efektivitas cyber extension sebagai media … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training...

117
EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN INDAH PERMATASARI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: phamkhanh

Post on 06-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DALAM DISEMINASI

TEKNOLOGI PERTANIAN

INDAH PERMATASARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 2: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media
Page 3: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Cyber

Extension Sebagai Media Komunikasi dalam Diseminasi Teknologi Pertanian adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Indah Permatasari NIM I34090066

Page 4: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

ABSTRAK

INDAH PERMATASARI. Efektivitas Cyber Extension Sebagai Media Komunikasi dalam Diseminasi Teknologi Pertanian. Dibimbing oleh NINUK PURNANINGSIH.

Cyber extension adalah mekanisme komunikasi inovasi pertanian dengan

menggunakan media komunikasi baru yang mengintegrasikan informasi dan komunikasi teknologi dalam pembangunan pertanian. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis hubungan karakteristik individu dengan efektivitas media komunikasi cyber extension; (2) menganalisis hubungan aksesibilitas dengan efektivitas media komunikasi cyber extension; dan (3) menganalisis hubungan karakteristik individu dengan aksesibilitas media komunikasi cyber extension. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua variabel karakteristik individu berhubungan dengan efektivitas. Tidak semua variabel aksesibilitas berhubungan dengan efektivitas. Hasil lainnya menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal berhubungan dengan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif media komunikasi cyber extension.

Kata kunci: cyber extension, karakteristik individu, aksesibilitas, efektivitas.

ABSTRACT INDAH PERMATASARI. Effectiveness Cyber Extension As Media Communication in Dissemination of Agricultural Technology. Supervised by NINUK PURNANINGSIH.

Cyber extension is a communication mechanism of agricultural innovation

by using new communication media that integrate information and communication technology in agricultural development. The objectives of the research are: (1) to analyze individual characteristics correlation with effectiveness communication media cyber extension; (2) to analyze accessibility correlation with effectiveness communication media cyber extension; and (3) to analyze individual characteristics correlation with accessibility communication media cyber extension. This study was approached by using quantitative method supported by qualitative data. Result of research showed that not all individual characteristic variable correlation with effectiveness. That not all variables correlations accessibility with the effectiveness. Other results showed formal education level correlation with perception of relative advantage level communication media cyber extensions.

Keywords: cyber extension, individual characteristic, accessibility, effectiveness.

Page 5: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI

PERTANIAN

INDAH PERMATASARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 6: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media
Page 7: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

Judul Skripsi : Efektivitas Cyber Extension Sebagai Media Komunikasi dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

Nama : Indah Permatasari NIM : I34090066

Disetujui oleh

Dr.Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah media komunikasi cyber extension, dengan judul efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr.Ir Ninuk Purnaningsih, MSi sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Prof.Dr.Ir Sumardjo, MS selaku dosen penguji utama, dan Dr. Sofyan Syaf, MS selaku dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan saran dan masukan selama proses sidang skripsi berlangsung. Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Ibu Marni Munir dan Bapak Taufik Aulia, orang tua tercinta, serta Falhatul Laila Rathmulia dan Rafi Alfaqi, adik tersayang, yang senantiasa berdoa dan memberikan semangat, dukungan, serta melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis. Tidak lupa terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah memberi semangat dan dukungan dalam proses penulisan skripsi.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2013

Indah Permatasari

Page 9: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Cyber Extension dan Diseminasi Teknologi Pertanian 5

Media Komunikasi Inovasi Pertanian dan Media Massa 6

Implementasi dan Pemanfaatan Cyber Extension 10

Efektivitas Cyber Extension dalam Diseminasi Teknologi

Pertanian 13

Potensi, Tantangan Pengembangan Tanaman Florikultura 14

Kerangka Pemikiran 15

Hipotesis Penelitian 18

Definisi Operasional 18

METODOLOGI PENELITIAN 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Teknik Pemilihan Populasi dan Sampel 23

Pengumpulan Data 25

Pengolahan dan Analisis Data 25

Page 10: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27

Perhimpunan Florikultura Indonesia 27

Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor 29

KARAKTERISTIK PETANI 31

Karakteristik Petani Menurut Usia 31

Karakteristik Petani Menurut Jenis Kelamin 32

Karakteristik Petani Menurut Tingkat Pendidikan 32

Karakteristik Petani Menurut Tingkat Pendapatan 33

AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

35

Persepsi Tentang Media Komunikasi Cyber Extension 35

Tingkat Ketersediaan Teknologi Informasi 38

Tingkat Ketersediaan Infrastruktur Jaringan Komunikasi 39

Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training 40

EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

41

Kognitif Petani Mengenai Informasi Teknologi Pertanian 41

Sikap Petani terhadap Informasi Teknologi Pertanian 42

Networking yang Dibangun Petani Melalui Cyber Extension 42

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

45

Hubungan Usia dengan Efektivitas   45

Hubungan Jenis Kelamin dengan Efektivitas   47

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Efektivitas   49

Hubungan Tingkat Pendidikan Nonformal dengan Efektivitas   51

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas   53

Page 11: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

HUBUNGAN AKSESIBILITAS DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

 

55

Hubungan Persepsi tentang Media Komunikasi Cyber Extension dengan Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension

  55

Hubungan Tingkat Ketersediaan Teknologi Informasi dengan  

Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension   63

Hubungan Tingkat Ketersediaan Infrastruktur Jaringan Komunikasi  

dengan Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension   64

Hubungan Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training dengan  

Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension   66

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

69

Hubungan Usia dengan Persepsi tentang Media Komunikasi Cyber Extension

69

Hubungan Usia dengan Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training 72

Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi tentang Media Komunikasi Cyber Extension

72

Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training

74

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Persepsi tentang Media Komunikasi Cyber Extension

75

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training

76

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Persepsi tentang Media Komunikasi Cyber Extension

77

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training

78

SIMPULAN DAN SARAN 81

Simpulan 81

Saran 82

Page 12: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

DAFTAR PUSTAKA 85

LAMPIRAN 87

RIWAYAT HIDUP 101

DAFTAR TABEL

1 Pemanfaatan cyber extension 12

2 Jumlah petani pengguna dan non pengguna media komunikasi cyber extension

24

3 Persentase petani berdasarkan karakteristik petani 31

4 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat keuntungan relatif media komunikasi cyber extension

35

5 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kerumitan media komunikasi cyber extension

36

6 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kesesuaian media komunikasi cyber extension

37

7 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba media komunikasi cyber extension

38

8 Persentase petani menurut tingkat ketersediaan teknologi informasi

38

9 Persentase petani menurut tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi

40

10 Persentase petani menurut tingkat keterjangkauan fasilitas training

40

11 Jumlah dan persentase petani berdasarkan efektivitas media komunikasi cyber extension dalam diseminasi teknologi pertanian

41

12 Persentase petani berdasarkan networking yang dibangun tanpa melalui cyber extension

43

13 Persentase petani berdasarkan usia dan tingkat kognitif 45

14 Persentase petani berdasarkan usia dan sikap 46

15 Persentase petani berdasarkan usia dan networking 47

Page 13: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

16 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kognitif

47

17 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan sikap 48

18 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan networking 48

19 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan tingkat kognitif

49

20 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan sikap

50

21 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan networking

50

22 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan nonformal dan tingkat kognitif

51

23 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan nonformal dan sikap

52

24 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan nonformal dan networking

53

25 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan tingkat kognitif

53

26 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan sikap 54

27 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan networking

54

28 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan tingkat kognitif

55

29 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan sikap

56

30 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan networking

57

31 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kerumitan dan tingkat kognitif

57

32 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kerumitan dan sikap

58

33 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kerumitan dan networking

58

Page 14: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

34 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kesesuaian dan tingkat kognitif

59

35 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kesesuaian dan sikap

60

36 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kesesuaian dan networking

60

37 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba dan tingkat kognitif

61

38 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba dan sikap

61

39 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba dan networking

62

40 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat ketersediaan teknologi informasi dan tingkat kognitif

63

41 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat ketersediaan teknologi informasi dan sikap

63

42 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat ketersediaan teknologi informasi dan networking

63

43 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dan tingkat kognitif

64

44 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dan sikap

65

45 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dan networking

66

46 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training dan tingkat kognitif

66

47 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training dan sikap

67

48 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training dan networking

67

Page 15: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

49 Persentase petani berdasarkan usia dan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif

70

50 Persentase petani berdasarkan usia dan persepsi tentang tingkat kerumitan

71

51 Persentase petani berdasarkan usia dan persepsi tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training

72

52 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif

73

53 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan persepsi tentang tingkat kerumitan

74

54 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan persepsi tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training

74

55 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif

75

56 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan persepsi tentang tingkat kerumitan

76

57 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan persepsi tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training

77

58 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif

77

59 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan persepsi tentang tingkat kerumitan

78

60 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan persepsi tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training

79

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian

16

Page 16: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kerangka Sampling 87

2 Pengolahan data 92

3 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2012-2013 99

4 Dokumentasi 100

Page 17: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Indonesia melalui sektor pertanian seharusnya memberikan masukan yang tinggi dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Pengembangan di sektor pertanian melalui penemuan-penemuan teknologi pertanian yang baru diharapkan dapat memberikan peluang untuk para petani dalam mengembangkan usahanya.

BRPK (2009) menyatakan bahwa diseminasi teknologi pertanian dengan menggunakan media komunikasi yang sesuai dan tepat guna diharapkan dapat memberikan dampak dalam meningkatkan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani, dan mensejahterakan petani. Dari pengalaman agar teknologi sesuai dengan yang diperlukan oleh pengguna, maka teknologi hendaklah memiliki ciri-ciri: dapat meningkatkan produktivitas secara nyata, bukan merupakan komponen-komponen teknologi tetapi merupakan kesatuan utuh, sesuai dengan biofisik, sosial-ekonomi dan budaya; disesuaikan dengan kemampuan pengguna; adanya kelembagaan penunjang yang bertanggung jawab dalam pengadaan input, pemasaran, pemodalan, serta kebijakan pemerintah yang mendukung.

Sumardjo et al. (2010) menyatakan bahwa UU No 16 Tahun 2006 pada pasal 15 ayat 1c telah diamanatkan bahwa Balai Penyuluhan berkewajiban menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan, dan pasar. Sumardjo (1999) menyatakan bahwa terungkap fakta penyuluh merasakan kekurangan inovasi ketika menjalankan tugasnya sebagai pendamping petani dalam melakukan kegiatan usahatani, bahkan tidak jarang menghadapi kesulitan dan tidak mampu membantu petani dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Di satu sisi banyak hasil penelitian dan teknologi yang telah dikembangkan dalam bidang pertanian. Namun, hal tersebut seperti kurang bermanfaat karena baik petani maupun penyuluh kurang mengetahui informasi tersebut walaupun telah diusahakan untuk menghimpun dan mempublikasikan hasil-hasil tersebut pada berbagai media. Selanjutnya, Sumardjo et al. (2010) menyatakan bahwa diharapkan melalui TIK dapat diperbaiki stagnasi inovasi dan informasi pertanian yang selama ini telah terjadi, melalui akses terhadap informasi pasar, input produksi, tren konsumen, pemasaran, pengelolaan, penyakit dan hama tanaman/ternak, peluang pasar, harga pasar dan lain sebagainya.

Paket teknologi di bidang penangkapan sudah banyak yang dihasilkan baik yang berasal dari instansi pemerintah maupun swasta, Namun, keberadaan paket teknologi tersebut masih belum mampu meningkatkan produksi maupun tingkat kesejahteraan nelayan. Hal ini disebabkan banyak paket teknologi yang ada diindikasikan tidak sampai ke pengguna (stakeholder) untuk diaplikasikan, sehingga timbul suatu kesenjangan dan ketidakselarasan (disonansi) di dalam penyampaiannya (Hikmal et al. 2006 dalam BRPK 2009).

Lebih lanjut, Erlina et al. (2007) dalam (BRPK 2009) menyatakan bahwa solusi yang dapat diambil untuk mengatasi terjadinya kesenjangan dan ketidakselarasan agar teknologi yang dihasilkan cepat sampai ke pengguna adalah melalui lembaga penyuluhan yang handal dan profesional.

Page 18: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

2

BRPK (2009) menyatakan bahwa penemuan teknologi pertanian yang baru diharapkan dapat diterima dan diaplikasikan sehingga perlu dilakukan diseminasi teknologi pertanian. Diseminasi merupakan formulasi komunikasi yang sederhana dimana didalamnya mencakup unsur-unsur komunikasi.

Berlo (1960) dalam BRPK (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi diseminasi yaitu: hubungan, struktur, keterbukaan, kapasitas, penghargaan, proksimitas, sinergi. Sebaliknya, peran peneliti untuk menghasilkan teknologi yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan akan menjadi strategis ditentukan oleh peran komunikasi penelitian. Analisis diseminasi terdapat formulasi informasi yang tergabung dalam sistem makro informasi yang merupakan suatu gambaran tentang mengalirnya informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Diseminasi merupakan hasil dari formula komunikasi menuntut perlu adanya ketepatan berkomunikasi (fidelity of communication).

Penyebaran atau diseminasi suatu teknologi ke dalam suatu sistem sosial memerlukan sinergi yaitu perencanaan menyeluruh tentang teknologi yang akan disampaikan. Pentingnya strategi ini antara lain karena diseminasi mengandung unsur kesengajaan berupa kesengajaan mengintrodusikan suatu teknologi ke dalam sistem sosial untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu dalam diseminasi terdapat target waktu, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Menurut (Tjitropranoto 2005) teknologi pertanian yang didiseminasikan harus sesuai dengan umpan balik dan identifikasi peluang dan kebutuhan, demikian pula umpan balik tergantung dari kebutuhan, peluang, dan teknologi yang didiseminasikan dan umpan balik yang telah disampaikan.

Sumardjo et al. (2010) menyatakan bahwa diseminasi informasi tentang inovasi pertanian pada saat ini telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, antara lain lembaga pendidikan formal, lembaga pendidikan nonformal (penyuluhan), perpustakaan pertanian, pelaku dan sesama petani, maupun oleh lembaga penelitian. Masalahnya adalah substansi yang didiseminasikan keberadaannya sangat terbatas karena adanya kesenjangan hubungan (linking) antar pihak-pihak tersebut. Hal ini mengindikasikan adanya kebutuhan terhadap suatu media yang dapat menyambungkan di antara pihak-pihak. Pelaku diseminasi tersebut melalui suatu media yang secara berkesinambungan dapat diakses oleh pihak yang membutuhkan sesuai dengan ketersediaan waktu dan kebutuhannya masing-masing. Oleh karena itu, keberadaan cyber extension untuk mendukung mekanisme diseminasi informasi benar-benar menjadi kebutuhan yang mendesak, untuk menghadapi ancaman persaingan global produk-produk pertanian lokal dan impor yang semakin tajam. Kondisi sistem informasi agribisnis pada saat ini masih cenderung asimetris. Pelaku agribisnis hilir lebih menguasai informasi tentang kualitas dan kuantitas produk yang dibutuhkan oleh pasar dibandingkan dengan pelaku agribisnis yang berada di hulu. Terdapat kesenjangan yang nyata antara pelaku agribisnis hulu (petani) dengan hilir (pelaku usaha). Keadaan ini lebih menguntungkan para pelaku agribisnis hilir dan pelaku agribisnis hulu menjadi terdominasi oleh pelaku agribisnis hilir, karena lemahnya informasi dalam proses pengambilan keputusan usahatani.

Cyber extension merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam mendiseminasikan teknologi pertanian. Menurut Mulyandari (2011) menyatakan bahwa cyber extension merupakan salah satu mekanisme pembangunan jaringan komunikasi inovasi pertanian yang terprogram secara efektif dengan

Page 19: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

3

mengimplementasikan teknologi informasi dengan komunikasi dalam sistem komunikasi inovasi atau penyuluhan pertanian yang diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan petani melalui penyiapan informasi pertanian yang tepat waktu dan relavan kepada petani dalam mendukung proses pengambilan keputusan berusaha tani untuk meningkatkan produktivitas.

Perumusan Masalah

Keberadaan cyber extension untuk mendukung mekanisme diseminasi informasi benar-benar menjadi kebutuhan yang mendesak, untuk menghadapi ancaman persaingan global produk-produk pertanian lokal dan impor yang semakin tajam. Kondisi sistem informasi agribisnis pada saat ini masih cenderung asimetris. Pelaku agribisnis hilir lebih menguasai informasi tentang kualitas dan kuantitas produk yang dibutuhkan oleh pasar dibandingkan dengan pelaku agribisnis yang berada di hulu. Terdapat kesenjangan yang nyata antara pelaku agribisnis hulu (petani) dengan hilir (pelaku usaha). Uraian-uraian tersebut menunjukkan bahwa diperlukan media komunikasi yang secara tepat dan efektif dapat menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan, pemasaran dan pasar. Cyber extension sebagai media komunikasi yang dapat digunakan untuk mempermudah proses dalam mendiseminasikan teknologi pertanian, mengingat terdapat keterbatasan media komunikasi dalam mendiseminasikan teknologi pertanian dan kesenjangan informasi antara petani dan pelaku usaha. Berdasarkan permasalahan di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Sejauh mana hubungan karakteristik individu dengan efektivitas cyber

extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian? 2. Sejauh mana hubungan aksesibilitas media komunikasi cyber extension

dengan efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian?

3. Sejauh mana hubungan karakteristik individu dengan aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Menganalisis hubungan karaktersitik individu dengan efektivitas cyber

extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian 2. Menganalisis hubungan aksesibilitas media komunikasi cyber extension

dengan efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian

3. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan aksesibilitas media komunikasi cyber extension.

Page 20: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

4

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi akademisi, bagi petani, penyuluh, Dinas Pertanian, Perhimpunan Florikultura Indonesia, Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor dan pembaca pada umumya mengenai kajian efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan

kajian untuk penelitian selanjutnya serta menambah khasanah penelitian mengenai efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian.

2. Bagi petani, dapat memberikan pemahaman tentang manfaat dari menggunakan cyber extension. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan serta membentuk sikap petani agar dapat mengoptimalkan penggunaan media komunikasi cyber extension dan menerapkan informasi teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension untuk membantu usahanya.

3. Bagi penyuluh dan Dinas Pertanian, dapat memberikan pemahaman kepada petani tentang manfaat dari menggunakan cyber extension.

4. Bagi Perhimpunan Florikultura Indonesia, Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, Penyuluh, sebagai sarana evaluasi terhadap implementasi dan efektivitas penggunaan cyber extension dalam memberikan informasi dan diseminasi teknologi pertanian kepada anggotanya.

Page 21: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Cyber Extension dan Diseminasi Teknologi Pertanian Definisi teknologi menurut (Mangunwidjaja dan Sailah 2009) adalah

teknologi terdiri atas unsur yang terkandung dalam diri manusia dalam bentuk ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku, serta etos semangat kerja (humanware), teknologi yang terkandung dalam mesin dan peralatan, produk serta barang buatan manusia (technoware), teknologi yang terkandung dalam kelembagaan yang diciptakan manusia, seperti organisasi, manajemen, tata cara, aturan, dan undang-undang (organoware), serta teknologi yang terkandung dalam dokumen yang memuat informasi gambar, rumus, paten, majalah, disket, tape, dan lain-lain (infoware). Teknologi pertanian adalah penerapan dari ilmu-ilmu teknik kepada kegiatan pertanian. Secara lengkap dari aspek ranah keilmuan, teknologi pertanian dapat diuraikan sebagai suatu penerapan prinsip-prinsip matematika dan sains alam dalam rangka pendayahgunaan secara ekonomis sumber daya pertanian dan sumber daya alam untuk kepentingan kesejahteraan manusia.

Cyber extension menurut Wijekuon et al. (2009) dalam Mulyandari (2011) adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya dibalik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi. Subejo (2011) cyber extension merupakan penggunaan jaringan on-line, komputer, dan digital interactive multimedia untuk memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian. Model ini dipandang sangat strategis karena mampu meningkatkan akses informasi bagi petani, petugas penyuluh, baik di lembaga penelitian maupun di universitas serta para manajer penyuluhan.

Definisi Cyber extension menurut (Mulyandari 2011) merupakan salah satu mekanisme pembangunan jaringan komunikasi inovasi pertanian yang terprogram secara efektif dengan mengimplementasikan teknologi informasi dengan komunikasi dalam sistem komunikasi inovasi atau penyuluhan pertanian yang diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan petani melalui penyiapan informasi pertanian yang tepat waktu dan relavan kepada petani dalam mendukung proses pengambilan keputusan berusaha tani untuk meningkatkan produktivitasnya. Selain itu, cyber extension juga merupakan sistem yang mampu menjadi pendorong mekanisme pengelolaan, penyebaran, pendokumentasian, pencarian kembali, sinergitas inovasi pertanian yang dibutuhkan para pelaku pembangunan pertanian, sehingga dapat mendukung pengembangan inovasi yang berkelanjutan. Cyber extension sebagai media komunikasi inovasi pertanian yang bersifat massa namun dapat sekaligus menjadi media yang interaktif dalam perspektif hybrid media.

Cyber extension juga merupakan salah satu mekanisme komunikasi inovasi pertanian yang dapat difungsikan untuk mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan diseminator inovasi (penyuluh), pendidik, petani dan kelompok stakeholder lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda sehingga dapat berperan secara sinergis dan saling melengkapi (Mulyandari et al. 2010).

Page 22: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

6

Berdasarkan hasil penelitian Tjitroptranoto (2005) mengungkapkan bahwa kegiatan diseminasi yang biasa dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan teknologi baru, misalnya melalui ceramah, pameran dan percontohan, yang bisa dilakukan melalui alat bantu berupa film atau video yang menggambarkan bagaimana menerapkan teknologi baru, sehingga dalam mendiseminasikan teknologi pertanian diperlukan media komunikasi dalam penyebarannya. Selain itu, kegiatan diseminasi ini serupa dengan kegiatan penyuluhan pertanian yang selama ini dilakukan oleh penyuluh pertanian. Melalui pendekatan ini, dapat diharapkan bahwa sikap terhadap teknologi baru yang diperkenalkan akan tumbuh secara positif. Meskipun demikian perlu difahami bahwa tumbuhnya sikap tidak dapat terjadi dalam waktu cepat, waktu yang relatif lama disertai dengan upaya pertumbuhan berulang-ulang akan menghasilkan sikap yang positif terhadap teknologi yang diperkenalkan, yang kemudian akan diikuti dengan kemantapan dalam adopsi teknologinya.

Lebih lanjut, Tjitroptranoto (2005) menyatakan bahwa diseminasi teknologi pertanian yang baik akan menghasilkan umpan balik terhadap teknologi yang didiseminasikan dan penumbuhan kebutuhan lebih lanjut tentang teknologi pertanian. Selain untuk keperluan diseminasi, pendekatan tersebut di atas juga bermanfaat untuk memperoleh umpan balik dan identifikasi masalah dan kebutuhan petani akan teknologi pertanian.

Permasalahan yang umum terjadi dalam proses adopsi inovasi pertanian menurut (Mulyandari et al. 2010) adalah lambatnya adopsi teknologi oleh petani. Hal tersebut disebabkan diantaranya oleh: (a) sulitnya informasi sampai ke petani karena infrastrukturnya terbatas; (b) petani tidak memahami informasi yang diterimanya; (c) petani sulit menerapkan inovasi karena keterbatasan sumberdaya yang tersedia; (d) petani belum melihat manfaat dan dampak positif dari inovasi yang diintroduksi; (e) sifat petani yang cenderung tidak mau ambil resiko dalam menerapkan inovasi; dan (f) tidak mudah mengubah perilaku petani yang berkaitan dengan kebiasaan dalam melaksanakan usahataninya.

Media Komunikasi Inovasi Pertanian dan Media Massa

Definisi komunikasi bila dikaitkan dengan konteks pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun berkelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan (Soekartawi 2005).

Menurut Suranto (2005) dalam Mulyandari (2011) media komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau menyebarkan dan menyampaikan informasi.

Lebih lanjut, Adekoya (2007) dalam Mulyandari (2011) menyatakan bahwa model komunikasi inovasi melalui pemanfaatan cyber extension adalah menghimpun atau memusatkan informasi yang diterima oleh petani dari berbagai sumber yang berbeda maupun yang sama dan disederhanakan dalam bahasa lokal disertai dengan teks dan ilustrasi audio visual yang dapat disajikan atau diperlihatkan kepada seluruh masyarakat desa khususnya petani semacam papan pengumuman (bulletin board) pada kios atau pusat informasi pertanian. Keuntungan yang potensial dari komunikasi cyber extension adalah ketersediaan yang secara terus-menerus, kekayaan informasi (informasi nyaris tanpa batas),

Page 23: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

7

jangkauan wilayah internasional secara instan, pendekatan yang berorientasi kepada penerima, bersifat pribadi (individual), dan menghemat biaya, waktu, dan tenaga.

