efek pemaparan medan magnet 0,2 mt …digilib.unila.ac.id/31711/1/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
EFEK PEMAPARAN MEDAN MAGNET 0,2 mTPADA BENIH CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) YANG DIINFEKSI
Fusarium osysporum f.sp. capsici TERHADAP KANDUNGAN KARBOHIDRAT,VITAMIN C, DAN PEROKSIDASE
(Skripsi)
Oleh
IRMA ARYANI
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
ABSTRAK
EFEK PEMAPARAN MEDAN MAGNET 0,2 mTPADA BENIH CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) YANG DIINFEKSI
Fusarium oxysporum f.sp. capsici TERHADAP KANDUNGANKARBOHIDRAT, VITAMIN C DAN PEROKSIDASE
Oleh
IRMA ARYANI
Fusarium oxysporum f.sp.capsici penyebab penyakit layu Fusarium merupakansalah satu kendala budidaya cabai (Capsicum annuum L.) dan pengendaliannyamenggunakan pestisida belum menunjukkan hasil yang efektif. Oleh karena ituharus dicari upaya lain untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranyadengan memanfaatkan medan magnet. Beberapa hasil penelitian sebelumnyamenunjukkan bahwa medan magnet mampu meningkatkan proses metabolismepada tanaman sehingga kualitas pertumbuhan tanaman meningkat. Dalampenelitian ini pengaruh pemaparan medan magnet 0,2 mTpadabenihcabai (C.annuum L.) yang diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp. capsici dikaji terhadapkandungan karbohidrat, vitamin C dan peroksidase. Penelitian disusun secarafaktorial menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor.Faktor pertama, adalah pemaparan medan magnet 0,2 mT terdiri dari 4 tarafperlakuan: 0 menit (kontrol), 7’48” (M7), 11’ 44” (M11), 15’ 36”(M15). Faktorkedua, infeksi Fusarium sp. terdiri dari tanpa infeksi Fusarium (F0) dan diinfeksiFusarium selama 60 menit (F60). Data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan ujiperbedaan antar perlakuan dengan Uji Tukey’spada taraf nyata 5%. Hasil analisisdata menunjukkan bahwa perlakuan medan magnet 0,2 mT mampu meningkatkansemua parameter yang diuji pada tanaman cabai yang benihnya diinfeksiFusarium oxysporum f.sp. capsici. Lama pemaparan medan magnet selama 7menit 48 detik mampu meningkatkan kandungan karbohidrat, vitamin C,danperoksidase.
Kata kunci: Cabai Merah, Medan Magnet, Fusarium oxysporum f.sp.capsici,Karbohidrat, Vitamin C, Peroksidase
EFEK PEMAPARAN MEDAN MAGNET 0,2 mTPADA BENIH CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) YANG DIINFEKSI
Fusarium osysporum f.sp. capsici TERHADAP KANDUNGAN KARBOHIDRAT,VITAMIN C, DAN PEROKSIDASE
OlehIrma Aryani
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA SAINS
PadaJurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Irma Aryani, putri kedua dari tiga bersaudara oleh
pasangan Bapak H. Parnen dan Ibu Hj. Siti Chodijah
yang lahir pada 01 April 1996.
Penulis mengawali pendidikan Sekolah Dasar di SD
Negeri 3 Bumi Agung pada tahun 2002 – 2008.
Penulis melanjutkan penidikannya di Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Natar pada
tahun 2008 –2011 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Kartikatama Metro pada
tahun 2011 – 2014. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan perguruan
tinggi di Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi asisten praktikum Biologi
Umum, Botani Umum, Biosistematika Tumbuhan dan Embriologi Hewan.
Penulis juga menjadi anggota Bidang Kesekertariatan dan Logistik (Kalog) pada
periode 2015/2016 dan menjadi anggota Bidang Usaha Dan Pendanaan (UDP)
pada periode 2016/2017 di HIMBIO (Himpunan Mahasiswa Biologi) FMIPA
UNILA.
Pada tahun 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Setia Bakti, Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah selama
40 hari. Pada tahun yang sama, penulis juga melaksanakan Kerja Praktik di Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) selama 40 hari dengan judul
“KARAKERISASI PERTUMBUHAN VEGETATIF EMPAT VARIETAS
PADI LADANG DI KEBUN PERCOBAAN NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatkesehatan, kekuatan, kesabaran dan keikhlasan untukku dalam
menyelesaikan skripsi ini.Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:
Ayahandaku tercinta H. Parnen dan Ibundaku tersayangHj. Siti Chodijah yang tidak pernah berhenti mendukungku dan
selalu mendoakan di setiap sujudnya untuk keberhasilanku.
Kakakku tersayang Ita Musliha, S.P. dan Adikku TersayangArdi Akbar SY yang selalu menebarkan kebahagiaan sebagai
penyemagat di setiap langkah menyelesaikan studiku .
Bapak dan Ibu dosen dan terutama pembimbingku yangsenantiasa sabar memberikan bimbingan dan ilmunya dengan
ikhlas hingga penulis menyelesaikan tulisan ini.
Sahabat – sahabatku yang selalu mendukung dan menemanikusaat suka maupun duka.
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung
Motto
“Setiap masalah ada jalan keluarnya. Kamu mungkin takmelihatnya, namun Allah tahu jalan keluarnya. Yakin dan
percayalah padaNya”. ~Penulis
“dan hanya kepada Tuhanmulah (Allah SWT), hendaknyakamu berharap”. ~QS Al-Insyirah: 8
“Barang siapa menginginkan kebahagiaan didunia makaharuslah dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan
kebahagiaan di akhirat haruslah dengan ilmu, dan barang siapayang menginginkan kebahagiaan pada keduanya maka haruslah
dengan ilmu”. ~HR. ibn Asakir
“Always be yourself no matter what they say and never be anyoneelse even if they look better than you”. ~Penulis
“Success is a journey, not a destination”. ~Thomas Dewar
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim....
Alhamdulillahirobbilalamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat,
Hidayah serta Ridho yang telah dilimpahkan. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “EFEK
PEMAPARAN MEDAN MAGNET 0,2 mT PADA BENIH CABAI MERAH
(Capsicum annuum) YANG DIINFEKSI Fusarium osysporum f.sp capsici
TERHADAP KANDUNGAN KARBOHIDRAT, VITAMIN C, DAN
PEROKSIDASE”
Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Dengan teriring doa penulis mengucapkan rasa
terimakasih banyak kepada:
1. Ayahanda (H. Parnen), Ibundaku (Hj. Siti Chodijah), kakakku (Ita Musliha,
S.P.) dan adikku (Ardi Akbar Syaifullah) tercinta yang selalu mendoakan,
memberi kasih sayang, dukungan dan semangat kepada penulis untuk
menggapai cita – cita. Semoga selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang.
2. Ibu Rochmah Agustrina, Ph. D. selaku pembimbing 1 sekaligus pembimbing
akademik yang telah bersabar memberi arahan dan bimbingan sehingga
penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.
3. Dr. Bambang Irawan, M. Sc. selaku pembimbing 2 yang telah bersabar
memberi saran, membagi ilmu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Ibu Dr. Endang Nurcahyani, M. Si. selaku pembahas yang telah memberikan
kritik dan koreksi kepada penulis.
5. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dukungan.
6. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M. Sc. selaku ketua jurusan Biologi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
7. Bapak. Prof. Warsito, S.Si, DEA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
8. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila, terimakasih atas bimbingan
dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama masa studi. Karyawan
dan staff serta laboran di Jurusan Biologi yang telah membantu dalam
penelitian hingga terselesaikan skripsi ini.
9. Teman – teman team penelitian, Nurjulia Jashinda Akas, Retno Wulantari dan
Theodorius Aprienta A terimakasih atas motivasi dan kebersamaannya dalam
melaksanakan penelitian. Dan juga teman-teman team Tomat “Medan
Magnet”.
10. Teman-teman alumni IPA 1 tersayang yang sudah memberikan semangan srta
doa untuk penulis. Terkhusus sahabat-sahabatku Irmawati Ibnah Muthi’ik,
Primatika Cahya Putri, Dodi Jauhari, dan Intan Destrilia yang sudah
menemani penulis sejak masa putih-abu sampai sekarang.
11. Teman-teman yang sudah mewarnai masa-masa perkuliahan Siti Kholimah,
Tara Sesafia Paletri, Indria Ratna Anggraeni, Evi Kurnia Sari dan masih
banyak lagi atas semangat dan dukungannya.
