efektivitas pelet npk organik berbahan ampas tahu,...

28
EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, TEPUNG DARAH SAPI DAN ARANG SABUT KELAPA DALAM BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI TANAH REGOSOL MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji 20120210098 Program Studi Agroteknologi Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2016

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS

TAHU, TEPUNG DARAH SAPI DAN ARANG SABUT KELAPA

DALAM BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

DI TANAH REGOSOL

MAKALAH SEMINAR PROPOSAL

Disusun oleh :

Wisnu Kuntoro Aji

20120210098

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2016

Page 2: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan terpenting nomor tiga di

dunia setelah gandum dan padi. Biji Jagung menjadi makanan pokok sebagian

penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Selain dijadikan makanan

pokok, Jagung juga digunakan sebagai pakan ternak, sumber minyak pangan, dan

bahan dasar pembuatan tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil Jagung

telah menjadi bahan baku produk industri. Beberapa diantaranya adalah

Bioenergi, Industri Kimia, Kosmetika, dan Farmasi (Academia, 2015).

Menurut Septian (2014) produksi Jagung Indonesia dari tahun 2010 hingga

tahun 2013 terus mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 produksi Jagung

Indonesia adalah 18.327.636 ton. Tahun 2011 produksi Jagung menurun menjadi

17.643.250 ton. Tahun 2012 produksi Jagung meningkat hingga mencapai angka

produksi 19.387.022 ton. Pada tahun 2013 Indonesia mengalami

penurunan produksi Jagung hingga menjadi 18.510.435 ton. Menurut Badan

Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) (2014), rata-rata

kenaikan konsumsi Jagung nasional adalah 8 % per tahun, sementara angka

peningkatan produksi Jagung hanya 6 % per tahun.

Banyak petani Indonesia yang melakukan budidaya Jagung di tanah

Regosol. Luas lahan Regosol di Indonesia adalah 3,3 jujta hektar. Tanah Regosol

tersebar di Pulau Jawa, Sumatera dan Nusa Tenggara (Puji, 2014). Tanah Regosol

umumnya memiliki kandungan bahan organik yang rendah karena tanah ini belum

mengalami perkembangan yang sempurna. Umur tanah yang masih muda,

sehingga belum banyak bahan organik yang terkandung di dalamnya. Tekstur

tanah Regosol didominasi oleh fraksi pasir sehingga daya ikat airnya rendah.

Untuk memperbaiki daya ikat tanah Regosol terhadap air, dapat dilakukan

penambahan bahan organik untuk memperbaiki sifat fisika, kimai serta biologi

tanah.

Page 3: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

2

Selain kualitas lahan yang rendah, pengembangan usaha tani Jagung juga

terhalang oleh kelangkaan dan harga pupuk anorganik yang semakin tinggi.

Dampak lingkungan akibat aplikasi pupuk anorganik secara terus-menerus juga

menjadi penyebab penurunan kualitas lahan yang berdampak pada penurunan

produktivitas Jagung. Kasus yang sering terjadi adalah pencemaran air dan

kemampatan tanah akibat penggunaan pupuk anorganik N dan P yang berlebihan.

Menanggapi hal tersebut, penggunaan pupuk organik untuk budidaya tanaman

Jagung merupakan solusi yang dapat dilakukan guna menunjang peningkatan

produktivitas dan konservasi lingkungan.

Pupuk organik dapat dibuat dalam berbagai formulasi, misalnya cair

(POC), granule maupun dalam formulasi pelet. Dari berbagai formulasi pupuk

organik yang dapat dibuat, pelet adalah formulasi paling sesuai bagi tanaman

Jagung. Pupuk pelet mudah dibuat dan diaplikasikan, sifat pelet yang slow release

(melepas unsur hara secara lambat) sangat cocok bagi tanah yang digunakan

dalam budidaya tanaman Jagung misalnya jenis tanah Regosol yang bertekstur

remah dan tidak dapat menyimpan unsur hara dari pupuk untuk waktu lama.

Penggunaan perekat pelet dari lempung Grumusol juga mampu mengikat lebih

banyak air karena sebagian besar tanah Grumusol terdiri dari fraksi lempung.

Pupuk pelet organik untuk tanaman Jagung harus mengandung unsur Nitrogen,

Phospor dan Kalium (NPK) karena selama siklus hidupnya, tanaman Jagung

membutuhkan unsur hara makro NPK. Banyak bahan organik di sekitar kita yang

mengandung Nitrogen, Phospor dan Kalium namun selama ini belum optimal

pemanfaatannya. Pemanfaatan limbah untuk memproduksi pupuk organik adalah

alternatif yang paling tepat dilakukan. Di Indonesia limbah dihasilkan dari

berbagai sumber, mulai dari industri hingga dari rumah potong hewan (RPH).

Beberapa limbah yang dapat dijadikan bahan pupuk pelet NPK organik antara lain

ampas tahu, darah sapi dan arang sabut kelapa, dimana ketiga limbah tersebut

memiliki kandungan N, P, dan K yang cukup tinggi (Soeminaboedhy dan

Tedjowulan, 2004).

Ampas tahu mengandung sisa protein dari kedelai yang tidak tergumpal.

Menurut Asmoro dkk., (2008) ampas tahu mengandung N sebesar 1,24 % dan

Page 4: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

3

K2O sebesar 1,34 %. Ampas tahu akan berbau menyengat setelah 12 jam,

sehingga perlu diolah menjadi produk yang bermanfaat seperti pupuk organik.

Selain ampas tahu, darah sapi adalah limbah yang mencemari lingkungan di

sekitar rumah potong hewan. Menurut Kompas (2013) setiap hari lebih dari 1000

ekor sapi disembelih di Indonesia untuk dikonsusi dagingnya. Berat total darah

sapi adalah 7,7% dari berat tubuh sapi. Limbah darah sapi dapat diolah menjadi

pupuk organik dalam bentuk tepung darah. Menurut Sri Wahyuni (2014) tepung

darah sapi mengandung N 13,25 %, P 1,00 % dan K 0,60 %. Limbah lain yang

dapat diolah menjadi pupuk organik adalah sabut kelapa. Dalam penelitian

Waryanti, dkk (2014) menyatakan bahwa sabut kelapa mengandung K2O sebesar

10,25 %.

