efektivitas ekstrak pelepah pisang sebagai antibakteri dan ... · fitokimia yang dapat menghambat...

62
EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN IMUNOSTIMULAN PADA IKAN GURAME YANG DIINFEKSI Aeromonas hydrophila IKE DEWI NUR FITRIANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: hakien

Post on 23-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI

DAN IMUNOSTIMULAN PADA IKAN GURAME

YANG DIINFEKSI Aeromonas hydrophila

IKE DEWI NUR FITRIANINGRUM

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian
Page 3: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efektivitas Ekstrak

Pelepah Pisang sebagai Antibakteri dan Imunostimulan pada Ikan Gurame yang

Diinfeksi Aeromonas hydrophila adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015

Ike Dewi Nur Fitrianingrum

NIM C151140656

Page 4: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

RINGKASAN

IKE DEWI NUR FITRIANINGRUM. Efektivitas Ekstrak Pelepah Pisang

sebagai Antibakteri dan Imunostimulan pada Ikan Gurame yang Diinfeksi

Aeromonas hydrophila. Dibimbing oleh DINAMELLA WAHJUNINGRUM dan

WIDANARNI.

Penyakit motile aeromonad septicaemia (MAS) merupakan penyakit

bakterial yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila dan dapat menyebabkan

permasalahan dalam kegiatan budidaya. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan

pemberian sediaan obat dari tanaman atau dikenal dengan istilah fitofarmaka.

Fitofarmaka yang digunakan salah satunya adalah pelepah pisang ambon, karena

bahan ini mudah didapat, termasuk bahan limbah serta mengandung bahan

fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai

imunostimulan. Tujuan penelitian ini yaitu menguji efektivitas ekstrak pelepah

pisang ambon dalam menghambat aktivitas bakteri A. hydrophila dan peranannya

dalam meningkatkan respons imun ikan gurame Osphronemus goramy, serta

untuk mengevaluasi metode yang efektif dalam menanggulangi infeksi A.

hydrophila.

Ikan uji yang digunakan yaitu ikan gurame dengan bobot 15,7±0,31 g.

Materi uji yang digunakan yaitu pelepah pisang ambon dan A. hydrophila.

Perlakuan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu persiapan uji, uji in

vitro dan uji in vivo. Kegiatan persiapan uji meliputi penyediaan bakteri uji,

persiapan wadah, persiapan ikan uji, ekstraksi pelepah pisang, uji jenis dan

kandungan fitokimia pelepah pisang. Perlakuan uji in vitro meliputi uji zona

hambat ekstrak pelepah pisang terhadap A. hydrophila dan Streptococcus sp.

dengan dosis ekstrak yang digunakan yaitu 0,1, 2, 3 dan 4%. Perlakuan uji in vivo

terdapat 5 perlakuan dan 3 ulangan, masing-masing adalah kontrol negatif (K-),

kontrol positif (K+), pencegahan (PC), pengobatan (PO) dan pengendalian (PG).

Parameter yang diukur sebelum uji in vivo meliputi jenis fitokimia, kandungan

fitokimia pelepah pisang dan zona hambat. Parameter gambaran darah

(hemoglobin, hematokrit, total eritrosit, total leukosit dan diferensial leukosit),

respiratory burst activity dan aktivitas lisozim diukur pada hari ke 14 prauji

tantang (H-14), hari ke 1 prauji tantang H-1, hari ke 2 pascauji tantang (H+2), hari

ke 5 pascauji tantang (H+5) dan hari ke 7 pascauji tantang (H+7). Kelangsungan

hidup ikan, gejala klinis ikan akibat infeksi A. hydrophila dan prevalensi diukur

pada akhir perlakuan sedangkan untuk parameter jumlah konsumsi pakan dan

jumlah kematian ikan gurame diukur setiap hari saat perlakuan uji. Kualitas air

selama perlakuan berada pada kisaran optimum pemeliharaan ikan gurame yaitu

nilai pH berkisar 6,26-7,80, suhu sekitar 28-32 °C, oksigen terlarut berkisar 7,0-

8,2 ppm dan nilai amonia berkisar 0,009-0,05 ppm.

Pelepah pisang ambon mengandung bahan fitokimia dengan persentase

terbesar adalah flavonoid sebesar 28,10%. Pelepah pisang lebih efektif

menghambat bakteri A. hydrophila dibandingkan Streptococcus sp.. Hal ini dilihat

dari diameter zona hambat A. hydrophila sebesar 1,15 cm sedangkan pada

Streptococcus sp. hanya 0,69 cm. Dosis pelepah pisang yang efektif untuk

menghambat aktivitas A. hydrophila adalah 3%, sehingga dosis tersebut

digunakan sebagai dosis ekstrak pelepah pisang yang dicampur ke dalam pakan.

Pada uji in vivo, pelepah pisang mampu menekan populasi bakteri A. hydrophila

Page 5: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

dari 3x108

menjadi 8x106 CFU/g. Selain menghambat aktivitas bakteri, pelepah

pisang mampu meningkatkan respons imun ikan gurame pascainfeksi A.

hydrophila. Efek peningkatan respons imun tersebut dapat diketahui dari data total

leukosit, diferensial leukosit, aktivitas lisozim dan respiratory burst activity pada

perlakuan pencegahan, pengobatan dan pengendalian. Berdasarkan data yang

didapat, nilai parameter tersebut secara signifikan (P<0,05) lebih tinggi

dibandingkan kontrol positif. Skor infeksi A. hydrophila pada kontrol positif

secara signifikan (P<0,05) paling tinggi yaitu 102 dengan tingkat prevalensi

sebesar 100%. Skor infeksi A. hydrophila yakni 11 (PC), 18 (PO) dan 19 (PG)

serta prevalensinya berturut-turut adalah 14,8% (PC), 20% (PO) dan 6.6% (PG).

Kecilnya skor infeksi serta prevalensi pada tiga perlakuan tersebut karena terjadi

penutupan luka pada akhir perlakuan.

Jumlah konsumsi pakan ikan gurame sebelum uji tantang sebanyak 6 g

pada semua perlakuan, namun konsumsi pakan tersebut turun pascainfeksi dan

naik kembali pada H+2. Konsumsi pakan pada H+3 sampai H+7 untuk semua

perlakuan kecuali kontrol positif relatif sama yakni 6 g. Konsumsi pakan pada

H+3 sampai H+7 untuk perlakuan K+ paling rendah yaitu 2,5 g. Kelangsungan

hidup ikan gurame pada perlakuan PC, PO dan PG masing-masing 92,5%,100%

dan 97,5% secara signifikan (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan K+ yang hanya

60%. Kadar hemoglobin, hematokrit dan total eritrosit pada perlakuan K-, PC, PO

dan PG pascainfeksi mengalami peningkatan yang masih berada pada kisaran

normal namun hemoglobin dan hematokrit pada perlakuan kontrol positif

mengalami penurunan dibawah kisaran normal. Kesimpulan dari penelitian ini

yaitu ekstrak pelepah pisang 3% dapat menghambat aktivitas bakteri A.

hydrophila dan dapat menginduksi imunitas ikan gurame sebagai upaya

pencegahan, pengobatan dan pengendalian terhadap infeksi bakteri A. hydrophila

pada ikan gurame.

Kata kunci: A. hydrophila, antibakteri, ekstrak pelepah pisang, ikan gurame,

imunostimulan

Page 6: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

SUMMARY

IKE DEWI NUR FITRIANINGRUM. Effectivity of Banana Midrib Extract

as Antibacterial and Immune-stimulant for Giant Gourami Infected with

Aeromonas hydrophila. Supervised by DINAMELLA WAHJUNINGRUM and

WIDANARNI.

Motile aeromonad septicaemia (MAS) is an illness of fish caused by A.

hydrophila bacteria which affected problems in aquaculture. This disease could be

treated by herbal drugs. One selected material of herbal drugs is Ambon banana

midrib. The material is chosen because of its abundance especially in tropical

countries and considered as waste material. Banana midrib contains

phytochemical material could inhibit A. hydrophila activity and stimulating

immune response. The study aimed to evaluate efectivity of banana midrib extract

to inhibit activity of A. hydrophila, stimulating immune response of giant gourami

(Osphronemous goramy) by banana midrib and finding an effectively method for

preventing A. hydrophila infection.

Fish maintaining was giant gourami with average weight 15.7 ± 0.31 g.

Materials were Ambon banana midrib and A. hydrophila. Treatments in this

research divided into three steps. First step was experiment preparation, in vitro

test and in vivo test. Preparation experiment involved preparation of bacteria,

preparation of fish, extraction of banana midrib, confirming the composition of

herbal drugs, and testing the percentage herbal drugs contents. In vitro test was

inhibitation test of banana midrib 1%, 2%, 3%, 4% to A. hydrophila and

Streptococcus sp.. In vivo treatments at this study used 5 treatments and 3

replicates. The treatments were negative control, positive control, preventive,

curative and controlling treatments. Parameters testing in this study were

phytochemical composition, quantification of banana midrib phytochemical, clear

zone test, feed consumption total, preparatory of fish blood (hemoglobin,

hematocrit, erythrocyte total, leukocytes total and leukocytes differential),

counting population of A. hydrophila bacteria in gurame fish, prevalence,

respiratory burst activity, lysozyme activity. Water quality during rearing activity

was in optimum condition for gourami: pH (6,26-7,80), temperature (28-32 °C),

dissolved oxygen (7,0-8,2 ppm) and ammonia (0,009-0,05 ppm). Obtained data

was processed using Microsoft Excel 2007, while statistic parameters ANOVA

test. Significance was accepted at the P< 0.05 level, when a significant difference

was identified, differences among means were compared by Tukey’s multiple

range tests. Analyses were carried out on SPSS 18.0.

Ambon banana midrib contains several phytochemical. The high

percentage of phytochemical compound in banana midrib is was flavonoid with

28.10%. Banana midrib 3% effectively detained A. hydrophila than Streptococcus

sp. because, clear zone of A. hydrophila was 1,15 cm and Streptococcus sp. was

0,69 cm. Largest diameter of inhibition zone was found in 3% and 4% dosage of

banana midrib extract resulted 1,15 cm of inhibition zone. The results was

significantly higher (P<0.05) compared with 1% and 2% dosage which only

resulted 0,8 cm and 0,9 cm of inhibition zone respectively. The highest number of

total A. hydrophila in the fish was found in positive control treatment with total

bacteria 3,0x108 CFU/g and the lowest one was found in negative control and

Page 7: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

controlling treatment with total bacteria 4,0x106 and 8,0x10

6 CFU/g respectively.

Banana midrib could had increased immune response of giant gourami after

infected by A. hydrophila. Increasing immune response effects were showed by

total data of leukocytes, leukocytes differential, lysozyme activity and respiratory

burst activity at treatments. They were significantly higher (P<0.05) at preventive,

curative and controlling treatments than positive control treatments.

Clinic effects causing by A. hydrophila infection in giant gourami were

significantly (P<0.05) highest at positive control treatments. The score and

prevalence percentage were 102 and 100% respectively. As infection effects of

fish at this treatments were necrosis and fish mortality. At preventive, curative and

controlling treatments, clinic effects of infection A. hydrophila got score disease

with 11, 18,19 respectively and had prevalence percentage with 14.8%, 20% and

6.6% respectively. The low point of infection effect and prevalence percentage

happened as there was smaller necrosis than before at last treatments period.

Feed consumption total of giant gourami before testing was 6 g for all

treatments. It was lower at day infected and higher at 2nd

day later. After infected,

consumption feed total at all treatments were relatively same, excepted at positive

control treatments. It was the lowest than all. Survival rate of giant gourami in

preventive, curative and controlling treatments at last period treatment showed

significantly higher percentage (P<0.05) with positive control treatments. Survival

rate at negative, preventive, curative and controlling treatments were 100%,

92.5%, 97.5% and 60% respectively. The points of the study were banana midrib

extract 3% can reduces bacterial activity of A. hydrophila, and also induces

immunity of giant gourami.

Keywords: A. hydrophila, Antibacterial, banana midrib extract, giant gourami,

Immune-stimulant

Page 8: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 9: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

IKE DEWI NUR FITRIANINGRUM

EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI

DAN IMUNOSTIMULAN PADA IKAN GURAME

YANG DIINFEKSI Aeromonas hydrophila

Page 10: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Odang Carman, MSc

Page 11: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian
Page 12: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tesis ini dapat terselesaikan

dengan judul Efektivitas Ekstrak Pelepah Pisang sebagai Antibakteri dan

Imunostimulan pada Ikan Gurame yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila. Karya

tesis ini bersumber dari data penelitian yang dilaksanakan pada bulan Desember

2014 - April 2015 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Laboratorium

Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, serta di Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat, Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Ibunda Mastini dan Ayahanda Supardi serta Adik saya M. Ishadul Haque

atas doa, kasih sayang dan dukungannya.

2. Ibu Dr. Dinamella Wahjuningrum dan Dr. Widanarni selaku dosen

pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan

kepada penulis.

3. Bapak Dr. Odang Carman selaku dosen penguji tamu yang telah

memberikan masukan dalam penulisan tesis.

4. Ibu Dr. Mia Setiawati selaku perwakilan dari Ketua Program Studi Ilmu

Akukultur yang telah memberikan saran untuk kesempurnaan karya tesis

ini.

5. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan

bantuan beasiswa Fresh Graduate dalam menempuh pendidikan megister

di Institut Pertanian Bogor.

6. Teman-teman yang selalu mendukung dalam menyelesaikan tugas akhir

ini seperti Endang Saefudin, Septi Novia Alfiani, Zaki Abdullatif, Eius

Rachmawati, Shema Mukti Anggraeni serta teman-teman seperjuangan

Fast Tract yaitu Amalia Putri Firdausi dan Kurdianto. Tak lupa penulis

mengucapkan terimakasi kepada teman-teman Budidaya Perairan angkatan

47 dan teman-teman Ilmu Akuakultur 2013 khususnya Erni Susanti, Haezy

dan Shavika Miranti.

7. Para tenaga kerja pembenihan ikan gurame di Kecamatan Ciomas

khususnya kepada Bapak Harahap dan Bapak Ari.

8. Para laboran di Departemen Budidaya Perairan seperti Bapak Ranta, Ibu

Lina, Bapak Abe dan Bapak Jajang. Serta para tenaga administrasi

Departemen Budidaya Perairan seperti Ibu Yuli, Bapak Mar dan Ibu Suri.

9. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) yang telah membatu

peneliti untuk mendapatkan ekstrak pelepah pisang dan membantu dalam

pengujian kandungan bahan fitokimia pelepah pisang.

Semoga karya tesis ini memberikan sumbangsih dalam kemajuan dunia

perikanan.

