ef efek pen penurunan unan kadar adar gluk …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312266-s42765-efek...
TRANSCRIPT
EF
KOMBI
americ
Roxb)
FAKU
EFEK PEN
MBINASI EK
ericana Mill)
oxb) PADA M
PR
AKULTAS MA
UNIV
PENURUNAN
SI EKSTRAK
Mill) DAN BU
DA MENCIT P
PRAWITA
S MATEMATIK
PROGRA
DEPAR
NIVERSITAS IN
UNAN KADAR
RAK ETANOL
N BUAH OYO
CIT PUTIH JA
GLUKOS
SKRIPS
ITA LINTAN
09066015
ATIKA DAN IL
GRAM STUDI
EPARTEMEN
DEPOK
JULI 201
S INDONESIA
ADAR GLUK
ANOL DAUN
OYONG (Luf
IH JANTAN Y
UKOSA
RIPSI
TANG LARA
6601576
AN ILMU PENG
TUDI EKSTEN
EN FARMASI
EPOK
2012
LUKOSA DAR
AUN ALPUKA
Luffa acutan
AN YANG DI
ARASATI
PENGETAHUA
TENSI
MASI
A DARAH
PUKAT (Perse
utangula (L.)
G DIBEBANI
HUAN ALAM
ersea
(L.)
BANI
LAM
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
EF
KOMBI
americ
Roxb)
Diajuk
FAKU
EFEK PEN
MBINASI EK
ericana Mill)
oxb) PADA M
iajukan sebaga
PR
AKULTAS MA
UNIV
PENURUNAN
SI EKSTRAK
Mill) DAN BU
DA MENCIT P
ebagai salah satu
PRAWITA
S MATEMATIK
PROGRA
DEPAR
ii
NIVERSITAS IN
UNAN KADAR
RAK ETANOL
N BUAH OYO
CIT PUTIH JA
GLUKOS
SKRIPS
h satu syarat un
Farmas
ITA LINTAN
09066015
ATIKA DAN IL
GRAM STUDI
EPARTEMEN
DEPOK
JULI 201
S INDONESIA
ADAR GLUK
ANOL DAUN
OYONG (Luf
IH JANTAN Y
UKOSA
RIPSI
rat untuk mempe
rmasi
TANG LARA
6601576
AN ILMU PENG
TUDI EKSTEN
EN FARMASI
EPOK
2012
LUKOSA DAR
AUN ALPUKA
Luffa acutan
AN YANG DI
emperoleh gela
ARASATI
PENGETAHUA
TENSI
MASI
A DARAH
PUKAT (Perse
utangula (L.)
G DIBEBANI
h gelar Sarjana
AHUAN ALAM
ersea
(L.)
BANI
jana
LAM
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, 12 Juli 2012
(Prawita Lintang Larasati)
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Prawita Lintang Larasati
NPM : 0906601576
Tanda Tangan :
Tanggal : 12 Juli 2012
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Prawita Lintang Larasati
NPM : 0906601576
Program Studi : Farmasi Ekstensi
Judul Skripsi : Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Kombinasi
Ekstrak Etanol Daun alpukat (Persea americana
Mill) dan Buah Oyong (Luffa acutangula (L.)
Roxb) pada Mencit Putih Jantan yang Dibebani
Glukosa
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Dra. Azizahwati, M.S., Apt (.................................)
Pembimbing II : Dr.Dadang Kusmana, M.S (.................................)
Penguji I : Rani Sauriasari, M.Sc., PhD.,Apt (.................................)
Penguji II : Drs. Jahja Atmadja (.................................)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 12 Juli 2012
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya bagi pihak-pihak yang turut membantu sepanjang penelitian
dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
1. Ibu Dra. Azizahwati, M.S., Apt., selaku pembimbing I dan Ketua Program
Studi Sarjana Farmasi Ekstensi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran serta dengan sabar membimbing selama penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Dadang Kusmana, M.S. selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar membimbing
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Maryati Kurniadi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, yang telah
membantu memberikan bimbingan akademik selama masa pendidikan di
Farmasi.
4. Ibu Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Ketua Departemen Farmasi atas
bantuannya selama ini.
5. Ibu Santi Purna Sari, M.Si yang telah memberikan bimbingan, saran dan
nasehat yang berarti bagi penulis
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Farmasi FMIPA UI, yang
telah membantu sepanjang proses perkuliahan dan penelitian.
7. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa, dukungan moril dan
finansial selama penelitian dan perkuliahan.
8. Adik-adikku Bagas, Wulan, Amta yang senantiasa memberikan doa dan
semangat.
9. Teman-teman di Laboratorium Farmakologi dan kandang atas
kebersamaannya dalam suka dan duka, serta semangat untuk saling
memberikan motivasi sepanjang penelitian ini.
10. Pak Surya yang telah membantu selama penelitian di kandang.
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
vii
11. Teman-teman Ekstensi Farmasi UI angkatan 2009, 2008, teman satu kosan,
dan anak-anak Palembang atas persahabatan dan bantuan motivasi yang
telah terjalin selama 3 tahun.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas segala
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis selama
penulisan dan penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
2012
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Prawita Lintang Larasati
NPM : 0906601576
Program Studi : Farmasi Ekstensi
Departemen : Farmasi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Kombinasi Ekstrak Etanol DaunAlpukat
(Persea americana Mill) dan Buah Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) pada
Mencit Jantan yang Dibebani Glukosa
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Univesitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih-
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan naman saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 12 Juli 2012
Yang menyatakan
(Prawita Lintang Larasati)
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
ix
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Prawita Lintang Larasati
Program studi : Ekstensi Farmasi
Judul : Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Kombinasi Ekstrak
Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill) dan Buah
Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) pada Mencit Putih
Jantan yang Dibebani Glukosa
Daun alpukat (Persea americana Mill) dan buah oyong (Luffa acutangula (L.)
Roxb.) merupakan tanaman yang secara empiris digunakan untuk berbagai
penyakit, salah satunya diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek
penurunan kadar glukosa darah kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan buah
oyong pada mencit. Dua puluh empat ekor mencit putih jantan galur ddY yang
dibagi dalam enam kelompok. Mencit dipuasakan 16 jam, kemudian diukur
kadar glukosa darah puasa, lalu diberikan ekstrak daun alpukat, ekstrak buah
oyong, ekstrak kombinasi, metformin HCl, dan larutan CMC 0,5%. Tiga puluh
menit setelahnya, diukur kembali kadar glukosa, lalu diberikan glukosa 2 g/kg bb
peroral. Pengukuran dilakukan pada menit ke-30, 60, 90, 120 setelah pemberian
glukosa. Kadar glukosa darah diukur menggunakan glukometer Accu-Chek
Active. Pemberian kombinasi ekstrak 1, daun alpukat 50 mg/kg bb dan buah
oyong 200 mg/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna
secara statistik pada setengah jam setelah pemberian glukosa, sedangkan
kombinasi ekstrak 2, daun alpukat 100 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb
dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna pada satu jam setelah
pemberian glukosa.
Kata kunci : Daun alpukat, buah oyong, glukometer, ekstrak, kadar glukosa
darah, dibebani glukosa
xv+75 halaman : 11 gambar; 9 tabel; 14 lampiran
Daftar Pustaka : 40 (19782012)
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
x
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Prawita Lintang Larasati
Study Program : Pharmacy Ekstensi
Title : Hypoglycemic Effect of Combination Ethanol Extracts of
Avocado Leaves and Ridged Gourd Fruit in Glucose
Loaded Male Mice
Avocado leaves (Persea americana Mill ) and ridge gourd fruit (Luffa acutangula
(L.) Roxb) is a plant that empirically used for various diseases, one of them is
diabetes. The aim of this research was to know the blood glucose lowering effect
of combination extract ethanol avocado leaves and ridge gourd fruit on mice.
Twenty-four of ddY mice white male which was divided into six groups. Each
mice was fasted for 16 hours, then measured blood glucose levels of fasting, and
administered extract avocado leaves, extract ridge gourd fruit, extract
combinations, metformin HCl, and CMC liquid 0,5%. Thirty minutes later,
measured back glucose levels, and administered glucose 2 g/ kg bw orally. Blood
glucose then was measured in 30, 60, 90, and 120 minutes after glucose
administration. Blood glucose was measured using Accu-Chek Active
glucometer. Combination extract 1, avocado leaves 50 mg / kg bb and ridge gourd
fruit 200 mg/ kg bw was able to lower glucose levels in 30 minutes after glucose
administration, while combination extract 2, avocado leaves 100 mg / kg bw and
ridge gourd fruit 200 mg/ kg bw was able to lower blood glucose levels in one
hour after glucose administration.