Mulyandari (2011) menyatakan bahwa media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Informasi massa adalah informasi yang diperuntukan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian maka informasi publik adalah milik publik, bukan ditunjukkan kepada individu masing-masing. Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Bentuk media massa secara kasar dapat dibagi ke dalam tiga kelas utama (Leeuwis 2009), yaitu media massa konvensional, media interpersonal, dan media hibrida. Media konvensional misalnya koran, jurnal pertanian, leaflet, radio, dan televisi. Karakteristik dasarnya adalah bahwa seorang pengirim dapat mencapai banyak orang dengan media semacam itu, sambil tetap berada di kejauhan, dan tanpa kemungkinan keterlibatan dalam interaksi langsung dengan audiens. Dengan media pertukaran interpersonal lebih langsung di antara pihak-pihak yang berkomunikasi dapat terjadi, yakni media di mana pengirim dan penerima dapat dengan mudah berubah peran. Telepon merupakan contohnya. Namun, kebanyakan komunikasi interpersonal terjadi tanpa media artificial (mis. Tanpa alat teknologi), melibatkan kehadiran fisik orang. Bentuk-bentuk dasar komunikasi tatap muka itu merupakan pertemuan kelompok dan pertemuan di antara dua orang. Lebih lanjut, Mulyandari (2011) menyatakan bawah bentuk media massa, secara garis besar, ada dua jenis, yaitu media massa tradisional (konvensional) dan media massa modern dengan aplikasi teknologi informasi yang bersifat konvergen dan dapat interaktif.

Mulyandari (2011) menyatakan bahwa media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas dengan ciri-ciri sebagai berikut: informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan, dan didistribusikan, media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu, penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima, dan interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit. Selain itu, karakteristik dasar dari media massa tradisional atau konvensional adalah bahwa seorang pengirim dapat mencapai banyak orang dengan media semacam itu, sambil tetap berada di kejauhan, dan tanpa kemungkinan keterlibatan dalam interaksi langsung dengan audiens. Beberapa media massa yang termasuk dalam kategori media massa konvensional meliputi; (1) media cetak yang terdiri atas : surat kabar, majalah, dan, (2) media elektronis yang terdiri atas radio, televisi, dan film (layar lebar).

Koran merupakan media massa cetak yang berkembang seiring kemajuan zaman. Koran lebih mengutamakan pemberitaan yang bersifat lebih mendalam disertai dengan investigasi yang lebih akurat. Majalah cenderung lebih menfokuskan pada pemuasan audien sehingga muncul majalah dengan sasaran yang lebih spesifik, misalnya: remaja, wanita, pendidikan, dan pertanian (Sinar Tani, Trubus, Trobos). Koran atau majalah atau buletin: prasarana ini jarang

Page 24: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

8

digunakan oleh masyarakat karena umumnya masyarakat malas membaca, rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan tidak bisa membaca (buta huruf) karena untuk memahami isi koran atau majalah atau buletin, pembaca dituntut untuk bisa membaca serta memiliki intelektualitas tertentu (Hapsari 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Hapsari (2009) menyatakan bahwa radio merupakan media massa paling penting bagi petani di negara berkembang. Program pedesaan untuk pembangunan pertanian harus disiarkan ketika petani dan keluarganya dapat mendengarkan, biasanya pada pagi hari sebelum ke sawah, atau pada sore hari sesudah selesai bekerja. Penyiar/ pemancar radio seharusnya dapat menyentuh pendengarnya dengan membuat acara yang sesuai dengan masalah lokal yang dihadapi petani, dan menggunakan bahasa yang dapat dipahami. Wawancara dengan petani yang berhasil biasanya lebih efektif daripada ceramah yang disajikan oleh ilmuan pertanian.

Siaran radio sebagai salah satu media massa merupakan media komunikasi yang dapat menyampaikan pesan secara serentak dengan kecepatan tinggi, dapat mengatasi ketidakmampuan baca tulis dan relatif lebih murah peralatannya dibandingkan dengan siaran televisi, siaran radio adalah media massa yang relatif murah ini dapat diandalkan untuk menyampaikan inovasi pertanian kepada petani di pedesaan (Mumpuni 2003).

Lebih lanjut, berdasarkan hasil penelitian Mulyandari (2011) mengungkapkan bahwa televisi sebagai suatu media massa audio-visual modern, televisi memiliki daya tarik luar biasa. Televisi mampu mengantarkan pesan-pesan kepada pemirsa di rumah atau di tempat lain secara langsung. Media ini dapat berfungsi sebagai media informasi, media hiburan, dan media pendidikan. Di Indonesia, siaran televisi dengan substansi pertanian melalui media televisi juga pernah ditayangkan, diantaranya adalah dari desa ke desa pada tahun 1980-an, kuis asah terampil untuk para kelompok tani, dan saung tani yang disiarkan TVRI pada tahun 2007 dan pada tahun terakhir (2011) melalui program pelangi desa.

Berdasarkan hasil penelitian Sumaryo (2006) televisi telah berkembang menjadi salah satu media massa yang sangat populer. Televisi telah merambah sampai ke pelosok pedesaan. Peranan televisi merupakan tingkah laku yang diwujudkan oleh televisi dalam penyebaran infomasi baik itu informasi pertanian maupun informasi yang lainnya, membantu petani berpartisipasi, dan mendidik petani agar memiliki keterampilan. Peranan televisi diketahui dari pemanfaatan media tersebut dalam mendapatkan informasi pertanian. Peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian termasuk dalam kategori rendah, hal ini terjadi karena petani kurang tertarik untuk menyaksikan acara siaran informasi pertanian. Alasan umumnya karena siaran informasi pertanian tidak sesuai dengan waktu istirahat mereka. Petani juga lebih banyak menonton hiburan ketika melepas lelah. Penggunaan televisi dalam pembangunan pertanian perlu ditingkatkan.

Lebih lanjut, hasil penelitian Hapsari (2009) mengungkapkan bahwa petani dengan pendidikannya rendah, berharap banyak pada televisi sebagai sumber informasi usahatani. Akan tetapi, televisi yang beroperasi pada tataran umum dan populer itu, yang sangat sadar biaya, tidak mungkin memenuhi harapan segelintir petani akan informasi teknis, yang cukup detail. Jadi ketidaksesuaian realita televisi yang mereka saksikan dengan harapan yang mereka pendam, solusinya perlu dicari pada media massa lain. Media cetak dan media online sulit diakses karena umumnya responden tidak memiliki sarana dan prasarana, termasuk

Page 25: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

9

kemampuan membaca dan memahami bahasa inggris sebagai bahasa yang digunakan untuk mengoperasikan media online, khususnya internet.

Media komunikasi dalam pemanfaatan informasi bagi petani bermacam-macam bentuknya. Hapsari (2009) menyatakan bahwa prasarana komunikasi dan informasi yaitu: Telepon adalah adanya sinyal telepon seluler atau handphone baik untuk pelanggan global system for mobile Communication/ general packet radio service (GSM/GPRS) maupun Code Division Multiple Acces (CDMA) dan terdapat jaringan telepon rumah. Layanan surat pos, layanan surat pos umumnya kurang diminati oleh masyarakat, karena masih ada masyarakat desa Ciareteun Ilir yang buta huruf (tidak bisa membaca dan menulis) sehingga motivasi untuk menulis atau membaca surat sangat rendah. Koran atau majalah atau buletin: prasarana ini jarang digunakan oleh masyarakat karena umumnya masyarakat malas membaca, rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan tidak bisa membaca (buta huruf) karena untuk memahami isi koran atau majalah atau buletin, pembaca dituntut untuk bisa membaca serta memiliki intelektualitas tertentu. Forum komunikasi kader pemberdayaan masyarakat yaitu : wadah bagi masyarakat Desa Ciareteun Ilir untuk saling berdiskusi, bertukar informasi, dan bermusyawarah ketika ada suatu permasalahan atau kegiatan atau program yang harus melibatkan masyarakat.

Leeuwis (2009) menyatakan bahwa dengan mengikuti kemajuan yang cepat dalam teknologi computer dan telekomunikasi, sejak awal 1990-an kita telah meyaksikan peningkatan media hibrida baru, yang mengkombinasikan potensi yang ditawarkan oleh media massa dan komunikasi interpersonal. Teknologi internet dan CD-ROM misalnya, merupakan media yang potensial mencapai audiens yang luas, yang membiarkan aktivitas antara penerima dan pengirim sampai taraf tertentu. Internet memiliki aplikasi luas, banyak terkait dengan intervensi komunikatif (dalam berbagai bidang kemasyarakatan, termasuk pertanian dan manajemen sumberdaya).

Mulyandari (2011) menyatakan bahwa media massa baru/modern merupakan media massa yang telah menggunakan aplikasi teknologi informasi multimedia, diantaranya adalah komputer, telepon genggam, dan jaringan internet. Media massa yang lebih modern ini memiliki ciri-ciri: (1) sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (Melalui SMS atau Internet misalnya); (2) isi Pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual; (3) tidak ada perantara, interaksi terjadi pada masing-masing individu-individu; (4) komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam; (5) Penerima yang menentukan waktu interaksi.

Lebih lanjut, kemajuan teknologi dalam penyebaran informasi mengenai teknologi pertanian berjalan dengan cepat, sehingga petani dituntut dan diharapkan dapat menyesuaikan dan menggunakan teknologi tersebut, contohnya adalah penggunaan cyber extension.

Menurut Van den ban dan Hawkins (1999) teknologi informasi modern memungkinkan petani dengan cepat memperoleh informasi, dan menyeleksi yang paling tepat dengan menggunakan model tertentu untuk mengambil keputusan. Perkembangan computer dan telekomunikasi memberikan petani kesempatan untuk memperoleh informasi teknis dan ekonomis dengan cepat dan menggunakannya dengan efektif untuk pengambilan keputusan.

Page 26: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

10

Arifin (2011) menyatakan bahwa dampak dari revolusi komunikasi atau informasi yaitu terjadi perubahan dalam proses komunikasi yang meliputi (1) pengumpulan informasi; (2) penyimpanan informasi; (3) pengolahan informasi; (4) penyebaran informasi; dan (5) balikan informasi (umpan balik).

Menurut Bungin (2008) internet seperti yang diketahui adalah bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu, seperti komputer (dengan berbagai varian manfaat), televisi, radio, dan telepon. Setelah penemuan komputer pada tahun 1960-an dan terus berkembang sampai pada tahun 1990-an sehingga melahirkan teknologi internet, para ahli tercengang dengan begitu pesat perkembangan teknologi ini yang oleh mereka disebut “sebagai yang tidak terduga”. Internet begitu memukau dan begitu cepat berkembang dengan varian-varian programnya yang menjadikan bumi ini dalam cengkraman teknologi. Internet telah berkembang menjadi sebuah teknologi yang tidak saja mampu mentransmisikan berbagai informasi, namun juga telah mampu menciptakan dunia baru dalam realitas kehidupan manusia, yaitu sebuah realitas materialistis yang tercipta dalam dunia maya.

Vardiansyah (2004) menyatakan bahwa perkembangan teknologi komunikasi, yakni teknologi komputer dengan internet melahirkan media yang bersifat multimedia karena hampir seluruh bentuk media komunikasi yang telah dikenal umat manusia menyatu dalam elektronik digitalnya. Di internet kita dapat menemukan surat elektronik, iphone (telepon internet), suratkabar/majalah elektronik, radio internet, TV internet, bahkan kegiatan tatap muka melalui internet. Internet atau interconnection networking telah membuat ruang dan waktu baru, yang bersifat nirjarak dan nirwaktu yang disebut cyberspace (multimedia).

Mulyandari (2011) dalam Browning et.al (2008) menyatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi seperti internet telah merevolusi cara kita bekerja dengan informasi dan mengkomunikasikannya dengan orang lain. Tingginya tingkat adopsi teknologi tersebut, telah mengubah kebiasaan kita baik di tempat kerja maupun di lingkungan rumah tangga menjadi arena yang semakin bergantung pada teknologi informasi dan komunikasi dalam tugas sehari-hari. Penggunaan Short Message Service (SMS) maupun Web sudah biasa ditunjukan untuk mempublikasikan informasi tentang produk, perusahaan, pelatihan-pelatihan/kursus dari Universitas. Internet merupakan salah satu teknologi komunikasi dan informasi yang baru untuk praktek komunikasi. Secara lebih spesifik, teknologi informasi dan komunikasi dianggap lebih efisien, lebih murah, lebih cepat, dan boleh jadi merupakan cara yang lebih akurat untuk membantu tugas kita sehari-hari.

Lebih lanjut menurut Mulyandari (2011) menyatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah salah satu saluran atau media komunikasi, sehingga dapat dinyatakan bahwa cyber extension yang mensinergikan teknologi informasi dan komunikasi dalam komunikasi inovasi merupakan media baru atau sebagai suatu inovasi. Implementasi dan Pemanfaatan Cyber Extension

Subejo (2011) menyatakan bahwa model cyber extension yang telah dikembangkan di Jepang dengan cukup pesat adalah computer network system yang dikenal dengan Extension Information Network (El-net). Sistim El-net merupakan sistim yang terintegrasi yang menggabungkan berbagai stakeholders

Page 27: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

11

seperti pemerintah pusat, propinsi, lembaga penelitian, perusahaan pertanian, pasar, penyuluh dan petani. Pada sistim El-net, dikembangkan sistim database dan sistim komunikasi melalui email. Database tersebut antara lain mencakup berita pertanian, informasi pasar serta informasi cuaca.

Mulai akhir abad 20, akses informasi pasar di negara Cina sudah dilakukan melalui Personal Computer (PCs) desktop. Pada saat ini, selain pengusaha besar, petani sudah mulai akses informasi pasar melalui telepon seluler (mobile phone) dengan biaya yang relatif lebih murah. Website khusus untuk produk pertanian telah dioperasionalkan dengan menyediakan direktori berbagai produk, papan penawaran produk, layanan untuk perdagangan, pusat informasi produk pertanian, dan virtual office sehingga perdagangan global yang melibatkan pedagang dan perusahaan besar dalam dan luar negeri untuk produk dari Cina dapat berkembang dengan pesat (BBC News 2004 a dalam Mulyandari 2011).

Sumardjo et al. (2010) mengungkapkan bahwa Kenya Agricultural Commodities Exchange (KACE) didukung oleh perusahaan swasta mengembangkan Sistem Informasi Pasar (SIP) melalui aplikasi TIK untuk membantu akses petani terhadap informasi pasar dan harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani miskin di daerah pedesaan atau daerah terpencil di Kenya. Jaringan Huaral Valley di Peru dibangun untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi pertanian. Jaringan dari pusat informasi masyarakat ini dirancang dengan teknologi jaringan tanpa kabel (wireless). Akses internet berjalan (mobile internet) memberikan kemungkinan yang lebih besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang nyata bagi kehidupan petani pedesaan. Selain petani, para pelajar di pedesaan juga dapat merasakan manfaat dari infrastruktur telekomunikasi yang telah dibangun tersebut. Thailand Canada Tele-centre Project (TCTP) bekerja sama dengan pemerintahan Thailand, sektor swasta, dan World Bank telah mempromosikan akses layanan ICT di desa-desa dengan menempatkan beberapa telepon dan komputer untuk akses ke internet di lokasi yang mudah diakses oleh masyarakat yang disebut telecenter.

Mulyandari et al. (2010) menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi stakeholders dalam kemungkinannya untuk penerapan cyber extension dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok utama, yaitu sebagai berikut: manajemen, infrastruktur dan sarana-prasarana lainnya, sumberdaya manusia, budaya

Cyber Extension memanfaatkan kekuatan jaringan komunikasi komputer dan multimedia interaktif untuk memfasilitasi mekanisme berbagai informasi atau pengetahuan. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, mekanisme cyber extension sudah mulai diterapkan di banyak negara dalam tahun-tahun ini sebagai suatu mekanisme penyaluran informasi yang dapat diupayakan untuk memenuhi kebutuhan petani di pedesaan terhadap informasi untuk mendukung kegiatan usahataninya.

Mulyandari (2011) menyatakan bahwa cyber extension berfungsi untuk memperbaiki aksesibilitas petani terhadap informasi pasar, input produksi, tren konsumen, yang secara positif berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi, informasi pemasaran, praktek pengelolaan ternak dan tanaman atau ternak, ketersediaan transportasi, informasi peluang pasar dan harga input maupun output pertanian sangat penting untuk efisiensi produksi secara ekonomi. Dengan mengimplementasikan cyber extension dalam pembangunan pertanian berkelanjutan melalui peningkatan fungsi sistem pengetahuan dan informasi

Page 28: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

12

pertanian dan peningkatan kapasitas petani, maka petani akan berpikir dengan cara yang berbeda, berkomunikasi yang berbeda-beda dan mengerjakan bisnisnya secara berbeda-beda. Selain itu, cyber extension memfokuskan pada keseluruhan pengembangan usahatani termasuk produksi, manajemen, pemasaran, dan kegiatan pembangunan pedesaan lainnya.

Pemanfaatan cyber extension dapat dilihat dari aspek cyber extension dan bagaimana proses pemanfaatan cyber extension. Pemanfaatan cyber extension dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Pemanfaatan cyber extension (diinspirasi dari Browning et al. 2008 dalam Mulyandari 2011 )

Aspek Cyber Extension

Pemanfaatan Cyber Extension Dasar Menengah Lanjut

Sarana teknologi informasi yang dominan dimanfaatkan

Mulai berbasis teknologi informasi namun masih dominan menggunakan media konvensional

Berbasis pada teknologi informasi terbatas pada telepon baik telepon rumah maupun telepon genggam (HP)

HP berinternet dan atau komputer offline dan online

Intentitas pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usaha tani

Tidak setiap hari menggunakan sarana teknologi informasi

Menggunakan sarana teknologi informasi setidaknya satu kali dalam satu hari

Menggunakan sarana teknologi informasi lebih dari satu kali dalam satu hari

Tingkat manfaat yang dirasakan

Memanfaatkan secara langsung dan atau secara tidak langsung

Komunikasi dan atau mencari informasi secara interaktif

Komunikasi secara interaktif, browsing, chatting, jejaring sosial, pengelolaan/ dokumentasi informasi, dan promosi usaha

Pengembangan jejaring sosial (jangkauan komunikasi atau interaksi)

Terbatas dan hanya dalam wilayah lokal sampai luar desa secara terbatas

Cukup luas, namun masih dalam batas provinsi- nasional

Sangat luasan dapat menjangkau dunia gobal

Aktivitas Berbagi informasi/pengetahuan

Berbagi informasi dominan melalui konvensional

Mulai mengenal teknologi Informasi untuk sarana berbagi informasi /pengetahuan dengan pihak lain

Aktif berbagi informasi secara interaktif dengan sarana teknologi informasi baik untuk beberapa pengetahuan, berkoordinasi, maupun bersinegri.

Page 29: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

13

Efektivitas Cyber Extension dalam Diseminasi Teknologi Pertanian Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang

dimaksudkan pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan difahami oleh penerima pesan (Tubbs dan Moss 2000).

Tubbs dan Moss (2000) menyatakan bahwa ada lima hal yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu : pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. Komunikator dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atau pesan yang disampaikannya. Kegagalan utama dalam komunikasi adalah ketidakberhasilan dalam menyampaikan isi pesan secara cermat, semakin sulit pula untuk menentukan seberapa cermat pesan yang diterima. 1. Pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan

seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Dalam hal ini, komunikator dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan.

2. Tingkat kesenangan dalam berkomunikasi berkaitan erat dengan perasaan kita terhadap orang yang berinteraksi dengan kita.

3. Pengaruh pada sikap: tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita.

4. Hubungan yang makin baik : keefektivan komunikasi secara keseluruhan masih memerlukan suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan. Bila hubungan manusia dibayang-bayangi oleh ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja berubah makna atau didiskreditkan.

5. Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang kita inginkan, merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Tampaknya lebih mudah menggunakan agar pesan kita dipahami daripada mengusahakannya agar pesan kita disetujui.

Menurut Vardiansyah (2004) efek komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Efek komunikasi dapat kita bedakan atas efek kognitif (pengetahuan, seseorang menjadi tahu tentang sesuatu), afektif (sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu), dan konatif (tingkah laku, yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu), karenanya efek adalah salah satu elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi yang diinginkan.

Menurut Wiryanto (2000) efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri penerima, karena menerima pesan-pesan dari suatu sumber. Perubahan ini meliputi perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku nyata. Komunikasi dikatakan efektif apabila ia menghasilkan efek-efek atau perubahan-perubahan sebagai yang diharapkan sumber, seperti pengetahuan, sikap, dan perilaku atau ketiganya.

Hasanah (2005) menunjukkan bahwa komunikasi efektif dapat terjadi bila tercapainya suatu keberhasilan, di mana dapat terjadi jika penerima pesan terdedah terhadap pesan yang disampaikan oleh sumber. Dengan demikian, komunikasi yang efektif yaitu terjadinya pemahaman,kesenangan, pengaruh pada

Page 30: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

14

sikap, hubungan yang semakin baik, dan tindakan. Selain itu, komunikasi yang efektif juga dapat menimbulkan dampak kognitif, afektif, dan behavioral.

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif menurut Effendy (2007) mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi yaitu : 1. Faktor pada komponen komunikan

Faktor yang harus diperhatikan oleh seseorang komunikan dalam menyampaikan suatu pesan yaitu : timing yang tepat untuk suatu pesan, bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti, sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif, jenis kelompok dimana komunikasi itu dilaksanakan. Seseorang dapat dan akan menerima pesan hanya kalau terdapat kondisi berikut sebagai simultan; (a) Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi; (b) Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya sesuai dengan tujuannya; (c) Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya; (d) Ia mampu untuk menepati janjinya baik secara mental maupun secara fisik.

2. Faktor pada komponen komunikator: untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator yakni kepercayaan kepada komunikator (source atrractiveness) dan daya tarik komunikator (source attractiveness) 1. Kepercayaan pada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat

tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan dapat mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan, lebih cenderung komunikan merubah kepercayaannya kepada arah yang dikehendaki komunikator.

2. Daya tarik komunikator: seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik. Jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan. Media komunikasi cyber extension dalam diseminasi teknologi pertanian

dapat dikatakan efektif, jika media komunikasi cyber extension dalam diseminasi teknologi pertanian tersebut menimbulkan perubahan pada kognitif, afektif, behavioral dan sikap terhadap pemanfaatan cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian.

Potensi, Tantangan Pengembangan Tanaman Florikultura

Manurut Palungkung (2004) dalam Anggrayni (2006) menyatakan bahwa tanaman hias merupakan bagian dari hortikultura non pangan yang digolong dalam florikultur. Florikultur adalah cabang ilmu hortikultura yang mempelajari tanaman hias sebagai bunga potong, tanaman pot, atau tanaman penghias taman. Tanaman hias dengan keragamannya itu tidak semata-mata digunakan sebagai pelengkap saja, tetapi tanaman hias juga mempunyai beberapa fungsi lain yaitu: keindahan, stabilisator atau pemeliharaan lingkungan, pendidikan, pemeliharaan lingkungan, serta ekonomi dan sosial.

Lebih lanjut, Sudarmono (1997) menyatakan bahwa tanaman hias merupakan jenis tanaman tertentu yang berasal dari tanaman daun atau tanaman

Page 31: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

15

bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistic dan menarik.

Menurut (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 2012) tanaman florikultura merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi, bahkan memberikan kontribusi yang besar dalam perdagangan dunia sekitar US $ 80 milyar. Beberapa negara memberikan perhatian kepada pembangunan industri tanaman florikultura di negaranya sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam perolehan devisa negara tersebut (lebih dari 40 %), seperti Belanda, Kolombia, Kenya, Costarica, Thailand, Taiwan dll. Sekitar tahun 2005, pemerintah Indonesia baru mulai memberikan perhatian kepada pengembangan agribisnis tanaman florikultura, karena dinilai bahwa komoditas tersebut ternyata memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional, memberikan sumber perdapatan rumah tangga, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan data tahun 2008, sumbangan sub sektor agribisnis tanaman florikultura terhadap PDB nasional adalah sebesar Rp 6.4 trilyun (tahun 2008), namun kontribusi Indonesia dalam perdagangan tanaman florikultura dunia masih sangat kecil, baru sekitar US $ 12 juta ( 2008).

(Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 2012) menyatakan bahwa pembangunan florikultura masih menghadapi permasalahan berkenaan dengan penerapan teknologi, ketersediaan sarana dan prasarana produksi, sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan modal serta kelembagaan.

