel yang mempunyai kemampuan fagositosis,

seperti netrofil dan makropage. Setiap benda asing (antigen dari bakteri) yang

masuk ke dalam tubuh akan difagositosis oleh netrofil dan makropage (Affandi

dan Tang, 2002).

Respon imun spesifik merupakan respon yang didapat (acquired

immunity) yang timbul terhadap antigen tertentu. Pada respons imun spesifik,

adanya antigen yang masuk ke dalam tubuh akan menstimulus aktivasi limfosit

dan produksi antibodi yang pada akhirnya mengeliminasi antigen tersebut.

Limfosit yang bekerja pada respon imun spesifik terdiri dari dua tipe, yaitu sel T

dan sel B. Sel T berfungsi dalam respon imun selular yang dibagi menjadi 3 tipe,

yaitu (a) Sel T helper (Th) yang dapat menstimulasi limfosit B untuk

mengeluarkan antibodi dan dapat mengenali antigen pada sel makrofag sehingga

menstimulasi produksi berbagai jenis limfokin yang dapat membantu

Page 38: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

25

menghancurkan antigen tersebut, (b) Sel T cytotoxic (Tc) yang mempunyai

peranan utama dalam menghancurkan sel-sel yang terinfeksi dengan cara kontak

langsung antar sel, (c) Sel T suppressor (Ts) yang mempunyai peranan utama

untuk menghambat aktivasi dan kerja dari sel T dan sel B (BPOM, 2013).

4.5. Fisika Kimia Air

Air merupakan media hidup organisme akuatik, oleh karena itu

pertumbuhan dan kelangsungan hidup orgnisme tersebut. Beberapa parameter

kualitas air yang diukur selama penelitian yaitu derajat keasaman (pH), suhu,

oksigen terlarut (DO) dan amonia (NH3).

Fisika kimia air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah

terserang penyakit, karena bila tidak dalam kisaran optimum kebutuhan hidup

ikan maka akan mengakibatkan ikan stres sehingga ikan lebih mudah terserang

penyakit. Kualitas air selama pemeliharaan ikan masih berada dalam batas

toleransi hidup ikan lele. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kisaran kualitas air selama penelitian

Perlakuan Suhu (oC) pH DO (mg.l

-1) Amonia (mg.l

-1)

P0 (0%) 27,9-28,2 8,18-8,47 3,69-5,67 0,030-0,052

P1 (5%) 27,6-27,9 7,18-7,88 3,08-5,63 0,011-0,045

P2 (10%) 27,8-28,6 7,83-8,39 3,44-5,40 0,033-0,056

P3 (15%) 27,9-28,3 7,33-8,26 3,07-5,21 0,025-0,052

Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata pH selama penelitian masih

berada pada kisaran 7,18-8,47. Nilai kisaran pH hasil pengamatan selama

penelitian masih memenuhi kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan lele

Page 39: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

26

dumbo yaitu kisaran 6-9 (Ditjen Perikanan Budidaya, 2006). Suhu berada pada

kisaran 27,6-28,60C. Kisaran suhu air masih berada dalam kisaran yang layak

untuk pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu berkisar antara 22-320C (Ditjen

Perikanan Budidaya,2006). Dan pemeliharaan kisaran oksigen terlarut rata-rata

yang terukur selama penelitian pada semua perlakuan berada pada kisaran 3,07

mg/l-5,67 mg/l. Nilai kisaran oksigen terlarut dari hasil pengamatan masih

memenuhi kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu minimal

3 mg/l (Ditjen Perikanan Budidaya, 2006). Sedangkan untuk amoniak selama

penelitian pada setiap pengamatan berada pada kisaran 0,011-0,056 mg/l. Nilai

kisaran amoniak dari hasil pengamatan masih memenuhi kisaran yang layak

untuk pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu kurang dari 1 mg/l (mahyudin, 2008).

Selama pemeliharaan ikan lele dumbo dengan penambahan tepung jintan

hitam kedalam pakan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas air.

Hal ini terlihat dari semua hasil pengukuran kualitas air selama penelitian masih

layak untuk membudidayakan ikan.