Key Words : Blood glucose level, avocado leaves, ridge gourd, extract,
glucometer, glucose loaded
xv+75 pages : 11 figures; 9 tables; 14 appendixes
Bibliography : 40 (1978-2012)
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......... viii
ABSTRAK ........................................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup ....................................... 3 1.3 Jenis Penelitian dan Metode ........................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
1.5 Hipotesis ......................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 4
2.1. Tanaman Alpukat .......................................................................... 4
2.2 Tanaman Oyong ............................................................................. 6
2.3 Diabetes Melitus ............................................................................. 7
2.4 Metode Uji Efek Antidiabetes ...................................................... 14
2.5 Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah ................................. 15
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................... 18
3.1 Lokasi dan Waktu ......................................................................... 18
3.2 Bahan ............................................................................................ 18
3.3 Alat ............................................................................................... 19
3.4 Prosedur Kerja .............................................................................. 19
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 25
4.1 Kadar Glukosa Darah Sebelum Perlakuan (T0) ............................ 27
4.2 Kadar Glukosa Darah Satu Jam setelah Perlakuan (T30) .............. 27
4.3 Kadar Glukosa Darah Setengah Jam Setelah Pemberian
Glukosa (Tg30) .............................................................................. 27
4.4 Kadar Glukosa Darah Satu Jam Setelah Pemberian
Glukosa (Tg60) .............................................................................. 28
4.5 Kadar Glukosa Darah Satu Setengah Jam Setelah
Pemberian Glukosa (Tg90) ........................................................... 29
4.6 Kadar Glukosa Darah DuaJam Setelah Pemberian
Glukosa (Tg120) ............................................................................. 30
4.7 Perhitungan Efektivitas Penurunan Kadar Glukosa Darah ........... 31
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
xii
Universitas Indonesia
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 34
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 34
5.2 Saran ............................................................................................. 34
DAFTAR ACUAN ............................................................................ 35
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema reaksi umum yang terjadi pada strip
Accu-check Active ..................................................... 16
Gambar 3.1. Ekstrak etanol daun alpukat ........................................... 39
Gambar 3.2. Ekstrak etranol buah oyong ........................................... 39
Gambar 3.3. Glukometer Accu-check Active ................................ 39
Gambar 4.1. Kurva kadar glukosa darah rata-rata seluruh
kelompok perlakuan pada masing-masing waktu ......... 26
Gambar 4.2. Grafik perhitungan penurunan kadar glukosa darah ...... 31
Gambar 4.3. Grafik efektifitas bahan uji dibandingkan
dengan metformin .......................................................... 32
Gambar 4.4. Kurva kadar glukosa darah rata-rata kelompok dosis
alpukat, kontrol pembanding, dan kontrol normal ....... 40
Gambar 4.5. Kadar glukosa darah rata-rata kelompok dosis
oyong, kontrol pembanding, dan kontrol normal .......... 40
Gambar 4.6. Kadar glukosa darah rata-rata kelompok kombinasi
ekstrak 1, kontrol pembanding, dan kontrol normal ...... 41
Gambar 4.7. Kadar glukosa darah rata-rata kombinasi ekstrak 2,
kontrol pembanding, dan kontrol normal .................... 41
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
xiv
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi Diabetes Melitus ......................................................... 9
Tabel 2.2. Kadar glukosa darah pada pasien normal, paradiabetes,
diabetes melitus ........................................................................... 10
Tabel 3.1. Perbandingan dosis daun alpukat dan buah oyong
untuk pemberian kombinasi ........................................................ 20
Tabel 3.2. Perlakuan pada masing-masing kelompok .................................. 22
Tabel 3.3. Skema perlakuan setiap kelompok hewan uji ............................. 23
Tabel 4.1. Kadar glukosa darah rata-rata (mg/dL) dari seluruh
kelompok uji pada masing-masing waktu ................................... 26
Tabel 4.2. Hasil perhitungan % penurunan kadar glukosa darah ................. 31
Tabel 4.3. Hasil perhitungan efektifitas bahan uji dibandingkan
dengan metformin HCl ................................................................ 32
Tabel 4.4. Kadar glukosa darah rata-rata (mg/dL) dari seluruh
kelompok uji pada masing-masing waktu ................................... 42
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
xv
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan dosis ........................................................ 43
Lampiran 2. Pembuatan ekstrak bahan uji kombinasi ..................... 44
Lampiran 3. Perhitungan kadar air ekstrak etanol daun alpukat ..... 46
Lampiran 4. Perhitungan kadar air ekstrak etanol buah oyong ....... 48
Lampiran 5. Hasil determinasi simpilisia bahan uji daun alpukat ... 49
Lampiran 6. Hasil determinasi simpilisia bahan uji buah oyong..... 50
Lampiran 7. Sertifikat analisa Metformin HCl ................................ 51
Lampiran 8. Sertifikat analisa glukosa monohidrat ......................... 52
Lampiran 9. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah
seluruh hewan uji sebelum perlakuan (T0) ................ 54
Lampiran 10. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah
seluruh hewan uji setelah perlakuan (T30) ................ 56
Lampiran 11. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah
seluruh hewan uji tiga puluh menit setelah
pemberian glukosa (Tg30) ......................................... 60
Lampiran 12. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah seluruh
hewan uji satu jam setelah
pemberian glukosa (Tg60) .......................................... 64
Lampiran 13. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah seluruh
hewan uji satu setengah jam setelah
pemberian glukosa (Tg90) ......................................... 68
Lampiran 14. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah seluruh
hewan uji dua jam setelah
pemberian glukosa (Tg120) (SPSS 19) ...................... 72
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus atau penyakit gula darah adalah salah satu penyakit yang
cukup menonjol di antara penyakit-penyakit lain seperti penyakit jantung dan
pembuluh darah, serta penyakit kanker. Diabetes melitus menjadi masalah
kesehatan masyarakat, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia. Hal ini dapat
dilihat dengan jumlah penderita sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan akan
terus meningkat sampai 21,3 juta orang pada tahun 2030. Secara umum, hampir
80% prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2 (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010).
Diabetes melitus merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan
hiperglikemia akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif
(Wadkar, Magdum, Patil, & Naikwade, 2008). Gejala umum yang sering dialami
oleh penderita adalah poliuria, polifagi, polidipsi, rasa lelah dan kelemahan otot
(Corwin, 2008). Jika kadar gula darah terus meningkat sehingga tidak terkendali,
lama kelamaan akan timbul komplikasi. Komplikasi tersebut meliputi
mikrovaskular (retinopati, neuropati, nefropati) dan komplikasi makrovaskular
(serangan jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah perifer) (Price, 2000).
Untuk memperkecil resiko makin parahnya penyakit dan menurunkan
resiko komplikasi diabetes melitus, diperlukan penanganan terapi obat dan terapi
tanpa obat (Departemen Kesehatan RI, 2005). Pengobatan diabetes melitus dapat
dilakukan dengan pemberian insulin, obat antidiabetik oral, dan obat herbal
(Wadkar, Magdum, Patil, & Naikwade, 2008). Insulin merupakan suatu hormon
yang dihasilkan oleh sel pankreas di dalam pulau Langerhans dan berperan
mengontrol kadar glukosa darah. Penggunaan obat anti diabetes biasanya
berlangsung lama dengan efek samping yang ditimbulkan cukup besar, sehingga
biaya yang ditanggung oleh penderita secara keseluruhan juga besar. Oleh karena
itu diperlukan suatu alternatif pengobatan yang harganya relatif murah dan
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
khasiatnya tidak berbeda jauh dengan obat sintetik. Salah satu alternatif
pengobatan tersebut adalah penggunaan obat tradisional dari tanaman alami.
Pemanfaatan tanaman obat di kalangan masyarakat sebagai obat
tradisional bukanlah hal yang baru. Masyarakat Indonesia telah mengenal dan
menggunakan obat tradisional sejak dulu kala sebagai warisan nenek moyang.
Obat tradisional ini, baik berupa jamu maupun tanaman obat masih digunakan
hingga saat ini. Karena dilihat dari kelebihan obat tradisional adalah efek
sampingnya relatif rendah serta pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek
farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif
(Katno & Pramono, 2008).
Pengobatan tradisional dengan menggunakan kombinasi ekstrak tanaman
di sekitar kita dianggap sebagai cara baik untuk penyembuhan penyakit diabetes
melitus, selain dapat memberikan efek sinergi, untuk meningkatkan potensi
bahkan menambah daya khasiatnya dan juga ekonomis.
Alpukat (Persea americana Mill) dikenal sebagai tanaman yang banyak
manfaatnya, salah satunya adalah bagian daunnya. Daun alpukat mempunyai
manfaat yang banyak terutama dalam dunia kesehatan, seperti antitusif, anti
diabetes, dan pereda rasa sakit dan inflamasi pada penderita arthritis. Diduga
kandungan flavonoid pada daun alpukat, memiliki aktivitas sebagai antidiabetes.
Penelitian mengenai khasiat daun alpukat sebagai hipoglikemik telah dilakukan
pada ekstrak air daun alpukat dengan dosis 100 mg/kg bb. (Antia, Okokon, &
Okon, 2005).
Oyong (Luffa acatagula (L.) Roxb) merupakan tanaman yang mudah
tumbuh. Oyong memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektif, antidiabetes,
antioksidan, antijamur, dan antidepresi (Jyothi, Ambati, Jyothi Asha, 2010).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ekstrak metanol dan ekstrak air buah
oyong efektif menurunkan kadar gula darah dan antihiperlipidemia pada dosis
200 mg dan 400 mg/kg bb, akan tetapi ekstrak metanol lebih baik dibandingkan
ekstrak air buah oyong. (Piero, Ngugi et al, 2012)
Berdasarkan hal tersebut akan dilakukan penelitian tentang efek diabetes
dari kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan buah oyong. Sebagai model
hiperglikemia digunakan mencit yang mengalami keadaan hiperglikemia setelah
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
3
Universitas Indonesia
dibebani glukosa, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang
mendukung secara ilmiah dan dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan
diabetes.
1.2 Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah kombinasi
ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill) dan ekstrak etanol buah
oyong (Luffa acatangula (L.) Roxb.) memiliki efek hipoglikemik pada mencit
putih jantan yang dibebani glukosa. Ruang lingkup penelitian ini mencakup
farmakologi.
1.3 Jenis Penelitian dan Metode
Jenis penelitian yang dikerjakan termasuk ke dalam jenis penelitian
ekperimental. Penelitian ini menggunakan mencit putih jantan yang diberi
kombinasi ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill) dan buah oyong
(Luffa acatangula (L.) Roxb.) yang kemudian dibebani glukosa. Efek antidiabetes
dari kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan buah oyong dievaluasi kadar
glukosa darahnya pada menit ke 30, 60, 90 dan 120 setelah dibebani glukosa.
