eeee - etd.iain-padangsidimpuan.ac.id
TRANSCRIPT
Eeee
Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (Studi di Rumah Sakit Umum
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Hukum (S.H) Dalam Bidang Hukum Tata Negara
Oleh:
FADILAH
NIM. 1510300014
JURUSAN HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan tujuan dan waktu yang diharapakan
dengan judul “ Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7
Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok
(Studi di Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten Mandailing
Natal). penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 dalam
bidang Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi Syariah IAIN Padangsidimpuan.
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak menyadari bahwa skripsi
ini masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu peneliti
menerima kritik dan saran pembaca. Peneliti juga mengucapkan terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan segala bantuan, motivasi,
bimbingan dan saran dari awal hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini izinkanlah peneliti mengucapkan rasa
terimakasih yang tulus dan penghormatan yang tinggi kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ibrahim Siregar, MCL, selaku Rektor IAIN
Padangsidimpuan. Kepada Bapak Dr. H. Muhammad Darwis Dasopang,
M.Ag, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga,
Bapak Dr. Anhar, MA, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum,
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
1. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam system tulisan arab
dilambangkan dengan huruf dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan
dengan huruf, sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian lain
dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Berikut ini daftar huruf arab
dan transliterasinya dengan huruf latin.
HurufA
rab
NamaHuruf
Latin Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
Ba B Be
Ta T Te
s a s es (dengan titik di atas)
Jim J Je
ḥa ḥ ha(dengan titik di bawah)
Kha Kh Kadan ha
Dal D De
z al z zet (dengan titik di atas)
Ra R Er
Zai Z Zet
Sin S Es
Syin Sy es dan ye
ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)
ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)
ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)
ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)
‘ain .‘. Koma terbalik di atas
Gain G Ge
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
1. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam system tulisan arab
dilambangkan dengan huruf dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan
dengan huruf, sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian lain
dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Berikut ini daftar huruf arab
dan transliterasinya dengan huruf latin.
HurufA
rab
NamaHuruf
Latin Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
Ba B Be
Ta T Te
s a s es (dengan titik di atas)
Jim J Je
ḥa ḥ ha(dengan titik di bawah)
Kha Kh Kadan ha
Dal D De
z al z zet (dengan titik di atas)
Ra R Er
Zai Z Zet
Sin S Es
Syin Sy es dan ye
ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)
ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)
ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)
ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)
‘ain .‘. Koma terbalik di atas
Gain G Ge
i
ABSTRAK
Nama : Fadilah
Nim : 1510300014
Judul : Efektifitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7
Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok (Studi Di Rumah Sakit Umum Panyabungan
Kabupaten Mandailing Natal)
Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau kegiatan memperoduksi, menjual, mengiklankan,
dan/atau memperomosikan produk tembakau. Kawasan ini termasuk Fasilitas
Kesehehatan, tempat Belajar Mengajar, Tempat Anak Bermain, Tempat Ibadah,
Angkutan Umum, Tempat Kerja, dan tempat Umum Lainnya. Kabupaten
Mandailing Natal memiliki Rumah Sakit Umum yang di dalamnya masih banyak
terdapat masyarakat yang melanggar aturan merokok sembarangan dan tidak
memperdulikan kawasan sekitarnya yang sakit. Pelanggaran yang dilakukan oleh
masyarakat tersebut tidak mendapat sanksi hukum sehingga setiap hari perokok
yang melanggar dengan bebas melakukannya.
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok?, Bagaimana Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun
2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok?, Apa faktor-faktor
yang menyebabkan efektif atau tidak efektifnya Efektivitas Penerapan Peraturan
Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011
Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok?
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah melalui
wawancara dan dokumentasi. Tahapan dalam pengolahan data yaitu seleksi data,
klasifikasi data dan penyusunan data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 nomor 7 Tahun
2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten
Mandailing Natal tidak berjalan secara efektif. Instansi pemerintahan melalui
Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dan Rumah Sakit Umum
Panyabungan sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, beberapa sekolah
dan menempelkan stiker atau spanduk bertulisan Kawasan Tanpa Rokok di setiap
sudut kantor dan Rumah Sakit. Problematika yang dialami dalam penerapannya
adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan itu, kurangnya
dukungan Pemerintah, tidak adanya sanksi kepada pelanggar dan tidak adanya
pengawasan oleh penegak hukum, sehingga peraturan ini tidak berjalan secara
Efektif.
Kata Kunci : Efektivitas, Penerapan Peraturan Bersama Menteri, Kawasan
Tanpa Rokok, Rumah Sakit Umum Panyabungan
ii
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN MENYUSUN SKRIPSI SENDIRI
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SURAT PERNYATAAN DEKAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
PEDOMAN LITERASI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................9
D. Kegunaan Penelitian..................................................................9
E. Batasan Istilah ...........................................................................10
F. Sistematika Pembahasan ...........................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................12
A. Efektivitas .................................................................................12
1. Pengertian Efektivitas .........................................................12
2. Faktor-faktor yang Mengpengaruhi Efektivitas Hukum .....13
B. Rokok ........................................................................................18
1. Pengertian Rokok ................................................................18
2. Kandungan Rokok ...............................................................19
3. Dampak Bahaya Merokok...................................................20
C. Kawasan Tanpa Rokok .............................................................25
1. Sejarah Kawasan Tanpa Rokok ..........................................25
2. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok .....................................28
xi
3. Prinsip Dasar Kawasan Tanpa Rokok .................................29
4. Ruang Lingkup Kawasan Tanpa Rokok .............................31
5. Manfaat Kawasan Tanpa Rokok .........................................34
D. Mandailing Natal .......................................................................35
E. Penelitian Terdahulu .................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................40
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................40
B. Jenis Penelitian ............................................................................40
C. Sumber Data ................................................................................41
1. Data Primer ...........................................................................42
2. Data Skunder .........................................................................42
3. Data Tersier ...........................................................................42
D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................42
1. Observasi ...............................................................................42
2. Interview ...............................................................................43
3. Dokumentasi .........................................................................43
E. Teknik Pengelolaan Data ............................................................44
F. Analisis Data ...............................................................................44
G. Teknik Keabsahan Data ..............................................................44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................47
A. Deskripsi Obyek Penelitian .........................................................47
1. Profil Kabupaten Mandailing Natal ......................................47
2. Profil Rumah Sakit Umum Panyabungan .............................48
B. Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan ...............50
Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7
Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal Studi
Rumah Sakit Umum Panyabungan .............................................50
1. Dasar Dalam Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok ...............50
2. Proses Pelaksanaan Peraturan Kawasan Tanpa
xii
Rokok ....................................................................................52
C. Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor188/PB/1/2011
Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal
Studi Rumah Sakit Umum Panyabungan ....................................57
1. Penerapan Peraturan ..............................................................57
2. Pembinaan dan Pengawasan .................................................58
3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Tidak Efektivnya
D. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun
2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok Di Kabupaten Mandailing Natal Studi Rumah
Sakit Umum Panyabungan ..........................................................63
BAB V PENUTUP ...................................................................................66
A. Kesimmpulan ..............................................................................66
B. Saran ............................................................................................67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang didasari oleh hukum. Hukum diciptakan
untuk mengatur kehidupan manusia agar tercapai kehidupan yang selaras,
sesuai dan seimbang sehingga tujuan negara Republik Indonesia seperti
tercatat dalam Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
dapat terwujud. Di dalam hukum ada banyak aturan yang wajib di hormati,
ditaati dan dilaksanakan oleh setiap warga negara.
Salah satu investasi manusia adalah kesehatan yang berguna untuk
mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan
nasional dalam bidang kesehatan merupakan suatu usaha dalam
meningkatkan sumber daya manusia dan masyarakat Indonesia yang
dilakukan secara berkesinambungan. Upaya besar Indonesia dalam
meluruskan kembali arah pembangunan nasional di segala bidang.
Pembangunan dalam artian perubahan yang secara terus-menerus yang
merupakan kemajuan kearah perbaikan dan tujuan yang akan dicapai.
Pembangunan kesehatan memiliki tujuan yang sangat penting dalam
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
masyarakat. Pencapaian itu dapat dilihat dari kemauan masyarakat dalam
merubah sikap yang buruk dimasa lalu sehingga menjadi sikap yang baik
dimasa sekarang, dan tentunya perubahan itu harus melibatkan keluarga,
tetangga dan lingkungan sekitarnya.
1
2
Peningkatan kesadaran masyarakat memang harus sangat optimal dan
butuh proses yang sangat lama. Memulai dari diri sendiri dilandasi yang
dengan kemauan, larangan dari keluarga hingga larangan dari hukum yang
berlaku dalam suatu negara. Hukum di Indonesia sangat banyak yang
membahas tentang kesehatan, baik yang berlaku untuk perorangan maupun
untuk lembaga.
Hukum kesehatan yang dimaksud adalah undang-undang atau
peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang harus di taati oleh masyarakat
secara keseluruan. Hukum tersebut melarang seseorang berbuat karena
menimbulkan efek negatif bagi orang lain. Efek negatif yang dimaksud
adalah perbuatan yang menimbulkan penyakit bagi orang lain, seperti
merokok sembarangan yang menyebabkan penyakit bagi orang lain.
Merokok dapat memicu datangnya penyakit bagi diri sesorang dan
orang lain. Merokok dapat merusak suatu lingkungan yang sehat menjadi
lingkungan yang tidak sehat kerana tercemari oleh asap yang mengandung
banyak zat berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit bagi yang
menghirupnya. Sebahagian orang meninggal karena mengonsumsi rokok
terlalu banyak. Awalnya memang tidak sakit, tetapi semakin lama dan
semakin banyak mengonsumsi maka akan banyak penyakit yang timbul
sehingga menyebabkan kematian. Maka dari itu Ulama Indonesia menyatakan
melalui Ijtima’ Ulama Komisi Fatma MUI ke III metetapkan bahwa merokok
adalah haram yang diantaranya haram bagi anak-anak, ibu hamil, dan
merokok di tempat-tempat umum.
3
Industri rokok di Indonesia telah memainkan peranan dan dampak
perekonomian yang cukup besar di tengah masyarakat. Mulai dari masa
penjajahan hingga masa sekarang rokok sudah seperti kebutuhan primer
dalam kehidupan masyarakat. Tingginya keinginan dan pembelian
masyarakat terhadap rokok membuat industri harus memproduksi sebanyak-
banyaknya untuk memenuhi kebutuhan dan membuat perusahaan tidak
pernah berhenti dalam memproduksinya.
Rokok dapat membuat seseorang kecanduan sehingga akan terus
menerus membeli dan mengkonsumsinya. Dengan banyak mengkonsumsi
maka permintaan rokok akan semakin banyak. Semakin banyak permintaan
maka semakin banyak pula penjualan. Maka dari itu industri rokok termasuk
sebagai penyumbang pajak terbesar di Indonesia.
Dalam 5 tahun belakangan ini, Indonesia mendapat posisi ke 3 sebagai
negara dengan jumlah perorok terbanyak. Pada 5 tahun sebelumnya mendapat
posisi ke 5 dari seluruh negara di Dunia. Indonesia adalah satu-satunya
negara yang berada di Asia Tenggara yang belum menandatangani
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), sehingga urusan
tentang rokok ini belum bisa dituntaskan secara maksimal dan berefek hingga
kebeberapa daerah. FCTC adalah perjanjian internasional tentang kesehatan
masyarakat yang dibahas dan disepakati oleh negara-negara anggota
organisasi dunia melalui organisasi kesehatan dunia World heatlh
organisation (WHO).
