edisi 28

40
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 1 Kepemimpinan KH A. Busyro Karim- Achmad Fauzi bertekad meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga dan pelayanan kesehatan gratis dalam tempo 99 hari. Lewat 9 program unggulan, pesan Bupati dan Wabup Sumenep yang baru dilantik 17 Februari lalu, ditujukan kepada para pemangku jabatan di lingkungan Pemkab Sumenep agar mengkrongkritkan harapan warga Sumenep

Upload: e-mata-sumenep

Post on 26-Jul-2016

255 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Edisi 9 Program Unggulan di Kepemimpinan Busyro-Fauzi dalam tempo 99 hari

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 1

Kepemimpinan KH A. Busyro Karim-Achmad Fauzi bertekad meningkatkan

kesejahteraan ekonomi warga dan pelayanan kesehatan gratis dalam

tempo 99 hari. Lewat 9 program unggulan, pesan Bupati dan Wabup

Sumenep yang baru dilantik 17 Februari lalu, ditujukan kepada para pemangku

jabatan di lingkungan Pemkab Sumenep agar mengkrongkritkan harapan warga

Sumenep

Page 2: Edisi 28

2 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Page 3: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 3

Page 4: Edisi 28

4 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Komisaris : AsmawiDewan Redaksi : Moh. Jazuli, M. Ali Al-HumaidiRedaksi Ahli : Moh. IlyasRedaktur Tamu : SuhaidiDirektur : Hambali RasidiPenanggung Jawab/Pemred : Hambali RasidiKoordinator Liputan : RahmatRedaktur Pelaksana : RafiqiReporter : Anton, Ozi’ (Non Aktif), YonoDesign Grafis : A. Warits MuhshiManajer Iklan & Promosi : RusydiyonoIklan : Masrul, Edi Wardi, UdiyantoPenagih Iklan : Fathorrahem, WardiMnj. Sirkulasi & Distribusi : Moh. JunaediKeuangan : WardaniKontributor : Farhan Muzammily, HairulPenerbit : PT. MATA SUMENEP INTERMEDIANPWP : 70.659.553.5-608-000SIUP : 503/29/SIUP-M/435.213/2014TDP : 13.21.1.58.00174Percetakan : CV Usaha Wira MandiriAlamat Percetakan : JL Patemon 3 No 180, Surabaya

Kantor Redaksi : Jl. Matahari 64 Perum Satelit, Tlp (0328) 673100,

E-Mail : [email protected],[email protected]

Website : www.matasumenep.com

Susunan Redaksi

Mengawal Kemandirian Desa

DAFTAR ISI

08 21

13 38

HARAPAN BARU BUSYRO-FAUZILEGISLATOR MENYAMBUT...

GURU OTODIDAKANAK-ANAK GILI LABAK

Cara Virzannida Busyro KarimPromo-Lestarikan Gili Labak

ESAI RELIGIUS & INSPIRATIFKH A. BUSYRO KARIM

Istilah Jha’ A Wacana memang muncul seketika saat acara Doa

Bersama dan Silaturrahim Bersama para ulama, tokoh masyarakat

dan relawan Busyro-Fauzi di GNI, 20 Februari. Akan tetapi, istilah ini

selalu terlontar dari lisan Abuya-sapaan akrab Bupati Sumenep, KH

A. Busyro Karim, jauh sebelum acara doa digelar.

Dalam beberapa kesempatan, Abuya selalu merespon dengan

istilah jha’ a wacana. Jawaban ini keluar ketika orang dekat atau

bawahannya melontarkan setumpuk ide agar mendapat respon dari

Abuya. Seperti, bagaimana kalau begini. Atau seharusnya bisa begini-

bisa begitu, dan sebagainya. Dan Abuya langsung menyahut dengan

kalimat, “ambhu jha’ a wacana. Kongretkan.”

Secara harfiah, jha’ kata Madura bermakna jangan. Wacana dalam

kamus bahasa Indonesia berarti komunikasi verbal; percakapan atau

pertukaran ide secara verbal. Jika dimaknai bebas, jargon Jha’ A

Wacana berkonotasi, hentikan berdiskusi konsep atau ide. Berpikirlah

langkah nyata yang bisa dirasakan dari wujud hasil konsep atau ide.

Sampai sekarang memang belum keluar bahasa resmi makna dari

istilah Jha’ A Wacana dari Abuya. Tapi dari ghairah melakukan

perbaikan atau peningkatan program yang pernah ditelorkan saat

kepemimpinan periode pertama, bisa menjadi indikator dari jargon

Jha’ A Wacana.

Bisa kita bayangkan. Sejumlah kreasi dan inovasi program

pelayanan publik hanya bisa dikata beberapa program yang dirasa

masyarakat. Sebut saja, konsep perijinan terpadu, kesehatan gratis,

perubahan status RSUD menjadi BLUD, pemberdayaan ekonomi, tata

ruang kota, dan lain sebagainya.

Dari sekian program kreasi dan inovatif itu, hanya segelintir

masyarakat ikut merasakan puas. Seperti pelayanan kesehatan gratis

di puskesmas dan pelayanan medis dan administratif di RSUD.

Secara normatif, konsep kesehatan gratis, masyarakat bisa berobat

gratis. Namun, dari sejumlah fakta di lapangan ditemukan pelayanan

medis sejumlah puskesmas masih kurang prima.

Begitu pun pasien yang rawat inap di RSUD Sumenep. Konsep

reformasi birokrasi di periode pertama Abuya, RSUD dirubah menjadi

BLUD semata ingin lebih prima secara pelayanan, efektif dan efisien

dari administrasi dan transparan secara keuangan, masih berjalan

terseok-seok.

Dan di periode kedua ini, duet Busyro Fauzi benar dipertaruhkan.

Keinginan bupati hendak menata RSUD dengan langkah membuat

tim reformasi RSUD terdiri para ahli dari Sumenep dan luar Sumenep

perlu mendapat apresiasi. Apalagi Bupati Busyro turun langsung

menjadi ketua tim penyelamat RSUD.

Semoga langkah kongkrit bupati diikuti sikap nyata para

pembantunya dalam mewujudkan 9 program unggulan di waktu 99

hari kerja.

Saatnya bekerja. Jha’ A WacanaSelamat Membaca

JHA’ A WACANA

dari redaksi

Page 5: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 5

MATA UTAMA

Menjadi pemenang dalam

pertarungan Pilkada memang bukan

persoalan mudah. Tapi masih ada

problem lebih rumit menghadang

bagi kontestan pemenang dalam

mewujudkan janji dan harapan

yang pernah ditebar saat kampanye

untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat.

Karena itu, beberapa jam usai

dilantik sebagai Bupati Sumenep,

KH A. Busyro Karim bertekad

meningkatkan kesejahteraan

ekonomi warga dan meningkatkan

pelayanan kesehatan gratis.

Dalam wawancara bersama

sejumlah wartawan di salah satu

restoran di Surabaya itu, Bupati

Busyro sangat berharap dalam

100 hari kerjanya, roda ekonomi

warga mulai menggeliat dan kesan

pelayanan kesehatan gratis benar

terasa memuaskan.

Dalam menggerakkan roda

ekonomi, Bupati Kiai ini,

mengambil langkah awal dengan

memberi skill of entrepreneurship

(bekal kewirausahaan) bagi

1000 calon pengusaha muda

sebelum diberi bantuan modal

usaha di tahun 2016. “Konsep ini

berlangsung selama lima tahun.

Dengan harapan tercipta 5000

wirausaha muda di Sumenep,”

terangnya.

Bupati Busyro juga membagi

peran dengan wakilnya, Achmad

Fauzi. Dengan latar belakang

seorang pengusaha, Bupati membagi

tugas kepada keponakan MH Said

Abdullah, untuk merevitalisasi pasar

tradisional sebagai tonggak ekonomi

desa. Dengan harapan pergerakan

ekonomi desa cepat menggeliat.

Wabup Fauzi juga diberi peran

menata pedagang kaki lima (PKL)

yang kian menjamur di areal open

space alias taman kota Sumenep.

Dalam peningkatan pelayanan

kesehatan gratis, Bupati membuat

tim reformasi pelayanan RSUD dr

Moh. Anwar Sumenep.

“Dalam waktu sangat dekat,

kami akan membuat tim untuk

memperbaiki pelayanan RSUD

Sumenep. Saya sebagai ketua dan

akan dibantu tim ahli lain dari luar

Sumenep,” janjinya.hamrasidi

BERJIBAKU 99 HARI

1. Pelatihan 1000 wirausaha muda; Tahun pertama melatih

1000 calon wirausaha muda dengan melibatkan 6 SKPD terkait

secara terpadu dan berkelanjutan. Setelah pelatihan, mereka

akan difasilitasi alat produksi dan permodalan/kredit usaha serta

pemasaran.

2. Revitalisasi Pasar Tradisional Kecamatan; Upaya ini untuk

menghilangkan kesan kumuh pasar tradisional di sejumlah

kecamatan melalui rehabilitasi sarana dan prasarana dari dana

APBD maupun APBN. Seperti Pasar Dungkek.

3. Optimalisasi pelayanan Rumah Sakit; Langkah konkret ini

Bupati membentuk Tim Reformasi Pelayanan Rumah Sakit.

Dengan harapan dalam tempo 100 hari masa kepemimpinan

Busyro-Fauzi ada perubahan signifikan dari aspek manajerial,

profesionalitas dan transparansi RSUD dr Moh. Anwar.Bersambung ke hal...6

SEMBILAN PROGRAMUNGGULAN ITU.....

SEPERTI tabuhan gong. Pasca dilantik sebagai Bupati Sumenep di Gedung Grahadi Surabaya, Rabu 17 Februari, pada siang hari, Bupati KH A. Busyro Karim langsung mendeklarasikan program 99 hari dalam 9 program unggulan. Angka keramat dalam mistis NU ini, sebagai penjelmaan dari 9 visi-misi Pasangan Busyro-Fauzi saat Pilkada 9 Desember lalu. Usai dilantik sebagai Bupati dan Wabup, KH A. Busyro Karim dan Achmad Fauzi sowan dan

minta doa dari KH A. Basyir AS sebelum menginjakkan kaki di Pendopo Sumenep.

Page 6: Edisi 28

6 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

MATA UTAMAMATA UTAMAMATA UTAMAMATA UTAMA

SEKRETARIS Daerah

(Sekda) Hadi Soetarto, punya

pandangan menarik soal ghirah

Bupati Kiai Busyro untuk

melakukan

reformasi

birokrasi

di Pemkab

Sumenep.

Dalam

penilaian

Sekda, gagasan

bupati itu

semata guna

meningkatkan

kualitas

kinerja

Aparatur Sipil Negara (ASN) di

Kabupaten Sumenep.

Sekda Soetarto menyebut

delapan area yang menjadi

target reformasi birokrasi

sebagaimana amanat Peraturan

Presiden Nomor 81 Tahun 2010

tentang Grand Desain Reformasi

Birokrasi. “Sebenarnya Bapak

Bupati sejak periode pertama

(2010-2015, Red) di tahun pertama,

sudah mencanangkan tahun

reformasi birokrasi.

Dan di periode kedua

ini beliau juga akan

melakukan reformasi

birokrasi. Artinya,

Pak Bupati memiliki

komitmen dan perhatian

serius terhadap

reformasi birokrasi ini,”

terang mantan Kepala

Bappeda, mengawali

pembicaraan dengan

Mata Sumenep, Jum’at,

19 Februari.

Pria yang kerap dipanggil Atok

ini merinci poin pertama dalam

delapan area reformasi birokrasi

itu adalah organisasi. Organisasi

di Pemkab Sumenep, katanya,

harus tepat fungsi dan ukuran.

Tepat fungsi dimaksud Pemkab

Sekda Hadi Soetarto

Sambungan hal...54. Penataan Taman Bunga sebagai bentuk optimalisasi open space

(taman bunga) sebagai kawasan wisata kota dan ruang terbuka hijau

(RTH). Bentuknya, melalui revitalisasi dan tatakelola PKL sebagai

sentra ekonomi rakyat secara terpadu seperti aspek ketertiban umum

dan keindahan kota. Karena itu, akan dibentuk tim penataan PKL.

5. Penataan dan Penertiban Perizinan seperti rumah makan, IMB, HO,

media luar ruang dll.

6.Pembangunan Ruang Terbuka Hijau yang masih kurangnya RTH

(Ruang Terbuka Hijau) di Kabupaten Sumenep. Karena itu, akan

dibangun RTH dengan konsep Taman Edukasi di Perumnas Giling dan

Perumahan Satelit .

7. Perijinan Online dan Absen Online. Bentuk perijinan di BPPT

diterapkan secara Online. Dengan harapan, masyarakat tidak harus

datang ke kantor BPPT. Surat Ijin yang dikeluarkan berkode khusus (QR

Code Reader). Dan pengurusan ijin dari luar daerah dapat bertransaksi

data dengan BPPT secara Online. Sehingga, pengurusan ijin bisa lebih

cepat, efisien dan transparan. Sedangkan Absen Online, absensi pegawai

utamanya di wilayah kota secara realtime langsung tercatat di BKPP

(Badan Kepegawaian). Dengan harapan disiplin PNS dapat meningkat.

8. Pembentukan BUMDes dalam rangka Desa Mandiri. BUMDes

ini akan dibentuk di setiap desa untuk memfasilitasi permodalan para

UKM/IKM yang tersebar di sejumlah desa.

9. Serap Aspirasi Masyrakat untuk RPJMD. Masyarakat melalui semua

stakeholder akan dilibatkan dalam penyusunan RPJMD. Sehingga visi

misi Bupati bisa terpahami dan terealisasi dengan baik. Bentuk serap

aspirasi ini akan dilakukan dalam 99 hari kerja melalui FGD (Focus Group

Discussion) untuk semua sektor pembangunan dengan menghadirkan

para tokoh dan stakeholder yang kompeten sesuai bidangnya.

Apa itu Reformasi Birokrasi...?

Page 7: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 7

MATA UTAMAMATA UTAMAdan instansi bawahannya berjalan sesuai dengan

kewenangannya. Sementara, tepat ukuran

disesuaikan dengan beban kerja yang menjadi

urusan kewenangan yang ada.

Atok melanjutkan, poin kedua adalah tata

laksana. Pemerintah akan mewujudkan sistem

dan prosedur kerja yang jelas, efektif, terukur

untuk mewujudkan Good government. Tata

laksana itu dirasa penting karena berkaitan

dengan sistem mekanisme kerja perangkat

daerah, sehingga pelayanan bisa maksimal.

Sedangkan ketiga adalah peraturan. Di dalam

poin ketiga ini, Atok menerangkan peran

Pemkab membuat regulasi yang tertib, atau

peraturan yang satu tidak tumpang tindih

dengan peraturan yang lain.

Dari perjalanan yang sudah dilalui, Pak Atok

menilai Pemkab sudah melakukan evaluasi

terhadap regulasi yang diterbitkan. Sebab, katanya,

jika ada regulasi tumpang tindih, penerapannya

pun akan menuai persoalan.

Sementara keempat adalah SDM. Atok

menjelaskan, SDM dimaksud adalah

menciptakan aparatur yang berintegritas,

kompeten, kapabel, profesional, dan memiliki

kinerja yang tinggi. Guna meningkatkan SDM

itu, Pemda mengikutsertakan aparatur dalam

pendidikan dan pelatihan (diklat) juga bimtek

yang digelar Pemda sendiri, Pemprov maupun

Pemerintah Pusat, termasuk juga yang diadakan

oleh pihak ketiga. “Termasuk juga kesejahteraan

aparatur diperhatikan. Sehingga kinerja lebih

baik,” imbuhnya.

