edisi 28
DESCRIPTION
Edisi 9 Program Unggulan di Kepemimpinan Busyro-Fauzi dalam tempo 99 hariTRANSCRIPT
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 1
Kepemimpinan KH A. Busyro Karim-Achmad Fauzi bertekad meningkatkan
kesejahteraan ekonomi warga dan pelayanan kesehatan gratis dalam
tempo 99 hari. Lewat 9 program unggulan, pesan Bupati dan Wabup
Sumenep yang baru dilantik 17 Februari lalu, ditujukan kepada para pemangku
jabatan di lingkungan Pemkab Sumenep agar mengkrongkritkan harapan warga
Sumenep
“
“
2 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 3
4 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
Komisaris : AsmawiDewan Redaksi : Moh. Jazuli, M. Ali Al-HumaidiRedaksi Ahli : Moh. IlyasRedaktur Tamu : SuhaidiDirektur : Hambali RasidiPenanggung Jawab/Pemred : Hambali RasidiKoordinator Liputan : RahmatRedaktur Pelaksana : RafiqiReporter : Anton, Ozi’ (Non Aktif), YonoDesign Grafis : A. Warits MuhshiManajer Iklan & Promosi : RusydiyonoIklan : Masrul, Edi Wardi, UdiyantoPenagih Iklan : Fathorrahem, WardiMnj. Sirkulasi & Distribusi : Moh. JunaediKeuangan : WardaniKontributor : Farhan Muzammily, HairulPenerbit : PT. MATA SUMENEP INTERMEDIANPWP : 70.659.553.5-608-000SIUP : 503/29/SIUP-M/435.213/2014TDP : 13.21.1.58.00174Percetakan : CV Usaha Wira MandiriAlamat Percetakan : JL Patemon 3 No 180, Surabaya
Kantor Redaksi : Jl. Matahari 64 Perum Satelit, Tlp (0328) 673100,
E-Mail : [email protected],[email protected]
Website : www.matasumenep.com
Susunan Redaksi
Mengawal Kemandirian Desa
DAFTAR ISI
08 21
13 38
HARAPAN BARU BUSYRO-FAUZILEGISLATOR MENYAMBUT...
GURU OTODIDAKANAK-ANAK GILI LABAK
Cara Virzannida Busyro KarimPromo-Lestarikan Gili Labak
ESAI RELIGIUS & INSPIRATIFKH A. BUSYRO KARIM
Istilah Jha’ A Wacana memang muncul seketika saat acara Doa
Bersama dan Silaturrahim Bersama para ulama, tokoh masyarakat
dan relawan Busyro-Fauzi di GNI, 20 Februari. Akan tetapi, istilah ini
selalu terlontar dari lisan Abuya-sapaan akrab Bupati Sumenep, KH
A. Busyro Karim, jauh sebelum acara doa digelar.
Dalam beberapa kesempatan, Abuya selalu merespon dengan
istilah jha’ a wacana. Jawaban ini keluar ketika orang dekat atau
bawahannya melontarkan setumpuk ide agar mendapat respon dari
Abuya. Seperti, bagaimana kalau begini. Atau seharusnya bisa begini-
bisa begitu, dan sebagainya. Dan Abuya langsung menyahut dengan
kalimat, “ambhu jha’ a wacana. Kongretkan.”
Secara harfiah, jha’ kata Madura bermakna jangan. Wacana dalam
kamus bahasa Indonesia berarti komunikasi verbal; percakapan atau
pertukaran ide secara verbal. Jika dimaknai bebas, jargon Jha’ A
Wacana berkonotasi, hentikan berdiskusi konsep atau ide. Berpikirlah
langkah nyata yang bisa dirasakan dari wujud hasil konsep atau ide.
Sampai sekarang memang belum keluar bahasa resmi makna dari
istilah Jha’ A Wacana dari Abuya. Tapi dari ghairah melakukan
perbaikan atau peningkatan program yang pernah ditelorkan saat
kepemimpinan periode pertama, bisa menjadi indikator dari jargon
Jha’ A Wacana.
Bisa kita bayangkan. Sejumlah kreasi dan inovasi program
pelayanan publik hanya bisa dikata beberapa program yang dirasa
masyarakat. Sebut saja, konsep perijinan terpadu, kesehatan gratis,
perubahan status RSUD menjadi BLUD, pemberdayaan ekonomi, tata
ruang kota, dan lain sebagainya.
Dari sekian program kreasi dan inovatif itu, hanya segelintir
masyarakat ikut merasakan puas. Seperti pelayanan kesehatan gratis
di puskesmas dan pelayanan medis dan administratif di RSUD.
Secara normatif, konsep kesehatan gratis, masyarakat bisa berobat
gratis. Namun, dari sejumlah fakta di lapangan ditemukan pelayanan
medis sejumlah puskesmas masih kurang prima.
Begitu pun pasien yang rawat inap di RSUD Sumenep. Konsep
reformasi birokrasi di periode pertama Abuya, RSUD dirubah menjadi
BLUD semata ingin lebih prima secara pelayanan, efektif dan efisien
dari administrasi dan transparan secara keuangan, masih berjalan
terseok-seok.
Dan di periode kedua ini, duet Busyro Fauzi benar dipertaruhkan.
Keinginan bupati hendak menata RSUD dengan langkah membuat
tim reformasi RSUD terdiri para ahli dari Sumenep dan luar Sumenep
perlu mendapat apresiasi. Apalagi Bupati Busyro turun langsung
menjadi ketua tim penyelamat RSUD.
Semoga langkah kongkrit bupati diikuti sikap nyata para
pembantunya dalam mewujudkan 9 program unggulan di waktu 99
hari kerja.
Saatnya bekerja. Jha’ A WacanaSelamat Membaca
JHA’ A WACANA
dari redaksi
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 5
MATA UTAMA
Menjadi pemenang dalam
pertarungan Pilkada memang bukan
persoalan mudah. Tapi masih ada
problem lebih rumit menghadang
bagi kontestan pemenang dalam
mewujudkan janji dan harapan
yang pernah ditebar saat kampanye
untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
Karena itu, beberapa jam usai
dilantik sebagai Bupati Sumenep,
KH A. Busyro Karim bertekad
meningkatkan kesejahteraan
ekonomi warga dan meningkatkan
pelayanan kesehatan gratis.
Dalam wawancara bersama
sejumlah wartawan di salah satu
restoran di Surabaya itu, Bupati
Busyro sangat berharap dalam
100 hari kerjanya, roda ekonomi
warga mulai menggeliat dan kesan
pelayanan kesehatan gratis benar
terasa memuaskan.
Dalam menggerakkan roda
ekonomi, Bupati Kiai ini,
mengambil langkah awal dengan
memberi skill of entrepreneurship
(bekal kewirausahaan) bagi
1000 calon pengusaha muda
sebelum diberi bantuan modal
usaha di tahun 2016. “Konsep ini
berlangsung selama lima tahun.
Dengan harapan tercipta 5000
wirausaha muda di Sumenep,”
terangnya.
Bupati Busyro juga membagi
peran dengan wakilnya, Achmad
Fauzi. Dengan latar belakang
seorang pengusaha, Bupati membagi
tugas kepada keponakan MH Said
Abdullah, untuk merevitalisasi pasar
tradisional sebagai tonggak ekonomi
desa. Dengan harapan pergerakan
ekonomi desa cepat menggeliat.
Wabup Fauzi juga diberi peran
menata pedagang kaki lima (PKL)
yang kian menjamur di areal open
space alias taman kota Sumenep.
Dalam peningkatan pelayanan
kesehatan gratis, Bupati membuat
tim reformasi pelayanan RSUD dr
Moh. Anwar Sumenep.
“Dalam waktu sangat dekat,
kami akan membuat tim untuk
memperbaiki pelayanan RSUD
Sumenep. Saya sebagai ketua dan
akan dibantu tim ahli lain dari luar
Sumenep,” janjinya.hamrasidi
BERJIBAKU 99 HARI
1. Pelatihan 1000 wirausaha muda; Tahun pertama melatih
1000 calon wirausaha muda dengan melibatkan 6 SKPD terkait
secara terpadu dan berkelanjutan. Setelah pelatihan, mereka
akan difasilitasi alat produksi dan permodalan/kredit usaha serta
pemasaran.
2. Revitalisasi Pasar Tradisional Kecamatan; Upaya ini untuk
menghilangkan kesan kumuh pasar tradisional di sejumlah
kecamatan melalui rehabilitasi sarana dan prasarana dari dana
APBD maupun APBN. Seperti Pasar Dungkek.
3. Optimalisasi pelayanan Rumah Sakit; Langkah konkret ini
Bupati membentuk Tim Reformasi Pelayanan Rumah Sakit.
Dengan harapan dalam tempo 100 hari masa kepemimpinan
Busyro-Fauzi ada perubahan signifikan dari aspek manajerial,
profesionalitas dan transparansi RSUD dr Moh. Anwar.Bersambung ke hal...6
SEMBILAN PROGRAMUNGGULAN ITU.....
SEPERTI tabuhan gong. Pasca dilantik sebagai Bupati Sumenep di Gedung Grahadi Surabaya, Rabu 17 Februari, pada siang hari, Bupati KH A. Busyro Karim langsung mendeklarasikan program 99 hari dalam 9 program unggulan. Angka keramat dalam mistis NU ini, sebagai penjelmaan dari 9 visi-misi Pasangan Busyro-Fauzi saat Pilkada 9 Desember lalu. Usai dilantik sebagai Bupati dan Wabup, KH A. Busyro Karim dan Achmad Fauzi sowan dan
minta doa dari KH A. Basyir AS sebelum menginjakkan kaki di Pendopo Sumenep.
6 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
MATA UTAMAMATA UTAMAMATA UTAMAMATA UTAMA
SEKRETARIS Daerah
(Sekda) Hadi Soetarto, punya
pandangan menarik soal ghirah
Bupati Kiai Busyro untuk
melakukan
reformasi
birokrasi
di Pemkab
Sumenep.
Dalam
penilaian
Sekda, gagasan
bupati itu
semata guna
meningkatkan
kualitas
kinerja
Aparatur Sipil Negara (ASN) di
Kabupaten Sumenep.
Sekda Soetarto menyebut
delapan area yang menjadi
target reformasi birokrasi
sebagaimana amanat Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Desain Reformasi
Birokrasi. “Sebenarnya Bapak
Bupati sejak periode pertama
(2010-2015, Red) di tahun pertama,
sudah mencanangkan tahun
reformasi birokrasi.
Dan di periode kedua
ini beliau juga akan
melakukan reformasi
birokrasi. Artinya,
Pak Bupati memiliki
komitmen dan perhatian
serius terhadap
reformasi birokrasi ini,”
terang mantan Kepala
Bappeda, mengawali
pembicaraan dengan
Mata Sumenep, Jum’at,
19 Februari.
Pria yang kerap dipanggil Atok
ini merinci poin pertama dalam
delapan area reformasi birokrasi
itu adalah organisasi. Organisasi
di Pemkab Sumenep, katanya,
harus tepat fungsi dan ukuran.
Tepat fungsi dimaksud Pemkab
Sekda Hadi Soetarto
Sambungan hal...54. Penataan Taman Bunga sebagai bentuk optimalisasi open space
(taman bunga) sebagai kawasan wisata kota dan ruang terbuka hijau
(RTH). Bentuknya, melalui revitalisasi dan tatakelola PKL sebagai
sentra ekonomi rakyat secara terpadu seperti aspek ketertiban umum
dan keindahan kota. Karena itu, akan dibentuk tim penataan PKL.
5. Penataan dan Penertiban Perizinan seperti rumah makan, IMB, HO,
media luar ruang dll.
6.Pembangunan Ruang Terbuka Hijau yang masih kurangnya RTH
(Ruang Terbuka Hijau) di Kabupaten Sumenep. Karena itu, akan
dibangun RTH dengan konsep Taman Edukasi di Perumnas Giling dan
Perumahan Satelit .
7. Perijinan Online dan Absen Online. Bentuk perijinan di BPPT
diterapkan secara Online. Dengan harapan, masyarakat tidak harus
datang ke kantor BPPT. Surat Ijin yang dikeluarkan berkode khusus (QR
Code Reader). Dan pengurusan ijin dari luar daerah dapat bertransaksi
data dengan BPPT secara Online. Sehingga, pengurusan ijin bisa lebih
cepat, efisien dan transparan. Sedangkan Absen Online, absensi pegawai
utamanya di wilayah kota secara realtime langsung tercatat di BKPP
(Badan Kepegawaian). Dengan harapan disiplin PNS dapat meningkat.
8. Pembentukan BUMDes dalam rangka Desa Mandiri. BUMDes
ini akan dibentuk di setiap desa untuk memfasilitasi permodalan para
UKM/IKM yang tersebar di sejumlah desa.
9. Serap Aspirasi Masyrakat untuk RPJMD. Masyarakat melalui semua
stakeholder akan dilibatkan dalam penyusunan RPJMD. Sehingga visi
misi Bupati bisa terpahami dan terealisasi dengan baik. Bentuk serap
aspirasi ini akan dilakukan dalam 99 hari kerja melalui FGD (Focus Group
Discussion) untuk semua sektor pembangunan dengan menghadirkan
para tokoh dan stakeholder yang kompeten sesuai bidangnya.
Apa itu Reformasi Birokrasi...?
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 7
MATA UTAMAMATA UTAMAdan instansi bawahannya berjalan sesuai dengan
kewenangannya. Sementara, tepat ukuran
disesuaikan dengan beban kerja yang menjadi
urusan kewenangan yang ada.
Atok melanjutkan, poin kedua adalah tata
laksana. Pemerintah akan mewujudkan sistem
dan prosedur kerja yang jelas, efektif, terukur
untuk mewujudkan Good government. Tata
laksana itu dirasa penting karena berkaitan
dengan sistem mekanisme kerja perangkat
daerah, sehingga pelayanan bisa maksimal.
Sedangkan ketiga adalah peraturan. Di dalam
poin ketiga ini, Atok menerangkan peran
Pemkab membuat regulasi yang tertib, atau
peraturan yang satu tidak tumpang tindih
dengan peraturan yang lain.
Dari perjalanan yang sudah dilalui, Pak Atok
menilai Pemkab sudah melakukan evaluasi
terhadap regulasi yang diterbitkan. Sebab, katanya,
jika ada regulasi tumpang tindih, penerapannya
pun akan menuai persoalan.
Sementara keempat adalah SDM. Atok
menjelaskan, SDM dimaksud adalah
menciptakan aparatur yang berintegritas,
kompeten, kapabel, profesional, dan memiliki
kinerja yang tinggi. Guna meningkatkan SDM
itu, Pemda mengikutsertakan aparatur dalam
pendidikan dan pelatihan (diklat) juga bimtek
yang digelar Pemda sendiri, Pemprov maupun
Pemerintah Pusat, termasuk juga yang diadakan
oleh pihak ketiga. “Termasuk juga kesejahteraan
aparatur diperhatikan. Sehingga kinerja lebih
baik,” imbuhnya.
Lanjut pria yang berkarir birokrasi dari bawah
ini, menyebut akuntabilitas menjadi poin kelima.
Poin ini berkaitan dengan upaya peningkatan
kapasitas dan kapabilitas kinerja birokrasi.
Kapasitas dan kapabilitas bisa dilihat dalam Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
yang disusun tiap akhir tahun anggaran.
