efektivitas pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi

16
Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73 58 Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak dalam Upaya Peningkatan Penerimaan PPN Pada KPP Pratama di Kota Medan Periode 2015 - 2017 Nurlela 1 *, Iwan Kesuma Sihombing 2 1 Program Studi Akuntansi Politeknik LP3I Medan 2 Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik LP3I Medan Telp : 082247204685, Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak yang dilakukan oleh aparatur pajak pada KPP Pratama di Kota Medan dalam upaya peningkatan penerimaan PPN di kota Medan. Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kantor Pratama di Kota Medan dalam periode pengamatan dari tahun 2015 2017. Objek penelitian adalah efektifitas pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi PPN. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara langsung, dan dokumen yang disediakan oleh KPP Pratama. Penelitian ini menggunakan metode analisis penelitian deskripsi kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa petugas pajak di KPP Pratama di Kota Medan telah melaksanakan ekstensifikasi dan intensifikasi sesuai dengan Surat Edaran DJP No. SE 51/PJ/2013. Pelaksanaan ekstensifikasi dari hasil penambahan PKP baru di KPP Pratama di Kota Medan khususnya di KPP Pratama Medan Polonia pada tahun 2015 2017 termasuk kategori sangat efektif. Begitu juga dengan KPP Pratama Medan Kota dan Medan Petisa yang berhasil menambah PKP baru melebihi target, tetapi pada tahun 2016 2017 persentase efektivitas penambahan PKP baru mengalami penurunan. KPP Pratama di Kota Medan telah melakukan intensifikasi pajak terutama dibidang pemeriksaan dengan kategori efektif dan penagihan piutang dan tunggakan pajak melalui penerbitan SKPKB PPN dengan kategori sangat efektif walaupun masih ada beberapa PKP yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk diperiksa sehingga masuk dalam realisasi pemeriksaan tahun berikutnya. Pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi kurang mampu meningkatkan persentase PKP yang melakukan pembayaran pajak, tetapi mampu meningkatkan penerimaan PPN pada tahun 2017 dengan kategori efektif walaupun dari segi petumbuhan penerimaan PPN sempat turun pada tahun 2016 karena pada tahun 2017 pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak didukung oleh kebijakan tax amnesty. Keyword : Ektensifiasi Pajak, Intensifikasi Pajak, dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PENDAHULUAN Pajak merupakan sumber pendapatan potensial yang akan terus meningkat jika dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh dari sektor migas yang digunakan untuk membiayai pembangunan Negara. Salah satu objek pajak yang memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan Negara adalah pajak pertambahan nilai (PPN). Berdasarkan Undang Undang No. 42 tahun 2009 bahwa setiap terjadi transaksi yang berkaitan dengan penyerahan barang kena pajak (BKP) dan jasa kena pajak (JKP) harus memperhitungkan PPN. PPN merupakana pajak yang kenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor faktor produksi setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa pada konsumen. Berdasarkan nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2014 bahwa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mempunyai peranan yang cukup besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai sumber penerimaan negara dan memberikan dampak yang cukup besar dalam perekonomian rakyat Indonesia. Hal itu terlihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang dari tahun ketahun mengalami pertumbuhan. Dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2013 penerimaan Negara yang bersumber dari PPN dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) ialah sebesar Rp.423,9 triliun. Potensi penerimaan pajak pertambahan nilai akan terus naik mengikuti peningkatan perdagangan dan konsumsi masyarakat Indonesia karena pada prinsipnya setiap barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia merupakan barang dan jasa kena pajak. Namun berdasarkan data dari Menteri Keuangan tahun 2016, peningkatan penerimaan pajak pertambahan nilai pada tahun 2016 mengalami perlambatan, realisasi penerimaan hanya sebesar Rp 412,205 triliun, ini berarti persentase laju penerimaan PPN mengalami penurunan sebesar 2,8% dibandingkan dengan penerimaan

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

58

Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak dalam Upaya Peningkatan Penerimaan PPN Pada KPP Pratama di Kota

Medan Periode 2015 - 2017

Nurlela1*, Iwan Kesuma Sihombing

2

1Program Studi Akuntansi Politeknik LP3I Medan

2Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik LP3I Medan

Telp : 082247204685, Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak yang dilakukan oleh aparatur pajak pada KPP Pratama di Kota Medan dalam upaya peningkatan penerimaan PPN di kota Medan. Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kantor Pratama di Kota Medan dalam periode pengamatan dari tahun 2015 – 2017. Objek penelitian adalah efektifitas pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi PPN. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara langsung, dan dokumen yang disediakan oleh KPP Pratama. Penelitian ini menggunakan metode analisis penelitian deskripsi kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa petugas pajak di KPP Pratama di Kota Medan telah melaksanakan ekstensifikasi dan intensifikasi sesuai dengan Surat Edaran DJP No. SE – 51/PJ/2013. Pelaksanaan ekstensifikasi dari hasil penambahan PKP baru di KPP Pratama di Kota Medan khususnya di KPP Pratama Medan Polonia pada tahun 2015 – 2017 termasuk kategori sangat efektif. Begitu juga dengan KPP Pratama Medan Kota dan Medan Petisa yang berhasil menambah PKP baru melebihi target, tetapi pada tahun 2016 – 2017 persentase efektivitas penambahan PKP baru mengalami penurunan. KPP Pratama di Kota Medan telah melakukan intensifikasi pajak terutama dibidang pemeriksaan dengan kategori efektif dan penagihan piutang dan tunggakan pajak melalui penerbitan SKPKB PPN dengan kategori sangat efektif walaupun masih ada beberapa PKP yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk diperiksa sehingga masuk dalam realisasi pemeriksaan tahun berikutnya. Pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi kurang mampu meningkatkan persentase PKP yang melakukan pembayaran pajak, tetapi mampu meningkatkan penerimaan PPN pada tahun 2017 dengan kategori efektif walaupun dari segi petumbuhan penerimaan PPN sempat turun pada tahun 2016 karena pada tahun 2017 pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak didukung oleh kebijakan tax amnesty. Keyword : Ektensifiasi Pajak, Intensifikasi Pajak, dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

PENDAHULUAN Pajak merupakan sumber pendapatan

potensial yang akan terus meningkat jika dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh dari sektor migas yang digunakan untuk membiayai pembangunan Negara. Salah satu objek pajak yang memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan Negara adalah pajak pertambahan nilai (PPN). Berdasarkan Undang – Undang No. 42 tahun 2009 bahwa setiap terjadi transaksi yang berkaitan dengan penyerahan barang kena pajak (BKP) dan jasa kena pajak (JKP) harus memperhitungkan PPN. PPN merupakana pajak yang kenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor – faktor produksi setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa pada konsumen.

Berdasarkan nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2014 bahwa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mempunyai peranan yang cukup besar dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai sumber penerimaan negara dan memberikan dampak yang cukup besar dalam perekonomian rakyat Indonesia. Hal itu terlihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang dari tahun ketahun mengalami pertumbuhan. Dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2013 penerimaan Negara yang bersumber dari PPN dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) ialah sebesar Rp.423,9 triliun. Potensi penerimaan pajak pertambahan nilai akan terus naik mengikuti peningkatan perdagangan dan konsumsi masyarakat Indonesia karena pada prinsipnya setiap barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia merupakan barang dan jasa kena pajak. Namun berdasarkan data dari Menteri Keuangan tahun 2016, peningkatan penerimaan pajak pertambahan nilai pada tahun 2016 mengalami perlambatan, realisasi penerimaan hanya sebesar Rp 412,205 triliun, ini berarti persentase laju penerimaan PPN mengalami penurunan sebesar 2,8% dibandingkan dengan penerimaan

Page 2: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

59

PPN pada tahun 2015 sebesar Rp 423,710 triliun. Sedangkan Laju penerimaan PPN pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 28,3%.

Menurut hasil laporan kerja tahunan pada tahun 2016 Kementerian Keuangan Republik Indonesia menyebutkan bahwa penurunan laju pertumbuhan penerimaan PPN disebabkan tingkat konsumsi yang rendah dan adanya perlambatan belanja pemerintah. Disamping itu, penurunan laju penerimaan pajak pertambahan nilai disebabkan masih kurangnya kepatuhan dan kesadaran wajib pajak dalam pelaporan dan penyetoran pajak. Hal ini sesuai oleh hasil penelitian Aprilia (2015) bahwa salah satu faktor penghambat dalam penanganan perpajakan transaksi e – commerce (bisnis online) seperti PPh dan PPN adalah kurangnya kepatuhan dan kesadaran wajib pajak untuk menjalankan kewajiban perpajakan dan kurangnya sistem internal DJP memberikan data yang tepat untuk para pelaku usaha online dan peredaran transaksi.