4
Kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia masih menimbulkan
perdebatan yang panjang, mulai dari hak asasi seorang perokok, fatwa haram
merokok di tempat umum sampai dengan dampak anti rokok terhadap
perekonomian dan tenaga kerja di Indonsia. Besarnya devisa yang diberikan
oleh perusahaan rokok menjadi perdebatan panjang tersebut membuat
pemerintah Indonesia menunda menandatangani dana meratifikasi FCTC.
Padahal hasil kajian beberapa negara menunjukkan bahwa kebijakan ini
merupakan cara efektif untuk mengendalikan tembakau atau lebih khusus lagi
untuk mengurangi kebiasaan merokok.
Dalam hal pengemasan, bungkus rokok di Indonesia hanya
mencantumkan peringatan pemerintah yang dicetak kecil, dengan besar
tulisan yang hanya memenuhi kurang dari 20% besar bungkus rokok. Hal
tersebut sangat jauh dari yang diharuskan FCTC, yaitu mencantumkan
gambar peringatan akibat rokok sebesar 50% bungkus rokok.
Pengemasan itu seharusnya sudah melanggar aturan dari FCTC,
namun karena belum memenuhi syarat 50%. Padahal peringatan itu bisa
mempengaruhi setiap perokok untuk mengurangi konsumsinya, dengan
melihat dan membaca setiap hari memungkinkan akan berhenti merokok
secara perlahan dan tingkat kesehatan di suatu daerah akan tinggi karena
kurangnya tingkat perokok dan kawasan yang terjaga dari bahwa asap rokok.
Kawasan yang bebas dari asap rokok merupakan satu-satunya cara
efektif dan mudah untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok
orang lain. Implementasi kawasan tanpa rokok adalah salah satu upaya
5
melindungi mereka yang tidak merokok tetapi terkena asap rokok atau
disebut perokok pasif. Dampak perokok pasif pada orang dewasa yang
merupakan bukti yang cukup adalah arteri koroner, kanker paru dan efek
reproduksi pada wanita. Sementara bukti yang sugestif menunjukkan bahwa
perokok pasif menyebabkan srtoke, kanker sinus nasal, kanker payudara,
aterosklerosis, penurunan fungsi paru, serangan asma dan penyakit paru
obstruktif kronik, serta pada ibu hamil berdampak pada kelahiran prematur.
Berbagai penyakit yang disebutkan adalah efek negetif bagi perokok
aktif dan pasif, jika itu terjadi kepada keluarga terdekat maka akan sangat
berbahaya. Lingkungan keluarga sangat bahaya untuk merokok karena
banyak anak-anak, dan kemungkinan ada ibu hamil yang bisa berefek sanga
negatif untuk kandungannya. Begitu juga di tempat kerja dan lainnya.
Pemerintah harus andil dalam menetapkan peraturan untuk menjaga
masyarakat dari bahaya asap rokok.
Salah satu alternatif yang cukup layak diterapkan di Indonesia dengan
menimbang bahwa kebijakan tersebut dapat dimulai dari instansi atau
pemerintah lokal adalah melaksanakan kawasan tanpa rokok. Kawasan tanpa
rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan
produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau penggunaan rokok. Tempat yang
merupakan kawasan tanpa rokok adalah tempat kerja, angkutan umum,
tempat ibadah, arena kegiatan anak-anak, tempat proses belajar-mengajar dan
tempat pelayanan kesehatan.
6
Beberapa daerah di Indonesia sudah menerapkan kawasan tanpa rokok
seperti Jakarta, Bogor, Palembang, Yogyakarta, Medan dan beberapa daerah
lainnya. Institusi yang telah melaksankan kawasan tanpa rokok adalah
institusi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, apotek dan
klinik, institusi pendidikan mulai TK sampai tingkat universitas.
Menurut peraturan bersama Menkes dan Mendagri No.
188/Menkes/PB/I 2011 Nomor 7 tahun 2011 dalam pasal 3, runag lingkup
kawasan tanpa rokok meliputi1 :
1. Fasilitas pelayan kesehatan
2. Tempat proses belajar mengajar
3. Tempat anak bermain
4. Tempat ibadah
5. Tempat kerja
6. Angkutan umum
7. Tempat umum
8. Tempat lain yang ditetapkan.
Efektivitas kawasan tanpa rokok di Indonesia belum pernah
dilaporkan sejauh mana tindak lanjut dalam pelaksanaan undang-undang
peraturan dimaksud, sehingga sampai tahun 2019 masih banyak masyarakat
yang melanggar. Terkhusus di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi
Sumatera Utara masih banyak tempat-tempat umum yang sangat bebas untuk
merokok padahal sudah ada larangannya.
Kabupaten Mandialing Natal terdiri dari 23 Kecamatan dan 386
Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk 413.750 jiwa, laki-laki 203.565
jiwa atau 49.20% dan perempuan 210.185 jiwa atau 50.80%. dan tingkat
1Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri Nomor
188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. hlm.
3
7
pertumbuhan 1,42% pertahun.2 Kabupaten Mandailing Natal memiliki Rumah
Sakit yaitu Rumah Sakit Umum Panyabungan.
Rumah Sakit adalah tempat berobat orang yang sakit atau tempat
penyembuhan bagi mereka yang berobat bukan tempat penyebaran penyakit.
Memilih Rumah Sakit sebagai tempat penelitian karena peneliti berpendapat
Rumah Sakitlah yang seharusnya lebih diperhatikan keefektivan peraturan
kawasan tanpa rokok tersebut. Asap rokok akan sangat berpengaruh negatif
bagi pasien yang berobat.
Rumah Sakit merupakan salah satu lokasi Kawasan Tanpa Rokok
yang disebutkan dalam Peraturan Bersama diatas dan harus terjaga oleh asap
rokok. Pemerintah juga harus memperhatikan lokasi tersebut demi
keselamatan pasien dan kenyamanan keluarga pasien atau masyarakat yang
akan berobat di tempat itu.
Menurut observasi awal peneliti bahwa di lingkungan Rumah sakit
umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal masih banyak orang yang
merokok dan bahkan mereka tidak memperdulikan tentang adanya undang-
undang larangan merekok di kawasan rumah sakit tersebut. Merokok di
kawasan rumah sakit dapat menyebabkan masalah besar dan bisa jadi
menambah penyakit bagi mereka yang sedang dirawat.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Efektifitas Penerapan Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011
2 BPS Mandailing Natal, Mandailing Natal Dalam Angka 2008 (BPS Mandailing Natal:
2008), hlm. 7
8
Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok (Studi Di Rumah Sakit Umum Payabungan Kabupaten
Mandailing Natal)”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (studi di rumah
sakit umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)?
2. Bagaimana Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011
Tentang pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (studi di rumah
sakit umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)?
3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan efektif atau tidak efektifnya
Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (studi di rumah sakit
umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
9
1. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7
Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Studi
Di Rumah Sakit UmumPanyabungan Kabupaten Mandailing Natal?
2. Untuk mengetahui Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7
Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok studi
di rumah sakit umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal?
3. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang menyebabkan efektif atau tidak
efektifnyaEfektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok studi di rumah
sakit umumPanyabungan Kabupaten Mandailing Natal.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengalaman peneliti dan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan jenjang Stara Satu (S1) pada jurusan Hukum Tata Negara
Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Institut Agama Islam Negeri
Padangsidimpuan.
2. Bagi pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan bagi pemerintah khususnya di Kabupaten
10
Mandailing Natal terkait efektivitas penerapan peraturan kawasan tanpa
rokok sehingga dapat ditindak lanjuti dan dilakukan pengawasan seacara
teratur.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
referensi untuk penelitian yang berhubungan dengan efektivitas penerapan
peraturan kawasan tanpa rokok dan menjadi masukan bagi semua pihak
agar dapat melaksanakan peraturan dimaksud.
E. Batasan Istilah
1. Efektivitas diambil dari kata effective yang berarti berhasil atau yang
dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan
efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang
tujuan.3
2. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarangan untuk kegiatan merokok, atau kegiatan memproduksi,
menjual, mengiklankan dan/ atau mempromosikan produk tembakau.4
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pemahaman dalam penelitian ini, maka disusun
sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.
3Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 9 4Peraturan Bersama, Ibid, hlm. 2
11
Bab II Landasan Teori, yang terdiri dari kerangka teori yaitu tentang
efektivitas, teori efektivitas hukum, rokok, kawasan tanpa rokok.
Bab III Metodologi Penelitian, yang terdiri dari lokasi dan waktu
penetian, jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik
pengolahan data dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian, yang terdiri dari deskripsi penelitian dan
pembahasan hasil penelitian.
Bab V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan penelitian dan saran
12
1. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Andika
adalah penegakan Perda Kota Padangsidimpuan Nomor 7 tahun 2012
tentang kawasan tanpa rokok sedangkan penelitian ini efektivitas
Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal. Persamaannya
sama-sama meneliti tentang Kawasan Tanpa Rokok.
2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Riza
Wahyuni adalah Efektivitas Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7
tahun 2003 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Masyarakat Di Kabupaten Mandailing Natal. Sedangkan penelitian ini
Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Persamaannya adalah sama-sama
meneliti tentang Efektivitas di Kabupaten Mandailing Natal.
3. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmi
adalah Implementasi kebijakan Kawasan Tanpa rokok di Sekolah SD
di Medan sedangkan penelitian ini efektifitas penerapan Kawasan
Tanpa Rokok di Madina. Persamaannya sama-sama meneliti tentang
Kawasan Tanpa Rokok.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang berarti terjadinya suatu akibat atau
efek yang diinginkan dalam suatu program atau kebijakan. Dalam kamus besar bahasa
indonesia, kata efektif memiliki arti adanya efek, pengaruh dan akibat, selain itu efektif
juga diartikan dapat membawa hasil atau berhasil guna serta menunjang tujuan.1
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa efektivitas adalah suatu
keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai, semakin banyak rencana
yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas
dapat juga di artikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau
usaha tertentu sesuai dengan yang hendak dicapai. Devas, dkk dalam munir
mengungkapkan;
Efektivitas merupakan hasil guna kegiatan pemerintah dalam mengurus
keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat
direncankan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah dengan biaya
serendah-rendahnya dan dalam waktu secepat-cepatnya. 2
Efektivitas sesuatu dinyatakan melalui pendekatan yaitu, pendekatan pencapaian
tujuan, pendekatan sistem, pendekatan konstitusiensi strategis, pendekatan pencapaian
tujuan nilai-nilai bersaing.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Hukum
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Efektiv Online (https//kbbi.web.id/efektif) diakses pada 14 mei
2019 2Bone-bone Kecamatan Baraka and Kabupaten Enrekang, “Efektivitas Kebijakan Kawasan Bebas Asap
Rokok Di Disa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang,” 2009, 1–15.
12
Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau
tidaknya suatu hukum di tentukan oleh 5(lima) faktor, yaitu:3
a. Faktor Penegak Hukum
Inti dan arti penegak hukum terletak pada kegiatan menyerasikan nilai-nilai
yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap, sikap tindak sebagai
rangkaian penjabaran nilai terhadap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan pergaulan hidup, penegakan hukum akan dibatasi pada kalangan
yang berkecimpung langsung berkecimpung dalam penegakan hukum yang tidak
hanya mencakup law enforcement akan tetapi peace maintenance.