12. Kepada teman-teman seangkatan Biologi 2014, terima kasih atas semangat
serta kekeluargaanya yang telah terjalin selama ini.
13. Serta seluruh pihak yang telah membantu, mempermudah serta mendoakanku
dalam melaksanakan penelitian dan mengerjakan skripsi ini.
14. Teman-teman KKN 2017 Desa Setia Bakti, Kecamatan Seputih Banyak,
Kabupaten Lampung Tengah, Fifi, Melani, Mbak Krisna, Endah, Nandya,
Meliana, Veronica, Ikhsan, kak Apis, kak Yogi, kak Alam, kak Nopri, kak
Boby terimakasih atas pengalaman yang menyenangkan selama 40 hari.
15. Serta Almamater tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah dan barokah kepada semua pihak
yang telah membantu penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi besar harapan semoga hasil tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi kita
semua.
Bandar Lampung, Juni 2018Penulis,
Irma Aryani
DAFTAR ISI
HalamanSAMPUL DEPAN ................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL DALAM ............................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHA N ............................................................ viii
MOTO ...................................................................................................... ix
SANWACANA ........................................................................................ x
DAFTAR ISI............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xvi
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5D. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 5E. Hipotesis ...................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 8
A.Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum) .................................. 81. Morfologi Tanaman Cabai ......................................................... 92. Fase Pertumbuhan ...................................................................... 10
3. Kendala dalam Budidaya Cabai ................................................ 11B. Fusarium ........................................................................................ 12C. Medan Magnet ............................................................................... 14D. Medan Magnet dan Prospek Manfaatnya Untuk Tanaman............ 15E. Karbohidrat .................................................................................... 17F. Vitamin C ....................................................................................... 18G. Enzim Proksidase .......................................................................... 19
III.METODE KERJA ............................................................................. 21
A. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 21B. Alat dan Bahan.............................................................................. 21C. Rancangan Penelitian.................................................................... 22D. Pelaksanaan Penelitian.................................................................. 23E. Diagram Alir ................................................................................. 29F. Parameter Penelitian ..................................................................... 30G. Analisis Data ................................................................................ 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 32
A. Kandungan Karbohidrat Fase Vegetatif dan Generatif ................ 32B. Kandungan Vitamin C ................................................................. 35C. Aktivitas Enzim Peroksidase ....................................................... 38
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 43
LAMPIRAN ............................................................................................. 49
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pengaruh pemaparan medan magnet pada benih cabai merahyang diinfeksi Fusarium terhadap Kandungan Karbohidratpada fase generatif ...................................................................... 33
Tabel 2. Pengaruh pemaparan medan magnet pada benih cabai merahyang diinfeksi fusarium terhadap Kandungan Vitamin C........... 35
Tabel 3. Pengaruh pemaparan medan magnet pada benih cabai merahyang diinfeksi fusarium terhadap aktivitas enzim peroksidase... 38
Tabel 4. Unit Percobaan yang digunakan dalam Penelitian....................... 49
Tabel 5. Hasil Analisis ragam pengaruh pemaparan medan magnet 0,2mT (M), infeksi Fusarium oxysporum f.sp capsici (F), dankombinasi pemaparan medan magnet dan infeksi Fusarium(M*F) terhadap kandungan karbohidrat fase vegetatif. .............. 49
Tabel 6. Hasil Analisis ragam pengaruh pemaparan medan magnet 0,2mT (M), infeksi Fusarium oxysporum f.sp capsici (F), dankombinasi pemaparan medan magnet dan infeksi Fusarium(M*F) terhadap kandungan karbohidrat fase generatif............... 50
Tabel 7. Hasil Analisis ragam pengaruh pemaparan medan magnet 0,2mT (M), infeksi Fusarium oxysporum f.sp capsici (F), dankombinasi pemaparan medan magnet dan infeksi Fusarium(M*F) terhadap kandungan vitamin C........................................ 50
Tabel 8. Hasil Analisis ragam pengaruh pemaparan medan magnet 0,2mT (M), infeksi Fusarium oxysporum f.sp capsici (F), dankombinasi pemaparan medan magnet dan infeksi Fusarium(M*F) terhadap aktivitas enzim Peroksidase. ............................. 50
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman Cabai......................................................................... 10
Gambar 2. Kerapatan konidia jamur 1 x 107 konidia sel/ml...................... 24
Gambar 3. Perlakuan Pemaparan Medan Magnet 0,2 mT ......................... 25
Gambar 4. Perkecambahan Benih cabai ................................................... 25
Gambar 5. Penyemaian Benih Cabai ........................................................ 26
Gambar 6. Tata Letak Sampel Polybag di Lahan ..................................... 27
Gambar 7. Diagram Alir Penelitian ........................................................... 29
Gambar 8. Pengaruh pemaparan medan magnet 0,2 mT pada benih cabaimerah yang diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp capsiciterhadap kandungan karbohidrat pada fase generatif............... 33
Gambar 9. Pengaruh pemaparan medan magnet 0,2 mT pada benih cabaimerah yang diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp capsiciterhadap kandungan Vitamin C ............................................... 36
Gambar 10. Pengaruh pemaparan medan magnet 0,2 mT pada benihcabai merah yang diinfeksi Fusarium osysporum f. spcapsici terhadap aktivitas enzim peroksidase........................ 39
Gambar 11. Alat untuk Pemaparan Medan Magnet................................... 51
Gambar 12. Polybag untuk Menanam Tanaman Cabai ............................. 51
Gambar 13. Pembuatan sampel untuk Analisis Kandungan Karbohidrat.. 51
Gambar 14. Larutan yang digunakan dalam Uji Kandungan Vitamin C .. 52
Gambar 15. Titrasi Iodimetri dan Hasil Titrasi ......................................... 52
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi secara alami memancarkan energi elektromagnetik dengan frekuensi
rendah (extremly low frequency magnetic fields). Energi elektromagnetik
tersebut berasal dari medan geomagnetik dan potensial listrik atmosfir bumi
atau dari radiasi sinar kosmik. Dengan demikian, semua makhluk hidup di
bumi telah mendapat paparan elektromagnetik alami dari awal kehidupannya
dan mereka melakukan adaptasi terhadap paparan elektromagnet tersebut
(Racuciu, 2011).
Berdasarkan sifat kemagnetannya, setiap materi baik unsur maupun senyawa
dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu paramagnetik, diamagnetik dan
feromagnetik. Jika diberi perlakuan medan magnet, materi yang bersifat
diamagnetik akan memiliki arah momen dwi kutub yang berlawanan
terhadap medan magnet. Sedangkan materi yang bersifat paramagnetik dan
feromagnetik arah momen dwi kutubnya akan searah dengan medan magnet
yang diberikan. Materi yang tergolong diamagnetik adalah H2. Sedangkan
materi yang tergolong paramagnetik antara lain: Al, O2, N2, CO2, H2O, dan
yang termasuk materi feromagnetik adalah: Fe, Co, Ni, dan Zn (Soedojo,
2000).
2
Magnet dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan
tanaman namun mekanisme pengaruh medan magnet terhadap pertumbuhan
belum bisa dijelaskan dengan baik (Saragih dkk., 2010). Pengaruh positif
medan magnet terhadap perkecambahan telah banyak dibuktikan pada
berbagai tanaman diantaranya pada Lycopersium esculentum Mill. (Listiana,
2016), Phoenix dactylifera (Fauzia, 2015), Phaseolus radiates dan Glycine
max L. Meriil (Zahara, 2014).
Menurut Aladjadjiyan (2002), di dalam sel tanaman terdapat banyak
partikel yang bermuatan listrik dan memiliki massa. Partikel-pertikel
tersebut bergerak dengan kecepatan tertentu. Interaksi antara medan elektro
magnetik luar dengan partikel-partikel tersebut menyebabkan terserapnya
energi medan elektromagnetik ke dalam sel. Energi hasil interaksi tersebut
selanjutnya diubah ke dalam bentuk senyawa kimia yang dapat membantu
mempercepat proses perkecambahan dan pertumbuhan pada tanaman.
Radhakrisna dan Kumari (2013) membuktikan bahwa paparan medan
magnet pada biji kedelai (Glycine max L.) meningkatkan aktivitas enzim
peroksidase. Enzim peroksidase berperan dalam sistem ketahanan
tanaman terhadap serangan pathogen. Listiana (2016) menunjukkan bahwa
pemaparan medan magnet 0,2 mT pada benih selama 7 menit 48 detik
mampu meningkatkan kandungan vitamin C buah tomat (Lycopersium
esculentum Mill.).