Tantangan pembangunan florikultura antara lain: (1) Industri perbenihan belum optimal; (2) Hasil pemuliaan masih terbatas; (3) Kompetensi sumberdaya manusia masih rendah; (4) Rendahnya kompetensi sumberdaya manusia dalam teknologi maju budidaya florikultura; (5) Kelembagaan usaha belum optimal; (6) Sistem informasi belum tersedia; (7) Rantai pendingin dan manajemen rantai pasokan (SCM) belum tertata dengan baik; (8) Skala usaha kecil belum memenuhi skala industri; (9) Promosi dan edukasi kepada masyarakat kurang; (10) Luas lahan sempit; (11) Regulasi belum kondusif; (13) Hubungan pemerintah dan pelaku usaha belum harmonis. (14) Rantai pasok belum efisien; (15) Skim pembiyaan sulit diakses; (16) Industri Hulu dan Hilir belum berkembang; (17) Sistem penanganan di pelabuhan atau bandara ekspor belum optimal; dan (18) Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Hortikultura belum sinkron dengan RUTR daerah.

Kerangka Pemikiran

Media komunikasi memiliki peran penting dalam mendiseminasikan teknologi pertanian (tanaman hias) untuk membantu petani dalam kegiatan usahanya. Media komunikasi yang digunakan petani berbagai macam, yaitu: media komunikasi interpersonal, media massa, dan media komunikasi cyber extension. Media komunikasi cyber extension merupakan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat digunakan petani untuk mencari informasi mengenai teknologi pertanian sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Beberapa kendala petani dalam penggembangan usahanya adalah sulit akses terhadap informasi mengenai inovasi teknologi pertanian, karena keterbatasan media

Page 32: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

16

komunikasi yang mendiseminasikan teknologi pertanian dan keterbatasan kemampuan petani dalam menggunakan media komunikasi cyber extension. Oleh sebab itu, media komunikasi cyber extension diharapkan dapat mendiseminasikan teknologi pertanian secara efektif. Menurut Subejo (2011) cyber extension merupakan penggunaan jaringan on-line, komputer, dan digital interactive multimedia untuk memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian. Model ini dipandang sangat strategis karena mampu meningkatkan akses informasi bagi petani, petugas penyuluh, baik di lembaga penelitian maupun di universitas serta para manajer penyuluhan. Cyber extension menurut Wijekuon et al. (2009) dalam Mulyandari (2011) adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya dibalik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi. Informasi yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension diharapakan dapat digunakan dan diterapkan petani dalam menjalankan usahanya. Hubungan antar peubah yang menjadi kerangka pemikiran dari penelitian ini selengkapnya disajikan pada Gambar 1.

Keterangan: hubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian.

Karakteristik individu 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan formal 4. Tingkat pendidikan nonformal 5. Tingkat pendapatan

Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension

1. Persepsi 2.Tingkat ketersediaan

teknologi informasi 3.Tingkat ketersediaan infrastruktur

jaringan komunikasi 4.Tingkat keterjangkauan fasilitas

training yang berkaitan dengan cyber extension

Efektivitas cyber extension

1. Kognitif 2. Sikap 3. Networking

Page 33: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

17

Gambar 1 menyajikan kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian. Karakteristik individu yang akan menjadi variabel dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan (tingkat pendidikan formal dan tingkat pendidikan nonformal), dan tingkat pendapatan. Karakteristik individu berbeda antara satu petani dengan petani lainnya, sehingga diduga berhubungan dengan efektivitas media komunikasi cyber extension.

Aksesibilitas media komunikasi cyber extension yang akan menjadi variabel dalam penelitian ini adalah persepsi terhadap media komunikasi cyber extension (tingkat keuntungan relatif, tingkat kerumitan, tingkat kesesuaian, dan tingkat kemungkinan dicoba), tingkat ketersediaan teknologi informasi, tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi, dan tingkat keterjangkauan fasilitas training. Diduga terdapat hubungan antara aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension dengan efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian.

Efektivitas media komunikasi cyber extension yang akan menjadi variabel dalam penelitian ini adalah kognitif, sikap, dan networking.

Data hubungan antara karakteristik individu dengan aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension diperoleh dari petani pengguna dan non pengguna cyber extension, sedangkan data hubungan antara karakteristik individu dengan aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension, dan hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas media komunikasi cyber extension diperoleh dari petani pengguna media komunikasi cyber extension.

Data petani pengguna dan non pengguna cyber extension (36 petani) hanya dapat dihubungkan antara karakteristik individu dengan aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension. Hal ini disebabkan oleh petani non pengguna cyber extension tidak menggunakan media komunikasi cyber extension dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian, sehingga tidak dapat dihubungkan dengan efektivitas media komunikasi cyber extension.

Karakteristik individu yang diidentifikasi, yaitu: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, dan tingkat pendapatan, sedangkan aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension yang diidentifikasi, yaitu: persepsi tentang tingkat keuntungan relatif media komunikasi cyber extension, persepsi tentang tingkat kerumitan media komunikasi cyber extension, dan tingkat keterjangkauan fasilitas training. Untuk variabel aksesibilitas terhadap media komunikasi lainnya tidak dihubungkan dengan karakteristik individu. Hal ini dikarenakan data/kuesioner pengguna dan non pengguna tidak sama.

Page 34: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

18

Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian yang dapat ditarik dari penelitian ini diantaranya: 1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas

cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian.

2. Diduga terdapat hubungan antara aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension dengan efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian.

3. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension.

Definisi Operasional

1. Karakteristik individu adalah ciri-ciri yang mengambarkan individu yang dapat dilihat dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan (tingkat pendidikan formal dan tingkat pendidikan nonformal), dan tingkat pendapatan.

2. Usia adalah lama hidup petani yang dihitung berdasarkan tanggal lahir sampai dengan penelitian dilakukan, diukur dalam satuan tahun. Usia diukur berdasarkan rataan usia petani dari data yang didapat di lapangan. Usia dikategorikan menjadi dua kategori:

a. Muda (Skor 1 : 17 – 39 tahun ) b. Tua (Skor 2 : 40 – 67 tahun ) 3. Jenis kelamin adalah identitas seksual yang melekat pada diri seseorang,

digolongkan dengan skala nominal, dikategorikan dalam dua kategori: a. Laki-laki (1) b. Perempuan (2) 4. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah

atau sedang dijalani dan pendidikan non formal yang diikuti. 4.1 Tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan terakhir yang telah

dan sedang diikuti dibangku sekolah formal. Tingkat pendidikan formal terdiri dari SD, Tamat SD, SMP, Tamat SMP, SMA, Tamat SMA, dan Perguruan Tinggi, lalu dikategorikan menjadi dua kategori berdasarkan rataan pendidikan terakhir petani dari data yang didapat di lapangan, yaitu:

a. Rendah (Skor 1 ≤ SMA) b. Tinggi (Skor 2 > SMA)

4.2 Tingkat pendidikan nonformal adalah jenis dan banyaknya pelatihan yang telah diikuti, dinyatakan dengan jumlah pelatihan yang telah diikuti dalam satu tahun terakhir.

a. Rendah (skor 1 Tidak pernah mengikuti pelatihan sama sekali)

b. Tinggi (Skor 2 ≥ 1)

Page 35: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

19

5. Tingkat pendapatan adalah penerimaan bersih dari pekerjaan yang diterima petani dalam jangka waktu satu bulan terakhir dari hasil pertanian (tanaman hias) ditambah dengan pendapatan dari pekerjaan sampingan (jika ada). Tingkat pendapatan digolongkan dalam skala ordinal. Tingkat pendapatan digolongkan berdasarkan rata-rata pendapatan petani yang menjadi responden. Tingkat pendapatan dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu : rendah dan tinggi.

a. Rendah (skor 1 < 4000000) b. Tinggi (skor 2 ≥ 4000000) 6. Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang

memanfaatkan media komunikasi cyber extension yang meliputi beberapa aspek: persepsi, tingkat ketersediaan teknologi informasi, tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi, dan tingkat keterjangkauan fasilitas training.

6.1 Persepsi adalah penilaian petani terhadap media komunikasi cyber extension berdasarkan karakteristik inovasi media komunikasi cyber extension meliputi: tingkat keuntungan relatif, tingkat kesesuaian, tingkat kerumitan, dan tingkat kemungkinan dicoba. 6.1.1 Tingkat keuntungan relatif : Derajat dimana media komunikasi

cyber extension dipandang sebagai jauh lebih baik dibandingkan dengan teknologi yang sebelumnya atau terdahulu. Tingkat keuntungan relatif dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu:

a. Rendah (skor 1 < 30) b. Tinggi (skor 2 ≥ 30)

6.1.2 Tingkat kesesuaian : Derajat dimana media komunikasi cyber extension dipandang sebagai konsisten atau sesuai dengan pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Tingkat kesesuaian dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu:

a. Rendah (skor 1 < 30) b. Tinggi (skor 2 ≥ 30)

6.1.3 Tingkat kerumitan : Derajat atau tingkat dimana media komunikasi cyber extension dianggap sulit untuk diakses. Tingkat kerumitan dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu:

a. Rendah (skor 1 < 30) b. Tinggi (skor 2 ≥ 30)

6.1.4 Tingkat kemungkinan dicoba : Derajat dimana media komunikasi cyber extension dapat dicoba dalam skala kecil. Tingkat kemungkinan dicoba dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu:

a. Rendah (skor 1 < 30) b. Tinggi (skor 2 ≥ 30)

Page 36: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

20

7. Tingkat ketersediaan teknologi informasi: jenis saluran atau tempat yang memungkinkan petani menggunakan media komunikasi cyber extension berbasis teknologi informasi dalam mendapatkan informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Meliputi : (1) Telepon rumah; (2) Telepon genggam; (3) Komputer berinternet; (4)Warnet/telecenter. Tingkat ketersediaan teknologi informasi dikategorikan menjadi dua kategori (jumlah teknologi informasi yang digunakan), yaitu:

a. Rendah (skor 1 : (1- 2) b. Tinggi (skor 2 : (3 - 4) 8. Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi: keberadaan dan

kondisi infrastruktur yang mendukung dapat operasionalnya sarana teknologi informasi dan komunikasi untuk akses informasi berbasis teknologi informasi. Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi yang dikaji dalam penelitian ini meliputi: jaringan telepon rumah dan jaringan internet. Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu:

a. Rendah (skor 1 < 3) b. Tinggi (skor 2 ≥ 3)

9. Tingkat keterjangkauan fasilitas training: kemudahan petani memperoleh pelatihan penggunaan teknologi informasi, yaitu dalam penggunaan komputer, akses internet, dan akses informasi teknologi pertanian. Diukur berdasarkan tingkat keikutsertaan petani dalam pelatihan pemanfaatan teknologi informasi, yaitu: (1) Penggunaan komputer untuk pengolahan data dan akses informasi; (2) Pemanfaatan telepon genggam untuk akses informasi; dan (3) Pemanfaatan dan pengelolaan informasi melalui internet. Tingkat keterjangkauan fasilitas training dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu:

a. Rendah (skor 1 < 11.5) b. Tinggi (skor 2 ≥ 11.5) 10. Efektivitas media komunikasi cyber extension adalah keberhasilan sebuah

media komunikasi cyber extension dalam mendiseminasikan informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Efektivitas media komunikasi cyber extension diidentifikasi dari tingkat kognitif (pengetahuan), sikap dan networking. 10.1 Kognitif adalah : pengetahuan petani mengenai informasi teknologi

pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Diukur berdasarkan jawaban petani pada tingkat kognitif (pengetahuan). Dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu:

a. Rendah (skor 1 < 21) b. Tinggi (skor 2 ≥ 21)

Page 37: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

21

10.2. Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan persepsinya terhadap obyek tersebut berhubungan dengan informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu:

a. Rendah (skor 1 < 11) b. Tinggi (skor 2 ≥ 11)

10.3. Networking : menyambungkan dan menghubungkan antara satu pihak dengan pihak lainnya dalam bidang pertanian (tanaman hias) mencakup membangun komunikasi, kemitraan, dan pemasaran melalui media komunikasi cyber extension. Networking dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu:

a. Rendah (skor 1 (3 - 4)) b. Tinggi (skor 2 (5 - 6))

Page 38: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

22

Page 39: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

23

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang lengkap (Singarimbun dan Effendi 2008). Penelitian ini dilengkapi dengan data kualitatif untuk menjelaskan setiap variabel yang diukur. Data kualitatif berupa data hasil wawancara dengan informan, dan data pengamatan di lapangan. Satuan unit analisis untuk data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah individu.

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di suatu Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor yang bergerak di bidang tanaman hias. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor merupakan organisasi yang menjadi wadah berkumpulnya peneliti, pecinta, kolektor, petani, pengusaha serta pemerhati tanaman hias dan tanaman hortikultura yang lain.

Penelitian dilakukan beberapa tahap, mulai dari pembuatan rencana penelitian melalui penelusuran data sekunder, penjajagan lapangan, dan pengumpulan data.

Pertama, penelitian ini diawali dengan melakukan survei ke Perhimpunan Florikultura Indonesia dan Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor. Survei dilakukan lewat telepon dan survei penjajagan ke sekretariatan perhimpunan tersebut untuk mendapatkan data anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor.

Kedua, proses pengumpulan data kuantitatif dengan metode survei. Survei petani dilakukan pada petani yang bergabung dalam suatu perhimpunan dan bermitra. Metode ini berguna untuk menjaring keragaman data dari beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap penggunaan dan akses terhadap media komunikasi cyber extension, yaitu karakteristik individu, aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension, dan efektivitas media komunikasi cyber extension.

Ketiga, data kualitatif yang digunakan lebih menekankan pada proses dan makna, maka lebih menekankan pada pemaknaan subyektif para informan dan responden terhadap media komunikasi cyber extension.

Teknik Pemilihan Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah petani tanaman hias yang tergabung dalam Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor yang menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian dan petani yang tidak menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian, dengan demikian unit analisisnya adalah individu. Pengambilan sampel penelitian untuk petani yang menggunakan internet dengan cara mendata seluruh petani yang tergabung dalam Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota

Page 40: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

24

Bogor yang menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian. Dari data tersebut diperoleh petani pengguna cyber extension yang berjumlah 18 orang petani. Selain petani pengguna cyber extension di dalam penelitian ini dipilih petani non pengguna cyber extension.

Pengambilan sampel penelitian untuk petani yang tidak menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian menggunakan metode acak sederhana dari data petani yang tergabung dalam Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor. Metode acak ini digunakan agar semua sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi 2008). Dari data tersebut diperoleh petani non pengguna cyber extension yang berjumlah 18 orang petani. Petani non pengguna cyber extension dipilih sebanyak 18 orang petani dengan pertimbangan agar total petani yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah lebih dari 30 orang petani. Total petani dalam penelitian ini berjumlah 36 petani. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa jumlah minimal responden yang digunakan dalam penelitian sosial yang menggunakan analisis non parametric sebesar 30 responden (Singarimbun dan Effendi 2008). Tabel jumlah petani pengguna dan non pengguna media komunikasi cyber extension dapat dilihat pada Tabel 2.

Data kualitatif diperoleh dengan observasi langsung dan wawancara

mendalam kepada informan. Pemilihan informan sebagai sumber informasi primer data kualitatif dipilih secara purposive, yaitu wakil ketua Perhimpunan Florikultura Indonesia, anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia, sekretaris Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor, anggota Kementerian Pertanian Pusat Direktoral Jendral Hortikultura, dan Kasi Produksi pada Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dinas Pertanian).

Tabel 2 Jumlah petani pengguna dan non pengguna media komunikasi cyber extension

No Kategori petani Jumlah

1 Pengguna media komunikasi cyber extension 18

2 Non pengguna media komunikasi cyber extension 18

Jumlah 36

Page 41: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

25

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan daftar pertanyaan/kuesioner kepada responden yang sebelumnya telah dipilih. Data primer kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara terstruktur kepada 36 petani dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner. Selanjutnya untuk pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui observasi, serta wawancara mendalam dengan informan yang dipilih. Wawancara mendalam diarahkan dengan panduan pertanyaan wawancara mendalam. Data sekunder sebagai data pendukung didapat melalui studi literatur berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kebijakan, penggunaan media komunikasi cyber extension dalam diseminasi teknologi pertanian, data Dinas Pertanian Kota Bogor, juga data-data lain yang diperlukan terkait dengan topik penelitian.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Data sekunder, meliputi Profil Perhimpunan Florikultura Indonesia, Profil

Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor, dan profil mengenai petani tanaman hias.

2. Data primer, dikumpulkan dengan cara: 1. Menggunakan kuesioner terstruktur sebagai instrument. Kuesioner terdiri

dari 3 bagian yaitu: a. Behubungan dengan karakteristik individu. b. Berhubungan dengan aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber

extension. c. Berhubungan dengan efektivitas media komunikasi cyber extension.

2. Melakukan wawancara terbuka untuk memperoleh keterangan lebih lanjut yang tidak terungkap dari hasil kuesioner.

3. Observasi, mengadakan pengamatan langsung kepada petani untuk menguji kebenaran jawaban pada hasil kuesioner.

Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang terkumpul dilakukan pengelolahan data. Data primer yang terkumpul secara kuantitatif diolah berdasarkan tabulasi frekuensi terlebih dahulu. Tabel frekuensi digunakan untuk menggambarkan karakteristik individu, aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension, dan efektivitas media komunikasi cyber extension dalam diseminasi teknologi pertanian (tanaman hias). Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data berupa tabel frekuensi dan tabulasi silang (crosstab).

Data kuantitatif yang diolah dengan menggunakan tabulasi silang dan SPSS for Windows v.16.0 dengan uji korelasi Rank Spearman dan Chi-Square untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dan aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension. Data kuantitatif yang diolah dengan tabulasi silang, dianalisis dengan metode yang sesuai dalam mengukur hubungan karakteristik individu dengan efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi informasi mengenai teknologi pertanian, dan hubungan aksesibilitas

Page 42: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

26

media komunikasi cyber extension dengan efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi mengenai teknologi pertanian.

Uji korelasi menggunakan metode Rank Spearman untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikasi asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan adalah data-data yang berbentuk ordinal. Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji korelasi Rank Spearman adalah dengan signifikasi atau probabilitas α (0.05) artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan tingkat kesalahan sebesar 5 persen.

Dasar pengambilan keputusan, dirumuskan sebagai berikut: a. Jika angka signifikasi hasil penelitian (ρ hitung) < 0,05 (nilai α), maka Ho

ditolak. b. Jika angka signifikasi hasil penelitian (ρ hitung) > 0,05 (nilai α), maka Ho

diterima. Uji Chi Square digunakan untuk menguji hubungan dua variabel (bivaret)

yang salah satu variabelnya nominal, yaitu menguji hubungan jenis kelamin dengan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif (skala ordinal), persepsi tentang tingkat kerumitan (skala ordinal), dan persepsi tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training (skala ordinal).

Page 43: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

27

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Perhimpunan Florikultura Indonesia

Profil Perhimpunan Florikultura Indonesia Perhimpunan Florikultura Indonesia adalah organisasi yang menjadi wadah

berkumpulnya masyarakat tanaman hias (petani, pengusaha, pedagang, pecinta, penggemar, pemulia, dan ilmuwan). Perhimpunan Florikultura Indonesia bersifat professional dan non-politis serta tetap mengutamakan segi sosial dan ekonomi.

Perhimpunan Florikultura Indonesia yang disingkat P.F.I (dalam bahasa inggris Indonesian Floryculture Society) didirikan pada tanggal 5 Mei 2000. Individu yang tergabung dalam PFI terdiri dari peneliti, pecinta, kolektor, petani, pengusaha serta pemerhati tanaman hias dan tanaman hortikultura yang lain.

Perhimpunan Florikultura Indonesia berkedudukan dan berkantor pusat di wilayah JABODETABEK. Dalam perkembangannya sudah terbentuk PFI Komda Jawa Tengah dan Komda Nusa Tenggara Barat, sudah terbentuk pula cabang di Komda Jawa Tengah yaitu cabang Wonogiri, Wonosobo, Klaten, Banjarnegara, Kabupaten Semarang dan Kota Semarang, sedangkan di NTB sudah terbentuk cabang Kabupaten Dompu, di JABODETABEK, salah satunya telah terbentuk cabang Kota Bogor.

Tanaman hias merupakan bagian pengembangan dari sektor pertanian yang mendukung pembangunan, melalui masyarakatnya untuk berkarya di bidangnya. Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945, dikarunia kekayaan alam dan keragaman flora yang melimpah berupa berbagai jenis tanaman hias yang sangat indah. Indonesia mempunyai keadaan iklim yang sangat mendukung untuk pengembangan berbagai jenis tanaman hias. Indonesia merupakan negara beriklim tropis, kaya akan plasma nutfah tanaman hias. Plasma nutfah anggrek di Indonesia adalah sepertiga dari plasma nutfah anggrek di seluruh dunia.

Berdasarkan hal tersebut, maka para penggemar, pecinta, pemikir/ahli dan para petani, pengusaha yang bergerak dalam bidang tanaman hias, sadar akan tanggung jawabnya, menyatakan untuk menyatukan diri dalam perkumpulan yang berorientasi pada pembangunan tanpa membedakan kedudukan, latar belakang dan keahliannya, serta untuk membentuk wadah komunikasi dan penyampaian informasi mengenai perkembangan industri tanaman hias di Indonesia.

Perhimpunan Florikultura Indonesia membangun kerja sama yang baik dengan berbagai pihak, yaitu: pemerintah, petani, pengusaha dan berbagai organisasi lain yang bergerak dalam bidang yang berkaitan, untuk bersama-sama melakukan pendidikan, membangkitkan apresiasi kecintaan masyarakat terhadap tanaman hias, serta mensosialisasikan sistem budi daya maupun perkembangan tanaman hias masa kini, agar industri tanaman hias di Indonesia makin tumbuh setaraf dengan negara lain penghasil devisa tanaman hias maupun tanaman hortikultura lainnya.

Visi dan Misi Perhimpunan Florikultura Indonesia

Visi dan misi Perhimpunan Florikultura Indonesia adalah: (1) wadah komunikasi dan penyampaian informasi perkembangan tanaman hias di Indonesia; (2) meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya tanaman

Page 44: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

28

hias sebagai komponen dalam lingkungan; (3) mengembangkan serta membina potensi ekonomi tanaman hias Indonesia; (4) memelihara, melestarikan serta meningkatkan nilai tambah tanaman hias asli Indonesia; (5) menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan pihak pemerintah, antar petani dan pengusaha serta organisasi lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk meningkatkan industri tanaman hias di Indonesia; dan (6) menempatkan perhimpunan dalam lingkup tanaman hias Nasional maupun Internasional. Kegiatan Organisasi Perhimpunan Florikultura Indonesia dalam menjalankan organisasinya memiliki rangkaian kegiatan organisasi, melalui kegiatan organisasi tersebut, kebutuhan dan aspirasi anggota dapat diidentifikasi untuk perkembangan dan pengembangan organisasi dan anggotanya. Kegiatan organisasi yang dilakukan terdiri atas: 1. Pertemuan rutin dilakukan tiap 2 bulan, dengan lokasi yang berpindah-pindah

antara kebun milik anggota perhimpunan. Acara pertemuan yaitu seputar peninjauan kebun, pembicaraan seputar perkembangan tanaman hias masa kini, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

2. Seminar kecil membahas sistem budi daya tanaman. 3. Mengadakan pameran dan lomba tanaman hias bekerja sama dengan instansi

pemerintah maupun organisasi lain yang terkait dengan tanaman hortikultura. 4. Mengadakan promosi dan memperkenalkan tanaman hias baru, baik hasil

rekayasa dalam negeri maupun luar negeri. 5. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan tanaman hias potensial ke daerah-

daerah di Indonesia. 6. Menyelenggarakan pelatihan sistem budi daya maupun pemuliaan tanaman

hias untuk masyarakat umum.

Tujuan Perhimpunan Florikultura Indonesia Perhimpunan Florikultura Indonesia dalam menjalankan organisasinya

memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan Perhimpunan Florikultura Indonesia terdiri atas: 1. Meningkatkan dan menaikkan nilai tambah tanaman hias. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya tanaman hias sebagai

komponen dalam lingkungannya. 3. Memperhatikan, membina dan memperjuangkan kepentingan anggota. 4. Menjadikan wadah komunikasi para peneliti, pencinta, hobiis, kolektor, petani,

dan pedagang serta komponen yang menunjang aktifitas tanaman hias. 5. Menempatkan perkumpulan secara terhormat dalam per tanaman hias

Internasional.

Keanggotaan Perhimpunan Florikultura Indonesia Syarat menjadi anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia adalah: (1) mengisi formulir keanggotaan; (2) membayar iuran tahunan sebesar Rp 350.000; dan (3) ikut serta mensukseskan kegiatan organisasi.

Anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia terdiri atas pencinta, penggemar, pemulia, ilmuwan, petani, pengusaha yang bergerak di bidang

Page 45: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

29

tanaman hias. Anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia terdiri dari anggota biasa, anggota khusus, dan anggota kehormatan. Struktur Organisasi Perhimpunan Florikultura Indonesia

Perhimpunan Florikultura Indonesia dalam menjalankan organisasinya memiliki susunan organisasi yang terdiri atas: tingkat pusat dan tingkat cabang. Susunan organisasi terdiri atas : 1. Tingkat pusat :

a. Penasehat b. Pembina c. Dewan Pimpinan yang terdiri dari : (a) Ketua Umum; (b) Sekretaris

Jendral dibantu oleh seorang Sekretaris atau lebih; (c) Seorang Bendahara umum dibantu oleh seorang Bendahara atau lebih; Ketua-ketua Departemen dibantu Ketua-ketua Bidang; (d) Dewan Juri Nasional; (e) Komisaris Daerah

2. Tingkat cabang : Susunan organisasi yang termaktub dalam point 1 di atas, terkecuali Dewan Juri Nasional dan Komisaris Daerah, berlaku pula untuk tingkat cabang dengan ketentuan bahwa kata “Departemen”dan “Bidang”yang tersebut di atas disebut berturut-turut “Bidang”dan “Seksi”

Struktur organisasi kepengurusan Perhimpunan Florikultura Indonesia Pusat

periode 2012-2015 terdiri dari Dewan Penasehat, Ketua Umum, Ketua 1, Ketua 2, Sekretaris, Bendahara, Seksi Penggalian Dana, Seksi Litbang, Seksi Humas, Seksi Usaha, Komda Jateng,dan Komda NTB.

Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor

Profil Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor adalah organisasi

yang berada di bawah naungan Perhimpunan Florikultura Indonesia. Perhimpunan ini terbentuk pertengahan bulan April pada tahun 2011. Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor ini berada di bawah binaan Dinas Pertanian Kota Bogor.

Latar belakang terbentuknya Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor adalah dalam menyikapi perkembangan tanaman hias dewasa ini yang berkembang ke daerah-daerah di Indonesia dengan sangat pesat, maka untuk menyampaikan informasi, komunikasi di komunitas tanaman hias, maka diperlukan organisasi yang mampu menjembatani dan menyatukan kepentingan bersama dalam wadah untuk menggali potensi tanaman, pecinta, hobiis, peneliti, pedagang, petani, dan komponen yang berkaitan dengan dunia tanaman. Selain itu latar belakang terbentuknya Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor adalah masalah pasar, pasar tanaman hias di Kota Bogor masih terbilang lemah, serta berguna untuk memperluas networking.

Tujuan dan Susunan Organisasi

Tujuan terbentuknya perhimpunan adalah untuk memperluas pasar dan meningkatkan daya saing anggotanya dalam aktivitas tanaman hias, serta sebagai

Page 46: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

30

wadah komunikasi dan penyampaian informasi mengenai perkembangan industri tanaman hias di Kota Bogor.

Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor belum memiliki sekretariat sendiri dan resmi, dikarenakan perhimpunan ini baru dibentuk dan baru berjalan satu tahun. Sekretariat sementara berlokasi di kebun salah satu pengurus Perhimpunan Florikultura Indonesia. Susunan pengurus perhimpunan disusun secara musyawarah dan mufakat.

Susunan Pengurus Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor dibentuk dan disahkan pada tanggal 06 Desember 2011. Susunan pengurus Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor Periode 2011-2016, terdiri atas: pelindung, pembina, pengurus yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara.

Aturan dan Kegiatan Perhimpunan

Aturan Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor mengikuti AD-ART yang ada pada Perhimpunan Florikultura Indonesia. Keuangan Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor sama dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia yaitu: non profit, sehingga tidak terdapat keuangan yang pasti, akan tetapi terdapat dana kas yang tercantum pada AD-ART. Uang kas dari anggota perhimpunan berfungsi untuk menghidupkan organisasi. Namun hal ini belum efektif karena perhimpunan baru terbentuk.

Kegiatan organisasi perhimpunan sampai saat ini masih dalam perencanaan, selain itu pertemuan rutin di perhimpunan tidak ada karena masih dalam perencanaan dan penyesuaian waktu anggota, sehingga pertemuan rutin anggota dilakukan fleksibel mengikuti waktu anggota, untuk tempat pertemuan sendiri berpindah-pindah diantara pemilik kebun.

Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor yang sudah berjalan kurang lebih satu tahun ini memiliki kegiatan yang akan direncanakan ke depan. Kegiatan ke depan tersebut terdiri atas: (1) konsolidasi internal; (2) membuat database anggota dan mendata pecinta, hobiis, peneliti, pedagang, petani tanaman hias yang belum masuk perhimpunan; (3) membuat profil Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor; (4) membuat dan mengelola anggrek center yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kota Bogor dengan tema one stop shopping area. Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor dalam hal ini yang membuat konsep dan menyiapkan tanaman hias. Konsep yang direncanakan adalah membuat suatu tempat belanja tanaman anggrek (bibit, bungga, ragam anggrek, teknik budi daya), serta dapat digunakan sebagai tempat sharing informasi seputar anggrek.

Potensi dan Tantangan Tanaman Florikultura

Potensi tanaman florikultura di daerah Bogor adalah: pasar lebih strategis, pasar lokal dan internasional lebih luas dibandingkan daerah lain, sumberdaya manusia untuk perkembangan florikultura sangat potensial.

Tantangan tanaman florikultura di daerah Bogor adalah: (1) petani murni tanaman hias masih sedikit, wawasan masih belum maksimal; (2) petani tanaman hias harus memiliki jiwa entrepreneurship; (3) kesadaran berhimpun masih kurang; dan (4) pemasaran yang dilakukan masih tradisional.

Page 47: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

31

KARAKTERISTIK PETANI

Bab ini menyajikan data tentang karakteristik petani penelitian. Karakteristik petani memiliki sifat yang unik dan berbeda antara petani yang satu dengan petani lainnya. Karakteristik petani yang akan dilihat dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat, yaitu: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan (tingkat pendidikan formal dan tingkat pendidikan nonformal), dan tingkat pendapatan. Jumlah petani secara keseluruhan berjumlah 36 petani, yang terdiri dari 18 petani pengguna cyber extension dan 18 petani non pengguna cyber extension. Karakteristik petani secara keseluruhan dapat dilihat dalam Tabel 3.

Karakteristik Petani Menurut Kelompok Usia

Usia adalah lama hidup petani yang dihitung berdasarkan tanggal lahir sampai dengan penelitian dilakukan, diukur dalam satuan tahun. Petani digolongkan menjadi dua kelompok usia, yaitu muda : ( 17-39 Tahun), tua : (40-67 Tahun). Persentase petani berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 menyajikan data persentase petani menurut kelompok usia. Sebagian besar petani (55.6 %) berada pada kategori usia tua, baik petani pengguna cyber extension maupun non pengguna cyber extension. Petani usia tua tampak lebih aktif dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) untuk pengembangan usaha tanaman hias dan memperluas jaringan pemasaran.

Tabel 3 Persentase petani berdasarkan karakteristik petani

Karakteristik Petani

Kategori Karakteristik Petani

Kategori Petani Total Pengguna Non

Pengguna

Usia Muda (17-39 tahun) 44.4 44.4 100.0 Tua (40-67 tahun) 55.6 55.6 Jenis Kelamin

Laki-laki 61.1 83.3 100.0 Perempuan 38.9 16.7 Tingkat Pendidikan Formal

Rendah (≤ SMA) 38.9 88.9 100.0 Tinggi (> SMA) 61.1 11.1

Tingkat Pendidikan Nonformal

Rendah (Tidak pernah mengikuti pelatihan sama sekali)

38.9 61.1

100.0

Tinggi (≥ 1) 61.1 38.9 Tingkat Pendapatan

Rendah(< Rp 4.000.000 ) 50.0 77.8 100.0 Tinggi (≥ Rp 4.000.000) 50.0 22.2

Page 48: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

32

Karakteristik Petani Menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah identitas seksual yang melekat pada diri seseorang. Petani digolongkan menjadi dua kategori, yaitu: laki-laki dan perempuan. Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 menyajikan data persentase petani menurut jenis kelamin. Dari total petani, sebagian besar berada pada kategori laki-laki (72.2%). Persentase petani laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, baik pada petani pengguna cyber extension maupun non pengguna cyber extension. Dari data anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor diperoleh sebagian besar anggota dengan jenis kelamin laki-laki.

Karakteristik Petani Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah atau sedang dijalani dan pendidikan nonformal yang pernah diikuti. Tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan terakhir yang telah dan sedang diikuti dibangku sekolah formal. Tingkat pendidikan nonformal adalah jenis dan banyaknya pelatihan yang telah diikuti oleh petani dalam satu tahun terakhir.1)

Tingkat pendidikan formal diukur berdasarkan rataan pendidikan terakhir petani dari data yang diperoleh di lapangan. Tingkat pendidikan formal dibedakan dalam dua kategori, yaitu: tingkat pendidikan formal rendah dan tingkat pendidikan formal tinggi. Petani dengan tingkat pendidikan formal terakhir (≤ SMA) dikategorikan tingkat pendidikan formal “rendah”. Petani dengan tingkat pendidikan formal terakhir (> SMA) dikategorikan tingkat pendidikan formal “tinggi”.

Tingkat pendidikan nonformal dibedakan dalam dua kategori, yaitu: tingkat pendidikan nonformal rendah dan tingkat pendidikan nonformal tinggi. Petani dengan pendidikan nonformal yang diikuti dalam satu tahun terakhir tidak pernah sama sekali, dikategorikan petani dengan tingkat pendidikan nonformal “rendah”. Petani dengan pendidikan nonformal yang diikuti dalam satu tahun terakhir ≥ 1, dikategorikan petani dengan tingkat pendidikan nonformal “tinggi”. Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan tingkat pendidikan nonformal dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 menyajikan data persentase petani menurut tingkat pendidikan formal. Dari total petani, sebagian besar berada pada kategori tingkat pendidikan formal rendah (63.9%). Terdapat 88.9 persen petani non pengguna cyber extension berada pada kategori tingkat pendidikan formal rendah, sedangkan 61.1 persen petani pengguna cyber extension berada pada kategori tingkat pendidikan formal tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi di lapangan, petani pengguna dan non pengguna cyber extension dengan tingkat pendidikan

1 Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pendidikan nonformal meliputi

pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Page 49: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

33

formal rendah disebabkan oleh faktor keterbatasan ekonomi, sehingga petani memilih untuk mencari pekerjaan di luar daerahnya, sebagian besar petani berasal dari jawa timur.

Tabel 3 menyajikan data persentase petani menurut tingkat pendidikan nonformal. Dari total petani, 50.0 persen petani berada pada kategori tingkat pendidikan nonformal rendah dan tingkat pendidikan nonformal tinggi seimbang. Sebagian besar petani pengguna cyber extension (61.1%) berada pada kategori tingkat pendidikan nonformal tinggi, sedangkan 61.1 persen petani non pengguna cyber extension berada pada kategori tingkat pendidikan nonformal rendah. Petani dengan tingkat pendidikan nonformal tinggi lebih besar akses terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) dibandingkan dengan tingkat pendidikan nonformal rendah dikarenakan jaringan komunikasi yang dibangun lebih luas.

Karakteristik Petani Menurut Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah penerimaan bersih dari pekerjaan yang diterima petani dalam jangka waktu satu bulan terakhir dari hasil pertanian (tanaman hias) ditambah dengan pendapatan dari pekerjaan sampingan (jika ada).

Tingkat pendapatan petani digolongkan dengan membuat median2) dari data pendapatan yang didapat di lapangan. Tingkat pendapatan petani dibedakan menjadi dua kategori, yaitu petani dengan tingkat pendapatan rendah dan tinggi. Petani dengan pendapatan (Rp < 4.000.000) dikategorikan tingkat pendapatan “rendah”. Petani dengan pendapatan (Rp ≥ 4.000.000) dikategorikan tingkat pendapatan “tinggi”. Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 menyajikan data persentase petani menurut tingkat pendapatan. Dari total petani, sebagian besar (63.9%) berada pada kategori tingkat pendapatan rendah. Petani non pengguna cyber extension sebagian besar berada pada kategori tingkat pendapatan rendah (77.8%), sedangkan tingkat pendapatan petani pengguna cyber extension memiliki persentase yang sama baik petani dengan tingkat pendapatan rendah maupun tinggi. Dari total petani dengan pendapatan tinggi, satu orang petani dengan pendapatan tinggi rata-rata per bulan sebanyak 20–30 juta rupiah. Petani ini selain memiliki usaha tanaman hias dan batu alam juga berprofesi sebagai audit pajak. Petani dengan tingkat pendapatan tinggi disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini: (1) petani memiliki pekerjaan sampingan, selain usaha tanaman hias; (2) petani memiliki jaringan pemasaran usaha tanaman hias yang luas ke berbagai daerah; dan (3) petani sering mengikuti pameran yang diadakan oleh berbagai pihak, oleh sebab itu pameran dapat memberikan berbagai manfaat, yaitu: pameran membantu petani diingat, memperluas pasar, mempengaruhi penjualan, dan omzet lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti pameran.

2 Median adalah segugus data yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar atau terbesar sampai terkecil adalah pengamatan yang tepat ditengah-tengah.  

Page 50: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

34

Page 51: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

35

AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang

memanfaatkan media komunikasi cyber extension yang meliputi beberapa aspek, yaitu: persepsi, ketersediaan teknologi informasi, ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi, dan keterjangkauan fasilitas training.

Persepsi Tentang Media Komunikasi Cyber Extension

Persepsi adalah penilaian petani tentang media komunikasi cyber extension berdasarkan karakteristik inovasi media komunikasi cyber extension. Persepsi petani tentang media komunikasi cyber extension diidentifikasi dari tingkat keuntungan relatif, tingkat kerumitan, tingkat kesesuaian, dan tingkat kemungkinan dicoba. Data tentang persepsi diperoleh dari petani pengguna cyber extension. Data persepsi juga diperoleh dari petani non pengguna cyber extension, yaitu : persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan persepsi tentang tingkat kerumitan media komunikasi cyber extension. Secara umum petani pengguna cyber extension menilai media komunikasi cyber extension lebih baik dibandingkan dengan petani non pengguna cyber extension. Hal ini dapat dilihat dari persentase petani pengguna cyber extension yang menilai lebih tinggi persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan persepsi tentang tingkat kerumitan.

Persepsi tentang Tingkat Keuntungan Relatif Media Komunikasi Cyber Extension

Tingkat keuntungan relatif adalah derajat dimana cyber extension dipandang sebagai jauh lebih baik dibandingkan dengan teknologi yang sebelumnya atau terdahulu. Tingkat keuntungan relatif dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu: rendah dan tinggi. Persepsi tentang tingkat keuntungan relatif media komunikasi cyber extension diidentifikasi dari tingkat penggunaan media komunikasi cyber extension, manfaat media komunikasi cyber extension, dan harga yang harus dikeluarkan untuk dapat mengakses media komunikasi cyber extension. Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menyajikan data persentase petani menurut persepsi tentang tingkat

keuntungan relatif. Dari total petani, sebagian besar petani (52.8%) menilai tingkat keuntungan relatif tinggi. Sebagian besar (66.7%) petani pengguna cyber

Tabel 4 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat keuntungan relatif media komunikasi cyber extension

Persepsi tentang tingkat keuntungan relatif

Kategori petani Total Pengguna Non pengguna

Rendah 33.3 61.1 47.2 Tinggi 66.7 38.9 52.8

Total 100.0 100.0 100.0

Page 52: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

36

extension menilai tingkat keuntungan relatif tinggi, sedangkan sebagian besar petani non pengguna cyber extension menilai tingkat keuntungan relatif rendah (61.1%). Persepsi tentang tingkat keuntungan relatif tinggi apabila petani menilai penggunaan, harga dan manfaat dari media komunikasi cyber extension lebih baik dibandingkan dengan media komunikasi interpersonal dan media massa.

Petani menilai tingkat keuntungan relatif tinggi dikarenakan petani mengetahui fungsi atau manfaat dari media komunikasi cyber extension dan menilai media komunikasi cyber extension lebih baik dibandingkan dengan media komunikasi interpersonal dan media massa. Fungsi atau manfaat dari media komunikasi cyber extension, yaitu: ketersediaan informasi terus-menerus tanpa adanya keterbatasan waktu, mencari informasi secara interaktif, informasi dapat lebih cepat diakses dan dapat memperluas jaringan pemasaran, serta menghemat waktu dan biaya. Data persepsi tentang tingkat keuntungan relatif ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyandari (2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar (89.0%) petani menyatakan bahwa aplikasi teknologi informasi dalam implementasi cyber extension lebih menguntungkan secara ekonomi dalam mendukung kegiatan usahatani apabila dibandingkan dengan sebelum menggunakan teknologi informasi. Keuntungan nyata yang sangat dirasakan oleh petani adalah menghemat waktu dan biaya transportasi, dan dapat mengakses informasi sesuai dengan kebutuhan melalui internet karena dibantu dengan pemanfaatan teknologi informasi.

Persepsi tentang Tingkat Kerumitan Media Komunikasi Cyber Extension

Tingkat kerumitan adalah suatu derajat atau tingkat dimana media komunikasi cyber extension dianggap sulit untuk diakses. Tingkat kerumitan dalam penelitian ini diidentifikasi dari tingkat kerumitan akses terhadap media komunikasi cyber extension. Tingkat kerumitan dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu: rendah dan tinggi. Tingkat kerumitan tinggi diartikan memberikan penilaian media komunikasi cyber extension semakin tidak rumit diakses. Persentase petani berdasarkan tingkat kerumitan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 menyajikan data persentase petani menurut persepsi tentang tingkat

kerumitan media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani (61.1%) menilai tingkat kerumitan tinggi. Sebagian besar petani pengguna cyber extension (77.8%) menilai tingkat kerumitan tinggi, sedangkan sebagian besar petani non pengguna cyber extension (55.6%) menilai tingkat kerumitan rendah. Petani yang menilai tingkat kerumitan tinggi, artinya menilai mengakses informasi mengenai teknologi pertanian melalui media komunikasi cyber extension semakin tidak rumit dibandingkan dengan media komunikasi interpersonal dan media massa.

Tabel 5 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kerumitan media komunikasi cyber extension.

Persepsi tentang tingkat kerumitan Kategori petani

Total Pengguna Non pengguna

1 Rendah 22.2 55.6 38.9 2 Tinggi 77.8 44.4 61.1

Total 100.0 100.0 100.0

Page 53: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

37

Tabel 5 menunjukan bahwa petani non pengguna menilai media komunikasi cyber extension semakin rumit diakses, karena petani non pengguna tidak pernah menggunakan media komunikasi cyber extension dan tidak mengetahui bagaimana cara mengakses media komunikasi cyber extension, sehingga petani non pengguna cyber extension memutuskan untuk tidak menggunakan media komunikasi cyber extension.

Persepsi tentang Tingkat Kesesuaian Media Komunikasi Cyber Extension

Tingkat kesesuaian adalah derajat dimana media komunikasi cyber extension dipandang sebagai konsisten atau sesuai dengan pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Tingkat kesesuaian dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu: rendah dan tinggi. Jumlah dan persentase petani pengguna media komunikasi cyber extension menurut persepsi tentang tingkat kesesuaian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 menyajikan data jumlah dan persentase petani menurut persepsi

tentang tingkat kesesuaian media komunikasi cyber extension. Terdapat 66.7 persen petani pengguna media komunikasi cyber extension menilai tingkat kesesuaian tinggi. Sebanyak 33.3 persen petani pengguna cyber extension menilai tingkat kesesuaian rendah. Beberapa petani menyatakan bahwa petani kurang percaya atau khawatir terhadap informasi yang terdapat pada media komunikasi cyber extension terkait penyampaian informasi yang tidak benar. Menurut beberapa petani biaya dan alat komunikasi untuk mengakses media komunikasi cyber extension masih tergolong mahal. Persepsi tingkat kesesuaian tinggi dilihat dari kesesuaian informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension, kesesuaian biaya, dan kesesuaian alat komunikasi untuk dapat mengakses media komunikasi cyber extension. Persepsi terhadap Tingkat Kemungkinan Dicoba Media Komunikasi Cyber Extension

Tingkat kemungkinan dicoba adalah suatu derajat dimana media komunikasi cyber extension dapat dicoba dalam skala kecil. Tingkat kemungkinan dicoba dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: rendah dan tinggi. Tingkat kemungkinan dicoba tinggi apabila petani menilai informasi teknologi pertanian dapat digunakan dengan mudah, petani dapat menyebarkan informasi kepada petani lainnya, biaya yang dikeluarkan rendah, dan alat komunikasi yang digunakan

Tabel 6 Jumlah dan persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kesesuaian media komunikasi cyber extension

No Tingkat kesesuaian Pengguna cyber extension ∑ (%)

1 Rendah 6 33.3 2 Tinggi 12 66.7

Total 18 100.0

Page 54: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

38

harganya terjangkau. Persentase petani pengguna cyber extension berdasarkan persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 menyajikan data persentase petani menurut persepsi tentang

tingkat kemungkinan dicoba media komunikasi cyber extension. Terdapat 38.9 persen petani pengguna cyber extension menilai tingkat kemungkinan dicoba rendah, sedangkan 61.1 persen petani pengguna cyber extension menilai tingkat kemungkinan dicoba tinggi. Menurut beberapa petani informasi yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension sulit untuk dicoba baik dalam skala kecil maupun skala besar dikarenakan lahan yang sempit. Petani menilai menggunakan media komunikasi cyber extension untuk pemasaran, membangun komunikasi melalui internet masih sulit untuk digunakan.

Tingkat Ketersediaan Teknologi Informasi

Ketersediaan teknologi informasi adalah jenis saluran atau tempat yang memungkinkan petani menggunakan media komunikasi cyber extension berbasis teknologi informasi dalam mendapatkan informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Ketersediaan teknologi informasi yang tersedia terdiri dari: telepon rumah, telepon genggam, komputer berinternet, dan warnet. Data tentang tingkat ketersediaan teknologi informasi relavan untuk petani pengguna dan non pengguna cyber extension. Persentase petani menurut ketersediaan teknologi informasi disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 menyajikan data petani menurut tingkat ketersediaan teknologi

informasi. 1. Telepon genggam merupakan teknologi informasi yang sebagian besar

digunakan dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) baik petani pengguna dan non pengguna cyber extension.

Tabel 8 Persentase petani menurut tingkat ketersediaan teknologi informasi

No Teknologi informasi Kategori petani Total Pengguna Non Pengguna 1 Telepon rumah 16.7 16.7 16.7 2 Telepon genggam 50.0 100.0 75.0 3 Komputer berinternet 72.2 0.0 41.7 4 Warnet 16.7 0.0 8.3

Catatan : Petani boleh menjawab lebih dari satu jawaban

Tabel 7 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba media komunikasi cyber extension

No Tingkat kemungkinan dicoba Pengguna cyber extension

∑ % 1 Rendah 7 38.9 2 Tinggi 11 61.1 Total 18 100.0

Page 55: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

39

2. Telepon rumah digunakan petani pengguna dan non pengguna cyber extension sebesar 16.7 persen. Telepon rumah semakin sedikit digunakan dikarenakan petani lebih banyak menggunakan telepon genggam dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias).

3. Komputer berinternet sebagian besar digunakan petani pengguna cyber extension (72.2%). Tidak ada petani non pengguna cyber extension yang menggunakan komputer berinternet dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Terdapat petani non pengguna cyber extension yang memiliki komputer berinternet, akan tetapi tidak digunakan untuk mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Berikut beberapa pernyataan petani non pengguna media komunikasi cyber extension:

“…Saya punya laptop di rumah mbak, lagi pula harga laptop dapat terjangkau, tapi saya tidak dapat menggunakannya, laptop di rumah anak-anak saya yang pakai untuk kebutuhan sekolah…“ (Bpk BYN, 44 tahun)

“…Saya punya komputer berinternet di rumah, anak saya yang sering pakai, tapi saya tidak pernah mencari informasi mengenai tanaman hias di internet, karena malas dan tidak punya waktu…” (Ibu DDH, 50 tahun)

4. Warnet digunakan petani pengguna cyber extension sebesar 16.7 persen dalam

mengakses informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias), sedangkan tidak ada petani non pengguna cyber extension yang menggunakan warnet dalam mengakses informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Petani pengguna cyber extension menggunakan warnet karena tidak memiliki fasilitas untuk mengakses media komunikasi cyber extension di telepon genggam (HP) dan tidak memiliki komputer berinternet. Hal ini seperti terungkap oleh petani laki-laki berikut ini:

“…Saya tidak memiliki komputer berinternet, serta HP saya agak susah jika digunakan untuk internetan, jadi kalau mau mencari informasi melalui internet, saya pergi ke warnet dekat rumah saya…”(Mas NDN, 27 tahun)

Tingkat Ketersediaan Infrastruktur Jaringan Komunikasi

Ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi adalah keberadaan dan kondisi infrastruktur yang mendukung dapat operasionalnya sarana teknologi informasi dan komunikasi untuk akses informasi berbasis teknologi informasi. Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi yang diidentifikasi terdiri atas: jaringan telepon rumah dan jaringan internet yang tersedia di rumah. Data tentang tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi ini diperoleh dari petani pengguna media komunikasi cyber extension. Persentase petani menurut tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 56: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

40

Tabel 9 menyajikan data persentase petani menurut tingkat ketersediaan

infrastruktur jaringan komunikasi. Terdapat 11.1 persen petani dengan tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi rendah, sedangkan 88.9 persen petani dengan tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tinggi. Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi ini berhubungan dengan pemanfaatan media komunikasi cyber extension, ketika tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tinggi, maka petani akan semakin mudah mengakses media komunikasi cyber extension.

Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training

Tingkat keterjangkauan fasilitasi training adalah kemudahan petani memperoleh pelatihan penggunaan teknologi informasi. Keterjangkauan fasilitas training yang diidentifikasi meliputi; (1) penggunaan komputer untuk pengolahan data dan akses informasi; (2) pemanfaatan telepon genggam untuk akses informasi; dan (3) pemanfaatan dan pengelolaan informasi melalui internet. Keterjangkauan fasilitas training dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu: rendah dan tinggi. Persentase petani pengguna dan non pengguna cyber extension berdasarkan tingkat keterjangkauan fasilitas training dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 menyajikan data persentase petani menurut tingkat keterjangkauan

fasilitas training. Dari total petani, sebagian besar petani (52.7%) dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi. Terdapat 55.6 persen petani pengguna cyber extension dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi. Terdapat (50.0%) petani non pengguna cyber extension dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training rendah dan tinggi seimbang.

Tabel 10 Persentase petani menurut tingkat keterjangkauan fasilitas training

No Tingkat keterjangkauan fasilitas training

Kategori petani Total Pengguna Non Pengguna

1 Rendah 44.4 50.0 47.2 2 Tinggi 55.6 50.0 52.7 Total 100.0 100.0 100.0

Tabel 9 Persentase petani menurut tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi

No Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi

Pengguna cyber extension ∑ %

1 Rendah 2 11.1 2 Tinggi 16 88.9

Total 18 100.0

Page 57: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

41

EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

Efektivitas media komunikasi cyber extension adalah keberhasilan sebuah media komunikasi cyber extension dalam mendiseminasikan informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Efektivitas media komunikasi cyber extension diidentifikasi dari tingkat kognitif (pengetahuan), sikap dan networking. Data tentang efektivitas cyber extension relavan ditanyakan pada petani pengguna cyber extension dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Dengan demikian jumlah sampel petani untuk data efektivitas media komunikasi cyber extension dalam diseminasi informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) berjumlah 18 orang petani. Jumlah dan persentase petani berdasarkan efektivitas media komunikasi cyber extension dalam diseminasi teknologi pertanian dapat dilihat pada Tabel 11.

Kognitif Petani Mengenai Informasi Teknologi Pertanian

Kognitif adalah pengetahuan petani mengenai informasi teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Diukur berdasarkan jawaban petani pada tingkat kognitif (pengetahuan). Tingkat kognitif (pengetahuan) yang diidentifikasi meliputi: (1) penggunaan cyber extension (akses) dan (2) informasi yang terdapat pada cyber extension. Dikategorikan dalam dua kategori, yaitu: (1) pengetahuan rendah, (skor 1 < 21) ; dan (2) pengetahuan tinggi, (skor 2 ≥ 21). Jumlah dan persentase petani berdasarkan tingkat kognitif dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 menyajikan data jumlah dan persentase petani menurut tingkat kognitif. Sebagian besar petani (88.9%) memiliki tingkat kognitif tinggi, sedangkan sebesar 11.1 persen petani memiliki tingkat kognitif rendah. Petani memiliki tingkat kognitif tinggi dikarenakan petani aktif dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) melalui media komunikasi cyber extension, serta mendedahkan pada informasi yang sesuai dengan gagasan, kebutuhan dan minat petani.

Tabel 11 Jumlah dan Persentase petani berdasarkan efektivitas media komunikasi cyber extension dalam diseminasi teknologi pertanian

Efektivitas Cyber Extension

Kategori efektivitas cyber extension

Pengguna cyber extension Total

∑ %

Kognitif Rendah (skor 1 < 21) 2 11.1 100.0 Tinggi (skor 2 ≥ 21) 16 88.9

Sikap Rendah (skor 1 < 11) 8 44.4 100.0 Tinggi (skor 2 ≥ 11) 10 55.6 Networking yang dibangun melalui cyber extension

Rendah (skor 1 (3-4) 10 55.6 100.0 Tinggi (skor 2 (5-6) 8 44.4

Page 58: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

42

Sikap Petani terhadap Informasi Teknologi Pertanian

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan persepsinya terhadap obyek tersebut berhubungan dengan informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Petani dibedakan ke dalam dua kategori sikap, yaitu: petani dengan sikap positif dan sikap negatif dalam menerapkan informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Jumlah dan persentase petani berdasarkan sikap dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 menyajikan data persentase petani berdasarkan sikap. Terdapat 55.6 persen petani membentuk sikap positif, sedangkan 44.4 persen petani membentuk sikap negatif. Petani yang membentuk sikap negatif dikarenakan belum percaya penuh terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Petani membentuk sikap positif atau sikap negatif secara mental dengan membandingkan pada kondisi atau kebutuhan sekarang dan antisipasi ke masa depan sebelum membentuk sikap. Sikap terbentuk berdasarkan pengalaman petani sebelumnya.

Berikut pernyataan dari salah satu petani laki-laki yang membentuk sikap positif:

“…Setelah saya membuka informasi melalui internet, saya jadi suka dengan jenis-jenis tanaman hias yang terbaru…”(Mas NSR, 25 tahun)

Networking yang Dibangun Petani Melalui Cyber Extension

Networking adalah menyabungkan dan menghubungkan antara satu pihak dengan pihak lainnya di bidang pertanian (tanaman hias) yang mencakup membangun komunikasi, kemitraan, dan pemasaran melalui media komunikasi cyber extension. Data networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension ini diperoleh dari petani pengguna cyber extension.

Tabel 11 menyajikan data persentase petani yang membangun networking melalui media komunikasi cyber extension. Sebanyak 55.6 persen petani pengguna cyber extension membangun networking rendah, sedangkan 44.4 persen petani pengguna cyber extension membangun networking tinggi. Diduga petani pengguna cyber extension rendah dalam membangun networking melalui media komunikasi cyber extension karena belum merasakan manfaatnya dan tidak mengetahui bagaimana cara membangun networking melalui media komunikasi cyber extension. Hal ini seperti terungkap oleh beberapa petani laki-laki berikut ini:

Page 59: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

43

Pernyataan petani yang membangun networking rendah:

“…Pemasaran melalui media komunikasi cyber extension kurang terasa manfaatnya, pemasaran tidak efektif melalui internet, lebih cepat jual secara langsung dan lewat HP…”(Bpk STL, 33 tahun)

Pernyataan petani yang membangun networking tinggi:

“…Berkomunikasi dengan pihak lain di internet, produk tanaman hias dapat tersalurkan lebih cepat…” (Ibu RNH, 40 tahun)

“…Berkomunikasi dengan pihak lain di internet, kita bisa bersinegri dalam rangka membangun usaha secara luas…” (Bpk WDJ, 40 tahun).

Networking yang Dibangun Petani Tanpa Melalui Cyber Extension

Networking yang dibangun petani tanpa melalui media komunikasi cyber extension diidentifikasi dalam bentuk penyampaian dan penyebaran informasi yang berguna untuk petani, membantu pemasaran, membantu penyediaan sarana dan prasarana teknologi pertanian (tanaman hias). Beberapa networking yang dijalin petani tanpa melalui media komunikasi cyber extension antara lain: Perhimpunan Florikultura Indonesia, Dinas Pertanian, Dinas Pertamanan. Data networking diperoleh dari petani pengguna dan non pengguna cyber extension. Persentase petani berdasarkan networking yang dibangun tanpa melalui media komunikasi cyber extension dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12 menyajikan data persentase petani berdasarkan networking yang dibangun tanpa melalui cyber extension. Dari total petani, sebagian besar petani (80.6%) menganggap networking membantu dalam usaha tanaman hias petani. Sebagian besar petani pengguna cyber extension merasakan manfaat networking tinggi (83.3%). Sebagian besar petani non pengguna cyber extension merasakan manfaat networking tinggi (77.8%). Salah satu pernyataan dari petani non pengguna media cyber extension yang merasakan manfaat networking rendah:

“…Networking tidak sama sekali membantu kita, yang ada kita yang membantu mbak, seperti dinas pertamanan butuh tanaman, kita yang menyediakan, kita bantu saja mbak, tanpa di bayar…”(Bpk BYN, 44 tahun)

Tabel 12 Persentase petani berdasarkan networking yang dibangun tanpa melalui cyber extension

No Networking Kategori petani Total Pengguna Non Pengguna 1 Rendah 22.2 16.7 19.4 2 Tinggi 77.8 83.3 80.6 Total 100.0 100.0 100.0

Page 60: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

44

Efektivitas media komunikasi cyber extension dinilai kurang efektif dalam mendiseminasikan teknologi pertanian. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan petani mengenai informasi teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui teknologi pertanian yang sebagian besar termasuk dalam kategori tinggi.

Petani yang membentuk sikap positif terhadap informasi yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension termasuk dalam kategori tinggi yang dapat dilihat dari keinginan dalam menerapkan informasi untuk membantu usahanya. Namun, tidak semua teknologi pertanian yang didapatkan petani melalui media komunikasi cyber extension diterapkan oleh petani.

Petani yang membangun networking melalui media komunikasi cyber extension dalam penelitian ini sebagian besar adalah petani yang termasuk dalam kategori tingkat pendidikan formal tinggi dan tingkat pendapatan tinggi, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa networking yang dibangun petani melalui media komunikasi cyber extension termasuk dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan karena petani tidak mengetahui bagaimana cara membangun networking melalui media komunikasi cyber extension, serta belum merasakan manfaat dari menggunakan media komunikasi cyber extension.

Page 61: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

45

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI

CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

Efektivitas media komunikasi cyber extension dalam diseminasi informasi mengenai teknologi pertanian dilihat dari : (a) pengetahuan petani mengenai infomasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension; (b) sikap petani terhadap informasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension; dan (c) networking yang dibangun petani melalui media komunikasi cyber extension.

Hubungan Usia dengan Efektivitas

Hubungan Usia dengan Tingkat Kognitif Data hubungan usia dengan tingkat kognitif dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 menyajikan data persentase petani berdasarkan usia dan tingkat

kognitif petani mengenai informasi teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media omunikasi cyber extension. Seluruh petani usia muda memiliki tingkat kognitif tinggi. Terdapat 80.0 persen petani usia tua memiliki tingkat kognitif tinggi. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa baik petani usia muda dan usia tua memiliki tingkat kognitif tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan tingkat kognitif.

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa baik petani usia tua dan usia muda memiliki kebutuhan yang sama dalam mencari informasi mengenai tanaman hias melalui media komunikasi cyber extension. Hal ini membuat petani usia tua dan usia muda memiliki tingkat kognitif yang hampir sama.

Tabel 13 Persentase petani berdasarkan usia dan tingkat kognitif

Tingkat kognitif Usia Muda Tua

Rendah 0.0 20.0 Tinggi 100.0 80.0 Total 100.0 100.0

Page 62: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

46

Hubungan Usia dengan Sikap Data hubungan usia dengan sikap dapat dilihat pada Tabel 14

Tabel 14 menyajikan data persentase petani berdasarkan usia dan sikap

terhadap informasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani usia muda (62.5%) membentuk sikap positif. Terdapat 50.0 persen petani usia tua membentuk sikap negatif dan sikap positif. Hasil tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan dengan pembentukan sikap.

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa petani usia muda membentuk sikap positif lebih tinggi dibandingkan usia tua. Hal ini dikarenakan ada beberapa diantara petani usia muda yang baru memulai usaha tanaman hias sehingga cenderung membentuk sikap positif lebih tinggi terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension, sedangkan petani usia tua lebih mengandalkan pengalaman sendiri dalam berusaha tanaman hias, seperti: teknik budi daya, perawatan tanaman hias, dan cara pemberantasan hama penyakit. Berikut salah satu pernyataan petani usia tua dan usia muda:

Berikut pernyataan petani usia tua:

“…Saya suka cari informasi mengenai cara-cara teknik budi daya terbaru, namun teknik budi daya tersebut belum tentu saya terapkan mbak. Teknik budi daya terbaru tersebut saya lihat dahulu mbak sesuai tidak dengan kondisi, iklim, dan lokasi dengan kondisi, iklim dan lokasi kita mbak, jika tidak sesuai buat apa mbak diterapkan, lagi pula saya sudah banyak pengalaman mbak di dunia tanaman hias…”(Bpk NDB, 43 tahun)

Berikut pernyataan petani usia muda:

“…Saya menggunakan internet untuk mencari informasi mengenai jenis anggrek terbaru mbak, karena terkadang teman-teman tidak mengetahui jenis-jenis anggrek terbaru, setelah saya liat di internet, saya suka mbak lalu saya cari tahu bentuk dan namanya, baru saya pesan ke petani dan hubungi teman-teman…”(Mas NDN, 27 tahun).

Tabel 14 Persentase petani berdasarkan usia dan sikap

Sikap Usia Muda Tua

Negatif 37.5 50.0 Positif 62.5 50.0 Total 100.0 100.0

Page 63: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

47

Hubungan Usia dengan Networking Data hubungan usia dengan networking dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 menyajikan data persentase petani berdasarkan usia dan

networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani pada usia muda (75.0%) membangun networking rendah, sedangkan sebagian besar petani pada usia tua (60.0%) membangun networking tinggi. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa semakin tua usia petani, maka akan semakin tinggi networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Hal ini disebabkan beberapa petani usia muda baru memulai usaha tanaman hias, sehingga networking yang dijalin masih sedikit atau terbatas.

Networking yang dibangun petani melalui media komunikasi cyber extension dalam membantu usaha tanaman hias tergolong rendah dengan persentase 55.6 persen, dapat dilihat pada Tabel 17. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 1. Jumlah tanaman hias yang masih terbatas dan tidak semua jenis tanaman hias

tersedia, sehingga tidak dapat melakukan pemasaran melalui media komunikasi cyber extension.

2. Keterbatasan dalam membuat dan menggunakan blog, website, dan email untuk melakukan pemasaran melalui media komunikasi cyber extension.

3. Ketatnya persaingan dengan petani besar atau pengusaha eksportir, jika melakukan pemasaran melalui media komunikasi cyber extension.

Hubungan Jenis Kelamin dengan Efektivitas

Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kognitif Data hubungan jenis kelamin dengan tingkat kognitif dapat dilihat pada

Tabel 16.

Tabel 16 menyajikan data persentase petani berdasarkan jenis kelamin

dengan tingkat kognitif petani mengenai informasi teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Terdapat 90.9 persen petani laki-laki memiliki tingkat kognitif tinggi. Terdapat 85.7 persen petani

Tabel 16 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kognitif

Tingkat Kognitif Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

Rendah 9.1 14.3 Tinggi 90.9 85.7 Total 100.0 100.0

Tabel 15 Persentase petani berdasarkan usia dan networking

Networking Usia Muda Tua

Rendah 75.0 40.0 Tinggi 25.0 60.0 Total 100.0 100.0

Page 64: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

48

perempuan memiliki tingkat kognitif tinggi. Hasil tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa baik petani laki-laki dan petani perempuan memiliki tingkat kognitif tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan tingkat kognitif. Petani laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses informasi mengenai teknologi pertanian melalui media komunikasi cyber extension.

Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap

Data Hubungan jenis kelamin dengan sikap dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 menyajikan data persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan

sikap terhadap informasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani laki-laki (81.8%) membentuk sikap positif, sedangkan sebagian besar petani perempuan (85.7%) membentuk sikap negatif. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa petani laki-laki membentuk sikap positif lebih tinggi dibandingkan petani perempuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan pembentukan sikap petani terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Hal ini disebabkan petani perempuan cenderung tidak berani mengambil resiko, cenderung takut dalam mencoba hal-hal baru, takut akan ketidakpastian dan kegagalan, sehingga membentuk sikap negatif lebih tinggi. Petani laki-laki cenderung berani mengambil resiko dan ingin mencoba sesuatu hal yang baru. Hubungan Jenis Kelamin dengan Networking

Data hubungan jenis kelamin dan networking dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 menyajikan data persentase petani berdasarkan jenis kelamin

dengan networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Sebesar 54.5 persen petani laki-laki membangun networking rendah. Terdapat 57.1 persen petani perempuan membangun networking rendah. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa baik petani laki-laki dan perempuan membangun networking rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin

Tabel 18 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan networking

Networking Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

Rendah 54.5 57.1 Tinggi 45.5 42.9 Total 100.0 100.0

Tabel 17 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan sikap

Sikap Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

Negatif 18.2 85.7 Positif 81.8 14.3 Total 100.0 100.0

Page 65: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

49

tidak berhubungan dengan networking. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa petani laki-laki dan perempuan membangun networking rendah, karena petani laki-laki dan perempuan menilai bahwa lebih efektif dan efisien membangun hubungan komunikasi, mencari informasi, dan memasarkan produk pertanian (tanaman hias) melalui komunikasi interpersonal dibandingkan melalui media komunikasi cyber extension.

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Efektivitas

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Kognitif Data hubungan tingkat pendidikan formal dengan tingkat kognitif dapat

dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 menyajikan data persentase hubungan tingkat pendidikan formal

dengan tingkat kognitif petani mengenai informasi teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Terdapat 90.9 persen petani dengan tingkat pendidikan formal tinggi memiliki tingkat kognitif tinggi. Terdapat 85.7 persen petani dengan tingkat pendidikan formal rendah memiliki tingkat kognitif tinggi. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa baik petani dengan tingkat pendidikan formal tinggi dan rendah memiliki tingkat kognitif tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal tidak berhubungan terhadap tingkat kognitif mengenai informasi teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Walaupun memiliki tingkat pendidikan formal yang berbeda, baik petani dengan tingkat pendidikan formal tinggi dan rendah sama-sama mencari dan mendapatkan informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) melalui media komunikasi cyber extension, sehingga memiliki tingkat kognitif tinggi.

Tabel 19 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan tingkat kognitif

Tingkat kognitif Tingkat Pendidikan formal Tinggi Rendah

Rendah 9.1 14.3 Tinggi 90.9 85.7 Total 100.0 100.0

Page 66: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

50

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Data hubungan tingkat pendidikan formal dengan sikap dapat dilihat pada

Tabel 20.

Tabel 20 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan

formal dengan sikap terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani (54.5%) dengan tingkat pendidikan formal tinggi membentuk sikap negatif, sedangkan sebagian besar petani (71.4%) dengan tingkat pendidikan formal rendah membentuk sikap positif. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal yang tinggi tidak diikuti dengan pembentukan sikap positif terhadap infomasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Hal ini disebabkan petani dengan tingkat pendidikan formal tinggi memiliki berbagai pertimbangan sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Berikut salah satu pernyataan petani dengan tingkat pendidikan formal tinggi:

“…Saya sering lihat di internet mbak informasi mengenai teknik budi daya terbaru, teknik bridging, dan jenis-jenis anggrek terbaru, tapi saya pertimbangkan dulu mbak, apakah akan saya terima atau tolak mbak, takutnya tidak sesuai jika diterapkan di daerah Bogor, misalnya: iklim, dan kondisi tanah tidak cocok mbak…”(Ibu RSY, 51 tahun)

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Networking

Data hubungan tingkat pendidikan formal dengan networking dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan networking

Networking Tingkat pendidikan formal Tinggi Rendah

Rendah 36.4 85.7 Tinggi 63.6 14.3 Total 100.0 100.0

Tabel 20 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dengan sikap

Sikap Tingkat pendidikan formal Tinggi Rendah

Negatif 54.5 28.6 Positif 45.5 71.4 Total 100.0 100.0

Page 67: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

51

Tabel 21 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dengan networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani (63.6%) dengan tingkat pendidikan formal tinggi membangun networking tinggi melalui media komunikasi cyber extension, sedangkan sebagian besar petani (85.7%) dengan tingkat pendidikan formal rendah membangun networking rendah melalui media komunikasi cyber extension. Hasil tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal petani, maka semakin tinggi networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Hal ini karena petani dengan tingkat pendidikan formal tinggi, cenderung lebih memiliki pemahaman dan pengetahuan akan manfaat dalam membangun networking lebih luas untuk membantu peningkatan usaha tanaman hias. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal berhubungan dengan networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension.

Hubungan Tingkat Pendidikan Nonformal dengan Efektivitas

Hubungan Tingkat Pendidikan Nonformal dengan Tingkat Kognitif Data hubungan tingkat pendidikan nonformal dengan tingkat kognitif dapat

dilihat pada Tabel 22

Tabel 22 menyajikan data mengenai hubungan tingkat pendidikan

nonformal dengan tingkat kognitif petani mengenai informasi teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Terdapat 81.8 petani dengan tingkat pendidikan nonformal tinggi memiliki tingkat kognitif tinggi, sebaliknya semua petani dengan tingkat pendidikan nonformal rendah memiliki tingkat kognitif tinggi. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa baik petani dengan tingkat pendidikan nonformal rendah dan tinggi memiliki tingkat kognitif tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan nonformal tidak berhubungan dengan tingkat kognitif. Semakin sering petani mengikuti pelatihan atau pendidikan nonformal, maka semakin banyak informasi yang didapatkan, jika terdapat informasi yang kurang jelas pada saat mengikuti pendidikan nonformal, responden mencari informasi melalui media komunikasi cyber extension, sehingga petani memiliki tingkat kognitif tinggi, sedangkan berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan untuk petani dengan tingkat pendidikan nonformal rendah tetap memiliki tingkat kognitif tinggi terhadap informasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension karena dengan media komunikasi cyber

Tabel 22 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan nonformal dan tingkat kognitif

Tingkat kognitif Tingkat pendidikan nonformal Tinggi Rendah

Rendah 18.2 0.0 Tinggi 81.8 100.0 Total 100.0 100.0

Page 68: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

52

extension informasi dapat dicari dengan cepat dan mudah, sehingga tidak perlu mengikuti pendidikan nonformal untuk mendapatkan informasi. Hubungan Tingkat Pendidikan Nonformal dengan Sikap

Data hubungan tingkat pendidikan nonformal dengan sikap dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 menyajikan data hubungan antara tingkat pendidikan nonformal

dan sikap terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Terdapat 54.5 persen petani dengan tingkat pendidikan nonformal tinggi membentuk sikap positif. Terdapat 57.1 persen petani dengan tingkat pendidikan nonformal rendah membentuk sikap positif. Hasil tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa baik petani dengan tingkat pendidikan nonformal rendah dan tinggi membentuk sikap positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan nonformal tidak berhubungan dalam pembentukan sikap petani terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Pendidikan nonformal yang didapatkan petani salah satunya berfungsi untuk menambah pengetahuan petani, sedangkan dalam pembentukan sikap, petani memiliki pertimbangan sendiri untuk menerima atau menolak.

Tabel 23 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan nonformal dan sikap

Sikap Tingkat pendidikan nonformal Tinggi Rendah

Negatif 45.5 42.9 Positif 54.5 57.1 Total 100.0 100.0

Page 69: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

53

Hubungan Tingkat Pendidikan Nonformal dengan Networking Data hubungan tingkat pendidikan nonformal dengan networking dapat

dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan

nonformal dan networking. Sebagian besar petani (54.5%) dengan tingkat pendidikan nonformal tinggi membangun networking tinggi, sedangkan sebagian besar petani (71.4%) dengan tingkat pendidikan nonformal rendah membangun networking rendah. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan nonformal, maka semakin tinggi networking yang dibangun petani melalui media komunikasi cyber extension. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa dengan mengikuti pendidikan nonformal akan menambah pengetahuan dan membuka pemikiran untuk membangun networking yang lebih luas, salah satunya melalui media komunikasi cyber extension.

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Kognitif Data hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat kognitif dapat dilihat

pada Tabel 25.

