efektivitas tepung jintan hitam (nigella sativa) untuk
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK
MENCEGAH INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO
(Clarias gariepinus)
SKRIPSI
MIRSAD
NIM. 10594 00619 11
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
ii
EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa) UNTUK
MENCEGAH INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO
(Clarias gariepinus)
MIRSAD
NIM. 10594 00619 11
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1)
perikanan pada program studi budidaya perairan
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : MIRSAD
NIM : 10594 00619 11
Judul Skripsi : Efektifitas Tepung Jintan Hitam (Nigella sativa) untuk Mencegah
Infeksi Aeromonas hydrophila pada Lele Dumbo.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan
hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya, baik untuk naskah
laporan maupun kegiatan yang tercantum sebagai bagian dari skripsi ini. Jika
terdapat karya orang lain saya akan mencantumkan sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan
ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik karena karya tulis ini dan
sanksi lain yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Makassar, 6 Mei 2017
Yang membuat pernyataan
MIRSAD
NIM. 10594 00619 11
iv
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Efektifitas Tepung Jintan Hitam (Nigella sativa) untuk Mencegah
Infeksi Aeromonas hydrophila pada Lele Dumbo
Nama : Mirsad
NIM : 10594 00619 11
Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
Telah Diperiksa dan Disetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Rahmi, S.Pi., M.Si. Ir. Darmawati, M.Si.
NIDN.0905027904 NIDN.0920126801
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Program Studi,
Ir. H. Saleh Molla, MM. Murni, S.Pi.,M.Si.
NIDN.0931126113 NIDN.0903037306
v
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Efektifitas Tepung Jintan Hitam (Nigella sativa) untuk Mencegah
Infeksi Aeromonas hydrophila pada Lele Dumbo
Nama : Mirsad
Stambuk : 10594 00619 11
Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
SUSUNAN KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Dr. Rahmi, S.Pi.,M.Si (.....................)
Ketua Sidang
2. Ir. Darmawati, M.Si (.....................)
Sekretaris
3.Burhanuddin.,S.Pi., M.P (.....................)
Anggota
4. Murni., S.Pi., M.Si. (.....................)
Anggota
TANGGAL LULUS : 11 Januari 2017
vi
ABSTRAK
MIRSAD, 105940061911. Efektivitas Tepung Jintan Hitam (Nigella
sativa) untuk Mencegah Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus) di bawah Bimbingan Dr. Rahmi,S.Pi., M.Si dan
Ir. Darmawati, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas tepung jintan hitam
(Nigella sativa) yang dicampurkan ke pakan untuk mencegah infeks Aeromonas
hydrophila pada ikan lele. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini sebagai
informasi bagi para pembudidaya, khususnya pembudidaya ikan lele dumbo
terkait penyakit yang menyerang serta cara penanggulangangnya. Penelitian ini
dilakukan selama 1 bulan di Balai Benih Ikan (BBI) Bontomanai Gowa, Serta
pemeriksaan kadar hematokrit dan leukosit di lakukan di Labolatorium Balai
Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Sulawesi Selatan. Sedangkan
Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acap Lengkap (RAL)
dengan 4 Perlakuan dan 3 Ulangan.
Lele yang diberi tepung jintan hitam dicampurkan kepakan sebanyak 0%,
5%, 10%, dan 15% selama 14 hari, kemudian di uji tantang dengan bakteri
Aeromonas hydrophila 106 cfu.ml
-1 melalui penyuntikan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian jintan hitam secara signifikan (P<0,05) terhadap
pertumbhan ikan lele. Jintan hitam sebanyak 15% pada pakan menghasilkan
prevalensi 4,76%, 95,23% kelangsungan hidup, hematokrit 31,25%, dan total
leukosit 6,7x104
sel.mm-3
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrai dari perlakuan maka semakin baik untuk pencegahan
infeksi Aeromonas hydrophila.
Kata kunci: Jintan Hitam, Tingkat Kelangsungan Hidup, Leukosit dan Hematokrit
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella
sativa) UNTUK MENCEGAH INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN
LELE DUMBO (Clarias gariepinus)”. Maksud dari penyusunan skripsi ini
adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana S1 perikanan
pada Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Perairan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan Skripsi ini banyak pihak yang sangat membantu
penulis dalam berbagai hal. Oleh karena itu, penulis sampaikan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr.H.Abd Rahman Rahim, SE., MM. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ir. H. Saleh Molla, MM. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
3. Ibu Murni, S.Pi.,M.Si. Selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan
sekaligus sebagai Dosen Penguji II
4. Ibu Rahmi, S.Pi.,M.Si. Selaku Dosen Pembimbing I yang penuh ke iklasan
dan kesabaran meluangkan waktunya dan tenaganya dalam membimbing
penulis mulai dari persiapan penelitian sampai akhir Skripsi.
5. Ibu Ir. Darmawati, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis dari awal persiapan penelitian
hingga akhir.
viii
6. Bapak Burhanuddin.,S.Pi., M.P. Selaku Dosen penyelenggara kepanitiaan
Seminar ujian akhir dan Selaku Dosen Penguji I.
7. Seluruh Dosen, Staf dan karyawan Program Studi Budidaya Perairan.
8. Orang Tua Tercinta yang telah sangat banyak memberikan doa dan
dukungannya kepada penulis baik secara moril maupun materil sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan penulis.
9. Kakak dan adik tercinta serta keluarga dan kerabat yang senantiasa
memberikan doa serta dukungan semangat kepada penulis,
10. Sahabat serta rekan-rekan seperjuangan tercinta Iksan, Basrul, Ariyanto,
Abd Hafid, Ahmad, Andre serta teman-teman yang penulis idak sebutkan
namanya satu persatu yang tak henti memberikan dukungan dan motovasi
kepada penulis.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya.
Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis
terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan
segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya
bagi kita semua.
Makassar, 6 Mei 2017
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii
LEMBARAN PENGESAHAN iv
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI v
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Identifikasi dan klasifikasi Lele Dumbo 5
2.2. Kebiasaan Hidup Ikan Lele Dumbo 6
2.3. Sifat Ikan Lele Dumbo 7
2.4. Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo 7
2.5. Penyakit Ikan 8
2.6. Faktor Penyebab Penyakit pada Lele Dumbo 10
2.7. Kualitas Air untuk Lele Dumbo 12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat 13
3.2. Alat dan Bahan 13
3.3. Metode 14
3.3.1. Pembuatan Pakan Perlakuan 14
3.3.2. Hewan Uji 14
3.3.3. Penginfeksian Hewan Uji 15
3.4. Rancangan Penelitian 15
3.5. Parameter yang diamati 15
3.5.1. Persentase Ikan yang Terinfeksi (Prevalensi) 15
3.5.2. Kelangsungan Hidup 16
3.5.3. Total Leukosit dan Kadar Hematokrit 16
3.5.4. Fisika Kimia Air 17
3.6. Analisis Data 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Prevalensi 18
4.2. Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) 19
4.3. Kadar Hematokrit 21
4.4. Kelangsungan Hidup 22
4.5. Fisika Kimia Air 25
x
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan 27
5.2. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 31
xi
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini 13
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini 13
3. Data prevalensi setelah tujuh hari pasca infeksi 18
4. Data total leukosit selama pemeliharaan 19
5. Kadar hematokrit selama pemeliharaan 21
6. Kisaran kualitas air selama penelitian 25
xii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Marfologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 6
2. Data kelangsungan hidup ikan lele selama penelitian 23
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Analisis of Varians pada Prevalensi Ikan Lele Dumbo 32
2. Analisis of Varians dari Kelangsungan hidup Ikan Lele Dumbo 33
3. Data Prevalensi dan Kelangsungan Hidup 34
4. Dokumentasi Penelitian di BBI bontomanai 35
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber andalan
dalam pembangunan perikanan di Indonesia. Produksi dari perikanan budidaya
sendiri secara keseluruhan diproyeksikan meningkat dengan rata-rata 9.17 % per
tahun. Target tersebut antara lain didasarkan atas dasar poetnsi pengembangan
daerah perikanan budidaya yang memungkinkan di wilayah Indonesia (Sugianti,
2005). Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta
didukung peluang pasar internasional yang baik maka perikanan budidaya di
Indonesia merupakan salah satu komponen yang penting di sektor perikanan. Hal
ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang persediaan pangan nasional,
penciptaan pendapatan dan lapangan kerja serta mendatangkan penerimaan
negara dari ekspor. Perikanan budidaya juga berperan dalam mengurangi beban
sumber daya laut. Di samping itu perikanan budidaya dianggap sebagai sektor
penting untuk mendukung perkembangan ekonomi pedesaan.
