edisi keduabelas

16

Upload: why-error

Post on 20-Nov-2014

674 views

Category:

Social Media


9 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi keduabelas
Page 2: Edisi keduabelas

Jangan Gadai Damai dengan Kursi DewanPEMILIHAN Umum (Pemilu) legislatif telah diam-

bang pintu. Berbagai persiapan juga sudah mulai diram-pungkan. Komisi Independen Pemilihan (KIP) juga kini semakin bekerja maksimal, agar pesta demokrasi lima ta-hunan ini bisa berjalan sukses.

Inti dari pemilu ini pada dasarnya hanya ingin men-cari wakil rakyat yang akan duduk di parlemen, baik itu di DPRK, DPRA, DPR RI maupun DPD. Namun dibalik itu semua pesta ini merupakan ajang pencerdasan dan pende-wasaan berpolitik bagi masyarakat.

Berbagai realita yang terjadi selama ini, tentunya tidak lepas dari peran wakil rakyat yang duduk di parlemen. Seh-ingga berbagai kebijakan yang dilahirkan bersama Pemer-intah bisa berdampak kepada masyarakat yang notabene konstituen dari wakil rakyat tersebut.

Lima tahun lalu, tentunya menjadi pembelajaran ber-harga bagi rakyat yang kerab hanya dijadikan objek dalam Pemilu. Karenanya, dalam pemilu kali ini perlu dicermati dan dilihat secara pasti dan nyata siapa yang layak untuk mewakili rakyat di parlemen.

Sehingga berbagai penderitaan yang selama ini tidak bisa dinikmati oleh masyarakat, bisa terealisasi nantinya. Sebab masyarakat bukan sebagai lumbung untuk menam-pung janji-janji politik yang tak mungkin bisa direalisasi-kan.

Lebih dari itu, bagi Aceh. Pemilu legislatif bagi Aceh memiliki makna yang lebih sakral, yakni terciptanya pemi-lu damai yang bisa membawa keberlanjutan kondisi damai yang sudah tercipta sejak 15 Agustus 2005 silam.

Berbagai pernak-pernik dan dinamika yang sempat terjadi pra pemilu hendaknya bisa diredam. Hal ini tentu-nya bukan saja tugas aparat keamanan seperti Polisi dan stakeholder lainnya yang bertanggungjawab. Namun juga menjadi tugas bersama, termasuk Parpol dan masyarakat Aceh.

Jangan karena kursi dewan, damai tergadaikan.!!! REDAKSI

Saleum

PENGARAH: Dr. Zaini Abdullah (Gubernur Aceh)

PENANGGUNG JAWAB: Drs Said Rasul(Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan

Telematika Aceh)

DEWAN PENYUNTING: Drs. A. Aziz. (Kabid Manajemen Data Base)

Dr. Rahmawati, M. Si. (Kasubbag TU Seuramoe)

PEMIMPIN UMUM: Ir. Sanasi, MM.(Kepala UPTD Seuramoe Informasi Aceh)

Pemimpin Redaksi: Asriani, S.Sos

Redaktur Pelaksana: Irwanda, ST, M.Si

Alamat Redaksi: Gedung Seuramoe Informasi Aceh Jl. Slt. Alaidin Mahmudsyah, Banda Aceh No. 14. Telp . 0651- 33615

Email: [email protected]: http://seuramoe.acehprov.go.id

Koordinator Liputan:Nining Khairani, S.Sos

Redaktur:Imran Joni

Penyunting/Editor: Iranda Novandi, S.Sos

Design/Layout Aditya AR

Konsultan Media:Arief Rahman

Fotografer:Amiruddin

Dharwanda, A. MdReporter/Kontributor:

Fahmi, ST - Muslem, A. Md - Arman Konadi- Rahmat - Safara

Keuangan: Sri Trisna Fitri, SE

Tata Usaha: Marhamah - Syamsuarni

Distribusi: Syaukani - Razali

Logistik Umum: Syarwan - Amri - Azhar

Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan sub-

stansi dari tulisan tersebut. Tulisan harus dilampiri tanda pengenal.

Seuramoe Publik

Assalamualaikum! Kami mahasiswa S1

PGSD Extensi yang sedang mengikuti kuliah di Uni-versitas Al-Muslim mem-inta kepada pihak LPSDM untuk memperhatikan kami agar memberi beasiswa kepada kami. kami juga berhak untuk mendapatkan beasiswa dari lembaga ini, jangan hanya mereka yang melanjutkan S-1 keluar negeri saja yang diberikan,

SAYA seorang warga yang bertempat tinggal di wilayah hukum Aceh Besar, Kec. Darul Imarah. Selama ini saya tinggal di rumah Type-36 yang be-lum ada sertifikat hak milik. Rumah tersebut berdiri di atas tanah seluas 150 meter yang saya beli dari pengembang, dan sesuai perjanjian setelah saya tempati akan diberikan sertifikatnya.

Namun setelah tiga tahun saya tempati, sejak ta-hun 2010, hingga saat ini saya belum mendapatkan sertifikat rumah tersebut. Setiap kali saya bertanya, pengembang selalu saja memberi alasan bahwa pemilik tanah di mana rumah itu dibangun tidak mau menandatangani akta jual beli saya, alasannya bahwa sipengembang masih berhutang kepada pe-milik tanah.

Oleh karena itu beberapa unit rumah bahagian si pengembang tidak memiliki setifikat termasuk ru-mah saya. Nah kira-kira sebulan yang lalu setelah pengembang melunasi hutangnya maka sipemilik tanah sudah mau menandatangi surat akta jual beli tersebut di hadapan Notaris yang berkedudukan di wilayah Aceh Besar.

Kami bersyukur, artinya tidak akan lama lagi kami pasti akan punya sertifikat rumah. Namun apa yang terjadi, sampai saat ini juga kami belum bisa

mengurus sertifikat itu karena Notaris tersebut mengatakan akan mengurusnya. Bagi kami tidak ada masalah, karena sertifikat induk perumahan tersebut juga masih ada pada Notaris tersebut.

Namun yang menjadi tanda tanya bagi kami adalah harga pengurusannya yang sangat mahal, mulai dari penandatangan akta jual beli hingga jadi sertifikat, kita harus mengeluarkan uang sebe-sar 4 sampai 5 juta. Mengingat mengurus surat ser-tifikat harus ke Jantho, agar kami tidak bolak-balik Banda Aceh-Jantho.

Maka kami ingin bertanya kepada BPN Aceh dan Badan Pertanahan Wilayah Aceh Besar. Per-tama, bagaimana prosedur pengurusan sertifikat itu, apa saja syarat yang harus kami lampirkan dan berapa besar biaya yang harus kami bayar untuk sebuah sertifikat rumah dengan luas seperti terse-but di atas. Yang kedua, apabila Notaris yang kami sebutkan melambat-lambatkan pengurusan sertifi-kat tersebut, langkah apa yang harus kami tempuh, ke mana kami harus mengadukan hal tersebut.

Untuk itu kami mohon penjelasan dari pihak-pihak terkait. Terima kasih kepada Seuramoe In-formasi yang telah memuat tulisan kami. m

Rianda, Warga Darul Imarah

Bagaimana Prosedur Pengurusan Sertifikat Tanah?

itu tidak adil namanya.Kami guru honorer yang

sedang melanjutkan S1 di dalam negeri juga berhak mendapatkan beasiswa tersebut, karena kami telah duluan mengabdi kepada negeri ini untuk membuka mata generasi di pedalaman Aceh.

Dengan penghasilan kami tiga ratus ribu rupiah perbulan tidak cukup bagi kami untuk membayar uang

kuliah, “Tiga Juta Sembilan Puluh Lima Ribu Rupiah” untuk satu tahun. Karena kami sudah berkeluarga.

Kami sangat menga-harapkan kepedulian pihak LPSDM dan Pemerintah Aceh untuk meringankan beban kami ini. m

Nazaruddin, SDN 7 Nisam Antara,

Aceh Utara

Kepada LP-SDM

No. 12 Tahun II / Pebruari 20142

Page 3: Edisi keduabelas

Utama

No. 12 Tahun II / Pebruari 2014 3

SUARA KITA Menentukan

Masa Depan Bangsa

www.radarbangka.co.id

PEMILU 2014 memiliki arti penting bagi perjalanan demokrasi di Indonesia. Itulah mengapa semua komponen bangsa harus terlibat dan ikut bekerja keras demi memasti-kan Indonesia keluar dari masa transisi demokrasi menuju

pelembagaan demokrasi modern.

Banda Acxeh, 15-2-2014Seuramoe Informasi:

Infrastruktur dan suprastruktur demokra-si, harus dapat bekerja secara efektif untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Penera-pan sistem pemilihan umum di Indonesia masih terbilang belum sepenuhnya mampu merepresentasikan kehendak masyarakat Indonesia.

Masyarakat Indonesia pada umumnya telah mampu mengikuti proses pemilu dan menghormati hasil pemilu, namun pemilu di Indonesia masih banyak menghadapi kendala-kendala dalam pelaksanaannya.

Pemilu menjadi indikator yang paling mudah dalam menentukan sebuah negara tersebut demokratis atau tidak. Karena Pemi-

lu memberikan sebuah momentum kepada masyarakat untuk menentukan arah perkem-bangan sebuah negara.

Momentum ini merupakan tugas pokok dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Salah satu tugas dan kewenangan KPU yaitu melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilu serta tugas dan kewenangan KPU kepada masyarakat. Pemilih merupakan ujung tombak untuk menentukan calon yang terpilih pada proses Pemilu.

Oleh karena itu, banyak permasala-han yang muncul seperti; money politic, penggelembungan suara, pemilih ganda, pemalsuan daftar pilih hingga persoalan-per-soalan lainnya yang mengiringi perjalanan proses Pemilu.

Di Aceh, Pemilu 2014 menjadi penting karena merupakan langkah awal menuju Aceh yang lebih baik. Apalagi, saat ini partai peserta pemilu semakin kecil diband-ingkan Pemilu sebelumnya. Termasuk Partai Lokal yang hanya tinggal tiga partai.

Namun untuk kuantitas calon legislatif, kususnya untuk DPR Aceh, meningkat tajam, apalagi jumlah kursi DPRA juga bertambah, dari 69 kursi menjadi 81 kursi.

Untuk mendapatkan kursi ini, Aceh dibagi menjadi 10 daerah pemilihan (Dapil), sesuai SK KPU Nomor 93/Kpts/KPU/Tahun 2014, Tanggal 9 Maret 2013, ditandatangani Ketua KPU, Husni Kamil Manik. Tahun 2009 Aceh hanya ada delapan Dapil.

Pada Pemilu 2014, jumlah kursi dan wilayah dapil untuk anggota DPR RI tidak mengalami perubahan. Untuk Dapil I (Aceh I) tujuh kursi dan Dapil II (Aceh II) enam kursi dengan total seluruhnya 13 kursi. Dalam SK KPU juga ditetapkan jumlah kursi dan dapil untuk pemilihan anggota DPRK seluruh Aceh perkabupaten/kota.

“Yang masuk Daftar Caleg Tetap (DCT) mencapai 1.259 orang,” kata Ridwan Hadi, Ketua KIP Aceh, saat mengumumkan DCT Aceh untuk Pemilu 2014, Jumat, 23 Agustus lalu.

Tanpa Intimidasi dan PaksaanMeski berbagai persoalan mengiringi

proses persiapan Pemilu 2014, namun Komi-si Independen Pemilihan (KIP) Aceh terus berusaha agar pelaksanaan Pemilu 2014 ini dapat berjalan lancar, aman, tertib dan mer-aih hasil sesuai dengan yang diharapkan.

“Sosialisasi dan verifikasi juga terus kita

Page 4: Edisi keduabelas

Utama

No. 12 Tahun II / Pebruari 20144

Yuyun Rahayu K: Masih Bingung

PEMILU sudah di depan mata, tapi masih banyak masyarakat yang belum paham dengan tata cara pelaksanaannya. Apalagi, sosialisasi yang dilakukan pihak penyelenggaran Pemilu dinilai masih kurang.

Yuyun, misalnya. Meski tinggal kurang dari dua bulan lagi, dia masih bingung den-gan Pemilu kali ini. “Karena masih sangat minim tentang informasi Pemilu tahun ini ,” katanya pekan lalu.

Bagi Yuyun, Pemilu adalah pemilihan wakil rakyat yang berkompeten dan memiliki dedikasi tinggi untuk dipilih melalui pemungutan suara. Dia berharap Pemilu kali ini dapat berjalan lancar, tertib, aman dan damai.

“Sukurnya saya sudah terdaftar sebagai pemilih. Dari ber-bagai informasi yang saya dapat, terutama dari media massa, sedikit sedih, mengingat sampai sekarang masih banyak data pemilih masih bermasalah. Perkembangan suasana pemilu semakin panas dan juga untuk pengadaan surat suara sangat lamban yang baru mulai mencetak,” katanya.

Yuyun mengaku belum pernah mengikuti sosialisasi Pemilu 2014. Namun jika caranya masih sama seperti Pemilu sebelumnya, bagi dia tidak menjadi masalah. “Kalau sama seperti dulu, sudah paham,” katanya mengakhiri pembic-araan. m safara/mc-aceh

lakukan. Termasuk penyu-sunan DPT sesuai perbaikan NIK yang disesuaikan dengan DP4,” kata Junaidi M. Ag, Komisioner, Divisi Hukum dan Pengawasan KIP Aceh, kepada Nining Kh. dari Seuramoe Informasi, Selasa, 11 Pebruari lalu.

KIP, tambahnya, berharap kepada masyarakat Aceh agar Pemilu 2014 berjalan damai tanpa anarkisme, sehingga bisa memberikan hak suara tanpa intimidasi dan paksaan dari siapapun. “Dan ini prinsip, implementasi sebagai masyarakat beradab. Tanpa suasana damai akan sangat sulit menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah ber-bagai permasalahan,” katanya.

