edisi 74 (april 2010)

Upload: serikat-petani-indonesia

Post on 06-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    1/16

    Harga Rp. 2000

    Hak Asasi Petani untuk memperkuat kerangkakerja Hak Asasi Manusia

    www.spi.or.id

    Edisi 74April 2010

    Deklarasi PetaniPerempuan AsiaSelatan La ViaCampesina

    Diskusi SPI-NU:Kedaulatan Pangandan Perjuanganmelawan Neolib

    Martin:"SPI memperluaspengetahuandan wawasan saya

    Mhd. Yunus NasutionMajelis Nasional Petani, Serikat Petani Indonesia

    " Semangat juang SPIharus ada di setiap

    jiwa petani kita "5 14 15

    INDEKS BERITA

    M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I

    Bersambung Ke Halaman 2 Bersambung Ke Halaman 2

    JENEWA. Selama sesi DewanHAM PBB sedang berlangsung,Komite Penasehat menyajikansebuah kajian mengenai dis-kriminasi dalam konteks hakatas pangan. Studi ini menyim-pulkan bahwa keluarga petaniadalah salah satu korban uta-ma dari pelanggaran hak ataspangan dan diskriminasi, danbahwa ada kebutuhan yangmendesak untuk meningkat-kan perlindungan di bawah

    hukum hak asasi manusia in-

    ternasional.Itulah pesan utama yang

    disampaikan oleh berbagaipembela hak asasi manusiayang dikenal secara interna-sional, aktivis dan petani, da-lam konferensi berjudul Ini-siatif Baru untuk MelindungiHak Asasi Petani ( A New Ini-tiative to Protect the Rights ofPeasants), yang diselenggara-kan oleh Akademi Hukum Hu-maniter Internasional dan Hak

    Asasi Manusia Jenewa (Geneva

    Academy of International Hu-manitarian Law and HumanRights) pada Senin (8/3).

    Sebuah penelitian, yangmerupakan inisiatif suaraglobal dari para petani La ViaCampesina, sekarang menung-gu untuk pengakuan lebih lan-jut. Henry Saragih dari La ViaCampesina dan Serikat PetaniIndonesia (SPI) yang meng-hadiri konferensi ini menegas-

    Para peserta Konferensi Internasional Hak Asasi Petani (HAP) yang diselenggarakan SPI dan LVC di Jakarta pada 19-25 Juni

    2008 yang lalu. Saat ini HAP semakin diakui keberadaanya di dunia Internasional.

    SPI menyayangkanpenangkapan KetuaSPI Basis LubukBandung

    LUBUK BANDUNG. Busrah,Ketua Dewan Pengurus Ba-sis (DPB) Serikat PetaniIndonesia (SPI) Lubuk Ban-dung bersama anggota SPIlainnya-Jamal ditangkapoleh anggota Polres LubukBandung, Ogan Ilir, Suma-tera Selatan (23/03). Pe-nangkapan dilakukan saatyang bersangkutan sedangmenggarap kebun nanas-nya. Penangkapan disinyalir

    memiliki hubungan dengankonflik lahan antara wargasekitar dengan pihak PTPNVII.

    Ketua Tim PerjuanganReforma Agraria SPI-Re-ngas, Achmad Yakub de-ngan tegas mengutuk danmemprotes penangkapanini. Yakub dengan lantangmenegaskan bahwasanyatanah yang diperjuangkanoleh Petani di wilayah terse-but merupakan hak petaniyang direbut oleh PTPN VII,hingga saat ini lokasi terse-but tidak memiliki HGU. Halini dibuktikan dengan suratBPN dan keterangan dariPTPN VII sendiri.

    Yakub juga menyayang-kan sikap aparat Polressekitar yang menangkappetani yang sedang bertanidi lahannya sendiri terse-but. Nampaknya aparattidak pernah belajar dari

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    2/16

    Sambungan dari hal. 1 Hak asasi...

    Sambungan dari hal. 1 Petani SPI...

    2 PEMBARUAN TANI EDISI 74 APRIL 2010

    Penanggung Jawab: Henry Saragih Pemimpin Umum: Zaenal Arin Fuad Pemimpin Redaksi: Tita Riana Zen Redaktur Pelaksana &

    Sekretaris Redaksi: Hadiedi Prasaja Redaksi: Achmad Yakub, Ali Fahmi, Agus Rully, Cecep Risnandar, Tejo Pramono, Muhammad Ikhwan,

    Wilda Tarigan, Syahroni Reporter: Elisha Karni Samon, Susan Lusiana, Yudha Fathoni, Wahyu Agung Perdana, Tri Es Ningrum, Megawa,

    Andriana Keuangan: Sri Wahyuni Sirkulasi: Supriyanto, Gunawan Penerbit: Serikat Petani Indonesia (SPI) Alamat Redaksi: Jl. Mampang

    Prapatan XIV No. 5 Jakarta Selatan 12790 Telp: +62 21 7993426 Email: [email protected] Website: www.spi.or.id

    TANAH UNTUK PETANI !!!www.spi.or.id

    kan bahwa Inisiatif dari petanidi seluruh dunia ini adalahsebuah lompatan besar dalamperjuangan melawan ketidaka-dilan, dan kami ingin mengu-capkan selamat atas hasil kerjaKomite Penasehat. Kami juga

    kasus sebelumnya di Rengasyang menyebabkan lebih dari12 petani ditembak, seharus-nya Polisi bertindak arif dannetral dalam menyikapi konf-lik lahan antara petani denganperusahaaan ungkapnya.

    Kepolisian Republik Indo-nesia (Polri) sendiri memilkiperaturan Kapolri (Perkap)No. 8 Tahun 2009 tentang Im-plementasi Prinsip dan Stan-dar Hak Asasi Manusia DalamPenyelenggaraan Tugas Ke-

    polisian RI yang menjunjungtinggi nilai-nilai kemanusiaan.Perkap ini merupakan salahsatu peraturan yang konsider-annya menggunakan UU No. 39Tahun 1999 tentang HAM. Tapifakta menunjukan, kekerasanbersenjata dan intimidasi yangdilakukan polisi kepada petanimasih sering terjadi di negeriini.

    Anggota SPI Lubuk Band-ung dan SPI basis Rengas I danRengas II, Kec. Payaraman, Kab.

    Ogan Ilir, Sumatera Selatan su-dah cukup lama melakukan

    perjuangan untuk menuntuthak tanah mereka, yang telahdirampas sewenang-wenangoleh PTPN VII sejak 27 ta-hun yang lalu. Dalam bulanini petani anggota SPI basisLubuk bahkan sudah ada yangmelakukan panen kacang dantimun. Sebab itu SPI basisLubuk Bandung juga menyiap-kan lahan pembibitan.

    Saat ini DPB SPI basis LubukBandung dan sekitarnya akanmenyiapkan aksi protes. De-

    berharap bahwa Dewan HAMPBB dalam sesi Maret ini akanmemutuskan untuk mendu-kung inisiatif ini.

    Olivier de Schutter, Pe-lapor Khusus PBB tentangHak atas Pangan, mengatakan

    wan Pengurus Pusat (DPP) SPIjuga telah melayangkan surat

    protes kepada Polres setempatyang ditembuskan pada MabesPOLRI dan Komnas HAM.

    Pada 22 Maret 2010 lalu,Dewan Pengurus Pusat (DPP)SPI bersama Badan Perta-nahan Nasional (BPN) Pusatsedianya telah memutuskanakan melakukan gelar perkaraberkenaan dengan kasus PTPNVII dengan petani di Ogan Ilirini tambah Yakub yang jugaKetua Departemen KajianStrategis Nasional SPI ini.#

    bahwa inisiatif ini benar-benarberkaitan erat dengan hak ataspangan. Hak asasi petani, sep-erti juga termasuk di dalamlampiran dari studi Komite Pe-nasehat, menyajikan pendeka-tan terhadap hak-hak yangtidak hanya mempertimbang-

    kan sisi sipil-politik, tetapi jugadi bidang sosial, ekonomi, danbudaya. Selanjutnya de Schut-ter menyoroti tiga masalahutama yang memungkinkansebuah pendekatan hak asasipetani bisa membawa solusi.Yang pertama adalah menin-gkatnya spekulasi atas tanah,yang kedua adalah masalahbibit dan sumber daya genetik,dan yang ketiga adalah masalahcara produksi agribisnis dalammemproduksi makanan.

    Jean Ziegler, dari KomitePenasehat Dewan HAM PBBmengatakan bahwa kita masihperlu pemerintah untuk men-dukung inisiatif ini. Sejauhini, kami mengucapkan terimakasih kepada misi Kuba karenatelah mengambil inisiatif un-tuk mendukung sebuah resolu-

    si dalam sidang Dewan HAMPBB saat ini, katanya. Namundemikian, diskusi mengenaihak asasi petani masih terbukalebar-seperti gerakan petani,Komite Penasehat, dan aktivishak asasi manusia mencobauntuk memberikan bentuk

    bagian baru ini dalam kerang-ka hak asasi manusia global.

    Mari kita bersama-samamendukung inisiatif ini un-tuk membuat dunia menjaditempat yang lebih baik, untukmemberikan solusi yang nyatauntuk krisis pangan, mencipta-kan lapangan kerja di bidangpertanian dan untuk mengem-bangkan daerah pedesaan,serta untuk mempertahankankedaulatan pangan rakyat danpada saat yang sama juga un-

    tuk mengurangi kemiskinan.Hal ini dapat dilakukan jikakita melindungi dan memenuhihak-hak petani di seluruh dun-ia, Henry menyimpulkan.

    Beberapa duta besar, stafdan diplomat untuk PBB jugamembahas inisiatif Hak AsasiPetani dalam kesempatan ini.#

    Henry Saragih (dua dari kiri) dalam sebuah forum diskusi tentang Hak Asasi Petani

    yang diadakan di Jenewa, Maret 2010 yang lalu.

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    3/16

    3PEMBARUAN TANI EDISI 74 APRIL 2010

    SPI audiensi dengan Menteri Pertanianuntuk meninjau ulang rencanafood estate

    KEBIJAKAN AGRARIA

    JAKARTA. Serikat Petani Indo-nesia (SPI) melakukan audiensike Menteri Pertanian Ir. Sus-wono, MM, di kantornya Jl. Har-sono RM. No. 3 Ragunan , PasarMinggu Jakarta (3/3). Audensi

    ini bertujuan menyampaikanpandangan dan rekomendasiSPI mengenai pembangunanpertanian untuk kesejahteraanpetani dan kemajuan perta-nian.

    Dalam audiensi tersebut,Ketua Umum SPI, Henry Sara-gih, menyampaikan permasala-han mendasar yang masih di-hadapi petani hingga saat iniantara lain, akses dan kontrolatas tanah, air, benih, keter-gantungan yang sangat besar

    pada pupuk kimiawi, konflikagraria dan belum adanya per-lindungan harga produk per-tanian bagi para petani kecil.Selain itu petani dihadapkanpada persoalan pangan dimanapetani sebagai produsen seka-ligus konsumen pangan.

