efektivitas pembelajaran pai dengan...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN
METODE DEMONSTRASI DALAM
MENINGKATKAN RETENSI SISWA SKKD SHALAT
SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL DI SMP
NEGERI 16 SEMARANG TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)
Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh:
SITI NUR’AINI
043111008
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eksemplar Hal : Naskah Skripsi
a.n. Sdr. Siti Nur’Aini
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, kami
kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Siti Nur’ Aini
NIM : 3104008
Judul : Efektivitas Pembelajaran PAI dengan Metode
Demonstrasi untuk Meningkatkan Retensi Siswa SKKD
Shalat Kelas VIII Semerter Ganjil Di SMP Negeri 16
Semarang Tahun 2008-2009
Bersama ini mohon kiranya naskah skripsi saudara tersebut dapat di
monaqosahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 29 Oktober 2008
Pembimbing I Pembimbing II
Wahyudi, Drs. M.Pd Fakhur Rozi , M. Ag
NIP. 150 274 611 NIP: 150 274 612
iii
ABSTRAK Siti Nur’Aini (NIM: 043111008). Efektivitas Pembelajaran PAI dengan Metode
Demonstrasi untuk Meningkatkan Retensi siswa SKKD Shalat Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 16 Semarang Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi Semarang Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008
Kata Kunci: Pembelajaran PAI, Metode demonstrasi, Belajar melalui berbuat dan bermakna, Retensi
Latar belakang penelitian ini, rendahnya tingkat retensi yang dihasilkan
dari pembelajaran yang sering digunakan guru pada umumnya penerapan metode ceramah dan diskusi dengan media pembelajaran hanya pada papan tulis dan kurang diefektifkannya semua indera yang dimiliki siswa di dalam kegiatan belajar di kelas.
Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah pembelajaran metode demonstrasi dapat membuat siswa belajar melalui berbuat yang melibatkan semua indera yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan retensi siswa setelah kegiatan belajar berlangsung.
Penentuan subjek penelitian ini menggunakan subjek penelitian total yaitu kelas VIII D SMPN 16 Semarang dengan 41 siswa. Pengumpulan data menerapkan metode observasi berupa check list KBM dan metode tes. Check list digunakan mengetahui tingkat kecenderungan siswa dalam menggunakan indera pendengaran., indera penglihatan, dan indera sentuh (motorik). Tes digunakan mengetahui tingkat retensi siswa setelah pembelajaran berlangsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan siswa menggunakan indera pendengaran pada siklus I pertemuan 1 siswa sangat sering 34,15%, sering 41,46%, kurang 9,76%, tidak pernah 14,63%. Pada pertemuan 2 siswa sangat sering 31,70%, sering 48,78%, kurang 7,32%, tidak pernah 12,20%. Siklus II pertemuan 1 siswa sangat sering 24,38%, sering 60,98%, kurang 12,20%, tidak pernah 2,44%. Siklus III pada pertemuan 1 siswa sangat sering 17,08%, sering 68,29%, kurang 14,63%, tidak pernah 0%.
Kecenderungan siswa, menggunakan indera penglihatan, hasil penelitian menunjukkan pada siklus I pertemuan 1 siswa sangat sering 24,39%, sering 36,59%, kurang 29,26%, tidak pernah 9,76%. Pada pertemuan 2 siswa sangat sering 31,70%, sering 41,46%, kurang 19,52% tidak pernah 7,32%. Siklus II pertemuan 1 siswa sangat sering 36,59%, sering 46,33%, kurang 17,08%, tidak pernah 0%. Siklus III pada pertemuan 1 siswa sangat sering 60,98%, sering 39,02%, jarang dan tidak pernah 0%.
Kecenderungan siswa, menggunakan indera sentuh (motorik), hasil penelitian menunjukkan pada siklus I pertemuan 1 siswa sangat sering 24,39%, sering 31,70%, kurang 24,39%, tidak pernah 19,52%. Pada pertemuan 2 sangat sering 31,70%, sering 41,46%, kurang 1952%, tidak pernah 7,32%. Siklus II pertemuan 1 siswa sangat sering 36,59%, sering 48,78%, kurang 14,63%, tidak
iv
pernah 0%. Siklus III pertemuan 1 siswa sangat sering 63,41%, sering 36,59%, kurang dan tidak pernah 0%.
Hasil tes menunjukkan bahwa siswa mampu menghemat konsep yang telah ia pelajari pada 1 minggu ke depannya dengan perkataan lain materi yang masih membekas pada ingatan siswa. Pada siklus I dengan rata-rata penghematan 70,27 %, pada siklus 2 rata-rata penghematan 83,08%. Pada siklus III rata-rata penghematan 88,93%. Hasil test tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan pada tiap siklusnya.
Penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi dapat membuat siswa belajar aktif melalui berbuat yang melibatkan indera yang dimiliki dan dapat meningkatkan retensi siswa SKKD shalat pada kelas VIII D SMPN 16 Semarang semester ganjil tahun ajaran 2008/2009.
v
DEKLARASI
Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tangung jawab, bahwa
skripsi ini, tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain, diterbitkan, . dan
tidak berisi pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi
yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 9 Desember2008
Deklarator,
Siti Nur’Aini
NIM. 043111008
vi
MOTTO
Ÿω uρ ß# ø) s? $ tΒ }§ øŠs9 y7 s9 ⎯ϵÎ/ íΟù= Ïæ 4 ¨βÎ) yì ôϑ¡¡9$# u |Çt7 ø9$#uρ yŠ# xσ àø9$# uρ ‘≅ä. y7 Í× ¯≈s9'ρé&
tβ%x. çµ÷Ψtã Zωθä↔ó¡ tΒ ∩⊂∉∪
.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. Al-Israa : 36)
vii
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. DR. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Telp 024 76091295 Semarang 50185
PENGESAHAN Skripsi saudara : Siti Nur’ Aini
Nomor Induk : 043111008
Judul skripsi : Efektivitas Pembelajaran PAI dengan Metode Demonstrasi
untuk Meningkatkan Retensi Siswa SKKD Shalat Kelas VIII
Semester Ganjil SMP Negeri 16 Semarang Tahun Ajaran
2008/2009.
Telah dimunaqosahkan Dewan penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang pada tanggal:
12 JANUARI 2009
Diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi
Program Sarjana Jenjang Strata Satu (S1), guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Semarang, 12 Januari 2009
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Fakhrur Rozi M. Ag Sugeng Ristianto M. Ag NIP: 150 274 612 NIP: 150 234 335
Penguji I penguji II
Drs. H. Djoko Widagdo M. Pd Nasiruddin M. Ag NIP: 130388591 NIP: 150277510
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Wahyudi M . Pd Fahkrur Rozi M. Ag NIP : 150 274 611 NIP: 150 274 612
viii
PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK :
1. Bapak dan Ibu tercinta, pengasih penyemangat, pembimbing dan
pelindung hidupku
2. Seseorang yang ditakdirkan Tuhan tuk mendampingi hidupku kelak
3. Sahabat-sahabat terdekatku terima kasih atas cinta dan
kepeduliannya
4. Almamaterku
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis sehingga
skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran PAI dengan Metode Demonstrasi
untuk Meningkatkan Retensi Siswa SKKD Shalat Pada Siswa Kelas VIII
Semester I SMP Negeri 16 Semarang Tahun Ajaran 2008/2009” dapat selesai
dengan baik.
Adapun tujuan dan maksud penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir yang
harus penulis lakukan untuk menuntaskan studi belajar S1 Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang. Skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu tak lupa mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. DR. H. Ibnu Hadjar M. Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Drs. Wahyudi M. Pd, Dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan.
3. Fahkrur Rozi M. Ag, Dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
4. Drs. Sutrisno M. M Kepala sekolah SMPN 16 Semarang yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
5. Siti Maryam, S. Pd.I, guru mata pelajaran PAI kelas VIII SMPN 16 Semarang
yang telah memberikan bantuan dan pengarahan.
6. Ibu, Bapak, semua keluarga terkasih dan tersayang, yang telah memberikan
dorongan serta bantuan yang berupa materiil maupun spirituil.
7. Untuk sahabat-sahabat terdekatku dan semua pihak yang telah membantu
fasilitas dan memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
perlukan demi kesempurnaan skripsi ini.
x
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Semarang, 9 Desember 2008
Penulis,
Siti Nur’Aini
NIM. 043111008
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .......................... ii
ABSTRAK ................................................................................................. iii
DEKLARASI.............................................................................................. v
MOTTO ...................................................................................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ................. vii
KATA PERSEMBAHAN ......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ...................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................ 5
C. Penegasan Istilah ................................................................ 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 7
E. Kerangka Penelitian ........................................................... 8
F. Metode Penelitian................................................................ 10
BAB II EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN METODE
DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN RETENSI
SISWA
A. Pembelajaran PAI
1. Pengertian PAI .............................................................. 17
2. Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan Agama Islam...... 21
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ................................. 23
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................. 23
5. Pentingnya Pendidikan Islam bagi Peserta Didik ......... 24
xii
B. Metode Demonstrasi ........................................................... 25
1. Pengertian Metode Demonstrasi………………………… 25
2. Tujuan dan Fungsi Metode demonstrasi ......................... 30
3. Prinsip-Prinsip Metode Demonstrasi…………………… 32
4. Syarat-Syarat Metode Demonstrasi……………………… 33
5. Langkah-Langkah Penerapan Metode Demonstrasi…… 34
6. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi………… 35
C. Retensi ................................................................................ 36
1. Pengertian Retensi........................................................... 36
2. Prinsip-Prinsip untuk Meningkatkan Retensi.................. 37
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Retensi ................... 43
4. Cara-Cara untuk Meningkatkan Retensi ......................... 46
5. Tinjauan Tentang Retensi ............................................... 48
6. Pengukuran Tingkat Retensi ........................................... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 52
B. Subjek Penelitian ................................................................ 52
C. Prosedur Penelitian ............................................................. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat ............................... 64
B. Hasil Penelitian .................................................................. 65
C. Pembahasan ........................................................................ 78
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................. 86
B. Saran ................................................................................... 87
C. Penutup……………………………………………………. 87
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data kecenderungan siswa dalam menggunakan indera yang
dimiliki pada siklus I pertemuan I ..................................................... 68
2. Data kecenderungan siswa dalam menggunakan indera yang
dimiliki pada siklus I pertemuan II .................................................... 68
3. Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada
siklus I ................................................................................................ 69
4. Data kecenderungan siswa dalam menggunakan indera yang
dimiliki pada siklus II pertemuan I .................................................... 72
5. Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada
siklus II .............................................................................................. 73
6. Data kecenderungan siswa dalam menggunakan indera yang
dimiliki pada siklus III pertemuan I ................................................... 76
7. Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada
siklus III ............................................................................................. 76
8. Data keaktifan siswa dalam mengikuti kerja metode
demonstrasi ........................................................................................ 79
9. Data keaktifan siswa yang meminta bantuan bimbingan dalam
mengikuti metode demonstrasi .......................................................... 80
10. Data prosentase kecenderungan siswa menggunakan indera
pendengaran ....................................................................................... 81
11. Data prosentase kecenderungan siswa menggunakan indera
penglihatan ......................................................................................... 82
12. Data prosentase kecenderungan siswa menggunakan indera
sentuh (motorik) ................................................................................. 83
13. Data prosentase penghematan ............................................................ 85
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar Grafik keaktifan siswa dalam metode demonstrasi............... 79
2. Gambar Grafik siswa yang meminta bimbingan dalam kerja
Metode demonstrasi ............................................................................ 80
3. Gambar Grafik kecenderungan siswa dalam menggunakan
indera pendengaran ............................................................................ 82
4. Gambar Grafik kecenderungan siswa dalam menggunakan
indera penglihatan .............................................................................. 83
5. Gambar Grafik kecenderungan siswa dalam menggunakan
indera sentuh (motorik) ...................................................................... 84
6. Gambar Grafik persentase penghematan ........................................... 85
Lampiran III.C SILABUS PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas/Semester : VIII/I Standart Kompetensi : Memahami salat jamaah dalam setiap salat lima waktu
Kompetensi Dasar Indikator Materi
Pokok Tujuan Pembelajaran Evaluasi Suber belajar Alokasi Waktu
1. Menjelaskan salat berjamaah
2.Mempraktekan salat berjamaah
1. Menjelaskan tata cara salat berjamaah
2. Menjelaskan ketentuan menjadi makmum masbuq
3. Menjelaskan bagaimana cara mengingatkan imam yang lupa
4. Mempraktikan salat berjamaah
Salat Jamaah
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan hukum salat berjamaah
2. Siswa dapat menjelaskan tata cara salat berjamaah
3. Siswa dapat mempraktekkan salat berjamaah
1. Tes formatif 2. Mempraktikkan
shalat berjamaah
1. Buku paket PAI.
2. Buku panduan shalat.
3. Alat-alat shalat.
4. LKS
2x 40 menit
Lampiran III.B SILABUS PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas/Semester : VIII/I Standart Kompetensi : Salat Jenazah
Kompetensi Dasar Indikator Materi
Pokok Tujuan
Pembelajaran Evaluasi Suber belajar Alokasi Waktu
1. Menjelaskan ketentuan-ketentuan salat jenazah
1. Menjelaskan pengertian dan hokum salat jenazah
2. Menjelaskan tata cara salat jenazah
3. Mempraktekkan salat jenazah
Salat Jenazah
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan hukum salat jenazah
2. Siswa dapat menjelaskan tata cara salat jenazah
3. Siswa dapat mempraktekkan dan melakukan salat jenazah
1. Tes formatif
2. Kuis 3. Praktek
shalat jenazah
1. Buku paket PAI. 2. Buku panduan
shalat. 3. Alat-alat shalat. LKS
2 x 40 menit
Lampiran III.A SILABUS PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas/Semester : VIII/I Standart Kompetensi : Memahami dan Membiasakan Shalat Rowatib, Dhuha, Tahiyatul masjid
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Tujuan Pembelajaran Evaluasi Suber belajar Alokasi Waktu
1. Menjelaskan ketentuan-ketentuan, macam-macam dan mempraktikan salat rowatib
2. Menjelaskan ketentuan-ketentuan, menghafal do’a, dan mempraktekan shalat dhuha
3. Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat tahiyyatul masjid dan I’tikaf serta mempraktekannya. :
1. Menjelaskan pengertian shalat sunah rawatib
2. Menyebutkan macam-macam salat sunah rawatib
3. Menjelaskan pengertian shalat dhuha
4. Mempraktikan salat dhuha
5. Menjelaskan pengertian salat tahiyyatul masjid
6. Mempraktekan shalat tahiyyatul masjid
Memahamidan membiasakan Shalat Rowatib, Dhuha, Tahiyatul masjid
1. Siswa mampu memahami pengertian shalat Rowatib
2. Siswa mampu menyebutkan macam-macam shalat sunnah rowatib
3. Siswa mampu Menjelaskan pengertian shalat dhuha
4. Siswa mampu mempraktikan salat dhuha
5. Siswa mampu menjelaskan pengertian salat tahiyyatul masjid
6. Siswa mampu mempraktikkan shalat tahiyatul masjid
1. Observasi 2. Tes tertulis
(kuis). 3. Tes tertulis
(ulangan harian)
a. Buku paket PAI.
b. Buku panduan shalat.
c. Alat-alat shalat.
d. LKS
2 x 40 menit
Lampiran: Siklus satu:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Satuan Pendidikan : SMP N 16 SEMARANG Mata Pelajaran : PAI Kelas/ Semester : VIII/ Genap Standar Kompetensi :
1. Membiasakan salat rowatib 2. Membiasakan salat dhuha 3. membiasakan salat tahiyyatul masjid
Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan ketentuan-ketentuan, macam-macam
dan mempraktikan salat rowatib 2. Menjelaskan ketentuan-ketentuan, menghafal do’a,
dan mempraktekan shalat dhuha 3. menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat tahiyyatul
masjid dan I’tikaf serta mempraktekannya. Indikator :
1.Menjelaskan pengertian shalat sunah rawatib 2.Menyebutkan macam-macam salat sunah rawatib 3.Menjelaskan pengertian shalat dhuha 4.Meempraktikan salat dhuha 5.Menjelaskan pengertian salat tahiyyatul masjid 6.mempraktekan shalat tahiyyatul masjid
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit IV. Langka-langkah Pembelajaran
Pengorganisasian No. Kegiatan Pembelajaran Peserta Waktu Kegiatan Awal
1. Menyampaikan tujuan, apersepsi dan motivasi dengan cara bertanya npernahkah anak-anak melakukan salat sunah dhuha, rawatib dan tahiyyatul masjid dalam kesehariannya?
K 3 menit
Kegiatan Inti 2. Guru memberi kesempatan membaca buku panduan K 10 menit
I. Tujuan Pembelajaran : Dengan menjelaskan salat sunah rawatib, dhuha dan tahiyyatul masjid siswa dapat mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari
II. Materi Ajar : Salat rawatib, dhuha dan tahiyyatul masjid
III. Metode Pembelajaran : demonstrasi, ceramah, tanya jawab, simulasi / praktek bila waktu memungkinkan
atau Lembar Kerja Siswa (LKS) terhadap pokok bahasan yang akan dibahas
3 Guru menjelaskan satu persatu pokok bahasan yaitu dari salat rawatib, slat dhuha dan tahiyyatul masjid K 30 menit
4 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya terhadap pokok bahasan yang telah diterangkan ketika ada suatu permasalahan yang belum jelas
K 10 menit
5 Setelah guru selesai memberi penjelasan dan peserta didik tidak ada pertanyaan sebagai akhir pelajaran diadakan tes secara tertulis untuk mengetahui seberapa jauh daya tangkap peserta didik dalam menerima materi yang telah diajarkan
I 20 menit
Penutup 6 Menyimpulkan tentang ketentuan-ketentuan salat
sunah K 7 menit
Keterangan : I = individual; K = klasikal;
Semarang, Juli 2008
Kepala Sekolah Guru Kelas
Drs. Sutikno M.M Siti Maryam S.P.I
V. Bahan ajar dan alat bantu Pembelajaran: - Buku paket PAI kelas VIII - Lembar Kerja Siswa (LKS)
VI. Penilaian 1. Prosedur tes
Tes awal : tidak ada Tes Proses : tidak ada Tes akhir : ada
2. Jenis tes : tes tertulis 3. Alat tes : terlampir
Lampiran: SIklus satu
Soal tes Tertulis (Ingatan)
Materi : Sholat sunah (Dhuha, rawatib dan tahiyyatul masjid) Mapel : PAI Kelas : VIII Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)huruf a, b, c atau
d!
1. Shalat sunah (nafilah) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu salat sunah
rawatib dan …
a. salat sunah ghoiru rawatib c. salat sunah rawatib ghaori
muakad
b. salat sunah rawatib muakad d. salat sunah ghairu muakad
2. Shalat sunah rawatib adalah …
a. salat sunah yang harus dikerjakan dengan tertib
b. salat sunah yang mengiringi salat fardu
c. salat sunah sebelum salat fardhu
d. salat sunah sesudah salat fardu
3. dibawah ini yang tidak termasuk salat sunah rawatib muakad …
a. dua rakaat sebelum subuh c. dua rakaat sebelum magrib
b. dua rakaat sebelum dhuhur d. dua arakaat sesuadah isya’
4. Di bawah ini yang tidak termasuk salat sunah ghairu rawatib adalah …
a. salat dhuha dua rakaat c. salat tahiyyatal masjid dua
rakaat
b. salat ied dua rakaat d. dua rakaat sebelum subuh
5. salat sunah rawatib untuk salat asar berjumlah …
a. dua rakaat sebelum asar c. empat rakaat sesudah asar
b. dua rakaat sesufdah asar d. empat rakaat sebelum asar
6. Hukummelakukan shalat rawatib adalah …
a. sunah muakad c. sunah ghairu muakad
b. mubah d. fardhu ‘ain
7. Salat sunah rawatib yang dilakukan sesudah salat fardu disebut …
a. salat muakad c. slat sunah ba’diyah
b. salat sunah qobliyah d. salat sunah ghoiru muakad
8. salat sunah rawatib yang sangat dianjurkan disebut …
a. salat sunah rawatib muakad
b. salat fardhu ain
c. salat sunah rawatib ghoiru muakad
d. salat sunah muakadah
9. Salat sunah rawatib yang dilakukan sebelum salat fardu disebut …
a. salat tahiyyatal masjid c. salat sunah qobliyah
b. salat sunah ba’diyah d. salat sunah muakadah
10. macam-macam salat rawatib
i. 2 rakaat sesudah maghrib
ii. 2 rakaat sesudah isya’
iii. 2 rakaat sebelum subuh
iv. 2 rakaat sebelum maghrib
v. 4 rakaat sebelum asar
vi. 2 rakaat sebelum isya’
vii. 2 rakaat sebelum dan sesudah dhuhur
Diatas yang termasuk salat sunah rawatib muakad adalah …
a. i, ii, iii, vii c. iii, v, vi
b. vi, vii d. ii, v, vi
11. Salat sunah yang dikerjakan ketika matahari setinggi tombak hingga menjelang
waktu dhuhur disebut …
a. salat qobla dhuhur c. salat sunah sesudah dhuhur
b. salat pagi hari d. salat sunah dhuha
12. Hukum melaksanakan salat dhuha adalah …
a. fardhu ain c. sunah muakad
b. fardhu kifayah d. mubah
13. Jumlah bilangan salat dhuha adalah …
a. 2 sampai 4 rakaat c. 2 sampai 10 rakaat
b. 2 sampai 8 rakaat d. 2 sampai 12 rakaat
14. Menurut hadits Nabi SAW jumlah rakaat salat dhuha yang paling sering
dikerjakan oleh nabi adalah …
a. 2 rakaat c. 6 rakaat
b. 4 rakaat d. 8 rakaat
15. Salat sunah yang dikerjakan saat masuk masjid sebagai penghormatan masjid
disebut …
a. salat iftitah masjid c. salat I’tikaf
b. salat istikharah d. salat tahiyyatul masjid
16. Berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah dan mendekatkan diri
kepada-Nya disebut …
a. I’tikaf c. dzikir dan do’a
b. Tahiyyatul masjid d. merenungkan ciptaan Allah
17. Bilangan rakaat salat tahiyyatul masjid adalah …
a. 3 rakaat c. 4 rakaat
b. 2 rakaat d. 6 rakaat
18. Dibawah ini yang termasuk salat sunah rawatib muakad adalah …
a. dua rakaat sebelum dan sesudah dhuhur
b. dua rakaat sebelum asar
c. dua rakaat sesudah asar
d. dua rakaat sebelum maghrib
19.
… البهاء بها ئك اللهم ان الضحاء ضحائك وDiatas adalah do’a …
a. salat tahajud c. salat dhuha
b. salat istikharah d. salat hajad
20. Jika kita dating kemesjid hendak salat berjamaah, tetapi sudah iqomah maka …
a. sebelum salat fardhu kita tetap melaksanakan salat tahiyyatul masjid
b. langsung melaksanakan salat fardu
c. melaksanakan salat rawatib terlebih dahulu
d. menunggu adzan selsesai, melaksanakan salat tahiyyatul masjid,
melaksanakan salat rawatib kemudian meaksanakan salat fardhu
21.
