editorial · akan kesucian allah itulah yang membuat allah bapa mengutus anaknya yang tunggal...

58

Upload: others

Post on 09-Feb-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Eeditorial —————————————————————————————

Saudara dan Saudari yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, kita bertemu lagi di dalam edisi Paskah. Waktu berlalu dengan cepatnya, dan tibalah saatnya buat kita untuk merayakan Paskah lagi tahun ini. Pernahkah kita memikirkan apakah sebabnya Tuhan Yesus Kristus mau dan harus mati buat kita yang berdosa ini? Apakah cuma karena Allah Sang Pencipta men-cintai kita semata? Ataukah karena tidak ada ciptaan yang lain yang lebih berharga di mata Allah? Ataukah para pembaca ada jawaban yang lain yang menurut Anda begini atau begitu sehingga Tuhan Yesus Kristus diutus oleh Allah Bapa untuk mati buat kita?

Alasan yang pasti, jelas dan tidak mungkin dipungkiri adalah karena Allah yang menciptakan kita adalah Allah yang Maha Suci. Apapun yang terjadi Allah yang kita sembah itu selama-lamanya akan Suci adanya. Kemutlakanakan Kesucian Allah itulah yang membuat Allah Bapa mengutus AnakNya yang Tunggal menjadi Korban yang Suci, Benar, Layak dan Satu-Satunya yang tidak bercacat ataupun berdosa sehingga Tuhan Yesus pantas dan bisa dijadikan tempat tumpahan Murka Allah yang menyala-nyala karena dosa-dosa manusia. Setelah Tuhan Yesus Kristus menjadi Domba Sembelihan Allah, maka Bapa Surgawi bisa menerima manusia yang dosanya sudah dihapus oleh Darah yang Maha Suci, yaitu Darah Yesus Kristus. Karena itu tidak ada jalan lain manusia bisa datang dan menghampiri Bapa Yang Maha Suci jikalau di dalam diri manusia itu tidak mengalir Darah Yesus Kristus.

Tranksaksi penebusan dosa telah selesai, akan tetapi bukan berarti bahwa syarat-syarat untuk bisa diterima di hadapan Allah itu tidak berlaku lagi pada masa kini. Justru karena segala-galanya telah selesai, maka kita yang menye-but diri kita orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan menerima Dia sebagai Juru Selamat kita maka kita harus meneruskan tradisi Kesucianitu sepanjang hidup kita. Apakah kita berpikir bahwa kita bisa hidup semau kita dan sesembrono apapun yang kita mau? Tahukah saudara jikalau kita mengaku kita ini orang Kristen tetapi hidup tanpa kesucian, maka kita tidak layak dan tidak bisa diterima di hadapan Allah. Karena Allah akan menghu-kum langsung orang-orang yang tidak suci atau najis kalau orang itu berusaha menghampiri DIA.

Benar kita bisa meminta ampun kepada Allah Bapa demi Nama Yesus Kristus Juru Selamat kita. Akan tetapi jikalau di dalam kehidupan kita, di dalam akar hati dan pikiran kita tidak pernah terlintas pikiran, niat ataupun tekad

AGAPE — Easter 2007 �

AGAPEEaster 2007

PenasehatEv. Wilson Suwanto

Daniel Loe

EditorDebbie Wang

Janice AtmadjaLinda ZhengMerisa Halim

Tjandra Afandi

Ilustrator & FotograferBuddy YusufEva Leony

LayoutAlvin SugiantoBuddy YusufEva Leony

Tjandra Afandi

KontributorRev. Kristianto Hosea

Rev. Billy LimEv. Wilson Suwanto

- and -contributing members for

Interview articles

PrintingSemiwaty Oei

E-mail [email protected]

Produksi GII Azusa539 N. Sunset Ave.Azusa, CA 91702

Telp: (626) 812-0326http://lax.gii-usa.org

untuk mau hidup suci..... maka Mata Allah yang bisa melihat langsung ke dalam lubuk hati kita ataupun ke dalam sel-sel otak kita yang paling halus sekalipun, apakah kita ini sungguh sudah menjadi murid Yesus atau cuma seorang pembo-hong belaka?

Saudara di jaman yang super millenium ini, kesu-cian adalah suatu hal yang jauh lebih langka di bandingkan dengan barang-barang antik yang ada di musium. Pada masa ini manusia hidup semaunya, apalagi yang namanya Perjinahan atau Free Sex sudah menjadi Life Style kehidupan era millenium ini. Firman Tuhan berkata dosa yang lain dilakukan terjadi di luar tubuh manusia, akan tetapi perjinahan langsung mengotori tubuh dan pikiran kita. Karena itu bagaimana mungkin kita mengaku orang Kristen tetapi kita hidup di dalam ketidaksucian terus menerus, tanpa ada niat untuk berubah?

Marilah saudara dan saudari yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, marilah di dalam merayakan Paskah ini kita mengambil tekad untuk mau hidup suci dan benar di hadapan Allah Bapa. Walaupun tiada seorangpun yang sempurna di dalam dunia ini, akan tetapi usaha kita yang jatuh bangun di dalam mempertahankan kesucian dan kebenaran hidup kita itu akan diperhitungkan oleh Allah Bapa. Sehingga kita bisa membuat Tuhan Yesus yang telah mati buat kita itu puas dan bangga akan usaha kita, dan dengan tidak ragu lagi maka Juru Selamat kita itu akan menjadi Pembela kita dan akan mempertahankan kita mati-matian di hadapan Allah Bapa pada saat hari penghakiman nanti, sehingga pada akhrinya kita bisa masuk ke dalam Kerajaan Bapa Surgawi yang Maha Suci, Agung dan Mulia.

redaksi

� AGAPE — Easter 2007

AGAPE — Easter 2007 �

Anda punya usul, kritik, saran, atau apapun yang

berhubungan dengan Agape atau G

II Azusa?

Silahkan m

engirimnya ke agape_gii@

yahoo.com

atau mem

berikannya kepada redaksi.

Ccontent —————————————————————————

Don't forget t

hat we're o

nline!

visit us

@ lax.gii-

usa.org

/iec_web/

agape.h

tml

05 Renungan:Penyertaan Kristus Yang Bangkit (Rev. Kristianto Hosea)

07 Puisi:When Is It, Lord? (Daniel Loe)

34 Book Review: The Case For Faith (Janice Atmadja)

37 Cerpen:The Split-End (Daniel Loe)

46 Parenting:Pelayanan Anak Dalam Keluarga (e-BinaAnak)

53 Resep:Mango Ice Cream & Spicy Fried Fish (Linda Zheng)

55 Children's Corner

56 Humor

focus: PRAYER08 Make A Difference Through Prayer

Rev. Billy Lim

10 Doa Bapa KamiEv. Wilson Suwanto

14 The Power of Prayers: Testimonials

22 Liputan: Bersaat Teduh Di Persekutuan Doa

27 Prayer: Interview With Kids

31 Craft: Mini Prayer List

� AGAPE

Rrenungan ————————————————————————————

AGAPE — Easter 2007 �

Menjelang hari Paskah kita harus penuh dengan pengucapan syukur kepada Tuhan. Bahwa Ia telah datang ke dalam dunia dan mati di atas kayu salib untuk dosa-dosa kita. Dan di hari yang ketiga, Ia bangkit dari kematian. Setelah Kristus bangkit dari kematian, Dia menyatakan diri kepada murid-muridNya. Serta Dia berjanji kepada setiap pengikut-pengikutNya, dan berkata kepada mereka, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir za-man.” (Matius 28:20). Apakah yang paling penting di dalam seluruh hidup kita sebagai orang yang percaya? Janji apakah yang penting dari Kristus yang bangkit bagi seluruh hidup kita? Yaitu “PenyertaanNya.” Bagaimana penyertaanNya kepada kita?

1. Kristus yang bangkit senantiasa beserta kita. (Matius 28:30)

Hidup kita selama di dalam dunia ini yang sangat penting adalah Kristus yang bangkit selalu beserta dengan kita siang, malam, dan sampai selama-lamanya. Kita harus banyak berterima-kasih kepada Tuhan yang sedemikian baik adanya kepada kita. Se-lama-lamanya beserta dengan kita sehing-ga seluruh hidup kita pada siang ataupun pada malam hari ada di dalam tanganNya. Seluruh hidup kita ada di dalam tangan

Kristus yang hidup. Dan apa yang harus kita lakukan di dalam dunia ini?

2. Kita tidak usah takut dengan apa yang ada di dalam dunia ini.

Kristus yang bangkit selalu beserta den-gan kita siang dan malam. Maka apa yang harus kita takuti di dalam dunia ini?

a. Kita tidak usah takut dengan kesulitan dan penderitaan di dalam dunia ini.

Kristus yang bangkit telah mengalahkan kuasa-kuasa Dunia yang penuh dengan kegelapan ini. Dan Dia berkata kepada kita, “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, su-paya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penga-niayaan tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yohanes 16:33). Oleh sebab itu, kita tidak usah takut dengan kesulitan-kesulitan dan penderitaan-pend-eritaan yang ada di dalam dunia ini karena Kristus yang bangkit akan selalu beserta dengan kita siang dan malam.

b. Kita tidak usah takut dengan pencobaan dari si Jahat.

Kita harus mengucap banyak terima kasih kepada Tuhan karena Kristus yang

Penyertaan Kristus Yang Bangkit

(Matius 28:20)oleh Rev. Kristianto Hosea

� AGAPE — Easter 2007

bangkit telah mengalahkankuasa Iblis. “Anak-anakku,janganlah membiarkan seorangpun menye-satkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; barangsiapa yang tetap berbuat dosa berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya.” (1 Yo-hanes 3:7-8). Untuk inilah Anak Allah, Yesus Kristus menyatakan diriNya yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. Oleh sebab itu kita tidak usah takut dengan pencobaan-pencobaan apapun yang datang dari si Iblis. Karena Kristus yang telah bangkit selalu beserta dengan kita siang dan malam. Sehingga kita tidak akan jatuh di dalam tangan si Iblis. Karena di dalam Kristus yang bangkit kita mem-peroleh hidupNya yang dapat mengalahkan kuasa Iblis. “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka Ia akan lari dari padamu.” (Yak. 4:7).

c. Kita tak usah takut akan ancaman maut.

Kita semua orang tahu bahwa ancaman yang paling besar di dalam hidup manu-sia adalah “maut.” Puji syukur kepada Tuhan bahwa Kristus mati di atas kayu salib dan pada hari yang ketiga Ia bangkit dari kematian. Dia telah bangkit dan telah mengalahkan kuasa maut. Oleh sebab itu kita tidak usah takut lagi dengan anca-man maut dan kita berada di dalam kuasa Kristus yang bangkit sehingga hidup kita pun telah mengalahkan kuasa maut. “ ‘Hai maut, dimanakan kemenanganmu? Hai maut, dimanakah sengatmu?’ Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang

telah memberikan kepada kita kemenan-gan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Kor. 15:55-57).

3. Kita akan memenangkan jiwa di dalam dunia ini.

Kristus yang bangkit memberi kita kekua-tan dari yang di atas untuk membawa dan memenangkan jiwa-jiwa dari tangan si Iblis dan mengembalikannya ke tangan Tuhan, Juru Selamat kita. Maka kita diutus oleh Tuhan ke dalam dunia ini untuk yang ber-dosa sehingga mereka melalui injil Kristus dapat memperoleh keselamatan dan dapat bersama dengan kita mewarisi kerajaan Surga. Oleh karena itu, Tuhan yang telah bangkit memberikan kita kekuatan untuk menjalankan amanat agungNya, dan kita mentaati panggilan dan perintahNya. “Ye-sus mendekati mereka dan berkata: ‘Kepa-da-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir Za-man. ” (Matius 28:18-20).

Pada akhir kata, Kristus yang bangkit selalu beserta dengan kita siang dan malam. Sehingga hidup kita di dalam dunia ini ada kemenangan dan boleh menjadi berkat bagi dunia ini. Dan banyak jiwa dapat diselamatkan serta memperoleh hidup yang kekal sehingga nama Tuhan dipermuliakan selama-lamanya.

“... Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir Zaman.”Mat 28:20

When Is It, Lord?

By: Daniel Loe

Lord, it has been a long time already,ThatI think I am dying.

Everything I have is dying,My soul,My heart,But My body.

My mind is freezing,My spirit is decaying,My moral is corrupting, Is it because I am dying?

Though physically I am still movingBut I am far away from Your PresenceThough I am still breathingBut Thy Word felt numb to my being,What is it Lord that is happening to me, if I am not dying?

I heard You have risenYou promise you will make the dead risen,When is it, Lord?When is my turn?Before I am completely dead, Lord.

Have You spoken to me, yet?Why I am not responding?Or hearing Your Voice?Is that because I am dying?Or what else, Lord?

It has been too long alreadySince I think That I am dying.

Lord,Now I’ve found myself in the darkness,In the coldness,Where no one seems to be aliveOr breathe the living thing

I heard You have risenYou promise you will make the dead risen,When is it, Lord?When is my turn?Before I am completely dead, Lord.

When is it, Lord?When is it?When?Is it?Lord?