Tabel 25 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan

dan tingkat kognitif. Sebesar 88.9 persen petani dengan tingkat pendapatan tinggi dan tingkat pendapatan rendah memiliki tingkat kognitif tinggi. Sebesar 11.1 persen petani dengan tingkat pendapatan tinggi dan tingkat pendapatan rendah memiliki tingkat kognitif rendah. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa baik petani dengan tingkat pendapatan tinggi dan tingkat pendapatan rendah memiliki tingkat kognitif tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan tidak berhubungan dengan tingkat kognitif. Walaupun memiliki tingkat pendapatan yang berbeda, baik tingkat pendapatan tinggi dan rendah sama-sama mencari informasi mengenai teknologi pertanian melalui media

Tabel 25 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan tingkat kognitif

Tingkat kognitif Tingkat pendapatan Tinggi Rendah

Rendah 11.1 11.1 Tinggi 88.9 88.9 Total 100.0 100.0

Tabel 24 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan nonformal dengan networking

Networking Tingkat pendidikan nonformal Tinggi Rendah

Rendah 45.5 71.4 Tinggi 54.5 28.6

Total 100.0 100.0

Page 70: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

54

komunikasi cyber extension, sehingga petani dapat memiliki tingkat kognitif tinggi mengenai informasi teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension.

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Sikap

Tabel 26 menyajikan data persentase hubungan tingkat pendapatan dengan sikap. Sebesar 44.4 petani dengan tingkat pendapatan tinggi dan tingkat pendapatan rendah membentuk sikap negatif. Sebesar 55.6 persen petani dengan tingkat pendapatan tinggi dan tingkat pendapatan rendah membentuk sikap positif.

Hasil tabulasi silang antara tingkat pendapatan dan sikap menunjukkan

bahwa baik petani dengan tingkat pendapatan rendah dan tingkat pendapatan tinggi membentuk sikap positif. Walaupun memiliki tingkat pendapatan yang berbeda, baik tingkat pendapatan tinggi dan rendah sama-sama memiliki kebutuhan dan kepentingan untuk meningkatkan produktivitas tanaman hias, sehingga petani membentuk sikap positif terhadap informasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension.

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Networking

Data hubungan tingkat pendapatan dengan networking dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27 menyajikan data persentase hubungan tingkat pendapatan dengan

networking. Sebagian besar petani (66.7%) dengan tingkat pendapatan tinggi membangun networking tinggi. Sebagian besar petani (77.8%) dengan tingkat pendapatan rendah membangun networking rendah. Hasil tabulasi silang antara tingkat pendapatan dan networking menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan, maka semakin tinggi networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Hubungan ini disebabkan oleh petani dengan tingkat pendapatan tinggi berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh dari usaha tanaman hias, sehingga membutuhkan informasi, komunikasi, dan pemasaran yang lebih tinggi dan luas dibandingkan dengan petani dengan tingkat pendapatan rendah.

Tabel 27 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan networking

Networking Tingkat pendapatan Tinggi Rendah

Rendah 33.3 77.8 Tinggi 66.7 22.2 Total 100.0 100.0

Tabel 26 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan sikap

Sikap Tingkat pendapatan Tinggi Rendah

Negatif 44.4 44.4 Positif 55.6 55.6 Total 100.0 100.0

Page 71: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

55

HUBUNGAN AKSESIBILITAS DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM

DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension dalam diseminasi informasi mengenai teknologi pertanian dilihat dari : persepsi tentang media komunikasi cyber extension sebagai media komuniaksi dalam diseminasi teknologi pertanian, tingkat ketersediaan teknologi informasi, tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi, dan tingkat keterjangkauan fasilitas training.

Hubungan Persepsi tentang Media Komunikasi Cyber Extension dengan Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension

Hubungan Persepsi tentang Tingkat Keuntungan Relatif dengan Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension

Data hubungan antara persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan efektivitas media komunikasi cyber extension diperoleh dari petani pengguna cyber extension. Data hubungan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dengan tingkat kognitif dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28 menyajikan data persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan tingkat kognitif. Terdapat seluruh petani yang menilai tingkat keuntungan relatif tinggi memiliki tingkat kognitif tinggi. Sebagian besar petani (66.7%) menilai tingkat keuntungan relatif rendah memiliki tingkat kognitif tinggi. Hasil tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa baik petani yang menilai tingkat keuntungan relatif tinggi dan rendah memiliki tingkat kognitif tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat keuntungan relatif tidak berhubungan dengan tingkat kognitif petani mengenai informasi teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension.

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa petani dengan persepsi tingkat keuntungan relatif tinggi memiliki tingkat kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan petani dengan persepsi tingkat keuntungan relatif rendah. Apabila petani menilai tingkat keuntungan relatif tinggi, maka semakin cepat petani mengadopsi media komunikasi cyber extension dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias), hal ini akan berdampak pada peningkatan pengetahuan petani mengenai informasi teknologi yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension.

Tabel 28 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan tingkat kognitif

Tingkat kognitif Tingkat keuntungan relatif Tinggi Rendah

Rendah 0.0 33.3 Tinggi 100.0 66.7 Total 100.0 100.0

Page 72: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

56

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mulyandari (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi petani merasakan keuntungan dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung usahataninya, semakin tinggi pula pengetahuan dan keterampilannya dalam memanfaatkan teknologi informasi.

Tabel 29 menyajikan data persentase petani berdasarkan persepsi tentang

tingkat keuntungan relatif dengan sikap. Sebagian besar petani yang menilai tingkat keuntungan relatif tinggi (66.7%) membentuk sikap positif. Sebagian besar petani yang menilai tingkat keuntungan relatif rendah (66.7%) membentuk sikap negatif.

Hasil dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi tentang tingkat keuntungan relatif menyebabkan pembentukan sikap positif terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Hubungan ini dapat disebabkan oleh persepsi tinggi tentang tingkat keuntungan relatif dari menggunakan media komunikasi cyber extension, seperti: keuntungan mendapatkan informasi lebih mudah dibandingkan media komunikasi lain, biaya yang terjangkau, dan kepercayaan terhadap informasi yang terdapat di internet, sehingga dapat mempengaruhi petani untuk membentuk sikap dalam menerima informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Hal ini diperkuat oleh salah satu pernyataan petani:

“…Saya kurang percaya mbak sama informasi yang ada di internet, karena belum tentu informasi yang disampaikan itu benar, bisa saja bohong. Misalnya, dari informasi mengenai jenis-jenis tanaman hias terbaru, dan harga. Biasanya foto mengenai jenis-jenis tanaman hias terbaru tidak sesuai dengan aslinya. Di fotonya bagus, sedangkan aslinya tidak, lalu harganya juga lebih mahal dibandingkan jika kita beli sendiri ke petani atau teman-teman…” (Bpk TYN, 41 tahun).

Tabel 30 menyajikan data persentase petani berdasarkan persepsi tentang

tingkat keuntungan relatif dengan networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani yang menilai tingkat keuntungan relatif tinggi (58.3%) membangun networking tinggi, sedangkan sebagian besar petani yang menilai tingkat keuntungan relatif rendah (83.3%) membangun networking rendah.

Tabel 29 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan sikap

Sikap Tingkat keuntungan relatif Tinggi Rendah

Negatif 33.3 66.7 Positif 66.7 33.3 Total 100.0 100.0

Page 73: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

57

Hasil tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi petani menilai tingkat keuntungan relatif, maka akan semakin tinggi networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Hal tersebut dapat terjadi karena petani sudah merasakan manfaat membangun networking melalui media komunikasi cyber extension lebih baik dibandingkan melalui media komunikasi interpersonal dan media massa, misalnya jangkauan pemasaran yang lebih luas. Beberapa manfaat membangun networking melalui media komunikasi cyber extension menurut petani, yaitu: untuk bertukar informasi (informasi cepat tersalurkan), bersinergi dalam rangka membangun usaha secara luas (pemasaran dan pangsa pasar), menghemat waktu dan biaya karena tidak perlu bertemu langsung. Hubungan Persepsi tentang Tingkat Kerumitan dengan Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension

Data hubungan antara persepsi tentang tingkat kerumitan dan efektivitas media komunikasi cyber extension diperoleh dari petani pengguna cyber extension.

Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kerumitan dengan tingkat kognitif dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31 menyajikan data persentase petani berdasarkan persepsi tentang

tingkat kerumitan dan tingkat kognitif. Terdapat 85.7 persen petani yang menilai tingkat kerumitan rendah memiliki tingkat kognitif tinggi lebih besar dibandingkan dengan tingkat kognitif rendah (14.3%). Terdapat seluruh petani yang menilai tingkat kerumitan rendah memiliki tingkat kognitif tinggi. Hasil dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa sebagian besar petani baik petani yang menilai tingkat kerumitan rendah dan tinggi memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kerumitan tidak berhubungan dengan tingkat kognitif petani terhadap informasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, walaupun petani menilai

Tabel 31 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kerumitan dan tingkat kognitif

Tingkat kognitif Tingkat kerumitan Tinggi Rendah

Rendah 14.3 0.0 Tinggi 85.7 100.0 Total 100.0 100.0

Tabel 30 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif dan networking

Networking Tingkat keuntungan relatif Tinggi Rendah

Rendah 41.7 83.3 Tinggi 58.3 16.7 Total 100.0 100.0

Page 74: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

58

menggunakan media komunikasi cyber extension lebih rumit dibandingkan dengan menggunakan media komunikasi interpersonal dan media massa, petani tetap menggunakan media komunikasi cyber extension karena kemudahan dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian melalui media komunikasi cyber extension, serta kebutuhan akan informasi yang sama mengenai tanaman hias, sehingga memiliki tingkat kognitif tinggi.

Tabel 32 menyajikan data persentase petani berdasarkan persepsi tentang

tingkat kerumitan dengan sikap. Terdapat 50.0 persen petani yang menilai tingkat kerumitan tinggi membentuk sikap negatif dan sikap positif seimbang. Sebesar 75.0 persen petani yang menilai tingkat kerumitan rendah membentuk sikap positif lebih besar dibandingkan dengan membentuk sikap negatif (25.0%).

Hasil dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa petani yang menilai tingkat kerumitan rendah membentuk sikap positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan terbalik antara persepsi tentang tingkat kerumitan dengan pembentukan sikap. Petani dengan tingkat kerumitan rendah, artinya petani menilai media komunikasi cyber extension semakin rumit diakses. Walaupun petani menilai menggunakan media komunikasi cyber extension lebih sulit dibandingkan media komunikasi interpersonal dan media massa, akan tetapi petani merasakan manfaat yang lebih besar dalam mencari informasi mengenai tanaman hias melalui media komunikasi cyber extension, sehingga membentuk sikap positif terhadap informasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension.

Tabel 33 menyajikan data persentase petani berdasarkan persepsi tentang

tingkat kerumitan dan networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Terdapat 50.0 persen petani yang menilai tingkat kerumitan tinggi membangun networking rendah dan tinggi seimbang. Terdapat 75.0 persen petani yang menilai tingkat kerumitan rendah membangun networking rendah lebih besar dibandingkan dengan petani yang membangun networking tinggi (25.0%).

Tabel 32 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kerumitan dan sikap

Sikap Tingkat kerumitan Tinggi Rendah

Negatif 50.0 25.0 Positif 50.0 75.0 Total 100.0 100.0

Tabel 33 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kerumitan dan networking

Networking Tingkat kerumitan Tinggi Rendah

Rendah 50.0 75.0 Tinggi 50.0 25.0 Total 100.0 100.0

Page 75: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

59

Hasil dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa petani yang menilai tingkat kerumitan rendah membangun networking rendah lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang menilai tingkat kerumitan tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi tentang tingkat kerumitan dengan networking. Beberapa alasan petani menilai membangun networking melalui internet rumit, antara lain: tidak tahu bagaimana melakukan pemasaran melalui internet, tidak tahu dan mengerti apa itu web, bagaimana cara membuat dan mengaplikasikan web, dan memasarkan lewat internet tidak efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang tingkat kerumitan tidak berhubungan dengan networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Hubungan Persepsi tentang Tingkat Kesesuaian dengan Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension

Data hubungan antara persepsi tentang tingkat kesesuaian dan efektivitas media komunikasi cyber extension diperoleh dari petani pengguna cyber extension.

Persentase hubungan antara persepsi tentang tingkat kesesuaian dengan tingkat kognitif disajikan dalam Tabel 34.

Tabel 34 menyajikan data persentase petani berdasarkan persepsi tentang

tingkat kesesuaian dengan tingkat kognitif. Sebagian besar petani yang menilai tingkat kesesuaian tinggi (91.7%) memiliki tingkat kognitif tinggi. Sebagian besar petani yang menilai tingkat kesesuaian rendah (83.3%) memiliki tingkat kognitif tinggi. Hasil dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa sebagian besar petani baik petani yang menilai tingkat kesesuaian rendah dan petani yang menilai tingkat kesesuaian tinggi memiliki tingkat kognitif tinggi. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara persepsi tentang tingkat kesesuaian dengan tingkat kognitif petani. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, petani menilai informasi yang disebarkan melalui media komunikasi cyber extension kurang sesuai, biaya untuk mengakses informasi lebih mahal, dan memerlukan alat komunikasi yang lebih mahal. Namun, petani tetap mengakses media komunikasi cyber extension sebagai salah satu sumber informasi, karena informasi dapat dengan mudah dicari, sehingga tingkat kognitif tinggi.

Tabel 35 menyajikan data persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kesesuaian dan sikap. Sebagian besar petani (66.7%) yang menilai tingkat kesesuaian tinggi membentuk sikap positif. Sebagian besar petani yang menilai tingkat kesesuaian rendah (66.7%) membentuk sikap negatif.

Tabel 34 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kesesuaian dan tingkat kognitif

Tingkat kognitif Tingkat kesesuaian Tinggi Rendah

Rendah 8.3 16.7 Tinggi 91.7 83.3 Total 100.0 100.0

Page 76: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

60

Hasil dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi petani

menilai tingkat kesesuaian, maka akan membentuk sikap positif. Petani dengan tingkat kesesuaian tinggi beranggapan bahwa informasi yang terdapat di internet sudah sesuai dengan kebutuhannya, sesuai dengan kondisi dan pengalaman sebelumnya, sehingga dapat diterapkan atau digunakan untuk membantu dalam meningkatkan produktivitas tanaman hias.

Tabel 36 menyajikan data persentase petani berdasarkan persepsi tentang

tingkat kesesuaian dan networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Terdapat 50.0 persen petani yang menilai tingkat kesesuaian tinggi membangun networking rendah dan tinggi seimbang. Terdapat 66.7 persen petani yang menilai tingkat kesesuaian rendah membangun networking rendah lebih besar dibandingkan dengan petani yang membangun networking tinggi (33.3%).

Hasil dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa petani yang menilai

tingkat kesesuaian rendah membangun networking rendah lebih tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi tentang tingkat kesesuaian dengan networking. Petani membangun networking rendah karena menilai networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension tidak sesuai dengan kebutuhan, dan pengalaman sebelumnya, serta membangun networking tanpa melalui media komunikasi cyber exension lebih menguntungkan dan efektif dibandingkan dengan membangun networking melalui media komunikasi cyber extension.

Tabel 36 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kesesuaian dan netwoking

Networking Tingkat kesesuain Tinggi Rendah

Rendah 50,0 66,7 Tinggi 50,0 33,3 Total 100,0 100,0

Tabel 35 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kesesuaian dan sikap

Sikap Tingkat kesesuaian Tinggi Rendah

Negatif 33.3 66.7 Positif 66.7 33.3 Total 100.0 100.0

Page 77: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

61

Hubungan Persepsi tentang Tingkat Kemungkinan Dicoba dengan Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension

Data hubungan antara persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba dan efektivitas media komunikasi cyber extension diperoleh dari petani pengguna cyber extension.

Persentase hubungan antara persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba dengan tingkat kognitif disajikan dalam Tabel 37.

Tabel 37 menyajikan data persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba dan tingkat kognitif. Terdapat 18.2 persen petani yang menilai tingkat kemungkinan dicoba tinggi memiliki tingkat kognitif rendah. Terdapat 81.8 persen petani yang menilai tingkat kemungkinan dicoba tinggi memiliki tingkat kognitif tinggi. Terdapat seluruh petani yang menilai tingkat kemungkinan dicoba tinggi memiliki tingkat kognitif tinggi. Hasil dari tabulasi silang menunjukkan bahwa baik petani yang memiliki tingkat kemungkinan dicoba tinggi dan rendah memiliki tingkat kognitif tinggi terhadap informasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kemungkinan dicoba tidak berhubungan terhadap tingkat kognitif petani. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani merasakan dapat dengan mudah mengaplikasikan media komunikasi cyber extension dalam mencari informasi, selain itu petani juga dapat menyebarkan informasi ke petani tanaman hias lainnya, sehingga petani mengetahui informasi mengenai teknologi pertanian apa saja yang didiseminasikan media komunikasi cyber extension.

Tabel 38 menyajikan data persentase petani menurut persepsi tentang

tingkat kemungkinan dicoba dengan sikap. Sebagian besar petani (54.5%) yang menilai tingkat kemungkinan dicoba tinggi membentuk sikap negatif. Sebagian besar petani (71.4%) yang menilai tingkat kemungkinan dicoba rendah membentuk sikap positif.

Tabel 38 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba dan sikap

Sikap Tingkat kemungkinan dicoba Tinggi Rendah

Negatif 54.5 28.8 Positif 45.5 71.4 Total 100.0 100.0

Tabel 37 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba dan tingkat kognitif

Tingkat kognitif Tingkat kemungkinan dicoba Tinggi Rendah

Rendah 18.2 0.0 Tinggi 81.8 100.0 Total 100.0 100.0

Page 78: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

62

Hasil dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan petani yang menilai tingkat kemungkinan dicoba tinggi sebagian besar membentuk sikap negatif, dan petani yang menilai tingkat kemungkinan dicoba rendah membentuk sikap positif. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat hubungan terbalik antara tingkat kemungkinan dicoba dan pembentukan sikap. Hal ini disebabkan walaupun petani menilai informasi mengenai teknologi pertanian yang terdapat pada media komunikasi cyber extension dapat dicoba atau mudah diterapkan, akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan petani membentuk sikap negatif terhadap informasi teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Faktor-faktor tersebut antara lain: tidak terdapat biaya, tidak terdapat lahan untuk menerapkan inovasi yang ada, dan pasar belum tersedia, selain itu sebagian besar petani tidak mau menggunakan teknik budi daya yang diinformasikan media komunikasi cyber extension, karena petani menilai teknologi yang didiseminasikan sulit untuk diterapkan, serta tidak sesuai dengan kondisi dan lingkungan tempat usaha.

Tabel 39 menyajikan data persentase petani berdasarkan persepsi tentang

tingkat kemungkinan dicoba dan networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani (63.6%) yang menilai tingkat kemungkinan dicoba tinggi membangun networking rendah. Sebagian besar petani (57.2%) dengan tingkat kemungkinan dicoba rendah networking tinggi.

Hasil dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa petani yang menilai tingkat kemungkinan dicoba tinggi sebagian besar membangun networking rendah dan petani yang menilai tingkat kemungkinan dicoba rendah sebagian besar membangun networking tinggi. Menurut beberapa petani walaupun membangun networking melalui media komunikasi cyber extension dapat dengan mudah diaplikasikan, namun petani tetap tidak melakukan pemasaran melalui media komunikasi cyber extension dikarenakan jaringan pemasaran sudah cukup luas, sehingga tidak harus membangun networking melalui media komunikasi cyber extension.

Tabel 39 Persentase petani menurut persepsi tentang tingkat kemungkinan dicoba dan networking

Networking Tingkat kemungkinan dicoba Tinggi Rendah

Rendah 63.6 42.8 Tinggi 36.7 57.2 Total 100.0 100.0

Page 79: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

63

Hubungan Tingkat Ketersediaan Teknologi Informasi dengan Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension

Data hubungan antara tingkat ketersediaan teknologi informasi dan efektivitas media komunikasi cyber extension diperoleh dari petani pengguna cyber extension.

Persentase hubungan antara tingkat ketersediaan teknologi informasi dengan tingkat kognitif disajikan dalam Tabel 40.

Tabel 40 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat

ketersediaan teknologi informasi dan tingkat kognitif. Seluruh petani dengan tingkat ketersediaan teknologi informasi tinggi memiliki tingkat kognitif tinggi. Sebagian besar petani (86.7%) dengan tingkat ketersediaan teknologi informasi rendah memiliki tingkat kognitif tinggi.

Tabel 41 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat ketersediaan teknologi informasi dan sikap. Sebagian besar petani (66.7%) dengan tingkat ketersediaan teknologi informasi tinggi membentuk sikap negatif. Sebagian besar petani (60.0%) dengan tingkat ketersediaan teknologi informasi rendah membentuk sikap positif.

Tabel 42 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat

ketersediaan teknologi informasi dan networking. Seluruh petani dengan tingkat

Tabel 42 Persentase petani berdasarkan tingkat ketersediaan teknologi informasi dan networking

Networking Tingkat ketersediaan teknologi informasi Total Tinggi Rendah Rendah 0.0 66.7 556 Tinggi 100.0 33.3 44.4 Total 100.0 100.0 100.0

Tabel 41 Persentase petani berdasarkan tingkat ketersediaan teknologi informasi dan sikap

Sikap Tingkat ketersediaan teknologi informasi Total Tinggi Rendah Negatif 66.7 40.0 44.4 Positif 33.3 60.0 55.6 Total 100.0 100.0 100.0

Tabel 40 Persentase petani berdasarkan tingkat ketersediaan teknologi informasi dan tingkat kognitif

Tingkat kognitif Tingkat ketersediaan teknologi informasi Total Tinggi Rendah Rendah 0.0 13.3 11.1 Tinggi 100.0 86.7 89.9 Total 100.0 100.0 100.0

Page 80: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

64

ketersediaan teknologi informasi tinggi membangun networking tinggi melalui media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani (66.7%) dengan tingkat ketersediaan teknologi informasi rendah membangun networking rendah melalui media komunikasi cyber extension.

Hasil tabulasi silang hubungan antara tingkat ketersediaan teknologi

informasi dengan pengetahuan, sikap dan networking menunjukkan bahwa: 1. Tingkat ketersediaan teknologi informasi tidak berhubungan dengan tingkat

kognitif, karena baik petani dengan tingkat ketersediaan teknologi informasi rendah dan tinggi memiliki tingkat kognitif tinggi. Hal ini disebabkan walaupun petani memiliki tingkat ketersediaan teknologi informasi rendah, misalnya hanya memiliki telepon genggam, petani tetap dapat mengakses informasi mengenai teknologi pertanian secara cepat dan mudah melalui fasilitas internet yang terdapat di telepon genggam.

2. Petani dengan tingkat ketersediaan teknologi informasi yang tinggi membentuk sikap negatif terhadap informasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension.

3. Tingkat ketersediaan teknologi informasi berhubungan dalam membangun networking melalui media komunikasi cyber extension, semakin tinggi tingkat ketersediaan teknologi informasi, maka semakin tinggi networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Menurut petani dengan tersedianya teknologi informasi yang tinggi membantu memperlancar petani membangun networking baik melalui media komunikasi cyber extension maupun tanpa melalui media komunikasi cyber extension. Komputer berinternet dan telepon genggam dapat digunakan untuk membangun networking melalui media komunikasi cyber extension, sedangkan telepon rumah dan telepon genggam digunakan petani untuk membangun networking tanpa melalui media komunikasi cyber extension.

Hubungan Tingkat Ketersediaan Infrastruktur Jaringan Komunikasi dengan Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension

Data hubungan antara tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dan efektivitas media komunikasi cyber extension diperoleh dari petani pengguna cyber extension.

Persentase hubungan antara tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dengan tingkat kognitif disajikan dalam Tabel 43.

Tabel 43 Persentase petani berdasarkan tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dan tingkat kognitif

Tingkat kognitif Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi Tinggi Rendah

Rendah 12.5 0.0 Tinggi 87.5 100.0 Total 100.0 100.0

Page 81: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

65

Tabel 43 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dan tingkat kognitif. Terdapat 12.5 persen petani yang menilai tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tinggi memiliki tingkat kognitif rendah. Terdapat 87.5 persen petani yang menilai tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tinggi memiliki kognitif tinggi. Terdapat seluruh petani yang menilai tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi rendah memiliki kognitif tinggi.

Hasil dari tabulasi silang menunjukkan bahwa baik petani yang memiliki tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tinggi dan rendah memiliki tingkat kognitif tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tidak berhubungan terhadap tingkat kognitif responden. Pada umumnya petani memiliki kondisi ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi yang memadai, sehingga dapat mengakses informasi mengenai teknologi pertanian melalui media komunikasi cyber extension tanpa batasan waktu.

Tabel 44 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dengan sikap. Terdapat seluruh petani yang menilai tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tinggi membentuk sikap positif. Sebesar 50.0 persen petani yang menilai tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi rendah dan tinggi membentuk sikap positif dan negatif.

