efektivitas penerapan sistem pengendalian intern (spi) pada

12
Efektifitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Padang Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Keeil Menengah (UKM) di Kota Padang Hidayatullhsan (Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang) Rem Endang Sulastri (Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang) Abstract Internal control definition in company has continuously developed from time to time. The greatest improvement happened for a decade which was began approximately in 1940 (Tunggal, 1995). Pressure to this improvement appears from company's management and auditors society. Management has realized the importance of control as a vital instrument in running a company, moreover auditors have interests in reducing their jobs in controlling. Effort to formulate an internal control model especially for small and medium enterprises (SME) actually has started since a long time ago, but this condition not too popular among managers and auditors in Indonesia because audit for SME was less or never acknowledged by them. Different condition happened in abroad which shown a massive effort to find the model of internal control for SME. In this research that involves fifteen SME from three type of business fields such as: irading, service and manufacture. The result revealed that internal control system in sample SME is not effective and this finding similar with Hypothesis null which is stated that Internal control in SME is not more than 70%. Key words: Internal Control, Small and Medium Enterprises I. Pendahuluan O efinisi pengendalian intem (internal control) pada perusahaan terus berkembang dari masa ke masa. Perkembangan terbesar terjadi 'Selama satu dasawarsa yang dimulai dalam tahun 1940 (Tunggal,1995). Dorongan terhadap perkem- bangan ini muncul dari manajemen perusahaan, maupun dari kalangan auditor. Manajemen semakin menyadari akan pentingnya pengendalian sebagai instrumen yang sangat vital dalam menjalan perusahaan. Sedangkan auditor berkepentingan dalam hal untuk mengurangi pekerjaannya dalam melakukan pemeriksaan. Pengendalian intem didefinisikan sebagai organisasi dan semua metode serta ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi dalam suatu perusahaan untuk mengamankan kekayaan. memelihara kecermatan dan sampai seberapa jauh dapat dipercayanya data akuntansi (Tunggal :1995,Harahap: 1995). Jumal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 2005ISSN 1858-3687 Pengendalian yang meliputi pengendalian akuntansi (Accounting control) dan pengendalian administrasi (Administrative control) selama ini diyakini hanya cocok untuk diterapkan pada perusahaan besar. Dengan alasan bahwa penerapan pengendalian internal akan membutuhkan tambahan biaya dan sumber daya manusia, dua hal yang keberadaannya sangat terbatas di perusahaan kecil. Padahal jika ditilik dari tujuan pengendalian intern itu sendiri. yang salah satunya adalah untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan. maka baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar tetap membutuhkan pengendalian intem. Montgomery (2003) mengemukakan bahwa perusahaan kecil mempunyai peluang kecurangan lebih besar dibanding perusahaan besar. Pemyataan ini didukung oleh fakta bahwa di Amerika Serikat selama tahun 2002 diperkirakan rata-rata kehilangan kekayaan pada perusahaan kecil yang disebabkan penipuan dan penyalahgunaan setiap tahunnya $ 127,500, sedang pada perusahaan Politeknik Negeri Padang

Upload: vonga

Post on 11-Dec-2016

276 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efektifitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Padang

Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Keeil Menengah (UKM) di Kota Padang

Hidayatullhsan (Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang) Rem Endang Sulastri (Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang)

Abstract

Internal control definition in company has continuously developed from time to time. The greatest improvement happened for a decade which was began approximately in 1940 (Tunggal, 1995). Pressure to this improvement appears from company's management and auditors society. Management has realized the importance of control as a vital instrument in running a company, moreover auditors have interests in reducing their jobs in controlling.

Effort to formulate an internal control model especially for small and medium enterprises (SME) actually has started since a long time ago, but this condition not too popular among managers and auditors in Indonesia because audit for SME was less or never acknowledged by them. Different condition happened in abroad which shown a massive effort to find the model of internal control for SME.

In this research that involves fifteen SME from three type of business fields such as: irading, service and manufacture. The result revealed that internal control system in sample SME is not effective and this finding similar with Hypothesis null which is stated that Internal control in SME is not more than 70%.

Key words: Internal Control, Small and Medium Enterprises

I. Pendahuluan

O efinisi pengendalian intem (internal

control) pada perusahaan terus

berkembang dari masa ke masa.

Perkembangan terbesar terjadi 'Selama satu

dasawarsa yang dimulai dalam tahun 1940

(Tunggal,1995). Dorongan terhadap perkem­

bangan ini muncul dari manajemen

perusahaan, maupun dari kalangan auditor.

Manajemen semakin menyadari akan

pentingnya pengendalian sebagai instrumen

yang sangat vital dalam menjalan perusahaan.

Sedangkan auditor berkepentingan dalam hal

untuk mengurangi pekerjaannya dalam

melakukan pemeriksaan.

Pengendalian intem didefinisikan

sebagai organisasi dan semua metode serta

ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi dalam

suatu perusahaan untuk mengamankan

kekayaan. memelihara kecermatan dan

sampai seberapa jauh dapat dipercayanya

data akuntansi (Tunggal :1995,Harahap:

1995).

Jumal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 2005ISSN 1858-3687

Pengendalian yang meliputi

pengendalian akuntansi (Accounting control)

dan pengendalian administrasi (Administrative

control) selama ini diyakini hanya cocok untuk

diterapkan pada perusahaan besar. Dengan

alasan bahwa penerapan pengendalian

internal akan membutuhkan tambahan biaya

dan sumber daya manusia, dua hal yang

keberadaannya sangat terbatas di perusahaan

kecil. Padahal jika ditilik dari tujuan

pengendalian intern itu sendiri. yang salah

satunya adalah untuk mengamankan harta

kekayaan perusahaan. maka baik perusahaan

kecil maupun perusahaan besar tetap

membutuhkan pengendalian intem.