Sebelumnya Kapolri Jenderal Pol Sutarman dalam kunjungan kerjanya ke Aceh, Rabu (15/1) menegaskan, Polri dengan dibantu seluruh stakeholder mampu menga-mankan Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan dilaksana-kan pada 9 April mendatang.

“Begitu juga dengan di Aceh, dengan dukungan stake-holder dari TNI dan Pemer-intah Daerah, Polri akan bisa meyakinkan bahwa Aceh ini benar-benar aman, sehingga pelaksanaan Pemilu legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden bisa berjalan dengan baik,” katanya.

Kapolri merasa yakin dengan proses demokrasi di Indoensia yang berkembang baik dalam 15 tahun terakhir, telah membawa kedewasaan semua pihak peserta Pemilu, sehingga akan terpilih orang-orang terbaik yang nantinya duduk di parlemen sehingga

mampu membawa kesejahter-aan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Kapolri juga mengajak seluruh bangsa Indonesia un-tuk memilih wakilnya dengan baik dan siapapun pemimpin yang dipilih harus sama-sama didukung. Sebab, mereka yang dipilih itu melalui proses demokrasi dan keputusan politik bangsa ini.

Meski demikian, sosialisasi Pemilu masih dianggap kurang, karena masih banyak masyarakat yang belum paham dengan tata cara pelaksanaannya. Yuyun misalnya, warga Banda Aceh ini mengaku masih bingung dengan Pemilu kali ini. “Karena masih sangat minim tentang informasi Pemilu,” katanya pekan lalu.

Bagi Yuyun, Pemilu adalah pemilihan wakil rakyat yang berkompeten dan memiliki dedi-kasi tinggi untuk dipilih melalui pemungutan suara. Dia berharap Pemilu kali ini dapat berjalan lancar, tertib, aman dan damai.

Yuyun mengaku belum per-nah mengikuti sosialisasi Pemilu 2014. Namun jika caranya masih sama seperti Pemilu sebelumnya, bagi dia tidak menjadi masalah. “Kalau sama seperti dulu, sudah paham,” katanya mengakhiri pembicaraan. safara/mc-aceh

Hal sama juga diutarakan Musliyadi, masyarakat Banda Aceh tinggal di Seutui. Bagi dia, Pemilu memberi harapan dan impian. Harapan akan adanya perubahan dan perbaikan, serta impian akan masa depan yang jauh lebih baik. Namun tidak sedikit masyarakat yang melihat Pemilu hanya sebuah rutinitas lima tahunan.

Melalui media massa, Mus mengaku faham apa itu Pemilu. Pemilihan umum yang dilaksana-kan lima tahun sekali ini bersifat bebas, umum dan rahasia. “Kita bebas memilih siapa saja tanpa

ada satu orang-pun yang tahu,” katanya.

Pengamanan Sementara itu, Kapolda Aceh

Irjen Pol Herman Effendi dalam laporannya memaparkan, Polda Aceh telah siap mengerahkan 8.758 lebih dari 13.482 personil Polda Aceh. Selain itu akan ditambah personil dari TNI, dalam hal ini Kodam IM, serta pihak terkait seperti Linmas dan Satpol PP.

“Jumlah personil Polda Aceh yang dikerahkan untuk mengamankan Pemilu 2014 ini sebenarnya tidak sebanding bila dibandingkan dengan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) di seluruh Aceh, yang jumlahnya 10.000 lebih,” kata Herman.

Berdasarkan data yang disam-paikan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh, kata Kapolda, di Aceh terdapat 10.839 tempat pemungutan suara (TPS). Menurut Kapolda, jika memband-ingkan jumlah TPS, maka jumlah personil yang disiapkan masih kurang.

“Untuk menjamin pemilu terlaksana dengan baik dan aman, kami telah membagi tiga kategori tingkat keamanan TPS, yaitu aman, rawan satu, dan rawan dua. Dari data yang kita kumpul-kan sebanyak 6.363 TPS masuk dalam kategori aman, 3.417 TPS rawan satu, dan 1.066 TPS rawan dua,” tambahnya.

Untuk TPS yang masuk kate gori aman, lanjut Kapolda, polisi hanya menempatkan satu per-sonel untuk tiga TPS. Sedangkan bagi TPS rawan, polisi menem-patkan satu polisi di setiap TPS.

“Untuk TPS rawan itu, berada di daerah pantai utara dan timur Aceh. Penilaian TPS rawan dan aman dilakukan berdasar-kan analisis pelbagai kejadian tindak pidana dan potensi konflik yang terjadi sebelum pemilihan umum,” tambah kapolda.

Kapolda Irjen Pol Herman Effendi melakukan pemeriksaan senjata, pada gelar pasukan pengamanan pemilu.(seuramo informasi | andinova)

Kapolda berharap semua personilnya dapat memetakan setiap kerawanan pada setiap tahapan Pemilu, dengan fungsi intelijen didukung Badan Pembi-naan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) untuk mengetahui dinamika dan fenomena yang berkembang di masyarakat.

“Dengan demikian, segala permasalahan yang berpotensi mengganggu jalannya Pemilu 2014 dapat diantisipasi sedini mungkin dan tidak menimbul-kan dampak yang lebih luas,” ujarnya.

Bagi segenap anggota Polri yang bertugas di Polda Aceh, Kapolda meminta untuk tetap menjaga komitmen dan netralitas dengan tidak terlibat dalam keg-iatan politik praktis dalam penye-lenggaraan Pemilu 2014, yang dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri.

“Kita juga perlu mening-katkan, kewaspadaan terhadap potensi ancaman terorisme yang memanfaatkan momen Pemilu 2014, khususnya wilayah yang memiliki kerawanan serta berpo-tensi dijadikan target oleh pelaku kejahatan terorisme tersebut.

“Secara umum kesiapan per-sonil untuk mengamankan pelak-sanaan Pemilu legislatif cukup mantap, namun perlu dibenahi peralatannya,” ungkap Kapolda.

Komisioner KIP Aceh, Ju-naidi S.Ag sebelumnya men-gatakan, sampai saat ini masih terlihat adanya kesan apatis dari masyarakat terhadap pelaksan-

aan Pemilu. Di sinilah tugas KIP sebagai penyelenggara, Pemerintah dan berbagai stake-holder di masyarakat, melakukan sosialisasi dan pendidikan politik agar masyarakat tahu hak dan kewajiban sebagai masyarakat.

“Jika orang-orang yang baik dan cerdas tidak peduli, maka akan menghasilkan Pemilu yang tidak berkualitas dan tidak berin-tegritas calon yang dihasilkan,” katanya. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya su-ara mereka sebagai pemilih, tam-bah dia, memang menimbulkan keprihatinan mendalam. Namun tak dapat dipungkiri, kurangnya informasi penting mengenai proses pemilihan merupakan masalah yang harus ditangani secara serius, karena hal ini harus dimengerti oleh masyarakat yang memilih dalam pemilu.

“Untuk meningkatkan par-tisipasi masyarakat dalam pemilu diperlukan sumber informasi, seperti brosur, iklan di media cetak/internet, surat-surat melalui pos, kampanye iklan di radio, poster, debat/dialog kandidat Pemilu dan lain-lain.Jika pe-milih secara keseluruhan sudah memiliki pengetahuan mengenai politik dan pemilu, bukan tidak mungkin korupsi dapat dihindar-kan bahkan dihilangkan. Karena masyarakat akan menjadi penga-was atas segala penyelenggaraan kegiatan negara, sesuai dengan kedaulatan berada di tangan rakyat,” katanya.

m ning/mus/rah/arm/and/saf/mc-aceh

Page 5: Edisi keduabelas

No. 12 Tahun II / Pebruari 2014 5

Utama

Musliyadi: Tetap Sama

PEMILU memang selalu memberi harapan dan impian. Harapan akan adanya perubahan dan perbaikan, serta im-pian akan masa depan yang jauh labih baik. Namun tidak sedikit masyarakat yang melihat Pemilu hanya sebuah rutinitas lima tahunan.

Musliyadi misalnya-Warga Seutui ini melihat, Pemilu, dari tahun ke tahun tetap sama, tidak memberi perbedaan. “Banyak calon hanya mengumbar janji demi memenangkan dirin-ya. Setelah mereka menang semua ucapannya tidak da-pat dijadikan pegangan dan hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya,” katanya, pekan lalu.

Namun demikian, lelaki yang baru tahun ini terdaftar sebagai pemilih, meski telah tujuh tahun jadi warga Seu-tui, berharap Pemilu ke depan akan lebih bagus, dan tidak ada lagi istilah titipan dan sejenisnya.

Melalui media massa, Mus mengaku faham apa itu Pemilu. Pemilihan umum yang dilaksanakan lima tahun sekali ini bersifat bebas, umum dan rahasia. “Kita bebas memilih siapa saja tanpa ada satu orangpun yang tahu,” katanya. Meski awam, Musliyadi selalu mengikuti per kembangan Pemilu 2014 melalui media, tentang siapa calonnya, tatacara pencoblosan, tentang partai-partai, dan berbagai hal lainnya. Namun secara langsung dia belum pernah mengikuti sosialisasi.

“Pemilu yang disosialisasikan oleh pemerintah sudah cukup memadai, meski hanya kita lihat di TV atau kita baca di koran. Namun cukuplah untuk membuat pemilih faham bagaimana tatacara dan bagaimana menentukan pilihan,” kata dia.

Musliyadi mengaku enggan menghadiri pertemuan yang dilakukan para caleg. Karena, menurut dia, permain-an politik oleh para caleg seperti bermain judi. “Artinya, coba-coba mendaftar, kalau terpilih ya menang dan kaya karena banyak gajinya. Kalau tidak terpilih ya ke Rumah Sakit Jiwa,” ujarnya sambil tertawa. *

Kapolri Jenderal Pol Sutarman didampingi Kapolda Aceh Irjen Pol Herman Effendi saat berkunjung ke Mapolda.(seuramo informasi | andinova)

Polda Aceh Siap Amankan Pemilu

Jelang pelaksanaan pemilu legislative yang tinggal beberapa hari lagi, Polri dalam hal ini Polda Aceh sudah siap untuk

melakukan pengamanan pesta demokrasi lima tahunan ini, terutama diwilayah hokum Polda Aceh.

Banda Aceh, 15-1-2014Seuramo Informasi:

Kesiapan ini disampaikan Ka-polda Aceh, Irjen Herman Effendi, saat kunjungan Kapolri, Jenderal Sutarman ke Banda Aceh, perteng ahan Januari lalu. Secara pasti,Ka polri menegaskan, Polri dengan dibantu seluruh stakeholder mam pu mengamankan Pemilihan Um um (Pemilu) yang akan dilaksana-kan 9 April mendatang.

Begitu juga dengan di Aceh, dengan dukungan stakeholder dari TNI dan Pemerintah daerah, pol ri akan bisa meyakinkan bahwa Aceh ini benar-benar aman, seh-ingga pelaksanaan Pemilu legisla tif dan pemilihan presiden dan Wapres bisa berjalan dengan baik.

Khusus Aceh, Kapolri juga me mastikan dengan kekuatan yang ada akan mampu mengamankan Pemilu dengan kekuatan 10 ribu personil, di mana dari Polda Aceh sendiri akan mengerahkan 2/3 ke kuatannya atau 8.758 personil di tambah kekuatan lainnya dari TNI dan Pemerintah daerah.

“Dengan kekuatan ini, saya yakin, Polda Aceh akan mampu mengamankan pemilu 2014 ini,” tegas Kapolri kepad wartawan sa at berkunjung ke Mapolda Aceh, Rabu (15/1).

Sementara itu, Kapolda dal am laporannya memaparkan, Pol

da Aceh telah siap mengerahkan 8.758 lebih dari 13.482 personil nya. Selain itu juga ditambah per-sonil lainnya dari TNI dalam hal ini Kodam IM serta pihak terkait lainnya seperti petugas Linmas, Satpol PP.

Dalam pengamanan Pemilu ini, 2/3 kekuatan Polda Aceh di kerahkan semua, demi sukses dan lancarnya Pemilu. Namun menu-rutnya jumlah tersebut tidak se-banding dengan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) di selu-ruh Aceh yang jumlahnya 10.000 lebih. “Tentunya kalau ditanya cu kup atau kurang, ya pasti kurang namun bisa kita siasati dengan klasifikasi TPS aman dan TPS rawan,” ujar Kapolda.

Pada saat gelar pasukan peng amanan pemilu, Kapolda Aceh mengintruksikan seluruh jajaran nya untuk mendeteksi secara di ni dengan mengoptmalkan fung si intelijen, guna mengantisipa si segala ancaman yang bisa ter-jadi pada Pemilu 2014 ini. Sem ua personil diminta dapat meme takan setiap kerawanan pada seti ap tahapan Pemilu 2014, dengan didukung Badan Pembinaan Ke amanan dan Ketertiban Masyara kat (Babinkamtibmas) untuk me ngetahui dinamika yang berkem-bang di masyarakat.

“Dengan demikian, segela per masalahan yang berpotensi meng-

ganggu jalannya Pemilu 2014, da pat diantisipasi sedini mungkin dan tidak menimbulkan dampak yang lebih luas,” ujar Kapolda pa da gelar pasukan operasi “Mantap Brata 2014” yang berlangsung di ha laman Mapolda, Selasa (4/2).

Pada apel gelar pasukan terse-but, Kapolda meminta satuan tu-gas agar menjabarkan dan sam-paikan kepada anggota tentang kesiapan pengamanan pemilu dan persiapan peralatan

Bagi segenap anggota Polri yang bertugas di Polda Aceh, Ka polda meminta untuk tetap men-jaga komitmen dan netralitas de ngan tidak terlibat dalam kegiatan politik praktis dalam penyeleng-garaan Pemilu 2014, yang dapat menurunkan kepercayaan masya rakat. “Kita juga perlu mening katkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman terorisme yang memanfaatkan momen Pemilu khususnya wilayah yang memili ki kerawanan serta berpotensi dijadikan target oleh pelaku keja hatan terorisme tersebut. Dalam mendukung hal tersebut, jenderal bintang dua Polri ini juga telah memerintahkan kepada seluruh pi mpinan kesatuan, agar terus me ningkatkan kemampuan personel.