Keadaan ini semakin sulit karena sistem pemungutan pajak di Indonesia memberlakukan self assessment system, dimana wajib pajak diberikan kebebasan dalam menghitung, melapor dan membayar pajak. Pelaksaan sistem ini harus didukung oleh kesadaran dan kepatuhan wajib pajak. Namun sistem ini memberi cela kepada wajib pajak untuk melakukan penggelapan pajak (tax evasion). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2011) meyimpulkan bahwa cela terbuka lebar dalam self assessment system memicu terjadinya praktik tax evasion yang terbukti dengan masih banyaknya wajib pajak dengan sengaja melakukan kecurangan – kecurangan dan melalaikan kewajibannya dalam melaksanakan pembayaran yang telah ditetapkan, sehingga menimbulkan tunggakan pajak yang mengakibatkan berkurangya penerimaan pajak.

Penurunan potensi penerimaan pajak akan menyebabkan rendahnya dana untuk pembangunan nasional, infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan oleh direktorat jendral pajak (DJP) untuk menggali potensi penerimaan pajak, khusunya pajak pertambahan nilai (PPN) adalah melalui pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikas pajak. Ekstensifikasi ditempuh dengan meningkatkan jumlah wajib pajak atau pengusaha kena pajak yang aktif, sedangkan intensifikasi dilakukan melalui upaya peningkatan penerimaan pajak berdasarkan wajib pajak yang terdaftar di data administrasi DJP. Kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dilaksanakan pertama kali atas dasar dikeluarkannya surat edaran Direktur Jendral Pajak No. SE – 06/PJ.9/2001 tentang pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi pajak atas pajak PPh pasal 25, PPh pasal 21, dan PPN.

Pelaksanaan Ektensifikasi dan intensifikasi pajak merupakan salah satu kebijakan kementrian keuangan yang difokuskan untuk menggali potensi penerimaan pajak dan mengatasi wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakan untuk mengurangi kerugian negara dalam penerimaan pajak. Penggalian potensi penerimaan pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) melalui ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dianggap cukup efektif dalam upaya penggalian penerimaan pajak beberapa tahun terakhir. hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Silvia (2015) bahwa pelaksaan program ekstensifikasi dan intensifikasi pajak secara efektif dapat meningkatkan penerimaan pajak.

Kota Medan merupakan ibu kota propinsi Sumatra Utara dan kota terbesar nomor tiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan salah pintu gerbang perdangan domestik dan internasional karena memiliki pelabuhan dan bandara internasional yang mendukung pertumbuhan usaha di sektor perdagangan, pariwisata dan industri. Perkembangan usaha di Kota Medan mengalami kemajuan yang sangat pesat terlihat dari menjamurnya berbagai usaha kecil dan menengah dari berbagai sektor usaha. Berdasarkan Peraturan Wali Kota Medan No. 40 tahun 2012 tentang rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) Kota Medan tahun anggaran 2013, bahwa pada tahun 2007 sampai 2011, ekonomi kota Medan dilihat dari produk domestik regional bruto mencapai 93,611 trilyun rupiah. Kontribusi lapangan usaha utama yang dominan dalam pertumbuhan ekonomi adalah perdangan, hotel dan restoran yang disusul oleh bidang perindustrian. Keadaan ini merupakan peluang besar bagi Direktorat Jendral Pajak dalam penerimaan PPN atas barang dan jasa karena tingginya perputaran usaha terutama pada bidang usaha perdangan, hotel dan restoran di kota Medan .

Namun penerimaan PPN untuk tingkat provinsi Sumatra Utara tahun 2007 yang seharusnya naik karena naiknya pertumbuhan ekonomi, tetapi mengalami penurunan hanya mencapai 664,7810 miliar rupiah dibandingkan dengan tahun 2006 mencapai 698,4100 miliar rupiah yaitu berkisar 4,8%. Kota Medan merupakan kota yang memiliki kontribusi terbesar dalam penerimaan PPN untuk tingkat provinsi Sumatra Utara karena pusat perdagagan, industri, perhotelan dan restoran berada di kota Medan. Sehingga penurunan penerimaan PPN provinsi Sumatra Utara dipengaruhi oleh penurunan penerimaan PPN di Kota Medan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas dari pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dalam upaya peningkatan penerimaan PPN Pada KPP Pratama di Kota Medan Periode 2015 - 2017.

Page 3: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

60

KAJIAN PUSTAKA Defenisi Pajak

Defenisi umum pajak menurut Pasal 1 UU Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 (Dalam Resmi, 2014), adalah salah satu bentuk kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang—undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Mardiasmo (2011) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Ekstensifikasi Pajak

Menurut Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE – 06/PJ.9/2001 bahwa ekstensifikasi pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jendral Pajak (DJP). Kegiatan ekstensifikasi dilaksanakan untuk memperluas basis pajak (tax broadening) dengan menyasar wajib pajak secara nyata, yaitu wajib pajak yang dianggap potensial sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi penerimaan pajak. Pada prinsipnya ektensifikasi merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak dengan membangun kepatuhan dan kesadaran masyarakat yang memenuhi syarat menjadi wajib pajak melalui penambahan wajib pajak baru. Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi pajak menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE – 51/PJ/2013 adalah sebagi berikut: 1. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait

dengan kegiatan usaha 2. Melakukan sosialisasi atau penyuluhan

perpajakan 3. Dalam hal ekstensifikasi pajak dilakukan

dengan cara mendatangi wajib pajak dilokasi wajib pajak dengan menyerahkan formulir pendaftaran

4. Melakukan pengamatan potensi pajak dilokasi wajib pajak dengan formulir pengamatan

5. Mengirim surat himbauan kepada wajib pajak yang tertera dalam DPESI.

6. Melakukan pengukuhan pengusaha kena pajak dengan memberikan NPPKP ( nomor pokok pengusaha kena pajak)

Intensifikasi Pajak

Menurut Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE – 06/PJ.9/2001 bahwa intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penerimaan

pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifiksi wajib pajak. Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas utama dari intensifikasi pajak adalah meningkatakan dan menggali sumber pajak dari wajib pajak yang telah terdaftar di Kantor Pelayana Pajak Pratama baik wajib pajak yang lama maupun yang baru. Kegiatan Intensifikasi Pajak menurut Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE – 06/PJ.9/2001, kegiatan intensifikasi pajak meliputi: 1. Penentuan jumlah PPN yang harus disetor

dalam tahun berjalan, dimulai sejak bulan Januari tahun yang bersangkutan.

2. Penentuan jumlah PPN yang terutang atas taransaksi penjualan, khususnya untuk PKP pedagang eceran, yang mempunyai usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau sentra ekonomi lainnya.

3. Melakukan pemeriksaaan untuk mengetahui besarnya jumlah pembayaran pajak pertambahan nilai.

4. Menerbitkan surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB) PPN untuk melakukan penagihan piutang PPN.

5. Mengadakan konsultasi tentang perhitungan dan pembayaran PPN.

Pengukuran efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak

Menurut Siagian, efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana, prasarana dalam jumlah yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan jumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Menurut Aburahmat, efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. (dalam Sukmawati,2014).

Sama halnya dengan defenisi di atas, menurut Sedarmayanti (2009) bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Berdasarkan defenisi dari para ahli, maka cara menghitung efektivitas dapat dirumuskan sebagai berikut:

Efektivitas merupakan salah satu alat pengukuran kinerja atau pelaksanaan suatu kegiatan dengan membandingkan antara target dengan realisasi. Dalam hal ini, efektivitas pelaksaaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak adalah salah satu pengukuran kinerja pegawai Direktorat Jendral Pajak dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dengan membandingkan antara target kerja ekstensifikasi dan intensifikasi dengan dengan realisasi kerja ekstensifikasi dan intensifikasi.

Page 4: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

61

Model pengukuran efektivitas ini akan di konversikan ke dalam masing – masing indikator pengukuran pelaksanaan ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE – 51/PJ/2013 yang dikembangkan melalui sasaran strategis (SS) dan indikator kinerja utama (IKU) Kemenkeu – One Direktorat Jendral Pajak tahun 2014,sebagai berikut: 1. Ektensifikasi pajak

Evektivitas pelaksaan ektensifikasi pajak dapat diukur berdasarkan indikator persentase penambahan wajib pajak baru yang berkaitan dengan pajak pertambahan nilai yang sering disebut pengusah kena pajak (PKP) dengan rumus sebagai berikut yaitu:

2. Intensifikasi pajak

Efektivitas pelaksanaan intensifikasi pajak dapat diukur berdasarkan indikator sebagai berikut: a. Tingkat efektivitas pemeriksaan

b. Tingkat upaya penagihan piutang dan

tunggakan pajak dengan cara penerbitan SKPKB PPN (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPN)

Sedangkan untuk mengukur efektivitas

pemungutan pajak pertambahan nilai dari pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi dilihat dari jumlah pengusaha kena pajak (PKP) yang melakukan pembayaran dibandingkan dangan jumlah PKP terdaftar dengan rumus sebagai berikut:

Nilai yang dihasilkan akan dikelompokkan

berdasarkan criteria penilain sesuai dengan ketetapan Depdagri, Kepmendagri (Tabel 1).