1.4 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa
darah dari kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan buah oyong pada mencit
putih jantan yang dibebani glukosa.
1.5 Hipotesis
Pemberian kombinasi ekstrak daun alpukat dan ekstrak buah oyong
memiliki efek antidiabetes pada mencit putih jantan yang dibebani glukosa.
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Alpukat
2.1.1 Klasifikasi (Heyne, 1987)
2.1.2 Nama daerah dan nama asing
Tanaman alpukat mempunyai nama lain yaitu avokat, advokat, apokat,
adpokat, alpokat (Sumatera); apuket, alpuket (Sunda); apokat, avokat (Jawa);
advocaat (Belanda); avokat (Prancis); ahuaca-te, aguacate (Spanyol), avocado
(Inggris) (Rukmana, 2000).
2.1.3 Morfologi
Tanaman alpukat berasal dari Amerika Tengah. Tumbuh di daerah tropis
dan subtropik dengan curah hujan antara 1.800 mm sampai 4.500 mm tiap tahun.
Pada umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan ini
tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi, kelembaban rendah pada saat
berbunga dan angin yang keras pada saat pembentukan buah. Di Indonesia,
tanaman alpukat tumbuh pada ketinggian tempat antara 1 m sampai 1.000 m
diatas permukaan laut (Departemen Kesehatan, 1978).
Pohon alpukat memiliki ketinggian 3-10 m, berakar tunggang, batang
berkayu, bulat, warnanya coklat kotor, bercabang banyak, serta ranting berambut
halus. Daun tunggal, dengan tangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, kotor, letaknya
berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang,
tebal seperti kulit, ujung dan pangkal runcing, namun terkadang agak
Divisi : Spermatophya
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Renales
Suku : Lauraceae
Marga : Persea
Jenis : Persea americana Mill
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
rmenggulung ke atas, bertulang rnenyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun
muda berwarna kemerahan dan berambut rapat, serta daun tua berwarna hijau dan
gundul.
Pohon ini berbunga majemuk, berkelamin dua, tersusun dalam malai yang
keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan. Buah alpukat adalah buni,
bentuk bola atau bulat telur, panjang 5-20 cm, warnanya hijau atau hijau
kekuningan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali, berbiji satu, daging
buah masak memiliki konsistensi lunak, warnanya hijau, kekuningan. Biji bulat
seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji putih kemerahan (Yuniarti, 2008).
2.1.4 Kandungan kimia
Kandungan kimia dari daging buah dan daun mengandung saponin,
alkaloida dan flavonoid, selain itu juga buah mengandung tanin dan daunnya
mengandung polifenol, quersetin, dan gula alkohol persiit (Yuniarti, 2008). Pada
ekstrak air daun alpukat (Persea americana Mill) mengandung saponin, tanin,
phlobatanin, flavonoid,alkaloid, polisakarida. (Antia, Okokon, & Okon, 2005).
Penelitian lain pada ekstrak metanol pada daun alpukat mengandung steroid,
tanin, saponin, flavonoid, alkaloid, fenol, antraquinon, triterpen (Asaolu et al,
2010)
2.1.5 Kegunaan
Tanaman alpukat direkomendasikan untuk anemia, hiperkolesterolemia,
hipertensi, kelelahan, radang lambung, ulkus saluran cerna (Antia,Okokon, &
Okon, 2005). Infus daun alpukat telah diteliti secara invitro dapat menghambat
replikasi adenovirus serta ekstrak air dan metanol daun alpukat dapat menghambat
aktivitas antibakteri. Ekstrak air daun alpukat memiliki efek antihipertensi dan
hasil dekok daun alpukat dapat meringankan diare, nyeri tenggorokan (Brai,
Odetola, & Agomo, 2007).
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
2.2 Tanaman Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.)
2.2.1 Klasifikasi (Jyothi, Ambati, & Jyothi Asha, 2010 ; Gowtham, Kuppast,
Mankani, 2012)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Cucurbitales
Suku : Cucurbitaceae
Marga : Luffa
Jenis : Luffa acutangula (L.) Roxb.
Nama lain : Jhimani, Karvitarui, Karvituri, Sankirah, Rantorai (Hindi);
Ridge gourd, Angled loofah, Chinese okra, Dish-
clothgourd, Ribbed loofah, Silk gourd, Silky gourd, Sinkwa
towelsponge, Sinqua melon,Vegetable sponge (Inggris);
Kahire, Kahi Heere, Naaga daali balli (Kannada).
Nama daerah : Jinggi, Oyong (Sumatera); Timput (Palembang); Kimput
(Sunda); Kacur (Jawa); Oyong (Jakarta); Jinggi, Petola
(Maluku).
2.2.2 Morfologi
Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb) merupakan tanaman memanjat yang
cukup besar. Tumbuhan ini memiliki batang sulur. Daun dari tumbuhan ini
berbentuk orbicular, berwarna hijau pucat dengan lebar 15-20 cm, menjari
dengan 5-7 sudut atau lekukan, dan memiliki urat daun yang menonjol. Buah dari
tumbuhan oyong berbentuk lonjong memanjang berwarna cokelat kekuningan
pucat, dengan panjang 4-10 cm, diameter 2-4 cm, dan pada permukaan luarnya
dikelilingi dengan 8-10 rusuk memanjang yang menonjol. Bagian buah terbagi
dalam 3 bagian. Bagian dalam buah merupakan bagian yang berserat dan mudah
dipisahkan secara sempurna dengan bagian luarnya. Buah ini memiliki rasa pahit,
namun di Indonesia buah oyong memiliki rasa yang sedikit manis dan sejuk
(Jyothi, Ambati, & Jyothi Asha, 2010).
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
2.2.3 Ekologi, penyebaran dan budidaya
Tumbuhan oyong tersebar di wilayah India, Cina, serta wilayah lain yang
secara alami beriklim tropis dan subtropis. Tumbuhan ini mampu tumbuh pada
semua jenis tanah dan dapat ditanam baik pada musim panas maupun pada musim
hujan. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji. Bibit atau biji tumbuhan ini
sebaiknya ditebarkan untuk ditanam pada bulan Februari-Maret atau Juni-Juli
(Jyothi, Ambati, & Jyothi Asha, 2010).
2.2.4 Kandungan kimia
Kandungan kimia utama oyong termasuk karbohidrat, karoten, lemak,
protein, asam amino, alanin, arginin, sistin, asam glutamat, glisin, hidroksiprolin,
serin, triptofan, asam pipekolat, flavonoid, dan saponin. Dalam buah oyong juga
terdapat kandungan senyawa yang memberikan rasa pahit, yakni lufein. (Jyothi,
Ambati, & Jyothi Asha, 2010 ; Gowtham, Kuppast, & Mankani, 2012)
2.2.5 Kegunaan
Tanaman oyong memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektif, antidiabetes,
antioksidan, antijamur, antidepresi. (Jyothi, Ambati, & Jyothi Asha, 2010). Hasil
dekoksi dari bagian sponge (gabus) oyong yang diberikan secara intraperitoneal
ataupun subkutan dapat memiliki efek sebagai antiinflamasi, analgesik, dan
transkuilizer pada tikus. Oyong juga dapat bermanfaat untuk menghilangkan
jaringan kulit mati. Selain itu, buah oyong memiliki sifat sebagai demulsen,
diuretik, serta kaya akan nutrisi (Rahman, Anisuzzaman, Ahmed, Islam, &
Naderuzzaman, 2008).
2.3 Diabetes Mellitus
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau
mengalihkan. Melitus dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urin
yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus (DM) adalah
gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan
dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin,
atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular dan
makrovaskular (Wells, Dipiro J, Scwinghammer, & Dipiro C, 2009)
2.3.1 Gejala diabetes melitus (Corwin, 2008)
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) karena air mengikuti glukosa
yang keluar melalui urin.
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstra sel. Dehidrasi
intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi
keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang
hipertonik (konsentrasi tinggi).
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai
energi.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang
kronis, katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relatif sel.
2.3.2 Klasifikasi (Wells, Dipiro J, Scwinghammer, & Dipiro C, 2009)
Berdasarkan etiologinya, DM dapat dibedakan menjadi:
(1) DM tipe 1, yaitu penyakit DM yang disebabkan karena adanya kerusakan sel
pankreas yang menyebabkan kekurangan sekresi insulin secara mutlak. Tipe ini
sering disebut insulin dependent diabetes mellitus atau IDDM karena pasien
mutlak membutuhkan insulin. Penderita DM tipe 1 kurang lebih 5-10% dari total
penderita DM.
(2) DM tipe 2, yaitu penyakit DM akibat resistensi insulin atau defisiensi relatif
insulin atau gabungan keduanya. DM tipe 2 ini terjadi ketika gaya hidup dengan
asupan kalori yang berlebihan, kurang olahraga, obesitas, dan adanya faktor
genetik. Pada tipe 2 ini, tidak selalu dibutuhkan insulin, cukup ditangani dengan
diet dan antidiabetik oral. Oleh sebab itu, tipe ini juga disebut non insulin
dependent diabetes mellitus atau NIDDM. Penderita DM tipe 2 kurang lebih 90%
dari kasus DM.
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
9
Universitas Indonesia
(3) DM gestasional,yaitu penyakit DM yang terjadi pada saat kehamilan ataupun
setelah kehamilan.
(4) DM lainnya, yaitu penyakit DM yang tidak diketahui penyebabnya, seperti
pada sindrom crushing, akromegali, pankreatitis, atau akibat penggunaan obat,
(glukokortikoid, pentamidin, niacin, -interferon). Keterangan lebih lengkap dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi diabetes melitus
No Diabetes
Melitus Keterangan
1 Tipe 1 Destruksi sel , umumnya mengarah ke defisiensi insulin
absolut akibat autoimun atau idiopatik
2 Tipe 2
Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan
gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3 Tipe lain
Defek genetik fungsi sel , defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, diabetes
karena obat atau zat kimia, diabetes karena infeksi.
