efektivitas massage effleurage yang dilakukan...
TRANSCRIPT
i
i
EFEKTIVITAS MASSAGE EFFLEURAGE YANG
DILAKUKAN SUAMI TERHADAP NYERI PERSALINAN
KALA I FASE LATEN DI KECAMATAN SETU
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Oleh :
Qorina Fairuz Zerlita Fitryanti
NIM: 1113104000020
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017M/1438H
vi
vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, Juni 2017
Qorina Fairuz Zerlita Fitryanti, NIM: 1113104000020
Effectiveness of Massage Effleurage by Husband for Labor Pain during 1st Stage to
Latent Phase in Setu District
Xviii + 91 pages + 10 tables, 4 schemes, 6 attachments, 2 pictures
ABSTRACT
Maternal pain is subjective experience felt by the delivery mother because of uterine
contractions which is the physiological process of the human body when facing
childbirth. Non-pharmacological method is an alternative method in reducing labor pain
during the latent phase of the 1st stage. One kind of non-pharmacological treatment in the
management of labor pain is a massage effleurage applied by the husband, a light touch
of the stomach that can cause relaxation effects and will stimulate the brain to release
hormone endorphin. The purpose of this study to determine the effectiveness of massage
effleurage conducted by the husband to the pain of labor 1st stage latent phase in Setu
district. The research used quasy experiments with two pre test-post test design. The
sampling technique used was non probability sampling with purposive sampling method
30 respondents consisted of 15 respondents of intervention group and 15 respondents of
control group. The data collection technique used an observation sheet of massage
effleurage action by husband and NRS pain scale. Wilcoxon test is used for data analysis.
The results showed that the scale of pain of respondents in the intervention group before
being given a massage effleurage by the husband an average is 9.47 and after being given
a massage effleurage by the husband averaged 7.13, while in the control group before
doing relaxation of breath in accompanied by the husband- Average of 9.20 and after
doing relaxation of breath in accompanied by husband got an average of 8.47. The results
of the data analysis further obtained statistically significant results for the intervention
group p = 0,000; α = 0.05 and in the control group 0.001; α = 0.05. Conclusion: effective
massage effleurage to decrease labor pain 1st stage latent phase in Setu district.
Suggestions: The results of this study can be used as an alternative therapy in the
management of labor pain during the stage I latent phase.
Keyword: Massage Effleurage, Labor Pain 1st Stage of Latent Phase, Childbirth
vii
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Qorina Fairuz Zerlita Fitryanti, NIM: 1113104000020
Efektivitas Massage Effleurage yang Dilakukan Suami Terhadap Nyeri Persalinan
Kala I Fase Laten Di Kecamatan Setu
Xviii + 91 halaman + 10 tabel, 4 bagan, 6 lampiran, 2 gambar
ABSTRAK
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif yang dirasakan oleh ibu bersalin
karena adanya kontraksi uterus yang merupakan proses fisiologis tubuh manusia ketika
menghadapi persalinan. Penanganan non farmakologi merupakan penanganan alternatif
dalam mengurangi nyeri persalinan kala I fase laten. Salah satu penanganan non
farmakologi dalam manajemen nyeri persalinan adalah massage effleurage yang
dilakukan suami, berupa sentuhan ringan dari perut yang dapat menimbulkan efek
relaksasi dan akan merangsang otak untuk mengeluarkan hormon endorphin. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui efektivitas massage effleurage yang dilakukan oleh
suami terhadap nyeri persalinan kala I fase laten di Kecamatan Setu. Jenis penelitian yang
digunakan quasy eksperimen dengan rancangan two group pretest-posttest. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan non probability sampling dengan
metode purposive sampling sebanyak 30 responden yang terdiri 15 responden kelompok
intervensi dan 15 responden kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan
lembar observasi tindakan massage effleurage oleh suami dan skala nyeri NRS. Analisa
data menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala nyeri
responden pada kelompok intervensi sebelum diberikan massage effleurage oleh suami
rata-rata 9,47 dan setelah diberikan massage effleurage oleh suami rata-rata 7,13,
sedangkan pada kelompok kontrol sebelum melakukan relaksasi nafas dalam didampingi
oleh suami rata-rata 9,20 dan sesudah melakukan relaksasi nafas dalam didampingi oleh
suami didapatkan rata-rata 8,47. Hasil analisis data selanjutnya didapatkan hasil statistik
signifikan untuk kelompok intervensi p=0,000; α=0,05 dan pada kelompok kontrol 0,001;
α=0,05. Kesimpulan: massage effleurage efektif untuk menurunkan nyeri persalinan kala
I fase laten di Kecamatan Setu. Saran: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
alternatif terapi dalam manajemen nyeri persalinan kala I fase laten.
Kata kunci: massage effleurage, nyeri persalinan kala I fase laten, ibu melahirkan
viii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Qorina Fairuz Zerlita Fitryanti
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 04 Maret 1995
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Komplek Batan Indah Blok I no 60, Kelurahan
Kademangan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang
Selatan
Telepon : 081513683515
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Bakti Atomita (1999-2001)
2. SD Negeri Batan Indah (2001-2007)
3. SMP Negeri 01 Serpong (2007-2010)
4. SMA Negeri 07 Tangerang Selatan (2010-2013)
5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-Sekarang)
ix
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil‟alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, hidayah, serta anugerahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi dengan judul
“Efektivitas Massage Effleurage Yang Dilakukan Suami Terhadap Penurunan
Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten Di Kecamatan Setu”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini banyak
mengalami kesulitan dan tantangan, namun berkat pertolongan Allah serta
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Arif Sumantri, S.KM., M.kes., selaku dekan Fakultas kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yenita Agus, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., Ph.D selaku pembimbing I yang
telah membimbing dan memberikan motivasi.
x
x
5. Ibu Puspita Palupi, M.Kep., Ns.,Sp.Kep.Mat selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan motivasi.
6. Bapak Karyadi, M.Kep., Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan memberikan perhatiannya selama hampir 4 tahun duduk di
bangku perkuliahan.
7. Orang tua saya, Bapak Sri Maryanto dan Ibu Ety Yuheni, S.Pd yang telah
mendidik, memberikan dukungan, memberikan rasa kasih sayang yang luar
biasa tiada henti, mendo‟akan keberhasilan, serta memberikan dukungan moril
maupun materiil, serta kepada adikku tercinta Inneztia Amanda juga keluarga
besar saya yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya tiada
henti.
8. Sahabat-sahabat saya tercinta Atikah, Fidya, Natasya, Dian, Mawar,
Mahadiena, Dinda Ratu, Syifa, Syahrani, Risca, Deta, Afifatun, Mutoharoh,
dan Muna Mushoffa yang telah memberikan motivasi dan selalu ada di saat
senang dan sedih.
9. Teman-teman PSIK 2013 yang telah berjuang bersama dalam perkuliahan di
keperawatan.
10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu.
Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh
dari kata sempurna, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun kepada yang membaca. Atas bantuan dan segala dukungan yang
xi
xi
telah diberikan, penulis berdoa semoga semua kebaikan yang telah diberikan
mendapat balasan dari Allah SWT.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Ciputat, Januari 2017
Penulis
xii
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. v
ABSTRACT ...................................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ......................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 9
A. Landasan Teori ................................................................................................... 9
1. Persalinan ............................................................................................................ 9
2. Nyeri Persalinan ................................................................................................ 23
3. Massage Effleurage .......................................................................................... 35
4. Dukungan Suami ............................................................................................... 39
B. Penelitian Terkait .............................................................................................. 44
C. Kerangka Teori ................................................................................................. 47
xiii
xiii
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL 48
A. Kerangka Konsep ............................................................................................. 48
B. Hipotesis ........................................................................................................... 49
C. Definisi Operasional ......................................................................................... 50
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................ 52
A. Desain Penelitian .............................................................................................. 52
B. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 53
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 54
D. Instrument Penelitian ........................................................................................ 55
E. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 55
F. Pengolahan Data ............................................................................................... 59
G. Analisa Data ..................................................................................................... 60
H. Etika Penelitian ................................................................................................. 61
BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 63
A. Analisis Univariat ............................................................................................. 63
1. Karakteristik Responden ................................................................................... 63
B. Analisis Bivariat ............................................................................................... 66
1. Hasil Uji Normalitas ......................................................................................... 66
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................... 71
A. Analisis Univariat ............................................................................................. 71
1. Karakteristik Responden Penelitian Kelompok Intervensi dan Kontrol ........... 71
A. Analisis Bivariat ............................................................................................... 75
1. Efektivitas massage effleurage yang dilakukan oleh suami terhadap nyeri
persalinan kala I fase laten pada kelompok kontrol .......................................... 75
2. Efektivitas massage effleurage yang dilakukan oleh suami terhadap nyeri
persalinan kala I fase laten ................................................................................ 76
3. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 81
xiv
xiv
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 82
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 82
B. Saran ................................................................................................................. 82
1. Bagi Pelayanan Keperawatan............................................................................ 83
2. Bagi Penelitian Selanjutnya .............................................................................. 83
3. Bagi Profesi Keperawatan ................................................................................. 83
4. Bagi Masyarakat ............................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 84
LAMPIRAN .................................................................................................................... 88
xv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 50
Tabel 4.1 Desain Penelitian.................................................................................. 52
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Kelompok Intervensi Berdasarkan
Usia, Status Pekerjaan dan Pendidikan di Klinik Bersalin Wijaya
Kusuma Tangerang Selatan, April 2017 ................................................ 47
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Kelompok Kontrol Berdasarkan
Usia, Status Pekerjaan dan Pendidikan di Klinik Bersalin Wijaya
Kusuma Tangerang Selatan, April 2017 ................................................ 48
Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Tingkat Nyeri Responden Sebelum dan Sesudah
dilakukan Massage Effleurage, April 2017 ............................................ 49
Tabel 5.4 Perbedaan Rerata Tingkat Nyeri Responden Sebelum dan Sesudah
Relaksasi Nafas Dalam, April 2017 ....................................................... 66
Tabel 5.5 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Intervensi ................ 67
Tabel 5.6 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol .................... 51
Tabel 5.7 Efektivitas Massage Effleurage yang dilakukan oleh Suami terhadap
Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten Kelompok Intervensi, Mei 2017 ... 52
Tabel 5.8 Efektivitas Massage Effleurage yang dilakukan oleh Suami terhadap
Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten Kelompok Kontrol, Mei 2017 ....... 70
xvi
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Diagram Perubahan Fisiologis yang Menyertai Nyeri Bersalin .......... 27
Bagan 2.2 Mekanisme Peranan Massage Effleurage yang dilakukan oleh Suami
terhadap Nyeri Persalinan ..................................................................... 43
Bagan 2.3 Kerangka Teori .................................................................................... 47
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 48
xvii
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Kuesioner
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data
Lampiran 5 Surat Pernyataan Kerahasiaan Klinik
Lampiran 6 Hasil Analisis Data dengan SPSS
xviii
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Terjadinya His........................................................................ 12
Gambar 2.2 Massage Effleurage ........................................................................... 28
xix
xix
DAFTAR SINGKATAN
BAK : Buang Air Kecil
IASP : International Association for Study of Pain
T10, T11, T12 : Torasikus 10, 11, 12
L1, L2 : Lumbal 1, 2
ACTH : Adrenocorticotropic hormone
TD : Tekanan Darah
VAS : Visual Analog Scale
CRF : Corticotrophin Releasing Factor
NRS : Numerical Rating Scale
BPS : Badan Pusat Statistik
IRT : Ibu Rumah Tangga
POMC : Prooploidmelanocortin
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Bobak, 2006).
Persalinan suatu proses membuka dan menipisnya serviks serta terjadi
kontraksi uterus sehingga menyebabkan nyeri pada proses persalinan
(Mander, 2006). Nyeri merupakan proses alamiah dalam persalinan. Nyeri
persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait
dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin
selama persalinan (Rompas, dkk, 2015).
Penyebab nyeri pada persalinan meliputi faktor fisiologis dan psikologis,
faktor fisiologis merupakan intensitas rasa nyeri yang bertambah dari
pembukaan satu sampai sepuluh semakin bertambah tinggi dan semakin
sering sebanding dengan kekuatan kontaksi dan tekanan bayi terhadap
struktur panggul, diikuti regangan bahkan perobekan jalan lahir (Hartanti,
2005). Sedangkan faktor psikologis merupakan rasa takut dan cemas yang
berlebihan, rasa cemas yang berlebihan ini akan mempengaruhi rasa nyeri
(Hartanti, 2005). Respon fisiologis yang tidak teratasi dengan baik akan
menimbulkan masalah lain yaitu respon psikologis, dengan meningkatnya
kecemasan karena kurangnya pengetahuan dan belum ada pengalaman pada
1
2
ibu primigravida saat menghadapi persalinan sehingga produksi hormon
adrenalin meningkat dan mengakibatkan vasokonstriksi yang menyebabkan
aliran darah ibu ke janin menurun, janin akan mengalami hipoksia sedangkan
ibu akan mengalami persalinan lama dan dapat meningkatkan tekanan sistolik
dan diastolik (Manuaba, 2010). Nyeri pada saat persalinan mulai timbul pada
kala I fase laten dan fase aktif. Pada fase laten, nyeri dirasa kuat dan teratur
namun berlangsung lama, pembukaan serviks berlangsung selama 8 jam pada
fase ini, seiring bertambahnya frekuensi dan intensitas kontraksi uterus, nyeri
yang dirasakan semakin bertambah kuat dan memuncak pada fase aktif,
dimana pada fase ini pembukaan lengkap berlangsung sekitar 4,6 jam bagi
primipara dan 2,5 jam bagi multipara (Reeder, 2012 dalam Pane, 2014).
Banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri saat persalinan baik
dengan farmakologi maupun non farmakologi (Manuaba, 2010).
Upaya pengurangan nyeri non farmakologi lebih baik dilakukan karena
tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal, lebih sederhana dan tanpa efek
yang berbahaya. Pengurangan nyeri persalinan dengan metode non
farmakologi salah satunya dengan teknik sentuhan atau massage. Menurut
Klossner (2006) dalam buku yang berjudul Introductory Maternity Nursing,
sentuhan yang ringan dapat merangsang jalur saraf ke otak dan membuat
pengalihan terhadap nyeri, serta dapat menghasilkan sensasi dan
meningkatkan sirkulasi. Salah satu metode massage yang bisa digunakan
yaitu massage effleurage.