Tabel 1. Klasifikasi Kriteria Efektifitas

Persentase Kriteria

>100% Sangat efektif 90%- 100% Efektif 80%-90% Cukup Efektif 60%-80% Kurang Efektif

<60% Tidak Efektif

Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996 Pajak Pertambahan Nilai

Menurut UU Repulik Indonesia Nomor 42 tahun 2009, pajak pertambahan nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di dalam

Daerah Pabean yang dikenakan bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.

Menurut Mardiasmo(2011), subjek pajak pertambahan nilai adalah: 1. Pengusaha

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

2. Pengusaha Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.

3. Pengusaha kecil Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). Pengusaha kecil wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, apabila sampai dengan satu bulan dalam tahun buku, jumlah peredaraan bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi batas yang telah ditetapkan.

Objek pajak pertambahan nilai menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 42 pasal 4 tahun 2009 dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis, yaitu: barang kena pajak (BKP) dan jasa kena pajak (JKP) Penerimaan Pajak Petambahan Nilai.

Menurut Suryadi (2006) Pengertian Penerimaan Pajak adalah sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan. Sedangkan menurut Undang – Undang Republik Indonesia No.4 tahun 2012 pasal 1 angka 3 tetang Anggran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggran 2012, penerimaan pajak adalah semua penerimaan Negara yang terdiri atas pajak dalam Negeri dan pajak perdagangan Internasional.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional dan pengelolaan penerimaan pajak dilakukan melalui instrument kebijakan dan administrasi perpajakan. Terdapat beberapa jenis penerimaan

Page 5: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

62

pajak diantaranya adalah pajak pertambahan nilai (PPN) sebagai penerimaan terbesar nomor dua di Indonesia. Adapun Indikator pengukuran atas penerimaan pajak adalah perbandingan target dan realisasi penerimaan pajak dengan formulai sebagi berikut:

Sedangkan pertumbuhan penerimaan pajak dapat diukur dengan cara menghitung:

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di Kota Medan. Sehingga populasi penelitian adalah semua KPP Pratama yang memiliki wilayah kerja di Kota Medan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak yang terdiri dari: Kantor KPP Pratama Medan Timur, Kantor KPP Pratama Medan Kota Medan Polonia, Medan Barat, Medan Petisa,dan Medan Belawan. Sampel penelitian mengunakan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel bersadarkan kriteria. Bertolak dari keterbatasan data yang tersedia, maka kriteria yang ditetapkan yaitu KPP Pratama yang memiliki penerimaan PPN terbesar di Kota Medan selama tahun pengamatan dan KPP Partama yang memiliki data yang dibutuhkan dalam selama masa pengamatan (tahun 2015 – 2017). Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka KPP Partama yang menjadi sampel penelitian adalah KPP Pratama Medan Polonia, Medan Kota, dan Medan Petisa. Periode Pengamatan dilakukan dari tahun 2015 – 2017.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan dengan beberapa cara sebagai berikut: observasi, wawancara, dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) di kota Medan mulai tahun 2015 – 2017, data wajib pajak terdaftar, data wajib pajak membayar, data pemeriksaan, data penyuluhan pajak, daftar sasaran ekstensifikasi peraturan dan perundang – undangan dan data – data lain yang dibutuhkan.

Objek penelitian yang digunakan adalah pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak pertambahan nilai (PPN). Pelaksanan ekstensifikasi dan intensifikasi dinilai berdasarkan pengukuran efektivitas yaitu dengan membandingkan antara rencana kerja dengan realisasi kerja. Sedangkan tingkat penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) diukur dengan membandingkan antara target penerimaan dengan realisai penerimaan. Matode analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi kualitatif , yaitu analisis data dengan cara mendeskripsikan segala aktivitas yang dilakukan oleh petugas pajak dalam pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dan mengevaluasi hasil dengan mengunakan pengukuran efektifitas yaitu membandingkan antara antara realisasi dengan target. Berikut model yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak:

Model pengukuran efektivitas ini akan di konversikan ke dalam masing – masing indikator pengukuran pelaksanaan ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE – 51/PJ/2013 yang dikembangkan melalui sasaran strategis (SS) dan indikator kinerja utama (IKU) Kemenkeu – One Direktorat Jendral Pajak tahun 2014,sebagai berikut: 1. Ektensifikasi pajak

Evektivitas pelaksaan ektensifikasi pajak dapat diukur berdasarkan indikator persentase penambahan wajib pajak baru yang berkaitan dengan pajak pertambahan nilai yang sering disebut pengusah kena pajak (PKP).

2. Intensifikasi pajak Efektivitas pelaksanaan intensifikasi pajak dapat diukur berdasarkan tingkat efektivitas pemeriksaan dan tingkat upaya penagihan piutang dan tunggakan pajak dengan cara penerbitan SKPKB PPN (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPN)

Sedangkan untuk mengukur efektivitas pemungutan pajak pertambahan nilai dari pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi dilihat dari jumlah pengusaha kena pajak (PKP) yang melakukan pembayaran dibandingkan dangan jumlah PKP terdaftar.

Penilaian pelaksanaan ekstensifikasi dan intansifikasi pajak akan dideskripsikan berdasarkan ketentuan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE – 51/PJ/2013. Sedangkan persentase penilaian efektivitas ekstensifikasi dan intensifikasi pajak yang dihasilkan akan dikelompokkan berdasarkan kriteria penilain sesuai dengan ketetapan Depdagri. Kemudian, hasil penilaian efektivitas pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak akan dianalisis dan dihubungkan dengan penerimaan PPN dari PKP baru dan PPN dari PKP yang telah ada di sistem administrasi DJP di KPP Pratama di Kota Medan. Kemudian, dilanjutkan mendeskripsikan dan menganalisis pertumbuhan penerimaan pajak di masing – masing KPP Pratama Kota Medan.

Page 6: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

63

HASIL DAN PEMBAHASAN Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak Kota Medan Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak Kota Medan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala dan petugas pelaksana seksi ekstensifikasi diketahui bahwa Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Di Kota medan telah melaksanakan kegiatan ekstensifikasi pajak sejak tahun 2008. Kemudian pada tgl 24 Oktober 2013, Direktorat Jendral Pajak mengeluarkan peraturan DJP No.Per 35/PJ/2013, tentang tata cara ekstensifikasi sehingga aktivitas ekstensifikasi mulai terpola, tetapi tetapi masih bersifat manual. Pada tahun 2015, aktivitas ekstensifikasi mulai tersistem dengan baik. Pada tanggal 20 Desember 2016, Direktorat Jendral Pajak mengeluarkan S2 68/PJ06/2016 yang berisikan pemberitahuan operasi aplikasi SIDJP Nine Modul Ekstensifikasi dan pada tanggal 01 Februari 2017 mulai diterapkan di seluruh kegiatan ekstensifikasi dalam rangka penambahan wajib pajak dan pengusaha kena pajak secara komputerisasi. Selain itu, data ekstensifikasi juga dicatat dalam aplikasi approweb.

Dalam Upaya pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi pajak, para petugas pajak telah melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE – 51/PJ/2013, berikut rincian tahap pelaksanaan dari kegiatan ekstensifikasi dan tingkat efektivitasnya, yaitu: 1. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait

dengan kegiatan usaha Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa para petugas pajak telah melakukan koordinasi dengan para pihak terkait dengan pelaku usaha untuk mendapatkan data usahawan yang memiliki potensi menjadi penguasaha kena pajak (PKP) seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi, Pemerintah Kota dan Kabupaten, Asosiasi Pedagang, Pemilik Pusat pasar termasuk mall online, pihak Perbankkan dan langsung ke owner yang memiliki potensi penerimaan PPN, tetapi KPP Pratama di Kota Medan tidak menetapkan target koordinasi. Koordinasi akan dilakukan, jika dianggap perlu. Koordinasi dilakukan baik dari via telepon atau pertemuan secara langsung. Berikut data koordinasi yang dilakukan oleh pada petugas KPP Pratama di Kota Medan mulai tahun 2015 – 2017 (Tabel 2).

Tabel 2. Data Pelaksanaan Koordinasi di KPP Pratama Kota Medan Tahun 2015 – 2017

Sumber : Berbagai Sumber KPP Pratama Kota Medan 2015 – 2017

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa jumlah kegiatan koordinasi terus meningkat dari tahun ke tahun selama tahun pengamatan Di KPP Pratama Kota Medan, kecuali pada tahun 2017, kegiatan koordinasi di KPP Pratama Medan Polonia mengalami penurunan karena kerja sama yang baik sudah mulai terbentuk dengan pihak terkait sehingga tidak memerlukan banyak koordinasi untuk data yang dibutuhkan oleh para petugas. Pihak terkait telah bersedia memberikan data yang dibutuhkan oleh petugas pajak sehubungan dengan pengusaha yang memiliki potensi pajak. Sedangkan koordinasi yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota dan Medan Petisa terus mengalami peningkatan dari tahun 2015 -2017, tetapi jumlah peningkatan kegiatan koordinasi tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan adanya prediksi peningkatan jumlah pengusaha yang potensial untuk menjadi pengusaha kena pajak (PKP) sehingga kegiatan koordinasi perlu ditingkatkan. Selain itu, jalur birokrasi yang harus dihadapi oleh petugas hingga mendapatkan data yang dibutuhkan memerlukan waktu yang cukup lama dan koordinasi yang berulang – ulang terutama data yang didapat dari pihak instansi pemerintah dan lembaga perbankkan. Data pengusaha potensial yang didapat dari berbagai pihak yang terkait, akan dilakukan penyisiran ke lokasi unit usaha calon PKP untuk memastikan potensi yang dimiliki calon PKP dan validasi data antara data yang diperoleh dengan realitas seperti alamat, jenis usaha, kepemilkkan usaha, dan peredaran usaha. Kemudian data akan dicatat dalam daftar sasaran ekstensifikasi (DSE) pajak.

