efektifitas penggunaan metode kooperatif...
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF DENGAN MODEL BAMBOO DANCING (TARI BAMBU) UNTUK PENINGKATAN
HASIL BELAJAR SISWA MATERI EKOSISTEM KELAS VII B SMP NEGERI 2 TOROH TAHUN AJARAN
2012/2013
AGUNG SUPRIYANTO A.420090132
Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos 1 – Pabelan, Kartasura Telp (0271) 717417 Fax: 715448 Surakarta 57102
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan ini pembimbing skripsi/tugas akhir:
Nama : Drs. Sumanto
NIP/NIK : A420905
Telah membaca dan mencermati skah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama : Agung Supriyanto
NIM : A420090132
Program Studi : Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : “EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE
KOOPERATIF DENGAN MODEL BAMBOO
DANCING (TARI BAMBU) UNTUK PENINGKATAN
HASIL BELAJAR SISWA MATERI EKOSISTEM
KELAS VII B SMP NEGERI 2 TOROH TAHUN
AJARAN 2012/2013”.
Naskah artikel tersebut layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan .
Demikian persetujuan imi dibuat, semoga dapat digunakan seperlunya.
Surakarta, 18 Juni 2013
Pembimbing
Drs. Sumanto
NIK. A420902
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF DENGAN MODEL BAMBOO DANCING (TARI BAMBU) UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI EKOSISTEM KELAS VII B SMP NEGERI 2 TOROH TAHUN AJARAN2012/2013
AGUNG SUPRIYANTO, A420090132, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2013, 54 halaman.
ABSTRAK
Tujuan penelitian mengetahui efektifitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif menggunakan model Bamboo dancing pada materi ekosistem terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Toroh dari aspek kognitif maupun afektif siswa setelah mendapatkan perlakuan pada siklus I dan siklus II. Subjek pelaksanaan tindakan adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Toroh yang berjumlah 40 siswa. Pada penelitian ini diharapkan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif model Bamboo Dancing siswa dalam proses pembelajaran Biologi materi Ekosistem mengalami peningkatan hasil belajar pada aspek kognitif dan aspek afektif. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, refleksi dan evaluasi. Sumber data berasal dari informasi guru, tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran, dan dokumentasi. Teknik dan alat pengumpulan data adalah metode wawancara, observasi, studi pustaka, dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data adalah dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil belajar aspek kognitif siklus I nilai rata-rata kelas yaitu 85,1 dari nilai rata-rata kelas awal 70,9 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 87,5% dari 40 siswa dengan ketuntasan awal 40%. Pada aspek afektif mengalami peningkatan rata-rata kelas sebesar 10,8 (cukup berminat). Sedangkan pada siklus II juga mengalami peningkatan hasil belajar aspek kognitif dengan nilai rata-rata kelas yaitu 86,3 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 92,5%. Pada aspek afektif juga mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata kelas 12,8 (cukup berminat). Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan pelaksanaan tindakan kelas melalui penggunaan strategi pembelajaran kooperatif model Bamboo Dancing dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA biologi di kelas VII B SMP Negeri 2 Toroh tahun pelajaran 2012/2013.
Kata Kunci: Hasil belajar siswa aspek afektif dan kognitif, Metode pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor yang paling esensial yang dapat berpengaruh
terhadap kualitas pembelajaran di sekolah, oleh karena itu pengembangan
pembelajaran terus dikembangkan yang salah satunya adalah melalui inovasi
pembelajaran kontekstual yang ditujukan untuk meningkatkan dan memperbaiki
mutu pendidikan di sekolah. Kajian IPA terutama biologi bukan hanya pada
penguasaan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Tantangan bagi guru untuk menciptakan
pembelajaran yang memberikan banyak pengalaman belajar secara langsung dan
berorientasi pada pemecahan masalah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa
mengalami yang dipelajari, bukan sekedar mengetahui (Untari, 2012).