Kelengkapan personil ini dini lai sangat perlu dalam meng hada-pi berbagai potensi ancaman yang terjadi pada Pemilu 2014 serta ber bagai kejahatan dan kemungkin an bisa terjadi pada Pemilu 2014 yang tinggal menghitung hari saja

Guna menyukseskan Pemilu ini, Polda Aceh sudah mematikan kekuatan penuh dengan menger-

ahkan 2/3 personil atau Polda Ac eh akan mengerahkan sebanyak 9.328 personil. Dengan harapan, Pemilu di Aceh bisa berjalan suk ses, aman, tertib dan berjalan baik

Semua peralatan persenjataan dicek ulang karena ada senjata yang rusak karena bencana tsuna-mi beberapa tahun silam. Semua persenjataan tersebut harus bisa dipastikan mana yang bisa dipak ai dan mana yang sama sekali tak bisa dipakai lagi. “Secara umum kesiapan personil untuk menga-mankan pelaksanaan Pemilu legis latif cukup mantap, namun perlu dibenahi peralatannya,” ungkap Kapolda.

Berdasarkan data yang disam paikan Komisi Independen Pemi lihan (KIP) Aceh, di Aceh ada 10.839 tempat pemungutan suara (TPS). Menurut Kapolda, jika me mbandingkan jumlah TPS, maka jumlah personil yang disiapkan

masih kurang.“Untuk menjamin pemilu ter-

laksana dengan baik dan aman, kami telah membagi tiga katego-ri tingkat keamanan TPS, yaitu aman, rawan satu, dan rawan dua. Dari data yang kita kumpulkan, 6.363TPS masuk dalam kategori aman, 3.417 TPS rawan satu, dan 1.066 TPS rawan dua,” tambah nya. Untuk TPS yang masuk kate gori aman, lanjut Kapolda, polisi hanya menempatkan satu perso nel untuk tiga TPS. Sedangkan bagi TPS rawan, polisi menem-patkan satu polisi di setiap TPS.

“Untuk TPS rawan itu, berada di daerah pantai utara dan timur Aceh. Penilaian TPS rawan dan aman dilakukan berdasarkan ana-lisis pelbagai kejadian tindak pi-dana dan potensi konflik yang ter-jadi sebelum pemilihan umum,” tambah kapolda.

m andinova

Page 6: Edisi keduabelas

No. 12 Tahun II / Pebruari 20146

Utama

Banda Aceh 27 Januari 2014 Seuramoe Newsroom:

Transportasi sebagai sarana penghubung memiliki peran yang sangat signifikan di dalam melakukan pergera-kan perpindahan barang dan manusia. Aspek konektivitas atau penghubung antarwilayah merupakan faktor yang mut-lak diperlukan, mengingat Indonesia membentang dari barat sampai ke timur dengan pulau-pulau yang dipisahkan oleh laut.

Demikian disampaikan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Per-hubungan, Ir. Santoso Eddy Wibowo, pada acara Bon Voyage Diklat Pelaut Tingkat V Angkatan I, serta Penguku-han Pengurus Dharma Wanita Persatuan BP2IP Malahayati, dan Peresmian Gedung Chik Di Tiro BP2IP Malahayati, di Aula BP2IP Malahayati, Aceh Besar, pekan lalu.

“Melalui Masterplan Per-cepatan dan Perluasan Pem-bangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), wajar jika Kemente-rian Perhubungan sebagai Ke-

menterian Teknis yang diberi tugas oleh negara di dalam membangun dan mengem-bangkan moda transportasi di tanah air terus berusaha me-nyediakan pelayanan transpor-tasi yang aman, nyaman, tepat waktu dan efisien,” katanya.

Pertumbuhan yang cukup besar dari jumlah kapal ber-bendera Indonesia yang ber-operasi melayani jalur niaga Nusantara, tambah dia, tidak terlepas dari usaha pemerin-

tah membangun pelabuhan-pelabuhan baru di berbagai wilayah di Indonesia.

“Aceh yang berada di ujung utara pulau Sumatera memiliki potensi yang cukup baik di masa mendatang seba-gai pintu masuk perdagangan pada koridor MP3EI. Dan posisi geografis yang terletak di alur pelayaran internasional Selat Malaka ini, memberi-kan prospek yang cerah di subsektor transportasi laut,”

tambahnya. Dikatakannya, untuk men-

dukung pengembangan sektor transportasi laut tersebut maka BPSDM membangun Balai Pendidikan dan Pelatihan Ma lahayati (BP2IP) Aceh dalam upaya membentuk SDM di bi-dang pelayaran yang berkuali-tas dan berdaya saing.

“Satu tahun yang lalu, tepatnya 23 November 2012, Bapak Menteri Perhubungan telah meresmikan Lembaga Pendidikan ini, dan kini kita bersama bisa menyaksikan sebuah kampus diklat pela-yaran dengan gedung dan bangunan yang dilengkapi dengan peralatan modern, berupa simulator dan labora-torium pengoperasian kapal berstandar Internasional.

BP2IP Malahayati Aceh te lah siap beroperasi melayani masyarakat transportasi deng an layanan program Diklat Kepelautan yang dibutuhkan oleh Industri Pelayaran. Terle-bih tahun 2014 ini merupakan tahun yang sangat menentu-kan, di mana sejak 1 Januari 2014, semua diklat dan sertifi kasi bagi pelaut yang melak

Transportasi Penting dan Signifikansanakan dinas jaga kapal di se luruh dunia harus mulai mene rapkan standar baru yang di syaratkan oleh Konvensi Inter nasional STCW-1978 Aman demen 2010,” kata Santoso.

Dalam aturan tersebut, katanya, diwajibkan bagi pe laut untuk segera mengambil diklat-diklat yang wajib di berlakukan untuk bekerja di atas kapal niaga. Saat ini, ke-butuhan pelaut dalam negeri, menurut INSA, tidak kurang dari 15.000 orang pertahun, belum lagi kebutuhan pelaut yang bekerja di luar negeri, tidak kurang dari 75.000 orang pertahun.

Kepada taruna diklat pem bentukan yang sedang dan masih menjalani proses pendi dikan dan pembinaan, Ir. San-toso Eddy Wibowo berpesan agar bersabar dan terus men-jaga motivasi belajar sampai berhasil menyelesaikan pen didikan dengan baik. “Kelak sejarah yang akan mencatat bahwa kalian adalah manusia sukses yang dilahikan dari BP2IP Malahayati, Aceh,” katanya.

m mus/wan/sk/mc-aceh

Bawaslu Aceh Tetap Bekerja Melakukan Pengawasan

ASQALANI, S.TH. MH

Meski masih ada tarik ulur legalitas kelembagaan Bawaslu Aceh, namun Komisioner Bawaslu Aceh tetap menjalankan tugasnya untuk mengawasi proses pelaksanaan Pemilu 2014 di Aceh.

“Berdasarkan UU No. 15/2011, yang berwenang membentuk Bawaslu Provinsi Aceh itu adalah Bawaslu RI. Itulah menga-

pa kami yang telah ditetap-kan Bawaslu Pusat, terus menjalankan tugas pokok fungsi pengawasan.”

Demikian dikatakan Asqalani, S.TH, MH, Ketua Bawaslu Aceh kepada Seuramoe Infor-masi, Selasa (18/2). Ditam-bahkannya, hal itu tetap dijalankan sampai saat ini karena belum ada perintah lanjutan dari Bawaslu RI,

selaku pemberi mandat, untuk menghentikan penga-wasan.

Karena belum adan-nya kesepahaman terhadap regulasi penyelenggaraan Pemilu ini, terutama dalam kaitan dengan pengawaan, dampaknya cukup berpen-garuh pada kinerja Bawaslu yang tidak optimal. Hubun-gan antara stakholder antara penyelenggara pemilu dan pemangku kepentingan sangat memberikan dampak situasi yang tidak normal.

“Malah ada kabupaten/kota yang bupatinya benar-benar menolak kehadiran pengawas pemilu, sep-erti Kabupaten Aceh Barat Daya, Pidie dan Bireuen. Mereka menolak kehadiran pengawas pemilu, karena menyatakan Panwalu il-egal,” katanya.

Menurut Asqal, yang diatur dalam UU Nomor 11 Tentang Pemerintah Aceh, dimana dikatakan yang berwenang dalam mem-bentuk panitia pengawas

pemilihan tingkat provinsi maupun kabupaten/kota itu adalah DPRA dan DPRK, adalah dalam rangka penga-wasan Pilkada. “Bukan pemilihan Legislatif dan Presiden. Masing-masing punya landasan hukum terhadap pembentukan akan tetapi berbeda objek penga-wasan.”

Salah satu tugas pen-gawas Pemilu, kata dia, adalah mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu. Saat ini sedang berlangsung tahapan kampane, yaitu pengibaran alat peraga Pemilu, seperti spanduk, baliho, bendera, umbul-um-bul. Alat peraga itu diatur dalam Peraturan KPU no-mor 15 tahun 2013, bahwa dalam penempatannya, KIP Aceh berkordinasi dengan pemerintah.

Jika ditemukan penem-patan alat peraga yang tidak sesuai, kata Asqal, maka direkomendasikan kepada KIP, yang kemudian KIP memerintahkan partai poli-

tik untuk memindahkan alat peraga tersebut. “Jika tidak ditindaklanjuti dan ditemu-kan oleh pengawas Pemilu, maka pemerintah dae-rah dan aparat keamanan berwenang mencabut alat peraga dimaksud,” katanya.

Ditambahkannya, tud-ingan di beberapa daerah Panwaslu Illegal merupa-kan kendala tersendiri bagi jajarannya untuk melak-sanakan tugas. Hal tersebut berakibat pada remndahnya kepercayaan masyarakat, khususnya terhadap penye-lenggaraan Pemilu.

“Sejauh ini kita siap melakukan pengawasan ka-rena memang diatur dalam Undang-undang. Kalau tidak siap ya mundur,” katanya, seraya menam-bahkan, “Bawaslu Aceh berharap betul ada langkah strategis yang ditempuh para pihak untuk menyele-saikan persoalan ini.”

m arman

Page 7: Edisi keduabelas

No. 12 Tahun II / Pebruari 2014 7

KutarajaBanda Aceh tak mau terus tertinggal

dengan kota-kota lainnya di Indo-nesia. Terus berbenah menuju kota

metropolitan. Dan sejak pertengahan tahun lalu, Dishubkominfo Kota

Banda Aceh-pun mulai memasang CCTV.

Banda Aceh, 12/2- Seuramoe Infor-masi:

Closed Circuit Television (CCTV) atau Televisi Sirkuit Tertutup. Pada umumnya CCTV ini digunakan se-bagai pelengkap keamanan dan ban-yak dipakai di dalam industri-industri seperti militer, bandara, toko, kantor, pabrik dan bahkan sekarang peruma-han pun telah banyak yang mengguna-kan teknologi ini.

Penggunaan CCTV ini kini mulai banyak digunakan di Indonesia, ter-masuk untuk me-mantau lalulintas di jalan raya. Dan itu-lah yang kini mulai digunakan di sejum-lah persimpangan la mpu lalu lintas (traf-fic light) yang ada di kota Banda Aceh.

M. Taufik, Kepala Bidang Pengem-bangan Sistem Informasi Dishukomin-fo Banda Aceh, saat ditemui Seuramoe Informasi pekan lalu mengatakan, saat ini sudah ada 14 titik persimpangan yang dipasangi kamera CCTV bantuan bidang darat Dishubkomintel Aceh ta-hun 2013.

“Termasuk delapan kamera CCTV un-tuk pelabuhan yang sudah ada dari tahun 2012 bantuan Satker Pengembangan ASDP Aceh,” katanya. Na-mun demikian, Taufik tidak mengetahui total biaya untuk pemasan-gan CCTV tersebut. Pihak Dishubkomintel Aceh yang tahu, kare-na pihaknya hanya me-nyediakan tempat saja.

Untuk pelaksanaan,katanya, pihaknya telah menggandeng sejumlah institusi di Aceh untuk berkerjasama. Diantaranya dengan Polda Aceh, teru-tama Direktorat Lalu Lintas. “Sehing-ga akan banyak hal positif yang dapat kita lakukan secara bersama-sama,” kata Taufik.

Ditempat terpisah, AKP Andi Kira-na, Kasatlantas Polresta Banda Aceh, yang dihubungi Seuramoe miengata-kan, secara umum kegunaan CCTV untuk mendeteksi kejadian di tempat yang ingin dipantau. “Jadi, walau tem-patnya jauh sekalipun dan di sana tidak ada petugas, tapi semua situasi dapat dipantau dan dikendalikan,” katanya.

Termasuk mengetahui apakah ke-sadaran berlalu lintas masyarakat di Banda Aceh sudah baik. Kemudian untuk mengetahui jam-jam yang rawan kepadatan lalu lintas, aksi menerobos lampu merah, jadi semua itu bisa di-kalkulasikan dan diketahui.

Menurut Andi, untuk tahap awal CCTV yang sudah terpasang ada di

persimpangan yang padat lalulintasnya. Seperti Simpang Jambo Tape, Simpang Surabaya, Simpang Empat Batoh, Sim-pang Lima, Simpang Jam dan Simpang Lamprit.

Untuk memudahkan, karena mema ng anggaran pemasangan CCTV terse-

but merupakan DIPA Dishub, pusat operasionalnya ma sih ditempatkan di Dinas Perhubung an Kota Banda Aceh be kerjasama denganDi nas Perhubungan,Ko munikasi dan Infor matika Provinsi (Dis hubkominfo) Aceh.

“Jika telah berja lan efektif nanti, se tiap warga Kota Ban da Aceh juga dapat memantau situasi di enam titik ini mela-lui Android milikn-ya. Tapi untuk dapat

meng akses suasana di enam lokasi yang telah terpasang CCTV, warga harus memiliki pasword dan nanti akan kita publikasikan,” kata Andi lagi.