Hasil dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa petani yang menilai tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tinggi seluruhnya membentuk sikap positif, sedangkan petani dengan tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi (50.0%) rendah membentuk sikap positif dan negatif seimbang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tidak berhubungan dalam pembentukan sikap.

Tabel 45 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat

ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dengan networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Terdapat 50.0 persen petani yang menilai tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi rendah dan tinggi. Terdapat seluruh petani yang menilai tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi rendah membangun networking rend

Tabel 44 Persentase petani berdasarkan tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dan sikap

Sikap Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi Tinggi Rendah

Negatif 0.0 50.0 Positif 100.0 50.0 Total 100.0 100.0

Page 82: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

66

Hasil dari tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa petani yang menilai

tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi tinggi membangun networking rendah dan tinggi seimbang, sedangkan seluruh petani yang menilai tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi rendah membangun networking tinggi.

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dengan networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Hal ini diperkuat oleh salah satu petani yang menyatakan bahwa:

“…Bagaimana melakukan pemasaran dan komunikasi melalui internet mbak, saya saja mengakses internet melalui warnet, karena hp saya susah kalau buat internet, mencari informasi mengenai tanaman hias melalui internet saja jarang mbak…”(Mas NDN, 27 tahun)

Hubungan Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training dengan Efektivitas Media Komunikasi Cyber Extension

Data hubungan antara keterjangkauan fasilitas training dan efektivitas media komunikasi cyber extension diperoleh dari petani pengguna cyber extension. Persentase hubungan antara tingkat keterjangkauan fasilitas training dengan tingkat kognitif disajikan dalam Tabel 46.

Tabel 46 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat keterjangkauan fasilitas training dan tingkat kognitif. Terdapat seluruh petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi memiliki tingkat kognitif tinggi. Terdapat 25.0 persen petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas

Tabel 46 Persentase petani berdasarkan tingkat keterjangkauan fasilitas training dan tingkat kognitif

Tingkat kognitif Tingkat keterjangkauan fasilitas training Tinggi Rendah

Rendah 0.0 25.0 Tinggi 100.0 75.0 Total 100.0 100.0

Tabel 45 Persentase petani menurut tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi dan netwoking

Networking Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi Tinggi Rendah

Rendah 50.0 100.0 Tinggi 50.0 0.0 Total 100.0 100.0

Page 83: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

67

training rendah memiliki tingkat kognitif rendah dan 75.0 persen petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training rendah memiliki kognitif tinggi.

Tabel 47 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat keterjangkauan fasilitas training dan sikap. Terdapat 60.0 persen petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi membentuk sikap negatif. Terdapat 40.0 persen petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi membentuk sikap positif. Sebesar 25.0 petani yang menilai tingkat keterjangkauan fasilitas training rendah membentuk sikap negatif dan 75.0 persen petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training rendah membentuk sikap positif.

Tabel 48 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat

keterjangkauan fasilitas training dan networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Terdapat 60.0 persen petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi membangun networking tinggi. Terdapat 75.0 persen petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training rendah membangun networking rendah.

Keterjangkauan fasilitas training adalah kemudahan petani memperoleh pelatihan penggunaan teknologi informasi, yaitu dalam penggunaan komputer, akses internet, dan akses informasi teknologi pertanian. Dengan adanya fasilitas training ini petani mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan media komunikasi cyber extension untuk mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias). Kemampuan petani dalam memanfaatkan media komunikasi cyber extension dapat meningkatkan pengetahuan petani mengenai informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension, membentuk sikap positif terhadap informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension,

Tabel 48 Persentase petani berdasarkan tingkat keterjangkauan fasilitas training dan networking

Networking Tingkat keterjangkauan fasilitas training Tinggi Rendah

Rendah 40.0 75.0 Tinggi 60.0 25.0 Total 100.0 100.0

Tabel 47 Persentase petani berdasarkan tingkat keterjangkauan fasilitas training dan sikap

Tingkat keterjangkauan fasilitas training Sikap Tinggi Rendah Negatif 60.0 25.0 Positif 40.0 75.0 Total 100.0 100.0

Page 84: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

68

serta membangun networking yang lebih luas melalui media komunikasi cyber extension.

Hasil tabulasi silang hubungan antara tingkat keterjangkauan fasilitas training dengan pengetahuan, sikap dan networking menunjukkan bahwa: 1. Tingkat keterjangkauan fasilitas training tidak berhubungan terhadap tingkat

kognitif, dikarenakan baik petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training rendah dan tinggi memiliki tingkat kognitif tinggi. Hal ini disebabkan walaupun petani tidak terjangkau fasilitas training, petani sudah dapat mengaplikasikan media komunikasi cyber extension dengan belajar sendiri, belajar melalui teman, dan belajar dari lingkungan keluarga.

2. Tingkat keterjangkauan fasilitas training berhubungan dalam pembentukan sikap, dikarenakan petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi sebagian besar membentuk sikap negatif sedangkan petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training rendah membentuk sikap positif. Hal ini disebabkan karena kemudahan dalam mengakses informasi mengenai teknologi pertanian melalui media komunikasi cyber extension mempengaruhi petani dalam membentuk sikap positif.

3. Tingkat keterjangkauan fasilitas training berhubungan dalam membangun networking melalui media komunikasi cyber extension, semakin tinggi tingkat keterjangkauan fasilitas training, maka semakin tinggi networking yang dibangun melalui media komunikasi cyber extension. Dengan adanya fasilitas training, petani mengetahui bagaimana cara memanfaatkan media komunikasi cyber extension dalam membangun networking melalui internet

Page 85: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

69

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI

CYBER EXTENSION

Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang memanfaatkan media komunikasi cyber extension yang meliputi beberapa aspek yaitu: persepsi, ketersediaan teknologi informasi, ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi, dan keterjangkauan fasilitas training. Data diperoleh dari petani pengguna dan non pengguna cyber extension.

Data yang akan diolah adalah hubungan antara karakteristik individu dengan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif, tingkat kerumitan, dan tingkat keterjangkauan fasilitas training. Hal ini disebabkan oleh petani non pengguna cyber extension tidak menggunakan media komunikasi cyber extension dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian, sehingga tidak dapat dihubungkan dengan efektivitas media komunikasi cyber extension.

Karakteristik individu yang diidentifikasi, yaitu: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, dan tingkat pendapatan, sedangkan aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension yang diidentifikasi, yaitu: persepsi tentang tingkat keuntungan relatif media komunikasi cyber extension, persepsi tentang tingkat kerumitan media komunikasi cyber extension, dan tingkat keterjangkauan fasilitas training. Untuk variabel aksesibilitas terhadap media komunikasi lainnya tidak dihubungkan dengan karakteristik individu. Hal ini dikarenakan data/kuesioner pengguna dan non pengguna tidak sama. Uji tabulasi silang dan Rank Spearman untuk melihat apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan aksesibilitas media komunikasi cyber extension. Namun, hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif, tingkat kerumitan, dan tingkat keterjangkauan fasilitas training dilakukan dengan tabulasi silang dan uji Chi- Square.

Hubungan Usia dengan Persepsi tentang Media Komunikasi Cyber Extension

Hubungan Usia dengan Persepsi tentang Tingkat Keuntungan Relatif Media Komunikasi Cyber Extension

Tabel 49 menyajikan data persentase hubungan usia dengan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif media komunikasi cyber extension. Terdapat 50.0 persen petani usia muda menilai tingkat keuntungan relatif rendah dan tinggi seimbang. Sebagian besar petani usia tua (55.0%) menilai tingkat keuntungan relatif tinggi.

Page 86: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

70

Hasil tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa baik petani usia muda dan tua menilai tingkat keuntungan relatif tinggi. Hal ini dikarenakan baik petani usia muda dan tua sama-sama menilai manfaat menggunakan media komunikasi cyber extension yang lebih besar dibandingkan media komunikasi interpersonal dan media massa. Manfaat media komunikasi cyber extension antara lain: ketersediaan informasi tanpa batas, sehingga mempermudah petani dalam mencari informasi, dan biaya untuk mengakses internet terjangkau.

Berikut pernyataan salah satu petani pengguna media komunikasi cyber

extension pada usia tua yang menilai tingkat keuntungan relatif tinggi:

“…Internet sangat bermanfaat untuk saya, selain untuk mencari informasi dengan internet, saya juga dapat berinteraksi dengan petani lainnya untuk bertukar informasi. Media massa tidak memberikan informasi yang lengkap mengenai tanaman hias, dengan internet saya dapat mencari infomasi mengenai bagaimana cara budidaya anggrek, medianya apa, bridging, dan mencari literatur mengenai jenis-jenis anggrek terbaru…”(Bpk KSM, 67 tahun)

Berikut pernyataan salah satu petani non pengguna media komunikasi

cyber extension pada usia tua yang menilai tingkat keuntungan relatif rendah:

“…Kalau saya ya neng, bukan saya yang mencari informasi tetapi pemain-pemain baru malah yang bertanya kepada saya, karena saya sudah lama terjun di tanaman hias, jadi sudah banyak pengalaman. Biasanya kalau saya tidak tau informasi mengenai nama ilmiah tanaman hias saya langsung tanya lewat teman-teman, kalau bisa ketemu, saya ketemu, kalau tidak lewat hp neng. Jadi lebih mudah ketemu langsung dan telpon temen neng, dari pada lewat internet, apalagi saya tidak bisa menggunakan, maklum cuma lulus SMP…” (Bpk SLH, 62 tahun)

Hasil tabulasi silang sejalan dengan hasil uji statistik menggunakan Rank

Spearman yang menunjukkan bahwa p-value = 0.773 > 0.05, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan persepsi tentang tingkat

Tabel 49 Persentase petani berdasarkan usia dan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif

Tingkat keuntungan relatif Usia Muda Tua

Rendah 50.0 45.0 Tinggi 50.0 55.0 Total 100.0 100.0 Catatan : rs = 0.05 nilai p = 0.773

Page 87: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

71

keuntungan relatif pada media komunikasi cyber extension, pada selang kepercayaan 0.05.

Hubungan Usia dengan Persepsi tentang Tingkat Kerumitan Media Komunikasi Cyber Extension

Tabel 50 menyajikan data persentase hubungan usia dengan persepsi tentang tingkat kerumitan media komunikasi cyber extension. Terdapat 50.0 persen petani usia muda menilai tingkat kerumitan rendah dan tinggi seimbang. Terdapat 70.0 persen petani usia tua menilai tingkat kerumitan tinggi. Hasil tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa baik petani usia muda dan tua menilai tingkat kerumitan tinggi. Artinya media komunikasi cyber extension semakin tidak rumit diakses. Dengan demikian, dapat terlihat bahwa pada usia tua tidak menyebabkan petani menilai tingkat kerumitan rendah.

Hasil tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara usia dengan persepsi tentang tingkat kerumitan. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa untuk mengakses media komunikasi cyber extension cukup memiliki fasilitas telepon genggam yang memiliki aplikasi internet, dan komputer berinternet. Hal ini diperkuat oleh pernyataan salah satu petani pada usia tua yang menilai tingkat kerumitan tinggi:

“…Mencari informasi mengenai tanaman hias melalui internet sangat mudah mbak, tinggal cari di google aja mbak, selain itu untuk mencari informasi lewat internet selain melalui laptop juga bisa melalui telepon genggam, jadi kapan dan dimana saja saya bisa mengakses informasi melalui internet mbak…”(Ibu EKA, 50 tahun)

Hasil uji korelasi Rank Spearman membuktikan bahwa p-value = 0.233 >

0.05, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan persepsi tentang tingkat kerumitan pada media komunikasi cyber extension, pada selang kepercayaan 0.05.

Tabel 50 Persentase petani berdasarkan usia dan persepsi tentang tingkat kerumitan

Tingkat kerumitan Usia Muda Tua

Rendah 50.0 30.0 Tinggi 50.0 70.0 Total 100.0 100.0 Catatan : rs = 0.204 nilai p = 0.233

Page 88: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

72

Hubungan Usia dengan Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training

Tabel 51 menyajikan data persentase hubungan usia dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training. Sebagian besar petani usia muda (56.2%) dengan tingkat keterjangkaun fasilitas training rendah, sedangkan sebagian besar petani usia tua (60.0%) dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi. Dengan demikian, dapat terlihat bahwa semakin tua usia, maka semakin tinggi tingkat keterjangkauan fasilitas training. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi bahwa beberapa petani pada usia muda sudah dapat menggunakan komputer untuk pengolahan data dan akses informasi, pemanfaatan telepon genggam untuk akses informasi, pemanfaatan dan pengelolaan informasi melalui internet, sehingga sebagian besar petani usia muda tidak perlu lagi mengikuti training yang mendukung penggunaan media komunikasi cyber extension.

Hasil uji korelasi Rank Spearman membuktikan bahwa p (0.346) > 0.05,

maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training, pada selang kepercayaan 0.05.

Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi tentang Media Komunikasi Cyber Extension

Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi tentang Tingkat Keuntungan Relatif Media Komunikasi Cyber Extension

Tabel 52 menyajikan data persentase petani secara keseluruhan berdasarkan jenis kelamin dan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif. Sebagian besar petani laki-laki (53.8%) menilai tingkat keuntungan relatif tinggi. Terdapat 50.0 persen petani laki-laki dan perempuan menilai tingkat keuntungan relatif rendah dan tinggi. Hasil dari tabulasi silang tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani baik petani laki-laki dan responden perempuan menilai tingkat keuntungan relatif tinggi pada media komunikasi cyber extension. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif. Hal ini disebabkan karena baik petani laki-laki dan petani perempuan memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk mencari informasi, memiliki kepentingan dan kebutuhan yang sama terkait dengan usaha tanaman hias.

Tabel 51 Persentase petani berdasarkan usia dan tingkat keterjangkauan fasilitas training

Tingkat keterjangkauan fasilitas training Usia Muda Tua

Rendah 56.2 40.0 Tinggi 43.8 60.0 Total 100.0 100.0 Catatan : rs = 0.162 nilai p = 0.346

Page 89: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

73

Hasil tabulasi silang sejalan dengan hasil uji statistik menggunakan Chi-

Square yang menunjukkan bahwa p-value = 0.836 > 0.05, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif pada media komunikasi cyber extension, pada selang kepercayaan 0.05.

Petani laki-laki dan perempuan menilai tingkat keuntungan relatif tinggi, karena media komunikasi cyber extension dalam menyebarkan informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) lebih baik dibandingkan media komunikasi interpersonal dan media massa. Berikut pernyataan petani laki-laki dan perempuan yang menilai tingkat keuntungan relatif tinggi:

“…Lebih mudah mencari informasi melalui internet mbak dibandingkan media massa. Kalau internet kapanpun kita butuh informasi mengenai tanaman hias, langsung kita cari saja mbak melalui internet, jadi informasi di internet itu tersedia setiap saat. Kalau radio informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan kita…”(Ibu HSI, 46 tahun)

“…Mencari infomasi mengenai tanaman hias melalui komunikasi interpersonal terkendala waktu mbak, karena harus mengatur jadwal untuk bertemu. Kalau menghubungi melalui telepon, terkadang informasi yang disampaikan tidak tertangkap semuanya, apalagi kalau kartunya beda mbak, pulsanya mahal mbak…”(Bpk UJG, 42 tahun)

Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi tentang Tingkat Kerumitan Media Komunikasi Cyber Extension

Tabel 53 menyajikan data persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan persepsi tentang tingkat kerumitan. Sebagian besar petani laki-laki (57.7%) menilai tingkat kerumitan tinggi. Sebagian besar petani perempuan (70.0%) menilai tingkat kerumitan tinggi. Hasil dari tabulasi silang tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani baik petani laki-laki dan perempuan memberikan penilaian tingkat kerumitan tinggi pada media komunikasi cyber extension. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan persepsi tentang tingkat kerumitan. Dari hasil penelitian sebagian besar petani non pengguna baik laki-laki dan perempuan menilai tingkat kerumitan rendah, artinya media komunikasi semakin rumit di akses dibandingkan media komunikasi interpersonal dan media massa, hal ini dikarenakan petani tidak mau belajar bagaimana mengakses informasi melalui media komunikasi cyber

Tabel 52 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif

Tingkat keuntungan relatif Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

Rendah 46.2 50.0 Tinggi 53.8 50.0 Total 100.0 100.0

Page 90: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

74

extension, dan menilai lebih mudah menggunakan media komunikasi interpersonal.

Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square yang menunjukkan bahwa p-

value = 0.497 > 0.05, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan persepsi tentang tingkat kerumitan pada media komunikasi cyber extension, pada selang kepercayaan 0.05.

Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training

Tabel 54 menyajikan data persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan tingkat keterjangkauan fasilitas training. Sebagian besar petani laki-laki (53.8%) dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training rendah, sedangkan sebagian besar petani perempuan (70.0%) dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebagian besar petani laki-laki dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training rendah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, petani laki-laki sering keluar untuk mencari jenis-jenis tanaman hias, mengikuti pameran, sehingga waktu untuk mengikuti pelatihan semakin berkurang, sedangkan petani perempuan lebih banyak bertugas menjaga dan mengurus tanaman hias, sehingga waktu yang tersedia untuk pelatihan lebih banyak.

Hasil tabulasi silang sejalan dengan hasil uji statistik menggunakan Chi-Square yang menunjukkan bahwa p-value = 0.199 > 0.05, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan persepsi tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training, pada selang kepercayaan 0.05.

Tabel 54 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan tingkat keterjangkauan fasilitas training

Tingkat keterjangkauan fasilitas training

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

Rendah 53.8 30.0 Tinggi 46.2 70.0 Total 100.0 100.0

Tabel 53 Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan persepsi tentang tingkat kerumitan

Tingkat Kerumitan Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

Rendah 42.3 30.0 Tinggi 57.7 70.0

Total 100.0 100.0

Page 91: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

75

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Persepsi tentang Media Komunikasi Cyber Extension

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Persepsi tentang Tingkat Keuntungan Relatif Media Komunikasi Cyber Extension

Tabel 55 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif. Sebagian besar petani dengan tingkat pendidikan formal tinggi (76.9%) menilai tingkat keuntungan relatif tinggi, sedangkan sebagian besar petani dengan tingkat pendidikan formal rendah (60.9%) menilai tingkat keuntungan relatif rendah pada media komunikasi cyber extension.

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan formal, maka akan semakin tinggi penilaian tingkat keuntungan relatif media komunikasi cyber extension. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan formal, maka akan semakin aktif dalam mencari informasi mengenai manfaat menggunakan media komunikasi cyber extension dibandingkan media komunikasi interpersonal dan media massa.

Petani dengan tingkat pendidikan formal yang menilai tingkat keuntungan relatif tinggi tidak menggunakan media komunikasi cyber extension dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias), hal ini dikarenakan bukan karena petani tidak mengetahui manfaat menggunakan media komunikasi cyber extension, dan bukan karena tidak mengerti menggunakan media komunikas cyber extension, akan tetapi terdapat faktor lain yang mempengaruhi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan salah satu petani berikut ini:

“…Saya di rumah punya komputer berinternet mbak, tapi saya tidak pernah menggunakannya untuk mencari informasi mengenai tanaman hias di internet. Saya malas mbak, padahal saya tahu mbak bahwa internet memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan menggunakan media komunikasi interpersonal dan media massa, dan saya mengerti bagaimana menggunakan internet…”(Ibu TNI, 48 tahun)

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa p-value = 0.029 <

0.05, maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal dan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif pada media komunikasi cyber extension, pada selang kepercayaan 0.05.

Tabel 55 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif

Tingkat keuntungan relatif Tingkat pendidikan formal Tinggi Rendah

Rendah 23.1 60.9 Tinggi 76.9 39.1 Total 100.0 100.0

Catatan : rs = 0.364 nilai ρ = 0.029

Page 92: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

76

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Persepsi tentang Tingkat Kerumitan Media Komunikasi Cyber Extension

Tabel 56 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan persepsi tentang tingkat kerumitan. Sebagian besar petani dengan tingkat pendidikan formal tinggi (69.2%) menilai tingkat kerumitan tinggi. Sebagian besar petani dengan tingkat pendidikan formal rendah (56.5%) menilai tingkat kerumitan tinggi pada media komunikasi cyber extension.

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa baik petani dengan tingkat

pendidikan formal rendah dan tinggi menilai tingkat kerumitan tinggi pada media komunikasi cyber extension. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal tidak berhubungan dengan persepsi tentang tingkat kerumitan. Petani non pengguna cyber extension dengan tingkat pendidikan formal rendah menilai tingkat kerumitan tinggi berdasarkan informasi yang didapatkan dari teman yang sudah menggunakan media komunikasi cyber extension.

Hasil uji korelasi Rank Spearman yang menunjukkan p-value = 0.467 > 0.05, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan formal dengan persepsi tentang tingkat kerumitan dari media komunikasi cyber extension, pada selang kepercayaan 0.05.

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training

Tabel 57 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan tingkat keterjangkauan fasilitas training. Sebagian besar petani dengan tingkat pendidikan formal tinggi (53.9%) memiliki tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi. Sebagian besar petani dengan tingkat pendidikan formal rendah (52.2%) memiliki tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi.

Tabel 56 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan persepsi tentang tingkat kerumitan

Tingkat kerumitan Tingkat pendidikan formal Tinggi Rendah

Rendah 30.8 43.5 Tinggi 69.2 56.5 Total 100.0 100.0 Catatan : rs = 0.125 p = 0.467

Page 93: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

77

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa baik petani dengan tingkat

pendidikan formal rendah dan tinggi memiliki tingkat keterjangkauan fasilitas training yang hampir sama. Hal ini karena setiap training yang diadakan oleh suatu lembaga, seperti: Dinas Pertanian Kota Bogor dan Penyuluhan dihadiri oleh petani dari tingkatan pendidikan formal, mulai dari tingkat pendidikan formal rendah sampai dengan tingkat pendidikan formal tinggi.

Hasil uji korelasi Rank Spearman membuktikan bahwa p-value (0.926) > 0.05, maka disimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training, pada selang kepercayaan 0.05. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Persepsi tentang Media Komunikasi

Cyber Extension

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Persepsi tentang Tingkat Keuntungan Relatif dari Media Komunikasi Cyber Extension

Tabel 58 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif. Sebagian besar petani dengan tingkat pendapatan tinggi (69.2%) menilai tingkat keuntungan relatif tinggi pada media komunikasi cyber extension, sedangkan sebagian besar petani dengan tingkat pendapatan rendah (56.5%) menilai tingkat keuntungan relatif tinggi pada media komunikasi cyber extension.

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan

seseorang, semakin tinggi persepsi tentang tingkat keuntungan relatif pada media komunikasi cyber extension. Petani dengan tingkat pendapatan rendah menilai media komunikasi cyber extension memberikan keuntungan relatif tinggi dikarenakan menurut beberapa petani biaya yang harus dikeluarkan untuk

Tabel 58 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan tingkat keuntungan relatif dari media komunikasi cyber extension

Tingkat keuntungan relatif Tingkat pendapatan Tinggi Rendah

Rendah 30.8 56.5 Tinggi 69.2 43.5 Total 100.0 100.0 Catatan : rs = 0.248 p = 0.145

Tabel 57 Persentase petani berdasarkan tingkat pendidikan formal dan tingkat keterjangkauan fasilitas training

Tingkat keterjangkauan fasilitas training Tingkat pendidikan formal Tinggi Rendah

Rendah 46.1 47.8 Tinggi 53.9 52.2 Total 100.0 100.0 Catatan : rs = 0.16 p = 0.926

Page 94: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

78

mengakses informasi mengenai teknologi pertanian (tanaman hias) masih terjangkau dan lebih murah dibandingkan menggunakan media cetak dan telepon genggam.

Hasil tabulasi silang ini tidak sejalan dengan hasil uji Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa p-value = 0.145 > 0.05, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif pada media komunikasi cyber extension, pada selang kepercayaan 0.05.

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Persepsi tentang Tingkat Kerumitan dari Media Komunikasi Cyber Extension

Tabel 59 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan persepsi tentang tingkat kerumitan. Terdapat 76.9 persen petani dengan tingkat pendapatan tinggi menilai tingkat kerumitan tinggi. Terdapat 52.1 persen petani dengan tingkat pendapatan rendah menilai tingkat kerumitan tinggi pada media komunikasi cyber extension.

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa baik petani dengan tingkat

pendapatan tinggi dan rendah menilai tingkat kerumitan tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan tidak berhubungan dengan persepsi tentang tingkat kerumitan. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa petani dengan tingkat pendapatan tinggi menilai tingkat kerumitan lebih tinggi dibandingkan petani dengan tingkat pendapatan rendah. Berdasarkan hasil observasi di lapangan petani dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki teknologi informasi yang lebih modern dibandingkan dengan tingkat pendapatan rendah, sehingga petani dengan tingkat pendapatan tinggi menilai mengakses informasi mengenai teknologi informasi semakin tidak rumit diakses.