3
Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas
unggulan di antara 18 jenis sayuran komersial yang dibudidayakan di
Indonesia. Cabai dikenal sebagai penyedap dan menu pelengkap masakan.
Walaupun harga cabai selalu mengalami fluktuasi harga yang tajam, namun
minat petani untuk membudidayakan tetap tinggi (Harpenas, 2010).
Salah satu kendala dalam produksi budidaya cabai adalah penyakit layu
yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. capsici. Menurut
Rostini (2011) penyakit ini dapat menyebabkan kerugian dan gagal panen
hingga 50%. Upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai masih
dilakukan dengan menggunakan pestisida. Pengendalian layu Fusarium
menggunakan bahan kimia di lapangan ternyata bukan merupakan cara yang
baik, karena racun yang terkandung dalam senyawa tersebut dapat meracuni
manusia, dan organisme lainnya serta merusak lingkungan. Aplikasi
pestisida sintetik yang tidak tepat dapat menyebabkan patogen menjadi
resisten terhadap pestisida sintetik tersebut (Haggag dan Muhamed, 2007).
Oleh karena itu permasalahan Fusarium harus diatasi dengan trobosan atau
penelitian yang lebih memadai, misalnya dalam kesempatan ini akan diuji
masalah layu Fusarium menggunakan medan magnet.
Pada penelitian yang dilakukan Listiana (2016) menunjukkan bahwa
paparan medan magnet 0,2 mT pada benih tomat yang diinfeksi Fusarium
dapat menghambat patogenitas Fusarium oxysporum pada fase generatif
sejak pembentukan bunga sampai produksi tomat.
4
Menurut Cakmak et al. (2010) medan magnet dapat mempengaruhi
metabolisme tanaman. Perlakuan medan magnet juga dapat meningkatkan
(resistensi) tanaman tomat terhadap serangan Fox selama masa vegetatif.
Menurut Hersianti (2005) perlakuan medan magnet juga mampu
meningkatkan aktivitas enzim peroksidase. Enzim peroksidase merupakan
bagian penting dari sistem pertahanan terhadap cekaman ataupun serangan
patogen.
Meskipun penelitian tentang pengaruh energi medan magnet terhadap
berbagai spesies telah banyak dilakukan, namun respon organisme terhadap
medan magnet berbedabeda bergantung kepada jenis dan umur organisme
(Goodman et al., 1995). Berdasarkan ulasan di atas maka diajukan penelitian
mengenai efek pemaparan medan magnet 0,2 mT pada benih cabai
(Capsicum annuum L.) yang diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp. capsici.
terhadap kandungan karbohidrat, vitamin C, dan peroksidase.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. pengaruh pemaparan medan magnet 0,2 mT pada benih cabai
(Capsicum annuum L.) yang diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp capsici
terhadap kandungan karbohidrat, vitamin C, dan peroksidase
2. lama pemaparan medan magnet yang optimum meningkatkan
kandungan karbohidrat, vitamin C, dan enzim peroksidase tanaman
cabai merah (Capsicum annnuum L.).
5
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah diperolehnya pengetahuan tentang prospek
pemanfaatan medan magnet untuk meningkatkan kandungan karbohidrat,
vitamin C, dan enzim peroksidase tanaman cabai (Capsicum annuum L.).
Manfaat lainnya adalah diperoleh cara untuk menghasilkan bibit tanaman
cabai yang berkualitas dan tahan terhadap serangan penyakit layu Fusarium.
Selain itu hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi ilmiah dalam
bidang budidaya tanaman cabai bagi masyarakat untuk mendapatkan produk
panen yang lebih baik.
D. Kerangka Pemikiran
Sebagai komoditas penting cabai (Capsicum annuum L.) banyak di
manfaatkan sebagai penyedap dan menu pelengkap masakan. Namun
dalam pembudidayaannya masih banyak menemui masalah, salah satunya
penyakit layu Fusarium, yang dapat menyerang tanaman sejak fase
pembibitan hingga menyebabkan kematian tanaman dan gagal panen. Oleh
karena itu permasalahan Fusarium harus diatasi dengan trobosan atau
penelitian yang lebih memadai, misalnya dalam kesempatan ini maka akan
diuji masalah layu Fusarium menggunakan medan magnet. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa paparan medan magnet 0,2 mT pada benih
tomat yang diinfeksi Fusarium dapat menghambat patogenitas Fusarium
oxysporum pada fase generatif sejak pembentukan bunga sampai produksi
tomat.
6
Medan magnet dapat meningkatkan muatan negatif sel tumbuhan,
sehingga menginduksi akar lebih mudah menyerap ion bermuatan
positif, seperti K, P, N, Ca, dan Mg. Ion – ion tersebut berperan dalam
sintesis protein, pembentuk struktur sel, aktivator enzim, dan penyusun
klorofil sehingga tumbuhan memiliki pertumbuhan lebih tinggi. Medan
magnet diketahui dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
pertumbuhan tanaman. Berbagai hasil menunjukkan bahwa medan
magnet dapat meningkatkan aktivitas enzim peroksidase. Pemaparan
medan magnet dapat meningkatkan aktivitas enzim yang sangat penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman salah satunya adalah
enzim peroksidase yaitu yang berperan dalam daya tahan tanaman
terhadap serangan patogen.
Perlakuan pemaparan medan magnet pada penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mT selama 7 menit
48 detik meghasilkan kandungan vitamin C pada buah tomat
(Lycopersium esculentum ) yang secara nyata lebih tinggi yaitu 4,43.
Dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian mengenai efek pemaparan
medan magnet 0,2 mT pada benih cabai (C. annuum) yang diinfeksi
Fusarium f.sp. capsici terhadap kandungan karbohidrat, vitamin C, dan
peroksidase.
7
E. Hipotesis
1. Pemaparan medan magnet 0,2 mT mampu mempengaruhi kandungan
karbohidrat, vitamin C dan Peroksidase tanaman cabai merah (Capsicum
annuum L.) yang diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp. capsici.
2. Pemaparan medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik pada benih
tanaman cabai yang diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp capsici
meningkatkan kandungan karbohidrat, vitamin C dan peroksidase.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk tanaman hortikultura
tahunan yang berbentuk perdu, memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi,
dan bernilai ekonomi tinggi. Cabai merah mengandung berbagai macam
senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Vitamin yang terkandung
dalam cabai adalah vitamin A dan vitamin C. Cabai juga mengandung
minyak atsiri yang rasanya pedas dan memberikan kehangatan bila
digunakan sebagai bumbu dapur sehingga dapat merangsang selera makan
(Prayudi, 2010).
Sun et al. (2000) mengatakan cabai merah mengandung anti oksidan yang
berfungsi untuk menjaga tubuh dari radikal bebas. Radikal bebas adalah
suatu keadaan dimana suatu molekul kehilangan atau kekurangan elektron,
sehingga elektron tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha
mengambil elektron dari sel-sel tubuh kita yang lainnya.
Menurut Cronquist (1981) klasifikasi tanaman cabai merah adalah sebagai
berikut :
9
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Marga : Capsicum
Jenis : Capsicum annuum L.
1. Morfologi Tanaman Cabai
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu yang tingginya mencapai 1,5
– 2 m dan lebar tajuk tanaman dapat mencapai 1,2 m. Daun cabai pada
umumnya berwarna hijau cerah pada saat masih muda dan akan berubah
menjadi hijau gelap bila sudah tua. Daun cabai ditopang oleh tangkai
daun yang mempunyai tulang menyirip. Bentuk daun umumnya bulat
telur, lonjong dan oval dengan ujung runcing (Prabowo, 2011).
Bunga cabai berbentuk terompet atau campanulate, sama dengan bentuk
bunga keluarga Solonaceae lainnya. Bunga cabai merupakan bunga
sempurna dan berwarna putih bersih, bentuk buahnya berbeda- beda
menurut jenis dan varietasnya (Tindall, 1983).
Bentuk buah cabai bulat sampai bulat panjang, buah mempunyai 2-3
ruang yang berbiji banyak. Buah yang telah tua atau matang umumnya
berwarna kuning sampai merah dengan aroma yang berbeda sesuai
dengan varietasnya. Biji cabai berukuran kecil, berbentuk bulat pipih
seperti ginjal dan berwarna kuning kecoklatan (Sunaryono,2003).
