efek pemberian ekstrak daun zaitun (olea...

77
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea europaea L.) SEBAGAI TERAPI ASMA TERHADAP HEPAR MENCIT BALB/c SKRIPSI Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun oleh: Nihayatul Kamila NIM : 1113103000079 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2016

Upload: ngodat

Post on 08-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea

europaea L.) SEBAGAI TERAPI ASMA TERHADAP

HEPAR MENCIT BALB/c

SKRIPSI

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Disusun oleh:

Nihayatul Kamila

NIM : 1113103000079

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/ 2016

Page 2: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Page 3: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Page 4: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Page 5: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

v

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan Rahmat dan

Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

berjudul “EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea europaea L.)

SEBAGAI TERAPI ASMA TERHADAP HEPAR MENCIT BALB/c”. Shalawat

serta salam semoga tetap terlimpahkan pada nabi Muhammad SAW, beserta keluarga

serta sahabatnya.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir

guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Secara umum skripsi ini berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian,

tinjauan pustaka, prosedur penelitian serta hasil dan pembahasan dari pengujian

tentang efek pemberian ekstrak daun zaitun sebagai pengobatan asma terhadap hepar

mencit BALB/c.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, arahan dan

bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT, selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. dr. Nurul Hiedayati, Ph.D dan Ibu Dr. Endah Wulandari, S.Si, M.Biomed selaku

dosen pembimbing I & II yang telah membimbing, memberikan arahan, nasihat

serta masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

Page 6: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

vi

4. dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK dan dr. Muniroh, Sp.PK selaku dewan penguji

penelitian saya untuk waktu, ilmu dan tenaga dalam memperbaiki laporan

penelitian ini

5. Ibu Nurlaely Mida R, M.Biomed, Ph.D selaku penanggungjawab laboratorium

Animal House yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini

khususnya dalam perlakuan hewan coba

6. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset PSKPD 2013, dr.

Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku PJ Laboratorium Farmakologi, Ibu Rr. Ayu Fitri

Hapsari, M.Biomed selaku PJ Laboratorium Histologi yang telah memberikan

izin atas penggunaan laboratorium pada penelitian ini

7. dr. Dyah Ayu Woro Setyaningrum, M.Biomed, Ibu Rr. Ayu Fitri Hapsari,

M.Biomed dan seluruh dosen pengajar Program Studi Kedokteran dan Profesi

Dokter dan FKIK UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat

bermanfaat bagi penulis

8. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI

yang telah memberikan beasiswa sehingga saya bisa meneruskan pendidikan di

PSKPD FKIK UIN Jakarta

9. Kedua orang tua tercinta, Sarpin dan Sukiyati yang selalu memberikan kasih

sayangnya, nasihat, dukungan serta doa. Juga pada adik saya, Ahmad Rosyad

Hilmi serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan semangat dan

dukungan kepada saya dalam menempuh pendidikan di PSKPD FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

10. Abdirrohman Al-Hamdany, Aris Adi Purnomo, Muhammad Iqbal Dzaki Asy’ari,

Latifatul Bariyah dan Rahmei Sofia selaku kelompok riset saya yang telah

memberikan dukungan dan masukan dalam pengerjaan skripsi ini

11. Kak Syifa Qurrotu Aini, S.Ked, Tiara Bayyina dan teman-teman Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter 2013 yang telah memberikan dukungan dalam

pengerjaan skripsi ini

Page 7: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

vii

12. Mbak Dien Fitri selaku Laboran Histologi, Pak Rachmadi selaku Laboran

Farmakologi yang telah membantu kami dalam penggunaan laboratorium

13. Teman-teman Puri Laras 1 dan CSSMoRA UIN Jakarta 2013 yang selalu bersama

dan menemani saat duka maupun suka

14. Teman-teman Akselerasi Generasi 1 dan seluruh guru MA Matholi’ul Anwar

yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat

15. Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung yang

namanya tidak penulis sebutkan dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan

dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik

dan masukan dari para pembaca agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik.

Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat

bagi para pembaca umumnya dan penulis pada khususnya.

Ciputat, 24 Oktober 2016

Nihayatul Kamila

Page 8: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

viii

ABSTRAK

Nihayatul Kamila. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Efek

Pemberian Ekstrak Daun Zaitun (Olea europaea L.) sebagai terapi asma

terhadap hepar mencit BALB/c, 2016

Penggunaan obat herbal telah meningkat di masyarakat dunia. Zaitun (Olea europaea

L.) adalah tanaman yang berasal dari kawasan Mediterania yang biasa digunakan

sebagai obat herbal. Meskipun telah banyak penelitian kesehatan tentangnya, namun

pelaporan tentang efek samping ataupun efek yang tidak diinginkan dari penggunaan

zaitun masih sedikit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak daun

zaitun dengan dosis 100 dan 200 mg/kgBB terhadap hepar mencit BALB/c sebagai

pengobatan asma per oral dan inhalasi yang diberikan selama 7 hari. Hasil penelitian

adalah penurunan persentase hepatosit dengan nukleus abnormal pada dosis 100

mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok kontrol (p >0,05 ; p >0,05). Sedangkan

pada dosis 200 mg/kgBB didapatkan peningkatan persentase hepatosit dengan

nukleus abnormal (p <0,05 ; p <0,05). Simpulan, ekstrak daun zaitun memberi respon

baik dan aman untuk digunakan dalam pengobatan asma pada dosis 100 mg/kgBB.

Kata kunci : daun zaitun, nekrosis hepatosit

ABSTRACT

Nihayatul Kamila. Medical Education Study and Doctor Profession. Effect of

Olive Leaves Extract (Olea europaea L.) in Asthma Treatment on Liver of

BALB/c Mice. 2016

The using of herbal medicine has been increasing worldwide. Olive (Olea europaea

L.) is native to the Mediterranean region that usually use for herbal medicine.

Although many studies have been conducted to prove its medical properties, often

report on the adverse effects or unwanted effects of olive is not sufficiently enough.

This aim of this study was to investigate the effects of 100 and 200 mg/kg body

weight doses of olive leaves extract on liver of BALB/c mice orally and intranasal

over the course of 7 days. The results indicated decreasing of hepatocyte with

abnormal nucleus percentage at 100 mg/kg body weight dose comparing with control

group (p >0,05 ; p >0,05). Whereas 200 mg/kg body weight dose was showed

increasing of hepatocyte with abnormal nucleus percentage (p <0,05 ; p <0,05).

Conclusion, olive leaves extract giving a good response and safety for using in

asthma treatment at 100 mg/kg body weight dose.

Keywords : olive leaves, hepatocyte necrosis

Page 9: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI............................................................................................................... ix

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1

1.2. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 3

1.3. HIPOTESIS .................................................................................................. 4

1.4. TUJUAN PENELITIAN .............................................................................. 4

1.5. MANFAAT PENELITIAN .......................................................................... 4

1.5.1 Penelitian ............................................................................................... 4

1.5.2 Pendidikan (Ilmu Pengetahuan) .......................................................... 4

1.5.3 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan ............................................. 4

BAB II .......................................................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 5

2.1. Tanaman Zaitun (Olea europaea L.) ........................................................... 5

2.1.1. Morfologi dan Klasifikasi Tanaman ................................................... 5

2.1.2. Kandungan Kimiawi dan Manfaat Daun Zaitun ............................... 7

2.1.3. Farmakokinetik Zaitun ........................................................................ 9

2.2. Efek Samping Penggunaan Herbal ............................................................. 9

2.3. Hepar ........................................................................................................... 11

2.3.1. Anatomi Hepar .................................................................................... 11

2.3.2. Histologi Hepar ................................................................................... 13

2.3.3. Fisiologi Hepar .................................................................................... 19

Page 10: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

x

2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap Jejas ................................................. 20

2.5. Respon Hepar terhadap Bahan Kimia atau Herbal ............................... 22

2.6. Respon Hepar terhadap Pemberian Ovalbumin ..................................... 24

2.7. Asma ............................................................................................................ 25

2.8. Definisi Operasional ................................................................................... 27

2.9. Kerangka Teori ......................................................................................... 28

2.10. Kerangka Konsep ................................................................................... 29

BAB III ....................................................................................................................... 30

METODE PENELITIAN ......................................................................................... 30

3.1. Desain Penelitian ........................................................................................ 30

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 30

3.3. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................... 30

3.3.1. Alat ....................................................................................................... 30

3.3.2. Bahan ................................................................................................... 31

3.3.3. Kriteria Inklusi .................................................................................... 31

3.3.4. Kriteria Eksklusi ................................................................................. 32

3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................... 32

3.4.1 Variabel Bebas .................................................................................... 32

3.4.2 Variabel Terikat .................................................................................. 32

3.5 Cara Kerja Penelitian ................................................................................ 32

3.5.1. Penyimpanan Simplisa ....................................................................... 32

3.5.2. Pembuatan Ekstrak ............................................................................ 32

3.5.3. Adaptasi Hewan Coba ........................................................................ 33

3.5.4. Sensitisasi Hewan Coba ...................................................................... 33

3.5.5. Pemberian Ekstrak Daun Zaitun terhadap Mencit ......................... 33

3.5.6. Induksi Ovalbumin ............................................................................. 34

3.5.7. Pengambilan Organ Hepar ................................................................ 34

3.5.8. Pembuatan Preparat ........................................................................... 35

3.5.8.1. Dehidrasi ....................................................................................... 35

3.5.8.2. Clearing ......................................................................................... 35

3.5.8.3. Embedding .................................................................................... 35

3.5.8.4. Pencetakan.................................................................................... 36

Page 11: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

xi

3.5.8.5. Pemotongan jaringan .................................................................. 36

3.5.8.6. Pewarnaan Hematoksilin-Eosin ................................................. 36

3.5.9. Cara Pengamatan Mikroskop Hepar ................................................ 37

3.5.10. Penghitungan Persentase Kerusakan Hepatosit .............................. 38

3.6. Alur Penelitian ............................................................................................ 39

3.7. Managemen Data ........................................................................................ 40

BAB IV ....................................................................................................................... 41

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 41

4.1. Hasil dan Pembahasan ............................................................................... 41

4.2. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 45

BAB V ........................................................................................................................ 46

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 46

5.1. Simpulan ......................................................................................................... 46

5.2. Saran ................................................................................................................ 46

BAB VI ....................................................................................................................... 47

KERJASAMA PENELITIAN ................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 48

LAMPIRAN............................................................................................................... 52

Page 12: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Produk herbal dengan potensi toksik.................................................................... 10

2.2 Kriteria untuk terminologi drug-induced liver injury.......................................... 23

3.1 Kelompok perlakuan............................................................................................. 31

7.1 Hasil uji normalitas............................................................................................... 59

7.2 Hasil uji homogenitas........................................................................................... 59

7.3 Hasil uji Kruskall Wallis....................................................................................... 59

7.4 Hasil uji post hoc LSD.......................................................................................... 60

Page 13: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Buah zaitun (Olea europaea L.) .......................................................................... 6

2.2 Anatomi hepar mencit.......................................................................................... 12

2.3 Gambaran histologi hepar manusia...................................................................... 18

2.4 Perbandingan hepar mencit dan manusia pada perbesaran rendah....................... 18

2.5 Perbandingan hepar mencit dan manusia, area porta............................................ 19

2.6 Karakteristik morfologis nekrosis........................................................................ 22

4.1 Gambaran mikroskopik hepar setelah pemberian ekstrak zaitun......................... 42

4.2 Grafik persentase kerusakan hepatosit dengan nukleus abnormal....................... 43

7.1 Surat hasil determinasi bahan uji.......................................................................... 52

7.2 Aklimatisasi hewan coba...................................................................................... 55

7.3 Pemberian ekstrak daun zaitun oral……….......................................................... 55

7.4 Nebulisasi hewan coba......................................................................................... 56

7.5 Pembiusan hewan coba......................................................................................... 56

7.6 Pengambilan jaringan hewan coba....................................................................... 57

7.7 Penyimpanan jaringan hewan coba pada larutan formalin................................... 57

7.8 Timbangan............................................................................................................ 58

Page 14: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil Determinasi / Identifikasi Bahan Uji.............................................................. 52

2 Penghitungan Sampel.............................................................................................. 53

3 Penghitungan Dosis Ekstrak Daun Zaitun............................................................... 54

4 Dokumentasi Penelitian........................................................................................... 55

5 Hasil Uji Statistik..................................................................................................... 59

6 Riwayat Penulis....................................................................................................... 62

Page 15: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

xv

DAFTAR ISTILAH

Al(OH)3 : Alumunium hidoksida

ALP : Alkaline phosphatase

ALT : Alanine aminotransferase

NO : Nitrit oksida

NF-κB : Nuclear Factor-κB

IL : Interleukin

OVA : Ovalbumin

PPAR-α : Peroxisome Proliferator-Activated Receptor-α

ROS : Reactive Oxygen Species

PBS : Phosphate Buffer Saline

TNF-α : Tumor Necrosis Factor-α

ACE : Angiotensin-converting-enzyme

LDL : Low-density lipoprotein

HSV : Herpes Simplex Virus

RBP : Retinol-Binding Protein

SRAA : Sistem Renin Angiotensin Aldosteron

IGF : Insulin Growth Factor

DILI : Drug-induced liver injury

Page 16: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Menurut WHO, pengobatan herbal meliputi tanaman, bahan, pengolahan dan

produk herbal yang mengandung zat aktif dari bagian tanaman tertentu, kandungan

lain tanaman, atau kombinasi keduanya. Praktik pelayanan pengobatan herbal telah

berkembang pesat saat ini dan digunakan secara luas di seluruh dunia.1 Di Amerika,

pengobatan herbal telah digunakan sekitar 20% populasi dewasa dan penggunaan

tersebut lebih tinggi di kawasan China, Afrika Selatan dan Amerika Latin.2 Di

Indonesia, penggunaan pengobatan herbal mengalami peningkatan pada tahun 2006

sebanyak lebih dari dua kali dibanding enam tahun sebelumnya.3

Zaitun (Olea europaea L.) merupakan salah satu tanaman yang digunakan

sebagai pengobatan, tanaman ini berasal dari Mediterania dengan penyebaran cukup

luas hingga ke beberapa negara seperti Yunani, Italia, Spanyol, Portugal, dan

Perancis. Meskipun pembuatan minyak zaitun dimulai pada dekade selanjutnya,

namun minyak zaitun telah disebutkan untuk pertama kalinya pada naskah ―San

Diego de Alcala Mission‖ pada tahun 1803.4 Selain kawasan Eropa, zaitun juga

mengalami penyebaran menuju daerah Asia dan Afrika.5 Naskah Yunani kuno juga

telah menyebutkan mengenai kegunaan minyak zaitun dalam kesehatan. Dalam

konteks keagamaan, zaitun beberapa kali disebutkan dalam ayat Al-Quran, salah

satunya dalam Surat An-Nur ayat 35 zaitun disebut sebagai buah yang diberkahi.5

Saat ini tanaman zaitun telah banyak dibudidayakan di Indonesia.