Bogor, November 2015

Ike Dewi Nur Fitrianingrum

Page 13: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi

1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

Latar Belakang ................................................................................................. 1

Perumusan Masalah ......................................................................................... 2

Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3

2 METODE .......................................................................................................... 3

Materi Uji ......................................................................................................... 3

Rancangan Penelitian ....................................................................................... 3

Prosedur Penelitian .......................................................................................... 4

Parameter Uji ................................................................................................... 7

Analisis Data .................................................................................................... 10

3 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 10

Hasil ................................................................................................................. 10

Pembahasan ..................................................................................................... 21

4 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 27

Simpulan ......................................................................................................... 27

Saran ............................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

LAMPIRAN ......................................................................................................... 32

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. 46

Page 14: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

DAFTAR TABEL

1 Skor infeksi A. hydrophila pada ikan teleostei .............................................. 8

2 Data kualitas air selama perlakuan in vivo dan kisaran optimum

kualitas air pada pemeliharaan ikan gurame .................................................. 9

3 Jenis dan kandungan fitokimia pelepah pisang ambon

Musa paradisiaca ........................................................................................... 10

4 Diameter zona hambat ekstrak pelepah pisang 1%, 2%, 3% dan 4%

terhadap bakteri A. hydrophila dan Streptococcus sp. ................................... 10

5 Skor gejala klinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada

perlakuan kontrol positif (K+), pencegahan (PC), pengobatan

(PO) dan pengendalian (PG) .......................................................................... 13

6 Total bakteri A. hydrophila pascauji tantang pada ikan gurame untuk

perlakuan kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), pencegahan (PC),

pengobatan (PO) dan pengendalian (PG) ....................................................... 20

DAFTAR GAMBAR

1 Skema waktu pengambilan sampel selama uji in vivo

(gambaran darah/GD meliputi hemoglobin, hematokrit, total eritrosit,

total leukosit dan diferensial leukosit), (aktivitas lisozim/AL),

(respiratory bust activity/RBA), (total bakteri A. hydrophila),

(-)hari sebelum uji tantang, (+) hari setelah uji tantang ................................. 6

2 Skema perlakuan saat uji in vivo , (pakan tanpa ekstrak ),

(pakan ekstrak 3% ), (hari prauji tantang -),

(hari pascauji tantang +) ................................................................................. 7

3 Kelangsungan hidup ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila

pada akhir perlakuan (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif,

PC = pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian) ...................... 11

4 Kondisi klinis ikan gurame pascainjeksi PBS pada perlakuan

kontrol negatif dihari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5)

dan ke 7 H+7 pascauji tantang ....................................................................... 11

5 Kondisi klinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan

kontrol positif dihari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5)

dan ke 7 H+7 pascauji tantang ....................................................................... 12

6 Kondisi klinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan

pencegahan dihari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5)

dan ke 7 H+7 pascauji tantang ....................................................................... 12

7 Kondisi klinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan

pengobatan dihari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5)

dan ke 7 H+7 pascauji tantang ....................................................................... 12

8 Kondisi klinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan

pengendalian dihari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5)

dan ke 7 H+7 pascauji tantang ....................................................................... 12

9 Persen prevalensi ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada

perlakuan kontrol positif (K+), pencegahan (PC),

pengobatan (PO) dan pengendalian (PG) ....................................................... 13

Page 15: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

10 Jumlah konsumsi pakan (JKP) pada semua perlakuan selama uji in vivo

(H0= JKP sebelum uji tantang, H1- H7= JKP setelah uji tantang,

K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif, PC = pencegahan,

PO = pengobatan dan PG = pengendalian)................................................... 14

11 Respiratory burst activity pada hari ke 14 (H-14) dan

ke 1 (H-1) sebelum uji tantang serta hari ke 2 (H+2),

ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7) pascauji tantang untuk perlakuan

kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), pencegahan (PC),

pengobatan (PO) dan pengendalian (PG) ..................................................... 14

12 Aktivitas lisozim pada hari ke 14 (H-14) dan

ke 1 (H-1) sebelum uji tantang serta hari ke 2 (H+2),

ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7) pascauji tantang untuk perlakuan

kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), pencegahan (PC),

pengobatan (PO) dan pengendalian (PG) ..................................................... 15

13 Kadar hemoglobin pada hari ke 14 (H-14) dan

ke 1 (H-1) sebelum uji tantang serta hari ke 2 (H+2),

ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7) pascauji tantang untuk perlakuan

kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), pencegahan (PC),

pengobatan (PO) dan pengendalian (PG) ..................................................... 16

14 Kadar hematokrit pada hari ke 14 (H-14) dan

ke 1 (H-1) sebelum uji tantang serta hari ke 2 (H+2),

ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7) pascauji tantang untuk perlakuan

kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), pencegahan (PC),

pengobatan (PO) dan pengendalian (PG) ..................................................... 16

15 Total eritrosit pada hari ke 14 (H-14) dan

ke 1 (H-1) sebelum uji tantang serta hari ke 2 (H+2),

ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7) pascauji tantang untuk perlakuan

kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), pencegahan (PC),

pengobatan (PO) dan pengendalian (PG) ..................................................... 17

16 Total leukosit pada hari ke 14 (H-14) dan

ke 1 (H-1) sebelum uji tantang serta hari ke 2 (H+2),

ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7) pascauji tantang untuk perlakuan

kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), pencegahan (PC),

pengobatan (PO) dan pengendalian (PG) ..................................................... 18

17 Diferensial leukosit pada hari ke 14 (H-14) prauji tantang pada

semua perlakuan, (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif,

PC = pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian)..................... 19

18 Diferensial leukosit pada hari ke 1 (H-1) prauji tantang pada

semua perlakuan, (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif,

PC = pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian)..................... 19

19 Diferensial leukosit pada hari ke 2 (H+2) pascauji tantang pada

semua perlakuan, (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif,

PC = pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian)..................... 19

20 Diferensial leukosit pada hari ke 5 (H+5) pascauji tantang pada

semua perlakuan, (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif,

PC = pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian)..................... 19

Page 16: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

21 Diferensial leukosit pada hari ke 7 (H+7) pascauji tantang pada

semua perlakuan, (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif,

PC = pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian) .................... 20

22 Tingkat kematian harian ikan gurame sebelum uji tantang (H0)

dan setelah uji tantang (H+), (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif,

PC = pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian) .................... 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil karakterisasi sifat biokimia dan fisiologis bakteri A. hydrophila

yang dibandingkan dengan hasil uji dari Austin & Austin (2007)................. 32

2 Perhitungan lethal dosage 50 pada ikan gurame

yang diinfeksi A. hydrophila .......................................................................... 32

3 Sketsa posisi wadah saat penelitian................................................................ 33

4 Prosedur pengujian hematologi ..................................................................... 33

4.1 Menghitung kadar hemoglobin ............................................................. 34

4.2 Menghitung hematokrit ......................................................................... 33

4.3 Menghitung total sel darah merah ......................................................... 33

4.4 Menghitung total sel darah putih .......................................................... 34

4.5 Diferensiasi leukosit .............................................................................. 34

5 Prosedur pengujian respiratory burst activity ................................................ 34

6 Prosedur pengujian aktivitas lisozim ............................................................. 35

7 Analisis statistik zona hambat ekstrak pelepah pisang ambon

dosis 1%, 2%, 3% dan 4% ............................................................................. 35

8 Analisis statistik kelangsungan hidup ikan gurame pada akhir perlakuan .... 36

9 Analisis statistik aktivitas lisozim pada H-14,H-1, H+2, H+5

dan H+7 untuk semua perlakuan .................................................................... 36

10 Analisis statistik aktivitas respiratory burst pada H-14,H-1, H+2, H+5

dan H+7 untuk semua perlakuan .................................................................... 37

11 Analisis statistik profil darah ikan gurame pada

H-14, H-1, H+2, H+5 dan H+7 untuk semua perlakuan ................................ 39

11.1 Analisis statistik hemoglobin darah ikan gurame pada H-14, H-1,

H+2, H+5 dan H+7 ............................................................................. 40

11.2 Analisis statistik hematokrit darah ikan gurame pada H-14, H-1,

H+2, H+5 dan H+7 ............................................................................. 41

11.3 Analisis statistik total eritrosit darah ikan gurame pada H-14, H-1,

H+2, H+5 dan H+7 .............................................................................. 42

11.4 Analisis statistik total leukosit darah ikan gurame pada H-14, H-1,

H+2, H+5 dan H+7 ............................................................................. 43

12 Analisis statistik kelimpahan bakteri A. hydrophila pada ikan gurame ........ 44

Page 17: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

1 PENDAHULUAN

Ikan gurame merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai

ekonomis tinggi serta jumlah produksi yang selalu meningkat. Hal tersebut

didukung dengan data statistik produksi ikan gurame pada tahun 2009 sebesar

46.254 ton dan tahun 2013 sebesar 94.602 ton yang menunjukkan adanya

peningkatan produksi (DITJEN PB 2013). Salah satu cara untuk meningkatkan

produksi yaitu dengan intensifikasi melalui peningkatan padat tebar. Namun

peningkatan padat tebar akan berdampak negatif terhadap organisme budidaya.

Menurut Ashley (2006) peningkatan padat tebar dalam budidaya akan berdampak

pada perubahan fisiologis dari ikan. Respons fisiologis yang muncul dari

peningkatan padat tebar yaitu meningkatnya hormon kortisol di dalam tubuh yang

memicu ikan stres. Stres pada ikan akan berdampak pada tingkat imunitas yang

rendah atau immunosuppresor sehingga ikan akan mudah terserang penyakit.

Penyakit dibedakan menjadi dua yaitu penyakit infeksi dan penyakit bukan

infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh agen penginfeksi seperti virus, bakteri,

fungi dan parasit yang dapat menyebabkan permasalahan dalam kegiatan

budidaya. Permasalahan yang disebabkan oleh agen penginfeksi seperti kematian

ikan mencapai 80-90% dari populasi awal. Tingginya tingkat mortalitas tersebut

disebabkan oleh tingginya tingkat virulensi dari agen penginfeksi. Salah satu agen

penginfeksi yang sering menyerang ikan air tawar khususnya ikan gurame adalah

bakteri dari golongan Aeromonas hydrophila (Minaka 2012).

Bakteri A. hydrophila bersifat oportunistik serta dapat bersifat toksik ketika

kondisi lingkungan buruk. Tipe infeksi dari serangan A. hydrophila bersifat akut,

kronis hingga laten dengan membentuk infeksi septisemia atau lebih dikenal

dengan nama penyakit hemorrhagic septicaemia atau motile aeromonad

septicaemia (MAS) (Ismail et al. 2010). Kondisi klinis pada tipe infeksi akut yaitu

terjadi peradangan yang sistemik dan dapat mengakibatkan kematian ikan dalam

jangka waktu 24 sampai 48 jam. Tipe infeksi kronis ditandai dengan kerusakan

pada bagian sirip, lesi pada kulit dan gerakan renang lemah (Ibrahem et al. 2008).

Permasalahan penyakit bakterial dapat ditanggulangi dengan manajemen

kesehatan ikan melalui pengendalian penyebaran infeksi. Pengendalian

penyebaran infeksi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu pencegahan dan

pengobatan. Kegiatan pencegahan dilakukan dengan memberi tindakan untuk

menghindari efek infeksi dari penyakit. Kegiatan pengobatan merupakan langkah

responsif setelah terjadi infeksi untuk mengurangi ataupun menghilangkan efek

infeksi dari agen infeksius (Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan 2009).

Tindakan pencegahan salah satunya dapat dilakukan dengan pemberian

vaksin. Vaksinasi merupakan cara yang efektif untuk mengontrol penyakit pada

ikan. Namun pemberian vaksin kurang efektif jika digunakan untuk mengobati

penyakit bakterial yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila, karena tingginya

heterogenitas pada bakteri tersebut. Heterogenitas tersebut dapat ditinjau dari sifat

biokimia, genetik dan serologi dari A. hydrophila (Gopalakannan et al. 2006).

Selain itu, harga vaksin komersial relatif mahal dan spesifik pada agen patogen

tertentu (Christybapita et al. 2007). Sedangkan untuk tindakan pengobatan

umumnya menggunakan antibiotik. Akan tetapi, penggunaan antibiotik dapat

menimbulkan efek samping yaitu timbulnya resistensi patogen terhadap antibiotik

Page 18: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

2

(Kahuripan et al. 2009). Selain itu antibiotik dapat mempengaruhi sensitivitas dan

dapat menyebabkan bioakumulasi di dalam tubuh ikan (Citarusu 2010).

Alternatif penanggulangan infeksi A. hydrophila yang aman serta efektif

dengan menggunakan imunostimulan. Imunostimulan merupakan komponen

biologi yang dapat meningkatkan sistem imun non-spesifik seluler dan humoral

inang saat terjadi paparan patogen. Contoh dari imunostimulan adalah levamisole,

ß-glucan, peptidoglikan, kitin, kitosan, kapang, kombinasi vitamin dan yang

sangat umum adalah produk turunan dari tumbuhan atau dikenal dengan istilah

fitofarmaka, fitofarmaka secara efektif digunakan untuk mengendalikan infeksi

penyakit (Gopalakannan et al. 2006). Fitofarmaka berdasarkan peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 760/Menkes/Per/IX/1992 adalah tumbuhan untuk obat yang

bahan bakunya terdiri dari simplisia dan sediaan galenik yang telah terbukti

keamanan dan khasiatnya. Perkembangan penggunaan fitofarmaka di masyarakat

dunia semakin meningkat karena sifat fitofarmaka yang biodegradable (Maggon

2009). Peningkatan konsumsi fitofarmaka dari US $550 pada tahun 2004 menjadi

US $900 pada tahun 2008 menunjukkan adanya efek positif dari fitofarmaka

seperti antibakteri, antistres, antioksidan, imunostimulan, aman dan dapat

meningkatkan pertumbuhan (Citarusu 2010).

Fitofarmaka yang dapat digunakan salah satunya adalah pelepah pisang

karena ketersediaannya yang melimpah khususnya di negara tropis seperti

Indonesia dan merupakan bahan limbah (Alawi et al. 2013). Pelepah pisang

mengandung bahan fitokimia. Bahan fitokimia yang terdapat di dalam pelepah

pisang meliputi asam askorbat, ß karoten, likopen, flavonoid, tanin, saponin dan

alkaloid (Apriasari et al. 2013). Kandungan fitokimia pelepah pisang dapat

menghambat aktivitas bakteri serta dapat meningkatkan imunitas (Citarusu 2010).

Efektivitas pelepah pisang telah diujikan pada bakteri A. hydrophila yang

diinjeksikan ke dalam tubuh ikan gurame dengan metode perendaman dan

didapatkan hasil bahwa pelepah pisang efektif mengendalikan infeksi bakteri

tersebut (Fitrianingrum 2014). Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut

mengenai efektivitas ekstrak pelepah pisang dalam menghambat aktivitas A.

hydrophila dan kemampuan pelepah pisang dalam meningkatkan imunitas ikan

gurame pascainfeksi A. hydrophila yang diberikan lewat pakan.

Perumusan Masalah

Wabah penyakit pada ikan dapat melibatkan berbagai faktor yaitu faktor

lingkungan, patogen serta inang. Patogen infeksius seperti bakteri sering dianggap

sebagai penyebab utama terjangkitnya penyakit ikan air tawar khusnya ikan

gurame dengan agen penginfeksinya yaitu A. hydrophila. Bakteri A. hydrophila

dapat menyebabkan penyakit MAS yang akan berakibat pada kematian ikan.

Penanggulangan infeksi bakteri A. hydrophila dilakukan melalui tindakan

pencegahan, pengobatan dan pengendalian dengan menggunakan produk turunan

dari tumbuhan atau yang disebut dengan istilah fitofarmaka.

Salah satu fitofarmaka yang digunakan adalah pelepah pisang. Penggunaan

pelepah pisang karena kandungan fitokimia yang diduga dapat menghambat

aktivitas bakteri serta dapat menginduksi respons imun ikan sehingga dapat

meningkatkan kelangsungan hidup ikan.

Page 19: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak pelepah pisang

ambon Musa paradisiaca dalam menghambat aktivitas A. hydrophila dan

menginduksi respons imunitas ikan gurame.

2 METODE

Materi Uji

Materi uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan gurame

Osphronemus goramy dengan bobot (15,7±0,31 g) yang diperoleh dari

pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Ciomas, Bogor. Bakteri penginfeksi

benih ikan gurame adalah A.hydrophila yang merupakan koleksi bakteri dari

Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian

Bogor. Fitofarmaka berupa pelepah pisang ambon Musa paradisiaca yang

diperoleh di sekitar kampus Dramaga, Bogor.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian terdiri atas dua bagian yaitu rancangan penelitian in

in vitro dan in vivo. Rancangan penelitian in vitro untuk perlakuan zona hambat

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan masing-

masing tiga kali ulangan yaitu ekstrak pelepah pisang dosis 0%, 1%, 2%, 3% dan

4%. Sedangkan untuk rancangan penelitian in vivo menggunakan rancangan acak

lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan meliputi:

A. Kontrol negatif : Pemberian pakan tanpa ekstrak, selanjutnya diinjeksi

dengan Phosphat Buffer Saline (PBS) dan setelah injeksi

PBS pemberian pakan tanpa ekstrak kembali.

B. Kontrol positif : Pemberian pakan tanpa ekstrak, selanjutnya diuji tantang

dengan A. hydrophila dan setelah uji tantang pemberian

pakan tanpa ekstrak kembali.

