eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

88
Eeee Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (Studi di Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H) Dalam Bidang Hukum Tata Negara Oleh: FADILAH NIM. 1510300014 JURUSAN HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PADANGSIDIMPUAN 2020

Upload: others

Post on 08-May-2022

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

Eeee

Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (Studi di Rumah Sakit Umum

Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Hukum (S.H) Dalam Bidang Hukum Tata Negara

Oleh:

FADILAH

NIM. 1510300014

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PADANGSIDIMPUAN

2020

Page 2: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id
Page 3: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id
Page 4: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id
Page 5: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id
Page 6: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id
Page 7: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id
Page 8: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan tujuan dan waktu yang diharapakan

dengan judul “ Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri

Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7

Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok

(Studi di Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten Mandailing

Natal). penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 dalam

bidang Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi Syariah IAIN Padangsidimpuan.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak menyadari bahwa skripsi

ini masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu peneliti

menerima kritik dan saran pembaca. Peneliti juga mengucapkan terimakasih

kepada berbagai pihak yang telah memberikan segala bantuan, motivasi,

bimbingan dan saran dari awal hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu pada kesempatan ini izinkanlah peneliti mengucapkan rasa

terimakasih yang tulus dan penghormatan yang tinggi kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ibrahim Siregar, MCL, selaku Rektor IAIN

Padangsidimpuan. Kepada Bapak Dr. H. Muhammad Darwis Dasopang,

M.Ag, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga,

Bapak Dr. Anhar, MA, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum,

Page 9: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam system tulisan arab

dilambangkan dengan huruf dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan

dengan huruf, sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian lain

dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Berikut ini daftar huruf arab

dan transliterasinya dengan huruf latin.

HurufA

rab

NamaHuruf

Latin Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

Ba B Be

Ta T Te

s a s es (dengan titik di atas)

Jim J Je

ḥa ḥ ha(dengan titik di bawah)

Kha Kh Kadan ha

Dal D De

z al z zet (dengan titik di atas)

Ra R Er

Zai Z Zet

Sin S Es

Syin Sy es dan ye

ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

‘ain .‘. Koma terbalik di atas

Gain G Ge

Page 10: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam system tulisan arab

dilambangkan dengan huruf dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan

dengan huruf, sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian lain

dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Berikut ini daftar huruf arab

dan transliterasinya dengan huruf latin.

HurufA

rab

NamaHuruf

Latin Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

Ba B Be

Ta T Te

s a s es (dengan titik di atas)

Jim J Je

ḥa ḥ ha(dengan titik di bawah)

Kha Kh Kadan ha

Dal D De

z al z zet (dengan titik di atas)

Ra R Er

Zai Z Zet

Sin S Es

Syin Sy es dan ye

ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

‘ain .‘. Koma terbalik di atas

Gain G Ge

Page 11: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id
Page 12: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

i

ABSTRAK

Nama : Fadilah

Nim : 1510300014

Judul : Efektifitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan

dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7

Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa

Rokok (Studi Di Rumah Sakit Umum Panyabungan

Kabupaten Mandailing Natal)

Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang

untuk kegiatan merokok atau kegiatan memperoduksi, menjual, mengiklankan,

dan/atau memperomosikan produk tembakau. Kawasan ini termasuk Fasilitas

Kesehehatan, tempat Belajar Mengajar, Tempat Anak Bermain, Tempat Ibadah,

Angkutan Umum, Tempat Kerja, dan tempat Umum Lainnya. Kabupaten

Mandailing Natal memiliki Rumah Sakit Umum yang di dalamnya masih banyak

terdapat masyarakat yang melanggar aturan merokok sembarangan dan tidak

memperdulikan kawasan sekitarnya yang sakit. Pelanggaran yang dilakukan oleh

masyarakat tersebut tidak mendapat sanksi hukum sehingga setiap hari perokok

yang melanggar dengan bebas melakukannya.

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor

188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan

Tanpa Rokok?, Bagaimana Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri

Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun

2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok?, Apa faktor-faktor

yang menyebabkan efektif atau tidak efektifnya Efektivitas Penerapan Peraturan

Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011

Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok?

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah melalui

wawancara dan dokumentasi. Tahapan dalam pengolahan data yaitu seleksi data,

klasifikasi data dan penyusunan data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peraturan Bersama Menteri

Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 nomor 7 Tahun

2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten

Mandailing Natal tidak berjalan secara efektif. Instansi pemerintahan melalui

Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dan Rumah Sakit Umum

Panyabungan sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, beberapa sekolah

dan menempelkan stiker atau spanduk bertulisan Kawasan Tanpa Rokok di setiap

sudut kantor dan Rumah Sakit. Problematika yang dialami dalam penerapannya

adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan itu, kurangnya

dukungan Pemerintah, tidak adanya sanksi kepada pelanggar dan tidak adanya

pengawasan oleh penegak hukum, sehingga peraturan ini tidak berjalan secara

Efektif.

Kata Kunci : Efektivitas, Penerapan Peraturan Bersama Menteri, Kawasan

Tanpa Rokok, Rumah Sakit Umum Panyabungan

Page 13: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

ii

Page 14: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN MENYUSUN SKRIPSI SENDIRI

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

SURAT PERNYATAAN DEKAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

PEDOMAN LITERASI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................8

C. Tujuan Penelitian ......................................................................9

D. Kegunaan Penelitian..................................................................9

E. Batasan Istilah ...........................................................................10

F. Sistematika Pembahasan ...........................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................12

A. Efektivitas .................................................................................12

1. Pengertian Efektivitas .........................................................12

2. Faktor-faktor yang Mengpengaruhi Efektivitas Hukum .....13

B. Rokok ........................................................................................18

1. Pengertian Rokok ................................................................18

2. Kandungan Rokok ...............................................................19

3. Dampak Bahaya Merokok...................................................20

C. Kawasan Tanpa Rokok .............................................................25

1. Sejarah Kawasan Tanpa Rokok ..........................................25

2. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok .....................................28

Page 15: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

xi

3. Prinsip Dasar Kawasan Tanpa Rokok .................................29

4. Ruang Lingkup Kawasan Tanpa Rokok .............................31

5. Manfaat Kawasan Tanpa Rokok .........................................34

D. Mandailing Natal .......................................................................35

E. Penelitian Terdahulu .................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN .........................................................40

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................40

B. Jenis Penelitian ............................................................................40

C. Sumber Data ................................................................................41

1. Data Primer ...........................................................................42

2. Data Skunder .........................................................................42

3. Data Tersier ...........................................................................42

D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................42

1. Observasi ...............................................................................42

2. Interview ...............................................................................43

3. Dokumentasi .........................................................................43

E. Teknik Pengelolaan Data ............................................................44

F. Analisis Data ...............................................................................44

G. Teknik Keabsahan Data ..............................................................44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................47

A. Deskripsi Obyek Penelitian .........................................................47

1. Profil Kabupaten Mandailing Natal ......................................47

2. Profil Rumah Sakit Umum Panyabungan .............................48

B. Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan ...............50

Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7

Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan

Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal Studi

Rumah Sakit Umum Panyabungan .............................................50

1. Dasar Dalam Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok ...............50

2. Proses Pelaksanaan Peraturan Kawasan Tanpa

Page 16: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

xii

Rokok ....................................................................................52

C. Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri

Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor188/PB/1/2011

Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal

Studi Rumah Sakit Umum Panyabungan ....................................57

1. Penerapan Peraturan ..............................................................57

2. Pembinaan dan Pengawasan .................................................58

3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Tidak Efektivnya

D. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun

2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa

Rokok Di Kabupaten Mandailing Natal Studi Rumah

Sakit Umum Panyabungan ..........................................................63

BAB V PENUTUP ...................................................................................66

A. Kesimmpulan ..............................................................................66

B. Saran ............................................................................................67

Page 17: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang didasari oleh hukum. Hukum diciptakan

untuk mengatur kehidupan manusia agar tercapai kehidupan yang selaras,

sesuai dan seimbang sehingga tujuan negara Republik Indonesia seperti

tercatat dalam Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

dapat terwujud. Di dalam hukum ada banyak aturan yang wajib di hormati,

ditaati dan dilaksanakan oleh setiap warga negara.

Salah satu investasi manusia adalah kesehatan yang berguna untuk

mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

nasional dalam bidang kesehatan merupakan suatu usaha dalam

meningkatkan sumber daya manusia dan masyarakat Indonesia yang

dilakukan secara berkesinambungan. Upaya besar Indonesia dalam

meluruskan kembali arah pembangunan nasional di segala bidang.

Pembangunan dalam artian perubahan yang secara terus-menerus yang

merupakan kemajuan kearah perbaikan dan tujuan yang akan dicapai.

Pembangunan kesehatan memiliki tujuan yang sangat penting dalam

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

masyarakat. Pencapaian itu dapat dilihat dari kemauan masyarakat dalam

merubah sikap yang buruk dimasa lalu sehingga menjadi sikap yang baik

dimasa sekarang, dan tentunya perubahan itu harus melibatkan keluarga,

tetangga dan lingkungan sekitarnya.

1

Page 18: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

2

Peningkatan kesadaran masyarakat memang harus sangat optimal dan

butuh proses yang sangat lama. Memulai dari diri sendiri dilandasi yang

dengan kemauan, larangan dari keluarga hingga larangan dari hukum yang

berlaku dalam suatu negara. Hukum di Indonesia sangat banyak yang

membahas tentang kesehatan, baik yang berlaku untuk perorangan maupun

untuk lembaga.

Hukum kesehatan yang dimaksud adalah undang-undang atau

peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang harus di taati oleh masyarakat

secara keseluruan. Hukum tersebut melarang seseorang berbuat karena

menimbulkan efek negatif bagi orang lain. Efek negatif yang dimaksud

adalah perbuatan yang menimbulkan penyakit bagi orang lain, seperti

merokok sembarangan yang menyebabkan penyakit bagi orang lain.

Merokok dapat memicu datangnya penyakit bagi diri sesorang dan

orang lain. Merokok dapat merusak suatu lingkungan yang sehat menjadi

lingkungan yang tidak sehat kerana tercemari oleh asap yang mengandung

banyak zat berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit bagi yang

menghirupnya. Sebahagian orang meninggal karena mengonsumsi rokok

terlalu banyak. Awalnya memang tidak sakit, tetapi semakin lama dan

semakin banyak mengonsumsi maka akan banyak penyakit yang timbul

sehingga menyebabkan kematian. Maka dari itu Ulama Indonesia menyatakan

melalui Ijtima’ Ulama Komisi Fatma MUI ke III metetapkan bahwa merokok

adalah haram yang diantaranya haram bagi anak-anak, ibu hamil, dan

merokok di tempat-tempat umum.

Page 19: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

3

Industri rokok di Indonesia telah memainkan peranan dan dampak

perekonomian yang cukup besar di tengah masyarakat. Mulai dari masa

penjajahan hingga masa sekarang rokok sudah seperti kebutuhan primer

dalam kehidupan masyarakat. Tingginya keinginan dan pembelian

masyarakat terhadap rokok membuat industri harus memproduksi sebanyak-

banyaknya untuk memenuhi kebutuhan dan membuat perusahaan tidak

pernah berhenti dalam memproduksinya.

Rokok dapat membuat seseorang kecanduan sehingga akan terus

menerus membeli dan mengkonsumsinya. Dengan banyak mengkonsumsi

maka permintaan rokok akan semakin banyak. Semakin banyak permintaan

maka semakin banyak pula penjualan. Maka dari itu industri rokok termasuk

sebagai penyumbang pajak terbesar di Indonesia.

