edisi37 oktober 2013

Upload: made-achmad

Post on 18-Oct-2015

128 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tabloid Tabangun Aceh edisi 37 oktober 2013

TRANSCRIPT

  • 14 Jalan Tembus untuk Ekspor Hasil Pertanian04

    Jalan Panjang Menembus Buloh Seuma06

    11 Jalan Membuka Isolasi Aceh09

    PROGRAM pembangunan 14 ruas jalan tembus di Aceh bertujuan untuk mempermudah dan memperlancar ekspor hasil pertanian dari Aceh. Pembangunan 14 jalan tembus itu juga diikuti dengan program pembangunan prasarana dan sarana produksi pertanian, hortikultura, peternakan, perikanan, kehutanan dan lainnya.

    SETELAH menunggu lama dan berjuang dengan berbagai cara, akhirnya pada 2012 jalan dari pusat Kecamatan Trumon ke Buloh Seuma dibuka. Jalan berlebar 12 meter membelah lurus hutan rawa sepanjang 18 kilometer.

    PEMERINTAH komit melanjutkan pembangunan ruas-ruas jalan pedalaman, bahkan dalam program prioritas RPJM Aceh 2012-2017 disebutkan bahwa satu dari sepuluh prioritas pembangunan Aceh adalah pembangunan infrastruktur yang terintegrasi; dan ini terdapat dalam isu strategis pembangunan Aceh.

    Edisi 37 TAHUN IVOKTOBER 2013

    Dapat diakses secara online melalui website: bappeda.acehprov.go.id

    03Isolasi Terbuka, Rakyat Sejahtera

    FOTO: HUMAS PEMKAB ACEH SELATAN

    MEMBEBASKAN KETERISOLASIAN MENUJU PERCEPATAN EKONOMI

  • TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 37 | OKTOBER 20132

    Oleh: Dr. Sufirmansyah, SE, M.Si

    pengawalan dari berbagai pihak ini sejatinya akan menghasil-kan pembangunan berjalan sesuai dengan perencanaan awal.

    Baru-baru ini tersiar kabar bahwa tim dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah mencoret 14 paket proyek pembanguan jalan lintas tengah yang anggarannya diusulkan dalam RAPBA-P 2013 untuk dikerjakan dengan sistem mul-tiyears (dikerjakan dalam beberapa tahun). Kabar ini perlu diluruskan, bahwa Mendagri tidak mencoret rencana pem-bangunan 14 ruas jalan yang merupakan bagian dari upaya peningkatan kemakmuran rakyat.

    Mendagri hanya memberi masukan dan arahan agar 14 paket jalan lintas tengah itu diusulkan dalam RAPBA 2014. Sebab, kalau dimasukkan dalam RAPBA-P 2013 tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakannya, bahkan waktu untuk pelaksaan tendernya saja tidak mencukupi, karena pada pertengahan Desember pelaksanaan anggaran sudah harus ditutup. Sementara pelaksanaan proyek dalam APBA-P 2013 nyaris hanya 2 bulan saja; November hingga Desember 2013.

    PEMBANGUNAN infrastruktur jalan dan jembatan adalah prioritas pembangunan Pemerintah Aceh dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2012-2017. Pembangunan beberapa ruas jalan baru dan peningkatan ruas-ruas jalan lainnya dipandang penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah Aceh menargetkan, pada akhir masa pelaksanaan RPJMA seluruh kabupaten/kota di Aceh telah terkoneksi, dapat dilalui dengan lancar dari bagai arah. Itulah sebabnya, pembangunan jalan dan jembatan dilakukan setiap tahun dan triliunan rupiah anggaran dari APBN, APBA, APBK dan lembaga donor diku-curkan.

    Tingginya perhatian Pemerintah Aceh pada pembangunan infrastruktur jalan telah menimbulkan reaksi dari berbagai pi-hak. Ini karena tingginya alokasi anggaran untuk proyek jalan itu sendiri. Adanya perhatian dari berbagai pihak merupakan nilai positif sehingga perencanaan dan pelaksanaan pemban-gunan akan mendapat pengawalan yang ketat dari berbagai pihak, selain dari lembaga resmi negara tentunya. Adanya

    Selain itu, pelaksanaan proyek multiyears (tahun jamak) memerlukan izin prinsip dan kesepakatan bersama antara gubernur dan lembaga legislatif (DPRA). Untuk 14 paket jalan lintas tengah itu saat ini sedang dalam proses mendapat-kan kesepakatan dua institusi negara itu. Jadi, tim dari Kemendagri tidak mencoret rencana pembangunan 14 ruas jalan lintas tengah itu, melainkan meminta ditunda atau dipindahkan ke tahun 2014 untuk kemudian dikerjakan dalam jangka waktu 3 tahun (2014-2016).

    Pembangunan 14 ruas jalan di kawasan tengah Aceh ini bertujuan untuk mencegah terisolirnya rakyat di kawasan pedalaman Aceh yang ujungnya akan meningkatkan tingkat kesejahteraan melalui percepatan pembangunan ekonomi juga mengurangi disparitas pembangunan antardaerah (inequity). Dalam hal ini Pemerintah Aceh memiliki komit-men tinggi dan akan tetap berupaya memanfaatkan dana pembangunan untuk proyek-proyek yang manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat luas. Semoga!

    n abubakar karim

    OPINI

    Alamat Redaksi Bappeda Aceh Jl.Tgk. H. Muhammad Daud Beureueh No. 26 Banda Aceh Telp. (0651) 21440 Fax. (0651) 33654 | Web: bappeda.acehprov.go.id email: [email protected], [email protected]

    Redaksi menerima kiriman berita kegiatan pembangunan Aceh dan opini dari masyarakat luas. Tulisan diketik dengan spasi ganda dan disertai identitas dan foto penulis, dapat pula dikirim melalui pos atau e-mail

    Redaksi

    Salam Redaksi

    Dewan Pengarah Gubernur Aceh, Wakil Gubernur Aceh, Sekretaris Daerah, Asisten I, II dan III Setda Aceh | Penanggung Jawab Kepala Bappeda Aceh | Wakil Penanggung Jawab Sekretaris Bappeda Aceh | Pemimpin umum Kasubbag Umum | Pemimpin Redaksi Aswar Liam, Redaktur Pelaksana Hasan Basri M. Nur | Dewan Redaksi Ridwan, Bulman, Firman |Sekretaris Redaksi Farid Khalikul Reza, Robi | Bendahara Zulliani | Editor Zamnur Usman | Reporter Heri Hamzah, D Zamzami, Fauzi Umar | Lay out & editor foto Irvan | Ilustrasi kartun dan grafis Jalaluddin Ismail | Reportasi dan Notulensi Bulqaini Ilyas | Fotografer Fikri | IT Candra | Staf Logistik dan Layanan Umum Iskandar J, Firdaus, Rizki Ratih Emelia, Umri.

    Jalan Pedalaman sebagai Prioritas Pembangunan

    Pembangunan dan Kesejahteraan Aceh

    Kemiskinan dan pengangguran meru-pakan fenomena yang terus meng-gelinding seiring perjalanan waktu. Berbagai cara terus dilakukan namun relatif belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Kemiskinan bersifat multidimensi, maka di-perlukan analisis mencari akar penyebabnya agar menghasilkan solusi yang cepat dan te-pat. Pemerintah memiliki kewenangan ter-hadap pemenuhan hak-hak dasar masyarakat seiring berlakunya otonomi dan desentralisasi fiskal.

    Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, pendidikan dan kesehatan, kemampuan berusaha dan memiliki akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi (lacs of income and assets). Perilaku miskin di-tandai oleh perlakuan diskriminatif, perasaan ketakutan dan kecurigaan serta sikap apatis.

    Adanya keterbelakangan dan ketinggalan dalam SDM tercermin dari rendahnya tingkat pendidikan, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Kondisi ini selanjutnya berim-plikasi pada kurangnya tabungan dan investasi sehingga proses penciptaan lapangan kerja terbatas dan akhirnya meningkatnya angka pengangguran dan tingginya angka kemiski-nan.

    Tujuan pembangunan ekonomi adalah tercapainya tingkat pemerataan dan penu-runan angka kemiskinan. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktivitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan. Konsekuensinya bagi masyarakat yang tidak memiliki cukup pen-didikan akan selalu sulit bersaing pada pasar tenaga kerja dan sekaligus menyebabkan ses-eorang jatuh kepada kemiskinan.

    Pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya, mempengaruhi tingkat pen-dapatan yang berdampak pada pengeluaran konsumsi. Pengangguran tidak merangsang pertumbuhan ekonomi, adanya pengang-guran akan menyebabkan produktivitas, pendapatan dan daya beli masyarakat menu-run sehingga permintaan barang dan jasa menurun selanjutnya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

    Mengatasi masalah pengangguran dapat

    sejalan dengan mengatasi kemiskinan. Jika pemerintah telah berhasil mengatasi pengang-guran sama halnya pemerintah juga telah ber-hasil mengatasi kemiskinan. Namun demikian seperti kondisi pengangguran di Aceh yang bersifat kasuistik, dimana kabupaten/kota dengan tingkat pengangguran rendah tapi an-gka kemiskinan meningkat dan sebaliknya di kabupaten/kota dengan angka pengangguran tinggi namun tingkat kemisikina rendah.

    Dengan melihat realitas yang ada, maka perlu keberpihakan pemerintah kepada ma-syarakat miskin dalam program dan kegiatan propoor dan projob. Dengan demikian secara berkesinambungan diharapkan penganggu-ran menurun dan sejalan dengan penurunan angka kemiskinan. Karena pertumbuhan yang propoor akan bisa membebaskan tenaga pen-gangguran dan kemiskinan.

    Pembangunan DaerahKonsep pembangunan daerah yang ideal

    adalah ditujukan untuk mengeliminir kesen-jangan pertumbuhan ekonomi antardaerah. Kebijakan pembangunan ekonomi daerah dapat diarahkan pada kekhasan daerah (en-dogenous development) dengan menggunakan potensi SDM, kelembagaan dan sumber daya fisik lokal, menghindari eksploitasi sumber daya yang tidak optimal, dan menekan dam-pak dari pembangunan.

    Upaya pegentasan kemiskinan perlu du-kungan semua pihak. Keseluruhan gerak langkah dapat diarahkan untuk mengembang-kan, meningkatkan dan menselaraskan ke-hidupan ekonomi penduduk miskin melalui peningkatan berbagai program dan kegiatan pembangunan yang efektif dan efisien baik dalam jangka pendek, jangka menengah mau-pun jangka panjang.

    Banyak program telah diluncurkan, na-mun belum memberikan hasil yang memuas-kan, karena bentuk program dan kegiatan leb-ih bersifat parsial dan sementara. Kebijakan ini hanya mengatasi masalah kemiskinan pada sisi hilirnya, karena terkait dan berfungsi me-lindungi masyarakat miskin dari shock eko-nomi eksternal, seperti bantuan sosial, per-lindungan sosial, pemberdayaan dan bantuan modal usaha yang menjadi program utama pemerintah. Oleh sebab itu, diperlukan solusi penyelesaian yang bersifat jangka panjang, subsatansial dan terintegrasi sehingga mampu mengatasi hambatan yang saling terkait dan mampu menyelesaikan kemiskinan di tingkat hulu.

    Hambatan dan Karakteristik Era globalisasi dan modernisasi sangat

    membutuhkan kekayaan SDM. Kondisi ini masih dialami oleh masyarakat Aceh yang mengalami kemiskinan multidimensi. Tingkat pendidikan, keahlian dan ketrampilan rendah dan pengenalan teknologi sangat minim dan pemenuhan standar hidup (kesehatan dasar dan fasilitas tempat tinggal juga rendah). Bila hambatan struktural dapat diatasi namun hambatan kapabilitas SDM tidak ditingkat-kan, maka optimalisasi penggunaan sumber-daya yang tersedia tidak dapat berjalan dengan baik.

    Hambatan institusi merupakan hambatan yang ditimbulkan oleh proses interaksi antara fenomena ekonomi, sosial dan budaya. Insti-tusi dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan melalui mediasi sejumlah faktor. Institusi dae-rah yang sangat lemah akan mempengaruhi kebijakan dan pada gilirannya dapat mempen-garuhi pertumbuhan dan distribusi kepada masyarakat dan selanjutnya berdampak pada

    tingkat kemiskinan. Dalam konteks pemberantasan kemiski-

    nan di sektor pertanian dan pedesaan, ham-batan yang sering muncul adalah institusi pas-ar yang tidak mampu memberi akses kepada masyarakat miskin. Birokrasi yang kurang mampu memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan fleksibel dalam menjalankan roda pemerintahan dan masih lemahnya institusi masyarakat dalam mengorganisir kepentin-gannya.

    Selanjutnya hambatan sosial budaya beru-pa budaya kerja yang tidak produktif yang belum terjadi perubahan budaya kerja ke-arah sistem kerja yang lebih baik. Kondisi ini akan menyebabkan produktivitas menurun dan menjadi jeratan kemiskinan. Oleh karena itu diperlukan kolektif-partisipatif dengan melibatkan masyarakat miskin yang dapat dijadikan sebagai institusi ketiga agar dapat berkontribusi dalam pengurangan tingkat ke-miskinan.

