efektivitas kegiatan keagamaan dalam meningkatkan

121
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH PUTERI BANJARBARU Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Rabiatul Adawiyah NIM. 14311400 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA 1439 H/2018 M

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM

MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI PONDOK

PESANTREN AL-FALAH PUTERI BANJARBARU

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Rabiatul Adawiyah

NIM. 14311400

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM

MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI PONDOK

PESANTREN AL-FALAH PUTERI BANJARBARU

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Rabiatul Adawiyah

NIM. 14311400

Pembimbing:

Sri Tuti Rahmawati, M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/2018

Page 3: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bila pendidikan suatu masyarakat berkembang dengan baik, maka

tidak dapat dipungkiri lagi masyarakat tersebut akan semakin berkualitas

dan mampu bersaing terhadap kompetisi yang semakin hari semakin ketat

dan keras dalam berbagai sudut aktivitas kehidupan. Dalam situasi seperti

ini maka sumber daya manusia yang berkualitas mampu menghadapi

persaingan dalam aktivitas kehidupan. Pada dasarnya kualitas sumber

daya manusia menjadi peran utama dalam menentukan aktivitas dalam

berbagai sektor pembangunan baik pembangunan fisik maupun non fisik.

Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas maka sekolah

sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal merupakan lembaga

kepercayaan masyarakat sebagai komponen penting dalam

mempersiapkan dan mengantarkan generasi anak bangsa untuk mampu

menghadapi kompetisi secara global yang kian hari semakin jelas dan

terasa dampaknya terhadap aktivitas kehidupan masyarakat.1

Pendidikan merupakan cerminan kepribadian suatu bangsa, maju

dan tidaknya suatu negara itu tergantung dari Sumber Daya Manusianya

(SDM). Maka dari itu, negara kita melalui pemerintah tentunya

mempunyai keinginan supaya rakyatnya memiliki kemampuan dan

kecerdasan yang tinggi, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-

undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

1 Azyumardi Azra, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam,

(Cipayung Ciputat: Gaung Persada Press Jakarta, 2007), h. 1-2

Page 4: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

2

dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Setiap upaya guru dalam proses pendidikan diatur oleh tujuan

tertentu, apapun jenis tujuan itu. Kejelasan tujuan yang terlihat pada

rumusan dan definisinya berpengaruh terhadap kemungkinan keberhasilan

pencapaiannya. Banyak tujuan yang dirumuskan secara umum dan samar,

seperti pendidikan untuk hidup. Tentu saja, tujuan semacam itu dapat

diterima, karena setiap pendidikan mesti mempersiapkan peserta didik

untuk hidup.2

Secara sederhana pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk

membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir,

rasa dan karsa serta raga) untuk menghadapi masa depan. Oleh karena itu

seorang pendidik dituntut untuk bisa menguasai kecerdasan inteligensi,

kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional secara bersamaan untuk

mendukung terwujudnya tujuan pendidikan nasional tersebut.

Kecerdasan spiritual tidak lepas dari kata beragama, karena agama

merupakan penghubung antara manusia dengan Tuhannya sehingga

kecerdasan spiritual tidak akan pernah ada jika manusia itu tidak

memiliki agama.Manusia sangat membutuhkan agama, tanpa agama

manusia belum menjadi manusia yang utuh. Setelah manusia dipisahkan

oleh agama ia menjadi gelisah, tidak tenang dan mulai membuat atau

menciptakan agama-agama semu. Quraisy Shihab mengatakan Islam telah

menegaskan agama atau tauhid merupakan kebutuhan yang sifatnya

alamiyah (fitrah) dalam diri manusia.3

2 Ridjaluddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta Selatan: Pusat Kajian Islam FAI

Uhamka Jakarta, 2008), h. 54 3 Hariyanto, Psikologi Sholat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), h.5

Page 5: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

3

Artinya:“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada

agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan

manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.

(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui”.(QS. Ar-Rûm [30]: 30).

Agama terdapat dalam Al-Qur`an dan dalam penjelasan Rasul-Nya,

megatur hubungan, baik hubungan vertikal (hubungan manusia dengan

Tuhannya) maupun hubungan horizontal (hubungan manusia dengan

manusia dan manusia dengan alam sekitar).

Setiap orang tua pasti ingin memiliki seorang anak yang cerdas.

Seringkali kita menganggap cerdas itu dilihat dari nilai angka yang ada di

rapor, padahal ada banyak sekali kecerdasan diantaranya kecerdasan

emosional dan spiritual. Seringkali kita menganggap dengan nilai yang

tinggi dapat berhasil dalam hidup tetapi ternyata banyak anak yang pandai

yang nilainya tinggi tidak berhasil di masyarakat. Mereka banyak yang

gagal mencapai harta, jabatan dan kedudukan yang diinginkan.

Orang-orang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi

akan mampu memahami dirinya sendiri. Mereka mampu selalu belajar

mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian mereka

akan tampil percaya diri. Mereka mampu berhubungan dengan sesama

manusia dengan baik. Orang semacam ini ramah dan selalu menyapa

semua orang, mampu mengendalikan kemarahan. Dengan bekal ini

mereka mampu mempunyai bekal untuk mendapatkan kekayaan,

kedudukan atau ketenaran. Namun apakah orang yang kecerdasan

Page 6: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

4

semosionalnya tinggi mempunyai jabatan dan harta akan bahagia.

Kedudukan yang tinggi dan harta yang banyak ternyata bukan ukuran

seseorang itu dikatakan berhasil dan bahagia. Presiden direktur Hyundai

meninggal secara mengenaskan, ia mati bunuh diri dengan meloncat dari

gedung pencakar langit. Dan seorang top eksekutif Indonesia mati bunuh

diri dengan terjun bebas dari sebuah apartemen di Jakarta berlantai 56.4

Posisi sukses ternyata dianggap semu. Orang banyak mengalami krisis.

Krisis ini sudah merambah setiap sudut kehidupan kita mulai dari

kesehatan, mata pencarian, kualitas lingkungan, hubungan sosial,

ekonomi, teknologi politik dan bahkan merasuk ke dalam krisis moral,

intelektual dan krisis spiritual atau krisis keagamaan. Untuk itu setiap

peserta didik diharapkan tidak hanya cerdas secara emosional tetapi juga

spiritual.

Kecerdasan spiritual sangat penting dibentuk dalam diri peserta didik,

karena untuk menciptakan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

yang Maha Esa dan berakhlak mulia memerlukan kecerdasan spiritual

yang cukup, supaya nanti peserta didik dapat menyeimbangkan antara

kebutuhan rohani dan jasmani. Seseorang bisa saja dikatakan sukses

dengan mempunyai kecerdasan pengetahuan yang tinggi tapi jika tidak

dibarengi dengan kecerdasan spiritual maka hidupnya tidak akan merasa

senang. Contoh yang bisa kita ambil maraknya terjadinya korupsi padahal

orang-orang yang melakukannya memiliki inteligensi/kepintaran yang

tinggi, tapi dia masih saja bisa melakukan korupsi. Mungkin itu dilakukan

karena kurangnya iman atau tidak dibarengi dengan sikap spiritual.

Menurut Danah Zohar dan Marshall bila kecerdasan spiritual

seseorang berkembang dengan baik, maka tanda-tanda yang akan terlihat

4Wahyudi, dkk., Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak Pedoman Penting Bagi

Orang Tua dalam Mendidik Anak, (Jakarta: Sinar Graka Offset, 2010), h.7

Page 7: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

5

pada diri seseorang adalah: Kemampuan bersikap fleksibel (adaktif secara

spontan dan aktif), Tingkat kesadaran yang tinggi, Kemampuan untuk

menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, Kemampuan untuk

menghadapi dan melampaui rasa sakit, Kualitas hidup yang ilhami oleh

visi dan nilai-nilai, Keengganan untuk mnyebabkan kerugian yang tidak

perlu, Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal

(berpandangan holistic), Kecenderungan nyata untuk bertanya dan

mencari jawaban-jawaban yang mendasar, Memliliki kemudahan untuk

bekerja melawan konvensi atau bekerja dengan mandiri.5

Pondok pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru merupakan pondok

pesantren yang tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu agama namun juga

mempelajari ilmu-ilmu umum. Kegiatan-kegiatan yang diadakan di

Pondok pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru dapat membentuk

kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh para santri tidak hanya

kecerdasan inteligensi, kecerdasan emosional tetapi juga kecerdasan

spiritual. Pondok pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru merupakan

tempat yang dapat membantu menjembatani para orang tua yang memilih

memondokkan anaknya, karena Pondok pesantren Al-Falah Puteri

Banjarbaru mempunyai program-program keagamaan yang mendukung

terbentuknya kecerdasan spiritual yang mana kegiatan kegamaan tersebut

meliputi: kegiatan mengaji kitab kuning, salat berjamaah, membaca

burdah pada malam jum’at, kegiatan muhadarah, tahlil dan salat duha

berjamaah. Dalam proses menimba ilmu di Pondok pesantren Al-Falah

Puteri Banjarbaru para santri diwajibkan untuk mengikuti kegiatan-

kegiatan yang ada. Adanya kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat

5 Danah Zohar dan Ian Marshall, Spiritual Quotient Memanfaatkan Kecerdasan

Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung:

Mizan, 2001), h. 136.

Page 8: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

6

meningkatkan spiritual siswa yang menuntut ilmu di Pondok pesantren

Al-Falah Puteri Banjarbaru.

Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut apakah bisa menjadi

ukuran untuk meningkatkan potensi kecerdasan spiritualnya, maka inilah

yang ingin diketahui penulis. Berdasarkan latar belakang masalah yang

telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Efektivitas Kegiatan Keagamaan dalam Meningkatkan Kecerdasan

Spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang di atas,

maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Al-Falah

Puteri Banjarbaru.

2. Motivasi mengikuti kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Al-

Falah Puteri Banjarbaru.

3. Pengaruh kegiatan keagamaan terhadap prestasi belajar.

4. Pengaruh mengikuti kagiatan keagamaan terhadap kecerdasan

spiritual.

5. Efektivitas kegiatan keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian yang dilakukan lebih

terarah dan mendalam berdasarkan identifikasi masalah. Maka untuk

memfokuskan permasalahan, penulis membatasi masalah tersebut

pada:efektivitas kegiatan keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru.

.

Page 9: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

7

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan batasan yang telah penulis kemukakan, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah Kegiatan Keagamaan

Efektif untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di Pondok Pesantren

Al-Falah Puteri Banjarbaru?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pembatasan dan perumusan masalah tersebut, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan keagamaan

dalam meningkatkan kecerdasan spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah

Puteri Banjarbaru.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

a. Secara teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan menambah wawasan tentang efektivitas kegiatan

keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan spiritual dan menjadi

rujukan bagi peneliti lain dalam mengembangkan kajian sejenis.

b. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

informasi yang berkaitan tentang efektivitas kegiatan keagamaan

dalam meningkatkan kecerdasan spiritual.

G. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang

mempunyai bahasan senada yang tertulis pada skripsi terdahulu antara

lain:

1. Ainun Zakiah Lubis, Nim: 11311032 “Hubungan Pelaksanaan

Ekstrakulikuler Keagamaan terhadap Pembentukan Perilaku

Keberagaman Siswa” Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an

Page 10: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

8

Jakarta, 2015. Latar belakang Ainun Zakiah Lubis menulis skripsi ini

karena sekarang kebanyakan manusia telah melupakan Al-Qur`an

mereka lebih memprioritaskan ekstrakulikuler di bidang umum dari

pada bidang keagamaan baca tulis Al-Qur`an, selain itu banyak juga

kenakalan-kenakalan yang dilakukan karena merosotnya nilai-nilai

karakter bangsa. Kegiatan ekstrakulikuler yang beragam siswa dapat

mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya salah satunya

adalah ekstrakurikuler keagamaaan baca tulis Al-Qur`an. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-23 bulan Mei 2015

bertempat di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Setelah

dilakukan penelitian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan

antara pelaksanaan ekstrakulikuler keagamaan Baca Tulis Al-Qur`an

dengan pembentukan perilaku keberagamaan siswa kelas VII SMP

Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Persamaan penulis dengan

skripsi Ainun Zakiah Lubis adalah sama-sama membahas kegiatan

keagamaan dan menggunakan metode kuantitatif, perbedaannya

penulis membahas tentang meningkatkan kecerdasan spiritual dengan

mengikuti kegiatan keagamaan namun Ainun Zakiah Lubis membahas

hubungan pelaksanaan ekstrakulikuler keagamaan terhadap

pembentukan perilaku keberagaman siswa.

2. Roudlotul Jannah Harissaputri, Nim:12311134, “Intensitas Salat

Dhuha Berjamaah dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa

Kelas VI SDI Manaratul Ulum Kebayoran Baru Jakarta Selatan”

Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta,2016. Tempat yang

dijadikan objek penelitian aalah siswa kelas VI SDI Manaratul Ulum

Kebayoran Baru Jakarta Selatan pada bulan Mei sampai dengan Bulan

Juli 2016. Roudlotul Jannah Harissaputri mengumpulkan data-data

Page 11: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

9

melalui metode deskriftip dan menggunakan metode kuantitatif dan

kualitatif.

Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

korelasi namun korelasi tersebut sangat lemah atau sangat rendah

antara intensitas salat dhuha terhadap peningkatan kecerdasan spiritual

siswa dengan perolehan r hitung sebesar 0.00009. Persamaan penulis

dengan skripsi Roudlotul Jannah Harissaputri dalam hal pembahasan

kecerdasan spiritual namun Roudlotul Jannah Harissaputri pengaruh

dari intensitas salat dhuha berjamaah dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual, sedangkan penulis membahas peningkatan kecerdasan

spiritual dengan mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di pondok.

3. Abiila Zainatul Millah, Nim: 13311191, “Pengaruh Keistiqomahan

Pelaksanaan Salat Tahajud Terhadap Kecerdasan Emosional” Fakultas

Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta,2017. Penelitian ini dilakukan

di Sekolah Menengah Pertama (SMP) An-Naja Islamic Boarding

School, Cipeundeuy, Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia. penelitian

ini dimulai sejak bulan Maret 2016 sampai dengan selesai.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan

menggunakan metode penelitian kuantitatif dan dapat diambil

kesimpulan berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta

pengujian hiotesis yaitu adanya korelasi/pengaruh yang sedang atau

cukup.Persamaan penulis dengan skripsi Abiila Zainatul Millah yaitu

membahas kegiatan keagamaan namun Abiila Zainatul Millah lebih

spesifik membahas dalam salat tahajud.

4. Endah Khoiratul Bariyah, Nim 13311274, “Pelaksanaan Shalat Dhuha

dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa” Fakultas Tarbiyah

Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta,2017. Dalam penelitian ini Endah

Khoiratul Bariyah lebih mengkhususkan pada shalat sunnah dhuha,

Page 12: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

10

karena melihat realita dewasa ini jarang sekali SD maupun MI

melaksanakan pembiasaan shalat dhuha sebelum pembelajaran

dimulai. Sedangkan di lokasi yang mau diteliti sekolah MI Al-

Islahiyah Parung Bogor dalam 7 tahun terakhir ini telah menerapkan

pembiasaan shalat dhuha sebelum masuk kegiatan belajar-mengajar.