Page 40: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pakan yang ditambahkan tepung jintan hitam (Nigella sativa) sebanyak

15% efektif untuk mencegah infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Penambahan

tepung jintan hitam juga mampu meningkatkan kelangsungan hidup dan

pertumbuhan ikan lele dumbo. karena pemberian jintan hitam (Nigella sativa)

dapat meningkatkan jumlah sel darah putih, seperti neutrofil, limfosit, dan

monosit. Meningkatnya jumlah sel darah putih (leukosit) akan menurunkan

aktifitas bakteri A. hydrophila dengan cara memfagositosis sel bakteri tersebut,

sehingga daya infeksinya semakin rendah dan dapat mengurangi

jumlah ikan yang terinfeksi.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya terhadap tepung jintan hitam

dengan menggunakan dosis yang lebih tinggi dari 15% pada pakan dan

penambahan konsentrasi pada bakteri Aeromonas hydrophila yang akan di

infeksikan pada ikan.

Page 41: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

28

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R dan Tang, U.M. 2002.Fisiologi Hewan Air. Unri Press.Riau.

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2009. Pakan Ikan. Kansius. Yogyakarta.

Aldi, Y dan Suhatri. 2011. Aktifitas ekstrak etanol biji jintan hitam (Nigella

sativa) terhadap titer antibodi dan jumlah sel leukosit pada mencit putih

jantan. J. Scienta, 1(1) : 38-44. Fakultas Farmasi. Universitas Andalas.

Ali,O., Basbulbul, G. dan AydinT. (2007). Antimitotic and antibacterial effects of

the Nigella sativa L. Seed. CARYOLOGIA Vol. 60, no. 3: 270-272.

Bactiar Y. 2007. Panduan Lengkap Budi daya Lele Dumbo. Agromedia. Jakarta.

BADAN POM RI. 2013. Jintan Hitam Sebagai Imunostimulan. InfoPOM -Vol.14

No. 1 Januari-Februari 2013. Jakarta.

Bastiawan, D. Taukhid, M. Alifudin, dan I. Agustiawan. 2001. Gambaran Darah

Lele Dumbo (Clarias spp) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp pada pH

yang Berbeda. Jurnal Penelitian Indonesia 7(3): 44-47.

Dinas Perikanan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2006. Buku Tahunan Statistik

Perikanan Budidaya 2006. Bandung.

Dontriska, Ade Dwi Sasanti, Yulisman. 2014. Jurnal Aquakultur Rawa Indonesia.

Skripsi. Akuakultur Fakultas Pertanian UNSRI.

Dopongtonung, A. 2008. Gambaran darah ikan lele (Clarias spp) yang berasal

dari daerah Laladon-Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. (tidak

dipublikasikan)

Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Publ.

Yogyakarta.

Endarti. 2009. Pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam sebagai imunostimulan

terhadap hematologi ikan lele dumbo. Institut Pertanian Bogor (Abstr).

Fidyandini, H. P., Subekti, S., dan Kismiyati. 2012. Identifikasi dan Prevalensi

Ektoparasit pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) yang Dipelihara Di

Karamba Jaring Apung Upbl Situbondo Dan Di Tambak Desa Bangunrejo

Kecamatan Jabon Sidoarjo. Journal of Marine and Coastal Science, 1(2),

91 –112, 2012.

Grandiosa, R. 2010. Efektivitas penggunaan larutan filtrat jintan hitam (Nigella

sativa) dengan konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan bakteri

Aeromonas hydrophila secara in-vitro dan uji toksisitasnya terhadap ikan

Page 42: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

29

mas (Cyprinus carpio). Laporan Penelitian Mandiri. Universitas

Padjajaran.

Hanafiah, K.A. 2004. Rancangan Percobaan. PT. Raja Grafindo Persada. Publ

Jakarta.

Handajani, H. dan Samsundari, S. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. Malang :

Universitas Muhammadiyah Malang.

Hannan A, Saleem S, Chaudhary S, Barkaat M, Arshad MU.(2008). Anti bacterial

activity of Nigella sativaagainst clinical isolates of methicillin resistant

Staphylococcus aureus. JAyub Med Coll Abbottabad. Jul-Sep;20 (3):72-4.