Aparatur penegak hukum melingkupi pengertian mengenai institusi penegak
hukum dan aparat penegak hukum, sedangkan aparat penegak hukum dalam arti
sempit di mulai dari kepolisian, kejaksaan, kehakiman, penasehat umum dan petugas
sipil lembaga kemasyarakan.
b. Faktor Sarana atau Fasilitas Hukum
Fasilitas pendukung secara sederhana dapat dirumuskan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan. Fasilitas pendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan
dan trampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan
sebagainya. Selain dari ketersediaan fasilitas, pemeliharaan pun sangat penting demi
menjaga keberlangsungan.
c. Faktor Masyarakat
Penegakan hukum bertujuan untuk mencapai kedamaiaan dalam masyarakat.
Masyarakat mempunyai pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum. Artinya,
3 Soerjono Soekanto, faktor-faktor yang mempenagruhi penegakan hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), hlm. 5.
efektivitas hukum juga bergantung pada kemauan dan kesadaran hukum masyarakat.
Kesadaran yang rendah dari masyarakat akan mempersulit penegakan hukum, adapun
langkah yang bisa dilakukan adalah sosialisasi dengan lapisan-lapisan sosial,
pemegang kekuasaan dengan penegak hukum itu sendiri. Perumusan hukum juga
harus memerhatikan hubungan antara perubahan-perubahaan sosial dengan hukum
yang pada akhirnya hukum bisa efektif sebagai sarana pengatur perilaku masyarakat.
Hukum dapat efektif jika faktor-faktor yang mempengaruhi hukum tersebut
dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. Ukuran efektif atau tidaknya suatu peraturan
perundang-undangan yang berlaku dapat dilihat dari perilaku masyarakat suatu
hukum atau peraturan perundang-undangan akan efektif apabila warga masyarakat
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan atau yang dikehendaki oleh atau peraturan
perundang-undangan tersebut mencapai tujuan yang dikehendaki, maka efektivitas
hukum atau peraturan perundang-undangan telah tercapai.
d. Faktor Hukum
Hukum mengandung unsur keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Dalam
praktik penerapannya tidak jarang terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan
keadilan. Kepastian hukum sifatnya konkret berwujud nyata, sedangkan keadilan
bersifat abstrak sehingga ketika seorang hakim memutuskan suatu perkara secara
penerapan undang-undang saja, maka ketika melihat suatu permasalahan mengenai
hukum setidaknya keadilan menjadi prioritas utama, karena hukum tidak semata-mata
dilihat dari sudut hukum tertulis saja, melainkan juga ikut mempertimbangkan faktor-
faktor lain yang berkembang dalam masyarakat. Sementara dari sisi lain, keadilan
pun masih menjadi perdebatan disebabkan keadilan mengandung pada nilai-nilai
intrinsik subyektif dari masing-masing orang.
e. Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan yang sebenarnya bersatu padu dengan faktor masyarakat
sengaja dibedakan, karena dalam pembahasannya diketengahkan masalah sistem
nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan “spiritual”4 atau “nonmaterial”
5. Hal ini
dibedakan dengan sebab sebagai suatu sistem (atau subsistem dari sistem
kemasyarakatan), maka hukum mencakup, struktur, subtansi, dan kebudayaan.
Struktur mencakup wadah atau bentuk dari sistem tersebut, umpamanya, menyangkup
tatanan lembaga-lembaga hukum formal, hukum antara lembaga-lembaga tersebut,
hak-hak dan kewajiban-kewajibannya, dan sebagainya.6
Dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, bahwa suatu sikap tindak perilaku
hukum dianggap efektif, apabila sikap, tindakan atau perilaku lain menuju pada
tujuan yang dikehendaki, artinya apabila pihak lain tersebut mematuhi hukum.
Undang-undang dapat menjadi efektif jika peranan yang dilakukan pejabat penegak
hukum semakin mendekati apa yang diharapkan oleh undang-undang dan sebaliknya
menjadi tidak efektif jika peranan yang dilakukan oleh penegak hukum jauh dari apa
yang diharapkan undang-undang.
Efektivitas dalam penelitian ini terfokus pada penerapan peraturan kawasan
tanpa rokok di Kabupaten Mandailing Natal sejauh mana pemerintah dalam
melaksanakan peraturan dimaksud. Kajian tentang faktor penentu efektivitas
4 Spiritual adalah Hubungan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta tergantung dengan kepercayaan yang
dianut oleh individu itu sendiri.
5 Nonmaterial adalah kebutuhan yang tidak terlalu peting setiap hari misalnya seperti handphone, jam
tangan. 6Soerjono Soekanto, kesadaran hukum dan kepatuhan hukum (Jakarta: Rajawali Pers,1982), 115.
mengacu pada kepentingan yaitu kepentingan teoritis dan kepentingan parktis.7
Secara teori apakah Pemerintah sudah menjalankan atau mengeluarkan undang-
undang terkait itu dan secara praktis apakah pelaksanaan undang-undang tersebut
sudah berjalan secara efektif atau berjalan lancar.
Dalam peraturan bersama Menkes dan Mendagri tersebut pada bab IV tentang
pembinaan dan pengawasan pasal 8:
1. Menteri dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan umum dan
Menteri Kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan teknis.
2. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksana KTR di
kabupaten/kota.
3. Bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksana
KTR di desa/ kelurahan.
4. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
3, bupati/walikota melimpahkan kepada camat.
Pemerintah daerah dan kabupaten/kota akan melaksanakan tugasnya terkait
dengan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksana Kawasan Tanpa Rokok di
daerahnya tersebut secara efektif. Dan jika kegiatan itu tidak terlaksana secara efektif
maka perokok akan semakin bebas merokok dimana saja tanpa memikirkan orang
lain dan lingkungan, perokok akan semakin meningkat setiap tahunnya dan tidak
menutup kemungkinan penyakit akan semakin banyak disebabkan asap rokok.
Dalam peraturan bersama tersebut diatur dalam pasal 6 ayat 3 terkait dengan
sanksi, sanksi kepada
7Sudarwan Danim, Momotivasi Kepeminpinan dan Efektifitas Kelompok, ( Jakarta : PT RINEKA CIPTA,
2012), Hlm. 118
a. perorangan berupa sanksi pidana ringan,
b. dan badan hukum atau badan usaha dikenakan sangsi adminsitratif
dan/atau denda.
B. Rokok
1. Pengertian Rokok
Berdasarkan PP No. 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang
mengandung zat adiktiv berupa produk tembakau bagi kesehatan, rokok adalah salah
satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisab dan atau di hirup
asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman nicotiana tanacum, nitociana rudtica dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan.8
Menurut Harissons dalam sitepoe, merokok adalah
Membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok
maupun menggunakan pipa. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok
namun menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok
(Kemenkes RI, 2011).
Komponen rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang
rokok yang dibakar, akan mengeluarkan 4000 bahan kimia, rokok menghasilkan suatu
pembakaran yang tidak sempurna yang dapat mengendap dalam tubuh ketika dihisap.
Secara umum komponen rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu
komponen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%).9Komponen gas asap
8Ayu Nuzulla, “Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Sekolah SD Negeri 067690Kecamatan
Medan Johor Tahun 2018,” 2018.Hlm 17 9Kandungan Kimia, Samsuri Tirtosastro, and A S Murdiyati, “Kandungan Kimia Tembakau DanRokok,”
2010. Hal 34-38
rokok terdiri dari karbonmonoksida, karbondioksida, hidrogen sianida, amonyiak,
oksida dari nidrogen dan senyawa hidrokarbon.10
2. Kandungan Rokok
Kadar zat kimia yang terkandung di dalam rokok memiliki kadar yang berbeda.
Bahkan untuk merek dan jenis antara suatu rokok dengan rokok lainnya pun memiliki
kandungan yang berbeda-beda. Kandungan yang paling dominan di dalam rokok adalah
nikotin dan tar.Selain itu di dalam satu batang rokok terdapat kandungan racun
diantaranya:
a. Nikotin
Nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat dalam
Nikotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesis lainnya
yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan para perokok.
b. Tar
Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat
karsinogenik. Tar biasanya berupa cairan coklat tua atau hitam yang bersifat lengket
dan biasanya berakibat menempel pada paru-paru, sehingga membuat paru-paru
perokok menjadi coklat, begitu juga halnya pada gigi dan kuku. Tar yang ada pada
asap rokok menyebabkan paralise silia yang ada dalam saluran pernafasan dan
menyebabkan penyakit paru lainnya.
c. Kandungan lain, seperti : gas CO, aceton (bahan pembuat cat), naftalene (bahan
pembuat kapur barus), arsenic (elemen metaloid, yang membentuk sejumlah
komponen beracun), methanol (bahan bakar roket), vinyl chloride (bahan plastic
PVC), phenol butane (bahan bakar korek api), potassium nitrat (bahan baku
10 Ibid, Hal.39
pembuatan bom dan pupuk), polonium-201 (bahan rodioktif), ammonia (bahan
untuk memcuci lantai), DDT (digunakan untuk racun serangga), hydrogen cyanide
(gas beracun), dan cadmium (digunakan untuk aki mobil).
Merokok menyebabkan banyak tumpukan penyakit yang mengancam
kesehatan baik bagi diri sendiri maupun bagi orang disekitar kita. Penyakit tersebut
bisa mengancam nyawa setiap yang mengonsumsi dan menghirup asap tersebut.
3. Dampak Bahaya Merokok
Dampak bahaya merokok bagi kesehatan tubuh manusia ada beberapa macam
yang harus diketahui, yaitu:11
a. Fertilitas (kesuburan)
Bahaya merokok terhadap reproduksi dan kesuburan cukup patal, karena
kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko impotensi (disfungsi efeksi),
kerusakan sperma, mengurangi jumlah sperma dan menyebabkan kanker testis.
Bagi yang sudah berkeluarga akan sangat berbahaya jika terus-menerus
merokok apalagi yang tingkat kesuburan spermanya rendah maka akan berpengaruh
sangat negatif, dan akan mengakibatkan kemandulan, begitu juga dengan
perempuan yang merokok akan sangat berbahaya untuk kesuburannya.
b. Bau mulut dan kerusakan gigi
Bahaya merokok dapat menyebabkan bau mulut dan gigi bernoda. Hal ini
juga dapat menyebabkan penyakit gusi dan kerusakan indera perasa. Bahaya rokok
paling serius adalah meningkatkan resiko mengembangkan kanker pada lidah,
tenggorokan, dan bibir.
11
Ibid.Hal 34-38
Untuk kesehatan mulut juga dipengaruhi oleh rokok, karena salah satu
penyebab gigi kuning, bau mulut dan penyakit mulut lainnya disebabkan oleh rokok.
Kanker bibir dan tenggorokan juga bisa disebabkan oleh rokok yang berlebihan.
c. Penuaan dini
Bahaya merokok dapat mengurangi jumlah oksigen ke kulit sehingga dapat
mempercepat penuaan dan kulit tampak kusam dan berwarna abu-abu. Merokok di
usia muda antara 10-20 tahun dapat menyebabkan kerutan ke wajah, terutama di
sekitar mata (kantung mata) dan mulut tiga kali lebih mungkin.