3
Massage effleurage adalah pijat lambat dari perut atau bagian tubuh lain
selama kontraksi (Murray & Huelsman, 2013). Massage effleurage tidak
hanya dilakukan untuk manajemen nyeri pada persalinan saja, namun juga
bisa digunakan untuk manajemen nyeri lainnya seperti nyeri post operasi,
kecemasan, dan low back pain (Beckett, dkk, 2010). Massage effleurage
dapat menimbulkan efek relaksasi pada ibu inpartu. Ketika ibu inpartu
mengalami relaksasi akan merangsang otak untuk menurunkan kadar hormon
adrenalin serta meningkatkan produksi oksitosin, dimana oksitosin berperan
penting dalam timbulnya kontraksi uterus yang adekuat (Chapman, 2006
dalam Wahyuni & Wahyuningsih, 2015). Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Wulandari dan Nur Hiba di Semarang pada tahun 2015,
yang menunjukkan bahwa ada pengurangan tingkat nyeri yang signifikan
dengan adanya perbedaan pada responden sebelum diberikan massage
effleurage rata-rata 3,78 dengan nyeri berat dan yang sudah diberikan
massage effleurage 2,96 dengan nyeri sedang. Hasil penelitian Sri dan
Endang di Klaten pada tahun 2015, juga menunjukkan bahwa massage
effleurage berpengaruh untuk menurunkan nyeri, dengan rata-rata nyeri
persalinan responden sebelum dilakukan massage effleurage adalah 5,11
dengan tingkat nyeri sedang dan rata-rata nyeri persalinan sesudah dilakukan
massage effleurage sebesar 2 dengan tingkat nyeri ringan. Salah satu yang
dapat mengurangi nyeri ibu saat persalinan adalah pendampingan dari
keluarga atau kehadiran suami (Arifin et al., 2015).
4
Kehadiran suami dalam mendampingi ibu saat bersalin sangat
diharapkan untuk memberikan dukungan agar ibu yang sedang mengalami
persalinan merasa aman, nyaman, dan berbesar hati sehingga kelahiran akan
berjalan lancar dan normal, selain itu kehadiran suami juga dapat
mendekatkan hubungan keluarga (Sofyan, 2003 dalam Putri, 2013).
Disebutkan oleh Grossman (1980) dalam Indrayani (2011) bahwa suami yang
paling sering mendampingi ibu saat bersalin, sangat kecil kemungkinan
gangguan emosional dan fisiknya, mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap proses persalinan yang aman, memperkecil komplikasi pada bayi
yang dilahirkan ibu, dan juga akan mempermudah persalinan. Pernyataan ini
didukung oleh penelitian Utami dan Maghfiroh tahun 2009 di Kuningan,
bahwa rata-rata lama persalinan pada ibu primigravida yang didampingi oleh
suami adalah 212,15 menit, sedangkan rata-rata lama persalinan pada ibu
primigravida tanpa didampingi suami adalah 354,55 menit, hal ini
menunjukkan bahwa kehadiran suami dapat membuat persalinan berlangsung
lebih cepat. Penelitian Mahmudah, dkk pada bulan April tahun 2016 di Pleret
Bantul juga menunjukkan bahwa peran suami dalam memberikan dukungan
moril kepada istri-istri mereka dalam proses persalinan tinggi, sebanyak 81,
3%.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas dan Klinik
Bersalin kecamatan Setu, dari hasil wawancara kepada 10 ibu yang pernah
mengalami persalinan dan melewati kala I fase laten, 8 diantaranya
mengatakan ketika merasakan nyeri saat persalinan ibu hanya melakukan
5
pergantian posisi miring kanan dan kiri seperti yang di intruksikan oleh
bidan. Peran suami kepada 8 ibu diatas saat merasakan nyeri persalinan yaitu
memberikan motivasi, memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan saat bersalin,
memberikan dukungan spiritual dan melakukan tindakan sentuhan atau
mengusap ringan pada bagian punggung dan abdomen ibu, namun tidak
mengerti secara menyeluruh tentang tindakan sentuhan ringan atau massage.
8 dari 10 ibu mengatakan bahwa saat suami memberikan motivasi atau
dorongan dan juga sentuhan ringan dapat menurunkan rasa nyeri dan stress
yang dialami ibu dalam bersalin, serta dapat memberikan kenyamanan dan
rasa bangga atas support atau dorongan yang diberikan oleh sang suami. 2
dari 10 ibu mengatakan suami yang mendampingi ibu saat persalinan tidak
berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri karena nyeri yang dirasakan
sangat hebat. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa bahwa
penelitian dengan judul Efektivitas Massage Effleurage yang Dilakukan Suami
terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten Di Kecamatan Setu ini perlu untuk
dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
penelitian ini menggunakan karakteristik ibu inpartu kala I fase laten dan
perlakuan massage effleurage yang melakukan adalah suami.
B. Rumusan Masalah
Nyeri adalah bagian integral dari persalinan dan melahirkan (Melzack,
1984 dalam (Mander, 2006). Intensitas nyeri persalinan pada setiap orang
berbeda. Faktor yang menyebabkan persepsi nyeri pada persalinan meliputi
rasa takut dan kecemasan yang tinggi, budaya melahirkan, posisi melahirkan,
6
agama, persentasi janin, serta dukungan keluarga terutama suami (Hartanti,
2005). Dengan adanya dukungan dari suami, seorang ibu yang akan
melahirkan akan merasa percaya diri dan tidak takut akan menghadapi proses
persalinan (Maghfiroh, 2013). Banyak upaya yang dilakukan untuk
menurunkan tingkat nyeri pada saat persalinan, salah satunya yaitu dengan
terapi non farmakologi massage effleurage.
Massage effleurage merupakan sentuhan ringan yang dilakukan dibagian
perut atau bagian tubuh lain selama kontraksi, sentuhan ringan ini dapat
dilakukan oleh ibu saat merasakan nyeri atau bergantian dengan pasangannya
(Murray & Huelsman, 2013). Fenomena masyarakat pada saat ini,
kenyataannya masih banyak para ibu yang merasa takut untuk melahirkan
secara normal atau spontan, ketakutan ini terjadi karena mendengar cerita-
cerita yang tidak menyenangkan saat pertama kali merasakan proses
melahirkan, dan masih kurangnya keterlibatan pendamping persalinan
terutama suami untuk mendampingi saat persalinan karna hal-hal tertentu
pada klinik atau rumah sakit tertentu. Berdasarkan fenomena yang terjadi
diatas, maka peneliti ingin mengetahui efektifitas massage effleurage yang
dilakukan oleh suami terhadap nyeri persalinan kala I fase laten di
Kecamatan Setu.
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas massage
effleurage yang dilakukan oleh suami terhadap nyeri persalinan kala 1 fase
laten di Kecamatan Setu.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik (usia, pendidikan dan pekerjaan)
variabel yang diteliti.
b. Mengidentifikasi intensitas nyeri persalinan kala 1 fase laten yang
diberikan massage effleurage oleh suami.
c. Mengidentifikasi intensitas nyeri persalinan kala 1 fase laten yang
tidak diberikan massage effleurage oleh suami.
d. Menganalisa keefektifan massage effleurage yang dilakukan oleh
suami terhadap intensitas nyeri persalinan kala 1 fase laten.
D. Manfaat Penelitian
Bagi petugas kesehatan di Kecamatan Setu diharapkan hasil penelitian ini
dapat dijadikan masukan untuk mensosialisasikan mengenai manfaat terapi
non farmakologi massage effleurage dalam menurunkan nyeri persalinan kala
I fase laten, dan dimasukkan dalam daftar intervensi asuhan kebidanan dan
asuhan keperawatan. Selain itu, bagi masyarakat hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada ibu dan suami tentang
manfaat massage effleurage yang dilakukan suami dapat menurunkan tingkat
nyeri pada saat menghadapi persalinan. Dan bagi profesi keperawatan dapat
8
dijadikan referensi bagi peneliti-peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut
tentang keefektifan massage effleurage yang dilakukan suami, ataupun dengan
metode non farmakologi lainnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup kedunia luar dari rahim
maupun diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010).
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan
membran dari dalam lahir melalui jalan lahir. Serangkaian kejadian
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bilan atau hampir
cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu (Bobak, I, 2006).
Persalinan adalah rangkaian proses berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri
dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008).
Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang
dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap
demikian selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap
dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
9
10
Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam (Winkjosastro, 2012).
b. Teori Penyebab Persalinan
1) Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15
hingga aterm meningkat, lebih-lebih sewaktu partus (Winkjosastro,
2012). Prostaglandin dianggap dapat memicu terjadinya persalinan
(Manuaba, 2010).
2) Teori Rangsangan Estrogen
Villi koriales mengalami perubahan-perubahan ketika umur
kehamilan mencapai 28 minggu akibat penuaan plasenta, sehingga
kadar esterogen dan progesteron menurun (Winkjosastro, 2012).
3) Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hiks
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga
persalinan dimulai (Manuaba, 2010).
11
4) Teori Keregangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero
plasenter dan mengakibatkan degenerasi (Manuaba, 2010).
5) Teori Berkurangnya Nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh
Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan
(Winkjosastro, 2012).
c. Tahapan Persalinan
1) Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak terlalu kuat
sehingga parturien (pasien) masih dapat berjalan seperti biasa
(Oktarina, 2016). Kala 1 terjadi pada waktu serviks membuka
karena his : kontraksi uterus yang teratur makin lama, makin kuat,
makin sering, makin terasa nyeri disertai pengeluaran darah dan
lendir yang tidak lebih banyak dari darah haid. Berakhir pada
waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada pemeriksaan dalam,
bibir porsio serviks tidak dapat teraba lagi). Selaput ketuban
biasanya pecah spontan pada saat akhir kala (Manuaba, 2010).
12
Proses pembukaan serviks sebagai akibat dari his dibagi menjadi 2
fase, yaitu:
a) Fase Laten
Friedman dalam buku obstetri Williams mengatakan bahwa
awitan fase laten persalinan didefinisikan sebagai keadaan ibu
merasakan adanya kontraksi teratur. Selama fase ini, orientasi
kontraksi uterus berlangsung bersamaan dengan pelunakan dan
penipisan serviks. Fase laten disertai pembukaan serviks yang
progresif, walaupun lambat, dan berakhir pada pembukaan
antara 3 dan 5cm. karakteristik nyeri pada kala I fase laten yaitu
memiliki integritas ego senang dan cemas, nyeri kontraksi
sekitar 10-30 detik selama 5-30 menit (Pane, 2014). Lamanya
pembukaan pada fase laten ini sekitar 8 jam (Achdiat, 2008).
Kontraksi menjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan
peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas. Dari mulai terjadi
setiap 10-2- menit, berlangsung 15-20 detik, dengan intensitas
ringan hingga kontraksi dengan intensitas sedang yang terjadi
setiap 5-7 menit dan berlangsung 30-40 detik (Varney, 2007).
Bagi ibu primipara, fase laten tentu akan menjadi fase
menyakitkan dan membuat emosi ibu menjadi tidak stabil.
Tidak berbeda jauh dengan ibu multigravida bahwa sebenarnya
sudah merasakan hal yang sama ketika melahirkan anak
pertama, kedua dan seterusnya namun tidak menutup
13
kemungkinan ibu multigravida bisa merasakan hal yang sama
ketika melahirkan karena pengalaman masa lalu dan koping
yang tidak baik (Varney, 2007).
b) Fase Aktif
Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif
pembukaan hingga pembukaan menjadi komplet dan mencakup
fase transisi. Pada fase ini, integritas ego lebih serius dan
terhanyut pada proses persalinan (Pane, 2014). Kontraksi selama
fase aktif menjadi lebih sering, dengan durasi yang lebih
panjang dan intensitas lebih kuat (Varney, 2008). Ketika
persalinan menjadi semakin kuat, serviks akan terus membuka
dan kontraksi menjadi lebih kuat dan semakin nyeri,
berlangsung 60 detik atau lebih (Chapman, 2006).
Fase-fase tersebut terjadi pada primigravida. Pada
multigravida terjadi hal yang sama, namun fase-fase tersebut
terjadi dalam jangka waktu yang lebih pendek. Mekanisme
pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan
membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada
primigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka.
Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi pada saat yang sama. Kala 1 selesai
14
apabila pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida
kala 1 berlangsung kira-kira 12 jam. Sedangkan pada
multigravida kira-kira 7 jam (Prawirohardjo, 2010).
2) Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Gejala utama
dari kala II adalah:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan
durasi 50 sampai 100 detik
b) Menjelang akhir I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi pembukaan
lengkap diikuti dengan keinginan mengejan, karena tertekannya
fleksus frankenhauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadi: kepala membuka pintu, subocciput
bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung dan muka serta kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan:
(1) Kepala dipegang pada occiput dan dibawah dagu, ditarik
cunam kebawah untuk melahirkan bahu belakang
15
(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan
sisa badan bayi
(3) Bayi lahir diikuti oleh air ketuban
g) Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan
pada multigravida rata-rata 0,5 jam (Manuaba, 2010).
3) Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10
menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada
lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-
tanda:
a) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim
b) Tali pusat bertambah panjang
c) Terjadi perdarahan
(Manuaba, 2010)
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan pada
fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit
setelah bayi lahir (Manuaba, 2010).
4) Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
16
Observasi yang dilakukan adalah pemeriksaan ttv, kontraksi uterus
dan perdarahan (Manuaba, 2010).
d. Tanda-tanda Persalinan
1) Terjadi Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas
panggul yang disebabkan: kontraksi Braxton his, ketegangan
dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, gaya berat janin
dimana kepala kearah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul
menyebabkan ibu merasakan: ringan dibagian atas, rasa sesaknya
berkurang. Sesak dibagian bawah, terjadinya kesulitan saat berjalan
dan sering BAK (follaksuria) (Oktarina, 2016).
2) Terjadinya His Permulaan
Makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron
makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi
yang lebih sering sebagai his palsu. Sifat his palsu antara lain: rasa
nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada
perubahan pada serviks atau pembawa tanda, durasinya pendek.
Tanda-tanda timbulnya persalinan (inpartu) adalah terjadinya his
persalinan, keluarnya gender bercampur darah pervaginam (show),
kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya, dilatasi dan
effacement. Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara
berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah
17
pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula
panjang 1-2cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya
ostium yang tipis seperti kertas.
Gambar 2.1 Proses Terjadinya His (Oktarina, 2016)
e. Faktor-faktor Persalinan
Menurut Mochtar (2006) faktor yang mempengaruhi persalinan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Passage (jalan lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri
dari rongga panggul, dasar pangul, serviks, dan vagina. Syarat agar
janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa adanya rintangan
maka jalan lahir tersebut harus normal (Winkjosastro, 2007 dalam
Ilmi, 2015).
2) Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang
terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga mengedan dari ibu.
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang
dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
18
a) His (kontraksi otot uterus)
His adalah kontraksi otot uterus karena otot-otot polos
rahin bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi
otot-otot rahim menguncup sehinga menjadi teal dan lebih
pendek, kavum uteri lebih kecil serta mendorong janin dan
kantung amnion kearah segmen bawah rahim dan serviks.
b) Kontraksi dinding otot perut
c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengedan
d) Ketegangan dan ligementivus action terutama ligamnetum
rotundum
(Manuaba, 2010)
3) Passanger
a) Janin
Bagian yang paling besar dank eras dari janin adalah
kepala janin, posisi, dan besar kepala dapat mempengaruhi
jalan persalinan (Winkjosastro, 2007 dalam Astika, 2013).
b) Sikap (habitual)
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan
sumbu janin, biasanya terhadapa tulang punggungnya. Janin
umumnya dalam sikap fleksi, dimana kepala, tulang punggung,
dan kaki, dalam keadaan fleksi serta lengan bersilang ke dada
(Winkjosastro, 2007 dalam Astika, 2013).
19
c) Letak janin
Letak janin adalah bagaimana sumbu panjang janin
berada terhadap sumbu ibu, misalnya letak lintang dimana
sumbu janin sejajar dengan sumbu panjang ibu, bisa letak
kepala atau letak sungsang (Winkjosastro, 2007 dalam Astika,
2013).
d) Presentasi
Presentasi digunakan untuk menentukkan bagian janin
yang ada dibagian bawah rahim yang dapat dijumpai pada
palpasi atau pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala,
presentasi bokong, presentasi bahu dan sebagainya
(Winkjosastro, 2007 dalam Astika, 2013).
e) Posisi
Posisi merupakan indicator untukmenetapkan arah bagian
terbawah janin apakah seblah kiri, kanan depan atau belakang
terhadap sumbu ibu (maternal pelvis) (Winkjosastro, 2007
dalam Astika, 2013).
f) Plasenta
Plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap
sebagai penumpang atau passanger yang menyertai pada
persalinan normal (Winkjosastro, 2007 dalam Astika, 2013).
20
4) Psikis (psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat
itulah benar-benar terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu
munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi
anaknya. Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan
memperlancar proses persalinan. Dukungan psikologis berupa
menngupayakan terciptanya rasa aman dan nyaman dengan
memberikan sentuhan, penanganan nyeri non farmakologi dan
berada di sisi ibu yang melahirkan. Upaya ini akan membuat
persalinan menjadi lebih mudah (Sumarah 2009 dalam Ilmi, 2015).
5) Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin akan
terjadi pada ibu dan janin. Proses ini tergantung dari kemampuan
atau keahlian dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses
persalinan (Herlina, 2010 dalam Ilmi, 2015).
f. Mekanisme Persalinan
1) Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas
panggul, kepala dikatakan telah menancap (engaged) pada pintu
atas panggul. Pada kebanyakan wanita primipara, hal ini terjadi
sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen masih
21
tegang, sehingga bagian presentasi terdorong kedalam panggul
(Pilliteri, 2007).
2) Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati
panggul. Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan, yaitu tekanan dari
cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin, dan
kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua
persalinan. Efek ketiga kekuatan itu dimodifikasi oleh ukuran dan
bentuk bidang panggul ibu dan kapasitas kepala janin untuk
bermolase.
Tingkat penurunan diukur menggunakan stasiun bagian
presentasi. Laju penurunan meningkat pada tahap kedua persalinan.
Pada kehamilan pertama, penurunan berlangsung lambat, tetapi
kecepatannya sama. Pada kehamilan berikutnya, penurunan dapat
berlangsung cepat. Kemajuan penurunan bagian presentasi dapat
diketahui melalui palpasi abdomen (perasat leopold) dan periksa
dalam sampai bagian presentasi terlihat pada introitus (Pilliteri,
2007).
3) Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks,
dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi
terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Dengan fleksi,
22
sukoksipitobregmatika yang berdiameter lebih kecil (9,5 cm) dapat
masuk ke dalam pintu bawah panggul (Pilliteri, 2007).
4) Putaran paksi dalam
Pintu atas panggul ibu memiliki bidang paling luas pada
diameter transversanya. Dengan demikian, kepala janin melalui
pintu atas dan masuk ke dalam panggul sejati dengan posisi
oksipitotranversa. Akan tetapi, bidang pintu bawah panggul yang
terluas ialah diameter anteroposterior. Supaya dapat keluar, kepala
janin harus berotasi (berputar pada sumbunya). Putaran paksi
dalam dimulai pada bidang tinggi spina iskiadika, tetapi putaran ini
belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian
bawah. Ketika oksiput berputar ke arah anterior, wajah berputar ke
arah posterior. Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin di arahkan
oleh tulang panggul dan otot-otot dasar panggul. Akhirnya oksiput
berada di garis tengah dibawah lengkung pubis. Kepala hampir
selalu berputar saat mencapai dasar panggul. Baik muskulus
levator ani maupun tulang panggul penting untuk putaran anterior
(Pilliteri, 2007).
5) Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke
arah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati
permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar
23
akibat ekstensi: pertama oksiput, kemudian wajah, dan dagu
(Pilliteri, 2007).
6) Restitusi dan putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar sehingga mencapai posisi
yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Gerakan ini dikenal
sebagai restitusi. Putaran 45 derajat membuat kepala janin kembali
sejajar dengan punggung dan bahunya. Dengan demikian, kepala
dapat terlihat berputar lebih lanjut. Putaran paksi luar terjadi saat
bahu engaged dan turun dengan gerakan yang mirip dengan
gerakan kepala. Seperti telah diketahui, bahu anterior turun terlebih
dahulu. Ketika ia mencapai pintu bawah, bahu berputar ke arah
garis tengah dan dilahirkan di bawah lengkung pubis. Bahu
posterior diarahkan ke arah perineum sampai ia bebas keluar dari
introitus vagina (Pilliteri, 2007).
7) Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang
pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral
ke arah simfisis pubis. Ketika seluruh tubuh bayi keluar, persalinan
bayi selesai. Ini merupakan akhir tahap kedua persalinan dan waktu
saat tubuh bayi keluar seluruhnya, dicatat dalam catatan medis
(Pilliteri, 2007).
2. Nyeri Persalinan
a. Pengertian
24
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial, disamping itu nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh
yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun
individu mengatakannya potensial (Bare, 2008). Sedangkan menurut
Berman, dkk (2011) nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan
sangat individual yang tidak dapat di ungkapkan kepada orang lain.
Nyeri menurut International Association For Study Of Pain (IASP)
yang dikutip oleh adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional
yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan.
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi
fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan
serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis
terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin et al.,
2015). Menurut Cunningham (2013) nyeri persalinan sebagai kontraksi
miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang
berbeda pada masing-masing individu.
b. Fisiologi Nyeri Persalinan Kala I
Selama kala I persalinan, nyeri diakibatkan oleh dilatasi serviks
dan segmen bawah uterus dan distensi korpus uteri (Bonica &
Chadwick, 1989 dalam Mander, 2006). Intensitas nyeri sekama kala ini
diakibatkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang dibangkitkan.
25
Nyeri ini dialihkan ke dermatom yang disuplai oleh segmen medulla
spinalis yang sama dengan segmen yang menerima input nosiseptif dari
uterus dan serviks. Dermatom adalah daerah tubuh yang dipersarafi
oleh saraf spinalis khusus, misalnya dermatom 12 mengacu pada
dermatom torasikus ke 12 (T12). Nyeri dirasakan sebagai nyeri tumpul
yang lama pada awal kala I dan terbatas pada dermatom torasikus 11
(T11) dan 12 (T12). Kemudian pada kala I persalinan, nyeri pada
dermatom T11 dan 12 menjadi lebih berat, tajam dan menyebar ke
dermatom T10 dan L1. Penurunan kepala janin memasuki pelvis pada
akhir kala I menyebabkan distensi struktur pelvis dan tekanan pada
radiks pleksus lumbosakralis, yang menyebabkan nyeri alih pada
perjalanan segmen L2 ke bawah. Akibatnya nyeri dirasakan pada regio
L2, bagian bawah punggung dan juga pada paha dan tungkai. Nyeri
juga dapat disebarkan dari pelvis ke area umbilikus (Patree, 2007 dalam
Pane, 2014).
Pada kala II persalinan, nyeri tambahan disebabkan oleh regangan
dan robekan jaringan, misalnya pada perineum dan tekanan pada otot
skelet perineum. Disini, nyeri diakibatkan oleh rangsangan struktur
somatic superficial dan digambarkan sebagai nyeri yang tajam dan
terlokalisasi, terutama pada daerah yang disuplai oleh saraf pudendus.
Beberapa wanita dapat mengalami nyeri pada paha dan tungkai mereka,
digambarkan sebagai nyeri tumpul yang lama, terbakar atau kram. Hal
ini dapat diakibatkan oleh rangsangan struktur pada pelvis yang
26
sensitive nyeri dan yang menyebabkan nyeri ringan yang dialihkan pada
segmen lumbalis dan sakralis bagian bawah (Mander, 2006).
c. Respon Tubuh
Nyeri yang menyertai kontraksi uterus mempengaruhi mekanisme
fisiologis sejumlah system tubuh yang selalu menyebabkan respons
stress fisiologis yang umum dan menyeluruh (Brownridge, 1995 dalam
(Mander, 2006).
27
Bagan 2.1 Diagram Perubahan Fisiologis yang Menyertai Nyeri Bersalin
(Mander, 2006)
Nyeri
Peningkatan pelepasan B
endorphin, B lipotropin
Cemas
Stress
Alkalosis
respiratorik
Peningkatan
aktivitas otonom
Hiperventilasi Sekresi ACTH
Peningkatan curah
jantung dan TD
Inhibisi
gaster
Peningkatan
pelepasan kortisol
Peningkatan
asam lemak
bebas
Gangguan
kontraksi uterus Lipolisis
Asidosis metabolik
Peningkatan
pelepasan
katekolamin Peningkatan
pelepasan
gastrin Penurunan
perfusi
Asidosis janin
Meningkatnya
keasaman
lambung
28
d. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
1) Internal
a) Pengalaman Nyeri
Pengalaman melahirkan sebelumnya dapat mempengaruhi
respon ibu terhadap nyeri. Ibu yang mempunyai pengalaman
nyeri yang tidak menyenangkan dan sangat menyakitkan serta
sulit dalam persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan takut
pada persalinan sebelumnya akan mempengaruhi sensitifitasnya
terhadap nyeri yang dirasakan (Bobak, I, 2006).
b) Usia
Kondisi psikologi yang masih cenderung naik dan turun
saat usia muda bisa memicu terjadinya kecemasan yang tinggi
dan nyeri yang dirasakan lebih berat. Usia merupakan salah satu
faktor menentukan toleransi terhadap nyeri, toleransi akan
meningkat seiring bertambahnya usia dan pemahaman terhadap
nyeri (Mander, 2006). Pada penelitian Wahyuningsih pada tahun
2014, usia yang dijadikan sasaran penelitian yaitu antara 20-37
tahun. Penelitian Sri wahyuni dan Endang pada tahun 2015,
mengambil sasaran usia 20-37 tahun.
c) Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi
perasaan takut dan cemas akan nyeri yang dirasakan saat
persalinan, sehingga ibu yang akan bersalin dapat memilih
29
metode atau teknik latihan yang dapat mengurangi kecemasan
dan nyeri yang dirasakan (Mander, 2006).
d) Emosi
Perasaan cemas dan takut dalam menghadapi persalinan
secara fisiologi dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi
terasa semakin nyeri dan sakit (Sondakh, 2013).
2) Eksternal
a) Agama
Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, mekanisme
pertahanan tubuh terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan
dengan kondisi psikologis yang relatif stabil.
b) Budaya
Budaya mempunyai pengaruh bagaimana seseorang
berespon terhadap nyeri.
c) Dukungan Sosial dan Keluarga
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung
kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh
dukungan, bantuan, dan perlindungan. Walaupun klien tetap
merasakan nyeri, tetapi akan menurangi rasa kesepian dan
ketakutan.
d) Sosial Ekonomi
Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat
membantu mengatasi rangsang nyeri yang dialami. Keadaan
30
ekonomi yang kurang, pendidikan yang rendah, informasi yang
minimal dan kurang sarana kesehatan yang memadai akan
menimbulkan ibu kurang mengetahui bagaimana mengatasi nyeri
yang dialami dan masalah ekonomi berkaitan dengan biaya dan
persiapan persalinan sering menimbulkan kecemasan tersendiri
dalam menghadapi persalinan.
e) Komunikasi
Komunikasi tentang penyampaian informasi yang berkaitan
dengan hal-hal seputar nyeri persalinan, bagaimana
mekanismenya, apa penyebabnya, cara mengatasi dan apakah hal
ini wajar akan memberikan dampak yang positif terhadap
manajemen nyeri. Komunikasi yang kurang akan menyebabkan
ibu dan keluarga tidak tahu bagaimana yang harus dilakukan jika
mengalami nyeri saat persalinan (Potter & Perry, 2005).
e. Pengukuran Intensitas Nyeri
Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya
dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat
tingkatnya (Brunner & Suddarth, 2008). Tingkat nyeri persalinan
digambarkan dengan intensitas nyeri yang dipersepsikan oleh ibu saat
proses persalinan. Intensitas rasa nyeri persalinan bisa ditentukan
dengan cara menanyakan tingkatan intensitas atau merajuk pada skala
nyeri (Judha, 2012).
31
1) Skala Intensitas Nyeri
a) Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana
Tidak ada ringan sedang hebat sangat hebat paling
nyeri hebat
Pada skala ini, nyeri dideskripsikan dari „tidak nyeri‟
sampai „nyeri yang tidak tertahankan‟. Alat ini memungkinkan
klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.
Perawat yang memberikan skala tersebut dan meminta pasien
memilih nyeri diposisi manakah yang sedang klien rasakan saat
ini.
2) Skala Analog Visual
Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu
garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya.
Tidak ada nyeri Nyeri hebat
32
3) Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri nyeri sedang nyeri paling hebat
Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala
numerik, yaitu:
0 : tidak nyeri
1 - 2 : nyeri ringan
3 - 5 : nyeri sedang
6 – 7 : nyeri berat
8 – 10 : nyeri sangat berat
(Potter & Perry, 2005)
Skala penilaian numerik (Numeric Rating Scale atau NRS)
paling sering digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata.