افتح لي ابواب رحمتك اغفرلى ذنوبى واللهمDiatas adalah do’a …
a. masuk kantor pemerintahan c. keluar masjid
b. ketika bepergian d. masuk masjid
22. Dibawah ini tata cara masuk ke mesjid yang benar adalah …
a. tidak ada aturan untuk masuk kemesjid
b. masuk mesjid dengan mendahulukan kaki kanan.
c. melepas sandal kaki kiri kita dahulukan, diletakkan diatas sandal terlebih
dahulu kemudian kaki kanan didahulukan untuk masuk kemesjid dengan
membeca do’a
d. melepas sandal kaki kanan kita dahulukan, diletakkan diatas sandal terlebih
dahulu kemudian kaki kiri didahulukan untuk masuk kemesjid dengan
membeca do’a
23.
اصلي سنة الضحى رآعتين هللا تعا لىLafal diatas adalah niat salat …
a. istikharah c. salat dhuha
b. hajad d. salat tahajud
24. Ketika kita melaksanakan salat baik sunah atau fardhu, sebagai salah satu
syarat sah salat adalah terjaga kesuciannya atau suci dari hadas, yang dimaksud
terjaga kesuciannya adalah …
a. suci pakaian, badan dan tempatnya
b. suci yang digunakan untuk salat yaitu sajadahnya
c. suci tempat yang digunakan untuk salat
d. suci dari hadas besar termasuk haid atau sedang dalam keadaan junub
25. Dibawah ini adalah niat salat tahiyyatul masjid adalah
a. عتين هللا تعا لى التحية المسجد رآاصلي سنة
b. رآعتين هللا تعا لىحاجتاصلي سنة ال
c. لي سنة التهاجد رآعتين هللا تعا لىاص
d. نة الظهر رآعتين بعدية هللا تعا لىاصلي س
Lampiran : Sklus dua
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Satuan Pendidikan : SMPN 16 SEMARANG Mata Pelajaran : PAI Kelas/ Semester : VIII/ Ganjil Materi Pokok : Salat Jenazah Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami tata cara salat jenazah B. Kompetensi Dasar : Menjelaskan ketentuan-ketentuan salat jenazah C. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan hokum salat jenazah 2. Menjelaskan tata cara salat jenazah 3. Mempraktekkan salat jenazah
D. Tujuan : 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan hukum
salat jenazah 2. Siswa dapat menjelaskan tata cara salat jenazah 3. Siswa dapat mempraktekkan dan melakukan salat
jenazah E. Media/ alat/ bahan/ sumber:
1. Buku panduan PAI kelas VIII 2. Lembar Kerja Siawa (LKS) PAI kelas VIII
F. Metode active learning : Diskusi kelompok, demonstrasi, dalam komponen CTL adalah pemodelan
G. Skenario pembelajaran : 1. Materi yang dipilih adalah salat jenazah 2. Peserta didik dibagi dalam 10 kelompok 3. Pembagian kelompok berdasarkan nomor urut absensi. Masing-masing terdiri
dari 4 sampai 5 orang
Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4,5
Pengertian, syarat dan rukun salat
jenazah
Tata cara salat jenazah
Jenazah orang yang mati syahid
Salat ghoib
Kelompok E Kelompok F Kelompok G Kelompok H 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4
Pengertian, syarat dan rukun salat
jenazah
Tata cara salat jenazah
Jenazah orang yang mati syahid
Salat ghoib
Kelompok I Kelompok J
1,2,3,4 1,2,3,4 Tata cara salat jenazah
Tata cara salat jenazah
4. Setiap kelompok bertugas membaca dan memahami materi yang ada dalam
buku panduan mata pelajaran maupun Lembar Kerja Siswa (LKS) 5. Setiap kelompok melakukan diskusi kecil dan merangkum hasil demonstras 6. Setiap kelompok menugaskan satu orang untuk menyampaikan hasil diskusi
kecil kelompoknya didepan kelas. 7. Kembalikan seperti semula dalam kelompok besar dalam satu kelas untuk
penyampaian hasil diskusi mengulas permasalahan, sandainya ada masalah yang belum terpecahkan.
8. Guru melempar beberapa pertanyaan untuk penjajagan pemahaman materi. 9. Setelah selesai menyampaikan hasil diskusinya, guru mrmberikan kesimpilan,
penekanan dan tindak lanjut. 10. Praktik shalat jenazah di musholla SMPN 16 Semarang 11. Refleksi 12. Penilaian dengan memberikan soal tes yang telah disiapkan pada akhir
pelajaran.
Semarang, Juli 2008
Kepala Sekolah Guru Kelas
Drs. Sutrisno M.M Siti Maryam S.P.I
Lampiran penilaian tes pada siklus dua
Soal Tes Tertulis (Ingatan) Materi : Salat Jenazah Mapel : PAI Kelas : VIII Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c atau d pada jawaban yang benar !
1. Mengerjakan salat jenazah hukumnya …
a. sunah muakad c. mubah
b. fardhu ain d. fardhu kifayah
2. Salat jenazah yang jenazahnya tidak berada pada tempat orang yang
menyalatkan, karena berada ditempat yang jauh atau karena sudah dikubur
disebut …
a. salat jenazah jarak jauh c. salat rawatib
b. salat jenazah d. salat ghoib
3. Salat jenazah terdiri atas …
a. empat takbir c. tiga takbir
b. dua takbir d. empat rakaat
4. Apabila jenazah seorang perempuan yang disalatkan, maka posisi imam …
a. antara badan kaki
b. antara kepala dan bahu
c. berdiri sejajar atau dekat dengan perut atau pinggang jenazah
d. antara bahu dan badan
ميت اربع تكبرة فرض آفا ية هللا تعالى اصلى على هذ ال .5
Lafal diatas adalah niat salat …
a. jenazah, apabila jenazahnya laki-laki
b. ghoib, jenazahnya laki-laki
c. jenazah, apabila jenazahnya perempuan
d. jenazah, apabila ada dua jenazah laki-laki dan perempuan.
6. Ketika melaksanakan salat jenazah, berkaitan dengan shaf atau barisan
disunahkan …
a. 3 shaf c. 5 shaf
b. 4 shaf d. 7 shaf
7. Pak Yusuf ketika menyalatkan jenazah memakai pakaian muslim, sebab selain
bertujuan untuk menutup aurat juga agar rapi. Menutup aurat termasuk …
a. syarat wajib salat jenazah c. sunah salat jenazah
b. rukun salat jenazah d. syarat sah salat jenazah
8. Jamaah yang menyalatkan jenazah Pak Muhammad semuanya berdiri, sebab
berdiri bagi yang mampu pada saat salat jenazah termasuk …
a. syarat wajib salat jenazah c. rukun salat jenazah
b. syarat sah salat jenazah d. sunah dalam salat jenazah
9. Beikut yang tidak termasuk rukun salat jenazah adalah …
a. niat c. berdiri
b. suci dari hadas dan najis d. mengucap salam
10. Dibawah ini yang tidak dilakukan pada saat salat jenazah, kecuali …
a. membaca tasbih c. I’tidal
b. berdiri d. membaca istighfar
11. Pak Didin ketika salat jenazah membaca shalawat atas Nabi. Shalawat tersebut
dibaca setelah …
a. takbir pertama c. takbir keempat
b. takbir ketiga d. takbir kedua
12. Untuk menyalatkan jenazah laki-laki, posisi imam sebaiknya berdiri lurus atau
dekat dengan ...
a. perut jenazah c. kepala jenazah
b. penggang jenazah d. dada jenazah
13. Mengangkat tangan ketika takbir dalam salat jenazah hukumnya adalah …
a. wajib c. sunah
b. makruh d. mubah
14. Setelah bersuci, wudhu atau tayamum, orang akan menyalatkan jenazah yang
akan dilakukan pertama kali adalah …
a. membaca basmalah c. niat untuk menyalatkan jenazah
b. membaca surat Al-Fatihah d. berdo’a terlebih dahulu untuk jenazah
15. Bacaan surat Al-Fatihah dalam salat jenazah dibaca setelah …
a. takbir keempat c. takbir kedua
b. takbir ketiga d. takbir pertama
وعا فه واعف عنه واآرم نزله ووسع مد خله اللهم اغفرله وارحمه .16
Do’a diatas ketika salat jenazah dibaca pada saat …
a. takbir keempat c. takbir ketiga
b. takbir kedua d. takbir kelima
17. Salat jenazat terdiri dari …
a. niat, takbir dan salam c. niat, rukuk, takbir dan salam
b. takbir, salam dan niat d. niat, I’tidal, takbir dan salam
18. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah …
a. suatu kewajiban bagi umat islam, akan tetapi bila ada salah seorang yang
suadah melakukan maka gugurlah kewajiban mumat islam lainnya.
b. Kewajiban yang harus dilakukan
c. Kewajiban yang bila tidak dilakukan tidak akan mendapat dosa
d. Suatu perbuatan yang dianjurkan
اللهم ال تحرمنا اجره وال تفتنا بعده واغفر لنا وله .19Lafal diatas dibaca pada saat …
a. salat jenazah takbir pertama
b. salat jenazah takbir kedua
c. salat jenazah takbir ketiga
d. salat jenazah takbir keempat
20. Alasan salat jenazah dilakukan dengan berdiri adalah …
a. salat jenazah dilakukan dengan berdiri karena dikhawatirkan adanya
kesalahpahaman bahwa ketika salat jenazah ditambah dengan sujud dan
rukuk maka seolah-olah orang muslim menyembah jenazah tersebut
b. salat jenazah dilakukan dengan berdiri karena adanya pendapat bahwa
orang yang telah meninggal untuk segera dikuburkan dan menghemat
waktu
c. salat jenazah dilakukan dengan berdiri karena sudah ada dalam syariat
d. menghemat waktu
21. Jenazah dapat disalatkan setelah ….
a. dimandikan c. orang yang berta’ziah sudah tidak ada
lagi
b. Dikafani d. dimandikan dan dikafani
كفا ية هللا تعالى ال فرض تلميتة اربع تكبراصلى على هذه ا .22
Diatas adalah niat salat jenazah bila jenazahnya …
a. satu laki-laki
b. 2 jenazah yang terdiri atas laki-laki dan perempuan
c. 2 jenazah perempuan
d. satu jenazah perempuan
23. Urutan ketika kita melaksanakan salat jenazah
I. Berdiri bagi yang mampu
II. membaca salawat atas Nabi
III. Berdo’a untuk jenazah
IV. Takbir empat kali
V. Niat
VI. Membaca salam pada akhir salat
VII. Membaca surat Al-Fatihah
Urutan salat jenazah yang benar adalah …
a. V, I, IV, VII, II, III, VI c. VII, II, III, V, I, VI, IV
b. V, IV, III, II, I, VI D. III, II, V, VI, VII, I, IV
24.
ب هللا ورسله ارو ت ابدا وال تقم على قبره انهم آوال تصل على احد منهم ما وهم فا سقون اوما تو
Berdasarkan ayat diatas bahwa jenazah yang dilarang untuk disalatkan
adalah …
a. Jenazah yang melakukan salat fardu tapi banyak yang ditinggalkan selam
hidup didunia
b. Jenazah yang beragama islam tapi tidak melakukan salat fardhu
c. Jenazah yang beragama islam tapi menjadi dukun
d. Jenazah orang kafir atau tidak beragama Islam
25. Orang yang mati syahid karena tenggelam disungai maka …
a. jenazahnya dikafani, disalatkan dan dikuburkan
b. jenazahnya disalatkan kemudian dikuburkan
c. jenazahnya langsung dikuburkan
d. jenazahnya dimandikan, dikafani, disalatkan dan dikuburkan
Siklus tiga:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Satuan Pendidikan : SMPN 16 SEMARANG Mata Pelajaran : PAI Kelas/ Semester : VIII/ Ganjil Materi Pokok : Salat Jamaah Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami salat jamaah dalam setiap salat lima waktu B. Kompetensi Dasar : Menjelaskan salat berjamaah
Mempraktekan salat berjamaah C. Indikator :
1. Menjelaskan tata cara salat berjamaah 2. Menjelaskan ketentuan menjadi makmum masbuq 3. Menjelaskan bagaimana cara mengingatkan imam
yang lupa 4. Mempraktikan salat berjamaah
D. Tujuan :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan hukum salat berjamaah
2. Siswa dapat menjelaskan tata cara salat berjamaah 3. Siswa dapat mempraktekkan salat berjamaah
E. Media/ alat/ bahan/ sumber:
1. Buku panduan PAI kelas VIII 2. Kertas untuk catatan keadaan siswa 3. Lembar Kerja Siawa (LKS) PAI kelas VIII
F. Metode active learning :
Diskusi kelompok, demonstrasi, pengamatan dalam kehidupan sehari-hari
G. Skenario pembelajaran : 1. Materi yang dipilih adalah salat jamaah 2. Peserta didik dibagi dalam 10 kelompok 3. Pembagian kelompok berdasarkan nomor urut absensi. Masing-masing
terdiri dari 4 sampi 5 orang
Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D Kelompok E 1,2,3,4,5 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4 1, 2, 3, 4,
Pengertian shalat jamaah
dan hukumnya
Mendiskusikan syarat imam dan
makmum
Mendiskusikan makmum masbuq
Mendiskusikan tentang imam
yang lupa
Mendiskuksikan tentang hikmah
shalat berjamaah
Kelompok F Kelompok G Kelompok H Kelompok I Kelompok J 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4
Pengertian
shalat jamaah dan
hukumnya
Mendiskusikan syarat imam dan
makmum
Mendiskusikan syarat imam dan
makmum
Mendiskusikan tentang imam
yang lupa
Mendiskuksikan tentang hikmah
shalat berjamaah
4. Setiap kelompok bertugas membaca dan memahami materi yang ada dalam buku panduan mata pelajaran maupun Lembar Kerja Siswa (LKS)
5. Setiap kelompok melakukan diskusi kecil dan merangkum hasil diskusi. 6. Setiap kelompok menugaskan satu orang untuk menyampaikan hasil diskusi
kecil kelompoknya didepan kelas. 7. Kembalikan seperti semula dalam kelompok besar dalam satu kelas untuk
penyampaian hasil diskusi mengulas permasalahan, jika ada permasalahan yang belum terpecahkan.
8. Guru memberikan beberapa pertanyaan untuk penjajagan pemahaman materi.
9. Mempraktikan shalat berjamaah di Musholla SMP N 16 Semarang 10. Sebelum pelajaran diakhiri, untuk meningkatkan pemahaman dan tahu
tentang manfaat salat berjamaah maka peserta didik diberi tugas untuk mengamati salat berjamaah dirumah yang ada di masjid masing-masing
11. Setelah selesai menyampaikan hasil diskusinya, guru mrmberikan kesimpulan, penekanan dan tindak lanjut.
12. Refleksi 13. Penilaian dengan memberikan soal tes yang telah disiapkan pada akhir
pelajaran.
Semarang, Agustus 2008
Kepala Sekolah Guru Kelas
Drs. Sutrisno M.M Siti Maryam S.P.I
Siklus tiga:
Soal Tes Tertulis (Ingatan) Materi : Shlolat Jamaah Mapel : PAI Kelas :VIII
Pilihlah Jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf a, b, c
atau d
1. Shalat berjamaah dapat dilaksanakan apabila …
a. tidak ada orang kecuali dirinya sendiri
b. terdapat lebih dari satu orang
c. terdapat seorang ustadz dan anak balita
d. terdapat sekumpulan anak kecil
2. Shalat berjamaah sekurang-kurangnya terdiri atas …
a. dua orang c. lima orang
b. tiga orang d. empat puluh orang
3. Bagi kaum laki-laki, shalat berjamaah dimasjid hukumnya sunah muakad
maksudnya…
a. sunah yang sederhana c. sunah yang ringan
b. sunah yang dikuatkan d. sunah yang menyamai wajib
4. Persyaratan menjadi imam tidak mudah. Masalah usia menjadi
pertimbangan …
a. utama c. terakhir
b. Pertama d. pertengahan
5. Apabila salat berjamaah hanya terdiri atas dua orang laki-laki, posisi
makmum …
a. berdiri disamping kiri imam c. berdekatan dengan berdirinya imam
b. berada dibelakang imam d. berdiri di sebelah kanan imam
6. Apabila makmum terdiri atas laki-laki, perempuan dewasa, anak dan remaja.
Shaf yang paling belakang ditempati …
a. jamaah perempuan c. anak-anak perempuan remaja
b. jamaah perempuan dewasa d. anak perempuan dan laki-laki
7. Karena imam shalat jamaah dijadikan sebagai penutan, gerakan makmum …
a. harus sama dengan imam c. harus selalu bersamaan dengan imam
b. mengikuti (tidak mendahului imam) d. sesuai dengan gerakan yang
dilakukan imam
8. Pernyataan dibawah ini yang dianggap benar adalah
a. seorang imam harus berniat menjadi imam
b. seorang makmum harus berniat menjadi imam
c. imam dan makmum berniat secara bersamaan
d. makmum tidak diperbolahkan dating terlambat
9. Bila ada makmum mulai melakukan takbiratul ikhram, sedangkan imam sudah mulai rukuk maka … a. makmum membatalkan takbiratul ikhramnya
b. makmum harus nengikuti imam rukuk
c. makmum harus membaca al-fatihah terlebih dahuli
d. makmum menyelesaikan bacaan shalat padarakaat pertama secara lengkap
10. Dari beberapasyarat menjadi imam dibawah ini, yang lebih berhak untuk menjadi imam adalah … a. yang paling benar dan fasih bacaan Al-Qur’annya
b. yang hafal Al-Qur’an, mendalami ilmu agama dan tidak riya’
c. yang fasih bacaan Al-Qur’annya dan mendalami ilmu agama
d. yang benar dan fasih bacaan Al-Qur’annya, mendalam ilmu agamanya dan
lebih tua
11. Seorang makmum disebut masbuk apabila …
a. mendapati imam sedang membaca surat Al-Fatihah
b. mendapati imam sudah selesai membaca Al-Fatihah
c. mendapati imam sedang memaca satu surat Al-Qur’an
d. mendapati imam sudah dalam posisi I’tidal
12. Jika seorang muslim memasuki masjid dan melihat salat telah dimulai, ia
harus …
a. menunggu imam selesai
b. segera menirukan gerakan imam apapun bentuknya
c. memperhatikan terlebih dahulu imam sudah menyelesaikan beberapa rakaat
d. menunggu berdiri tegak apabila mendapati imam baru sujud.
13. Salat yang dilakukan secara bersama-sama disebut ….
a. berjamaah c. munfarid
b. sendirian d. bergerombol
14. Makna hadits Nabi Muhammad SAW berikut ini adalah ….
ابن عمرقا ل رسول اهللا صلي اهللا عليه وسلم صال ة الجما عة افضل من عن
ين د رجةصال ة الفد بسبع و عشرa. shalat berjamaah lebih utama dari pada shalat sendirian
b. makmum tidak boleh mendahului setiap gerakan imam
c. boleh meninggalkan shalat berjamaah apabila berhalangan
d. shaf yang lurus dan rapi meruipakan syarat utama salat jamaah
15. jika seorang imam lupa geraan shalat maka makmum bias mengingatkan dengan cara … a. membaca tasbih bagi laki-laki dan perempuan
b. bertepuk tangan bagi laki-laki
c. menbaca tasbih bagi kaum laki-lki
d. membaca tasbih bagi kaum perempuan
16. Juka imam batal shalatnya maka …
a. makmum menunggunya mengambil air wudhu, lalu ia memulai shalat lagi
b. makmum dibelakangnya maju selangkah untuk memimpin shalat dari awal
c. mkmum dibelakngnya berjalan menuju tempat imam untuk melanjutkan
memimpin salat hinmgga selesai
d. makmum dibeakangnya maju selangkah untuk melanjutkan memimpin salat
berjamaah.
17. Menurut sebagian besar ulama’, hokum salat berjamaah adalah …
a. fardhu ain c. fardhu kifayah
b. sunah d. sunah muakad
18. Tempat berdiri makmum adalah …
a. di depan imam c. berjajar dengan imam
b. dii belakang imam d. disamping kiri imam
19. Cara yang dilakukan makmum perempuan untuk mengngatkan imam yamg
lupa ...
a. membaca tasbih c. membaca tasbih dan bertepuk tangan
b. bertepuk tangan d. membaca istighfar
20. Jika makmum datang kemasjid hendak shalat maghrib berjamaah, tetapi makmum tersebut menjumpai sahalat jamaah sudah terlambat satu rakaat, maka …. a. makmum tersebut mengikuti imam apapun bentuknya dan ketika selesai
menambah satu rakaat lagi untuk melengkapi
b. makmum tersebut mengikuti imam apapun bentuknya dan ketika selesai
tidak menambah satu rakaat lagi untuk melengkapi
c. mengikuti gerakan imam apapun bentuknya sampai selesai
d. salat sendiri bersama dengan makmum yang lain tanpa harus mengikuti
imam.
21. Apabila ada makmum baru melakukan takbiratul ikhram dan imamnya sudah mulai tasyahud akhir, maka ... a. makmum melkukan tasyahud akhir
b. makmum melakukan salat sendirian
c. menunggu imam selesai dan melakukan shalat sendirian
d. makmum pulang dan melakukan shalat sendiri dirumah
22. Dalam shalat berjamaah imam membaca surat Al-Fatihah dibaca sirran pada
rakaat tertentu maksudnya …
a. bacaannya dinyaringkan c. bacaannya lirih
b. bacaannya dikeraskan d. bacaacnya ditartilkan
23. Shaf atau barisan dalam shalat hendaknya …
a. lurus
b. menghadap kiblat dan lurus
c. rapi dan lurus
d. shaf depan dipenuhi dulu, lurus dan menghadap kiblat
24. Juka imam salah bacaannya, maka …
a. makmum langsung mengucapkan bacaan yang benar
b. makmum mengikuti imam
c. makmum membatalkan shalat.
d. makmum mengulangi shalatnya setelah selesai melakukan shalat berjamaah
25. Jika kita melakukan shalat fardhu dan lupa tidak melakukan salah satu
rukunnya, yang kita lakuakan adalah …
a. menggantinya dengan sujud sahwi
b. tanpa menggantinya dengan apapun
c. mengulangi lagi shalatnya
d. membatalkan shalat ditengah-tengah
101
Lampiran IV
DAFTAR MATERI / KONSEP YANG TELAH DIBERIKAN
No. Konsep Siklus I
ShalatRowatib,Dhuha,Tahiyatul Masjid
Siklus II Shalat Jenazah
Siklus III Shalat
Berjamaah 1. Pengertian
masing-masing shalat
1. Shalat Rowatib 2. Shalat Dhuha 3. Shalat Tahiyatul
masjid
1. Shalat Jenazah 1. Shalat Berjamaah
2. Ketentuan 1. Shalat Rowatib 2. Shalat Dhuha 3. Shalat Thiyatul
masjid
1. Memandikan 2. Mengkafani 3. Menshalatkan 4. Menguburkan
1. Imam 2 . Makmum
Masbuq
3. Macam-macam dan waktu shalat
1. Shalat Rowatib 2. Shalat Dhuha 3. Shalat Tahiyatul
Masjid
1. Laki-laki 2. Perempuan 3. Anak-anak
1. Shalat Fardu lima kali
2. Shalat Terawih dan Witir
3. Shalat dua hari raya
4. Hukum Sunnat Fardu kifayat 1. Fardu dan Sunnat
5. Bilangan shalat
1. Shalat Rowatib 2. Shalat Dhuha dan
Tahiyatul masjid
1. Laki-laki 2. Perempuan 3. Anak-anak
1. Shalat Fardu lima kali
2. Shalat Terawih dan Witir
3. Shalat dua hari raya
6. Doa dan Lafal Shalat
1. Shalat Rowatib 2. Shalat Dhuha 3. Shalat Tahiyatul
masjid
1. Laki-laki 2. Perempuan 3. Anak-anak
1. Shalat Fardu lima kali
2. Shalat Terawih dan Witir
3. Shalat dua hari raya
Jumlah 16 16 13
LEMBAR OBSERVASI SISWA
DALAM PENINGKATAN RETENSI BELAJAR
Skala Kriteria No Aspek yang Diamati
B K
1. Kemampuan memahami, mengingat materi
a. Kemampuan memahami materi
b. Kemampuan mengingat materi serta
proses dalam pembelajaran
c. Kemampuan mendemonstrasikan kembali,
seperti yang dipraktekkan guru
d. Kemampuan memahami apa yang
dijelaskan/didemonstrasikan guru dalam
pembelajaran
e. Kemampuan memahami langkah-langkah
serta hal-hal yang diperlukan dalam
demonstrasi
2. Peningkatan Retensi Belajar
a. Kemampuan memusatkan perhatian
sehingga mudah tertanam dalam ingatan
b. Kemampuan serta keberanian menjawab
pertanyaan guru setelah proses
pembelajaran
c. Kemampuan menyelesaikan tugas dengan
baik
d. Kemampuan mengingat kembali setelah
diberikan pelajaran lain (Long Term
Memory)
e. Kemampuan mendemonstrasikan dan
mempraktekkan dengan baik
Lampiran 7
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA
1. Wawancara : Setelah tindakan siklus III
2. Hari/Tanggal :
3. Tempat : SMPN 16 Semarang
4. Proses : Tanya Jawab
No. Pertanyaan Kunci Jawaban
1. Apakah dengan adanya metode demonstrasi
dapat memberikan semangat belajar dan
pelajaran mudah di ingat pada mata pelajaran
PAI?