Maka Endah Khoiratul Bariyah ingin mengetahui apakah ada pengaruh

shalat dhuha dalam meningkatkan kecerdasn spiritual siswa kelas VI di

sekolah tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai

dengan Bulan Agustus 2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian

lapangan dengan menggunakan metode mix method desain sequential

Explanatory. Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa

pelaksanaan shalat dhuha tidak terdapat pengaruh terhadap kecerdasan

spiritual siswa. Memang pada dasarnya ada pengaruhnya namun hasil

itu belum terlalu nampak atau sangat rendah.

5. Skripsi oleh Nita Milatul Haq Nim: 13311207 “Efektifitas Menghafal

Al-Qur`an Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual” Fakultas

Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2017. Latar belakang Nita

Milatul Haq Nim menulis skripsi ini karena Nita Milatul Haq Nim

tertarik untuk meneliti siswa yangmampu mengimplementasikan

kemampuan mereka dalam menghafal Al-Qur`an kepada kemampuan

mereka dalam pribadi dan sikap keagamaanya. Penelitian ini

merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode

penelitian kuantitatif. Penelitian ini dimulai sejak bulan April sampai

bulan Agustus 2016. Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian

serta pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan tentang efektifitas

Menghafal dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP IT Al-

Multazam 2 Kuningan, maka dapat disimpulkan terdapat

Page 13: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

11

korelasi/pengaruh yang cukup atau sedang yang berarti menghafal Al-

Qur`an efektif untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.

Persamaan penulis dengan skripsi Nita Milatul Haq adalah

kami sama-sama membahas kecerdasaan spiritual dan menggunakan

metode kuantitatif, namun perbedaannya skripsi Nita Milatul Haq

dalam menghafal Al-Qur`an sedangkan yang penulis bahas

cakupannya lebih umum yaitu kegiataan keagamaan.

H. Sistematika Penulisan

Penulis mengacu pada buku pedoman skripsi, tesis dan disertasi

yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta tahun 2017,

adapun sistematika penulisan sebagai berikut.

Pada Bab pertama, mencakup pembahasan mengenai latar

belakang masalah,identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

Pada Bab kedua, mencakup landasan teoritis atau konsep yang

mendukung penulisan yaitu meliputi pembahasan kegiatan keagamaan

dan kecerdasan spiritual.

Pada Bab ketiga, meliputi pembahasan mengenai jenis penelitian,

pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data, teknik

dan instrumen pengumpulan data, deskripsi objek penelitian, teknik

analisis data.

Pada Bab keempat, meliputi pembahasan yang mencakup

gambaran umum objek penelitian, deskripsi data dan analisa data serta

interpretasi data.

Pada Bab kelima, membahas tentang penutup yang berisi

kesimpulan dan saran.

Page 14: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Efektivitas dan Keagamaan

Istilah efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya

(ada akibatnya, pengaruh, kesannya), dapat membawa hasil, berhasil guna

(tentang usaha) tindakan.1 Menrut Zakia Drajat efektivitas adalah kegiatan

yang berkenaan sejauh mana usaha yang direncanakan atau yang

diinginkan dapat terlaksana.2

Agama merupakan serangkaian perintah Tuhan tentang perbuatan

dan akhlak yang dibawa oleh para rasul untuk menjadi pedoman bagi

umat manusia. Mengimani hal ini dan melaksanakan ajaran-ajaran

tersebut akan membawa pada keberuntungan dan kebahagiaan hidup

manusia di dunia dan di akhirat. Kita tahu bahwa orang yang beruntung

adalah orang yang mempunyai tujuan yang baik dalam hidupnya, yang

tidak tersesat ke jalan yang keliru, yang memiliki akhlak yang baik dan

terpuji, dan yang mengerjakan perbuatan yang baik. Meskipun hidup di

tengah hiruk pikuknya dunia, orang seperti ini hatinya akan selalu tenang,

kuat, dan penuh kepastian.3

Agama Allah membimbing kita kepada kebahagiaan dan

keberuntungan. Hal ini tidak akan dapat dicapai tanpa agama. Selain itu,

keyakinan semacam ini bersemayam dalam hati manusia seperti seorang

polisi rahasia yang selalu mengikutinya ke mana saja ia pergi,

mencegahnya dari tindakan-tindakan yang tak bermoral, dan memaksanya

untuk berbuat kebajikan.

1Suharso dan Ana Retno Ningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang:

Widya Karya, 2011), h.127 2Zakia Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.20

3 Sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Inilah Islam, terj. Ahsin Muhammad,

(Jakarta: Sadra Press, 2011), h. 15

Page 15: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

13

Pengertian keagamaan dalam kamus besar bahasa Indonesia

adalah yang berhubungan dengan agama.4 Pengertian keagamaan secara

umum adalah suatu tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai

keagamaan yang berupa getaran batin yang dapat mengatur dan

mengerahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan antara manusia

dengan Tuhannya dan pola hubungan dengan masyarakat serta alam

sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu

merupakan perwujudan dari pola hidup yang telah membudaya dalam

batinnya dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi

rujukan dari sikap dan orientasi hidup sehari hari.5

B. Jenis-jenis Kegiatan Keagamaan di Pondok Pesantren Al-Falah

Puteri Banjarbaru

Sebenarnya kegiatan keagamaan itu ada berbagai macam, namun

di dalam skripsi ini hanya akan dibahas diantaranya: salat berjamaah, salat

dhuha, membaca burdah pada malam jumat dan mengaji kitab kuning

bakda maghrib.

1. Salat Berjamaah

Salat merupakan salah satu pilar agama yang menduduki peringkat

kedua setelah syahadat. Mengerjakan pada awal waktu merupakan

amalan yang paling baik, sedangkan meninggalkannya merupakan

perbuatan kufur.6

4Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Gramedia Pustaka Umum

2008), Cet, ke-4, h. 15 5Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, h.1

6Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terj. Ahmad Dzulfikar dan Muhammad Khoyrurrijal,

(Depok: Arya Duta, 2015), h. 101

Page 16: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

14

Salat secara harfiah berarti doa, rahmat dan sembahyang. Oleh para

ulama lazim didefinisikan dengan “serangkaian ucapan (bacaan) takbir

dan diakhiri/ditutup dengan (ucapan) salam ”.7

“Menurut Firdaus Wajdi dan Saira Rahmani Salat berjamaah adalah

shalat bersama, minimal ada dua orang yakni imam dan makmum. Salat

yang disunnahkan berjamaah adalah shalat fardhu yang lima, salat dua

hari raya, salat istisqa‟, salat gerhana matahari dan bulan, salat jenazah,

dan salat tarawih dan witir di bulan Ramadhan.”8

“Menurut Shalih Salat jamaah adalah: hubungan salat antara

makmum dengan imam dengan syarat-syarat khusyuk. Dan apabila

disebutkan di dalam syariat tentang perintah salat atau hukum yang

berkaitan atau berhubungan dengannya, maka maknanya secara zahir

terarah kepada salat syari.”9

Salat memiliki keutamaan dan faedah yang besar untuk menciptakan

kesehatan dan ketenangan jiwa. Salat dapat meneguhkan dan

menyucikan hati serta melapangkan dada. Sebab, ketika mendirikan

salat, hati seorang hamba tersambung kepada Allah. Dalam pengertian

lain, shalat merupakan penghubung (shilah) antara hamba dan Allah

Sang Pencipta. Karena itulah salat menjadi amal yang paling utama.10

Tidak ada satupun peribadatan yang tidak mempunyai tujuan dan

fungsi terutama ibadah shalat. Tujuan utama dan pertama dari

persyariatan shalat sebagaimana termaktub dalam al-Qur‟an adalah

untuk mengingat Allah.

7Amin Suma, Lima Pilar Islam, (Ciputat: Kholam Publishing, 2007), h.59

8Firdaus Wajdi dan Saira Rahmani, Buku Pintar Shalat Wajib dan Sunnah,

(Jakarta: Penerbit Zaman, 2010), h. 95 9Shalih bin Ghanim as-Sadlan, kajian lengkap shalat jamaah,(Jakarta: Darul Haq,

2015), h.11 10

Jamal Elzaky, Buku Pintar Mukjizat Kesehatan Ibadah, terj. Dedi Slamet Riyadi,

(Jakarta: Penerbit Zaman, 2015), h. 68

Page 17: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

15

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)

selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk

mengingat Aku.” (QS. Thaha [20]:14)

Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dan pertama dari

pensyariatan shalat ialah supaya pelakunya (mushalli) mengingat Allah

(dzikrullah). Begitu penting dzikir (mengingat Allah) ini, sehingga Allah

menyuruh manusia kapan dan di manapun untuk memperbanyak dzikir

kepada-Nya.11

Rasulullah saw, bersabda:

ثَ نَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قاَلَ: قَ رَأْتُ عَلَى مَالِكٍ، عَنْ ناَفِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، حَدَّصَلََةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ »الِله صَلَّى الُله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قاَلَ: أَنَّ رَسُول

بِسَبْعٍ وَعِشْريِنَ دَرجََة صَلََةِ الْفَذ “Shalat berjamaah itu dua puluh tujuh kali lebih utama dari pada

shalat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim).12

2. Salat Duha

Salat duha adalah shalat sunnah yang menurut sayyidina Ali r.a,

dikerjakan oleh Rasulullah Saw ketika matahari naik di ufuk timur

sejajar dengan matahari di ufuk barat ketika masuk waktu ashar, yang

berakhir pada pertengahan hari. Kalau di interpretasikan dengan waktu

di Indonesia kira-kira shalat dhuha dimulai pukul 07.00 s/d 11.30 WIB.

Yang jelas shalat dhuha tidak boleh dikerjakan tepat ketika matahari

terbit. Karena pada saat itu matahari berada diantara dua tanduk setan.

11

M. Amin Suma, Lima Pilar Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2007), h. 87 12

Muslim bin Hujjaj Abul Hasan Al-Qasyiri, Al-Musnad As-Shahih Al-Mukhtashar,

Bab Fadlu Sholatil Jama‟ati wa Bayani At-Tasydidi, (Beirut: Dar Ihya, t.t), h. 450

Page 18: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

16

Adapun hikmah dibalik larangan tersebut adalah agar tidak menyamai

dan berbarengan dengan ibadahnya orang-orang Majusi yang

menyembah matahari serta menjadikannya sebagai Tuhan.13

Waktu yang

paling utama (afdhal) untuk menunaikan shalat dhuha, menurut Imam

Abu Zakariya an-Nawawi didalam kitab Riyadh ash-shalihin adalah

ketika cahaya matahari sudah terasa panas.

Kegiatan salat duha di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri yang

diwajibkan hanya pada hari Jum‟at. Dikerjakan 4 rakaat secara

berjamaah di masjid ataupun di mushalla.

3. Membaca Burdah pada Malam Jum’at

Burdah adalah gubahan syair-syair madah yang menyejukan hati

bagaikan mata air yang tidak pernah terhenti bersumber. Terutama

bagi mereka yang menghargai khazanah sastra sufi yang luhur ini,

mungkin juga sudah ratusan atau bahkan ribuan cetak ulang. Begitu

memasyarakat, sehingga Burdah boleh dikata, merupakan kitab

paling popular dijajaran kita-kitab „wajib‟ lainnya di pesantren.14

Burdah adalah kumpulan puisi karya besar Imam al-Bushiri, nama

lengkapnya adalah Syarafudin Abu Abdillah Muhammad bin Sa‟id al-

Bushiri. Lahir di Mesir pada tahun 607 H./1213 M. dan wafat tahun 689

H./1297 M.Para sastrawan dunia mengakui bahwa Burdah adalah satu-

satunya bentuk puisi dalam khazanah kesusastraan Arab yang paling

kuat bertahan, mudah dihafal, berbobot, romantik, dan apik.Burdah telah

diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa: Inggris, Jerman, Prancis,

Turki, Melayu, Indonesia, dll. Terjemahan Burdah yang sudah ada

13

Yusni A. Ghazali, Mukjizat Shalat Dhuha, (Jakarta Selatan: Himmah Media

Utama, 2010), h. 22. 14

Masykuri Abdurrahman, Burdah Imam al-Bushiri: Kasidah Cinta dari Tepi Nil

untuk Sang Nabi, (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2009), h. xvi

Page 19: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

17

dilengkapi dengan penjelasan artinya secara rinci yang bersumber dari

kitab Hasyisyah al-Banjuri karya Syaikhul-Islam Ibrahim al-Bajuri.15

Kegiatan membaca burdah ini dilakukan seminggu sekali hanya pada

malam Jumat setelah salat Maghrib berjamaah.

4. Mengaji Kitab Kuning Bakda Maghrib

Istilah “Kitab Kuning” pada umumnya diperkenalkan oleh kalangan

luar pesantren, sekitar dua dasawarsa yang silam dengan nada

merendahkan (pejorative). Dalam pandangan mereka, kitab kuning

dianggap sebagai kitab yang berkadar keilmuan rendah, ketinggalan

zaman dan menjadi salah satu penyebab terjadinya stagnasi berpikirnya

umat. Sebutan ini pada mulanya memang sangat menyakitkan,

kemudian nama “Kitab Kuning” diterima secara meluas sebagai salah

satu istilah teknis dalam studi kepesantren.16

Di kalangan pesantren sendiri, disamping istilah Kitab Kuning,

beredar juga istilah “Kitab Klasik” (Al-Kutub Al-Qadimah), untuk

menyebut jenis kitab yang sama. Bahkan kerena tidak dilengkapi

dengan “sandangan” (syakl). Kitab Kuning oleh kalangan pesantren,

juga kerap disebut “Kitab Gundul”. Dan karena rentang waktu sejarah

yang sangat jauh dari kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang

menjuluki Kitab Kuning dengan sebutan “Kitab Kuno”.

Kegiatan mengaji kitab kuning bakda Maghrib di Pondok Pesantren

Al-Falah Puteri Banjarbaru dilaksanakan setiap malam kecuali pada

malam Senin dan malam Jumat karena pada malam Senin diadakan

kegiatan pembacaan maulid Nabi Muhammad Saw. dan pada malam

15

Masykuri Abdurrahman, Burdah Imam al-Bushiri: Kasidah Cinta dari Tepi Nil

untuk Sang Nabi, h.ix 16

Ahmad Mujib El-Shirazy, (eds), Anotasi Kitab Kuning Khazanah Intelektualisme

Pesantren di Indonesia, (Jakarta: Darul Ilmi, 2007), h. 7

Page 20: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

18

Jum‟at kegiatan membaca burdah. Kitab-kitab yang dipelajari setiap

malamnya berbeda.

C. Kecerdasan Spiritual

Kita sering kali mendengar kata kecerdasan namun terkadang kita

hanya mengetahui bahwa cerdas itu hanya dalam menguasai pelajaran,

padahal kecerdasan itu tidak hanya dalam menguasai pelajaran namun

masih banyak kecerdasan-kecerdasan lain yang dimiliki setiap orang.

Diantaranya adalah kecerdasan spiritual.

Kecedasan merupakan perihal dari cerdas kesempurnaan akal budi

seseorang kata kecerdasan tersebut diambil dari kata cerdas. Di dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cerdas memiliki arti sempurna

dalam perkembangan akal budi seseorang manusia dalam berpikir,

mengerti, mempunyai pikiran yang tajam dan juga sempurna

pertumbuhan tubuhnya.