Dalam 5 tahun belakangan ini, Indonesia mendapat posisi ke 3 sebagai

negara dengan jumlah perorok terbanyak. Pada 5 tahun sebelumnya mendapat

posisi ke 5 dari seluruh negara di Dunia. Indonesia adalah satu-satunya

negara yang berada di Asia Tenggara yang belum menandatangani

Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), sehingga urusan

tentang rokok ini belum bisa dituntaskan secara maksimal dan berefek hingga

kebeberapa daerah. FCTC adalah perjanjian internasional tentang kesehatan

masyarakat yang dibahas dan disepakati oleh negara-negara anggota

organisasi dunia melalui organisasi kesehatan dunia World heatlh

organisation (WHO).

Page 20: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

4

Kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia masih menimbulkan

perdebatan yang panjang, mulai dari hak asasi seorang perokok, fatwa haram

merokok di tempat umum sampai dengan dampak anti rokok terhadap

perekonomian dan tenaga kerja di Indonsia. Besarnya devisa yang diberikan

oleh perusahaan rokok menjadi perdebatan panjang tersebut membuat

pemerintah Indonesia menunda menandatangani dana meratifikasi FCTC.

Padahal hasil kajian beberapa negara menunjukkan bahwa kebijakan ini

merupakan cara efektif untuk mengendalikan tembakau atau lebih khusus lagi

untuk mengurangi kebiasaan merokok.

Dalam hal pengemasan, bungkus rokok di Indonesia hanya

mencantumkan peringatan pemerintah yang dicetak kecil, dengan besar

tulisan yang hanya memenuhi kurang dari 20% besar bungkus rokok. Hal

tersebut sangat jauh dari yang diharuskan FCTC, yaitu mencantumkan

gambar peringatan akibat rokok sebesar 50% bungkus rokok.

Pengemasan itu seharusnya sudah melanggar aturan dari FCTC,

namun karena belum memenuhi syarat 50%. Padahal peringatan itu bisa

mempengaruhi setiap perokok untuk mengurangi konsumsinya, dengan

melihat dan membaca setiap hari memungkinkan akan berhenti merokok

secara perlahan dan tingkat kesehatan di suatu daerah akan tinggi karena

kurangnya tingkat perokok dan kawasan yang terjaga dari bahwa asap rokok.

Kawasan yang bebas dari asap rokok merupakan satu-satunya cara

efektif dan mudah untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok

orang lain. Implementasi kawasan tanpa rokok adalah salah satu upaya

Page 21: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

5

melindungi mereka yang tidak merokok tetapi terkena asap rokok atau

disebut perokok pasif. Dampak perokok pasif pada orang dewasa yang

merupakan bukti yang cukup adalah arteri koroner, kanker paru dan efek

reproduksi pada wanita. Sementara bukti yang sugestif menunjukkan bahwa

perokok pasif menyebabkan srtoke, kanker sinus nasal, kanker payudara,

aterosklerosis, penurunan fungsi paru, serangan asma dan penyakit paru

obstruktif kronik, serta pada ibu hamil berdampak pada kelahiran prematur.

Berbagai penyakit yang disebutkan adalah efek negetif bagi perokok

aktif dan pasif, jika itu terjadi kepada keluarga terdekat maka akan sangat

berbahaya. Lingkungan keluarga sangat bahaya untuk merokok karena

banyak anak-anak, dan kemungkinan ada ibu hamil yang bisa berefek sanga

negatif untuk kandungannya. Begitu juga di tempat kerja dan lainnya.

Pemerintah harus andil dalam menetapkan peraturan untuk menjaga

masyarakat dari bahaya asap rokok.

Salah satu alternatif yang cukup layak diterapkan di Indonesia dengan

menimbang bahwa kebijakan tersebut dapat dimulai dari instansi atau

pemerintah lokal adalah melaksanakan kawasan tanpa rokok. Kawasan tanpa

rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan

produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau penggunaan rokok. Tempat yang

merupakan kawasan tanpa rokok adalah tempat kerja, angkutan umum,

tempat ibadah, arena kegiatan anak-anak, tempat proses belajar-mengajar dan

tempat pelayanan kesehatan.

Page 22: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

6

Beberapa daerah di Indonesia sudah menerapkan kawasan tanpa rokok

seperti Jakarta, Bogor, Palembang, Yogyakarta, Medan dan beberapa daerah

lainnya. Institusi yang telah melaksankan kawasan tanpa rokok adalah

institusi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, apotek dan

klinik, institusi pendidikan mulai TK sampai tingkat universitas.

Menurut peraturan bersama Menkes dan Mendagri No.

188/Menkes/PB/I 2011 Nomor 7 tahun 2011 dalam pasal 3, runag lingkup

kawasan tanpa rokok meliputi1 :

1. Fasilitas pelayan kesehatan

2. Tempat proses belajar mengajar

3. Tempat anak bermain

4. Tempat ibadah

5. Tempat kerja

6. Angkutan umum

7. Tempat umum

8. Tempat lain yang ditetapkan.

Efektivitas kawasan tanpa rokok di Indonesia belum pernah

dilaporkan sejauh mana tindak lanjut dalam pelaksanaan undang-undang

peraturan dimaksud, sehingga sampai tahun 2019 masih banyak masyarakat

yang melanggar. Terkhusus di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi

Sumatera Utara masih banyak tempat-tempat umum yang sangat bebas untuk

merokok padahal sudah ada larangannya.

Kabupaten Mandialing Natal terdiri dari 23 Kecamatan dan 386

Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk 413.750 jiwa, laki-laki 203.565

jiwa atau 49.20% dan perempuan 210.185 jiwa atau 50.80%. dan tingkat

1Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri Nomor

188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. hlm.

3

Page 23: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

7

pertumbuhan 1,42% pertahun.2 Kabupaten Mandailing Natal memiliki Rumah

Sakit yaitu Rumah Sakit Umum Panyabungan.

Rumah Sakit adalah tempat berobat orang yang sakit atau tempat

penyembuhan bagi mereka yang berobat bukan tempat penyebaran penyakit.

Memilih Rumah Sakit sebagai tempat penelitian karena peneliti berpendapat

Rumah Sakitlah yang seharusnya lebih diperhatikan keefektivan peraturan

kawasan tanpa rokok tersebut. Asap rokok akan sangat berpengaruh negatif

bagi pasien yang berobat.

Rumah Sakit merupakan salah satu lokasi Kawasan Tanpa Rokok

yang disebutkan dalam Peraturan Bersama diatas dan harus terjaga oleh asap

rokok. Pemerintah juga harus memperhatikan lokasi tersebut demi

keselamatan pasien dan kenyamanan keluarga pasien atau masyarakat yang

akan berobat di tempat itu.

Menurut observasi awal peneliti bahwa di lingkungan Rumah sakit

umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal masih banyak orang yang

merokok dan bahkan mereka tidak memperdulikan tentang adanya undang-

undang larangan merekok di kawasan rumah sakit tersebut. Merokok di

kawasan rumah sakit dapat menyebabkan masalah besar dan bisa jadi

menambah penyakit bagi mereka yang sedang dirawat.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Efektifitas Penerapan Peraturan Bersama

Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011

2 BPS Mandailing Natal, Mandailing Natal Dalam Angka 2008 (BPS Mandailing Natal:

2008), hlm. 7

Page 24: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

8

Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa

Rokok (Studi Di Rumah Sakit Umum Payabungan Kabupaten

Mandailing Natal)”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan

Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011

Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (studi di rumah

sakit umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)?

2. Bagaimana Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan

dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011

Tentang pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (studi di rumah

sakit umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)?

3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan efektif atau tidak efektifnya

Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (studi di rumah sakit

umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

Page 25: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

9

1. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Peraturan Bersama Menteri

Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7

Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Studi

Di Rumah Sakit UmumPanyabungan Kabupaten Mandailing Natal?

2. Untuk mengetahui Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri

Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7

Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok studi

di rumah sakit umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal?

3. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang menyebabkan efektif atau tidak

efektifnyaEfektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan

dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011

Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok studi di rumah

sakit umumPanyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengalaman peneliti dan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan jenjang Stara Satu (S1) pada jurusan Hukum Tata Negara

Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Institut Agama Islam Negeri

Padangsidimpuan.

2. Bagi pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan dan masukan bagi pemerintah khususnya di Kabupaten

Page 26: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

10

Mandailing Natal terkait efektivitas penerapan peraturan kawasan tanpa

rokok sehingga dapat ditindak lanjuti dan dilakukan pengawasan seacara

teratur.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai

referensi untuk penelitian yang berhubungan dengan efektivitas penerapan

peraturan kawasan tanpa rokok dan menjadi masukan bagi semua pihak

agar dapat melaksanakan peraturan dimaksud.

E. Batasan Istilah

1. Efektivitas diambil dari kata effective yang berarti berhasil atau yang

dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan

efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang

tujuan.3

2. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan

dilarangan untuk kegiatan merokok, atau kegiatan memproduksi,

menjual, mengiklankan dan/ atau mempromosikan produk tembakau.4

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pemahaman dalam penelitian ini, maka disusun

sistematika pembahasan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.

3Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 9 4Peraturan Bersama, Ibid, hlm. 2

Page 27: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

11

Bab II Landasan Teori, yang terdiri dari kerangka teori yaitu tentang

efektivitas, teori efektivitas hukum, rokok, kawasan tanpa rokok.

Bab III Metodologi Penelitian, yang terdiri dari lokasi dan waktu

penetian, jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik

pengolahan data dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian, yang terdiri dari deskripsi penelitian dan

pembahasan hasil penelitian.

Bab V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan penelitian dan saran

Page 28: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

12

1. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Andika

adalah penegakan Perda Kota Padangsidimpuan Nomor 7 tahun 2012

tentang kawasan tanpa rokok sedangkan penelitian ini efektivitas

Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam

Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal. Persamaannya

sama-sama meneliti tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Riza

Wahyuni adalah Efektivitas Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7

tahun 2003 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Masyarakat Di Kabupaten Mandailing Natal. Sedangkan penelitian ini

Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan

Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Persamaannya adalah sama-sama

meneliti tentang Efektivitas di Kabupaten Mandailing Natal.

3. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmi

adalah Implementasi kebijakan Kawasan Tanpa rokok di Sekolah SD

di Medan sedangkan penelitian ini efektifitas penerapan Kawasan

Tanpa Rokok di Madina. Persamaannya sama-sama meneliti tentang

Kawasan Tanpa Rokok.

Page 29: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

13

Page 30: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang berarti terjadinya suatu akibat atau

efek yang diinginkan dalam suatu program atau kebijakan. Dalam kamus besar bahasa

indonesia, kata efektif memiliki arti adanya efek, pengaruh dan akibat, selain itu efektif

juga diartikan dapat membawa hasil atau berhasil guna serta menunjang tujuan.1

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa efektivitas adalah suatu

keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai, semakin banyak rencana

yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas

dapat juga di artikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau

usaha tertentu sesuai dengan yang hendak dicapai. Devas, dkk dalam munir

mengungkapkan;

Efektivitas merupakan hasil guna kegiatan pemerintah dalam mengurus

keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat

direncankan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah dengan biaya

serendah-rendahnya dan dalam waktu secepat-cepatnya. 2

Efektivitas sesuatu dinyatakan melalui pendekatan yaitu, pendekatan pencapaian

tujuan, pendekatan sistem, pendekatan konstitusiensi strategis, pendekatan pencapaian

tujuan nilai-nilai bersaing.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Hukum

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Efektiv Online (https//kbbi.web.id/efektif) diakses pada 14 mei

2019 2Bone-bone Kecamatan Baraka and Kabupaten Enrekang, “Efektivitas Kebijakan Kawasan Bebas Asap

Rokok Di Disa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang,” 2009, 1–15.