Klien menilai nyeri dari dari skala 0-10. Skala intensitas nyeri ini
paling efektif digunakan saat mengkaji nyeri sebelum dan sesudah
intervensi diberikan (Potter & Perry, 2005).
f. Manajemen Nyeri Non-Farmakologis
1) Aromaterapi
Bau-bauan yang menyenangkan dapat membuat ibu merasa
nyaman serta relaksasi pada tubuh dan fikiran ibu akan mereduksi nyeri
dan cemas, sehingga nyeri akan berkurang (Yuliatun, 2008).
33
2) Relaksasi
Ada 3 jenis relaksasi yang dapat membantu ibu dalam bersalin:
a) Relaksasi Progresif
Latihan ini dilakukan dengan cara sengaja mengencangkan
sekelompok otot-otot tunggal (misalnya lengan, tungkai, wajah)
sekuat mungkin melepaskannya secara sekunder. Otot-otot
dikencangkan secara berurutan dan progresif dari satu ujung bagian
tubuh ke bagian tubuh lainnya.
b) Relaksasi Terkendali
Latihan ini dilakukan dengan cara mengupayakan sekelompok otot
berkontraksi dan mempertahankan kelompok otot yang lain
berelaksasi.
c) Mengambil dan mengeluarkan nafas
Teknik ini dilakukan pada saat ibu berdiri dan mengambil nafas
dalam dan kemudian mengeluarkan semuanya dengan suatu
hembusan kuat setelah kontaksi selesai.
(Ardhiyanti, Pitriani, & Damayanti, 2014)
3) Massage
Massage adalah penekanan oleh tangan pada otot atau ligamen tanpa
menyebabkan pergeseran sendi atau perubahan posisi untuk
menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi atau meningkatkan sirkulasi
(Henderson & Jones, 2006). Dasar teori massage ini berdasarkan teori
gate control yang dikatakan oleh Melzak dan Wall bahwa sinaps
34
bekerja seperti pintu masuk untuk mengijinkan impuls masuk ke otak,
disini terjadi peningkatan aktifitas substansia gelatinosa akibat
rangsangan dari akar ganglion dorsalis. Peningkatan aktifitas substansia
gelatinosa ini mengakibatkan tertutupnya pintu, sehingga aktifitas sel T
terhambat dan akan menghambat hantaran nyeri (Musrifatul &
Hidayat, 2008).
Massage adalah salah satu metode non farmakologi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi nyeri dalam persalinan. Pijatan atau
usapan yang lembut dapat membuat ibu merasa nyaman dan rileks
selama persalinan yang disebabkan karena tubuh melepaskan hormon
endorphin yang dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak,
endorphin juga sebagai pereda sakit yang alami (Danuatmadja, 2004
dalam Pane, 2014). Beberapa macam massage yang dapat digunakan
untuk mengurangi nyeri persalinan adalah:
a) Effleurage
Effleurage adalah pijatan lambat perut atau bagian tubuh lain
selama kontraksi berlangsung. Metode effleurage memperlakukan
pasien dalam posisi setengah duduk atau supine, lalu letakkan kedua
telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan
melingkar kearah pusat ke simpisis atau dapat juga menggunakan
satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah
(Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).
35
b) Deep Back Massage
Deep back massage adalah penekanan pada daerah sacrum
dengan sedikit mendalam dengan menggunakan telapak tangan.
Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring
miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah
sacrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan lagi dan
tekan lagi, begitu seterusnya (Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).
c) Firm Counter Pressure
Firm counter pressure adalah penekanan pada daerah sacrum
dengan menggunakan tangan yang dikepalkan. Metode firm counter
pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian
bidan atau keluarga pasien menekan sacrum secara bergantian
dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan beraturan
(Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).
3. Massage Effleurage
Massage effleurage adalah pijatan lambat perut atau bagian tubuh lain
selama kontraksi. Ibu yang bersalin belajar untuk melakukan effleurage
menggunakan kedua tangan dalam gerakan melingkar (Murray & Huelsman,
2013). Teknik ini menimbulkan efek relaksasi, dengan menggunakan usapan
lembut dan ringan tanpa tekanan kuat, melibatkan interaksi yang kuat antara
pikiran, tubuh dan jiwa (van der Riet, 2011). Massage effleurage dapat
dikaitkan dengan teori gate control, dimana teori ini mengatakan bahwa
sentuhan dan nyeri jika dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan akan
36
berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang pada otak, sehingga ada
pembatasan persepsi pada nyeri. Sentuhan ringan ini juga mempunyai efek
distraksi dan meningkatkan hormon endorphin sehingga ibu yang mengalami
nyeri pada persalinan merasakan kenyamanan karena adanya relaksasi otot
(Monsdragon, 2004 dalam Pane, 2014).
Pada persalinan, massage effleurage dilakukan dengan menggunakan
ujung jari yang tidak putus-putus dari permukaan kulit, usapan dilakukan
dengan ringan dan tanpa tekanan yang kuat. Seorang pendamping persalinan
yang melakukan pemijatan bisa melakukan usapan menggunakan ujung-
ujung jari telapak tangan dengan gerak arah membentuk pola gerakan seperti
kupu-kupu pada abdomen seiring dengan pernafasan abdomen (Potter &
Perry, 2005). Teknik tersebut bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah,
menghangatkan otot abdomen, memberi tekanan dan meningkatkan relaksasi
fisik (Jurnal Occupational and Environment Medicine, 2008 dalam Pane,
2014).
a. Manfaat Massage Effleurage
1) Massage atau usapan ringan dapat meningkatkan produksi oksitosin
endogen, sehingga merangsang kontraksi uterus (Simkin, 2011)
2) Massage dapat meningkatkan oksitosin yang bisa menimbulkan
kenyamanan dan kepuasan (Pane, 2014)
3) Sentuhan ringan pada abdomen dapat meningkatkan kekuatan dan
atau frekuensi kontraksi (Stager, 2011)
37
4) Massage menurunkan hormon stress dan meningkatkan hormon
oksitosin dan mampu membantu menurunkan kecemasan
(Klossner, 2006).
b. Efek samping Massage Effleurage
Massage effleurage merupakan teknik manajemen nyeri
nonfarmakologi pada persalinan yang tidak membahayakan bagi ibu
maupun janin, tidak memperlambat persalinan, tidak mempunyai efek
alergi ataupun efek obat (Gadysa, 2009 dalam Astika, 2013).
c. Prosedur Massage Effleurage
1) Atur posisi sesuai kenyamanan ibu
2) Saat timbul kontraksi, kedua telapak ujung jari tangan diatas
simfisis pubis
3) Bersama-sama inspirasi secara perlahan, usapkan kedua ujung-
ujung jari tangan dengan tekanan yang ringan, tegas dan konstan ke
samping abdomen, mengelilingi samping abdomen menuju ke arah
fundus uteri.
4) Setelah sampai di fundus uteri, ekspirasi perlahan dan usapkan
kedua ujung jari tangan tersebut menuju perut bagian bawah diatas
simfisis pubis melalui umbilicus.
5) Gerakan di ulang ketika kontraksi berlangsung.
6) Pemijat harus memperhatikan respon ibu ketika dipijat, ketika ibu
sudah merasa tidak nyaman atau kontraksi telah berhenti, maka
pijatan dihentikan (Danuatmadja dan Meliasari, 2004).
38
Gambar 2.2 Massage Effleurage (Yuliatun, 2008)
d. Mekanisme Peranan Massage Effleurage
Mekanisme penghambatan nyeri persalinan dengan teknik
Effleurage berdasarkan pada konsep teori Gate Control yang
mengatakan bahwa stimulasi serabut taktil kulit dapat menghambat
sinyal nyeri dari area tubuh yang sama atau area lainnya. Stimulasi
serabut taktil kulit dapat dilakukan dengan teknik massage (Erb et al.,
2011). Selama kontraksi berlangsung, impuls nyeri berjalan dari
uterus sepanjang serabut saraf C untuk ditransmisikan ke Substansia
Gelatinosa di Spinal Cord dan disampaikan ke Cortex Cerebri untuk
diterjemahkan sebagai nyeri. Stimulasi taktil dengan massage
effleurage menghasilkan pesan yang sebaliknya dikirim lewat serabut
saraf yang lebih besar (Serabut A Delta). Serabut A Delta akan
menutup gerbang sehingga Cortex Cerebri tidak menerima pesan
nyeri karena sudah diblokir oleh stimulasi dengan massage effleurage
39
sehingga persepsi nyeri berubah, karena serabut dipermukaan kulit
(Cutaneus) sebagian besar adalah serabut saraf yang berdiameter luas.
Massage effleurage juga digunakan sebagai distraksi dan menurunkan
transmisi sensorik stimulasi dari dinding abdomen sehingga
mengurangi ketidaknyamanan pada area yang sakit. Sebagai teknik
relaksasi, massage effleurage mengurangi ketegangan otot
(Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2010), meningkatkan sirkulasi area
yang sakit dan mencegah terjadinya hipoksia (Varney, 2008).
Massage dan sentuhan membantu ibu lebih rileks dan nyaman
selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat
selama 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih
bebas dari rasa sakit, karena massage (pijat) merangsang tubuh
melepaskan senyawa endhorpin yang merupakan pereda sakit alami
dan menciptakan perasaan nyaman (Danuatmadja & Meiliasari,
2008).
4. Dukungan Suami
Dukungan adalah pemberian dorongan atau motivasi dan nasihat kepada
orang lain dalam situasi pembuat keputusan. Dukungan juga dapat berupa
persiapan segala kebutuhan yang disiapkan oleh orang lain. Dukungan adalah
faktor penting yang dibutuhkan seseorang ketika menghadapi masalah
(kesehatan). Masyarakat di Indonesia memiliki kelebihan, salah satunya
adalah kekerabatan yang kuat, dapat dilihat dari ketika ada anggota keluarga
40
yang sakit, semua keluarga dan tetangga memberikan dukungan dengan
menunggu di rumah sakit secara bergantian (Yumni, 2010).
Dukungan keluarga atau suami adalah dukungan yang terdiri dari
informasi atau nasihat verbal dan non verbal, bantuan nyata atau tindakan
yang diberikan oleh keakraban sosial dan didapat karena kehadiran mereka
dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima
(Nursalam, 2007). Dukungan dan pendampingan dalam persalinan dapat
memberikan dukungan secara emosional kepada ibu yang menghadapi proses
persalinan, akan memunculkan semangat, menjadi penghibur, menjalin
komunikasi yang baik dan menimbulkan rasa aman. Pendampingan persalinan
juga efektif menurunkan prevalensi angka operasi sectio caesarea dan
penggunaan alat bantu persalinan seperti forsep atau vacum karena dukungan
dalam mengejan dan berkurangnya kecemasan serta berkurangnya intensitas
nyeri serta memberikan efek yang baik terhadap kemajuan persalinan (Harry,
2011). Pada kondisi menjelang persalinan, keberadaan suami disamping istri
sangatlah membantu, karena menjelang persalinan adalah kondisi yang sangat
menegangkan dan melelahkan bagi ibu hamil. Dukungan emosional yang
didapatkan ibu hamil menjelang persalinan akan mengalami waktu persalinan
yang lebih pendek, penanganan medis yang sedikit dan menghasilkan
persalinan yang baik (Murray & Huelsman, 2013)
a. Tugas peran pendamping selama proses persalinan menurut Hamilton
(2012) yaitu :
41
1) Mengatur posisi ibu, dengan membantu ibu tidur miring atau sesuai
dengan keinginan ibu disela-sela kontraksi dan mendukung posisi ini
agar dapat mengedan secara efektif saat relaksasi.
2) Mengatur nafas ibu, dengan cara membimbing ibu mengatur nafas saat
kontraksi dan beristirahat saat relaksasi.
3) Memberikan asuhan tubuh, dengan menghapus keringat ibu, memegang
tangan, memberikan pijatan, mengelus perut ibu dengan lembut.
4) Memberi informasi kepada ibu tentang kemajuan persalinan.
5) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
6) Membantu ibu ke kamar mandi.
7) Memberi cairan dan nutrisi sesuai keinginan ibu.
8) Memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa.
9) Memberi dorongan semangat mengedan saat kontraksi serta
memberikan pujian atas kemampuan ibu saat mengedan.
b. Peran Pendamping Persalinan Pada Setiap Kala
Pada persalinan kala I, seorang pendamping persalinan bisa membantu
ibu mengalihkan perhatian dari rasa nyeri yang mulai muncul. Misalnya
menemani ibu bercerita, menonton televisi dan jalan-jalan. Pada saat
kontraksi muncul dan nyeri mulai muncul, seorang pendamping persalinan
bisa mengajak ibu berbicara sambil memberi pujian bila ibu berhasil
melewati setiap kontraksi yang terjadi, membantu ibu mengganti posisi
tubuh ibu ketika ibu mulai lelah. Seorang pendamping persalinan juga
dapat memberikan pijatan ringan di punggung atau diperut ibu.
42
Pada kala II persalinan, seorang pendamping persalinan bisa membantu
ibu untuk tetap dalam posisi nyaman, bila bayi mulai terlihat keluar,
pendamping persalinan bisa berkomunikasi dengan ibu melalui sentuhan
lembut dan bila tindakan operasi harus dilakukan, seorang pendamping
persalinan bisa mencarikan informasi detail untuk mengetahui informasi
lebih lanjut seputar tindakan operasi. Pada kala III persalinan, ibu dan
seorang pendamping persalinan sudah bisa menikmati kebahagiaan atas
kelahiran bayi mereka. Seorang pendamping persalinan bisa menemani ibu
selama menyusui bayi dan mengumandangkan azan jika muslim
(Musbikin, 2012).
43
Korteks serebri
menerima sinyal nyeri
Menstimulasi
serabut taktil
dikulit
Dilakukan massage
effleurage pd
abdomen
Diteruskan ke
amigdala
Sinyal nyeri dihambat
oleh serabut A-δ
Nyeri
berkurang
Nyeri pada
persalinan
Korteks serebri tidak
menerima sinyal nyeri
Kontraksi
otot uterus
Impuls rasa senang
ke sistem limbik
Sekresi CRF
Merespon
hipotalamus melalui
HPAaxis
Gerbang tertutup
(closing the gate)
Dilakukan
oleh suami
Otot polos
menjadi rileks
Medulla adrenal
menurunkan sekresi
katekolamin
Menghambat
pelepasan ACTH
Mempengaruhi
kelenjar pituitary
Suplai darah dan O2
ke uterus
Vasodilatasi
pembuluh darah
(Di modifikasi dari Guyton, 2007; Potter & Perry, 2005)
Bagan 2.2 Mekanisme Peranan Massage Effleurage
yang dilakukan oleh Suami terhadap Nyeri Persalinan
44
B. Penelitian Terkait
1. Penelitian berjudul Pendampingan Suami dan Skala Nyeri Pada Persalinan
Kala I Fase Aktif oleh Triani Yuliastanti dan Novita Nurhidayati pada
tahun 2013 menunjukkan hasil p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis penelitian diterima, dimana dapat diartikan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pendampingan suami dengan skala nyeri
persalinan kala I fase aktif.