    Mengingat mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian, pemahaman akan nilai-nilai sosial budaya petani dan pedesaan turut membantu dan merasakan suasana kehidupan petani. Pembangunan pertanian menciptakan kesempatan kerja, dan mengentaskan ke-miskinan menjadi penyedia lapangan peker-jaan yang besar.

    Hal ini sangat membantu memahami karakteristik dan membuat kebijakan dapat melakukan intervensi sosial budaya dengan tepat dengan mengendalikan perubahan-pe-rubahan yang terjadi secara ideal dan berkelan-jutan. Selanjutnya perlu komitmen dan upaya bersama antara pemerintah, pengusaha, lem-baga keuangan dan lembaga pertanian dan masyarakat untuk menjadikan petani sebagai pelaku utama dalam proses perubahan dan sebagai way of life atau melepaskan mereka dari subsistem dan trdisional di Aceh.

    Disisi lain diperlukan prioritas untuk membuat pengeluaran pemerintah berman-faat bagi masyarakat miskin adalah berge-ser dari intervensi pasar untuk konsumsi ma-syarakat miskin menjadi bantuan pendapatan yang terarah bagi rumah tangga miskin, dan menggunakan prioritas kelonggaran fiskal un-tuk memperbaiki layanan seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi.

    n Penulis adalah staf Bappeda Aceh

    FOTO COVER: Jalan Trumon - Buloh Seuma

    Banyak program telah diluncurkan, namun belum

    memberikan hasil yang memuaskan, karena bentuk

    program dan kegiatan lebih bersifat parsial dan

    sementara.

  • TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 37 | OKTOBER 2013 3CERMIN

    IDUL ADHA 1434 H baru saja berlalu, setiap berjumpa dengan Idul Adha kita diingatkan dengan 2 momentum penting yaitu ibadah haji dan ibadah qurban. Kedua ibadah tersebut saling

    terkait karena secara historis bermuara pada kehidupan nabi Ibrahim as dan keluarganya.

    Ibadah Haji adalah kerinduan setiap orang beriman, tiada ungkapan yang paling membahagiakan seorang muslim ketika dia memakai baju ihram lalu menyeru Allah dengan ucapan talbiah labaika Allahumma labaik, labaika laa syarikalak, innal hamda wa nimata laka wal mulk laa syarikalak (aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah, aku datang memenuhi panggilanMu, aku datang memenuhi panggilanMu tiada sekutu bagiMu, sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kerajaan adalah milikMu tiada sekutu bagiMu). Kalimat ini bila dihayati akan menyadarkan kita bahwa semua yang kita miliki ini adalah kepunyaan Allah, maka seseorang yang pulang haji akan semakin taat kepada Allah, hidupnya tawadhu, rendah hati, selalu menebar kedamaian baik dalam ucapan dan perbuatan. Inilah makna kemabruran haji seseorang.

    Sedangkan Ibadah Qurban adalah manifestasi kesyukuran kita kepada Allah sebagaimana perintahNya dalam surah Al Kautsar ayat 2-1 Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka

    dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Dalam salah satu hadist Rasulullah mengingatkan dengan keras terhadap orang yang mampu tetapi tidak mau berkurban Bahwa siapa saja yang mempunyai kemampuan lalu tidak berkurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami (HR Ahmad dan Ibnu Majah dan di shohihkan oleh Hakim).

    Ibadah kurban sesungguhnya mengajarkan kita nilai-nilai sosial yang sangat indah, tentu saja bila dilestarikan dalam kehidupan. Sayangnya banyak kita yang beranggapan berkorban itu setahun sekali saja pada 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, setelah itu tidak ada lagi pengorbanan. Pengorbanan sesungguhnya sunatullah yang selalu ada dalam kehidupan, karena pengorbananlah tercapai kebahagiaan. Kita tidak mungkin sukses hari ini kalau tidak ada pengorbanan ayah dan ibu kita. Kemerdekaan Indonesia juga dicapai karena pengorbanan para pahlawan kita. Perdamaian Aceh juga terwujud karena pengorbanan ribuan syuhada tsunami, pengorbanan para pemimpin kita yang bertikai untuk mau berdamai. Pengorbananlah yang akan memperkecil bahkan bisa menghilangkan korban-korban berjatuhan. Bukankah korban kemiskinan karena para dermawan tak lagi mau berkurban dengan hartanya ? Banyaknya korban kebodohan karena para cendikiawan enggan berkurban dengan ilmunya ? Demikian juga bila banyak rakyat yang menjadi korban ketidak adilan pasti pemimpinnya kurang mau berkurban.(*)

    BERKURBAN AGAR TIDAK ADA KORBANTafakkur Oleh: Ir. Faizal Adriansyah, M.Si

    Isolasi Terbuka, Rakyat Sejahtera

    SELAMA puluhan tahun wilayah Aceh bagian Tengah dan Barat Selatan nyaris luput dari perhatian. Pembangunan di dua zona itu sangat lamban. Namun, sejak Prof Dr Ibrahim

    Hasan menjadi Gubernur Aceh pembangunan di

    kawasan itu, terutama di wilayah Barat Selatan mulai membaik. Era menyeberang jalan

    raya dengan rakit pun berakhir, ber-ganti jembatan-jembatan yang merupakan ba-gian dari proyek monumental Ibrahim Hasan

    Pembangu-nan di wilayah Tengah dan Barat Selatan Aceh semakin

    membaik usai perda-maian dan tersedi-anya dana Otonomi Khusus (Otsus) untuk Aceh. Jalan-

    jelan tembus mulai direncanakan dan diban-gun sehingga setiap kabupaten di Aceh saling terhubung. Bener Meriah dan Aceh Tengah kini dapat dijangkau dari Babah Rot Aceh Barat Daya, dari Nagan Raya, dari Lhokseu-mawe dan tentunya dari jalur lama Bireun dan Blang Keujeren.

    Pembukaan ruas-ruas jalan baru itu di-pastikan akan membantu meningkatkan kes-ejahteraan rakyat. Dengan adanya jalan lintas itu masyarakat menjadi mudah dalam hal transportasi, dan yang pasti hasil pertanian, perkebunan dan hasil lainnya dari masyarakat bisa dijual ke luar dengan adanya akses jalan yang bagus. Selanjutnya, pemerintah perlu melakukan perawatan terhadap jalan itu dan masyarakat harus memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

    Selain pembukaan dan peningkatan jalan/jembatan, pemerintah perlu juga menye-diakan sarana transportasi yang rutin dan terjadwal untuk menjangkau penduduk-penduduk kepulauan di Aceh, seperti di Pulau Aceh, Pulau Banyak dan Pulau Simeulu. Mer-eka berhak mendapatkan pelayanan yang baik sehingga tidak merasa dianaktirikan. Rakyat sejahtera, pemimpin tentu merasa bahagia.

    Hilda MonaMahasiswi asal Abdya,

    kuliah di Jurusan PMI-KesosFakultas Dakwah dan Komunikasi

    UIN Ar-Raniry Banda AcehFacebook: Hilda Mona (Bielda)

    Email: [email protected]

  • TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 37 | OKTOBER 20134 LAPORAN UTAMA

    Pertanyaan tentang kelanjutan program Pemerintah Aceh tentang pembangunan kawasan Agropolitan, mencuat dalam sidang paripurna RAPBA Perubahan 2013 dengan agenda penyampaian pendapat akhir fraksifraksi DPRA terhadap Nota Keuangan RAPBA P 2013 yang disampaikan Gubernur kepada DPRA. Sidang paripurna ini berlangsung di Gedung DPRA tanggal 3 Oktober 2013.

    Pernyataan tersebut tertuang dalam pendapat akhir Fraksi Partai Demokrat yang dibacakan oleh juru bicara fraksi, Siti Aisyah SE. Salah satu bentuk pembangunan agropolitan itu adalah membangun jalanjalan tembus ke desadesa yang berpotensi untuk dijadikan sebagai sentra produksi pertanian.

    Konsep pembangunan desa/gampong tersebut dipadukan dengan kegiatan penguatan pertanian melalui peningkatan kualitas persawahan, irigasi, pupuk , peralatan pertanian, yang akan menjadi salah satu solusi bagi pengurangan dan pengentasan kemiskinan secara menyeluruh di daerah kawasan pedalaman.

    Fraksi Partai Demokrat Aceh, kata Siti Asyah, meminta kepada Pemerintah Aceh yang sekarang ini untuk memprogramkan kembali atau melanjutkan program pemerintah pusat itu di daerahdaerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan sentra produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan darat, perkebunan dan lainnya.(heri hamzah)

    Kepala Bappeda Aceh, Prof Dr Abuba-kar Karim MS, mengatakan, mulai tahun 2013, pembagian anggaran pembangunan Aceh, sudah dibagi secara proporsional. Wilayah tengah mendapat porsi yang lebih besar, karena infrastruk-turnya masih minim, sedangkan wilayah pantai timurutara dan baratselatan, in-frastrukturnya sudah jauh lebih baik dari wilayah tengah.

    Namun demikian, pembangunan infra-struktur jalan dan jembatan lainnya antar kecamatan di wilayah pantai timur dan utara dan baratselatan Aceh, tetap dilaku-kan, terutama untuk percepatan pemban-gunan ekonomi masyarakat pedesaan.

    Bantuan BKPG dan PNPM, masih tetap berjalan, bahkan tahun ini dana yang dis-alurkan lebih besar dari tahun lalu. Tahun lalu untuk BKPG disalurkan Rp 69 juta/desa, tahun ini naik menjadi Rp 75 juta/desa, disalurkan dua tahap. Tahap I Rp 50 juta/Desa dan tahap II Rp 25 juta/Desa. Pro-gram PNPM dan BKPG ini, bisa mendukung program agropolitan.

    Program lain pro rakyat yang dilanjut-kan pemerintah Zikir, adalah penyaluran dana bantuan pendidikan bagi yatim piatu, dana kesejahtraan guru, bea siswa ma-hasiswa, JKA, dan lainnya, demikian Ke-pala Bappeda Aceh Abubakar Karim.(heri hamzah)

    Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah menyatakan komitmennya untuk mempercepat pembangunan infra-struktur yang terintegrasi, guna mendukung pembangunan ketahanan pangan dan me-ningkatkan nilai tambah hasil pertanian pet-ani, peternak, dan nelayan.

    Pernyataan itu disampaikan Gubernur Zaini Abdullah ketika diminta tanggapan-nya terkait pendapat akhir Fraksi Partai Demokrat, yang mempertanyakan kembali kelanjutan dari program pemerintah ten-tang pembangunan Kawasan Agropolitan. Pendapat akhir FPD itu dibacakan juru bi-cara Fraksi Partai Demokrat, Siti Aisyah, pada sidang paripurna RAPBA-P 2013, tanggal 3 Oktober 2013.

    nakan, perikanan, kehutanan dan lainnya.Misalnya, melanjutkan pembangunan

    bendungan irigasi maupun waduk yang be-lum selesai. Perbaikan jaringan irigasi, mem-buat cetak sawah baru, penyaluran bibit padi, jagung, kedelai, pupuk, dan obat pembasmi hama. Penyaluran bibit sapi unggul, kamb-ing, kerbau dan pengembangan ayam petelur maupun potong.

    Program tersebut sudah kita masuk-kan ke dalam program pembangunan jangka menengah 20122017 Aceh. Program yang kita buat ini, supaya bersambung den-gan program RPJM nya kabupaten/kota, Bappeda Provinsi sudah kita tugaskan un-tuk mensosialisasikannya, agar bupati dan wali kota bersama perangkat SKPK nya dan DPRK nya, menyahuti dan mendukungnya. Program yang kita buat ini, akan memberi-kan manfaat yang besar bagi rakyat di pede-saan maupun perkotaan, ujar Gubernur.

    Lebih lanjut, Gubernur Zaini Abdullah menjabatkan, program 14 paket ruas jalan jalan tembus dibuat dengan maksud untuk melancarkan akses transportasi antara satu kabupaten/kota dengan lainnya. Jika ak-ses transportasi barang dan penumpang di daerah pedalaman dan pegunungan Aceh sudah lancar, dampak positifnya pendapatan

    Gubernur Zaini Abdullah mengatakan, program agropolitan secara umum sudah masuk dalam 10 program prioritas pemer-intahnya saat ini. Dalam program pemban-gunan infrastruktur terpadu, kata Zaini, pemerintahnya sudah membuat program pembangunan 14 paket ruas jalan tembus lintas tengah, yang akan dimulai tahun 2014.

    Program itu harusnya, sudah dimulai ta-hun ini (2013), tapi karena belum mendapat persetujuan dari DPRA dan tidak cukup waktu untuk pelaksanaan pekerjaan tahap awalnya, Mendagri menyarankan untuk diu-sulkan kembali dalam RAPBA murni 2014, ujarnya.

    Sistem kontrak yang digunakan untuk pelaksanaan pembangunan 14 ruas jalan tembus lintas tengah itu dengan sistem ta-hun jamak atau lebih dari satu tahun (multy years). Untuk pelaksanaan 14 paket proyek jalan tembus itu, hasil perkiraan sementara membutuhkan anggaran cukup besar, men-capai Rp 2 triliun. Di antaranya untuk pem-bangunan fisiknya saja Rp 1,914 triliun dan pengawasan Rp 85,295 miliar.