10
Gambar 1. Tanaman Cabai (Dokumentasi Pribadi)
2. Fase Pertumbuhan
Secara fisiologis pertumbuhan tanaman cabai merah menurut
Nawangsih dkk. (1999) dibagi menjadi kedalam empat fase. Ke-empat
fase tersebut adalah sebagai berikut :
1. Fase Embrionis (Lembaga)
Fase embrionis terjadi sejak penyerbukan bakal buah oleh benang
sari sehingga menghasilkan zigot yang seterusnya berkembang
menjadi embrio didalam biji.
2. Fase Juvenil
Fase juvenil dimulai sejak pertama kali mulai terbentuk organ-organ
tanaman seperti daun, batang, dan akar. Fase juvenil berakhir pada
waktu tanaman berbunga untuk pertama kali. Tanaman cabai yang
berada dalam fase pertumbuhan juvenil aktif menumbuhkan tunas-
tunas baru. Pada fase ini tanaman tumbuh dan berkembang lebih
cepat dan sangat subur.
11
3. Fase Generatif
Fase generatif dimulai saat tanaman mulai menumbuhkan bunga dan
berakhir ketika tanaman sudah tidak mampu lagi membentuk buah
secara normal.
4. Fase Penuaan
Batasan fase penuaan sulit dipastikan secara tepat karena sampai
batas waktu tertentu setelah masa panen tanaman masih mampu
menghasilkan bunga yang dapat berkembang menjadi buah.
Namun demikian, fase penuaan dapat ditandai saat tanaman cabai
menghasilkan buah yang ukurannya di bawah normal. Fase
penuaan berakhir pada saat tanaman mulai kering dan kemudian
mati.
3. Kendala dalam Budidaya Cabai
Cabai (Capsicum annuum L.) dikenal sebagai penyedap dan menu
pelengkap masakan Kebutuhan akan cabai semakin meningkat sejalan
dengan semakin beragamnya jenis dan menu masakan yang
menggunakan cabai. Pada dasawarsa terakhir cabai menjadi tanaman
komoditas unggulan di antara 18 jenis sayuran komersial yang
dibudidayakan di Indonesia. Walaupun harga cabai selalu berfluktuasi
tajam, namun minat petani untuk membudidayakannya tetap tinggi
(Haryadi, 1982).
Budidaya tanaman cabai masih menghadapi berbagai kendala. Salah
satunya adalah serangan penyakit layu yang disebabkan oleh jamur
12
Fusarium oxysporum f.sp. capsici. Kerugian akibat penyakit ini terus
meningkat sehingga menyebabkan kerugian bagi petani tanaman cabai.
Menurut Rostini (2011) penyakit layu Fusarium dapat menyebabkan
kerugian dan gagal panen hingga 50%.
Saat ini upaya pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman cabai
umumnya masih menggunaan pupuk pestisida. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa upaya pengendalian menggunakan bahan kimia
bukan merupakan alternatif yang baik. Sifat racun yang terkandung
dalam pestisida dapat meracuni manusia, ternak peliharaan, serangga
penyerbuk, musuh alami tanaman yang bukan targetnya sehingga
akibatnya merusak lingkungan. Aplikasi pestisida sintetik yang tidak
bijaksana justru dapat memicu timbulnya patogen yang resisten terhadap
pestisida sintetik yang digunakan tersebut (Haggag dan Muhamed,
2007).
B. Fusarium osysporum f.sp. capsici.
Jamur Fusarium adalah salah satu genus jamur yang sangat penting secara
ekonomi dan merupakan spesies patogenik yang menyebabkan penyakit
layu pada berbagai tanaman. Banyak spesies Fusarium yang berada dalam
tanah, bertahan sebagai hifa pada sisa tanaman, dan bahan organik lain
(Saragih dan Silalahi, 2006). Klasifikasi fusarium menurut Semangun
(2001) adalah:
13
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Bangsa : Hypocreales
Suku : Netriaceae
Marga : Fusarium
Jenis : Fusarium sp.
Cendawan Fusarium sp dapat tumbuh dengan baik pada bermacam- macam
media agar yang mengandung ekstrak sayuran. Miselium tidak berwarna,
namun seiring dengan bertambah umur miselium warnanya semakin krem,
dan akhirnya koloni tampak mempunyai benang. Pada miselium yang lebih
tua terbentuk hifa yang berdinding tebal. Jamur membentuk banyak
mikrokonidium bersel satu, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15
x 2,5-4 µm, makrokonidium lebih jarang, berbentuk kumparan, tidak
berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3,5-5,5 µm
(Semangun, 2001).
Koloni Fusarium tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai diameter 4,5 -
6,5 cm dalam waktu empat hari pada suhu 25° C. Miselium permukaan
Fusarium jarang sampai berlimpah umumnya berwarna putih, krem muda,
atau ungu, lebih kuat pada permukaan agar stroma. Beberapa isolate
mempunyai ciri bau aroma seperti bunga bungur, ada pula yang
menghasilkan sporodokium dengan lendir oranye dari makrokonidiumnya
(Soesanto, 2002).
14
C. Medan Magnet
Medan magnet adalah daerah di sekitar magnet yang memiliki gaya tarik
atau gaya tolak magnet. Medan magnet utama bersumber dari dalam bumi
sehingga bumi dianggap sebagai magnet yang sangat besar, lengkap dengan
kutub utara dan kutub selatan (Soedojo, 2000). Magnet terdiri dari dua
kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan (Haliday dan Resnick, 1986).
Bila serbuk besi ditaburkan di dekat kutub magnet, maka serbuk besi akan
membentuk pola yang menunjukan arah medan magnet. Pola arah medan
magnet tersebut disebut garis gaya magnet yang menunjukan adanya gaya
magnet. Arah gerakan garis-garis medan magnet selalu dari kutub utara ke
kutub selatan (Haliday dan Resnick, 1986). Semakin jauh garis gaya magnet
dari sumber magnet maka semakin kecil pengaruh gaya tarik medan
magnetnya (Supiyanto, 2012).
Gaya tarik menarik atau saling tolak pada medan magnet menyerupai gaya
Coloumb atau listrik statis, yang membedakan adalah sumbernya. Pada
medan magnet kutub utara dan kutub selatan selalu berpasangan dan tidak
terpisah satu sama lain meskipun medan magnet dipotong hingga ukuran
kecil tetap akan muncul kutub utara dan kutub selatan. Sedangkan pada
medan listrik muatan negatif dan positifnya dapat dipisahkan (Ishaq, 2007).
Berdasarkan sifat kemagnetannya, setiap materi baik unsur maupun senyawa
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu paramagnetik, diamagnetik dan
feromagnetik. Jika diberi perlakuan medan magnet, materi yang bersifat
diamagnetik akan memiliki arah momen dwi kutub yang berlawanan
15
terhadap medan magnet. Sedangkan materi yang bersifat paramagnetik dan
feromagnetik arah momen dwi kutubnya akan searah dengan medan magnet
yang diberikan. Materi yang tergolong diamagnetik adalah H2. Sedangkan
materi yang tergolong paramagnetik antara lain Al, O2, N2, CO2, H2O. Dan
yang termasuk materi feromagnetik adalah Fe, Co, Ni, dan Zn (Soedojo,
2000).
Medan magnet dapat meningkatkan muatan negatif sel tumbuhan,
sehingga menginduksi akar lebih mudah menyerap ion bermuatan positif,
seperti K, P, N, Ca, dan Mg. Ion – ion tersebut berperan dalam sintesis
protein, pembentuk struktur sel, aktivator enzim, dan penyusun klorofil
sehingga tumbuhan memiliki pertumbuhan lebih tinggi (Bilalis et al.,
2013).
D. Medan Magnet dan Prospek Manfaatnya Untuk Tanaman
Semua mahluk hidup yang ada di bumi secara alami dipengaruhi dan
melakukan adaptasi terhadap keberadaan medan magnet di alam
(Racuciu, 2011). Magnet dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas pertumbuhan tanaman namun mekanisme pengaruh medan
magnet terhadap pertumbuhan belum bisa dijelaskan dengan baik
(Saragih dkk., 2010).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Listiana (2016) membuktikan
bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mT berpengaruh nyata terhadap
kecepatan pembentukan bunga, jumlah bunga, diameter polen, berat buah,
16
diameter buah, kandungan vitamin C dan dapat mempertahankan daya
produksi tomat. Lama pemaparan yang optimum dalam mempertahankan
perkembangan tanaman tomat 7 menit 48 detik. Hasil penelitian Nastiti
(2017) juga menunjukkan bahwa perlakuan medan magnet 0,2 mT
meningkatkan vigor tanaman tomat yang meliputi peningkatan persentase
germinasi, panjang akar, tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tanaman,
berat kering tanaman, dan aktivitas peroksidase.