C. Pencegahan : Pemberian pakan ekstrak 3%, selanjutnya uji tantang

dengan A. hydrophila dan setelah uji tantang pemberian

pakan tanpa ekstrak.

D. Pengobatan : Pemberian pakan tanpa ekstrak, selanjutnya uji tantang

dengan A. hydrophila dan setelah uji tantang pemberian

pakan dengan ekstrak 3%.

E. Pengendalian : Pemberian pakan ekstrak 3%, selanjutnya diuji tantang

dengan A. hydrophila dan setelah uji tantang pemberian

pakan ekstrak 3% kembali.

Page 20: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

4

Prosedur Penelitian

Penyediaan Bakteri Uji

Bakteri uji yang digunakan adalah A. hydrophila. Bakteri selanjutnya

digores pada media tripticase soy agar (TSA) cawan sampai mendapatkan koloni

tunggal, kemudian koloni tersebut digores kembali di media TSA miring untuk

memperluas bidang tumbuhnya.

Bakteri yang dikultur pada agar miring selanjutnya dikarakterisasi sifat

gram, biokimia dan fisiologis untuk memastikan bakteri yang dikultur adalah A.

hydrophila (Holt et al. 1994). Uji pewarnaan gram bakteri meliputi sifat gram dan

bentuk sel bakteri, sedangkan uji biokimia dan fisiologis terdiri atas uji

oksidatif/fermentatif, motilitas, oksidase dan katalase. Hasil identifikasi

menunjukkan isolat bakteri adalah gram negatif, bentuk batang dengan warna

koloni putih kekuningan, elevasi cembung (entire) dan tepian halus. Hasil uji

biokimia juga menunjukkan karakteristik yang sama dengan hasil uji biokimia

oleh Austin dan Austin (2007) sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri yang

diuji adalah bakteri A. hydrophila. Hasil uji dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sediaan bakteri yang telah teridentifikasi kemudian ditingkatkan

virulensinya dengan menyuntikkan bakteri pada ikan yang sehat melalui

intramuskular dengan dosis 0,1 mL/ekor. Ikan yang telah disuntik bakteri dan

telah menunjukkan gejala klinis diisolasi untuk mendapatkan bakteri yang

disuntikkan. Isolasi bakteri dari tubuh ikan dilakukan dengan cara menggoreskan

jarum ose pada ginjal, kemudian ose yang mengandung bakteri dari ginjal tersebut

di gores pada media TSA cawan. Bakteri hasil isolasi diuji kembali sifat gram,

biokimia dan fisiologisnya untuk memastikan bahwa bakteri yang terisolasi dari

ginjal tersebut adalah A. hydrophila.

Bakteri yang virulen digunakan untuk uji LD50 (lethal dosage 50) dengan

tujuan menentukan kepadatan bakteri yang dapat mematikan setengah dari

populasi ikan. Pengujian LD50 dilakukan dengan menyuntikkan sediaan bakteri

kepadatan 106, 10

7 dan 10

8 CFU/mL pada ikan dengan dosis penyuntikan 0.1

mL/ekor secara intramuscular. Setiap konsentrasi bakteri yang berbeda terdiri atas

2 kali ulangan dengan setiap ulangan terdapat 5 ekor ikan. Setelah 7 hari

pemeliharaan, jumlah ikan yang mati dihitung menggunakan metode Reed dan

Muench (1938) (Lampiran 2). Kepadatan bakteri yang menyebabkan kematian

ikan sebesar 50% digunakan untuk uji tantang saat perlakuan uji in vivo.

Uji Zona Hambat

Uji zona hambat digunakan untuk menguji efektivitas ekstrak pelepah

pisang dalam menghambat aktivitas A. hydrophila. Uji dilakukan dengan

menggunakan metode Kirby-Bauer (Leela dan Satirapathukul 2011). Prosedur

pada uji ini dilakukan dengan menyebar bakteri pada media TSA (Tripticase Soy

Agar) cawan, selanjutnya kertas cakram berdiameter 0,5 cm dicelupkan kedalam

ekstrak pelepah pisang dosis 0%, 1%, 2%, 3% dan 4% sampai kertas cakram

menyerap semua ekstrak pelepah pisang, kemudian kertas cakram diletakkan di

permukaan media yang telah disebar bakteri lalu diinkubasi pada suhu 27°C.

Masing-masing perlakuan dosis terdapat 5 kali ulangan. Dosis yang menghasilkan

diameter zona bening terpanjang digunakan untuk menentukan dosis ekstrak

pelepah pisang yang akan dicampur ke dalam pakan.

Page 21: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

5

Persiapan Wadah Wadah yang digunakan yaitu akuarium dengan dimensi 60x30x30 cm

sebanyak 15 akuarium. Akuarium diisi dengan air setinggi 20 cm, kemudian

didesinfeksi dengan bahan kimia berupa klorin. Klorin dilarutkan ke dalam air

hingga konsentrasi 30 ppm, selanjutnya ditambahkan aerasi selama 24 jam di

dalam media yang telah diklorin, untuk menetralisir klorin digunakan thiosulfat

dengan dosis 15 ppm. Di bagian luar dinding akuarium dilapisi plastik berwarna

hitam untuk mengurangi tingkat stres pada ikan. Heater ditambahkan untuk

mempertahankan nilai kisaran suhu. Skema wadah pemeliharaan disajikan pada

(Lampiran 3).

Persiapan Ikan Uji Masing-masing akuarium diisi ikan gurame sebanyak 10 ekor dan ikan

gurame diadaptasi di dalam akuarium selama tujuh hari sampai ikan menunjukkan

respons makan yang baik. Saat dilakukan proses adaptasi ikan diberi pakan pelet

apung komersial (PF 1000), frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali yang

diberikan pada pagi, siang dan sore dengan Feeding Rate (FR) 3%. Selama proses

adaptasi juga dilakukan pengontrolan kualitas air.

Ekstraksi Pelepah Pisang Ambon Musa paradisiaca

Ekstraksi pelepah pisang diawali dengan pembuatan tepung pelepah

pisang. Cara yang digunakan untuk menepungkan pelepah pisang adalah dengan

memotong pelepah pisang menjadi bagian yang lebih kecil dengan ukuran tiap

potongan yaitu dua cm. Pelepah pisang yang telah dipotong selanjutnya dioven

pada suhu 45°C untuk mengurangi kadar air bahan, kemudian bahan dihaluskan

dengan menggunakan mesin penghalus untuk mendapatkan tepung pelepah pisang.

Tepung pelepah pisang ditimbang sebanyak 25 g lalu dicampur dengan metanol

100 mL dan dihomogenkan dengan mesin pengaduk selama kurang lebih tiga jam

untuk mendapatkan endapan. Endapan dikondensasi selama 24 jam dan akan

didapatkan filtrat serta ampas. Ampas sebanyak 100 mg dicampur dengan

metanol 20 mL dan diaduk selama satu jam untuk mendapatkan filtrat kembali.

Filtrat pelepah pisang yang didapat diuapkan dengan rotavapor untuk

mendapatkan ekstrak pelepah pisang yang kental (Sakunphueak dan

Panichayupakarant 2010).

Pembuatan Pakan Uji

Pakan uji dosis 3% dibuat dengan cara menimbang ekstrak pelepah pisang

dan pelet komersil PF 1000 masing-masing sebesar 3 g dan 100 g. kedua bahan

tersebut dicampur dan didapatkan pakan uji dengan dosis 3%. Untuk merekatkan

ekstrak pelepah pisang dengan pelet, ditambahkan putih telur 2%. Pakan yang

telah dicampur dengan ekstrak selanjutnya dikeringkan selama satu hari pada suhu

ruang.

Page 22: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

6

Uji in Vivo

Uji in vivo digunakan untuk mengetahui pengaruh pelepah pisang terhadap

kelangsungan hidup ikan gurame yang telah diinfeksi A. hydrophila. Pengujian

dilakukan selama 21 hari dengan jumlah ikan 10 ekor setiap akuarium. Selama

perlakuan, pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pagi (07.00 WIB), siang (12.00

WIB) dan sore (17.00 WIB) secara restricted dengan FR 3% namun pascauji

tantang metode pemberian pakan secara ad satiation. Pengontrolan kualitas air

juga dilakukan dengan cara pergantian air setiap dua hari sekali sebanyak 30%

serta dilakukan penyifonan setiap hari. Selama pemeliharaan, ikan yang mati

dibedah untuk diamati kondisi organ dalam sebagai indikasi adanya pengaruh

ekstrak pelepah pisang terhadap infeksi A. hydrophila. Pada saat uji in vivo juga

dilakukan pengamatan kelimpahan bakteri A. hydrophila, kondisi klinis ikan

gurame pascauji tantang, pola kematian harian ikan gurame dan pengamatan

status imunitas ikan gurame. Berikut disajikan skema waktu pengambilan sampel

selama pada uji in vivo (Gambar 1) dan juga disajikan skema perlakuan uji saat

uji in vivo (Gambar 2).

Gambar 1. Skema waktu pengambilan sampel selama uji in vivo (gambaran

darah/GD meliputi hemoglobin, hematokrit, total eritrosit, total

leukosit dan diferensial leukosit), (aktivitas lisozim/AL),

(respiratory bust activity/RBA), (total bakteri A. hydrophila/TBA),

(-)hari sebelum uji tantang, (+) hari setelah uji tantang.

Page 23: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

7

Gambar 2. Skema perlakuan saat uji in vivo , (pakan tanpa ekstrak ), (pakan

ekstrak 3% ), (hari prauji tantang -), (hari pascauji tantang +)

Parameter Uji

Jenis dan Kandungan Fitokimia Ekstrak Pelepah Pisang Ambon

Jenis fitokimia didalam pelepah pisang diuji dengan metode dari Mikail

(2010) dan kuantifikasi fitokimia pelepah pisang diukur dengan menggunakan

metode dari Venkatesh et al. (2014).

Zona Hambat

Pengukuran zona hambat dilakukan menggunakan penggaris dengan

ketelitian 1 mm. Efektivitas ekstrak pelepah pisang dapat dilihat dari diameter

zona bening yang dihasilkan di sekitar kertas cakram.

Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Jumlah konsumsi pakan (g) = jumlah pakan awal (g) - jumlah pakan sisa (g)

Gambaran Darah

Pengamatan gambaran darah dilakukan dengan mengamati sampel darah

yang diambil dari ikan perlakuan, kemudian sampel darah tersebut diukur kadar

hemoglobin menurut metode Sahli (Wedenmeyer dan Yasutake 1977), kadar

hematokrit menurut metode Anderson dan Siwicki (1995), diferensial leukosit

dengan menggunakan metode Zhang et al.(2008), total leukosit dan total eritrosit

berdasarkan metode (Blaxhall dan Daisley 1973) (Lampiran 5).

Page 24: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

8

Perhitungan Populasi Bakteri A. hydrophila Penghitungan populasi bakteri A. hydrophila dilakukan pada H+5 (hari ke 5

pascauji tantang). Organ yang digunakan untuk menghitung jumlah bakteri A.

hydrophila adalah ginjal. Ginjal ikan pada setiap perlakuan diambil sebanyak 1 g

kemudian ginjal dihaluskan dan dilarutkan kedalam 9 mL Phosphat Buffer Saline.

Filtrat yang didapat diencerkan secara berseri dari 10-1

sampai 10-9

. Setiap

pengenceran diambil sebanyak 0,05 mL untuk disebar pada media selektif A.

hydrophila yaitu GSP (glutamat starch phenil). Populasi bakteri yang tumbuh

ditentukan dalam colony forming unit (CFU) setelah diinkubasi selama 24 jam

dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kelangsungan Hidup

Pengamatan kelangsungan hidup ikan dilakukan setiap hari selama

pemeliharaan dan tingkat kelangsungan hidup ikan gurame diakumulasi di akhir

perlakuan dengan formulasi sebagai berikut:

Tingkat Kematian Harian pada Ikan gurame

Tingkat kematian harian ikan gurame dihitung dengan menjumlahkan ikan

yang mati pada semua ulangan untuk masing-masing perlakuan.

Gejala Klinis Infeksi Bakteri A. hydrophila pada Ikan Gurame

Pengamatan gejala klinis dilakukan pascainjeksi A. hydrophila sampai

dengan 7 hari pascainjeksi. Setiap ikan pada masing-masing perlakuan

mempunyai skor gejala klinis. Skor gejala klinis tersebut diakumulasikan diakhir

perlakuan dan pengambilan skor gejala klinis berdasarkan tingkat keparahan efek

infeksi dari bakteri A. hydrophila, sehingga setiap ikan tidak mempunyai skor

klinis ganda. Berikut disajikan skor infeksi A. hydrophila pada ikan teleostei

menurut Angka (2005) (Tabel 1).

Tabel 1. Skor infeksi A. hydrophila pada ikan teleostei

Prevalensi

Perhitungan prevalensi tersebut dilakukan pada akhir perlakuan dengan

formulasi sebagai berikut (Dogiel et al.1970).

Kondisi klinis Skor

Radang 1

Hemoragi 2

Tukak 3

Mati 4

Page 25: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

9

Respiratory Burst (Metode NBT-Assay)

Produksi oksigen radikal dari proses fagositosis terhadap benda asing di

dalam tubuh ikan dapat dilihat dengan pewarnaan nitroblue tetrazolium (NBT)

seperti yang dilakukan Anderson dan Siwicki (1995). Analisis produksi oksigen

radikal dengan menggunakan NBT dilakukan dengan menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm (Lampiran 6).

Aktivitas Lisozim

Lisozim adalah enzim hidrolitik yang terdapat di dalam kelenjar mukus

dan plasma yang dapat menghancurkan bakteri. Pengujian aktivitas lisozim ini

dilakukan berdasarkan metode Ellis (2011) (Lampiran 7). Pengujian ini dilakukan

untuk mengetahui konsentrasi lisozim yang terdapat didalam plasma. Satuan per

unit dari aktivitas lisozim dihitung berdasarkan penurunan hasil pembacaan

absorbansi untuk setiap 0,1/menit/mL plasma. Selanjutnya hasil tersebut

dikonversi dengan menggunakan rumus berikut:

Konsentrasi lisozim (IU/mL/menit) = [(OD5m – OD20m)x 1000] x [1/(txs)]

Keterangan:

1000 = Konversi hasil absorbansi (OD) menjadi IU

t = Waktu (menit)

s = Jumlah sampel plasma (mL)

OD5m = Pembacaaan optikal densitas detik menit ke-5

OD20m = Pembacaaan optikal densitas menit ke-20

Parameter Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur yaitu pH, suhu, Dissolve Oxygen (DO)

dan total amonia. Pengukuran pH dan DO dengan menggunakan pH meter (pH-

208) dan DO meter (DO-5510) sedangkan pengukuran total amonia menggunakan

Spektrofotometer (SP-300). Pengukuran parameter kualitas air dilakukan saat

awal, tengah dan akhir pemeliharaan, kecuali parameter suhu dilakukan harian

yaitu saat pagi hari. Hasil pengukuran kualitas air selama perlakuan in vivo (Tabel

2).

Tabel 2. Data kualitas air selama perlakuan in vivo dan kisaran optimum kualitas

air pada pemeliharaan ikan gurame

Perlakuan pH

Suhu

(°C)

DO

(ppm)

Total

amonia

(ppm)

Kontrol negatif 6.47-7.80 29-31 7.1-8.2 0.009-0.09

Kontrol positif 6.80-7.70 31-32 7.8-8.1 0.009-0.05

Pencegahan 6.48-7.50 30-31 7.9-8.0 0.009-0.03

Pengobatan 6.32-7.50 28-31 7.1-8.1 0.009-0.05

Pengendalian 6.26-7.65 28-32 7.0-8.0 0.009-0.05

Standar optimum

(SNI 2011) 6.5-8.5 28-32 ≥3 ≤0,1

Page 26: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

10

Analisis Data

Data yang diperoleh diuji statistik ANOVA dan uji jarak berganda Tukey

dengan tingkat kesalahan 5% (α=5%) serta tingkat keyakinan uji sebesar 95%.

