edisi 2 -...

67

Upload: buinga

Post on 14-Apr-2019

257 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan
Page 2: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan
Page 3: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

EPIDEMIOLOGI

KEBIDANAN

Edisi 2

Johan Harlan

PENERBIT GUNADARMA ■ JAKARTA

2008

Page 4: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

EPIDEMIOLOGI KEBIDANAN, Edisi 2

Penulis : Johan Harlan

Perwajahan sampul : Joko Slameto

ISBN : 979-1223-02-5

Diterbitkan oleh Penerbit Gunadarma

© Hak cipta dilindungi undang-undang

Jakarta 2008

Page 5: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

v

KATA PENGANTAR

Buku ajar ‘Epidemiologi Kebidanan’ ini disusun terutama bagi

mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan, sebagai materi

perkuliahan satu semester dengan bobot 2 SKS. Penyusunan isinya sedapat

mungkin telah disesuaikan dengan GBPP mata kuliah Epidemiologi untuk

Program Studi Diploma III Kebidanan yang diberlakukan oleh Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Sesuai dengan jenjang akademik mahasiswa yang menerima

perkuliahan, isi buku ini terutama ditekankan pada pembahasan mengenai

Epidemiologi Deskriptif, sedangkan pembahasan tentang Epidemiologi

Analitik hanya diberikan secara sepintas dengan mengutamakan pengenalan

dasar-dasarnya. Contoh-contoh data nyata dalam buku ini kebanyakan masih

diambil dari luar Indonesia, karena Epidemiologi merupakan ilmu yang

masih relatif muda di Indonesia, sehingga data yang ada dan telah terkumpul

di Indonesia pun masih jauh dari lengkap.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasihnya

kepada semua pihak yang membantu penyelesaian buku ini. Saran, kritik,

dan koreksi dari pembaca sangat diharapkan bagi perbaikan pada edisi

selanjutnya.

Johan Harlan

Page 6: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………................... v

DAFTAR ISI …………………………………………….................. vi

DAFTAR TABEL ……………………………………….................. viii

DAFTAR DIAGRAM …………………………………................... x

BAB 1 PENDAHULUAN

Definisi Epidemiologi ………………………………................... 1

Ruang Lingkup ……………………………………….................. 2

Studi Epidemiologi ………………………………….................... 3

Wabah dan KLB …………………………………….................... 6

Latihan 1 …………………………………………………..................

Lampiran 1.1 Sejarah Epidemiologi ……………….....................

Lampiran 1.2 Transisi Demografi dan Transisi Epidemiologi .....

Lampiran 1.3 Kesintasan Populasi: Perbandingan Dua Populasi .

8

12

16

21

BAB 2 KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT

Segitiga Epidemiologi ………………………………................... 22

Inferensi Kausal ……………………………………..................... 24

Konsep Timbulnya Penyakit dalam Pandangan Epidemiologi

Modern ……………………………...........................................

25

Latihan 2 …………………………………………………..................

Lampiran 2.1 Model Epidemiologi pada Trauma ….....................

Lampiran 2.2 Inferensi Kausal ……………..................................

28

32

35

BAB 3 EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

Definisi ……………………………………………….................. 37

Karakteristik Orang …………………………………................... 37

Karakteristik Tempat ………………………………..................... 46

Karakteristik Waktu ………………………………….................. 48

Latihan 3 ………………………………………………….................. 52

BAB 4 EPIDEMIOLOGI DALAM LAYANAN KEBIDANAN

Pengertian, Tujuan, dan Manfaat …………………… 56

Terjadinya Masalah Kesehatan dalam Pelayanan

Kebidanan …………………………………………

59

Faktor-faktor Risiko dalam Pelayanan Kebidanan ….. 60

Ukuran Epidemiologi ……………………………….. 61

Surveilans epidemiologi …………………………… 68

Latihan 4 ….……………………………………………... 72

Lampiran 4.1 Kualitas Layanan Kebidanan di Asia

Tenggara ……………………………

83

Page 7: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

vii

Lampiran 4.2 Indikator Indonesia Sehat 2010 ………. 85

Lampiran 4.3 Rancangan Studi Epidemiologi ………. 88

BAB 5 WABAH

Pengertian Wabah …………………………………... 95

Bentuk Wabah ………………………………………. 97

Penanggulangan Wabah …………………………….. 98

Karantina ……………………………………………. 100

Latihan 5 ………………………………………………… 102

Lampiran 5.1

Lampiran 5.2

Lampiran 5.3

Peraturan Kesehatan Internasional ……

Langkah-langkah pada Penyelidikan

Wabah ………………………………...

Modus Transmisi ……………………...

107

109

112

BAB 6 SKRINING

Pengertian Skrining …………………………………. 114

Tujuan Skrining ……………………………………... 114

Cara Melakukan Skrining …………………………… 115

Efek Skrining ………………………………………... 116

Uji Diagnostik ………………………………………. 118

Uji Ganda …………………………………………… 123

Latihan 6 ………………………………………………… 127

BAB 7 PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas ………………. 135

Penyajian Data Survei/Penyelidikan Epidemiologi … 136

Pelaporan Hasil Survei/Penyelidikan Epidemiologi ... 140

Latihan 7 ………………………………………………… 144

Lampiran 7.1 Perujukan ……………………………..

Lampiran 7.2 Sistem Referensi Harvard …………….

147

149

KEPUSTAKAAN ……………………………………… 159

Page 8: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ruang lingkup epidemiologi lapangan dan komunitas 2

Tabel 1.2 Pajanan dan penyakit yang berskala dikotomi dalam

studi epidemiologi ......................................................

5

Tabel 1.3

Tabel II.1

Kebiasaan mencuci tangan dan kejadian diare ............

Perbandingan ketiga tipe studi Epidemiologi............... 5

35

Tabel 3.1 Contoh data penderita tuberkulosis paru dan jumlah

penduduk menurut kelompok usia ..............................

38

Tabel 3.2 Contoh tingkat mortalitas menurut jenis kelamin dan

kelompok usia .............................................................

41

Tabel 4.1 Jumlah penduduk, jumlah wanita usia subur, dan

jumlah bayi di Indonesia 1980-2005 ...........................

57

Tabel 4.2 Ukuran frekuensi untuk fertilitas, morbiditas, dan

mortalitas .....................................................................

67

Tabel 4.3 Jumlah bulanan kasus penyakit campak yang dirawat

di sembilan rumah sakit di propinsi Bali, 1981-1984 .

70

Tabel IV.1 Angka kematian neonatal dan angka kematian ibu di

beberapa wilayah Asia ................................................

83

Tabel IV.2 Cakupan layanan ante-natal di beberapa wilayah Asia 84

Tabel IV.3 Indikator kesehatan yang terkait dengan layanan

kebidanan dan target yang hendak dicapai menuju

‘Indonesia Sehat 2010’ ................................................

85

Tabel IV.4 Paparan umum hasil studi cross-sectional …………... 88

Tabel IV.5 Paparan umum hasil studi kohort …………………… 90

Tabel IV.6 Paparan umum hasil studi kasus-kontrol ……………. 91

Tabel IV.7 Hasil studi kohort hubungan kegiatan fisik dengan

kejadian penyakit influenza .........................................

92

Tabel IV.8 Hasil studi kasus-kontrol hubungan kadar kolesterol

serum dengan kejadian penyakit jantung koroner .......

93

Tabel IV.9 Hasil studi cross-sectional hubungan kebiasaan

merokok dengan kasus bronkitis kronis ......................

93

Tabel 5.1 Penyakit-penyakit tertentu yang dapat menimbulkan

wabah ………………………………………………

96

Tabel 6.1 Hubungan antara hasil uji diagnostik dengan kejadian

penyakit ....................................................................... 118

Tabel 6.2 Karakteristik dan definisi pada uji diagnostik ............. 119

Tabel 6.3 Akurasi diagnostik klinik faringitis streptokokus

dibandingkan dengan hasil kultur tenggorok ..............

121

Page 9: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

ix

Tabel 6.4 Hasil pemeriksaan kreatin kinase pada penderita di

rumah sakit ..................................................................

122

Tabel 6.5 Nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, rasio

likelihood positif, dan rasio likelihood negatif untuk

pemeriksaan kreatin kinase sebagai uji diagnostik

bagi miokard infark .....................................................

123

Tabel 6.6 Efek pengujian paralel dan serial terhadap

sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediksi uji ganda ..

124

Tabel 7.1 Contoh petikan pengkodean dan klasifikasi penyakit

dengan ICD-10 ............................................................

136

Tabel 7.2 Distribusi frekuensi hipotetis hasil tes keterampilan

manual ……………………………………………….

137

Tabel 7.3

Tabel VII.1

Tabel VII.2

Tabel VII.3

Tabel VII.4

Tabel VII.5

Tabel VII.6

Penyebab utama kematian ibu hamil ...........................

Beberapa sistem referensi penulis-waktu.....................

Beberapa sistem referensi numerik..............................

Beberapa contoh format untuk buku............................

Beberapa contoh format untuk artikel jurnal................

Beberapa contoh format untuk publikasi elektronik....

Beberapa contoh format untuk publikasi khusus.........

140

147

148

152

154

156

157

Page 10: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

x

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Ruang lingkup epidemiologi klinik …………… 3

Diagram 1.2 Spektrum penyakit …………………………......... 4

Diagram 1.3 Polusi atmosfer dan jumlah kematian per hari,

London, 1952 ………………................................

7

Diagram 2.1 Segitiga epidemiologi: pejamu, agen, dan

lingkungan .............................................................