Besarnya kontribusi perikanan budidaya dan penangkapan ikan air tawar
terhadap total produksi ikan nasional sebesar 29,1%. Total produksi perikanan
budidaya meningkat 23,74 % pertahun dari 6.277.923.00 ton pada tahun 2010
menjadi 14.521.349.16 ton di tahun 2014. Peningkatan ini merupakan dampak
dari inovasi teknologi, pertambahan areal dan ketersediaan benih ikan yang
berkualitas. Pada tahun 2014, total produksi nasional dari budidaya ikan sebesar
14.52 juta ton (Laporan kinerja KKP tahun 2014). Total produksi budidaya ikan
Lele pada tahun 2015 mencapai 5.622,59 ton atau 31,46%.
2
Untuk memenuhi permintaan produk perikanan yang terus meningkat,
penerapan intensifikasi budidaya tidak dapat dihindarkan. Namun, intensifikasi
budidaya dapat menimbulkan berbagai dampak penyakit. Salah satu kendala yang
menghambat budidaya ikan lele adalah kehadiran patogen bakteri yaitu
Aeromonas hydrophila. Bakteri ini menyebabkan penyakit (Motile Aeromonas
Septicemia) atau penyakit bercak merah. Bakteri ini menyerang berbagai jenis
ikan air tawar seperti lele dumbo, (Clarias gariepinus), ikan mas (Cyprinus
carpio), gurami (Osphronemus gouramy) dan dapat menimbulkan wabah penyakit
dengan tingkat kematian tinggi (80-100%) dalam waktu 1-2 minggu.
Hingga kini, metode yang banyak digunakan untuk menanggulangi
penyakit pada ikan budi daya adalah pengobatan dengan zat kimia atau antibiotik.
Penggunaan antibiotik untuk penanganan penyakit pada akuakultur telah
mendapat peringatan karena penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat
menyebabkan resistensi dari bakteri terhadap pengobatan (FAO, 2005) dalam
Grandiosa (2010)). Penanganan yang dilakukan di tingkat petani bergantung pada
antibiotik seperti Oxytetracycline, inroflaxic dan malachite green (Jangkaru,
2007).
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, perlu ada alternatif bahan obat
yang lebih aman yang dapat digunakan dalam pengendalian penyakit ikan. Salah
satu alternatifnya adalah dengan menggunakan tumbuhan obat tradisional yang
bersifat anti parasit, anti jamur, anti bakteri, dan anti viral. Beberapa keuntungan
menggunakan tumbuhan obat tradisional antara lain relatif lebih aman, mudah
diperoleh, murah, tidak menimbulkan resistensi, dan relatif tidak berbahaya
3
terhadap lingkungan sekitarnya. Beberapa tumbuhan obat tradisional yang
diketahui dapat dimanfaatkan dalam pengendalian berbagai agen penyebab
penyakit ikan adalah sirih (Piper betle L.), daun jambu biji (Psidium guajava L.),
Daun sirih diketahui berdaya antioksidasi, antiseptik, bakterisida, dan fungisida,
sedangkan daun jambu biji selain bersifat anti bakteri juga bersifat anti viral.
Salah satu upaya pengobatan terhadap penyakit M.A.S. pada ikan lele
adalah dengan memanfaatkan Jintan hitam (Nigella sativa) yang dapat berperan
sebagai zat anti bakteri. Nigella sativa yang dikenal sebagai “black cumin” atau
Habbatusauda merupakan tanaman obat namun bukan asli Indonesia karena
tanaman ini tumbuh di daerah Mediterranean dan juga dibudidayakan di Turki.
Kandungan minyak dan bahan yang terdapat dalam biji jintan hitam memiliki
potensi sebagai obat di dunia medis tradisional (Salem, 2005). Aktivitas biologis
dari biji jintan hitam dilaporkan memiliki kemampuan antioksidan, antiinflamasi,
anti-kanker dan anti mikroba. Menurut Hendrik (2007) dalam Aldi dan Suhatri
(2011) jintan hitam dapat merangsang dan memperkuat sistem imun tubuh melalui
peningkatan jumlah, mutu, dan aktivitas sel-sel imun tubuh. Jintan hitam diduga
bekerja sebagai imunomodulator yaitu bekerja dengan melakukan modulasi (perba
ikan) sistem imun. Beberapa pengaruh farmakologis telah dikaitkan dengan unsur
yang terkandung dalam Nigella sativa termasuk diantaranya, Thymoquinon,
Dithymoquinone, Thymohidriquinone, dan Thymolcarvacrol, nigellicine,
nigellimine-x-oxide, nigellidine dan alpha-hedrin. (Endarti, 2009).
Berdasarkan penelitian Ali et al. (2007) ekstrak ether biji jintan hitam
dapat menghambat bakteri S. aureus dan M. luteus yang menghasilkan zona daya
4
hambat masing-masing 12 dan 15 mm. Hannan et al. (2008) melaporkan bahwa
ekstrak ethanol dari jintan hitam dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Penelitian mengenai uji in-
vitro Nigella sativa terhadap Aeromonas hydrophila baru dilakukan oleh Tumar
dan Boimin (2006) yang menyimpulkan bahwa konsentrasi terendah dari Nigella
sativa yang diekstrak, menghasilkan zona daya hambat terhadap Aeromonas
hydrophila pada nilai 2 % (20.000 ppm) dan memberikan rerata diameter zona
daya hambat sebesar 6,83 mm. dan di lanjutkan oleh Dontriska, at al.(2014) yang
menyimpulkan bahwa konsentrasi tertinggi dari Nigella sativa menghasilkan zona
daya hambat pada nilai 15% (150.000 ppm) memberikan rerata diameter zona
hambat sebesar 4,15 cm.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian tentang penggunaan tepung jintan hitam yang dicampurkan ke
pakan ikan dalam pencegahan infeksi bakteri A.hydrophila pada Lele Dumbo
(Clarias gariepinus).
1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji efektivitas penggunaan dari tepung
jintan hitam (Nigella sativa) dengan konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan
bakteri Aeromonas hydrophila., Sedangkan kegunaan dari penelitian ini yaitu
untuk melakukan penyelidikan dari efektivitas jintan hitam dengan berbagai
perlakuan yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Lele dumbo memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, dan tidak bersisik.
Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti
mozaik hitam putih. Mulut lele relatif lebar, yaitu sekitar seperempat dari panjang
total tubuhnya.Tanda spesifik lainnya dari lele dumbo adalah adanya kumis di
sekitar mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat peraba untuk mencari
makan (Simanjuntak, 1996).