Parameter yang dianalisis secara kuantitatif adalah kelangsungan hidup, zona

hambat, skor gejala klinis, respiratory burst, gambaran darah dan aktivitas lisozim

sedangkan parameter yang dianalisis secara deskriptif yaitu jumlah konsumsi

pakan, tingkat kematian harian ikan gurame dan diferensial leukosit.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian jenis fitokimia dan kandungan fitokimia pelepah pisang

disajikan pada Tabel 3. Hasil uji menunjukkan bahwa pelepah pisang

mengandung bahan aktif seperti alkaloid, flavonoid, triterpenoid, steroid, tanin,

fenolik dan glikosida. Persentase fitokimia paling tinggi yaitu flavonoid sebesar

28,10% dan terendah adalah glikosida sebesar 0,10%.

Tabel 3. Jenis dan kandungan fitokimia pelepah pisang ambon Musa paradisiaca

Jenis fitokimia Kandungan fitokimia (%)

Flavonoid 28,10

Alkaloid 18,27

Triterpenoid 11,39

Fenolik 8,32

Saponin 8,12

Tanin 6,10

Steroid 0,11

Glikosida 0,10

Ekstrak pelepah pisang ambon 3% dan 4% dapat menghambat aktivitas A.

hydrophila dan menghasilkan diameter zona hambat terbesar yaitu 1,15 cm.

Perlakuan tersebut secara signifikan (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan 1% dan 2% yang menghasilkan diameter zona hambat sebesar 0,8 cm

dan 0,9 cm. Efek inhibitor ekstrak pelepah pisang terhadap Streptococcus sp.

tertinggi pada perlakuan 4% dengan diameter zona hambat 0,69 cm dan terendah

pada perlakuan 1% sebesar 0,55 cm (Tabel 4).

Tabel 4. Diameter zona hambat ekstrak pelepah pisang 1%, 2%, 3% dan 4%

terhadap bakteri A. hydrophila dan Streptococcus sp.

Dosis ekstrak

pelepah pisang (%)

Diameter zona hambat

A. hydrophila (cm)

Diameter zona hambat

Streptococcus sp. (cm)

1 0,80±0,08a 0,55±0,03

2 0,93±0,96a 0,62±0,01

3 1,15±0,10b 0,75±0,10

4 1,15±0,18b 0,69±0,01

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata

(P<0,05); Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata dan simpangan baku.

Page 27: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

11

Persentase kelangsungan hidup ikan gurame perlakuan kontrol negatif,

pengobatan dan pengendalian secara signifikan (P<0,05) paling tinggi

dibandingkan dengan kontrol positif dan pencegahan, namun kelangsungan hidup

ikan gurame pada perlakuan pencegahan secara signifikan (P<0,05) lebih tinggi

dibandingkan dengan kontrol positif. Kelangsungan hidup ikan pada perlakuan

kontrol negatif dan pengobatan adalah 100 %, kontrol positif 60%, pencegahan

92.5% dan pengobatan 97.5% (Gambar 3; Lampiran 9).

Keterangan: *Huruf yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata

(P<0,05)

Gambar 3. Kelangsungan hidup ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada

akhir perlakuan (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif, PC =

pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian)

Gejala klinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan

kontrol positif mengindikasikan efek infeksi paling parah dibandingkan dengan

perlakuan yang lain. Efek klinis yang parah pada perlakuan kontrol positif

ditunjukkan dengan terbentuknya borok pada permukaan tubuh ikan yang semakin

memanjang sampai hari ke 7 pascauji tantang (panjang borok H+2 sebesar 0,5 cm

dan pada H+7 menjadi 7 cm) (Gambar 5). Pada perlakuan pencegahan,

pengobatan dan pengendalian borok mulai terbentuk pada H+5 dengan panjang

borok masing-masing sebesar 3,8, 3,5 dan 3,7 cm, namun pada H+7 panjang

borok mengalami penyempitan menjadi 1,2, 1,5 dan 1 cm (Gambar 6, 7 dan 8).

Efek klinis pascainjeksi PBS pada perlakuan kontrol negatif tidak ditemukan

(Gambar 4).

Gambar 4. Kondisi klinis ikan gurame pascainjeksi PBS pada perlakuan kontrol

negatif dihari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5) dan ke 7 H+7 pascauji tantang

100,0

60,0

92.5 100,0 97.5

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

100

kontrol - kontrol + pencegahan pengobatan pengendalian

Kel

an

gsu

ng

an

hid

up

(%)

Perlakuan

c a b c bc

c a b c c

Pada H+2 panjang borok 0,0 cm

cm

Pada H+5 panjang borok 0,0 cm

cm

Pada H+7 panjang borok 0,0 cm

cm

Page 28: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

12

Gambar 5. Kondisi klinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan

kontrol positif dihari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5) dan ke 7 H+7 pascauji

tantang

Gambar 6. Kondisi klinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan

pencegahan dihari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5) dan ke 7 H+7 pascauji

tantang

Gambar 7. Kondisi klinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan

pengobatan dihari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5) dan ke 7 H+7 pascauji

tantang

Gambar 8. Kondisi klinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan

pengendalian dihari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5) dan ke 7 H+7 pascauji

tantang

Pada H+2 panjang borok 0,5 cm Pada H+5 panjang borok 4,5 cm Pada H+7 panjang borok 7,0 cm

Pada H+2 panjang borok 0,0 cm Pada H+5 panjang borok 3,8 cm Pada H+7 panjang borok 1,2 cm

Pada H+2 panjang borok 0,0 cm Pada H+5 panjang borok 3,5 cm Pada H+7 panjang borok 1,5 cm

Pada H+2 panjang borok 0,0 cm Pada H+5 panjang borok 3,7 cm Pada H+7 panjang borok 1,0 cm

Page 29: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

13

Skor gejala klinis pada perlakuan kontrol positif secara signifikan (P<0,05)

paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lain dengan nilai skor gejala klinis

yaitu102. Sedangkan skor gejala klinis untuk perlakuan pencegahan, pengobatan

dan pengendalian masing-masing adalah 11, 18 dan 19. Berikut disajikan skor

gejala kinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan kontrol positif,

pencegahan, pengobatan dan pengendalian (Tabel 5; Lampiran 14).

Tabel 5. Skor gejala klinis ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan

kontrol positif (K+), pencegahan (PC), pengobatan (PO) dan

pengendalian (PG)

Perlakuan Skor gejala klinis

Total Radang Hemoragi Tukak Mati

K+ 0 0 54 48 102b

PC 0 0 3 8 11a

PO 1 2 15 0 18a

PG 0 6 9 4 19a

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata

(P<0,05); Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata.

Prevalensi merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui

persentase ikan yang sakit dari total ikan yang diperiksa. Persen prevalensi

tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol positif sebesar 100% dan terendah pada

perlakuan pengendalian sebesar 6,7% (Gambar 9).

Gambar 9. Persen prevalensi ikan gurame pascainfeksi A. hydrophila pada

perlakuan kontrol positif (K+), pencegahan (PC), pengobatan (PO)

dan pengendalian (PG)

Jumlah konsumsi pakan sebelum dilakukan uji tantang mempunyai pola

stagnan sebesar 6 g pada semua perlakuan. Setelah uji tantang (H+1) konsumsi

pakan ikan mengalami penurunan secara drastis yakni 3 g pada perlakuan K-, PC,

PO dan PG sedangkan pada K+ 0,5 g. Hari ke 2 pascauji tantang (H+2) terjadi

peningkatan konsumsi pakan sebesar 4,5 g pada perlakuan K-, PC, PO dan PG

sedangkan untuk K+ sebesar 1 g. Pada hari ke 3 pascauji tantang konsumsi pakan

mulai stagnan kembali sampai akhir perlakuan. Pola konsumsi pakan pada

perlakuan K-, PC, PO dan PG paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan K+

yang konsumsi pakannya paling rendah di antara perlakuan yang lain (Gambar 10).

100,0

14,8 20,0 6,7

0

50

100

K+ PC PO PG

Pre

va

len

si

(%)

Perlakuan

Page 30: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

14

Gambar 10. Jumlah konsumsi pakan (JKP) pada semua perlakuan selama uji in

vivo, (H0= JKP sebelum uji tantang, H1- H7= JKP setelah uji

tantang, K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif, PC =

pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian)

Respiratory burst activity merupakan salah satu metode untuk mengukur

aktivitas fagositasis inang terhadap patogen. Pada awal perlakuan (H-14) tingkat

fagositosis ikan terhadap patogen (P>0,05) sebesar 0,26. Pada H-1 tingkat

fagositosis sama seperti H-14. H+2 tingkat fagositosis meningkat secara

signifikan (P<0,05) pada perlakuan kontrol positif, pencegahan, pengobatan serta

pengendalian sebesar 0,21, 0,34, 0,45, 0,36 dan 0,45. Peningkatan tertinggi

aktivitas fagositosis pada H+5. Pada hari tersebut tingkat fagositosis pada

perlakuan pencegahan (0,63), pengobatan (0,67) dan pengendalian (0,63) secara

signifikan (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan kontrol negatif (0,26) dan kontrol

positif (0,35). Aktivitas fagositosis H+7 mulai menurun pada perlakuan

pencegahan (0,23), pengobatan(0,25) dan pengendalian (0,25) namun pada

perlakuan kontrol positif aktivitas fagositosis masih meningkat (0,34). Penurunan

aktivitas fagositosis pada perlakuan pencegahan, pengobatan dan pengendalian di

H+7 berbeda secara signifikan (P<0,05) dibandingkan perlakuan yang lain

(Gambar 11; Lampiran 11).

Keterangan: *Huruf yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 11. Respiratory burst activity pada hari ke 14 (H-14) dan ke 1 (H-1)

sebelum uji tantang serta hari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7)

pascauji tantang untuk perlakuan kontrol negatif (K-), kontrol positif

(K+), pencegahan (PC), pengobatan (PO) dan pengendalian (PG)

0

2

4

6

8

H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

JKP

(g)

Waktu pemeliharaan (hari ke-)

K- K+ PO PC PG

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

H-14 H-1 H+2 H+5 H+7

Res

pir

ato

ry b

urs

t a

ctiv

ity

(OD

63

0 n

m)

Hari pengujian

K-

K+

PC

Po

PG

a a a

a a

a

b bc

b b

a

b

c c c

ab

b

a ab

ab a a a a a

Page 31: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

15

Aktivitas lisozim pada H-14 (P>0,05) pada semua perlakuan yaitu sebesar

259.33 IU/mL/menit. Aktivitas lisozim pada H-1 mengalami kenaikan menjadi

314.33 IU/mL/menit pada perlakuan pencegahan dan pengendalian serta secara

signifikan (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Pada H+2

aktivitas lisozim pada perlakuan pengobatan dan pengendalian mengalami

peningkatan menjadi 325 dan 355 IU/mL/menit serta signifikan(P<0,05) dengan

perlakuan yang lain, sedangkan pada perlakuan pencegahan aktivitas lisozim

mengalami penurunan menjadi 214 IU/mL/menit. Aktivitas lisozim H+5

mengalami peningkatan yang sangat signifikan (P<0,05) pada perlakuan

pencegahan, pengobatan dan pengendalian yaitu 441, 330 dan 499IU/mL/menit

namun pada perlakuan kontrol positif aktivitas lisozim masih mengalami

penurunan 200 IU/mL/menit. Penurunan aktivitas lisozim secara signifikan

(P<0,05) terjadi di H+7 pada perlakuan pencegahan (258 IU/mL/menit),

pengobatan (250 IU/mL/menit) dan pengendalian (305 IU/mL/menit) sedangkan

pada perlakuan kontrol negatif dan positif aktivitas lisozim relatif stagnan sebesar

180 IU/mL/menit (Gambar 12; Lampiran 10).

Keterangan: *Huruf yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 12. Aktivitas lisozim pada hari ke 14 (H-14) dan ke 1 (H-1) sebelum uji

tantang serta hari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7) pascauji

tantang untuk perlakuan kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+),

pencegahan (PC), pengobatan (PO) dan pengendalian (PG)

Kadar hemoglobin awal (P>0,05) pada semua perlakuan uji yaitu sebesar

7,20 g%. Kadar hemoglobin meningkat (P<0,05) menjadi 8,90 g% pada H-1 di

perlakuan pencegahan dan pengendalian. Kadar hemoglobin mengalami

penurunan pada H+2 disemua perlakuan, namun kadar hemoglobin pada

perlakuan pencegahan (8,03 g%), pengobatan (8,16 g%) dan pengendalian (7,96

g%) secara signifikan (P<0,05) lebih tingi dibandingkan perlakuan kontrol positif

(5,90 g%) dan negatif (7,06 g%). Kadar hemoglobin meningkat pada H+5 kecuali

pada perlakuan kontrol positif yang mengalami penurunan sebesar 5,00 g%. H+7

kadar hemoglobin masih mengalami peningkatan pada perlakuan kontrol negatif

(9,76 g%), pencegahan (8,93 g%), pengobatan (9,43 g%) dan pengendalian (11,00

g%) serta pada perlakuan tersebut kadar hemoglobin secara signifikan (P<0,05)

lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol positif yang stagnan seperti pada (H+5)

yaitu 5 g% (Gambar 13; Lampiran 12.1).

0

100

200

300

400

500

600

H-14 H-1 H+2 H+5 H+7

Akti

vit

as l

iso

zim

(UI/

mL

/men

it)

Hari pengujian

K-

K+

PC

Po

PG

b b a a a

a a a

b c

b a

d

c

e

b a

d c

e a a a a a

Page 32: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

16

Keterangan: *Huruf yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 13. Kadar hemoglobin pada hari ke 14 (H-14) dan ke 1 (H-1) sebelum uji

tantang serta hari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7) pascauji

tantang untuk perlakuan kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+),

pencegahan (PC), pengobatan (PO) dan pengendalian (PG)

Persentase hemotokrit pada awal perlakuan yaitu 20,5%. Persentase

hematokrit pada H-1 mengalami peningkatan. Pada perlakuan pencegahan dan

pengendalian persentase hematokrit secara signifikan (P<0,05) lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Setelah H+2 pengujian, persentase

hematokrit pada perlakuan pencegahan, pengobatan dan pengendalian secara

signifikan (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan yang lain. Pada H+5 nilai

persentase hematokrit mulai naik kembali kecuali pada perlakuan kontrol positif

yang masih mengalami penurunan. Pada H+7 persentase hematokit meningkat

secara signifikan (P<0,05) menjadi 32, 32,4, 33,9 dan 36,5% pada perlakuan

kontrol negatif, pencegahan, pengobatan serta pengendalian namun pada kontrol

positif persentase hematokrit (18,16%) tidak menunjukkan kenaikan (Gamar 14;

Lampiran 12.2).

Keterangan: *Huruf yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 14. Kadar hematokrit pada hari ke 14 (H-14) dan ke 1 (H-1) sebelum uji

tantang serta hari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7) pascauji

tantang untuk perlakuan kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+),

pencegahan (PC), pengobatan (PO) dan pengendalian (PG)

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

H-14 H-1 H+2 H+5 H+7

Kad

ar h

emo

glo

bin

(g%

)

Hari pengujian

K-

K+

PC

PO

PG

a a

b

a

b

b

a

c c c b

a

c c c

a

a b b

c

a a a a a

0

5

10

15

20

25

30

35

40

H-14 H-1 H+2 H+5 H+7

Kad

ar h

emat

okri

t (%

)

Hari pengujian

K-

K+

PC

PO

PG

a a a a a a a

b a

b

a a b b b b

a

c d

b

a

b b b c

Page 33: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

17

Total eritrosit pada H-14 sebesar 2,90x106 sel/mm

3. Total eritrosit

mengalami penurunan saat H-1 menjadi 2,86 x106 sel/mm

3 pada perlakuan kontrol

negatif, kontrol positif dan pengobatan namun pada perlakuan pencegahan dan

pengendalian total eritrosit meningkat secara signifikan (P<0,05) menjadi 3,10

x106 sel/mm

3. H+2 total eritrosit menurun pada semua perlakuan, kecuali pada

perlakuan pengobatan meningkat menjadi 3,2 x106 sel/mm

3. Total eritrosit pada

H+5 dan H+7 mengalami peningkatan secara signifikan (P<0,05) pada semua

perlakuan, namun total eritrosit pada perlakuan kontrol positif yang mengalami

penurunan menjadi 2,30 x106 sel/mm

3 (Gambar 15; Lampiran 12.3).