22

Diagram 2.2 Kausa cukup dan kausa perlu …….…………....... 25

Diagram 2.3 Konsep timbulnya penyakit menurut pandangan

Epidemiologi Modern ….......................................

25

Diagram 2.4 Dua model hipotetis karsinogenesis ….................. 26

Diagram 2.5

Gambar II.1

Gambar II.2

Gambar II.3

Gambar II.4

Penyebab tuberkulosis paru ……………...............

Model Epidemiologi yang diterapkan pada

trauma ....................................................................

Matriks Haddon......................................................

Matriks Haddon untuk trauma kecelakaan

kendaraan bermotor................................................

Matriks Haddon untuk pengeboman oleh teroris...

27

28

29

30

30

Diagram 3.1 Jumlah kasus dan tingkat morbiditas kanker

rektum menurut usia dan jenis kelamin di 10 area

metropolitan, Amerika Serikat, 1947 …................

39

Diagram 3.2 Kasus penyakit Hodgkin menurut kelompok usia;

Brooklyn, ras putih, 1943-1952 .............................

40

Diagram 3.3 Angka mortalitas tahunan khas-usia kanker

payudara di beberapa negara, sekitar tahun 1965 .

41

Diagram 3.4 Tingkat kematian bunuh diri menurut usia dan

jenis kelamin, Jepang dan ras putih Amerika

Serikat, 1954-1956 …............................................

43

Diagram 3.5 Tingkat morbiditas penderita yang dirawat di RS

Jiwa per 100,000 populasi menurut usia, jenis

kelamin, dan status perkawinan, Amerika Serikat,

1950 .......................................................................

45

Diagram 3.6 Trend mortalitas dokter pria yang dibandingkan

dengan angka nasional pada usia yang sama

untuk kanker paru dan kanker lainnya, Inggris,

1951-1971 ………………......................................

46

Diagram 3.7 Rerata hari istirahat di tempat tidur per orang per

tahun, menurut jenis kelamin dan penghasilan

keluarga, Amerika Serikat, 1965-1966 …….…....

47

Page 11: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

xi

Diagram 3.8 Peta jalan di area Golden Square, London, 1854 .. 48

Diagram 3.9 Distribusi kasus limfoma Burkitt yang ditemukan

di Afrika, 1962 ………………………………......

49

Diagram 3.10 Jumlah kematian per minggu di 122 kota,

Amerika Serikat, 1968-1969 ……………….........

50

Diagram 3.11 Tingkat kematian tahunan beberapa jenis kanker

pada pria berusia 50-74, Inggris dan Wales, 1911-

1965 ……...............................................................

51

Diagram 3.12 Persentase kasus demam berdarah menurut

kelompok usia di Indonesia, 1993-2004 ………...

52

Diagram 4.1 Distribusi awitan gejala gangguan jiwa yang

berkaitan dengan kehamilan dan masa nifas .........

58

Diagram 4.2 Tingkat kematian fetus menurut urutan kelahiran

pada berbagai kelompok usia ibu, Amerika

Serikat, 1963 …......................................................

59

Diagram 4.3 Jumlah kasus sindroma Down per 1000 kelahiran

menurut kelompok usia ibu, Massachusetts, 1954-

1965 .......................................................................

60

Diagram 4.4 Kasus insidens dan kasus prevalen …………….... 63

Diagram 4.5 Pengukuran frekuensi penyakit ............................. 63

Diagram 4.6 Person-time pada kelompok beranggotakan

delapan orang yang diamati selama enam tahun ...

65

Diagram 4.7 Jumlah kasus campak di sembilan rumah sakit di

propinsi Bali, 1981-1984 ……...............................

72

Diagram IV.1 Rancangan studi cross-sectional ............................ 79

Diagram IV.2 Rancangan studi kohort ………………………..... 80

Diagram IV.3 Rancangan studi kasus kontrol ……….................. 81

Diagram 5.1 Wabah kolera pada area Golden Square, London,

Agustus-September 1854 ……………………......

98

Diagram 5.2 Penjalaran wabah oleh transmisi agen melalui

kontak antar individu ……………………….........

100

Diagram 6.1 Tingkatan prevensi penyakit …………………..... 116

Diagram 6.2 Fase subklinis kasus hipotetis karsinoma kolon … 118

Diagram 6.3 Ilustrasi aspek riwayat alamiah penyakit ……….. 119

Diagram 6.4 Uji serial dan parallel ………………………........ 126

Diagram 6.5 Uji diagnosis tunggal penyakit sifilis dengan

pemeriksaan TPHA ………………………….......

128

Diagram 6.6 Uji diagnosis ganda penyakit sifilis secara serial

dengan pemeriksaan VDRL dan TPHA ………....

129

Diagram 7.1 Contoh diagram data hipotetis hasil tes

keterampilan manual ……………………….........

141

Page 12: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

xii

Diagram 7.2 Kematian ibu hamil di Sri Lanka, 1940-1985:

Jumlah kematian ibu hamil per 100,000 kelahiran

hidup ……..............................................................

141

Diagram 7.3 Contoh peta statistik bergaris ………………….... 142

Diagram 7.4 Penyebab kematian utama kematian ibu hamil ..... 143

Page 13: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

� Definisi Epidemiologi

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi

penyakit dan determinannya pada manusia (MacMahon & Pugh, 1970).

Distribusi penyakit dapat dideskripsikan menurut faktor orang (usia, jenis

kelamin, ras), tempat (penyebaran geografis), dan waktu, sedangkan

pengkajian determinan penyakit mencakup penjelasan pola distribusi

penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebab-nya.

Istilah epidemiologi berasal dari kata 'epi' (atas), 'demos' (rakyat;

penduduk), dan 'logos' (ilmu), sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai

'ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi/menimpa penduduk'.

Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi (wabah).

Menurut sejarah perkembangan, epidemiologi dibedakan atas:

1. Epidemiologi klasik: terutama mempelajari tentang penyakit menular

wabah serta terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik.

2. Epidemiologi modern: merupakan sekumpulan konsep yang digunakan

dalam studi epidemiologi yang terutama bersifat analitik, selain untuk

penyakit menular wabah dapat diterapkan juga untuk penyakit menular

bukan wabah, penyakit tidak menular, serta masalah-masalah kesehatan

lainnya. Menurut bidang penerapannya, epidemiologi modern dibagi

atas:

(a) Epidemiologi lapangan

(b) Epidemiologi komunitas

(c) Epidemiologi klinik

Menurut metode investigasi yang digunakan, epidemiologi dibedakan

atas:

1. Epidemiologi deskriptif: mempelajari peristiwa dan distribusi penyakit

2. Epidemiologi analitik: mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi

distribusi penyakit ('determinan'-nya)

Page 14: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

2

� Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian epidemiologi mencakup:

- Penyakit menular wabah

- Penyakit menular bukan wabah

- Penyakit tidak menular

- Masalah kesehatan lainnya

Secara praktis ruang lingkup epidemiologi lapangan dan komunitas

dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu studi mengenai fenomena dan

studi mengenai penduduk (tabel 1.1), sedangkan ruang lingkup epidemiologi

klinik yang mempelajari mengenai peristiwa klinik serta kaitannya dengan

riwayat alamiah penyakit diperlihatkan pada diagram 1.1.

Tabel 1.1. Ruang lingkup epidemiologi lapangan & komunitas*)

FENOMENA PENDUDUK

- Status kesehatan & fisiologi

- Penyakit & kematian

- Perilaku yg berhubungan dgn

kesehatan

- Determinan dari masing-masing

tersebut di atas

- Program intervensi dari masing-

masing tersebut di atas

- Karakteristik kelompok, mis: usia,

jenis kelamin, kebudayaan

- Karakteristik perilaku

- Faktor-faktor risiko dlm kelompok

penduduk

- Keadaan lingkungan

*) Omran, 1979

Keunikan Epidemiologi jika dibandingkan dengan cabang-cabang lain

Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ialah:

1. Epidemiologi tidak mempelajari individu, melainkan kelompok orang.

2. Epidemiologi memperbandingkan satu kelompok dengan kelompok

lainnya dalam masyarakat.

3. Epidemiologi mempelajari apakah kelompok dengan kondisi tertentu

lebih sering memiliki suatu karakteristik tertentu daripada kelompok

tanpa kondisi tersebut. Kelompok yang lebih sering memiliki

karakteristik tertentu tersebut dinamakan kelompok berisiko tinggi

(high risk group).

Page 15: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

3

Diagram 1.1. Ruang lingkup epidemiologi klinik

� Studi Epidemiologi

Dari spektrum penyakit, yaitu urutan peristiwa yang terjadi pada

manusia sejak saat pajanan (exposure) terhadap agen etiologi sampai dengan

kematian (diagram 1.2), hanya sebagian kecil yang umumnya disadari oleh

pengamat kesehatan, yaitu apabila kasus telah berkembang penuh. Walaupun

demikian, dalam Epidemiologi diupayakan untuk sedapat mungkin

mempelajari seluruh rentang spektrum penyakit.

Page 16: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

4

Diagram 1.2. Spektrum penyakit

Tujuan studi epidemiologi adalah:

1. Mendiagnosis masalah kesehatan masyarakat.

2. Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit.

3. Menilai dan merencanakan pelayanan kesehatan.

Ketiga tujuan tersebut dicapai dengan melakukan surveilans

epidemiologi dan penelitian epidemiologi. Surveilans epidemiologi meliputi

kegiatan-kegiatan:

1. Pengumpulan data secara sistematis dan kontinu.

2. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data sehingga menghasilkan

informasi.

3. Penyebarluasan informasi tersebut kepada instansi yang berkepentingan.

4. Penggunaan informasi tersebut untuk pemantauan, penilaian, dan

perencanaan program kesehatan.