2. Penelitian berjudul Pengaruh Massage Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu Bersalin Di RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Klaten oleh Sri Wahyuni dan Endang
Wahyuningsih pada tahun 2015 menunjukkan bahwa skala nyeri
kelompok responden sebelum diberikan massage effleurage rata-rata nyeri
persalinan yang dialami responden adalah 5,11 dengan tingkat nyeri
sedang dan rata-rata nyeri persalinan sesudah pemberian massage
effleurage sebesar 2 dengan tingkat nyeri ringan. Hasil analisis data
selanjutnya didapatkan hasil statistik signifikan p 0,000;α=0,05 dengan
kesimpulan bahwa massage effleurage berpengaruh untuk menurunkan
nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin di bangsal bersalin RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten.
3. Penelitian berjudul Pengaruh Massage Effleurage terhadap Kontraksi
Uterus pada Parturien Kala I fase Aktif di RSIA Melinda Kediri oleh
Astika Gita Ningrum pada tahun 2014 menunjukkan bahwa berdasarkan
hasil analisis MC Nemar’s Test diketahui nilai X2 hitung sebesar 2,25 dengan
45
nilai X2
tabel sebesar 3,841, yang artinya tidak ada pengaruh dalam
pemberian massage effleurage terhadap kontraksi uterus pada parturien
kala I fase aktif di RSIA Melinda kota Kediri.
4. Penelitian berjudul Effect of Massage Therapy on Duration of Labour: A
Randomized Controlled Trial oleh Nahid B. Haghighi, Seyedeh Z.
Masoumi dan Farideh Kazemi pada tahun 2016 menyatakan bahwa terapi
massage effleurage selama persalinan akan memperpendek durasi kala I
dan kala II.
5. Penelitian yang berjudul Effects of Effleurage Plus Breathing Techniques
on Childbirth Satisfaction in Primiparous Women Referring to Lolagar
Hospital in Tehran oleh Haseli A, Jahdi F, Egdampour F, Naysanisamani
L dan Haghani H pada tahun 2014 menunjukkan hasil kepuasan yang
signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
6. Penelitian yang berjudul Pengaruh Massage Effleurage terhadap
Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida di
Ruang Bougenville RSUD Tugurejo Semarang oleh Priharyanti Wulandari
dan Prasita Dwi Nur Hiba pada tahun 2015 menunjukkan hasil tingkat
nyeri sebelum dilakukan massage effleurage diperoleh rata-rata 3,78,
setelah dilakukan massage effleurage diperoleh rata-rata 2,96 dengan p-
value (0,000) ≤ α (0,05) dan nilai z hitung: -4,359 yang artinya ada
pengaruh massage effleurage terhadap tingkat nyeri persalinan kala I fase
aktif.
46
7. Penelitian yang berjudul Pengaruh Kehadiran Suami Terhadap Lama
Persalinan di BPS Ny.Y Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan oleh
Putri Salisi Ayu dan Magfiroh pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,022) dalam hal lama persalinan
antara ibu bersalin yang mendapat pendampingan suami dengan ibu
bersalin yang tidak didampingi suami.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terkait diatas adalah pada
penelitian ini karakteristik ibu melahirkan yang diambil adalah ibu yang
melahirkan pada kala I fase laten dan yang melakukan perlakuan massage
effleurage adalah suami.
47
C. Kerangka Teori
Bagan 2.3 Kerangka Teori
Faktor yang
mempengaruhi nyeri
persalinan:
1. Internal
a. Pengalaman nyeri
b. Usia
c. Persiapan persalinan
d. Emosi
2. Eksternal
a. Agama
b. Budaya
c. Dukungan sosial dan
keluarga
d. Sosial ekonomi
e. Komunikasi
Nyeri Skala nyeri
NRS
Manajemen nyeri persalinan
non-farmakologis
Massage
effleurage
Dukungan suami sebagai
pendamping persalinan
Penurunan intensitas
nyeri persalinan pada
kala I fase laten
Relaksasi nafas
dalam
(Dimodifikasi dari Murray, 2007; Damayanti, 2014;
Potter & Perry 2006; Bobak, 2010)
48
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara variabel yang akan
diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Wasis, 2008).
Variabel independen dalam penelitian adalah teknik massage effleurage
yang dilakukan suami dan variabel dependen adalah nyeri persalinan kala I
fase laten. Penelitian ini terdiri dari 1 kelompok sebagai kelompok
intervensi yang akan mendapatkan perlakuan teknik massage effleurage
yang dilakukan suami dan selanjutnya akan dinilai skala nyeri persalinan
kala I fase laten sebelum dan setelah diberikan intervensi.
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Confounding
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Teknik massage
effleurage yang
dilakukan suami
Nyeri persalinan kala I
fase laten
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
48
49
B. Hipotesis
Ha: Ada keefektifan teknik massage effleurage yang dilakukan suami
terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan kala I fase laten di
Kecamatan Setu.
Ho: Tidak ada keefektifan teknik massage effleurage yang dilakukan
suami terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan kala I fase laten
di Kecamatan Setu.
50
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Pengukuran
Keterangan
1 Variabel
Independent:
Pemberian
Massage
Effleurage
oleh suami
Suami klien
melakukan massage
dari atas simfisis
pubis ke arah pusat
lalu melingkar
keluar abdomen
dengan 2 atau 1
tangan secara searah
1) Suami klien
memberikan
perlakuan massage
selama 20 menit
saat kontraksi
berlangsung.
2) Jenis massage
yang dilakukan
adalah massage
effleurage
Lembar
Observasi
1) Massage effleurage
dikatakan sesuai dan
tepat apabila dilakukan
oleh suami dan sesuai
SOP massage
effleurage
2) Massage effleurage
dikatakan tidak sesuai
apabila tidak dilakukan
oleh suami dan tidak
sesuai SOP massage
effleurage
Ordinal Kelompok I:
Diberikan
massage effleurage
oleh suami
Kelompok II:
Diberikan teknik
relaksasi nafas dalam
2 Variabel
Dependent:
Nyeri
persalinan
kala I fase
laten
Ketidaknyamanan
karena rasa sakit
yang dialami ibu
inpartu kala I fase
laten dengan adanya
kontraksi uterus dari
pembukaan 1-3
1) Mengukur skala
nyeri klien sebelum
dilakukan massage
effleurage
2) Mengukur skala
nyeri klien sesudah
dilakukan massage
Skala
NRS
1. Skala nyeri:
0
(tidak nyeri)
2. Skala nyeri:
1-2
(nyeri ringan)
3. Skala nyeri:
3-5
Rasio Kelompok I: diukur
skala nyeri sebelum
dan sesudah
dilakukan massage
effleurage
51
effleurage (nyeri sedang)
4. Skala nyeri:
6-7
(nyeri berat)
5. Skala nyeri:
8-10
(nyeri sangat berat)
Kelompok II: diukur
skala nyeri
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian quasi eksperimen yang bersifat two group pretest-postest
dengan kelompok I adalah sebagai kelompok intervensi yang dilakukan
massage effleurage oleh suami dan kelompok II adalah kelompok kontrol
yang tidak diberikan perlakuan metode massage effleurage serta dilakukan
pengukuran skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan massage
effleurage untuk mengidentifikasi efektifitas massage effleurage yang
dilakukan oleh suami terhadap nyeri persalinan kala I fase laten pada ibu
inpartu. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:
Pretest Perlakuan Posttest
01 X 02
01 - 02
Tabel 4.1 Desain Penelitian
Keterangan:
01 : Pretest dilakukan pada kelompok intervensi oleh ibu inpartu yang
mengalami nyeri persalinan sebelum dilakukan massage effleurage
oleh suami.
02 : Post test dilakukan pada kelompok intervensi oleh ibu inpartu yang
mengalami nyeri persalinan sesudah dilakukan massage effleurage
oleh suami.
X : Intervensi (perlakuan massage effleurage yang dilakukan suami).
52
53
- : Kontrol (diberikan perlakuan relaksasi nafas dalam didampingi oleh
Suami).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu inpartu kala I fase
laten yang mempunyai keluhan nyeri persalinan dengan partus spontan
di Puskesmas Kranggan Kecamatan Setu dan Klinik Bersalin Wijaya
Kusuma di Kecamatan Setu.
2. Sampel
Jumlah minimum besar sampel berdasarkan riset penelitian
eksperimental adalah 15 subjek pada setiap kelompok untuk studi yang
simple, sedangkan dengan kontrol eksperimental yang kuat diperlukan
jumlah minimum adalah 10-20 subjek perkelompok (Dempsey, 2002).
Jumlah sampel pada penelitian kuasi eksperimen adalah sebanyak 10-20
orang (Burns & Grove, 2005). Menurut Sugiyono (2014), jumlah
sampel untuk penelitian eksperimen bisa sekitar 10 sampai 20
responden.
Jadi, besar sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 30 sampel
dengan 15 responden kelompok intervensi dan 15 responden kelompok
kontrol ibu inpartu kala I fase laten di Puskesmas Kranggan Kecamatan
Setu sebanyak 10 responden dari bulan Agustus sampai September
2016 dan Klinik Bersalin Wijaya Kusuma di Kecamatan Setu sebanyak
20 responden dari bulan Desember 2016 sampai Januari 2017.
54
3. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan menetapkan
terlebih dahulu kriteria inklusi yang telah ditetapkan (sampel
berdasarkan kriteria/ criterion based sampling) (Afiyanti &
Rachmawati, 2014).
a. Kriteria inklusi kelompok intervensi dan kelompok kontrol:
1) Ibu multigravida
2) Ibu dengan kehamilan aterm (37-41 minggu).
3) Ibu inpartu kala I fase laten
4) Ibu dengan suami yang bersedia mendampingi persalinan.
5) Usia 20-37 tahun
b. Kriteria Eksklusi Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol:
1) Ibu yang tidak mengalami nyeri persalinan
2) Ibu inpartu yang mengalami distosia saat kala I fase laten
3) Ibu hamil yang mengalami kontraksi palsu
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Kranggan Kecamatan Setu
dan Klinik Bersalin Wijaya Kusuma di Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dari tahap penyusunan
proposal pada bulan Oktober sampai Desember 2016 dan dilanjutkan pada
tahap pengumpulan data pada bulan Februari sampai Juni 2017.
55
D. Instrument Penelitian
Jenis instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
kuesioner demografi, lembar observasi dan skala nyeri NRS. Dengan
penjabaran sebagai berikut:
1. Kuesioner Demografi
Kuesioner demografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik
responden, kuesioner demografi ini meliputi pertanyaan umur,
pendidikan, pekerjaan dan paritas.
2. Lembar Observasi Massage Effleurage
Lembar observasi massage effleurage berisi prosedur pelaksanaan
metode massage effleurage yang akan dilakukan oleh suami kepada ibu
yang merasakan nyeri pada kala I fase laten dan selanjutnya diobservasi
oleh peneliti. Lembar observasi pelaksanaan metode massage effleurage
dalam bentuk tabel dan selanjutnya diisi oleh peneliti.
3. Skala nyeri NRS
Skala nyeri Numerical Rating Scale (NRS) berisi penilaian numerik
dari 0-10 yang diberikan kepada ibu inpartu kala I fase laten sebelum
dan sesudah diberikan massage effleurage maupun yang tidak diberikan
perlakuan massage effleurage dan selanjutnya diisi oleh peneliti setelah
ibu inpartu mengatakan intensitas nyeri yang dirasakan.
E. Prosedur Penelitian
1. Penyusunan proposal skripsi
56
a. Pembuatan surat izin studi pendahuluan untuk observasi dan
pengambilan data dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan setelah itu kepada Puskesmas Kranggan dan kepada Direktur
Klinik Bersalin Wijaya Kusuma di Kecamatan Setu.
b. Pengambilan data awal untuk mengetahui populasi dan menentukan
sampel penelitian serta melakukan wawancara sebagai studi
pendahuluan kepada 10 ibu yang pernah mengalami nyeri persalinan.
2. Pengambilan Data
a. Melakukan identifikasi terhadap ibu yang akan melahirkan yang
sesuai dengan kriteria inklusi dibantu oleh bidan jaga di klinik
Wijaya Kusuma untuk menentukan pembukaan, kontraksi dan
pencatatan data pasien. Jika pembukaan 0-3cm dan kontraksi muncul
tiap 10 menit sekali selama 20-30 detik, maka pasien masih dalam
kala I fase laten, pengambilan data status pasien yang menunjukkan
ibu multípara dan tidak terjadi his palsu atau komplikasi lainnya
masuk kriteria inklusi peneliti.
b. Jika peneliti sudah mencocokkan pasien dengan kriteria inklusi,
maka peneliti datang kepada ibu inpartu dan suami yang
mendampingi ibu inpartu tersebut untuk memperkenalkan diri serta
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada suami dan juga
istri yang sedang menghadapi proses melahirkan.
57
c. Peneliti meminta persetujuan (informed consent) kepada responden
yang sesuai dengan kriteria inklusi. Bagi responden yang menyetujui
langsung menandatanganinya.
d. Setelah suami yang mendampingi ibu inpartu menandatangani
informed consent, peneliti selanjutnya memberi penjelasan mengenai
prosedur massage effleurage terhadap suami dengan menggunakan
kedua tangan peneliti dan perut peneliti sebagai contoh perlakuan
massage. Ketika suami mengatakan paham dengan apa yang
dijelaskan peneliti, suami langsung melakukan perlakuan massage
effleurage kepada ibu inpartu ketika tanda-tanda kontraksi telah
muncul. Penjelasan mengenai prosedur massage effleurage kepada
suami ini berlangsung selama ±3 menit kepada suami di kelompok
intervensi. Peneliti juga menjelaskan kepada kelompok kontrol
mengenai perlakuan teknik nafas dalam yang didampingi suami.
e. Peneliti mengisi lembar data demografi yang terdiri dari inisial nama,
usia, pendidikan dan pekerjaan.
f. Peneliti mengkaji derajat nyeri yang dialami responden pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dilakukan
intervensi dengan menggunakan skala pengukuran nyeri NRS dan
diisi langsung oleh peneliti setelah responden menunjukkan angka
berapa nyeri yang dirasakan.
g. Ketika tanda-tanda kontraksi telah muncul, tindakan massage segera
dilakukan oleh suami. Massage effleurage dilakukan hanya ketika
58
kontraksi muncul (20-30 detik) dan berhenti dilakukan ketika
kontraksi hilang atau ketika ibu sudah merasa tidak nyaman.