Dan tak kalah penting adalah pelayanan publik
yang masuk dalam poin keenam. Pelayanan
publik ini harus ditingkatkan agar masyarakat
terlayani maksimal. Contoh yang bisa dilihat
adalah diterapkannya Program Sistem
Pelayanan Administrasi Kecamatan (Paten). Dan
Paten ini kini sudah dikembangkan di seluruh
Kabupaten/Kota di Indonesia. Selanjutnya,
poin ketujuh adalah budaya aparatur. Ini lebih
mengedepankan perubahan paradigma aparatur
yang sebelumnya sebagai orang dilayani, tapi
kini sebagai orang yang melayani.
Sedangkan poin kedelapan adalah pengawasan.
Pengawasan internal melalui inspektorat akan
ditingkatkan, juga pengawasan eksternal yang bisa
dilakukan masyarakat tak bisa dikesampingkan.
“Kedelapan area reformasi itu dilakukan guna
menciptakan terselenggaranya pemerintah yang
lebih baik,” pungkasnya.rahmat
8 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
MATA UTAMA
Pemberlakuan absen online yang akan diterapkan di wilayah Kota diharapkan mampu
meningkatkan kedisiplinan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN). Dengan metode absen online itu, tingkat kehadiran ASN masuk kantor tidak bisa direkayasa.
Berbeda dengan absen manual
yang sangat berpotensi direkyasa.
Data absen onilene tiap hari dapat
terpantau instansi terkait. Sehingga
ASN yang sebelumnya jarang masuk
kantor, pasti jera dengan sendirinya.
Absen online ini merupakan inovasi
baru bagi duet Busyro-Fauzi untuk
menekan tingkat indisipliner ASN.
Jika berhasil diterapkan, performa
pemerintah semakin baik dan
pelayanan terasa di mata masyarakat.Begitulah pernak pemikiran Ketua
Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath, merespon gagasan absen online yang dilontarkan duet Busyro-Fauzi dalam program 99 hari.
“Bupati Busyro sangat ngerti apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan kinerja ASN. Bupati sudah kaya pengalaman. Beliau menjabat periode sebelumnya dan menjabat Ketua DPRD selama dua periode. Bupati Busyro sudah paham tipikal para pejabat yang sebenarnya. Dengan modal pengalaman itu, saya yakin Bupati Busyro mampu mencari cara jitu dalam mendongkrak tingkat kedisiplinan ASN,” terang Darul.
Pria asal Masalembu ini, mereview sanksi ASN tahun 2015 akibat kasus indisipliner. Karenanya, politisi PDIP itu mengingatkan Bupati Busyro agar memperhatikan realitas itu dengan sungguh-sungguh. Darul yakin, Bupati Busyro dalam kepemimpinan di periode kedua ini mampu mewujudkan kinerja aparatur negara lebih baik. Terlebih hal itu merupakan harapan masyarakat agar pelayanan maksimal dan kinerja ASN bagus.Sehingga masyarakat tidak lagi hidup di alam wacana.
rahmat
Anggota Komisi II DPRD
Sumenep, AF Hari
Pontoh, mengapresiasi
pembentukan 1.000 wirausaha
muda di 99 hari kerja yang
melibatkan 6 SKPD secara terpadu
dan berkelanjutan. Dia bahkan
menganggap program ini sebagai
ide kreatif.
“Target tiap
tahun anggaran
menciptakan
sebanyak 1.000
wirausawan ini cukup
menarik. Konsep
ini bagi saya cukup
tertata, karena kalau
diwujudkan dalam
satu tahun anggaran
sebanyak 5.000,
rasanya memang sulit,” ujarnya,
Sabtu, 20 Pebruari 2016.Agar rencana itu berjalan dengan
maksimal, Pontoh menyarankan singkronisasi program dengan potensi lokal. Karena dengan penguasaan potensi lokal, dia yakin para wirausahawan muda tersebut tidak akan gagap dalam bersaing di dunia bisnis.
Selain itu, menggalakkan wirausaha muda dinilai sangat penting dalam upaya
pembangunan daerah. Apalagi, 2016 ini sudah memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kalau tidak mengandalkan potensi lokal, dia khawatir para wirausahawan muda akan kalah bersaing dengan produk luar. “Jangan lupa juga difasilitasi
untuk mencari pasar. Ini penting dilakukan. Arahkan dan bimbing mereka untuk menguasai pasar,” jelas politisi Partai Golkar itu.
Terkait revitalisasi pasar tradisional, Pontoh mengatakan hal
itu memang perlu dilakukan. Saat ini,
pedagang maupun pembeli di pasar tradisional selalu mengeluh soal kondisi pasar. Terutama ketika memasuki musim hujan, mayoritas pasar menjadi becek dan berakibat barang pedagang tidak ada yang terjual. Sebab itu, Pontoh menganggap revitalisasi pasar merupakan langkah tepat. “Mari tetap jadikan pasar sebagai sentra ekonomi,” jelasnya, kepada Mata Sumenep.
rahmat
BERHARAP PENINGKATAN
Darul Hasyim Fath Ketua Komisi I
AF Hari PontohKetua Komisi II
HARAPAN BARU BUSYRO-FAUZI
LEGISLATOR MENYAMBUT DAN
HERMAN DALI KUSUMAKETUA DPRD SUMENEP
Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim dan Wabup Sumenep Achmad Fauzi baru saja dilantik Gubernur Jatim Seokarwo untuk menjalankan roda pemerintahan
Sumenep periode 2016-2021. Ada sejumlah harapan masyarakat bagi hasil duet parpol pengusung PKB-PDI-P serta Nasdem untuk mensejahterakan masyarakat.
Berikut pandangan para legislator Sumenep kepada Mata Sumenep.
KOMITMEN Bupati dan Wakil Bupati Sumenep KH
A. Busyro Karim-Achmad Fauzi untuk membangun
Sumenep lebih baik di periode 2016-2021 ini,
menjadi semakin mudah. Pasalnya, pasangan Super
Mantap Jilid II ini sudah mendapat dukungan penuh
dari jajaran politisi di DPRD Sumenep.
Usai pelantikan Rabu, 17 Pebruari lalu, Ketua
DPRD Kabupaten Sumenep, H Herman Dali Kusuma
mengungkapkan sambutan positifnya kepada
koleganya di eksekutif itu. Di tangan Busyro-Fauzi, ia
berharap Kabupaten Sumenep ini menjadi semakin
baik. Karenanya ia mengajak Bupati Busyro dan
Wabup Fauzi untuk saling bersinergi dan berharap
segera mengambil langkah cepat dan konkret guna
merealisasikan seluruh visi dan misi.
Untuk mendukung semua itu, Ketua DPRD asal
FKB ini menyarankan Bupati dan Wabup mulai
merangkul seluruh komponen masyarakat Sumenep.
Bagi Herman, partisipasi aktif seluruh komponen
masyarakat lebih mudah merealisasikan visi dan
misinya. “Rangkul kembali seluruh kelompok
masyarakat Sumenep. Khusus mereka yang berbeda
pandangan dalam momentum Pilkada serentak baru-
baru ini,” sarannya, beberapa waktu lalu.
Kepada masyarakat, Herman juga menghimbau
agar turut andil bersama Bupati dan Wakil Bupati.
“Kita jangan memperpanjang silang pendapat tidak
usah lagi saling mencari kesalahan-kesalahan kecil
yang kemudian bisa membuat kebisingan di tengah-
tengah masyarakat. Mari kita ciptakan Sumenep yang
ramah dan aman untuk kita semua,” ajak Herman.anton/rafiqi
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 9
MATA UTAMAMATA UTAMA
Perizinan online yang akan
dikembangkan di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu
(BPPT) akan memudahkan
masyarakat mengurus izin yang
diperlukan, termasuk di dalamnya
adalah izin usaha dalam bentuk apa
pun. Dengan mudahnya pengurusan
izin itu, maka
pertumbuhan investasi di
Sumenep akan tergenjot
dengan sendirinya.
Ketua Komisi III DPRD
Sumenep, Dulsiam,
memaparkan para
investor akan senang
mendengar program
perizinan online ini.
Sebab untuk mengurus
izin usaha, mereka cukup
memberikan data ke BBPT lewat
daring, izin sudah bisa terbit. “Ini tentu
hal baru. Tidak semua daerah memiliki
pelayanan perizinan macam begini,”
ungkapnya, Sabtu, 20 Pebruari lalu.
Politisi PKB ini menganggap
saatnya Bupati Busyro memberikan
yang terbaik bagi semua kalangan,
karena periode ini merupakan terakhir
untuk menjadi orang nomor satu di
gerbong eksekutif. Model perizinan
online dinilai langkah tepat menjadi
bagian dari pelayanan yang diberikan.
Karena selain mempermudah investor,
diyakini akan mampu menambah
pundi PAD dari sektor perizinan.
Setelah berjalan, politisi asal
Kepulauan ini mengingatkan Bupati
Busyro melakukan pengawasan
dengan menggerakkan SKPD terkait.
Apabila menemukan jenis
usaha dijalankan tidak
sesuai dengan izin yang
dikeluarkan, Dulsiam
berharap izin tersebut
segera dicabut.
Terkait penataan
Taman Bunga dengan
maksud optimalisasi
Ruang Terbuka Hijau
(RTH), memang sudah
saatnya pemerintah
mengembalikan fungsinya.
Sementara para pedagang kaki lima
(PKL) yang ada di sekeliling Taman
Bunga, akan lebih baik dipusatkan di
satu tempat strategis yang juga tidak
jauh dari keramaian Kota.
“PKL tidak perlu khawatir.
Karena jika masyarakat luas sudah
tahu posisi mereka, di mana pun
tempatnya, masyarakat akan tetap
‘memburu’ dagangan atau jasanya”.
rahmat
Optimalisasi pelayanan
rumah sakit dinilai
sangat tepat menjawab
kegelisahan para pasien. Dengan
mewujudkan optimalisasi pelayanan
rumah sakit itu, diharapkan
masyarakat tidak mengeluh lagi
tentang pelayanan yang didapatkan.
Ketua Komisi IV DPRD Sumenep,
A. Subaidi mengatakan, meski
sering terkabar pelayanan rumah
sakit dikeluhkan, sebenarnya komisi
yang dipimpinnya belum menerima
laporan. Tapi dengan upaya
optimalisasi pelayanan, dia yakin
tidak akan mendengar ada pasien
mengeluh. “Pelayanan memang
harus prima. Karena pelayanan
kesehatan yang baik merupakan
hak setiap anggota masyarakat,”
ungkapnya, beberapa waktu lalu.
Sebagai wakil rakyat, Subaidi
mengaku akan mendukung program
pemerintah yang berkaitan langsung
dengan masyarakat. Apalagi,
kesehatan sangat penting dijaga
untuk melanjutkan roda kehidupan.
Namun ia mengingatkan, optimalisasi
pelayanan rumah sakit tidak hanya
sebuah konsep di atas kertas, tapi
direalisasikan dalam tindakan
nyata. “Masyarakat sekarang sudah
pintar memberikan penilaian.
Saya tidak ingin ada komentar
miring terkait program yang
disiapkan,” ungkap politisi PPP itu.
Selain itu, petugas medis dianggap
sebagai ujung tombak bidang layanan
kesehatan. Apabila kinerjanya
buruk, apalah artinya nilai program
unggulan yang dipersiapkan.
Untuk menghindari petugas medis
lalai, Subaidi pun mengingatkan
pentingnya pengawasan ketat
berkelanjutan. Jika tidak, potensi
petugas medis melalaikan tugas
menganga lebar. Dan jika hal itu
terjadi, akan mencoreng citra
pemerintah yang baru saja berjalan.rahmat
DulsiamKetua Komisi III
A. SubaidiKetua Komisi IV
10 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
MATA UTAMAMATA UTAMA
APA KATA MEREKA?
Pembentukan wirausahawan muda sangat ditunggu-tunggu masyarakat, khususnya kaum muda. Para pemuda
selama ini umumnya tidak punya aktivitas. Para orang tua khawatir anaknya akan terjerumus pada hal yang tidak
diinginkan, seperti menjadi pemabuk dan lainnya. Semoga dengan adanya program ini, kaum muda bisa disibukkan
dengan kegiatan bermanfaat, sehingga menjadi kebanggan orang tua.Mohammad Sono, peternak ayam pedaging, Desa Bicabi, Kecamatan Dungkek.
Revitalisasi pasar tradisional harus menyeluruh. Jangan hanya sebagian. Pasar-pasar yang ada di berbagai kecamatan
memang kebanyakan kumuh. Bahkan di Pasar Anom saja kalau hujan becek. Perbaiki saran dan prasarananya. Selain
itu, keberlangsungan pasar tradisional juga perlu dilindungi. Izin minimarket harus diperketat, karena menjamurnya
minimarket mengancam keberadaan pedagang kecil di pasar-pasar tradisional.Fauzan Adhima, Sekretaris DPD KNPI Sumenep.
Pelayanan rumah sakit selama ini cenderung tidak beres. Banyak masyarakat mengeluh. Mestinya dengan status
sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), pelayanan maksimal. Eh, pelayanan yang diberikan malah sering
mengecewakan. Kami harap bupati dan wakil bupati yang baru tidak hanya menebar janji untuk mengoptimalkan
pelayanan rumah sakit. Masyarakat akan melihat hal itu sebagai komitmen dari pemimpin yang mesti ditunaikan.Imam Arifin, mahasiwa STITA Tarate, Kecamatan Kota.
foto/Ist
foto/Ist
foto/Ist
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 11
MATA UTAMA
Sehari setelah dilantik Gubernur
Jawa Timur, Soekarwo,
pasangan Bupati dan Wakil
Bupati Sumenep, KH A. Busyro
Karim-Achmad Fauzi pulang ke
Sumenep diiringi ratusan mobil.
Sebelum ke pendopo, Busyro-Fauzi
menuju kediaman Pengasuh Ponpes
Annuqayah daerah Latee, Guluk-
Guluk, KH Basyir AS.
Memang Kiai Basyir orang
pertama yang dikunjungi Busyro-
Fauzi. Tidak ngerti apa yang
menjadi pertimbangan.
Dalam wawancara bersama
wartawan, Bupati Busyro pernah
menyebut Kiai Basyir sebagai sosok
inspirsi dalam berpolitik karena
sabar dan istiqamah.
Tepat pukul 14.45 WIB Kamis
sore (18/2), pasangan Bupati dan
Wakil Bupati langsung sungkem.
Mereka kemudian memohon
wejangan dan doa dari Kiai Basyir
agar diberi kekuatan memimpin
Sumenep 5 tahun mendatang.
Doa berlangsung hikmat.
Dalam wejangan, KH Basyir
menitipkan beberapa hal kepada
pasangan Busyro-Fauzi. Pertama,
pengawasan Dana Desa (DD) dan
Alokasi Dana Desa (ADD). Kedua,
bantuan madrasah yang banyak
disalahgunakan penerima. Ketiga,
distribusi raskin perlu pengawasan.
Usai mendapat wejangan,
rombongan Busyro-Fauzi bertolak
melewati pertigaan Bluto, menuju
Saronggi. Di Lapangan Saronggi,
ribuan elemen masyarakat
menunggu sejak pukul 14.00 WIB.
Pada pukul 16.30 WIB,
mobil plat nomor M 1 VB
tibda dan masyarakat segera
mengerumuninya. Senyum hangat
KH A. Busyro Karim beserta
Nurfitriana, menyambut tangan
masyarakat yang ingin bersalaman.