Penelitian epidemiologi mencakup kegiatan yang sama dengan

surveilans epidemiologi, tetapi pengumpulan datanya tidak dilakukan secara

kontinu. Penelitian epidemiologi terutama bersifat observasional (pada

epidemiologi lapangan), yang mempelajari hubungan antara pajanan dengan

terjadinya penyakit (disease). Untuk menyederhanakan penilaian, dalam

kebanyakan studi digunakan pengukuran pajanan dan penyakit yang berskala

dikotomi (ada vs tidak ada pajanan, ada vs tidak ada penyakit; tabel 1.2).

Page 17: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

5

Tabel 1.2. Pajanan dan penyakit yang berskala dikotomi

dalam studi epidemiologi

Pajanan Penyakit

Ada Tidak ada

Ada

Tidak ada

a

c

b

d

a + b

c + d

a + c b + d n

Pajanan dapat berasal dari luar diri subjek yang dipelajari (kebisingan

lingkungan, zat toksik dalam makanan, dan sebagainya), perilaku subjek

(penggunaan sabuk pengaman saat berkendara, perokok, dan sebagainya),

maupun faktor internal pada subjek (usia, jenis kelamin, dan sebagainya).

Faktor risiko adalah pajanan yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit,

sedangkan faktor preventif adalah pajanan yang menurunkan risiko

terjadinya penyakit.

Contoh 1.1:

Misalkan akan dipelajari kebiasaan mencuci tangan sebelum makan

dan kejadian diare dalam satu bulan terakhir pada 100 orang penduduk

sebuah desa. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel 2×2 berikut.

Tabel 1.3. Kebiasaan mencuci tangan dan kejadian diare

Kebiasaan

mencuci tangan

Diare Jumlah

Ada Tidak ada

Ya

Tidak

2

16

18

64

20

80

Jumlah 18 82 100

Di sini kebiasaan mencuci tangan sebelum makan merupakan pajanan,

sedangkan penyakitnya adalah kejadian diare. Kebiasaan dapat dianggap

sebagi faktor preventif yang menurunkan risiko kejadian diare.

Page 18: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

6

� Wabah dan KLB

Istilah epidemi (wabah) di waktu lampau digunakan khusus untuk

mendeskripsikan peristiwa berjangkitnya penyakit menular secara akut.

Pengertiannya pada saat ini lebih ditekankan pada konsep prevalensi yang

berlebihan dan dapat digunakan pula untuk penyakit tidak menular.

Dalam UU Republik Indonesia No. 4 tahun 1984 tentang Wabah

Penyakit Menular dan PP Republik Indonesia No. 40 tahun 1991 tentang

Penanggulangan Wabah Penyakit Menular dinyatakan:

- Wabah (wabah penyakit menular) adalah kejadian berjangkitnya suatu

penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat

secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada wilayah dan periode

tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

- KLB (kejadian luar biasa) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian

morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epidemiologis pada suatu

wilayah dan periode tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat

menjurus pada terjadinya wabah.

Contoh 1.2:

Wabah akut sering kali berlalu tanpa disadari. Selama kabut tebal di

kota London pada tahun 1952, efek polusi atmosfer oleh SO2 baru diketahui

setelah jumlah kematian pada periode tersebut dihitung dan dibandingkan

dengan angka-angka pada periode sebelum dan sesudahnya (diagram 1.3).

Page 19: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

7

Diagram 1.3 Polusi atmosfer dan jumlah kematian per hari,

London, 1952

Page 20: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

8

LATIHAN 1

Pilihlah satu jawaban yang paling benar!

1. Epidemiologi adalah:

A. Ilmu yang mempelajari tentang epidemi.

B. Ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit.

C. Ilmu yang mempelajari tentang determinan penyakit.

D. Ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan penyakit.

2. Tokoh yang dianggap sebagai bapak / pendiri Epidemiologi adalah:

A. Hippocrates

B. John Graunt

C. John Snow

D. Filippo Pacini

3. Definisi 'sehat' menurut WHO mencakup keadaan sejahtera (well-being)

yang sempurna secara:

A. Fisik

B. Mental

C. Sosial

D. Semuanya benar

4. Dalam definisi epidemiologi, istilah 'distribusi' dan 'determinan' merujuk

pada:

A. Frekuensi, pola, dan penyebab penyakit

B. Diseminasi informasi kepada pihak yang berkepentingan

C. Pengetahuan, sikap, dan praktek yang terkait dengan kesehatan

D. Layanan dan sumber daya kesehatan masyarakat

5. Epidemiologi deskriptif mencakup jawaban bagi kata tanya berikut,

kecuali:

A. Siapa

B. Dimana

C. Bilamana

D. Mengapa

Page 21: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

9

6. Distribusi penyakit dalam epidemiologi umumnya dideskripsikan

menurut:

A. Faktor usia, jenis kelamin, dan ras.

B. Faktor orang, tempat, dan waktu.

C. Faktor pekerjaan, status perkawinan, dan status sosial-ekonomi.

D. Semuanya salah.

7. Penyakit tidak menular merupakan salah satu topik kajian dalam:

A. Epidemiologi klasik.

B. Epidemiologi modern.

C. A) dan B) benar.

D. A) dan B) salah.

8. Ruang lingkup kajian epidemiologi pada saat ini mencakup hal-hal

berikut, kecuali:

A. Penyakit menular bukan wabah.

B. Penyakit tidak menular.

C. Masalah kesehatan bukan penyakit.

D. Semua di atas termasuk ruang lingkup kajian Epidemiologi.

9. Cabang epidemiologi yang terutama mempelajari faktor-faktor yang

mempengaruhi distribusi penyakit ialah:

A. Epidemiologi klasik.

B. Epidemiologi deskriptif.

C. Epidemiologi analitik.

D. Semuanya benar

10. Cabang epidemiologi yang terutama mempelajari faktor-faktor yang

merupakan determinan penyakit ialah:

A. Epidemiologi klasik.

B. Epidemiologi deskriptif.

C. Epidemiologi analitik.

D. Semuanya benar

Page 22: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

10

11. Keunikan epidemiologi dibandingkan dengan cabang Ilmu Kesehatan

lainnya ialah:

A. Epidemiologi mempelajari kelompok manusia.

B. Epidemiologi mengkaji perbandingan antar-kelompok dalam

masyarakat.

C. Epidemiologi memperbandingkan kondisi kelompok berisiko tinggi

dengan kelompok berisiko rendah.

D. Semuanya benar.

12. Tujuan studi epidemiologi adalah sebagai berikut, kecuali:

A. Mendiagnosis masalah kesehatan masyarakat.

B. Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit.

C. Menilai dan merencanakan pelayanan kesehatan.

D. Semua di atas termasuk dalam tujuan studi epidemiologi.

13. Penyelidikan klasik John Snow yang terkenal dalam sejarah

Epidemiologi ialah:

A. Penyelidikan terhadap register kematian (bills of mortality)

B. Penyelidikan terhadap wabah kolera di kota London

C. Penyelidikan terhadap teori miasma

D. Semuanya salah

14. Kegiatan surveilans epidemiologi antara lain adalah:

A. Mengumpulkan data secara sistematis dan kontinu.

B. Mengkaji hubungan antara pajanan yang ada dengan peristiwa

terjadinya penyakit.

C. A) dan B) benar.

D. A) dan C) salah.

15. Pajanan dalam penelitian epidemiologi dapat berupa:

A. Kebiasaan minum kopi.

B. Kebiasaan untuk tidak berolah raga.

C. Kebiasaan berganti-ganti mitra seksual.

D. Semuanya benar.

Page 23: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

11

16. Peningkatan kejadian morbiditas/mortalitas yang bermakna secara

epidemiologis merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi untuk

dapat menyatakan adanya:

A. Wabah

B. KLB

C. A) dan B) benar.

D. A) dan B) salah.

17. Data kematian karena trauma di seluruh dunia menunjukkan bahwa:

A. Kematian karena peperangan lebih banyak daripada kematian

karena kecelakaan kendaraan bermotor

B. Kematian karena peperangan hampir sama banyak dengan kematian

karena kecelakaan kendaraan bermotor

C. Kematian karena peperangan lebih sedikit daripada kematian karena

kecelakaan kendaraan bermotor

D. Semuanya salah

18. Jumlah penduduk dunia sebanyak 6 milyar tercapai/diperkirakan

tercapai pada tahun:

A. 1950

B. 1975

C. 2000

D. 2100

19. Pada transisi demografi, dalam tahap dini dan lanjut didapatkan:

A. Angka kelahiran kasar < angka kematian kasar

B. Angka kelahiran kasar = angka kematian kasar

C. Angka kelahiran kasar > angka kematian kasar

D. Semuanya salah

20. Bentuk piramida penduduk pada populasi yang statis yaitu:

A. Lebar di bagian dasar, menyempit di bagian puncak

B. Sempit di bagian dasar, melebar di bagian puncak

C. Bagian dasar dan puncak hampir sama lebarnya

D. Semuanya salah

Page 24: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

12

Lampiran 1.1

SEJARAH EPIDEMIOLOGI Periode I: Zaman Mesir Kuno

Pada zaman Mesir Kuno, para ahli pengobatan

telah mulai mencoba mengenali penyakit secara klinis

dengan upaya untuk melakukan deskripsi, diferensiasi,

dan kategorisasi gejala penyakit.

Dalam zaman ini telah dikenal pula bahaya

penyakit menular, antara lain kusta, dan telah ada upaya

isolasi dan karantina untuk menghambat dan mencegah

penularannya.