Montgomery (2003) mengemukakan

bahwa perusahaan kecil mempunyai peluang

kecurangan lebih besar dibanding perusahaan

besar. Pemyataan ini didukung oleh fakta

bahwa di Amerika Serikat selama tahun 2002

diperkirakan rata-rata kehilangan kekayaan

pada perusahaan kecil yang disebabkan

penipuan dan penyalahgunaan setiap

tahunnya $ 127,500, sedang pada perusahaan

Politeknik Negeri Padang

Page 2: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efektifitas Penera.,an Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Padang

besar rata-rata $ 97,000. Lebih dari 80 %

penyebab kehilangan adalah aset yang

digunakan tidak secara tepat. Dan 90% aset

yang menjadi target untuk disalahgunakan

adalah kas.

Hal ini yang menjadi polemik dalam

waktu yang cukup lama. Dimana muncul

tuntutan untuk membuat standar pengendalian

khusus bagi perusahaan kecil (Harahap, 1995).

Karena jika sistem pengawasan intern

perusahaan yang tercantum dalam SAS

(Statement on Auditing Standard) diterapkan

maka sistem pengawasan intern perusahaan

kecil hampir pasti dinilai lemah sehingga akan

dapat menimbulkan berbagai kemungkinan

seperti:

a. Penolakan mengaudit perusahaan kecil

b. Pemberian pendapat diluar pendapat

wajar tanpa syarat

c. Akan manimbulkan biaya pemeriksaan

yang sangat besar.

Usaha untuk merumuskan model

pengendalian intern khusus untuk perusahaan

kecil sebenarnya sudah dimulai sejak lama.

Namun kurang populis dikalangan manajemen

dan auditor di Indonesia, dikarenakan audit

untuk perusahaan kecil jarang. Seperti Stelzer

(1964) mengajukan model kuisioner yang

khusus digunakan untuk menilai pengendalian

intern perusahaan kp.cil dRlam Intemal CO.'1trol

Questionaire. Jof ( 1978) membuat kuesioner

khusus U A Small Business Internal Control

Questionnarie" untuk mengevaluasi

pengendalian intern perusahaan kecil. Dan

Snyder et.al (1989) dengan menggunakan

bantuan delapan kantor akuntan publik juga

mencoba merumuskan pengendalian yang

menurutnya esensial untuk diterapkan di

2 Jumal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 2005 ISSN 1858-3687

perusahaan kecil. Ini menunjukkan usaha dan

perhatian yang makin serius terhadap

perkembangan perusahaan kecil.

Terlepas dari akan diaudiUtidaknya

perusahaan kecil, yang paling diuntungkan

dengan penerapan pengendalian intern adalah

manajemen yang biasanya sekaligus pemilik

(Harahap, 1995). Dengan baiknya sistem

intern perusahaan berarti manajemen merasa

aman dan yakin karena : Harta perusahaan

akan terjaga dari kemungkinan

penyalahgunaan dan penyelewengan;

Informasi yang dihasilkan oleh sistem

informasi akan lebih akurat; Kegiatan

perusahaan akan berjalan lebih efisien; Setiap

prosedur yang dianut akan mp.ndorong

ditaatinya kebijakan manajemen.

Di Indonesia, keberadaan perusahaan

kecil selama ini diwakili oleh Usaha Kecil

Menengah dan Koperasi (UKMK). UKMK

memiliki peran yang sangat strategis dalam

struktur perekonomian Nasional. Hal ini terlihat

dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh

UKMK. Mereka merupakan lebih dari 98

persen pelaku usaha Nasional dan penyedia

kesempatan kerja terbesar, menjadi pelaku

utama dibidang produksi dan dlstribusi,

penyedia kebutuhan pokok masyarakat, dan

sebagian diantaranya telah mampu menjadi

andalan dalam bidang ekspor.

Namun, diiain pihak UKMK masih dililit

berbagai masalah seperti; kepastian usaha,

permodalan, teknologi, akses terhadap pasar,

informasi dan perlindungan dari persaingan

yang tidak sehat. Pemerintah memberikan

perhatian dan dukungan penuh terhadap

UKMK. Adanya strategi pengembangan UKMK

yang termuat dalam GBHN, dalam Program

Politeknik Negeri Padang

Page 3: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efektifitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPJ) pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Padang

Pembangunan Nasional (Propenas) 1999-

2004 terdiri dari :

1. Peningkatan alokasi skema kredit melalui

perbal,kan dan lembaga keuangan

kredibel.

2. Pemberian insentif terhadap lembaga

keuangan melalui subsidi administratif dan

bantuan teknis.

3. Perluasan,

jangkauan

modernisasi dan

kredit kepada

keuangan tradisional.

integrasi

lembaga

4. Pemberian insentif perpajakan dan iklim

usaha yang kondusif untuk peningkatan

produktifitas.

5. Revisi skema pembiayaan terhadap

UKMK secara umum.

Ini terdapat pada Peraturan Bank

Indonesia (PBI) NO.3/2/PB1I2001 tcntang

pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) yang

berisi perintah kepada bank untuk

menyalurkan kreditnya kepada usaha-usaha

kecil. Sampai Januari 2001, posisi KUK yang

telah disalurkan mencapai Rp 63,7 triliun.

Sedangkan dalam Rencana Kerja Anggaran

Tahunan (RKAT) bank tahun 2001, sebanyak

52 bank lagi berencana untuk menyalurkan

KUK sebesar Rp 47,3 triliun.

Dari masa-masa sebelumnya dapat

diambil ~elajaran bahwa bantuan dan pemi­

h~kan yang s:::lngat menggebu-gebu terhadap

UKMK malah menimbulkan bantuan tersebut

menjadi kurang (tidak) efektif, karena langkah­

langkah yang ditempuh lebih menggambarkan

nuansa emosional dari pad a rasional.