Karuan saja jalanan macet dipadati
peserta pawai.
Beberapa peserta memakai
kostum komunitas, ada juga
berpakaian bebas, dan ada juga
yang tubuhnya dilumuri dengan cat
berwarna hijau dan merah sebagai
simbol dari partai pengusung
Busyro-Fauzi.
Iring-iringan pawai terus
bergerak menuju pendopo. Di
pertengahan jalan, terlihat grup
musik tradisional, saronen
berdendang dari pintu gerbang
Kantor Nasdem sebagai bentuk
penyambutan terhadap KH A.
Busyro Karim dan Achmad Fauzi.
Buya, panggilan akrab Bupati
Sumenep akhirnya menghentikan
laju mobilnya beberapa saat untuk
bersalaman dengan beberapa
petinggi partai Nasdem yang
menyambut hangat kedatangannya.
Setelah bersalaman, perjalanan
pun dilanjutkan.Di Pendopo,
seluruh peserta pawai melakukan
doa bersama.Usai acara, Bupati
Busyro melanjutkan perjalanan
menuju kediamannya di Desa
Beraji bersama para peserta pawai
yang masih ingin mengiringinya.
Keesokan hari, Bupati
Busyro bersama ibu Nurfitriana
menyambangi Rumdis dan senam
pagi bersama para pegawai di
lingkungan pemkab.
Pada hari Sabtu malam, para
relawan menggelar doa bersama
dan silaturrahim dengan sejumlah
ulama NU yang istiqamah
mendukung kesuksesan duet
Busyro-Fauzi dalam Pilkada,
9 Desember lalu. Terlihat KH
Said Abdullah, Pengasuh Ponpes
Mathliul Anwar, Pangarangan.
KH Taufikurrahman FM, Jambu.
KH Nashih Fauzi, Pragaan. KH
Abdullah Kholil, Terate,Pandian.
Ada hal menarik saat pemutaran
video profile Kiai Busyro dan karir
politiknya. Di akhir video itu,
tertulis Dengan Kepemimpinan
Busyro-Fauzi Mari Kita Wujudkan
Masyarakat Sumenep Sejahtera
dan Bermartabat. Saatnya Bekerja.
Bukan lagi berwacana.Istilah ini
juga terlihat di kaos yang dipakai
panitia acara.
Istilah ini seperti menjadi jargon
di kepemimpinan Busyro-Fauzi.
Semoga..Bermakna....anton/rafiqi
SAATNYA BEKERJABUKAN LAGI A WACANA
Suasana akrab dalam acara doa bersama dan silaturrahim bersama para ulama, tokoh masyarakat dan relawan atas kepemimpinan Busyro-Fauzi berlangsung meriah di GNI, Sabtu 20, Februari.
12 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
EKONOMI KREATIF
TAHU KRIBOJajanan Murah
BeromsetJutaan Rupiah
Di kelas penganan ringan, pentol tahu memang sedang menjadi trend kuliner kekinian. Agar mendulang
ekonomi, Wahid mengkreasikan rasa hingga tampilan yang mengundang selera.
S iapa yang tidak
kenal dengan tahu.
Makanan berbahan dasar
kedelai ini bak artis yang terkenal
dimana-mana, dari pelosok desa
hingga ke perkotaan. Sebabnya
mudah ditebak, selain gampang
didapat dimana saja, alasan
mayoritas karena harganya pasti
murah meriah.
Tahu yang awalnya hanya
menjadi lauk, kini sudah banyak
disulap menjadi berbagai macam
aneka kuliner mengundang rasa.
Mulai dari pentol tahu, tahu isi,
tahu sumedang, dan banyak lagi
aneka makanan berbahan dasar
tahu, sudah pernah dibuat dan
bisa dinikmati oleh pembaca Mata
Sumenep dimana saja. Bahkan
kini, di Warung Sudi Mampir milik
pasangan Wahid dan Ani juga
menawarkan kuliner baru berbahan
dasar tahu yang diberi nama Tahu
Kribo. Nama Tahu Kribo sendiri
diambil karena jika dilihat dari
penampilannya, bentuk tahu yang
sudah siap disantap itu keriting,
seperti rambut yang kribo.
Ide membuat Tahu Kribo diakui
Wahid didapatkan dari salah satu
kuliner Banyuwangi, yaitu Tahu
Walik. “Kalau bakso Malang kan
ada kripiknya. Di Banyuwangi
memakai Tahu Walik. Disini
dikemas lain, sehingga menjadi
Tahu Kribo,” cerita Wahid
saat ditemui Mata Sumenep di
kediamannya.
Tahu kribo yang dapat ditemui
di Jl. Dr. Cipto Perumahan Pondok
Indah Gg 7 No 22 (sebelah timur
Pasar Anom Baru) ini, sangat
berbeda dengan penganan tahu
yang lain. Hal itu karena selain
cara membuatnya yang hampir
sama dengan pembuatan bakso,
juga ada campuran ikan laut segar
di dalamnya. Saat digigit, tahu
jadi terasa sangat renyah dan rasa
ikannya benar-benar menendang
di lidah. Kelezatan tahu kribo
ini juga terasa tambah mantap
saat dipadukan dengan saus khas
buatan tangan Ani. “Sausnya
membuat sendiri dengan resep
rahasia,” kata Ani, menambahkan
cerita suaminya.
Selain
rasanya
yang mantap,
tahu kribo bisa dinikmati oleh
para pelanggan dengan harga yang
murah meriah. Dibuka mulai pukul
06.00 pagi s/d 21.00 WIB malam,
tahu kribo dijual seharga Rp.
5.000,- dan Rp. 10.000,- per porsi
sesuai ukuran.
Menurut Wahid, usaha yang
sudah ditekuni selama dua tahun
lebih ini bisa menghasilkan
omset rata-rata 1 juta lebih setiap
bulan. Maklum, pemasaran tahu
kribo masih dilakukan secara
manual, yaitu dari pelanggan ke
pelanggan. Di samping itu, rumah
yang dijadikan tempat usaha pun
belum banyak diketahui oleh orang.
Wahid menilai seandainya usaha
ini dibuka di tempat yang lebih
terbuka dan mudah dijangkau,
omsetnya pasti akan lebih besar.
“Ada impian untuk membuka
di Taman Bunga atau di pinggir
jalan. Hanya saja masih terkendala
dengan anak kecil,” tuturnya, awal
Februari lalu.
Wahid bercerita bahwa usaha
tahu kribo pada awalnya tidak
sebesar saat ini.
Dulu, tahu
kribo
hanya
dijual di
Pasar Minggu, itu
pun dititipkan ke penjual lain.
Jika bulan puasa tiba, dirinya juga
menitipkan ke penjual takjil yang
bertempat di bibir jalan Taman
Adipura.
“Dulu masih dititipkan di Pasar
Minggu dan di penjual takjil.
Sekarang kami sudah membuka
usaha juga di rumah,” kenang
Wahid.
Saat ini, pelanggan tahu kribo
di Warung Sudi Mampir sudah
cukup ramai. Dari siswa dan guru
di sekolah, mahasiswa dan dosen di
beberapa kampus, bahkan beberapa
dinas di Sumenep juga sering
menikmati jajanan lezat ini.
“Ada dari rumah sakit,
Perpustakaan Daerah,
Disbudparpora, dan banyak lagi,”
terang ayah yang sudah memiliki
dua buah hati ini.
Rupanya, usaha tahu kribo juga
menyisakan cerita suka dan duka
di balik kesuksesannya menjadi
ladang ekonomi keluarga Wahid.
Hal duka yang terjadi, pernah
beberapa hari tidak ada pelanggan
sama sekali, sehingga Wahid harus
mengalami kerugian. “Padahal,
bahan bakunya sudah siap semua.
Jadi, terpaksa kami buang,” kata
Wahid.
Sementara cerita suka, datang di
bulan Ramadhan tahun lalu. Saat
itu, tahu kribo yang dititipkan ke
penjual takjil dibeli oleh Istri Bupati
Sumenep, Ny. Nurfitriana Busyro
Karim dan dimuat di salah satu
media nasional. “Ada kebanggan
tersendiri karena dari banyak
kuliner, tahu kribo menjadi salah
satu pilihan Bunda Fitri,” ungkap
Wahid kepada Mata Sumenep.
Warung Sudi Mampir ini juga
menyediakan jajanan lain seperti
Tahu Kress, Tahu Petis, dan Pisang
Panggang. Untuk penghilang haus
sehabis menyantap jajanan lezat,
juga disediakan pop ice dan es
teh. Selain itu, warung ini juga
menerima pesanan berupa kue
ulang tahun, kue kering, dan juga
kue basah. “Meski begitu, yang
paling laris tetap tahu kribo,” jelas
Wahid.anton/rafiqi
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 13
Virzannida tampak sibuk
mengkoordinir sejumlah
muda-mudi di dermaga
Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II
Kalianget, Sumenep, Sabtu pagi itu.
Dua kapal motor bermuatan masing-
masing sekitar 30 orang sudah
siap membawa rombongannya.
Mereka hendak menuju Gili
Labak, sebuah pulau di wilayah
administrasi Desa Kombang, Pulau
Poteran, Kecamatan Talango. Surga
tersembunyi bagi wisatawan, apalagi
penyuka diving dan snorkeling.
Bersama Share it, sebuah
komunitas dimana pemuda-
pemudi terbaik Nusantara bersatu
untuk membangun daerah
terpencil di pelosok negeri melalui
pemberdayaan masyarakat di
bidang pendidikan, kesehatan,
lingkungan dan entrepreneurship,
Virzan memiliki rencana panjang
hebatkan Gili Labak. “Jadi kita
disini berkumpul menjadi satu buat
punya mind goal yang sama, yaitu
untuk menghebatkan Gili Labak,”
katanya kepada sejumlah wartawan.
Untuk planning awal, pengurus
komunitas sosial ini serta volunteer
(relawan) dari Sumenep dan
Surabaya _termasuk mahasiswa
dari berbagai daerah di Indonesia,
waktu itu beragenda utama
melakukan pendekatan terhadap
warga dengan survei door to door
ke 15 kepala rumah tangga. Karena
selain untuk menghebatkan Gili
Labak, kata Virzan, pihaknya
membawa misi eco adventure
tourism sebagai pengembangan
konsep wisata. Yakni melestarikan
dan mengembangan pulau Gili
Labak menjadi kawasan wisata
alami yang menawarkan semangat
jelajah dan petualangan bagi para
pengunjungnya.
“Intinya, kondisi disini tetap apa
adanya, tidak disediakan berbagai
fasilitas lengkap seperti di Gili
Terawangan,” papar Virzan.
Namun demikian, agenda
kegiatan akhir pekan pertama
Februari lalu itu cukup banyak.
Selain baksos, seharian itu ada
penanaman 275 bibit pohon jenis
penghalau angin, pembersihan
sampah di sepanjang garis pantai
Gili Labak, pengobatan gratis
bagi warga, dan penanaman 1000
terumbu karang untuk mengganti
terumbu karang yang rusak sebagai
upaya melestarikannya.
Untuk survei, putri Bupati
Sumenep, KH A. Busyro Karim
ini, memimpin sendiri dari setiap
rumah ke rumah. Sebagai putri
daerah, otomatis ia lebih faham
serta mudah berkomunikasi
dengan rakyat disana. Sehingga
sebagai tindak lanjut langsung
hasil surveinya, hari itu pula warga
yang perlu mendapat pengobatan
segera ditangani oleh dokter
yang sedia ikut baksos, melayani
kesehatan warga. Sedangkan untuk
penanaman, setiap volunteer yang
terbagi dalam kelompok masing-
masing juga dibantu dinas terkait
melalui Kelompok Masyarakat
Pengawas (Pokmaswas) disana.
Ketua Pokmaswas Gili Labak,
Yanto menuturkan, pihaknya
sangat merasa senang dengan
kegiatan positif yang dikomandani
Neng Virzan. Baginya, mendapati
kenyataan pulau Gili labak dilirik
dan dipedulikan oleh orang-
orang luar, adalah kebanggan
luar biasa. Apalagi, kedatangan
mereka membawa kelestarian dan
pengembangan terhadap alam
sekitar, terlebih dilakukan oleh
anak-anak muda yang tergabung
dari seluruh Indonesia.
Hanya saja, Yanto selalu berharap
agar para pengunjung menjaga
kelestarian lingkungan yang ada.
“Walaupun tidak ada kegiatan
menanam pohon semacam ini,
tetap harus menjaga kelestarian
lingkungan. Jangan sampai
merusak pohon-pohon disini yang
sudah ditanam,” tegasnya.
Harapan itu pun selaras dengan
Virzan. Menurut dara cantik ini,
Gili Labak harus benar-benar
dilestarikan. Sebab hanya dengan
itu potensi yang tersembunyi bisa
dilirik wisatawan. Apalagi di zaman
sekarang, orang-orang tidak lagi
mencari objek wisata yang hanya
eco tourism. Khususnya wisatawan
asing, eco adventure tourism-lah
yang selalu menjadi primadona
idaman.
“Jadi saat mereka kesini itu,
kondisinya masih benar-benar
pure, masih alami, dan masih
benar-benar perawan. Sehingga
tak hanya sekedar menikmati
keindahan, tetapi mereka juga bisa
berpetualang,” tandasnya.
Untuk mendukung itu, Yanto
juga mengaku siap berikan layanan.
Meski sementara hanya bertugas
sebagai pengawas, bersama 10
orang anggotanya, ia selalu stand
by kalau-kalau pengunjung
membutuhkan bantuan. “Tiap hari
yang bertugas sudah ada 2 orang.
Tapi kalau Sabtu dan Minggu, 11
orang kita selalu turunkan.”rafiqi
Cara VirzanPromo & Lestarikan
Gili Labak
Pulau Gili Labak disebut Virzannida Busyro Karim, sangat berpotensi. Baksos dengan Share It kedua kali, kembali
lestarikan ekosistem serta promosikan pulau Surga tersembunyi.
KOMUNIKATIF: Survei door to door Share It ke 15 Kepala Rumah Tangga dipandu Neng Virzan.
TELATEN: Neng Virzan memberikan obat kepada kakek-kakek warga Gili Labak dan menjelaskan agar resepnya ditanyakan kepada cucunya.
SHARE IT
REBOISASI: Para Volunteer Share It saat menanam 275 bibit pohon jenis penghalau angin.
14 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
Redaksi Mata Sumenep menerima tulisan berupa Opini dan Resensi dalam berbagai perspektif (Islam, Budaya, Sosial, Politik-Pemerintahan, dan Ekonomi) dengan materi seputar Sumenep. Panjang tulisan maksimal 850 kata. Tulisan bisa dikirim via email ke: [email protected]
Bedah Buku
Stereotipe miring tentang
masyarakat Madura secara
umum hingga saat ini
belum sepenuhnya luntur. Ketika
mendengar kata Madura, yang
terbayang di benak orang luar adalah
karakter orangnya yang kasar, keras
kepala, dan bodoh. Stigma itu
membuat sebagian generasi muda
Madura merasa minder. Seakan tak
ada tokoh yang bisa dibanggakan
dari tanah kelahirannya.
Mungkin dulu stereotipe
tersebut tidak sepenuhnya salah,
namun seiring perubahan waktu
masyarakat Madura juga berubah.