2. Apakah dengan adanya metode demonstrasi
dapat meningkatkan belajar anda pada mata
pelajaran PAI yang memerlukan praktek?
3. Apakah dengan adanya metode demonstrasi
dapat membuat mata pelajaran PAI
mengasyikkan dan meningkatkan hasil belajar
(nilai) anda?
4. Apakah dengan metode demonstrasi pada mata
pelajaran PAI (Shalat) membuat anda
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari?
5. Apakah dengan anda lancar dan pemahaman
anda meningkat membuat anda lebih giat
belajar?
Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK SISWA)
1. Wawancara : Setelah tindakan siklus II
2. Hari/Tanggal :
3. Tempat : SMPN 16 Semarang
4. Proses : Tanya Jawab
No Pertanyaan Kunci Jawaban
1. Apakah anda sudah memahami/mengerti materi
pelajaran PAI (shalat) dengan metode
demonstrasi yang telah diberikan pada tindakan
ke-2?
2. Apakah anda sudah mulai menyukai atau merasa
asyik apabila mengikuti pelajaran PAI (shalat)
dengan penerapan metode demonstrasi?
3. Apakah metode demonstrasi lebih anda sukai
untuk mata pelajaran PAI (shalat)
4. Apakah dengan metode demonstrasi membuat
belajar anda, lebih mudah diingat dan
dipraktekkan lain waktu?
5. Apakah dengan metode demonstrasi
memudahkan anda untuk giat belajar lagi?
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK SISWA)
1. Wawancara : Setelah tindakan siklus I
2. Hari/Tanggal :
3. Tempat : SMPN 16 Semarang
4. Proses : Tanya Jawab
No Pertanyaan Kunci Jawaban
1. Melalui metode demonstrasi, yang telah
dilakukan apakah anda memahami atau
menguasai serta mudah mengingat mata
pelajaran PAI pada pokok bahasan shalat?
2. Melalui metode demonstrasi, apakah anda telah
merasakan bahwa mata pelajaran PAI itu
mengasyikkan?
3. Apakah dengan adanya penggunaan metode
demonstrasi itu memudahkan pemahaman anda
sehingga anda lebih serius mengikuti mata
pelajaran PAI?
4. Apakah setelah mengikuti mata pelajaran PAI
(shalat) dengan penggunaan metode demonstrasi
memudahkan anda untuk melaksanakan shalat
di rumah?
5. Apakah dengan menggunakan metode
demonstrasi, membuat belajar anda lebih
semangat dan menyenangkan?
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK GURU)
5. Wawancara : Sebelum tindakan siklus I
6. Hari/Tanggal :
7. Tempat : SMPN 16 Semarang
8. Proses : Tanya Jawab
No Pertanyaan Kunci Jawaban
1. Menurut anda, langkah-langkah apakah yang
paling tepat/efektif untuk menanamkan kembali
kepada siswa bahwa mata pelajaran PAI adalah
mata pelajaran yang mengasyikkan?
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan siswa
kurang aktif dalam mengikuti mata pelajaran
PAI?
3. Apakah metode demonstrasi dapat dikatakan
efektif sekaligus mudah membekas diingatan
siswa dalam mata pelajaran PAI yang perlu
dipraktekkan seperti shalat?
4. Berkaitan dengan materi, langkah-langkah apa
sajakah yang paling efektif untuk
mempermudah pembelajaran PAI?
5. Apakah siswa pernah merasa malas, bila mata
pelajaran PAI yang membutuhkan praktek
langsung hanya tertuju pada aspek kognitif saja?
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK SISWA)
9. Wawancara : Sebelum tindakan siklus I
10. Hari/Tanggal :
11. Tempat : SMPN 16 Semarang
12. Proses : Tanya Jawab
No Pertanyaan Kunci Jawaban
1. Menurut anda, apakah mata pelajaran PAI itu
membosankan/menjenuhkan?
2. Apa yang menyebabkan anda kurang suka
mengikuti mata pelajaran PAI?
3. Selain di sekolah (di luar jam pelajaran/di
rumah), anda selalu belajar PAI dalam hal
shalat?
4. Berkaitan dengan pelajaran PAI, apakah mata
pelajaran PAI terutama shalat, menjadi mudah
dengan adanya metode demonstrasi?
5. Apakah belajar PAI itu lebih mudah bila
dipraktekkan langsung/didemonstrasikan?
Lampiran I
HASIL OBSERVASI INTERAKSI ANTARA GURU DAN SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DENGAN
METODE DEMONSTRASI
Sekolah : SMPN 16 Semarang Kelas : VIII D Semester : Ganjil Tahun Pelajaran : 2008/2009
Siklus I Pertemuan 1
Keterangan :
: Tempat duduk siswa : Kelompok siswa X : Meminta bantuan guru √ : Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi
Hasil pengamatan : 1. Jumlah siswa yang meminta bantuan dan bimbingan guru 15 siswa. 2. Jumlah siswa yang kurang aktif dalam kerja demonstrasi 10 siswa. 3. Jumlah siswa yang aktif dalam kerja metode demonstrasi 31 siswa.
Guru
X
X
X X
X
X X
X
X
X X X
X
X
X
√
√ √
√√
√
√ √
HASIL OBSERVASI INTERAKSI ANTARA GURU DAN SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DENGAN
METODE DEMONSTRASI Sekolah : SMPN 16 Semarang Kelas : VIII D Semester : Ganjil Tahun Pelajaran : 2008/2009
Siklus I Pertemuan 2
Keterangan :
: Tempat duduk siswa : Kelompok siswa X : Meminta bantuan guru √ : Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi
Hasil pengamatan : 1. Jumlah siswa yang meminta bantuan dan bimbingan guru 14 siswa. 2. Jumlah siswa yang kurang aktif dalam kerja metode demonstrasi 6 siswa. 3. Jumlah siswa yang aktif dalam kerja metode demonstrasi 21 siswa.
Guru
X
X
X X
X
X X
X
X X X
X
X
√
√ √
√√
√
HASIL OBSERVASI INTERAKSI ANTARA GURU DAN SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DENGAN
METODE DEMONSTRASI
Sekolah : SMPN 16 Semarang Kelas : VIII D Semester : Ganjil Tahun Pelajaran : 2008/2009
Siklus II Pertemuan 1
Keterangan :
: Tempat duduk siswa : Kelompok siswa X : Meminta bantuan guru √ : Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi
Hasil pengamatan : 1. Jumlah siswa yang meminta bantuan dan bimbingan guru 10 siswa. 2. Jumlah siswa yang kurang aktif dalam kerja metode demonstrasi 4 siswa. 3. Jumlah siswa yang aktif dalam kerja metode demonstrasi 37 siswa.
Guru
X X X X
X X
X
√
X X √ √√
X X
HASIL OBSERVASI INTERAKSI ANTARA GURU DAN SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DENGAN
METODE DEMONSTRASI
Sekolah : SMPN 16 Semarang Kelas : VIII D Semester : Ganjil Tahun Pelajaran : 2008/20079
Siklus III Pertemuan 1
Keterangan :
: Tempat duduk siswa : Kelompok siswa X : Meminta bantuan guru √ : Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi
Hasil pengamatan : 1. Jumlah siswa yang meminta bantuan dan bimbingan guru 6 siswa. 2. Jumlah siswa yang kurang aktif dalam kerja metode demonstrasi 0 siswa. 3. Jumlah siswa yang aktif dalam kerja metode demonstrasi 35 siswa.
Guru
X X X
X
X
X
Siklus I Pertemuan 2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 NOVITA DEWI v v v2 PUTRA NANDA v v v3 R.R RAHMAWATI v v v4 EDI SANTOSO v v v5 THERISA T v v v6 AISYAH TIKA R v v v7 ANDINI EKA M v v v8 ANTIKA SARASWATI v v v9 ERLIANA SETYANI v v v10 LUSY RIADINA v v v11 SANTIAJI TRAPSILA v v v12 TONI NUR RIFAI v v v13 BELLE DWI SEPTENI v v v14 NOVI PUSPITA SARI v v v15 PUSPA FITRIANA v v v16 ALFIAN PERMANA v v v17 ARDIKA INDMAWAN v v v18 ARUM RIZKI S v v v19 DHEDHE ANTON WIBOWO v v v20 DYAN VALENTINA v v v21 FERANI FADHILAH A v v v22 FITRIA RACHMAWATI v v v23 GALIH EKO RISTIANTO v v v24 GILANG PERDANA A v v v25 GUSTI AYU REMBULANSARI v v v26 HARI RESPIKANI v v v27 HAYU ADI NUGROHO v v v28 IWAN HARIADI v v v29 MARLIANA FITRI FINDIAWATI v v v30 MEGA AYUNINGTYAS v v v31 SANDRA SUPRIANA v v v32 NOVI EKA YULIANTI v v v33 RISQI ZUBAIDHI AGENG W v v v34 SHERLY DAMAYANTI v v v35 WINDHI AYU WIRA YUDHA v v v36 WIRA YUDHA v v v37 YANUAR KHUSNUL v v v38 YULIANTIKA PUTRI v v v39 YULIA ASMARAWATI v v v40 ARGA HENDI AJI v v v41 YULINDA v v
JUMLAH 5 3 20 13 3 8 17 13 7 11 13 10
No.Indera yang digunakan siswa dalam belajar
DATA HASIL PENGAMATAN INDRA YANG DIGUNAKAN SISWADALAM BELAJAR DENGAN METODE LABORATORIUM
Indera Pendengar Indera Penglihatan Indera Sentuh / MotorikNama
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
Nama : Siti Nur’ Aini
Tempat/Tanggal Lahir: Blora, 12 Agustus 1986
Alamat Asal : Desa Puledagel RT. 01/02 No. 23 Jepon Blora 58261
Jenjang Pendidikan :
1. SDN Puledagel Jepon Blora lulus tahun 1998
2. MTs N I Jepon Blora lulus tahun 2001
3. MAN I Blora lulus tahun 2004
4. IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah Angkatan 2004
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Yrama Widya, 2007.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pres, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002.
__________, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006.
Azis Shaleh A. dan A. Majid, At Tarbiyah Wa Turuqu al Tadris, Mesir : Al Bairut, 2000, Cet. 1.
Aziz, Shaleh Abdul dan Abdul Aziz Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Mesir: Al Bairut, 2000, cet 1.
Azizy, Qodri, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial, Semarang: Aneka Ilmu , 2000.
Baharuddin , Psikologi Pendidikan ,Yogyakarta Ar Ruzz Media, 2007, cet 1.
Daradjat, Zakiah, dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Darajat, Zakiah, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1998.
Darwis, Djamaluddin, Strategi Belajar Mengajar, Semarang: Pustaka Pelajar, 2000.
David Gamon, Cara Baru Mengasuh Otak dengan Asysik, terj Ramdani A, Bandung: Mizan Pustaka, 2005.
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk., Strategi Belajar dan Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Ebbut, dikutip dalam Wiriatmacja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Ibnu Ismail al Bukhari r.a, Abi Abdillah Muhammad, Shahih Bukhari , Juz I, Semarang: Toha Putra t. th.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Kensep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Modgan, Cliffort T., Introduction of Psychology, New York: The Mc. Graw Hill Book Company, 2002.
Moeslichatoen, Metode Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000.
Mu’ti, Abdul, Proses Belajar Kognitif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Muchith, M. Saekhan, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail, 2008
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum, hingga Redifinisi Islamisasi Pengetahuan, Bandung: Nuansa Cendekia, 2003, Cet I.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.
Mulyasa, E, Implementasi kurikulum 2008, Bandung: PT Rosda Karya, 2005.
__________, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Rosda Karya, 2004.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Nasutiom, S., Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara: 2000.
Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.
Nasution, S., Dasar-Dasar Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1984.
Rahardjo, Media Pendidikan, Semarang: Pustaka Pelajar, 1998.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Riyanto, Yatim, Metodologi Penelitian suatu Tindakan Dasar, Surabaya: Sie Surabaya, 1996, cet. 4.
Sagala, H. Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: CV. Alfabeta, 2003.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan , Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007, Cet III.
Shulter, Albert H. dan Milton E. The Emerging Elementary Curriculum –Methods dan Prosedures, Columbus, Ohio: Charlies E. Merril Book, inc., 2004.
Siregar, Marasudin, Metodologi Pengajaran Agama, Semarang: t. p, 2004.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rinneka Cipta, 1999, cet. III.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2001, cet 4.
Soenarjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2005.
Sriyono, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, Jakarta: Rinneka Cipta, 2006.
Subroto, B. Suryo, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: RINEKA CIPTA, 2002, cet 1.
Sudarmanto, Y. B., Tuntunan Metodologi Belajar, Jakarta: PT Gramedia, 2002, cet 4.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2002.
Suharyono, Strategi Belajar Mengajar I, Semarang: IKIP Semarang Press, 2004.
Sukmadinata, Nana Saodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos, 2006, cet VI.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspekif Islam, Bandung: Rosdakarya, 2004, cet 4.
Undang-undang SISDIKNAS, (Sistem Pendidikan Nasional), 2003, (UU RI No. 20. Tahun 2003), Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
Usman, Basyirudin, dkk, Media Pembelajaran, Jakarta: Delia cipta Utama, 2002.
Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosdakarya, 2002.
UU RI No. 20 Tahun 2003, SISDIKNAS, Bandung : Citra Umbara, 2003.
Verbeek, Ingatan, Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Putra Grafika, 2006, Cet. I.
Yusuf, Tayar, Ilmu Praktek Mengajar, Bandung: PT Al-Ma’arif, 2003.
Zein, Muhammad, Metodologi Agama, Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, 2001.
Zuhairini, et. al. , Metode Mengajar Agama, Solo: Ramdani, 2004.
__________, et.al., Metodologi Pengajaran Agama, Solo: Ramdani, 2000.
__________, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Malang , 2005.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bertolak dari rumusan masalah, tujuan penelitian dan hasil yang
telah diperoleh dari pelaksanaan tindakan dari siklus I , siklus II dan siklus III
serta pembahasan di atas secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut .
1. Pembelajaran PAI dengan menerapkan metode demonstrasi dikatakan
efektif dan efisien membuat siswa belajar aktif melalui berbuat yang
melibatkan indera yang dimiliki yaitu indera pendengaran, indera
penglihatan, dan indera sentuh (motorik) SKKD shalat pada kelas VIII D
SMPN 16 Semarang semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009 dengan
kategori kecenderungan sebagai berikut.
a. Siswa dikategorikan “sangat sering” menggunakan indera pendengaran
dengan besar persentese pada siklus I, pertemuan pertama 34,15٪ ,
pertemuan II 31,70%, siklus II 41,38% dan siklus III 73,17%.
b. Siswa dikategorikan “sangat sering” menggunakan indera penglihatan
dengan besar persentese pada siklus I pertemuan I 24,39%,
pertemuan II 31,70%, siklus II 36,58% dan siklus III 60,98%
c. Siswa dikategorikan “sangat sering” menggunakan indera
sentuh(motorik) dengan besar persentese pada siklus I pertemuan I
24,39%, pertemuan II 31,70% , siklus II 36,59% dan siklus III
63,41%.
d. Pembelajaran PAI dengan menggunakan metode demonstrasi
meningkatkan retensi siswa SKKD shalat pada kelas VIII D SMPN 16
Semarang semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009. Hal ini
didasarkan pada data statistik kenaikan persentase penghematan
konsep yang telah dipelajari siswa yaitu pada siklus I 70,27%, pada
siklus II meningkat menjadi 83,08% dan pada siklus II meningkat
menjadi 88,83%.
87
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran PAI dan hasil belajar siswa terhadap suatu konsep PAI maka
penulis memberikan saran sebagai berikut.
1. Kepada Guru
Disarankan agar dalam melaksanakan pembelajaran dapat
melibatkan seluruh indera yang dimiliki siswa sehingga keberagaman
kecenderungan cara belajar dapat teratasi dan kreatif dalam menggunakan
dan memilih media pembelajaran sehingga siswa dapat menerapkan dalam
keseharian.
2. Kepada Siswa
Disarankan agar dalam belajar siswa lebih aktif dan kreatif dalam
menggunakan indera yang dimiliki ketika belajar dan hendaknya ketika
mempelajari suatu konsep PAI tidak hanya hafal akan tetapi mengerti dari
mana konsep itu didapat.
3. Kepada Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini hendaknya dapat dipergunakan sebagai
masukan dan pertimbangan bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk
menentukan kebijaksanaan yang baru dalam merintis penggunaan metode
yang tepat(demonstrasi dan penyediaan alat-alat praktik) sehingga dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan.
C. Penutup
Syukur alhamdulillah dengan rahmat, taufik dan hidayah dari Allah
SWT, penulis dapat berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
baik. Meskipun jauh dari kesempurnaan, dengan bekal kemampuan
semaksimal mungkin, penulis telah berusaha menulis tugas akhir ini
dengan sebaik-baiknya dengan harapan semoga bermanfaat , khususnya
bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis berdoa mudah-mudahan hasil penelitian ini menjadi amal
ibadah penulis lewat kerja dunia ilmu pengetahuan. Kritik dan saran yang
88
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Mengingat pepatah “Tiada gading yang tak retak “ semoga Allah
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis dan kepada pembaca
yang budiman. Amin.
89
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Nur Aini
NPM : 043111008
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah
Menyatakan sebenarnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulsian
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini adalah
plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Semarang, 9 Desember 2008
Yang membuat pernyataan
Siti Nur Aini
NIM: 043111008
64
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat
Tempat penelitian ini adalah di SMPN 16 Semarang yang terletak di jalan
raya Ngaliyan Semarang. Meskipun demikian suasana belajar pada sekolah ini
sangat ramai dekat dari keramaian kendaraan umum. Letak kelasnya diatur
sedemikian hingga jauh dari tepi jalan raya. Sarana dan prasarana yang lengkap
dan lokasi yang sangat luas bisa mendukung terciptanya proses belajar mengajar
yang baik.
Penelitian ini mengambil tempat di kelas VIII D yang terletak pada
deretan kelas bagian atas menghadap arah barat berada di antara VIII C dan VIII
E. Suasana kelas yang bersih, rapi dan udara yang sejuk sehingga suasana belajar
nyaman dan menyenangkan. Jumlah siswa 41 siswa yang terdiri dari 15 siswa
laki-laki dan 26 siswa perempuan.
Hasil observasi sebelum diadakannya tindakan penelitian dengan
mengadakan wawancara dengan guru bidang studi PAI kelas VIII serta melihat
data dari Bimbingan Konseling (BK) pada kelas VIII terdapat 6 kelas yaitu VIII
A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F. 6 kelas yang ada kelas VIIID
merupakan kelas yang siswanya mempunyai tingkat kemampuan heterogen
dalam mata pelajaran PAI dan mempunyai kemampuan yang cukup sehingga
dapat diterapkan metode demonstrasi. Selain itu siswa mempunyai tingkat retensi
tergolong rendah seusai pembelajaran. Hal ini ditunjukkan ketika kegiatan awal
proses belajar mengajar dimulai dengan diberikannya pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa tentang konsep dan materi pelajaran yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya siswa tidak mampu menjawab dengan baik dikarenakan
lupa. Meskipun ada yang mencoba menjawab tetapi dengan membuka kembali
buku catatannya. Hal ini disebabkan pengajaran yang dilakukan oleh guru hanya
dengan metode ceramah dan diskusi, dan metode-metode belajar lain yang
dipraktikkan guru di depan kelas dan papan tulis.
65
Pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan
Shalat. Media pembelajaran alat-alat shalat yang telah disiapkan, siswa tampak
lebih kreatif dan dengan mudah mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan
shalat. Adanya media tersebut siswa tampak serius diskusi dalam kelompok
untuk memahami bagaimana tata cara shalat yang baik dan tertib walaupun masih
ada beberapa siswa yang hanya menggantungkan pada pekerjaan temannya
karena merasa hanya perwakilan kelompok saja cukup. Bagi siswa yang
berpotensi dapat dengan mudah melaksanakan shalat dan sebagian ada yang
memerlukan bimbingan.
Observasi sistematis ini penulis lakukan dengan memberikan tes formatif
kepada siswa. Materi tes sama seperti konsep yang telah diajarkan. Waktu tes ini
adalah 1 minggu setelah pembelajaran berlangsung tanpa ada pemberitahuan
sebelumnya. Penulis memilih waktu satu minggu sesudah pembelajaran karena
rentang waktu pembelajaran pada satu mata pelajaran. Ketika tes dilakukan pada
awalnya siswa sempat protes dan ragu akan kemampuannya, akan tetapi soal
setelah diberikan siswa tampak serius dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan
soal dan siswa mengerjakan soal hanya bergantung pada ingatan pada materi
yang diberikan.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dan observasi yang telah penulis lakukan bersama
dengan kolaborator penelitian yaitu guru bidang studi PAI kelas VIII D SMPN
16 Semarang. Setelah diadakan diskusi evaluasi pada setiap tindakan yang telah
dilakukan dalam mengatasi masalah rendahnya retensi dengan menerapkan
pembelajaran metode demonstrasi dengan mengefektifkan belajar dengan berbuat
yang melibatkan semua indera yang dimiliki siswa. Hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Siklus I
Pada siklus I pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua kali
pertemuan dan satu kali tes formatif untuk mengetahui retensi siswa.