Dalam pengobatan tradisional zaitun digunakan sebagai senyawa diuretik,

hipotensif, laksatif, penurun panas, pembersih dan penghalus kulit, serta sebagai

terapi dari infeksi saluran kemih, batu empedu, asma bronkial, dan diare.

Sebagaimana telah diketahui bahwa minyak zaitun memiliki nilai nutrisi yang tinggi,

Page 17: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

2

bagian lain dari tanaman zaitun juga mempunyai manfaat bagi kesehatan, diantaranya

daun zaitun. Daun zaitun telah banyak digunakan sebagai diuresis dan hipotensif

karena memiliki efek vasodilatasi. Selain itu, daun zaitun juga memiliki kandungan

calcium elenolate yang telah teruji sebagai agen antiviral. Studi lain juga

menyebutkan bahwa ekstrak daun zaitun memiliki manfaat sebagai antimikroba

terutama terhadap S. Aureus, P. Aeruginosa dan E. Coli serta antioksidan terkait

kandungannya yaitu oleuropein.6,7

Manfaat lain dari ekstrak tersebut yaitu sebagai

anti-diabetik dan anti-inflamasi.6 Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang

berperan sebagai anti-inflamasi dengan kemampuan menghambat pelepasan mediator

kimiawi, sintesis sitokin Th2 (IL-4 dan IL-13), dan ekspresi ligan CD40 melalui

afinitasnya yang tinggi terhadap sel mast dan basofil sebagai pengekspresi reseptor

IgE.8

Asma merupakan penyakit inflamasi saluran napas yang ditandai dengan

bronkospasme episodik reversibel.9 Hal ini ditandai dengan peningkatan level IgE di

darah dan infiltrasi eosinofil di saluran napas. Perkembangan penyakit ini dimediasi

oleh sitokin IL-4 dan IL-5, IgE, eosinofil, serta beberapa mediator seperti leukotriene,

produk siklooksigenase, dan fosfolipase.10

Banyak studi yang membuktikan manfaat

zaitun terhadap asma melalui kandungan flavonoid yang dapat menghambat

pelepasan mediator inflamasi.8 Hal tersebut dibuktikan dengan penurunan respon IgE

dan eosinofil serta remodelling saluran napas dengan pemberian zaitun.11

Dalam masyarakat, berkembang opini bahwa suplemen atau produk herbal

lebih aman dibanding obat-obatan konvensional mengingat produk tersebut berasal

dari alam.1 Namun pada kenyataannya obat herbal juga memiliki efek samping yang

mungkin terjadi akibat penggunaan yang tidak benar, konsentrasi –baik dosis maupun

jangka pemberian– dan formulasi tertentu dari herbal.12

Selain itu, aspek ekstrinsik

berupa kontaminasi, gangguan pencampuran, dan kesalahan identifikasi tanaman juga

dapat menjadi penyebab terjadinya efek samping.1 Meskipun banyak khasiat yang

berhubungan dengan zaitun, namun belum banyak data yang menjelaskan mengenai

dosis yang menyebabkan efek samping dari penggunaan zaitun.13

Sebuah studi

Page 18: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

3

mengemukakan bahwa pemberian ekstrak zaitun dalam dosis tinggi dapat

menginduksi perubahan hematologi, biokimia, dan gambaran histopatologi organ

hepar dan renal. 12,13

Secara farmakokinetik, obat, baik sintetik maupun herbal akan melalui

berbagai tahap yang mencakup 4 proses, yakni absorbsi, distribusi, metabolisme dan

ekskresi.14

Begitupun zaitun sebagai obat herbal akan melewati keempat proses

tersebut, diantaranya metabolisme yang utamanya terjadi di organ hepar.15

Semua

bahan kimia, termasuk herbal pada jumlah konsentrasi dan frekuensi paparan tertentu

dapat memiliki potensi untuk menimbulkan cedera sel. Saat suatu zat sudah mencapai

kadar toksik, semua sel yang terpapar, termasuk sel-sel dalam organ hepar akan

berespon dan beradaptasi. Cedera sel tersebut dapat bermanifestasi dengan perubahan

jumlah, ukuran, fungsi, maupun fenotip dari sel yang terpajan zat toksik.9 Cedera

hepar akibat obat atau toksik (Drug-induced liver injury/DILI) terbagi menjadi 3

kategori, yaitu kerusakan hepatosit, gangguan vaskular, hiperplasia, dan neoplasia.9,16

Sebuah penelitian yang dilakukan R. Arantes Rodrigues, et al (2011) mengemukakan

bahwa pada pemberian ekstrak daun zaitun pada konsentrasi 0.25%, 0.50%, dan

0.75% didapatkan gambaran hiperplasia duktus biliaris, kolestasis, nekrosis hepatosit,

dan infiltrasi sel radang. Selain itu, pada dua dosis tertinggi didapatkan zaitun dapat

menyebabkan fibrosis hepar.13

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian efek pemberian

ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) sebagai terapi asma terhadap hepar mencit

BALB/c.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efek pemberian

ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) sebagai terapi asma terhadap hepar mencit

BALB/c?

Page 19: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

4

1.3. HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun zaitun (Olea europaea

L.) sebagai terapi asma tidak memberikan efek toksik dan tidak menyebabkan

kerusakan hepar yang signifikan pada organ hepar mencit BALB/c.

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui efek pemberian ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) sebagai

terapi asma terhadap hepar mencit BALB/c dengan melihat gambaran

histopatologi.

2. Mengetahui dosis ekstrak zaitun yang aman untuk digunakan.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Diharapkan pada penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:

1.5.1 Penelitian

Informasi mengenai efek daun zaitun pada fungsi hepar dapat digunakan

sebagai data untuk penelitian selanjutnya

1.5.2 Pendidikan (Ilmu Pengetahuan)

Melalui penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan meningkatkan

pemahaman mengenai efek daun zaitun pada fungsi hepar

1.5.3 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan

Dapat digunakan sebagai dasar terapi alternatif pada pelayanan kesehatan bila

diketahui pengobatan dengan ekstrak daun zaitun memiliki efek samping minimal

melalui berbagai uji preklinik maupun uji klinik.

Page 20: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Zaitun (Olea europaea L.)

2.1.1. Morfologi dan Klasifikasi Tanaman

Zaitun merupakan tumbuhan dengan pohon yang tebal dan tidak terlalu tinggi,

umumnya panjangnya sekitar 10 meter. Batang zaitun memiliki diameter yang lebar

dan relatif bengkok serta sedikit terpelintir, serta memiliki banyak cabang. Zaitun

memilki daun yang berbentuk lanset atau oval, berukuran kecil, pendek, sempit dan

tipis dengan tekstur kasar dan warna hijau pucat pada permukaan atas serta keabuan

pada permukaan bawah. Ukuran daun zaitun 4-10 cm panjangnya dan lebar sekitar 1-

3 cm. Bunga dari zaitun kecil dan berwarna putih-krem dengan kelopak berjumlah 4

lobus. Buah zaitun berukuran kecil, dengan kulit luar berwarna hitam keunguan dan

biji yang keras. Kulit kayu tanaman zaitun berwarna abu pucat seperti pada gambar

2.1.17

Berdasarkan ilmu taksonomi, berikut adalah klasifikasi tumbuhan zaitun

(Olea europaea L.)4

Kingdom : Plantae

Filum : Magnoliophyta

Kelas : Rosopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Oleaceae

Sub-famili : Oleidae

Genus : Olea

Spesies : Olea europaea

Sub-spesies : cuspidate

laperrinei

maroccana

cerasiformis

guanchica

europaea

Page 21: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

6

Gambar 2.1. Buah zaitun (Olea europaea L.).

Sumber: Olive Germplasm – The Olive Cultivation, Table Olive and Olive Oil Industry in Italy, 2012

Tanaman zaitun merupakan tanaman asli dari kawasan Mediterania dengan

penyebaran cukup luas hingga ke beberapa negara seperti Yunani, Italia, Spanyol,

Portugal, dan Perancis. Pada tahun 1560, penjelajah Spanyol membawa batang dan

biji zaitun menuju Peru, kemudian zaitun ditemukan di Meksiko. Tentara Perancis

membawa zaitun beserta tanaman lain dari Meksiko menuju Kalifornia. Meskipun

pembuatan minyak zaitun dimulai pada dekade selanjutnya, namun minyak zaitun

telah disebutkan untuk pertama kalinya pada naskah ―San Diego de Alcala Mission‖

pada tahun 1803.4 Selain kawasan Eropa, zaitun juga mengalami penyebaran menuju

daerah Asia dan Afrika.5

Tanaman zaitun tumbuh pada daerah tropis dan subtropis dengan letak

geografis 30° sampai 45° dari garis ekuator.4,5

Zaitun merupakan tanaman yang tidak

dapat tumbuh pada suhu di bawah 10°C.4 Oleh karena itu, tanaman zaitun dapat

tumbuh di Indonesia karena Indonesia merupakan negara tropis yang selalu mendapat

intensitas sinar matahari yang tinggi.

Menurut estimasi, tanaman zaitun telah dibudidayakan sejak 7000 tahun

silam. Sebuah bukti arkeologi menunjukkan bahwa zaitun telah ditanam di Crete pada

tahun 3000 SM. Naskah Yunani kuno juga telah menyebutkan mengenai kegunaan

Page 22: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

7

minyak zaitun dalam kesehatan. Dalam konteks keagamaan, zaitun beberapa kali

disebutkan dalam ayat Al-Quran, salah satunya dalam Surat An-Nur ayat 35 zaitun

disebut sebagai buah yang diberkahi.5

2.1.2. Kandungan Kimiawi dan Manfaat Daun Zaitun

Zaitun mengandung setidaknya 30 komponen fenolik termasuk oleuropein,

hidroksitirosol dan tirosol, luteolin, katekin, dan apigenin. Konsentrasi komponen

fenolik sama pada setiap bagian tanaman zaitun, baik minyak maupun daunnya.18

Fenolik memiliki daya absorbsi dan bioavailabilitas yang baik.12

Polifenol merupakan senyawa yang terkandung dalam semua bagian tanaman

zaitun. Senyawa ini dapat meningkatkan konsentrasi NO (nitrit oksida) dan

memberikan efek vasodilatasi. Oleh karena itu, zaitun dapat digunakan dalam

pencegahan penyakit kardiovaskular. Bahkan ada studi yang mengatakan bahwa dosis

harian dalam terapi hipertensi dapat diturunkan dengan konsumsi minyak zaitun.12

Flavonoid merupakan polifenolik metabolit sekunder yang umumnya

ditemukan pada tanaman buah dan sayur, salah satunya zaitun. Sebagai antioksidan

dan anti-alergi, senyawa ini mampu menghambat pelepasan mediator kimiawi,

sintesis sitokin Th2, seperti IL-4 dan IL-13, dan ekspresi ligan CD40 melalui

afinitasnya yang tinggi terhadap sel pengekspresi reseptor IgE seperti sel mast dan

basofil. Konsumsi flavonoid dapat digunakan sebagai dietary treatment dan strategi

preventif asma.8 Luteolin merupakan salah satu jenis flavonoid yang dilengkapi

dengan efek anti-inflamasi dan anti-alergi. Sebuah studi menjelaskan bahwa luteolin

dapat memodulasi respon inflamasi. Zat ini dapat menginhibisi ekspresi gen untuk

NF-κB dan TNF-α, produksi sitokin pro-inflamasi (IL-5), pelepasan mediator seperti

leukotriene dan prostaglandin.10

Oleuropein merupakan suatu iriode monoterpene. Senyawa ini menjadikan

daun zaitun sebagai antioksidan alami paling kuat. Konstituen ini terbukti memiliki

aktivitas vasodilatasi pada aorta tikus yang diisolasi. Selain itu, ditemukan juga

Page 23: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

8

aktivitas yang tinggi dalam menghambat angiotensin-converting-enzyme (ACE).12

Barbara, et al (2014) menyebutkan bahwa oleuropein dapat mencegah terjadinya

oksidasi LDL, baik in vitro maupun in vivo, zat ini mampu menginhibisi copper-

induced oxidation serta menurunkan kadar kolesterol total, bebas, dan kolesterol ester

dalam plasma pada studi yang menggunakan kelinci yang diinduksi diabetes.19

Efek

antioksidan ini juga dapat menjadikan zaitun bermanfaat dalam mengurangi risiko

penyakit degeneratif seperti rheumatoid artritis, diabetes, dan kanker. Maha, et al

(2013) menyebutkan bahwa pemberian ekstrak daun zaitun memiliki efek anti-

hiperglikemik dan hipolipidemik kuat pada tikus yang diinduksi streptozotocin.20

Oleuropein memiliki efek inhibisi terhadap generasi leukotriene B4 yang

berperan banyak dalam proses inflamasi dan juga dapat menghambat agregasi platelet

dan produksi eukosanoid.18

Selain itu, ekstrak daun zaitun melalui kandungannya

yaitu oleuropein mampu menjadi agen antimikroba yang efektif terhadap beberapa

patogen, seperti Salmonella typhi, Vibrio parahaemolyticus, dan Staphylococcus

aureus (termasuk penicillin-resistant strains); serta Klebsiella pneumonia, dan

Escherichia coli, kuman patogen pada infeksi saluran percernaan dan pernapasan.