Di Madura, Sumenep secara khusus,
menyimpan segudang tokoh yang
patut dibanggakan. Tapi mungkin
tak banyak yang mengetahuinya
bahwa mereka putra pulau garam,
karena orang-orang hebat dari
Madura itu kurang mendapatkan
publikasi.
Halim Perdanakusuma, prajurit
TNI Angkatan Udara yang
dinobatkan sebagai Pahlawan
Nasional adalah putra Sumenep.
Namanya diabadikan menjadi
nama pangkalan udara di
Jakarta, dan Pemkab Sumenep
mengabadikannya menjadi nama
monumen. Ia lahir di Sampang pada
18 November 1922, namun Halim
tumbuh dan besar di Sumenep
(hlm. 32).
Halim mengawali pendidikannya
di Hollandsoh Inlandsche School
di Sumenep (1928-1935). Setelah
itu melanjutkan sekolah ke Meer
Uitgebreid Lagere Onderwijs di
Surabaya. Setelah itu menempuh
pendidikan di Mideelbaar
Opleiding School Voo Inlandsche
Ambutenaren. Pendidikan
militernya Pendidikan Opsir
Torpedo di Surabaya dan Royal
Canadian Air Forces di Amerika
Serikat.
Sepulangnya dari Amerika
Serikat, ia diserahi tugas sebagai
instruktur navigasi di Sekolah
Penerbangan yang dipelopori
Agustinus Sutjipto. Halim sempat
pulang ke Madura pada 12 Mei
1946 dengan membawa pesawat.
Ia meninggal dalam perjalanan
udara untuk mendapatkan bantuan
senjata dan logistik untuk keperluan
perjuangan.
Sementara salah satu akademisi
asal Sumenep yang patut
dibanggakan adalah Prof. Mien
Achmad Rifai, M.Sc. Ph.D. Ahli
botani di Indonesia ini lahir di
Gapura, Sumenep, pada 1 Januari
1940. Dari 100 lebih jenis tumbuhan
baru yang berhasil ditemukan
dalam penelitiannya ia menemukan
tanaman sejenis pacar air yang
hanya ditemukan di Sumenep (hlm.
23).
Berbagai pertemuan ilmiah di
dalam dan luar negeri serta jabatan
penting pernah diembannya.
Buku dan artikel yang telah ditulis
mencapai puluhan. Belasan
penghargaan bergengsi telah
diterima sebagai apresiasi atas
kiprah dan pengabdiannya.
Pendekar hukum kebanggaan
Sumenep adalah Artidjo Alkostar,
Hakim Agung Mahkamah Agung
RI. Sekalipun ia lahir di Situbondo,
namun kedua orangtuanya berasal
dari Sumenep. Sehingga, karakter
beliau sangat dipengaruhi karakter
Madura. Termasuk ketegasannya
dalam menegakkan hukum.
Terpilihnya Artidjo sebagai
hakim agung tidak lepas dari
peran ulama di Madura. Sebelum
beliau menerima jabatan tersebut
terlebih dahulu konsultasi ke salah
satu kiai di Madura. Kiai tersebut
memberikan saran menerima
jabatan tersebut, sehingga akhirnya
Artidjo mengikuti fit and proper
test dan dinyatakan lulus (hlm. 59).
Buku Sumenep Menyimpan
Segudang Cerita penting
dibaca generasi muda untuk
memperkenalkan beberapa tokoh
nasional asal kabupaten ujung
timur Pulau Madura ini. Bahasanya
dikemas dengan sederhana dan
babnya pendek-pendek, serta
dilengkapi pula dengan foto-foto,
sehingga tak membosankan.
Noevil Delta dalam buku 108
halaman ini juga menjelaskan
filosofi nama-nama desa,
beberapa tradisi, dan infrastuktur
peninggalan Belanda.*) Sarjana Instika, Guluk-Guluk Sumenep Madura.
MENGENAL TOKOH NASIONALDARI SUMENEP
M Kamil Akhyari*
Data Buku
Judul : Sumenep Menyimpan Segudang CeritaPenulis : Noevil DeltaPenerbit : Oksana PublishingTebal : 108 halamanISBN : 978-602-6769-38-1
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 15
Mata Opini
Madura adalah sebuah
pulau yang dikenal
dengan sebutan pulau
garam. Hal ini terjadi karena
Madura adalah salah satu daerah
penghasil garam terbesar di
Indonesia. Selain itu, Madura juga
dikenal dengan kuliner khasnya,
yaitu sate dan soto. Cita rasa yang
khas membuat jenis kuliner Madura
ini dikenal dan dikagumi banyak
orang, bahkan di seluruh Nusantara.
Secara demografi, Madura terdiri
dari empat kabupaten, dari ujung
timur adalah Kabupaten Sumenep,
Kabupaten Pamekasan, Kabupaten
Sampang, dan Kabupaten
Bangkalan.
Selain kulinernya, Madura juga
tersohor dengan masyarakatnya
yang religius, masyarakat yang
sangat menjunjung tinggi nilai-
nilai agama, memegang teguh
prinsip agama. Hal ini tercermin
dari ungkapan idiomatis orang
Madura, seperti ‘abantal syahadat,
asapo’ iman, apajung Allah’ yang
arti tekstualnya adalah ‘berbantal
syahadat, berselimut iman,
dan berpayung Allah’. Secara
kontekstual, ungkapan tersebut
bisa dimaknai bahwa orang Madura
sangat berpegang teguh pada
agama, tidak akan pernah goyah
sampai kapanpun karena agama
sudah menjadi jati diri, karakter
serta ruh kehidupan orang Madura.
Ungkapan idiomatis lain yang
dimiliki oleh orang Madura terkait
karakter yang kuat terhadap nilai-
nilai keislaman adalah, ‘oreng sala
tako’ ka jangbajanganna dibi’
(orang yang salah akan takut pada
bayangannya sendiri). Artinya orang
yang melakukan dosa, hidupnya
tidak akan tenang karena dia akan
terus-menerus dihantui perasaan
bersalah (Hani’ah, 2010).
Kekentalan nilai-nilai agama
masyarakat Madura tidak hanya
tercermin pada ungkapan idiomatis
yang dimiliki, namun juga lebih
terlihat dalam kehidupan nyata,
kehidupan masyarakat sehari-
hari. Salah satunya adalah belajar
mengaji Al-Qur’an sejak kecil. Bagi
orang Madura, tidak bisa mengaji
atau tidak pernah khatam Al-Qur’an
adalah sesuatu yang tercela, tidak
dianggap bahkan bisa diolok-olok.
Mengapa demikian? Karena bagi
masyarakat Madura, percuma bisa
membaca dengan huruf abjad latin
tetapi tidak bisa mengaji. Orang
yang tidak bisa membaca Al-Qur’an
dianggap sebagai orang yang tidak
berguna, itulah mengapa sangat
sulit ditemui orang Madura yang
tidak bisa mengaji.
Masyarakat PerantauJika kita keliling Nusantara
bahkan dunia, maka disitu kita
temukan orang Madura. Dengan
kata lain orang Madura ada
dimana-mana. Masyarakat Madura
memiliki tipikal pekerja keras,
namun karena kondisi wilayah
Madura yang gersang dan tidaklah
cukup jika hanya mengandalkan
usaha bercocok tanam, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan hidup
kebanyakan dari masyarakat
Madura pergi merantau.
Diantara mereka banyak yang
berhasil dengan menjadi pedagang
besi tua, menjual sate atau soto,
serta menjadi kuli pengangkut es.
Namun, juga tak sedikit dari mereka
yang gagal, terlebih bagi mereka
yang merantau ke luar negeri,
bahkan pulangnya berupa jasad.
Memang sangat beresiko, namun
begitulah karakter orang Madura
tidak pernah takut mengambil
resiko demi mengubah nasibnya.
Selain merantau untuk bekerja,
banyak juga pemuda Madura yang
merantau untuk menununtut ilmu.
Dan banyak yang sukses dari mereka
tak jarang yang menjadi professor,
budayawan, pengusaha, dan profesi
bergengsi lainnya, bahkan seperti
Mahfudz MD yang pernah menjabat
sebagai ketua MK di masa SBY.
Uniknya, meskipun orang
Madura berada di dunia rantauan,
jika bertemu dengan sesama orang
Madura, mereka akan menganggap
sebagai saudara seperjuangan meski
pada awalnya saling tidak kenal.
Hal ini terjadi karena masyarakat
Madura memegang teguh asas
kekeluargaan dan persaudaraan.
Kuliner KhasMadura juga kaya akan
kulinernya, khususnya kue basah.
Tapi sayangnya, yang dikenal di luar
Madura hanya sate dan soto saja.
Selain itu, ada Bebek Sinjay yang
kini sedang naik daun. Padahal di
Madura memiliki beragam kuliner
khususnya di bidang kue basah,
seperti kocor, bilus, cakrah, dan lain
sebagainya.
Penulis sendiri yang saat ini
berdomisili di Malang belum
pernah melihat dan mencicipi kue
kocor yang seenak di Madura. Di
Malang memang ada, tetapi rasa
serta warnanya tidak sekhas kue
kocor Madura. Sebenarnya hal ini
menjadi peluang bagi orang Madura
yang merantau ke luar Madura
untuk mencoba mempromosikan
kue-kue khas Madura. Selain juga
untuk bisnis, hal ini juga sebagai
langkah untuk mengenalkan kuliner
Madura.
Selain kue basah, Madura juga
memiliki bubur khas, seperti tajin
mera. Jenis bubur ini biasanya
dibuat di bulan-bulan tertentu yang
bertujuan untuk bersedekah, saling
berbagi, kata orang Madura menolak
bala’. Bubur ini juga masih langka
ditemui di luar Madura, jadi tidak
ada salahnya jika ada orang Madura
yang mencoba mengenalkan bubur
ini ke dunia luar.
Madura kaya akan budaya,
tradisi, kesenian, adat-istiadat
yang merupakan jati diri, karakter,
serta kekhasan tersendiri, dan
inilah daya pembeda masyarakat
Madura dengan masyarakat daerah
lain. Sehingga mengenal dan
mengenalkan seluruh kekayaan
Madura adalah kewajiban kita
semua. Jika kita bersikap apatis
terhadap budaya dan tradisi
sendiri, lalu siapa yang akan
melestarikannya?
Di Madura tidak hanya ada
carok, begal, blater atau bajingan,
namun Madura juga memiliki
sejuta budaya dan tradisi positif
yang mencerminkan jati diri
masyarakatnya. Sekarang tinggal
kewajiban kita untuk belajar
mengenal dan mengenalkannya
sehingga terciptalah Madura yang
semakin berkualitas, semakin
dikenal dunia, bahkan menjadi
role model akan kekentalan nilai-
nilai religiusnya. Selamat mengenal
Madura lebih dekat!*) Mahasiswi asal Pamekasan,
Madura. Sedang menempuh S2 PBI di Pascasarjana
Universitas Islam Malang
MENGENAL MADURALEBIH DEKAT
Muzayyinatul Hamidia*
foto
/ist
16 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
MATA BUDAYA
LUDRUK MADURA:SENI PERTUNJUKAN DAN KUASA AJHING (2)
Sejauh ini secara umum tidak
ada kepastian dimana asal
kelahiran seni pertunjukan
ini. Bahkan, banyak sumber
menyebutkan, hingga kini belum
didapat satu kepastian mengenai
tempat asal kelahiran ludruk.
Usaha untuk menentukannya,
kata sumber itu, bukan tak ada,
namun selalu terbentur pada dua
pendapat yang berbeda. Pendapat
pertama misalnya, mengatakan
bahwa kesenian ini berasal dari
Surabaya, sedang pendapat yang
kedua menganggap bahwa ludruk
berasal dari Jombang. Kendati
pada akhirnya umum dikenal dari
Surabaya, kedua pendapat ini pun
sama-sama kuat argumentasinya.
Menurut penuturan beberapa
narasumber dan kalangan seniman
ludruk, embrio kesenian ludruk
pertama kali muncul sekitar tahun
1890. Pemulanya adalah Gangsar,
seorang tokoh yang berasal dan
desa Pandan, Jombang. Gangsar
pertama kali mencetuskan
kesenian ini dalam bentuk ngamen
dan jogetan. Ia mengembara
dan rumah ke rumah. Dalam
pengembaraannya ini Gangsar
kemudian melihat seorang lelaki
sedang menggendong anaknya
yang sedang menangis. Lelaki
itu berpakaian perempuan, dan
ini dianggap Gangsar sebagai
satu pertunjukan yang lucu dan
menarik, sehingga dia terdorong
menanyakan alasan pemakaian
baju perempuan tersebut.
Keinginan itu pun terpenuhi,
dimana alasan si Lelaki memakai
baju perempuan tersebut adalah
untuk mengelabui anaknya,
untuk membuat anaknya merasa
bahwa dia digendong oleh ibunya.
Menurut narasumber ini, peristiwa
itulah yang menjadi asal munculnya
laki-laki yang berperan sebagai
wanita dalam kesenian ludruk.
Narasumber lain menuturkan,
kemunculan Ludruk bermula dari
pengembaraan seorang pengamen
yang bernama Alim. Seperti halnya
Gangsar, dalam pengembaraannya,
Alim berjumpa dengan seorang
lelaki yang sedang menghibur
anaknya. Laki-laki itu mengenakan
pakaian wanita. Diceritakan bahwa
Alim berasal dari daerah Kriyan
yang kemudian mengembara
sampai ke Jombang dan Surabaya.
Dalam pengembaraannya Alim
disertai oleh beberapa orang
temannya. Mereka bersama-
sama memperkenalkan bentuk
seni ngamen dan jogetan.
Kemudian kelompok Alim ini
mengembangkan bentuk tersebut
menjadi bentuk seni yang berisi
parikan dan dialog. Oleh karena
tarian yang dibawakan selalu
menghentakkan (gedruk-gedruk)
kaki, seni itu kemudian diberi nama
“ludruk”.
Kedua versi itu pun ternyata
masih berbeda dengan pendapat
Hendricus Supriyanto, dosen
Universitas Negeri Surabaya dan
juga peniliti ludruk. Ia mengatakan,
ludruk sebagai teater rakyat
dimulai tahun 1907 oleh Pak Santik
dari Desa Ceweng, Kecamatan
Diwek, Kabupaten Jombang.
Diwek adalah kampung kelahiran
Asmuni anggota Srimulat, dan
Kholik pelawak anggota Depot
Jamu Kirun. Awalnya, ludruk
dimulai dari kesenian ngamen
yang berisi syair-syair dan iringan
musik sederhana. Pak Santik yang
berteman dengan Pak Pono dan
Pak Amir berkeliling dari desa
ke desa. Pak Pono mengenakan
pakaian wanita dan wajahnya dirias
coret-coretan agar tampak lucu.
Dari sinilah penonton melahirkan
kata “Wong Lorek”. Akibat variasi
dalam bahasa, maka kata “Lorek”
berubah menjadi kata “Lerok”.
Ludruk dan Perkembangannya
Sementara itu, sebuah sumber
menyebutkan perkembangan
Seni Ludruk terjadi pada tahun
1931. Ketika itu, kata sumber ini,
pementasan ludruk sudah mulai
berbentuk sandiwara dan jumlah
pemainnya pun mulai bertambah.
Namun demikian, ciri khas dari
ludruk yakni Ngremo, Kidungan,
Dagelan dan Cerita (Lakon) tidak
hilang karena tetap dipertahankan.