Lanjut pria yang berkarir birokrasi dari bawah

ini, menyebut akuntabilitas menjadi poin kelima.

Poin ini berkaitan dengan upaya peningkatan

kapasitas dan kapabilitas kinerja birokrasi.

Kapasitas dan kapabilitas bisa dilihat dalam Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

yang disusun tiap akhir tahun anggaran.

Dan tak kalah penting adalah pelayanan publik

yang masuk dalam poin keenam. Pelayanan

publik ini harus ditingkatkan agar masyarakat

terlayani maksimal. Contoh yang bisa dilihat

adalah diterapkannya Program Sistem

Pelayanan Administrasi Kecamatan (Paten). Dan

Paten ini kini sudah dikembangkan di seluruh

Kabupaten/Kota di Indonesia. Selanjutnya,

poin ketujuh adalah budaya aparatur. Ini lebih

mengedepankan perubahan paradigma aparatur

yang sebelumnya sebagai orang dilayani, tapi

kini sebagai orang yang melayani.

Sedangkan poin kedelapan adalah pengawasan.

Pengawasan internal melalui inspektorat akan

ditingkatkan, juga pengawasan eksternal yang bisa

dilakukan masyarakat tak bisa dikesampingkan.

“Kedelapan area reformasi itu dilakukan guna

menciptakan terselenggaranya pemerintah yang

lebih baik,” pungkasnya.rahmat

Page 8: Edisi 28

8 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

MATA UTAMA

Pemberlakuan absen online yang akan diterapkan di wilayah Kota diharapkan mampu

meningkatkan kedisiplinan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN). Dengan metode absen online itu, tingkat kehadiran ASN masuk kantor tidak bisa direkayasa.

Berbeda dengan absen manual

yang sangat berpotensi direkyasa.

Data absen onilene tiap hari dapat

terpantau instansi terkait. Sehingga

ASN yang sebelumnya jarang masuk

kantor, pasti jera dengan sendirinya.

Absen online ini merupakan inovasi

baru bagi duet Busyro-Fauzi untuk

menekan tingkat indisipliner ASN.

Jika berhasil diterapkan, performa

pemerintah semakin baik dan

pelayanan terasa di mata masyarakat.Begitulah pernak pemikiran Ketua

Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath, merespon gagasan absen online yang dilontarkan duet Busyro-Fauzi dalam program 99 hari.

“Bupati Busyro sangat ngerti apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan kinerja ASN. Bupati sudah kaya pengalaman. Beliau menjabat periode sebelumnya dan menjabat Ketua DPRD selama dua periode. Bupati Busyro sudah paham tipikal para pejabat yang sebenarnya. Dengan modal pengalaman itu, saya yakin Bupati Busyro mampu mencari cara jitu dalam mendongkrak tingkat kedisiplinan ASN,” terang Darul.

Pria asal Masalembu ini, mereview sanksi ASN tahun 2015 akibat kasus indisipliner. Karenanya, politisi PDIP itu mengingatkan Bupati Busyro agar memperhatikan realitas itu dengan sungguh-sungguh. Darul yakin, Bupati Busyro dalam kepemimpinan di periode kedua ini mampu mewujudkan kinerja aparatur negara lebih baik. Terlebih hal itu merupakan harapan masyarakat agar pelayanan maksimal dan kinerja ASN bagus.Sehingga masyarakat tidak lagi hidup di alam wacana.

rahmat

Anggota Komisi II DPRD

Sumenep, AF Hari

Pontoh, mengapresiasi

pembentukan 1.000 wirausaha

muda di 99 hari kerja yang

melibatkan 6 SKPD secara terpadu

dan berkelanjutan. Dia bahkan

menganggap program ini sebagai

ide kreatif.

“Target tiap

tahun anggaran

menciptakan

sebanyak 1.000

wirausawan ini cukup

menarik. Konsep

ini bagi saya cukup

tertata, karena kalau

diwujudkan dalam

satu tahun anggaran

sebanyak 5.000,

rasanya memang sulit,” ujarnya,

Sabtu, 20 Pebruari 2016.Agar rencana itu berjalan dengan

maksimal, Pontoh menyarankan singkronisasi program dengan potensi lokal. Karena dengan penguasaan potensi lokal, dia yakin para wirausahawan muda tersebut tidak akan gagap dalam bersaing di dunia bisnis.

Selain itu, menggalakkan wirausaha muda dinilai sangat penting dalam upaya

pembangunan daerah. Apalagi, 2016 ini sudah memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kalau tidak mengandalkan potensi lokal, dia khawatir para wirausahawan muda akan kalah bersaing dengan produk luar. “Jangan lupa juga difasilitasi

untuk mencari pasar. Ini penting dilakukan. Arahkan dan bimbing mereka untuk menguasai pasar,” jelas politisi Partai Golkar itu.

Terkait revitalisasi pasar tradisional, Pontoh mengatakan hal

itu memang perlu dilakukan. Saat ini,

pedagang maupun pembeli di pasar tradisional selalu mengeluh soal kondisi pasar. Terutama ketika memasuki musim hujan, mayoritas pasar menjadi becek dan berakibat barang pedagang tidak ada yang terjual. Sebab itu, Pontoh menganggap revitalisasi pasar merupakan langkah tepat. “Mari tetap jadikan pasar sebagai sentra ekonomi,” jelasnya, kepada Mata Sumenep.

rahmat

BERHARAP PENINGKATAN

Darul Hasyim Fath Ketua Komisi I

AF Hari PontohKetua Komisi II

HARAPAN BARU BUSYRO-FAUZI

LEGISLATOR MENYAMBUT DAN

HERMAN DALI KUSUMAKETUA DPRD SUMENEP

Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim dan Wabup Sumenep Achmad Fauzi baru saja dilantik Gubernur Jatim Seokarwo untuk menjalankan roda pemerintahan

Sumenep periode 2016-2021. Ada sejumlah harapan masyarakat bagi hasil duet parpol pengusung PKB-PDI-P serta Nasdem untuk mensejahterakan masyarakat.

Berikut pandangan para legislator Sumenep kepada Mata Sumenep.

KOMITMEN Bupati dan Wakil Bupati Sumenep KH

A. Busyro Karim-Achmad Fauzi untuk membangun

Sumenep lebih baik di periode 2016-2021 ini,

menjadi semakin mudah. Pasalnya, pasangan Super

Mantap Jilid II ini sudah mendapat dukungan penuh

dari jajaran politisi di DPRD Sumenep.

Usai pelantikan Rabu, 17 Pebruari lalu, Ketua

DPRD Kabupaten Sumenep, H Herman Dali Kusuma

mengungkapkan sambutan positifnya kepada

koleganya di eksekutif itu. Di tangan Busyro-Fauzi, ia

berharap Kabupaten Sumenep ini menjadi semakin

baik. Karenanya ia mengajak Bupati Busyro dan

Wabup Fauzi untuk saling bersinergi dan berharap

segera mengambil langkah cepat dan konkret guna

merealisasikan seluruh visi dan misi.

Untuk mendukung semua itu, Ketua DPRD asal

FKB ini menyarankan Bupati dan Wabup mulai

merangkul seluruh komponen masyarakat Sumenep.

Bagi Herman, partisipasi aktif seluruh komponen

masyarakat lebih mudah merealisasikan visi dan

misinya. “Rangkul kembali seluruh kelompok

masyarakat Sumenep. Khusus mereka yang berbeda

pandangan dalam momentum Pilkada serentak baru-

baru ini,” sarannya, beberapa waktu lalu.

Kepada masyarakat, Herman juga menghimbau

agar turut andil bersama Bupati dan Wakil Bupati.

“Kita jangan memperpanjang silang pendapat tidak

usah lagi saling mencari kesalahan-kesalahan kecil

yang kemudian bisa membuat kebisingan di tengah-

tengah masyarakat. Mari kita ciptakan Sumenep yang

ramah dan aman untuk kita semua,” ajak Herman.anton/rafiqi

Page 9: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 9

MATA UTAMAMATA UTAMA

Perizinan online yang akan

dikembangkan di Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu

(BPPT) akan memudahkan

masyarakat mengurus izin yang

diperlukan, termasuk di dalamnya

adalah izin usaha dalam bentuk apa

pun. Dengan mudahnya pengurusan

izin itu, maka

pertumbuhan investasi di

Sumenep akan tergenjot

dengan sendirinya.

Ketua Komisi III DPRD

Sumenep, Dulsiam,

memaparkan para

investor akan senang

mendengar program

perizinan online ini.

Sebab untuk mengurus

izin usaha, mereka cukup

memberikan data ke BBPT lewat

daring, izin sudah bisa terbit. “Ini tentu

hal baru. Tidak semua daerah memiliki

pelayanan perizinan macam begini,”

ungkapnya, Sabtu, 20 Pebruari lalu.

Politisi PKB ini menganggap

saatnya Bupati Busyro memberikan

yang terbaik bagi semua kalangan,

karena periode ini merupakan terakhir

untuk menjadi orang nomor satu di

gerbong eksekutif. Model perizinan

online dinilai langkah tepat menjadi

bagian dari pelayanan yang diberikan.

Karena selain mempermudah investor,

diyakini akan mampu menambah

pundi PAD dari sektor perizinan.

Setelah berjalan, politisi asal

Kepulauan ini mengingatkan Bupati

Busyro melakukan pengawasan

dengan menggerakkan SKPD terkait.

Apabila menemukan jenis

usaha dijalankan tidak

sesuai dengan izin yang

dikeluarkan, Dulsiam

berharap izin tersebut

segera dicabut.

Terkait penataan

Taman Bunga dengan

maksud optimalisasi

Ruang Terbuka Hijau

(RTH), memang sudah

saatnya pemerintah

mengembalikan fungsinya.

Sementara para pedagang kaki lima

(PKL) yang ada di sekeliling Taman

Bunga, akan lebih baik dipusatkan di

satu tempat strategis yang juga tidak

jauh dari keramaian Kota.

“PKL tidak perlu khawatir.

Karena jika masyarakat luas sudah

tahu posisi mereka, di mana pun

tempatnya, masyarakat akan tetap

‘memburu’ dagangan atau jasanya”.

rahmat

Optimalisasi pelayanan

rumah sakit dinilai

sangat tepat menjawab

kegelisahan para pasien. Dengan

mewujudkan optimalisasi pelayanan

rumah sakit itu, diharapkan

masyarakat tidak mengeluh lagi

tentang pelayanan yang didapatkan.

Ketua Komisi IV DPRD Sumenep,

A. Subaidi mengatakan, meski

sering terkabar pelayanan rumah

sakit dikeluhkan, sebenarnya komisi

yang dipimpinnya belum menerima

laporan. Tapi dengan upaya

optimalisasi pelayanan, dia yakin

tidak akan mendengar ada pasien

mengeluh. “Pelayanan memang

harus prima. Karena pelayanan

kesehatan yang baik merupakan

hak setiap anggota masyarakat,”

ungkapnya, beberapa waktu lalu.

Sebagai wakil rakyat, Subaidi

mengaku akan mendukung program

pemerintah yang berkaitan langsung

dengan masyarakat. Apalagi,

kesehatan sangat penting dijaga

untuk melanjutkan roda kehidupan.

Namun ia mengingatkan, optimalisasi

pelayanan rumah sakit tidak hanya

sebuah konsep di atas kertas, tapi

direalisasikan dalam tindakan

nyata. “Masyarakat sekarang sudah

pintar memberikan penilaian.

Saya tidak ingin ada komentar

miring terkait program yang

disiapkan,” ungkap politisi PPP itu.

Selain itu, petugas medis dianggap

sebagai ujung tombak bidang layanan

kesehatan. Apabila kinerjanya

buruk, apalah artinya nilai program

unggulan yang dipersiapkan.

Untuk menghindari petugas medis

lalai, Subaidi pun mengingatkan

pentingnya pengawasan ketat

berkelanjutan. Jika tidak, potensi

petugas medis melalaikan tugas

menganga lebar. Dan jika hal itu

terjadi, akan mencoreng citra

pemerintah yang baru saja berjalan.rahmat

DulsiamKetua Komisi III

A. SubaidiKetua Komisi IV

Page 10: Edisi 28

10 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

MATA UTAMAMATA UTAMA

APA KATA MEREKA?

Pembentukan wirausahawan muda sangat ditunggu-tunggu masyarakat, khususnya kaum muda. Para pemuda

selama ini umumnya tidak punya aktivitas. Para orang tua khawatir anaknya akan terjerumus pada hal yang tidak

diinginkan, seperti menjadi pemabuk dan lainnya. Semoga dengan adanya program ini, kaum muda bisa disibukkan

dengan kegiatan bermanfaat, sehingga menjadi kebanggan orang tua.Mohammad Sono, peternak ayam pedaging, Desa Bicabi, Kecamatan Dungkek.

Revitalisasi pasar tradisional harus menyeluruh. Jangan hanya sebagian. Pasar-pasar yang ada di berbagai kecamatan

memang kebanyakan kumuh. Bahkan di Pasar Anom saja kalau hujan becek. Perbaiki saran dan prasarananya. Selain

itu, keberlangsungan pasar tradisional juga perlu dilindungi. Izin minimarket harus diperketat, karena menjamurnya

minimarket mengancam keberadaan pedagang kecil di pasar-pasar tradisional.Fauzan Adhima, Sekretaris DPD KNPI Sumenep.

Pelayanan rumah sakit selama ini cenderung tidak beres. Banyak masyarakat mengeluh. Mestinya dengan status

sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), pelayanan maksimal. Eh, pelayanan yang diberikan malah sering

mengecewakan. Kami harap bupati dan wakil bupati yang baru tidak hanya menebar janji untuk mengoptimalkan

pelayanan rumah sakit. Masyarakat akan melihat hal itu sebagai komitmen dari pemimpin yang mesti ditunaikan.Imam Arifin, mahasiwa STITA Tarate, Kecamatan Kota.

foto/Ist

foto/Ist

foto/Ist

Page 11: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 11

MATA UTAMA

Sehari setelah dilantik Gubernur

Jawa Timur, Soekarwo,

pasangan Bupati dan Wakil

Bupati Sumenep, KH A. Busyro

Karim-Achmad Fauzi pulang ke

Sumenep diiringi ratusan mobil.

Sebelum ke pendopo, Busyro-Fauzi

menuju kediaman Pengasuh Ponpes

Annuqayah daerah Latee, Guluk-

Guluk, KH Basyir AS.

Memang Kiai Basyir orang

pertama yang dikunjungi Busyro-

Fauzi. Tidak ngerti apa yang

menjadi pertimbangan.

Dalam wawancara bersama

wartawan, Bupati Busyro pernah

menyebut Kiai Basyir sebagai sosok

inspirsi dalam berpolitik karena

sabar dan istiqamah.

Tepat pukul 14.45 WIB Kamis

sore (18/2), pasangan Bupati dan

Wakil Bupati langsung sungkem.

Mereka kemudian memohon

wejangan dan doa dari Kiai Basyir

agar diberi kekuatan memimpin

Sumenep 5 tahun mendatang.

Doa berlangsung hikmat.

Dalam wejangan, KH Basyir

menitipkan beberapa hal kepada

pasangan Busyro-Fauzi. Pertama,

pengawasan Dana Desa (DD) dan

Alokasi Dana Desa (ADD). Kedua,

bantuan madrasah yang banyak

disalahgunakan penerima. Ketiga,

distribusi raskin perlu pengawasan.

Usai mendapat wejangan,

rombongan Busyro-Fauzi bertolak

melewati pertigaan Bluto, menuju

Saronggi. Di Lapangan Saronggi,

ribuan elemen masyarakat

menunggu sejak pukul 14.00 WIB.