Yaseen, et al (2007) melaporkan bahwa pada studi laboratorium, oleuropein secara

langsung dapat menstimulasi aktivasi makrofag.6

Kandungan lain dari daun zaitun yaitu luteolin, katekin, apigenin,

hidroksitirosol dan calcium elenolate. Luteolin memiliki kandungan anti-mutagenik

dan anti-tumorigenik. Katekin termasuk bagian dari flavonoid yang memiliki efek

antioksidan. Apigenin merupakan zat yang memiliki efek seperti oleuropein yang

mempunyai manfaat anti-inflamasi.18

Sama halnya seperti oleuropein, hidroksitirosol

juga memiliki efek antioksidan20

dan antimikroba yang bahkan lebih luas

spektrumnya meliputi spektrum dari antibiotik ampisilin dan eritromisin.6 Calcium

elenolate merupakan suatu derivat dari asam elenolik yang diketahui memiliki efek

antivirus. Beberapa virus mampu dihambat oleh calcium elenolate diantaranya

rhinovirus, myxovirus, herpes simplex virus 1 (HSV-1), HSV-2, herpes zoster,

Page 24: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

9

encephalomyocarditis, polio 1, 2, 3, dua strain virus leukemia, serta berbagai strain

virus influenza dan para-influenza.6

Tidak semua zat aktif dalam zaitun ada dan sama kadarnya dalam setiap

bagian tanaman zaitun. Tidak seperti minyak zaitun, daun zaitun tidak mengandung

jumlah yang signifikan terhadap senyawa tertentu, seperti monounsaturated fatty

acids, asam oleik, dan squalene.18

2.1.3. Farmakokinetik Zaitun

Daun zaitun memiliki kandungan senyawa oleuropein yang paling banyak

dibanding bagian tanaman yang lain.19

Oleuropein akan mengalami serangkaian

proses farmakokinetik dalam tubuh. Sebagaimana obat yang diberikan secara oral,

oleuropein juga akan diabsorpsi utamanya di usus halus.21

Sebuah studi menyatakan

bahwa komponen fenolik, termasuk oleuropein memiliki daya absorpsi dan

bioavaibilitas yang baik.12

Selanjutnya herbal akan terdistribusi di dalam darah.

Metabolisme merupakan proses kelanjutan dari distribusi yang utamanya terjadi di

organ hepar. Metabolism ditujukan untuk mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)

menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresikan.14

Pada reaksi fase I, sebagian besar

oleuropein akan mengalami hidrolosis dan terbentuk senyawa hidroksitirosol yang

bersifat lebih polar. Selanjutnya pada reaksi fase II, akan terjadi glukoronisasi dan

sulfasi yakni reaksi konjugasi dengan substrat endogen seperti asam glukoronat dan

asam sulfat. Pada fase ini, herbal menjadi sangat polar sehingga dapat larut air dan

kemudian diekskresi di ginjal. Komponen terbanyak yang ditemukan dalam proses

ekskresi adalah hidroksitirosol yang telah mengalami proses glukoronidasi.22

2.2. Efek Samping Penggunaan Herbal

Dewasa ini, pengobatan herbal telah digunakan sekitar 20% populasi dewasa

di Amerika, dan penggunaan yang lebih tinggi di wilayah China, Afrika Selatan, dan

Amerika Latin.2 Tanaman herbal tradisional berbeda dengan zat tanaman herbal

serupa yang digunakan dalam kedokteran (morfin, digitalis, atropin, dll) karena

Page 25: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

10

tersedia tanpa memerlukan resep. Herbal alternatif tidak seperti obat bebas, oleh

hukum dianggap sebagai suplemen makanan dan bukan obat sehingga tidak melalui

pengawasan.23

Secara tradisional, masyarakat mengganggap bahwa herbal adalah produk

yang aman dan tidak berbahaya. Padahal dalam penggunaan yang tidak benar,

konsentrasi –baik dosis yang terlalu tinggi atau pemberian jangka panjang– dan

formulasi tertentu dari herbal berpeluang menjadi bahaya.12

Beberapa literatur

mengemukakan herbal yang sudah umum digunakan di masyarakat memiliki potensi

toksik, seeperti yang tercantum pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Produk herbal dengan potensi toksik.2,23

Produk herbal Manfaat Efek toksik

Chaparral (Larrea tridentate) Antimikroba, anti-aging,

merawat kulit

Hepatitis akut, kolestasis, nekrosis

hepatoselular

Germander (Teucrium genus) Antiseptik, antipiretik,

abdominal ailments, obesitas

Hepatitis akut, nekrosis

sentrizonal, penyakit liver kronis

dengan sirosis

Pennyroyal (Mentha pulegium,

Hedeoma pulegioides)

Emmenagogue, abortifacient,

anti-kutu untuk hewan

peliharaan

Nekrosis sentrizonal

Glue thistle (Atractylis

gummifera)

Emetik, diuretik, antipiretik Nekrosis sentrizonal, nekrosis

parasinar

Jin bu huan (Lycopodium

serratum)

Sleeping aid, analgesik Hepatitis akut, hepatitis kronis,

steatosis mikrovesikular

Kava (Piper methysticum) Stress relief, anti-anxietas,

sleeping aid, premenstrual

syndrome

Hepatitis akut, hepatitis fulminan

Mistletoe (Phoradendron dan

Viscum geni)

Digestive aid, heart tonic,

sedatif

Hepatitis akut

Royal jelly (Apis mellifera) Tonik Bronkospasme

Poke root (Phytolacca

americana)

Antireumatik Gastritis hemoragik

Ma-Huang (Ephedra sp.) Membantu diet, stimulan, Toksik terhadap sistem saraf pusat

Page 26: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

11

Produk herbal Manfaat Efek toksik

bronkodilator dan jantung

Aconite (Aconitum sp.) Analgesik Toksik terhadap jantung dan sistem

saraf pusat

Borage (Borago officinalis) Anti-inflamasi, diuretik Hepatotoksisitas

Dragana, et al (2014) melakukan studi untuk melihat efek akut dari

penggunaan ekstrak zaitun dosis tinggi pada tikus yang menderita hipertensi tanpa

intervensi dan tikus Wistar normotensi. Studi tersebut mengemukakan bahwa ekstrak

daun zaitun dosis tinggi menginduksi efek hipotensif sedang pada kelompok tikus

hipertensi, namun tidak memberikan efek yang membahayakan pada hemodinamik

(digambarkan melalui pTBAR/lipid peroxidation in plasma dan SOD/superoxide

dismutase) pada kedua kelompok.12

Studi lain menyebutkan bahwa feeding dose

(0.2-0.9%) ekstrak daun zaitun selama 6 minggu pada tikus Wistar dapat

menginduksi hematologi dan biokimia, seperti abnormalitas hepatoseluler dan renal.12

Dalam mengidentifikasi efek samping suatu herbal, perlu dipertimbangkan

aspek esktrinsik dari herbal selain kandungan intrinsiknya. Toksisitas herbal juga

dapat disebabkan karena kontaminasi, gangguan pencampuran, dan kesalahan

identifikasi tanaman.1 Kontaminan saat pengolahan herbal, seperti arsenik, cadmium,

plumbum (lead) atau merkuri perlu dipertimbangkan.2

2.3.Hepar

2.3.1. Anatomi Hepar

Hepar adalah organ visera terbesar dalam tubuh. Pada mencit, berat hepar

dapat mencapai 2 gram atau sekitar 6% dari berat badan mencit. Sedangkan hepar

manusia memiliki berat sekitar 1.500 gram atau 2% dari total berat badan. Secara

letak anatomi, hepar manusia berbeda dengan mencit. Pada manusia, hepar terutama

terletak di regio hipokondrium dextra dan epigastrium, serta meluas ke dalam regio

Page 27: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

12

hipokondrium sinistra. Sedangkan pada mencit, hepar membentang sepanjang celah

subdiafragma. Namun, hepar mencit memiliki struktur dan jumlah lobus yang sama

dengan hepar manusia.24

Hepar memiliki 2 lobus, yakni lobus dextra dan sinistra

hepatis yang dipisahkan oleh fossa vesicae biliaris dan vena cava inferior.

Berdasarkan ukurannya, lobus dexter lebih besar daripada lobus sinister hepatis.

Selain itu, terdapat pula lobus-lobus kecil yang menjadi bagian dari lobus dexter

hepatis, yaitu lobus caudatus dan lobus quadratus. Ilustrasi organ hepar mencit

dipaparkan pada gambar 2.2.25

Lobus quadratus terletak di pars anterior facies visceralis hepar dan dibatasi di

sisi kiri oleh fissura ligament teretis dan pada sisi kanan oleh fossa vesicae biliaris.

Lobus caudatus terletak di pars posterior facies visceralis hepar. Struktur ini dibatasi

di sisi kiri oleh fissura ligament venosa dan di sisi kanan oleh sulcus vena cavae

(inferior).25

Dalam hal vaskularisasi, hepar disuplai oleh beberapa arteri yaitu arteria

hepatica dextra dari arteria hepatica propia dan arteria hepatica sinistra dari arteria

hepatica propia. Kedua arteri tersebut merupakan cabang dari arteria hepatica

communis dari truncus coeliacus.25

Truncus coeliacus sendiri menerima darah dari

aorta abdominalis.26

Gambar 2.2. Anatomi hepar.

Sumber: Comparative Anatomy and Histology – Liver and Gallbladder, 2012

Page 28: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

13

2.3.2. Histologi Hepar

Komponen struktural hepar meliputi parenkim, stroma, sinusoid dan celah

sinusoid seperti pada gambar 2.3. Parenkim, terdiri dari susunan lempeng hepatosit,

yang pada orang dewasa lempeng tersebut terdiri atas satu baris sel yang dipisahkan

oleh kapiler sinusoid dan tersusun radial terhadap vena sentral. Pada individu yang

lebih muda berusia di atas 6 tahun, lempeng tersebut disusun oleh dua baris sel.

Stroma, merupakan jaringan ikat yang nantinya juga akan membentuk simpai yang

membungkus hepar, yakni kapsula Glisson. Pembuluh darah, saraf, pembuluh

limfatikus, dan duktus biliaris menjalar ke dalam hepar melalui stroma jaringan ikat

ini. Sinusoid, celah di antara lempeng hepatosit yang mengandung komponen

mikrovaskular. Sinusoid ini terdiri atas lapisan diskontinu sel endotel bertingkap.

Celah perisinusoid (celah Disse), merupakan celah antara epitel sinusoid dan

hepatosit. Mikrovili hepatosit menonjol ke dalam celah tersebut untuk pertukaran sel

hepatosit dengan plasma.26,27

Terdapat tiga cara untuk menggambarkan struktur hepar dalam

mendeskripsikan berbagai jenis fungsi hepatosit – termasuk sekresi faktor protein ke

dalam darah, sekresi komponen empedu, serta pengangkutan oksigen dan senyawa

kecil lainnya dari darah.26

Ketiga macam konsep tersebut adalah lobulus klasik hati

(classic hepatic lobule), lobulus porta (portal lobule), dan asinus hati (liver acinus).27

Lobulus klasik hati adalah cara tradisional untuk menggambarkan susunan

parenkim hepar yang relatif mudah untuk divisualisasikan. Struktur ini terdiri dari

anastomosis lempeng hepatosit dan didasarkan pada distribusi dari venula porta dan

arteriol hepatik sebagai sudut dari struktur yang berbentuk heksagonal ini. Pada setiap

pusat lobulus, terdapat vena sentral yang ukurannya relatif lebih besar dibandingkan

dengan venula porta. Vena sentral inilah yang menjadi muara dari aliran vaskular di

sinusoid.27

Pada beberapa hewan mamalia, seperti babi, lapisan jaringan ikat yang

mengelilingi tiap lobulus lebih tebal sehingga memudahkan untuk mengidentifikasi

struktur ini. Lobulus klasik hati mampu menjelaskan aliran darah dari area trias porta

Page 29: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

14

-yang terdiri dari cabang vena porta, arteri hepatica, dan duktus biliaris- yang melalui

hepatosit hingga bermuara di vena sentral. Pemikiran mengenai konsep ini

menekankan fungsi endokrin struktur yang membentuk faktor untuk ambilan

plasma.26

Pada tepi kanal porta terdapat celah antara stroma jaringan ikat dan

hepatosit, celah sempit ini disebut sebagai celah periportal (space of Mall). Celah ini

dianggap sebagai salah satu tempat cikal bakal keberadaan limfatik di hepar.27

Lobulus porta adalah konsep yang digunakan untuk menggambarkan fungsi

eksokrin dari hepar yakni sekresi empedu. Morfologi dari lobulus porta menampilkan

duktulus biliaris dari trias porta di bagian tengah yang melibatkan beberapa lobulus

hepar sehingga secara kasar akan membentuk segitiga dengan vena sentral pada

ketiga lobulus klasik sebagai sudutnya. Konsep ini mampu menjelaskan mengenai

struktur parenkim hepar yang secara berlawanan dengan arah aliran darah

mengalirkan empedu dalam menjalankan fungsinya sebagai organ eksokrin.26,27

Asinus hati merupakan bentuk yang merepresentasikan unit fungsional

terkecil dari parenkim hepar. Aksis pendek dari asinus ini digambarkan oleh cabang

terminal trias porta yang membentang di tepi antara dua lobulus klasik. Aksis panjang

ditentukan dari dua vena sentral yang terdekat dari aksis pendek. Konsep ini

menekankan sifat suplai darah ke hepatosit dan gradient oksigen dari arteri hepatica

yang bercabang ke vena sentral. Hepatosit-hepatosit dalam konsep asinus

dikategorikan dalam tiga zona elliptical yang mengelilingi aksis pendek. 26,27

Zona 1 adalah susunan hepatosit yang terdekat dengan aksis pendek dan

suplai darah dari arteri hepatica. Zona ini memperoleh paling banyak oksigen dan

nutrien, sehingga mudah untuk melaksanakan sebagian besar fungsi yang

memerlukan metabolism oksidatif seperti sintesis protein. Jika terjadi gangguan

sirkulasi, Sel dalam zona ini paling cepat beregenerasi dan mati paling lambat. Sel

disini paling cepat mengalami perubahan morfologi ketika terjadi oklusi duktus

biliaris (bile stasis) maupun adanya senyawa toksik. 26,27

Page 30: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

15

Zona 3 adalah yang terjauh dari aksis pendek, dengan kata lain yang paling

dekat dengan vena sentral. Zona ini memperoleh paling sedikit oksigen dan nutrient.