Kemudian hingga pada tahun
1937, muncullah tokoh-tokoh baru
dalam kesenian ludruk seperti Cak
Durasim yang merupakan tokoh
dari Surabaya. Oleh tangan beliau,
Ludruk akhirnya menceritakan
kisah Legenda dan dalam bentuk
drama.
Menurut sumber lain, pada
zaman ini (zaman Jepang) kesenian
ludruk juga mulai berfungsi sebagai
media kritik terhadap pemerintah.
Hal itu tampak terutama dalam
ludruk Cak Durasim yang terkenal
dengan parikan “Pagupon omahe
dara, melok Nippon tambah
sengsara”. Dengan parikan serupa
itu, Cak Durasim akhirnya berhasil
membangkitkan rasa tidak senang
rakyat terhadap Jepang, sehingga
pada akhirnya ditangkap dan
meninggal dalam tahanan Jepang.
Hingga pada zaman
kemerdekaan, seni ludruk masih
hidup dan berkembang sebagai
kesenian rakyat tradisional yang
berbentuk teater. Hanya saja, pada
masa republik ini fungsi ludruk
sudah mengalami pergeseran. Jika
pada masa sebelumnya kesenian ini
berfungsi sebagai penyalur kritik
sosial, pada masa itu fungsinya
bergeser menjadi penyampai
kebijaksanaan pemerintah. Selain
itu, ludruk juga digunakan sebagai
media promosi oleh sponsor
tertentu. Di zaman itu, sebuah
barang dagangan tertentu sudah
biasa melakukan promosi melalui
ajang pagelaran ludruk.
Sedangkan Peacock (1967a: 44)
dalam Helene Bouvier, dalam
sebuah studi lapangannya menulis
bahwa Tjak Gondo Durasim atau
Cak Durasim merupakan orang
yang pertama kali menciptakan
pertunjukan drama lengkap
dengan berbagai tokoh berbeda
dari cerita yang ditampilkan
sebelumnya pada cerita Ludruk
Besut. Bahkan menurut penelitian
itu, bentuk ludruk di sekitar akhir
30-an tersebut, dipentaskan secara
lengkap di dalam gedung teater
komersial seperti Taman Hiburan
Rakyat dan berlangsung dari pukul
20.00 malam sampai lewat pukul
24.00 malam.
Di dalam perkembangannya,
secara umum seni ludruk
merupakan persatuan dari empat
unsur elemen yang tak dapat di
pisahkan yang disebutkan di atas,
yaitu Ngremo, Kidungan, Dagelan
dan Cerita (Lakon). Sebagian
cerita yang di tampilkan dalam
seni ludruk biasanya membawakan
Cerita Rakyat. Meski juga terdapat
cerita lain seperti cerita perjuangan
pahlawan, menurut sumber ini,
kelaziman itu terjadi karena rakyat
merupakan unsur historis yang
sangat kental dalam cerita ludruk
itu sendiri.
bersambung…*) disusun dari berbagai sumber
Salah satu penampilan Ludruk (foto/ist)
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 17
MATA BUDAYA
KOSA KATA BASA MADURA (3)Cemmacemma Basa Pangangguy, Pakakas & Lalakon
NENG edisi ka’dhinto, badi ejellasagi dhalem tabel cem-macemma
basa pangangguy/pakakas/lalakon e dhalem basa Madura. Basa
kasebbut, manabi neng e basa Indonesia esebbut kalaban kata
Keterangan, Kata Benda sareng Kata Kerja.
18 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
Sedikit orang yang mengerti
tentang banyak khasiat
daun kelor untuk kesehatan.
Padahal, sayuran khas Indonesia ini,
mulai populer di kawasan Eropa,
Amerika dan belahan dunia lain.
Sehingga sayuran bernama latin
Moringa Oleifera, mulai dikemas
dalam bentuk kapsul dengan harga
selangit sebagai obat herbal yang
banyak digemari.
Dilansir dari berbagai sumber
kesehatan, daun kelor ini,
mengandung 3 kali potasium dari
pada pisang, 4 kali vitamin A dari
wortel, 25 kali zat besi dari pada
bayam, 7 kali vitamin C dari pada
buah jeruk, 4 kali kalsium susu, dan 3
kali protein yoghurt.
Sungguh luar biasa bukan?
Sayur ajaib penuh faedah ini,
mengundang banyak peneliti yang
merekomendasikan khasiat daun
kelor untuk kesehatan badan.
Kandungan vitamin dan
mineralnya tertinggi diantara
buah atau sayuran. Hanya dengan
makan daun ini saja, semua
kebutuhan nutrisi telah terpenuhi
karena mudah terserap tubuh
yang bersifat natural. Dan rasanya
nikmat bila dimasak sebagai kuah
masakan.
Faedah daun kelor untuk badan
sangatlah banyak, dari mulai
menyembuhkan penyakit dalam
hingga penyakit luar. Berikut
sebagian faedah yang dapat di
ambil dari daun kelor.
1. Menyehatkan KulitDaun kelor memiliki kandungan
vitamin C serta antioksidan yang
sangatlah tinggi. Kedua zat ini
sangatlah baik untuk kesehatan
kulit. Dengan dijadikan sebagai
sayur serta dikonsumsi dengan
cara teratur daun kelor bisa
menghaluskan kulit serta mencegah
munculnya jerawat. Sedangkan
daun kelor yang ditumbuk dapat
juga jadikan sebagai masker muka
yang dapat membuat kulit muka
makin halus serta cantik.
2. Mengatasi DiabetesSalah satu faedah daun kelor adalah
mengurangi kadar gula dalam darah.
Daun kelor berfungsi sebagai insulin
alami untuk menangani diabetes.
3. Menyehatkan MataDaun kelor juga banyak terkandung
vitamin A yang sangatlah baik untuk
mata. Mengonsumsi daun kelor bisa
bikin mata senantiasa dalam situasi
sehat serta jernih.
Daun kelor dapat juga mengobati
penyakit mata, langkahnya dapat
dikonsumsi segera maupun air
rebusan daun kelor dibasuhkan pada
mata yang sakit setiap hari hingga
sembuh.
4.Mencegah KankerAntioksidan dalam daun kelor
yang sangat tinggi memberi
khasiat mencegah kanker. Yakni
bisa memperlambat bahkan juga
menghentikan serta menyingkirkan
kanker yang ada dalam tubuh.
5. Menyembuhkan RematikDaun kelor juga sangat baik untuk
menyembuhkan rematik dengan
mengurangi rasa sakit pada sendi
serta bisa mengurangi penumpukan
asam urat pada sendi hingga bisa
mengobati rematik atau asam urat.
6. Penyakit JantungSebuah studi pada hewan
laboratorium yang diterbitkan
Februari 2009 dari “Journal of
Medicinal Food” menemukan
daun kelor mencegah kerusakan
jantung dan memberikan manfaat
antioksidan. Dalam studi tersebut,
pemberian dosis 200 miligram per
kilogram berat badan setiap hari
selama 30 hari, menghasilkan tingkat
lebih rendah dari lipid teroksidasi
dan jaringan jantung dilindungi dari
kerusakan struktural. Para peneliti
menyimpulkan bahwa daun kelor
dapat menawarkan manfaat yang
signifikan untuk kesehatan jantung.
7. Membantu PencernaanDaun kelor mempromosikan
pencernaan makanan yang
merupakan bantuan yang tepat
terhadap masalah perut.
8. Sumber Energi Menyantap daun kelor setiap
pagi bisa menguatkan bagian tubuh
untuk tetap pro aktif sepanjang hari.
Dengan langkah ini, tubuh akan
secara otomatis merasa baik dan
berenergi dari sebelumnya.
9. Menyediakan Nutrisi Selain sebagai minuman bergizi
untuk seluruh tubuh, teh daun kelor
juga memiliki peran penting dalam
memelihara otak dan mata. Gizi otak
membantunya dalam mengambil
keputusan yang tepat bahkan pada
situasi sulit sekalipun.
rusydiyono/diolah dari berbagai sumber
KESEHATAN
Daun Kelor, Sayuran AjaibAmpuh Obati Penyakit Ganas
SEHAT TIDAK HARUS MAHAL
foto/ist
foto/ist
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 19
KESEHATAN
PASIEN DBD MENAKUTKAN
Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) yang melanda
Kabupaten Sumenep kini
semakin menakutkan. Pasalnya,
gejala yang dirasakan tidak seperti
pada tahun sebelumnya. Jika tahun
lalu penderita mengalami panas
badan tinggi dan mengeluarkan
darah dari hidung menjelang
kritis, tapi kini tidak lagi. Penderita
hanya merasa mual dan sedikit
panas badan. Dan jika kondisi itu
dibiarkan, maka tak urung dalam
waktu kurang lebih dari tiga hari
penderita langsung kritis.
Terkait fenomena ini, Kepala
Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabupaten Sumenep, dr. Fatoni,
menyarankan warga untuk
bersiap-siaga. Kalau-kalau salah
satu anggota keluarga ada yang
mengalami panas badan dan
mual-mual, segeralah bawa ke
puskesmas terdekat sebab khawatir
anggota keluarga bersangkutan
sudah terjangkit penyakit DBD,
terlebih jika yang merasakan gejala
itu adalah anak-anak. “Gejala yang
ditimbulkan musim ini sangat
berbeda dengan tahun sebelumnya.
Jadi, lebih baik semua warga
berhati-hati,” katanya, saat ditemui
Mata Sumenep.
Data dari Dinas Kesehatan,
hingga Kamis, 18 Pebruari lalu
penderita DBD mencapai 220
orang. Sebanyak 189 dirawat di
RSUD dr. H. Moh Anwar, dan
selebihnya dirawat di puskesmas
yang tersebar di daratan dan
kepulauan. Sedangkan dua di
antaranya dinyatakan telah
meninggal dunia.
Mantan Sekretaris Dinkes
itu juga menuturkan, kendati
penderita DBD bisa dari segala
usia, baik dari dewasa, remaja
dan anak-anak, tetapi penderita
paling banyak adalah anak-anak.
Sementara untuk wilayah endemis
DBD meliputi 48 Desa yang
tersebar di 15 Kecamatan, dan
penderita DBD paling banyak ada
di wilayah Kecamatan Kota.
“Oleh karenanya, semua
warga kami himbau
menjaga diri dari
ancaman DBD ini,”
saran Fatoni.
Lebih lanjut
Fatoni memaparkan,
untuk menekan jumlah
penderita DBD, Dinkes
sudah melengkapi Puskesmas
yang ada dengan alat fogging serta
serbuk abate untuk membunuh
jentik nyamuk aides aegypti. Selain
itu, masyarakat juga diharapkan
menjaga kebersihan lingkungan
seperti menguras, menutup dan
mengubur segala sesuatu atau
barang yang berpotensi menjadi
sarang perkembangbiakan nyamuk.
Selama ini yang sangat berpotensi
menjadi tempat berkembang biak
nyamuk adalah bak mandi besar.
Sebab itu, Fatoni menyarankan
warga sering menguras bak mandi
yang dimiliki, sehingga nyamuk
tidak leluasa berkembang biak.
“Jika itu dilakukan, niscaya
perkembangbiakan nyamuk tidak
akan signifikan,” terangnya.
Ketua Komisi IV DPRD Sumenep,
A. Subaidi, menyebut penyakit DBD
yang menyerang banyak wilayah di
kabupaten ini sudah layak masuk
Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal itu
disebabkan karena penyakit DBD
telah merenggut dua korban jiwa.
Menurutnya, status KLB
tidak perlu menunggu
jatuhnya korban
lagi. Warga yang
terserang DBD sudah
banyak, apalagi dua
di antaranya sudah
meninggal. “Jangan
menunggu korban banyak
berjatuhan. Saya kira status
KLB sudah pantas disematkan,”
ujarnya.
Subaidi menuturkan, sewaktu
reses ke bawah, dia mendapatkan
keluhan dari warga tentang
penyakit DBD yang biasa datang
tiap musim penghujan. Katanya,
warga berharap instansi terkait
mengambil langkah untuk
mengantisipasi kemungkinan
terjadinya penyebaran DBD. Dan
kini, kekhawatiran warga itu sudah
nyata. “Dari awal saya sudah
berkomunikasi dengan instansi
terkait agar melakukan langkah
antisipasi,” paparnya.
Subaidi mengatakan, dengan
ditetapkannya status KLB itu,
diharapkan ada greget dari instansi
terkait dalam menekan jatuhnya
korban baru. “Selain itu, puskesmas
dan petugas kesehatan di desa
juga diharapkan lebih maksimal
mensosialisasikan cara pencegahan
DBD, juga cepat bertindak ketika
ada warga sudah terserang DBD,”
katanya.
Rumah Sakit OverloadMembludaknya pasien DBD
pun membuat pihak RSUD dr. H.
Moh. Anwar Sumenep kewalahan.
Rumah sakit yang kini berstatus
Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) itu overload. Banyak
pasien yang kebanyakan menderita
dirawat di lorong-lorong rumah
sakit akibat kekurangan kamar
rawat inap. Seperti yang terlihat
di ruang interna, satu ruang yang
semestinya menampung sebanyak
28 pasien, kini malah menampung
48 pasien. Pasien lain yang tidak
kebagian kamar, terpaksa dirawat
di lorong luar ruangan dengan
menggunakan ranjang seadanya.
Selain karena didominasi penderita
DBD, rata-rata pasien yang dirawat
inap menderita hipertensi dan
tipus.
Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan rumah sakit, Tatik
Kristiowati, mengatakan bahwa
banyaknya pasien itu disebabkan
intensitas hujan yang cukup tinggi.
Dengan banyaknya pasien yang
masuk, rumah sakit akhirnya
kewalahan karena kekurangan
fasilitas. “Tapi pihak rumah
sakit tetap menerima pasien
yang datang. Kami tetap akan
memberikan pelayanan maksimal,
meskipun dirawat di luar ruangan
yang tidak semestinya,” tegasnya.anton/rahmat
MEMBLUDAK: Pasien DBD di RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep. (foto/ist)
Setiap hari, penderita penyakit DBD terus meningkat. Dua korban sudah berjatuhan. Anggota Dewan menyarankan status Kejadian Luar Biasa (KLB) perlu disematkan.
20 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
Agak malu-malu saat dua orang peraih juara Ajang Kecerdasan Majemuk
(ADAM) ini ditemui Mata Sumenep, pekan kedua Februari lalu. Ditemani Wakil Kepala Sekolah Seksi Kesiswaan, keduanya tak hanya berbagi kisah tentang kemenangan, tetapi sebuah proses tak terbantahkan siang dan malam demi membawa harum nama sekolah yang dipertaruhkan.
Adalah Herfiana Pratiwi dan M. Fishal Abrori. Dua dari 21 siswa dan siswi SMPN 1 Gapura peserta ADAM yang otomatis bakal menikmati jenjang pendidikan lanjutan di SMAN 1 Sumenep dengan mudah, berkat prestasinya di gawai tahunan sekolah menengah atas itu. “Pastinya seneng. Tapi juga gak nyangka,” kata Herfiana, disambut angguk temannya, Fishal Abrori.
Gadis kelahiran Sumenep, 23 Juli 2000 silam ini bercerita, prestasi pertama mereka itu merupakan prestasi impian. Kendati dengan rendah hati ia masih bermungkin bahwa kemenangannya di ADAM adalah buah hasil belajarnya, ia juga tidak menampik dalam hidupnya telah
ada target-target prestasi. Sehingga pasca kemenangan di ADAM, kedua siswa kelas IX5 ini berencana maju kembali pada lomba menulis surat yang diselenggarakan POS Indonesia 9 Maret nanti. “Kebetulan kami mendapat kesempatan lagi bersama satu teman lainnya. Itu jadi target kemenangan kami,” tutur putri Herman dan Sofi Indra Astutik ini.