Pada pukul 16.30 WIB,

mobil plat nomor M 1 VB

tibda dan masyarakat segera

mengerumuninya. Senyum hangat

KH A. Busyro Karim beserta

Nurfitriana, menyambut tangan

masyarakat yang ingin bersalaman.

Karuan saja jalanan macet dipadati

peserta pawai.

Beberapa peserta memakai

kostum komunitas, ada juga

berpakaian bebas, dan ada juga

yang tubuhnya dilumuri dengan cat

berwarna hijau dan merah sebagai

simbol dari partai pengusung

Busyro-Fauzi.

Iring-iringan pawai terus

bergerak menuju pendopo. Di

pertengahan jalan, terlihat grup

musik tradisional, saronen

berdendang dari pintu gerbang

Kantor Nasdem sebagai bentuk

penyambutan terhadap KH A.

Busyro Karim dan Achmad Fauzi.

Buya, panggilan akrab Bupati

Sumenep akhirnya menghentikan

laju mobilnya beberapa saat untuk

bersalaman dengan beberapa

petinggi partai Nasdem yang

menyambut hangat kedatangannya.

Setelah bersalaman, perjalanan

pun dilanjutkan.Di Pendopo,

seluruh peserta pawai melakukan

doa bersama.Usai acara, Bupati

Busyro melanjutkan perjalanan

menuju kediamannya di Desa

Beraji bersama para peserta pawai

yang masih ingin mengiringinya.

Keesokan hari, Bupati

Busyro bersama ibu Nurfitriana

menyambangi Rumdis dan senam

pagi bersama para pegawai di

lingkungan pemkab.

Pada hari Sabtu malam, para

relawan menggelar doa bersama

dan silaturrahim dengan sejumlah

ulama NU yang istiqamah

mendukung kesuksesan duet

Busyro-Fauzi dalam Pilkada,

9 Desember lalu. Terlihat KH

Said Abdullah, Pengasuh Ponpes

Mathliul Anwar, Pangarangan.

KH Taufikurrahman FM, Jambu.

KH Nashih Fauzi, Pragaan. KH

Abdullah Kholil, Terate,Pandian.

Ada hal menarik saat pemutaran

video profile Kiai Busyro dan karir

politiknya. Di akhir video itu,

tertulis Dengan Kepemimpinan

Busyro-Fauzi Mari Kita Wujudkan

Masyarakat Sumenep Sejahtera

dan Bermartabat. Saatnya Bekerja.

Bukan lagi berwacana.Istilah ini

juga terlihat di kaos yang dipakai

panitia acara.

Istilah ini seperti menjadi jargon

di kepemimpinan Busyro-Fauzi.

Semoga..Bermakna....anton/rafiqi

SAATNYA BEKERJABUKAN LAGI A WACANA

Suasana akrab dalam acara doa bersama dan silaturrahim bersama para ulama, tokoh masyarakat dan relawan atas kepemimpinan Busyro-Fauzi berlangsung meriah di GNI, Sabtu 20, Februari.

Page 12: Edisi 28

12 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

EKONOMI KREATIF

TAHU KRIBOJajanan Murah

BeromsetJutaan Rupiah

Di kelas penganan ringan, pentol tahu memang sedang menjadi trend kuliner kekinian. Agar mendulang

ekonomi, Wahid mengkreasikan rasa hingga tampilan yang mengundang selera.

S iapa yang tidak

kenal dengan tahu.

Makanan berbahan dasar

kedelai ini bak artis yang terkenal

dimana-mana, dari pelosok desa

hingga ke perkotaan. Sebabnya

mudah ditebak, selain gampang

didapat dimana saja, alasan

mayoritas karena harganya pasti

murah meriah.

Tahu yang awalnya hanya

menjadi lauk, kini sudah banyak

disulap menjadi berbagai macam

aneka kuliner mengundang rasa.

Mulai dari pentol tahu, tahu isi,

tahu sumedang, dan banyak lagi

aneka makanan berbahan dasar

tahu, sudah pernah dibuat dan

bisa dinikmati oleh pembaca Mata

Sumenep dimana saja. Bahkan

kini, di Warung Sudi Mampir milik

pasangan Wahid dan Ani juga

menawarkan kuliner baru berbahan

dasar tahu yang diberi nama Tahu

Kribo. Nama Tahu Kribo sendiri

diambil karena jika dilihat dari

penampilannya, bentuk tahu yang

sudah siap disantap itu keriting,

seperti rambut yang kribo.

Ide membuat Tahu Kribo diakui

Wahid didapatkan dari salah satu

kuliner Banyuwangi, yaitu Tahu

Walik. “Kalau bakso Malang kan

ada kripiknya. Di Banyuwangi

memakai Tahu Walik. Disini

dikemas lain, sehingga menjadi

Tahu Kribo,” cerita Wahid

saat ditemui Mata Sumenep di

kediamannya.

Tahu kribo yang dapat ditemui

di Jl. Dr. Cipto Perumahan Pondok

Indah Gg 7 No 22 (sebelah timur

Pasar Anom Baru) ini, sangat

berbeda dengan penganan tahu

yang lain. Hal itu karena selain

cara membuatnya yang hampir

sama dengan pembuatan bakso,

juga ada campuran ikan laut segar

di dalamnya. Saat digigit, tahu

jadi terasa sangat renyah dan rasa

ikannya benar-benar menendang

di lidah. Kelezatan tahu kribo

ini juga terasa tambah mantap

saat dipadukan dengan saus khas

buatan tangan Ani. “Sausnya

membuat sendiri dengan resep

rahasia,” kata Ani, menambahkan

cerita suaminya.

Selain

rasanya

yang mantap,

tahu kribo bisa dinikmati oleh

para pelanggan dengan harga yang

murah meriah. Dibuka mulai pukul

06.00 pagi s/d 21.00 WIB malam,

tahu kribo dijual seharga Rp.

5.000,- dan Rp. 10.000,- per porsi

sesuai ukuran.

Menurut Wahid, usaha yang

sudah ditekuni selama dua tahun

lebih ini bisa menghasilkan

omset rata-rata 1 juta lebih setiap

bulan. Maklum, pemasaran tahu

kribo masih dilakukan secara

manual, yaitu dari pelanggan ke

pelanggan. Di samping itu, rumah

yang dijadikan tempat usaha pun

belum banyak diketahui oleh orang.

Wahid menilai seandainya usaha

ini dibuka di tempat yang lebih

terbuka dan mudah dijangkau,

omsetnya pasti akan lebih besar.

“Ada impian untuk membuka

di Taman Bunga atau di pinggir

jalan. Hanya saja masih terkendala

dengan anak kecil,” tuturnya, awal

Februari lalu.

Wahid bercerita bahwa usaha

tahu kribo pada awalnya tidak

sebesar saat ini.

Dulu, tahu

kribo

hanya

dijual di

Pasar Minggu, itu

pun dititipkan ke penjual lain.

Jika bulan puasa tiba, dirinya juga

menitipkan ke penjual takjil yang

bertempat di bibir jalan Taman

Adipura.

“Dulu masih dititipkan di Pasar

Minggu dan di penjual takjil.

Sekarang kami sudah membuka

usaha juga di rumah,” kenang

Wahid.

Saat ini, pelanggan tahu kribo

di Warung Sudi Mampir sudah

cukup ramai. Dari siswa dan guru

di sekolah, mahasiswa dan dosen di

beberapa kampus, bahkan beberapa

dinas di Sumenep juga sering

menikmati jajanan lezat ini.

“Ada dari rumah sakit,

Perpustakaan Daerah,

Disbudparpora, dan banyak lagi,”

terang ayah yang sudah memiliki

dua buah hati ini.

Rupanya, usaha tahu kribo juga

menyisakan cerita suka dan duka

di balik kesuksesannya menjadi

ladang ekonomi keluarga Wahid.

Hal duka yang terjadi, pernah

beberapa hari tidak ada pelanggan

sama sekali, sehingga Wahid harus

mengalami kerugian. “Padahal,

bahan bakunya sudah siap semua.

Jadi, terpaksa kami buang,” kata

Wahid.

Sementara cerita suka, datang di

bulan Ramadhan tahun lalu. Saat

itu, tahu kribo yang dititipkan ke

penjual takjil dibeli oleh Istri Bupati

Sumenep, Ny. Nurfitriana Busyro

Karim dan dimuat di salah satu

media nasional. “Ada kebanggan

tersendiri karena dari banyak

kuliner, tahu kribo menjadi salah

satu pilihan Bunda Fitri,” ungkap

Wahid kepada Mata Sumenep.

Warung Sudi Mampir ini juga

menyediakan jajanan lain seperti

Tahu Kress, Tahu Petis, dan Pisang

Panggang. Untuk penghilang haus

sehabis menyantap jajanan lezat,

juga disediakan pop ice dan es

teh. Selain itu, warung ini juga

menerima pesanan berupa kue

ulang tahun, kue kering, dan juga

kue basah. “Meski begitu, yang

paling laris tetap tahu kribo,” jelas

Wahid.anton/rafiqi

Page 13: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 13

Virzannida tampak sibuk

mengkoordinir sejumlah

muda-mudi di dermaga

Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II

Kalianget, Sumenep, Sabtu pagi itu.

Dua kapal motor bermuatan masing-

masing sekitar 30 orang sudah

siap membawa rombongannya.

Mereka hendak menuju Gili

Labak, sebuah pulau di wilayah

administrasi Desa Kombang, Pulau

Poteran, Kecamatan Talango. Surga

tersembunyi bagi wisatawan, apalagi

penyuka diving dan snorkeling.

Bersama Share it, sebuah

komunitas dimana pemuda-

pemudi terbaik Nusantara bersatu

untuk membangun daerah

terpencil di pelosok negeri melalui

pemberdayaan masyarakat di

bidang pendidikan, kesehatan,

lingkungan dan entrepreneurship,

Virzan memiliki rencana panjang

hebatkan Gili Labak. “Jadi kita

disini berkumpul menjadi satu buat

punya mind goal yang sama, yaitu

untuk menghebatkan Gili Labak,”

katanya kepada sejumlah wartawan.

Untuk planning awal, pengurus

komunitas sosial ini serta volunteer

(relawan) dari Sumenep dan

Surabaya _termasuk mahasiswa

dari berbagai daerah di Indonesia,

waktu itu beragenda utama

melakukan pendekatan terhadap

warga dengan survei door to door

ke 15 kepala rumah tangga. Karena

selain untuk menghebatkan Gili

Labak, kata Virzan, pihaknya

membawa misi eco adventure

tourism sebagai pengembangan

konsep wisata. Yakni melestarikan

dan mengembangan pulau Gili

Labak menjadi kawasan wisata

alami yang menawarkan semangat

jelajah dan petualangan bagi para

pengunjungnya.

“Intinya, kondisi disini tetap apa

adanya, tidak disediakan berbagai

fasilitas lengkap seperti di Gili

Terawangan,” papar Virzan.

Namun demikian, agenda

kegiatan akhir pekan pertama

Februari lalu itu cukup banyak.

Selain baksos, seharian itu ada

penanaman 275 bibit pohon jenis

penghalau angin, pembersihan

sampah di sepanjang garis pantai

Gili Labak, pengobatan gratis

bagi warga, dan penanaman 1000

terumbu karang untuk mengganti

terumbu karang yang rusak sebagai

upaya melestarikannya.

Untuk survei, putri Bupati

Sumenep, KH A. Busyro Karim

ini, memimpin sendiri dari setiap

rumah ke rumah. Sebagai putri

daerah, otomatis ia lebih faham

serta mudah berkomunikasi

dengan rakyat disana. Sehingga

sebagai tindak lanjut langsung

hasil surveinya, hari itu pula warga

yang perlu mendapat pengobatan

segera ditangani oleh dokter

yang sedia ikut baksos, melayani

kesehatan warga. Sedangkan untuk

penanaman, setiap volunteer yang

terbagi dalam kelompok masing-

masing juga dibantu dinas terkait

melalui Kelompok Masyarakat

Pengawas (Pokmaswas) disana.

Ketua Pokmaswas Gili Labak,

Yanto menuturkan, pihaknya

sangat merasa senang dengan

kegiatan positif yang dikomandani

Neng Virzan. Baginya, mendapati

kenyataan pulau Gili labak dilirik

dan dipedulikan oleh orang-

orang luar, adalah kebanggan

luar biasa. Apalagi, kedatangan

mereka membawa kelestarian dan

pengembangan terhadap alam

sekitar, terlebih dilakukan oleh

anak-anak muda yang tergabung

dari seluruh Indonesia.

Hanya saja, Yanto selalu berharap

agar para pengunjung menjaga

kelestarian lingkungan yang ada.

“Walaupun tidak ada kegiatan

menanam pohon semacam ini,

tetap harus menjaga kelestarian

lingkungan. Jangan sampai

merusak pohon-pohon disini yang

sudah ditanam,” tegasnya.

Harapan itu pun selaras dengan

Virzan. Menurut dara cantik ini,

Gili Labak harus benar-benar

dilestarikan. Sebab hanya dengan

itu potensi yang tersembunyi bisa

dilirik wisatawan. Apalagi di zaman

sekarang, orang-orang tidak lagi

mencari objek wisata yang hanya

eco tourism. Khususnya wisatawan

asing, eco adventure tourism-lah

yang selalu menjadi primadona

idaman.

“Jadi saat mereka kesini itu,

kondisinya masih benar-benar

pure, masih alami, dan masih

benar-benar perawan. Sehingga

tak hanya sekedar menikmati

keindahan, tetapi mereka juga bisa

berpetualang,” tandasnya.

Untuk mendukung itu, Yanto

juga mengaku siap berikan layanan.

Meski sementara hanya bertugas

sebagai pengawas, bersama 10

orang anggotanya, ia selalu stand

by kalau-kalau pengunjung

membutuhkan bantuan. “Tiap hari

yang bertugas sudah ada 2 orang.

Tapi kalau Sabtu dan Minggu, 11

orang kita selalu turunkan.”rafiqi

Cara VirzanPromo & Lestarikan

Gili Labak

Pulau Gili Labak disebut Virzannida Busyro Karim, sangat berpotensi. Baksos dengan Share It kedua kali, kembali

lestarikan ekosistem serta promosikan pulau Surga tersembunyi.

KOMUNIKATIF: Survei door to door Share It ke 15 Kepala Rumah Tangga dipandu Neng Virzan.

TELATEN: Neng Virzan memberikan obat kepada kakek-kakek warga Gili Labak dan menjelaskan agar resepnya ditanyakan kepada cucunya.

SHARE IT

REBOISASI: Para Volunteer Share It saat menanam 275 bibit pohon jenis penghalau angin.

Page 14: Edisi 28

14 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Redaksi Mata Sumenep menerima tulisan berupa Opini dan Resensi dalam berbagai perspektif (Islam, Budaya, Sosial, Politik-Pemerintahan, dan Ekonomi) dengan materi seputar Sumenep. Panjang tulisan maksimal 850 kata. Tulisan bisa dikirim via email ke: [email protected]

Bedah Buku

Stereotipe miring tentang

masyarakat Madura secara

umum hingga saat ini

belum sepenuhnya luntur. Ketika

mendengar kata Madura, yang

terbayang di benak orang luar adalah

karakter orangnya yang kasar, keras

kepala, dan bodoh. Stigma itu

membuat sebagian generasi muda

Madura merasa minder. Seakan tak

ada tokoh yang bisa dibanggakan

dari tanah kelahirannya.

Mungkin dulu stereotipe

tersebut tidak sepenuhnya salah,

namun seiring perubahan waktu

masyarakat Madura juga berubah.