    Program pembangunan 14 ruas jalan tembus itu, kata Gubernur, diikuti dengan program pembangunan prasarana dan sa-rana produksi pertanian, hortikultura, peter-

    masyarakat pedesaan yang tinggal di daerah pedalaman dan pegunungan jadi meningkat, karena produksi hasil pertanian, bisa se-cepatnya dipasarkan ke kota, ujarnya.

    Selain itu, berbagai pelabuhan laut di Aceh bisa hidup. Contohnya Pelabuhan Laut Krueng Geukuh. Presiden melalui Menteri Perdagangan sudah menetapkannya sebagai pelabuhan barang impor tertentu. Penetapan ini, jika tidak diikuti dengan pemenuhan ba-rangbarang yang mau diekspor, pelaksanaan impor barang ke Aceh bisa jadi mahal. Kare-na, barang yang mau diekspor, belum terse-dia dalam jumlah yang cukup.

    Atas dasar perhitungan hal tersebut, kata Gubernur yang didampingi Kepala Bappeda Aceh, Prof Dr Abubakar Karim MS, pro-gram 14 ruas jalan tembus lintas tengah itu, kita programnya untuk dikerjakan mulai ta-hun depan.

    Kepala Bappeda Aceh, Abubakar Karim menegaskan, 14 ruas jalan tembus lintas tengah itu, harus dibuat dan dituntaskan, Dengan selesainya pembangunan 14 ruas jalan tembus itu, tidak ada alasan lagi bagi wilayah tengah dan pantai barat menyatakan Pemerintah Aceh tidak berlaku adil dalam pembagian anggaran pembangunan.(heri hamzah)

    Program pembangunan 14 ruas jalan tembus

    itu, diikuti dengan program pembangunan

    prasarana dan sarana produksi

    pertanian, hortikultura, peternakan, perikanan, kehutanan dan lainnya.

    -- Zaini Abdullah --Gubernur Aceh

    14 Jalan Tembus untuk Ekspor Hasil Pertanian

    Anggaran Dibagi Secara Proporsional

    Pembangunan Agropolitan Tingkatkan

    Kualitas Petani

    JALAN Takengon - NaganFOTO:HASAN BASRI M NUR

    JALAN Bener Meriah - Lhokseumawe

    JALAN Laweung - Batee

    FOTO:HASAN BASRI M NUR

    FOTO:HASAN BASRI M NUR

  • TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 37 | OKTOBER 2013 5LAPORAN UTAMA

    Pemerintah Aceh di bawah pimpinan Gubernur dr H Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Muzakir Manaf, terus berupaya meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan. Salah satu fokusnya adalah, mem-benahi pelayanan kesehatan di pusat kes-ehatan masyarakat (puskesmas) dan rumah sakit umum daerah (RSUD).

    Dua lembaga ini (puskesmas dan

    kan masyarakat dalam pelaksanaan program JKN dan JKA, tahun depan.

    Tugas kami sebagai Kepala Dinas Ke-sehatan Aceh, adalah menjalankan program pembangunan kesehatan masyarakat yang diprogramkan Gubernur. Gubernur sangat menginginkan, kepercayaan masyarakat un-tuk berobat di Puskesmas dan RSUD bisa bangkit kembali, kata Taqwallah.

    Kepala Dinas Kesehatan Aceh menjelas-kan, untuk menumbuhkan keyakinan ma-syarakat dalam berobat kepada puskesmas dan rumah sakit umum, maka dua lembaga kesehatan ini harus mengubah pola pelayan-an kesehatan dan kapasitas tenaga medisnya.

    Kedua lembaga kesehatan ini harus bisa memberikan pelayanan kesehatan yang pari-purna. Yaitu bekerja dengan ikhlas, tulus, bersahaja, peka, dan memberikan cita rasa kepada pasien yang berobat. Misalnya den-gan ramah, santun, sopan, dan senyuman.

    Lima hal ini harus dimiliki oleh semua personel puskesmas dan rumah sakit. Mu-lai dari satpam, petugas cleaning service, resepsionis, penjaga kartu berobat, petugas laboratorium, petugas apotik, perawat dan dokter, dokter ahli, hingga kepada kepala puskesmas dan direktur RSUD, ujarnya.

    Berikutnya, kata Taqwallah, kepala pusk-esmas dan RSUD, harus selalu memastikan kenyamanan ruang berobat. Misalnya ruang pemeriksaan pasien, harus kelihatan bersih, indah dan nyaman bagi pasien, maupun

    Sebuah kabar baik dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh. An-gka kemiskinan di Aceh berjalan menu-run. Data terakhir Maret 2013 memperlihat-kan jumlah penduduk miskin di Aceh turun 1,86 persen.

    Data BPS Aceh menyebutkan, jumlah penduduk miskin di Aceh saat ini sebanyak 841 ribu orang atau 17,60 persen. Berkurang

    RSUD) menjadi kunci utama untuk memuas-kan pelayanan kesehatan masyarakat kita, dalam pelaksanaan program JKA dan JKN, ungkap Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr Taqwallah M. Kes, saat ditemui Tabangun Aceh, Rabu (9/10/2013) lalu.

    Hal itu disampaikan Taqwallah ketika di-mintai tanggapannya mengenai program pri-oritas yang harus dilakukan untuk memuas-

    perawat dan dokter yang akan melakukan pemeriksaan.

    Selain itu, di meja atau di dinding tempat duduk dokter, harus terdapat gambar anato-mi manusia yang bisa memberikan penjela-san kepada pasien mengenai hal penyakitnya dan kenapa ia bisa terserang penyakit, serta penanganan pengobatannya.

    Di beberapa puskesmas, setelah kami melakukan kampanye program puskesmas idaman masyarakat dan inspeksi dadakan bersama Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, seperti di Puskesmas Blang Bintang, Aceh Besar, instrumen yang kami inginkan itu, sudah mulai kelihatan pada ruang pemer-iksaan pasien, kata Taqwallah.

    Hal ini sedikit melegakan Wakil Guber-nur Aceh, Muzakir Manaf, karena apa yang menjadi keinginannya bersama Gubernur dr Zaini Abdullah, sudah mulai disahuti dan disikapi pihak puskesmas, lanjutnya.

    Hanya saja, Taqwallah menyebutan jumlah puskesmas yang telah menyikapi program Pemerintahan Zikir (Zaini Abdul-lah dan Muzakir Manaf) itu masih sedikit, yakni sekitar 30 persen. Kami berharap, pada tahun 2014, setelah pengalokasian dana otsus 10 persen untuk peningkatan prasa-rana dan sarana kesehatan puskesmas dan RSUD, jumlah puskesmas yang telah me-nyahuti program Pemerintah Zikir akan ber-tambah menjadi 100 persen, katanya.(heri hamzah)

    Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr Taqwallah M. Kes, menegaskan, pembenahan sarana dan prasara-na, serta peningkatan pelayanan dan kepa-sitas tenaga medis mutlak harus dilakukan. Karena dalam pelaksanaan JKN dan JKA, seluruh penduduk miskin maupun yang tidak miskin di Aceh, asuransi jaminan ke-sehatannya telah ditanggung pemerintah pusat dan Aceh. Artinya, pemegang kartu JKN, JKA, maupun askes dan asuransi kesehat-an lainnya, jika ia sakit dan mau berobat ke puskesmas dan RSUD, sudah gratis atau tidak perlu bayar lagi. Karena sifat pelay-anan berobat gratis ini sudah menjadi stan-dar nasional dan daerah, maka menjadi ke-wajiban dari pihak manajemen puskesmas dan RSUD untuk memberikan pelayanan yang maksimal bagi setiap masyarakat yang datang berobat di puskesmas dan RSUD. Tidak boleh ada kata-kata ce-laan kepada pasien yang berobat gratis muncul dari mulut seorang perawat, dok-ter, dan dokter ahli, atau lainnya. Karena, perawat, dokter dan dokter ahli yang me-layani pasien JKN, JKA, telah diberikan insentif atas pelayanan yang diberikannya melalui sistem pebayaran INA CBGs dan

    dana kapitasi kepada puskesmas, tegas Taqwallah. Misi lain dari program JKN dan JKA, lanjut Taqwallah, adalah untuk mengurangi dan membebaskan masyarakat dari serangan berbagai jenis penyakit menular dan lainnya. Misalnya penyakit malaria, kusta, TBC, gizi buruk, kematian ibu melahirkan, kematian bayi dan lainnya. Karena, setelah pemerintah memberikan berobat gratis di puskesmas dan RSUD, kapan saja masyarakatnya bisa datang berobat ke Puskesmas dan RSUD. Ini merupakayan kewajiban negara dan daerah untuk memberikan jaminan kes-ehatan kepada rakyatnya. Untuk itu, kami serukan kepada seluruh elemen dan unsur kesehatan di puskesmas dan RSUD, bekerjalah dengan tulus ikhlas, ramah dan senyum dalam me-layani pasien yang berobat di Puskesmas dan RSUD. Karena untuk menanggung asuransi kesehatan masyarakat melalui JKA, Pemerintah Aceh setiap tahunnya menyediakan anggaran yang cukup be-sar, mencapai Rp 400 miliar, demikian Kadinkes Aceh, Taqwallah dr Taqwallah MKes.(heri hamzah)

    68 ribu orang bila dibandingkan dengan Ma-ret 2012, yang mencapai 909 ribu orang atau 19,46 persen.

    Pelaksana Harian Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Azhar mengatakan, penurunan jumlah penduduk miskin dise-babkan oleh beberapa faktor. Antara lain, pertumbuhan ekonomi Aceh yang menin-gkat. Untuk periode September 2013 per-

    tumbuhan ekonomi Aceh mencapai 0,81%. Selama September 2012 hingga September 2013 sebesar 3,89 persen.

    Selain itu, penurunan angka kemiskinan ini juga bisa dilihat dari mulai banyaknya orang bisa bekerja, termasuk bekerja paruh waktu, sehingga dia bisa mengkonsumsi makanan dengan protein yang lebih baik. Karena salah satu indikasi angka kemiskinan itu adalah jumlah protein yang dikonsumsi oleh keluarga, jelas Azhar.

    Adanya berbagai intervensi program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah, tambah Azhar, juga semakin efektif meningkatkan pendapatan dan daya beli penduduk miskin. Penurunan angka ke-miskinan cukup besar terjadi di daerah pede-saan, yaitu dari 21, 97 persen menjadi 19,96 persen. Sedangkan di perkotaan menurun dari 13,07 persen menjadi 11,59 persen.

    Rokok dan beras menjadi komoditi penyumbang terbesar terhadap kemiskinan di Aceh. Di samping itu juga ada nonmakanan seperti perumahan, bensin, listrik dan pendidikan.(yayan zamzami)

    "Selain itu, penurunan angka kemiskinan ini juga bisa dilihat

    dari mulai banyaknya orang bisa bekerja, termasuk bekerja paruh waktu, sehingga dia bisa

    mengkonsumsi makanan dengan protein yang lebih baik."

    -- Azhar -- Plh Kepala BPS Aceh

    Angka Kemiskinan Aceh Turun 1,86 %

    Puskesmas dan RSUD Ujung Tombak JKNKedua lembaga kesehatan ini harus

    bisa memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna. Yaitu bekerja dengan

    ikhlas, tulus, bersahaja, peka, dan memberikan cita rasa kepada pasien

    yang berobat.

    -- Taqwallah --Kepala Dinas Kesehatan Aceh

    Meski Gratis, Pelayanan Harus Maksimal

    GUBERNUR Aceh dr Zaini Abdullah sedang memeriksa kondisi kesehatan pengungsi korban gempa di Aceh Tengah

    FOTO: MUZAKIR A HAMID/STAF KHUSUS GUBERNUR ACEH

    Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota

    September 2011

    Sumber : BPS Aceh

  • TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 37 | OKTOBER 20136 LAPORAN UTAMA

    Alhamdulillah, setelah melalui berbagai rintangan dan jalan panjang berliku, akhirnya pada Maret 2013

    jalan ke kampung kami dapat dilalui melalui jalur darat walau kondisinya

    masih amat sangat memprihatinkan,

    -- Zainal --Sekdes Teungoh,

    Buloh Seuma

    Jalan Panjang Menembus Buloh Seuma

    Buloh Seuma, sebuah nama yang san-gat populer di Aceh. Meski populer, tapi tak banyak orang yang tahu dima-na dan bagaimana kondisi kehidupan di sana. Ia populer karena terlalu terisolair sekaligus terdapat sejumlah rintangan dan hambatan dalam upaya membuka isolasi itu. Hingga awal 2013 atau setelah 68 tahun Indonesia merdeka, Buloh Seuma masih belum dapat dilalui melalui jalur darat.

    Buloh Seuma adalah sebuah kemukiman di Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Se-latan. Kemukiman ini terdiri dari tiga gam-pong; Gampong Kuta Padang, Gampong Rakit dan Gampong Teungoh. Jumlah pen-duduknya sekitar 800 jiwa berasal dari 300 Kepala Keluarga (KK).