Pemberian pelet NPK organik berbahan ampas tahu, tepung darah sapi dan

arang sabut kelapa diharapkan mampu meningkatkan kesuburan tanah yang

selanjutnya berdampak pada peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman Jagung.

Penggunaan pelet NPK organik pada budidaya tanaman Jagung juga diharapkan

mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik serta pencemaran lingkungan

akibat limbah.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pemberian pelet NPK organik berbahan ampas tahu,

tepung darah sapi dan arang sabut kelapa terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman Jagung di tanah Regosol?

2. Berapakah dosis pupuk pelet NPK organik berbahan ampas tahu, tepung

darah sapi dan arang sabut kelapa yang paling efektif bagi tanaman

Jagung?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh pemberian pelet NPK organik berbahan ampas tahu,

tepung darah sapi dan arang sabut kelapa terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman Jagung di tanah Regosol.

Page 5: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

4

2. Menetapkan dosis pupuk pelet NPK organik berbahan ampas tahu, tepung

darah sapi dan arang sabut kelapa yang paling efektif bagi tanaman

Jagung?

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) termasuk dalam keluarga rumput-rumputan. Dalam

sistematika (Taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman Jagung diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Graminae

Famili : Graminaeae

Genus : Zea

Spesies : Zea Mays L.

Tanaman Jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi

tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Di Indonesia terdapat berbagai macam jenis Jagung lokal, hibrida maupun

kompsit. Berbagai jenis Jagung tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan serta

syarat tumbuhnya masing-masing. Umumnyan petani di Indonesia

membudidaykan tanaman Jagung yang berumur genjah (80-90 hari). Varietas

Jagung berumur genjah umumnya cukup tenggang terhadap kekeringan. Jagung

umur genjah juga dapat diintegrasikan dengan sistem Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) Jagung dari 1-2 kali

setahun menjadi 3-4 kali dengan sistem tanam sisip. Jagung berumur genjah yang

memiliki potensi hasil paling tinggi adalah Jagung Hibrida, yakni dengan umur

panen 89 hari setelah tanam (HST) dengan hasil mencapai 12 ton/hektar

(Dalmadi, 2015).

Page 6: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

5

Untuk mencapai umur panen yang genjah serta hasil yang maksimal, tanaman

Jagung memerlukan pemupukan yang sesuai dengan kebutuhannya, yaitu pupuk

yang mengandung unsur Nitrogen, Phospor dan Kalium. Adapun rekomendasi

dosis pemupukan tanaman Jagung adalah: Urea 350 kg/hektar, SP-36 100−150

kg/hektar dan KCI 100 kg/hektar (Fachrista dan Isuukindarsyah, 2012). Adapun

manfaat pemupukan bagi tanaman Jagung adalah:

1. Menjadikan daun tanaman lebih hijau, segar dan banyak mengandung butir

hijau daun yang penting bagi proses fotosintesis.

2. Mempercepat pertumbuhan tanaman, jumlah anakan maksimum.

3. Memacu pertumbuhan akar.

4. Menjadikan batang lebih tegak, kuat dan mengurangi resiko rebah.

5. Meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama penyakit tanaman dan

kekeringan.

6. Memacu pembentukan bunga, mempercepat pemasakan biji sehingga panen

lebih cepat.

7. Menambah kandungan protein.

8. Memperlancar proses pembentukan gula dan pati.

9. Memperbesar jumlah buah/biji tiap tangkai.

10. Memperbesar ukuran buah.

Namun penggunaan pupuk anorganik yang terus-menerus pada budidaya

tanaman Jaung akan memberi dampak buruk bagi lingkungan dan tanaman,

misalnya pencemaran air tanah karena penggunaan pupuk anorganik dengan

kandungan N dan kemampatan tanah oleh pupuk anorganik dengan

kandungan P yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas Jagung.

Penggunaan pupuk organik dalam usaha tani Jagung sangat direkomendasikan

dan diharapkan mampu meningkatkan produktivitas Jagung dan juga

memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah yang digunakan untuk

budidaya tanaman Jagung.

Page 7: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

6

B. Tanah Regosol

Tanah merupakan media tanam utama yang digunakan untuk budidaya

tanaman. Selain paling banyak keberadaannya, bercocok tanam dengan tanah

merupakan tradisi yang telah berlangsung sejak waktu lama. Tanah digunakan

sebagai media tanam utama karena di dalam tanah terkandung banyak unsur hara

dan bahan organik yang diperlukan oleh tanaman. Di Indonesia terdapat beberapa

jenis tanah yang digunakan untuk budidaya tanaman, diantaranya adalah tanah

latosol, Grumusol, dan regsol. Ketiga jenis tanah tersebut dapat dibedakan

berdasarkan warna, tekstur, serta kandungan unsur hara di dalamnya.

Tanah Regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi yang berbutir kasar,

dan merupakan salah satu tanah marjinal di daerah beriklim tropika basah yang

mempunyai produktivitas rendah (Munir, 1996). Di Yogyakarta, jenis tanah ini

mendominasi karena tanah Regosol di Yogyakarta terbentuk dari sisa abu

vulkanik Gunung Merapi yang mengalami pelapukan.

Tanah Regosol kurang subur bagi tanaman karena memiliki kandungan

hara yang rendah. Tekstur tanah yang didominasi oleh fraksi pasir menyebabkan

daya ikat tanah Regosol akan air menjadi rendah. Menurut Hardjowigeno (2007)

tanah Regosol memiliki tekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60%, pH

sekitar 6-7. Butiran kasar pada tanah Regosol biasanya berasal dari pasir sisa

letusan gunung berapi.

Perbaikan Regosol perlu dilakukan untuk memperkecil faktor pembatas

yang ada pada tanah tersebut sehingga mempunyai tingkat kesesuaian yang lebih

baik bila digunakan sebagai lahan pertanian. Untuk menghindari kerusakan lebih

lanjut dan meluas diperlukan usaha konservasi tanah. Salah satu upaya

pengeloaan untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya lahan, perlu diberikan

bahan-bahan organik kepada lahan. Aplikasi pupuk organik pada tanah Regosol

merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah

Regosol, sehingga tanah Regosol menjadi lebih subur dan dapat memacu

peningkatan produktivitas tanaman yang ditanam di tanah Regosol.