Menurut Najiyanti (1992) dalam Rustidja (2004) bentuk luar lele dumbo
yaitu memanjang, bentuk kepala pipih, dan tidak bersisik. Mulut lele dumbo
terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu 1
pasang sungut hidung, 1 pasang sungut maksilan (berfungsi sebagai tentakel) dan
dua pasang sungut mandibula. Lele dumbo mempunyai 5 sirip yaitu sirip ekor,
sirip punggung, sirip dada, dan sirip dubur. Pada sirip dada jari-jarinya mengeras
yang berfungsi sebagai patil, tetapi pada lele dumbo patil lemah dan tidak
beracun.Insang berukuran kecil, sehingga kesulitan bernafas.Selain bernafas
dengan insang, lele dumbojuga mempunyaialat pernafasan tambahan (arborecent)
yang terletak pada insang bagian atas .Arborecent berwarna kemerahan dan
berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah.
Ikan lele digemari semua lapisan masyarakat sebagai protein hewani
alternatif yang harganya murah. Ikan lele mudah diolah, bergizi tinggi dan
rasanya enak. Ikan lele dumbo mudah dipelihara, disimpan dan dipasarkan baik
berupa ikan hidup maupun ikan segar (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).
6
Menurut Bachtiar (2007) klasifikasi atau pengelompokan ikan lele dumbo
adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Gambar 2.1. Ciri morfologi ikan lele dumbo (Santoso,1994)
2.2. Kebiasaan Hidup Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan air tawar yang
banyak dibudidayakan di sebagian besar wilayah Indonesia. Jenis ikan ini banyak
disukai masyarakat.Lingkungan hidup lele dumbo adalah semua perairan air
tawar, sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti
danau, waduk, telaga, dan rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam.
Parameter kualitas air yang paling banyak berperan dalam pertumbuhan
dan kelulushidupan organisme air diantaranya yaitu suhu, pH, oksigen terlarut,
dan amoniak. Purnomo (2006) dalam(Hastuti et al., 2008) menyatakan ikan lele
dumbo dapat hidup pada suhu 20°C, untuk suhu optimal antara 25 - 28°C,
7
sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26 - 30°C.
Derajat keasaman (pH) yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele dumbo adalah 6,5
– 8,0. (Rukmana 2003 dalam Hastuti et al., 2008).
2.3. Sifat Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Pada siang hari lele dumbo memang jarang menampakkan aktivitasnya
dan lebih menyukai tempat yang bersuasana sejuk dan gelap. Ikan lele dumbo
bersifat nokturnal (aktif pada malam hari). Lele dumbo mencari makan biasa
dilakukan pada malam hari, namun, pada kolam-kolam budidaya lele dumbo
dapat dibiasakan diberi pakan pada siang hari (Santoso, 1994).
Lele dumbo terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup
lebar hingga mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan
misalnya pellet. Lele dumbo sering digolongkan pemakan segala ((omnivora).
Makanan berupa bangkai seperti ayam, bebek, angsa, burung, bangkai unggas
lainnya dilahapnya hingga tulang belulangnya. Lele dumbo juga dikenal sebagai
pemakan bangkai atau scavenger. Di kolam budidaya, lele dumbo mau menerima
segala jenis makanan yang diberikan (Santoso, 1994).
2.4. Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Memelihara lele dumbo bisa dilakukan di berbagai tempat. Ikan lele
umumnya dipelihara di kolam. Kolam bisa dibuat dari bermacam-macam bahan
bisa beton, terpal, bahkan bisa dipelihara di sawah penduduk. Kolam beton bisa
dibangun dengan syarat adanya lahan yang cukup. Ukuran kolam sebagai
pedoman, setiap 1 m³ air dapat menampung 30-50 ekor lele berukuran sekitar 10
cm. Bila kedalaman kolam 1-1,5 m, maka setiap 1 m² kolam dapat digunakan
8
untuk memelihara paling sedikit 30 ekor lele. Dinding kolam sebaiknya dibuat
tegak lurus, karena lele memiliki patil yang dapat digunakan untuk merangkak
dengan berpijak pada dinding yang agak miring. Dasar kolam sebaiknya dibuat
agak miring ke arah pintu pengeluaran air, agar pengeringan kolam tidak
mengalami kesulitan (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).
2.5. Penyakit Ikan
Dalam usaha budidaya ikan, penyakit ikan dapat mengakibatkan kerugian
ekonomis, karena penyakit dapat menyebabkan kekerdilan, periode pemeliharaan
lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah, dan
kematian (Handajani dan Samsundari, 2005).
Penyakit ikan merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan
gangguan pada ikan baik secara langsung maupun tidak langsung (Kordi, 2004).
Pada dasarnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang dengan sendirinya
melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan
(kondisi di dalam air), kondisi ikan (inang), dan adanya jasad patogen (jasad
penyakit) (Handajani dan Samsundari, 2005). Timbulnya suatu penyakit
disebabkan dari hasil interaksi yang tidak sesuai dengan lingkungan yang
menyebabkan stres pada ikan, sehingga mengakibatkan kondisi tubuhnya
melemah dan nantinya terserang oleh penyakit (Kordi, 2004). Penyakit
merupakan suatu gangguan pada organisme yang disebabkan oleh parasit (Mulia,
2007). Serangan penyakit yang terjadi pada ikan di kolam budidaya terjadi karena
terganggunya keharmonisan interaksi antara tiga komponen utama yaitu ikan,
kondisi lingkungan, dan organism penyakit (Mukaromah, 2011).
9
Sumber penyakit yang sering menyerang ikan dapat dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi (Afrianto &
Liviawaty, 1992 dalam Mukaromah, 2011).
a. Penyakit Infeksi
Penyakit yang disebabkan adanya aktivitas organisme parasit. Organisme
yang sering menyerang ikan pemeliharaan, antara lain virus, bakteri, jamur,
protozoa, cacing, dan udang renik.
b. Penyakit Non-infeksi
Penyakit yang disebabkan oleh selain mikroorganisme hidup yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pakan, lingkungan, keturunan, dan
penanganan. Interaksi yang terjadi pada ikan akibat serangan parasit merupakan
masalah yang cukup serius dibandingkan dengan gangguan yang disebabkan oleh
faktor lain (Zonneveld et al., 1991).
2.5.1. Bakteri Aeromonas hydrophila
Aeromonas merupakan bakteri yang berbentuk seperti batang, bersifat
Gram negatif, dapat hidup dengan atau tanpa oksigen (fakultatif aerobik), tidak
berspora, bergerak aktif karena mempunyaisatu flagel (motil), senang hidup di
lingkungan dengan 15-300C dan pH 5,5-9. Bakteri ini umumnya hidup di air
tawar, terutama yang mengandung bahan organik tinggi (Afrianto dan Liviawaty,
2009).
Aeromonas dapat menyerang semua jenis ikan air tawar dan jenis
penyakitnya disebut Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau sering juga disebut
Hemorrhage Septicemia. Gejala yang ditimbulkan akibat serangan Aeromonas
10
hydrophila baru dilihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat stress yang
disebabkan oleh penurunan kualitas air, kekurangan pakan atau penanganan yang
kurang cermat (Afrianto dan Liviawaty, 2009).