    Buloh Seuma berjarak sekitar 38 KM dari pusat Kecamatan Trumon. Namun se-lama puluhan tahun tidak tersedia sarana transportasi darat kesana. Satu-satunya sa-rana transportasi untuk menjangkau Buloh Seuma adalah melalui jalur laut, walau ses-

    tuk meminta bergabung ke Kota Subulus-salam, memisahkan diri dari Aceh Selatan. Pemko Subulussalam memberi harapan segera membuka jalan dari Rundeng ke Buloh Seuma, kalau Pemkab Aceh Selatan bersedia melepaskannya, sambung Zainal. (Lihat 9 Langkah Membuka Buloh Seuma)

    Merdeka 2013Setelah menunggu lama dan berjuang

    dengan berbagai cara, akhirnya pada 2012 jalan dari pusat Kecamatan Trumon ke Bu-loh Seuma dibuka. Jalan berlebar 12 meter membelah lurus hutan rawa sepanjang 18 ki-lometer. Sebelumnya dari Trumon ke Tebing Tinggi, desa terakhir sebelum Buloh Seuma, sudah ada jalan. Walau jarak dari Trumon ke Buloh Seuma sejauh 38 km, tapi panjang ja-lan baru yang dibuka hanya 18 km, dan dapat dilalui pada Maret 2013.

    Saat dikunjungi Tabangun Aceh pada awal Oktober 2013, kondisi jalan menuju Buloh Seuma masih sangat memprihatinkan, ber-lubang, bergelombang, bahkan berlumpur. Kalau sedang tidak hujan dan air rawa ti-dak meluap, jalan ini dapat dilalui kendaraan roda empat jenis jeep. Sementara kendaraan pribadi jenis sedan jangan bermimpi dapat melaluinya.

    Mulai dari persimpangan pasar Trumon hingga 38 km ke Buloh Seuma kondisi jalan rusak. Kendaraan hanya dapat melaju den-

    ungguhnya ia tidak terletak di pulau yang terpisah dari daratan Sumatera.

    Setelah menunggu selama 68 tahun, akhirnya pada 2012 Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dengan memanfaatkan dana otonomi khusus (otsus) melakukan aksi nyata dan membuka isolasi Buloh Seuma dengan membuka ruas jalan di celah-celah hutan rawa. Pembukaan jalan oleh Pemkab Aceh Selatan ini tidak terjadi tiba-tiba, me-lainkan buah dari perjuangan panjang yang dengan gigih diperjuangkan penduduk Bu-loh Seuma.

    Alhamdulillah, setelah melalui berbagai rintangan dan jalan panjang berliku, akhirnya pada Maret 2013 jalan ke kampung kami dapat dilalui melalui jalur darat walau kondis-inya masih amat sangat memprihatinkan, kata Zainal, Sekretaris Gampong Teungoh, kapada Tabangun Aceh, Jumat (4/10/2013).

    Menurut Zainal, masyarakat Buloh Seuma sangat mengidamkan jalan tembus agar memudahkan mereka dalam menjalin hubungan dagang dan persahabatan den-gan Aceh daratan. Selain terus berjuang di tingkat kabupaten, sejak tahun 2007-2011 mereka gigih mendatangi para pejabat pemerintah Provinsi Aceh dan wakil rakyat di gedung DPRA di Banda Aceh.

    Karena buntu dan tak mendapat respon memuaskan, akhirnya kami bersepakat un-

    gan kecepatan 10-15 km/jam. Ini artinya butuh waktu 2,5 - 3 jam untuk mencapai Bu-loh Seuma. Selain kondisi jalan berlubang, terdapat 7 jembatan yang kondisinya masih darurat. Di beberapa jembatan, penumpang mobil harus turun dan memandu mobilnya agar tidak terperosok.

    Hari ini ada luapan air melewati lu-tut di Suak Reubo. Mobil minibus ini tidak akan lewat. Sebaiknya kita simpan mobil di Desa Tebing Tinggi, lalu kita naik sepeda motor, saran Zainal, Sekdes Teungoh, yang mendampingi Tabangun Aceh sejak dari kantor camat Trumon.

    Sesampai di Suak Reubo pengendara harus turun dan mendorong kendaraannya hingga melewati genangan air yang melewati lutut. Beberapa pengendara tampak mem-buka celana panjang dan menyisakan celana pendek. Sebuah mobil pick up yang nekat menerobos tampak terperosok dalam luapan air rawa, pemiliknya tampak sabar berusaha melepaskannya.

    Sebenarnya di Suak Reubo ini butuh sebuah jembatan karena air sering meluap dan tergenang. Genangan air hari ini tidak seberapa dibanding saat musim hujan atau saat kuala meluap, kata Zainal dibenarkan Mansurdin, Kepala SDN Buloh Seuma yang ikut mendampingi Tabangun Aceh.(hasan basri m nur)

    2. Karena tidak mendapat hasil memuaskan, maka pada 2011 warga Buloh Seuma meminta bergabung ke Kota Subulussalam yang memang bertetangga. Warga membentuk Panitia Pemisahan Buloh Seuma (PPBS) untuk mempercepat realiasasi pemisahan ini.

    1. 2007-2011 delegasi dari Buloh Seuma yang terdiri dari 3 orang geusyik, 3 orang sekdes dan 1 orang imum mukim secara rutin mendatangi kantor PU Provinsi dan kantor DPRA di Banda Aceh untuk memperjuangkan pembukaan jalan dari Trumon ke Buloh Seuma.

    3. Pemko Subulussalam menyambut baik keinginan warga Buloh Seuma dan menjajikan pembukaan ruas jalan dari Rundeng ke Buloh Seuma secepatnya. Pemko Subulussalam sangat berharap Buloh Seuma dapat bergabung dengan ke wilayah mereka. Sebab Subulussalam tidak memiliki wilayah pesisir pantai, dan Buloh Seuma menjadi harapan satu-satunya.

    4. Juli 2011 warga Buloh Seuma berbondong-bondong mendatangi Kantor DPRK Aceh Selatan untuk mengembalikan KTP dan geusyik mengembalikan stempel. Mereka sudah komit untuk bergabung dengan Subulussalam yang merupakan pecahan dari Aceh Selatan. Setiap warga membuat surat pernyataan hijrah ke Subulussalam di atas kertas bermaterai. Plang nama desa diganti dan mencantumkan nama Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam.

    5. Maret 2012 Bupati Aceh Selatan T.Husein Yusuf (sekarang mantan bupati) untuk pertama kalinya mengunjungi Buloh Seuma via jalur laut. Dia berjanji akan segera membangun jalan dari Trumon ke Buloh Seuma. Masyarakat pun mengambil kembali KTP dan geusyik

    mengambil stempel desa.6. Sesuai janji Bupati T.Husein Yusuf,

    pada pertengahan 2012 jalan dan jembatan ke Buloh Seuma yang membelah rawa Trumon mulai dikerjakan.

    7. Maret 2013 Buloh Seuma mulai dapat dijangkau via darat. Kondisi jalan masih darurat. Saat air pasang, luapan air menggenangi beberapa titik badan jalan. Pengendara sepeda motor harus turun, membuka sepatu dan mengangkat celana untuk kemudian mendorong sepeda motor.

    8. September 2013 Bupati T.Sama Indra membawa hampir seluruh kepala dinas Aceh Selatan dan berkonvoi dengan 40 mobil ke Buloh Seuma via jalan darurat. Bupati dan rombongan menginap satu malam di rumah-rumah warga. Para kepala dinas diminta membuat program secara terpadu sesuai job desk masing-masing di Buloh Seuma.

    9. 2013-2015 proyek multiyears pembangunan jalan ke Buloh Seuma dengan memanfaatkan dana Otsus sebesar Rp. 103 miliar akan dikerjakan sampai ruas jalan ke sana direncanakan selesai diaspal pada 2015. (hasan basri m nur)

    9 Langkah Membuka Buloh Seuma

    LUAPAN air di salah satu titik jalan menuju Buloh Seuma.FOTO:HASAN BASRI M NUR

    JEMBATAN Krueng Itam, menjelang memasuki kawasan Buloh Seuma.FOTO:HASAN BASRI M NUR

  • TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 37 | OKTOBER 2013 7LAPORAN UTAMA

    Terkait dengan lembaga pendidikan, di Buloh Seuma terdapat TK, SD, sampai SMP. Yang masih menjadi masalah adalah tenaga pengajar. Begitu juga dengan sarana kesehatan di sana ada polindes dan pustu, tapi lagi-lagi medisnya yang juga jadi ma-salah, ungkap Bupati.

    Bupati yang didampingi Kepala Bappeda Aceh Selatan, Drs Muhti A Bakar MSi mengatakan, kebutuhan mendesak bagi masyarakat di Buloh Seuma adalah listrik, peningkatan jalan dan perbaikan jembatan, serta jaringan komunikasi.

    Menyikapi permintaan masyarakat tersebut, bupati telah berjanji di depan ma-syarakat untuk merealisasinya. Insya Allah untuk listrik dan telekomunikasi kita akan segera merealisasinya, bekerja sama dengan instansi terkait, itu janji saya, ungkap Bu-pati Sama Indra.

    Sedangkan mengenai peningkatan jalan dan jembatan dikerjakan secara bertahap atau multiyears dengan sumber dana Otsus. Bupati juga akan berkoordinasi dan berharap kepada Pemerintah Provinsi untuk terus berkomitmen membangun jalan tersebut, sehingga masyarakat betul-betul bebas dari keterisolasiannya.(hasan basri/cek wat)

    Bupati Aceh Selatan, T Sama Indra SH, menyatakan Pemkab Aceh Se-latan memiliki komitmen kuat untuk membuka isolasi Buloh Seuma. Komitmen ini diawali dengan aksi nyata T Sama Indra, yang pada 7-8 September 2013, mengang-kut semua SKPK Aceh Selatan ke Buloh Seuma. Di sana, mereka menyerap serta me-nampung aspirasi dan potensi Buloh Seuma untuk dibuat program pembangunan secara terpadu.

    Saya bersama para kepala SKPK dan jajarannya mengunjungi dan menginap di rumah-rumah warga Buloh Seuma agar dapat dibuat pilot project pembangunan terpadu antarinstansi pada 2014 mendatang. Masing-masing dinas dapat merancang pro-gram sesuai bidangnya di Buloh Seuma, ujar Sama Indra yang ditemui di pendopo bupati, Kamis (3/10/2013) malam.

    Sementara target penyelesaian jalan tem-bus ke Buloh Seuma akan dikerjakan secara bertahap dalam proyek multiyears mulai 2013 sampai 2015. Total dana yang diang-garkan dalam APBA sebesar Rp 103 mili-ar rupiah. Pada tahun 2013 direncanakan pengerjaan pengerasan jalan, dan pada 2015 ditarget sudah beraspal seluruhnya.

    Proyek jalan tembus yang menelan dana melebihi 100 miliar rupiah ini diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan rakyat di Buloh Seuma dan sekitarnya. Untuk jangka panjang akan diupayakan pembukaan ja-lan tembus dari Trumon, Aceh Selatan ke Rundeng, Kota Subulussalam, dan menjadi

    Buloh Seuma menyimpan banyak po-tensi alam. Dua diantaranya yang sangat terkenal adalah ikan air tawar seperti ikan lele dan ikan gabus serta madu. Dua hasil alam ini melimpah di tanah Bu-loh Seuma. Ikan lele dan gabus dari Buloh Seuma dikenal lezal, sementara madu dikenal melimpah dan terjaja keorisinilannya.

    Lebah-lebah liar membuat sarang di pohon-pohon besar di hutan rawa yang mengelilingi Buloh Seuma. Pohon-pohon besar yang terdapat sarang lebar itu ada pe-miliknya dan secara turun-temurun diwaris-kan dari generasi ke generasi, kata T. Man-surdin, Kepala SD Buloh Seuma, kepada Tabangun Aceh, Jumat (4/10/2013).

    Manurut Mansurdin, dalam setahun ter-dapat dua kali panen madu; sekali panen be-sar dan sekali panen sedang. Setiap pohon mempekerjakan sekitar 30 orang dengan tugas yang berbeda-beda. Secara keseluruhan, tatkala panen besar menghasilkan madu sekitar 5 ribu jerigen ukuran 24 liter. Artinya, sekali panen menghasilkan madu sekitar 120 ribu liter.

    Warga Buloh Seuma biasa menjual madu

    Jika tidak ada aral, tahun 2014 akan menjadi tahun bersejarah bagi masyarakat Buloh Seuma. Karena pada tahun inilah, program besar Pemkab Aceh Selatan di bawah pimpinan Bupati T Sama Indra SH dan wakilnya, Kamarsyah SSos MM, untuk membuka keterisolasian Buloh Seuma, dimulai secara resmi.

    Kepala Bappeda Aceh Selatan Drs Muhti A Bakar MSi mengibaratkan program ini sebagai meuramien atau mengeroyok Buloh Seuma, dengan berbagai program terpadu yang terintegrasi dengan berbagai lintas sektor. Program meuramien di Buloh Seuma ini dimaksudkan untuk mempercepat proses membuka isolasi daerah yang cukup populer di kalangan aktivis lingkungan ini.

    Muhti A Bakar mengatakan, saat ini seluruh Satuan Kerja Pemerintah Kabupaten (SKPK) Aceh Selatan sedang menyusun program untuk menyukseskan program Meuramien di tahun 2014 nanti. Program-program yang disusun tentu berdasarkan kebutuhan masyarakat dari hasil evaluasi di lapangan dan menyerap berbagai aspirasi masyarakat di sana pada saat menginap di Buloh Seuma bersama Pak Bupati, ungkap Muhti.