Page 8: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

7

C. Pupuk Pelet

Pupuk pelet merupakan pupuk dengan formulasi padat yang berbentuk

butiran-butiran dan sedikit memanjang. Menurut Isori (2009) pembuatan pupuk

dalam bentuk pelet bertujuan untuk memudahkan aplikasinya. Pupuk pelet

memiliki sifat slow release atau memiliki waktu terlarut yang relatif lama. Pupuk

pelet dapat terbuat dari campuran beberapa bahan yang memiliki kandungan

tertentu, dan perekat untuk menyatukan bahan-bahan yang dicampurkan. Perekat

yang biasa digunakan pada pupuk pelet organik adalah dari lempung Grumusol.

Jenis perekat ditentukan berdasarkan beberapa aspek, yaitu 1) aspek

ekonomi bahwa lempung tanah Grumusol lebih murah daripada perekat lainnya

misalnya putih telur dan tepung tapioka, 2) aspek fisika, bahwa lempung tanah

Grumusol mampu mengikat air karena sebagian tanah Grumusol tersusun akan

fraksi lempung, 3) aspek kimia, bahwa lempung tanah Grumusol mempunyai

kadar bahan organik yang tinggi dan sebagian besar terdiri atas kadar anion (ion-)

sehingga memiliki kapasitas pertukaran kation (KPK) tinggi.

Pupuk NPK organik berbahan ampas tahu, tepung darah sapi, dan arang

sabut kelapa dibuat dalam formulasi pelet dengan filler dari lempung Grumusol.

Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan unsur N, P dan K dari tanaman Jagung

guna menggantikan penggunaan pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Hal tersebut dapat

dilakukan karena ampas tahu mengandung 1,24 % N dan 1,34 % K2O (Asmoro,

dkk., 2008). Tepung darah sapi yang mengandung 13,25 % N, 1% P dan 0,60 %

K2O (Wahyuni, 2014). Serta sabut kelapa yang mengandung K2O sebesar 10,25 %

(Waryanti, dkk., 2014). Ketiga bahan tersebut dicampur lalu diberi filler dari

lempung Grumusol selanjutnya dibuat dalam formulasi pelet.

Sifat pelet yang slow release diharapkan mampu melepas unsur N, P dan

K secara perlahan ketika diaplikasikan pada tanaman Jagung yang ditanam di

tanah Regosol. Pelepasan unsur hara dari pelet secara slow release sangat

bermanfaat bagi tanaman Jagung karena unsur Nitrogen, Phospor dan Kalium dari

bahan penyusun pelet dapat diserap secara perlahan dalam waktu lama dan

dimanfaatkan dengan maksimal oleh tanaman Jagung.

Page 9: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

8

D. Ampas Tahu

Industri tahu merupakan salah satu industri pengolah berbahan baku

kedelai yang penting di Indonesia. Keberadaan industri tahu hampir tidak dapat

dipisahkan dengan adanya suatu pemukiman (Pusteklin, 2002). Disamping

keberadaannya yang sangat penting, industri tahu juga mempunyai dampak yang

cukup penting terhadap lingkungan terutama masalah limbahnya (Suprapti, 2005).

Industri tahu menghasilkan limbah berupa ampas yang masih mengandung

gizi. Dalam keadaan baru ampas tahu ini tidak berbau, namun setelah kurang lebih

12 jam akan timbul bau busuk secara berangsur-angsur yang sangat mengganggu

lingkungan. Bau busuk dari degradasi sisa-sisa protein menjadi amoniak, dapat

menyebar ke seluruh penjuru hingga mencapai radius beberapa kilometer

(Pramudyanto dan Nurhasan, 1991; Purnama, 2007).

Pada umumnya, ampas tahu digunakan sebagai pakan ternak, namun

setelah 12 jam ampas tahu akan berbau menyengat sehingga tidak dapat

digunakan sebagai pakan ternak. Dalam hal ini ampas tahu perlu dimanfaatkan

menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat serta dapat mengurangi pencemaran

lingkungan. Salah satu rekomendasi pemanfaatan ampas tahu adalah sebagai

pupuk organik pada tanaman budidaya.

Berdasarkan penelitian Asmoro dkk., (2008) ampas tahu mengandung N

sebesar 1,24 % serta K2O sebesar 1,34 %. Selain mengandung Nitrogen dan

Kalium, ampas tahu juga mengandung unsur besi (Fe) dan Kalsium (Ca).

Berasarkan kandungan unsur dari ampas tahu, maka ampas tahu dapat dijadikan

sebagai pupuk organik yang dapat menggantikan kebutuhan unsur N dan K dari

pupuk anorganik yang biasa digunakan oleh petani.

Untuk mengurangi bau menyengat yang disebabkan oleh degradasi sisa-

sisa protein menjadi amoniak dari ampas tahu, maka ampas tahu perlu dikering

anginkan. Pengeringan ampas tahu dilakukan dengan cara menjemurnya di bawah

sinar matahari selama 1-2 hari. Setelah ampas tahu kering, dilakukan pengukuran

kadar air dengan mengoven ampas tahu hingga bobotnya konstan. Setelah kadar

air ampas tahu diketahi, maka dapat ditentukan jumlah ampas tahu yang dihitung

Page 10: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

9

dalam berat kering mutlak yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman takaran

pembuatan pelet NPK organik.

E. Tepung Darah Sapi

Darah sapi banyak dijumpai di rumah potong hewan (RPH). Menurut

Kompas (2013) setiap hari lebih dari 1000 ekor sapi disembelih di Indonesia

untuk dikonsusi dagingnya dan sekitar 10.000.000 ekor sapi disembelih di

Indonesia saat Hari Raya Idul Adha. Menurut Sri Wahyini (2014) Berat total

darah sapi adalah 7,7% dari berat tubuh sapi. Biasanya darah sapi di RPH

ditampung dalam ember dan digumpalkan menjadi didih untuk dijual dan

dikonsumsi oleh sebagian orang. Konsumen darah sapi relatif sedikit karena darah

sapi (didih) merupakan makanan yang haram dalam ajaran Islam. Menurut Agus

(2012) Kehalalan produk (baik dipakai atau dimakan) yang diedarkan dan

dipasarkan di Indonesia merupakan masalah serius yang perlu mendapatkan

perhatian dari berbagai pihak. Sehingga tak heran apabila biasanya darah sapi dari

RPH hanya dialirkan ke parit dan menjadi limbah yang mencemari lingkungan.