Penularan bakteriAeromonas dapat langsung dengan melalui air, dengan
kontak badan, kontak dengan peralatan yang sudah tercemar atau karena
pemindahan ikan yang terserang Aeromonasdari satu tempat ketempat lain. Ikan
yang terserang Aeromonas akan menunjukkan gejala dengan warna tubuhnya
berubah menjadi gelap, kulitnya menjadi kasar dan timbul pendarahan yang
selanjutnya akan menjadi borok (hemorrhage), sehingga kemampuan untuk
berenangnya menurun dan sering megap-megap di permukaan air karena
insangnya rusak sehingga sulit bernafas, terjadi pendarahan pada organ bagian
dalam (hati, ginjal maupun limpa), serta terlihatperutnya agak kembung (dropsi),
seluruh siripnya rusak dan insangnya menjadi berwarna keputih-putihan, mata
rusak dan agak menonjol (exopthalmia) (Afrianto dan Liviawaty, 2009).
2.6. Faktor Penyebab Penyakit Pada Lele Dumbo
Dalam membudidayakan ikan lele dumbo, sering mendapat kendala
karena serangan penyakit. Faktor penyebab penyakit atau peristiwa yang memicu
terjadinya serangan penyakit antara lain patogen, stres, kekurangan gizi,
pemberian pakan yang berle bihan, dan kualitas air.
2.6.1. Patogen
Patogen merupakan organisme yang dapat menyebabkan penyakit, yang
termasuk patogen di antaranya yaitu bakteri, jamur, virus, dan protozoa.
11
2.6.2. Stres
Semua perubahan pada lingkungan dianggap sebagai penyebab stres bagi
ikan dan untuk itu diperlukan adanya adaptasi dari ikan. Stres dapat menyebabkan
ikan menjadi shok, tidak mau makan, dan meningkatnya kepekaan terhadap
penyakit (Kordi, 2004).
2.6.3. Kekurangan Gizi
Ikan yang kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab
penyakit. Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan mengurangi laju
pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan
menjadi lebih mudah terserang penyakit (Kordi, 2004).
2.6.4. Pemberian Pakan yang Berlebihan
Pemberian pakan yang berlebihan dapat menyebabkan ikan mengalami
kekenyangan yang berlebihan sehingga usus ikan mudah pecah. Pakan yang
berlebihan dan tidak habis dimakan oleh ikan akan tertimbun di dasar kolam,
dengan demikian akan mempercepat penurunan kualitas air. Pakan merupakan
sumber bahan organik yang bila mengalami dekomposisi akan menjadi amonia,
sedangkan konsentrasi amonia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya
keracunan pada ikan (Kordi, 2004).
2.6.5. Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha
budidaya perikanan. Kualitas dan kuantitas air yang memenuhi syarat merupakan
kunci keberhasilan dalam budidaya ikan, karena air merupakan tempat hidup bagi
ikan (Kordi, 2004).
12
2.7. Kualitas air untuk lele dumbo (C. gariepinus)
Kualitas air untuk budidaya ikan lele dumbo merupakan salah satu faktor
penting yang harus diperhatikan dalam usaha budidaya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas air antara lain faktor fisika, kimia, dan biologi.
2.7.1.Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan.
Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu dan
dapat menekan laju pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan kematian bila
peningkatan suhu sangat drastis. Kisaran suhu optimum bagi kehidupan ikan lele
dumbo 25-28°C (Pamunjtak, 2010). kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan
lele dumbo yaitu berkisar antara 22-320C (Ditjen Perikanan Budidaya,2006)
2.7.2. pH
pH merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan dan
sangat berperan pada organisme perairan dalam keadaan terlarut, sehingga dapat
digunakan untuk mengukur baik buruknya kualitas perairan. Kisaran pH yang
ideal untuk kehidupan budidaya perikanan ikan lele dumbo berkisar antara 6,5
sampai 9 (Pamunjtak, 2010).
2.7.3. DO (Kadar Oksigen Terlarut)
Kandungan oksigen terlarut dalam air merupakan komponen utama bagi
metabolisme ikan dan organisme perairan lainnya (Kordi, 2004). Sebagian besar
ikan membutuhkan oksigen terlarut sebanyak 5ppm. Idealnya batas pertumbuhan
ikan adalah 5 ppm (Sitanggang, 2002 dalam Mukaromah, 2011). Oksigen terlarut
untuk budidaya ikan lele dumbo adalah 3 ppm (Khairuman dan Amri, 2012).
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di Balai Benih Ikan
(BBI) Bontomanai Gowa. Serta pemeriksaan kadar hematokrit dan leukosit
dilakukan di Labolatorium BPBAP Takalar. Program Studi Budidaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.
3.2. Alat dan Bahan
Untuk kelancaran dari penelitian ini, diperlukan sejumlah Alat dan Bahan
yang menunjang keberhasilan. Peralatan dan bahan antara lain :
3.2.1. Alat yang digunakan pada penelitian ini seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
No Nama Fungsi
1 Akuarium (50 x 35 x 40 cm ) Pemeliharaan hewan uji
2 Blower Asupan oksigen dalam kolam
3 Seser Mengambil ikan
4 Timbangan digital Menimbang berat ikan dan biji jintan hitam
5 Penggaris Mengukur panjang ikan
6 Blender Menghaluskan jintan hitam dan pelet
7 Baskom Menampung objek
8 Gilingan daging Mencetak pakan
9 Do meter Mengukur kadar oksigen
10 pH meter Mengukur pH, Asam dan Basa
11 Termometer Mengukur suhu atau temperatur
12 Spuit suntik Menyuntikkan Bakteri
3.2.2. Bahan yang digunakan pada penelitian ini seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
No Nama Fungsi
1 Ikan Lele Dumbo(12-15 cm) Sebagai Hewan Uji
2 Jintan Hitam Sebagai Bahan Uji
3 Bakteri A. hydrophila Sebagai Bahan Uji
4 Pelet Komersial Pakan Ikan
5 Germ Free Pembunuh Bakteri
14
3.3. Metode
Metode dalam penelitian ini memiliki tahapan sebagai berikut :
3.3.1. Pembuatan Pakan Perlakuan
Jintan hitam dihaluskan dengan menggunakan blender sampai menjadi
tepung. Pelet komersil (protein 40%) juga dihaluskan dengan blender sampai
menjadi tepung. Selanjutnya, tepung jintan dicampur dengan tepung pelet sesuai
dengan perlakuan dalam penelitian, kemudian diaduk sampai merata. Tepung
jintan dan tepung pelet kemudian ditambahkan air hangat sebanyak 20% dari
jumlah campuran pakan dan diaduk hingga menjadi kalis dan dapat dicetak,
kemudian dicetak menggunakan gilingan daging. Pakan lalu dikeringkan dibawah
sinar matahari selama 2 hari kemudian di potong sesuai bukaan mulut ikan.
3.3.2. Hewan Uji
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium yang
berukuran 50 cm x 35 cm x 40 cm sebanyak 12 unit. Sebelum digunakan
akuarium dicuci menggunakan sabun dan dikeringkan, Kemudian diisi air
sebanyak 10 liter dan diaerasikan pada masing-masing akuarium.
Setiap akuarium diisi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sebanyak 15
ekor (padat tebar 1 ekor/liter). Ikan lele dumbo diadaptasikan dalam akuarium
selama seminggu dan diberi pakan pelet (protein 40%) secara at satiation dengan
frekuensi pemberian 3 kali sehari, yaitu pukul 08.00 WITA, 12.00 WITA, dan
16.00 WITA. Serta penyiponan akuarium dilakukan 3 hari sekali, hal ini
dikarenakan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) lebih menyukai air yang keruh.