Spiritual adalah suatu dimensi yang terkesan maha luas, tak

tersentuh, jauh di luar karena Tuhan dalam pengertian Yang Maha

kuasa, benda dalam semesta yang metafisis dan transenden sehingga

sekaligus meniscayakan nusansa mistis dan suprarasional. Dengan

asumsi dasar yang telah diketahui ini, telah tertanam pengandaian bahwa

terdapat sekat tebal antara manusia, Tuhan, dan semesta.17

Berkenaan dengan kecerdasan spiritual penulis telah mengambil

beberapa pendapat ahli yang menjelaskan tentang arti kecerdasan

spiritual, menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, kecerdasan spiritual

(SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau valu,

yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam

17

Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 48

Page 21: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

19

konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai

bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna

dibandingkan dengan yang lain.

Menururut Marsha Sinetar kecerdasan spiritual adalah pemikiran

yang terilhami Kecerdasan ini diilhami oleh dorongan dan efektivitas,

keberadaan atau hidup ilahi yang mempersatukan kita sebagai makhluk

ciptaan Allah SWT. Sebagai sumber utama kegairahan yang memiliki

eksistensi tanpa asal, kekal, abadi lengkap pada diri dan daya kreatifnya.

Kecerdasan spiritual ini melibatkan kemampuan untuk menghidupkan

kebenaran yang paling dalam. Yang berarti mewujudkan hal yang

terbaik, utuh dan paling manusiawi dalam batin.18

Sementara menurut Khalil Khavari, Kecerdasan Spiritual adalah

fakultas dari dimensi nonmaterial kita ruh manusia. Inilah intan yang

belum terasah yang kita semua memilikinya. Kita haru mengenalinya

seperti apa adanya, menggosoknya sehingga berkilap dengan tekad yang

besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi.

Seperti dua bentuk kecerdasan lainnya, Kecerdasan Spiritual dapat

ditingkatkan dan diturunkan. Akan tetapi, kemampuannya untuk

ditingkatkan tampaknya tidak terbatas.19

Menurut Muhammad Zuhri memberikan definisi Spiritual

Qoutient (SQ) yang menarik. Inteligence Qoutient (IQ) adalah

kecerdasan manusia yang, terutama, digunakan manusia untuk

berhubungan dengan dan mengelola alam. IQ setiap orang dipengaruhi

oleh materi otaknya, yang ditentukan oleh faktor genetika. Meski

demikian potensi IQ sangat besar. Sedangkan EQ adalah kecerdasan

18

Triantoro Safaria,Spiritual Inteligence Metode Pengembangan Kecerdasan

Spiritual Anak, (Yogjakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 15 19

Agus Nggermanto, Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum), (Bandung:

Yayasan Nuansa Cendikia, 2001), h.117

Page 22: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

20

manusia yang untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia

lainnya. EQ seseorang dipengaruhi oleh kodisi dalam dirinya dan

masyarakatnya, seperti adat dan tradisi. Potensi EQ manusia lebih besar

dibanding IQ. Sedangkan SQ adalah kecerdasan manusia yang

digunakan untuk “berhubungan” dengan Tuhan. Potensi SQ setiap orang

sangat besar, dan tak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan, atau

materi lainnya.20

IQ ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreativitas akal yang

berpusat diotak. EQ ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreativitas

emosional yang berpusat di dalam jiwa, dan SQ ialah kecerdasan yang

diperoleh melalui kreativitas ruhani yang berpusat disekitar wilayah ruh.

Kecerdasan spiritual berbasis Islam harus berangkat dari definisi

spiritual dalam perspektif Islam istilah spiritual dalam bahasa arab

disejajarkan dengan istilah ruhiyah. Muhammad Husain Abdullah

medefinisikan ruhaniah sebagai kesadaran hubungannya dengan Allah

Swt. Penulis menggunakan ruhiyah dalam menjelaskan spiritual,

meminjam istilah yang digunakan oleh sa‟id Hawa dalam bukunya

tarbiyyatuna al-ruhiyyah (pendidikan spiritual).21

Kecerdasan spiritual melibatkan kemampuan menghidupkan

kebenaran yang paling dalam. Itu berarti mewujudkan hal yang

terbaik,utuh, dan paling manusiawi dalam batin. Gagasan, energi nilai,

visi, dorongan, dan arah panggilan hidup, mengalir dari dalam, dari

suatu keadaan kesadaran yang hidup bersama cinta. Hal ini berarti

bahwa kecerdasan spiritual menjadikan manusia untuk hidup dengan

20

Agus Nggermanto, Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum), h.117 21

Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pandangan Islam,(Jogjakarta: Graha

Ilmu, 2013), h. 52.

Page 23: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

21

sesama dengan cinta, ikhlas, dan ihsan yang semua itu bermuara pada

Ilahi.22

Kita dapat menggunakan SQ untuk menjadi lebih cerdas secara

spiritual dalam beragama. SQ membawa kita kejantung segala sesuatu,

ke kesatuan di balik perbedaan, ke potensi di balik ekspresi nyata. SQ

mampu menghubungkan kita dengan makna dan ruh esensial di

belakang semua agama besar. Seseorang yang memiliki SQ tinggi

mungkin menjalankan agama tertentu, namun tidak secara picik,

eksklusif, fanatik, atau prasangka. Demikian pula, seseorang yang ber-

SQ tinggi dapat memiliki kualitas spiritual tanpa beragama secara literal

sama sekali.23

Akhmad Muhaimin Azzet merangkum beberapa manfaat yang

didapatkan dengan menerapkan Spiritual quotient sebagai berikut:

1. Spiritual Quotient telah “menyatakan” manusia untuk menjadi

seperti adanya sekarang dan memberi potensi untuk “menyala lagi”.

2. Untuk menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, atau spontan secara

kreatif.

3. Untuk berhadapan dengan masalah eksistnsial.

4. Pedoman saat berada pada masalah yang paling menantang.

5. Untuk menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam beragama.

6. Untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan

interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri

dan orang lain.

7. Untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh karena setiap

orang memiliki potensi untuk itu.

22

Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,

h. 49 23

Agus Nggermanto, Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum), h.146

Page 24: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

22

8. Untuk berhadapan dengan masalah baik dan jahat, hidup dan mati,

dan asal-usul sejati dari penderitaan dan keputusasaan manusia.

9. M. Quraish Shihab dalam bukunya Dia Ada di Mana-mana

mengatakan bahwa kecerdasan spiritual melahirkan iman yang

kukuh dan rasa kepekaan yang mendalam. Kecerdasan semacam

inilah yang menegaskan wujud Allah yang dapat ditemukan di

mana-mana.24

D. Tanda-Tanda Orang yang Mempunyai Kecerdasan Spiritual

Orang yang mempunyai kecerdasan spriritual, ketika menghadapi

persoalan dalam hidupnya, tidak hanya dihadapi dan dipecahkan dengan

rasional dan emosional saja, tetapi ia menghubungkannya dengan makna

kehidupan. Secara spiritual. Dengan demikian, langkah-langkahnya lebih

matang dan bermakna dalam kehidupan.25

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal, setidaknya ada sembilan tanda

orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yakni sebagai berikut:

1. Kemampuan Bersikap Fleksibel

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi

ditandai dengan sikap hidupnya yang fleksibel atau bisa luwes dalam

menghadapi persoalan. Fleksibel di sini bukan berarti munafik atau

bermuka dua. Fleksibel juga bukan berarti tidak mempunyai

pendirian. Akan tetapi, fleksibel karena pengetahuannya yang luas

dan dalam serta sikap dari hati yang tidak kaku.

24

Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,

h. 58-60 25

Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak., h.

42-48.

Page 25: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

23

2. Tingkat Kesadaran yang Tinggi

Orang yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi berarti

ia mengenal dengan baik siapa dirinya. Orang yang demikian lebih

mudah mengendalikan diri dalam sebagai situasi dan keadaan,

termasuk dalam mengendalikan emosi. Dengan mengenal diri sendiri

secara baik, seseorang lebih mudah pula dalam memahami orang lain.

Dalam tahap spiritual selanjutnya, lebih mudah baginya untuk

mengenal Tuhannya.

3. Kemampuan Menghadapi Penderitaan

Tidak banyak orang yang bisa menghadapi penderitaan

dengan baik. Pada umumnya, manusia ketika dihadapi dengan

penderitaan akan mengeluh, kesal, marah bahkan putus asa. Akan

tetapi, orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik akan

mempunyai kemampuan dalam menghadapi penderitaan dengan baik.

Kemampuan menghadapi penderitaan ini didapatkan karena

seseorang mempunyai kesadaran bahwa penderitaan terjadi untuk

membangun dirinya agar menjadi manusia yang lebih kuat.

4. Kemampuan Menghadapi Rasa Takut

Setiap orang pasti mempunyai rasa takut, entah sedikit atau

banyak. Takut terhadap apa saja, termasuk menghadapi kehidupan.

Dalam menghadapi rasa takut ini, tidak sedikit dari manusia yang

dijangkiti oleh rasa khawatir yang berlebihan, bahkan

berkepanjangan. Padahal, hal yang ditakutkan itu belum terjadi.

Takut menghadapi kemiskinan, misalnya, bila berlebihan, rasa takut

itu bisa membuat seseorang lupa terhadap hukum dan nilai.

Page 26: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

24

Akhirnya, dalam rangka supaya hidupnya tidak miskin, tak segan ia

menipu, berbohong, mencuri, atau melakukan korupsi.26

Tidak demikian dengan orang yang mempunyai kecerdasan

spiritual yang tinggi. Ia bisa menghadapi dan mengelola rasa takut itu

dengan baik. Dengan sabar, ia akan menghadapi segala sesuatu.

Kesabaran dalam banyak hal memang bisa bermakna sebagai

keberanian seseorang dalam menghadapi kehidupan. Hal ini bisa

terjadi karena orang mempunyai kecerdasan spiritual juga

mempunyai sandaran yang kuat dalam keyakinan jiwanya.

5. Kualitas Hidup yang Diilhami oleh Visi dan Nilai

Tanda orang mempunyai kecerdasan spiritual adalah hidupnya

berkualitas karena diilhami oleh visi dan nilai. Ya, visi dan nilai

inilah hal yang termasuk bernilai mahal dalam kehidupan seseorang.

Tidak jarang seseorang mudah terpengaruh oleh bujuk rayu karena

memang tidak mempunyai visi dan nilai. Atau, mempunyai visi dan

nilai, namun tidak mampu berpegangan dengan kuat.Visi dan nilai

dari seseorang bisa jadi disandarkan kepada keyakinan kepada

Tuhan.27

Muslim yang cerdas spiritualnya hanya menggantungkan

hidupnya kepada Allah Swt. Tuhan yang menguasai seluruh dunia ini

dengan sempurna. Orang yang cerdas spiritualnya tidak akan

menggantungkan nasibnya kepada selain Allah Swt. Ia tidak akan

menyerahkan nasibnya kepada dukun yang belum tentu tahu nasibnya

26

Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak., h.

44 27

Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak., h.

45.

Page 27: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

25

atau ia tidak akan menggantungkan hidupnya kepada benda-benda

mati.28

6. Enggan Menyebabkan Kerugian yang Tidak Perlu

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik akan

enggan bila keputusan atau langkah-langkah yang diambilnya bisa

mnyebabkan kerugian yang tidak perlu. Hal ini bisa terjadi karena ia

bisa bepikir lebih selektif dalam mempertimbangkan bebagai hal.

Selain itu orang yang mempunyai kecerdasan spiritual akan

menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, karena dia sadar bahwa

waktu sangat berharga. Dia tidak akan membuang-buang waktu untuk

kegiatan yang tidak berguna. Allah Swt. berfirman:

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara

syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.

(QS. Al-Isra [17]: 27 ).

7. Cenderung Melihat Keterkaitan Berbagai Hal

Agar keputusan dan langkah yang diambil oleh seseorang

dapat mendekati keberhasilan, diperlukan kemampuan dalam melihat

keterkaitan antara berbagai hal. Agar hal yang sedang

dipertimbangkan itu menghasilkan kebaikan, sangat perlu melihat

keterkaitan antara berbagai hal dalam sebuah masalah. Inilah cara

pandang yang holistik. Akan tetapi, tidak semua orang mempunyai

kecenderungan untuk melihat keterkaitan berbagai hal dari sebuah

kejadian yang sedang dihadapinya. Hanya orang-orang yang

mempunyai kecerdasan spiritual yang mampu melakukannya.

28

Wahyudi, dkk., Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak Pedoman Penting Bagi

Orang Tua dalam Mendidik Anak, (Jakarta: Sinar Graka Offset, 2010), h.12

Page 28: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

26

Dengan demikian, orang tersebut akan tampak lebih matang dan

berkualitas di berbagai hal dalam kehidupannya.

8. Cenderung Bertanya “Mengapa” atau “Bagaiman Jika”

Pertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” biasanya

dilakukan oleh seseorang untuk mencari jawaban yang mendasar.

Inilah tanda bagi orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang

tinggi. Dengan demikian, ia dapat memahami masalah dengan baik,

tidak secara parsial, dan dapat mengambil keputusan dengan baik

pula.

9. Pemimpin yang Penuh Pengabdian dan Bertanggung Jawab

Apabila kita mencari seseorang pemimpin, carilah pemimpin

yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi sebab, orang yang

mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan bisa menjadi

pemimpin yang penuh pengabdian dan bertanggung jawab.29

Menurut Agus Nggermanto langkah-langkah praktis

mengembangkan kecerdasan spiritual yaitu:

1. Menyadari situasi

2. Ingin berubah ke arah yang lebih baik

3. Merenung untuk lebih mengenali diri sendiri

4. Menyingkirkan hambatan dan rintangan yang ada

5. Disiplin

6. Menetapkan hati pada satu jalan

7. Hormati orang lain yang berbeda jalan dengan kita.30

M. Quraish Shihab mengatakan aspek spiritual melahirkan

manusia yakin kepada yang gaib, dan ini merupakan tingkatan yang

harus ditempuh untuk meningkatkan kualitas manusia dari binatang.

29

Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak.,h.

42-48. 30

Agus Nggermanto, Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum), h.143

Page 29: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

27

Kecedasan inilah yang menghantarkan manusia menuju serta

mengabdi kepada suatu realitas Yang Maha Sempurna, tanpa cacat,

tanpa batas, dan tanpa akhir, yakni Allah Swt.

Marsha Sinetar menjelaskan ada beberapa ciri dari anak-anak

yang memiliki potensi kecerdasan spiritual yang tinggi. Karakteristik

ini biasanya sudah mulai tampak ketika anak mulai beranjak menuju

masa remaja dan akan menjadi mapan ketika dia mencapai masa

dewasa. Tentu saja potensi ini berkembang tidak lepas dari pengaruh

lingkungan anak itu sendiri. Yaitu keluarga, masyarakat (teman

sebaya). Adapun karakteristik tersebut yaitu:

1. Kesadaran diri yang mendalam, intuisi yang tajam, kekuatan

keakuan (ego-strenght).

2. Anak memiliki pandangan luas terhadap dunia dan alam.

3. Moral tinggi, pendapat yang kokoh, kecenderungan untuk merasa

gembira, mengalami pengalaman-pengalaman puncak, atau bakat-

bakat estetis.