Usaha mencapai hal itu pun terus dilakukan. Seperti dalam ADAM, upaya mengukir prestasi dengan raih kemenangan memang ditempuh mereka dengan belajar. Bedanya, kata Herfi, mereka menggunakan malam seperti siang. Yakni belajar dari waktu lepas tengah malam. “Soalnya kalo malam belajarnya lebih efektif,” dalih Fishal.
Namun tak hanya itu, sepenuturan Wakasek Kesiswaan, Moh. Taufiq, selain pembinaan khusus yang dilakukan langsung oleh guru bersangkutan maupun difasilitasi dalam banyak kegiatan ekstrakurikuler, anak-anak didiknya di SMPN 1 Gapura memang tidak saja digembleng secara materi. Akan tetapi, nilai sosial dan spiritual juga ditekankan menjadi
motivasi. Sehingga tak heran, kunci kesuksesan belajar yang disebutkan mereka kepada Mata Sumenep adalah berdoa dan al-Fatihah untuk para guru di SMPN 1 Gapura.
Apalagi, ADAM tak hanya mempersaingkan ratusan siswa sekolah menengah untuk kelima materi yang meliputi Natural, Intra-Interpersonal (Sosial), Linguistik Indonesia, Linguistik Inggris, Matematika-Logis, dan Diniyah. Proses mencapai 10 besar saja membuat Herfi, Fishal dan Syaifurrahman, degdegan dibuatnya. Beruntung, support para guru membuat Herfi dan Fishal lolos sampai 5 besar. Meski harus merelakan Syaifur gugur di ujung jalan, akhirnya Herfi berhasil membawa pulang gelar Juara 2 untuk Linguistik Indonesia dan Fishal berhasil meraih Juara 3 untuk kecerdasan Intra-Interpersonal atau Sosial.
Demi ketenangan dan konsentrasi dalam kompetisi, para guru memang tidak membebani pikiran keduanya dengan kemenangan. Di waktu babak penyisihan, Herfi dan Fishal masih ingat betul pesan Kepala Sekolah dan Wakasek Kesiswaan. “Kamu gak usah mikirin apa-apa, yang penting kamu buat yang terbaik. Nama sekolah ada di tangan kamu, jadi semuanya terserah kamu. Gitu,” kata Herfi, menirukan pesan gurunya.
Hal itu pun dibenarkan Moh. Taufik. Wakasek Kesiswaan yang popular sebagai pembina ekstrakurikuler Parenteng Lampa (kegiatan seni, budaya dan tradisi Madura) di SMPN 1 Gapura ini mengungkapkan, pihak sekolah memang tak hanya mengajarkan siswa sekedar materi akademik semata. Selain motivasi sosial dan spiritual, sudah bertahun-tahun SMPN 1 Gapura menerapkan kepemimpinan E-MASLIM. Dengan konsep yang berarti Edukator, Manajerial, Administrator, Service, Leader, Inovator, dan Motivator itulah, pihak sekolah mampu menanamkan karakter yang kuat terhadap semua siswa. Sehingga tak hanya saat ADAM,
banyak siswanya yang berhasil mempertahankan prestasinya saat melanjutkan di SMAN 1 Sumenep maupun lembaga lainnya.
Meski jumlah peraih ADAM tahun ini menurun dari sebelumnya, Taufiq tetap mengaku bangga. Hanya saja ia berpesan, agar anak didik yang belum berhasil jangan pernah menyerah. Sebab meski belum sekarang, barangkali di tingkat dan kesempatan berbeda nanti akan meraih prestasi.
Begitupun bagi Kepala SMPN 1 Gapura, Drs. H. Achmad Machfud, MM, M.MPd. Pihaknya merasa sangat bangga terhadap prestasi yang dicapai kedua anak didiknya. Ia berharap prestasi itu bisa menjadi motivasi terhadap teman-temannya yang lain, sehingga bisa memacu diri meraih prestasi. Bahkan, sebagai langkah apresiasi dan upaya memancing ghirah siswa lainnya, beragam bentuk penghargaan dari sekolah diberikan kepada Herfi dan Fishal atas kemenangan dan keberhasilannya melawan malas belajar setiap tengah malam.
“Selain di pintu gerbang sekolah, kami juga memasang baner ucapan selamat dan sukses di jalan raya depan rumah atau menuju rumah mereka,” ujar Machfud.
Yang unik, pihak sekolah juga mencoba mendatangi SD asal siswa. Kata Taufiq, hal itu dilakukan untuk memberitahu guru dan kepala sekolah bahwa anak didik mereka berhasil meraih suatu kejuaraan. “Agar mereka ikut bangga sekaligus memotivasi putra-putri didiknya yang ada di SMPN 1 Gapura,” jelasnya.
Karena itulah, Herfi dan Fishal mengucapkan banyak terimakasih kepada para guru, orang tua serta teman-temannya. Mereka bersyukur bisa dibina dengan sabar dan telaten sehingga bisa memenangkan ADAM dan membawa nama harum sekolah. Kedepan, keduanya telah memasang beragam agenda untuk selalu meraih juara.
rafiqi
SMPN 1 Gapura, Sumenep
MENANGKAN ADAM,JADIKAN MALAM SEPERTI SIANG
Herfi dan Fishal bersyukur bisa membawa nama harum sekolah. Sempat didera grogi di babak penyisihan, tapi ia berhasil meraih Juara.
BERPOSE: Herfiana Pratiwi dan M. Fishal Abrori foto bersama usai menerima penghargaan sebagai Juara 2 dan 3 Ajang Kecerdasan Majemuk (ADAM) 2016.
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 21
Kisah InspiratifMengenal Sosok Rindi Wiriandani,Desa Kombang, Pulau Gili Labak, Kecamatan Talango
GURU OTODIDAKANAK-ANAK GILI LABAK
Di wilayah kepulauan, kesenjangan pendidikan memang tak terbantahkan. Begitupun di pulau Gili Labak, kesenjangan itu mengetuk Rindi mengajari anak-anak sekitar seadanya.
Rindi Wiriandani tak pernah
menyangka kehadirannya di
Pulau Tikus akan lebih dari
sekedar menjadi seorang istri. Lahir
dan besar di Desa Essang, Pulau
Poteran, Kecamatan Talango, takdir
cinta membawanya hidup diantara
sekitar 15 keluarga RT 005 RW 003
Desa Kombang, Pulau Gili Labak,
Kecamatan Talango. Sebuah surga
tersembunyi yang menyimpan pasir
putih dan terumbu karang nan
alami. Tempatnya kini mengabdi
kepada sang suami juga warga
sekitar yang tak pernah merasakan
kerasnya bangku sekolah demi
mengais secuil ilmu pengetahuan.
Usianya memang sangat
belia. Namun kesenjangan yang
ditemukannya setiap hari sungguh
tak memandang batas dan usia.
Apalagi situasi dan kondisi sekitar
seperti mendukungnya begitu
saja. Memberi jalan untuk mulai
mengambil langkah, menuntun
anak-anak sekitar bangkit dari
kebodohan meski tanpa fasilitas
pendidikan.
“Awalnya anak-anak yang
meminta saya untuk ngajarin
mereka,” katanya, saat berbincang
dengan Mata Sumenep, pekan
pertama Februari lalu.
Rindi pun mengaku tak tahu
alasan anak-anak tetangganya itu.
Seingatnya, sejak tiba di pulau
yang kini jadi idola destinasi
wisata snorkeling dan diving di
Kabupaten Sumenep ini, anak-anak
sekitar datang begitu saja sambil
membawa buku. “Katanya mereka
seneng sama saya,” ujar Rindi, apa
adanya.
Terpanggil untuk BerbagiRupanya tak hanya menjadi
awal, kenyataan tersebut semakin
menusuk nurani Rindi, membuka
mata hatinya untuk segera berbuat
sesuatu. Bahwa jagoan-jagoan
kecil yang mendatangi rumahnya
dengan polos itu berhak mendapat
pendidikan. Sebab sebagai orang
yang pernah merasakan manisnya
ilmu pengetahuan hingga bangku
sekolah menengah pertama,
nuraninya menolak apabila di
jaman yang sudah tercerahkan ini
masih ada generasi yang tertinggal
dalam kebodohan. “Makanya saya
langsung mau. Seneng aja bisa
ngajarin mereka,” kata perempuan
19 tahun itu.
Apalagi sebagai menantu Pak
RT. Posisinya semakin mendukung
untuk berbagi di tengah tumpuan
harapan masyarakat Pulau Gili
Labak. Dan karena otomatis
menjadi seorang figur, dengan
mudahnya ia mendapat peran
sehingga bisa berbagi sedikit ilmu
dengan anak didiknya yang hanya
berjumlah 3 orang. Anak-anak usia
emas yang seharusnya menikmati
Play Group, Taman Kanak-Kanak
(TK), bahkan Sekolah Dasar (SD)
dengan damai.
Kondisi itulah, kata Rindi,
yang mengantarnya menjadi
guru otodidak sejak 2014 lalu.
Meski tak siap, rasa kasihan lebih
memanggilnya untuk berbuat.
“Saya kasihan sama anak-anak
disini. Saya jadi ingin mereka bisa
membaca, agar tak bernasib sama
dengan orang tuanya,” terangnya
kepada Mata Sumenep.
Memang tak banyak yang bisa
ia lakukan. Selain baca-tulis,
hanya berhitung dan mengaji
Al-Qur’an yang terus diajarkan
dengan keterbatasan sarana dan
prasarana pendidikan. Di langgar
mertuanya yang menjadi tempat
berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar, hanya terdapat sebuah
papan dan kapur tulis sebagai
fasilitas belajar. Itupun hanya sisa
dari sekolah yang bangunannya kini
sudah rata dengan tanah. Menurut
masyarakat sekitar, sekolah itu
ditutup lantaran di masa lalu tak
ada tenaga pengajar yang kerasan
tinggal disana.
Motivasi Anak-anakuntuk Sekolah
Selama satu tahun, perempuan
kelahiran 25 Desember 1997
itu telaten mengajari 3 orang
anak berusia 5, 6 dan 7 tahun di
rumahnya. Tak ada kendala yang
berarti ia hadapi lantaran memang
tak terdapat dinamika kelas
sebagaimana biasanya. Hingga di
bulan Juni 2015 kemarin, ia tak lagi
mengajar karena harus merantau
ke Jakarta.
Di perantauan, Rindi hanya
menghabiskan waktu dua bulan.
Ia berdalih tak kerasan karena
selalu memikirkan nasib anak didik
yang ditinggalkan. Namun meski
sebentar, ia tetap meminta anak-
anak agar sekolah ke Pulau Poteran.
Sebab di pulau yang menjadi pusat
Kecamatan Talango itu, ia percaya
masa depan mereka lebih terjamin
dengan pendidikan.
Dengan dorongan Rindi, anak-
anak itu pun akhirnya mau sekolah
di Talango. Meski dengan itu
hingga kini ia tak lagi punya murid
baru, kata Rindi, itu lebih baik.
“Soalnya disini saya kan cuma
ngajarin mereka apa adanya,
gak ada ijin dan fasilitas belajar-
mengajar yang memadai,” dalihnya.
Sejauh ini, Rindi mengaku
bahagia berhasil mendorong
anak-anak yang sebenarnya
enggan menempuh pendidikan
di Kecamatan Talango lantaran
harus meninggalkan orang tua
atau harus bolak-balik jalur laut
1-2 jam dengan cuaca yang kadang
tidak menentu. Akan tetapi, ia
masih punya harapan lain yang
ingin diwujudkan oleh Pemerintah
Kabupaten Sumenep untuk
Pulau Gili Labak. “Pengen sekali
disini ada sekolah,” kata Rindi,
mengutarkan harapannya.
Sama halnya dengan Rindi,
para orang tua disana juga
menginginkan adanya lembaga
pendidikan yang sebenarnya. Sebab
demi menimba ilmu pengetahuan,
setiap anak harus berpisah dari
orang tua mereka untuk tinggal
bersama famili atau sanak saudara
di Pulau Poteran Talango. Selain
itu, jika masih tak ada lembaga
pendidikan dalam setahun
kedepan, sudah pasti beberapa
anak yang kini masih berusia 2-3
tahun bakal Rindi didik sebisanya,
berbekal ilmu dan fasilitas ala
kadarnya.rafiqi
CURHAT: Rindi (kanan) berbincang dengan Neng Virza, putri sulung Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim, saat berkunjung bersama komunitasnya awal Februari lalu. (Foto/A. Warits)
22 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
KEPULAUAN
Dengan luas kepulauan
yang mencapai 45,21
persen dari total luas
daerah Kabupaten Sumenep, alat
transportasi laut menjadi salah
satu bagian terpenting bagi warga
kepulauan. Oleh karena itu, lima
kapal perintis telah disiapkan untuk
melayani transportasi ke sejumlah
kepulauan mulai tahun 2016 ini.
Lima Kapal Perintis yang
dimaksud yaitu KM Maumere 1,
KM Miami, KM Amukti Palapa,
KM Sabuk Nusantara 27, dan KM
Sabuk Nusantara 56. “Namun,
untuk sementara ini baru dua kapal
perintis yang sudah beroperasi,”
ujar Kepala Bidang Perhubungan
Laut dan Udara Dinas Perhubungan
(Dishub) Kabupaten Sumenep, M.
Choyroni Argoto di Sumenep, akhir
Januari lalu. Sepekan kemudian,
2 kapal perintis lainnya yakni KM
Amukti Palapa dan KM Sabuk
Nusantara 27 terlihat di pelabuhan
Kalianget menyusul KM Maumere
1 dan KM Miami yang beroperasi
sebelumnya.
Dari kelima kapal tersebut, setiap
kapal memiliki rute berbeda-beda.
Misalnya, kapal Sabuk Nusantara
56 akan melayani pelayaran dari
Surabaya, Masalembu, Karamean,
Masalembu, Kalianget, Sapudi,
Kangean, Pangerungan Besar,
Sapeken, Banyuwangi dan
sebaliknya. Sedangkan KM Sabuk
Nusantara 27 akan melayani
rute Banyuwangi, Sapeken,
Pangerungan Besar, Kangean,
Sapudi, Kaliangaet, Masalembu,
Karamean, Masalembu, Surabaya
dan sebaliknya. Sementara KM
Maumere 1 berpangkalan di
Pelabuhan Bima, KM Sabuk
Nusantara 27 di Pelabuhan Tanjung
Wangi, dan tiga lainnya (KM
Miami, KM Amukti Palapa, dan KM
Sabuk Nusantara 56) di Pelabuhan
Tanjung Perak.
Argoto menjelaskan, pemerintah
daerah tidak terlibat secara teknis
dalam pengelolaan maupun
operasional kapal perintis.
“Penanggung jawab administrasi
operasional kapal-kapal perintis
itu ditangani oleh pihak terkait di
Kemenhub. Kami di pemerintah
daerah memang tidak terlibat,”
ujarnya.
Pengoperasian lima kapal perintis
yang jangkauan pelayarannya
ke sejumlah pulau di Kabupaten
Sumenep itu di bawah tanggung
jawab tiga pihak terkait, yakni
Kantor Otoritas Pelabuhan Utama
Tanjung Perak (Surabaya), Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan (KSOP) Tanjung Wangi
(Banyuwangi), dan KSOP Bima
(NTB).