Keberadaan CCTV ini, menurut Andi memiliki banyak manfaat. Se-bagai perangkat peralatan pengawas, kegunaannya secara khusus tergantung pemakai (user). Adapun bagi kepoli-sian dan dinas perhubungan, CCTV ber tujuan melakukan Pemantauan (moni-toring), Mencegah (Deterrence) Penye-lidikan (Investigation), Barang Bukti (evidence) dan Keamanan (security).

“Dengan CCTV kita dapat melaku-kan penyelidikan terhadap kejadian di suatu lokasi dan mendapat pembuktian secara riil segala tindak kriminal dan kejahatan tanpa dapat dibantah oleh pelaku. Termasuk pelanggar lalu lintas. Tapi saat ini bukti rekaman dari CCTV yang terpasang di enam titik tadi belum pernah digunakan untuk mengungkap kasus, karena memang tidak ada kasus

Tapi sekarang ini sesuai kemampuan alat, hal tersebut masih belum dapat dilakukan di Banda Aceh. “Kita baru mulai pasang alat dulu, kemudian jar-ingan distribusinya, semua sesuai den-gan keuangan daerah. Nanti diharapkan adanya sensor di setiap traffic light seh-ingga bisa difoto yang melanggarnya,” katanya.

Menyinggung penggunaan reka-man CCTV bagi institusi lain yang

m e m b u t u h k a n -nya, menurut Taufik, prosedur mengambil rekamanan bisa den-gan membuat surat tertulis guna mem-inta rekaman CCTV, misalnya untuk men-gungkapkan kejadi-an, seperti kecopetan atau perampokan.

“Selama untuk ke pentingan umum dan pengungkapan sua tu kejadian, institusi ma napun dapat memin

ta rekamannya, ka rena ini bukan di buat institusi ter

tentu atau orang perorang. Jadi insti-tusi lainnya juga bisa menggunakan hasil rekaman. Misalnya Unsyiah ingin melakukan penelitian, nah rekaman itu bisa menjadi dasar,” tambah AKP Andi Kirana.

Ya, untuk mengoperasikan CCTV dengan sempurna, memang dibutuh-kan peralatan yang lengkap sebagai satu kesatuan sistem, yaitu kamera dan DVR (Digital Video Recorder). Kamera CCTV berfungsi sebagai alat pengambil gambar yang terhubung dengan dan DVR, yang berfungsi seba-gai alat untuk merekam semua gambar yang dikirim oleh kamera.

m muslim/arman/mc-aceh

AKP Andi Kirana, Kasatlantas Polresta Banda Aceh

M Taufik. Kabid Pengembangan Dishubkominfo Banda Aceh

Page 8: Edisi keduabelas

No. 12 Tahun II / Pebruari 20148

Wawancara

Bagaimana persiapan KIP Aceh dalam Pemilu 2014 mendatang?

Alhamdulillah, KIP Aceh terus bekerja untuk memaksimalkan persiapan Pemilu 9 April mendatang. Antara lain terus mel-akukan sosialisasi kepada masyarakat lewat media, termasuk goes to campus.

KIP juga telah melakukan validasi surat suara yang dilakukan di Jakarta, dihadiri perwakilan KIP se-Aceh dan KPU secara nasional. Surat suara sudah dicetak dan pendistribusiannya akan langsung disam-paikan ke kabupaten/kota, di mana surat suara dilipat dan distribusikan ke TPS-TPS.

Berapa lama paling telat surat suara sampai ke TPS?

Sesuai target kita, paling telat tiga hari sebelum hari H surat suara sudah sampai di TPS. Dan yakin surat suara akan sampai tepat waktu, kecuali wilayah yang jauh menjadi prioritas, namun KIP optimis tar-get itu tercapai.

Berapa persen cadangan surat suara di tiap TPS?

Sesusai Undang-undang No. 8 tahun 2012, besarnya cadangan surat suara dua persen dari jumlah pemilih yang tercantum dalam DPT.

Apakah surat suara yang rusak boleh diganti?

Dalam undang-undang, apabila pe-milih melihat atau keliru mencoblos, maka pemilih boleh mendapatkan surat suara pengganti hanya satu kali. Oleh karena itu KPPS harus berulang-ulang mensosial-

isasikan cara mencoblos untuk menghindari kesalahan berulang.

Bagaimana soal DPT Aceh, apakah sudah final?

KIP Aceh 19 Januari 2014 telah mensahkan daftar pemilih tetap perbaikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) berjumlah 3.315.094. Penambahan dapil karena pertambahan penduduk Aceh yang saat ini mencapai 5.015.234 jiwa sesuai dengan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) Pileg 2014, sehingga Dapil Aceh pada Pemilu 2014 menjadi 10 Dapil dan TPS di seluruh Aceh, 10.839 buah.

Bagaimana dengan dana kampanye?Kami, Senin (10/2/2014) telah melakukan

rapat koordinasi dengan pimpinan partai politik di Provinsi Aceh dan calon anggota DPD. KIP menyampaikan proses pelaporan dana awal kampanye, formulir yang harus digunakan, jenis pelaporan yang dilaporkan dan batas waktu yang telah diatur oleh KPU, yaitu 2 Maret 2014 pukul 18. 00 wib sesuai surat edaran KPU.

Apakah ada sanksi jika Partai Politik tidak melaporkan dana kampanye?

Tentu saja semua aturan yang dibuat dibaren-gi dengan sanksi. Jika Partai Politik tidak meny-ampaikan laporan dana awal kampanye, bisa dibatalkan sebagai peserta Pemilu. Sehingga konsekwensinya semua Caleg dari Partai tidak bisa ikut Pemilu.

Apa penyebab Partai Politik sedemikian lama melaporkan dana kampanye?

Proses pelaporan tiga bulan pertama telah

dilakukan, KIP minta supaya Partai selalu berkoordinasi dengan Helpdesk KIP Aceh.

Bagaimana dengan sistem pendanaan Pemilu?

Dana dan bentuk pengelolaan anggaran tidak dikelola oleh KIP, namun oleh sekre-tariat. Anggaran Pemilu dari APBN, sedang-kan APBA membantu hal-hal tertentu, seperti sosialisasi.

Sudah berapa banyak lembaga yang mendaftar sebagai pemantau Pemilu 2014?

Hingga saat ini baru ada satu yang masuk, yaitu MATA. KIP akan memverifikasi apa-kah memenuhi syarat, lewat rapat pleno, lalu dikeluarkan akreditasi.

Apa ada batasan jumlah lembaga yang

MESKI berbagai persoalan mengiringi proses persiapan Pemilu 2014, namun Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh terus berusaha agar pelaksanaan Pemilu 2014 ini dapat

berjalan lancar, aman, tertib dan meraih hasil sesuai dengan yang diharapkan. “Sosialisasi dan verifikasi juga terus kita lakukan. Termasuk penyusunan DPT

sesuai perbaikan NIK yang disesuaikan dengan DP4,” kata Junaidi M. Ag, Komisioner, Divisi Hukum dan Pengawasan KIP Aceh, dalam wawancara dengan Nining Kh. dari

Seuramoe Informasi, Selasa, 11 Pebruari lalu. KIP, tambahnya, berharap kepada masyarakat Aceh agar Pemilu 2014 berjalan damai

tanpa anarkisme, sehingga bisa memberikan hak suara tanpa intimidasi dan paksaan dari siapapun. “Dan ini prinsip, implementasi sebagai masyarakat beradab. Tanpa suasana

damai akan sangat sulit menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah berbagai per-masalahan,” katanya.

Berikut petikan wawancara Seuramoe Informasi dengan Junaidi, M.Ag, yang dilakukan di ruang kerjanya, di kantor KIP Aceh.

Page 9: Edisi keduabelas

No. 12 Tahun II / Pebruari 2014 9

Wawancara

mendaftar sebagai pemantau?Tidak ada batasan bagi yang ingin jadi

pemantau, yang penting berbadan hukum, legal, mempunyai anggota, menggunakan uang sendiri dan tidak menggunakan dana dari pihak asing.

Bolehkah atribut kampanye ditempel di tempat pribadi tanpa izin pemilik?

Jika seizin pemilik boleh, tapi jika tanpa izin maka laporkan ke Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) di gampong, supaya dis-ampaikan kepada Parpol bersangkutan. Jika kita mencabut tanpa melaporkan, maka bisa dikenakan pidana oleh Parpol, walaupun sesungguhnya Parpol tidak berhak meny-ampaikan. Jadi biarkan PPL yang meminta Calegnya membersihkan.

Apa harapan KIP Aceh pada Pemilu 9 April 2014?

Aman, tertib dan lancar. Meski ada sedikit riak-riak kecil. Oleh karena itu KIP berharap kepada masyarakat Aceh supaya Pemilu 2014 berjalan damai tanpa anarkisme, memberi-kan hak suara tanpa intimidasi dan paksaan dari siapapun, dan ini prinsip, implementasi sebagai masyarakat beradab. Tanpa suasana damai akan sangat sulit menciptakan kehidu-pan yang harmonis di tengah berbagai per-masalahan.

Bagaimana dengan sikap apatis masyarakat?

Kesan apatis tetap ada terhadap pelak-sanaan Pemilu. Di sinilah tugas KIP sebagai penyelenggara, Pemerintah dan berbagai stakeholder di masyarakat, melakukan sosial-isasi dan pendidikan politik agar masyarakat tahu hak dan kewajiban sebagai masyarakat. Jika orang-orang yang baik dan cerdas tidak peduli, maka akan menghasilkan Pemilu yang tidak berkualitas dan berintegritas calon

yang dihasilkan.

Apa target KIP pada Pemilu 2014?Target KIP secara nasional, pemilih yang

hadir ke TPS yaitu 75 persen dari DPT. Ma-kanya di kabupaten/kota ada relawan demokrasi (Relasi) yang mengajak stakeholder menggiat-kan sosialisasi dan ikut memberikan suara 9 April 2014.

Apakah ada persentase target yang me-nentukan Pemilu dianggap gagal?

Tidak ada persentase kehadiran pemilih pada Pemilu dianggap gagal, walaupun yang hadir di bawah 50 persen. Hanya legitimasi politik. Namun secara hukum sah. Ini adalah cacat

bawaan demokrasi karena latar be-lakang Pemilu di negeri kita adalah hak warga negara bukan kewajiban. Dari satu sisi merugikan diri sendiri karena bisa saja caleg yang baik tidak terpilih mungkin karena kurang satu suara.

Bagaimana menggerakkan pe-milih pemula?

KIP Aceh, KIP kabupaten/kota akan mensosialisasikannya dengan mendatangi sekolah-sekolah SLTA pada hari Senin, saat upacara, meny-ampaikan bahwa mereka punya hak pilih dan gunakan hak pilih pada Pemilu 9 April 2014.

Bagaimana cara mencoblos saat Pemilu 9 April 2014?

Surat suara secara prinsip ada dua model, satu surat suara DPD, satu model surat suara DPR, Surat suara sah jika mencoblos lambang partai saja, atau nomor urut caleg, atau mencoblos nama caleg saja, atau men-coblos lambang partai. Jika seseorang

mencoblos lambang partai lalu mencoblos caleg lebih dari seorang caleg dari partai yang sama, maka suaranya diberikan untuk partai tersebut. Yang tidak sah jika mencob-los dua nama caleg dari partai yang berbeda.

Kalau DPD pemilih mencoblos pada gam-bar (foto) caleg DPD yang dipilih.

Bagaimana kampanye ‘berbisik’?Prinsipnya jika kampanye, maka kampa-

nye dengan benar. Kalau bisik maka bisiklah dengan benar. Artinya jangan ada money politik dan intimidasi. Jadi gantilah gosipnya dengan gosip Pemilu, supaya semua meng-gunakan hak pilihnya pada Pemilu 9 April 2014. *

Sosialisasi Pemilu Damai melalui Kegiatan Agama. foto: mc-aceh/rizal

Sosialisasi Pemilu Damai melalui Kegiatan Seni Rakyat. foto: mc-aceh/rizal

Page 10: Edisi keduabelas

No. 12 Tahun II / Pebruari 201410

Banda Aceh, 12-2-2014 - Seuramoe Informasi:

Sebagai perguruan tinggi negeri (PTN) yang sudah beru-sia lebih setengah abad, Uni-versitas Syiah Kuala (Unsyiah) bertekad meluluskan maha-siswa dengan kualitas di atas mahasiswa kampus lain yang baru muncul.

“Itulah mengapa kami me-nerapkan nilai toefl lulusan kami harus berada di angka 475 untuk S-1 dan di atas 500 untuk S-2,” kata Dr. Rusli Yu-suf, Pembantu Rektor (Purek) III bidang Kemahasiswaan Unsyiah, akhir pekan lalu.

Menurut dia, kebijakan ini yang tertuang dalam SK Rek-tor tentang kewajiban akade-mik ini, sebagai bagian dari penerapan tugas perguruan tinggi, yaitu mengembangkan

Dr. Hizir Sofyan, M.Sc, Dekan FMIPA Unsyiah

human resource secara maksi-mal dan menambah capacity development mahasiswa.

“Ini bukan maksud untuk menghambat. Jadi diharapkan kemampuan toefl-pun bisa meningkat dari rata-rata nilai toefl yang diminta,” katanya seraya menambahkan, “Hasil keputusan ini merupakan kes-epakatan dari masing-masing Pembantu Dekan bidang Aka-demik dari tiap-tiap fakultas.”

Kebijakan ini, menurut Rus li Yusuf, untuk mewujudkan visi-misi Unsyiah, agar lulu-sannya mampu bersaing seca ra global. Suka tidak suka, tambahnya, selain memiliki ke mampuan standar dari ilmu pe ngetahuannya, juga harus men-guasai bahasa internasional,

yakni bahasa Inggris. “Maka kemampuan berba

hasa Inggris diwajibkan seba-gai standar kelulusan mahasis wa. Dalam proses memudah-kannya, Unsyiah membuka ke las khusus, seperti kelas interna sional. Selain untuk pertukaran budaya, juga berguna memacu kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa,” ujar Rusli.