Di Madura, Sumenep secara khusus,

menyimpan segudang tokoh yang

patut dibanggakan. Tapi mungkin

tak banyak yang mengetahuinya

bahwa mereka putra pulau garam,

karena orang-orang hebat dari

Madura itu kurang mendapatkan

publikasi.

Halim Perdanakusuma, prajurit

TNI Angkatan Udara yang

dinobatkan sebagai Pahlawan

Nasional adalah putra Sumenep.

Namanya diabadikan menjadi

nama pangkalan udara di

Jakarta, dan Pemkab Sumenep

mengabadikannya menjadi nama

monumen. Ia lahir di Sampang pada

18 November 1922, namun Halim

tumbuh dan besar di Sumenep

(hlm. 32).

Halim mengawali pendidikannya

di Hollandsoh Inlandsche School

di Sumenep (1928-1935). Setelah

itu melanjutkan sekolah ke Meer

Uitgebreid Lagere Onderwijs di

Surabaya. Setelah itu menempuh

pendidikan di Mideelbaar

Opleiding School Voo Inlandsche

Ambutenaren. Pendidikan

militernya Pendidikan Opsir

Torpedo di Surabaya dan Royal

Canadian Air Forces di Amerika

Serikat.

Sepulangnya dari Amerika

Serikat, ia diserahi tugas sebagai

instruktur navigasi di Sekolah

Penerbangan yang dipelopori

Agustinus Sutjipto. Halim sempat

pulang ke Madura pada 12 Mei

1946 dengan membawa pesawat.

Ia meninggal dalam perjalanan

udara untuk mendapatkan bantuan

senjata dan logistik untuk keperluan

perjuangan.

Sementara salah satu akademisi

asal Sumenep yang patut

dibanggakan adalah Prof. Mien

Achmad Rifai, M.Sc. Ph.D. Ahli

botani di Indonesia ini lahir di

Gapura, Sumenep, pada 1 Januari

1940. Dari 100 lebih jenis tumbuhan

baru yang berhasil ditemukan

dalam penelitiannya ia menemukan

tanaman sejenis pacar air yang

hanya ditemukan di Sumenep (hlm.

23).

Berbagai pertemuan ilmiah di

dalam dan luar negeri serta jabatan

penting pernah diembannya.

Buku dan artikel yang telah ditulis

mencapai puluhan. Belasan

penghargaan bergengsi telah

diterima sebagai apresiasi atas

kiprah dan pengabdiannya.

Pendekar hukum kebanggaan

Sumenep adalah Artidjo Alkostar,

Hakim Agung Mahkamah Agung

RI. Sekalipun ia lahir di Situbondo,

namun kedua orangtuanya berasal

dari Sumenep. Sehingga, karakter

beliau sangat dipengaruhi karakter

Madura. Termasuk ketegasannya

dalam menegakkan hukum.

Terpilihnya Artidjo sebagai

hakim agung tidak lepas dari

peran ulama di Madura. Sebelum

beliau menerima jabatan tersebut

terlebih dahulu konsultasi ke salah

satu kiai di Madura. Kiai tersebut

memberikan saran menerima

jabatan tersebut, sehingga akhirnya

Artidjo mengikuti fit and proper

test dan dinyatakan lulus (hlm. 59).

Buku Sumenep Menyimpan

Segudang Cerita penting

dibaca generasi muda untuk

memperkenalkan beberapa tokoh

nasional asal kabupaten ujung

timur Pulau Madura ini. Bahasanya

dikemas dengan sederhana dan

babnya pendek-pendek, serta

dilengkapi pula dengan foto-foto,

sehingga tak membosankan.

Noevil Delta dalam buku 108

halaman ini juga menjelaskan

filosofi nama-nama desa,

beberapa tradisi, dan infrastuktur

peninggalan Belanda.*) Sarjana Instika, Guluk-Guluk Sumenep Madura.

MENGENAL TOKOH NASIONALDARI SUMENEP

M Kamil Akhyari*

Data Buku

Judul : Sumenep Menyimpan Segudang CeritaPenulis : Noevil DeltaPenerbit : Oksana PublishingTebal : 108 halamanISBN : 978-602-6769-38-1

Page 15: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 15

Mata Opini

Madura adalah sebuah

pulau yang dikenal

dengan sebutan pulau

garam. Hal ini terjadi karena

Madura adalah salah satu daerah

penghasil garam terbesar di

Indonesia. Selain itu, Madura juga

dikenal dengan kuliner khasnya,

yaitu sate dan soto. Cita rasa yang

khas membuat jenis kuliner Madura

ini dikenal dan dikagumi banyak

orang, bahkan di seluruh Nusantara.

Secara demografi, Madura terdiri

dari empat kabupaten, dari ujung

timur adalah Kabupaten Sumenep,

Kabupaten Pamekasan, Kabupaten

Sampang, dan Kabupaten

Bangkalan.

Selain kulinernya, Madura juga

tersohor dengan masyarakatnya

yang religius, masyarakat yang

sangat menjunjung tinggi nilai-

nilai agama, memegang teguh

prinsip agama. Hal ini tercermin

dari ungkapan idiomatis orang

Madura, seperti ‘abantal syahadat,

asapo’ iman, apajung Allah’ yang

arti tekstualnya adalah ‘berbantal

syahadat, berselimut iman,

dan berpayung Allah’. Secara

kontekstual, ungkapan tersebut

bisa dimaknai bahwa orang Madura

sangat berpegang teguh pada

agama, tidak akan pernah goyah

sampai kapanpun karena agama

sudah menjadi jati diri, karakter

serta ruh kehidupan orang Madura.

Ungkapan idiomatis lain yang

dimiliki oleh orang Madura terkait

karakter yang kuat terhadap nilai-

nilai keislaman adalah, ‘oreng sala

tako’ ka jangbajanganna dibi’

(orang yang salah akan takut pada

bayangannya sendiri). Artinya orang

yang melakukan dosa, hidupnya

tidak akan tenang karena dia akan

terus-menerus dihantui perasaan

bersalah (Hani’ah, 2010).

Kekentalan nilai-nilai agama

masyarakat Madura tidak hanya

tercermin pada ungkapan idiomatis

yang dimiliki, namun juga lebih

terlihat dalam kehidupan nyata,

kehidupan masyarakat sehari-

hari. Salah satunya adalah belajar

mengaji Al-Qur’an sejak kecil. Bagi

orang Madura, tidak bisa mengaji

atau tidak pernah khatam Al-Qur’an

adalah sesuatu yang tercela, tidak

dianggap bahkan bisa diolok-olok.

Mengapa demikian? Karena bagi

masyarakat Madura, percuma bisa

membaca dengan huruf abjad latin

tetapi tidak bisa mengaji. Orang

yang tidak bisa membaca Al-Qur’an

dianggap sebagai orang yang tidak

berguna, itulah mengapa sangat

sulit ditemui orang Madura yang

tidak bisa mengaji.

Masyarakat PerantauJika kita keliling Nusantara

bahkan dunia, maka disitu kita

temukan orang Madura. Dengan

kata lain orang Madura ada

dimana-mana. Masyarakat Madura

memiliki tipikal pekerja keras,

namun karena kondisi wilayah

Madura yang gersang dan tidaklah

cukup jika hanya mengandalkan

usaha bercocok tanam, sehingga

untuk memenuhi kebutuhan hidup

kebanyakan dari masyarakat

Madura pergi merantau.

Diantara mereka banyak yang

berhasil dengan menjadi pedagang

besi tua, menjual sate atau soto,

serta menjadi kuli pengangkut es.

Namun, juga tak sedikit dari mereka

yang gagal, terlebih bagi mereka

yang merantau ke luar negeri,

bahkan pulangnya berupa jasad.

Memang sangat beresiko, namun

begitulah karakter orang Madura

tidak pernah takut mengambil

resiko demi mengubah nasibnya.

Selain merantau untuk bekerja,

banyak juga pemuda Madura yang

merantau untuk menununtut ilmu.

Dan banyak yang sukses dari mereka

tak jarang yang menjadi professor,

budayawan, pengusaha, dan profesi

bergengsi lainnya, bahkan seperti

Mahfudz MD yang pernah menjabat

sebagai ketua MK di masa SBY.

Uniknya, meskipun orang

Madura berada di dunia rantauan,

jika bertemu dengan sesama orang

Madura, mereka akan menganggap

sebagai saudara seperjuangan meski

pada awalnya saling tidak kenal.

Hal ini terjadi karena masyarakat

Madura memegang teguh asas

kekeluargaan dan persaudaraan.

Kuliner KhasMadura juga kaya akan

kulinernya, khususnya kue basah.

Tapi sayangnya, yang dikenal di luar

Madura hanya sate dan soto saja.

Selain itu, ada Bebek Sinjay yang

kini sedang naik daun. Padahal di

Madura memiliki beragam kuliner

khususnya di bidang kue basah,

seperti kocor, bilus, cakrah, dan lain

sebagainya.

Penulis sendiri yang saat ini

berdomisili di Malang belum

pernah melihat dan mencicipi kue

kocor yang seenak di Madura. Di

Malang memang ada, tetapi rasa

serta warnanya tidak sekhas kue

kocor Madura. Sebenarnya hal ini

menjadi peluang bagi orang Madura

yang merantau ke luar Madura

untuk mencoba mempromosikan

kue-kue khas Madura. Selain juga

untuk bisnis, hal ini juga sebagai

langkah untuk mengenalkan kuliner

Madura.

Selain kue basah, Madura juga

memiliki bubur khas, seperti tajin

mera. Jenis bubur ini biasanya

dibuat di bulan-bulan tertentu yang

bertujuan untuk bersedekah, saling

berbagi, kata orang Madura menolak

bala’. Bubur ini juga masih langka

ditemui di luar Madura, jadi tidak

ada salahnya jika ada orang Madura

yang mencoba mengenalkan bubur

ini ke dunia luar.

Madura kaya akan budaya,

tradisi, kesenian, adat-istiadat

yang merupakan jati diri, karakter,

serta kekhasan tersendiri, dan

inilah daya pembeda masyarakat

Madura dengan masyarakat daerah

lain. Sehingga mengenal dan

mengenalkan seluruh kekayaan

Madura adalah kewajiban kita

semua. Jika kita bersikap apatis

terhadap budaya dan tradisi

sendiri, lalu siapa yang akan

melestarikannya?

Di Madura tidak hanya ada

carok, begal, blater atau bajingan,

namun Madura juga memiliki

sejuta budaya dan tradisi positif

yang mencerminkan jati diri

masyarakatnya. Sekarang tinggal

kewajiban kita untuk belajar

mengenal dan mengenalkannya

sehingga terciptalah Madura yang

semakin berkualitas, semakin

dikenal dunia, bahkan menjadi

role model akan kekentalan nilai-

nilai religiusnya. Selamat mengenal

Madura lebih dekat!*) Mahasiswi asal Pamekasan,

Madura. Sedang menempuh S2 PBI di Pascasarjana

Universitas Islam Malang

MENGENAL MADURALEBIH DEKAT

Muzayyinatul Hamidia*

foto

/ist

Page 16: Edisi 28

16 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

MATA BUDAYA

LUDRUK MADURA:SENI PERTUNJUKAN DAN KUASA AJHING (2)

Sejauh ini secara umum tidak

ada kepastian dimana asal

kelahiran seni pertunjukan

ini. Bahkan, banyak sumber

menyebutkan, hingga kini belum

didapat satu kepastian mengenai

tempat asal kelahiran ludruk.

Usaha untuk menentukannya,

kata sumber itu, bukan tak ada,

namun selalu terbentur pada dua

pendapat yang berbeda. Pendapat

pertama misalnya, mengatakan

bahwa kesenian ini berasal dari

Surabaya, sedang pendapat yang

kedua menganggap bahwa ludruk

berasal dari Jombang. Kendati

pada akhirnya umum dikenal dari

Surabaya, kedua pendapat ini pun

sama-sama kuat argumentasinya.

Menurut penuturan beberapa

narasumber dan kalangan seniman

ludruk, embrio kesenian ludruk

pertama kali muncul sekitar tahun

1890. Pemulanya adalah Gangsar,

seorang tokoh yang berasal dan

desa Pandan, Jombang. Gangsar

pertama kali mencetuskan

kesenian ini dalam bentuk ngamen

dan jogetan. Ia mengembara

dan rumah ke rumah. Dalam

pengembaraannya ini Gangsar

kemudian melihat seorang lelaki

sedang menggendong anaknya

yang sedang menangis. Lelaki

itu berpakaian perempuan, dan

ini dianggap Gangsar sebagai

satu pertunjukan yang lucu dan

menarik, sehingga dia terdorong

menanyakan alasan pemakaian

baju perempuan tersebut.

Keinginan itu pun terpenuhi,

dimana alasan si Lelaki memakai

baju perempuan tersebut adalah

untuk mengelabui anaknya,

untuk membuat anaknya merasa

bahwa dia digendong oleh ibunya.

Menurut narasumber ini, peristiwa

itulah yang menjadi asal munculnya

laki-laki yang berperan sebagai

wanita dalam kesenian ludruk.

Narasumber lain menuturkan,

kemunculan Ludruk bermula dari

pengembaraan seorang pengamen

yang bernama Alim. Seperti halnya

Gangsar, dalam pengembaraannya,

Alim berjumpa dengan seorang

lelaki yang sedang menghibur

anaknya. Laki-laki itu mengenakan

pakaian wanita. Diceritakan bahwa

Alim berasal dari daerah Kriyan

yang kemudian mengembara

sampai ke Jombang dan Surabaya.

Dalam pengembaraannya Alim

disertai oleh beberapa orang

temannya. Mereka bersama-

sama memperkenalkan bentuk

seni ngamen dan jogetan.

Kemudian kelompok Alim ini

mengembangkan bentuk tersebut

menjadi bentuk seni yang berisi

parikan dan dialog. Oleh karena

tarian yang dibawakan selalu

menghentakkan (gedruk-gedruk)

kaki, seni itu kemudian diberi nama

“ludruk”.

Kedua versi itu pun ternyata

masih berbeda dengan pendapat

Hendricus Supriyanto, dosen

Universitas Negeri Surabaya dan

juga peniliti ludruk. Ia mengatakan,

ludruk sebagai teater rakyat

dimulai tahun 1907 oleh Pak Santik

dari Desa Ceweng, Kecamatan

Diwek, Kabupaten Jombang.

Diwek adalah kampung kelahiran

Asmuni anggota Srimulat, dan

Kholik pelawak anggota Depot

Jamu Kirun. Awalnya, ludruk

dimulai dari kesenian ngamen

yang berisi syair-syair dan iringan

musik sederhana. Pak Santik yang

berteman dengan Pak Pono dan

Pak Amir berkeliling dari desa

ke desa. Pak Pono mengenakan

pakaian wanita dan wajahnya dirias

coret-coretan agar tampak lucu.

Dari sinilah penonton melahirkan

kata “Wong Lorek”. Akibat variasi

dalam bahasa, maka kata “Lorek”

berubah menjadi kata “Lerok”.

Ludruk dan Perkembangannya

Sementara itu, sebuah sumber

menyebutkan perkembangan

Seni Ludruk terjadi pada tahun

1931. Ketika itu, kata sumber ini,

pementasan ludruk sudah mulai

berbentuk sandiwara dan jumlah

pemainnya pun mulai bertambah.

Namun demikian, ciri khas dari

ludruk yakni Ngremo, Kidungan,

Dagelan dan Cerita (Lakon) tidak

hilang karena tetap dipertahankan.