    Petani seringkali tidakbisa menikmati hasil panen-nya sendiri karena terbelit hu-tang untuk biaya produksi danserbuan pangan impor murahyang menyebabkan anjloknya

    harga produk pertanian dalam

    negeri, ujar Henry.Henry juga menyatakan

    bahwa permasalahan petaniadalah masalah khusus se-hingga dibutuhkan perlind-ungan yang khusus juga.

    Dengan demikian diperlu-kan suatu instrumen yangmenjamin perlindungansecara khusus terhadappetani kecil dan buruh taniyang rentan menghadapiberbagai pelanggaran.

    Pada kesempatan terse-but, SPI meminta Kemen-terian Pertanian menin-jau kembali program foodestate yang akan segeradimulai implementasinya.Menurut SPI, hal ini hanya

    akan semakin meminggir-kan petani disamping akanmembahayakan kedaula-tan pangan negara, karenapangan akan dikelola olehpihak swasta, dan pemerin-tah nantinya akan semakinsulit untuk mengendalikanharga pangan berkaca padapengalaman sejumlah ko-moditas perkebunan sep-erti kelapa sawit.#

    TANJUNG JABUNG TIMUR.Dewan Pengurus Wilayah(DPW) Serikat Petani Indo-nesia (SPI) Jambi melakukanaksi ke kantor Bupati Tan-jung Jabung Timur (23/10).

    Aksi ini merupakan lanjutandari konflik lahan antarapetani eks transmigran den-gan PT. Kaswari Unggul. Aksiyang diikuti oleh sekitar 800orang petani ini dipimpinlangsung oleh Ketua DPWSPI Jambi, Sarwadi. Sarwadimenjelaskan bahwa massaaksi berasal dari empat desayakni Desa Sukamaju, DesaPandan Lagan, Rantau Karya,dan Desa Kota Baru.

    Dalam Aksi yang dimu-

    lai pada pukul 10.00 Wib inimasyarakat memuntut kepa-da Bupati agar lahan seluas891,42 ha milik petani ekstransmigran dikembalikan.Sarwadi menegaskan bahwaselama 15 tahun (1995-2010), PT. Kasuari Unggulsama sekali tidak mengan-tongi HGU (Hak Guna Usa-ha), padahal perusahaanperkebunan ini sudah lamaberproduksi (berlandaskanpada izin lokasi yang dike-

    luarkan Pemerintah Tanjung

    Ketua Umum SPI,pengurus BPP SPI bersama Menteri Pertanian RI Massa Petani SPI Jambi di depan kantor Bupa Tanjung Jabung Timur

    Aksi SPI Jambi menuntut pengembalianlahan eks-transmigrasi

    KONFLIK AGRARIA

    Jabung Timur c.q Kantor Per-tanahan Tanjung Jabung No.6tahun 1995 tertanggal 4 Mei1995).

    Padahal berdasarkan Un-dang-Undang Pokok Agraria

    (UUPA) No. 5 Tahun menyebut-kan bahwa tanah-tanah absente(terlantar) dapat dijadikan ob-jeklandreform. Sayangnya pen-erapan UUPA ini tidak diterap-kan secara maksimal di negeriagraris ini, malah ada upaya-upaya untuk merevisi bahkansama sekali menghapuskanUndang-Undang (UU) yangsangat pro rakyat kecil ini.

    Aksi massa sendiri diteri-ma oleh Wakil Bupati TanjungJabung Timur, M. Jubeir karena

    kebetulan Bupati sedang tidakberada di tempat. Sarwadi me-nyebutkan bahwa dalam jangkawaktu dua minggu ke depan-nya Wakil Bupati akan mem-pelajari tanah yang diklaimoleh petani tersebut dan me-nyelesaikannya. Kami harapPak Wabup menepati janjinyauntuk menyelesaikan kasus ini,karena lahan tersebut memangmerupakan hak warga yangtelah direbut oleh PT. KaswariUnggul tegas Sarwadi.#

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    4/16

    4 PEMBARUAN TANI EDISI 74 APRIL 2010

    KONFLIK AGRARIA

    ASAHAN. Ratusan petani ang-gota Serikat Petani Indone-sia (SPI) Kabupaten Asahanmelakukan aksi di Kantor Di-nas Kehutanan dan Perkebu-

    nan (Dishutbun) KabupatenAsahan (01/03). SPI memintapertanggungjawaban Dishut-bun Kabupaten Asahan ataspenangkapan petani anggotaSPI basis Aek Kuasan besertatiga orang rekannya dengandakwaan mengerjakan ka-wasan hutan secara tidak sah.

    Warto (49) petani anggotaSPI basis Aek Kuasan besertatiga orang rekannya Robin(46), Sarwoedi (41), dan YunusSuhairy Pohan (33) ditangkap

    pada hari Rabu, 17 Februari2010 ketika sedang bekerja dilahannya. Warto mengerjakanlahan miliknya sendiri yang te-lah dikelola sejak tahun 1998,sedangkan yang lainnya meru-pakan buruh tani. Mereka di-datangi sekitar enam orangpetugas Dishutbun KabupatenAsahan yang dibantu oleh se-orang aparat kepolisian. Mere-ka ditangkap dengan dalih me-masuki kawasan hutan tanpaizin serta langsung digiring kePolres Asahan.

    Aksi SPI Kabupaten Asahan menuntutpembebasan petani basis Aek Kuasan

    SPI meminta agar pihakDishutbun Kabupaten Asahanmembebaskan empat orangpetani tersebut. Massa aksiyang dipimpin Zubaidah yang

    merupakan Ketua DPC SPI Ka-bupaten Asahan menilai bahwapenangkapan tersebut tidakberalasan, sebab mereka men-gelola lahan seluas dua hektaryang menjadi lahan perkebu-nan sawit dan karet memi-liki Surat Keterangan Tanah(SKT) yang dikeluarkan kepaladesa setempat. Di lahan yangdiklaim sebagai kawasan hutantersebut juga terdapat lahanyang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar. Dasar pen-

    angkapan terhadap keempatorang petani tersebut terkesandipaksakan, karena itu kamimeminta agar keempat rekankami segera dibebaskan, kataZubaidah.

    Massa aksi diterima olehKoordinator Polhut DishutbunAsahan, TR Nainggolan, SH.Menurut Nainggolan penang-kapan ini sudah sesuai den-gan prosedur hukum, Keem-pat petani tersebut memasukikawasan hutan dan kasus iniakan berjalan sesuai dengan

    ketentuan hukum, ungkapnya.Penjelasan yang diberikan Pol-

    hut Dishutbun ini tidak sesuaidengan fakta yang ada dilapan-gan. Diareal yang menurut Di-shutbun tersebut adalah arealhutan, tapi banyak perusahaanmengelola lahan disana, sam-pai saat ini perusahaan-peru-sahaan tersebut tidak pernahditindak secara hukum, tuturZubaidah. Ini tidak adil dansemakin memperjelas bahwapetani kecil tetap menjadi kor-ban dari ketidakadilan, tam-bahnya.

    Selain itu massa juga men-

    datangi kantor DPRD Kabupat-en Asahan untuk meminta du-

    kungan dari para wakil rakyat.Selain menuntut dibebaskan-nya keempat petani tersebutmassa juga menuntut agarpihak kepolisian dalam halini Polres Asahan menghenti-kan segala tindak intimidasi,teror, dan penangkapan terh-adap petani yang sedang ber-juang merebut kembali lahanmereka seperti yang dialamioleh petani anggota SPI BasisSimpang Kopas Kecamatan BPMandoge Kabupaten Asahan.#

    Massa SPI Cabang Asahan melakukan aksi pembebasan petani SPI Aek Kuasan

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    5/16

    PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 74 APRIL 2010

    17 April: Hari Perjuangan Petani Internasional"Tolak Korporatisasi Pangan dan Pertanian"

    Untuk memperingati HariPerjuangan Petani Interna-sional pada 17 April 2010,

    gerakan petani internasionalLa Via Campesina menyeru-kan kepada seluruh anggotaorganisasinya, koalisi dan parapendukungnya untuk bersatumelawan perusahaan-perusa-haan transnasional (TNC), yangberusaha mendapatkan kontrolpenuh atas pangan dan sistempertanian di seluruh dunia.

    Hari Perjuangan Petani In-ternasional sendiri mengacupada 17 April 1996. Pada saatitu 19 petani Brasil tak berta-

    nah yang membela hak mer-eka untuk menghasilkan ma-kanan dengan menuntut aksesterhadap tanah dibantai olehpolisi militer. Sejak pembanta-ian di El Dorado dos Carajstersebut, organisasi-organisasipetani, masyarakat, kelompokmahasiswa, organisasi non-pemerintah dan aktivis, padatanggal 17 April setiap tahun-nya, selalu memperingatinyasebagai Hari Perjuangan petaniInternasional dalam rangkamenuntut kedaulatan pan-gan dan hak-hak petani untukmemproduksi makanan .

    Koordinator umum La ViaCampesina, Henry Saragihmenjelaskan bahwa pada ta-hun 2009 yang lalu, berakhir

    dengan tiga pertemuan inter-nasional yakni: PertemuanDunia FAO mengenai Ketah-

    anan Pangan di Roma, Konfe-rensi Tingkat Menteri WTO diJenewa dan KTT Iklim PBB diKopenhagen. Pada setiap per-istiwa tersebut, TNC selalu me-nampilkan niat mereka untukmengontrol sistem pangan danpertanian, pasar, tanah, benihdan air-bahkan seluruh alam-di seluruh dunia. TNC sepertiMonsanto, Cargill, Archer Dan-iels Midland dan Nestl bah-kan sampai mengerahkan ten-tara sebagai salah satu upaya

    lobinya di setiap acara untukmembentuk dan menghasil-kan kebijakan-kebijakan yangmenguntungan mereka tegasHenry.

    Henry kemudian men-jelaskan lebih lanjut mengenaidominasi TNC ini dengan men-contohkan perusahaan Mon-santo yang berbasis di Amer-ika Serikat yang melakukanlobi untuk menerima subsidiumum untuk kedelai RoundupReady, yang telah dimodifikasisecara genetik untuk melawanglifosat (dijual oleh perusa-haan sebagai Roundup), yangmerupakan herbisida palingbanyak digunakan di dunia.Monsanto kemudian meng-klaim bahwa kedelai Roundup

    Ready miliknya telah men-gurangi dampak perubahaniklim karena resistansi yang

    ada pada Roundup memung-kinkan kedelai dapat tumbuhtanpa membajak tanah (yangmelepaskan karbon dioksida),yang dikenal sebagai perta-nian tanpa membajak sawahatau pertanian konservasi.Monsanto berdalih denganmenyatakan bahwa hal terse-but untuk memenuhi syaratkredit karbon dari MekanismePembangunan yang Bersihdari Kerangka Kerja PBB ten-tang Perubahan Iklim. Namun

    kenyataannya,Monsanto danperusahaan-perusahaan trans-nasional lainnya inilah yangmerupakan beberapa kontribu-tor utama dari perubahan iklimdan krisis lingkungan lainnya,karena mereka mempromosi-kan model industri pertanianyang tidak berkelanjutan.