Sekecil apapun suatu usaha harus

ditatap dari segi profesionalitas

pengelolaanya. Apalagi untuk usaha bisnis

Jurnal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 200SISSN 1858-3687

yang seharusnya memiliki standar

pengelolaan harta dan kel<:g~/aan peru~ahaan

dalam suatu sistem akuntansi dan keuangan

yang betul-betul memadai. Dan lagi pula

pengendalian tidak memandang besar

kecilnya sebuah usaha (Montgomery : 2003,

Harahap : 1995). Agar pengalaman lalu tidak

terulang maka upaya pengendalian terhadap

harta pada UKMK harus efektif.

1.1. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Secara umum bertujuan

mengungkapkan sejauh mana efektivitas

penerapan Sistem Pengendalian Internal pada

usaha kecil menengah (UKM). Secara lebih

khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengungkapkan fakta bahwa UKM secara

umum telah memiliki unsur-unsur SPI

dalam pengelolaan sistem akuntansinya.

2. Mengungkapkan bahwa unsur-unsur dasar

dalam SPI yang diterapkan belum efektif

dalam menjaga harta kekayaan UKM

3. Menyusun suatu rancangan SPI yang

cocok untuk UKM

Berdasarkan latar belakang diatas,

dapat diajukan beberapa pertanyaan yang

akan dijawab melalui penelitian ini : (i) apakah

UKM di kota Padang telah menerapkan

pengendalian intern dalam menjalankan

usahanya ? (ii) Apakah elemen pengendalian

yang diterapkan sudah evektif dalam

mengamankan kekayaan perusahaan ?

1.2. Pengertian Pengendalian Intern

Pengertian pengendalian intern mulanya

dimuat dalam laporan ·Committee on Auditing

Procedure" yang dipublikasikan tahun 1949

dengan judul Internal Control Elements of

Coordinate System and its Importance to

Politeknik Negeri Padang 3

Page 4: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efelctifitas P_rapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Padang

Management and the Independent Public

Acccu'1tant. (Ha'ahap: 1995) :

'Pengawasan int~rn mencakup struktur organi­sasi dan selL'fuh metode dan prosedur terkoordinir yang diterapkan oleh perusahaan untuk mengamankan hartanya. mencek ketelitian dan kepercayaan terhadap data akuntansi. mendorong kegiatan agar etisien. dan mengajak untuk mentaati kebijakan perusahaan •

Selanjutnya ditambahkan :

• Definisi ini mungkin lebih luas dari istilah yang diberikan itu. Definisi ini mengakui bahwa suatu sistem pengawasan intern mencakup masalah-masalah diluarnya yang langsung berhubungan dengan fungsi-fungsi bagian keuangan dan akuntansi".

Kemudian dalam laporan yang dikeluar­

kan oleh komite pada Oktober 1985 dalam

judul 'Statement of Auditing Procedure No.29"

Pengendalian intern dibagi dua yaitu (Tunggal

: 1995.Harahap: 1995) :

1. Pengendalian Akuntansi yang mencakup struktur organisasi. metode dan prosedur yang berhubungan dengan penjagaan ter­hadap harta perusahaan dan menjamin ketelitian data keuangan. Yang termasuk kedalam pengendalian ini adalah sistem otorisasi pemisahan tungsi antar pencatat dan operasional. serta pengawasan fisik atas kekayaan

2. Pengendalian administrasi mencakup struktur organisasi, metode dan prosedur yang menyangkut usaha untuk mengefi­sienkan operasi perusahaan dan ditaatinya kebijakan pimpinan. Misalnya analisis statistik, time and motion study, program pelatihan karyawan, dan pengendalia'l mutu.

Dalam definisi yang dikeluarkan oleh

Committee of Sponsoring Organization of

Tradeway Commission melalui buku Internal

Control - Integrated Framework, internal

control didefinisikan kembali sebagai berikut :

Internal kontrol adalah proses dimana

dewan direksi I manajemen I stat perusahaan

4 Jurnal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 2005 ISSN 1858--3687

merasa memiliki keyakinan yang wajar dalam

mencapai tujuannya. Proses ini mencakup

sembi Ian komponen: integritas. nilai etika dan

kompetensi; lingkungan pengendalian. yang

menjadi pendukung dan sebagai dasar untuk

komponen lainnya yaitu : penentuan tujuan;

penilaian risiko; sistem informasi; prosedur

pengawasan; komunikasi; manajemen

perubahan; monitoring.

1.3. Tujuan Pengendalian Intern

Tujuan pengendalian intern yang etektif

dapat digolongkan sebagai berikut

(Tunggal:1995 ) :

1. Untuk menjamin kebenaran data akuntansi 2. Untuk menggalakkan etisiensi perusahaan 3. Untuk mengamankan harta kekayaan dan

catatan pembukuannya 4. Untuk mendorong ditaatinya kebijakan

pimpinan yang telah digariskan

Tujuan diatas merupakan tujuan yang

akan dirasakan manfaatnya bagi pihak

manajemen. Sedangkan bagi auditor,

penilaian terhadap pengendalian intern

sebuah perusahaan merupakan dasar untuk

menentukan :

1. Dapat tidaknya sistem tersebut dipercaya

2. Batas, luas, waktu, dan sifat pemeriksaan

yang akan dilakukan.

3. Dasar dalam memberikan saran atau

rekomendasi kepada manajemen.

Adapun pelaksanaan pengendalian

tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab

manajemen, yang dalam perusahaan kecil

biasanya lang sung owner atau pemilik.