    Secara umum, kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Buloh Seuma adalah sebagai petani, peladang, nelayan, dan pemanfaatan lebah madu secara alamiah. Sektor itu mungkin yang utama perlu kita benahi pelan-pelan. Selain hal tersebut kita juga akan memberikan pelatihan-pelatihan, sekaligus mengubah pola pikir masyarakat ke arah yang lebih baik, ujarnya.

    Pekerjaan ini membutuhkan waktu dan tidak mungkin dapat dilakukan oleh Pemerintah kabupaten Aceh Selatan sendiri, tapi kita butuh dukungan Pemerintah Provinsi dan berbagai kementerian dan lembaga terkait secara nasional, lanjut Kepala Bappeda Aceh Selatan, Muhti A Bakar.(cek wat)

    jalan alternatif penghubung antarkabupaten di Barat Selatan Aceh.

    Haru dan bahagiaDalam kesempatan itu, Bupati T Sama

    Indra juga mengungkapkan perasaan haru dan bahagianya karena bisa berkunjung langsung ke Buloh Seuma, bersama para kepala dinas teknis. Apalagi, menurut war-ga setempat, selama 68 tahun Indonesia merdeka, baru kali ini ada rombongan besar pejabat utama yang datang dan menginap di Buloh Seuma, meski hanya satu malam.

    Bupati Sama Indra mengatakan, keha-ruan mulai terasa saat dirinya melihat ma-syarakat di sepanjang jalan menuju Buloh Seuma menyambut iring-iringan 40 mobil yang membawa rombongan Bupati. Iring-iringan mobil kami menjadi pemandangan menarik bagi warga. Maklum mungkin itu merupakan hal pertama bagi Buloh Seu-ma, ungkap Sama Indra.

    Ia menuturkan, di tengah kegalauannya mendengar nasib Buloh Seuma, ada satu hal yang di luar dugaannya, yaitu jika kondisi perumahan warga. Tidak kita dapati sep-erti daerah tertinggal dan terisolir lainnya. Di sana tidak kita jumpai rumah kumuh, tapi umumnya rumah warga di sana bagus-bagus, bahkan ada beberapa rumah me-wah, ujarnyja.

    Kenyataan tersebut membuat saya bahagia. Namun demikian, infrastruktur dasar di sana belum tersedia, seperti sani-tasi air, listik, dan jaringan telekomunikasi, lanjutnya.

    Banyak orang bertanya-tanya, men-gapa di pedalaman Trumon, tepatnya di Buloh Seuma, terdapat pemukiman penduduk? Bukankah di sana mereka hidup terkurung, tidak ada akses jalan, listrik dan telekomonunikasi? Mengapa pula mereka ber-tahan dan tak mau direlokasi walau pada era konflik seluruh penduduk Buloh Seuma pernah eksodus ke Ibukota Kecamatan Trumon se-lama 3 tahun (2003-2005) sampai kemudian berlangsung perdamaian antara pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 15 Agustus 2005 di Helsinki?

    Itulah beberapa pertanyaan yang sering muncul ketika membahas isu pemukiman paling terisolir di Aceh Selatan, Buloh Seuma yang terletak 38 km dari Ibukota Kecamatan Trumon. Walau letaknya menyatu dengan Ke-camatan Trumon, namun kawasan ini tidak dapat dijangkau melalui jalur darat karena ke-tiadaan jalan.

    Dari bincang-bincang dengan Tgk. Abidin Jal, Imum Mukim Buloh Seuma, pertanyaan-pertanyaan itu pun terjawab. Penduduk Buloh Seuma berasal dari Banda Aceh yang merantau ke sana pada hari Kamis tanggal 5 Mei 1786. Awalnya, Tgk. Muhammad Yasin bersama 12 orang temannya dari Kutaraja mencari ikan di laut dengan sampan dan pu-kat, kata Abidin.

    Dalam perjalanannya, Tgk Muhmmad Ya-sin dan timnya mendarat di Suak Arun (Buloh Seuma). Lalu beliau melihat kondisi alamnya cocok untuk bermukim, maka mereka pulang ke Kutaraja untuk menjemput anggota keluar-ga guna dibawaserta bermukim di Buloh Seu-

    ma. Jadi, penduduk di sini mempunyai asal-usul dari Aceh Rayeuk, cerita Abidin Jal saat ditemui Tabangun Aceh di Desa Raket, Buloh Seuma, Jumat (4/10/2013).

    Mengenai nama Buloh Seuma sendiri, kata Abidin, ditabalkan dari nama buluh atau sejenis bambu kecil yang banyak terdapat di pinggiran sungai. Ketika mendarat, sampan nelayan diikat dengan buluh kecil. Sementara seuma bermakna kecil yang dinisbahkan ke butiran paling kecil pada ujung padi.

    Rombongan awal ini sering menyebut bu-loh ube seuma kepada tali pengikat sampan mereka. Maka, kemudian terkenallah kam-pung ini sebagai Buloh Seuma, kiasah Abidin Jal disaksikan Guru Mansurdin dan Sekdes Ra-ket, Zainal.

    Dari rombongan kecil yang datang 1786 itu, kini di Buloh Seuma telah terbentuk perkampungan yang terdiri dari 3 desa (Ra-ket, Teungoh dan Kuta Padang) dengan jumlah penduduk sekitar 800 jiwa dari 300 KK.

    Buloh Seuma telah menjadi tanah air kami. Nenek-nenek dan saudara kami diku-burkan di sini, sehingga tidak mungkin me-ninggalkan begitu saja pemukiman yang telah dirintis lebih 200 tahun itu. Yang perlu kami perjuangkan adalah adanya hak atas kue pem-bangunan, sambung Zainal, Sekdes Teungoh.

    Sementara Zainuddin, Geusyik Kuta Padang, menyebut kampungnya itu sangat membutuhkan tiga hal mendesak. Jalan, lis-trik dan telekomunikasi. Dari tiga kebutuhan itu, jalan berada di rangking 1, karena dengan adanya jalan, maka yang lain pasti akan me-nyusul, katanya. [hasan basri m nur]

    dalam jerigen ukuran 2 liter, dan mereka me-nyebutnya dengan ukuran are. Harga madu biasa untuk ukuran jerigen kecil atau 1 are Rp. 250 ribu. Sementara untuk madu hitam harganya lebih mahal, bisa mencapai Rp. 350 ribu per are.

    Madu di Buloh Seuma dijamin kemur-niannya. Tidak ada perilaku mencampur madu dengan bahan lainnya di kampung ini. Tapi, kalau yang dipasarkan di luar kampung ini tak berani kami jamin lagi keasliannya, kata Zainuddin, Geusyik Kuta Padang.

    Dari amatan Tabangun Aceh, madu produksi Buloh Seuma tampak belum dike-mas dengan baik dan higeinis. Dalam jerigen madu masih terdapat serbuk pohon hingga tubuh lebah. Kita harus menyaring kembali madu murni itu sebelum dikonsumsi. Tapi madu produk Buloh Seuma terasa original ketika ditelan, dan tak berubah walau dis-impan lama. Disinilah mungkin butuh pela-tihan dari instansi terkait sehingga warga dapat mengemas madu produk hutan Bu-loh Seuma dengan lebih baik di masa men-datang. [hasan basri m nur]

    Saya bersama para kepala SKPK dan jajarannya mengunjungi dan menginap di rumah-rumah warga Buloh Seuma agar dapat dibuat pilot project pembangunan

    terpadu antarinstansi pada 2014.

    -- T Sama Indra -- Bupati Aceh Selatan

    Penduduk Buloh Seuma berasal dari Banda Aceh yang merantau ke sana pada hari Kamis tanggal 5 Mei

    1786,

    -- Tgk. Abidin Jal --Imum Mukim Buloh SeumaMadu di Buloh Seuma dijamin

    kemurniannya. Tidak ada perilaku mencampur madu dengan bahan

    lainnya di kampung ini,

    -- Zainuddin --Geusyik Kuta Padang

    * Tegaskan Komitmen Bangun Buloh SeumaBupati Sama Indra pun Terharu MeuramienBuloh Seuma

    FOTO:HUMAS PEMKAB ACEH SELATAN

    Sejarah Buloh Seuma

    Madu Buloh Seuma

    BUPATI T. Sama Indra dan rombongan mengunjungi Buloh Seuma

  • TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 37 | OKTOBER 20138 LAPORAN UTAMA

    gan jalan provinsi yang secara administrasi kewenangan di bawah Pemerintah Aceh, sedangkan untuk penentuan kategori jalan terdiri dari tiga hal yaitu kondisi baik, kondisi sedang, dan kondisi rusak berat.

    Sementara keberadaan lintas Tengah dan jaringan penghubung (jalan pengum-pan/feeder road) antara pantai Barat dan pantai Timur melalui wilayah Tengah meru-pakan keharusan agar disparitas dan kesen-jangan dalam aksesibilitas di seluruh wilayah Aceh dapat teratasi. Langkah yang akan di-lakukan sesuai dengan RTRW Aceh yang dananya bersumber dari APBN, kata sam-bung Husnan.

    JembatanSementara itu panjang jembatan provinsi

    mencapai 17.826,05 meter dan jembatan na-sional 14.897,90 meter dengan total panjang keseluruhan adalah 32.723.95 meter. Kondisi baik jembatan adalah sepanjang 16.544,40 meter, sisanya sepanjang 16.179,55 meter ter-bagi atas kondisi rusak ringan dan rusak berat.

    Diperlukan penanganan pembangu-nan maupun pemeliharaan jembatan, se-hingga dicapai kondisi yang memuaskan bagi penguna terutama masyarakat yang ada di pedalaman. Selain itu, ada beberapa jem-batan yang merupakan kewenangan kabu-paten yang dilaksanakan oleh provinsi baik yang mengalami rusak berat/putus maupun terbengkalai juga perlu ditangani sampai tun-tas, sebut Husnan.

    Beberapa jembatan yang perlu dipriori-taskan pembangunannya adalah jembatan provinsi dan pembangunan jembatan strat-egis kabupaten 5.000 meter. Selanjutnya pembangunan beberapa jembatan baru dan

    jembatan lanjutan yang terbengkalai, yaitu: Jembatan Lam Sie (200 m), Jembatan Lam-panah Tunong (310 m), Jembatan Lamreng - Limpok (310 m), Jembatan Panca (120 m), Jembatan Desa Lueng Sa - Matang Guru (120 m), Jembatan Pulau Banyak (100 m), Jembatan Ruas Jalan Kp. Aie (160 m), Jem-batan Berawang Kunyit (50 m), Jembatan Sikiren (60 m), Jembatan Ruas Jalan Trumon - Bulo Seuma - Kuala Baro (300 m).

    Berdasarkan itu pula, Pemerintah Aceh perlu melakukan dan meningkatkan ak-sesibilitas barang dan orang yaitu, pertama, penyediaan perencanaan sistem jaringan ja-lan dan jembatan yang terintegrasi; kedua, peningkatan, pemeliharaan jalan dan jem-batan; dan ketiga, pembangunan jalan dan jembatan penghubung antar lintas timur, barat dan tengah yang belum tembus.

    Disamping itu untuk meningkatkan per-tumbuhan ekonomi Aceh ke depan pemerin-tah Aceh juga sudah merencanakan pemban-gunan jalan highway yang telah direncanakan dalam RTRW Aceh. Sementara ruas jalan lin-tas tengah adalah: Krueng Raya Laweung Tangse Geumpang Pameu Linge Isak Blangkejeren Kutacane Lawe Pakam Subulussalam Singkil. (umri prajamuda)

    Aceh dengan luas bentang alamnya dari lintas pantai Timur Utara sampai ke lintas Barat Selatan dan menembus lintas Tengah, masih terlihat ja-ringan jalan yang belum memadai baik dari segi proporsi maupun panjang jaringan ja-lan, sehingga belum mencukupi aksesibilitas pergerakan orang maupun barang. Berdasar-kan proporsi jalan nasional yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, merupakan jalan arteri primer yang menghubungan an-tara pusat kegiatan nasional dari segi panjang sudah mencukupi sedangkan segi kondisi perlu peningkatan sesuai kebutuhan lalu lint-as, dan diperlukan penuntasan beberapa ruas jalan yang belum tembus seperti Jalan Jan-tho Keumala, Jalan Geumpang Pameu, Jalan Sp.Lawe Deski Muara Situlen Gel-ombang, dan Jalan Trumon Buluhseuma Kuala Baru Singkil.

    Kepala Bidang Perencanaan Pemban-

    gunan Sarana dan Prasarana Bappeda Aceh Dr. Husnan, ST, MP, saat ditemui Tabangun Aceh, mengatakan, secara keseluruhan pan-jang jalan di Aceh mencapai 17.198,28 km yang terdiri dari jalan nasional 1.810,36 km dan jalan provinsi 1.833,33 km. Sementara itu untuk total penanganan jalan provinsi yang harus dibangun/ditingkatkan sepan-jang 707,15 km, sedangkan yang dipelihara sepanjang 1.576 km. Ini merupakan target kita secara jangka panjang dan kita lakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan Pemerintah, kata Dr. Husnan ke-pada Tabangun Aceh, Kamis (17/10).