Hepatosit dalam zona ini merupakan tempat untuk glikolisis, pembentukan lipid,

biotransformasi obat, dan merupakan hepatosit pertama yang mengalami akumulasi

lemak dan nekrosis iskemik. Sel-sel inilah yang paling akhir dalam merespon

senyawa toksik dan keadaan bile stasis.26,27

Zona 2 memiliki kisaran pertengahan dalam hal morfologi dan fungsi

metabolik antara zona 1 dan zona 3. Sel dalam zona ini memiliki variasi normal, baik

aktivitas enzimatik, jumlah dan ukuran organel sitoplasmik, serta ukuran deposit

glikogen sitoplasmik.26,27

Pembagian zona ini penting untuk mendeskripsikan dan

menginterpretasikan pola degenerasi, regenerasi, dan efek toksik dari suatu senyawa

yang dapat dikaitkan dengan derajat perfusi vaskular terhadap sel hepar.27

Suplai darah untuk parenkim hepar dilakukan oleh pembuluh darah yang

menempati celah porta, yang disebut juga dengan pembuluh darah interlobular.

Pembuluh darah tersebut akan melewati celah yang dinamakan sinusoid. Vena porta

membawa darah yang berasal dari organ digestif dan mayoritas organ abdominal

lainnya dan arteri hepatica yang merupakan cabang dari trunkus coeliacus dari aorta

abdominalis yang kaya oksigen. Darah dari kedua sumber ini bercampur sesaat

sebelum terjadinya perfusi ke hepatosit dan selanjutnya mengalir menuju vena sentral

secara sentripetal. Vena sentral dari setiap lobulus klasik hati akan terkoneksi menjadi

vena yang lebih besar, yakni vena sublobular, kemudian vena-vena sublobular akan

berkonvergen menjadi vana hepatic yang lebih besar yang akhirnya mengalirkan

darah ke vena cava inferior.27

Secara histologi, struktur vena porta sama seperti vena pada umumnya.

Diameter lumennya lebih besar daripada arteri yang setara dengannya. Struktur dari

arteri hepatica juga sama seperti arteri lainnya yang memiliki dinding muskular yang

tebal. Vena sentral yang menerima darah dari aliran sinusoid juga merupakan

pembuluh berdinding tipis layaknya vena pada umumnya. Endotel vena ini dikelilingi

Page 31: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

16

jaringan ikat tipis yang tersusun spiral. Sedangkan vena sublobular memiliki jaringan

ikat yang berbeda, yakni mengandung serat kolagen dan elastis.27

Sinusoid dikelilingi dan ditunjang selubung serat retikular halus.26

Selain sel

endotel, ada sel lain yang berhubungan dengan sinusoid, yakni makrofag stelata atau

disebut dengan sel Kupffer. Scanning electron microscope (SEM) dan transmission

electron microscope (TEM) menunjukkan bahwa sel ini ditemukan di antara endotel

dan permukaan luminal sinusoid. Sel Kupffer yang berasal dari monosit ini turut

andil dalam sistem fagositosis mononuklear.27

Fungsi utamanya dalah

menghancurkan eritrosit tua, menggunakan ulang heme, menghancurkan bakteri atau

debris, dan sebagai antigen presenting cell pada imunitas adaptif.26

Hal ini dibuktikan

dengan keberadaan fragmen eritrosit dan ferritin dalam sitoplasma sel Kupffer.27

Menurut Lopez, et al (2011) sel Kupffer dapat ditandai dengan mikrosfer lateks

berukuran 0.02 sampai 0.2 µm. Pada studi sebelumnya, disebutkan bahwa sel Kupffer

lebih banyak ditemukan di area porta dan ukurannya lebih besar daripada di sekitar

vena sentral.28

Sel ini mempunyai inti besar yang berbentuk bulat (ovoid) dan

sitoplasma dalam jumlah yang besar. Sel Kupffer terproyeksi ke dalam lumen seolah

menutup sinusoid, namun sel ini tidak menutup celah tersebut karena konturnya yang

bergerigi.27

Dalam celah perisinusoid, terdapat sel stelata hepatic (sek Ito). Sel ini

mengandung droplet kecil lipid yang menyimpan vitamin A dalam bentuk retinyl

ester. Vitamin A keluar dapat dikeluarkan dari sel ini sebagai retinol yang terikat

dengan retinol-binding protein (RBP), yang kemudian ditranspor ke retina guna

membentuk pigmen sel batang dan kerucut retina.27

Plasma yang terisa di celah perisinusoid dialirkan ke celah periportal (space of

Mall). Dari tempat ini, cairan mengalir ke pembuluh limfatikus yang berjalan

bersama komponen lain dari trias porta. Cairan limfatik mengalir searah dengan

aliran empedu (dari level hepatosit ke celah porta) menuju pembuluh yang lebih besar

kemudian ter-drainase di duktus thorasikus.27

Page 32: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

17

Hepatosit merupakan sel poligonal besar dengan diameter 20 sampai 30 µm.

Pada sediaan yang dipulas dengan hematoksisilin dan eosin (H&E), sitoplasma

hepatosit bersifat eosinofilik karena banyaknya mitokondria, yang berjumlah hingga

2000 per sel.26

Sumber lain mengatakan bahwa jumlah mitokondria 800-1000 per sel.

Hepatosit memiliki inti sferis besar dengan dua atau lebih nucleolus. Kebanyakan sel

ini bersifat tetraploid. Pada pewarnaan H&E yang baik, glikogen juga dapat terlihat di

stoplasma hepatosit sebagai ruang irregular yang tampak seperti busa.27

Hepatosit

dapat mengandung pigmen sitoplasma seperti lipofusin, hemosiderin, pigmen

empedu, copper. Inti hepatosit berbentuk bulat dengan dengan kontur inti yang halus,

kromatin yang menyebar, dan nukleolus yang mencolok.29

Setiap hepatosit akan berkontak dengan dinding sinusoid melalui celah Disse,

dan permukaan hepatosit. Di tempat dua hepatosit berkontak, terbentuk celah tubular

yang dinamakan kanalikulus biliaris. Elemen apparatus Golgi terkonsentrasi di dekat

kanalikulus biliaris, hal ini diyakini sebagai alasan bahwa organel ini berhubungan

dengan sekresi empedu.27

Arsitektur lobulus hepar mencit memiliki kemiripan dengan lobulus hepar

manusia. Hanya saja, hepar mencit mempunyai ukuran lobulus yang lebih kecil,

jumlah jaringan ikat lebih sedikit, dan area porta tampak kurang jelas pada sediaan

histologi seperti yang terlihat pada gambar 2.4. dan 2.5. Meskipun mengalami cedera

hebat, hepar mencit tidak menunjukkan gambaran khas sirosis seperti berkas tebal

kolagen yang mengelilingi vena porta dan vena sentral serta hilangnya parenkim

hepar dan regenerasi nodular. Oleh karena itu, pewarnaan Masson’s trichrome

diperlukan untuk mendeteksi dan menghitung fibrosis yang terjadi pada tikus yang

mengalami cedera hepar.24

Page 33: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

18

Gambar 2.3. Gambaran histologi hepar manusia memperlihatkan (S) sinusoid, (KC)

sel Kupffer, (CV) vena sentral, (F) fibrolas dan (EN) sel endothelial. 500x; inset

800x. H&E.

Sumber: Histology – a Text andAtlas – with Correlated Cell and Molecular Biology, 2011

Gambar 2.4. Perbandingan hepar mencit dan manusia pada perbesaran rendah. (A)

Area porta (panah) Nampak kurang jelas pada hepar mencit. (B) Area porta (B) pada

hepar manusia dapt dengan mudah diidentifikasi dengan perbesaran yang sama.

Sumber: Comparative Anatomy and Histology – Liver and Gallbladder, 2012

Page 34: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

19

Gambar 2.5. Perbandingan hepar mencit dan manusia, area porta. Hepar manusia (B)

memiliki jumlah jaringan ikat kolagen yang lebih banyak daripada hepar mencit (A).

Sumber: Comparative Anatomy and Histology – Liver and Gallbladder, 2012

2.3.3. Fisiologi Hepar

Baik pada manusia maupun mencit, hepar adalah organ metabolik terbesar

dan terpenting di dalam tubuh. Perannya dalam sistem pencernaan yaitu sekresi

garam empedu yang membantu pencernaan lemak. Selain itu, hati juga memiliki

berbagai fungsi yakni sebagai tempat pemprosesan metabolik kategori-kategori utama

nutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) setelah zat-zat ini diserap dari saluran cerna;

mendetoksifikasi atau menguraikan zat sisa tubuh dan hormon serta obat dan

senyawa asing lain; membentuk protein plasma, termasuk protein yang digunakan

untuk pembekuan darah yang mengangkut hormon steroid dan tiroid serta kolesterol

dalam darah, dan angiotensin yang penting dalam SRAA yang mengonservasi garam;

menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin; mengaktifkan

vitamin D, yang dilakukan hati bersama dengan ginjal; mengeluarkan bakteri dan

eritrosit tua, berkat adanya makrofag residen (sel Kupffer); mensekresi hormon

trombopoietin, hepsidin, IGF-1 (insulin-like growth factor 1); memproduksi protein

fase akut yang penting dalam inflamasi serta mengekskresi kolesterol dan bilirubin.

Bilirubin adalah produk penguraian yang berasal dari destruksi eritrosit tua.15

Page 35: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

20

Namun, terdapat perbedaan dari kedua spesies ini yang merefleksikan level

morfologis. Pada mencit, dengan cepat menyimpan glukosa dari system pencernaan

dalam bentuk glikogen di hepatosit sentrilobular. Hal ini menyebabkan peningkatan

tekanan osmotic sitoplasma dan menimbulkan peningkatan ambilan air dan clearing

sitoplasma. Perubahan yang sebenarnya normal ini kadang dikaitkan dengan

degenerasi hidropik. Perbedaan lain yakni dalam proses molekular dan detoksifikasi.

Mencit yang distimulasi dengan metabolit PPAR-α lebih cenderung berakibat tumor

hepar. Sedangkan pada manusia, pemberian obat agonis PPAR-α justru memperbaiki

profil lipid dengan sedikit efek samping.24

Meskipun hepar memiliki beragam fungsi yang kompleks, sel-sel hati

(hepatosit) tidak banyak mengalami spesialisasi. Setiap hepatosit melakukan beragam

tugas metabolik dan sekretorik yang sama. Spesialisasi ditimbulkan oelh organel-

organel yang sangat berkembang dalam hepatosit. Fungsi yang tidak dilakukan oleh

hepatosit adalah aktivitas fagosit, hal ini dilakukan oleh sel Kupffer.15

Hepar dipersarafi oleh kedua macam saraf otonom, simpatik dan

parasimpatik. Saraf tersebut masuk ke hepar melalui kanal porta. Serat saraf simpatik

menginervasi pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi vaskular, menurunkan

volume darah hepatic, serta secara cepat meningkatkan glukosa serum. Saraf

parasimpatik menginervasi duktus (yang mengandung otot polos) dan mungkin

pembuluh darah. Stimulasi parasimpatik menyebabkan peningkatan ambilan dan

penggunaan glukosa. Badan sel dari saraf parasimpatik sering terlihat di dekat porta

hepatic.27

2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap Jejas

Jejas sel dapat disebabkan oleh berbagai stress, mulai dari trauma fisik sampai

defek gen tunggal. Sebagian penginduksi jejas sel dapat digolongkan menjadi

deprivasi oksigen, bahan kimia, agen infeksius, reaksi imunologi, defek genetik,

ketidakseimbangan nutrisi, agen fisik, dan degenerasi. Semua bahan kimia dapat

Page 36: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

21

menyebabkan jejas. Zat yang tak berbahaya, seperti glukosa atau garam jika

terkonsumsi atau terpajan dalam jumlah banyak juga akan bersifat toksik dan

menimbulkan cedera sel.9

Sel merupakan partisipan aktif yang berespon dan menyesuaikan diri terhadap

perubahan dan stress ekstrasel dalam upaya mempertahankan homeostasis.9 Inflamasi

didefinisikan sebagai respon fisiologis tubuh terhadap berbagai rangsangan seperti

infeksi dan cedera jaringan. Inflamasi dapat lokal, sistemik, akut, dan kronis yang

menimbulkan kelainan patologis.30

Ketika terjadi inflamasi akut, respon pertama

tubuh adalah dengan meningkatkan perpindahan plasma dan leukosit, terutama sel

granulosit atau polimormonukleus seperti neutrofil, eosinofil, dan basofil akan ditarik

secara kemotaksis dan mengalami diapedesis menuju sel yang cedera. Leukosit lain

seperti monosit dan limfosit juga berperan dalam respon terhadap jejas yang

terjadi.15,31

Respon adaptasi tubuh terhadap injury mempengaruhi pertumbuhan dan

diferensiasi sel. Perubahan tersebut dapat berupa penurunan ukuran dan aktivitas

metabolik sel (atrofi), peningkatan ukuran dan aktivitas fungsi sel (hipertrofi),

peningkatan jumlah sel (hiperplasi), maupun perubahan fenotip sel (metaplasia).