1.4. Pengendalian Intern yang Baik

Pengendalian intern yang baik

mencakup ciri-ciri sebagai berikut ( Tunggal :

1995) :

Politelmik Negeri Padang

Page 5: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efektifrtas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Padang

1. Suatu struktur organisasi yang didalamnya terdapat pemisahan tanggung jawab fungsional yang sesuai

2. Suatu sistem yang mencakup prosedur otorisasi dan pencatatan yang sesuai agar memungkinkan pengendalian yang wajar atas harta, hutang, pendapatan dan biaya

3. Cara kerja yang wajar yang harus digunakan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing bagian organisatoris

4. Kepegawaian dengan mutu yang sepadan dengantanggungjawabnya.

Disamping hal diatas, Bailey (1979)

mengemukakan ciri-ciri pengendalian intern

yang baik : Struktur organisasi yang baik;

Sistem otorisasi dan tanggung jawab yang

jelas; Sistem akuntansi yang baik; Kebijakan

personalia yang baik; Memiliki Badan atau staf

internal auditor; Dewan komisaris yang

kompeten dan aktif.

1.5. Elemen Pengendalian Intern

Konsep baru pengendalian intern meng­

gunakan struktur pengendalian intern (Internal

control structure) sebagai pengganti sistem

pengendalian intern (Internal control System)

(Tunggal : 1995). Menurut Alvin A. Arens dan

K. Loebbecke ( 1991) struktur pengendalian

intern mencakup tiga kategori dasar kebijakan

dan prosedur yang dirancang dan digunakan

oleh manajemen untuk memberikan keyakinan

memadai bahwa tujuan pengendalian dapat

dipenuhi. Ketiga kategori itu disebut sebagai

elemen struktur pengendalian intern yang

terdiri dari ; (1) lingkungan pengendalian, (2)

sistem akuntansi, dan (3) prosedur

pengendalian.

Sub elemen dari lingkungan

pengendalian adalah falsafah manajemen

dan gaya operasi, struktur organisasi, komite

audit, metode untuk mengkomunikasikan

pelimpahan wewenang dan tanggung jawab,

Jurnal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 20051SSN 1858-3687

metode pengendalian manajemen, fungsi audit

intern, kebijakan dan prosedur kepegawaian,

serta pengaruh ekstern. Sedangkan sistem

akuntansi mempunyai tujuan yang harus

dipenuhi : keabsahan, otorisasi, kelengkapan,

penilaian, klasifikasi, tepa! waktu serta posting

dan pengikhtisaran.

Prosedur pengendalian memiliki kategori

lingkungan pengendalian;pemisahan tugas

yang cukup, otorisasi yang pantas atas

transaksi dan aktivitas, dokumen dan catatan

yang memadai, pengendalian fisik atas aktiva

dan catatan, serta pengecekan independen

atas pelaksanaan.

1.6. Penilaian Sistem Pengendalian Intern

Dalam tahap penilaian terhadap pengen­

dalian intern yang diterapkan oleh perusahaan

akuntan melakukan studi terhadap sistem pe­

ngendalian intern dengan cara memahami sis­

tem pengendalian intern yang baik dan kemu­

dian mencoba mengkaji dan memahami

sistem pengendalian yang diterapkan oleh

perusahaan. Pendalaman atau penilaian

terhadap pengendalian intern ini dapat

diperoleh melalui kegiatan sebagai berikut (

Harahap : 1995 ) :

• Diskusi/wawancara dengan pegawai perusahaan

• Mempelajari dokumen dan prosedur yang ada dalam perusahaan

• Membl'at daftar pertanyaan ( q'Jisioner ) • Menggambarkan arus formulir melalui flow

chart yang berlaku dalam perusahaan.

1.7. Defenisi UKM

Berdasarkan UU No.9 I 1995, defenisi

usaha kecil adalah, "kegiatan ekonomi rakyat

yang berskala kecil dan memenuhi kriteria

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam

Politeknik Negeri Padang 5

Page 6: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efektifltas Penerapan sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Padang

undang-undang ini." (Pasal 1). "Kriteria usaha

kecil adalah: (a) memiliki kekayaan bersih

paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha, atau (b) memiliki

hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah), (e)

milik Warga Negara Indonesia, (d) berdiri

sendiri, bukan merupakan anaklcabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

berafiliasi baik langsung maupun tidak

langsung dengan usaha menengah atau

besar, (e) berbentuk usaha orang perorangan,

badan usaha yang tidak berbadan hukum,

atau badan usaha yang berbadan hukum,

termasuk koperasi." (PasaI5) ( Djuwita : 2002)

Badan Pusat Statistik (BPS)

mendefenisikan UKM dengan kriteria yang

lebih sederhana, yaitu berdc::sarkan jumlah

pekerja. Usaha mikro adalah aktivitas usaha

dengan pekerja lebih keeil dari lima orang,

termasuk tenaga kerja keluarga yang tidak

dibayar. Aktivitas usaha tersebut dinamakan

usaha keeil jika mempekerjakan 5-19

karyawan, dan disebut usaha menengah

apabila mampu mempekerjakan 20-99

karyawan.

Menurut Bank Dunia yang berkantor di

Indonesia, unit usaha yang merr,pekerjakan

karyawan lebih keeil dari 20 orang disebut

usaha mikro, sedangkan unit usaha yang

memiliki karyawan antara 20-150 orang

disebut usaha keeil menengah (UKM). Suatu

usaha dinamakan UKM bila memenuhi kriteria

pekerja diatas dan memiliki jumlah aset yang

tidak lebih besar dari USS 500 ribu atau setara

Rp 5 miliar dengan kurs nilai tukar Rp 10.000

perUSS.

6 Jumal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 2005 ISSN 1858-3687

Kantor Menteri Negara Koperasi dan

Pengusaha Kecil Men<:!ngah mFll1defenisikan

usaha keeil sebagai unit usaha yang berdiri

sendiri, bukan merupakal"l anal< perusahaan

atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau berafiliasi baik lang sung maupun

tidak lang sung dengan usaha besar, dengan

kekayaan bersih paling besar Rp 200 juta

(tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha).