2. Melakukan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan Langkah selanjutnya dalam pelaksanaan

ekstensifikasi pajak adalah pelaksanaan sosialisasi atau penyuluhan kepada calon PKP. Sosialisasi atau penyuluhan merupakan upaya dan proses memberikan informasi perpajakan untuk menghasiIkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat, dunia usaha agar terdorong untuk paham, sadar, peduIi dan berkontribusi dalam meIaksanakan

Page 7: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

64

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada dasarnya, penyuluhan dilakukan untuk memberikan sosialisasi dan edukasi mengenai perpajakan, baik hak maupun kewajiban Pajak. Berikut data hasil aktivitas sosialisasi atau penyuluhan perpajakan di KPP Pratama Kota Medan (Tabel 3).

Tabel 3. Data Aktivitas Sosialisasai atau

Penyuluhan di KPP Pratama Kota Medan Tahun 2015 – 2017

Sumber : Berbagai Sumber KPP Pratama Kota Medan 2015 – 2017.

Berdasarkan data dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa pelaksanaan sosialisasi atau penyuluhan telah dilakukan dengan sangat baik oleh para petugas pajak KPP Pratama Kota Medan. Hal ini terlihat dari peningkatan persentase perkembangan kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh ketiga KPP Pratama dari tahun 2015 – 2016. Keadaan ini disebabkan banyak masyarakat yang membuka lapangan usaha baru dan keterbatasan kemampuan masyarakat dalam memahami tata cara perpajakan baik tentang tata cara pelaporan maupun penyetoran pajak terutama terkait dengan penggunaan aplikasi E – SPT PPN dan E – Faktur sehingga memerlukan aktivitas penyuluhan berberapa kali agar masyarakat paham dan segera memenuhi kewajibannya. Sedangkan pada tahun 2017 persentase sosialisai dan penyuluhan di ketiga KPP Pratama mengalami penurunan yang disebabkan sudah banyak calon PKP dan PKP sudah banyak yang memahami tentang tata cara perpajakan terkait dengan pelaporan dan penyetoran PPN dan sudah mulai muncul kesadaran untuk memenuhi kewajiban. Terlebih lagi pada tahun 2017 diberlakukannya tax amnesti yang memberikan keringanan dan pembebasan denda pajak sehingga banyak PKP yang menunaikan kewajibannya.

3. Mengunjungi lokasi wajib pajak dilokasi wajib pajak Selanjutnya, data calon PKP potensial yang

tertuang dalam DSE akan di kelompokkan ke dalam daftar penugasan ekstensifikasi (DPE) pajak dan diserahkan kepada petugas pelaksana ekstensifikasi pajak yang ditunjuk untuk dilakukan kunjungan ke lokasi calon PKP. Berikut

data aktivitas kunjungan lokasi calon PKP di KPP Pratama Kota Medan (Tabel 4). Tabel 4. Data Aktivitas Kunjungan Lokasi PKP di KPP Pratama Kota Medan Tahun 2015 – 2017

Sumber : Berbagai Sumber KPP Pratama Kota Medan 2015 – 2017.

Berdasarkan data dalam tabel di atas, maka dapat dinyatakan bahwa kegiatan kunjungan ke lokasi PKP telah dilakukan para seksi ekstensifikasi di KPP Pratama Kota Medan. Pada tahun 2015 – 2017, KPP Pratama Medan Polonia dan KPP Pratama Medan Kota melaksanakan kegiatan kunjungan ke lokasi calon PKP melebihi jumlah calon PKP yang terdapat dalam DSE. Hal ini disebabkan adanya beberapa calon PKP yang harus berkali – kali didatangi oleh petugas pajak, baru bersedia untuk ditemui. Calon PKP kurang membuka diri kepada petugas pajak mencerminkan tingkat kepatuhan calon PKP yang masih rendah. Selain itu terdapat calon PKP yang dikunjungi bukan hanya dari data DSE tetapi juga dari PKP yang datang atas kesadaran sendiri untuk dikukuhkan menjadi PKP sehingga petugas melakukan kunjungan untuk memastikan data yang diberikan oleh PKP sesuai dengan keadaan sebenarnya seperti kepemilikan usaha dan peredaran usaha. Sedangkan KPP Pratama Medan Petisa memiliki jumlah kunjungan ke lokasi calon PKP kurang dari jumlah DSE. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat beberapa calon PKP yang belum dikunjungi oleh petugas dan terdapat beberapa calon PKP yang tidak bisa dikunjungi karena alamat calon PKP tidak valit sehingga lokasi calon PKP tidak diketemukan oleh petugas. Dilihat dari aktivitas kunjungan, KPP Pratama yang paling banyak melakukan kunjungan adalah KPP Pratam Medan Polonia.

4. Melakukan Pengamatan Potensi Pajak

Petugas pajak yang melakukan kunjungan ke

lokasi calon PKP akan membawa membawa identitas dan membawa formulir pengamatan untuk mendeteksi potensi pajak yang dimiliki calon PKP baik dari segi subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan undang – undang pajak. Berikut data persentase efektivitas pengamatan potensi pajak di KPP Pratama Kota Medan (Tabel 5).

Page 8: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

65

Tabel 5. Data aktivitas Pengamatan Potensi Pajak Tahun 2015 – 2017

Sumber : KPP Pratama Kota Medan 2015 – 2017

Berdasarkan data dalam tabel di atas, maka dapat dinyatakan bahwa kegiatan pengamatan atas peredaran usaha calon PKP untuk mendeteksi potensi pajak telah dilakukan oleh seksi ekstensifikasi KPP Pratama Kota Medan. Hal ini terlihat pada tahun 2015 – 2017di KPP Pratama Medan Kota telah melakukan pengamatan sesuai dengan jumlah daftar sasaran ekstensifikasi (DSE) yang menjadi target. Namun, KPP Pratama Medan Polonia melaksanakan kegiatan pengamatan melebihi jumlah calon PKP yang terdapat dalam DSE. Hal ini disebabkan beberapa calon PKP memerlukan pengamatan yang berkali - kali oleh petugas pajak hingga petugas mendapatkan data yang valit tentang kondisi dan perdaran usaha calon PKP. Upaya ini dilakukan oleh petugas karena dokumen transaksi yang diminta oleh petugas kepada beberapa calon PKP untuk keperluan pengisian formulir pengamatan tidak sesuai dengan kondisi usaha real, akibatnya petugas sulit untuk mendeteksi potensi calon PKP, sehingga petugas melakukan pengamatan yang seksama terhadap peredaran usaha calon PKP langsung ke lapangan. Selain itu terdapat calon PKP yang diamati bukan hanya dari data DSE tetapi juga dari PKP yang datang atas kesadaran sendiri untuk dikukuhkan menjadi PKP sehingga petugas melakukan kunjungan dan pengamatan untuk memastikan data yang diberikan oleh PKP sesuai dengan keadaan sebenarnya seperti kepemilikan usaha dan peredaran usaha. Sedangkan pada KPP Pratama Medan Petisa memiliki jumlah pengamatan dari jumlah DSE karena terdapat beberapa calon PKP yang belum dikunjungi oleh petugas sebagaiman telah dijelaskan di atas dan terdapat beberapa calon PKP yang tidak bisa diamati karena alamat calon PKP tidak valit sehingga lokasi calon PKP tidak diketemukan oleh petugas. Dilihat dari aktivitas pengamatan, KPP Pratama yang paling banyak melakukan kunjungan adalah KPP Pratam Medan Polonia.

5. Pemberian surat himbauan

Calon PKP yang telah diamati dan dianggap telah memiliki potensi pajak dan belum mendaftar menjadi PKP akan diberikan surat himbauan agar calon PKP datang ke KPP Pratama untuk segera mendaftar diri dan dikukuhkan menjadi PKP dan melengkapi dokumen yang butuhkan sesuai dengan ketentuan umum perpajakan (KUP). Berikut data hasil pemberian surat himbauan pajak di KPP Pratama Kota Medan (Tabel 6).