AGAPE — Easter 2007 �

Prayer

DIFFERENCEmake a

Ffocus ——————————————————————————————

by Rev. Billy Lim

is a tool that God uses to accomplish His will on earth. It has meaning not because our own efforts make it work but because God gives it meaning. God does not need our prayer to accomplish His will and yet He chooses to work through our prayers to accomplish His will which begs the question: Why? Why would God who has ultimate power over His creation choose to work through our prayers?

through prayerDIFFERENCE

Does prayer really make a difference? Does it matter whether we pray or not if God is omniscient and in control of all events in the world? Scrip-ture consistently teaches us that prayer works – “The effec-tive prayer of a righteous man can accomplish much” (James 5:16B). Prayer certainly does change things; it changes us.

If we don’t believe prayers will make a difference, we won’t pray. It is true that in the past we have prayed and not gotten the answer we had asked for. Just because God does not answer a prayer the way we desire does not mean prayer will not make a difference. For average people like us,

PRAYER CAN MAKE A DIFFERENCE (SEE ColoSSIANS 1:3-14, 4:2-3, 12)

It is not that prayer fixes everything or grants us whatever we ask for, but prayer makes a difference because God responds. The leaders of the Clapham Sect of the British social Reformers such as William Wilberforce, gave daily to three hours of prayer and organized Christians throughout the country to unite in special prayer before critical debates in Parliament. William Temple replied to his critics who regarded answered prayer as no more than coincidence. “When I pray, coincidences happen; when I don’t, they don’t,”-David Watson (Called and Committed, p.83).

� AGAPE — Easter 2007

1. Start with thanksgiving.

Thanksgiving and a recognition of dependence go together for in Philippians 4:6 says, “Do not be anxious about anything but in everything, by prayer and petition, with thanksgiving, present your request to God”.

2. Believe in the power of God and in the goodness of God.

In Romans 8:32 says, “He who did not spare His own Son, but give Him up for us all – how will He also, along with Him, graciously give us all things?”

3. Confess any unconfessed sin,

for in Psalm 66:16-20 says, “Come and listen, all you who fear God, let me tell you what He has done for me, I cried out to Him with my mouth; His praise was on my lips. If I had cherished sin in my heart, the Lord would not have listened, but God has surely listened, and heard my voice in prayer. Praise be to God who has not rejected my prayer or withheld His love from me."

4. Labor in prayer.

Epaphras labored, struggled, wrestled in prayer for the Colossians (Col. 4:12). It requires self-discipline. On the surface, prayer seems so easy, but in reality it is diffi-cult. The spiritual forces of wickedness will seek to prevent you from praying. . Precisely because it is so awesome in power.

5. Pray specifically,

Make a list and pray for specific people and needs. Take the time to record the answers to prayer.

1. Prayer can make a difference among us through our growth.

In Col. 1:3-14, 4-12, Paul prays for believers especially for the under-standing of God’s will, and for them to walk in a worthy manner: bearing fruit, growing spiritually, and being strengthened by the power of God. Prayer affects us and our growth in different areas.

Personally: Our personal and family life should grow as a result of spiritual growth of the people involved. Prayer changes us and keeps us dependent on God, focused on His priorities and seeking His will.

Corporately: in our church where there is spiritual growth, we need to pray before we act and while we act as a church to carry out the work God has given us to do. Jesus and Paul took the time to PRAY. If anybody shouldn’t have to pray it would be them. However, both knew the value of spending time with the Father, deepening their relationship with Him and depending on Him for everything.

2. Prayer can make a difference among the rest of the world through the spread of the good news of Christ.

In Col. 1:6, ‘all over the world’ the Gospel of Christ was making a differ-ence. In Col. 4:3-4, Paul requested prayer for the ability to communicate the Gospel effectively. The Gospel was designed to make a difference, to change people’s lives through their experience of the gift of salvation through Jesus Christ.

How to PRAY IN oRDER to MAKE A DIFFERENCE

►concluded on page 13

AGAPE — Easter 2007 �

Ffocus

oleh Ev. Wilson Suwanto

Vase photo from Mission Ceramic (Korea)www.missionceramic.co.kr/spec_us/us-s02.jpg

Doa Bapa Kami(Matius 6:9-15; Lukas 11:2-4)

Doa Bapa Kami adalah doa yang diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya. Doa ini diajarkan atas permintaan para murid itu sendiri karena mereka tidak tahu bagaimana harus berdoa. Doa ini bukan sekedar salah satu doa diantara banyak doa; doa ini merupakan

model atau contoh bagi semua doa kita. Yesus berkata: “Karena itu berdoalah demikian” ( ) (Mat. 6:9).

Jadi Yesus tidak mengajarkan kita untuk mengu-capkan doa ini seperti sebuah mantera yang

diulang-ulang (seperti dilakukan beberapa orang, baca Mat. 6:7). Sebaliknya, Yesus ingin

agar kita menggunakan doa ini sebagai model bagi semua doa pribadi kita.

Doa Bapa Kami adalah doa seorang murid Kristus. Hanya mereka yang menjadi murid Kristus yang berhak berdoa demikian. Hanya seorang murid Kristus yang akan mendapat manfaat dari doa demikian. Yesus sendiri berkata: “Karena itu, kamu( ) berdoalah demikian …” (Mat. 6:9). Yesus menekankan kata “kamu,” yaitu: para murid (termasuk kita). Maka doa ini bukanlah sekedar doa anak kecil

atau doa keluarga, tetapi doa seorang murid. Seorang murid

Kristus siap memikul salib dan menyangkal diri setiap hari.

10 AGAPE — Easter 2007

Dalam doa ini, kita menemukan urutan-urutan yang sangat teratur. Pertama, Tuhan harus ditempatkan dalam tempat utama ketika kita berdoa. Kemu-dian, barulah kita boleh meminta untuk kebutuhan kita. Pola “Tuhan pertama, baru kemudian kebutuhan kita” ini harus menjadi pola bagi semua doa-doa pribadi kita, termasuk doa di gereja. Dengan mengikuti pola ini, kita belajar menem-patkan Tuhan, kerajaanNya, dan kemu-liaanNya di tempat utama (baca Mat. 6:33).

Sebelum kita membahas satu persatu isi doa ini, baiklah kita simpulkan apa yang telah kita bahas di atas:1. Doa Bapa Kami adalah doa seorang

murid Kristus.2. Doa Bapa Kami menempatkan Tuhan

pada tempat pertama, lalu baru kebu-tuhan kita.

3. Doa Bapa Kami adalah sebuah model bagi semua doa kita.

PERMOHONAN UNTUKKEMULIAAN NAMA TUHAN

“Bapa kami yang ada di sorga” 1. Sebagai Bapa, hubungan Tuhan

dengan kita sangat dekat. Kita boleh mendekati Tuhan seperti layaknya kita mendekati orang-tua kita. Sebaliknya, Tuhan melihat dan memperlakukan kita sebagai anak-anakNya. Ia akan memenuhi segala kebutuhan kita.

2. Sebagai Yang di Sorga, Tuhan itu kudus dan maha-kuasa. Sekalipunkita mendekati Dia sebagai Bapa, kita harus ingat bahwa Dia adalah Bapa yang berbeda dari manusia. Dia ada di surga, dan kita di bumi. Dia kudus adanya.

Namun karena Dia ada di surga, Ia maha-kuasa, dan pasti sanggup menjalankan tugasNya sebagai Bapa kita. Ia sanggup memelihara, melindungi, dan menjaga kita sepanjang hidup.

Betapa bahagianya kita boleh menyebut “Bapa kami yang di surga.”

“Dikuduskanlah namaMu” 1. Nama Tuhan mencerminkan seluruh

sifatNya. Artinya, kalau seseorang meng-hina nama Tuhan, ia menghina Tuhan sendiri. Bagaimana mungkin seseorang berani menghina Tuhan yang mengasihi dan menyelamatkannya? Ini merupakan peringatan bagi kita bahwa nama Tuhan itu kudus.

2. Nama Tuhan dikuduskan melalui kesaksian hidup anak-anakNya. Mengu-duskan nama Tuhan berarti hidup dalam kekudusan. Ketika kita hidup dalam kekudusan, orang-orang melihat kita dan memuliakan namaNya. Dengan jalan demikian, kita menguduskan namaNya. Dengan kata lain, menguduskan nama Tuhan adalah dengan menjadi saksi Tuhan dalam hidup sehari-hari (bukan hanya dalam perkataan).

“Datanglah KerajaanMu” 1. Tuhan Yesus akan datang kedua

kali untuk mendirikan kerajaanNya. Mengucapkan doa ini berarti meminta agar Yesus segera datang kembali. Hanya Yesus yang bisa mendirikan Kerajaan Allah di bumi ini. Ketika Yesus datang kembali, semua lutut akan bertelut menyembah Dia, orang percaya maupun orang tidak percaya. Kita mohon pada Tuhan agar ini segera terjadi. Maranatha.

AGAPE — Easter 2007 11

2. Kerajaan Allah mulai dengan Allah menjadi raja di dalam hati anak-anakNya. Tuhan bukan sekedar Raja atas alam semesta, Ia juga Raja atas setiap orang percaya. Ketika kita berdoa “Datanglah KerajaanMu,” kita sedang menyerahkan hidup kita kepadaNya. Kita merelakan diri untuk diperintah oleh Tuhan, dan mengizinkan Dia menjadi Raja dalam hati dan hidup kita. Permohonan ini mengajar kita untuk senantiasa melihat diri sebagai hamba Raja di atas segala raja.

“Jadilah kehendakMu di bumiseperti di sorga”

1. Kehendak Tuhan adalah yang terbaik. Ketika kita berdoa, kita ingin agar kehendak Tuhan yang terjadi, bukan kehendak kita. Sekalipun kita tidak mengerti kehendak Tuhan, kita percaya bahwa itu adalah yang terbaik karena datangnya dari surga, dimana Tuhan ada. Berdoa demikian mengajar kita percaya dan berserah kepadaNya.

2. Segala berkat dari surga turun ke bumi. Ketika kita menyesuaikan hidup kita di bumi dengan kehendak Tuhan di surga, maka kita akan mendapatkan segala berkat rohani dari surga. Sukacita dan damai dari surga akan mengisi hati kita sehingga kita sanggup melewati hari-hari hidup kita dengan kemenangan.

PERMOHONAN UNTUKKEBUTUHAN KITA

“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”

1. Tuhan memperhatikan kebu-tuhan jasmani kita. Seringkali orang menganggap bahwa Kekristenan hanya

berurusan dengan jiwa atau roh saja, padahal Kekristenan sangat menekankan juga sisi jasmani manusia. Sebagai contoh, kita boleh meminta kepada Tuhan untuk kebutuhan jasmani kita. Ini berarti, Ia menaruh perhatian juga pada kebutuhan jasmani kita.

2. Tuhan ingin mengajar kita bergan-tung kepadaNya sehari demi sehari. Kata yang digunakan oleh Yesus adalah

, sebuah kata yang sulit diter-jemahkan. Namun, arti kata itu kira-kira adalah “setiap hari” (hari lepas hari) atau “cukup untuk hidup hari ini.” Dengan demikian, doa ini mengajar kita agar bergantung pada Tuhan hari lepas hari, meminta apa yang cukup untuk hari ini. Bukan berarti kita tidak boleh meminta untuk besok, tetapi kita harus belajar bergantung pada Tuhan setiap hari. Kita tidak boleh bersandar pada kemampuan kita mencari nafkah untuk kelanjutan hidup kita.

“dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”

1. Dosa adalah hutang kepada Tuhan. Setiap orang yang berdosa kepada Tuhan, berhutang kepada Dia. Sebagai orang berdosa, kita tidak akan bisa membayar hutang kita. Hanya darah Yesus yang mengalir di salib yang bisa menghapus dosa kita. Maka kita ini adalah orang-orang yang berhutang kepada Tuhan; berhutang “syukur” kepadaNya. Cara kita menyatakan syukur atas kebaikanNya adalah dengan mengampuni sesama kita yang bersalah pada kita.

2. Mengampuni sesama memelihara hubungan kita dengan Tuhan. Dalam Mat. 6:14-15 dan Mat. 18:23-35, Yesus

12 AGAPE — Easter 2007

memperingatkan bahwa mereka yang menolak mengampuni orang lain, tidak akan merasakan damainya pengam-punan dari Tuhan. Bagaimana mereka bisa menikmati pengampunan Tuhan jika hati mereka dipenuhi dendam dan keben-cian? Lama kelamaan, hubungan orang ini dengan Tuhan akan menjadi hambar karena hatinya tidak terbuka pada kasih Tuhan dan kasih akan sesama.

“dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.”

1. Ujian berasal dari Tuhan dan penco-baan berasal dari Iblis. Tuhan menguji kita melalui kesulitan agar iman kita bertumbuh dan karakter kita terbentuk. Iblis mencobai kita agar iman kita gugur dan kita menjauh dari Tuhan. Ketika kita berdoa “Jangan membawa kami dalam pencobaan,” kita meminta agar kesulitan yang kita alami dipakai oleh Tuhan untuk menguji dan menumbuhkan iman kita. Kita meminta agar maksud dan tujuan Iblis tidak berhasil sehingga iman kita tidak gugur sekalipun dalam kesulitan dan pergumulan.

2. Kita adalah milik Tuhan dan Iblis tidak mempunyai hak atas hidup kita. Karena kita sudah ditebus oleh darah Yesus, kita adalah milik Tuhan. Sekalipun demikian, Iblis terus menerus menggoda kita agar kita meninggalkan Kristus. Iblis akan menggunakan segala cara untuk mencapai maksudnya ini, tetapi Tuhan tidak akan membiarkan hal itu terjadi. “Lepaskan kami dari yang jahat” merupakan pengakuan iman kita bahwa kita adalah milik Tuhan, dan memohon agar Tuhan meneguhkan fakta ini dalam hati kita.

KESIMPULAN

“Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin”

Penutup Doa Bapa Kami ini mengajar kita untuk menegaskan bahwa Tuhan adalah Tuhan, dan kita adalah manusia. Dia adalah pemilik segalanya dan Dia kekal adanya, tidak berubah sampai sela-manya. Karena dua hal inilah, doa kita mendapat kepastian sebab kita meman-jatkan doa kepada Allah yang Maha-Kuasa dan Kekal, Allah yang tidak ada perubahan. Dengan demikian, iman kita bersandar pada sesuatu yang pasti dan tidak goyah.

Biarlah dalam segala doa kita, kita selalu mengutamakan Tuhan dan keraja-anNya, maka segala kebutuhan kita akan disediakan olehNya. Dan ingatlah, segala yang kita terima dari Dia, harus ditu-jukan kembali untuk kemuliaan namaNya seperti kata-kata doa ini: “Dikuduskanlah namaMu.”

►from page 9

CONCLUSIONThe theme of our church in year

2007 is “Be Fervent in PRAYER”. Let us then, personally and corporately as a church, exercise this ministry of prayer so that we can see God making a difference in the lives of our people in our church as well as in our family. To God be the glory.

AGAPE — Easter 2007 13

14 AGAPE — Easter 2007

After reading through the articles about what is prayer and how we should pray, please enjoy these wonder-ful testimonials about the power of prayer. Please keep in mind that the point of prayer is not how we ask (or more frequently: force, rather than beg) God to answer our prayer and grant us what we want. Absolutely no! That means placing God beneath us—we as ‘Masters’ and God as our ‘Servant’—which clearly is not the correct way that God wants us to commune and communicate with Him. Rather, prayer is surrendering to God’s will and let Him works His way. Prayer is letting go our own will and worries and ego and I-don’t-want-to-learn-just-stop-it behavior. Prayer is ac-knowledging that God is God and we are His children—that God takes control and He has purpose in everything we face.

Oftentimes, we heard and read people shared how they claimed God’s promise that He will answer prayers. Well, regardless of their concepts of prayer and God’s prom-ise, we should not fall into the reasoning trap that tries to flip the God-and-I relationship

upside down. Maybe they just could not express their praying experiences cor-rectly, or maybe that’s their habit (eg. some thinks using more ‘Christian jargons’ means spiritually and/or theologically better), or maybe they’re just plain wrong. Should we care? Yes, of course we should if the situation requires us to. Yet sometimes we can just learn what’s good from everything. And in this Age of Unbelieve and Suspicion, we should relearn the art of learning: of filtering informa-tion and of plucking those pearls of wisdom scattered everywhere yet hard to see.

Well, don’t let this blab-ber discourage you from reading on. Read, learn, and be strengthened in faith. May God bless you.

Th

e P

ow

er

of

Pr

ay

er

: T

est

im

on

ia

ls

For

ew

ord b

y T

jandra

Afa

ndi

Edit

ed b

y D

ebb

ie W

ang

AGAPE — Easter 2007 15

“Mommy, I Saw Jesus”b

y: A

my

Bu

ettn

erso

urc

e: w

ww

.uka

po

log

etic

s.n

et/k

enn

edy

.htm

l

After our 4-year-old son nearly drowned, the doctors told us he would never be the same.

They were right.It began as a typical late spring eve-ning in our little city of Tuscaloosa, Alabama. But June 15, 2000, was destined to become a night my family will never forget. My oldest son Jacob’s junior league baseball team had just lost a playoff game that, on paper, they were supposed to win. My husband, Craig, who was helping coach the team with a friend, had promised the boys that if they won, they would have a big pool party. But seeing the sulking faces of a bunch of 10-year-olds, Craig and his friend decided to let the boys have the party anyway.

So, at the home of one of the young players, the team and their families enjoyed the warm evening air. Everyone was having a great time in and around the pool. After swimming, we all gathered together to eat on the patio. The nine-foot-deep pool lay 20 yards away from the patio.

After getting our five children settled, my husband and I sat down to eat. Kennedy, our 4-year-old son, sat a few feet away on his towel, eating a hot dog with the “big boys.”

Halfway through my meal, I real-ized Kennedy was no longer on his towel. At this point, many of the younger children had finished eating and were up playing on bikes and riding toys. I thought Kennedy was probably riding one of the toys, but I had an overwhelming sense that I needed to find my son.

I immediately went to the pool and did not see him. I scanned the area in and around the pool, looking for his little red swimsuit. I never thought to look on the bottom of the pool’s deep end. I headed to the front of the house thinking the street would be the next worst place he could be.

I returned to the patio and told Craig that I could not find Kennedy. He also got up and went to the pool area. We searched and called for more than five minutes. As we were both returning from search-ing around the yard, we heard the

16 AGAPE — Easter 2007

screams. Above them all was our 10-year-old son Jacob yelling, “Daddy, Dad-dy, Kennedy was on the bottom of the pool!” I heard someone yell, “Call 911.” I ran toward the pool, and what I saw makes my heart ache even now. There on the concrete lay my precious Kennedy. He was limp, bloated to twice his size, and his coloring was a sick grayish blue. Craig, a family physician, was already crouched over our son, performing CPR. Kneeling behind him, were two men praying and quoting Scripture.

This could not be happening, I said to myself, not to my child. I fell to my knees, grabbing Kennedy’s legs, which felt like rubber, and prayed for the Lord to please save my son. I found out later that Kennedy did not have a heartbeat for the first five minutes of CPR.

After 12 minutes of CPR, the ambulance arrived. Kennedy was breathing and he had a heart rate of 120. Craig rode to the hospital in the ambulance with Kennedy. Our 5-week-old baby son and I were driven by our dear friend, who was also one of the men on their knees pray-ing for Kennedy. This friend prayed and quoted Scripture the entire trip.

After arriving at the local hospital, Ken-nedy was incubated. His lungs were swelling and he was having seizures and posturing, which is a sign of brain dam-age.Several of Craig’s medical colleagues were

there at the hospital, taking care of Ken-nedy. They worked feverishly, but they were not optimistic about his chances. He had been without oxygen for too long. The pediatrician who had trained Craig several years ago actually pulled me aside and explained how bleak the situ-ation was, that Kennedy would likely have severe brain damage—if, in fact, he survived.

The ER doctors worked diligently, but they knew Kennedy needed to get to the children’s hospital in Birmingham for the best care. It was a 20-minute trip for Kennedy on the Lifesaver helicopter. It would take Craig and I an hour by car. As we left, we knew things were not looking good for our little boy.

When we arrived at Children’s Hospital, we were amazed at everyone who drove to Birmingham to support and pray for us. The prayers began to ripple through our community. After the doctors worked on Kennedy, the ICU physician came out to tell us that Kennedy was in critical condition but there was a chance for survival. He told us Kennedy might not recognize us and that he might thrash around uncontrollably. He also told us that there was a five-day wait-ing period during which Kennedy’s brain could begin swelling.

After the doctor left, I again prayed for

AGAPE — Easter 2007 17

my precious little boy. I prayed for com-plete healing, but I would take Kennedy anyway God would give him back to me.

We were able to see Kennedy a few hours later. My little man had tubes everywhere, one down his throat into his lungs, one arterial line into his heart, numerous IVs, and a catheter in his bladder. He was a pitiful sight, but he was alive.

Later that evening, we were unable to recall the name of the ICU doctor who attended to Kennedy. He had been such a wonderful caregiver. Craig asked a nurse what his name was. She said, “Oh, that is Dr. Buckmaster.” Craig and I looked at each other and smiled.

My loving brother, Mark Kennedy, who had died of brain cancer six months earlier, was nicknamed, “The Buckmaster” because of his love for deer hunting. It was a small comfort God gave us to let us know that he was in control. The next morning, we found out that Dr. Buck-master’s first name was Mark.

The next few days consisted of waiting and praying. Kennedy’s lungs were very sick. Yet, two days after being found and pulled off the bottom of a swimming pool by a team of 9- and 10-year-old boys (a miracle in itself), our little son began to show signs that he was still with us.

The first signs were fighting with the tube down his throat, squeezing our hands on command, and the most exciting moment was the first time he gave us a little thumbs up. Throughout this time of waiting, God sent us caring family, friends, and hospital staff. But most com-forting was his Word. Each day, the Lord spoke to us through Scripture.

On Sunday, June 18, God told me to read Psalm 18: “He reached down from on high and took hold of me; he drew me out of deep waters. He rescued me from my powerful enemy, from my foes, who were too strong for me. They confronted me in the day of my disaster, but the Lord was my support. He brought me out into a spacious place; he rescued me because he delighted in me” (vv. 16-19, NIV). I knew my little boy was going to be completely healed.

Exactly one week after the accident, Kennedy was released from Children’s Hospital. A child, who was supposed to die, or at least have severe brain damage, left the hospital on his granddad’s shoul-ders. Minutes after arriving back home in Tuscaloosa; he asked his dad, “Daddy, will you play baseball with me?” I am sure you can guess what his daddy’s answer was.

The story of Kennedy’s accident and healing is a miracle by itself. But there is so much more.

18 AGAPE — Easter 2007

I desperately wanted to know how Ken-nedy got on the bottom of that pool. There were almost 40 people at the party, and no one saw him get in the pool. Why hadn’t I watched him more closely? The guilt began to gnaw away at my con-science.

After Kennedy was able to talk, I said, “You were asleep for a long time, I have been missing you. What did you do?” He answered, “An angel picked me up and we flew. We flew through walls, clouds, and I flew through you, Mommy. “I asked him what the angel looked like, and he told me the angel had long white clothes. Kennedy told me they flew to heaven and that there was a door with jewels all around it and “when they opened that door, it was snowing in there. “I was careful not to put words in Kennedy’s mouth; I wanted this to be his memory. The only time I asked him a detailed question was when I asked him if he had seen his Uncle Mark in heaven. Kennedy told me that he did see Mark in heaven and that he looked “just like Jesus, and all his boo-boos were gone.” He told me Mark was happy and that he wanted to stay in heaven.

Kennedy told me that Jesus held him and that there were a lot of angels. Ken-nedy also described seeing a volcano. He told me, “There were people in the volcano, there was a dragon in there with them and they were sad, there was fire all around the volcano.” As Kennedy

was describing all this to me, I asked him continually if he was ever afraid. He said, “No, I was with Jesus and Uncle Mark, and I was standing on glass; I was invis-ible.” I asked Kennedy how he got back, and he told me Uncle Mark gave him a push and an angel flew him back. I asked him if he would like to go back to heaven again someday, and he said, “Yes, but Jesus is coming here.”

Kennedy was a little boy who two weeks before his accident would have gotten upset if you discussed death and going to heaven with him. He was just 4, and he wasn’t prepared for that. He didn’t want to leave Mommy. Now, suddenly, he’s a boy who tells us about Jesus and heaven with excitement and joy. Our son saw Jesus.

Many people have asked us how this experience has changed our lives. For one thing, it has turned us into fanatics when it comes to children and swimming safety. But more important, it has given our family a boldness to shout from the mountaintops what the Lord did for our little boy and what awaits us when we leave this world.

I know that Kennedy’s experience will sound unbelievable to most people. And I understand. In fact, it would mean nothing to us if we did not have God’s Word. Kennedy’s story is a whisper, and God’s Word is the trumpet.

AGAPE — Easter 2007 19

PO

WE

R P

RA

YE

R T

ES

TIM

ON

YB

y: J

. Ma

rk C

op

ela

nd

So

urc

e: w

ww

.pre

cio

us

-te

sti

mo

nie

s.c

om

/A

ns

we

rsP

ray

er/

Po

we

rPra

ye

rTe

sti

mo

ny

.htm

POWER PRAYER IS PRAYING be-yond ourselves. It is pressing beyond our limited human reasoning and our vulnerable emotional states to make a faith connection with God. It results in our perspective being altered to see things clearly and God’s power being released to change things radically.

I vividly remember a per-sonal experience of powerful prayer that occurred when I was in the fifth grade. I woke up one morning with abdominal cramps. I had experienced them before on several occasions and feared that it might be appendicitis. But, the cramps and pains always went away within a few minutes. So, I comforted myself on this occasion with the thought that these symp-toms would let up this time as well. Only, they didn’t.

Pushing the fear to the back of my mind, I went to school only to find myself getting progressively worse. By the end of first period class, I took my few books in hand and made my way to my next class. By the time I made two bends in the hallway and en-tered the classroom, I was so

weakened that my mind was racing with fear. Instinctively, I dropped my books off and made my way to the bath-room where I stood against the wall with both hands over my stomach. I was beginning to double over from the pain, and chills set in. Reflecting on my brother’s bout with ap-pendicitis and surgery a year earlier, my eleven-year-old mind became frantic with fear.

I made my way back to class to get my books and ask permission to go to the clinic. Second period was recess, and there were only a couple of students left in class. I went to pick up my books and found that I was so weak, that I couldn’t lift them. So, I asked a fellow student if he could help me get to the clinic, and he obliged.

I scuttled my way to the clinic, as I could not lift my feet. The nurse was out, the beds were empty, and my companion dropped off my books and left so as not to miss recess. Making my way over to one of the beds, I spent a good two minutes trying to get in a laying down position on the bed. If I laid

20 AGAPE — Easter 2007

my head on the pillow, my knees were up in the air. If I flattened my legs, my head was up in the air. The pains, chilling, andcramping just wouldn’t let up, and my mind was racing.

I began to pray frantically, “God, you’ve got to help me! Please, God! Do something! You’ve got to do something! Please, help me!” Meantime, my imagination was picturing the revolving lights of an ambulance coming to get me and fearing it would not make it in time; if the nurse didn’t show up soon.

Suddenly, I heard the Lord speak to me in my thoughts. I don’t remember His exact words, but it went something like this: “If you believe I’m here to help you, why are you so troubled?” Instantly, all fear left though the symptoms remained the same. I said out loud, “That’s right, Lord. If I believed you were hearing my prayer, I wouldn’t be acting like this. Okay, God. You said, “What things so ever ye desire, when ye pray, believe that ye receive them, and ye shall have them.” (See Mark 11:24) Now I desire that You touch my stom-ach and heal me. I’m asking You to heal me. I believe I re-ceive it, and I know I have it!

At the instant that I finished say-ing these words, I suddenly saw in my minds eye a cloudy sky and noticed that the clouds dissipated at once to reveal a perfectly clear sky. I had the sensation that my vision had been clouded over but that I could now see all the way through to a clear sky. At that moment, two things hap-pened back to back quicker than it takes to tell about it. First, I felt as though God gave me an injec-tion of faith. All doubt vanished, and I positively knew that I was healed. Second, upon receiv-ing that assurance of faith, my body flattened out on the bed as though someone had lifted a barbell from across my waist. All symptoms vanished. I stood to my feet pressing against my stomach to see if I could find the slightest sign of pain. There was none.

I’ve chosen to relate this par-ticular experience because it demonstrates praying beyond ourselves and pressing into the dimension of God’s reign where faith is imparted and supernatu-ral power is released. I did not know it when I was 11 years old and laying in that clinic, but the vision God gave me at the mo-ment He came to heal me con-nects graphically with a biblical teaching underscoring the need to exercise faith when we pray.

PO

WE

R P

RA

YE

R T

ES

TIM

ON

Y

AGAPE — Easter 2007 21

Hi, my name is Tammy Sutton. I am 29 years old. Last year, I had a com-pletely life-changing experience. I was suicidal and depressed. Even though I never tried suicide, I considered it. I never realized how precious life was until April 25, 1999; I was rushed to the hospital with the thought of having a migraine headache. It was bad and I had severe vomiting and I was in so much pain, I felt like dying.

After going to the ER, they did a C.A.T. scan and it revealed a bleeding in my brain. At that time, I just realized how fast our lives can change. I was scared and they said I could die. I was trans-ferred to Cleveland Clinic and while I was there, I had an MRI and it revealed an aneurysm in my brain-that is what was bleeding, and my life changed in an instant. I asked for the Elders from my church to come and give me a heal-ing blessing prayer. While they were praying, I felt our Heavenly Father touching my soul and my head felt warm, and I knew I was going to make it; but what I didn’t know was that I was completely healed. I went in for the doctors to coil off the aneurysm, and they could not find it. Then, I had

dye shot through the brain and there was no bleeding nor there was an an-eurysm. It was gone.

The doctors were amazed and they told me to stay religious, because they had never witnessed such a heal-ing before. I’ve been okay now and I have changed my life. I attend church actively now, I am a teacher and I love it. I teach the gospel to 3-year-olds and I also visit the members of the church who are sick or elderly. My Heavenly Father granted me a second chance, and I am so thankful. I can’t thank God enough for the second chance; but I know now, that our lives belong to GOD, not us, and we should never wish our lives to be cut short, because we may get it, but without a second chance. Know that we can talk to our Heavenly Father at anytime, He is there and He loves us no matter what we do. He loves us and forgives us, He will also take care of us, if we pray with a sincere heart and try to do the best we can with our lives.

I feel I must share this with you all, it is true, and I leave this testimony with you all in name of JESUS CHRIST, Amen.

Source: http://godswork.org/testimony20.htmTammy’s Testimonial

Bersaat Teduh di Persekutuan Doa

Lliputan ————————————————————————————

______________________

Seperti layaknya saudara-saudari ketahui, doa adalah berbicara kepada Tuhan. Tapi kapankah Tuhan mempunyai kesempatan untuk berbicara kepada kita? Jawabannya adalah saat kita bersaat teduh. Waktu kita bersaat teduh, kita berdiam diri dan mengambil waktu tenang sejenak bukan hanya untuk berbicara tapi berkomunikasi kepada Tuhan dalam wujud doa dan renungan Firman Tuhan. Cobalah kita pikirkan sejenak berapa kali kita mengambil waktu untuk benar-benar bersaat teduh di dalam hari-hari kita. Kalau hal itu susah untuk dilakukan setiap hari, bagaimana kalau di dalam satu minggu? Kami mengerti rutinitas ini adalah sebuah tantangan hidup orang Kristen. Maka dari itu, team Agape mengkhususkan kesempatan ini untuk menanyakan kehidupan berdoa dan kesaksian dari beberapa saudara-saudari kita.

By: Merissa Halim

Renungan Singkat Tentang Berdoa – Pdt. Hosea

Q: Bagaimana sikap doa yang sepatutnya?PH: Doa musti dengan hati yang rendah dan sembah sujud kepada Tuhan yang mulia.

Q: Apa artinya persekutuan doa bersama? Kenapa berdoa sendiri-sendiri tidak cukup?PH: Seperti satu arang. Kalau arang itu dipisah dari arang-arang yang lain, bisa besar tidak apinya? Seperti yang pengkotbah katakan satu tali dibandingkan dengan dua atau tiga tali dijadikan satu; dua atau tiga tali dijadikan satu lebih kuat dari pada satu tali. Jadi, kalau kita berdoa bersama maka kita akan menjadi lebih kuat karena jemaat bisa saling menguatkan seperti arang dan tali.

Q: Dimanakah prioritas berdoa dibandingkan dengan hal rohani yang lain seperti membaca Alkitab atau renungan?PH: Antara doa dan Firman Tuhan, dua-duanya sama penting. Firman Tuhan dan doa seperti mata uang dolar. Di satu sisi bernilai satu dolar, kalau dibalik uangnya, bernilai

22 AGAPE — Easter 2007

satu dolar juga jadi Firman Tuhan dan doa itu sama. Firman Tuhan yang tidak ada doa bukanlah Firman Tuhan. Doa yang tidak ada Firman Tuhan, bukanlah doa. Doa dan Firman Tuhan harus dijaga keseimbanganya.

Q: Komentar tambahan?PH: Kalau kita lebih dekat kepada Tuhan maka kuasa Tuhan akan ditambahkan kepada kita seperti yang dikatakan Yesus kepada murid-muridNya supaya mereka berdoa puasa untuk mengusir setan. Doa puasa artinya doa lebih tekun dan dengan waktu yang lebih panjang. Berdoa sama seperti terang kalau kita berjalan lebih dekat kepada terang, hidup kita akan semakin terang.

Kesaksian Dari Saudari Bina Kusnohadi

Q: Berapa lamakah total waktu yang anda pakai untuk berdoa dalam satu hari?BK: Kurang lebih 20 menit.

Q: Berdoa untuk siapa dan apa saja?BK: Saya punya prayer system sendiri jadi doa saya dari hari ke hari sudah ditentukan oleh topik yang akan saya bahas. Prayer system saya seperti ini: hari Senin, saya doa untuk ministry; hari Selasa untuk pergumulan-pergumulan pribadi saya; hari Rabu untuk teman-teman saya yang wanita; hari Kamis untuk hari esok, my future plan; hari Jumat untuk keselamatan keluarga saya seperti auntie, uncle, dan grandma saya; hari Sabtu untuk diri saya sendiri; hari Minggu untuk keselamatan orang-orang di sekitar saya. Saya mencoba untuk mengikuti system doa seperti ini tapi tidak selalu susunan doanya seperti ini. Kalau sama anak-anak, kita berdoa untuk sekolah mereka. Kebanyakan saya berdoa untuk keselamatan papa dan mama saya. Kadang saya merasa overwhelm karena musti doain segitu banyak orang jadi saya bagi rata doanya. Setiap hari Rabu, saya ada prayer partner, teman saya karena kita sama-sama punya ibu dan anak, dan kita selalu berdoa bersama untuk each other, untuk keluarga saya, dan untuk keluarga dia. Untuk lebih specific lagi, kita berdoa untuk kesehatan anak, sekolah mereka, dan lain-lain. Secara ideal, kita ketemuan untuk berdoa bersama tapi karena waktu dan jarak, kita biasanya berdoa lewat telpon.

Q: Di manakah prioritas doa di hari-hari anda dibandingkan dengan hal-hal rohani yang lain seperti membaca Alkitab atau renungan?BK: Berdoa itu penting dan membaca Alkitab juga penting. Pemazmur katakan untuk merenungkan Firman Tuhan siang dan malam jadi doa dan Firman Tuhan sama-sama diseimbangin. I’m not perfect. Dan, saya bukan a morning person jadi susah bagi saya untuk melakukan renungan pagi karena saya harus mengantarkan anak-anak ke sekolah. Jadi, saya melakukan renungan pagi di parkiran sekolah anak saya. Setelah saya turunin anak-anak di sekolah, saya membaca Alkitab dan berdoa disana. Hal ini tidak gampang untuk saya. Saya masih struggle. Saya lebih seperti Martha, susah untuk tenang dan diam, tapi ini adalah suatu tantangan buat saya untuk mempunyai saat teduh yang baik.

AGAPE — Easter 2007 23

Q: Apakah anda pernah datang ke persekutuan doa di gereja kita? Apa yang anda gemari/sukai di persekutuan doa?BK: Iya. Saya datang ke persekutuan doa setiap Jumat kecuali kalau ada halangan yang membuat saya tidak bisa datang. Senang sekali bisa bersama dengan saudara-saudari seiman. Saya juga suka mendengarkan kesaksian orang. Bukannya kita tidak tahu kebaikan Tuhan, tapi mendengarkan kesaksian-kesaksian membuat kita diingatkan lagi. Saya suka fellowship (pujian bersama). Saya suka berdoa untuk gereja kita dan untuk kebutuhan bersama. Yang paling saya sukai adalah Bible study-nya (renungan-nya); saya senang bisa datang untuk berdoa dan sekaligus belajar tentang Firman Tuhan.

Q: Sikap anda sewaktu berdoa?BK: Saya tidak mencoba untuk menjadi legalistik tapi berdoa itu sama seperti menghadap kepada Tuhan kita; Tuhan yang maha kuasa dan yang luar biasa. Saya selalu bilang kepada anak-anak saya untuk berlutut dengan baik-baik sama seperti ketemu dengan President. Kalau misalnya ketemu dengan President Bush, kita tidak mungkin makan permen karet di depan dia dan angkat kaki seperti bertemu teman.

Q: Percaya tidak akan kuasa doa (the power of prayer)? Bisakah memberi sedikit kesaksian dari pengalaman anda?BK: Iya. Tiap hari saya merasa overwhelm sama tugas-tugas sehari saya. Cucian banyak, dan anak-anak harus diurusin dan dianter-jemputin, dan sebagainnya. Selebih dari itu, saya juga home-schooling Melody. Saya tahu saya harus bisa menyusun waktu dengan baik. Saya kadang bingung, koq saya bisa mengerjakan semuanya ini setiap hari. Dan, saya tahu ini pasti dari doa.

Kesaksian Dari Saudari Evie Loadjaja

Q: Percaya tidak akan kuasa doa (the power of prayer)? EL: Iya

Q: Lebih suka berdoa sendiri atau besama-sama? Kenapa?EL: Dua-duanya. Berdoa sendiri untuk pergumulan-pergumulan yang tidak bisa di-share kepada yang lain. Berdoa bersama-sama untuk keperluan saudara-saudari seiman. Kalau berdoa bersama-sama khususnya di persekutuan doa setiap Jumat, kita bisa doain lebih banyak untuk saudara-saudari kita.

Q: Sikap anda sewaktu berdoa?EL: Berlutut.

Q: Berapa lamakah waktu yang anda pakai untuk berdoa kalau ditotal dalam satu hari?EL: Kurang lebih 15 sampai 30 menit.

Q: Berdoa untuk siapa dan apa saja?EL: Saya biasanya berdoa untuk orang tua dan sanak family dan keselamatan jiwa

24 AGAPE — Easter 2007

mereka, untuk pergumulan pribadi, untuk pekerjaan, dan untuk kesehatan hamba-hamba Tuhan di gereja kita.

Q: Di manakah prioritas berdoa di hari-hari anda dibandingkan dengan hal-hal rohani yang lain seperti membaca Alkitab atau renungan?EL: Doa setiap hari itu pasti dilakukan, dan baca Alkitab hanya dari renungan harian passage saja.

Q: Apakah anda pernah datang ke persekutuan doa di gereja kita? Apa yang anda gemari/sukai di persekutuan doa?EL: Iya, saya datang secara rutin. Hal yang saya sukai di persekutuan doa adalah doa bersamanya dan renungannya karena Pdt. Hosea membahas pasal-pasal dari Alkitab secara besambungan dan secara lebih dalam.

Q: Sulit tidak bagi anda untuk meluangkan waktu yang lebih banyak untuk berdoa?EL: Kadang-kadang sulit karena pulang kerja sudah lelah dan harus bersiap-siap untuk besok.

Kesaksian Dari LG

Q: Percaya tidak akan kuasa doa (the power of prayer)? Bisakah memberi sedikit kesaksian dari pengalaman anda?LG: Percaya sekali. Saya bisa ada di Amerika saat ini adalah suatu jawaban setelah berdoa kurang lebih 3-4 tahun. Dulu saya berpikir bahwa Tuhan menjawab doa saya dengan kata “tidak” karena beberapa kali proses untuk berangkat ke Amrik begitu sulit dan sepertinya mengalami jalan buntu. Namun sekarang saya mengerti bahwa rencanaku bukan rencana-Nya, dan DIA memberikan suatu jawaban lebih dari yang saya pernah minta sebelumnya.

Q: Lebih suka berdoa sendiri atau bersama-sama? Kenapa?LG: Sendiri, karena saya dapat merasa lebih bebas dan tidak terburu-buru saat berbicara dengan Tuhan.

Q: Sikap anda sewaktu berdoa?LG: Secara physically, sikap saya saat berdoa selalu berubah-rubah tergantung situasi dan kondisi. Mungkin saya berdoa saat saya sedang menyetir (tentunya dengan buka mata) atau saat berjalan. Namun tentunya kebanyakan saya berdoa dengan sikap berdoa seperti biasa (lipat tangan dan tutup mata). Dalam hal penyampaian/berbicara kepada Tuhan, sikap saya adalah hormat, namun bukan berarti takut. Karena saya merasa seperti seorang anak berbicara kepada seorang ayah.

Q: Berapa jam kalau ditotal waktu anda berdoa dalam satu hari?LG: Sekitar 1-2 jam. Tapi tentunya bukan dalam waktu satu kali. Lebih banyak terbagi-bagi.

AGAPE — Easter 2007 25

Q: Berdoa untuk siapa dan apa saja?LG: Pertama-tama, doa pengucapan syukur dan minta pengampunan buat hari itu. Lalu berdoa untuk keluarga, teman-teman dan orang-orang yang belum percaya terutama buat orang-orang yang terdekat. Lalu terakhir doa pribadi seperti pergumulan hidup dan rencana masa depan.

Q: Di manakah prioritas berdoa di hari-hari anda dibandingkan dengan hal-hal rohani yang lain seperti membaca Alkitab atau renungan?LG: Doa lebih banyak karena lebih praktis dan mudah dilakukan, dalam arti dimana saja dan kapan saja kita bisa melakukannya. Sering kali saya bersyukur sekali karena Tuhan bisa kita contact kapan pun juga.

Q: Apakah anda pernah datang ke persekutuan doa di gereja kita?LG: Pernah tapi belum secara regular karena saya masih belum bisa berkomitmen untuk menyediakan waktu secara serius untuk berdoa dan belum bisa memanage waktu dengan baik. Selain itu juga, saya merasa masih banyak jemaat gereja yang belum saya kenal sehingga saat saya mendoakan seorang jemaat, saya tidak tahu apa yang sebenarnnya dia butuhkan. Beda lagi dengan orang yang sudah saya kenal, saya bisa merasakan lebih emphati.

Q: Apakah yang paling anda gemari/sukai dari persekutuan doa di gereja kita?LG: Renungan dan suasananya saat berdoa.

Q: Bagaimana perasaan anda jikalau doa anda dijawab? Dan, bagaimana perasaan anda jikalau doa anda tidak dijawab?LG: Kalau doa saya dijawab, pasti senang. Kalau tidak, ya pasti sedih lah. Cuman saya percaya Tuhan punya jawaban yang lebih baik seperti yang saya sudah pernah alami sebelumnya.

Q: Sulit tidak bagi anda untuk meluangkan waktu lebih banyak untuk berdoa?LG: Kalau mencari waktu berdoa secara bersama-sama terasa sulit karena seringkali waktu mereka tidak cocok dengan waktu yang saya punya. Namun untuk doa pribadi, saya tidak merasa kesulitan.

Kami mengerti jemaat mempunyai kesibukan sehari-harinya sehingga susah untuk mengambil waktu untuk bersaat teduh. Maka dari itu, gereja kita selalu membuka pintu bagi jemaat sekalian untuk bersaat teduh bersama di persekutuan doa yang diadakan setiap Jumat jam pada jam 7 sore. Bukan hanya jemaat diberi kesempatan untuk menguatkan satu dengan yang lain dalam doa tapi juga untuk merenungkan Firman Tuhan.

26 AGAPE — Easter 2007

AGAPE — Easter 2007 27

28 AGAPE — Easter 2007

AGAPE — Easter 2007 29

30 AGAPE — Easter 2007

Your mission: To Pray Fervently.Your objectives are to pray about anything you think you need to pray of: your school/work, your needs, your plans, your friends and family, yourself. Church? Yes, that too. Don't forget about the 'enemies'—not that we pray bad things will happen to them, but we'll pray for forgiveness and love, aren't we? And of course we'd love to pray for the world in need and God's work throughout the world. And the lost souls who need salvation, including Mom and Dad and Uncle and Grampa and Nanna. And that dude next door whose hobbies are cursing and listening to <beep>-filled songs. And don't forget that you're as bad as that dude, so you obviously needs to pray for God's forgive-ness. And ask for God's guidance so you will get rid of your innermost urge to do sins. And things personal to you that only you—and of course God—knows.

Alright, let's recap. What do you need to pray of?

Praying seems easy. No, let me rephrase. Praying is hard, since it needs commitment and strong will. But once you pray to God to start praying (I pray that you get the idea...), it takes more that your time and will to pray. You. Need. A. Plan. Without it, your prayer life will end up like this:

Yesterday: God, I pray for A, B, C. Amen.Today: God, I pray for A, B, C. Amen.Tomorrow: God, I pray for A, B, C. Amen.

Get the idea? Without plan, you can fall into the same routine everyday. Nothing wrong with that, but don't you think it's kinda boring? With a plan, you can have a more enjoyable communication time with God. And you only need a simple planner for your plan!

And boy what we have here.... A Mini Prayer List! Not that you really need this before starting to pray fervently. But we think this might help. Especially for us who're still praying for that high-end PDA to make lists and reminders...

Oh yeah, one more thing: You also need a paper, a cutter, and a ruler. But don't let these stop you from starting to have a nice prayer life, OK?

AGAPE — Easter 2007 31

by Tjandra& Buddy

32 AGAPE — Easter 2007

Materials needed:1. Plain paper 12" x 3" divided into 4 sections (Base).2. 3" x 3" paper (Chart 1 and Chart 2)3. Highlighters - 3 different colors4. A cutter5. A ruler, and a pencil.

Diagram:This is the pattern. After you follow the instructions on the next page, You will have one long strip of paper and two equally-sized papers. If you notice, the dotted lines on the rows means you have to slit them open with a cutter. All are explained on the next page, so just grab a few stuff listed below.

AGAPE — Easter 2007 33

Steps:

1. Using a ruler and a pencil, divide the base paper into 11 rows and 4 columns. (see the diagram above).

2. Color the top first row of the base paper with a highlighter (darker color preferrably).

3. Color the rest of the rows alternately with two differently colored highlighters.

4. Do step 1-3 on the back side of the base paper.

5. With a cutter, slice rows on column 2 and 3 of the base paper (indicated with dotted lines on the diagram).

6. Using a ruler and a pencil, divide Chart 1 and Chart 2 into 11 rows each.

7. Do step 2-3 on both sides of Chart 1 and Chart 2.

8. Insert (weave) Chart 1 through the slices on column #2 of the base paper alternately (above and below the slices). Pay attention on the placement of arrow lines on the diagram as each line starts off differently.

9. Insert Chart 2 into slices of column #3 of the base paper alternately above and below the slices (similar to step 8).

10. Fold the base paper like accordion and label the rows on each column with your prayer list.

** PS: The list should have two "hidden" pages in the middle, so the total is 10 pages including front and back.

So... Umm... what is this all about again?

The plan, my friend. The plan, and the planner! Remember?

Basically you can use this planner—a.k.a. The Mini Prayer List—to jot down what-ever things you need to pray of. You can start from Column #1 Row #1 down, and continue on until you run out of rows and has to make another one. Or better yet, you can use those columns to better 'organize' your prayer list. Column #1 can be the things you plan, second one for the people you want to pray for, next one for world events, et cetera. Another alterna-tive is to use the columns for things you pray per day (eg. column #1 for Sunday prayer list, #2 for Monday prayer list, and so on). It's all yours, so use your creativity and make that list you just made useful! Capisce?

Hey, if you have time, you can make more than one list. You can have one at home and another one at work. You can give one to your friends or family member each. You can teach your buddies how to make one too, if you want to start the chain of mini-prayer-list-giving. The possi-bilities are endless!

ISBN:0310220157 (Hardcover)

Publisher:Zondervan (October 2000)

Dimension:5.7 x 8.8 x 1 inches, 304 pages

34 AGAPE — Easter 2007

The Case For Faith is a great book for both believers and nonbelievers. This book provides convincing God-endowed counters to arguments atheists (people who believe there is no god) and agnostics (people who believe in the existence of a higher being but not knowing who he is) raise about God. Yes, there are differences between the two. Here are the objections to a life of faith that this book counters —

Objection 1. Since evil and suffering exist, a loving God can not.Objection 2. Since miracles contradict science, they cannot be true.Objection 3. Evolution explains life, so God isn’t needed.Objection 4. God isn’t worthy of worship if He kills innocent children. Objection 5. It’s offensive to claim Jesus is the only way to God.Objection 6. A loving God would never torture people in hell.Objection 7. Church history is littered with oppression and violence.Objection 8. I still have doubts so I can’t be a Christian.

Let’s face it, not every Christian knows how to answer these questions or counter these arguments. I myself don’t know how to counter much of these arguments. I, having the label “Christian” almost all my life yet not strongly rooted in Him until recently, am very intimidated by intellectual and philosophical arguments as to why God does not exist and why hav-ing faith in Him is of no use. These questions above are only the tip of the iceberg to a philosophical approach to why God doesn’t exist! I avoid these realms when sharing the Gospel, and shamefacedly not know-ing the answers to these, retort the ‘cliché’s’ of “God loves you”. Even

Ag

ape B

ook R

evie

wThe Case For Faithby Lee Strobel

Review

ed an

d w

ritten b

y Janice A

tmad

ja

AGAPE — Easter 2007 35

though He really does love the nonbelievers and the message technically shouldn’t be a ‘cliché’, nonbelievers have too often heard it from Christians who are only Christians by label. They are tired of answers that only lead to a vague and sometimes even more confused portrayal of God.

One of the ways we can help our strayed nonbeliever brothers and sisters is to in-grain ourselves with the wisdom of God so that we may help lead them to Christ. These arguments are amazingly common argu-ments that Christians (most Christian-born brothers and sisters) do not think about. We are then at a loss when one of our friends ask this of us. These 8 objections are admit-tedly hard arguments any intelligent and reflective human being will debate with sometime in their lives and us as Christians, should know the answers to these so that we may not be accused of living a ‘blind faith’. For the Christian, we are rest assured that all answers lie in God and that the Bible is accurate, but how do we communicate that to our nonbeliever friends who don’t even believe in the existence of God and are skeptical of the concept of faith itself?

I like this book precisely because it shows us the way to approach these kinds of non-believers. We can approach the nonbeliev-ers by arguing for God in their way of under-standing- philosophically and intellectually. This book covers an amazing breadth of topics in both science and philosophy in effort to counter those objections showing us that even science and philosophy lead TO God instead of away from Him. God’s footprints are everywhere in His creation, and so it is only understandable that every-thing leads to Him blatantly pointing out His existence. Having faith in His existence and

His love is almost inevitable. In reality, there is no possible way to believe that God does not exist. This book further outlines why it, ironically, takes more faith to believe God doesn’t exist rather than believing that He does exist. This book helps the believer to convincingly and eloquently communicate God’s reality to nonbelievers precisely by arguing for the existence of God through the nonbelievers’ own argumentative meth-ods that earlier so-called ‘disprove’ God’s existence. For anyone looking to strengthen their apologetic knowledge or just to further their knowledge in God and His nature, this book is also an ideal read.

For the believer, this book enflames the desire to understand God’s character and His divinity. The more we understand Him, the more these questions seem trivial in the overwhelming reality of the God’s love shown in His mercy by Him dying on the Cross.

For myself, this book answered many ques-tions but it also raised more. I felt hungrier for God. I thirst to know more of Him. The more we know of Him, the more we un-derstand and see God’s will in everything. Like Peter said, “...[be] ready always to [give] an answer to every man that asketh you a reason of the hope that is in you with meekness and fear:” 1Peter 3:15. Therefore it is our duty as Christians to reject compla-cency and fill ourselves with the knowledge of God so that we may not bring shame to the God we believe in. Let us fill ourselves with the truth so that we may not be afraid to approach every kind of nonbeliever.

Please believe me when I say that I do not look down upon believers who share the Gospel and their faith through personal ex-periences. But we must be ready for every kind of objection and every method of argu-

36 AGAPE — Easter 2007

ment nonbelievers throw at us whether they be scientific or philosophical as to why our faith is valid and ultimately to the argument of why God does exist. When I say argue I don’t literally mean yelling and screaming for GOD DOES NOT NEED US TO HELP HIM PROOVE HE EXISTS OR TO DE-FEND HIM IN ANY ASPECT, but our duty as Christians is to help others see and lead nonbelievers in the path towards God.

Let us not forget to first pray to Him to open the hearts of our nonbeliever friends before we share because it is only through the work of the Holy Spirit that their hearts can be softened to receive the Gospel. We must pray for wisdom and God’s guidance to effectively reach the nonbelievers be-cause we can not do it alone no matter how knowledgeable or persuasive we are. Let us now grow to be courageous and not intimi-dated because God gave us a spirit of love and of power, not a spirit of timidity. If you predict you’ll be at a loss when a nonbeliev-er raises one of the eight above objections to you, I highly suggest you get this book and read. Read and take it in. - Janice

Further highlights of this book—

1. Complete bibliography and reference of texts and people Lee Strobel (the author) used while writing this book. This is good if you want to do further research and delve deeper into one particular argu-ment to an objection that he covers in the book.

2. Exposure to the flaws and loop holes in Big Bang and other evolutionary theories explained by Christian scientists show-ing even today’s scientific community’s rejection of these theories that are still in school textbooks today.

(Trust me when I say this is just very few of many). I highly recommend this book.

Who is Lee Strobel?

more info:

Lee Patrick Strobel, a former legal editor for the Chicago Tribune, is a Christian apologist and former teaching pastor of Willow Creek Community Church. He is best known for writing the semi-autobiographi-cal bestsellers The Case for Christ, The Case for Faith, and The Case for a Creator. Strobel also hosted a television program called Faith Under Fire on PAX TV. His daughter, Alison, is also a Christian writer.

Strobel earned a journalism degree from the University of Missouri and a Master of Studies in Law degree from Yale Law School. A journalist for fourteen years, he was awarded Illinois’ highest honors from United Press International for both investigative reporting (shared with a team he led at the Chicago Tribune) and for public service journalism.

It was during his years as a journalist that Strobel was an avowed atheist. His 1981 conversion to Christianity was influenced by his wife’s conversion two years earlier and Strobel’s subsequent personal investigation into the historical, scientific, and phil-osophical evidence for Christianity, which is the subject of many of his books. During his conversion he had been on a quest to disprove Christianity. http://en.wikipedia.

org/wiki/Lee_Strobel

AGAPE — Easter 2007 37

38 AGAPE — Easter 2007

Ethan, Brad, Brianna, dan Maureen adalah sahabat kental yang tidak dapat di pisahkan. Sejak high school mereka sudah bersama-sama. Di dalam kelas apapun, lab ataupun sport mereka selalu satu group yang tidak terpecahkan. Sempat di dalam lab kelas kimia group mereka ditambahkan satu orang baru Jimmie, karena guru kimia mereka tidak suka melihat anak- anak membuat gang-gang kecil di dalam kelas. Apalagi banyak orang sudah mulai tidak suka dengan kekompakan group mereka yang mereka namakan “Instinct”.

“Oke, “Insync” mulai dari sekarang di dalam lab kimia ini kalian bukan “Instinct” lagi, melainkan kalian adalah “Insync” karena itu aku masukkan “Jimmie” Timberlake dalam group kalian karena aku takut “Instinct” kalian akan menjadi “Stink” tanpa “Jimmie” Timberlake... mengerti?”

Apa yang dilakukan oleh guru “killer” Kimia ini membuat group-group lain tertawa terbahak-bahak. “Instinct” ini berusaha memprotes apa yang dilakukan oleh guru kimia ini, akan tetapi hal itu ditolak habis-habisan oleh guru kimia ini bahkan akan dibuat tambah runyam kalau mereka masih berusaha menolak apa yang dilakukan oleh guru ini.

AGAPE — Easter 2007 39

“Apa kalian masih tidak puas dengan kehadiran “Jimmie” Timberlake, mau aku tambahkan “Britney” Spears atau “Lance” Bass?”

Kalau tadi tindakan guru ini membuat anak-anak tertawa, kali ini membuat semua orang menjadi bukan hanya tertawa tetapi juga mereka bertepuk tangan dengan riuh nya. Akhirnya pecah juga group “Instinct” yang “stink” ini.

Meskipun mereka tidak menerima perlakuan guru kimia ini, akan tetapi di semester disaster itu mereka tidak bisa berbuat apa –apa. Karena pada dasarnya mereka juga bukan group “trouble maker” mereka pada dasarnya orang baik – baik, dan believe it or not mereka juga orang Kristen, dan di gereja juga mereka selalu bersama – sama. Walaupun Jimmie tidak ditolak ataupun di-welcome oleh “Instinct” ini, akan tetapi Jimmie sadar kalau dia hanyalah “alien” bagi “Instinct” ini. Itulah sebabnya di semester lain “Jimmie” memisahkan diri dari mereka lagi.

Ketika mereka sudah berada di semester akhir, Brad dan Brianna mulai menyatakan hubungan serius dan mulai berpacaran, karena mereka tidak mau setelah high school selesai mereka akan berpisah. Ethan dan Maureen sedikit “surprised”, Ethan tampak sedikit kecewa, karena mereka tahu jikalau di dalam group mereka ada internal affairs, maka group itu tidak akan solid lagi. Tetapi Ethan tidak menyatakan apa yang dirasakannya itu pada group mereka.

Maureen sendiri sebenarnya “menyukai” Ethan, di gereja mereka suka bernyanyi

bersama-sama, malah orang-orang di gereja mengira mereka itu berpacaran. Tetapi hal itu di bantah oleh Ethan ataupun Maureen, karena Maureen tahu bahwa Ethan cuma menganggap Maureen sahabat baik saja.

Ketika mereka graduated dari high school mereka benar – benar tidak bisa mempertahankan kekompakan group mereka lagi kecuali di gereja saja. Brad dan Brianna langsung meneruskan study mereka ke University karena mereka termasuk orang orang yang mempunyai otak cemerlang. Sedangkan Ethan harus ke college terlebih dahulu, sedangkan Maureen mengambil private university.

Kekompakan group mereka masih bisa di pertahankan di dalam gereja karena mereka selalu berkerja bersama – sama terutama kalau di gereja ada acara khusus seperti Natal, Paskah ataupun ulang tahun gereja. Mereka yang kebanyakan “in charge”, bahkan karena pendeta setempat tahu mereka Masters dari acara, maka mereka di percayakan untuk menangani semua acara – acara gereja. Brad dan Brianna lebih suka kalau mereka bekerja di belakang layar, sedang Ethan dan Maureen selalu tampil kemuka dan mengisi acara baik itu duet ataupun main drama.

Empat tahun sudah lewat sejak mereka graduated from high school, Brad dan Brianna sudah menyelesaikan sarjana mereka, sedang Ethan karena dia mempunyai suara emas, banyak orang menyarankan dia untuk menjadi seorang penyanyi dan mengambil major vocal. Sementara itu Maureen pun sudah menyelesaikan “Bio Chemistry”nya sekaligus juga sudah mempunyai pacar.

40 AGAPE — Easter 2007

Brad dan Brianna langsung mendapatkan tawaran kerja karena mereka graduate dengan Magna Cum Laude. Semua sangat senang dengan keberhasilan pasangan yang cerdas ini. lalu group mereka “Instnct” plus “the Outsider” pacarnya Maureen merayakannya dengan dinner di restaurant yang mahal.

“Aku akan membawa Leon ke dinner nanti malam.... Is that ok with you guys?” Maureen bertanya.

“Yeah.. why not....” Brad dan Brianna menjawab.

“How about you Ethan.. are you ok with that?” Maureen bertanya pada Ethan.

“What about me?”

“Ethan... you are Ok right if Maureen wants to bring her boyfriend?” Brad bertanya pada Ethan.

“Yeah.. Yeah dude I am okay and I am happy with that.”

Akan tetapi Brad masih bisa merasakan ketidak relaan di dalam suara Ethan karena Brad adalah sobat Ethan dan dia tahu kalau something was not right with his buddy. Ketika ladies sedang pergi ke bathroom, Brad secara pribadi bertanya pada Ethan.

“Hey Ethan.. what’s wrong man...?”

“I don’t know dude.. I just found out myself drift in a nowhere desert.”

“Hey tell me what’s wrong man....”

“I don’t know Brad.. I really don’t know, I guess I just missed our high school so much.”

“I know man.. me too....”

“Yeah. But you have found your own now.. everything.... degree, girlfriend and now job....”

“Ethan.. I believe that you future will be awesome man.. look with your talent

I know you’ll be ok, more over you’ll become a celebrity... you want me call “Jimmie” Timberlake to join with you..?”

Ethan laugh out loud ketika dia mengingat Jimmie the Intruder. Brad lalu memeluk Ethan... dan menguatkannya.

Malam hari tiba dan mereka menikmati dinner mereka dengan gembira, pembicaraan tadi siang telah mengembalikan keceriaan di dalam diri Ethan. Akan tetapi Ethan tidak menyangka akan menerima berita yang mengejutkan.

“Hey, guys, we have something that we want to tell you” Brad mengumumkan sesuatu pada saat mereka sedang menikmati ‘desert’.

InstinctInsyncstink

AGAPE — Easter 2007 41

“I got a Job offer.....”

“Yaaay.....” semua pada berteriak gembira mendengar brita bagus tsb.

“Noo....nooo... we still have more news..”

“Yeah what’s that dude?” Ethan bertanya dengan tidak sabar.

“But...I have to move out of town....!”

Kali ini.... semua diam.... Ethan terpukul, Maureen membisu...Pacarnya Maureen bingung harus berbuat apa, karena dia tidak tahu kalau empat orang sahabat ini bersumpah mereka tidak akan pernah memisahkan diri satu dengan yang lainnya.

Brianna berusaha memecahkan keheningan dan berkata: “We want to get married before we take that job.....!”

Maureen, menangis dan memeluk Brianna sambil berteriak dengan histeris...

“Aaaw.... really you want to get married...., when is it going to be?”

“Next month....!” Brad menjawab dengan pasti.

“And you know what.. I want you to be my bridesmaid.. Maureen” Brianna meminta Maureen untuk menjadi pengapit nya.

“Ethan.... would you like to be the Best man in my wedding....?”

“Yeah.. man of course....” Ethan look happy, surprise and sad.

Hari perkawinan tiba.... di dalam perkawinan ini Ethan dan Maureen bernyanyi bersama untuk yang terakhir kalinya. Meskipun mereka tidak menyatakan hal ini, tetapi... semua pada merasakan bahwa their “Instinct” has faded away... their golden memories have withered, but they can’t do anything about it. They accepted it as a destiny.

Ethan, Maureen dan pacarnya, dan segenap keluarga yang mengantarkan kepergian Brad dan Brianna menuju Los Angeles, California tempat kerja mereka.

Ethan memeluk Brad dengan amat kuatnya seolah – olah tidak ingin membiarkan sobat kentalnya pergi dari sisinya. Tanpa terasa Ethan menangis.... tangis Ethan membuat Brad juga mengalirkan air mata. Dia sangat menyukai dan mengasihi Ethan. Bagi Brad Ethan lebih dari hanya sekedar sobat kentalnya, dia adalah Brad soul mate, but not in a romantic way, Ethan juga merasakan hal itu cuma karena Ethan lebih sensitive maka dia yang terlebih dahulu mengeluarkan emosi nya dalam bentuk air mata dan pelukan yang amat sangat erat.

Lambaian tangan terakhir Ethan, Maureen dan orang tua Brad serta Brianna seolah – olah sebagai suatu lambang penggantian warna kehidupan ke empat sobat kental yang telah bersumpah untuk tidak berpisah atau sengsara yang akan mereka terima.

Dua tahun telah lewat, Brad dan Brianna sudah mempunyai anak satu, mereka sangat kangen dengan kota kelahiran mereka yang dirasakan jauh lebih ramah dibandingkan dengan kota besar Los Angeles yang rude dan dirty. Mereka berencana akan

42 AGAPE — Easter 2007

merayakan Natal bersama dengan keluarga dan sobat mereka.

Salju sedang turun dengan derasnya ketika Brad dan Brianna tiba di kota kelahiran mereka. Orang tua Brad dan Brianna menjemput mereka, lalu ketika mereka siap untuk meninggalkan airport menuju rumah mereka Maureen datang untuk menyambut kedatangan mereka. Brad mengharapkan Ethan akan datang menjemput pula, akan tetapi sampai pada harapan yang terakhir Ethan tidak juga tampak di mata Brad. Mereka memutuskan untuk naik mobil Maureen karena mereka ingin mendengar berita selama dua tahun tanpa kehadiran mereka di tempat itu.

“I did not see Ethan.. where is he Maureen... what’s happened to him.. he never reply my email nor my mail..”

“I don’t know Brad.... I have tried to tell him or help him... but...”

“But what Maureen? Tell me what’s happened?”

“I don’t know Brad. I can’t tell you, you’d better see him with your own eyes maybe you could help him out...!”

Malam itu juga Brad berjalan mencari Ethan, Brianna bertanya apakah dia mau Brianna menyertainya...

“No, it’s ok.. I can do it by myself, I think our son need you more than me.”

Brad tidak menemui Ethan di rumahnya. Orang tua Ethan berkata mungkin Ethan ada di Tavern. Meskipun Brad bingung, apa yang di lakukan Ethan di Tavern, tetapi Brad tetap menuju Tavern untuk mencari sahabat baik yang dirindukannya.

Terdengar suara musik yang keras dan hingar bingar dari dalam Tavern, Brad masuk kedalamnya keramaian di dalam Tavern sungguh sangat di bayangkan oleh Brad. Mungkin karena udara di luar sangat dingin apalagi sepanjang hari salju turun dengan amat banyaknya sehingga membuat penduduk kota ingin kehangatan yang bisa di terima oleh badan mereka ketika mereka menenggak alcohol. Dengan susah payah Brad akhirnya bisa menuju bar counter dan mencari – cari Ethan. Karena Brad tidak juga bisa melihat bayangan Ethan akhirnya dia bertanya kepada bar tender apakah dia melihat Ethan.

“He is outside....!”

AGAPE — Easter 2007 43

“Outside? What is he doing out there, in the severe winter like this?”

“I don’t know what he is doing, but he is outside..!”

“Are you sure about that?”

“Yeah...See him yourself”

Brad menuju keluar... dia bingung kemana harus mencari Ethan di tengah tumpukan salju seperti ini...

“Ethan..... Ethan.. Where are you....! Ethan.... I am Brad....your buddy..... Ethan! Ethan! Where are you man!”

Tiba – tiba Brad mendengar suara seseorang seperti sedang muntah atau memaki – maki. Brad mencari dari mana suara itu berasal. Dia berjalan keliling Tavern tsb. lalu di pojok belakang dekat dumpster, tampak Ethan terbaring tak berdaya disana. Brad berlari dan membangunkan Ethan lalu dengan susah payah dia membopong Ethan ke bangku kayu yang kasar yang ada di beranda Tavern tsb.

“Ethan.... what’s happened to you man... oh...”

Brad memeluk Ethan dan berusaha memberi kehangatan pada badan Ethan yang selama ini terbaring di luar di tengah tengah salju seperti ini.

“Ethan wake up.. I am Brad your friend....”

“Brad... B r a d...... who? Hua ha ha ha ha....” masih dalam keadaan mabuk Ethan menjawab.

Brad menelpon Maureen meminta nya datang ke Tavern tsb untuk pick up dia dan Ethan. Di dalam mobil Maureen, Ethan jatuh tertidur mungkin kehangatan dari heater yang ada di mobil tsb, mungkin juga pelukan Brad membuat jiwa Ethan terasa mendapatkan soul mate nya kembali dan menenangkan jiwanya. Maureen menurunkan Ethan dan Brad di rumah Ethan.

Lalu Brad meminta Maureen segera pulang kembali setelah dia mendrop mereka. Brad menelpon Brianna dan memberitahu mungkin dia akan pulang terlambat dan kalau perlu dia mungkin akan menemani Ethan yang sedang sakit. Brianna mengerti akan hal itu.

Brad memperhatikan Ethan yang sekarang sudah semrawut dan tak terurus seperti ini, tampak mukanya penuh dengan berewok, kumis dan cambang yang memenuhi mukanya. Lalu dia memperhatikan pula betapa sekarang Ethan menjadi seperti “flubber” dengan berat badan yang meningkat seperti ini di bandingkan dua tahun yang lalu.

44 AGAPE — Easter 2007

Di tengah malam Ethan terjaga dan mengoceh lagi, membuat Brad yang tidur di kursi yang ada di kamar Ethan itu juga terbangun.

“Ethan.... you are awake already.... do you still remember me.. Brad.”

“I remember you... but I don’t know you man....!”

“Ethan.... what’s wrong.....”

“You know that..... you know that Beattles tear down and split because of Yoko Ono the Intruder, their group wasn’t solid anymore because they let the intruder came in..... hik.. hik..hik...”

Rupanya Ethan dalam keadaan mabuk berat, dan malam itu dia sudah terlalu banyak minum serta mulai mengacau maka dia di suruh keluar untuk tidak merusak suasana di

dalam Tavern. Tak lama setelah mengoceh- ngoceh Ethan muntah – muntah. Tapi setelah muntah – muntah Ethan terus tidur nyenyak sampai esok hari.

Pagi – pagi mama Ethan membersihkan ruangan dan membangunkan Brad serta menawarkan breakfast untuk Brad. Brad melihat Ethan masih tertidur, lalu Brad memakan breakfast yang di sediakan oleh orang tua Ethan. Mama Ethan menemani Brad makan pagi sambil bercerita tentang bagaimana Ethan berubah setelah Brad pindah. Dan sekolah Ethan pun terlantar, sesekali Ethan bekerja tapi kebanyakan hidupnya cuma di lewati olehnya di Tavern. Setelah makan pagi Brad kembali kekamar Ethan, di lihatnya Ethan sedang duduk di ranjangnya. Lalu Brad menawarkan Ethan untuk take a walk with him.

“I am happy to see you back man, and I am sorry that you found me screw up like this.”

“It’s ok man, you know the reason I want to celebrate this Christmas in here because I missed you, I missed all my friends I missed the original of my little town.”

“Hey Brad... please forgive and forget what I said last night.”

“It’s ok man.. I understand, is there anything I can help Ethan?”

“I’m good, I think....”

“Will you back to school or not?”

“I think I should.....” kehadiran Brad seolah-olah menambah semangat Ethan untuk meneruskan study nya.

AGAPE — Easter 2007 45

“Yeah I think you should...., don’t waste your talent Ethan.”

“Yeah I know....”

“Do you still sing at church?”

“I think I should do that again... Brad.. yeah I want to do that again...”

Ethan membuktikan omongannya, menjelang Natal dia secara mendadak bergabung dengan team kantata dan bahkan menyumbang lagu di peruntukan khusus buat reunion of their group.

Malam tahun baru adalah malam perpisahan lagi buat Brad dan Brianna lagi. Seperti biasa setelah makan malam Maureen kali ini memberikan berita bahwa bulan Februari dia akan melangsungkan pernikahan. Tentu saja hal ini di sambut dengan gembira oleh semua orang. Brad dan Brianna berjanji akan kembali untuk pernikahan Maureen.

Setelah makan malam dan setelah semua mengantarkan Brianna pulang, Brad dan Ethan take a little walk.

“Brad, do you ever think that you’ll come back for good...?”

“I don’t know maybe I should... to be honest, I don’t like to live in LA.”

“Yeah I think you should come back.. don’t you see that our city is growing and expanding. I think it can support you and your family. Moreover it needs your brain to make it even bigger and more modern than ever.”

They are laughing, indeed they are bossom buddy for each other.

“Yeah, you are right, I think I will look forward to it, I’ll talk to Brianna about this.”

“Yeah Please come back here Brad.. I need you as my mentor, I can’t find anybody else could understand me and know me.”

“Please.. for whatever reason don’t screw your life like this anymore...., can you promise me.”

“Yeah I promise...”

“Even tough if I don’t come back for good?”

“Ye...ah.... I think I could.....”

Di airport, mereka berpisahan lagi, mereka berpelukan lagi, Ethan mengharapkan mereka bisa kembali.... bukan hanya buat perkawinan Maureen tapi buat selama-lamanya. Ethan sendiri tidak tahu kenapa kalau ada Brad dia seolah- olah menemukan semangat untuk maju, semangat untuk bercita – cita tinggi.

Seperti Brad pernah berkata bahwa dia ingin melihat Ethan menjadi penyanyi terkenal dengan suaranya yang bagus, dia ingin bisa membanggakan bahwa mempunyai teman menjadi celebrity yang akan membuat kotanya bangga, dan akan membuat Brad bangga. Entah kenapa dia ingin sekali membuat Brad bangga terhadap dirinya bukan sedih melihat dirinya menjadi pemabuk dan “flubber” seperti ini.

46 AGAPE — Easter 2007

AGAPE — Easter 2007 47

Benarkah pendidikan rohani untuk anak harus lebih intensif diberikan lewat gereja? Jika jawabannya ya, dapat kita bayangkan betapa lambatnya pertumbuhan rohani mereka mengingat waktu yang mereka habiskan justru lebih banyak di luar lingkungan gereja. Patut disadari, pelayanan anak bukan hanya tugas dan tanggung jawab gereja, dalam hal ini sekolah minggu. Pelayanan ini menjadi tugas semua orang yang menjadi bagian hidup dari anak tersebut. Keluarga merupakan tempat di mana anak menghabiskan waktu terbanyak. Oleh karena itu, dalam keluargalah pendidikan rohani terbesar yang seharusnya didapatkan anak. Bagaimana kita dapat menjadi pelayan anak dalam keluarga kita?

BERBAGAI PERAN ORANGTUAUntuk menjalankan pelayanan anak dalam keluarga, orang tua tentu saja harus berperan penuh untuk memberikan pengaruh yang baik bagi anak-anaknya. Ketika Anda memikirkan peran-peran berikut, coba pertimbangkan peran apa yang paling menolong ketika dulu Anda sendiri bertumbuh.

1. Pengajar/PembimbingMenjadi pengajar/pembimbing bagi anak berarti membantu anak-anak mengembangkan keahlian baru

sambil meningkatkan kemampuan yang telah ia miliki. Orang tua diminta untuk banyak memberi bantuan saat dibutuhkan dan memberi kesempatan pada anak untuk belajar melakukannya sendiri. Tidak perlu menjadi seperti pelatih olahraga yang berteriak dengan keras. Seperti sedang membantu orang melahirkan, Anda sedang membantu proses berlangsungnya sesuatu yang hanya terjadi secara alami. Temukanlah hal-hal yang ingin dipelajari anak. Ketika Anda berhubungan dengan mereka, perhatikan hal-hal yang telah ia ketahui dan yang ingin ia ketahui. Mintalah anak memperlihatkan hal yang telah ia ketahui, tanyakan apa yang ingin atau perlu mereka ketahui, tunjukkanlah pada mereka, beri mereka kesempatan untuk belajar melalui kesalahan, dan sambutlah pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan anak Anda.

2. Pemimpin/PenuntunDi sini Anda diminta membantu anak-anak melakukan sesuatu yang tidak dapat mereka lakukan sendiri. Dengan dukungan Anda ia akan dapat menyelesaikan tugas ini. Dalam memimpin mereka, jangan lalai memberi pujian dan sanjungan positif di saat anak Anda mengalami kemajuan. Tanyakan apa saja yang ia pelajari dan arti hal-hal tersebut bagi dirinya.

48 AGAPE — Easter 2007

3. Penasihat Orang tua bertindak sebagai penasihat ketika mencoba mencari jalan untuk membantu anak Anda memahami apa yang sebetulnya ia alami. Kebanyakan orang tua ingin segera menolong anak-anak ketika mereka sedang berjuang atau seolah-olah tidak dapat melalui suatu masalah. Kadang-kadang kita justru mengungkapkan perasaan frustrasi dan kejengkelan kita. Jika ini terjadi, anak Anda malah menjadi malas untuk belajar dari pengalamannya. Aturan yang berlaku di sini ialah kendalikan diri! Biarkan anak Anda belajar menjadi cakap. Anda mungkin berkeinginan untuk segera membetulkannya dan memaksa mereka memercayai apa yang menurut Anda lebih baik. Namun, jangan lakukan itu! Cara ini tidak akan berhasil. Peran Anda adalah membantu anak Anda mencari tahu sesuatu dengan bertanya. Bantulah ia menemukan kebenaran.

4. Teman/Pendamping Teman/pendamping adalah peran yang akan berkembang secara perlahan seiring tumbuhnya kedewasaan anak Anda. Dengan peran ini, Anda dapat menikmati hal-hal yang Anda lakukan bersama-sama. Sebenarnya, sejak masa kanak-kanak pun aktivitas bersama ini dapat mulai dikembangkan. Kita perlu menikmati

tiap kesempatan yang ada bersama anak-anak. Dalam hal ini, Anda dapat memunculkan kembali sisi kanak-kanak Anda. Anak Anda mungkin ingin Anda memainkan peran ini lebih lama dari yang Anda inginkan atau pikirkan. Ya, Anda perlu menjalankan peran ini.

5. Konselor/Sahabat KaribTerkadang Anda perlu memainkan peran yang sangat berpengaruh. Orang tua dipercaya karena setia mendengar dan juga memegang rahasia. Di sini Anda tak perlu memberi nasihat. Namun, Anda dapat mengulang pernyataan anak Anda sesuai dengan cara Anda mendengar atau menerimanya. Anda tak perlu selalu memberikan tanggapan ketika ia menceritakan kesedihannya. Biarkan anak mengungkapkan kesedihannya saat ia memerlukannya.

6. Pelindung/PembelaOrang tua adalah pelindung anaknya, terutama di masa sukar. Menjadi pembela berarti Anda percaya pada anak dan hal-hal yang akan dilakukannya. Anda dapat menunjukkan bahwa keraguan juga sekali waktu diperlukan dengan

AGAPE — Easter 2007 49

membiarkannya mengalami akibat dari tindakannya. Jangan lindungi mereka ketika berbuat salah atau salah menilai. Sebaliknya, bantulah mereka elajar dari kesalahan tersebut dan percayalah bahwa mereka tidak akan melakukannya lagi. Anda harus melindungi mereka dari rasa bersalah yang terus menghantui mereka dan dari orang-orang yang tidak mau memberi kesempatan pada mereka.

7. Pemberi Nafkah/Pendukung Orang tua merupakan pemberi nafkah utama yang harus memenuhi semua kebutuhan dasar anak, seperti makanan, pakaian, rumah, dan perawatan kesehatan. Dalam beberapa hal, orang tua memang selalu menjadi pemberi nafkah. Namun sebagai pendukung, Anda harus mempersiapkan anak untuk tidak selalu bergantung pada Anda. Anda harus melakukannya saat anak Anda berusaha menumbuhkan kepercayaan diri. Percayalah pada kemampuannya sehingga ketika ia memasuki masa muda, Anda telah membantunya untuk siap memasuki masa dewasa.

MENJADI TELADAN BAGI ANAKPelayanan anak dalam keluarga tidak dapat berhasil jika orang tua tidak dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Bagaimana kita dapat menjadi teladan bagi mereka?

1. Ada Saat Dibutuhkan Untuk mengasuh anak secara sehat, kita perlu selalu ada saat mereka membutuhkan. Bila anak pulang dan mendapati rumah dalam keadaan kosong, ia akan mengalami sesuatu yang sangat buruk, merasa diabaikan atau mengalami kesulitan besar karena kurangnya pengarahan. Bahkan di tengah kesibukan kerja, orang tua harus meluangkan waktu yang cukup untuk anak-anaknya.

2. Melindungi Orang tua perlu melindungi anak-anak dari bahaya yang biasa terjadi, juga terhadap informasi serta pengalaman yang belum dapat dipahami anak. Kebebasan media perlu dicermati, dibatasi, dan diawasi.

3. Pertimbangkan Keunikan Anak Orang tua yang bijak dapat menentukan tingkat perkembangan anak sehingga anak tidak dituntut terlalu banyak atau terlalu sedikit. Mereka dapat memahami dan menerima perilaku yang sesuai dengan usia anak dan mampu mengenali serta mengoreksi hal-hal yang tidak pantas. Pemberian hak atau tanggung jawab dalam proses pendidikan anak harus dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat usia dan perkembangannya. Amsal 22:6 mendesak agar orang tua “mendidik orang muda menurut jalan

50 AGAPE — Easter 2007

yang patut baginya [sesuai karunia atau bakat pribadinya], maka pada masa tuanya pun ia tidak akan meyimpang daripada jalan itu”. Kitab Suci tidak menyarankan tindakan pilih kasih.

4. Perlihatkan Kasih Sayang Kasih sayang yang diperlihatkan, baik secara fisik maupun dengan kata-kata, merupakan ungkapan rasa cinta dan penerimaan. Apa pun latar belakang dan pengalaman mereka, orang tua yang baik akan berusaha memberi teladan melalui hubungan pernikahan yang sehat dan mengasihi anak-anaknya tanpa pamrih. Anak-anak sangat senang jika melihat orang tuanya saling mengungkapkan kasih melalui tindakan, seperti ciuman ataupun pelukan yang hangat. Juga bila anak-anak melihat orang tuanya saling berbaikan kembali setelah terjadi silang pendapat yang tak

terhindarkan. Melalui hal-hal itu mereka akan mendapat pelajaran yang sangat berharga mengenai hidup.

5. Tetapkan Panduan Orang tua yang baik akan menetapkan aturan dan panduan bagi anak-anak mereka, sekaligus mengajar mereka bagaimana menerapkannya ketika orang tua tidak ada. Untuk menjalankan aturan-aturan ini, kemampuan dan kepribadian setiap anak perlu dipertimbangkan.

6. Pupuk Kemandirian Dalam keluarga yang sehat, yang dikembangkan ialah kemandirian, bukan ketergantungan. Secara bertahap orang tua harus melepas kekuasaan dan perannya sebagai pengambil keputusan. Dengan begitu, anak akan mengubah sikap ketergantungan menjadi sikap kemandirian. Artinya, kita harus menerima kenyataan bahwa anak kita akan bertumbuh dan berubah. Demi terwujudnya tujuan tersebut, anak menuntut kita untuk menjadi teladan.

BERUBAH DAN BERTUMBUH

1. Bangunlah Tanggung Jawab 2 Arah Dunia menjalin hubungan dengan membentuk serangkaian sistem tanggung jawab satu arah yang berisi satu garis komando. Di bagian

AGAPE — Easter 2007 51

bawah ada orang yang bertanggung jawab terhadap atasannya. Atasan ini selanjutnya akan bertanggung jawab kepada atasannya lagi, demikian seterusnya. Rangkaian ini membentuk tangga hingga ke tingkat paling atas. Kebanyakan keluarga juga menggunakan sistem tanggung jawab satu arah. Anak-anak mutlak bertanggung jawab kepada orang yang lebih dewasa, terutama orang tua, tetapi tidak sebaliknya.

Dalam tanggung jawab dua arah, seorang ayah akan berkata kepada anaknya, “Nak, Ayah sedang berusaha untuk tidak khawatir dan memercayakan segala sesuatu kepada Allah dalam doa. Ayah ingin memberitahumu setiap sore kemajuan yang Ayah capai. Ayah ingin kamu sesekali menanyakan perkembangannya. Ayah juga ingin kamu memberi saran agar Ayah dapat belajar lebih cepat. Setiap kali kamu mulai mengkhawatirkan sesuatu, tolong ingatkan Ayah untuk memercayakannya kepada Tuhan saat itu juga. Setuju?” Ketika orang tua mulai menjalankan tanggung jawab dua arah ini, mereka mempersiapkan beberapa tahapan untuk terjadinya beberapa peristiwa: (a) anak akan mendapat teladan tentang perubahan sehingga perubahan dan pertumbuhan lebih mudah dilalui; (b) anak akan mendapat teladan tentang

bertanggung jawab secara sukarela dan dapat meningkatkan disiplin diri anak; (c) komunikasi antara orang tua dan anak lebih mendekati komunikasi antarorang dewasa daripada komu-nikasi antara orang dewasa dan anak.

2. Berikan Pertumbuhan Rohani Dimensi rohani dari kehidupan dapat diwujudkan dalam perkataan dan perbuatan. Orang tua yang bijak senantiasa memberi petunjuk agar setiap anaknya bertumbuh secara rohani. Tuntunan rohani ini harus nyata dalam kehidupan, tujuh hari seminggu, bukan pada hari Minggu saja. Anak-anak akan lebih mudah belajar atau “mencerna” praktik kehidupan rohani melalui pengamatan terhadap apa yang terjadi dalam keseharian orang tua mereka. Dan orang tua yang paling bijaksana akan menuntun anaknya untuk menerima keselamatan dari Yesus Kristus.

3. Bekerjalah Sebagai Satu TimUntuk mengasuh anak secara sehat dibutuhkan kerja sama seperti layaknya sebuah tim. Orang tua harus saling mendukung dan mengatasi perbedaan mereka tidak di hadapan anak-anak. Orang tua sebaiknya tidak membangun kubu dengan anak-anak.

John White meringkasnya dengan mengatakan bahwa anak-anak butuh penerimaan. Mereka butuh pujian

52 AGAPE — Easter 2007

dan penghargaan. Mereka perlu belajar percaya bahwa orang tua mereka tidak akan berbohong atau melanggar janji. Mereka butuh sikap yang konsisten dan jujur. Mereka perlu diyakinkan bahwa setiap ketakutan, keinginan, perasaan, dorongan yang tak dapat dijelaskan, frustrasi, dan ketidakmampuan mereka dipahami oleh orang tua mereka. Mereka perlu mengetahui secara pasti batas-batas yang dilarang dan yang diperbolehkan. Mereka perlu mengetahui bahwa rumah adalah

tempat yang aman yang menjadi perlindungan mereka. Mereka butuh diakui setelah melakukan suatu yang baik dan koreksi yang tegas saat berbuat salah. Mereka perlu belajar tentang keseimbangan. Mereka perlu mengetahui bahwa orang tua lebih kuat dari mereka sehingga mereka dapat mengatasi badai dan bahaya dalam dunia ini, juga dapat tetap berdiri tegak ketika menghadapi kemarahan atau keinginan yang tak masuk akal dari anak-anak mereka. Mereka perlu yakin bahwa orang tua menyukai mereka dan mau meluangkan waktu untuk

mendengarkan mereka. Mereka butuh tanggapan yang tepat akan semakin meningkatnya kebutuhan mereka akan kemandirian.

REFLEKSI DAN EVALUASIBagaimana pengalaman Anda dalam melakukan pelayanan anak dalam keluarga Anda? Apakah anak Anda bertumbuh dalam keluarga yang mencerminkan paparan di atas? Dapatkah Anda melakukan suatu perubahan agar unsur-unsur pengasuhan dan pelayanan anak yang sehat ini dapat menjadi lebih nyata dalam keluarga Anda? Bagaimana hal-hal ini dapat membantu anak Anda untuk semakin serupa dengan Yesus?

Diringkas oleh Evie (redaksi e-BinaAnak) dari:

Raising Kids to Love Jesus 2: Mengoptimalkan Pertumbuhan Karakter Anak Sesuai dengan Keunikan Pribadinya.

Penulis: H. Norman Wright & Gary J. Oliver Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2003 Halaman: 72--82

Rresep ———————————————————————

400 g Fresh mango flesh1/2 cup (125g/4oz) Caster Sugar3 Tablespoons Mango or Apricot nectar1 cup (2250 ml/8 fl oz) Creamextra mango slices, optional

Mango Ice Cream

Ingredients :

Directions :1) Place the mango in a food processorand process until smooth. Transferthe mango puree to a bowl and add thesugar and nectar. Stir until the sugarhas dissolved.

2) Beat the cream in a small bowl untilstiff peaks form and then gently fold itthrough the mango mixture

3) Spoon the mixture into shallowcake tin, cover and freeze for 11/2 hoursor until half frozen. Quickly spoonthe mixture into a food processorand process for 30 seconds, or untilsmooth. Return the mixture to the tinor a plastic container, cover and freezecompletely.

4) Remove the ice cream from thefreezer 15 minutes before serving toallow it to soften a little. Serve the icecream in scoops with some extra freshmango if desired.

NOTE: Frozen or canned mango canbe used if fresh mango is not available.

Preparation time - 20 min. + FreezingTotal Cooking Time - NilServes - 6

by Linda Zheng

AGAPE — Easter 2007 53

1 teaspoon Sesame oil2 cloves garlic, crushed 2.5 cm (1 inch) fresh ginger, grated 1 medium onion, sliced 4 pc spring onions, cut into short lengths1 tablespoon fish sauce 2 tablespoons light soy sauce1 tablespoon soft brown sugar 1 cup water 1 cup plain flour1 teaspoon ground cumin1 teaspoon ground coriander1 teaspoon ground paprika750 g (1,5 lbs) firm white fish fillets2 egg whites, lightly beaten1 tablespoon cornflour1 tablespoon water, extraoil, for deep frying

Ingredients :

Directions :1) Heat Sesame oil in a small pan: addthe garlic, ginger, onion and springonion, and cook over medium heat for3 minutes or until the onion is golden.Stir in the fish sauce, soy sauce, sugar and water. Set aside while preparingand cooking the fish.

2) Mix the flour, cumin, coriander and paprika in a medium-sized bowl.Cut the fish fillets into 2 cm (3/4 inch) cubes. Dip the cubes in the egg whitesand dust lightly with the spiced flour shaking off any excess. Heat the oilin a deep-fry over high heat for 3 to4 minutes or until golden and cookedthrough. Drain on paper towels andkeep warm.

3) Dissolve the cornflour in the water; add it to the sauce mixture, stirringconstantly until the mixture boils andthickens. Serve the fried fish pieces topped with the hot sauce. Garnishwith sliced spring onions.

Preparation time - 20 minutesTotal Cooking Time - 20 minutes Serves - 6

Spicy Fried Fish

54 AGAPE — Easter 2007

AGAPE — Easter 2007 55

Hhumor —————————————————————These jokes are taken from

http://www.happy-easter.com/jokes.htm"A cheerful heart is good medicine..."

(Proverbs 17:22a)

Happy EastErQ. What does it mean when the Easter Bunny arrives one day late with melted candy?A. He probably had a bad hare day.

Q. What does it mean when you see thirty rabbits in a row and they are all marching backwards?A. What you have is a receding hareline.

Q: How do bunnies stay healthy?A: Eggercise

Q: What do you call Easter when you are hopping around?A: Hoppy Easter!

Q: Why did the Easter egg hide?A: He was a little chicken!

Q: What do you call a bunny with a large brain?A: An egghead.

Q: Why did the rabbit cross the road?A: Because it was the chicken’s day off.

Q: What do you call a bunny with a dictionary in his pants?A: A smarty pants.

Q: How should you send a letter to the Easter Bunny?A: By hare mail!

56 AGAPE — Easter 2007