15
3.3.3. Penginfeksian Hewan Uji
Ikan lele yang sudah diadaptasikan selama satu minggu, dipuasakan satu
hari. Selanjutnya ikan lele dumbo dipelihara selama 35 hari. Pada hari ke-1
sampai hari ke-14 pemeliharaan, ikan diberi pakan perlakuan dengan frekuensi
pemberian pakan tiga kali sehari dan diberikan secara at satiation. Pada hari ke-
15 diinfeksikan bakteri A. hydrophila dengan konsentrasi 106 cfu.ml
-1 melalui
penyuntikan pada punggung ikan tanpa ada penyiponan. Pada hari ke-15 sampai
hari ke-35 ikan diberi pakan pelet komersil. Hari ke-22 dilakukan pengamatan
persentase ikan yang terinfeksi. Ciri-ciri umum ikan yang terinfeksi adalah
terdapat bintik merah, hemoragik, luka dan borok (tukak).
3.4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah perbedaan
penambahan jumlah tepung jintan hitam ke pakan ikan. Adapun perlakuan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
A = Tanpa Penambahan tepung jintan hitam
B = Penambahan tepung jintan hitam 5%
C = Penambahan tepung jintan hitam 10%
D = Penambahan tepung jintan hitam 15%
3.5. Parameter Yang Diamati
3.5.1. Persentase Ikan Yang Terinfeksi (Prevalensi)
Pengamatan prevalensi dilakukan pada hari ke-22. Prevalensi ikan
16
dihitung dengan rumus menurut Fidyandini et al., (2012).
∑ Ikan terinfeksi
Prev = x 100%
∑ Ikan yang diamatai
3.5.2. Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup dilakukan pada hari ke-35 pemeliharaan.
Kelangsungan hidup ikan dihitung dengan menggunakan rumus Effendie, (2002)
sebagai berikut:
Nt
SR = x 100%
No
Keterangan :
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
3.5.3. Total leukosit dan kadar hematokrit
Pengamatan total leukosit dan kadar hematokrit dilakukan pada hari ke- 14,
hari ke 22 dan hari ke -35. Total leukosit dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 19
89 dalam Dopongtonung, 2008).
1
∑ Leukosit = rataan ∑Ax xC
B
Keterangan :
A = sel terhitung
B = volume kotak besar
C = pengencer
17
3.5.4. Fisika Kimia Air
Pengukuran parameter kualitas air meliputi kandungan amonia (NH3),
suhu, pH dan kandungan oksigen (DO) yang dilakukan sebanyak dua kali selama
penelitian yaitu hari ke-1, dan hari ke-35. Pengukuran dilakukan untuk
memudahkan pengelolaan air sehingga ikan tidak mengalami stres atau kematian.
Suhu, pH dan DO diukur dengan menggunakan pH meter dan DO meter.
3.6. Analisis Data
Data persentase ikan terinfeksi, kelangsungan hidup dianalisis secara
statistik menggunakan analisis sidik ragam dengan taraf 5%. Jika hasil analisis
keragaman menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan
uji BNT (Hanafiah, 2004). Data kadar hematokrit, leukosit, dan kualitas air
dianalisis secara deskriptif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Prevalensi
Data rata-rata persentase ikan yang terinfeksi (prevalensi) bakteri A.
hydrophila setelah tujuh hari pasca penginfeksian disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Data prevalensi setelah tujuh hari pasca infeksi
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 Jumlah Rata-rata(%)
P0(0%) 3 2 4 9 42,86
P1(5%) 1 2 2 5 23,81
P2(10%) 1 1 1 3 14,28
P3(15%) 0 0 1 1 4,76
Berdasarkan data pada Tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa semakin
tinggi persentase jintan hitam dalam pakan hingga 15%, maka semakin rendah
jumlah ikan lele dumbo yang terinfeksi A. hydrophila. Hasil analisis sidik ragam
diketahui bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)
terhadap prevalensi. Hasil uji lanjut BNT 5%, prevalensi ikan lele pada perlakuan
P3 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Rendahnya prevalensi pada perlakuan penambahan jintan hitam diduga
karena bahan aktif berupa tymoquinone yang terdapat dalam biji jintan hitam
dapat meningkatkan jumlah, mutu, dan aktifitas sel-sel imun tubuh ikan (Aldi dan
Suhatri, 2011). Hasil penelitian Endarti (2009) menyatakan bahwa pemberian
jintan hitam (Nigella sativa) dapat meningkatkan jumlah sel darah putih, seperti
neutrofil, limfosit, dan monosit. Meningkatnya jumlah sel darah putih (leukosit)
akan menurunkan aktifitas bakteri A. hydrophila dengan cara memfagositosis sel
bakteri tersebut, sehingga daya infeksinya semakin rendah dan dapat mengurangi
19
jumlah ikan yang terinfeksi. Selain mengandung bahan aktif tymoquinon, jintan
hitam juga mengandung bahan aktif seperti minyak atsiri, alkaloid, dan flavonoid
yang diduga sebagai zat antimicrobial. Menurut Kusdarwati (2010) mekanisme
kerja senyawa antimikrobial dimulai dengan penghambatan sintesis dinding sel,
perubahan permeabilitas membrane sel atau transfor aktif melalui membrane sel,
penghambatan sintesis protein yaitu penghambatan penerjemahan dan transkripsi
material genetik dan penghambatan sintesis asam nukleat.
Kerusakan membran sel menyebabkan tidak berlangsungnya transport
senyawa dan ion kedalam sel bakteri sehingga bakteri mengalami kekurangan
nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhannya dan akhirnya bakteri akan mati.
Senyawa fenol dari minyak atsiri juga berperan dalam membunuh bakteri, yaitu
dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri. Akibat terdenaturasinya protein sel
bakteri, maka semua aktivitas metabolisme sel bakteri terhenti, sebab semua
aktivitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh enzim yang merupakan protein.
4.2. Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit)
Jumlah sel darah putih ikan lele meningkat setelah diberi pakan perlakuan
selama 14 hari. Hasil pemeriksaan jumlah sel darah putih disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Total leukosit selama pemeliharaan
Total leukosit x 104 (sel.mm
-3) / Hari ke-
Perlakuan 14 22 35
P0 (0%) 0,73
4,4 1,6
P1(5%) 1,2 3,4 2,4
P2(10%) 1,2 2,7 4,9
P3(15%) 3,6 2,2 6,7
20
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas
untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh,
misal bakteri atau virus. Leukosit bergerak sebagai organisme selular bebas dan
merupakan “lengan” kedua sistem imun bawaan. Jumlah total leukosit pada ikan
teleostei sekitar 20.000-150.000 (2 –15 x 104) sel.mm-3 (Affandi dan Tang,
2002). Hasil pengukuran total leukosit pada hari ke-14 setelah pemberian pakan
perlakuan penambahan jintan hitam menunjukkan bahwa jumlah leukosit pada
perlakuan kontrol P0, P1 dan P2 masing-masing perlakuan mengalami penurunan
leukosit dibawah standar nilai optimum untuk ikan lele. Peningkatan tertinggi
yaitu pada P3 dengan penambahan jintan hitam sebanyak 15%. Peningkatan
jumlah leukosit terjadi karena adanya bahan aktif yang terkandung dalam jintan
hitam. Menurut El-Kadi et al.,(1989) dalam Sari (2009), jintan hitam
meningkatkan rasio antara sel-T helper dengan sel-T penekan (supressor) sebesar
55-72%, yang mengindikasikan peningkatan aktivitas fungsional sel pembunuh
alami dan efek jintan hitam sebagai imunomodulator. Kandungan timokuinon
pada jintan hitam menstimulasi sumsum tulang dan sel imun, produksi interferon,
melindungi kerusakan sel oleh infeksi virus, menghancurkan sel tumor dan
meningkatkan jumlah antibodi yang diproduksi sel. Pemeriksaan leukosit pada
hari ke-22 (tujuh hari pasca infeksi) menunjukkan total leukosit pada perlakuan
P0, P1 dan P2, semua perlakuan mengalami peningkatan. Kemudian pada
perlakuan P3 mengalami penurunan leukosit dari 3,6 menjadi 2,2. Menurunnya
jumlah sel darah putih diduga karena adanya aktifitas sel darah putih untuk
membunuh sel bakteri yang menginfeksi ikan, sehingga jumlah sel darah putih
21
menurun. Total leukosit pada pemeriksaan di akhir pemeliharaan menunjukkan
bahwa pada perlakuan tanpa penambahan jintan hitam P0 dan P1 penambahan
jintan hitam sebanyak 5% mengalami penurunan, hal ini berbeda dengan
perlakuan P2 dan P3 penambahan jintan hitam yang masih mengalami
peningkatan. Peningkatan jumlah leukosit pada kedua perlakuan menunjukkan
bahwa ikan masih memiliki daya imun normal disebabkan masih adanya
kandungan timokuinon pada jintan hitam. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Angka (1985) dalam Suryati (2010) ikan yang sehat memiliki sel darah putih
lebih rendah dibandingkan dengan ikan yang sakit.