Pertemuan I dengan sub pokok bahasan shalat rowatib dan Pertemuan II
66
dengan sub pokok bahasan shalat dhuha dan tahiyatul masjid. Dengan jumlah
kelompok 10 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Dengan hasil
penelitian sebagai berikut.
a. Hasil observasi tentang interaksi guru dengan siswa dan antar siswa
dalam kerja demonstrasi dengan memberikan tanda pada denah tempat
duduk siswa dalam kelompok diperoleh hasil sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi = 10 siswa.
Persentase : 100% x 4110 = 24,39%
Siswa yang mengikuti kerja metode demonstrasi dengan baik dan
aktif = 16 siswa.
Persentase : 100% x 4116 = 39,02%
Siswa yang meminta bimbingan guru dalam kerja metode demonstrasi
= 15 siswa.
Persentase : 100% x 4115 = 36,59%
2) Pertemuan II
Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi = 6 siswa.
Persentase : 100% x 416 = 14,63%
Siswa yang mengikuti kerja metode demonstrasi dengan baik dan
aktif = 21 siswa.
Persentase : 100% x 4121 = 51,22%
Siswa yang meminta bimbingan guru dalam kerja metode demonstrasi
= 14 siswa.
Persentase : 100% x 4114 = 34,15%
67
b. Hasil observasi dari daftar chek list tentang kecenderungan siswa dalam
menggunakan indera pendengar, penglihatan dan indera sentuh atau
motorik diperoleh data dan penghitungan persentasenya sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera pendengaran.
Tidak pernah = 6 siswa, dengan persentase 14,63%
Jarang = 4 siswa, dengan persentase 9,76%
Sering = 17 siswa, dengan persentase 41,46%
Sangat sering = 14 siswa, dengan persentase 34,15%
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera penglihatan.
Tidak pernah = 4 siswa, dengan persentase 9,76%
Jarang = 12 siswa, dengan persentase 29,26%
Sering = 15 siswa, dengan persentase 36,59%
Sangat sering = 10 siswa, dengan persentase 24,39%
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera sentuh/motorik.
Tidak pernah = 8 siswa, dengan persentase 19,52%
Jarang = 10 siswa, dengan persentase 24,39%
Sering = 13 siswa, dengan persentase 31,70%
Sangat sering = 10 siswa, dengan persentase 24,39%
2) Pertemuan II
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera pendengaran.
Tidak pernah = 5 siswa, dengan persentase 12,20%
Jarang = 3 siswa, dengan persentase 7,32%
Sering = 20 siswa, dengan persentase 48,78%
Sangat sering = 13 siswa, dengan persentase 31,70%
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera penglihatan.
Tidak pernah = 3 siswa, dengan persentase 7,32%
Jarang = 8 siswa, dengan persentase 19,52%
Sering = 17 siswa, dengan persentase 41,46%
Sangat sering = 13 siswa, dengan persentase 31,70%
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera sentuh/motorik.
68
Tidak pernah = 7 siswa, dengan persentase 17,07%
Jarang = 11 siswa, dengan persentase 26,83%
Sering = 13 siswa, dengan persentase 31,70%
Sangat sering = 10 siswa, dengan persentase 24,39%
Tabel 4.1 Data Kecenderungan Siswa Dalam Menggunakan Indera yang
dimiliki pada Siklus I Pertemuan I
Indera
Pendengaran
Indera
Penglihatan
Indera Sentuh/
Motorik Tingkat
Kecenderungan Jml
Siswa Persentase
Jml
SiswaPersentase
Jml
Siswa Persentase
Tidak pernah 6 14,63% 4 9,76% 8 19,52%
Kadang-kadang 4 9,76% 12 29,26% 10 24,39%
Sering 17 41,46% 15 36,59% 13 31,70%
Sangat sering 14 34,15% 10 24,39% 10 24,39%
Jumlah 41 100% 41 100% 41 100%
Pada siklus pertama, pertemuan pertama terjadi peningkatan
kecenderungan penggunaan indera penglihatan, pendengaran, dan
motorik/sentuhan.
Tabel 4.2 Data Kecenderungan Siswa Dalam Menggunakan Indera yang
dimiliki pada Siklus I Pertemuan II
Indera Pendengaran
Indera Penglihatan
Indera Sentuh/ Motorik Tingkat
Kecenderungan Jml Siswa Persentase Jml
Siswa Persentase Jml Siswa Persentase
Tidak pernah 5 12,20% 3 7,32% 7 17,08%
Kadang-kadang 3 7,32% 8 19,52% 11 26,83%
Sering 20 48,78% 17 41,46% 13 31,70%
69
Sangat sering 13 31,70% 13 31,70% 10 24,39%
Jumlah 41 100% 41 100% 41 100%
Pada siklus pertama, pertemuan kedua terjadi peningkatan
kecenderungan penggunaan indera penglihatan, pendengaran, dan
motorik/sentuhan
c. Hasil tes formatif yang telah diadakan pembelajaran berlangsung selama
satu minggu dengan pencapaian konsep yang masih diingat oleh siswa
sehingga dapat diketahui rata-rata penghematan yang disajikan dalam
tabel sebagai berikut.
Tabel 4.3 Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada siklus I.
NO. NAMA
Jumlah
Konsep yang
diberikan
Jumlah
Konsep yang
diingat
Jumlah
Konsep yang
dilupakan
Persentase
Penghematan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Stevani Dwi R 16 16 0 100.00%
2 Sabrina Indi Rachma 16 9 7 56.25%
3 Gama 16 11 5 68.75%
4 Bachtiar Putra 16 16 0 100.00%
5 Lare Dematria A 16 10 6 62.50%
6 Restra Ayu M P 16 12 4 75.00%
7 M.Candra A 16 12 4 75.00%
8 Mega Ayu L 16 10 6 62.50%
9 Ristiana Ella R 16 8 8 50.00%
10 Deni Rahmawati 16 13 3 81.25%
11 Ambarani P 16 7 9 43.75%
12 Mia Rahma K 16 7 9 43.75%
13 Rian Kusuma D 16 13 3 81.25%
14 Novadita A 16 13 3 81.25%
15 Shelica Alasia 16 12 4 75.00%
16 M.Imron A.A 16 10 6 62.50%
17 Nela olavia M 16 11 5 68.75%
70
18 Amira Ei R 16 10 6 62.50%
19 Dewi Setya R. 16 12 4 75.00%
20 Riski Hanifah 16 16 0 100.00%
21 Fajar Nur Cahyo 16 16 0 100.00%
22 Bayu Setiawan 16 15 1 93.75%
23 Guntur Agung W 16 13 3 81.25%
24 Nurani Talentia P 16 10 6 62.50%
25 Try Wulan Sari 16 11 5 68.75%
26 Anugrah Bayu P 16 12 4 75.00%
27 Chairul Ula P 16 10 6 62.50%
28 M.Daesyan N.R 16 10 6 62.50%
29 Muhammad Ali 16 10 6 62.50%
30 Rertia Nur R 16 10 6 62.50%
31 M.Risky A.S 16 5 11 31.25%
32 Nur Eri P 16 8 8 50.00%
33 Fahrul Muh Rizal 16 8 8 50.00%
34 Agung p 16 8 8 50.00%
35 Ditia Marlupiana. 16 10 6 62.50%
36 Rizki Aulia 16 11 5 68.75%
37 Nita Novianti 16 11 5 68.75%
38 Andes Yana N.J 16 15 1 93.75%
39 Septian Anistika 16 12 4 75.00%
40 Mirza Ulinuha 16 13 3 81.25%
41 Praditya A 16 15 1 93.75%
JUMLAH 656 461 195 2881.25%
RATA-RATA 16 11,24 4,76 70.27%
2. Siklus II
Pada siklus II pelaksanaan tindakan terjadi perubahan setelah
diadakannya diskusi dan evaluasi pada refleksi pada siklus I dengan
perubahan jumlah kelompok dari 10 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4
orang menjadi 20 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2 atau bisa
71
dikaitkan dengan kegiatan berpasangan. Pelaksanaan tindakan dilakukan
dalam dua kali pertemuan dan satu kali tes formatif untuk mengetahui retensi
siswa. Pertemuan I dengan sub pokok shalat jenazah. Dengan hasil penelitian
sebagai berikut.
a. Hasil observasi tentang interaksi guru dengan siswa dan antar siswa
dalam kerja metode demonstrasi dengan memberikan tanda pada denah
tempat duduk siswa dalam kelompok di peroleh hasil sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi = 4 siswa.
Persentase : 100% x 414 = 9,76%
Siswa yang mengikuti kerja metode demonstrasi dengan baik = 27
siswa.
Persentase : 100% x 4127 = 65,85%
Siswa yang meminta bimbingan guru dalam kerja metode demonstrasi
= 10 siswa.
Persentase : 100% x 4110 = 24,39%
b. Hasil observasi dari data checklist tentang kecenderungan siswa dalam
menggunakan indera pendengaran, penglihatan dan indera sentuh atau
motorik diperoleh data dan penghitungan persentasenya sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera pendengaran.
Tidak pernah = 1 siswa, dengan persentase 2,44%
Jarang = 5 siswa, dengan persentase 2,20%1
Sering = 25 siswa, dengan persentase 0,98%
Sangat sering = 10 siswa, dengan persentase 24,38%
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera penglihatan.
Tidak pernah = 0 siswa, dengan persentase %0
Jarang = 7 siswa, dengan persentase ,08%17
72
Sering = 19 siswa, dengan persentase ,33%46
Sangat sering = 15 siswa, dengan persentase ,59%36
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera sentuh/motorik.
Tidak pernah = 0 siswa, dengan persentase 0%
Jarang = 6 siswa, dengan persentase 14,63%
Sering = 20 siswa, dengan persentase 48,78%
Sangat sering = 15 siswa, dengan persentase 36,59%
Tabel 4.4 Data Kecenderungan Siswa dalam Menggunakan Indera yang
dimiliki pada Siklus II Pertemuan I
Indera
Pendengaran
Indera
Penglihatan
Indera Sentuh/
Motorik Tingkat
Kecenderungan Jml
Siswa Persentase
Jml
SiswaPersentase
Jml
Siswa Persentase
Tidak pernah 1 2,44% 0 0% 0 0%
Kadang-kadang 5 12,20% 7 17,08% 6 14,63%
Sering 25 60,98% 19 46,33% 20 48,78%
Sangat sering 10 24,38% 15 36,59% 15 36,59%
Jumlah 41 100% 41 100% 41 100%
Pada siklus kedua terjadi peningkatan kecenderungan penggunaan
indera penglihatan, pendengaran, dan motorik/sentuhan
c. Hasil tes formatif yang telah diadakan pembelajaran berlangsung selama
satu minggu dengan pencapaian konsep yang masih diingat oleh siswa
sehingga dapat diketahui rata-rata penghematan yang disajikan dalam
tabel sebagai berikut.
73
Tabel 4.5 Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada siklus II
NO. NAMA
Jumlah
Konsep yang
diberikan
Jumlah
Konsep yang
diingat
Jumlah
Konsep yang
dilupakan
Persentase
Penghematan
1 Stevani Dwi R 16 16 0 100.00%
2 Sabrina Indi Rachma 16 12 4 75.00%
3 Gama 16 14 2 87.50%
4 Bachtiar Putra 16 16 0 100.00%
5 Lare Dematria A 16 12 4 75.00%
6 Restra Ayu M P 16 14 2 87.50%
7 M.Candra A 16 14 2 87.50%
8 Mega Ayu L 16 13 3 81.25%
9 Ristiana Ella R 16 11 5 68.75%
10 Deni Rahmawati 16 14 2 87.50%
11 Ambarani P 16 10 6 62.50%
12 Mia Rahma K 16 10 6 62.50%
13 Rian Kusuma D 16 15 1 93.75%
14 Novadita A 16 15 1 93.75%
15 Shelica Alasia 16 13 3 81.25%
16 M.Imron A.A 16 14 2 87.50%
17 Nela olavia M 16 13 3 81.25%
18 Amira Ei R 16 14 2 87.50%
19 Dewi Setya R. 16 15 1 93.75%
20 Riski Hanifah 16 14 0 87.50%
21 Fajar Nur Cahyo 16 16 0 100.00%
22 Bayu Setiawan 16 16 0 100.00%
23 Guntur Agung W 16 15 1 93.75%
24 Nurani Talentia P 16 13 3 81.25%
25 Try Wulan Sari 16 14 2 87.50%
26 Anugrah Bayu P 16 13 3 81.25%
27 Chairul Ula P 16 12 4 75.00%
28 M.Daesyan N.R 16 14 2 87.50%
29 Muhammad Ali 16 12 4 75.00%
74
30 Rertia Nur R 16 7 9 43.75%
31 M.Risky A.S 16 10 6 62.50%
32 Nur Eri P 16 10 6 62.50%
33 Fahrul Muh Rizal 16 12 4 75.00%
34 Agung p 16 13 3 81.25%
35 Ditia Marlupiana. 16 14 2 87.50%
36 Rizki Aulia 16 13 3 81.25%
37 Nita Novianti 16 12 4 75.00%
38 Andes Yana N.J 16 16 0 100.00%
39 Septian Anistika 16 13 3 81.25%
40 Mirza Ulinuha 16 15 1 93.75%
41 Praditya A 16 16 0 100.00%
JUMLAH 656 545 109 3406.25%
RATA-RATA 16 13,29 2,66 83.08%
3. Siklus III
Pada siklus III pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua kali dan
satu kali tes formatif untuk mengetahui tingkat retensi siswa. Pertemuan I
dengan sub pokok bahasan shalat berjamaah dengan jumlah kelompok 10
kelompok setiap kelompok terdiri dari 2 siswa dengan kegiatan diskusi
berpasangan. Dengan hasil penelitian sebagai berikut.
a. Hasil observasi tentang interaksi guru dengan siswa dan antar siswa
dalam kerja metode demonstrasi dengan memberikan tanda pada denah
tempat duduk siswa dalam kelompok diperoleh hasil sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi = 0 siswa.
Persentase : 100% x 410 = 0%
Siswa yang mengikuti kerja metode demonstrasi dengan baik = 35
siswa.
Persentase : 100% x 4135 = 85,36%
75
Siswa yang meminta bimbingan guru dalam kerja metode demonstrasi
= 6 siswa.
Persentase : 100% x 416 = 14,63%
b. Hasil observasi dari data checklist tentang kecenderungan siswa dalam
menggunakan indera pendengaran, penglihatan dan indera sentuh atau
motorik diperoleh data dan penghitungan persentasenya sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera pendengaran.
Tidak pernah = 0 siswa, dengan persentase %0
Jarang = 6 siswa, dengan persentase ,63%14
Sering = 28 siswa, dengan persentase 68,29%
Sangat sering = 7 siswa, dengan persentase 1 ,08%7
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera penglihatan.
Tidak pernah = 0 siswa, dengan persentase %0
Jarang = 0 siswa, dengan persentase %0
Sering = 16 siswa, dengan persentase ,02%39
Sangat sering = 25 siswa, dengan persentase %98,60
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera sentuh/motorik.
Tidak pernah = 0 siswa, dengan persentase %0
Jarang = 0 siswa, dengan persentase %0
Sering = 15 siswa, dengan persentase %59,36
Sangat sering = 26 siswa, dengan persentase %41,63
76
Tabel 4.6 Data Kecenderungan Siswa dalam Menggunakan Indera yang
dimiliki pada Siklus III Pertemuan I
Indera
Pendengaran
Indera
Penglihatan
Indera Sentuh/
Motorik Tingkat
Kecenderungan Jml
Siswa Persentase
Jml
SiswaPersentase
Jml
Siswa Persentase
Tidak pernah 0 0% 0 0% 0 0%
Kadang-kadang 6 14,63% 0 0% 0 0%
Sering 28 68,29% 16 39,02% 15 36,59%
Sangat sering 7 17,08% 25 60,98% 26 63,41%
Jumlah 41 100% 41 100% 41 100%
Pada siklus ketiga, pertemuan pertama terjadi peningkatan
kecenderungan penggunaan indera penglihatan, pendengaran, dan
motorik/sentuhan
c. Hasil tes formatif yang telah diadakan pembelajaran berlangsung selama
satu minggu dengan pencapaian konsep yang masih diingat oleh siswa
sehingga dapat diketahui rata-rata penghematan yang disajikan dalam
tabel sebagai berikut.
Tabel 4.7 Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada siklus III.
NO. NAMA
Jumlah
Konsep yang
diberikan
Jumlah
Konsep yang
diingat
Jumlah
Konsep yang
dilupakan
Persentase
Penghematan
1 Stevani Dwi R 13 13 0 100.00%
2 Sabrina Indi Rachma 13 12 1 92.31%
3 Gama 13 11 2 84.62%
4 Bachtiar Putra 13 13 0 100.00%
5 Lare Dematria A 13 11 2 84.62%
6 Restra Ayu M P 13 13 0 100.00%
7 M.Candra A 13 11 2 84.62%
8 Mega Ayu L 13 13 0 100.00%
77
9 Ristiana Ella R 13 9 4 69.23%
10 Deni Rahmawati 13 12 1 92.31%
11 Ambarani P 13 10 3 76.92%
12 Mia Rahma K 13 10 3 76.92%
13 Rian Kusuma D 13 12 1 92.31%
14 Novadita A 13 11 2 84.62%
15 Shelica Alasia 13 11 2 84.62%
16 M.Imron A.A 13 10 3 76.92%
17 Nela olavia M 13 11 2 84.62%
18 Amira Ei R 13 12 1 92.31%
19 Dewi Setya R. 13 12 1 92.31%
20 Riski Hanifah 13 13 0 100.00%
21 Fajar Nur Cahyo 13 13 0 100.00%
22 Bayu Setiawan 13 13 0 100.00%
23 Guntur Agung W 13 12 1 92.31%
24 Nurani Talentia P 13 12 1 92.31%
25 Try Wulan Sari 13 12 1 92.31%
26 Anugrah Bayu P 13 12 1 92.31%
27 Chairul Ula P 13 11 2 84.62%
28 M.Daesyan N.R 13 13 0 100.00%
29 Muhammad Ali 13 12 1 92.31%
30 Rertia Nur R 13 8 5 61.54%
31 M.Risky A.S 13 10 3 76.92%
32 Nur Eri P 13 10 3 76.92%
33 Fahrul Muh Rizal 13 11 2 84.62%
34 Agung p 13 13 0 100.00%
35 Ditia Marlupiana. 13 10 3 76.92%
36 Rizki Aulia 13 13 0 100.00%
37 Nita Novianti 13 11 2 84.62%
38 Andes Yana N.J 13 13 0 100.00%
39 Septian Anistika 13 11 2 84.62%
40 Mirza Ulinuha 13 11 2 84.62%
41 Praditya A 13 13 0 100.00%
78
JUMLAH 533 474 59 3646.15%
RATA-RATA 13 11,56 1,44 88.93%
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dari hasil pengamatan dan tes yang telah
dikemukakan di atas, pada pelaksanaan tindakan siklus I, Siklus II dan Siklus III
dapat diketahui perubahan-perubahan baik dari cara belajar siswa dan hasil
belajarnya dengan diadakannya pembelajaran menggunakan metode demonstrasi
dengan pembahasan sebagai berikut.
Interaksi dalam kegiatan belajar dengan metode demonstrasi pada
permulaan siklus I siswa masih belum bisa sepenuhnya aktif dan masih banyak
siswa yang masih bertanya dan jalannya kegiatan kerja demonstrasi masih
sepenuhnya mendapat bimbingan guru dan dengan jumlah anggota kelompok 4
orang masih banyak siswa bergantung pada temannya di dalam kerja metode
demonstrasi. Dengan diadakannya perubahan pada tindakan siklus II dan siklus
III yang semula jumlah anggota masing-masing kelompok 2 siswa dengan
kegiatan berpasangan dan sudah mulai terbiasa dengan metode metode
demonstrasi terjadi perubahan yang sangat signifikan yaitu siswa dapat
sepenuhnya aktif, kreatif dan kegiatan belajar sangat menyenangkan. Siswa dapat
melakukan kerja metode demonstrasi dengan mandiri tanpa bantuan guru dan
guru membimbing seperlunya yang digambarkan dalam tabel dan grafik sebagai
berikut.
79
Tabel 4.8 Data keaktifan siswa dalam mengikuti kerja metode demonstrasi
Siswa Kurang Aktif Siswa Aktif
No. Pelaksanaan Tindakan Jml
Siswa Persentase Jml Siswa Persentase
Jml
Siswa
1. Siklus I Pertemuan 1 10 24,39% 31 75,61% 41
2. Siklus I Pertemuan 2 6 14,68% 35 85,36% 41
3. Siklus II Pertemuan 1 4 9,76% 37 90,24% 41
4. Siklus III Pertemuan 1 0 0% 41 100% 41
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut.
75,61
85,3690,24
100
24,39
14,636,76
00
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Pertm. 1 Siklus I Pertm. 2 Siklus II Pertm. 1 Siklus III Pertm. 1
Siswa Aktif Siswa Kurang Aktif
Gambar 4.1 Grafik keaktifan siswa dalam mengikuti kerja metode demonstrasi
80
Tabel 4. 9 Data keaktifan siswa yang meminta bantuan dan bimbingan
dalam kerja metode demonstrasi
Perlu BimbinganTanpa
Bimbingan No.
Pelaksanaan
Tindakan Jml
SiswaPersentase
Jml
Siswa Persentase
Jml
Siswa
1. Siklus I Pertemuan 1 15 36,59% 26 63,41% 41
2. Siklus I Pertemuan 2 14 34,15% 27 65,85% 41
3. Siklus II Pertemuan 1 10 24,39% 31 75,61% 41
4. Siklus III Pertemuan 1 6 14,63% 35 85,37% 41
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut.
36.59 34.15
24.39
14.63
63.41 65.85
75.61
85.37
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Pertm.1
Siklus I Pertm.2
Siklus II Pertm.1
Siklus IIIPertm. 1
Perlu Bimbingan Tanpa Bimbingan
Gambar 4.2 Grafik siswa yang meminta bantuan dan bimbingan dalam kerja
metode demonstrasi
81
Selain itu perubahan yang terjadi juga berpengaruh pada cara belajar
siswa yang semula cara belajar siswa yang hanya melibatkan indera penglihatan
dan pendengaran dengan pembelajaran yang berpusat pada guru dengan metode-
metode demonstrasi tersebut bisa melibatkan semua indera yang dimiliki yaitu
pendengaran, penglihatan dan indera sentuh atau motorik di dalam proses belajar
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada setiap siklus pada
tindakan yang dilakukan yang dapat digambarkan pada tabel dan grafik di bawah
ini.