    Selain itu, TNC juga mem-perburuk kemiskinan dan re-sesi ekonomi. di seluruh dunia.Ketika mereka mengkonsoli-dasikan kontrol mereka atastanah dan pasar pertanian,TNC mengusir petani kecildari tanah mereka dan men-gurangi kesempatan kerja didaerah pedesaan, sehinggasemakin menambah jumlahmasyarakat miskin dan kaum

    pengangguran di perkotaan.TNC tetap berkomitmen un-tuk terus meraup keuntungan

    besar sementara kelaparandan kemiskinan semakin men-ingkat.

    Henry kembali menegas-kan bahwa tindakan ofensifterhadap TNC merupakanprioritas untuk La Via Campe-sina. La Via Campesina mem-bayangkan sebuah dunia dimana TNC seperti Monsanto,Cargill, Carrefour dan Walmart,serta penghancuran alam dankemanusiaan yang merekaakibatkan, menghilang dari

    muka bumi ini. Untuk meng-gantikan mereka akan adamiliaran petani dengan perta-nian kecil dan menengah yangmemproduksi makanan sehatuntuk pasar lokal dan regional,melestarikan keanekaragamanhayati, melindungi budi dayaair, mengeksekusi produktivi-tas karbon, serta merevital-isasi ekonomi pedesaan.

    Oleh karena itu, untukmemperingati 17 April 2010,La Via Campesina menyerukankepada seluruh anggota dansekutunya untuk bergabungdan meningkatkan perlawananterhadap TNC, dan untuk men-guatkan suara dan hak-hakpetani di seluruh dunia tam-bah Henry.#

    GLOBALIZE HOPEGLOBALIZE STRUGGLE!!!

    www.viacampesina.org

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    6/16

    6 PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 74 APRIL 2010

    HAK ASASI PETANI

    Naskah deklarasi petani perempuanAsia Selatan, La Via Campesina

    Deklarasi Petani PerempuanAsia SelatanLa Via Campesina

    Hari Perempuan Sedunia,Nepal, 8 Maret 2010

    Kami, para perempuan AsiaSelatan dari gerakan petaniLa Via Campesina, dari Ban-gladesh, India, Sri Lanka, Ne-pal dan Indonesia dan Korea,berkumpul di hari perempuansedunia di Kathmandu, Nepaluntuk meminta pengakuan danmenuntut hak-hak kami sertapenolakan terhadap sistempatriarki. Kami dengan tegassangat menolak sistem kapi-talis neoliberal yang didasar-

    kan pada kekerasan dan mar-jinalisasi dari sebagian orangyang mendapatkan keuntun-gan. Sistem ini menyebabkanmasyarakat tergusur dari ta-nah miliknya, privatisasi benihlokal, air, dan pendidikan, haltersebut mengakibatkan hilan-gnya keanekaragaman hayatidan militerisasi tanah kami.Perlawanan kami untuk mem-perjuangkan hak-hak dankeadilan sedang ditekan olehpemerintah sebagai pelayan

    dari kekuatan neoliberal den-

    gan menggunakan pasukankeamanan negara (militer).Sistem ini menyebabkan ke-laparan ekstrim, kemiskinan,dan migrasi. Efek dari sistemini mengarah pada eksploitasi

    dan perdagangan perempuan.Perempuan menghadapi be-ban besar untuk kelangsunganhidup dan kesejahteraan dan.Perempuan semakin terping-girkan di keluarganya, kurang-nya pengakuan hak-hak dandiskriminasi terhadap kaumperempuan.

    Kami menyadari bahwakekerasan terhadap perem-puan masih tetap ada di be-berapa sektor. Masih terdapatkekerasan yang diakibatkan

    oleh ketergantungan ekonomidan kurangnya hak-hak perem-puan dalam masyarakat. Kek-erasan fisik dan psikologis jugatertanam dalam budaya danagama, seperti perkawinandi bawah umur, sistem dowry(pembayaran mahar oleh pihakperempuan kepada pihak laki-laki dalam melangsungkanperkawinan yang lazim terjadidi India dan Bangladesh), pem-bunuhan karakter perempuan,pengasingan, beberapa maka-

    nan yang dilarang dan lain se-

    bagainya. Perempuan juga tidakmaksimal berpartisipasi dalam

    pengambilan keputusan baik dirumah atau dalam kehidupanpublik serta di dalam pemerin-tahan dan gerakan sosial. Un-tuk mencapai masyarakat yangsama, ketidakadilan tersebuttidak dapat diterima.

    Oleh karena itu pada kes-empatan hari perempuan ini,kami telah memutuskan me-nyatukan usaha untuk mem-perjuangkan masyarakat yangdidasarkan pada perdamaiandan bermartabat bagi semua.

    Kami petani perempuan AsiaSelatan menegaskan komitmenkami sebagai berikut:1. Melanjutkan perjuanganmelawan patriarki dan neolib-eralisme2. Mengutuk semua bentukkekerasan terhadap perem-puan dan berkomitmen untukmemecahkan budaya kehenin-gan yang melingkupi kekerasanterhadap perempuan.3. Meningkatkan pendidi-kan dan kesadaran di antaraperempuan dan laki-laki ten-tang penyebab kekerasan danmencari solusi bersama untukmemecahkannya.4. Menekan pemerintah untukmelaksanakan hukum yangefektif, untuk mencapai kes-etaraan gender.5. Menekan pemerintah untukmenghukum pelaku pemerko-saan, pembunuhan akibatsistem dowry, dan pembunu-han bayi perempuan.6. Menghormati hak-hak re-produksi perempuan.7. Kekuasaan dalam pengambi-lan keputusan yang sama padaperempuan di semua tingkat,mulai dari rumah hingga ketingkat nasional terutama da-lam gerakan dan organisasi.8. Persamaan hak atas propertidan akses terhadap sumberdaya produktif seperti tanah,air dan benih.9. Mempromosikan petani ber-basis agroekologis yang denganmetode pertanian berkelanju-tan dan larangan penggunaan

    teknologi revolusi hijau sep-

    erti GMO (Genetically ModifiedOrganism-bibit rekayasa gene-

    tik). Sistem pertanian tersebutadalah satu-satunya solusi un-tuk perubahan iklim dan pen-gakuan peran petani sebagaipenjaga benih, air, tanah dankeanekaragaman.10. Menunjukkan solidaritasdengan saudara kita di daer-ah konflik. Perempuan lebihrentan terhadap kekerasandan menanggung beban danrisiko yang tidak semestinya.Program perlindungan khususharus dibuat untuk menangani

    isu-isu perempuan di daerahkonflik.11. Memberikan kesempatanbagi pemuda untuk melanjut-kan kehidupan yang bermarta-bat didasarkan pada pertaniandan memiliki kebanggaan da-lam budaya petani. Pertanianadalah budaya dan mata penca-harian mayoritas orang AsiaSelatan, tetapi kami dipaksauntuk pindah ke kota-kota danmeninggalkan pertanian kamidan masyarakat kami.12. Upah yang sama untukpekerjaan yang sama. Hal initidak dapat diterima bahwaperempuan yang dibayar lebihrendah ketika mereka bekerjasetara dengan laki-laki. Perem-puan memiliki lebih banyaktanggung jawab untuk kese-jahteraan keluarga mereka danrumah tangga.13. Memberikan dukungan(dan tidak memberikan ku-tukan) terhadap perempuanyang dipaksa menjadi peker-ja seks baik secara budayadan ekonomi untuk mencarikeamanan, dan bermartabatuntuk mendapatkan alternatifkesempatan kerja.14. Kedaulatan pangan, hakasasi petani dan akses yangsama untuk tanah. Hal Ini mut-lak diperlukan untuk petanidan budaya masyarakat ber-dasarkan keadilan, kedamaiandan memiliki martabat.

    Globalize Hope! GlobalizeStruggle! Globalisasikan Hara-pan! Globalisasikan Perjua-

    ngan! #

    Para petani perempuan asal India sedang membacakan deklarasi petani

    perempuan Asia Selatan, La Via Campesina

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    7/16

    7PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 74 APRIL 2010

    Agroekologi ala La Via Campesinakontra korporatisasi agribisnis TNCs

    ANALISIS

    Indonesia adalah negaraagraris yang mayoritas pen-

    duduknya adalah kaum tani. In-donesia juga memiliki wilayahyang luas serta kaya akan la-han yang subur untuk berco-coktanam. Hal ini seharusnyamembuat kaum tani di Indo-nesia merasa bagaikan di surgakarena limpahan sumber dayaalam yang begitu menjanjikan.Namun kenyataannya justruterbalik, petani di Indonesiamalah miskin dan dipinggirkanoleh praktek-praktek neoliber-alisme yang didukung oleh pe-

    merintahnya. Salah satu wujudneoliberalisme tersebut adalahkorporatisasi pangan dan per-tanian oleh perusahaan-peru-sahaan transnasional (TNC).

    Secara teori istilah kor-porat (corporate) dikenalkanpertama kali di Amerika Ser-ikat pada 1957 dengan istilahagribusiness oleh J.H Davis danR. Goldberg. Mereka mendefe-nisikan agribisnis sebagai kes-eluruhan rantai proses pertani-an, mulai dari input pertaniansampai ke tingkat eceran (theentire supply chain, from farminputs to retail ). Jesper S. Leedari Virginia, Amerika Serikat,dalam bukunya Agribusinessprocedures and records jugamenyebutkan bahwa tidakefisien apabila petani mem-produksi sendiri benih, pupuk,ataupun mesin pertanian; na-mun akan lebih mudah apabiladibeli dari agribisnis yang spe-sialis memproduksi barang-ba-rang tersebut.

    Selanjutnya agribisnis akanmenimbulkan spesialisasi padatiap lininya, mulai dari on farmsampai off farm. Agribisnisjuga yang mendorong tumbuh-nya perkebunan-perkebunan,sampai terjadinya food estate.Melalui agribisnis, pertaniandiproduksi secara industri, da-lam jumlah sebanyak-seban-yaknya dengan ukuran seragamdan bersifat monokultur. Aki-batnya terjadilah modernisasi,seperti mekanisasi pertanian(dari traktor besar hingga ro-

    bot) hingga bio-teknologi.