Penelitian Anggraini (2012) menunjukkan bahwa pemaparan medan
magnet 0,1 mT mempengaruhi perkecambahan tanaman legume dan
aktivitas enzim amilase pada biji kacang kedelai. Lama pemaparan medan
magnet yang baik untuk mempercepat perkecambahan kacang hijau yaitu
11 menit 44 detik dan pada kecambah kedelai 15 menit 36 detik. Menurut
Sari (2011) pemaparan medan magnet juga menyebabkan pembesaran
diameter pembuluh xylem, sel parenkim dan luas stomata pada tanaman
tomat.
Peroksidase adalah enzim yang terlibat dalam respon tanaman terhadap
patogen (Lagrimini et al., 1997). Zheng et al. (2005) menyatakan bahwa
aktivitas enzim peroksidase dapat meningkatkan sintesis lignin pada
tanaman lada (Piper ningrum). Lignin berfungsi untuk menghambat
penetrasi patogen (Vance et al., 1980). Rochalska dan Grabowska (2007)
menyatakan bahwa pemaparan medan magnet juga menyebabkan aktivitas
yang lebih tinggi pada enzim glutathione S-transferase, peningkatan aktivitas
enzim ini menyebabkan tumbuhan memiliki ketahanan yang lebih tinggi
17
terhadap serangan penyakit, stress dan racun logam berat. Pada penelitian
yang dilakukan Listiana (2016) menunjukkan bahwa paparan medan magnet
0,2 mT pada benih tomat yang diinfeksi Fusarium dapat menghambat
patogenitas pada fase generatif sejak pembentukan bunga sampai produksi
tomat.
E. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang mengandung unsur: C, H dan O,
terutama terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan yaitu sekitar 75%.
Dinamakan karbohidrat karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari
karbon; dalam senyawa tersebut perbandingan antara H dan O adalah 2
berbanding 1 seperti pada air. Jadi C6H12O6 dapat ditulis C6(H2O)6,
C12H22O11 sebagai C12 (H2O)11 dan seterusnya, dan perumusan empiris
ditulis sebagai CnH2nOn atau Cn (H2O)n (Sastrohamidjojo, 2005).
Semua karbohidrat berasal dari tumbuhan. Melalui proses fotosintesis,
klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk
karbohidrat (C6H12O6) dari karbondioksida (CO2) yang berasal dari udara
dan air (H2O) dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat
sederhana yaitu glukosa. Di samping itu dihasilkan oksigen (O2) yang
lepas di udara (Iswari dan Yuniastuti, 2006).
Berdasarkan jenisnya karbohidrat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu
monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida
berasa manis, larut dalam air, dapat dikristalkan dan disebut dengan gula
18
reduksi. Monosakarida yang banyak terdapat di dalam tumbuhan ialah
glukosa dan fruktosa yang keduanya isomer satu dengan yang lain,
sedangkan disakarida yang banyak terdapat di dalam tumbuhan ialah
sukrosa, maltosa dan selobiosa
(Dwidjoseputro, 1994).
F. Vitamin C
Vitamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan makhluk hidup. Vitamin C atau asam askorbat disebut
juga sebagai senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai
radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan. Vitamin C berfungsi
sebagai antioksidan untuk mencegah atau mengurangi pencoklatan –
penghitaman eksplan, untuk meningkatkan toleransi garam dan sebagai
kofaktor pada reaksi hidroksilasi (Wattimena et al., 1992).
Dalam jalur metabolismenya, vitamin C adalah turunan heksosa dan
diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan
monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari D-glukosa dan D-
galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C
terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk
tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi). Oksidasi
bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidro askorbat terjadi
apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau alkali (Akhilender, 2003).
Vitamin C yang tergolong ke dalam vitamin yang larut dalam air. Sumber
19
Vitamin C sebagian besar adalah sayur-sayuran dan buah-buahan terutama
buah-buahan segar. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan digunakan
tumbuhan dalam pertahanan tanaman terhadap stress, serangan dari
penyakit.dan untuk melawan serangan patogen (Smirnoff, 2000).
G. Enzim Peroksidase
Enzim adalah protein yang bersifat katalitik. Beberapa enzim hanya terdiri
atas protein tetapi kebanyakan enzim mengandung komponen nonprotein
tambahan seperti karbohidrat, lipid logam, fosfat, atau beberapa bagian
organik lainnya. Enzim lengkap disebut haloenzim; bagian protein,
apoenzim; dan bagian nonprotein, kofaktor. Senyawa yang diubah dalam
reaksi yang dikatalis enzim disebut substrat (deMan, 1997).
Enzim peroksidase merupakan suatu kelompok PR – protein (Pathogenesis
Related-protein) dari golongan PR-9 (van Loon et al., 1999). PR – protein
merupakan protein spesifik pada tanaman, berfungsi untuk mempertahankan
diri. Enzim ini aktif apabila terjadi serangan patogen, hama atau virus
(Zhou et al., 1992) dengan tujuan untuk menghambat serangan. Tanaman
menghasilkan senyawa peroksida (H2O2) yang mampu meningkatkan enzim
peroksidase (Bouizgarne et al,. 2006).
Hersanti (2005) membuktikan bahwa terjadi peningkatan enzim
peroksidase pada tanaman cabai merah yang diinduksi ketahanannya
terhadap Cucumber Mosaic Virus (CMV) oleh ekstrak daun nanangkaan
(Euphorbia hirta). Tanaman yang tahan dari infeksi akan mengalami
20
peningkatan aktivitas enzim peroksidase, sedangkan tanaman yang tidak
tahan dari infeksi akan mengalami penurunan aktivitas enzim peroksidase
dibandingkan tanaman yang sehat (Agrios, 1996).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada November 2017 – Januari 2018 di
Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan untuk isolasi
F. Oxysporum f.sp. capsici, perkecambahan, penyemaian benih
tanaman, dan analisis kandungan karbohidrat, kandungan vitamin C,
dan aktivitas enzim peroksidase. Peralatan yang digunakan untuk
isolasi antara lain: cawan petri, batang pengaduk, beaker glass 1000 ml,
erlenmeyer 250 ml, tabung reaksi, rak tabung reaksi, jarum ose, lampu
spritus, inkubator, laminar air flow, oven, autoklaf, hotplate,
haemocytometer, alumunium foil, wrapping cling dan sumbat.
Peralatan yang digunakan untuk perkecambahan, penyemaian dan
penamanam antara lain: cawan petri, labu ukur 10 ml dan 100 ml, plastik
ukuran 5 x 8 cm, polybag, tong, dan lainnya. Peralatan yang digunakan
22
untuk analisis kandungan karbohidrat, kandungan vitamin C, dan
aktivitas enzim peroksidase antara lain: timbangan digital, alu dan
mortar, gelas beaker 50 ml, sentrifuge, kuvet, spektrofotometer, pipet
tetes, buret, erlenmeyer 125 ml, gelas preparat, gelas penutup,
mikrometer okuler dan objektif, cutter atau silet.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan untuk
pembuatan isolat, perkecambahan, penyemaian dan penanaman serta
bahan untuk analisis kandungan karbohidrat, kandungan vitamin C, dan
aktivitas enzim peroksidase dan. Bahan – bahan yang digunakan untuk
pembuatan media isolasi antara lain, alkohol 70 %, akuades, kentang,
agar dan sukrosa serta isolat Fusarium.