Bank Indonesi.::: mendefenisikan usaha

mikro dengan eiri-ciri sebagai berikut : (a)

dimiliki oleh keluarga, (b) sumberdaya lokal

dan teknologi sederhana, dan (e) lapangan

usahanya mudah dimasuki dan ditinggalkan.

Sedangkan usaha menengah adalah unit

usaha yang memiliki aset maksimum Rp 5

milyar untuk sektor industri manufaktur. Pada

sektor sektor non indllstri usaha menengah

adalah usaha yang memiliki kekayaan

maksimum Rp 600 juta (diluar tanah dan

bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil

penjualan tahunan maksimun Rp 3 milyar

pad a usaha yang dibiayai.

1.8. Pengendalian Intern dan Usaha Kecil

Ukuran perusahaan mempunyai dampak

yang sangat signifikan terhadap sifat struktur

pengendalian intern dan pengendalian

spesifik. Pada kenyataannya lebih sulit

melakukan pemisahar. tugas yClng memadai

pada perusahaan kecil, dikarenakan

keterbatasan jumlah karyawan yang dimiliki

(Tunggal : 1995). Grallman dan Colby (1978)

mengemukakan beberapa masalah khusus

yang dihadapi perusahaan kecil dalam

penerapan pengendalian intern, yaitu :

• Prosedur dalam perusahaan dirancang secara informal

Politeknik Negeri Padang

Page 7: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efektifitas Penerapan Sistem Pengendalian Int£m (SPI) pada Usaha Keeil Menengah (UKM) di Kota Padang

• Manajemen biasanya memiliki pengalaman di bidang keuangan yang terbatas,serta personil di bagian akuntansi yang kurang kapabel

• Femisahan fungsi yang sangat jarang dilakukan akibat jumlah karyawan yang terbatas.

• Kemudahan mengakses harta perusahaan bagi karyawan klerikal dan administratif

• Sistem pelaporan, anal isis, perencanaan serta pengawasan yang bersifat informal dan tergantung gaya kepemimpinan manajer.

Tidak adil jika mengharapkan model

pengendalian intern yang dirancang untuk

perusahaan besar diterapkan pada

perusahaan kecil. Karena jika kriteria

pengendalian intern perusahaan yang di SAS

diterapkan pada perusahaan kecil, akan

hampir dipastikan perusahaan kecil dinilai

memiliki pengendalian lemah. Dalam

menerapkan pengendalian intern harus

memperhatikan untung rugi (cost benefit).

Artinya konsep pengendalian intern akan

diterapkan sepanjang biaya yang dikeluarkan

untuk itu lebih kecil dari keuntungan yang

diperoleh dari penerapan pengawasan

tersebut. Sebaliknya apabila biaya

persiapannya jauh lebih besar dari

penghematan yang dihasilkan sebaiknya tidak

perlu menerapkan konsep pengendalian

tersebut ( Harahap : 1995 )

Snyder.et.al (1989) mengemukakan tuju­

an diterapkannya pengendalian pada

perusahaan kecil adalah mencegah atau

mengurangi kecurangan yang dilakukan

karyawan, yang dapat membantu usaha

pengamanan harta kekayaan perusahaan.

Menurutnya pengendalian intern mesti

diterapkan secara konsisten, dimana tidak ada

perbedaan persepsi antara pemilik, manajer

serta karyawan.

Jumal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 20051SSN 1858-3687

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Snyder et. al (1989) diperoleh empat puluh

satu subelemen pengendalian yang esensial

untuk perusahaan kecil. Sebagian besar dari

pengendalian tersebut berhubungan dengan

kas, aset yang paling likuid dan paling rawan

untuk disalahgunakan. Sedang selebihnya

berhubungan dengan penggajian, investasi,

persediaan, usaha umum, piutang dan hutang

dagang.

Stelzer (1964) juga mengajl!kan model

pengendalian intern untuk perusahaan kecil

yang dimuatnya dalam Internal Control

Qustionnaire. Dimana hal-hal yang dievaluasi

oleh Stelzer adalah: akuntansi, masalah usaha

umum, penerimaan dan pengeluaran kas,

penjualan dan penagihan, persediaan, aktiva

tetap, pembelian dan pembayaran gaji.

Kontribusi yang diharapkan dari

penelitian ini, adalah menformulasikan model

pengendalian intern untuk usaha kecil, dimana

selama ini pengendalian intern lebih banyak

ditujukan untuk perusahaan dengan skala

besar. Model pengendalian intern yang akan

direkomendasikan dapat meningkatkan

performa UKM.

II. Metode Penelitian

11.1. Model Penelitian

Variabel yang akan diukur adalah

pengendalian intern (internal control ) pad a

UKM. Untuk mengukur variabel digunakan

instrumen Internal Centrol Quistionnaire

(Snyder et.al:1989, Stelzer :1964). Internal

Control Quistionnaire terdiri dari sembi Ian

dimensi yang memiliki pertanyaan :

• Kas, yang terdiri pertanyaan-pertanyaan

esensial seputar pengendalian terhadap kas.

Politeknik Negeri Padang 7

Page 8: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efektifrtas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Padang

Misalnya, Apakah cek yang tidak bernomor

dilarang penggunaannya ? Apakah kas kecil

diperiksa secara periodik ?, dan lainnya.

• Penggajian, yang terdiri pertanyaan seputar

pengendalian penggajian, seperti, apakah

seluruh gaji dan upah dibayar melalui cek ?

• Investasi, mempunyai pertanyaan-

pertanyaan tentang pengendalian terhadap

investasi, seperti : apakah surat-surat

berharga disimpan dalam safe deposit box?