4.3. Kadar Hematokrit
Kadar hematokrit Ikan Lele Dumbo disajikan pada Tabel 5
Tabel 5. Kadar hematokrit selama pemeliharaan
Kadar Hematokrit (%) / Hari ke-
Perlakuan 22 35
P0 (%) 24,75 20,50
P1 (5%) 47,5 22,00
P2 (10%) 28,75 29,00
P3 (15%) 36,5 31,25
Hasil pemeriksaan hematokrit selama pemeliharaan hari ke 22 (tujuh hari
pasca penginfeksian bakteri A. hydrophila) pada perlakuan P0 (0%) memiliki
kadar hematokrit 24,75% kemudian perlakuan P2 (10%) memiliki kadar
hematokrit 28,75%. lebih rendah dari batas normal. Pada perlakuan P1 (5%)
mengalami peningkatan hematokrit diatas normal yaitu 47,5%, sedangkan pada
perlakuan P3 (15%) memiliki jumlah kadar hematokrit normal yaitu 36,5. Hal ini
dibuktikan dengan pernyataan Menurut Bastiawan, at al. (2001) kisaran kadar
22
hematokrit normal untuk ikan lele dumbo yaitu 30,8-45,5%. Nilai
hematokrit dibawah 30% menunjukkan defisiensi eritrosit, sedangkan nilai
hematokrit yang lebih kecil dari 22% menunjukkan ikan mengalami anemia.
Hematokrit merupakan perbandingan antara volume darah dan plasma darah.
Pemeriksaan hematokrit berguna untuk melihat kondisi kesehatan ikan. Apabila
kandungan hematokrit menurun dari kandungan persentase normal maka ikan
mengalami anemia, sedangkan bila persentase hematokrit diatas normal
menunjukkan ikan mengalami stres.
Kadar hematokrit pasca infeksi pada perlakuan penambahan jintan hitam
lebih tinggi diduga karena bahan aktif yang terkandung dalam jintan hitam efektif
dalam pencegahan infeksi bakteri. Jintan hitam juga mengandung bahan aktif
yaitu nigelline yang berfungsi dalam meningkatkan nafsu makan ikan. Menurut
Angka et al., (1990) dalam Suryati (2010) kadar hematokrit ikan tergantung pada
faktor nutrisi dan umur ikan. Pasca infeksi bakteri Aeromonas hydrophila, pada
perlakuan kontrol yang tidak ditambahkan jintan hitam nafsu makan ikan lele
menurun. Menurunnya nafsu makan ikan akan mempengaruhi nutrisi yang
terserapoleh ikan tersebut, sehingga kadar hematokrit pada perlakuan kontrol
lebih rendah dari pada perlakuan dengan penambahan tepung jintan hitam pada
pakan ikan lele dumbo.
4.4. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan Hidup merupakan perbandingan antara jumlah organisme
yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal
periode. Kelangsunga hidup dapat digunakan dalam mengetahui toleransi dan
23
kemampuan ikan untuk hidup. Kelangsungan hidup ikan lele yang tertinggi
adalah pada perlakuan P3 (15% jintan hitam) yaitu sebesar 95,23% sementara
kelangsungan hidup ikan lele yang terendah yaitu pada perlakuan P0 (0%) tanpa
jintan hitam yaitu sebesar 71,42%.
Kelangsungan hidup ikan lele selama pemeliharaan disajikan pada
Gambar 2.
Gambar 4.2. Data kelangsungan hidup ikan lele selama penelitian
Berdasarkan analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan
penambahan tepung jintan hitam memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
(P>0,05) terhadap kelangsungan hidup ikan lele dumbo. Hasil kelangsungan
hidup ikan lele pada perlakuan P3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
P0, P1, dan P2. Dari hasil tersebut menjelaskan bahwa penambahan jintan hitam
sebanyak 15% lebih efektiv untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele.
Tingginya kelangsungan hidup pada perlakuan penambahan jintan hitam
dikarenakan bahan aktif yang terdapat dalam jintan hitam bekerja sebagai
imunostimulan dan meningkatkan produksi antibodi tubuh ikan. Mekanisme
kerjadari jintan hitam sebagai imunostimulan adalah melalui sistem imunitas non
71,42
85,71 90,47
95,23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
P0(0%) P1(5%) P2(10%) P3(15%)
Kel
an
gsu
ngan
Hid
up
(%
)
Perlakuan Penambahan Tepung Jintan Hitam
24
spesifik, yaitu dengan meningkatkan aktivitas dan jumlah sel darah putih
(leukosit) serta melalui sistem imunitas spesifik terutama pada sistem imun
spesifik seluler dengan cara meningkatkan rasio antara sel T helper (Th) dengan
sel T suppressor (Ts) (El Kadi dan Kandil, 1987) dalam (Sari, 2009). Respon
imun non-spesifik umumnya merupakan imunitas bawaan (innate imunity) yang
berarti bahwa respon terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya
tidak pernah terpapar pada zat tersebut. Sistem imun non spesifik meliputi
pertahanan fisik dan kimiawi (mucus, kulit, sisik dan insang), serta pertahanan
seluler (sel makropage, leukosit seperti monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil).
Mekanisme efektor seluler dalam proses sistem imun non spesifik akan
melibatkan secara langsung sel-sel yang mempunyai kemampuan fagositosis,
seperti netrofil dan makropage. Setiap benda asing (antigen dari bakteri) yang
masuk ke dalam tubuh akan difagositosis oleh netrofil dan makropage (Affandi
dan Tang, 2002).
Respon imun spesifik merupakan respon yang didapat (acquired
immunity) yang timbul terhadap antigen tertentu. Pada respons imun spesifik,
adanya antigen yang masuk ke dalam tubuh akan menstimulus aktivasi limfosit
dan produksi antibodi yang pada akhirnya mengeliminasi antigen tersebut.