Kemudian hingga pada tahun

1937, muncullah tokoh-tokoh baru

dalam kesenian ludruk seperti Cak

Durasim yang merupakan tokoh

dari Surabaya. Oleh tangan beliau,

Ludruk akhirnya menceritakan

kisah Legenda dan dalam bentuk

drama.

Menurut sumber lain, pada

zaman ini (zaman Jepang) kesenian

ludruk juga mulai berfungsi sebagai

media kritik terhadap pemerintah.

Hal itu tampak terutama dalam

ludruk Cak Durasim yang terkenal

dengan parikan “Pagupon omahe

dara, melok Nippon tambah

sengsara”. Dengan parikan serupa

itu, Cak Durasim akhirnya berhasil

membangkitkan rasa tidak senang

rakyat terhadap Jepang, sehingga

pada akhirnya ditangkap dan

meninggal dalam tahanan Jepang.

Hingga pada zaman

kemerdekaan, seni ludruk masih

hidup dan berkembang sebagai

kesenian rakyat tradisional yang

berbentuk teater. Hanya saja, pada

masa republik ini fungsi ludruk

sudah mengalami pergeseran. Jika

pada masa sebelumnya kesenian ini

berfungsi sebagai penyalur kritik

sosial, pada masa itu fungsinya

bergeser menjadi penyampai

kebijaksanaan pemerintah. Selain

itu, ludruk juga digunakan sebagai

media promosi oleh sponsor

tertentu. Di zaman itu, sebuah

barang dagangan tertentu sudah

biasa melakukan promosi melalui

ajang pagelaran ludruk.

Sedangkan Peacock (1967a: 44)

dalam Helene Bouvier, dalam

sebuah studi lapangannya menulis

bahwa Tjak Gondo Durasim atau

Cak Durasim merupakan orang

yang pertama kali menciptakan

pertunjukan drama lengkap

dengan berbagai tokoh berbeda

dari cerita yang ditampilkan

sebelumnya pada cerita Ludruk

Besut. Bahkan menurut penelitian

itu, bentuk ludruk di sekitar akhir

30-an tersebut, dipentaskan secara

lengkap di dalam gedung teater

komersial seperti Taman Hiburan

Rakyat dan berlangsung dari pukul

20.00 malam sampai lewat pukul

24.00 malam.

Di dalam perkembangannya,

secara umum seni ludruk

merupakan persatuan dari empat

unsur elemen yang tak dapat di

pisahkan yang disebutkan di atas,

yaitu Ngremo, Kidungan, Dagelan

dan Cerita (Lakon). Sebagian

cerita yang di tampilkan dalam

seni ludruk biasanya membawakan

Cerita Rakyat. Meski juga terdapat

cerita lain seperti cerita perjuangan

pahlawan, menurut sumber ini,

kelaziman itu terjadi karena rakyat

merupakan unsur historis yang

sangat kental dalam cerita ludruk

itu sendiri.

bersambung…*) disusun dari berbagai sumber

Salah satu penampilan Ludruk (foto/ist)

Page 17: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 17

MATA BUDAYA

KOSA KATA BASA MADURA (3)Cemmacemma Basa Pangangguy, Pakakas & Lalakon

NENG edisi ka’dhinto, badi ejellasagi dhalem tabel cem-macemma

basa pangangguy/pakakas/lalakon e dhalem basa Madura. Basa

kasebbut, manabi neng e basa Indonesia esebbut kalaban kata

Keterangan, Kata Benda sareng Kata Kerja.

Page 18: Edisi 28

18 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Sedikit orang yang mengerti

tentang banyak khasiat

daun kelor untuk kesehatan.

Padahal, sayuran khas Indonesia ini,

mulai populer di kawasan Eropa,

Amerika dan belahan dunia lain.

Sehingga sayuran bernama latin

Moringa Oleifera, mulai dikemas

dalam bentuk kapsul dengan harga

selangit sebagai obat herbal yang

banyak digemari.

Dilansir dari berbagai sumber

kesehatan, daun kelor ini,

mengandung 3 kali potasium dari

pada pisang, 4 kali vitamin A dari

wortel, 25 kali zat besi dari pada

bayam, 7 kali vitamin C dari pada

buah jeruk, 4 kali kalsium susu, dan 3

kali protein yoghurt.

Sungguh luar biasa bukan?

Sayur ajaib penuh faedah ini,

mengundang banyak peneliti yang

merekomendasikan khasiat daun

kelor untuk kesehatan badan.

Kandungan vitamin dan

mineralnya tertinggi diantara

buah atau sayuran. Hanya dengan

makan daun ini saja, semua

kebutuhan nutrisi telah terpenuhi

karena mudah terserap tubuh

yang bersifat natural. Dan rasanya

nikmat bila dimasak sebagai kuah

masakan.

Faedah daun kelor untuk badan

sangatlah banyak, dari mulai

menyembuhkan penyakit dalam

hingga penyakit luar. Berikut

sebagian faedah yang dapat di

ambil dari daun kelor.

1. Menyehatkan KulitDaun kelor memiliki kandungan

vitamin C serta antioksidan yang

sangatlah tinggi. Kedua zat ini

sangatlah baik untuk kesehatan

kulit. Dengan dijadikan sebagai

sayur serta dikonsumsi dengan

cara teratur daun kelor bisa

menghaluskan kulit serta mencegah

munculnya jerawat. Sedangkan

daun kelor yang ditumbuk dapat

juga jadikan sebagai masker muka

yang dapat membuat kulit muka

makin halus serta cantik.

2. Mengatasi DiabetesSalah satu faedah daun kelor adalah

mengurangi kadar gula dalam darah.

Daun kelor berfungsi sebagai insulin

alami untuk menangani diabetes.

3. Menyehatkan MataDaun kelor juga banyak terkandung

vitamin A yang sangatlah baik untuk

mata. Mengonsumsi daun kelor bisa

bikin mata senantiasa dalam situasi

sehat serta jernih.

Daun kelor dapat juga mengobati

penyakit mata, langkahnya dapat

dikonsumsi segera maupun air

rebusan daun kelor dibasuhkan pada

mata yang sakit setiap hari hingga

sembuh.

4.Mencegah KankerAntioksidan dalam daun kelor

yang sangat tinggi memberi

khasiat mencegah kanker. Yakni

bisa memperlambat bahkan juga

menghentikan serta menyingkirkan

kanker yang ada dalam tubuh.

5. Menyembuhkan RematikDaun kelor juga sangat baik untuk

menyembuhkan rematik dengan

mengurangi rasa sakit pada sendi

serta bisa mengurangi penumpukan

asam urat pada sendi hingga bisa

mengobati rematik atau asam urat.

6. Penyakit JantungSebuah studi pada hewan

laboratorium yang diterbitkan

Februari 2009 dari “Journal of

Medicinal Food” menemukan

daun kelor mencegah kerusakan

jantung dan memberikan manfaat

antioksidan. Dalam studi tersebut,

pemberian dosis 200 miligram per

kilogram berat badan setiap hari

selama 30 hari, menghasilkan tingkat

lebih rendah dari lipid teroksidasi

dan jaringan jantung dilindungi dari

kerusakan struktural. Para peneliti

menyimpulkan bahwa daun kelor

dapat menawarkan manfaat yang

signifikan untuk kesehatan jantung.

7. Membantu PencernaanDaun kelor mempromosikan

pencernaan makanan yang

merupakan bantuan yang tepat

terhadap masalah perut.

8. Sumber Energi Menyantap daun kelor setiap

pagi bisa menguatkan bagian tubuh

untuk tetap pro aktif sepanjang hari.

Dengan langkah ini, tubuh akan

secara otomatis merasa baik dan

berenergi dari sebelumnya.

9. Menyediakan Nutrisi Selain sebagai minuman bergizi

untuk seluruh tubuh, teh daun kelor

juga memiliki peran penting dalam

memelihara otak dan mata. Gizi otak

membantunya dalam mengambil

keputusan yang tepat bahkan pada

situasi sulit sekalipun.

rusydiyono/diolah dari berbagai sumber

KESEHATAN

Daun Kelor, Sayuran AjaibAmpuh Obati Penyakit Ganas

SEHAT TIDAK HARUS MAHAL

foto/ist

foto/ist

Page 19: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 19

KESEHATAN

PASIEN DBD MENAKUTKAN

Penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD) yang melanda

Kabupaten Sumenep kini

semakin menakutkan. Pasalnya,

gejala yang dirasakan tidak seperti

pada tahun sebelumnya. Jika tahun

lalu penderita mengalami panas

badan tinggi dan mengeluarkan

darah dari hidung menjelang

kritis, tapi kini tidak lagi. Penderita

hanya merasa mual dan sedikit

panas badan. Dan jika kondisi itu

dibiarkan, maka tak urung dalam

waktu kurang lebih dari tiga hari

penderita langsung kritis.

Terkait fenomena ini, Kepala

Dinas Kesehatan (Dinkes)

Kabupaten Sumenep, dr. Fatoni,

menyarankan warga untuk

bersiap-siaga. Kalau-kalau salah

satu anggota keluarga ada yang

mengalami panas badan dan

mual-mual, segeralah bawa ke

puskesmas terdekat sebab khawatir

anggota keluarga bersangkutan

sudah terjangkit penyakit DBD,

terlebih jika yang merasakan gejala

itu adalah anak-anak. “Gejala yang

ditimbulkan musim ini sangat

berbeda dengan tahun sebelumnya.

Jadi, lebih baik semua warga

berhati-hati,” katanya, saat ditemui

Mata Sumenep.

Data dari Dinas Kesehatan,

hingga Kamis, 18 Pebruari lalu

penderita DBD mencapai 220

orang. Sebanyak 189 dirawat di

RSUD dr. H. Moh Anwar, dan

selebihnya dirawat di puskesmas

yang tersebar di daratan dan

kepulauan. Sedangkan dua di

antaranya dinyatakan telah

meninggal dunia.

Mantan Sekretaris Dinkes

itu juga menuturkan, kendati

penderita DBD bisa dari segala

usia, baik dari dewasa, remaja

dan anak-anak, tetapi penderita

paling banyak adalah anak-anak.

Sementara untuk wilayah endemis

DBD meliputi 48 Desa yang

tersebar di 15 Kecamatan, dan

penderita DBD paling banyak ada

di wilayah Kecamatan Kota.

“Oleh karenanya, semua

warga kami himbau

menjaga diri dari

ancaman DBD ini,”

saran Fatoni.

Lebih lanjut

Fatoni memaparkan,

untuk menekan jumlah

penderita DBD, Dinkes

sudah melengkapi Puskesmas

yang ada dengan alat fogging serta

serbuk abate untuk membunuh

jentik nyamuk aides aegypti. Selain

itu, masyarakat juga diharapkan

menjaga kebersihan lingkungan

seperti menguras, menutup dan

mengubur segala sesuatu atau

barang yang berpotensi menjadi

sarang perkembangbiakan nyamuk.

Selama ini yang sangat berpotensi

menjadi tempat berkembang biak

nyamuk adalah bak mandi besar.

Sebab itu, Fatoni menyarankan

warga sering menguras bak mandi

yang dimiliki, sehingga nyamuk

tidak leluasa berkembang biak.

“Jika itu dilakukan, niscaya

perkembangbiakan nyamuk tidak

akan signifikan,” terangnya.

Ketua Komisi IV DPRD Sumenep,

A. Subaidi, menyebut penyakit DBD

yang menyerang banyak wilayah di

kabupaten ini sudah layak masuk

Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal itu

disebabkan karena penyakit DBD

telah merenggut dua korban jiwa.

Menurutnya, status KLB

tidak perlu menunggu

jatuhnya korban

lagi. Warga yang

terserang DBD sudah

banyak, apalagi dua

di antaranya sudah

meninggal. “Jangan

menunggu korban banyak

berjatuhan. Saya kira status

KLB sudah pantas disematkan,”

ujarnya.

Subaidi menuturkan, sewaktu

reses ke bawah, dia mendapatkan

keluhan dari warga tentang

penyakit DBD yang biasa datang

tiap musim penghujan. Katanya,

warga berharap instansi terkait

mengambil langkah untuk

mengantisipasi kemungkinan

terjadinya penyebaran DBD. Dan

kini, kekhawatiran warga itu sudah

nyata. “Dari awal saya sudah

berkomunikasi dengan instansi

terkait agar melakukan langkah

antisipasi,” paparnya.

Subaidi mengatakan, dengan

ditetapkannya status KLB itu,

diharapkan ada greget dari instansi

terkait dalam menekan jatuhnya

korban baru. “Selain itu, puskesmas

dan petugas kesehatan di desa

juga diharapkan lebih maksimal

mensosialisasikan cara pencegahan

DBD, juga cepat bertindak ketika

ada warga sudah terserang DBD,”

katanya.

Rumah Sakit OverloadMembludaknya pasien DBD

pun membuat pihak RSUD dr. H.

Moh. Anwar Sumenep kewalahan.

Rumah sakit yang kini berstatus

Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD) itu overload. Banyak

pasien yang kebanyakan menderita

dirawat di lorong-lorong rumah

sakit akibat kekurangan kamar

rawat inap. Seperti yang terlihat

di ruang interna, satu ruang yang

semestinya menampung sebanyak

28 pasien, kini malah menampung

48 pasien. Pasien lain yang tidak

kebagian kamar, terpaksa dirawat

di lorong luar ruangan dengan

menggunakan ranjang seadanya.

Selain karena didominasi penderita

DBD, rata-rata pasien yang dirawat

inap menderita hipertensi dan

tipus.

Kepala Bidang Pelayanan

Kesehatan rumah sakit, Tatik

Kristiowati, mengatakan bahwa

banyaknya pasien itu disebabkan

intensitas hujan yang cukup tinggi.

Dengan banyaknya pasien yang

masuk, rumah sakit akhirnya

kewalahan karena kekurangan

fasilitas. “Tapi pihak rumah

sakit tetap menerima pasien

yang datang. Kami tetap akan

memberikan pelayanan maksimal,

meskipun dirawat di luar ruangan

yang tidak semestinya,” tegasnya.anton/rahmat

MEMBLUDAK: Pasien DBD di RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep. (foto/ist)

Setiap hari, penderita penyakit DBD terus meningkat. Dua korban sudah berjatuhan. Anggota Dewan menyarankan status Kejadian Luar Biasa (KLB) perlu disematkan.

Page 20: Edisi 28

20 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Agak malu-malu saat dua orang peraih juara Ajang Kecerdasan Majemuk

(ADAM) ini ditemui Mata Sumenep, pekan kedua Februari lalu. Ditemani Wakil Kepala Sekolah Seksi Kesiswaan, keduanya tak hanya berbagi kisah tentang kemenangan, tetapi sebuah proses tak terbantahkan siang dan malam demi membawa harum nama sekolah yang dipertaruhkan.

Adalah Herfiana Pratiwi dan M. Fishal Abrori. Dua dari 21 siswa dan siswi SMPN 1 Gapura peserta ADAM yang otomatis bakal menikmati jenjang pendidikan lanjutan di SMAN 1 Sumenep dengan mudah, berkat prestasinya di gawai tahunan sekolah menengah atas itu. “Pastinya seneng. Tapi juga gak nyangka,” kata Herfiana, disambut angguk temannya, Fishal Abrori.

Gadis kelahiran Sumenep, 23 Juli 2000 silam ini bercerita, prestasi pertama mereka itu merupakan prestasi impian. Kendati dengan rendah hati ia masih bermungkin bahwa kemenangannya di ADAM adalah buah hasil belajarnya, ia juga tidak menampik dalam hidupnya telah

ada target-target prestasi. Sehingga pasca kemenangan di ADAM, kedua siswa kelas IX5 ini berencana maju kembali pada lomba menulis surat yang diselenggarakan POS Indonesia 9 Maret nanti. “Kebetulan kami mendapat kesempatan lagi bersama satu teman lainnya. Itu jadi target kemenangan kami,” tutur putri Herman dan Sofi Indra Astutik ini.