Selain menuakan kulit dari dalam, dari luar juga terlihat jelas ketika
menghisap rokok, seluruh kulit wajah bergerak ditarik oleh mulut dan bibir. Secara
kesehatan, semakin banyak melakukan hal seperti itu maka kulit wajah akan keriput
dan tampak tua.
d. Tulang rapuh
Bahaya rokok bagi kesehatan berikutnya dapat menyebabkan tulang cepat
lemah dan rapuh. Terutama wanita perokok, 5-10% lebih mungkin untuk menderita
osteoporosis dibandingkan dengan non perokok. Dikalangan anak laki-laki yang
berumur 10-20 tahun yang merokok akan cenderung lebih lemah dalam melakukan
pekerjaan berat.
Pekerjaan berat seperti mengangkat bahan-bahan diatas 50 kg laki-laki
perokok akan terlihat lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki yang tidak
merokok, karena asap rokok bisa melemahkan kekuatan badan termasuk kekuatan
tulang dan otot.
e. Penyakit pencernaan
Merokok yang berlebihan akan meningkatkan kemungkinan terkena kanker
perut, resiko kanker ginjal, pankreas, dan kantung kemih. Penyakit dalam perut
lebih mudah terserang karena asap rokok yang dihisap sampai ke dalam perut
sebelum di hembuskan ke luar melalui mulut atau hidung.
Kandungan yang ada dalam rokok sangat mempegaruhi kesehatan dalam
pencernaan perokok. Ketika selesai makan maka perokok kebanyakan langsung
merokok tanpa ada batas waktu yang panjang atau jarak waktunya. Makanan yang
dikonsumsi akan tercampur oleh zat yang ada dalam asap rokok dan diolah oleh
perut sehingga menimbulkan banyak penyakit.
f. Penyakit paru obstruktif kronik(PPOK)
Menyebabkan penyakit paru, PPOK adalah penyakit progresif yang
membuat seseorang sulit untuk bernapas. Banyak perokok tidak tahu bahwa mereka
telah terkena penyakit ini hingga sudah terlambat. Tidak ada obat untuk penyakit ini
dan belum ada cara untuk menyembuhkannya.
g. Serangan jantung
Karbon monoksida dari rokok mengambil oksigen dalam darah dan
menyebabkan resiko mengembangkan kolestrol mengendap di dinding arteri. Efek
ini meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke. Kebanyakan manusia
meninggal karena penyakit serangan jantung terkhusus di Indonesia.
Kebanyakan mengonsumsi rokok akan menimbulkan penyakit serangan
jantung karena kandungan oksigen tubuh sudah kotor oleh asap rokok dan kotoran
itu akan menempel pada jantung sehingga akan tiba-tiba tidak berfungsi atau
terhambat oleh kotoran tersebut.
h. Radang sendi
Radang sendi adalah penyakit radang kronis dan lebih sering terjadi pada
wanita yang memengaruhi persendian di tangan dan kaki. Penyakit ini menyebabkan
pembengkakan yang menyakitkan pada akhirnya menyebabkan tulang keropos dan
kelainan bentuk sendi.
i. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 dan meningkatkan risiko komplikasi penyakit, termasuk
menghambat aliran darah ke kaki. Kondisi ini dapat menyebabkan infeksi dan
mengakibatkan amputasi kaki. Asap yang dihirup menimbulkan penyakit yang bisa
menyebabkan komplikasi pada tubuh.
Diabetes tipe 2 bisa juga disebabkan oleh kebanyakan dalam mengonsumsi
rokok atau menghisap asap rokok orang lain. Bagi penderita diabetes harusnya
berhenti merokok atau menjauhi orang merokok, karena akan sangat berakibat patal.
j. Kanker
Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh yang
abnormal, tidak terkontrol dan tidak berbentuk. Kanker paru-paru penyebab utama
kematian akibat kanker pada pria dan wanita, karena sangat sulit di obati. . Berikut
ini faktor resiko dari dampak rokok bagi kesehatan yang menyebabkan berbagai
kanker yaitu:12
1) Kanker mulut
2) Kanker ginjal
3) Kanker serviks
12 Pragoyo Utomo, Apresiasi Penyakit Pengobatan Secara Tradisional dan Modren,(Jakarta:Rineka Cipta,
2005). Hlm.41.
4) Kanker hati
5) Kandung kemih
6) Kanker pankreas
7) Kanker usus besar
8) Leukimia myeloid.13
Dari beberapa dampak diatas, maka dapat disimpulkan bahwa segala jenis
penyakit yang ada dalam tubuh manusia bisa dibawa atau disebabkan oleh asap
rokok dihirup atau terhirup. Berhenti merokok akan menyelamatkan diri dan orang
lain dari kematian.
Pemerintah yang bijak juga harusnya ikut serta dalam penanggulangan ini
untuk menyelamatkan warganya dari bahaya dan penyakit yang disebabkan oleh
asap rokok. Warga negara yang baik adalah warga yang mau mentaati peraturan
negaranya. Bisa dikatakan juga para perokok mencemari lingkungan pencemaran ini
disebabkan bermacam-macam salah satunya merokok.14
Peraturan untuk tidak
merokok sembarangan di kawasan-kawasan yang sudah ditetapkan oleh undang-
undang.
C. Kawasan Tanpa Rokok
1. Sejarah Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia
Rokok dikenal sejak abad ke- 19 oleh penduduk kudus dan bisnis rokok dimulai
pada tahun 1996, sejak saat itulah bangsa Indonesia mengenal rokok dan
mengkonsumsinya. Dari kebiasaan merokok tersebut mengakibatkan terjadinya
13
http//:id.m.wikipedia.org, diakses pada tanngal 09 juli 2019
14 Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M., M.KES, Kesehatan Lingkungan ( Jakarta: Kencana, 2010). Hlm. 276.
pravalensi prokok di Indonesia yang setiap tahunnya terus meningkat. Dalam hal ini
sebenarnya sangat membahayakan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Tahun 1999 melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2003
tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan untuk
melarang orang merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan Pemerintah
tersebut memasukkan peraturan kawasan tanpa rokok pada pasal 22-25.
Dalam pasal 25 mengatakan bahwa”
Pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok sebagaimana di
maksud dalam pasal 22 diwilayahnya. 15
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan juga mencantumkan
peraturan kawasan tanpa rokok pada bagian tujuh belas mengenai pengamanan zat adiktif
pasal 115 ayat (91) dan (2). Berbagai daerah di seluruh Indonesia sudah mengeluarkan
Peraturan-peraturan Daerah tentang kawasan tanpa rokok seperti DKI Jakarta, Surabaya,
Palembang, Bogor, Cirebon, Padangsidimpuan dan daerah lainnya.
Dasar hukum kawasan tanpa rokok di Indonesia cukup banyak, yaitu :
1. Undang-undang No. 23/1992 tentang kesehatan
2. Undang-undang No. 23/1997 tentang pengolahan lingkungan hidup
3. Undang-undang No. 8/1999 tentang perlindungan konsumen
4. Undang-undang No. 32/2002 tentang penyiaran
5. Peraturan Pemerintah RI No. 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara
6. Instruksi Menteri Kesehatan RI No. 161/Menkes/Ins/III/1990 tentang lingkungan
kerja bebas asap rokok
15
Pasal 25 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan
7. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/PB/I/2011
No. 7 tahun 2011 tentang pedoman Pelaksanaan kawasan tanpa rokok.
Pada dasarnya semua bentuk campur tangan pemerintah harus didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai perwujudan dari asas legalitas, yang
menjadi sendi utama negara hukum.16
Dasar Hukum tersebut dimaksudkan sebagai
penguat atas peraturan yang di buat di dearah.
Pada tahun 2017 di Indonesia ada 518 kabupaten/Kota tapi yang sudah punya
regulasi tentang KTR baru 100 daerah. Padahal jumlah perokok di Indonesia mencapai 36
persen dengan mayoritas perokok usia 15-19 tahun. Jumlah ini menunjukkan bahwa
pemerintah daerah menyadari bahwa pentingnya memiliki lingkungan yang bersih, sehat
dan bebas dari asap rokok guna melindungi para perokok pasif dan menurunkan
prevalensi mengeluarkan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok.17
Penetapan Kawasan
Tanpa Rokok di Indonesia memiliki landasan hukum yang jelas.
2. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok
Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk
kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan atau
mempromosikan produk tembakau.18
Kawasan Tanpa Rokok yang telah ditetapkan ini
merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap resiko ancaman dan gangguan
kesehatan karena lingkungan tersebut sudah dicemari asap rokok. Kawasan Tanpa Rokok
adalah ruangan atau area yang tidak diperbolehkan untuk merokok.
16
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: UII Press Indonesia, 2002), hlm. 187 17
http://regional.kompas.com/read/2017/11/17/07011071/baru-100-daerah-di-indonesia-yang-punya-aturan-
kawasan-tanpa-rokok, diakses pada tanggal03 September 2019 pukul 09.00 Wib. 18
Kawasan Tanpa Rokok, “Pedoman Pengembangan,” 2011.hlm 15
Peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang sudah di tetapkan itu merupakan
upaya pemerintah dalam melindungi masyarakat dari bahaya dan ancaman kesehatan
yang lingkungan yang tercemari oleh asap rokok. Kawasan yang disebutkan juga
merupakan kawasan yang sering digunakan untuk kegiatan pendidikan, ibadah, bermain
dan lainya.
Kawasan Tanpa Rokok ini harus menjadi acuan bagi semua orang. Ada beberapa
alasan utama mengapa KTR dijadikan sebagai acuan utama, yaitu melindungi anak-anak
dari bahaya asap rokok, mengajarkan kepada anak-anak dan generasi muda untuk tidak
merokok dan membahayakan orang atas kesenangannya, mengajarkan bahwa merokok
itu bukan perbuatan yang baik untuk kesehatan dan lingkungan, dan kawasan tanpa rokok
secara umum mengajarkan dan mendorong perokok untuk mengurangi kegiatan merokok
atau berhenti merokok, dengan cara menghargai orang lain dan menjaga kesehatan
lingkungan.
Salah satu solusi untuk bisa menghirup udara yang sehat dan bersih dari asap
rokok atau penetapan kawasan tanpa rokok adalah dengan pengendalian terhadap para
perokok yang mengeluarkan da menyebarkan asap rokok yang sangat berbahaya terhadap
kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif.
Tujuan dari kawasan tanpa rokok adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat,
meningkat produktivitas kerja yang optimal, mewujudkan kualitas udara yang sehat dan
bersih bebas dari asap rokok, menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula
serta mewujudkan generasi muda yang sehat.