Bahan – bahan yang digunakan untuk perkecambahan, penyemaian dan
penanaman antara lain: benih cabai, kertas germinasi, kapas, akuades, air,
pupuk kompos, tanah dan ajir dari bambu.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) disusun secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama,
adalah pemaparan medan magnet 0,2 mT terdiri dari 4 taraf perlakuan: 0
menit (kontrol), 7 menit 48 detik (M 7), 11menit 44 detik (M 11), 15 menit
36 detik (M15). Faktor kedua, infeksi benih oleh F. oxysporum. yang terdiri
dari benih tanpa infeksi F. oxysporum (F0) dan benih yang diinfeksi F.
oxysporum selama 60 menit (F60). Setiap unit percobaan diulang sebanyak 5
23
kali ulangan, setiap 1 ulangan dijadikan satu kelompok.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Isolasi Monospora
Isolat jamur diambil dari tabung reaksi menggunakan jarum ose,
kemudian digoreskan pada media PDA dalam cawan petri. Bagian tepi
cawan yang sudah digoresi isolat kemudian dilapisi rapat oleh plastik
wrap dan diletakkan pada suhu kamar. Monospora jamur yang sudah
berkecambah dipindahkan ke medium PDA lain untuk memperoleh
biakan isolat monospora dan diinkubasi dalam suhu kamar (Hadisutrisno,
1995).
2. Perbanyakan isolat jamur Fusarium oxysporum
Isolat monospora yang sudah dibiakkan di media, kemudian diperbanyak
dengan memindahkan monospora lainnya ke PDA dan diletakkan disuhu
kamar (Hadisutrisno, 1995).
3. Pembuatan Suspensi Jamur
Pembuatan larutan suspensi Fusarium dengan kerapatan spora 1x107
konidia/ml dilakukan dengan cara menuangkan aquades kepermukaan
biakan kultur pada jamur Fusarium dan diaduk di bagian ujung gelas
preparat sampai terbentuk suspensi isolat jamur Fusarium yang homogen.
Sebanyak 1 ml suspensi jamur dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
berisi 9 ml aquades dan digojok sampai homogen. Masing-masing
pengenceran dihitung kerapatan monospora konidia menggunakan
24
haemocytometer untuk mendapatkan kerapatan 1x107 konidia sel/ml
(Prescott, 2002).
Gambar 2. Kerapatan Spora Jamur 1x107 konidia sel/ml
3. Persiapan Bahan
Benih cabai yang digunakan adalah kultivar Lado yang diperoleh di
pasar Bandar Lampung. Benih yang akan digunakan masing- masing
dalam kultivar yang sama dan ukuran yang sama.
4. Perendaman Benih Cabai
Benih direndam dengan aquadest selama 15 menit sebelum
mendapatkan perlakuan medan magnet dan infeksi jamur F. oxysporum
(Rohma dkk., 2013).
5. Perlakuan Pemaparan Medan Magnet
Benih cabai yang telah dipilih dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama untuk kontrol atau tidak dipaparkan medan magnet(M0) dan
kelompok keduadengan perlakuan medan magnet.Perlakuan pemaparan
medan magnet pada benih diberikan selama 7 menit48 detik (M7),
11menit 44 detik (M11)dan 15 menit 36 detik(M15) (Rohma dkk., 2013).
24
haemocytometer untuk mendapatkan kerapatan 1x107 konidia sel/ml
(Prescott, 2002).
Gambar 2. Kerapatan Spora Jamur 1x107 konidia sel/ml
3. Persiapan Bahan
Benih cabai yang digunakan adalah kultivar Lado yang diperoleh di
pasar Bandar Lampung. Benih yang akan digunakan masing- masing
dalam kultivar yang sama dan ukuran yang sama.
4. Perendaman Benih Cabai
Benih direndam dengan aquadest selama 15 menit sebelum
mendapatkan perlakuan medan magnet dan infeksi jamur F. oxysporum
(Rohma dkk., 2013).
5. Perlakuan Pemaparan Medan Magnet
Benih cabai yang telah dipilih dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama untuk kontrol atau tidak dipaparkan medan magnet(M0) dan
kelompok keduadengan perlakuan medan magnet.Perlakuan pemaparan
medan magnet pada benih diberikan selama 7 menit48 detik (M7),
11menit 44 detik (M11)dan 15 menit 36 detik(M15) (Rohma dkk., 2013).
24
haemocytometer untuk mendapatkan kerapatan 1x107 konidia sel/ml
(Prescott, 2002).
Gambar 2. Kerapatan Spora Jamur 1x107 konidia sel/ml
3. Persiapan Bahan
Benih cabai yang digunakan adalah kultivar Lado yang diperoleh di
pasar Bandar Lampung. Benih yang akan digunakan masing- masing
dalam kultivar yang sama dan ukuran yang sama.
4. Perendaman Benih Cabai
Benih direndam dengan aquadest selama 15 menit sebelum
mendapatkan perlakuan medan magnet dan infeksi jamur F. oxysporum
(Rohma dkk., 2013).
5. Perlakuan Pemaparan Medan Magnet
Benih cabai yang telah dipilih dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama untuk kontrol atau tidak dipaparkan medan magnet(M0) dan
kelompok keduadengan perlakuan medan magnet.Perlakuan pemaparan
medan magnet pada benih diberikan selama 7 menit48 detik (M7),
11menit 44 detik (M11)dan 15 menit 36 detik(M15) (Rohma dkk., 2013).
25
Gambar 3. Perlakuan Pemaparan Medan Magnet 0,2 mT.
6. Perendaman Benih dengan Fusarium osysporum f.sp capsici
Benih yang sudah diberi perlakuan medan magnet dan masuk ke dalam
kelompok F60 dimasukkan ke dalam cawan petri dan kemudian direndam
isolate jamur Fusarium osysporum f.sp. capsici selama 60 menit dengan
kerapatan spora 107 konidia/ml (Listiana, 2016).
7. Perkecambahan Benih
Benih yang telah dipapar medan magnet dan direndam Fusarium
osysporum f.sp capsici diletakkan di dalam cawan petri dan diberi label
sesuai dengan perlakuan. Cawan petri diletakkan di dalam inkubator
kayu (Listiana, 2016).
Gambar 4. Perkecambahan Benih cabai
26
8. Persiapan Media Tanam dan Sterilisasi Tanah
Media yang digunakan adalah tanah dan campuran pupuk organik
kompos yang sudah disterilkan di Laboratorium Lapang Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung dengan perbandingan 3:1 (3 untuk tanah
dan 1 untuk kompos). Sterilisasi dilakukan dengan cara mengukus tanah
didalam drum selama 1 jam, kemudian dikering anginkan. Media tanam
yang sudah disterilkan dimasukkan ke dalam polybag dengan masing-
masing isi tanah sebanyak 10 kg.
9. Penyemaian Benih
Benih yang telah telah berada di incubator selama 2 hari dan sudah
tumbuh radikulanya mencapai ± 0,5 cm kemudian disemai. Penyemaian
tanaman dilakukan untuk menyediakan lingkungan terbaik bagi benih
ketika tanaman masih muda dan rentan (Supriati, 2009).
Gambar 5. Penyemaian Benih Cabai
27
10. Penanaman
Tanaman cabai yang sudah berumur 14 hari setelah semai (hss)
dipindahkan ke dalam polybag. Polibag diisi tanah dan pupuk kandang
dengan perbandingan 3 : 1. Penempatan polibag diatur secara random,
sesuai hasil pengocokkan.
Gambar 6. Tata Letak Sampel Polybag di Lahan
Keterangan:
F0 : tanpa infeksi Fusarium
F60 : infeksi Fusarium selama 60 menit
M0 ; M7 ; M11 ; M15 : induksi pada benih parental selama 0, 7, 11 dan 15 menit
I ; II ; III ; IV ; V : pengulangan 1, 2, 3, 4, 5
M7F60II M11F0VM11F60IVM7F0IIIM0F60I
M15F0II M7F60VM15F60IVM11F0IIIM7F60I
M0F0II M7F0VM15F0IVM0F60IIIM11F60I
M7F0II M11F60VM11F0IVM7F60IIIM15F60I
M11F60II M0F0VM0F60IVM15F60III
M11F0I
M0F60II M15F60VM7F60IVM11F60III
M0F0I
M15F60II M15F0VM7F0IVM0F0IIIM7F0I
M11F0II M0F60VM0F0IVM15F0IIIM15F0I
28
11. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman dilakukan dari awal benih hingga tanaman
berusia 2 bulan. Pemeliharaan tanaman meliputi:
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin pada pagi dan sore hari, kecuali
jika hari hujan (Sutriana, 2012).
b. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setiap 2 minggu sekali selama pertumbuhan
tanaman dengan dosis 2,5 gr/polibag.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang tumbuh
disekitar tanaman cabai dan untuk mengurangi persaingan antar
tanaman dalam mendapatkan hara yang tersimpan dalam tanah
(Siregar, 2009). Penyiangan ini dilakukan selama penelitian
berlangsung
d. Panen
Panen dilakukan saat buah cabai telah memasuki fase kematangan.