    Untuk kebutuhan jalan kabupaten/kota merupakan kewenangan masing-masing ka-bupaten/kota. Setiap kabupaten/kota dapat memenuhi kebutuhan pelayanan minimal dari prediksi pergerakan yang terjadi an-tarkecamatan dan kecamatan/desa menuju ke kota/kabupaten. Berbeda halnya den-

    Keberadaan lintas Tengah dan jaringan penghubung (jalan pengumpan/feeder road) antara pantai Barat dan pantai Timur melalui wilayah Tengah merupakan keharusan agar disparitas dan kesenjangan dalam aksesibilitas di seluruh wilayah Aceh dapat teratasi,

    -- Dr. Husnan, ST, MP --Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Bappeda Aceh

    Feeder Road untuk Tunjang Ekonomi

    PENANGANAN jalan provinsi yang harus dibangun/ditingkatkan sepanjang 707,15 km, sedangkan dipelihara sepanjang 1.576 km adalah sebagai berikut:1. Peureulak - Lokop - Pinding - Blangkejeren (138,90 km)*)2. Babah Rot - Trangon - Blangkejeren (76,50 km)3. Jantho - Lamno (45,50 km)*)4. Jeuram - Lhok Seumot Celala - Genting Gerbang (48 km)5. Sp. Kr. Geukuh - Bts. Bener Meriah (18,55 km)6. Sp. Teritit - Pondok Baru - Samar Kilang Peunaron (91,50 km)7. Sp. Lw. Deski - Muara Situlen - Gelombang (71,55 km)*)8. Trumon - Buluhseuma - Kuala Baru - Singkil (60 km)9. Bener Meriah Batas Aceh Utara (26,95 km)10. Serafon Lewak Sibigo (84,70 km)11. Ie Mirah Lama Muda (45 km)

    Kondisi Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/KotaTahun 2006 - 2010

    No TahunPanjang

    Jalan (km)Baik

    Kondisi Jalan (km)

    Sedang RusakBelum

    Tembus1 2007 Nasional 1.789,78 1.163,26 306,01 313,51 Na

    Provinsi 1.701,82 442,47 621,08 618,27 Na2 2008* Nasional 1.789,78 1.163,26 306,01 313,51 Na

    Provinsi 1.701,82 442,47 621,08 618,27 Na3 2009* Nasional 1.789,78 1.163,26 306,01 313,51 Na

    Provinsi 1.701,82 442,47 621,08 618,27 Na4 2010 Nasional 1.810,36 1.120,42 592,81 90,13 81,98

    Provinsi 1.833,33 820,08 547,63 375,62 70,005 2011 Nasional 1.810,36 1.120,42 592,81 90,13 81,98

    Provinsi 1.833,33 820,08 547,63 375,62 70,00Sumber: BPS, 2012 *) 2008 dan 2009 informasi data tidak ada

    terus harus menjadi perhatian, jelasnya.APBA sendiri, sebut Sulaiman difokus-

    kan juga untuk pembangunan infrastruktur jalan, dan ini terlihat pada APBA 2013 yang sekitar 60 persen anggaran memang diper-untukkan untuk pembangunan infrastruktur jalan dan transportasi. Untuk Buloh Seuma misalnya, saat ini sudah mulai ada ruas jalan yang lumayan bagus untuk dilalui, tapi ma-sih memerlukan sentuhan pembangunan. Kemudian jalur jalan Aceh Tengah menuju Aceh Utara yang menghubungkan jalur ke

    Rencana Pemerintah Aceh untuk memfokuskan pembangunan infra-struktur di kawasan poros tengah dan sejumlah ruas jalan menuju lokasi terpencil di Aceh, mendapat dukungan penuh dari Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA).

    Wakil Ketua DPRA Aceh, Sulaiman Abda, mengatakan fokus pembangunan ini tentunya untuk meningkatkan kualitas masyarakat dan kesejahteraan. Terutama masalah jalan, jika sejumlah ruas jalan di ka-wasan poros tengah Aceh sudah baik dan bisa menjangkau ke barat selatan dan utara timur Aceh. Maka ini akan menjanjikan kese-jahteraan bagi rakyat, karena masyarakat bisa dengan mudah memasarkan hasil tani yang mereka punya, jelas Sulaiman Abda.

    Proyek pembangunan jalan Bireuen-Takengon, misalnya, sebut Sulaiman, se-bagian jalur dinilai sudah mulai membaik.

    pelabuhan Krueng Geukuh, ini juga perlu perhatian dengan cepat, demi bisa memak-simalkan fungsi pelabuhan, ujar politi Partai Golkar ini.

    Sangat diharapkan Pemerintah Aceh bisa terus konsentrasi untuk pembukaan jalur-jalur yang masih masuk katagori terisolir. Jika jalur transportasi sudah baik, maka un-tuk pembangunan pendidikan dan kesehatan masyarkat pun akan semakin mudah, karena ini menjadi kebutuhan dasar masyarakat, te-gas Sulaiman Abda.(yayan zamzami)

    Dengan siapnya jalan yang menjadi urat nadi perekonomian wilayah tengah Aceh ini diharapkan menjadi era baru dengan berakhirnya keterisolasian daerah yang su-dah berlangsung puluhan tahun. Sehingga dengan cepat dapat meningkatkan pertum-buhan ekonomi masyarakat dataran tinggi Gayo dan sekitarnya.

    Selain jalan Bireuen-Takengon, se-jumlah ruas jalan kabupaten dan provinsi di Aceh Tengah juga dalam kondisi sangat memprihatinkan. Seperti jalan Takengon-Pamar Kecamatan Rusip Antara, jalan Takengon-Ise Ise, jalan Waq-Jamat, Pasar Angkop (Aceh Tengah)-Pante Raya (Bener Meriah), dan jalan Isak Kecamatan Linge-Jagong, itu baru jalan di kabupaten masih ada jalan natar kabupaten, misalnya antara Aceh Tengah ke Aceh Utara, Aceh Tengah ke Nagan Raya, Aceh Timur-Gayo Lues, ini

    "Pembukaan jalur terpencil ini akan menjanjikan kesejahteraan bagi rakyat, karena masyarakat bisa

    dengan mudah memasarkan hasil tani yang mereka punya.

    -- Sulaiman Abda -- Wakil Ketua DPRA

    Fokuskan Pembukaan Jalur Terpencil

    KONDISI jalan sekitar 500 meter dari Simpang Trumon menuju Buloh Seuma.FOTO:HASAN BASRI M NUR

    a. Pembangunan jalan lintas tengah jalan nasional dengan ruas: Jalan Sp. Seulimum Jantho (9,58 Km) Jalan Jantho Keumala (34,98 Km) *) Jalan Keumala Geumpang (66,99 Km) Jalan Geumpang Pameu (48,13 Km) *) Jalan Pameu Genting Gerbang (53,69 Km) Jalan Genting Gerbang Sp. Uning (18,86 Km) Jalan Sp. Uning Uwaq (68,08 Km) Jalan Uwaq - Bts. Gayo Lues (20,55 Km) Jalan Bts. Gayo Lues Blangkejeren (46 Km) Jalan Blangkejeren batas Aceh Tenggara (63,38) Jalan batas Gayo Lues Kutacane (40,20 Km) Jalan Kutacane - Batas Sumatera Utara (33,96

    Km) b. Peningkatan jalan penghubung antar kabupaten/

    kota dengan ruas: Jalan Kreung Keukeuh batas Bener Meriah

    (52,60 Km) Jalan Batas Aceh Utara Bandara Rambele (29,73

    Km) Jalan Rambele Batas Aceh Tengah (14,97 Km) Batas Bener Meriah Sp. Kebayakan (5,86 Km) Jalan Sp. Kebayakan - Sp.Kraft (52 Km)

    Langkah Strategis Pembangunan Jalan Lintas Tengah dengan

    Prioritas sebagai berikut:

  • TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 37 | OKTOBER 2013 9WAWANCARA

    Abubakar Karim: Kenapa saya ingin mengisahkan kisah tahun 70-an itu, tidak lain hanyalah ingin memberi gambaran bahwa sangat sulit hidup jika tidak ada sarana dan prasarana transportasi, karena itu menjadi urat nadi kehidupan jika kita memang ingin maju dan sejahtera. Itu juga yang menjadi alasan bagi saya secara pribadi, mengapa sejak dulu, saya terus mendorong Pemerintah Aceh untuk bisa membangun jalur jalan demi memberi kesempatan kepada rakyat untuk bisa me-nikmati kesejahteraan di tanah mereka yang subur. Mereka bisa menanam apa saja, tapi sayang tidak bisa memasarkannya karena tidak adanya sarana jalan dan transportasi. Kalau terus begini kapan rakyat kita bisa sejahtera?

    Tabangun Aceh: Lalu seperti apa komit-men Pemerintah Aceh saat ini untuk membangun ruas jalan tersebut, apalagi Anda kini sudah menjabat sebagai Kepala Bappeda?

    Pemerintah sangat berkomiten untuk melanjutkan pembangunan ruas-ruas jalan tersebut, bahkan dalam program prioritas RPJM Aceh 2012-2017 disebutkan bahwa satu dari sepuluh prioritas pembangunan Aceh adalah pembangunan infrastruktur yang terintegrasi; dan ini juga terdapat dalam isu strategis pembangunan Aceh. Yakni pembangunan infrastruktur antar sektor dan antar wilayah belum terintegrasi dalam mendukung Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) serta belum berfung-sinya Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Sabang secara optimal. Jadi itdak ada alasan bagi pemerintah untuk menunda atau bahkan tidak membangun ruas-ruas jalan itu untuk mengatasi keterisolasian daerah di Aceh.

    Apa yang dimaksud dengan infrastruktur yang terintegrasi?

    Infrastruktur itu kan banyak ya, terdiri dari jalan dan jembatan, pelabuhan, ban-dara, dan kereta api. Dalam RPJM kita berharap paling tidak ada pembangunan terhadap tiga infrastruktur yaitu jalan dan jembatan, pelabuhan, dan bandara yang terkoneksi. Itu yang disebut terintegrasi, hal ini bertujuan untuk mendukung per-tumbuhan ekonomi kita.

    Saat ini apakah sudah ada yang tercapai pembangunannya?

    Kita tidak akan membahas masalah

    bandara, karena untuk saat ini bandara masih berfungsi sebagai sarana angkut pen-umpang. Tapi kita akan melihat pemban-gunan jalan dan jembatan serta pelabuhan, karena ini erat kaitannya dengan produksi masyarakat. Dan bagaimana produksi ma-syarakat bisa mencapai pasar dengan baik, tentu harus adanya jalan sebagai peng-hubung menuju pasar dan menuju pelabu-han jika produksi itu harus ekspor.

    Di wilayah timur Aceh, kita sudah memiliki 3 pelabuhan yang bisa dikatakan sudah memadai, yakni pelabuhan Kuala Langsa, Pelabuhan Krueng Geukuh dan Pelabuhan Malahayati. Kabar baiknya saat ini pelabuhan Krueng Geukuh sudah bisa melayani barang impor. Sedangkan untuk wilayah barat-selatan Aceh kita memiliki pelabuhan Kuala Singkil, pelabuhan Abdya, dan pelabuhan Meulaboh. Diharapkan produksi produksi pertanian bisa dialirkan dari pelabuhan kecil ke pelabuhan besar dan targetnya ekspor.

    Nah, secara umum, produski rakyat kita kan ada di wilayah tengah, artinya tidak hanya di Aceh bagian tengah, tapi jika di Aceh Timur, maka titik produksi ada di pedalaman Aceh Timur. Untuk Aceh Utara juga ada di pedalaman Aceh Utara, begitu juga dengan Bireun dan Pidie, di mana sentra produksi ada di kawasan pedalaman. Dan jika hasil produksi ini ingin dipasarkan, rakyat tentu butuh sarana jalan dan trans-portasi.

    Lalu ..?Di Aceh, selain tiga ruas jalan yang

    biaya perawatannya dibiayai oleh APBN, yaitu jalan lintas timur Aceh, jalan lintas barat Aceh hingga perbatasan Sumatera Utara, ada juga lintas tengah Aceh yakni Banda Aceh-Jantho- Keumala-Tangse-Geumpang-Pameu - Takengon-Gayo Lues-Aceh Tenggara- perbatasan medan, tapi jalan ini belum selesai pembangunannya.

    Dalam konteks produksi, tidak semua jalan ini digunakan tapi juga ada jalan pintas yang dibiayai oleh provinsi lewat APBA, dan jalan inilah yang kita dorong untuk dikerjakan sehingga bisa menuntas-kan keterisolasian Aceh.

    Dimana saja lintas jalan yang harus diban-gun itu?