Sejauh ini, Rusli mengakui, yang menjadi persoalan, pen-didikan bahasa Inggris yang diberikan di jurusan masih se dikit, cuma 2 SKS. Tes toefl ini diharapkan menjadi bagian untuk pendalaman kembali kemampuan bahasa Inggris mahasiswa. “Sebenarnya ke-mampuaan berbahasa Inggris haruslah dimulai sejak pendid-ikan dasar atau SD.”

Respons mahasiswa terha dap kebijakan ini, menurut dia, sangat beragam. Namun pihaknya memberi kemudahan dengan les gratis kepada ma-hasiswa, sebagai bahan peng-ingat bahwa toefl itu penting.

“Kita syaratkan tiga kali mengikuti ujian toefl. Kalau-pun tidak lulus, itu sudah ke-bangetan. Karena idealnya se makin sering ikut toefl, sema kin mudah ujiannya. Kan so al-soal ujiannya juga sama, meskipun hasil ujian pertama, kedua dan ketiganya beda ber-dasarkan kemampuan maha-siswa,” kata Rusli.

Penting bagi rektorat, tern-yata tak harus ada menurut Ju-lismar Zahra, mahasiwa teknik arsitektur Unsyiah angkatan 20 08, yang baru lulus toefl sete-lah tiga kali mengulang. Bag-inya, kebijakan agar lulus toefl dulu baru bisa mengikuti ujian ini tak harus. Apalagi standar di tiap fakultas tidak sama.

Julismar mengaku, ada juga fakultas yang berbeda aturan, ujian dulu baru toeflnya meny usul. Namun menurut dia itu di lakukan hanya insidentil. “Bi-asanya terjadi pada beberapa o rang yang tidak lulus-lulus toe-flnya,” kata dia. “Di fakultas saya toefl dulu. Tapi ada juga ujian dulu karena emergency.”

Aturan harus lulus toefl se-belum ikut yudisium, menurut Dr. Hizir Sofyan, M.Sc, De-

kan Fakultas MIPA Unsyiah, sudah ada sejak dia pulang usai S-3 dan menjadi Ketua Jurusan Matematika. “Pebruari 2004, sudah berlaku dengan nilai minimal 450. Untuk ma-hasiswa angkatan 2010 sampai angkatan baru, sudah 475,” katanya, kepada Muslim, dari Seuramoe Informasi, Kamis pekan lalu.

Hizir mengaku tidak pernah berhenti mengingatkan maha-siswa, bahwa bahasa Inggris itu penting. Mengajak maha-siswa meningkatkan kemam-puan toefl, baginya tak jauh berbeda dengan berdakwah.

“Saya selalu menyampai-kan kepada mahasiswa saat penerimaan mahasiswa baru, bahwa selama menjadi ma-hasiswa, ada tiga hal yang harus ditingkatkan, yaitu ke-mampuan bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris yang mengarah ke toefl. Kemudian

yang kedua kemampuan pro-gramming atau IT, karena ju-rusan matematika. Dan ketiga kemampuan managerial atau kemampuaan berorganisasi. Jangan sampai mahasiswa hanya ke kampus mengejar IP yang tinggi, tetapi tidak ber-gaul,” katanya.

Di fakultas MIPA, aturan yang berlaku, jika belum lulus syarat toefl, maka mahasiwa yang ber-sangkutan tidak boleh ikut yudisi-um, harus mengulang lagi. Sedan-gkan batasannya, menurut Hizir, itu resiko yang harus dihadapi mahasiswa. Mereka menyadari, makin sering ikut ulang toefl, se-makin butuh biaya banyak.

“Sejak awal sudah kita sam-paikan bahwa bahasa Inggris itu begitu penting. Saat ini pun, kecenderungan anak-anak Aceh melanjutkan pendidikan lebih lan-jut sangat tinggi, terutama dengan adanya LPSDM. Yang saya den-gar, yang lulus tahap administrasi ada sekitar 1200 orang. Ini tidak sedikit. Berarti untuk lolos admin-istrasi minimal harus punya toefl ITP untuk dalam negeri sebesar 450 dan untuk luar negeri sebesar 500,” katanya.

Meski menyadari kondisi ma-hasiswa yang terkadang untuk menghadapi sidang sarjana sudah stres, ditambahkan lagi dengan tekanan untuk lulus toefl sebelum sidang, namun syarat untuk lulus yudisium harus lulus toefl tetap berlaku.

“Kalau tidak bisa yudisium-kan semua hasil akademik tidak berlaku dan tidak diakui, seperti tidak ada transkrip serta pernyat-aan lulus kuliah,” katanya.

Berat memang. Namun bagi

Yulianda, mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsyiah angkatan 2008, ujian toefl memang harus dilaku-kan sebelum mengikuti ujian sar-jana. Apalagi, kini sistem yang diberlakukan sedikit meringankan mahasiwa dalam hal biaya.

“Kalau dulu dikenakan biaya Rp25 ribu untuk ikut tes toefl per-tama kali. Sistem baru sekarang tidak. Sekarang gratis untuk tahap pertama. Kalau tidak lulus dan ikut tahap kedua baru bayar Rp25 ribu,” katanya.

Syarat yang ditetapkan di Fakultas Ekonomi, katanya, mak-simal lima kali mengikuti ujian toefl. Namun jika tidak lulus juga, mau tak mau harus minta bantuan. “Harus toefl dulu, tidak boleh uji-an sarjana dulu,” kata mahasiswa yang baru sekali mengikuti tes toefl ini.

Pro kontra memang terus muncul. Tapi paling tidak, jika semua mahasiswa Unsyiah punya semangat seperti Yulianda, rasan-ya kebijakan ini tak harus dipole-mikkan. Yang penting, apa yang dicita-citakan Unsyiah dalam visi-misinya dapat terlaksana dan tercapai.

m muslem/safara

Lulusan Unsyiah, Wajib Toefl 475

Sejak tahun 2010, nilai toefl bagi mahasiswa S-1 Uni-versitas Syiah Kuala (Unsyiah) tak lagi 450, tapi menjadi

475. Sedangkan untuk S-2 di atas 500. Ada yang setuju, tak sedikit pula mahasiswa yang menolak.

Pendidikan

Dr. Rusli Yusuf, Pembantu Rektor (Purek) III bidang Kemahasiswaan Unsyiah, Foto: mc-aceh

Julismar Zahra, mahasiwa teknik arsitektur

Yulianda, mahasiwa Fakultas Ekonomi

Page 11: Edisi keduabelas

No. 12 Tahun II / Pebruari 2014 11

BANDA ACEH- Puluhan jurnalis lintas organisasi di Banda Aceh berkumpul untuk menyusun dan menyepakati Standar Operasional Prosedur (SOP) Pencegahan dan advokasi kasus kekerasan terha-dap Jurnalis. Diskusi perumusan SOP itu berlangsung di aula ge-dung PWI Aceh, pada Sabtu 15 Februari 2014.

Penyusunan standar penanga-nan kasus ini dinilai penting seba-gai acuan bagi jurnalis di lapangan dalam melakukan pencegahan dan upaya advokasi kasus kekerasan, yang kapan saja bisa menimpa jur-nalis. Sebab pekerjaan sebagai jur-nalis dipandang rawan mengalami kekerasan.

Diskusi ini dipimpin sejumlah ketua dan perwakilan organisasi jurnalis di Banda Aceh diantaranya Nasir Nurdin, yang mewakili Per-satuan Wartawan Indonesia (PWI)

Aceh, Misdarul Ihsan mewakili Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, Didik Ardiansyah mewakili Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Aceh, dan Am-pelsa dari Pewarta Foto Indonesia (PFI) Aceh, serta Daspriani Yayan Zamzami mewakili Forum Jurna-lis Perempuan Indonesia (FJPI) Aceh.

Lebih dari 30 jurnalis yang bekerja di sejumlah media lokal dan nasional ikut memberikan kontribusi dalam penyusunan SOP ini. Standar penanganan kasus kekerasan terhadap Jurna-lis ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi setiap jurnalis di lapangan dalam melakukan tugas jurnalistiknya.

“Tidak hanya dapat dijadi-kan sebagai acuan bagi jurnalis di Aceh, SOP ini juga nantinya dapat menjadi rujukan bagi selu-

ruh jurnalis di Indonesia dalam mencegah dan menangani kasus kekerasan terhadap jurnalis,” kata Nasir Nurdin, wartawan Harian Serambi Indonesia.

Selain menyusun SOP, jur-nalis Aceh juga mengeluarkan rekomendasi bersama dalam me-nyikapi pesta demokrasi di tanah air, yang akan berlangsung pada 9 April 2014 mendatang. Re-komendasi itu antara lain agar wartawan yang bertugas di Aceh bersikap profesional dan netral, demi Pemilu damai dan demok-ratis.

Wartawan Aceh mendorong kontestan dan para pihak, untuk menghormati tugas wartawan saat menjalankan tugas jurnalistik. Selain itu para pekerja media ini juga mendorong Pemilu cerdas, demokratis dan tanpa kekerasan.

m rilis

Jurnalis Aceh Susun SOP Pencegahan Kekerasan Terhadap Jurnalis

Sidang Paripurna Khusus Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Jumat medio Januari lalu menyepakati usulan Badan Musyawarah (Bamus) terhadap 12 ran-cangan qanun (raqan) prioritas program legislasi (prolega) 2014, untuk disahkan. Rapat paripurna khusus ini dipimpin oleh Ketua DPRA, Hasbi Abdullah.

Ketua Badan Legislasi DPR Aceh, Abdullah Saleh dalam laporannya mengata-kan Badan musyawarah telah sepakat untuk diusulkan dalam rapat paripurna khusus seban-yak 12 (dua belas) rancangan qanun prioritas Prolega tahun 2014.

Yakni Raqan Aceh tentang syariat Islam, Raqan Aceh tentang Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan, Raqan Aceh tentang Peruba-han atas Qanun Aceh nomor 5 tahun 2008 tentang Penye-lenggaraan Pendidikan, Raqan Aceh tentang Ketenagaker-jaan, Raqan Aceh tentang Hukum Jinayah, Raqan Aceh tentang Pembagian Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan syariat Islam antara

Pemerintah Aceh dan Pemer-intah kabupaten/kota, Raqan Aceh tentang Zakat, Infaq dan Sadaqah.

Kemudian Raqan Aceh tentang Pedoman Pemeli-haraan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Be-ragama dan Pendirian Rumah Ibadah, Raqan Aceh tentang Pembinaan dan Perlindungan Aqidah, Raqan Aceh tentang Perubahan atas Qanun Aceh nomor 12 tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Per-izinan Terpadu, Raqan Aceh tentang Perubahan atas Qanun Aceh nomor 1 tahun 2008 ten-tang Pengelolaan Keuangan Aceh dan Raqan Aceh tentang Pembentukan Bank Aceh Syariah.

“Sebelumnya terdapat 21 Raqan yang diusulkan, kemu-dian dibahas ulang dan dira-sionalkan menjadi 12 Raqan saja,” kata Abdullah Saleh. Pengurangan ini, tambahnya, dilakukan mengingat masa kerja anggota dewan periode 2009-2014 tinggal beberapa bulan lagi.

m fj/rd

Banda Aceh, 21-1-2014 - Seuramoe Informasi:

Ruang rapat Wakil Guber-nur Aceh, Muzakir Manaf, 21 Januari lalu, dipenuhi sejum-lah pria dengan pakaian necis, berjas dan berdasi. Mereka, ad alah para pengusaha dari Ko rea Selatan, utusan perusaha an Goka dan Samyong.

Dalam pertemuan dengan wagub ini, para pengusaha Ko rea ini berminat melakukan in-vestasi di kawasan Pidie Jaya, berupa pabrik bio oil. Bahkan mereka sudah memastikan ak an mulai melakukan pembang unan pabrik tersebut pada 15 Maret mendatang.

Muzakir Manaf, dalam per-temuan tersebut meminta para investor Korea ini untuk berin-vestasi di kawasan Aceh kepu-lauan, seperti Simeulue, Saba ng, dan Pulau Banyak, Aceh

Singkil. “Kami berharap inves tor mau menanamkan investasi di daerah kepulauan. Misalnya membangun pembangkit lis-trik tenaga surya (solar cell),” kata wagub.

Wagub juga mengharapkan investasi Korea bisa dilakukan seluruh Aceh, baik di bidang perkebunan, perikanan, agroin dustri, solar cell, dan sebagai nya. Setelah di Pijay, Korea ha rus terus bergerak ke kabupa ten/kota lainnya di Aceh.

“Yang paling penting inves-tor Korea membangun kantor di Aceh. Ini menjadi penting untuk meningkatkan investasi dan kerjasama Aceh-Korea yang lebih baik lagi ke depan,” harap Muzakir Manaf.

Keseriusannya investasi pe ngusaha Goka-Samyong di Pi jay ini ditandai dengan pemba ngunan pabrik biooil di lahan seluas 10 hektare di

Pidie Jaya. Pabrik ini nantinya akan memproduksi BBM ken-daran, deng an menggunakan bahan mentah CPO. “Nilai in-vestasinya pertahun mencapai Rp550 miliar. Di kawasan itu nantinya juga akan dibangun pelabuhan khusus untuk me-mudahkan pengangkutan ba-han mentah dan hasil produksi melalui jalur laut, dengan tujuan untuk memudahkan ekspor hasil produksi,” ujar wagub.

Hadir dalam pertemuan ter sebut antara lain Asisten II Sek da Aceh, Kepala Badan Inves tasi dan Promosi Aceh, Iskan dar, Kepala Bappeda Aceh, Abubakar Karim, Kadishubko mintel Aceh, Said Rasul, dan Wabup Pijay, Said Mulyadi.

m mus/wan/mc-aceh

DPRA Sahkan 12 Raqan Prolega 2014

Dua belas Raqan prioritas Prolega 2014 disahkan legislatif Aceh, dalam rapat paripurna khusus, Jumat (17/1).