4. Pemahaman tentang tujuan hidupnya.

5. Kelaparan tak terpuaskan akan hal-hal selektif yang diminati.

6. Gagasan-gagasan yang segar dan memiliki rasa humor dewasa.

7. Pandangan pragmatis dan efisien tentang realitas yang sering

(tetapi tidak selalu) menghasilkan pilihan-pilihan yang sehat dan

hasil-hasil praktis.31

31

Triantoro Safaria,Spiritual Inteligence Metode Pengembangan Kecerdasan

Spiritual Anak, (Yogjakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 26-28

Page 30: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kuantitatif, berkenaan dengan kata penelitian kuantitatif penulis

mengambil beberapa pendapat dari para ahli, diantaranya: “Menurut Deni

Darmawan penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan

pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat

menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.”1

“Menurut Rony Kountur penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

informasinya atau data-datanya dikelola dengan statistik.”2

Secara umum dapat dipahami makna penelitian kuantitatif dari kata

“kuantitatif” itu sendiri yang bermakna jumlah atau penjumlahan,

sehingga penelititan kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan

angka-angka yang dijumlahkan sebagai data yang kemudian dianalisis.

Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelititan yang

dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan data-

data numerik, kemudian dianalisis yang umumnya menggunakan statistik.3

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan

1Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2014), h. 37 2Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta

Pusat: Penerbit PPM, 2003), H. 104 3Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Tindakan,

(Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), h. 49

Page 31: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

29

suatu tipe penelitian yang melihat hubungan antara satu atau beberapa

ubahan dengan satu atau beberapa ubahan lainnya.4

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Untuk memeroleh data-data yang diperlukan dalam menyusun skripsi

ini, penulis melakukan observasi secara langsung di Pondok Pesantren Al-

Falah Puteri Banjarbaru. Penelitian ini beralamat Jl. A. Yani Km 23

Landasan Ulin Banjarbaru Kalimantan Selatan. Adapun waktu Penelitian

ini dilaksanakan mulai tanggal 28 Juni sampai dengan 6 Juli 2018.

D. Sumber Data

Sumber data dimaksudkan semua informasi baik yang merupakan

benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa/gejala baik secara Kuantitatif

ataupun Kualitatif.5

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian meliputi hal-hal berikut

ini:

1. Data primer

2. Data sekunder

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

narasumber/responden. Dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari

dokumen/publikasi/laporan penelitian dari dinas/instansi maupun sumber

data lainnya yang menunjang.6 Data primer adalah yang langsung

diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek

penelitian. Data dan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari

sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.7

4A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan, h. 64 5Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemulai,

(Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press, 2004), h.44 6Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, , h. 13

7M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2005), h. 132

Page 32: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

30

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data di sini adalah cara-cara yang ditempuh dan

alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya.8

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara

mengumpulkan data dapat menggunakan teknik: wawancara (interview),

angket (questionnaire), pengamatan (observation), studi dokumentasi, dan

Focus Group Discussion (FGD).9

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan.10

Instrumen dalam penelitian ilmu sosial adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan.

Instrumen biasanya dipakai oleh peneliti untuk menanyakan atau

mengamati responden sehingga diperoleh informasi yang dibutuhkan.

Instrumen penelitian antara lain dapat berbentuk kuesioner, petunjuk

wawancara atau daftar isian, tergantung pada jenis penelitian yang akan

dilakukan.11

Setelah mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam sebuah

penelitian, tahapan selanjutnya adalah mengolah data dan menganalisis

data. Tahapan ini sangat penting, sebab jika mengolah data secara benar

maka hasil analisis yang kita sajikan juga akan baik.12

Untuk

8Deni Dermawan, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 159

9Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya

Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 138 10

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2016), h. 224 11

Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.

6.3 12

Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, h. 8.2

Page 33: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

31

mengumpulkan data penelitian, penulis menggunakan beberapa teknik

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung.13

Observasi adalah pengamatan

dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang

diselidiki.14

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang

kondisi sekolah atau deskripsi lokasi penelitian yang dilaksanakan di

Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru. Penulis melakukan

observasi di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru dengan

menginap di pondok dan mengikuti kegiatan keagamaan selama

kurang lebih satu minggu.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang

ditujukan kepada subjek penelitian.

3. Kuesioner (Angket)

Kuesioner atau angket merupakan suatu teknik atau cara

pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung

bertanya-jawab dengan responden). Intstrumen atau alat pengumpulan

datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau

pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.15

Kuesioner berasal dari bahasa latin: Questionnairei yang berarti suatu

rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu

13

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2016), h. 220 14

Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemulai,

h.44 15

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 219

Page 34: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

32

diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk

memperoleh data.

Kuesioner/Angket Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden

dengan harapan memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut.16

Peneliti menggunakan kuesioner tertutup (peneliti menyediakan

pertanyaan serta jawaban yang dapat dipilih oleh responden untuk

menjawab pertanyaan yang diajukan) untuk memperoleh informasi

mengenai kegiatan keagamaan dan kecerdasan spiritual.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Angket Kegiatan Keagamaan dan Kecerdasan Spiritual

Variabel Sub-

Variabel

Indikator Item Pertanyaan

Positif Negatif

Kegiatan

Keagama-

an

Keaktifan dan

kesadaran

mengikuti

kegiatan

keagamaan.

1, 3, 7,

8, 10,

11, 15

12, 16

Ketertiban dan

ketetapan waktu

setiap mengikuti

kegiatan

keagamaan

9

Pembiasaan

kegiatan

keagamaan selain

di Pondok

2

13

Kemampuan

Bersikap

Menolong orang

lain

20

16

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya

Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 139

Page 35: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

33

Kecerda-

san

spiritual

Fleksibel

Tingkat

Kesadaran

Tinggi

Kesadaran

adanya Allah

yang selalu

mengawasi

17

Kemampuan

Menghadapi

Penderitaan

Memiliki

Kesabaran

18

Bisa

mengendalikan

diri

19

Kemampuan

Menghadapi

Rasa Takut

Ikhlas dan

berjiwa besar

21

Kualitas

Hidup yang

Diilhami oleh

Visi dan

Nilai

Hari ini lebih

baik dari kemarin

5

Bersikap optimis 23

Memiliki prinsip

hidup

22 24

Enggan

Menyebab-

kan Kerugian

yang Tidak

Perlu

Meninggalkan

ibadah

14

Cenderung

Melihat

Keterkaitan

Berbagai Hal

Merasakan

manfaat

beribadah

6, 4

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan atau

individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui.17

Populasi

adalah wilayah yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan

hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.

17

Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, h. 5.3

Page 36: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

34

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh

subjek atau objek itu.18

Populasi terbagi kedalam dua bagian yaitu populasi target dan

populasi terjangkau.

a. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh santri di

Pondok Pesantren Al-Falah Puteri.

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah santri kelas 3

tingkat Aliyah yang berjumlah 76 orang. Alasan penulis memilih

kelas 3 Aliyah sebagai populasi terjangkau karena kelas 3 tingkat

Aliyah telah mengikuti kegiatan keagamaannya lebih lama dari

kelas-kelas lain.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan

keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan

kata lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi.19

Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative

(mewakili).20

18

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 80 19

Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, , h. 5.4 20

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 80

Page 37: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

35

Jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

sampel Purposif yaitu sampel yang anggota sampelnya dipilih secara

sengaja atas dasar pengetahuan dan keyakinan peneliti.21

Maka sampel

dalam penelitian ini adalah 76 santri dari kelas 3 Aliyah di Pondok

Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk

menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data

tersebut dapat dipahami bukan hanya orang yang mengumpulkan data,

tetapi juga oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh

adalah sebagai berikut:

1. Editing

Dalam pengolahan data, yang pertama kali harus dilakukan adalah

editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu

tentang kelengkapan data kebenaran pengisian angket sehingga

terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai

menghimpun data lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena

kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum

memenuhi harapan peneliti, ada di antaranya kurang atau terlewatkan,

tumpang tindih, berlebihan bahkan terlupakan.22

2. Scoring

Setelah melalui tahapan editing, maka selanjutnya penulis

memberikan skor terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada pada

angket.

21

Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, h.5.11 22

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2005), h. 175

Page 38: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

36

Tabel 3.2

Skor Jawaban Angket Kegiatan

Keagamaan dan Kecerdasan Spiritual

Positif (+) Negatif (-)

Jawaban Skor Jawaban Skor

Selalu 4 Selalu 1

Sering 3 Sering 2

Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3

Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

Setelah itu, untuk mengetahui besar presentase jawaban angkat

dari responden dengan rumus sebagai berikut:

P =

x 100%

Diketahui:

F =Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu)

P = Angka persentase

Ketentuan skala persentase yang digunakan adalah:

100% = Seluruhnya

85% - 99% = Hampir seluruhnya

68% - 84% = Sebagian besar

51% - 67% = Lebih dari setengah

50% = Setengah

34% - 49% = Hampir setengah

17% - 33% = Sebagian kecil

0% = Tidak ada

Page 39: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

37

Karena penelitian ini adalah untuk melihat apakah kegiatan

keagamaan efektif untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, maka

yang dipakai adalah rumus “r” product moment. Adapun rumusnya

adalah sebagai berikut:

rxy =

√[ ][ ]

Diketahui:

rxy =Angka indeks korelasi “r” product moment

N = Number of Cases

∑XY= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y

Setelah diperoleh angka indeks product moment korelasi “r”,

maka dilakukan interpretasi secara sederhana dengan mencocokkan

hasil penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment

seperti di bawah ini:

Tabel 3.3

Interpretasi Data

Besarnya

“r” product

moment

Interpretasi

0.0 – 0.20

Antara variabel X dan variabel Y memang

terdapat korelasi, akan tetapi korelasi

tersebut sangat lemah atau sangat rendah

sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap

tidak ada korelasi antara variabel X dan

variabel Y)

Page 40: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

38

0.20 – 0.40

0.40 – 0.70

0.70 – 0.90

0.90 – 1.00

Antara variabel X dan variabel Y terdapat

korelasi yang lemah atau rendah

Antara variabel X dan variabel Y terdapat

korelasi yang sedang atau cukup

Antara variabel X dan variabel Y terdapat

korelasi yang kuat atau tinggi

Antara variabel X dan variabel Y terdapat

korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

Selanjutnya untuk menentukan data penelitian ini signifikan

atau tidak, interpretasi juga menggunakan tabel nilai “r” (rt), dengan

terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of

freedom (df) yang rumusnya adalah:

df = N -

nr

df : degrees of freedom

N : Number of Casees

Nr :Banyaknya variabel (kegiatan keagamaan dan kecerdasan

spiritual)

Rumus selanjutnya adalah untuk mencari kontribusi variabel

X terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r² x 100 %

Page 41: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

39

KD : Koefisien Determination (kontribusi variabel X

terhadap variabel Y)

r : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

H. Hipotesis Statistik

1. Ha (Hipotesis Alternatif): Ada korelasi yang signifikan antara

mengikuti kegiatan keagamaan dengan kecerdasan spiritual di Pondok

Pesantren Al-Falah Banjarbaru.

2. (Hipotesis Nol): Tidak ada korelaasi yang signifikan, antara

mengikuti kegiatan keagamaan dengan kecerdasan spiritual di Pondok

Pesantren Al-Falah Banjarbaru.

Dugaan sementara penulis terhadap judul ini adalah Ha (Hipotesis

Alternatif): yaitu Ada korelasi yang signifikan antara mengikuti

kegiatan keagamaan dengan kecerdasan spiritual di Pondok Pesantren

Al-Falah Banjarbaru.

Page 42: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Falah Puteri

1. Profil Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru

a. Nama Pesantren : Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru

b. Nomor Statistik : 512637101016

c. NPWP Yayasan : 15852247731

d. Alamat Lengkap : Jl. A. Yani KM 23 RT.009/RW.004 Kelurahan

Landasan Ulin Tengah Kecamatan Landasan

Ulin Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.

2. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri Pondok Pesantren Al-Falah

Puteri

Pondok Pesantren Al-Falah dibangun di atas tanah yang

berstatus wakaf luasnya kurang lebih 15 hektar, terdiri dari 2 lokasi,

Putera dan Puteri dengan dibatasi oleh pagar tembok yang tinggi dan

dipasangi kawat berduri di atasnya. Pondok Pesantren Al Falah

didirikan pada tanggal 26 Juli 1975 Masehi bertepatan dengan tanggal

06 Rajab 1395 Hijriyah. Pendiriannya diprakarsai oleh al-Mukarram

K.H. Muhammad Tsani seorang ulama dan muballigh, juga seorang

pejuang yang tidak asing lagi di kalangan umat Islam di Indonesia

terutama di daerah Kalimantan Selatan, Jawa dan sekitarnya, bahkan

sampai ke Tanah Tambilahan, Indra Giri dan Malaysia dengan

dibantu oleh para kerabat beliau serta para dermawan di Kalimantan

Selatan.

Pondok Pesantren Al-Falah telah membuktikan dirinya sebagai

lembaga pendidikan dan dakwah serta sebagai lembaga sosial

kemasyarakatan yang tumbuh dari bawah, dibina secara perlahan-

Page 43: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

41

lahan dan berkembang sesuai perkembangan dan kebutuhan

masyarakat, bahkan telah memberikan warna dan corak yang khas

dalam wajah masyarakat Indonesia khususnya di wilayah Kalimantan

Selatan.

Pondok Pesantren Al-Falah tumbuh dan berkembang dalam usia

yang relatif muda, dengan pertumbuhan secara alami, dan disirami

dengan doa restu kaum muslimin dan muslimat pecinta agama, yang

dipupuk bantuan moril dan materil dari masyarakat, simpatisan, serta

keberkahan dari Allah SWT.

Berdirinya Pondok Pesantren Al-Falah yang masih muda,

dipercepat oleh berbagai situasi dan tantangan kemerosotan akhlak di

kalangan ummat manusia, maka pertumbuhan dan perkembangannya

sekaligus mempercepat menjadi dewasa untuk tegak dan sadar

menghadapi umat dunia pada umumnya dan lingkungan Pondok

Pesantren Al-Falah khususnya, dengan mencoba membina dan

menumbuhkan kader-kader muda pengemban keadilan di muka bumi

Allah yang indah dan tercinta ini.

Kiprah alumni Al-Falah di mata masyarakat pun cukup

dominan. Banyak alumni Al-Falah yang menjadi pemimpin di

masyarakat, baik di kalangan akademis maupun pada masyarakat

umum bahkan adapula sebagai pejabat.

Lembaga pendidikan ini bernama “AL-FALAH”, sebuah kata

yang diambil dari lafazh adzan yang berbunyi “Hayya ‘ala al-falah”,

yang bermakna “Hayya ‘ala al-fauz wa al-najah” (marilah kepada

keberuntungan dan keselamatan). Maka dengan kata itulah para

pendiri berkeinginan agar orang-orang yang berada di dalamnya dan

orang-orang pemerhati yang membantu kelancaran pendidikan

Page 44: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

42

Pondok Pesantren Al-Falah ini selalu mendapat keberuntungan dan

keselamatan di dunia maupun di akhirat kelak.