12

Page 31: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau

tidaknya suatu hukum di tentukan oleh 5(lima) faktor, yaitu:3

a. Faktor Penegak Hukum

Inti dan arti penegak hukum terletak pada kegiatan menyerasikan nilai-nilai

yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap, sikap tindak sebagai

rangkaian penjabaran nilai terhadap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan

mempertahankan pergaulan hidup, penegakan hukum akan dibatasi pada kalangan

yang berkecimpung langsung berkecimpung dalam penegakan hukum yang tidak

hanya mencakup law enforcement akan tetapi peace maintenance.

Aparatur penegak hukum melingkupi pengertian mengenai institusi penegak

hukum dan aparat penegak hukum, sedangkan aparat penegak hukum dalam arti

sempit di mulai dari kepolisian, kejaksaan, kehakiman, penasehat umum dan petugas

sipil lembaga kemasyarakan.

b. Faktor Sarana atau Fasilitas Hukum

Fasilitas pendukung secara sederhana dapat dirumuskan sebagai sarana untuk

mencapai tujuan. Fasilitas pendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan

dan trampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan

sebagainya. Selain dari ketersediaan fasilitas, pemeliharaan pun sangat penting demi

menjaga keberlangsungan.

c. Faktor Masyarakat

Penegakan hukum bertujuan untuk mencapai kedamaiaan dalam masyarakat.

Masyarakat mempunyai pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum. Artinya,

3 Soerjono Soekanto, faktor-faktor yang mempenagruhi penegakan hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002), hlm. 5.

Page 32: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

efektivitas hukum juga bergantung pada kemauan dan kesadaran hukum masyarakat.

Kesadaran yang rendah dari masyarakat akan mempersulit penegakan hukum, adapun

langkah yang bisa dilakukan adalah sosialisasi dengan lapisan-lapisan sosial,

pemegang kekuasaan dengan penegak hukum itu sendiri. Perumusan hukum juga

harus memerhatikan hubungan antara perubahan-perubahaan sosial dengan hukum

yang pada akhirnya hukum bisa efektif sebagai sarana pengatur perilaku masyarakat.

Hukum dapat efektif jika faktor-faktor yang mempengaruhi hukum tersebut

dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. Ukuran efektif atau tidaknya suatu peraturan

perundang-undangan yang berlaku dapat dilihat dari perilaku masyarakat suatu

hukum atau peraturan perundang-undangan akan efektif apabila warga masyarakat

berperilaku sesuai dengan yang diharapkan atau yang dikehendaki oleh atau peraturan

perundang-undangan tersebut mencapai tujuan yang dikehendaki, maka efektivitas

hukum atau peraturan perundang-undangan telah tercapai.

d. Faktor Hukum

Hukum mengandung unsur keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Dalam

praktik penerapannya tidak jarang terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan

keadilan. Kepastian hukum sifatnya konkret berwujud nyata, sedangkan keadilan

bersifat abstrak sehingga ketika seorang hakim memutuskan suatu perkara secara

penerapan undang-undang saja, maka ketika melihat suatu permasalahan mengenai

hukum setidaknya keadilan menjadi prioritas utama, karena hukum tidak semata-mata

dilihat dari sudut hukum tertulis saja, melainkan juga ikut mempertimbangkan faktor-

faktor lain yang berkembang dalam masyarakat. Sementara dari sisi lain, keadilan

Page 33: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

pun masih menjadi perdebatan disebabkan keadilan mengandung pada nilai-nilai

intrinsik subyektif dari masing-masing orang.

e. Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan yang sebenarnya bersatu padu dengan faktor masyarakat

sengaja dibedakan, karena dalam pembahasannya diketengahkan masalah sistem

nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan “spiritual”4 atau “nonmaterial”

5. Hal ini

dibedakan dengan sebab sebagai suatu sistem (atau subsistem dari sistem

kemasyarakatan), maka hukum mencakup, struktur, subtansi, dan kebudayaan.

Struktur mencakup wadah atau bentuk dari sistem tersebut, umpamanya, menyangkup

tatanan lembaga-lembaga hukum formal, hukum antara lembaga-lembaga tersebut,

hak-hak dan kewajiban-kewajibannya, dan sebagainya.6

Dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, bahwa suatu sikap tindak perilaku

hukum dianggap efektif, apabila sikap, tindakan atau perilaku lain menuju pada

tujuan yang dikehendaki, artinya apabila pihak lain tersebut mematuhi hukum.

Undang-undang dapat menjadi efektif jika peranan yang dilakukan pejabat penegak

hukum semakin mendekati apa yang diharapkan oleh undang-undang dan sebaliknya

menjadi tidak efektif jika peranan yang dilakukan oleh penegak hukum jauh dari apa

yang diharapkan undang-undang.

Efektivitas dalam penelitian ini terfokus pada penerapan peraturan kawasan

tanpa rokok di Kabupaten Mandailing Natal sejauh mana pemerintah dalam

melaksanakan peraturan dimaksud. Kajian tentang faktor penentu efektivitas

4 Spiritual adalah Hubungan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta tergantung dengan kepercayaan yang

dianut oleh individu itu sendiri.

5 Nonmaterial adalah kebutuhan yang tidak terlalu peting setiap hari misalnya seperti handphone, jam

tangan. 6Soerjono Soekanto, kesadaran hukum dan kepatuhan hukum (Jakarta: Rajawali Pers,1982), 115.

Page 34: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

mengacu pada kepentingan yaitu kepentingan teoritis dan kepentingan parktis.7

Secara teori apakah Pemerintah sudah menjalankan atau mengeluarkan undang-

undang terkait itu dan secara praktis apakah pelaksanaan undang-undang tersebut

sudah berjalan secara efektif atau berjalan lancar.

Dalam peraturan bersama Menkes dan Mendagri tersebut pada bab IV tentang

pembinaan dan pengawasan pasal 8:

1. Menteri dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan umum dan

Menteri Kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan teknis.

2. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksana KTR di

kabupaten/kota.

3. Bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksana

KTR di desa/ kelurahan.

4. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat

3, bupati/walikota melimpahkan kepada camat.

Pemerintah daerah dan kabupaten/kota akan melaksanakan tugasnya terkait

dengan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksana Kawasan Tanpa Rokok di

daerahnya tersebut secara efektif. Dan jika kegiatan itu tidak terlaksana secara efektif

maka perokok akan semakin bebas merokok dimana saja tanpa memikirkan orang

lain dan lingkungan, perokok akan semakin meningkat setiap tahunnya dan tidak

menutup kemungkinan penyakit akan semakin banyak disebabkan asap rokok.

Dalam peraturan bersama tersebut diatur dalam pasal 6 ayat 3 terkait dengan

sanksi, sanksi kepada

7Sudarwan Danim, Momotivasi Kepeminpinan dan Efektifitas Kelompok, ( Jakarta : PT RINEKA CIPTA,

2012), Hlm. 118

Page 35: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

a. perorangan berupa sanksi pidana ringan,

b. dan badan hukum atau badan usaha dikenakan sangsi adminsitratif

dan/atau denda.

B. Rokok

1. Pengertian Rokok

Berdasarkan PP No. 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang

mengandung zat adiktiv berupa produk tembakau bagi kesehatan, rokok adalah salah

satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisab dan atau di hirup

asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang

dihasilkan dari tanaman nicotiana tanacum, nitociana rudtica dan spesies lainnya atau

sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan

tambahan.8

Menurut Harissons dalam sitepoe, merokok adalah

Membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok

maupun menggunakan pipa. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok

namun menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok

(Kemenkes RI, 2011).

Komponen rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang

rokok yang dibakar, akan mengeluarkan 4000 bahan kimia, rokok menghasilkan suatu

pembakaran yang tidak sempurna yang dapat mengendap dalam tubuh ketika dihisap.

Secara umum komponen rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu

komponen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%).9Komponen gas asap

8Ayu Nuzulla, “Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Sekolah SD Negeri 067690Kecamatan

Medan Johor Tahun 2018,” 2018.Hlm 17 9Kandungan Kimia, Samsuri Tirtosastro, and A S Murdiyati, “Kandungan Kimia Tembakau DanRokok,”

2010. Hal 34-38

Page 36: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

rokok terdiri dari karbonmonoksida, karbondioksida, hidrogen sianida, amonyiak,

oksida dari nidrogen dan senyawa hidrokarbon.10

2. Kandungan Rokok

Kadar zat kimia yang terkandung di dalam rokok memiliki kadar yang berbeda.

Bahkan untuk merek dan jenis antara suatu rokok dengan rokok lainnya pun memiliki

kandungan yang berbeda-beda. Kandungan yang paling dominan di dalam rokok adalah

nikotin dan tar.Selain itu di dalam satu batang rokok terdapat kandungan racun

diantaranya:

a. Nikotin

Nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat dalam

Nikotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesis lainnya

yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan para perokok.

b. Tar

Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat

karsinogenik. Tar biasanya berupa cairan coklat tua atau hitam yang bersifat lengket

dan biasanya berakibat menempel pada paru-paru, sehingga membuat paru-paru

perokok menjadi coklat, begitu juga halnya pada gigi dan kuku. Tar yang ada pada

asap rokok menyebabkan paralise silia yang ada dalam saluran pernafasan dan

menyebabkan penyakit paru lainnya.

c. Kandungan lain, seperti : gas CO, aceton (bahan pembuat cat), naftalene (bahan

pembuat kapur barus), arsenic (elemen metaloid, yang membentuk sejumlah

komponen beracun), methanol (bahan bakar roket), vinyl chloride (bahan plastic

PVC), phenol butane (bahan bakar korek api), potassium nitrat (bahan baku

10 Ibid, Hal.39

Page 37: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

pembuatan bom dan pupuk), polonium-201 (bahan rodioktif), ammonia (bahan

untuk memcuci lantai), DDT (digunakan untuk racun serangga), hydrogen cyanide

(gas beracun), dan cadmium (digunakan untuk aki mobil).

Merokok menyebabkan banyak tumpukan penyakit yang mengancam

kesehatan baik bagi diri sendiri maupun bagi orang disekitar kita. Penyakit tersebut

bisa mengancam nyawa setiap yang mengonsumsi dan menghirup asap tersebut.

3. Dampak Bahaya Merokok

Dampak bahaya merokok bagi kesehatan tubuh manusia ada beberapa macam

yang harus diketahui, yaitu:11

a. Fertilitas (kesuburan)

Bahaya merokok terhadap reproduksi dan kesuburan cukup patal, karena

kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko impotensi (disfungsi efeksi),

kerusakan sperma, mengurangi jumlah sperma dan menyebabkan kanker testis.

Bagi yang sudah berkeluarga akan sangat berbahaya jika terus-menerus

merokok apalagi yang tingkat kesuburan spermanya rendah maka akan berpengaruh

sangat negatif, dan akan mengakibatkan kemandulan, begitu juga dengan

perempuan yang merokok akan sangat berbahaya untuk kesuburannya.

b. Bau mulut dan kerusakan gigi

Bahaya merokok dapat menyebabkan bau mulut dan gigi bernoda. Hal ini

juga dapat menyebabkan penyakit gusi dan kerusakan indera perasa. Bahaya rokok

paling serius adalah meningkatkan resiko mengembangkan kanker pada lidah,

tenggorokan, dan bibir.

11

Ibid.Hal 34-38

Page 38: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

Untuk kesehatan mulut juga dipengaruhi oleh rokok, karena salah satu

penyebab gigi kuning, bau mulut dan penyakit mulut lainnya disebabkan oleh rokok.

Kanker bibir dan tenggorokan juga bisa disebabkan oleh rokok yang berlebihan.

c. Penuaan dini

Bahaya merokok dapat mengurangi jumlah oksigen ke kulit sehingga dapat

mempercepat penuaan dan kulit tampak kusam dan berwarna abu-abu. Merokok di

usia muda antara 10-20 tahun dapat menyebabkan kerutan ke wajah, terutama di

sekitar mata (kantung mata) dan mulut tiga kali lebih mungkin.