    Agribisnis juga memun-culkan free market(pasar be-

    bas) di dunia pertanian, agartidak muncul hambatan dalamtransaksi antar lini agribis-nis. Paham free marketinilahyang selalu menginginkan un-tuk menguasai pasar, sehinggabagi yang tidak kompetitifakan kalah dari persainganmerebut pasar. Free Marketjuga berorientasi untuk meng-hasilkan keuntungan sebesar-besarnya, sehingga produksiditentukan dari permintaandan penguasaan pasar. Hal ini

    menyebabkan kegiatan bertanibukan lagi untuk kehidupantapi untuk memproduksi ko-moditas. Selanjutnya pemodalkuat akan menguasai pasarpertanian sehingga petani ke-cil hanya menjadi bagian darielemen agribisnis saja (buruhmurah misalnya). Hal inilahyang menyebabkan terjadinyaekspansi usaha besar-besaranperusahaan-perusahaan trnas-nasional (TNCs) ke negara-neg-ara berkembang yang biasanyacukup kaya akan sumber dayaalam namun masih kurang ma-pan dalam segi ekonominya.Selain itu upah minimum dinegara-negara berkembangmasih cenderung sangat ren-

    dah dibandingkan dengan neg-ara-negara maju.

    Perkembangan KorporatPangan-Pertaniandi Indonesia

    Korporatisasi pengan danpertanian mulai berkembangdi Indonesia sejak zaman kolo-nial Belanda. Masuknya kekua-saan kolonial barat membawadampak perubahan dalamsistem kehidupan, ekonomidan politik di Indonesia. Pada

    saat itu muncul tanah-tanahpartikulir sebagai akibat daripenjualan tanah oleh Pemer-intah Kolonial Hindia Belanda.Sampai dengan tahun 1915sekitar 1,2 juta hektar tanahperkebunan/persawahan te-lah dijual oleh Pemerintah Ko-lonial Hindia Belanda kepadapihak swasta. Tanah-tanah ituberstatus Tanah Partikulir yangpemiliknya bangsa Belanda,Eropa dan Cina.

    Selanjutnya datanglah masarevolusi hijau pada sekitar ta-hun 70-80 an. Revolusi hijauini sendiri mendasarkan diripada tiga pilar penting yaknipenyediaan air melalui sistemirigasi, pemakaian pupuk kimia

    dan penerapan pestisida untukmenjamin produksi, dan peng-

    gunaan varietas unggul seba-gai bahan baku berkualitas.Melalui penerapan teknologinon-tradisional ini, terjadi pen-ingkatan hasil tanaman panganberlipat ganda dan memung-kinkan penanaman tiga kali da-lam setahun untuk padi, suatuhal yang tidak dapat dimung-kinkan tanpa tiga pilar tersebut.Namun berakibat musnahnyaberbagai organisme penyuburtanah musnah, kesuburan ta-nah merosot dan menjadi tan-

    dus, tanah mengandung residu(endapan pestisida, hasil perta-nian yang mengandung residupestisida, terjadi peledakanserangan dan jumlah hama,yang akhirnya mengakibatkanrusaknya keseimbangan eko-sistem alam sekitar. Revolusihijau menyebabkan petanimenjadi tergantung terhadapproduk-produk kimia sehinggasistem pertanian berkelanjutansemakin terpinggirkan. Rev-olusi hijau ini sendiri pastinyajuga didukung oleh korporat-korporat agribisnis yang mem-produksi pupuk kimia dan pes-

    Bersambung Ke Halaman 8

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    8/16

    8 PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 74 APRIL 2010

    LA VIA CAMPESINAInternational Peasant Movement

    Agrarian Reform, Biodiversity and Genetic Resources, Food Sovereignty and Trade,Women, Human Rights, Migration and Rural Workers,

    Sustainable Peasant's Agriculture, Youth

    tisida yang digunakan sebagaidasar proses revolusi hijau.Mereka menggembar-gembor-kan kegunaan produknya han-ya supaya produk mereka lakuterjual seperti kacang gorengtanpa memikirkan efek jangkapanjangnya.

    Selanjutnya, Sistem Perke-bunan Inti Rakyat (PIR) yangdigagas pemerintah untukmemberdayakan petani lokaljuga sangat sering tidak men-guntungkan petani. Kesepaka-tan baik pemanfaatan lahan,biaya operasional ataupunharga jual hasil perkebunanternyata tidak sesuai denganperjanjian yang dilakukan ber-sama. Sistem PIR cenderungmenguntungkan perusahaan-

    perusahaan perkebunan besaryang dengan seenak hatinyamemonopoli harga jual petani.

    Dari hari ke hari, Iklim ko-rporatisasi dan agribisnis inimalah semakin berkembangdan menancapkan kukunya dibumi nusantara ini. Hal ini send-iri didukung oleh konteks poli-tik pembangunan di Indonesiayang cenderung berideologi-kan kapitalis, walaupun secarayuridisnya masih berideologi-kan Pancasila. Anggaran pem-

    bangunan (khususnya perta-nian) di Indonesia, mulai dariinfrastruktur, alokasi lahan,sampai penyuluhan sudah san-gat berbau korporatisasi alaneolib. Hal ini didukung den-gan Undang-Undang (UU) diIndonesia ini yang sangat pro-agribisnis dan kaum neoliber-al. UU pangan, UU PenanamanModal, UU Perkebunan, UU Ke-hutanan, sampai UU SumberDaya Air menjadi contoh be-tapa negeri yang gemah ripah

    loh jinawi ini sudah dikepungdengan kebijakan-kebijakanyang sangat tidak pro terh-adap rakyat. Belum lagi sistempendidikan di Indonesia yangmenghasilkan pemikir ataupunintelektual pertanian yang be-orientasi agribisnis, bukannyabeorientasi untuk mengem-bangkan sistem pertanian yang

    berdaulat.Kejayaan agribisnis ini

    sendiri sebenarnya telah run-tuh. Gagalnya revolusi hijauadalah salah satu bukti kong-kritnya. Korporatisasi agribis-nis juga member kontribusidalam menambah jumlah ke-laparan di dunia. Menurut dataFAO(Food and Agriculture Or-ganization-Organisasi Pangandan Pertanian Dunia), jumlahorang yang kelaparan setiapharinya mencapai angka tert-inggi dalam sejarah sebanyak 1milyar, atau tepatnya 1,02 mil-yar pada tahun 2008 yang lalu,dan bertambah sekitar 100juta orang pada tahun 2009.Iming-iming sebagai penghasilpangan yang mampu memberi

    makan dunia - yang didengung-dengungkan oleh perusahaan-perusahaan pangan transna-sional - ternyata hanya sebatasjanji-janji ekonomis belaka.

    Belum lagi tingkat kemiski-nan yang juga semakin tinggi,mencapai 16% dari jumlahpenduduk dunia pada tahun2006, dan akan terus mening-kat. 60% dari masyarakat mis-kin ini berada di pedesaan, se-dangkan mayoritas masyarakatpedesaan menggantungkan

    hidupnya dari bertani.Keru-sakan ekologis juga akibatdari kerakusan korporatisasiagribisnis. Banjir, pemanasanglobal, sampai semakin ting-ginya jumlah lahan kritis ada-lah salah satu konsekuensi di-jalankannya sistem pertanianberbasis agribisnis ini.

    Agroekologi, solusi La ViaCampesina

    La Via Campesina sebagai

    organisasi petani internasionalyang memiliki anggota di 69negara yang tersebar di seluruhdunia menawarkan solusi ataskorporatisasi agribisnis yangsudah meluluhlantakkan kaumtani di dunia ini. Solusi terse-but datangnya bukanlah dariluar melainkan dari diri ang-gota-anggotanya sendiri yang

    notabene adalah kaum tani. LaVia Campesina percaya bahwakaum tani di seluruh duniamemiliki potensinya masing-masing, sehingga sebagai or-ganisasi yang berbasis kaumtani , La Via Campesina ber-tanggung jawab untuk menum-buhkembangkan kebanggaan,rasa percaya diri dan kemandi-rian kaum tani.

    Agroekologi adalah salahsatu solusi La Via Campesinamelawan korporatisasi agribis-nis. Agroekologi sendiri dapatdidefenisikan sebagai penera-pan konsep dan prinsip ekologidalam merancang dan men-gelola keberlanjutan, keaneka-ragaman hayati, dan ekositempertanian yang berkeadilan.

    Agroekologi mengembangkanagroekosistem dengan ting-kat ketergantungan minimalatas input eksternal, sehinggamengoptimalkan interaksidan sinergi antara komponenbiologi. Hal ini akan menye-diakan mekanisme bagi sistembagi sistem kesuburan tanah,produktivitas dan perlindun-gan tanaman.

    Agroekologi menjawab ke-butuhan teknologi bagi petanikecil. Inovasi teknologi pada

    petani kecil ini memiliki be-berapa karakter yakni penghe-matan input dan biaya, pen-gurangan resiko kegagalan,dikembangkan untuk lahanmarjinal, cocok dengan sistempertanian rakyat, dan menin-gkatkan pemenuhan nutrisi,kesehatan, dan lingkungan.Sistem agroekologi ini sudahsesuai dan sejalan dengan kri-teria pengembangan teknologibagi petani kecil. Kriteria terse-but adalah berbasikan pengeta-

    huan lokal dan rasional; layaksecara ekonomi dan dapat di-akses dengan menggunakansumber-sumber lokal; sensitivepada lingkungan, nilai sosialdan kebudayaan; mengurangiresiko dan bisa diadaptasi olehpetani; serta meningkatkan se-cara keseluruhan produktivitasdan stabilitas pertanian.

    Pelaksanaan sistemagroekolologi ini akan mem-berikan perubahan drastisyang sangat positif bagi petanikecil. Mereka yang dulunyabertani secara individual akanbertani secara berkelompokdan memiliki wadah organisasi,produk-produk hasil pertanianpun akan semakin terintegrasi.Agroekologi juga akan semakinmembuat petani kecil mandirikarena tingkat kemandirianyang semakin tinggi dalammemproduksi pupuk, benih,dan pengendali hama sendiri.Pengaruhnya gizi keluargapetani akan seimbang. Pelaksa-naan sistem agroekologi yangbaik dapat menjadikan sebuahdesa petani menjadi desa yang

    organik, sehingga ke depannyadiharapkan mampu mengem-bangkan pusat-pusat pelatihanbagi petani lain yang ingin ber-tukar pengalaman ataupun un-tuk pendidikan lebih lanjut.

    Praktek agroekologi inisendiri sudah berhasil diterap-kan di daerah Bogor, tepatnyadi Desa Cibeureum Kecama-tan Dramaga, berjarak sekitar15 km dari pusat kota Bogor.Desa yang juga merupakansalah satu basis Serikat Petani

    Indonesia (SPI) telah berhasilmenerapkan sistem pertanianagroekologi yang berkelanju-tan. Seluruh hasil pertanianditanam dengan mengguna-kan sistem organik, begitu jugauntuk kebutuhan pupuk danbenih, semuanya dibuat dandiolah petani sendiri tanpaada campur tangan korporat-korporat agribisnis. Di desaini juga terdapat sebuah PusatPendidikan dan Pelatihan (Pus-diklat) pertanian organik yang

    telah memiliki berbagai macamfasilitas yang meliputi saranabelajar mengajar, praktikum,penelitian, magang, kebun bu-didaya pertanian organik, dansistem pemasaran produk.#

    Tejo Pramono,

    Staf International Operational

    Secretariat, La Via Campesina

    Sambungan dari hal. 7 Korporatisasi...