Limbah darah sapi dapat diolah menjadi tepung darah dan dijadikan

sebagai pupuk organik. Metode pengolahan tepung darah sapi ada 2, yaitu metode

cooked dried blood meal (perebusan dan pengeringan) dan metode fermented

dried blood meal (fermentasi dan pengeringan), namun metode yang sering

dipakai dalam pembuatan tepung darah sapi adalah cooked dried blood meal

karena prosesnya lebih mudah dan dapat dikerjakan dalam waktu yang relatif lebi

singkat.

Cara membuat tepung darah dengan metode cooked dried blood meal

mula-mula darah segar dimasak selama 2 jam dengan suhu 800C, selanjutnya

dikeringkan dengan sinar matahari selama 2-3 hari, setelah kering lalu darah

digiling hingga menjadi tepung darah. Pembuatan tepung darah dengan metode

fermented dried blood meal mula-mula darah segar + 20% molasses, disimpan 14

hari, dikeringkan sinar matahari selama 3-5 hari, digiling hingga menjadi tepung

darah. Tepung darah sapi mengandung N 13,25 %, P 1,00 % dan K 0,60 %.

Protein yang terkandung pada tepung darah sapi akan cepat diuraikan oleh

Page 11: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

10

mikroorganisme dalam tanah, sehingga tepung darah sapi sangat baik apabila

dijadikan pupuk organik (Sri Wahyuni, 2014).

F. Arang Sabut Kelapa

Belakangan ini sabut kelapa menjadi limbah yang sangat umum bagi

masyarakat Indonesia. Bagian dari buah kelapa yang diambil untuk dimanfaatkan

sebagai bahan masakan adalah daging buah dan air kelapanya, sehingga sabut

kelapa dibuang begitu saja dan kurang dimanfaatkan. Oleh karena itu, studi

pemanfaatan sabut kelapa perlu dilakukan agar lebih memiliki nilai guna,

sehingga dapat mereduksi jumlah sabut kelapa dalam timbunan sampah.

Pemanfaatan sabut kelapa yang paling mudah, namun belum banyak

dilakukan oleh masyarakat di Indonesia khususnya petani adalah pembuatan

pupuk organik dari sabut kelapa. Tanaman membutuhkan berbagai macam unsur

hara untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu unsur hara

yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah besar (unsur hara makro) adalah

Kalium (K). Dalam penelitian Waryanti dkk., (2014) menyatakan bahwa sabut

kelapa mengandung unsur karbon (C) sehingga dapat dijadikan bahan karbon

aktif. Selain mengandung karbon, sabut kelapa juga mengandung K2O sebesar

10,25%.

Kandungan K2O dalam sabut kelapa dapat digunakan sebagai pupuk organik

untuk memenuhi kebutuan unsur hara makro Kalium dalam budidaya tanaman

Jagung. Untuk mempermudah proses pencampuran dengan bahan organik lain

dalam pembuatan pupuk organik, maka sabut kelapa diajdikan arang. Pembuatan

arang sabut kelapa dilakukan dengan metode pengarangan terkontrol (pirolisis).

Adapun langkah kerjanya adalah memotong sabut kelapa menjadi bagian-bagian

kecil lalu dimasukkan ke dalam tong. Bakar potongan sabutu kelapa hingga

menjadi bara. Setelah semua bagian menjadi bara, maka tutup rapat tong yang

digunakan sebagai tempat pembakaran sabut kelapa. Setelah sabut kelapa menjadi

arang, haluskan hingga menjadi serbuk arang sabut kelapa. Pembuatan arang

sabut kelapa juga akan menambah unsur Karbon (C) yang baik untuk tanaman

budidaya khusunya tanaman Jagung. Selain untuk budidaya Jagung, arang sabut

Page 12: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

11

kelapa juga baik digunakan untuk media tanam sayuran dan tanaman hias

(Waryanti, dkk., 2014).

G. Hipotesis

Perlakuan C (Pelet 70 gram/tanaman) diduga paling optimal untuk

menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman Jagung.

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium

Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tahu,

tepung darah sapi, arang sabut kelapa, pupuk kandang, tanah Regosol, benih

Jagung Hibrida, lempung Grumusol, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl dan

air.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari timbangan

analitik, penggaris, Leaf Area Meter (LAM), mesin peletizer, tong, oven, cupu,

sekop, gembor, kertas label, pensil, polybag ukuran 35 × 35 cm dan sungkup.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental, terdiri dari 1 faktor

yaitu dosis pupuk pelet NPK organik pada tanaman Jagung yang disusun dalam

Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan adalah dosis pelet

NPK organik yang terbuat dari ampas tahu, tepung darah sapi, arang sabut kelapa

dan filler dari lempung Grumusol dengan perbandingan komposisi 2 : 1 : 1 : 1.

Adapun macam perlakuannya terdiri dari:

A: Pelet 50 gram/tanaman.

B: Pelet 60 gram/tanaman.

Page 13: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

12

C: Pelet 70 gram/tanaman.

D: Urea 5,25 gram + SP-36 1,5 gram + KCl 1,5 gram/tanaman.

Terdapat 4 perlakuan, setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 12

unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 5 polybag tanaman Jagung, yaitu

3 tanaman sampel dan 2 tanaman korban. Jadi dari 12 unit percobaan terdapat 60

polybag tanaman Jagung.