Kondisi pendidikan di sebuah negara tidaklah selalu sama dengan negara
lainnya. Hal ini dikarenakan minat dan motivasi belajar setiap siswa di negara-
negara tersebut berbeda-beda. Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan
dalam upaya mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan mampu bersaing di
era globalisasi. Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk karakter,
perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang nantinya akan tumbuh
menjadi manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal
terhadap lingkungannya, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh suatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari
oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
manusia, atau hal-hal yang yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang
suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar (Dimyati
dan Mujiono, 2009).
Dalam proses pembelajaran biologi yang berlangsung di Sekolah
Menengah Pertama saat ini menggunakan sistem penyampaian yang monoton,
yaitu sistem yang bertumpu pada aktivitas guru. Pada umumnya guru cenderung
menggunakan metode ceramah dalam mengajar karena mudah dilakukan dan
cepat. Bertumpunya proses belajar mengajar pada guru menimbulkan kurang
tumbuh berkembangnya sikap kemandirian pada anak, sebab anak akan cenderung
menganggap dirinya tergantung pada guru dan sekolah demi belajar. Tanpa guru
dan sekolah siswa tidak dapat belajar secara teratur. Sikap ini bahkan dapat
tumbuh dalam diri orang tuanya, sehingga sekolah dan guru di anggap sebagai
satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas keberhasilan anak dalam belajar.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang sangat tepat untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, dan selanjutnya dapat meningkatkan
kualitas pendidikan secara luas. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa penelitian
tindakan, dari istilahnya bertujuan untuk menyelesaikan masalah melalui suatu
perbuatan nyata, bukan hanya mencermati suatu fenomena tertentu kemudian
mendiskripsikan apa yang terjadi dengan fenomena yang bersangkutan. Inti dari
penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti
untuk mengarahkan agar subjek penelitian juga melakukan tindakan (Arikunto,
2010: 1-2).
Pembelajaran dengan model Bamboo Dancing sama dengan metode Inside
Outside Circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru
bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau guru bisa juga mengadakan
tanya jawab dengan siswa tentang apa yang mereka ketahui tentang materi
tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur
kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran
yang baru. Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling
berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda
dalam waktu singkat secara teratur, metode ini cocok untuk materi yang
membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.
Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu. Siswa yang
berjajarlah yang diibaratkan sebagai bamboo (Istarani, 2011).
Berdasarkan pemantaun penulis kualitas kegiatan belajar di kelas VII B
SMP Negeri 2 Toroh dapat dianalisis bahwa aktivitas belajar IPA biologi masih
tergolong rendah. Saat pelajaran IPA biologi ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan pelajaran 12,5% atau 5 siswa, tidak aktif dalam pembelajaran
sebesar 25% atau 10 siswa dan mengantuk sebesar 7,5 % atau 3 siswa dari siswa
yang berjumlah 40 siswa. Hal ini disebabkan oleh guru biologi hanya
menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran, selain itu media yang
digunakan hanya LKS dan dengan bantuan buku paket. Hal tersebut
mengakibatkan pembelajaran menjadi kurang interaktif dan membosankan.
Sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal dan siswa kurang aktif dalam
pembelajaran. Maka dari itu perlu diterapkanya suatu alternatif metode
pembelajaran kooperatif yaitu model Bamboo Dancing.
Metode pembelajaran kooperatif dengan model Bamboo Dancing
memberikan suasana baru bagi siswa karena semua siswa diikut sertakan dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran ini meningkatkan keaktifan siswa, sehingga
termotivasi untuk belajar giat. Suasana belajar yang santai, aktif, menyenangkan
dan kooperatif diharapkan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan
yang lebih positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana
belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa. Dalam
pembelajaran biologi diharapkan benar-benar aktif, disamping itu juga
membutuhkan sikap kreatif. Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan
penelitian dengan judul. “Efektifitas Penggunaan Metode Kooperatif Dengan
Model Bamboo Dancing (Tari Bambu) Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Materi Ekosistem Kelas Vii B Smp Negeri 2 Toroh Tahun Ajaran 2012/2013”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Toroh dan yang menjadi subjek
penelitian adalah siswa kelas VII B tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 40
orang. Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan 29 April dan 1 Mei 2013. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas
(PTK) ialah penelitian (action research) yang dilakukan untuk memperbaiki mutu
praktik pembelajaran di kelas.