    Dalam RPJM ada 11 ruas jalan dan ja-lan inilah yang dimaksudkan akan dibangun untuk pembebasan Aceh dari keterislorian, yaitu :

    Kutacane-Muara Sikulem-Rakit Gelom-bang-Subulussalam

    Blangkejeren-Pinding-Lokop-Peureulak Blangkejeren-Trangon-Babah Rot-Abdya Takengon-Blang Kolak-Beutong Ateuh-

    Jeuram Simpang Tritit-Pondok Baru-Samar

    Kilang-Lhoksukon-Peunaron Bener Meriah-Krueng Tuan-Simpang

    KKA Jantho-Lamno Trumon-Buloh Seuma-Kuala Baru-

    Krueng Singkil Ie Mirah-Lama Muda Seurapon-Liwak-Sibigo

    Ruas-ruas jalan ini sebenarnya su-dah ada sejak dulu, hanya saja kelanjutan pembangunannya selalu terhenti. Misalnya karena krisis moneter, konflik, dan lain sebagainya. Hanya beberapa ruas jalan saja yang memang baru dan ini adalah penger-jaan penembusan dan pembangunannya. Yaitu ruas jalan: Kutacane-Muara Sikulem-Rakit Gelombang-Subulussalam, Simpang Tritit-Pondok Baru-Samar Kilang-Lhoksu-kon-Peunaron, Ie Mirah-Lama Muda, dan Seurapon-Liwak-Sibigo

    Inilah ruas-ruas jalan yang kita dorong untuk dibangun. Ada 11 ruas dan ini di-tempatkan dalam 14 paket pembangunan. Untuk tahun 2013 ini kita sudah putuskan proyek ini dikerjakan dengan dana multi years. Tapi karena ada pertimbangan makanya ditunda hingga tahun 2014.

    Pertimbangan apa? Apakah penundaan ini terkait dengan adanya ketidaksetujuan Ke-mendagri untuk pengerjaan proyek di tahun ini alias dicoret?

    Kalau ada penundaan pengerjaannya, memang iya, tapi kalau ada pencoretan itu tidak benar. Dan saya harus meluruskannya sehingga tidak ada simpang siur informasi. Kronologisnya adalah, setelah diselesaikan perubahannya di DPRA, maka APBA-P 2013 menjalani koreksi di Kemendagri, ada banyak item yang dikoreksi, termasuk item proyek multiyears 14 paket untuk 11 ruas jalan tersebut.

    Pihak Kemendagri memberi gam-baran, bahwa dalam jangka waktu yang hanya tersisa 2 bulan lagi di tahun 2013 ini akan sangat tidak memungkinkan untuk melakukan lelang proyek dan kemudian mengerjakannya, otomatis pengerjaan akan dilakukan di tahun 2014. Oleh karenanya pihak Kemendagri meminta proyek ini di-geser ke tahun 2014, dan karena ini proyek

    multiyears ditargetkan dalam jangka waktu 2-3 tahun proyek akan selesai.

    Dengan alasan inilah, kami menerima koreksi dari kemendagri tersebut. Jadi tidak ada niat Pemerintah Aceh untuk menunda apalagi membatalkankan pengerjaan proyek 11 ruas jalan ini, mengingat kebutuhan rakyat sudah sangat mendesak akan ruas-ruas jalan tersebut. Proses pembangunan-nya akan dimulai 2014 hingga 2016.

    Kita berharap jika ruas jalan ini sudah bisa dilalui, akan ada banyak ongkos angkut dan waktu angkut bisa dipangkas hingga 50-70 persen. Jalan ini memang menjadi prioritas utama

    Apakah ini menjadi kendala karena pihak Kemendagri meminta pengerjaan dialihkan ke tahun 2014?

    Untuk 2013 mungkin iya, tapi lagi-lagi ya kita terima alasannya, dan kita akan memulainya sesegera mungkin saat palu APBA 2014 diketuk.

    Sebagaimana pengalaman tahun lalu, APBA selalu terlambat disahkan, bagaimana proyek mau dikerjakan tepat waktu?

    Saya juga sudah meminta kepada Legis-latif untuk bisa menyelesaikan RAPBA dan APBA disahkan tepat waktu, kalau bisa di tanggal 30 Desember, sehingga proyek bisa jalan tepat waktu pula. Ini harapan terbesar saya dan saya rasa semua pihak kini sedang bekerja keras untuk itu, terutama dari legislatif.

    Berapa anggaran untuk 11 ruas jalan ini?Jumlah anggaran untuk 11 ruas jalan

    yang dituangkan dalam 14 paket ini sebesar Rp 2 triliun lebih

    Apa imbauan untuk masyarakat yang kini tinggal di ruas jalan yang akan dibangun tersebut?

    Saya mengimbau agar warga bersabar, karena proses pembangunan jalan akan segera dimulai tahun 2014, ini komitmen dari pemerintah. Jadi tidak ada keinginan dari pemerintah untuk menunda atau bah-kan mengurungkan niat terhadap pemban-gunan jalan-jalan tersebut.

    Kalau masih ingat hancurnya jalan Banda Aceh-Meulaboh pascatsunami, siapa sangka kini ruas jalan tersebut menjadi begitu luar biasa. Kalau dulu bayangan keti-daklancaran transportasi selalu menyertai kita, tapi dengan kesabaran, dukungan dan kerja keras, semua itu bisa teratasi.(***)

    DIBAWA ke era tahun 1970-an, tepatnya Desember 1977, Abubakar Karim mengisahkan perjalanannya menembus jalur Gayo Lues-Takengon dengan berjalan kaki. Butuh waktu empat hari empat malam bagi Abu Bakar untuk tiba di Takengon, ibukota Aceh Tengah. Dari sini, Abubakar kemudian naik bus untuk melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh. Waktu tempuhnya, lebih dari 10 jam. Total butuh waktu sedikitnya 14 jam bagi Abubakar dan warga Gayo Lues lainnya untuk mencapai ibukota provinsi.

    Ini adalah pengalaman yang tidak bisa saya lupakan, dan ini juga yang mendorong saya bukan hanya sekarang- tapi sejak dulu agar pemerintah termasuk pemerintah Aceh bisa membangun jalan sehingga rakyat tidak terus menjadi kelompok masyarakat yang tertinggal, ujar Abubakar Karim, yang kini telah menjadi Profesor dan menjabat Kepala Bappeda Propinsi Aceh.

    Ditemui di ruang kerjanya Senin, 21 Oktober 2013, Abubakar membantah jika ada orang yang berpendapat pemerintah menunda-nunda rencana pembangunan 11 ruas jalan tembus yang menghubungkan Aceh menjadi satu kesatuan jaring laba-laba, demi meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.

    Komitmen pemerintah untuk membangun 11 ruas jalan tembus di seluruh Aceh, tergambar jelas dalam bincang-bincang reporter Tabangun Aceh, Yayan Zamzami, dengan Profesor Abubakar Karim, di ruang kerjanya, di Bappeda Aceh. Berikut petikannya:

  • TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 37 | OKTOBER 201310 LAPORAN KHUSUS

    rata-rata 10 jam. Wisatawan ini berkeliling dunia selama

    3 bulan mengarungi lautan luas dan singgah dibeberapa destinasi terkenal dengan meng-habiskan uang rata-rata US 50 juta dollar.

    Fauzi Husin, mantan Direktur PT Arun yang kini menjabat kepala BPKS mengatakan, untuk mempercepat perkembangan Kawasan Sabang, Gubernur Aceh, Badan Investasi dan Promosi Aceh, serta BPKS akan berperan aktif membangun kerja sama antar kawasan yang tergabung dalam Cluster Andaman, ter-utama beberapa provinsi yang ada di Thailand Selatan seperti Krabi dan Phuket serta Malay-sia seperti Langkawi dan Malaka.

    Provinsi-provinsi tetangga ini sudah sangat maju seperti yang pernah disampai-

    kan Gubernur Aceh pada pertemuan Gov-ernors and Ministy Meeting di Koh Samui Thailand beberapa waktu lalu, kata Fauzi.

    Untuk mendukung keseriusan pengem-bangan Pariwisata Sabang, Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah telah menawarkan Aceh dan menunjuk Kota Sabang untuk men-jadi tuan rumah pertemuan Governors and Ministry Meeting pada November 2014. Pertemuan ini akan dihadiri lebih kurang 30 gubernur yang tergabung dalam cluster andaman baik dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

    Sebelum pertemuan tersebut dilak-sanakan diawali dengan berbagai pertemuan pendahuluan seperti pertemuan Joint Bisnis Forum dan lain-lain, ungkap Fauzi.(fzu)

    sung dengan negara-negara tetangga yang tergabung dalam Cluster Andaman. Peda-gang dan pelaut Aceh tempo doeloe berda-gang hingga ke negara-negara tetangga sep-erti di Satun Thailand Selatan, Kedah dan Penang Malaysia.

    Karena itu, untuk membangkitkan kem-bali semangat bisnis dan berdagang orang Aceh, Badan Investasi dan Promosi Aceh terus menggalang kerja sama dan melakukan promosi untuk mendorong investasi yang sa-ling menguntungkan antar wilayah provinsi yang berbatasan langsung dengan Aceh tersebut. Apalagi, provinsi-provinsi tetangga itu kini sudah lebih maju dan berkembang, terutama di sektor pertanian dan pariwisata, ungkap Iskandar.

    Pasca pertemuan Chief Governors and Ministry di Koh Samui beberapa lalu, Gu-bernur Aceh telah menawarkan pembukaan jalur transporasi laut Rhanong-Phuket-Lang-kawi-Malahayati (Aceh Besar) dan Sabang, Badan Investasi Aceh langsung menginisi-asi acara roadshow Promosi Aceh bersama BPKS Sabang dan beberapa pengusaha di Provinsi Surathani.

    Acara ini langsung dihadiri Wakil Guber-nur Surathani Nongsasiri Phomchana, Kon-jen KJRI Songkhla Heru Wicaksono dan be-berapa pengusaha di Thailand Selatan, kata Iskandar.

    Dalam pertemuan itu, lanjut Iskandar, Wakil Gubernur Surathani mengatakan bah-wa Aceh dan Provinsi Surathani memiliki se-jarah dan kondisi alam yang sama didominasi sektor pertanian, peternakan, perkebunan, dan pariwisata. Provinsi Surathani bangkit setelah 30 tahun tertinggal di Thailand aki-bat konflik, dan kini bangkit menjadi salah satu provinsi pemberi pendapatan terbesar ketiga bagi Thailand Selatan, ungkap man-tan Kepala Bappeda Aceh dan Deputi Pem-berdayaan Ekonomi BRR NAD-Nias ini.

    Pada pertemuan delegasi Aceh dengan delegasi Surathani, Iskandar menawarkan kerja sama pengembangan kelapa sawit dan karet. Juga kerja sama pengembangan sek-tor pariwisata, khususnya untuk mendukung

    Pengembangan Kawasan Bebas Sabang seb-agai destinasi pariwisata bahari.

    Selain itu Iskandar juga menawarkan pengembangan holtikultura, kopi, dan ka-kao. Menurut Iskandar, Wakil Gubernur Su-rathani dan Konsul KJRI Songkhla Wicak-sono menyambut baik gagasan Pemerintah Aceh tersebut. Dalam waktu dekat, mer-eka akan melakukan kunjungan langsung ke Aceh dengan membawa beberapa pengusa-ha, termasuk cruise operator, kata Iskandar.

    Pertemuan dengan delegasi TrangSatu hari setelah pertemuan dengan dele-

    gasi Pemerintah Provinsi Surathani, Delegasi Aceh melanjutkan perjalanan roadshow pro-mosi ke Provinsi Trang, yang berjarak sekitar 10 jam perjalanan menggunakan transporta-si darat. Pertemuan delegasi Aceh dan dele-gasi Provinsi Trang membahas kemungkinan kerja sama di sektor pertanian dan pariwisata berlangsung di hotel Thummarin Thana, Kota Trang Thailand Selatan.

    Pertemuan dihadiri langsung Wakil Gu-bernur Provinsi Trang Satorn Naravisut dan Konsul KJRI Songkhla Heru Wicaksono. Selain itu pertemuan juga dihadiri Ketua Kadin Provinsi Trang Teerawat Wangsirilert dan Ketua Asosiasi Industri Provinsi Trang (Federal Thai Industri) Tanapot Plattree ser-ta sejumlah pengusaha dari Provinsi Trang, ungkap Iskandar.

    Pada pertemuan tersebut, Kepala Badan Investasi Aceh, kembali menawarkan ker-ja sama pengembangan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan serta sektor pariwisata dalam suatu kerjasama Cluster Andaman.

    Menurut Iskandar, Wakil Gubernur Provinsi Trang dan Konsul KJRI Songkhla Heru Wicaksono menyambut baik gagasan Pemerintah Aceh tersebut. Mereka bahkan menawarkan Provinsi Trang dapat menjadi pintu masuk utama produk-produk Aceh ke Thailand. Mereka juga menyatakandalam waktu dekat akan berkunjung ke Aceh dengan membawa beberapa pengusaha dari Provinsi Trang, demikian Kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh, Iskandar MSc.(fzu)

    Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) Fauzi Husin kesia-pan lembaganya untuk menyukses-kan program 1 juta pengunjung ke Sabang yang telah dicanangkan oleh Gubernur Aceh, dr H Zaini Abdullah.

    Kawasan Sabang memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan nasional maupun internasional, khususnya untuk pengembangan wisata bahari dan eco wisata beserta turunan lainnya, ungkap Fauzi ke-tika menerima wawancara Tabangun Aceh di ruang kerjanya, Sabtu (12/10/2013).