Tabel 6. Data Pemberian Surat Himbauan KPP Pratama Kota medan Tahun 2015 – 2017

Sumber : KPP Pratama Kota Medan 2015 – 2017

Berdasarkan data dalam tabel di atas, maka dapat dinyatakan bahwa kegiatan penerbitan dan penyerahan surat himbauan kepada calon PKP telah dilakukan sebagaimana mestinya di KPP Pratama Kota Medan. Namun selama tahun pengamatan, jumlah surat himbauan yang dikeluarkan oleh seksi ekstensifikasi melebihi jumlah daftar sasaran ekstensifikasi (DSE). Keadaan ini disebabkan calon PKP kurang merespon surat himbauan yang dikirim oleh petugas pajak. Sebagian besar calon PKP yang harus berkali – kali diberikan surat himbauan oleh petugas pajak baru bersedia untuk datang ke KPP dengan membawa berkas yang diminta dan bersedia untuk dikukuhkan menjadi PKP. Hal ini menggambarkan tingkat kepatuhan calon PKP yang masih rendah. Keadaan ini juga menggambarkan aktivitas pemberian surat himbauan masih kurang efektif dan efisien karena memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit.

Evaluasi Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi KPP Pratama Kota Medan

Penambahan PKP Baru merupakan salah

satu target utama dari pelaksansaan ektensifikasi dan sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE – 06/PJ.9/2001 bahwa ekstensifikasi pajak adalah kegiatan yang

Page 9: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

66

berkaitan dengan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jendral Pajak (DJP). Semua upaya yang telah dilakukan oleh seksi ekstensifikasi pajak ditujukan untuk meningkatkan perluasan penggalian potensi pajak dengan penambahan jumlah PKP baru. Penambahan PKP baru dilakukan dengan cara pemberian dan pengukuhan PKP baru yang dulu disebut nomor pokok pengusaha kena pajak (NPPKP). Petugas melakukan pengukuhan calon PKP menjadi PKP yang telah memenuhi syarat pajak secara sabjekti fan objektif menurut undang – undang pajak. Data yang menjadi target pengukuhan PKP adalah daftar sasaran ekstensifikasi. Berikut data efektivitas pemberian NPPKP (Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak) dengan persentase Penambahan PKP Baru di KPP Pratama Kota Medan (Tabel 7).

Tabel 7. Efektivitas Pengukuhan PKP Baru di KPP Pratama Kota medan Tahun 2015 – 2017

Sumber : KPP Pratama Kota Medan 2015 – 2017.

Berdasarkan data dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa KPP Pratama di Kota Medan pada tahun 2015 berhasil meningkatkan jumlah PKP baru dengan kategori efektif bahkan sangat efektif. KPP Partama yang berhasil menambah PKP baru paling banyak adalah KPP Pratama Medan Polonia. KPP Pratama ini berhasil mengukuhkan PKP melebihi jumlah calon PKP dalam DSE secara berturut – turut selama tahun 2015 – 2017 dengan kategori sangat efektif. Sedangkan KPP Pratama Medan Kota pada tahun 2015 berhasil menambah PKP baru dengan kategori sangat efektif, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2016 – 2017. Hal ini disebabkan jumlah DSE yang menjadi target penambahan PKP baru terlalu tinggi. Penetapan jumlah DSE pada tahun 2016 ditetapkan berdasarkan potensi pajak dan optimisme KPP Pratama Medan Kota akan pencapaian penambahan PKP baru bertolak dari keberhasilan KPP Pratama pada tahun 2015. Selain itu, kegiatan kunjungan dan pengamatan yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota masih berada di bawah aktivitas yang dilakukan oleh KPP Pratama Polonia. Ditambah dengan penurunan kondisi ekonomi yang menyebabkan penurunan kondisi usaha dan keuangan calon

PKP yang tidak memungkinkan untuk menjadi PKP dan masih kurangnya kesadaran dan keputuhan calon PKP meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan oleh petugas pajak untuk meningkatkan kesadaran calon PKP baru yang potensial untuk menjadi PKP sehingga banyak calon PKP yang tidak mendaftarkan diri menjadi PKP. Sama halnya dengan KPP Pratama Medan Kota, KPP Medan Petisa sempat berhasil menambah PKP baru dengan kategori efektif pada tahun 2015, tatapi mengalami penurunan pada tahun 2016 – 2017. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi dan usaha calon PKP sebagaimana telah dijelaskan di atas. Selain itu, kegiatan kunjungan dan pengamatan yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Petisa masih di bawah jumlah calon PKP dalam DSE yang manjadi target kunjungan dan pengamatan. Sehingga hasil dari upaya penambahan PKP baru tidak sesuai dengan target.

Efektivitas Pelaksanaan Instensifikasi Pajak Kota Medan Pelaksanaan Intensifikasi Pajak Kota Medan

Intensifikasi pajak adalah kegiatan

optimalisasi penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifiksi wajib pajak. Kegiatan intensifikasi pajak sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE – 51/PJ/2013 terdiri dari penentuan jumlah PPN yang harus disetor dalam tahun berjalan, dimulai sejak bulan Januari sampai Desember dalam tahun yang bersangkutan, penentuan jumlah PPN yang terutang atas taransaksi penjualan, melakukan pemeriksaaan untuk mengetahui besarnya jumlah pembayaran pajak pertambahan nilai, menerbitkan surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB) PPN untuk melakukan penagihan piutang PPN, mengadakan konsultasi tentang perhitungan dan pembayaran PPN.

Dalam upaya pemenuhan semua kegiatan intensifikasi pajak, KPP Pratama sesuai dengan ketentuan DJP memberikan tugas kepada account representative (AR) untuk mengawasi kepatuhan PKP dalam memenuhi kewajibannya. Dalam tugas pengawasan, AR bertugas mengawasi pelaporan dan pembayaran pajak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan menemukan indikasi ketidak sesuaian antara surat pemberitahuan tahunan (SPT) PPN dengan faktur pajak sebagai dasar pengusulan pemeriksaan. Pada saat ini, DJP telah memberlakukan E- Faktur yang memberikan kemudahan kepada AR untuk menilai keabsahan pelaporan PPN dan menemukan indikasi ketidakpatuhan PKP. Di samping itu, AR selalu memberikan konsultasi teknis kepada PKP yang mengalami kesulitan dalam pelaporan dan pembayaran pajak, mengeluarkan surat

Page 10: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

67

himbauan kepada PKP untuk memenuhi kewajiban pajak, dan ikut ambil andil dalam sosialisasi peraturan baru. AR juga membuat pemuktahiran profil PKP dengan cara menghubungi dan mendatangi lokasi PKP sebagai upaya validasi data PKP seperti alamat dan kondisi usaha dan kepemilikan usaha, serta merekonsiliasikan data PKP. AR bertugas menyusun estimasi penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, dan membuat konsep laporan sacara berkala.

Sedangkan penentuan jumlah PPN yang harus disetor dalam tahun berjalan dan penentuan jumlah PPN yang terutang atas taransaksi penjualan adalah laporan pajak yang sampaikan oleh PKP setiap bulan dan hasil pemeriksaan. Data jumlah PPN yang harus disetor dan jumlah PPN terutang berasal dari kombinasi data yang diperoleh dari AR dan dari seksi pemeriksaan. Selanjutnya, upaya lain dari KPP Pratama untuk menopang pelaksanaan intensifikasi pajak adalah pemeriksaaan yang dilakukan oleh seksi pemeriksaan berdasarkan usulan dari AR. Hasil pemeriksaan akan menetukan produk hukum yang akan diterbitkan seperti surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB), surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB), dan surat ketetapan pajak nihil (SKPLB). Surat ketetapan pajak yang berkaitan dengan penagihan piutang pajak atau pajak kurang bayar dan tunggakan pajak dari hasil penyelidikan dan pemeriksaan adalah SKPKB. Evaluasi Efektivitas Pelaksanaan Intensifikasi Pajak di KPP Pratama Kota Medan

Dalam Upaya pelaksanaan kegiatan

intensifikasi pajak, para petugas pajak telah melakukan berbagai kegiatan sesuai prodesur perudang – undagan pajak. Berikut efektivitas pelaksanaan intensifikasi pajak berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE – 51/PJ/2013 yaitu:

a. Tingkat efektivitas Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan untuk menyelidiki kebenaran antara data dari hasil pelaporan PKP dengan data PKP yang sebenarnya. Tujuan utama dari kegiatan pemeriksaan terhadap PKP adalah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. kegiatan pemeriksaan akan memberikan eterrent effect (efek jera) kepada PKP yang menyalahgunakan hak dan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan sangat perlu dilakukan agar KPP memiliki data yang konkrit dan valit tentang kondisi usaha dan keuangan PKP. Kegiatan pemeriksaan terbagi tiga yaitu pemeriksaan rutin, khusus dan lainnya. pemeriksaan dilakukan berdasarkan usulan pemeriksaan yang berasal dari hasil

temuan AR dan kepala kantor. Pada saat AR menemukan indikasi ketidakpatuhan PKP dalam hal pelaporan dan pembayaran, ketidaksesuaian antara faktur pajak dengan SPT masa PPN, maka AR akan mengajukan usulan pemeriksaan ke seksi pemeriksaan. Berikut persentase efektivitas kegiatan pemeriksaan di KPP Pratama Kota Medan (Tabel 8).