Respon adaptif tersebut dapat reversibel dalam artian ketika stress sudah berkurang

ataupun hilang maka sel tersebut dapat kembali pada fungsi semula. Namun ketika

stress terlalu besar ataupun pajanan terjadi terus-menerus, maka respon sel menjadi

lebih progresif berupa adaptasi irreversibel, dan akhirnya dapat berujung pada

kematian sel. Kematian sel sendiri dapat dibagi menjadi 2 yakni apoptosis (kematian

sel yang sudah terjadwal) dan nekrosis (kematian patologis).9 Perbedaan mekanisme

molekuler yang terlibat dalam proses kematian sel menyebabkan perbedaan

morfologi pada sel yang terlibat. Apoptosis memiliki karakteristik khas berupa

fenomena penyusutan sel, dan adanya pembengkakan pada organel sel yang

menyebabkan ruptur sel pada mekanisme nekrosis.32

Page 37: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

22

Kematian sel melalui mekanisme apopotosis dianggap sebagai sesuatu yang

accidental dan tidak terprogram. Sebagaimana jejas sel pada umumnya, nekrosis

dapat disebabkan oleh faktor stress seluler seperti deprivasi oksigen, sitokin, iskemia,

panas, irradiasi, dingin, patogen, dan toksin. Stimulus ini dapat memicu peningkatan

ROS yang menginduksi kerusakan biomolekuler menuju proses nekrosis. Secara

morfologi nekrosis sel tampak sebagai pembengkakan membran sel yang diikuti

konsolidasi kromatin dan degradasi DNA irreguler, dilatasi membran sitoplasma dan

organel yang menyebabkan keluarnya organel sel dan sitoplasma ke ruang

ekstraseluler. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan masif pada sel sekitar,

memicu reaksi inflamasi, dan reaksi imun yang berakhir dengan nekrosis sel seperti

yang digambarkan pada gambar 2.6.32

Gambar 2.6. Karakteristik morfologis nekrosis meliputi pembengkakan membran

organel, degradasi DNA, dan keluarnya komponen sitoplasma yang mempengaruhi

sel sekitar, menyulut respon inflamasi.

Sumber: Cell Death – Autophagy, Apoptosis and Necrosis – Necrosis as Programmed Cell Death,

2015

2.5.Respon Hepar terhadap Bahan Kimia atau Herbal

Council for International Organizations of Medical Sciences (CIOMS)

membuat klasifikasi dan kriteria untuk liver injury seperti pada tabel 2.2.

Page 38: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

23

Tabel 2.2. Kriteria untuk terminologi drug-induced liver injury.2

Terminologi Kriteria

Hepatocellular injury Peningkatan ALT > dua kali normal, atau ALT/ALP ≥5

Cholestatic injury Peningkatan ALP >dua kali normal, or ALT/ALP ≤2

Mixed injury ALT dan ALP menurun, dan 2<ALT/ALP<5

Acute injury Perubahan di atas terjadi <3 bulan

Chronic injury Perubahan di atas terjadi >3 bulan

Chronic liver disease Ditegakkan setelah konfirmasi histologis

Terdapat beberapa pola morfologi yang dapat diobservasi pada acute

hepatocellular injury, seperti hepatitis akut, nekrosis dan resolving hepatitis.

Hepatitis akut, karakteristik khusus acute hepatocellular injury adalah inflamasi porta

dan parenkim, hepatocellular injury, dan/atau nekrosis. Tidak ditemukan fibrosis.

Sisi regeneratif memperlihatkan hepatosit binuclear dan lempeng sel yang tebal. Sel

Kupffer yang prominen tampak di dalam sinusoid. Istilah ―hepatitis kolestasis‖

digunakan ketika perubahan morfologis disertai dengan adanya kolestasis.2 Nekrosis,

keadaan ini dapat terjadi pada satu hepatosit (spotty necrosis) atau sekelompok

hepatosit (confluent necrosis). Pada beberapa kasus, nekrosis konfluen dapat terjadi

pada zona tertentu dan membantu diagnosis. Nekrosis pada zona 3 (sentrizonal)

menandakan etiologi berasal dari asetaminofen, halotan, dan toksin seperti karbon

tetraklorida. Nekrosis pada zona 1 dan 2 jarang terjadi. Toksin seperti kokain dan

sulfat ferosus biasanya mempengaruhi zona 1, sedangkan berilium mempengaruhi

zona 2. Nekrosis yang luas dapat mengakibatkan gagal hati akut.2 Resolving hepatitis,

apabila biopsi dilakukan setelah perjalanan penyakit, hepatocellular injury dan

inflamasi tampak minimal. Keberadaan makrofag dalam jumlah banyak di makrofag

dapat membantu mendiagnosis kondisi ini.2

R. Arantes-Rodrigues, et al (2011) melakukan studi mengenai efek dari

pemberian beberapa konsentrasi ekstrak daun zaitun (0%, 0.25%, 0.50%, dan 0.75%)

Page 39: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

24

dalam jangka waktu 14 minggu terhadap fungsi hepar mencit menemukan bahwa

terdapat peningkatan signifikan aktivitas alanine aminotransferase dan alkaline

phosphatase serum enzyme, serta gambaran fibrosis pada kelompok dengan dosis

tertinggi (0.5 dan 0.75%), serta terlihat peningkatan ekspresi kolagen yang terlihat

dengan pewarnaan Masson’s trichome. Semua kelompok memperlihatkan perubahan

makroskopik yaitu greenish liver staining dan gambaran mikroskopik hiperplasia

dari duktus biliaris, kolestasis, nekrosis hepatosit, dan infiltrasi sel radang. Kelompok

perlakuan dengan dosis tertinggi menunjukkan angka kematian dan variasi ponderal

homogeneity index (PH) tertinggi. Selain itu, kelompok tersebut menunjukkan angka

mitosis tertinggi pada pengamatan histopatologi. Semua kelompok kecuali kelompok

control memperlihatkan peningkatan ekspresi retikulin di parenkim hepar dan celah

porta.13

Sawsan, et al (2012) menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun zaitun 0.9%

selama 6 minggu menunjukkan vakuolisasi sitoplasma hepatosit, nekrosis

hepatoselular, dan peningkatan area perdarahan di ginjal. Penulis berpendapat bahwa

penggunaan ekstrak daun zaitun dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama perlu

diperhatikan.33

2.6. Respon Hepar terhadap Pemberian Ovalbumin

Putih telur mengandung 9.7-12% protein, ovalbumin merupakan salah satu

protein yang terkandung di dalamnya. Ovalbumin merupakan kandungan tertinggi

dengan berat kering 54% dari total protein. Terdapat tiga jenis fraksi dalam

ovalbumin, yaitu ovalbumin A1, A2, dan A3 yang dapat dideteksi menggunakan gel

elektroforesis. Ovalbumin memiliki 4 gugus sulfihidril bebas dan gugus disulfide.

Protein ovalbumin dapat mengalami denaturasi dengan paparan panas, absorpsi

permukaan, atau agen denaturasi lain.34

Secara farmakologi, pemberian suatu zat yang yang diberikan secara inhalasi

(dalam bentuk aerosol), secara klinis sekitar 10%-20% akan masuk ke dalam saluran

Page 40: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

25

pernafasan, dan 80%-90% sisanya akan tertelan dan diabsorbsi pada saluran

pencernaan, yang kemudian akan masuk ke sistem sirkulasi dan menimbulkan

berbagai macam efek pada tubuh. 35

Menurut Amjad, et al (2011), sensitisasi

ovalbumin dapat menyebabkan cedera pada hepar dengan derajat sedang dan juga

peningkatan level ALT. Cedera hepar ini berkaitan dengan peningkatan adhesi

limfosit.36

2.7. Asma

Asma adalah keadaan patologi dimana saluran napas mengalami inflamasi.

Pada penderita asma episode berulang, saluran napas mengalami inflamasi kronik

sehingga menyebabkan respon berlebihan terhadap berbagai pajanan. Manifestasi

dari episode ini berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, serat batuk terutama

malam atau dini hari. Episode tersebut berhubungan dengan luasnya obstruksi saluran

napas dan seringkali bersifat reversibel.9

Asma termasuk dalam reaksi hipersensitivitas tipe 1, dimana reaksi ini

memiliki tiga fase, yakni sensitisasi, aktivasi, dan efektor. Fase sensitisasi adalah

proses pajanan antigen pertama kali sampai sel B plasma memproduksi IgE.30

Banyak

penelitian yang telah membuktikan bahwa sensitisasi menggunakan ovalbumin

mampu menginduksi peningkatan IgE, sitokin inflamasi, dan akhirnya menimbulkan

reaksi hipersensitivitas.37

Fase aktivasi adalah waktu yang dibutuhkan IgE untuk

berikatan dengan reseptor FcRɛ pada paparan antigen yang kedua dan fase efektor

adalah waktu dimana terjadinya degranulasi sel mast dan pengeluaran produk dari sel

basofil.30

Pelepasan IL-13 yang menstimulasi sel Goblet pada daerah submukosa

bronkus menyebabkan peningkatan sekresi mucus di saluran napas. Proses inflamasi

juga menyebabkan stimulasi reseptor vagal yang berada di daerah subepitel, termasuk

yang dimediasi oleh serat saraf C tak bermielin, yang menyebabkan terjadinya

kontraksi otot polos sehingga menimbulkan keadaan bronkokonstriksi. Selain itu,

keluarnya granul sel mast menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas

Page 41: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

26

vaskular dan juga vasodilatasi. Ketiga hal tersebut merupakan reaksi yang terjadi

dalam fase awal asma.9

Dalam pengobatan kedokteran, terapi farmakologis untuk asma menggunakan

agonis adrenoreseptor atau agen simpatomimetik yang memiliki efek bronkodilator

sebagai reliever dan kortikosteroid yang memiliki efek anti-inflamasi sebagai

controller. Regimen seperti epinefrin, albuterol, terbutalin, metaproterenol,

pirbuterol, salmeterol, dan formoterol mampu mendilatasi bronkus pada penderita

asma. Inhalasi obat simpatomimetik menimbulkan kekhawatiran akan timbulnya

aritmia jantung dan hipoksemia pada penggunaan akut serta takifilaksis dan toleransi

jika diberikan berulang. Obat agonis selektif reseptor B2 dapat menurunkan tekanan

oksigen arteri (PaO2), efek ini tentu akan semakin lebih besar pada agonis B kerja-

lama.23

Page 42: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

27

2.8. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Pengukuran Alat Ukur Skala

Dosis

ekstrak

daun zaitun

Jumlah dosis

ekstrak daun zaitun

yang diberikan

secara oral pada

mencit dalam

satuan mg per berat

(BB)

Menimbang berat

mencit kemudian

hitung dosis

100/mg/kgBB

dan 200mg/KgBB

Timbangan Numerik

Persentase

hepatosit

dengan

nukleus

abnormal

Jumlah nukleus

hepatosit dengan

bentuk tidak

bulat/oval,

disintegritas tepi

nukleus, warna

tidak ungu, dan

ukuran diatas 8µm

Pada perbesaran

400x foto dibuka

dengan ImageJ

dan dihitung

jumlah nukleus

hepatosit

abnormal dibagi

jumlah

nukleushepatosit

total

ImageJ

versi 1.5

Numerik

Page 43: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

28

2.9. Kerangka Teori

Cedera letal

Nekrosis hepatosit

Cedera subletal

Sensitisasi ovalbumin +

alum (adjuvant)

intraperitoneal

Pembentukan

IgE spesifik-

OVA

Opsonisasi

Pajanan antigen kedua

Induksi dengan inhalasi

ovalbumin

IgE berikatan dengan

reseptor FcRɛ pada sel

mast

Peningkatan titer

IgE spesifik-OVA

Pelepasan mediator

inflamasi

Organ hepar

Disfungsi hepar

Organ pernapasan

Stimulasi sel

Goblet

Peningkatan

produksi mukus

Peningkatan

permeabilitas

vaskular

Vasodilatasi

Kontraksi otot

polos bronkus

Pemberian ekstrak etanol

daun zaitun (Olea europaea

L.) per oral

Zat aktif daun

zaitun

Stimulasi serat

sensori C

Flavonoid

Polifenol

Asma

Luteolin

-

Page 44: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

29

2.10. Kerangka Konsep

Ovalbumin Terapi ekstrak

zaitun oral

Histo PA

H&E

Abnormalitas

hepatosit

Mencit BALB/c

Asma

Toksisitas

Hepar

Page 45: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimental.

Penelitian ini menggunakan mencit jantan strain BALB/c yang diinduksi ovalbumin.

Kemudian diberikan ekstrak daun zaitun selama 7 hari dengan 2 jenis dosis, yaitu

100mg/kgBB dan 200mg/kgBB. Mencit selanjutnya dinekropsi untuk diambil

jaringan hepar untuk dilihat gambaran histologisnya.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 12 Oktober 2015 sampai 30 Juni 2016.

Pemeliharaan dan perlakuan mencit dilakukan di Animal House FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pembuatan ekstrak daun zaitun dilakukan di BALITTRO.

Perlakuan dan pengambilan jaringan dilakukan di Laboratorium Farmakologi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembuatan preparat dilakukan di Laboratorium

Histologi FKUI. Dokumentasi foto preparat dan analisis dilakukan di Laboratorium

Histologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3. Alat dan Bahan Penelitian

3.3.1. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: kandang mencit, tempat

makan dan minum mencit, pakan dan minum mencit, perlengkapan kebersihan,

neraca kebersihan, spuit insulin, spuit 1cc, sonde, tabung reaksi, gelas ukur, kandang

untuk nebulasi, nebulizer, minor set, papan bedah, toples untuk eter.