3. Perinsip Dasar Kawasan Tanpa Rokok
Kawasan Tanpa Rokok memiliki beberapa prinsip utama dalam
pengembangannya, yaitu:
a. Paparan asap rokok tidak memiliki batas aman. Racun yang terkandung dalam asap
rokok yang kemudian masuk ke dalam tubuh secara komulatif akan tersimpan dan
akan menimbulkan beberapa ganggguan kesehatan, sehingga semua tempat kerja
yang tertutup termasuk kendaraan umum, tempat-tempat umum yang tertutup harus
bebas dari asap rokok. Pada umumnya semua orang harus terlindungi dari bahaya
asap rokok demi keamanan dan kesehatanya.
b. Apabila seluruh ruangan tertutup di dalam gedung maka 100 ruangan harus bebas
asap rokok, karena solusi yang paling efektif untuk menjamin kesahatan adalah
kawasan tanpa rokok. Dan apabila di setiap ruangan tertutup dalam gedung itu tidak
memiliki ventilasi atau saringan udara yang mampu menghilangkan racun asap
rokok, maka ruangan tersebut sangat dilarang untuk merokok.
c. Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok memerlukan peraturan yang berbentuk
legalisasi yang dapat mengikat secara hukum. kebijakan yang bersifat tidak ada
ketegasan dan tidak memiliki sangsi hukum yang kuat kepada pelanggar maka tidak
akan efektif, perlindungan bagi masyarakat juga akan lemah. Melalui Peraturan
Pemerintah atau Undang-undang kemudian dengan Peraturan Daerah yang efektif
akan menunjang pengambangan kawsan yang dimaksud.
d. Memerlukan berbagai perencanaan yang baik dan sumber daya yang memadai agar
keefektifan dan keberhasilan penerapan dan penegakan Kawasan Tanpa Rokok
tercapai secara maksimal.
e. Mulai dari proses pengembangan, pelaksanaan dan penegakan hukum, seluruh
komponen harus dilibatkan. Untuk menjamin kepatuhan terhadap peraturan yang
dimaksud serta memberikan dukungan terhadap masyarakat secara umum, maka
dibutuhk19
an peranan penting dari lembaga masyarakat termasuk lembaga swadaya
masyarakat dan organisasi profesi.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan peraturan, penegakan
hukum, dan dampak negatif atau positif Kawasan Tanpa Rokok. Monitoring
dilakukan juga terhadap intervensi dari berbagai pihak termasuk industri rokok
terhadap pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.
4. Ruang lingkup Kawasan Tanpa Rokok
Ruang lingkup adalah tempat-tempat yang dilarang melakukan aktivitas merokok
di dalamnya. Adapun ruang lingkup kawasan tanpa rokok menurut Kemenkes RI , Yaitu
:20
a. Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas layanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau
masyarakat.
Dalam hal ini pelayanan kesehatan dimaksudkan adalah suatu tempat yang
melayani khusus untuk mengobati orang sakit, seperti Rumah Sakit Umum, Pusat
Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Pembantu dan Klinik Kesehatan. Dan pada
19
https://text-id.123dok.com/document/Izgjvwvzo-prinsip-dasar-kawasan-tanpa-rokok-ktr.hlml. diakses 02
Oktober 2019 pukul 10.20 WIB 20
Ibid, hal. 22-23
penelitian ini terpokus pada Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten
Mandailing Natal.
b. Tempat proses belajar mengajar
Tempat proses belajar mengajar adalah gedung yang digunakan untuk
kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan atau pelatihan. Gedung yang dimaksud
adalah gedung dimana dilakukan proses belajar mengajar yang mendapatkan
legalitas pemerintah dan swasta.
Gedung yang mendapatkan legalitas pemerintah dan swasta sebagai tempat
belajar itu seperti, Sekolah Dasar negeri dan Swasta, Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan
Swasta, Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta, Sekolah Menengah Atas
Negeri dan Swasta, dan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta.
c. Tempat anak bermain
Tempat anak bermain adalah area tempat tertutup dan terbuka yang
digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak.Area bermain anak- anak sangat
banyak seperti taman anak-anak, taman bermain anak, dan ini di temukan di
beberapa tempat permainan dan belanja di beberapa kota besar.
d. Tempat ibadah
Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk masing-
masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga.
Tempat-tempat ibadah dari seluruh agama yang diakui oleh negara juga
sangat dilarang untuk merokok karena menimbulkan efek negatif. Misalnya agama
Islam beribadah di Mesjid. Perokok menyebarkan asap yang menimbulkan penyakit,
membuat area mesjid kotor tercemari abu rokok, dan membuat tidak khusuk bagi
yang sedang beribadah jika menghisap asap rokok.
e. Angkutan umum
Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa
kendaraan darat, air dan udara biasanya dengan konpensasi. Angkutan umum adalah
suatu kendaraan yang mengantarkan atau memindahkan barang dan manusia dari
satu tempat ke tempat lainnya.
f. Tempat kerja
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau yang dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
Semua tempat yang dijadikan sebagai tempat mencari kehidupan baik terbuka
atau tertutup. Misalnya didalam kantor pemerintahan, kantor ektivitas bisnis, ruangan
pengobatan, ruang transaksi bank atau tempat-tempat lainya.
g. Tempat umum
Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh
masyarakat umum dan atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk
kegiatan masyarakat yang dikelola pemerintah, swasta dan masyarakat.
5. Manfaat Kawasan Tanpa Rokok
Kawasan Tanpa Rokok sangat banyak memberikan manfaat positif bagi
masyarakat, karena semakin banyak asap rokok di kawasan umum akan semakin banyak
penyakit menyebar. Maka kebijakan ini sangat berpengaruh juga kepada tingkat
kesehatan di suatu daerah dan negara itu sendiri jika terlaksana dengan maksimal.
Adapun manfaat positif kawasan tanpa rokok adalah sebagai berikut:
a. Menciptakan tempat-tempat umum, sarana kesehatan, tempat-tempat kerja, tempat
ibadah, dan sarana pendidikan yang sehat, nyaman dan aman, tidak terganggu oleh
asap rokok, dapat memberikan citra yang positif.
b. Menegakkan etika merokok.
c. Mewujudkan generasi muda yang sehat.
d. Meningkatkan produktifitas kinerja yang optimal.
e. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.
f. Memberikan hak kepada orang yang tidak merokok untuk tidak terkena dampak
racun rokok yang sangat banyak mengandung penyakit.
g. Mencegah peningkatan penyakit bagi perokok aktif maupun prokok pasif.21
D. Mandailing Natal
Mandailing Natal adalah kabupaten yang teletak di Provinsi Sumatera Utara dengan
jumlah penduduk 480.911 jiwa dikabupaten Mandailing Natal masih banyak sekali kawasan
atau tempat-tempat umum yang belum ditertibkan oleh pemerintah terkait Kawasan Tanpa
Rokok, di Kawasan Rumah Sakit Umum Madina salah satunya.22
Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti sangat berlawanan dengan UU
yang dikeluarkan oleh Kemenkes atau Putusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
dalam Negeri tentang Kawasan Tanpa Rokok, karena masih banyak kawasan-kawasan yang
masih bebas rokok atau tidak ada tindakan pemerintah terhadap kawasan tanpa rokok.
Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal misalnya.
21
Lily S Sulistyiwati, Prototype Kawasan Tanpa Rokok, Kemenkes RI,2011, hlm. 6 22
http.//id.m.wikipedia.org,diakses pada 15 Mei 2019
Rumah Sakit Umum Panyabungan terletak di Jl. Merdeka No. 40, Kayu Jati,
Panyabungan sering sekali masyarakat merokok sembarangan di sekitaran Rumah Sakit
tanpa merasa bersalah karena melanggar Undang-undang. Masyarakat yang merokok adalah
keluarga dari pasiendi Rumah Sakit itu sendiri.
Kebijakan pemerintah dengan pihak Rumah Sakit yang tidak berjalan secara
maksimal mengakibatkan banyak masalah terkait undang-undang dimaksud. Masyarakat
yang bebas merokok menjadi salah satu penyebab kelemahan pemerintah dan ketidak
seriusan pemerintah dalam memberantas itu, dan pihak Rumah Sakit yang tidak melakukan
pengawasan dilingkungan terkait undang-undang dimaksud juga menjadi penyebab
kebebasan masyarakat melanggar.
Sinergitas antara pemerintah dan lembaga pelaksana atau tempat kawasan tanpa
rokok harus tetap baik untuk mencapai tujuan bersama. Pemerintah dan Rumah Sakit
harusnya segera mengaktifkan kawasan tanpa rokok ini untuk keamanan bagi perokok aktif
dan pasif apalagi pasien yang sedang merokok di kawasan tersebut.
Menyelamatkan banyak orang sudah menjadi tanggung jawab semua orang terutama
pemerintah. Membuat sebuah kebijakan dan kewajiban bagi masyarakatnya untuk tidak
merokok di kawasan Rumah Sakit dan melakukan pengawasan setiap saatnya, maka
pemerintah sudah menyelamatkan banyak nyawa orang banyak terkhusus di kawasan
Rumah Sakit.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dalam penelitian ini merujuk pada beberapa hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:
Tabel 1
Penelitian Terdahulu
No. Penulis Judul Hasil Penelitian
1
Andika Martua
Haibuan, Skripsi
IAIN
Padangsidimpuan,
tahun 2018.
Problematika Penegakan
Peraturan Daerah Kota
Padangsidimpuan No. 7
tahun 2012 tentang
Kawasan Tanpa Rokok
di Kota
Padangsidimpuan.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
penegakan kawasan
tanpa rokok
berdasarkan
peraturan daerah
Kota
Padangsidimpuan
sudah melaksanakan
kewajibannya dengan
memasang tanda atau
petunjuk berupa
tulisan, spanduk, dan
stiker-stiker.
2
Riza Wahyuni,
Skripsi IAIN
Padangsidimpuan,
tahun 2019
Efektivitas Pelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Mandailing
Natal Nomor 7 Tahun
2003 Tentang
Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit
Masyarakat Di
Kabupaten Mandailing
Natal Studi Di
Kecamatan Panyabungan
Kota
Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa
penegakan Peraturan
Daerah Mandailing
Natal Nomor 7 Tahun
2003 Tentang
Pencegahan dan
Pemberantasan
Penyakit Masyarakat
khususnya oleh
satuan polisi pamong
prajadan dinas sosial
sudah melaksanakan
kewajibannya, denga
melakukan razia
rutin, dua puluh lima
hari dalam satu bulan,
dan dinas sosial juga
melakukan
pembinaan bagi
masyarakat yang
melakukan
pelanggaran.
3
Rahmi Ayu
Nuzulla, Skripsi
Universitas
Sumatera Utara,
tahun 2018
Implementasi kebijakan
kawasan tanpa rokok di
sekolah SD 067690
Kecamatan Medan johor
tahun 2018
Hasil penelitian
bahwa kurangnya
komunikasi dalam hal
sosialisasi,
implementasi
kebijakan KTR,
ketersediaan
infrastuktur dan
sarana prasarana
implementasi KTR,
Kurangnya komitmen
sasaran pelaksanaan
komite atau
kelompok kerja
penyusunan
kebijakan KTR.
1
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Panyabungan
Kabupaten Mandailing Natal, yang beralamat di Jl. Merdeka No. 40, Kayu
Jati, Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, dan Kantor Dinas
Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, di Komplek perkantoran Payaloting,
Parbangunan, Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Penelitian juga dilakukan terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran
Kawasan Tanpa Rokok.
Waktu Penelitian ini mulai 25 sampai 30 Agustus 2019 di Rumah
Sakit Umum Panyabungan dan Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal di Jl. Merdeka No. 40, Kayu Jati, Panyabungan dan
Komplek Perkantoran Payaloting, Parbangunan, Panyabungan, Kabupaten
Mandailing Natal.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang diamati. Kirk dan Miller
mendefenisikan penelitian kualitatif adalah sebagai suatu tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
40
2
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya.1
Penelitian kualitatif ini adalah suatu proses untuk menemukan
pengetahuan yang menghasilkan data yang dari hasil penelitian. Alat
pengumpulan data utama adalah manusia sebagian informan yang bertujuan
untuk mengumpul data mengenai efektivitas kawasan tanpa rokok di
Kabupaten Mandailing Natal Studi Rumah Sakit Umum Panyabungan.
C. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud adalah sumber data yang diperoleh
peneliti terhadap hasil penelitian ini. Penelitian ini terdiri atas tiga sumber
yaitu data primer, skunder dan data tersier.