Hastuti, W., H. P. Wibowo, dan A. Taufik. 2008. Pengaruh Kombinasi Pakan

Alami yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva

Ikan Lele Dumbo (Clarias geriepinus). Berkala Ilmiah Perikanan. 3:41-4.

Jangkaru, Z. (2007). Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan

Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Khairuman, dan Amri, K. 2012. Budidaya Lele Sangkuriang Secara Efektif. Agro

Media Pustaka. Jakarta.

Khairuman dan Suhenda. 2005. Budidaya Ikan Patin secara intensif. Agro Media

Pustaka. Subang.

KKP. 2014. Perikanan Budidaya Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Diakses dari

http://djpb.kkp.go.id pada tanggal 17 Oktober 2016.

Kordi, M.G.H.2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Bin Adiaksara.

Jakarta.

Kusdarwati, R., Ludira, S dan Akhmad, T. M. 2010. Daya antibakteri ekstrak

buah adas (Foeniculum vulgare) Terhadap bakteri Micrococcus

luteussecara in vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 2(1) : 32-41.

Mahyudi. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar swadaya. Jakarta. Hal

171

Mukaromah. 2011. Pakan Ikan. Kansius. Yogyakarta.

Mulia, D.S. 2007. Penggunaan Vaksin Debris Sel Aeromonas hydrophila dengan

Interval Waktu Booster Berbeda Terhadap Respon Imun Lele Dumbo

(Clarias gariepinus Burchell). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia

3.45-54.

Page 43: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

30

Pamunjtak, W. 2010. Panduan Lengkap dan Praktis Budidaya Lele. Pustaka

Araska Media Utama, Yogyakarta.

Puspowardoyo, H. dan Djarijah, A. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele

Dumbo Hemat Air. Kanisius Yogyakarta.

Rustidja, 2004. Kebutuhan Makan Benih Ikan Lele Clarias bathracus. Tesis

Program Pasca Sarjana. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

Salem M.L.(2005) Immunomodulatory and therapeutic properties of the Nigella

sativaL. seed. Int. Immunopharmacol. 5(13-14):1749-70.

Santoso H. 1994. Budidaya Ikan Lele. Kanisius. Yogyakarta.

Sari, A.I. P. 2009. pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (nigella sativa)

terhadap produksi no makrofag mencit balb/c yang diinfeksi Salmonella

typhimurium. Skripsi. Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).

Simanjuntak, R.H. 1996. Pembudidayaan Ikan Lele Lokal dan Dumbo. Bhratara.

Jakarta.

Sugianti, B.(2005). Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional dalam Pengendalian

Penyakit Ikan. Makalah Falsafah Sains. Bogor.

Suryati. 2010. Pemberian kappa-karaginan untuk meningkatkan respon imun non-

spesifik dan resistensi penyakit pada ikan lele dumbo Clariassp. Skripsi.

Institut Pertanian Bogor. (tidak dipublikasikaikan)

Tumar dan Boimin. (2006). Efektifitas penggunaan jinten hitam (nigella sativa)

dengan konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri

aeromonas hydrophila secara in vitro. Prosiding SEMNASKAN UGM

2006.

Zonneveld, N., Husman, E.A., dan Boon, J. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.

PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Page 44: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

31

LAMPIRAN

Page 45: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

32

Lampiran 1 Analisis of Varians pada Prevalensi Ikan Lele Dumbo ( Clarias

gariepinus)

ANOVA

Ulangan

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups 2381,714 3 793,905 9,337 ,005

Within Groups 680,204 8 85,026

Total 3061,919 11

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: ulangan

LSD

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean

Difference

(I-J)

Std.

Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

p0

p1 19,05333* 7,52886 ,035 1,6918 36,4149

p2 28,58000* 7,52886 ,005 11,2184 45,9416

p3 38,10000* 7,52886 ,001 20,7384 55,4616

p1

p0 -19,05333* 7,52886 ,035 -36,4149 -1,6918

p2 9,52667 7,52886 ,241 -7,8349 26,8882

p3 19,04667* 7,52886 ,035 1,6851 36,4082

p2

p0 -28,58000* 7,52886 ,005 -45,9416 -11,2184

p1 -9,52667 7,52886 ,241 -26,8882 7,8349

p3 9,52000 7,52886 ,242 -7,8416 26,8816

p3

p0 -38,10000* 7,52886 ,001 -55,4616 -20,7384

p1 -19,04667* 7,52886 ,035 -36,4082 -1,6851

p2 -9,52000 7,52886 ,242 -26,8816 7,8416

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 46: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