D. Cara Penelitian

1. Persiapan Bahan Pupuk NPK Organik

a. Pengeringan Ampas Tahu

Ampas tahu dikering anginkan dengan cara dijemur di bawah sinar

matahari selama 1-2 hari. Setelah kering angin, dilakukan pengukuran

kadar lengas ampas tahu dengan cara :

i. Menimbang cupu kosong dan tutupnya (a gram).

ii. Mengambil sampel ampas tahu kering angin sebanyak setengah

volume cupu lalu ditimbang (b gram).

iii. Cupu berisi ampas tahu dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1100

C selama 4 jam, setelah itu didinginkan dalam desikator lalu

ditimbang lagi (c gram). Kemudian dihitung kadar lengasnya

dengan rumus :

b. Pembuatan Tepung Darah Sapi dengan Metode Cooked Dried Blood Meal

(Perebusan dan Pengeringan)

Cara membuat tepung darah dengan metode cooked dried blood meal

mula-mula darah segar dimasak selama 2 jam dengan suhu 800C,

selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari selama 2-3 hari, setelah

kering lalu darah digiling hingga menjadi tepung darah. Selanjutnya

tepung darah sapi diukur kadar lengasnya. Cara pengukuran kadar lengas

tepung darah sama dengan pengukuran kadar lengas pada ampas tahu.

c. Pembuatan Serbuk Arang Sabut Kelapa

𝒃− 𝒂

𝒄− 𝒂𝒙 𝟏𝟎𝟎 %.

Page 14: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

13

Pembuatan arang sabut kelapa dilakukan dengan metode pirolisis

(pengarangan terkontrol). Mula-mula sabut kelapa dipotong menjadi

bagian-bagian kecil, dimasukkan ke dalam tong lalu dibakar hingga

menjadi bara. Ketika semua bagian sabut kelapa telah menjadi bara, tong

ditutup rapat dan ditunggu selama 60 menit hingga bara sabut kelapa

menjadi arang sabut kelapa. Selanjutnya arang sabut kelapa dihaluskan

hingga menjadi serbuk.

2. Pembuatan Pelet NPK Organik

a. Komposisi Pelet NPK Organik

Pelet NPK organik dibuat dengan bahan ampas tahu, tepung darah

sapi, arang sabut kelapa dan filler dari lempung Grumusol dengan

perbandingan berturut-turut 2:1:1:1.

b. Cara Pembuatan Pelet NPK Organik

Ampas tahu, tepung darah sapi, arang sabut kelapa dan filler dari

lempung Grumusol dimasukkan ke dalam nampan dan dicampur hingga

homogen. Bahan yang sudah tercampur kemudian digiling dengan mesin

peletizer. Pupuk pelet yang sudah jadi diletakkan dalam wadah secara

terurai kemudian dikering anginkan dalam suhu ruangan.

c. Pengukuran Kadar C-organik Pelet NPK Organik

Pengamatan C-organik pelet dilakukan dengan cara mengambil

sampel pelet NPK organik yang telah dibuat dan dilakukan pengukuran

kadar C-organik menggunakan metode Walkey and Black.

d. Pengukuran Kadar N-total Pelet NPK Organik

Pengamatan kadar N-total dilakukan dengan cara mengambil sampel

pelet NPK organik yang telah dibuat, selanjutnya dilakukan pengukuran

kadar N total dengan metode Kjehdahl.

Page 15: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

14

Hasil pengukuran kadar C-organik dan N-total digunakan untuk

menghitung C/N rasio dari pelet NPK organik yang telah dibuat, dengan

rumus sebagai berikut :

3. Persiapan Media Tanam

Tanah dibersihkan dari kotoran dan dikering anginkan selama 2 hari.

Kemudian tanah diayak dengan mata saring 2 mm agar kerikil dan kotoran

lain terpisah dari tanah. Selanjutmya campur tanah Regosol dengan pupuk

kandang dengan perbandingan 3 : 1. Setelah tercampur rata, media tanam

ditimbang seberat 5 kg dan dimasukkan dalam polybag ukuran 35×35 cm.

4. Penanaman

Benih yang digunakan adalah benih Jagung Hibrida. Penanaman

dilakukan dengan cara membuat lubang pada tanah dalam polybag sedalam 5

cm, lalu masukkan 2 benih Jagung ke dalam lubang tanam pada tanah dalam

polybag.

5. Pemeliharaan

a. Penjarangan

Penjarangan dilakukan pada 7 hari setelah tanam dengan

mempertahankan 1 tanaman Jagung per polybag yang pertumbuhannya

sehat/normal. Penjarangan dilakukan dengan cara mencabut salah satu

tanaman jagug pada polyag yang pertumbuhannya kurang sehat/normal.

Pencabutan dilakukan secara perlahan agar tidak merusak perakaran

tanaman Jagung yang dipertahankan sebagai tanaman perlakuan.

b. Penyiraman

Peyiraman dilakukan setiap sore hari, jumlah air yang disiramkan

disesuaikan dengan melihat kondisi tanah dan hasil dari pengukuran kadar

lengas tanah media tanam agar jumlah air yang disiramkan menjadi

efektif. Penyiraman dilakukan menggunakan gembor.

c. Aplikasi Pelet NPK Organik

Page 16: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

15

Pemberian pupuk pelet NPK organik dilakukan pada saat tanaman

Jagung berumur 7 hari. Pupuk pelet NPK organik diberikan dengan cara

ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 5 cm dari batang tanaman Jagung dan

ditutup kembali dengan tanah. Dosis pelet NPK organik pada tanaman

Jagung diberikan sesuai dengan masing-masing perlakuan, yaitu:

A: Pelet 50 gram/tanaman.

B: Pelet 60 gram/tanaman.

C: Pelet 70 gram/tanaman.

D: Urea 5,25 gram + SP-36 1,5 gram + KCl 1,5 gram/tanaman.

Kebutuhan pupuk tanaman Jagung adalah :

Tabel 1. Kebutuhan Pupuk Tanman Jagung

Jenis Pupuk Per Hektar (kg) Per tanaman (gram)

Urea 350 kg 5,25

SP-36 100 kg 1,5

KCl 100 kg 1,5

Sumber : Fachrista dan Isuukindarsyah (2012). (Lampiran 3).

Kebutuhan unsur NPK tanaman Jagung adalah :

Tabel 2. Kebutuhan Unsur NPK Tanaman Jagung

Jenis Unsur Per Hektar (kg) Per Tanaman (gram)

N 161 2,41

P 36 0,54

K 60 0,9

Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3.