1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek
penelitian atau informan penelitian. Untuk penelitian ini bersumber dari
Dinas Kesehatan Mandailing Natal, Rumah Sakit Umum Panyabungan dan
Masyrakatyang merokok dikawasan Rumah Sakit Umum Panyabungan
Mandailing Natal.
Data diperoleh langsung dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal Kepala Bidang Promosi Kesehatan, Ibu Lanniari, SKM,
M.Kes, Direktur Rumah Sakit Umum Panyabungan Kepala Bidang
Pelayanan dan Pengendalian Medis, Ibu Siti Suhaimah. Dan Masyarakat
Perokok di Kawasan Rumah Sakit Umum, Bapak Ahmad Nasution, Bapak
Abdul Hakim dan Bapak Syarifuddin Nst.
1Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualititatif (Bandung: PT Remaja Rosdakary,2006),
hlm. 4
3
2. Data Skunder adalah sumber data yang diperoleh melalui media perantara
atau secara tidak langsung. Untuk penelitian ini data skunder diperoleh
dari undang- undang, buku-buku, jurnal, literatur dan data-data lainnya.
3. Data Tersier adalah data lain yang memberikan petunjuk ataupun data
yang menjelaskan tentang data primer dan data skunder, misalnya hasil
penelitian, Kamus hukum, KBBI, artikel-artikel dan bahan-bahan lainnya
yang menyangkut dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik adalah suatu metode yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data. Teknik adalah cara yang dilakukan untuk mencapai
tujuan. Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan seorang peneliti
untuk mencapai tujuan dan hasil penelitian. Teknik yang digunakan adalah :
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan. Metode observasi diartikan sebagai
metode pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang ada pada subyek penelitian.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal dengan melakukan
pengamatan terhadap masyarakat atau keluarga pasien yang merokok di
kawasan tersebut dan mencatat kegiatan itu sebagai dasar dalam
penelitian ini.
4
2. Interview (wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal respondennya sedikit-sedikit.2
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan dari laporan tentang
diri atau setidaknya pada pengetahuan dan keyakinan. Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan
melalui tatap muka maupun menggunakan telepon. Interview dilakukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, Direktur
Rumah Sakit Umum Panyabungan dan Masyarakat yang berada di Rumah
Sakit Umum Panyabungan.
3. Dokumentasi
Pengumpulan dokumentasi merupakan berkas yakni mencari data
mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, surat kabar, notulen, dan
lainnya.
E. Teknik Pengolahan Data
Data yang didapat dari beberapa sumber data primer, skunder dan
tersier akan diolah untuk mencapai hasil penelitan yang bagus. Pengolahan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data
(mengkategorikan data), penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sehingga
2Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 194
5
penelitian yang dilakukan dapat menjawab masalah yang kita hadapi dalam
suatu penelitian tersebut, hingga dapat dianalisis untuk ditarik kesimpulan.3
Menurut Soerjono Soekanto, metode penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Suatu tipe pemikiran yang dipengaruhi dalam penelitian
2. Suatu teknik umum bagi ilmu pengetahuan
3. Cara tertentu untuk dapat melaksanakan suatu prosedur.4
F. Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang mengkaji atau
menganalisis data-data yang didapat dalam penelitian melalui wawancara dan
dokumentasi dengan sumber data seperti undang-undang, buku, jurnal dan
lain sebagainya untuk memperoleh hasil penelitian yang sempurna seperti
yang diharapkan.
Metode analisis yang dipakai adalah kualitaif deskriftif, yaitu analisis
yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau
kalimat, kemudian dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh
kesimpulan.5
G. Teknik Keabsahan Data
Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini bersifat kualitatif,
dengan penelitian dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek holistik dengan deskripsi dalam bentuk kata dan naratif
dalam suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai
3Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Garafika, 2011), hlm. 178
4Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 5
5Ibid, hlm. 182
6
metode ilmiah.
Demi terjaminnya keaslian dan keakuratan data, maka peneliti akan
melakukan dengan teknik keabsahan data. Data yang salah akan
menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula data yang
benar akan menghasilkan kesimpulan penelitian yang banar. Kebenaran atau
kevalitan data harus dirasakan dan merupakan tuntutan deskriftif, interpretasi
dan teori dalam peneltian kualitatif. Untuk menetapkan data tersebut sesuai
standar keabsahannya maka diperlukan pemeriksaan. Pelaksanaan teknik
pemeriksaan data harus sesuai dengan kriteria tertentu, yaitu:
1. Derajat Kepercayaan
Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non
kualitatif. Fungsinya untuk melaksanakan sehingga tingkat kepercayaan
dapat tercapai dan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh
peneliti pada kenyataan yang sedang diteliti.
2. Kebergantungan
Kebergantungan merupakan substitusi istilah rehabilitas dalam
penelitian non kualitatif, yaitu apabila ditiadakan dua atau beberapa kali
pengulangan dalam kondisi yang sama dan hasil secara esensial sama.
Sedangkan dalam penelitian kualitatif sangat sulit mencari kondisi yang
benar-benar sama. Selain faktor manusia sebagai instrumen, faktor
kelelahan dan kejenuhan akan berpengaruh.
7
3. Kepastian
Pada penelitian kualitatifkriteria kepastian atau objektifitas harus
menekankan pada datanya bukan pada orangnya.6 Selain itu, dalam
keabsahan data juga dilakukan proses trigulasi. Trigulasi diartikan
sebagai sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga tringulasi
dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu, triangulasi sumber,
triangulasi pengumpulan data, dan triangulasi waktu.7
6Masri Singarimbun, Sopian Effendi, Penelitian Survey (Jakarta: P3ES, 1989), hlm. 63
7Ibid, hlm. 178
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Profil Kabupaten Mandailing Natal
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Mandailing Natal atau sering
disebut dengan Madina. Mandailing Natal merupakan salah satu
Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Sebelum menjadi
sebuah kabupaten, wilayah ini masih termasuk bagian dari Kabupaten
Tapanuli Selatan. Setelah terjadi pemekaran, dibentuklah kabupaten
Mandailing Natal berdasarkan undang-undang Nomor 12 Tahun 1998
tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan
Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal , secara formal diresmikan
oleh Menteri Dalam Negeri pada tangga 9 Maret 1999.29
Secara Geografi Kabupaten Mandailing Natal terletak pada 0010-
1050 Lintang Utara dan 98
010-00
010’ Bujur Timur dengan rentang
ketinggian 0-2.145 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten
Mandailing Natal ±6.620,70 km atau 9,23 persen dari wilayah Sumatera
Utara dengan batas wilayah sebagai berikut:
Batas Utara Kabupaten Tapanuli Selatan
Batas Selatan Kabupaten Pasaman
Batas Barat Samudera Pasaman Barat
Batas Timur Kabupaten Pasaman Barat
29
Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal
49
Pertumbuhan jumlah penduduk Di Kabupaten Mandailing Natal
yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Laki-laki dewasa dan
remaja juga secara otomatis akan meningkat. Perokok yang lebih banyak
berasal dari kalangan remaja dan dewasa yang dengan bebas tanpa
memperhatikan lokasi dan tempatnya.
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri
nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 mengatur beberapa tempat
yang dilarang untuk merokok, seperti rumah sakit dan lainnya. Rumah
Sakit Umum Panyabungan secara kasat mata masih banyak masyarakat
yang merokok di kawasan tersebut padahal sudah ada stiker kawasan tanpa
rokok di setiap sudutnya. Inilah yang menjadi pembahasan dalam
penelitian ini.
2. Profil Rumah Sakit Umum Panyabungan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal terletak
di Jalan Merdeka Nomor 40 Kayu Jati Panyabungan Kota Kabupaten
Mandailing Natal Sumatera Utara. Rumah Sakit Umum Daerah tersebut
merupakan Rumah Sakit terbesar yang berada di Kabupaten Mandailing
Natal, sekaligus menjadi sentral kesehatan bagi masyarakat Mandailing
Natal.
Mengingat bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi yang harus tetap mampu
50
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud detajat kesehatan yang setinggi tingginya. Maka
Rumah Sakit Umum daerah Mandailing Natal terus berbenah untuk
menjawab tantangan yang penuh dengan perubahan yang konstan, pesat
dan serentak, karena dengan meningkatkan tuntutan masyarakat akan mutu
pelayanan kesehatan, dengan itu fungsi pelayana rumah sakit pun secara
bertahap perlu di tingkatkan, agar lebih efesien dan efektif dengan mutu
yang dapat dipertanggungjawabkan.
a. Visi Rumah Sakit Umum Panyabungan
Mewujudkan Rumah Sakit yang Unggul dan Menhadi Pilihan
Utama Masyarakat di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2021.
b. Misi
Misi Rumah Sakit Umum Panyabungan Mandailing Natal
2011-2016 merupakan upaya untuk merealisasikan visi yang sudah
ditetapkan yang bertujuan memberikan pemahaman mengenai
bagaimana cara mencapai keberhasilan visi organisasi, misi Rumah
Sakit Umum Kabupaten Mandailing Natal ialah:
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas terjangkau
dan paripurna dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
2) Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan kesejahteraan
pegawai.
3) Menyediakan pelayanan pendidikan
51
4) Melaksanakan sistem informasi managemen rumah sakit sesuai
dengan prosedur dan standar Rumah Sakit.
Berikut profil lengkap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Mandailing Natal:
1. Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Daerah Panyabungan
2. Alamat : Jl. Merdeka No. 40 Telp (0636) 20181
3. Kecamatan : Panyabungan Kota
4. Kabupaten : Mandailing Natal
5. Didirikan Tahun : 1920
6. Pemilik : Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal
7. Kelas/Type : C
8. Luas Area : 6.612,5 M2
9. Luas Bangunan : 3.463 M2
10. Kapasitas RSU : 83 Tempat Tidur
B. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal
Studi Rumah Sakit Umum Panyabungan.
1. Dasar Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok
Untuk mencapai tujuan lingkungan yang aman dari bahaya asap
rokok pemerintah mengambil beberapa strategi dan keputusan yang
harus dilaksanakan secara bersamaan di seluruh Indonesia. Menteri
Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan bertugas untuk:30
30
Ibid, hlm. 5
52
a. Memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai bahaya
merokok bagi perokok dan perokok pasif,
b. Menyediakan konseling berhenti merokok,
c. Memberikan informasi dan edukasi, dan pengambangan
kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat, dan
d. Memberikan bimbingan teknis bagi penyediaan tempat khusus
untuk merokok.
Menteri Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Bertugas untuk:
a. Mendorong pemerintah daerah menetapkan dan melaksanakan
KTR di wilayah masing-masing,
b. Memfasilitasi pemerintah daerah dalam penyusunan dan
pelaksanaan Peraturan Daerah provinsi dan kabupaten/kota tentang
KTR, dan
c. Memberdayakan masyarakat dalam melaksanakan KTR.
Proses pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, kedua menteri
sudah memaparkan tugasnya. Selanjutnya akan di tindak lanjuti oleh
pemerintah provinsi dan daerah sebagai pelaksana dan pengawas dalam
peraturan dimaksud. Dan kemudian akan diminta pertanggungjawaban
sebagai bahan evaluasi untuk proses pengefektivan peraturan tersebut.