Banda Aceh, 18-1-2014 -Seuramoe Informasi:

Investor Korea ke Aceh (lagi)Aceh, sepertinya begitu menarik bagi pengusaha Korea

Selatan. Berkali-kali para calon investor dari negeri gin-seng itu silih-berganti datang ke Aceh.

Seputar UOPTD

Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, 21/1bertemu dengan investor dari Korea Selatan, utusan perusahaan Goka dan Samyong. Foto: mc-aceh

Dirjen saat menggunting pita peresmian aula BP2IP Aceh Besar. Foto: mc-aceh/wandra

Page 12: Edisi keduabelas

No. 12 Tahun II / Pebruari 201412

Kolom

ERKEMBANGAN ting-kat bertambahnya kema-cetan lalu lintas di jalan

raya di kota Banda Aceh pasca tsunami yang terjadi adalah sang at dasyat dan signifikan, tidak terbayangkan hampir semua sim-pul dan titik-titik mencuri perha-tian dengan penatnya kemacetan. Sangat jauh berbeda bila diband-ingkan sebelum tsunami terjadi, hampir di semua lini jalan saat itu lengang dan sepi, hanya terjadi kemacetan pada simpul dan titik tertentu saja itupun pada jam-jam sibuk. Pasca tsunami kendaraan bertambah makin dasyat baik roda dua maupun roda empat, apalagi sudah menjamur lembaga financial yang banyak memberi kemudahan fasilitas kredit untuk mendapatkan kendaraan dengan bunga yang cukup rendah.

Untuk mengatasi tidak terjadi kemacetan di jalan raya, haruslah dicari cara dan solusi dengan upaya semaksimal mungkin den-gan mencetuskan berbagai tero-bosan-terobosan yang tentunya sangat jitu. Didalam ilmu trans-portasi kemacetan terjadi karena adanya pemenuhan panjang jalan raya yang ada tidak mencukupi dan tidak sebanding dengan jum-lah kendaraan yang ada, adanya badan jalan digunakan untuk parkir kendaraan di jalan raya yang tidak tertata dengan baik dan belum menerapkan secara optimal manajemen dan rekaya-sa lalulintas .Kalaulah mengatasi kemacetan lalu lintas seperti hal tersebut diatas belumlah teratasi, maka jelas kondisi lalu lintas akan terjadi kemacetan, semer-awut, tidak tertib dan perilaku pengguna jalan raya tidak san-tun, bahkan lebih dominan tidak beretika, justru akhirnya akan terganggu keselamatan berlalu lintas di jalan raya. Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah pen tingkah selalu beretika dalam berlalu lintas di jalan raya? Ten tu, jawabnya sangat penting, karena dengan selalu beretika dalam berlalu lintas di jalan raya, maknanya yaitu pengguna jalan raya dalam berlalu lintas baik dengan jarak yang dekat, mau-pun dengan jarak yang jauh sela-lu santun, patuh dan taat dengan mematuhi aturan lalu lintas yang ada. Tidak peduli de ngan kend-araan apapun boleh sepeda mo-tor, becak mesin dan juga mobil.

Provinsi Aceh, merupakan provinsi satu-satunya di Negara Indonesia yang telah menerapkan pelaksanaan Syariat Islam yang kaffah. Hal ini ditandai dengan telah diterapkannya Peraturan Daerah nomor 5 tahun 2000 ten-tang pelaksanaan syariat islam di Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 11 ta-hun 2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang Aqidah, Ibadah dan Syiar Islam, maka

Yang Semestinya, Etika Berlalulintas di Bumi Syariat

P k e h i d u p a n masyarakat di Provinsi Aceh sangat bernuansa islami, hal ini juga terlihat didalam implemen-tasi perilaku sosial masyarakat Aceh dalam berinteraksi mengais kehidupan sehari-hari.

Dalam manefestasi selan-jutnya, tentu apabila undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angku-tan jalan telah dipahami oleh masyarakat pengguna jalan raya dan apabila Peraturan Daerah no-mor 5 tahun 2000 tentang pelak-sanaan syariat islam di Provinsi Daerah Aceh serta Qanun nomor 11 tahun 2002 tentang Pelaksan-aan Syariat Islam bidang aqidah, ibadah dan syiar islam penera-pannya dalam kehidupan seha-ri-hari telah dilaksanakan oleh masyarakat di Provinsi Aceh secara kaffah, berarti kehidupan dari pada masyarakat Aceh akan berjalan bernuansa islami dan menjadi insan yang patuh serta taat menjalankan perintah Allah SWT, baik itu dimanefestasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Makna diatas secara lebih luas adalah segala norma-norma yang berlaku dalam ke-hidupan di Negara Indonesia, sebagai warga Negara yang baik akan taat dan patuh, termasuk peraturan yang menekankan bagaimana perilaku sosial dalam berlalu lintas di jalan raya yang baik. Begitu juga sebaliknya, apabila Qanun tersebut bagi in-san pribadi sebagai bagian dari masyarakat belum dilaksanakan secara kaffah, berarti perilaku kehidupan sehari-hari sebagai warga masyarakat aceh belum mencerminkan kehidupan yang berperilaku islami dan masih banyak pelanggaran yang terjadi, termasuk adanya penyimpangan perilaku sosial masyarakat dalam berlalu lintas di jalan raya.

Dalam konteks penulis ingin mengetahui tentang banyak per-ilaku dari pengguna jalan raya yang melakukan pelanggaran saat berlalu lintas di jalan raya dan sekaligus ingin mengetahui motif apa dan faktor apa yang melatar belakangi bagi pengguna jalan raya melakukan perilaku yang menyimpang/melanggar saat berlalu lintas di jalan raya, maka penulis melakukan peneli-tian dengan pengamatan lang-sung dan melakukan wawancara yang mendalam terhadap be-berapa pengguna jalan raya yang melakukan pelanggaran saat ber-lalu lintas baik pengendara se-peda motor, mobil maupun den-gan becak mesin yang lokasinya di kota Banda Aceh. Dari hasil pengamatan dilapangan ternyata ada beberapa macam pelang-garan perilaku lalu lintas yang sering dilanggar oleh pengguna jalan raya baik mengendarai den-gan sepeda motor, becak mesin

dan mobil antara lain seperti, tidak memakai helm pengaman, menerobos lampu merah, tidak menghidupkan lampu utama pada siang hari, menjalankan kendaraannya dengan tidak wa-jar dan tidak kosentrasi, men-jalankan kendaraannya dengan tidak memperhatikan laik jalan dan persyaratan teknis, men-jalankan kendaraannya dengan tidak mematuhi rambu perintah dan rambu larangan, menjalan-kan kendaraannya dengan tidak mematuhi marka jalan, men-jalankan kendaraannya dengan tidak mematuhi alat pemberi isyarat lalu lintas, menjalankan kendaraannya tidak mematuhi rambu berhenti dan parkir, men-jalankan kendaraannya dengan tidak membawa SIM dan STNK dan menjalankan kendaraannya dengan berbalap-balapan serta untuk menjalankan kendaraan mobil tidak menggunakan sabuk pengaman.

Selanjutnya hasil pengama-tan dan wawancara langsung dilapangan bahwa, untuk pen-gendara sepeda motor dari 23 orang yang melanggar ternyata 23 orang(100%) melanggar per-ilaku lalu lintas dengan tidak menghidupkan lampu utama pada siang hari, 18 orang(78,2%) melanggar perilaku lalu lintas dengan menerobos lampu merah dan 15 orang(65,22%) melang-gar perilaku lalu lintas dengan tidak memakai helm pengaman.

Sedangkan hasil pengamatan dan wawancara langsung di lapa-ngan untuk pengendara becak mesin dari 20 orang yang mel-anggar ternyata 17 orang (85%) melanggar perilaku lalu lintas dengan menerobos lampu me-rah, 16 0rang(80%) melanggar perilaku lalu lintas dengan tidak memakai helm pengaman dan 15 orang(75%) melanggar perilaku lalu lintas dengan tidak memper-hatikan laik jalan dan persyara-tan teknis.

Hasil pengamatan dan wawan cara langsung dilapangan untuk pengendara mobil dari 7 orang

yang melang-gar ternyata 6

orang(85,71%) melanggar per-ilaku lalu lintas dengan tidak menggunakan sabuk pengaman dan menjalankan kendaraan mo-bilnya tidak dengan wajar dan tidak kosentrasi, 5 orang(71,4%) melanggar perilaku lalu lintas dengan menerobos lampu merah.

Dari semua pelanggaran per-ilaku lalu lintas yang dilakukan oleh pengguna jalan raya baik dengan mengendarai sepeda mo-tor, becak mesin dan mobil, me-miliki dalih alasan yakni karena rendahnya kesadaran berlalu lintas, mengganggu kenyamanan dan kesehatan, keterpaksaan aki-bat kebutuhan ekonomi keluarga, membudayakan perilaku yang salah, belum memiliki tentang ilmu pengetahuan tentang lalu lintas, menggampangkan dan budaya cuek. Dalih alasan yang diungkap inilah merupakan di-antara motif dan faktor-faktor yang melatar belakangi mengapa pengguna jalan raya melakukan pelanggaran perilaku lalu lintas di jalan raya.

Rendahnya kesadaran berlalu lintas merupakan alasan yang hampir semua diungkap dan di-jadikan justifikasi suatu alasan dari pengguna jalan raya yang melakukan pelanggaran perilaku lalu lintas, sebagai contoh salah seorang pengendara sepeda mo-tor menuju ke mesjid untuk sho-lat dan melintas di traffic light tidak memakai helm pengaman dan sekaligus menerobos lampu merah, alasannya tidak pakai helm karena tidak nyaman, enak pakai peci saja, pakai helm pen-ing kepala, kemudian menero-bos lampu merah dengan alasan karena buru-buru, karena polisi tidak ada jaga di simpang. Hal inilah yang memungkinkan ala-san tersebut dijadikan oleh peng-guna jalan raya dengan kesa-daran berlalu lintas yang sangat rendah. Begitu juga kasus-kasus yang lainnya lagi.

Dengan demikian jelas, sesuai pengamatan secara lang-sung oleh penulis di lapangan realita yang terjadi sangatlah beda, seharusnya semakin ko-kohnya dalam penegakkan dan penerapan syariat islam yang kaffah akan menghasilkan per-ilaku pengguna jalan raya yang taat dan patuh dalam berlalu lintas di jalan raya sesuai aturan yang berlaku, terutama undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Kalau sekarang belum ber-implikasi langsung, setidaknya sedikit demi sedikit langkah kedepan sudah saatnya mulai menyentuh.Harapan besarpun akan tumbuh kedepan, dengan penerapan syariat islam yang kaf-fah, yang benar-benar didukung

oleh pemerintah dan masyarakat aceh secara keseluruhan, pasti syariat islam akan berhasil dan langgeng didalam pelaksanaan-nya di bumi syariat Aceh yang kita cintai ini. Apalagi di dalam Peraturan Daerah nomor 5 tahun 2000, pada Bab IV pasal 5 ayat 1 dan 2 menerangkan bahwa: Ayat(1): Untuk mewujudkan keistimewaan Aceh dibidang penyelenggaraan kehidupan be-ragama, setiap orang atau badan hukum yang berdomilisi di dae-rah, berkewajiban menjunjung tinggi pelaksanaan syariat islam dalam kehidupannya. Sedangkan pada ayat (2): Pelaksanaan syar-iat Islam sebagai dimaksud pada ayat (1) meliputi aqidah, ibadah, mu’amalah, akhlak, pendidi-kan dan dakwa islamiyah/amar ma’ruf nahi mungkar, baitul mal, kemasyarakatan, syi’ar islam, pembelaan islam, qadha, jinayat, munakahat dan mawaris. Sedan-gkan dalam pelaksanaan bidang akhlak dalam Peraturan Dae-rah nomor 5 tahun 2000 tersebut tertuang pada pasal 11 dan 12 yang menerangkan bahwa: pada pasal 11 ayat (1), Pemerintah dan Institusi masyarakat berusa ha mewujudkan tata pergaulan hidup menurut tuntunan syariat Islam, baik dalam pemerintahan maupun dalam kehidupan ke-luarga dan masyarakat. Sedang-kan ayat(2): Pemerintah daerah dan masyarakat berkewajiban men cegah segala sesuatu yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan akhlak dan dekadensi moral.

Mudah-mudahan dengan ter ciptanya aklak yang baik, akan menghasilkan perilaku-perilaku yang terpuji dan tidak membang kang. Hal ini sepadan yang diha rapkan juga dalam penegakan peraturan lalu lintas di jalan ra ya, agar kiranya masyarakat pe ngguna jalan raya terutama di bumi syariat Aceh tercinta ini dapat sepenuhnya melaksanakan aturan lalulintas saat berlalu lin tas di jalan raya, sehingga pada gilirannya tidak akan terjadi kese merawutan, ketidak tertiban, ke-celakaan lalu lintas. Selanjutnya bahkan akan terjadi yang seba-liknya yakni terciptanya kelan-caran, ketertiban, kenyamanan, keselamatan lalu lintas terjaga dan selalu beretika, santun dalam berlalu lintas di jalan raya. Hara-pan besar kita semua ….amin.

Oleh : Ir. H. SANASI, MM

Banda Aceh, 10 Februari 2014

Penulis adalah: Kepala UPTD Seuramoe Informasi

Aceh.Dan Ketua Pelaksanaan Har-

ian PPID Utama Prov Aceh.

Page 13: Edisi keduabelas

No. 12 Tahun II / Pebruari 2014 13

Seputar UOPTD

Lhokseumawe, 13/2/14Seuramoe Informasi:

“Pada prinsipnya pelayanan publik di Kota Lhokseumawe ini sudah baik, seperti pelayanan kesehatan gratis dan e-KTP yang melaksanakan sistem jemput bola. Semua itu dalam rangka mewujudkan transparansi pem-bangunan.”