Selain menuakan kulit dari dalam, dari luar juga terlihat jelas ketika

menghisap rokok, seluruh kulit wajah bergerak ditarik oleh mulut dan bibir. Secara

kesehatan, semakin banyak melakukan hal seperti itu maka kulit wajah akan keriput

dan tampak tua.

d. Tulang rapuh

Bahaya rokok bagi kesehatan berikutnya dapat menyebabkan tulang cepat

lemah dan rapuh. Terutama wanita perokok, 5-10% lebih mungkin untuk menderita

osteoporosis dibandingkan dengan non perokok. Dikalangan anak laki-laki yang

berumur 10-20 tahun yang merokok akan cenderung lebih lemah dalam melakukan

pekerjaan berat.

Pekerjaan berat seperti mengangkat bahan-bahan diatas 50 kg laki-laki

perokok akan terlihat lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki yang tidak

merokok, karena asap rokok bisa melemahkan kekuatan badan termasuk kekuatan

tulang dan otot.

e. Penyakit pencernaan

Page 39: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

Merokok yang berlebihan akan meningkatkan kemungkinan terkena kanker

perut, resiko kanker ginjal, pankreas, dan kantung kemih. Penyakit dalam perut

lebih mudah terserang karena asap rokok yang dihisap sampai ke dalam perut

sebelum di hembuskan ke luar melalui mulut atau hidung.

Kandungan yang ada dalam rokok sangat mempegaruhi kesehatan dalam

pencernaan perokok. Ketika selesai makan maka perokok kebanyakan langsung

merokok tanpa ada batas waktu yang panjang atau jarak waktunya. Makanan yang

dikonsumsi akan tercampur oleh zat yang ada dalam asap rokok dan diolah oleh

perut sehingga menimbulkan banyak penyakit.

f. Penyakit paru obstruktif kronik(PPOK)

Menyebabkan penyakit paru, PPOK adalah penyakit progresif yang

membuat seseorang sulit untuk bernapas. Banyak perokok tidak tahu bahwa mereka

telah terkena penyakit ini hingga sudah terlambat. Tidak ada obat untuk penyakit ini

dan belum ada cara untuk menyembuhkannya.

g. Serangan jantung

Karbon monoksida dari rokok mengambil oksigen dalam darah dan

menyebabkan resiko mengembangkan kolestrol mengendap di dinding arteri. Efek

ini meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke. Kebanyakan manusia

meninggal karena penyakit serangan jantung terkhusus di Indonesia.

Kebanyakan mengonsumsi rokok akan menimbulkan penyakit serangan

jantung karena kandungan oksigen tubuh sudah kotor oleh asap rokok dan kotoran

itu akan menempel pada jantung sehingga akan tiba-tiba tidak berfungsi atau

terhambat oleh kotoran tersebut.

Page 40: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

h. Radang sendi

Radang sendi adalah penyakit radang kronis dan lebih sering terjadi pada

wanita yang memengaruhi persendian di tangan dan kaki. Penyakit ini menyebabkan

pembengkakan yang menyakitkan pada akhirnya menyebabkan tulang keropos dan

kelainan bentuk sendi.

i. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 dan meningkatkan risiko komplikasi penyakit, termasuk

menghambat aliran darah ke kaki. Kondisi ini dapat menyebabkan infeksi dan

mengakibatkan amputasi kaki. Asap yang dihirup menimbulkan penyakit yang bisa

menyebabkan komplikasi pada tubuh.

Diabetes tipe 2 bisa juga disebabkan oleh kebanyakan dalam mengonsumsi

rokok atau menghisap asap rokok orang lain. Bagi penderita diabetes harusnya

berhenti merokok atau menjauhi orang merokok, karena akan sangat berakibat patal.

j. Kanker

Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh yang

abnormal, tidak terkontrol dan tidak berbentuk. Kanker paru-paru penyebab utama

kematian akibat kanker pada pria dan wanita, karena sangat sulit di obati. . Berikut

ini faktor resiko dari dampak rokok bagi kesehatan yang menyebabkan berbagai

kanker yaitu:12

1) Kanker mulut

2) Kanker ginjal

3) Kanker serviks

12 Pragoyo Utomo, Apresiasi Penyakit Pengobatan Secara Tradisional dan Modren,(Jakarta:Rineka Cipta,

2005). Hlm.41.

Page 41: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

4) Kanker hati

5) Kandung kemih

6) Kanker pankreas

7) Kanker usus besar

8) Leukimia myeloid.13

Dari beberapa dampak diatas, maka dapat disimpulkan bahwa segala jenis

penyakit yang ada dalam tubuh manusia bisa dibawa atau disebabkan oleh asap

rokok dihirup atau terhirup. Berhenti merokok akan menyelamatkan diri dan orang

lain dari kematian.

Pemerintah yang bijak juga harusnya ikut serta dalam penanggulangan ini

untuk menyelamatkan warganya dari bahaya dan penyakit yang disebabkan oleh

asap rokok. Warga negara yang baik adalah warga yang mau mentaati peraturan

negaranya. Bisa dikatakan juga para perokok mencemari lingkungan pencemaran ini

disebabkan bermacam-macam salah satunya merokok.14

Peraturan untuk tidak

merokok sembarangan di kawasan-kawasan yang sudah ditetapkan oleh undang-

undang.

C. Kawasan Tanpa Rokok

1. Sejarah Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia

Rokok dikenal sejak abad ke- 19 oleh penduduk kudus dan bisnis rokok dimulai

pada tahun 1996, sejak saat itulah bangsa Indonesia mengenal rokok dan

mengkonsumsinya. Dari kebiasaan merokok tersebut mengakibatkan terjadinya

13

http//:id.m.wikipedia.org, diakses pada tanngal 09 juli 2019

14 Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M., M.KES, Kesehatan Lingkungan ( Jakarta: Kencana, 2010). Hlm. 276.

Page 42: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

pravalensi prokok di Indonesia yang setiap tahunnya terus meningkat. Dalam hal ini

sebenarnya sangat membahayakan kesehatan masyarakat di Indonesia.

Tahun 1999 melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2003

tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan untuk

melarang orang merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan Pemerintah

tersebut memasukkan peraturan kawasan tanpa rokok pada pasal 22-25.

Dalam pasal 25 mengatakan bahwa”

Pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok sebagaimana di

maksud dalam pasal 22 diwilayahnya. 15

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan juga mencantumkan

peraturan kawasan tanpa rokok pada bagian tujuh belas mengenai pengamanan zat adiktif

pasal 115 ayat (91) dan (2). Berbagai daerah di seluruh Indonesia sudah mengeluarkan

Peraturan-peraturan Daerah tentang kawasan tanpa rokok seperti DKI Jakarta, Surabaya,

Palembang, Bogor, Cirebon, Padangsidimpuan dan daerah lainnya.

Dasar hukum kawasan tanpa rokok di Indonesia cukup banyak, yaitu :

1. Undang-undang No. 23/1992 tentang kesehatan

2. Undang-undang No. 23/1997 tentang pengolahan lingkungan hidup

3. Undang-undang No. 8/1999 tentang perlindungan konsumen

4. Undang-undang No. 32/2002 tentang penyiaran

5. Peraturan Pemerintah RI No. 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara

6. Instruksi Menteri Kesehatan RI No. 161/Menkes/Ins/III/1990 tentang lingkungan

kerja bebas asap rokok

15

Pasal 25 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan

Page 43: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

7. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/PB/I/2011

No. 7 tahun 2011 tentang pedoman Pelaksanaan kawasan tanpa rokok.

Pada dasarnya semua bentuk campur tangan pemerintah harus didasarkan pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai perwujudan dari asas legalitas, yang

menjadi sendi utama negara hukum.16

Dasar Hukum tersebut dimaksudkan sebagai

penguat atas peraturan yang di buat di dearah.

Pada tahun 2017 di Indonesia ada 518 kabupaten/Kota tapi yang sudah punya

regulasi tentang KTR baru 100 daerah. Padahal jumlah perokok di Indonesia mencapai 36

persen dengan mayoritas perokok usia 15-19 tahun. Jumlah ini menunjukkan bahwa

pemerintah daerah menyadari bahwa pentingnya memiliki lingkungan yang bersih, sehat

dan bebas dari asap rokok guna melindungi para perokok pasif dan menurunkan

prevalensi mengeluarkan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok.17

Penetapan Kawasan

Tanpa Rokok di Indonesia memiliki landasan hukum yang jelas.

2. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok

Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk

kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan atau

mempromosikan produk tembakau.18

Kawasan Tanpa Rokok yang telah ditetapkan ini

merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap resiko ancaman dan gangguan

kesehatan karena lingkungan tersebut sudah dicemari asap rokok. Kawasan Tanpa Rokok

adalah ruangan atau area yang tidak diperbolehkan untuk merokok.

16

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: UII Press Indonesia, 2002), hlm. 187 17

http://regional.kompas.com/read/2017/11/17/07011071/baru-100-daerah-di-indonesia-yang-punya-aturan-

kawasan-tanpa-rokok, diakses pada tanggal03 September 2019 pukul 09.00 Wib. 18

Kawasan Tanpa Rokok, “Pedoman Pengembangan,” 2011.hlm 15

Page 44: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

Peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang sudah di tetapkan itu merupakan

upaya pemerintah dalam melindungi masyarakat dari bahaya dan ancaman kesehatan

yang lingkungan yang tercemari oleh asap rokok. Kawasan yang disebutkan juga

merupakan kawasan yang sering digunakan untuk kegiatan pendidikan, ibadah, bermain

dan lainya.

Kawasan Tanpa Rokok ini harus menjadi acuan bagi semua orang. Ada beberapa

alasan utama mengapa KTR dijadikan sebagai acuan utama, yaitu melindungi anak-anak

dari bahaya asap rokok, mengajarkan kepada anak-anak dan generasi muda untuk tidak

merokok dan membahayakan orang atas kesenangannya, mengajarkan bahwa merokok

itu bukan perbuatan yang baik untuk kesehatan dan lingkungan, dan kawasan tanpa rokok

secara umum mengajarkan dan mendorong perokok untuk mengurangi kegiatan merokok

atau berhenti merokok, dengan cara menghargai orang lain dan menjaga kesehatan

lingkungan.

Salah satu solusi untuk bisa menghirup udara yang sehat dan bersih dari asap

rokok atau penetapan kawasan tanpa rokok adalah dengan pengendalian terhadap para

perokok yang mengeluarkan da menyebarkan asap rokok yang sangat berbahaya terhadap

kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif.

Tujuan dari kawasan tanpa rokok adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan

angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat,

meningkat produktivitas kerja yang optimal, mewujudkan kualitas udara yang sehat dan

bersih bebas dari asap rokok, menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula

serta mewujudkan generasi muda yang sehat.

3. Perinsip Dasar Kawasan Tanpa Rokok

Page 45: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

Kawasan Tanpa Rokok memiliki beberapa prinsip utama dalam

pengembangannya, yaitu:

a. Paparan asap rokok tidak memiliki batas aman. Racun yang terkandung dalam asap

rokok yang kemudian masuk ke dalam tubuh secara komulatif akan tersimpan dan

akan menimbulkan beberapa ganggguan kesehatan, sehingga semua tempat kerja

yang tertutup termasuk kendaraan umum, tempat-tempat umum yang tertutup harus

bebas dari asap rokok. Pada umumnya semua orang harus terlindungi dari bahaya

asap rokok demi keamanan dan kesehatanya.

b. Apabila seluruh ruangan tertutup di dalam gedung maka 100 ruangan harus bebas

asap rokok, karena solusi yang paling efektif untuk menjamin kesahatan adalah

kawasan tanpa rokok. Dan apabila di setiap ruangan tertutup dalam gedung itu tidak

memiliki ventilasi atau saringan udara yang mampu menghilangkan racun asap

rokok, maka ruangan tersebut sangat dilarang untuk merokok.

c. Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok memerlukan peraturan yang berbentuk

legalisasi yang dapat mengikat secara hukum. kebijakan yang bersifat tidak ada

ketegasan dan tidak memiliki sangsi hukum yang kuat kepada pelanggar maka tidak

akan efektif, perlindungan bagi masyarakat juga akan lemah. Melalui Peraturan

Pemerintah atau Undang-undang kemudian dengan Peraturan Daerah yang efektif

akan menunjang pengambangan kawsan yang dimaksud.

d. Memerlukan berbagai perencanaan yang baik dan sumber daya yang memadai agar

keefektifan dan keberhasilan penerapan dan penegakan Kawasan Tanpa Rokok

tercapai secara maksimal.