1. Proses Pelaksanaan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok
Dalam mengurangi masyarakat yang merokok bebas atau yang
tidak paham tentang kawasan tanpa rokok, Rumah Sakit Umum
53
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal telah membuat beberapa
kebijakan, seperti membuat stiker kawasan tanpa rokok di setiap sudut
ruangan dan tempat duduk di rumah sakit itu untuk tidak boleh
merokok di rumah kawasan Rumah Sakit.
Hasil wawancara dengan Direktur Rumah Sakit Umum
Panyabungan yang diwakili oleh ibu Siti Suhaimah, Kepala Seksi
Bidang Pelayanan dan Pengendalian Medis mengatakan bahwa Rumah
Sakit Umum juga sudah menempel stiker kawasan tanpa rokok di setiap
sudut rumah sakit, tempat-tempat duduk dan ruang tunggu, dan kamar
mandi rumah sakit umum. Memberikan pengumuman melalui
mikropon tentang bahaya merokok di kawasan rumah sakit setiap
malam.
Penerapan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok yang dilakukan
oleh Rumah Sakit Umum Panyabungan dengan cara menempel
stiker kawasan tanpa rokok di setiap sudut rumah sakit, tempat-
tempat duduk dan ruang tunggu dan kamar mandi rumah sakit.
Mengumumkan bahaya merokok dikawasan rumah sakit setiap
malam melalui mikrofon.31
Pernyataan Rumah Sakit tersebut dibenarkan oleh beberapa
masyarakat salah satunya bapak Ahmad Nasution, masyarakat yang
merokok di kawasan Rumah Sakit Umum Panyabungan
mengungkapkan bahwa: “Stiker yang bertulisan Kawasan Tanpa Rokok
31
Wawancara dengan Siti Suhaimah, tanggal 29 Agustus 2019, tentang Kawasan Tanpa
Rokok di Kabupaten Mandailing Natal di Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten
Mandailing Natal.
54
sudah di tempel di setiap sudut Rumah Sakit Umum Panyabungan.
Setiap tempat duduk dan sampai pada kamar mandi Rumah Sakit”32
32
Wawancara dengan Bapak Ahmad Nasution tentang Kawasan Tanpa Rokok di Rumah
Sakit Umum Panyabungan, pada 28 Agustus 2019
55
Selain stiker, pihak rumah sakit juga membuat spanduk
berukuran besar di beberapa tempat di kawasan Rumah Sakit, seperti di
pintu masuk, pintuk keluar, tempat antrian, tempat parkir dan beberapa
tempat lainnya yang merupakan tempat masyarakat sering berkumpul.
Bapak Abdul Hakim dalam wawancara membenarkan adanya spanduk
bertuliskan Kawasan Tanpa Rokok di Kawasan Rumah Sakit Umum.
56
“Rumah Sakit Umum Panyabungan ini banyak stiker Kawasan Tanpa
Rokok dan ada juga spanduk yang berada di pintu masuk, pintu keluar,
tempat antrian dan tempat parkir di Rumah Sakit ini.”33
Rumah Sakit Umum Panyabungan juga membuat suatu
kebijakan sosialisasi menggunakan sound atau mikrofon. Setiap malam
ada pengumuman oleh pihak Rumah Sakit kepada Masyarakat melalui
mikrofon bahwa tidak boleh merokok di kawasan Rumah Sakit.
Kebijakan ini dibenarkan oleh bapak Syarifuddin Nasution dalam
wawancaranya di Rumah Sakit Umum Panyabungan. “ Setiap malam
ada pengumuman yang dilakukan oleh Rumah Sakit melalui mikropon
33
Wawancara dengan Bapak Abdul Hakim tentang Kawasan Tanpa Rokok di Rumah
Sakit Umum Panyabungan, pada 28 Agustus 2019
57
kepada Masyarakat bahwa tidak boleh merokok di kawasan Rumah
Sakit ini.”34
Dalam proses pelaksanaannya pihak rumah sakit juga sudah
melakukan sosialisasi bahaya merokok di kawasan rumah sakit ,
sosialiasi di sekolah-sekolah baik SMA, SMP, dan SD tentang bahaya
merokok bagi anak-anak, dan lainnya.Kegiatan itu dilakukan hanya
beberapa kali saja, tidak ada kegiatan berkepanjangan.
Dinas Kesehatan Kabupaten juga dalam melaksanakan
Peraturan Kawasan Tanpa Rokok sudah melakukan berbagai cara, yaitu
sosialisasi dengan membuat stiker Kawasan Tanpa Rokok di setiap
sudut ruangan kantor Dinas, membuat Spanduk dan baliho Kawasan
Tanpa Rokok di sekitar Kantor, dan pernah melakukan sosialisasi
kepada masyarakat tentang bahaya rokok.
Selalin itu, Dinas Kesehatan Mandailing Natal juga pernah
melakukan sosialisasi bahaya rokok bagi kesehatan di beberapa Sekolah
mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas. Namum sosialisasi itu tidak dilaksanakan secara rutin.
Program itu hanya dilakukan sekali dalam setahun dan bahkan
terkadang tidak ada dalam setahun.
Hasil wawancara dengan ibu Lanniari, Skm,. M.Kes selaku
Kepala Seksi Promosi Kesehetan Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal mengatakan bahwa penerapan peraturan kawasan
34
Wawancara dengan Bapak Syarifuddin Nasution tentang Kawasan Tanpa Rokok di
Rumah Sakit Umum Panyabungan, pada 20 Agustus 2019.
58
tanpa rokok sudah dilakukan dengan berbagai cara, seperti menempel
stiker kawasan tanpa rokok di setiap ruangan, pintu masuk dan ruang
tunggu. Melakukan sosialiasi kepada warga dan siswa-siswi di
Kabupaten Mandailing Natal.
Penerapan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Dinas Kesehatan
Kabupaten Mandailing Natal melaksanakannya dengan berbagi
cara, seperti menempel stiker kawasan tanpa rokok di setiap
ruangan dan pintu masuk kantor, dan melakukan sosialisasi
bahaya merokok kepada warga dan Siswa-siswa Kabupaten
Mandailing Natal.35
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Rumah
Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal sudah
menerapkan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan Rumah
Sakit dan Kantor Dinas Kesehatan akan tetapi tidak ada tindak
lanjutnya baik dari segi pengawasan dan pembinaan.
2. Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatandan
Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di
Kabupaten Mandailing Natal Studi Rumah Sakit Umum
Panyabungan
Untuk mengetahui peraturan bersama Menteri Kesehatan dan
Menteri Dalam Negeri nomor 188/PB/1/2011 nomor 7 Tahun 2011 tentang
pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok di Kabupaten Mandailing
Natal sudah efektif atau tidak dapat dilihat dari pelaksanaan penerapan
peraturandan pelaksanaan pengawasan.
1. Penerapan Peraturan
35
Wawancara dengan Lanniari Skm,. M.Kes, tanggal 30 Agustus 2019, tentang kawasan
tanpa rokok di Kabupaten Mandailing Natal di Kantor Dinas Kesehatan Kabuapaten Mandailing
Natal.
59
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok sudah dilaksanakan dan
diterapkan oleh Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal. Pelaksanaannya dilakukan berbagai cara yaitu
sosialisasi ke beberapa sekolah secara langsung dan memasang Stiker
dan Spanduk tentang Kawasan Tanpa Rokok di lingkungannya.
2. Pembinaan danPengawasan
Dalam hal pembinaan dan Pengawasan Peraturan Bersama ini
menyebutkan dalam BAB IV Pembinaan dan Pengawasan pada Pasal
8, bahwa pemerintah bertugas:
a. Menetri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan
umum dan Menteri Kesehatan melakukan pembinaan dan
pengawasan teknis terhadap pelaksaan KTR,
b. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
Pelaksanaan KTR di kabupaten/kota,
c. Bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
Pelaksanaan KTR di desa/ kelurahan,
d. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) , bupati/walikota dapat melimpahkan
kepada camat.
e. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) dilakuakn melalui:
60
1) Sosialisasi dan koordinasi
2) Pemberian pedoman
3) Konsultasi
4) Monitoring dan evaluasi, dan/atau
5) Pemberian penghargaan.
Kabupaten Mandailing Natal tidak pernah melakukan
pengawasan terhadap peraturan kawasan tanpa rokok. Setelah
pelaksanaan dengan sosialisasi dan menempel stiker tidak ada lagi
tindak lanjut yang dilakukan oleh instansi tersebut.
Terkait pengawasan dalam lanjutan wawancara dengan ibu
Lanniari selaku kepala seksi bidang promosi kesehatan mengatakan
bahwa:
“pengawasan tidak pernah dilakukan karena tidak adanya
dukungan penuh dari pemerintah kabupaten”. Ketika rapat-
rapat penting pimpinan saja masih merokok di ruang rapat,
bagaimana pengawasan dapat kita lakukan ke tempat yang
biasa dilanggar oleh warga sedang pimpinan saja masih
melanggar.
Dari masalah itu maka pengawasan tidak pernah dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.
Sosialisasi yang dilakukan juga mendapatkan respon yang
kurang baik oleh pemerintah kabupaten sehingga pengawasan yang
dilakukan hanya di kawasan kantor Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal saja yang tegaskan terkait Peraturan Kawasan Tanpa
Rokok. Berikut data perokok di Kabupaten Mandailing Natal yang di
rangkum oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal:
61
Data Perokok Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2016-2018
No Tahun Jumlah Perokok
1 2016 215.704 Orang
2 2017 215.980 Orang
3 2018 216.019 Orang
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal36
Dari data diatas dapat dinyatakan bahwa “setiap tahunnya
perokok di Kabupaten Mandailing Natal semakin bertambah.
Kebijakan pemerintah dalam mengurangi perokok melalui peraturan
Kawasan Tanpa Rokok tidak terlaksana dengan baik.” Peraturan
tersebut harus dilaksanakan dan perlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan lebih baik lagi.
Pengawasan yang lemah juga terdapat di Rumah Sakit Umum
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Berdasarkan hasil
wawancara lanjutan dengan ibu Siti Suhaimah mengatakan bahwa
pengawasan tentang kawasan tanpa rokok bagi perokok memang sangat
lemah. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan itu dan
jugamalu menegur pelanggar.
Untuk pelaksanaannya Rumah Sakit umum juga membuat
pengumuman setiap malam dengan menggunakan mikropon di kawasan
Rumah Sakit Umum Panyabungan. Pengumuman itu di tujuan untuk
36
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal
62
menyadarkan masyarakat akan adanya larangan merokok di kawasan
Rumah Sakit. Tetapi untuk pembinaan dan pengawasan di kawasan
Rumah Sakit memang tidak ada.
Efektivitas adalah terjadinya suatu akibat atau efek yang
dinginkan dalam suatu program atau kebijakan. Dapat diartikan juga
sebagai pengaruh dan akibat yang dapat membawa hasil atau berhasil
guna mencapai tujuan. Suatu hukum itu dinilai efektif dapat dilihat juga
dari beberapa faktor yang mempengaruhinya.
1. Faktor Penegak Hukum
Aparat penegak hukum termasuk Kepolisian, Kejaksaan,
Kehakiman, Penasehat Umum dan Petugas Sipil lembaga
Permasyarakatan. Dalam penerapan Peraturan Kawasan Tanpa
Rokok di Kabupaten Mandailing Natal ini tidak pernah dilakukan
oleh aparat penegak hukum sehingga dinyatakan peraturan
dimaksud tidak berjalan secara efektif.