• Persediaan, memiliki daftar pertanyaan

pengendalian persediaan, diantaranya :

apakah persediaan dihitung secara

fisik,minimal satu kali setahun ?

• Umum, seperti Apakah perusahaan

memiliki bagian I fungsi akuntansi ?

• Piutang dagang dan piutang we!>el, sepertl,

Apakah laporan bulanan tagihan selalu

dikirimkan pada pelanggan ?

• Hutang dagang, pertanyaannya meliputi :

Apakah setiap proses pembayaran selalu

diikuti pengecekan ulang order pembelian ?

• Penjualan, seperti, apakah ada pencatatan

terhadap penjualan ?

• Aktiva tetap, seperti : apakah setiap aktiva

tetap didentifikasikan berdasarkan nomor ?

Skala pengukuran yang digunakan

adalah skala Likert (Sugiyono:2003), dimana

variabel yang akan diukur dijabarkan kedalam

indikator variabel berupa pernyataan ; (a)

sangat setuju, (b) setuju, (c) kurang setuJu dan

(d) tidak setuju. Untuk keperluan analisis data

maka indikator terse but diberi skor sbb :

Sangat setuju : 4, Setuju : 3, Kurang setuju : 2,

Tidak Setuju : 1.

11.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan

melalui penyebaran kuesioner kepada UKM

8 Jurnal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 200SISSN 1858~87

yang berada di kota Padang. Sedangkan

pengumpulan data sekunder dilakukan melalui

penelusuran pustaka, pencarian bahan di

internet, surat kabar dan jurnal ilmiah.

11.3. Penentuan Sampel

Metode pengambilan yang dipakai

dalam penelitian ini adalah nonprobability

sampling yaitu metode pengambilan sampel

dimana jumlah sampel yang diambil tidak

harus sebanding dengan jumlah populasi

(Sekaran, 2000). Dengan kata lain tidak

memberi peluang yang sama bagi setiap

anggota (Sugiyono, 2003). Dalam penelitian ini

jumlah sampel yang diambil adalah 15 UKM,

yang terdiri dari usaha dagang, jasa, dan

manufaktur yang berada di kota Padang.

Jumlah sampel untuk masing-masing jenis

usaha adalah 5 sampel.

11.4. Hipotesa Penelitian

HO : Sistem pengendalian intern yang diterap­kan pada UKM belum efektif dalam mengamankan harta kekayaan usaha

Ha : Sistem pengendalian intern yang diterap­kan pad a UKM sudah efektif dalam mengamakan harta kekayaan usaha

Hipotesis statistik adalah sebagai berikut :

HO: t< 70% Ha:t~70%

11.5. Metode Pengolahan Data

Pengo:ahan data dan pengujian statistik

dilakukan untuk menjawab hipotesis yang

dikemukakan adalah dengan menggunakan :

1. Statistik Deskriptif, untuk menguji HO,

dengan menjelaskan dan menerangkan

kecenderungan memusat dari data

mentah dengan bentuk rata-rata hitung,

frekuensi, standar deviasi dan persentase.

Politeknik Negeri Padang

Page 9: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efektifitas Pen.npan Sistem Pengendalian Intem (SPI) pada Usaha Keeil Menengah (UKM) di Kota Padang

2. Hipotesa deskriptif, diuji dengan t-test satu

variabel, setelah kenormalan kurva diuji

dengan Chi kuadrat.

III. Pembahasan

111.1. Data Responden

Responden adalah 15 UKM yang ber­

lokasi di Kota Padang dan sekitamya. Adapun

defenisi UKM yang digunakan dalam

penelitian ini adalah defenisi UKM menurut

Bank Indonesia. Dari ke 15 UKM tersebut

terdiri dari 5 UKM dibidang Jasa, 5 dibidang

perdagangan dan 5 lagi di sektor industri I

pabrik. Untuk lebih jelasnya data responden

tampak pada Tabel1.

111.2. Teknik Pengurnpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara langsung berdasarkan pertanyaan

dalam kuisioner. Awalnya pengisian kuisioner

dilakukan responden (pemilik/bagian

akuntansi). Namun pada saat uji kuisioner

didapati sangat kurangnya pemahaman

responden terhadap materi-materi yang

termuat dalam kuisioner sehingga responden

cenderung mengisikan data secara asal­

asalan. Hal ini menyebabkan validitas data

sangat diragukan. Kemudian pengisian

kuisioner dilakukan oleh peneliti secara lang­

sung berdasarkan hasil wawancara dengan

responden. Data yang diperoleh juga diperkuat

dengan pengamatan langsung terhadap buku­

buku yang digunakan perusahaan.

Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada

kelompok pertanyaan umum dan Pengeluaran

Kas, dan terendah terdapat pada kelompok

Aktiva tetap dan Gaji. Ini berarti, untuk rata­

rata yang tinggi lebih mendekati SPI yang

efektif dan sebaliknya.

Jumal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 2005ISSN 1858-3687

Tabel 1. Data Responden

T.hun Juml.h

No Nama Alamat Berdiri Asset Karya·

(Rp) wan A Janis USlha : Oagang 1 oko Neraca ~I.Hiligo No.70 1976 1200 Juta 60rg 2 Toko Ferina ~I.Karya No.14 1980 I200Juta 50rg 3 Pembanguna ~I.S Pannan

In Co 1977 j300 Juta 10 org

4 lSentral ~I.Gajah Mada104 Wepara

1994 350 Juta 100rg

5 lSari Anggrek ~I.Pennindo 63 1981 1 MjI}Iar 95<lrll B IJenis Usaha : Pabrik 6 RotiBobo IJI.Veteran 1981 /500 Juta 10or~ 7 I\jV.Mahkota f,J1.Hidayah 21 1993 1 Milyar 35o!9. 8 lCahaya !",p. Kelawi 1989 12 Milyar 150rg

Mulya 9 lTahu JlJami ~IAdinegoro 12 1998 1200 Juta 80rg 10 PT. AMI ~l.Indarung Km16 1992 12 Milyar 400rg C IJenis USlha : JaSI 11 ~V.UtamaS JI.S.Parman 156 1985 2 Milyar 600rg 12 Peniahit Bobe JI.Veteran 240 1£88 300Juta 200rg 13 MicMec Salon JI.S.Parman 31 1985 200 Juta 150rg 14 Natrabu JI.Pemuda25 1958 300Juta 200rji 15 LP3M JI. Pemuda4 1996 1.5 M 400rg

111.3. Analisis Data - Analisis Deskriptif

Kecendrungan memusat dari data

mentah dapat dilihat dari Tabel2.

