edisi 004/april 2015 - acch.kpk.go.id · sejarah gelap presiden amerika ... belajar menguasai eyd...

2
“Korupsi menjadi budaya pada saat kita dapat menerima bahwa begitulah dunia kita hidup”. Itulah kalimat yang tertulis pertama saat kita membuka sampul buku ini, seolah menjadi simpulan pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembacanya. Buku ini merupakan perjalanan panjang kedua penulis, Meuthia Ganie dan (suaminya sendiri) Rochman Achwan, dalam memberikan mata kuliah Sosiologi Korupsi di Departemen Sosiologi FISIP UI dari tahun 2009. Dalam perjalanan mata kuliah ini, para penulis menemukan beberapa hal penng secara akademis. Pertama, dak ada suatu analisa perspekf atau pendekatan sosiologi yang digunakan secara utuh dalam melihat masalah korupsi. Kedua, perhaan sosiologi terhadap masalah korupsi juga sangat sedikit. Hal ini sangat mengherankan mengingat bahwa sosiologi ilmu yang dalam tradisinya bersifat kris terhadap hubungan antarkelompok dan bahwa sosiologi secara dominan adalah tentang instusi. Dalam proses penelaahan atas kenyataan ini, penulis menemukan bahwa konsep-konsep sosiologi sendiri ak siap untuk melihat kejahatan seper apa diatas. Pengalaman penulis melakukan penelian dengan persoalan governisasi di Indonesia, mengantarkan pada kesimpulan bahwa dibutuhkan suatu perspekf yang bersifat sistemik namun dapat menjelaskan proses rekonstruksi oleh aktor individu maupun organisasi. Penulis menemukan bahwa bagian dari pendekatan new instusionalisme, yaitu perspekf instusionalisme organisasional merupakan konstruksi konsep yang cukup lengkap dalam membahas persoalan korupsi di Indonesia. Namun demikian, perspekf ini dak dikembangkan untuk membahas masalah kejahatan yang mengandung pertalian antara unsur absah dan dak absah seper korupsi, apalagi untuk melihat persoalan korupsi yang kompleks seper yang ada di Indonesia. setelah melakukan njauan kris pada pendekatan ini, penulis menggunakan perspekf ini untuk menganalisa berbagai dimensi korupsi. Buku ini bukanlah tentang bagaimana mengatasi masalah korupsi, namun memahami korupsi dengan lebih baik. Jika tujuan ini tercapai, penulis percaya bahwa penanganan korupsi juga akan lebih baik. Dalam buku ini, penulis menerangkan bahwa pendekatan kultural berpegang pada pandangan bahwa korupsi atau dak suatu ndakan tergantung oleh masyarakatnya. Bagi pendekatan ini, korupsi tetaplah sesuatu yang dianggap dak absah. Namun keabsahan bukan semata tergantung pada basis formal. Pemberian makna korupsi ini tergantung pada konteks masyarakat tertentu, antara lain posisi sosial aktor atau kelompok, misalnya posisi ketergantungan dan jasa dari pejabat publik. Pemberian makna merupakan suatu proses yang dibentuk oleh struktur yang ada dalam masyarakat. Dalam pendekatan antropologis juga dilihat masalah representasi, yaitu kelompok manakah yang terlibat, bagaimana mereka mengarkan korupsi, di arena sosial mana korupsi dibahas, terhadap kelompok mana label korupsi diberikan, dan sebagainya. Penulis Kolasi : Meuthia Ganie-Rochman dan Rochman Achwan : 181 hal, 23 cm SOSIOLOGI KORUPSI Katalog Perpustakaan Online bisa diakses melalui komputer anda, klik website http://perpustakaan:8080/kpk (Bersambung ke hlm 2) Info Perpustakaan Edisi 004/April 2015 | perpustakaan.kpk.go.id | perpustakaan:8080/kpk | ext. 8642 an-corrupon clearing house BUKU UTAMA KOLEKSI TERBARU Sosiologi Korupsi: isu, Konsep, dan Perdebatan The Awakened: Seeds of Corrupon Uncanny X-Force: The Great Corrupon Private and Public Corrupon Transisi Demokrasi Diatas Hamparan Korupsi Busyro Muqoddas: Penyuara Nurani Keadilan The Price of Jusce The Worrld According to Monsanto: Polluon, Corrupon, and the Control of the World’s Food Supply Breaking the Blue Wall: One Man’s War Against Police Corrupon Sejarah Gelap Presiden Amerika Serikat

Upload: dinhnguyet

Post on 15-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi 004/April 2015 - acch.kpk.go.id · Sejarah Gelap Presiden Amerika ... Belajar Menguasai EYD dengan Baik (2) ... (huruf besar) dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat

“Korupsi menjadi budaya pada saat kita dapat menerima bahwa begitulah dunia kita hidup”.