Salah satu tokoh ilmu pengobatan yang terkenal

pada masa ini adalah Imhotep (2600 SM), yang selain

sebagai ahli pengobatan juga terkenal sebagai arsitek dan

pematung.

Periode II: Zaman Yunani Kuno

Tokoh ilmu pengobatan pada zaman Yunani

Kuno ialah Hippokrates (abad 4 SM), yang dikenal

sebagai ‘Bapak Ilmu Kedokteran’.

Hippokrates mengembangkan metode

pengamatan, pencatatan, dan refleksi hasil

pengamatan sesuai ide dan konsep pikir pengamat.

Penyebab epidemi dicari dengan mempelajari riwayat

alamiah penyakit serta menghubungkan kejadian

penyakit dengan waktu dan tempat kejadian. Konsep-

konsep pemikiran Hippokrates ini dituangkannya

dalam buku “On Airs, Waters, and Places”.

Page 25: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

13

Masa Transisi

Setelah era Hippokrates, terdapat masa transisi panjang yang ditandai

dengan sangat lambatnya perkembangan Epidemiologi. Periode-periode

terpenting selama masa transisi antara lain adalah:

� Zaman Romawi Kuno: Tokoh ilmu pengobatan utama pada zaman ini

ialah Galen (abad ke-2), yang berupaya menghidupkan kembali doktrin

Hippokrates, namun lebih menonjolkan aspek filosofisnya, sehingga

alirannya dikenal sebagai “arm chair epidemiology”.

� Zaman Reneisans (Reneisance): Fracostorius (abad ke-16), seorang ahli

Biologi, mencetuskan konsep bahwa penyakit disebabkan oleh benih

yang dinamakannya semenaria, yang pada masa kini dapat dianggap

kurang lebih sama dengan mikroorganisme.

Periode III

Periode dimulai pada abad ke-17 dengan berkembangnya teori

miasma (miasmatic theory), yang menyatakan bahwa selain faktor hospes

dan lingkungan (Hippokrates), ada faktor ketiga yang menimbulkan penyakit

yang dinamakan miasma, yaitu benda-benda yang kotor dan tidak sehat. Atas

dasar teori ini telah dikembangkan berbagai upaya kesehatan dalam bentuk

perbaikan hygiene dan sanitasi yang antara lain dipelopori oleh Edwin

Chadwick di Inggris serta Max von Pattenkofer di Jerman.

Perkembangan epidemiologi selanjutnya

dalam periode ini ditandai dengan upaya untuk

melakukan kuantifikasi kejadian

epidemiologi. John Graunt mencoba

menginterpretasikan mortalitas sebagai fungsi

umur dan tempat, sedangkan William Farr

mengembangkan prosedur matematik untuk

meneliti epidemi pes pada ternak serta metode

statistik untuk peramalan waktu epidemi

penyakit menular. John Graunt dikenal sebagai

‘Bapak Epidemiologi dan Demografi’.

Pada abad ke-19, mulai dikembangkan patologi geografi dan

historik, yaitu identifikasi kelompok-kelompok faktor waktu, tempat, dan

orang yang mempengaruhi kejadian penyakit.

Page 26: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

14

Penyelidikan lapangan yang terkenal antara

lain dilakukan oleh John Snow (1813-1858), yang

melihat sangat tingginya frekuensi kematian

karena penyakit muntaber (kolera) pada distrik-

distrik di London yang sumber airnya dikotori oleh

limbah. Penyelidikan John Snow berhasil

membuktikan bahwa wabah kolera tersebut berasal

dari salah satu pompa air, walaupun pada masa itu

bakteria belum dikenal.

Selama periode ini juga tercapai kemajuan

penting di bidang mikrobiologi, antara lain oleh

Jacob Henle yang menulis makalah “On Miasmata

and Contagia”. Dalam makalah tersebut

dikemukakannya teori berdasarkan pemikiran

deduktif dan argumentasi logis, bahwa

mikroorganisme yang diramalkannya akan

ditemukan kemudian dengan menggunakan

mikroskop merupakan penyebab penyakit infeksi.

Robert Koch (1843-1910) selanjutnya berhasil

menemukan basil tuberkulosis penyebab Koch

Pulmonum.

Periode IV

Dalam periode ini berkembang paradigma bahwa kesehatan dan

penyakit merupakan proses biologis yang dinamis antara manusia dan

lingkungan. Konsekuensi paradigma ini ialah pendapat bahwa semua

penyakit yang menyerang manusia mempunyai hukum yang sama, yang

berlaku bagi penyakit infeksi maupun penyakit non-infeksi.

Page 27: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

15

Prestasi di Bidang Epidemiologi

Beberapa prestasi terpenting di bidang Epidemiologi antara lain yaitu:

� Identifikasi air sebagai reservoir dan media (vehicle) utama penyakit

menular seperti kolera dan demam tifoid (1849-1856).

� Identifikasi vektor arthropoda pada berbagai penyakit – malaria, demam

kuning, penyakit tidur, dan tifus (1895-1909).

� Identifikasi carrier asimptomatik sebagai vektor utama pada tifoid,

difteri, dan polio (1893-1905).

� Penemuan rokok sebagai penyebab utama kanker paru, emfisema, dan

penyakit kardio-vaskular (1951-1963).

� Eradikasi penyakit cacar (1978).

� Penemuan infeksi hepatitis B perinatal sebagai penyebab perlu

(necessary cause) bagi karsinoma hepato-selular, kanker yang

terbanyak ditemukan di China dan Afrika Selatan (1970-80-an).

� Identifikasi sindroma AIDS, dengan prediksi bahwa penyebabnya

adalah virus yang ditularkan secara seksual (1981-83), serta

pengembangan tindakan preventifnya SEBELUM virusnya ditemukan.

Page 28: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

16

La

mp

ira

n 1

.2

TR

AN

SIS

I D

EM

OG

RA

FI

DA

N T

RA

NS

ISI

EP

IDE

MIO

LO

GI

Page 29: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

17

Page 30: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

18

Tra

nsi

si D

emo

gra

fi

K

eran

gk

a tr

ansi

si d

emo

gra

fi

men

gg

amb

ark

an p

ertu

mb

uh

an p

op

ula

si d

alam

per

bed

aan

dan

per

ub

ahan

d

ua

ang

ka

vit

al

kas

ar

kem

atia

n

dan

fe

rtil

itas

(m

eng

abai

kan

k

om

po

nen

k

etig

a

per

tum

bu

han

, y

aitu

mig

rasi

).

Page 31: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

19

Tahap-tahap Transisi Demografi

� Tahap 1:

Baik angka kematian maupun angka kelahiran keduanya tinggi. Angka

kelahiran konstan, sedangkan angka kematian berfluktuasi sebagai

akibat bencana yang alamiah maupun yang diciptakan oleh manusia,

seperti kelaparan, banjir, wabah penyakit, serta peperangan.

� Tahap 2:

Angka kematian menurun dengan tajam sebagai akibat perbaikan

standar kehidupan yang dihasilkan oleh industrialisasi. Penurunan angka

kelahiran baru terjadi menjelang akhir tahap ini. Celah yang besar antar

angka kelahiran dan angka kematian menyebabkan terjadinya ledakan

populasi.

� Tahap 3:

Angka kelahiran turun mendekati angka kematian karena setelah

menyadari bahwa hampir semua anak mereka akan dapat mencapai usia

dewasa dan biaya untuk membesarkan anak membengkak akibat

tuntutan pendidikan oleh proses industrialisasi, penduduk mulai

berupaya untuk mengendalikan fertilitas dan membatasi jumlah anggota

keluarga. Berkurangnya kebutuhan tenaga kasar di lapangan pertanian

serta kebutuhan tunjangan di hari tua juga ikut meredam tingkat

fertilitas.

� Tahap 4:

Pada tahap akhir transisi ini, baik angka kelahiran maupun angka

kematian keduanya rendah. Berbeda dengan tahap 1, angka kelahiran di

sini berfluktuasi, mengindikasikan efek pengendalian fertilitas yang

berubah-ubah karena penduduk menyesuaikan tingkat reproduksi

mereka sesuai dengan perubahan tingkat sosial-ekonomi.

Negara pertama menyelesaikan proses transisi demografinya ialah

Inggris, yang menyelesaikannya dalam waktu kurang lebih 200 tahun.

Beberapa negara lain yang memulai proses transisinya belakangan, misalnya

Jepang menyelesaikan transisi ini dalam rentang waktu separuhnya.

Page 32: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

20

Page 33: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

21

Lampiran 1.3

KESINTASAN POPULASI:

PERBANDINGAN DUA POPULASI

Usia London, Inggris

Abad ke-17

Amerika Serikat

2002

0 100 100

6 64 99

16 40 99

26 25 98

36 16 97

46 10 95

56 6 91

66 3 81

76 1 63

Page 34: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

22

BAB 2

KONSEP DASAR TIMBULNYA

PENYAKIT

� Segitiga Epidemiologi

Dalam pandangan Epidemiologi Klasik dikenal segitiga epidemiologi

(epidemiologic triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya

penyakit. Segitiga ini terdiri atas pejamu (host), agen (agent), dan

lingkungan (environment).

Diagram 2.1. Segitiga epidemiologi: pejamu, agen, dan lingkungan

Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya

penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai

agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses

timbulnya penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian ‘agen’.

Dalam konsep ini faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Agen penyakit (faktor etiologi)

(a) Zat nutrisi: ekses (kolesterol) / defisiensi (protein)

(b) Agen kimiawi: zat toksik (CO) / alergen (obat)

(c) Agen fisik (radiasi, trauma)

(d) Agen infeksius:

Page 35: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

23

- parasit (skistosomiasis)

- protozoa (amuba)

- bakteri (tuberkulosis)

- jamur (kandidiasis)

- riketsia (tifus)

- virus (poliomielitis)

(e) Agen psikis: trauma psikologis

2. Faktor pejamu (faktor intrinsik): mempengaruhi pajanan, kerentanan,

respons terhadap agen.