2. Faktor Sarana atau Fasilitas Hukum
Fasilitas hukum termasuk Sumber Daya Manusia, peralatan
hukum, keuangan dan sebagainya. Sarana dalam penerapan
Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal
belum memadai baik dari segi tempat khusus merokok di beberapa
kawasan dilingkunganya sehingga dari faktor ini dapat dinyatakan
masih kurang efektif.
3. Faktor Masyarakat
63
Penegekan hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian
masyarakat. Akan tetapi masyarakat juga harus paham akan hukum
yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk itu perlu dilakukannya
sosialisasi secara rutin sampai msyarakat benar-benar paham.
Dalam proses pelaksanaan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di
Kabupaten Mandailing Natal sosialisasi dari Dinas Kesehatan dan
Rumah Sakit sudah dilakukan akan tetapi belum maksimal dan
tidak berkelanjutan.
4. Faktor Hukum
Hukum harus menemukan suatu keadilan. Penegakan
hukum yang benar harus dilakukan seadil-adilnya. Penerapan
Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal
tidak menemukan keadilan bagi pelanggar, pelanggar tidak pernah
diproses oleh penegak atau pemerintah.
5. Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan ini sama dengan faktor masyarakat atau
sebagai subbagian dari faktor masyarakat. Dalam faktor ini
menyangkut struktur, substansi dan kebudayaan. Organisasi
masyarakat juga harus ikut berperan dalam penegekan peraturan
ini, minimal menegur karena adatnya merokok mendatangkan
penyakit.
Soerjono mengatakan bahwa “suatu sikap tindak perilaku
hukum dianggap efektif apabila sikap, tindakan atau perilaku
64
lainnya menuju pada tujuan yang diinginkan.” Artinya hukum itu
dikatanya efektif apabila sesuai dengan tujuan hukum itu dibentuk.
Dalam hal ini dilihat dari penerapan dan pengawasan maupun dari
segi faktor-faktor hukum Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri
Dalam Negeri Momor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 11 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten
Mandailing Natal dinyatakan tidak efektif.
3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Tidak Efektifnya Peraturan
Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri
Nomor188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Di Kabupaten Mandailing Natal
Studi Rumah Sakit Umum Panyabungan
Dari hasil wawancara dengan Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit
Umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal ada beberapa faktor
yang menyebabkan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten
Mandailing Natal tidak terlaksana secara efektif, diantaranya:
1. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap Peraturan Kawasan Tanpa
Rokok.
Di kawasan Rumah Sakit Umum Panyabungan banyak
ditemukan masyarakat yang bebas melakukan pelanggaran, merokok
bebas tanpa memperdulikan peraturan kawasan tanpa rokok.
Masyarakat yang melakukan pelanggaran tersebut adalah keluarga dari
pasien yang berobat dan mereka tidak peduli karena tidak adanya
teguran dari pihak rumah sakit ataupun pemerintah.
65
2. Kurangnya dukungan penuh Pemerintah Kabupaten dalam menjalankan
Peraturan Kawasan Tanpa Rokok.
Suatu aturan itu akan efektif kalau pimpinanjuga
melaksanakannya dengan baik. Pemerintah setempat juga masih sering
melakukan pelanggaran di kawasan kantor, merokok ketika ada rapat-
rapat penting pemerintahan. Penegakan hukum yang tidak pernah
dilakukan menjadi salah satu alasan bahwa pemerintah tidak serius
dalam menerapkan peraturan dimaksud.
3. Kurangnya pengawasan dari pihak Rumah Sakit Umum Panyabungan
terhadap masyarakat yang merokok di kawasan RSUD.
Rumah Sakit Umum Panyabungan sudah melaksanakan
peraturan Kawasan Tanpa Rokok namum pengawasan peraturan
tersebut tidak pernah dilakukan. Padahal untuk mencapai keefentivan
hukum itu harus dilakukan pengawasan dan pembinaan kepada
pelanggar agar tujuan hukum itu dapat dicapai dengan baik.
4. Sosialisasi yang tidak merata oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal dan Rumah Sakit Umum Panyabungan kepada
masyarakat.
Sosialisasi yang rutin juga termasuk salah satu penunjang untuk
keefktivan suatu hukum. Melakukan sosialisasi ke masyarakat atau
sekolah-sekolah dengan rutin dan memahamkan kepada mereka tentang
betapa pentingnya melindungi lingkungan hidup dari bahaya asap rokok
66
akan tercapai tujuan hukum tersebut. Tindak lanjut yang rutin juga akan
menambah keefektivan suatu hukum.
5. Sanksi yang tidak tegas oleh pemerintah dan Rumah Sakit terhadap
masyarakat yang melanggar.
Masyarakat yang melakukan pelanggaran merokok di kawasan
tanpa rokok tidak pernah mendapatkan sanksi dari pihak penegak
hukum atau Rumah Sakit. Memberikan sangsi bagi pelanggar akan
membuat mereka takut untuk melakukan pelanggaran lagi dan bahkan
akan berhenti merokok.
Tugas pemerintah dan penegak harusnya bekerja lebih keras
untuk mencapai tujuan hukum Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten
Mandailing Natal terutama di Rumah Sakit Umum Panyabungan yang
merupakan tempat masyarakat berobat bukan tempat menebar virus
penyakit.37
37
Wawancara Lanniari dan Siti Suhaimah, Op. Cit.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
kesimpulan yang dapat diperoleh sebagai berikut:
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal sudah berupaya melakukan
sosialisasi peraturan Kawasan Tanpa Rokok secara langsung kepada
masyarakat, beberapa sekolah dan dikawasan Rumah Sakit Umum
Panyabungan. Proses sosialisasi dilakukan dengan beberapa cara yaitu
membuat spanduk, stiker dan pengumuman bahaya merokok di kawasan
Rumah Sakit Umum Panyabungan. Sosialisasi yang dilakukan tidak efektif
sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang
peraturan Kawasan Tanpa Rokok.
2. Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri nomor 188/PB/1/2011 nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Mandailing Natal belum
berjalan secara efektif. Dapat dilihat dari kegiatan pengawasan dan
pembinaan yang tidak efektif terhadap kawasan tanpa rokok, dan data
menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi penaikan jumlah perokok di
Kabupaten Mandailing Natal sehingga dinyatakan pengurangan jumlah
perokok dan perlindungan lingkungan dari asap rokok tidak efektif oleh
pemerintah.
66
67
3. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak efektifnya peraturan Kawasan Tanpa
Rokok ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kawasan tanpa
rokok, kurangnya dukungan penuh pemerintah Kabupaten dalam
menjalankan peraturan Kawasan Tanpa Rokok, kurangnya pengawasan dari
pihak Rumah Sakit Umum Panyabungan terhadap masyarakat yang merokok
di kawasan Rumah Sakit Umum Panyabungan, sosialisasi yang tidak merata
dan tidak berkelanjutan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal
dan Rumah Sakit Umum Panyabungan kepada masyarakat, dan sanksi yang
tidak tegas oleh pemerintah dan Rumah Sakit terhadap masyarakat yang
melanggar.
B. Saran
Perlu dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat, agar masyarakat
mengetahui tentang Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Kawasan
Tanpa Rokok dan mematuhi sehingga peraturan dimaksud berjalan secara efektif,
perlu adanya pengawasan dan pembinaan yang lebih efektif, sanksi yang tegas
juga perlu di terapkan dalam peraturan ini, dan terkhusus Rumah Sakit Umum
Panyabungan membuat Ruangan Khusus Perokok agar masyarakat tidak
sembarangan merokok dikawasan Rumah Sakit.
68
DAFTAR PUSTAKA
Afridha Noor Pewara, Efektivitas Kebijakan Kawasan Bebas Asap Rokok di Desa
Bone-bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, Skripsi Universitas
Negeri Makassar.
BPS Mandailing Natal, Mandailing dalam angka2008. BPS Mandailing Natal:2008.
HR, Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: UII Press Indonesia, 2002.
Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Garafika, 2011.
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Volume 12, No. 04 Desember 2009.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Efektiv Online https//kbbi.web.id/efektif,
diakses pada 14 mei 2019.
Kandungan Kimia, Samsuri Tirtosastro, and A S Murdiyati, “Kandungan Kimia
Tembakau dan Rokok”. 2010
Kawasan Tanpa Rokok, “Pedoman Pengembangan”, 2011.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedoman Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok.
Pasal 25 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun tentang Pengamanan Rokok Bagi
Kesehatan.
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok.
Profil Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.
Masri Singarimbun, Sopian Effendi, Penelitian survey, Jakarta: P3ES, 1989.
Nasution, Edi dan Talila, Muzik Bujukan Mandailing, Areca Book, 2007.
69
Rahmy, Ayu Nuzulla, Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah
SD Negeri 067690 Kecamatan Medan Johor tahun 2018, Skripsi USU.
Sulistyiwati, S Lily, Prototype kawasan Tanpa Rokok, Kemenkes RI, 2011.
American Cancer Society Atlanta, USA, 2006.
Sudarwan Danim, Momotivasi Kepeminpinan dan Efektifitas Kelompok, Jakarta : PT
RINEKA CIPTA, 2012.
Sumantri H Arif , Kesehatan Lingkungan ( Jakarta: Kencana, 2010).
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2012.
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan HukumJakarta: Rajawali Pers,1982
, faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada, 2005.
, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986.
Utomo Pragoyo, Apresiasi Penyakit Pengobatan Secara Tradisional dan
Modren,(Jakarta:Rineka Cipta, 2005).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Fadilah
NIM : 1510300014
Tempat/Tgl. Lahir : Payabungan, 03 September 1996
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Panyabungan, Kelurahan Panyabungan
II, Kecamatan Panyabungan Kota,
Kabupaten Mandailing Natal.
Email : [email protected]
II. DATA ORANG TUA
Nama Ayah : Kamal Lubis
Pekerjaan : Tani
Nama Ibu : Nurhaniah Siregar
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Panyabungan, Kelurahan Panyabungan
II, Kecamatan Panyabungan Kota,
Kabupaten Mandailing Natal.
III. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 103490 (2002 s.d 2008)
2. SMP Negeri 1 Panyabungan Kota (2010 s.d 2012)
3. SMA Negeri 1 Panyabungan Kota (2012 s.d 2015)
4. Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan (2015s.d Sekarang)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Dengan hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fadilah
NIM : 1510300014
Fakultas/Jurusan : Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum/Hukum Tata Negara
Institut : Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan
Bermaksud melakukan wawancara penelitian skripsi dengan judul
“Efektivitas Penerapan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (Studi Rumah Sakit Umum
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal) “ untuk terlaksananya kegiatan
tersebut saya memohon kepada bapak/ibu untuk berpartisipasi dengan
memberikan informasi tersebut. Informasi bapak/ibu akan saya jamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian akademik.
Demikian permohonan ini saya buat atas segala informasinya saya
ucapkan terimakasih.
Panyabungan,...................... 2019
Pewawancara Responden
Fadilah
Responden Rumah Sakit Umum
1. Bagaimana Penegakan dan Keefektivan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di?
2. Apa langkah-langkah yang dilakukan dalam mencapai keefektivan peraturan Peraturan
Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7
Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok?
3. Apa saja kendala dalam mencapai keefektivan peraturan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/PB/1/2011 Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa?
DOKUMENTASI WAWANCARA
Wawancara Dengan Bapak Syarifuddin Nst Di Rumah Sakit Umum Panyabungan
Kabupaten Mandailing
Wawancara Dengan Bapak Abdul Hakim Di Rumah Sakit Umum Panyabungan
Kabupaten Mandailing Natal