Kandungan unsur pada pelet NPK organik yang dibuat adalah :

Tabel 3. Kandungan Unsur pada Pelet NPK Organik yang Dibuat

NO Jenis Unsur Persentase di dalam pelet

1 N 3,15 %

2 P 0,20 %

3 K 2,71 %

Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4.

Page 17: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

16

Sedangkan kandungan unsur dari masing-masing perlakuan adalah :

Tabel 4. Kandungan Unsur NPK dari Masing-Masing Perlakuan

No Perlakuan

(gram/tanaman)

Kandungan

Unsur (gram)

N P K

1 A: Pelet 50. 1,58 0,10 1,35

2 B: Pelet 60. 1,90 0,12 1,63

3 C: Pelet 70. 2,20 0,14 1,90

4 D: Urea 5,25 + SP-36 1,5 + KCl 1,5 2,41 0,54 0,90

Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6.

d. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pengendalian terhadap hama dilakukan secara teknis dan juga

secara kimiawi tergantung pada jenis hama dan tingkat kerusakannya.

Pengendalian gulma dilakukan secara teknis dengan mencabut gulma.

Pengendalian terhadap penyakit dilakukan secara kimiawi yang

menyesuaikan pada penyakit yang menyerang.

e. Panen

Jagung dipanen dengan cara dipetik menggunakan tangan. Panen

dilakukan ketika tanaman Jagung berumur 85-90 hari, ditandai dengan

tongkol yang sudah terisi penuh, daun tanaman Jagung telah berwarna

kuning serta rambut Jagung telah berubah warna menjadi cokelat dan

kering.

E. Parameter yang Diamati

1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur setiap 5 hari sekali selama 60 hari dengan

menggunakan penggaris. Tingi tanaman Jagung diukur dari pangkal batang

hingga ke ujung tanaman, namun daun Jagung tidak ditelangkupkan ke atas.

2. Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun dihitung setiap 5 hari sekali selama 60 hari. Cara perhitungan

jumlah daun yaitu dengan menghitung semua daun yang pernah tumbuh pada

tanaman Jagung, termasuk daun yang sudah layu dan kering.

Page 18: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

17

3. Berat Segar Tajuk (gram)

Berat segar tajuk diukur sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman Jagung

berumur 30 hari dan 60 hari. Berat segar tajuk yang ditimbang adalah tajuk

tanaman korban yang dicabut pada saat umur 30 hari dan 60 hari. Pengamatan

ini dilakukan dengan menimbang bagian tajuk (batang+daun) Jagung ketika

baru dicabut, namun sudah dibersihkan dari kotoran yang menempel seperti

tanah, pasir, dll.

4. Berat Segar Akar (gram)

Berat segar akar dilakukan dengan cara mencabut secara perlahan tanaman

Jagung, lalu akarnya dicuci dan dibersihkan dari tanah atau kotoran yang

masih menempel. Selanjutnya akar Jagung dipisahkan dari tanaman Jagung

dengan cara dipotong, selanjutnya ditimbang. Penimbangan berat segar akar

dilakukan sebanyak 2 kali yaitu ketika tanaman Jagung berumur 30 hari dan

60 hari.

5. Berat Kering Tajuk (gram)

Penimbangan berat kering tajuk dilakukan dengan cara membungkus

tajuk Jagung dengan kertas, lalu mengeringkan tajuk (batang+daun) Jagung

dengan oven pada suhu 700

C hingga beratnya konstan, selanjutnya tajuk

Jagung ditimbang dengan timbangan analitik. Penimbangan berat kering tajuk

dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu saat tanaman Jagung berumur 30 dan 60 hari.

6. Berat Kering Akar (gram)

Pengukuran berat kering akar dilakukan dengan cara mencuci akar Jagung,

membungkusnya dengan kertas, selanjutnya akar Jagung dioven pada suhu

700

C hingga beratnya konstan. Penimbangan berat kering, baik tajuk maupun

akar bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak akumulasi bahan kering

hasil dari proses fotosintesis tanaman Jagung, karena ketika masih segar,

akumulasi bahan hasil fotosintesis masih bercampur dengan air yang

terkanung dalam tubuh tanaman.

Page 19: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

18

7. Berat Segar Tongkol (gram)

Pengamatan berat segar tongkol dilakukan setelah penen dengan cara

menimbang tongkol Jagung tanpa kelobot.

8. Panjang Tongkol (cm)

Pengamatan panjang tongkol dilakukan setelah panen dengan cara mengukur

panjang tongkol tanpa kelobot dengan menggunakan penggaris.

9. Diameter Tongkol (cm)

Pengukuran diameter tongkol dilakukan dengan cara membuang

kelobot Jagung, selanjutnya bagian tongkol Jagung yang paling menggembung

(diasumsikan yang diameternya paling besar) dipotong dan diameter tongkol

diukur menggunakan penggaris.

10. Jumlah Biji

Biji Jagung dipisahkan dari tongkolnya (dipipil), lalu dihitung jumlah biji

dari masing-masing tongkol.

11. Berat Biji per Tongkol

Biji Jagung dirontokkan dari tongkolnya, selanjutnya biji Jagung dari

masing-masing tongkol ditimbang beratnya.

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisis sidik ragam pada taraf

kesalahan 5% untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan yang diberikan.

Jaika ada pengaruh nyata antar perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan

menggunakan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) pada

taraf kesalahan 5% untuk mengetahui beda nyata dari pengaruh antar perlakuan.

Page 20: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

19

G. Jadual Penelitian

No Tahapan Penelitian

Bulan

Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

1 Persiapan alat dan

bahan

2 Persiapan bahan

pelet NPK organik

A Pengeringan

ampas tahu

B Pembuatan

tepung darah

sapi

C Pembuatan

arang sabut

kelapa

3 A Pembuatan pelet

NPK organik

B Pengukuran

kadar C, N dan

C/N rasio

4 Persiapan media

tanam

A Pengayakan

tanah

b Pengisian tanah

ke polybag

5 Penanaman

6 Pemeliharaan

a Penjarangan

b Penyiraman

c Aplikasi pelet

NPK organik

d Pengendalian

OPT

7 Pengamatan

8 Panen

9

Analisis data dan

penyusunan laporan

Page 21: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

20

DAFTAR PUSTAKA

Academia. 2015. Produksi Jagung Indonesia.

http://www.academia.edu/9756070/Pertumbuhan_Produksi_Ekspor_Im

por_Konsumsi_dan_Cadangan_Jagung_Indonesia., diakses 5 April

2015.