Pondok Pesantren Al-Falah dalam keadaan netral (tidak berada

di bawah naungan organisasi apapun, baik organisasi politik maupun

sosial masyarakat lainnya, tetapi berada di bawah naungan Yayasan

yang bernama “Yayasan Al-Falah” yang bersifat independen dan

mandiri). Operasional lembaga pendidikan ini adalah pada tanggal 12

Januari 1976 Masehi yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram

1396 Hijriyah dengan jumlah santrinya 29 orang.

Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Al-Falah

mengutamakan penguasaan terhadap Kitab Kuning (Kitab Klasik),

sehingga santrinya dipacu untuk dapat menyerap dan menguasai serta

memahami kandungan kitab kuning tersebut, adapun jenjang

pendidikan yang harus ditempuh oleh para santri ada tiga tingkatan,

yaitu: (1) Tingkat Tajhizi (persiapan) selama 1 tahun; (2) Tingkat

Wustha selama 3 tahun; (3) Tingkat „Ulya selama 3 tahun. Adapun

kurikulum yang digunakan ada dua macam, yaitu Kurikulum Pondok

Pesantren Al-Falah dan Kurikulum Kementrian Agama. Untuk

Kurikulum Kementrian Agama jenjang pendidikannya terdiri dari

Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah

TinggiAgama Islam (STAI) Al Falah.1

Pondok Pesantren Al-Falah terletak di Jalan A.Yani Km.23

Landasan Ulin Tengah Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru

Kalsel. Letaknya sangat strategis, 23 km dari Banjarmasin ibukota

propinsi Kalsel, 2 km dari Bandara Syamsudin Noor, 13 km dari

Banjarbaru Ibukota Kotamadya Banjarbaru. Jadi letaknya sangat

1Bulletin Al-Falah, (Banjarbaru: Penerbit Pondok Pesantren Al Falah, 2008), Edisi

Perdana.

Page 45: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

43

mendukung, karena trasnportasi sangat mudah dan murah disebabkan

letaknya di pinggir jalan protokol. Tidak mengherankan para

santrinya berdatangan dari berbagai penjuru tanah air, khususnya dari

daerah Kalimantan dan Jawa.

3. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi

Adapun visi, misi, tujuan, dan strategi di dalam Pondok

Pesantren Al-Falah Puteri adalah sebagai berikut:

a. Visi:

Penguasaan Ilmu Fardhu „Ain dan Kifayah, mengakar di tengah

masyarakat, berorientasi kepada imtaq dan iptek menuju hidup

mandiri.

b. Misi :

1) Melaksanakan amanat aqidah ahlussunah wal jama’ah melalui

pengembangan pendidikan secara kualitatif dan kuantitatif.

2) Memberdayakan kader perjuangan muslim yang berwawasan

ahlussunah wal jama’ah.

3) Mengembangkan potensi kemanusiaan dengan segala

dimensinya, baik dimensi intelektual, moral ekonomi, social, dan

cultural dalam rangka menciptakan SDM yang handal.

c. Tujuan :

Menyiapkan generasi muda yang mampu menghadapi tantangan

di masa yang akan datang.

d. Strategi :

1) Pemerataan kesempatan, yaitu setiap orang mempunyai kesamaan

dan peluang yang sama untuk menjadi santri Pondok Pesantren

Al Falah, tanpa membedakan jenis kelamin, status sosial

ekonomi, ras dan warna kulit.

Page 46: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

44

2) Relevansi, yaitu bahwa pendidikan harus tetap ditingkatkan

sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, baik kondisi

sekarang maupun akan datang.

3) Kualitas pendidikan, bahwa kualitas pendidikan harus

berorientasi pada kualitas proses dan produk.

4) Efisiensi, yaitu efektifitas penggunaan sumber daya tenaga,

sarana dan prasarana pondok mempunyai nilai strategis dalam

memacu keterlibatan semua lapisan masyarakat dan dunia swasta

untuk turut berkiprah dan berperan aktif dalam pengembangan

serta pembangunan pendidikan Pondok.

Dengan demikian Pondok Pesantren Al-Falah sebagai

lembaga pendidikan Islam tetap eksis dalam bidang pendidikan dan

pengajaran guna membentuk dan mencetak generasi-generasi Islam

yang bertafaqquh fî al-dîn, yang menguasai ilmu-ilmu umum,

sehingga lahir generasi Imtaq dan Iptek yaitu generasi berbasiskan

iman dan takwa dan menguasai ilmu dan teknologi sesuai dengan

Visi dan Misi tersebut.

4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al Falah Puteri

Struktur organisasi Pesantren Al-Falah Puteri disusun dalam

bentuk skema yang sederhana akan tetapi tetap jelas menggambarkan

tujuan dan tugas-tugas pokok serta unsur-unsur kerja organisasi

pesantren.

Adapun susunan kepengurusan Pondok Pesantren Al-Falah

Puteri meliputi : ketua yayasan, pengasuh (Mudîrah), kepala

pendidikan, koordinator tingkat aliyah, koordinator tingkat

tsanawiyah, koordinator tingkat tajhizi, bagian kurikulum aliyah,

kurikulum tsanawiyah, kepala bagian dapur. Bagian kepala bidang

meliputi bidang kemahasiswaan aliyah, tsanawiyah, keamanan,

Page 47: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

45

kebersihan, kesehatan dan olahraga, pengasramaan, sarana prasarana,

dan bagian humas. Adapun bagian administrasi meliputi bagian

kepala tata usaha, bendahara, tata usaha aliyah, tata usaha tsanawiyah,

tata usaha tajhizi, staf tata usaha infaq aliyah, tsanawiyah, tajhizi, staf

tata usaha bagian wesel dan lain-lain, dan staf tata usaha umu

Adapun selengkapnya bisa dilihat pada struktur tabel di bawah ini:

PENGASUH

Kabid

Kesiswaan

Aliyah

YAYASAN

Kepala

Pendidikan Kepala Tata

Usaha

Kabid

Kesiswaan

Tsanawiyah

Koordinator

Aliyah Bendahara

Kabid

Keamanan

Tata usaha

tsanawiyah

Tata Usaha

Tajhizi Kurikulum

Aliyah

Kabid

Kebersihan

Koordinator

Tsanawiyah

Bendahara

Kabid Ibadah Koordinator

Tajhizi

Page 48: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

46

Keterangan :

a. Ketua Yayasan : KH. Nursyahid Ramli, Lc

b. Pengasuh : Dr.Hj.Habibah Djunaidi, MA

c. Kepala Pendidikan : Ana Marlina, MA

d. Koordinator Aliyah : Drs. H. Hasbullah Bakry, M.Pd.I

e. Koordinator Tsanawiyah : Hj.Nirmawati, S.Pd.I

f. Koordinator Tajhizi : Noor Syafa‟ah, S. Pd.I

g. Kurikulum Aliyah : Rahimah, Lc

h. Kurikulum Tsanawiyah : Nafisah, Lc

i. Kepala Bagian Dapur : Riduan

j. Kabid Kesiswaan Aliyah : Radiah, S.Pd. I

k. Kabid Kesiswaan Tsanawiyah: Hanifah

l. Kabid Keamanan : Supini, S. Pd. I

m. Kabid Ibadah : Mardiah

n. Kabid kebersihan : Ainun Marfu‟ah, SPd.I

o. Kabid Pengasramaan : Hj. Siti Hajar

Staf

TU/Wesel dll

Kabid

Pengasramaan

Staf/TU

Tajhizi

Kepala

Bagian Dapur

Kabid sarana

prasarana

Kabid Humas

Staf TU/Infaq

Tsanawiyah

Staf TU

Umum

Page 49: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

47

p. Kabid Sarana Prasarana : Ratna, Lc

q. Kabid Humas : Hatnur Yanti

r. Kepala Tata Usaha : Hj. Tien Zairida

s. Bendahara : Rusriani

t. Tata Usaha Tsanawiyah : Hj. Anina Rasuna, S.Pd.I

u. Tata Usaha Tajhizi : Nor Azizah, S.Pd.I

v. Staf TU/Infaq Aliyah : Juhriah, S.Ag

w. Staf TU/ Infaq Tsanawiyah : Siti Khadijah

x. Staf TU/ Infaq Tajhizi : Hj. Jum‟ah

y. Staf TU/ Wesel dll : Patriah, S.Pd.I

z. Staf TU Umum : Iib Kurniati, S.Pd

Dengan demikian Peran pimpinan dalam manajemen pesantren

terbatas hanya dalam beberapa bidang saja. Selebihnya pimpinan

memberikan tugas dan wewenang sepenuhnya kepada pengurus yang

dipandang ahli dalam bidangnya masing-masing.

5. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa

Keadaan guru, karyawan dan siswa Pondok Pesantren Al Falah

Puteri dapat di lihat pada tabel berikut:

TABEL 4.1

Daftar Guru Aliyah

NO NAMA NIK MAPEL

1. DR. Hj.

HabibahDjunaidi,MA

750726

263

Tarikh Islam

2. Drs. H. HasbullahBakry,

MPd.I

750726

019

Balaghah

3. H. Abdussamad, Lc 750726

041

Ushul al-Hadis

4. H. Alfiannor Munir 750726

010

Nahwu

5. H. Aswan Syamsuddin 750726 Tafsir

Page 50: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

48

022

6. H. Adnan Nawawi, Sag 750726

068

Akhlak

7. H. Sirajudddin 750726

062

Ushul al-Hadis

Hadis

8. H. Jahri Simin 750726

012

Manthiq

9. Hj. Mahbubah 750726

027

Fiqh

10. Hj. Mahlena 750726

023

Insya

11. Hj. Ana Marlina, MA 750726

275

Ushul al- Fiqh

Al-Lughah al- Arabiyyah

12. Hatnuriyanti 750726

045

Tauhid

Ilmu al-Tafsir

Imla

13. H. Syamsuddin 750726

003

Faraidh

14. NurulIsnaniah, Lc 750726

263

Faraidh

Al-Lughah al-

„Arabiyyah

15. Ratna, Lc 750726

269

Al-Lughah al-Arabiyyah

16. Rahimah, Lc 750726

265

Ushul al- Fiqh

TABEL 4.2

Daftar Guru Tsanawiyah

NO NAMA NIK MAPEL

1. Hj. Norsa‟diyah 750 726 037 Hadits

2. Hj. Makiah 750 726 077 Al-Lughah al-

Arabiyyah

3. Hj. Nirmawati, SPd.I 750 726 024 Tarikh Islam

4. Hanifah 750 726 030 Insya

5. Istiqomah, SPd 750 726 039 Nahwu

6. Nafisah, Lc 750 726 277 Akhlak

Sharf

Page 51: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

49

7. Milawati, Lc 750 726 290 Balaghah

Tauhid

8. AinunMarfu‟ah,

SPd.I

750 726 100 Fiqh

9. Hj. Amsiah 750 726 031 Sharf

10. Hj. Risalawati 750 726 046 Nahwu

11. Bahjah 750 726 029 Khath

12. Kurba, Sag 750 726 070 Fiqh

13. Dra. Hj. Darmatasiah 750 726 036 Hadis

14. SyarifahKhairiah,

SPd.

750 726 117 Al-Lughah al-

„Arabiyyah

15. Hj. Mardiati 750 726 055 Insya

16. Hj. Asnaniah 750 726 015 Tajwid

17. Radiah, Sag 750 726 106 Sharf

18. Fauziah, SPd.I 750 726 152 Nahwu

Al-Lughah al-

„Arabiyyah

19. Hj. Nor Hani, SPd.I 750 726 270 Insya

20. Muji‟ah, SPd.I 750 726 266 Tafsir

21. Syahriah, SPd.I 750 726 094 Tarikh Islam

Akhlak

22. Shafiah, SAg 750 726 057 Nahwu

23. Mardiah 750 726 276 Al-Qur‟an

24. Fahriah 750 726 272 Tajwid

25. Yuliana, SPd.I

750 726 144 Al-Qiraah al-

Rasyidah

26. Hj. Maya Neta, Lc

Tauhid

Ilmu al-Tafsir

27. DiniRiyani, Lc

750 726 291 Nahwu

TarikhTasyri‟

28. Aminatusshalehah Tafsir

Page 52: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

50

TABEL 4.3

Daftar Guru Tajhizi

NO NAMA NIK MAPEL

1. Itriyah, SAg 750 726 120

Al-Lughah al-„Arabiyyah

2. RabiatulAdawiah 750 726 206 Tajwid

3. Noorsyafa‟ah, SPd.I 750 726 096 Fiqh

4. Maisurah, Sag 750 726 104 Sharf

5. Munirah, SPd.I

750 726 105 Al-Lughah al-

„Injiliziyyah

6. Salamiah, SPd.I 750 726 277 Khath

7. Nor Aida, SPd.I 750 726 271 Sharf

8. Hj. Hajar 750726 102 Tajwid

9. Nor Azizah, SPd.I 750 726 205 Al-Qur‟an

10. Masdiana, SAg

750 726 066 Nahwu

Fiqh

11. Mariyam 750 726 139 Tajwid

12. Supini, SPd.I 750 726 108 Imla

13. Hamisah Akhlak

14. Milawati, SPd.I 750 726 115 Tauhid

TABEL 4.4

Daftar Jumlah Karyawan Dalam Lingkungan Pondok Pesantren Al-

Falah Puteri

NO JABATAN JUMLAH

1. Tenaga Administrasi 8 orang

2. Perpustakaan 2 orang

3. Kesehatan 1 orang

4. Bendahara 1 orang

5. Karyawan TU 2 orang

6. Karyawan Kebersihan 4 orang

7. Karyawan Dapur 15 orang

8. Tukang 1 orang

9. Sopir 1 orng

10. Satpam 4 orang

11. Karyawan mini market 3 orang

12. KaryawanWartel 1 orang

13. Karyawan Kafetaria 5 orang

Page 53: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

51

TABEL 4.5

Daftar Keadaan Siswa Pondok Pesantren Al-Falah Puteri

NO. JENIS

PENDIDIKAN

KELAS JUMLAH

SISWA

TOTAL

11. 1. TAJHIZI Tajhizi A 34

343

Tajhizi B 34

Tajhizi C 33

Tajhizi D 25

Tajhizi E 33

Tajhizi F 34

Tajhizi G 25

Tajhizi H 34

Tajhizi I 24

Tajhizi J 35

Tajhizi K 32

22

2

.

WUSTHA

Kelas 1 369

819 Kelas 2 260

Kelas 3 190

33

3

.

ULYA

Kelas 1 99

250 Kelas 2 75

Kelas 3 76

NO JENIS

PENDIDIKAN

KELAS JUMLAH

SISWA

TOTAL

1.

MTs

Kelas 1 260

624 Kelas 2 202

Kelas 3 162

2.

MA

Kelas 1 179

393 Kelas 2 138

Kelas 3 76

Page 54: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

52

6. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru

Sarana dan prasarana merupakan pendukung pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar di Pesantren. Pesantren hendaknya mengupayakan

tersedianya sumber belajar dan media pendidikan dan pengajaran yang

berbasis teknologi karena sarana dan prasarana merupakan esensi dan

kegunaan perangkat keras pada suatu Pondok Pesantren untuk

kelancaran interasksi dan komunikasi atau penyampaian informasi dan

penanaman nilai-nilai keagamaan yang dilakukan kyai terhadap para

santrinya pada saat-saat tertentu.