Tabel 4.10 Data Persentase kecenderungan siswa menggunakan indera
pendengaran
Siklus I Siklus II Siklus III
No. Tingkat
Kecenderungan Pertemuan
I
Pertemuan
II
Pertemuan
I
Pertemuan
I
1. Sangat sering 34,15% 31,70% 24,38% 17,08%
2. Sering 41,46% 48,78% 60,98% 68,29%
3. Kurang 9,76% 7,32% 12,20% 14,63%
4. Tidak pernah 14,13% 12,70% 2,44% 0%
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:
82
34,15 31,7
24,38
17,08
41,46
48,78
60,98
68,29
9,76 7,3212,2 14,6314,13 12,7
2,44 00
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Pertm.1
Siklus I Pertm.2
Siklus II Pertm.1
Siklus III Pertm.1
Sangat Sering Sering Kurang Tidak Pernah
Gambar 4.3 Grafik Kecenderungan Siswa Menggunakan Indera Pendengaran
Tabel 4.11 Data Persentase kecenderungan siswa menggunakan indera
penglihatan
Siklus I Siklus II Siklus III
No. Tingkat
Kecenderungan Pertemuan
I
Pertemuan
II
Pertemuan
I
Pertemuan
I
1. Sangat sering 24,39% 31,70% 36,59% 36,59%
2. Sering 36,59% 41,46% 46,33% 63,41%
3. Kurang 29,2% 19,52% 17,08% 0%
4. Tidak pernah 9,76% 7,32% 0% 0%
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:
83
24,3931,7
36,59 36,5936,5941,46
46,33
63,41
29,26
19,52 17,08
0
9,76 7,320% 0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Pertm. 1 Siklus I Pertm. 2 Siklus II Pertm. 1 Siklus III Pertm.1
Sangat Sering Sering Kurang Tidak Pernah
Gambar 4.4 Grafik Kecenderungan Siswa Menggunakan Indera Penglihatan
Tabel 4.12 Data Persentase kecenderungan siswa menggunakan
indera sentuh atau motorik.
Siklus I Siklus II Siklus III
No. Tingkat
Kecenderungan Pertemuan
I
Pertemuan
II
Pertemuan
I
Pertemuan
I
1. Sangat sering 24,39% 17,08% 36,39% 63,41%
2. Sering 31,70% 26,83% 48,78% 36,59%
3. Kurang 24,39% 31,70% 14,63% 0%
4. Tidak pernah 19,52% 24,39% 0% 0%
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut.
84
24,39
17,08
36,39
63,41
31,726,83
48,78
36,59
24,39
31,7
14,63
0
19,5224,39
0 00
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Pertm.1
Siklus I Pertm.2
Siklus II Pertm.1
Siklus III Pertm.1
Sangat Sering Sering Kurang Tidak Pernah
Gambar 4.5 Grafik Kecenderungan Siswa Menggunakan Indera Sentuh (Motorik)
Dari ketiga tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi
peningkatan dari siklus I, siklus II dan siklus III dengan tingkat kecenderungan
pada akhir siklus III. (1) Siswa cenderung sering menggunakan indera
pendengarannya dengan tingkat kecenderungan 73,17% , (2) siswa cenderung
sangat sering menggunakan indera penglihatan dengan tingkat kecenderungan
65%, (3) Siswa cenderung sangat sering menggunakan indera sentuh atau
motorik dengan tingkat kecenderungan 73,17%.
Dari hasil tes untuk mengetahui sejauh mana konsep atau materi yang
telah diajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi pada siklus I, II dan III
diperoleh nilai rata-rata persentase tentang materi yang masih diingat dan materi
yang telah di sajikan dalam tabel berikut.
85
Tabel 4.13 Data Rata-rata Prosentase Penghematan
Siklus Rata-rata Materi
yang diingat
Rata-rata Materi
yang lupa
Rata-rata
Persentase
Penghematan
I 11,24 4,76 70,27%
II 13,29 2,66 83,08%
III 11,56 1,44 88,93%
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:
70.27
83.0888.93
0
1020
3040
50
6070
8090
100
Siklus I Siklus II Siklus III
Pros
enta
se P
engh
emat
an
Prosentase Penghematan
Gambar 4.6 Grafik Rata-rata Prosentase Penghematan
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa setiap siklus terjadi kenaikan
prosentase penghematan, dengan demikian siswa pada setiap siklusnya semakin
banyak materi yang diingat setelah pembelajaran dengan metode demonstrasi.
Dengan kata lain siswa retensinya meningkat. Dengan rincian siklus I prosentase
penghematan 70,27% meningkat menjadi 83,08% pada siklus II dan pada akhir
siklus III menjadi 88,93%.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di SMPN 16 Semarang tepatnya di Jalan Raya
Ngaliyan Semarang. Dengan dasar pertimbangan sebagai berikut.
a. Lokasi sekolah yang strategis, mudah dijangkau oleh kendaraan umum
dan keadaan sekolah yang menarik.
b. Sarana dan prasarana sekolah yang lengkap, dan semua pihak sekolah
yang bersedia membantu untuk mengadakan penelitian.
c. Suasana sekolah yang nyaman, tertib, dan rapi, sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan memudahkan
peneliti dalam mengadakan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan selama 1 bulan terhitung mulai izin
penelitian secara lisan dan tertulis dengan surat rekomendasi dari Dinas
Pendidikan kota semarang. Sedangkan pelaksanaan penelitian atau
pengumpulan data mulai tanggal 24 Juli 2008 sampai dengan 22 Agustus
2008
B. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian yang dikenai tindakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Siswa kelas VIII D SMP N 16 Semarang semester I tahun ajaran 2008-
2009.
2. Peneliti sebagai pengamat sekaligus guru di dalam melakukan
pembelajaran dengan metode demonstrasi.
53
C. Prosedur Penelitian
Suharsini Arikunto menyatakan “Penelitian tindakan kelas adalah
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.
Penelitian tindakan kelas bukan sekedar mengajar seperti biasanya, tetapi
harus mengandung suatu pengertian, bahwa tindakan yang dilakukan
berdasarkan atas upaya meningkatkan hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya.
Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam istilah Inggris adalah Classs Action
Research (CAR).1
Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas serta profesionalisme guru dalam menangani
proses belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Data yang
diperoleh berupa data deskriptif dan kuantitatif yang menggunakan
perhitungan statistik sederhana.
Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan tiga kali putaran dalam tiap putaran terdiri dari empat tahapan yaitu:
(1) Perencanaan, (2) pelaksanaan (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun
model penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut2
1 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm3
2 Ibid hlm.16
54
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan yang akan peneliti lakukan dengan
mempersiapkan hal-hal sebagai berikut.
a. Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian secara sistematis, memuat komponen-
komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan
kompetensi dasar.
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana pembelajaran adalah perangkat pembelajaran yang dibuat
setiap kali pertemuan atau tatap muka. Komponennya terdiri dari
identitas, kompetensi dasar dan kegiatan pembelajaran.
c. Lembar observasi
Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi oleh
observer. Lembar observasi berisi tentang kegiatan guru dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran.
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
Refleksi
Pelaksanaan
Pelaksanaan
?
55
d. Instrumen evaluasi
Instrumen evaluasi adalah alat untuk memperoleh hasil yang telah
sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang akan peneliti lakukan dengan tahapan-
tahapan tindakan sebagaimana yang tercantum dalam skenario
pembelajaran. Adapun tindakan yang akan peneliti lakukan adalah sebagai
berikut.
a. SIKLUS I
Sub pokok bahasan : Memahami dan mempraktekkan shalat, meliputi
shalat rowatib, shalat dhuha, shalat takhiyatul masjid
1) Kegiatan Awal (20 menit)
a) Membagikan materi shalat.
b) Menyiapkan perlengkapan demonstrasi.
c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen
Sebanyak 8 kelompok masing-masing kelompok terdiri 4 siswa
atau 5 siswa.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Memberi motivasi tentang pentingnya materi yang akan di
pelajari
f) Apersepsi atau mengingat kembali.
(1) Pertemuan I (memahami shalat rowatib ) siswa diingatkan
kembali tentang tata cara melaksanakan shalat rowatib
(2) Pertemuan II (memahami shalat dhuha dan takhiyatul
masjid) siswa diingatkan kembali tentang tata cara
melaksanakan shalat dhuha dan takhiyatul masjid
2) Kegiatan inti (40 menit)
a) Kegiatan Kelas
(1) Pertemuan I (memahami dan mempraktikkan shalat
rowatib) siswa mempraktikan tentang shalat rowatib
56
(2) Pertemuan II (memahami dan mempraktikan shalat dhuha
dan takhiyatul masjid ) siswa diingatkan kembali tentang
tata cara shalat dhuha dan tahiyatul masjid
b) Kegiatan berpasangan
(1) Pertemuan I (memahami shalat rowatib ) siswa memahami
dan mendemonstrasikan hal – hal apa saja yang ada pada
shalat rowatib
(2) Pertemuan II (memahami shalat dhuha dan tahiyatul
masjid) siswa mempratikkan shalat dhuha dan shalat
takhiyatul masjid.
3) Kegiatan penutup
a) Mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang materi
yang telah dipelajari
b) Siswa mengerjakan kuis.
b. SIKLUS II
Sub pokok bahasan : Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah
1) Kegiatan Awal (20 menit)
a) Membagikan materi shalat
b) Menyiapkan perlengkapan shalat.
c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen
sebanyak 10 kelompok masing-masing kelompok terdiri 2
siswa.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Memberi motivasi tentang pentingnya materi yang akan di
pelajari
f) Apersepsi atau mengingat kembali
(1) Pertemuan I (Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah)
siswa diingatkan kembali tentang bagaimana gerakan dan
syarat-syarat shalat jenazah .
57
2) Kegiatan inti (40 menit)
a) Kegiatan Kelas
(1) Pertemuan I (Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah)
siswa diingatkan kembali dan mendemonstrasikan tentang
bagaimana gerakan shalat jenazah dan tata tertib serta
bacaan shalat jenazah
b) Kegiatan berpasangan
(1) Pertemuan I (Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah)
siswa mendemonstrasikan tentang bagaimana gerakan
shalat jenazah dan tata tertib urutan gerakan dan bacaan
shalat jenazah.
3) Kegiatan penutup
a) Mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang materi
yang telah dipelajari
b) Siswa mengerjakan kuis.
c. SIKLUS III
Sub pokok bahasan : Shalat berjamaah.
1) Kegiatan Awal (20 menit)
a) Membagikan materi
b) Menyiapkan peralatan.
c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara hiterogen
sebanyak 10 kelompok masing-masing kelompok terdiri 2
siswa.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Memberi motivasi tentang pentingnya materi yang akan di
pelajari
f) Apersepsi atau mengingat kembali
(1) Pertemuan I (Shalat berjamaah) siswa diingatkan kembali
tentang bagaimana ketentuan shalat berjamaah dan menjadi
makmum masbuq
58
2) Kegiatan inti (40 menit)
a) Kegiatan kelas.
(1) Pertemuan I (Shalat berjamaah) siswa diingatkan dan
mendemonstrasikan shalat berjamaah dan bagaimana
menjadi makmum masbuq.
b) Kegiatan berpasangan
(1) Pertemuan I (Shalat bagi Orang Sakit) siswa
mendemonstrasikan bagaimana shalat berjamaah dan
menjadi makmum masbuq dan mengingatkan imam ketika
lupa bacaan rokaat shalat
3) Kegiatan penutup
a) Mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang materi
yang telah dipelajari.
b) Siswa mengerjakan kuis.
3. Observasi
Observasi adalah suatu aktivitas yang sempit, yakni
memperhatikan, melakukan sesuatu dengan menggunakan mata terhadap
suatu objek penelitian.3
Observasi adalah mengamati keadaan yang diajar dan sebenarnya
tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi serta mengamati secara
cermat, apa yang diteliti.4
Rochiati Wiriaatmadja, menyebutkan “untuk melakukan
pengamatan yang baik harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Memperhatikan faktor penelitian yaitu kegiatan yang diamati apakah
khusus atau umum.
b. Menentukan kriteria yang diobservasi dengan terlebih dahulu
mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam
pengamatan.5
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), hlm 156 4 S. Nasution, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 156
59
Menurut Hopkins sebagaimana yang dikutip Rochiati
Wiriaatmadja, mengemukakan metode-metode observasi dalam penelitian
tindakan kelas sebagai berikut.
a. Observasi Terbuka
Apabila pengamat atau observe melakukan pengamatan dengan
mencatat segala sesuatu kejadian yang terjadi di kelas atau dicatatkan
dalam lapangan.
b. Observasi Terfokus
Apabila pengamatan difokuskan kepada permasalahan tertentu dalam
sebuah pembelajaran baik itu kepada guru atau siswa.
c. Observasi Terstruktur
Apabila penelitian dengan para mitra telah menyetujui kriteria yang
diamati, maka selanjutnya tinggal menghitung berapa kali jawaban,
tindakan atau sikap siswa yang sedang diteliti.
d. Observasi Sistematik
Apabila peneliti merancang pengamatan beserta kualifikasinya dengan
kreatif, kemudian mendiskusikan untuk mencapai tujuan bersama
dengan menggunakan skala tertentu untuk memperoleh data kuantitatif
yang dipakai secara terbatas yang digunakan untuk mendukung suatu
analisis dalam penelitian tindakan kelas.6
Dari beberapa pendapat tentang observasi dan metode observasi di
atas maka penulis kemukakan hal-hal yang akan penulis observasi dan
metode-metode yang penulis gunakan sebagai berikut.
a. Observasi terbuka penulis gunakan untuk mengamati semua kejadian
pada proses pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi. Dengan
mencatatkan semua yang terjadi pada kegiatan belajar mengajar
dengan mengkhususkan pada hal-hal tertentu pada tabel di bawah ini.
5 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm 104-105
6 Ibid, hlm 110-115
60
Aspek Penilaian Catatan (Uraian)
1. Kegiatan Awal
- Persiapan alat dan bahan
- Apersepsi
2. Jalannya kegiatan inti
3. Kelas yang kondusif
b. Observasi terfokus penulis gunakan untuk mengamati proses interaksi
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa ketika kerja metode
demonstrasi sedang berlangsung dengan memberikan tanda dengan
memberi tanda pada denah tempat duduk siswa di bawah ini:
Keterangan :
: Tempat duduk siswa
: Kelompok siswa
c. Observasi terstruktur penulis gunakan untuk mengamati siswa dalam
menggunakan semua indera yang dimiliki dalam belajarnya pada
pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi. Dengan memberikan
checklist pada tabel sesuai dengan tingkat kecenderungan siswa dalam
Guru
61
menggunakan indera yang dimiliki dalam belajarnya sedangkan data
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Penggunaan Indera Penglihatan No.
Absen 1 2 3 4
1
2
3
Keterangan:
1 = Tidak pernah 3 = Sering
2 = Kadang-kadang 4 = Sangat sering
d. Observasi sistematis penulis gunakan untuk memperoleh data tentang
tingkat retensi yang dihasilkan setelah pembelajaran PAI dengan
metode demonstrasi. Observasi sistematis ini penulis lakukan dengan
memberikan tes formatif kepada siswa setelah satu minggu
pembelajaran berlangsung tanpa ada pemberitahuan sebelumnya
sehingga dalam tes ini siswa hanya bergantung pada ingatannya
tentang pelajaran pada minggu sebelumnya. Materi tes yang diberikan
sama seperti konsep yang telah diajarkan sehingga konsep yang masih
diingat dan yang dilupakan dapat ditentukan dengan demikian tingkat
retensi bisa diketahui, sedangkan data yang didapatkan disajikan dalam
tabel sebagai berikut.
No.
Absen
Jumlah
Materi yang
diberikan
Jumlah
materi yang
diingat
Jumlah
konsep
yang lupa
Prosentase
penghematan
1
2
3
62
4. Evaluasi-Refleksi
a. Evaluasi
Edwind Wandt dan Gerald W. Brown sebagaimana dikutip Anas
Sudijono, menyebutkan “Evaluation refer to the act or process to
determining the value of something”. Menurut definisi ini, maka
evaluasi merupakan suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu.7
Menurut Suharsini Arikunto, menyebutkan evaluasi program
adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
melihat tingkat keberhasilan program.8
Dalam evaluasi pada penelitian ini untuk menganalisa dan
melihat tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan teknik
evaluasi yang penulis gunakan dari data yang peroleh dari hasil
observasi adalah sebagai berikut.
1) Teknik Evaluasi Non tes
Dari data hasil observasi pada proses kegiatan belajar mengajar
yang berupa daftar checklist tentang pengmatan pada kecenderungan
siswa menggunakan indera yang dimiliki ketika proses belajarnya
yaitu indera penglihatan, pendengaran dan indera sentuh atau
motorik siswa. Analisa data yang digunakan untuk evaluasi
menggunakan analisis data kuantitatif sederhana yang dipakai secara
terbatas. Untuk mengetahui prosentase tingkat kecenderungan siswa
dalam menggunakan indera yang dimiliki tersebut dengan tingkat
kecenderungan tidak pernah, kadang-kadang, sering, sangat sering
digunakan rumus sebagai berikut.
P = siswajumlah
gankecenderuntingkatdengansiswajumlah x 100%
Dimana P = prosentase tingkat kecenderungan
7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), hlm 1 8 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2002), hlm 299
63
2) Teknik Evaluasi Tes
Teknik evaluasi data yang diperoleh dari hasil tes ingatan yang
telah dilakukan dan hasil tes tersebut dapat diketahui bahwa konsep
yang telah diajarkan terdapat konsep yang dilupakan dan konsep
yang masih diingat. Untuk menentukan tingkat retensi yang
dihasilkan digunakan metode penghematan. Penghematan yang
dimaksud siswa dapat menghemat konsep yang akan ia pelajari
untuk menguasai kembali sejumlah konsep yang telah dilupakan
dengan menghitung prosentase penghematan sebagai berikut.9
P = diajarkanyangkonsepjumlah
diingatyangkonsepjumlah x 100%
Dimana P = prosentase penghematan
Kriteria tingkat retensi, jika prosentase penghematan semakin
besar maka tingkat retensi semakin tinggi. Tingkat efektivitas
prestasi belajar diukur melalui skala sebagai berikut:
No Nilai Indeks Prestasi Keterangan
1 Skala 0-25 Rendah
2 Skala 26-50 Kurang
3 Skala 56-75 Cukup
4 Skala 76-100 Baik
b. Refleksi
Hopkins sebaimana dikutip Suharsimi Arikunto,
menyebutkan refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan
penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan jika
terdapat masalah dalam proses refleksi maka dilakukan proses
pengkajian ulang, melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan
perencanaan ulang. Tindakan ulang dan pengamatan ulang hingga
permasalahan dapat teratasi.10
9 Verbeek, Ingatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm 15 10 Suharsimi Arikunto, Ibid, hlm 80
17
BAB II
LANDASAN TEORI
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN METODE
DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN RETENSI SISWA
A. PEMBELAJARAN PAI
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis menguraikan pengertian pembelajaran PAI,
terlebih dahulu akan menguraikan beberapa pengertian tentang belajar.
1) Belajar menurut Henry E. Garret sebagaimana dikutip oleh Syaiful
Sagala, sebagai berikut :
Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam waktu yang
lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa pada
perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu
perangsang tertentu.1
2) Manurut Clifford T. Morgan:
Learning as any relatively permanen change in behaviour wich occurs as result of experience.2 (belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman)
3) Menurut Shaleh Abdul Aziz Majid dalam kitab At-Tarbiyatul wa
Thuruqut Tadris :
اريغ تثدحيف ةقاب سةرب خلى عأرط ي ملعتم النهذ ىفرييغتوه ملعت النأدجي3ا د
“Belajar merupakan perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) si pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru”.
1 H. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran , (Bandung: CV. Alfabeta, 2003),
hlm 13 2 Cliffort T. Modgan, Introduction of Psychology, (New York: The Mc. Graw Hill Book
Company, 2002), hlm. 63 3 Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris,( Mesir: Al Bairut, 2000), cet 1, hlm 239
18
Belajar sangat penting demi kemajuan peserta didik. Terutama
para pendidik untuk berusaha bagaimana anak didiknya mampu
berprestasi yang tinggi, ketika di kelas tidak mengalami kejenuhan
melainkan mereka menikmati suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna bagi mereka.
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman
berulang-ulang dalam situasi ini, di mana perubahan tingkah laku itu
tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan atau keadaan seseorang.
Prinsip-Prinsip Belajar
Pengertian belajar di atas, bahwa prinsip-prinsip belajar
sebagai berikut :
1) Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu.
2) Belajar akan lebih berhasil jika disertai dengan membuat, latihan dan
ulangan.
3) Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan.
4) Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas
belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidup.
5) Belajar lebih berhasil jika bahan yang dipelajari dipahami, bukan
sekedar menghafal fakta.
6) Dalam proses belajar memerlukan dan bimbingan orang lain.
7) Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar
8) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului dengan
pemahaman.4
a. Pembelajaran
1) E. Mulyasa mengemukakan
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik. Interaksi tersebut banyak sekali faktor yang
4 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm 69
19
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri
individu, maupun eksternal yang datang dari lingkungan.
2) Menurut S. Nasution
Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal
sebelumnya dengan pengajaran merupakan proses interaksi yang
berlangsung antara guru dan juga siswa atau juga merupakan
sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.5
3) UU Sisdiknas Tahun 2003 Bab I pasal 1 bahwa “pembelajaran
merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.6
4) Menurut Dimyati dan Mudjiono, sebagaimana dikutip oleh Syaiful
Sagala.
Kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran disini
sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan penguasaan
baik terhadap materi pelajaran.7
b. Bidang Study PAI
Bidang Study atau mata pelajaran yaitu pengetahuan dan
pengalaman masa lalu yang disusun secara sistematis, logis, melalui
proses dan metode keilmuan 8
Beberapa pengertian PAI yang dikemukakan para ahli
pendidikan diantaranya:
5 S. Nasutiom, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara: 2000), hlm. 102. 6 Undang-undang SISDIKNAS, (Sistem Pendidikan Nasional), 2003, (UU RI No. 20.
Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hlm. 4. 7 Syaiful Sagala, op, cit, hlm. 62. 8 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo,
2002), hlm 36
20
1) Dra. H. Zuharaini
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha-usaha
sistematis dan pragmatis untuk membantu anak didik supaya
mereka hidup sesuai ajaran Islam.9
2) Qodry Azizy
Pendidikan agama Islam mencakup dua hal: (a) mendidik
siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau ahklak
Islam, (b) mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran –subjek
berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.10
3) Tayar Yusuf
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar generasi
tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan,
ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia
bertakwa kepada Allah SWT.11
Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan
tentang pendidikan agama seperti; Islam diajarkan lebih pada hafalan
(padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktikkan.
Pendidikan agama lebih ditekankan pada formalitas antara hamba dan
Tuhan-Nya; penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat
penekanan dan masih terdapat sederet respon kritis terhadap
pendidikan agama. Hal ini disebabkan penilaian kelulusan siswa
dalam agama diukur dengan banyaknya hafalan dan mengerjakan
ujian tertulis di kelas didemonstrasikan oleh siswa.
Memang pola pembelajaran tersebut bukan khas pendidikan
agama. Pendidikan secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku
pendidikan negara kita yang juga mengidap masalah yang sama.
Masalah besar pendidikan selama ini adalah kuatnya dominasi pusat
9 Zuharaini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Malang , 2005), hlm 21 10 Qodri Azizy, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang: Aneka
Ilmu , 2000), hlm 131 11 Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 2003) , hlm 67
21
dalam menyelenggarakan pendidikan sehingga yang muncul uniform–
sentralistik kurikulum, model hafalan dan monolog, materi ajar yang
banyak, serta kurang menekankan pada pembentukan karakter bangsa.
Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara keseluruhannya
terdiri dari lingkup Al-Quran dan al-Hadis, keimanan, akhlak,
fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang
lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan
Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun
lingkungannya.
Arti pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran , atau pelatihan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan .
2. Dasar –Dasar Pelaksanaan pendidikan Agama Islam
a. Dasar Yuridis /Hukum
Dasar pendidikan agama berasal dari perundang-undangan yang
secara tidak langsung dapat menjadi pegangan untuk melaksanakan
pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal
tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama;
Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Dasar struktural / konstitusional yaitu UUD’45 dalam Bab XI
pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi, :1) Negara berdasar
Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
22
b. Segi Religius
Yang dimaksud dasar religius adalah dasar yang bersumber dari
agama Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah
Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-
Qur’an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut , antara lain:
1. Q.S. Al- Nahl :125 :
äí ÷Š$# 4’n< Î) È≅‹ Î6y™ y7În/u‘ Ïπ yϑ õ3 Ït ø: $$ Î/ Ïπ sà Ïãöθyϑø9$#uρ Ïπ uΖ |¡ pt ø:$# ( Οßγ ø9ω≈y_uρ © ÉL ©9$$Î/
}‘ Ïδ ß⎯|¡ ômr& 4 ¨βÎ) y7−/u‘ uθèδ ÞΟ n=ôã r& ⎯ yϑ Î/ ¨≅|Ê ⎯tã ⎯ Ï&Î#‹ Î6y™ ( uθèδ uρ ÞΟ n=ôã r&
t⎦⎪ ωtGôγ ßϑ ø9$$Î/ ∩⊇⊄∈∪
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al- Nahl:125)
2. Q.S. Al-Imron :104:
⎯ ä3tF ø9uρ öΝ ä3ΨÏiΒ ×π ¨Β é& tβθ ããô‰tƒ ’n< Î) Îö sƒ ø: $# tβρããΒ ù' tƒuρ Å∃ρ ã÷èpRùQ $$ Î/ tβ öθyγ ÷Ζ tƒuρ Ç⎯ tã
Ìs3Ψßϑ ø9$# 4 y7Í× ¯≈s9'ρ é&uρ ãΝèδ šχθßs Î=ø ßϑ ø9$# ∩⊇⊃⊆∪
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkarmerekalah orang-orang yang beruntung.
c. Dasar Psikologis
Psikologis merupakan dasar yang berhubungan dengan aspek
kejiwaan masyarakat. Hal ini didasarkan bahwa hidup manusia baik
sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat
23
dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak
tenteram sehingga memerlukan pegangan hidup yaitu agama.12
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah
berfungsi untuk:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian Mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik atau social yang dapat mengubah
lingkunganya sesuai dengan ajaran Islam.
d. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan , kekurangan, dan
kelemahan peserta didik dalam meyakini, pemahaman dan
pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negative dari lingkungan atau
budaya yang dapat membahayakan peserta didik dan menghambat
perkembangan menuju manusia Indonesia yang utuh.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
system, dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
orang lain. 13
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
12 Zuharaini dkk, Ibid, hlm 21 13 Marasudin Siregar, Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: t. p, 2004), hlm 11
24
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang untuk hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.14
Tujuan pendidikan merupakan hal yang domain untuk pendidikan,
sesuai ungkapan Breiter, bahwa” Pendidikan adalah persoalan tujuan dan
fokus mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan dengan tujuan agar
mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh.15
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik mana
maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam
dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial. Penanaman nilai-nilai itu
juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia dan di akhirat bagi
peserta didik.
5. Pentingnya Pendidikan Islam bagi Peserta Didik
Seorang bayi yang baru lahir di dunia adalah makhluk Allah yang
tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk dapat
melangsungkan hidupnya di dunia ini. Maha bijaksana Allah yang telah
menganugerahkan rasa kasih saying kepada semua ibu dan bapak untuk
memelihara anaknya dengan baik tanpa mengharapkan imbalan.
Setiap orang tua ingin mempunyai anak yang berkepribadian yang
baik. Untuk mencapai hal itu diusahakan melalui pendidikan, baik
pendidikan keluarga, di sekolah, maupun di masyarakat. Jadi pendidikan
merupakan ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan, membantu serta
mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian
utama sesuai dengan ajaran agama Islam.
Pendidikan agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab
pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan
14 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 135
15 Abdul Majid dan Dian Andayani, Ibid, hlm 136
25
pendidikan selanjutnya. Pendidikan Islam sangat penting sebab dengan
pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin
dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani
sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama.16
B. METODE DEMONSTRASI
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Metha” dan
“Hodos”. Metha yaitu melalui, Hodos yaitu jalan atau cara, jadi metode
merupakan jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan.17
Metode menurut Abdul Aziz dan Abdul Majid dalam kitab At-
Tarbiyah wa Turuqu al Tadris:
املقصودية ضيق معىن التدريس طريقة معنيان هناك دريسالت طريقة كلمة اليه افاضم املعلومات اكتساب وهو عشامل واسع معىن او املعلومات توصيل 18 وغريمها التفكري ىف مبادات نظرو وجهان
“Kata metode belajar mempunyai dua arti dalam arti sempit, metode adalah cara menyampaikan pengetahuan, sedang arti yang lebih luas yaitu cara memperoleh pengetahuan, informasi, kebebasan berfikir dan sebagainya.”
Metode menurut Albert H. Shuster, dan Milton E. dalam buku The
Emerging Elementary Curriculum- Methods and Procedures adalah:
Methods of teaching is important in the teaching situation because of first, the need in the learning process to arrange in a series certain specifics which result in order and sequace in learning. Second, the broad meaning of method which utilizes sound psychological, principles which set the tone for classroom organization.19
16 Abdul Majid, dan Dian Andayani, Ibid, hlm 139 17 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), hlm. 40 18 Shaleh A. Azis dan A. Majid, At Tarbiyah Wa Turuqu al Tadris, (Mesir : Al Bairut, 2000), Cet. 1, hlm. 239 19 Albert H. Shulter, dan Milton E. The Emerging Elementary Curriculum –Methods
dan Prosedures, (Columbus, Ohio: Charlies E. Merril Book, inc., 2004), hlm 131-133
26
Metode mengajar yang serasi adalah penting sekali di dalam
kegiatan pembelajaran karena:
a. Merupakan kebutuhan di dalam proses belajarnya murid-murid, untuk
dapat diatur dalam suatu bentuk mengajar secara spesialisasi tertentu
yang berhasil di dalam memberikan pelajaran di ruang kelas, serta ada
rangkaian di dalam sistem penyajian bahan-bahan materi pelajaran itu.
b. Arti secara luas metode itu, yaitu menggunakan prinsip-prinsip yang
bersifat ilmu jiwa secara sehat dan baik, yang mengatur tekanan-
tekanan suara dalam penyampaian pelajaran di dalam ruang kelas
Metode mengajar bersifat fleksibel dan sangat tergantung dengan
berbagai faktor:
a. Faktor tujuan pembelajaran yang dicapai;
b. Faktor anak didik, yang perlu mendapat perhatian adalah pada bakat,
minat, intelegensi, tingkat kematangan, usia, dan jumlah murid per
kelas;
c. Faktor situasi yang mencakup tempat belajar dan waktu belajar serta
lama belajar;
d. Faktor materi dan fasilitas belajar-mengajar. Materi dilihat dari aspek
afektif, kognitif, psikomotorik. Fasilitas dilihat dari segi jenis, kualitas
dan kuantitas;
e. Faktor kepribadian guru berkaitan dengan kemampuan profesional
guru, kemampuan personal, senioritas dan pengalaman.20
Kegiatan belajar-mengajar memiliki dua pokok kegiatan inti, yaitu
kegiatan guru dalam mengajar dan kegiatan siswa dalam belajar.21
Mengajar merupakan suatu proses mentransfer pengetahuan, nilai,
keterampilan serta mengembangkan semua potensi anak meliputi:
menciptakan situasi belajar, mengorganisasi lingkungan, menumbuhkan
20 Djamaluddin Darwis, Strategi Belajar Mengajar, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2000),
hlm. 193 21 Zuhairini, et.al., Metodologi Pengajaran Agama, (Solo: Ramdani, 2000), hlm. 155-158
27
kegiatan belajar, membimbing, mentransfer kebudayaan serta
menanamkan nilai-nilai keutamaan.22
Proses belajar-mengajar diharapkan terjadi interaksi antara guru
dan siswa dan lingkungannya. Jadi, metode mengajar merupakan salah
satu cara yang digunakan guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa
pada saat pengajaran berlangsung, peranan metode pengajaran adalah alat
untuk menciptakan PBM.
Ada banyak metode yang digunakan dalam pembelajaran, di
antaranya dan salah satunya metode demonstrasi. Adapun pengertian
metode demonstrasi dari beberapa ahli menyebutkan:
1) Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang sangat efektif
karena dapat membantu siswa untuk melihat secara langsung proses
terjadinya sesuatu. Metode demonstrasi yaitu salah satu metode
mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik.23
2) Zakiah Daradjat, metode demonstrasi merupakan metode pengajaran
yang menggunakan peragaan untuk menjelaskan sesuatu
pengertian/untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik.24
3) Tayar Yusuf, bahwa pengertian metode demonstrasi ialah cara
penyajian pelajaran dengan memperagakan, mempertunjukkan kepada
siswa suatu proses, situasi/benda tertentu yang sedang dipelajari, baik
sebenarnya atau tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Pelajaran PAI guru menyajikan materi berupa shalat, puasa, haji dan
sebagainya.25
22 Djamaluddin Darwis, op. cit., hlm. 220 23 Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1984), hlm. 232
24 Zakiah Daradjat, dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 296
25 Tayar Yusuf, Op.cit, hlm56
28
4) Muhammad Zein, metode demonstrasi merupakan metode mengajar
dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta murid
sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang sesuatu proses
suatu kaifiyah melakukan sesuatu.26
5) Syaiful Bahri Djamarah, metode demonstrasi merupakan cara
penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang
sering disertai dengan penjelasan lisan.27
6) Basyirudin Usman, metode demonstrasi merupakan teknik mengajar
yang sudah tua dan digunakan sejak lama. Seorang ibu yang
mengajarkan cara memasak atau makanan kepada anak-anaknya atau
dengan mendemonstrasikan di muka mereka.28
7) Sriyono, metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu kegiatan
memperlihatkan suatu gerak atau proses kerja. Jadi, aktivitas siswa
lebih banyak pada mengamati apa yang didemonstrasikan.29
Untuk mempermudah pemahaman bagi umatnya, Rasulullah saw
selalu memakai sarana atau media peragaan yang memungkinkan.
نعالك ون مرث ابيوا :قال وسلم يهعل اهللا صلى النىب ان الحلوا صكم 30 )البخارى رواه (اصلى رأيتمونى
“Dan dari Malik bin Al Hawairits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (HR Ahmad dan Bukhari).
26 Muhammad Zein, Metodologi Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana,
2001), hlm 177 27 Syaiful Bahri Djamarah, dkk., Strategi Belajar dan Mengajar , (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm 102 28 Basyirudin Usman, dkk, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia cipta Utama, 2002),
hlm. 107. 29 Sriyono, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2006, hlm.
116 30 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari r.a, Shahih Bukhari , Juz I,
(Semarang: Toha Putra t. th), hlm. 155.
29
Untuk menciptakan PBM yang efektif, alat peraga memegang
peranan penting sebagai alat bantu. Unsur metode merupakan sebuah
unsur dalam PBM yang tidak bisa dipisahkan dari unsur lainnya, proses
pendidikan. Metode peraga sering disebut audio visual (metode yang
didengar dan dilihat). PBM, metode peraga dipergunakan dengan tujuan
membantu guru dan siswa supaya PBM lebih efektif dan efisien, serta alat
untuk membekaskan materi pelajaran dalam ingatan siswa, sesuai
ungkapan Confusius menyatakan, “apa yang saya dengar, saya lupa, apa
yang saya lihat. saya ingat, dan apa yang saya lakukan, maka saya
paham.”31
Ada beberapa fungsi pokok dari alat peraga dalam proses
pendidikan, yaitu:
a. Mewujudkan serta menciptakan situasi belajar-mengajar yang efektif;
b. Mempercepat PBM dan membantu siswa menangkap pengertian yang
diberikan oleh pendidik;
c. Untuk mempertinggi mutu belajar-mengajar karena dengan alat peraga
sesuatu yang disampaikan pada peserta didik akan lebih membekas
dan tahan lama dalam ingatan;
d. Menarik perhatian siswa. Peragaan, peserta didik akan lebih
memperhatikan dalam belajar.32
Metode belajar sebagai tindakan dan langkah konkrit tidak dapat
lepas dari filosofi yang mendasarinya. Dasar filosofi ini bersifat lebih
abstrak yang melihat totalitas manusia sebagai pelaksana pendidikan baik
sebagai pendidik maupun peserta didik. Sebagai pendidik, manusia
mempunyai tanggung jawab untuk mentransfer dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan pada peserta didik. Sebagai
peserta didik, manusia dilihat sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai
31Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan
Kurikulum, hingga Redifinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2003), Cet I, hlm 135
32 Nana Sudjana, Opcit, hlm. 99-100
30
potensi untuk dikembangkan sumber dayanya, baik aspek penalarannya,
aspek sikap hatinya maupun aspek keterampilan perilakunya.
Sebagai khalifah/wakil Allah di muka bumi, manusia harus
mencerminkan sifat-sifat Ilahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi
ini. Untuk dapat memerankannya manusia harus mengembangkan
potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya maupun profesionalnya.
Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan.33
Dalam surat An-Nahl ayat 78, Allah berfirman:
اللهو كمجرأخ طون منب اتكمهون لا أملمعئا تيل شعجو لكم عمالس ارصالأبة والأفئدو لكمون لعكرش34﴾78: النحل﴿ ت
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kamu (potensi) pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nahl: 78).
Metode belajar-mengajar merupakan sebuah langkah yang penting
untuk proses pendidikan, mempunyai dasar filosofis yang sangat pokok
ajaran Islam.
Jadi metode demonstrasi sangat sesuai dengan tujuan
pembelajaran yaitu siswa mendapat pengetahuan riil tentang proses
pembuat, proses kerja, proses pengaturan, proses penggunaan, fungsi dan
jenis komponen/unsur, mengetahui ketepatan, kebenaran, dan sebagainya.
Metode demonstrasi dilaksanakan secara bertahap.
2. Tujuan dan Fungsi Metode Demonstrasi
Sesuai dengan definisi metode demonstrasi yaitu memperlihatkan,
memperagakan dan mempraktikkan, maka tujuan metode demonstrasi
yaitu anak dibimbing dan diarahkan untuk menggunakan mata dan
33 Djamaluddin Darwis, op. cit., hlm. 197 34 Soenarjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005),
hlm. 413
31
telinganya secara terpadu sebagai hasil dari pengamatan kedua indera itu
dapat menambah penguasaan materi pelajaran yang diberikan.
Penerapan tujuan metode demonstrasi lebih banyak digunakan
untuk memperjelas cara mengerjakan atau kaifiyat suatu proses ibadah,
misalnya berwudlu, shalat, haji dan materi lain yang bersifat motorik.35
Metode demonstrasi merupakan suatu wahana untuk memberikan
pengalaman belajar agar anak dapat menguasai pelajaran lebih baik.
Metode demonstrasi anak dilatih untuk menangkap unsur-unsur penting
untuk proses pengamatan, maka kemungkinan melakukan kesalahan
sangat kecil bila terus menirukan apa yang telah didemonstrasikan oleh
guru dibandingkan jika ia melakukan hal yang sama hanya berdasarkan
penjelasan lisan oleh guru.36
Metode demonstrasi sebagai suatu metode mengajar tertentu
mempunyai fungsi yang diharapkan dalam PBM, khususnya bidang PAI,
antara lain:
a. Memberikan gambaran yang jelas dan pengertian yang konkrit tentang
suatu proses atau keterampilan dalam mempelajari konsep ilmu PAI
dari pada halnya dengan mendengar penjelasan secara lisan;
b. Menunjukkan dengan jelas langkah-langkah sesuatu proses
keterampilan ibadah pada siswa;
c. Lebih mudah dan efisien dibandingkan metode lain karena siswa
langsung mengamati ;
d. Memberikan kesempatan dan sekaligus melatih siswa mengamati
sesuatu yang cermat;
e. Melatih siswa untuk mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan guru.37
f. Membantu meningkatkan daya pikir dalam peningkatan kemampuan
mengingat, berpikir konvergen, berpikir evaluatif.38
35 Zuhairini, Opcit, hlm. 83 36 Moeslichatoen, Metode Pengajaran, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2004), hlm. 116 37 Suharyono, Strategi Belajar Mengajar I, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2004), hlm.
35
32
Dilihat dari fungsi di atas, metode demonstrasi memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperkirakan apa yang akan terjadi,
bagaimana hal itu terjadi, dan mengapa hal itu terjadi. Metode demonstrasi
sebagai dramatisasi memberikan pengalaman belajar kepada anak untuk
mendapat gambaran tentang kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang
mendekati kenyataan.
3. Prinsip-prinsip Metode Demonstrasi
Sesuai dengan tujuan dan fungsi kegiatan demonstrasi yakni
memberikan pengalaman belajar melalui melihat dan mendengarkan, maka
prinsip-prinsip metode demonstrasi sebagai berikut:
a. Menciptakan suasana/hubungan baik dengan siswa sehingga ada
keinginan dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa yang
didemonstrasikan;
b. Mengusahakan agar demonstrasi itu dapat jelas bagi siswa yang
sebelumnya tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat
memahami apa yang dimaksud dalam demonstrasi karena keterbatasan
daya ingat;
c. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok
bahasan/topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui
siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk mengatasinya.
Aspek penting dalam metode demonstrasi:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang
digunakan untuk mendemonstrasikan tidak dapat diamati dengan
seksama oleh siswa;
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di
mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadikan aktivitas
mereka sebagai pengalaman yang berharga;
38 Moeslichatoen, op. cit., hlm. 114
33
c. Tidak semua hal yang didemonstrasikan di dalam kelas, misal alat
terlalu besar;
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis;
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa
yang akan didemonstrasikan;
f. Persiapan dan perencanaan yang matang.39
4. Syarat-syarat Metode Demonstrasi
Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat
memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau
melaksanakan kegiatan tertentu atau kegiatan yang sesungguhnya.
Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru dan pelatih
yang ditunjuk, setelah didemonstrasikan, siswa diberi kesempatan
melakukan latihan keterampilan seperti yang diperagakan oleh guru dan
pelatih.
Metode demonstrasi ini sangat efektif menolong siswa mencari
jawaban atas pertanyaan, seperti: Bagaimanakah prosesnya? Terdiri dari
unsur apa? Cara mana yang paling baik? Bagaimanakah dapat diketahui
kebenarannya melalui pengalaman induktif ?
Adapun syarat-syarat metode demonstrasi yaitu sebagai berikut :
a. Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang, atau latihan
kerja;
b. Bila materi pelajaran keterampilan gerak, petunjuk sederhana untuk
melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing, dan
prosedur pelaksanaan suatu kegiatan;
c. Manakala guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan
penyelesaian kegiatan yang panjang, baik yang menyangkut
pelaksanaan suatu prosedur maupun dasar teorinya;
d. Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan;
39 Armai Arief, op. cit., hlm. 190-191
34
e. Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/praktek yang kita
laksanakan;
f. Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan
kegiatan hanya mendengar membaca dan pembelajaran di dalam buku;
g. Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa
dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi.40
5. Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi
Suatu demonstrasi yang baik membutuhkan persiapan yang teliti
dan cermat. Persiapan itu dilakukan banyak tergantung kepada
pengalaman yang telah dilalui dan macam demonstrasi apa saja yang
disajikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk melakukan
demonstrasi yang baik diperlukan:
a. Tahap Persiapan
1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses
demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi pengetahuan, sikap,
keterampilan
2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan
3) Lakukan uji coba. Uji coba meliputi segala peralatan yang
diperlukan.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Langkah pembukaan demonstrasi
a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang akan didemonstrasikan
b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa
c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa mencatat hal-hal penting.
40 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika,
2006), Cet. I, hlm. 156
35
2) Langkah pelaksanaan demonstrasi
a) Memulai demonstrasi dengan kegiatan yang merangsang siswa
untuk berfikir
b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari
suasana menegangkan/ketegangan
c) Yakinlah bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi
dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa
d) Berikan kesempatan pada siswa untuk aktif memikirkan lebih
lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dalam proses
demonstrasi.
3) Langkah-langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses
pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas
tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan
proses pencapaian tujuan pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan
pada semua aspek yang terlihat dalam demonstrasi tersebut, baik
yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun tindak
lanjutnya.41
6. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
a. Kebaikan Metode Demonstrasi
1) Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau ada
peserta didik yang diikutsertakan.
2) Pengalaman peserta didik bertambah
3) Dapat membantu siswa mengingat lebih lama tentang materi
pelajaran yang disampaikan, karena siswa tidak hanya mendengar,
tetapi melihat dan mempraktikkannya secara langsung.
4) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran
dalam waktu relatif singkat
41 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), Cet III, hlm. 152-154
36
5) Dapat memusatkan perhatian anak didik
6) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pelajaran menjadi lebih
jelas dan konkrit
7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran
setiap siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung
8) Menghindari "coba-coba/gagal" yang banyak memakan waktu
belajar.42
b. Kelemahan Metode Demonstrasi
1) Memerlukan waktu yang cukup lama, tempat dan peralatan yang
cukup
2) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi
kurang efektif
3) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama alat
4) Membutuhkan tenaga dan kemampuan yang optimal dari pendidik
dan siswa
5) Bila siswa tidak aktif, metode demonstrasi tidak efektif.43
Metode demonstrasi dapat menghilangkan verbalisme sehingga
siswa akan semakin memahami materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan agar metode ini dapat berjalan dengan efektif
dan efisien. Materi yang didemonstrasikan perlu ditindaklanjuti oleh siswa
dalam kehidupan sehari-hari dalam latihan yang kontinyu sehingga siswa
tidak lupa dengan materi tersebut.
C. RETENSI
1. Pengertian Retensi
Retensi merupakan apa yang ditinggalkan dan dapat diingat
kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu. Retensi membuat apa
yang dipelajari dapat bertahan atau ditinggalkan lebih lama dalam
struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Karena itu,
42 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 246
43 Armai Arif, op. cit., hlm. 192
37
retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam
proses pembelajaran.44
Apabila seseorang belajar maka setelah selang beberapa waktu
apa yang dipelajari akan banyak dilupakan dan dapat diingatnya secara
otomatis akan berkurang jumlahnya. Penurunan jumlah apa yang diingat
ini akan terasa sangat cepat pada taraf permulaan, namun selanjutnya
akan lambat.