Agus. 2012. Membangun Kesadaran Konsumsi Makanan Halal.

http://riau.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=11491., diakses 6

April 2015.

Asmoro Y., Suranto, dan Sutoyo D., 2008. Pemanfaatan Limbah Tahu untuk

Peningkatan Hasil Tanaman Petsai (Brassica chinesis). Jurnal

Bioteknologi 5 (2): 51-55, November 2008, ISSN: 0216-6887.

BAPPEBTI. 2014. Gudang SRG Solusi Jagung Impor.

http://www.bappebti.go.id/id/edu/articles/detail/2989.html., diakses 6

April 2015.

B. Septian. 2014. Pertumbuhan Produksi Ekspor Impor Konsumsi dan Cadangan

Jagung Indonesia. http://www.academia.edu/9756070/Pertumbuhan

Produksi Ekspor_Impor_Konsumsi_dan_Cadangan_Jagung_Indonesia.,

diakses 6 April 2015.

Dalmadi. 2015. Penggunaan Benih Jagung Umur Genjah merupakan Upaya

Meminimalkan Kegagalan Panen. http://cybex.pertanian.go.id

/materipenyuluhan /detail/10038/penggunaan-benih-Jagung-umur-

genjah-merupakan-upaya-untuk-meminimalkan-kegagalan-panen,

diakses 15 Desember 2015.

Fachrista dan Isuukindarsyah . 2012. Jagung.

http://babel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content

&view=article&id=163:Jagung., diakses 6 April 2015.

Farida Ali, Muhammad Edwar dan Aga Karisma, 2014. Pembuatan Kompos dari

Ampas Tahu dengan Aktivator Stardec. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Teknik Universitas Sriwijaya. Palembang.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademia Pressindo. Jakarta

Hermana. 1985. Pengolahan Kedelai Menjadi Berbagai Bahan Makanan. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Isori, 2009. Pupuk Organik Pelet (POP). http://www.isori.com/2009/07/19/pupuk-

organik-pelet-pop., diakses 6 April 2015.

Page 22: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

21

Kompas. 2013. Sapi, Kambing, dan Babi.

http://hiburan.kompasiana.com/humor/2013/10/15/sapi-kambing-dan-

babi-600707.html., diakses 6 April 2015.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia. P.T. Pustaka Jaya. Jakarta.

Puji, D. 2014. Jenis Tanah yang Ada di Indonesia.

http://www.dontfauji.blogspot.com/2014/08/jenis-tanah-yang-ada-di-

indonesia.html., diakses 6 April 2015.

Pramudyanto dan Nurhasan. 1991. Penanganan Limbah Pada

Pabrik Tahu. Semarang: Yayasan Bina Karya Lestari.

Pusteklin. 2002. Penelitian Dasar Teknologi Tepat Guna

Pengolahan Limbah Cair. Yogyakarta: Pusteklin.

Soeminaboedhy dan Tedjowulan. 2004. Pemanfaatan Berbagai Macam Arang

sebagai Sumber Unsur Hara P dan K serta sebagai Pembenah Tanah.

Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.

Sri Wahyuni. 2014. Pembuatan Tepung Darah. Program Studi Pendidikan

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Sekolah Pascasarjana

Universitas Pakuan Bogor. http://www.pasca.unpak.ac.id., diakses 28

April 2015.

Suprapti, L. 2005. Pembuatan Tahu. Yogyakarta: Kanisius.

Sutejo, M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Triawati, A. 2010. Kualitas Ligkungan Sekitar Pabrik Tahu dan Pemanfaatan

Limbah Tahu Sebagai Pupuk Cair Organik dengan Penambahan EM4

(Effective Microoganism). Surabaya. Tugas Akhir, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, UNAIR. Surabaya.

Waryanti A., Sudarno, dan Sutrisno E. 2014. Studi Pengaruh Penambahan Sabut

Kelapa pada Pembuatan Pupuk Cair dari Limbah Air Cucian Ikan

terhadap Kualitas Unsur Hara Makro (CNK). Program Studi Teknik

Lingkungan. Fakultas Teknik. UNDIP. Semarang.

Page 23: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

22

LAMPIRAN

1. Skema Penelitian

Tahap 1. Persiapan alat dan bahan

Tahap 2. Pembuatan Pelet

Tahap 3. Budidaya Jagung

Tahap 4. Pengamatan

Pemeliharaan :

A. Penyulaman

B. Penyiraman

C. Aplikasi Pelet

NPK organik

D. Pengendalian

OPT

Pengeringan ampas tahu, ukur KL

Pembuatan tepung darah sapi, ukur KL

Pembuatan arang sabut kelapa

Pembuatan filler lempung Grumusol

Persiapam media tanam

Penanaman

Panen

Uji kadar C-organik

Uji kadar N-total

Pengkuran C/N rasio

A: Pelet 50 gram/tanaman.

B: Pelet 60 gram/tanaman.

C: Pelet 70 gram/tanaman.

D: Urea 5,25 gram + SP-36

1,5 gram + KCl 1,5

gram/tanaman.

perlakuan

A. Pertumbuhan

i. Harian : Tinggi tanaman & Jumlah daun.

ii. Tan. Korban : - Berat segar tajuk, akar

iii. - Berat kering tajuk, akar.

B. Hasil

i. Tongkol : berat segar, panjang, diameter.

ii. Biji : jumlah biji per tongkol & berat biji per tongkol.

Perlakuan

Pelet

NPK

Organik

Page 24: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

23

2. Layout Penelitian

- Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan.

- Setiap perlakuan diulang 3 kali.

- Sehingga diperoleh 12 unit percobaan.

- Setiap unit percobaan terdiri dari 7 polybag (3 tanaman sampel dan 2 tanaman

korban dan 2 tanaman cadangan), masing-masing polybag berisi 1 tanaman

Jagung.

- Total : 84 polybag tanaman Jagung (60 tanaman perlakuan dan 24 tanaman

cadangan).