Adapun sarana dan prasarana yang telah tersedia Pondok Pesantren

Al-Falah Puteri cukup memadai, dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 4.6

Daftar Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Falah Puteri

NO. JENIS JUMLAH

1. Ruang Kantor 3

2. Ruang Guru 1

3. Ruang Kelas 36

4. Ruang Perpustakaan 2

5. Ruang Aula 1

6. Asrama 12

7. Masjid 1

8. Ruang Makan 1

9. Ruang Keterampilan 2

10. WC 82

11. Kolam Mandi 17

12. Tempat Wudhu 1

13. Sumur Bor 6

14. Tenis Meja 1

15. Tempat Parkir 3

16. Rumah Guru 8

Page 55: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

53

B. Deskripsi Data

Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah

dengan menggunakan angket atau kuestioner yang diberikan kepada

objek penelitian sebagai responden untuk memperoleh data kegiatan

keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan spiritual.

Setelah diperoleh data dari hasil angket yang diberikan kepada santrri

yang menjadi responden, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk

tabel deskripsi presentase dengan menggunakan rumus:

P =

x 100%

Diketahui:

F =Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N= Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu)

P = Angka persentase

Perhitungan presentase dalam pertanyaan adalah sebagai berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.1

Saya melaksanakan shalat berjamaah atas kemauan

sendiri

Series 1

Page 56: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

54

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 71%, menjawab

“sering” 26.3%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 2.6% dan yang

menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri melaksanakan salat berjamaah atas kemauan mereka sendri.

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 30,3%, menjawab

“sering” 14,5%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 52,6% dan yang

menjawab “tidak pernah” 2,6%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri masih kadang-kadang melaksanakan salat berjamaah ketika

berada di rumah. Walaupun demikian tak sedikit pula siswa yang sudah

memiliki kesadaran untuk tetap salat berjamaah di rumah.

0

10

20

30

40

50

60

Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

Diagram 4.2

Saya melaksanakan salat berjamaah ketika di rumah

Series 1

Page 57: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

55

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 68,42%,

menjawab “sering” 26.32%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 3,95%

dan yang menjawab “tidak pernah” 1,31%. Hal tersebut menunjukan bahwa

sebagia besar santri mengikuti salat jamaah di Pondok.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.3

Saya melaksanakan salat berjamaah di pondok

Series 1

Page 58: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

56

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 77,6%, menjawab

“sering” 14,5%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 7,9% dan yang

menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri merasa tenang dengan melaksanakan salat berjamaah.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.4

Melaksanakan salat berjamaah dapat menenangkan

perasaan hati

Series 1

Page 59: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

57

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 48,6%, menjawab

“sering” 35,6%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 15,8% dan yang

menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri merasa termotivasi/terdorong untuk belajar lebih baik setelah

melaksanakan salat berjamaah.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.5

Saya merasa termotivasi/terdorong untuk belajar lebih

baik setelah melaksanakan salat berjamaah

48.6

Page 60: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

58

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 71,1%, menjawab

“sering” 18,4%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 10,5% dan yang

menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri setelah melaksanakan salat dhuha merasa dapat membangkitkan

harapan untuk mencapai cita-cita dalam menuntut ilmu.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.6

Melaksanakan salat duha dapat membangkitkan

harapan untuk mencapai cita-cita dalam menuntut ilmu

Series 1

Page 61: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

59

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 42,1%, menjawab

“sering” 43,3%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 10,6% dan yang

menjawab “tidak pernah” 3,9%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri mengikuti kegiatan mengaji kitab kuning bakda Maghrib.

Sebagian ada yang tidak mengikuti kegiatan mengaji kitab kuning

dikarenakan mereka adalah santri yang tidak bemalam di pondok atau yang

hanya pulang pergi.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.7

Saya mengikuti kegiatan mengaji kitab kuning bakda

maghrib

Series 1

Page 62: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

60

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 51,4%, menjawab

“sering” 32,8%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 13,1% dan yang

menjawab “tidak pernah” 2,7%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri berusaha untuk fokus dalam mengikuti kegiatan mengaji kitab

kuning bakda Maghrib.

0

10

20

30

40

50

60

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.8

Saya Berusaha Fokus dalam Mengikuti Kegiatan

Mengaji Kitab Kuning Bakda Maghrib

Series 1

Page 63: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

61

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 50%, menjawab

“sering” 19,8%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 30,2% dan yang

menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri memiliki kesadaran disiplin dan berusaha untuk datang tepat

waktu pada saat kegiatan keagamaan.

0

10

20

30

40

50

60

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.9

Saya Berusaha Datang Tepat Waktu pada saat Kegiatan

Keagamaan

Series 1

Page 64: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

62

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 10,5%, menjawab

“sering” 17,1%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 71,1% dan yang

menjawab “tidak pernah” 1,3%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri masih kadang-kadang melaksanakan salat dhuha setiap hari.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.10

Saya Melaksanakan Salat Dhuha Setiap Hari

Series 1

Page 65: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

63

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 53,9%, menjawab

“sering” 40,9%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 5,2% dan yang

menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri ikhlas melaksanakan salat dhuha.

0

10

20

30

40

50

60

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.11

Saya Ikhlas Melaksanakan Salat Duha

Series 1

Page 66: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

64

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 71,1%, menjawab

“sering” 22.3%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 6.6% dan yang

menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri melaksanakan salat dhuha tidak menunggu perintah/teguran dari

ustadzah.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.12

Saya Mengikuti Salat Dhuha Berjamaah Menunggu

Perintah/Teguran dari Ustadzah

Series 1

Page 67: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

65

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 35,6%, menjawab

“sering” 44,7%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 10,5% dan yang

menjawab “tidak pernah” 9,2%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri melaksanakan salat dhuha hanya di Pondok.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

Diagram 4.14

Saya Merasa Menyesal Ketika Tidak Salat Duha

Series 1

Page 68: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

66

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 14,4%, menjawab

“sering” 50%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 28,8% dan yang

menjawab “tidak pernah” 6,8%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri sering merasa menyesal ketika tidak melaksanakan salat dhuha.

0

10

20

30

40

50

60

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.14

Saya merasa menyesal ketika tidak salat dhuha

Series 1

Page 69: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

67

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 55,2%, menjawab

“sering” 39,5%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 3,9% dan yang

menjawab “tidak pernah” 1,4%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri selalu mengikuti kegiatan membaca burdah.

0

10

20

30

40

50

60

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.15

Saya selalu mengikuti kegiatan membaca burdah pada

malam jum'at

Series 1

Page 70: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

68

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 5,2%, menjawab

“sering” 6,6%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 21,1% dan yang

menjawab “tidak pernah” 67,1%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri tidak pernah merasa bosan saat mengikuti kegiatan membaca

burdah.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.16

Saya merasa bosan saat mengikuti kegiatan membaca

burdah pada malam jum'at

Series 1

Page 71: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

69

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 72%, menjawab

“sering” 4%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 0% dan yang menjawab

“tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar santri

selalu merasa yakin bahwa mereka yakin bahwa Allah itu ada dan Allah Swt

selalu mengawasi perbuatan yang dilakukan.

0

20

40

60

80

100

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.17

Saya yakin Allah Swt selalu megawasi perbuatan kita

Series 1

Page 72: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

70

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 5,2%, menjawab

“sering” 9,2%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 64,5% dan yang

menjawab “tidak pernah” 21,1%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar masih mengeluh ketika kiriman dari orang tua datang terlambat.

Walaupun demikian masih lumayan banyak santri yang tidak pernah

mengeluh ketika kiriman dari orang tuanya datang terlambat.

0

10

20

30

40

50

60

70

Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

Diagram 4.18

Saya Mengeluh ketika Kiriman dari Orang Tua Datang

Terlambat

Series 1

Page 73: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

71

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 1,3%, menjawab

“sering” 15,7%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 72,4% dan yang

menjawab “tidak pernah” 10,6%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar kadang-kadang merasa dendam apabila teringat ucapan teman yang

menyakitkan hati. Walaupun demikian beberapa santri lainnya tidak pernah

mengambil hati ucapan teman yang menykitkan hatinya.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

Diagram 4.19

Kadang-kadang saya merasa dendam apabila teringat

ucapan teman yang menyakitkan hati

Series 1

Page 74: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

72

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 42,1%, menjawab

“sering” 46,1%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 11,8% dan yang

menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri mempunyai rasa empati terhadap temannya.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.20

saya menolong teman yang sedang kesusahan di

Lingkungan Pondok

Series 1

Page 75: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

73

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 43,4%, menjawab

“sering” 22,4%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 31,6% dan yang

menjawab “tidak pernah” 2,6%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri sudah mempersiapkan diri untuk menerima hasil dari

perlombaan, sebagian besar santri mempunyai jiwa yang besar untung

menerima kekalahan.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.21

saya siap mengalami kekalahan, ketika saya mengikuti

perlombaan dan akhirnya belum menang

Series 1

Page 76: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

74

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 1,4%, menjawab

“sering” 3,9%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 51,3% dan yang

menjawab “tidak pernah” 43,4%. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak

santri yang memegang prinsip dan tidak terpengaruh oleh teman ketika diajak

bercanda saat dia sedang salat.

0

10

20

30

40

50

60

Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

Diagram 4.22

Saya ikut tertawa ketika teman mengajak bercanda

pada waktu saya sedang salat

Series 1

Page 77: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

75

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 60,5%, menjawab

“sering” 22,4%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 17,1% dan yang

menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri membiaskan dirinya untuk bersikap optimis.

0

10

20

30

40

50

60

70

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.23

Saya membiasakan diri untuk bersikap optimis

Series 1

Page 78: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

76

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan

frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 46,1%, menjawab

“sering” 35,5%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 17,1% dan yang

menjawab “tidak pernah” 1,3%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar santri selalu meminta izin terlebih dahulu ketika memakai barang orang