Usaha mencapai hal itu pun terus dilakukan. Seperti dalam ADAM, upaya mengukir prestasi dengan raih kemenangan memang ditempuh mereka dengan belajar. Bedanya, kata Herfi, mereka menggunakan malam seperti siang. Yakni belajar dari waktu lepas tengah malam. “Soalnya kalo malam belajarnya lebih efektif,” dalih Fishal.

Namun tak hanya itu, sepenuturan Wakasek Kesiswaan, Moh. Taufiq, selain pembinaan khusus yang dilakukan langsung oleh guru bersangkutan maupun difasilitasi dalam banyak kegiatan ekstrakurikuler, anak-anak didiknya di SMPN 1 Gapura memang tidak saja digembleng secara materi. Akan tetapi, nilai sosial dan spiritual juga ditekankan menjadi

motivasi. Sehingga tak heran, kunci kesuksesan belajar yang disebutkan mereka kepada Mata Sumenep adalah berdoa dan al-Fatihah untuk para guru di SMPN 1 Gapura.

Apalagi, ADAM tak hanya mempersaingkan ratusan siswa sekolah menengah untuk kelima materi yang meliputi Natural, Intra-Interpersonal (Sosial), Linguistik Indonesia, Linguistik Inggris, Matematika-Logis, dan Diniyah. Proses mencapai 10 besar saja membuat Herfi, Fishal dan Syaifurrahman, degdegan dibuatnya. Beruntung, support para guru membuat Herfi dan Fishal lolos sampai 5 besar. Meski harus merelakan Syaifur gugur di ujung jalan, akhirnya Herfi berhasil membawa pulang gelar Juara 2 untuk Linguistik Indonesia dan Fishal berhasil meraih Juara 3 untuk kecerdasan Intra-Interpersonal atau Sosial.

Demi ketenangan dan konsentrasi dalam kompetisi, para guru memang tidak membebani pikiran keduanya dengan kemenangan. Di waktu babak penyisihan, Herfi dan Fishal masih ingat betul pesan Kepala Sekolah dan Wakasek Kesiswaan. “Kamu gak usah mikirin apa-apa, yang penting kamu buat yang terbaik. Nama sekolah ada di tangan kamu, jadi semuanya terserah kamu. Gitu,” kata Herfi, menirukan pesan gurunya.

Hal itu pun dibenarkan Moh. Taufik. Wakasek Kesiswaan yang popular sebagai pembina ekstrakurikuler Parenteng Lampa (kegiatan seni, budaya dan tradisi Madura) di SMPN 1 Gapura ini mengungkapkan, pihak sekolah memang tak hanya mengajarkan siswa sekedar materi akademik semata. Selain motivasi sosial dan spiritual, sudah bertahun-tahun SMPN 1 Gapura menerapkan kepemimpinan E-MASLIM. Dengan konsep yang berarti Edukator, Manajerial, Administrator, Service, Leader, Inovator, dan Motivator itulah, pihak sekolah mampu menanamkan karakter yang kuat terhadap semua siswa. Sehingga tak hanya saat ADAM,

banyak siswanya yang berhasil mempertahankan prestasinya saat melanjutkan di SMAN 1 Sumenep maupun lembaga lainnya.

Meski jumlah peraih ADAM tahun ini menurun dari sebelumnya, Taufiq tetap mengaku bangga. Hanya saja ia berpesan, agar anak didik yang belum berhasil jangan pernah menyerah. Sebab meski belum sekarang, barangkali di tingkat dan kesempatan berbeda nanti akan meraih prestasi.

Begitupun bagi Kepala SMPN 1 Gapura, Drs. H. Achmad Machfud, MM, M.MPd. Pihaknya merasa sangat bangga terhadap prestasi yang dicapai kedua anak didiknya. Ia berharap prestasi itu bisa menjadi motivasi terhadap teman-temannya yang lain, sehingga bisa memacu diri meraih prestasi. Bahkan, sebagai langkah apresiasi dan upaya memancing ghirah siswa lainnya, beragam bentuk penghargaan dari sekolah diberikan kepada Herfi dan Fishal atas kemenangan dan keberhasilannya melawan malas belajar setiap tengah malam.

“Selain di pintu gerbang sekolah, kami juga memasang baner ucapan selamat dan sukses di jalan raya depan rumah atau menuju rumah mereka,” ujar Machfud.

Yang unik, pihak sekolah juga mencoba mendatangi SD asal siswa. Kata Taufiq, hal itu dilakukan untuk memberitahu guru dan kepala sekolah bahwa anak didik mereka berhasil meraih suatu kejuaraan. “Agar mereka ikut bangga sekaligus memotivasi putra-putri didiknya yang ada di SMPN 1 Gapura,” jelasnya.

Karena itulah, Herfi dan Fishal mengucapkan banyak terimakasih kepada para guru, orang tua serta teman-temannya. Mereka bersyukur bisa dibina dengan sabar dan telaten sehingga bisa memenangkan ADAM dan membawa nama harum sekolah. Kedepan, keduanya telah memasang beragam agenda untuk selalu meraih juara.

rafiqi

SMPN 1 Gapura, Sumenep

MENANGKAN ADAM,JADIKAN MALAM SEPERTI SIANG

Herfi dan Fishal bersyukur bisa membawa nama harum sekolah. Sempat didera grogi di babak penyisihan, tapi ia berhasil meraih Juara.

BERPOSE: Herfiana Pratiwi dan M. Fishal Abrori foto bersama usai menerima penghargaan sebagai Juara 2 dan 3 Ajang Kecerdasan Majemuk (ADAM) 2016.

Page 21: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 21

Kisah InspiratifMengenal Sosok Rindi Wiriandani,Desa Kombang, Pulau Gili Labak, Kecamatan Talango

GURU OTODIDAKANAK-ANAK GILI LABAK

Di wilayah kepulauan, kesenjangan pendidikan memang tak terbantahkan. Begitupun di pulau Gili Labak, kesenjangan itu mengetuk Rindi mengajari anak-anak sekitar seadanya.

Rindi Wiriandani tak pernah

menyangka kehadirannya di

Pulau Tikus akan lebih dari

sekedar menjadi seorang istri. Lahir

dan besar di Desa Essang, Pulau

Poteran, Kecamatan Talango, takdir

cinta membawanya hidup diantara

sekitar 15 keluarga RT 005 RW 003

Desa Kombang, Pulau Gili Labak,

Kecamatan Talango. Sebuah surga

tersembunyi yang menyimpan pasir

putih dan terumbu karang nan

alami. Tempatnya kini mengabdi

kepada sang suami juga warga

sekitar yang tak pernah merasakan

kerasnya bangku sekolah demi

mengais secuil ilmu pengetahuan.

Usianya memang sangat

belia. Namun kesenjangan yang

ditemukannya setiap hari sungguh

tak memandang batas dan usia.

Apalagi situasi dan kondisi sekitar

seperti mendukungnya begitu

saja. Memberi jalan untuk mulai

mengambil langkah, menuntun

anak-anak sekitar bangkit dari

kebodohan meski tanpa fasilitas

pendidikan.

“Awalnya anak-anak yang

meminta saya untuk ngajarin

mereka,” katanya, saat berbincang

dengan Mata Sumenep, pekan

pertama Februari lalu.

Rindi pun mengaku tak tahu

alasan anak-anak tetangganya itu.

Seingatnya, sejak tiba di pulau

yang kini jadi idola destinasi

wisata snorkeling dan diving di

Kabupaten Sumenep ini, anak-anak

sekitar datang begitu saja sambil

membawa buku. “Katanya mereka

seneng sama saya,” ujar Rindi, apa

adanya.

Terpanggil untuk BerbagiRupanya tak hanya menjadi

awal, kenyataan tersebut semakin

menusuk nurani Rindi, membuka

mata hatinya untuk segera berbuat

sesuatu. Bahwa jagoan-jagoan

kecil yang mendatangi rumahnya

dengan polos itu berhak mendapat

pendidikan. Sebab sebagai orang

yang pernah merasakan manisnya

ilmu pengetahuan hingga bangku

sekolah menengah pertama,

nuraninya menolak apabila di

jaman yang sudah tercerahkan ini

masih ada generasi yang tertinggal

dalam kebodohan. “Makanya saya

langsung mau. Seneng aja bisa

ngajarin mereka,” kata perempuan

19 tahun itu.

Apalagi sebagai menantu Pak

RT. Posisinya semakin mendukung

untuk berbagi di tengah tumpuan

harapan masyarakat Pulau Gili

Labak. Dan karena otomatis

menjadi seorang figur, dengan

mudahnya ia mendapat peran

sehingga bisa berbagi sedikit ilmu

dengan anak didiknya yang hanya

berjumlah 3 orang. Anak-anak usia

emas yang seharusnya menikmati

Play Group, Taman Kanak-Kanak

(TK), bahkan Sekolah Dasar (SD)

dengan damai.

Kondisi itulah, kata Rindi,

yang mengantarnya menjadi

guru otodidak sejak 2014 lalu.

Meski tak siap, rasa kasihan lebih

memanggilnya untuk berbuat.

“Saya kasihan sama anak-anak

disini. Saya jadi ingin mereka bisa

membaca, agar tak bernasib sama

dengan orang tuanya,” terangnya

kepada Mata Sumenep.

Memang tak banyak yang bisa

ia lakukan. Selain baca-tulis,

hanya berhitung dan mengaji

Al-Qur’an yang terus diajarkan

dengan keterbatasan sarana dan

prasarana pendidikan. Di langgar

mertuanya yang menjadi tempat

berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar, hanya terdapat sebuah

papan dan kapur tulis sebagai

fasilitas belajar. Itupun hanya sisa

dari sekolah yang bangunannya kini

sudah rata dengan tanah. Menurut

masyarakat sekitar, sekolah itu

ditutup lantaran di masa lalu tak

ada tenaga pengajar yang kerasan

tinggal disana.

Motivasi Anak-anakuntuk Sekolah

Selama satu tahun, perempuan

kelahiran 25 Desember 1997

itu telaten mengajari 3 orang

anak berusia 5, 6 dan 7 tahun di

rumahnya. Tak ada kendala yang

berarti ia hadapi lantaran memang

tak terdapat dinamika kelas

sebagaimana biasanya. Hingga di

bulan Juni 2015 kemarin, ia tak lagi

mengajar karena harus merantau

ke Jakarta.

Di perantauan, Rindi hanya

menghabiskan waktu dua bulan.

Ia berdalih tak kerasan karena

selalu memikirkan nasib anak didik

yang ditinggalkan. Namun meski

sebentar, ia tetap meminta anak-

anak agar sekolah ke Pulau Poteran.

Sebab di pulau yang menjadi pusat

Kecamatan Talango itu, ia percaya

masa depan mereka lebih terjamin

dengan pendidikan.

Dengan dorongan Rindi, anak-

anak itu pun akhirnya mau sekolah

di Talango. Meski dengan itu

hingga kini ia tak lagi punya murid

baru, kata Rindi, itu lebih baik.

“Soalnya disini saya kan cuma

ngajarin mereka apa adanya,

gak ada ijin dan fasilitas belajar-

mengajar yang memadai,” dalihnya.

Sejauh ini, Rindi mengaku

bahagia berhasil mendorong

anak-anak yang sebenarnya

enggan menempuh pendidikan

di Kecamatan Talango lantaran

harus meninggalkan orang tua

atau harus bolak-balik jalur laut

1-2 jam dengan cuaca yang kadang

tidak menentu. Akan tetapi, ia

masih punya harapan lain yang

ingin diwujudkan oleh Pemerintah

Kabupaten Sumenep untuk

Pulau Gili Labak. “Pengen sekali

disini ada sekolah,” kata Rindi,

mengutarkan harapannya.

Sama halnya dengan Rindi,

para orang tua disana juga

menginginkan adanya lembaga

pendidikan yang sebenarnya. Sebab

demi menimba ilmu pengetahuan,

setiap anak harus berpisah dari

orang tua mereka untuk tinggal

bersama famili atau sanak saudara

di Pulau Poteran Talango. Selain

itu, jika masih tak ada lembaga

pendidikan dalam setahun

kedepan, sudah pasti beberapa

anak yang kini masih berusia 2-3

tahun bakal Rindi didik sebisanya,

berbekal ilmu dan fasilitas ala

kadarnya.rafiqi

CURHAT: Rindi (kanan) berbincang dengan Neng Virza, putri sulung Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim, saat berkunjung bersama komunitasnya awal Februari lalu. (Foto/A. Warits)

Page 22: Edisi 28

22 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

KEPULAUAN

Dengan luas kepulauan

yang mencapai 45,21

persen dari total luas

daerah Kabupaten Sumenep, alat

transportasi laut menjadi salah

satu bagian terpenting bagi warga

kepulauan. Oleh karena itu, lima

kapal perintis telah disiapkan untuk

melayani transportasi ke sejumlah

kepulauan mulai tahun 2016 ini.

Lima Kapal Perintis yang

dimaksud yaitu KM Maumere 1,

KM Miami, KM Amukti Palapa,

KM Sabuk Nusantara 27, dan KM

Sabuk Nusantara 56. “Namun,

untuk sementara ini baru dua kapal

perintis yang sudah beroperasi,”

ujar Kepala Bidang Perhubungan

Laut dan Udara Dinas Perhubungan

(Dishub) Kabupaten Sumenep, M.

Choyroni Argoto di Sumenep, akhir

Januari lalu. Sepekan kemudian,

2 kapal perintis lainnya yakni KM

Amukti Palapa dan KM Sabuk

Nusantara 27 terlihat di pelabuhan

Kalianget menyusul KM Maumere

1 dan KM Miami yang beroperasi

sebelumnya.

Dari kelima kapal tersebut, setiap

kapal memiliki rute berbeda-beda.

Misalnya, kapal Sabuk Nusantara

56 akan melayani pelayaran dari

Surabaya, Masalembu, Karamean,

Masalembu, Kalianget, Sapudi,

Kangean, Pangerungan Besar,

Sapeken, Banyuwangi dan

sebaliknya. Sedangkan KM Sabuk

Nusantara 27 akan melayani

rute Banyuwangi, Sapeken,

Pangerungan Besar, Kangean,

Sapudi, Kaliangaet, Masalembu,

Karamean, Masalembu, Surabaya

dan sebaliknya. Sementara KM

Maumere 1 berpangkalan di

Pelabuhan Bima, KM Sabuk

Nusantara 27 di Pelabuhan Tanjung

Wangi, dan tiga lainnya (KM

Miami, KM Amukti Palapa, dan KM

Sabuk Nusantara 56) di Pelabuhan

Tanjung Perak.

Argoto menjelaskan, pemerintah

daerah tidak terlibat secara teknis

dalam pengelolaan maupun

operasional kapal perintis.

“Penanggung jawab administrasi

operasional kapal-kapal perintis

itu ditangani oleh pihak terkait di

Kemenhub. Kami di pemerintah

daerah memang tidak terlibat,”

ujarnya.

Pengoperasian lima kapal perintis

yang jangkauan pelayarannya

ke sejumlah pulau di Kabupaten

Sumenep itu di bawah tanggung

jawab tiga pihak terkait, yakni

Kantor Otoritas Pelabuhan Utama

Tanjung Perak (Surabaya), Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan (KSOP) Tanjung Wangi

(Banyuwangi), dan KSOP Bima

(NTB).