(a) Genetik (buta warna)

(b) Usia

(c) Jenis kelamin

(d) Ras

(e) Status fisiologis (kehamilan)

(f) Status imunologis (hipersensitivitas)

(g) Penyakit lain yang sudah ada sebelumnya

(h) Perilaku manusia (diet)

3. Faktor lingkungan (faktor ekstrinsik): mempengaruhi keberadaan

agen, pajanan, atau kerentanan terhadap agen

(a) Lingkungan fisik (iklim)

(b) Lingkungan biologis:

- Populasi manusia (kepadatan penduduk)

- Flora (sumber makanan)

- Fauna (vektor artropoda)

(c) Lingkungan sosial-ekonomi:

- Pekerjaan (pajanan terhadap zat kimia)

- Urbanisasi dan perkembangan ekonomi (kehidupan perkotaan,

atmosfer, crowding)

- Bencana dan musibah (banjir)

(d) Modus komunikasi: fenomena dalam lingkungan yang

mempertemukan pejamu dengan agen, seperti vektor, media, dan

reservoir.

- Vektor adalah organisme hidup yang berperan pada penyakit

menular, seperti nyamuk dan arthropoda lainnya.

- Media (vehicle) adalah benda mati yang berperan pada penyakit

menular, seperti air minum yang mengandung mikroba, kain lap

yang kotor, dan sebagainya.

Page 36: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

24

- Reservoir adalah lokasi yang berperan sebagai sumber penyakit

secara berkelanjutan, seperti menara air (sumber penularan

infeksi legionella), tanah sebagai sumber penyebaran tetanus, dan

sebagainya.

� Inferensi Kausal

Hubungan kausal dalam epidemiologi memiliki pengertian yang lebih

mendasar daripada yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya gaya

gravitasi selalu akan menyebabkan benda-benda yang dilepaskan jatuh ke

tanah, namun hanya sebagian kecil di antara mereka yang merokok seumur

hidupnya akan menderita kanker paru, walaupun dikatakan bahwa merokok

menyebabkan kanker paru.

Hubungan antara dua faktor A dan B dapat diklasifikasikan sebagai:

1. Ada hubungan deterministik: Jika A, pasti B

2. Ada hubungan statistik

- Ada asosiasi kausal

- Tidak ada asosiasi kausal

3. Tidak ada hubungan statistik antara A dan B

Inferensi kausal dalam epidemiologi adalah hubungan statistik

dengan asosiasi kausal, yang harus dijelaskan dalam pengertian

probabilistik, yaitu bahwa keberadaan faktor A (pajanan) akan

meningkatkan peluang terjadinya faktor B (timbulnya penyakit).

Sebuah pajanan harus memenuhi berbagai persyaratan untuk dapat

dinyatakan sebagai faktor kausal bagi suatu penyakit, di antaranya yang

terpenting adalah asosiasi temporal, yaitu pajanan harus ada mendahului

terjadinya penyakit.

Sifat kausal dibedakan lagi atas kausa cukup (sufficient cause) dan

kausa perlu (necessary cause). Kausa cukup tidak selalu harus ada untuk

menimbulkan penyakit, namun jika kausa cukup ada penyakit pasti akan

timbul. Kausa perlu harus ada untuk menimbulkan penyakit, namun jika

kausa perlu ada pun penyakit tidak selalu timbul. Agar dapat dinyatakan

sebagai faktor kausal sebuah penyakit, sebuah pajanan harus merupakan

kausa cukup maupun kausa perlu bagi penyakit tersebut.

Page 37: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

25

Diagram 2.2. Kausa cukup dan kausa perlu

1E : kausa cukup 1E ada; 1E : kausa cukup 1E tidak ada

2E : kausa perlu 2E ada; 2E : kausa perlu 2E tidak ada

D : penyakit D timbul; D : penyakit D tidak timbul

Diagram 2.3. Konsep timbulnya penyakit menurut

pandangan Epidemiologi Modern

� Konsep Timbulnya Penyakit dalam

Pandangan Epidemiologi Modern

Kejadian timbulnya penyakit dalam pandangan Epidemiologi Modern

merupakan sebuah proses yang bersifat multikausal, yaitu sebagai pengaruh

sejumlah faktor risiko dan faktor preventif beserta interaksi antar masing-

masing faktor tersebut.

Contoh 2.1: Sebelum era pembuktian hubungan antara kebiasaan merokok dengan

kejadian kanker paru, sudah ada dugaan kemungkinan hubungan antara

Page 38: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

26

keduanya, namun ada pula yang menduga bahwa proses karsinogenesis di

sini berawal pada peristiwa infeksi paru pada masa anak (diagram 2.4).

Diagram 2.4. Dua model hipotetis karsinogenesis

Contoh 2.2:

Contoh penyebab yang multikausal pada penyakit tuberkulosis paru

diperlihatkan pada diagram 2.5. Di sini faktor penyebab dapat dibedakan

lebih lanjut menjadi faktor risiko distal (jauh dari kejadian tuberkulosis paru)

yaitu crowding, malnutrisi, vaksinasi, dan genetik, serta faktor proksimal

(dekat dengan kejadian tuberkulosis paru) yaitu pajanan terhadap

Mikobakterium tuberkulosis sendiri. Dalam Epidemiologi, faktor risiko

distal yang dapat diacu sebagai ‘asal mula’ penyakit inilah yang lebih

mendapat perhatian untuk dipelajari.

Page 39: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

27

Diagram 2.5. Penyebab tuberkulosis paru

Page 40: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

28

LATIHAN 2

Pilihlah satu jawaban yang paling benar!

1. 'Segitiga epidemiologi' dalam pandangan Epidemiologi Klasik

mencakup unsur-unsur berikut, kecuali:

A. Pejamu.

B. Agen.

C. Pajanan.

D. Lingkungan.

2. Contoh agen penyakit dalam paradigma triad Epidemiologi yaitu:

A. Kehamilan.

B. Usia lanjut.

C. Ekses (kelebihan) kolesterol.

D. Kepadatan penduduk (lingkungan hidup crowded).

3. Faktor ko-morbiditas (penyakit lain yang sudah ada sebelumnya) dalam

paradigma triad Epidemiologi digolongkan dalam:

A. Faktor agen.

B. Faktor pejamu.

C. Faktor lingkungan.

D. Semuanya salah.

4. Contoh agen penyakit dalam pandangan Epidemiologi Klasik adalah:

A. Perilaku manusia.

B. Kehidupan perkotaan.

C. Musibah banjir.

D. Defisiensi protein.

5. Status fisiologis kehamilan dalam pandangan Epidemiologi Klasik

digolongkan dalam:

A. Faktor agen.

B. Faktor pejamu.

C. Faktor lingkungan.

D. Semuanya salah.

Page 41: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

29

6. Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan kerusakan yang timbul

pada saat terjadinya penyakit atau trauma tergolong dalam:

A. Prevensi primer

B. Prevensi sekunder

C. Prevensi tersier

D. Semuanya salah

7. Matriks Haddon merupakan penggabungan antara konsep segitiga

Epidemiologi dengan:

A. Prevensi primer

B. Prevensi sekunder

C. Prevensi tersier

D. Semuanya benar

8. Tindakan prevensi pasca-kejadian terhadap faktor agen menurut matriks

Haddon yang diterapkan pada trauma kecelakaan kendaraan bermotor

adalah:

A. Promosi penggunaan sabuk pengaman

B. Barier luncuran pada lokasi parkir gedung bertingkat

C. Rancangan tangki bahan bakar yang aman terhadap ruptur

D. Semuanya salah

9. Contoh hubungan deterministik yaitu:

A. Makanan tinggi lemak menyebabkan penyakit jantung koroner.

B. Kurang tidur menyebabkan nyeri kepala.

C. Merokok menyebabkan kanker paru.

D. Semuanya salah.

10. Contoh hubungan statistik yaitu:

A. Makanan tinggi lemak menyebabkan penyakit jantung koroner.

B. Kurang tidur menyebabkan nyeri kepala.

C. Merokok menyebabkan kanker paru.

D. Semuanya benar.

11. Seorang peneliti yang mempelajari hubungan antara frekuensi

kedatangan burung bangau di sebuah kota dalam perjalanan migrasinya

pada musim dingin dengan angka kelahiran bayi di kota tersebut,

menemukan asosiasi statistik yang bermakna di antara keduanya.

Hubungan antara frekuensi kedatangan burung bangau dengan angka

kelahiran bayi di sini adalah:

Page 42: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

30

A. Hubungan deterministik.

B. Hubungan statistik dengan asosiasi kausal.

C. Hubungan statistik tanpa asosiasi kausal.

D. Tidak ada hubungan deterministik ataupun statistik di antara

keduanya.