Perlakuan tarik nafas dalam yang didampingi oleh suami juga
diberlakukan untuk kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol,
relaksasi nafas dalam juga dilakukan hanya ketika kontraksi muncul
dan berhenti setelah kontraksi telah hilang.
h. Peneliti mengamati dan mengontrol setiap langkah-langkah tindakan
massage effleurage yang dilakukan oleh suami kepada istri yang
sedang mengalami kontraksi dan mencatat dalam checklist prosedur
perlakuan massage effleurage yang dilakukan oleh suami.
i. Peneliti mengkaji kembali derajat nyeri yang dialami responden
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan cara pasien
sendiri yang akan memilih ada ditingkat berapa nyeri kontraksi yang
sedang dirasakan ketika tindakan massage effleurage telah diberikan
dalam keadaan kontraksi dengan menggunakan skala pengukuran
nyeri NRS dan peneliti melingkari tingkatan nyeri yang dirasakan
setelah responden menunjukkan angka berapa nyeri yang dirasakan.
j. Pengukuran skala nyeri dilakukan hanya pada satu kali perlakuan
massage effleurage.
k. Menganalisis data yang sudah terkumpul dan disajikan dalam bentuk
tabel.
59
F. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah salah satu rangkaian kegiatan penelitian
setelah pengumpulan data. Data yang masih mentah (raw data) perlu
diolah sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian (Hastono, 2007). Tahap-tahap pengolahan data
antara lain:
1. Editing
Hal yang harus diperhatikan dalam editing apakah pertanyaan telah
terjawab dengan lengkap, apakah catatan sudah jelas dan mudah dibaca,
dan apakah coretan yang ada sudah diperbaiki (Wasis, 2008). Selain itu,
peneliti perlu juga untuk memeriksa apakah isian formulir atau
kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten (Hastono, 2007).
2. Coding
Coding adalah kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka. Coding juga dapat dikatakan sebagai usaha memberi
kode-kode tertentu pada jawaban responden (Wasis, 2008).
3. Processing
Mengentry data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam tabel atau database computer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat
table kontingensi (Musrifatul & Hidayat, 2008). Processing ini
merupakan langkah agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis
(Hastono, 2007).
60
4. Cleaning
Pembersihan data atau cleaning adalah pengecekan kembali data yang
sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Cara-cara dalam
membersihkan data yaitu mengetahui missing data, mengetahui variasi
data dan mengetahui konsistensi data (Hastono, 2007).
G. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik tiap variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung pada jenis
data, untuk data numerik digunakan nilai mean, median, standar
deviasi, inter kuartil range dan minimal maksimal. Pada data kategorik
(usia, tingkat pendidikan, dan sosial ekonomi) peringkasan data hanya
menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau
proporsi (Hastono, 2007).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan apabila diinginkan analisis hubungan
antara dua variabel, untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut
biasanya digunakan pengujian statistik. Jenis uji statistik yang
digunakan bergantung pada jenis data atau variabel yang dihubungkan
(Hastono, 2007).
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji t-dependent.
Uji t-dependent merupakan uji parametrik yang digunakan untuk
melihat hubungan data numerik pada variabel terapi massage effleurage
61
dan variabel karakteristik individu dengan variabel tingkat nyeri pada
persalinan kala I. Hasil analisis berupa p-value. Sebelum data diuji
dengan uji t-dependent, harus dilakukan uji normalitas terlebih dahulu
yaitu jika data <50 maka digunakan uji normalitas Saphiro Wilk dan
jika data >50 maka digunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov.
Kemudian jika data tidak terdistribusi normal maka uji bivariat
menggunakan uji Wilcoxon (Hastono, 2007).
H. Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian
dengan menekankan etika penelitian yang meliputi :
1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)
Subjek yang diteliti harus mendapatkan informasi secara lengkap
tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak
untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden (Nursalam,
2007).
2. Tanpa nama (anonimity)
Masalah etika keperawatan yang terjadi adalah masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan tidak
mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan kode (Hidayat,
2007).
62
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilampirkan
sebagai hasil riset (Hidayat, 2007).
63
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari usia, status
pekerjaan dan pendidikan. Distribusi responden berdasarkan usia,
status pekerjaan dan pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Kelompok Intervensi
Berdasarkan Usia, Status Pekerjaan dan Pendidikan di Klinik
Bersalin Wijaya Kusuma Tangerang Selatan, April 2017
Karakteristik Responden
Usia (tahun) Min-Max X SD
24-36 29,67 3,039
Pendidikan N %
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Diploma/sarjana
Total
1
0
12
2
15
6,7
0
80
13,3
100
Pekerjaan
1. Bekerja
2. Tidak bekerja
Total
1
14
15
6,7
93,3
100
Pada tabel tersebut diketahui karakteristik respodikanden dengan
usia rata-rata 29,67 tahun dan standar deviasi 3,039. Distribusi tingkat
pendidikan responden sebagian besar tamat SMA sebanyak 12 orang
(80%) dengan pekerjaan sebagian besar tidak bekerja yaitu 14 orang
(93,3%).
63
64
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Kelompok Kontrol
Berdasarkan Usia, Status Pekerjaan dan Pendidikan di Klinik
Bersalin Wijaya Kusuma Tangerang Selatan, April 2017
Karakteristik Responden
Usia (tahun) Min-Max X SD
24-37 28,33 4,082
Pendidikan N %
5. SD
6. SMP
7. SMA
8. Sarjana
Total
2
3
9
1
15
13,3
20
60
6,7
100
Pekerjaan
3. Bekerja
4. Tidak bekerja
Total
2
13
15
13,3
86,7
100
Pada tabel tersebut diketahui karakteristik responden dengan usia
rata-rata 28,33 tahun dan standar deviasi 4,082. Distribusi tingkat
pendidikan responden sebagian besar tamat SMA sebanyak 9 orang
(60%) dengan pekerjaan sebagian besar tidak bekerja yaitu 13 orang
(86,7%).
1. Tingkat Nyeri dengan Skala NRS
Hasil penelitian ini berupa skala tingkat nyeri responden sebelum dan
sesudah massage effleurage yang dilakukan oleh suami yang dijelaskan
sebagai berikut:
65
Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Tingkat Nyeri Responden Sebelum dan
Sesudah dilakukan Massage Effleurage, April 2017
Variabel Frekuensi (n) Mean SD Min-Maks
Tingkat nyeri persalinan
sebelum dilakukan
Massage Effleurage oleh
Suami
15 9,47 0,51 9-10
Tingkat nyeri persalinan
sesudah dilakukan
Massage Effleurage oleh
Suami
15 7,13 0,74 5-8
Tabel 5.3 menggambarkan tingkat nyeri persalinan pada responden
sebelum dan sesudah dilakukan tindakan massage effleurage yang
dilakukan oleh suami. Pada hasil tersebut didapatkan rata-rata tingkat
nyeri pada persalinan sebelum dilakukan tindakan massage effleurage
adalah 9,47 dengan standar deviasi 0,51. Sedangkan rata-rata tingkat nyeri
pada persalinan sesudah dilakukan tindakan massage effleurage menurun
menjadi 7,13 dengan standar deviasi meningkat menjadi 0,74.
66
Tabel 5.4 Perbedaan Rerata Tingkat Nyeri Responden Sebelum dan
Sesudah Relaksasi Nafas Dalam, April 2017
Variabel Frekuensi (n) Mean SD Min-Maks
Tingkat nyeri persalinan
sebelum Relaksasi
Nafas Dalam didampingi
Suami
15 9,20 0,67 8-10
Tingkat nyeri persalinan
sesudah Relaksasi Nafas
Dalam didampingi
Suami
15 8,47 0,83 7-10
Tabel 5.4 menggambarkan tingkat nyeri persalinan pada responden
sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam yang didampingi oleh suami.
Pada hasil tersebut didapatkan rata-rata tingkat nyeri pada persalinan
sebelum relaksasi nafas dalam adalah 9,20 dengan standar deviasi 0,67.
Sedangkan rata-rata tingkat nyeri pada persalinan sesudah relaksasi nafas
dalam sedikit menurun menjadi 8,47 dengan standar deviasi meningkat
menjadi 0,83.
B. Analisis Bivariat
1. Hasil Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis bivariat, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas terhadap data yang telah diperoleh. Hasil dari uji normalitas
tersebut akan menentukan analisis bivariat yang akan digunakan. Jika
hasil uji normalitas menunjukkan sebaran data normal (>0,05) maka
analisis bivariat yang digunakan yaitu uji t berpasangan. Jika sebaran
67
data tidak normal (<0,05), uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon
(Hastono, 2007). Hasil uji normalitas yang didapatkan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5.5 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Intervensi
Variabel Frekuensi (n) Shapiro-Wilk
Df Sig.
Tingkat nyeri persalinan
sebelum dilakukan Massage
Effleurage oleh Suami
15 15 0,000
Tingkat nyeri persalinan
sesudah dilakukan Massage
Effleurage oleh Suami
15 15 0,000
Tabel 5.5 menunjukkan hasil uji normalitas menggunakan Shapiro-
wilk karena jumlah responden kurang dari 50 orang (Dahlan, 2012).
Hasil uji normalitas untuk tingkat nyeri persalinan sebelum dilakukan
massage effleurage adalah 0,000 dan tingkat nyeri persalinan sesudah
dilakukan tindakan massage effleurage adalah 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa data tersebut tidak terdistribusi normal (p-value
<0,05) sedangkan data normal memiliki nilai p-value >0,05. Data yang
tidak terdistribusi normal tersebut dilanjutkan dengan uji normalitas
wilcoxon.
68
Tabel 5.6 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol
Variabel Frekuensi (n) Shapiro-Wilk
Df Sig.
Tingkat nyeri persalinan
sebelum relaksasi nafas
dalam didampingi oleh suami
15 15 0,004
Tingkat nyeri persalinan
sesudah relaksasi nafas
dalam didampingi oleh suami
15 15 0,034
Tabel 5.6 menunjukkan hasil uji normalitas menggunakan Shapiro-
wilk karena jumlah responden kurang dari 50 orang (Dahlan, 2012).
Hasil uji normalitas untuk tingkat nyeri persalinan sebelum tarik nafas
dalam adalah 0,004 dan tingkat nyeri persalinan sesudah tarik nafas
dalam adalah 0,034. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut tidak
terdistribusi normal (p-value <0,05) sedangkan data normal memiliki
nilai p-value >0,05. Data yang tidak terdistribusi normal tersebut
dilanjutkan dengan uji normalitas Wilcoxon.
2. Efektivitas Massage Effleurage yang Dilakukan Oleh Suami
terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
non parametrik menggunakan uji wilcoxon. Hasil uji wilcoxon
digunakan untuk mengetahui adakah efektivitas terhadap intervensi
berupa pemberian massage effleurage yang dilakukan oleh suami
terhadap nyeri persalinan kala I fase laten. Hasil uji wilcoxon yang
didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
69
Tabel 5.7 Efektivitas Massage Effleurage yang dilakukan oleh Suami
terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten Kelompok Intervensi,
Mei 2017
Variabel Frekuensi
(N)
Rata-
rata
Minimum-
Maksimum
p-value
Tingkat nyeri persalinan
sebelum dilakukan
Massage Effleurage oleh
Suami
15 9,47 9-10
0,000
Tingkat nyeri persalinan
sesudah dilakukan
Massage Effleurage oleh
Suami
15 7,13 5-8
Tabel 5.7 menunjukkan nilai rata-rata tingkat nyeri persalinan
dengan analisis uji Wilcoxon dengan nilai α = 0,05 yaitu didapatkan
nilai significancy 0,000 (p-value < 0,05). Secara statistik terdapat
efektivitas bermakna massage effleurage yang dilakukan oleh suami
terhadap nyeri persalinan kala I fase laten sebelum dengan sesudah
intervensi.
70
Tabel 5.8 Efektivitas Massage Effleurage yang dilakukan oleh Suami
terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten Kelompok Kontrol, Mei
2017
Variabel Frekuensi
(N)
Rata-
rata
Minimum-
Maksimum
p-value
Tingkat nyeri persalinan
sebelum relaksasi nafas
dalam didampingi oleh
suami
15 9,20 8-10
0,001
Tingkat nyeri persalinan
sesudah relaksasi nafas
dalam didampingi oleh
suami
15 8,47 7-10
Tabel 5.8 menunjukkan nilai rata-rata tingkat nyeri persalinan yang
tidak diberikan perlakuan massage effleurage dengan analisis uji
wilcoxon dengan nilai α = 0,05 yaitu didapatkan nilai significancy
0,001 (p-value < 0,05). Secara statistik terdapat pengaruh relaksasi
nafas dalam yang didampingi suami terhadap nyeri persalinan kala I
fase laten sebelum dengan sesudah intervensi.
71
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian yang diperoleh tentang
efektivitas massage effleurage yang dilakukan oleh suami terhadap nyeri
persalinan kala I fase laten di Kecamatan Setu. Hasil penelitian ini kemudian akan
dibandingkan dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta memaparkan
keterbatasan dalam penelitian ini.
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden Penelitian Kelompok Intervensi dan
Kontrol
a. Usia
Berdasarkan karakteristik responden, dari 15 responden pada
kelompok intervensi jumlah paling banyak adalah yang berusia 31
tahun yaitu 4 orang (26,7%). Untuk kelompok kontrol, dari 15
responden didapatkan usia paling banyak adalah 25 tahun yaitu
sebanyak 4 orang (26,7%). Pada usia 20-35 tahun, ibu telah
memiliki umur kesehatan reproduksi yang optimal. Hal tersebut
sejalan dengan Winkjosastro (2012) yang menjelaskan bahwa usia
20-35 tahun merupakan kelompok umur kesehatan reproduksi yang
optimal. Widyana et al (2015) juga menyatakan bahwa usia 21
tahun keatas dikatakan telah memasuki masa dewasa dan memiliki
kematangan baik fisik maupun psikologis.