33

Lampiran 2. Analisis of Varians pada Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo

(Clarias gariepinus)

ANOVA Ulangan

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between Groups 2856,667 3 952,222 ,528 ,675

Within Groups 14420,136 8 1802,517

Total 17276,803 11

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: ulangan

LSD

(I) perlakuan (J) perlakuan Mean

Difference (I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

p0

p1 19,04667 34,66523 ,598 -60,8915 98,9848

p2 14,28333 34,66523 ,691 -65,6548 94,2215

p3 42,85333 34,66523 ,251 -37,0848 122,7915

p1

p0 -19,04667 34,66523 ,598 -98,9848 60,8915

p2 -4,76333 34,66523 ,894 -84,7015 75,1748

p3 23,80667 34,66523 ,512 -56,1315 103,7448

p2

p0 -14,28333 34,66523 ,691 -94,2215 65,6548

p1 4,76333 34,66523 ,894 -75,1748 84,7015

p3 28,57000 34,66523 ,434 -51,3682 108,5082

p3

p0 -42,85333 34,66523 ,251 -122,7915 37,0848

p1 -23,80667 34,66523 ,512 -103,7448 56,1315

p2 -28,57000 34,66523 ,434 -108,5082 51,3682

Page 47: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

34

Lampiran 3. Prevalensi dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo

Prevalensi tujuh hari pasca infeksi

Ulangan

Perlakuan 1 2 3 Rata-rata(%)

P0(0%) 3 2 4 42,86 28,57 57,14 42,86

P1(5%) 1 2 2 14,28 28,57 28,57 23,81

P2(10%) 1 1 1 14,28 14,28 14,28 14,28

P3(15%) 0 0 1 0 0 14,28 4,76

Kelangsungan hidup ikan lele dumbo

Ulangan

Awal Akhir

Perlakuan 1 2 3 1 2 3 Rata-rata(%)

P0(0%) 7 7 7 6 4 5 71,42

P1(5%) 7 7 7 5 6 7 85,71

P2(10%) 7 7 7 7 6 6 90,47

P3(15%) 7 7 7 6 7 7 95,23

Page 48: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

35

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian di BBI Bontomanai

Timbangan

Gilingan Daging

Page 49: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

36

Germ Free

Aeromonas Hydrophila

Page 50: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

37

Spoit

Alat ukur pH dan Suhu

Page 51: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

38

Pencampuran Pakan dengan Jintan Hitam

Pembuatan Pakan

Page 52: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

39

Pakan yg Sudah di Cetak

Penebaran Ikan Lele Dumbo

Page 53: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

40

Packing Ikan Lele Dumbo

Penginfeksian A. Hidrophyla

Page 54: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

41

Sambungan Aerasi

Pemeriksaan kualitas air

Page 55: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

42

Wadah Penelitian

Ikan terinfeksi

Page 56: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

43

BIODATA PENULIS

Mirsad adalah nama penulis skripsi ini. Penulis

lahir dari orang tua Bapak Aspiheng dan (Alm) Ibu

Motong sebagai anak bungsu dari enam bersaudara.

Penulis dilahirkan di Desa Parumaan Kecamatan

Alok Timur Kabupaten Sikka, pada tanggal 17

Oktober 1990. Penulis menempuh Pendidikan

dimulai dari MIs Muhammadiyah Parumaan tahun 1996-2002, melanjutkan ke

MTs Muhammadiyah Parumaan pada tahun 2005-2008, dan melanjutkan ke MA

Muhammadiyah Nangahure pada tahun 2008-2011, setelah itu penulis melanjutan

ke Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2011, hingga akhirnya bisa

menempuh masa kuliah di FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA

PERAIAN.

Dengan kekuatan motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis

telah berhasil menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan

tugas akhir dari skrpsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia

pendidikan khususnya dunia perikanan.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas

terselesaikannya skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN

HITAM (Nigella sativa) UNTUK MENCEGAH INFEKSI Aeromonas

hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)”.

Page 57: EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK

i