4 Gestasional
Diabetes melitus yang muncul pada masa kehamilan,
umumnya bersifat sementara, tetapi merupakan faktor
risiko untuk DM tipe 2
5 Pra-Diabetes
IFG (Impaired Fasting Glucose) = GPT (Glukosa Puasa
Terganggu), atau IGT (Impaired Glucose Tolerance) =
TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) (sumber: Departemen Kesehatan RI, 2005)
2.3.3 Diagnosis (Departemen Kesehatan RI, 2005; Price, 2000).
Apabila penderita telah menunjukkan gejala DM yang khas, hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl telah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126
mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM (Tabel 2.2).
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Kadar glukosa darah pada pasien normal, pradiabetes, dan diabetes
melitus
Kelompok Glukosa darah puasa Glukosa darah postprandial
(mg/dl) (mmol/l) (mg/dl) (mmol/l)
Normal < 100 < 5,6 < 140 < 7,8
Pradiabetes 100125 5,66,9 140199 7,811,1
Diabetes Melitus 126 7,0 200 11,1
(Sumber: DiPiro, Talbert, Yees, Matzke, Wells, & Posey, 2005)
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis diabetes melitus
antara lain adalah pemeriksaan urin untuk mendeteksi adanya glukosuria,
pemeriksaan darah yang meliputi glukosa darah puasa, glukosa darah sewaktu, tes
toleransi glukosa oral (TTGO), glukosa darah kapiler, dan tes glikohemoglobin
(HbA1c) (Porth & Matfin, 2009).
2.3.4 Terapi nonfarmakologis
2.3.4.1 Diet
Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang.
Asupan serat sangat penting bagi penderita diabetes, disamping akan menolong
menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh
tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang sering dirasakan penderita
DM (Departemen Kesehatan RI, 2005).
2.3.4.2 Olahraga
Olahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar glukosa
darah tetap normal karena dapat memperbanyak jumlah dan meningkatkan
aktivitas reseptor insulin dalam tubuh, serta meningkatkan penggunaan glukosa
(Departemen Kesehatan RI, 2005) selain itu dapat menurunkan lemak tubuh,
mengontrol berat badan (Porth & Matfin, 2009).
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
11
Universitas Indonesia
2.3.5 Terapi farmakologis
2.3.5.1 Insulin
Mekanisme kerja insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan
menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa
hepatik (Sukandar et al, 2008). Terapi insulin mutlak bagi penderita DM Tipe 1
karena sel Langerhans pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat
memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe 1 harus
mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di
dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Insulin juga diberikan pada penderita DM
Tipe 2 yang kadar glukosa darahnya tidak dapat dikendalikan dengan diet dan
antidiabetik oral, DM pascapankreatektomi, DM gestasional, DM dengan berat
badan yang menurun cepat, DM dengan komplikasi akut, DM dengan
ketoasidosis, atau komplikasi lain sebelum tindakan operasi (DM tipe 1 dan 2).
Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral untuk memenuhi kebutuhan
energinya yang meningkat, juga memerlukan insulin eksogen secara bertahap
untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal (Departemen
Kesehatan RI, 2005; Suherman, 2007).
Insulin tersedia dalam bentuk injeksi melalui rute intravena, intramuskular,
dan subkutan. Rute subkutan paling banyak digunakan untuk jangka panjang.
Pemberian insulin tidak dapat diberikan melalui oral karena dapat dipecah oleh
enzim pencernaan. Kebutuhan insulin pada pasien DM umumnya berkisar antara
5-150 U sehari bergantung pada keadaan pasien (Suherman, 2007). Terdapat
berbagai jenis sediaan insulin yang berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan
masa kerjanya (durasi). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi
beberapa kelompok (Porth & Matfin, 2009; Wells, Dipiro J, Scwinghammer, &
Dipiro C, 2009)
a) Insulin masa kerja singkat (Short-acting Insulin)
b) Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting).
c) Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat.
d) Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin).
e) Insulin premixed
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
12
Universitas Indonesia
2.3.5.2 Antidiabetik oral
a. Sulfonilurea
Dikenal dua generasi sulfonilurea, generasi pertama terdiri dari
tolbutamid, asetoheksimid, dan klorpropamid. Generasi berikutnya memiliki
potensi hipoglikemik lebih besar, antara lain gliburid atau glibenklamid, glipizid,
glikazid, dan glimepirid.
Mekanisme kerja sulfonilurea yaitu dengan merangsang sekresi hormon
insulin dari granul sel-sel Langerhans pankreas. Interaksinya dengan ATP-
sensitive K channel pada membran sel-sel menimbulkan depolarisasi membran
dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca, maka ion
Ca2+
akan masuk ke dalam sel kemudian merangsang granula yang berisi insulin
dan akan terjadi sekresi insulin. Pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang
besar dapat menyebabkan hipoglikemia (Porth & Matfin, 2009; Suherman, 2007).
Sulfonilurea generasi kedua umumnya memiliki potensi hipoglikemiknya
hampir 100 kali lebih besar daripada generasi pertama. Meski waktu paruhnya
pendek, hanya sekitar 3-5 jam, efek hipoglikemiknya dapat berlangsung 12-24
jam, sehingga cukup diberikan satu kali sehari.
b. Meglitinid
Mekanisme kerja sama seperti sulfonilurea tetapi struktur kimianya sangat
berbeda. Masa paruhnya relatif cepat sehingga perlu diberikan beberapa kali
sehari. Umumnya obat golongan ini dikombinasikan dengan obat antidiabetik oral
lainnya. Efek samping utamanya hipoglikemia dan gangguan saluran cerna.
Contoh obat golongan ini adalah repaglinid dan netaglinid (Suherman, 2007).
Karena tidak mengandung sulfur, meglitinid dapat digunakan untuk pasien DM
tipe 2 yang alergi terhadap sulfur atau sulfonilurea.
c. Biguanid
Obat golongan ini bekerja meningkatkan sensitivitas reseptor insulin pada
jaringan otot dan hepatik, sehingga terjadi peningkatan ambilan glukosa ke dalam
sel dan mengurangi terjadinya glukoneogenesis. Biguanid tidak merangsang
sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkan hipoglikemia sebagai efek
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
13
Universitas Indonesia
sampingnya. Obat golongan ini hanya satu yang beredar, yaitu metformin. Dosis
metformin ialah 13 g sehari dibagi dalam dua atau tiga kali pemberian. Dosis
awal pemberian adalah 500 mg. Efek samping yang dapat terjadi yaitu perut
kembung, mual, muntah, diare dan anoreksia. Obat ini menekan nafsu makan
hingga berat badan tidak meningkat, sehingga baik diberikan pada penderita
yang overweight. (Porth & Matfin, 2009). Metformin dikontraindikasikan pada
pasien gangguan ginjal, hati, hipoksemia, dan dehidrasi. Metformin diperkirakan
50%-60% bioavalabilitasnya oral, kelarutannya dalam lipid rendah, dan volume
distribusinya pada cairan tubuh. Metformin dieliminasi melalui sekresi tubular
ginjal dan filtrasi glomerulus. Waktu paruh metformin rata-rata adalah 6 jam,
meskipun secara farmakodinamik, efek antihiperglikemik pada metformin > 24
jam.
d. Tiazolidindion (Glitazon)
Mekanisme kerja dari tiazolidindion adalah mengurangi resistensi insulin.
Mekanismenya terkait dengan regulasi dari gen yang terlibat dalam metabolisme
glukosa dan lemak. Selain itu, obat ini juga menurunkan glukoneogenesis di hati.
Contoh obat golongan ini rosiglitazon dan pioglitazon (Suherman, 2007).
e. Penghambat -glukosidase
Senyawa-senyawa penghambat -glukosidase bekerja menghambat -
glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus yang sehingga mencegah
penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus dengan demikian
memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat (Sukandar et al, 2008).
Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan
menyebabkan efek samping hipoglikemia. Contoh golongan obat ini adalah
akarbose dan miglitol. Obat ini efektif pada pasien dengan diet tinggi karbohidrat
dan dapat digunakan sebagai monoterapi pada DM usia lanjut atau DM yang
glukosa postprandialnya sangat tinggi. (Suherman, 2007).
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
14
Universitas Indonesia
f. Terapi berbasis inkretin
Hormon inkretin adalah hormon yang dihasilkan epitel usus yang
berfungsi dalam glukoregulator. Inkretin bekerja dengan menstimulasi sekresi
insulin di sel beta pankreas. Untuk individu normal, jumlah inkretin kira-kira 20-
60% dari sekresi insulin setelah makan. Inkretin terdiri atas dua macam, yaitu
GLP-1 (glucagone like peptide-1) dan GIP (glucose-dependent isulinotropic
polypeptide). GLP-1 berikatan dengan reseptor sel di pankreas sehingga
memiliki efek meningkatkan sekresi insulin, menekan sekresi glukagon,
meningkatkan proliferasi sel , dan menjaga sel agar resisten terhadap
apoptosis. Namun, GLP-1 sangat cepat didegradasi oleh enzim DPP IV sehingga
mempunyai waktu paruh yang sangat singkat, yaitu 1-2 menit. Terdapat 2 kategori
senyawa yang dikembangkan dalam terapi berbasis inkretin, yaitu GLP-1
mimetik, contohnya exenatide dan liragutide, serta penghambat DPP IV,
contohnya sitagliptin dan vildagliptin (Nicolucci & Rossi, 2008).