12. Prinsip asosiasi temporal untuk dapat menyatakan adanya hubungan

kausal antara suatu pajanan dengan penyakit adalah:

A. Pajanan harus mendahului terjadinya penyakit.

B. Pajanan harus ada pada saat terjadinya penyakit.

C. Pajanan harus ada menyusul terjadinya penyakit.

D. Semuanya salah

13. Apabila diketahui pajanan E adalah kausa cukup bagi penyakit D,

pernyataan yang benar ialah:

A. Jika kausa cukup E tidak ada, maka penyakit D pasti tidak ada.

B. Jika kausa cukup E ada, maka penyakit D pasti ada.

C. Kejadian penyakit D pasti didahului oleh kausa cukup E.

D. Yang benar lebih daripada satu.

14. Apabila diketahui pajanan E adalah kausa perlu bagi penyakit D,

pernyataan yang benar ialah:

A. Jika kausa perlu E tidak ada, maka penyakit D pasti tidak ada.

B. Jika kausa perlu E ada, maka penyakit D pasti ada.

C. Kejadian penyakit D pasti didahului oleh kausa perlu E.

D. Yang benar lebih daripada satu.

15. Dalam pandangan Epidemiologi Modern, proses terjadinya penyakit

berada di bawah pengaruh:

A. Himpunan faktor risiko.

B. Himpunan faktor preventif.

C. Himpunan faktor risiko, himpunan faktor preventif, serta interaksi

antar masing-masing faktor tersebut.

D. Semuanya salah.

16. Pada tabel di bawah ini, apabila diketahui pajanan E merupakan kausa

cukup bagi penyakit D, pernyataan yang benar adalah:

E E

D

D

a

c

b

d

Page 43: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

31

A. a selalu sama dengan nol.

B. b selalu sama dengan nol.

C. c selalu sama dengan nol.

D. b dan c selalu sama dengan nol.

17. Pada tabel di bawah ini, apabila diketahui pajanan E merupakan kausa

perlu bagi penyakit D, pernyataan yang benar adalah:

E E

D

D

a

c

b

d

A. a selalu sama dengan nol.

B. b selalu sama dengan nol.

C. c selalu sama dengan nol.

D. b dan c selalu sama dengan nol

18. Faktor ‘proksimal’ pada teori penyebab multikausal untuk penyakit

tuberkulosis paru adalah:

A. Malnutrisi.

B. Vaksinasi BCG.

C. Faktor genetik.

D. Pajanan terhadap Mikobakterium tuberkulosis.

19. Faktor ‘distal’ pada teori penyebab multikausal untuk penyakit

tuberkulosis paru adalah:

A. Pajanan terhadap Mikobakterium tuberkulosis.

B. Vaksinasi BCG.

C. A) dan B) benar.

D. A) dan B) salah.

Page 44: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

32

Lampiran 2.1

MODEL EPIDEMIOLOGI PADA

TRAUMA

Model ini dikembangkan sebagai penerapan Triad Epidemiologi di

bidang studi mengenai trauma. Pada trauma, agen dapat berupa salah satu di

antara lima bentuk energi fisik: energi kinetik atau mekanik, energi kimia,

energi thermal (panas), listrik, dan radiasi. Energi ini disalurkan ke pejamu

melalui vektor seperti gigitan anjing atau ular, ataupun melalui benda mati

yaitu media. Contoh media trauma secara potensial ialah tabrakan mobil atau

tertembus peluru.

Gambar II.1 Model Epidemiologi yang diterapkan pada trauma

Dalam ranah Kesehatan Masyarakat, dikenal tiga tingkatan prevensi,

yaitu prevensi primer untuk mencegah terjadinya penyakit atau trauma,

prevensi sekunder untuk meminimumkan kerusakan apabila penyakit atau

Page 45: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

33

trauma terjadi, serta prevensi tersier untuk tindak lanjut medik dan

rehabilitasi. Matriks Haddon adalah kerangka kerja yang dikembangkan

dengan mengkombinasikan ketiga tingkatan prevensi dan Triad

Epidemiologi.

Gambar II.2 Matriks Haddon

Pada gambar II.3 dan II.4 diperlihatkan dua contoh pengembangan

matriks Haddon untuk studi tentang trauma, masing-masing yaitu untuk

trauma pada kecelakaan kendaraan bermotor dan trauma pada peristiwa

pengeboman oleh teroris.

Page 46: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

34

Gambar II.3 Matriks Haddon untuk trauma kecelakaan

kendaraan bermotor

Gambar II.4 Matriks Haddon untuk pengeboman oleh teroris

Page 47: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

35

Lampiran 2.2

INFERENSI KAUSAL

Studi Epidemiologi Tipe studi yang digunakan dalam penelitian Epidemiologi umumnya

adalah:

- Epidemiologi lapangan: studi observasional

- Epidemiologi komunitas: studi kuasi-eksperimental

- Epidemiologi klinik: studi eksperimental

Perbedaan antara ketiga tipe studi ini secara skematis diperlihatkan

pada tabel II.1 berikut.

Tabel II.1 Perbandingan ketiga tipe studi Epidemiologi

Perlakuan (treatment)

Randomisasi (pengacakan)

Studi eksperimental Ada Ada

(tingkat individual)

Studi kuasi-

eksperimental Ada

Tidak ada / ada pada

tingkat kelompok

Studi observasional Tidak ada Tidak ada

Tipe studi yang terbaik untuk membuktikan adanya hubungan kausal

adalah studi eksperimental. Pada studi observasional, lazimnya digunakan

kriteria inferensi kausal Hill (1965) untuk memperkuat dugaan kemungkinan

adanya hubungan kausal antara pajanan dengan penyakit:

1. Kuat asosiasi

Merokok berat diasosiasikan dengan kenaikan angka kanker paru 20 kali

lipat, serta kenaikan angka penyakit jantung koroner dua kali lipat.

Dikatakan bahwa asosiasi antara kebiasaan merokok dengan kanker paru

lebih kuat daripada asosiasinya dengan penyakit jantung koroner.

Page 48: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

36

Semakin kuat asosiasi, semakin besar kemungkinan adanya hubungan

kausal.

2. Konsistensi

Asosiasi yang sama harus ditemukan pada berbagai studi. Ratusan studi

menunjukkan adanya asosiasi antara kebiasaan merokok dengan kanker

paru dan tidak ada studi yang gagal menunjukkan asosiasi ini jika

dilakukan sebagaimana mestinya. Sebaliknya, asosiasi antara

kontrasepsi oral dengan kanker payudara tidak meyakinkan, karena

sejumlah studi menunjukkan adanya asosiasi sedangkan pada sejumlah

studi lain asosiasi tidak ditemukan.

3. Spesifisitas

Kemungkinan hubungan kausal akan diperkuat oleh adanya asosiasi

antara pajanan dengan satu penyakit spesifik, bukan dengan berbagai

macam penyakit. Kausalitas juga akan diperkuat oleh adanya asosiasi

penyakit dengan satu pajanan spesifik, bukan dengan berbagai macam

pajanan.

4. Temporalitas

Harus diketahui dengan pasti bahwa penyebab sudah terlebih dahulu ada

sebelum efek. Adakalanya hal ini sukar diketahui, terutama pada

rancangan studi potong-lintang.

5. Gradien biologi (hubungan dosis-respons)

Jika ditemukan kenaikan risiko penyakit secara gradien sejalan dengan

gradien pajanan, misalnya angka kanker paru pada perokok ringan

terletak di antara angka kanker paru untuk bukan perokok dan perokok

berat, maka hal ini memperkuat kemungkinan adanya hubungan kausal.

6. Koherensi

Dengan koherensi dimaksudkan bahwa asosiasi sesuai dengan

pengetahuan Biologi yang ada. Dukungan untuk persyaratan ini harus

dicari di laboratorium atau dari aspek kondisi biologis lainnya.

Page 49: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

37

B A B 3

EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

� Definisi

Epidemiologi deskriptif adalah cabang epidemiologi yang mempelajari

tentang kejadian dan distribusi penyakit. Umumnya distribusi penyakit

dikelompokkan menurut faktor orang, tempat, dan waktu.

� Karakteristik Orang

� Usia Usia merupakan variabel yang selalu harus diperhitungkan dalam studi

epidemiologi. Perbedaan angka penyakit yang ada antar kelompok dalam

populasi belum dapat diinterpretasikan sebelum memperhitungkan relevansi

kemungkinan adanya perbedaan usia antar kelompok-kelompok tersebut.

Dengan menghitung jumlah kasus penyakit yang ada pada suatu

kelompok usia tertentu, lalu membaginya jumlah anggota populasi pada

kelompok usia yang sama, akan diperoleh persentase penyakit khas-usia

(age-specific) untuk kelompok usia tersebut.

Contoh 3.1:

Misalkan dimiliki data hipotetis jumlah penderita tuberkulosis paru dan

jumlah penduduk di kota A menurut kelompok usia (tabel 3.1).

Tampak bahwa persentase penderita tuberkulosis paru di kota A adalah

2.43%. Dari angka ini saja belum dapat dibuat kesimpulan tanpa

membandingkannya dengan angka pada tempat dan waktu yang berbeda.

Tampak pula bahwa jumlah (absolut) penderita terbanyak adalah pada

kelompok usia 45-64 tahun, yaitu sebanyak 9,097 kasus, namun setelah

memperhitungkan jumlah anggota populasi (penduduk) untuk tiap kelompok

usia, angka relatif (persentase) tertinggi penderita ada pada kelompok usia >

65 tahun, yaitu 21.77%.

Page 50: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

38

Tabel 3.1. Contoh data penderita tuberkulosis paru

dan jumlah penduduk menurut kelompok usia

Usia

(tahun) Penderita Tb paru Penduduk % khas-usia

0-4

5-14

15-24

25-44

45-64

> 65

1,035

901

2,485

6,794

9,097

5,937

174,687

301,211

176,960

282,595

119,597

27,275

0.59

0.30

1.40

2.40

7.61

21.77

Jumlah 26,249 1,082,325 2.43

Diagram 3.1. Jumlah kasus dan tingkat morbiditas kanker rectum

menurut usia dan jenis kelamin di 10 area metropolitan,

Amerika Serikat, 1947

Page 51: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

39

Contoh 3.2: Penyakit yang risikonya meningkat sejalan dengan pertambahan usia

akan menunjukkan penurunan jumlah kasus pada kelompok usia tertinggi,

karena anggota populasi itu sendiri menyusut dengan cepat sejalan dengan

pertambahan usia di atas usia 55 tahun (diagram 3.1).