Retensi bukan merupakan suatu gejala, tidak dapat ditentukan
secara langsung karena retensi kita selidiki dengan membandingkan
prestasi ingatan dengan apa yang dahulu difiksir (disimpan) tetapi untuk
dapat melakukan itu harus mengetahui seksama apa yang di simpan, dan
penanaman pesan di otak.45
2 Prinsip-prinsip untuk Meningkatkan Retensi Belajar
Pembelajaran perlu diperhatikan prinsip-prinsip untuk
meningkatkan retensi belajar seperti yang diungkapkan dari hasil temuan
Thom Burg (1984) dalam bukunya Muhaimin, Paradigma Pendidikan
Islam (2001) menunjukkan bahwa:
1. Isi pembelajaran yang bermakna, akan lebih mudah diingat
dibandingkan dengan isi pembelajaran yang tidak bermakna.46
Untuk mencapai pengertian-pengertian baru dan retensi yang
baik, materi-materi belajar selalu dan hanya dapat dipelajari bila
dihubungkan dengan konsep-konsep, prinsip serta informasi yang
relevan yang telah dipelajari sebelumnya. Substansi serta sifat
organisasi latar belakang pengetahuan ini mempengaruhi ketetapan
serta kejelasan pengertian-pengertian baru yang ditimbulkan serta
kemampuan memperoleh kembali pengertian baru.47 Makin jelas,
stabil serta terorganisasinya struktur kognitif siswa, proses belajar
44 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 143 45 Verbeek, Ingatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 28 46 Muhaimin, op. cit., hlm. 143 47 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rinneka
Cipta, 1999(, cet. III, hlm. 123-124
38
yang bermakna dan retensi belajar makin mudah terjadi, sebaliknya
struktur kognitif yang tidak stabil, kabur dan tidak terorganisir dengan
tepat cenderung merintangi proses belajar yang bermakna dan retensi
belajar.
Ada tiga variabel penting yang mempengaruhi belajar dan
retensi materi-materi bermakna seperti hal-hal berikut ini:48
1) Tersedianya gagasan-gagasan khusus yang relevan di dalam
struktur kognitif.
Bila gagasan khusus yang relevan tidak tersedia di dalam
struktur kognitif atau tidak semua gagasan yang relevan dapat
digunakan.
Dalam penerimaan materi-materi baru yang disajikan satu-
satunya pilihan adalah belajar dengan menghafal. Bila materi-
materi belajar baru kurang begitu dikenal oleh siswa, pengajar
wajib mengaitkan materi belajar baru kurang begitu dikenal oleh
siswa, pengajar wajib mengaitkan materi belajar baru dengan
pengetahuan yang relevan yang kiranya sudah ada di dalam
struktur kognitif siswa, sehingga materi belajar baru dapat mudah
diterima.
2) Tingkat perbedaan (jelas/tidak jelas) antara materi-materi belajar
baru dengan sistem gagasan yang sudah ada yang menerima.
Seringkali dalam usaha memahami lingkungan dan
menggambarkannya di dalam struktur kognitif, materi-materi
belajar baru yang serupa dengan pengetahuan yang sudah ada
cenderung diinterpretasikan identik dengan pengetahuan yang ada,
meskipun dalam kenyataannya ciri-ciri obyektif tidak demikian.
Siswa mungkin menyadari bahwa hal-hal yang dipelajari
berbeda dari prinsip-prinsip yang sudah ada di dalam struktur
kognitif, tetapi di mana letak perbedaannya siswa tidak mampu
mengenalnya, maka hal ini lambat laun akan hilang dari ingatan
48 Ibid., hlm.
39
jangka panjang. Hal ini diharapkan seorang pendidik lebih efektif
dengan membiarkan siswa melakukan “over learning” materi-
materi baru.
3) Stabilitas dan kejelasan gagasan-gagasan yang berhubungan
Tercapainya proses belajar yang bermakna dan lamanya
materi-materi baru tersimpan dalam ingatan menunjukkan fungsi
stabilitas dan kejelasan gagasan ini. Gagasan yang kabur dan tidak
stabil, menyebabkan kemampuan menghubungkan serta retensi
materi-materi baru menjadi tidak kuat, materi-materi baru sulit
dibedakan dari gagasan-gagasan tersebut.
Adapun tipe-tipe belajar yang bermakna, ada dua dimensi, yaitu
sebagai berikut:
1) Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan
(discovery learning)
2) Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna
(meaningful learning). 49
Di dalam reception learning semua bahan yang harus dipelajari
diberikan dalam bentuk final dalam bahan yang disajikan. Di dalam
discovery learning, tidak semua yang harus dipelajari dipresentasikan
dalam bentuk final, beberapa bagian harus dicari dan diidentifikasikan
oleh pelajar sendiri. Kemudian informasi itu diintegrasikan ke dalam
struktur kognitif50 yang telah ada, disusun kembali, diubah, untuk
menghasilkan struktur kognitif yang baru.
Usaha mengingat/menguasai apa yang dipelajari agar kemudian
dapat dipergunakan, jika sudah dikuasai maka terjadilah belajar yang
bermakna. Jika seorang hanya berusaha mengingat informasi baru,
terjadilah rote learning.
49 Slameto, Op. cit., hlm. 23 50 Struktur Kognitif adalah perangkat fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi yang
terorganisasi yang telah dipelajari dan dikuasai seseorang.
40
a. Benda yang jelas dan konkret akan lebih mudah diingat
dibandingkan dengan benda yang bersifat abstrak.51
Taraf berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan
yang bermula dari berfikir konkrit ke berfikir abstrak, juga
bermula dari berfikir sederhana ke berfikir kompleks.52 Begitu
juga proses pembelajaran siswa lebih mudah menerima sebuah
pengetahuan yang bisa mereka amati, lihat, dan sulit untuk
menerawang pengetahuan yang belum dikenal. Hal ini disebabkan
proses pembelajaran harus mampu diterima, sehingga dalam
proses pembelajaran diperlukan alat bantu, yang mempunyai nilai-
nilai praktis berupa kemampuan dan keterampilan untuk:
1. Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan
lingkungannya
2. Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi
pengalaman belajar siswa
3. Membangkitkan motivasi belajar
4. Menyampaikan informasi belajar secara konsisten dan dapat di
ulang maupun disimpan menurut kebutuhan
5. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
Jadi jelas bahwa benda-benda yang konkret lebih mudah
diterima siswa dalam peningkatan retensi belajar, karena siswa
mengamati, melihat secara langsung dan jelas. Sedangkan benda-
benda abstrak sulit diterima siswa.
b. Retensi akan lebih baik untuk isi pembelajaran yang bersifat
kontekstual atau serangkai kata-kata yang mempunyai kekuatan
asosiatif dibandingkan dengan kata-kata yang tidak memiliki
kesamaan internal.53
Pembelajaran kontekstual lebih dimaksudkan suatu
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang
51 Muhaimin, op. cit., hlm. 143 52 Rahardjo, Media Pendidikan, (Semarang: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 260 53 Muhaimin, op. cit., hlm. 143
41
lebih mengedepankan idealitas pendidikan sehingga benar-benar
akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang efektif dan efisien.
Proses pembelajaran dituntut selalu menyesuaikan dengan
dinamika masyarakat. Artinya proses atau model serta teknik
dalam pembelajaran senantiasa menyesuaikan dengan tuntunan
dan dinamika kehidupan masyarakat. Konsekuensinya,
pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keniscayaan bagi
setiap guru dan lembaga pendidikan.54
Kegagalan pendidikan bisa disebabkan oleh kegagalan
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang statis dan
konvensional akan memperlambat terwujudnya kualitas
pendidikan, sebaliknya, pembelajaran yang dinamis, progresif dan
kontekstual akan mempercepat terwujudnya kualitas
pembelajaran.
Paulo Freire mengkritik secara tegas dan pedas dengan
istilah pembelajaran sistem Bank (Banking sistem pedagogis),
yang memuat pernyataan antagonis antara peran guru dan siswa,
antara lain:
1) Guru mengajar, siswa belajar
2) Guru bicara, siswa mendengarkan
3) Guru sebagai subyek proses pembelajaran, siswa sebagai objek
pembelajaran
4) Guru mengatur, siswa diatur
5) Guru memilih dan memaksakan pilihannya, siswa menuruti
6) Guru memilih apa yang diajarkan, siswa menyesuaikan diri.55
Pembelajaran kontekstual akan menjawab dan merupakan
anti tesis dari kritik pedasnya Paulo Freire sehingga pembelajaran
benar-benar berjalan secara efektif dan efisien. Pembelajaran
54 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail, 2008), hlm. 4 55 Ibid., hlm. 4
42
kontekstual didasarkan empat pilar pendidikan yang dicanangkan
UNESCO, yaitu:
1) Learning to do, maksudnya pembelajaran diupayakan untuk
memberdayakan peserta didik agar mau dan bersedia dan
mampu memperkaya pengalaman belajarnya.
2) Learning to know, yaitu proses pembelajaran yang didesain
dengan cara mengintensifkan interaksi dengan lingkungan baik
lingkungan fisik, sosial dan budaya sehingga peserta didik
mampu membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap
dunia sekitar.
3) Learning to be, yaitu proses pembelajaran yang diharapkan
siswa mampu membangun pengetahuan dan kepercayaan
dirinya. Pengetahuan dan kepercayaan dirinya. Pengetahuan
dan kepercayaan diri itu diperoleh setelah peserta didik
melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
4) Learning to live together, pembelajaran lebih diarahkan dalam
upaya membentuk kepribadian untuk memahami dan mengerti
kemajemukan sehingga melahirkan sikap dan perilaku positif
dalam melakukan respon terhadap perbedaan atau
keanekaragaman.56
c. Tidak ada perbedaan antara retensi dengan apa yang telah
dipelajari peserta didik yang mempunyai berbagai tingkat IQ.57
Retensi yang baik merupakan kemampuan menyimpan
data dan kesan yang tidak akan berubah dalam jangka waktu yang
lama, sedangkan IQ (Intelligence Question) menurut William
Stern seperti yang dikutip oleh Baharuddin, Psikologi Pendidikan,
2007, 126) mengatakan, inteligensi merupakan kesanggupan jiwa
56 Ibid., hlm. 5 57 Muhaimin, op. cit., hlm. 143
43
untuk menghadapi dan mengatasi keadaan-keadaan atau kesulitan
baru dengan sadar, berfikir tepat dan cepat.58
3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retensi Belajar
Retensi merupakan fase penyimpan yang tidak disadari karena
dalam fase ini kelak akan dapat disadarkan kembali, jika dibutuhkan.
Konteks belajar tidak hanya proses untuk mengumpulkan dan
memecahkan kesan, tetapi kesan belajar dapat diingat jangka waktu
yang dibutuhkan. Maka dari itu ada tiga faktor yang mempengaruhi
retensi belajar, yaitu:
a. Apa yang dipelajari pada permulaan (Original Learning)59
Konteks ini, belajar tidak hanya berarti proses untuk
memperoleh dan mengumpulkan pengetahuan, tetapi lebih
merupakan proses menciptakan pengetahuan atau memecahkan
masalah. Secara umum proses belajar dapat dijelaskan 4 tahap,
yaitu, “Receptor, Working Memory, Long-term memory, dan
effector.” Proses pengolahan informasi adalah sebagai berikut:
indera manusia menangkap informasi yang berasal dari
lingkungan. Misalnya, mata melihat, telinga mendengar, hidung
mencium, kulit menyentuh, dan lidah merasakan. Melalui proses
“Selective Perception” atau perhatian, informasi yang ditangkap
oleh receptor dilanjutkan ke “Working Memory” (memori kerja).60
Di dalam working memory, informasi disimpan untuk
sementara. Dikatakan bersifat sementara karena informasi tersebut
dimungkinkan hilang, karena belum tersimpan dengan baik.
Melalui proses storage atau penyimpanan, informasi dilanjutkan
ke “long-term memory” (memori tetap). Aktivitas yang dilakukan
untuk menyimpan (store) informasi sering disebut dengan
elaborasi. Informasi yang tersimpan di dalam working memory
58 Baharuddin, op. cit., hlm. 126 59 Muhaimin, op. cit., hlm. 143 60 Abdul Mu’ti, Proses Belajar Kognitif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 96
44
akan tetap bertahan dalam waktu yang lama. Informasi sering
disebut dengan pengetahuan. Pengetahuan yang tersimpan dalam
long-term memory akan disiapkan untuk sewaktu-waktu
“dipanggil” untuk melakukan suatu aktivitas. Proses pemanggilan
dan penggunaan pengetahuan sering disebut “retrieval” misalnya,
untuk mengerjakan soal-soal ujian, memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi “retrieval” pengetahuan akan
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh metode/teknik elaborasi
yang digunakan.61
Berdasarkan penggunaan yang tersedia di “Working Work”
manusia bisa melakukan aktivitas tertentu. Aktivitas tersebut
dilakukan dengan “effector”. Efektor yaitu proses belajar
digunakan untuk menjelaskan, mendemonstrasikan dengan
anggota badan.
b. Belajar Melebihi Penguasaan (Over Learning)62
Over learning dimaksudkan bahwa orang melanjutkan
belajarnya setelah bahannya sudah dapat diproduksikan. Kalau
orang mau mengingat bahan pelajaran yang baik, maka janganlah
berhenti belajar kalau bahan pelajaran tersebut baru saja dapat
direproduksi. Pada over learning yang sedang, retensinya akan
jauh lebih baik. Biasanya over learning berarti bahwa waktu
belajar 150%. 150% over learning berarti bahwa waktu belajar
150% dari pada waktu cukup untuk dapat memproduksikan bahan
jadi kalau satu jam orang baru saja dapat memproduksi suatu
badan. Sebaiknya masih belajar terus itu untuk selama setengah
jam lagi.63 Jadi, total waktu yang dibutuhkan 1½ jam = (150 x 100
x 1 jam). Pada over learning bahan/materi pelajaran akan mudah
diingat dan sulit dilupakan.
61 Ibid., hlm. 97-98 62 Muhaimin, op. cit., hlm. 143 63 Verbeek, op. cit., hlm. 22-23
45
Aktifitas mengingat untuk retensi belajar sangat menentukan
keberhasilan dalam proses belajar, maka mengingat harus
memenuhi unsur-unsur (fungsi-fungsi ingatan), meliputi:
1) Mencamkan (learning)
Mencamkan/memahamkan dapat diartikan sebagai
melekatnya kesan-kesan sehingga kesan-kesan itu dapat
disimpan dan sewaktu-waktu dapat diproduksi atau dapat
ditimbulkan kembali.64 Ada dua cara untuk mencamkan pada
ingatan, yaitu dengan sengaja dan tidak sengaja.
Tiap individu atau siswa dalam proses belajar ada yang
cepat dan lamban dalam memahami/mencamkan bahan yang
diamati. Maka dari itu siswa harus memperhatikan faktor-
faktor yang menunjang keberhasilan siswa dalam
belajar/memahami, yaitu:
a) Harus ada kemauan yang sungguh-sungguh, tidak ada
paksaan. Kesadaran belajar harus ada pada siswa, siswa
tidak boleh dipaksa untuk belajar karena hasil yang
terekam dalam ingatan akan sedikit, begitu sebaliknya
semakin sadar siswa akan belajar, semakin banyak hal
yang di dapat dan dipahami.
b) Harus ada pengulangan yang teratur. Semakin siswa
mengulang suatu pelajaran, semakin besar juga retensi
belajar yang didapat. Misal, mengulang materi pelajaran 4
x 5 lebih baik dari pada 2 x 10.
c) Bahan yang disusun hendaknya sistematis sehingga mudah
dipahami.
d) Belajar juga dipengaruhi oleh kondisi tubuh, pembawaan,
lingkungan dan sebagainya. Maka kesemuanya dari faktor
belajar harus seimbang.65
64 Baharuddin, op. cit., hlm. 113 65 Ibid., hlm. 114
46
2) Menyimpan (retaining)
Menyimpan yaitu fungsi/unsur ingatan kedua yang
disimpan berupa kekuatan atau hasil belajar yang bersandar
pada kekuatan berpikir dan sewaktu-waktu dapat digunakan
kembali. Jadi, segala sesuatu yang telah terekam akan
tersimpan dalam ingatan tetapi semuanya tidak dapat
tersimpan dengan baik dan bisa menjadi lemah.66
3) Mereproduksi (recalling)
Mereproduksi merupakan suatu aktivitas jiwa untuk
menimbulkan kembali kesan-kesan yang tersimpan dalam
ingatan. Proses mereproduksi ada dua, yaitu mengingat
kembali dan mengenal kembali. Proses mengingat kembali,
individu dapat mengingat kembali kesan-kesan yang dapat
diingat tanpa adanya obyek tertentu. Jadi, mengingat kembali
disebabkan oleh sesuatu dari otak bukan karena pengaruh
objek tertentu. Sementara mengenal kembali individu dapat
menimbulkan kembali disebabkan oleh adanya obyek dari
luar.67
c. Pengulangan dengan Interval Waktu (Space Review)68
Pengulangan yaitu ukuran-ukuran yang lebih seksama
untuk meningkatkan retensi belajar.
4 Cara-cara Untuk Meningkatkan Retensi Belajar
Menurut Thomburg Chauham yang dikutip oleh Muhaimin,
mengajukan cara-cara untuk meningkatkan retensi belajar, antara lain:
a. Usahakan agar isi pembelajaran yang dipelajari disusun dengan
baik dan bermakna sebagai bukti, pembelajaran syair akan
diingat sebanyak 58% setelah 30 hari, pembelajaran prosa akan
66 Ibid., hlm. 115 67 Ibid., hlm. 116-117 68 Abdul Mu’thi, op. cit., hlm. 102
47
diingat sebanyak 40% dan pembelajaran kata tanpa makna
diingat sebanyak 28%.
b. Pembelajaran dapat dibantu dengan jembatan keledai
(macmonic) karena akan meningkatkan organisasi materi yang
dipelajari. Macmonic adalah teknik elaborasi yang dilakukan
dengan mengelompokkan informasi ke dalam bentuk lain yang
lebih sederhana tapi bermakna. Misal, akronim dilakukan
dengan menyusun informasi baru ke dalam bentuk singkatan
yang berupa kata. Sebagai contoh DAMIS (Dhuhur, Ashar,
Maghrib, Isya’, Shubuh).69
c. Berikan resitasi karena hal ini akan meningkatkan aktivitas
peserta didik. Belajar menjadi jauh lebih menguntungkan apabila
orang tidak hanya membaca bahannya, tetapi sewaktu belajar
juga sudah mulai mencoba belajar yang disebut resitasi. Resitasi
merupakan suatu bentuk belajar yang aktif yang merangsang
perhatian dan motivasi. Resitasi merupakan suatu kombinasi
belajar yang visual dan auditif.70
d Susun dan sajikan konsep yang jelas, misalnya dengan media
audio visual. Sebuah media proses belajar disusun guna
pencapaian pesan pengajaran dan tujuan yang dicapai proses
belajar. Media pembelajaran dapat menimbulkan semacam
dialog internal diri yang sedang belajar dan diharapkan berhasil
membawa pesan dan terjadi perubahan sikap dan tingkah laku
belajar pada diri siswa.71
e Berikan latihan pengulangan terutama untuk pembelajaran
keterampilan motorik
69 Muhaimin, op. cit., hlm. 143 70 Verbeek, op. cit., hlm. 23-24 71 Rahardjo, op. cit., hlm. 267
48
5 Tinjauan Tentang Retensi
Pembelajaran PAI konsep-konsep dan teori- teori PAI siap dapat
di gunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah apabila konsep-
konsep dan teori itu terserap dan kemudian mengendap pada benak.
Dengan demikian proses belajar mengajar konsep-konsep harus dapat
mengendap pada ingatan..
M. Verbeek menyebutkan Retensi adalah fase penyimpanan
yang tidak disadari yang ditandai dengan adanya bekas ingatan yang
menunjukkan bahwa masih ada sesuatu yang disimpan dalam ingatan.72
Retensi yang baik ditandai dengan kesetiaan keluasan dan
keawetan. Jadi seseorang mempunyai retensi yang baik apabila ia dapat
menyimpan dengan lama banyak kesan-kesan dengan tak berubah.
Lupa dalam keseharian merupakan sebuah retensi, ini berkenaan
dengan sejumlah materi PAI yang sudah di pelajari hilang karena tidak
ingat atau dengan perkataan lain materi yang terlupakan itu pastinya
materi tersebut sudah dipelajari. Misalkan lupa terhadap bacaan-bacaan
shalat.
Retensi pada siswa sangat dipengaruhi dengan sesuatu yang
diingat setelah pembelajaran berlangsung para ahli memberikan
gambaran sesuatu yang berkenaan dengan ingatan sebagai berikut.
Nasution menyebutkan bahwa “Belajar terjadi hanya dapat
diketahui bila ada sesuatu yang diingat dari apa yang di pelajari”. Suatu
fakta yang di pelajari harus dapat diingat dengan baik setelah
diajarkan.73
“Kemampuan untuk mengingat yang disebut memori
bergantung banyaknya pengulangan”, bahwa kita dapat mengingat
sekitar seperlimanya dari yang kita dengar. setengahnya dari yang kita
lihat dan tiga perempatnya yang kita perbuat. Untuk memindahkan
bahan dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang anda harus
72 Veerbeek, Op.Cit, hlm 8 73 Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003), hlm 141
49
(1) membuatnya berarti, (2) menyusunnya dan (3) mengulang atau
mempraktekkannya.
Pembelajaran PAI agar terjadi retensi dengan baik dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Dalam proses belajar mengajar harus banyak melibatkan aktifitas
fisik dan mentalnya.
b. Materi pelajaran harus berarti dan bermakna.
c. Sering melakukan pengulangan dan mempraktekannya.
6 Pengukuran Tingkat Retensi
Dalam kegiatan belajar mengajar, selalu akan dilakukan usaha
untuk menilai sejauh mana siswa yang belajar mencapai kemajuan.
Usaha ini tidak lain merupakan usaha untuk mengukur sejauh mana
hasil penguasaan materi atau konsep yang dicapai. Dengan menilai
penguasaan materi atau konsep setelah pembelajaran berlangsung, akan
dapat diketahui tingkat retensi yang terjadi pada siswa yang ditandai
seberapa banyak materi atau konsep tersebut membekas pada ingatan
siswa.
Nasution menyebutkan “Pengukuran adalah proses menentukan
luas sesuatu dan bersifat kuantitatif”.74
Suharsimi Arikunto menyebutkan “pengukuran adalah
membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan suatu alat
mengukur secara deskriptif, tidak evaluatif”.75
Jadi dapat disimpulkan pengukuran adalah kegiatan menentukan
sesuatu dengan menggunakan suatu alat pengukur dan bersifat
kuantitatif.
Untuk mengukur tingkat retensi umumnya suatu tindakan yang
berbentuk tes ingatan. Melalui tes ingatan ini dapat diukur tingkat
74 Nasution, Ibid, hlm 53 75 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
1999), hlm 4
50
retensi siswa setelah mempelajari suatu konsep atau materi setelah
pembelajaran berlangsung dalam jangka waktu yang ditentukan.
Secara garis besar pengukuran ingatan dapat dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu tes ingatan langsung (eksplisit) dan tidak
langsung (implisit).
a. Tes Ingatan Langsung (Eksplisit)
Tes ingatan langsung mengacu pada peristiwa-peristiwa. Sasaran
dalam sejarah subjek, yang menunjuk pada konteks dan ruang dan
waktu. Misalnya tanggal, hari, jam atau tempat dan lingkungan
peristiwa. Contoh tes-tes ingatan langsung adalah tes rekognisi
dan recall.
b. Tes Ingatan Tidak Langsung (Implisit)
Tes ingatan tidak langsung merupakan tugas-tugas yang
mengharuskan subjek melakukan aktivitas-aktivitas kognitif atau
motorik. Sementara itu perintah-perintah tes mengacu pada tugas-
tugas yang sedang dihadapi dan bukan pada peristiwa sebelumnya.