lain.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah

Diagram 4.24

Saya meminta izin terlebih dahulu ketika memakai

barang milik orang lain

Series 1

Page 79: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

77

Tabel 4.7

Perhitungan untuk mencari data variabel X dari hasil penyebaran

angket

No Nama No Item

Jml 1 2 3 7 8 9 10 11 12 14 15 16

1 Aminah 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 42

2 Maulidia 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 45

3 Via 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37

4 Baidha 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37

5 Syifa 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 40

6 Bilqis 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 1 38

7 Aminah 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 44

8 Ismi 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 45

9 Iriyani 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37

10 Wahdini 4 2 4 4 4 4 2 3 3 2 3 3 38

11 Minah 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 32

12 Hayatun 4 2 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 36

13 Habibatul 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 32

14 Tasya 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 35

15 Fatimah 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 44

16 Syahna 2 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 2 39

17 Zahra 4 2 4 1 4 4 3 3 4 4 4 4 41

18 Aida 3 2 3 2 4 2 1 3 4 3 4 4 35

19 Yulia 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37

20 Febri 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37

21 Misna 3 2 4 3 4 4 3 3 4 2 3 3 38

22 Amalia 4 2 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 41

23 Faizah 4 2 4 3 2 2 2 3 4 3 3 4 36

24 Siti 3 2 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 40

25 maria 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37

26 Syarufah 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37

27 Alfi 4 2 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 38

28 Huda 3 2 3 3 2 4 2 2 1 3 1 1 27

29 Annisa 4 4 4 3 2 4 2 2 2 2 3 3 35

30 Miftahul 4 4 4 2 3 4 3 4 4 3 4 4 45

31 Mawadah 4 3 3 2 4 4 2 4 3 2 3 1 35

32 Haliyatul 4 2 4 3 2 2 3 3 4 3 3 4 37

Page 80: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

78

33 zahra 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 38

34 Aisyah d. 4 3 4 3 2 2 3 4 4 3 4 4 40

35 Aisyah 3 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 42

36 Fariah 3 2 2 3 3 3 2 4 4 2 4 2 34

37 Sri 4 2 3 4 2 4 2 4 3 2 4 4 36

38 Juliani 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 1 38

39 Nur 3 2 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 33

40 Mukminah 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 45

41 Asiiah 3 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 28

42 Mahmuda 4 2 3 1 1 2 2 4 4 3 4 4 29

43 Fika 4 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 39

44 Qotrin 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 43

45 Kamalia 4 2 4 4 4 2 2 4 3 2 4 4 39

46 Maryam 4 2 4 2 2 3 2 4 4 2 4 4 37

47 Alna 4 2 4 4 4 2 2 4 3 2 4 4 39

48 Mutia 4 2 4 4 3 3 2 4 4 3 4 4 39

49 Fatimah 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 40

50 Aisya 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 4 36

51 Miftah 3 2 3 3 3 3 2 4 3 2 4 4 36

52 Rindiani 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 40

53 Rahmi 3 2 4 4 3 3 2 3 4 1 3 4 37

54 Risna 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 4 4 39

55 Endang 3 2 3 3 3 3 2 3 4 2 3 4 36

56 Nurul 3 2 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 35

57 Naili 2 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 41

58 Hairiyah 4 2 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 42

59 Mitriyani 4 2 4 2 4 4 2 4 4 1 4 4 39

60 Fatimah 4 2 4 4 4 2 2 4 4 2 4 4 40

61 Jamiyah 4 2 4 2 4 2 2 4 4 2 2 4 36

62 Rabiatun 4 2 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 40

63 Jauhar 4 3 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 42

64 Nadya 3 1 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 41

65 Ridha 4 2 3 4 4 4 2 4 4 3 4 4 40

66 Wasilatul 4 2 4 1 1 4 4 3 4 3 4 4 38

67 Elliyin 4 2 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 42

68 Herliani 4 1 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 41

69 Putri 4 2 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 42

70 Renita 3 2 3 3 4 4 2 2 4 1 4 4 38

Page 81: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

79

71 Dhea 4 2 4 4 2 2 2 3 4 4 4 4 39

72 Jihan 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 43

73 Sarah 4 2 4 3 4 4 2 4 3 1 4 4 35

74 Dina 4 2 4 4 4 2 2 3 3 2 4 3 37

75 Ana 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 44

76 Lina 4 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 43

Tabel 4.8

Perhitungan untuk mencari data variabel Y dari hasil penyebaran

angket

No

Nama No Item Jml

4 5 6 13

17

18

19

20

21

22

23

24

1 Aminah 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 44

2 Maulidia 4 3 3 2 4 3 2 3 2 4 3 4 37

3 Via 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41

4 Baidha 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41

5 Syifa 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 43

6 Bilqis 3 2 3 2 4 3 1 4 2 3 2 4 33

7 Aminah 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 44

8 Ismi 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 44

9 Iriyani 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 42

10 Wahdini 4 4 2 2 4 3 3 2 4 2 3 1 36

11 Minah 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 40

12 Hayatun 4 4 4 3 4 3 2 4 3 3 4 4 42

13 Habibatul 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 41

14 Tasya 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 2 3 37

15 Fatimah 4 4 4 3 4 2 2 4 2 4 4 4 41

16 Syahna 2 3 4 1 3 3 3 4 2 4 2 4 35

17 Zahra 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 41

18 Aida 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 36

19 Yulia 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41

20 Febri 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41

21 Misna 3 3 3 4 4 2 3 2 2 3 3 3 35

22 Amalia 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 42

23 Faizah 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41

Page 82: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

80

24 Siti 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 4 3 41

25 maria 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41

26 Syarufah 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41

27 Alfi 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 43

28 Huda 4 4 2 3 4 1 2 2 4 3 3 2 34

29 Annisa 4 3 4 2 4 1 3 4 4 1 2 4 36

30 Miftahul 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 44

31 Mawadah 4 2 4 2 4 3 2 2 3 3 3 2 34

32 Haliyatul 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41

33 zahra 4 3 4 2 4 3 2 4 4 3 4 4 41

34 Aisyah d. 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 45

35 Aisyah 2 3 4 1 4 1 3 4 1 3 4 4 34

36 Fariah 4 3 4 3 4 3 3 2 2 3 2 4 37

37 Sri 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 39

38 Juliani 3 2 4 1 4 3 3 4 4 3 3 2 36

39 Nur 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 2 36

40 Mukmina

h 4 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 43

41 Asiiah 3 4 2 3 4 3 2 2 4 3 3 2 35

42 Mahmuda 4 4 3 3 4 3 3 3 4 2 4 4 41

43 Fika 2 2 3 3 4 2 2 2 4 3 2 2 31

44 Qotrin 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 45

45 Kamalia 4 4 4 3 4 3 3 4 2 2 2 2 39

46 Maryam 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 2 2 38

47 Alna 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 2 2 36

48 Mutia 4 4 4 3 4 2 3 3 2 3 4 3 39

49 Fatimah 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 40

50 Aisya 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 40

51 Miftah 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 38

52 Rindiani 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 4 4 41

53 Rahmi 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 42

54 Risna 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 43

55 Endang 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 38

56 Nurul 4 4 4 2 4 3 3 3 2 3 3 3 36

57 Naili 2 3 4 3 4 2 2 3 3 3 4 3 36

58 Hairiyah 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 42

59 Mitriyani 4 4 4 1 4 4 3 4 2 4 4 4 42

60 Fatimah 4 2 4 3 4 3 3 4 4 3 4 2 40

Page 83: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

81

61 Jamiyah 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 4 4 38

62 Rabiatun 4 2 4 3 4 3 3 4 4 2 4 2 39

63 Jauhar 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 42

64 Nadya 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 41

65 Ridha 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 37

66 Wasilatul 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 45

67 Elliyin 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 40

68 Herliani 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 43

69 Putri 4 2 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 41

70 Renita 4 4 4 3 4 3 3 4 1 3 4 1 38

71 Dhea 4 4 4 3 4 1 4 3 4 2 2 4 39

72 Jihan 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 46

73 Sarah 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 2 42

74 Dina 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 43

75 Ana 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 46

76 Lina 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 45

Tabel 4.9

Tabel kerja koefiensi kegiatan keagamaan dalam meningkatkan

kcerdasan spiritual

No X Y XY X² Y²

1 42 44 1848 1764 1936

2 45 37 1665 2025 1369

3 37 41 1517 1369 1681

4 37 41 1517 1369 1681

5 40 43 1720 1600 1849

6 38 33 1254 1444 1089

7 44 44 1936 1936 1936

8 45 44 1980 2025 1936

9 37 42 1554 1369 1764

10 38 36 1368 1444 1296

11 32 40 1280 1024 1600

12 36 42 1512 1296 1764

13 32 41 1312 1024 1681

14 35 37 1295 1225 1369

15 44 41 1804 1936 1681

16 39 35 1365 1521 1225

Page 84: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

82

17 41 41 1681 1681 1681

18 35 36 1260 1225 1296

19 37 41 1517 1369 1681

20 37 41 1517 1369 1681

21 38 35 1330 1444 1225

22 41 42 1722 1681 1764

23 36 41 1476 1296 1681

24 40 41 1640 1681 1681

25 37 41 1517 1369 1681

26 37 41 1517 1369 1681

27 38 43 1634 1444 1849

28 27 34 918 729 1156

29 35 36 1260 1225 1296

30 45 44 1980 2025 1936

31 35 34 1190 1225 1156

32 37 41 1517 1369 1681

33 38 41 1558 1444 1681

34 40 45 1800 1600 2025

35 42 34 1428 1764 1156

36 34 37 1258 1156 1369

37 36 39 1404 1296 1521

38 38 36 1368 1444 1296

39 33 36 1188 1089 1296

40 45 43 1935 2025 1849

41 28 35 980 784 1225

42 29 41 1189 841 1681

43 39 31 1209 1521 961

44 43 45 1935 1849 2025

45 39 39 1521 1521 1521

46 37 38 1406 1369 1444

47 39 36 1404 1521 1296

48 39 39 1521 1521 1521

49 40 40 1600 1600 1600

50 36 40 1440 1440 1600

51 36 38 1368 1296 1444

52 40 41 1640 1600 1681

53 37 42 1554 1369 1764

54 39 43 1677 1521 1849

Page 85: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

83

55 36 38 1368 1296 1444

56 35 36 1260 1225 1296

57 41 36 1476 1681 1296

58 42 42 1764 1764 1764

59 39 42 1638 1521 1764

60 40 40 1600 1600 1600

61 36 38 1368 1296 1444

62 40 39 1560 1600 1521

63 42 42 1764 1764 1764

64 41 41 1681 1681 1681

65 40 37 1480 1600 1369

66 38 45 1710 1444 2025

67 42 40 1680 1764 1600

68 41 43 1763 1681 1849

69 42 41 1722 1764 1681

70 38 38 1444 1444 1444

71 39 39 1521 1521 1521

72 43 46 1978 1849 2116

73 35 42 1470 1225 1764

74 37 43 1591 1369 1849

75 44 46 2024 1936 2116

76 43 45 1935 1849 2025

JUMLAH 2918

3031

116783

113317

121721

Dari hasil perhitungan di atas, maka diketahui bahwa: N = 76, ƩX=

2918, ƩY= 3031, Ʃxy=116783, ƩX²=113317, Ʃy²=121721

Selanjutnya hasil perhitungan di atas kemudian menguji

keabsahannya dengan menggunakan rumus:

1. Korelasi product moment sebagai berikut:

rxy =

√[ ][ ]

Page 86: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

84

=

√[ ][ ]

=

√[ ][ ]

=

√[ ][ ]

=

=

= 0,40

2. Interpretasi data

Dalam mengintegrasikan data hasil korelasi antara kegiatan

keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, penulis

menggunakan dua cara yakni:

a. Interpretasi data sederhana atau kasar

Interpretasi data ini yakni dengan mencocokkan

perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product

moment.

Dengan memperhatikan hasil perhitungan rxy(0,40) yang

berkisar antara 0,40-0,70 dapat diinterpretasikan secara

sederhana bahwa antara variabel X (kegiatan keagamaan) dan

variabel Y (kecerdasan spiritual) terdapat korelasi yang

sedang atau cukup.

b. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “rxy” product

moment

Page 87: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

85

Untuk mengetahui signifikansi rxymelalui tabel “r”

product moment, langkah pertama yang harus ditempuh adalah

mencari Df dengan rumus sebagai berikut:

df = N - nr

df = 76 – 2 = 74

Dengan melihat tabel nilai “r” product moment dapat

diketahui bahwa df sebesar 74. Setelah itu melalui tabel “r”

product moment maka diperoleh taraf signifikansi 5% = 0,232

dan pada taraf signifikansi 1% = 0,302.

Setelah mengetahui rxy dengan “r” tabel, langkah selanjutnya

yakni membandingkan besarnya rxydengan “r” tabel pada taraf

signifikansi 5% diperoleh “r” tabel (0,40>0,232) dan pada taraf

1% diperoleh “r” tabel (0,40>0,302). Dari hasil perhitungan di

atas rxy lebih kecil daripada “r” tabel maka Ha diterima dan Ho

ditolak.

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar kontribusi

variabel X (kegiatan keagamaan) terhadap variabel Y (kecerdasan

spiritual) maka digunakan rumus:

3. Koefisien determinasi dengan rumus:

KD = r² x 100%

KD = 0,40² x 100%

= 0,16 x 100%

= 16%

Jadi kegiatan keagamaan cukup efektif untuk meningkatkan

kecerdasan spiritual sebesar 16% dan 84% lagi ditentukan oleh

faktor lain.

Page 88: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Pondok

Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru penulis mengambil kesimpulan

bahwa kegiatan keagamaan di pondok ini cukup efektif dalam

meningkatkan kecerdasan spiritual. Hal ini penulis simpulkan berdasarkan

analisis korelasi product moment dengan memperhatikan besar “r” hitung

= 0,40 yang lebih besar dari “r” tabel baik dari taraf signifikansi 5% =

0,232 maupun pada taraf signifikansi 1% = 0,302 yang terletak di interval

koefisien 0,40-0,70 yang menunjukkan bahwa antara variabel X dan

variabel Y memiliki korelasi yang sedang atau cukup.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti

kemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru mengingat

pendidikan agama di pondok pesantren memiliki peran penting

dalam pembentukan budi pekerti santri dan kecerdasan-kecerdasan,

hendaknya pondok pesantren lebih mengoptimalkan pemanfaatan

sarana pendidikan agama yang ada, seperti masjid, kitab-kitab dan

buku-buku agama serta sarana-sarana yang lainnya.

2. Untuk para santri diharapkan untuk lebih aktif mengikuti kegiatan

keagamaan tidak hanya yang ada di Pondok Pesantren, namun tetap

melaksanakan kegiatan keagamaan ketika pulang ke rumah masing-

masing. Dalam proses mengikuti kegiatan keagamaan diharapkan

para santri tidak hanya mengikuti kegiatan keagamaan saja namun

Page 89: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

87

juga mengamalkan apa yang telah dikerjakan dan dipelajari di

Pondok, sehingga nanti kecerdasan spiritualnya dapat lebih

meningkat.

Page 90: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

88

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Masykuri. Burdah Imam al-Bushiri: Kasidah Cinta dari Tepi

Nil untuk Sang Nabi, Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2009.

Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan

Emosi dan Spiritual (ESQ). Jakarta: Agra.

Al-Musnad As-Shahih Al-Mukhtashar, Bab Fadlu Sholatil Jama’ati wa

Bayani At-Tasydidi, Beirut: Dar Ihya, t.t.

Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.

as-Sadlan, Shalih bin Ghanim. Kajian lengkap shalat jamaah, Jakarta: Darul

Haq, 2015.

Azra, Azyumardi. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama

Islam. Cipayung Ciputat: Gaung Persada Press Jakarta

Drajat, Zakia, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

El-Shirazy, Ahmad Mujib dkk. Anotasi Kitab Kuning Khazanah

Intelektualisme Pesantren di Indonesia, Jakarta: Darul Ilmi, 2007.

Elzaky, Jamal. Buku Pintar Mukjizat Kesehatan Ibadah, terj. Dedi Slamet

Riyadi, Jakarta: Penerbit Zaman, 2015.

Firdaus Wajdi dan Saira Rahmani, Buku Pintar Shalat Wajib dan Sunnah,

Jakarta: Penerbit Zaman, 2010.

Ghazali, Yusni A. Mukjizat Shalat Dhuha, Jakarta Selatan: Himmah Media

Utama, 2010.

Hariyanto. 2003. Psikologi Sholat. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Muhaimin, Azzet Akhmad. 2005. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual

Bagi Anak. Depok: Ar-Rozz Media

Nggermanto, Agus. Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum), Bandung:

Yayasan Nuansa Cendikia, 2001.

Ridjaluddin.2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Selatan: Pusat Kajian

Islam FAI Uhamka Jakarta

Page 91: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

89

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah, terj. Ahmad Dzulfikar dan Muhammad

Khoyrurrijal, Depok: Arya Duta, 2015.

Safaria, Triantoro. Spiritual Inteligence Metode Pengembangan Kecerdasan

Spiritual Anak, Yogjakarta: Graha Ilmu, 2007.

Suharso dan Ana Retno Ningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Semarang: Widya Karya, 2011.

Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pandangan Islam, Jogjakarta:

Graha Ilmu, 2013.

Suma, Amin. Lima Pilar Islam, Ciputat: Kholam Publishing, 2007.

Thabathaba’i, Sayyid Muhammad Husain. Inilah Islam, terj. Ahsin

Muhammad, Jakarta: Sadra Press, 2011.

Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Gramedia Pustaka

Umum 2008.

Wahab, Abddan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan

Spiritual, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Wahyudi, dkk., Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak Pedoman Penting

Bagi Orang Tua dalam Mendidik Anak, Jakarta: Sinar Graka Offset,

2010

Page 92: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

Gambar 1. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Al-Falah

Puteri Banjarbaru

Gambar 2. Puskestren Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru

Page 93: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

Gambar 3. Piala Penghargaan Prestasi Pondok Pesantren Al-Falah Puteri

Banjarbaru.

Gambar 4. Mushalla Pondok Pesantren Al-Falah Puteri yang Baru Dibangun,

Tempat Kegiatan Ibadah dan sekaligus Pendidikan.

Page 94: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

Gambar 5. Kegiatan membaca burdah pada malam Jum’at

Gambar 6. Bersama Santriwati kelas 3 Aliyah Ketika Jam Istirahat Sekolah

Pagi (Formal)

Page 95: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

Gambar 7. Asrama Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru

Gambar 8. Kantor Aliyah Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru

Page 96: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

1

ANGKET PENELITIAN

EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM

MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI

PONDOK PESANTREN AL-FALAH PUTERI

BANJARBARU

Nama:

Kelas:

Petunjuk Pengisian:

Angket ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah.

Diharapkan kejujuran anda dalam menjawab angket ini.

Berilah tanda silang (x) pada satu jawaban yang anda anggap

paling sesuai dengan diri anda!

Pertanyaan :

1. Saya melaksanakan salat berjamaah atas kemauan sendiri!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

2. Saya melaksanakan salat berjamaah ketika berada di rumah!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

3. Saya melaksanakan salat berjamaah di pondok!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

4. Salat berjamaah dapat menenangkan perasaan hati saya!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

5. Saya merasa termotivasi/terdorong untuk belajar lebih baik

setelah melaksanakan shalat berjamaah!

a. Selalu c. Kadang-kadang

Page 97: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

2

b. Sering d. Tidak pernah

6. Shalat berjamaah dapat membangkitkan harapan untuk

mencapai cita-cita saya dalam menuntut ilmu!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

7. Saya mengikuti kegiatan mengaji kitab kuning bakda

maghrib!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

8. Saya berusaha untuk fokus dalam mengikuti kegiatan mengaji

kitab kuning bakda maghrib!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

9. Saya berusaha datang tepat waktu pada saat kegiatan

keagamaan!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

10. Saya melaksanakan shalat dhuha setiap hari!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

11. Saya ihlas mengerjakan shalat dhuha!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

12. Saya mengikuti shalat dhuha berjamaah menunggu

perintah/terguran dari ustadzah!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

Page 98: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

3

13. Saya hanya melaksanakan shalat dhuha di pondok!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

14. Saya merasa menyesal ketika tidak shalat dhuha!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

15. Saya selalu mengikuti kegiatan membaca burdah pada malam

jum’at!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

16. Saya merasa bosan saat mengikuti kegiatan membaca burdah

pada malam jum’at!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

17. Saya yakin Allah SWT selalu mengawasi perbuatan kita!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

18. Saya mengeluh ketika kiriman dari orang tua datang

terlambat!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

19. Kadang-kadang saya merasa dendam apabila teringat ucapan

teman yang menyakitkan hati!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

20. Saya menolong teman yang sedang kesusahan di lingkungan

pondok!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

Page 99: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

4

21. Saya siap mengalami kekalahan, ketika saya mengikuti

perlombaan dan akhirnya belum menang!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

22. Saya ikut tertawa ketika teman mengajak bercanda pada

waktu saya sedang sholat!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

23. Saya membiasakan diri untuk bersikap optimis!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

24. Saya meminta izin terlebih dahulu ketika memakai barang

milik orang lain!