Panen dilakukan sampai cabai tidak berbuah lagi (Listiana, 2016).
29
E. Diagram Alir
Gambar 7. Diagram Alir Penelitian
Pembuatan Media Isolat Fusarium
Peremajaan Isolat Fusarium
Suspense monospora Fusarium 107
konidia sel/ml
Pemaparan Medan Magnet 0,2 mT
Perendaman benih dengan Fusariumselama 0’ dan 60’
Perkecambahan Benih Cabai
Persiapan Media Tanamdan Sterilisasi Tanah
Penanaman Benih kePolibag
Pemeliharaan TanamanCabai
Pengambilan Data:1. Kandungan Vitamin C2. Kandungan Karbohidrat3. Kandungan Enzim Peroksidase
Analisis Data
Kesimpulan
Penyemaian Tanaman
30
F. Parameter Penelitian
1. Analisis Kandungan Karbohidrat
Analisis kandungan karbohidrat dilakukan menggunakan metode
Apriantono dkk. (1989). Sebanyak 0,1 gram sampel daun tanaman
dihaluskan dan dilarutkan dalam 10 ml aquades lalu disaring dengan
kertas saring. Kemudian sebanyak 1 ml sampel ditambahkan aquades 2
ml lalu ditambahkan H2SO4 pekat sebayak 2 ml dan larutan Fenol 5%
sebanyak 1 ml kemudian kocok dan diamkan beberapa menit.
Pengukuran kandungan karbohidrat menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 490 nm.
2. Kandungan vitamin C
Penghitungan kandungan vitamin C menggunakan metode kimia yaitu
titrasi iodimetri (Jacobs, 1958). Buah cabai yang sudah dipanen sebanyak
200 gr dihancurkan dengan menggunakan blender hingga menghasilkan
pasta. Pasta cabai sebanyak 10 gr dimasukkan ke dalam gelas ukur 100
ml dan ditambahkan aquadest kemudian dikocok homogen, pasta
kemudian disaring menggunakan kertas saring. Filtrat dipisahkan dengan
pasta. Filtrat dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml
sebanyak 10 ml, kemudian ditambahkan 2 ml larutan amylum. Filtrat
kemudian dititrasi dengan 0,01 N larutan iodium. Kadar vitamin C
ditentukan dengan cara mengkonversi jumlah larutan penitrar terhadap
kadar asam askorbat yang terlarut didalamnya.
1 ml 0,01 N iodium = 0,88 mg asam askorbat.
31
3. Analisis Aktivitas Enzim Peroksidase
Analisis aktivitas enzim peroksidase dilakukan dengan metode Saravanan
et al. (2004). Sample daun segar sebanyak 0,5 gram dihaluskan dan
dilarutkan dalam 10 ml aquades lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat
ditambahkan pirogalol 0,05 M sebanyak 1,5 mL dan H202 1% sebanyak
0,5 mL. Larutan kemudian dimasukkan ke dalam kuvet berukuran 0,5
mL. Pada tahap awal kuvet, sampel ditambahkan 100 µL 1% H2O2.
Analisis aktivitas enzim peroksidase menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 420 nm. Aktivitas enzim peroksidase dihitung dalam
U/mg/min.
G. Analisis Data
Data yang didapatkan berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
disajikan dalam bentuk deskriptif komparatif dan didukung dengan foto.
Data kuantitatif dari setiap parameter dianalisis dengan menggunakan
Analisis Ragam (Analysis of Variance) atau Anova. Apabila hasi anova
berbeda nyata maka dilanjutkan uji Tukey’s pada taraf nyata α=5%.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Perlakuan medan magnet 0,2 mT mampu meningkatkan kandungan
karbohidrat, vitamin C, dan enzim peroksidase pada tanaman cabai yang
benihnya diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp. capsici.
b. Perlakuan medan magnet menyebabkan kandungan karbohidrat, vitamin
C dan aktivitas enzim peroksidase yang berbeda nyata, sedangkan untuk
perlakuan infeksi Fusarium hanya menunjukkan perbedaan yang nyata
terhadap kandungan vitamin C, dan aktivitas enzim peroksidase.
2. Lama pemaparan medan magnet selama 7 menit 48 detik mampu
meningkatkan kandungan karbohidrat, vitamin C, dan enzim peroksidase.
B. Saran
Disarankan untuk melakukan penelitian yang sejenis tetapi dengan menggunakan
frekuensi medan magnet yang berbeda-beda.
a.
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, a.A., Sadie,T., dan Elizabeth, B. 1999. Induced Plant defense AgainstPathogens and Herbivors, Biochemistry, Ecology and Agriculture. APSPress. St. Paul, Minnesota
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Busnia, M penerjemah. GadjahMada University Press. Yogyakarta. Terjemahan dari Plant Pathology3rd ed.
Aladjadjiyan, A. 2002. Study of the influence of magnetic field on somebiological characteristic of Zea mays. Journal of Central EuropeanAgriculture.3: 90-94
Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia I. Erlangga, Jakarta.
Anggraini, W. 2012. Isolasi dan karakterisasi Aktivitas Enzim Amilasepada Kecambah Kedelai Putih (Glycine max (L). Merill) dan KacangHijau (Phaseolus radiatus) di Bawah Pengaruh Medan Magnet.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari, Sedamawati dan S. Budiyanto.,1989. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB Press.
Bilalis, Dimitrios J., et al. 2013. Magnetic Field Pre-sowing Treatment as anOrganis Friendly Tecnique to Promote Plant Growth and ChemicalElement Accumulation in Early Stages of Cotton. Australian Journal ofCop Science.
Bouizgarne B, Bouteau H.E.M, Frankart C, Reboutier D, Madiona K, PennarunA.M, Monestiez M, Trouverie J, Amiar Z, Briand J, Brault M, Rona J.P,Ouhdouch Y, and Hadramu E.I. 2006. Early Physiological Response ofArabidopsis thaliana Cells to Fusaric Acid :Toxic and Signalling Effects.New Phytologist 169:209-218
Cakmak, T., Dumlupinar, R., and Erdal, S. 2010. Acceleration of Germinationand Early Growth of Wheat and Bean Seedlings Grown Under VariousMagnetic Field and Osmotic Conditions. Bioelectromagnetics. Hal. 120 –129. Turkey.
44
Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.Columbia University Press. New York.
deMan, M John. 1997. Kimia Makanan. Bandung : ITB
Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia PustakaUtama: Jakarta.
Fauzia, Annisa’ul. 2015. Pengaruh Paparan Medan Magnet TerhadapPerkecambahan Tanaman Kurma (Phoenix dactylifera ) Jenis Majol.Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Hadisutrisno, B. 1995. Kajian pengendalian hayati penyakit busuk batangvanili dengan isolat lemah Fusarium batatatis Tucker. Buletin IlmiahAzolla. Hal. 27-35.
Haggag, W.M., and H.A.L.A. Muhamed. 2007. Biotechnological Aspects ofMicroorganisms Used in Plant Biological Control. American-EurasianJournal of Sustainable Agriculture, 1(1): 7-12.
Halliday, D.,Resnick, R (Pantur Silaban Ph.D dan Drs. Erwin Sucipto). 1986.Fisika. Erlangga. Jakarta. Hal.895-906.
Handayani, T.T., dan Agustrina, R. 2010. Pengaruh Kuat Medan Magnet danImbibisi Biji pada Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.Merr.). Agronomika. Vol. 10 No.1
Harpenas, Asep dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. PenebarSwadaya. Jakarta.
Hersianti. 2005. Analisis Aktivitas Enzim Peroksidase dan Kandungan AsamSalisilat dalam Tanaman Cabai Merah yang Diinduksi Ketahanannyaterhadap Cucumber Mosaic Virus Oleh Ekstrak Daun Nanangkaan(Euphorbia hirta). SKIM IX. UNPAD – UKM.
Hewindati, Yuni Tri. 2006. Hortikultura. Universitas Terbuka. Jakarta.
Irawan, M.A., 2007. Glukosa dan Metabolisme Energi. Sport Science Brief. 1(6):12-5.
Ishaq, M. 2007. Fisika Dasar: Elektrisitas dan Magnetisme. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Jacobs, M.B. 1958. The Chemistry and Technology of Food and Food Product.Interscience Publishers. New York.