Contoh tes ingatan tidak langsung misalnya tes pengetahuan
konseptual, factual, leksikal, persepsual dan pengetahuan
prosedural.
Selain itu suatu pengukuran atau penilaian tidak lepas dari
ketentuan-ketentuan tertentu guna memperoleh penilaian yang baik.
Sumadi Suryabrata (1990:327-330) menyebutkan bahwa syarat-
syarat tes yang baik adalah sebagai berikut.
a) Tes itu harus reliable
Artinya tes itu memiliki keajegan hasil dimana jika suatu tes itu
diberikan kepada sekelompok subjek sekarang, dan diberikan
kepada subjek yang sama itu di lain waktu hasilnya sama atau
hampir sama.
b) Tes itu harus valid
Artinya tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukurnya.
Misalnya tes untuk mata pelajaran matematika harus benar-benar
51
dan hanya mengukur kepandaian siswa dalam mempelajari
matematika. Tidak boleh mata pelajaran yang lain.
c) Tes itu harus objektif
Artinya tes tersebut memberikan hasil yang sama jika sekiranya
tes tersebut discore oleh orang yang berlainan dalam waktu yang
berbeda. Jadi bagaimana hasil score itu tidak tergantung kepada
subjek yang memberikan score.
d) Tes itu harus diskriminatif
Artinya tes itu tersusun sedemikian rupa dapat melacak atau
menunjukkan perbedaan-perbedaan yang kecil.
e) Tes itu harus comprehensive
Artinya tes tersebut mencakup segala persoalan yang harus
diselidiki. Tes tersebut harus dapat memberikan informasi
mengenai seluruh bahan yang telah diajarkan.
f) Tes itu harus mudah digunakan
Artinya tes itu harus mudah digunakan kiranya cukup jelas
memanfaatkannya.
Dikaitkan dengan masalah penelitian ini tes yang digunakan
untuk mengukur tingkat retensi siswa pada mata pelajaran PAI
khususnya pada pokok bahasan shalat digunakan tes tidak langsung
karena yang dinilai adalah hasil dari pembelajaran yang telah
berlangsung dalam beberapa waktu, apakah konsep-konsep yang telah
diajarkan dapat digunakan dalam memecahkan masalah bukan pada
proses belajarnya. Selain itu tes diasumsikan memenuhi syarat-syarat di
atas. Mengingat butir soal diperoleh dari rencana pembelajaran atau
satuan pelajaran dan harus sesuai dengan materi yang telah diajarkan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tugas sekolah, memberikan pengajaran kepada anak didik.
Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan, di samping
mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada
peserta didik yang merupakan proses pengajaran (PBM) itu dilakukan guru di
sekolah, menggunakan metode-metode tertentu, cara inilah yang sering kita
sebut metode pembelajaran.
Kenyataan telah menunjukan bahwa manusia dalam berbagai hal
selalu berusaha mencari efisiensi kerja dengan memilih dan menggunakan
berbagai metode yang dianggap untuk mencapai tujuan. Demikian pula halnya
pembelajaran di sekolah. Para pendidik selalu berusaha memilih metode
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Jadi jelas bahwa metode cara berfungsi] sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Makin tepat metode, diharapkan makin efektif pula pencapai tujuan
tersebut, khususnya bidang pengajaran di sekolah ada beberapa faktor lain
yang ikut berperan menentukan efektifnya metode mengajar, antara lain faktor
pendidik, anak, dan lingkungan.
Pengetahuan mengenai metodologi pengajaran ini sangat penting bagi
para pendidik dan calon pendidik. Metode pengajaran pada hakikatnya
merupakan penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan
bagi perkembangan anak didik. Metode pengajaran harus bersifat interaktif
edukatif untuk mempertinggi kualitas hasil pendidikan dan pengajaran di
sekolah.1
Kegiatan belajar mengajar meliputi dua pokok kegiatan yaitu
kegiatan pendidik mengajar dan kegiatan siswa belajar. Mengajar pada
umumnya diartikan sebagai usaha pendidik untuk menciptakan kondisi-
1B.Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: RINEKA CIPTA, 2002), cet
1 hlm 149
2
kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga interaksi antara
peserta didik, pendidik, peserta didik dan lingkungannya.2
Sebuah metode pengajaran harus mampu diterima siswa dengan baik.
Metode mengajar harus sedemikian rupa disajikan seefektif mungkin agar
siswa dapat menerima pelajaran dengan optimal. Metode-metode yang tepat
diharapkan dapat mempermudah penerimaan siswa, dan tanpa mempersulit..
Ada beberapa metode, salah satunya metode demonstrasi. Metode
demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, karena dapat
membantu siswa untuk memperjelas suatu pengajaran dan membantu peserta
didik untuk mempermudah. menerima materi pelajaran dan dapat membekas
dalam ingatan, karena belajar melalui melihat, mendengar serta
mempraktikkan.
Metode demonstrasi sebagai metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang proses situasi
tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode
penyajian, metode demonstrasi tidak lepas dari penjelasan secara lisan oleh
guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar
memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran
lebih konkerit. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan
untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.3
Proses dan segala macam belajar melibatkan ingatan, jika tidak dapat
mengingat atau mengenai pengalaman yang dialami, maka tidak akan belajar
apa-apa. Kehidupan hanya merupakan pengalaman sementara yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Seseorang tidak dapat melakukan
percakapan walaupun sangat sederhana sekalipun. Untuk berkomunikasi
seseorang harus mengingat pikiran yang akan diungkapkan dan fikiran yang
baru disampaikan. Tanpa ingatan seseorang tidak dapat merefleksikan diri
sendiri, karena pemahaman diri tergantung kepada suatu kesadaran yang
berkesinambungan yang hanya bisa dilaksanakan dengan adanya ingatan.
2 Zuhairini, et. al. , Metode Mengajar Agama, (Solo: Ramdani,2004), hlm 78 3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm 152
3
Peningkatan kemampuan ini banyak tergantung dari perbaikan metode belajar,
motivasi untuk belajar dan aktivitas mengingat-ingat itu sendiri.4
Ingatan merupakan elemen dasar mengajar dan belajar. Mengingat
berarti menyarap dan melekatkan pengetahuan dengan jalan pengecaman
secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri meliputi tiga aktivitas, yaitu:
mencamkan(menangkap atau menerima kesan-kesan), menyimpan kesan-
kesan, memproduksi kesan-kesan.5
Keseluruan proses pendidikan di sekolah, PBM mengajar merupakan
inti dari proses pendidikan. Secara keseluruan guru merupakan pemegang
peran utama. Pemahaman akan pengertian dan pandangan akan banyak
mempengaruhi peran dan aktifitas guru dalam mengajar.6 Sekali lagi
keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung
kepada bagaimana proses pembelajaran yang dialami siswa sebagai peserta
didik yang belajar dan guru yang membelajarkan siswa. Dalam hal ini guru
mempunyai peran yang penting dalam menentukan kuantitas dan membuat
perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya dan mengembangkan
kepribadian.7
Guru berperan sebagai pengelola PBM bertindak selaku fasilitator
yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar, mengembangkan bahan
pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan untuk menyimak
pelajaran-pelajaran dan mengusai tujuan-tujuan pendidikan yang harus
dicapai.8 Pembelajaran di harapkan dapat lebih efektif dan efisien dan siswa
lebih aktif di dalam kelas.
Sebuah metode pembelajaran ditujukan untuk menciptakan
keberhasilan dalam proses pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan
4 Y. B. Sudarmanto, Tuntunan Metodologi Belajar, (Jakarta: PT Gramedia, 2002), cet 4, hlm
66 5 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2001), cet 4, hlm 28 6 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm 6 7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspekif Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2004), cet 4
hlm 27 8 Ibid, hlm 12
4
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara akif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.9 Maka dari sini pendidikan diharapkan mempunyai peranan yang
sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup
bangsa.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.10
Proses pembelajaran merupakan proses perubahan status siswa lack of
knowledge to knowledge. Keberhasilan proses pembelajaran ditujukan dengan
terjadinya perubahan sikap dan perilaku serta peningkatan status pengetahuan
dan dari hal yang belum tahu menjadi tahu.
Ingatan merupakan mitra untuk mengembangkan semua ketrampilan
mental. Kunci untuk belajar adalah kemampuan otak untuk mengubah
pengalaman yang ada sekarang menjadi sandi dan menyimpannya agar
kemudian hari ingatan tersebut dapat dipanggil kembali demi kepentingan
anda.11 Metode demonstrasi mampu membuat arah PBM lebih efektif dan
efisien. Hal ini dikarenakan metode demonstrasi melibatkan pendengaran,
penglihatan, dan praktik pembelajaran.
Kontek pendidikan agama Islam, metode demonstrasi digunakan
untuk memperagakan gerakan shalat, wudhu, haji, sehingga mudah diterima
siswa. Pendidikan dan pembelajaran merupakan salah satu wahana yang dapat
mempengarui pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik. Hal ini
sesuai fungsi pendidikan nasional, maka peran pendidik tenaga professional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.12
9 Djamaluddin Darwis, Srategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm 74 10 E Mulyasa, Kurikulum B erbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm, 100 11 David Gamon, Cara Baru Mengasuh Otak dengan Asysik, terj Ramdani A, (Bandung:
Mizan Pustaka, 2005), hlm 76 12 UU RI No. 20 Tahun 2003, SISDIKNAS, (Bandung : Citra Umbara, 2003), hlm 27
5
Permasalahan gaya mengajar, guru mempunyai peran sebagai
pengelola pembelajaran. Untuk mengatasi hambatan belajar, guru
melaksanakan manajemen kelas yang baik, di antaranya variasi metode
mengajar. Variasi metode mengajar guru yang diharapkan perubahan yang
tidak ambisius, tetapi realitis dan sederhana.13
Berawal dari latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul .’ EFFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN
METODE DEMONTRASI UNTUK MENINGKATKAN RETENSI SISWA
SKKD SHALAT KELAS VIII SEMESTER GANJIL DI SMPN 16 SEMARANG
TAHUN AJARAN 2008/2009”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah pada
penelitian ini:
Bagaimanakah efektivitas pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi
untuk meningkatkan retensi siswa SKKD shalat kelas VIII semester ganjil di
SMP N 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009?
C. Penegasan Istilah
Sebelum membahas lebih lanjut, penulis akan menjelaskan judul
penelitian ini berdasarkan permasalahan yang penulis bahas, dengan harapan
agar mudah dipahami dan tidak terjadi kesalahpahaman salah tafsir. Adapun
judul skripsi yang penulis bahas yaitu “ Efektivitas pembelajaran PAI dengan
metode demonstrasi untuk meningkatkan retensi siswa SKKD shalat siswa
kelas VIII semester ganjil di SMP N 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009)”.
Untuk itu, penulis menjelaskan istilah-istilah judul tersebut. Adapun
istilah-istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut:
1. Efektivitas
Efektivitas merupakan suatu organisasi berhasil mendapat dan
memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan
13 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Yrama Widya, 2007), hlm 85
6
operasional.14 Jadi efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua
tugas pokok, tercapainya tujuan ketepatan waktu, dan partisipasi akir
dari anggota. Jadi efektivitas Pembelajaran yaitu bagaimana program
tersebut berhasil melaksanakan semua tugas pembelajaran,
memanfaatkan sumber belajar untuk menyukseskan implementasi
kurikulum
2. Pembelajaran
Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya
dengan pengajaran merupakan proses interaksi yang berlangsung antara
guru dan juga siswa atau juga merupakan sekelompok siswa dengan
tujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap serta
menetapkan apa yang dipelajari itu.15
3. Pendidikan Agama Islam
PAI merupakan upaya sadar dan terencana menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani
ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati
penganut ajaran agama lain dalam hubungannya kerukunan antar umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.16
4. Metode Demonstrasi
Metode merupakan jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai
tujuan.17
Menurut Zakiah Daradjat dkk, metode demonstrasi yaitu
metode pengajaran yang menggunakan peragaan untuk menjelaskan
suatu pengertian atau melibatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik18
14E Mulyasa, Implementasi kurikulum 2008, (Bandung: PT Rosda Karya, 2005), hlm 89 15S. Nasutiom, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara: 2000), hlm. 102. 16Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Kensep
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm130 17Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pres, 2002),
hlm 40 18 Zakiah Darajat dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta :Bumi Aksara,
1998), hlm 296
7
Jadi metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
melibatkan bagaimana sesuatu kepada anak didik
5. Retensi
Retensi yaitu apa yang ditinggalkan dan dapat diingat kembali
setelah seseorang mempelajari sesuatu, sehingga apa yang dipelajari
dapat bertahan atau ditinggalkan lebih lama dalam struktur kognitif
dan dapat dingat kembali jika diperlukan.19 Ingatan adalah daya untuk
mencamkan, menyimpan dan memproduksi kembali kesan-kesan yang
telah dialami dari aktivitas manusia mendapat pengetahuan.20
6. Siswa yaitu peserta didik yang belajar di SMP N 16 Semarang.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mencari data dan
informasi, kemudian dianalisis untuk menyajikan gambaran yang
semaksimal mungkin tentang: efektivitas pembelajaran PAI dengan metode
demonstrasi untuk meningkatkan retensi siswa SKKD shalat pada siswa
kelas VIII semester ganjil di SMPN 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori dan
penelitian ini sesuai dengan tema dan judul skripsi, utamanya masalah
efektivitas pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi meningkatkan
retensi siswa pada pokok bahasan shalat pada siswa kelas VIII semester
ganjil di SMPN 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009.
19 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm 143 20 Baharuddin ,Psikologi Pendidikan ,(Yoyakarta Ar Ruzz Media,2007)cet 1,hal 111
8
b. Secara Praktis
1) Bagi sekolah
Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi pimpinan
terutama dalam mengefektifkan pembelajaran PAI dengan metode
demonstrasi dalam meningkatkan retensi siswa.
2) Bagi siswa
Diharapkan para siswa dapat menjadikan skripsi ini sebagai
wahana informasi dan masukan untuk mengefektifkan
pembelajaran PAI dengan metode demontrasi meningkatkan
retensi siswa dan mata pelajaran lain pada umumnya.
3) Bagi peneliti
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru
khususnya dibidang penelitian tindakan kelas ini.
E. Kerangka Teoritik
1. Kerangka Teoritik
Menurut Zakiah Daradjat, metode demonstrasi merupakan salah
satu metode pengajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas
sesuatu pengertian untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik.21 Hal ini dimaksudkan agar siswa mendapat
pengetahuan secara riel tentang proses pembuatan, proses kerja, proses
pengaturan, fungsi dan jenis unsur mengenai ketepatan, kebenaran, dan
sebagainya. Metode demonstrasi dilaksanakan dengan dua indera
(penglihatan dan pendengaran) dan diharapkan mampu meningkatkan
retensi siswa.
Keseluruan pendidikan sekolah, kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan yang paling pokok ini berarti bahwa berhasil atau
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar yaitu
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
21 Zakiah Darajat, Op.cit, hlm 296
9
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang minitik
beratkan proses kognitif.22
Banyak metode pengajaran yang digunakan untuk PBM, diantaranya
ceramah, drill, pembiasaan, simulasi, demontrasi dan sebagainya, kesemua
metode pembelajaran itu mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pendidikan agama Islam, metode demonstrasi digunakan untuk
memperagakan gerakan shalat, wudhu, haji, tidak semua materi pelajaran
dapat menngunakan metode demonstrasi.
Metode demonstrasi bahan pelajaran lebih konkret dan lebih
menarik. Sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi melihat peristiwa yang
terjadi. Siswa akan memiliki kesempatan langsung untuk membandingkan
teori dan kenyataan. Tujuan utama metode demostrasi yaitu menghilangkan
verbalisme, sebab siswa langsung mengamati bahan pelajaran yang
disajikan. Di satu sisi metode demonstrasi memerlukan persiapan yan
matang. Tanpa persiapan yang memadai, metode demonstrasi bisa gagal,
sehingga tidak efektif lagi. Seorang guru menerapkan metode demonstrasi
memerlukan kemampuan dan keterampilan khusus untuk bekerja lebih
professional. Metode demonstrasi memerlukan kemauan dan motivasi guru
untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.23
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran
melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok
siswa. Metode ceramah merupakan metode yang bisa dikatakan mudah
karena tidak memerlukan peralatan yang lengkap seperti metode
demonstrasi, sehingga meteri dapat yang dapat dikuasi siswa sebagai hasil
ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasi guru. Metode ceramah sangat
sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa diberi kesempatan bertanya
dan tidak ada seorangpun yang bertanya, semua itu tidak menjamin
pemahaman seluruh siswa. Metode ceramah menyebabkan verbalisme
kerena jika disadari setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama
22 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 2006), cet VI, hal 64 23 Wina Sanjaya, Op.Cit, hlm 153
10
termasuk ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui
pendengaran.24
Proses pembelajaran khususnya dalam meningkatkan retensi,
sebuah pembelajaran harus bermakna, konstektual dan mudah diterima
siswa
F. Metodologi penelitian
Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelititian tindakan kelas
(action research). Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang
memberikan kepercayaan kepada pengembang kekuatan berpikir reflektif,
diskusi, penentuan keputusan dan tindakan orang-orang biasa yang
berpatisipasi dalam penelitian untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
mereka hadapi dalam kegiatannya.25
Senada dengan Ebbut Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan pembelajaran
berdasarkar refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.26
1. Model Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan Taggart
yang terdiri dari beberapa siklus tindakan pembelajaran berdasarkan
refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya.
Setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.
24 Ibid, hlm 147
25 Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 142
26 Ebbut, dikutip dalam Wiriatmacja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm.12
11
Model Spiral dari Kemmis dan Taggart27
Dts.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap. Secara
rinci prosedur penelitian tindakan ini sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Mengidentifikasi khusus
2) Mengidentifikasi masalah
3) Mencarikan Alternati pemecahan
4) Membuat satuan tindakan (pemberian bantuan)
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu melaksanakan
tindakan upaya meningkatkan semangat belajar peserta didik
pembelajaran PAI yang telah direncanakan.
c. Observasi
Tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan observasi yang telah dipersiapkan.
Peneliti mempersiapkan lembar observasi yang telah disiapkan
untuk mengetahui kondisi kelas terutama semangat belajar peserta
didik dalam pembelajaran. Penelitian ini hasil pengamatan
27 Rochiati Wiraatmaja, Op.Cit., hlm. 66
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Perencanaan
Pengamatan
SIKLUS I
SIKLUS IIRefleksi
Pengamatan
Pelaksanaan
?
12
kemudian didiskusikan dengan kolaborator yaitu guru bidang study
PAI untuk didiskusikan dan dicari solusi dari permasalahan yang
ada pada waktu pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis. Berdasarkan hasil observasi guru dapat merefleksi diri
tentang upaya meningkatkan semangat belajar peserta didik untuk
pembelajaran PAI. Melihat dan observasi, apakah kegiatan yang
telah dilakukan dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik
dalam belajar PAI
Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
2. Fokus dan Ruang lingkup
Penelitian ini, penulis lebih menfokuskan pada ruang lingkup
masalah penelitian yang bertumpu pada upaya menumbuhkan semangat
pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi untuk meningkatan
retensi siswa SKKD shalat siswa kelas VIII di SMP N 16 Semarang.
3. Variabel Penelitian
Variabel indikator yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
a. Proses pembelajaran pada bidang studi PAI di kelas VIII SMP N 16
Semarang
b. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran
c. Keaktifan siswa dalam pembelajaran
d. Hasil Belajar
4. Kolaborator
Kolaborator Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan orang
yang membantu untuk mengumpulkan data-data tentang penelitian yang
sedang di garap bersama-sama dengan peneliti. Kolaborator penelitian
ini yaitu guru PAI di SMP N 16 yaitu Ibu Siti Maryam S. Pd. I
13
5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas
yang akan dilaksanakan di SMP N 16 Semarang.
Waktu (minnggu) ke- No.
Rencana
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Observasi Awal X
Persiapan
Menyusun
konsep
pelaksanaan
X
Menyepakati
jadwal dan
tugas
X
Menyusun
Instrumen
X
2.
Diskusi konsep
pelaksanaan
X
Pelaksanaan
Menyiapkan
kelas dan alat
X
Pelaksanaan Pra
siklus
X
Pelaksanaan
Siklus I
X
Melakukan
tindakan siklus
I
X X
Pelaksanaan
Siklus II
X
3.
Melakukan X X
14
tindakan siklus
II
Pelaksanaan
Siklus III
X
Melakukan
tindakan siklus
III
X
Pembuatan
Laporan
X
Menyusun
konsep laporan
X X
4.
Penyelesaian
Laporan
X
6. Metode Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa metode untuk menggali informasi yang
dibutuhkan. Metode yang dipakai oleh peneliti untuk mendapatkan
informasi tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya baramg-barang
tertulis.28
Sumber dokumentasi pada dasarnnya merupakan segala bentuk
sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi
maupun yang tidak resmi.
Metode documentasi ini digunakan peneliti untuk mengetahui dan
mendapatkan daftar nama peeserta didik yang menjadi sample
penelitian yaitu Classroom Action Research.
28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 149
15
2) Pengamatan (observasi)
Sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai
pengamatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap subjek
dengan menggunakan seluruh alat indranya.29
Metode pengamatan (observasi), cara pengumpulan datannya terjun
langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti, populasi
(sampel).30
3) Lembar Kerja
Lembar kerja oleh peneliti dengan menggunakan soal-soal yang
diberikan peserta didik pada tiap siklus. Lembar kerja juga dipakai
unntuk mengetahui keaktifan dan ketrampilan peserta didik dalam
proses pembelajaran.
4) Wawancara
Metode wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.31
Metode interview ini oleh peneliti digunakan untuk mewancarai guru
sebagai mitra kerja dalam melaksanakan penelitian yaitu Ibu Siti
Maryam S. Pd. I beliau adalah guru bidang study PAI di SMP N 16
5) Tes
Metode tes merupakan seperangkat rangsangan (stimulus) yang
diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan
jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penentu skor angka.32
Metode tes oleh peneliti digunakan untuk mendapatkan hasil belajar
peserta didik yang telah melakukan pembelajaran PAI dengan
29 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian suatu Tindakan Dasar, (Surabaya: Sie Surabaya,
1996), cet. 4, hlm. 40 30 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 158 31 Lexi J. Moleong, Metodoliogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2000), hlm. 135. 32 Margono, Op.cit. , hlm. 170
16
metode demonstrasi sebagai evaluasi setelah proses pembelajaran
berlangsung.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola kategori dan satuan uraian dasar,
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang
disarankan oleh data.
Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan,
tes atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan
analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan
pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan
keberhasilan pembelajaran dengan metode demonstrasi dalam
pembelajaran PAI. Adapun tehnik pengumpulan data yang berbentuk
kuantitatif berupa data-data yang disajikan berdasarkan angka-angka
maka analisis yang digunakan yaitu prosentase dengan rumus sebagai
berikut:
Skor yang dicapai Nilai = X 100 %
Skor maksimal