Keterangan: *Huruf yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 15. Total eritrosit pada hari ke 14 (H-14) dan ke 1 (H-1) sebelum uji

tantang serta hari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7) pascauji

tantang untuk perlakuan kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+),

pencegahan (PC), pengobatan (PO) dan pengendalian (PG)

Total leukosit ikan gurame pada awal perlakuan sebesar 3,10x105 sel/mm

3.

Nilai total leukosit pada H-1 secara signifikan (P<0,05) meningkat untuk

perlakuan pencegahan dan pengobatan. Nilai total leukosit terus meningkat

sampai H+2 dan H+5. Pada (H+5) nilai total leukosit mencapai puncaknya pada

perlakuan pencegahan, pengendalian dan pengobatan masing-masing dengan nilai

leukositnya sebesar 4,75, 4,68 dan 4,3x105 sel/mm

3. Ketiga perlakuan tersebut

nilai total leukositnya secara signifikan (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan kontrol negatif dan positif. Total leukosit mulai menurun secara

signifikan (P<0,05) pada H+7 pada perlakuan pencegahan, pengobatan serta

pengendalian. Total leukosit pada perlakuan kontrol positif masih meningkat

sampai akhir perlakuan (H+7) sebesar 3,67 sel/mm3 (Gambar 16; Lampiran 12.4).

0

1

2

3

4

5

H-14 H-1 H+2 H+5 H+7

To

tal

erit

rosi

t

(1

06 s

el/m

m3)

Hari pengujian

K-

K+

PC

Po

PG

a a a a a a a b

a b

ab a ab

c bc b

a

bc c bc bc

a

b c c

Page 34: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

18

Keterangan: *Huruf yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 16. Total leukosit pada hari ke 14 (H-14) dan ke 1 (H-1) sebelum uji

tantang serta hari ke 2 (H+2), ke 5 (H+5) dan ke 7 (H+7) pascauji

tantang untuk perlakuan kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+),

pencegahan (PC), pengobatan (PO) dan pengendalian (PG)

Diferensial leukosit digunakan untuk menghitung jumlah limfosit, neutrofil

dan monosit di dalam darah ikan gurame sebelum dan sesudah uji tantang. H-14

persentase limfosit mendominasi di dalam darah ikan yaitu 88% dan sisanya

neutrofil sebesar 12% (Gambar17). Persentase neutrofil pada H-1 meningkat

untuk perlakuan pencegahan dan pengendalian sebesar 23% dan limfosit sebesar

77%, sedangkan untuk perlakuan yang lain persentase masing-masing sel leukosit

seperti pada awal perlakuan (H-14) (Gambar 18). Monosit ditemukan pada H+2

dengan persentase 15% (K+), 15% (PC), 20% (PO) dan 12% (PG), selain monosit

juga ditemukan neutrofil dengan persentase yang lebih tinggi yaitu 15% (K-),

25% (K+), 25% (PC), 30% (PO) dan 27% (PG) serta ditemukan limfosit dengan

persentasenya 85% (K-), 60% (K+), 60% (PC), 50% (PO) dan 61% (PG) (Gambar

19). Monosit masih ditemukan pada H+5 dengan persentase 10% (K-), 20% (K+),

5% (PC), 10% (PO) dan 9% (PG), selain monosit ditemukan juga neutrofil yang

persentasenya menurun menjadi 20% (PC), 18% (PO) dan 17% (PG) sedangkan

persentase neutrofil meningkat pada kontrol negatif dan kontrol positif menjadi

30% dan 49% serta ditemukan limfosit dengan persentase yaitu 60% (K-), 31%

(K+), 75% (PC), 72% (PO) dan 74% (PG) (Gambar 20). Monosit tidak ditemukan

pada H+7 diperlakuan pencegahan, pengobatan dan pengendalian, namun monosit

masih ditemukan pada perlakuan kontrol negatif dan kontrol positif sebesar 8%

dan 15%, neutrofil juga ditemukan pada semua perlakuan dengan persentasenya

adalah 27% (K-), 37% (K+), 14% (PC), 19% (PO) dan 17% (PG), limfosit

ditemukan dalam persentase yang besar yakni 65% (K-), 48% (K+) 86% (PC),

81% (PO) dan 83% (PG) (Gambar 21).

0

2

4

6

H-14 H-1 H+2 H+5 H+7

To

tal

leuko

sit

(10

5 s

el/m

m3)

Hari pengujian

K-

K+

PC

Po

PG

a a a a a a a b

a b

a a

c b

c

a a

b b b

ab b a

ab a

Page 35: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

19

Gambar 17. Diferensial leukosit pada hari ke 14 (H-14) prauji tantang pada

semua perlakuan, (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif, PC =

pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian)

Gambar 18. Diferensial leukosit pada hari ke 1 (H-1) prauji tantang pada semua

perlakuan, (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif, PC =

pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian)

Gambar 19. Diferensial leukosit pada hari ke 2 (H+2) pascauji tantang pada

semua perlakuan, (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif, PC =

pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian)

Gambar 20. Diferensial leukosit pada hari ke 5 (H+5) pascauji tantang pada

semua perlakuan, (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif, PC =

pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian)

0%

50%

100%

K - K+ PC PO PG D

ifer

ensi

al

leuko

sit

(%)

Perlakuan

Limfosit

Neutrofil

0%

50%

100%

K - K+ PC PO PG

Dif

eren

sial

leuko

sit

(%)

Perlakuan

Limfosit

0%

20%

40%

60%

80%

100%

K - K+ PC PO PG

Dif

eren

sial

leuko

sit

(%)

Perlakuan

Limfosit

Monosit

Neutrofil

0%

50%

100%

K - K+ PC PO PG

Dif

eren

sial

leu

ko

sit

(%

)

Perlakuan

Limfosit

Monosit

Neutrofil

Page 36: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

20

Gambar 21. Diferensial leukosit pada hari ke 7 (H+7) pascauji tantang pada

semua perlakuan, (K- = kontrol negatif, K+ = kontrol positif, PC =

pencegahan, PO = pengobatan dan PG = pengendalian)

Jumlah bakteri A. hydrophila pada ikan gurame sebelum uji tantang yaitu

8,0x106 CFU/g. Jumlah bakteri tersebut meningkat setelah dilakukan uji tantang

dengan A. hydrophila menjadi 3,1x108, 1,5x10

7, 1,1x10

7 dan 8,0x10

6 CFU/g pada

perlakuan kontrol positif, pencegahan, pengobatan dan pengendalian. Sedangkan

untuk kontrol negatif yang diinjeksi dengan Phosphate Buffer Saline jumlah total

bakteri A. hydrophila yaitu 4,0 x106 CFU/g. Jumlah bakteri A. hydrophila secara

signifikan (P<0,05) paling tinggi pada perlakuan kontrol positif dibandingkan

dengan perlakuan yang lain. Berikut disajikan tabel total bakteri A. hydrophila

pada ikan gurame (Tabel 6; Lampiran 13).

Tabel 6. Total bakteri A. hydrophila pascauji tantang pada ikan gurame untuk

perlakuan kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), pencegahan (PC),

pengobatan (PO) dan pengendalian (PG)

Perlakuan Colony Forming Unit (CFU) /g

K- 4,0 x106 a

K+ 3.1x108 b

PC 1.5x107 a

PO 8.0x106 a

PG 1.1x107 a

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata

(P<0,05); Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata.

Tingkat kematian harian pada ikan gurame dihitung dengan

mengakumulasikan jumlah kematian ikan pada setiap perlakuan. Awal kematian

ikan terjadi pada H+2 untuk perlakuan kontrol positif sebesar 10% dan

pencegahan sebesar 3% sedangkan untuk perlakuan lain belum ditemukan

kematian. Tingkat kematian ikan terbesar pada H+5 sebesar 20% untuk perlakuan

kontrol positif dan 3% untuk pengobatan serta pencegahan. Kematian ikan pada

perlakuan kontrol positif masih ditemukan pada H+7 sebesar 3%. Berikut

disajikan pola kematian harian pada ikan gurame untuk semua perlakuan (Gambar

22).

0%

50%

100%

K - K+ PC PO PG

Dif

eren

sial

leuko

sit

(%

)

Perlakuan

Limfosit

Monosit

Neutrofil

Page 37: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

21

Gambar 22. Tingkat kematian harian (TKH) ikan gurame sebelum uji tantang

(H0) dan setelah uji tantang (H+), (K- = kontrol negatif, K+ =

kontrol positif, PC = pencegahan, PO = pengobatan dan PG =

pengendalian)

Pembahasan

Uji zona hambat merupakan salah satu metode yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan suatu bahan dalam menghambat pertumbuhan bakteri.

Hasil uji zona hambat ekstrak pelepah pisang terhadap bakteri A. hydrophila

menunjukkan bahwa ekstrak pelepah pisang mampu menghambat aktivitas bakteri

tersebut. Zona hambat yang dihasilkan pada perlakuan dosis 3% dan 4%

memberikan nilai yang tidak berbeda nyata sehingga untuk efisiensi bahan

digunakan dosis terendah yaitu 3% (Lampiran 6). Zona hambat tersebut dihasilkan

karena kandungan fitokimia pelepah pisang ambon seperti flavonoid, alkaloid,

triterpenoid, fenolik, saponin dan tanin yang berfungsi sebagai antibakteri

(Citarusu 2010). Mekanisme antibakteri dari flavonoid yaitu membentuk ikatan

kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen dan efek hidrofobik dengan

pembentukan ikatan kovalen, sehingga terjadi penghambatan sintesis DNA dan

penghambatan sintesis makromolekuler pada bakteri (Agati et al.2012). Alkaloid

bersifat antibakterial dengan mekanisme aksinya yaitu merusak ion-ion pada

bakteri dan merusak protein bakteri (Queiroz et al.2013). Triterponoid terbagi

menjadi 2 kelompok yaitu tetra siklik dan penta siklik. Kemampuan inhibitor

bakteri lebih besar pada kelompok penta siklik karena pada penta siklik terdapat

komponen α amyric, betulinic dan betulynaldehyde. Mekanisme inhibitor bakteri

pada penta siklik triterpenoid yaitu dengan menghambat sintesis dinding sel

bakteri, menghambat sintesis DNA dan sintesis makromolekul pada bakteri

(Chung et al. 2011). Fenolik adalah bioaktif sederhana yang terdiri atas cincin

fenolik tunggal. Mekanisme kerja fenolik dalam menghambat pertumbuhan

bakteri yaitu dengan sekresi enzim inhibitor, oksidasi patogen dan sekresikan

minyak esensial yang berfungsi sebagai bakteriostatik (Santangelo et al.2007).

Efek saponin dalam menghambat aktivitas bakteri yaitu dengan melubangi

dinding sel bakteri sehingga keseimbangan intraseluer pada bakteri terganggu.

(Francic et al. 2002). Tanin adalah bagian dari kelompok polimerik fenol. Tanin

terbagi menjadi dua kelompok yaitu hidrolisis tanin dan kondensasi tanin.

40

50

60

70

80

90

100

H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

TK

H (

%)

Waktu pemeliharaan (Hari ke-)

K-

K+

PC

PO

PG

Page 38: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

22

Mekanisme penghambatan mikroba pada hidrolisis tanin yaitu inaktivasi enzim

pada bakteri (Makkar 2003).

Persentase fitokimia ekstrak pelepah pisang ambon terbesar adalah

flavonoid yaitu 28,10%. Tingginya persentase flavonoid di dalam ekstrak pelepah

pisang sesuai dengan pendapat dari Kumar dan Pandey (2013) yang menyatakan

bahwa bahan obat dari tumbuhan yang kaya akan kandungan flavonoid salah

satunya adalah pohon pisang Musa sp. Persentase flavonoid yang besar tersebut

menyebabkan efek farmakologi yang ditimbulkan juga besar meskipun dalam

kerjanya keterkaitan antara masing-masing komponen fitokimia sagat

mempengaruhi. Efek farmakologi tersebut seperti antibakteri, anti-inflamasi dan

antioksidan (Zhou et al. 2015).

Efek inhibitor ekstrak pelepah pisang ambon lebih tinggi pada bakteri

gram negatif (A. hydrophila) dari pada gram positif (Streptococcus sp.). Hal

tersebut diasumsikan bahwa jenis flavonoid yang ada pada ekstrak pelepah pisang

dari kelas flavone. Flavone mempunyai tingkat kelarutan yang tinggi pada lemak

(Kumar dan Pandey 2013). A. hydrophila mempunyai dinding yang sebagian

besar tersusun atas lemak atau lipopolisakarida (LPS). Oleh karena itu flavone

lebih mudah masuk ke dalam bakteri dan mempunyai efek destruksi yang lebih

besar terhadap bakteri patogen gram negatif dibandingkan dengan bakteri gram

positif, karena bakteri gram positif tersusun atas peptidoglikan sehingga flavone

lebih susah masuk dan menyebabkan efek destruksi yang rendah.

Pemberian pakan yang dicampur dengan ekstrak pelepah pisang 3% dapat

menurunkan jumlah bakteri A. hydrophila pada ikan gurame yang dapat dilihat

pada (Gambar 22). Pemberian ekstrak pelepah pisang pada perlakuan pengobatan

dan pencegahan mampu menghambat bakteri A. hydrophila sepersepuluh (1/10)

dari kontrol positif sedangkan pada perlakuan pengendalian efek inhibitor pelepah

pisang bisa sampai seperseratus (1/100) dari kontrol positif. Hal tersebut sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Immanuel et al. (2004) bahwa artemia

yang diperkaya dengan bahan herbal dapat menurunkan jumlah bakteri Vibro

parahaemolyticus dari 3.86 x 105 CFU g

-1 menjadi 1.36 x 10

5 CFU g

-1 pada udang.

Pemberian pakan pelepah pisang yang mengandung flavonoid 28,10% dapat

inaktivasi penempelan mikroba pada inang dan menurunkan fluiditas membran

inang bagian luar dan dalam sehingga bakteri patogen tidak bisa masuk, selain itu

flavonoid dapat meningkatkan aktivitas ROS (reactive oxygen spesies) dari

makrofag dan meningkatkan proliferasi sel leukosit dengan mengaktifkan gen

PKC (protein kinase C) dan MAPK (mitogen activated protein kinase) (Mansuri

et al. 2014). Imunitas ikan yang diberi perlakuan pelepah pisang menjadi

meningkat sehingga patogen yang masuk lebih cepat difagosit serta lebih cepat

dieliminasi dari dalam tubuh ikan yang berakibat pada penurunan jumlah bakteri

patogen tersebut. Selain flavonoid juga terdapat triterpenoid, alkaloid, tanin serta

saponin yang dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Mekanisme saponin sebagai

imunostimulan yaitu dengan menstimulasi CMI (cell mediated immunity). CMI

dapat meningkatkan produksi antibodi inang serta berfungsi juga sebagai adjuvan,

antioksidan, inhibitor sel kangker dan anti-inflamasi (Francis et al. 2002). Tanin

yang berfungsi sebagai imunostimulan berasal dari kelompok hidrolisis tanin.

Hidrolisis tanin dapat menstimulasi sel fagosit saat terjadi paparan patogen

(Makkar 2003). Triterpenoid dari golongan tetrasiklik juga dapat meningkatkan

proliferasi sel leukosit, induksi apoptosis dan anti-inflamasi. Mekanisme

Page 39: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

23

triterpenoid dalam meningkatkan imunitas yaitu dengan menghambat enzim 5-

lipoxygenase, nitrit oksidase dan cyclooxygenase-2 (Zhang et al. 2013).

Mekanisme alkaloid dalam meningkatkan sistem imun pada ikan yaitu dengan

menghambat produksi nitrite oxide (NO) dan mengaktifkan makrofag (Ryu dan

Chung 2010).