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    9/16

    9PEMBARUAN TANI EDISI 74 APRIL 2010

    Kunjungan reporter khusus PBB ke DPP SPI

    JAKARTA. Serikat Petani In-donesia (SPI) telah membawakonsep hak asasi petani kedunia internasional melaluiPerserikatan Bangsa Bangsa(PBB) dan mendesak agar PBBmembuat kebijakan-kebijakanyang secara khusus melindun-gi dan memenuhi serta men-egakkan hak-hak asasi petani.Konsep ini sendiri menda-patkan pengakuan dari PBB,sehingga mereka mengirim-kan reporternya yang khususmeliput tentang hak ataspangan (Special Rapporteuron the Right to Food) untukberkunjung ke Dewan Pengu-rus Pusat (DPP) SPI di Jakarta.Mereka adalah Priscilla Claeysyang merupakan asisten dariOlivier de Schutter (reporterkhusus PBB tentang hak ataspangan) dan Carole Samdupyang berasal dari sebuah or-ganisasi yang dibentuk olehparlemen Kanada.

    Selama kunjungannyadi Indonesia (18-22 Maret2010), mereka ingin mencari

    informasi yang lebih leng-kap mengenai pelanggaranHak Asasi Petani (HAP) yangterjadi di Indonesia. Oleh ka-rena itu mereka berkunjungke Kecamatan Warung Kiaradi Kabupaten Sukabumi, un-tuk mengetahui lebih lengkapmengenai konflik agraria yangsedang terjadi di daerah terse-but.

    Konflik ini antara parapetani di Desa Bojong Kerta,Desa Sinar Jaya, Desa Warung

    Kiara dan Desa Hegar Manahdengan PT Sugih Mukti. Parapetani ini sebelumnya telahmenggarap lahan terlantar se-luas 600 Ha sejak tahun 1964dengan jumlah penggaraphingga sekarang 1060 kepalakeluarga. Setelah menjadi ta-nah pertanian yang subur, PTSugih Mukti datang dan meng-klaim lahan tersebut sebagaibagaian dari HGU mereka.Priscilla mengatakan bah-wasanya konflik agraria ini

    menjadi fokus utamanya dan

    dia secara pribadi mendukungperjuangan para petani SPItersebut untuk mendapatkanlahan mereka kembali. Hal inicukup serius, para petani kecilkehilangan lahannya dan teran-cam kehidupannya, sedangkan

    perusahaan besar malah se-makin memperkaya dirinyaungkapnya dengan miris.

    Pricsilla dan lainnya jugaberkunjung ke Pusdiklat Per-tanian Berkelanjutan SPI diBogor. Mereka cukup antusias

    melihat konsep kedaulatan

    pangan sudah cukup diterap-kan di daerah sekitar pusdiklattersebut. Konsep kedaulatanpangan dimana setiap rakyatmemproduksi pangan secaramandiri dan menetapkansistem pertanian, peternakan,

    KEBIJAKAN AGRARIA

    dan perikanan tanpa adanyasubordinasi dari kekuatanpasar internasional. Parapetani disini sudah berhasilmenghidupi keluarganya darihasil pertanian, malah sayadengar hasil pertanian yang

    ditanam secara organik disini

    sudah cukup untuk mem-butuhi kebutuhan sayuranmasyarakat sekitar dan dijualdengan harga yang mampuditerima masyarakat, kalaudi negara saya hasil pertani-an organik ini dijual dengancukup mahal ungkap Caroledengan antusias.

    Priscilla dan lainnya jugamengadakan diskusi di kantorDPP SPI di Jakarta mengenaikonsep HAP yang ditawarkanoleh SPI. Ketua Umum Se-rikat Petani Indonesia, HenrySaragih menjelaskan bah-wasanya konsep HAP ini men-cakup beberapa beberapa hal.Setidaknya ada 10 (sepuluh)poin penting yang terangkumdalam HAP, yaitu: Hak ataskehidupan yang layak; Hakatas sumber-sumber agraria;Hak atas kebebasan budidayatanaman; Hak atas modal dansarana produksi pertanian;Hak atas akses informasi danteknologi pertanian; Hak ataskebebasan menentukan harga,dan pasar produksi pertanian;

    Hak atas perlindungan nilai-nilai budaya pertanian; Hakatas keanekaragaman hayati;Hak atas kelestarian lingkun-gan; dan Hak atas kebebasanberorganisasi.

    Henry yang juga koordi-nator umum La Via Campe-sina (organisasi petani inter-nasional) menjelaskan bahwaperjuangan menegakkan hakasasi petani ini memakanwaktu yang cukup lama hing-ga bisa diterima di dunia in-

    ternasional.Sejak SPI berdiri sekitar

    12 tahun yang lalu, kami telahmemiliki konsep dasar HAPini, karena kami sadar petaniadalah obyek yang akan ter-us ditekan dan dipinggirkanoleh kepentingan-kepentin-gan yang mengatasnamakanrakyat namun nyatanya hanyaberpihak pada komprador-komprador neolib yang han-ya mampu menyengsarakanrakyat ungkap Henry dengan

    tegas. #

    (Atas) Priscilla Claeys dan Carole Samdup bersama para pengurus DPC SPISukabumi dan pengurus BPP SPI. (Bawah) Kiri-kanan: Achmad Ya'kub, Priscilla

    Claeys, Tatat Sukarsa, Henry Saragih, dan Carole Samdup.

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    10/16

    10 PEMBARUAN TANI EDISI 73 MARET 2010

    ORGANISASI

    DPW SPI Sumut gelar pendidikankesehatan mandiri

    MEDAN. Biro Petani Perem-puan Badan PelaksanaWilayah (BPW) Serikat PetaniIndonesia(SPI) Sumatera Utara(Sumut) menggelar pendidi-kan kesehatan mandiri bagipara petani anggota SPI Sumutdi kantor Dewan PengurusWilayah (SPI) SPI, di Jalan EkaRasmi III no. 8 Medan. Pendidi-

    kan yang berlangsung pada9 hingga 11 Maret 2010 inibertujuan untuk menambahpengetahuan mengenai kese-hatan dan penanggulangan se-cara mandiri jika kita terserangpenyakit.

    Saat ini banyak masyarakatdihadapkan kepada mahal-

    Seorang kader petani perempuan SPI sedang menjalani pemeriksaan kesehatan oleh kader perempuan lainnya dalam

    Pendikan Kesehatan Mandiri yang diselenggarakan oleh BPW SPI Sumatera Utara di Medan.

    nya biaya pengobatan. Ban-yak slogan-slogan beredar dimasyarakat yang dapat meng-gambarkan sulitnya menjang-kau biaya pengobatan sepertiSehat Itu Mahal sampai ke-pada Orang Miskin DilarangSakit. Riri Novita Sari, KepalaBiro Petani Perempuan DPWSPI Sumut mengatakan bah-

    wa fasilitas kesehatan yangdiberikan pemerintah untukmasyarakat kurang mampusulit untuk dijangkau. Bahkanaturan dan persyaratan yangjustru memberatkan jika sam-pai harus dirawat di rumahsakit. Padahal kesehatan itumerupakan hak bagi setiap in-

    dividu namun kenyataan yangdihadapi sekarang, kesehatanitu mahal. Dia mengharapkandengan pendidikan ini, parapetani anggota SPI mampumenerapkan kesehatan mandi-ri di lingkungan keluarganyadan tidak menutup kemungki-nan sampai di lingkungan tem-pat tinggal mereka.

    Pendidikan yang ber-langsung selama tiga hari iniberupaya untuk memberikangambaran kepada para pesertabahwa sebenarnya ada banyakcara untuk menanggulangi pe-nyakit dan tidak harus meng-konsumsi obat-obatan yang jus-tru mengandung bahan-bahan

    kimia yang sangat berbahaya

    bagi tubuh kita bahkan sampaimemutuskan ketergantunganterhadap dunia medis. Sayangsekali ketika kita sudah meng-konsumsi makanan organiknamun harus memakan obat-obatan yang juga merupakanbahan kimia berbahaya tegasAbdul Jalil yang bertindak se-bagai fasilitator dalam kegia-tan ini.

    Pendidikan kesehatanmandiri ini berisikan materi-materi mengenai ilmu keseha-

    tan akupresur yang merupakanseni kesehatan yang berkem-bang di Negri China dan jugamateri mengenai kesehatanreproduksi mengingat saat initingkat kematian yang tinggipada perempuan yang diaki-batkan dari ketidakpahamanmereka mengenai alat-alat re-produksi sampai kepada haluntuk merawat kesehatan re-produksi tersebut.

    Puluhan peserta pendidi-kan ini merasa bahwa pen-

    didikan kesehatan mandiriini sangat penting bagi dirisendiri, keluarga bahkan dapatditerapkan di lingkungan tem-pat tinggal mereka. FatimahHasna, peserta dari PadangLawas, mengatakan pendidi-kan seperti ini sangat pentingdilakukan. Selain menambahpengetahuan kita mengenaidunia kesehatan, ternyata kitajuga dapat mengobati diri kitasendiri, keluarga bahwa orang-orang di sekitar kita melalui

    teknik-teknik akupresur yangdiajarkan. Dan yang lebih pent-ing dapat mencegah ketergan-tungan kita terhadap obat-obatan kimia ujarnya. Bahkanseluruh peserta mengharapkanada pendidikan lanjutan men-genai kesehatan mandiri ini.#

    TOLAK FOOD ESTATE ! ! ! Food estate jadikan petanisebagai buruh di negerinya sendiriwww.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    11/16

    11PEMBARUAN TANI EDISI 74 APRIL 2010

    Pengurus BPW SPI Sumatera Barat bersama Camat Koto Balingka dan Kepala Balai Pertanian Koto Balingka di lahan demplot

    PASAMAN BARAT. Badan Pe-ngurus Wilayah (BPW) SerikatPetani Indonesia (SPI) Suma-tera Barat (Sumbar) meresmi-kan pendirian demplot pertani-an organik di Kecamatan KotoBalingka, Kabupaten PasamanBarat, Sumatera Barat, pada 22februari 2010.PembangunanDemplot ini merupakan inisia-

    BPW SPI Sumbar resmikan demplot pertanian organik

    PERTANIAN ORGANIK

    si dari basis Ulu Simpang, Ke-camatan Koto Balingka, Kabu-paten Pasaman barat. Demplotini dilengkapi dengan saungtempat pengolahan kompos,pembuatan arang sekam, sertapenyulingan nilam.

    Acara peresmian ini dihadi-ri oleh Ketua DPW SPI Sumbar,Sukardi Bendank, anggota Ma-

    jelis Nasional Petani (MNP)SPI dari Sumbar, Camat KotoBalingka, beserta Kepala BalaiPertanian Koto Balingka.