Tabel 8. Efektivitas Pemeriksaan di KPP Pratama Kota Medan Tahun 2015 – 2017

Sumber : KPP Pratama Kota Medan 2015 – 2017.

Berdasarkan data dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 – 2016 persentase efektivitas pemeriksaan di KPP Pratama Kota Medan Khususnya KPP Pratama Medan Polonia mencapai lebih dari 100% sehingga masuk dalam kategori sangat efektif. Realisasi pemeriksaan di KPP Pratama Medan Polonia dari tahun 2015 – 2017 lebih tinggi dibandingkan dengan target pemeriksaan (usulan pemeriksaan) yang disebabkan masih terdapat beberapa PKP yang masih memerlukan pemeriksaan secara rutin setiap tahun. Selain itu, terdapat beberapa PKP yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk diperiksa sehingga data pemeriksaan tahun lalu masuk ke dalam data realisasi pemeriksaan di tahun berjalan. Dilihat dari segi jumlah PKP yang diperiksa dengan jumlah usulan pemeriksaan, proses pemeriksaan tergolong sangat efektif, tetapi dilihat dari segi waktu, pelaksanaan pemeriksaan masih tergolong kurang efektif karena memakan waktu yang cukup lama. Sama halnya dengan KPP Pratama Medan Kota pada tahun 2015 melaksanakan pemeriksaan melebihi jumlah pemeriksaan yang diusulkan sehingga berkategori sangat efektif, tetapi Pada tahun 2016 persentase PKP yang berhasil diperiksa mencapai 98,32% dengan kategori efektif dan mengalami penurunan pada tahun 2017 yang mencapai persentase 88,15% dengan kategori cukup efektif. Hal ini disebabkan lokasi PKP yang diperiksa tidak valit sehingga petugas sulit untuk menemukan PKP dan terdapat beberapa PKP yang tidak mendukung tugas tim pemeriksa seperti dokumen yang diminta petugas tidak lengkap sehingga sulit untuk melakukan proses

Page 11: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

68

pemeriksaan. Selain itu, terkadang petugas lupa membawa identitas sebagai petugas pajak sehingga PKP tidak mau membuka diri kepada para petugas pajak. Sedangkan pada KPP Pratama Medan Petisa memiliki persentase pemeriksaan yang relatif stabil hanya sedikit mengalami penurunan pada tahun 2016 dan 2017.

b. Menerbitkan SKPKB PPN (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPN) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPN merupakan salah satu media untuk melakukan penagihan pajak piutang dan tunggakan pajak termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) yang ditetapkan kurang bayar dari hasil pemeriksaan. PPN kurang bayar timbul dari selisih antara PPN masukan dan PPN keluaran, dimana PPN keluaran lebih besar dibandingkan dengan PPN masukan. SKPKB akan dikeluarkan pada saat PKP tidak melakukan pelaporan dan pembayaran pajak, padahal menurut hasil pemeriksaan PKP bersangkutan layak untuk melakukan pelaporan dan pembayaran pajak. Selain itu, PKP yang berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan jumlah PPN labih bayar yang terdapat dalam SPT tidak sesuai dengan faktur pajak, dokumen pendukung dan dan temuan di lapangan. Pada saat hasil pemeriksaan menyatakan bahwa PKP memiliki PPN kurang bayar bukan PPN lebih bayar, maka akan dikeluarkan SKPKB PPN kepada PKP. Berikut persentase efektivitas penerbitan SKPKB PPN di KPP Pratama Kota Medan (Tabel 9).

Tabel 9. Efektivitas Penerbitan SKPKB PPN di KPP Pratama Kota Medan Tahun 2015 – 2017.

Sumber : KPP Pratama Kota Medan 2015 – 2017

Berdasarkan data dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa KPP Pratama di Kota Medan pada tahun 2015 – 2017 telah melakukan tugas penagihan piutang dan tunggakan pajak dengan mengeluarkan produk hukum yaitu SKPKB sesuai dengan jumlah PKP PPN KB dari hasil pemeriksaan dengan persentase efektivitas maksimal 100%, sehingga termasuk kategori sangat efektif. Evaluasi Efektivitas Penerimaan PPN dari Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak di KPP Pratama Kota Medan

Hasil akhir dari pelaksanaan intensifikasi dan

ekstensifikasi pajak KPP Pratama Kota Medan adalah peningkatan pemerimaan PPN dari hasil pemungutan yang dilakukan oleh petugas pajak baik kepada PKP baru maupun PKP tedaftar sistem administrasi DJP. Hasil pemungutan pajak tergambar dari jumlah PKP yang melakukan pembayaran pajak khususnya PPN. Berikut persentase efektivitas pembayaran PPN di KPP Pratama Kota Medan (Tabel 10).

Berdasarkan data dalam tabel 10, dapat dilihat bahwa jumlah realisasi PKP yang melakukan pembayaran PPN di KPP Pratama Kota Medan terus meningkat dari tahun 2015 – 2017. Namun jumlah PKP yang melakukan pembayaran PPN masih sangat kurang dibandingkan PKP terdaftar.

Tabel 10. Efektivitas Pembayaran PPN di KPP Pratama Kota Medan Tahun 2015 – 2017

Nama KPP Tahun PKP

Terdaftar

Jumlah Realisasi PKP

Bayar PPN % Efektivitas Kategori

KPP Pratama Medan Polonia

2015 2.422 1.543 63,71% Kurang efektif

2016 2.747 1.631 59,37% Tidak Efektif 2017 2.984 1.726 57,84% Tidak Efektif

KPP Pratama Medan Kota

2015 2.759 1.686 61,11% Kurang efektif 2016 3.014 1.713 56,83% Tidak Efektif 2017 3.240 1.774 54,75% Tidak Efektif

KPP Pratama Medan Petisa

2015 2.044 1.430 69,96% Kurang efektif 2016 2.339 1.543 65,97% Kurang efektif 2017 2.562 1.571 61,32% Kurang efektif

Sumber : KPP Pratama Kota Medan 2015 – 2017 Hal ini terlihat dari nilai persentase yang menurun

dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, persentase efektivitas pembayaran PPN di KPP Pratama Medan Polonia dan Medan Kota dari pelaksanaan

Page 12: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

69

ekstensifikasi dan intensifikasi pajak mencapai 63,71% dan 61,15% dengan kategori kurang efektif dan pada tahun 2016 – 2017 persentase efektivitas PKP yang melakukan pembayaran semakin menurun dengan kategori tidak efektif. Sedangkan persentase efektivitas pembayaran PPN di KPP Pratama Medan Petisa relatif stabil dari tahun ke tahun tetapi masih berada di range 60% - 80% dengan kategori kurang efektif. Peningkatan jumlah PKP yang terdaftar tidak sebanding dengan peningkatan jumlah PKP yang melakukan pebayaran. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah PKP yang melakukan pembayaran di antaranya adalah faktor ekonomi. Banyak PKP yang tidak melakukan pembayaran karena PKP mengalami penurunan penjualan sehingga jumlah PPN nihil atau lebih bayar sehingga PKP tidak dapat menyetorkan PPN secara langsung ke KPP Pratama. Faktor kedua adalah rendahnya tingkat kedasadaran dan kepatuhan PKP dalam upaya penyetoran PPN. Dari faktor kedua, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dalam upaya pemungutan dan membangun kesadaran PKP masih kurang. Faktor internal adalah sistem administrasi pajak yang terkadang kurang up date. Salah satu

kondisi yang dialami oleh petugas pajak berdasarkan hasil wawancara yaitu terdapat beberapa PKP yang tidak diketahui keberadaan alamat unit usaha dan alamat pemilik tetapi masih tercatat sebagai PKP. Keadaan ini tentu saja menyulitkan petugas pajak untuk melakukan pemungutan.

Selanjutnya, tujuan utama dari pelaksanaan ektensifikasi dan intensifikasi pajak khususnya PPN adalah penerimaan PPN. Keberhasilan dari kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak khususnya PPN adalah peningkatan penerimaan PPN dari tahun ke tahun. PPN merupakan salah satu sumber terbesar penerimaan negara. Dengan meningkatnya penerimaan PPN berarti pemerintah telah menyiapkan sumber pendanaan yang besar bagi pembangunan negara. Namun jumlah besarnya PPN di pengaruhi oleh peredaran usaha dan tingginya transaksi penyerahan barang kena pajak (BKP) dan jasa kena pajak (JKP). Sedangkan tingkat penyerahan barang atau penjualan BKP dan JKP di pengaruhi daya beli masyarakat yang tentu saja ditentukan oleh kondisi ekonomi. Berikut persentase efektivitas penerimaan PPN di KPP Pratama Kota Medan (Tabel 11).

Tabel 11. Efektivitas Penerimaan PPN di KPP Pratama Kota Medan Tahun 2015 – 2017

Sumber : KPP Pratama Kota Medan 2015 – 2017

Berdasarkan tabel 11, perbandingan antara target

dan realisasi penerimaan PPN di KPP Pratama Kota Medan dapat digambarkan dalam grafik 1 – 3.