Itulah antara lain yang dike-mukakan Muzakir, Asisten-III Kota Lhokseumawe, pada forum diskusi terkait implementasi Undang-undang Nomor 14 tahun 2008, tentang keterbukaan infor-masi publik, di Kota Lhokseu-mawe, Rabu (12/2).

“Kita akan datang ke rumah-rumah untuk menjemput pasien yang sakit dan dibawa ke rumah sakit atau dirujuk ke rumah sakit provinsi. Begitu juga pembuatan e-KTP akan dilakukan di rumah penduduk yang tidak bisa datang ke kantor agar dapat difoto,” katanya.

Keberadaan UU No.14/2008 ini, tambah Yusuf A. Samad, dari DPRK Lhokseumawe, menjamin hak masyarakat untuk tahu/ Oleh karena itu, tambahnya, pemerin-

tah harus lebih pro-aktif dalam mengajukan program-program yang bersifat memihak kepada masyarakat. “Kita menyambut positif dan mendukung sepe-nuhnya.”

Yusuf juga berharap pemer-intah, dalam hal ini, wali kota, segera menyiapkan regulasi tentang pelaksanaan pelayanan informasi publik. Kalau perlu dan dibutuhkan, katanya, dapat saja dibuat peraturan agar PPID itu dapat ditetapkan dalam struk-tural, seperti beberapa lembaga vertikal lainnya.

Sementara Pelaksana PPID Aceh, Ir. Sanasi, MM dalam paparannya mengatakan, forum diskusi ini mestinya menjadi wadah bagi para stakeholder dan masyarakat untuk memperkuat Pemerintah dalam meningkat-kan transparansi di Kota Lhok-seumawe. Masyarakat, kata dia, dapat memberikan kontribusinya dengan memberikan masukan dan ide kepada pemerintah daer-ah dalam pengambilan kebijakan untuk memperkuat pelayanan informasi publik di lingkungan Pemerintah Kota Lhokseumawe.

“Pemerintah harus segera

menetapkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID), kalau PPID-nya sudah ada maka tinggal membuat Peraturan Wali Kota dan SOP tentang pedoman pelayanan informasi dan dokumentasi di linggkungan pemerintah kota,” ujar Sanasi.

Di samping itu, masyarakat juga diharapkan untuk lebih cerdas dalam menyikapi had-irnya UU 14/2008 tentang KIP yang memberikan hak kepada masyarakat untuk dapat lebih proaktif mengawasi dan men-gontrol pelaksanaan pembangu-nan.

Hadir dalam diskusi terse-buat antara lain Asisten I Pemko Lhokseumawe, Ketua Komisi A DPRK Lhokseumawe, Kadis Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan serta berbagai unsur masyarakat, diantaranya akade-misi, mahasiswa, tokoh perem-puan, LSM dan kalangan pers.

Fokus Group Discusion (FGD) Penguatan Kelemba-gaan PPID ini selanjutnya akan dilaksanakan 13 Februari 2014, di Kabupaten Aceh Utara. asri/wan/mc-aceh

Keterbukaan Informasi Publik akan MewujudkanTrasparansi Dalam Pembangunan

Mutasi Lagi di Setda Aceh“Ke depan mutasi seperti ini akan tetap berlanjut seiring dengan terjadinya kekosongan jabatan tertentu, maupun oleh karena adanya kebijakan lain atau adanya pertimbangan tertentu dari pimpinan Pemerintah Aceh.”

Banda Aceh, 11-2-2014 Seuramoe Informasi:

Sekretaris Daerah Aceh, Drs. Dermawan, MM mewakili Gubernur Aceh, Zaini Abdul-lah, Selasa (11/2), di Gedung Serbaguna Setda Aceh, melantik

sejumlah pejabat eselon II dan III di jajaran Setda Aceh.

Menurut Setda, sesuai amanat tertulis gubernur yang diba-cakannya, pelantikan tersebut merupakan rangkaian dari pelantikan yang telah dilaksana-kan sebelumnya. Bahkan masih

akan berlanjut seiring terjadinya kekosongan jabatan tertentu mau-pun karena adanya kebijakan dan pertimbangan pimpinan.

“Pejabat yang dilantik hari ini agar dapat mengemban amanah, tugas dan tanggung jawab dengan sebaik baiknya, sehingga kinerja Pemerintah Aceh dapat terangkat melalui unit kerja masing-mas-ing. Pada akhirnya akan meng-hasilkan kemajuan dan prestasi yang lebih baik,” katanya.

Di alam reformasi dan

demokrasi yang sangat terbuka terkait informasi publik, tam-bahnya, tidak ada halangan sedikitpun bagi semua elemen masyarakat untuk menilai kinerja aparatur pemerintah. “Sekali berbuat salah, maka kita akan dikritisi oleh masyarakat,” ung-kap Dermawan.

Seperti diketahui, kepemimpi-nan Gubernur dan Wakil Gu-bernur Aceh periode 2012-2017 yang memasuki tahun ketiga ini mengusung visi Aceh yang ber-matabat, sejahtera, berkeadilan dan mandiri berlandaskan Un-dang-Undang Pemerintah Aceh sebagai wujud MoU Helsinki.

Untuk mengwujudkan visi tersebut, ada 10 program prioritas yang akan dilaksanakan, di mana kesemua program tersebut men-garah pada tiga sasaran utama, yaitu menciptakan Aceh yang aman, demokratis dan damai yang didukung sistem pemerin-taha yang bersih dan berwibawa.

Kedua, mewujudkan ekonomi Aceh yang berdaya saing dan pro-rakyat, dan ketiga menin-

gkatkan SDM, kesejahteraan rakyat dan memperkuat imple-mentasi syariat Islam dalam kehidupan masyarakat.

“Untuk mencapai sasaran tersebut, sudah tentu Pemerintah Aceh sangat membutuhkan adan-ya team work yang kuat, padu, cerdas dan cekatan. Juga sangat dibutuhkan adanya pemimpin-pemimpin di jajaran SKPA yang punya leaderships yang baik serta kreatif, sebagai tulang punggung, guna merancang dan menjalan-kan program pembangunan bagi seluruh komponen rakyat Aceh,” katanya.

Berkenaan dengan program tahun 2014, Setda berharap para kepala SKPA untuk secepatnya menjalankan apa yang telah ditetapkan dengan sebaik mung-kin. Dia juga mengingatkan, dalam memanfatkan anggaran, agar pengelolaannya dilaksana-kan dengan berhati-hati, sesuai kaidah yang berlaku. “Jangan sampai terjadi penggunaan ang-garan yang menyalahi aturan.”

m mus/em/mc-aceh

Pemerintah Aceh dan Mission Aviation Fellowship (MAF) me-nandatangani kesepakatan kerjasama penyediaan ambulan udara, Kamis (30/1), di Pendopo Gubernur Aceh, Banda Aceh.

Banda Aceh, 30-1-2014Seuramoe Informasi:

Penandatanganan MoU ini dilakukan Pemerintah Aceh, yang diwakili Kadis Kesehatan Aceh, Taqwallah dan Direktur Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin, Syahrul, dengan pihak maskapai udara Mission Aviation Fellowship (MAF), yang diwakili Stan-ley Ray Unruh.

Gubernur Aceh, Zaini Abdullah mengharapkan ambulan udara yang disediakan tahun ini melalui kerjasama dengan MAF dapat dioptimalkan pemakaiannya oleh bupati dan walikota. “Ini gagasan yang luar biasa sebagai upaya kita menyelamatkan nyawa masyarakat dalam kondisi emergency,” katanya.

Dalam kesepakatan kerjasama penyediaan ambulan udara tersebut, Pemerintah Aceh menyediakan anggaran Rp2 miliar untuk dana operasional pesawat bagi lima kabupaten/kota yang akan dilayani. Kelima kabupaten/kota tersebut adalah Aceh Sing-kil, Simeulue, Subullusalam, Aceh Tenggara dan Gayo Lues.

Asisten I Setda Aceh, Iskandar Gani menerangkan, pemili-han lima kabupaten/kota yang dilayani ambulan udara berdasar-kan beberapa pertimbangan, diantaranya kelima daerah tersebut belum memiliki rumah sakit tipe B. Selain itu juga, kelima ka-bupaten tersebut belum memiliki sarana transportasi yang baik serta jaraknya ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh lebih dari empat jam.

Sementara itu Direktur RSUZA Syahrul menambahkan, pasien yang memerlukan rujuk dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kabupaten/kota dengan fasilitas ambulan udara adalah mereka yang secara emergency membutuhkan penyelamatan jiwa segera, dan membutuhkan tindakan bedah. “Kami akan me-nyiapkan tenaga medis pada ambulan udara guna penanganan penatalaksanaan awal pasien,” katanya.

Dalam kegiatan ini, turut hadir sejumlah tenaga medis dari RSUD serta tenaga medis RSUZA, bupati/walikota dari lima wilayah tersebut serta unsur Pemerintah Aceh lainnya.

m mus/wan/mc-aceh

Pemerintah Aceh Tandatangani MoU Pelayanan Ambulan Udara

Page 14: Edisi keduabelas

sekedar untuk hiburan. “Tapi kalo untuk kebutuhan sebagai transportasi cepat, belum bisa. Kereta api yang ada ini belum maksimal. Jarak tempuh yang singkat cuma dari Bungkah ke Krueng Geukueh selama ini memang masih gratis, tetapi baru-baru ini sudah diberlakukan tarif seribu rupiah untuk sekali jalan. Kami naik sekedar untuk rekreasi," ujar Ridwan.

Hal sama diungkapkan ‘Cek Gu’ Rasdiana. "Belum memenuhi seper-ti yang kita harapkan, karena letak stasiun masih tanggung. Mungkin karena rutenya masih singkat jadi kita mau ke pasar Krueng Geukueh masih harus naik RBT, Sama kalau ke Pasar Krueng Mane juga begitu. Dari pada dua kali kerja, mending naik kendara-an sendiri atau RBT. Namun untuk a nak-anak sekolah, khususnya murid saya, keberadaan kereta api ini menja di sarana mereka untuk melihat dan merasakan langsung naik kereta api,

yang selama ini hanya dilihat di TV."Kadishubkomintel Aceh, Said

Rasul berharap, pada 2017 KA Aceh sudah dapat beroperasi, minimal Lhokseumawe–Sigli. “Ini target kita,” katanya, saat mendampingi guber-nur ke Bungkah, bersama Asisten I, Kepala Bappeda, para kepala SKPA terkait, Bupati Aceh Utara, serta tiga orang Direktur Kemenhub serta Kepala Divre-I KA Sumut-Aceh.

m ira/mus/seuramoe

Gubernur: Pembangunan KA Aceh Sangat Lambat

Target Pembangunan Kereta Api Aceh hingga 2025, menurut Guber-nur Aceh, Zaini Abdullah, terlalu lama. Untuk itu Pemerintah Pusat

perlu segera mempercepat pem-bangunan kereta api Aceh, namun dengan program dan rencana yang

tidak mubazir.

Krueng Geukuh, 8-2-2014Seuramoe Informasi:

“Saya menyambut baik pertemuan antara Pemerintahn Aceh dan Pemer-intah Pusat untuk percepatan pemban-gunan kereta api Aceh ini, agar lebih efesien dari segi waktu dan biaya. Jadi tidak hanya tertulis saja,” kata gu-bernur saat melakukan ujicoba kereta api Aceh dengan rute Desa Bungkah-Krueng Geukuh, Sabtu (8/2).

Sebelum melakukan one trip, Zaini memberikan arahan dalam pertemuan dengan pihak perkeretaapian, pemer-intah daerah dan tokoh masyarakat Kabupaten Aceh Utara, di Stasiun Bungkah. Dalam kesempatan itu, Zaini mengingatkan pusat untuk benar-benar melaksanakan dengan cepat, agar tidak mubazir.

Jalur yang dilalui rombongan gubernur ini memang telah selesai, dengan panjang jalur 6,5 kilometer. Namun dia meminta pembangunan rel kereta api ini jangan setengah-seten-gah, sehingga membutuhkan waktu yang sangat panjang. Akibatnya harus dilakukan pembangunan baru lagi.

“Termasuk dalam hal pembebasan lahan masyarakat, perlu ada koordinasi dengan Pemerintah Provinsi, guna ditempuh jalan pelimpahan wewenang ke Pemda setempat, agar lebih cepat prosesnya.”

Menurut gubernur, pembangunan KA Aceh hendaknya tidak dimulai dari Sumut ke Aceh, tetapi dari Aceh

menuju Sumut. Gubernur juga ber-harap sesegera mungkin dibentuk tim khusus Pemerinatah Aceh dan tim Pemerintah Jakarta, agar terjadi sebuah egrrement percepatan pemban-gunan KA. Selanjutnya pemerintah harus menyediakan anggaran yang cukup untuk mencapai cita-cita pem-bangunan KA agar berlangsung cepat. Zaini juga mengharapkan agar dalam perencanaan pembagunan ini benar-

benar diperhatikan keamanan, manfaat dan kemaslahatannya, serta seberapa besar keuntungan ke depannya.

Sementara itu masyarakat mengaku belum merasakan banyak manfaat dari rute singkat antara Bungkah-Krueng Geukueh. Seuramoe Informasi sem-pat mewancarai dua warga Bungkah, Ridwan dan Rasdiana.

Sebagai pedagang, Ridwan men-gaku dirinya naik kereta api hanya

No. 12 Tahun II / Pebruari 201414

Sosial

Polda Aceh terus menggalakkan program Saweu Sikula (mengunjungi sekolah),

dalam rangka sosialisasi bahaya narkoba dan tertib lalulintas.

Banda Aceh, 14-2-2014Seuramoe Informasi:

Program Saweu Sikula Polda Aceh, tidak hanya untuk menyosialisasikan ba-haya narkoba dan tertib lantas sejak dini bagi siswa SMP dan SMU di Aceh, tapi program yang dilaksanakan setiap Jumat di jajaran Polda Aceh ini, juga untuk mem-berikan pemahaman ilmu tentang informasi teknologi.