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan selama
proses penelitian berlangsung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
hasil pembelajaran yang efektif dan efisien serta sesuai dengan yang diharapkan,
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi dengan guru biologi,
dalam penelitian ini diperlukan kerjasama dengan guru biologi agar penelitian
berjalan sesuai dengan harapan serta memperoleh hasil yang maksimal.
Kerjasama dengan guru biologi dilakukan dari awal penelitian. Kerjasama
dilakukan mulai dari: a) observasi awal, b) perencanaaan tindakan, c) pelaksanaan
tindakan, d) refleksi, e) evaluasi . Pengumpulan data merupakan salah satu
kegiatan utama yang harus diperhatikan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian
ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
wawancara,observasi, studi pustaka, dokumentasi dan tes.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis data model alir.
langkah-langkah teknik analisis data model alir antara lain pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. diharapkan dengan penerapan
Metode pembelajaran kooperatif model Bamboo Dancing pada siswa kelas VIIF
SMP Negeri 2 Toroh Tahun Ajaran 2012/2013 dapat meningkatkan nilai kognitif
minimal 80% dan afektif sebesar 75% dari 40 siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II menunjukkan adanya
perubahan dan peningkatan hasil belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Toroh
tahun ajaran 2012/2013 pada aspek kognitif maupun aspek afektif. Peningkatan
dari hasil belajar pada aspek kognitif dan aspek afektif dapat dilihat pada tabel 1
dan 2 sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Kelas VII B pada Aspek Kognitif dengan Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Bamboo Dancing
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II Nilai maksimum 96 100 100 Nilai minimum 46 60 65 Rata-rata 70,9 85,1 86,3 Jumlah siswa yang mencapai KKM
16 (40%)
35 (87,5%)
37 (92,5%)
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Kelas VII B pada Aspek Afektif dengan Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Bamboo Dancing
No Indikator Siklus I Siklus II 1 Peduli terhadap pelajaran 60% 82,5% 2 Tanggung jawab mengerjakan tugas 57,5% 80% 3 Bekerja sama dalam diskusi 70% 92,5% 4 Berani bertanya 55% 75%
Dari tabel di atas dapat dilihat peningkatan hasil belajar aspek kognitif dan
afektif. Untuk lebih rinci penjelasan peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat
dari gambar grafik di bawah ini.
Gambar 1. Grafik Prosentase Peningkatan Nilai Kognitif Siswa Kelas VII B Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif model Bamboo Dancing
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Nilai awalSiklus I
Siklus II
40%
87.5% 92.5%
Pros
enta
se
ketu
ntas
an
Nilai awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 2. Histogram Prosentase Peningkatan Nilai Afektif Siswa Kelas VII B Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif model Bamboo Dancing
Pada penelitian ini kondisi sekolah SMP Negeri 2 Toroh terutama
lingkungan fisiknya cukup baik dan lengkap. Setiap ruangan tertata rapi, bersih
dan memberikan kesan rasa nyaman untuk melakukan aktivitas saat memasuki
ruangan tersebut. Ditinjau dari sarana dan prasarananaya di SMP Negeri 2
Toroh cukup lengkap, namun di dalam setiap kelas tidak ada media LCD.
Sedangkan ditinjau dari gurunya mayoritas adalah lulusan dari sarjana
pendidikan dan termasuk dalam kategori guru profesional serta berpengalaman.
Akan tetapi kualitas kegiatan belajar di kelas VII SMP Negeri 2 Toroh dapat
dianalisis bahwa aktivitas belajar IPA biologi masih tergolong rendah. Saat
pelajaran IPA biologi ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan pelajaran
12,5% atau 5 siswa, tidak aktif dalam pembelajaran sebesar 25% atau 10 siswa
dan mengantuk sebesar 7,5 % atau 3 siswa dari siswa yang berjumlah 40 siswa.