A. hydrophila merupakan bakteri fakultatif yang dapat menginfeksi ikan

pada saat ikan mengalami stres. Mekanisme infeksi A. hydrophila terdiri atas tiga

tahap yaitu menemukan inang, menempel dan menginfeksi inang. Saat menempel

pada inang, A. hydrophila mempunyai faktor virulensi seperti mukus reseptor,

bahan perekat aglutinasi dan adanya pili sehingga mempermudah bakteri A.

hydrophila untuk menempel pada inang (Cipriano 2001). Proses infeksi terhadap

inang oleh bakteri A. hydrophila dilakukan dengan memproduksi toksin

ekstraseluler atau ECP (extracelluler product) dan endotoksin. Toksin

ekstraseluler mempunyai tingkat patogenisitas yang lebih tinggi dibandingkan

dengan endotoksin. Toksin ekstraseluler ini selanjutnya akan menghasilkan enzim

seperti protease, gelatinase, kaseinase, elastase, lipase, hemolisin, sitotoksin,

enterotoksin, asetilkolinesterase dan hemaglutin yang digunakan untuk masuk ke

dalam tubuh inang. Enzim protease berfungsi untuk mendegradasi protein inang

yang selanjutnya akan dikonsumsi oleh bakteri untuk berkembang biak. Selain

protease terdapat enzim hemolisin yang dapat melisiskan sel darah merah

sehingga ikan mengalami radang, hemoragi, tukak dan kematian pada ikan.

Tingkat virulensi ECP yang paling tinggi adalah hemolisin. Endotoksin

merupakan toksin yang diproduksi setelah bakteri mati. Toksin tesebut terdapat

pada permukaan membran bakteri yaitu lipopolisakarida (LPS). LPS dari bakteri

A. hydrophila tersusun atas rantai polisakarida O dari panjang rantai homogenous.

Antigen O ini tidak diaglutinasi dan resisten terhadap bakterisidal inang.

Endotoksin menyebabkan peradangan pada inang (Angka 2005). Efek infeksi A.

hydrophila pada ikan gurame dapat dilihat pada (Gambar 3) yang ditunjukkan

dengan terbentuknya borok pada permukaan tubuh ikan gurame. Terbentuknya

borok pada pada ikan gurame disebabkan adanya sekresi toksin dari A. hydrophila.

Proses penyembuhan luka pada ikan akibat infeksi A. hydrophila

melibatkan tiga fase yaitu fase inflamatori, neokapiler (pembentukan kapiler baru)

dan re-epitalisasi (pembentukan epitel) (Fembram et al. 2010). Fase inflamatori

merupakan proses penyembuhan luka yang melibatkan sel leukosit seperti

neutrofil, makrofag dan limfosit (Fembram et al. 2010). Pelepah pisang

merupakan fitofarmaka yang mengandung flavonoid, triterpenoid, alkaloid,

saponin dan tanin sehingga dapat meningkatkan proliferasi sel leukosit

pascainfeksi A. hydrophila dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif yang

tingkat proliferasi sel leukositnya lebih rendah. Tingkat proliferasi leukosit yang

tinggi menyebabkan infeksi bakteri pada inang terkendali sehingga pemulihan

yang cepat akibat infeksi. Efek pemulihan tersebut dapat diketahui dari

penyembuhan luka akibat infeksi A. hydrophila (Gambar 13). Berdasarkan

Christypabita et al. (2007) yang menyatakan bahwa suplementasi bahan herbal

dapat meningkatkan respons imun adaptif seluler sehingga proliferasi sel leukosit

meningkat. Tingginya sel leukosit tersebut berkorelasi dengan keberadaan sel

neutrofil, makrofag dan limfosit. Sel makrofag yang berfungsi sebagai faktor

tumbuh, sehingga sel-sel akan teregenerasi yang selanjutnya akan terbentuk

jaringan granulasi yang lebih cepat untuk penyembuhan luka (Forlenza et al.

Page 40: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

24

2011). Ekstrak pelepah pisang mengandung flavonoid. Flavonoid pelepah pisang

berfungsi sebagai faktor kemotaktik yang dapat menarik sel inflamasi dari

sirkulasi darah menuju ke daerah infeksi sehingga dapat membantu

mengendalikan infeksi, mengeliminasi bahan asing, membersihkan jaringan

nekrotik dan mengurangi proses hipersensitivitas (Priosoeryanto 2008). Flavonoid

juga dapat mengaktifkan gen MAPK pada kelas ERK yang berfungsi sebagai

faktor tumbuh sehingga pemulihan luka pascainfeksi lebih cepat (Mansuri et al.

2014).

Flavonoid dapat memicu produksi protein adhesi, sehingga sel dan

jaringan lebih permeabel terhadap sel neutrofil dan sel neutrofil lebih mudah

masuk ke daerah luka (Sahu et al. 2007). Neutrofil merupakan sel yang berfungsi

sebagai fagositosis antigen dan mikrosidal. Cara kerja neutrofil yaitu dengan

mensekresikan enzim lisosom, proteolitik, ribonuklease dan fosfolipase untuk

menghancurkan dinding bakteri (Waller et al. 2011). Pasca infeksi (H+2)

presentase neutrofil meningkat pada perlakuan kontrol positif, pencegahan,

pengobatan dan pengendalian. Hal tersebut sesuai dengan Katzenback dan

Beloseviv (2009) yang menyatakan bahwa neutrofil merupakan sel fagosit

pertama yang bersifat kemotaksis dan menginfiltrasi radang dengan cepat.

Persentase neutrofil pada penelitian ini mulai meningkat setelah diberi ekstrak

pelepah pisang (H-1) (Gambar 15.2). Peningkatan neutrofil tersebut disebabkan

adanya flavonoid di dalam pelepah pisang yang berfungsi sebagai ligan melalui

jalur PKC yang dapat menstimulasi proliferasi dari neutrofil. Persentase neutrofil

mulai menurun pada hari ke 5 dan ke 7 pascauji tantang pada perlakuan

pencegahan, pengobatan dan pengendalian. Penurunan persentase neutrofil karena

patogen sudah tereliminasi dari inang dan adanya mediator peradangan yang

dikeluarkan oleh neutrofil seperti histamin, enzim lisosom dan faktor pengaktivasi

platelet (Fembram et al 2010). Namun pada perlakuan kontrol positif persentase

neutrofil meningkat sampai akhir perlakuan. Hal ini disebabkan karena tidak

adanya tambahan bahan aktif pelepah pisang pada campuran pakan sehingga

masih dimungkinkan adanya antigen dan kerusakan jaringan yang harus difagosit

oleh neutrofil (Fembram et al. 2010).

Sel monosit adalah salah satu sel fagosit, jika sel ini berada di dalam

jaringan dinamakan makrofag. Kemampuan fagosit sel monosit lebih besar yaitu

100 antigen dibandingkan sel neutrofil yang memfagosit antigen sebesar 5-20

antigen (Whyte 2007). Makrofag juga berfungsi mensekresikan material yang

digunakan untuk proses perbaikan luka seperti plasma protein, platelet aktivating

factor (PAF), faktor kemotaktik, sitokin dan faktor pertumbuhan. Monosit baru

ditemukan pada H+2 untuk semua perlakuan kecuali kontrol negatif. Persentase

monosit mencapai puncak pada H+5 dan menurun pada H+7 dengan persentase

0% untuk perlakuan pencegahan, pengobatan dan pengendalian, namun monosit

masih ditemukan pada perlakuan kontrol negatif dan positif diakhir perlakuan.

Keberadaan monosit pada H+2 karena induksi patogen saat uji tantang yang

belum terfagosit oleh neutrofil. Sel monosit berfungsi sebagai sel fagosit kedua

atau dalam arti lain sel monosit berfungsi sebagai fagositosis antigen yang tidak

terfagosit oleh neutrofil (Whyte 2007). Menurunnya persentase monosit karena

antigen yang masuk telah tereliminasi. Persentase monosit pada perlakuan kontrol

positif masih cukup tinggi yaitu 15% sampai akhir perlakuan. Peningkatan

monosit yang masih tinggi pada H+5 menyebabkan kematian ikan yang cukup

Page 41: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

25

tinggi (Gambar 22), karena paparan patogen yang tinggi sehingga sel fagosit

dalam yang berada di dalam darah jumlahnya masih banyak. Hal tersebut

diakibatkan karena tidak adanya pelepah pisang yang ditambahkan untuk

membantu proses eliminasi antigen sehingga tingkat inflamasi semakin parah dan

akan terbentuk luka yang semakin memanjang yang berujung pada kematian ikan.

Pada kontrol negatif pascainjeksi PBS juga ditemukan sel neutrofil sampai akhir

perlakuan. Hal ini disebabkan karena sifat dari bakteri A. hydophila sebagai

normal flora dan akan bersifat patogen jika ikan pada kondisi stres (Patil et al.

2011) sehingga adanya pola pertahanan tubuh ikan gurame yang menyebabkan

ditemukannya sel neutrofil dan monosit. Namun kondisi tersebut masih ditoleransi

oleh ikan gurame, karena pada perlakuan ini ikan gurame tidak ditemukan gejala

klinis serta tidak ditemukan kematian.

Persentase limfosit mendominasi pada awal perlakuan yaitu 88% namun

setelah uji tantang persentase limfosit semakin menurun. Perlakuan pencegahan,

pengobatan dan pengendalian persentase limfosit mendominasi di akhir perlakuan

yakni 86%, 81% dan 83%. Dominasi limsosit diakhir pemeliharaan pada

perlakuan pencegahan, pengobatan dan pengendalian mengindikasikan bahwa

respons imun spesifik yang terbentuk lebih besar dibandingkan kontrol positif

sehingga jika terjadi paparan patogen yang sama akan lebih cepat dikenali dan

proses destruksi antigen lebih cepat. Limfosit berfungsi sebagai sistem imun

spesifik dan terdapat tiga tipe yaitu limfosit B yang terbentuk di sumsum tulang,

limfosit T yang terbentuk di organ timus dan limfosit null. Limfosit B dengan

persentase di dalam darah sebesar 10-12%. Limfosit B berfungsi untuk

membentuk antibodi yang digunakan untuk kekebalan spesifik humoral. Limfosit

T mempunyai persentase yang dominan di dalam darah yaitu 70-75%. Limfosit T

berfungsi sebagai cell mediated immunity (CMI) dalam sistem imun spesifik

seluler (Mariuzza et al. 2010). Limfosit mempunyai masa hidup yang lebih lama

dibandingkan dengan neutrofil dan makrofag yaitu bisa mencapai tahunan

(Litman et al. 2010).

Jumlah konsumsi pakan stagnan pada awal perlakuan sampai H-1.

Penurunan konsumsi pakan secara drastis terjadi setelah uji tantang kemudian

meningkat kembali pada H+3 sampai akhir perlakuan. Menurut Harper dan Wolf

(2009) ikan yang stres setelah penyuntikan akan mengalami penurunan nafsu

makan sehingga berdampak pada penurunan jumlah konsumsi pakan, kemudian

nafsu makan akan kembali meningkat setelah respons stres hilang. Konsumsi

pakan pada perlakuan kontrol negatif, pencegahan, pengobatan dan pengedalian

paling tinggi dibandingkan kontrol positif. Hal tersebut disebabkan adanya

tambahan ekstrak pelepah pisang yang dapat berfungsi sebagai antibakteri dan

imunostimulan sehingga ketika terdapat stresor dari patogen, pemulihan akibat

infeksi bisa berjalan dengan cepat sehingga konsumsi pakan menjadi normal

seperti kontrol negatif yang tidak diuji tantang dengan patogen (Kumar dan

Pandey 2013).

Respiratory burst activity (RB) adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan sel fagosit dalam mereduksi mikroba dengan

memproduksi oksigen radikal (Lelpo et al. 2000). Pengaruh flavonoid sebagai

antioksidan yaitu dapat menginduksi oksigen radikal. Aktivitas antioksidan

flavonoid didasarkan pada struktur intinya. Kelompok hidroksil pada flavonoid

akan mempengaruhi mekanisme kerjanya dalam menguraikan radikal dan

Page 42: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

26

kemampuan mengkelat ion. Flavonoid sebagai donor hidrogen dan elektron dapat

menstabilkan radikal sehingga akan meningkatkan pembentukan oksigen radikal

dan menghambat sekresi enzim mikrosomal monooksigenase yang dapat memicu

radikal bebas (Kumar dan Pandey 2013). Sebelum dilakukan uji tantang nilai RB

sebesar 0,26 namun nilai tersebut meningkat pascainfeksi A. hydrophila. Nilai RB

tertinggi pada H+5 dengan tingkat kematian ikan yang tinggi dan nilai RB

menurun pada H+7 pada perlakuan pencegahan, pengobatan dan pengendalian

yang mengindikasikan adanya pemulihan pascainfeksi. Peningkatan nilai RB

diindikasikan bahwa adanya paparan patogen yang jumlahnya banyak sehingga

aktivitas sel fagosit dalam mereduksi mikroba juga tinggi. sedangkan jika terjadi

penurunan nilai RB bahwa mikroba mulai tereliminasi dari inang (Logambal et al.

2000). Namun pada perlakuan kontrol positif nilai RB masih meningkat sampai

akhir perlakuan. Peningkatan nilai RB pada kontrol positif sampai akhir perlakuan

diasumsikan bahwa aktivasi respons imun ikan yang lama terhadap paparan

patogen sehingga tingkat kematian ikan pada perlakuan tersebut sangat tinggi

yaitu 40%.

Lisozim adalah kationik enzim yang dapat memutuskan ikatan ß-1, 4

glycosidic dengan asam N-acetylmuramic dan N-acetyl glucosamine pada dinding

peptidoglikan bakteri sehingga bakteri akan lisis. Selain itu lisozim juga berfungsi

sebagai fagositosis, aktivasi komplemen serta opsonin (Callewaerat & Michiels

2010). Aktivitas lisozim meningkat setelah diberikan pakan yang dicampur

dengan ekstrak pelepah pisang ambon tepatnya H-1. Aktivitas lisozim pada

perlakuan pencegahan pascauji tantang mengalami penurunan. Menurut Barman

et al. (2013) imunostimulan dari bahan herbal dapat menginduksi respons imun

non spesifik seperti lisozim serta induksi respons imun tersebut dipengaruhi oleh

jumlah bahan herbal yang dikonsumsi. Dari pendapat tersebut dapat diasumsikan

bahwa pascainfeksi A. hydrophila pada perlakuan pencegahan tidak diberi pakan

dengan campuran ekstrak pelepah pisang sehingga konsumsi akan obat

mengalami penurunan. Hal tersebut berdampak pada penurunan aktivitas lisozim.

Selain karena tidak adanya konsumsi bahan obat pascainfeksi juga disebabkan

stres pada ikan pascainfeksi A. hydrophila karena stres pada ikan dapat berakibat

pada penurunan imunitas non spesifik seperti lisozim (Harper dan Wolf 2009).

Penurunan aktivitas lisozim pada H+2 juga terjadi pada perlakuan kontrol positif

dan negatif. Penurunan aktivitas lisozim pada kontrol positif dan negatif

disebabkan karena kondisi fisiologis ikan yang terganggu akibat infeksi patogen

yang menyebabkan ikan stres. Menurut Callewaerat & Michiels (2010) lisozim

merupakan suatu pertahanan non spesifik yang berfungsi sebagai fagositosis yang

dipengaruhi oleh jumlah paparan mikroba, tingkat pengenalan mikroba, kondisi

fisiologis ikan dan aktivasi enzim. Nilai aktivitas lisozim tertinggi pada H+5

dengan tingkat kematian ikan yang tinggi (Gambar 22) dan nilai RB menurun

pada H+7 pada perlakuan pencegahan, pengobatan dan pengendalian yang

mengindikasikan adanya pemulihan pascainfeksi. Tinggi rendahnya aktivitas

lisozim berkorelasi dengan proteksi tubuh untuk melawan patogen, semakin

banyak antigen yang masuk maka kadar lisozim akan meningkat dan sebaliknya

(Gopalakannan dan Arul 2006). Penambahan ekstrak pelapah pisang dalam pakan

dapat meningkatkan proliferasi sel leukosit dan sel leukosit ini dapat

mensekresikan lisozim sehingga kadar lisozim meningkat (Nayak 2010).