“Kita terus jalan untuk sosialisasi, teru-tama bahaya narkoba, agar siswa paham dan tidak berbuat salah, merugikan diri sendiri dan membuat malu orang tua.”’ Demikian dikatakan Kapolsek Kuta Alam, Banda Aceh, AKP Ibrahim Prades di hada-pan ratusan siswa SMUN 2, Banda Aceh, Jumat pekan lalu.

Menurut Prades, soal narkoba, jaringan-nya sudah mendunia, termasuk di Aceh, dan tidak pernah melihat siapa korbannya. Maka dari itu, bagi siswa SMP maupun SMU sebagai generasi penerus, diingatkan untuk tidak sekali-kali terlibat di dalamnya.

“Kalau sudah kena, selain hukuman be-

rat, ujungnya sulit kita obati,” ujar Prades yang datang bersama sejumalh personilnya.

Sebelum ke SMUN 2, tambah dia, pihaknya juga sudah melakukan sosialisasi bagi siswa MAN Model. “Insya Allah, be-berapa SMU yang ada di Kuta Alam dapat tercover semua.”

Sementara itu Kepala SMUN 2 Banda Aceh, Syarwan mengatakan, sudah ke-wajiban semua sekolah untuk mengawasi

Polisi Saweu Sikulasiswa agar tidak merokok. Jika kedapatan, sanksinya bisa dikeluarkan atau kita den-gan memanggil orang tua untuk diperingat-kan.

“Insya Allah kalau di lingkungan se-kolah tidak ada, namun kalau di luar mung-kin tidak terpantau oleh kami,’ ungkapnya seraya menambahkan, “Saat inidi SMUN 2 terdapat 689 siswa dengan 64 orang guru.”

m joni

MC-Aceh: Muslim

Page 15: Edisi keduabelas

No. 12 Tahun II / Pebruari 2014

Budaya

MAULID, milad, atau mawlidun, be-rasal dari Bahasa Arab, artinya per-ingatan hari lahir. Dan Maulid, bagi umat Islam, secara umum diperingati untuk mengenang hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi ini menjadi hari besar bagi umat Islam di manapun berada. Hanya saja pemaha-man dan cara pelaksanaannya yang berbeda-beda.

Setiap 12 Rabiul Awal dalam pen-anggalan Hijriah, umat Islam di se-luruh dunia akan merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Perayaan Mualid Nabi merupakan tradisi yang terus berkembang di masyarakat mus-lim, bahkan jauh setelah Rasulullah SAW wafat.

Secara substansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan peng-hormatan kepada Nabi Muhammad. Di era globalisasi sekarang ini, banyak hal yang mulai berubah baik tatanan dalam kehidupan sosial maupun pandangan masyarakat itu sendiri terhadap sebuah perubahan.

Namun tidak semua dalam kehidu-pan terjadi perubahan disebabkan oleh arus globalisasi. Yang masih bertahan dan akan terus bertahan, salah satunya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Akan terus berlangsung setiap ta-hun, meski gaya dan caranya berbeda, sesuai dengan daerah masing-masing.

Dan Aceh, salah satu daerah yang tetap mempertahankan tradisi Maulid Nabi dengan ciri dan kekhasan tersendi ri. Dari mulai cara, waktu hingga keuni-kannya. Nyaris tak sama dengan daerah lainnya di Indonesia, apalagi dunia.

Pada dasarnya, tujuan dari memper-ingati Maulid Nabi adalah gambaranda ri refleksi ke-Islam-an umat dalam men jalankan ibadahnya. Biasanya, setiap ac ara maulid tiba, panitia sebagai pihak penyelenggara mendatangkan pencera mah yang mengisi dan mengupas ten-tang kiprah Rasulullah SAW yang sang at luar biasa dan menjadi teladan.

Maulid Nabi di Aceh adalah berkah.

Berkah bagi siapa saja. Itulah mengapa, pada umumnya masyarakat Aceh me-nyelenggarakan peringatan maulid ini tidak hanya pada Rabiul Awal, namun hingga tiga bulan berturut-turut dalam tahun tersebut.

Di beberapa daerah di Aceh,masyara kat mempunyai kebiasaan untuk mem-persiapkan segala sesuatu yang berhub ungan dengan kebutuhan pelaksanaan maulid ini, jauh sebelum bulan maulid datang. Mereka telah menyisihkan ber-bagai keperluan untuk kanduri maulid, mulai dari beras, kelapa, ketan, bahkan hewan peliharaan, tepung dan bumbu kering lainnya, dipersiapkan dengan cara menabung atau mencicil sedikit demi sedikit. Sehingga tidak member-atkan pada saat Kanduri Mulod tiba.

Momen tersebut, bagi masyarakat Aceh merupakan ajang berbagi den-gan sesama. Itulah mengapa dilakukan dengan waktu yang panjang. Pola men-yambut maulid-pun sangat beragam, tergantung di mana tempat penyeleng-garaan tersebut.

Namun semua itu untuk satu tujuan, yaitu memperingati hari besar, hari ber-sejarah, hari lahirnya Nabi Besar Mu-hammad SAW. Maka masyarakat Aceh mempunyai tradisi yang terbilang unik dan menarik, layak untuk dijaga dan di lestarikan sebagai bentuk kepedulian orang tua pada generasi di masa men-datang.

Masyarakat Aceh menjunjung tinggi Maulid Nabi karena merupakan imple-mentasi ajaran Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. Menciptakan kebersamaan dalam masyarakat untuk menikmati hidangan yang disajikan ke-pada seluruh tamu yang hadir. Melalui peringatan maulid, diharapkan akan menambah ketakwaan dan ketaatan di dalam masyarakat.

Esensi kanduri maulid lebih kepada kebersamaan diantara keluarga, men-umbuhkan rasa berbagi diantara sesa-ma muslim, kususnya tetangga sekitar, orang yang kurang mampu dan muslim

yang lain. Kebiasaan masyarakat Aceh mengadakan kanduri maulid merupa-kan sebuah barometer seseorang dalam bentuk kecintaannya kepada Rasulull-ah SAW.

Kanduri mulod dapat juga dijadi-kan sebagai penyambung silaturrahmi yang sudah lama terputus atau menja-lin kembali hubungan silaturrahmi di-antara keluarga dan masyarakat. Esensi lain dari memperingati maulid nabi, diharapkan umat muslim bisa mem-pertahankan dan memberi arahan pa da generasi beikutnya, bagaimana per-jalanan Nabi Besar Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran Islam.

Peringatan Maulid Nabi sudah men-jadi tradisi turun-temurun masyarakat Aceh yang dilakukan sejak lama, seba-gai perwujudan pewarisan budaya yang mempunyai kekususan dari daerah lainnya. Bagi masyarakat Aceh, men-gadakan maulid selama tiga bulan, yak-ni Maulid Awal, Maulid Tengah, dan Maulid Akhir, adalah sebuah tradisi, sesuai dengan bulan Arab. Masyarakat Aceh menggunakan ketiga bulan terse-but sebagai bulan maulid, karena ada beberapa hal yang menjadi alasan dari beberapa sudut pandang masyarakat.

Sebagian masyarakat berpenda-pat bahwa dalam kurun waktu yang telah ditentukan sesuai dengan bulan arab, maka masyarakat memaknainya dengan berbeda pula, dengan jarak waktu yang cukup panjang masyarakat bisa lebih bijak mengambil keputusan dalam menentukan waktu pelaksanaan, sehingga tidak terjadi penumpukan—beradu hari bagi tamu undangan—dan yang akan berakibat mubazir, dikare-nakan banyak tamu yang tidak dapat hadir, apabila acara maulid tersebut di-laksanakan bersamaan.

Di sisi lain, masyarakat berang-ga pan dengan waktu yang panjang tersebut, dapat digunakan sebagai ajang pertemuan keluarga. Jauh-jauh hari undangan telah disebar. Alasan masyarakat, kehadiran waktu yang cukup panjang tersebut, akan memu-dahkan cicilan atau tabungan (beras, ketan, ayam, bumbu kering dll). Jika sudah, baru ditentukan bulan yang ke-berapa akan dilaksanakan.

Semua alasan tersebut logis karena pandangan masyarakat merupakan se-buah keputusan yang bijaksana. Ketika seseorang hendak mengadakan maulid, tentu tidak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan lain. Artinya, berbagilah dengan sesama namun tidak berlebi-han, bahkan jangan sampai menimbul-kan utang-piutang.

Karena berbagi dengan sesama mer-upakan anjuran agama, apalagi orang tersebut mempunyai kelebihan harta. Yang pasti, tidak ada pemaksaan untuk melakukan atau melaksanakan kanduri maulid. Dengan pandangan yang de-mikian, dapat mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Ajang maulid merupakan simbol kebersamaan dalam segala hal, berba gi rezeki, berbagi informasi dan ilmu (ceramah), berbagi rasa suka dan baha gia (kenduri), mempererat silaturra hmi, dengan beragam makna.

m rahmawati/mc-aceh

15Foto: mc-aceh

Foto: mc-aceh

Page 16: Edisi keduabelas

No. 12 Tahun II / Pebruari 2014

BANDA ACEH : Senin pekan lalu, tim dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, mulai melakukan verifikasi terhadap berbagai venue dan kesiapan Aceh, yang telah mengajukan diri secara resmi sebagai tuan rumah PON XX/2020.

Tim yang beranggotakan 15 personil ini tak hanya melakukan peninjauan dan verifikasi di Banda Aceh saja, namun tim yang dipimpin langsung Sekjen KONI, E.F Hamidy itu infrastruktur olahraga di Aceh Besar, Pidie dan Sabang.

“Tim akan menilai dahulu. Kita akan membawa hasil ini nanti di rapat besar PON,” kata Hamidy dalam siaran persnya, Rabu (12/2). “Persyaratan utama agar lolos menjadi tuan rumah PON 2020 adalah, provinsi tersebut harus sudah memiliki minimal 50 persen infrastruktur yang dibutuhkan,” tambahnya.

Timnya, tambah Hamidy, akan memverifikasi segala kelengkapan venue berdasarkan beberapa kriteria, seperti status, tribun penonton, tempat pemana-san, ruang ganti, akomodasi, dan sarana penunjang lainnya yang mendukung.

Di Banda Aceh, tim ini meninjau komplek Stadion Harapan Bangsa Banda Aceh dengan beberapa venue olahraga, serta lokasi-lokasi lainnya yang berkaitan.

Termasuk beberapa lokasi di Unsyiah yang diproyeksikan menjadi sarana pendukung, seperti Gedung AAC Dayan Dawood, Gelanggang Mahasiswa, Gedung Information and Communication Technology (ICT) Taiwan, Stadion Mini, dan Gedung Olahraga.

SiapSebelumnya, Gubernur Aceh, Zaini Abdullah mengatakan, Aceh siap men-

jadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020. “Ini merupa-kan impian warga Aceh,” katanya, usai menggelar pertemuan dengan tim dari Koni Pusat, di pendopo Gubernuran, Ahad (9/2).

Dikatakan Zaini, keinginan masyarakat Aceh ini telah disampaikannya kepada Presiden SBY, hampir dua tahun terakhir. Baik secara lisan maupun tulisan atau melalui surat resmi.

“Situasi kondusif di Aceh akan dipertahankan sehingga Aceh tidak hanya mampu menyelenggarakan PON, tetapi juga bisa menghidupkan iklim in-vestasi. Kami bersama unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah bertekad

menjaga Aceh tetap dalam keadaan kondusif,” jelasnya.Pemerintah Provinsi Aceh bahkan telah menyiapkan anggaran yang

diprediksi akan menghabiskan hingga Rp9 triliun, untuk pembangunan infrastruktur olahraga jika terpilih sebagai tuan rumah PON XX tahun 2020. “Kami siap mendukung anggaran PON XX jika terpilih sebagai tuan rumah,” katanya.

Sementara itu Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh, Zainuddin Hamid menyatakan kesiapannya untuk memenuhi segala persyara-tan sebagai tuan rumah PON. “Memang, banyak persyaratan menjadi tuan rumah PON. Segala persyaratan itu siap kami penuhi, sehingga keinginan masyarakat agar Aceh menjadi tuan rumah PON bisa terpenuhi,” kata Zainud-din.

Untuk menjadi tuan rumah PON XX/2020, Aceh akan bersaing dengan Jawa Tengah, Papua dan Papua Barat, Sumatera Utara, Bali, serta Sulawesi Selatan.

Sembilan Triliun RupiahWakil Ketua KONI Aceh, Maulisman Hanafiah, Senin (10/2) menyatakan,

Pemerintah Aceh Akan menyediakan anggaran hingga Rp9 triliun untuk pem-bangunan infrastruktur olahraga, jika terpilih sebagai tuan rumah PON XX.

Dana itu, katanya, diperuntukkan bagi pembangunan sarana dan prasarana olahraga PON XX di Aceh. Baik pembangunan baru maupun renovasi arena cabang olahraga yang akan dipertandingkan di PON XX 2020.

“Ada 33 arena, baik gedung maupun lapangan olahraga yang akan digu-nakan jika Aceh terpilih sebagai tuan rumah PON XX pada 2020 mendatang. Dari 33 arena itu, 40 persen diantaranya masih perlu direnovasi. 40 persen lainnya akan dibangun baru. Hanya 20 persen arena, baik gedung maupun lapangan olahraga yang siap digunakan,” kata Maulisman.

Ia mengatakan rehabilitasi dan pembangunan venue atau arena cabang olahraga PON ditargetkan tuntas pada 2018, sehingga tidak ada lagi pekerjaan pembangunan saat PON berlangsung. “Pemerintah Aceh sudah menyatakan kesiapannya mendukung anggaran PON XX jika terpilih sebagai tuan rumah,” kata Maulisman.*

Aceh Siap jadi Tuan Rumah PON XX/2020n Butuh Dukungan Semua Pihak

Aceh Siap jadi Tuan Rumah PON XX/2020

Gubernur Aceh, Zaini Abdullah berbincang serius dengan Sekjen KONI Pusat, E. F. Hamidy, bersama Ketua KONI Aceh, Zainuddin Hamid

Foto: Repro Rakyataceh