Page 46: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

e. Mulai dari proses pengembangan, pelaksanaan dan penegakan hukum, seluruh

komponen harus dilibatkan. Untuk menjamin kepatuhan terhadap peraturan yang

dimaksud serta memberikan dukungan terhadap masyarakat secara umum, maka

dibutuhk19

an peranan penting dari lembaga masyarakat termasuk lembaga swadaya

masyarakat dan organisasi profesi.

f. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan peraturan, penegakan

hukum, dan dampak negatif atau positif Kawasan Tanpa Rokok. Monitoring

dilakukan juga terhadap intervensi dari berbagai pihak termasuk industri rokok

terhadap pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.

4. Ruang lingkup Kawasan Tanpa Rokok

Ruang lingkup adalah tempat-tempat yang dilarang melakukan aktivitas merokok

di dalamnya. Adapun ruang lingkup kawasan tanpa rokok menurut Kemenkes RI , Yaitu

:20

a. Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilitas layanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan

untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif

maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau

masyarakat.

Dalam hal ini pelayanan kesehatan dimaksudkan adalah suatu tempat yang

melayani khusus untuk mengobati orang sakit, seperti Rumah Sakit Umum, Pusat

Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Pembantu dan Klinik Kesehatan. Dan pada

19

https://text-id.123dok.com/document/Izgjvwvzo-prinsip-dasar-kawasan-tanpa-rokok-ktr.hlml. diakses 02

Oktober 2019 pukul 10.20 WIB 20

Ibid, hal. 22-23

Page 47: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

penelitian ini terpokus pada Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten

Mandailing Natal.

b. Tempat proses belajar mengajar

Tempat proses belajar mengajar adalah gedung yang digunakan untuk

kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan atau pelatihan. Gedung yang dimaksud

adalah gedung dimana dilakukan proses belajar mengajar yang mendapatkan

legalitas pemerintah dan swasta.

Gedung yang mendapatkan legalitas pemerintah dan swasta sebagai tempat

belajar itu seperti, Sekolah Dasar negeri dan Swasta, Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan

Swasta, Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta, Sekolah Menengah Atas

Negeri dan Swasta, dan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta.

c. Tempat anak bermain

Tempat anak bermain adalah area tempat tertutup dan terbuka yang

digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak.Area bermain anak- anak sangat

banyak seperti taman anak-anak, taman bermain anak, dan ini di temukan di

beberapa tempat permainan dan belanja di beberapa kota besar.

d. Tempat ibadah

Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-ciri

tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk masing-

masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga.

Tempat-tempat ibadah dari seluruh agama yang diakui oleh negara juga

sangat dilarang untuk merokok karena menimbulkan efek negatif. Misalnya agama

Islam beribadah di Mesjid. Perokok menyebarkan asap yang menimbulkan penyakit,

Page 48: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

membuat area mesjid kotor tercemari abu rokok, dan membuat tidak khusuk bagi

yang sedang beribadah jika menghisap asap rokok.

e. Angkutan umum

Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa

kendaraan darat, air dan udara biasanya dengan konpensasi. Angkutan umum adalah

suatu kendaraan yang mengantarkan atau memindahkan barang dan manusia dari

satu tempat ke tempat lainnya.

f. Tempat kerja

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau yang dimasuki tenaga kerja

untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber

bahaya.

Semua tempat yang dijadikan sebagai tempat mencari kehidupan baik terbuka

atau tertutup. Misalnya didalam kantor pemerintahan, kantor ektivitas bisnis, ruangan

pengobatan, ruang transaksi bank atau tempat-tempat lainya.

g. Tempat umum

Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh

masyarakat umum dan atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk

kegiatan masyarakat yang dikelola pemerintah, swasta dan masyarakat.

5. Manfaat Kawasan Tanpa Rokok

Kawasan Tanpa Rokok sangat banyak memberikan manfaat positif bagi

masyarakat, karena semakin banyak asap rokok di kawasan umum akan semakin banyak

penyakit menyebar. Maka kebijakan ini sangat berpengaruh juga kepada tingkat

Page 49: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

kesehatan di suatu daerah dan negara itu sendiri jika terlaksana dengan maksimal.

Adapun manfaat positif kawasan tanpa rokok adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan tempat-tempat umum, sarana kesehatan, tempat-tempat kerja, tempat

ibadah, dan sarana pendidikan yang sehat, nyaman dan aman, tidak terganggu oleh

asap rokok, dapat memberikan citra yang positif.

b. Menegakkan etika merokok.

c. Mewujudkan generasi muda yang sehat.

d. Meningkatkan produktifitas kinerja yang optimal.

e. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.

f. Memberikan hak kepada orang yang tidak merokok untuk tidak terkena dampak

racun rokok yang sangat banyak mengandung penyakit.

g. Mencegah peningkatan penyakit bagi perokok aktif maupun prokok pasif.21

D. Mandailing Natal

Mandailing Natal adalah kabupaten yang teletak di Provinsi Sumatera Utara dengan

jumlah penduduk 480.911 jiwa dikabupaten Mandailing Natal masih banyak sekali kawasan

atau tempat-tempat umum yang belum ditertibkan oleh pemerintah terkait Kawasan Tanpa

Rokok, di Kawasan Rumah Sakit Umum Madina salah satunya.22

Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti sangat berlawanan dengan UU

yang dikeluarkan oleh Kemenkes atau Putusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri

dalam Negeri tentang Kawasan Tanpa Rokok, karena masih banyak kawasan-kawasan yang

masih bebas rokok atau tidak ada tindakan pemerintah terhadap kawasan tanpa rokok.

Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal misalnya.

21

Lily S Sulistyiwati, Prototype Kawasan Tanpa Rokok, Kemenkes RI,2011, hlm. 6 22

http.//id.m.wikipedia.org,diakses pada 15 Mei 2019

Page 50: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

Rumah Sakit Umum Panyabungan terletak di Jl. Merdeka No. 40, Kayu Jati,

Panyabungan sering sekali masyarakat merokok sembarangan di sekitaran Rumah Sakit

tanpa merasa bersalah karena melanggar Undang-undang. Masyarakat yang merokok adalah

keluarga dari pasiendi Rumah Sakit itu sendiri.

Kebijakan pemerintah dengan pihak Rumah Sakit yang tidak berjalan secara

maksimal mengakibatkan banyak masalah terkait undang-undang dimaksud. Masyarakat

yang bebas merokok menjadi salah satu penyebab kelemahan pemerintah dan ketidak

seriusan pemerintah dalam memberantas itu, dan pihak Rumah Sakit yang tidak melakukan

pengawasan dilingkungan terkait undang-undang dimaksud juga menjadi penyebab

kebebasan masyarakat melanggar.

Sinergitas antara pemerintah dan lembaga pelaksana atau tempat kawasan tanpa

rokok harus tetap baik untuk mencapai tujuan bersama. Pemerintah dan Rumah Sakit

harusnya segera mengaktifkan kawasan tanpa rokok ini untuk keamanan bagi perokok aktif

dan pasif apalagi pasien yang sedang merokok di kawasan tersebut.

Menyelamatkan banyak orang sudah menjadi tanggung jawab semua orang terutama

pemerintah. Membuat sebuah kebijakan dan kewajiban bagi masyarakatnya untuk tidak

merokok di kawasan Rumah Sakit dan melakukan pengawasan setiap saatnya, maka

pemerintah sudah menyelamatkan banyak nyawa orang banyak terkhusus di kawasan

Rumah Sakit.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dalam penelitian ini merujuk pada beberapa hasil penelitian

yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:

Page 51: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

No. Penulis Judul Hasil Penelitian

1

Andika Martua

Haibuan, Skripsi

IAIN

Padangsidimpuan,

tahun 2018.

Problematika Penegakan

Peraturan Daerah Kota

Padangsidimpuan No. 7

tahun 2012 tentang

Kawasan Tanpa Rokok

di Kota

Padangsidimpuan.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

penegakan kawasan

tanpa rokok

berdasarkan

peraturan daerah

Kota

Padangsidimpuan

sudah melaksanakan

kewajibannya dengan

memasang tanda atau

petunjuk berupa

tulisan, spanduk, dan

stiker-stiker.

2

Riza Wahyuni,

Skripsi IAIN

Padangsidimpuan,

tahun 2019

Efektivitas Pelaksanaan

Peraturan Daerah

Kabupaten Mandailing

Natal Nomor 7 Tahun

2003 Tentang

Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit

Masyarakat Di

Kabupaten Mandailing

Natal Studi Di

Kecamatan Panyabungan

Kota

Hasil Penelitian ini

menunjukkan bahwa

penegakan Peraturan

Daerah Mandailing

Natal Nomor 7 Tahun

2003 Tentang

Pencegahan dan

Pemberantasan

Penyakit Masyarakat

khususnya oleh

satuan polisi pamong

prajadan dinas sosial

sudah melaksanakan

kewajibannya, denga

melakukan razia

rutin, dua puluh lima

hari dalam satu bulan,

dan dinas sosial juga

melakukan

pembinaan bagi

Page 52: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

masyarakat yang

melakukan

pelanggaran.

3

Rahmi Ayu

Nuzulla, Skripsi

Universitas

Sumatera Utara,

tahun 2018

Implementasi kebijakan

kawasan tanpa rokok di

sekolah SD 067690

Kecamatan Medan johor

tahun 2018

Hasil penelitian

bahwa kurangnya

komunikasi dalam hal

sosialisasi,

implementasi

kebijakan KTR,

ketersediaan

infrastuktur dan

sarana prasarana

implementasi KTR,

Kurangnya komitmen

sasaran pelaksanaan

komite atau

kelompok kerja

penyusunan

kebijakan KTR.

Page 53: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Panyabungan

Kabupaten Mandailing Natal, yang beralamat di Jl. Merdeka No. 40, Kayu

Jati, Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, dan Kantor Dinas

Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, di Komplek perkantoran Payaloting,

Parbangunan, Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Penelitian juga dilakukan terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran

Kawasan Tanpa Rokok.

Waktu Penelitian ini mulai 25 sampai 30 Agustus 2019 di Rumah

Sakit Umum Panyabungan dan Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten

Mandailing Natal di Jl. Merdeka No. 40, Kayu Jati, Panyabungan dan

Komplek Perkantoran Payaloting, Parbangunan, Panyabungan, Kabupaten

Mandailing Natal.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang diamati. Kirk dan Miller

mendefenisikan penelitian kualitatif adalah sebagai suatu tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari

40

Page 54: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

2

pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam

peristilahannya.1

Penelitian kualitatif ini adalah suatu proses untuk menemukan

pengetahuan yang menghasilkan data yang dari hasil penelitian. Alat

pengumpulan data utama adalah manusia sebagian informan yang bertujuan

untuk mengumpul data mengenai efektivitas kawasan tanpa rokok di

Kabupaten Mandailing Natal Studi Rumah Sakit Umum Panyabungan.

C. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud adalah sumber data yang diperoleh

peneliti terhadap hasil penelitian ini. Penelitian ini terdiri atas tiga sumber

yaitu data primer, skunder dan data tersier.