Page 46: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

31

3.3.2. Bahan

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak daun zaitun dengan

dosis 100mg/kgBB dan 200mg/kgBB.

Objek percobaan yang digunakan adalah mencit jantan strain BALB/c

sebanyak 15 ekor melalui perhitungan rumus Mead dengan 5 kelompok perlakuan.38

Perhitungan rumus Mead: E= N-B-T, dengan hasil 3 ekor mencit di setiap kelompok

perlakuan (lampiran 2).

Keterangan:

N = Jumlah total sampel pada penelitian (dikurangi 1)

B = Blocking component bernilai 0 jika tidak ada stratifikasi

T = Jumlah total perlakuan, termasuk kelompok kontrol (dikurangi 1)

E = Degree of freedom of error component, nilainya antara 10-20

Tabel 3.1 Kelompok perlakuan

NO KELOMPOK PERLAKUAN

1. Kontrol PBS i.p. + PBS oral + PBS inhalasi

2. P1 (Ekstrak daun zaitun 100

mg + OVA)

OVA-Alum 50 µg/ml i.p. + Ekstrak

daun zaitun 100 mg/KgBB oral +

OVA inhalasi

3. P2 (Ekstrak daun zaitun 200

mg + OVA)

OVA-Alum 50 µg/ml i.p. + Ekstrak

daun zaitun 200 mg/KgBB oral +

OVA inhalasi

4. P3 (Esktrak daun zaitun 100

mg)

Ekstrak daun zaitun 50 mg/KgBB i.p.

+ zaitun 100 mg/KgBB oral +

Ekstrak daun zaitun inhalasi

5. P4 (Ekstrak daun zaitun 200

mg)

Ekstrak daun zaitun 50 mg/KgBB i.p.

+ Zaitun 200 mg/KgBB oral +

Ekstrak daun zaitun inhalasi

3.3.3. Kriteria Inklusi

1. Kelompok N : mencit jantan strain BALB/c

2. Tidak ada kelainan anatomi sebelum perlakuan

Page 47: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

32

3. Tidak tampak penampakan rambut kusam, rontok, atau botak.

3.3.4. Kriteria Eksklusi

1. Mencit yang betina atau sakit selama penelitian berlangsung.mencit

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun zaitun (Olea

europaea L.) per oral.

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat penelitian ini dalah gambaran mikroskopik hepar mencit

BALB/c.

3.5 Cara Kerja Penelitian

3.5.1. Penyimpanan Simplisa

Daun zaitun diperoleh dari BALITTRO (Balai Penelitain Tanaman Rempah

dan Obat) Bogor, Jawa Barat dalam bentuk ,serbuk halus . Serbuk simplisia disimpan

dalam wadah kering, tertutup rapat dan terlindungi dari cahaya.39

3.5.2. Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak daun zaitun menggunakan metode ekstraksi cara dingin

yaitu dengan remaserasi. Serbuk simplisia dimaserasi dengan pelarut n-heksan dalam

wadah gelap hingga terendam dan ditutup rapat. Sesekali diaduk selama 24 jam pada

suhu kamar. Pergantian pelarut dilakukan setiap 2 sampai 3 hari sekali. Proses

maserasi ini diulang hingga menghasilkan maserat yang berwarna pucat (mendekati

tak berwarna). Maserat yang telah didapat kemudian difiltrasi menggunakan kapas

Page 48: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

33

dan kertas saring hingga didapatkan filtrat. Filtrat dipekatkan dengan vacuum rotary

evaporator sehingga didapatkan ekstrak.39,40

3.5.3. Adaptasi Hewan Coba

Mencit diadaptasikan di Animal House pada hari pertama sampai hari ke-21.

Sampel diadaptasikan terhadap tempat tinggal barunya, pemberian makanan maupun

pemberian minuman. Perlakuan disamakan pada semua mencit .

Menurut Aravind, et al (2012) adaptasi mencit BALB/c untuk dilakukan

sensitisasi asma cukup dilakukan selama 7 hari.41

Adaptasi ini bertujuan semua objek

penelitian tidak dalam kondisi stress dan dalam kondisi yang sama saat dimulai

penelitian.

3.5.4. Sensitisasi Hewan Coba

Sensitisasi dilakukan dengan menyuntikkan ovalbumin dan aluminium

hidroksida (sebagai adjuvan) selama 2 kali, yakni pada hari ke-8 dan hari ke-21.

Setiap mencit disuntikkan secara intraperitoneal sebanyak 50 µg ovalbumin dalam 2

mg Al(OH)3 sebagai adjuvant yang diemulsifikasikan 0.2 ml PBS.41

Sensitisasi ini

bertujuan untuk mengenalkan antigen pertama sehingga nantinya bisa timbul reaksi

inflamasi. Menurut Conrad, et al (2009) pemberian adjuvant ditujukan untuk

meningkatkan IgE dan IgG spesifik OVA dibandingkan non adjuvan.42

Sedangkan

kelompok mencit P3 dan P4 mendapatkan ekstrak daun zaitun 50 mg intraperitoneal.

3.5.5. Pemberian Ekstrak Daun Zaitun terhadap Mencit

Pada hari ke-22, mencit diberikan ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.)

dengan dosis 100mg/kgBB dan 200mg/kgBB secara oral dengan menggunakan sonde

selama 7 hari (hari ke-22 sampai hari ke-29).

Page 49: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

34

3.5.6. Induksi Ovalbumin

Pada hari ke-30 dan hari ke-32, mencit pada kelompok P1 dan P2 diinduksi

dengan nebulisasi ovalbumin 2% dengan dosis 5-7ml/kali/hari selama 20 menit. Pada

hari ke-33, mencit diinduksi dengan nebulisasi ovalbumin 5% dengan dosis 5-

7ml/kali/hari selama 30 menit. Hal ini dilakukan agar ikus benar-benar terinduksi dan

menjadikan mencit dalam kondisi asma.41

Pada kelompok P3 dan P4 setelah diberikan ekstrak zaitun oral selama 7 hari

kemudian dilakukan challenge dengan inhalasi ekstrak daun zaitun 2% 5-7 ml dalam

20 menit selama dua hari. Challenge yang ketiga dengan inhalasi ekstrak daun zaitun

5% 5-7 ml dalam 30 menit.

3.5.7. Pengambilan Organ Hepar

Pada hari ke-33, mencit dipuasakan sebelum dinekropsi pada hari selanjutnya.

Hal ini dilakukan agar tidak banyak makanan tertinggal di organ mencit sehigga tidak

mengganggu proses pemotongan dan pembuatan preparat.

Pada hari ke-34, dilakukan nekropsi pada mencit. Sebelum dinekropsi, mencit

dijadikan lemah dengan larutan eter 95%. Mencit dimasukkan ke dalam toples yang

sudah diberi eter, sehingga eter tersebut akan terinhalasi dan menjadikan mencit

lemah. Dalam nekropsi, eksplorasi dapat dilakukan dengan teknik bedah dari bagian

leher atau abdomen. Mengingat penelitian ini dilakukan bersama pengambilan

jaringan trakea, eksplorasi dimulai dari bagian leher. Setelah trakea diambil,

dilanjutkan pembedahan sampai bagian abdomen sampai seluruh organ bagian hepar

terlihat. Organ hepar kemudian diambildan dimasukkan ke dalam larutan salin yang

selanjutnya akan disimpan dalam larutan formalin.43

Page 50: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

35

3.5.8. Pembuatan Preparat

3.5.8.1. Dehidrasi

Proses dehidrasi dilakukan dengan menggunakan alkohol dari konsentrasi

rendah ke konsentrasi tinggi. Setelah alkohol diencerkan sesuai konsentrasi yang

dibutuhkan, setiap alkohol dengan konsentrasi tertentu di tuangkan ke dalam 3 buah

pot plastik sebanyak setengah volume pot. Setiap pot diberi label dari I sampai III

untuk menandai urutan perlakuan. Jaringan yang telah disimpan dalam formalin

dimasukkan ke dalam pot plastik dengan label I, II, dan III secara berurutan dimulai

dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi yaitu 30%, 50%, 70%, 80%, 90%, 95%

dan alkohol absolut. Kemudian jaringan didiamkan selama 20 menit dalam masing-

masing pot.44,45

3.5.8.2. Clearing

Proses clearing dilakukan untuk menghilangkan alkohol dalam jaringan.

Bahan yang digunakan adalah toluol-alkohol 1:1 dan toluol murni. Jaringan yang

sudah melewati proses dehidrasi dimasukkan ke dalam wadah kaca bertutup yang

berisi toluol-alkohol 1:1 untuk direndam selama 25 menit. Setelah itu digunakan

larutan toluol murni untuk merendam jaringan selama 1 jam.45

3.5.8.3. Embedding

Proses embedding ditujukan untuk menghilangkan cairan dalam jaringan

setelah proses clearing karena cairan tersebut dapat mengkristal di dalam jaringan

dan menyebabkan jaringan mudah robek saat tahap pemotongan. Bahan yang

digunakan yaitu toluol-parafin 1:1 dan parafin murni. Pertama, jaringan didiamkan

dalam larutan toluol-parafin 1:1 yang telah dicairkan dalam 5 wadah kaca selama 24

jam. Kemudian wadah berisi jaringan tersebut dipanaskan untuk mencairkan toluol-

parafin 1:1. Organ selanjutnya dimasukkan ke dalam botol berisi parafin cair yang

Page 51: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

36

telah diberi label sesuai urutan perlakuan selama 15 menit. Perendaman dalam parafin

harus dilakukan dalam inkubator 56-62°C agar parafin tetap cair.

45

3.5.8.4. Pencetakan

Proses pencetakan dilakukan untuk membuat parafin blok. Bahan yang

digunakan yaitu cetakan blok, embedding cassete, dan parafin cair. Parafin cair

dituangkan ke dalam cetakan secukupnya, kemudian jaringan direndam di dalam

cetakan berisi parafin tersebut dan ditelakkan embedding cassette di atasnya.

Selanjutnya untuk merekatkan dituangkan kembali parafin cair dan dibiarkan pada

suhu ruangan hingga blok membeku.45

3.5.8.5. Pemotongan jaringan

Pemotongan jaringan ditujukan untuk memotong blok sesuai dengan

ketebalan yang diinginkan dan dibuat preparat histologis. Alat dan bahan yang

digunakan yaitu mikrotom geser, kaca objek, paraffin waterbath, aquades dan es

batu. Pasangkan blok parafin di holder mikrometer geser, kemudian dipotong dengan

ketebalan 3-4 µm. Hasil potongan jaringan diambil dan direndam pada paraffin

waterbath yang berisi aquades dengan suhu 46°C sambil bentuk irisan dirapikan.

Potongan tersebut diletakkan di atas kaca objek yang telah dioleskan campuran

albumin dan gliserin yang didiamkan selama satu malam. Larutan ini berfungsi

sebagai bahan perekat. Setelah itu, kaca objek dengan jaringan di atasnya disusun

dalam rak khusus dan dimasukkan ke dalam incubator bersuhu 60°C sampai preparat

siap diwarnai.46

3.5.8.6. Pewarnaan Hematoksilin-Eosin

Dalam proses pewarnaan,bahan yang digunakan adalah xyliol, alkohol

absolut, alkohol dengan konsentrasi 70%, 80%, 90% dan 95%, serta aquades,

Hematoksilin-Eosin (HE), dan asam alkohol yang merupakan campuran 200ml

Page 52: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

37

alkohol 70% dengan 2ml HCl. Masing-masing bahan tersebut dituangkan dalam

staining jar sebanyak 200ml.45

Preparat yang telah dibuat kemudian disusun dalam cawan dan direndam

dalam xyliol selama 10 menit sebanyak 2 kali. Kemudian cawan dipindahkan dan

direndam dalam alkohol absolut selama 5menit sebanyak 2 kali. Lalu cawan

dipindahkan dan direndam dalam alkohol 90%, 80% dan 70% masing-masing selama

1 menit dan berurutan mulai dari konsentrasi tertinggi. Selanjutnya cawan

dipindahkan dan direndam dalam aquades selama 4 menit. Setelah itu, cawan

dipindahkan dan direndam dalam pewarna Hematoksilin-Eosin selama 4 menit.

Kemudian cawan dipindahkan dan direndam dalam asam alkohol selama 30 detik.

Lalu, cawan dipindahkan dan direndam dalam aquades selama 1 menit. Setelah itu,

preparat dilihat di bawah mikroskop untuk memeriksa pewarnaan.45

Setelah diperiksa, cawan direndam kembali dalam aquades selama 1 menit

sebanyak 3 kali. Kemudian cawan dipindahkan dan direndam dalam alkohol 70%,

80%, 90% dan alkohol absolut masing-masing selama 1 menit dan berurutan mulai

dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Selanjutnya cawan dipindahkan dan

direndam dalam xyliol selama 3 menit sebanyak 3 kali.45

Segera setelah perendaman dalam xyliol terakhir, preparat ditetesi

kanadalbasam secukupnya, lalu ditutup secara perlahan dan hati-hati dengan cover

glass untuk menghindari terbentuknya gelembung udara. Terakhir, preparat diberi

label sesuai dengan kode perlakuan dan dibiarkan hingga mengering.45

3.5.9. Cara Pengamatan Mikroskop Hepar

Setelah preparat kering, dilakukan dokumentasi preparat. Alat yang digunakan

adalah mikroskop konfokal (Olympus BX41) dan perangkat komputer dengan

software DP2-BSW. Pertama, komputer dan mikroskop dipastikan terkoneksi dengan

baik, kemudian nyalakan keduanya. Preparat diletakkan di meja objek selanjutnya

diamati dengan lensa perbesaran terkecil yaitu 40 kali hingga terlihat jaringan yang

Page 53: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

38

hendak diamati. Kemudian tingkatkan perbesaran menjadi 400 kali dan foto bagian

dari preparat yang diinginkan, lalu simpan file hasil dokumentasi preparat.27

3.5.10. Penghitungan Persentase Kerusakan Hepatosit

Setelah foto selesai diambil, dilakukan analisis jaringan hepar yang

mengalami kerusakan. Penilaian kerusakan yaitu dengan menganalisis hepatosit

dengan nukleus abnormal yang ada pada lapang pandang tanpa vena porta, pembuluh

darah interlobular, dan duktus biliaris.27

Analisis dilakukan pada 5 lapang pandang

besar kemudian dirata-rata. Penghitungan dilakukan dengan bantuan aplikasi ImageJ

versi 1.5. Setelah itu dihitung dengan rumus:

Page 54: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

39

3.6. Alur Penelitian

Mencit tiba di Animal House

Adaptasi selama 7 hari makan dan

minum ad libitum

Kel P3

(PBS+z100)

Kel P1

(z100+OVA) Kel K

(kontrol)

Mencit dibagi menjadi 5 kelompok

Evakuasi organ

hepar

Nekropsi

Sonde ekstrak

daun zaitun (Olea

europaea L.)