Contoh 3.3:

Pada diagram 3.2 diperlihatkan jumlah kasus baru penyakit Hodgkin

per jutaan penduduk pada ras kulit putih di Brooklyn selama periode 1943-

1952 (MacMahon & Pugh, 1970).

Dengan membuat grafik menurut kelompok usia dapat dikenali adanya

dua kelompok penderita penyakit Hodgkin, yaitu pada kelompok usia

dewasa dini dan kelompok usia lanjut. Penelusuran lebih jauh ternyata

menunjukkan bahwa kedua kelompok penderita ini memang memiliki

karakteristik yang berbeda.

Diagram 3.2. Kasus penyakit Hodgkin menurut kelompok usia;

Brooklyn, ras putih, 1943-1952

Page 52: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

40

Contoh 3.4: Pada diagram 3.3 diperlihatkan angka mortalitas tahunan khas-usia

kanker payudara di beberapa negara di sekitar tahun 1965. Tampak adanya

peningkatan angka mortalitas yang tajam sejalan dengan peningkatan usia

50-an, setelah itu kecenderungan peningkatan angka mortalitas berkurang,

bahkan untuk Jepang angka mortalitas tampak agak menurun.

Diagram 3.3. Angka mortalitas tahunan khas-usia kanker payudara

di beberapa negara, sekitar tahun 1965

� Jenis kelamin Seperti halnya usia, jenis kelamin pun juga merupakan variabel yang

selalu harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi. Dalam kombinasi

dengan faktor usia, harus diingat bahwa distribusi anggota populasi pria dan

wanita di berbagai kelompok usia dan populasi tidak selalu sama.

Page 53: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

41

Contoh 3.5:

Jumlah bayi pria yang dilahirkan sedikit lebih banyak daripada bayi

wanita (51% : 49%), namun dalam kehidupan selanjutnya pada berbagai

kelompok usia tingkat mortalitas hampir selalu lebih tinggi pada jenis

kelamin pria dewasa karena faktor pekerjaan dan lingkungan. Rasio tertinggi

tingkat mortalitas pria : wanita didapatkan pada kelompok usia 15-44 tahun,

karena pada usia 15-44 tahun lingkungan kerja pria umumnya memiliki

risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan kerja wanita.

Tabel 3.2. Contoh tingkat mortalitas*)

menurut jenis kelamin dan kelompok usia

Usia

(tahun) Lk Pr Rasio Lk : Pr

< 1

1-4

5-14

15-44

45-64

> 65

162.9

28.3

3.8

9.0

25.4

116.5

137.1

24.0

3.7

6.1

18.9

114.6

1.2

1.2

1.0

1.5

1.3

1.0

*) Jumlah kematian per 1000 penduduk

� R a s Banyak studi epidemiologi di tingkat internasional yang telah

dilakukan untuk membandingkan angka-angka morbiditas antar ras

Kaukasia, Negroid, dan Mongoloid. Data statistik vital di Amerika Serikat

pada tahun 1967 misalnya, yang hanya membandingkan tingkat mortalitas

antara kulit putih dengan bukan kulit putih, menunjukkan tingkat kematian

yang lebih tinggi pada populasi bukan kulit putih untuk hampir semua

penyebab kematian, kecuali untuk kematian yang disebabkan oleh penyakit

jantung arteriosklerotik, leukemia, dan bunuh diri (MacMahon & Pugh,

1970).

Di Indonesia terdapat banyak suku yang mungkin memiliki berbagai

kebiasaan yang berpengaruh terhadap status kesehatan, sehingga faktor suku

sering kali juga harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi.

Page 54: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

42

Contoh 3.6: Angka bunuh diri di Jepang lebih tinggi daripada di Amerika Serikat,

baik untuk kelompok pria mapun wanita (diagram 3.4).

Diagram 3.4. Tingkat kematian bunuh diri menurut usia dan jenis

kelamin, Jepang dan ras putih Amerika Serikat, 1954-1956

� Status pernikahan Status pernikahan seringkali menunjukkan keterkaitannya dengan

tingkat morbiditas maupun mortalitas. Dengan mengklasifikasikan status

pernikahan sebagai: (a) Tidak menikah; (b) Menikah; (c) Janda/duda (karena

kematian); dan (d) Bercerai; umumnya didapatkan tingkat kematian yang

lebih rendah baik untuk pria maupun wanita yang menikah dibandingkan

dengan pria dan wanita yang tidak menikah. Untuk semua kategori,

didapatkan tingkat kematian yang lebih tinggi pada pria dibandingkan

dengan wanita, dengan tingkat kematian tertinggi didapatkan pada kategori

pria dan wanita yang bercerai (MacMahon & Pugh, 1970).

Page 55: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

43

Contoh 3.7:

Dengan klasifikasi yang sama seperti di atas, data kesehatan jiwa

menunjukkan adanya tingkat gangguan jiwa tertinggi pada kelompok yang

tidak menikah. Tingkat gangguan jiwa juga menunjukkan kecenderungan

peningkatan sejalan dengan meningkatnya usia, kecuali pada kelompok

janda/duda karena kematian. Pada kelompok terakhir ini kecenderungan

peningkatan gangguan jiwa sejalan dengan peningkatan usia tidak terlihat

jelas (diagram 3.5).

� Pekerjaan

Pekerjaan merupakan variabel epidemiologi deskriptif yang penting

karena:

1. Menunjukkan status sosial-ekonomi subjek yang dipelajari.

2. Mengidentifikasi kemungkinan adanya risiko spesifik karena pajanan

terhadap agen yang mengganggu kesehatan pada jenis-jenis pekerjaan

tertentu.

3. Mengindikasikan kondisi umum yang ada pada jenis-jenis pekerjaan

tertentu.

Contoh 3.8:

Persentase mortalitas dokter pria untuk kanker paru di Inggris selama

periode 1951-1971 menunjukkan penurunan, sedangkan untuk kanker

lainnya relatif tetap. Ini terjadi karena dokter lebih cepat menyadari bahaya

merokok dibandingkan dengan anggota populasi lainnya, sehingga relatif

lebih banyak dokter pria yang berhenti merokok dibandingkan dengan

anggota populasi pria lainnya yang seusia.

Page 56: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

44

Diagram 3.5. Tingkat morbiditas penderita yang dirawat di

RS Jiwa per 100,000 populasi menurut usia, jenis kelamin, dan

status pernikahan, Amerika Serikat, 1950

Page 57: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

45

Diagram 3.6. Trend mortalitas dokter pria yang dibandingkan

dengan angka nasional pada usia yang sama untuk

kanker paru dan kanker lainnya, Inggris, 1951-1971

� Status sosial-ekonomi

Walaupun status sosial-ekonomi jelas akan berpengaruh terhadap

tingkat morbiditas dan mortalitas, dalam kenyataannya status sosial-ekonomi

merupakan konsep yang tidak memiliki definisi yang jelas. Definisi yang

digunakan dapat berbeda dari satu ke lain penelitian, sesuai dengan konsep

yang dianut oleh peneliti. Besar penghasilan (income) sering digunakan

sebagai dasar penentuan tingkat sosial-ekonomi, namun parameter ini

terbukti menunjukkan berbagai kelemahan. Dalam hal ini, besar pengeluaran

(expenditure) acapkali dianggap merupakan parameter yang lebih baik untuk

mengukur tingkat sosial-ekonomi.

Contoh 3.9:

Pada diagram 3.7 tampak bahwa rerata hari istirahat di tempat tidur per

tahun berbanding terbalik dengan tingkat penghasilan keluarga, baik untuk

kelompok pria maupun wanita. Dalam hal ini, tingkat penghasilan yang

rendah mungkin menyebabkan rendahnya pula kualitas pemeliharaan

Page 58: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

46

kesehatan yang diterima, sehingga menyebabkan tingkat morbiditas dan

rerata hari istirahat di tempat tidur per tahun yang lebih tinggi.

Diagram 3.7. Rerata hari istirahat di tempat tidur per orang per tahun,

menurut jenis kelamin dan penghasilan keluarga,

Amerika Serikat, 1965-1966

� Karakteristik Tempat

Frekuensi penyakit di berbagai wilayah di dunia menunjukkan variasi

yang besar dalam distribusi geografinya, walaupun begitu pembandingan

tingkat morbiditas dan mortalitas dengan menggunakan data pelaporan rutin

untuk berbagai wilayah di dunia masih terkendala antara lain oleh adanya

perbedaan dalam standar pelayanan kesehatan, diagnosis, dan pelaporan

penyakit atau kematian yang digunakan.

Data penyebab kematian dan laporan penyakit menular di berbagai

negara dikumpulkan dan diterbitkan secara teratur oleh Organisasi Kesehatan

Sedunia (WHO), walaupun demikian kelengkapan dan validitas data yang

diterbitkan ini sangat tergantung dari kelengkapan dan validitas data yang

disampaikan oleh masing-masing negara pelapor.

Beberapa penyakit mungkin didapatkan dalam frekuensi yang jauh

lebih tinggi hanya untuk wilayah tertentu, bahkan ada penyakit yang hanya

Page 59: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

47

didapatkan di suatu wilayah tertentu. Di Indonesia misalnya, goiter, malaria,

skistosomiasis, dan filariasis merupakan penyakit-penyakit yang terutama

ataupun hanya didapatkan di beberapa wilayah tertentu.