Argoto juga mengemukakan,

tiga dari lima kapal perintis

yang jangkauan pelayarannya

ke sejumlah pulau di Sumenep,

di antaranya Masalembu dan

Sapeken, berstatus kapal milik

negara, yakni KM Amukti Palapa,

KM Sabuk Nusantara 27, dan

KM Sabuk Nusantara 56. “Kami

terus berkoordinasi dengan para

pihak terkait untuk menanyakan

kepastian operasional tiga kapal

perintis lainnya, karena dibutuhkan

oleh warga pulau,” katanya.

Argoto mengatakan bahwa tidak

semua dari lima kapal tersebut

akan singgah di Pelabuhan

Kalianget. “Hanya KM Amukti

Palapa yang akan singgah di

Pelabuhan Kalianget, sementara

empat kapal lainnya tidak,”

tuturnya.

Terkait tarif bagi para

penumpang, jalur perintis

mematok harga lebih murah karena

merupakan rute yang mendapat

subsidi dari pemerintah melalui

Kementerian Perhubungan

(Kemenhub). Namun, jalur yang

akan dilayani termasuk rute

panjang, sehingga membutuhkan

waktu yang sedikit lama dalam

sekali berlayar.

Lebih lanjut Argoto memaparkan,

tahun ini pemerintah pusat juga

berencana akan menambah dua

kapal perintis yang akan melayani

rute Kepulauan Sumenep. Dua

kapal tersebut direncanakan akan

homebase di Pelabuhan Tanjung

Tembaga Probolinggo dan akan

melayani rute Branta Pesisir

Pamekasan, Kangean, Sapeken,

Sepanjang, Sakala, Branta, dan

Tanjung Tembaga. Sedangkan satu

kapal akan homebase di Panarukan

Situbondo yang direncanakan

akan melayani rute Branta Pesisir

Pamekasan, Kangean, Sapeken,

Sepanjang, Sakala, Branta, Tanjung

Tembaga, dan sebaliknya. “Sesuai

pengajuan, dua kapal itu akan

beroperasi di tahun 2016. Semoga

saja tidak molor lagi,” katanya.

Pihaknya berharap, penambahan

dua kapal perintis tersebut bisa

membuat frekuensi pergerakan

orang dan barang dari luar

Sumenep ke sejumlah kepulauan

berlangsung lebih cepat. Oleh sebab

itu, jumlah kapal yang sudah pasti

akan beroperasi di tahun 2016

sebanyak 10 unit. Rinciannya, 5

kapal perintis, satu unit kapal milik

pemerintah daerah yakni DBS II,

Kapal Mega, dua Kapal Cepat, dan

dua unit Kapal DLU. ”Kalau dua

kapal perintis bisa beroperasi tahun

ini, berarti ada 12 kapal yang akan

beroperasi nantinya,” pungkasnya.btrns/ton/mat

5 Kapal Perintis dalam Rute Kepulauan Sumenep

Resah akibat sulitnya transportasi bagi masyarakat kepulauan, tak perlu lagi dirisaukan.Dari 5 Kapal Perintis, 2 kapal telah beroperasi menyusul 2 kapal sebelumnya.

Salah satu kapal perintis saat hombase di pelabuhan Kalianget beberapa waktu lalu. (foto/ist)

Page 23: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 23

Pondok Pesantren (Ponpes)

Sumber Payung, Desa Bataal

Barat, Kecamatan Ganding,

pernah dibubarkan Belanda sekitar

tahun 1948 silam. Pondok tersebut

dibubarkan karena dikhawatirkan

mengancam keberadaan Belanda

yang ingin menjajah tanah

air terus-menerus. Waktu itu,

Kiai Hasyim Thabrani sebagai

pendiri dan pengasuh berjuang

mempertahankan kemerdekaan RI

dengan mengomandani pejuang

Sabilillah untuk wilayah Kecamatan

Ganding. Para santri pun terpaksa

pulang untuk menyelamatkan diri.

KH. Ahmad Sa’duddin, anak

pertama Kiai Hasyim Thabrani

yang kini menjadi pengasuh

pondok, menceritakan bahwa

pendiri pondok sempat mengungsi

ke Desa Karduluk, Kecamatan

Pragaan, untuk menyelamatkan

diri. Jika memilih tetap berada di

lingkungan pondok, dikhawatirkan

akan menjadi tawanan Belanda.

“Masa-masa itu memang sulit bagi

pendiri pondok juga para santri,”

tuturnya.

Tapi Kiai Hasyim Thabrani

hanya mengungsi sebentar.

Terbukti tidak sampai satu tahun

dari pengungsian, Kiai Hasyim

Thabrani kembali lagi ke Desa

Bataal Barat untuk memimpin

pondok, meneruskan aktivitas

keseharian demi mengajarkan syiar

Islam. Para santri kembali lagi ke

pondok, meski dengan berbagai

perasaan berkecamuk gara-gara

merasa diawasi terus oleh Belanda.

“Akhirnya kegiatan pondok

normal lagi seperti

sebelumnya,” ungkap

KH. Ahmad.

Sebenarnya,

Ponpes Sumber

Payung tidak

sengaja didirikan

oleh mendiang Kiai

Hasyim Thabrani. Kata

KH. Ahmad, awalnya di

desa tersebut hanya ada masjid

yang membutuhkan imam salat.

Kiai Hasyim Thabrani selalu

menjadi imam di masjid itu. Lalu

Kiai Hasyim Thabrani diminta

masyarakat untuk mengajari

anak-anak baca Al-Qur’an. Lambat

laun jumlah anak-anak yang

belajar mengaji Al-Qur’an semakin

bertambah. Untuk menampung

anak-anak yang belajar mengaji

itu, kemudian didirikan tempat

bermalam bagi anak-anak yang

berkembang menjadi pondok

pesantren.

Seiring bergulirnya waktu, kini

ponpes itu sudah memiliki semua

tingkatan lembaga pendidikan.

Madrasah Ibtidaiyah (MI) berdiri

pada tahun 1970, sementara

Madrasah Tsanawiyah (MTs) tahun

1980 baru berdiri. Dan pada tahun

1983 barulah berdiri Madrasah

Aliyah (MA). Setahun setelahnya,

yakni tahun 1984, berdiri Raudatul

Atfal (RA). “Kiai Hasyim Thabrani

meninggal pada tahun 1990.

Perannya di pondok lalu digantikan

saya,” ucap KH. Ahmad.

Santri DibekaliIlmu Akupuntur

Ponpes Sumber Payung cukup

memberikan perhatian besar

terhadap kemampuan santri

di bidang akupuntur. Hal itu

didasarkan pada pentingnya

menjaga kesehatan dan

menyembuhkan penyakit dengan

metode yang berasal dari

Cina itu. Harapannya,

kelak ketika sudah

berbaur dengan

masyarakat,

santri langsung

bisa memberikan

pertolongan bagi

masyarakat yang

membutuhkan.

KH. Ahmad Sa’duddin

mengaku mewajibkan semua santri

memiliki kemampuan akupuntur

itu. Pasalnya, setiap hari bisa

dipastikan ada persoalan kesehatan

di tengah-tengah masyarakat. Dan

tidak semua masyarakat bisa lepas

dari persoalan kesehatan itu, sebab

terkendala keterbatasan materi.

Oleh karena itu, ketika para alumni

pondok menemukan masyarakat

semacam itu di daerahnya,

diharapkan langsung bertindak

dengan memberikan pertolongan.

“Memberikan pertolongan itulah

yang kami harapkan,” ujarnya.

Meski kemampuan akupuntur

sangat diperhatikan, kemampuan

intelektual santri juga tidak

dikesampingkan karena

keberadaan mereka di pondok

semata menuntut ilmu. Oleh sebab

itu, para santri diajari baca kitab

kuning yang dilakukan di luar

jam pelajaran di semua jenjang

pendidikan. Santri juga diwajibkan

mengikuti kursus bahasa Arab dan

Inggris agar bisa berkomunikasi

dengan orang asing, mengingat dua

bahasa itu disebut-sebut sebagai

salah satu bahasa komunikasi

internasional. “Dalam mengasah

kemampuan santri, kami lakukan

dengan sungguh-sungguh. Ketika

nanti santri sudah bergaul dengan

masyarakat di daerahnya, sudah

bisa diandalkan oleh masyarakat,”

ujarnya.

Selain itu, santri juga juga

digiring untuk tidak ‘takut’ pada

Matematika. Kesan di masyarakat

bahwa Matematika selama ini

sangat sulit dikuasai. Karenanya,

pondok menyediakan kursus

Matematika bagi semua santri.

“Kalau dipelajari sungguh-sungguh,

tidak ada satu materi pelajaran pun

yang tidak bisa dikuasai,” jelas KH.

Ahmad.

Sementara di bidang kesenian,

pondok juga menyediakan fasilitas.

Santri rata-rata menyukai kesenian

islami seperti musik hadrah

dan qira’ah. Sebab itu, pondok

memfasilitasi dua bidang kesenian

tersebut, sehingga para santri

merasa betah karena memiliki

hiburan tersendiri di dalam

pondok.rusydiyono/ rahmat

Ponpes Sumber Payung, Bataal Barat, Ganding

MATA PESANTREN

KIAN MAJU: Salah satu tampak bangunan madrasah di lingkungan Ponpes Sumber Payung, masa kini.

PERNAHDIBUBARKAN BELANDA

Berdiri sejak pra kemerdekaan, Ponpes Sumber Payung sudah berkembang pesat. Selain bidang intelektual, kesehatan dibidik menjadi prioritas.

Page 24: Edisi 28

24 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Majelis Taklim

K. ZAINURRASI ILYASLarangan, Ganding, Sumenep

MENGABDI DARILUAR TEMBOK

Pembawaan pria berusia

39 tahun yang tergolong

pada kategori murah

senyum ini, membuatnya selalu

mudah bergaul dengan siapapun.

Apalagi di desanya, Larangan,

Kecamatan Ganding, pria bernama

Kiai Zainurrasi Ilyas atau yang

biasa dipanggil Lora Zainur ini

merupakan tokoh masyarakat.

Sebutan Lora atau kiai di depan

namanya menunjukkan asal-

usulnya secara tegas.

Ya, secara genealogi, Zainur

masih terhitung 3 generasi dari Kiai

Haji Imam bin Mahmud, pendiri

pondok pesantren al-Karawi, Karay,

Ganding. Salah satu pesantren

kuna dan kesohor di Kabupaten

Sumenep. Ibu Zainurrasi, Nyai

Hajjah Halilah adalah putri dari

Kiai Usmuny dan Nyai Izzah binti

Kiai Imam Karay. Nyai Izzah

ini bersaudara dengan Kiai Haji

Ahmad Dahlan (Karay), Kiai Haji

Utsman (Billapora, Lenteng), Kiai

Haji Abdulwali (Slopeng), Kiai Haji

Asnawi (Jambu), dan lainnya.

Sementara ayah Zainur, Kiai Ilyas

adalah keturunan Kiai Haji Abdul

Mukti (Bangselok, Sumenep),

yang masih memiliki ikatan

darah dengan Kiai Haji Zainal

Arifin (Tarate, Sumenep). Makam

Kiai Abdul Mukti bersebelahan

dengan Kiai Zainal Arifin, alias

satu komplek juga dengan Kiai

Haji Usymuni Terate, dan Kiai

Raden Wongsoleksono (Pandian,

Sumenep).

Beda Jalur untuk Satu Tujuan Bukan Masalah Besar

Berakar dan bersusurgalur pada

keluarga pesantren tidak membuat

Kiai Zainurrasi harus berkiprah

seperti para pendahulunya.

Baginya, pengabdian pada

masyarakat tak hanya harus

dilakukan di dalam area tembok

pesantren. Justru menurut ayah

tiga anak ini, pengabdian terbesar

harus dilakukan di luar tembok.

Hal itulah yang kemudian

membawa suami dari Diinul Merilla

Syuhada ini terjun ke lembah

politik praktis. Di dunia politik

tersebut, Zainurrasi mengaku

lebih bisa melebarkan sayap Islam.

Meski awalnya, proses yang dilalui

Zainurrasi tidaklah mudah. Apalagi

partai yang dipilihnya merupakan

partai yang kerap mengundang

pro kontra di kalangan umat

Islam sendiri, meski bendera yang

diusung adalah bendera Islam,

yakni Partai Keadilan Sejahtera

(PKS).

“Ya, selama ini memang partai

yang menjadi sarana perjuangan

saya memang kerap diklaim

Wahabi. Tapi itu tidak benar.

Secara tegas, saya katakan saya

kader NU, dibesarkan dalam

keluarga NU, dan berasal

dari keluarga yang turut ikut

memperjuangkan NU,” kata Kiai

Zainurrasi, saat ditemui Mata

Sumenep.

Menurut Zainurrasi, meski

satu tujuan, jalan yang ditempuh

setiap orang kadang tidak sama.

Seperti halnya orang Sumenep yang

bermaksud melakukan perjalanan

menuju kota Surabaya, ada yang

lewat jalur utara, ada juga yang

melewati jalur selatan.

“Jadi masak hanya perbedaan

jalur saja namun tujuannya

sama harus dipermasalahkan.

Saya kira nanti dikembalikan

pada personalnya. Sehingga

selama ikut berpartisipasi dalam

memperjuangkan kepentingan

masyarakat seperti untuk

kepentingan lembaga Islam dan

pesantren-

pesantren,

dan juga ikut

berperan

aktif dalam

mengentaskan

kemiskinan,

mengurangi

pengangguran

dan

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

Sumenep

khususnya di

Kecamatan

Ganding ini

misalnya, ya sah-

sah saja naik kendaraan atau parpol

apapun,” tambahnya.

Kiai Harus Selalu Tampil Tak Hanya di Perayaan Agama

Zainurrasi mengaku miris

melihat kondisi umat Islam saat

ini. Perbedaan pemahaman di

kalangan umat Islam kadang

sampai berujung pada anarki. Dari

yang awalnya hanya perdebatan,

lalu menjadi saling hujat, caki-maki

hingga kemudian kekerasan yang

mengarah pada fisik. Oleh karena

itu di saat-saat yang genting seperti

itu peran tokoh agama atau yang

juga disebut kiai oleh sebagian

masyarakat umum di Indonesia,

sangat dibutuhkan untuk

mendinginkannya.

“Oleh karena itu sejatinya tokoh

agama atau kiai itu memang harus

lebih banyak ke eksternal daripada

internal. Jadi porsi di pesantren

misalnya itu harus lebih sedikit

dibanding porsi publik secara luas,”

terang kiai muda ini.

Alumnus INSTIK Annuqayah

Guluk-guluk ini juga mengaku

sangat prihatin sekali dengan

kondisi sebagian masyarakat

yang sampai bermusuhan karena

beda paham. Ia menduga hal itu

terjadi karena salah satu sebabnya

ialah sudah jarang sekali para

kiai turun aktif secara langsung

pada masyarakat. “Terkadang

kiai tampil di masyarakat hanya

disaat momen-momen penting

seperti saat perayaan Islam atau

acara-acara lembaga pendidikan

pesantren seperti haflatul imtihan

misalnya,” tambah Zainur.

Ke depan, Zainur berharap

semakin banyak muncul para tokoh

agama yang bisa mendinginkan

suasana daripada mementingkan

ego, terutama yang alasannya

hanya mempertahankan pendapat.

“Dan yang terpenting lagi sudah

saatnya berbagai ormas seperti

NU, Muhammadiyah, Ansor,

Masyumi dan Persis, serta partai-

partai politik bersatu serta tidak

lagi mementingkan golongannya

sendiri. Jadi sekali lagi intinya

ialah perbedaan jalur tidak perlu

dipermasalahkan, karena bukan

perbedaan tujuan,” tutupnya.