Itulah kalimat yang tertulis pertama saat kita membuka sampul buku ini, seolah menjadi simpulan pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembacanya. Buku ini merupakan perjalanan panjang kedua penulis, Meuthia Ganie dan (suaminya sendiri) Rochman Achwan, dalam memberikan mata kuliah

Sosiologi Korupsi di Departemen Sosiologi FISIP UI dari tahun 2009. Dalam perjalanan mata kuliah ini, para penulis menemukan beberapa hal pen�ng

secara akademis. Pertama, �dak ada suatu analisa perspek�f atau pendekatan sosiologi yang digunakan secara utuh dalam melihat masalah

korupsi. Kedua, perha�an sosiologi terhadap masalah korupsi juga sangat sedikit. Hal ini sangat mengherankan mengingat bahwa sosiologi ilmu yang

dalam tradisinya bersifat kri�s terhadap hubungan antarkelompok dan bahwa sosiologi secara dominan adalah tentang ins�tusi. Dalam proses penelaahan atas

kenyataan ini, penulis menemukan bahwa konsep-konsep sosiologi sendiri �ak siap untuk melihat kejahatan seper� apa diatas.

Pengalaman penulis melakukan peneli�an dengan persoalan governisasi di Indonesia, mengantarkan pada kesimpulan bahwa dibutuhkan suatu perspek�f yang

bersifat sistemik namun dapat menjelaskan proses rekonstruksi oleh aktor individu maupun organisasi. Penulis menemukan bahwa bagian dari pendekatan new

ins�tusionalisme, yaitu perspek�f ins�tusionalisme organisasional merupakan konstruksi konsep yang cukup lengkap dalam membahas persoalan korupsi di Indonesia.

Namun demikian, perspek�f ini �dak dikembangkan untuk membahas masalah kejahatan yang mengandung pertalian antara unsur absah dan �dak absah seper� korupsi, apalagi

untuk melihat persoalan korupsi yang kompleks seper� yang ada di Indonesia. setelah melakukan �njauan kri�s pada pendekatan ini, penulis menggunakan perspek�f ini untuk

menganalisa berbagai dimensi korupsi. Buku ini bukanlah tentang bagaimana mengatasi masalah korupsi, namun memahami korupsi dengan lebih baik. Jika tujuan ini tercapai, penulis percaya bahwa penanganan korupsi juga akan lebih baik. Dalam buku ini, penulis menerangkan bahwa pendekatan kultural berpegang pada pandangan bahwa korupsi atau �dak suatu �ndakan tergantung oleh masyarakatnya. Bagi pendekatan ini, korupsi tetaplah sesuatu yang dianggap �dak absah. Namun keabsahan bukan semata tergantung pada basis formal. Pemberian makna korupsi ini tergantung pada konteks masyarakat tertentu, antara lain posisi sosial aktor atau kelompok, misalnya posisi ketergantungan dan jasa dari pejabat publik.

Pemberian makna merupakan suatu proses yang dibentuk oleh struktur yang ada dalam masyarakat. Dalam pendekatan antropologis juga dilihat masalah representasi, yaitu

kelompok manakah yang terlibat, bagaimana mereka mengar�kan korupsi, di arena sosial mana korupsi dibahas, terhadap kelompok mana label korupsi diberikan, dan

sebagainya.