Tabel 2. Descriptive Statistics

N I Mini Maxi I M 1 Std. !mum mum, ean Deviation

Umum 151 171 30! 22.131 4.138

Akuntansi 15i 141 25i 19.531 3.461 Pen_kas 151 121 19i 14.60

1 2.063

penQ_kas I 321 4.806 15

1 15 i 22.67,

Penjualan 15i 111 16! 13.40! 1.502 Persediaan lSi 81 lEi 10.401 2.197

I

ak_tetap 15! 4! 14i 7.531 3.777 I I

Pembelian 151 16'

201 17.80' 1.424 Gaji 15! 4 1

I

14! 8.47 3.021 Total 15i 106 1761136.53 22.484 ValidN 15

1 I

(Iistwise) I

Tabel 3 berisi pemusatan data yang

diperoleh dibandingkan dengan nilai ideal

(hipotesa). Dari tabel diketahui, tidak satupun

nilai rata-rata dari bag ian pertanyaan yang

lebih besar dari nilai hipotesa (70% x nilai

maksimal). Nilai maksimal adalah' jumlah

pertanyaan dikali dengan nilai tertinggi (4).

Politeknik Negeri Padang 9

Page 10: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efektifitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Keeil Menengah (UKM) di Kota Padang

Tabel3. Perbandingan Pemusatan Data dengan Nilai Ideal

Jurn Nilai 70% x Rata-

Selisih Uraian rata Var mak nilaimak hitung hitung

Umum 8 32 22.40 22.13 0.27

Akuntansi 9 36 25.20 19.53 5.67

I pen kas 6 24 16.80 14.60 220

I peng kas 10 40 28.00 22.67 5.33

Penjualan 5 20 14.00 13.40 0.60

Persediaan 4 16 11.20 10.40 0.80

ak tetap 4 16 1120 7.53 3.67

Pembelian 7 28 19.60 17.80 1.80

Gaji 4 16 11.20 8.47 2.73

,otal 57 228 159.60 135.53 ?3.07

Dari kolom selisih hitung diketahui

jawaban yang paling mendekati nilai hipotesa

ada pada kelompok umum (0.27), penjualan

(0.60), dan persediaan (0.80). Jawaban yang

paling jauh dari nilai ideal ada pada kelompok ;

akuntansi (5.67), pengeluaran kas (5.33), dan

aktiva tetap (3.67).

Tabel4. One-Sample Kolmogorov-5mimov Test

Total

N 15

Normal Parameters(a,b) Mean 136.53

Std. Deviation 22.484 Most Extreme

Absolute .141 Differences Positive .141

Negative -.118 Kolmogorov-Smirnov Z .546 Asymp. Sig. (2-tailed) .927

a Test distribution IS Normal; b Calculated from data.

111.4. Analisis data - Analisa KUantitatif

Normalitas Data

Untuk bisa melakukan T-Test

sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas

data. Pengujian normalitas data dilakukan

dengan menggunakan model statistik yang

dikenal dengan "Kolmogorov Smirnov Test

(One Sample)". Dari pengujian diketahui

10 Jumal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 2005 ISSN 1858-3687

bahwa data yang terkumpul berdistribusi

normal. Lihat Tabel4.

T-Test (satu variabe/)

Untuk mengetahui apakah SPI di UKM

sudah efektif/belum digunakan t-test salu

variabel, dengan iangkah-Iangkah ; (Lihat

TabelS)

a. Cari t hitung

b. Angka tersebut bandingkan dengan :

Harga t table, df = 14 (n-1) dan;

Taraf kesalahan a = 5% serta;

Nilai hipotesa (test value) = 70%

c. Dari tabel diketahui nilai t =. 2,145

d. Membandingkan nilai t tabel (2,145)

dengan t hitung (-2,892). Nilai t hitung <

nilai t tabel berarti jatuh pada daerah

penerimaan Ho.

e. Dengan diterimar.ya Ho maka Hipotesis

yang mengatakan bahwa SPI pada UKM

tidak lebih dari 70% (159,6) dapat

diterima.

f. Terdapat perbedaan yang signifikan

(0,012) antara nilai yang diduga (159,6)

dengan nilai yang terkumpul (144,53)

Analisis data menggunakan Chi-Square,

dasar pengambilan keputusan dilakukan

dengan:

1. Membandinykan Chi-Square hitung

dengan Chi-Square tabel :

• Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square

Tabel , Ho diterima

• Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square

Tabel, Ho ditolak

2. Melihat angka probabilitas, ketentuan :

• Asymp.Sig (Probabilitas) > 0.05 maka

Ho diterima

Politeknik Negeri Padang

Page 11: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efektifitas Penerapan Sistern Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Padang

• Asymp.Sig (Probabilitas) < 0.05 maka

Ho ditolak

Tabel 5. T-Test (One-Sample Statistics)

Mea n Std. Deviation I Std. Error Mean

Tot 144.5 3331 23.928071 6.17820 a ne-Sample Test ~t V<jlue = 159.6

S ig. Mean 95"10 Confidence T df ( 2- Differen- Interval of the

ta ilel ce Difference lower 1 Upper

Tol -2.892 14 .0 12 -17.86667 ·31.11761-4.6157

Chi-Square(goodness of fit test)

Berdasarkan Tahel 6, diketahui bahwa

seluruh kelompok pertanyaan mendapati

angka Chi-Square hitung yang lebih kecil

daripada angka Chi-Square tabel, yang berarti

Ho diterima. Demikian pula halnya dengan

angka probabilitasnya (Asymp.Sig) untuk

setiap kelompok lebih besar dari 0.05, yang

juga berarti jatuh pad a kurva penerimaan Ho.