Dikotomi wilayah perkotaan dan pedesaan juga merupakan variabel

yang sering harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi, karena pengaruh

lingkungan dengan karakteristik yang sangat berbeda antara perkotaan dan

pedesaan.

Diagram 3.8. Peta jalan di area Golden Square, London, 1854

Contoh 3.10:

Diagram 3.8 menunjukkan peta jalan pada area Golden Square,

London, 1854 yang digunakan oleh John Snow dalam penyelidikan

epidemiologinya untuk mencari pompa air yang menjadi sumber penularan

wabah kolera. Penelitian John Snow ini terkenal dalam kepustakaan

Epidemiologi sebagai salah satu langkah awal untuk menerapkan prinsip

penyelidikan epidemiologi dalam praktik.

Page 60: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

48

Contoh 3.11:

Limfoma Burkitt adalah jenis kanker pertama yang ditemukan

keterkaitannya dengan infeksi virus, yaitu virus Epstein-Barr. Diagram 3.9

menunjukkan distribusi penyebaran kasus limfoma Burkitt yang ditemukan

di benua Afrika pada tahun 1962.

Diagram 3.9. Distribusi kasus limfoma Burkitt yang

ditemukan di Afrika, 1962

� Karakteristik Waktu

Data runtun-waktu (time-series) dapat menunjukkan adanya

kecenderungan tertentu (peningkatan atau penurunan tingkat morbiditas atau

mortalitas) untuk berbagai penyakit ataupun kematian oleh sebab tertentu.

Kecenderungan demikian sering terjadi dalam rentang waktu puluhan tahun,

sehingga tidak disadari oleh populasi yang bersangkutan. Data runtun- waktu

juga sangat berguna untuk menentukan kemungkinan adanya wabah.

Data runtun-waktu waktu dapat diperoleh untuk satu kelompok tertentu

(dengan anggota yang sama), yang dipantau dan diikuti perkembangan status

Page 61: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

49

kesehatannya dalam perjalanan waktu. Sebaliknya, data dapat pula diperoleh

dari berbagai kelompok yang masih memiliki persamaan karakteristik

tertentu (misalnya kelompok usia yang sama, menderita satu penyakit

tertentu, dan sebagainya), yang diambil pada waktu-waktu yang berbeda dari

populasi yang sama.

Diagram 3.10. Jumlah kematian per minggu di 122 kota,

Amerika Serikat, 1968-1969

Contoh 3.12:

Diagram 3.10 menunjukkan jumlah kematian per minggu di 122 kota di

Amerika Serikat selama periode 1968-1969. Tampak adanya peningkatan

jumlah kematian yang nyata selama bulan Januari 1969, yang disebabkan

oleh adanya wabah influenza (flu ‘Hong Kong’).

Contoh 3.13:

Penyajian grafik perbandingan tingkat kematian untuk beberapa jenis

kanker di Inggris dan Wales selama kurang-lebing 50 tahun untuk paruh

pertama abad ke-20 menunjukkan adanya peningkatan yang menyolok untuk

Page 62: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

50

kematian oleh kanker paru dibandingkan dengan kematian oleh jenis-jenis

kanker lainnya.

Diagram 3.11. Tingkat kematian tahunan beberapa jenis kanker

pada pria berusia 50-74, Inggris dan Wales, 1911-1965

Contoh 3.14:

Pada diagram 3.12 diperlihatkan data tahunan persentase kasus demam

berdarah menurut kelompok usia di Indonesia selama periode 1993-2004.

Tampak bahwa sebelum tahun 1999 persentase terbesar penderita didapatkan

pada kelompok usia anak (5-14 tahun), namun sejak tahun 1999 terjadi

perubahan, yaitu beralihnya persentase terbesar penderita demam berdarah

ke kelompok usia dewasa (15 tahun atau lebih).

Page 63: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

51

Diagram 3.12. Persentase kasus demam berdarah menurut

kelompok usia di Indonesia, 1993-2004

Page 64: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

52

LATIHAN 3

Pilihlah satu jawaban yang paling benar!

1. Faktor orang yang selalu harus diperhitungkan dalam setiap studi

epidemiologi adalah:

A. Ras

B. Usia dan jenis kelamin

C. Status perkawinan.

D. Pekerjaan dan status sosial-ekonomi.

2. Untuk merencanakan pelayanan kesehatan menurut kelompok usia bagi

suatu penyakit dalam populasi, yang perlu diperhatikan adalah:

A. Jumlah kasus absolut dalam tiap kelompok usia.

B. Jumlah kasus relatif dalam tiap kelompok usia.

C. A) dan B) benar.

D. A) dan B) salah.

3. Untuk menginterpretasikan risiko penyebaran penyakit menurut

kelompok usia dalam suatu populasi, yang perlu diperhatikan adalah:

A. Jumlah kasus absolut dalam tiap kelompok usia.

B. Jumlah kasus relatif dalam tiap kelompok usia.

C. A) dan B) benar.

D. A) dan B) salah.

4. Dalam analisis data menurut usia, kategori yang harus dibuat:

A. Sama untuk semua penyakit.

B. < 1 tahun, 1-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14 tahun, 15-19 tahun, dan > 20

tahun untuk penyakit menular, tetapi tidak perlu bagi penyakit

kronis

C. Relevan sesuai dengan kondisi dan cukup sempit untuk mendeteksi

pola terkait dengan usia yang ada pada data.

D. Interval usia 5-tahunan untuk semua penyakit, kecuali jika

dibutuhkan kategori yang lebih sempit untuk mendeteksi pola atau

penyimpangan pada data.

Page 65: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

53

5. Rasio tingkat mortalitas pria : wanita pada kelompok usia 15 - 44 tahun

umumnya adalah:

A. Lebih kecil daripada satu.

B. Sama dengan satu.

C. Lebih besar daripada satu.

D. Semuanya salah.

6. Bagi penyakit yang jumlah kasus absolutnya menunjukkan penurunan

pada kelompok usia tertua dalam populasi dapat diinterpretasi sebagai:

A. Adanya penurunan risiko bagi penyakit tersebut pada kelompok usia

tua.

B. Adanya penyusutan anggota populasi yang lebih besar daripada

peningkatan risiko bagi penyakit tersebut pada kelompok usia tua.

C. Salah satu di antara A) dan B) mungkin benar.

D. A) dan B) keduanya tidak mungkin benar.

7. Pengaruh faktor ras terhadap sebaran penyakit dapat terjadi melalui:

A. Kaitan dengan faktor genetik.

B. Kaitan dengan faktor budaya.

C. Kaitan dengan faktor religi.

D. Semuanya benar.

8. Tingkat mortalitas pria menikah yang lebih rendah daripada tingkat

mortalitas pria tidak menikah dapat dijelaskan karena:

A. Wanita cenderung menghindari pernikahan dengan pria yang status

kesehatannya buruk.

B. Wanita cenderung menghindari pernikahan dengan pria yang

pekerjaannya berisiko tinggi.

C. Perbedaan kebiasaan hidup antara pria menikah dengan pria tidak

menikah.

D. Semuanya mungkin benar.

9. Faktor pekerjaan dapat berpengaruh terhadap sebaran penyakit melalui:

A. Kaitannya dengan status sosial-ekonomi untuk jenis pekerjaan

tertentu.

B. Kaitannya dengan pajanan spesifik pada jenis pekerjaan tertentu.

C. A) dan B) mungkin benar.

D. A) dan B) salah.

Page 66: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

54

10. Karena status sosial-ekonomi sukar untuk dikuantifikasikan, umumnya

digunakan ukuran substitusi berikut, kecuali:

A. Tingkat pendidikan

B. Penghasilan

C. Pekerjaan

D. Kedudukan sosial

11. Parameter terbaik untuk menentukan status sosial-ekonomi ialah:

A. Tingkat penghasilan responden.

B. Tingkat pengeluaran responden.

C. Tingkat kepemilikan responden.

D. Lingkungan hidup responden.

12. Penyakit-penyakit berikut terutama atau hanya didapatkan di beberapa

wilayah tertentu di Indonesia, kecuali:

A. Malaria.

B. Demam berdarah dengue.

C. Skistosomiasis.

D. Goiter.

13. Di antara penyakit-penyakit berikut, yang terutama spesifik untuk daerah

perkotaan adalah:

A. AIDS.

B. ISPA.

C. Skabies.

D. Tinea versikolor.

14. Jenis kanker pertama yang ditemukan keterkaitannya dengan infeksi

virus ialah:

A. Karsinoma mammae.

B. Karsinoma serviks.

C. Limfoma Burkitt.

D. Korio-karsinoma.

Page 67: Edisi 2 - harlan_johan.staff.gunadarma.ac.idharlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63804/Buku...Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas . 135 Penyajian Data Survei/Penyelidikan

Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

55

15. Jenis kanker yang menunjukkan peningkatan paling drastis angka

mortalitasnya pada data runtun waktu untuk paruh pertama abad ke-20

adalah:

A. Kanker lambung.

B. Kanker paru.

C. Kanker usus besar.

D. Kanker prostat.

16. Data runtun waktu tahunan Indonesia menunjukkan bahwa proporsi

terbanyak kasus demam berdarah untuk periode 1993-1998 didapatkan

pada kelompok usia:

A. Kurang daripada 1 tahun.

B. 1-4 tahun.

C. 5-14 tahun.

D. 15 tahun atau lebih.

17. Untuk periode 1999-2004, proporsi terbanyak kasus demam berdarah

menurut data runtun waktu tahunan Indonesia terdapat pada kelompok

usia:

A. Kurang daripada 1 tahun.

B. 1-4 tahun.

C. 5-14 tahun.

D. 15 tahun atau lebih.