1. KPP Pratama Medan Polonia

Sumber : Data diolah 2015 – 2017

2. KPP Partama Medan Kota

Sumber : Data diolah 2015 – 2017

3. KPP Pratama Medan Petisah

Page 13: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

70

Berdasarkan data dalam tabel dan grafik di atas,

dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 – 2017 penerimaan PPN di KPP Pratama Kota Medan khususnya KPP Pratama Medan Polonia termasuk kategori sangat efektif. Peningkatan persentase penerimaan PPN dialami juga oleh pada KPP Pratama Medan Kota dengan kategori cukup efektif dan pada tahun 2016 – 2017 persentase penerimaan PPN lebih meningkat sehingga masuk dalam kategori sangat efektif. Sama halnya dengan penerimaan PPN di KPP Pratama Medan Petisa juga mengalami peningkatan, walupun penerimaan PPN pada tahun 2015- 2016 masih dibawah target. Pada tahun 2015, penerimaan PPN di KPP Pratama

Medan Petisa termasuk kategori cukup efektif yang kemudian meningkat pada tahun 2016 dengan kategori efektif dan pada tahun 2017 meningkatkan lagi sehingga termasuk dalam ketegori sangat efektif. Berdasarkan hasil penjabaran di atas dan hasil wawancara, diketahui bahwa pihak petugas ekstensifikasi dan intensifikasi KPP Pratama di Kota Medan mampu melakukan pemungutan PPN dengan jumlah nominal yang besar walaupun jumlah PKP yang melakukan pembayaran masih sangat kurang. Dengan kata lain, petugas ekstensifikasi dan intensifikasi di KPP Pratama di Kota Medan mampu malakukan pemungutan kepada PKP yang memiliki PPN kurang bayar dengan nominal yang besar. Sehingga ada kemungkinan penerimaan pajak akan lebih tinggi apabila petugas ekstensifikasi dan intensifikasi mampu meningkatkan kinerjanya dan membaiknya kondisi ekonomi.

Dilihat dari segi pertumbuhan penerimaan PPN, ketiga KPP Pratama yang ada di Kota Medan sempat mengalami penuruan pada tahun 2016. Berikut data pertumbuhan penerimaan PPN di KPP Pratama Kota Medan:

Tabel 12. Pertumbuhan Penerimaan PPN di KPP Pratama Kota Medan Tahun 2015 – 2017

Sumber : Berbagai Sumber KPP Pratama Kota Medan 2015 – 2017

Berdasarkan data dalam tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa pertumbuhan penerimaan PPN KPP Pratama Kota Medan mengalami penurunan pada tahun 2016 dan kembali naik pada tahun 2017. Hal ini terlihat di KPP Pratama Medan Polonia dan Medan Kota mengalami penuruan pada tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2017, pertumbuhan penerimaan PPN di KPP Pratama Medan Polonia dan Medan Kota mengalami kenaikan. Namun KPP Pratama Medan Petisa dari tahun 2015 – 2017 terus mengalami kenaikan penerimaan PPN. Hal ini disebabkan jumlah PKP yang melakukan pembayaran dari kegiatan ektensifikasi dan intensifikasi di kedua KPP (Medan Polonia dan Medan Kota) pada tahun 2016 mengalami penurunan sedangkan jumlah PKP yang melakukan pembayaran di KPP Pratama Medan Petisa relatif stabil walaupun jumlah PKP yang membayar masih di bawah dari jumlah PKP yang terdaftar.

Penurunan penerimaan PPN di KPP Pratama Medan Polonia dan Medan Kota pada tahun 2016

disebabkan menurunnya kondisi usaha para PKP yang mengakibatkan menurunnya jumlah PPN kurang bayar bahkan menimbulkan PPN lebih bayar atau PPN nihil, sehingga banyak PKP tidak melakukan pembayaran PPN. Disamping itu, menurut hasil wawancara masih banyak PKP yang memiliki kesadaran dan kepatuhan relatif rendah sehingga beberapa PKP yang tidak melakukan pembayaran PPN walaupun PKP bersangkutan memiliki PPN kurang bayar. Pada tahun 2017, Direktorat Jendral Pajak (DJP) mengeluarkan kebijakan tax amnesty sehingga KPP Pratama Medan Polonia, Medan Kota dan Medan Petisa mengalami peningkatan penerimaan PPN. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Ektensifikasi dan Intensifikasi Pajak di KPP Pratama Kota Medan

Banyak hambatan yang dialami oleh petugas

pajak KPP Pratama di Kota Medan selama melaksanakan tugas ekstensifikasi dan intensifikasi

Page 14: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

71

pajak dalam upaya peningkatan penerimaan PPN. Berikut berbagai hambatan yang dialami petugas dan strategi penyelesaiannya:

a. Hambatan pelaksanaan ektensifikasi dan intensifiksi pajak Hambatan yang terjadi selama proses pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak diantaranya adalah: 1. Keterbatasan pengetahuan PKP khususnya

calon PKP tentang ketentuan perpajakan. Walaupun petugas pajak telah melakukan kegiatan penyuluhan dan konsultasi kepada PKP dan calon PKP, tetapi tetap saja para PKP dan calon PKP mengalami kesulitan dalam upaya penerapan ketentuan perpajakan. Penyebab keadaan ini adalah terdapat PKP dan calon PKP memberikan kuasa kepada pihak lain untuk melakukan konsultasi dan mengikuti kegiatan penyuluhan seperti pihak keluarga dan pegawai perusahaan yang tidak memiliki dasar pengetahuan tentang pajak sehingga sulit melakukan transfer ilmu kepada pemiliki usaha. Ditambah lagi pemilik usaha melakukan beberapa kali penggantian pegawai yang menangani pajak sehingga pegawai yang bersangkutan memerlukan waktu untuk mempelajari kembali semua ketentuan perpajakan terutama PPN.

2. Ketidakpatuhan dan kurangnya kesadaran PKP dan calon PKP untuk melaksanakan kewajiban perpajakan yang tercermin dari sikap kurang PKP yang kurang mendukung pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. hal ini terlihat, banyak PKP dan calon PKP yang tidak memenuhi atau merespon undangan penyuluhan dan surat himbauan. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa PKP dan calon PKP yang sulit untuk ditemui dan ada yang terang – terangan menolak untuk ditemui oleh petugas pada saat kunjungan, tidak memberikan dokumen yang diminta oleh petugas baik untuk keperluan pengamatan dalam upaya ekstensifikasi maupun untuk keperluan pemeriksaan dalam upaya intensifikasi pajak. Terkadang petugas menemukan data tentang kondisi usaha yang diperoleh dari hasil wawancara berbeda dengan data yang ditemukan di lapangan. Disamping itu, banyak PKP dan PKP baru yang tidak melakukan pelaporan pajak dan pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan perpajakan. Bahkan terdapat beberapa PKP yang belum memenuhi tunggakan pajak yang terlihat dari jumlah SKPKB PPN yang dikeluarkan oleh petugas pajak. Dari hasil wawancara, petugas pajak menyatakan bahwa terdapat PKP memiliki double bukti sehingga menyulitkan petugas melakukan proses pemeriksaan dalam upaya menentukan piutang dan tunggakan pajak khususnya PPN.

3. Keterbatasan data yang dimiliki KPP Pratama Kota medan untuk pelaksanaan ektensifikasi dan intensifikasi pajak. Terkadang alamat PKP dan calon PKP tidak sesuai dengan data yang ada di dalam sistem data DJP. Dengan kata lain, sistem data DJP kurang up date. Sehingga petugas mengalami kesulitan dalam melakukan kunjungan ke lokasi PKP dan calon PKP. Selain itu, PKP dan calon PKP tidak memberitahukan kepada pihak KPP kepindahan unit usahanya. Disamping itu, petugas pajak pernah menemukan PKP yang melaporkan PPN bukan pemilik unit usaha yang sebenarnya tetapi tercantum di dalam laporan sebagai pemilik.

4. Keterbatasan yang dimiliki oleh petugas pajak dalam melaksanakan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak diantaranya yaitu materi yang diberikan oleh petugas kurang menarik perhatian para peserta penyuluhan, beberapa KPP Pratama di Kota Medan tidak memiliki pegawai khusus untuk menangani penyuluhan pajak sehingga kurang fokus, terkadang pentugas tidak mengecek terlebih dahulu valit atau tidaknya alamat dan status kepemilikan unit usaha yang diberikan oleh PKP dan calon PKP sehingga petugas sulit untuk melakukan kunjungan dan pemeriksaan.

b. Upaya mengatasi hambatan pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak Petugas pajak KPP Pratama Kota Medan telah melakukan berbagai upaya untuk mengatahi hambatan pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak, diantaranya yaitu: 1. Menigkatkan koordinasi dengan pihak ketiga

seperti Desperindak, pemilik pusat pasar, PEMKO, PEMKAB, koperasi, lembaga perbankkan dan asosiasi pedagang.