45
Lagrimini, L.M., Joly, R.J., Dunlap, J.R., and Liu, T.TY. 1997. TheConsequence of Peroxidase Overexpression in Transgenic Plants onRoot Growth and Development. Plant Mol. Biol. Hal. 887-895.
Listiana, I. 2016. Pengaruh Medan Magnet 0,2 mT Terhadap PertumbuhanGeneratif Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) YangDiinfeksi Fusarium oxysporum. Tesis. Universitas Lampung. Lampung.
Lusiati. 2017. Uji Ketahanan Tomat F1 dari Parental Terpapar Medan Magnet 0,2mT dan Diinfeksi Fusarium oxysporum terhadap Serangan Penyakit LayuFusarium. Tesis. Program Pascasarjana Magister Biologi, FakultasMatematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. BandarLampung.
Morejon, LP., Palacio, JC. Castro., Abad, Valazquez., Govea, AP. 2007.Stimulation of Pinus tropicalis M. Seeds by Magnetically Treated Water.International Journal Agrophysics. 21:173-177
Muchtadi, D. 2000. Sayur-sayuran Sumber Sehat dan Antioksidan: MencegahPenyakit Degeneratif. Dept. Teknologi Pangan dan Gizi. IPB. 102 hal.
Nastiti, E. 2016. Efektifitas Medan Magnet 0,2 mT terhadap Resistensi TanamanTomat (Lycopersicum esculentum Mill.) yang Diinfeksi Fusarium sp.Tesis. Universitas Lampung. Lampung.
Nawangsih, A.A., H. Purwanto, W. Agung. 1999. Budidaya Cabai Hot Beauty.Penebar Swadaya. Jakarta
Prabowo, B. 2011. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah Semusim Indonesia.Jakarta. Indonesia.
Pratiwi, R. 2011. Analisis Faktor Predisposisi, Faktor Pendukung dan FaktorPendorong terhadap Pola Makan pada Siswi SMA Yayasan ShafiyyatulAmallyyah Medan Tahun 2010. Skripsi. FKM USU.
Prayudi, B. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai Merah (Capsicum ammumL). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai PengkajianTeknologi Pertanian, Jawa Tengah.
Prescott, L.M. 2002. Prescott-Harley-Klein’s: Microbiology, 5th ed., 553. TheMcGraw-Hill Companies. New York.
Radhakrishnan, R. and Kumari, B. D. R. 2013. Influence of Pulsed MagneticField on Soybean (Glycine max L) Seed Germination Seedling Growthand Microbial Population. Journal of Biochemistry & Biophysics. Hal 312-317.
46
Racuciu M. 2011. 50 Hz Frequency Magnetic Field Effects On Mitotic Activity InThe Maize Root. Romanian Journal Of Biophysics, Vol. 21, No.1.PP.53-62.
Rochalska, M. and Grabowska, K. 2007. Influence of magnetic fields on activityof enzyme : α- and β-amylase and glutathione S-transferase (GST)inwheat plants. Int. Agrophysics. Hal. 185-188.
Rohma, Aulia., Sumardi., Eti Ernawiati dan Rochmah Agustrina. 2013. PengaruhMedan Magnet Terhadap Aktivitas Enzim a-amilase pada KecambahKacang Merah dan Kacang Buncis Hitam (Phaseolus vulgaris L.) SeminarNasional Sains & Teknologi V. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Rostini, N. 2011. Enam Jurus Bertanam Cabai Bebas Hama dan Penyakit.Agromedia. Jakarta
Saragih, H., Tobing, J., dan Silaban, O. 2010. Meningkatkan Laju PertumbuhanKecambah Kedelai dengan Berbantuan Medan Magnetik Statik.Prosiding Seminar Nasional Fisika. Universitas Advent Indonesia.Bandung.
Saravanan, T, Bhaskaran R,dan Muthusamy M. 2004. Pseudomonas flourescensInduced Enzymological Change in Banana Roots (cv, rasthali) againstFusarium Wilt Disease. Plant Pathology Journal. 3:72-80.
Sari, E. N. 2011. Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet yang BerbedaTerhadap Indeks Mitosis dan Anatomi Tanaman Tomat (Lycopersicumesculentum Mill.). Skripsi. Jurusan Biologi Universitas Lampung. BandarLampung
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. UGM Press. Yogyakarta
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta. Hal.247-251.
Siregar, MS. 2012. Pertahanan Metabolik dan Enzim Litik dalam MekanismeResistensi Tanaman terhadap Serangan Patogen. Program IlmuKehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Smirnoff, N. 2000. Ascorbic Acid: Metabolism and Functions of a Multi-FacettedMolecule. Elsevier science. Hal. 229-235. United Kingdom.
Soedojo, Peter. 2000. Fisika Dasar. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Soesanto, L., Mugiastuti, E., dan Rahayuniati. 2002. Kajian MekanismeAntagonis Pseudomonas Fluorescens P60 terhadap Fusarium oxysporumf.sp. lycopersici pada Tanaman Tomat In Vivo. J.HPT Tropika. ISSN14117525. Vol. 10, N0. 2 : 108-115
47
Sun, S.L. and Vorrips. 2000. A Laboratory Test for Resistence Of CapsicumAccessions to Antracnose (Colletotrichum Spp.) and Comparisons withField Test Result. Submitted To European J. Phytophatology.
Sunaryono, Hendro H. 2003. Budidaya Cabai Merah. Sinar Baru Algensindo.Cetakan Ke V. Bandung. 46 hlm.
Sulistyoningsih, hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Supiyanto, 2002. Sains Fisika. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Thurnham DI, Mc Gabe, Northrop-Clewes CA, Nestel P. 2003. Effect ofsubclinical infection on Plasma Retinol Concentrations and Assessment ofprevalence of Vitamin A Deficiency: Meta Analysis. The Lancet 362:2052– 2058.
Tindall, H. D., 1983. Vegetable In The Tropics. Mac Milan Press Ltd., London.
Tjahjadi, Nur. 1991. Bertanam Cabai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Vance, C.P., Kirk,T.K., and Sherwood , R.T. 1980. Lignification as aMechanism of Disease Resistance. Annual Review Phytopathology. Hal.259-288.
van Loon, L.C., W.S. Pierpoint, T. Voller, and V. Conejero. 1994.Recommendations for Naming Plant Pathogenesis-Related Protein. PlantMolecular Biology Reporter 12: 245-264.
Wattimena G. A., Gunawan L. W., Mattjik N. A., Syamsudin E., Wiendi N. M.A., & Ernawati A. 1992. Bioteknologi Tanaman. Laboratorium KulturJaringan Tanaman. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor
Wulansari, Y.E.R., Trapsilo, P., Sudarti. 2010. Aplikasi Medan Magnet ExtremelyLow Frequency (ELF) 100 µT dan 300 µT pada Pertumbuhan TanamanTomat Ranti. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 4 No. 2
Xu P, Chen F, Mannas JP, Feldman T, Sumner LW, Roossinck MJ. 2008.VirusInfection Improves Drought Tolerance.New Phytol ;180:911–21.
Yusuf, K.O., Ogunlela, A.O. 2015. Impact of Magnetic Field Treatment ofIrrigation Water on the Growth and Yield of Tomato.Notulae ScientiaBiologicae. 7 (3) : 345-348
48
Zahara, Rita. 2014. Pengaruh Pemaparan Medan Magnet 0,1 mT dan PerendamanBiji terhadap Kecepatan Pertumbuhan Kecambah dan Anatomi Sel KacangHijau (Phaseolus radiates) dan Kedelai (Glycine max L.). Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Zen, K., Setiamiharja, R., Murdaningsih, Suganda,T. 2002. Aktivitas EnzimPeroksidase pada Lima Genotip Cabai yang Mempunyai KetahananBerbeda Terhadap Penyakit Antraknosa. Zuriat.
Zheng H.Z., Cui, C., Zhang, Y.T., Wang, D., Jing, Y., and Kim, K.Y. 2005.Active Changes of Lignification-Related Enzymes In Pepper ResponseTo Glomus Intraradices and/or Phytophthora capsici. Journal ZhejiangUniversity Science. Hal. 778-786.
Zhou, B.W., s.Y. Liu, D.Y. Chen, Q. Yu, J. Yang, and C. Wang. 1992. Peroxidasein relation to Varietal Resistance to Vius Disease in Rapeseed (Brassicanapus). Abstrak. Oil Crops of China 2:52-54.