    Menurut Fauzi Pulau Weh kondisinya masih sangat alami, bersih dan sejuk sehing-ga sangat baik untuk berlibur menikmati udara segar dan bersih sambil melakukan diving dan snorkeling. Ke depan, kata dia, objek-objek ini akan dikelola secara serius dan visioner untuk mendukung gagasan Gubernur Aceh Zaini Abdullah yang telah mendeklarasikan target kunjungan wisata ke Kawasan Sabang minimal 1 juta pengunjung pada tahun 2017.

    Fauzi optimis target itu akan dapat ter-capai dengan kerja keras semua pihak di Sa-bang serta dukungan dari Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat. Apalagi, Sabang se-makin menarik bagi wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara, setelah Pulau Weh dimasukkan dalam buku 501 Must Visit Is-land (501 Pulau yang Harus Dikunjungi) yang diterbitkan Great Britain Publishing Company, London tahun 2008 lalu.

    Pulau Weh yang memiliki pesona wisata bahari dengan keindahan alam bawah laut terumbu karang (coral reef) dan biota laut lain-nya, juga termasuk dalam buku perjalanan wisata yang menjadi panduan dan referensi sejumlah wisatawan.

    Perkembangan tersebut terlihat dalam 2 tahun terakhir ini terutama setelah ditetap-kannya Kawasan Sabang sebagai salah satu destinasi utama kapal pesiar dunia dengan PP No. 79/2011. Pada tahun 2012 Kawasan Sabang juga telah dikunjungi lebih kurang 6 kapal pesiar mewah kelas dunia yang rata-rata membawa 400-600 wisatawan, serta 200-300 kru kapal dengan waktu singgah

    Pemerintah Aceh terus melakukan berbagai terobosan untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Aceh. Salah sa-tunya, melalui Badan Investasi dan Promosi, Pemer-intah Aceh terlibat aktif dalam menjalin kerja sama dengan provinsi-provinsi tetangga yang berada di Cluster Andaman, terutama di Thailand bagian se-latan dan Malaysia.

    Aceh, terutama Kota Sabang memiliki posisi yang sangat strategis sebagai pintu gerbang di selat Malaka. Karena itu untuk meningkatkan kesejahter-aan masyarakat Aceh, maka kerja sama yang saling menguntungkan antara provinsi tersebut merupak-an suatu keharusan.

    Demikian disampaikan Kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh, Ir Iskandar MSc, ketika dite-mui Tabangun Aceh di ruang kerjanya, Selasa (01/10/2013). Saat itu, Iskandar baru pulang dari acara Roadshow Promosi Aceh, di Provinsi Su-rathani dan Provinsi Trang, kawasan selatan Thai-land.

    Menurut Iskandar, kejayaan yang diraih Aceh masa dulu tidak lepas karena letak dan posisinya yang strategis, di selat Malaka yang berbatasan lang-

    Kawasan Sabang memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan nasional maupun internasional, khususnya untuk pengembangan wisata bahari dan eco

    wisata beserta turunan lainnya.

    -- Fauzi Husin --Kepala BPKS

    Untuk membangkitkan

    kembali semangat bisnis dan berdagang

    orang Aceh, kita terus menggalang kerja sama dan

    melakukan promosi untuk mendorong

    investasi yang saling menguntungkan antar wilayah provinsi yang berbatasan langsung

    dengan Aceh.

    -- Iskandar -- Kepala Badan

    Investasi dan Promosi Aceh

    BPKS Dorong Kerja Sama Antar Kawasan

    Aceh Perkuat Kerja Sama Cluster Andaman

    telegraphindia.com

  • TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 37 | OKTOBER 2013 11LAPORAN KHUSUS

    Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang dikoordinir oleh Kementerian Koordi-nator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

    Salah satu tujuan utama dari program PNPM Mandiri Pariwisata ini adalah menin-gkatkan pemberdayaan dan kemandirian ma-syarakat, dan keswadayaan setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya melalui usaha kepariwisataan. Usaha-usaha seperti travel/perjalanan wisata, transportasi, souvenir, kuliner, sewa (peralatan memancing, diving dan pondok-pondok wisata, peralatan mandi, sarana permainan) adalah contoh-contoh dari usaha kepariwisataan tersebut.

    Sasaran dari PNPM Mandiri ini sendiri adalah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di desa-desa wisata yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1). Desa/kelurahan/kam-pung yang memiliki potensi pariwisata dan sudah dikunjungi wisatawan. 2). Terdapat minimal 20% masyarakat miskin yang ting-gal di desa/kelurahan/kampung tersebut. 3). Sudah memiliki aktifitas kepariwisataan. 4). Diprioritaskan desa/kelurahan/kampung telah melaksanakan PNPM Mandiri dari bi-dang lain dan keberadaan LKM cukup aktif.

    Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Di-nas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Dra. Irmayani Ibrahim yang ditemui Tabangun Aceh secara terpisah menjelaskan perihal Pokdarwis di Aceh. Sampai saat ini di Aceh ada 52 Kelompok Sadar Wisata yang sudah terdaftar. Sebagian besar sudah menerima dana PNPM Mandiri Pariwisata yang dis-

    alurkan dari pusat. Untuk tahun depan kita usulkan sebanyak 22 Kelompok Sadar Wisa-ta untuk menerima dana PNPM Mandiri Pariwisata.

    Terkait mekenisme penyaluran dana, Irmayani menambahkan penyaluran dana PNPM Mandiri Pariwisata ini, diawali den-gan pengajuan proposal program oleh ma-sing-masing Pokdarwis untuk dinilai kelay-akannya oleh konsultan yang ditunjuk. Jika dinilai layak baru diusulkan ke pusat (ke-menterian terkait) untuk ditetapkan sebagai penerima dana PNPM Mandiri Pariwisata. Sementara untuk penyaluran dilakukan dalam dua tahap, dan jika setelah dievalu-asi berhasil, memberikan dampak besar ter-hadap ekonomi masyarakat, maka memiliki peluang dilanjutkan sampai tahap ke tiga, jelas Irmayani.

    Irmayani juga menambahkan untuk me-mancing kelompok Sadar Wisata ini lebih giat berkreasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengadakan program kompetisi bagi Desa Wisata dan Kelompok Sadar Wisata Nasional. Pada Tahun 2011, Aceh diwakili oleh Desa Wisata Lampulo berhasil mendapat penghargaan nasional. Untuk menyukseskan program nasional ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sendiri berupaya menggerakan Kelompok Sadar Wisata ini dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan sadar wisata, pengelolaan ob-jek wisata, serta pelatihan pemandu wisata. (Bulman Satar)

    Deklarasi Aceh sebagai tujuan wisa-ta lewat program visit Aceh Year 2013, hampir habis, hanya tersisa beberapa dua bulan lagi saja. Sejumlah keg-iatan budaya dan wisata digelar, untuk men-jaring wisatawan, baik lokal, nasional, mau-pun mancanegara. Kendati demikian harus diakui banyak destinasi wisata belum dibe-nah, pemerintah juga minim melibatkan pi-hak swasta dalam pengembangan pariwisata.

    Persiapannya masih banyak lagi yang harus dilakukan, jadi pemerintah perlu bekerja keras lagi dengan membangun siner-gitas dengan pihak swasta, ungkap Zulfitri, pengelola Joels Bungalow, Eumpee Nulu, Aceh Besar, saat ditemui Tabangun Aceh, awal Oktober lalu.

    Dia juga meminta pemerintah menggen-carkan lagi promosi kunjungan ke Aceh den-gan menonjolkan banyak destinasi wisata, tidak hanya satu objek saja. Dalam setiap even, baru bisa dikatakan sukses jika wisa-tawannya bukan hanya didominasi oleh war-ga lokal, tapi juga harusnya mancanegara, ujar Zulfitri.

    Pria yang akrab disapa Joel ini men-gatakan, pariwisata adalah sektor yang sangat bersentuhan dengan masyarakat dan selalu memberi lapangan kerja yang luas. Bayang-kan, jika membuka sebuah rumah makan di kawasan pantai, maka setidaknya 10 tenaga kerja dari lokasi setempat sudah pasti akan digunakan, jelas Joel.

    Andai saja pemerintah fokus terhadap dunia pariwisata, lebih dari setengah masalah tenaga kerja dan pengangguran bisa diatasi. Banyak sekali potensi wisata di Aceh dan ini belum dikelola dengan baik, katanya.

    Pembenahan terhadap objek wisata yang berkaitan dengan sejarah Islam, misalnya.

    Menurut praktisi wisata yang mengembang-kan wisata bahari di kawasan pantai Eumpee Nulu ini, sangat penting dilakukan mengingat wisata religi menjadi salah satu andalan Aceh menarik minat wisatawan. Selama ini, objek wisata religi masih belum begitu diperhatikan.

    Joel, mencontohkan lagi Masjid Raya Baiturrahman, yang terletak di tengah Kota Banda Aceh. Banyak pengunjung sering memprotes kebersihan toiletnya. Selain itu, destinasi wisata di Pulau Sabang hingga sek-arang dinilai belum digarap maksimal.

    Selain itu, pantai-pantai di Aceh Besar, seperti Lhok Nga, Lampuuk, Ujong Bate, dan Pasir Putih sampai kini belum memiliki fasilitas memadai. Padahal, dari segi peman-dangan sangat memanjakan mata.

    Joel juga berharap pemerintah melibat-kan swasta dalam mengembangkan pariwisa-ta karena perannya sangat penting. Namun jika pihak swasta sudah menangani sebuah lokasi wisata, diharapkan juga hendaknya ada dukungan dari pemerintah, misalnya dengan membangun fasilitas pendukung-nya, kata dia.

    Di kawasan Eumpee Nulu, misalnya, pengelola wisata sangat berharap pemerin-tah bisa ikut membangun lokasi itu dengan membangun berbagai fasilitas pendukung, termasuk penerangan listrik. Sejak saya mengembangkan sektor wisata bahari di sini, pemerintah belum membangun fasilitas du-kungan, misalnya tiang listrik, atau tong sam-pah, tapi yang ada hanya mengirim petugas untuk memungut retribusi parkir, padahal fasilitas pendukung harus ada, ujarnya.

    Untuk itu, sebut Joel, sinergitas pemerin-tah dan swasta memang harus berjalan baik, jika sektor pariwisata ingin dikembangkan.(yayan zamzami)

    Salah satu turunan dari uapaya pemer-intah terkait dengan program pen-gentasan kemiskinan adalah melalui program PNPM (Program Nasonal pem-berdayaan Masyarakat) Mandiri Pariwisata. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Drs. Adami Umar M. Pd. yang dite-mui Tabangun Aceh diruang kerjanya (26/9) menyebutkan program PNPM Mandiri Pari-wisata ini sangat strategis untuk memenuhi target pengentasan kemiskinan oleh pemer-intah. Program PNPM Mandiri Pariwisata merupakan bagian dari program pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan melalui sektor kepariwisataan, menumbuhkan sek-tor ekonomi kreatif dengan mendorong kes-wadayaan masyarakat untuk menjadi pelaku

    utama dari program nasional ini, Adami Umar menjelaskan.

    Adami Umar menambahkan ada tiga alasan yang menjadikan program ini strat-egis, yaitu pertama, 1). In-situ, pembelanjaan wisatawan akan mengalir secara langsung kepada masyarakat, 2). Rantai nilai ke depan dan ke belakang yang sangat panjang, 3). In-dustri yang berbasis sumber daya lokal (local resource based industry) yang akan sangat efektif dalam menyerap tenaga kerja dan membuka peluang usaha di daerah. Atas tiga sifat dan karakteristik inilah Pemerintah me-lalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisa-ta mensinergikan program pembangunan kepariwisataan berbasis masyarakat melalui PNPM Mandiri Pariwisata dengan Program

    Persiapannya masih banyak lagi yang harus dilakukan, jadi pemerintah perlu bekerja keras

    lagi dengan membangun sinergitas dengan pihak swasta.

    -- Zulfitri -- Pelaku Sektor Wisata

    Sektor Wisata Butuh Sinergitas

    Pengentasan Kemiskinan melalui PariwisataProgram PNPM Mandiri Pariwisata

    bagian dari program pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan melalui

    sektor kepariwisataan, menumbuhkan sektor ekonomi kreatif dengan mendorong keswadayaan masyarakat menjadi pelaku

    utama dari program nasional ini

    -- Drs. Adami Umar, M. Pd, --Kepala Dinas Kebudayaan dan

    Pariwisata Aceh.

    SUASANA wisata bahari di kawasan pantai Eumpee Nulu, Lampuuk, Kabupaten Aceh Besar.FOTO: YAYAN ZAMZAMI

    Empee Nulu adalah bagian dari garis pantai Lhoknga dan Lampuuk yang ter-kenal keindahannya. Pantai ini terletak di Kabupaten Aceh Besar dan menjadi salah satu tujuan wisatawan yang berkunjung ke Aceh. Sempat hancur dihantam gelombang tsunami 2004 yang lalu, pantai ini sekarang bangkit dengan aura kemolekannya. Kehan-curan yang melumatkan kehidupan pantai dan sekitarnya seolah tak bersisa.

    Kebangkitan Empee Nulu antara lain diprakarsai oleh pemuda setempat bernama Zulfitri. Beberapa bungalow yang berderet di bibir pantai dibangun olehnya. Untuk me-lengkapinya, Joel juga membuka restoran dengan menu andalan Pizza Italia, di samp-ing menu asli setempat.

    Menurut Joel, indahnya Empee Nulu