    Dalam sambutannya Sukar-di menjelaskan bahwa pendi-rian demplot ini merupakanlangkah awal lepas dari keter-gantungan pupuk dan pestisidakimia. Pertanian organik da-

    pat mengurangi biaya produksi

    karena tidak menggunakan pu-puk kimia dan pestisida buatanpabrik, karena petani meman-faatkan sisa tanaman atau ko-toran ternak di sekitarnya seba-gai sumber hara tanah utama.Selain itu, petani organik telahmenerapkan sistem perlind-ungan tanaman yang total danterintegrasi utamanya denganmemberdayakan organismemusuh hayati jelas Sukardi.

    Sukardi juga menambahkanbahwa pertanian organik dapat

    menerapkan ilmu bertani darimoyang yang saat ini nyaristak bisa diterapkan petani bilamereka masih menerapkansistem pertanian konvensionaldengan asupan bahan kimiayang berlebih yang mengaki-batkan kerusakan lingkungandan hasil dari produksi perta-nian dapat mengganggu kes-ehatan.

    Apa yang sudah dilakukansaat ini merupakan cara untukmemerdekakan diri dari ekono-

    mi kapitalis, tambah Syafiu-din, kepala demplot pertanianorganik. Syaifudin juga men-jelaskan bahwa ke depannyademplot ini telah menyiapkanprogram kerja jangka pendekseperti proses pembibitan,pengolahan pupuk, pembua-tan insektisida organik, hinggasampai proses panen.#

    17 APRIL 2010

    HARI PERJUANGANPETANI INTERNASIONAL

    www.spi.or.idwww.viacampesina.org

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    12/16

    12PEMBARUAN TANI EDISI 74 MARET 2010

    ANALISIS

    Hak Asasi Petani: Perjuangan nyata di tingkat internasional,nasional dan lokal

    Sudah sejak lama petani selalumenjadi korban dalam kasuspelanggaran Hak Asasi Manu-

    sia (HAM) di seluruh dunia,terutama dalam masalah kela-paran. Sejarah mencatat petanikecil adalah yang terdepandilanggar hak-haknya, teruta-ma terusir dari tanah merekasendiri. Petani juga dilanggarhak-haknya atas sumber ke-kayaan alam lain seperti air,bahkan bibit dan benih, sertapengetahuan tradisional yangmenjadi budaya luhur dalammasyarakat pertanian. Selamaberabad-abad, pelanggaran

    hak-hak ini dilakukan atas

    nama penjajahan.Dalam beberapa dekade

    terakhir, atas nama liberalisasi

    perdagangan penjajahan gayabaru diteruskan, dan terus me-nyebabkan pelanggaran HakAsasi Petani (HAP). Dimensibaru penjajahan ini tidakhanya membuat para petaniyang seharusnya kenyang dilumbung panganmenjadikelaparan, namun juga tetapdigusur, dibunuh, tidak bisaberpendapat bahkan mendiri-kan organisasi, dikriminalisasi,tidak menerima standar hidupyang layak, bahkan harga yang

    diterima tidak sesuai dengan

    jerih payah mengolah lahan.Pelanggaran ini tak hanya di-

    lakukan karena kelalaian nega-ra menjalankan kewajibannya,namun juga dilakukan langsungmaupun tak langsung oleh ak-tor non-negara: organisasi in-ternasional, perusahaan trans-nasional, bahkan individual.

    Deklarasi HAPLa Via Campesina

    Organisasi gerakan petani in-ternasional, La Via Campesina,

    telah mengutuk pelanggaranHAP selama lebih dari 10 ta-hun. Pelanggaran-pelanggaranini, sesuai dengan perjuan-gan kaum tani, kebanyakanberkaitan dengan masalahtanahdan sebagian besar pe-langgaran tersebut terkait den-gan kerja-kerja nyata reformaagraria oleh anggotanya di ber-bagai negara. Dalam forum in-ternasional Perserikatan Bang-sa-Bangsa (PBB), pelanggaranini telah dilaporkan dalam ben-

    tuk Laporan Tahunan Pelang-garan HAPbekerja sama den-gan Centre Europe-Tiers Monde(CETIM) dan Foodfirst Interna-tional Action Network(FIAN).

    Sebagai jawaban konk-ret dan alternatif dari kaumtani, La Via Campesina mem-buat sebuah proses untuk pe-ngakuan, promosi dan perlind-ungan HAP. Proses ini berjalansejak tahun 2000, dimulai den-gan pertemuan dan diskusi diIndonesia oleh Serikat Petani

    Indonesia (SPI). Pada tahun2008, setelah konsultasi inter-nal yang berlangsung selamatujuh tahun, La Via Campesinamengadopsi Deklarasi HAPpada sebuah Konferensi Inter-nasional bertema serupa. Teksdeklarasi ini akhirnya disahkanoleh pemimpin La Via Campe-sina di Seoul pada bulan Maret2009.

    Deklarasi HAP yang diini-siasi La Via Campesina mengi-kuti struktur Deklarasi PBB

    tentang Masyarakat Adat.

    Deklarasi ini dimulai denganpreambule penting yang meng-

    ingatkan kita bahwa banyak ke-luarga petani di seluruh duniayang telah berjuang sepanjangsejarah untuk pengakuan HAP.Deklarasi ini diakhiri denganharapan bahwa inisiasi ini da-pat menjadi sebuah langkahpenting ke depan untuk pe-ngakuan, promosi, dan perlin-dungan HAP.

    Dalam Deklarasi HAP, tidakhanya hak-hak sipil dan politikyang ditekankan, namun jugahak-hak ekonomi, sosial dan

    budayaseperti diwakili padapasal-pasal yang berkaitandengan hak atas kehidupan danstandar hidup yang layak (PasalIII), hak atas tanah dan teri-tori (Pasal IV), hak untuk benih(Pasal V), hak atas permoda-lan (Pasal VI), hak atas infor-masi dan teknologi pertanian(Pasal VII), kebebasan menen-tukan harga dan pasar untukproduk pertanian (Pasal VIII),hak atas perlindungan nilai-nilai pertanian (Pasal IX), hak

    atas keanekaragaman hayati(Pasal X), hak atas pelestarianlingkungan (Pasal XI) dan ke-bebasan berkumpul, beropinidan berekspresi (Pasal XII).Tanpa dipenuhinya hak-hakini, para petani dari seluruhduniayang jumlahnya lebihdari separuh populasi duniamerasa tetap ada diskriminasiterhadap hak-hak mendasarmereka. Dalam masalah kela-paran, malnutrisi, penganggu-ran, serta krisis pangan dunia,

    pemenuhan hak-hak tersebutadalah krusial sebagai solusi.

    Perjuangan Internasional

    Deklarasi HAP adalah batupondasi yang kuat untuk me-mulai langkah pertama pen-gakuan dan perlindungan hak-hak mendasar petani. Dalamhal ini, perjuangan diarahkanpada hukum dan mekanisme

    Bersambung Ke Halaman 15

    (Kiri-kanan) Elisha Karni-staf Departemen Kajian Strategis Nasional dan

    Mohammed Ikhwan, Ketua Departemen Luar Negeri SPI

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    13/16

    13PEMBARUAN TANI EDISI 74 MARET 2010

    HAM internasional dalam PBB.Kita telah secara lantang me-nyatakan bahwa sebuah Kon-vensi Internasional HAP (yangmengikat secara hukum dankuat secara dari sudut pandang

    hukum internasional) sangatdiperlukan, karena pelang-garan hak yang telah terjadiberabad-abad dan kebijakanneoliberalisme yang memper-buruk pelanggaran hak-hakmendasar petani tersebut.

    PBB sendiri cukup respon-sif memahami tuntutan La ViaCampesina ini. Setelah Deklara-si HAP diumumkan kepadadunia pada tahun 2008-2009,Sesi ke-4 Komite Penasihatuntuk Dewan HAM PBB men-gadopsi sebuah laporan padabulan Januari 2010. Laporantersebut berjudul Studi Awalmengenai Diskriminasi dalamKonteks Hak atas Pangan (Do-kumen A/HRC/13/32). Studiini menyatakan bahwa petaniadalah salah satu kelompokyang terdiskriminasi dalammasalah penegakan hak ataspanganterutama dalam kon-teks kelaparan dan malnutrisi.Secara progresif studi ini jugamenyatakan bahwa HAP ada-lah bentuk perjuangan konkret

    dan bisa menjadi praktek yangbaik (good practices) dalammengatasi diskriminasi terse-but. Dalam lampiran studinya,Komite Penasihat untuk Dew-an HAM PBB melampirkan De-klarasi HAP La Via Campesina.

    Pada bulan Maret 2010Komite Penasihat untuk Dew-an HAM PBB melaporkan studiini di depan Sesi ke-13 DewanHAM PBB. Dalam kerangka ini,negara-negara anggota DewanHAM PBB akhirnya membuat

    sebuah draft resolusi tentanghak atas pangan, yang dinisiasioleh Kuba (dan didukung olehhampir seluruh negara-negaraSelatan). Dalam draft resolusiini, dicantumkan upaya lebih

    lanjut untuk pengakuan danperlindungan HAPdalam halini bagi Komite Penasihat untukDewan HAM PBB untuk melan-jutkan bekerja untuk mempela-jari HAP, terutama perempuan

    dan orang yang tinggal di daer-ah pedesaan, termasuk merekayang berhubungan dengan ne-layan tradisional, penggemba-laan dan perburuan.

    Pada akhir sesi ke-13 Dew-an HAM PBB, resolusi tentanghak atas pangan telah dikelu-arkan (Dokumen A/HRC/13/L.17). Walaupun tidak secaraeksplisit menyatakan HAP sep-erti draftnya, namun tetap bisadigunakan sebagai basis terh-adap perjuangan internasionalkaum tani dalam mempromo-sikan dan menegakkan hak-hak mendasarnyakarenasubstansinya yang kurang lebihsama. Kata-kata dalam resolusiDewan HAM PBB tersebut ter-jemahannya sebagai berikut:

    44. Meminta kepadaKomite Penasihat untuk DewanHAM PBB untuk meneruskanbekerja pada isu diskriminasidalam konteks hak atas pan-gan dan, berkaitan dengan haltersebut, untuk mengerjakansebuah studi awal mengenai

    cara dan sarana untuk terusmemajukan hak-hak orangyang bekerja di daerah pede-saan, termasuk perempuan,khususnya produsen kecil yangberhubungan dengan produksipangan dan/atau produk per-tanian lain, termasuk yang se-cara langsung bekerja di atastanah pertanian, nelayan tra-disional, aktivitas perburuandan penggembalaan, dan untukmelaporkan pada Dewan HAMPBB pada sesi ke-16.