Penulis

Kolasi

: Meuthia Ganie-Rochman dan Rochman Achwan

: 181 hal, 23 cm

SOSIOLOGI KORUPSI

Katalog Perpustakaan Online bisa diakses melalui komputer anda, klik website http://perpustakaan:8080/kpk

(Bersambung ke hlm 2)

InfoPerpustakaan

Edisi 004/April 2015 | perpustakaan.kpk.go.id | perpustakaan:8080/kpk | ext. 8642

an�-corrup�on clearing house

BUKU UTAMA

KOLEKSI TERBARU

Sosiologi Korupsi: isu, Konsep, dan Perdebatan

The Awakened: Seeds of Corrup�on Uncanny X-Force: The Great

Corrup�on Private and Public Corrup�on Transisi Demokrasi Diatas Hamparan

Korupsi Busyro Muqoddas: Penyuara Nurani

Keadilan The Price of Jus�ce The Worrld According to Monsanto:

Pollu�on, Corrup�on, and the Control of the World’s Food Supply

Breaking the Blue Wall: One Man’s War Against Police Corrup�on

Sejarah Gelap Presiden Amerika Serikat

Page 2: Edisi 004/April 2015 - acch.kpk.go.id · Sejarah Gelap Presiden Amerika ... Belajar Menguasai EYD dengan Baik (2) ... (huruf besar) dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat

Perspek�f kultural dengan demikian mengambil lingkup yang lebih luas yaitu moral yang didukung oleh para aktor yang terlibat. Bukan hanya para pejabat publik, melainkan juga anggota masyarakat. Bukan hanya organisasi publik dan formal, melainkan juga organisasi dan lembaga informal. Analisa hubungan bukan hanya yang terlihat, melainkan yang terpen�ng berada dalam sistem makna. Persoalan korupsi adalah kapan moral dilanggar dan bagaimana anggota masyarakat bereaksi. Reaksi melipu� negosiasi yang dilakukan para aktor. Namun berbeda dengan ilmu poli�k yang menekankan strategi poli�k, perspek�f kultural menekankan pemaknaan dari para aktor. Jadi ar� negosiasi di sini adalah diasumsikan sebagai proses yang didasarkan pada pemaknaan. Sedangkan kontestasi kurang diperha�kan. Beberapa isu pokok yang ada dalam pendekatan kultural terkait dengan persoalan korupsi adalah pemberian hadiah seringkali mempunyai makna yang terkait dengan struktur sosial tertentu. Pertama, hadiah menggambarkan posisi seseorang, demikian pula dengan yang diberi hadiah. Kedua, hadiah sering terkait kewajiban sosial seseorang serta yang diberi. Masyarakat mempunyai nilai dan anggota masyarakat selalu hidup dalam jaringan sosial tertentu. Dalam jaringan terdapat posisi individu dengan kewajiban dan tanggung jawabnya, sen�men membuat kewajiban dan tanggung jawab menjadi bentuk solidaritas pada saat seorang individu yang berasal dari satu jaringan dan solidaritas ini mengiku� jabatan publiknya. Dalam kenyataannya, masyarakat terdiri dari berbagai kelompok dengan basis kultural yang berbeda yang berada pada konteks yang sama. Dengan demikian, perspek�f kultural �dak memadai untuk menjelaskan apa dinamika yang terjadi karena keragaman ini dan apa dampaknya bagi pandangan serta reaksi terhadap ‘korupsi’. Ada 4 perspek�f yang ditawarkan di dalam buku ini, melipu� perspek�f legal, poli�k, ekonomi, dan kultural. Masing-masing perspek�f ini memiliki kekhasannya sendiri di dalam melihat fenomena korupsi, terutama dalam melihat isu pokok, aktor representasi sosial, ruang lingkup, dan konsep utama yang selengkapnya dapat dibaca di dalam buku.

REVIEW

Simak diskusi buku dalam program Kanal Buku setiap Jum’at (Minggu I) pk. 16.00 wib

di www.kpk.go.id/kanalkpk

[Seri] Belajar Menguasai EYD dengan Baik (2)Secara teknis, ejaan adalah penulisan huruf dan kata, serta pemakaian tanda baca. Dalam edisi kali ini, akan diulas tentang penggunaan huruf kapital. Huruf kapital (huruf besar) dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Selain itu, huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata gan� untuk Tuhan, nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diiku� nama orang, misalnya: Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, dan Nabi Ibrahim. Namun, huruf kapital �dak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang �dak diiku� nama orang, seper�: - Dia baru saja diangkat menjadi sultan. - Pada tahun ini dia pergi naik haji.

Yuk, simak terus seri belajar EYD berikutnya!

“Reading is one of the joys of life andone you begin you can’t stop and

you’ve got so many stories to look forward to.” - Benedict Cumberbatch -