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

Page 100: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

Series 1

Series 1

Page 101: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

6

0

10

20

30

40

50

60

70

Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

Diagram 4.18

Saya Mengeluh ketika Kiriman dari Orang Tua Datang

Terlambat

Series 1

Page 102: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

7

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

Diagram 4.19

Kadang-kadang saya merasa dendam apabila teringat

ucapan teman yang menyakitkan hati

Series 1

Page 103: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul “Efektivitas Kegiatan Keagamaan dalam

Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah

Puteri Banjarbaru” disusun oleh Rabiatul Adawiyah, NIM. 14311400,

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an

(IIQ) Jakarta. Telah melalui melalui proses bimbingan dengan baik dan

dinilai oleh pembimbing telah layak dan memenuhi syarat ilmiah untuk

diujikan dalam sidang munaqasyah.

Jakarta, 12 Agustus 2018

Pembimbing

Sri Tuti Rahmawati, M.A

Page 104: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Efektivitas Kegiatan Keagamaan dalam Meningkatkan

Kecerdasan Spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru”

oleh Rabiatul Adawiyah dengan NIM 14311400 telah diujikan pada sidang

Munaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada

tanggal 17 Agustus 2018. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).

Jakarta, 17 Agustus 2018

Dekan Fakultas Tarbiyah

Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag Wasmini

Penguji I Penguji II

Ali Mursyid, M. Ag Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag

Pembimbing

Sri Tuti Rahmawati, MA

Page 105: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rabiatul Adawiyah

NIM : 14311400

Tempat/ Tgl Lahir : Malintang, 8 April 1995

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul

“Efektivitas Kegiatan Keagamaan dalam Meningkatkan Kecerdasan

Spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri” adalah benar hasil karya

sendiri kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan

kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa

rekayasa.

Jakarta, 12 Agustus 2018

Penulis

Rabiatul Adawiyah

Page 106: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

iv

MOTTO

karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Page 107: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan

segala kenikmatan yang masih bisa penulis rasakan hingga saat ini baik itu

nikmat iman yang ada di dalam hati, nikmat islam yang selalu dalam pelukan

dan nikmat sehat badan dengan semua ini penulis dapat dapat

merampungkan skripsi ini dengan judul “Efektivitas Kegiatan Keagamaan

dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual”

Shalawat selalu tercurahkan kepada baginda seluruh alam Nabi

Muhammad SAW. Pemimpin sekaligus Pembina umat islam yang

dengannya selalu ada keselamatan. Penegak kebenaran dan memusnahkan

kebatilan.

Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan laporan karya

ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan saran bagi berbagai pihak. Oleh

karenanya pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Ibu Prof. Dr. Hj.

Huzaemah Tahido Yanggo, M.A yang telah memimpin dan

mengayomi kami semua dengan sangat bijaksana.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Ibu

Dr. Hj. Umi Khusnul Khatimah, M.Ag. selaku yang telah mengayomi

dan memberikan saran-saran terbaik bagi kami semua.

3. Dosen pembimbing saya Bunda Sri Tuti Rahmawati, M.A yang telah

memberikan arahan, bimbingan, petunjuk juga saran-saran dan juga

meluangkan banyak waktunya senantiasa memberi motivasi, ilmu

secara tulus penuh kesabaran dalam membimbing agar skripsi ini

dapat selesai tepat pada waktunya dan sebaik-baiknya.

Page 108: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

vi

4. Para dosen juga instruktur Tahfidz Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu

Al-Qur`an Jakarta yang telah membimbing dan memberikan banyak

sekali ilmu pengetahuan kepada penulis, baik secara teoritis maupun

praktis selama penulis menimba ilmu di Institut Ilmu Al-Qur`an

Jakarta.

5. Seluruh staf bagian Tata Usaha Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-

Qur`an Jakarta yang telah banyak memberikan informasi terkait

perkuliahan dan pengurusan penyelesaian skripsi serta kemudahan

pengurusan administrasi keepada penulis.

6. Pemimpin dan staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta yang

telah mempermudah penulis dalam mengakses berbagai informasi

dan referensi dalam penyelesaian skripsi ini

7. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Ibu Dr. Hj. Habibah

Djunaidi, MA yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian, serta kepada segenap staf dan guru-guru terkait khususnya

Ustadzah Jariyah, Ustadzah Mariatul Qibtiyah dan para santriwati,

yang telah berkenan memberikan data dan informasi yang diperlukan,

dalam rangka pengumpulan data sehingga proses penelitian dan

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai panduan yang

ditetapkan.

8. Orangtuaku Abah Drs. H. Saipurrahman dan Mama Hj. Wardah,

S.Pdi yang tidak pernah lelah memberikan dukungan, motivasi,

nasehat serta doa demi kebaikan dan kebahagiaan anak

perempuannya.

9. Adikku Ahmad Fahmi Arif yang telah mendukung dan membantu

untuk penelitian skripsi ini.

10. Seluruh sahabat-sahabat Fakultas Tarbiyah, khususnya kelas

Tarbiyah C Angkatan 2014 yang telah bekerja sama berjuang

Page 109: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

vii

melewati hari-hari perkuliahan dalam warna suka dan duka. Dan

khususnya sahabat-sahabat saya Atun, Uzmah, Sopia, Lail, Maria,

Ilma, sahabat-sahabat saya yang tinggal bersama saya di asrama

Anik, Iping, Ka Pipit, Ka mega, teh Iqoh, Nasri, Al, Lia, Mei, Riska

karena telah memberikan waktu unuk mendengarkan keluh kesah

tentang kehidupan, memberikan motivasi, berbagi cerita, tawa, tangis

dan selalu ada di waktu senang dan susah.

11. Terima kasih banyak kepada ka Maulid yang senantiasa membimbing

dan mengarahkan selama proses pembuatan skripsi ini dan teman-

teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu baik dari anggota LBI,

KOPMA IIQ Jakarta, Hillah, PMQ Borneo, dan PMKS yang telah

memberi dukungan dan semangat kepada penulis.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Hanya harapan dan do‟a, semoga Allah SWT.memberikan balasan

yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Dan mudah-mudahan karya

yang sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 12 Agustus 2018

Penulis

Rabiatul Adawiyah

Page 110: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf abjadyang satu ke

abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di Institut Ilmu Al-Qur`an,

transliterasi Arab- Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

th : ط a : ا

zh : ظ b : ب

„ : ع t : ت

gh : غ ts : ث

f : ف j : ج

q : ق h : ح

k : ك kh : خ

l : ل d : د

m : م dz : ذ

n : ن r : ر

w : و z : ز

Page 111: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

ix

2. Vokal

Vokal tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah : a أ : â ْى...ʼ : ai

Kasrah : i ى : î ْو...ʼ : au

Dhammah : u و : ȗ

3. Kata sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah

ditransliterasikan sesuai bunyi nya. Contoh:

al- Baqarah : البقره

al- Madinah : المدينو

h : ه s : س

ʼ : ء sy : ش

y : ي sh : ص

dh : ض

Page 112: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

x

b. Kata sandang yang diikuti oleh (ال) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh (ال) syamsiyah ditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan

bunyinya. Contoh:

as-Sayyidah : السيدة ar-Rajul : الرجل

ad- Dârinî: الدارمي asy-Syams : الشمسي

c. Syaddah (tasydîd) Syaddah (tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan

lambang( ّ ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan

dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang

bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd

yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak

setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.

Contohnya :

Āmannâ billâhί: امََنَّا باِاللّوِ

Āmannâ as-sufahâ : امََنَ السُّفَهَاء Inna al-ladzίna: اِنَّ الَّذِيْنَ wa ar-rukka’ί : وَالرُّكَّعِ

d. Ta Marbȗthah (ة) TaMarbȗthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau dikuti oleh

kata sifat (na’at) maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi

huruf “h”. Contoh :

Page 113: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

xi

al-Af’idah : الأفْئِدَ ةِ

al- Jâmί`ah al- Islâmiyyah : الجاَ مِعَة الِإسْلاَ مِيَّة

Sedangkan ta Marbȗthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (ism), maka dialihkan menjadi huruf

“t”. Contoh :

Āmilatun Nâshibah„ : عَا مِلَةٌ ناَصِبَة

e. Huruf Kapital

System penulisan huruf arab tidak mengenal huruf Arab tidak

mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan

maka berlaku ketentuan ejaan yang disempurnakan (EYD) bahasa

Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama

tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang

berlaku pada EYD berlaku pula dalamalih aksara ini, seperti cetak

miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya.

Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka

huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata

sandangnya.

Page 114: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

xii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

PERNYATAAN PENULIS .................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... vii

DAFTAR ISI.......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv

DAFTAR DIAGRAM............................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvii

ABSTRAK ............................................................................................. xviii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6

D. Perumusan Masalah .................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7

F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

G. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7

H. Sistematika Penulisan ................................................................. 11

BAB II: KAJIAN TEORI

A. Pengertian Efektivitas dan Kegiatan Keagamaan ...................... 12

B. Jenis-jenis Kegiatan Keagamaan di Pondok Pesantren Al-Falah

Puteri.............................................................................. ............. 13

1. Salat Berjamaah .................................................................... 13

2. Salat Duha ............................................................................. 15

3. Membaca Burdah pada Malam Jum‟at ................................. 16

Page 115: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

xiii

4. Mengaji Kitab Kuning Bakda Maghrib................................. 17

C. Kecerdasan Spiritual................................................................... 18

D. Tanda-Tanda Orang yang Mempunyai Kecerdasan Spiritual... 22

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian............................................................................. 27

B. Pendekatan Penelitian ................................................................. 27

C. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 28

D. Sumber Data................................................................................ 28

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................. 29

F. Deskripsi Obyek Penelitian......................................................... 32

G. Teknik Analisis Data................................................................... 34

BAB IV: HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Falah Puteri................. 40

1. Profil Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru.......... 40

2. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri Pondok Pesantren Al-

Falah Puteri........................................................................... 40

3. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi ........................................... 43

4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al Falah Puteri..... 44

5. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa.................................... 47

6. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Falah Puteri

Banjarbaru............................................................................. 52

7. Deskripsi Data ....................................................................... 53

BAB V: KESIMPULAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 86

B. Saran ........................................................................................... 86

Page 116: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

xiv

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 117: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Kegiatan Keagamaan dan Kecerdasan

Spiritual................................................................................ 32

Tabel 3.2 Skor Jawaban Angket Kegiatan Keagamaan dan Kecer-

dasan Spiritual..................................................................... 36

Tabel 3.3 Interpretasi Data................................................................... 37

Tabel 4.1 Daftar Guru Aliyah .......................................................... .. 47

Tabel 4.2 Daftar Guru Tsanawiyah .................................................. . 48

Tabel 4.3 Daftar Guru Tajhizi............................................................ 50

Tabel 4.4 Daftar Jumlah Karyawan Dalam Lingkungan Pondok

Pesantren Al-Falah Puteri................................................... 50

Tabel 4.5 Jumlah Siswa Pondok Pesantren Al-Falah

Puteri.................................................................................... 51

Tabel 4.6 Daftar Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Falah

Puteri.................................................................................... 52

Tabel 4.7 Perhitungan untuk mencari data variabel X dari hasil

penyebaran angket................................................................ 77

Tabel 4.8 Perhitungan untuk mencari data variabel Y dari hasil

penyebaran angket................................................................ 79

Tabel 4.9 Tabel kerja koefiensi kegiatan keagamaan dalam

meningkatkan kcerdasan spiritual........................................ 81

Page 118: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Diagram 4.1..................................................................... 53

Diagram 2 Diagram 4.2..................................................................... 54

Diagram 3 Diagram 4.3..................................................................... 55

Diagram 4 Diagram 4.4..................................................................... 56

Diagram 5 Diagram 4.5..................................................................... 57

Diagram 6 Diagram 4.6..................................................................... 58

Diagram 7 Diagram 4.7..................................................................... 59

Diagram 8 Diagram 4.8..................................................................... 60

Diagram 9 Diagram 4.9..................................................................... 61

Diagram 10 Diagram 4.10.................................................................... 62

Diagram 11 Diagram 4.11..................................................................... 63

Diagram 12 Diagram 4.12..................................................................... 64

Diagram 13 Diagram 4.13..................................................................... 65

Diagram 14 Diagram 4.14..................................................................... 66

Diagram 15 Diagram 4.15..................................................................... 67

Diagram 16 Diagram 4.16..................................................................... 68

Diagram 17 Diagram 4.17..................................................................... 69

Diagram 18 Diagram 4.18..................................................................... 70

Diagram 19 Diagram 4.19..................................................................... 71

Diagram 20 Diagram 4.20..................................................................... 72

Diagram 21 Diagram 4.21..................................................................... 73

Page 119: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

xvii

Diagram 22 Diagram 4.22..................................................................... 74

Diagram 23 Diagram 4.23..................................................................... 75

Diagram 24 Diagram 4.24..................................................................... 76

Page 120: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Mohon Kesediaan Kepada Pembimbing

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Wawancara dan Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 4 Angket Penelitian

Lampiran 5 Dokumentasi

Page 121: EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN

xix

ABSTRAK

Nama Rabiatul Adawiyah, Judul Skripsi “Efektivitas Kegiatan

Keagamaan dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di Pondok

Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru”. Prodi Pendidikan Agama Islam,

tahun 2018.

Setiap orang mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda, seringkali kita

menganggap orang yang cerdas itu adalah orang yang mempunyai nilai

akademik yang tinggi, padahal kecerdasan seseorang tidak hanya dilihat dari

nilai. Ada beberapa macam kecerdasan diantaranya kecerdasan spiritual,

kecerdasan spiritual sering dikaitkan dengan keagamaan seseorang. Ada

banyak sekali kegiatan keagamaan diantaranya salat berjamaah, salat duha,

mempelajari kitab kuning. Dengan mengikuti kegiatan keagamaan yang ada

apakah dapat meningkatkan kecerdasan spiritual seseorang. Adapun rumusan

masalah pada penelitian yaitu apakah kegiatan keagamaan efektif dalam

meningkatkan kecerdasan spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri

Banjarbaru, untuk menjawab rumusan masalah tersebut digunakan jenis

penelitian kuantitatif. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa

terdapat korelasi yang cukup signifikan antara kegiatan keagamaan dan

kecerdasan spiritual, hal ini ditunjukan dengan r hitung lebih besar yaitu 0,40

dari r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu 0,232, maupun pada taraf

signifikansi 1% = 0,302. Dengan demikian kegiatan keagamaan cukup

efektif untuk meningkatkan kecerdasan spiritual.

Kata kunci: Kegiatan Keagamaan dan Kecerdasan Spiritual