    Resolusi ini menunjukkanbahwa setidaknya ide men-dasar untuk HAP telah disetu-jui banyak negarawalaupunpada awalnya ditentang teru-tama oleh Amerika Serikat dan

    Uni Eropa (sementara negara-negara lain sudah mendukung).Saat ini proses akan bergan-tung pada La Via Campesina,anggotanya dan kaum tani diseluruh dunia untuk:

    (1) Memastikan studi leb-ih lanjut yang akan dilakukanKomite Penasihat untuk De-wan HAM PBB (seperti yangdimandatkan pada paragraf 44resolusi di atas) kembali mene-kankan pentingnya pengakuandan perlindungan HAP;

    (2)Memperkuat basis ar-gumen pentingnya HAP diakuidi dalam mekanisme HAM in-ternasionalbaik definisi pe-megang hak maupun argumenpraktis, legal dan akademik;

    (3) Bagaimana HAP (ber-dasarkan Deklarasi HAP, doku-mentasi dan hasil studi selamaini) secara riil dapat menjadipraktek yang baik (good prac-tice) dalam mengatasi masalahdiskriminasi dalam kontekshak atas pangan. Hal ini har-us kita tes di lapangan dalampraktek nasional dan lokal.

    Perjuangan Nasionaldan Lokal

    Kita bisa bersyukur bahwa In-donesia termasuk negara yangmendukung (bahkan menjadico-sponsor dalam resolusi A/HRC/13/L.17). Hal ini menun-jukkan tidak ada resistensiyang berarti dalam pengakuandan perlindungan HAP danbisa kita aplikasikan di levelnasional.

    Jika demikian, dalam ranahnasional terbuka untuk mewu-judkan hal-hal riil sebagai beri-kut:

    (1) Meneruskan upayamenegakkan hak-hak men-dasar petani, terutama terkaitmasalah tanah dan produksipanganupaya-upaya yang ter-maktub dalam GBHO (program

    nasional perjuangan agrariaberhasil menguasai 200,000hektar tanah, membangun ko-perasi atau badan usaha mi-lik organisasi setidaknya satupada masing-masing DPW dan

    DPC, mengembangkan sistempangan lokal);(2) Upaya legal reform di

    tingkat nasional dan lokal; (a)Mengusulkan UU baru dalamlegislasi nasionalsepertiUU Perlindungan dan Pem-berdayaan Petani yang masukProgram Legislasi Nasional(Prolegnas) 2010-2014; (b)Mengkritisi dan berupayamenghapuskan UU yang ada,yang diskriminatif dan me-langgar HAPterutama tidaksesuai konstitusi RI (judicialreview UU Perkebunan, aman-demen UU Pangan, amandemenUU HAM); (c) Melakukan upayaperubahan kebijakan di tingkatkabupaten dan propinsiyanglebih dekat dan lebih mungkindengan massa SPI;

    (3) Terus menekan pemer-intah dalam perubahan kebi-jakan-kebijakan yang sesuaidengan poin (1) dan (2) den-gan aksi-aksi massahal inipenting terus dilakukan karenaHAP alaminya adalah sebagai

    keinginan publik kaum tani(public demand, usulan yangberasal dari akar-rumput);

    (4) Kerja-kerja konsistenyang selama ini dilakukan;monitoring, aksi cepat respon-sif dan pendidikan-pendidikanmulai dari level basis hinggapusat;

    (5) Dokumentasi dan pe-laporan pelanggaran dan pema-juan HAP di tingkat nasional.#

    Mohammed Ikhwan,

    Ketua DepartemenLuar Negeri,Serikat Petani Indonesia

    Sambungan dari hal. 14 Hak Asasi...

    PETANI BERSATUTAK BISA DIKALAHKAN !!!

    www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    14/16

    14PEMBARUAN TANI EDISI 74 APRIL 2010

    SEREMONIA PERTANIAN ORGANIK

    Diskusi SPI-NU: Kedaulatan Pangan danPerlawanan Terhadap Neoliberalisme

    DPC SPI PadangLawas produksipupuk bokhasi

    MAKASSAR. Selama ini Indone-sia menganut kebijakan pereko-nomian negara yang berkiblatke sekularisme dan persainganbebas. Kebijakan perekonomi-an Indonesia selalu mengacu

    kepada pertumbuhan ekonomiglobal yang didominasi olehperusahaan-perusahaan multi-nasional. Artinya selama ini ke-bijakan perekonomian negaratidak pernah memperhatikanaspirasi riil para pelaku pereko-nomian di kalangan menengah,apalagi kalangan menengah kebawah.

    Setidaknya hal tersebutmerupakan pokok pembicar-aan dari diskusi KedaulatanPangan dan Perlawanan Ter-

    hadap Neoliberalisme yangdiselenggarakan oleh LajnahTalief wan Nasr NahdlatulUlama (LTNNU) Jawa Timur, PPLakpesdam NU & Serikat PetaniIndonesia (SPI) di Stand PBNUpada Muktamar ke-32 NU, As-rama Haji Sudiang Makassar,Kamis (25/3).

    Profesor Muhammad Yu-nus dari Universitas Hasanud-din selaku pembicara padadiskusi ini menegaskan bahwaperekonomian Indonesia lebih

    dikendalikan oleh persaingan

    bebas yang berimplikasi pada

    individualisme. Tentu sajadengan kebijakan ini berartinegara tidak pernah berpijakpada prinsip kebersamaandan keadilan. Hal ini berartirakyat miskin yang sebagianbesarnya adalah warga Nah-dliyin dan para petani kecilmerupakan pihak yang pal-ing dirugikan oleh kebijakanekonomi negara.

    Beliau juga menyebutkanbahwa saat ini di dunia per-tanian kita terjadi perubahan

    paradigma pemikiran daripertanian yang berbasis ke-luarga ke pertanian berbasisindustri yang justru akan se-makin meminggirkan parapetani kecil.

    Diskusi ini juga mengu-pas tentang kebijakan pe-merintah yang cenderungtidak adil dan tidak memihakpetani. Hal ini dinyatakanoleh Mohammad Maksumdari NU yang menyebutkanbahwa kebijakan pangan mu-rah dan orientasi pemerintahyang cenderung mengimporhasil pertanian cukup mer-ugikan petani kecil. Perilakuyang beriorientasi impor inibahkan dipermudah dengantidak ada bea masuk dan PPNbagi produk-produk pertani-an yang masuk ke Indonesiaini tambahnya.

    Beliau juga menambah-kan bahwa NU harus kembalike khittahnya untuk mengu-rus basis massanya di pede-saan dan mendesak peme-

    rintah mengambil kebijakanekonomi kerakyatan dengankembali ke pertanian.

    Sekretaris umum SPI,Zainal Arifin Fuad menjelas-kan bahwa saat ini orientasikebijakan pemerintah sa-ngat jauh dari harapan un-tuk mensejahterakan rakyat.Zainal menjelaskan bahwakebijakan produksi pemer-intah saat ini cenderung propada kepentingan para kaumneoliberal.Undang-Undang

    (UU) Penanaman Modal As-

    ing, UU Sumber Daya Air, UU

    Perkebunan, sampai Instruk-si Presiden (Inpres) tentanginvestasi pangan skala luas(food estate) merupakanbukti bahwa neoliberalismecukup dimanjakan di negeriini.

    Sementara pada sisipasar dan distribusi, pe-merintah juga terperangkapdalam kebijakan neoliberaldibawah cengkeraman IMF(Badan Moneter Interna-sional), Bank Dunia, WTO

    (Organisasi PerdaganganDunia) dan PerdaganganBebas (FTA), serta tidak ket-inggalan, hasil kesepakataninternasional atas peruba-han iklim.

    Sebagai akibatnya, Indo-nesia tidak mampu menghin-dari serbuan input-inputproduksi dan produk-produkpertanian impor yang tentusaja semakin memarjinal-kan produk pertanian da-lam negeri. Akibatnya petanimenjadi semakin miskin dantergantung terhadap produkdan input produksi impor.Dengan demikian, kedaula-tan petani atas tanah, benih,air dan bahkan kedaulatanpun menjadi terkikis.

    Zainal menambahkanbahwa NU sebagai organisasimassa keagamaan terbesardengan basis-basis massayang terdapat di pesantrendan pedesaan juga memilikitanggung jawab untuk turutberjuang melawan gerakan

    neoliberalisme dan neoko-lonialisme ini. NU dan SPIbisa menjadi corong utamauntuk perjuangan membelarakyat ini tambah Zainal.#

    PADANG LAWAS. Niatanuntuk memproduksi dan me-masarkan pupuk bokhasi su-dah sejak lama ada di benakpara pengurus Badan Pen-gurus Cabang (BPC) SerikatPetani Indonesia (SPI) Kabu-paten Padang Lawas, Suma-tera Utara. Akhir Desember2009 lalu, pupuk bokhasi inirampung diselesaikan dan su-dah mulai dipasarkan kepadapetani-petani anggota SPI yang

    ada di Kabupaten Padang La-was dan kalangan umum. Pu-puk bokhasi yang mengandungunsur NPK ini tersedia dalambentuk cair dan bubuk. Pu-puk ini sangat baik digunakanuntuk mengembalikan kesub-uran tanah yang sudah terkon-taminasi dengan pupuk-pupukkimia. Selain itu juga dapatmenyuburkan tanaman ung-kap Rahmat P. Harahap, KepalaDivisi Koperasi Petani DewanPengurus Cabang (DPC) SPIPadang Lawas.

    Tujuan utama dari pem-buatan dan pemasaran pu-puk bokhasi ini adalah untukmenghilangkan ketergantun-gan petani terhadap pupukkimia yang selama ini diguna-kan petani. Selain harga yangmahal, pupuk kimia juga dapatmenghilangkan unsur-unsurhara dalam tanah yang beru-jung kepada berkurangnyakesuburan tanah. Penjualanpupuk bokhasi ini juga sebagaiajang kampanye organisasi da-

    lam hal ini DPC SPI Padang La-was kepada masyarakat yangada di kabupaten ini untukmeninggalkan pupuk kimiapapar Deddy WA Lubis, KetuaDPC SPI Padang Lawas. Saat inipupuk bokhasi ini dipasarkandengan harga seribu rupiahper kilogram dan tersedia da-lam kemasan karung beruku-ran 40 kg. Selama ini sistempemasaran yang diterapkanberupa pemasaran langsung kekonsumen namun tidak menu-

    tup diri bila ada pemesanan.#

    Zainal Arin Fuad, Sekretaris Umum SPI

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    15/16

    15PEMBARUAN TANI EDISI 74 APRIL 2010

    PEJUANG TANI

    Martin: SPI memperluas pengetahuan dan wawasan saya

    JAKARTA. Sebagai Ketua BadanPelaksana Wilayah (BPW) Ser-ikat Petani Indonesia (SPI) NusaTenggara Timur (NTT), Martin

    cukup mampu membagi waktuuntuk bertani, untuk keluargadan juga untuk kerja-kerja or-ganisasi. Martin mulai aktif didunia keorganisasian petanisejak tahun 2002. Pria denganenam orang anak ini menjelas-kan bahwa dia tertarik untukbergabung ke organisasi massa

    petani karena pada saat itu (ta-hun 2002) dia terlibat dalamkonflik lahan dengan Pemerin-tahan Kabupaten (Pemkab) se-

    tempat. Saat itu tanaman kopisaya dan teman-teman dibabathabis oleh Pemkab Manggaraiungkap Martin. Martin merasabahwa sebagai seorang petaniyang kecil dia tidak akan sang-gup melawan kesewenanganyang dilakukan terhadapnya,sehingga dia pun tertarik ber-

    gabung ke organisasi petaniyang mampu memperjuang-

    kan hak-hak petani kecil se-perti dirinya.