Hal ini disebabkan oleh guru biologi hanya menggunakan metode
konvensional dalam pembelajaran, selain itu media yang digunakan hanya LKS
dan dengan bantuan buku paket. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran
menjadi kurang interaktif dan membosankan. Sehingga hasil belajar siswa
kurang maksimal dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
Hasil belajar siswa pada aspek kognitif pra siklus dapat dilihat bahwa nilai
terendah 46, nilai tertinggi mencapai nilai 96, nilai rata-rata kelasnya hanya
60% 57.5%
70%
55%
82.5% 80%
92.5%
75%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Peduli Tanggung jawab Bekerjasama Berani bertanya
Siklus I
Siklus II
mencapai 70,9, sedangkan untuk ketuntasan klasikalnya sebesar 40% atau
sebanyak 16 siswa yang mencapai nilai KKM. Dengan kata lain, terdapat 60%
atau sejumlah 24 siswa yang tidak tuntas dalam mengikuti pembelajaran
biologi pada materi ekosistem. Nilai pra siklus ini diambil dari nilai Ujian
Tengah Semester siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Toroh. Kemudian, pada
siklus I mulai ada peningkatan untuk nilai terendahnya. Nilai terendah siswa
dari 46 menjadi 60, nilai tertinggi naik menjadi 100, nilai rata-rata kelas naik
menjadi 85,1 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 87,5% atau sejumlah 35
siswa sudah mencapai nilai KKM atau lebih. Dengan kata lain, masih terdapat
12,5% atau sejumlah 5 siswa yang belum tuntas dalam mengikuti pembelajaran
biologi pada materi ekosistem. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan
klasikal yang telah dicapai pada siklus I sudah mencapai indikator kinerja yang
telah ditetapkan, akan tetapi masih ada syarat lagi dari indikator kinerja yaitu
hasil belajar siswa pada aspek afektif harus meningkat sebesar 75%.
Selanjutnya, pada siklus II terjadi peningkatan lagi dibandingkan dengan siklus
I. Nilai terendah naik menjadi 65, nilai tertinggi juga naik menjadi 100, nilai
rata-rata kelas siswa mencapai 86,3 dan ketuntasan klasikal mencapai 92,5%
atau 37 siswa dari 40 siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Peningkatan
hasil belajar pada aspek ini meningkat dikarenakan penerapan metode
pembelajaran kooperatif model Bamboo Dancing yang dapat menarik perhatian
dan antusiasme siswa dalam belajar sehingga membantu bagi siswa untuk
memahami materi yang diajarkan. Selain itu, selama pembelajaran, partisipasi
aktif dari siswa akan tumbuh. Siswa berusaha mencari tahu sendiri jawaban
dari soal yang dibawanya atau sebaliknya. Dengan demikian, pembelajaran
akan lebih menarik minat siswa sehingga mempermudah pemahaman.
Hasil belajar siswa pada aspek afektif siklus I juga mengalami
peningkatan, akan tetapi belum memenuhi indikator kinerja yang ditentukan.
Penilaian keaktifan siswa siklus I pada indikator peduli terhadap pelajaran
ketuntasannya sebanyak 60%, Tanggungjawab mengerjakan tugas sebesar
57,5%, Bekerjasama saat diskusi sebesar 70%, dan berani bertanya dengan
ketuntasan 55%. Pada siklus I ini siswa mulai aktif, tidak ada siswa yang
mengantuk dan siswa sudah fokus terhadap pelajaran. Pada siklus II keaktifan
siswa mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan siswa sudah paham cara
penerapan model pembelajaran ini dan tidak bingung lagi. Peningkatan
keaktifan siswa ini juga akan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh.