1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek

penelitian atau informan penelitian. Untuk penelitian ini bersumber dari

Dinas Kesehatan Mandailing Natal, Rumah Sakit Umum Panyabungan dan

Masyrakatyang merokok dikawasan Rumah Sakit Umum Panyabungan

Mandailing Natal.

Data diperoleh langsung dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Mandailing Natal Kepala Bidang Promosi Kesehatan, Ibu Lanniari, SKM,

M.Kes, Direktur Rumah Sakit Umum Panyabungan Kepala Bidang

Pelayanan dan Pengendalian Medis, Ibu Siti Suhaimah. Dan Masyarakat

Perokok di Kawasan Rumah Sakit Umum, Bapak Ahmad Nasution, Bapak

Abdul Hakim dan Bapak Syarifuddin Nst.

1Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualititatif (Bandung: PT Remaja Rosdakary,2006),

hlm. 4

Page 55: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

3

2. Data Skunder adalah sumber data yang diperoleh melalui media perantara

atau secara tidak langsung. Untuk penelitian ini data skunder diperoleh

dari undang- undang, buku-buku, jurnal, literatur dan data-data lainnya.

3. Data Tersier adalah data lain yang memberikan petunjuk ataupun data

yang menjelaskan tentang data primer dan data skunder, misalnya hasil

penelitian, Kamus hukum, KBBI, artikel-artikel dan bahan-bahan lainnya

yang menyangkut dalam penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik adalah suatu metode yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data. Teknik adalah cara yang dilakukan untuk mencapai

tujuan. Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan seorang peneliti

untuk mencapai tujuan dan hasil penelitian. Teknik yang digunakan adalah :

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat

dari dekat kegiatan yang dilakukan. Metode observasi diartikan sebagai

metode pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala

yang ada pada subyek penelitian.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum

Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal dengan melakukan

pengamatan terhadap masyarakat atau keluarga pasien yang merokok di

kawasan tersebut dan mencatat kegiatan itu sebagai dasar dalam

penelitian ini.

Page 56: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

4

2. Interview (wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal respondennya sedikit-sedikit.2

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan dari laporan tentang

diri atau setidaknya pada pengetahuan dan keyakinan. Wawancara dapat

dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan

melalui tatap muka maupun menggunakan telepon. Interview dilakukan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, Direktur

Rumah Sakit Umum Panyabungan dan Masyarakat yang berada di Rumah

Sakit Umum Panyabungan.

3. Dokumentasi

Pengumpulan dokumentasi merupakan berkas yakni mencari data

mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, surat kabar, notulen, dan

lainnya.

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang didapat dari beberapa sumber data primer, skunder dan

tersier akan diolah untuk mencapai hasil penelitan yang bagus. Pengolahan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data

(mengkategorikan data), penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sehingga

2Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 194

Page 57: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

5

penelitian yang dilakukan dapat menjawab masalah yang kita hadapi dalam

suatu penelitian tersebut, hingga dapat dianalisis untuk ditarik kesimpulan.3

Menurut Soerjono Soekanto, metode penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Suatu tipe pemikiran yang dipengaruhi dalam penelitian

2. Suatu teknik umum bagi ilmu pengetahuan

3. Cara tertentu untuk dapat melaksanakan suatu prosedur.4

F. Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang mengkaji atau

menganalisis data-data yang didapat dalam penelitian melalui wawancara dan

dokumentasi dengan sumber data seperti undang-undang, buku, jurnal dan

lain sebagainya untuk memperoleh hasil penelitian yang sempurna seperti

yang diharapkan.

Metode analisis yang dipakai adalah kualitaif deskriftif, yaitu analisis

yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau

kalimat, kemudian dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh

kesimpulan.5

G. Teknik Keabsahan Data

Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini bersifat kualitatif,

dengan penelitian dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek holistik dengan deskripsi dalam bentuk kata dan naratif

dalam suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai

3Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Garafika, 2011), hlm. 178

4Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 5

5Ibid, hlm. 182

Page 58: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

6

metode ilmiah.

Demi terjaminnya keaslian dan keakuratan data, maka peneliti akan

melakukan dengan teknik keabsahan data. Data yang salah akan

menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula data yang

benar akan menghasilkan kesimpulan penelitian yang banar. Kebenaran atau

kevalitan data harus dirasakan dan merupakan tuntutan deskriftif, interpretasi

dan teori dalam peneltian kualitatif. Untuk menetapkan data tersebut sesuai

standar keabsahannya maka diperlukan pemeriksaan. Pelaksanaan teknik

pemeriksaan data harus sesuai dengan kriteria tertentu, yaitu:

1. Derajat Kepercayaan

Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non

kualitatif. Fungsinya untuk melaksanakan sehingga tingkat kepercayaan

dapat tercapai dan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh

peneliti pada kenyataan yang sedang diteliti.

2. Kebergantungan

Kebergantungan merupakan substitusi istilah rehabilitas dalam

penelitian non kualitatif, yaitu apabila ditiadakan dua atau beberapa kali

pengulangan dalam kondisi yang sama dan hasil secara esensial sama.

Sedangkan dalam penelitian kualitatif sangat sulit mencari kondisi yang

benar-benar sama. Selain faktor manusia sebagai instrumen, faktor

kelelahan dan kejenuhan akan berpengaruh.

Page 59: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

7

3. Kepastian

Pada penelitian kualitatifkriteria kepastian atau objektifitas harus

menekankan pada datanya bukan pada orangnya.6 Selain itu, dalam

keabsahan data juga dilakukan proses trigulasi. Trigulasi diartikan

sebagai sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga tringulasi

dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu, triangulasi sumber,

triangulasi pengumpulan data, dan triangulasi waktu.7

6Masri Singarimbun, Sopian Effendi, Penelitian Survey (Jakarta: P3ES, 1989), hlm. 63

7Ibid, hlm. 178

Page 60: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Profil Kabupaten Mandailing Natal

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Mandailing Natal atau sering

disebut dengan Madina. Mandailing Natal merupakan salah satu

Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Sebelum menjadi

sebuah kabupaten, wilayah ini masih termasuk bagian dari Kabupaten

Tapanuli Selatan. Setelah terjadi pemekaran, dibentuklah kabupaten

Mandailing Natal berdasarkan undang-undang Nomor 12 Tahun 1998

tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan

Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal , secara formal diresmikan

oleh Menteri Dalam Negeri pada tangga 9 Maret 1999.29

Secara Geografi Kabupaten Mandailing Natal terletak pada 0010-

1050 Lintang Utara dan 98

010-00

010’ Bujur Timur dengan rentang

ketinggian 0-2.145 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten

Mandailing Natal ±6.620,70 km atau 9,23 persen dari wilayah Sumatera

Utara dengan batas wilayah sebagai berikut:

Batas Utara Kabupaten Tapanuli Selatan

Batas Selatan Kabupaten Pasaman

Batas Barat Samudera Pasaman Barat

Batas Timur Kabupaten Pasaman Barat

29

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal

Page 61: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

49

Pertumbuhan jumlah penduduk Di Kabupaten Mandailing Natal

yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Laki-laki dewasa dan

remaja juga secara otomatis akan meningkat. Perokok yang lebih banyak

berasal dari kalangan remaja dan dewasa yang dengan bebas tanpa

memperhatikan lokasi dan tempatnya.

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri

nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 mengatur beberapa tempat

yang dilarang untuk merokok, seperti rumah sakit dan lainnya. Rumah

Sakit Umum Panyabungan secara kasat mata masih banyak masyarakat

yang merokok di kawasan tersebut padahal sudah ada stiker kawasan tanpa

rokok di setiap sudutnya. Inilah yang menjadi pembahasan dalam

penelitian ini.

2. Profil Rumah Sakit Umum Panyabungan

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal terletak

di Jalan Merdeka Nomor 40 Kayu Jati Panyabungan Kota Kabupaten

Mandailing Natal Sumatera Utara. Rumah Sakit Umum Daerah tersebut

merupakan Rumah Sakit terbesar yang berada di Kabupaten Mandailing

Natal, sekaligus menjadi sentral kesehatan bagi masyarakat Mandailing

Natal.

Mengingat bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan

kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan

teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi yang harus tetap mampu

Page 62: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

50

meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud detajat kesehatan yang setinggi tingginya. Maka

Rumah Sakit Umum daerah Mandailing Natal terus berbenah untuk

menjawab tantangan yang penuh dengan perubahan yang konstan, pesat

dan serentak, karena dengan meningkatkan tuntutan masyarakat akan mutu

pelayanan kesehatan, dengan itu fungsi pelayana rumah sakit pun secara

bertahap perlu di tingkatkan, agar lebih efesien dan efektif dengan mutu

yang dapat dipertanggungjawabkan.

a. Visi Rumah Sakit Umum Panyabungan

Mewujudkan Rumah Sakit yang Unggul dan Menhadi Pilihan

Utama Masyarakat di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2021.

b. Misi

Misi Rumah Sakit Umum Panyabungan Mandailing Natal

2011-2016 merupakan upaya untuk merealisasikan visi yang sudah

ditetapkan yang bertujuan memberikan pemahaman mengenai

bagaimana cara mencapai keberhasilan visi organisasi, misi Rumah

Sakit Umum Kabupaten Mandailing Natal ialah:

1) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas terjangkau

dan paripurna dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

2) Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan kesejahteraan

pegawai.

3) Menyediakan pelayanan pendidikan

Page 63: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

51

4) Melaksanakan sistem informasi managemen rumah sakit sesuai

dengan prosedur dan standar Rumah Sakit.

Berikut profil lengkap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Mandailing Natal:

1. Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Daerah Panyabungan

2. Alamat : Jl. Merdeka No. 40 Telp (0636) 20181

3. Kecamatan : Panyabungan Kota

4. Kabupaten : Mandailing Natal

5. Didirikan Tahun : 1920

6. Pemilik : Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal

7. Kelas/Type : C

8. Luas Area : 6.612,5 M2

9. Luas Bangunan : 3.463 M2

10. Kapasitas RSU : 83 Tempat Tidur

B. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal

Studi Rumah Sakit Umum Panyabungan.

1. Dasar Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok

Untuk mencapai tujuan lingkungan yang aman dari bahaya asap

rokok pemerintah mengambil beberapa strategi dan keputusan yang

harus dilaksanakan secara bersamaan di seluruh Indonesia. Menteri

Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan bertugas untuk:30

30

Ibid, hlm. 5

Page 64: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

52

a. Memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai bahaya

merokok bagi perokok dan perokok pasif,

b. Menyediakan konseling berhenti merokok,

c. Memberikan informasi dan edukasi, dan pengambangan

kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat, dan

d. Memberikan bimbingan teknis bagi penyediaan tempat khusus

untuk merokok.

Menteri Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Bertugas untuk:

a. Mendorong pemerintah daerah menetapkan dan melaksanakan

KTR di wilayah masing-masing,

b. Memfasilitasi pemerintah daerah dalam penyusunan dan

pelaksanaan Peraturan Daerah provinsi dan kabupaten/kota tentang

KTR, dan

c. Memberdayakan masyarakat dalam melaksanakan KTR.

Proses pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, kedua menteri

sudah memaparkan tugasnya. Selanjutnya akan di tindak lanjuti oleh

pemerintah provinsi dan daerah sebagai pelaksana dan pengawas dalam

peraturan dimaksud. Dan kemudian akan diminta pertanggungjawaban

sebagai bahan evaluasi untuk proses pengefektivan peraturan tersebut.

1. Proses Pelaksanaan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok

Dalam mengurangi masyarakat yang merokok bebas atau yang

tidak paham tentang kawasan tanpa rokok, Rumah Sakit Umum

Page 65: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

53

Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal telah membuat beberapa

kebijakan, seperti membuat stiker kawasan tanpa rokok di setiap sudut

ruangan dan tempat duduk di rumah sakit itu untuk tidak boleh

merokok di rumah kawasan Rumah Sakit.