Page 43: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

27

Kadar hemoglobin, hematokit dan jumlah eritrosit meningkat pascainfeksi

pada perlakuan pencegahan, pengobatan dan pengendalian. Peningkatan kadar

hemoglobin, hematokrit dan total eritrosit berada pada kisaran normal. Hal

tersebut sesuai Minaka (2012) yang menyatakan bahwa kadar hemoglobin sebesar

20-35 g%, hematokit ikan yaitu 1/3 dari hemoglobin dan total eritrosit sebesar 1-4

x 106 sel/mm

3. Berdasarkan Misra (2004) menyatakan bahwa Labeo rohita yang

diinfeksi dengan A. hydrophila dan diberi imunostimulan berupa bawang putih

dapat meningkatkan jumlah sel darah merah. Hal tersebut dikarenakan adanya

stresor dari A. hydrophila sehingga konsumsi oksigen meningkat karena tubuh

membutuhkan oksigen untuk metabolisme dalam menghasilkan energi dan energi

ini yang selanjutnya digunakan untuk pemulihan pascainfeksi. Namun pada

perlakuan kontrol positif kadar hemoglobin dan hematokrit mengalami penurunan

dibawah kondisi normal. Penurunan kadar hematokrit, hemaglobin dan jumlah sel

darah merah pada perlakuan kontrol positif disebabkan karena adanya infeksi A.

hydrophila. Menurut Hardi et al. (2011) toksin ß hemolisin pada A. hydrophila

dapat mempengaruhi kestabilan hemoglobin. Hemolisin dapat menurunkan

tegangan plasma darah sehingga sel darah yang berada pada kondisi tersebut akan

mengalami kehancuran sel yang menyebabkan terganggunya transportasi oksigen

ke dalam tubuh.

Ekstrak pelepah pisang secara nyata (P<0,005) memberikan pengaruh

terhadap kelangsungan hidup ikan gurame pada perlakuan pencegahan,

pengobatan serta pengendalian (Lampiran 7). Pengaruh tersebut disebabkan

adanya flavonoid dan fitokimia lainnya yang terkandung di dalam pelepah pisang

di dalam pakan yang berfungsi sebagai antibakteri dan imunostimulan. Secara

nyata, pengaruh tersebut dapat dilihat dari kelangsungan hidup ikan gurame yang

mencapai 100% pada perlakuan pengobatan. Selain dapat meningkatkan

kelangsungan hidup, aplikasi pelepah pisang untuk mengendalikan infeksi A.

hydrophila sangat ekonomis.

4 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak pelepah pisang 3% dapat menghambat aktivitas bakteri A.

hydrophila dan dapat menginduksi imunitas ikan gurame sebagai upaya

pencegahan, pengobatan dan pengendalian terhadap infeksi A. hydrophila pada

ikan gurame.

Saran

Penambahan ekstrak pelepah pisang 3% di dalam pakan dapat digunakan

untuk mengendalikan infeksi A. hydrophila pada ikan gurame namun belum

diketahui secara pasti efek inhibitor aktivitas A. hydrophila dari masing-masing

bahan fitokimia sehingga diperlukan uji lebih lanjut mengenai efek tersebut.

Page 44: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

28

DAFTAR PUSTAKA

Agati G, Azzarello E, Pollastri S, Tattini M. 2012. Flavonoids as antioxidant in

plant. Plant Science.196:67-76.

Alawi H, Juferi, Mohibah. 2013. A preliminary study of banana stem juice as a

plant-based Coagulant for treatment of spent coolant wastewater. Jornal of

Chemistry.1:1-7

Anderson DP, Siwicki AK.1995. Basic hematology and serology for fish health

programs. Asia Fisheries Society. 1:185-202.

Angka SL. 2005. Kajian penyakit Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) pada

ikan lele dumbo (Clarias sp.): patologi, pencegahan dan pengobatannya

dengan fitofarmaka [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Apriasari LM, Iskandar, Suhartono E. 2013. Bioactive compound and antioxidant

activity of methanol extract mauli bananas (Musa sp) stem. Biochemistry.

4(2):110-115.

Ashley JP. 2006. Fish welfare: Current isue in aquaculture. Animal Behaviour

Science.1: 1-37

Austin B, Austin DA. 2007. Bacterial Fish Pathogens. Edisi 4. England: Ellis

Horwood Limited.

Barman D, Nen P, Mandal SC Kumar V. 2013. Imunostimulants for aquaculture

health management. Marine Science. 3:134.

Blaxhall PC, Deisley KW.1973. Routine haematological methods for use with fish

blood. FisBiol. 5:771-781.

Callewarat L, Michael C. 2010. Lysozymes in the animal kingdom. Biosci.

35:921-926.

Cipriano CR. 2001. Aeromonas hydrophila and motile A. septicemias of fish. Fish

disease leaflet. 68:1-24.

Citarusu T. 2010. Herbal biomedicines: a new opportunity for aquaculture

industry. Springer.18:403-414

Chang CC, Yang MH, Wen HM, Chren JC. 2002. Estimation of total flavonoid

content in propolish by two complementary colorimetric methods. Food

and Drug Analysis. 3:178-182.

Christybapita D, Divyagnaneswari M, Michael RD. 2007. Oral administration of

Elipta alba leaf for enhance the non spesific immune response and disease

resistence of Orechromis mossambicus. Fish Shellfish Immunology.

23:840-852.

Chung PY, Navaratnam P, Chung LP. 2011. Synergic antimicrobial activity

between pentacyclic triterpenoid againt Staphylococcus aureus.

Microbiology and Antimicrobial. 10:25.

Dogiel VAG, Petrushevski GK, Polyanski I. 1970. Parasitology of Fish.

Hongkong:TFH Publisher.

[DITJEN PB] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2013. Nilai produksi

perikanan budidaya kolam menurut jenis ikan dan provinsi 2000-2014

[internet]. [diunduh 2015 Agustus 1]. Tersedia dari www.sidatik kkp.go.id

Direktorat kesehatan ikan dan lingkungan. 2009. Penyakit Ikan. Jakarta (ID):

Kementrian Kelautan Perikanan Press.

Page 45: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

29

Ellis RP, Parry H, Spicer, Hutchinson TH, Pipe RK, Widdicombe. 2011. Fish &

Shellfish Immunology. Aquaculture. 30:1209-1222.

Febram B, Wientarsih I, Bambang P. Aktivitas sediaan selep ekstrak batang

pisang ambon dalam proses persembuhan luka pada mencit. Farmalogi.

3:121-137.

Fitrianingrum IDW. 2014. Efektivitas pelepah pisang ambon putih Musa

paradisiaca untuk pengendalian infeksi bakteri Aeromonas hydrophila

pada ikan gurame [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Francis G, Kerem Z, Makkar S, Harinder P. 2002. The biological action of

saponin in animal system. Nutrition. 88:587-605.

Forlenza M, Fink IR, Wiegertjes GF. 2011. Heterogenity magrophage activation

in fish. Immunology. 2(2):657.

Gopalakannan A, Arul V. 2006. Immunomodulatory effect of dietary intake of

chitin, chitosan and levamisole on the immune system of Cyprinus carpio

and control of A. hydrophila infection in ponds. Aquaculture. 255:179-187.

Hardi EH, Sukenda, Haris E. 2011. Karaktiristik dan patogenisitas Streptococcus

agalactiae tipe α hemolitik dan non hemolitik pada ikan nila.

Veteriner.12(2):152-164.

Harper K, Wolf JC. Morphologic effect of the stress response in fish. Ilar.

50(4):387-396.

Holt JG, Krierg NR, Staley JT.1994. Bergey’s Manual of Determinative

Bacteriology. Edisi ke-9. Batimore (US):Williams & Wilkins.

Ibrahem M, Mustofa M, Arab RMH, Rezk MA.2008. Prevalence of Aeromonas

hydrophila infaction in wild cultured Tilapia Nilotica in Egypt.

Aquaculture.194:253-262.

Immanuel G, Vincy Bai, Palavesam A, Peter MM. 2004. Effect seaweeds on the

survival, growth, and pathogen Vibro parahaemolyticus load on shirmp.

Aquaculture. 236:53-65.

Ismail NDA, Atta NS, Aziz AE. 2010. Oral vaccination of nile tilapia against

MAS. Nature and Science. 1-6.

Kahuripan A, Andrajati R, Syafridani T. 2009. Analisis Pemberian antibiotik

berdasarkan hasil uji sensitivitas. Farmasi.6: 75-87.

Katzenback BA, Belosovic M. 2009. Isolation and functional characterization of

neutrophil-like cells from gold fish. Immunology. 33:601-611.

Kumar S, Pandey AK. 2013. Chemistry and biological activities of flavonoid. The

Science World journal.(1):16.

Leela T, Satirapathkul. 2011. Growth inhibiting of pathogenic bacteria by extract

of quercus infectoria galls. Bioscience. 1:1-6.

Lelpo MTL, Basile A, Miranda R, Moscatiello V, Nappo K. 2000.

Immunopharmacological properties of flavonoids. Fitoterapia. 71:101-109.

Logambal SM Venkatalakshmi, Micheal DR. 2000. Immunostimulatory effect of

leaf extract of Ocimum sanctum in Orechromis mossambicus.

Hydrobiologia. 430:113-120.

Litman GW, Rast JP, Fugmann SD. 2010. The original vertebrate adaptive

immunenity. Immunology. 10:543-553.

Mansuri ML, Parihar P, Solanki I, Parihar MS. 2012. Flavonoid in modulation of

cell survival signalling pathways. Genes Nutr. 9(400):1-9.

Page 46: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

30

Mariuzza RA, Velikovsky CA, Deng L, Pancer Z. 2010. Structural insight into the

evolution of the adaptive immune system. Biochemistry.391:753-760.

Maggon K.2009. Best selling medicine 2002-2008. Drug disov Today.11:739-742

Makkar HPS. 2003. Effect and fate of tannins in animals. Phytochem.1:1-8.

[MENKES] Mentri Kesehatan RI no 760. 1992. Fitofarmaka [internet].[diunduh

2015 Agustus ].

Minaka A. 2012. Identifikasi agensia penyebab dan profil darah Ikan gurami

(Osphronemus goramy) yang terserang penyakit bakteri. Aquaculture

Management and Technology. 1:294-263.

Misra CK. 2004. Comparative study on the effect of different imunostimulant on

the immune system of L. rohita. Thesis. CIFE (Inland Aquaculture).India

Mikail HG. 2010. Phytochemical screening, elemental analysis and acute toxicity

of aqueous extract of Allium sativum L. bulbs in experimental rabbits.

Medical Plant. 4:322-326.

Nayak SK. 2010. Yeast glucan induces increase in activity of lysozyme and

complement mediated haemolytic activity in Antaltic salmon blood.

Aquaculture.41:1490-1500.

Queiroz MMF, Marti G, Queiroz EF. 2013. Quantitative determination of

Tetrapterys mucuronata Alkaloids. Phytochem.1:1-12.

Patil RC, Madhav, Upadhye V,Kolatkar VD. 2011. Isolation and identification of

two new strains of Aeromonas from gourami fish and aquarium water. Life

Science. 5(1):1-7.

Priosoeryanto. 2008. Aktivitas Sediaan Gel Ekstrat Batang Pohon Pisang Ambon

dalam Proses Penyembuhan Luka Pada Mencit [Tesis]. Bogor [ID].

Institut Pertanian Bogor.

Reed LJ, Muench H. 1938. A simple method of estimating fifty percent end points.

The American Journal of hygiene. 27:493-497.

Ryu MJ, Chung HS. 2010. Isolation of alkaloid with immune stimulating activity

from Oryza sativa cv. Korean Chemical Society. 54(1):1-6.

Sahu S, Das BK, Mishra BK, Pradhan J. 2007. Effect of Allium sativum on

immunity and survival of Lebeo rohita infected A. hydrophila. Ichthyol.

23:80-86.

Sakunphueak A, panichayupakarant P. 2010. Simultanous determination of three

napohthoqiunones in the leaf of impatients balsamina. phytochem.21:444-

450.

Santangelo K, Vari R, Scazzocchio B, Benedetto R. 2007. Polyphenol,

intracelluler signalling and inflamation. Sanita.43(4):394-405.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2011. Produksi Benih Ikan Gurame

(Osphronemus goramy, Lac) Kelas Benih Sebar. Badan Standarisasi

Nasional [Internet]. [15 Juli 2014]. Tersedia di www. SNI budidaya.go.id.

Venkatesh, Venkatarangaiah K, Krishnappa P, Kumar S, Rajanna S, Haris M.

2014. Pharmacological properties of corm ethanol extract of Musa

paradisiaca puttabale. Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3:1362-

1383.

Waller CL, Willian T, Lamb JR. 2011. Mast cell in health and disease.Clin Sci.

120:473-478

Page 47: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

31

Wedenmeyer GA, Yasutake WT.1997. Clinical methods for the assessment of

effect on enviromental stress on fish health. Fish and Wildlife

Service.89:1-17.

Whyte SK. 2007. The innate immune response of finfish. Fish Shellfish

immunology. 23:1127-1151.

Zhang J, Zou W, Yan Q.2008. Non-Spesific immune response of bullfog to

intraperitoneal injection of bacterium Aeromonas hydrophila. Chinesse

Journal of Oceanology and Limmology. 26(3):248-255.

Zhou YZ, Xin HL, Rahman K, Wang SJ, Peng K, Zhang H. 2015. Portulaca

oleracea L: review of phytochemistry and pharmacological effects.

BioMed. 1:1-11.

Page 48: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

32

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil karakterisasi sifat biokimia dan fisiologis bakteri A. hydrophila

yang dibandingkan dengan hasil uji dari Austin & Austin (2007)

Karakterisasi Hasil uji Austin 2007

Pewarnaan gram Negative Negatif

Bentuk sel Batang Batang

O/F F

F

Katalase + +

Oksidase + +

Gelatinase + +

Keterangan: F = Fermentatif

Lampiran 2. Perhitungan lethal dosage 50 pada ikan gurame yang diinfeksi A.

hydrophila

Konsentrasi

bakteri

(cfu/ml)

Jumlah hidup

(ekor)

Jumlah mati

(ekor)

Kumulatif Persentase

mati (%) Hidup Mati

108

5 5 5 11 68,7%

107

6 4 11 6 35,3%

106

8 2 19 2 9,5%

Rumus LD50 berdasarkan Reed Muench (1938) :

LD 50 =

LD 50 = 10 7

Page 49: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

33

Lampiran 3. Sketsa posisi wadah saat penelitian

Keterangan gambar

K – (x) = Kontrol negatif ulangan ke-x

K + (x) = Kontrol positif ulangan ke-x

PC (x) = Pencegahan ulangan ke-x

PO (x) = Pengobatan ulangan ke-x

PG (x) = Pengendalian ulangan ke-x

Lampiran 4. Prosedur pengujian hematologi

4.1 Menghitung kadar hemoglobin

Darah yang terdapat pada tabung appendorf dihisap dengan pipet Sahli sampai

skala 20 mm3 atau pada skala 0.2 mL, kemudian bagian ujung pipet dibersihkan dengan

tissue. Darah tersebut dipindahkan ke dalam tabung Hb-meter yang berisi HCl 0.1 N

sampai skala 10 N, kemudian diaduk selama 3-5 menit. Akuades ditambahkan ke dalam

tabung tersebut sampai warnanya sama dengan larutan standar. Permukaan larutan

dicocokan dengan skala tabung Sahli yang dilihat pada jalur gr% (banyaknya jumlah Hb

dalam 100 ml cairan darah).

4.2 Menghitung hematokrit

Salah satu ujung tabung mikrohematokrit dicelupkan ke dalam tabung yang berisi

darah. Setelah darah merambat sampai volume ¾ bagian, ujung tabung ditutup dengan

crytoseal dengan cara ujung tabung tersebut ditancapkan ke dalam crytoseal kira-kira

sedalam 1 mm. Posisi tabung diatur agar seimbang, posisi tabung yang memiliki

volume sama berhadapan dan yang bersumbat ada di sebelah luar, kemudian tabung

tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Panjang bagian

endapan serta panjang total endapan dan cairan diukur (dalam %).