200mg/kgBB/hari

selama 7 hari

Sonde ekstrak

daun zaitun (Olea

europaea L.)

100mg/kgBB/hari

selama 7 hari

Sonde PBS

selama 7 hari

Pembuatan

preparat

Pengamatan

mikroskop

Analisa statistik

pada data

Kel P2

(z200+OVA) Kel P4

(PBS+z200)

Sonde ekstrak

daun zaitun (Olea

europaea L.)

100mg/KgBB/hari

selama 7 hari

Sonde ekstrak

daun zaitun (Olea

europaea L.)

200mg/KgBB/hari

selama 7 hari

Challenge dengan inhalasi

PBS Ovalbumin Ovalbumin Daun zaitun Daun zaitun

Dipuasakan satu hari

PBS i.p

Sensitisasi

ovalbumin i.p

Sensitisasi

ovalbumin i.p

Sensitisasi

zaitun i.p

Sensitisasi

zaitun i.p

Page 55: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

40

3.7. Managemen Data

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan eksperimen langsung terhadap

mencit jenis BALB/c yang diberi perlakuan berupa pemberian ekstrak daun zaitun

(Olea europaea L.) dan induksi ovalbumin. Dilakukan juga dengan pencarian literatur

dan tinjauan pustaka untuk mendapatkan informasi mengenai efek daun zaitun

terhadap gambaran histopatologi hepar. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan

data dengan Microsoft Excel dan analisis statistik dengan aplikasi Statistical Product

and Service Solutions (SPSS) versi 22.0.

Uji stastistik yang digunakan adalah Uji Oneway Annova karena penelitian

termasuk analitik komparatif lebih dari dua kelompok. Untuk melakukan uji Oneway

Annova, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas. Jika salah

satu uji tersebut tidak terpenuhi maka dilakukan transformasi data. Ketika uji

transformasi data tidak berhasil maka dilakukan uji Kruskal Wallis.47

Page 56: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan

Penelitian efek pemberian ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) sebagai

terapi asma terhadap hepar mencit BALB/c dibagi menjadi 5 kelompok yaitu

kelompok mencit yang diberikan PBS oral dan challenge dengan inhalasi PBS

sebagai kelompok kontrol (K). Kelompok mencit yang diberikan ekstrak daun zaitun

(Olea europaea L.) 100mg/kgBB per oral dan challenge dengan inhalasi ovalbumin

sebagai kelompok perlakuaan 1 (P1). Kelompok mencit yang diberikan ekstrak daun

zaitun (Olea europaea L.) 200mg/kgBB per oral dan challenge dengan inhalasi

ovalbumin sebagai kelompok perlakuan 2 (P2). Kelompok mencit yang diberikan

ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) 100mg/kgBB per oral dan challenge dengan

inhalasi ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) sebagai kelompok perlakuan 3 (P3).

Kelompok mencit yang diberikan ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.)

200mg/kgBB per oral dan challenge dengan inhalasi ekstrak daun zaitun (Olea

europaea L.) sebagai kelompok perlakuan 4 (P4). Pelakuan dilakukan selama 7 hari.

Gambaran mikroskopik hepar berdasarkan pengelompokan di atas dengan

hasil perhitungan persentase nukleus hepatosit abnormal hepar mencit disajikan pada

gambar 4.1 dan 4.2.

Dari hasil pengamatan mikroskopik, didapatkan hasil bahwa persentase

nukleus hepatosit abnormal meningkat pada kelompok P1 (ekstrak daun zaitun

100mg/KgBB + ovalbumin inhalasi), P2 (ekstrak daun zaitun 200mg/KgBB +

ovalbumin inhalasi) dan P4 (ekstrak daun zaitun 200mg/KgBB + ekstrak daun zaitun

inhalasi). Sedangkan pada kelompok P3 (ekstrak daun zaitun 100mg/KgBB + ekstrak

daun zaitun inhalasi) terlihat persentase nukleus hepatosit abnormal lebih rendah

dibandingkan kontrol. Peningkatan presentase nukleus hepatosit abnormal dapat

mengindikasikan toksisitas terhadap hepar. Secara histologi, abnormalitas struktur sel

Page 57: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

42

Gambar 4.1 Gambaran mikroskopik hepar setelah pemberian ekstrak zaitun pada

mencit BALB/c pewarnaan H&E perbesaran 400x (tanda panah; a. biru: hepatosit

dengan nukleus normal b. kuning: hepatosit dengan nukleus abnormal).

K P1

P2 P3

P4

Page 58: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

43

Gambar 4.2 Grafik persentase kerusakan hepatosit dengan nukleus abnormal setelah

pemberian ekstrak daun zaitun.

dapat dinilai dari nukleus, sitoplasma, maupun membran sel. Nukleus yang

mengalami perubahan ukuran menjadi kecil atau menggembung, warna yang tidak

ungu dengan pewarnaan H&E; sitoplasma yang tidak homogen; dan sel yang tidak

polihedral menggambarkan ciri-ciri jaringan nekrosis.9 Keadaan Animal House yang

tidak ideal juga memungkinkan terjadinya bias pada hasil penelitian. Kebersihan

kandang yang kurang baik, sirkulasi ruangan yang kurang lancar, pemberian makanan

yang dijual bebas di pasaran, dan sumber minum yang menggunakan air keran juga

dapat berpotensi menjadi faktor perancu dalam penelitian ini.

Cedera sel dapat disebabkan oleh deprivasi oksigen, bahan kimia, agen

infeksius, reaksi imunologi, defek genetik, ketidakseimbangan nutrisi, agen fisik dan

degenerasi.9 Dalam proses cedera, sel yang mengalami cedera subletal menunjukkan

manifestasi berupa perubahan degeneratif yang bersifat reversibel, perubahan ini

cenderung melibatkan sitoplasma sel. Namun, jika sudah mengarah pada cedera letal,

nukelus sel juga akan terkena dampaknya, gambaran yang sering terlihat adalah

perubahan integritas nukleus dan pembengkakan.32

K: PBSoral+inhala

si PBS

P1: Zaitun100mg/kgBB+inhalasiovalbumin

P2: Zaitun200mg/kgBB+inhalasiovalbumin

P3: Zaitun100mg/kgBB+inhalasi

zaitun

P4: Zaitun200mg/kgBB+inhalasi

zaitun

Persentase (%) 40.05 65.68 68.52 38.10 63.18

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.00

Pre

sen

tase

nu

kle

us

hep

ato

sit

abn

orm

al (

%)

Perlakuan

* * *

Page 59: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

44

Kelompok P1 (ekstrak daun zaitun 100mg/KgBB + ovalbumin inhalasi) dan

P2 (ekstrak daun zaitun 200mg/KgBB + ovalbumin inhalasi) menunjukkan gambaran

persentase kerusakan hepatosit yang lebih banyak dari kontrol. Ovalbumin

merupakan protein yang dapat mengaktivasi jalur inflamasi. Amjad, et al (2011)

dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ovalbumin dapat meningkatkan level ALT

dan menyebabkan mild liver injury. 36

Pada kelompok P3 (ekstrak daun zaitun 100mg/KgBB + ekstrak daun zaitun

inhalasi) dan P4 (ekstrak daun zaitun 200mg/KgBB + ekstrak daun zaitun inhalasi)

menunjukkan gambaran persentase hepatosit abnormal yang lebih sedikit dari

kelompok ovalbumin. Namun, kelompok P4 (ekstrak daun zaitun 200mg/KgBB +

ekstrak daun zaitun inhalasi) jika dibandingkan dengan P3 (ekstrak daun zaitun

100mg/KgBB + ekstrak daun zaitun inhalasi) menunjukkan persentase hepatosit

abnormal lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh dosis yang diberikan lebih besar.

Penyebab lain yang dapat mempengaruhi hal ini adalah jenis ekstrak zaitun yang

digunakan. Dengan digunakannya ekstrak kasar, tanpa dilakukan destilasi bertingkat

untuk mengambil zat aktif seperti oleuropein dan hidroksitirosol, maka masih ada zat

aktif lainnya yang dapat mempengaruhi kerja hepar.48

Kelompok P3 (ekstrak daun zaitun 100mg/KgBB + ekstrak daun zaitun

inhalasi) menunjukkan presentase hepatosit abnormal yang lebih rendah

dibandingkan kontrol, sedangkan kelompok dengan dosis zaitun lebih tinggi

menunjukkan peningkatan presentase abnormalitas. Hal ini menunjukkan bahwa efek

ekstrak daun zaitun terhadap hepar itu dosage dependent, dalam artian dalam dosis

tertentu dapat menimbulkan hepatotoksik. R. Arantes-Rodrigues (2011) melaporkan

bahwa perubahan morfologi hepar, nekrosis, dan infiltrasi sel radang yang diberikan

ekstrak daun zaitun selama 14 minggu berkaitan dengan penurunan energi sel sebagai

manifestasi malfungsi mitokondria. Mitokondria, dalam kondisi tertentu dapat

menjadi sumber ROS terhadap sel.13

Page 60: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

45

Kelompok P2 (ekstrak daun zaitun 200mg/KgBB + ovalbumin inhalasi)

menunjukkan gambaran persentase kerusakan paling tinggi dibanding kelompok

kelompok lainnya. Hal ini disebabkan oleh pemberian ekstrak dalam dosis yang lebih

tinggi dan pemberian ovalbumin. Selain pemberian ovalbumin pada mencit

mengakibatkan cedera hepar seperti yang dijelaskan Amjad, et al (2011), efek ekstrak

daun zaitun yang bergantung dosis (dosage dependent ) seperti yang telah dilaporkan

R. Arantes-Rodrigues (2011) juga akan memperparah kondisi cedera hepar.

Setelah dilakukan pengamatan pada sediaan histologi dan dilakukan

penghitungan persentase nukleus hepatosit abnormal, untuk melihat signifikansi pada

hasil dari penghitungan dilakukan uji statistik. Pemilihan uji statistik menggunakan

Kruskal Wallis karena distribusi data tidak homogen. Kemudian dilanjutkan dengan

uji post hoc untuk melihat perbandingan antar kelompok.

Dari uji post hoc (lampiran) didapatkan bahwa kelompok P3 memiliki

persentase nukleus hepatosit abnormal yang lebih rendah bermakna dari kelompok P4

(p<0.05). Begitu pula dengan kelompok P1 memiliki persentase lebih rendah dari

kelompok P2 namun tidak bermakna (p>0.05).

4.2. Keterbatasan Penelitian

Selama penelitian berlangsung banyak hambatan yang didapat, antara lain

1. Tidak adanya kelompok kontrol positif (ovalbumin)

2. Dosis yang dipakai kurang bervariasi

3. Aspek subjektivitas dalam proses identifikasi nukleus

* *

Page 61: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

46

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari hasil analisis statistik, didapatkan kesimpulan bahwa:

1. Pemberian ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) menurunkan persentase

kerusakan hepatosit melalui nukleus abnormal secara tidak signifikan pada dosis

100 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok lainnya

2. Dosis 100 mg/kgBB lebih aman diberikan dibandingkan dengan dosis 200

mg/kgBB.

5.2. Saran

Untuk peneliti selanjutnya:

1. Menambahkan kelompok kontrol positif (ovalbumin) untuk membandingkan efek

inflamasi secara pasti

2. Menambah durasi penelitian untuk membandingkan dengan reaksi kronik

3. Penelitian fungsi hepar setelah pemberian ekstrak daun zaitun

4. Analisis dan penghitungan nukleus dilakukan oleh minimal 2 orang untuk

meminimalisir subjektivitas.

Page 62: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

47

BAB VI

KERJASAMA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan bentuk kerjasama penelitian mahasiswa dan dosen

FKIK yaitu dr Nurul Hiedayati, Ph.D., dr Riva Auda, Sp.A., M. Kes. dan Nur Laely

Mida Rahmawati, M.Biomed, Ph.D. yaitu tentang efek pemberian ekstrak daun zaitun

untuk terapi asma terhadap organ pernapasan mencit BALB/c yang diinduksi

ovalbumin. Penelitian ini didanai oleh Lemlit UIN, dan Kementerian Agama.

Page 63: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

48

DAFTAR PUSTAKA

1. Woo CSJ, Lau JSH, El-Nezami H. Herbal medicine: toxicity and recent trends

in assessing their potential toxic effects. Adv Bot Res. 2012;62:365–84.

2. Ramachandran R, Kakar S. Histological patterns in drug-induced liver disease.

J Clin Pathol. 2009;62(6):481–92.

3. Supardi S, Susyanty AL. Penggunaan obat tradisional dalam upaya pengobatan

sendiri di Indonesia (analisis data Susenas tahun 2007). Bul Penelit Kesehat.

2010;38(2):80–9.

4. Chiappetta A, Muzzalupo I. Botanical description. In: Olive Germplasm – The

Olive Cultivation, Table Olive and Olive Oil Industry in Italy in. 2012.

5. Ghanbari R, Anwar F, Alkharfy KM, Gilani A. Valuable nutrients and

functional bioactives in different parts of olive ( Olea europaea L.)— a review.