Hasil wawancara dengan Direktur Rumah Sakit Umum

Panyabungan yang diwakili oleh ibu Siti Suhaimah, Kepala Seksi

Bidang Pelayanan dan Pengendalian Medis mengatakan bahwa Rumah

Sakit Umum juga sudah menempel stiker kawasan tanpa rokok di setiap

sudut rumah sakit, tempat-tempat duduk dan ruang tunggu, dan kamar

mandi rumah sakit umum. Memberikan pengumuman melalui

mikropon tentang bahaya merokok di kawasan rumah sakit setiap

malam.

Penerapan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok yang dilakukan

oleh Rumah Sakit Umum Panyabungan dengan cara menempel

stiker kawasan tanpa rokok di setiap sudut rumah sakit, tempat-

tempat duduk dan ruang tunggu dan kamar mandi rumah sakit.

Mengumumkan bahaya merokok dikawasan rumah sakit setiap

malam melalui mikrofon.31

Pernyataan Rumah Sakit tersebut dibenarkan oleh beberapa

masyarakat salah satunya bapak Ahmad Nasution, masyarakat yang

merokok di kawasan Rumah Sakit Umum Panyabungan

mengungkapkan bahwa: “Stiker yang bertulisan Kawasan Tanpa Rokok

31

Wawancara dengan Siti Suhaimah, tanggal 29 Agustus 2019, tentang Kawasan Tanpa

Rokok di Kabupaten Mandailing Natal di Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten

Mandailing Natal.

Page 66: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

54

sudah di tempel di setiap sudut Rumah Sakit Umum Panyabungan.

Setiap tempat duduk dan sampai pada kamar mandi Rumah Sakit”32

32

Wawancara dengan Bapak Ahmad Nasution tentang Kawasan Tanpa Rokok di Rumah

Sakit Umum Panyabungan, pada 28 Agustus 2019

Page 67: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

55

Selain stiker, pihak rumah sakit juga membuat spanduk

berukuran besar di beberapa tempat di kawasan Rumah Sakit, seperti di

pintu masuk, pintuk keluar, tempat antrian, tempat parkir dan beberapa

tempat lainnya yang merupakan tempat masyarakat sering berkumpul.

Bapak Abdul Hakim dalam wawancara membenarkan adanya spanduk

bertuliskan Kawasan Tanpa Rokok di Kawasan Rumah Sakit Umum.

Page 68: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

56

“Rumah Sakit Umum Panyabungan ini banyak stiker Kawasan Tanpa

Rokok dan ada juga spanduk yang berada di pintu masuk, pintu keluar,

tempat antrian dan tempat parkir di Rumah Sakit ini.”33

Rumah Sakit Umum Panyabungan juga membuat suatu

kebijakan sosialisasi menggunakan sound atau mikrofon. Setiap malam

ada pengumuman oleh pihak Rumah Sakit kepada Masyarakat melalui

mikrofon bahwa tidak boleh merokok di kawasan Rumah Sakit.

Kebijakan ini dibenarkan oleh bapak Syarifuddin Nasution dalam

wawancaranya di Rumah Sakit Umum Panyabungan. “ Setiap malam

ada pengumuman yang dilakukan oleh Rumah Sakit melalui mikropon

33

Wawancara dengan Bapak Abdul Hakim tentang Kawasan Tanpa Rokok di Rumah

Sakit Umum Panyabungan, pada 28 Agustus 2019

Page 69: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

57

kepada Masyarakat bahwa tidak boleh merokok di kawasan Rumah

Sakit ini.”34

Dalam proses pelaksanaannya pihak rumah sakit juga sudah

melakukan sosialisasi bahaya merokok di kawasan rumah sakit ,

sosialiasi di sekolah-sekolah baik SMA, SMP, dan SD tentang bahaya

merokok bagi anak-anak, dan lainnya.Kegiatan itu dilakukan hanya

beberapa kali saja, tidak ada kegiatan berkepanjangan.

Dinas Kesehatan Kabupaten juga dalam melaksanakan

Peraturan Kawasan Tanpa Rokok sudah melakukan berbagai cara, yaitu

sosialisasi dengan membuat stiker Kawasan Tanpa Rokok di setiap

sudut ruangan kantor Dinas, membuat Spanduk dan baliho Kawasan

Tanpa Rokok di sekitar Kantor, dan pernah melakukan sosialisasi

kepada masyarakat tentang bahaya rokok.

Selalin itu, Dinas Kesehatan Mandailing Natal juga pernah

melakukan sosialisasi bahaya rokok bagi kesehatan di beberapa Sekolah

mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah

Menengah Atas. Namum sosialisasi itu tidak dilaksanakan secara rutin.

Program itu hanya dilakukan sekali dalam setahun dan bahkan

terkadang tidak ada dalam setahun.

Hasil wawancara dengan ibu Lanniari, Skm,. M.Kes selaku

Kepala Seksi Promosi Kesehetan Dinas Kesehatan Kabupaten

Mandailing Natal mengatakan bahwa penerapan peraturan kawasan

34

Wawancara dengan Bapak Syarifuddin Nasution tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Rumah Sakit Umum Panyabungan, pada 20 Agustus 2019.

Page 70: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

58

tanpa rokok sudah dilakukan dengan berbagai cara, seperti menempel

stiker kawasan tanpa rokok di setiap ruangan, pintu masuk dan ruang

tunggu. Melakukan sosialiasi kepada warga dan siswa-siswi di

Kabupaten Mandailing Natal.

Penerapan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Dinas Kesehatan

Kabupaten Mandailing Natal melaksanakannya dengan berbagi

cara, seperti menempel stiker kawasan tanpa rokok di setiap

ruangan dan pintu masuk kantor, dan melakukan sosialisasi

bahaya merokok kepada warga dan Siswa-siswa Kabupaten

Mandailing Natal.35

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Rumah

Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal sudah

menerapkan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan Rumah

Sakit dan Kantor Dinas Kesehatan akan tetapi tidak ada tindak

lanjutnya baik dari segi pengawasan dan pembinaan.

2. Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatandan

Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011

Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di

Kabupaten Mandailing Natal Studi Rumah Sakit Umum

Panyabungan

Untuk mengetahui peraturan bersama Menteri Kesehatan dan

Menteri Dalam Negeri nomor 188/PB/1/2011 nomor 7 Tahun 2011 tentang

pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok di Kabupaten Mandailing

Natal sudah efektif atau tidak dapat dilihat dari pelaksanaan penerapan

peraturandan pelaksanaan pengawasan.

1. Penerapan Peraturan

35

Wawancara dengan Lanniari Skm,. M.Kes, tanggal 30 Agustus 2019, tentang kawasan

tanpa rokok di Kabupaten Mandailing Natal di Kantor Dinas Kesehatan Kabuapaten Mandailing

Natal.

Page 71: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

59

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam

Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pelaksanaan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok sudah dilaksanakan dan

diterapkan oleh Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten

Mandailing Natal. Pelaksanaannya dilakukan berbagai cara yaitu

sosialisasi ke beberapa sekolah secara langsung dan memasang Stiker

dan Spanduk tentang Kawasan Tanpa Rokok di lingkungannya.

2. Pembinaan danPengawasan

Dalam hal pembinaan dan Pengawasan Peraturan Bersama ini

menyebutkan dalam BAB IV Pembinaan dan Pengawasan pada Pasal

8, bahwa pemerintah bertugas:

a. Menetri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan

umum dan Menteri Kesehatan melakukan pembinaan dan

pengawasan teknis terhadap pelaksaan KTR,

b. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

Pelaksanaan KTR di kabupaten/kota,

c. Bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

Pelaksanaan KTR di desa/ kelurahan,

d. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) , bupati/walikota dapat melimpahkan

kepada camat.

e. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ayat (2), dan ayat (3) dilakuakn melalui:

Page 72: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

60

1) Sosialisasi dan koordinasi

2) Pemberian pedoman

3) Konsultasi

4) Monitoring dan evaluasi, dan/atau

5) Pemberian penghargaan.

Kabupaten Mandailing Natal tidak pernah melakukan

pengawasan terhadap peraturan kawasan tanpa rokok. Setelah

pelaksanaan dengan sosialisasi dan menempel stiker tidak ada lagi

tindak lanjut yang dilakukan oleh instansi tersebut.

Terkait pengawasan dalam lanjutan wawancara dengan ibu

Lanniari selaku kepala seksi bidang promosi kesehatan mengatakan

bahwa:

“pengawasan tidak pernah dilakukan karena tidak adanya

dukungan penuh dari pemerintah kabupaten”. Ketika rapat-

rapat penting pimpinan saja masih merokok di ruang rapat,

bagaimana pengawasan dapat kita lakukan ke tempat yang

biasa dilanggar oleh warga sedang pimpinan saja masih

melanggar.

Dari masalah itu maka pengawasan tidak pernah dilakukan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.

Sosialisasi yang dilakukan juga mendapatkan respon yang

kurang baik oleh pemerintah kabupaten sehingga pengawasan yang

dilakukan hanya di kawasan kantor Dinas Kesehatan Kabupaten

Mandailing Natal saja yang tegaskan terkait Peraturan Kawasan Tanpa

Rokok. Berikut data perokok di Kabupaten Mandailing Natal yang di

rangkum oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal:

Page 73: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

61

Data Perokok Kabupaten Mandailing Natal

Tahun 2016-2018

No Tahun Jumlah Perokok

1 2016 215.704 Orang

2 2017 215.980 Orang

3 2018 216.019 Orang

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal36

Dari data diatas dapat dinyatakan bahwa “setiap tahunnya

perokok di Kabupaten Mandailing Natal semakin bertambah.

Kebijakan pemerintah dalam mengurangi perokok melalui peraturan

Kawasan Tanpa Rokok tidak terlaksana dengan baik.” Peraturan

tersebut harus dilaksanakan dan perlu dilakukan pembinaan dan

pengawasan lebih baik lagi.

Pengawasan yang lemah juga terdapat di Rumah Sakit Umum

Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Berdasarkan hasil

wawancara lanjutan dengan ibu Siti Suhaimah mengatakan bahwa

pengawasan tentang kawasan tanpa rokok bagi perokok memang sangat

lemah. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan itu dan

jugamalu menegur pelanggar.

Untuk pelaksanaannya Rumah Sakit umum juga membuat

pengumuman setiap malam dengan menggunakan mikropon di kawasan

Rumah Sakit Umum Panyabungan. Pengumuman itu di tujuan untuk

36

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal

Page 74: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

62

menyadarkan masyarakat akan adanya larangan merokok di kawasan

Rumah Sakit. Tetapi untuk pembinaan dan pengawasan di kawasan

Rumah Sakit memang tidak ada.

Efektivitas adalah terjadinya suatu akibat atau efek yang

dinginkan dalam suatu program atau kebijakan. Dapat diartikan juga

sebagai pengaruh dan akibat yang dapat membawa hasil atau berhasil

guna mencapai tujuan. Suatu hukum itu dinilai efektif dapat dilihat juga

dari beberapa faktor yang mempengaruhinya.

1. Faktor Penegak Hukum

Aparat penegak hukum termasuk Kepolisian, Kejaksaan,

Kehakiman, Penasehat Umum dan Petugas Sipil lembaga

Permasyarakatan. Dalam penerapan Peraturan Kawasan Tanpa

Rokok di Kabupaten Mandailing Natal ini tidak pernah dilakukan

oleh aparat penegak hukum sehingga dinyatakan peraturan

dimaksud tidak berjalan secara efektif.