Limfosit yang bekerja pada respon imun spesifik terdiri dari dua tipe, yaitu sel T
dan sel B. Sel T berfungsi dalam respon imun selular yang dibagi menjadi 3 tipe,
yaitu (a) Sel T helper (Th) yang dapat menstimulasi limfosit B untuk
mengeluarkan antibodi dan dapat mengenali antigen pada sel makrofag sehingga
menstimulasi produksi berbagai jenis limfokin yang dapat membantu
25
menghancurkan antigen tersebut, (b) Sel T cytotoxic (Tc) yang mempunyai
peranan utama dalam menghancurkan sel-sel yang terinfeksi dengan cara kontak
langsung antar sel, (c) Sel T suppressor (Ts) yang mempunyai peranan utama
untuk menghambat aktivasi dan kerja dari sel T dan sel B (BPOM, 2013).
4.5. Fisika Kimia Air
Air merupakan media hidup organisme akuatik, oleh karena itu
pertumbuhan dan kelangsungan hidup orgnisme tersebut. Beberapa parameter
kualitas air yang diukur selama penelitian yaitu derajat keasaman (pH), suhu,
oksigen terlarut (DO) dan amonia (NH3).
Fisika kimia air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah
terserang penyakit, karena bila tidak dalam kisaran optimum kebutuhan hidup
ikan maka akan mengakibatkan ikan stres sehingga ikan lebih mudah terserang
penyakit. Kualitas air selama pemeliharaan ikan masih berada dalam batas
toleransi hidup ikan lele. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kisaran kualitas air selama penelitian
Perlakuan Suhu (oC) pH DO (mg.l
-1) Amonia (mg.l
-1)
P0 (0%) 27,9-28,2 8,18-8,47 3,69-5,67 0,030-0,052
P1 (5%) 27,6-27,9 7,18-7,88 3,08-5,63 0,011-0,045
P2 (10%) 27,8-28,6 7,83-8,39 3,44-5,40 0,033-0,056
P3 (15%) 27,9-28,3 7,33-8,26 3,07-5,21 0,025-0,052
Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata pH selama penelitian masih
berada pada kisaran 7,18-8,47. Nilai kisaran pH hasil pengamatan selama
penelitian masih memenuhi kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan lele
26
dumbo yaitu kisaran 6-9 (Ditjen Perikanan Budidaya, 2006). Suhu berada pada
kisaran 27,6-28,60C. Kisaran suhu air masih berada dalam kisaran yang layak
untuk pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu berkisar antara 22-320C (Ditjen
Perikanan Budidaya,2006). Dan pemeliharaan kisaran oksigen terlarut rata-rata
yang terukur selama penelitian pada semua perlakuan berada pada kisaran 3,07
mg/l-5,67 mg/l. Nilai kisaran oksigen terlarut dari hasil pengamatan masih
memenuhi kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu minimal
3 mg/l (Ditjen Perikanan Budidaya, 2006). Sedangkan untuk amoniak selama
penelitian pada setiap pengamatan berada pada kisaran 0,011-0,056 mg/l. Nilai
kisaran amoniak dari hasil pengamatan masih memenuhi kisaran yang layak
untuk pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu kurang dari 1 mg/l (mahyudin, 2008).
Selama pemeliharaan ikan lele dumbo dengan penambahan tepung jintan
hitam kedalam pakan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas air.
Hal ini terlihat dari semua hasil pengukuran kualitas air selama penelitian masih
layak untuk membudidayakan ikan.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pakan yang ditambahkan tepung jintan hitam (Nigella sativa) sebanyak
15% efektif untuk mencegah infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Penambahan
tepung jintan hitam juga mampu meningkatkan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan lele dumbo. karena pemberian jintan hitam (Nigella sativa)
dapat meningkatkan jumlah sel darah putih, seperti neutrofil, limfosit, dan
monosit. Meningkatnya jumlah sel darah putih (leukosit) akan menurunkan
aktifitas bakteri A. hydrophila dengan cara memfagositosis sel bakteri tersebut,
sehingga daya infeksinya semakin rendah dan dapat mengurangi
jumlah ikan yang terinfeksi.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya terhadap tepung jintan hitam
dengan menggunakan dosis yang lebih tinggi dari 15% pada pakan dan
penambahan konsentrasi pada bakteri Aeromonas hydrophila yang akan di
infeksikan pada ikan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R dan Tang, U.M. 2002.Fisiologi Hewan Air. Unri Press.Riau.
Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2009. Pakan Ikan. Kansius. Yogyakarta.
Aldi, Y dan Suhatri. 2011. Aktifitas ekstrak etanol biji jintan hitam (Nigella
sativa) terhadap titer antibodi dan jumlah sel leukosit pada mencit putih
jantan. J. Scienta, 1(1) : 38-44. Fakultas Farmasi. Universitas Andalas.
Ali,O., Basbulbul, G. dan AydinT. (2007). Antimitotic and antibacterial effects of
the Nigella sativa L. Seed. CARYOLOGIA Vol. 60, no. 3: 270-272.
Bactiar Y. 2007. Panduan Lengkap Budi daya Lele Dumbo. Agromedia. Jakarta.
BADAN POM RI. 2013. Jintan Hitam Sebagai Imunostimulan. InfoPOM -Vol.14
No. 1 Januari-Februari 2013. Jakarta.
Bastiawan, D. Taukhid, M. Alifudin, dan I. Agustiawan. 2001. Gambaran Darah
Lele Dumbo (Clarias spp) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp pada pH
yang Berbeda. Jurnal Penelitian Indonesia 7(3): 44-47.
Dinas Perikanan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2006. Buku Tahunan Statistik
Perikanan Budidaya 2006. Bandung.
Dontriska, Ade Dwi Sasanti, Yulisman. 2014. Jurnal Aquakultur Rawa Indonesia.
Skripsi. Akuakultur Fakultas Pertanian UNSRI.
Dopongtonung, A. 2008. Gambaran darah ikan lele (Clarias spp) yang berasal
dari daerah Laladon-Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. (tidak
dipublikasikan)
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Publ.
Yogyakarta.
Endarti. 2009. Pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam sebagai imunostimulan
terhadap hematologi ikan lele dumbo. Institut Pertanian Bogor (Abstr).
Fidyandini, H. P., Subekti, S., dan Kismiyati. 2012. Identifikasi dan Prevalensi
Ektoparasit pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) yang Dipelihara Di
Karamba Jaring Apung Upbl Situbondo Dan Di Tambak Desa Bangunrejo
Kecamatan Jabon Sidoarjo. Journal of Marine and Coastal Science, 1(2),
91 –112, 2012.
Grandiosa, R. 2010. Efektivitas penggunaan larutan filtrat jintan hitam (Nigella
sativa) dengan konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan bakteri
Aeromonas hydrophila secara in-vitro dan uji toksisitasnya terhadap ikan
29
mas (Cyprinus carpio). Laporan Penelitian Mandiri. Universitas
Padjajaran.
Hanafiah, K.A. 2004. Rancangan Percobaan. PT. Raja Grafindo Persada. Publ
Jakarta.
Handajani, H. dan Samsundari, S. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang.
Hannan A, Saleem S, Chaudhary S, Barkaat M, Arshad MU.(2008). Anti bacterial
activity of Nigella sativaagainst clinical isolates of methicillin resistant
Staphylococcus aureus. JAyub Med Coll Abbottabad. Jul-Sep;20 (3):72-4.
Hastuti, W., H. P. Wibowo, dan A. Taufik. 2008. Pengaruh Kombinasi Pakan
Alami yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva
Ikan Lele Dumbo (Clarias geriepinus). Berkala Ilmiah Perikanan. 3:41-4.
Jangkaru, Z. (2007). Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan
Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Khairuman, dan Amri, K. 2012. Budidaya Lele Sangkuriang Secara Efektif. Agro
Media Pustaka. Jakarta.