Int J Mol Sci. 2012;13:3291–340.

6. Khan Y, Panchal S, Vyas N, Butani A, Kumar V. Olea europaea : a phyto-

pharmacological review. Phcog Rev. 2007;1(1).

7. Boukhebti H, Chaker AN, Lograda T, Ramdani M. Pharmacology and

toxicology chemical and antimicrobial properties of essential oils of Olea

europea L . Int J Pharmacol Toxicol. 2015;5(1):42–6.

8. Tanaka T, Takahashi R. Flavonoids and asthma. Nutrients. 2013;5:2128–43.

9. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi Robbins. 7th ed.

Hartanto H, Darmaniah N, Wulandari N, editors. Jakarta: EGC; 2007.

10. Das M, Ram A, Ghosh B. Luteolin alleviates bronchoconstriction and airway

hyperreactivity in ovalbumin sensitized mice. Inflamm Res. 2003;52(3):101–6.

11. Toledo A, Sakoda C, Perini A, Pinheiro N, Magalhães R, Grecco S, et al.

Flavonone treatment reverses airway inflammation and remodelling in asthma

murine model. Br J Pharmacol. 2013;168:1736–49.

12. Dekanski D, Mihailovic-Stanojevic N, Milanovic JG, Jovovic D, Miloradovic

Z. Effects of high dose olive leaf extract on the hemodynamic and oxidative

stress parameters in normotensive and spontaneously hypertensive rats. J Serb

Chem Soc. 2014;79(9):1085–97.

13. Arantes-Rodrigues R, Henriques A, Pires MJ, Colaço B, Calado AM, Rema P,

et al. High doses of olive leaf extract induce liver changes in mice. Food Chem

Toxicol. 2011;49(9):1989–97.

Page 64: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

49

14. Setiawati A, Suryatna FD, Gan S. Pengantar farmakologi. In: Gunawan SG,

editor. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Gaya baru; 2007.

15. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. 8th ed. Ong HO, Mahode

AA, Ramadhani D, editors. Jakarta: EGC; 2014.

16. P Sharma O, Singh A, Bhat T k. Clinical biochemistry of hepatotoxicity. J Clin

Toxicol. 2011;4(1):1–19.

17. Hashmi MA, Khan A, Hanif M, Farooq U, Perveen S. Traditional uses ,

phytochemistry , and pharmacology of Olea europaea ( olive). Evidence-Based

Complement Altern Med. 2015;2015:1–29.

18. Braun L, Cohen M. Herbs and natural supplements herbs: an evidence-based

guide second edition. Elsevier. 2007;

19. Barbaro B, Toietta G, Maggio R, Arciello M, Tarocchi M. Effects of the olive-

derived polyphenol oleuropein on human health. Int J Mol Sci.

2014;15:18508–24.

20. Amin M El, Virk P, Elobeid MAR, Almarhoon ZM, Hassan ZK, Omer SA, et

al. Anti-diabetic effect of Murraya koenigii (L) and Olea europaea( L ) leaf

extracts on streptozotocin induced diabetic rats. Pak J Pharm Sci.

2013;26(2):359–65.

21. Omar SH. Oleuropein in olive and its pharmacological effects. Sci Pharm.

2010;78(2):133–54.

22. de Bock M, Thorstensen EB, Derraik JGB, Henderson H V., Hofman PL,

Cutfield WS. Human absorption and metabolism of oleuropein and

hydroxytyrosol ingested as olive (Olea europaea L.) leaf extract. Mol Nutr

Food Res. 2013;0:1–7.

23. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. 10th ed. Nirmala WK, Yesdelita

N, Susanto D, Dany F, editors. Jakarta: EGC; 2010.

24. Rogers AB, Dintzis RZ. Liver and gallbladder. In: Comparative Anatomy and

Histology. First Edit. USA: Elsevier Inc.; 2012. p. 193–202.

25. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Dasar-dasar anatomi Gray. Kalanjati

VP, editor. Singapore: Elsevier; 2014.

26. Mescher AL. Histologi dasar Junqueira. 12th ed. Hartanto H, editor. Jakarta:

EGC; 2011.

27. Ross MH, Pawlina W. Histology: a text and atlas: with correlated cell and

molecular biology. 6th ed. China: Wolters Kluwer; 2011.

Page 65: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

50

28. Lopez BG, Tsai MS, Baratta JL, Longmuir KJ, Robertson RT.

Characterization of Kupffer cells in livers of developing mice. Comp Hepatol.

2011;10(1):2.

29. Conrad R, Castelino-Prabhu S, Cobb C, Raza A. Cytopathologic diagnosis of

liver mass lesions. J Gastrointest Oncol. 2013;4(1):53–61.

30. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar. 12th ed. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI; 2014.

31. Bajpai S, Pathak R, Hussain T. Anti-inflammatory activity of ethno-botanical

plants used as traditional medicine : RRJPP. 2014;2(1):24–34.

32. Escobar L, Echeverría OM, Vázquez-Nin GH. Necrosis as programmed cell

death. In Intech Open Science; 2015. p. 419–34.

33. Omer SA, Elobeid MA, Elamin MH, Hassan ZK, Virk P, Daghestani MH, et

al. Toxicity of olive leaves (Olea europaea L.) in wistar albino rats. Asian J

Anim Vet Adv. 2012;

34. Alleoni ACC. Albumen protein and functional properties of gelation and

foaming. Sci agric. 2006;63(3):291–8.

35. Brunton LL, Chabner BA, Knollmann. Goodman & Gilman’s the

pharmacological basis of therapeutics. Elsevier; 2012.

36. Horani A, Shoseyov D, Doron S, Mruwat R, Amer J, Kerem E, et al.

Immunobiology immune modulation of ovalbumin-induced lung injury in mice

using B-glucosylceramide and a potential role of the liver. Immunobiology.

2011;216(5):548–57.

37. Sun LZ. Comparison between ovalbumin and ovalbumin peptide 323-339

responses in allergic mice: humoral and cellular aspects. Scand J Immunol.

2010;71:329–35.

38. Singh AS, Masuku MB. Sampling techniques and determination of sample size

in applied statistics research: an overview. J Econ. 2014;2(11).

39. Mukhriani. Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif. J

Kesehat. 2004;7(2):361–7.

40. Istiqomah. Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi terhadap

kadar piperin buah cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus). UIN Syarif

Hidayatullah; 2013.

41. Reddy AT. Murine model of allergen induced asthma. J Vis axperiments.

2012;63:1–7.

Page 66: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

51

42. Conrad ML, Yildirim AÖ, Sonar SS, Kiliç A, Sudowe S, Lunow M, et al.

Comparison of adjuvant and adjuvant-free murine experimental asthma

models. Clin Exp Allergy. 2009;39(8):1246–54.

43. Alferah MAZ. Toxicity induced histological changes in selected organs of

male ( Wistar ) rats by Lawsonia inermis leaf extract. European J Med Plants.

2012;2(2):151–8.

44. Jusuf AA. Histoteknik dasar. Bagian Histol Fak Kedokt Univ Indones. 2009;1–

33.

45. Suntoro SH. Metode pewarnaan: histologi dan histokimia. Bagian Anatomi

dan Mikroteknik Hewan Fakultas Biologi UGM. Jakarta: Bhatara Karya

Aksara; 1983. 1-76 p.

46. Muntiha M. Teknik pembuatan preparat histopatologi dari jaringan hewan

dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin (H&E). Temu Tek Fungsional Non

Peneliti 2001. 2001;156–63.

47. Dahlan SM. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran

dan kesehatan. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2008.

48. Waterman E, Lockwood B. Active components and clinical applications of

olive oil. Altern Med Rev. 2007;12(4):331–42.

Page 67: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

52

LAMPIRAN

Lampiran 1

Hasil Determinasi / Identifikasi Bahan Uji

Gambar 7.1 Surat hasil determinasi bahan uji

Page 68: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

53

Lampiran 2

Penghitungan Sampel

1. Rumus Mead

Keterangan

N = Jumlah total sampel pada penelitian (dikurangi 1)

B = Blocking component bernilai 0 jika tidak ada stratifikasi

T = Jumlah total perlakuan, termasuk kelompok kontrol (dikurangi 1)

E = Degree of freedom of error component, nilainya antara 10-20

10 ≤ E ≤ 20

E ≥ N – B – T E ≤ N – B – T

10 ≤ (N – 1) – 0 – (5 – 1) 20 ≥ (N–1) – 0 – (5–1)

10 ≤ N – 1 – 4 20 ≥ N – 1 – 4

10 ≤ N – 5 20 ≥ N – 5

N ≥ 15 N ≤ 25

15 ≤ N ≤ 25

Page 69: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

54

Lampiran 3

Penghitungan Dosis Ekstrak Daun Zaitun

1. Pemberian esktrak daun zaitun

Berat mencit berkisar anatara 35-45 gram, diambil nilai tengah yaitu 40 gram.

Dosis 100 mg/kgBB (x)

Dosis 200 mg/kgBB (y)

Page 70: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

55

Lampiran 4

Dokumentasi Penelitian

Gambar 7.2 Aklimatisasi hewan coba

Gambar 7.3 Pemberian ekstrak daun zaitun oral

Page 71: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

56

(Lanjutan)

Gambar 7.4 Nebulisasi hewan coba

Gambar 7.5 Pembiusan hewan coba

Page 72: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

57

(Lanjutan)

Gambar 7.6 Pengambilan jaringan hewan coba

Gambar 7.7 Penyimpanan jaringan hewan coba pada larutan formalin

Page 73: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

58

(Lanjutan)

Gambar 7.8 Timbangan

Page 74: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

59

Lampiran 5

Tabel 7.1 Hasil uji normalitas

Tests of Normality

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kerusakan_

hepatosit

K: PBS oral+inhalasi PBS .263 3 . .955 3 .593

P1: Zaitun

100mg/kgBB+inhalasi

ovalbumin

.247 3 . .969 3 .663

P2: Zaitun

200mg/kgBB+inhalasi

ovalbumin

.268 3 . .951 3 .573

P3: Zaitun

100mg/kgBB+inhalasi zaitun .369 3 . .788 3 .086

P4: Zaitun

200mg/kgBB+inhalasi zaitun .299 3 . .915 3 .433

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 7.2 Hasil uji homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Kerusakan_hepatosit

Levene Statistic df1 df2 Sig.

5.085 4 10 .017

Tabel 7.3 Hasil uji Kruskal Wallis

Test Statisticsa,b

Kerusakan_hep

atosit

Chi-Square 11.567

df 4

Asymp. Sig. .021

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan

Page 75: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

60

Tabel 7.4 Hasil uji post hoc LSD

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Kerusakan_hepatosit

LSD

(I)

Perlakuan (J) Perlakuan

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

K: PBS

oral+inhalasi

PBS

P1: Zaitun

100mg/kgBB+inhala

si ovalbumin

-.251* .039 .000 -.34 -.16

P2: Zaitun

200mg/kgBB+inhala

si ovalbumin

-.279* .039 .000 -.37 -.19

P3: Zaitun

100mg/kgBB+inhala

si zaitun

.025 .039 .535 -.06 .11

P4: Zaitun

200mg/kgBB+inhala

si zaitun

-.226* .039 .000 -.31 -.14

P1: Zaitun

100mg/kgB

B+inhalasi

ovalbumin

K: PBS oral+inhalasi

PBS .251

* .039 .000 .16 .34

P2: Zaitun

200mg/kgBB+inhala

si ovalbumin

-.029 .039 .478 -.12 .06

P3: Zaitun

100mg/kgBB+inhala

si zaitun

.276* .039 .000 .19 .36

P4: Zaitun

200mg/kgBB+inhala

si zaitun

.025 .039 .540 -.06 .11

P2: Zaitun

200mg/kgB

B+inhalasi

ovalbumin

K: PBS oral+inhalasi

PBS .279

* .039 .000 .19 .37

P1: Zaitun

100mg/kgBB+inhala

si ovalbumin

.029 .039 .478 -.06 .12

Page 76: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

61

P3: Zaitun

100mg/kgBB+inhala

si zaitun

.304* .039 .000 .22 .39

P4: Zaitun

200mg/kgBB+inhala

si zaitun

.053 .039 .200 -.03 .14

P3: Zaitun

100mg/kgB

B+inhalasi

zaitun

K: PBS oral+inhalasi

PBS -.025 .039 .535 -.11 .06

P1: Zaitun

100mg/kgBB+inhala

si ovalbumin

-.276* .039 .000 -.36 -.19

P2: Zaitun

200mg/kgBB+inhala

si ovalbumin

-.304* .039 .000 -.39 -.22

P4: Zaitun

200mg/kgBB+inhala

si zaitun

-.251* .039 .000 -.34 -.16

P4: Zaitun

200mg/kgB

B+inhalasi

zaitun

K: PBS oral+inhalasi

PBS .226

* .039 .000 .14 .31

P1: Zaitun

100mg/kgBB+inhala

si ovalbumin

-.025 .039 .540 -.11 .06

P2: Zaitun

200mg/kgBB+inhala

si ovalbumin

-.053 .039 .200 -.14 .03

P3: Zaitun

100mg/kgBB+inhala

si zaitun

.251* .039 .000 .16 .34

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 77: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34217/1... · 2.3.3. Fisiologi Hepar ..... 19 . x 2.4. Respon Sel dan Jaringan terhadap

62

Lampiran 6

Riwayat Penulis

Nama : Nihayatul Kamila

NIM : 1113103000079

Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 22 Mei 1996

Agama : Islam

Alamat : Jalan Asri 48 RT/RW 002/001 Karangcangkring, Dukun,

Gresik

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2000-2002 : TK Dharma Wanita Persatuan Karangcangkring

2002-2008 : SDN Karangcangkring Dukun

2008-2011 : SMPN 1 Karanggeneng Lamongan

2011-2013 : MA Matholi’ul Anwar Lamongan

2013-sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta