editan bab ii

Upload: trisno-adji

Post on 06-Jan-2016

257 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

40

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku 2.1.1 Pengertian perilakuSkinner (1938) dalam Notoatmodjo, 2007 mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan dan respons. Ia membedakan adanya dua respons, yaitu pertama Respondent respons atau flexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan rangsangan tertentu. Perangsangan perangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimulasi, karena menimbulkan respons respons yang relatif tetap dan respondent respons (respondent behaviour) ini mencakup juga emosi respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakan organisme yang bersangkutan. Yang kedua operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang seperti ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsangan perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Bentuk perilaku secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tertentu. Respon ini berbentuk dua macam, yaitu pertama bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, dalam hal ini adalah seorang ibu peserta KB aktif ingin menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) meskipun ibu tersebut tidak menggunakan MKJP. Perilaku ibu tersebut masih terselubung (covert behaviour). Yang kedua yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Dalam hal ini adalah ibu (peserta KB aktif) tersebut telah menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Oleh karena perilaku ibu ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut overt behaviour.

2.1.2 Kontrasepsi 2.1.2.1 Pengertian kontrasepsiKontrasepsi berasal dari kata kontra , artinya melawan dan konsepsi , artinya pembuahan. Jadi, kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sperma dan ovum, sehingga tidak terjadi pembuahan yang mengakibatkan kehamilan (Irianto,2013). Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. (Mulyani, 2013). Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai mahluk seksual (BKKBN, 2011). Kontrasepsi berasal dari kata Kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan, maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut (BKKBN, 2014).

2.1.3 Macam macam metode kontrasepsi2.1.3.1 Metode SederhanaKontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dengan senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma dan spermisida.2.1.3.2 Metode Modern/EfektifTerdapat tiga metode modern yaitu kontrasepsi hormonal (pil, suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim/AKDR), kontrasepsi mantap (medis operatif wanita/MOW dan medis operatif pria/MOP).

2.1.4 Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi:a. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOW, dan MOP)b. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP.

2.1.5 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang 2.1.5.1 Pengertian Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenis metoda yang termasuk dalam kelompok ini adalah metoda kontrasepsi mantap (pria dan wanita). implant, dan Intra Uterine Device (IUD). (BKKBN, 2009).2.1.5.2 Penggolongan Metode Kontrasepsi Jangka PanjangKelompok alat/cara KB modern menurut jangka waktu efektivitas untuk MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) terdiri dari susuk (implant), sterilisasi pria (MOP), sterilisasi wanita (MOW) serta, spiral/IUD.2.1.5.3 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau biasa disebut Intra Uterine Device (IUD) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. Cara kerja IUD adalah dengan menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi, dan memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.Jenis AKDR CuT-380A (kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan terdaapat dimana- mana dan AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering).Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi, sangat efektif 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan).AKDR mempunyai keuntungan yaitu dapat efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti), tidak perlu lagi mengingat ingat, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu taut hamil, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir), tidak ada interaksi dengan obat- obat, membantu mencegah kehamilan ektopik, tidak ada efek samping hormonal, tidak mahal jika ditinjau dari rasio biaya dan waktu penggunaan kontrasepsi, dan metode yang nyaman, tidak perlu disediakan setiap bulan dan pemeriksaan berulang.Kerugian dari AKDR adalah efek samping umum terjadi perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah tiga bulan), haid lebih lama dan lebih banyak, pendarahan (spotting) antarmenstruasi, dan saat haid lebih sakit. Komplikasi lain merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, pendarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus, tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan, penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memkai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas, Prosedur medik, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan, sedikit nyeri dan pendarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1- 2 hari, klien tidak dapatmelepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR, mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan, tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal, dan perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan jarinya ke dalam vagina, sebagianperempuan tidak mau melakukan ini.AKDR dapat digunakan oleh wanita Usia reproduktif, keadaan nulipara, menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya, setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi, resiko rendah dari IMS, tidak menghendaki metode hormonal, tidak menyukai untuk mengingat ingat minum pil setiap hari, tidak menghendaki kehamilan setelah 1 5 hari senggama. Pada umumnya Ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya: Perokok, pascakeguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi, sedang memakai antibiotika atau antikejang, gemuk ataupun yang kurus, sedang menyusui. Begitu juga ibu dalam keadaan seperti dibawah ini dapat menggunakan AKDR : Penderita tumor jinak payudara, penderita kanker payudara, pusing pusing,sakit kepala, tekanan darah tinggi, parises di tungkai atau di vulva, penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR), pernah menderita stroke, penderita diabetes, penderita penyakit hati atau empedu, malaria, skistosomiasis (tanpa anemia), penyakit Tiroid, epilepsi, nonpelvik TBC, setelah kehamilan ektopik, dan setelah pembedahan pelvik.AKDR tidak diperkenankan digunakan oleh wanita hamil, pendarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi), sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis), tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik, kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri, penyakit trofoblas yang ganas, diketahui menderita TBC pelvik, kanker alat genital, ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.Pemasangan AKDR dapat dilakukan kapan saja dalam siklus haid selama yakin tidak hamil, pemasangan setelah persalinan, setelah keguguran atau aborsi, dan beberapa hari setelah haid terakhir (Rinawati dkk, 2013).Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah : 1bulan pasca pemasangan, 3 bulan kemudian, setiap 6 bulan berikutnya, dan bila terlambat haid 1 minggu.a. AKDR dengan ProgestinJenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang mengandung Progesteron dari Mirena yang mengandung Levonorgestrel.Cara kerjanya adalah Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi, mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii dan menginaktifkan sperma.Efektivitas, sangat efektif, yaitu 0,5 1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan.Keuntungan kontrasepsi, efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun), tidak mengganggu hubungan suami istri, tidak berpengaruh terhadap ASI, kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat, efek samping sangat kecil, dan memiliki efek sistemik yang sangat kecil.Keuntungan nonkontrasepsi, mengurangi nyeri haid, dapat diberikan pada usia perimenopause bersamaan dengan pemberian estrogen, untuk pencegahan hiperplasia endometrium, mengurangi jumlah darah haid, sebagai pengobatan alternatif pengganti operasi pada pendarahan uterus disfungsional dan adenomiosis, merupakan kontrasepsi pilihan utama pada perempuan perimenopause, dan tidak mengandung progestin kerjanya terutama lokal pada endometrium.Keterbatasan, diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genitalia sebelum pemasangan AKDR, diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR, klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat,sehingga sangat tergantung pada tenaga kesehatan, pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea, dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (< 1/1000 kasus), kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi, bertambahnya risiko mendapat penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas, mahal, progestin sedikit meningkatkan risiko trombosis sehingga perlu hati hati pada perempuan perimenopause. Resiko ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pil kombinasi, progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati hati pada perempuan dengan penyakit kardiovaskuler, memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara, progestin dapat mempengaruhi jenis jenis tertentu hiperlipidemia, dan progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus. AKDR boleh digunakan dengan Progestin adalah usia reproduktif, telah memiliki anak maupun belum, menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk mencegah kehamilan, sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi, pascakegugugran dan tidak ditemukan tanda tanda radang panggul, tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi, sering lupa menggunakan pil, usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan dengan pemberian estrogen, dan mempunyai risiko rendah mendapatkan penyakit menular seksual.AKDR tidak boleh menggunakan Progestin yaitu hamil atau diduga hamil, pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, menderita vaginitis, salpingitis, endrometritis, menderita penyakit radang panggul atau pascakeguguran septik, kelainan kongenital rahim, miom submukosum, rahim yang sulit di gerakan, riwayat kehamilan ektopik,penyakit trofoblas ganas, terbukti menderita penyakit tuberkulosis panggul, kanker genitalia/payudara, sering ganti pasangan, dan gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan sedikit peningkatan kadar gula dan kadar insulin.Pemasangan AKDR dengan Progestin adalah setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut dapat dipastikan tidak hamil, sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama pasca persalinan, 6 8 minggu, ataupun lebih sesudah melahirkan, dan segera sesudah induksi haid, pasca keguguran spontan,atau keguguran buatan, dengan syarat tidak terdapat bukti bukti adaanya infeksi.

b. AKDR post-plasentaProgram insersi AKDR (IUD) postpartum dimana pasien mendapat insersi AKDR pasca persalinan. Program tersebut tidak pernah dikembangkan lagi. Dengan adanya cara yang relatif baru yaitu insersi AKDR post-plasenta mungkin mempunyai harapan dan kesempatan bagi banyak ibu yang tidak ingin hamil lagi. Teknik ini cukup aman. Hanya sebagian kecil (3-8%) ibu menginginkan anak lagi. Bagi Indonesia dengan kesulitan hidup yang cukup tinggi (30%) miskin, dan banyaknya unmet need (8,6%) maka teknologi ini perlu ditawarkan. Pasien hendaknya mendapat konseling sebelum persalinan. Pemasangan AKDR dapat dilakukan juga pada saat seksio sesarea. Peningkatan penggunaan AKDR akan mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan di masa depan, sehingga akan mengurangi angka kematian ibu di Indonesia.Efektivitas AKDR post-plasenta telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi, dan pendarahan. Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus disadari oleh pasien; bila mau akan dapat dipasangkan lagi. Kemampuan penolong meletakan di fundus amat memperkecil risiko ekspulsi. Oleh karena itu diperlukan pelatihan dan kontraindikasi pemasangan post-plasenta ialah: ketuban pecah lama, infeksi intrapartum, pendarahan postpartum.Teknologi AKDR umumnya jenis Cu-T dimasukan ke dalam fundus uteri dalam 10 menit setelah plasenta lahir. Penolong telah menjepit AKDR di ujung jari tengah dan telunjuk yang selanjutnya menyusuri sampai ke fundus dan pastikan bahwa AKDR diletakan dengan benar difundus. Tangan kiri penolong memegang fundus dan menekan ke bawah. Jangan lupa memotong benang AKDR sepanjang 6 cm sebelum insersi.AKDR pascapersalinan merupakan metode yang aman, efektif dan nyaman bagi sebagian besar perempuan. Untuk perempuan yang kurang mendapat akses ke klinik reproduksi atau fasilitas kesehatan, AKDR pascaplasenta merupakan kesempatan yang paling baik untuk mengontrol fertilitas pascapersalinan. Keuntungan lain adalah motivasi yang tinggi untuk menjaga kesehatan dan membantu tumbuhkembang bayi dan jaminan untuk tidak segera hamilkembali. Hal hal penting yang harus diperhatikan untuk AKDR pascapersalinan adalah konseling AKDR seharusnya sudah diberikan selama ibu hamil melakukan asuhan antenatal, pelaksanaan pemasangan AKDR pasca persalinan harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan hal tersebut karena tingkat ekspulsi berhubungan erat dengan teknik insersi dan kompetensi petugas, dan perlu dilakukan kontrol ulang (4 6 minggu) untuk memastikan AKDR masih ada di kavum uteri.2.1.5.4 ImplantKontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit (Hanafi dalam Rinawati dkk, 2013). Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon (polydimethylsiloxane) dan dipasang dibawah kulit. (Rinawati dkk, 2013). Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan apat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun (BKKBN, 2011).Cara kerjanya menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma, terganggunya endometrium sehingga sulit terjadinya implantasi, dan mencegah penetrasi sperma.Implant merupakan salah satu kontrasepsi efektif yang pernah dibuat. Angka kehamilan pada tahun pertama hanya 0,2 per 100 perempuan dan angka kumulatif pada tahun kelima hanya 1,6.Implant mempunyai tiga jenis yaitu norplant (terdiri dari 6 batang silastik medik (polydimethylsiloxane) yang fleksibel dimana kedua ujungnya ditutup dengan penyumbat sintetik yang tidak mengganggu kesehatan klien, panjang batang 34mm dengan diameter 2,4mm yang diisi dengan 36mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun), implanon dan sinoplant (terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira kira 40mm dan diameter 2mm, yang diisi dengan 68mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun), Jadena dan indoplant (terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75mg Levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun). Keuntungan yang dimiliki oleh implant adalah daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan implant, bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu saat senggama, tidak mengganggu produksi ASI, dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan implant secara non kontrasepsi adalah mengurangi nyeri haid, pendarahan atau bercak pendarahan diantara siklus haid, melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul, dan menurunkan angka kejadian endometriosis.Kekurangan implant, implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih, petugas kesehatan harus dilatih khusus, harga implant yang mahal, implant sering mengubah pola haid, implant dapat terlihat dibawah kulit.Efek samping implant adalah perubahan pola haid berupa pendarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.Implant dapat digunakan oleh wanita umur reproduktif (20 35 tahun), telah memiliki anak sesuai yang diinginkan atau tidak ingin tambah anak lagi tetapi saat ini belum mau menggunakan kontrasepsi mantap, menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang, pascapersalinan dan sedang menyusui bayinya yang berusia 6 minggu atau lebih. Sedangkan yang tidak boleh menggunakan implant adalah wanita hamil atau diduga hamil, pendarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya,ada benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi, mioma uterus dan kanker payudara, ibu yang memiliki riwayat hipertensi, dan ibu yang memiliki riwayat diabetes melitus.

2.1.6 Kontrasepsi Mantap2.1.6.1 PengertianKontrasepsi mantap merupakan salah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) dan saluran sperma (pada laki-laki). Dengan cara ini, proses reproduksi tidak lagi terjadi dan kehamilan akan terhindar untuk selamanya karena sifatnya yang permanen (Rinawati dkk, 2013). Operasi tubektomi ada beberapa macam cara antara lain kuldoskopik, kolpotomi, posterior, laparoskopi, dan minilaparotomi. Cara yang sering dipakai di Indonesia adalah laparoskopi dan minilaparotomi. Keuntungan yang dimiliki oleh kontrasepsi mantap yaitu mempunyai efektivitas paling tinggi diantara metode kontrasepsi lainnya, mengakhiri keseburan selamanya, tidakperlu perawatan khusus, dan tidak memiliki kontraindikasi.Kontrasepsi mantap sesuai untuk pasangan yang tidak ingin menambah anak lagi, ibu pascapersalinan, ibu menyusui, tidak ingin menggunakan kontrasepsi yang harus dipakai atau disiapkan setiap waktu, perempuan dengan gangguan kesehatan yang bertambah berat jika terjadi kehamilan, dan pengguna kontrasepsi yang menimbulkan gangguan pola haid.Efek samping yang ditemukan jarang sekali ditemukan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Komplikasi tubektomi infeksi luka, demam pasca operasi (380), luka pada kandung kemih (intestinal jarang terjadi), hermatoma (subkutan), emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi), rasa sakit pada lokasi pembedahan, dan pendarahan superfinial. Pada vasektomi pendarahan, hematoma, infeksi, granuloma sperma.a. Metode Operatif Wanita (MOW).Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan tubektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini. Tubektomi termasuk metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang. Efektivitas tubektomi: kurang dari satu kehamilan per 100 (5 per 1000) perempuan pada tahun pertama penggunaan, pada 10 tahun penggunaan, terjadi sekitar 2 kehamilan per 100 perempuan (18 19 per 1000 perempuan), efektivitas kontraseptif terkait juga dengan teknik tubektomi (penghambatan atau oklusi toba) tetapi secara keseluruhan, efektivitas tubektomi cukup tinggi dibandingkan metode kontrasepsi lainnya. Metode dengan efektivitas tinggi adalah tubektomi minilaparotomi pascapersalinan.Efek samping, resiko, dan komplikasi jarang sekali ditemukan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Keuntungannya mempunyai efek protektif terhadap kehamilan dan penyakit radang panggung (PID). Beberapa studi menunjukan efek protektif terhadap kanker ovarium. Resiko, walaupun jarang tetapi dapat terjadi komplikasi tindakan pembedahan dan anestesi. Penggunaan anestesi lokal sangat mengurangi resiko yang terkait dengan tindakan anestesi umum. Salah persepsi yang harus dikoreksi terkait tubektomi yaitu tidak menyebabkan pengguna menjadi lemah, tidak menimbulkan nyeri pinggang, uterus atau abdomen yang berkepanjangan, bukan prosedur pengangkatan uterus (histerektomi), tidak menyebabkan gangguan keseimbangan hormon, tidak menyebabkan pola haid (metroragia, polimenore), tidak menambah menoragia, nafsu makan atau berat badan, tidak menurunkan libido, dan mengurangi risiko kehamilan ektopik.Tubektomi sesuai untuk pasangan yang tidak ingin menambah anak lagi, ibu pascapersalinan, ibu menyusui, tidak ingin menggunakan kontrasepsi yang harus dipakai atau disiapkan setiap waktu, perempuan dengan gangguan kesehatan yang bertambah berat jika terjadi kehamilan, pengguna kontrasepsi yang menimbulkan gangguan pola haid.Enam hal penting dalam konseling tubektomi, masih ada berbagai jenis kontrasepsi jika klien belum mantap untuk tubektomi, tubektomi adalah prosedur bedah minor, selain menguntungkan, tubektomi juga memiliki risiko, setelah tubektomi, klien tidak dapat hamil lagi, tubektomi bersifat permanen, klien dapat (setiap saat) membatalkan pilihan untuk menggunakan tubektomi selama prosedur tubektomi belum dilaksanakan.Mekanisme kerja tubektomi adalah dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.Teknik melakukan MOW, tahap persiapan pelaksanaan yaitu informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan, riwayat medis kesehatan, pemeriksaan laboratorium, pengosongan kandung kencing asepsis dan antisepsis daerah abdomen anesteri.Teknik yang digunakan dalam pelayanan tubektomi antara lain:a. MinilaparotomiMetode ini merupakan pengambilan tuba yang dilakukan melalui sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah bawah perut (subrapubik) maupun pada lingkar pusat bawah (sub umbilikal), baik dilakukan untuk masa interval maupun pascapersalinan. Setelah tuba di dapat kemudian dikeluarkan,diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu dinding perut ditutup kembali,luka sayatan ditutup dengan kasa yang kering dan steril dan apabila tidak ditemukan masalah yang berarti pasien dapatdipulangkan setelah 2 4 jam, relatif murah,dan dapat dilakukan oleh dokter yang terlatih khusus operasi ini aman dan efektif (Rinawati, 2013).b. Laparoskopi Prosedur laparoskopi membutuhkan tenaga Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar dapat dilakukan 6 8 minggu pascapersalinan atau setelah abortus. Laparoskopi sebaiknya digunakan untuk jumlah pasien yang memadai karena peralatan dan biaya pemeliharaan cukup mahal.Indikasi tubektomi,umur lebih dari 26 tahun, anak lebih dari 2 orang, yakin telah mempunyai keluarga dengn jumlah yang diinginkan, ibu pascapersalinan, ibu pascakeguguran, pasien paham dan setuju dengan prosedur KB tubektomi.Kontraindikasi tubektomi, tidak ada ovulasi, kondisi kesehatan yang berat seperti stroke, darah tinggi atau diabetes, keadaan kesehatan yang tidak baik, dimana kehamilan memperburuk kesehatannya, pendarahan pervaginal yang belum jelas, infeksi organ organ pelvik yang luas dan berat, tuba yang sehat terlalu pendek (kurang dari 4 cm), tidak boleh menjalani proses pembedahan, pasien masih ragu dan belum setuju dengan kontrasepsi tubektomi.c. VasektomiVasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini. Vasektomi disebut juga sebagai metode kontrasepsi operatif lelaki, metode permanen untuk pasangan tidak ingin anak lagi, metode ini membuat sperma (yang disalurkan melalui vas deferens) tidak dapat mencapai vesikula seminalis yang pada saat ejakulasi dikeluarkan bersamaan dengan cairan semen. Untuk oklusi vas deferens, diperlukan tindakan inisi kecil (minor) pada daerah rafe skrotalis, penyesalan terhadap vasektomi, tidak segera memulihkan fungsi reproduksi karena memerlukan tindakan pembedahan ulang.Vasektomi termasuk metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang. Efektivitas vasektomi, setelah masa pengosongan sperma dari vesikula seminalis (20 kali ejakulasi menggunakan kondom) maka kehamilan hanya terjadi pada 1 per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan, pada mereka yang tidak dapat memastikan (analisis sperma) masih adanya sperma pada ejakulat atau tidakpatuh menggunakan kondom hingga 20 kali ejakulasi maka kehamilan terjadi pada 2 3 per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan, selama 3 tahun penggunaan, terjadi sekitar 4 kehamilan per 100 perempuan, bila terjadi kehamilan pascavasektomi, kemungkinannya adalah : pengguna tidak menggunakan metode tambahan (barrier) saat senggama dalam 3 bulan pertama pascavasektomi, oklusi vas deferens tidak tepat, dan rekanalisasi spontan.Keterbatasan vasektomi, permanen (non-reversible) dan timbul masalah bila klien menikah lagi, bila tak siap ada kemungkinan penyesalan dikemudian hari, perlu pengosongan depot sperma di vesikula seminalis sehingga perlu 20 kali ejakulasi, resiko dan efek samping pendarahan kecil, ada nyeri/rasa tak nyaman pascabedah, perlu tenaga pelaksana terlatih, dan tidak melindungi klien terhadap PMS (misalnya : HVB, HIV/AIDS).Tidak ada efek samping jangka pendek dan jangka panjang, walaupun jarang sekali, dapat terjadi nyeri skrotal dan testikular berkepanjangan (bulanan atau tahunan). Komplikasi segera dapat berupa hematoma intraskrotal dan infeksi. Teknik vasektomi tanpa pisau (VTP) sangat mengurangi kejadian infeksi pascabedah.Vasektomi dapat digunakan untuk pria usia reproduktif (biasanya < 50 tahun), tidak ingin anak lagi, menghentikan fertilitas ingin metode kontrasepsi yang sangat efektif dan permanen, istrinya mempunyai masalah usia, paritas atau kesehatan kehamilan dapat menimbulkan risiko kesehatan atau mengancam keselamatan jiwanya, memahami asas sukarela dan memberi persetujuan tindakan medik untuk prosedur tersebut, dan merasa yakin bahwa mereka telah mendapatkan jumlah keluarga yang diinginkan.Indikasi, vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.Teknik vasektomi ada dua cara yaitu teknik konvensional vasektomi yang lazim dilakukan dengan cara memotong pipa saluran sel benih, kemudian mengikat kedua ujung potongannya. Karena pipa alit ini ada pada kedua belah sisi buah zakar, pemotongan dilakukan pada kedua belah sisi. Caranya, dengan membius lokal dengan suntikan pada kulit sebelah pinggir kantong buah zakar setelah meraba lokasi pipa sel benihnya. Pada bagian ini lalu disayat beberapa sentimeter untuk menemukan sang pipa. Pipa lalu ditarik keluar dan dipotong. Kemudian, masing masing ujung pipanya diikat, lalu dimasukan kembali ke dalam kantong zakar. Bekas luka sayatan dijahit. Teknik yang lebih baru dilakukan dengan cara pembakaran (cauterisasi) pada pipa sel benih. Tidak perlu sayatan lebih dulu (no scapel vasektomy), melainkan dengan jarum khusus langsung menembus kulit kantong buah zakar pada lokasi pipa sel benih berada, dan setelah pipanya ketemu, dilakukan cauterisasi. Hasilnya sama sama membuat buntu pipa penyalur benih. Sekarang dikenal pula teknik dengan menggunakan klip (Vasklip). Dengan klip khusus sebesar butir beras, pipa sel benih dijepit. Ini sudah dipakai di AS sejak tahun 2002, dan disahkan oleh FDA, tetapi hanya berlaku di kalangan AS saja (Rinawati dkk, 2013).

Faktor faktor dalam pemilihan metode kontrasepsi Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :a. Faktor predisposisi (predisposing factor), faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekomoni dsb.b. Faktor pemungkin (enabling factor, faktor ini menckup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.c. Faktor penguat (reinforcing factor), faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, undang undang,peraturan peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan.Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efetivitas, keamanan, frekuensi pemakaian, efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut, faktor lainnya adalah frekuensi melakukan hubungan seksual (Sulistyawati, 2012). Alasan utama tidak menggunakan alat/cara KB. Secara umum, alasan utama terkait dengan hak setiap perempuan untuk mempunyai anak sehingga tidak menggunakan KB. Alasan tidak menggunakan KB karena masalah fertilitas dan ingin punya anak mengindikasi kelompok yang tidak memerlukan KB. Alasan lainnya seperti masalah kepercayaan, dilarang suami/keluarga, kurang pengetahuan, masalah akses alat KB, takut efek samping dan alasan tidak nyaman (Riskesdas, 2013).

2.2 PengetahuanMerupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).1. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions), dan penerangan penerangan yang keliru (misinformations) (Soekanto, 2006).Sumber sumber pengetahuan berupa ide, kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sintetis budi, atau meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti ( Soelaeman, 2006).

2.3 Dukungan suamiDukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen dalam Setiadi, 2008). Dukungan sosial keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. Studi studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasikan dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat. Dukungan sosial keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan sosial keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari saudara kandung, atau dukungan dari anak (Friedman dalam Setiadi, 2008). Dalam hal ini dukungan suami terhadap alat kontrasepsi yang akan dipilih dan digunakan oleh istrinya.

2.4 SikapSikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo, 2007. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku.sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, buka merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan reaksi terhadap suatu objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda, kejadian situasi, orang orang atau kelompok. Kalau yang diambil terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap poritif, sedangkan kalau perasaan tidak senang, sikap negatif. Kalau tidak timbul perasaan apa apa berarti sikapnya netral. Sikap dinyatakan dalam tiga domain ABC, yaitu Affect, Behaviour, dan Cognition. Affect adalah perasaan yang timbul (senang, tak senang), Behaviour adalah perilaku yang mengikuti perasaan itu (mendekat, menghindar), dan Cognition adalah penilaian terhadap objek sikap (bagus, tidak bagus). Manusia dapat mempunyai bermacam macam sikap terhadap berbagai macam macam hal (objek sikap). Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat berubah ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar yang bersangkutan pada saat saat dan tempat yang berbeda beda. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan. Inilah yang membedakannya dari pengetahuan misalnya. Sikap tidak hilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi. Jadi, sikap berbeda dengan refleks atau dorongan. Sikap tidak hanya terdiri atas satu macam saja, melainkan bermacam macam, sesuai dengan banyaknya objek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan. Proses pembentukan dan perubahan sikap

Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam cara :1. Adopsi adalah kejadian kejadian dan peristiwa peristiwa yang terjadi berulang ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.2. Diferensiasi : dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.3. Integrasi : pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.4. Trauma adalah pengalaman yang tiba tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

Faktor faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap :1. Faktor internal : yaitu faktor faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti faktor pilihan. Pilihan ini ditentukan oleh motif motif dan kecenderungan kecenderungan dalam diri kita. Karena harus memilih inilah kita menyusun sikap positif terhadap satu hal dan membentuk sikap negatif terhadap hal lainnya.2. Faktor eksternal : selain faktor faktor yang terdapat dalam diri sendiri, maka pembentukan sikap ditentukan pula oleh faktor faktor yang ada diluar, yaitu :a. Sifat objek, sikap itu sendiri, bagus, atau jelek dan sebagainya.b. Kewibawaan : orang yang mengemukaan suatu sikap.c. Sifat orang orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut. d. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.e. Situasi pada sikap itu dibentuk.Makin banyak faktor yang ikut mempengaruhi, semakin cepat terbentuknya sikap (Sarwono, 2013).

Ada dua pembagian kerangka pemikiran mengenai sikap yaitu tradisional dan modern. Tiga kerangka pemikiran secara tradisional mengenai sikap :1. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone(1982), Rensis Likert (1932), dan Charles osgood, enurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Berkowitz, 1972). Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis (Edwards, 1957).2. Kerangka pemikiran yang kedua diwakili oleh para ahli seperti Chave (1982), Borgandus (1931), LaPierre (1934), Mead (1934), dan Gordon Allport (1935) yang konsepsi mereka mengenai sikap lebih kompleks. Menurut kelompok pemikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan semacam kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. LaPierre (1934) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.3. Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord dan Backman (1964), misalnya, mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Ada dua pendekatan guna klasifikasi tentang sikap :1. Pendekatan yang pertama adalah yang memandang sikap sebagai kombinasi reaksi afektif, perilaku dan kognitif sebagai suatu objek. Ketiga komponen tersebut secara bersama mengorganisasikan sikap individu. Pendekatan ini, yang terurai diatas dikenal dengan nama skema triadik, disebut juga pendekatan tricomponent.2. Pendekatan kedua timbul dikarenakan adanya ketidakpuasan atas penjelasan mengenai inkonsistensi yang terjadi di antara ketiga komponen kognitif, afektif, dan perilaku dalam membentuk sikap. Oleh karena itu pengikut pendekatan ini memandang perlu untuk membatasi konsep sikap hanya pada aspek afektif saja (single component). Definisi yang mereka ajukan mengatakan bahwa sikap tidak lain adalah afek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek. Definisi Petty dan Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek, atau isu isu. Sikap merupakan suatu konstrak multidimensional yang terdiri atas kognisi, afeksi, dan konasi (Azwar, 2013).

2.5 Penghasilan keluargaPenghasilan keluarga adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas-jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Konkretnya penghasilan keluarga dapat bersumber pada: Usaha sendiri, misalnya berdagang (wiraswasta), bekerja pada orang lain (misalnya karyawan atau buruh), dan hasil dari milik misalnya punya sawah atau rumah disewakan. Penghasilan keluarga dapat diterima dalam bentuk uang maupun dalam bentuk barang disebut in natura misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah atau dari pekarangan sendiri atau fasilitas fasilitas (misalnya rumah dinas, pengobatan gratis). Selain penghasilan (balas karya dan hasil milik dsb) mungkin masih ada penerimaan uang masuk lain, misalnya berupa :uang pension bagi mereka yang sudah lanjut usia dan dulu bekerja pada pemerintah atau instansi lain, sumbangan atau hadiah dan pinjaman atau hutang, ini merupakan uang masuk, tetapi pada suatu saat akan harus dikembalikan.Gaji pokok (untuk pegawai negeri atau menurut ketentuan pangkat golongan pegawai negeri sipil (PGPS) ), ditambah macam macam tunjangan merupakan gaji kotor atau bruto. Upah/gaji bruto tersebut belum tentu semua diterima oleh yang bersangkutan sebab gaji kotor biasanya masih dikurangi dengan bermacam-macam potongan, misalnya untuk pajak, dana hari tua dll, yang tinggal disebut gaji bersih atau take home pay. Demikian pula halnya dengan laba usaha : penerimaan kotor baru merupakan laba bersih setelah dikurangi semua ongkos- ongkos (Gilarso, T, 2008). Berdasarkan hasil penetapan Upah Minimum Kota (UMK), Kota Bandar Lampung mengalami kenaikan UMK dari yang sebelumnya pada tahun 2013 sebesar Rp1,165 juta menjadi Rp1,550 juta di tahun 2014 tiap bulannya sehingga besarnya pendapatan untuk penghasilan keluarganya tinggi 2 kali diatas Upah Minimum Kota (UMK) (http://www.radarlampung.co.id, 2014).

2.6 Penelitian terkait1. Penelitian yang dilakukan oleh Rizali I, dkk (2013) dengan judul Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Di Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2013 Analisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-square dan koefisien phi f. Hasil penelitian diperoleh bahwa umur (p =0,023, f = 0,164), pendidikan (p = 0,000, f = 0,307), pengetahuan (p = 0,000, f = 0,341), jumlah anak hidup (p = 0,019, f = 0,169), ketersediaan alat kontrasepsi (p = 0,016, f = 0,173), dukungan petugas kesehatan (p=0,000,f=0,347),kesepakatan suami dan istri (p = 0,002, f = 0,225) dan efek samping (p = 0,033, f = 0,351) memiliki hubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Bernandus D, dkk (2012) dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Bagi Akseptor KB Di Puskesmas Jailolo secara univariat, bivariat dan multivariat menggunakan SPSS Ver.20 dengan uji Chi-Square dan kemaknaan = 0,05. Dari hasil analisis bivariat terdapat hubungan antara variabel usia, pendidikan, pengetahuan, tarif pelayanan, persetujuan pasangan, budaya dengan pemilihan AKDR di Puskesmas Jailolo sedangkan pekerjaan, ekonomi dan tarif pelayanan tidak berhubungan. Hasil analisis multivariat dari lima variabel independen yang berhubungan menunjukkan bahwa pendidikan yang paling dominan dalam pemilihan AKDR dengan nilai P = 0,161. Simpulan: pada akseptor KB aktif di Puskesmas Jailolo 27 Desember 2012 19 Januari 2013, faktor usia, pendidikan, pengetahuan, tarif pelayanan, persetujuan pasangan, dan budaya mempunyai hubungan dengan pemilihan AKDR; dan yang paling berperan adalah faktor pendidikan.3. Penelitian yang dilakukan oleh Asmawahyunita, S.Kep (2010) dengan judul Hubungan Sikap Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Rsia Kumalasiwi Pecangaan Kabupaten Jepara Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersikap mendukung sebanyak 71 responden (50.7%) dan sebagian kecil responden memilih AKDR sebanyak 17 responden (12.1%). Ada hubungan antara sikap ibu dengan pemilihan AKDR dengan hasil p value 0,045.4. Penelitian yang dilakukan oleh Musdalifah, dkk (2013) dengan judul Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Pasutri Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampa Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang 2013 Duampanua Kabupaten Pinrang tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara umur dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,008, ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,000, ada hubungan antara efek samping dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,010, ada hubungan antara pemberian informasi dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,006. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari I, dkk (2013) dengan judul Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik Hasil uji statistik bahwa H0 ditolak karena nilai x hitung > x tabel, yaitu 7,727 > 5,591 atau nilai signifikansi hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Squaretest di peroleh nilai P = 0,021 < a (0,05) maka ada hubungan yang signifikan tingkat pendapatan keluarga dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik di BPM Puji Utomo Desa Kedung Jeruk, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.6. Penelitian yang dilakukan oleh Putriningrum R (2010) dengan judul Faktor faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemilihan kontrasepsi KB suntikdi BPS Ruvina Surakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ke enam faktor yang diteliti ada 4 faktor yang mempunyai pengaruh yaitu faktor pengetahuan, faktor pendidikan, faktor jumlah anak, faktor peran suami.7. Penelitian yang dilakukan oleh Imron R (2010) dengan judul Determinan pemakaian alat kontrasepsi IUD pada akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan propinsi Lampung tahun 2010. Hasil penelitian menyimpulkan dari 350 responden, yang memakai IUD sebanyak 155 responden (44,3%), dan dari delapan variabel yang diteliti di dapatkan hasil: usia (p value=0,940), paritas (p value=0,001), spasing (p value=0,013), pendidikan (p value=0,024), pekerjaan (p value=0,015), ekonomi (p value=0,327), dukungan suami (p value=0,001), dan rumor (p value=0,001). Variabel paling dominan dalah paritas dengan hasil multivariat p value=0,000 dengan OR=11,330.8. Penelitian yang dilakukan oleh Fienalia R (2011) dengan judul faktor faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MJKP) di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara umur ibu (p value = 0,007 dan OR 2,5), jumlah anak hidup (p value = 0,000 dan OR 3,9), kelengkapan pelayanan KB (p value = 0,000 dan OR 5,6), jarak ke tempat pelayanan KB (p value = 0,001 dan OR 4,3), biaya penggunaan alat kontrasepsi (p value = 0,000 dan OR 2,6), dan pengetahuan tentang MKJP (p value = 0,004 dan OR 2,6).9. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu I, dkk (2013) dengan judul Hubungan Beberapa Karakteristik Wanita Pasangan Usia Subur (Pus) Peserta Kb Aktif Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Di Kelurahan Kramas Kecamatan Tembalang Triwulan I Tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan tentang KB dan alat kontrasepsi wanita P (p=0.008). Sedangkan faktor umur wanita PUS (p=1.000), tingkat pendidikan (p=1.000), pekerjaan (p=0.771), paritas(p=0.762), dukungan suami(p=1.000) tidak berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik di Kelurahan Kramas.10. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayunda S dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi oleh PUS di Desa Peunyerat Kecamatan Banda Rayabanda Aceh. Hasil menunjukan menunjukkan bahwa variable independen yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi adalah Dukungan Suami dari 18 responden (100%) yang mendapatkan dukungan suami , menggunakan metode kontrasepsi efektif sebanyak 12 responden (66.7%) dengan nilai (P=0,099), Pengetahuan dari 36 responden (100%) yang berpengetahuan tinggi, menggunakan metode kontrasepsi efektif sebanyak 22 responden (61.1%) dengan nilai (P=0,030), Pendidikan dari 9 responden (100%) yang berpendidikan tinggi, menggunakan metode kontrasepsi efektif sebanyak 7 responden (77.8%) dengan nilai (P=0,037). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dukungan suami tidak ada hubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi sedangkan pengetahuan, dan pendidikan ada hubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi.

2.7 Kerangka Teori Tahap 4 Tahap 3

GenetikFaktor Predisposisi (Predisposing Factors)PengetahuanSikapkepercayaannilaiPersepsiIntervensi keselarasan penilaian pendidikan dan ekologikomunikasi langsung kepada masyarakat,pasien,mahasiswa,karyawan

Komponen Pendidikan kesehatan Program KesehatanFaktor pendukung (reinforsing factor)-sikap dan perilaku kesehatan dan lainnya, individu,teman, sebaya, orang tua, petugas dll

Perilaku (sikap) dari individu, kelompok atau masyarakatkomunikasi tidaklangsung melaluistaff,pelatihan,konsultasi,umpan baliktahap 5

Faktor Pemungkin (Enabling factors)Ketersediaan sumber daya kesehatanAkses sumber daya kesehatanPeraturan,prioritas dan komitmen pemerintah/masyarakat terhadap kesehatanKetrampilan petugas yang berhubungan dengan perilakupenilaian

Kebijakan peraturan Organisasiadministrasipelatihan, komunitas

Faktor lingkunganPsikologiSosialekonomidan kebijakan,organisasi, penegakanHukum, pedoman,Alokasi sumber daya

Gambar 2.1 Kerangka KonsepSumber: Lawrence W. Green, Health Program Planning: An Educational and Ecological Approach, 2005

2.8 Kerangka Konsep PenelitianVariabel IndependenVariabel Dependent

Faktor PredisposisiPengetahuanSikap

Pemilihan MKJP wanita pada peserta KB aktif

Faktor Penguat (Reinforcing factors)Dukungan suamiPenghasilan keluarga

Gambar 2.2 Kerangka Konsepfaktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) wanita pada peserta KB aktif, menurut teori Lawrence Green (2005)

2.9 Hipotesis1. Ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) wanita pada peserta KB aktif2. Tidak ada hubungan sikap dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) wanita pada peserta KB aktif3. Ada hubungan dukungan suami dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) wanita pada peserta KB aktif4. Tidak ada hubungan penghasilan keluarga dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) wanita pada peserta KB aktif9