Hasil tabulasi silang sejalan dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa p-value = 0.152 > 0.05, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat kerumitan pada media komunikasi cyber extension, pada selang kepercayaan 0.05.

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Keterjangkauan Fasilitas Training

Tabel 60 menyajikan data persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training. Sebagian besar petani dengan tingkat pendapatan tinggi (61.5%) memiliki tingkat keterjangkauan fasilitas

Tabel 59 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan tingkat kerumitan dari media komunikasi cyber extension

Tingkat kerumitan Tingkat pendapatan Tinggi Rendah

Rendah 23.1 47.8 Tinggi 76.9 52.1 Total 100.0 100.0 Catatan : rs = 0.244 p = 0.152

Page 95: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

79

training tinggi. Sebagian besar petani dengan tingkat pendapatan rendah (52.1%) memiliki tingkat keterjangkauan fasilitas training rendah.

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan,

semakin tinggi tingkat keterjangkauan fasilitas training. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, petani dengan tingkat pendapatan tinggi aktif dalam mencari dan mengikuti training yang diadakan oleh berbagai pihak untuk memajukan usaha tanaman hiasnya.

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa p-value = 0.443 > 0.05, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal dan tingkat keuntungan relatif pada media komunikasi cyber extension, pada selang kepercayaan 0.05.

Petani non pengguna cyber extension tidak menggunakan media komunikasi cyber extension dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: ketidakmampuan menggunakan media komunikasi cyber extension, ketidaktersediaan teknologi informasi untuk menggunakan media komunikasi cyber extension, dan keterbatasan biaya dalam menggunakan media komunikasi cyber extension.

Petani pengguna cyber extension kurang optimal dalam memanfaatkan media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani mencari informasi mengenai jenis-jenis tanaman hias terbaru, sedangkan untuk informasi mengenai teknik budi daya tanaman hias lebih sedikit. Sebagian besar petani tidak membangun networking melalui media komunikasi cyber extension, hal ini disebabkan petani menilai lebih efektif dan efisien membangun networking melalui media komunikasi interpersonal dan media massa dibandingkan dengan membangun networking melalui media komunikasi cyber extension, dan petani tidak mengerti bagaimana membangun networking melalui media komunikasi cyber extension.

Tabel 60 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan dan tingkat keterjangkauan fasilitas training

Tingkat keterjangkauan fasilitas training Tingkat pendapatan Tinggi Rendah

Rendah 38.5 52.1 Tinggi 61.5 47.8 Total 100.0 100.0

Catatan : rs = 0.132 p = 0.443

Page 96: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

80

Page 97: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

81

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

1. Tidak semua varibel karakteristik individu berhubungan dengan efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian. Laki-laki lebih tertarik menerapkan informasi mengenai teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension dibandingkan dengan perempuan. Petani dengan tingkat pendapatan tinggi dan tingkat pendidikan formal tinggi membangun networking lebih tinggi melalui media komunikasi cyber extension dibandingkan dengan petani dengan tingkat pendapatan rendah dan tingkat pendidikan formal rendah. Selain itu, petani pada usia muda masih sedikit atau terbatas membangun networking melalui media komunikasi cyber extension dibandingkan dengan petani pada usia tua. Petani dengan tingkat pendidikan nonformal tinggi membangun networking tinggi dibandingkan dengan petani dengan tingkat pendidikan nonformal rendah.

2. Tidak semua variabel aksesibilitas berhubungan dengan efektivitas media komunikasi cyber extension. Petani dengan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif tinggi membentuk sikap positif terhadap informasi teknologi pertanian yang didiseminasikan melalui media komunikasi cyber extension. Petani dengan persepsi tentang tingkat keuntungan relatif tinggi membangun networking melalui media komunikasi cyber extension tinggi.

3. Petani dengan tingkat ketersediaan teknologi informasi tinggi membangun networking lebih tinggi, hal ini karena dengan tersediannya teknologi informasi membantu memperlancar petani untuk membangun networking melalui media komunikasi cyber extension. Petani dengan tingkat keterjangkauan fasilitas training tinggi membangun networking melalui media komunikasi cyber extension tinggi. Hubungan antara karakteristik individu dengan aksesibilitas media komunikasi cyber extension menunjukkan bahwa petani dengan tingkat pendidikan formal tinggi menilai media komunikasi cyber extension memberikan tingkat keuntungan relatif lebih tinggi dibandingkan media komunikasi interpersonal dan media massa.

4. Petani non pengguna cyber extension tidak menggunakan media komunikasi cyber extension dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: ketidakmampuan menggunakan media komunikasi cyber extension, ketidaktersediaan teknologi informasi untuk menggunakan media komunikasi cyber extension, dan keterbatasan biaya dalam menggunakan media komunikasi cyber extension.

5. Petani pengguna cyber extension kurang optimal dalam memanfaatkan media komunikasi cyber extension. Sebagian besar petani tidak membangun networking melalui media komunikasi cyber extension, hal ini karena petani menilai lebih efektif dan efisien membangun networking melalui media komunikasi interpersonal dan media massa, selain itu ketidakmampuan petani menggunakan media komunikasi cyber extension untuk membangun networking melalui media komunikasi cyber extension.

Page 98: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

82

SARAN

1. Media komunikasi cyber extension merupakan salah satu solusi untuk mendiseminasikan teknologi pertanian kepada para petani. Media komunikasi cyber extension dapat diakses petani sesuai kebutuhan masing-masing tanpa ada keterbatasan waktu, sehingga dapat membantu petani dalam mengembangkan usahanya. Namun, penelitian yang mengukur sejauh mana efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian belum banyak dilakukan, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai efektivitas cyber extension sebagai media komunikasi dalam diseminasi teknologi pertanian.

2. Sebaiknya petani non pengguna cyber extension ke depan dapat menggunakan media komunikasi cyber extension untuk mencari informasi mengenai teknologi pertanian, sedangkan untuk petani yang sudah menggunakan cyber extension dapat mengoptimalkan penggunaan media komunikasi cyber extension. Selain itu merujuk pada hasil kajian Mulyandari (2011) menyatakan bahwa dengan berkelompok informasi yang diperoleh melalui teknologi informasi dapat didiskusikan bersama dalam forum diskusi informal sebagai wahana untuk saling berbagi informasi. Petani maju juga dapat menulis informasi yang diperolehnnya pada papan informasi yang biasanya tersedia di ruang pertemuan kelompok sehingga petani lain setiap saat dapat mengakses dengan mudah. Petani maju dapat menjembatani petani lainnya untuk menyampaikan aspirasinya melalui kelompok untuk diteruskan oleh petani maju sebagai umpan balik atau masukan bagi mekanisme cyber extension lebih lanjut.

3. Penyuluh dan Dinas Pertanian, sebaiknya bekerja sama untuk memberikan penyuluhan, pelatihan mengenai penggunaan media komunikasi cyber extension, dan manfaat menggunakan media komunikasi cyber extension dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian. Selain itu merujuk pada hasil kajian Mulyandari (2011) menyatakan bahwa pemanfaatan cyber extension melalui penyuluh merupakan mekanisme yang dapat dioptimalkan dengan dukungan program peningkatan kapasitas penyuluh sebagai pendamping dalam pemanfaatan cyber extension. Penyuluh sekaligus dapat pula mensinergikan beragam media komunikasi untuk menyampaikan inovasi pertanian.

4. Perhimpunan Florikultura Indonesia, Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, Penyuluh, sebaiknya mengevaluasi apakah media komunikasi cyber extension dalam mendiseminasikan teknologi pertanian sudah sesuai dengan kebutuhan petani, dan membantu petani dalam mengembangkan usahanya. Selain itu merujuk pada hasil kajian Mulyandari (2011) menyatakan bahwa mekanisme pemanfaatan cyber extension dapat dioptimalkan di lokasi yang tersedia lembaga komunitas lokal semacam radio komunitas misalnya radio Edelweis di Pacet yang dikelola dan dioperasionalkan oleh petani sendiri. Informasi yang diperoleh petani dari berbagai sumber informasi termasuk melalui pemanfaatan cyber extension disederhanakan (didampingi fasilitator atau penyuluh) dan dikemas dalam bahasa lokal sehingga mudah dipahami

Page 99: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

83

petani. Informasi yang sudah disederhanakan dapat dijadikan sebagai bahan siaran radio. Petani secara interaktif juga dapat menyampaikan umpan baliknya melalui komunitas ini atau melalui pembentukan forum media. Radio komunitas juga dapat berfungsi untuk menjembatani petani dalam akses informasi secara interaktif maupun dalam promosi hasil usahataninya.

Page 100: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

84

Page 101: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

85

DAFTAR PUSTAKA

Anggrayni N. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias (Kasus di kecamatan Sawangan, kota Depok, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arifin A. 2011. Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan. Hamid F, Budianto H, editor. Jakarta (ID): Prenada Media Group.

[BRPK] Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2009. Dinamika Peran Gender dan Diseminasi Inovasi. Jakarta (ID): Balai Besar Riset Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

Bungin BM. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta (ID): Prenada Media Group.

Effendy OU. 2007. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung (ID): Citra Aditya Bakti.

Hapsari DR. 2009. Pemanfaatan informasi oleh petani sayuran (Kasus di desa Ciaruteun Ilir, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hasanah L. 2005. Keefektivan komunikasi melalui situs web departemen pertanian (Kasus para peneliti badan penelitian dan pengembangan pertanian departemen pertanian) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. 2012. Potensi, permasalahan dan tantangan Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Hortikultura. [Internet]. [diunduh 09 November 2012].Tersedia pada: http://ditflorikultura.hortikultura.deptan.go.id

Leeuwis C. 2009. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan. Berpikir Kembali Tentang Penyuluhan Pertanian. Sumarah BE, penerjemah. Yogyakarta (ID): Kanisius. Terjemahan dari: Communication for Rural Innovation. Rethinking Agricultural Extension.

Mangunwidjaja D, Sailah I. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Mulyandari RSH, Sumardjo, Lubis DP, Panjaitan NK. 2010. Implementasi cyber extension dalam komunikasi inovasi pertanian. [Internet]. [diunduh 18 Maret 2012].19(2):n1-27. Tersedia Pada:

http://www.litbang.deptan.go.id/warta-ip/pdf-file/2.retno_vol19-2-10.pdf Mulyandari RSH. 2011. Cyber extension sebagai media komunikasi dalam

pemberdayaan petani sayuran [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mumpuni HE. 2003. Keefektivan siaran radio sebagai media komunikasi inovasi pertanian bagi petani sayuran di kecamatan Ambarawa kabupaten Semarang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Singarimbun M, Effendi S. 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES.

Page 102: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

86

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID): UI Press.

Subejo. 2011. Babak baru penyuluhan pertanian dan pedesaan ( New era of agricultural and rural extension). Jurnal ilmu-ilmu penyuluhan sekolah tinggi penyuluhan pertanian Magelang jurusan penyuluhan pertanian Yogyakarta [Internet]. [diunduh 12 November 2012]: 7 (2). Hal.71-83. Tersedia pada: http://stppyogyakarta.com/wpcontent/uploads/2012/04/IIP_0701_2011_Subejo.pdf

Sumardjo. 1999. Transformasi model penyuluhan pertanian menuju pengembangan kemandirian petani (Kasus di propinsi Jawa Barat) [disertasi ]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sumardjo, Baga LM, Mulyandari RSH. 2010. Cyber Extension (Peluang dan Tantangan dalam Revitalisasi Penyuluhan pertanian). Bogor (ID): IPB Press.

Sumaryo. 2006. Peranan media massa dalam penyebaran informasi pertanian di kalangan petani sayuran di Lampung. [Internet]. [diunduh 25 Maret 2012]. 2(04) :1-7. Tersedia pada:

http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/2111/1142 Tubbs SL, Moss S. 2000. Human Communication. Prinsip-Prinsip Dasar.

Mulyana D, Gembirasari, penerjemah. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya.

Tjitropranoto P. 2005. Pemahaman diri, potensi/kesiapan diri, dan pengenalan inovasi. Jurnal penyuluhan [Internet]. [diunduh 25 Maret 2012]. 1 (01) : 1-6. Tersedia pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/2013

Van den ban AW dan Hawkins H.S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Vardiansyah D. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Konseptual. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.

Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta (ID): PT. Grasindo.

Page 103: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

87

Lampiran 1 Kerangka Sampling

DAFTAR PETANI ANGGOTA PERHIMPUNAN FLORIKULTURA INDONESIA CABANG KOTA BOGOR

No Nama Lokasi usaha tanaman hias 1 SHB Jakarta 2 RTN Sukasari 3 Ade Arfiah Jl. Johar 4 TYN Dadali 5 Hery Tidak Ada 6 Nurkhows Tidak Ada 7 NDN Bubulak 8 RDI Semeru 9 SYN Bubulak 10 NSR Jl. Otoiskandar Dinata 11 ADG Pamoyanan 12 SLH Semeru 13 BGW Tanah Baru 14 HMD Pasir Mulya 15 AGS Pamoyanan 16 USM Pamoyanan 17 UMR Pamoyanan 18 SDK Pasir Mulya 19 HSI Cimanggu 20 TTI Tidak ada 21 FZI Pamoyanan 22 WWD Tidak ada 23 DHL Tidak ada 24 DDI Semeru 25 IWN Sukasari 26 SPL Sukasari 27 KSM Jl. Johar 28 NDB Semeru 29 IRW Tidak ada 30 WDJ Parung 31 DAM Padjajaran 32 KRM Warung Jambu 33 BYN Padjajaran 34 HRY Warung Jambu 35 DSM Tidak ada 36 PWD Tidak ada 37 AAG Tidak ada 38 HDT Tidak ada 39 Uci Rancamaya 40 RSY BPPP Pasir Mulya 41 UJG Pamoyanan

Page 104: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

88

42 UJS Pamoyanan 43 SKT Padjajaran 44 SKR Padjajaran 45 SWN Padjajaran 46 HYT Tidak ada 47 SGT Padjajaran 48 SNW Padjajaran 49 SKM Padjajaran 50 SKR Padjajaran 51 SWN Padjajaran 52 KTG Padjajaran 53 RHM Padjajaran 54 MSM Padjajaran 55 SWD Padjajaran 56 ASR Padjajaran 57 BSR Padjajaran 58 MTM Padjajaran 59 SNP Padjajaran 60 ALI Padjajaran 61 HDN Padjajaran 62 AMG Padjajaran 63 ZEN Padjajaran 64 FSL Padjajaran 65 AND Padjajaran 66 UBN Padjajaran 67 OCA Padjajaran 68 STL Padjajaran 69 DVI Padjajaran 70 DNI Sukasari 71 SPL Sukasari 72 WWN Sukasari 73 TJM Sukasari 74 SPY Sukasari 75 SIF Sukasari 76 Didi Sukasari 77 RSL Sukasari 78 HSN Sukasari 79 SGH Sukasari 80 JHN Sukasari 81 RHM Sukasari 82 IDR Sukasari 83 SDK Pasir mulya 84 LTF BPPP Pasir mulya 85 DDH BPPP Pasir mulya 86 UMT Pasir mulya 87 TNI Cimanggu

Page 105: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

89

88 Eka Cimanggu 89 IFB Cimanggu 90 SKN Jl. Johar 91 KRN Pasir mulya 92 ANM Jl. Johar 93 AHM Jl. Johar 94 MSD Jl. Johar 95 ABR Jl. Johar 96 ADE Jl. Johar 97 DDE Jl. Johar 98 KRD Jl. Johar 99 Kholis Jl. Johar 100 NSH Jl. Johar 101 SLH Jl. Johar 102 NNI Jl. Johar 103 SNM Jl. Johar 104 WWN Jl. Johar 105 NAN Jl. Johar 106 DTA Jl. Johar 107 SSI Jl. Johar 108 IVN Jl. Johar 109 YNT Jl. Johar 110 SGI Dadali 111 SYN Dadali 112 SDI Dadali 113 SGG Dadali 114 STS Dadali 115 RBL Dadali 116 KHL Dadali 117 AFN Dadali 118 TYB Dadali 119 ABY Dadali 120 MYN Dadali 121 HRI Dadali 122 SMS Dadali 123 JMN Dadali 124 DDI Dadali 125 MSP Dadali 126 AHD Dadali 127 ASR Dadali 128 ADH Dadali 129 MJI Dadali 130 KLS Dadali 131 ABD Dadali 132 SKM Dadali 133 KFR Dadali

Page 106: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

90

134 NTM Dadali 135 STI Dadali 136 ATN Dadali 137 PRD Dadali 138 SBR Dadali 139 WHY Dadali 140 KMT Dadali 141 IRV Dadali Daftar petani penelitian merupakan data anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor, selain itu daftar petani penelitian ini diperolah dari masing-masing ketua kelompok yang tergabung dalam Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor. Dari daftar petani di atas dilakukan pendataan petani yang menggunakan media komunikasi cyber extension yang berjumlah 18 petani. Selanjutnya, petani non pengguna cyber extension dipilih secara acak dari daftar petani penelitian.

Petani non pengguna media komunikasi cyber extension dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian No Nama Lokasi Usaha Tanaman Hias 1 RTN Sukasari 2 TYN Dadali 3 NDN Bubulak 4 NSR Otoiskandar Dinata 5 AGS Pamoyanan 6 HIS Cimanggu 7 NDB Semeru 8 WDJ Parung 9 RSY Pasir Mulya 10 UJG Pamoyanan 11 Eka Cimanggu 12 IFB Cimanggu 13 SKN Jl. Johar 14 STL Padjajaran 15 DVI Padjajaran 16 SIF Dahlia 17 KSM Jl. Johar 18 LTF Pasir Mulya

Page 107: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

91

Petani non pengguna media komunikasi cyber extension dalam mencari informasi mengenai teknologi pertanian

No Nama Lokasi Usaha Tanaman Hias 1 KRM Warung Jambu 2 BYN Padjajaran 3 SGT Padjajaran 4 ASR Padjajaran 5 RDI Semeru 6 SLH Semeru 7 DDI Semeru 8 BGW Tanah Baru 9 DDH Pasir Mulya 10 UYT Pasir Mulya 11 TNI Cimanggu 12 ANM Jl.Johar 13 ADE Jl.Johar 14 WWN Jl.Johar 15 WHY Dadali 16 KMT Dadali 17 IrRV Dadali 18 SPL Sukasari

Page 108: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

92

Lampiran 2 Pengolahan data Korelasi Rank Spearman dengan nilai alpha 0.05

Correlations

Usia

Tingkat

Keuntungan

Relatif

Spearman's rho Usia Correlation

Coefficient

1.00

0 .050

Sig. (2-tailed) . .773

N 36 36

Tingkat Keuntungan Relatif Correlation

Coefficient .050 1.000

Sig. (2-tailed) .773 .

N 36 36

Correlations

Usia

Tingkat

Kerumitan

Spearman's rho Usia Correlation Coefficient 1.00

0 .204

Sig. (2-tailed) . .233

N 36 36

Tingkat Kerumitan Correlation Coefficient .204 1.000

Sig. (2-tailed) .233 .

N 36 36

Page 109: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

93

Correlations

Usia

Keterjangkau

an Fasilitas

Training

Spearman's rho Usia Correlation

Coefficient

1.00

0 .162

Sig. (2-tailed) . .346

N 36 36

Keterjangkauan Fasilitas

Training

Correlation

Coefficient .162 1.000

Sig. (2-tailed) .346 .

N 36 36

Correlations

Tingkat

Pendidikan

Formal

Tingkat

Keuntungan

Relatif

Spearman's rho Tingkat Pendidikan Formal Correlation

Coefficient

1.00

0 .364*

Sig. (2-tailed) . .029

N 36 36

Tingkat Keuntungan Relatif Correlation

Coefficient

.364*

1.000

Sig. (2-tailed) .029 .

N 36 36

Page 110: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

94

Correlations

Tingkat

Pendidikan

Formal

Tingkat

Kerumitan

Spearman's rho Tingkat Pendidikan Formal Correlation

Coefficient

1.00

0 .125

Sig. (2-tailed) . .467

N 36 36

Tingkat Kerumitan Correlation

Coefficient .125 1.000

Sig. (2-tailed) .467 .

N 36 36

Correlations

Tingkat

Pendidikan

Formal

Keterjangkauan

Fasilitas

Training

Spearman's rho Tingkat Pendidikan Formal Correlation

Coefficient 1.000 .016

Sig. (2-tailed) . .926

N 36 36

Keterjangkauan Fasilitas

Training

Correlation

Coefficient .016 1.000

Sig. (2-tailed) .926 .

N 36 36

Page 111: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

95

Correlations

Tingkat

Pendidikan

Non

Formal

Tingkat

Keuntungan

Relatif

Spearman's rho Tingkat Pendidikan Non

Formal

Correlation

Coefficient

1.00

0 .278

Sig. (2-tailed) . .100

N 36 36

Tingkat Keuntungan Relatif Correlation

Coefficient .278 1.000

Sig. (2-tailed) .100 .

N 36 36

Correlations

Tingkat

Pendidikan

Non

Formal

Tingkat

Kerumitan

Spearman's rho Tingkat Pendidikan Non

Formal

Correlation

Coefficient

1.00

0 .114

Sig. (2-tailed) . .508

N 36 36

Tingkat Kerumitan Correlation

Coefficient .114 1.000

Sig. (2-tailed) .508 .

N 36 36

Page 112: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

96

Correlations

Tingkat

Pendidikan

Non Formal

Keterjangkauan

Fasilitas

Training

Spearman's rho Tingkat Pendidikan Non

Formal

Correlation

Coefficient 1.000 -.056

Sig. (2-tailed) . .747

N 36 36

Keterjangkauan Fasilitas

Training

Correlation

Coefficient -.056 1.000

Sig. (2-tailed) .747 .

N 36 36

Correlations

Tingkat

Pendapatan

Tingkat

Keuntungan

Relatif

Spearman's rho Tingkat Pendapatan Correlation

Coefficient 1.000 .248

Sig. (2-tailed) . .145

N 36 36

Tingkat Keuntungan Relatif Correlation

Coefficient .248 1.000

Sig. (2-tailed) .145 .

N 36 36

Page 113: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

97

Correlations

Tingkat

Pendapatan

Tingkat

Kerumitan

Spearman's rho Tingkat Pendapatan Correlation Coefficient 1.000 .244

Sig. (2-tailed) . .152

N 36 36

Tingkat Kerumitan Correlation Coefficient .244 1.000

Sig. (2-tailed) .152 .

N 36 36

Correlations

Tingkat

Pendapatan

Keterjangkauan

Fasilitas

Training

Spearman's rho Tingkat Pendapatan Correlation

Coefficient 1.000 .132

Sig. (2-tailed) . .443

N 36 36

Keterjangkauan Fasilitas

Training

Correlation

Coefficient .132 1.000

Sig. (2-tailed) .443 .

N 36 36

Page 114: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

98

Hasil Uji Chi-Square dengan nilai alpha 0.05 Chi-Square Testsd

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .043a 1 .836

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .043 1 .836

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association .042c 1 .838

N of Valid Cases 36

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.72. Chi-Square Testsd

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .460a 1 .497

Continuity Correctionb .088 1 .767

Likelihood Ratio .471 1 .493

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association .448c 1 .503

N of Valid Cases 36

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.89.

Chi-Square Testsd

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.648a 1 .199

Continuity Correctionb .830 1 .362

Likelihood Ratio 1.688 1 .194

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association 1.602c 1 .206

N of Valid Cases 36

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.72.

Page 115: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

99

Lampiran 3 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2012-2013

Kegiatan Mei Juni Oktober November Desember Januari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal Pengambilan data lapang Pengolahan data dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi

Page 116: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

100

Lampiran 4 Dokumentasi

Page 117: EFEKTIVITAS CYBER EXTENSION SEBAGAI MEDIA … · tentang tingkat keterjangkauan fasilitas training 79 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran efektivitas cyber extension sebagai media

101

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjung Enim, Provinsi Sumatera Selatan, pada

tanggal 09 Juni 1991. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Taufik Aulia dan Ibu Marni Munir, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, kedua adik bernama Falhatul Laila Rathmulia dan Rafi Alfaqi. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Lawang Kidul dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan di terima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam beberapa Organisasi kampus, seperti Koperasi Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Bumi Sriwijaya (OMDA Palembang), Klub Cinta Lingkungan dan Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA). Selama enam bulan penulis mengikuti Leadership and Enterpreneur Ship School (LES) dan Koperasi Mahasiswa (2009-2011). Penulis juga aktif dalam kepanitian, seperti Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru, Leadership and Enterpreneurship School, Massa Perkenalan Fakultas (MPF), Massa perkenalan departemen (MPD), Koperasi Mahasiswa, Communication Day, Pekan Ekologi Manusia (PEM), Espent, Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI). Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Psikologi Sosial. Penulis menyelesaikan masa studinya selama 3,5 Tahun.