2.4 Metode Uji Efek Diabetes
Keadaan diabetes mellitus dapat diinduksi dengan cara pankreaktomi dan
pemberian zat kimia. Zat kimia sebagai induktor (diabetogen) bisa digunakan
aloksan, streptozotozin, diaksosida, adrenalin, glukagon, EDTA (Suharmiati,
2003). Selain itu dapat digunakan metode uji toleransi glukosa, dimana tubuh
dibebani glukosa untuk mengetahui kemampuan tubuh untuk menggunakan
glukosa. (Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, 1993).
2.4.1 Metode uji diabetes aloksan
Aloksan merupakan derivat urea yang menyebabkan nekrosis selektif pada
sel beta pankreas. Aloksan digunakan untuk membuat diabetes pada hewan uji
seperti kelinci, tikus, anjing. Prinsip metode ini yaitu pemberian aloksan secara
parenteral. Hewan uji yang berbeda dengan kondisi yang berbeda akan
menghasilkan dosis yang berbeda, sehingga uji pendahuluan tetap dilakukan
untuk menetapkan dosis aloksan. Dosis tunggal 140180 mg/kg dapat digunakan
untuk semua jenis hewan uji. Aloksan diberikan dalam larutan konsentrasi 5% b/v
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
15
Universitas Indonesia
dan diinjeksikan secara intravena melalui vena telinga kelinci atau secara
intraperitoneal untuk tikus dan mencit (Etuk, 2010).
2.4.2 Metode tes toleransi glukosa peroral (TTGO)
Toleransi glukosa adalah kemampuan tubuh untuk menggunakan
glukosa. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban glukosa untuk melihat
pengaruh terhadap toleransi glukosa. Pada pengujian ini, hiperglikemia hanya
berlangsung beberapa jam setelah pemberian glukosa sebagai diabetogen. Prinsip
metode ini adalah hewan uji dipuasakan selama 16-20 jam tetapi tetap diberi
minum, kemudian diambil cuplikan darah vena lalu diberikan sediaan obat yang
diuji secara oral. Setengah hingga satu jam setelah pemberian sediaan obat, hewan
uji diberikan larutan glukosa secara oral. Pengambilan cuplikan darah vena
diulangi setelah perlakuan pada waktu-waktu tertentu.
2.5 Metode pemeriksaan kadar glukosa darah
Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat ditentukan dengan tiga macam
metode, yaitu: metode oksidasi reduksi, metode kondensasi, dan metode
enzimatik.
2.5.1 Metode reduksi-oksidasi
Pengukuran glukosa berdasarkan pada sifatnya sebagai zat pereduksi
dalam larutan alkali panas. Metode ini tidak spesifik karena adanya zat-zat non
glukosa lain juga bersifat mereduksi.
2.5.2 Metode enzimatik
Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik
pada glukosa. Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik
pada glukosa sehingga memberikan hasil yang relatif lebih cepat dibandingkan
dengan metode lainnya. Metode ini diantaranya adalah metode heksokinase,
glukosa oksidase, dan glukosa dehidrogenase.
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
16
Universitas Indonesia
Glukosa
Mediatoroks 2 elektron Elektroda
(Quinoneimine)
Indikator
(Phosphomolybdic)
GDH PQQ
Glukonolakton Mediatorred
(Phenylendiamine)
Penggunaan alat glukometer merupakan salah satu contoh aplikasi
pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan metode ini, dimana strip uji
mengandung enzim pengoksidasi glukosa yang akan bereaksi dengan glukosa
darah (Roche, 2009). Dengan menggunakan alat glukometer, hanya dibutuhkan
sejumlah kecil sampel darah (1-2 L) yang diaplikasikan pada strip yang
digunakan secara sekali pakai. Pada strip glukometer sudah terkandung suatu
enzim oksidoreduktase bersama-sama dengan koenzim atau kofaktor atau enzim
penyerta yang sesuai dan suatu mediator yang bergantung pada prinsip
pengukuran yang dipilih (fotometri atau elektrokimia).
Prinsip kerja dari alat ini yaitu pada strip terdapat enzim yang secara
spesifik bereaksi pada glukosa. Enzim tersebut akan mengoksidasi glukosa
menjadi glukonolakton sehingga akan dilepaskan elektron akibat dari reaksi ini.
Elektron yang dihasilkan ditransfer ke mediator, mengakibatkan terjadinya proses
reduksi mediator dari bentuk teroksidasi menjadi bentuk tereduksinya.
Mediator akan teroksidasi kembali dan mengirinkan elektron ke elektroda
untuk pengukuran secara elektrokimia, atau ke molekul indikator yang akan
mengalami perubahan warna. Pengukuran dapat dilakukan secara elektrokimia
dan fotometri (Hones, Muller &Surrige, 2008).
(Sumber: Hones, Muller &Surrige, 2008, telah diolah kembali)
Gambar 2.1. Skema reaksi umum yang terjadi pada strip Accu-chek active
Keterangan:
GDH : Glucose dehydrogenase (glukosa dehidrogenase)
PQQ : Pyrrolo Quinoline Quinone (Pirrolo Kuinolin Kuinon)
Prinsip pengukuran pada Accu-Chek Active menggunakan metode
fotometri. Pengukuran fotometri dilakukan dengan pemaparan cahaya dari dioda.
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
17
Universitas Indonesia
Sebagian dari pantulan cahaya sampai pada fotodetektor yang kemudian
dikonversi menjadi arus. Produk reaksi yang terjadi tidak berubah setelah
pengukuran (Hones, Muller, & Surridge, 2008).
2.5.3 Metode kondensasi (metode o-toluidin) (World Health Organization, 2003;
Dubowsky, 2008)
Senyawa amin aromatik seperti o-toluidin, asam p-aminobenzoat, asam p-
aminosalisilat dan m-aminofenol dapat bereaksi dengan glukosa dalam larutan
asam yang panas, dan membentuk produk berwarna. Senyawa amin aromatik
yang banyak digunakan untuk penentuan kadar glukosa adalah o-toluidin
Prinsip dari metode ini, yaitu protein yang terdapat dalam darah
diendapkan terlebih dahulu dengan asam trikloroasetat. Kemudian dilakukan
sentrifugasi untuk memisahkan supernatan dan endapan. Glukosa yang terdapat
dalam supernatan yang jernih kemudian akan direaksikan dengan o-toluidin yang
merupakan amin aromatis primer dalam pelarut asam asetat glasial panas yang
akan memberikan warna hijau - biru.
O-toluidin berkondensasi dengan gugus aldehida pada glukosa membentuk
suatu campuran kromogen hijau - biru dengan panjang gelombang maksimum
sekitar 630 nm Pengukuran serapan dilakukan menggunakan spektrofotometer
UV-vis.
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
18
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia selama empat bulan, sejak Februari hingga
Mei 2012.
3.2 Bahan
3.2.1 Hewan uji
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit putih jantan
galur ddY berumur kurang lebih 5-6 minggu dengan berat badan 20 gram
sebanyak 24 ekor. Hewan uji diperoleh dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Cibinong. Mencit betina tidak diikutsertakan dalam penelitian ini
karena dikhawatirkan siklus hormonalnya dapat berpengaruh pada kadar glukosa
yang akan diukur. Hormon estrogen dan progestin yang terdapat pada tikus betina
diketahui bersifat antagonis terhadap hormon insulin (Suherman, 2007).
3.2.2 Bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun alpukat yang diperoleh di daerah
Depok dan sekitarnya kemudian di determinasi di Herbarium Bogorinse, Bidang
Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong (Lampiran 5). Daun alpukat
kemudian dibuat menjadi ekstrak etanol oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Serpong (Gambar 3.1). Sedangkan ekstrak buah oyong (Gambar
3.2) dibuat dari serbuk kering buah oyong dengan usia sekitar 2 bulan yang
diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik dan dideterminasi
oleh pusat penelitian dan pengembangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Bogor (Lampiran 6).
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
19
Universitas Indonesia
3.2.3 Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan antara lain, aquadest, glukosa monohidrat
(merck), glukostrip Accu-Check Active
(Roche), metformin HCl (Clinisindo
Laboratories), CMC-Na, alkohol 70 %.
3.3 Alat
Sonde lambung, timbangan analitik (Ohauss), timbangan tikus (And),
spuit (BD), alat-alat gelas (pyrex), Accu Check Active (Roche), surgical blade
(General Care), perangkap mencit.
3.4 Prosedur kerja
3.4.1 Penyiapan hewan uji
Mencit diaklimatisasi selama 1 minggu di kandang hewan Departemen
Farmasi FMIPA-UI. Aklimatisasi bertujuan agar tikus beradaptasi dengan
lingkungan baru dan meminimalisasi efek stres pada mencit yang dapat
berpengaruh pada metabolismenya dan dapat mengganggu penelitian. Setiap
mencit diberi makan dan minum serta ditimbang berat badannya secara rutin.
Mencit yang digunakan dalam penelitian harus sehat dengan tanda-tanda bulu
tidak berdiri, warna putih bersih, mata jernih, tingkah laku normal, dan
mengalami peningkatan berat badan dalam batas tertentu yang diukur secara rutin.
3.4.2 Penetapan dosis
3.4.2.1 Ekstrak daun alpukat dan buah oyong
Dosis daun alpukat yang digunakan adalah 100mg/kg bb (Antia, Okokon,
& Okon, 2010) dan dosis buah oyong yaitu 200mg/kg bb (Gowtham, Kuppast, &
Mankani, 2012). Perhitungan dosis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
Variasi dosis yang diberikan untuk kombinasi terdapat dalam Tabel 3.1
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Tabel 3.1. Perbandingan dosis daun alpukat dan buah oyong untuk pemberian
kombinasi
Kombinasi Dosis
Daun Alpukat Buah oyong
1 50 mg/kg bb 200 mg/kg bb
2 100 mg/kg bb
3.4.2.2 Metformin HCl
Dosis metformin HCl yang digunakan pada manusia adalah 500 mg
diberikan dalam bentuk suspensi dengan CMC (Carboxymethylcellulose), yang
dikonversikan yaitu dosis untuk setiap 20 g bb mencit setara dengan 0,0026 kali
dosis manusia dan dikalikan faktor farmakokinetika 10, sehingga dosis yang
digunakan adalah 13 mg/20 g bb. Sertifikat analisis metformin HCl dapat dilihat
pada Lampiran 7.