4.3 Menghitung total sel darah merah

Darah pada tabung eppendorf dihisap dengan menggunakan pipet berisi bulir

merah sampai skala 1, lalu larutan Hayem’s dihisap sampai skala 101. Selanjutnya

dilakukan pengadukan dengan ccara mengayunkan tangan membentuk angka 8 selama

3-5 menit. Larutan dalam pipet dibuang dua tetes pertama, kemudian diteteskan pada

haemacytometer tipe Neubauer dengan gelas penutup. Sel darah merah dihitung pada 5

kotak besar, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SDM= rataan sel terhitung x

x faktor pengenceran

Page 50: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

34

4.4 Menghitung total sel darah putih

Darah dihisap dengan menggunakan pipet berisi bulir merah sampai skala 0.5,

kemudian ditambahkan larutan Turk’s sampai skala 11. Selanjutnya dilakukan

pengadukan dengan cara mengayunkan tangan membentuk angka 8 selama 3-5 menit

sampai darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan dalam pipet dibuang, lalu

diteteskan pada haemacytometer tipe Neubauer dengan gelas penutup. Sel darah merah

dihitung pada 10 kotak kecil, adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

SDP= rataan sel terhitung x

x faktor pengenceran

4.5 Diferensiasi leukosit

Gelas objek dipegang dengan telunjuk dan ibu jari kiri. Darah diteteskan pada

gelas objek bersih (A) pada bagian sebelah kanan. Gelas objek lain (B) diletakkan d

sebelah kiri tetesan darah. Kemudian gelas objek gelas B ditarik ke kanan membentuk

sudut 45°. setelah darah menyebar di sepanjang tepi gelas B, gelas B didorong dengan

cepat ke kiri dengan tetap membentuk sudut 30°. Setelah itu dilakukan pewarnaan

preparat dengan cara darah yang baru diulas dikeringudarakan. Preparat difiksasi dalam

methanol selama 10 menit. Setelah itu, preparat digenangi dengan larutan Giemsa

selama 15 menit dicuci dengan akuades. Preparat kemudian dikeringakan dan ditutup

dengan gelas penutup. Setelah itu, preparat diamati dengan mikroskop.

Lampiran 5. Prosedur pengujian respiratory burst activity

Darah 50 μL dimasukkan kedalam mikroplate, dilakuakan 3x ulangan/sampel

Inkubasi (37°C selama 1 jam)

ulangan/sampel

Bilas PBS (Phosphate Buffer Salin) 100 μL sebanyak 3x

Tambahkan nitroblue tetrazolium (NBT) 0.2% sebanyak 50 μL lalu

diinkubasi pada suhu 37 °C selama 1 jam

Fiksasi metanol 100% dan 30% masin-masing 100 μL selama 2.5 menit

Tambahkan 60 μL KOH dan 70 μL Dimethyl Sulphoxide

ulangan/sampel Baca dengan ELISA reader dengan panjang gelombang 630 nm

ulangan/sampel

Page 51: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

35

Lampiran 6. Prosedur pengujian aktivitas lisozim

Keterangan:

Pembuatan larutan bakteri dibuat dengan mencampurkan 0.02 gram Micrococcus lysodeikticus

dan 0.6 gram NaH2PO4 dalam 100 ml akuades steril pada suhu 25°C.

Lampiran 7. Analisis statistik zona hambat ekstrak pelepah pisang ambon dosis

1%, 2%, 3% dan 4%

1. Uji Homogenisitas

Diameter zona hambat

Level statistik df1 df2 Sig.

.615 3 12 .618

2. Uji lanjut Tukey

Darah 150 μL disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 5

detik

Plasma 10 μL ditambahkan dengan bakteri Micrococcus

lysodeikticus 190 μL

Baca dengan ELISA reader dengan panjang gelombang 630 nm

ulangan/sampel

Page 52: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

36

Lampiran 8. Analisis statistik kelangsungan hidup ikan gurame pada akhir

perlakuan

1. Uji Homogenesitas

Kelangsungan hidup

Level statistik df1 df2 Sig.

6.750 4 15 .003

2. Uji lanjut Tukey

Kelangsungan Hidup

Perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3

Tukey HSDa

2.00 4 60.0000

3.00 4 92.5000

5.00 4 97.5000 97.5000

1.00 4 100.0000

4.00 4 100.0000

Sig. 1.000 .219 .795

Lampiran 9. Analisis statistik aktivitas lisozim pada H-14,H-1, H+2, H+5

dan H+7 untuk semua perlakuan

2. Uji lanjut Tukey

1. Uji Homogenisitas

Level statistik df1 df2 Sig.

H-1 .000 4 10 1.000 H+2 5.310 4 10 .015 H+5 .216 4 10 .924 H-1 1.226 4 10 .360 H+2 .775 4 10 .566

H-14

perlakuan

N

alpha = 0.05

1

dimension1

1.00 3 259.3333

2.00 3 259.3333

3.00 3 259.3333

4.00 3 259.3333

5.00 3 259.3333

Sig. 1.000

Page 53: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

37

H+7

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3 4 5

dimension1

2.00 3 180.0000 1.00 3 222.0000 4.00 3 250.0000 3.00 3 285.0000 5.00 3 305.0000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Lampiran 10. Analisis statistik respiratory burst activity pada H-14,H-1, H+2, H+5

dan H+7 untuk semua perlakuan

1. Uji Homogenesitas

perlakuan Level

statistik df1 df2 Sig.

H-1 .000 4 10 1.000 H+2 4.358 4 10 .027 H+5 1.269 4 10 .345 H-1 2.280 4 10 .132 H+2 .992 4 10 .455

H+2

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

1.00 3 203.6667 2.00 3 207.0000 3.00 3 214.0000 4.00 3 325.0000 5.00 3 355.0000

Sig. .065 1.000 1.000

H+5

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3 4 5

dimension1

2.00 3 200.0000 1.00 3 220.0000 4.00 3 330.0000 3.00 3 441.3333 5.00 3 499.6667

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Page 54: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

38

2. Uji Tukey

H-14

perlakuan

N

alpha = 0.05

1

dimension1

1.00 3 .2660

2.00 3 .2660

3.00 3 .2660

4.00 3 .2660

5.00 3 .2660

Sig. 1.000

H+2

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

1.00 3 .2110 2.00 3 .3410 4.00 3 .3633 .3633

5.00 3 .4550

3.00 3 .4587

Sig. 1.000 .943 .064

H+5

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

1.00 3 .2580 2.00 3 .3500 5.00 3 .6287

3.00 3 .6367

4.00 3 .6677

Sig. 1.000 1.000 .622

H+7

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2

dimension1

3.00 3 .2353 5.00 3 .2500 .2500

4.00 3 .2533 .2533

1.00 3 .2670 .2670

2.00 3 .3400

Sig. .849 .100

Page 55: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

39

Lampiran 11. Analisis statistik profil darah ikan gurame pada H-14, H-1, H+2,

H+5 dan H+7 untuk semua perlakuan

11.1. Analisis statistik hemoglobin darah ikan gurame pada H-14, H-1, H+2, H+5 dan

H+7

1. Uji Homogenisitas

H-14

Level statistik df1 df2 Sig.

.000 4 10 1.000

H-1, H+2, H+5 dan H+7

Level statistik df1 df2 Sig.

H-1 4.710 4 10 .021 H+2 4.355 4 10 .027 H+5 1.191 4 10 .373 H+7 .536 4 10 .713

2. Uji Tukey

H-14

Perlakuan

N

alpha = 0.05

1

Tukey HSDa

dimension1

1.00 3 7.2000

2.00 3 7.2000

3.00 3 7.2000

4.00 3 7.2000

5.00 3 7.2000

Sig. 1.000

H-1

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2

dimension1

2.00 3 7.1000 1.00 3 7.2333 4.00 3 7.2333 5.00 3 8.9333

3.00 3 8.9667

Sig. .974 1.000

H+2

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

2.00 3 5.9000 1.00 3 7.0667 5.00 3 7.9667

3.00 3 8.0333

4.00 3 8.1667

Sig. 1.000 1.000 .865

Page 56: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

40

H+5

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

2.00 3 5.0000 1.00 3 7.9000 5.00 3 8.9000

3.00 3 9.0333

4.00 3 9.1333

Sig. 1.000 1.000 .521

H+7

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

2.00 3 5.0000 3.00 3 8.9333 4.00 3 9.4333 1.00 3 9.7667 5.00 3 11.0000

Sig. 1.000 .055 1.000

11.2. Analisis statistik hematokrit darah ikan gurame pada H-14, H-1, H+2, H+5 dan

H+7

Uji Homogenisitas

Level statistik df1 df2 Sig.

H-14 .000 4 10 1.000 H-1 3.793 4 10 .040 H+2 2.433 4 10 .116 H+5 4.161 4 10 .031 H+7 6.239 4 10 .009

1. Uji Tukey H-14

perlakuan

N

alpha = 0.05

1

dimension1

1.00 3 20.5000

2.00 3 20.5000

3.00 3 20.5000

4.00 3 20.5000

5.00 3 20.5000

Sig. 1.000

Page 57: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

41

H-14

perlakuan

N

alpha = 0.05

1

dimension1

1.00 3 20.5000

2.00 3 20.5000

3.00 3 20.5000

4.00 3 20.5000

5.00 3 20.5000

Sig. 1.000

H-1

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2

dimension1

1.00 3 20.9100 2.00 3 21.1300 4.00 3 21.5767 3.00 3 25.0667

5.00 3 25.1667

Sig. .409 .999

H+2

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2

dimension1

2.00 3 19.2667 1.00 3 20.0300 4.00 3 22.0667

5.00 3 22.4333

3.00 3 22.7000

Sig. .490 .649

H+5

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3 4

dimension1

2.00 3 17.7667 1.00 3 21.2600 5.00 3 22.4000 3.00 3 24.0000 4.00 3 26.1667

Sig. 1.000 .161 1.000 1.000

H+7

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

2.00 3 18.1667 1.00 3 32.2333 3.00 3 32.4333 4.00 3 33.9800 5.00 3 36.4667

Sig. 1.000 .146 1.000

Page 58: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

42

11.3. Analisis statistik total eritrosit darah ikan gurame pada H-14, H-1, H+2, H+5 dan

H+7

1. Uji Homogenisitas

Level statistik df1 df2 Sig.

H-14 .000 4 10 1.000

H-1 .871 4 10 .514

H+2 1.903 4 10 .187

H+5 1.975 4 10 .174

H+7 .924 4 10 .487

2. Uji Tukey H-14

perlakuan

N

alpha = 0.05

1

dimension1

1.00 3 2.9000

2.00 3 2.9000

3.00 3 2.9000

4.00 3 2.9000

5.00 3 2.9000

Sig. 1.000

H+2

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

2.00 3 2.5000 1.00 3 2.7000 2.7000 3.00 3 2.9000 2.9000 2.9000

5.00 3 3.0333 3.0333

4.00 3 3.2000

Sig. .096 .195 .272

H-1

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2

dimension1

1.00 3 2.8600 2.00 3 2.8600 4.00 3 2.8600 3.00 3 3.1000

5.00 3 3.1000

Sig. 1.000 1.000

Page 59: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

43

H+5

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

2.00 3 2.3000 3.00 3 3.3000 1.00 3 3.4500 3.4500

4.00 3 3.6667

5.00 3 3.7000

Sig. 1.000 .640 .210

11.4. Analisis statistik total leukosit darah ikan gurame pada H-14, H-1, H+2, H+5 dan

H+7

1. Uji Homogenesitas

Level statistik df1 df2 Sig.

h14 .000 4 10 1.000 h1 .000 4 10 1.000 h2 1.243 4 10 .354 h5 .603 4 10 .669 h7 1.828 4 10 .200

2. Uji Tukey

H-14

perlakuan

N

alpha = 0.05

1

dimension1

1.00 3 3.1000

2.00 3 3.1000

3.00 3 3.1000

4.00 3 3.1000

5.00 3 3.1000

Sig. 1.000

H-1

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2

dimension1

1.00 3 3.1000 2.00 3 3.1000 4.00 3 3.1000 3.00 3 3.8000

5.00 3 3.8000

Sig. 1.000 1.000

Page 60: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

44

H+2

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

1.00 3 3.0667 2.00 3 3.3000 4.00 3 3.7667 5.00 3 4.2667

3.00 3 4.3333

Sig. .157 1.000 .946

H+5

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2

dimension1

1.00 3 3.2000 2.00 3 3.6000 4.00 3 4.3667

5.00 3 4.7000

3.00 3 4.8333

Sig. .158 .084

H+7

perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2

dimension1

3.00 3 3.0667 5.00 3 3.1667 4.00 3 3.4000 3.4000

1.00 3 3.5333 3.5333

2.00 3 3.6667

Sig. .052 .392

12. Analisis statistik kelimpahan bakteri A. hydrophila pada ikan gurame

1. Uji homogenesitas

Level statistik df1 df2 Sig.

1.866 5 12 .174

2. Uji lanjut Tukey

Perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2

Tukey HSDa

dimension1

1.00 3 8.0000E6 2.00 3 8.6667E6 5.00 3 1.1333E7 4.00 3 1.5333E7 6.00 3 1.5333E7 3.00 3 3.1000E8

Sig. .473 1.000

Page 61: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

45

13. Analisis statistik skor gejala klinis akibat infeksi A. hydrophila

1. Uji homogenisitas

Level statistik df1 df2 Sig.

1.833 3 8 .219

2. Uji lanjut Tukey

Perlakuan

N

alpha = 0.05

1 2

dimension1

2.00 3 3.6667 3.00 3 6.0000 4.00 3 6.3333 1.00 3 34.0000

Sig. .655 1.000

Page 62: EFEKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN ... · fitokimia yang dapat menghambat aktivitas bakteri serta dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Tujuan penelitian

46

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang tanggal 24 Maret 1992, merupakan putri pertama

dari 2 orang bersaudara dari keluarga Bapak Supardi dan Ibu Mastini. Penulis

menyelesaikan pendidikan akademik di SDN Pandangan Kulon 1, SMPN 1 Lasem,

SMAN 1 Rembang dan diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk

IPB) tahun 2010 pada program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya,

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata

kuliah Dasar-dasar Akuakultur (2012), Dasar-dasar Mikrobiologi (2013 dan 2014) dan

Menejemen Kesehatan Organisme Akuatik (2014). Penulis pernah magang di Central

Pertiwi Bahari (CPB) Rembang dan mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat IPB

Goes to Field (IGTF) di Desa Jeruk Sari, Pekalongan. Penulis juga mengikuti kegiatan

praktik lapangan di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang,

Banten pada bulan Juli-Agustus 2013. Organisasi yang pernah diikuti penulis selama

menjadi mahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) IPB dan

Himpunan Keluarga Rembang di Bogor (HKRB).

Tugas akhir penulis untuk menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian

Bogor dan untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan berjudul “Efektivitas

Perendaman Benih Ikan Gurame Osphronemus goramy dengan Ekstrak Pelepah Pisang

Ambon Putih Musa paradisiaca untuk Pengendalian Infeksi Bakteri Aeromonas

hydrophila” di bawah bimbingan Dr. Dinamella Wahjuningrum, S Si M Si. dan Dr Ir

Widanarni M Si. Tahun 2014 penulis mendapatkan kesempatan untuk menumpuh

jenjang pendidikan Megister di Institut Pertanian Bogor pada program studi Ilmu

Akuakultur. Program studi ini dapat ditempuh melalui bantuan Beasiswa Fresh

Graduate dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI). Tugas akhir penulis untuk

mendapatkan gelar Megister di Institut Pertanian Bogor berjudul “Efektivitas Pelepah

Pisang sebagai Antibakteri dan Immunostimulan pada Ikan Gurame yang Diinfeksi

Aeromonas hydrophila” tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan bantuan para

pembimbing yaitu Dr. Dinamella Wahjuningrum, S Si M Si. dan Dr Ir Widanarni M Si.