2. Faktor Sarana atau Fasilitas Hukum

Fasilitas hukum termasuk Sumber Daya Manusia, peralatan

hukum, keuangan dan sebagainya. Sarana dalam penerapan

Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal

belum memadai baik dari segi tempat khusus merokok di beberapa

kawasan dilingkunganya sehingga dari faktor ini dapat dinyatakan

masih kurang efektif.

3. Faktor Masyarakat

Page 75: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

63

Penegekan hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian

masyarakat. Akan tetapi masyarakat juga harus paham akan hukum

yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk itu perlu dilakukannya

sosialisasi secara rutin sampai msyarakat benar-benar paham.

Dalam proses pelaksanaan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di

Kabupaten Mandailing Natal sosialisasi dari Dinas Kesehatan dan

Rumah Sakit sudah dilakukan akan tetapi belum maksimal dan

tidak berkelanjutan.

4. Faktor Hukum

Hukum harus menemukan suatu keadilan. Penegakan

hukum yang benar harus dilakukan seadil-adilnya. Penerapan

Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal

tidak menemukan keadilan bagi pelanggar, pelanggar tidak pernah

diproses oleh penegak atau pemerintah.

5. Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan ini sama dengan faktor masyarakat atau

sebagai subbagian dari faktor masyarakat. Dalam faktor ini

menyangkut struktur, substansi dan kebudayaan. Organisasi

masyarakat juga harus ikut berperan dalam penegekan peraturan

ini, minimal menegur karena adatnya merokok mendatangkan

penyakit.

Soerjono mengatakan bahwa “suatu sikap tindak perilaku

hukum dianggap efektif apabila sikap, tindakan atau perilaku

Page 76: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

64

lainnya menuju pada tujuan yang diinginkan.” Artinya hukum itu

dikatanya efektif apabila sesuai dengan tujuan hukum itu dibentuk.

Dalam hal ini dilihat dari penerapan dan pengawasan maupun dari

segi faktor-faktor hukum Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri

Dalam Negeri Momor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 11 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten

Mandailing Natal dinyatakan tidak efektif.

3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Tidak Efektifnya Peraturan

Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri

Nomor188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Di Kabupaten Mandailing Natal

Studi Rumah Sakit Umum Panyabungan

Dari hasil wawancara dengan Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit

Umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal ada beberapa faktor

yang menyebabkan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten

Mandailing Natal tidak terlaksana secara efektif, diantaranya:

1. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap Peraturan Kawasan Tanpa

Rokok.

Di kawasan Rumah Sakit Umum Panyabungan banyak

ditemukan masyarakat yang bebas melakukan pelanggaran, merokok

bebas tanpa memperdulikan peraturan kawasan tanpa rokok.

Masyarakat yang melakukan pelanggaran tersebut adalah keluarga dari

pasien yang berobat dan mereka tidak peduli karena tidak adanya

teguran dari pihak rumah sakit ataupun pemerintah.

Page 77: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

65

2. Kurangnya dukungan penuh Pemerintah Kabupaten dalam menjalankan

Peraturan Kawasan Tanpa Rokok.

Suatu aturan itu akan efektif kalau pimpinanjuga

melaksanakannya dengan baik. Pemerintah setempat juga masih sering

melakukan pelanggaran di kawasan kantor, merokok ketika ada rapat-

rapat penting pemerintahan. Penegakan hukum yang tidak pernah

dilakukan menjadi salah satu alasan bahwa pemerintah tidak serius

dalam menerapkan peraturan dimaksud.

3. Kurangnya pengawasan dari pihak Rumah Sakit Umum Panyabungan

terhadap masyarakat yang merokok di kawasan RSUD.

Rumah Sakit Umum Panyabungan sudah melaksanakan

peraturan Kawasan Tanpa Rokok namum pengawasan peraturan

tersebut tidak pernah dilakukan. Padahal untuk mencapai keefentivan

hukum itu harus dilakukan pengawasan dan pembinaan kepada

pelanggar agar tujuan hukum itu dapat dicapai dengan baik.

4. Sosialisasi yang tidak merata oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Mandailing Natal dan Rumah Sakit Umum Panyabungan kepada

masyarakat.

Sosialisasi yang rutin juga termasuk salah satu penunjang untuk

keefktivan suatu hukum. Melakukan sosialisasi ke masyarakat atau

sekolah-sekolah dengan rutin dan memahamkan kepada mereka tentang

betapa pentingnya melindungi lingkungan hidup dari bahaya asap rokok

Page 78: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

66

akan tercapai tujuan hukum tersebut. Tindak lanjut yang rutin juga akan

menambah keefektivan suatu hukum.

5. Sanksi yang tidak tegas oleh pemerintah dan Rumah Sakit terhadap

masyarakat yang melanggar.

Masyarakat yang melakukan pelanggaran merokok di kawasan

tanpa rokok tidak pernah mendapatkan sanksi dari pihak penegak

hukum atau Rumah Sakit. Memberikan sangsi bagi pelanggar akan

membuat mereka takut untuk melakukan pelanggaran lagi dan bahkan

akan berhenti merokok.

Tugas pemerintah dan penegak harusnya bekerja lebih keras

untuk mencapai tujuan hukum Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten

Mandailing Natal terutama di Rumah Sakit Umum Panyabungan yang

merupakan tempat masyarakat berobat bukan tempat menebar virus

penyakit.37

37

Wawancara Lanniari dan Siti Suhaimah, Op. Cit.

Page 79: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka

kesimpulan yang dapat diperoleh sebagai berikut:

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal sudah berupaya melakukan

sosialisasi peraturan Kawasan Tanpa Rokok secara langsung kepada

masyarakat, beberapa sekolah dan dikawasan Rumah Sakit Umum

Panyabungan. Proses sosialisasi dilakukan dengan beberapa cara yaitu

membuat spanduk, stiker dan pengumuman bahaya merokok di kawasan

Rumah Sakit Umum Panyabungan. Sosialisasi yang dilakukan tidak efektif

sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang

peraturan Kawasan Tanpa Rokok.

2. Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam

Negeri nomor 188/PB/1/2011 nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal belum

berjalan secara efektif. Dapat dilihat dari kegiatan pengawasan dan

pembinaan yang tidak efektif terhadap kawasan tanpa rokok, dan data

menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi penaikan jumlah perokok di

Kabupaten Mandailing Natal sehingga dinyatakan pengurangan jumlah

perokok dan perlindungan lingkungan dari asap rokok tidak efektif oleh

pemerintah.

66

Page 80: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

67

3. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak efektifnya peraturan Kawasan Tanpa

Rokok ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kawasan tanpa

rokok, kurangnya dukungan penuh pemerintah Kabupaten dalam

menjalankan peraturan Kawasan Tanpa Rokok, kurangnya pengawasan dari

pihak Rumah Sakit Umum Panyabungan terhadap masyarakat yang merokok

di kawasan Rumah Sakit Umum Panyabungan, sosialisasi yang tidak merata

dan tidak berkelanjutan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal

dan Rumah Sakit Umum Panyabungan kepada masyarakat, dan sanksi yang

tidak tegas oleh pemerintah dan Rumah Sakit terhadap masyarakat yang

melanggar.

B. Saran

Perlu dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat, agar masyarakat

mengetahui tentang Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam

Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Kawasan

Tanpa Rokok dan mematuhi sehingga peraturan dimaksud berjalan secara efektif,

perlu adanya pengawasan dan pembinaan yang lebih efektif, sanksi yang tegas

juga perlu di terapkan dalam peraturan ini, dan terkhusus Rumah Sakit Umum

Panyabungan membuat Ruangan Khusus Perokok agar masyarakat tidak

sembarangan merokok dikawasan Rumah Sakit.

Page 81: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

68

DAFTAR PUSTAKA

Afridha Noor Pewara, Efektivitas Kebijakan Kawasan Bebas Asap Rokok di Desa

Bone-bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, Skripsi Universitas

Negeri Makassar.

BPS Mandailing Natal, Mandailing dalam angka2008. BPS Mandailing Natal:2008.

HR, Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: UII Press Indonesia, 2002.

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Garafika, 2011.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Volume 12, No. 04 Desember 2009.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Efektiv Online https//kbbi.web.id/efektif,

diakses pada 14 mei 2019.

Kandungan Kimia, Samsuri Tirtosastro, and A S Murdiyati, “Kandungan Kimia

Tembakau dan Rokok”. 2010

Kawasan Tanpa Rokok, “Pedoman Pengembangan”, 2011.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedoman Pengembangan

Kawasan Tanpa Rokok.

Pasal 25 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun tentang Pengamanan Rokok Bagi

Kesehatan.

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor

188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Kawasan Tanpa Rokok.

Profil Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

Masri Singarimbun, Sopian Effendi, Penelitian survey, Jakarta: P3ES, 1989.

Nasution, Edi dan Talila, Muzik Bujukan Mandailing, Areca Book, 2007.

Page 82: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

69

Rahmy, Ayu Nuzulla, Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah

SD Negeri 067690 Kecamatan Medan Johor tahun 2018, Skripsi USU.

Sulistyiwati, S Lily, Prototype kawasan Tanpa Rokok, Kemenkes RI, 2011.

American Cancer Society Atlanta, USA, 2006.

Sudarwan Danim, Momotivasi Kepeminpinan dan Efektifitas Kelompok, Jakarta : PT

RINEKA CIPTA, 2012.

Sumantri H Arif , Kesehatan Lingkungan ( Jakarta: Kencana, 2010).

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2012.

Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan HukumJakarta: Rajawali Pers,1982

, faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta:PT

Raja Grafindo Persada, 2005.

, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986.

Utomo Pragoyo, Apresiasi Penyakit Pengobatan Secara Tradisional dan

Modren,(Jakarta:Rineka Cipta, 2005).

Page 83: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Fadilah

NIM : 1510300014

Tempat/Tgl. Lahir : Payabungan, 03 September 1996

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Panyabungan, Kelurahan Panyabungan

II, Kecamatan Panyabungan Kota,

Kabupaten Mandailing Natal.

Email : [email protected]

II. DATA ORANG TUA

Nama Ayah : Kamal Lubis

Pekerjaan : Tani

Nama Ibu : Nurhaniah Siregar

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Panyabungan, Kelurahan Panyabungan

II, Kecamatan Panyabungan Kota,

Kabupaten Mandailing Natal.

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 103490 (2002 s.d 2008)

2. SMP Negeri 1 Panyabungan Kota (2010 s.d 2012)

3. SMA Negeri 1 Panyabungan Kota (2012 s.d 2015)

4. Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan (2015s.d Sekarang)

Page 84: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Dengan hormat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fadilah

NIM : 1510300014

Fakultas/Jurusan : Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum/Hukum Tata Negara

Institut : Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan

Bermaksud melakukan wawancara penelitian skripsi dengan judul

“Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (Studi Rumah Sakit Umum

Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal) “ untuk terlaksananya kegiatan

tersebut saya memohon kepada bapak/ibu untuk berpartisipasi dengan

memberikan informasi tersebut. Informasi bapak/ibu akan saya jamin

kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian akademik.

Demikian permohonan ini saya buat atas segala informasinya saya

ucapkan terimakasih.

Panyabungan,...................... 2019

Pewawancara Responden

Fadilah

Page 85: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

Responden Rumah Sakit Umum

1. Bagaimana Penegakan dan Keefektivan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan

Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di?

2. Apa langkah-langkah yang dilakukan dalam mencapai keefektivan peraturan Peraturan

Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7

Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok?

3. Apa saja kendala dalam mencapai keefektivan peraturan Peraturan Bersama Menteri

Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011

Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa?

Page 86: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id
Page 87: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id

DOKUMENTASI WAWANCARA

Wawancara Dengan Bapak Syarifuddin Nst Di Rumah Sakit Umum Panyabungan

Kabupaten Mandailing

Wawancara Dengan Bapak Abdul Hakim Di Rumah Sakit Umum Panyabungan

Kabupaten Mandailing Natal

Page 88: Eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id