Peningkatan afektif pada siklus II dengan indikator peduli terhadap pelajaran
ketuntasannya sebanyak 82,5%, Tanggungjawab mengerjakan tugas sebesar
80%, Bekerjasama saat diskusi sebesar 92,5%, dan berani bertanya dengan
ketuntasan 75%. Pada penilaian perskoran setiap indikator sikap dari siklus I
yaitu 10,8 (cukup berminat) juga meningkat menjadi 12,4 (cukup berminat)
pada siklus II. Pada siklus II ini siswa lebih aktif dari siklus I, tidak ada siswa
yang mengantuk dan siswa sudah fokus terhadap pelajaran. Peningkatan ini
terjadi dikarenakan metode pembelajaran kooperatif model Bamboo Dancing
menuntut keaktifan siswa dalam belajar secara kelompok. Apabila siswa tidak
aktif mereka tidak akan bisa menyelesaikan tugas dan pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Model pembelajaran ini juga menuntut adanya kerjasama
siswa bersama kelompoknya agar memperoleh hasil diskusi yang baik. Siswa
menjadi termotivasi dan aktif dalam belajar sehingga nilai afektif siswa juga
meningkat. Hal tersebut didasari oleh penelitian terdahulu yang dilakukan
Ariyono dkk (2011), dalam pembelajaran kewarganegaraan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif model Bamboo Dancing sebagai upaya
meningkatkan pemahaman siswa pada materi pemerintahan pusat mengalami
peningkatan yaitu pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 75% dan pada
siklus II mengalami peningkatan sebesar 93,75%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar yang
dicapai oleh siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Toroh sudah mencapai indikator
kinerja yang ditetapkan atau bahkan lebih besar dari indikator kinerja.
Peningkatan tersebut tentu saja dikarenakan penerapan model Bamboo
Dancing dapat menarik perhatian dan antusiasme siswa dalam belajar sehingga
membantu bagi siswa untuk memahami materi yang diajarkan. Selain itu,
selama pembelajaran, partisipasi aktif dari siswa akan tumbuh. Siswa berusaha
mencari tahu dengan pasangannya, jawaban dari soal yang dibawanya atau
sebaliknya. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih menarik minat siswa
sehingga mempermudah pemahaman. Hal tersebut memberikan bukti bahwa
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini telah berhasil dan diakhiri pada
siklus II.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan selama
dua siklus, maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran kooperatif model Bamboo Dancing efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa baik aspek kognitif maupun afektif.
2. Hasil belajar pada aspek kognitif untuk siklus I nilai rata-rata kelas sebesar
85,1 dengan presentase ketuntasan 87,5%, pada siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 86,3 dengan presentase ketuntasan 92,5%, Sedangkan hasil
belajar pada aspek afektif untuk siklus I dengan rata-rata 10,8 dengan kriteria
cukup berminat, pada siklus II mengalami peneingkatan menjadi 12,4 dengan
kriteria cukup berminat.
Saran
Berdasarkan penelitian tindakan kelas di atas, maka beberapa sarannya sebagai
berikut:
1. Kepada guru biologi
a. Sebaiknya guru memberikan suatu penghargaan atau poin terhadap siswa
yang aktif. Sehingga siswa termotivasi untuk lebih aktif dalam pembelajaran
menggunakan model Bamboo Dancing.
b. Hendaknya guru menggunakan model-model pembelajaran yang
disesuaikan dengan materi, sehingga siswa tidak bosan dan jenuh saat
pembelajaran.
2. Kepada sekolah
Sekolah hendaknya dapat menggunakan acuan penerapan metode pembelajaran
kooperatif model Bamboo Dancing demi tercapainya ketuntasan hasil belajar
siswa dan keaktifan siswa meningkat.
3. Kepada peneliti yang lain
a. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih bisa mengembangkan
metode ini dengan media lain.
b. Kepada peneliti lain diharapkan mencari materi lain selain materi ekosistem
yang cocok digunakan dengan metode pembelajaran kooperatif model
Bamboo Dancing.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Istarani. 2011. Model Pembelajaran Inovatif. Tersedia:
http://007indien.blogspot.com/2012/11/model-pembelajaran-
bamboo-dancing-tari.html. Diakses 23 Maret 2013.
Untari, Dwi. 2012. “Penerapan Strategi Pembelajaran Think Talk White
Berbasis Kontekstual Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains Siswa X-8 SMA N 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011”.
Jurnal Purifikasi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru Kepala Sekolah
dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.