Argoto juga mengemukakan,
tiga dari lima kapal perintis
yang jangkauan pelayarannya
ke sejumlah pulau di Sumenep,
di antaranya Masalembu dan
Sapeken, berstatus kapal milik
negara, yakni KM Amukti Palapa,
KM Sabuk Nusantara 27, dan
KM Sabuk Nusantara 56. “Kami
terus berkoordinasi dengan para
pihak terkait untuk menanyakan
kepastian operasional tiga kapal
perintis lainnya, karena dibutuhkan
oleh warga pulau,” katanya.
Argoto mengatakan bahwa tidak
semua dari lima kapal tersebut
akan singgah di Pelabuhan
Kalianget. “Hanya KM Amukti
Palapa yang akan singgah di
Pelabuhan Kalianget, sementara
empat kapal lainnya tidak,”
tuturnya.
Terkait tarif bagi para
penumpang, jalur perintis
mematok harga lebih murah karena
merupakan rute yang mendapat
subsidi dari pemerintah melalui
Kementerian Perhubungan
(Kemenhub). Namun, jalur yang
akan dilayani termasuk rute
panjang, sehingga membutuhkan
waktu yang sedikit lama dalam
sekali berlayar.
Lebih lanjut Argoto memaparkan,
tahun ini pemerintah pusat juga
berencana akan menambah dua
kapal perintis yang akan melayani
rute Kepulauan Sumenep. Dua
kapal tersebut direncanakan akan
homebase di Pelabuhan Tanjung
Tembaga Probolinggo dan akan
melayani rute Branta Pesisir
Pamekasan, Kangean, Sapeken,
Sepanjang, Sakala, Branta, dan
Tanjung Tembaga. Sedangkan satu
kapal akan homebase di Panarukan
Situbondo yang direncanakan
akan melayani rute Branta Pesisir
Pamekasan, Kangean, Sapeken,
Sepanjang, Sakala, Branta, Tanjung
Tembaga, dan sebaliknya. “Sesuai
pengajuan, dua kapal itu akan
beroperasi di tahun 2016. Semoga
saja tidak molor lagi,” katanya.
Pihaknya berharap, penambahan
dua kapal perintis tersebut bisa
membuat frekuensi pergerakan
orang dan barang dari luar
Sumenep ke sejumlah kepulauan
berlangsung lebih cepat. Oleh sebab
itu, jumlah kapal yang sudah pasti
akan beroperasi di tahun 2016
sebanyak 10 unit. Rinciannya, 5
kapal perintis, satu unit kapal milik
pemerintah daerah yakni DBS II,
Kapal Mega, dua Kapal Cepat, dan
dua unit Kapal DLU. ”Kalau dua
kapal perintis bisa beroperasi tahun
ini, berarti ada 12 kapal yang akan
beroperasi nantinya,” pungkasnya.btrns/ton/mat
5 Kapal Perintis dalam Rute Kepulauan Sumenep
Resah akibat sulitnya transportasi bagi masyarakat kepulauan, tak perlu lagi dirisaukan.Dari 5 Kapal Perintis, 2 kapal telah beroperasi menyusul 2 kapal sebelumnya.
Salah satu kapal perintis saat hombase di pelabuhan Kalianget beberapa waktu lalu. (foto/ist)
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 23
Pondok Pesantren (Ponpes)
Sumber Payung, Desa Bataal
Barat, Kecamatan Ganding,
pernah dibubarkan Belanda sekitar
tahun 1948 silam. Pondok tersebut
dibubarkan karena dikhawatirkan
mengancam keberadaan Belanda
yang ingin menjajah tanah
air terus-menerus. Waktu itu,
Kiai Hasyim Thabrani sebagai
pendiri dan pengasuh berjuang
mempertahankan kemerdekaan RI
dengan mengomandani pejuang
Sabilillah untuk wilayah Kecamatan
Ganding. Para santri pun terpaksa
pulang untuk menyelamatkan diri.
KH. Ahmad Sa’duddin, anak
pertama Kiai Hasyim Thabrani
yang kini menjadi pengasuh
pondok, menceritakan bahwa
pendiri pondok sempat mengungsi
ke Desa Karduluk, Kecamatan
Pragaan, untuk menyelamatkan
diri. Jika memilih tetap berada di
lingkungan pondok, dikhawatirkan
akan menjadi tawanan Belanda.
“Masa-masa itu memang sulit bagi
pendiri pondok juga para santri,”
tuturnya.
Tapi Kiai Hasyim Thabrani
hanya mengungsi sebentar.
Terbukti tidak sampai satu tahun
dari pengungsian, Kiai Hasyim
Thabrani kembali lagi ke Desa
Bataal Barat untuk memimpin
pondok, meneruskan aktivitas
keseharian demi mengajarkan syiar
Islam. Para santri kembali lagi ke
pondok, meski dengan berbagai
perasaan berkecamuk gara-gara
merasa diawasi terus oleh Belanda.
“Akhirnya kegiatan pondok
normal lagi seperti
sebelumnya,” ungkap
KH. Ahmad.
Sebenarnya,
Ponpes Sumber
Payung tidak
sengaja didirikan
oleh mendiang Kiai
Hasyim Thabrani. Kata
KH. Ahmad, awalnya di
desa tersebut hanya ada masjid
yang membutuhkan imam salat.
Kiai Hasyim Thabrani selalu
menjadi imam di masjid itu. Lalu
Kiai Hasyim Thabrani diminta
masyarakat untuk mengajari
anak-anak baca Al-Qur’an. Lambat
laun jumlah anak-anak yang
belajar mengaji Al-Qur’an semakin
bertambah. Untuk menampung
anak-anak yang belajar mengaji
itu, kemudian didirikan tempat
bermalam bagi anak-anak yang
berkembang menjadi pondok
pesantren.
Seiring bergulirnya waktu, kini
ponpes itu sudah memiliki semua
tingkatan lembaga pendidikan.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) berdiri
pada tahun 1970, sementara
Madrasah Tsanawiyah (MTs) tahun
1980 baru berdiri. Dan pada tahun
1983 barulah berdiri Madrasah
Aliyah (MA). Setahun setelahnya,
yakni tahun 1984, berdiri Raudatul
Atfal (RA). “Kiai Hasyim Thabrani
meninggal pada tahun 1990.
Perannya di pondok lalu digantikan
saya,” ucap KH. Ahmad.
Santri DibekaliIlmu Akupuntur
Ponpes Sumber Payung cukup
memberikan perhatian besar
terhadap kemampuan santri
di bidang akupuntur. Hal itu
didasarkan pada pentingnya
menjaga kesehatan dan
menyembuhkan penyakit dengan
metode yang berasal dari
Cina itu. Harapannya,
kelak ketika sudah
berbaur dengan
masyarakat,
santri langsung
bisa memberikan
pertolongan bagi
masyarakat yang
membutuhkan.
KH. Ahmad Sa’duddin
mengaku mewajibkan semua santri
memiliki kemampuan akupuntur
itu. Pasalnya, setiap hari bisa
dipastikan ada persoalan kesehatan
di tengah-tengah masyarakat. Dan
tidak semua masyarakat bisa lepas
dari persoalan kesehatan itu, sebab
terkendala keterbatasan materi.
Oleh karena itu, ketika para alumni
pondok menemukan masyarakat
semacam itu di daerahnya,
diharapkan langsung bertindak
dengan memberikan pertolongan.
“Memberikan pertolongan itulah
yang kami harapkan,” ujarnya.
Meski kemampuan akupuntur
sangat diperhatikan, kemampuan
intelektual santri juga tidak
dikesampingkan karena
keberadaan mereka di pondok
semata menuntut ilmu. Oleh sebab
itu, para santri diajari baca kitab
kuning yang dilakukan di luar
jam pelajaran di semua jenjang
pendidikan. Santri juga diwajibkan
mengikuti kursus bahasa Arab dan
Inggris agar bisa berkomunikasi
dengan orang asing, mengingat dua
bahasa itu disebut-sebut sebagai
salah satu bahasa komunikasi
internasional. “Dalam mengasah
kemampuan santri, kami lakukan
dengan sungguh-sungguh. Ketika
nanti santri sudah bergaul dengan
masyarakat di daerahnya, sudah
bisa diandalkan oleh masyarakat,”
ujarnya.
Selain itu, santri juga juga
digiring untuk tidak ‘takut’ pada
Matematika. Kesan di masyarakat
bahwa Matematika selama ini
sangat sulit dikuasai. Karenanya,
pondok menyediakan kursus
Matematika bagi semua santri.
“Kalau dipelajari sungguh-sungguh,
tidak ada satu materi pelajaran pun
yang tidak bisa dikuasai,” jelas KH.
Ahmad.
Sementara di bidang kesenian,
pondok juga menyediakan fasilitas.
Santri rata-rata menyukai kesenian
islami seperti musik hadrah
dan qira’ah. Sebab itu, pondok
memfasilitasi dua bidang kesenian
tersebut, sehingga para santri
merasa betah karena memiliki
hiburan tersendiri di dalam
pondok.rusydiyono/ rahmat
Ponpes Sumber Payung, Bataal Barat, Ganding
MATA PESANTREN
KIAN MAJU: Salah satu tampak bangunan madrasah di lingkungan Ponpes Sumber Payung, masa kini.
PERNAHDIBUBARKAN BELANDA
Berdiri sejak pra kemerdekaan, Ponpes Sumber Payung sudah berkembang pesat. Selain bidang intelektual, kesehatan dibidik menjadi prioritas.
24 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
Majelis Taklim
K. ZAINURRASI ILYASLarangan, Ganding, Sumenep
MENGABDI DARILUAR TEMBOK
Pembawaan pria berusia
39 tahun yang tergolong
pada kategori murah
senyum ini, membuatnya selalu
mudah bergaul dengan siapapun.
Apalagi di desanya, Larangan,
Kecamatan Ganding, pria bernama
Kiai Zainurrasi Ilyas atau yang
biasa dipanggil Lora Zainur ini
merupakan tokoh masyarakat.
Sebutan Lora atau kiai di depan
namanya menunjukkan asal-
usulnya secara tegas.
Ya, secara genealogi, Zainur
masih terhitung 3 generasi dari Kiai
Haji Imam bin Mahmud, pendiri
pondok pesantren al-Karawi, Karay,
Ganding. Salah satu pesantren
kuna dan kesohor di Kabupaten
Sumenep. Ibu Zainurrasi, Nyai
Hajjah Halilah adalah putri dari
Kiai Usmuny dan Nyai Izzah binti
Kiai Imam Karay. Nyai Izzah
ini bersaudara dengan Kiai Haji
Ahmad Dahlan (Karay), Kiai Haji
Utsman (Billapora, Lenteng), Kiai
Haji Abdulwali (Slopeng), Kiai Haji
Asnawi (Jambu), dan lainnya.
Sementara ayah Zainur, Kiai Ilyas
adalah keturunan Kiai Haji Abdul
Mukti (Bangselok, Sumenep),
yang masih memiliki ikatan
darah dengan Kiai Haji Zainal
Arifin (Tarate, Sumenep). Makam
Kiai Abdul Mukti bersebelahan
dengan Kiai Zainal Arifin, alias
satu komplek juga dengan Kiai
Haji Usymuni Terate, dan Kiai
Raden Wongsoleksono (Pandian,
Sumenep).
Beda Jalur untuk Satu Tujuan Bukan Masalah Besar
Berakar dan bersusurgalur pada
keluarga pesantren tidak membuat
Kiai Zainurrasi harus berkiprah
seperti para pendahulunya.
Baginya, pengabdian pada
masyarakat tak hanya harus
dilakukan di dalam area tembok
pesantren. Justru menurut ayah
tiga anak ini, pengabdian terbesar
harus dilakukan di luar tembok.
Hal itulah yang kemudian
membawa suami dari Diinul Merilla
Syuhada ini terjun ke lembah
politik praktis. Di dunia politik
tersebut, Zainurrasi mengaku
lebih bisa melebarkan sayap Islam.
Meski awalnya, proses yang dilalui
Zainurrasi tidaklah mudah. Apalagi
partai yang dipilihnya merupakan
partai yang kerap mengundang
pro kontra di kalangan umat
Islam sendiri, meski bendera yang
diusung adalah bendera Islam,
yakni Partai Keadilan Sejahtera
(PKS).
“Ya, selama ini memang partai
yang menjadi sarana perjuangan
saya memang kerap diklaim
Wahabi. Tapi itu tidak benar.
Secara tegas, saya katakan saya
kader NU, dibesarkan dalam
keluarga NU, dan berasal
dari keluarga yang turut ikut
memperjuangkan NU,” kata Kiai
Zainurrasi, saat ditemui Mata
Sumenep.
Menurut Zainurrasi, meski
satu tujuan, jalan yang ditempuh
setiap orang kadang tidak sama.
Seperti halnya orang Sumenep yang
bermaksud melakukan perjalanan
menuju kota Surabaya, ada yang
lewat jalur utara, ada juga yang
melewati jalur selatan.
“Jadi masak hanya perbedaan
jalur saja namun tujuannya
sama harus dipermasalahkan.
Saya kira nanti dikembalikan
pada personalnya. Sehingga
selama ikut berpartisipasi dalam
memperjuangkan kepentingan
masyarakat seperti untuk
kepentingan lembaga Islam dan
pesantren-
pesantren,
dan juga ikut
berperan
aktif dalam
mengentaskan
kemiskinan,
mengurangi
pengangguran
dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
Sumenep
khususnya di
Kecamatan
Ganding ini
misalnya, ya sah-
sah saja naik kendaraan atau parpol
apapun,” tambahnya.
Kiai Harus Selalu Tampil Tak Hanya di Perayaan Agama
Zainurrasi mengaku miris
melihat kondisi umat Islam saat
ini. Perbedaan pemahaman di
kalangan umat Islam kadang
sampai berujung pada anarki. Dari
yang awalnya hanya perdebatan,
lalu menjadi saling hujat, caki-maki
hingga kemudian kekerasan yang
mengarah pada fisik. Oleh karena
itu di saat-saat yang genting seperti
itu peran tokoh agama atau yang
juga disebut kiai oleh sebagian
masyarakat umum di Indonesia,
sangat dibutuhkan untuk
mendinginkannya.
“Oleh karena itu sejatinya tokoh
agama atau kiai itu memang harus
lebih banyak ke eksternal daripada
internal. Jadi porsi di pesantren
misalnya itu harus lebih sedikit
dibanding porsi publik secara luas,”
terang kiai muda ini.
Alumnus INSTIK Annuqayah
Guluk-guluk ini juga mengaku
sangat prihatin sekali dengan
kondisi sebagian masyarakat
yang sampai bermusuhan karena
beda paham. Ia menduga hal itu
terjadi karena salah satu sebabnya
ialah sudah jarang sekali para
kiai turun aktif secara langsung
pada masyarakat. “Terkadang
kiai tampil di masyarakat hanya
disaat momen-momen penting
seperti saat perayaan Islam atau
acara-acara lembaga pendidikan
pesantren seperti haflatul imtihan
misalnya,” tambah Zainur.
Ke depan, Zainur berharap
semakin banyak muncul para tokoh
agama yang bisa mendinginkan
suasana daripada mementingkan
ego, terutama yang alasannya
hanya mempertahankan pendapat.