B1 A4 A2

A3 C2 B3

B2 A1 C4

C3 B4 C1

Page 25: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

24

3. Kebutuhan Pupuk Urea, SP-36 dan KCl serta Kebutuhan Unsur N, P

dan K Tanaman Jagung Manis

A. Kebutuhan Pupuk Urea, SP-36 dan KCl Tanaman Jagung Manis menurut

Fachrista dan Isuukindarsyah (2012)

- Urea 350 kg/hektar.

- SP-36 100 kg/hektar.

- KCI 100 kg/hektar.

Jarak tanam pada budidaya tanaman Jagung Manis adalah 75 × 20 cm.

Dalam 1 hektar lahan terdapat 66666 tanaman Jagung Manis.

Kebutuhan pupuk per tanaman Jagung :

- Urea

= 5,25 gram.

- SP-36

= 1,5 gram.

- KCl

= 1,5 gram.

B. Kebutuhan Unsur N, P dan K Tanaman Jagung Manis

- Kebutuhan unsur N :

Pupuk Urea menandung 46 % N.

× 350 kg = 161 kg N/hektar,

Jadi kebutuan N per tanaman Jagung Manis =

= 2,41 gram.

- Kebutuhan unsur P :

Pupuk SP-36 mengandung 36 % P, maka :

× 100 kg = 36 kg P/hektar,

Jadi kebutuan P per tanaman Jagung Manis =

= 0,54 gram.

- Kebutuhan unsur K :

Pupuk KCl mengandung 60 % K, maka :

× 100 kg = 60 kg K/hektar,

Jadi kebutuan K per tanaman Jagung =

= 0,90 gram.

Page 26: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

25

4. Kandungan N, P, dan K (%) dari Pelet NPK Organik yang Dibuat

Pelet NPK organik dibuat dari ampas tahu, tepung darah sapi, arang sabut

kelapa dan perekat dari lempung Grumusol dengan perbandingan komposisi :

Ampas tahu : 2 Arang sabut kelapa :1

Tepung darah sapi : 1 Perekat dari lempung Grumusol : 1

A. Kandungan N :

i. Kandungan N ampas tahu adalah 1,24 % (Asmoro, dkk., 2008).

× 1,24 % = 0,5 %.

ii. Kandunan N tepung darah sapi adalah 13,25 % (Sri Wahyuni, 2014).

× 13,25 % = 2,65 %.

Maka kandungan N pelet NPK organik = 0,5 % + 2,65 % = 3,15 % N.

B. Kandungan P :

i. Ampas tahu mengandung unsur P sebesar 5,54 ppm (Asmoro, dkk.,

2008).

× 5,54 ppm =

× 0,0000055 = 0,0000022 %.

ii. Tepung darah sapi mengandung unsur P sebesar 1 % (Sri Wahyuni,

2014).

× 1 % = 0,2 %.

Maka kandungan P pelet NPK organik = 0,0000022 % + 0,2 % = 0,2 % P.

C. Kandungan K :

i. Ampas tahu mengandung K 1,34 % (Asmoro dkk., 2008)

× 1,34 % = 0,54 %.

ii. Kandungan K tepung darah sapi adalah 0,60 % (Sri Wahuni, 2014)

× 0,60 % = 0,12 %.

iii. Unsur K pada arang sabut kelapa 10,25 % (Waryanti dkk., 2014).

× 10,25 % = 2,05 %.

Maka kandungan K pelet NPK organik = 0,54 % + 0,12 % + 2,05 %.

= 2,71 % K.

Page 27: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

26

5. Jumlah Pelet NPK Organik yang Dibutuhkan Tanaman Jagung

Manis

Tanaman Jagung Manis membutuhkan 161 kg N/hektar atau 2,41 gram

N/tanaman, 36 kg P/hektar atau 0,54 gram P/tanaman dan 60 kg K/hektar atau

0,90 gram K/tanaman (Lampiran 2).

Pelet NPK organik yang dibuat mengandung 3,15 % N, 0,2 % P dan 2,71

% K (Lampiran 4).

Dengan jarak tanam 75 × 20 cm, dalam 1 hektar terdapat 66666 tanaman

Jagung Manis.

Maka kebutuhan unsur hara bagi tanaman Jagung Mnais dapat terpenuhi

dengan pemberian pelet sebanyak :

x 161 kg = 5111,11 kg pelet NPK organik/hektar.

Maka kebutuhan pelet NPK organik/tanaman adalah:

= 76,6 gram pelet NPK organik/tanaman.

Dari 4420,65 kg pelet NPK organik, mengandung unsur N, P dan K

sebesar:

- N :

x 5111,11 = 161 kg N/hektar, atau

= 2,41 gram

N/tanaman (sesuai dengan dosis anjuran N tanaman Jagung Manis

yaitu sebesar 2,41 gram N/tanaman).

- P :

x 5111,11 = 10,22 kg P/hektar, atau

= 0,15 gram

P/tanaman (tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan P tanaman

Jagung Manis yaitu sebesar 0,54 gram P/tanaman).

- K :

x 5111,11 = 138,51 kg K/hektar, atau

= 2,08 gram

K/tanaman (cukup untuk memenuhi kebutuhan K tanaman Jagung

Manis yaitu sebesar 0,90 gram K/tanaman).

Page 28: EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, …blog.umy.ac.id/wisnukuntoro/files/2016/10/MAKALAH-SEMINAR-PRO… · MAKALAH SEMINAR PROPOSAL Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

27

6. Kandungan Unsur NPK dari Masing-Masing Perlakuan

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kandungan unsur N, P dan K dari

masing-masing perlakuan adalah:

A. Perlakuan (A) : 50 gram pelet NPK organik/tanaman.

.

.

.

B. Perlakuan (B) : 60 gram pelet NPK organik/tanaman.

.

.

.

C. Perlakuan (C) : 70 gram pelet NPK organik/tanaman.

.

.

.

D. Perlakuan (D) : 5,25 gram Urea + 1,50 gram SP-36 + 1,50 gram

KCl/tanaman = mengandung 2,41 gram N, 0,54 gram P, dan 0,90 gram K,

merupakan jumlah unsur N, P dan K yang dibutuhkan oleh tanaman

Jagung Manis (Lampiran 3).