2. Melakukan penelisiran secara langsung ke lapangan atau ke lokasi yang diperkirakan memiliki potensi penerimaan pajak PPN setelah memastikan bahwa pelaku usaha (calon PKP) belum terdaftar dalam sistem administrasi DJP.

3. Merancang materi dan konsep peyuluhan pajak khususnya PPN semenarik mungkin sehingga menarik perhatian penserta penyuluhan. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan konsep Business Development Services (BDS) yang menawarkan metode penyuluhan yang baru dengan mengombinasikan antara materi perpajakan dengan materi yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha (UMKM) dalam pengembangan usaha.

4. Membentuk tim khusus penyuluhan pajak di masing – masing KPP Pratama di Kota Medan

5. Melakukan pendekatan empati dan kekeluargaan secara personal untuk

Page 15: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

72

membangun kemauan PKP dan calon PKP dalam menunaikan kewajibannya.

6. Membangun kesadaran PKP dan calon PKP melalui iklan pajak, berita, sodial media dan sms blast.

7. Menjaga hubungan dan komunikasi yang baik antara petugas pajak dengan PKP dan calon PKP sehingga petugas pajak tetap bisa memantau kondisi usaha dan lokasi usaha PKP dan calon PKP. Selain itu, petugas pajak melakukan pengecakan dan penelisiran ke lokasi unit usaha calon PKP yang meminta untuk dikukuhkan menjadi PKP. Hal ini dilakukan untuk mengurangi data di sistem data DJP yang kurang up date atau tidak valit.

8. Melakukan pengecekan dan penelusuran kembali data yang ada dalam sistem data DJP secara berkala untuk menentukan keakuratan dan kevalitan data, sehingga memudahkan petugas untuk melakukan kunjungan dan pemeriksaan.

9. Menerbitkan aturan sehubungan dengan percepatan jangka waktu pemeriksaan yaitu Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ/2016 tentang kebijakan pemeriksaan dan melakukan pengangkatan baru fungsional pemeriksa pajak.

10. Menerbitkan kebijakan hukum yang menarik perhatian PKP dan calon PKP untuk menunaikan kewajiban pajaknya seperti tax amnesty atau sejenisnya.

11. Membuat peraturan dan hukum pajak yang tegas untuk meningkatkan kepatuhan PKP agar membayar PPN sesuai dengan ketentuan pajak terlebih bagi PKP yang menyalahgunakan hak pajaknya dan PKP yang bersikap tidak koorperatif dengan para petugas pajak sehingga tidak banyak memakan waktu dalam proses kunjungan, pengataman dan pemeriksaan.

12. Melakukan pelacakan ke lapangan dan melihat transaksi riil dilapangan termasuk transaksi yang terkait dengan PPN beserta dokumen transaksi dan dokumen pendukung lainnya atau menetapkan tunggakan pajak dari Data DJP sesuai dengan lokasi usaha.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa petugas pajak di KPP Pratama di Kota Medan telah melaksanakan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE – 51/PJ/2013. Pelaksanaan ekstensifikasi dari hasil penambahan PKP baru di KPP Pratama di Kota Medan khususnya di KPP Pratama Medan Polonia pada tahun 2015 – 2016 termasuk kategori sangat efektif. Begitu juga dengan KPP Pratama Medan Kota dan Medan Petisa yang berhasil menambah PKP baru melebihi target, tetapi pada tahun 2016 – 2017 persentase efektivitas

penambahan PKP baru mengalami penurunan. KPP Pratama di Kota Medan telah melakukan intensifikasi pajak terutama dibidang pemeriksaan dengan kategori efektif dan penagihan piutang dan tunggakan pajak melalui penerbitan SKPKB PPN dengan kategori sangat efektif walaupun masih ada beberapa PKP yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk diperiksa sehingga masuk dalam realisasi pemeriksaan tahun berikutnya. Pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi kurang mampu meningkatkan persentase PKP yang melakukan pembayaran pajak, tetapi mampu meningkatkan penerimaan PPN pada tahun 2017 dengan kategori efektif walaupun dari segi petumbuhan penerimaan PPN sempat turun pada tahun 2016. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pihak petugas ekstensifikasi dan intensifikasi KPP Pratama di Kota Medan mampu melakukan pemungutan PPN dengan jumlah nominal yang besar walaupun jumlah PKP yang melakukan pembayaran masih sangat kurang. Dengan kata lain, petugas ekstensifikasi dan intensifikasi di KPP Pratama di Kota Medan mampu malakukan pemungutan PPN kepada PKP yang memiliki PPN kurang bayar dengan nominal yang besar. Selain itu pada tahun 2017, kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak yang dilakukan oleh para petugas pajak didukung oleh kebijakan tax amnesty.

Banyak hal yang menjadi penyebab terhambatnya pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dalam upaya peningkatan penerimaan PPN diantaranya keterbatasan pengetahuan PKP dan calon PKP, ketidakpatuhan dan kurangnya kesadaran PKP, keterbatasan data yang dalam sistem data DJP, keterbatasan yang dimiliki oleh petugas pajak. Adapun upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama di Kota Medan untuk meningkatkan pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dalam upaya peningkatan penerimaan PPN diantaranya yaitu: meningkatkan koordinasi dengan pihak ketiga, merancang materi dan konsep peyuluhan pajak khususnya PPN yang dapat menarik minat peserta, membentuk tim khusus penyuluhan pajak, melakukan pendekatan empati dan kekeluargaan dengan PKP dan calon PKP, menjaga hubungan dan komunikasi yang baik antara petugas pajak dengan PKP dan calon PKP, melakukan pengecekan dan penelusuran kembali data yang ada dalam sistem data DJP secara berkala, menerbitkan aturan sehubungan dengan percepatan jangka waktu pemeriksaan, menerbitkan kebijakan hukum yang menarik perhatian PKP dan calon PKP untuk menunaikan kewajiban pajaknya, membuat peraturan dan hukum pajak yang tegas untuk meningkatkan kepatuhan PKP, melakukan pelacakan ke lapangan dan melihat transaksi real dilapangan termasuk transaksi yang terkait dengan PPN beserta dokumen transaksi dan dokumen pendukung lainnya atau menetapkan tunggakan pajak dari Data DJP sesuai dengan lokasi usaha.

Page 16: Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi

Jurnal Bisnis Administrasi Volume 07, Nomor 01, 2018, 58-73

73

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Ruslam. (2014). Metode penelitian Kualitatif,

Ar – Ruzz media: Yogyakarta Aprilia, Anita .(2015). Penganan dan Pengawasan

Perpajakan dalam Rangka Intensifikasi di Bidang E – Commerce (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan), Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang

Direktorat Jendral Pajak .(2013). Buku Panduan (Buklet) Pajak Pertambahan Nilai

Depdagri Kementrian No. 690.900.327 (1996), Tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan

Diana, Anastasia & Setiawati, Lilis .(2014), Perpajakan (Teori dan Peraturan Terkini), Penerbit : Andi, Yogyakarta

Halim, Abdul (2014), Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh , Studi Kasus, Penerbit Salemba Empat : Jakarta

Kementrian Keuangan RI .(2014). Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014, Republik Indonesia.

Kementrian Keuangan RI.(2015). Budget and Brief APBN 2015, Republik Indonesia

Kementrian Keuangan RI. (2016), Laporan Tahunan Kementrian Keuangan, Republik Indonesia

Mardiasmo. (2011). Perpajakan, Edisi Revisi 2011, Andi: Yogyakarta.

Perturan Menteri Keuangan RI. (2012), Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak.

Peraturan Walikota Medan No. 40 (2012), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Medan Tahun Anggaran 2013.

Resmi, Siti. (2014). Perpajakan: Teori dan Kasus, Penerbit Salemba Empat: Jakarta.

Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, CV. Mandar Maju: Bandung

Silvia. (2015). Pelaksaan Ekstensifikasi dan Indentifikasi Pajak dalam Rangka Meningkatkan

Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Satu, Kalbi Socio, ISSN 2356 – 4385, Vol. 2, No. 1Jakarta.

Sugiono, (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta: Bandung

Sukmawati, Widdyah. (2013). Efektifitas Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Melalui Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi pada KPP Pratama Malang Utara), Jurnal Fakultas Administrasi, Universitas Brawijaya.

Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE – 06/PJ.9/2001, (2001). Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak

Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE – 51/PJ.9/2013, (2013). Tentang Petunjuk Pelaksanaan Praturan Direktur Jendral Pajak No. PER – 35/PJ/2013 Tentang Tata Cara Ekstensifikasi.

Suryadi, (2006). Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur, Jurnal Keuangan Publik , Vol.4, No. 1, p.105-121.

Undang – Undang Republik Indonesia No. 4 (2012). Tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012

Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 (2007). Tentang Perubahan Ketiga dari Undang – Undang No 6 tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang – Undang Republik Indonesia No. 42 (2009). Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah.

Wahyuni (2011). Tax Evasion : Dampak Self Assessment System. Jurnal Ilmiah Akuntansi dari Humanika.