71
72
Bila mengacu pada hukum di Indonesia, menurut UU Pasal 7
No.1/1974 tentang perkawinan, usia minimal untuk suatu
perkawinan, membina rumah tangga dan mengurus anak adalah 16
tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria. Secara teori, usia
berperan penting dalam respon nyeri, usia muda akan mengalami
peningkatan nyeri dibandingkan usia tua. Penelitian yang
dilakukan oleh Lydwina pada tahun 2011 yang berjudul persepsi
nyeri pada persalinan normal mengatakan bahwa dari 447
perempuan ditemukan nyeri pada awal persalinan mengalami
penurunan yang signifikan seiring dengan meningkatnya usia. Dari
kedua data diatas, usia responden menunjukkan kelompok usia
yang relatif aman yaitu masih dalam rentang usia yang optimal
dalam melahirkan dan usia berpengaruh dalam respon nyeri
persalinan yang dialami responden.
b. Pendidikan
Karakteristik selanjutnya adalah pendidikan, pada penelitian
ini didapatkan pendidikan terakhir responden paling banyak pada
kelompok intervensi adalah SMA yaitu 12 orang (80%). Pada
kelompok kontrol juga didapatkan pendidikan terakhir responden
paling banyak yaitu SMA sebanyak 9 orang (60%). Menurut data
badan pusat statistik (BPS) kota Tangerang Selatan tahun 2015,
angka partisipasi murni sekolah di kota Tangerang Selatan pada
jenjang pendidikan SMA sebanyak 84,81% sedangkan jenjang
73
pendidikan SD mendapatkan persentase tertinggi dari keempat
jenjang pendidikan yang tercantum dalam BPS kota Tangerang
Selatan yaitu sebanyak 98,88% (www.tangselkota.bps.go.id).
Pendidikan berkaitan dengan pemahaman seseorang terutama
dalam pola pikir, pola tingkah laku, serta pola pengambilan
keputusan. Dari hasil penelitian ini, ibu inpartu dengan jenjang
pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi memilih menghadapi
proses persalinan di Rumah Sakit atau Klinik, sedangkan ibu
inpartu dengan jenjang pendidikan SD dan SMP lebih banyak
memilih menghadapi proses persalinan di Paraji (dukun). Dengan
demikian, pendidikan yang rendah akan berdampak pada
pemahaman terhadap terjadinya nyeri maupun penatalaksanaan
nyeri.
Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa individu dengan
pendidikan rendah menggunakan adaptasi mal adaptif sedangkan
individu dengan pendidikan tinggi menggunakan adaptasi yang
adaptif. Tingkat pendidikan secara umum mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam menerima informasi dan memahami
informasi, kondisi dan lingkungan disekitarnya, sehingga
mempengaruhi cara pandang dan pemilihan koping dalam
menyelesaikan masalah. Respon terhadap nyeri persalinan berbeda
setiap orang, karena adaptasi yang digunakan berbeda sesuai
dengan tingkat pendidikan, semakin individu tersebut tidak
74
memiliki koping yang bagus terhadap penyelesaian masalah, maka
akan menimbulkan stress dan berakibat pada kontraksi uterus yang
tidak adekuat (Wahyuningsih, 2015). Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lydwina (2011) dengan judul Presepsi nyeri
pada persalinan normal didapatkan hasil dari 155 ibu bersalin
menunjukkan pendidikan lebih tinggi menunjukkan rasa nyeri yang
lebih rendah pada fase aktif.
Wanita berpendidikan tinggi menghadapi nyeri lebih baik dari
pada wanita berpendidikan rendah. Penelitian Wahyuni &
Wahyuningsih (2015) juga mendapatkan hasil bahwa pendidikan
berpengaruh terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif. Dalam
penelitian ini, Responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA
dan PT tingkat skala nyerinya rata-rata 9 sedangkan SD dan SMP
skala nyerinya rata-rata 10. Dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian ini, pendidikan berpengaruh terhadap respon nyeri
persalinan yang dialami responden, semakin tinggi pendidikan
semakin mudah beradaptasi dalam mengatasi nyeri persalinan pada
kala I fase laten.
c. Pekerjaan .
karakteristik responden yang terakhir adalah karakteristik
pekerjaan, pada penelitian ini didapatkan mayoritas pekerjaan
responden pada kelompok intervensi tidak bekerja yaitu sebagai
ibu rumah tangga (IRT) yang berjumlah sebanyak 14 orang
75
(93,3%), sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas pekerjaan
responden sama dengan kelompok intervensi dengan hasil
terbanyak responden tidak bekerja yaitu sebagai ibu rumah tangga
yang berjumlah 13 orang (86,7%). Tingkat pekerjaan bukan
variabel langsung yang dapat mempengaruhi tingkat nyeri, tetapi
pekerjaan bisa menimbulkan peningkatan persepsi seseorang
terhadap nyeri yang dirasakan dan menurunkan kemampuan
koping akibat kelelahan yang dirasakan (Potter & Perry, 2008).
Menurut penelitian Wahyuni & Wahyuningsih (2015) yang
berjudul pengaruh massage effleurage terhadap tingkat nyeri
persalinan kala I fase aktif menunjukkan hasil bahwa pekerjaan
tidak begitu berpengaruh terhadap terhadap nyeri persalinan kala I
fase aktif. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya,
yaitu pekerjaan tidak terlalu berpengaruh terhadap respon nyeri
persalinan kala I fase laten responden di Kecamatan Setu.
A. Analisis Bivariat
1. Efektivitas massage effleurage yang dilakukan oleh suami
terhadap nyeri persalinan kala I fase laten pada kelompok kontrol
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat nyeri
persalinan pada kelompok kontrol dengan melakukan teknik relaksasi
nafas dalam didampingi oleh suami mengalami penurunan tingkat
nyeri persalinan kala I fase laten sebesar 0,73. Dilihat dari signifikansi,
terdapat pengaruh terhadap penurunan nyeri persalinan kala I fase
76
laten. Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengurangi ketegangan,
meningkatkan relaksasi fisik dan emosional dengan mengurangi
kecemasan. Penurunan tingkat nyeri dalam kelompok kontrol
disebabkan ketika ibu inpartu yang merasakan nyeri dan melakukan
relaksasi nafas dalam direspon oleh otak melalui korteks serebri lalu
dihantarkan ke hipotalamus, hipotalamus melepaskan Corticotrophin
Releasing Factor (CRF) lalu merangsang kelenjar pituitary untuk
memberitahu medulla adrenal dalam meningkatkan produksi
prooploidmelanocortin (POMC) sehingga enkhepalin meningkat.
Kelenjar pituitary menghasilkan hormone endorphin sebagai
neurotransmitter yang dapat mempengaruhi suasana hati menjadi
rileks. Peningkatan endhorphin dan enkhepalin menyebabkan tubuh
menjadi rileks dan rasa nyeri berkurang (Guyton, 2009). Sesuai
dengan penelitian Purnani (2013) bahwa dengan relaksasi nafas dalam
dapat menurunkan tingkat nyeri persalinan pada kala I fase aktif.
2. Efektivitas massage effleurage yang dilakukan oleh suami
terhadap nyeri persalinan kala I fase laten
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan dilakukannya
massage effleurage yang dilakukan oleh suami, tingkat nyeri
persalinan pada kala I fase laten mengalami penurunan nyeri
persalinan sebesar 2,34 dan didapatkan nilai signifikansi adanya
efektivitas yang bermakna terhadap nyeri persalinan kala I fase laten.
Hal ini sesuai dengan teori gate control dalam (Wulandari & Hiba,
77
2015) yang mengatakan bahwa nyeri akan berkurang setelah dilakukan
massage effleurage karena sentuhan dan nyeri dirangsang bersama
sensasi sentuhan berjalan ke otak dan menutup gerbang dalam otak dan
terjadi pembatasan intensitas nyeri di otak. Massage effleurage telah
lama dilakukan pada proses persalinan dan bisa menurunkan nyeri
pada persalinan dengan mengurangi sekresi hormon adrenalin dan
noradrenalin dan meningkatkan produksi hormon endorfin dan
meningkatkan pelepasan oksitosin (Haghighi, Masoumi, & Kazemi,
2016).
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian
massage effleurage yang dilakukan oleh suami sangat efektif terhadap
nyeri persalinan kala I fase laten, juga pada kelompok kontrol dalam
penelitian ini yaitu dengan melakukan teknik relaksasi nafas dalam
yang didampingi suami berpengaruh pada nyeri persalinan kala I fase
laten, hal ini terbukti dari hasil analisis data yang menunjukkan bahwa
nilai signifikansi keduanya tidak berbeda jauh. Oleh karena itu,
pemberian massage effleurage yang dilakukan suami dan teknik
relaksasi nafas dalam dapat digunakan untuk intervensi pada saat
mengalami nyeri persalinan. Sejalan dengan penelitian Wahyuni &
Wahyuningsih (2015) yang menyatakan bahwa ibu yang
berkonsentrasi dalam menikmati perlakuan massage effleurage
membuat ibu menjadi relaks dan tenang sehingga oksitosin akan
mengalir, oksitosin sangat berpengaruh dalam kontraksi uterus dan
78
membuat kontraksi menjadi adekuat. Semakin adekuat kontraksi
rahim, semakin cepat pembukaan dan penipisan serviks.
Massage atau pijatan berupa sentuhan pada abdomen (effleurage)
adalah bentuk stimulasi kulit yang digunakan selama proses persalinan
yang dapat menimbulkan efek relaksasi (Monsdragon, 2008). Jika ibu
merasa relaks dan tenang, otaknya akan kembali menjadi mode
primitif dan oksitosin akan mengalir, sehingga akan segera dibanjiri
oleh hormon endorphin yang dapat menurunkan nyeri (Chapman,
2006). Teori Simkin (2011) juga mengungkapkan bahwa sentuhan
yang nyaman seperti mengusap dapat meningkatkan produksi oksitosin
endogen. Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa salah satu hal yang
dapat menurunkan nyeri adalah karena pemberian massage effleurage
pada abdomen menstimulasi serabut taktil dikulit sehingga sinyal nyeri
dapat dihambat. Stimulasi kulit dengan effleurage ini menghasilkan
pesan yang dikirim lewat serabut A-δ, yang mengakibatkan gerbang
tertutup sehingga korteks tidak menerima sinyal nyeri dan intensitas
nyeri menjadi menurun. Perlakuan massage effleurage ini selain bisa
dilakukan oleh tenaga medis bisa juga dilakukan oleh orang terdekat
ibu yang mendampingi persalinan terutama seorang suami.
Kehadiran seorang pendamping dalam persalinan memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap ibu yang sedang mengalami
proses persalinan. Apabila suatu tindakan manajemen nyeri persalinan
dilakukan oleh orang yang dipercayai oleh ibu inpartu, akan timbul
79
rasa nyaman, tentram, dan dapat merasakan kasih sayang yang
diharapkan oleh dirinya sendiri. Lain halnya dengan tenaga kesehatan
yang melakukan manajemen nyeri persalinan tersebut, ibu inpartu akan
merasa canggung apabila teknik yang dilakukan kurang memberikan
kenyamanan entah rasa takut, malu ataupun tidak mau. Pendampingan
pada saat persalinan dapat memberikan perhatian, rasa aman dan
nyaman, semangat, mengurangi ketegangan dan status emosional
menjadi lebih baik. Dukungan emosional yang didapatkan ibu hamil
menjelang persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih
pendek, penanganan medis yang sedikit dan menghasilkan persalinan
yang baik (Murray & Huelsman, 2013). Dukungan emosional dalam
menghadapi persalinan akan menimbulkan perasaan senang yang akan
menjadi impuls ke neurotransmitter ke sistem limbik kemudian
diteruskan ke amigdala lalu dibawa ke hipotalamus sehingga terjadi
perangsangan pada nukleus ventromedial dan area sekelilingnya yang
dapat menimbulkan perasaan tenang (Guyton, 2007).
Penurunan nyeri dalam persalinan akan lebih efektif apabila rasa
nyeri ibu inpartu dikurangi dengan memengaruhi emosional atau
psikologisnya, salah satu cara memengaruhi psikologis ibu inpartu ini
adalah dengan menghadirkan pendamping persalinan yang diinginkan
dan dipercaya oleh ibu inpartu. Pendamping persalinan tersebut dapat
berupa pasangan, sahabat atau anggota keluarganya. Dalam penelitian
ini, pasangan adalah salah satu target penelitian untuk dilakukannya
80
tindakan massage effleurage, karena sebagian besar suami hadir dalam
proses persalinan dan untuk mendukung apapun tindakan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada ibu inpartu. Penelitian
Wahyuni & Wahyuningsih (2015) tentang massage effleurage pada
nyeri persalinan kala I fase aktif yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan pengaruh yang bermakna, namun dengan dilakukannya
massage effleurage oleh suami, lebih dapat meningkatkan keeratan
hubungan suami istri dalam menghadapi proses persalinan dan
menyambut kedatangan buah hati, juga dapat meningkatkan
kepercayaan diri ibu inpartu dalam proses persalinan yang mana
dengan didampingi oleh suami, rasa cemas ibu berkurang, ibu merasa
diperhatikan dan diberikan kasih sayang yang tinggi oleh suami. Hasil
dari penelitian ini pun menunjukkan keefektifan dalam perlakuan
massage effleurage yang dilakukan oleh suami dengan adanya
penurunan nyeri persalinan pada kala I fase laten.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni & Wahyuningsih
(2015), yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari penelitiannya
p=0,000 α=0,05 yang berarti terdapat pengaruh massage effleurage
untuk menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif. Sama pun dengan
penelitian Wulandari & Hiba (2015) memperlihatkan hasil analisis
data didapatkan nilai p=0,000 yang berarti terdapat pengaruh massage
effleurage terhadap tingkat nyeri persalinan kala I fase aktif. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Yuliastanti & Nurhidayati (2013)
81
menunjukkan hasil yang signifikan dengan p value=0,015 yang berarti
terdapat hubungan pendampingan suami dengan pengurangan rasa
nyeri pada persalinan kala I fase aktif. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Haseli, Jahdi, Egdampour, Naysanisamani, & Haghani (2014) di
Iran memberikan hasil bahwa massage effleurage dan relaksasi nafas
dalam mempunyai efektivitas dalam persalinan. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Purnani (2013) yang menunjukkan
hasil bahwa massage effleurage tidak memiliki pengaruh dalam
menurunkan nyeri persalinan diduga karena peningkatan nyeri
persalinan yang sangat kuat di kala I fase aktif, dan menunjukkan hasil
yang signifikan pada relaksasi nafas dalam karena pada fase aktif ini
ibu lebih nyaman dalam pemberian bimbingan teknik relaksasi nafas
dalam dibandingkan diberikan perlakuan massage effleurage.