R B M Farhan Muzammily

Meski berakar dan bersusurgalur pada keluarga pesantren, Kiai Zainurrasi tidak memilih jalur kiprah seperti para pendahulunya. Baginya, pengabdian pada

masyarakat tak harus dilakukan di dalam area tembok pesantren.

KIAI ZAINURRASI ILYAS

Page 25: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 25

Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam, suatu

waktu bercerita mengenai

sosok Uwais al-Qarni. Meski

belum pernah bertatap muka

langsung, Nabi Muhammad

Saw bersabda kepada para

sahabat.

“Ada seorang pemuda yang

tinggal Yaman, daerah Qarn,

dari kabilah Murad. Ayahnya

telah meninggal dunia.

Dia hidup bersama ibunya.

Pemuda itu sangay berbakti

kepada ibunya. Dia pernah

terkena penyakit kusta.

Dia berdoa kepada Allah

Subhanahu wa Ta’ala, lalu

dia diberi kesembuhan,

tetapi masih ada bekas

sebesar dirham di kedua

lengannya. Sungguh, dia

adalah pemimpin para

tabi’in.”

Kemudian Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda kepada Umar bin

al-Khaththab radhiyallahu

‘anhu, “Jika kamu pernah

bertemu pemuda itu, minta

doa kepadanya untuk

memohonkan ampunan Allah

Swt. Pemuda itu ahlis syurga,”

Ketika Umar radhiyallahu

‘anhu telah menjadi Amirul

Mukminin, dia bertanya kepada

para jamaah haji dari Yaman

di Baitullah pada musim haji,

“Apakah di antara warga kalian

ada yang bernama Uwais al-

Qarni?” “Ada,” jawab mereka.

Umar radhiyallahu ‘anhu

melanjutkan, “Bagaimana

keadaannya ketika kalian

meninggalkannya?”

Mereka menjawab tanpa

mengetahui derajat Uwais,

“Kami meninggalkannya dalam

keadaan miskin harta benda

dan pakaiannya usang.”

Umar radhiyallahu ‘anhu

berkata kepada mereka,

“Celakalah kalian. Sungguh,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam pernah bercerita

tentangnya. Kalau dia bisa

memohonkan ampun untuk

kalian, lakukanlah!”

Dan setiap tahun Umar

radhiyallahu ‘anhu selalu

menanti Uwais. Dan kebetulan

suatu kali dia datang bersama

jamaah haji dari Yaman, lalu

Umar radhiyallahu ‘anhu

menemuinya. Dia hendak

memastikannya terlebih

dahulu, makanya dia bertanya,

“Siapa namamu?”

“Uwais,” jawabnya.

Umar radhiyallahu ‘anhu

melanjutkan, “Di Yaman

daerah mana?’

Dia menjawab, “Dari Qarn.”

“Tepatnya dari kabilah

mana?” tanya Umar

radhiyallahu ‘anhu.

Dia menjawab, “Dari kabilah

Murad.”

Umar radhiyallahu ‘anhu

bertanya lagi, “Bagaimana

ayahmu?”

“Ayahku telah meninggal

dunia. Saya hidup bersama

ibuku,” jawabnya.

Umar radhiyallahu ‘anhu

melanjutkan, “Bagaimana

keadaanmu bersama ibumu?”

Uwais berkata, “Saya

berharap dapat berbakti

kepadanya.”

“Apakah engkau pernah sakit

sebelumnya?” lanjut Umar

radhiyallahu ‘anhu.

“Iya. Saya pernah terkena

penyakit kusta, lalu saya

berdoa kepada Allah

Subhanahu wa Ta’ala sehingga

saya diberi kesembuhan.”

Umar radhiyallahu ‘anhu

bertanya lagi, “Apakah masih

ada bekas dari penyakit

tersebut?”

Dia menjawab, “Iya.

Di lenganku masih ada

bekas sebesar dirham.” Dia

memperlihatkan lengannya

kepada Umar radhiyallahu

‘anhu. Ketika Umar

radhiyallahu ‘anhu melihat hal

tersebut, maka dia langsung

memeluknya seraya berkata,

“Engkaulah orang yang

diceritakan oleh Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mohonkanlah ampun kepada

Allah Subhanahu wa Ta’ala

untukku!”

Dia berkata, “Masa saya

memohonkan ampun untukmu

wahai Amirul Mukminin?”

Umar radhiyallahu ‘anhu

menjawab, “Iya.”

Umar radhiyallahu ‘anhu

meminta dengan terus

mendesak kepadanya sehingga

Uwais memohonkan ampun

untuknya.

Selanjutnya Umar

radhiyallahu ‘anhu bertanya

kepadanya mengenai ke mana

arah tujuannya setelah musim

haji. Dia menjawab, “Saya akan

pergi ke kabilah Murad dari

penduduk Yaman ke Irak.”

Umar radhiyallahu ‘anhu

berkata, “Saya akan kirim surat

ke walikota Irak mengenai

kamu?”

Uwais berkata, “Saya

bersumpah kepada Anda

wahai Amirul Mukminin agar

engkau tidak melakukannya.

Biarkanlah saya berjalan di

tengah lalu lalang banyak orang

tanpa dipedulikan orang.”

bersambung...

Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin. Banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta

berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.

KISAH SAHABAT

Asing di Kehidupan Manusia, Populer di Kehidupan Langit

Page 26: Edisi 28

26 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Page 27: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 27

Page 28: Edisi 28

28 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

MATADESA

PRAGAAN DAJABERTEKAD MAJUKAN DESA

Beragam peningkatan dilakukan Imrah sejak menjabat Kades Pragaan Daya. Tekad kuatnya memajukan desanya, mendapat apresiasi dari warga.

KALEBUN atau Kepala Desa

Pragaan Daja, Imrah, memiliki

tekad kuat untuk memajukan desa

dalam berbagai hal. Dan yang jadi

perhatian utama adalah pelayanan

kepada masyarakat. Untuk

memberikan pelayanan itu, dia

mewajibkan semua perangkat desa

masuk kantor. Jika ada yang tidak

masuk tanpa ada pemberitahuan

atau izin, maka perangkat desa

bersangkutan akan dikenakan

sanksi dalam bentuk denda

sebesar Rp 5 ribu. Hasilnya akan

dimasukkan dalam kas desa. “Kami

hanya ingin memberikan pelayanan

prima kepada masyarakat,”

ungkapnya, Sabtu, 20 Pebruari lalu.

Imrah mengakui bahwa untuk

sementara waktu para perangkat

desa berkantor di rumahnya,

karena balai desa kini masih dalam

pembangunan. Dalam waktu dekat,

kemungkinan besar pembangunan

balai desa akan tuntas. Jika

pembangunan balai desa sudah

tuntas, Imrah yakin pelayanan

akan lebih maksimal, sebab

lokasinya berada di pinggir jalan

raya yang sangat mudah dijangkau

masyarakat.

Imrah juga berencana akan

membangun pasar desa yang akan

diletakkan bersebelahan dengan

balai desa. Rencana itu digagas

untuk mendongkrak perekonomian

warga. “Di desa kami banyak

warga yang terjun ke dunia bisnis,

terbanyak menggeluti bisnis kuliner

tradisional,” ujarnya kepada Mata

Sumenep. Selama ini, warga

menjajakan dagangannya keluar

desa ketika ada acara besar. Begitu

juga dengan pedagang pakaian yang

hanya mengandalkan hari pasaran

untuk menjual barangnya. Jika

pasar desa itu sudah ada, maka para

pedagang itu tidak usah jauh-jauh

lagi menjajakan barang. Tinggal

menempati pasar dan menunggu

pembeli datang.

Di bidang olahraga, anak muda

yang gemar bermain sepak bola

yang tergabung dalam Club Prada

FC juga mendapat perhatian serius.

Imrah mencari bantuan dana ke

Disbudparpora Provinsi untuk

membuat lapangan sepak

bola. Dia berharap

bantuan itu segera

terealisasi, sehingga

bakat para pemuda

di desanya

t e r t a m p u n g .

Sementara di bidang

kesehatan, Pragaan

Daja sudah memiliki

Ponkesdes dan Polindes

yang membuat warga mudah

terlayani untuk berobat. Desa juga

menyediakan ‘mobil sehat’ untuk

mengantarkan warga yang akan

dibawa ke puskesmas atau rumah

sakit.

Infrastruktur jalan juga

diperbaiki untuk kenyamanan

warga. Imrah berharap ada

bantuan program pembangunan

maupun perbaikan jalan yang

belum selesai dari instansi terkait.

Dia juga berencana memperbaiki

saluran air yang kurang normal,

karena air yang masuk ke badan

jalan mempercepat rusak

jalan. Pembangunan

bahu jalan juga

akan dilakukan

untuk menghindari

penyempitan jalan

yang disebabkan apa

pun.

Imrah juga berusaha

maksimal mengamankan

desa dari berbagai tindak

pencurian, baik pencurian hewan

(curwan) maupun pencurian

kendaraan bermotor (ranmor).

Itu dilakukan untuk kenyamanan

warga.

Diapresiasi WargaKepemimpinan Imrah

mendapatkan apresiasi dari warga.

Gaya yang ditampilkan dengan

sikap ramah, santun, dan murah

senyum melekat di hati warga.

Dengan gaya kepemimpinannya

itu, masyarakat tidak sungkan

menyampaikan keinginan yang

terpendam. Sehingga meskipun

masih tergolong muda dari sisi usia

dan belum banyak makan garam

dunia pemerintahan, dia terbilang

berhasil mempimpin desa.

Seperti disampaikan warga Dusun

Bulu, Baikuni, gaya kepemimpinan

Imrah sangat disukai masyarakat.

Tiap melayani kepentingan warga,

kata Baikuni, Imrah lakukan penuh

keikhlasan. Setidaknya hal itu bisa

dilihat ketika salah satu warganya

ada yang meninggal. “Dia tidak

segan memberikan bantuan dari

dana pribadi untuk keluarga yang

sedang berduka cita,” tuturnya. Oleh

karena itu, imbuhnya, masyarakat

masih berharap agar Imrah tetap

bisa memimpin desa hingga

periodenya berikutnya. Masyarakat

sudah merasa senang dengan gaya

kepemimpinan Imrah.masrul/anton/rahmat

SEMAKIN BAIK: Suasana perbaikan infrastruktur jalan di Desa Pragaan Daya.

Page 29: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 29

Page 30: Edisi 28

30 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Page 31: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 31

Page 32: Edisi 28

32 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Page 33: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 33

Page 34: Edisi 28

34 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Page 35: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 35

Page 36: Edisi 28

36 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Page 37: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 37

Page 38: Edisi 28

38 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016

Sepanjang hidup, saya pasti selalu ingat terhadap sosok perempuan

berpostur tubuh kecil. Beliau menjalani hidup sangat sederhana. Rendah hati. Bila bertutur lembut. Dengan sikap penyabar, bertingkah laku halus kepada orang. Sehingga beliau selalu memancarkan aura kedamaian bagi orang-orang yang berada di dekatnya.

Saya saksikan perempuan itu waktu kecil. Saban hari, kehidupan perempuan itu berorientasi akhirat. Apabila tiba waktu 2/3 malam, beliau selalu bangun dari tidurnya. Suasana masih gelap gulita. Maklum di zaman itu, belum ada aliran listrik. Ketika bangun dari tidur, perempuan itu mencari damar talpek atau membawa senter sebagai penerang untuk pergi ke kamar mandi guna ambil wudhu’. Kemudian melaksanakan shalat malam (qiyamul lail).

Saya saksikan, perempuan itu tidak turun dari alas sajadah hingga tiba waktu shalat subuh. Setelah shubuh, beliau masih tidak turun. Sampai beliau

bertemu dengan Shalat Israq yaitu shalat ketika matahari terbit.

Perempuan itu masih tidak beranjak dari alas sajadah. Beliau masih dzikir hingga usai melaksanakan shalat duha. Setelah shalat duha, beliau baru beraktivitas seperti orang kebanyakan. Karena perempuan, beliau

mengurus keperluan dapur dan beraktivitas lainnya.

Pada waktu shalat duhur, beliau ngajar para santri. Saat adzan asar, beliau berhenti ngajar lalu shalat asar. Jika masih ada sisa santri yang belum mengaji, perempuan itu pasti melanjutkan. Setelah semua santri selesai mengaji kitab, beliau baru turun dari tempat morok santri-santrinya.

Perempuan itu nyaris tidak lepas dari wudlu’. Sebelum shalat maghrib, beliau sudah bersiap untuk shalat maghrib. Kemudian wiridan dan membaca Ratib Al-Haddad. Setelah shalat isya’, beliau langsung morok santri lain.

Suasana dan metode mengajar santri zaman dulu memang butuh ketelatenan dan kesabaran. Mengajar model sorogan. Bisa dibayangkan. Setiap santri diajari kitab satu per satu. Tidak belajar bersama-sama santri lain.

Kitab yang diajari salah satunya kitab Sulam Safinah, Bidayatul Hidayah, Daqoiqul Akhbar. Model sorogan ini tentu menyita waktu lama.

Tapi hasil yang diperoleh santri sangat memuaskan. Kalau dipadukan model belajar zaman sekarang orang mengenal model belajar private.

Perempuan itu dengan sabar dan telaten mengajari tiap santri hingga larut malam. Terkadang baru selesai jam 12 malam atau jam 2 dini hari. Tidak bisa saya bayangkan siklus kehidupan perempuan itu. Istiqamah dan sabar.

Kehidupan sehari-hari perempuan itu selalu dihiasi dengan doa dan dzikir kepada Allah Swt. Perutnya dibiasakan lapar. Selain puasa sunnah senin dan kamis.

Saya rindu sosok perempuan itu. Lisannya selalu basah dengan ayat-ayat suci al-Qur’an. Terkadang dalam sehari bisa mengaji 30 juz al-Qur’an. Maklum, perempuan itu seorang hafidzah.

Berdekatan dengan orang seperti sosok perempuan itu, saya ingat firman Allah Swt dalam surat Al Kahfi ayat 28 yang berbunyi, “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya

dan adalah keadaannya itu melewati batas,”.

Kalimat bersabarlah pada ayat di atas memberi pelajaran bahwa ketika berkumpul atau dekat bersama orang seperti perempuan itu, janganlah berharap keuntungan duniawi atau kapital.

Memang, efek mendekat dengan seperti sosok perempuan di atas, tidak sama nilai keburuntungannya apabila mendekat dengan penguasa atau pejabat.

Secara nalar, dekat dengan seorang penguasa atau pejabat, bisa mendatangkan banyak keberuntungan duniawi atau kapital. Tapi itu sifatnya sesaat. Bukan jangka panjang.

Mendekat dengan orang yang memiliki keperibadian seperti perempuan di atas, saya yakin sangat perlu. Sebab, keperibadiannya menjadi tiang perjuangan umat Islam dan tiang generasi akan datang.

Saya juga sangat yakin, dekat dengan sosok manusia yang memiliki keperibadian seperti perempuan itu akan menelorkan generasi-generasi tangguh dan hebat.

Dengan doa-doa manusia yang dekat dengan Tuhannya, pastinya luar biasa. Hijab-hijab Allah Swt akan tersingkap. Kata-katanya menjadi doa.

Bersambung...... *Bupati Sumenep dan Pengasuh Ponpes Al-

Karimiyyah, Beraji, Gapura

O A S E

INSPIRATORKUOleh: KH A. Busyro Karim*

Page 39: Edisi 28

22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 39

Page 40: Edisi 28

40 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016