3.4.2.3 Dosis Glukosa Yang Diberikan
Dosis glukosa yang diberikan sebesar 2 g/kg bb. Karena yang digunakan
glukosa monohidrat, maka dilakukan perhitungan berdasarkan perbandingan berat
molekul. Sertifikat analisis glukosa monohidrat dapat dilihat pada Lampiran 8.
3.4.3 Penyiapan larutan uji
3.4.3.1 Pembuatan larutan glukosa 20%
Glukosa monohidrat ditimbang sebanyak 2000 mg kemudian dilarutkan
dalam 10 ml aquadest.
3.4.3.2 Pembuatan suspensi metformin HCl
Metformin HCl disuspensikan dengan menimbang 208 mg dan
ditambahkan volumenya dengan CMC (Carboxymethylcellulose) 0,5% hingga 8
ml sambil dihomogenkan.
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
21
Universitas Indonesia
3.4.3.3 Pembuatan suspensi ekstrak etanol daun alpukat dan buah oyong
Sediaan ekstrak etanol sesuai dosis yang digunakan disuspensikan dengan
CMC (Carboxymethylcellulose) 0,5%. Pembuatan suspensi dibuat dari dosis
tertinggi yaitu 100 mg/kg bb. Dosis 50 mg/kg bb diperoleh dengan cara
mengencerkan dari dosis 100 mg/kg bb.
Ekstrak buah oyong dihitung dahulu rendemen ekstrak yang didapat.
Pembuatan suspensi ekstrak oyong dibuat dengan dosis 200 mg/kg bb dengan
dikalikan hasil rendemen yang didapat. Suspensi bahan uji yang telah siap
kemudian diberikan peroral ke hewan uji dengan volume sesuai dengan berat
badan. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.4.4 Pelaksanaan Percobaan
Percobaan ini menggunakan rancangan penelitian desain acak lengkap,
dimana hewan uji dibagi dalam 6 kelompok perlakuan di mana jumlah ulangan
tiap kelompok dihitung berdasarkan rumus Federer (Hidayat, 2010)
Sehingga jumlah tikus minimum yang digunakan ialah 4 ekor tiap kelompok
perlakuan. Pada penelitian ini menggunakan 24 ekor mencit putih jantan yang
dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok. Perlakuan untuk masing-masing
kelompoknya dapat dilihat pada Tabel 3.2.
(n - 1)(t - 1) 15
(n - 1)(6 - 1) 15
(n - 1)(5) 15
5n 5 15
5n 20
n 4
t = kelompok perlakuan
n = jumlah sampel perkelompok perlakuan
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Tabel 3.2 Perlakuan pada masing-masing kelompok
No Kelompok
Jumlah
mencit
(ekor)
Perlakuan
1 Kontrol normal 4
Diberi larutan CMC 0,5%
0.5 ml/20 g bb, kemudian dibebani
glukosa 2 g/kg bb
2 Kontrol pembanding 4
Diberi metformin HCl 13 mg/ 20 g
bb, kemudian dibebani glukosa 2
g/kg bb
3 Daun alpukat
100 mg/kg bb
Diberi ekstrak daun alpukat dosis
100 mg/kg bb dengan CMC 0,5%
sebagai pensuspensi, kemudian
dibebani glukosa 2 g/kg bb
4 Buah oyong
200 mg/kg bb 4
Diberi ekstrak buah oyong dosis
200 mg/kg bb dengan CMC 0,5%
sebagai pensuspensi, kemudian
dibebani glukosa 2 g/kg bb
5 Kombinasi 1
4
Diberi ekstrak daun alpukat dosis
50 mg/kg bb dan buah oyong 200
mg/kg bb dengan CMC 0,5%
sebagai pensuspensi, kemudian
dibebani glukosa 2 g/kg bb
6 Kombinasi 2 4
Diberi ekstrak daun alpukat dosis
100 mg/kg bb dan buah oyong 200
mg/kg bb dengan CMC 0,5%
sebagai pensuspensi, kemudian
dibebani glukosa 2 g/kg bb
Awalnya hewan uji dipuasakan selama 16 jam dengan tetap diberi minum, puasa
dilakukan untuk memperoleh kadar glukosa darah puasa sebagai kadar glukosa
darah awal. Selain itu, puasa juga dilakukan untuk meminimalisir pengaruh dari
zatzat yang terdapat dalam makanan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
Kemudian darah diambil melalui vena ekor mencit dan diukur kadar
glukosa darah puasanya sebagai kadar glukosa darah puasa awal. Setelahnya
hewan uji dari tiap-tiap kelompok diberi perlakuan bahan uji seperti yang tertera
pada tabel 3.2. Tiga puluh menit setelah pemberian bahan uji, pengukuran kadar
glukosa darah dilakukan kembali sebagai kadar glukosa darah tiga puluh menit
setelah pemberian larutan uji (T30). Hewan uji kemudian diberikan larutan glukosa
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
23
Universitas Indonesia
20 % dengan dosis 2 g/kg bb secara peroral. Cuplikan darah diambil pada menit
30, 60, 90, 120 setelah pemberian glukosa (Tg30, Tg60, Tg90, dan Tg120).
Tabel 3.3. Skema perlakuan setiap kelompok hewan uji
Kelompo
k
Perlakuan
Setelah
dipuasaka
n 16 jam
T0 T30 Tg30 Tg60 Tg90 Tg120
KN
Pengukura
n kadar
glukosa
darah
puasa
Pemberia
n bahan
uji
Pengukura
n kadar
glukosa
darah 30
menit dan
pemberian
larutan
glukosa
20%
Cuplika
n darah
diambil
pada
menit
30
Cuplika
n darah
diambil
pada
menit
60
Cuplika
n darah
diambil
pada
menit
90
Cuplika
n darah
diambil
pada
menit
120
KP
DA
DO
KE1
KE2
Keterangan: KN = Kontrol normal, diberi larutan CMC 0,5% 0.5 ml/20 g bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; KP =
Kontrol pembanding, diberi metformin HCl 13 mg/ 20 g bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; DA =
Dosis alpukat, diberi ekstrak daun alpukat dosis 100 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; DO =
Dosis oyong, diberi ekstrak buah oyong dosis 200 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; KE1 =
Kombinasi ekstrak 1, diberi ekstrak daun alpukat dosis 100 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb,
kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; KE2 = Kombinasi ekstrak 2, diberi ekstrak daun alpukat dosis 50
mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb.
3.4.5 Pengukuran Kadar Glukosa Darah
Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan alat glukometer Accu-
Chek Active
(Gambar 3.3). Strip dimasukkan ke dalam slot yang terdapat pada
alat sampai alat menyala dan pada layar terdapat tanda tetesan darah yang
menunjukkan strip siap untuk diteteskan darah. Hewan uji kemudian dimasukkan
ke perangkap yang sudah dipersiapkan. Bagian dari ekor mencit kemudian.
dibasuh dengan alkohol 70 %, kemudian ditoreh secara melintang dengan pisau
bedah hingga terbentuk luka kecil. Darah yang keluar kemudian diaplikasikan
pada bagian berwarna kuning di strip. Hasil yang keluar pada layar digital dari
glukometer merupakan kadar glukosa yang dicari.
Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan alat
glukometer AccuChek Active
. Pada metode uji toleransi glukosa, pengambilan
darah dilakukan berkalikali dalam waktu yang relatif singkat. Karena
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
24
Universitas Indonesia
menggunakan sampel darah yang jauh lebih sedikit, waktu pengambilan sampel
sampai pengukuran jauh lebih singkat.
3.4.6 Perhitungan Efektifitas Penurunan Kadar Glukosa Darah
3.4.6.1 Perhitungan Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah
Persentase penurunan (%) dihitung dengan menggunakan rumus:
3.4.6.2 Perhitungan Efektifitas Penurunan Kadar Glukosa Darah Kelompok Uji
Dibandingkan Dengan Metformin HCl
Efektifitas (%) dihitung dengan menggunakan rumus:
% efektifitas = % Efektifitas Kelompok Bahan Uji x 100%
% Kadar Glukosa Metformin HCl
3.4.7 Pengolahan Data
Data diolah secara statistik dengan menggunakan SPSS. Analisis yang
digunakan adalah uji distribusi normal (uji Shapiro-Wilk), uji homogenitas (uji
Levene). Apabila data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka uji
selanjutnya yang dilakukan adalah uji parametrik ANOVA untuk melihat apakah
terdapat perbedaan signifikan antar kelompok. Jika terdapat perbedaan,
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk melihat kelompok mana
yang berbeda. Apabila diperoleh data yang tidak terdistribusi normal atau tidak
homogen, maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik KruskalWallis. Apabila
terdapat perbedaan yang signifikan, dilakukan dengan uji MannWhitney untuk
melihat kelompok yang mana berbeda.
% = x 100 % x kadar glukosa darah kontrol normal -
x kadar glukosa darah yang ingin dihitung
x kadar glukosa normal
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
25
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini digunakan hewan uji mencit putih jantan galur ddY
yang telah terlebih dahulu diaklimatisasi selama satu minggu agar dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang baru. Pemilihan mencit jantan
dilakukan dengan pertimbangan mencit mempunyai sensitivitas yang tinggi
dibandingkan hewan uji lainnya terhadap uji antidiabetes dan juga mencit jantan
tidak dipengaruhi oleh faktor homonal seperti halnya mencit betina. Pada
penelitian ini,hewan uji dibagi dalam enam kelompok, satu kelompok normal,
satu kelompok kontrol pembanding, dua kelompok dosis tunggal ekstrak, dan dua
kelompok dosis kombinasi ekstrak.
Metformin HCl digunakan sebagai kontrol pembanding karena mekanisme
kerjanya yang dapat menurunkan kadar glukosa darah melalui peningkatan
sensitivitas insulin pada jaringan perifer dan hepatik sehingga meningkatkan
ambilan glukosa pada jaringan tersebut (Suherman, 2007)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji toleransi glukosa
oral (TTGO) yaitu mengukur kemampuan tubuh untuk menggunakan glukosa
masuk ke dalam jaringan. Metode ini dipilih karena waktu perlakuan yang singkat
sehingga relatif lebih mudah dilakukan, jika dibandingkan dengan metode induksi
lainnya. Pada metode uji toleransi glukosa, sampel darah yang dibutuhkan hanya
sedikit, yang diambil melalui ekor dengan cara ditusuk pada pembuluh darah vena
hewan uji. Pengukuran dilakukan dengan interval 30 menit, sebab diharapkan
absorbsi glukosa ke dalam jaringan dapat diamati dengan baik.
Pada data yang diperoleh, semua data terdistribusi normal dan homogen.
Kadar glukosa darah rata-rata seluruh kelompok ditunjukkan pada Tabel 4.1,
dimana berdasarkan kadar glukosa darah rata-rata dibuat kurva toleransi glukosa
oral (Gambar 4.1)
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 Kadar glukosa darah rata-rata (mg/dL) dari seluruh kelompok uji pada
masing-masing waktu
Waktu Kadar Glukosa Darah (mg/dL)
KN KP DA DO KE 1 KE 2
T0 679,01 58,74,78 69,210,14 61,58,66
73,210,62 76,515,79
T30 82,711,26 65,514,54
83,213,47 92,54,65
101,518,80 8914,60
Tg30 264,226,98 6324,39**
247,616,45 250,214,47
221,530,35* 253,720,11
Tg60 21430,73 39,79,42**
171,213,07*
16617,35* 205,514,86 176,716,53*
Tg90 154,216,47 4210,61**
138,221,18
125,218,67* 147,714.86 138,720,21
Tg120 137,212,89 708,83** 119,214,99
112,512,12* 1305,22 112,218,89
*bermakna signifikan secara statistik, p < 0,05 dibandingkan kontrol normal, n= 4 (ANOVA)
** bermakna signifikan secara statistik, p < 0,001 dibandingkan kontrol normal, n= 4 (ANOVA)
Keterangan :
T0 = Kadar glukosa darah sebelum perlakuan; T30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah
perlakuan; Tg30 = Kadar glukosa darah setengah jam setelah pemberian glukosa; Tg60 = Kadar
glukosa darah satu jam setelah pemberian glukosa ; Tg90 = Kadar glukosa darah satu setengah
jam setelah pemberian glukosa; Tg120 = Kadar glukosa darah dua jam setelah pemberian glukosa;
DP = Dosis pembanding, diberi metformin 13mg/ 20 g, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; DA
= Dosis alpukat, diberi ekstrak daun alpukat dosis 100 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2
g/kg bb; DO = Dosis oyong, diberi ekstrak buah oyong dosis 200 mg/kg bb, kemudian dibebani
glukosa 2 g/kg bb; KE1 = Kombinasi ekstrak 1, diberi ekstrak daun alpukat dosis 100 mg/kg bb
dan buah oyong 200 mg/kg bb, kemudian dibebani glukosa 2 g/kg bb; KE2 = Kombinasi ekstrak 2
diberi ekstrak daun alpukat dosis 50 mg/kg bb dan buah oyong 200 mg/kg bb, kemudian dibebani
glukosa 2 g/kg bb.
Gambar 4.1. Kurva kadar glukosa darah rata-rata seluruh kelompok perlakuan
pada masing-masing waktu
0
50
100
150
200
250
300
T0 T30 Tg30 Tg60 Tg90 Tg120
Ka
da
r G
luk
osa
Da
rah
(m
g/d
L)
Waktu (menit)
Normal
Pembanding
Dosis alpukat
Dosis Oyong
KE 1
KE 2
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
27
Universitas Indonesia
4.1. Kadar Glukosa Darah Sebelum Perlakuan (T0)
Hasil pengukuran kadar glukosa darah rata-rata pada T0 memberikan hasil
diantara 58,7 76,5 mg/dL. Setelah dilakukan statistik ANOVA satu arah pada
kadar glukosa darah puasa sebelum perlakuan (T0) diamati bahwa kadar glukosa
darah antar masing-masing kelompok tidak berbeda bermakna antar kelompok
(p > 0,05). Hal ini dapat diamati karena seluruh hewan uji dipuasakan dengan
waktu yang sama sebelum perlakuan, sehingga diperoleh kadar glukosa darah
puasa yang kurang lebih sama untuk seluruh kelompok uji.
4.2. Kadar Glukosa Darah Setengah Jam Setelah Perlakuan (T30)
Pada T30 diperoleh kadar glukosa darah rata-rata dengan kisaran
65,5 101,5 mg/dL. Pada kelompok kontrol normal, kelompok dosis alpukat dan
dosis oyong serta kombinasi ekstrak 1 dan 2 terdapat kenaikan kadar glukosa
darah. Akan tetapi, tidak dengan kontrol pembanding tidak terdapat perbedaan
yang berarti dengan kadar glukosa darah puasa. Setelah dilakukan uji BNT,
diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p< 0,05) antara kelompok
kontrol pembanding dengan kelompok dosis oyong, kelompok dosis kombinasi
ekstrak 1 dan 2. Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p> 0,05)
antara kelompok dosis ekstrak dan kelompok dosis kombinasi ekstrak. Sehingga
bisa disimpulkan bahwa semua bahan uji belum dapat menurunkan kadar glukosa
jika dibandingkan dengan kelompok normal ataupun kelompok pembanding. Hal
ini dikarenakan pada menit ke-30 (T30) hewan uji belum mendapat pembebanan
glukosa sehingga belum terlihat kemampuan tubuh untuk menggunakan glukosa.
4.3. Kadar Glukosa Darah Setengah Jam Setelah Pemberian Glukosa (Tg30)
Pada setengah jam setelah pemberian glukosa (Tg30), terjadi peningkatan
kadar glukosa darah pada semua kelompok dengan nilai yang berbeda, kecuali
kelompok kontrol pembanding. Pada kelompok kontrol normal peningkatan
kadar glukosa mencapai rata-rata 264,2 mg/dL. Hal ini disebabkan karena pada
setengah jam setelah pembebanan glukosa, sebagian besar glukosa sudah diserap
dari saluran cerna dan masuk ke dalam darah. Sedangkan pada kelompok kontrol
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
28
Universitas Indonesia
pembanding, penurunan kadar glukosa darah mencapai rata-rata 63 mg/dL. Pada
semua bahan uji, kenaikan kadar glukosa lebih rendah daripada kontrol normal.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun alpukat, ekstrak etanol buah
oyong, serta kombinasi ekstrak etanol daun alpukat dan buah oyong memiliki efek
penurunan kadar glukosa pada setengah jam setelah pemberian glukosa.
Setelah dilakukan uji BNT, diamati bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antara kadar glukosa darah pada kelompok kombinasi ekstrak 1 dengan
kelompok kontrol normal dan kontrol pembanding (p < 0,05). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak 1 memiliki efek penurunan
glukosa darah pada setengah jam setelah pemberian glukosa. Belum ada
penelitian yang membuktikan mekanisme kerja dari daun alpukat ataupun buah
oyong dalam menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian umumnya mengarah
pada senyawa flavonoid dan polifenol pada tanaman yang berkhasiat sebagai
antidiabetes. Senyawa flavonoid dan senyawa polifenol dapat mempengaruhi
penghambatan pencernaan karbohidrat dan penyerapan glukosa di usus, stimulasi
sekresi insulin di pankreas, modulasi pelepasan simpanan glukosa dari hati dan
peningkatan ambilan glukosa pada jaringan perifer (Hanhineva et al, 2010;
Pandey & Rizki, 2009)). Oleh karena itu senyawa daun alpukat dan buah oyong
yang berperan dalam penurunan kadar glukosa darah tersebut berasal dari
golongan flavonoid.
4.4. Kadar Glukosa Darah Satu Jam Setelah Pemberian Glukosa (Tg60)
Satu jam setelah pemberian glukosa, kadar glukosa darah pada kelompok
kontrol normal sudah turun ke 214 mg/dL dan kelompok pembanding semakin
turun ke 39,7 mg/dL, sedangkan pada kelompok dosis alpukat, dosis oyong,
kombinasi ekstrak 1 dan 2, kadar glukosa darah sebesar 171,2 ; 166 ; 205 ; 176,7
mg/dL. Nilai pada masing-masing kelompok dosis masih lebih kecil dibandingkan
dengan kelompok kontrol normal dengan kelompok dosis oyong lebih rendah
dibandingkan kelompok dosis alpukat, kelompok dosis alpukat lebih rendah
dibanding dengan kelompok dosis kombinasi ekstrak 2, dan kelompok dosis
kombinasi ekstrak 2 lebih rendah dibandingkan dosis kombinasi ekstrak 1.