“Dan yang terpenting lagi sudah
saatnya berbagai ormas seperti
NU, Muhammadiyah, Ansor,
Masyumi dan Persis, serta partai-
partai politik bersatu serta tidak
lagi mementingkan golongannya
sendiri. Jadi sekali lagi intinya
ialah perbedaan jalur tidak perlu
dipermasalahkan, karena bukan
perbedaan tujuan,” tutupnya.
R B M Farhan Muzammily
Meski berakar dan bersusurgalur pada keluarga pesantren, Kiai Zainurrasi tidak memilih jalur kiprah seperti para pendahulunya. Baginya, pengabdian pada
masyarakat tak harus dilakukan di dalam area tembok pesantren.
KIAI ZAINURRASI ILYAS
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 25
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, suatu
waktu bercerita mengenai
sosok Uwais al-Qarni. Meski
belum pernah bertatap muka
langsung, Nabi Muhammad
Saw bersabda kepada para
sahabat.
“Ada seorang pemuda yang
tinggal Yaman, daerah Qarn,
dari kabilah Murad. Ayahnya
telah meninggal dunia.
Dia hidup bersama ibunya.
Pemuda itu sangay berbakti
kepada ibunya. Dia pernah
terkena penyakit kusta.
Dia berdoa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, lalu
dia diberi kesembuhan,
tetapi masih ada bekas
sebesar dirham di kedua
lengannya. Sungguh, dia
adalah pemimpin para
tabi’in.”
Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepada Umar bin
al-Khaththab radhiyallahu
‘anhu, “Jika kamu pernah
bertemu pemuda itu, minta
doa kepadanya untuk
memohonkan ampunan Allah
Swt. Pemuda itu ahlis syurga,”
Ketika Umar radhiyallahu
‘anhu telah menjadi Amirul
Mukminin, dia bertanya kepada
para jamaah haji dari Yaman
di Baitullah pada musim haji,
“Apakah di antara warga kalian
ada yang bernama Uwais al-
Qarni?” “Ada,” jawab mereka.
Umar radhiyallahu ‘anhu
melanjutkan, “Bagaimana
keadaannya ketika kalian
meninggalkannya?”
Mereka menjawab tanpa
mengetahui derajat Uwais,
“Kami meninggalkannya dalam
keadaan miskin harta benda
dan pakaiannya usang.”
Umar radhiyallahu ‘anhu
berkata kepada mereka,
“Celakalah kalian. Sungguh,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah bercerita
tentangnya. Kalau dia bisa
memohonkan ampun untuk
kalian, lakukanlah!”
Dan setiap tahun Umar
radhiyallahu ‘anhu selalu
menanti Uwais. Dan kebetulan
suatu kali dia datang bersama
jamaah haji dari Yaman, lalu
Umar radhiyallahu ‘anhu
menemuinya. Dia hendak
memastikannya terlebih
dahulu, makanya dia bertanya,
“Siapa namamu?”
“Uwais,” jawabnya.
Umar radhiyallahu ‘anhu
melanjutkan, “Di Yaman
daerah mana?’
Dia menjawab, “Dari Qarn.”
“Tepatnya dari kabilah
mana?” tanya Umar
radhiyallahu ‘anhu.
Dia menjawab, “Dari kabilah
Murad.”
Umar radhiyallahu ‘anhu
bertanya lagi, “Bagaimana
ayahmu?”
“Ayahku telah meninggal
dunia. Saya hidup bersama
ibuku,” jawabnya.
Umar radhiyallahu ‘anhu
melanjutkan, “Bagaimana
keadaanmu bersama ibumu?”
Uwais berkata, “Saya
berharap dapat berbakti
kepadanya.”
“Apakah engkau pernah sakit
sebelumnya?” lanjut Umar
radhiyallahu ‘anhu.
“Iya. Saya pernah terkena
penyakit kusta, lalu saya
berdoa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala sehingga
saya diberi kesembuhan.”
Umar radhiyallahu ‘anhu
bertanya lagi, “Apakah masih
ada bekas dari penyakit
tersebut?”
Dia menjawab, “Iya.
Di lenganku masih ada
bekas sebesar dirham.” Dia
memperlihatkan lengannya
kepada Umar radhiyallahu
‘anhu. Ketika Umar
radhiyallahu ‘anhu melihat hal
tersebut, maka dia langsung
memeluknya seraya berkata,
“Engkaulah orang yang
diceritakan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mohonkanlah ampun kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala
untukku!”
Dia berkata, “Masa saya
memohonkan ampun untukmu
wahai Amirul Mukminin?”
Umar radhiyallahu ‘anhu
menjawab, “Iya.”
Umar radhiyallahu ‘anhu
meminta dengan terus
mendesak kepadanya sehingga
Uwais memohonkan ampun
untuknya.
Selanjutnya Umar
radhiyallahu ‘anhu bertanya
kepadanya mengenai ke mana
arah tujuannya setelah musim
haji. Dia menjawab, “Saya akan
pergi ke kabilah Murad dari
penduduk Yaman ke Irak.”
Umar radhiyallahu ‘anhu
berkata, “Saya akan kirim surat
ke walikota Irak mengenai
kamu?”
Uwais berkata, “Saya
bersumpah kepada Anda
wahai Amirul Mukminin agar
engkau tidak melakukannya.
Biarkanlah saya berjalan di
tengah lalu lalang banyak orang
tanpa dipedulikan orang.”
bersambung...
Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin. Banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta
berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.
KISAH SAHABAT
Asing di Kehidupan Manusia, Populer di Kehidupan Langit
26 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 27
28 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
MATADESA
PRAGAAN DAJABERTEKAD MAJUKAN DESA
Beragam peningkatan dilakukan Imrah sejak menjabat Kades Pragaan Daya. Tekad kuatnya memajukan desanya, mendapat apresiasi dari warga.
KALEBUN atau Kepala Desa
Pragaan Daja, Imrah, memiliki
tekad kuat untuk memajukan desa
dalam berbagai hal. Dan yang jadi
perhatian utama adalah pelayanan
kepada masyarakat. Untuk
memberikan pelayanan itu, dia
mewajibkan semua perangkat desa
masuk kantor. Jika ada yang tidak
masuk tanpa ada pemberitahuan
atau izin, maka perangkat desa
bersangkutan akan dikenakan
sanksi dalam bentuk denda
sebesar Rp 5 ribu. Hasilnya akan
dimasukkan dalam kas desa. “Kami
hanya ingin memberikan pelayanan
prima kepada masyarakat,”
ungkapnya, Sabtu, 20 Pebruari lalu.
Imrah mengakui bahwa untuk
sementara waktu para perangkat
desa berkantor di rumahnya,
karena balai desa kini masih dalam
pembangunan. Dalam waktu dekat,
kemungkinan besar pembangunan
balai desa akan tuntas. Jika
pembangunan balai desa sudah
tuntas, Imrah yakin pelayanan
akan lebih maksimal, sebab
lokasinya berada di pinggir jalan
raya yang sangat mudah dijangkau
masyarakat.
Imrah juga berencana akan
membangun pasar desa yang akan
diletakkan bersebelahan dengan
balai desa. Rencana itu digagas
untuk mendongkrak perekonomian
warga. “Di desa kami banyak
warga yang terjun ke dunia bisnis,
terbanyak menggeluti bisnis kuliner
tradisional,” ujarnya kepada Mata
Sumenep. Selama ini, warga
menjajakan dagangannya keluar
desa ketika ada acara besar. Begitu
juga dengan pedagang pakaian yang
hanya mengandalkan hari pasaran
untuk menjual barangnya. Jika
pasar desa itu sudah ada, maka para
pedagang itu tidak usah jauh-jauh
lagi menjajakan barang. Tinggal
menempati pasar dan menunggu
pembeli datang.
Di bidang olahraga, anak muda
yang gemar bermain sepak bola
yang tergabung dalam Club Prada
FC juga mendapat perhatian serius.
Imrah mencari bantuan dana ke
Disbudparpora Provinsi untuk
membuat lapangan sepak
bola. Dia berharap
bantuan itu segera
terealisasi, sehingga
bakat para pemuda
di desanya
t e r t a m p u n g .
Sementara di bidang
kesehatan, Pragaan
Daja sudah memiliki
Ponkesdes dan Polindes
yang membuat warga mudah
terlayani untuk berobat. Desa juga
menyediakan ‘mobil sehat’ untuk
mengantarkan warga yang akan
dibawa ke puskesmas atau rumah
sakit.
Infrastruktur jalan juga
diperbaiki untuk kenyamanan
warga. Imrah berharap ada
bantuan program pembangunan
maupun perbaikan jalan yang
belum selesai dari instansi terkait.
Dia juga berencana memperbaiki
saluran air yang kurang normal,
karena air yang masuk ke badan
jalan mempercepat rusak
jalan. Pembangunan
bahu jalan juga
akan dilakukan
untuk menghindari
penyempitan jalan
yang disebabkan apa
pun.
Imrah juga berusaha
maksimal mengamankan
desa dari berbagai tindak
pencurian, baik pencurian hewan
(curwan) maupun pencurian
kendaraan bermotor (ranmor).
Itu dilakukan untuk kenyamanan
warga.
Diapresiasi WargaKepemimpinan Imrah
mendapatkan apresiasi dari warga.
Gaya yang ditampilkan dengan
sikap ramah, santun, dan murah
senyum melekat di hati warga.
Dengan gaya kepemimpinannya
itu, masyarakat tidak sungkan
menyampaikan keinginan yang
terpendam. Sehingga meskipun
masih tergolong muda dari sisi usia
dan belum banyak makan garam
dunia pemerintahan, dia terbilang
berhasil mempimpin desa.
Seperti disampaikan warga Dusun
Bulu, Baikuni, gaya kepemimpinan
Imrah sangat disukai masyarakat.
Tiap melayani kepentingan warga,
kata Baikuni, Imrah lakukan penuh
keikhlasan. Setidaknya hal itu bisa
dilihat ketika salah satu warganya
ada yang meninggal. “Dia tidak
segan memberikan bantuan dari
dana pribadi untuk keluarga yang
sedang berduka cita,” tuturnya. Oleh
karena itu, imbuhnya, masyarakat
masih berharap agar Imrah tetap
bisa memimpin desa hingga
periodenya berikutnya. Masyarakat
sudah merasa senang dengan gaya
kepemimpinan Imrah.masrul/anton/rahmat
SEMAKIN BAIK: Suasana perbaikan infrastruktur jalan di Desa Pragaan Daya.
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 29
30 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 31
32 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 33
34 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 35
36 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 37
38 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016
Sepanjang hidup, saya pasti selalu ingat terhadap sosok perempuan
berpostur tubuh kecil. Beliau menjalani hidup sangat sederhana. Rendah hati. Bila bertutur lembut. Dengan sikap penyabar, bertingkah laku halus kepada orang. Sehingga beliau selalu memancarkan aura kedamaian bagi orang-orang yang berada di dekatnya.
Saya saksikan perempuan itu waktu kecil. Saban hari, kehidupan perempuan itu berorientasi akhirat. Apabila tiba waktu 2/3 malam, beliau selalu bangun dari tidurnya. Suasana masih gelap gulita. Maklum di zaman itu, belum ada aliran listrik. Ketika bangun dari tidur, perempuan itu mencari damar talpek atau membawa senter sebagai penerang untuk pergi ke kamar mandi guna ambil wudhu’. Kemudian melaksanakan shalat malam (qiyamul lail).
Saya saksikan, perempuan itu tidak turun dari alas sajadah hingga tiba waktu shalat subuh. Setelah shubuh, beliau masih tidak turun. Sampai beliau
bertemu dengan Shalat Israq yaitu shalat ketika matahari terbit.
Perempuan itu masih tidak beranjak dari alas sajadah. Beliau masih dzikir hingga usai melaksanakan shalat duha. Setelah shalat duha, beliau baru beraktivitas seperti orang kebanyakan. Karena perempuan, beliau
mengurus keperluan dapur dan beraktivitas lainnya.
Pada waktu shalat duhur, beliau ngajar para santri. Saat adzan asar, beliau berhenti ngajar lalu shalat asar. Jika masih ada sisa santri yang belum mengaji, perempuan itu pasti melanjutkan. Setelah semua santri selesai mengaji kitab, beliau baru turun dari tempat morok santri-santrinya.
Perempuan itu nyaris tidak lepas dari wudlu’. Sebelum shalat maghrib, beliau sudah bersiap untuk shalat maghrib. Kemudian wiridan dan membaca Ratib Al-Haddad. Setelah shalat isya’, beliau langsung morok santri lain.
Suasana dan metode mengajar santri zaman dulu memang butuh ketelatenan dan kesabaran. Mengajar model sorogan. Bisa dibayangkan. Setiap santri diajari kitab satu per satu. Tidak belajar bersama-sama santri lain.
Kitab yang diajari salah satunya kitab Sulam Safinah, Bidayatul Hidayah, Daqoiqul Akhbar. Model sorogan ini tentu menyita waktu lama.
Tapi hasil yang diperoleh santri sangat memuaskan. Kalau dipadukan model belajar zaman sekarang orang mengenal model belajar private.
Perempuan itu dengan sabar dan telaten mengajari tiap santri hingga larut malam. Terkadang baru selesai jam 12 malam atau jam 2 dini hari. Tidak bisa saya bayangkan siklus kehidupan perempuan itu. Istiqamah dan sabar.
Kehidupan sehari-hari perempuan itu selalu dihiasi dengan doa dan dzikir kepada Allah Swt. Perutnya dibiasakan lapar. Selain puasa sunnah senin dan kamis.
Saya rindu sosok perempuan itu. Lisannya selalu basah dengan ayat-ayat suci al-Qur’an. Terkadang dalam sehari bisa mengaji 30 juz al-Qur’an. Maklum, perempuan itu seorang hafidzah.
Berdekatan dengan orang seperti sosok perempuan itu, saya ingat firman Allah Swt dalam surat Al Kahfi ayat 28 yang berbunyi, “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas,”.
Kalimat bersabarlah pada ayat di atas memberi pelajaran bahwa ketika berkumpul atau dekat bersama orang seperti perempuan itu, janganlah berharap keuntungan duniawi atau kapital.
Memang, efek mendekat dengan seperti sosok perempuan di atas, tidak sama nilai keburuntungannya apabila mendekat dengan penguasa atau pejabat.
Secara nalar, dekat dengan seorang penguasa atau pejabat, bisa mendatangkan banyak keberuntungan duniawi atau kapital. Tapi itu sifatnya sesaat. Bukan jangka panjang.
Mendekat dengan orang yang memiliki keperibadian seperti perempuan di atas, saya yakin sangat perlu. Sebab, keperibadiannya menjadi tiang perjuangan umat Islam dan tiang generasi akan datang.
Saya juga sangat yakin, dekat dengan sosok manusia yang memiliki keperibadian seperti perempuan itu akan menelorkan generasi-generasi tangguh dan hebat.
Dengan doa-doa manusia yang dekat dengan Tuhannya, pastinya luar biasa. Hijab-hijab Allah Swt akan tersingkap. Kata-katanya menjadi doa.
Bersambung...... *Bupati Sumenep dan Pengasuh Ponpes Al-
Karimiyyah, Beraji, Gapura
O A S E
INSPIRATORKUOleh: KH A. Busyro Karim*
22 FEBRUARI 2016 | MATA SUMENEP | 39
40 |MATA SUMENEP |22 FEBRUARI 2016