    Pria yang lahir pada 19Januari 1970 ini bergabungke Serikat Petani Manggarai(SPM) pada tahun 2002. Se-lanjutnya Martin dipercayamenjadi seorang CO (Com-munity Organizer) di SPM se-lama tiga tahun (2002-2004).Kemudian rekan-rekannyamempercayakan posisi KetuaSPM kepada Martin pada ta-hun 2005 yang lalu.

    Perkenalan suami dariFerdiana Nihel ini dengan SPI(dulu FSPI-Federasi SerikatPetani Indonesia) dimulaipada tahun 2006 di Maumere.Pada saat itu Martin ber-jumpa dengan Ali Fahmi(saat ini menjabat sebagaiKetua Departemen Pengua-tan, Pengawasan dan Kon-solidasi Organisasi NasionalSPI), dan langsung merasatertarik dengan visi dan misiperjuangannya FSPI. Kata

    Bang Ali, kalau ada niat dankemauan bersama untuk ber-juang, maka FSPI akan sangatsenang menerima SPM sebutMartin.

    Selanjutnya, pria tamatanSMEA (Sekolah MenengahEkonomi Atas) ini semakinintens menjalin komunikasidengan FSPI. Martin, mewak-ili SPM (pada saat itu belummenjadi anggota FSPI) jugadiajak oleh FSPI dan La ViaCampesina (Organisasi Petani

    Internasional) untuk ikut ser-ta dalam World Social Forumpada Februari 2007 yang laludi Nairobi, Kenya. Saya san-gat senang dan bangga bisaikut hadir di acara tersebut,pengetahuan dan wawasansaya juga semakin bertam-bah, saya juga sangat senang

    karena ternyata sebagai petanikecil saya memiliki sangat ban-

    yak teman seperjuangan ung-kap ayah enam orang anak ini.

    Saya dan SPM juga diajakpada Kongres FSPI di Wono-sobo pada 2007 kemarin seba-gai peninjau tambah Martin.Kongres tersebut memutuskanperubahan bentuk dari fede-ratif menjadi unitaris, dari FSPImenjadi SPI.

    Martin menerangkan bah-wa SPM akhirnya melebur men-jadi Dewan Pengurus Wilayah(DPW) SPI NTT yang pada

    Desember 2009 lalu melak-sanakan Musyawarah Wilayahpertamanya. Pria yang jugamemiliki lahan hasil reklai-ming seluas empat hektar inimengatakan bahwa SPI meru-pakan organisasi perjuanganyang cukup ideal karena didu-kung oleh sistem pendidikankader yang mumpuni dan didu-kung oleh jaringan organisasipetani internasional. Selain ituMartin mengungkapkan bahwaSPI benar-benar berkomitmen

    untuk melaksanakan pemba-ruan agraria demi terciptanyakedaulatan pangan, serta mem-bela hak-hak petani kecil yangsering ditindas dan dikrimi-nalisasi oleh para pemodal dankaum neoliberal.

    Aktivitas Martin di SPI inijuga sangat didukung oleh ke-luarganya. Pria yang mengata-kan bahwa bakatnya memangmenjadi petani ini, menjelas-kan bahwa sang istri dan anak-anaknya sangat mendukung

    aktivitasnya. Dari usaha ber-taninya Martin mampu me-nyekolahkan semua anaknya.Istri saya pernah berkatabahwa apabila memang un-tuk kemajuan petani, dia akanmendukung 100 persen ung-kap Martin dengan bangga.#

    Marnus Sinani, Ketua BPP SPI Nusa Tenggara Timur

    UUPA No. 5 TAHUN 1960 UNTUK REFORMA AGRARIA SEJATI !!!

    www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 74 (April 2010)

    16/16

    16 PEMBARUAN TANI EDISI 74 APRIL 2010

    TEKNIK PERTANIAN ORGANIK

    Pembuatan pupuk kombinasi untuk pepayadengan teknik bokhasi

    BOGOR. Bokhasi merupakanpupuk kompos yang dihasil-kan dari proses fermentasiatau peragian bahan organikteknologi effective microorga-nisme (EM4). Penggunaan EM4sendiri mengandung Azoto-bacter sp., Lactobacillus sp, ragi,bakteri fotosintetik dan jamurpengurai selulosa. Pembua-tan pupuk kombinasi denganmenggunakan teknik bokhasiini berlangsung selama 2 min-ggu. Setelah 3 hari dilakukan

    pengamatan pada pupuk, akantumbuh jamur berwarna putihdengan suhu lebih dari 60 de-rajat celcius.

    Dalam pembuatan pupuk,panas dihasilkan dari aktivitasmikroba. Ada hubungan lang-sung antara peningkatan suhudengan konsumsi oksigen. Se-makin tinggi temperatur akansemakin banyak konsumsi ok-sigen dan akan semakin cepatpula proses dekomposisi. Pe-ningkatan suhu dapat terjadidengan cepat pada tumpukanbahan penyusun pupuk. Tem-peratur yang berkisar antara30-60 derajat celsius akan da-pat membunuh sebagian mik-roba. Oleh sebab itu dilakukanpembalikkan bahan, untukmenurunkan suhu agar tetapbertahan antara 40-50 derajatcelsius. Munculnya jamur ber-warna putih menunjukkan mik-roorganisme mulai bekerja un-tuk menguraikan bahan-bahanorganik. Tujuan bahan-bahanorganik penyusun pupuk perludiuraikan atau difermentasi-kan adalah untuk mencegahgas yang berbahaya (sepertimethane, amonia) dan sedikitoksigen, mencegah hama yangberbahaya (bahan-bahan men-tah biasanya mengundanghama), membuat penyerapanvitamin untuk tanaman (mik-roorganisme menguraikanbahan-bahan organik menjadibahan tidak organik), sertamembunuh kuman-kumandengan panas dimana terjadi

    d l i

    untuk memperoleh berbagaijenis mikroorganisme.Setelah 10 hari suhu pupuk

    sama dengan suhu udara dantidak berbau tak sedap, makapupuk siap diaplikasikan ketanaman pepaya. Untuk me-nyusun formulasi pupuk yangakan dibuat, diperlukan infor-masi tentang kebutuhan tana-man akan unsur hara, terutamaunsur hara makro (N, P, dan K).Salah satu cara praktis untukmendapatkan informasi terse-

    but adalah dengan menghitungbanyaknya pupuk kimia yangbiasa digunakan petani untuktanaman pepaya. Awang, se-orang petani pepaya anggotaSPI cabang Bogor menyebut-kan bahwa untuk menanam400 pohon pepaya, biasanyadibutuhkan 25 kg pupuk urea,50 kg TSP, dan 20 kg KCl.

    Berikut ini adalah bebera-pa persiapan untuk membuatpupuk pepaya tersebut:

    Bahan-Bahan:Bahan yang digunakan yaknikotoran kambing, campurankotoran ayam dengan sekam,dedak, dedaunan, arang sekam,abu, kayu, keong emas, air danEM.

    Peralatan(disesuaikan dengan kondisidi lapangan):Pisau, pupuk kandang, golok,sekop, karung, timbangan, ge-robak dorong roda tiga, ember,alat pemukul (palu), dan ter-mometer.

    Persiapan:(1) Mencari informasi ba-nyaknya kebutuhan pupukkimia yang biasa digunakanoleh petani untuk tanaman

    pepaya. Dari informasi yangdidapat diketahui untuk mena-nam 400 pohon pepaya mem-butuhkan 25 kg pupuk urea, 50kg pupuk TSP, dan 20 kg pupukKCl.(2) Menghitung besarnya kan-dungan unsur hara yang diber-ikan pada tiap pohon, yakni:Urea per pohon = 25 kg / 400pohon = 62,5 gram/pohonTSP per pohon = 50 kg / 400pohon = 125 gram/pohonKCl per pohon = 20 kg / 400pohon = 50 gram/pohon(3) Menghitung besarnya un-sur hara ( N, P dan K) dalampupuk kimia.Kadar N dalam urea : 46%,jadi N yang diberikan ke tana-man: 46% x 62,5 gram/pohon= 28,75 gram/pohon.Kadar P dalam TSP : 48 % -54%, jadi P yang diberikan ketanaman: 50% x 125 gram/po-hon = 62,5 gram/pohon.Kadar K dalam KCl : 60 %, jadiK yang diberikan ke tanaman:60% x 50 gr/pohon=30 gr/po-hon.

    (4) Mengkonversi dan mem-formulasikan kandungan un-sur hara dalam pupuk kimia kedalam pupuk organik. Setelahmengetahui kebutuhan hara(N, P dan K) yang diperlukanpepaya, langkah selanjutnyaadalah mencari besarnya kan-dungan unsur hara (N, P dan K)yang terdapat pada bahan-bah-an penyusun pupuk organik.

    Lokasi Pembuatan Pupuk:Kriteria pemilihan lokasi : ter-

    lindung dari sinar matahari,hujan, dan aliran air.

    Hal-Hal yang HarusDiperhatikan:(1) Menyiapkan bahan sesuaidengan yang tertera pada ta-bel komposisi bahan pupukpepaya.(2) Menyiapkan larutan EMdengan cara mencampurkansatu tutup botol EM dengansatu ember air.(3) Mencampur seluruh bahan-bahan secara merata.(4) Menyiramkan EM ke bahan-bahan penyusun pupuk.(5) Menyiram bahan denganair hingga kelembaban menca-pai rata-rata 50%. Hal ini bisadiketahui secara manual den-gan mengepal bahan bokashidengan jari-jari tangan, kelem-baban dianggap cukup apabilabahan tetap menggumpal dantidak hancur setelah dikepal.(6) Menutup bokashi denganterpal selama 3 hari. Selamadalam proses, suhu bahan

    dipertahankan antara 40-50derajat celcius. Jika suhu bah-an melebihi 50 derajat celcius,maka terpal dibuka dan dilaku-kan pembalikkan bahan-bahankemudian pupuk ditutupkembali.(7) Ketika suhu sudah samadengan suhu udara dan tidakbau kotoran maka bokashi su-dah siap diaplikasikan ke tana-man pepaya.(8) Melakukan pengamatan.#

    Dedak

    A S k

    Keong Mas