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
29
Universitas Indonesia
Setelah dilakukan uji BNT, diperoleh data yang menunjukkan perbedaan
yang bermakna antara kadar glukosa darah pada kelompok dosis alpukat,
kelompok dosis oyong, dan kelompok kombinasi ekstrak 2 dengan kontrol normal
(p < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa pada satu jam setelah pemberian
glukosa, kelompok dosis alpukat, kelompok dosis oyong, dan kelompok dosis
kombinasi ekstrak 2 memiliki efek dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Sedangkan pada kombinasi ekstrak 1 sudah tidak memiliki efek lagi secara
signifikan.
Hal ini mungkin disebabkan karena pada kelompok dosis kombinasi
ekstrak 1, dosis ekstrak daun alpukatnya yang terdapat pada larutan kombinasi
lebih sedikit dibandingkan kombinasi ekstrak 2 dikarenakan zat aktif yang masih
terdapat di dalam peredaran darah mencit sudah mencapai konsentrasi yang tidak
menimbulkan efek lagi. Bisa disimpulkan bahwa semakin kecil dosis ekstrak daun
alpukat yang diberikan, efek penurunan kadar akan glukosa darah akan semakin
cepat tetapi durasinya sama.
Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Pada proses fotosintesis,
terjadi pembentukan glukosa sebagai sumber energi tumbuhan. Perbedaan waktu
efek penurunan kadar glukosa darah pada kombinasi ekstrak, mungkin disebabkan
senyawa glukosa yang masih tertinggal pada kombinasi ekstrak 1 lebih sedikit,
sehingga glukosa lebih cepat masuk ke jaringan dan efek penurunan kadar
glukosa lebih cepat. Sedangkan pada kombinasi ekstrak 2, senyawa glukosa yang
terkandung pada ekstrak daun alpukat lebih banyak dibandingkan kombinasi
ekstrak 1, sehingga kemampuan kombinasi ekstrak 2 lebih lambat dalam waktu
penurunan kadar glukosa darah.
4.5. Kadar Glukosa Darah Satu Setengah Jam Setelah Pemberian Glukosa (Tg90)
Pada Tg90, kadar glukosa darah pada kelompok kontrol normal dan
kelompok bahan uji berada pada kisaran yang hampir mendekati sama, yaitu
sekitar 125,2 154,2 mg/dL, dengan kadar glukosa rata-rata pada kelompok
normal 154,2 mg/dL. Sehingga bisa disimpulkan bahwa semua dosis bahan uji
masih dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Setelah dilakukan uji statistik ANOVA, pada Tg90 memberikan nilai p <
0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antar kelompok. Setelah
dilakukan uji BNT, diketahui bahwa perbedaan bermakna terdapat kontrol
kelompok normal dengan dosis oyong. Hal ini menunjukkan bahwa dosis oyong
masih memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan
dibandingkan kelompok dosis alpukat, kombinasi ekstrak 1 dan kombinasi
ekstrak 2 pada satu setengah jam setelah pemberian glukosa. Hal ini disebabkan
konsentrasi zat aktif pada kelompok dosis alpukat dan kelompok dosis
kombinasi sudah menurun, sehingga zat aktif yang tersisa sudah mencapai
konsentrasi yang tidak menimbulkan efek lagi.
4.6 Kadar Glukosa Darah Dua Jam setelah Pemberian Glukosa (Tg120)
Pada dua jam setelah pemberian glukosa diperoleh kadar glukosa rata-rata
70 137,2 mg/dL. Pada Tg120 data terdistribusi normal dan homogen. Nilai pada
kelompok masing-masing dosis masih lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok kontrol normal. Sehingga bisa disimpulkan bahwa semua kelompok
pada masing-masing dosis masih memiliki efek untuk menurunkan kadar glukosa
darah.
Berdasarkan uji BNT, didapatkan bahwa adanya perbedaan bermakna pada
kelompok kontrol normal dengan kontrol pembanding, dan dosis oyong (p <
0,05). Sehingga bisa disimpulkan bahwa dosis kombinasi 1 dan 2 sudah tidak
memiliki efek dalam menurunkan kadar glukosa pada dua jam setelah pemberian
glukosa. Sedangkan dosis oyong masih dapat menurunkan kadar glukosa pada
Tg120. Hal ini mungkin disebabkan karena kandungan protein yang penyusun asam
amino. Asam amino merupakan komponen penyusun insulin, dimana asam amino
dapat meningkatkan sekresi hormon insulin dan respon glukagon ke dalam
jaringan tubuh semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya kadar hormon
insulin ini, maka kadar glukosa darah akan berkurang. (Rosetti et al, 2008)
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
4.7. Perhitu
Perhitungan
darah antar
kombinasi 2
pada Tg30
bermakna
Tabel 4.2.
Waktu
Tg30
Tg60
*berma
n= 4 (A
Gam
Keterangan:
Tg30 = Kada
darah satu ja
g, kemudian
100 mg/kg b
oyong dosis
diberi ekstrak
glukosa 2 g/k
buah oyong 2
Pe
rse
nta
se P
en
uru
na
n K
ad
ar
Glu
ko
sa
Da
rah
(%
)
erhitungan Efekti
tungan efektivita
antara kelompok
inasi 2 dengan ko
Tg30 dan Tg60
secara statist
l 4.2. Hasil perhit
Persen
aktu Kontrol
pembandin
Tg30 76,15
Tg60 81,44
bermakna signifik
(ANOVA)
Gambar 4.2
ngan:
Kadar glukosa da
jam setelah pem
udian dibebani gluk
/kg bb, kemudian
dosis 200 mg/kg bb
kstrak daun alpukat
2 g/kg bb; KE2 =
ong 200 mg/kg bb,
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%76
Da
rah
(%
)
Efektivitas Penur
ktivitas dilakuka
ompok dosis alpu
gan kontrol pemb
Tg60 karena p
statistik.
perhitungan % pe
Persentase Penur
ontrol
banding
Dosi
alpuk
76,15 6,28
81,44 20,00*(
gnifikan secara st
Grafik perhit
darah setengah
lah pemberian gluko
i glukosa 2 g/kg b
udian dibebani gluk
/kg bb, kemudian
lpukat dosis 100 mg
= Kombinasi ek
kg bb, kemudian dib
DP
76,15%
6,28
81,44%
Penurunan Kada
akukan dengan m
is alpukat, dosis
l pembanding. Per
ena pada waktu
n % penurunan ka
Penurunan Kadar
Dosis
alpukat Dosis
6,28
*(0.012) 22,42
ara statistik, p <
perhitungan % pe
engah jam setelah
glukosa; DP = Do
/kg bb; DA = Dos
ni glukosa 2 g/kg b
dian dibebani gluko
00 mg/kg bb dan b
ekstrak 2 diber
dibebani glukos
DA DO
6,28% 5,29%
20% 22
Kelompok
Kadar Glukosa D
ngan membandin
dosis oyong, dos
ng. Perhitungan e
waktu-waktu ter
nan kadar glukos
Kadar Glukosa D
Dosis oyong K
5,29 16
22,42*(0,005)
p < 0,05 diband
n % penurunan ka
telah pemberian gl
= Dosis pembandi
Dosis alpukat, d
g/kg bb; DO = Do
i glukosa 2 g/kg bb
dan buah oyong 20
iberi ekstrak daun
lukosa 2 g/kg bb.
DO KE 1
,29%
16,16%22,42%
3,97
pok dosis
Univer
kosa Darah
bandingkan penu
g, dosis kombina
gan efektivitas h
tu tersebut diam
lukosa darah
kosa Darah (%)
Kombinasi
ekstrak 1
16,16*(0,022)
3,97
ibandingkan kont
nan kadar glukos
rian glukosa; Tg6
banding, diberi me
kat, diberi ekstrak d
Dosis oyong, d
/kg bb; KE1 = Kom
ng 200 mg/kg bb, k
k daun alpukat dosi
E 1 KE 2
16%
3,97%3,97%
17,42%
niversitas Indon
penurunan gluk
mbinasi 1 dan d
itas hanya dilaku
diamati efek y
Kombinasi
ekstrak 2
3,97
17,42*(0,025)
n kontrol normal,
glukosa darah
Tg60 = Kadar glu
eri metformin 13mg
strak daun alpukat
ng, diberi ekstrak
Kombinasi ekstr
g bb, kemudian dibe
t dosis 50 mg/kg bb
,42%
Tg30
Tg60
31
ndonesia
n glukosa
dan dosis
dilakukan
fek yang
inasi
,025)
rmal,
ar glukosa
13mg/ 20
pukat dosis
strak buah
i ekstrak 1,
dibebani
/kg bb dan
30
60
Efek penurunan..., Prawita Lintang Larasati, FMIPA UI, 2012
Tabel 4.3
Efekt
Waktu
Tg30
Tg60
*bermak
normal, n
Grafik 4.3
Keterangan:
Tg30 = Kada
darah satu ja
100 mg/kg b
oyong dosis
diberi ekstrak
glukosa 2 g/k
buah oyong 2
Ha
bahan uji m
dibandingka
ekstrak 2 l
Efe
kti
fita
s b
ah
an
uji
dib
an
din
gk
an
de
ng
an
me
tfo
rmin
HC
l %
l 4.3. Hasil pe
metformin
Efektifitas bahan
Waktu Dosis
Tg30 8,
Tg60 24,
ermakna signifika
rmal, n= 4 (ANOV
k 4.3 Grafik efek
ngan:
Kadar glukosa da
jam setelah pem
/kg bb, kemudian
dosis 200 mg/kg bb
kstrak daun alpukat
2 g/kg bb; KE2 =
ong 200 mg/kg bb,
Hasil perhitu
uji memiliki ef
dingkan kombin
k 2 lebih efekti
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
sil perhitungan
tformin HCl
bahan uji dibandi
Dosis alpukat D
8,24
24,55*
nifikan secara st
NOVA)
fektifitas baha
osa darah setengah
ah pemberian gluko
udian dibebani gluk
/kg bb, kemudian
lpukat dosis 100 mg
= Kombin