Jawaban atas pertanyaan rata-rata

terpusat pada dua item, yaitu ; Setuju dan

Kurang Setuju. Namun jawaban Setuju

jumlahnya pointnya lebih besar dari jawaban

kurang setuju, yaitu 312 : 265. Namun angka

ini belum bisa mengindikasikan bahwa SPI

pad a UKM di Kota Padang sudah efektif.

Tabel 6. Perband ingan Chi-Square Hitung den an Tabel

Kelompok Chi-Square Asymp.Sig Pertanyaan Hit ung Tabel Hitung

Umum 3 .33 18.30 0.97

Akuntansi .20 15.50 1.00 Penerimaan 5 .07 12.59 0.54 Kas Pengeluaran

.80 19.67 1.00 Kas Pen'ualan 7 .00 11.07 0.22

Persediaan 5 .40 11.07 0.37

Aktiva Teta .40 11.07 0.92

Pembelian .33 9.48 0.86 Ga'i 2 .40 15.50 0.97

Jumal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 2005ISSN 1858-3687

IV. Kesimpulan

a Ha.;il tes stctistik membuktikan bahwa SPI

UKM di Kota Padang masih belum efektif.

b. Ulltuk bisa membuat unsur-unsur SPI

UKM yang efektif diperlukan ana lisa

terhadap point-point yang ada pada setiap

pertanyaan atau kelompok pertanyaan.

c. Dari analisa data diketahui bahwa unsur

SPI yang cukup efektif adalah pada aspek

Umum dan Persediaan. Sedangkan SPI

yang sangat perlu mendapatkan perhatian

adalah pada unsur-unsur Akuntansi,

Penerimaan kas, pengeluaran kas dan

aktiva tetap serta kebijakan dalam hal

penggajian dan personalia.

d. Penyusunan unsur-unsur SPI tersebut

merupakan bagian yang penting dari

penyusunan TA mahasiswa yang terlibat.

V. Saran

a. Dari penelitian ini dilakukan workshop

penyusunan SPI yang khusus untuk

UKMK. Dalam workshop tersebut harus

dilibatkan para pengelola UKM terutama

para pemilik.

b. Setelah penyusunan SPI dilanjutkan

dengan penyusunan tata pembukuan yang

mampu memenuhi kebutuhan UKMK.

Karena banyak aspek akuntansi yang

tidak efisien bila diterapkan pada UKMK.

UKMK memerlukan model pembukuan

yang khusus sesuai dengan sumber daya

yang ada pada UKMK.

c. Baik SPI maupun tata buku yang akan

disusun harus menekankan aspek

pengendalian akuntansi, terutama pada

akuntansi Kas.

Politeknik Negeri Padang 11

Page 12: Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada

Efektifitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Usaha Keeil Menengah (UKM) di KotA Padang

Oaftar Pustaka

Alvin. A. Arens, aild james K. Loebbecke,

(1991) Auditing, on Integrrated

Approacl;, St:'ed, New Jersey:Prentice­

Hall inc.

Bailey, Larry P ( 1985) Contemporary A!Jditing

Djuwita, Ratna, Peran Negara dan Pasar

dalam Penyehatan Perbankan dan

Pembiayaan UKM & Koperasi, Jurnal

Bisnis & Ekonomi Politik, Juli 2002, hal

1824,INDEF

Grollman,WK and ColbY,RW. (1978) Intemal

Control for Small Businesses, The

Journal of Accountancy, Dec 1978,pp

64-67

Harahap,Sofyan Syafri.(1995) Auditing

Perusahaan Kecil, Jakarta Bumi

Aksara

Jof. t., A Small Business Intemal Control

Questionarie, Study group on Audit

Techniques, Canadian Institute of

Charter-ed Accountants, July 1978,

pp53-54

Monk,H.L,Jr and Tatum,K.w. ( 1988) Applying

SAS no. 55 in Audits ot Small

Businesses, Journal of Accountancy,

November 1988,pp 40-56

Montgomery,J. (2003) Intemal Control a must,

even for small businesses.July 11-17

2003 Fort Worth Business Press.

Mulyadi, (1992) Pemeriksaan Akuntan, Edisi

Ke-4, Yogya, Bag Penerbitan STIE

YKPN.

Rainborn,DD & M.Zulinski,Marilyn, Solving

Audit Problem in Small Business

Engagement, Journal of Accountancy,

April 1983,p50-58

12 Jumal Akuntansi Vol 1 No.1 Juni 20051SSN 1858-3687

Sekaran,Urna (2000), Research Methods for

Business, third edition, New York: John

Wiley & Sons, Inc

Snyder,NH, Broome.O.W, Zimmerman,K

(1989) Using Intemal Centrol to reduce

Employee theft in small businesses.

Journal of Small Business Management,

Julm 1989: 27,3

Stelzer, Herbet, Evaluation of Internal Control

in Small Audits, the Journal of

Accountancy, November 1964,pp 55-61

Sugiono,Dr, (2003) Metode Penelitian Bisnis,

Edisi kelima, Bandung: Alfabeta

Tunggal, Amin Wijaya. (1995) Struktur

Pengendalian Intem, Jakarta : PT

Rineka Cipta

Politeknik Negeri Padang