Khairuman dan Suhenda. 2005. Budidaya Ikan Patin secara intensif. Agro Media
Pustaka. Subang.
KKP. 2014. Perikanan Budidaya Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Diakses dari
http://djpb.kkp.go.id pada tanggal 17 Oktober 2016.
Kordi, M.G.H.2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Bin Adiaksara.
Jakarta.
Kusdarwati, R., Ludira, S dan Akhmad, T. M. 2010. Daya antibakteri ekstrak
buah adas (Foeniculum vulgare) Terhadap bakteri Micrococcus
luteussecara in vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 2(1) : 32-41.
Mahyudi. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar swadaya. Jakarta. Hal
171
Mukaromah. 2011. Pakan Ikan. Kansius. Yogyakarta.
Mulia, D.S. 2007. Penggunaan Vaksin Debris Sel Aeromonas hydrophila dengan
Interval Waktu Booster Berbeda Terhadap Respon Imun Lele Dumbo
(Clarias gariepinus Burchell). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
3.45-54.
30
Pamunjtak, W. 2010. Panduan Lengkap dan Praktis Budidaya Lele. Pustaka
Araska Media Utama, Yogyakarta.
Puspowardoyo, H. dan Djarijah, A. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele
Dumbo Hemat Air. Kanisius Yogyakarta.
Rustidja, 2004. Kebutuhan Makan Benih Ikan Lele Clarias bathracus. Tesis
Program Pasca Sarjana. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Salem M.L.(2005) Immunomodulatory and therapeutic properties of the Nigella
sativaL. seed. Int. Immunopharmacol. 5(13-14):1749-70.
Santoso H. 1994. Budidaya Ikan Lele. Kanisius. Yogyakarta.
Sari, A.I. P. 2009. pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (nigella sativa)
terhadap produksi no makrofag mencit balb/c yang diinfeksi Salmonella
typhimurium. Skripsi. Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).
Simanjuntak, R.H. 1996. Pembudidayaan Ikan Lele Lokal dan Dumbo. Bhratara.
Jakarta.
Sugianti, B.(2005). Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional dalam Pengendalian
Penyakit Ikan. Makalah Falsafah Sains. Bogor.
Suryati. 2010. Pemberian kappa-karaginan untuk meningkatkan respon imun non-
spesifik dan resistensi penyakit pada ikan lele dumbo Clariassp. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. (tidak dipublikasikaikan)
Tumar dan Boimin. (2006). Efektifitas penggunaan jinten hitam (nigella sativa)
dengan konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri
aeromonas hydrophila secara in vitro. Prosiding SEMNASKAN UGM
2006.
Zonneveld, N., Husman, E.A., dan Boon, J. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
31
LAMPIRAN
32
Lampiran 1 Analisis of Varians pada Prevalensi Ikan Lele Dumbo ( Clarias
gariepinus)
ANOVA
Ulangan
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between
Groups 2381,714 3 793,905 9,337 ,005
Within Groups 680,204 8 85,026
Total 3061,919 11
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: ulangan
LSD
(I)
perlakuan
(J)
perlakuan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error
Sig. 95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
p0
p1 19,05333* 7,52886 ,035 1,6918 36,4149
p2 28,58000* 7,52886 ,005 11,2184 45,9416
p3 38,10000* 7,52886 ,001 20,7384 55,4616
p1
p0 -19,05333* 7,52886 ,035 -36,4149 -1,6918
p2 9,52667 7,52886 ,241 -7,8349 26,8882
p3 19,04667* 7,52886 ,035 1,6851 36,4082
p2
p0 -28,58000* 7,52886 ,005 -45,9416 -11,2184
p1 -9,52667 7,52886 ,241 -26,8882 7,8349
p3 9,52000 7,52886 ,242 -7,8416 26,8816
p3
p0 -38,10000* 7,52886 ,001 -55,4616 -20,7384
p1 -19,04667* 7,52886 ,035 -36,4082 -1,6851
p2 -9,52000 7,52886 ,242 -26,8816 7,8416
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
33
Lampiran 2. Analisis of Varians pada Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus)
ANOVA Ulangan
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between Groups 2856,667 3 952,222 ,528 ,675
Within Groups 14420,136 8 1802,517
Total 17276,803 11
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: ulangan
LSD
(I) perlakuan (J) perlakuan Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
p0
p1 19,04667 34,66523 ,598 -60,8915 98,9848
p2 14,28333 34,66523 ,691 -65,6548 94,2215
p3 42,85333 34,66523 ,251 -37,0848 122,7915
p1
p0 -19,04667 34,66523 ,598 -98,9848 60,8915
p2 -4,76333 34,66523 ,894 -84,7015 75,1748
p3 23,80667 34,66523 ,512 -56,1315 103,7448
p2
p0 -14,28333 34,66523 ,691 -94,2215 65,6548
p1 4,76333 34,66523 ,894 -75,1748 84,7015
p3 28,57000 34,66523 ,434 -51,3682 108,5082
p3
p0 -42,85333 34,66523 ,251 -122,7915 37,0848
p1 -23,80667 34,66523 ,512 -103,7448 56,1315
p2 -28,57000 34,66523 ,434 -108,5082 51,3682
34
Lampiran 3. Prevalensi dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo
Prevalensi tujuh hari pasca infeksi
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 Rata-rata(%)
P0(0%) 3 2 4 42,86 28,57 57,14 42,86
P1(5%) 1 2 2 14,28 28,57 28,57 23,81
P2(10%) 1 1 1 14,28 14,28 14,28 14,28
P3(15%) 0 0 1 0 0 14,28 4,76
Kelangsungan hidup ikan lele dumbo
Ulangan
Awal Akhir
Perlakuan 1 2 3 1 2 3 Rata-rata(%)
P0(0%) 7 7 7 6 4 5 71,42
P1(5%) 7 7 7 5 6 7 85,71
P2(10%) 7 7 7 7 6 6 90,47
P3(15%) 7 7 7 6 7 7 95,23
35
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian di BBI Bontomanai
Timbangan
Gilingan Daging
36
Germ Free
Aeromonas Hydrophila
37
Spoit
Alat ukur pH dan Suhu
38
Pencampuran Pakan dengan Jintan Hitam
Pembuatan Pakan
39
Pakan yg Sudah di Cetak
Penebaran Ikan Lele Dumbo
40
Packing Ikan Lele Dumbo
Penginfeksian A. Hidrophyla
41
Sambungan Aerasi
Pemeriksaan kualitas air
42
Wadah Penelitian
Ikan terinfeksi
43
BIODATA PENULIS
Mirsad adalah nama penulis skripsi ini. Penulis
lahir dari orang tua Bapak Aspiheng dan (Alm) Ibu
Motong sebagai anak bungsu dari enam bersaudara.
Penulis dilahirkan di Desa Parumaan Kecamatan
Alok Timur Kabupaten Sikka, pada tanggal 17
Oktober 1990. Penulis menempuh Pendidikan
dimulai dari MIs Muhammadiyah Parumaan tahun 1996-2002, melanjutkan ke
MTs Muhammadiyah Parumaan pada tahun 2005-2008, dan melanjutkan ke MA
Muhammadiyah Nangahure pada tahun 2008-2011, setelah itu penulis melanjutan
ke Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2011, hingga akhirnya bisa
menempuh masa kuliah di FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA
PERAIAN.
Dengan kekuatan motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis
telah berhasil menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan
tugas akhir dari skrpsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia
pendidikan khususnya dunia perikanan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN
HITAM (Nigella sativa) UNTUK MENCEGAH INFEKSI Aeromonas
hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)”.
i