3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya mengenai tempat
pengambilan data responden yang hanya terbatas pada Klinik Wijaya
Kusuma dikarenakan di Puskesmas Keranggan tidak ditemukan
responden dengan kriteria inklusi peneliti.
82
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa massage effleurage yang dilakukan oleh suami terhadap nyeri
persalinan kala I fase laten di Kecamatan Setu efektif dalam penurunan nyeri
persalinan kala I fase laten. Nilai rata-rata penurunan nyeri persalinan tertinggi
terdapat pada kelompok intervensi yaitu yang diberi perlakuan massage effleurage
oleh suami, sedangkan pada kelompok kontrol yang melakukan relaksasi nafas
dalam yang didampingi oleh suami mendapatkan hasil penurunan namun tidak
sebanyak nilai rata-rata penurunan nyeri persalinan yang diberi perlakuan
massage effleurage. Ibu inpartu yang mengalami nyeri persalinan kala I fase laten
bisa menggunakan massage effleurage ataupun relaksasi nafas dalam untuk
menurunkan nyeri persalinan, tetapi lebih efektif diberikan perlakuan massage
effleurage yang dilakukan oleh suami dibandingkan dengan yang melakukan
relaksasi nafas dalam didampingi oleh suami.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, terdapat beberapa hal
yang dapat disarankan untuk pengembangan dari hasil penelitian ini. Saran
tersebut adalah sebagai berikut:
82
83
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai intervensi pada asuhan
keperawatan maupun asuhan kebidanan untuk manajemen nyeri pada
persalinan.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi untuk
mengembangkan penelitian ini lebih lanjut agar dapat melakukan
penelitian serupa dengan menggunakan responden ibu primigravida karena
tingkat nyeri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu multigravida yang
digunakan pada penelitian ini.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan dan memperkaya
informasi bagi keperawatan terutama keperawatan maternitas dan dapat
dijadikan sebagai rujukan manajemen nyeri persalinan non farmakologi
dalam asuhan keperawatan maternitas pada ibu inpartu yang mengalami
nyeri persalinan.
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini memberikan informasi bagi masyarakat bahwa
massage effleurage yang dilakukan oleh suami efektif dilakukan untuk
menurunkan nyeri persalinan dan mempererat ikatan suami dan istri dalam
menyambut kelahiran anak.
84
DAFTAR PUSTAKA
Achdiat, C. . (2008). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Adams, R., White, B., & Beckett, C. (2010). No Title. The Effects of Massage
Therapy on Pain Management in the Acute Care Setting.
Afiyanti, Y., & Rachmawati, N. I. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam
Riset Keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Ardhiyanti, Y., Pitriani, R., & Damayanti, P. (2014). Panduan Lengkap
Keterampilan Dasar Kebidanan I. Yogyakarta: Deepublish.
Arifin, A., Kundre, R., & Rompas, S. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Proses Persalinan di Puskesmas
Budilatama Kecamatan Gadung Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah,
3.
Astika, N. G. (2013). Pengaruh Massage Effleurage terhadap Kontraksi Uterus
pada Parturien Kala I Fase Aktif di RSIA Melinda Kediri, 22–28.
Bare, S. &. (2008). Medical Surgical Nursing. Philadelpia: Lippincot & Wilkins.
Bobak, I, M. (2006). Maternity Nursing. Jakarta: EGC.
Brunner, & Suddarth. (2008). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Chapman, V. (2006). The Midwife’s Labour and Birth Handbook. London:
Blackwell Publishing.
Cunningham, F. (2013). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Danuatmadja, B., & Meiliasari, M. (2008). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit.
Jakarta: Puspa Swara.
Erb, K., Berman, & Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC.
Haghighi, N. B., Masoumi, S. Z., & Kazemi, F. (2016). Effect of Massage
Therapy on Duration of Labour : A Randomized Controlled Trial, 1–5.
https://doi.org/10.7860/JCDR/2016/17447.7688
Harry, G. K. (2011). Pendekatan Non Farmakologis untuk Mengurangi Nyeri Saat
Persalinan, 299–303.
Hartanti. (2005). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien
85
Post Sectio Caesar di Ruang Mawar BP RSUD Bojonegoro Kabupaten
Temanggung.
Haseli, A., Jahdi, F., Egdampour, F., Naysanisamani, L., & Haghani, H. (2014).
Effects of Effleurage Massage Plus Breathing Techniques on Childbirth
Satisfaction in Primiparous Women Referring to Lolagar Hospital in Tehran,
12(6), 44–46.
Hastono, S. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Henderson, C., & Jones, K. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Ilmi, N. (2015). Pengalaman Ibu Primipara Yang Di Dampingi Suami Saat
Menghadapi Proses Persalinan.
Judha, S. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Klossner, J. (2006). Intoductory Maternity Nursing. Philadelpia: Lippincot &
Wilkins.
Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., & Cashion, K. (2010). Maternity Nursing (8th
ed.). United States of America: Mosby Elsevier.
Mander, R. (2006). Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. . (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Murray, M., & Huelsman, M. G. (2013). Persalinan dan Melahirkan. Jakarta:
EGC.
Musbikin. (2012). Persiapan menghadapi persalinan dari perencanaan
kehamilan sampai mendidik anak. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Musrifatul, U., & Hidayat, A. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Jakarta: Salemba
Medika.
Oktarina, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
86
Lahir. Yogyakarta: Deepublish.
Pane, A. N. (2014). Efektivitas Teknik Effleurage Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Ibu Bersalin Kala I Di Klinik Bersalin Sumiariani Kecamatan Medan
Johor Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Pilliteri, A. (2007). Maternal and Child Health Nursing. Philadelphia: Lippincot
& Wilkins.
Potter, P. ., & Perry, A. . (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Purnani, W. T. R. I. (2013). Perbedaan Penurunan Nyeri Persalinan Kala I antara
Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengan Teknik Pijat Effleurage yang
dilakukan Oleh Suami pada Ibu Inpartu di Bidan Praktek Swasta.
Simkin, P. (2011). Panduan lengkap kehamilan, melahirkan dan bayi. Jakarta:
Arcan.
Sondakh, J. J. . (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga.
van der Riet, P. (2011). Effleurage and petrissage: Holistic practice in Thailand.
Contemporary Nurse, 37(2), 227–228.
Varney, H. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed.). Jakarta: EGC.
Wahyuni, S., & Wahyuningsih, E. (2015). Pengaruh Massage Effleurage terhadap
Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin di RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Klaten 2015, 1–11.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Winkjosastro, H. (2012). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sawono Prawirohardjo.
87
Wulandari, P., & Hiba, P. D. N. (2012). Pengaruh massage effleurage terhadap
pengurangan tingkat nyeri persalinan kala satu fase aktif pada primigravida
di ruang bougenvile RSUD Tugurejo Semarang, 59–67. Retrieved from
http://ppnijateng.org/wp-content/uploads/2014/09/Pengaruh-Massage-
Effleurage-Terhadap-Pengurangan-Tingkat-Nyeripersalinan-Kala-I-Fase-
Aktif-Pada-Primigravida-Di-Ruang-Bougenville-Rsud-Tugurejo-
Semarang.pdf
Yuliastanti, T., & Nurhidayati, N. (2013). Pendampingan Suami dan Skala Nyeri
pada Persalinan Kala I Fase Aktif. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan,
4(1), 1–14.
Yuliatun, L. (2008). Penangangan Nyeri Persalinan Dengan Metode
Nonfarmakologi. Malang: Bayumedia Publishing.
Yumni. (2010). Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Proses Persalinan Kala
I di Empat Klinik Bersalin di Sidoarjo dan Surabaya.
88
LAMPIRAN
89
Lampiran 1 Lembar Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN EFEKTIVITAS MASSAGE EFFLEURAGE YANG
DILAKUKAN SUAMI TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I FASE
LATEN DI KECAMATAN SETU
A. DATA DEMOGRAFI
1. Nama ibu (inisial) :
2. Nama suami (inisial) :
3. Usia :
4. Status Pekerjaan :
5. Pendidikan :
( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( ) Diploma
( ) Sarjana
( ) Lainnya….
Keterangan: Diisi oleh peneliti
90
B. SKALA NYERI NUMERICAL RATING SCALE (NRS) KELOMPOK
INTERVENSI
Sebelum dilakukan Tindakan Massage Effleurage
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri nyeri sedang nyeri paling hebat
Skala diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan intensitas nyeri yang
dirasakan ibu dengan skala nyeri numerik 0-10, yaitu:
0 : Tidak nyeri
1 - 2 : Nyeri ringan (terasa keram pada perut bagian bawah, masih dapat
ditahan, masih dapat melakukan aktifitas, masih bisa konsentrasi).
3 - 5 : Nyeri sedang (terasa keram pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan, aktifitas terganggu).
6 – 7 : Nyeri berat (terasa keram berat pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, paha, punggung, tidak ada nafsu makan, mual,
badan lemas, tidak kuat beraktifitas).
8 – 10 : Nyeri sangat berat (terasa keram yang sangat berat sekali pada
perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki, punggung, tidak
mau makan, mual muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa
berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat beraktifitas).
91
Sesudah dilakukan Tindakan Massage Effleurage
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri nyeri sedang nyeri paling hebat
Skala diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan intensitas nyeri yang
dirasakan ibu dengan skala nyeri numerik 0-10, yaitu:
0 : Tidak nyeri
1 - 2 : Nyeri ringan (terasa keram pada perut bagian bawah, masih dapat
ditahan, masih dapat melakukan aktifitas, masih bisa konsentrasi).
3 - 5 : Nyeri sedang (terasa keram pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan, aktifitas terganggu).
6 – 7 : Nyeri berat (terasa keram berat pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, paha, punggung, tidak ada nafsu makan, mual,
badan lemas, tidak kuat beraktifitas).
8 – 10 : Nyeri sangat berat (terasa keram yang sangat berat sekali pada
perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki, punggung, tidak
mau makan, mual muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa
berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat beraktifitas).
92
B. SKALA NYERI NUMERICAL RATING SCALE (NRS) KELOMPOK
KONTROL
Sebelum dilakukan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri nyeri sedang nyeri paling hebat
Skala diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan intensitas nyeri yang
dirasakan ibu dengan skala nyeri numerik 0-10, yaitu:
0 : Tidak nyeri
1 - 2 : Nyeri ringan (terasa keram pada perut bagian bawah, masih dapat
ditahan, masih dapat melakukan aktifitas, masih bisa konsentrasi).
3 - 5 : Nyeri sedang (terasa keram pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan, aktifitas terganggu).
6 – 7 : Nyeri berat (terasa keram berat pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, paha, punggung, tidak ada nafsu makan, mual,
badan lemas, tidak kuat beraktifitas).
8 – 10 : Nyeri sangat berat (terasa keram yang sangat berat sekali pada
perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki, punggung, tidak
mau makan, mual muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa
berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat beraktifitas).
93
Sesudah dilakukan Tindakan Relaksasi Nafas Dalam
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri nyeri sedang nyeri paling hebat
Skala diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan intensitas nyeri yang
dirasakan ibu dengan skala nyeri numerik 0-10, yaitu:
0 : Tidak nyeri
1 - 2 : Nyeri ringan (terasa keram pada perut bagian bawah, masih dapat
ditahan, masih dapat melakukan aktifitas, masih bisa konsentrasi).
3 - 5 : Nyeri sedang (terasa keram pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan, aktifitas terganggu).
6 – 7 : Nyeri berat (terasa keram berat pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, paha, punggung, tidak ada nafsu makan, mual,
badan lemas, tidak kuat beraktifitas).
8 – 10 : Nyeri sangat berat (terasa keram yang sangat berat sekali pada
perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki, punggung, tidak
mau makan, mual muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa
berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat beraktifitas)
94
Prosedur Pelaksanaan Metode Massage Effleurage yang Dilakukan Suami
Keterangan: Diisi oleh peneliti
No Metode Massage Effleurage yang dilakukan
Suami
Dilakukan Tidak
Dilakukan
1 Memberikan posisi ternyaman bagi ibu
2 Kedua telapak tangan suami diletakkan pada
abdomen ibu
3 Kedua telapak tangan suami digerakkan
secara bersamaan melingkar kearah pusat
simfisis atau menggunakan satu telapak
tangan dengan gerakkan melingkar atau satu
arah dengan tekanan yang ringan dan lembut
4 Usapan dilakukan ketika ibu mengalami
kontraksi dan berhenti ketika kontraksi
berhenti atau ibu sudah merasa tidak nyaman
95
Lampiran 2 Informed Consent
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Qorina Fairuz Zerlita F
Alamat : Komplek Batan Indah Blok I no 60
Nomor Hp : 081513683515
Judul : Efektivitas Massage Effleurage yang di Lakukan oleh Suami
terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten di Kecamatan Setu
Saya adalah mahasiswa Strata I Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas massage
effleurage yang dilakukan oleh suami terhadap nyeri kala I fase laten di
kecamatan setu. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan skripsi di program Strata I.
Saya mengharapkan partisipasi ibu dan bapak dalam rangkaian
pelaksanaan tindakan massage effleurage. Partisipasi ibu dan bapak dalam
penelitian ini sukarela, ibu dan bapak bebas menerima menjadi responden
penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu dan bapak bersedia
menjadi responden, silahkan menanda tangani surat persetujuan ini pada tempat
yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti ibu dan bapak bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini. Terimakasih atas perhatian dan partisipasi ibu dan
bapak dalam penelitian ini.
Tanggal :
Tanda tangan :
96
Lampiran 3 Surat Izin Studi Pendahuluan
97
Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data
98
99
100
Lampiran 5 Surat Pernyataan Kerahasiaan Klinik
101
Lampiran 6 Hasil Analisis Data dengan SPSS
ANALISIS UNIVARIAT
1. Usia Responden Kelompok Intervensi
102
2. Usia Responden Kelompok Kontrol
103
3. Pendidikan dan Pekerjaan Responden Kelompok Intevensi
104
4. Pendidikan dan Pekerjaan Responden Kelompok Kontrol
105
5. Perbedaan Rerata Tingkat Nyeri Responden Sebelum dan Sesudah
dilakukan Massage Effleurage
106
6. Perbedaan Rerata Tingkat Nyeri Responden Sebelum dan Sesudah
Relaksasi Nafas Dalam
107
ANALISIS BIVARIAT
1. Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Intervensi
108
2. Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol
109
3. Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Intervensi
110
4. Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Kontrol